UNIVERSITAS ABULYATAMA
Oleh
MUHAMMAD FIKRI
17171022
SKRIPSI
Oleh
MUHAMMAD FIKRI
17171022
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2020
HALAMAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal penelitian yang berjudul “Profil
Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara” adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun dan kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir proposal ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Universitas
Abulyatama Aceh.
Muhammad fikri
NIM 17171022
i
HALAMAN PERSETUJUAN
OLEH:
MUHAMMAD FIKRI
NIM: 17171022
Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan dewan sidang
Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama Aceh
Pembimbing 1 Pembimbing II
Menyetujui, Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Dekan Fakultas Kedokteran
ii
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH:
MUHAMMAD FIKRI
NIM: 17171022
Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan dewan sidang
Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama Aceh
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
iii
ABSTRAK
MUHAMMAD FIKRI. Profil Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara. Dibimbing
oleh dr. Said Andy Saida, Sp.PD dan dr.Zurriyani, Sp.PD, FINASIM.
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia yang terjadi ketika pankreas tidak dapat
memproduksi insulin yang cukup untuk tubuh, terjadinya kelainan sekresi insulin
ataupun tubuh tidak efektif menggunakan insulin tersebut.Menurut WHO penderita
diabetes terus bertambah setiap tahun hingga mencapai angka 415 juta orang.
RISKESDAS 2018 menunjukkan di Aceh terjadi peningkatan kasus dari tahun 2013
sampai 2018 sebesar 2,0%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil
pengendalian dari aktivitas fisik, pola makan, dan kepatuhan minum obat pada
penderita DM tipe 2. Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang dengan teknik
total sampling. Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan
pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang
responden yang menderita diabetes melitus tipe 2 dilihat berdasarkan kepatuhan
minum obat 54 orang (54%) pada kategori sedang dan 3 orang (3%) pada kategori
tinggi. Berdasarkan aktifitas fisik 49 orang (49%) aktifitas ringan dan 15 orang (15%)
aktifitas berat. Berdasarkan pola makan 100 orang (100%) termasuk dalam kategori
baik. Rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit
untuk menyediakan buku pendataan pasien baru dan lama bagi kasus diabetes
mellitus tipe 2.
Kata kunci : Profil DM tipe 2, kepatuhan minum obat, aktivitas fisik, pola makan
iv
ABSTRACT
Key words: type 2 diabetes mellitus profile, physical activity, Based on the diet,
adherence to taking medication
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Penyusunan Skripsi yang
berjudul “Profil Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara”. Tugas ini diajukan sebagai
syarat untuk menyelesaikan Tugas Penyusunan Skripsi pada Jurusan Pendidikan
Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh Angkatan
2017.
Penulis menyadari bahwa begitu banyak bantuan moril maupun materiil yang
diberikan dalam menyelesaikan tugas ini. Tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, Tugas Penyusunan Skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada :
vi
5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kedokteran Umum Universitas
Abulyatama Aceh, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
proses perkuliahan.
6. Teman-teman Program Studi Pendidikan Kedokteran Umum Angkatan 2017
yang telah memberikan doa dan dukungannya selama ini.
7. Serta rekan dan pihak-pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung
telah memberikan bantuan dan doanya.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN ORISINALITAS........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iii
ABSTRAK...................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....v
DAFTAR ISI...............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
viii
2.1.1 Definisi..........................................................................................................5
2.1.3 Patofisiologi..................................................................................................6
BAB III................................................................................................................................25
METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................................25
3.2.1 Populasi.......................................................................................................25
3.2.2 Sampel.........................................................................................................25
ix
3.5 Instrumen Pengumpulan Data............................................................................27
BAB IV................................................................................................................................30
4.2 Pembahasan........................................................................................................34
BAB V..................................................................................................................................51
KESIMPULAN..................................................................................................................51
5.1 Kesimpulan........................................................................................................51
5.2 Saran..................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................52
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional 25
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1 Sebab Hiperglikemia Pada DM 7
2.2 Kriteria Pengendalian DM 9
2.3 Kerangka Teori 23
2.4 Kerangka Konsep 24
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
dengan kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia yang terjadi ketika pankreas
tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk tubuh yang mengakibatkan
tipe 2.1 DM yang terbanyak diderita adalah DM tipe 2 yang terdiri sekitar 90-95%
orang. Penyakit DM juga disebut dengan silent killer karena penyakit ini akan
terkena penyakit DM adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan berujung
kematian.2
hingga mencapai angka 415 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2040
penderita DM akan terus meningkat mencapai 642 juta orang, dengan kejadian
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015 indonesia berada pada posisi ke 7 di
dunia dari 10 negara yang penderita DM sangat tinggi. Tercatat bahwa populasi
yang menderita DM di Indonesia pada tahun 2015 mencapai angka 5,8% atau pun
1
Data Risekesdas 2013-2018 terjadi peningkatan prevalensi kejadian DM
berdasarkan diagnosis dokter pada umur diatas 15 tahun. Provinsi Aceh pada
tahun 2013 sebesar 1,5% dan pada tahun 2018 terjadi peningkatan sebesar 2,0%.
Data konsensus Perkeni 2011 terjadi juga peningkatan kasus pada tahun 2013-
2018 yang diukur dengan pemeriksaan darah pada penduduk umur diatas 15
tahun. Didapatkan bahwa pada tahun 2013 sebesar 6,9% dan pada tahun 2018
terjadi peningkatan sebesar 8,5% dan berdasarkan konsensus Perkeni 2015 terjadi
peningkatan prevalensi pada tahun 2018 sebesar 10,9%.7,8 Data Riskesdas 2018
prevalensi diabetes pada Provinsi Aceh juga mengalami peningkatan pada tahun
2013 sebesar 1,8% dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 sebesar 2,4%.9
Di Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2020
bulan januari sebanyak 230 orang dan pada bulan september terjadi peningkatan
komplikasi yang akan terjadi seperti penyakit kardiovaskular, stokre, gagal ginjal,
memenuhi tujuan tersebut dibutuhkan pengendalian dari gula darah. 11 Gula darah
2
makanan yang dikonsumsi, pertambahan berat badan dan usia, serta dampak dari
penyuluhan edukasi untuk promosi hidup sehat, lalu pemberian terapi gizi medis
untuk prinsip pengendalian dari pola makan, melakukan latihan jasmani yang
dapat dilakukan yaitu : jalan cepat, jogging, dan pemberikan terapi farmakologi
pada penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh
Utara
poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara
poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara
fisik, pola makan, dan kepatuhan minum obat pada penderita DM tipe 2 di
poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara
3
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan bagi instansi pendidikan dalam upaya
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus Tipe 2
2.1.1 Definisi
Diabetes melitus (DM) tipe 2 ialah suatu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja
Penderita DM tipe 2 terjadi karena banyak faktor. Salah satunya adalah faktor
genetik dapat diperoleh dari orang tua yang memliki riwayat DM dan pada faktor
lingkungan sangat erat kaitannya dengan penderita DM tipe 2 yang dapat berasal dari
life style seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, merokok dan kebiasaan
tipe 2 sangat jarang sekali olahraga adalah karena tidak adanya waktu, kurang
motivasi didalam diri, malas ataupun lelah, dan sibuk dengan pekerjaanya.14
berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti riwayat keluarga
dengan diabetes melitus, umur ≥45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat
badan bayi > 4000 gram ataupun riwayat menderita DM gestasional dan riwayat lahir
dengan berat badan rendah (< 2,5 kg). dan juga faktor risiko yang dapat diubah
seperti obesitas berdasarkan IMT (Indek Masa Tubuh) ≥ 25kg/m 2 atau lingkar perut
5
pada wanita ≥ 80cm dan pada laki-laki ≥ 90cm, kurangnya aktivitas fisik, penderita
2.1.3 Patofisiologi
ganguan sekresi insulin ataupun gangguan kerja dari insulin (resistensi insulin) pada
sel target organ terutama hati dan otot. Awalnya resisten insulin belum menyebabkan
DM secara klinis, namun pada saat tersebut sel β pankreas masih belum bisa
darah masih dalam keadan normal ataupun baru sedikit meningkat. Namun setelah
terjadi ketidak sanggupan sel β pankreas, baru terjadinya DM secara klinis, yang
ditandai dengan terjadi peningkatan kadar glukosa darah yang memenuhi kriteria
resistensi insulin ini dapat dikompensasi oleh peningkatan sekresi insulin oleh sel β
pankreas. Seiring dengan progresifitas suatu penyakit maka produksi insulin ini
terjadi saat fase setelah makan saat otot gagal melakukan pengambilan glukosa secara
optimal.12
di hati yang berlebihan dan mengakibatkan peningkatan glukosa darah pada saat
puasa. Hiperglikemia yang terjadi memperberat gangguan sekresi insulin yang sudah
6
ada fenomena ini disebut glukotoksisitas. Selain pada otot, resistensi insulin juga
dapat terjadi pada jaringan adiposa sehingga merangsang produksi insulin dan
meningkatnya asam lemak bebas. Hal ini menyebabkan gangguan proses ambilan
glukosa oleh sel otot dan mengganggu sekresi insulin oleh sel β pankreas. Fenomena
diagnosis diabetes ditegakkan yaitu dengan kelainan dasar yang terjadi ada saat
7
Gambar 2.1 Sebab Hiperglikemia Pada DM 12
seperti:
1. Keluhan klasik diabetes melitus adalah poliuria (banyak kencing atau sering
makan), penurunan berat badan tanpa sebab apapun, tingkat nafsu makan
yang bertambah tetapi berat badan turun dengan drastis (5-10 kg dalam waktu
2. Keluhan yang lain ditimbulkan adalah badan lemas, kesemutan, gatal, mata
kabur, kelelahan, mudah mengantuk, gigi mudah goyang dan mudah lepas,
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvus pada wanita, pada ibu hamil
sering terjadi keguguran ataupun kematian pada janin dalam kandungan atau
terkontrol baik tidak hanyak hilangnya gejala dari DM tetapi harus dengan
dilakukannya pemeriksaan kadar glukosa darah, kadar HbA1c, dan profil lipid.
DM yang terkendali baik tidak hanya kadar glukosa darahnya, kadar lipid, dan
HbA1c mencapai kadar yang normal tetapi pola makan sehat, meningkatkan
8
kegiatan jasmani, memakai obat DM, melakukan pemantauan kadar glukosa
Kadar glukosa darah adalah jumlah kandungan yang terdapat didalam plasma
darah ke kadar yang normal. Saat konsentrasi glukosa menurun, glukosa akan
normal.17,18
akan terjadi diperlukan pengendalian gula darah yang baik. DM terkendali dapat
lipid, tekanan darah dan HbA1C seperti tercantum pada ( Gamber 2.2 ):12,16
9
Trigliserida (mg/dL) <150 150-199 >200
IMT (kg/m2) 18,5-23 23-25 >25
oleh faktor perilaku atau gaya hidup seperti merokok dan kurangnya melakukan
terjadi pada semua usia dari anak-anak, orang dewasa hingga lansia, namun tertinggi
diderita pada usia dewasa di atas 45 tahun. Dikarenakan DM muncul pada seseorang
yang sudah masuk usia setelah 45 tahun dimana pada orang yang sudah berat badan
berlebih, sehingga tubuh tidak dapat lagi peka terhadap insulin, dan akan memburuk
jika adanya komplikasi penyakit lainnya khusunya pada penderita lanjut usia. Seiring
pertambahnya usia metabolisme di dalam tubuh sudah melambat dan mobilitas tubuh
juga menjadi rendah yang akan mempercepat pergantian massa otot dengan lemak di
tubuh. Proses hormonal pada wanita seperti sindroma siklus mestruasi, pasca
10
menopause yang dapat mengakibatkan lemak tubuh terakumulasi sehingga wanita
sangat rentan terkena DM tipe 2. Pada wanita yang mengalami obesitas terjadi
sehingga setiap makan akan diubah menjadi lemak dan hal ini akan menyebabkan
obesitas.16
2. Makanan
DM sangat berkaitannya dengan pola konsumsi makanan terutama
kadar gula darah yang memicu DM. hasil penelitian menunjukkan kebiasan
karbohidrat yang tinggi dapat memicu kejadian DM. karena asupakan karbohidrat
yang melebihi akan semakin meningkatkan kadat gula darah dan tidak dapat
kimia yang tersimpan dari bahan-bahan makanan. Energi tersebut akan dilepakan jika
sudah melalui proses metabolisme dalam tubuh. Karbohidrat adalah makanan yang
memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh. Karbohidrat akan diabsorpsi didalam tubuh
dalam bentuk gula dalam proses metabolisme. Saat proses metabolisme, insulin
dibutuhkan untuk memasukan glukosa dan bahan nutrisi lainnya ke dalam sel untuk
digunakan sebagai sumber energi. Apabila insulin kurang atau sel resisten terhadap
insulin, maka terjadi peningkatan kadar glukosa darah dan karena terjadi resisten
11
insulin dapat menjadi dasar dari terjadinya sindroma dismetabolik (disipidemia,
12
1. Obesitas
kulit. Hal menyebabkan resistensi insulin akan timbul pada daerah yang mengelami
penimbunan lemak sehingga akan menghambat kerja dari insulin di jaringan tubuh
dan otot. Hal ini menyebabkan glukosa darah tidak dapat disalurkan ke dalam sel
sehinga meningkatkan kadar glukosa didalam darah. Penimbunan lemak beban yang
tinggi dapat menyebabkan meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan
memacu oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa
dalam otot.20
2. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah suatau gerakan tubuh yang tujuan untuk meningkatkan
dan mengeluarkan tenaga ataupun energi. Melakukan aktivitas fisik sangat berperan
dalam mengontrol gula darah tubuh dengan cara mengubah gula darah menjadi
energi. Penderita yang melakukan aktivitas fisik ringan kemunginan 7,15 kali lebih
besar mempunyai resiko kadar gula darah yang tidak terkontrol daripada yag
aktivitas fisik secara teratur dan baik memiliki hubungan yang signifikan dengan
aksi insulin pada homeostatis glukosa pada individu sehat dan individu yang
memiliki resistensi insulin seperti penderita DM tipe 2. Efek aktifitas fisik yang
13
menguntungkan ini disebabkan oleh adanya peningkatan insulin dalam ambilan
glukosa di dalam otot rangka sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa
plasma.21
Adaptasi otot skelet atau otot rangka pada aktivitas fisik salah satunya terjadi
ekspresi atau aktivitas protein yang terlibat pada metabolisme glukosa pada otot
rangka. Manfaat pada melakukan aktivitas fisik yang dimediasi oleh (AMP-
glukosa dan glukosa tranporter. AMPK dianggap sebagai sensor pusat energi
intraseluler yang diaktifkan oleh peningkatan AMP. Manfaat yang kedua dari
aktivitas fisik adalah peningkatan besar dalam sensitivitasi tranpor glukosa akibat
stimulasi insulin. Respon dari peningkatan transpor glukosa akan terjadi aktivitas otot
yang mengalami kontraki, hal ini mungkin dimesiasi oleh berbagi macam sinyal
Efek dari sensitivitas insulin dari aktivitas akut hanya berlangsung selama 48
jam jika tidak dibarengi dengan aktivitas lainnya. Namun aktivitas fisik dalam jangka
waktu yang panjang dapat menginduksi peningkatan sensitivitas insulin otot yang
Adaptasi dari otot skletet pada aktivitas fisik terjadi peningkatan efek
14
atau aktivitas proten yang terlibat pada metabolisme glukosa pada otot rangka yang
akan meyebabkan meningkatan insulin pada hemeostasis glukosa pada individu sehat
dan indivisu yang memiliki resistensi terhadap insulin seperti pasien DM tipe 2. Efek
peningkatan aksi insulin dalam ambilan glukosa di otot rangka sehingga dapat
Terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan kadar gula darah yaitu
dengan perilaku hidup sehat dengan mengikuti beberapa anjuran seperti : mengikuti
pola hidup sehat, meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan yang teratur,
Pengaturan pola hidup sehat pasien dianjurkan untuk melakukan terapi nutrisi
medis dengan prinsip pengaturan pengaturan makan yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Sangat
perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan
A. Karbohidrat
15
dapat makan bersama dengan keluarga lainnya. Hal lain yang ditambahkan yaitu
tidak melebihi batas aman dari konsumsi harian (Accepted Daily Intake/ADI), dan
dianjurkan makan tiga kali sehari dan dapat diberikan makan selingan seperti buah-
B. Lemak
diperkenakan melebihi 30% total asupan energi. Terdapat juga bahan makanan yang
perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara
lain : daging berlemak dan susu fullcrem. Dan yang harus diperhatikan juga konsumsi
C. Protein
Kebutuhan protein sebesar 10-20% dari total asupan energi. Sumber protein
yang baik dapat berasal dari ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
D. Natrium
yaitu <2300 mg perhari. Sumber natrium dapat berasal dari garam dapur, vetsin, soda,
E. Serat
kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran
16
konsumsi serat adalah 20-35 gram.hari yang berasal dari berbagi sumber bahan
makanan.
17
F. Pemanis Alternatif
aman Accepted Daily Intake (ADI). Terdapat dua kelompok pemanis alternatif yaitu
pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori. Di perhatikan juga pemanis berkalori
perlu diperhitungkan kandungan dari kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori,
seperti glukosa alkohol dan fruktosa. Fruktosa tidak dianjurakan pada penyandang
DM karena dapat meningatkan kadar LDL. Juga pemanis tidak berkalori seperti
2. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah suatu gerakan tubuh yang berjuan untuk meningkatkan dan
mengeluarkan tenaga atau energi. Melakukan aktifitas fisik dapat berperan dalam
mengontrol gula darah dengan cara mengubah glukosa menjadi energi. Aktivitas fisik
yang dilakukan akan mempengaruhi kadar glukosa darah. Penggunaan glukosa oleh
otot akan meningkat saat melakukan aktivitas fisik yang tinggi. Hal tersebut
disebebkan glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa
darah dalam keadaan seimbang. Pada keadaan normal, keseimbangan kadar glukosa
darah dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dalam sistem saraf, regulasi glukosa,
dan keadaan hormonal. Aktivitas fisik secara langsung dapat berhubungan dengan
kecepatan pemulihan glukosa darah otot. Saat melakukan aktivitas fisik, otot-otot
tubuh akan bereaksi dengan mengggunakan glukosa darah yang disimpan sehingga
simpanan glukosa akan berkurang. Dalam keadaan tersebut terjadi reaksi otot yaitu
otot mengambil glukosa darah sehingga kadar glukosa darah menjadi menurun yang
18
Melakukan latihan jasmani adalah adalah salah satu pilih dari pengelolaan
DM tipe 2 apabila tidak disertai dengan nefropati. Kegiatan jasmani dilakukan secara
teratur sebanyak 3-5 kali per minggu selama sekitara 30-45 menit. Saat melakukan
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus
mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan latihan
termasuk latihan jasmani mensekipun dianjurkn untuk selalu aktif setiap hari.22
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik
seperti jogging, jalan cepat, bersepeda santai, dan berenang. Latihan jasmani
sebaikinya disesuikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan
jasmani pada penyandang DM yang relatif sehat dapat ditingkatan, sedangkan pada
3. Pengobatan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Pemberian farmakologi terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.11
19
1. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi:
insulin. Untuk obat pemacu sekresi insulin (Insulin Secretagogue) adalah obat
Sulfonilurea dimana golongan obat ini mempunyai efek utama untuk meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping dari penggunaan obat ini adalah
pada pasien dengan risiko tinggi hipoglikemia. Obat Glinid adalah merupakan obat
yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan
selresi insulin fase pertama. Ada 2 macam golongan obat yaitu Repaglinid (derivat
asam benzoate) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat
seteleh pemeberian secara oral dan diekskresi secara melalui hati. Obat ini dapat
yang merupakan obat pilihan pertama ada sebagaian kasus DM tipe 2. Metformit
reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini
20
2.3 Strategi Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2
kepatuhan minum obat. Apabila tidak menjalankan pengendalian dengan baik maka
akan terjadi penurunan dan peningkatan kadar gula darah yang tidak stabil, selain itu
dampak yang lebih parah bisa terjadi shock hipoglikemi suatu keadaan dimana kadar
gula darah dibawah 60 mg/d atau hiperglikemi kondisi gula darah yang tinggi.5
kesehatannya. Jika kadar gula darah tidak terkontrol, komplikasi diabetes mellitus
yang akan timbul, misalnya pada mata, jantung, saraf dan dapat terjadi komplikasi
yang akut seperti hipoglikemi dan ketoasidosis diabetikum dimana jika tidak segera
gula darah dengan baik adalah mengatur pola makan setiap penderita sesuai dengan
prinsip 3J yaitu jumlah makanan, jenis dan jadwal makan. Pentingnya keteraturan
makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan terutama pada mereka
yang menggunakan obat penurun glukosa darah maupun insulin. Hal lain yang harus
diperhatikan adalah aktivitas fisik dan kepatuhan terhadap obat. Aktivitas fisik selama
20-30 menit yang dilakukan 3-4 kali seminggu dapat meningkatkan insulin sehingga
kadar glukosa darah menurun. Olahraga yang kurang menyebabkan makanan yang
masuk ke tubuh tidak dibakar melainkan timbun sebagai lemak dalam tubuh. Begitu
21
Pola makan, aktifitas fisik dan kepatuhan minum obat dapat meningkatkan
oleh penurunan respon jaringan perifer terhadap insulin dan penurunan kemampuan
sel β prankeas untuk mensekresi insulin sebagai respon terhadap beban glukosa. Jika
faktor-faktor pengendalian diabetes melitus tidak dikontrol dengan baik maka dapat
menyebabkan kadar insulin yang tinggi dan mengakibatkan reseptor insulin berupaya
insulin, tingginya insulin dalam tubuh ini dapat megakibatkan desensitisasi reseptor.
Aktivitas fisik adalah suatau gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang memerlukan energi. Pengaruh dari melakukan aktivitas fisik secara langsung
banyak otot mengambil glukosa dari aliran darah). Saat berolahraga, otot akan
menggunakan glukosa yang disimpan dalam otot jika glukosa berkurang, otot akan
mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari darah. Hal ini akan
glukosa darah.22,23
reseptor insulin sehingga glukosa dapat diubah menjadi energi melalui metabolisme.
22
Salah satu manfaat melakukan aktivitas fisik yaitu dapat menurunkan kadar glukosa
darah pada penderita DM, mencegak kegemukan, dan berperan dalam mencegah
komplikasi.22,23
Aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang akan mempengaruhi kadar dari
gula darahnya. Peningkatan penggunaan glukosa oleh otot akan meningkatkan saat
seseorang melakukan aktivitas fisik yang sangat tinggi. Hal ini sebebakan karena
glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga kadar gula darah tetap seimbang.
Aktvitas fisik juga secara langsung berhubungan dengan kecepatan pemulihan dari
gula darah otot. Saat melakukan aktivitas fisik, otot-otot yang ada didalam tubuh akan
tersimpan tersebut akan berkurang. Dalam keadaan tersebut terdapat reaksi otot yang
mana otot tersebukan akan mengambil glukosa yang ada di dalam darah sehingga
glukosa di dalam darah menurun dan hal tersebut akan dapat meningatkan kontrol
glukosa darah.22,23
Terdapat beberapa aktivitas fisik seperti jogging, yang dapat dilakukan selama
tidak melakukan aktivitas fisik tersebut. Kadar glukosa pada penderita Diabetes
perilaku seseorang yang dapat pengobatan untuk menjalankan minum obat sesuai
23
yang direkomendasi oleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan cara kerjanya, obat anti-
Pertama obat Pemacu Sekresi Insulin Obat golongan ini mempunyai efek
utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Kedua Peningkat
menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap
dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. kelima Penghambat SGLT-2 Obat
golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral jenis baru yang
minum obat. Pada Pasien yang tidak paham mengenai penyakit DM, sering tidak
24
2.4 Kerangka Teori
Pengendalian DM
Aktivitas fisik
Pola makan
Kepatuhan
minum obat
Terkendali atau
tidaknya Diabetes
Keterangan : Melitus tipe 2
25
2.5 Kerangka Konsep
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
dimana peneliti melakukan eksplorasi tanpa berupaya untuk mencari hubungan antar-
variabel.
3.2.1 Populasi
Populasi penelitian ini sebanyak 1.485 orang adalah seluruh pasien diabetes
melitus tipe 2 di Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Cut Mutia
3.2.2 Sampel
Sampel yang akan diteliti sebanyak 100 orang yang merupakan bagian dari
populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili
pengambilan sampel dengan teknik Total Sampling. Pada Total Sampling, semua
subyek yang dating secara berurutan dan memenuhi kriteria penelitian dimasukan
27
Kriteria Inklusi :
Kriteria Eksklusi :
28
energi = 600-
1499
METs
mnt/mg
g
Berat =
>1500
METs
mnt/mg
g
Kepatuhan kesesuaian Kuesioner Wawancara Tinggi = Rasio
Minum pasien terhadap MMAS-8 Kuisioner ≥8
Obat anjuran atas Sedang
medikasi yang = 6 - <8
telah diresepkan Rendah
yang terkait =<6
dengan waktu,
dosis, dan
frekuensi
Pola Makan Perilaku Kuesioner Wawancara Baik = Rasio
penderita dalam Kuisioner 15-30
mengkonsumsi Buruk =
makan sehari- 1-15
hari
kuesioner dan rekam medik yang terdapat di PoliKlinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara. Adapun penelitian dilaksanakan pada bulan Juni
29
3.7 Rancangan Pengelolahan Data
pengumpulan data, setelah itu data akan diolah dengan langkah-langkah berikut :
Editing (Pengeditan)
Coding (Pengodean)
pemberian kode, yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi
Data yang dimasukan yaitu hasil dari rekam medik dan kuesioner responden
Tabulating (Tabulasi)
Membuat tabulasi dalam penelitian ini adalah memasukan data rekam medik
dan kuesioner kedalam table distribusi. Dalam penelitian ini data disajikan dalam
bentuk tabel.
setiap variable penelitian dari hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan
30
persentase dari setiap variable. Analisis ini digunakan menganalisis profil
menulis kode atau inisial nama pada pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disampaikan.
Confidentiality (Kerahasiaan)
selama pelaksanaan penelitian. Hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Sampel yang di dapatkan dari penelitian ini sebanyak 100 orang. Gambaran
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sampel pasien DM Tipe 2 yang dilihat dari
penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Jika dilihat berdasarakan kelompok umur,
maka diketahui bahwa pasien paling banyak berada pada kelompok umur 40 – 65
tahun yaitu sebanyak 79 orang (79%). Sedangkan yang pasien yang paling sedikit
Selanjutnya jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka diketahui bahwa pasien
yang berjenis kelamin laki-laki adalah 63 orang (63%) sedangkan yang berjenis
32
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita DM Tipe 2
Tabel 4.2 menunjutkan bahwa dari 100 reponden dapat diketahui bahwa lama
responden yang memiliki frekuensi tertinggi pada kadar gula darah puasa
(>126mg/dL) sebanyak 93 orang (93%) dan frekuensi terendah pada kadar gula darah
puasa (80-100 mg/dL) sebanyak 3 orang (3%). Sedangkan pada kadar glukosa darah
2 jam pospradial dengan frekuensi tertinggi berada pada kadar gula (>180mg/dL)
33
yaitu sebanyak 92 orang (92%) dan yang terendah pada kadar gula darah (80-
Tabel 4.4 tentang kepatuhan minum obat menunjukan bahwa dari 100
responden terdapat 3 orang (3%) dengan kepatuhan minum obat yang tinggi, 54 orang
(54%) dengan kepatuhan minum obat yang sedang, dan 43 orang (43%) dengan
34
Tabel 4.5 tentang aktivitas fisik menunjukan bahwa dari 100 responden
terdapat 49 orang (49%) yang melakukan aktivitas fisik yang ringan, 36 orang (36%)
yang melakukan aktivitas fisik sedang, dan 15 orang (15%) yang melakukan aktivitas
fisk berat.
Tabel 4.6 tentang pola makan menunjukan bahwa dari 100 responden terdapat
100 (100%) dengan pola makan yang baik dan tidak ada orang yang pola makan
buruk
35
4.2 Pembahasan
banyak terjadi pada umur 40 – 65 tahun dengan jumlah pasien 79 orang (79%). umur
orang (10%). Jadi dapat disimpulkan pada penelitian ini yang paling banyak
Terdapat hasil yang sesuai dari penelitian yang dilakukan oleh derek dkk
bahwa pada umur ≥ 45 tahun yang paling banyak dengan jumlah 86,7%, diikuti
dengan penelitian yang dilakukan oleh afifah dkk bahwa pada umur 56-65 tahun yang
paling banyak dengan jumlah 43,3% dan penelitian yang dilakukan oleh kemenkes
bahwa pada umur 55-64 tahun yang paling banyak terkena dengan jumlah 6,3%.9,28,29
ini bisa terjadi adanya penurunan fungsi anatomis, fisiologis, dan biokimia.
Perubahan terjadi dimulai dari tingkat sel, kemudian akan berlanjut pada tingkat
jaringan dan pada akhirnya pada tingkat organ yang akan mempengaruhi hemeostatis
dan terjadi juga peningkatan intoleransi glukosa karena terjadi proses penuaan
insulin.29,30
Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelitian yang dilakukan oleh setiyo
dkk bahwa pada umur 20-28 dan 29-37 tahun yang paling banyak dengan jumlah
36
27,0%, diikuti dengan penelitian yang dilakukan oleh januar dkk bahwa pada umur
oleh glukosa dalam darah dan terhambatnya pelepasan glukosa yang masuk ke dalam
sel karena dipengaruhi oleh insulin. Faktor umur dapat mempengaruhi penurunan dari
sistem pada tubuh salah satunya pada sistem endokrin dan juga dapat mempengaruhi
resistensi insulin yang dapat terjadi tidak stabilnya glukosa dalam darah yang dapat
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien
yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis diabetes melitus tipe 2
dengan jumlah pasien sebanyak 63 orang (63%), sedangkan pasien yang berjenis
Tedapat hasil yang sesuai dari penelitian ernawati dkk bahwa berjenis kelamin
laki-laki yang paling terkena DM tipe 2 sebanyak 62,5% diikuti dengan penelitian
nandasari dkk bahwa berjenis kelamin laki-laki yang terbanyak sebanyak 87,5% dan
penelitian yang dilakukan oleh suryaningsih dkk bahwa berjenis kelamin laki-laki
badan (overweight) yang dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas fisik dan terlalu sering
37
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak. Faktor lain yang
Terdapat hasil yang tidak sesuai oleh penelitian kristianita dkk bahwa pada
berjenis kelamin perempuan yang paling banyak terkena DM tipe 2 sebanyak 59,1%,
diikuti dengan penelitian wulan dkk bahwa pada berjenis kelamin perempuan paling
banyak sebanyak 84% dan penelitian nazriati dkk terbanyak berjenis kelamin
hormone estrogen pada masa menopause, ini terjadi karena pada hormone estrogen
darah. Saat terjadi menopause respon akan insulin akan menurun akibatnya estrogen
dan progesterone menjadi rendah yang dapat terjadi peningkatan glukosa darah.
Faktor lain yang dapat mempengaruhinya adalah body massa index yang tidak ideal
38
4.2.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita DM Tipe 2
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pasien yang lama menderita DM Tipe
tahun berjumlah 43 orang (43%), yang kedua kategori lama menderita > 10 tahun
berjumlah 38 orang (38%), dan kategori ketiga pendek lama menderita < 5 tahun
Terdapat yang hasil sesuai oleh penelitian simanjuntak dkk bahwa lama
menderita DM tipe 2 terbanyak 5-10 tahun dengan jumlah 44,87%, diikuti dengan
penelitian tralissavrina dkk dengan lama menderita DM tipe 2 terbanyak > 5 tahun
dengan jumlah 45% dan penelitian yang dilakukan oleh faiquotunnuriyah dengan
berkaitan dengan fungsi beta pangkreas yang akan menimbulkan komplikasi pada
pasien, hal ini akan berpengaruh kepada kualitas hidup pasien. Terdapat onset
ketika memiliki kriteria DM tipe 2 dengan keluhan khas polidipsia, polifagia, dan
poliuria.38,40,41
Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penalitian iswiningtyas bahwa lama
menderita DM tipe 2 yaitu < 5 tahun dengan jumlah 60%, diiikuti dengan penelitian
hanif bahwa lama menderita DM tipe 2 yaitu < 5 tahun dengan jumlah 48,5% dan
penelitian yang dilakukan oleh januar bahwa lama menderita DM tipe 2 yaitu ≤5
39
Lama menderita DM tipe 2 merupakan rentang waktu antara diagnosis
pertama pasien dengan waktu sekarang yang dinyatakan dalam tahuh. Keberadaan
penyakin DM sedikit banyak akan mempengaruhi kesehatan pasien, hal ini dapat
kerusakan sel beta pancreas yang terjadi seiring bertambahnya lama seseorang
menderita DM tipe2.43
memiliki kadar glukosa darah dan HbA1C yang tinggi dibandingkan dengan pasien
yang telah menderita DM kurang dari 5 tahun dan antara 5 sampai 10 tahun. pasien
DM yang menderita kurang dari 1 tahun memiliki kualitas hidup paling baik dengan
menurun.43
40
4.2.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gula Darah
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penyakit diabetes melitus tipe 2 yang
paling banyak terjadi pada kategori buruk > 126 mg/dL dengan jumlah pasien 93
orang (93%), kategori gula darah puasa sedang 100 – 125 mg/dL sebanyak 4 orang
(4%), dan kategori gula darah puasa baik 80 – 100 mg/dL sebanyak 3 orang (3%).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini yang paling banyak yang tinggi
kadar glukosa darah puasanya adalah pada kategori > 126 mg/dL.
Terdapat hasil yang sesuai dari penelitian gayatri dkk yang membagi kadar
gula darah puasa menjadi 2 kategori yaitu gula darah puasa rendah dan tinggi dengan
yang terbanyak gula darah puasa kategori tinggi sebanyak 66,7%, diikuti dengan
penelitian kurnia dkk dengan mengkategorikan kadar gula darah puasa menjadi 3
yaitu normal, sedang, dan buruk dengan yang terbanyak pada gula darah puasa
kategori buruk dengan jumlah 67,6% dan penelitian yang dilakukan oleh nandasari
dkk dengan mengkategorikan kadar gula darah puasa menjadi 2 yaitu < 126 mg/dL
dan ≥ 126 mg/dL dengan yang terbanyak pada gula darah puasa kategori ≥ 126
Peningkatan gula darah puasa salah satu penyebabnya adalah kelebihan berat
badan, kadar leptin di dalam tubuh yang meningkat. Leptin berperan dalam dalam
hipotalamos yang mengatur lemak tubuh, pembakaran lemak menjadi energi, dan rasa
kenyang. Disaa kadar leptin meningkat akan meninkatkan berat badan, dan leptin
glukosa sehingga terjadi peningkatan kadar gula dalam darah dan terdapat juga faktor
41
lain yang mempengaruhi peningkatan kadar gula darah yaitu umur, konsentrasi lemak
Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelitian komariah dkk yang
memgkategotikan gula darah puasa menjadi 2 kategori yaitu < 126 mg/dL dan ≥ 126
mg/dL dengan yang terbanyak pada gula darah puasa kategori < 126 mg/dL sebanyak
61,9%, diikuti dengan penelitian pibriyanti dkk mengkategorikan gula darah puasa
menjadi 2 yaitu normal 75-110 mg/dL dan tinggi >110 mg/dL dengan yang terbanyak
pada gula darah puasa kategori normal 75-110 mg/dL sebanyak 56,1% dan penelitian
yang dilakukan oleh alexander dkk dengan mengkategorikan gula darah puasa
menjadi 2 yaitu normal < 126 mg/dL dan tinggi ≥ 126 mg/dL dengan yang terbanyak
pada gula darah puasa kategori normal < 126 mg/dL sebanyak 88,6%.46–48
Kadar gula darah yang tinggi akan mempengaruhi penyakit baru yang akan
timbul. Penyakit yang baru yang timbul akan mempengaruhi organ tubuh seperti
jantung, pembuluh darah, saraf, ginjal dan lain-lain. Dampak lain yang
komplikasi. Kadar glukosa darah harus tetap dijaga dalam batas normal untuk
menjaga kualis hidup penderita DM. jika kadar gula darah dapat dikontrol dengan
rutin dan baik makan mencegah timbulnya keluhan yang akan mengarah pada
komplikasi.49
Deteksi dini dengan pengontrolan gula darah secara teratur oleh dokter
merupakan hal yang pening untuk mencegaj komplasi diabetes. Diperlukan perilaku
pencegahan yang dapat memengaruhi kejadian komplikasi berjalan cepat atau lambat,
42
salah satu upayanya yaitu mengetahui keluhan subyektif penderita DM dan perlunya
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini dengan kadar glukosa
darah 2 jam postpradial yang paling banyak terjadi pada kategori buruk > 180 mg/dL
dengan jumlah 92 (92%), kategori glukosa darah 2 jam postpradial sedang 145 – 179
sebanyak 7 orang (7%), dan kategori glukosa darah 2 jam postpradial baik 80 – 144
sebanyak 1 (1%).
Terdapat hasil yang sesuai dari penelitian amra dkk yang mengkategorikan
kadar glukosa darah 2 jam postpradial menjadi 2 kategori yaitu normal dan tinggi
dengan yang terbanyak pada kategori tinggi sebanyak 80%, diikuri penelitian
yaitu baik, sedang, dan buruk dengan yang terbanyak pada kategori buruk sebanyak
78,8% dan penelitian yang dilakukan oleh suastidewi dkk mengkategorikan kadar
glukosa darah 2 jam postpradial menjadi 2 kategorik yaitu normal <180 mg/dL dan
abnormal ≥180 mg/dL dengan yang terbanyak pada kategori abnormal ≥180 mg/dL
sebanyak 83,9%.38,50,51
umur dengan seiring bertambahnya umur yang mengakibatkan semakin tinggi pula
gangguan toleransi glukosa sehingga fungsi tubuh yang akan menurun yang akan
pada kemampuan sel β pada metabolisme glukosa untuk prosuksi insulin. Selain itu
juga dipengaruhi oleh durasi penyakit yang sudah lama menderita yang akan
43
menimbulkan komplikasi dan faktor dari pola hidup yang tidak baik dan kurangnya
Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelitian margaretha dkk dengan
mg/dL dan ≥140/90 mg/dL dengan yang terbanyak pada kategori <140/90 mg/dL
kadar glukosa darah 2 jam postpradial menjadi 3 yaitu 80-144 mg/dL, 145,179
mg/dL, dan ≥ 180 mg/dL dengan yang terbanyak pada kategori 80-144 mg/dL
sebanyak 71,4%.52,53
Salah satu cara untuk menurunkan kadar glukosa darah 2 jam postpradial
peningakatan aliran darah yang akan menyebabkan lebih banyak terbukannya kapiler
yang akan membuat lebih banyaknya tersedia reseptor insulin dan reseptor tersebut
akan menjadi lebih aktif disamping itu otot yang aktif akan menigkatkan kepekaan
terhadap reseptor insulin otot dan menambahkan reseptor insulin otot, sehingga lebih
banyak otot yang berkontaksi maka kebutuha energi akan semakin banyak dan
darah.54
44
4.2.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat
Dari hasil penelitian ini bahwa penyakit diabetes melitus tipe 2 yang memilki
kepatuhan minum obat yang dinilai dengan kuesioner MMAS-8 yang dikutip oleh
Morisky yang sudah divalidasi dan digunakan diberbagai Negara Lee,et al dan
Chua,et al, yang dibagikan menjadi 3 kategori yaitu tinggi dengan skor 8, sedang
dengan skor 6-7, dan rendah dengan skor 0-5. Hasil yang didapatkan pada kategori
tinggi sebanyak 3 orang (3%), pada ketegori sedang sebanyak 54 orang (54%), dan
pada ketegori rendah sebanyak 43 orang (43%). Jadi dapat disimpulkan pada
penelitian ini yang paling banyak kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus
mengaktegorikan kepatuham minum oabt menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan tinggi
dengan yang terbanyak pada kepatuhan minum obat kategori sedang sebanyak
52,80%, diikuti dengan penelitian saibi dkk yang mengkategorikan kepatuhan minum
oabt menjadi 3 yaitu renda, sedang dan tinggi dengan yang terbanyak pada kategori
sedang sebanyak 40,6% dan penelitian oleh katuuk dkk yang mengkategorikan
kepatuhan minum obat menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan hasil yang
yaitu lupa minum obat, lupa membawa obat saat berpergian, merasa terngganggu
dengan kewajiban harus meminum obat setiap hari, berhenti meminum obat saat
45
kondisi membaik, dan ketidakpahaman akan penitngnya pengobatan pada DM tipe 2
Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelitian nazriati dkk yang
tinggi dengan yang terbanyak kepatuham minum obat kategori tinggi sebanyak 50%,
obat menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan yang terbanyak pada kategori
rendah sebanyak 50,7% dan penelitian dilakukan oleh lina dkk mengkategorikan
kepatuham minum obat menjadi 2 yaitu rendah dan tinggi dengan yang terbanyak
regimen pengobatan serta dukungan gaya hidup yang sehat dan terpenting adalah
memburuk dan jika kondisi ini berlangsung lama dapat mengakibatkan timbulnya
tenaga kesehatan dalam kepatuhan pasien dangat diperlukan, salah satu tenaga
pemberian edukasi saat penting kepada pasien yang mendapatkan terapi jangka
46
4.2.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik
aktivitas fisik yang dinilai dengan kueisoner IPAQ dengan short version yang telah di
terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Widuri dan juga telah diuji validitas dan
reabilitas. Hasil yang didapatkan palingnya banyak adalah kategori ringan yang
kategori sedang yang melakukan aktivitas fisik > 600 – 1500 MET-menit/minggu
sebanyak 36 orang (36%), dan kategori berat yang melakukan aktivitas fisik > 1500
penelitian yang melakukan aktivitas fisik yang paling banyak pada pasien diabetes
melitus tipe 2 adalah kategori ringan yang melakukan aktivitas fisik < 600 MET-
menit/minggu.
Terdapat hasil yang sesuai dari penelitian sari dkk yang mengkategorikan
aktivitas fisik menjadi 2 yaitu ringan dan berat dengan yang terbanyak pada kategori
ringan sebanyak 53,3%, diikuti dengan penelitian mujabi dkk yang mengkategorikan
aktivitas fisik menjadi 2 yaitu ringan dan sedang dengan yang terbanyak pada
kategori ringan sebanyak 60% dan penelitian yang dilakukan oleh trisnadewi dkk
yang mengkategorikan aktivitas fisik menjadi 3 yaitu rendah , sedang, dan tinggi
sehingga kadar gula dalam darah akan semakin berkurang. Pada orang yang sangat
jarang berolahraga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar melainan
47
ditimbun dalam tubuh menjadi lemak dan gula. Masalah yang terjadi pada pasien DM
tipe 2 adalah kurangnya respon terhapat insulin (resistensi insulin) sehingg glukosa
berkontraksi karena kontraksi otot memiliki sifan seperti insulin, maka dari itu pada
saat melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, resistenti insulin akan berkurang.
Terdapat hal yang lain yang membuat kurangnya aktivitas fisik yaitu rasa males yang
Terdapat hasil yang tidak sesuai dari peneltian purnama dkk yang
mengakategorikan aktivitas fisik menjadi 3 yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi
dengan yang terbanyak pada kategori sedang sebanyak 77,6%, diikuti dengan
kategori rendah, sedang dan tinggi dengan yang terbanyak pada kategori sedanag
sebanyak 62% dan penelitian ciciian dkk yang mengaktegorikan aktivitas fisisk
menjadi 2 yaitu kategori sedang dan berat dengan yang terbanyak pada kategori
Aktivitas fisik merupakan suatu gerakan tubuh yang dihasilakn oleh otot
faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan
akan menyebabkan kematian secara global. Pengaruh dalam melakukan aktivitas fisik
48
pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot mengambil glukosa dari dalam
tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang maka otot akan mengisi kekosongan
dengan mengambil glukosa dari darah, hal ini akan mengakibatkan menurunnya
disarankan untuk penderita DM tipe 2 adalah aktivitas fisik secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit dan sesuai dengan CRIPE (continuos,
49
4.2.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Makan
Hasil penelitian bahwa semua responden mempunyai pola makan yang baik
(100%) dan tidak ada responden yang memiliki pola makan yang buruk (0%). Pola
makan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah
Terdapat hasil yang mirip dari penelirian majid dkk yang mengkategorikan
pola makan menjadi 2 yaitu baik dan buruk dengan yang terbanyak pada kategori
baik sebanyak 51,0%, diikuti dengan penelitian antara dkk yang mengkategorikan
pola makan menjadi 2 yaitu pola makan baik dan buruk dengan yang paling banyak
pada kategori baik sebanyak 88,2% dan penelitian yang dilakukan oleh alianatasya
dkk dengan mengkategorikan pola makan menjadi 2 yaitu baik dan tidak baik dengan
Dikarenakan bahwa responden yang memiliki pola makan yang baik sudah
mengikuti aturan makan dengan pemeilihan makanan yang tepat seperti lebih banyak
makan dan jumlah yang ditentukan, dan sudah mampu untuk membiasakan diri
Terdapat hasil yang tidak sesuai dari penelian sItumeang dkk yang
mengkategorikan pola makan menjadi 2 yaitu baik dan kurang baik dengan yang
terbanyak pada kategori kurang baik sebanyak 84,45, diikuti dengan penelitian gresty
dkk yang mengkategorikan pola makan menjadi 2 yaitu baik dan tidak baik dengan
50
yang terbanyak pada kategori tidak baik sebanyak 76,0% dan penelitian yang
dilakukan oleh isnaeni dkk yang mengkategorikan pola makan menjadi 2 yaitu baik
dan kurang baik dengan yang terbanyak pada kategori kurang baik sebanyak
82,9%.67–69
Pola makan yang tidak sehat yaitu dengan mengabaikan jenis, jumlah dan
jadwal atau frekuensi yang dikonsumsi yang dapat menyebabkan gangguan pada
metabolisme tubuh. Pengaturan pola makna yang benar dengan cara makan sebelum
lapar dan terjadwal dan pengaturan jenis makanan, ketentuan dalam penjadwalan
makan, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Karena terlalu banyak mengkonsumsi
yang mengandung karbohidrat, dan lemak dapat menghambat kerja pankreas untuk
menjalankan fungsi sekresi insulin. Jika sekresi insulin terhambat maka kadar gula
51
4.3 Keterbatasan Penelitian
rujuk balik oleh BPJS kesehatan, sehingga kunjungan ke poliklinik penyakit dalam
52
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah pasien DM tipe 2 pada penelitian ini yaitu sebanyak 100 pasien.
Berdasarkan kepatuhan minum obat dengan menggunakan kuesioner MMAS-8
dengan dibagi 3 kategori rendah, sedang, tinggi. Hasil yang didapatkan penderita
terbanyak yaitu pada kategori sedang dengan jumlah pasien 54 orang (54%). Dan
hasil yang paling sedikit pada kategori tinggi sebanyak 3 orang (3%).
2. Berdasarkan dari aktivitas fisik yang menggunakan kuesioner IPAQ. Hasil yang
didapatkan penderita terbanyak yaitu pada kategori ringan sebanyak 49 orang
(49%) dan hasil yang paling sedikit didapatkan pada kategori berat sebanyak 15
orang (15%).
3. Berdasarkan pola makan penyakit DM tipe 2 didapatkan sebanyakan 100 orang
(100%) termasuk dalam kategori baik. Sedangakan kategori buruk tidak ditemukan
dalam penelitian ini.
5.2 Saran
Dari keseluruhan proses penelitian ini yang dijalankan dalam menyelesaikan
penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin bermanfaat
bagi semua pihak yang berperan :
Bagi Poliklinik Penyakit Dalam RSU Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara, disarankan
untuk adanya buku khusus pencacatan dan pelaporan untuk pasien DM antara penderita
baru dan lama.
53
DAFTAR PUSTAKA
1. Rumana NA, Sitoayu L, Sa’pang M. Korelasi Kadar Gula Darah Puasa
Terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Type 2 di Puskesmas
Jakarta Barat Tahun 2018. Indones Heal Inf Manag J. 2018;6(2).
2. Hartat I, Pranata AD, Rahmatullah MR. Hubungan Self Care Dengan Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam RSUD Langsa. JP2K.
2019;2(2).
3. Setiawan H, Suhanda, Sopatilah E, Rahmat G, Wijaya DD, Ariyanto H.
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan Penderita Diabetes
Mellitus. Urecol. 2018:241-248.
4. Lestari DD, Winahyu KM, Anwar S. Kepatuhan Diet pada Klien Diabetes
Melitus Tipe 2 Ditinjau dari Dukungan Keluarga di Puskesmas Cipondoh
Tangerang. J Ilm Keperawatan Indones. 2018;2(1):84-85.
5. Ramadhan N, Marissa N, Fitria E, Wilya V. Pengendalian Diabetes Melitus
Tipe 2 pada Pasien di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. Media Penelit
dan Pengemb Kesehat. 2018;28(4):239-246.
6. Beckman J. IDF DIABETES ATLAS. Vol 76. 6th ed. International Diabetes
Federation; 2016.
7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Utama Riskesdes 2018.; 2018.
8. Ellita, Ismail N, Abdullah I. Perilaku Pola Pencarian Pengobatan Diabetes
Mellitus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh. J Kesehat Cahadum.
2019;1(1):1-9.
9. Kemenkes RI. Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. jakarta; 2019.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/hari-diabetes-
sedunia-2018.pdf.
10. Esa DF, Prahasary AN, Tahapary DL, Yuni E. Penyakit Arteri Perifer dan
Mortalitas Kardiovaskular pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2. J Penyakit
Dalam Indones. 2019;6(2):100. doi:10.7454/jpdi.v6i2.299
11. Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, et al. Konsensus Pengelolaan Dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia2015. Jakarta: Pengurus
Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI); 2015.
12. Setiati S, Alwi I, W.Sudoyo A, K. MS, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta Pusat: Intrnal Publishing; 2017.
13. Berkat, Saraswati LD, Muniroh M. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang. J Kesehat Masy. 2018;6(1):200-206.
54
14. Rahmawati A, Hargono A. Faktor Dominan Neuropati Diabetik Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. J Berk Epidemiol. 2018;6(1):60.
15. Fatimah RN. Diabetes Melitus Tipe 2. J Major. 2015;Vol 4(5).
16. Fajrunni’mah R, Lestari D, Purwanti A. Faktor Pendukung dan Penghambat
Penderita Diabetes Melitus dalam Melakukan Pemeriksaan Glukosa Darah.
Glob Med Heal Commun. 2017;5(3):174.
17. Anggraeni V, Rachmawati MR. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan
Kadar Gula Darah Pada Lanjut Usia di Panti Sosial. J Biomedika dan Kesehat.
2018;1(1):101-108.
18. Dewi AMS, Tiho M, Kaligis SH. Gambaran Kadar Kalsium Total Darah pada
Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Robert Wlter Mongisidi Manado. J
Med Dan Rehabil. 2018;1(2):1-4.
19. Veridiana NN, Nurjana MA. Hubungan Perilaku Konsumsi dan Aktivitas Fisik
dengan Diabetes Mellitus di Indonesia. Bul Penelit Kesehat. 2019;47(2):97-
106.
20. Amir SMJ, Wungouw H, Pangemanan D. Kadar Glula Darah Sewaktu pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Bahu Kota Manado. J e-
Biomedik. 2015;3(1):36-37.
21. Anggraeni I, Alfarisi R. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula Darah
Puasa Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah
DR. H. Abdul Moeloek. J Dunia Kesmas. 2018;7(3):140-143.
22. Amelia R, Taiyeb AM, Idris IS. Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Terhadap Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Sabbangparu Kabupaten Wajo. In: Prosiding Seminar Nasional
Biologi VI. Makassar: Universitas Negeri Makassar; 2018:620-630.
23. Sari N, Purnama A. Aktivitas Fisik Dan Hubungannya dengan Kejadian
Diabetes Melitus. J Kesehat. 2019;2(4):368-381.
24. Kurniawaty E, Yanita B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe II. Majority. 2016;5(2):27-31.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1073.
25. Nazriati E, Pratiwi D, Restuastuti T. Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Dan Hubungannya Dengan Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas
Mandau Kabupaten Bengkalis. Maj Kedokt Andalas. 2018;41(2):59.
doi:10.25077/mka.v41.i2.p59-68.2018
26. Kistianita AN, Yunus M, Gayatri RW. Analisis Faktor Risiko Diabetes
Mellitus Tipe 2 Pada Usia Produktif Dengan Pendekatan Who Stepwise Step 1
(Core/Inti) Di Puskesmas Kendalkerep Kota Malang. Indones J Public Heal.
2018;3(1):85.
55
27. Srikartika VM, Cahya AD, Hardiati RSW. Analisis Faktor Yang Memengaruhi
Kepatuhan Penggunaan Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. J Manaj dan
Pelayanan Farm. 2016;6(3):205-212.
28. Afifah AN, Rifa’i A. Pengaruh Senam Diabetes Melitus (DM) Terhadapa
Perubahan Tekanan Darah pada Pasien DM Tipe 2 Di Persadia Unit RSUD
DR.Moewardi Surakarta 2015. J Keperawatan Glob. 2017;2(2):62-111.
29. Derek MI, Rottie J V., Kallo V. Hubungan Tingkat Stres dengan Kadar Gula
Darah pada Pasien Diabates Melitus Tipe II di Rumah Sakit Pancaran Kasih
GMIM Manado. e-Journal Keperawatan. 2017;5(1):2.
30. Singa G, Katuuk ME, Bataha YB. Hubungan Pengetahuan Tentang Terapi
Insulin dengan Inisiasi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah
Sakit Pancaran Kasih Gmim Manado. J Keperawatan UNSRAT.
2017;5(1):111282.
31. Musdalifah, Nugroho PS. Hubungan Jenis Kelamin dan Tingkat Ekonomi
dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota
Samarinda Tahun 2019. Borneo Student Res. 2020;1(2):2020.
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/483.
32. Faisyal J, Hernawan AD, Alamsyah D. Faktor yang Berhubungan dengan
Gangguan Fungsi Kognitif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli
Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Kota Pontianak. J Mhs dan Penelit
Kesehat. 2019;6(2):59-64.
33. Nurkhaliza E, Hapipah. Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Militus Tipe 1 Di Puskesmas Mpunda Kota Bima
2019. Semin Has Penelit Pengabdi Kpd Masy UNjani Expo 2019. 2019:4-5.
34. Nandasar NPW, Santh DGDD, Yasa IWPS. Prevalensi Gambaran Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 Di
RSUP Sanglah Denpasar Periode 2015. Intisari Sains Medis. 2020;11(2):484.
doi:10.15562/ism.v11i2.616
35. Suryaningsih NPA, Purwahita A, Saraswati AAS, Aini SN. Faktor-Faktor
Kepatuhan Penggunaan Obat Antidiabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2 di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit X di Kabupaten Badung. Bali Int Sci
Forum. 2020;1(1):18-24.
http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BISF/article/view/131.
36. Meidikayanti W, Wahyuni CU. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Pdemawe. J Berk
Epidemiol. 2017;5(2):240-252. doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.240-252
37. Larissa D, Nababan K, Sibaran J. Manifestasi Penyakit Kulit pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan. Nommensen J
Med. 2021;6(2):65-67. doi:10.36655/njm.v6i2.242
56
38. Tsalissavrina I, Tritisari KP, Handayani D, Kusumastuty I, Ariestiningsih AD,
Armetristi F. Hubungan Lama Terdiagnosis Diabetes Dan Kadar Glukosa
Darah Dengann Fungsi Kognitif Penderita Diabates Tipe 2 Di Jawa Timur. J
Action Aceh Nutr J. 2018;3(1):28.
39. Faiqotunnuriyah, Cahyati WH. Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Neuropati Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. J Kesmas Indones.
2021;13(1):64-76. http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150.
40. Rahma MK, Ruhyana. Hubungan Lama Menderita Diabetes Mellitus Tipe 1
dan Keteraturan Kontrol Gula Darah Dengan Penyakit Penyerta Di Puskesmas
Pangsih I. 2019.
41. Iswiningtyas MI, Sari KI, Setiadh R. Nilai Gula Darah 2 Jam Post Pradial
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Dengan Kecepatan Pengunyahan
Terkontrol. Vol 3.; 2019.
42. Al-Hadi H, Zurriyani, Saida SA. Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan
Kejadian Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam RS Prertamedika Ummi
Rosnati. J Med Malahayat. 2020;4(4).
43. Hariani, J AH, Jali N, Putra SA. Hubungan Lama Menderita Dan Komplikasi
DM Terhadap Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Batua
Kota Makassar. J Ilm Kesehat Diagnosis. 2020;15(1):56-63.
doi:10.35892/jikd.v15i1.330
44. Gayatri RW. Hubungan Faktor Riwayat Diabetes Mellitus Dan Kadar Gula
Darah Puasa Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Pasien Usia 25-
64 Tahun Di Puskesmas Kendal Kerep Kota Malang. Prev Indones J Public
Heal. 2019;4(1):56. doi:10.17977/um044v4i1p56-62
45. Kurnia J, Mulyadi, Rottie J V. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kadar
Glukosa Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit
Pancaran Kasih Gmim Manado. J Keperawatan UNSRAT. 2017;5(1):106524.
46. Komariah, Rahayu S. Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Indeks Massa
Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Di Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, Jawa Barat. J Kesehat
Kusuma Husada. 2020;(Dm):41-50.
47. Hidayat KN, Pibriyanti K. Anak perempuan Dan Obesitas Sebagai Faktor
Risiko Kejadian k Kadar Gula Darah Tinggi pada Anak Sekolah Dasar. J Gizi
Indones (The Indones J Nutr. 2018;6(2):90-93. doi:10.14710/jgi.6.2.90-93
48. Santoso AH, Karjadidjaja I, Frisca, Lontoh SO. Hubungan Indeks Massa
Tubuh, Lingkar Pinggang Dan Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Dengan
Kadar Gula Darah Pengemudi Bus Antar Kota. J Muara Sains, Teknol
Kedokteran, dan Ilmu Kesehat. 2020;4(2):389-402.
57
49. Lathifah NL. Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah Dengan
Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Melitus. J Berk Epidemiol.
2017;5(2):231-239. doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.231-239
50. Amra N. Hubungan Konsumsi Jenis Pangan yang Mengandung Indeks
Glikemia Tinggi Dengan Glukosa Darah Pasien DM Tipe 2 di UPTD Diabetes
Center Kota Ternate. Aceh Nutr J. 2018;3(2):110-116.
51. Suastidewi PA, Dwipayana IMP. Hubungan Kadar HbA1c Terhadap Derajat
Kaki Diabetik pada Pasien Kaki Diabetik Di RSUP Sanglah Tahun 2015-2016.
J Med UDAYANA. 2020;9(12):48-53.
52. Margaretha MC, Turana Y, Barus J, Widjaja NT. Hubungan Kadar Gula Darah
Dan Tekanan Darah Terhadap Fungsi Kognitif Lansia Di Kelurahan Meruya,
Jakarta Barat. Damianus J Med. 2020;19(2):125-132.
53. Silaban GN, Lim H, Silangit T. Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa
Dengan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Postprandial pada Orang Obesitas. J
Kedokt Methodist. 2017;10(1).
54. Aini EN, Andy SP. Pengaruh Active Assistive Range Of Motion Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah 2 Jam Post-Pradial pada Pasien Dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Puskesmas Kerja Ngleti Kota Kediti. J
Keperawatan Respati Yogyakarta. 2018;5(2):399-405.
55. Prautami WWDS, Ramatillah DL. Evaluasi Tingakat Kepatuhan Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam Penggunaan Antidiabetik Oral Menggunakan
Kuesioner MMAS-8 Di Penang Malaysia. Soc Clin Pharm Indones J.
2019;4(3):48-57.
56. Romadhon R, Saib Y, Nasir NM. Kepatuhan Terhadap Pengobatan Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Jakarta Timur. J Farm Galen
(Galenika J Pharmacy). 2020;6(1):94-103.
doi:10.22487/j24428744.2020.v6.i1.15002
57. Katuuk M, Gannika L. Hubungan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan
Terapi Insulin pada Pasien Dm Tipe II Di RSU Gmim Pancaran Kasih
Manado. J Keperawatan. 2019;7(1).
58. Anggrain TD, Puspasar N. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antidiabetik
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Apotek Sehat Kabupaten Boyolali.
Indones J Med Sci. 2019;6(2):1-8.
http://ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/article/view/179/177.
59. Purwanti LE, Nurhayat T. Analisis Faktor Dominan yang Mempengaruhi
Kepatuhan Pasien DM Tipe 2 Dalam Melakukan Perawatan Kaki. J Ilm
Kesehat. 2017;10(1):44-52.
60. Mujab MF, Yuniartika W. Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Tingkat
58
Depresi Dan Aktivitas Fisik pada Penderita Diabetes Mellitus. J Ber Ilmu
Keperawatan. 2018;11(2):75-85.
61. Trisnadewi NW, Widarsih NL, Pramesti TA. Hubungan Obesitas Sentral Dan
Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas III
Denpasar Utara. Bali Med J. 2019;6(2):119-129.
62. Purnama H, Suhada T. Tingkat Aktivitas Fisik pada Lansia Di Provinsi Jawa
Barat, Indonesia. J Keperawatan Komprehensif. 2019;5(2):102-106.
63. Wigiyandiaz JA, Purba MB, Padmawat RS. Pola Makan Dan Aktivitas Fisik
Remaja Akhir Dengan Riwayat Diabetes Di Yogyakarta. Gizi Indones.
2020;43(2):87-96. doi:10.36457/gizindo.v43i2.283
64. L C, Kaunang WPJ, Lang FLFG. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Diabetes Melitus pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Bitung. J KESMAS. 2018;7(5).
65. Muhasidah, Hasani R, Indirawaty, Majid NW. Hubungan Tingkat
Pengetahuan, Sikap Dan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Kota
Makassar. J Media Keperawatan Politek Kesehat Makasar. 2017;08(02):39-
45.
66. Alianatasya N, Khoiroh S. Hubungan Pola Makan dengan Terkendalinya
Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Borneo Student Res. 2020;1(3):2020.
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/953%0Ahttp://jurnal.stik
escendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/view/502.
67. Situmeang A, Sinaga M, Simamora H. Efektivitas Aktivitas Fisik Dan Pola
Makan Terhadap Kecepatan Pengendalian Kadar Gula Darah pada Penderita
DM. J Keperawatan dan Fisioter. 2019;2(1):2015-2019.
68. Dolongseda FV, Masi GNM, Bataha YB. Hubungan Pola Aktivitas Fisik Dan
Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Dalam Rumah Sakit Pancaran Kasih
GMIM Manado. e-journal Keperawatan. 2017;5(1).
69. Isnaeni, Tahun OD, Widiyahastuti T. Faktor - Faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Budi
Lestari Bekasi Tahun 2019. J Antara Keperawatan. 2021;4(1).
70. Widiyoga RC, Saichudin, Andiana O. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Penyakit Diabetes Melitus pada Penderita Terhadap Pengaturan Pola
Makan Dan Physical Activity. Sport Sci Heal. 2020;2(2):152-161.
59
Lampiran 1. Kuesioner Identitas Responden
KUESIONER PENELITIAN
a. Indetitas responden
1. Nama :
2. Umur :
18-20 tahun 21-27 tahun 28-32 tahun
Kuesioner MMAS-8
Petunjuk : tandai √ pada kolom yang sesuai pilihan jawaban.
No Pertanyaan Jawaban
ya tidak
1 Apakah anda kadang-kadang lupa
menggunakan obat atau minum obat untuk
penyakit anda?
Kepatuhan dikatakan :
1. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas berat, seperti lari,
mengangkat barang-barang yang berat >20 kg, bersepeda cepat, aerobik, atau
lainnya?
_____ Hari per minggu
_____ Tidak melakukan aktivitas fisik > Melompat ke pertanyaan 3
2. Berapa banyak waktu yang biasanya anda habiskan untuk melakukan aktivitas fisik
dalam satu hari tersebut?
_____ Jam per hari
_____ menit per hari
_____ Tidak tahu/ Tidak yakin
3. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas fisik sedang seperti,
jogging, bersepeda, bercocok tanam, menyapu halaman, mengepel, mencuci baju dan
olahraga tenis ? Tidak termasuk berjalan.
_____ Hari per minggu
_____ Tidak Ada kegiatan fisik sedang > Melompat ke pertanyaan singkat 5
4. Berapa banyak waktu yang anda biasakan untuk melakukan aktivitas fisik sedang
pada satu hari?
_____ Jam per hari
_____ menit per hari
_____ Tidak tahu/Tidak yakin
5. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda berjalan selama sekurang-kurangnya 10
menit dalam 1 hari? (Ini termasuk di kantor dan di rumah, berjalan untuk perjalanan
dari satu tempat ke tempat lain, dan berjalan kaki yang dilakukan semata-mata untuk
rekreasi, olahraga atau bersantai)
_____ Hari per minggu
_____ tidak berjalan > Melompat ke pertanyaan 7
6. Berapa jumlah total waktu yang anda habiskan untuk berjalan kaki dalam satu
hari?
_____ Jam per hari
_____ menit per hari
_____ tidak tahu/Tidak yakin
7. Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu yang anda habiskan untuk duduk pada
hari Minggu? (Termasuk waktu yang dihabiskan untuk duduk di meja, mengunjungi
teman, membaca, duduk atau berbaring sambil menonton televisi)
_____ Jam per hari
_____ menit per hari
_____ tidak tahu/Tidak yakin
Keterangan :
Lalu ketika sudah didapatkan peneliti akan menjumlahkan total aktivitas dari masing-masing
responden dan membaginya dalam 3 kategori yaitu:
a) Ringan
Melakukan aktivitas fisik < 600 MET-menit/minggu
b) Sedang
Melakukan aktivitas fisik > 600 - 1500 MET-menit/minggu
c) Berat
Melakukan aktivitas fisik > 1500 MET-menit/minggu
Lampiran 4. Pola Makan
no Pertanyaan Poin
1. Dalam sehari berapa kali anda mengkonsumsi
makanan pokok ?
Sebutkan waktunya!
1. 1 kali/hari
2. 2 kali/hari
3. 3 kali/hari
4. >3kali/hari
2. Apakah mengkonsumsi sarapan (minimal
mengandung 300 kalori) sebelum beraktifitas
sehari-hari ?
1. Ya
2. Tidak
(jika “tidak” langsung ke no.4)
3. Jika Ya seberapa sering anda mengkonsumsi
sarapan per minggu ?
1. Tidak sering (≤3 kali/ minggu)
2. Sering (4-7 kali / minggu
4 Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi
makan siang ?
1. Ya
2. Tidak
(jika “tidak” langsung ke no. 7)
5 Pada pukul berapa kebiasaan makan siang anda
dalam 1 bulan terakhir ?
1. Pukul 11.00-14.00
2. pukul 11.00 atau > pukul 14.00
6 Seberapa sering kebiasaan makan siang anda pada
waktu tersebut?
1. Sering (4-7 kali/minggu)
2. Tidak sering (≤3kali/minggu)
7 Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi
makan malam?
1. Ya
2. Tidak
(jika “tidak” langsung ke no.10)
8 Pada pukul berapa kebiasaan makan malam anda
dalam 1 bulan terakhir?
1. Pukul ≤ 17.00
2. pukul 17.00-19.00 atau > pukul 19.00
9 Seberapa sering makan malam anda pada waktu
tersebut ?
1. Sering(4-7 kali/minggu)
2. Tidak sering (≤3kali/minggu)
1 Pada pukul berapa anda mengkonsumsi makanan
0 terakhir pada malam selama 1 bulan ini?
1. <pukul 18.00
2. ≥pukul 18.00
1 Jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi
1 makanan terakhir pada malam hari pukul 18.00,
seberapa sering kebiasaan tersebut ?
1. Sering (4-7 kali /minggu)
2. Tidak sering (≤3 kali/minggu)
1 Jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi
2 makanan terakhir pada malam hari sudah lewat
pukul 18.00, seberapa sering kebiasaan tersebut?
1. Sering (4-7 kali/minggu)
2. Tidak sering (≤3 kali/minggu)
1 Berapa jam jarak antara makan terakhir dengan
3 waktu tidur anda?
1. ≥ 3jam
2. < 3 jam
1 Seberapa sering anda mengemil/mengkonsumsi
4 snack?
1. Sering (4-7 kali/minggu)
2. Tidak sering (≤3 kali/minggu)
1 Seberapa sering anda mengkonsumsi makanan
5 jadi/jajanan/fastfood?
1. Sering (4-7 kali/minggu)
2. Tidak sering (≤3 kali/minggu)
Keterangan :
Baik = 15-30
Buruk = 1-15
Lampiran 5. Uji validitas dan Reliability
Reliability
N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 20 100,0
Reliability Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
GD2PP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
MMAS-8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tingkat aktivitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pola makan