Anda di halaman 1dari 102

PROFIL KOMPLIKASI SISTEMIK PADA PASIEN

DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT


PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019

Skripsi

Oleh:

RIRIN DWI SAPUTRI


16310259

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020
PROFIL KOMPLIKASI SISTEMIK PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019

Skripsi

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

RIRIN DWI SAPUTRI


NPM 16310259

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020
Judul Skripsi : PROFIL KOMPLIKASI SISTEMIK PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DIRUMAH SAKIT
PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : Ririn Dwi Saputri

NPM : 16310259

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Kedokteran Umum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Deviani Utami, M.Kes dr. Neno Fitriyani H,M.Kes

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Dr. Toni Prasetya, Sp.PD., FINASIM


MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Pembimbing I : dr. Deviani Utami, M.Kes ........................

Pembimbing II : dr. Neno Fitriyani H, M.Kes........................

Penguji : dr. Toni Prasetia, Sp.PD,FINASIM........................

2. Dekan Fakultas Kedokteran

dr. Toni Prasetia, Sp.Pd,FINASIM

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 11 Maret2020


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ririn Dwi Saputri

NPM : 16310259

Judul Skripsi : “ Profil Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2019”

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil


penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan
maupun kegiatan yang tercantum sebagai bagian dari skripsi ini. Jika terdapat karya
orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas didalam tulisan dan daftar
pustaka.

Bandar Lampung, 2020


Yang membuat pernyataan,

RIRIN DWI SAPUTRI


NPM.16310259
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Malahayati, saya yang bertanda Tangan


dibawah ini :
Nama : Ririn Dwi Saputri

NPM : 16310259

Jurusan : Kedokteran Umum

Jenis Karya Ilmiah : Skripsi

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Malahayati Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non- exclusive Rolayty Free
Hight) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PROFIL KOMPLIKASI SISTEMIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS


TIPE 2 DI RUMAH SAKIT PERTAINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak bebas royalty/non eksklusif
ini Universitas Malahayati berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelolah
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya ilmiah
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Bandar Lampung
Pada tanggal : ...........................
Yang menyatakan

RIRIN DWI SAPUTRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Skripsi, Februari 2019

RIRIN DWI SAPUTRI


PROFIL KOMPLIKASI SISTEMIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR
LAMPUNG TAHUN 2019
XII + 60 halaman + 11 Tabel + 3 Gambar + 14 Lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan utama
pada masyarakat yang mempunyai komplikasi jangka panjang dan pendek. Prevalensi
Diabetes Melitus di Indonesia tahun 2018 sebesar 8,5%, di Lampung 1,4%. Pasien yang
menderita diabetes mellitus baru menyadari bahaya penyakit ini setelah timbul
berbagai komplikasi yang bersifat akut maupun kronik.

Tujuan Penelitian :Penelitian ini untuk mengetahui profil komplikasi sistemik pada
pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan


pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan februari tahun 2020
dengan mengambil data rekam medis pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah
Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2019. Subjek dalam penelitian
berjumlah 72 pasien. Analisis data yang di gunakan pada penelitian ini adalah analisis
univariat.

Hasil Penelitian : Distribusi frekuensi berdasarkan komplikasi akut KAD 6 pasien (8,3%),
hipoglikemia 8 pasien (11,1%). Komplikasi mikrovaskuler yaitu retinopati 8 pasien
(11,1%), nefropati 11 pasien (15,3%), neuropati 5 pasien (6,9%). Komplikasi
makrovaskuler yaitu serebrovaskuler 3 pasien (4,2%), penyakit jantung koroner 8
pasien (11,1%), dan ulkus 20 pasien (27,8%).

Kesimpulan : Distribusi frekuensi berdasarkan komplikasi, dari7 2 orang yang diteliti


sebagian besar pasien mengalami komplikasi yaitu sebanyak 43 Orang (59,7%).

Kata Kunci : Komplikasi, Diabetes Melitus tipe 2


Kepustakaan :40(2006-20
MEDICAL FACULTY
MALAHAYATI UNIVERSITY

RIRIN DWI SAPUTRI


A Thesis, February 2019

SYSTEMIC COMPLICATION PROFILE IN PATIENTS OF DIABETES MELITUS TYPE 2 IN


PERTAMINA BINTANG AMIN HOSPITAL BANDAR LAMPUNG 2019
XII + 60 pages + 11 Tables + 3 Pictures + 14Attachments

ABSTRACT

Background : Diabetes mellitus is one of the main health problems in people who have
long and short term complications. The prevalence of Diabetes Mellitus in Indonesia in
2018 is 8.5%, in Lampung 1.4%. Patients suffering from diabetes mellitus only realize
the danger of this disease after various complications that arise both acute and
chronic.

Purpose of the Research : Purpose of the research is to knowprofile of systemic


complications in type 2 diabetes mellitus patients at Pertamina Bintang Amin Hospital
in Bandar Lampung.

Method of the Research : This research uses descriptive survey method with cross
sectional approach. This research was conducted in February 2020 by taking medical
record data on type 2 diabetes mellitus patients at Pertamina Bintang Amin Hospital in
Bandar Lampung in 2019. Subjects in the study were 72 patients. Analysis of the data
used in this study is univariate analysis.

Research Result: Frequency distribution based on acute complications of KAD in 6 patients


(8.3%), hypoglycemia in 8 patients (11.1%). Microvascular complications were retinopathy
in 8 patients (11.1%), nephropathy in 11 patients (15.3%), neuropathy in 5 patients (6.9%).
Macrovascular complications were cerebrovascular 3 patients (4.2%), coronary heart
disease 8 patients (11.1%), and ulcers of 20 patients (27.8%)..

Conclusion: Frequency distribution based on complications, of the 72 people studied, the


majority of patients experienced complications, as many as 43 people (59.7%).

Keywords : Complications, type 2 diabetes mellitus


Literature: 40 (2006-2019)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PROFIL KOMPLIKASI
SISTEMIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019”..
Dalam proses penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak.
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dr. Ahchmad Farich dr., M.M selaku Rektor Universitas Malahayati


2. dr. Toni Prasetia, Sp.PD., FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati Bandar Lampung.
3. dr. Sri Maria Puji Lestari , M.Pd.Ked selaku Kepala Program Studi Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati
4. dr. Deviani Utami, M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang selalu meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
5. dr. Neno Fitriyani H, M.M, selaku dosen pembimbing II yang selalu meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dalam penyususnan skripsi ini.
6. dr. Toni Prasetia, Sp.PD., FINASIM selaku Penguji yang selalu meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
7. Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung yang telah mengijinkan
saya melaksanakan penelitian ini.
8. Kepada kedua Orang tua saya Bpk Syamsul Bahri dan Ibu Friwari sukma wani tidak
pernah berhenti memberikan semangat, doa, dukungan serta perhatian yang luar
biasa baik secara moral maupun materil.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Bandar Lampung, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL LUAR ......................................................................................
HALAMAN JUDUL DALAM...................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI .................................................................iv
ABSTRAK ...................................................................................................................v
ABSTRACT ................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................vii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1


1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................4
1.5 Ruang Lingkup ..........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................6


2.1 Diabetes Melitus .........................................................................................6
2.2 PenelitianTerkait .........................................................................................39
2.3 KerangkaTeori ............................................................................................30
2.4 KerangkaKonsep .........................................................................................31

BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................................32


3.1 Jenis Penelitian ...........................................................................................32
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................................32
3.3 Populasi dan Sample Penelitian .................................................................32
3.4 Kriteria Penenlitian .....................................................................................33
3.5 Variabel Penelitian......................................................................................33
3.6 Definisi operasional ....................................................................................34
3.7 Instrumen Penelitian ...................................................................................35
3.8 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ..................................................35
3.9 Analisis Data ...............................................................................................36
3.10 Alur Penelitian ..........................................................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................38
4.1 Hasil Penelitian ...........................................................................................38
4.2 Pembahasan ................................................................................................46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................56


5.1 Kesimpulan .................................................................................................56
5.2 Saran ...........................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
BIODATA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Klinis MikroMakro albuminuria .........................................24
Tabel 3.1 Definisi Operasional .........................................................................34
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin
di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung ...........38
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pasien DM Tipe 2 menurut Usia di Rumah
Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung............................39
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung ..............39
Tabel 4.4 Profil komplikasi Akut pada pasien DM tipe 2 di Instalasi Penyakit
Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
berdasarkan karakteristik jenis kelamin ...........................................40
Tabel 4.5 Profil komplikasi Akut pada pasien DM tipe 2 di Instalasi Penyakit
Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
berdasarkan karakteristik Usia .........................................................41
Tabel 4.6 Profil komplikasi kronis Mikrovaskular pada pasien DM tipe 2 di
Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung berdasarkan karakteristik jenis kelamin ..............42
Tabel 4.7 Profil komplikasi Kronis Mikrovaskular pada pasien DM tipe 2 di
Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung berdasarkan karakteristikUsia .............................43
Tabel 4.8 Profil komplikasiKronis Makrovaskular pada pasien DM tipe 2 di
Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung berdasarkan karakteristik Jenis Kelamin .............44
Tabel 4.9 Profil komplikasi Kronis Makrovaskular pada pasien DM tipe 2 di
Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung berdasarkan karakteristik Usia ............................45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori .............................................................................30
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ..........................................................................31
Gambar 3.1 Alur Penelitian ..............................................................................37
DAFTAR SINGKATAN

ADA American Diabetes Association

AGEs Advance Glycosilation end product

AHA American Heart Association

DM Diabetes Melitus

FFA Free Fatty Acid

GDPT Glukosa Darah Puasa Terganggu

GIP Gastric Inhibitory Polypeptide

GLP-1 Glukagon Like Peptida-1

GDP Gross Domestic Bruto

HGP Hepatic Glucose Production

HHS Hyperosmolar Hyperglicemic state

KAD Ketoasidosis Diabetic

PAI-1 Plasminogen activator inhibitors

PJK PenyakitJantungKoroner

PKC Protein Kinase C

RISKESDAS Riset Kesahatan Dasar

SGLT-2 Sodium Glucose co-Transporter

SPSS Statistical Product and Service Solutions

TGT Tolerasi Glukosa Terganggu

TTGO Tes Tolerasi Glukosa Oral

WHO World Health Organization


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Presurvey

Lampiran 2 Surat Balasan Izin Presurvey

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 5 Surat Lulus Plagiarisme

Lampiran 6 Surat LaikEtik

Lampiran 7 Lembar Konsultasi

Lampiran 8 Informed Consent

Lampiran 9 Data sampel/Tabel induk

Lampiran 10 Data SPSS

Lampiran 11 Biodata

Lampiran 12 Motto/Persembahan

Lampiran 13 FotoKegiatan

Lampiran 14 Jurnal/Bukti Submit jurnal/Letter of Aceptance


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes menurut American Diabetes Association (ADA) suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (tingginya kadar gula

darah) yang terjadi karena kelainan sekresi (pengeluaran) insulin, kerja insulin atau

keduanya (Chalid 2018). Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan

utama pada masyarakat yang mempunyai komplikasi jangka panjang dan pendek.

Terdapat dua jenis penyakit diabetes, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 (American

Diabetes Association, 2017).

Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumah penderita Diabetes

Melitus terbesar di dunia memiliki permasalahan dalam menekan kejadian

Diabetes Melitus. WHO menyebutkan, 6% total kematian pada masyarakat

Indonesia semua umur disebabkan oleh penyakit Diabetes Melitus (WHO, 2016).

Diabetes Melitus tipe II merupakan ancaman serius bagi dunia khusunya negara

berkembang seperti Indonesia. Hampir 80% kejadian Diabetes Melitus tipe II

terjadi pada negara-negara berkembang yang berpenghasilan menengah kebawah.

Bahkan WHO menyebutkan, dari tahun 2010 hingga 2030 kerugian dari Gross

Domestic Bruto (GDP) di seluruh dunia diestimasikan sebesar 1,7 triliun dolar

(WHO, 2015)

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh

Departemen Kesehatan, menunjukan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus di

Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 6,9% menjadi 8,5%

pada tahun 2018.

1
2

Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi NTT sebesar 0,8%, dan terbesar di

Provinsi DKI Jakarta 3,4%, (depkes, 2018). Riskesdas menyebutkan prevalensi

Diabetes pada perempuan (1,7%) lebih besar dibanding pada laki-laki (1,4%).

Diabetes terdiagnosis pada mayarakat perkotaan (2,0%) juga lebih besar dibanding

dipedesaan (1,0%). Selain itu Riskesdas juga mengatakan jumlah Diabetes Melitus

meningkat seiring meningkatnya umur, namun pada umur ≥65 tahun cenderung

menurun (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) Lampung tahun 2018 menunjukan bahwa prevalensi Diabetes

Melitus adalah 1,4% berdasarkan diagnosis. Pada awal perjalanan penyakit,

Diabetes Mellitus bersifat asimptomatik sehingga banyak yang tidak terdiagnosis,

dan tidak menyadari bahwa menderita DM dan sering kali diabaikan. Pasien yang

menderita diabetes melitus baru menyadari bahaya penyakit ini setelah timbul

berbagai komplikasi yang bersifat akut maupun kronik.

Menurut penelitian yang dilakukan Zahra pada tahun 2016 menyatakan hasil

penelitian pada bulan Januari – Desember 2014 bahwa penderita dengan

komplikasi akut sebanyak 41 pasien, yang terdiri dari 1 pasien koma hipoglikemia

dan 40 pasien ketoasidosis diabetik. Sedangkan komplikasi mikrovaskular 17,68%,

dan makrovaskular 21,06%.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Corina pada tahun 2018

komplikasi kronis terbanyak pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 pada bulan Juli –

September 2017 adalah komplikasi mikrovaskular (57%) komplikasi terbanyak

neuropati diabetik sebanyak (45,6%), nefropati diabetik (33,7%) dan retinopati

diabetik (20,7), Sedangkan komplikasi makrovaskular sebanyak 43% dengan


3

komplikasi terbanyak adalah diabetik kaki (29,9%), penyakit jantung

koroner(27,8%), dan serebrovaskular (19,4%).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan memperhatikan

tingkat prevalensi kejadian DM khususnya di kota Bandar Lampung serta masih

banyak masyarakat yang belum mengetahui dampak yang ditimbulkan jika DM

tidak segera diobati, maka perlu dilakukan penelitian tentang Profil komplikasi

sistemik pada pasien DM tipe 2 di rumah sakit pertamina bintang amin Bandar

Lampung 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas bahwa peneliti ingin meneliti tentang

“Bagaimana Profil Komplikasi Sistemik pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Di

Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2019?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk Mengetahui Profil Komplikasi

Sistemik pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang di Rumah Sakit Pertamina

Bintang Amin Bandar Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang

Amin Bandar Lampung berdasarkan karakteristik jenis kelamin, usia.

2. Mengetahui profil komplikasi akut pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung berdasarkan karakteristik jenis

kelamin, usia.
4

3. Mengetahui profil komplikasi kronik mikrovaskular pada pasien DM tipe 2 di

Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung berdasarkan

karakteristik jenis kelamin, usia.

4. Mengetahui profil komplikasi kronik makrovaskular pada pasien DM tipe 2 di

Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung berdasarkan

karakteristik jenis kelamin, usia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi instusi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan

menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Memberikan masukan dan informasi kepada masyarakat umum dan

kepada penderita agar dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengontrol

kadar glukosa darah sehingga secara langsung dapat menurunkan terjadinya

komplikasi dari diabetes melitus itu sendiri.

1.4.3 Bagi Peneliti

Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran dan

mengembangkan serta menerapkan kemampuan dan pengetahuan peneliti terhadap

metodelogi penelitian, statistik, dan kesehatan masyarakat

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Judul Penelitian


5

Profil Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung 2019.

1.5.2 Metode Penelitian

Metode penelitian pengumpulan data menggunakan data sekunder

dengan data diambil dari rekam medis di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Lampung.

1.5.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yaitu pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2019

1.5.4 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin

Bandar Lampung.

1.5.5 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2020 sampai dengan

selesai.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus disebabkan oleh tidak adanya sekresi inslin oleh

pancreas (diabetes tipe 1) atau oleh insufisiensi sekresi insulin untuk

mengompensasi penurunan sensivitas pada efek insulin (diabetes tipe 2)

Keadaan dengan isnulin yang tidak cukup, menghalangi penggunaan glukosa

dalam metabolisme secara normal. Sebaliknya, beberapa lemak dipecah menjadi

asam asetoasetat, dan asam ini dimetabolisme oleh jaringan untuk menghasilkan

energi menggantikan glukosa. Pada diabetes mellitus yang berat, kadar asam

asetoasetat darah dapat meningkat sangat tinggi, sehingga menyebabkan

asidosis metabolik yang berat (Hall 2016).

2.1.2 Epidemiologi Diabetes Melitus Tipe 2

Tingkat prevalensi Diabetes Melitus sangat tinggi. Diduga terdapat

sekitar 16 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya

didiagnosis 600.000 kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga

di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang

dewasa akibat retinopati diabetik. Pada usia yang sama, penderita diabetes

paling sedikit 2 kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan dengan

mereka yang tidak menderita diabetes.

Pada penderita diabetes 75% pasien akhirnya meninggal karena penyakit

vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke adalah komplikasi yang paling

6
7

utama. Selain itu, kematian fetus intrauterine pada ibu-ibu yang menderita

diabetes tidak terkontrol juga meningkat. Dampak ekonomi pada diabetes jelas

terlihat berakibat pada biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, selain

konsekuensi finansial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan

penyakit vascular (Price et all 2014).

2.1.3 Etiologi Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang

progresif dan adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan DM tak

tergantung insulin, pada pasien-pasien dengan DM tak tergantung insulin,

penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat. DM tak mtergantung insulin

ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja

insulin. Pada awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap

kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor

permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang meningkatkan

transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien DM tak tergantung

insulin terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini dapat

disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsiveinsulin

pada membran sel. Akibatnya, terjadi penggabungan abnormal antara kompleks

reseptor insulin dengan sistem transport glukosa.

Sekitar 80% pasien DM tak tergantung insulin mengalami obesitas.

Karena obesitas berkaitan denganresistensi insulin, maka kemungkinan besar

gangguan toleransi glukosa dan DMyang pada akhirnya terjadi pada pasien-

pasien DM tak tergantung insulinmerupakan akibat dari obesitasnya.


8

Pengurangan berat badan seringkali dikaitkandengan perbaikan dalam

sensitivitas insulin dan pemilihan toleransi glukosa (Rakhmadany, 2010).

2.1.4 Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association yaitu :

1. Diabetes Mellitus tipe 1 destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi

insulin absolut :

a. Melalui proses imunologik

b. Idiopatik

2. Diabetes mellitus tipe 2 Bervariasi mulai yang pedominan resistensi insulin

disertai diefisiensi insulin ralatif sampai yang predominan gangguan sekresi

insulin bersama resistensi insulin

3. Diabetes Mellitus Tipe lain :

a. Defek genetik fungsi sel beta

b. Defek genetik kerja insulin: resistensi insulin tipe A, leprechaunism,

sindrom rabson mendenhall diabetes lipoatrofik, lainnya.

c. Penyakit eksokrin pancreas: pankreatitis, trauma/pankreatektomi,

neoplasma, fibrosis kistik hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus.

d. Endokrinopati: akromegali, sindrom crushing, feokromositoma,

hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma.

e. Karena Obat/Zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat,

glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, aldosteronoma.

f. Infeksi: rubella congenital, CMV, lainnya

g. Imunologi (jarang): sindrom “stiffman”, antibody antir reseptor insulin.


9

h. Sindrom genetik lain: sindrom down, sindrom klinefelter, sindrom turner,

sindrom wolfram’s, ataksia friedreich’s, chorea Huntington, sindrom

Laurence Moon Biedl distrofi miotonik, porfiria, sindrom Prader Willi.

4. DM gestasional terjadi karena adanya ketika produksi insulin tidak terpenuhi

untuk dilakukan pengontrolan kadar glukosa tubuh pada saat masa

kehamilan. Pada umumnya DM ini berlangsung pada masa kehamilan

hingga proses melahirkan.

2.1.5 Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2

1. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah:

a. Gaya hidup

Gaya Hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam

aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak teratur dan minuman

bersoda adalah salah satu gaya hidup yang dapat memicu terjadinya DM tipe

2 (ADA, 2015).

b. Diet yang tidak sehat

Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan nafsu

makan, sering mengkonsumsi makan siap saji (Abdurrahman, 2014).

c. Obesitas

Obesitas merupakan faktor risiko yang penting terhadap terjadinya

penyakit diabetes melitus. Pada orang yang obesitas, karena masukan

makanan yang berlebih, kelenjar pankreas akan bekerja lebih keras untuk

menormalkan kadar glukosa darah akibat masukan makanan yang berlebihan.

Mula-mula kelenjar pankreas masih mampu mengimbangi dengan


10

memproduksi insulin yang lebih banyak, sehingga kadar glukosa darah masih

dapat dijaga agar tetap normal.

d. Tekanan darah tinggi

Menurut Kurniawan dalam Jafar (2010) tekanan darah tinggi

merupakan peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi

(tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran

darah.

2. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah:

a. Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena

diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling

sering setelah usia 45 tahun (American Heart Association [AHA], 2012).

Meningkatnya risiko DM seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan

terjadinya penurunan fungsi fisiologis tubuh.

b. Riwayat keluarga

Diabetes melitus seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang

tua. Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga

yang juga terkena penyakit tersebut. Fakta menunjukkan bahwa mereka yang

memiliki ibu penderita DM tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat

lebih tinggi dan 3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah penderita DM.

Apabila kedua orangtua menderita DM, maka akan memiliki risiko terkena

DM sebesar 6,1 kali lipat lebih tinggi.


11

c. Ras atau latar belakang etnis

Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam,

penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009).

d. Riwayat diabetes pada kehamilan

Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari

4,5 kg dapat meningkatkan risiko DM tipe 2.

2.1.6 Patofisologi Diabetes Melitus Tipe 2

Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta

pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-

2 Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan

lebih berat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel

beta, organ lain seperti: jaringan lemak (meningkatnya lipolisis),

gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha pancreas (hiperglukagonemia),

ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi insulin),

kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan

toleransi glukosa pada DM tipe-2. Delapan organ penting dalam gangguan

toleransi glukosa ini (ominous octet) penting dipahami karena dasar

patofisiologi ini memberikan konsep tentang:

1. Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan

patogenesis, bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja

2. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas kinerja

obat pada gangguan multipel dari patofisiologi DM tipe 2.


12

3. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau

memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang sudah terjadi

pada penyandang gangguan toleransi glukosa.

DeFronzo pada tahun 2009 menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, liver dan

sel beta pankreas saja yang berperan sentral dalam patogenesis penderita

DM tipe-2 tetapi terdapat organ lain yang berperan yang disebutnya

sebagai the ominous octet (gambar-1)

Gambar-1. The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam


patogenesis hiperglikemia pada DM tipe 2 (Ralph A. DeFronzo. From the
Triumvirate to the Ominous Octet: A New Paradigm for the Treatment of Type
2 Diabetes Mellitus. Diabetes. 2009; 58: 773-795)

Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal

(omnious octet) berikut:

1. Kegagalan sel beta pancreas:


13

Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat

berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah

sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor.

2. Liver:

Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan

memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan

basal oleh liver (HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang

bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan proses

gluconeogenesis.

3. Otot:

Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang

multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin

sehingga timbul gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan

sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Obat yang

bekerja di jalur ini adalah metformin, dan tiazolidindion.

4. Sel lemak:

Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,

menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak

bebas (FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan

merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di

liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan
14

yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang

bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.

5. Usus:

Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding

kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin

ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like polypeptide-1)

dan GIP (glucose-dependent insulinotrophic polypeptide atau disebut juga

gastric inhibitory polypeptide). Pada penderita DM tipe-2 didapatkan

defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin

segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja

dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat kinerja DPP-4

adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga mempunyai

peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-

glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang

kemudian diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa

darah setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja

ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa.

6. Sel Alpha Pancreas:

Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam hiperglikemia

dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon

yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat.

Peningkatan ini menyebabkan HGP dalam keadaan basal meningkat secara

signifikan dibanding individu yang normal. Obat yang menghambat


15

sekresi glukagon atau menghambat reseptor glukagon meliputi GLP-1

agonis, DPP-4 inhibitor dan amylin.

7. Ginjal:

Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DM

tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan

puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran

SGLT-2 (Sodium Glucose co- Transporter) pada bagian convulated

tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan di absorbsi melalui peran

SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak

ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM terjadi peningkatan

ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini akan

menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus ginjal sehingga

glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang bekerja di jalur

ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah salah satu contoh

obatnya.

8. Otak:

Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu

yang obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan hiperinsulinemia

yang merupakan mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada

golongan ini asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi

insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang bekerja di jalur Ini adalah

GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin.

2.1.7 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2


16

Diagnosis Diabetes Melitus tipe 2 dirumuskan dari pemeriksaan

konsentrasi glukosa darah. Standart diagnostik DM dapat ditegakkan apabila

kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa

mencapai >126 mg/dl. Kondisi puasa dapat merupakan keadaan dimana

seseorang berpuasa selama 8 jam. Sedangkan kadar glukosa darah sewaktu

merupakan kondisi dimana seseorang memiliki keluhan pada pasien DM pada

umumnya seperti poliuri, polidipsi, polifagi, dan penurunan berat badan tanpa

diketahui penyebabnya. Menurut (American Diabetes Association [ADA] 2017),

penegakan diagnosis untuk diabetes melitus dapat dilakukan degan tiga cara

yaitu tes HbA1c, tes gula darah puasa, dan tes toleransi glukosa oral. Hasil

pemeriksaan yang kurang memenuhi syarat DM normal dikelompokkan dalam

prediabetes yang meliputi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa

Darah Puasa Terganggu (GDPT). GDPT pada hasil pemeriksaa menunjukkan

hasil 100-125 mg/dl dan pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

glukosa darah selama 2 jam <140 mg/dl. TGT pada hasil pemeriksaan glukosa

darah menunjukkan hasil 140 – 199 mg/dl 2 jam setelah TTGO dan glukosa

darah puasa menunjukkan hasil <100 mg/dl. GDPT dan TGT didapatkan secara

bersamaan dan diagnosis prediabetes dapat ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan HbA1c yag menunjukkan hasil 5,7 – 6,4% (Perkenin, 2015).

Kriteria Diagnostik Diabetes American Diabetes Association (diabetes care 2015).


17

1. A1C ≥ 6.5%. Test harus dilakukan di laboratorium menggunakan metode

NGSP bersertifikat dan distandarisasi untuk Uji DCCT. *

2. FPG ≥ 126 mg / dL (7,0 mmol / L). Puasa didefinisikan sebagai tidak ada

asupan kalori untuk setidaknya 8 jam. *

3. Gula plasma 2 jam ≥ 200 mg/dL (11.1mmol/L) OGTT. Tes harus dilakukan

seperti yang dijelaskan WHO, dengan menggunakan beban glukosa yang sama

dengan 74 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dengan air. *

4. Pasien dengan gejala klasik hiperglikemik atau krisis hiperglikemi dan glukosa

plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L)

2.1.8 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2

Tingginya kadar glukosa darah secara terus menerus atau

berkepanjangan akan menyebabkan berbagai komplikasi yang serius, terlebih

jika tidak di tangani dengan baik. Kerusakan yang ditimbulkan akibat

komplikasi ini akan berdampak pada berbagai organ tubuh dan kerusakan

tersebut bersifat sistemik. Di Indonesia angka kejadian DM tipe 2 lebih sering

dan kejadiannya lebih tinggi dibandingkan dengan DM tipe 1 (David, 2010).

Berdasarkan waktu, komplikasi sistemik dapat di kelompokkan menjadi

komplikasi akut (relatif cepat) dan komplikasi kronik (jangka panjang).

1. Komplikasi Akut

a. Ketoasidosis Diabetik (KAD)


18

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut dan utama yang

mengancam nyawa. KAD didefinisikan sebagai suatu keadaan akut dari diabetes

berat yang tidak terkontrol dan membutuhkan penanganan darurat dengan

insulin atau cairan intravena (Raghavan 2015).

KAD menyumbang 50% terkait diabetes pada usia muda dan 1-2% pada

diabetes primer. Sementara insiden yang pasti belum diketahui, diperkirakan 1

dari 2000. KAD terutama terjadi pada pasien dengan DM tipe 1, insiden KAD

juga lebih tinggi pada ras kulit putih terkait dengan tingginya penderita DM tipe

1. Tak hanya di DM tipe 1 saja, KAD juga dapat terjadi pada pasien dengan DM

tipe 2 (Raghavan 2015).

KAD terjadi sebagai akibat dari defisiensi isulin absolut atau relatif,

biasanya disertai dengan peningkatan hormon kontra regulator (katekolamin,

kortisol, glukagon, dan hormon pertumbuhan) menyebabkan glukoneogenesis

dan glikogenolisis, dan akan menyebabkan hiperglikemia berat. Peningkatan

lipolisis menyebabkan serum asam lemak bebas meningkat dengan produksi

dalam jumlah besar badan keton (aseton, asetoasetat, dan 3-beta-hidroksibutirat)

dan menyebabkan asidosis metabolik (Raghavan 2015).

Secara klinis, gejala KAD dapat berupa; mual/muntah, haus/poliyria,

nyeri perut, dan sesak nafas. Dan dari temuan pemeriksaan fisik dapat

ditemukan seperti; takikardi, dehidrasi, hipotensi, takipnea/kussmaul (pernafasan

cepat dan dalam)/respiratori distres, letargi, koma.

b. Hyperosmolar Hyperglicemic State (HHS)

Hyperosmolar Hyperglicemic State (HHS) merupakan 1 dari 2

kekacauan metabolik yang serius dan mengancam jiwa, sering terjadi pada
19

pasien DM terutama pada pasien dengan DM tipe 2 yang mempunyai beberapa

penyakit penyerta yang menyebabkan berkurangnya asupan cairan (Hemphill

2014).

Menurut US National Hospital Discharge Survey didanai oleh National

Center for Health Statistic, ada sekitar 10,800 di US pertahunnya dari tahun

1989-1991. Meningkatnya insidensi DM tipe 2, akan meningkatkan insiden dari

HHS pula. HHS sering terjadi pada awal dekade ke tujuh, rata-rata pasien DM

tipe 2 yang menderita HHS adalah 60 tahun. Laporan paling sering

dipublikasikan rata-rata di diagnosis pada umur 57-69 tahun. Dari seri HHS

yang paling sering dipublikasikan tidak ada predileksi jenis kelamin yang

tercatat. Namun prevalensi sedikit lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada

pria (Hemphill 2014).

Defisiensi insulin relatif dan asupan cairan yang tidak adekuat adalah

penyebab HHS. Defisiensi insulin meningkatkan produksi glukosa hepatik

(melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis) dan terganggunya pemanfaatan

glukosa pada otot rangka. Hiperglikemia menginduksi diuresis osmotik yang

akan menyebabkan deplesi volume intravaskuler, yang diperburuk oleh

pengantian cairan yang tidak adekuat. Tidak adanya ketosis pada HHS tidak

dimengerti sepenuhnya. Kemungkinan defisinesi insulin relatif lebih ringan

dibandingkan dengan KAD. Rendahnya hormon kontraregulator dan asam

lemak bebas ditemukan pada HHS dibandingkan dengan KAD (Longo et all,

2012).

Pada pasien HHS biasanya mengeluh; rasa lemah, gangguan penglihatan,

atau kaki kejang. Mual muntah dapat juga ditemukan tapi lebih jarang,
20

terkadang disertai juga dengan keluhan saraf seperti letargi, disorientasi,

hemiparesis, kejang atau koma. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda

dehidrasi berat seperti turgor yang buruk, mukosa pipi yang kering, mata

cekung, akral dingin dan denyut nadi yang cepat dan lemah. Dapat pula

ditemukan peningkatan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi. Perubahan status

mental dapat berkisar dari disorientasi sampai koma. Pasien juga sering sekali

datang dengan riwayat penyakit dasar, hampir 85% pasien mengidap penyakit

ginjal atau kardiovaskuler (Hemphill 2014).

c. Hipoglikemi

Definisi modern dari hipoglikemi adalah glukosa plasma <70 mg/dl

(ADA 2010). Saat glukosa plasma dibawah batas ini (60-65 mg/dl), otak

menjadi neuroglikopeni dan akan memicu pengeluaran hormon kontraregulator.

Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang diseksresi pada kejadian

hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja di hati. Glukagon mula-mula

meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis. Epinefrin selain

meingkatkan slikogenolisis dan glukoneogenesis di hati juga menyebabkan

lipolisis di jaringan lemak serta glikogenolisis dan proteolisis di otot. Kortisol

dan growth hormon berperan pada keadaan hipoglikemi yang berlangsung lama,

dengan cara melawan kerja insulin di jaringan perifer (lemak dan otot) serta

meingkatkan glukoneogenesis (Soemadji D.W 2009).

Pada pasien diabetes dependen insulin mungkin suatu saat menerima

insulin yang jumlahnya lebih banyak dari pada yang dibutuhkannya untuk

mepertahankan kadar glukosa normal yang mengakibatkan terjadi hipoglikemia.

Gejala-gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat,


21

gemetar, sakit kepala, dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak

(tingkah laku yang aneh, sensorium yang tumpul,koma). Harus ditekankan

bahwa serangan hipoglikemia adalah berbahaya, bila sering terjadi atau terjadi

dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen

atau bahkan kematian (Prince, 2014).

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price &

Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil

(mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar (makrovaskuler)

diantaranya:

a. Komplikasi Mikrovaskular

1) Retinopati Diabetik

Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan yang paling sering

ditemukan pada usia dewasa antara 20-74 tahun. Pasien diabetes melitus

memiliki risiko 25 kali lebih mudah untuk mengalami retinopati dibanding

nondiabetes. Risiko mengalami retinopati pada pasien diabetes meningkat

sejalan dengan lamanya menderita diabtes. Penyebab retinopati diabetik

belum diketahui pasti, namun hiperglikemia yang berlangsung lama diduga

merupakan faktor risiko utama. Oleh sebab itu kontrol glukosa darah sejak

dini penting dalam mencegah timbulnya retinopati diabetik (pandelaki

2014). Kebutaan adalah hasil primer dari retinopati diabetik yang progresif

dan edema makula yang bermakna secara klinis. Retinopati diabetik dibagi

menjadi 2; nonproliferatif dan proliferatif.


22

Retinopati diabetik nonproliferatif biasanya muncul di akhir dekade

pertama atau awal pada dekade kedua, dan merupakan bentuk yang paling

ringan dan sering tidak memperlihatkan gejala. Stadium ini sulit dideteksi

hanya dengan pemeriksaaan oftalmoskopi langsung maupun tidak langsung.

Cara yang paling baik adalah menggunakan foto fundus dan FFA.

Mikroaneurisma yang terjadi pada kapiler retina merupakan tanda paling

awal, denga oftalmoskopi atau foto warna fundus, mikroaneurisma tampak

berupa bintik merah dengan diameter antara 15-60 ὶm dan sering kelihatan di

bagian posterior. Meskipun belum jelas penyebabnya, namun terjadinya

mikroaneurisma diduga berhubungan dengan faktor vasoproliferatif yang

dihasilkan oleh endotel, kelemahan dinding kapiler akibat berkurangnya sel

perisit, serta meningkatnya tekanan intraluminal kapiler (Pandelaki 2014).

Retinopati diabetik proliferatif ditandai dengan pembentukan pembuluh

darah baru. Pembuluh darah baru tersebut hanya terdiri dari satu lapisan sel

endotel tanpa sel perisit dan membrana basalis sehingga bersifat sanggat

rapuh dan mudah mengalami perdarahan. Pembuluh darah baru tersebut

sangat berbahaya karena bertumbuh secara abnormal keluar dari retina dan

meluas sampai ke vitreus, menyebabkan perdarahan dan dapat menimbulkan

kebutaan. Perdarahan pada vitreus akan menghalangi transmisi cahaya ke

dalam mata dan memberikan penampakan berupa bercak warna merah, abu-

abu, atau hitam pada lapangan penglihatan. Apabila perdarahan terus

berulang, dapat terjadi jaringan fibrosis atau sikatriks pada retina. Oleh

karena retina hanya berupa lapisan tipis yang terdiri dari beberapa lapis sel

saja, maka sikatriks dan jaringan fibrosis yang terjadi dapat menarik retina
23

sampai terlepas sehingga terjadi ablasio retina. Pembuluh darah baru juga

terbentuk didalam stroma dari iris dan bersama jaringan fibrosis yang terjadi

dapat meluas sampai ke sudut dari chamber anterior.

Keadaan tersebut dapat menghambat aliran keluar dari aqueous humor

dan menimbulkan glaukoma neovaskular yang ditandai dengan peningkatan

tekanan intraokular (Pandelaki, 2014). Penelitian Prasetia (2016)

menunjukkan komplikasi mikrovaskuler retinopati yaitu sebanyak 32 pasien

(19,63%).

2) Nefropati Diabetik

Nefropati DM ditandai adanya mikroalbuminuria (30mg/hari, atau

20ug/menit) tanpa adanya gangguan ginjal, disertai dengan peningkatan

tekanan darah sehingga mengakibatkan menurunya filtrasi glomerulus dan

akhirnya menyebabakan gagal ginjal tahap akhir. Akhir-akhir inikaitan erat

antara nefropati dan penyakit kardiovaskular telah mengarah kepada inklusi

penyakit kardiovaskular dini, risiko kardiovaskular meningkat seiring

dengan albuminuria. Saat ini nefropati DM merupakan satu-satunya

penyebab paling sering terjadinya gagal ginjal tahap akhir di seluruh dunia

dan diketahui sebagai factor risiko independen untuk penyakit kardiovaskula

(Hendromartono 2014).

Manisfestasi patologis nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis

dengan penebalan membaran basalis di glomerulus dan ekspansi mesangial

serta peningkatan penimbunan MES. Perubahan dini yang terjadi pada ginjal

diabetic adalah hiperfiltrasi di glomerulus, hipertrofi glomerulus,

peningkatan ekskresi albumin urin, peningkatan penebalan membrane basal,


24

ekspansi mesangial dengan penimbunan protein-protein MES seperti

kolagen, fibronektin, dan laminin. Nefropati diabetik lanjut ditandai dengan

proteinuria, penurunan fungsi ginjal, penurunan bersihan kreatinin,

glomerulosklerosis, dan fibrosis interstisial.

Nefropati diabetik dikategorikan menjadi mikroalbuminuria dan

makroalbuminuria berdasarkan jumlah eksresi albumin urin. Nilai normal

yang digunakan berdasarkan American diabetes association (waktu tertentu,

24 jam, dan urin sewaktu) untuk diagnosis mikro dan makro-albiminuria

serta gejala klinis utama untuk tiap-tiap tahap, dijelaskan pada tabel.

Tabel 2.1 : Kriteria Klinis Mikro Makroalbuminuria

Tahap Albuminuria Clinical chara


cut-off values
Mikroalbuminuria 20-199 ug/menit Penurunan dan peningkatan BP
30-299 mg/24 nokturnal yang abnormal.
jam Peningkatan trigliserida, kolesterol
30-299 mg/g* total dan HDL serta asam lemak
jenuh. Peningkatan frekuensi
komponen sindrom metabolik
Disfungsi endotetial Hubungan
dengan retinopati DM, amputasi,
dan penyakit kardiovaskular
Peningkatan mortalitas
kardiovaskular GFR stabil
Makroalbuminuria ≥200 ug/menit Hipertensi Peningkatan trigliserida,
≥300 mg/24 jam kolesterol total, dan LDL Iskemia
>300 mg/g* miokardial asimptomatik Penurunan
GFR progresif.

Sumber: Hendromartono (2014)

Sampel urin sewaktu. Pengukuran proteinuria total (>500mg/24

jam atau >430mg/l pada sampel urin sewaktu) dapat digunakan untuk

mendefinisikan tahap ini. Penelitian Prasetia (2016) menunjukkan


25

komplikasi mikrovaskuler nefropati diabetik yaitu sebanyak 40 pasien

(24,54%).

3) Neuropati Diabetik

Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis paling

sering ditemukan pada diabetes melitus. Risiko yang dihadapi pasien DM

dengan neuropati diabetik antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak

sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki. Kondisi inilah yang menyebabkan

bertambahnya angka kesakitan dan kematian, yang berakibat pada

meningkatnya biaya pengobatan pasien DM dengan Neuropati diabetik

(Subekti 2014).

Proses terjadinya neuropati diabetik adalah berawal dari hiperglikemia

berkepanjangan yang berakibat terjadinya peningkatan aktivitas jalur poliol,

sintesis advance glycosilation end products (AGEs), pembentukan radikal

bebas dan aktivasi protein kinase C (PKC). Aktivasi berbagai jalur tersebut

berujung pada berkurangnya vasodilatasi, sehingga aliran darah ke saraf

menurun dan bersama rendahnya mioinositol dalam sel terjadilah neuropati

diabetik (Subekti 2014). Penelitian Prasetia (2016) menunjukkan komplikasi

mikrovaskuler neuropati diabetik yaitu sebanyak 32 pasien (19,63%).

b. Komplikasi Makrovaskular

1. Serebrovaskular (Stroke)

Sekitar 20,8 juta orang Amerika menderita diabetes. Orang yang

menderita diabetes 4 kali lebih beresiko untuk menderita stroke

dibandingkan dengan orang yang nonDM. Tidak terkontrolnya tekanan


26

darah atau hipertensi yang sering terjadi pada penderita DM adalah faktor

risiko utama terjadinya stroke (National Stroke Association, 2013).

Mekanisme terjadinya stroke pada penderita DM sama halnya dengan

PJK, namun mengenai pembuluh darah di otak. Berdasarkan etiolonginya

stroke secara garis besar dibagi menjadi 2; stroke iskemik dan stroke

hemoragik. Sebanyak 80-85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi

akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi

serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk

di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh darah organ distal. Penyebab

stroke trombolitik dan embolik primer termasuk atrerosklerosis, artreitis,

keadaan hiperkoagulasi, dan penyakit jantung struktural. Stroke hemoragik,

yang merupakan sekitar 15-20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi

vaskuler intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan

kedalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak (Hartwig

2010).

Tanda utama stroke atau cerebrovascular accident (CVA) adalah

munculnya secara mendadak satu atau lebih defisit neurogenik fokal. Gejala

umum dapat berupa baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau

tungkai, terutama di salah satu sisi tubuh; gangguan penglihatan seperti

penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata; bingung

mendadak; hilangnya keseimbangan atau koordinasi; dan nyeri kepala

mendadak tanpa kausa yang jelas. Untuk mendiagnosis pasti stroke dapat

ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan CT-Scan, MRI, USG karotis

atau angigrafi serebrum (Hartwig 2010). Penelitian Prasetia (2016)


27

menunjukkan komplikasi makrovaskuler stroke yaitu sebanyak 11 pasien

(6,74%).

2. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

PJK merupakan penyebab kematian dan kesakitan utama pada pasien

DM (baik DM tipe 1 maupun DM tipe 2) adalah penyakit jantung koroner,

yang merupakan salah satu penyulit makrovaskular pada diabtes melitus.

Penyulit makrovaskular ini bermanifestasi sebagai aterosklerosis dini yang

dapat mengenai organ-organ vital (jantung dan otak). Penyebab

aterosklerosis pada pasien DM tipe 2 bersifat multifaktorial, melibatkan

interaksi kompleks dari berbagai keadaan seperti hiperglikemia,

hiperlipidemia, stress oksidatif, penuaan dini, hiperinsulinemian dan

hiperproinsulinemia serta perubahan-perubahan dalam proses koagulasi

fibrinolysis. Pada pasien DM, risiko payah jantung kongestif meningkat 4

sampai 8 kali (Shahab 2014).

Pada pasien DM tipe 2 terjadi peningkatan angka kematian 2 kali lipat

pada laki-laki dan 4 kali lipat pada perempuan yang disebabkan oleh

penyakit kardiovaskuler termasuk PJK. Ini disebabkan banyaknya berbagai

faktor risiko seperti; dislipidemia, hipertensi, obesitas, aktifitas fisik yang

kurang, merokok, mikroalbuminuria, makroalbuminuria, tingginya kreatinin

serum, dan fungsi trombosit yang abnormal. Khususnya pada individu

dengan resistensi insulin dan DM tipe 2 yang memiliki kadar plasminogen

activator inhibitors (khusunya PAI-1) tinggi dan fibrinogen, dengan

peningkatan proses koagulasi dan gangguan fibrinolisis, sehingga

mendukung perkembangan trombosis. Diabetes juga berhubungan dengan


28

endotel, otot polos vaskular dan disfungsi platelet (Shahab, 2014). Penelitian

Prasetia (2016) menunjukkan komplikasi makrovaskuler PJK yaitu sebanyak

18 pasien (11,04%).

3. Penyakit Pembuluh Darah perifer (Ulkus Kaki)

DM adalah penyebab utama amputasi ektremitas bawah nontraumatik

di Amerika Serikat. Ulkus dan infeksi juga merupakan sumber utama

morbiditas pada individu dengan DM. Sekitar 15% dari individu dengan DM

tipe 2 akan menderita ulkus kaki ( great toe atau area MTP paling sering)

dan subset signifikan yang pada akhirnya akan menjalani amputasi (14-24%

dengan ulkus atau ulserasi yang selanjutnya) (Longo et al., 2012).

Neuropati perifer sensorik mengganggu mekanisme protektif normal

dan memungkinkan pasien untuk menderita trauma utama dan trauma minor

yang berulang pada kaki dan sering sekali tidak disadari yang selanjutnya

akan membentuk kalus atau laserasi. Neuropati motorik dan sensorik

mengakibatkan kelainan mekanik otot kaki dan perubahan struktural di kaki.

Neuropati otonom menyebabkan anhidrosis dan mengubah aliran darah

superficial di kaki, yang akan memicu pengeringan kulit dan pembentukan

fisura. Adanya PAD dan menyembuhan luka yang buruk mengakibatkan

mudahnya peluasan luka dan menjadi infeksi (Longo et al., 2012). Penelitian

Prasetia (2016) menunjukkan komplikasi makrovaskuler ulkus kaki yaitu

sebanyak 30 pasien (18,42%).


29

2.2 Penelitian Terkait

Penelitian Prasetia (2016) tentang Pola Komplikasi Sistemik Pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Lampung

Periode 1 Januari - 31 Desember 2015, hasil penelitian menunjukkan penderita DM

lebih banyak perempuan (68,72%) dibandingkan laki-laki (31,28%), dengan jumlah

kasus tertinggi pada kelompok usia 51–60 tahun (33,12%). Komplikasi akut

terbanyak adalah ketoasidosis diabetik (KAD). Komplikasi mikrovaskuler terbanyak

adalah retinopati, dan komplikasi makrovaskuler terbanyak adalah ulkus.

Kesimpulan : Komplikasi sistemik terbanyak pada pasien DM tipe 2, untuk

komplikasi akut adalah KAD, komplikasi mikrovaskuler adalah retinopati, dan

komplikasi makrovaskuler adalah ulkus.

Penelitian Yuhelma (2016), Identifikasi Dan Analisis Komplikasi Makro

Vaskuler dan Mikrovaskuler Pada Pasien Diabetes Mellitus, berdasarkan hasil Odds

Ratio sebagian responden usia dewasa akhir mengalami komplikasi makrovaskuler

(44,6%) dan mikrovaskuler (80%) dengan odd ratio 3,467 yang artinya dewasa akhir

memiliki risiko untuk mengalami komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler

3,467 kali lebih besar dibandingkan responden usia dewasa awal. Sedangkan

berdasarkan hasil Odd Ratio untuk kategori lama menderita DM didapatkan data

bahwa sebagian responden yang lama menderita DM nya <5 tahun mengalami

komplikasi makrovaskuler (64,3%) dan mikrovaskuler (45%) dan yang lama DM

nya ≥5 tahun mengalami komplikasi makrovaskuler (35,7%) dan mikrovaskuler

(55%) dengan odd ratio 2,2 yang artinya lama DM<5 tahun memiliki risiko untuk

mengalami komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler 2,2 kali lebih besar

dibandingkan responden yang lama DM nya ≥ 5 tahun.


30

2.3 Kerangka Teori

Faktor Risiko

Tidak dapat diubah; Dapat diubah;

 Faktor genetik  Gaya hidup


 Ras dan etnik  Obesitas
 Umur  Hipertensi
 Jenis kelamin  Redahnya serat dalam
 Riwayat keluarga diet

Resistensi insulin di jaringan perifer

Kurangnya pemanfaatan glukosa oleh


jaringan perifer

HIPERGLIKEMIA

Kelelahan sel beta

DIABETES MELITUS TIPE 2

Komplikasi DM Tipe 2

Akut Kronik

 KAD Mikrovaskular; Makrovaskular;


 HHS
 Hipoglikemi  Retinopati  Stroke
a  Nefropati  PJK
 Neuropati  Ulkus kaki

Gambar 2.1 Kerangka Teori


(Abdurrahman et all, 2014)
31

2.4 Kerangka konsep

Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, maka disusun pola

variabel sebagai berikut :

Diabetes mellitus Profil komplikasi


tipe 2 sistemik

Keterangan :

:Variabel Independen

: Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah metode survei

deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional melalui data sekunder yang

ada di Rumah Sakit (Syahdrajat, 2019).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari 2020 sampai dengan selesai.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar

Lampung.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah semua data rekam medis pasien DM tipe 2 di

Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

2019 sejumlah 265 pasien.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah data rekam medis pasien DM tipe 2 di Instalasi

Penyakit Dalam RSPBA Bandar Lampung tahun 2019 dengan menggunakan

rumus slovin sebagai berikut.


𝑁
n=
1+𝑁𝑒2

32
33

Keterangan :

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

e : Toleransi error (0,05)

Jumlah populasi yang diketahui sebanyak 265 orang. Kesalahan absolut

yang dapat di tolerir sebesar 10% maka e = 0,1

265
𝑛=
1 + (265 𝑥0,12 )

𝑛 =72

Maka besar sampel minimal penelitian adalah 72 orang.

3.4 Kriteria Penelitian

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Semua pasien penderita DM tipe 2

2. Pasien terdiri dari laki-laki dan perempuan berusia ≥18 tahun

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Pasien DM tipe 1

2. Pasien penderita DM Gestasional

3.5 Variabel Penelitian

1. Jenis kelamin

2. Usia

3. Komplikasi Akut

4. Komplikasi Kronik
34

3.6 Definisi operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Jenis Kelamin Identitas pasien yang dibedakan Data rekam 0 Laki-laki Nominal
secara biologis atau secara fisik medik 1 Perempuan
sejak lahir.
2 Usia Waktu sejak pasien di lahirkan Data rekam 0 <40 tahun Ordinal
hingga saat pemeriksaan di medik
lakukakn 1 40-49 tahun
2 50-59 tahun
3 60-69 tahun
4 >70 tahun

3 Kompilkasi Komplikasi yang memiliki onset Data rekam 0 Ketoasidosis diabetic Nominal
Akut cepat dan memerlukan medic 1 Hyperosmolar
penanganan segera. Hyperglicemic States
2 Hipoglikemia

4 Komplikasi Kelainan angiopati yang terjadi Data rekam 0 Retinopati diabetik Nominal
mikrovaskular pada kapiler-kapiler dan arteriol medic 1 Nefropati diabetik
pembuluh darah. 2 Neuropati diabetik

5 Komplikasi Kelainan angiopati pada Data rekam 0 Serebrovaskular Nominal


makrovaskular pembuluh-pembuluh darah besar medic
dan sedang yang didasari oleh 1 Peyakit jantung koroner
proses aterosklerosis
2 Penyakit pembuluh

darah perifer (ulkus

kaki)
35

3.7 Instrumen Penelitian

Alat ukur pada penelitian ini adalah rekam medis pasien diabetes melitus

tipe 2 dengan komplikasi sistemik di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin

Bandar Lampung.

3.8 Pengumpulan Data dan pengolahan Data

3.8.1 Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan data sekunder dengan data

diambil dari data rekam medis di poli Penyakit Dalam RSPBA Bandar

Lampung.

3.8.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Peneliti meminta surat izin penelitian dari perguruan tinggi, selanjutnya

peneliti datang ke RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Kemudian

peneliti meminta data rekam medik pasien yang diagnose DM tipe 2 dengan

Komplikasi Sistemik

2. Setelah didapatkan nomor rekam medik pasien DM tipe 2 dengan

Komplikasi Sistemik, kemudian dilakukan penelitian berdasarkan rekam

medik pasien yang kemudian semua data yang diperlukan untuk penelitian di

rekap ke lembar ceklist.

3. Setelah lembar ceklist terisi, peneliti memeriksa kembali apakah ada

kesalahan atau tidak pada pengisian dilembar ceklis.


36

3.8.3 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari rekam medis pasien kemudian diolah menggunakan

Microsoft excel 2010. Serta menggunakan program Stastical Package for the

Social Science (SPSS). Pengolahan data dilakukan ketika semua data sekunder

terkumpul. Tahap- tahapnya yaitu:

1. Editting (penyuntingan)

Berfungsi untuk mengoreksi kembali data sekunder yang telah

dikumpulkan dan memeriksa kembali apakah data sudah lengkap.

Tahap kedua yaitu

2. Coding (mengkode)

Merupakan suatu kegiatan untuk mengubah data ke dalam

bentuk angka/bilangan yang ada pada definisi operasional dengan

tujuan untuk memudahkan tabulasi dan analisis data.

3. Entry Data (memasukkan data)

Dilakukan dengan memasukkan data ke komputer dengan

menggunakan program SPSS.

4. Tabulating (tabulasi)

Mengelompokkan data agar data dapat diolah dan dianalisis.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis setiap

variabel (terikat atau bebas) yang akan diteliti secara deskriptif untuk

memperoleh gambaran pasien DM tipe 2 dengan komplikasi sitemik data


37

kemudian dalam bentuk tabel frekuensi.

3.0 Alur Penelitian

Data Rekam Medis

Populasi
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Sampel

Karakteristik Pasien
DM Tipe 2

Karakteristik Karakteristik
Klinis Dasar

⁻ Lama Menderita - Jenis Kelamin


DM - Usia

Komplikasi
Sistemik

Komplikasi Komplikasi
Kronik Akut

Komplikasi Komplikasi
Mikrovaskuler Makrovaskuler

Gambar 3.1 Alur Penelitian


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2020, dengan menggunakan

data sekunder berupa rekam medik lengkap pasien Diabetes Melitus yang datang ke

Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin, dengan sampel yang digunakan sebanyak 72

orang. Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data orang

diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

4.1.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi atau besarnya

proporsi menurut variabel yang diteliti dan juga berguna untuk mengetahui

karakteristik atau gambaran variabel dependen dan variabel independent. Hasil

analisis univariat adalah sebagai berikut:

4.1.1.1 Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin di


Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 31 43.1
Perempuan 41 56.9
Total 72 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan jenis kelamin sebagian besar orang berjenis kelamin perempuan

yaitu sebanyak 41 orang (56,9%), sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 31 orang (43,1%).

38
39

4.1.1.2 Usia

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Usia di Rumah


Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

Usia Frekuensi Persentase (%)


< 40 Tahun 2 2.8
40-49 Tahun 16 22.2
50-59 Tahun 22 30.6
60-69 Tahun 27 37.5
≥ 70 Tahun 5 6.9
Total 72 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan umur, dari 72 orang yang diteliti sebagian besar pasien berusia

antara 60-69 Tahun yaitu sebanyak 27 Orang (37.5%).

4.1.1.3 Komplikasi

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi di


Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

Komplikasi Frekuensi Persentase (%)


Komplikasi 43 59,7
Tidak Komplikasi 29 40,3
Total 72 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan komplikasi, dari 72 orang yang diteliti sebagian besar pasien

mengalami komplikasi yaitu sebanyak 43 Orang (59,7%).


40

4.1.1.4 Komplikasi Akut

1. Komplikasi Akut Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin

Tabel 4.4 Profil komplikasi Akut pada pasien DM tipe 2 di Instalasi


Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung berdasarkan karakteristik jenis kelamin

Ya
Komplikasi Akut Jenis Kelamin Total
n %
- KAD - Laki-laki 2 6.5 31
- Perempuan 4 9.8 41
- Hyperosmolar - Laki-laki 0 0.0 31
- Perempuan 0 0.0 41
- Hipoglikemia - Laki-laki 5 16.1 31
- Perempuan 3 7.3 41

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan komplikasi akut berdasarkan jenis kelamin, dari 31 orang berjenis

kelamin laki-laki, sebanyak 2 orang (6,5%) mengalami KAD, 5 orang (16,1%)

mengalami Hipoglikemia dan tidak ada yang mengalami Hyperosmolar.

Sedangkan dari 41 orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 4 orang (9,8%)

mengalami KAD, 3 orang (7,3%) mengalami Hipoglikemia dan tidak ada yang

mengalami Hyperosmolar.
41

2. Komplikasi Akut Berdasarkan Karakteristik Usia

Tabel 4.5 Profil komplikasi Akut pada pasien DM tipe 2 di Instalasi


Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung berdasarkan karakteristik Usia

Ya
Komplikasi Akut Usia Total
n %
- KAD - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 0 0.0 22
- 60-69 Tahun 4 14.8 27
- ≥ 70 Tahun 2 40.0 5
- Hyperosmolar - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 0 0.0 22
- 60-69 Tahun 0 0.0 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5
- Hipoglikemia - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 1 6.3 16
- 50-59 Tahun 2 9.1 22
- 60-69 Tahun 5 18.5 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan usia, dari 2 pasien berusia < 40 tahun tidak ada yang mengalami

komplikasi akut, dari 16 pasien berusia 40-49 tahun, sebanyak 1 orang (6,3%)

mengalami hipogliemia, dari 22 pasien berusia 50-59 tahun, sebanyak 2 orang

(9.2%) mengalami hipoglikemia, dari 27 pasien berusia 60-69 tahun sebanyak 4

pasien (14.8%) mengalami KAD, 5 pasien (18,5%) mengalai hipoglikemia,

sedangkan dari 5 pasien berusia ≥ 70 tahun sebanyak 2 orang (40%) mengalami

KAD.
42

4.1.1.5 Komplikasi Kronis Mikrovaskular

1. Komplikasi Mikrovaskular Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin

Tabel 4.6 Profil komplikasi kronis Mikrovaskular pada pasien DM tipe 2 di


Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung berdasarkan karakteristik jenis kelamin

Komplikasi Ya
Jenis Kelamin Total
Mikrovaskular n %
- Retinopati - Laki-laki 3 9.7 31
- Perempuan 5 12.2 41
- Nefropati - Laki-laki 3 9.7 31
- Perempuan 8 19.5 41
- Neuropati - Laki-laki 3 9.7 31
- Perempuan 2 4.9 41

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan komplikasi Mikrovaskular berdasarkan jenis kelamin, dari 31 orang

berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 3 orang (9,7%) mengalami retinopati, 3

orang (9,7%) mengalami nefropati dan 3 orang (9.7%) mengalami neuropati.

Sedangkan dari 41 orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 5 orang

(12.2%) mengalami retinopati, 8 orang (19,5%) mengalami nefropati dan 2

orang (4.9%) mengalami neuropati.


43

2. Komplikasi Mikrovaskular Berdasarkan Karakteristik Usia

Tabel 4.7 Profil komplikasi Kronis Mikrovaskular pada pasien DM tipe 2 di


Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung berdasarkan karakteristik Usia

Komplikasi Ya
Usia Total
Mikrovaskular n %
- Retinopati - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 3 18.8 16
- 50-59 Tahun 4 18.2 22
- 60-69 Tahun 0 0.0 27
- ≥ 70 Tahun 1 20.0 5
- Nefropati - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 4 18.2 22
- 60-69 Tahun 5 18.5 27
- ≥ 70 Tahun 2 40.0 5
- Neuropati - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 1 4.5 22
- 60-69 Tahun 4 14.8 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan usia, dari 2 pasien berusia < 40 tahun tidak ada yang mengalami

komplikasi mikrovaskuler, dari 16 pasien berusia 40-49 tahun, sebanyak 3 orang

(18,8%) mengalami retinopati, dari 22 pasien berusia 50-59 tahun, sebanyak 4

orang (18.2%) mengalami retinopati, 4 pasien (18.2%) mengalami nefropati dan

1 pasien (4.5%) mengalami neuropati, dari 27 pasien berusia 60-69 tahun

sebanyak 5 pasien (18.5%) mengalami nefropati, 4 pasien (14,8%) mengalai

neuropati, sedangkan dari 5 pasien berusia ≥ 70 tahun sebanyak 1 orang (20%)

mengalami retinopati, 2 orang (40%) mengalami nefropati.


44

4.1.1.6 Komplikasi Kronis Makrovaskular

1. Komplikasi Makrovaskular Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin

Tabel 4.8 Profil komplikasi Kronis Makrovaskular pada pasien DM tipe 2 di


Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung berdasarkan karakteristik Jenis Kelamin.

Komplikasi Ya
Jenis Kelamin Total
Makrovaskular n %
- Serebrovaskular - Laki-laki 2 6.5 31
- Perempuan 1 2.4 41
- Penyakit jantung - Laki-laki 4 12.9 31
koroner - Perempuan 4 9.8 41
- Ulkus Kaki - Laki-laki 7 22.6 31
- Perempuan 13 31.7 41

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan komplikasi Makrovaskular berdasarkan jenis kelamin, dari 31

orang berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 2 orang (6,5%) mengalami

gangguan Serebrovaskular, 4 orang (12,9%) mengalami penyakit jantung

koroner dan 7 orang (22.6%) mengalami ulkus kaki. Sedangkan dari 41

orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 1 orang (2.4%) mengalami

gangguan Serebrovaskular, 4 orang (9,8%) mengalami penyakit jantung

koroner dan 13 orang (31.7%) mengalami ulkus kaki.


45

2. Komplikasi Makrovaskular Berdasarkan Karakteristik Usia

Tabel 4.9 Profil komplikasi Kronis Makrovaskular pada pasien DM tipe 2 di


Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang
Amin Bandar Lampung berdasarkan karakteristik Usia

Komplikasi Ya
Usia Total
Makrovaskular n %
- Serebrovaskul - < 40 Tahun 0 0.0 2
ar - 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 1 4.5 22
- 60-69 Tahun 2 7.4 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5
- Penyakit - < 40 Tahun 0 0.0 2
jantung - 40-49 Tahun 0 0.0 16
koroner - 50-59 Tahun 0 0.0 22
- 60-69 Tahun 3 11.1 27
- ≥ 70 Tahun 5 100.0 5
- Ulkus Kaki - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 5 22.7 22
- 60-69 Tahun 15 55.6 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5

Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan usia, dari 2 pasien berusia < 40 tahun tidak ada yang mengalami

komplikasi makrovaskuler, dari 16 pasien berusia 40-49 tahun, tidak ada yang

mengalami komplikasi makrovaskuler, dari 22 pasien berusia 50-59 tahun,

sebanyak 1 orang (4.5%) mengalami retinopati, 5 pasien (22.7%) mengalami

ulkus kaki, dari 27 pasien berusia 60-69 tahun sebanyak 2 pasien (7.4%)

mengalami gangguan serevbrovakuler, 3 pasien (11,1%) mengalami penyakit

jantung koroner dan 15 pasien (55.6%) mengalami ulkus kaki, sedangkan dari 5

pasien berusia ≥ 70 tahun sebanyak 5 orang (100%) mengalami penyakit jantung

koroner.
46

4.2 Pembahasan

4.2.1.1 Komplikasi Akut

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan komplikasi akut berdasarkan jenis kelamin, dari 31 orang berjenis

kelamin laki-laki, sebanyak 2 orang (6,5%) mengalami KAD, 5 orang (16,1%)

mengalami Hipoglikemia dan tidak ada yang mengalami Hyperosmolar.

Sedangkan dari 41 orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 4 orang (9,8%)

mengalami KAD, 3 orang (7,3%) mengalami Hipoglikemia dan tidak ada yang

mengalami Hyperosmolar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Himawan (2009) yang

menunjukkan Kejadian KAD ini lebih banyak pada perempuan 17 (43,6%)

dibandingkan dengan laki-laki 13 (33,3%).

Sedangkan distribusi frekuensi berdasarkan usia, dari 2 pasien berusia <

40 tahun tidak ada yang mengalami komplikasi akut, dari 16 pasien berusia 40-

49 tahun, sebanyak 1 orang (6,3%) mengalami hipoglikemia, dari 22 pasien

berusia 50-59 tahun, sebabyak 2 orang (9.2%) mengalami hipoglikemia, dari 27

pasien berusia 60-69 tahun sebanyak 4 pasien (14.8%) mengalami KAD, 5

pasien (18,5%) mengalai hipoglikemia, sedangkan dari 5 pasien berusia ≥ 70

tahun sebanyak 2 orang (40%) mengalami KAD.

Penelitian Satriawibawa (2012) yang dilakukan di bagian Endokrinologi

Penyakit Dalam RSUP Sanglah yang hasilnya dapat dijadikan gambaran

prevalensi komplikasi penderita DM Tipe 2. Penelitian ini mendapatkan

prevalensi KAD sebanyak 7 orang (6,6%),


47

tidak pernah mengalami KAD sebanyak 70 orang (66,0%) tergantung

proses abnormalitas metabolik dan hormonal yang terganggu. Pengetahuan dan

pemahaman tentang morbiditas DM tipe 2 termasuk komplikasi menjadi hal

sangat penting, mengingat pengaruhnya pada pada morbiditas dan mortalitas

pasien DM tipe 2 dan tidak tahu sebanyak 27 orang (25,5%).

Sebuah studi di Amerika yang dilakukan oleh Rochester menunjukkan

insiden KAD sebesar 8 per 1000 pasien pertahun. Hingga saat ini penelitian

tentang prevalensi KAD di Indonesia belum ada. Laporan insiden KAD

umumnya berasal dari data rumah sakit. Meskipun prevalensi KAD cukup

rendah, namun pencegahan dan deteksi dini gejala KAD sangat penting

dilakukan karena KAD merupakan keadaan emergensi yang dapat menyebabkan

kematian. Komplikasi Hipoglikemia lebih umum ditemukan yaitu sebanyak 18

orang (17%), sedangkan yang tidak pernah mengalami hipoglikemia sebanyak

69 orang (65.1%) dan 18 orang (17%) tidak tahu.

Pasien yang menggunakan insulin ditemukan paling rentan terkena

insulin, karena berdasarkan hasil yang didapatkan prevalensi hipoglikemia

sebanyak 8 orang (44,4%) terjadi pada pengguna terapi insulin. Prevalensi pada

penggunaan OHO didapatkan sebanyak 6 orang (33,3%) dan hanya diet saja

sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan prevalensi hipoglikemia bervariasi

tergantung terutama oleh jenis pengobatan yang dipakai oleh pasien. Hasil yang

hampir sama didapatkan oleh Donelly dkk yang menyebutkan prevalensi

hipoglikemia sebesar 45% dari total penderita


48

DM yang memakai insulin dan Miller dkk yang menunjukkan prevalensi

hipoglikemia sebesar 30% dari total pasien DM tipe 2 yang memakai insulin.

Hasil ini menekankan bahwa pemberian insulin sebagai terapi DM tipe 2 harus

dalam pengawasan yang ketat (tepat jumlah dosis insulin yang diberikan serta

tata cara penggunaannya) dan praktisi kesehatan mampu untuk mengenali tanda-

tanda keadaan pasien yang mengalami hipoglikemia.

HHS merupakan gangguan metabolik akut yang ditandai dengan

hiperglikemia, hiperosmolaritas, dan dehidrasi tanpa adanya ketoasidos. Faktor

pencetus krisis hiperglikemia ini antara lain infeksi (pneumonia, infeksi saluran

kencing, sepsis), penyakit vaskular akut, trauma, luka bakar, hematom subdural,

kelainan gastrointestinal, obat-obatan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada

yang mengalami Hyperosmolar, hal ini disebabkan karena pada pasien tidak

dijumpai penyakit penyerta seperti pneumonia, infeksi saluran kencing, sepsis,

trauma atau luka bakar yang merupakan pencetus Hyperosmolar (Oktaliani,

2019).

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa komplikasi akut DM

prevalensinya bertambah sejalan dengan meningkat usia. Hal ini disebabkan

karena penurunan fungsi fisiologis dengan cepat, sehingga terjadi defisiensi

sekresi insulin karena gangguan pada sel-ß prankreas dan resistensi insulin.
49

4.2.2 Komplikasi Mikrovaskular

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan komplikasi Mikrovaskular berdasarkan jenis kelamin, dari 31 orang

berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 3 orang (9,7%) mengalami retinopati, 3

orang (9,7%) mengalami nefropati dan 3 orang (9.7%) mengalami neuropati.

Sedangkan dari 41 orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 5 orang

(12.2%) mengalami retinopati, 8 orang (19,5%) mengalami nefropati dan 2

orang (4.9%) mengalami neuropati.

Perempuan lebih cenderung memiliki resiko komplikasi kronis, terutama

komplikasi mikrovaskuler yang disebabkan oleh masa menopause yang dialami

dan adanya resiko terkena Diabetes Gestasional pada masa kehamilan sehingga

memperbesar kemungkinan perempuan mengalami DM (Wulandari dan

Isfandiari, 2013). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Lumban Gaol (2015)

di Rumah sakit Martha Friska Tahun 2014 diperoleh bahwa proporsi penderita

DM tertinggi pada perempuan yaitu 57,4%. Berbeda dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Leong (2010) pada penderita DM dengan komplikasi gagal

ginjal di Rumah Sakit Adam Malik diperoleh proporsi penderita DM tertinggi

adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu 54,8% dan perempuan 45,2%.

Selain itu distribusi frekuensi berdasarkan usia, dari 2 pasien berusia <

40 tahun tidak ada yang mengalami komplikasi mikrovaskuler, dari 16 pasien

berusia 40-49 tahun, sebanyak 3 orang (18,8%) mengalami retinopati, dari 22

pasien berusia 50-59 tahun, sebanyak 4 orang (18.2%) mengalami retinopati, 4

pasien (18.2%) mengalami nefropati dan 1 pasien


50

(4.5%) mengalami neuropati, dari 27 pasien berusia 60-69 tahun sebanyak 5

pasien (18.5%) mengalami nefropati, 4 pasien (14,8%) mengalai neuropati,

sedangkan dari 5 pasien berusia ≥ 70 tahun sebanyak 1 orang (20%) mengalami

retinopati, 2 orang (40%) mengalami nefropati.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Sarraf et al pada

tahun 2003 yang melaporkan kejadian tersering retinopati diabetik terdapat pada

usia 50 sampai 59 tahun, lalu menurun di usia 60 tahun. Berbagai faktor resiko

pada pasien DM seperti hiperglikemia, reaksi inflamasi, dan stres oksidatif

mempercepat terjadinya apoptosis di sel retina yang mengakibatkan terjadinya

retinopati diabetik. Angka kejadian retinopati diabetik yang rendah untuk usia

kurang dari 45 tahun. Rekomendasi umur untuk memulai screening DM

menurut American Diabetes Association (ADA) adalah 45 tahun. Waktu

perjalanan penyakit yang cukup lama dan rerata usia penderita yang cukup tua

baik saat menderita atau saat terdiagnosa menjadi faktor yang menyebabkan

hanya sebagian kecil penderita yang terdiagnosa retinopati diabetik dengan usia

<45 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Edwina (2015) yang

menunjukkan 123 orang penderita komplikasi kronis mikrovaskular, diantaranya

retinopati diabetik 29,4% (58 orang), nefropati diabetik 30,5% (60 orang), dan

neuropati diabetik 16,8% (33 orang).

Menurut Pandelaki (2009) komplikasi mikrovaskuler yang sering

terjadi adalah retinopati. hal ini disebabkan karena struktur pembuluh darah

pada mata (a.retinaecentralis) sangat kecil dan tipis sehingga


51

kompensasi pembuluh darah saat terjadi peningkatan viskositas darah karena

DM sangat rendah dibandingkan dengan pembuluh darah ginjal dan perifer

sehingga dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama kebutaan.

Kerusakan mata akibat Diabetes Melitus yang paling sering adalah

Retinopati, akibat Glukosa darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh

darah retina bahkan dapat menyebabkan kebocoran pembuluh darah kapiler.

Retinopati diabetik bergantung pada lamanya menderita DM dan tingkat

keparahan hiperglikemi. Retinopati mungkin mulai muncul 7 tahun sebelum

diagnosis DM ditegakkan. Sedangkan untuk komplikasi kronik mikrovaskuler

yang lain, seperti neuropati diabetik terdapat 32 pasien dan nefropati 32 pasien,.

Hal yang sama ditemukan pada Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Yustina (2013) yang dilakukan di RSMH Palembang, komplikasi kronik

mikrovaskular diabetes mellitus tipe 2 terbanyak adalah retinopati (21,06%).

4.2.3 Komplikasi Makrovaskular

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi

berdasarkan komplikasi Makrovaskular berdasarkan jenis kelamin, dari 31

orang berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 2 orang (6,5%) mengalami

gangguan Serebrovaskular, 4 orang (12,9%) mengalami penyakit jantung

koroner dan 7 orang (22.6%) mengalami ulkus kaki. Sedangkan dari 41

orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 1 orang (2.4%) mengalami

gangguan Serebrovaskular, 4 orang (9,8%) mengalami penyakit jantung

koroner dan 13 orang (31.7%) mengalami ulkus kaki.


52

Hasil ini sejalan dengan pendapat Perhimpunan Dokter Spesialis

Kardiovaskular Indonesia (PERKI) 2015, penyakit diabetes lebih banyak

ditemukan pada perempuan dibanding laki-laki, dengan demikian kasus ulkus

juga banyak ditemukan pada kaum perempuan. Penderita ulkus diabetikum

mayoritas adalah perempuan yang dominan berumur 56-65 tahun diikuti umur

46-55 tahun.

Memang tidak terdapat di dalam jurnal bahwa ada keterkaitan jenis

kelamin di dalam angka kejadian diabetes melitus maupun komplikasinya,

namun sebagian besar peneliti mencantumkan jenis kelamin di dalam kriteria

penelitian dan didapatkan hal serupa pada hasil penelitian ini. Pada umumnya,

risiko penyakit vaskular pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. Namun,

pada penyandang diabetes, risiko tersebut menjadi sama antara laki-laki dan

perempuan karena peningkatan risiko yang lebih besar pada perempuan sebagai

penyandang diabetes.

Sedangkan distribusi frekuensi berdasarkan usia, dari 2 pasien berusia <

40 tahun tidak ada yang mengalami komplikasi makrovaskuler, dari 16 pasien

berusia 40-49 tahun, tidak ada yang mengalami komplikasi makrovaskuler, dari

22 pasien berusia 50-59 tahun, sebanyak 1 orang (4.5%) mengalami retinopati, 5

pasien (22.7%) mengalami ulkus kaki, dari 27 pasien berusia 60-69 tahun

sebanyak 2 pasien (7.4%) mengalami gangguan serevbrovakuler, 3 pasien

(11,1%) mengalami penyakit jantung koroner dan 15 pasien (55.6%) mengalami

ulkus kaki, sedangkan dari 5 pasien berusia ≥ 70 tahun sebanyak 5 orang (100%)

mengalami penyakit jantung koroner.


53

Pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi terbanyak pada kelompok

umur lansia. Hal ini disebabkan karena resiko DM tipe 2 dengan komplikasi

akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur akibat lamanya menderita

DM dan pengobatan yang tidak teratur. Pada kelompok umur manuia dalam

penelitian ini jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kelompok umur lansia

sehingga sulit menilai kelompok usia mana yang lebih beresiko diantara kedua

kelompok umur tersebut. Namun pada kelompok usia manuia tetap mempunyai

resiko untuk 44 terjadinya komplikasi. DM tanpa komplikasi juga dapat terjadi

pada lansia, hal ini kemungkinan di sebabkan penderita baru mengalami gejala

DM, dan pasien melakukan pengobatan secara teratur untuk mengontrol kadar

gula darahnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Zahtamal, dkk (2007), dan Irawan (2010) dimana usia penderita DM tipe 2

lerbanyak adaiah berusia > 45 tahun.

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian mengenai

prevalensi ulkus kaki diabetik dan hubungan faktor risiko pada pasien diabetik

di India Utara tahun 2012, kelompok usia terbanyak yang menderita ulkus kaki

adalah 55 tahun (Shahi S.K, et all,. 2012).

Sedangkan komplikasi kronik makrovaskuler lain seperti PJK dan Stroke

hanya sedikit, 18 pasien yang menderita PJK dan 11 pasien yang menderita

stroke. Hal yang sama ditemukan pada Hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Yustina (2013) yang dilakukan di RSMH Palembang, komplikasi

kronik makrovaskular diabetes melitus tipe 2 terbanyak adalah ulkus (15,06%).


54

Hasil penelitian ini terbanyak adalah penderita ulkus dibandingkan PJK

dan stroke, hal ini disebabkan Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dengan

baik dapat menimbulkan hiperglikemia yang menyebabkan kelainan neuropati,

baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik. Kelainan tersebut akan

mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, kemudian akan

menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan

selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus, dengan adanya kerentanan

terhadap infeksi dapat menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi

yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah

kesulitan dalam pengelolahan ulkus diabetikum (Clayton dan tom, 2009).

Pada usia tua tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi

penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh

terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Proses aging

menyebabkan penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga terjadi

makroangiopati, yang akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah

satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi

ulkus kaki diabetik (Waspadji, 2006 dalam Hidayah, 2012).

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Zahtamal (2007) pada 79

responden terdapat 70 responden (88,61%) yang berusia >45 tahun menderita

diabetes melitus tipe 2 dan akan meningkat kasusnya sejalan dengan

pertambahan usia karena adanya penurunan fungsi organ tubuh, terutama

gangguan organ pankreas dalam menghasilkan hormon insulin.


55

Namun faktor usia bukanlah faktor utama terjadinya ulkus diabetikum karena

apabila responden dapat melakukan penatalaksanaan diabetes melitus dengan

baik, maka risiko terjadinya komplikasi dapat terminimalisir.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin sebagian besar orang berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 41 orang (56,9%), sebagian besar pasien

berusia antara 60-69 Tahun yaitu sebanyak 27 Orang (37.5%).

2. Distribusi frekuensi komplikasi akut Diabetes Melitus tipe 2 paling banyak


adalah kasus Hipoglikemia 8 pasien (11,1%)
3. Distribusi frekuensi komplikasi Kronis Mikrovaskular paling banyak adalah
kasus Nefropati sebanyak 11 pasien (15,3%).
4. Distribusi frekuensi komplikasi Makrovaskular paling banyak adalah kasus
Ulkus kaki sebanyak 20 pasien (27,8%).

5.2 Saran

1. Masih di perlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan di

pilih secara random sehingga lebih mempresentasikan komplikasi pasien DM

Tipe 2

2. Di perlukannya penelitian analitik untuk melihat hubungan berbagai faktor

risiko dengan prevalensi komplikasi pada pasien DM Tipe 2

3. Di perlukannya penelitian mengenai komplikasi akut lain seperti HHS dan

koma diabetik.

56
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman.2014.Faktor-Faktor Pendorong Perilaku DietTidak Sehat pada Wanita Usia


Dewasa Awal Studi Kasus pada Mahasiswi Universitas Mulawarman. Journal.

Al-Sarraf AA, Al-Bannai SK, Al-Furaih AM, ElShazly MK. Prevalence and factors
associated with diabetic retinopathy, a multi-centric study in Kuwait. Bull Alex Fac
Med. 2010; 46(2)):99–108.

American Diabetes Association (ADA). 2009.Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus, Diabetes Care, 27 (1), S5-S10.

American Diabetes Association (ADA). 2015. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus, Diabetes Care,38:8-16Psikologi. Vol 2, No. 2. (Hlm 163-170).

American Heart Association (AHA). 2012. Understand Your Risk forDiabetes.

Chalid. 2018. Komplikasi Pada Mata Karena Diabetes Edisi I. Jakarta: 2019.

Clayton, W., & Elasy, T. A. (2009). A review of the pathophysiology, classification, and
treatment of foot ulcers in diabetic patients. Clinical diabetes, 27(2), 52-58.

Corina, 2018. Profil Komplikasi Kronis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poli
Endokrin RSUD Dr. Soetomo Periode juli-september 2017 (doctoral dissertation,
Fakultas Kedokteran).

Edwina, D. A., & Manaf, A. (2015). Efrida.(2015). Pola Komplikasi Kronis Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil
Padang Januari 2011-Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 102-106.

Fatima R.N. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. J MAJORITY. Volume 4 nomor 5

Guyton A.C. and J.E. Hall 2016. Buku Ajar FisiologiKedokteran. Edisi Revisi Berwarna
12.Jakarta.

Hartwig, M.S. 2010. Penyakit Serebrovaskular. In Silvia AP, Lorrain MW,editors.


Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; hal
1105-32.

Hemphill R.R. 2014. Hyperosmolar Hyperglycemic State. Schraga Erik D, editor. Update
april30,2014.Available from http://emedicine.medscape.com/article/1914705.
Hendromartono. 2014. Nefropati Diabetik. In Setiati dkk (ed). Buku Ajaran Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: FK UI, hal: 2388-2390.

Himawan, I. W., Pulungan, A. B., Tridjaja, B., & Batubara, J. R. (2016). Komplikasi
Jangka pendek dan jangka panjang diabetes mellitus tipe 1. Sari Pediatri, 10(6),
367-72.

Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan factor resiko kejadian Diabelis mellitus tipe 2 didaerah
Urban Indonesia (Analisa data sekunder Riskesdas 2007). Thesispenyakit dalam
universitas Indonesia (tidak diterbitkan).

KemenKes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

KemenKes RI. 2018. Hari Diabetes Sedunia. Jakarta

Longoet all. 2012. Diabetes Mellitus. Harrison’s Principles of Internal Medicine 18


Edition. Chapter 344.

Lumban Gaol, R. S. (2015). Karakteristik Penderita Penyakit Diabetes Mellitus Dengan


Kompliksi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Tahun 2014.

Oktaliani, R., & Zamri, A. (2019). Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS). Jambi
Medical Journal" Jurnal Kedokteran dan Kesehatan", 7(1), 50-55.

Pandelaki. 2009. Retinopati Diabetik. In: Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti
S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta; Balai Penerbit FK UI;
hal 1930-36.

Pandelaki. 2014. Retinopati Diabetik. In Setiati dkk (ed). Buku Ajaran Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: FK UI, hal: 2402.

PERKENI. 2015. Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di


Indonesia. Jakarta: PB.

Price & Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi. edisi 6. Jakarta: EGC Vol 2.

Purnamasari. 2014. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In Setiati dkk (ed). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: FK UI, hal:2328.

Raghavan. 2015. Diabetic Ketoacidosis. Griffing G.T, editor. (online) available from
http://emedicine.medscape.com/article/118361-overview#aw2aab6b2b2. Last
update Apr13, 2015.

Rakhmadany. 2010. Makalah Diabetes Mellitus. Jakarta: Universitas Islam Negeri: EGC.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembanga Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018.Diakses: 19 November 2018,
darifile:///C:/Users/USER/Documents/hasil-riskesdas-2018.pdf

Satriawibawa, I. W. E., & Saraswati, M. R. (2012). Prevalensi Komplikasi Akut Dan


Kronis Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah
Periode Januari 2011-Mei 2012. E-Jurnal Medika Udayana.

Shahi, S. K., Kumar, A., Kumar, S., Singh, S. K., Gupta, S. K., & Singh, T. B. (2012).
Prevalence of diabetic foot ulcer and associated risk factors in diabetic patients from
North India. The journal of diabetic foot complications, 4(3), 83-91.

Shahab. 2014. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner. In Setiati dkk (ed). Buku
Ajaran Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta FK UI, hal:2416.

Soemadji. 2009. Hipoglikemia Iatrogenik. In: Aru WS, Bambang S, Idrus A, Mercellus SK,
Siti S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jilid 3. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; hal 1900-05.

Subekti. 2014. Neuropati Diabetik. In Setiati dkk (ed). Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi VI. Jakarta: FKUI, hal: 2397-98.

Syahdrajat T, Dr. 2019. Buku Panduan Penelitian Untuk Skripsi Kedokteran & kesehatan.
Rizky Offset. Hal: 95

Wendry, W., Hidayah, T., & Rahayu, S. (2012). Sumbangan Kekuatan Otot Jari, Otot Perut
Dan Daya Ledak Otot Tungkai Dalam Reverse Lay Up. Journal of Sport Sciences
and Fitness, 1(2).

Wulandari, M. Y., & Isfandiari, M. A. (2013). Kaitan sindroma metabolik dan gaya hidup
dengan gejala komplikasi mikrovaskuler. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2), 224-
233.

Yustina, 2013. Pola Komplikasi Sistemik pada PasienDiabetes Melitus Tipe 2 Di RSMH
PalembangPeriode 1 Januari sampai 31 Desember 2013.

Zahra A.A., 2016. Pola Komplikasi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 diInstalasi Rawat Inap
Penyakit Dalam RSUD Dr. soetomo Surabaya Periode 1 Januari-31 Desember 2014
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA)

Zahtamal, C. F., Suyanto, R. T., & Restuastuti, T. (2007). Faktor-faktor risiko pasien
diabetes melitus. Berita kedokteran masyarakat, 23(3), 142-147.
Lampiran 1, Surat Permohonan Izin Presurvey
Lampiran 2, Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3, Surat Balasan Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4, Surat lulus Plagiarisme
Lampiran 5, Surat Laik Etik
Lampiran 6, Lembar Konsultasi
Lampiran 7, Data Sampel/Tabel Induk
No Komplikasi Akut Komplikasi Mikrovaskular Kompilasi makrovaskular
No Nama JK Usia
RM KAD Hyperosmolar Hipoglikemia Retinopati Nefropati Neuropati Serebrovaskular PJK Ulkus
1 120224 MR L 61 0 0 0 0 0 1 0 0 0
2 120235 VA P 63 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 120146 KP L 84 0 0 0 0 0 0 0 1 0
4 120251 NB P 66 1 0 0 0 0 0 0 0 1
5 120256 T P 54 0 0 0 1 0 0 0 0 0
6 119767 A P 42 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 33853 Y P 59 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 100444 E P 62 1 0 0 0 0 0 0 0 1
9 120278 R L 71 1 0 0 0 0 0 0 1 0
10 120282 N L 62 1 0 1 0 0 0 0 1 0
11 31236 S L 48 0 0 0 1 0 0 0 0 0
12 120310 SU P 60 0 0 0 0 0 0 0 0 1
13 120316 RN L 55 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 120324 M P 44 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 58388 PN P 56 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 120296 ACS P 52 0 0 1 1 0 0 0 0 0
17 120327 HA P 65 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 120331 AA P 63 0 0 0 0 0 1 0 0 1
19 99421 A P 68 0 0 0 0 1 0 0 0 1
20 83496 K P 57 0 0 0 1 0 0 0 0 0
21 120334 S P 45 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 120335 FRE P 70 1 0 0 0 1 0 0 1 0
23 85519 MW P 58 0 0 0 1 1 0 0 0 1
24 120340 SM P 47 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 120351 WDS L 43 0 0 0 1 0 0 0 0 0
26 120359 CM L 52 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 120358 MS P 52 0 0 1 0 0 0 0 0 0
28 113965 VSR P 65 1 0 0 0 0 0 0 1 0
29 120118 MHF L 52 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 120383 JLA L 56 0 0 0 0 0 1 1 0 0
31 80655 S L 64 0 0 1 0 0 0 0 0 1
32 120412 GFA L 49 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 108648 IK L 62 0 0 0 0 0 0 0 0 1
34 120434 MW L 67 0 0 0 0 0 1 1 0 0
35 120455 MS P 66 0 0 0 0 0 0 0 0 0
36 89862 AA L 42 0 0 1 0 0 0 0 0 0
37 120469 MBR L 48 0 0 0 1 0 0 0 0 0
38 120472 TMS P 51 0 0 0 0 1 0 0 0 0
39 41698 SR P 60 0 0 1 0 1 0 0 0 1
40 120481 IT P 60 0 0 0 0 0 0 0 0 1
41 120502 MAR P 61 0 0 0 0 1 0 0 0 0
42 120504 DL P 42 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43 120505 TFS L 63 0 0 1 0 0 0 0 0 1
44 120435 M P 42 0 0 0 0 0 0 0 0 0
45 120288 ANH L 58 0 0 0 0 0 0 0 0 1
46 108857 RV P 77 0 0 0 1 1 0 0 1 0
47 27259 A P 66 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 102668 A P 67 0 0 0 0 0 1 1 0 1
49 120509 R L 69 0 0 1 0 1 0 0 1 0
50 37633 M P 61 0 0 0 0 0 0 0 0 0
51 38510 M P 58 0 0 0 0 0 0 0 0 1
52 120546 FFS L 60 0 0 0 0 0 0 0 0 1
53 120541 S L 57 0 0 0 0 0 0 0 0 1
54 120345 YE P 54 0 0 0 0 0 0 0 0 0
55 120553 TA L 54 0 0 0 0 1 0 0 0 0
56 120547 DIJ L 48 0 0 0 0 0 0 0 0 0
57 75262 A P 45 0 0 0 0 0 0 0 0 0
58 66909 HAD L 48 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 120568 ARD L 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0
60 107817 MAR L 53 0 0 0 0 0 0 0 0 0
61 33359 MPD P 56 0 0 0 0 0 0 0 0 0
62 120588 NIY P 64 0 0 0 0 0 0 0 0 1
63 120586 FAA L 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 47602 S P 46 0 0 0 0 0 0 0 0 0
65 120619 N P 51 0 0 0 0 1 0 0 0 0
66 120618 S L 56 0 0 0 0 0 0 0 0 1
67 120625 MZ L 61 0 0 0 0 0 0 0 0 0
68 114496 S L 36 0 0 0 0 0 0 0 0 0
69 120631 DS P 81 0 0 0 0 0 0 0 1 0
70 120646 S L 60 0 0 0 0 1 0 0 0 0
71 118515 M P 63 0 0 0 0 0 0 0 0 1
72 101886 Y P 45 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 8, Data SPSS

Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 31 43,1 43,1 43,1
Perempuan 41 56,9 56,9 100,0
Total 72 100,0 100,0

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 40 Tahun 2 2,8 2,8 2,8
40-49 Tahun 16 22,2 22,2 25,0
50-59 Tahun 22 30,6 30,6 55,6
60-69 Tahun 27 37,5 37,5 93,1
> 70 Tahun 5 6,9 6,9 100,0
Total 72 100,0 100,0

KAD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 66 91,7 91,7 91,7
Ya 6 8,3 8,3 100,0
Total 72 100,0 100,0

Hyperosmolar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 72 100,0 100,0 100,0

Hipoglikemia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 64 88,9 88,9 88,9
Ya 8 11,1 11,1 100,0
Total 72 100,0 100,0
Retinopati
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 64 88,9 88,9 88,9
Ya 8 11,1 11,1 100,0
Total 72 100,0 100,0

Nefropati
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 61 84,7 84,7 84,7
Ya 11 15,3 15,3 100,0
Total 72 100,0 100,0

Neuropati
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 67 93,1 93,1 93,1
Ya 5 6,9 6,9 100,0
Total 72 100,0 100,0

Serebrovaskuler
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 69 95,8 95,8 95,8
Ya 3 4,2 4,2 100,0
Total 72 100,0 100,0

PJK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 64 88,9 88,9 88,9
Ya 8 11,1 11,1 100,0
Total 72 100,0 100,0

Ulkus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 52 72,2 72,2 72,2
Ya 20 27,8 27,8 100,0
Total 72 100,0 100,0
Lampiran 9, Biodata

BIODATA

A. Identitas
1. Nama : Ririn Dwi Saputri
2. NPM : 16310259
3. AGAMA : Islam
4. Tempat Tanggal Lahir : Pulau Geronggang, 25 November 1998
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat : Palembang

B. Riwayat Pendidikan
1. SD :SDN 1 Pulau Geronggang Tahun 2004-2010

2. SMP : SMPN 2 PedamaranTimurTahun 2010-2013

3. SMA : SMA N 10 Palembang Tahun 2013-2016

4. Perguruan Tinggi : Tahun 2016 Terdaftar Sebagai Mahasiswa Program Studi


Kedokteran Umum Universitas Malahayati

C. RiwayatKeluarga
1. Ayah : Syamsul Bahri
2. Ibu : Friwari Sukma Wani
3. Kakak : Doni Alpindo
4. Adik : Angger Triago Saputra
5. Adik : Prabu Harom Toriq Syambari
Lampiran 10, Motto/Persembahan

MOTTO

“Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang baik”

“Takut Gagal Bukan Alasan Untuk Tidak Mencoba Sesuatu”


PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan doa orang-
orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya ucapkan terimakasih saya kepada:

Allah SWT, karena atas izin dan karunia Nyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai
pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Allah SWT penguasa alam yang
meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

Kedua orang tua, Ayahku Syamsul Bahri dan Ibu Friwari Sukma Wani yang telah
memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan
saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a
yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas
kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku untuk kalian ayah
ibuku....

Kakak dan Adik-Adik Saya yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan
do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang
menggebu, terimakasih dan sayangku untuk abangku...

Dan sahabat serta teman-teman tersayang, tanpa kalian semua tak kan mungkin aku sampai
disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan
terimakasih untuk kenangan manis yang telah terukir selama ini. Dengan perjuangan dan
kebersamaan kita pasti bisa.

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan
skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini
bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.
Lampiran 11, Foto Kegiatan
PROFIL KOMPLIKASI SISTEMIK PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019

Deviani Utami1 Neno Fitriyani H2Ririn Dwi Saputri3


1
Departemen Ilmu Kesahatan Masyarakat Universitas Malahayati
2
Departemen Ilmu Kesahatan Masyarakat Universitas Malahayati
3
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

[email korespondensi: Ririndwisaputri7@gmail.com]

Abstrack : SYSTEMIC COMPLICATION PROFILE IN PATIENTS OF DIABETES


MELITUS TYPE 2 IN PERTAMINA BINTANG AMIN HOSPITAL BANDAR LAMPUNG
2019. Diabetes Introduction:mellitus is one of the main health problems in
people who have long and short term complications. The prevalence of Diabetes
Mellitus in Indonesia in 2018 is 8.5%, in Lampung 1.4%. Patients suffering from
diabetes mellitus only realize the danger of this disease after various
complications that arise both acute and chronic. Purpose of the research is to
know profile of systemic complications in type 2 diabetes mellitus patients at
Pertamina Bintang Amin Hospital in Bandar Lampung.
Methods:This research uses descriptive survey method with cross sectional
approach. This research was conducted in February 2020 by taking medical
record data on type 2 diabetes mellitus patients at Pertamina Bintang Amin
Hospital in Bandar Lampung in 2019.
Results:Subjects in the study were 72 patients. Analysis of the data used in this
study is univariate analysis. Frequency distribution based on acute complications
of KAD in 6 patients (8.3%), hypoglycemia in 8 patients (11.1%). Microvascular
complications were retinopathy in 8 patients (11.1%), nephropathy in 11 patients
(15.3%), neuropathy in 5 patients (6.9%). Macrovascular complications were
cerebrovascular 3 patients (4.2%), coronary heart disease 8 patients (11.1%), and
ulcers of 20 patients (27.8%).
Conclusion:Frequency distribution based on complications, of the 72 people
studied, the majority of patients experienced complications, as many as 43
people (59.7%).

Keywords : Complications, type 2 diabetes mellitus


Abstrak : PROFIL KOMPLIKASI SISTEMIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019

Pendahuluan: Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan utama


pada masyarakat yang mempunyai komplikasi jangka panjang dan pendek.
Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia tahun 2018 sebesar 8,5%, di Lampung
1,4%. Pasien yang menderita diabetes melitus baru menyadari bahaya penyakit
ini setelah timbul berbagai komplikasi yang bersifat akut maupun kronik.
Penelitianiniuntuk mengetahuiprofil komplikasi sistemik pada pasien Diabetes
Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan


pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan februari tahun
2020 dengan mengambil data rekam medis pada pasien Diabetes Melitus tipe 2
di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2019. Subjek
dalam penelitian berjumlah 72 pasien. Analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis univariat.

Hasil: Distribusi frekuensi berdasarkan komplikasi akut KAD 6 pasien (8,3%),


hipoglikemia 8 pasien (11,1%). Komplikasi mikrovaskuler yaitu retinopati 8 pasien
(11,1%), nefropati 11 pasien (15,3%), neuropati 5 pasien (6,9%). Komplikasi
makrovaskuler yaitu serebrovaskuler 3 pasien (4,2%), penyakit jantung koroner 8
pasien (11,1%), dan ulkus 20 pasien (27,8%).

Kesimpulan: Distribusi frekuensi berdasarkan komplikasi, dari 72 orang yang


diteliti sebagian besar pasien mengalami komplikasi yaitu sebanyak 43 Orang
(59,7%).

Kata Kunci : Komplikasi, Diabetes Melitus tipe 2

PENDAHULUAN
Diabetes menurut American merupakan salah satu masalah
Diabetes Association (ADA) suatu kesehatan utama pada masyarakat
kelompok penyakit metabolik dengan yang mempunyai komplikasi jangka
karakteristik hiperglikemia (tingginya panjang dan pendek. Terdapat dua
kadar gula darah) yang terjadi karena jenis penyakit diabetes, yaitu DM tipe
kelainan sekresi (pengeluaran) 1 dan DM tipe 2 (American Diabetes
insulin, kerja insulin atau keduanya Association, 2017)
(Chalid 2018). Diabetes melitus
Diabetes Melitus tipe II lebih besar dibanding dipedesaan
merupakan ancaman serius bagi (1,0%)
dunia khusunya negara berkembang Selain itu Riskesdas juga
seperti Indonesia. Hampir 80% mengatakan jumlah Diabetes Melitus
kejadian Diabetes Melitus tipe II meningkat seiring meningkatnya
terjadi pada negara-negara umur, namun pada umur ≥65 tahun
berkembang yang berpenghasilan cenderung menurun (Balitbang
menengah kebawah. Bahkan WHO Kemenkes RI, 2013).Laporan hasil
menyebutkan, dari tahun 2010 hingga Riset Kesehatan Dasar
2030 kerugian dari Gross Domestic (RISKESDAS) Lampung tahun 2018
Bruto (GDP) di seluruh dunia menunjukan bahwa prevalensi
diestimasikan sebesar 1,7 triliun Diabetes Melitus adalah 1,4%
dolar (WHO, 2015) berdasarkan diagnosis.
Berdasarkan data dari Riset menurut penelitian yang
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) dilakukan Corina pada tahun 2018
tahun 2018oleh Departemen komplikasi kronis terbanyak pada
Kesehatan, menunjukan bahwa pasien Diabetes Melitus tipe 2 pada
prevalensi Diabetes Mellitus di bulan Juli – September 2017 adalah
Indonesia mengalami peningkatan komplikasi mikrovaskular (57%)
dari tahun 2013 sebesar 6,9% menjadi komplikasi terbanyak neuropati
8,5% pada tahun 2018. Prevalensi diabetik (45,6%), nefropati diabetik
terkecil terdapat di Propinsi NTT (33,7%) dan retinopati diabetik
sebesar 0,8%, dan terbesar di Provinsi (20,7), Sedangkan komplikasi
DKI Jakarta 3,4%, (depkes, 2018). makrovaskular 43% dengan
Riskesdas menyebutkan prevalensi komplikasi terbanyak adalah diabetik
Diabetes pada perempuan (1,7%) kaki (29,9%), penyakit jantung
lebih besar dibanding pada laki-laki koroner(27,8%), dan serebrovaskular
(1,4%). Diabetes terdiagnosis pada (19,(4%).
mayarakat perkotaan (2,0%) juga

METODE
Pada penelitian ini jenis dengan meninjau data rekam medis
penelitian yang digunakan adalah pasien.Sampel penelitian ini adalah
metode survei deskriptif dengan data rekam medis pasien DM tipe 2
menggunakan desain cross sectional di Instalasi Penyakit Dalam RSPBA
melalui data sekunder yang ada di Bandar Lampung tahun 2019 sebesar
Rumah Sakit (Syahdrajat, 2019). 72 orang. Metode pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan menggunakan data sekunder dengan
diRumah Sakit Pertamina Bintang data diambil dari data rekam medis di
Amin Bandar Lampung. Penelitian ini poli Penyakit Dalam RSPBA Bandar
dilakukan pada bulan Februari 2020 Lampung.
Analisisunivariatadalahanalisisyangdi memperoleh gambaran pasien DM
gunakanuntukmenganalisissetiap tipe 2 dengan komplikasi sitemikdata
variabel (terikat atau bebas) yang kemudian dalam bentuk tabel
akan ditelti secara deskriptif untuk frekuensikarakteristik.

HASIL
1. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi FrekuensiPasien DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin


di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 31 43.1
Perempuan 41 56.9

Total 72 100,0
perempuan yaitu sebanyak 41 orang
Berdasarkan tabeldi atas (56,9%), sedangkan yang berjenis
menunjukkan distribusi frekuensi kelamin laki-laki sebanyak 31 orang
berdasarkan jenis kelamin sebagian (43,1%).
besar orang berjenis kelamin

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Usia Di Rumah


Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

Usia Frekuensi Persentase (%)


< 40 Tahun 2 2.8
40-49 Tahun 16 22.2
50-59 Tahun 22 30.6
60-69 Tahun 27 37.5
≥ 70 Tahun 5 6.9
Total 72 100,0
Berdasarkan tabel di atas besarpasienberusia antara
menunjukkan distribusi 60-69 Tahun yaitu
frekuensi berdasarkan sebanyak 27 Orang
umur, dari 72 orang yang (37.5%).
ditelitisebagian
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi Di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

Komplikasi Frekuensi Persentase (%)


Komplikasi 43 59,7
Tidak Komplikasi 29 40,3

Total 72 100,0
Berdasarkan tabel atas orang yang diteliti sebagian besar
menunjukkan distribusi frekuensi pasien mengalami komplikasi
berdasarkan komplikasi, dari 72 yaitu sebanyak 43 Orang (59,7%)

Tabel 4. Profil komplikasi Akut pada pasien DM tipe 2 di Instalasi Penyakit


Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
berdasarkan karakteristik jenis kelamin

Ya
Komplikasi Akut Jenis Kelamin Total
n %
- KAD - Laki-laki 2 6.5 31
- Perempuan 4 9.8 41
- Hyperosmolar - Laki-laki 0 0.0 31
- Perempuan 0 0.0 41
- Hipoglikemia - Laki-laki 5 16.1 31
- Perempuan 3 7.3 41
Berdasarkan tabel di atas ada yang mengalami
menunjukkan distribusi frekuensi Hyperosmolar. Sedangkan dari 41
berdasarkan komplikasi akut orang berjenis kelamin perempuan,
berdasarkan jenis kelamin, dari 31 sebanyak 4 orang (9,8%)
orang berjenis kelamin laki-laki, mengalami KAD, 3 orang (7,3%)
sebanyak 2 orang (6,5%) mengalami Hipoglikemia dan tidak
mengalami KAD, 5 orang (16,1%) ada yang mengalami Hyperosmola
mengalami Hipoglikemia dan tidak
Tabel 5. Profil komplikasi Akut pada pasien DM tipe 2 di Instalasi Penyakit
Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
berdasarkan karakteristik Usia
Ya
Komplikasi Akut Usia Total
n %
- KAD - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 0 0.0 22
- 60-69 Tahun 4 14.8 27
- ≥ 70 Tahun 2 40.0 5
- Hyperosmolar - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 0 0.0 22
- 60-69 Tahun 0 0.0 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5
- Hipoglikemia - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 1 6.3 16
- 50-59 Tahun 2 9.1 22
- 60-69 Tahun 5 18.5 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5

Berdasarkan tabel di atas (9.2%) mengalami hipoglikemia, dari


menunjukkan distribusi frekuensi 27 pasien berusia 60-69 tahun
berdasarkan usia, dari 2 pasien sebanyak 4 pasien (14.8%)
berusia < 40 tahun tidak ada yang mengalami KAD, 5 pasien (18,5%)
mengalami komplikasi akut, dari 16 mengalai hipoglikemia, sedangkan
pasien berusia 40-49 tahun, sebanyak dari 5 pasien berusia ≥ 70 tahun
1 orang (6,3%) mengalami sebanyak 2 orang (40%) mengalami
hipogliemia, dari 22 pasien berusia KAD.
50-59 tahun, sebanyak 2 orang

Tabel 6. Profil komplikasi kronis Mikrovaskular pada pasien DM tipe 2


diInstalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung berdasarkan karakteristik jenis kelamin

Komplikasi Ya
Jenis Kelamin Total
Mikrovaskular N %
- Retinopati - Laki-laki 3 9.7 31
- Perempuan 5 12.2 41
- Nefropati - Laki-laki 3 9.7 31
- Perempuan 8 19.5 41
- Neuropati - Laki-laki 3 9.7 31
- Perempuan 2 4.9 41
Berdasarkan tabel di atas orang (9,7%) mengalami
menunjukkan distribusi frekuensi retinopati, 3 orang (9,7%)
berdasarkan komplikasi mengalami nefropati dan 3 orang
Mikrovaskular berdasarkan jenis (9.7%) mengalami neuropati.
kelamin, dari 31 orang berjenis Sedangkan dari 41 orang
kelamin laki-laki, sebanyak 3
berjenis kelamin perempuan, (19,5%) mengalami nefropati dan 2
sebanyak 5 orang (12.2%) orang (4.9%) mengalami neuropati.
mengalami retinopati, 8 orang

Tabel 7. Profil komplikasi Kronis Mikrovaskular pada pasien DM tipe 2 di


Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung berdasarkan karakteristik Usia
Komplikasi Ya
Usia Total
Mikrovaskular n %
- Retinopati - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 3 18.8 16
- 50-59 Tahun 4 18.2 22
- 60-69 Tahun 0 0.0 27
- ≥ 70 Tahun 1 20.0 5
- Nefropati - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 4 18.2 22
- 60-69 Tahun 5 18.5 27
- ≥ 70 Tahun 2 40.0 5
- Neuropati - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 1 4.5 22
- 60-69 Tahun 4 14.8 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5

Berdasarkan tabel 4.7 di pasien (18.2%) mengalami


atas menunjukkan distribusi nefropati dan 1 pasien (4.5%)
frekuensi berdasarkan usia, dari 2 mengalami neuropati, dari 27
pasien berusia < 40 tahun tidak pasien berusia 60-69 tahun
ada yang mengalami komplikasi sebanyak 5 pasien (18.5%)
mikrovaskuler, dari 16 pasien mengalami nefropati, 4 pasien
berusia 40-49 tahun, sebanyak 3 (14,8%) mengalai neuropati,
orang (18,8%) mengalami sedangkan dari 5 pasien berusia ≥
retinopati, dari 22 pasien berusia 70 tahun sebanyak 1 orang (20%)
50-59 tahun, sebanyak 4 orang mengalami retinopati, 2 orang
(18.2%) mengalami retinopati, 4 (40%) mengalami nefropati.
Tabel 8. Profil komplikasi Kronis Makrovaskular pada pasien DM tipe 2 di
Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung berdasarkan karakteristik Jenis Kelamin.

Komplikasi Ya
Jenis Kelamin Total
Makrovaskular N %
- Serebrovaskular - Laki-laki 2 6.5 31
- Perempuan 1 2.4 41
- Penyakit jantung - Laki-laki 4 12.9 31
koroner - Perempuan 4 9.8 41
- Ulkus Kaki - Laki-laki 7 22.6 31
- Perempuan 13 31.7 41
Berdasarkan tabel 4.8 di dan 7 orang (22.6%)
atas menunjukkan distribusi mengalami ulkus kaki.
frekuensi berdasarkan Sedangkan dari 41 orang
komplikasi Makrovaskular berjenis kelamin
berdasarkan jenis kelamin, perempuan, sebanyak 1
dari 31 orang berjenis orang (2.4%) mengalami
kelamin laki-laki, sebanyak gangguan Serebrovaskular,
2 orang (6,5%) mengalami 4 orang (9,8%) mengalami
gangguan Serebrovaskular, penyakit jantung koroner
4 orang (12,9%) mengalami dan 13 orang (31.7%)
penyakit jantung koroner mengalami ulkus kaki.

Tabel 9. Profil komplikasi Kronis Makrovaskular pada pasien DM tipe 2 di


Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung berdasarkan karakteristik Usia.

Komplikasi Ya
Usia Total
Makrovaskular n %
- Serebrovaskular - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 1 4.5 22
- 60-69 Tahun 2 7.4 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5
- Penyakit jantung - < 40 Tahun 0 0.0 2
koroner - 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 0 0.0 22
- 60-69 Tahun 3 11.1 27
- ≥ 70 Tahun 5 100.0 5
- Ulkus Kaki - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 5 22.7 22
- 60-69 Tahun 15 55.6 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5
Berdasarkan tabel 4.9 di atas (22.7%) mengalami ulkus kaki,
menunjukkan distribusi dari 27 pasien berusia 60-69
frekuensi berdasarkan usia, dari tahun sebanyak 2 pasien (7.4%)
2 pasien berusia < 40 tahun mengalami gangguan
tidak ada yang mengalami serevbrovakuler, 3 pasien
komplikasi makrovaskuler, dari (11,1%) mengalami penyakit
16 pasien berusia 40-49 tahun, jantung koroner dan 15 pasien
tidak ada yang mengalami (55.6%) mengalami ulkus kaki,
komplikasi makrovaskuler, dari sedangkan dari 5 pasien berusia
22 pasien berusia 50-59 tahun, ≥ 70 tahun sebanyak 5 orang
sebanyak 1 orang (4.5%) (100%) mengalami penyakit
mengalami retinopati, 5 pasien jantung koroner.

PEMBAHASAN
Komplikasi Akut 1 orang (6,3%) mengalami
Berdasarkan hasil penelitian hipoglikemia, dari 22 pasien berusia
menunjukkan distribusi frekuensi 50-59 tahun, sebabyak 2 orang (9.2%)
komplikasi akut berdasarkan jenis mengalami hipoglikemia, dari 27
kelamin, dari 31 orang berjenis pasien berusia 60-69 tahun sebanyak
kelamin laki-laki, sebanyak 2 orang 4 pasien (14.8%) mengalami KAD, 5
(6,5%) mengalami KAD, 5 orang pasien (18,5%) mengalai
(16,1%) mengalami Hipoglikemia hipoglikemia, sedangkan dari 5
dan tidak ada yang mengalami pasien berusia ≥ 70 tahun sebanyak 2
Hyperosmolar. Sedangkan dari 41 orang (40%) mengalami KAD.
orang berjenis kelamin perempuan,
sebanyak 4 orang (9,8%) mengalami Komplikasi Mikrovaskular
KAD, 3 orang (7,3%) mengalami Berdasarkan hasil penelitian
Hipoglikemia dan tidak ada yang menunjukkan distribusi frekuensi
mengalami Hyperosmolar. berdasarkan komplikasi
Hasil penelitian ini sejalan Mikrovaskular berdasarkan jenis
dengan penelitian Himawan (2009) kelamin, dari 31 orang berjenis
yang menunjukkan Kejadian KAD ini kelamin laki-laki, sebanyak 3 orang
lebih banyak pada perempuan 17 (9,7%) mengalami retinopati, 3 orang
(43,6%) dibandingkan dengan laki- (9,7%) mengalami nefropati dan 3
laki 13 (33,3%). orang (9.7%) mengalami neuropati.
Sedangkan distribusi frekuensi Sedangkan dari 41 orang berjenis
berdasarkan usia, dari 2 pasien kelamin perempuan, sebanyak 5
berusia < 40 tahun tidak ada yang orang (12.2%) mengalami retinopati,
mengalami komplikasi akut, dari 16 8 orang (19,5%) mengalami nefropati
pasien berusia 40-49 tahun, sebanyak
dan 2 orang (4.9%) mengalami kelamin, dari 31 orang berjenis
neuropati. kelamin laki-laki, sebanyak 2 orang
Hasil ini sejalan dengan hasil (6,5%) mengalami gangguan
penelitian Lumban Gaol (2015) di Serebrovaskular, 4 orang (12,9%)
Rumah sakit Martha Friska Tahun mengalami penyakit jantung koroner
2014 diperoleh bahwa proporsi dan 7 orang (22.6%) mengalami ulkus
penderita DM tertinggi pada kaki. Sedangkan dari 41 orang
perempuan yaitu 57,4%. Berbeda berjenis kelamin perempuan,
dengan hasil penelitian yang sebanyak 1 orang (2.4%) mengalami
dilakukan oleh Leong (2010) pada gangguan Serebrovaskular, 4 orang
penderita DM dengan komplikasi (9,8%) mengalami penyakit jantung
gagal ginjal di Rumah Sakit Adam koroner dan 13 orang (31.7%)
Malik diperoleh proporsi penderita mengalami ulkus kaki.Hasil ini
DM tertinggi adalah berjenis kelamin sejalan dengan pendapat
laki-laki yaitu 54,8% dan perempuan Perhimpunan Dokter Spesialis
45,2%. Kardiovaskular Indonesia (PERKI)
Selain itu distribusi frekuensi 2015, penyakit diabetes lebih banyak
berdasarkan usia, dari 2 pasien ditemukan pada perempuan dibanding
berusia < 40 tahun tidak ada yang laki-laki, dengan demikian kasus
mengalami komplikasi ulkus juga banyak ditemukan pada
mikrovaskuler, dari 16 pasien berusia kaum perempuan.
40-49 tahun, sebanyak 3 orang Sedangkan distribusi frekuensi
(18,8%) mengalami retinopati, dari 22 berdasarkan usia, dari 2 pasien
pasien berusia 50-59 tahun, sebanyak berusia < 40 tahun tidak ada yang
4 orang (18.2%) mengalami mengalami komplikasi
retinopati, 4 pasien (18.2%) makrovaskuler, dari 16 pasien berusia
mengalami nefropati dan 1 pasien 40-49 tahun, tidak ada yang
(4.5%) mengalami neuropati, dari 27 mengalami komplikasi
pasien berusia 60-69 tahun sebanyak makrovaskuler, dari 22 pasien berusia
5 pasien (18.5%) mengalami 50-59 tahun, sebanyak 1 orang (4.5%)
nefropati, 4 pasien (14,8%) mengalai mengalami retinopati, 5 pasien
neuropati, sedangkan dari 5 pasien (22.7%) mengalami ulkus kaki, dari
berusia ≥ 70 tahun sebanyak 1 orang 27 pasien berusia 60-69 tahun
(20%) mengalami retinopati, 2 orang sebanyak 2 pasien (7.4%) mengalami
(40%) mengalami nefropati. gangguan serevbrovakuler, 3 pasien
(11,1%) mengalami penyakit jantung
Komplikasi Makrovaskular koroner dan 15 pasien (55.6%)
Berdasarkan hasil penelitian mengalami ulkus kaki, sedangkan
menunjukkan distribusi frekuensi dari 5 pasien berusia ≥ 70 tahun
berdasarkan komplikasi sebanyak 5 orang (100%) mengalami
Makrovaskular berdasarkan jenis penyakit jantung koroner.
KESIMPULAN 3. Yang menderita komplikasi
kronik mikrovaskular
Dari hasil pembahasan penelitian berdasarkan jenis kelamin
didapatkan jumlahsampel 72 orang sebagian besar adalah
pasien DM tipe 2dapat nefrofati yaitu pada
ditarikkesimpilan perempuan sebanyak 8 pasien
1. Pasien DM tipe 2 banyak (19,5%). Menurut usia
diderita oleh perempuan yaitu sebagian besar mengalami
56,9% dari pada laki- nefrofati berusia 60-69 tahun
laki yaitu 43,1% dan penyakit yaitu sebanyak 5 pasien
DM tipe 2 terjadi pada usia (18,5%).
antara 60-69 Tahun yaitu 4. Yang menderita komplikasi
sebanyak 27 Orang (37.5%). kronik makrovaskular
2. Menurut jenis kelamin yang berdasarkan jenis kelamin
mengalami komplikasi akut sebagian besar adalah ulkus
sebagian besar adalah kaki yaitu pada perempuan
hipogklikemi laki-laki sebanyak 13 pasien (31,7%).
sebanyak 5 pasien (16,1%). Menurut usia sebagian besar
Dan menurut usia sebagian mengalami ulkus kaki
besar mengalami KAD berusia 60-69 tahun yaitu
berusia 60-69 tahun sebanyak sebanyak 15 pasien (55,6%).
4 pasien (14,8%).

SARAN untuk melihat hubungan berbagai


factorrisiko dengan prevalensi
Masih di perlukan penelitian lebih komplikasi pada pasien DM Tipe 2.
lanjut dengan sampel yang lebih Di perlukannya penelitian
besar dan di pilih secara random mengenai komplikasi akut lain
sehingga lebih mempresentasikan seperti HHS dan komadiabet
komplikasi pasien DM Tipe 2. di
perlukannya penelitian analitik
DAFTAR PUSTAKA Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Sanglah Periode
Abdurrahman. Faktor-Faktor Januari 2011-Mei 2012. E-
Pendorong Perilaku Diet Tidak Sehat Jurnal Medika Udayana. 2012
pada Wanita Usia Dewasa Awal Syahdrajat, T.DR. 2019. Buku
Studi Kasus pada Mahasiswi panduan penelitian untuk
Universitas Mulawarman. Journal skripsi kedokteran &
2014 kesehatan. Rizky Offset. Hal
Wulandari, M. Y., &
Al-Sarraf AA, Al-Bannai SK, Al- Isfandiari, M. A. (2013).
Furaih AM, ElShazly MK. Kaitan sindroma metabolik
Prevalence and factors dan gaya hidup dengan gejala
associated with diabetic komplikasi mikrovaskuler.
retinopathy, a multi-centric Jurnal Berkala Epidemiologi,
study in Kuwait. Bull Alex Fac 1(2), 2019 224-233 : 95.
Med. 2010; 46(2)):99–108
Pandelaki, K. Retinopati Diabetik.
Corina. Profil Komplikasi Kronis In: Aru WS, Bambang S,
Pada Pasien Diabetes Melitus Idrus A, Marcellus SK, Siti S,
Tipe II Di Poli Endokrin editors.Buku Ajar Ilmu
RSUD Dr. Soetomo Periode Penyakit Dalam. 5th ed.
juli-september 2017 (doctoral Jakarta; Bala Penerbit FK UI;
dissertation, Fakultas 2009 1930-36.
Kedokteran). 2018
Yustina. Pola Komplikasi Sistemik
Irawan, Dedi. Prevalensi dan factor pada Pasien Diabetes Melitus
resiko kejadian Diabelis Tipe 2 Di RSMH Palembang
mellitus tipe 2 di daerah Periode 1 Januari sampai 31
Urban Indonesia (Analisa data Desember 2013. 2013
sekunder Riskesdas 2007).
Thesis penyakit dalam
universitas Indonesia (tidak
ditcrbitkan). 2010
Oktaliani, R., & Zamri, A. (2019).
Hyperosmolar Hyperglycemic
State (HHS). Jambi Medical
Journal" Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan", 7(1), 2019 50-
55.
Satriawibawa, I. W. E., & Saraswati,
M. R. Prevalensi Komplikasi
Akut Dan Kronis Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di

Anda mungkin juga menyukai