Anda di halaman 1dari 86

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA

Oleh
MUHAMMAD FIKRI
17171022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


ACEH BESAR
2020
PROFIL PENGENDALIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM
CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan


Penelitian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dokter
Pada Fakultas Kedokteran Universitas
Abulyatama Aceh

Oleh
MUHAMMAD FIKRI
17171022

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2020
HALAMAN ORISINALITAS

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER


INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal penelitian yang berjudul “Profil
Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara” adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun dan kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir proposal ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Universitas
Abulyatama Aceh.

Aceh Besar, Maret 2021

Muhammad fikri
NIM 17171022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

PROFIL PENGENDALIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI


POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM
CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

OLEH:
MUHAMMAD FIKRI
NIM: 17171022

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan dewan sidang
Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama Aceh

Aceh Besar, 28 juni 2020


Disetujui Oleh dewan sidang skripsi

Pembimbing 1 Pembimbing II

dr. Said Aandy Saida, Sp.PD, FINASIM. dr. Zurriyani,Sp.PD, FINASIM.

Menyetujui, Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Dekan Fakultas Kedokteran

dr. Yuni Rahmayanti, M.Biomed. dr. Fachrul Jamal, Sp.An, KIC.

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

PROFIL PENGENDALIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI


POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM
CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

OLEH:
MUHAMMAD FIKRI
NIM: 17171022

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan dewan sidang
Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama Aceh

Aceh Besar, 28 juli 2020


Disetujui Oleh dewan sidang skripsi

Pembimbing I dr. Said Aandy Saida, Sp.PD, FINASIM


……………………….

Pembimbing II dr. Zurriyani,Sp.PD, FINASIM ………………………

Penguji I Isfanda, M.Si .....................................

Penguji II dr. Fitria Widya Gani, M.KM ......................................

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

dr. Yuni Rahmayanti, M.Biomed

iii
ABSTRAK
MUHAMMAD FIKRI. Profil Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara. Dibimbing
oleh dr. Said Andy Saida, Sp.PD dan dr.Zurriyani, Sp.PD, FINASIM.
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia yang terjadi ketika pankreas tidak dapat
memproduksi insulin yang cukup untuk tubuh, terjadinya kelainan sekresi insulin
ataupun tubuh tidak efektif menggunakan insulin tersebut.Menurut WHO penderita
diabetes terus bertambah setiap tahun hingga mencapai angka 415 juta orang.
RISKESDAS 2018 menunjukkan di Aceh terjadi peningkatan kasus dari tahun 2013
sampai 2018 sebesar 2,0%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil
pengendalian dari aktivitas fisik, pola makan, dan kepatuhan minum obat pada
penderita DM tipe 2. Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang dengan teknik
total sampling. Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan
pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang
responden yang menderita diabetes melitus tipe 2 dilihat berdasarkan kepatuhan
minum obat 54 orang (54%) pada kategori sedang dan 3 orang (3%) pada kategori
tinggi. Berdasarkan aktifitas fisik 49 orang (49%) aktifitas ringan dan 15 orang (15%)
aktifitas berat. Berdasarkan pola makan 100 orang (100%) termasuk dalam kategori
baik. Rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit
untuk menyediakan buku pendataan pasien baru dan lama bagi kasus diabetes
mellitus tipe 2.

Kata kunci : Profil DM tipe 2, kepatuhan minum obat, aktivitas fisik, pola makan

iv
ABSTRACT

MUHAMMAD FIKRI. Profil Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik


Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara. Dibimbing
oleh dr.Said Andy Saida, Sp.PD dan dr.Zurriyani, Sp.PD, FINASIM.
Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by an increase in blood
sugar levels or hyperglycemia that occurs when the pancreas is unable to produce
enough insulin for the body, an abnormality in insulin secretion occurs or the body is
ineffective in using this insulin. According to WHO, diabetes sufferers continue to
increase every year until it reaches figure 415 million people. The 2018 RISKESDAS
shows that in Aceh there was an increase in cases from 2013 to 2018 by 2.0%. The
purpose of this study was to determine the control profile of physical activity, diet,
and medication adherence to type 2 diabetes mellitus sufferers.The sample in this
study amounted to 100 people with a total sampling technique. The design of this
research is descriptive observational with cross sectional approach. The results
showed that out of 100 respondents who suffered from type 2 diabetes mellitus,
according to the adherence to taking medication, 54 people (54%) were in the
moderate category and 3 people (3%) were in the high category. Based on physical
activity, 49 people (49%) had light activities and 15 people (15%) had heavy
activities. Based on the diet, 100 people (100%) are in the good category. The
recommendation of this study is expected to be an input for hospitals to provide data
books for new and old patients for cases of type 2 diabetes mellitus.

Key words: type 2 diabetes mellitus profile, physical activity, Based on the diet,
adherence to taking medication

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Penyusunan Skripsi yang
berjudul “Profil Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara”. Tugas ini diajukan sebagai
syarat untuk menyelesaikan Tugas Penyusunan Skripsi pada Jurusan Pendidikan
Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh Angkatan
2017.

Penulis menyadari bahwa begitu banyak bantuan moril maupun materiil yang
diberikan dalam menyelesaikan tugas ini. Tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, Tugas Penyusunan Skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat, rezeki, kekuatan,


kesehatan, kesabaran dan ilmu yang bermanfaat sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penyusunan proposal ini.
2. Keluarga tercinta, Bapak Jamaluddin dan Ibu Erlina yang dengan sabar,
perhatian dan penuh kasih sayang tidak henti-hentinya memberikan dorongan,
bantuan dan restunya dalam menyelesaikan Tugas Penyusunan Skripsi ini.
3. dr. Said Andy Saida, Sp.PD dan dr. zurriyani, Sp. PD, FINASIM selaku dosen
pembimbing dalam Penyusunan Skripsi ini yang telah mengarahkan,
mengoreksi dengan sangat baik, penuh kesabaran dan ketelitian, juga
memberikan wawasan serta motivasi sehingga Tugas Penyusunan Skripsi ini
dapat diselesaikan.
4. dr. Yuni Rahmayanti, M.Biomed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kedokteran Umum Universitas Abulyatama Aceh.

vi
5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kedokteran Umum Universitas
Abulyatama Aceh, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
proses perkuliahan.
6. Teman-teman Program Studi Pendidikan Kedokteran Umum Angkatan 2017
yang telah memberikan doa dan dukungannya selama ini.
7. Serta rekan dan pihak-pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung
telah memberikan bantuan dan doanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Penyusunan


Skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
berharap dari semua pihak yang membaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun agar dapat menjadi masukan untuk masa yang akan datang
bagi penulis dan pembaca.

Aceh Besar, Maret 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN ORISINALITAS........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iii

ABSTRAK...................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....v
DAFTAR ISI...............................................................................................................vi

DAFTAR TABEL.......................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xii

BAB I.....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................3

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti....................................................................................3

1.4.2 Manfaat Bagi Akademisi...............................................................................4

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat.............................................................................4

BAB II....................................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5

2.1 Diabetes Melitus Tipe 2.......................................................................................5

viii
2.1.1 Definisi..........................................................................................................5

2.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko............................................................................5

2.1.3 Patofisiologi..................................................................................................6

2.1.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................8

2.2 Pengendalian Kadar Glukosa Darah....................................................................8

2.2.1 Kadar Glukosa Darah....................................................................................9

2.2.2 Faktor Yang Dapat Meningkatkan Kadar Gula Darah................................10

2.2.3 Faktor Yang Dapat Menurunkan Kadar Gula Darah..................................14

2.3 Strategi Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2.................................................19

2.3.1 Pola Makan..................................................................................................19

2.3.2 Aktivitas Fisik.............................................................................................20

2.3.3 Kepatuhan minum obat...............................................................................21

2.4 Kerangka Teori..................................................................................................23

2.5 Kerangka Konsep...............................................................................................24

BAB III................................................................................................................................25

METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................................25

3.1 Jenis dan Desain Penelitian................................................................................25

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian.........................................................................25

3.2.1 Populasi.......................................................................................................25

3.2.2 Sampel.........................................................................................................25

3.3 Variabel Penelitian.............................................................................................26

3.3.1 Variable independen (bebas).......................................................................26

3.3.2 Varibel depeden (terikat).............................................................................26

3.4 Definisi Operasional..........................................................................................26

ix
3.5 Instrumen Pengumpulan Data............................................................................27

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................27

3.7 Rancangan Pengelolahan Data...........................................................................27

3.8 Rancangan Analisis Data...................................................................................28

3.8.1 Analisis Data Univariat...............................................................................28

3.9 Etika Penelitian..................................................................................................29

BAB IV................................................................................................................................30

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................30

4.1 Hasil Penelitian..................................................................................................30

4.1.1 Analisi Univariat.........................................................................................30

4.2 Pembahasan........................................................................................................34

4.2.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin......................34

4.2.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita DM Tipe 2.................37

4.2.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gula Darah............................................39

4.2.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat.......................43

4.2.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik.......................................45

4.2.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Makan...........................................48

4.3 Keterbatasan Penelitian.................................................................................50

BAB V..................................................................................................................................51

KESIMPULAN..................................................................................................................51

5.1 Kesimpulan........................................................................................................51

5.2 Saran..................................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................52

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional 25

4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin 30

4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita DM Tipe 2 31

4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gula Darah 31

4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat 32

4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik 32

4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Makan 33

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman
2.1 Sebab Hiperglikemia Pada DM 7
2.2 Kriteria Pengendalian DM 9
2.3 Kerangka Teori 23
2.4 Kerangka Konsep 24

xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai

dengan kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia yang terjadi ketika pankreas

tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk tubuh yang mengakibatkan

terjadinya kelainan sekresi insulin ataupun tubuh tidak efektif menggunakan

insulin tersebut.1–3 DM dapat di klasifikasi yang terdiri dari DM tipe 1 dan DM

tipe 2.1 DM yang terbanyak diderita adalah DM tipe 2 yang terdiri sekitar 90-95%

orang. Penyakit DM juga disebut dengan silent killer karena penyakit ini akan

membunuh penderita secara diam-diam. Komplikasi yang dapat terjadi jika

terkena penyakit DM adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan berujung

kematian.2

Penyakit DM sangat mengancam manusia. Menurut World health

organization (WHO) bahwa penderita DM akan terus bertambah setiap tahun

hingga mencapai angka 415 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2040

penderita DM akan terus meningkat mencapai 642 juta orang, dengan kejadian

tertinggi pada penderita DM tipe 2 sebanyak 95%.4,5 Menurut data International

Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015 indonesia berada pada posisi ke 7 di

dunia dari 10 negara yang penderita DM sangat tinggi. Tercatat bahwa populasi

yang menderita DM di Indonesia pada tahun 2015 mencapai angka 5,8% atau pun

sekitaran 8,5 juta jiwa.6

1
Data Risekesdas 2013-2018 terjadi peningkatan prevalensi kejadian DM

berdasarkan diagnosis dokter pada umur diatas 15 tahun. Provinsi Aceh pada

tahun 2013 sebesar 1,5% dan pada tahun 2018 terjadi peningkatan sebesar 2,0%.

Data konsensus Perkeni 2011 terjadi juga peningkatan kasus pada tahun 2013-

2018 yang diukur dengan pemeriksaan darah pada penduduk umur diatas 15

tahun. Didapatkan bahwa pada tahun 2013 sebesar 6,9% dan pada tahun 2018

terjadi peningkatan sebesar 8,5% dan berdasarkan konsensus Perkeni 2015 terjadi

peningkatan prevalensi pada tahun 2018 sebesar 10,9%.7,8 Data Riskesdas 2018

prevalensi diabetes pada Provinsi Aceh juga mengalami peningkatan pada tahun

2013 sebesar 1,8% dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 sebesar 2,4%.9

Di Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2020

terdapat peningkatan prevalensi jumlah pasien yang terdiagnosa DM Tipe 2 pada

bulan januari sebanyak 230 orang dan pada bulan september terjadi peningkatan

sebesar 290 orang. Karena terjadi peningkatan prevalensi DM timbulnya beberapa

komplikasi yang akan terjadi seperti penyakit kardiovaskular, stokre, gagal ginjal,

peripheral arterial disease (PAD) atau penyakit arteri perifer.10

Pengendalian DM memiliki tujuan yaitu menghilangkan keluhan DM,

memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi resiko komplikasi. Untuk

memenuhi tujuan tersebut dibutuhkan pengendalian dari gula darah. 11 Gula darah

puasa terkendali bila dikategorikan baik : 80-100mg/dL, sedang : 100-125, dan

buruk : >126mg/dL.12 Ada beberapa penyebab yang dapat meningkatkan kadar

gula darah yaitu kurang berolahraga, meningkatnya stres, bertambahnya jumlah

2
makanan yang dikonsumsi, pertambahan berat badan dan usia, serta dampak dari

penggunaan obat-obatan.13 Hal yang dapat mengendalikan gula darah yaitu

penyuluhan edukasi untuk promosi hidup sehat, lalu pemberian terapi gizi medis

untuk prinsip pengendalian dari pola makan, melakukan latihan jasmani yang

dapat dilakukan yaitu : jalan cepat, jogging, dan pemberikan terapi farmakologi

yang terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.12

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana profil pengendalian

pada penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh

Utara

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi dan

faktor-faktor yang dapat mengendalikan gula darah pada pendeita DM tipe 2 di

poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini mengetahui profil pengendalian DM tipe 2 di

poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini mengetahui profil pengendalian dari aktivitas

fisik, pola makan, dan kepatuhan minum obat pada penderita DM tipe 2 di

poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara

3
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian diharapkan sebagai pembelajaran dan menambah pengetahuan

tentang profil pengendalian DM tipe 2.

1.4.2 Manfaat Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan bagi instansi pendidikan dalam upaya

penyebaran informasi mengenai profil pengendalian DM tipe 2 yang dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi

masyarakat pentingnya profil pengendalian DM tipe 2

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus Tipe 2

2.1.1 Definisi

Diabetes melitus (DM) tipe 2 ialah suatu kelompok penyakit metabolik yang

ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja

insulin ataupun kedua-duannya.14

2.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Penderita DM tipe 2 terjadi karena banyak faktor. Salah satunya adalah faktor

genetik dapat diperoleh dari orang tua yang memliki riwayat DM dan pada faktor

lingkungan sangat erat kaitannya dengan penderita DM tipe 2 yang dapat berasal dari

life style seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, merokok dan kebiasaan

mengonsumsi alkohol, dan faktor hipertensi. Kejadian penderita DM tipe 2 paling

banyak dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas fisik (65,10%). Beberapa penderita DM

tipe 2 sangat jarang sekali olahraga adalah karena tidak adanya waktu, kurang

motivasi didalam diri, malas ataupun lelah, dan sibuk dengan pekerjaanya.14

Menurut America Diabetes Association (ADA) penderita diabetes sangat

berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti riwayat keluarga

dengan diabetes melitus, umur ≥45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat

badan bayi > 4000 gram ataupun riwayat menderita DM gestasional dan riwayat lahir

dengan berat badan rendah (< 2,5 kg). dan juga faktor risiko yang dapat diubah

seperti obesitas berdasarkan IMT (Indek Masa Tubuh) ≥ 25kg/m 2 atau lingkar perut

5
pada wanita ≥ 80cm dan pada laki-laki ≥ 90cm, kurangnya aktivitas fisik, penderita

hipertensi, dislipidemia dan diet tidak sehat.15

2.1.3 Patofisiologi

Kasus DM terbanyak djumpai adalah DM tipe 2 yang ditandai dengan adanya

ganguan sekresi insulin ataupun gangguan kerja dari insulin (resistensi insulin) pada

sel target organ terutama hati dan otot. Awalnya resisten insulin belum menyebabkan

DM secara klinis, namun pada saat tersebut sel β pankreas masih belum bisa

mengkompensasi keadaan tersebut dan terjadi suatu hiperinsulinemia dan glukosa

darah masih dalam keadan normal ataupun baru sedikit meningkat. Namun setelah

terjadi ketidak sanggupan sel β pankreas, baru terjadinya DM secara klinis, yang

ditandai dengan terjadi peningkatan kadar glukosa darah yang memenuhi kriteria

diagnosis dari DM tersebut.12

Penggunaan glukosa pada otot sangat banyak sehingga resistensi insulin

mengakibatkan kegagalan pengambilan glukosa oleh otot. Pada awalnya kondisi

resistensi insulin ini dapat dikompensasi oleh peningkatan sekresi insulin oleh sel β

pankreas. Seiring dengan progresifitas suatu penyakit maka produksi insulin ini

berangsur menurun menimbulkan klinis hiperglikemia yang nyata. Hiperglikemia

terjadi saat fase setelah makan saat otot gagal melakukan pengambilan glukosa secara

optimal.12

Fase selanjutnya produksi insulin semakin menurun, maka produksi glukosa

di hati yang berlebihan dan mengakibatkan peningkatan glukosa darah pada saat

puasa. Hiperglikemia yang terjadi memperberat gangguan sekresi insulin yang sudah

6
ada fenomena ini disebut glukotoksisitas. Selain pada otot, resistensi insulin juga

dapat terjadi pada jaringan adiposa sehingga merangsang produksi insulin dan

meningkatnya asam lemak bebas. Hal ini menyebabkan gangguan proses ambilan

glukosa oleh sel otot dan mengganggu sekresi insulin oleh sel β pankreas. Fenomena

ini disebut dengan lipotoksisitas.12

Dasar pengetahuan ini makan dapat diperkirakan bahwa dalam pengelolaan

DM tipe 2, pemilihan penggunaan farmakologi sangat tergantung dengan fase mana

diagnosis diabetes ditegakkan yaitu dengan kelainan dasar yang terjadi ada saat

tesebut seperti (Gambat 2.1 ) 12:

1. Resistensi insulin pada jaringan lemak, otot dan hati

2. Kenaikan produksi glukosa oleh hati

3. Kekurangan sekresi insulin oleh pankreas

7
Gambar 2.1 Sebab Hiperglikemia Pada DM 12

2.1.4 Manifestasi Klinis

Penderita DM terdapat berbagai macam keluhan yang dapat ditimbulkan,

seperti:

1. Keluhan klasik diabetes melitus adalah poliuria (banyak kencing atau sering

kencing dimalam hari), polidipsia (banyak minum), Polifagia (banyak

makan), penurunan berat badan tanpa sebab apapun, tingkat nafsu makan

yang bertambah tetapi berat badan turun dengan drastis (5-10 kg dalam waktu

2-4 minggu), mudah lelah.

2. Keluhan yang lain ditimbulkan adalah badan lemas, kesemutan, gatal, mata

kabur, kelelahan, mudah mengantuk, gigi mudah goyang dan mudah lepas,

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvus pada wanita, pada ibu hamil

sering terjadi keguguran ataupun kematian pada janin dalam kandungan atau

dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.11,15

2.2 Pengendalian Kadar Glukosa Darah

Pengendalian kadar glukosa darah yang baik sangat diperlukan untuk

mencegah terjadinya komplikasi akut dan kronis. Menyatakan kadar glukosa

terkontrol baik tidak hanyak hilangnya gejala dari DM tetapi harus dengan

dilakukannya pemeriksaan kadar glukosa darah, kadar HbA1c, dan profil lipid.

DM yang terkendali baik tidak hanya kadar glukosa darahnya, kadar lipid, dan

HbA1c mencapai kadar yang normal tetapi pola makan sehat, meningkatkan

8
kegiatan jasmani, memakai obat DM, melakukan pemantauan kadar glukosa

darah harus sesuai dengan target yang ditentukan.11,16

2.2.1 Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah adalah jumlah kandungan yang terdapat didalam plasma

darah. Pengaturan kadar glukosa darah yang melibatkan hati, jaringan-jaringan

ekstrahepatika dan hormon-hormon. Saat terjadinya konsentrasi glukosa darah

meningkat, hormon insulin akan disekresi untuk mengurangi konsentrasi glukosa

darah ke kadar yang normal. Saat konsentrasi glukosa menurun, glukosa akan

disekresi sehingga kadar glukosa darah akan meningkat menjadi kadar

normal.17,18

Penderita DM yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan

komplikasi-komplikasi, untuk dapat mencegahnya komplikasi-komplikasi yang

akan terjadi diperlukan pengendalian gula darah yang baik. DM terkendali dapat

dilihat dari beberapa kriteria-kriteria pengendalian seperti glukosa darah, kadar

lipid, tekanan darah dan HbA1C seperti tercantum pada ( Gamber 2.2 ):12,16

BAIK SEDANG BURUK


Glukosa darah
(mg/dL)
 Puasa 80-100 100-125 >126
 2 jam post- 80-144 145-179 >180
pradial
A1c (%) <6,5 6,5-8 >8
Kol.total (mg/dL) <200 200-239 >240
Kol. LDL (mg/dL) <100 100-129 >130
Kol. HDL (mg/dL) >45

9
Trigliserida (mg/dL) <150 150-199 >200
IMT (kg/m2) 18,5-23 23-25 >25

Tekanan darah <130/80 130-140/80-90 >140/90


(mmHg)

Gambar 2.2 Kriteria Pengendalian DM 12

2.2.2 Faktor Yang Dapat Meningkatkan Kadar Gula Darah

1. Usia > 45 tahun

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatan DM yang dapat disebabkan

oleh faktor perilaku atau gaya hidup seperti merokok dan kurangnya melakukan

aktivitas fisik serta kurangnya mengkonsumsi buah-buahaan dan sayuran. DM bisa

terjadi pada semua usia dari anak-anak, orang dewasa hingga lansia, namun tertinggi

diderita pada usia dewasa di atas 45 tahun. Dikarenakan DM muncul pada seseorang

yang sudah masuk usia setelah 45 tahun dimana pada orang yang sudah berat badan

berlebih, sehingga tubuh tidak dapat lagi peka terhadap insulin, dan akan memburuk

jika adanya komplikasi penyakit lainnya khusunya pada penderita lanjut usia. Seiring

pertambahnya usia metabolisme di dalam tubuh sudah melambat dan mobilitas tubuh

juga menjadi rendah yang akan mempercepat pergantian massa otot dengan lemak di

tubuh. Sehingga sangat cepatnya meningkat terjadinya obesitas yang merupakan

salah satu faktor risiko dari DM. 19

Prevalensi DM tertinggi diderita oleh perempuan dari pada laki-laki.

Karenakan perempan sangat berpeluang untuk mengalami peningkatan indeks massa

tubuh. Proses hormonal pada wanita seperti sindroma siklus mestruasi, pasca

10
menopause yang dapat mengakibatkan lemak tubuh terakumulasi sehingga wanita

sangat rentan terkena DM tipe 2. Pada wanita yang mengalami obesitas terjadi

penurunan massa otot yang dapat menyebabkan berkurangnya konsumsi kalori

sehingga setiap makan akan diubah menjadi lemak dan hal ini akan menyebabkan

obesitas.16

2. Makanan
DM sangat berkaitannya dengan pola konsumsi makanan terutama

karbohidrat. Mengomsumsi karbohidrat dapat berpengaruh terhadap peningkatan dari

kadar gula darah yang memicu DM. hasil penelitian menunjukkan kebiasan

mengomsumsi makanan olahan dari tepung seperti biskut yang mengandung

karbohidrat yang tinggi dapat memicu kejadian DM. karena asupakan karbohidrat

yang melebihi akan semakin meningkatkan kadat gula darah dan tidak dapat

dikendalikan dalam batas normal.19

Dalam melakukan fungsinya, tubuh membutuhkan sumber berupa energi

kimia yang tersimpan dari bahan-bahan makanan. Energi tersebut akan dilepakan jika

sudah melalui proses metabolisme dalam tubuh. Karbohidrat adalah makanan yang

memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh. Karbohidrat akan diabsorpsi didalam tubuh

dalam bentuk gula dalam proses metabolisme. Saat proses metabolisme, insulin

dibutuhkan untuk memasukan glukosa dan bahan nutrisi lainnya ke dalam sel untuk

digunakan sebagai sumber energi. Apabila insulin kurang atau sel resisten terhadap

insulin, maka terjadi peningkatan kadar glukosa darah dan karena terjadi resisten

11
insulin dapat menjadi dasar dari terjadinya sindroma dismetabolik (disipidemia,

hiperglikemia, hipertensi) akibat obesitas terutama obesitas sentral.19

12
1. Obesitas

DM tipe 2 sangan berkaitannya dengan obesitas. Penderita yang obesitas

terdapat kalori yang berlebih sehingga menimbulkan penimbunan lemak di jaringan

kulit. Hal menyebabkan resistensi insulin akan timbul pada daerah yang mengelami

penimbunan lemak sehingga akan menghambat kerja dari insulin di jaringan tubuh

dan otot. Hal ini menyebabkan glukosa darah tidak dapat disalurkan ke dalam sel

sehinga meningkatkan kadar glukosa didalam darah. Penimbunan lemak beban yang

tinggi dapat menyebabkan meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan

memacu oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot.20

2. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah suatau gerakan tubuh yang tujuan untuk meningkatkan

dan mengeluarkan tenaga ataupun energi. Melakukan aktivitas fisik sangat berperan

dalam mengontrol gula darah tubuh dengan cara mengubah gula darah menjadi

energi. Penderita yang melakukan aktivitas fisik ringan kemunginan 7,15 kali lebih

besar mempunyai resiko kadar gula darah yang tidak terkontrol daripada yag

melakukan aktivitas fisik yang sedang. Sedangkan penderita yang melakukan

aktivitas fisik secara teratur dan baik memiliki hubungan yang signifikan dengan

keberhasilan pengelolaan DM tipe 2.21

Aktivitas fisik merupakan intervensi yang sangat baik untuk meningkatkan

aksi insulin pada homeostatis glukosa pada individu sehat dan individu yang

memiliki resistensi insulin seperti penderita DM tipe 2. Efek aktifitas fisik yang

13
menguntungkan ini disebabkan oleh adanya peningkatan insulin dalam ambilan

glukosa di dalam otot rangka sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa

plasma.21

Adaptasi otot skelet atau otot rangka pada aktivitas fisik salah satunya terjadi

peningkatan efek hemodinamik insulin. Aktivitas fisik menyebabkan perubahan pada

ekspresi atau aktivitas protein yang terlibat pada metabolisme glukosa pada otot

rangka. Manfaat pada melakukan aktivitas fisik yang dimediasi oleh (AMP-

dependent protein kinase) AMPK adalah yang menghasilkan peningkatan penyerapan

glukosa dan glukosa tranporter. AMPK dianggap sebagai sensor pusat energi

intraseluler yang diaktifkan oleh peningkatan AMP. Manfaat yang kedua dari

aktivitas fisik adalah peningkatan besar dalam sensitivitasi tranpor glukosa akibat

stimulasi insulin. Respon dari peningkatan transpor glukosa akan terjadi aktivitas otot

yang mengalami kontraki, hal ini mungkin dimesiasi oleh berbagi macam sinyal

intramycellular, meliputi teraktivasinya AMPK, Akt phosphorylation, produksi NO,

dan mekanisme chalsium-mediated meliputi CaMK dan PKC.21

Efek dari sensitivitas insulin dari aktivitas akut hanya berlangsung selama 48

jam jika tidak dibarengi dengan aktivitas lainnya. Namun aktivitas fisik dalam jangka

waktu yang panjang dapat menginduksi peningkatan sensitivitas insulin otot yang

ditunjungkan oleh peningkatan ekspresi atau aktivitas sinyal-sinyal protein yang

mempengaruhi regulasi ambilan glukosa oleh otot rangka.21

Adaptasi dari otot skletet pada aktivitas fisik terjadi peningkatan efek

hemodinamik insulin. Aktivitas fisik dapat menyebabkan perubahan pada ekspresi

14
atau aktivitas proten yang terlibat pada metabolisme glukosa pada otot rangka yang

akan meyebabkan meningkatan insulin pada hemeostasis glukosa pada individu sehat

dan indivisu yang memiliki resistensi terhadap insulin seperti pasien DM tipe 2. Efek

menguntungkan dari melakukan aktivitas fisik ini disebabkan oleh adanya

peningkatan aksi insulin dalam ambilan glukosa di otot rangka sehingga dapat

menyebabkan penurunan kadar glukosa plasma.21

2.2.3 Faktor Yang Dapat Menurunkan Kadar Gula Darah

Terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan kadar gula darah yaitu

dengan perilaku hidup sehat dengan mengikuti beberapa anjuran seperti : mengikuti

pola hidup sehat, meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan yang teratur,

mengonsumsi obat DM dan obat lainnya pada secara teratur.11

1. Terapi Nutrisi Medis

Pengaturan pola hidup sehat pasien dianjurkan untuk melakukan terapi nutrisi

medis dengan prinsip pengaturan pengaturan makan yaitu makanan yang seimbang

dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Sangat

perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan

jumlah kandungan kalori, terutama yang menggunakan obat yang dapat

meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.11

Beberapa komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :

A. Karbohidrat

Komposisi karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

Dan untuk penambahan glukosa dalam bumbu diperbolehkan agar penyandang DM

15
dapat makan bersama dengan keluarga lainnya. Hal lain yang ditambahkan yaitu

Penambahan pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa tetap

tidak melebihi batas aman dari konsumsi harian (Accepted Daily Intake/ADI), dan

dianjurkan makan tiga kali sehari dan dapat diberikan makan selingan seperti buah-

buahan atau makanan lain.

B. Lemak

Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak

diperkenakan melebihi 30% total asupan energi. Terdapat juga bahan makanan yang

perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara

lain : daging berlemak dan susu fullcrem. Dan yang harus diperhatikan juga konsumsi

kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.

C. Protein

Kebutuhan protein sebesar 10-20% dari total asupan energi. Sumber protein

yang baik dapat berasal dari ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,

produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.

D. Natrium

Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat

yaitu <2300 mg perhari. Sumber natrium dapat berasal dari garam dapur, vetsin, soda,

dan bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium nitrit.

E. Serat

Penyandang DM dianjurkan untuk mengonsumsi serat dapat berasal dari kacang-

kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran

16
konsumsi serat adalah 20-35 gram.hari yang berasal dari berbagi sumber bahan

makanan.

17
F. Pemanis Alternatif

Penggunkan pemanis alternatif dapat digunakan tetapi tidak melebihi batas

aman Accepted Daily Intake (ADI). Terdapat dua kelompok pemanis alternatif yaitu

pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori. Di perhatikan juga pemanis berkalori

perlu diperhitungkan kandungan dari kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori,

seperti glukosa alkohol dan fruktosa. Fruktosa tidak dianjurakan pada penyandang

DM karena dapat meningatkan kadar LDL. Juga pemanis tidak berkalori seperti

aspartame, sakarin, sucralose, neotame.

2. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah suatu gerakan tubuh yang berjuan untuk meningkatkan dan

mengeluarkan tenaga atau energi. Melakukan aktifitas fisik dapat berperan dalam

mengontrol gula darah dengan cara mengubah glukosa menjadi energi. Aktivitas fisik

yang dilakukan akan mempengaruhi kadar glukosa darah. Penggunaan glukosa oleh

otot akan meningkat saat melakukan aktivitas fisik yang tinggi. Hal tersebut

disebebkan glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa

darah dalam keadaan seimbang. Pada keadaan normal, keseimbangan kadar glukosa

darah dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dalam sistem saraf, regulasi glukosa,

dan keadaan hormonal. Aktivitas fisik secara langsung dapat berhubungan dengan

kecepatan pemulihan glukosa darah otot. Saat melakukan aktivitas fisik, otot-otot

tubuh akan bereaksi dengan mengggunakan glukosa darah yang disimpan sehingga

simpanan glukosa akan berkurang. Dalam keadaan tersebut terjadi reaksi otot yaitu

otot mengambil glukosa darah sehingga kadar glukosa darah menjadi menurun yang

dapat meningkatkan kontrol glukosa darah.19

18
Melakukan latihan jasmani adalah adalah salah satu pilih dari pengelolaan

DM tipe 2 apabila tidak disertai dengan nefropati. Kegiatan jasmani dilakukan secara

teratur sebanyak 3-5 kali per minggu selama sekitara 30-45 menit. Saat melakukan

kegiatan jasmani dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum

latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus

mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan latihan

jasmani ditunda. Melakukan kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan

termasuk latihan jasmani mensekipun dianjurkn untuk selalu aktif setiap hari.22

Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat

badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga memperbaiki kadar glukosa

darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik

seperti jogging, jalan cepat, bersepeda santai, dan berenang. Latihan jasmani

sebaikinya disesuikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan

jasmani pada penyandang DM yang relatif sehat dapat ditingkatan, sedangkan pada

penyandang DM yang disertai komlikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan

disesuikan dengan masing-masing individu.23

3. Pengobatan

Pemberian farmakologi diberikan bersamaan dengan pengaturan makan dan

latihan jasmani (gaya hidup sehat). Pemberian farmakologi terdiri dari obat oral dan

bentuk suntikan.11

19
1. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi:

Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue) dan meningkatan sensitivitas terhadap

insulin. Untuk obat pemacu sekresi insulin (Insulin Secretagogue) adalah obat

Sulfonilurea dimana golongan obat ini mempunyai efek utama untuk meningkatkan

sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping dari penggunaan obat ini adalah

hipoglikemia dan peningkatan berat badan. Hati-hati penggunaan obat sulfonilurea

pada pasien dengan risiko tinggi hipoglikemia. Obat Glinid adalah merupakan obat

yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan

selresi insulin fase pertama. Ada 2 macam golongan obat yaitu Repaglinid (derivat

asam benzoate) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat

seteleh pemeberian secara oral dan diekskresi secara melalui hati. Obat ini dapat

mengatasi hiperglikemia post prandial.

Bahwa untuk obat peningkatan Sensitivitas terhadap Insulin adalah Metformin

yang merupakan obat pilihan pertama ada sebagaian kasus DM tipe 2. Metformit

mempunyai efek mengurangi produksi glukosa hati (gluconeogenesis), dan

memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Obat Tiazolidindion (TZD) adalah

agonis dari peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPAR-gamma), suatu

reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini

mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein

pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer.

20
2.3 Strategi Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2

Strategi pengendalian DM tipe 2 yaitu pola makan, aktifitas fisik dan

kepatuhan minum obat. Apabila tidak menjalankan pengendalian dengan baik maka

akan terjadi penurunan dan peningkatan kadar gula darah yang tidak stabil, selain itu

dampak yang lebih parah bisa terjadi shock hipoglikemi suatu keadaan dimana kadar

gula darah dibawah 60 mg/d atau hiperglikemi kondisi gula darah yang tinggi.5

Ketidakpatuhan DM terhadap pengendalian dapat berdampak negatif terhadap

kesehatannya. Jika kadar gula darah tidak terkontrol, komplikasi diabetes mellitus

yang akan timbul, misalnya pada mata, jantung, saraf dan dapat terjadi komplikasi

yang akut seperti hipoglikemi dan ketoasidosis diabetikum dimana jika tidak segera

ditangani komplikasi tersebut dapat berbahaya.5

2.3.1 Pola Makan

Motivasi penderita diabetes mellitus dalam menjalankan pengendalian kadar

gula darah dengan baik adalah mengatur pola makan setiap penderita sesuai dengan

prinsip 3J yaitu jumlah makanan, jenis dan jadwal makan. Pentingnya keteraturan

makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan terutama pada mereka

yang menggunakan obat penurun glukosa darah maupun insulin. Hal lain yang harus

diperhatikan adalah aktivitas fisik dan kepatuhan terhadap obat. Aktivitas fisik selama

20-30 menit yang dilakukan 3-4 kali seminggu dapat meningkatkan insulin sehingga

kadar glukosa darah menurun. Olahraga yang kurang menyebabkan makanan yang

masuk ke tubuh tidak dibakar melainkan timbun sebagai lemak dalam tubuh. Begitu

halnya dengan kepatuhan terhadap obat.24

21
Pola makan, aktifitas fisik dan kepatuhan minum obat dapat meningkatkan

kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa. Dimana DM tipe 2 disebabkan

oleh penurunan respon jaringan perifer terhadap insulin dan penurunan kemampuan

sel β prankeas untuk mensekresi insulin sebagai respon terhadap beban glukosa. Jika

faktor-faktor pengendalian diabetes melitus tidak dikontrol dengan baik maka dapat

menyebabkan kadar insulin yang tinggi dan mengakibatkan reseptor insulin berupaya

melakukan pengaturan sendiri dengan menurunkan jumlah reseptor. Hal ini

menyebabkan penurunan respon reseptornya dan mengakibatkan terjadinya resistensi

insulin, tingginya insulin dalam tubuh ini dapat megakibatkan desensitisasi reseptor.

Pada resistensi insulin terjadi peningkatan produksi glukosa dan penurunan

penggunaan glukosa sehingga mengakibatkan hiperglikemi yang tidak terkontrol.12

2.3.2 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah suatau gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka

yang memerlukan energi. Pengaruh dari melakukan aktivitas fisik secara langsung

berhubungan dengan peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa

banyak otot mengambil glukosa dari aliran darah). Saat berolahraga, otot akan

menggunakan glukosa yang disimpan dalam otot jika glukosa berkurang, otot akan

mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari darah. Hal ini akan

mengaibatkan menurunnya glukosa darah sehingga memperbesar pengendalian

glukosa darah.22,23

Aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang dapat meningkatnya sensitifitas

reseptor insulin sehingga glukosa dapat diubah menjadi energi melalui metabolisme.

22
Salah satu manfaat melakukan aktivitas fisik yaitu dapat menurunkan kadar glukosa

darah pada penderita DM, mencegak kegemukan, dan berperan dalam mencegah

komplikasi.22,23

Aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang akan mempengaruhi kadar dari

gula darahnya. Peningkatan penggunaan glukosa oleh otot akan meningkatkan saat

seseorang melakukan aktivitas fisik yang sangat tinggi. Hal ini sebebakan karena

glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga kadar gula darah tetap seimbang.

Aktvitas fisik juga secara langsung berhubungan dengan kecepatan pemulihan dari

gula darah otot. Saat melakukan aktivitas fisik, otot-otot yang ada didalam tubuh akan

bereaksi dengan menggunakan glukosaa yang disimpannya sehingga glukosa yang

tersimpan tersebut akan berkurang. Dalam keadaan tersebut terdapat reaksi otot yang

mana otot tersebukan akan mengambil glukosa yang ada di dalam darah sehingga

glukosa di dalam darah menurun dan hal tersebut akan dapat meningatkan kontrol

glukosa darah.22,23

Terdapat beberapa aktivitas fisik seperti jogging, yang dapat dilakukan selama

30-40 menit dapat meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel dibandingkan

tidak melakukan aktivitas fisik tersebut. Kadar glukosa pada penderita Diabetes

Melitus tipe 2 bisa menjadi hipoglikemia ataupun hiperglikemia.22,23

2.3.3 Kepatuhan minum obat

Kepatuhan pada pasien DM tipe 2 dapat didefinisikan sebagai tingkatan

perilaku seseorang yang dapat pengobatan untuk menjalankan minum obat sesuai

23
yang direkomendasi oleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan cara kerjanya, obat anti-

hiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan.25

Pertama obat Pemacu Sekresi Insulin Obat golongan ini mempunyai efek

utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Kedua Peningkat

Sensitivitas terhadap Insulin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa

hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Ketiga

Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran Pencernaan Obat ini bekerja dengan

memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus, sehingga mempunyai efek

menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.26

Keempat Penghambat DPP-IV Obat golongan penghambat DPP-IV

menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap

dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. kelima Penghambat SGLT-2 Obat

golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral jenis baru yang

menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara

menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2.26

Keberhasilan pengobatan DM sangat bergantung pada kepatuhan pasien

minum obat. Pada Pasien yang tidak paham mengenai penyakit DM, sering tidak

patuh dalam melaksanakan pengobatan DM. Kepatuhan pengobatan yang rendah

dapat mengakibatkan peningkatan resiko biaya perawatan, peningkatan penyakit

komplikasi dan resiko rawat inap.25,27

24
2.4 Kerangka Teori
Pengendalian DM

 Aktivitas fisik
 Pola makan
 Kepatuhan
minum obat

Mempengaruhi sekresi insulin dan


resistensi insulin

Kategori baik Kategori sedang Kategori buruk

Glukosa darah puasa Glukosa darah puasa Glukosa darah

80-100 mg/dL 100-125 mg/dL puasa >126 mg/dL

Glukosa darah 2 jam Glukosa darah 2 jam Glukosa darah 2 jam

post-pradial 80-144 post-pradial 145-179 post-pradial >180


mg/dL mg/dL mg/dL

HbA1c <6,5 % HbA1c 6,5-8 % HbA1c >8 %

Terkendali atau
tidaknya Diabetes
Keterangan : Melitus tipe 2

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Teori

25
2.5 Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen


Profil pengendalian diabetes
melitus:

1. Aktivitas fisik Diabetes Melitus Tipe 2


2. Kepatuhan minum obat
3. Pola makan

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu observasional deskriptif

dimana peneliti melakukan eksplorasi tanpa berupaya untuk mencari hubungan antar-

variabel.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi penelitian ini sebanyak 1.485 orang adalah seluruh pasien diabetes

melitus tipe 2 di Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia

Kabupaten Aceh Utara selama bulan Juni s.d July 2020.

3.2.2 Sampel

Sampel yang akan diteliti sebanyak 100 orang yang merupakan bagian dari

populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili

keseluruhan dari populasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

pengambilan sampel dengan teknik Total Sampling. Pada Total Sampling, semua

subyek yang dating secara berurutan dan memenuhi kriteria penelitian dimasukan

dalam penelitian sampai subyek yang diperlukan terpenuhi.

27
Kriteria Inklusi :

1. Penderita Diabetes Melitus tipe 2

2. Bersedia menjadi responden

3. Penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang berusia 30 s/d 70 tahun

Kriteria Eksklusi :

1. Responden yang menyulitkan saat wawancara

2. Responden yang baru diagnosis diabetes mellitus

3. Responden yang diagnosis diabetes melitus gestasional

4. Responden dengan diabetes melittus tipe 1

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variable independen (bebas): Profil pengendalian DM (aktivitas fisik,

kepatuhan minum obat, dan pola makan).

3.3.2 Varibel depeden (terikat): Diabetes melitus tipe 2

3.4 Definisi Operasional


3.1 Tabel Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil dan Skor Skala
Operasional
Dependen: Suatu penyakit Rekam Observasi Ya Nominal
Diabetes metabolik yang Medik Rekam Tidak
melitus tipe ditandai dengan Medik
2 hiperklikema
akibat kelainan
kerja insulin
dan sekresi
insulin
Independen: Suatu gerakan Kuisioner Wawancara  Ringan Rasio
Aktifitas tubuh untuk IPAQ Kuisioner = <600
Fisik meningkatkan METs
dan mnt/mg
mengeluarkan g
tenaga ataupun  Sedang

28
energi = 600-
1499
METs
mnt/mg
g
 Berat =
>1500
METs
mnt/mg
g
Kepatuhan kesesuaian Kuesioner Wawancara  Tinggi = Rasio
Minum pasien terhadap MMAS-8 Kuisioner ≥8
Obat anjuran atas  Sedang
medikasi yang = 6 - <8
telah diresepkan  Rendah
yang terkait =<6
dengan waktu,
dosis, dan
frekuensi
Pola Makan Perilaku Kuesioner Wawancara  Baik = Rasio
penderita dalam Kuisioner 15-30
mengkonsumsi  Buruk =
makan sehari- 1-15
hari

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner dan rekam medik yang terdapat di PoliKlinik Penyakit Dalam Rumah Sakit

Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitain ini dilakukan di PoliKlinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum

Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara. Adapun penelitian dilaksanakan pada bulan Juni

s.d July 2020.

29
3.7 Rancangan Pengelolahan Data

Pada penelitian ini menggunakan data primer. Kemudian dilakukan

pengumpulan data, setelah itu data akan diolah dengan langkah-langkah berikut :

Editing (Pengeditan)

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemeriksaan instrument rekam medis

dari rumah sakit dan instrument kuesioner responden.

Coding (Pengodean)

Setelah semua instrument kelengkapannnya maka dilanjutkan dengan

pemberian kode, yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data, angka, atau bilangan.

Entry data (Memasukan data)

Data yang dimasukan yaitu hasil dari rekam medik dan kuesioner responden

dalam bentuk angka dan dimasukan dalam program sofware computer.

Tabulating (Tabulasi)

Membuat tabulasi dalam penelitian ini adalah memasukan data rekam medik

dan kuesioner kedalam table distribusi. Dalam penelitian ini data disajikan dalam

bentuk tabel.

3.8 Rancangan Analisis Data

3.8.1 Analisis Data Univariat

Suatu analisis yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variable penelitian dari hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan

30
persentase dari setiap variable. Analisis ini digunakan menganalisis profil

pengendalian diabaets mellitus tipe 2.

3.9 Etika Penelitian

Setelah mendapatkan penelitian dari pihak rumah sakit penelitian melakukan

penelitian dengan menekankan etika meliputi :

Informed consent (Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden sebelum dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan umtuk

bersedia menajdi responden. Tujuan informed consent adalah agar responden

mengerti maksud dan tujuan penelitan.

Anonimity (Tanpa Nama)

Tidak mencantumkan nama lengkap responden pada lembar observasi, hanya

menulis kode atau inisial nama pada pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disampaikan.

Confidentiality (Kerahasiaan)

Penelitian menjaga kerahasiaan semua informasi yang telah dikumpulkan

selama pelaksanaan penelitian. Hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian.

31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisi Univariat

Sampel yang di dapatkan dari penelitian ini sebanyak 100 orang. Gambaran

umum karakteristik responden dapat dilihat dari tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Variabel Frekuensi Persentase


Umur
33 – 39 tahun 10 10,0 %
40 – 65 tahun 79 79,0 %
> 65 tahun 11 11,0 %
Total 100 100.0
Jenis kelamin
Laki - laki 63 63,0 %
Perempuan 37 37,0 %
Total 100 100,0

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sampel pasien DM Tipe 2 yang dilihat dari

penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Jika dilihat berdasarakan kelompok umur,

maka diketahui bahwa pasien paling banyak berada pada kelompok umur 40 – 65

tahun yaitu sebanyak 79 orang (79%). Sedangkan yang pasien yang paling sedikit

berada pada kelompok umur 33 – 39 tahun yaitu sebanyak 10 orang (10%).

Selanjutnya jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka diketahui bahwa pasien

yang berjenis kelamin laki-laki adalah 63 orang (63%) sedangkan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 37 orang (37%).

32
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita DM Tipe 2

Lama mendedita DM Jumlah Persentase


Tipe 2
< 5 tahun 19 19,0 %
5 – 10 tahun 43 43,0 %
> 10 tahun 38 38,0 %
Total 100 100,0

Tabel 4.2 menunjutkan bahwa dari 100 reponden dapat diketahui bahwa lama

menderita DM Tipe 2 terbanyak yaitu 5 – 10 tahun sebanyak 43 (43%), sedangakan

yang paling sedikit < 5 tahun sebanyak 19 (19%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdarsakan Gula Darah

Variabel Jumlah Persentase


Glukosa darah puasa
80 – 100 mg/dL 3 3,0 %
100 – 125 mg/dL 4 4,0 %
> 126 mg/dL 93 93,0 %
total 100 100,0
Glukosa darah 2 jam
postpradial
80 - 144 1 1,0 %
145 - 179 7 7,0 %
> 180 92 92,0 %
Total 100 100,0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 100 responden bahwa karakteristik

responden yang memiliki frekuensi tertinggi pada kadar gula darah puasa

(>126mg/dL) sebanyak 93 orang (93%) dan frekuensi terendah pada kadar gula darah

puasa (80-100 mg/dL) sebanyak 3 orang (3%). Sedangkan pada kadar glukosa darah

2 jam pospradial dengan frekuensi tertinggi berada pada kadar gula (>180mg/dL)

33
yaitu sebanyak 92 orang (92%) dan yang terendah pada kadar gula darah (80-

144mg/dL) yaitu sebanyak 1 orang (1%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat

Kapatuhan minum obat Frekuensi Persentase


Tinggi 3 3%
Sedang 54 54%
Rendah 43 43%
Totol 100 100%

Tabel 4.4 tentang kepatuhan minum obat menunjukan bahwa dari 100

responden terdapat 3 orang (3%) dengan kepatuhan minum obat yang tinggi, 54 orang

(54%) dengan kepatuhan minum obat yang sedang, dan 43 orang (43%) dengan

kepatuhan minum obat yang rendah.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik frekuensi persentase


Ringan melakukan 49 49%
aktivitas fisik < 600
MET-menit/minggu

Sedang melakukan 36 36%


aktivitas fisik > 600 –
1500 MET-menit/minggu

Berat melakukan aktivitas 15 15%


fisik > 1500 MET-
menit/minggu
total 100 100%

34
Tabel 4.5 tentang aktivitas fisik menunjukan bahwa dari 100 responden

terdapat 49 orang (49%) yang melakukan aktivitas fisik yang ringan, 36 orang (36%)

yang melakukan aktivitas fisik sedang, dan 15 orang (15%) yang melakukan aktivitas

fisk berat.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Makan

Pola makan Frekuensi Persentase


Baik 100 100%
Buruk 0 0
Total 100 100%

Tabel 4.6 tentang pola makan menunjukan bahwa dari 100 responden terdapat

100 (100%) dengan pola makan yang baik dan tidak ada orang yang pola makan

buruk

35
4.2 Pembahasan

4.2.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Hasil penelitian didapatkan bahwa penyakit diabetes melitus tipe 2 paling

banyak terjadi pada umur 40 – 65 tahun dengan jumlah pasien 79 orang (79%). umur

> 65 tahun sebanyak 11 orang (11%). Sedangkan umur 33 – 39 tahun sebanyak 10

orang (10%). Jadi dapat disimpulkan pada penelitian ini yang paling banyak

mengalami diabetes melitus tipe 2 adalah pada umur 40 – 65 tahun.

Terdapat hasil yang sesuai dari penelitian yang dilakukan oleh derek dkk

bahwa pada umur ≥ 45 tahun yang paling banyak dengan jumlah 86,7%, diikuti

dengan penelitian yang dilakukan oleh afifah dkk bahwa pada umur 56-65 tahun yang

paling banyak dengan jumlah 43,3% dan penelitian yang dilakukan oleh kemenkes

bahwa pada umur 55-64 tahun yang paling banyak terkena dengan jumlah 6,3%.9,28,29

Dikarenakan penyandang DM tipe 2 terbanyak pada umur diatas 45 tahun, hal

ini bisa terjadi adanya penurunan fungsi anatomis, fisiologis, dan biokimia.

Perubahan terjadi dimulai dari tingkat sel, kemudian akan berlanjut pada tingkat

jaringan dan pada akhirnya pada tingkat organ yang akan mempengaruhi hemeostatis

dan terjadi juga peningkatan intoleransi glukosa karena terjadi proses penuaan

menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk sel β pancreas dalam memproduksi

insulin.29,30

Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelitian yang dilakukan oleh setiyo

dkk bahwa pada umur 20-28 dan 29-37 tahun yang paling banyak dengan jumlah

36
27,0%, diikuti dengan penelitian yang dilakukan oleh januar dkk bahwa pada umur

36-40 tahun yang paling banyak dengan jumlah 90,7%.31,32

Dikarenakan bahwa semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin

besar terkena DM tipe 2. Peningkatan umur menyebabkan perubahan pada

metabolisme karbohidrat dan perubahan pada pelepasan insulin yang dipengaruhi

oleh glukosa dalam darah dan terhambatnya pelepasan glukosa yang masuk ke dalam

sel karena dipengaruhi oleh insulin. Faktor umur dapat mempengaruhi penurunan dari

sistem pada tubuh salah satunya pada sistem endokrin dan juga dapat mempengaruhi

resistensi insulin yang dapat terjadi tidak stabilnya glukosa dalam darah yang dapat

menyebabkan penurunan fungsi tubuh.32

Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien

yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis diabetes melitus tipe 2

dengan jumlah pasien sebanyak 63 orang (63%), sedangkan pasien yang berjenis

kelamin perempuan berjumlah 37 orang (37%).

Tedapat hasil yang sesuai dari penelitian ernawati dkk bahwa berjenis kelamin

laki-laki yang paling terkena DM tipe 2 sebanyak 62,5% diikuti dengan penelitian

nandasari dkk bahwa berjenis kelamin laki-laki yang terbanyak sebanyak 87,5% dan

penelitian yang dilakukan oleh suryaningsih dkk bahwa berjenis kelamin laki-laki

paling banyak dengan jumlah 64,8%.33–35

Dikarenakan pada berjenis kelamin laki-laki dipengaruhi oleh kelebihan berat

badan (overweight) yang dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas fisik dan terlalu sering

37
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak. Faktor lain yang

mempengaruhinya tidak dapat mengotrol pola makan, gaya hidup instan.33

Terdapat hasil yang tidak sesuai oleh penelitian kristianita dkk bahwa pada

berjenis kelamin perempuan yang paling banyak terkena DM tipe 2 sebanyak 59,1%,

diikuti dengan penelitian wulan dkk bahwa pada berjenis kelamin perempuan paling

banyak sebanyak 84% dan penelitian nazriati dkk terbanyak berjenis kelamin

perempuan sebanyak 62,5%.25,26,36

Penyebab utama perempuan terkena DM tipe 2 dikarenakan oleh penurunan

hormone estrogen pada masa menopause, ini terjadi karena pada hormone estrogen

dan progesterone memiliki kemampuan untuk meningkatan respaon insulin di dalam

darah. Saat terjadi menopause respon akan insulin akan menurun akibatnya estrogen

dan progesterone menjadi rendah yang dapat terjadi peningkatan glukosa darah.

Faktor lain yang dapat mempengaruhinya adalah body massa index yang tidak ideal

yang dapat menurunkan sensitivitsas insulin.36

38
4.2.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita DM Tipe 2

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pasien yang lama menderita DM Tipe

2 dibagi menjadi 3 kategori, yang pertama kategori sedang lama menderita 5 – 10

tahun berjumlah 43 orang (43%), yang kedua kategori lama menderita > 10 tahun

berjumlah 38 orang (38%), dan kategori ketiga pendek lama menderita < 5 tahun

sebanyak 19 orang (19%).

Terdapat yang hasil sesuai oleh penelitian simanjuntak dkk bahwa lama

menderita DM tipe 2 terbanyak 5-10 tahun dengan jumlah 44,87%, diikuti dengan

penelitian tralissavrina dkk dengan lama menderita DM tipe 2 terbanyak > 5 tahun

dengan jumlah 45% dan penelitian yang dilakukan oleh faiquotunnuriyah dengan

lama menderita DM tipe 2 terbanyak > 5 tahun dengan jumlah 62%.37–39

Lama menderita DM tipe 2 dengan waktu yang lama terdiagnosa DM

berkaitan dengan fungsi beta pangkreas yang akan menimbulkan komplikasi pada

pasien, hal ini akan berpengaruh kepada kualitas hidup pasien. Terdapat onset

mulainnya terjadinya DM tipe 2 adalah 7 tahun sebelum terdiagnosa ditegakkan yaitu

ketika memiliki kriteria DM tipe 2 dengan keluhan khas polidipsia, polifagia, dan

poliuria.38,40,41

Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penalitian iswiningtyas bahwa lama

menderita DM tipe 2 yaitu < 5 tahun dengan jumlah 60%, diiikuti dengan penelitian

hanif bahwa lama menderita DM tipe 2 yaitu < 5 tahun dengan jumlah 48,5% dan

penelitian yang dilakukan oleh januar bahwa lama menderita DM tipe 2 yaitu ≤5

tahun dengan jumlah 54,7%.32,41,42

39
Lama menderita DM tipe 2 merupakan rentang waktu antara diagnosis

pertama pasien dengan waktu sekarang yang dinyatakan dalam tahuh. Keberadaan

penyakin DM sedikit banyak akan mempengaruhi kesehatan pasien, hal ini dapat

diakibatkan oleh memburuknya kontrol glukosa yang kemungkinan disebabkan oleh

kerusakan sel beta pancreas yang terjadi seiring bertambahnya lama seseorang

menderita DM tipe2.43

Pasien yang sudah menderita DM selama 10 tahun atau lebih rata-rata

memiliki kadar glukosa darah dan HbA1C yang tinggi dibandingkan dengan pasien

yang telah menderita DM kurang dari 5 tahun dan antara 5 sampai 10 tahun. pasien

DM yang menderita kurang dari 1 tahun memiliki kualitas hidup paling baik dengan

semakin bertambahnya lama menderita DM makan kualitas hidup akan semakin

menurun.43

40
4.2.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gula Darah

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penyakit diabetes melitus tipe 2 yang

paling banyak terjadi pada kategori buruk > 126 mg/dL dengan jumlah pasien 93

orang (93%), kategori gula darah puasa sedang 100 – 125 mg/dL sebanyak 4 orang

(4%), dan kategori gula darah puasa baik 80 – 100 mg/dL sebanyak 3 orang (3%).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini yang paling banyak yang tinggi

kadar glukosa darah puasanya adalah pada kategori > 126 mg/dL.

Terdapat hasil yang sesuai dari penelitian gayatri dkk yang membagi kadar

gula darah puasa menjadi 2 kategori yaitu gula darah puasa rendah dan tinggi dengan

yang terbanyak gula darah puasa kategori tinggi sebanyak 66,7%, diikuti dengan

penelitian kurnia dkk dengan mengkategorikan kadar gula darah puasa menjadi 3

yaitu normal, sedang, dan buruk dengan yang terbanyak pada gula darah puasa

kategori buruk dengan jumlah 67,6% dan penelitian yang dilakukan oleh nandasari

dkk dengan mengkategorikan kadar gula darah puasa menjadi 2 yaitu < 126 mg/dL

dan ≥ 126 mg/dL dengan yang terbanyak pada gula darah puasa kategori ≥ 126

mg/dL dengan jumlah 83,3%.34,44,45

Peningkatan gula darah puasa salah satu penyebabnya adalah kelebihan berat

badan, kadar leptin di dalam tubuh yang meningkat. Leptin berperan dalam dalam

hipotalamos yang mengatur lemak tubuh, pembakaran lemak menjadi energi, dan rasa

kenyang. Disaa kadar leptin meningkat akan meninkatkan berat badan, dan leptin

tersebut akan menghambat fosfolirasi insulin resptor substrate-I untuk pengambilan

glukosa sehingga terjadi peningkatan kadar gula dalam darah dan terdapat juga faktor

41
lain yang mempengaruhi peningkatan kadar gula darah yaitu umur, konsentrasi lemak

tubuh, metabolisme glukosa, penggunaan obat-obatan, dan gaya hidup.44,46

Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelitian komariah dkk yang

memgkategotikan gula darah puasa menjadi 2 kategori yaitu < 126 mg/dL dan ≥ 126

mg/dL dengan yang terbanyak pada gula darah puasa kategori < 126 mg/dL sebanyak

61,9%, diikuti dengan penelitian pibriyanti dkk mengkategorikan gula darah puasa

menjadi 2 yaitu normal 75-110 mg/dL dan tinggi >110 mg/dL dengan yang terbanyak

pada gula darah puasa kategori normal 75-110 mg/dL sebanyak 56,1% dan penelitian

yang dilakukan oleh alexander dkk dengan mengkategorikan gula darah puasa

menjadi 2 yaitu normal < 126 mg/dL dan tinggi ≥ 126 mg/dL dengan yang terbanyak

pada gula darah puasa kategori normal < 126 mg/dL sebanyak 88,6%.46–48

Kadar gula darah yang tinggi akan mempengaruhi penyakit baru yang akan

timbul. Penyakit yang baru yang timbul akan mempengaruhi organ tubuh seperti

jantung, pembuluh darah, saraf, ginjal dan lain-lain. Dampak lain yang

dipengaruhinya yaitu penurunan kualitas hidup ditunjukkan dengan timbulnya

komplikasi. Kadar glukosa darah harus tetap dijaga dalam batas normal untuk

menjaga kualis hidup penderita DM. jika kadar gula darah dapat dikontrol dengan

rutin dan baik makan mencegah timbulnya keluhan yang akan mengarah pada

komplikasi.49

Deteksi dini dengan pengontrolan gula darah secara teratur oleh dokter

merupakan hal yang pening untuk mencegaj komplasi diabetes. Diperlukan perilaku

pencegahan yang dapat memengaruhi kejadian komplikasi berjalan cepat atau lambat,

42
salah satu upayanya yaitu mengetahui keluhan subyektif penderita DM dan perlunya

upaya untuk manajemen penyakit DM.49

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini dengan kadar glukosa

darah 2 jam postpradial yang paling banyak terjadi pada kategori buruk > 180 mg/dL

dengan jumlah 92 (92%), kategori glukosa darah 2 jam postpradial sedang 145 – 179

sebanyak 7 orang (7%), dan kategori glukosa darah 2 jam postpradial baik 80 – 144

sebanyak 1 (1%).

Terdapat hasil yang sesuai dari penelitian amra dkk yang mengkategorikan

kadar glukosa darah 2 jam postpradial menjadi 2 kategori yaitu normal dan tinggi

dengan yang terbanyak pada kategori tinggi sebanyak 80%, diikuri penelitian

tralissavrina dkk mengkategorikan kadar glukosa darah 2 jam postpradial menjadi 3

yaitu baik, sedang, dan buruk dengan yang terbanyak pada kategori buruk sebanyak

78,8% dan penelitian yang dilakukan oleh suastidewi dkk mengkategorikan kadar

glukosa darah 2 jam postpradial menjadi 2 kategorik yaitu normal <180 mg/dL dan

abnormal ≥180 mg/dL dengan yang terbanyak pada kategori abnormal ≥180 mg/dL

sebanyak 83,9%.38,50,51

Faktor yang mempengaruhi peningkatan salah satunya ialah bertambahnya

umur dengan seiring bertambahnya umur yang mengakibatkan semakin tinggi pula

gangguan toleransi glukosa sehingga fungsi tubuh yang akan menurun yang akan

mengalami peningkaan resiko akan kejadian DM dan intoleransi glukosa khususnya

pada kemampuan sel β pada metabolisme glukosa untuk prosuksi insulin. Selain itu

juga dipengaruhi oleh durasi penyakit yang sudah lama menderita yang akan

43
menimbulkan komplikasi dan faktor dari pola hidup yang tidak baik dan kurangnya

melakukan aktivitas fisik.49

Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelitian margaretha dkk dengan

mengkategorikan kadar glukosa darah 2 jam postpradial menjadi 2 kategori <140/90

mg/dL dan ≥140/90 mg/dL dengan yang terbanyak pada kategori <140/90 mg/dL

sebanyak 85,1%, diikuti dengan penelitian silaban dkk dengan mengkategorikan

kadar glukosa darah 2 jam postpradial menjadi 3 yaitu 80-144 mg/dL, 145,179

mg/dL, dan ≥ 180 mg/dL dengan yang terbanyak pada kategori 80-144 mg/dL

sebanyak 71,4%.52,53

Salah satu cara untuk menurunkan kadar glukosa darah 2 jam postpradial

yaitu melakukan aktivitas fisik. Melakukan aktivitas fisik akan menyebabkan

penurunan glukosa darah, dikarenakan saat otot berkontraksi akan terjadi

peningakatan aliran darah yang akan menyebabkan lebih banyak terbukannya kapiler

yang akan membuat lebih banyaknya tersedia reseptor insulin dan reseptor tersebut

akan menjadi lebih aktif disamping itu otot yang aktif akan menigkatkan kepekaan

terhadap reseptor insulin otot dan menambahkan reseptor insulin otot, sehingga lebih

banyak otot yang berkontaksi maka kebutuha energi akan semakin banyak dan

kebutuhan glukosannnya akan menyebabkan penurunan kadar glukosa yang ada di

darah.54

44
4.2.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat

Dari hasil penelitian ini bahwa penyakit diabetes melitus tipe 2 yang memilki

kepatuhan minum obat yang dinilai dengan kuesioner MMAS-8 yang dikutip oleh

Morisky yang sudah divalidasi dan digunakan diberbagai Negara Lee,et al dan

Chua,et al, yang dibagikan menjadi 3 kategori yaitu tinggi dengan skor 8, sedang

dengan skor 6-7, dan rendah dengan skor 0-5. Hasil yang didapatkan pada kategori

tinggi sebanyak 3 orang (3%), pada ketegori sedang sebanyak 54 orang (54%), dan

pada ketegori rendah sebanyak 43 orang (43%). Jadi dapat disimpulkan pada

penelitian ini yang paling banyak kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus

tipe 2 adalah pada kategori sedang.

Tedapat hasil yang sesuai dari penelitian prautami dkk dengan

mengaktegorikan kepatuham minum oabt menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan tinggi

dengan yang terbanyak pada kepatuhan minum obat kategori sedang sebanyak

52,80%, diikuti dengan penelitian saibi dkk yang mengkategorikan kepatuhan minum

oabt menjadi 3 yaitu renda, sedang dan tinggi dengan yang terbanyak pada kategori

sedang sebanyak 40,6% dan penelitian oleh katuuk dkk yang mengkategorikan

kepatuhan minum obat menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan hasil yang

terbanyak pada kategori sedang sebanyak 57,5%.55–57

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kepatuham minum obat pasien

yaitu lupa minum obat, lupa membawa obat saat berpergian, merasa terngganggu

dengan kewajiban harus meminum obat setiap hari, berhenti meminum obat saat

45
kondisi membaik, dan ketidakpahaman akan penitngnya pengobatan pada DM tipe 2

yang digunakan dalam jangka waktu panjang.58,25

Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelitian nazriati dkk yang

mengkategorikan kepatuham minum obat menjadi 3 yaitu rendah, menengah, dan

tinggi dengan yang terbanyak kepatuham minum obat kategori tinggi sebanyak 50%,

diikuti dengan penelitian anggraini dkk dengan mengkategorikan kepatuham minum

obat menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan yang terbanyak pada kategori

rendah sebanyak 50,7% dan penelitian dilakukan oleh lina dkk mengkategorikan

kepatuham minum obat menjadi 2 yaitu rendah dan tinggi dengan yang terbanyak

pada kategori rendah sebanyak 85,7%.23,25,59

Keberhasilan dalam terapi pasien yaitu dalam pemilihan obat, ketepatan

regimen pengobatan serta dukungan gaya hidup yang sehat dan terpenting adalah

kepatuham minum obat. Ketidakpatuhan pasien akan minum obat akan

mempengaruhi manfaat terapi dan kemungkinan akan megakibatkan kondisi menjadi

memburuk dan jika kondisi ini berlangsung lama dapat mengakibatkan timbulnya

komplikasi penyakit baik komplikasi makrovaskuler maupun mikrovaskuler. peran

tenaga kesehatan dalam kepatuhan pasien dangat diperlukan, salah satu tenaga

kesehatan yang diharapkan adalah tenaga kefarmasian terutama apoteker dan

pemberian edukasi saat penting kepada pasien yang mendapatkan terapi jangka

panjang pada pasien dengan DM tipe 2.56

46
4.2.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik

Hasil penelitian bahwa penyakit diabetes meleitus tipe 2 yang memiliki

aktivitas fisik yang dinilai dengan kueisoner IPAQ dengan short version yang telah di

terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Widuri dan juga telah diuji validitas dan

reabilitas. Hasil yang didapatkan palingnya banyak adalah kategori ringan yang

melakukan aktivitas fisik < 600 MET-menit/minggu sebanyak 49 orang (49%),

kategori sedang yang melakukan aktivitas fisik > 600 – 1500 MET-menit/minggu

sebanyak 36 orang (36%), dan kategori berat yang melakukan aktivitas fisik > 1500

MET-menit/minggu sebanyak 15 orang (15%). Jadi dapat disimpulkan bahwa dari

penelitian yang melakukan aktivitas fisik yang paling banyak pada pasien diabetes

melitus tipe 2 adalah kategori ringan yang melakukan aktivitas fisik < 600 MET-

menit/minggu.

Terdapat hasil yang sesuai dari penelitian sari dkk yang mengkategorikan

aktivitas fisik menjadi 2 yaitu ringan dan berat dengan yang terbanyak pada kategori

ringan sebanyak 53,3%, diikuti dengan penelitian mujabi dkk yang mengkategorikan

aktivitas fisik menjadi 2 yaitu ringan dan sedang dengan yang terbanyak pada

kategori ringan sebanyak 60% dan penelitian yang dilakukan oleh trisnadewi dkk

yang mengkategorikan aktivitas fisik menjadi 3 yaitu rendah , sedang, dan tinggi

dengan yang terbanyak pada kategori rendah sebanyak 56,9%.23,60,61

Kurangnya beraktivitas fisik akan mengakibatkan insulin semakin meningkat

sehingga kadar gula dalam darah akan semakin berkurang. Pada orang yang sangat

jarang berolahraga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar melainan

47
ditimbun dalam tubuh menjadi lemak dan gula. Masalah yang terjadi pada pasien DM

tipe 2 adalah kurangnya respon terhapat insulin (resistensi insulin) sehingg glukosa

tidak dapat masuk ke dalam sel. 23

Permeabilitas merman terhadap glukosa akan meningkat saat otot

berkontraksi karena kontraksi otot memiliki sifan seperti insulin, maka dari itu pada

saat melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, resistenti insulin akan berkurang.

Terdapat hal yang lain yang membuat kurangnya aktivitas fisik yaitu rasa males yang

berkepanjangan yang menyebabkan kurangnya melakukan aktivitas fisik dan tidah

pernah berkonsultasi ke dokter tentang olahraga apa yang dapat dilakukan. 23

Terdapat hasil yang tidak sesuai dari peneltian purnama dkk yang

mengakategorikan aktivitas fisik menjadi 3 yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi

dengan yang terbanyak pada kategori sedang sebanyak 77,6%, diikuti dengan

penelitian wigiyandiaz dkk yang mengkategorikan aktivitas fisik menjadi 3 yaitu

kategori rendah, sedang dan tinggi dengan yang terbanyak pada kategori sedanag

sebanyak 62% dan penelitian ciciian dkk yang mengaktegorikan aktivitas fisisk

menjadi 2 yaitu kategori sedang dan berat dengan yang terbanyak pada kategori

sedang sebanyak 57,5%.62–64

Aktivitas fisik merupakan suatu gerakan tubuh yang dihasilakn oleh otot

rangka yang memerlukan energi. Kurangnya melakukan aktivitas fisik merupakan

faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan

akan menyebabkan kematian secara global. Pengaruh dalam melakukan aktivitas fisik

seperti olahraga secara langsung itu berhubungan dengan peningkatan kecepatan

48
pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot mengambil glukosa dari dalam

darah).23 Saat melakukan berolahraga otot akan menggunakan glukosa yang

tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang maka otot akan mengisi kekosongan

dengan mengambil glukosa dari darah, hal ini akan mengakibatkan menurunnya

glukosa sehingga meemperbesar pengendalian glukosa darah. Aktivitas fisik yang

disarankan untuk penderita DM tipe 2 adalah aktivitas fisik secara teratur (3-4 kali

seminggu) selama kurang lebih 30 menit dan sesuai dengan CRIPE (continuos,

rhythmical, interval, progressive, edurance training). 23

49
4.2.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Makan

Hasil penelitian bahwa semua responden mempunyai pola makan yang baik

(100%) dan tidak ada responden yang memiliki pola makan yang buruk (0%). Pola

makan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah

digunakan oleh penelitian sebelumnya oleh Wita Rizki.

Terdapat hasil yang mirip dari penelirian majid dkk yang mengkategorikan

pola makan menjadi 2 yaitu baik dan buruk dengan yang terbanyak pada kategori

baik sebanyak 51,0%, diikuti dengan penelitian antara dkk yang mengkategorikan

pola makan menjadi 2 yaitu pola makan baik dan buruk dengan yang paling banyak

pada kategori baik sebanyak 88,2% dan penelitian yang dilakukan oleh alianatasya

dkk dengan mengkategorikan pola makan menjadi 2 yaitu baik dan tidak baik dengan

yang terbanyak kategori baik sebanyak 54,0%.65,66

Dikarenakan bahwa responden yang memiliki pola makan yang baik sudah

mengikuti aturan makan dengan pemeilihan makanan yang tepat seperti lebih banyak

mengkonsumsi sayuran dan buah di bandingkan karbohidrat, keteraturan jadwal

makan dan jumlah yang ditentukan, dan sudah mampu untuk membiasakan diri

mengontrol pola makan dan mimilih makanan yang sehat.65

Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelian sItumeang dkk yang

mengkategorikan pola makan menjadi 2 yaitu baik dan kurang baik dengan yang

terbanyak pada kategori kurang baik sebanyak 84,45, diikuti dengan penelitian gresty

dkk yang mengkategorikan pola makan menjadi 2 yaitu baik dan tidak baik dengan

50
yang terbanyak pada kategori tidak baik sebanyak 76,0% dan penelitian yang

dilakukan oleh isnaeni dkk yang mengkategorikan pola makan menjadi 2 yaitu baik

dan kurang baik dengan yang terbanyak pada kategori kurang baik sebanyak

82,9%.67–69

Pola makan yang tidak sehat yaitu dengan mengabaikan jenis, jumlah dan

jadwal atau frekuensi yang dikonsumsi yang dapat menyebabkan gangguan pada

metabolisme tubuh. Pengaturan pola makna yang benar dengan cara makan sebelum

lapar dan terjadwal dan pengaturan jenis makanan, ketentuan dalam penjadwalan

makan, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Karena terlalu banyak mengkonsumsi

yang mengandung karbohidrat, dan lemak dapat menghambat kerja pankreas untuk

menjalankan fungsi sekresi insulin. Jika sekresi insulin terhambat maka kadar gula

darah akan meningkat.66,67,70

51
4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam kelemahan yaitu :

1. Jumlah kunjungan di poliklinik penyakit dalam selama pandemik covid-19 lebih

sedikit dari kunjungan seluruhnya.

2. Keterbatasan waktu penelitian dan pengumpulan sampel dengan jadwal kuliah.

3. Banyaknya penderita diabetes melitus yang sudah di masukkan ke dalam program

rujuk balik oleh BPJS kesehatan, sehingga kunjungan ke poliklinik penyakit dalam

pria dan wanita menurun

52
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah pasien DM tipe 2 pada penelitian ini yaitu sebanyak 100 pasien.
Berdasarkan kepatuhan minum obat dengan menggunakan kuesioner MMAS-8
dengan dibagi 3 kategori rendah, sedang, tinggi. Hasil yang didapatkan penderita
terbanyak yaitu pada kategori sedang dengan jumlah pasien 54 orang (54%). Dan
hasil yang paling sedikit pada kategori tinggi sebanyak 3 orang (3%).
2. Berdasarkan dari aktivitas fisik yang menggunakan kuesioner IPAQ. Hasil yang
didapatkan penderita terbanyak yaitu pada kategori ringan sebanyak 49 orang
(49%) dan hasil yang paling sedikit didapatkan pada kategori berat sebanyak 15
orang (15%).
3. Berdasarkan pola makan penyakit DM tipe 2 didapatkan sebanyakan 100 orang
(100%) termasuk dalam kategori baik. Sedangakan kategori buruk tidak ditemukan
dalam penelitian ini.

5.2 Saran
Dari keseluruhan proses penelitian ini yang dijalankan dalam menyelesaikan
penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin bermanfaat
bagi semua pihak yang berperan :
Bagi Poliklinik Penyakit Dalam RSU Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara, disarankan
untuk adanya buku khusus pencacatan dan pelaporan untuk pasien DM antara penderita
baru dan lama.

53
DAFTAR PUSTAKA
1. Rumana NA, Sitoayu L, Sa’pang M. Korelasi Kadar Gula Darah Puasa
Terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Type 2 di Puskesmas
Jakarta Barat Tahun 2018. Indones Heal Inf Manag J. 2018;6(2).
2. Hartat I, Pranata AD, Rahmatullah MR. Hubungan Self Care Dengan Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam RSUD Langsa. JP2K.
2019;2(2).
3. Setiawan H, Suhanda, Sopatilah E, Rahmat G, Wijaya DD, Ariyanto H.
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan Penderita Diabetes
Mellitus. Urecol. 2018:241-248.
4. Lestari DD, Winahyu KM, Anwar S. Kepatuhan Diet pada Klien Diabetes
Melitus Tipe 2 Ditinjau dari Dukungan Keluarga di Puskesmas Cipondoh
Tangerang. J Ilm Keperawatan Indones. 2018;2(1):84-85.
5. Ramadhan N, Marissa N, Fitria E, Wilya V. Pengendalian Diabetes Melitus
Tipe 2 pada Pasien di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. Media Penelit
dan Pengemb Kesehat. 2018;28(4):239-246.
6. Beckman J. IDF DIABETES ATLAS. Vol 76. 6th ed. International Diabetes
Federation; 2016.
7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Utama Riskesdes 2018.; 2018.
8. Ellita, Ismail N, Abdullah I. Perilaku Pola Pencarian Pengobatan Diabetes
Mellitus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh. J Kesehat Cahadum.
2019;1(1):1-9.
9. Kemenkes RI. Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. jakarta; 2019.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/hari-diabetes-
sedunia-2018.pdf.
10. Esa DF, Prahasary AN, Tahapary DL, Yuni E. Penyakit Arteri Perifer dan
Mortalitas Kardiovaskular pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2. J Penyakit
Dalam Indones. 2019;6(2):100. doi:10.7454/jpdi.v6i2.299
11. Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, et al. Konsensus Pengelolaan Dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia2015. Jakarta: Pengurus
Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI); 2015.
12. Setiati S, Alwi I, W.Sudoyo A, K. MS, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta Pusat: Intrnal Publishing; 2017.
13. Berkat, Saraswati LD, Muniroh M. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang. J Kesehat Masy. 2018;6(1):200-206.

54
14. Rahmawati A, Hargono A. Faktor Dominan Neuropati Diabetik Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. J Berk Epidemiol. 2018;6(1):60.
15. Fatimah RN. Diabetes Melitus Tipe 2. J Major. 2015;Vol 4(5).
16. Fajrunni’mah R, Lestari D, Purwanti A. Faktor Pendukung dan Penghambat
Penderita Diabetes Melitus dalam Melakukan Pemeriksaan Glukosa Darah.
Glob Med Heal Commun. 2017;5(3):174.
17. Anggraeni V, Rachmawati MR. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan
Kadar Gula Darah Pada Lanjut Usia di Panti Sosial. J Biomedika dan Kesehat.
2018;1(1):101-108.
18. Dewi AMS, Tiho M, Kaligis SH. Gambaran Kadar Kalsium Total Darah pada
Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Robert Wlter Mongisidi Manado. J
Med Dan Rehabil. 2018;1(2):1-4.
19. Veridiana NN, Nurjana MA. Hubungan Perilaku Konsumsi dan Aktivitas Fisik
dengan Diabetes Mellitus di Indonesia. Bul Penelit Kesehat. 2019;47(2):97-
106.
20. Amir SMJ, Wungouw H, Pangemanan D. Kadar Glula Darah Sewaktu pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Bahu Kota Manado. J e-
Biomedik. 2015;3(1):36-37.
21. Anggraeni I, Alfarisi R. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula Darah
Puasa Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah
DR. H. Abdul Moeloek. J Dunia Kesmas. 2018;7(3):140-143.
22. Amelia R, Taiyeb AM, Idris IS. Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Terhadap Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Sabbangparu Kabupaten Wajo. In: Prosiding Seminar Nasional
Biologi VI. Makassar: Universitas Negeri Makassar; 2018:620-630.
23. Sari N, Purnama A. Aktivitas Fisik Dan Hubungannya dengan Kejadian
Diabetes Melitus. J Kesehat. 2019;2(4):368-381.
24. Kurniawaty E, Yanita B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe II. Majority. 2016;5(2):27-31.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1073.
25. Nazriati E, Pratiwi D, Restuastuti T. Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Dan Hubungannya Dengan Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas
Mandau Kabupaten Bengkalis. Maj Kedokt Andalas. 2018;41(2):59.
doi:10.25077/mka.v41.i2.p59-68.2018
26. Kistianita AN, Yunus M, Gayatri RW. Analisis Faktor Risiko Diabetes
Mellitus Tipe 2 Pada Usia Produktif Dengan Pendekatan Who Stepwise Step 1
(Core/Inti) Di Puskesmas Kendalkerep Kota Malang. Indones J Public Heal.
2018;3(1):85.

55
27. Srikartika VM, Cahya AD, Hardiati RSW. Analisis Faktor Yang Memengaruhi
Kepatuhan Penggunaan Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. J Manaj dan
Pelayanan Farm. 2016;6(3):205-212.
28. Afifah AN, Rifa’i A. Pengaruh Senam Diabetes Melitus (DM) Terhadapa
Perubahan Tekanan Darah pada Pasien DM Tipe 2 Di Persadia Unit RSUD
DR.Moewardi Surakarta 2015. J Keperawatan Glob. 2017;2(2):62-111.
29. Derek MI, Rottie J V., Kallo V. Hubungan Tingkat Stres dengan Kadar Gula
Darah pada Pasien Diabates Melitus Tipe II di Rumah Sakit Pancaran Kasih
GMIM Manado. e-Journal Keperawatan. 2017;5(1):2.
30. Singa G, Katuuk ME, Bataha YB. Hubungan Pengetahuan Tentang Terapi
Insulin dengan Inisiasi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah
Sakit Pancaran Kasih Gmim Manado. J Keperawatan UNSRAT.
2017;5(1):111282.
31. Musdalifah, Nugroho PS. Hubungan Jenis Kelamin dan Tingkat Ekonomi
dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota
Samarinda Tahun 2019. Borneo Student Res. 2020;1(2):2020.
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/483.
32. Faisyal J, Hernawan AD, Alamsyah D. Faktor yang Berhubungan dengan
Gangguan Fungsi Kognitif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli
Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Kota Pontianak. J Mhs dan Penelit
Kesehat. 2019;6(2):59-64.
33. Nurkhaliza E, Hapipah. Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Militus Tipe 1 Di Puskesmas Mpunda Kota Bima
2019. Semin Has Penelit Pengabdi Kpd Masy UNjani Expo 2019. 2019:4-5.
34. Nandasar NPW, Santh DGDD, Yasa IWPS. Prevalensi Gambaran Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 Di
RSUP Sanglah Denpasar Periode 2015. Intisari Sains Medis. 2020;11(2):484.
doi:10.15562/ism.v11i2.616
35. Suryaningsih NPA, Purwahita A, Saraswati AAS, Aini SN. Faktor-Faktor
Kepatuhan Penggunaan Obat Antidiabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2 di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit X di Kabupaten Badung. Bali Int Sci
Forum. 2020;1(1):18-24.
http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BISF/article/view/131.
36. Meidikayanti W, Wahyuni CU. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Pdemawe. J Berk
Epidemiol. 2017;5(2):240-252. doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.240-252
37. Larissa D, Nababan K, Sibaran J. Manifestasi Penyakit Kulit pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan. Nommensen J
Med. 2021;6(2):65-67. doi:10.36655/njm.v6i2.242

56
38. Tsalissavrina I, Tritisari KP, Handayani D, Kusumastuty I, Ariestiningsih AD,
Armetristi F. Hubungan Lama Terdiagnosis Diabetes Dan Kadar Glukosa
Darah Dengann Fungsi Kognitif Penderita Diabates Tipe 2 Di Jawa Timur. J
Action Aceh Nutr J. 2018;3(1):28.
39. Faiqotunnuriyah, Cahyati WH. Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Neuropati Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. J Kesmas Indones.
2021;13(1):64-76. http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150.
40. Rahma MK, Ruhyana. Hubungan Lama Menderita Diabetes Mellitus Tipe 1
dan Keteraturan Kontrol Gula Darah Dengan Penyakit Penyerta Di Puskesmas
Pangsih I. 2019.
41. Iswiningtyas MI, Sari KI, Setiadh R. Nilai Gula Darah 2 Jam Post Pradial
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Dengan Kecepatan Pengunyahan
Terkontrol. Vol 3.; 2019.
42. Al-Hadi H, Zurriyani, Saida SA. Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan
Kejadian Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam RS Prertamedika Ummi
Rosnati. J Med Malahayat. 2020;4(4).
43. Hariani, J AH, Jali N, Putra SA. Hubungan Lama Menderita Dan Komplikasi
DM Terhadap Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Batua
Kota Makassar. J Ilm Kesehat Diagnosis. 2020;15(1):56-63.
doi:10.35892/jikd.v15i1.330
44. Gayatri RW. Hubungan Faktor Riwayat Diabetes Mellitus Dan Kadar Gula
Darah Puasa Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Pasien Usia 25-
64 Tahun Di Puskesmas Kendal Kerep Kota Malang. Prev Indones J Public
Heal. 2019;4(1):56. doi:10.17977/um044v4i1p56-62
45. Kurnia J, Mulyadi, Rottie J V. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kadar
Glukosa Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit
Pancaran Kasih Gmim Manado. J Keperawatan UNSRAT. 2017;5(1):106524.
46. Komariah, Rahayu S. Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Indeks Massa
Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Di Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, Jawa Barat. J Kesehat
Kusuma Husada. 2020;(Dm):41-50.
47. Hidayat KN, Pibriyanti K. Anak perempuan Dan Obesitas Sebagai Faktor
Risiko Kejadian k Kadar Gula Darah Tinggi pada Anak Sekolah Dasar. J Gizi
Indones (The Indones J Nutr. 2018;6(2):90-93. doi:10.14710/jgi.6.2.90-93
48. Santoso AH, Karjadidjaja I, Frisca, Lontoh SO. Hubungan Indeks Massa
Tubuh, Lingkar Pinggang Dan Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Dengan
Kadar Gula Darah Pengemudi Bus Antar Kota. J Muara Sains, Teknol
Kedokteran, dan Ilmu Kesehat. 2020;4(2):389-402.

57
49. Lathifah NL. Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah Dengan
Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Melitus. J Berk Epidemiol.
2017;5(2):231-239. doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.231-239
50. Amra N. Hubungan Konsumsi Jenis Pangan yang Mengandung Indeks
Glikemia Tinggi Dengan Glukosa Darah Pasien DM Tipe 2 di UPTD Diabetes
Center Kota Ternate. Aceh Nutr J. 2018;3(2):110-116.
51. Suastidewi PA, Dwipayana IMP. Hubungan Kadar HbA1c Terhadap Derajat
Kaki Diabetik pada Pasien Kaki Diabetik Di RSUP Sanglah Tahun 2015-2016.
J Med UDAYANA. 2020;9(12):48-53.
52. Margaretha MC, Turana Y, Barus J, Widjaja NT. Hubungan Kadar Gula Darah
Dan Tekanan Darah Terhadap Fungsi Kognitif Lansia Di Kelurahan Meruya,
Jakarta Barat. Damianus J Med. 2020;19(2):125-132.
53. Silaban GN, Lim H, Silangit T. Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa
Dengan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Postprandial pada Orang Obesitas. J
Kedokt Methodist. 2017;10(1).
54. Aini EN, Andy SP. Pengaruh Active Assistive Range Of Motion Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah 2 Jam Post-Pradial pada Pasien Dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Puskesmas Kerja Ngleti Kota Kediti. J
Keperawatan Respati Yogyakarta. 2018;5(2):399-405.
55. Prautami WWDS, Ramatillah DL. Evaluasi Tingakat Kepatuhan Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam Penggunaan Antidiabetik Oral Menggunakan
Kuesioner MMAS-8 Di Penang Malaysia. Soc Clin Pharm Indones J.
2019;4(3):48-57.
56. Romadhon R, Saib Y, Nasir NM. Kepatuhan Terhadap Pengobatan Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Jakarta Timur. J Farm Galen
(Galenika J Pharmacy). 2020;6(1):94-103.
doi:10.22487/j24428744.2020.v6.i1.15002
57. Katuuk M, Gannika L. Hubungan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan
Terapi Insulin pada Pasien Dm Tipe II Di RSU Gmim Pancaran Kasih
Manado. J Keperawatan. 2019;7(1).
58. Anggrain TD, Puspasar N. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antidiabetik
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Apotek Sehat Kabupaten Boyolali.
Indones J Med Sci. 2019;6(2):1-8.
http://ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/article/view/179/177.
59. Purwanti LE, Nurhayat T. Analisis Faktor Dominan yang Mempengaruhi
Kepatuhan Pasien DM Tipe 2 Dalam Melakukan Perawatan Kaki. J Ilm
Kesehat. 2017;10(1):44-52.
60. Mujab MF, Yuniartika W. Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Tingkat

58
Depresi Dan Aktivitas Fisik pada Penderita Diabetes Mellitus. J Ber Ilmu
Keperawatan. 2018;11(2):75-85.
61. Trisnadewi NW, Widarsih NL, Pramesti TA. Hubungan Obesitas Sentral Dan
Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas III
Denpasar Utara. Bali Med J. 2019;6(2):119-129.
62. Purnama H, Suhada T. Tingkat Aktivitas Fisik pada Lansia Di Provinsi Jawa
Barat, Indonesia. J Keperawatan Komprehensif. 2019;5(2):102-106.
63. Wigiyandiaz JA, Purba MB, Padmawat RS. Pola Makan Dan Aktivitas Fisik
Remaja Akhir Dengan Riwayat Diabetes Di Yogyakarta. Gizi Indones.
2020;43(2):87-96. doi:10.36457/gizindo.v43i2.283
64. L C, Kaunang WPJ, Lang FLFG. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Diabetes Melitus pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Bitung. J KESMAS. 2018;7(5).
65. Muhasidah, Hasani R, Indirawaty, Majid NW. Hubungan Tingkat
Pengetahuan, Sikap Dan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Kota
Makassar. J Media Keperawatan Politek Kesehat Makasar. 2017;08(02):39-
45.
66. Alianatasya N, Khoiroh S. Hubungan Pola Makan dengan Terkendalinya
Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Borneo Student Res. 2020;1(3):2020.
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/953%0Ahttp://jurnal.stik
escendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/view/502.
67. Situmeang A, Sinaga M, Simamora H. Efektivitas Aktivitas Fisik Dan Pola
Makan Terhadap Kecepatan Pengendalian Kadar Gula Darah pada Penderita
DM. J Keperawatan dan Fisioter. 2019;2(1):2015-2019.
68. Dolongseda FV, Masi GNM, Bataha YB. Hubungan Pola Aktivitas Fisik Dan
Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Dalam Rumah Sakit Pancaran Kasih
GMIM Manado. e-journal Keperawatan. 2017;5(1).
69. Isnaeni, Tahun OD, Widiyahastuti T. Faktor - Faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Budi
Lestari Bekasi Tahun 2019. J Antara Keperawatan. 2021;4(1).
70. Widiyoga RC, Saichudin, Andiana O. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Penyakit Diabetes Melitus pada Penderita Terhadap Pengaturan Pola
Makan Dan Physical Activity. Sport Sci Heal. 2020;2(2):152-161.

59
Lampiran 1. Kuesioner Identitas Responden

KUESIONER PENELITIAN

PROFIL PENGENDALIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI


POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM CUT
MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

a. Indetitas responden
1. Nama :
2. Umur :
18-20 tahun 21-27 tahun 28-32 tahun

33-29 tahun 40-65 tahun >65 tahun


3. Jenis kelamin :
Laki-laki perempuan

4. Berapa lama sudah menderita DM :

<5 tahun 5-10 tahun >10 tahun

5. Gula darah pasien yang puasa :

80-100 100-125 >126

6. Gula darah 2 jam post-pradial :


80-144 145-179 >180
Lampiran 2. Kuesioner MMAS-8

Kuesioner MMAS-8
Petunjuk : tandai √ pada kolom yang sesuai pilihan jawaban.

No Pertanyaan Jawaban
ya tidak
1 Apakah anda kadang-kadang lupa
menggunakan obat atau minum obat untuk
penyakit anda?

2 Orang kadang-kadang tidak sempat minum


obat bukan karena lupa. Selama 2 pekan
terakhir ini, pernahkah anda dengan sengaja
tidak menggunakan obat atau meminum obat
anda

3 Pernahkah anda mengurangi atau berhenti


menggunakan obat atau minum obat tanpa
memberitahu dokter anda karena anda merasa
kondisi anda tambah parah ketika
menggunakan obat atau meminum obat
tersebut?

4 Ketika anda pergi berpergian atau


meninggalkan rumah, apakah anda kadang-
kadang lupa membawa obat anda?

5 Apakah anda menggunakan obat anda atau


minum obat kemarin ?

6 Ketika anda merasa agak sehat, apakah anda


juga kadang berhenti menggunakan obat atau
meminum obat?

7 Minum obat setiap hari merupakan hal yang


tidak menyenangkan bagi sebagian orang.
Apakah anda pernah merasa terganggu
dengan kewajiban anda terhadap pengobatan
tuberkulosis yang harus anda jalani?
8 seberapa sering anda mengalami kesulitan menggunakan obat atau minum semua
obat anda?
 Tidak pernah/jarang
 Sekali-kali
 Kadang-kadang
 Biasanya
 Selalu

Kepatuhan dikatakan :

 rendah jika total skor dalam kuesioner 0-5


 kepatuhan sedang jika total skor 6-7
 kepatuhan tinggi jika total skor sama dengan 8
Lampiran 3. kuesioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire)

Tingkat Aktivitas fisik diukur dengan kuesioner IPAQ (International


Physical Activity Questionnaire)

1. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas berat, seperti lari,
mengangkat barang-barang yang berat >20 kg, bersepeda cepat, aerobik, atau
lainnya?
_____ Hari per minggu
_____ Tidak melakukan aktivitas fisik > Melompat ke pertanyaan 3
2. Berapa banyak waktu yang biasanya anda habiskan untuk melakukan aktivitas fisik
dalam satu hari tersebut?
_____ Jam per hari
_____ menit per hari
_____ Tidak tahu/ Tidak yakin
3. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas fisik sedang seperti,
jogging, bersepeda, bercocok tanam, menyapu halaman, mengepel, mencuci baju dan
olahraga tenis ? Tidak termasuk berjalan.
_____ Hari per minggu
_____ Tidak Ada kegiatan fisik sedang > Melompat ke pertanyaan singkat 5
4. Berapa banyak waktu yang anda biasakan untuk melakukan aktivitas fisik sedang
pada satu hari?
_____ Jam per hari
_____ menit per hari
_____ Tidak tahu/Tidak yakin
5. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda berjalan selama sekurang-kurangnya 10
menit dalam 1 hari? (Ini termasuk di kantor dan di rumah, berjalan untuk perjalanan
dari satu tempat ke tempat lain, dan berjalan kaki yang dilakukan semata-mata untuk
rekreasi, olahraga atau bersantai)
_____ Hari per minggu
_____ tidak berjalan > Melompat ke pertanyaan 7
6. Berapa jumlah total waktu yang anda habiskan untuk berjalan kaki dalam satu
hari?
_____ Jam per hari
_____ menit per hari
_____ tidak tahu/Tidak yakin
7. Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu yang anda habiskan untuk duduk pada
hari Minggu? (Termasuk waktu yang dihabiskan untuk duduk di meja, mengunjungi
teman, membaca, duduk atau berbaring sambil menonton televisi)
_____ Jam per hari
_____ menit per hari
_____ tidak tahu/Tidak yakin

Keterangan :

Lalu ketika sudah didapatkan peneliti akan menjumlahkan total aktivitas dari masing-masing
responden dan membaginya dalam 3 kategori yaitu:
a) Ringan
Melakukan aktivitas fisik < 600 MET-menit/minggu
b) Sedang
Melakukan aktivitas fisik > 600 - 1500 MET-menit/minggu
c) Berat
Melakukan aktivitas fisik > 1500 MET-menit/minggu
Lampiran 4. Pola Makan

no Pertanyaan Poin
1. Dalam sehari berapa kali anda mengkonsumsi
makanan pokok ?
Sebutkan waktunya!
1. 1 kali/hari
2. 2 kali/hari
3. 3 kali/hari
4. >3kali/hari
2. Apakah mengkonsumsi sarapan (minimal
mengandung 300 kalori) sebelum beraktifitas
sehari-hari ?
1. Ya
2. Tidak
(jika “tidak” langsung ke no.4)
3. Jika Ya seberapa sering anda mengkonsumsi
sarapan per minggu ?
1. Tidak sering (≤3 kali/ minggu)
2. Sering (4-7 kali / minggu
4 Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi
makan siang ?
1. Ya
2. Tidak
(jika “tidak” langsung ke no. 7)
5 Pada pukul berapa kebiasaan makan siang anda
dalam 1 bulan terakhir ?
1. Pukul 11.00-14.00
2. pukul 11.00 atau > pukul 14.00
6 Seberapa sering kebiasaan makan siang anda pada
waktu tersebut?
1. Sering (4-7 kali/minggu)
2. Tidak sering (≤3kali/minggu)
7 Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi
makan malam?
1. Ya
2. Tidak
(jika “tidak” langsung ke no.10)
8 Pada pukul berapa kebiasaan makan malam anda
dalam 1 bulan terakhir?
1. Pukul ≤ 17.00
2. pukul 17.00-19.00 atau > pukul 19.00
9 Seberapa sering makan malam anda pada waktu
tersebut ?
1. Sering(4-7 kali/minggu)
2. Tidak sering (≤3kali/minggu)
1 Pada pukul berapa anda mengkonsumsi makanan
0 terakhir pada malam selama 1 bulan ini?
1. <pukul 18.00
2. ≥pukul 18.00
1 Jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi
1 makanan terakhir pada malam hari pukul 18.00,
seberapa sering kebiasaan tersebut ?
1. Sering (4-7 kali /minggu)
2. Tidak sering (≤3 kali/minggu)
1 Jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi
2 makanan terakhir pada malam hari sudah lewat
pukul 18.00, seberapa sering kebiasaan tersebut?
1. Sering (4-7 kali/minggu)
2. Tidak sering (≤3 kali/minggu)
1 Berapa jam jarak antara makan terakhir dengan
3 waktu tidur anda?
1. ≥ 3jam
2. < 3 jam
1 Seberapa sering anda mengemil/mengkonsumsi
4 snack?
1. Sering (4-7 kali/minggu)
2. Tidak sering (≤3 kali/minggu)
1 Seberapa sering anda mengkonsumsi makanan
5 jadi/jajanan/fastfood?
1. Sering (4-7 kali/minggu)
2. Tidak sering (≤3 kali/minggu)

Keterangan :
 Baik = 15-30
 Buruk = 1-15
Lampiran 5. Uji validitas dan Reliability

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

  N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


,708 59

Lampiran 6. Hasil dan Analisis Data

Frequency Table dan Bar Chart


6.1 Umur Responden
Umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 33-39 tahun 10 10.0 10.0 10.0

40-65 tahun 79 79.0 79.0 89.0

> 65 tahun 11 11.0 11.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


6.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

laki-laki 63 63.0 63.0 63.0


Valid
perempuan 37 37.0 37.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

6.3 lama menderita DM

Berapa lama sudah menderita DM ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <5 tahun 19 19.0 19.0 19.0

5-10 tahun 43 43.0 43.0 62.0

>10 tahun 38 38.0 38.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


6.4 Gula Darah Puasa

Gula Darah Puasa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 80-100 mg/dl 3 3.0 3.0 3.0

100-125 mg/dl 4 4.0 4.0 7.0

>126 mg/dl 93 93.0 93.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


6.5 Gula Darah 2 Jam postpradial

GD2PP

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

80-144 mg/dl 1 1.0 1.0 1.0


Valid
145-179 mg/dl 7 7.0 7.0 8.0

>180 mg/dl 92 92.0 92.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

6.6 Kepatuhan Minum Obat

MMAS-8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 43 43.0 43.0 43.0

Sedang 54 54.0 54.0 97.0

Tinggi 3 3.0 3.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


6.7 Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 49 49.0 49.0 49.0

Sedang 36 36.0 36.0 85.0

Berat 15 15.0 15.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


6.8 Pola Makan

Pola makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 100 100.0 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai