Anda di halaman 1dari 113

Unggul Dalam IPTEK

Kokoh Dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT


PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU
PENATALAKSANAAN LIMA PILAR PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KECAMATAN CEMPAKA
PUTIH JAKARTA PUSAT TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :
INTAN PERMATASARI
2016720019

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2020
Unggul Dalam IPTEK
Kokoh Dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT


PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU
PENATALAKSANAAN LIMA PILAR PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KECAMATAN CEMPAKA
PUTIH JAKARTA PUSAT TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :
INTAN PERMATASARI
2016720019

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

(S.Kep) pada Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2020
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Intan Permatasari

NPM : 2016720019

menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarism

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta. Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarism, saya

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, Juli 2020


Yang Membuat Pernyataan,

(Intan Permatasari)
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Intan Permatasari

NIM : 2016720019

Program Studi : Program Studi Keperawatan FIK UMJ

Judul Skripsi : Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pengetahuan Terhadap

Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat

Menyatakan dengan sebenar-sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil

penelitian, pemikiran, dan pemasaran asli diri saya sendiri, baik untuk naskah laporan

maupun kegiatan programing yang tercantum sebagai bagian dari skripsi ini. Jika terdapat

karya orang lain, saya telah mencantumkan sumber yang jelas. Demikian pernyataan ini

saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan

ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karna karya tulis ini dan sanksi lain sesuai

dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak

manapun.

Jakarta, Juli 2020


Yang Membuat Pernyataan,

(Intan Permatasari)
NIM. 2016720019
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI

Sebagai sivitas akademika Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Intan Permatasari

NIM : 2016720019

Program Studi : Program Studi Keperawatan FIK UMJ

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui hak kepada Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk mempublikasikan skripsi saya

yang berjudul : Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pengetahuan Terhadap

Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat, beserta perangkat yang ada (jika

diperlukan), Fakultas Ilmu Keperawatan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,

mengelola dalam bentuk data dasar (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik

Hak Cipta.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Juli 2020


Yang Membuat Pernyataan,

(Intan Permatasari)
NIM. 2016720019
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT PENGETAHUAN


TERHADAP PERILAKU PENATALAKSANAAN LIMA PILAR PADA
PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KECAMATAN
CEMPAKA PUTIH JAKARTA PUSAT TAHUN 2020

Menyetujui
Pembimbing

( Misparsih, S.Kp, M.Kes )

Mengetahui
Ka. Program Studi Keperawatan Fik Umj
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

( Ns. Slametiningsih, M.Kep., Sp.Kep.J )


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
SKRIPSI, 28 Juli 2020
INTAN PERMATASARI

Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku


Penatalaksanaan Lima Pilar pada Pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih Jakarta Pusat 2020
VII Bab + 109 Halaman + 5 Tabel + 2 Bagan + 11 Lampiran

ABSTRAK
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai oleh kekurangan
produksi dan pemanfaatan insulin hormon pankreas. Diabetes Mellitus yang tidak
terkontrol menimbulkan banyak komplikasi, komplikasi tersebut dapat dimimalisir dengan
penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu lima pilar penatalaksanaan DM. Keberhasilan
upaya penatalaksanaan Diabetes Mellitus dibutuhkan dukungan keluarga dan pengetahuan
yang baik. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan dukungan keluarga dan
tingkat pengetahuan terhadap penatalaksanaan lima pilar pada pasien DM tipe 2 di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat. Jumlah sampel 40 pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross
Sectional dan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Analisa bivariat
menggunakan uji chi square. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 responden.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner secara door to door karena penelitian
dilakukan ketika pandemic COVID-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan dukungan keluarga dengan perilaku (p value=0,004) dan ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan perilaku (p value=0,001) terhadap penatalaksanaan lima pilar DM.
Diharapkan bagi petugas dan kader kesehatan untuk meningkatkan perannya serta
melibatkan keluarga dalam melakukan edukasi secara berkesinambungan, terjadwal, dan
menarik guna meningkatkan pengetahuan pasien dan dukungan keluarga dalam
melaksanakan perilaku penatalaksanaan lima pilar DM.

Kata kunci : DM, perilaku penatalaksanaan lima pilar, dukungan keluarga, tingkat
pengetahuan
Kepustakaan : 32 (2010-2020)
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, dan ridha-Nya serta shalawat dan salam peneliti

haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

laporan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat

Pengetahuan Terhadap Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar Pada Pasien Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat” dengan baik.

Penulisan laporan hasil penelitian ini dalam rangka memenuhi dan melengkapi salah

satu syarat untuk membuat skripsi dan mencapai gelar sarjana keperawatan pada

Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Jakarta.

Selama penyusunan laporan hasil penelitian ini, tidak terlepas dari berbagai

hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan, semangat, dan do’a dari

berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikannya.. Untuk itu pada kesempatan

yang baik ini, perkenankan penulis agar dapat mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM. M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Bapak dr. Dicky Alasadik, M.M selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Cempaka

Putih, yang telah memberikan izin melakukan penelitian.

3. Ibu Ns. Slametiningsih, M.Kep. Sp.Kep.J selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Ibu Misparsih, S.Kp, M.Kes selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan

waktunya dan dengan sabar membimbing, memotivasi, memberikan saran, serta

i
arahan demi kelancaran dalam penyelesaian laporan hasil ini dengan sebaik-

baiknya.

5. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan ilmu

dan informasi untuk memudahkan peneliti untuk menyelesaikan proposal

penelitian ini.

6. Keluarga, Ibu dan Bapak yang selalu memberikan doa, kasih sayang, pengertian

dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Sahabat penulis yang selalu memberikan semangat, motivasi, doa, dan dukungan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Teman – teman kelas 8A Reguler dan teman angkatan 2016, yang selalu saling

mendoakan, kompak dan telah memberikan banyak dukungan kepada penulis.

9. Seluruh pihak yang turut membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berdoa semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan

dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh

dari kata sempurna dan masih banyak kekurangannya, sehingga kritik dan saran yang

membangun sangat peneliti harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan laporan

hasil penelitian ini yang nantinya akan memberi manfaat kepada banyak pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Jakarta, Juli 2020

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL .........................................................................................................v

DAFTAR SKEMA........................................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum ...............................................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus ..............................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Diabetes Mellitus Tipe 2........................................................................10


2.1.1 Definisi.......................................................................................................10
2.1.2 Klasifikasi..................................................................................................11
2.1.3 Etiologi ....................................................................................................13
2.1.4 Patofisiologi...............................................................................................15
2.1.5 Epidemiologi ............................................................................................16
2.1.6 Manifestasi Klinis......................................................................................17
2.1.7 Penatalaksanaan.........................................................................................19
2.1.8 Komplikasi.................................................................................................20
2.2 Konsep Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar.................................................23
2.2.1 Definisi Perilaku........................................................................................23
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku..............................................24
2.3 Konsep Dukungan Keluarga pada Pasien DM tipe 2.......................................30
2.3.1 Definisi Keluarga ......................................................................................30
2.3.2 Definisi Dukungan Keluarga.....................................................................31

iii
2.4 Konsep Pengetahuan pada Paien DM tipe 2 ...................................................35
2.4.1 Definisi Pengetahuan ...............................................................................35
2.4.2 Tingkat Pengetahuan..................................................................................36
2.5 Penelitian Terkait ................................................................................................39
2.6 Kerangka Teori Penelitian..................................................................................42

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................................43


3.2 Hipotesis ...............................................................................................................44
3.3 Definisi Operasional ............................................................................................45

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian .................................................................................................48


4.2 Populasi dan Sampel ...........................................................................................48
4.2.1 Populasi .....................................................................................................48
4.2.2 Sampel .......................................................................................................49
4.3 Tempat Penelitian ...............................................................................................51
4.4 Waktu Penelitian .................................................................................................51
4.5 Etika Penelitian ...................................................................................................51
4.6 Alat Pengumpulan Data......................................................................................53
4.7 Prosedur Pengumpulan Data .............................................................................55
4.8 Pengolahan Data .................................................................................................56
4.9 Analisa Data .......................................................................................................56

BAB V HASIL PENELITIAN


BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


7.1.1 Univariat.......................................................................................................74
7.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Definisi Operasional ............................................................................... 46

Tabel 4.1 Uji Normalitas Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan dengan

Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar pada Pasien DM Tipe 2 di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih .................................................. 57

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Demografi di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih................................................... 60

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Variabel Independen (Dukungan Keluarga dan

Tingkat Pengetahuan) dan Variabel Dependen (Perilaku

Penatalaksanaan Lima Pilar) .................................................................. 61

Tabel 5.3 Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar

Berdasarkan Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih .................................................. 62

vi
DAFTAR SKEMA
2.1 Kerangka Teori.................................................................................................. 42

3.1 Kerangka Konsep...............................................................................................44

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data dan Penelitian

Lampiran 2 Surat Persetujuan Izin Pengambilan Data dan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 Kuesioner Data Demografi

Lampiran 6 Kuesioner Dukungan Keluarga

Lampiran 7 Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Lampiran 8 Kuesioner Perilaku

Lampiran 9 Uji Validitas Kuesioner Dukungan Keluarga, Tingkat Pengetahuan, dan

Perilaku

Lampiran 10 Lembar Konsultasi Riset

Lampiran 11 Dokumentasi

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada dewasa

yang membutuhkan supervise medis berkelanjutan dan edukasi perawatan

mandiri pada pasien. Namun, bergantung pada tipe DM dan usia pasien,

kebuuthan dan asuhan keperawatan pasien dapat sangat berbeda. (LeMon

et.al., 2016). Sedangkan menurut Smeltzer (2015), diabetes mellitus

merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar

glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi

dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan

yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormone yang diproduksi pancreas,

mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan

penyimpanannya. Sedangkan menurut Porth (dalam LeMone 2016)

mengatakan bahwa DM tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa yang

terjadi meski tersedia insulin endogen.

World Health Organization (2016) mengatakan bahwa 1 dari 2 orang

penyandang diabetes masih belum menyadari bahwa dirinya terkena diabetes.

DM tipe 2 akan tidak dapat dikendalikan apabila penderita tidak melakukan

control secara rutin dan akan menimbulkan komplikasi yang dapat

1
2

membahayakan kesehatan tubuh. Penyakit ini bersifat tersembunyi sebelum

muncul gejala yang tampak seperti mudah lapar, haus dan sering buang air

kecil. Gejala tersebut seringkali disadari ketika pasien sudah merasakan

keluhan, sehingga disebut dengan silent killer.

Menurut Smeltzer (2015) mengatakan bahwa pada diabetes mellitus tipe 2

meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas, namun

masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah

pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Menurut

Askandar (2015), mengatakan bahwa gejala DM tipe 2 pada awalnya

biasanya dahului nokturia (kencing malam hari, dapat sampai 2-4 kali atau

lebih). Ada juga yang didahului dengan gejala kesemutan, mudah capai,

mengantuk, bahkan sering kencing di siang hari. Ada juga yang mengeluh

melemahnya kemampuan seksual.

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua. Pemerintah juga menerapkan untuk penatalaksanaan

khusus penyandang diabetes mellitus yaitu terdapat lima pilar meliputi

edukasi, terapi nutrisi medis (diit), kebutuhan jasmani/olahraga, terapi

fakmakologis dan monitoring gula darah (PERKENI, 2015).

Saat ini penelitian epidemologi menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru


3

dunia. Terdapat 277 juta penduduk dunia yang menderita diabetes, 80%

diantaranya berasa di negara berkembang. Jika tidak segera dilakukan upaya

untuk memperlambat epidemi, tahun 2025 jumlah penderita diabetes di

dunia akan melonjak menjadi 300 juta. National Diabetes Statistic (dalam

Rumoharbo, Hotma, 2014). Dari data International Diabetes Federation

(IDF), 2017 melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan populasi

penderita terbanyak ke-6 didunia setalah China, India, Amerika Serikat,

Brazil, Meksiko. Prevalensi diabetes melitus dengan penyandang DM tipe 2

dimulai pada usia ≥ 45 tahun sekitar 10,3 juta orang.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa

pravelensi penyandang Diabetes Mellitus di Indonesia naik dari 6,9%

menjadi 8,5% di tahun 2018. Tingkat prevalensi diabetes tertinggi yang

terdiagnosis oleh dokter di Indonesia adalah Yogyakarta dan DKI Jakarta

dan kecenderungan pada wanita perkotaan yang berusia 45-52 tahun. Dari

hasil yang didapat penulis pravelensi pasien rawat jalan dengan diabetes

mellitus tipe 2 dalam tiga bulan terakhir yang melakukan rawat jalan di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2020 sebanyak 58/39

orang

Melihat angka kejadian diabetes mellitus tipe 2 yang terus meningkat dan

komplikasi pada diabetes yang dapat menyerang berbagai organ, maka

penting sekali melakukan pencegahan dan pengelolaan diri yang tepat.

Menururt PERKENI (2015), menyatakan bahwa pemerintah juga


4

menerapkan untuk penatalaksanaan khusus penyandang diabetes mellitus

tipe 2 yaitu terdapat lima pilar meliputi edukasi yaitu tentang tanda dan

gejala diabetes, factor yang dapat memperparah diabetes, dan cara

penanganan yang baik. Terapi nutrisi medis (diit), yaitu jumlah, jenis, dan

jam mengkonsumsi makanan. Kebutuhan jasmani/olahraga, diberikan pada

kegiatan senam yang diadakan sebulan sekali. Terapi fakmakologis,

pengambilan obat dapat dilakukan pengambilan setiap 2 minggu sekali.

Monitoring gula darah, dilakukan minimal 1 bulan sekali.

Menurut Notoatmodjo (2012) Perilaku adalah suatu tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri seperti berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, dan sebagainya. Pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 dibutuhkan perilaku yang baik yaitu berupa keteraturan

menjalankan penatalaksanaan lima pilar diabetes, hal ini bertujuan untuk

mengurangi dampak buruk atau komplikasi yang akan terjadi

dikemudian hari seperti komplikasi mikrovaskular maupun

makrovaskular. Perilaku hidup sehat dan baik bagi pasien DM tipe 2

adalah memenuhi anjuran seperti, mengikuti pola makan sehat,

meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur,

menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara

aman dan teratur serta monitoring kadar gula darah. Adapun factor yang

mempengaruhi terjadinya perilaku yang akan diteliti dalam penelitian ini

adalah dukungan keluarga dan pengetahuan.


5

Menurut Friedman (2011) mengatakan bahwa dukungan keluarga

merupakan tindakan dan penerimaan keluarga terhadap keluarga yang

sakit, terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yang harus

diperhatikan yaitu dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan

instrumental, dukungan penghargaan, dan dukungan sosial keluarga.

Pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dukungan keluarga menjadi penting

karena hal tersebut bias dijadikan sebagai system pendukung oleh pasien

diabetes. Selain itu pasien yang mendapatkan dukungan keluarga akan

lebih mudah untuk menjalankan masalah penyakit diabetes yang

dideritanya.

Notoatmodjo (2014), mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya

pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga),

dan indra penglihatan (mata). Pada pasien diabetes mellitus tipe 2

dibutuhkan pengetahuan yang baik guna terbentuknya kesadaran pasien

untuk ikut serta dalam pengelolaan dan pengendalian DM yaitu berupa

menjalankan keteraturan penatalaksanaan lima pilar diabetes.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chairiyah (2019), yang berjudul

hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku penatalaksanaan lima pilar

memnunjukkan hubungan yang signifikan. Sedangkan penelitian yang


6

dilakukan oleh Priyanto (2018), mengatakan bahwa faktor yang

berhubungan secara signifikan dengan perilaku pencegahan kekambuhan

diabetic adalah faktor tingkat pengetahuan. Selain itu, penelitian yang

dilakukan Mustarim et. al., (2019), menunjukkan bahwa ada hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku self management pasien DM.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas

Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat pada bulan Maret 2020 melalui

wawancara terhadap 10 orang pasien DM, didapatkan hasil bahwa 4 pasien

diabetes memiliki pengetahuan kurang mengenai penatalaksanaan diabetes,

3 pasien berpendidikan rendah menyatakan tidak mengetahui komplikasi

dari DM , dan 3 pasien lainnya memiliki dukungan keluarga sedang terhadap

penyakitnya. Di puskesmas rata-rata jadwal melakukan pengobatan yaitu 1

bulan sekali, dimana saat melakukan pengobatan adalah dilakukan

pengecekan kadar gula darah, melakukan pengambilan obat, merencanakan

diet yang akan dilakukan, dan konseling tentang penyakit diabetes.

Berdasarkan latar belakang diatas mengenai faktor yang mempengaruhi

perilaku pasien diabetes, peneliti tertarik ingin meneliti faktor tentang

hubungan dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan terhadap perilaku

penatalaksanaan lima pilar pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kecamatan

Cempaka Putih Jakarta Pusat Tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah.


7

Saat ini penelitian epidemologi menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru

dunia. Terdapat 277 juta penduduk dunia yang menderita diabetes, 80%

diantaranya berasal di negara berkembang. Jika tidak segera dilakukan upaya

untuk memperlambat epidemic, tahun 2025 jumlah penderita diabetes di

dunia akan melonjak menjadi 300 juta. (National Diabetes Statistic,dalam

Rumoharbo, Hotma, 2014). Dari data International Diabetes Federation

(IDF), 2017 melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan populasi

penderita terbanyak ke-6 didunia setalah China, India, Amerika Serikat,

Brazil, Meksiko. Prevalensi diabetes melitus dengan penyandang Diabetes

usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang.

Dari beberapa penelitian terkait terdapat beberapa factor yang

mempengaruhi penatalaksanaan diabetes tetapi masih belum banyak yang

meneliti keseluruhan tentang penatalaksanaan lima pilar, oleh sebab itu

pertanyaan yang dapat dirumuskan : “Adakah hubungan dukungan keluarga

dan tingkat pengetahuan terhadap perilaku penatalaksanaan lima pilar pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih

Jakarta Pusat Tahun 2020”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan terhadap perilaku


8

penatalaksanaan lima pilar pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Teridentifikasinya karakteristik demografi (usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita penyakit DM) pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan

Cempaka Putih Jakarta Pusat 2020.

b. Teridentifikasinya gambaran dukungan keluarga, tingkat

pengetahuan, dan perilaku pasien diabetes mellitus tipe 2 di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat 2020

c. Terdapat hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku

penatalaksanaan lima pilar pasien diabetes mellitus tipe 2 di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat 2020.

d. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku

penatalaksanaan lima pilar pasien diabetes mellitus tipe 2 di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi pelayanan kesehatan.

Penelitian ini digunakan sebagai masukan kepada pelayanan

kesehatan bahwa dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan dapat

digunakan sebagai faktor yang memiliki dampak besar pada


9

kecenderungan perilaku kesehatan, hal ini guna meningkatkan

perilaku penatalaksanaan lima pilar pada pasien diabetes mellitus tipe

2 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat 2020.

1.4.2 Manfaat bagi pendidikan.

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai masukan bagi

institusi pendidikan keperawatan untuk membekali dan meyiapkan

peserta didiknya terkait pada keperawatan medical bedah system

endokrin tentang pentingnya dukungan keluarga dan tingkat

pengetahuan yang diyakini dapat mempengaruhi perilaku

penatalaksanaan lima pilar DM.

1.4.3 Manfaat bagi penelitian berikutnya.

Penelitian ini dapat dijadikan evidence based bagi penelitian

selanjutnya yang terkait penatalaksanaan lima pilar pada pasien

diabetes dan dapat dikembangkan lebih luas mengenai faktor atau

variabel lain yang mempengaruhi penatalaksanaan lima pilar, serta

lebih dikuatkan variasi pasiennya.


BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan landasan teori sebagai acuan penelitian ini yang meliputi

konsep Diabetes Mellitus tipe 2, konsep perilaku, konsep dukungan keluarga, dan

konsep pengetahuan.

2.1 Konsep Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi DM tipe 2.

Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada

dewasa yang membutuhkan supervise medis berkelanjutan dan edukasi

perawatan mandiri pada pasien. Namun, bergantung pada tipe DM dan

usia pasien, kebuuthan dan asuhan keperawatan pasien dapat sangat

berbeda. (LeMon et. al., 2016).

Sedangkan menurut Porth (dalam LeMone 2016) mengatakan bahwa DM

tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa yang terjadi meski

tersedia insulin endogen. Selain itu, menurut Smeltzer (2015)

mengatakan bahwa pada diabetes mellitus tipe 2 meskipun terjadi

gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas, namun masih

terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan

lemak dan produksi badan keton yang menyertainya

10
11

Berdasarkan beberapa pengertian menurut ahli diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa diabetes mellitus tipe 2 merupakan suatu keadaan

dimana terjadi ketidakseimbangan kadar gula dalam darah, di mana

tubuh masih mampu memproduksi insulin. Keadaan ini berkaitan dengan

gaya hidup tidak sehat seperti kurang gerak dan makanan siap saji yang

semakin hari banyak dikonsumi.

2.1.2 Klasifikasi DM.

Diabetes Mellitus (DM) menurut Pranata, Satriya (2017) dibagi menjadi

4 tipe. Tipe tersebut adalah DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional dan

DM karena syndrome lainnya.

1. Diabetes Mellitus tipe 1 (IDDM)

Diabetes Melitus tipe 1 atau disebut juga dengan insulin dependent

diabetes mellitus merupakan tipe diabetes yang terjadi dikarenakan

tubuh tidak mampu menghasilkan insulin sama sekali sehingga gula

tidak mampu dihantarkan ke sel. DM tipe 1 membuthkan suntikan

insulin agar mampu menjalani kehidupan serta beraktivitas secara

normal kembali. Jika tidak mendapatkan insulin maka tubuh

penderita akan mnegalami keluhan khas seperti lemah hingga

penurunan kesadaran. Kondisi gawat pada penderita DM paling

sering terjadi pada penderita DM tipe 1. Kondisi gawat tersebut

dinamakan dengan asidosis metabolic.


12

2. Diabetes Mellitus tipe 2 (NIDDM)

Menurut Pranata, Satriya (2017) Diabetes Mellitus tipe 2 atau disebut

juga dengan non insulin dependent diabetes mellitus merupakan tipe

DM di mana tubuh mampu menghasilkan insulin namun tidak

mencukupi kebutuhan/kurang. DM tipe 2 merupakan DM yang

paling banyak jumlah penderitanya di Indoensia. Keadaan ini besar

kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat seperti kurang gerak dan

makanan siap saji yang semakin hari banyak dikonsumsi.

Sedangkan menurut Porth (dalam LeMone 2016) mengatakan bahwa

DM tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa yang terjadi

meski tersedia insulin endogen. DM tipe 2 dapat terjadi pada semua

usia tetapi biasanya dijumpai pada usia paruh baya dan lansia.

Hereditas berperan dalam transmisi. Kadar insulin yang di dihasilkan

pada DM tipe 2 berbeda dan meski ada, fungsinya dirusak oleh

resistensi insulin di jaringan perifer. Hati memproduksi glukosa lebih

dari normal, karbohidrat dalam makanan tidak dimetabolisme dengan

baik, dan akhirnya pancreas mengeluarkan jumlah insulin yang

kurang dari yang dibutuhkan.

Selain itu, menurut Smeltzer (2015) mengatakan bahwa pada

diabetes mellitus tipe 2 meskipun terjadi gangguan sekresi insulin

yang merupakan ciri khas, namun masih terdapat insulin dengan

jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan

produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis


13

diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe 2. Meskipun demikian,

diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah

akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler

nonketotik (HHNK)

3. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes mellitus gestasional adalah tidak seimbangnya kadar gula

darah saat mengalami kehamilan. Saat seorang hamil,

ketidakseimbangan hormone di dalam beresiko semakin besar.

Akibat tidak seimbangnya hormone seperti hormone insulin, kadar

gula di dalam darah juga dapat mengalami peningkatan. Selama

tubuh mampu mentoleransi gula darah berlebih maka kondisi ini

tidak akan menimbulkan bahaya yang berarti.

4. Diabetes Mellitus Sindrome Lainnya

Diabetes Melltius syndrome lainnya adalah jenis DM yang terjadi

dikarenakan banyak factor, factor tersebut terdiri dari kanker

pancreas atau karena konsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan

gula darah.

2.1.3 Etiologi DM.

Berdasarkan penyebab pada penyakit diabetes ini didasarkan pada tipe

diabetes itu sendiri, penyabab diabetes tipe 2 sering dihubungkan

dengan penimbunan lemak dan gaya hidup yang tidak sehat. Berikut

merupakan penyebab dari diabetes mellitus menurut Smeltzer (2015).


14

1. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 2 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas.

a) Factor-faktor genetic, penderita diabetes tidak mewarisi diabetes

tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi predisposisi genetic kearah

terjadinya diabetes tipe 1.

b) Factor-faktor imunologik, merupakan respons abnormal dimana

antibody terarah pada jaringan normal tubuh dnegan cara

bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-

olah sebagai jaringan asing.

c) Factor-faktor lingkungan.

2. Diabetes tipe 2

Menurut Smeltzer (2015) mekanisme yang tepat yang menyebabkan

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2

masih belum diketahui. Factor genetic diperkirakan memegang

peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu

terdapat pula factor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dnegan

proses terjadinya diabetes tipe 2. Factor-faktor tersebut adalah:

a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas

65 tahun)

b) Obesitas

c) Riwayat keluarga

d) Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan hispanik serta

penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang


15

lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe 2 dibandingkan dengan

golongan Afro-Amerika).

Sedangkan menurut Porth (dalam LeMone 2016) mengatakan

bahwa DM tipe 2 dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya

dijumpai pada usia paruh baya dan lansia. DM tipe 2 merupakan

bentuk umum DM. Hereditas berperan dalam transmisi. Kadar

insulin yang di dihasilkan pada DM tipe 2 berbeda dan meski

ada, fungsinya dirusak oleh resistensi insulin di jaringan perifer.

Hati memproduksi glukosa lebih dari normal, karbohidrat dalam

makanan tidak dimetabolisme dengan baik, dan akhirnya

pancreas mengeluarkan jumlah insulin yang kurang dari yang

dibutuhkan.

2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus tipe 2.

Menurut Smeltzer, Suzane C (2015) pada diabetes mellitus tipe 2

terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat

terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian

reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada

diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan

demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan

glukosa oleh jaringan.


16

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang

disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini

terjadi akibat insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan

dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun

demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan

kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

diabete tipe 2.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas

diabetes tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang

adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton

yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada

diabetes tipe 2. Meskipun demikian, diabetes tipe 2 yang tidak

terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan

sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).

2.1.5 Epidemiologi Diabetes Mellitus tipe 2.

Saat ini penelitian epidemologi menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai

penjuru dunia. Terdapat 277 juta penduduk dunia yang menderita

diabetes, 80% diantaranya berasa di negara berkembang. Jika tidak

segera dilakukan upaya untuk memperlambat epidemic, tahun 2025

jumlah penderita diabetes di dunia akan melonjak menjadi 300 juta.

(National Diabetes Statistic, dalam Rumoharbo, Hotma, 2014). Tercatat


17

sebagai negara peringkat keenam dengan beban penyakit diabetes

mellitus terbanyak di dunia, data International Diabetes Federation

menunjukkan lebih dari 10 juta penduduk Indonesia menderita penyakit

tersebut di tahun 2017. Angka ini dilaporkan kian meningkat seiring

berjalannya waktu, terbukti dari laporan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) yang menunjukkan prevalensi diabetes mellitus pada

penduduk dewasa Indonesia sebesar 6,9% di tahun 2013, dan melonjak

pesat ke angka 8,5% di tahun 2018.

Pravelensi DM tipe 2 antara laki-laki dan perempuan hampir sama,

tetapi angka pravelensi semakin tinggi pada laki-laki ketika berumur

lebih dari 60 tahun daripada perempuan pada umur yang tua pada

penelitian yang dilakukan oleh Ekpengyong et. al,. (dalam Susetyawati,

2019), pravelensi DM tipe 2 paling tinggi terdapat pada kelompok umur

46-60 tahun, sedangkan pravelensi paling rendah berada pada kelompok

umur 18-25 tahun. Peran gen diperoleh dari tingginya angka DM di

dalam keluarga dan kembar identic, dan variasi yang besar di dalam

suatu etnis yang memiliki pravelensi diabetes tinggi (NIH, dalam

Susetyawati, 2019).

2.1.6 Manifestasi klinis Diabetes Mellitus tipe 2.

Manifestasi klinis diabetes mellitus tipe 2 menurut LeMone (2016)

adalah khususnya polyuria dan polydipsia, polifagia jarang dijumpai

dan penurunan badan tidak terjadi. Manifestasi klinis lain biasanya


18

dijumpai melalui hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,

yaitu :

1. Pemeriksaan Fisik

Menurut PERKENI (2015), gejala klinis pada pasien DM tipe 2

dapat dilihat melalui pengukuran tinggi dan berat badan,

pengukuran tekanan darah, pemeriksaan mulut dan kelenjar

tiroid, pemeriksaan jantung, evaluasi nadi baik secara palpasi

maupun dengan stetoskop, pemeriksaan kaki (evaluasi kelainan

vaskular, neuropati, dan adanya deformitas), pemeriksaan kulit

(akantosis nigrikans, bekas luka yang sulit sembuh, dan

necrobiosis diabeticorum). Selain itu, menurut Askandar (2015),

pada pemeriksaan fisik ditemukan gangguan penglihatan karena

factor hiperglikemia, tetapi untuk diabetes yang kronis lebih dari 5-

10 tahun, kelainan visus biasanya disebabkan karena kelainan retina

(retinopati) dengan prognosis yang kurang baik bila tidak lekas

diobati.

2. Pemeriksaan penunjang

Menurut Askandar (2015) kelainan laboraturium DM tipe 2,

hiperglikemia, glukosuria, ketonuria. Pasien DM tipe 2 wanita

kadang-kadang menunjukkan gejala pertama yaitu candida

vaginitis.

2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus tipe 2.


19

Pada diabetes mellitus tipe 2 penatalaksanaan non farmakologi harus

lebih ditekankan terhadap pengelolaan diabetes mellitus tipe 2 karena

pada dasarnya diabetes mellitus tipe 2 merupakan keadaan dimana

tubuh mampu menghasilkan insulin namun tidak mencukupi

kebutuhan/kurang. Pemerintah juga menerapkan untuk penatalaksanaan

khusus penyandang diabetes mellitus tipe 2 yaitu terdapat lima pilar

meliputi edukasi,terapi nutrisi medis (diit), kebutuhan jasmani/olahraga,

terapi fakmakologis dan monitoring gula darah (PERKENI, 2015).

1. Penatalaksanaan non farmakologis

a) Edukasi

Dibutuhkan edukasi agar pasien DM tipe 2 mendapatkan

peningkatan pengetahuan yang baik terkait penatalaksanaan

pada penyakitnya. Hal yang perlu diedukasi adalah makan

makanan sehat, kegiatan jasmani secara teratur, menggunakan

obat diabetes secara teratur, dan melakukan pemantauan glukosa

darah mandiri

b) Terapi Nutrisi Medis

Pengaturan makan pasien yaitu makanan yang seimbang dan

sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi tiap individu. Pasien

DM tipe 2 perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya

keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,

terutama pada mereka yang menggunakan obat yang

meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.


20

c) Latihan Jasmani

Latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5

kali perminggu selama sekitar 30-45 menit. Latihan jasmani

yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobic

dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat, bersepeda santai,

jogging, dan berenang.

d) Monitoring

a. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

b. Pemeriksaan HbA1C

c. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)

2. Penatalaksanaan farmakologi

Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (edukaasi, pengaturan

diet, dan latihan fisik) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa

darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa

penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat

hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.

2.1.8 Komplikasi Diabetes Mellitus tipe 2.

Umumnya komplikasi yang akan terjadi pada diabetes mellitus tipe 1

dan tipe 2 sama yaitu bersifat akut maupun kronik. Komplikasi jarang

terjadi pada awal tahun pertama, umumnya terjadi setalah setelah

berlangsung bertahun-tahun. Berikut merupakan komplikasi dari DM

tipe 2.
21

1. Komplikasi akut DM tipe 2

Ada tiga komplikasi akut pada diabetes mellitus tipe 2 yang penting

dan berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa

darah jangka pendek (Suzzane C. Smeltzer, dalam Romoharbo,

Hotma 2014) yaitu :

a) Hipoglikemia

Adalah kondisi yang menunjukkan kadar glukosa dalam darah

rendah (<50 mg/dl), terjadi akibat pemberian insulin atau

preparat oral yang berlebihan.

b) Diabetes ketoasidosis

Disebabkan oleh tidak adanya atau tidak cukupnya insulin yang

mengakibatkan gangguan metabolism karbohidrat, protein, dan

lemak. Gambarannya bias terjadi dehidrasi, kehilangan

elektrolit, dan asidosis.

c) Syndrome hiperglikemia hyperosmolar non ketotik

(SHHNK)

Keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan

hiperglikemia yang disertai perubahan tingkat kesadaran (sense

of awareness). Hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis

osmotic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit.

2. Komplikasi kronik DM tipe 2

Kategori komplikasi kronik DM tipe 2 yang lazim digunakan adalah

penyakit makrovaskular, mikrovaskular, dan neurologis (Suzzane C

Smeltxer, dalam Rumoharbo, Hotma 2014)


22

a) Komplikasi makrovaskular

Perubahan pembuluh darah besar akibat aterosklerotik

menimbulkan masalah, jika terjadi di pembuluh darah coroner

akan menyebabkan penyakit janutng coroner. Sedangkan jika

terjadi pada pembuluh darah serebral stroke infark dengan jenia

TIA.

b) Komplikasi mikrovaskular

a. Retinopati diabetikum

Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh darah kecil

pada retina mata, seperti arteriol, venula, dan kapiler. Hal ini

dapat menyebabkan kebutaan.

b. Nefropati diabetikum

Hiperglikemia menjadikan mekanisme filtrasi ginjal

mengalami stress, mengakibatkan kerusakan pada membrane

filtrasi sehingga terjadi kebocoran protein darah ke dalam

urin yang mengakibatkan tekanan dalam pembuluh darah

ginjal meningkat (stimulus terjadinya nefropati).

c. Neuropati diabetikum

Diawali dengan paratesia, mengakibatkan kaki terasa baal

sehingga dapat mengalami cedera dan infeksi pada kaki

tanpa diketahui. Neuropati otonom, menyerang saraf

otonom, mengakibatkan disfungsi otonom di berbagai organ

tubuh seperti kardiovaskuler, gastrointestinal, urinarius,

kelenjar adrenal dan disfungsi seksual.


23

2.2 Konsep Perilaku pada Paien Diabetes Mellitus tipe 2

2.2.1 Definisi

Perilaku adalah suatu tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

seperti berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,

menulis, dan sebagainya. Perilaku juga dapat diartikan sebagai semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati oleh orang

lain maupun yang tidak dapat diamati oleh orang lain (Notoatmodjo,

2012). Menurut Skinner (dalam Notoatmodjo, 2012), merumuskan bahwa

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespon, maka teori Skinner disebut teori “S-O-R” atau Stimulus

Organisme Respons. Notoatmodjo (2014), menyatakan bahwa perilaku

baru dimulai pada domain kognitif yang artinya subjek tahu terlebih

dahulu terhadap stimulus berupa materi objek diluarnya menimbulkan

respon dalam bentuk sikap. Pengetahuan merupakan langkah awal

seseorang menentukan sikap dan perilakunya, jadi tingkat pengetahuan

akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan suatu program.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah suatu

perbuatan atau tindakan yang dilakukan sesorang yang dapat diamati

secara langsung oleh orang lain dan timbul akibat ragsangan dari

lingkungan sekitar. Pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dibutuhkan

perilaku yang baik yaitu berupa keteraturan menjalankan

penatalaksanaan lima pilar diabetes, hal ini bertujuan agar mengurangi


24

dampak buruk atau komplikasi yang akan terjadi dikemudian hari

seperti komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasien DM tipe 2

Menurut Lawrence Green (Dalam Notoatmodjo, 2012), perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu :

1. faktor predisposisi (predisposing factor)

Merupakan fakor yang menjadi dasar motivasi atau niat seseorang

melakukan sesuatu, meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai, dan persepsi, tradisi, dan unsur lain yang terdapat

dalam diri individu maupun masyarakat yang berkaitan dengan

kesehatan. Contoh memberikan informasi kepada pasien diabetes

mellitus tipe 2 melalui penyuluhan atau edukasi, atau melalui media

tentang pengelolaan penyakit diabetes dengan penatalaksanaan lima

pilar, bahaya atau komplikasi dari penyakit diabetes mellitus tipe 2.

2. faktor pemungkin (enabling factor)

Merupakan factor yang memungkinkan atau yang memfaisilitasi

perilaku atau tindakan. Factor pemungkin meliputi sarana dan

prasarana atau fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Contoh

mendukung dan memfasilitasi pasien diabetes mellitus tipe 2 untuk

melakukan penatalaksanaan lima pilar seperti membuat komunitas,

dimana dalam komunitas tersebut dijadikan sarana pasien diabetes

untuk meningkatkan pengetahuan tentang diabetes mellitus tipe 2 dan


25

mengubah perilaku diabetisi untuk menjalankan penatalaksanaan lima

pilar diabetes.

3. Faktor penguat (reinforcing factor)

Merupakan factor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orangtua,

tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. Contoh diberikan

pengetahuan mengenai penatalaksanaan lima pilar kepada keluarga,

tokoh masyarakat atau kader-kader, diharapkan mereka mampu

menstranformasikan informasi yang mereka peroleh kepada keluarga

atau warganya.

Pada pengelolaan pasien diabetes mellitus tipe 2 perilaku hidup

sehat dan baik harus diterapkan dalam penatalaksanaan lima pilar,

yaitu berupa keteraturan menjalankan penatalaksanaan lima pilar

diabetes. Hal ini bertujuan agar mengurangi dampak buruk atau

komplikasi yang akan terjadi dikemudian hari seperti komplikasi

mikrovaskular maupun makrovaskular. Penatalaksanaan lima pilar

tersebut seperti menerapkan perilaku pola hidup sehat (terapi

nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi

farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau

suntikan. Saat ini diperlukan standar pelayanan untuk penanganan

hiperglikemia terutama bagi penyandang DM tipe 2 guna

mendapatkan hasil pengelolaan yang tepat. Pemerintah menerapkan

untuk penatalaksanaan khusus penyandang diabetes mellitus tipe 2


26

yaitu terdapat lima pilar meliputi edukasi,terapi nutrisi medis (diit),

kebutuhan jasmani/olahraga, terapi fakmakologis dan monitoring gula

darah (PERKENI, 2015).

a) Edukasi

Menurut PERKENI (2015) mengatakan bahwa edukasi dengan

tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai upaya

pencegahan dan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM

secara holistic. Sedangkan menurut Shahab, Alwi (2017)

mengatakan bahwa diabetes tipe 2 biasa terjadi pada usia dewasa,

suatu periode dimana telah terbentuk kokoh pola gaya hidup dan

perilaku.Pengelelolaan mandiri diabetes secara optimal

membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam mengubah perilaku

yang tidak sehat.

Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam perubahan

perilaku untuk menjalankan penatalaksanaan lima pilar ini,

membutuhkan edukasi, pengembangan ketrampilan (skill), dan

motivasi yang berkenaan dengan makan makanan sehat, kegiatan

jasmani secara teratur, menggunakan obat diabetes secara aman,

teratur, dan pada waktu yang spesifik, dan melakukan pemantauan

glukosa darah mandiri dan memanfaatkan berbagai informasi yang

ada. Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan

penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang

berhasil.
27

b) Terapi Nutrisi Medis

Kunci keberhasilan dalam pengaturan nutrisi ini adalah

keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim kesehatan, pasien

dan keluarganya. Prinsip pengaturan makan yang seimbang dan

sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi tiap individu. Pasien

DM tipe 2 perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya

keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,

terutama pasien yang menggunakan obat yang meningkatkan

sekresi insulin.

Komposisi makanan yang dianjurkan, karbohidrat sebesar 45-65%

total asupan energy, lemak dianjurkan sekitar 20-25% dari

kebutuhan kalori, protein sebesar 10-20% total asupan energy,

serat dianjurkan untuk dikonsumsi sebesar 20-35% gram/hari.

Sedangkan untuk kebutuhan kalori yang dibutuhkan, dengan

memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 20-30

kal/kgBB ideal. Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah

kalori yang terhitung dan komposisi tersebut diatas, dibagi dalam

3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore

(25%). Serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) diantaranya.

c) Latihan Jasmani

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan

DMT2 apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani


28

sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur

sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan

total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2

hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar glukosa

darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat

terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda

latihan jasmani.

Kegiatan sehari-hari atau aktivitas seharihari bukan termasuk

dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif

setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga

dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas

insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.

Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang

bersifat aerobic dengan intensitas sedang seperti jalan cepat,

bersepeda santai, jogging, dan berenang.

d) Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan

dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan

bentuk suntikan.Obat anti hiperglikemia, berdasarkan cara

kerjanya dibagi menjadi 5 golongan.

Pertama, pemacu sekresi insulin, terdiri dari sulfonylurea berefek

hipoglikemia dan peningkatan BB, dan glinid berefek


29

hipoglikemia. Kedua, peningkat sensitivitas terhadap insulin,

terdiri dari metformin efek samping gangguan pencernaan dan

Tiazolidindion berefek menurunkan resistensi insulin. Ketiga,

penghambat absorpsi glukosa disaluran pencernaan, terdiri dari

penghambat alfa glucosidase efek samping penumpukan gas

pada usus. Keempat, penghambat Dipeptidyl Peptidase- IV,

menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga Glucose Like

Peptide-1 tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk

aktif, untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi

glukagon bergantung kadar glukosa darah. Kelima,

penghambat Sodium Glucose Co- transporter 2, menghambat

penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara

menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2.

Terapi kombinasi. Pada keadaan tertentu apabila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dengan kombinasi dua

macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat

antihiperglikemia dengan insulin.

e) Monitoring

Pada praktek sehari-hari, hasil pengobatan DMT2 harus

dipantau secara terencana dengan melakukan anamnesis,

pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:

a. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah, waktu pelaksanaan

pemeriksaan glukosa darah adalah pemeriksaan kadar


30

glukosa darah puasa, glukosa 2 jam setelah makan, atau

glukosa darah pada waktu yang lain secara berkala sesuai

dengan kebutuhan.

b. Pemeriksaan HbA1C, cara yang digunakan untuk menilai

efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Untuk

melihat hasil terapi dan rencana perubahan terapi, HbA1c

diperiksa setiap 3 bulan atau tiap bulan pada keadaan

HbA1c yang sangat tinggi (> 10%). Pada pasien yang telah

mencapai sasran terapi disertai kendali glikemik yang stabil

HbA1C diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun.

c. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM), dilakukan

menggunakan darah kapiler dan dianjurkan bagi pasien

dengan pengobatan suntik insulin beberapa kali

perhari/pada pengguna obat pemacu sekresi insulin. Waktu

yang dianjurkan, saat sebelum makan, 2 jam setelah makan

(menilai ekskursi glukosa), menjelang tidur (menilai risiko

hipoglikemia), dan di antara siklus tidur (menilai adanya

hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau

ketika mengalami gejala seperti hypoglycemic spells.

2.3 Konsep Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2

2.3.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah sebagai “sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan

terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang

dapat terkait dengan hubungan darah atau hokum atau dapat juga tidak,
31

namun berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diirnya

sebagai keluarga” (Friedman, 2010). Keluarga merupakan sumber

pendukung utama bagi klien yang meliputi dukungan dalam merawat klien

yang mengalami keterbatasan fisik (Stuart, 2013). Sedangkan menurut

Friedman (2014) mengatakan bahwa keluarga merupakan system dasar

dimana perilaku kesehatan seseorang dengan perawatan kesehatan sudah

diatur, dilakukan serta diamankan oleh keluarga sebagai bentuk perawatan

yang secara preventif..

Dari penjelasan mengenai keluarga tersebut dapat disimpulkan bahwa

keluarga adalah dua orang atau sekelompok orang yang terikat berdasarkan

perkawinan yang sah dan saling berinteraksi, mampu memenuhi kebutuhan

hidup baik material dan spiritual serta memiliki hubungan dengan anggota

keluarga yang lainnya atau dengan masyarakat dan lingkungannya.

2.3.2 Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2

Dukungan keluarga merupakan tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap keluarga yang sakit, terdapat empat dimensi dari dukungan

keluarga yang harus diperhatikan yaitu dukungan emosional, dukungan

informasi, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dukungan

sosial keluarga dapat berupa dukungan internal, seperti dukungan

dari suami, istri, ayah, ibu, atau saudara kandung, sedangkan

dukungan eksternal di dapat dari teman atau sahabat ataupun petugas

kesehatan (Friedman, 2011). Dukungan keluarga diakui sebagai gaya kerja

dan serangkaian kegiatan yang memperkuat jejaring social informasi

melalui program yang terintegrasi. Program-program ini menggabungkan


32

layanan wajib, sukarela, komunitas, dan swasta umunya disediakan di

rumah dan komunitas sendiri. (J. Dolan, dalam Friedman, 2011).

Dari penjelasan mengenai dukungan keluarga tersebut dapat disimpulkan

bahwa dukungan keluarga adalah suatu bentuk dukungan personal yang

terdiri dari sikap, tindakan, dan penerimaan terhadap anggota keluarga,

sehingga anggota keluarga lainnya merasa diterima dan diperhatikan atau

dipedulikan. Pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dukungan keluarga

dapat dijadikan sebagai system pendukung oleh pasien diabetes. Peran

keluarga pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat dilakukan dengan

cara keluarga mencari tahu lebih mendalam tentang penyakit diabetes,

kemudian secara perlahan keluarga dapat menginformasikan hal yang

didapat kepada pasien.

1. Jenis Dukungan Keluarga

Menurut (Friedman, 2010) jenis dukungan keluarga ada empat yaitu :

a) Dukungan Informasional

Dukungan ini meliputi keluarga dapat melakukan komunikasi

dan tanggung jawab bersama, termasuk didalamnya memberikan

solusi dari masalah yang dihadapi oleh seseorang di rumah atau

keluarga, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan

balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga

dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tempat,

dokter, dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik
33

bagi individu untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi

keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

Pada pasien diabetes tipe 2 dukungan informasi yang dapat diberikan

keluarga adalah berupa keluarga mencari tahu lebih mendalam

tentang penyakit diabetes, kemudian secara perlahan keluarga

dapat menginformasikan hal yang didapat kepada pasien diabetes

serta menasehati pasien apabila tidak menjalankan

penatalaksanaan diabetes.

b) Dukungan instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan bantuan financial dengan menyediakan dana untuk

biaya pengobatan, dan material berupa bantuan nyata

(Instrumental Support/Material Support ), suatu kondisi dimana

benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah kritis,

termasuk di dalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang

membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan informasi, dan

fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu

menyelesaikan masalah.

Pada pasien diabetes tipe 2 dukungan instrumental yang dapat

diberikan keluarga terhadap penatalaksanaan lima pilar pasien

diabetes mellitus tipe 2 adalah berupa menyediakan dana untuk

biaya pengobatan dan memfasilitasi pasien diabetes mellitus tipe 2

terhadap kebutuhannya.
34

c) Dukungan emosional

Sebuaah dukungan yang melibatkan ekspresi empati, perhatian,

pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, dan bantuan

emosional. Dengan tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman

dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati,

dan dicintai serta bahwa oranglain bersedia untuk memberikan

perhatian (Sarafino, dalam Friedman, 2010).

Pada pasien diabetes tipe 2 dukungan emosional yang dapat

diberikan keluarga adalah berupa memberikan respon empati,

semangat dan perhatian terhadap penyakit yang dideritanya untuk

menjalankan penatalaksanaan lima pilar. Dalam hal ini pasien

diabetes mellitus tipe 2 akan merasa dicintai dan diterima

dikeluarganya.

d) Dukungan penghargaan/penilaian

Dukungan penilaian merupakan suatu dukungan dari keluarga

dalam memberikan umpan balik dan penghargaan kepada

seseorang. Dengan menunjukan respon positif yaitu dorongan atau

persetujuan terhadap gagasan, ide, atau perasaan seseorang.

Pada pasien diabetes tipe 2 dukungan penghargaan yang dapat

diberikan keluarga adalah berupa keluarga memberikan

reinforcement atau respon positif kepada pasien diabetes mellitus


35

tipe 2 apabila telah menjalankan penatalaksanaan lima pilar

diabetes, seperti mengikuti program edukasi, mentaati terapi

diit/nutrisi, melakukan aktivitas fisik, mengikuti program terapi

farmakologi, dan melakukan pemeriksaan kadar gula darah.

2.2 Konsep Pengetahuan pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2

2.2.1 Definisi

Notoatmodjo (2014), mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan

sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Sedangkan menurut

Basuki, (2017) mengatakan bahwa pengetahuan adalah pemahaman teoritis

dan praktis (know-how) yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan dapat

disimpan dalam buku, teknologi, praktik, dan tradisi. Pengetahuan yang

disimpan tersebut dapat mengalami transformasi jika digunakan

sebagaimana mestinya. Pengetahuan berperan penting terhadap kehidupan

dan perkembangan individu, masyarakat, atau organisasi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah

bentuk pemahaman seseorang terhadap informasi yang telah diterimanya


36

atau dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi terhadap suatu objek

tertentu. Pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dibutuhkan pengetahuan

yang baik guna terbentuknya kesadaran pasien untuk ikut serta dalam

pengelolaan dan pengendalian DM yaitu berupa menjalankan

penatalaksanaan lima pilar diabetes. Hal ini bertujuan agar mengurangi

dampak buruk atau komplikasi yang akan terjadi dikemudian hari

seperti komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.

Dalam proses peningkatan pengetahuan, pasien diabetes mellitus tipe 2

harus menerapkan perilaku yang baik dimana hal tersebut dapat tejadi

apabila pasien mencoba mencari tahu mengenai penyakitnya, mencoba

untuk memahaminya, sehingga dapat pasien aplikasikan, kemudian

dianalisis serta pasien dapat mengevaluasi terkait dengan

penatalaksanaan yang telah pasien lakukan.

2.2.2 Tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2

Notoatmodjo (2014), mengatakan bahwa pengetahuan seseorang terhadap

objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis

besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu tahu, memahami, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi.

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai sebagai menginat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu. Contoh, pasien diabetes mellitus tipe 2


37

mampu mendifiniskan bahwa penatalaksanaan lima pilar diabetes

mellitus tipe 2 merupakan bentuk pengelolaan diabetes yang terdiri dari

edukasi, pngaturan pola makan, latihan fisik, terapi farmakologi, dan

monitoring kadar gula darah.

2. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintegrasikan

materi tersebut secara benar. Memahami suatu objek bukan sekedar

tahu terhadap objek tersebut, tidak hanya sekedar menyebutkan, tetapi

orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut. Contoh, pasien diabetes mellitus tipe 2

mengetahui bahwa penatalaksanaan lima pilar pada proses pengaturan

nutrisi yang harus dibatasi setelah melakukan terapi adalah melakukan

pembatasan konsumsi makanan yang mengandung glukosa.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi lain. Contoh, pasien diabetes mellitus

tipe 2 melakukan penatalaksanaan lima pilar dengan cara mengikuti

edukasi, menjalankan terapi diit/nutrisi, melakukan aktivitas fisik,


38

melaksanakan terapi farmakologi, dan melakukan pengecekan kadar

gula darah minimal 1 bulan sekali.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampun seseorang untuk menjabarkan dan tau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau

memisahkan, mengelompokkan, mmebuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut. Contoh, pasien diabetes mellitus tipe 2

mampu membedakan penatalaksanaan lima pilar pada proses

monitoring gula darah, antara kadar glukosa yang normal dan tidak

normal.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang telah ada.

Contoh, pasien diabetes mellitus tipe 2 mampu membedakan

penatalaksanaan lima pilar pada proses pengaturan nutrisi . Pasien dapat

memodifikasi pembatasan kadar glukosa dalam makanan yang telah

dianjurkan oleh petugas kesehatan.


39

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri, atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Contoh, pasien

diabetes mellitus tipe 2 dapat mengevaluasi bahwa dirinya merasa lebih

baik dengan kondisi fisiknya setelah melakukan penatalaksanaan lima

pilar secara rutin.

2.5 Penelitian terkait

Hasil penelitian menurut Chairiyah (2019) penelitian ini menggambarkan

hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku penatalaksanaan lima pilar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap penatalaksaaan

lima pilar lansia, dengan hasil dukungan emosional (p=0,001), dukungan

penilaian (p=0,012), dukungan instrumental (p=0,000), dukungan informasi

(p=0,011) dengan perilaku penatalaksanaan lima pilar DM.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Khasanah (2018), penelitian ini

menggambarkan hubungan dukungan keluarga terhadap penatalaksanaan lima

pilar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan penatalaksanaan

lima pilar lansia DM klub PROLANIS.


40

Berdasarkan Penelitian Hasan (2013), menyatakan bahwa dukungan keluarga

sebagai bentuk yang paling penting dari dukungan sosial. Dukungan berupa

kehangatan dan keramahan akan berpengaruh terhadap kepercayaan anggota

keluarga dalam perilaku monitoring glukosa, mengatur diet, dan menemani

latihan. Hal ini dapat meningkatkan keyakinan anggota keluarga sehingga

mendukung keberhasilan dalam perawatan diri sendiri

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Priyanto (2018), penelitian ini

menggambarkan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku

pencegahan kekambuhan diabetic. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah correlation dengan pendekatan cross sectional. Dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

perilaku pencegahan kekambuhan diabetic, dengan hasil (p=0,003) terhadap

perilaku pencegahan kekambuhan luka diabetik.

Menurut penelitian Kunaryanti, at. al (2014), penelitian ini menggambarkan

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku mengontrol gula darah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan

cross sectional. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan

antara tingkat pengetahuan dengan perilaku mengontrol gula darah, dengan hasil

(p=0,000) terhadap perilaku mengontrol gula darah. Kunaryanti, at. al dlam

penelitiannya berpendapat bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang DM dengan

perilaku mengontrol gula darah. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain


41

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan

diperlukan sebagai dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.

Berdasarkan penelitian Mustarim, at. all (2019), penelitian ini pengetahuan

dengan perilaku self management pasien DM. Desain penelitian ini adalah cross

sectional. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan perilaku self management pasien DM

(p=0,000). Timbulnya perilaku self management yang baik didasari oleh adanya

kemauan, motivasi yang tinggi dan pengetahuan DM ynag cukup sehingga pasien

dapat melakukan tindakan perawatan diri sehari-hari.


42

2.6 Kerangka Teori Penelitian Diabetes Mellitus tipe 2

Skema 2.1 Kerangka Teori

Konsep
Diabetes Mellitus tipe 2
Penatalaksanaan Lima
Pilar
Pengertian
Klasifikasi
Edukasi
Komplikasi
Terapi nutrisi medis
Patofisiologi
(diit)
Manifestasi klinis
Kebutuhan
Penatalaksanaan jasmani/olahraga
Epidemologi Terapi fakmakologis
(LeMone, 2016) Monitoring gula darah
(PERKENI, 2015)
Etiologi

Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku

Faktor Predisposis

1. Umur
2. Tingkat pengetahuan
3. Tingkat pendidikan

Factor Pemungkin

1. Faisilitas dan saran

Faktor Penguat

1. Dukungan keluarga
2. Perilaku petugas
kesehatan

(Green, Lawrence dalam


Notoatmodjo, 2014)
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Syahdrajat, Tantu (2015) mengatakan bahwa konsep merupakan abstraksi yang

terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus, sehingga tidak dapat langsung

diamati dan diukur. Kerangka konsep merupakan ringkasan dari kerangka teori.

Kerangka konsep menggambarkan aspek-aspek yang telah dipilih dari kerangka teori

untuk dijadikan dasar masalah penelitian. Variabel yang diteliti adalah sebagai

berikut :

3.1.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan

variabel lainnya (Nursalam, 2017). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga.

3.1.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variable terikat adalah variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel lain,

dengan kata lain variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan dari variabel bebas (Nursalam, 2017).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku penatalaksanaan lima

pilar pada pasien DM tipe 2.


44

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Dependen
Perilaku penatalaksanaan
Variabel Independen
a. Dukungan Keluarga Lima Pilar pada pasien
(Dukungan Emosional, Diabetes Mellitus tipe 2
Dukungan Instrumental,

Dukungan

Informasi&Penghargaan)

b. Tingkat Pengetahuan

Variabel Perancu
(Confounding)

1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
Keterangan gambar : 4. Pekerjaan

: Diteliti dan dihubungkan

: Diteliti dan tidak dihubungkan

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku penatalaksanaan lima pilar

pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih

Jakarta Pusat.

2. Ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku penatalaksanaan lima pilar

pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih

Jakarta Pusat.
45

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya

menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini

merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu penelitian lain yang ingin

menggunakan variabel yang sama (Nursalam, 2017).

Definisi operasional dari penelitian ini variabel independent adalah dukungan

keluarga dan tingkat pengetahuan dan variabel dependennya adalah perilaku

penatalaksanaan lima pilar pada pasien diabetes mellitus tipe 2, sehingga definisi

operasionalnya sebagai berikut.


46

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi operasional Alat/cara ukur Hasil ukur Skala

1 Variabel Usia responden dari Kuesioner 1. 46-55 tahun Interval


Perancu sejak tanggal lahir 2. 56-65 tahun
(Confounding) : sampai dengan ulang 3. >65 tahun
Usia tahun terakhir
2 Jenis kelamin Merupakan pertanda Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
gender seseorang 2. Perempuan

3 Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner 1. Pendidikan Ordinal


formal yang telah Rendah
diselesaikan responden 2. Pendidikan
Tinggi
4 Pekerjaan Mata pencahariaan Kuesioner 1. Tidak Nominal
yang dilakukan secara bekerja
rutin sebagai upaya 1. Bekerja
untuk memenuhi
kebutuhan diri dan
keluarga
5 Variabel penerimaan keluarga Menggunakan 1. Rendah, Ordinal
Indpenden : terhadap keluarga kuesioner, jika skor
Dukungan yang sakit, terdapat Menggunakan jawaban ≤
keluarga, empat dimensi dari skala likert mean (30)
dukungan keluarga dengan 2. Tinggi, jika
yang harus menjawab tidak skor
diperhatikan yaitu pernah, jarang, jawaban ≥
dukungan informasi, sering, dan mean (30)
dukungan instrumental, selalu pada
dukungan emosional, pertanyaan yang
dukungan diberikan
penghargaan.
4 Tingkat Pengetahuan adalah Menggunakan 1. Kurang Ordinal
Pengetahuan hasil pengindraan kuesioner, Baik, jika
manusia sehingga menggunakan skor
menghasilkan skala Guttman jawaban ≤
pengetahuan tersebut dengan nilai mean
sangat dipengaruhi menjawab benar (10)
oleh intensitas dan salah pada 2. Baik, jika
perhatian dan persepsi pertanyaan yang skor
terhadap objek. diberikan jawaban ≥
47

nilai mean
(10)
2 Variabel semua kegiatan atau Menggunakan 1. Perilaku Ordinal
Dependen : aktivitas manusia, kuesioner, tidak baik,
Perilaku baik yang dapat Menggunakan jika skor
penatalaksanaan diamati oleh orang skala likert jawaban ≤
Lima Pilar lain maupun yang dengan mean (18)
Diabetes tidak dapat diamati menjawab tidak 2. Perilaku
oleh orang lain. pernah, jarang, baik, jika
sering, dan skor
selalu pada jawaban ≥
pertanyaan yang mean (18)
diberikan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah descriptive, dengan menggunakan

pendekatan Cross Sectional Study. Desain penelitian ini bersifat menjelaskan

hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel

terikat (dependen) (Notoatmodjo, 2012). Penelitian cross sectional adalah

mengumpulkan data yang dilakukan dalam satu waktu, untuk mengetahui

hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini

peneliti ingin mengetahui hubungan dukungan keluarga dan tingkat

pengetahuan terhadap perilaku penatalaksanaan lima pilar pada pasien DM tipe

2 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Tahun 2020.

4.2 Populasi Dan Sampel

4.2.1 Populasi

Menurut Sabri, Luknis (2018) mengatakan bahwa populasi adalah

keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan yang akan

dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus

tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cempaka

Putih. Pravelensi penyakit diabetes meliitus tipe 2 dalam 3 bulan

48
49

terakhir yang melakukan rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cempaka

Putih pada tahun 2020 sebanyak 39 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya diukur dan

yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sabri,

Luknis, 2018). Dalam penelitian ini pengambilan data yang digunakan adalah

purposive sampling, yaitu mengambil sampel berdasarkan kriteria yang

ditentukan. Adapun kriteria sampel dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 bersedia menjadi responden

2) Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang menjalani pengobatan

3) Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dapat membaca dan menulis dengan

baik, serta kooperatif

b. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

1) Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak bersedia menjadi

responden dan tidak kooperatif.

Untuk mentukan jumlah sampel yang peneliti ambil, digunakan rumus

sebagi berikut :

n = N. z2 .p.q

d2 (N – 1)+ z2 .p.q
50

Keterangan :

n : perkiraan besar sampel

N : perkiraan besar populasi

Z : nilai standar normal untuk α = 0,05, maka nilai Z =

1,96

p : perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap

50%

q : 1 – p (100% - p)

d : tingkat kesalahan yang diplihan

Dari rumus diatas dapat ditentukan besarnya jumlah sampel sebagai

berikut :

n= 39x (1,96)2x0,5x0,5

0,0025(38)+(1,96)2x0,5x0,5

n= 37,4556

0,095 + 0,9604

n= 37,4556

1,0554

n= 35,48

n= 36

Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus diatas maka didapatkan

jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebanyak

36 responden. Peneliti juga melakukan perhitungan untuk antisipasi

adanya responden yang mengalami drop out dari sampel penelitian.


51

Peneliti menambahkan 10% dari besar sampel yang dihitung. Jumlah

10% dari sampel adalah 3,6 atau dibulatkan menjadi 4 responden,

maka jumlah sampel menjadi 40 orang responden.

4.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat, Jl

Pramuka Sari I, RT.14/RW.8, Rawasari, Kec.Cempaka Putih, Jakarta, Daerah

Khusus Ibukota Jakarta 10570.

4.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan oleh peneliti dimulai pada awal bulan Mei s/d pertengahan Juni

2020.

4.5 Etika Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menerapkan beberapa etik yaitu :

4.5.1 Memperhitungkan manfaat dan tidak menimbulkan bahaya (beneficience

and non-maleficiency)

Peneliti menjelaskan mengenai manfaat dan dari penelitian ini, yaitu

bermanfaat mengetahui perilaku penatalaksanaan lima pilar melalui faktor

dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan, serta bermanfaat untuk

meningkatkan perilaku penatalaksanaan lima pilar DM. Peneliti juga

menjelaskan bahwa dalam penelitian ini tidak menimbulkan resiko, sehingga

responden tidak perlu khawatir.


52

4.5.2 Menghormati hak dan menjaga kerahasiaan (autonomy and

confidentiality)

Peneliti memberikan kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan

untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy) dan peneliti

menjelaskan bahwa identitas baik nama maupun alamat asal responden dalam

kuesioner akan dijaga kerahasiaannya (confidentiality).

4.5.3 Memperhatikan keadilan dan lembar persetujuan (respect for justice

andinformed consent)

Dalam penelitian ini responden diperlakukan sama oleh peneliti. Peneliti

menjelaskan mengenai manfaat dan tujuan penelitian kepada seluruh

responden, kuesioner yang digunakan sama, peneliti menghormati hak dan

kerahasiaan, serta melakukan pendampingan kepada seluruh responden.

Selanjutnya responden lembar persetujuan untuk terlibat dalam penelitian.

Jika setuju, responden dan keluarga harus menandatangani lembar persetujuan.

4.6 Alat Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner. Instrumen

pengumpulan data penelitian ini, terdapat empat kuesioner yang meliputi:

1. Kuesioner A berisi tentang karakteristik responden terdiri atas : nama, usia, jenis

kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan lama menderita DM tipe 2

2. Kuesioner B berisi tentang dukungan keluarga, Terdiri dari 12 pertanyaan.

Skoring dalam kuesioner ini menggunakan 4 skala bernilai 1-4. Nilai 1 (tidak

pernah), 2 (jarang), 3 (sering), 4 (selalu). Menggunakan skala likert dan

pengkategorian nilai dibagi menjadi 2 yaitu rendah dan tinggi.


53

3. Kuesioner C berisi tentang tingkat pengetahuan yang terdiri dari 15 pertanyaan.

Caranya responden memilih salah satu jawaban benar dan salah. Pengukuran

menggunakan skala Guttman dan pengkategorian nilai dibagi menjadi 2 yaitu

baik dan kurang.

4. Kuesioner D berisi tentang perilaku terhadap penatalaksanaan lima pilar, untuk

mengetahui apakah responden menjalankan pentalaksanaan diabetes mellitus,

dengan 10 pernyataan terdiri dari 2 pertanyaan perilaku edukasi, 2 pertanyaan

perilaku diet, 2 pertanyaan tentang latihan fisik, 2 pertanyaan kepatuhan obat, dan

2 pertanyaan monitoring gula darah. Skoring dalam kuesioner ini menggunakan 4

skala bernilai 1-4 pengukuran dengan tidak pernah, jarang, sering, dan selalu

pada pertanyaan yang diberikan. Nilai 1 (tidak pernah), 2 (jarang), 3 (sering), 4

(selalu). Menggunakan skala likert dan pengkategorian nilai dibagi menjadi 2

yaitu tidak baik dan baik.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.7.1 Uji Validitas

Validitas instrument merupakan validitas yang diuji datanya, data atau

informasi yang dapat dikatakan valid, bila tidak ada perbedaan antara yang

dilaporkan peneliti, dengan apa yang sesuangguhnya terjadi pada obyek yang

diteliti (Lapau, 2012). Validitas instrument diuji dengan teknik korelasi

Pearson Product Moment yaitu melihat nilai koreksi antara skor masing-

masing variable dengan skor totalnya. Berdasarkan tingkat signifikan 0,05,

bila r hitung lebih besar dari nilai r table, maka item kuesioner adalah valid,

namun bila nilai r hitung lebih kecil dari r table maka instrument tidak valid.
54

Nilai r table dapat dilihat menggunakan lampiran dengan ditentukan df = n-2.

Pada tingkat kemaknaan 5%.

Kuesioner diuji kepada 15 responden untuk mendapatkan validitas tanggal 19

Mei 2020. Uji validitas pada pertanyaan dukungan keluarga 12 pertanyaan,

tingkat pengetahuan 15 pertanyaan, dan perilaku penetalakansanaan lima pilar

10 pertanyaan, semua mempunyai nilai r hasil (Corrected Item-Total

Correlation) berada diatas nilai r table (0,514). Sehingga disimpulkan bahwa

37 pertanyaan diatas valid.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan alat

ukur yang sama (Sutanto Priyo, 2020). Untuk mengetahui nilai reliabilitas

adalah adalah dengan membandingkan nilai r hasil dengan r table. Dalam uji

reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai “Alpha”. Bila r Alpha > r table ,

maka pertanyaan tersebut reliabel. Nilai r tabel pada signifikasi 5% = 0,632.

Kuesioner diuji kepada 15 responden untuk mendapatkan validitas dan

reabilitas tanggal 19 Mei 2020. Variabel dukungan keluarga didapatkan nilai

(Cronbach’s Alpha=0,991). Variabel tingkat pengetahuan didapatkan nilai

(Cronbach’s Alpha=0,945) dan variabel perilaku didapatkan nilai (Cronbach’s

Alpha=0,920). Dapat disimpulkan bahwa kuesioner telah reliabel karena lebih

besar dibandingkan dengan nilai 0,6


55

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada waktu pandemi, maka

prosedurnya diawali dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap terminasi

yaitu.

1) Tahap persiapan, terdiri dari dua yaitu tahap administratif dan tahap

pengumpulan data. Pertama tahap administrative, pada penelitian ini peneliti

mengajukan surat pengantar pengambilan data awal dari Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta kepada PTSP Jakarta Pusat dan

Suku Dinas Kota Jakarta Pusat yang ditujukan kepada Puskesmas Kecamatan

Cempaka Putih Jakarta Pusat.

Kedua, tahap pengumpulan data. Setelah mendapat perizinan dari pihak

Puskesmas, peneliti bertemu dengan kepala Puskesmas untuk melakukan

pengisian form penelitian dan bertemu penanggungjawab program lansia dan

penyakit DM.

2) Tahap pelaksanaan, karna penelitian ini dilakukan saat pandemi, mengharuskan

peneliti melakukan penelitian secara door to door. Peneliti melakukan penelitian

selama 4 hari terhadap 40 sampel dan dilakukan pada pagi hari.

Peneliti menghubungi responden via telephone sehari sebelum melakukan

penelitian untuk meminta persetujuan dan kontrak waktu. Setelah mendapat

persetujuan, peneliti mendatangi rumah responden untuk mendistribusikan

kuesioner kepada responden sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Peneliti

mendampingi responden selama pengisian kuesioner sampai selesai. Peneliti

memberikan penjelasan tentang pertanyaan yang tidak dimengerti responden.

Jika ada responden yang tidak lancar dalam membaca atau menulis, maka peneliti

membantu untuk mengisi kuesioner tersebut. Setelah kuesioner selesai diisi,


56

peneliti mengecek kembali lembar kuesioner, kuesioner dikumpulkan oleh

peneliti dan memberikan reward atas kesediannya menjadi responden pada

penelitian ini.

3) Tahap terminasi, peneliti melakukan analisis dan pengolahan data.

4.9 Pengolahan Data

Terdapat 4 tahapan dalam pengelolaan data yang dilalui :

1. Editing

Pengecekan isian lembar kuesioner apakah jawaban sudah lengkap, jelas, relevan,

dan konsisten.

2. Coding

Merubah data berbentuk huruf menjadi dan berbentuk angka atau bilangan. Hal

ini untuk memudahkan saat analisis data dan mempercepat memasukan data.

3. Processing

Memproses data yang dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner ke

aplikasi SPSS.

4. Cleaning

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya

kesalahan.

4.10 Analisa Data

4.9.1 Analisa Univariat

Analisa univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap satu variable

secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan dengan variabel

lainnya. Analisa ini dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari hasil
57

pengamatan pada pasien Diabetes di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih

Jakarta Pusat. Dalam aplikasi penelitian ini yaitu peneliti melakukan analisa

univariat pada variable demografi yang merupakan karakteristik responden

penelitian seperti (usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan lama

menderita DM tipe 2) dan variable independen yaitu tingkat pengetahuan dan

dukungan keluarga, serta variabel dependen yaitu perilaku penatalaksanaan

lima pilar. Pada analisa univariat ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase setiap variable.

4.9.2 Analisa Bivariat

Sebelum melakukan analisa bivariat melakukan uji normalitas terhadap

variabel independen (dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan) variabel

dependen perilaku penatalaksanaan lima pilar. Uji normalitas menggunakan

Skewness dan Standar Error. Nilai Skewness dibagi dengan Standar Error

menghasilkan rasio Skewness ≤ 2 maka distribusi normal, jika rasio ≥ 2 maka

distribusi tidak normal (Notoatmodjo,2012). Uji normalitas variabel

independen dan dependen sebagai berikut :

Tabel 4.1

Uji Normalitas Dukugan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan Dengan


Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar Pada Pasien Diabetes Meliitus Tipe
2 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, Juni 2020 (n=40)

Variabel Rasio Skewness


Dukungan Keluarga 1,21
Tingkat Pengetahuan 0,02
Perilaku 0,95
58

Tabel 4.1 didapatkan variabel independen (dukungan keluarga dan tingkat

pengetahuan) dengan nilai rasio Skewness ≤ 2 menunjukkan bahwa distribusi

normal dan variabel dependen (perilaku penatalaksanaan lima pilar DM ) nilai

rasio Skewness ≤ 2 menunjukkan bahwa distribusi normal.

Analisa bivariat menghubungkan setiap variabel dependen yang ada dalam

konsep penelitian dengan variabel independen, dengan tujuan untuk melihat

apakah hubungan yang terjadi memang bermakna secara statistic. Sesuai

dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen serta jenis data yang telah diteliti

adalah katagorik-katagorik maka teknik dalam analisa data ini adalah uji chi-

square dengan derajat kepercayaan 95%.

Dari hasil penghitungan statistik menunjukkan ada atau tidaknya hubungan

yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen, yaitu

dengan melihat nilai p bila dari hasil penghitungan statistik diperoleh hasil p

<0,05 maka statistik bermakna. Yang berarti terdapat hubungan antara variabel

indepnden dan variabel dependen. Sebaliknya jika penghitungan statistik nilai

p>0,05 maka hasil penghitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada

hubungan antara variabel independen dan dependen. Dalam penelitian ini yaitu

menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu

menghubungkan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan perilaku

penatalaksanaan lima pilar pada pasien yang diabetes mellitus tipe 2.

Rumus uji chi-square:

∑ ( 0−E )
x 2=
E
59

Keterangan:

O : nilai observed (yang diamati)

E : nilai ekperimen (yang diharapkan)

X2 : statistik uji chi-square


BAB V
HASIL PENELITIAN
`
Pada bab ini, peneliti menyajikan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan

Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan terhadap Penatalaksanaan Lima Pilar

pada Paien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih”.

Data yang dijelaskan untuk memperoleh gambaran dari masing-masing variable dan

hasil penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi dan untuk mengetahui

hubungan dua variable, yaitu variable independen dan variable dependen.

5.1 Analisa Univariat


Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Demografi di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih, Juni 2020 (n=40)
Variabel Karakteristik Responden n=40
F %
Usia 46-55 Tahun 7 17,5
56-65 Tahun 6 15
>65 Tahun 27 67,5
Jenis Kelamin Laki-Laki 9 22,5
Perempuan 31 77,5
Pendidikan Rendah 11 27,5
Tinggi 29 72,5
Pekerjaan Bekerja 4 10
Tidak Bekerja 36 90
Lama Menderita DM 1-5 Tahun 22 55
6-10 Tahun 7 17,5
>10 Tahun 11 27,5

60
61

Berdasarkan tabel 5.1 diatas mengenai gambaran karakteristik demografi responden

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia >65 tahun sebanyak 27 responden

(67,5%), berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada kelompok perempuan yaitu sebanyak

31 responden (77,5%). Berdasarkan pendidikan terakhir terbanyak pada kelompok

pendidikan tinggi sebanyak 29 responden (72,5%), berdasarkan pekerjaan mayoritas pada

kelompok tidak bekerja yaitu sebanyak 36 responden(90%). Berdasarkan lama menderita

penyakit DM tipe 2 terbanyak pada kelompok 1-5 tahun, sebanyak 22 responden (55%).

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Variabel Independen (Dukungan Keluarga dan Tingkat
Pengetahuan) dan Variabel Dependen (Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar)
(n=40).
No Variabel F %
.
1. Dukungan Keluarga
- Rendah 21 52,5
- Tinggi 19 47,5
2. Tingkat Pengetahuan
- Kurang 26 65,0
- Baik 14 35,0
3. Perilaku
- Tidak Baik 25 62,5
- Baik 15 37,5

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan dukungan

keluarga rendah sebanyak 21 responden (52,5%), mayoritas tingkat pengetahuan yang

dimiliki responden kurang yaitu sebanyak 26 responden (65,0%), dan yang memiliki

perilaku tidak baik sebanyak 25 responden (62,5%).


62

5.2 Analisa Bivariat


Tabel 5.3
Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar
Berdasarkan Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih, Juni 2020 (n=40)

Perilaku

Variabel Tidak Total


Baik P OR
Independen Baik Value (95%CI)
f % F % F %
1. Dukungan
Keluarga
Rendah 18 85,7 3 14,3 21 100 10,286
0,004 2,211-47,842
Tinggi 7 36,8 12 63,2 19 100
Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100
2. Tingkat
Pengetahuan
Kurang Baik 21 84,0 4 16,0 25 100 14,438
0,001 3,015-69,131
Baik 4 26,7 11 73,3 15 100
Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

5.2.1 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Penatalaksanaan Lima

Pilar pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan

Cempaka Putih Jakarta Pusat

Hasil analisis hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku

penatalaksanaan lima pilar pada pasien DM tipe 2 menunjukkan bahwa

responden dengan dukungan keluarga rendah memiliki perilaku tidak baik

dalam penatalaksanaan lima pilar sebanyak 18 responden (85,7%). Hasil uji

statistik diperoleh nilai p Value = 0,004 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan

ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku

penatalaksanaan lima pilar. Dari hasil analisis diperoleh nilai Odds Ratio
63

(OR) = 10,286 artinya pasien DM tipe 2 dengan tingkat dukungan keluarga

rendah mempunyai peluang sebesar 10,286 kali berperilaku tidak baik.

5.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Penatalaksanaan

Lima Pilar pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas

Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat

Hasil analisis hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan perilaku

penatalaksnaan lima pilar pada pasien DM tipe 2 menunjukkan bahwa

responden dengan tingkat pengetahuan kurang baik memiliki perilaku tidak

baik dalam penatalaksanaan lima pilar yaitu sebanyak 21 responden (84,0%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p Value = 0,001 (p < 0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

dengan perilaku penatalaksanaan lima pilar. Dari hasil analisis diperoleh pula

nilai Odds Ratio (OR) = 14,438 artinya pasien DM tipe 2 dengan tingkat

pengetahuan kurang baik mempunyai peluang sebesar 14,438 kali berperilaku

tidak baik
BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang dibandingkan dengan teori atau

konsep yang telah diuraikan pada Bab II untuk melihat kesenjangan antara teori

dan hasil penelitian.

6.1 Keterbatasan Penelitian

Peneliti mengalami keterbatasan dalam proses pengumpulan data, hal ini

disebabkan karena penelitian dilakukan saat pandemi. Penelitian dilakukan

secara door to door sesuai dengan aturan kesehatan. Sehingga butuh waktu

beberapa hari dalam mendistribusikan kuesioner dengan sampel minimal

tetapi masih memenuhi persyaratan. Dalam pengisian kuesioner, responden

banyak mengalami gangguan karena lingkungan yang kurang nyaman.

Selain itu mayoritas responden berusia >65 tahun, beberapa responden

kurang kooperatif dalam penelitian karena mengalami kesulitan dalam

membaca dan menulis. Untuk mengurangi resiko hasil pengisian kuesioner

yang kurang akurat karena hal tersebut, peneliti membantu dan

mendampingi responden dalam pengisian kuesioner seperti membacakan

kuesioner kepada responden atau membantu mengisi kuesioner.

64
65

6.2 Analisa Univariat

6.2.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik demografi responden

a) Usia

Dari hasil analisa didapatkan usia responden >65 tahun yaitu sebanyak

27 (67,5%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Kurniawati dan Yanita

(2016), didapatkan bahwa usia terbanyak yang mengalami DM tipe 2

adalah usia ≥50 tahun.

Menurut penelitian yang dilakukan Pangemanan (2014) bahwa

umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis

menurun dengan cepat setelah 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah

seseorang memasuki usia rawan, terutama setelah usia 45 tahun pada

mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi

terhadap insulin.

Berdasarkan hasil data dan penelitian peneliti menyimpulkan, bahwa

semakin tinggi usia seseorang akan meningkatkan resiko terhadap

terjadinya DM. Hal ini terjadi karena lansia memiliki kadar glukosa

darah yang lebih tinggi, disebabkan sekeresi insulin menurun karena

proses penuaan.

b) Jenis Kelamin

Hasil analisa didapatkan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 31

Responden (77,5%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Gumilas et. al,.

(2018) dengan judul karakteristik penderita diabetes mellitus tipe 2,


66

didapatkan bahwa jenis kelamin terbanyak yang mengalami DM tipe 2

adalah perempuan (53%).

Peneliti menyimpulkan, jenis kelamin perempuan lebih banyak

menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan laki-laki karena berkaitan

dengan wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang

lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-

menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi terakumulasi

akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita beresiko menderita

diabetes mellitus tipe 2.

c) Pendidikan

Hasil analisa didapatkan bahwa pendidikan responden yang terbanyak

yaitu pada kelompok SMA – Perguruan Tinggi (tinggi) sebesar 29

responden (72,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian Mongisidi (2014)

dengan judul hubungan antara status sosioekonomi dengan kejadian

diabetes mellitus tipe 2, didapatkan bahwa mayoritas responden dengan

pendidikan menengah-tinggi yaitu sebanyak 58 responden dari 79

responden.

Pengetahuan seseorang sangat berkaitan erat dengan pendidikan yang

telah di capai. Pada orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan yang

rendah, pengetahuan mengenai kesehatan tentu tidak terlalu mendalam.

Hal ini bisa menjadi penyebab mereka tidak mengetahui penyakit

diabetes mellitus secara lebih mendalam. Riskesdas (2018) menyatakan


67

bahwa kejadian DM tertinggi terdapat pada responden yang tidak tamat

sekolah dasar dan tamat DI-DIII/PT.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan, responden

berpendidikan tinggi yang kurang lebih tahu mengenai penyakit diabetes.

Responden yang memiliki pendidikan sedang dan tinggi memiliki

potensi untuk mampu menerima banyak informasi yang dapat

meningkatkan pengetahuan tetapi semakin tua usia seseorang akan

diikuti proses penurunan baik dari fungsi fisik maupun kognitif sehingga

memungkinkan responden cenderung kurang dalam menerima informasi

terkait penyakitnya.

d) Pekerjaan

Dari hasil analisa didapatkan bahwa status pekerjaan responden sebagian

besar responden yaitu pada kelompok tidak bekerja sebesar 36 responden

(90%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Choirunnisa (2018)

dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan perilaku melakukan

kontrol pada penderita DM, didapatkan bahwa responden dengan tidak

bekerja atau ibu rumah tangga sebesar 59 responden (57,8%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Grant (2009) yang berjudul Gender

Specific Epidemilogy of Diabetes di Adelaide, Australlia mendapatkan

hasil bahwa mereka yang memiliki status pekerjaan tidak bekerja

beresiko terkena Diabetes Mellitus. Pada kelompok kategori tidak

bekerja mereka cenderung kurang melakukan aktivitas fisik sehingga


68

mengakibatkan proses metabolism dalam tubuh atau pembakaran kalori

tidak berjalan dengan baik. Aktivitas fisik memegang peranan penting

dalam upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus.

Peneliti menyimpulkan, bahwa usia lansia termasuk menjadi mayoritas

dalam penelitian ini sehingga sudah pensiun. Orang yang tidak bekerja

memiliki gaya hidup yang kurang aktif. Semakin tua usia seseorang akan

diikuti proses penurunan fungsi fisik sehingga responden cenderung

kurang untuk melakukan aktivitas fisik. Kurangnya melakukan aktivitas

fisik dapat memicu meningkatnya kadar gula darah.

e) Lama Menderita DM

Dari hasil analisa didapatkan bahwa rentang lama menderita penyakit

responden terbanyak yaitu pada rentang 1-5 tahun sebanyak 22

responden (55%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Choirunnisa (2018) dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan

perilaku melakukan kontrol pada penderita DM, didapatkan bahwa

mayoritas rentang lama menderita penyakit pada pasien DM adalah 1-5

tahun yaitu sebesar 63,7%.

Menurut penelitian Irfan & Wibowo (2015), menyatakan bahwa yang

baru mengalami diabetes selama 1 tahun cara mekanisme koping atau

beradaptasi mereka masih sangat rendah karena belum terbiasa hidup

sehat seperti yang dianjurkan pada pasien diabetes.


69

6.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat menjelaskan hubungan antara variabel independen

(dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan) terhadap variabel dependen

(perilaku penatalaksanaan lima pilar).

6.3.1 Hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku

penatalaksanaan lima pilar pada pasien Diabetes Meliitus tipe 2

Hasil penelitian menunjukkan hasil p value 0,004 (p < 0,05) terdapat

hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku

penatalaksanaan lima pilar pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih.

Hal ini sesuai dengan teori Friedman (2014) mengatakan bahwa

keluarga merupakan system dasar dimana perilaku kesehatan

seseorang dengan perawatan kesehatan sudah diatur, dilakukan serta

diamankan oleh keluarga sebagai bentuk perawatan yang secara

preventif.

Berdasarkan hasil penelitian Chairiyah (2019), penelitian tersebut

menunjukkan hasil yang signifikan antara dukungan keluarga

terhadap penatalaksaaan lima pilar lansia, dengan hasil dukungan

emosional (p=0,001), dukungan penilaian (p=0,012), dukungan

instrumental (p=0,000), dukungan informasi (p=0,011) dengan

penatalaksanaan lima pilar DM.


70

Menurut penelitian Khasanah (2018), menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan antara dukungan keluarga dengan penatalaksanaan

lima pilar lansia DM klub PROLANIS. Dalam penelitian ini dikatan

bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam

memotivasi lansia penderita DM dalam perilaku penatalaksaan lima

pilar. Dengan adanya dukungan keluarga akan membuat penderita

merasa nyaman dan berharga didalam kelaurga karena anggota

keluarga yang tinggal bersama lansia DM memberikan perhatian dan

kasih sayang yang meningkatkan kepercayaan diri lansia dengan DM.

Menurut penelitian Hasan (2013), mengatakan bahwa dukungan

keluarga sebagai bentuk yang paling penting dari dukungan social.

Dukungan berupa kehangatan dan keramahan akan berpengaruh

terhadap kepercayaan anggota keluarga dalam perilaku monitoring

glukosa, mengatur diet, dan menemani latihan. Hal ini dapat

meningkatkan keyakinan anggota keluarga sehingga mendukung

keberhasilan dalam perawatan diri sendiri.

Dapat disimpulkan, bahwa dukungan keluarga merupakan system

pendukung bagi pasien diabetes sehingga akan memberikan pengaruh

untuk berperilaku melakukan penatalaksanaan lima pilar. Tetapi

dukungan keluarga yang baik tidak akan berhasil merubah dan

mempengaruhi perilaku seseorang jika tidak diikuti dengan adanya

kesadaran dari diri orang tersebut untuk berperilaku baik. Namun,


71

dukungan keluarga tetap menjadi faktor yang penting dalam

memotivasi pasien DM dalam berperilaku.

6.3.2 Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku

penatalaksanaan lima pilar pada pasien Diabetes Meliitus tipe 2

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan hasil p value 0,001 (p <

0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku

penatalaksanaan lima pilar pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2014),

menyatakan bahwa perilaku baru dimulai pada domain kognitif yang

artinya subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus berupa materi

objek diluarnya menimbulkan respon dalam bentuk sikap.

Pengetahuan merupakan langkah awal seseorang menentukan sikap

dan perilakunya, jadi tingkat pengetahuan akan sangat berpengaruh

terhadap penerimaan suatu program.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Priyanto (2018),

penelitian tersebut menunjukkan hasil yang signifikan bahwa adanya

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan

kekambuhan diabetic dengan hasil p=0,033 (< 0,05). Semakin baik

tingkat pengetahuan maka, perilaku pencegahan luka diabetic juga

semakin baik.
72

Menurut penelitian Kunaryanti, at. al (2018), mengatakan bahwa hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara tingkat pengetahuan tentang DM dengan perilaku mengontrol

gula darah. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan

diperlukan sebagai dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga

dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap

tindakan seseorang.

Berdasarkan penelitian Mustarim, at. all (2019), menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antar pengetahuan dengan perilaku

self management pasien DM (p=0,000). Timbulnya perilaku self

management yang baik didasari oleh adanya kemauan, motivasi yang

tinggi dan pengetahuan DM ynag cukup sehingga pasien dapat

melakukan tindakan perawatan diri sehari-hari.

Pada penelitian ini peneliti menyimpulkan, bahwa tingginya

pengetahuan pasien DM berpeluang terhadap terjadinya perilaku

penatalaksanaan lima pilar DM. seseorang yang memiliki

pengetahuan yang baik dapat menimbulkan kepercayaan dan bahkan

menjadi suatu dasar kepercayaan untuk mengikuti suatu kegiatan atau

terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih positif. Pengetahuan

dapat diperoleh dengan promosi kesehatan tentang pentingnya

penatalaksanaan lima pilar DM. Dengan adanya penyuluhan dan

pengarahan terhadap pasien DM terutama lansia maka perilaku


73

penatalaksanaan lima pilar akan meningkat dari sebelumnya

sehingga dapat meminimalisir terjadinya komplikasi


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan

tingkat pengetahuan dengan perilaku penatalaksanaan lima pilar DM pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih

Tahun 2020. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 responden

dengan teknik purposive sampling. Didapatkan dua variabel hasil penelitian

yaitu sebagi berikut :

7.2.1 Univariat

Dari 40 responden karakteristik demografi responden berdasarkan usia

sebagian besar pada usia >65 tahun sebesar (67,5%), berdasarkan jenis

kelamin mayoritas pada kelompok perempuan sebesar (77,5%).

Berdasarkan pendidikan terakhir terbanyak pada kelompok SMA –

Perguruan Tinggi (tinggi) sebesar (72,5%), berdasarkan pekerjaan

terbanyak pada kelompok tidak bekerja sebesar (90%), dan

berdasarkan lama menderita penyakit terbanyak dalam rentang 1-5

tahun sebesar (55%). Pada variabel independen (Dukungan Keluarga

dan Tingkat Pengetahuan), sebagian besar responden memiliki

dukungan

74
75

keluarga rendah dan tingkat pengetahuan kurang baik sedangkan

variabel dependen (perilaku penatalaksanaan lima pilar DM), mayoritas

responden perilaku tidak baik dalam melaksanakan penatalaksanaan

lima pilar DM.

7.2.2 Bivariat

1. Didapatkan hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

perilaku penatalaksanaan lima pilar pada pasien Diabetes Meliitus tipe 2

dengan P Value = 0,004 (P<0,05) dan OR sebesar 10,286 CI sebesar

2,211 – 47,842.

2. Didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan

perilaku penatalaksanaan lima pilar pada pasien Diabetes Meliitus tipe 2

dengan P Value = 0,001 (P<0,05) dan OR sebesar 14,438 dengan CI

sebesar 3,015 – 69,131.

7.2 Saran

7.2.1 Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan bagi petugas dan kader kesehatan untuk meningkatkan perannya

serta melibatkan keluarga dalam melakukan edukasi secara

berkesinambungan, terjadwal, dan menarik guna meningkatkan pengetahuan

pasien dan dukungan keluarga dalam melaksanakan perilaku penatalaksanaan

lima pilar DM.

7.2.2 Institusi Pendidikan


76

Diharapkan kepada institusi agar dapat meningkatkan dan mengembangkan

pembelajaran terkait keperawatan medical bedah, keperawatan komunitas dan

keluarga, serta keperawatan gerontik agar dapat meningkatkan peran perawat,

kader kesehatan, dan keluarga dalam memberikan edukasi melalui

pengembangan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan pada pasien

diabetes mellitus. Dengan meningkatnya pemahaman kesehatan mengenai

faktor yang berhubungan dengan penatalaksanaan lima pilar, mahasiswa akan

mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan mampu memberikan

edukasi pada pasien DM.

7.2.3 Penelitian Keperawatan Berikutnya

Diharapkan bagi penelitian lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan

evidence based, dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang

ada pada penelitian ini sehingga hasilnya lebih baik lagi. Lebih dikembangkan

untuk jenis penelitiannya dengan variabel lain yang berbeda dan lebih

dikuatkan variasi pasiennya.


DAFTAR PUSTAKA

Askandar. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Chairiyah. (2019). “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan


Penatalaksanaan

Lima Pilar Lansia DM Klub Prolanis Puskesmas Kecamatan Ciracas Tahun

2019”. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Choirunnisa. (2018). “Hubungan Dukungan Keluarga dengan perilaku melakukan control

rutin pada penderita DM di Surabaya”. Fakultas Keperawatan, Universitas

Airlangga

Friedman, M. (2011). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Grant J.F, Hicks N, Taylor A.W, Chittleborough C.R, Phillips P.J. (2009). Gender-Specific

Epidemiology of Diabetes Representative Cross-Sectional Study. International

Journal for Equity in Health (online) Vol. 8 No. 6 Hlm 1-12

(https://www.equityhealthj.com/content//1/6 diakses pada 08 Juli 2020)

Gumilas. (2018). “Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 di Purwokerto.

Fakultas Kedokteran, Universitas Jendral Soedirman

Hasan. (2013). “Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Strategi Coping pada

Penderita Stroke RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Jurnal Keperawatan Medikal

Bedah, Vol 2No. 1. Diakses 10 Juli 2020

http://dokumen.tips/documents/lima-pilarpenanganan-dm.html.“lima Pilar Penanganan


74

DM”. diakses pada tanggal 04 Maret 2020, 17:33

Irfan & Wibowo. (2015). “Hubungan Tingkat Stress dengan Kadar Gula Darah pada

Penderita DM di Puskesmas Jombang”. Fakultas Keperawatan, STikes Jombang

Khusnul. (2018). “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Perilaku Penatalaksanaan

Pengelolaan Diabetes Mellitus pada Lansia Klub Prolanis di Puskesmas Ciracas

Jakarta Timur”. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Kurniawati, Yanita. (2016). “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


DM tipe II”. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Kunaryanti, at. al (2018). “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Diabetes Mellitus

dengan Perilaku Mengontrol Gula Darah pada Pasien DM Rawat Jalan di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta”. STIkes Aisyiyah Surakarta.

Lapau, Buchari. (2012). Metode Penelitian Keseshatan. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor

Indonesia

LeMone, Priscilla, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Mongisidi. (2014). “Hubungan Antara Status Sosio-Ekonomi dengan Kejadian DM tipe 2

Di Poliklinik Interna BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Mustarim, at. all. (2019). “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Self Management

Pada Pasien DM Tipe 2 di Kota Kendari”. Fakultas Ilmu Keperawatan,

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. (2017). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawata.

Jakarta : Salemba Medika

Pangemanan dan Melayu. (2014). Analisis Fakor Resiko Terjadinya DM Tipe 2 pada
75

Wanita Usia Produktif di Puskesmas Wawonasa. Journal e-Biomedik (eBM).

Volume 2 No 2

PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 tipe

2 Di Indonesia. Jakarta : PB PERKENI

Priyanto. (2018). “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan

Kekambuhan Luka Diabetik”. Fakultas Keperawatan, STIKes Ganesha Husada

Kediri

Ramadhan N, Marissa N. (2015). Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Berdasarkan kadar HBA1C di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. Sel 2 (2)
49-56

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI.

Rumoharbo, Hotma. (2014). Mencegah Diabetes Mellitus dengan Perubahan Gaya Hidup.

Bogor : In Media

Sabri, Luknis. (2018). Statistik Kesehatan. Depok : Jawa Barat

Shahab, A. (2017). Dasar-dasar Endokrinologi. Jakarta : Rayyana Komnikasindo

Smeltzer, Suzzane C. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarata : EGC

Sutanto Priyo. (2020). Analisa Data Pada Bidang Kesehatan. Depok: Rajawali Pers.

Syahdrajat, T. (2015). Panduan Menulis Tugas Akhir Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :

Kencana

Satriya, Pranata. (2017). Merawat Penderita Diabetes Mellitus. Pustaka Panasea :

Yogyakarta

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

World Health Organization. (2016). Diabetes Mellitus. Amerika : WHO


Lampiran I
Lampiran 2
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT PENGETAHUAN
TERHADAP PENATALAKSANAAN LIMA PILAR PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KECAMATAN CEMPAKA PUTIH
JAKARTA PUSAT

Yth. Bapak/ibu Responden Penelitian


di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Intan Permatasari


NPM : 2016720019
Jurusan : Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Pada saat ini sedang melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi yang
berjudul: Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan terhadap
Penatalaksanaan Lima Pilar pada Paien Diabetes Mellitus Tipe 2.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini saya sangat mengharapkan bantuan
anda untuk mengisi kuesioner penelitian ini sesuai dengan petunjuk pengisian yang ada.
Bantuan yang diberikan akan sangat membantu pelaksanaan penelitian ini. Atas kesediaan
dan bantuan yang diberikan, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat saya,

Intan Permatasari
NPM : 2016720019
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan menandatangani lembar ini saya memberikan persetujuan untuk mengisi identitas
saya pada lembar kuesioner dan bersedia menjadi responden pada penelitian ini, yang
dilakukan oleh peneliti :

Nama :

Alamat :

Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini dan saya tahu bahwa
partisipasi saya untuk menjawab atau mengisi identitas ini tidak berakibat negatif pada diri
saya. Saya diberitahu bahwa hasil penelitian ini akan menjadi masukan bagi tenaga
kesehatan dan saya khususnya keluarga yang memiliki orang terdekat dengan masalah
penyakit Diabetes. Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya, mengenai penelitian
ini dan mengenai peran serta saya dan saya menyatakan secara suka rela berperan dalam
penelitian ini.

Responden,

( )
Lampiran 5
LEMBAR KUESIONER

Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan terhadap


Penatalaksanaan Lima Pilar pada Paien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih

Peneliti : Intan Permatasari

Insial Responden:

No Urut : (diisi oleh peneliti)

A. Data Demografi
Petunjuk pengisian : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan mengisi jawaban yang
telah tersedia dan berikan tanda checklist (√) pada kotak yang tersedia dengan
jawaban yang paling benar menurut anda.
Usia : Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Pekerjaan : PNS Pegawai swasta Pedagang/ Wiraswasta


Buruh Petani Tidak bekerja/IRT
Pensiunan

Pendidikan terakhir : Tidak Bersekolah SMA/sederajat


SD Perguruan Tinggi
SMP
Lampiran 6
Kuesioner B : Dukungan Keluarga terhadap penatalaksanaan diabetes

Petunjuk pengisian : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan

tanda (√) pada jawaban yang anda pilih

No Pernyataan Tidak Jaran Sering Selalu


pernah g
1 Keluarga memberitahu tentang hasil pemeriksaan
dan pengobatan dari dokter atau tenaga kesehatan
yang merawat saya
2 Keluarga mengingatkan saya untuk ikut serta saat
ada kegiatan penyuluhan, makan secara teratur
minum obat, latihan fisik dan melakukan cek gula
darah
3 Keluarga mengingatkan saya tentang perilaku yang
dapat memperburuk penyakit saya
4 Keluarga menjelaskan kepada saya setiap saya
bertanya tentang hal yang tidak jelas mengenai
penyakit saya
5 Keluarga menyediakan waktu dan fasilitas untuk
keperluan pengobatan saya
6 Keluarga berperan aktif dalam setiap pengobatan
dan perawatan saat saya sakit
7 Keluarga bersedia membiayai biaya perawatan dan
pengobatan saya
8 Keluarga berusaha untuk mencarikan sarana dan
perawatan yang saya perlukan
9 Keluarga mendampingi saya dalam perawatan
10 Keluarga memberikan perhatian kepada saya ketika
saya sakit
11 Keluarga tetap mencintai dan memperhatikan
keadaan saya saat sedang sakit
12 Keluarga memahami dan memaklumi bahwa sakit
yang saya alami ini sebagai suatu musibah

Kuesioner C : Tingkat pengetahuan tentang DM dan Penatalaksanaan DM


Petunjuk pengisian : Pilihlah jawaban sesuai dengan yang bapak/ibu ketahui,
dengan memberikan tanda (√) pada kolom yang telah
disediakan dan semua pertanyaan harus dijawab dengan satu
pilihan

No Pernyataan Benar Salah


1 Penyakit diabetes adalah penyakit kelebihan gula dalam darah
2 Penyakit diabetes disebabkan karena kurangnya hormone insulin
3 Usia, keturunan atau riwayat dari keluarga, berat badan lebih/kegemukan
adalah factor penyebab timbulnya penyakit DM tipe 2
4 Penyakit diabetes, ditandai dengan sering buang air kecil (BAK), sering lapar,
dan sering haus
5 Gejala berat lain dari diabetes antara lain penglihatan buram, keletihan, dan
kesemutan
6 Kerusakan organ ginjal, jantung dan luka yang sulit sembuh merupakan
komplikasi dari penyakit diabetes
7 Cara memasak makanan yang dapat meningkatkan kadar gula darah adalah
direbus, dibakar, dan dikukus
8 Pengaturan makan (diit) diperlukan untuk menjaga keseimbangan kadar gula
darah
9 Aktivitas fisik yang baik dapat dilakukan dengan aerobic, jalan cepat,
bersepeda santai, jogging, berenang untuk membantu mengontrol kadar gula
darah.
10 Aktivitas fisik yang rutin pada pasien diabetes dilakukan sebanyak 3-5 kali
perminggu selama sekitar 30-45 menit.
11 Meminum obat diabetes secara teratur harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi
12 Terapi insulin diberikan jika terapi jenis lain tidak dapat mengontrol gula darah
13 Kadar gula darah yang tinggi mengakibatkan penglihatan buram, keletihan,
paratesia, dan infeksi kulit. Sedangkan kadar gula yang rendah mengakibatkan
keadaan menjadi lemas, bahkan sampai penurunan kesadaran.
14 Untuk mencegah keparahan penyakit diabetes perlu dilakukan pemeriksaan
kadar gula darah secara rutin
15 Untuk menghindari infeksi/luka/gangren, dianjurkan untuk menggunakan
lotion dan mengguntuing kuku tidak terlalu dalam.
Jumlah
Lampiran 8
Kuesioner D : Perilaku menjalankan penatalaksanaan lima pilar

Petunjuk pengisian : Isilah dengan tanda tanda (√) pada kolom yang telah
tersedia dari pernyataan yang sesuai dengan kebiasaan
bapak/ibu lakukan sehari-hari

No Pernyataan Tidak Jaran Sering Selalu


perna g
h
1 Saya mencari tahu penatalaksanaan DM tipe 2, seperti
pengaturan makan, olahraga teratur, pengobatan yang terarur,
dan pentingnya pengecekkan gula darah. (sdh action) = saya
sudah memahami.
2 Saya mengikuti kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan
penyakit Diabetes
3 Saya tidak mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung gula (permen, teh manis, coklat, kue manis,
cake)
4 Saya mengganti nasi dengan ubi, jagung, nasi merah,
kentang, oatmeal dengan memperhatikan jumlah, jenis, dan
jam mengkonsumsi makanan.
5 Saya melakukan aktivitas fisik antara lain dengan
aerobic/senam, jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang
6 Saya melakukan aktivitas fisik sebanyak 3-5 kali perminggu
selama sekitar 30-45 menit.

7 Jika kadar gula darah tinggi saya konsultasi dengan dokter


untuk terapi insulin
8 Saya melakukan control ke dokter apabila obat habis
9 Saya memeriksakan kadar gula darah secara rutin sesuai
program
10 Jika saya merasakan sesautu terjadi saya akan segera control
ke dokter
Lampiran 9

1. Uji Validitas Kuesioner Dukungan Keluarga

Case Processing Summary

N %
Cases Valid
15 100.0

Excludeda
0 .0

Total
15 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.945 12

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


Keluarga memberitahu hasil pemeriksaan
3.53 .640 15
keluarga memngingatkan penyuluhan
3.40 .632 15
keluarga mengingatkan perilaku yang memperburuk
penyakit 3.53 .640 15
keluarga menjelaskan mengenai penyakit saya jika saya
bertanya 3.20 .561 15
keluarga menyediakan waktu dan fasilitas untuk
pengobatan saya 3.67 .617 15
keluarga berperan aktif dalam pengobatan saya
3.13 .834 15
keluarga bersedia membiayai pengobatan saya
3.27 .799 15
keluarga berusaha mencarikan sarana
3.47 .743 15
keluarga mendapaingi saya dalam perawatan
3.40 .737 15
keluarga memberi perhatian ketika saya sakit
3.47 .640 15
keluarga tetap mencintai saat saya sakit
3.40 .828 15
keluarga memahami bahwa sakit saya musibah
3.53 .640 15

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Keluarga memberitahu hasil
37.47 36.981 .831 .938
pemeriksaan
keluarga memngingatkan
37.60 37.114 .823 .939
penyuluhan
keluarga mengingatkan perilaku
37.47 37.838 .713 .942
yang memperburuk penyakit
keluarga menjelaskan mengenai
37.80 39.029 .644 .944
penyakit saya jika saya bertanya
keluarga menyediakan waktu
dan fasilitas untuk pengobatan 37.33 38.524 .646 .944
saya
keluarga berperan aktif dalam
37.87 36.552 .656 .945
pengobatan saya
keluarga bersedia membiayai
37.73 35.210 .845 .937
pengobatan saya
keluarga berusaha mencarikan
37.53 38.552 .515 .949
sarana
keluarga mendapaingi saya
37.60 36.971 .708 .942
dalam perawatan
keluarga memberi perhatian
37.53 36.981 .831 .938
ketika saya sakit
keluarga tetap mencintai saat
37.60 34.257 .920 .934
saya sakit
keluarga memahami bahwa
37.47 36.410 .911 .936
sakit saya musibah

2. Uji Validitas Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Case Processing Summary

N %
Cases Valid
15 100.0
a
Excluded
0 .0

Total
15 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.948 15

Item Statistics
Std.
Mean Deviation N
Penyakit diabetes adalah penyakit kelebihan gula dalam darah .87 .352 15
Penyakit diabetes disebabkan karena kurangnya hormone insulin .93 .258 15
Usia, keturunan atau riwayat dari keluarga, berat badan lebih/kegemukan adalah factor
.80 .414 15
penyebab timbulnya penyakit DM tipe 2
Penyakit diabetes, ditandai dengan sering buang air kecil (BAK), sering lapar, dan
.93 .258 15
sering haus
Gejala berat lain dari diabetes antara lain penglihatan buram, keletihan, dan kesemutan .87 .352 15
Kerusakan organ ginjal, jantung dan luka yang sulit sembuh merupakan komplikasi dari
.80 .414 15
penyakit diabetes
Cara memasak makanan yang dapat meningkatkan kadar gula darah adalah direbus,
.80 .414 15
dibakar, dan dikukus
Pengaturan makan (diit) diperlukan untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah .87 .352 15
Aktivitas fisik yang baik dapat dilakukan dengan aerobic, jalan cepat, bersepeda santai,
.80 .414 15
jogging, berenang untuk membantu mengontrol kadar gula darah.
Aktivitas fisik yang rutin pada pasien diabetes dilakukan sebanyak 3-5 kali perminggu
.93 .258 15
selama sekitar 30-45 menit.
Meminum obat diabetes secara teratur harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
.80 .414 15
komplikasi
Terapi insulin diberikan jika terapi jenis lain tidak dapat mengontrol gula darah .80 .414 15
Kadar gula darah yang tinggi mengakibatkan penglihatan buram, keletihan, paratesia,
dan infeksi kulit. Sedangkan kadar gula yang rendah mengakibatkan keadaan menjadi .80 .414 15
lemas, bahkan sampai penurunan kesadaran.
Untuk mencegah keparahan penyakit diabetes perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula
.80 .414 15
darah secara rutin
Untuk menghindari infeksi/luka/gangren, dianjurkan untuk menggunakan lotion dan
.80 .414 15
mengguntuing kuku tidak terlalu dalam.
Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Penyakit diabetes adalah penyakit kelebihan gula dalam
11.73 16.210 .729 .945
darah
Penyakit diabetes disebabkan karena kurangnya hormone
11.67 16.667 .791 .945
insulin
Usia, keturunan atau riwayat dari keluarga, berat badan
lebih/kegemukan adalah factor penyebab timbulnya 11.80 15.886 .710 .945
penyakit DM tipe 2
Penyakit diabetes, ditandai dengan sering buang air kecil
11.67 16.667 .791 .945
(BAK), sering lapar, dan sering haus
Gejala berat lain dari diabetes antara lain penglihatan
11.73 16.210 .729 .945
buram, keletihan, dan kesemutan
Kerusakan organ ginjal, jantung dan luka yang sulit sembuh
11.80 16.171 .618 .948
merupakan komplikasi dari penyakit diabetes
Cara memasak makanan yang dapat meningkatkan kadar
11.80 15.886 .710 .945
gula darah adalah direbus, dibakar, dan dikukus
Pengaturan makan (diit) diperlukan untuk menjaga
11.73 16.210 .729 .945
keseimbangan kadar gula darah
Aktivitas fisik yang baik dapat dilakukan dengan aerobic,
jalan cepat, bersepeda santai, jogging, berenang untuk 11.80 15.886 .710 .945
membantu mengontrol kadar gula darah.
Aktivitas fisik yang rutin pada pasien diabetes dilakukan
11.67 16.667 .791 .945
sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit.
Meminum obat diabetes secara teratur harus dilakukan
11.80 15.886 .710 .945
untuk mencegah terjadinya komplikasi
Terapi insulin diberikan jika terapi jenis lain tidak dapat
11.80 16.171 .618 .948
mengontrol gula darah
Kadar gula darah yang tinggi mengakibatkan penglihatan
buram, keletihan, paratesia, dan infeksi kulit. Sedangkan
11.80 15.457 .851 .942
kadar gula yang rendah mengakibatkan keadaan menjadi
lemas, bahkan sampai penurunan kesadaran.
Untuk mencegah keparahan penyakit diabetes perlu
11.80 15.886 .710 .945
dilakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin
Untuk menghindari infeksi/luka/gangren, dianjurkan untuk
menggunakan lotion dan mengguntuing kuku tidak terlalu 11.80 15.457 .851 .942
dalam.

3. Uji Validitas Kuesioner Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar

Case Processing Summary

N %
Cases Valid
15 100.0

Excludeda
0 .0

Total
15 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.920 10

Item Statistics
Std.
Mean Deviation N
Saya mencari tahu penatalaksanaan DM tipe 2 3.07 .594 15
Saya mengikuti kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan penyakit Diabetes 2.53 .640 15
Saya tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula 2.33 .488 15
Saya mengganti nasi dengan ubi, jagung, nasi merah, kentang, oatmeal 2.27 .458 15
Saya melakukan aktivitas fisik antara lain dengan aerobic/senam, jalan cepat,
2.20 .414 15
bersepeda santai, jogging, dan berenang
Saya melakukan aktivitas fisik sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
2.13 .352 15
menit.
Jika kadar gula darah tinggi ssya konsultasi dengan dokter untuk terapi insulin 2.67 .724 15
Saya melakukan control ke dokter apabila obat habis 3.73 .458 15
Saya memeriksakan kadar gula darah secara rutin sesuai program 2.93 .594 15
Jika saya merasakan sesautu terjadi saya akan segera control ke dokter 3.07 .594 15

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Saya mencari tahu penatalaksanaan DM tipe 2 23.87 13.124 .835 .903
Saya mengikuti kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan
24.40 12.971 .800 .905
penyakit Diabetes
Saya tidak mengkonsumsi makanan yang banyak
24.60 14.686 .573 .918
mengandung gula
Saya mengganti nasi dengan ubi, jagung, nasi merah,
24.67 14.238 .758 .909
kentang, oatmeal
Saya melakukan aktivitas fisik antara lain dengan
aerobic/senam, jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan 24.73 14.352 .811 .908
berenang
Saya melakukan aktivitas fisik sebanyak 3-5 kali perminggu
24.80 15.457 .537 .920
selama sekitar 30-45 menit.
Jika kadar gula darah tinggi ssya konsultasi dengan dokter
24.27 13.352 .603 .921
untuk terapi insulin
Saya melakukan control ke dokter apabila obat habis 23.20 14.886 .558 .918
Saya memeriksakan kadar gula darah secara rutin sesuai
24.00 13.286 .792 .906
program
Jika saya merasakan sesautu terjadi saya akan segera control
23.87 13.124 .835 .903
ke dokter

Lampiran 10
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

LEMBAR KONSULTASI RISET

Nama : Intan Permatasari


No. Hp : 089637263656
Nama Pembimbing : Hj. Misparsih, S.Kp., M.Kes
Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan terhadap
Perilaku Penatalaksanaan Lima Pilar pada Pasien DM Tipe 2 di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat 2020
No Hari/Tanggal Materi Konsul Masukan Pembimbing TTD pembimbing
1 Kamis, 27 Pengantar - Mencari fenomena data, masalah
Februari 2020 Umum penyakit di Puskesmas
- Membuat draft bab 1 latar
belakang sesuai dengan konsep

2 Senin, 02 Konsul Judul Ganti judul yang jarang atau belum


Maret 2020 Proposal diteliti

3 Selasa, 10 Bab 1 judul Mencari fenomena, membuat latar


Maret 2020 belakang

4 Rabu, 18 Revisi bab 1 Revisi mecari fenomena karena belum


Maret 2020 judul kuat, coba cari jurnal-jurnal terkait
judul maksimal 10 tahun

5 Selasa,24 Ganti Judul Ganti judul, variabel kepatuhan


Maret 2020 diganti perilaku, coba buat bab 1 dan
bab 2
6 Senin,30 Maret Revisi bab 1
2020 dan bab 2 Perbaiki struktur bab 1 terkait latar
belakang, perbaiki fenomena, tujuan
dan manfaat penelitian. Bab 2
Minggu,5 Buat bab 3 dan perbanyak sumber
7 April 2020 bab 4 Revisi bab 1 dan 2, cari referensi yang
banyak dan kaitkan dengan judul
Selasa, 7 April Draft bab 1-4
8 2020 perbaiki kalimat, kalimat harus
ilmiah, tambahkan prolog pada setiap
Sabtu, 18 April Coba buat sub bab
9 2020 kuesioner,
revisi bab 4, kalimat atau Bahasa
kuesioner harus sesuai. Menggunakan
Bahasa yang mudah dimengerti.
Selasa,21 April Revisi Jumlah soal jangan banyak-banyak
10 2020 Kuesioner
perbaiki pertanyaan yang mudah
dipahami, kuesioner setiap variabel
Kamis,23 Persiapan dikurangin
11 April 2020 Sidang
Proposal persiapan uji siding proposal untuk 24
April 2020
Senin, 27 April Revisi
12 2020 Proposal
revisi definisi operasional, sesuaikan
Selasa, 19 Mei Uji Valid dengan masukan penguji
13 2020 Kuesioner
Masukan hasil uji valid di bab 4
Senin, 25 Mei Ganti tempat
14 2020 penelitian
Tempat penelitian tetap di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih, tapi di
Jumat, 29 Mei Mulai masyarakat
15 2020 melakukan
penelitian Mengumpulkan data sesuaikan
dengan sampel yang telah diubah
Rabu, 17 Juni Konsul hasil
16 2020 bab 5 (via
daring) Kolom table hasil, dijadikan lebih
ringkas. Siapkan bab 6 dan bab 7.
Sabtu, 04 Juli Konsul bab 1- Draft proposal yang direvisi
17 2020 7, dilakukan dikumpulkan
via daring
Perbaiki kalimat proposal menjadi
Revisi bab 1-7, Bahasa kalimat hasil penelitian
Senin, 20 Juli dilakukan via
2020 daring
18 Revisi sub bab keterbatasan, kalimat
Revisi bab 1-7, diubah menjadi ke situasi sekaranag
Rabu, 22 Juli dilakukan via (pandemi), siapkan abstrak
2020 daring
19 Revisi abstrak, daftar pustaka
disesaikan dengan sumber yang ada.
Jurnal di bab 6 di sesuaikan dengan
yang ada di bab 2. Rapikan draft hasil
laporan penelitian, hari Jumat
Finishing
Lampiran 11

Anda mungkin juga menyukai