P07534017081
TAHUN 2020
KARYA TULIS ILMIAH
P07534017081
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui
Pembimbing
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Teknologi Laboratorim Medis Poltekkes Kemenkes Medan
Medan, Juni 2020
Ketua Penguji
Penguji I Penguji II
Endang Sofia Siregar S.Si, M.Si Sri Widya Ningsih, S.Si, M.Si
NIP. 196010131986032001 NIP. 198109172012122001
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease with characterized
hyperglycemic due to abnormalities insulin secretions, insulin performance, or
both of them. Relationship between Diabetes Mellitus and Creatinine because of a
disturbance in the pancreas resulting in increased blood sugar levels. The
purpose of this study is to determine creatinine levels in type 2 diabetes mellitus.
This type of research is descriptive in nature, using two secondary data by
searching Literature studies, at Sanglah Hospital in Denpasar totaling 30 people
and in hospitals. Bhayangkara Palembang City numbered 64 people. So the total
of all samples totaled 94 people. Based on the two journals, it was obtained from
examination of creatinine levels in patients with Diabetes mellitus of 94 people.
Based on creatinine age variables that were higher in the age group of 61-70
years 50%. And in the sex variable of 94 people including 50 people who were
male 53.2% with higher creatinine levels found in the male 23 people 53.5%.
Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease that can cause complications such as
diabetic nephropathy. for patients to maintain blood sugar levels of patients with
type 2 diabetes mellitus in order to remain optimal, so that complications do not
occur.
Keywords : Type 2 Diabetes Mellitus, Creatinine
Reading List : 2020 (2005 – 2019
POLIKTEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
i
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
KTI, Juni 2020
ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Hubungan Diabetes Melitus dengan Kreatinin karna adanya
gangguan pada pankreas mengakibatkan kadar gula darah meningkat. Penelitian
ini bertujuan untuk menentukan kadar kreatinin pada penderita Diabetes melitus
tipe 2. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dangan menggunakan
dua data sekunder dengan cara melakukan studi Literatur, di RSUP Sanglah
Denpasar yang berjumlah 30 orang dan di RS. Bhayangkara Kota Palembang
berjumlah 64 orang. Jadi total seluruh sample berjumlah 94 orang. maka diperoleh
hasil pemeriksaan kadar kreatinin pada penderita DM dari 94 orang Berdasarkan
variabel umur kadar kreatinin yang tinggi lebih di dominasi pada kelompok usia
61-70 tahun 50%. Dan pada variabel jenis kelamin dari 94 orang terdapat 50
orang yang berjenis kelamin laki- laki 53,2% dengan Kadar kreatinin yang tinggi
lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin Laki-Laki 23 orang 53,5%. Diabetes
melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang dapat menyebabkan komplikasi
seperti nefropati diabetika. bagi pasien agar menjaga kadar gula darah penderita
diabetes melitus tipe 2 supaya tetap optimal, agar tidak terjadi komplikasi.
ii
KATA PENGANTAR
iii
4. Ibu Endang Sofia, S.Si,M.Si selaku penguji I dan Ibu Sri Widia
Ningsih,S.Si, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan Kritikan
dan saran untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh Dosen Dan staff Pegawai Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Medan.
6. Kepada kedua orang tua tercinta Alm. H. Damanik Dan ibu Asnawati
Hasibuan yang senantiasaselalu memberikan kasih sayangnya, Doa-
nya, nasihat, bimbingan, serta semangat selama penulis menjalani
pendidikan.
7. Kepada Zainita K. Daminik S.Tr. Keb dan semua Kakak – Kakak saya
yang telah memberikan motivasi, Doa, dan dorongan semangat selama
penulis menjalani pendidikan.
8. Kepada Risdaya Surbakti dan buat sahabat saya Sarah Hafidzah, Siti
Octavian, Nurhawani, DeaTribua, Rangga, Umi Sartika. Atas motivasi
dan dukungannya kepada penulis. Dan Seluruh teman- teman
mahasiswa Teknologi Laboratorium Medis angkatan 2017 yang
senantiasa saling memberikan motivasi, semangan, Dan doanya
Kepada Penulis.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Penelitian 4
1.3.1. Tujuan Umum 4
1.3.2. Tujuan Khusus 4
1.4. Manfaat Penelitian 5
v
2.2.1. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap fungsi Ginjal 19
2.3. Defenisi Kreatinin 20
2.3.1. Metabolisme Kreatinin 20
2.3.2. Hubungan Diabetes Melitus dengan Kreatinin 21
2.4. Metode pada pemeriksaan Kreatinin 21
2.5. Interpetasi Hasil 22
2.6. Kerangka Penelitian 22
2.6.1. Kerangka Teori 22
2.6.2. Kerangka Konsep 22
2.7. Definisi Operasional 23
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis DM 10
Tabel 2.2 Konsentrasi Glukosa Darah Sewaktu Dan Puasa 11
Sebagai Patokan Penyaringan Dan diagnosis DM (mg/dl)
Tabel 2.3 Faktor Resiko Untuk DM tipe 2 14
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin Pada Penderita 29
DM Tipe 2 Berdasarkan Kelompok Umur Di RSUP
Sanglah Denpasar
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin Pada Penderita 30
Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Kelompok
Umur RS. Bhayangkara Kota Palembang
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin Pada Penderita 31
Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin
Di RSUP Sanglah Denpasar Dan RS. Bhayangkara
Kota Palembang
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah yang merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk nilai fungsi ginjal pada penderita DM. Pada
penderita DM terutama yang mengalami gangguan ataupun kerusakan pada ginjal,
kadar kreatinin akan meningkat. Kadar keratinin menunjukan komplikasi dari
DM. kadar kereatinin penting untuk di kontrol karena menjadi indikator
perjalanan penyakit DM tipe 2. Pemeriksaaan kadar kreatinin dapat dilakukan
dengan Metode enzimatik, hasil yang menunjukan peningkatan kreatinin serum
mengindikasikan penurunan fungsi ginjal. (Prayuda, 2016). Nilai normal kadar
kreatinin pada pria adalah 0,7–1,3 mg/dl sedangkan pada wanita 0,6 – 1,1 mg/dl.
peningkatan kadar kreatinin dua kali lipat mengindikasikan adanya penurunan
fungsi ginjal sebesar 50%, demikian juga penigkatan kadar kreatinin serum tiga
kali lipat merefeksikan penurunan fungsi ginjal sebesar 75 %. (Astrid A. Afonso,
2016)
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik Hiperglikemia yang terjadi karna kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua – duannya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
beberapa organ tubuh. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah
merumuskan bawah DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam
suatu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai
akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defesiensi insulin absolut relatif dan
gangguan fungsi insulin. (Purnamasari, 2014)
World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi global DM
tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta orang
ditahun 2030. Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menduduki
rangking ke-4 di dunia dalam hal jumlah penderita DM setelah China, India,
Amerika Serikat, Russia. Pada tahun 2014, 9% orang dewasa yang berusia 18
tahun ke atas mengalami DM. Pada tahun 2012, DM merupakan penyebab
kematian sebanyak 1,5 juta, lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi pada
Negara dengan pendapatan sedang dan rendah.sekitar 90% penderita di seluruh
2
dunia merupakan Diabetes Melitus tipe 2 dan tidak jarang hingga terjadi berbagai
komplikasi, (WHO, 2014).
Menurut penelitian epidemiologi Diabetes melitus tipe 2 di yang sampai
saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara
1,4% dengan 1,6%, kecuali di dua tempat yaitu di Semarang 2,3% dan di Manado
6%. Hal ini menunjukan bawah gaya hidup mempengaruhi kejadian Diabetes.
Penyebab tingginya prevalesi Diabetes melitus terkait Malnutrisi (DMTM) atau
yamg sekarang disebut DM tipe lain. Sesuai pemikiran yang di kemukakan di
Indonesia dalam waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan DM di
Indonesia akan meningkat secara deratis, diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada
tahun 2025 naik 2 tingkat dibanding tahun 1995. Dalam jangka waktu 30 tahun
penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan meningkatnya jumlah pasien
Diabetes yang jauh besar yaitu 86-138%, yang disebabkan oleh faktor demografi,
gaya hidup, berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi, meningkatnya
pelayanan kesehatan sehingga umur pasien menjadi lebih panjang. (Yusiono,
2014).
Penyakit diabetes melitus dikenal juga sebagai penyakit kencing manis,
Dm tergolong penyakit yang tidak menular yang penderitanya tidak dapat secara
otomatis mengandalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang
sehat prankeas melepas hormone insulin yang bertugas mengangkut gula melalui
darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasukan energi. DM berdasarkan
penyebab menurut American Diabetes Association/World Health Organization
(ADA/WHO). Diklasfikasikan menjadi 4 macam yaitu : DM tipe 1, DM tipe 2,
DM tipe spesifik, DM kehamilan. (Irianto, Koes, 2014)
Kadar gula darah merupakan salah satu upaya pencegahan yang dapat
dilakukan pasien DM. rutin melakukan kontrol gula darah yang teratur dapat
mencegah munculnya komplikasi, baik mikrovaskular maupun makrovaskuler.
Standar pemeriksaan kadar gula darah di pelayanan keseahatan idealnya
dilakukan menimal 3 bulan sekali, yaitu meliputi pemeriksaan kadar gula darah
puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, dan kadar gula darah sewaktu.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Masfufah pada tahun 2013 menyebutkan
3
bawah dari 36 pasien yang melakukan memeriksan kadar gula darah puasa,
terdapat sebanyak 16,7% pasien yang memiliki kadar gula darah yang baik yaitu
kurang dari 100 mg/dl, sebanyak 5,5% pasien memiliki kadar gula darah antara
100 – 200 mg/dl, dan sebanyak 77,8 % memiliki kadar gula darah buruk atau
tidak terkontrol yaitu lebih dari 126 mg/dl. (Rachmawati, 2015)
Kadar gula darah yang tinggi (hipergliglikemia) akan menyebabkan
terjadinya berbagai komplikasi kronik yang dapat menyerang berbagai organ
seperti mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. baik mikroangiopati mau pun
makroangiopati .penyakit akibat komplikasi mikrovaskuler yang dapat terjadi
pada pasien diabetes melitus salah satunya adalah nefropati diabetika. Nefropati
diabetika merupakan suatu kedaaan dimana ginjal mengalami penurunan fungsi
dan terjadi kerusakan pada selaput penyaringan darah yang disebabkan oleh
kadar gula darah yang tinggi. Keadaaan neftopatika merupakan kerusakan ginjal
yang dijumpai pada 35 – 45 % pasien diabetes melitus. Terutama DM tipe 2.
(Mahara, 2016)
4
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti :
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang gambaran kadar
kratinin pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Pada penulis dan
pembaca khususnya mahasiswa/i dijurusan analis kesehatan.
2. Bagi Masyarakat :
Memberikan informasi dan menambah pengetahuan tentang Diabetes
Melitus dan upaya untuk pencegahan agar tidak dapat menyebabkan
penyakit lain. Dapat dilakukan pasien Dm. Rutin melakukan kontrol
gulah darah yang teratur dapat mencegah munvulnya komplikasi, baik
mikrovaskular maupun makrovaskular.
3. Bagi Ilmu Kesehatan :
Memberi tambahan informasi tentang gambaran kadar kratinin pada
penderita Diabetes Melitus Tipe2, Dan dapat menjadikan referensi
bagi peneliti yang akan datang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1.2. Klasifikasi Diabetes Melitus
7
sekitar 90-95% dari mereka dengan diabetes ada banyak penyebab yang
berada dari bentuk diabetes (Association, 2004)
Kasus diabetes yang terbanyak dijumpai adalah diabetes melitus tipe 2,
yang ditandai adanya gangguan sekresi insulin ataupun gangguan kerja insulin
(resistensi insulin) pada organ terutama hati dan otot. Awalnya resistensi
insulin masih belum menyebakan diabetes secara klinis. Pada saat tersebut sel
beta pankeas masih dapat mengkompensasi keadaan ini dan terjadi suatu
hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat.
Kemudian setelah terjadi ketidak sanggupan sel beta prankeas, baru akan
terjadi diabetes melitus secara klinis, yang ditandai dengan terjadinya
peningkatan kadar glukosa darah yang memenuhi kriteria diagnosis diabetes
melitus. Otot adalah pengguna glukosa paling banyak sehingga resistenssi
insulin mengakibatkan kegagalan ambilan glukosa oleh otot .selain genetik
faktor lingkungan juga mempengaruhi kondisi resistensi insulin. Pada awalnya
kondisi resistensi insulin ini dikompensasi oleh peningkatan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas, produksi insulin ini berangsur menurun sehingga
menimbulkan klinis hiperglikemia yang nyata. Hipergelikemia yang terjadi
bisa memberatkan gangguan sekresi insulin yang sudah ada dan disebut
dengan fenomena glukotoksisitas. (Soegondo, 2014)
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino,
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaa normal,bila ada
rangsangan pada sel beta, insulin sintesis dan kemudian disekresikan kedalam
darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperkuan regulasi glukosa darah.
(Manaf, 2014)
8
c. Berat badan turun, penderitan semakin kurus
d. Penglihatan kabur
e. Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni (urine).
DM tipe 1 ini cenderung diderita oleh mereka yang berusia 20 tahun ,
sedangkan DM tipe 2 timbul secara perlahan sampai menjadi ganguan yang jelas.
Pada tahap awal mirip pada DM tipe 1, yaitu :
a. Sering kencing
b. Merasa haus dan lapar
c. Kelehaan yang berkepanjangan tanpa diketauhi penyebab lain secara pasti.
d. Mudah sakit yang berkepajangan .
e. Penglihatan semakin kabur
f. Luka yang lama atau bahkan tidak kunjung sembuh, sampai membusuk.
g. Kaki terasa kebas dan geli atau tersa terbakar.
h. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita.
i. Inpotensi pada pria.
DM tipe 2 biasa terjadi pada mereka yang berusia 40 tahun keatas,
meskipun saat ini prevalensinya pada remaja dan anak-anak semakin tinggi secara
umum gejala DM yng telah Kronis antara lain sebagai berikut :
a. Gangguan penglihatan , berupa pandangan yang kabur sehingga penderita
sering mengganti-ganti kaca mata.
b. Gatal-gatal dan bisul, gatal-gatal biasanya dirasakan pada lipatan ketiak,
payudara dan alat kelamin.
c. Ganguan saraf tepi (periper), berupa kesemutan terutama pada kaki dan
terjadi mlam hari.
d. Rasa tebal pada kulit.
e. Gangguan fungsi seksual, berupa gangguan ereksi.
f. Keputihan pada penderita perempuan, akibat daya tahan yan turun.
(Irianto, Koes, 2014)
9
2.1.5. Diagnosis Diabetes Melitus (DM)
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa
darah. Dalam menentukan diagnosis Dm harus diperhatikan asal bahan darah
yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan
yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan
darah vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah
dilakukan dilaboratorium klinik yan terpecaya. Walau pun demikian diagnosis
dapat dilakukan dengan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler dengan
memperhatikan angka-angka diagnostik berbeda yang sesuai dengan pembakuan
oleh WHO. Untuk pemantauan berbedaan hasil pengobatan dapat diperiksa
glukosa darah kapiler.
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaringan, uji
diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukan gejala/tanda DM,
sedangkan pemeriksaan penyaringan bertujuan untuk mengindentifikasi mereka
yang tidak bergejala, yang mempunyai resiko DM. PERKINI membagi alur
diagnosis DM menjadi dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas
DM, gejala khas Dm terjadi dari poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan
yang turun tanpa penyebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas Dm
diantaranya lemas, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pluritas vulva
(wanita). Apabila ditemukan gejala khas DM, Pemeriksaan glukosa darah
abnormal satu kali saja sudah cukup untuk meneggakkan diagnosis, namun
apabila tidak ditemukan gejala khas DM maka diperlukan dua kali pemeriksaan
glukosa darah abnormal. Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan table berikut :
10
Tabel 2.1 Karakteristik Diagnosis DM
Karakteristik Diagnosis DM
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 126 mg/dl (7,0 mmol/L ).
Puasa diartikan pasien tidak dapat kalori tambahan sekitar 8 jam.
3. Glukosa plasma 2 jam padsaa TTGO > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan kedalam air.
(Dyah Purnamasari, 2014 ).
11
Pemeriksaan penyaring yang khusus ditujukan untuk DM pada penduduk
umumnya. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan
konsentrasi glukosa darah sewaktu atau konsentrasi glukosa darah puasa,
kemudian dapat diikuti dengan tes glukosa oral (TTGO) standar. (Purnamasari,
2014).
12
a. Glukosa plasma sewaktu puasa > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
b. Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sample yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam os prandial (pp) > 200
mg/dl. (Dr.Hasdianah )
13
2.1.7. Etiologi Diabetes Melitus
1. Faktor – faktor Diabetes tipe 1 :
a. Faktor genetik
penderita tidak mewariskan diabetes itu sendiri mewarisi suatu
predesposisi atau genetik kea rah DM tipe 1 yang memiliki antigen
HLA.
b. Faktor imunologi
Adanya faktor respon autoimun yang merupakan abnormal dimana
antibodi terarah jaringan normal tubuh cara bereaksi jaringan tersebut
yang dianggap sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta. (Dr.Hasdianah )
2. Faktor Diabetes tipe 2 :
1. Genetik/ riwayat Dm dalam keluarga (mempunyai orang tau atau
keluarga dengan DM tipe 2) sehingga resiko lebih besar untuk
penderita dikarenakan gen penyebab DM.
2. Obesitas
3. Pola hidup tidak aktif fisik
4. Pengalaman diabetik intraurine
5. Usia lebih dari 45 tahun, resintesi insulin lebih sering terjadi dengan
pertambahan usia.
6. Hipertensi
7. Pernah diabetes sewaktu hamil
8. Ibu dengan riwayat melahirkan bayi > 4000 gram
9. Kolestrol HDL < 35 mg/dl atau trigliserida > 250 mg/dl
10. Riwayat minum susu formula sewaktu masih bayi.
11. Kadar glukosa darah.
12. Rasa tau latar bekalakang etnis
13. Gaya hidup yang kutrang sehat. (Prayuda, 2016).
14
2.1.7.1. Faktor Resiko Untuk Dm Tipe 2
Tabel 2.3 Faktor Resiko Untuk DM tipe 2
Sumber : Pernerbit Buku kedokteran EGC, Ilmu Gizi Teori & Aplikasi,
editor : Prof.Dr. Hardinsyah,MS, Dkk . Menurut Etik Sulistyowati,2017 Asuhan
gizi pada Diabetes melitus.
15
1. Hipoglikemia, yaitu keadaan penurunan kadar glukosa darah dengan gejala
berupa gelisah , tekanan darah turun lapar, mual, lemah, lesu, keringat
dingin. Gangguan yang sederhana bibir dan tangan gemetar sampai terjadi
koma. Kondisi ini harus segera diatasi, dengan diberi gula murni, minum
sirup, permen atau makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti.
2. Hiperglikemia, yaitu keadaan kelebihan gula darah yang bisaanya
disebabkan oleh makan yang secara berlebihan, stress emosional,
penghentihan DM secara tiba- tiba, gejala merupakan penurunan kesadaran
serta kekurangan cairan (dehidrasi).
3. Ketoasidosis Diabetik, yaitu keadaan peningkatan senyawa keton yang
besifat asam dalam darah yang berasal dari asam lemak bebas dari
pemecahan sel – sel asam lemak jaringan. Gejala dan tandanya nafsu makan
turun, merasa haus, kencing banyak, mual, muntah, nyri diperut, nadi cepat,
pernapasan cepat,nafas berbau khas (keton),hipotensi, menurunya kesadaran
hingga koma. (Irianto, Koes, 2014)
16
f. Kelainan kulit, berupa bekas luka berwarna merah atau kehitaman
terutama pada kaki akibat infeksi yan berulang atau sukar sembuh.
(Irianto, Koes, 2014)
17
darah dan sel retina serta lensa) mempunyai kemampuan untuk
memasukkan glukosa tanpa harus memerlukan insulin (insulin
independent), Glukosa tersebut untuk energi otot maupun disimpan
sebagai cadangan lemak.
Tetapi pada keadaan hiperglikemia tidak cukup terjadi down
regulation dari sistem transportasi glukosa yang non insulin dependen,
sehingga sel kebanjiran masuknya glukosa keadaan yang disebut
hiperglisolia. Hiperglisolia kronik akan mengubah homeostasis biokimia
sel terseut yang kemudian berpotensi untuk terjadinya perubahan
terbentuknya komplikasi untuk diabetes yang meliputi jalur biokimiawi.
(Waspadji, 2014)
18
disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala,
dan palpitasi). Akibat kekurangan glukosa dalam otak,tingkah laku aneh,
sensorium yang tumpul, dan koma. (Prayuda, 2016)
19
glukosa dibanding yang direabsorbsi. Kelebihan glukosa akan keluar bersama
urin yang menghasilkan glukosa yaitu adanya glukosa darah melebih 170 –
180mg/dl yang disebut dengan ambang ginjal untuk glukosa. (Haris, 2017)
20
meningkat disebabkan penyakit ginjal diabetes, kelebihan kreatinin dari (10-20)
disekresi oleh tubulus. Kadar Kreatinin akan meningkat bila kegagalan ginjal
mencapai 50% hingga 70%. Ekskresi Kreatinin akan berkurang pada usia 40
tahun dan mulai meningkat di usia 60-70 tahun ekskresi hanya 50% dari umur
dewasa tanpa ada kelainan ginjal. (Haris, 2017)
21
ammonia. Kreatinin deaminase metal hidantoin + NH3 Ammonia di
deteksi menggunakan GDH atau berhelot reaction atau menggunakan N-
metil hidantoin amino hidrolase. In dry chemistry : metode ini dapat di
gunakan di in dry chemistry – ammonia di produksi bereaksi dengan
bromophenol blue. (Haris, 2017)
Normal
Penderita Diabetes
Pemeriksaan
Melitus Tipe 2
Berdasarkan Faktor Kreatinin
Meningkat
Umur dan Jenis
Kelamin
22
2.7. Definisi Operasional
1. Diabetes Melitus Tipe 2:
Suatu penyakit yang kadar gulu darah dan kadar kreatininnya diatas
normal.
a. Jenis kelamin : jenis kelamin penderita DM tipe 2 yaitu laki-laki dan
perempuan
b. Umur : umur penderita Dm tipe 2 pada saat pemeriksaan kadar
kreatinin.
2. Pemerikasaan Kreatinin
Pemeriksaan kreatinin untuk mengetahui adanya kadar kreatinin pada
penderita DM tipe 2 dengan menggunakan metode enzimatik.
3. Nilai normal kadar kreatinin yaitu : pada wanita 0,5 – 0,9 mg/dl sedangkan
pada laki – laki 0,7 – 1,2 mg/dl.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
24
3.6. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kreatinin :
Centrifuge, Alat yang digunakan architect plus 8200, Biosystem BA-40,
Clinipette 100 uL dan 1000 uL, Cuvette atau tabung khan, Mikropipet , Spuit 3 ml,
Cup serum, Kapas alcohol, Plester, Rak tabung
b. Bahan
1. Sample serum
a. Serum
Serum adalah darah yang terdapat di dalam tabung dan di
biarkan selama 15 menit dan darah tersebut akan membeku
selanjutnya akan mengalami retraksi bekuan akibat terperasnya
cairan dalam bekuan tersebut, selanjutnya darah disentrifuge
dengan kecepatan dan waktu tertentu. Lapisan jernih berwarna
kuning muda dibagian atas disebut serum, (Haris, 2017).
3.7. Reagensia
25
3.8. Prinsip Kerja
Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam alkali membentuk
kompleks yang berwarna merah jingga, Konsentrasi warna yang terbentuk sesuai
dengan kadar kreatinin.
26
3.9.2. Cara Pengambilan Serum.
1. Darah yang telah diambil dibiar membeku di tabung vacum.
2. Sediakan tabung perbandingan dengan volume yang sama dengan volume
darah yang akan dicentrifuge.
3. Masukan darah yang akan dicentrifuge dengan posisi berhadapan.
4. Tutup centrifuge atur kecepatan hingga 3000 rpm dengan waktu 15 menit
lalu tekan tombol "ON” pada alat centrifuge.
5. Setelah serum dan sel darah terpisah, ambil serum dan masukkan kedalam
tabung reaksi yang baru.
6. Dan lakukan pemeriksaan.
3.10. Cara Kerja Pemeriksaan Kreatinin Pada Alat Architect Plus 8200
1. Ambil serum yang telag dicentifuge sebanyak 200-500 uL lalu masukkan
kedalam tabung.
2. Letakkan tabung berisi sample pad arak tabung architect plus 8200.
3. Masukkan rak tabung pada alat architect plus 8200
4. Klik “Ordes “ → Patien Order → Masukan rak, Posisi rak dan barcode →
Klik parameter urea → Kemudian add order.
5. Biar alat berkerja secara otomatis
6. Lihat hasil.
27
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan variabel
Dependen dalam bentuk tabel frekuensi, yaitu distribusi frekuensi kadar
kreatinin pada penderita diabetes melitus tipe II. berdasarkan jenis
kelamin, umur.
28
BAB 4
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Gusti Ayu
Putu tahun 2016 pemeriksaan kadar kreatinin pada penderita diabetes melitus
tipe 2 berdasarkan faktor usia dan jenis kelamin.Yang berjumlah 30 orang Di
RSUP Sanglah Denpasar sebagai berikut.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Kadar Kreatinin Pada Penderita
DM Tipe 2 Berdasarkan Kelompok Umur Di RSUP Sanglah Denpasar
Berdasarkan pada Tabel 4.1 , Diketahui bahwa penelitian yang telah dilakukan
pada 30 penderita DM Tipe 2 di RSUP Sanglah yang berusia 31-80 tahun
diperoleh tiga kategori hasil pemeriksaan kadar kreatinin serum yaitu normal,
tinggi dan rendah. Diperoleh 18 orang memiliki kadar kreatinin tinggi yang
didominasi oleh kelompok usia 61-70 tahun yaitu 9 orang (50%).
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Nurhayati
2018 pemeriksaan kadar kreatinin pada penderita diabetes melitus tipe 2
berdasarkan faktor usia . Yang berjumlah 64 orang Di RS Bhayangkara Kota
Palembang sebagai berikut.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Kadar Kreatinin Pada Penderita
DiabetesMelitus Tipe 2 Berdasarkan Kelompok Umur RS. Bhayangkara
Kota Palembang
30
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Jurnal
Gusti Ayu Putu tahun 2016 dan Jurnal Nurhayati 2018 pemeriksaan kadar
kreatinin pada penderita diabetes melitus tipe 2 berdasarkan faktor jenis kelamin
sebagai berikut :
Tabel 4.3
31
4.2.Pembahasan
4.2.1.Karakteristik Kadar Kreatinin Pada Penderita DM Tipe 2
Berdasarkan Umur.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Gusti Ayu Putu Di RSUP Sanglah
Denpasar Dan Nurhayati di RS. Bhayangkara Kota Palembang dari 94 penderita
DM Tipe 2 di dapatkan penderita yang berumur 31-80 Di RSUP Sanglah
Denpasar dan penderita yang berumur ≥ 45 tahun di RS. Bhayangkara Kota
Palembang. Maka diperoleh hasil kadar kreatinin pada kedua penelitian ini yang
dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, rendah dan normal. Dimana
sebanyak 60% memiliki kadar kreatinin yang tinggi, 30% memiliki kadar
kreatinin yang normal, dan 10% memiliki kadar kreatinin yang rendah.
Karateristik umur Kadar kreatinin pada penderita DM Tipe 2 yang
berumur 31-80 Di RSUP Sanglah Denpasar dari 30 orang diperoleh kadar
kreatinin yang tinggi 18 orang memiliki kadar kreatinin yang tinggi didominasi
pada kelompok umur 61-70 yaitu 9 orang (50%). Sedangkan kadar kreatinin
pada penderita DM tipe 2 Di RS. Bhayangkara Kota Palembang Berdasarkan
karakteristik umur hasil penelitian dari 56 orang yang berumur ≥ 45 tahun dengan
kadar kreatinin tinggi, 51.8% yang juga didominasi pada kelompok umur 61-70
tahun 50%.
Hasil penelitian ini sejalan bahwa Dari penelitian Gusti Ayu Putu Di
RSUP Sanglah Denpasar dan penelitian Nurhayati Di RS. Bhayangkara Kota
Palembang yang menyatakan penderita diabetes melitus tipe 2 kadar kreatinin
yang tinggi didominasi pada kelompok umur 61-70 tahun yaitu 50%. Usia yang
diatas 40 tahun lebih rentah terkenak penyakit Diabetes melitus. Hal tersebut
terjadi karena pada usia lebih dari 40 tahun akan mengalami proses hilangnya
beberapa nefron.
Berdasarkan teori yang dikemukan oleh Sidartawan Soegondo pada buku
Ilmu Penyakit Dalam bahwa faktor umur dapat mempengaruhi kadar kreatinin
dimana kadar kreatinin pada umur 61-70 jauh lebih tinggi dari pada orang muda .
Kadar kreatinin yang tinggi menandakan sudah mulai menurunnya fungsi ginjal
yang akan mengarah ke gagal ginjal disamping itu juga kadar kreatinin yang
32
tinggi disebabkan karena penderita DM Tipe 2 sudah mengalami komplikasi gagal
ginjal. Seiring bertambahnya usia seseorang juga akan diikuti oleh penurunan
pada fungsi ginjalnya. menyebabkan filtrasi kreatinin tidak sempurna sehingga
kadar kreatinin dalam darah meningkat. Semakin meningkatnya usia ditambah
dengan penyakit kronis seperti DM, ginjal cenderung akan menjadi rusak akibat
dari kadar gula darah yang tinggi dan fungsi ginjal tidak dapat dipulihkan kembali
sehingga banyak penderita DM mengalami komplikasi gagal ginjal.
Hal ini juga sejalan bahwa penelitian Dari penelitian Gusti Ayu Putu Di
RSUP Sanglah Denpasar dan penelitian Nurhayati Di RS. Bhayangkara Kota
Palembang bahwa penderita DM banyak di alami oleh jenis kelamin laki – laki.
Berdasarkan teori Menurut buku Ilmu Penyakit Dalam edisi VI bahwa penderita
DM lebih sering dialamin pada jenis kelamin laki – laki bahkan lebih meningkat,
dikarenakan kreatinin dipengaruhi oleh perubahan massa otot, aktifitas fisik yang
berlebihan pada laki-laki, Total kreatinin yang di eksresikan perhari normalnya
pada pria rata-rata 14-26 mg/kg/hari, dan pada wanita 11-20 mg/kg/hari. sehingga
menyebabkan kadar kreatinin lebih tinggi dari pada perempuan. Disebabkan
perempuan biasanya memiliki kadar kreatinin rendah dibanding laki-laki karena
perempuan biasanya memiliki massa otot lebih kecil dan memiliki fase
menopause dan dapat diakibatkan oleh adanya riwayat DM gestational.
33
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Kadar Kreatinin
pada penderita DM tipe 2 dengan kreteria Jenis kelamin dan Umur maka dperoleh
hasil pemeriksaan dari 94 orang terdapat kadar kreatinin sebagai berikut.
1. Hasil dari persentase pemeriksaan laboratorium pada literature 1 dan 2
diperoleh hasil Berdasarkan dari variable jenis kelamin dari 50 orang yang
berjenis kelamin laki- laki 53,2% dengan Kadar kreatinin yang tinggi lebih
banyak dijumpai pada jenis kelamin Laki-Laki 23 orang 53,5%. Dan
kadar kreatinin yang normal 52,4% dan kadar kratinin rendah 55.6%.
Sedangkan dari 44 orang yang berjenis kelamin perempuan 47,8% dengan
kadar kreatinin tinggi 20 orang 46,5%, dengan kadar kreatinin yang
normal 47,6%, dan kadar kreatinin yang rendah 44,4%.
2. Hasil dari persentase pemeriksaan laboratorium pada literature 1 diperoleh
hasil Berdasarkan variabel umur Di RSUP Sanglah Denpasar dari 30 orang
kadar kreatinin yang tinggi lebih di dominasi pada kelompok usia 61-70
tahun 50%. Kadar keratinin yang tinggi 18 orang 60% , dengan kadar
kreatinin normal 9 orang 30%. Dan dengan kadar kreatinin rendah 3
orang 10%. Sedangkan hasil pemeriksaan dari literature 2 pada RS.
Bhayangkara Kota Palembang berdasarkan variabel umur, dari 56 orang
yang berumur ≥ 45 tahun sebanyak 39.3% dengan kadar kreatinin tinggi,
51.8% yang juga didominasi pada kelompok usia 61-70 tahun 50%.
dengan kadar kreatinin normal dan 8.9% dengan kadar kreatinin rendah.
Sedangkan dari 8 orang yang berumur < 45 tahun sebanyak 37.5% dengan
kadar kreatinin tinggi, 50.0% dengan kadar kreatinin normal dan 12.5%
dengan kadar kreatinin rendah.
34
3. Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang dapat
menyebabkan komplikasi seperti nefropati diabetika. Pemeriksaan
kreatinin berfungsi sebagai indikator perjalanan penyakit DM yang
berpotensi mengalami gagal ginjal
5.2. Saran
1. Bagi pasien diabetes melitus tipe 2 untuk melakukan aktivitas fisik yang
cukup dan memeriksakan fungsi ginjalnya selama pengobatan.
2. Kepada pasien untuk menjaga kadar gula darah penderita diabetes melitus
tipe 2 supaya tetap optimal,agar komplikasi dapat dicegah dan tidak
memburuk keadaan apabila sudah mengalami komplikasi.
3. Bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan meneliti
faktor lain yang mempengaruhi kadar kreatinin pada penderita DM seperti
terkontrol atau tidaknya pengobatan pasien.
35
DAFTAR PUSTAKA
Haris, H. (2017). Hubungan Kadar Gula Darah Puasa Dan Kreatinin Pada
pasien Diabetes Militus Tipe 2 di RSUD Ambarawa. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Padma, Gusti Ayu Putu. (2017). Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar. Poltekkes Denpasar, 107-117.
Prof.DR. Hardiansyah, M. (2017). ILMU GIZI Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Rachmawati, N. (2015). Gambaran Kontrol Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Militus Di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang. Fakultas Kedokteran Universitas Dipenegoro Semarang.
INFORMED CONSENT
(Lembar Persetujuan Responden )
Dengan Hormat,
Nama saya, Evani Harfah Damnaik, Mahasiswa di Poltekkes Kemenkes
Medan Jurusan Teknologi Laboaratorium Medis dan sedang melakukan penelitian
yang berjudul “Gambaran Kadar Kreatinin Serum Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Tahun 2020”.
Saya melakukan penelitian studi Literatur mengunakan data skunder setiap
data yang sudah didapat tidak akan disebarluaskan dan dijamin kerahasiannya.
Adapun informasi yang saya terima tersebut akan digunakan sebagai data
penelitian. Data yang didapat akan sangat berguna sebagai referensi terhadap
pihak terkait. Untuk penelitian ini saudara/i tidak dikenakan biaya apapun.
JADWAL PENELITIAN
N Bulan
o Jadwal
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
Penulusaran
1 Pustaka
Pengajuan
2 Judul KTI
Konsultasi
3 Judul
4 Konsultasi
dengan
Pembimbing
5 Penulisan
Proposal
6 Ujian
Proposal
7 Pelaksanaan
Penelitian
8 Penulisan
KTI
9 Ujian KTI
10 Yudisium
11 Wisuda
Lampiran 5
IDENTITAS DIRI
Riwayat Pendidikan :
1. TK Ar–Rasyid Tj. Morawa : 2004 - 2005
2. Sekolah Dasar (SD) Ar–Rasyid Tj. Morawa : 2005 - 2011
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Tj.Morawa : 2011 - 2014
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tj.Morawa : 2014 - 2017
4. Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan : 2017 - 2020