Anda di halaman 1dari 144

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY.

E
DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI UPTD PUSKESMAS KABUPATEN
PURWAKARTA TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan di Akademi
Keperawatan RS.Efarina Purwakarta

SINTA SAFITRI
1800001032

AKADEMI KEPEEAWATAN RS EFARINA PURWAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Sinta Safitri NIM 1800001032 dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN MEDIKAH BEDAH PADA NY. E DENGAN GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN: DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPTD PUSKESMAS

KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2021” telah dipertahakan di depan

dewan penguji pada tanggal 28 Juli 2021.

Dewan Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Ns. Nandang Tisna.A.A.J, M.Kep Ns. Aditiya Rahman, S.Kep Ns. Hendar Sutisna, S.Kep., M.Kep
NIDN. 046078603 NIK. 181016 NIK. 180314

Mengetahui,
Direktur Akper RS. Efarina

Ns. Wirdan Fauzi Rahman, S.Kep., M.Kep


NIDN : 0414068501

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Sinta Safitri NIM 1800001032 dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN MEDIKAH BEDAH PADA NY. E DENGAN GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPTD PUSKESMAS

KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2021” telah diperiksa dan disetujui

untuk diujikan.

Purwakarta, 28 Juli 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Hendar Sutisna S.Kep., M.Kep Ns. Aditiya Rahman. S.Kep


NIK: 180314 NIK: 181016

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal oleh Sinta Safitri NIM 1800001032 dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN MEDIKAH BEDAH PADA NY. E DENGAN GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPTD PUSKESMAS

KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2021” telah diperiksa dan disetujui

untuk diujikan.

Purwakarta, 3 Juli 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Hendar Sutisna S.Kep., M.Kep Ns. Aditiya Rahman. S.Kep


NIK: 180314 NIK:181016

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sinta Safitri

NIM : 1800001032

Program Studi : D-III Keperawatan

Institusi : Akademi Keperawatan RS Efarina Purwakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan merupakan pengambilan

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

Purwakarta, 9 Agustus 2021

Pembuat Pernyataan

Sinta Safitri
18000001032

Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Hendar Sutisna, S.Kep., M.Kep Ns. Aditiya Rahman, S. Kep


NIK : 180314 NIK : 181016

iv
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA PURWAKARTA
2021

SINTA SAFITRI

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH NY.E DENGAN


GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPTD
PUSKESMAS KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2021.
xv + 97 Halaman + 8 Tabel + Dagan 3 +13 Lampiran

ABSTRAK

Diabetes melitus adalah penyakit degeneratif dimana terjadi gangguan metabolik


yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikrmia) yang
terjadi karena pankreas tidak mengahsilkan insulin yang cukup. Jumlah penderita
diabetes di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 10,7 juta orang. Sedangkan angka
prevalensi diabetes melitus di purwakarta pada tahun 2018 mecapai 1,436.
Tujuan penulisan laporan ini adalah mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di UPTD Puskesmas Purwakarta.
Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dalam bentuk deskrifptif.
Waktu penelitian selamaempat hari. Cara pengumpulan data dimulai dari
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Hasil laporan kasus ditemukan data pada Ny.E yaitu klien mengatakan badan
terasa lemas, pusing, serimg buang air kecil terutama pada malam hari, sering
merasa haus dan lapar, klien mengatakan pandangan mata terkadang sering
kabur, dan kesemuatan pada ekstrermitas bawah. Hasil pengkajian tersebut
didapatkan masalah pada Ny.E yaitu keletihan, keurangan volume cairan, dan
resiko ketidakstabialn gula darah. Berdasarkan hasil keperawatan diatas maka
disusunlah rencana dan melaksanakan asuhan keperawatan serta evaluasi
keperawatan.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan Sistem Endokrin


Diabetes Melitus Tipe II
Kepustakaan: 26 (2013-2020)

v
NURSING SCIENCE PROGRAM (DIII)
NURSING ACADEMY EFARINA HOSPITAL PURWAKARTA
2021

SINTA SAFITRI

NURSING IN MRS.E TO THE ENDOCRINE SYSTEM DISORDERS: TYPE 2


DIABETES MELLITUS IN THE UPTD PUSKESMAS PURWAKARTA
xv + 97 Pages + 8 Tables + Bagan 3 + 13 Attachment

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a degenerative disease where there is a metabolic disorder
characterized by high levels of sugar in the blood (hyperglycemia) which occurs
because the pancreas does not produce enough insulin. The number of people with
diabetes in Indonesia in 2019 was 10.7 million people. Meanwhile, the prevalence
of diabetes mellitus in Purwakarta in 2018 reached 1,436. The purpose of writing
this report is to be able to provide nursing care to patients with type 2 diabetes
mellitus at the UPTD Puskesmas Purwakarta.
The research method used is a case study in descriptive form. Research time for
four days. The method of data collection starts from interviews, observations, and
documentation studies.
The results of the case report found data on Mrs. E, namely the client said the
body felt weak, dizzy, urinated frequently, especially at night, often felt thirsty
and hungry, the client said that his eyesight was sometimes blurred, and all in the
lower extremities. The results of the study found problems in Mrs. E, namely
fatigue, fluid volume depletion, and the risk of blood sugar instability. Based on
the nursing results above, a plan is drawn up and implements nursing care and
evaluation that refers to the goals.

Keywords : Medical Surgical Nursing Care with Type II Diabetes Mellitus


Endocrine System
Literature : 26 (2013-2020)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat

dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Ny. E

Dengan Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Melitus Tipe 2 di UPTD

Puskesmas Kabupaten Purwakarta Tahun 2021”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan program Pendidikan Diploma III

Keperawatan di Akademi Keperawatan RS Efarina Purwakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

menemukan berbagai kendala, hambatan dan mengalami kesulitan. Namun, berkat

dorongan, dukungan, bantuan dan semangat dari berbagai pihak sehingga penulis

mampu menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1. Bapak. Wirdan Fauzi Rahman, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku Direktur

Akademi Keperawatan RS Efarina Purwakarta

2. Ibu. Rina Fera Dwianti Kastino, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku Wadir I

Akademi Keperawatan RS. Efarina Purwakarta dan selaku koordinator KTI

2021.

3. Bapak. Hendar Sutisna, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Pembimbing I yang

telah membimbing dan memberikan masukan, arahan, saran serta semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

vii
4. Bapak. Aditiya Rahman, S.Kep., Ners. selaku Pembimbing II dan sekaligus

penguji pendambing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

dalam proses pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Ns. Nandang Tisna Ali Amijaya S.Kep., M.Kep. selaku penguji utama

yang telah memberikan masukan dan saran serta semangat bagi penulis untuk

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh dosen pengajar dan staf di Akademi Keperawatan RS. Efarina

Purwakarta yang telah membantu dalam proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

7. Kepada seluruh pihak puskesmas kabupaten purwakarta yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian studi kasus sehingga penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Kepada Ny. E yang telah bersedia menjadi responden dan memberikan

informasi kepada penulis selama proses Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Untuk kedua orang tua tercinta dan keluarga besar yang selalu mendoakan

dan memberikan dukungan baik secara moral maupun material sehingga

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan penulis dapat

menempuh Pendidikan sampai sejauh ini.

10. Rekan-rekan seangakatan dan devisi keperawatan medikal bedah mahasiswa

Akademi Keperawatan RS Efarina tahun 2021 yang telah memberikan

dukungan, masukan serta kritik untuk terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu

penulisan karya tulis ilmiah ini.

viii
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah turut membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis juga menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat

banyak kesalahan dan kekurangan bahkan jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kiranya kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak dan nantinya akan digunakan untuk perbaikan dimasa mendatang.

Purwakarta, 28 Juli 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR BAGAN xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Batasan Masalah 6
C. Rumusan Masalah 6
D. Tujuan Masalah 6
1. Tujuan Umum 6
2. Tujuan Khusus 6
E. Manfaat Penelitian 7
F. Sistemtika Penulisan 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS 11


A. Konsep Puskesmas 11
1. Pengertian Puskesmas 11
2. Tujuan Puskesmas 12
3. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas 12
4. Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas 14
5. Persyaratan Puskesmas 15
6. Upaya kesehatan 18

x
7. Peran, Fungsi dan Wewenang Perawat 19

B. Konsep Dasar 21
1. Definisi 21
2. Klasifikasi 22
3. Anatomi Fisiologi 23
4. Etiologi 28
5. Patofisiologi 30
6. Manifestasi Klinis 37
7. Pemeriksaan Penunjang 38
8. Penatalaksaan 39
9. Komplikasi 49
C. Konsep Asuhan Keperawatan 50
1. Pengkajian 50
2. Diagnosa Keperawatan 55
3. Intervensi Keperawatan 56
4. Implementasi Keperawatan 59
5. Evaluasi Keperawatan 60

BAB III METODELOGI PENELITIAN 61


A. Pendekatan 61
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 61
C. Subjek Penelitian 61
D. Pengumpulan Data 61
E. Analiasa Data 63
F. Uji Keabsahan Data 64
G. Etika Penelitian 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 66


A. Hasil Studi Kasus 66
1. Pengkajian 66
2. Analisa Data 75
3. Diagnosa Keperawatan 76

xi
4. Intervensi Keperawatan 77
5. Implementasi dan Eavluasi Keperawatan 79
B. Pembahasan 86

BAB V PENUTUP 91
A. Kesimpulan 91
B. Saran 92

DAFTAR PUSTAKA 94

xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Nilai Gula Darah 39
Tabel 2.2 Dosis Pemberian Insulin Subkutan 44
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan 56
Tabel 4.1 Pola Kebiasan Pasien 69
Tabel 4.2 Terapi Obat 74
Tabel 4.3 Analisa Data 75
Tabel 4.4 Intervensi Keperawatan 77
Tabel 4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan 79

xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Pathway 35
Bagan 2.2 WOC 36
Bagan 4.1 Genogram 68

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent


Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Leaflet Diabetes Melitus
Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan Diabetes Melitus
Lampiran 5 Leaflet Terapi Komplomenter Kayu Manis
Lampiran 6 Satuan Acara Penyuluhan Terapi Komplomenter Kayu Manis
Lampiran 7 Leaflet Senam Ergonomik
Lampiran 8 Satuan Acara Senam Ergonomik
Lampiran 9 Lembar Bimbingan 1
Lampiran 10 Lembar Bimbingan 2
Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 12 Surat Persetujuan Sidang
Lampiran 13 Riwayat Hidup

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau

gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua-duanya (American

Diabetes Asociation, 2017 dalam penelitian karya tulis ilmiah Muthia

Varena, 2019). Sedangkan menurut World Health Organization (WHO)

Diabetes melitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula

darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang dihasilkannya. Jumlah kasus dan prevalensi

Diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir (World Health

Organization Global Report, 2016 dalam jurnal penelitian Noor Latifah

Amin, dkk, 2020).

Gejala umum yang dapat ditimbulkan dari diabetes melitus adalah

sering BAK pada malam hari (poliuria), selalu merasa haus (polidipsia),

dan selalu merasa lapar (polifagia). Diabetes melitus disebut dengan the

silent killer karena penyakit ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi

pada bagian organ tubuh antara lain seperti gangguan penglihatan mata,

katarak, penyakit jantung, gagal ginjal, impoten seksual, luka sulit sembuh

dan membusuk/ganggren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah,

stroke, dan gangguan tubuh lainnya. Tingginya pravelensi diabetes melitus

1
tipe 2 disebabkan oleh faktor resiko yang tidak dapat berubah misalnya

jenis kelamin, umur, dan faktor genetik, selain itu dapat juga disebabkan

oleh faktor genetik yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok,

tingkat pendidikan, komsumsi alkohol, stres, dan indeks masa tubuh,

aktivitas fisik. Dampak paling serius dari penyakit diabetik ini yaitu

komplikasi kaki ulkus diabetic (Wele Milenia, 2020)

Proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul

komplikasi baik akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan

pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik

koma dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah

beberapa tahun seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan retinopati

dan makro angiopati kardiovaskuler dan peripheral vaskuler (Brunner &

Suddarth, 2008 dalam penelitian karya tulis ilmiah Muji Raharjo, 2018).

Hasil penelitian World Health Organization (WHO) melaporkan

sebanyak 200 juta jiwa di dunia menderita diabetes di tahun 2018 dan

diperkirakan pada 2025 jumlah prevalensi bisa mencapai sekitar 330 juta

jiwa (World Health Organization, 2018 dalam penelitian karya tulis ilmiah

Sonya Kristinia, 2019). Menurut Oganisasi International Diabetes

Federation (IDF) disimpulkan sedikitnya terdapat 463 juta (9,3%) dari

total penduduk pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes melitus

pada tahun 2019 dan diperkirakan akan meningkat seiring dengan

penambahan usia penduduk menjadi 111,2 juta (19,9%) pada usia 65-79

tahun. Angka ini juga diprediksi akan terus meningkat hingga mencapai

2
578 juta di tahun 2030 dan 700 juta ditahun 2045 (International Diabetes

Federations, 2019 dalam Infodatin Diabetes Melitus, 2020).

International Diabetes Federations (IDF) menyatakan jumlah

penderita DM di Indonesia diperkirakan sebesar 10,7 juta orang yang

menempatkan Indonesia dalam urutan ke tujuh tertinggi di dunia bersama

Cina 116,4 juta, India 77,0 juta, Amerika Serikat 31,0 juta, Pakistan 19,4

juta, Brasil 16,8 juta, Meksiko 12,8 juta orang pada penduduk umur 20-79

tahun pada beberapa negara di dunia (International Diabetes Federations,

2019 dalam Infodatin Diabetes Melitus, 2020).

Data dari Riskesdas (2018), memperlihatkan peningkatan angka

prevalensi Diabetes Mellitus yang cukup signifikan menurut Konsensus

Perkeni, yaitu dari 6,9% ditahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018.

Risekdas menyebutkan beberapa fakta unik terkait keadaan Diabetes di

Indonesia adalah prevalensi Diabetes terdiagnosis pada perempuan (1,8%)

lebih besar dibandingkan pada laki-laki (1,2%). Diabetes terdiagnosis pada

mayarakat perkotaan (1,9%) juga lebih besar dibandingkan di pedesaan

(1,0%) (Data Riskesdas, 2018).

Di Indonesia penderita diabetes paling banyak terdapat di provinsi

DKI Jakarta yaitu sekitar 3,4% sedangkan yang paling sedikit

penderitanya adalah provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sekitar 0,9%.

Sedangkan di provinsi Jawa Barat sendiri yang menderita diabetes

mencapai 1,7% (Riset Kesehatan Dasar, 2018 dalam Infodatin Diabetes

Melitus, 2020). Di wilayah Jawa Barat sendiri prevelensi penderita

3
diabetes mengalami peningkatan setiap tahunnya, prevalensi penderita DM

tertinggi terdapat di Kabupaten Bogor sebesar 8,774, dan pravelensi

terendah terdapat di Kabupaten Kota Banjar sebesar 276. Sedangkan

prevalensi di Kabupaten Purwakarta sendiri mencapai 1,436 (Data

Riskesdas, 2018).

Salah satu pelaksanaan keperawatan di puskesmas yang efektif

terhadap pasien DM adalah dengan pemberian edukasi sebagai bagian dari

upaya pencegahan dan pengelolaan DM (PERKENI, 2015 dalam jurnal

penelitian Nabila Cindy Anggraeni, dkk, 2020). Perawat sangat berperan

dalam mempengaruhi kesehatan pasien sehingga pasien dapat mencapai

peningkatan derajat kesehatan (Suryadi, 2013 dalam jurnal penelitian.

Nabila Cindy Anggraeni, dkk). Perawat memberikan edukasi kesehatan

kepada pasien DM mengenai bagaimana melakukan perawatan diri dan

perubahan gaya hidup (Gao et al., 2013 dalam jurnal penelitian Nabila

Cindy Anggraeni, dkk. 2020). Informasi yang diberikan oleh perawat

tentang penyakit akan menambah pengetahuan seseorang terhadap

penyakitnya dan persepsi yang muncul dapat memberikan informasi

(Notoatmodjo, 2012 dalam jurnal penelitian Nabila Cindy Anggraeni, dkk,

2020).

Pentingnya perawat sebagai edukator dalam memberikan

Pendidikan Kesehatan diabetes kepada pasien dapat memperbaiki

kesalahpahaman terkait penyakit yang diderita klien (Straus, Rosedale, &

Kaur, 2016 dalam jurnal penelitian Nabila Cindy Anggraeni, dkk, 2020).

4
Edukasi yang didapatkan oleh pasien DM dapat meningkatkan

kemampuan untuk mencapai dan memperoleh pemahaman kondisi

mereka. Pemberian edukasi yang dilakukan oleh perawat dapat

memunculkan persepsi yang dapat menentukan perilaku kesehatan

seseorang terhadap penyakitnya (Boonsatean, Rosner, Carisson, &

Ostman, 2016 dalam jurnal penelitian Nabila Cindy Anggraeni dkk 2020).

Perawat memiliki peran sebagai edukator yang berfokus pada

pelaksanaan tugas berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Upaya promotif berupa memberikan Pendidikan Kesehatan dengan

memberikan informasi mengenai penyakit Diabetes dan mengatur pola

makan dengan diet seimbang. Upaya preventif dilakukan dengan cara

memberikan informasi untuk mencegah terjadinya komplikasi. Upaya

kuratif yaitu kegiatan pengobatan untuk menyembuhan melakukan

kolaborasi dengan tim medis lain atau dengan melakukan terapi

komplementer maupun terapi modalitas untuk mecegah penyakit

bertambah parah. Upaya rehabilitatif dengan menyarankan keluarga untuk

memeriksakan diri pada pelayanan Kesehatan untuk memulihan kondisi

pasien. Berdasarkan pemamparan di atas, penulisan tetarik untuk

mengetahui lebih lanjut tentang Asuhan Keperawatan pada Ny.E dengan

Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas

Kabupaten Purwakarta Tahun 2021.

5
B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin

melakukan penelitian studi kasus “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah

pada Ny.E dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus Type 2

di UPTD Puskesmas Kabupaten Purwakarta Tahun 2021”.

C. Rumusan Masalah

Berdasrkan fenomena pada latar belakang diatas maka yang

menjadi rumusan masalah pada kasus tersebut adalah bagaimana cara

“Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Ny.E dengan Gangguan

Sistem Endokrin : Diabetes Melitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas

Kabupaten Purwakarta Tahun 2021”.

D. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah pada Ny.E dengan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus

Tipe 2 di UPTD Puskesmas Purwakarta Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan

dengan mengguanakan pendekatan keperawatan, meliputi:

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.E dengan Diabetes

Melitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas Purwakarta Tahun 2021.

6
b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan dengan

memprioritaskan masalah keperawatan pada Ny.E dengan Diabetes

Melitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas Purwakarta Tahun 2021.

c. Penulis dapat meyusun perencanaan asuhan keperawatan yang

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah dibuat pada Ny.E

dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas Purwakarta

Tahun 2021.

d. Penulis dapat melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat pada Ny.E dengan Diabetes Melitus

Tipe 2 di UPTD Puskesmas Purwakarta Tahun 2021.

e. Penulis dapat melakukan evaluasi keperawatan terhadap tindakan

yang telah dilakukan kepada Ny.E dengan Diabwtws Melitus Tipe

2 di UPTD Puskesmas Purwakarta Tahun 2021.

f. Penulis dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah

dilakukan pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di UPTD

Puskesmas Purwakarta Tahun 2021.

E. Manfaat Penelitian

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam perkembangan

pengetahuan dan penelitian selanjutnya khususnya tentang asuhan

keperawatan dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes Melitus Tipe 2

1. Bagi peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah sebagai pengalaman

nyata dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah, menambah wawasan

7
pengetahuan, serta dapat mengamalkan ilmu yang telah dipelajari

selama perkuliahan tentang asuhan keperawatan medikal bedah.

2. Bagi institusi Pendidikan

Manfaat penelitian ini bagi institusi pendidikan yaitu sebagai

pedoman dalam penelitian yang akan dilakukan dan hasilnya

diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan guna meningkatkan mutu

pendidikan selanjutnya tentang asuhan keperawatan pada pasien

dengan Diabetes Melitus.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai bahan masukan dan menambah referensi untuk lebih

meningkat mutu pelayanan yang diberikan pada Ny.E Diabetes Melitus

tipe 2.

4. Bagi perawat

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menambah wacana bagi perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada Ny.E dengan Diabetes Melittus Tipe 2.

5. Bagi Pasien dan Keluarga

Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit Diabetes

Melittus Tipe 2 serta perawatan yang benar agar klien mendapat

perawatan yang tepat.

8
F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari bagian

awal, bagaian inti, dan bagian akhir.

1. Bagian Awal

Terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan, kata

pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan lapiran.

2. Bagian Inti

a. BAB I

Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penulisan, kerangka penelitian dan

sistematika penulisan.

b. BAB II

Merupakan landasan teori, berisi landasan tentang Diabetes

Melitus Tipe 2, secara konsep medis, dan konsep keperawatan.

Secara konsep medis meliputi pengertian, penyebab, anatomi

fisisologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaan, dan komplikasi. Sedangkan untuk konsep

keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi

keperawatan.

c. BAB III

9
Metodologi penelitian meliputi: pendekatan, lokasi dan

waktu penelitian, pengumpulan data, analisa data, uji keabsahan

data dan etika penelitian

d. BAB IV

Merupakan pengeloaan kasus yang terdiri dari:

1) Pengkajian keperawatan

2) Analisa data

3) Diagnosa keperawatan

4) Intervensi keperawatan

5) Implementasi

6) Evaluasi dan catatan perkembangan

Dan pembahasan berisi tentang perbandingan antara

landasan teori yang ada dengan kasus yang dijumpai pada klien

kelolaan.

e. BAB V

Merupakan penutup, terdiri dari kesimpulan dari

pembahasan dan saran yang ditujukan kepada:

1) Institusi Pendidikan Akper RS. Efarina Purwakarta

2) UPTD Puskesmas

3. Bagian Akhir

Terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

10
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik

promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Depkes RI (2004 dalam jurnal penelitian Nor Sanah, 2017),

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan.

Menurut Ilham Akhsanu Ridho (2008:143 dalam jurnal

penelitian Nor Sanah, 2017) Puskesmas adalah suatu unit organisasi

yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda

terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan

kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah

11
kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan

kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pusekesmas adalah unit

organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan Kesehatan yang

berada di tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerja Kesehatan.

2. Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas

bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:

a. memiliki perilaku sehat, meliputi kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat;

b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;

c. hidup dalam lingkungan sehat;

d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

kelompok maupun masyarakat.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas

dilaksanakan untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

3. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas adalah sebagai berikut.

a. Paradigma sehat

Berdasarkan prinsip paradigma sehat Puskesmas

mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

12
dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang

dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban, wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian masyarakat

Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat Puskesmas

mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas

menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil

tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan

kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas

menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,

mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

13
f. Keterpaduan dan kesinambungan

Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan,

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan

penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya

Kesehatan Perseorangan (UKP) lintas program dan lintas sektor,

serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan

manajemen Puskesmas.

4. Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas menyelenggarakan fungsi

penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dan

penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam

menyelenggarakan fungsi UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

Puskesmas berwenang untuk:

a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan;

d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat

14
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain

terkait;

e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan

upaya kesehatan berbasis masyarakat;

f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

Puskesmas;

g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan;

i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respons

penanggulangan penyakit.

5. Persyaratan Puskesmas

Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan. Dalam

kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1

(satu) Puskesmas. Kondisi tertentu ditetapkan berdasarkan

pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan

aksesibilitas.

Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi,

bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian,

dan laboratorium. Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi

persyaratan, yaitu geografis, aksesibilitas untuk jalur transportasi,

kontur tanah, fasilitas parkir, fasilitas keamanan, ketersediaan utilitas

15
publik, pengelolaan kesehatan lingkungan, dan kondisi lainnya.

Pendirian Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis

pembangunan bangunan gedung negara. Bangunan Puskesmas harus

memenuhi persyaratan yang meliputi persyaratan administratif,

persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta persyaratan teknis

bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain, serta

menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan

keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi

pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus,

anak-anak, dan lanjut usia. Selain bangunan, setiap Puskesmas harus

memiliki bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan. Bangunan rumah

dinas Tenaga Kesehatan didirikan dengan mempertimbangkan

aksesibilitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan.

Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit

seperti berikut ini:

a. Sistem penghawaan (ventilasi).

b. Sistem pencahayaan.

c. Sistem sanitasi.

d. Sistem kelistrikan.

e. Sistem komunikasi.

f. Sistem gas medik.

g. Sistem proteksi petir.

16
h. Sistem proteksi kebakaran.

i. Sistem pengendalian kebisingan.

j. Sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu)

lantai.

k. Kendaraan Puskesmas keliling.

l. Kendaraan ambulans.

Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan

standar mutu, keamanan, keselamatan, memiliki izin edar sesuai

ketentuan peraturan perundangundangan, serta diuji dan dikalibrasi

secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang

berwenang. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga

kesehatan dan tenaga nonkesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan

dan tenaga nonkesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja,

dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan,

jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas

wilayah kerja, serta ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis

Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri atas:

a. dokter atau dokter layanan primer;

b. dokter gigi;

c. perawat;

d. bidan;

e. tenaga kesehatan masyarakat;

17
f. tenaga kesehatan lingkungan;

g. ahli teknologi laboratorium medik;

h. tenaga gizi;

i. tenaga kefarmasian;

Tenaga nonkesehatan yang harus dapat mendukung kegiatan

ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan

operasional lain di Puskesmas.

Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan

standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika

profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan

dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan

kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap tenaga kesehatan yang

bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan kefarmasian di

Puskesmas harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian. Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi

kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan.

6. Upaya Kesehatan

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.

Upaya kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan

18
berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama

meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan

masyarakat pengembangan.Upaya kesehatan masyarakat esensial

meliputi, pelayanan promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,

kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, gizi, serta pencegahan

dan pengendalian penyakit. Upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, pelayanan gawat

darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care, dan/atau rawat

inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan

sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan.

Untuk melaksanakan upaya kesehatan, Puskesmas harus

menyelenggarakan, manajemen Puskesmas, pelayanan kefarmasian,

pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat, dan pelayanan

laboratorium.

7. Peran, Fungsi dan Wewenang Perawat

Sesuai Permenkes RI HK.02.02/MenKes/148/1/2010 tentang

izin dan penyelenggaraan praktik perawat, perawat adalah seseorang

yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam maupun di luar

negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Menurut

Henderson perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu membantu

individu yang baik yang sehat maupun sakit, dari lahir hingga

meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara

19
mandiri, dengan menggunakan kekuatan, kemauan, atau pengetahuan

yang dimiliki.

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatukan

aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan

pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh

pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan

secara profesional sesuai dengan kode etik keperawatan. Dimana setiap

peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

Doheny mengidentifikasikan beberapa elemen peran perawat

profesional, meliputi:

a. Care Giver (pemberi asuhan keperawatan perawat dapat

memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak

langsung kepada klien, dengan menggunakan proses keperawatan

meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi).

b. Clien Advocate (pelindung klien).

c. Counsellor (pembimbing).

d. Educator (pendidik klien).

e. Collaborator (bekerja sama dengan tim).

f. Cordinator (perawat memanfaatkan semua sember dan potensi

yang ada baik materi maupun kemampuan klien secara

terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan

maupun tumpang tindih).

20
g. Change Agent (sebagai pembaharu).

h. Consultant (sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan

kondisi pesifik klien).

B. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) Diabetes melitus

adalah penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak

menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara

efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (World Health

Organization, 2016 dalam jurnal penelitian Noor Latifah Amin, dkk,

2020).

Diabetes melitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak

mampu menghasilkan atau menggunakan insulin (hormon yang

membawa glukosa darah ke sel-sel dan menyimpannya sebagai

glukagon). Dengan demikian, terjadi hiperglikemia yang disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, melibatkan

kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta

menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada organ tubuh (sukarmin

dan S. Riyadi, 2008 dalam Nur Aini dan Ledy Martha Aridiana, 2016).

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif,

dimana terjadi gangguan metabilisme karbohidrat, lemak dan protein

serta diatandai dengan tingginya kadar gula dalam darah

21
(Hiperglikemia) dan dalam urine (glucosuria) (Anonim, 2008 dalam

Nixson Manurung, 2018).

Sehingga dapat disimpulkan, dari ketiga definisi di atas maka

Diabetes melitus adalah penyakit degeneratif dimana terjadi gangguan

metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah

(hiperglikrmia) yang terjadi karean pancreas tidak mengahsilkan

insulin yang cukup.

2. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetik Melitus meurut American diabetes

Asociation adalah sebagai berikut :

a. DM Tipe I

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolut, Autoimun,Idiopatik. Tipe diabetes ini disebut sebagai

diabetes melitus dependen insulin (IDDM), karena individu

pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti.

b. DM Tipe II

Hiperglikemia yang disebabkan insentivitas seluler

terhadap insulin disebut diabetes melitus tipe 2. Selain itu defek

sekresi insulin ketidakmampuan pancreas untuk menghasilkan

insulin yang cukup untuk mempertanhankan glukosa plasma yang

normal.

22
c. Tipe Lain : Defek genetik fungsi sel beta, Defek genetik kerja

insulin: resistensi insulin tipe A, leprechaunisme, sindrom rabson

Mendenhal, Penyakit eksokrin pancreas: pancreatitis,

trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, Endokrinopati:

akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, Obat atau zat

kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormone

tiroid, diazoxid, tiazid, Infeksi: rubella congenital, Imunologi

(jarang): sindrom stiff-man, anti bodi anti reseptor insulin, Sindrom

genetik lain yang berkaitan dengan DM.

d. Diabetes Melitus Gestasional (Gestational diabetes melitus) GDM.

Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada

wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Meskipun

diabetes tipe ini sering membaik setelah persalinan, sekitar 50%

wanita mengidap kelainan ini tidak akan kembali ke status

nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Bahkan jika membaik

setelah persalinan, resiko untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah

sekitar 5 tahun pada waktu mendatang lebih besar daripada normal.

(Brunner & Suddarth, 2015 dalam penelitian karya tulis ilmiah

Melania Wele, 2018).

3. Anatomi Fisiologi

a. Sistem Endokrin

23
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa

saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi

ditubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ

lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan dibawa

oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya

akan menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan.

Sistem endokrin tidak memasukan kelenjar eksokrin seperti

kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam

saluran gastroinstestin.

Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak

mempunyai saluran, yang menyalurkan sekresi hormonnya

langsung ke dalam darah. Hormon tersebut memberikan efeknya

ke organ atau jaringan target. Beberapa hormon lain seperti

kalsitonin dan beberapa hormon kelenjar hipofisis, hanya memiliki

satu atau beberapa organ target.

Sistem endokrin memiliki lima fungsi yang paling umum, yaitu:

1) Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin

yang sedang bekembang.

2) Menstimulasi urutan perkembangan.

3) Mengkoordinasi sistem reproduktif

4) Memelihara lingkungan internal optimal

5) Melakukan respon korektif dan adaptif Ketika terjadi situasi

darurat

24
Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar salah satunya

adalah: Pankreas.

b. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang

memiliki fungsi utama yakni untuk menghasilkan enzim

pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Kelenjar

pankreas terletak pada bagian belakang lambung dan berhubungan

erat dengan duodenum (usus duabelas jari). Di dalamnya terdapat

kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu

seringkali disebut pulau-pulau Langerhans. Setiap pualu berisikan

sel beta yang berfungsi mengeluarkan hormon insulin. Dimana

hormon insulin memegang peran penting dalam mengatur kadar

glukosa darah.

Tiap pankreas mengandung lebih kurang 100.000 pulau

Langerhans dan tiap pulau berisi 1000 sel beta. Di samping sel beta

ada juga sel alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja

sebaliknya dari insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah.

Juga ada sel delta yang mengeluarkan somatostatin. Selain itu

terdapat sel f menghasilkan polipeptida pankreatik, yang berperan

25
mengatur fungsi eksokrin pankreas. (dr Jan Tamboyang, 2001

dalam Nixson Manurung, 2018).

1) Glukagon

Sasaran utama glukagon adalah hati, dengan :

a) Merombak glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis).

b) Sintesis glukosa dari asam laklat dan dari molekul non

karbohidrat seperti asam lemak dan asam amino

(glukoneogenesis).

c) Pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati, sehingga

gula darah naik.

Sekresi glukagon dirangsang turunnya kadar gula darah, juga

naiknya kadar asam amino darah (setelah makan banyak

protein). Sebaliknya dihambat oleh kadar gula darah yang

tinggi oleh somatostatin.

2) Insulin

Insulin merupakan protein kecil dengan molekul 5808

untuk insulin manusia. Insulin terdiri atas dua rantai asam

amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide.

Insulin adalah hormon yang terdiri dari 2 rantai polipeptida

yang mengatur metabolisme karbohidrat (glukosa-glikogen).

Pankreas manusia menyekresi sekitar 40-50 unit insulin

per hari pada orang dewasa normal. Kadar insulin mulai

meningkat kira-kira 8-10 menit sesudah menelan makanan dan

26
mencapai kadar puncaknya dalam darah sesudah 30-45 menit.

Keadaan ini diikuti oleh penurunan cepat kadar glukosa plasma

postprandial, yang akan kembali ke nilai normal dalam 90-120

menit.

Sebelum insulin dapat berfungsi dia harus berikatan

dengan protein reseptor yang besar didalam membran sel

(Guyton, 699 dalam Nixson Marunung, 2018).

Efek insulin yang paling jelas adalah setelah makan.

Efek utamanya adalah menurunkan kadar gula darah, juga

mempengaruhi metabolisme protein dan lemak. Penurunan

kadar gula darah terjadi karena transfor membran terhadap

glukosa ke dalam sel meningkat, khususnya ke dalam sel-sel

otot. Insulin menghambat perombakan glikogen menjadi

glukosa dan konversi asam amino atau asam lemak menjadi

glukosa; jadi menghambat aktivitas metabolik yang dapat

meningkatkan glukosa darah. Setelah glukosa masuk kedalam

sel-sel sasaran, insulin mempengaruhi:

a) Oksidasi glukosa menghasilkan ATP

b) Menggabungkan glukosa membentuk glikogen

c) Mengkonversi glukosa menjadi lemak.

Kebutuhan energi didahulukan, baru deposit glikogen;

bila masih ada glukosa, terjadi deposit lemak. Sekresi insulin

dirangsang naiknya kadar gula darah, juga kadar asam amino

27
dan asam lemak darah. (dr Jan Tamboyang: 2001:75 dalam

Nixsom Manurung, 2018).

4. Etiologi

Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015 dalam penelitian karya tulis

ilmiah Muji Raharjo, 2018) etiologi diabetes mellitus, yaitu:

a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1 Diabetes yang

tergantung pada insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta

pankreas yang disebabkan oleh:

1) Faktor genetik:

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu

sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan

genetik kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan

genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen

HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan

kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen

transplantasi dan proses imun lainnya.

2) Faktor imunologi:

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon

autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody

terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

28
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah

sebagai jaringan asing.

3) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β

pankreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa

virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.

b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) tipe 2

Disebabkan oleh kegagalan relative beta dan resistensi

insulin. Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui,

faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung

insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat.

DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun

dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari

sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat

dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian

terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa

menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat

kelainan dalam peningkatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat

disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang

responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi

penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan

29
sistem tranport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan

dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin,

tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi

memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus

tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin

(DMTTI) atau Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk

Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa,

tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya

DM tipe II, diantaranya adalah:

1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas

65 tahun)

2) Obesitas

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik

5. Patofisilogi

Diabetes melitus (DM) merupakan kumpulam gejala yang

kronik dan bersifat sistemik dengan karakteristik peningkatan gula

darah/glukosa atau hiperglikemia yang disebabkan menurunnya sekresi

atau aktivitas dan insulin sehingga menyebabkan terhambatnya

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

30
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

dalam darah dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan jaringan.

Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Makanan

yang masuk sebagian digunakan untuk kebutuhan energi dan sebagian

disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan jaringan lainnya dengan

bantuan insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel

beta pulau langerhans pankreas yang kemudian produksinya masuk

dalam darah dengan jumlah sedikit dan kemudian meningkat jika

terdapat makanan yang masuk. Pada orang dewasa rata-rata diproduksi

40-50 unit, untuk mempertahankan agar gula darah tetap stabil antara

70-120 mg/dl.

Insulin disekresi oleh sel beta, satu diantara empat sel pulau

langerhans pankreas. Insulin merupakan hormon anabolik, hormon

yang membantu memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati dan sel

lemak. Pada dibatas terjadi karena kurangnya insulin atau tidak ada

insulin berakibat pada gangguan tiga metabolisme yaitu menurunnya

penggunaan glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak dan meningkat

penggunaan protein.

Pada DM tipe 2 masalah utama adalah pada resistensi insulin

dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukan

penurunan sensitifitas jaringan pada insulin. Normalnya insulin

mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan mengawali

rangkaian reaksi meliputi metabolisme glukosa. Pada DM tipe 2, reaksi

31
intraseluler dikurangi, sehingga menyebabkan efektifitas insulin

menurun dalam menstimulasi penyerapan glukosa pada jaringan dan

pada pengaturan pembebasan oleh hati. Mekanisme pasti yang menjadi

penyebab utama resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada

DM tipe 2 tidak diketahui, meskipun faktor genetik berperan utama.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan penumpukan glukosa

dalam darah, peningkatan sejumlah insulin harus di sekresi dalam

mengatur kadar glukosa darah dalam batas normal atau sedikit lebih

tinggi kadarnya. Namun apabila sel beta tidak dapat menjaga dengan

meningkatkan kebutuhan insulin, mengakibatkan kadar glukosa

meningkat, dan DM tipe 2 berkembang.

a. Penurunan penggunaan glukosa

Pada diabetes sel-sel membutuhkan insulin untuk

membawa glukosa hanya sekitar 25% untuk energi. Kecuali

jaringan saraf, eritrosit dan sel-sel usus, hati dan tubulus ginjal

tidak membutuhkan insulin untuk transfortasi glukosa. Sel-sel lain

seperti jaringan adipose, otot jantung membutuhkan insulin untuk

transportasi glukosa. Tanpa adekuatnya jumlah insulin, banyak

glukosa tidak dapat digunakan. Dengan tidak adekuatnya jumlah

insulin, maka glukosa dalam darah menjadi tinggi (hiperglikemia),

karena hati tidak dapat menyimpan menjadi glikogen. Supaya

terjadi keseimbangan agar gula darah kembali normal maka tubuh

mengeluarkan glukosa lewat ginjal, sehingga banyak glukosa

32
dalam urin (glukosuria), disisi lain pengeluaran glukosa melalui

urin menyebabkan diuretik osmotik dan meningkatkan jumlah air

yang dikeluarkan, hal ini berisiko terjadinya defisit volume cairan.

b. Pada diabetes 1 lebih berat dibandingkan pada tipe 2

Mobilisasi lemak yang dipecah untuk energi terjadi jika

cadangan glukosa tidak ada. Hasil metabolisme lemak adalah

keton, keton akan terkumpul dalam darah, dikeluarkan lewat ginjal

dan paru. Derajat keton dapat diukur dari darah dan urin. Jika

kadarnya tinggi, indikasi diabetes tidak terkontrol.

Keton mengganggu keseimbangan asam basa tubuh dengan

memproduksi ion hidrogen sehingga pH menjadi turun dan asidosis

metabolik dapat terjadi. Pada saat keton dikeluarkan, sodium juga

akan ikut rendah dan berkembang menjadi asidosis. Sekresi keton

juga menyebabkan tekanan osmotik sehingga mengakibatkan

kehilangan banyak cairan. Jika lemak sebagai sumber energi

utama, maka lipid tubuh akan meningkat, resiko artherosklerosis

juga meningkat. Meskipun gangguan sekresi insulun

dikarakteriistikan pada DM tipe 2, terdapat sediaan insulin yang

cukup untuk mencegah terpecahnya lemak dan terkumpulnya

produksi keton tubuh. Karena itu tipe DKA (diabetik ketoasidosis)

tidak terjadi pada DM tipe 2. Tidak terkontrolnya DM tipe 2 dapat

33
saja menyebabkan masalah akut seperti HHNS (Hyperglykemi

Hyperomolar Nonketotic Syndrom).

c. Meningkatnya penggunaan protein

Kurangnya insulin berpengaruh pada pembuangan protein.

Pada keadaan normal insulin berfungsi menstimulasi sintesis

protein, jika terjadi ketidakseimbangan, asam amino dikonversi

menjadi glukosa di hati sehingga kadar glukosa menjadi tinggi

(Menurut Tarwoto, dkk 2012, dalam penelitian karya tulis ilmiah

Nurfajri Mai Yona Sary).

34
Pathway Genetik, gaya hidup, obesitas,
Reaksi outoimun, prediposisi genetik usia, kurang olahraga, dll

Kerusakan sel beta Restensi insulin, gangguan sekresi


pankreas Insulin menurun
insulin
MK : Resiko
Ketidakstabilan gula darah
Glikosuria Metabolisme lemak dan protein terganggu

Osmotik diuresis Sel kekurangan


hiperglikemia
energi
Tubulus ginjal menurun tidak
mampu reabsorbsi
Glukoneogenesis meningkat Katabolisme protein,
liposis terganggu
Produksi urin meningkat
Penurunan Gliserol
Metabolisme Rasa lapar Metabolisme
sintesis protein meningkat
Poliuri protein meningkat lemak

Tubuh Polifagi Peningkatan LDL


MK : Lipolysis
Sel kekurangan kurus
Dehidrasi, hipovolemia Ketidakseimbangan meningkat,
cairan dan elektrolit Aterosklerosis
nutrisi kurang dari lipogenesis
kebutuhan tubuh MK : Ketidak menurun
MK : Kekurangan Hemokonsentrasi seimbangan
volume cairan nutrisi
Asam lemak Makrovaskuler Mikrovaskuler
Volume plasma menurun bebas
Penurunan masa meningkat
otot, kelemahan Retina Ginjal
MK :
Pusing, lemah, ketidakefektifan
hipotensi postural jaringan perifer Retinopati
Keletihan Ekstremitas Nefropati
Jantung Serebral
Bagan 2.1 Proses Penyakit Diabates Mellitus Gangren
Miokard Stroke `
Sumber : Smeltzer dan Bare, 2015 35
dalam KTI Zikra Izati, 2017
WOC

- Faktor genetic Kerusakan Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak dapat


- Infeksi virus sel beta produksi insulin dibawa masuk dalam sel
- Pengrusakan imunologik

Glucosuria Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemia Anabolisme protein menurun

Kerusakan pada antibodi


Dieresis osmotik Vikositas darah meningkat Syok hiperglikemik

Poliura → Restensi unrine Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun

Kehilangan eletrolit dalam sel Iskemik jaringan


Resiko infeksi Neoripati sensori perifer

Dehidrasi Ketidakefektifan perfusi


jaringan perifer Nekrotis luka Klien tidak merasa sakit

Resiko syok Gangrene Kerusakan integritas


Kehilangan kalori
jaringan

Merangsang hipotalamus Sel kekurangan bahan


Protein dan lemak dibakar BB menurun
untuk metbolisme

Pusat lapar dan haus


Pemecahan protein Keletihan
Katabolisme lemak

Polidipsi, Polipagi
Asam lemak Keton Ureum

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Keteasidosis

Bagan 2.2 WOC


Sumber : Amin Huda Nurarif dan Hardhi
Kusuma, 2015

36
6. Manifestasi Klinis

a. Kadar gula dalam darah tinggi

b. Rusaknya pankreas

c. Urin dikerubuti semut

Gangguan metabolisme karbohidrat menyebabkan tubuh

kekurangan energi, itu sebabnya penderita diabetes mellitus, umumnya

terlihat lemah, lemas dan tidak bugar. Gejala umum yang dirasakan

penderita diabetes adalah:

a. Banyak kencing terutama pada malam hari (poliuri)

b. Gampang haus dan banyak minum (polidipsia)

c. Mudah lapar dan banyak makan (polipagia)

d. Mudah lelah dan sering mengantuk

e. Penglihatan kabur

f. Sering pusing dan mual

g. Berat badan terus menurun

h. Sering kesemutan dan gatal-gatal pada bagian kaki dan tangan

Semua gejala ini merupakan efek dari kadar gula darah yang

tinggi akan mempengaruhi ginjal dan menghasilkan air kemih dalam

jumlah banyak dan mengencerkan glukosa sehingga penderita sering

buang air kecil dalam jumlah banyak (poliura) dan akibat poliura ini

maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak

minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih,

37
penderita mengalami penurunan berat badan. (Nixson Manurung,

2018: 319).

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukanmeliputi 4 hal yaitu:

a. Postprandial: Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum.

Angka diatas 130mg/dl mengindikasikan diabetes.

b. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk

menilai kadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C

yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.

c. Tes toleransi glukosa oral: Setelah berpuasa semalaman kemudian

pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji selama periode

24 jam. Angka gula darah yang normaluya jam setelah meminum

cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.

d. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan

sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang

dimasukkan ke dalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan

ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat

dilakukan dirumah. (Nixson Manurung, 2018).

38
Tabel 2.1 Nilai Gula Darah

Tes Sumber Normal Belum pasti diabetes Diabetes

Kadar gula darah Plasma vena < 110 110-125 ≥ 126

puasa (mg/dL) Darah kapiler < 90 90-109 ≥ 110

Kadar gula darah Plasma vena < 110 110-199 ≥ 200

sewaktu (mg/dL) Darah kapiler < 90 100-199 ≥ 200


Sumber: Nixsom Manurung, 2018

8. Penatalaksaan

Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua

pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut

dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagaiberikut : Tujuan

utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Ada lima komponen dalam

penatalaksanaan diabetes: Diet, Latihan, Pemantauan, Terapi (jika

diperlukan) dan Pendidikan.

a. Diet untuk pasien Diabetes Melitus meliputi:

Tujuan Diet Penyakit Diabetes melitus adalah membantu

pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk

mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara:

39
1) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati

normal dengan menyeimbangkan asuhan makanan dengan

insulin

2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal

3) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai

berat badan normal

4) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang

menggunakan insulin seperti hipoglikemia.

5) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui

gizi yang optimal.

Bahan makanan yang boleh dianjurkan untuk diet DM:

1) Sumber karbohidrat kompleks: Seperti nasi, Roti, Kentang,

Ubi, Singkong dan sagu

2) Sumber Protein Redah Lemak: seperti ikan, ayam tanpa kulit,

susu skim, tempe dan kacang-kacangan

3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas. Makanan terutama

dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.

Bahan-bahan makanan yang tidak dianjurkan (Dibatasi/dihindari)

1) Mengandung banyak gula sederhana seperti : gula pasir, gula

jawa, sirup, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula,

susu kental manis, minuman botol ringan dan es krim

40
2) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji,

gorengan-gorengan.

3) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, makanan yang

diawetkan.

b. Latihan

Menurut Tarwoto., dkk (2012), Latihan fisik bagi penderita

Diabetes Melitus sangat dibutuhkan, karena pada saat latihan fisik

energi yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas. Latihan

fisik bertujuan untuk:

1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme

karbohidrat

2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan

normal

3) Meningkatkan sensitifitas insulin

4) Meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein) dan

menurunkan kadar trigliserida

5) Menurunkan tekanan darah

Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti

latihan aerobik, jalan, lari, bersepeda, berenang. Yang perlu

diperhatikan dalam latihan fisik pasien Diabetes Melitus adalah

frekuensi, intensitas, durasi waktu dan jenis latihan. Misalnya pada

olahraga sebaiknya secara teratur 3x/minggu, dengan intensitas 60-

70% dari heart rate maximum (220-umur), lamanya 20-45 menit.

41
Salah satu bentuk laihan jasmani yaitu senam ergonomik.

Senam ergonomik adalah senam fundamental yang gerakannya

sesuai dengan susunan dan fungsi fisiologis tubuh. Tubuh dengan

sendirinya terpeliahara hemeostasisnya (keteraturan dan

keseimbangannya) sehingga tetap dalam keadadaan bugar. Senam

ergonomik merupakan senam yang diIlhami dari gerakan solat

dimana solat memiliki pula fungsi efektif autoregulasi karena solat

mengandung serangkaian gerakan hati, lisan dan anggota badan

(Sagiran, 2012 dalam jurnal penelitian Lilik Nurmalika & Chandra

H.P, 2019). Dengan rutin berolahraga dapat membakar kalori,

emakin banyak kalori yang terbakar bisa menurunkan kadar gula

darah yang tinggi.

c. Obat Hipoglikemia

1) Sulfonilurea

Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara:

Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan,

Menurunkan ambang sekresi insulin, Meningkatkan sekresi

insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini

biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih

bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.

2) Biguanid

Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak

sampai dibawah normal. Preparat yang ada dan normal adalah

42
metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk (IMT>30)

sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-

30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.

3) Inhibitor alfa glucosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja

enzim alfa glucosidase di dalam saluran cerna, sehingga

menurunkan penyerapan glukos

4) Insulin sensitizing agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang

mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas insulin,

sehingga bias mengastasi masalah resistensi insulin tanpa

menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum beredar di

Indonesia.

Insulin

Berdasarkan berbagai penelitian klinis, insulin selain dapat

memperbaiki status metabolic dengan cepat (terutama kadar

glukosa darah), juga memiliki efek lain yang bermanfaat, antara

lain perbaikan imflamasi. Pada pasien DMT-1 (DM tipe 1), terapi

insulin dapat diberikan segara setelah diagnosis ditegakkan.

Sementara pada DMT-2 dapat menggunakan hasil Konsesus

PERKERI 2006 yaitu kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan

baik (A,C > 6,5) dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral,

43
maka sudah ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat

antidiabetic oral dan insulin.

Lebih jelasnya menurut PB PABDI (2013 dalam Nur Aini & Lady

Matha A, 2016). Insulin diperlukan pada keadaan-keadaan berikut :

a. Penurunan BB yang cepat

b. Kendali kadar glukosa darah yang buruk (A,C>6,5% atau

kadar glukosa darah puasa > 250 mg/dL).

c. DM lebih dari 10 tahun

d. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis, hiperglikemia

hyperosmolar non-ketotik, dan hiperglikemia dengan

asidosis laktat.

e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hamper maksimal

f. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, dan

stroke)

g. Kehamilan dengan DM (diabetes melitus gestasional) yang

tidak terkendali dengan perencanaan makan

h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Tabel 2.2 Dosis Pemberian Insulin Subkutan

Glargine 10 U sebelum tidur

5 U pada keadaan yang dikwatirkan terjadi hipoglikemia

44
15 U pada pasien DM tipe 2 obesitas, infeksi, luka terbuka, dalam

terapi steroid, dan pasca-CABG


Insulin short/rapid 0,1 U/kg tiap makan

acting Sesuaikan atau berikan setelah makan pada pola makan yang tidak

teratur
Periksa glukosa saat makan dan sebelum tidur – tambahan
200-299 mg/dL Tambah insulin rapid acting 0,075 U/kg BB
> 300 mg/dL Tambah insulin rapid acting 0,1 U/kg/BB
Sesuaikan dosis glargine untuk mempertahankan glukosa darah puasa 80-110 mg/dL
Jika tercapai Sesuaikan insulin rapid acting untuk mencapai kadai glukosa darah

sebelum makan dan sebelum tidur 120-200 mg/dL


Sumber : Nur Aini & Lady Matha A, 2016

Jenis obat:

a) Kerja cepat (rapid acting) retensi insulin 5-15 menit puncak

efek 1-2 jam, lama kerja 4-6 jam. Contoh obat: insulin

lispro (Humalo), insulin aspart.

b) Kerja pendek (sort acting) awitan 30-60 menit, puncak efek

2-4 jam, lama kerja 6-8 jam.

c) Kerja menengah (intermediate acting) awitan 1,5-4 jam,

puncak efek 4-10 jam, lama kerja 8-12 jam) awitan 1-3 jam,

efek puncak hampir tanpa efek, lama kerja 11-24

jam.Contoh obat: lantus dan levemir.Hitung dosis insulin

Rumus insulin: insulin harian total = 0,5 unit insulin x BB

pasien ,Insulin prandial total( IPT) = 60%, Sarapan pagi 1/3

dari IPT, Makan siang 1/3 dari IPT, Makan mala 1/3 dari

IPT.

Ketika injeksi, dilakukan rotasi di dalam 1 daerah selama I

minggu dengan jarak suntikan 2,5 cm dari daerah sebelumnya,

45
lalu baru pindah ke area lain. Penyuntikan insulin berulang di

tempat yang sama dapat menyebabkan terbentuknya fibrosis

(skar halus yang dapat menyebabkan jaringan mengeras) dan

lipohipertrofi (penumpukan lemak di bawah permukaan kulit)

yang dapat mengganggu penyerapan insulin.

d. Penyuluhan

Menurut Tarwoto, dkk (2012), Hal penting yang harus

dilakukan pada pasien dengan Diabetes Melitus adalah pendidikan

kesehatan.

Beberapa hal penting yang perlu disampaikan pada pasien

Diabetes Melitus adalah:

1) Penyakit Diabetes Melitus yang meliputi pengertian, tanda dan

gejala, penyebab, patofisiologi, dan test diagnosis

2) Diet dan managemen diet pada pasien Diabetes Melitus

3) Aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga

4) Pencegahan terhadap komplikasi Diabetes Melitus diantaranya

penatalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadi ganggren

pada kaki dengan latihan senam kaki

5) Pemberian obat-obatan Diabetes Melitus dan cara injeksi

insulin

6) Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara mandiri

46
e. Terapi Non-Farmakologi

Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam

penanganan diabetes mellitus. Intervensi seperti istirahat yang

cukup, modifikasi diet, terapi fisik/ berolah ragam terbukti efektif.

1. Kayu Manis

Kayu manis merupakan tanaman yang pada umumnya

dimanfaatkan pada bagian kulit batangnya karena dapat diolah

menjadi bahan tambahan makanan maupun minuman, dan daun

kayu manis dapat diolah menjadi minyak astiri. Terdapat

berbagai kandungan senyawa pada tanaman kayu manis

(Indrawati, dkk, 2013 dalam penelitian Nurbani Fatmalia,

2017).

Salah satu golongan senyawa yang terdapat pada kayu

manis adalah flavonoid. Flavonoid yang terkandung di dalam

kayu manis bekerja dengan meningkatkan metabolisme glukosa

dan mengubah glukosa menjadi energi. Proses tersebut

meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin sehingga kadar

glukosa darah menurun. Tanaman kayu manis merupakan

salah satu alternatif dalam penyembuhan penyakit DM, karena

tanaman ini mengandung senyawa kimia seperti safrole,

minyak atsiri eugenol, tenin, sinamaldehyde, damar, kalium

47
oksalat dan penyamak, serta flavonoid (Hastuti, 2014 dalam

jurnal penelitian Syafriani & Besti Verawati, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Hananti, menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit kayu manis

dosis 50, 100, dan 200 mg/kg bb mampu menurunan kadar

glukosa darah pada mencit jantan yang diinduksi glukosa 2

g/kg bb dengan metode uji toleransi glukosa. Penurunan kadar

glukosa darah disebabkan oleh adanya senyawa flavonoid yang

dapat meningkatkan sensitivitas sel β-pankreas untuk

melepaskan insulin (Hananti, 2012 dalam jurnal penelitian

Syafriani & Besti Verawati, 2017).

Kayu manis disiapkan 2 batang (panjang 5 cm),

disipakan 200 ml air hangat, kemudian kayu manis diseduh

dengan air hangat. Pasien diberikan penjelasan bahwa akan

dilakukan pemberian seduhan kayu manis untuk dikonsumsi

pasien, kemudian pasien diberikan seduhan kayu manis setiap

pagi hari dan malam hari menjelang tidur selama 1 minggu

berturut-turut, masing-masing sebanyak satu gelas (200 ml),

Pada hari ke- 7 tepat malam hari setelah mengkonsumsi

seduhan kayu manis pasien dianjurkan berpuasa selam 10 jam

(Nurbani Fatmali & Muthoharoh, 2017).

48
9. Komplikasi

a. Akut

Komplikasi akut dari diabetes mellitus antara lain koma

hipoglikemia, ketoasidosis dan koma hyperosmolar non ketotik.

Komplikasi akut antara lain:

1) Diabetes Ketoasidosis adalah komplikasi akut dan berbahaya

dengan tingkat insulin rendah menyebabkan hati menggunakan

lemak sebagai sumber energi.

2) Hiperglikemia adalah air dalam cairan sel ditarik keluar dari

sel-sel masuk kedalam darah dan ginjal, kemudian membantu

membuang glukosa ke dalam urine.

3) Hipoglikemia atau kondisi tidak normal akibat glukosa darah

yang rendah. Penderita akan mengalami perasaan gelisah,

berkeringat, lemah, dan mengalami semacam rasa takut dan

bergerak panik.

b. Kronis

1) Makroangiopati (mengenai pembuluh darah besar): Pembuluh

darah jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak.

2) Mikroangiopati (mengenai pembuluh darah kecil): Retinopati

daibetik, nefropati diabetik.

3) Neuropati diabetik

49
4) Rentan infeksi, seperti tuberkolusis paru, gingivitis dan infeksi

saluran kemih.

5) Kaki diabetik. (Manjoer, 2000: 583 dalam Nixson Marunung,

2018).

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,

pendidikan dan pekerjaan. Penyakit Diabetes Mellitus sering

muncul setelah seseorang memasuki usia 45 tahun terlebih pada

orang dengan berat badan berlebih (Sukarmin &Riyadi , 2013

dalam penelitian Sonya Kristinia, 2019).

b. Keluhan Utama

Pasien diabetes mellitus datang dengan keluhan utama yang

berbeda-beda. Keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien

Diabetes Mellitus yaitu badan terasa sangat lemas sekali disertai

dengan penglihatan kabur, sering kencing (Poliuria), banyak

makan (Polifagia), banyak minum (Polidipsi) dan berat badan

turun.

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

50
Keluhan dominan yang dialami klien adalah munculnya

gejala sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar dan

haus (polifagi dan polidipsi), luka sulit untuk sembuh, rasa

kesemutan pada kaki, penglihatan semakin kabur, cepat merasa

mengantuk dan mudah lelah, serta sebelumya klien mempunyai

berat badan berlebih (Riyadi dan Sukarmin, 2013 dalam

penelitian Sonya Kristinia, 2019).

2) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu akan di

dapatkan informasi apakah terdapat faktor-faktor resiko

terjadinya daibetes melitus misalnya riwayat obesitas,

hipertensi, atau atherosclerosis.

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji ada adanya riwayat keluar yang terkena diabetes

melitus, hal ini berhubungan dengan proses genetik dimana

orang tua dengan diebetes melitus berpeluang untuk

menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.

d. Pola Aktivitas

1) Pola Nutrisi

Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya

defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat

dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing,

banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan

51
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya

gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi

status kesehatan penderita.

2) Pola Eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis

osmotic yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan

pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria).

3) Pola Istirahat dan Tidur

Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan

mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga

pola tidur dan waktu tidur penderita Pola Aktivitas. Adanya

kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita

tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara

maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

4) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan

menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran

diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan

pengobatan. menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan

gangguan peran pada keluarga

5) Pola Sensori dan Kognitif

52
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami

neuropati/mati rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap

adanya trauma.

6) Pola Seksual dan Reproduksi

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di

organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,

gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada

proses ejakulasi serta orgasme.

7) Pola Mekanisme Stres dan Koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang

kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan

menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,

kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat

menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan

mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

8) Pola Nilai Keyakinan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan

kebutuhan mendapatkan sumber kesembuhan dari Tuhan.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

2) Tingkat kesadaran

53
Kesadaran composmentis, latergi, strupor, koma, apatis

tergantung kadar gula yang tidak stabil dan kondisi fisiologi

untuk melakukan konpensasi kelebihan gula darah.

3) Kepala Leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah

pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,

adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah

menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak

dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa

mata keruh.

4) Sistem integumen

Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang

mengalami dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna

kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah

sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,

tekstur rambut dan kuku.

5) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami

diabetes ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri

dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.

6) Sistem kardiovaskuler

54
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau

berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia

kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan adanya

komplikasi kronis pada makrovaskuler.

7) Sistem urinari

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas

atau sakit saat berkemih. Kelebihan glukosa akan dibuang

dalam bentuk urin.

8) Sistem muskuloskeletal

Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan,

penyebaran masa otot, berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.

9) Sistem neurologis

Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada

system neurologis pasien sering mengalami penurunan

sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek

lambat, kacau mental, disorientasi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.

ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

b. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan

secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.

55
c. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.

d. Keletihan berhubungan dengan fisiologis : status penyakit

(diabetes melitus)

e. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan a. Yakinkan diet yang dimakan

nutrisi kurang dari keperawatan nutrisi kurang mengandung tinggi serat untuk

kebutuhan tubuh b.d. teratasi dengan indikator: mencegah konstipasi

ketidakmampuan a. Intake nutrisi baik b. Ajarkan pasien bagaimana

mengabsorpsi nutrien b. Intake makanan baik membuat catatan makanan

c. Asupan cairan cukup harian.

d. Energi meningkat c. Monitor adanya penurunan BB

e. Berat badan normal dan gula darah

f. Hidrasi adekuat d. Monitor lingkungan selama

makan

e. Monitor turgor kulit

f. Monitor kekeringan, rambut

kusam, total protein, Hb dan

kadar Ht

g. Monitor mual dan muntah

h. Monitor pucat, kemerahan, dan

56
kekeringan jaringan

konjungtiva

i. Monitor intake nuntrisi

j. Informasikan pada klien dan

keluarga tentang manfaat nutrisi

k. Atur posisi semi fowler atau

fowler tinggi selama makan

l. Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik papila lidah dan

cavitas oval
2. Defisit volume cairan b.d Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji status hidrasi (kelembapan

kehilangan volume selama 3x24 jam diharapkan tidak membran mukosa, nadi adekuat,

cairan secara aktif, terjadi kehilangan cairan yang tekanan darah osmotic

kegagalan mekanisme berarti dengan kriteria hasil: 2. Kaji masukan dan keluaran

regulasi - Mempertahankan urine output 3. Kaji status nutrisi

sesuai dengan usia dan BB 4. Kaji berat badan klien

- Tekanan darah, nadi, suhu 5. Dorong keluarga untuk

tubuh, dalam batas normal memenuhi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda-tanda klien

dehidrasi, elastisitas turgor

kulit baik, membran mukosa

lembab
3. Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan perawatan a. Catat penurunan nadi,

efektif b.d faktor risiko selama 3x24 jam diharapkan pengisian kapiler lambat

diabetes melitus. kondisi pasien membaik dengan b. Pantau adanya parastesia (mati

hipoksemia jaringan. kriteria hasil NOC : rasa, kesemutan, hiperestesia,

Perfusi jaringan : perifer hipotensia (hipestesia), dan

a. Akral hangat tingkat nyeri)

c. Monitor adanya daerah tertentu

57
b. Kesemutan menurun yang hanya peka terhadap

c. Capillary refill kurang dari 2 panas/dingin/tajam/tumpul pada

detik tangan atau lutut

d. Lihat dan kaji kulit untuk

liserasi, lesi, area ganggren

e. Instruksikan keluarga untuk

mengobservasi kulit jika ada

lesi atau laserasi

f. Diskusikan menganai penyebab

perubahan sensasi

4. Keletihan berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji TTV

dengan fisiologis : status keperawatan, tingkat keletihan b. Kaji status fisiologis klien yang

penyakit (diabetes berkurang dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan dalam

melitus), peningkatan a. Tidak terdapat konteks usia dan perkembangan

kelemahan otot, kelelahan/keletihan c. Kaji pola tidur dan istirahat

malnutrisi, kondisi fisik b. Tidak tidak terdapat d. Kaji aktivitas yang

buruk kelemahan/kelesuan meningkatkan kelelahan

c. Kualitas tidur baik e. Kaji lokasi ketidaknyamanan

d. Kualitas istirahat baik atau nyeri selama bergerak dan

e. Tidak terdapat sakit aktivitas

kepala/pusing f. Rencanakan kegiatan Ketika

pasien memiliki energi yang

lebih
5. Risiko ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji TTV

kadar glukosa darah keperawatan diharapkan kadar b. Kaji kadar gul adarah

Faktor risiko : glukosa darah stabil dengan c. Kaji yang menyebabkan

kriteria hasil : ketidakstabilan gulukosa


a. Kurang pengetahuan
a. Glukosa darah dalam rentang d. Kaji berat badan klien
tentang manajemen

58
diabetes normal e. Kaji tanda dan gelaja

b. Asupan diet tidak b. Urin glukosa normal hiperglikemia seperti poliuri,

cukup polifagi, polidipsi, kelemahan,

c. Gangguan status letargi, polidipsi, pandanagn

kesehatan fisik mata kabur, pusing

d. Kurang kepatuhan f. Anjurkan klien untuk minum

pada rencana air putih yang cukup

manajemen diabetes g. Intruksikan kepada klien atau

e. Manajemen diabetes keluarga klien untuk melakukan

tidak tepat pengelolaan diabetes selama

f. Pemantauan glukosa sakit, meliputi penggunaan

darah tidak adekuat insulin atau obat oral,

g. Penambahan berat memantau pemasukan cairan,

badan berlebihan penggantian karbohidrat, dan

kapan harus pergi ke puskesmas

h. Berikan Pendidikan Kesehatan


Sumber : NANDA, NIC-NOC 2018

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama

dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru

(Nikmatur dan Walid, 2017 dalam penelitian kaya tulis ilmiah Sonya

Kristinia 2019).

59
5. Evaluasi Keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah suatu perbandingan yang

sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang

telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan yang

melibatkan klien, keluarga, serta tenaga medis lainnya. Tujuan dalam

evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan

(Setiadi, 2012 dalam penelitian karya tulis ilmiah Sonya Kristinia

2019).

60
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan

Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi

masalah asuhan keperawatan medikal bedah yang akan dilakukan pada

klien dengan diagnosa medis Diabetes Melitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas

Kabupaten Purwakarta 2021.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di UPTD Puskesmas Kabupaten Purwakarta.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitia ini akan dilakukan tanggal 7 - 10 Juli 2021.

C. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil kasus pada pasien dengan

diagnosa medis diabetes melitus tipe 2.

Adapun kriteria subyek penelitian yang akan dipilih, sebagai berikut :

1. Subyek terdiri dari satu orang pasien dewasa dengan kasus penyakit

diabetes melitus tipe 2

2. Pasien berjenis kelamin perempuan

D. Pengumpulan Data

Wawancara hasil anamnesa berisi tentang identitas pasien kaluhan

utama riwayat penyakit sekarang dahulu dan keluarga. Observasi dan

pemeriksaan fisik dengan pendekatan IPPA inpeksi, perkusi, palpasi,

61
aukutasi pada sistem tubuh pasien. Studi dokumentasi dan angket dari

hasil pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.

Dalam keperawatan, data yang didapat bisa langsung dari pasien,

keluarga, maupun tenaga Kesehatan lain. Adapun Teknik pengumpulan

data yang diterapkan dalam mengumpulan data penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara yaitu melakukan tanya jawab langsung yang

dilakukan perawat kepada pasien maupun kelurag untuk menegtahui

tentang identitas pasien, keluhan utama, Riwayat penyakit sekarang,

dahulu, keluarga dan lain-lain).

2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi yaitu melakukan pengamatan dan mencatat tindakan

atau respon yang terjadi pada diri pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan

untuk mengetahui sesuatu yang normal maupun abnormal dari system

tubuh pasien dengan pendekatan IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, dan

aukultasi).

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulan data dari

rumah sakit dan rekam medis pasien/dari puskesmas. Peneliti pun

melakukan studi kepustakaan yang dapat dipelajari dari sumber-

sumber buku yang relevan dan jurnal, yang mana bisa mempermudah

peneliti dalam mevalidasi penelitian.

62
E. Analisa Data

Analisa data dilakukan saat peneliti dilapangan sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan denga cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini

pembahasan, Teknik analisi yang digunakan dengan menarasikan

jawabab-jawabab dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumeusan masalah

peneitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti

dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

diinterpretaikan oleh peneliti dibandingkan dengan teori yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasi wawancara, observasi,

dokumentasi. Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian

disalin dalam transkip.

2. Mereduksi Data dengan Membuat Kategori

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip. Data objektif di

analisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

dibandingkan dengan nilai normal.

63
3. Pengkajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dalam tabel, gambar maupun

teks negatif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan kemudia data dibahas dan

dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara

teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan

dengan metode induksi.

F. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data untuk menguji kualitas data/informasi yang

diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas

tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument

pertama).

Uji keabsahan data dilakukan dengan:

1. Memperjuangkan waktu pengamatan atau tindakan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan tiga sumber utama yaitu

pasien, petugas Kesehatan, dan keluarga yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

G. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan pisak peneliti, pihak yang

diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian

64
tersebut. Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya

rekomendasi dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan

iji kepada institusi atau Lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat

persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menenukan masalah

etika yang meliputi:

1. Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang

akan diteliti dan memenuhi kriteria inklusi. Lembar ini juga dilengkapi

denga judul penelitian dan manfaat penelitian. Apabial subjek

menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus tetpa

menghormati hak-hak subjek.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Kerahasiaan (Comfidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah terkumpul dari responden

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

65
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Identitas

Nama : Ny. E

Umur : 66 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Suku Bangsa : Sunda

Status Perkawinan : Menikah

Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe 2

Alamat : Sukahaji, Purwakarta

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. M

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pensiun
Suku Bangsa : Sunda

Hubungan dengan klien : Suami

Alamat : Sukahaji, Purwakarta

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama : Klien mengeluh lemas

2) Riwayat masuk sekarang : Klien mengatakan badan lemas

saat dan setelah beraktivitas, merasa pusing, sering haus 10

gelas/hari dan lapar, klien mengatakan sering BAK

terutama pada malam hari, sering kesemutan pada

ektremitas bawah, terkadang pandangan mata kabur dan

klien tidak mengetahui tanda dan gejala dari diabetes.

c. Riwayat kesehatan yang lalu

Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak 10

tahun yang lalu, klien menderita penyakit diabetes sejak 4

tahun yang lalu dan pernah dirawat 5x. klien tidak memiliki

riwayat alergi obat ataupun makanan. Klien selalu kontrol ke

puskesmas untuk mengecek kadar gula darahnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan ada anggota keluarganya yang

menderita penyakit diabetes, yaitu kakak klien.

67
Genogram

Gambar 4.1 Genogram

75 th 70 th 80 th 68 th

59 th 66 th 70 th

45 th 31 th 29 th 26 th
23 th

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

X : Meninggal

: Memiliki riwayat diabetes

: Tinggal serumah

Penjelasan Genogram : Klien merupakan anak ke lima dari lima bersaudara. Klien

memiliki lima orang anak, empat orang anaknya sudah menikah dan memiliki

rumah masing-masing, sehingga klien tinggal bersama suami dan anak

terakhirnya. Klien mengatakan ada anggota keluarganya yang menderita penyakit

diabetes, yaitu kakak klien.

68
e. Data Pola Kebiasaan Pasien

Table 4.1 Pola Kebiasaan

NO Data Biologis Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Pola Makan

 Frekuensi 3x/hari 2x/hari

 Posrsi makan Satu porsi habis Satu porsi kecil

 Jenis Nasi, ikan, sayur, Nasi, sayur, tempe, buah

tempe, asin

 Pantangan Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada


 Gangguan menelan
48 47
 Berat badan
Tidak ada Makanan tinggi glukosa misal : Kue,
 Diet
kecap, nasi putih

Tidak ada Tidak ada


 Keluhan

2. Pola Minum

 Frekuensi ± 5 gelas (± 800 cc) ± 7 gelas (± 1300 cc)

 Jenis Air putih, teh, kopi Air putih

 Pantangan Tidak ada Minuman tinggi gula

 Keluhan Tidak ada Sering merasa haus

3. Pola Eliminasi BAB

 Frekuensi 1x/hari 1x/hari

 Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

 Bau Khas Khas

 Konsistensi Berbentuk, lunak Berbentuk, lunak

Tidak ada Tidak ada


 Keluhan

69
4. Pola Eliminasi BAK

 Frekuensi ± 3-4x/hari (tidak ± 6-8x/hari (tidak menentu)

tentu)

 Warna Kuning Kuning

 Bau Khas pesing Khas pesing

 Alat bantu Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Sering buang air kecil


 Keluhan

5. Pola istirahat dan tidur

 Lama tidur siang ± 2 jam ± 1 jam

 Lama tidur malam ± 7 jam ± 6 jam

 Kebiasaan penghantar tidur Tidak ada Tidak ada

 Keluhan tidur
Tidak ada Terbangun dimalam hari
 Kebiasaan penggunaan obat
Tidak ada Tidak ada
tidur
Tidak ada Tidak ada
 Keluhan

6. Pola Kebersihan

 Mandi 2 x/hari 2x/hari

 Mencuci rambut 4 x/minggu 2 x/minggu

 Sikat gigi 2x/hari 2x/hari

 Mengganti pakaian 2x/hari 2x/hari

7. Pola Aktivitas

 Jenis pekerjaan IRT IRT

 Jenis olahraga Tidak ada Peregangan otot

 Frekuensi olahraga Tidak ada 5 menit

 Keluhan Tidak ada Sering merasa lelah

Nonton TV, mngobrol Menonton TV


 Kegiatan diwaktu luang
dengan tetangga

70
f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Baik

2) Tingkat Kesadaran : Composmentis

(GCS : E : 4 M : 6 V : 5 )

3) Tanda – tanda vital

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 98 x/menit

Respirasi : 22 x/menit

Suhu : 36,8 x/menit

4) IMT

BB : 47 Kg

TB : 160 cm

IMT = Berat Badan (kg)

(Tinggi Badan)2 (m)

= 47 kg

(1.60 x 1.60) m

= 47 kg

2.56 m

= 18.3 (BBI kurang)

GDS : 273 mg/dL (tanggal 7 juli 2021)

71
g. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Saat di Inpeksi kepala simetris, rambut beruban, kulit

kepala bersih, tidak ada lesi, rambut tipis dan rontok.

Palpasi kepala tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

2) Mata

Inpeksi mata simetris, kongjungtiva amenis, sklera

anikterik, fungsi penglihaan baik, pandangan mata

terkadang kabur. Saat di palpasi tidak ada nyeri tekan.

3) Hiudng

Inpeksi hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping

hidung, tidak ada lesi, fungsi penciuman baik. Palpasi tidak

ada nyeri tekan.

4) Mulut

Inpeksi mulut simetris, keadaan mulut bersih, lidah tampak

kotor, tidak ada gigi sehingga menggunakan gigi palsu,

mukosa bibir tampak kering, tidak ada stomatitis

5) Telinga

Inpeksi teinga simetris, tidak ada lesi, fungsi pendengaran

baik, terkadang suka berdenging. Palpasi daun telinga

fleksibel, tidak ada nyeri tekan

72
6) Leher

Inpeksi leher simetris, tidak ada lesi Palpasi tidak ada

pembesaran kelenjar jugularis, tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid

7) Dada

Inpeksi dada bentul dada simetris, tidak ada luka maupun

bekas luka, frekuensi nafas … x/menit, ada pernafasan

dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Palpasi

dada tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan,

ekspansi paru simetris. Perkusi suara lapang dada sonor.

Akukultasi dada suara nafas vesikuler.

8) Jantung

Saat di inpeksi tidak terlihat adanya pulasasi iktus kordis,

palpasi ictus kordis teraba di ICS 5, perkusi batas jantung

kanan ICS II, batas jantung kiri ICS V mid klavikula.

Aukultasi irama jantung regular, suara S1 dan S2 Lub-Dup,

tidak ada bunyi jantung tambahan.

9) Abdomen

Inpeksi abdomen datar, tidak ada kelainan. Aukultasi bising

usus 16x/menit. Palpasi abdomen tidak ada nyeri tekan,

tidak terada adanya masa, tidak ada pembesaran pada hati.

Saat di perkusi bunyi abdomen timpani.

73
10) Ektremitas

a) Atas : inpeksi tangan simetris, tidak ada lesi maupun

bekas luka, palpasi tidak ada edema, CRT <2 detik,

akral hangat

b) Bawah : inpeksi kaki simetris, tidak ada lesi maupun

bekas luka, kulit tampak kering, palpasi tidak ada

edema, CRT <2 detik.

h. Terapi yang diberikan

Tabel 4.2 Terapi Obat

No Jenis Obat Indikasi Kontraindikasi Efek samping Dosis


1. Metformin Menurunkan kadar Penyakit ginjal Sakit kepala atau 500 mg

HCL gula darah yang berat, kondisi nyeri otot, mual, Oral

meningkat pada metabolik muntah diare,

penderita diabetes asidosis akut, buang angin, sakit

maupun kronik perut, merasa

Termasuk status lemah

diabetik

ketoadosis,

dengan atau tanpa

koma, riwayat

alergi terhadap

obat ini
2. Glimepiride Mengendalikann Hipersensitivitas, Gangguan saluran 2 mg

kadar gula darah pasien ketoadosis cerna, nyeri Oral

pada penderita diabetic, dengan lambung, diare

diabetes tipe 2 atau tanpa koma

74
i. Data Sosial

Klien tampak ramah pada semua orang, klien

mengatakan sering berkumpul dengan tetangganya.

j. Data Spiritual

Klien beragama islam, rajin melaksanakan sholat lima

waktu dan sholat sunat, sering mengaji, dan klien selalu berdoa.

2. Analisa Data

Tabel 4.3 Analisa Data

Data Etiologi Problem


DS : Resistensi insulin Keletihan

Klien mengatakan badan terasa lemas

teruatama saat beraktivitas, kepala Glukosa intra sel menurun

pusing

Proses pembentukan

DO : ATP/energi terganggu

- Klien tampak lemas dan letih

- Mukosa bibi kering Lemas, mudah Lelah

- Klien tampak sering barbering

keletihan

DS : Defisiensi insulin Kekurangan

- Klien mengeluh badan sering terasa volume cairan

lemas Hiperglikemia

- Klien mengatakan sering haus

minum ±1200 cc Glycosuria

75
- Klien mengatakan sering buang air

kecil ±6-8x/hari terutama pada Osmotic diuresis

malam hari

Poliura

DO :

- Klien tampak lemas Kekurangan volume cairan

- Mukosa bibir kering

- Kulit dibagian ekstremitas tampak

kering
DS : Resistensi insulin Resiko

- Pasien mengatakan badan lemas, ketidakseimbangan

sering haus dan lapar, sering buang Insufisiensi insulin gula darah

air kecil, kaki sering kesemutan

Hiperglikemia

DO :

- Klien tampak lemah Resiko ketidakstabilan gula

- Tampak sering berbaring darah

- GDS : 273 md/dL

3. Diagnosa Keperawatan

a. Keletihan b.d fisiologis : status penyakit (diabetes melitus

b. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan secara aktif

c. Resiko ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin

4. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Intervensi Keperawatan

o
Keperawatan NOC NIC
1. Keletihan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji TTV

76
keperawatan selama 3x2 jam b. Kaji status fisologis klien

diharapkan tingkat keletihan yang mengakibatkan

berkurang dengan kriteria hasil : kelelahan dalam konteks

a. Tidak terdapat usia dan perkembangan

keleahan/keletihan c. Kaji pola tidur dan istirahat

b. Tidak terdapat d. Kaji aktivitas yang

kelemahan/kelesuan meningkatkan kelelahan

c. Kualitas tidur baik e. Kaji lokasi

d. Kualitas istirahat baik ketidaknyamanan atau nyeri

e. Tidak terdapat sakit selama bergerak dan

kepala/pusing aktivitas

f. Recanakan kegiatan ketika

pasien memiliki energi yang

lebih (senam ergonomik)

g. Lakukan Pendidikan

Kesehatan tentang diabetes

melitus
2. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji status hidrasi

volume cairan keperawatan,selama 3x2 jam (kelembapan membran

diharapkan tercapai mukosa, nadi adekuat,

keseimbangan cairan dengan tekanan darah osmotik)

kriteria hasil : b. Kaji berat badan klien

- Mempertahankan urine c. Kaji masukan dan haluaran

output sesuai dengan usia dan d. Kaji status nutrisi

BB e. Tentukan apakah pasien

- Tidak ada tanda-tanda mengalami kehausan atau

dehidrasi, elastisitas turtor gejala perubahan cairan

kulit baik, membran mukosa f. Anjurkan makanan ringan

77
lembab (minum sesering mungkin,

- Tidak terdapat kehausan jus segar/jus buah).


3. Resiko Setelah dilakukan tidnakan a. Kaji TTV

ketidakstabilan keperawatan selama 3x2 jam b. Kaji kadar gula darah

kadar glukosa darah diaharapkan gadar gula darah c. Kaji berat badan klien

menjadi stabil yang ditandai d. Kaji tanda dan gejala

dengan kriteria hasil : hiperglikemia sperti poliuri,

a. Glukosa dalam batas normal polidipsi, polifagi,

b. BB ideal dan tidak kelemahan, letargi,

mengalami penurunan pandangan mata kabur,

pusing

e. Anjurkan klien untuk

minum air putih yang cukup

f. Intruksikan kepada klien

dan keluarga klien untuk

melakukan pengelolaan

diabetes selama sakit,

meliputi penggunaan insulin

atau obat oral, memantau

pemasukan cairan,

penggantian karbohidrat

dan kapan harus pergi ke

puskesmas

g. Berikan Pendidikan

Kesehatan terkait terapi non

farmakologi menggunakan

kayu manis untuk

menurunkan kadar gula

78
darah

h. Berikan Tindakan terapi

non farmakologi

menggunakan kayu manis

5. Implementasi dan Evaluasi Kepearwatam

Tabel 4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal No
No Implementasi Evaluasi Paraf
/Jam Diagnosa
1. 8 Juli I a. Mengkaji TTV S: Sinta

2021 Hasil: TD 100/80 mmHg, N - Klien mengatakan badan masih

97x/menit, RR 22x/menit, S 36,5 terasa lemas setelah

C beraktivitas terutama pada

b. Mengkaji status fisiologis pasien bagian ektremitas, sering

yang mengakibatkan kelelahan merasa haus dan lapar

dalam konteks usia dan - Klien mengatakan tidur 6-7

perkembangan jam/hari

Hasil: klien berusia 66 tahun, - Klien mengatakan sering

klien mengatakan badan merasa terbangun pada malam hari

lelah saat dan setelah beraktivitas. krena ingin BAK

Klien tampak berbaring - Klien mengatakan mau

c. Mengkaji pola tidur dan istirahat melakukan senam ergonomik

Respon : klien mengatakan tidur

6-7 jam/hari, klien mengatakan O:

sering terbangun pada malam hari - Klien tampak masih lemas

karena ingin BAK - Klien tampak berbaring

79
d. Mengkaji aktivitas yang dapat - TTV : TD 100/80 mmHg, N

meningkatkan kelelahan 97x/menit, S 36,5 C, RR

Respon: klien mengatakan sering 22x/menit

merasa lelah saat beraktivitas

yang berat seperti menyuci baju A:

e. Mengkaji lokasi - Masalah teratasi sebagian

ketidaknyamanan atau nyeri

selama bergerak dan aktivitas P:

Respon: klien mengatakan badan Intervensi dilanjutkan

terasa lemas terutama pada

bagian ektremitas

f. Rencanakan kegiatan ketiks

pasien memiliki energi yang lebih

(melakukan senam ergonomik)

Respon : klien mengatakan mau

melakukan senam ergonomik tapi

tidak untuk hari ini


2. 8 Juli II a. Mengkaji status dehidrasi S: Sinta

2021 (kelembapan membran mukosa, - Klien mengatakan sering

nadi adekuat, dan turgor kulit) merasa haus, minum sehari ±7

Hasil: membran mukosa tampak gelas/hari

kering, kulit ektremitas kering - Klien mengatakan BAK

b. Mengkaji masukan dan haluaran ±7x/hari, BAB 1x/hari

Hasil : klien mengatakan minum - Klien mengatakan sering

±7 gelas/hari, makan 2x/hari, memakan buah tanpa di jus

ngemil buah-buahan, Klien juga tetapi ia akan membuat jus

mengatakan BAK ±7x/hari, BAB buah jika ia ingin

1x/hari

80
c. Mengkaji status nutrisi O:

Hasil: klien mengatakan sering - Membran mukosa masih

merasa haus minum ±7 gelas/hari tampak kering

makan 2x/hari, - Kulit ekstremitas kering

d. Menentukan apakah pasien

mengalami kehausan atau gejala A:

perubahan cairan - Intervensi teratasi sebagian

Respon : klien mengatakan sering

merasa haus P:

e. Anjurkan makan makanan ringan Intervensi dilanjutkan

(minum sesering mungkin, jus

buah)

Hasil: klien mengatakan sering

memakan buah tanpa di jus tetapi

ia akan membuat jus buah jika ia

ingin
3. 9 Juli III a. Kaji TTV S: Sinta

2021 Hasil: TD 120/80 mmHg, N: - Klien mengatakan berat

98x/menit, RR: 20x/menit, S: 36, badannya turun naik

C - Klien mengatakan masih sering

b. Mengecek kadar gula darah buang air kecil, pandangan

hasil: GDS 270 mg/dl mata terkadang kabur,

c. Mengkaji berat badan klien kesemutan pada ektremitas

Hasil: BB 47 kg, klien - Klien mengatakan akan

mengatakan BB turun naik membuat air rebusan kayu

d. Mengkaji tanda dan gejala manis

hiperglikemia seperti poliuri,

polifagi, polidipsi, kelemahan, O:

81
letargi, pandangan mata kabur, - TD 120/80 mmHg

pusing - N: 98x/menit

Hasil: klien mengatakan masih - RR: 20x/menit

buang air kecil, sering merasa - S: 36, C

haus dan lapar, terkadang - BB : 47 kg

pandangan mata kabur, ekremitas - GDS sebelum meminum air

kesemutan rebusan kayu manis 280 mg/dl

e. Menganjurkan klien untuk - GDS 2 jam setelah meminum

minum air putih yang cukup air rebusan kayu manis 243

Hasil : klien mengatakan ia akan mg/dl

minum yang yang cukup

f. Mengintruksikan kepada klien A:

dan keluarga klien untuk - Masalah teratasi Sebagian

melakukan pengelolaan diabetes

selama sakit, meliputi

penggunaan insulin atau obat P:

oral, memantau pemasukan Intervensi dilanjutkan

cairan, penggantian karbohidrat

dan kapan harus pergi ke

puskesmas

Hasil : klien mengatakan akan

selalu meminum obatnya,

menjaga pola makan & minum,

dan mengecek kadar gula

darahnya ke puskesmas

g. Memberikan pendidikan

kesehatan terkait terapi non

farmakologi menggunakan kayu

82
manis untuk menurunkan kadar

gula darah

Hasil: klien mengatakan akan

membuat air rebusan kayu manis

h. Memberikan tindakan terapi non

farmakologi mengguanakan kayu

manis

hasil: klien mengatakan mau

mencoba meminum air rebusan

kayu manis. GDS sebelum

meminum air rebusan kayu manis

280 mg/dl. GDS 2 jam setelah

meminum air rebusan kayu manis

243 mg/dl
4. 10 Juni I a. Kaji TTV - klien mengatakan tadi malam Sinta

2021 Hasil : TD 130/80 mmHg tidurnya tidak terganggu

N 98x/menit, RR 21x/menit, S karena hanya terbangun

36,5 C sekali untuk BAK, BAK ±5x

b. Mengkaji pola tidur dan istirahat hari kemarin, klien minum 6

Hasil: klien mengatakan tadi gelas/hari

malam tidurnya tidak terganggu - Klien mengatakan akan

karena hanya terbangun sekali melakukan senam ergonomik

untuk BAK, BAK ±5x hari - Klien mengatakan baru

kemarin, klien minum 6 mengetahui tanda gejala dari

gelas/hari diabetes

c. Melakukan Pendidikan kesehatan

tentang diabetes melitus O:

Respon: klien tampak kooperatif - Klien tampak kooperatif saat

83
saat melakukan penyuluhan melakukan penyuluhan

d. Melakukan kegiatan yang telah - Klien dapat menjelaskan

direncakan ketika pasien kembali tanda gejala,

memiliki energi yang lebih komplikasi, dan makanan

(senam ergonomik) yang diperbolehkan dan tidak

Hasil: klien dapat melakukan diperbolehkan

senam ergonomik, klien juga - Klien dapat melakukan senam

mengatakan akan melakukan ergonomik

senam ergonomik A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi dihe ntikan


5. 10 Juni II a. Mengkaji status dehidrasi S: Sinta

2021 (kelembapan membran mukosa, - klien mengatakan rasa haus

nadi adekuat, dan turgor kulit) sedikit berkurang, klien

Hasil: membran mukosa lembab, minum ±6 gelas/hari makan

kulit bagian ektremitas bawah ±2x/hari

masih tampak kering

b. Mengkaji status nutrisi O:

Hasil: klien mengatakan rasa - membran mukosa lembab,

haus sedikit berkurang, klien kulit bagian ektremitas bawah

minum ±6 gelas/hari makan masih tampak kering

±2x/hari

A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi dihentikan
7. 10 Juni III a. Mengecek kadar gula darah S: Sinta

84
2021 hasil: GDS 232 mg/dl - klien mengatakan rasa untuk

b. Mengkaji tanda dan gejala buang air kecil sudah tidak

hiperglikemia seperti poliuri, terlalu sering tidak seperti

polifagi, polidipsi, kelemahan, hari kemarin, masih sering

letargi, pandangan mata kabur, merasa rasa haus dan lapar,

pusing pandangan terkadang mata

Respon: klien mengatakan buang kabur, ekremitas terkadang

air kecil sudah tidak terlalu sering kesemutan

tidak seperti hari kemarin, masih O:

sering merasa rasa haus dan lapar, - GDS : 232 mg/dL

pandangan terkadang mata kabur, A:

ekremitas terkadang kesemutan Masalah teratasi

P:

Intervensi dihentikan

B. Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini penulis akan membahas tentang

adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan hasil

asuhan keperawatan pada klien Ny.E dengan diagnosa medis diabetes

melitus yang dilakukan di Puskesmas Purwakarta yang dilaksakan

pada tanggal 6 juli – 10 juli 2021. Dengan menggunakan proses

keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, menegakan diagnosa

keperawatan, membuat rencana pelaksanaan, implementasi, evaluasi

dan dokumentasi keperawatan.

1. Pengkajian

85
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan, oleh

karena itu tepat atau tidaknya intervensi yang penulis lakukan pada

klien tergantung pada tahap pengkajian ini. Dalam pengumpulan

data pada kasus Ny.E penulis menggunakan teknik anamnesa yaitu

pengkajian langsung pada klien dengan cara observasi, wawancara

dan pemeriksaan fisik. Dalam melakukan pengkajian pada klien

diabetes melitus masalah yang muncul pada keluhan utama pada

kondisi hiperglikemi biasanya pandangan mata kabur, lemas, rasa

haus, dan banyak BAK, dehidrasi, sakit kepala, dan penurunan

kesadaran.

Pada tahap pengkajian penulis mendapatkan hasil klien

bernama Ny. E, berusia 66 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga, pendidikan terakhir SD, klien menderita diabetes sejak 4

tahun lalu, dengan keluhan utama badan lemas, kepala pusing,

sering BAK terutama pada malam hari, sering merasa lapar dan

haus, terkadang penglihatan kabur dan ekstremitas kesemutan.

Hasil pemeriksaan GDS: 273 mg/dl. Dari hasil pengkajian data

yang didapatkan ternyata tidak semua yang dijelaskan pada asuhan

keperawatan teoritis muncul pada kasus Ny. E.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis

mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan/proses

86
kehidupan, atau kerentanan terhadap respon tersebut dari seorang

individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.

Dari diagnosa keperawatan yang ada pada teoritis

ditemukan lima diagnosa keperawatan menurut NANDA 2018-

2020 yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b.d. ketidakmampuan mengabsorpsi nutrisi; Defisit volume cairan

b.d kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme

pengaturan; Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan;

Keletihan berhubungan dengan fisiologis : status penyakit

(diabetes melitus); Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d

resistensi insulin. Berdasarkan data hasil pengkajian pada Ny. E

penulis mendapatkan 3 diagnosa yang muncul yaitu keletihan,

kekurangan volume cairan dan ketidakstabilan gula darah.

Bedasarkan data pengkajian penulis menegakan diagnosa

yang pertama yaitu keletihan, alasannya karena klien mengeluh

badan terasa lemas, pusing dan tidak bisa melakukan aktivitas

seperti biasa, data objektif yang didapat klien tampak lemas,TD

100/70 mmHg, nadi 98 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36,8

x/menit

Diagnosa kedua yaitu kekurangan volume cairan masalah

ini ditegakkan karena klien sering merasa haus dan lapar, sering

buang air kecil, data objektif yang didapat yaitu membran mukosan

tampak kering dan kulit kering.

87
Diagnosa ketiga yaitu resiko ketidakstabilan gula darah, alasanya

karena klien sering merasa haus dan lapar, sering buang air kecil

terutama pada malam hari, terkadang pandangan mata kabur dan

juga sering kesemutan. Data objektif yang didapat klien tampak

lemas, GDS: 273 mg/dl.

3. Intervensi keperawatan

Pada tahap intervensi, penulis menyususn intervensi yang

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien.

Perenacanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien

dengan masalah keletihan yaitu, kaji tanda-tanda vital, kaji status

fisiologis klien yang menyebabkan kelelahan, tentukan jenis

aktivitas untuk membangun ketahanan, kaji pola tidur dan istirahat

klien, kaji aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan, dan

lakukan pendidikan kesehatan tentang diabetes melitus.

Perencanaan keperawatan yang dilakukan pada klien

dengan masalah kekurangan volume cairan, yaitu kaji status

dehidrasi (kelmbapan membran mukosa, nadi adekuat, dan turgor

kulit), kaji berat badan, kaji status nutrisi dan anjurkan makan-

makanan ringan.

Perencanaan keperawatan yang dilakukan pada klien

dengan masalah resiko ketidakseimbangan kadar gula darah yaitu

cek kadar gula darah, kaji tanda dan gejala hiperglikemia seperti

poliuri, polifagi, polidipsi, kelemahan, letargi, pandangan mata

88
kabur, pusing, berikan pendidikan kesehatan terkait terapi non

farmakologi menggunakan kayu manis untuk menurunkan kadar

gula darah dan berikan tindakan terapi non farmakologi

mengguanakan kayu manis.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan

yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Penatalaksanaan tindakan keperawatan pada klien

dilaksanakan mulai dari 7 juli sampai 10 juli 2021 di wilayah

UPTD Puskesmas Purwakarta.

5. Evaluasi Keperawatan

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada Ny.E dengan diagnosa

keletihan teratasi karena klien mampu melakukan aktivitas ringan

secara mandiri walau diselingi dengan istirahat, klein menjadi tahu

tanda dan gejala dari penyakit diabetes.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada Ny.E dengan diagnosa

kekurangan volume cairan belum teratasi karena klien masih sering

merasa haus dan lapar, buang air kecil sudah jarang.

89
Hasil evaluasi yang didapatkan pada Ny.E dengan diagnosa

resiko ketidakstabilan gula darah sebagian teratasi karena klien

sudah jarang buang air kecil, rasa haus dan lapar masih terasa,

setelah dilakukan terapi komplomenter dengan air rebusan kayu

manis GDS klien menurun dari 280 mg/dl menjadi 243 mg/dl.

90
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan Asuhan Keperawatan pada

klien dengan Diabetes Melitus di UPTD Puskesmas Kabupaten

Purwakarta penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian pada klien didapatkan Ny. E mengatakan lemas dan

pusing, klien sering merasa haus dan lapar, buang air kecil terutana

pada malam hari, kesemutan pada ekstremitas dan pandangan mata

terkadang kabur. Klien mengatakan klien kontrol rutin ke puskesmas.

DGS: 273 mg/dL.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Ny.E didapatkan 3

diagnosa yang muncul berdasarkan kondisi pasien diantaranya

keletihan, kekurangan volume cairan, dan resiko ketidakstabilan gula

darah.

3. Perencanaan sesuai teori, penentuan tujuan meliputi sasaran. Kriteria

waktu, hasil dan rencana Tindakan keperawatan kasus ini berpedoman

pada NANDA, NOC, NIC. Dengan menyesuaikan kondisi klien.

4. Pelaksanaan dari 3 diagnosa keperawatan dilakukan sesuai dengan

rencana asuhan keperawatan yang penulis buat. Dilakukan pada

tanggal 8-10 Juli 2021.

5. Evaluasi hasil didapatkan yaitu klien masih merasa lemas tetapi klien

sudah dapat melaukan aktivitas ringan secara mandiri diselingi

91
istirahat, rasa buang air kecil klien berkurang, rasa haus dan lapar

masih terasa, masih merasa kesemutan walau jarang.

B. Saran

Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien

dengan Diabetes Mellitus, maka penulis ingin memberikan saran antara

lain:

1. Bagi profesi keperawata

Diharapkan para perawat meningkatkan pelayanan bagi

penderita diabetes melitus dengan aktif memberikan penyuluhan

tentang penetalaksanaa penyakit diabetes melitus melalui kegiatan

yang sudah ada di puskesmas.

2. Bagi institusi Pendidikan

Institusi Pendidikan sebagai penyelenggara Pendidikan

hendaknya menambah referensi yang ada diperpustakaan, sehingga

peserta didik tidak kesulitan saat mecari referensi dan dapat

memambah kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan

keperawatan.

3. Bagi penulis

Diharapkan bagi penulis agar dapat memberikan asuhan

keperawatan dan melakukan pengkajian sesuai dengan konsep dasar

penyakit diabetes melitus. Penulis juga harus lebih memperhatikan lagi

92
tentang prosedur pengkajian dengan benar sehingga data-data yang

akan didapat dari klien bisa mendukung diagnosa yang akan diangkat

sebagai masalah untuk membentuk rencana dan melakukan tindakan

serta evaluasi.

93
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nur dan Ledy Martha Aridiana. 2016. Asuhan Keperawatan pada Sistem
Endokrin dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta : Salemba
Medika
Amin, Noor Latifah, dkk. (2020). “Edukasi Kesehatan Diabetes Melitus di rw.004
Kelurahan Benda Baru Tangerang Selatan”. Jurnal pengabdian dan
Pemberdayaan Kesehatan Masyaraka, 1 (1), 23-27.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/AS-SYIFA diakses pada tanggal 2 juni
2021 jam 09.44 WIB
Anggraeni, Nabila Cindy. (2020). “Peran Perawat sebagai Edukator terhadap
Persepsi Sakit pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kabupaten
Jember”. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia.
https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/download/24364/pdf
diakses pada tanggal 6 agustus 2021 jam 10.55 WIB
Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification Edisi
Bahasa Indonesia. Jakartan : Mocomedia.
Fatmalia, Nurbani, dkk. (2017). “Pengaruh Konsumsi Kayu Manis Terhadap
Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Di Tambak Ploso Lamongan”.
Jurnal Of Ners Community.
https://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/416/327 Diakses
pada tanggal 7 Juli 2021 Jam 11. 35 WIB
Hendra, Lon. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn H Denagan Diabetes Melitus
Tipe II Diruangan Interne Ambun Suri Lantai III RSUD DR. Achmad
Mochtar Bukit Tinggi Tahun 2018. (Karya Tulis Ilmiah, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Perintis Padang, 2018) dari
http://repo.stikesperintis.ac.id/131/1/09%20LON%20HENDRA.pdf
diakses pada tanggal 31 Mei 2021 jam 10.17 WIB.
Infodatin. (2020). “Diabetes Melitus”. dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?

94
file=download/pusdatin/infodatin/Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf
Diakses pada tanggal 2 Juni 2020, jam 09.22 WIB
Izati, Zikra. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Melitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang. (Karya Tulis Ilmiah,
Poltekkes Kemenkes Padang, 2017). http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_Zikra_Izati_Perpustakaan.pdf diakses pada
tanggal 4 Juni 2021 Jam 9.15 WIB.
Kholifah, Siti Nur dan Wahyu Widagdo. (2016). “Keperawatan Keluarga dan
Komunitas”. https://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2017/03/Nor%20Sanah%20(03-01-17-09-15-45).pdf
diakses pada tanggal 6 Agustus 2021 Jam 14.40 WIB.
Kristinia, Sonya. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Melitus
Dengan Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Dirumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang. (KTI, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Panti Waluya Malang, 2019). dari
http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/282/3/STIKES_Sonya
%20Kristinia_Fulltext.pdf Diakses pada tanggal 31 Mei 2021 10.13 WIB.
Luthfa, Iskim, dkk. (2020). “Perdayaan Masyarakat Sebagai Upaya Pencegah
Penyakit Diabetes Melitus”. Jurnal Unissula Nursing Conference (UNC).
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/unc/article/view/15449/5424 Diakses
pada tanggal 4 juni 2021 Jam 08.44 WIB

Marunung, Nixson. (2018). Keperawatan Mediakl Bedah, Konsep Mind Mapping


Dan Nanda Nic Noc, Solusi Cerdas Lulus UKOM Bidang Keperawatan.
Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.
NANDA Internasional (2018). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Bedasarkan Daignosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Penerbit
Mediaction.

95
Nurmalika, Lilik dan Chandra H.P. (2019). “Senam Ergonomik Untuk Mengatasi
Hiperglikemi Pada Lansia Dengan Dm Di Panti Wreda Harapan Ibu
Semarang”. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan. http://jurnal.akper-
whs.ac.id/index.php/mak/article/view/73/61 diakses pada tanggal 7 Juli
2021 Jam 13.15 WIB.
Raharjo, Muji. (2018). Asuhan Keperawatan Ny.N Dengan Diabetes Melitus Di
Ruang Lirana Rumah Sakit TK. III DR. Soekarto Yogyakarta. (KTI ,
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta, 2018).
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2145/1/KTI%20PAK%20MUJI.pdf
Diakses pada tanggal 31 Mei 2021 jam 10.07 WIB
Riset Kesehatan Dasar. Laporan Provinsi Jawa Barat Riskesdas. 2018. dari
https://isainsmedis.id/index.php/ism/article/viewFile/515/442 diakses pada
tanggal 4 juni 2021 jam 10.17 WIB
Sanah, Nor. (2017). “Pelaksanaan Fungsi Puskesmas (Pusat Kesehatan
Masyarakat) Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Di
Kecamatan Long Kalikabupaten Paser”. eJournal Ilmu Pemerintahan,
2017. https://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2017/03/Nor%20Sanah%20(03-01-17-09-15-45).pdf
diakses pada tanggal 15 Agustus 2021 Jam 08.40 WIB.
Sary, Era Widia. (2019). “pengaruh Pemberian Labu Siam Terhadap Penurunan
Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabtes Melitus Tipe II di Wilayah
Kerja Puskesmas Cempaka Banjarmasin”. Jurnal Global Health Science,
dari
https://jurnal.csdforum.com/index.php/GHS/article/download/ghs4407/44
07 diakses pada tanggal 8 Juni 2021 Jam 08.09 WIB
Sary, Nurfajri Mai Yona (2018) “Asuhan Keperawatan Gangguan Nutrisi Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Ruang Penyakit Dalam Rsup Dr. M.
Djamil Padang” (KTI Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2018). dari
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/word.pdf Diakses pada
tanggal 8 Juli 2021 jam 10.15 WIB

96
Syafriani, & Besti Verawati. (2017). “Pengaruh Ekstrak Kayu Manis Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe II Di Desa
Kumantan Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota” Jurnal Ners
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
https://journal.universitaspahlawan..ac.id/index.php/ners/article//download
/120/89 Diakses pada tanggal 7 Juli 2021 Jam 10.45 WIB
Varena, Muthia. (2019). “Asuhan Keperawatan Pada Tn. Z Dengan Diabetes
Melitus Di Ruang Rawat Inap Ambun Suri Lantai 3 Rsud Dr. Achmad
Mochtar Bukit tinggi 2019” (KTI Stikes Perintis Padang Tahun 2019).
http://repo.stikesperintis.ac.id/836/1/13%20MUTHIA%20VARENA.pdf
diakses pada tanggal 8 Juli 2021 jam 09.40 WIB
Wahyudi, Iwan. (2020). “Pengalaman Perawat Menjalani Peran Dan Fungsi
Perawat Di Puskesmas Kabupaten Garut” Jurnal Sahabat Keperawatan.
ISSN: 2656 -1115. https://jurnal.unimor.ac.id/JSK/article/view/459/228
diakses pada tanggal 6 Agusus 2021 Jam 09.20 WIB
Wele, Melania. (2018). Asuhan Keperawatan pada Ny.E dengan Diabetes Melitus
Tipe II diruangan Cempaka RSUD. Prof.DR..Z Johannes kupang/ (KTI,
Poltekes Kemenkes Kupang, 2018). dari
http://repository.poltekeskupang.ac.id/287/1/KTI%20MELANIA
%20WELE.pdf diakses pada tanggal 14 juni 2021 jam 09.45 WIB.
Widiastuti, Linda. (2020). “Acupressure Dan Senam Kaki Terhadap Tingkat
Peripheral Arterial Disease Pada Klien Dm Tipe 2”. Jurnal Keperawatan
Silampari.
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php./JKS/article/view/1200/742
diakses pada tanggal 4 Juni 2021 jam 19.08 WIB
Zulaika, Fatma, dkk. (2020). “Pelatihan Cara Pembuatan Makanan Ringan
Rendah Gula Bagi Penderita Dibetes Melitus”. Jurnal pengabdian pada
masyarakat. https://journal-
old.unhas.ac.id/index.php/panritaabdi/article/download/5864/4719 Diakses
pada tanggal 12 juni 2021 jam 10.56 WIB.

97
Lampiran 1

LEMBAR INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Inisial : Ny. E

Umur : 60 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi menjadi responden penelitian yang

dilakukan oleh:

Nama : Sinta Safitri

NIM : 1800001032

Saya telah menerima penjelasan dari peneliti tentang hal-hal yang berkaitan

dengan penelitian ini. Jawaban yang saya berikan merupakan jawaban yang

sebenarnya dan tanpa paksaan dari orang lain. Saya memahami bahwa informasi

yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Jika suatu saat terjadi

hal yang merugikan bagi saya, maka saya berhak keluar dari penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Purwakarta, 6 Juli 2021


Peneliti Responden

Sinta Safitri
Lampiran 2
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth: Saudara/i

calon responden

Di

UPTD Puskesmas Kota Purwakarta

Purwakarta Dengan hormat,

Saya mahasiswa D-III Keperawatan Akper RS Efarina Purwakarta semester VI

bermaksud akan melakukan penelitian tentang Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah Dengan Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Melitus Tipe 2, sebagai

persyaratan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah pada program studi D-III

Keperawatan di Akper RS Efarina Purwakarta. Berkaitan dengan hal tersebut,

saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden yang

merupakan sumber informasi bagi penelitian ini.

Demikian permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya saya ucapkan

terima kasih.

Purwakarta, 6 Juli 2021

Sinta Safitri

NIM 10800001032
Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG DIABETES MELLITUS

Topik : Diabetes Mellitus


Sub Topik :
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Penyebab Diabetes Melitus
3. Tanda dan gejala Diabetes Melitus
4. Pengelolaan Diabetes Melitus
5. Pemeriksaan penunjang
6. Komplikasi
7. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan.
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Waktu : 30 menit
Hari/ tanggal : Sabtu/ 10 Juli 2021
Tempat : Rumah pasien
Nama Penyuluh : Sinta Safitri

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan proses penyuluhan tentang penyakit diabetes

melitus dan perawatannya dalam waktu 30 menit, diharapkan pasien

mampu memahami, menjelaskan tentang penyakit diabetes mellitus


dan menerapkan perawatan yang tepat pada diri sendiri dan anggota

keluarga dengan penyakit diabetes melitus.

2. Tujuan Instruksional

Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan Ny. E mampu :

a. Menjelaskan pengertian Diabetes Melitus

b. Menyebutkan penyebab Diabetes Melitus

c. Menyebabkan tanda dan gejala Diabetes Melitus

d. Menjelaskan pengelolaan Diabetes Melitus

e. Menyebutkan pemeriksaan penunjang

f. Menyebutkan komplikasi Diabetes Melitus

g. Menyebutkan makanan yang di pantang dan juga yang

diperbolehkan.

B. Metode Penyuluhan

1. Demonstrasi

2. Tanya jawab

C. Media

1. Leaflet

D. Materi Penyuluhan

1. Pengertian Diabetes Melitus

2. Penyebab Diabetes Melitus

3. Tanda dan gejala Diabetes Melitus

4. Pengelolaan Diabetes Melitus

5. Pemeriksaan penunjang
6. Komplikasi Diabetes Melitus

7. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan

E. Strategi Pelaksanaan

N Tahap kegiatan Waktu Kegiatan penyuluhan Sasaran


o
1 Pembukaan 3 menit a. Mengucapkan a. Menjawab salam
salam b. Mendengarkan
b. Menyampaikan dan menyimak
maksud dan c. Bertanaya
tujuan materi mengenai
c. Menjelaskan perkenalan dan
pokok tujuan jika ada
pembahasan yang kurang
d. kontrak waktu jelas.
2 Pelaksanaan 15 menit a. Menjelaskan Mendengarkan dan
pengertian menyimak
Diabetes Mellitus
b. Mnyebutkan
penyebab
Diabates Mellitus
c. Menyebutkan
tanda dan gejala
Diabetes Mellitus
d. Menjelaskan
pengelolaan
Diabetes mellitus
e. Menyebutkan
pemeriksaan
penunjang
Diabates Mellitus
f. Menyebutkan
komplikasi
diabetes melitus
g. Menyebutkan
makanan yang
dipantang dan
juga
diperbolehkan
pada Diabetes
Mellitus
3 Evaluasi 5 menit a. Memberikan Berpartisi aktif
kesempatan untuk bertanya dan
bertanya menjawab pertanyaan
b. Memberikan
kesempatan untuk
menjawab
pertanyaan
4 Penutup 2 menit a. Menyampaikan a. Mendengarkan dan
kesimpulan materi ikut serta
b. Mengakhiri b. Mendengarkan dan
kegiatan memperhatikan
penyuluhan c. menjawab
c. Mengucapkan
salam

F. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Pasien ditempat penyuluhan

b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah klien

c. Media yang digunakan dalam penyuluhan leaflet

2. Evaluasi Proses

a. Pasien antusias terhadap materi penyuluhan

b. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjawab

pertanyaan yang sudah di berikan

3. Evaluasi Hasil

a. Pasien dapat memahami pengertian Diabetes Melitus


b. Pasien dapat memahami penyebab Diabetes Melitus

c. Pasien dapat memahami tanda dan gejala Diabetes Melitus

d. Pasien dapat memahami pengelolaan Diabetes Melitus

e. Pasien dapat memahami pemeriksaan penunjang

f. Pasien dapat memahami konplikasi diabetes melitus

g. Pasien dapat memahami makanan yang di pantang dan juga yang

diperbolehkan.

Metode evaluasi : Tanya jawab

G. Sumber :

1. ADA. (Amerixan Diabetes Association, (2011). Standars For Medical


Care In Diabetes, diabetes Care.
2. Ernawati, (2013). Pelaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta: Mitra Wacana Medika
3. http://www.interna.fk.ui.ac.id/referensi/pedoman/001PD.htm#, 2014,
Konsensus Pengelolaan Diabete Melitus Di Indonesia. Universitas
Indonesia, Jakarta.
H. Lampiran

Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes Melitus adalah sebagai satu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, karena insulin atau kedua-duanya (American

Diabetes Association, 2010).

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa

di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau

menggunakan insulin secara efektif. Insulin adalah hormon yang

dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam

mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan

gula kedalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan

sebagai cadangan energi.

Terdapat dua tipe diabetes secara umum yaitu :

a. Diabetes tipe I memerlukan insulin dan terjadi pada anak-anak, dan

pengobatannya memerlukan suntikan insulin. DM ini dapat terjadi

karena kerusakan sel beta pankreas akibat proses kekebalan tubuh

(autoimun) terjadi pelisisan (pembunuhan) sel tubuh oleh sistem

imunitasnya sendiri.

b. Diabetes tipe II tidak tergantung insulin, terjadi pada dewasa, dan

biasanya dikontrol dengan diet, olahraga dan obat diabetes. DM ini

terjadi akibat kegagalan relative sel beta Langerhans dikelenjar


pankreas sehingga produksi insulin yang terjadi dengan kualitas

rendah tidak mampu merangsang sel tubuh agar menyerap gula

darah.

2. Penyebab

Tidak diketahui dengan pasti. Diabetes timbul karena pankreas

tidak menghasilkan/terlalu sedikit menghasilkan insulin atau bila kerja

insulin tidak normal.

Faktor resiko sebebkan diabetes mellitus :

a. Mempunyai keturunan diabetes

b. Kegemukan

c. Kurang gerak (berolahraga)

d. Telah teridentifikasi mempunyai kadar gula darah tinggi

e. Riwayat tekanan darah tinggi

f. Kadar lemak darah tinggi

g. Mempunyai riwayat gangguan organ jantung

3. Tanda Dan Gejala

a. Banyak minum dan mudah haus. Penderita DM banyak buang air

kecil sehingga penderita DM juga harus banyak minum, sebab

terus menerus dalam keadaan haus.

b. Banyak kencing terutama malam hari

c. Pandangan menjadi kabur

d. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk

e. Penurunan berat badan


f. Kulit terasa kering

g. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit

sembuh

h. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan

i. Mual dan muntah

4. Pengelolaan Diabetes Melitus

Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan

dan perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.

Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :

a. Minum obat secara teratur sesuai program

b. Diet yang tepat

c. Olahraga yang teratur

d. Kontrol GD teratur

e. Pencegahan komplikasi

5. Makanan Yang Dipantang Dan Diperbolehkan

Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :

Berdasarkan anjuran dari PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia) diet harian penderita DM disusun sebagai berikut:

a. Karbohidrat : 60-70 %

b. Protein : 10-15%

c. Lemak : 20-25%
Jenis Makanan yang Harus di Konsumsi yang dikonsumsi oleh

penderita DM diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Jenis Makanan yang Tidak Boleh dikonsumsi : manisan buah, gula

pasir, susu kental manis, madu, abon, kecap, sirup dan es krim.

b. Jenis makanan Yang Boleh Dimakan Tetapi Harus Di Batasi : nasi,

singkong, roti, telur, tempe. tahu, kacang hijau, kacang tanah, ikan.

c. Jenis Makanan Yang Dianjurkan Untuk Di Makan : kol, tomat,

kangkung, oyong, bayam, kacang panjang, pepaya, jeruk, pisang,

labu siam.

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat

dengan baik sehingga gula darah selalu tinggi adalah :

a. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi

b. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung

c. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati

d. Syaraf : Neuropati, mati rasa

e. Kulit : Luka lama, gangren

f. Hipoglikemi

g. Ketoasidosis

Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :

a. Diet dengan benar

b. Minum obat teratur


c. Kontrol gula darah teratur

d. Olahraga secara teratur (jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)

e. Bila saat aktifitas kemudian pusing, keringat dingin maka cepat

minum teh manis

f. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak

licin, tangga ( undak-undakan tidak tinggi)

g. Cegah Kegemukan

Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki

pada penderita DM:

a. Hindari terlalu sering merendam kaki

b. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik

c. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau

menghilangkan kalus

d. Hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit

e. Hindari Rokok

Mengapa pengidap DM beresiko terhadap Ulkus Diabetik

a. Sirkulasi darah kaki kurang baik

b. Indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki mudah terluka

c. Daya Tahan tubuh terhadap infeksi menurun


Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka:

a. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan

kasa steril dan bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera

periksa ke dokter

b. Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke

dokter.

Perawatan kaki Diabetik :

a. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu

apung/sikat halus

b. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari

c. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna

(pucat,kemerahan), bentuk (pecah-pecah,lepuh,kalus,luka), Suhu

(dingin,lebih panas)

d. Bila kaki kering, olesi dengan lotion

e. Potong kuku/kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku

terlalu keras kaki direndam dahulu dalam air hangat (37,5’C)

selama 5 menit. Kemudian kikir agar kuku tidak tajam.

f. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun/wol

g. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada

sesuatu didalamnya.

h. Gunakan sendal yang baik sesuai ukuran dan nyaman dipakai,

dengan ruang sepatu yang cukup dengan jari-jari


i. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki dan

jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancer

j. Lakukan senam kaki

k. Jangan biarkan luka sekcil apapun

Cara Memilih Sepatu yang baik bagi penderita DM :

a. Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar kurang lebih ½ inchi

lebih panjang dari kaki

b. Bentuk : Ujung sepatu jangan runcing,tinggi tumit < 2 inchi

c. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut

d. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin


Lampiran 6

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN (SAP)

TERAPI KOMPLOMENTER KAYU MANIS PADA PASIEN DIABATES

MELLITUS TIPE 2

Topik : Terapi Komplomenter Kayu Manis Pada Pasien Diabetes


Sub Topik :
1. Pengertian DM
2. Diagnosis DM
3. Pengertian Kayu Manis
4. Cara pemberian kayu manis
5. Cara pembuatan air rebusan kayu manis
Sasaran : Pasien dan Keluarga

Waktu : 30 menit

Hari/ tanggal : Jumat/ 9 Juli 2021

Tempat : Rumah pasien

Nama Penyluh : Sinta Safitri

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan proses penyuluhan selama 30 menit

diharapkan pasien mampu memahami tentang pengertian dan

kegunaan kayu manis.


2. Tujuan Instruksional

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit pasien dapat

menjelaskan kembali tentang :

a. Menjelaskan pengertian DM

b. Menjelaskna diagnosis DM

c. Menjelaskan pengertian Kayu Manis

d. Menjelaskan cara pemberian kayu manis

e. Menjelaskan cara pembuatan air rebusan kayu manis

B. Metode Penyuluhan

1. Demonstrasi

2. Tanya jawab

C. Media

1. Leaflet

D. Materi Penyuluhan

1. Pengertian Diabetes Melitus

2. Diagnosis Diabetes Melitus

3. Pengertian Kayu Manis

4. Cara pemberian kayu manis

5. Cara pembuatan air rebusan kayu manis


E. Strategi Pelaksanaan

No Tahap kegiatan Waktu Kegiatan penyuluhan Sasaran


1 Pembukaan 2 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Menyampaikan maksud dan b. Mendengarkan dan
tujuan materi menyimak
c. Menjelaskan pokok c. Bertanaya
pembahasan mengenai
d. kontrak waktu perkenalan dan
tujuan jika ada
yang kurang jelas.
2 Pelaksanaan 15 menit a. Menjelakskan secara Mendengarkan dan
singkat tentang pengertian praktik
DM
b. Menjelaskan secara
singkat tentang Diagnosis
DM
c. Menjelaskan Pengertian
Kayu Manis
d. Menjelaskan cara
pemberian kayu manis
e. Menjelaskan dan
mempraktikan cara
pembuatan air rebusan
kayu manis
3 Evaluasi 5 menit a. Memberikan kesempatan Bertanya dan menjawab
untuk bertanya pertanyaan
b. Memberikan kesempatan
untuk menjawab
pertanyaan
4 Penutup 3 menit a. Menyampaikan a. Mendengarkan dan
kesimpulan materi ikut serta
b. Mengakhiri kegiatan b. Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
c. Mengucapkan salam c. menjawab

F. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur

a. Pasien ditempat penyuluhan

b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah pasien

c. Media yang digunakan dalam penyuluhan leaflet

2. Evaluasi Proses

a. Pasien antusias terhadap materi penyuluhan

b. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjawab

pertanyaan yang sudah di berikan

3. Evaluasi Hasil

a. Pengertian Diabetes Melitus

b. Diagnosis Diabetes Melitus

c. Pengertian Kayu Manis

d. Cara pemberian kayu manis

e. Cara pembuatan air rebusan kayu manis

Metode evaluasi : Tanya jawab

Sumber :

Hudaya, Andi Nur, dkk. (2019). “Pengaruh Rebusan Kayu Manis

Terhadap Perubahan Kadar Trigliserida Pada Prediabetes Di Kota

Makassar”. Journal Of Indonesia Community Nutrition.

https://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/view/63-70/4412

diakses pada 8 Juli 2021 Jam 09.30 WIB.


Novendy., dkk. (2020). “Efektivitas Pemberian Kayu Manis Dalam

Penurunan Kadar Gula Darah Setelah 2 Jam Pemberian”. Jurnal Muara

Sains, Teknologi, Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan.

https://journal.untar.ac.id/index.php/jmistki/article/view/9029/6170

diakses pada 7 Juni 2020 Jam 09.20 WIB .

Syafriani & Besti Verawati. (2017). “Pengaruh Ekstra Kayu Manis

Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 Di

Desa Kumantan Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota”. Jurnal

Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai,

https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners/article/view/120/8

9, diakses pada 7 Juli 2021 Jam 09. 35 WIB.


G. Lampiran

Kayu Manis

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang

ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemia). Disebebkan

karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin

dalam tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam

sel agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel

2. Diagnosis

Penyakit itu mudah diketahui dengan memeriksa kadar glukosa

darah. Diagnosis diabetes mellitus dipastikan bila:

a. Kadar gula darah sewaktu adalah 200mg/dL atau lebih

ditambah gejala khas diabetes.

b. Glukosa darah puasa 126 mg/dL atau lebih pada 2 kali

pemeriksaan pada saat berbeda.

3. Pengertia Kayu Manis

Kayu manis merupakan salah satu rempah-rempah yang mudah

didapat dan sering digunakan sebagai bumbu dalam memasak yang

beberapa tahun terakhir ini diteliti memiliki efektivitas dalam

mengontrol gula darah, baik pada orang sehat maupun pada orang

dengan diabetes mellitus.


4. Cara pemberian kayu manis

a. 1 batang kayu manis atau secukupnya sesuai kebutuhan dan rebus

dengan air sebanyak 200 ml hingga mendidih. Sebelum diberikan

air rebusan kayu manis, harus diperiksa nilai kadar gula darah

sewaktu terlebih dahulu. Kemudian diberikan air rebusan kayu

manis dan akan diperiksa kembali nilai kadar gula darah sewaktu

setelah 2 jam.

b. Selama 2 jam, responden tidak diijinkan untuk makan maupun

minum

c. Setelah 2 jam dan pemeriksaan kadar gula darah, responden sudah

dapat kembali makan maupun minum.

5. Cara pembuatan obat herbal kayu manis

a. Siapkan bahan utama yaitu 1 batang kayu manis

b. Siapkan air 200ml untuk direbus

c. Tunggu air hingga mendidih

d. Rebus kayu manis 5-10 menit

e. Tiriskan lalu sajikan kedalam gelas.

Catatan : untuk pengonsumsian herbal kayu manis sekitar seminggu 2

kali, sesuai kebutuhan.


Lampiran 8
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN (SAP)

Tema : Senam Ergonomik


Sasaran : Pasien Diabetes Militus
Tempat : Rumah Keluarga Ny. E
Hari/Tanggal : Sabtu/ 10 Juli 2021
Waktu : 15.00 WIB

A. Latar Belakang

Senam Ergonamik adalah suatu Teknik senam untuk

mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturan system saraf dan

aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke otak, membuka system

kecerdasan system keringat, system pemanas tubuh, system pembakaran

asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat, system kesegaran tubuh, dan

system kekebalan tubuh (Wratsongko, 2006 dalam penelitian Devy Arum

Sari 2020)

B. Tujuan

1. Tujuan Penyuluhan Umum

Setelah mengikuti Pendidikan Kesehatan tentang senam ergonomik

selama 20 menit, klien mampu menirukan dan mempraktekannya

sendiri.
2. Tujuan Penyuluhan Khusus

Setelah mengikuti pendidkan Kesehatan ini diharapkan peserta

mampu:

a. Menjelaskan mengenai pengertian senam ergonomik.

b. Menjelaskan manfaat senam ergonomik.

c. Menyebutkan gerakan senam ergonomik.

d. Mempraktikkan senam ergonomik.

C. Metode

Ceramah, tanya jawab, dan demontrasi

D. Media

Leaflet

E. Kegiatan

Tahapan Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Metode

Pembukaan 1. Memberikan salam pembuka 1. Menjawab salam Ceramah


2. Menginformasikan materi yang 2. Mendengarkan dan
5 menit
akan disampaikan memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan penkes 3. Menjawab
pertanyaan
Fase Kerja 1. Menjelaskan pengertian senam 1. Mendengarkan Ceramah dan
10 menit ergonomic 2. Melihat dan demonstrasi
2. Menjelaskan tentang manfaat mempraktikan senam
senam ergonomik. ergonomik
3. Mempraktikan senam ergonomik

Penutup 1. Menyimpulkan materi yang telah 1. Mendengarkan dan Ceramah


disampaikan memperhatikan
5 menit
2. Melakukan evaluasi 2. Menjawab
3. Mengucapkan salam penutup. pertanyaan
3. Menjawab salam.

F. Evaluasi

1. Apa pengertian senam ergonomik?

2. Apa manfaat senam ergonomik?

3. Bagaimana cara senam ergonomik?


MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Senam Ergonomik


Senam ergonomik merupakan senam yang gerakan dasarnya terdiri
atas lima gerak yang masing-masing memiliki kandungan manfaat
berbeda, tetapi saling terkait satu dan lainnya. Senam Ergonamik adalah
suatu Teknik senam untuk mengembalikan atau membetulkan posisi dan
kelenturan sistem saraf dan aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen
ke otak, membuka sistem kecerdasan sistem keringat, sistem pemanas
tubuh, sistem pembakaran asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat,
system kesegaran tubuh, dan sistem kekebalan tubuh (Wratsongko, 2013).
2. Manfaat senam ergonomik.
a. Mengoptimalkan metabolisme
b. Mencegah sakit pinggang dan menjaga syaraf memori (daya ingat).
c. Melancarkan BAK dan BAB dan melancarkan pencernaan.
d. Meningkatkan, mempertahankan suplai darah, dan oksigenasi otak
secara optimal.
e. Serta optimalisasi fungsi organ paru, jantung, ginjal, lambung, usus,
dan liver. Wratsongko, 2015)
3. Gerakan Senam Ergonomik
Menurut Sagiran (2012 dalam jurnal penelitian Lilik Nurmalika &
Chandra H.P, 2019) Awali setiap gerakan senam dengan menarik napas,
gunakan teknik napas dada, yaitu saat menarik napas perut dikecilkan dan
dada dibusungkan. Tujuan gerakan ini ialah agar rongga dada dapat
berkembang optimal dan paru-paru dapat lebih banyak menghimpun
udara. Melakukan senam ergonomik secara rutin, minimal selama dua
minggu, akan melatih tubuh untuk melakukan gerakan fisik. Berikut ini
penjelasan mengenai teknik Gerakan senam ergonomic adalah:
a. Gerakan ke 1
Berdiri tegak dengan dua lengan diputar ke belakang semaksimal
mungkin kemudian rasakan keluar dan masuknya udara dengan rileks.
Saat dua lengan di atas kepala, jari kaki jinjit.
b. Gerakan ke 2
Dari posisi berdiri tegak dengan menarik napas dalam secara rileks,
tahan napas sambil membungkukkan badan ke depan (napas dada)
semampunya. Tangan berpegangan pada pergelangan kaki sampai
punggung terasa tertarik/teregang. Wajah menengadah sampai terasa
tegang/panas. Saat melepaskan napas, lakukan hal itu dengan rileks
dan perlahan.
c. Gerakan ke 3
Menarik napas dalam (napas dada) lalu tahan sambil
membungkukkan badan ke depan dan dua tangan bertumpu pada paha.
Wajah menengadah sampai terasa tegang/panas. Saat membungkuk,
pantat jangan sampai menungging.
d. Gerakan ke 4
Posisi Duduk Perkasa dengan dua tangan menggenggam
pergelangan kaki, menarik napas dalam (napas dada), badan
membungkuk ke depan sampai punggung terasa tertarik/teregang,
wajah menengadah sampai terasa tegang/panas. Saat membungkuk,
pantat jangan sampai menungging. Saat melepaskan napas, lakukan hal
itu secara rileks dan perlahan.
e. Gerakan ke 5
Gerakan putaran energi inti diawali dengan duduk simpuh dengan
punggung kaki sebagai alas. Dua lengan lurus ke depan, lalu
pergelangan tangan diputar mulai dari depan dada sampai atas kepala,
wajah menengadah melihat putaran tangan, kemudian putar
pergelangan tangan ke arah luar sebanyak 60 putaran. Saat putaran
berakhir, menghirup napas dan ditahan. Dua lengan digerakan ke
belakang melewati dua pinggang hingga dua lengan lurus dengan
telapak tangan menghadap ke atas. Badan membungkuk ke depan,
kemudian wajah ditengadahkan sampai terasa darah (gerakan energi)
berjalan dari punggung ke wajah (wajah tampak kemerahan). Jika
sudah maksimal, maka napas dihembuskan perlahan (rileks) tidak
menghentak.

Sumber :
Nurmalika, Lilik dan Chandra H.P. (2019). “Senam Ergonomik Untuk Mengatasi
Hiperglikemi Pada Lansia Dengan Dm Di Panti Wreda Harapan Ibu Semarang”.
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan. http://jurnal.akper-
whs.ac.id/index.php/mak/article/view/73/61 diakses pada tanggal 7 Juli 2021 Jam
13.15 WIB.
Wratsongko. 2013. Pedoman Sehat Tanpa Obat, Senam Ergonomik. Jakarta :
Gradmedia

Wratsongko, Madyo dan Trianggoro. 2011. Resep Pencegahan dan Penyembuhan


Penyakit dengan Gerakan Sholat. Jakarta : Qultum Meida
Lampiran 9
LEMBAR KONSULTASI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

NAMA : Sinta Safitri


NIM : 1800001032
JUDUL : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Ny. E dengan
Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus Tipe 2 Di
UPTD Puskesmas Kabupaten Purwakarta Tahun 2021
PEMBIMBING 1 : Ns. Hendar Sutisna, S.Kep., M.Kep

No Hari/ Tanggal Materi Konsultasi Masukan Pembimbing Paraf

1. Jumat/ 28 Mei 1. Pengajuan Judul dan


2021 hipotesa
2. Senin/ 7 Juni 1. Revisi Hipotesa
2021
3. Jumat/ 11 Juni 1. Revisi Hipotesa
2021
4. Selasa/ 15 Juni 1. Revisi hipotesa
2021 2. ACC hipotesa dan judul
3. Konsul BAB 1-3
5. Selasa/ 22 Juni 1. Revisi BAB 1 - 3
2021
6. Senin/ 28 juni 1. Revisi BAB 1-3
2021 2. ACC Proposal
7. Kamis/ 1 Juli 1. Sidang proposal
2021
8. Sabtu/ 10 Juli 1. Revisi proposal
2021 2. Konsul BAB 4

9. Senin/ 12 Juli 1. Revisi proposal


2021 2. Revisi BAB 4 dan 5

10 Sabtu/ 14 Juli 1. Revisi BAB 4 dan 5


. 2021 2. Konsul Abstrak
11 Sabtu/ 17 Juli 1. Revisi BAB 4 dan 5
. 2021 2. Revisi Abstrak
12 Kamis/ 22 Juli 1. Revisi BAB 4 dan 5
. 2021 2. Revisi Abstrak
13 Minggu/ 25 Juli 1. ACC BAB 4 dan 5
. 2021 2. ACC Abstrak
14 Rabu/ 28 Juli 1. Sidang KTI
. 2021
15 Minggu/ 8 1. Revisi KTI BAB 1-5 setelah
. Agustus 2021 sidang
Lampiran 10
LEMBAR KONSULTASI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

NAMA : Sinta Safitri


NIM : 1800001032
JUDUL : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Ny. E Dengan
Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus Tipe 2 Di
UPTD Puskesmas Kabupaten Purwakarta Tahun 2021
PEMBIMBING 2 : Ns. Aditiya Rahman, S.Kep
No Tanggal Materi Konsultasi Masukan Pembimbing Paraf
1. Rabu/ 7 Juli 1. Konsul BAB 1-3
2021
2. Selasa/ 10 Juli 1. Revisi BAB 1-2
2021
3. Jumat/ 16 Juli 1. Revisi BAB 1-2
2021 2. Konsul BAB 4-5
4. Jumat/ 23 Juli 1. Acc BAB 1-5
2021
5. Kamis/ 12 1. Revisi BAB 1-5
Agustus 2021 setelah sidang
Lampiran 13
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Penulis

Nama : Sinta Safitri

NIM : 1800001032

TTL : Purwakarta, 14 Desember 1999

Alamat : Kp. Cipinang Karya Rt/Rw 02/01, Desa Cipinang,

Kecamatan Cibatu, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Riwayat Pendidikan :

1. TK An-Nur Cipinang Lulus Tahun 2006

2. SD Negeri 1 Cipinang Lulus Tahun 2012

3. MTs Daruh Hikmah Lulus Tahun 2015

4. SMA Negeri 1 Cibatu Lulus Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai