Anda di halaman 1dari 129

HUBUNGAN TINGKAT NYERI TERHADAP KEMAMPUAN

AKTIFITAS PADA PASIEN CA MAMMAE DI RUMAH SAKIT


CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2019

Oleh:
MIARLI HARTA MULYANAH
NIM: 011721054

UNIVERSITAS BINAWAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JAKARTA
2019
HUBUNGAN TINGKAT NYERI TERHADAP KEMAMPUAN
AKTIFITAS PADA PASIEN CA MAMMAE DI RUMAH SAKIT
CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
TAHUN 2019

Oleh:
MIARLI HARTA MULYANAH
NIM: 011721054

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2019

i
HALAMAN PERNYATAAN ORIGINALITAS

TUGAS AKHIR INI ADALAH HASIL KARYA SENDIRI, DAN SEMUA


SUMBER BAIK DIKUTIP MAUPUN DIRUJUK TELAH DINYATAKAN
BENAR.

MIARLI HARTA MULYANAH


NIM: 011721054

Jakarta, Juli 2019


Peneliti

MIARLI HARTA MULYANAH

ii
HALAMAN PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademis Universitas BINAWAN Jakarta, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:

NAMA : MIARLI HARTA MULYANAH


NIM : 011721054
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Tugas Akhir Riset

Demi mengembangkan ilmi pengetahahuan, menyetujui memberikan hak kepada


Universitas BINAWAN Jakarta Hak Bebas Royalti Non Eksekutif (Non Excekutive
Royalty Free) untuk mempublikasikan skrispi saya dengan Judul:

“HUBUNGAN TINGKAT NYERI TERHADAP KEMAMPUAN


AKTIFITAS PADA PASIEN CA MAMMAE DI RUMAH SAKIT
CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2019”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti
Noneksekutif (Non Excekutive Royalty Free) Univeristas BINAWAN Jakarta berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dengan Hak Cipta.

Demikianlah pernyatan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada taanggal : Juli 2019

Yang menyatakan :

(MIARLI HARTA MULYANAH)

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MIARLI HARTA MULYANAH


Tempat Dan Tanggal Lahir : Kuningan, 03 Maret 1968

Pekerjaan Terakhir : Perawat RSCM

Alamat :

- Villa Mutiara Blok N84 No. 3 RT/RW 02/14


Wanajaya Cibitung, Bekasi

Alamat Institusi : Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta

Riwayat Pendidikan :

- SPK Cipto Mangunkusumo Tahun 1986


- DIII Akademi Keperawatan Politeknik
Jakarta III, Tahun 2001
- S1 Ilmu Keperawatan UNIVERSITAS
BINAWAN

Riwayat Pekerjaan :

Dari tahun 1986 s/d sekarang di Rumah Sakit


Dr Cipto Mangunkusumo

vi
KATA PENGANTAR

Puji tuhan yang maha kuasa atas berkat Allah SWT yang maha kuasa atas segalah
Nikmat-NYA serta junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW karena dengan
berkat dan berkah dari beliaulah sehingga penulis dapat menyelesaikan Hasil
Penelitian ini yang berjudul ”Hubungan Tingkat Nyeri Terhadap Kemampuan
Aktifitas Pada Pasien Ca Mammae Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta Tahun 2019” Hasil penelitian ini susun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas akhir dan penyelesaian mata ajaran Riset Keperawatan. Selama
proses penyusunan penelitian ini, peneliti selalu mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs.M. Sofyan Hawadi sebagai Rektor Universitas Binawan Jakarta
yang telah membantu dan memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan
kegiatan penelitian.
2. Bapak Dr. .Aan Sutandi,S.Kep.Ns,.MN. Ketua prodi S1 Keperawatan
Universitas Binawan Jakarta
3. Ibu Ns. Handayani.S.Kep., M. Kep., Sp. Mat selaku Koordinator Mata Ajar
Nursing Inquiry. program Studi S1 Keperawatan Universitas Binawan Jakarta
4. Ibu Ns. Ulfah Nuraini Karim,S.Kep.,M.Kep Pembimbing pertama yang telah
membantu menuntun dan memberikan saran demi kelancaran dan juga
tercapainya pembuatan laporan penelitian ini dengan sebaik baiknya
5. Ibu Dr Aliana Dewi,S.Kp.,MN selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dan dukungan selama penyusunan laporan
penelitian ini
6. Ns.Zuriyati ,S.Kep.,M.Kep ,selaku penguji yang telah memberikan masukan
dan bimbingan selama ujian.
7. Seluruh staf dosen pengajar di prodi Ilmu Keperawatan Universitas Binawan
Program B RSCM angkatan 2017 yang sama sama berjuang menyelesaikan
proses perkuliahan
8. Keluarga saya tercinta suami dan anak-anak yang selalu mendukung saya
dalam melakukan penyusunan hasil penelitian ini
9. Teman–teman angkatan program Sarjana Keperawatan yang telah membantu
semua kegiatan baik belajar mengajar selama Studi di S1 Universitas Binawan
Jakarta.

vii
Jakarta, Juli 2019

Penulis

viii
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BINAWAN
Laporan Penelitian
Juli, 2019

Mulyanah, Miarli Harta

Hubungan Tingkat Nyeri Terhadap Kemampuan Aktifitas Pada Pasien Ca


Mammae Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019

xviii+ 7 BAB + 72 Halaman + 10 tabel + 10 Lampiran

ABSTRAK

Kanker merupakan suatu ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat, karena


insiden dan angka kematiannya terus meningkat. Kanker payudara mengakibatkan
para penderitanya mengalami kecemasan terhadap proses pengobatan yang akan
dijalaninya, tingkat nyeri pada pasien kanker berpengaruh terhadap kemampuan
aktifitas (Nuracmah, 2015). Kemampuan aktifitas ada pada pasien kanker payudara
sangat diperlukan, karena hal tersbut dapat meningkatkan produktifitas dan
pengobatan selama menjalani perawatan di rumah sakit (Mulyadi, 2015). Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat nyeri terhadap kemampuan aktifitas
pada pasien Ca Mammae di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2019.
Jenis penelitian deskriptif koralasi, dengan metode pendekatan Cross-Sectional.
Jumlah sampel 42 responden dengan uji koefisiensi korelasi menggunakan
Spearman’s Rho. Hasil penelitian menujukkan bahwa tingkat nyeri ringan sebanyak
54,8% dan ketergantungan ringan 51,4%. Ada hubungan bermakna antara tingkat
nyeri terhadap kemampuan aktifitas pada pasien Ca Mammae dengan nilai p value:
0,010 berarti p<α dimana nilai α:0,05. Disimpulkan bahwa tingkat nyeri dapat
mempengaruhi kemampuan aktifitas, semakin tinggi tingkat nyeri maka semakin
tinggi tingkat ketergantungan, diharapkan rumah sakit mampu memberikan edukasi
pelayanan untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien Ca Mammae.

Kata Kunci: Carsinoma Mammae, Tingkat Nyeri, Kemampuan Aktifitas

ix
BECHELOR IN NURSING PROGRAM
UNIVERCITY OF BINAWAN

Research Report
June, 2019

Mulyanah, Miarli Harta

The Correlations Of Pain Level To Activity Ability In Ca Mammae Patients At Cipto


Mangunkusumo Hospital Jakarta In 2019
xviii + 7 CHAPTER + 72 Pages + 10 tables + 10 Attachments

ABSTRACT
Cancer is a serious threat to public health, because the incidence and mortality rates
continue to creep up (LeMone & Burke, 2015). Breast cancer has made sufferers
experience anxiety about the treatment process that will be carried out, the level of
pain in cancer patients affect the ability of activities (Nuracmah, 2015). The purpose
of this study was to determine the relationship of the level of pain to the ability of
activity in Ca Mammae patients at Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta in 2019.
This type of descriptive study was a correlation, with a Cross-Sectional approach.
Total sample of 42 respondents. Test results for Spearmans Rho. The results showed
that the level of mild pain was 54.8% and mild dependence was 51.4%. there is a
relationship between the level of pain to the ability of activity in patients with Mammae
Ca with a value of p value: 0.010 means p <α where the value of α: 0.05. It was
concluded that the level of pain can affect the ability of the activity, the higher the level
of pain, the higher the level of dependence, the hospital is expected to be able to
provide service education to reduce pain levels in Ca Mammae patients.

Keywords: Mamma Carsinoma, Pain Level, Activity Ability

x
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN PERNYATAN ORISNALITAS ................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... ii
LAPORAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK............. ......................................................................................... vii
ABSTRACT ENGLISH ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DFATAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Konsep Nyeri .................................................................................... 7
2.1.1 Definisi ..................................................................................... 7
2.1.2 Klasifikasi Nyeri ...................................................................... 8
2.1.3 Skala Pengukuran Nyeri.......................................................... 9
2.1.4 Format Instrumen Nyeri ........................................................... 13
2.1.5 Patofisiologi dan Pathway Nyeri............................................. 15

2.2 Konsep Kemampuan Aktivitas ......................................................... 18


2.2.1 Definisi Aktivitas ..................................................................... 18
2.2.2 Jenis Kemampuan Aktivitas..................................................... 18
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Aktivitas ................ 19
2.2.4 Skala Pengukuran Kemampuan Aktifitas ................................

2.3 Fakor Yang Mempengaruhi Nyeri Dan Kemampuan Aktifitas ........ 25


2.4 Kerangka Teori ................................................................................. 30

xi
BAB III KERANGKA PENELITIAN ........................................................ 31
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 31
3.2 Definisi Operasional ........................................................................ 32
3.3 Hipotesis ......................................................................................... 33

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 34


4.1 Desain penelitian ............................................................................. 34
4.2 Populasi dan sampel ........................................................................ 34
4.3 Tempat penelitian ........................................................................... 36
4.4 Waktu penelitian .............................................................................. 37
4.5 Etika penelitian .............................................................................. 37
4.6 Prosedur Pengumpulan data ........................................................... 39
4.7 Pengumpulan data............................................................................ 40
4.8 Alat Pengumpulan data.................................................................... 41
4.9 Pengelolaan data Dan Analisis data................................................ 43

BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 58


5.1 Analisa Univariat .......................................................................... 58
5.2 Analisa Bivariat ............................................................................. 60

BAB VI PEMBAHASAN............................................................................... 62
6. 1 Analisa Univariat........................................................................... 62
6. 2 Analisa Bivariat ............................................................................. 67

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 70


7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 70
7.2 Saran ................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Format Instrumen Nyeri ................................................................... 13


Tabel 2.2 Instrument Pengkajian Dengan Indeks Barthel............................... 21
Tabel 2.3 Penilaian Indeks Katz....................................................................... 23
Tabel 2.4 Modifikasi Indeks Kemandirian Katz ............................................. 24
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 33
Tabel 4.1 Tingkat Reabilitas Dengan Pengukuran Alpha ............................... 51
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik .................................................. 58
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri ..................................................... 58
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Aktivitas ................................... 59
Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Nyeri Terhadap Kemampuan Aktifitas ........... 60

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penilaian Skala Nyeri Visual Comparative Pain Scale ................ 10
Gambar 2.2 Skala Nyeri Wong-Baker FACES Pain Rating Scale ................... 15

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 Kerangka Teori ............................................................................. 30


Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 32

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2: Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3: Lembar Petunjuk Pengisian Kuesioner

Lampiran 4: Kuesioner

Lampiran 5: Laporan Pembimbing Materi Penelitian

Lampiran 6: Surat Izin Penelitian RSCM

Lampiran 7: Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 8: Surat Balasan Persetujuan Penelitia

Lampiran 9: Lembar Hasil Uji Univariat dan Bivariat

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Kanker merupakan suatu ancaman serius terhadap kesehatan

masyarakat, yang menyebabkan insiden kematian meningkat. Menurut

American Cancer Society (ACS) tahun 2015 menyatakan sekitar 1.399.790

kasus baru kanker didiagnosis pada 2006 di Amerika (LeMone & Burke,

2015). Menurut LeMone & Burke, (2015) mengungkapkan bahwa satu dari

empat kematian disebabkan oleh kanker dan lebih dari 1500 orang meninggal

akibat penyakit kanker setiap harinya.

Menurut Anne (2011) menyebutkan angka kematian terbesar dalam

kurun waktu 4 tahun terakhir, kanker menduduki urutan ke 2 setelah penyakit

jantung dan stroke. Di Indonesia lebih kurang 6% atau 13,2 juta jiwa

penduduk Indonesia menderita penyakit kanker dan memerlukan pengobatan

sejak dini. Angka tersebut hampir sama dengan beberapa negara berkembang

lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes RI tahun 2014 bahwa

kanker merupakan penyebab kematian ke-5 di Indonesia setelah penyakit

jantung, stroke, penyakit saluran pernafasan dan diare (Depkes RI, 2014).

Penyakit Kanker Mammae merupakan kanker terbanyak pada wanita

dimana setiap jenis pengobatan terhadap penyakit ini dapat menimbulkan

masalah fisiologis, psikologis dan social. Perubahan citra tubuh akibat

perubahan fisik yang disertai pengobatan menjadi respon psikologis yang

amat menekan bagi penderita Ca Mammae. Ca Mammae telah membuat para

1
2

penderitanya mengalami kecemasan terhadap proses pengobatan yang akan

dijalaninya, sehingga mempengaruhi konsep diri yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi hubungan interpersonal pasien, termasuk pada pasangan

hidupnya (Depkes, 2011).

Berdasarkan estimasi Globocan dalam International Agency for

Research on Cancer (IARC) tahun 2012, Ca Mammae adalah kanker dengan

persentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan persentase kematian tertinggi

(12,9%) pada perempuan di dunia (AJCC, 2016). Di Indonesia, lebih kurang

6% atau 13,2 juta jiwa penduduk Indonesia menderita penyakit kanker dan

memerlukan pengobatan sejak dini dimana angka tersebut hampir sama

dengan beberapa negara berkembang lainnya

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi Ca

Mammae di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan, sedangkan di

provinsi Jawa Tengah telah mencapai 0,7 per 1000 perempuan (Kemenkes

RI, 2015). Sedangkan prevalensi Ca Mammae di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo yaitu pada bulan bulan Januari 90 kasus (76,8%), Februari

82 kasus (66,4%), Maret 103 kasus (58,9%), April 78 kasus (76,0%), Mei 63

kasus (84,9%) Juni 54 kasus (77,6%) Juli 92 kasus (69,9%) dengan rata-rata

perbulan kasus Ca Mammae sebanyak 76,9% lebih tinggi dibandingkan

dengan kasus Ca Thyroid dan Ca Colon (Data RM RSCM Lantai IV Januari-

Juli 2018).

Nyeri merupakan keluhan yang paling umum dikeluhkan seorang

pasien untuk mencari perawatan kesehatan dibandingkan dengan keluhan

lainnya dan nyeri juga sebagai pengalaman sensori dibawa oleh stimulus
3

sebagai akibat adanya ancaman dan kerusakan aktual dan potensial

(Prasetyo, 2010).

Menurut Anne dan Brams (2012) melaporkan nyeri pasien Ca Mammae

ditemukan pada 30-70% pasien dengan derajat sedang sampai berat.

Penelitian lain menunjukkan bahwa meskipun insidensi nyeri Ca Mammae

telah berkurang 2% tiap tahun selama 30 tahun terakhir, namun 30% pasien

masih merasakan nyeri sedang dan 11% pasien lainnya mengeluhkan nyeri

berat (Holdcroft, 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nurhafizah & Erniyati (2012) di RSUP H. Adam Malik Medan, menunjukkan

bahwa sebagian besar pasien Ca Mammae merasakan intensitas nyeri sedang

(57,4%), diikuti dengan intensitas nyeri ringan (22,2%), dan sisanya pasien

dengan intensitas nyeri berat (20,4%).

Pengukuran tingkat dan respon nyeri yang paling sering digunakan

dalam melakukan pengukuran nyeri adalah Skala Visual analog scale (VAS)

yakni psikometri skala respon yang dapat digunakan dalam kuesioner untuk

mengukur karakteristik subjektif atau sikap yang tidak dapat diukur secara

langsung (Black, at al, 2014)

Kemampuan aktifitas pada pasien Ca mammae sangat perlu dilakukan,

kemampuan Aktivitas Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk

berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan

sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas (Anne, 2014).

Kemampuan aktifitas seseorang bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni

tingkat nyeri yang dialami, adanya penekanan pada luka, pasien lansia,

adanya sebuah dorongan dan dukungan dari keluarga. Jika semua hal tersebut
4

minimal maka semua itu dianggap mampu meningkat aktifitas terjadinya Ca

mammae.

Penelitian yang dilakukan oleh Lancet (2015) menjelaskan bahwa

tingkat nyeri sangat mempengaruhi kemampuan aktifitas seseorang, semakin

minimal nyeri yang terjadi pada pasien Ca Mammae maka semakin baik

aktifitas yang dilakukan pasien Ca Mammae. Nyeri yang terjadi pasien Ca

Mammae bisa diminimalkan selain dengan analgetik juga dengan mobilisasi

secara bertahap.

Berdasarkan data yang telah dipaparkan diatas, tingginya angka pasien

Ca mammae khususnya di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangukusumo

Jakarta Pusat yang dijadikan lokasi/tempat penelitian. Maka dengan hal

tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat nyeri dengan

kemampuan aktifitas pasien Ca Mammae Di Rumah Sakit Pusat Nasional

Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Nyeri pada pasien Ca Mammae merupakan suatu kewajaran akan tetapi

jika nyeri tidak ditangani dengan baik maka akan mempengaruhi aktifitas

pada pasien Ca Mammae, maka dengan demikian peneliti tertarik untuk

melihat “Hubungan Tingkat Nyeri Terhadap Kemampuan Aktifitas Pasien Ca

Mammae Di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta

Tahun 2018? “.
5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui Hubungan Tingkat Nyeri Terhadap Kemampuan Aktifitas

pasien Ca Mammae Di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo

Jakarta Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahui gambaran karakteristik demografi responden (Usia,

Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Ras Dan Status

Pernikahan) di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo

Jakarta Tahun 2018.

1.3.2.2 Diketahui distribusi frekuensi tingkat nyeri pada pasien Ca

Mammae di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo

Jakarta Tahun 2018.

1.3.2.3 Diketahui distribusi frekuensi kemampuan aktifitas pada pasien Ca

Mammae Di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo

Jakarta Tahun 2018.

1.3.2.4 Diketahui hubungan tingkat nyeri terhadap kemampuan aktifitas

pada pasien Ca Mammae Di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto

Mangunkusumo Jakarta Tahun 2018

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dalam penelian ini adalah sebagai berikut:


6

1.4.1 Bagi Pasien

Hasil Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan

pasien terhadap kebutuhan aktivitas dan penurunan skala nyeri,

sehingga pasien dapat melakukan penanganan rasa nyeri dan

meningkatkan kebutuhan aktivitas lainnya selama dalam perawatan

medis dapat dilakukan dengan maksimal.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit.

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menurunkan nyeri untuk

meningkatkan kemampuan aktivitas pada pasien Ca mammae.

Mengetahui metode teknologi dan manajemen nyeri pada pasien Ca

Mammae untuk meningkatkan kemampuan aktivitas selama perawatan

medis di rumah sakit.

1.4.3 Bagi Profesi keperawatan

Penelitian ini dapat menjadikan salah satu pedoman dalam penurunan

nyeri untuk meningkatkan aktifitas pasien Ca mammae serta

diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian

terkait dengan hal yang sama yakni tentang perawatan pasien Ca

mammae dengan metode yang lebih mendalam baik di Rumah Sakit,

Balai pengobatan, puskemas rawat inap dan sebagainya.


7

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu pedoman atau

referensi oleh Mahasiswa Keperawatan Universitas Binawan untuk

melakukan penelitian dalam bidang metodologi penanganan nyeri Ca

mammae untuk meningkatkan aktifitas pasien dengan Ca mammae

akan tetapi lebih dalam sampai pada eksperimen yang kuat sehingga

penelitian selanjutnya dapat berkembang secara maksimal serta

memperbanyak referensi di Perpustakaan Universitas Binawan sebagai

pendukung pembelajaran Mahasiswa di Universitas Binawan.

1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari peneltian ini maka diharapkan peneliti selanjutnya dapat

meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi nyeri dan kemapuan

aktivitas pada pasien Ca Mammae kemudian melakukan penelitian

tentang teknologi penatalaksanaan nyeri pada pasien Ca Mammae dan

penyebab lain dari kurangnya kemampuan aktivitas ada pasien Ca

Mammae untuk meningkatkan perawatan dan tindakan selanjutnya.


8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP CA MAMAE

2.1.1 Definisi

Ca mamae adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan

jaringan penunjang payudara(Luwia,2003). Menurut Cahyani cit

Pramadhiani (2000) kanker payudara adalah benjolan pada payudarayang

tumbuh secara abnormal terus menerus dan tidak terkendali.

2.1.2 Etiologi

Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti, tetapi terdapat

faktor faktor ;

a. Genetik.

b. Hormonal : Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai

peran penting dalam kanker payudara.

c. Lingkungan : yaitu keadaan lingkungandengan paparan sinar

radioaktif,sinar x dan pencemaran bahan bahan kimia.

d. Berat badan : bisa mempengaruhi terjadinya kanker payudara karena

simpanan lemak adalah sumber produksi hormon estrogen.

8
9

2.1.3 Fatopisiologi

Kanker payudara terbanyak menyerang sebelah kiri daripada sebelah

kanan, dan lebih sering pada bagian sebelah atas. Kanker payudara

tersebar melalui sistem limpa dan aliran darah melalui bagian kanan

jantung ke paru paru dan sampai kembali ke payudara sebelahnya, dinding

dada tulang dan otak.

Stadium 1 : Tumor 2 Cm

Stadium II : Tumor 2-5 cm, metastase ke kelenjar getah bening

Ketiak

Stadium III : Tumor > 5cm metastase ke kelenjar getah bening ketiak

dan menyebar ke kulit / dinding dada

Stadium IV : Tumor metastase kas.

2.1.4 Penatalaksanaan

a. Mastektomi atau lumpektomi , dengan diseksi kelenjar getah bening

aksila.

b. Radiasi atau antiestrogen untuk tumor yang + reseptor estrogenya.

c. Rekonstruksi payudara.

d. emberian konseling dan dukungan nya.

e. Pembedahan atau biopsi.

f. Terapi radiasi.

g. Kemoterapi.
10

2.1.5 Komplikasi

Dapat metastasi luas. Tempat metastase adalah; otak, paru tulang,hati dan

ovarium. Angka bertahan hidup bergantung pada stadium. 7 klasifikasi

TNM kanker payudara(AJCC):

T ( Tumor Primer )

1. TX : Tumor primer tidak dapat ditemukan.

2. T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.

3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor.

4. T1 : Tumor < 2cm.

T1a : Tumor < 0,5cm.

T1b : Tumor 0,5-1cm

T1c : Tumor 1-2cm

5. T2 : Tumor 2-5cm

6. T3 : Tumor diatas 5cm

7. T4 ; Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke

dinding thorak atau kulit.

T4a : Melekat pada dinding dada.

T4b : Edema kulit ,ulkus, peau d’orange, satelit

T4c : T4a dan T4b

T4d : Mastitis karsinomatosis

Nodul limfe regional (N)

1. NX : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

2. NO : Tidak teraba kelenjar axilla


11

3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak

melekat

4. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axilla homolateral yang melekat

satu sam lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.

N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral.

Metastase jauh (M)

1. MX : Metastase jauh tidak dapat ditemukan.

2. M0 : Tidak ada metastase jauh

3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula.

2.2 KONSEP NYERI

2.2.1 Definisi

Nyeri adalah sensasi subjektif rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Ketika suatu jaringan

mengalami cedera atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan-bahan

yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion

kalium, bradikinin dan prostagladin yang akan mengakibatkan respon

nyeri. Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan

jaringan yang menekan pada reseptor nyeri (Potter & Perry, 2009).

International Association for the Study of Pain, (2011) mendefinisikan nyeri

sebagai suatu pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan

yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi untuk

menimbulkan kerusakan jaringan. Rasa nyeri selalu merupakan sesuatu


12

yang bersifat subjektif, setiap individu mempelajari nyeri melalui

pengalaman yang berhubungan langsung dengan luka (injury) yang terjadi

pada masa awal kehidupannya. Secara klinis nyeri adalah apapun yang di

ungkapkan oleh pasien mengenai sesuatu yang dirasakannya sebagai suatu

hal yang tidak menyenangkan atau mengganggu (kozier & Erb, 2014).

Nyeri adalah suatu sensasi yang bersifat subjektif akibat adanya kondisi

yang tidak nyaman yang di sebabkan oleh kerusakan jaringan pada

pembedahan. Nyeri yang paling sering perawat di observasi oleh perawat

terdiri dari tiga tipe yaitu nyeri akut, nyeri kronik maligna, dan nyeri non-

maligna kronik (Wilhelma, 2015).

2.2.2 Klasifikasi Nyeri

Potter & Perry (2008) mengklasifikasikan nyeri berdasarkan sumbernya

meliputi:

a) Nyeri kulit

yaitu nyeri yang di rasakan dikulit atau subkutis, misalnya nyeri

ketika tertusuk jarum atau lutut lecet. Lokalisasi nyeri jelas suatu

dermatum

b) Nyeri somatik

yaitu nyeri dalam yang berasal dari tulang dan sendi, tendon, otot

rangka, pembuluh darah, dan tekanan syaraf dalam, sifat nyeri

lambat.
13

c) Nyeri Viseral

yaitu dirongga abdomen atau thorak terlokalisasi jelas disuatu

titik tapi bisa di rujuk kebagian-bagian tubuh dan biasanya agak

parah

d) Nyeri Psikogenik

yaitu nyeri yang timbul dari pikiran pasien tanpa di ketahui adanya

temuan pada fisik.

e) Nyeri phantom limb pain

yaitu nyeri yang dirasakan oleh individu pada salah satu ekstremitas

yang telah di amputasi.

f) Nyeri superfisial

biasanya timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti pada laserasi,

luka bakar, luka pembedahan, nyeri jenis ini memiliki durasi yang

pendek, terlokalisir dan memiliki yang tajam.

g) Nyeri sebar (radiasi)

adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal ke jaringan

sekitar, nyeri jenis ini biasanya dirasakan oleh klien seperti

berjalan/bergerak dari daerah asal nyeri ke sekitar atau sepanjang

bagian tubuh tertentu, nyeri dapat bersifat intermitent atau konstan.

h) Nyeri alih (referred pain)

adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral yang menjalar

ke organ lain ,sehingga di rasakan nyeri pada beberapa tempat atau

lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya neuron sensori

dari organ yang mengalami nyeri ke dalam medula spinalis dan


14

mengalami sinapsis dengan serabut saraf yang berada pada bagian

tubuh lainnya. Nyeri yang timbul biasanya pada beberapa tempat

yang kadang jauh dari lokasi asal nyeri.

2.2.3 Skala Pengukuran Nyeri

Untuk menentukan tingkat rasa nyeri tersebut, para praktisi kesehatan

menggunakan berbagai skala atau charta yang disebut Comperative Pain

Scale. Ada lebih dari 30 jenis pengukuran skala nyeri yang diciptakan dan

dikembangkan oleh berbagai ahli medis dan lembaga kesehatan.

Kebanyakan memakai tingkat skala 0-10.

2.2.3.1 Visual Analogue Scale (VAS)

Visual analog scale (VAS) adalah psikometri skala respon yang dapat

digunakan dalam kuesioner untuk mengukur karakteristik subjektif atau

sikap yang tidak dapat diukur secara langsung. Ketika menanggapi item

VAS, responden menentukan tingkat persetujuannya untuk pernyataan yang

menunjukkan posisi di sepanjang garis kontinyu antara dua titik akhir. VAS

merupakan skala nyeri paling umum untuk mengukur tingkat kunatifikasi

endometriosis nyeri. Dengan mengunakan visual analog scale atau grafik

ekspresi wajah, keparahan nyeri dapat dicartakan dan digunakan.

Kemungkinan penyebab kesakitan dan akhirnya pilihan pengobatan untuk

mengurangi rasa sakit dapat dipastikan.


15

Gambar 2.1
Penilaian Skala Nyeri Visual Comparative Pain Scale
Sumber, SKala Nyeri Visual Analogue Scale (VAS), 2015

a) Pada Skala 0 (No Pain)

Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.

b) Pada Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)

Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan

nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir

tentang rasa sakit.

c) Pada Skala 2 (Tidak Nyaman / Discomforting)

Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan

mungkin memiliki kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda

untuk setiap orang.

d) Pada Skala 3 (Bisa Ditoleransi / Tolerable)

Rasa nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan

hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter. Nyeri terlihat dan

mengganggu, namun Anda masih bisa bereaksi untuk

beradaptasi.
16

e) Pada Skala 4 (Menyedihkan / Distressing)

Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari

sengatan lebah. Jika Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa

itu masih dapat diabaikan untuk jangka waktu tertentu, tapi masih

mengganggu. Misalnya, saat anda sakit gigi, jika dipaksakan,

anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tapi itu cukup

mengganggu.

f) Pada Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)

Rasa nyeri yang Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti

pergelangan kaki terkilir. Rasa sakit nyerinya tidak dapat

diabaikan selama lebih dari beberapa menit, tetapi dengan usaha

Anda masih dapat mengatur untuk bekerja atau berpartisipasi

dalam beberapa kegiatan sosial.

g) Pada Skala 6 (Intens)

Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat

sehingga tampaknya cenderung mempengaruhi sebagian indra

Anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu. Nyeri

cukup kuat yang mengganggu aktivitas normal sehari-hari.

Kesulitan berkonsentrasi.

h) Pada Skala 7 (Sangat Intens)

Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar

mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat

berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan

perawatan diri. Nyeri berat yang mendominasi indra Anda dan


17

secara signifikan membatasi kemampuan Anda untuk melakukan

aktivitas normal sehari-hari atau mempertahankan hubungan

sosial. Bahkan mengganggu tidur.

i) Pada Skala 8 (Sungguh Mengerikan / Excruciating)

Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih,

dan sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika

sakit datang dan berlangsung lama. Aktivitas fisik sangat terbatas.

Dan penyembuhan membutuhkan usaha yang besar.

j) Pada Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable)

Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan

sampai-sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit

apapun caranya, tidak peduli apa efek samping atau risikonya.

Sakit luar biasa. Tidak dapat berkomunikasi. Menangis dan atau

mengerang tak terkendali.

k) Pada Skala 10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat

diungkapkan)

Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable)

merupakan nyeri begitu kuat tak sadarkan diri. Terbaring di

tempat tidur dan mungkin mengigau. Kebanyakan orang tidak

pernah mengalami sakala rasa sakit ini. Karena sudah keburu

pingsan seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan

kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar

biasa parah.
18

2.2.3.2 Format Instrumen Nyeri

Tabel 2.1
Format Instrumen Nyeri

Skor Item Penilaian Respon Klien Skor


VAS Klien
0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir
tentang rasa sakit
2 Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu
dan mungkin memiliki kedutan kuat sesekali. Reaksi ini
berbeda-beda untuk setiap orang
3 Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari
sengatan lebah. Jika Anda sedang melakukan suatu kegiatan,
rasa itu masih dapat diabaikan untuk jangka waktu tertentu,
tapi masih mengganggu. Misalnya, saat anda sakit gigi, jika
dipaksakan, anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari,
tapi itu cukup meng
4 Rasa nyeri yang Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti
pergelangan kaki terkilir. Rasa sakit nyerinya tidak dapat
diabaikan selama lebih dari beberapa menit, tetapi dengan
usaha Anda masih dapat mengatur untuk bekerja atau
berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial.
5 Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari
sengatan lebah. Jika Anda sedang melakukan suatu kegiatan,
rasa itu masih dapat diabaikan untuk jangka waktu tertentu,
tapi masih mengganggu. Misalnya, saat anda sakit gigi, jika
dipaksakan, anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari,
tapi itu cukup mengganggu.
6 Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya cenderung mempengaruhi sebagian
indra Anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu.
Nyeri cukup kuat yang mengganggu aktivitas normal sehari-
hari. Kesulitan berkonsentrasi.
7 Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar
mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri. Nyeri berat yang mendominasi indra Anda dan
secara signifikan membatasi kemampuan Anda untuk
melakukan aktivitas normal sehari-hari atau mempertahankan
hubungan sosial. Bahkan mengganggu tidur.
19

8 Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir


jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang
parah jika sakit datang dan berlangsung lama. Aktivitas fisik
sangat terbatas. Dan penyembuhan membutuhkan usaha yang
besar.
9 Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable)
merupakan nyeri begitu kuat tak sadarkan diri. Terbaring di
tempat tidur dan mungkin mengigau.
10 Kebanyakan orang tidak pernah mengalami skala rasa sakit
ini. Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami
Kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang
sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.
Total

(Sumber :Aplikasi VAS, 2015; Black at al, 2014)

Berdasarkan Pengelompokan Skala Nyeri dengan VAS maka dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pada skala nyeri 1-3 dikategorikan sebagai Nyeri Ringan (masih bisa

ditahan, aktifitas terganggu)

2. Pada skala nyeri 4-6 dikategorikan sebagai Nyeri Sedang (menganggu

aktivitas fisik)

3. Pada skala nyeri 7-10 dikategorikan sebagai Nyeri Berat (tidak dapat

melakukan aktivitas secara mandiri)

2.2.3.3 Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

Wong-Baker FACES Pain Rating Scale Skala nyeri yang satu ini tergolong

mudah untuk dilakukan karena hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien

pada saat bertatap muka tanpa kita menanyakan keluhannya, biasanya skala

nyeri ini digunakan untuk menilai skala nyeri pada anak. (Black, 2014).

Berikut skala nyeri yang kita nilai berdasarkan ekspresi wajah: skala nyeri
20

Skala nyeri berdasarkan ekspresi wajah. Penilaian Skala nyeri dari kiri ke

kanan:

Gambar 2.2
Skala Nyeri Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

Keterangan:
Wajah Pertama :Sangat senang karena ia tidak merasa sakit
sama sekali.
Wajah Kedua : Sakit hanya sedikit.
Wajah ketiga : Sedikit lebih sakit.
Wajah Keempat : Jauh lebih sakit.
Wajah Kelima : Jauh lebih sakit banget.
Wajah Keenam : Sangat sakit luar biasa sampai-sampai
menangis.

2.2.4 Patofisiologi dan Pathway Nyeri

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat

kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat

tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan

tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden.

Sedangkan di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga individu

mengalami nyeri. Selain d ihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat

menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada


21

termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri

(Mubarak, 2012).

Pathway Nyeri

Trauma Jaringan Infeksi

Kerusakan Sel

Pelepasan Mediator Nyeri

(Histamin, Bradikinin Prostagadini, Serotonin, Oin Kaliun dll)

Merangsang Nosiseptor (Reseptor Nyeri)

Dihantarkan ke Serabut Tipe A

Dan Serabut Tipe C

Modula Spinalis

Sistem Aktvitas Retikular Sistem Aktvitas Retikular sistem Area

Pareasiacreduktus

Talamus Hipotalamus dan Sistem Limbik Talamus

OTAK

Korteks Somasensorik

Persepsi NYERI
22

Penelitian yang dilakukan oleh Amit Sood, (2016) menjelaskan bahwa

terdapat beberapa hormon yang memicu kecemasan dan dapat meningkatkan

persepsi nyeri yaitu:

2.2.4.1 Hormon Adrenalin

Hormon ini diproduksi oleh kelenjar Adrenal sebagai reaksi awal ketika

stress muncul. Bisa dikatakan hormon ini adalah reaksi pertama secara

kimiawi yang muncul dari tekanan. Sood, (2013) dari Mayoclinic

menjelaskan fungsi adrenalin sebagai reaksi cepat tubuh ketika sebuah

tekanan datang mendadak. Adrenalin akan bekerja untuk menstimulasi

detak jantung menjadi beberapa kali lebih cepat, memberi rangsangan

sistem saraf pusat untuk menjadi tegang sehingga menyebabkan Anda

meningkatkan kewaspadaan dan fokus. Adrenalin juga bisa menyebabkan

aliran darah menjadi lebih kuat dan mendorong ketegangan otot (Sood,

2013).

2.2.4.2 Hormon Norepinephrine

Hormon satu ini kerap kali bekerja bersama adrenalin mempengaruhi reaksi

tubuh terhadao stress. Hormon ini juga diproduksi oleh kelenjar adrenal,

tetapi dengan fungsi yang berbeda dari adrenal. Hormone ini akan

mengarahkan untuk menjadi terlalu fokus, cemas, khawatir, panik,

mengalami ketegangan otot dan beberapa gejala cemas lain seperti

berkeringat, sulit tidur, selalu memikirkan masalah, gelisah dan lain

sebagainya. Kondisi kecemasan atau kekhawatiran ini sebenarnya

merupakan efek dari stimulasi berlebihan yang dilakukan oleh hormon

Norepinephrine terhadap otak dengan mendorong aliran darah lebih kuat


23

menuju otak dan mendorong stimulasi terhadap sistem saraf pusat yang

lebih kuat. Stimulasi ini menyebabkan otak bekerja lebih keras dan terfokus

terhadap masalah yang memicu stress (Anne, 2011).

2.2.4.3 Hormon Kortisol

Hormon kortisol sendiri juga diproduksi oleh kelenjar Adrenal dan lagi-lagi

menjadi pemicu beberapa reaksi fisik berbeda dari dua jenis hormon stress

lain. Hormon ini memberikan beberapa reaksi tubuh dengan proses kerja

yang lebih lambat dari jenis hormon stress lain. Bila adrenalin dan

Norepinephrine bekerja untuk menyebabkan tubuh bereaksi fisik dengan

ketegangan, kewaspadaan dan kepanikan, maka kortisol akan bekerja

dengan mestimulasi sistem fluida tubuh atau kondisi cairan dalam tubuh dan

mempengaruhi tekanan darah. Namun kortisol juga akan memicu Anda

merasa sangat lapar, kehilangan konsentrasi pada apa yang di depan Anda

karena terus berpikir pada masalah pemicu stress dan menyebabkan tubuh

menjadi terasa malas (Black, at al, 2014)

2.3 KONSEP KEMAMPUAN AKTIVITAS

2.3.1 Definisi Aktivitas

Kemampuan Aktivitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak

secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Black, 2014).


24

2.3.2 Jenis Kemampuan Aktivitas

a. Kemampuan Aktivitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang

untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan

interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh

ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat

mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

b. Kemampuan Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang

untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara

bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik

pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau

patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapt

mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena

kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini

dibagi menjadi dua jenis yaitu :

I. Kemampuan Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem

muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.

II. Kemampuan Aktivitas sebagian permanen, merupakan kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal

tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel,

contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena

cedera tulang belakang, poliomielitis karena terganggunya sistem

saraf motorik dan sensorik.


25

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Aktivitas

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan

diantaranya:

2.3.3.1 Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang

karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.

2.3.3.2 Proses Penyakit/Cedera

Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat

memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita

fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstrimitas

bagian bawah.

2.3.3.3 Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.

Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki

kemampuan mobilitas yang kuat; sebaliknya ada orang yang mengalami

gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk

beraktivitas.

2.3.3.4 Tingkat Energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat

melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.

2.3.3.5 Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.

Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan

perkembangan usia.
26

2.3.4 Skala Pengukuran Kemampuan Aktifitas

2.3.4.1 Indeks Barthel (IB)

Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi

mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas

serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan

fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan

keseimbangan. Menggunakan 10 indikator, yaitu :

Tabel 2.2
Instrument Pengkajian Dengan Indeks Barthel.
No. Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong,
mengoles mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur
4. Berpakaian (Dressing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter
(Bowel) dan tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7 hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
(Bladder) perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
27

9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)


1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu
orang
3 = Mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Sumber : Sugiarto, 2012.

Interpretasi Hasil:

20 : Mandiri

12-19 : Ketergantungan Ringan

9-11 : Ketergantungan Sedang

5-8 : Ketergantungan Berat

0-4 : Ketergantungan Total

2.3.4.2 Indeks Kats

Indeks Katz adalah suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian

yang didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas

kehidupan sehari-hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional

dapat mengidentifikasikan kemampuan dan keterbatasan klien sehingga

memudahkan pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, R. Siti, dkk, 2011).

Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktivitas

kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau

bergantung dari klien dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB atau BAK), 3)

berpindah, 4) ke kamar kecil, 5) mandi dan berpakaian (Maryam, R. Siti,

dkk, 2011).
28

Tabel 2.3
Penilaian Indeks Katz
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK), berpindah, ke
A
kamar kecil mandi dan berpakaian.
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.

C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
D
tambahan.
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil
E
dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
F
berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
Lain – Lain
sebagai C, D, E atau F
Maryam, R. Siti, dkk, 2011.

Keterangan:

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari

orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak

melakukan fungsi, meskipun sebenarnya mampu.

1. Mandi

Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung

atau ekstermitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.

Bergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan

masuk dan keluar dari bak mandsi, serta tidak mandi sendiri.

2. Berpakaian

Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan

pakaian, mengancingi atau mengikat pakaian.

Tergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau baju hanya

sebagian.
29

3. Ke Kamar Kecil

Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan

genitalia sendiri.

Tergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan

menggunakan pispot.

4. Berpindah

Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari

kursi sendiri.

Tergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau

kursi, tidak melakukan satu, atau lebih berpindah.

5. Kontinen

Mandiri: BAK dan BAB seluruh dikontrol sendiri.

Tergantung: Inkontinensia parsial atau lokal; penggunaan kateter

pispot, enema, dan pembalut (pampres).

6. Makan

Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.

Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan

menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT).


30

2.3.4.3 Modifikasi Indeks Kemandirian Katz

Tabel 2.4
Modifikasi Indeks Kemandirian Katz

Mandiri Tergantung
No. Aktivitas
Nilai (1) (Nilai 0)
1 Mandi di kamar mandi (menggosok,
membersihkan, dan mengeringkan badan).
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan
menggunakannya.
3 Memakan makanan yang telah disiapkan.
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri
(menyisir rambut, mencuci rambut, mengosok gigi,
mencukur kumis).
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan
mengeringkn daerah bokong).
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja).
7 Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan
dan mengeringkan daerah kemaluan).
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih.
9 Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke luar
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
10 Menjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan
yang dianut.
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti: merapikan
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan
keluarga.
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan
menggunakan uang sendiri).
14 Mengguanakan sarana transfortasi umum untuk
berpergian.
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan
aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat).
16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk
kepentingan keluarga dalam hal penggunakan
uang, aktivitas sosial yang dilakukan dan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan
keagamaan, sosial, rekreasi, olah raga dan
menyalurkan hobi.
JUMLAH POIN MANDIRI
Sumber: Maryam, R. Siti, dkk, 2011.

Analisi hasil:

Point : 13 – 17: Mandiri

Point : 0 – 12 : Ketergantungan
31

2.3.5 Fakor Yang Mempengaruhi Nyeri Dan Kemampuan Aktifitas.

2.3.5.1 Fakor Yang Mempengaruhi Nyeri

Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Prihardjo (2011) dibedakan

menjadi dua, yaitu faktor Internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi rasa nyeri adalah sebagai

berikut:

1. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus

mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang

melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan

fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,

karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus

dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau

meninggal jika nyeri diperiksakan.

2. Jenis kelamin

Gill (2012) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda

secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi

faktor budaya (Misal: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri,

wanita boleh mengeluh nyeri).

3. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (2012),

perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang


32

meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan

respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery

merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

4. Anxietas (Kecemasan)

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa

menyebabkan seseorang cemas.

5. Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau,

dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah

mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri

tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

6. Pengetahuan Nyeri

Nyeri dirasakan dan disadari otak, tetapi berlum tentu penderita

akan tergangggu misalnya karrna ia punya pengetahuan tentang

nyeri sehingga ia menerimanya secara wajar.

7. Kelelahan

Kelelahan dapat meningkatkan nyeri karena banyak orang merasa

lebih nyaman waktu istirahat.

b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi rasa nyeri dan respon

terhadap nyeri adalah sebagai berikut:


33

1. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi

nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan

menyulitkan seseorang mengatasi nyeri

2. Support keluarga dan social

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada

anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan

dan perlindungan.

3. Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka

berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut

kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena

mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada

nyeri.

4. Lingkungan

Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsanggan dari

lingkungan seperti kebisingan, cahaya yang sangat terang.

5. Pengobatan

Pengobatan analgesik yang diberikan sesuai dosis yang mermakai

akan mempercepat penurunan nyeri

2.3.5.2 Fakor Yang Mempengaruhi Kemampuan Aktifitas.

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa 2 faktor, diantaranya:


34

a. Faktor Internal

1. Usia dan Status Perkembangan

Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas

pada tingkat usia yang berbeda

2. Proses Terjadinya Cidera

Proses terjadinya cidera mempengaruhi tingkat kemapuan

aktifitas pada pasien, semakin para cidera yang dialami maka

semakin berat ketergantungan pasien terhadap kebutuhan

aktifitas. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat

berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang

menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan

pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah. Sebagai contoh,

orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki

kemampuan mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada

orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat

dan budaya yang dilarang untuk beraktivitas.

b. Faktor Ekternal

1. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang

karena berdampak pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.

2. Tingkat Energi

Tingkat energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy

yang cukup.
35

3. Kultur dan Lingkungan

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka

berespon terhadap kemampuan aktifitas yang dialami misalnya

seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa kemapuan

aktifitas serta diperberat dengan adanya rangsanggan dari

lingkungan seperti kebisingan, cahaya yang sangat terang.

2.4 KERANGKA TEORI Fakor Internal:


Kemampuan Aktivitas 1. Proses Cidera
Fakor Internal: 1. Ketergantungan 2. Usia dan Status
Total: Skor 0-4 Perkembangan
1. Usia Skala Nyeri
2. Jenis kelamin 2. Ketergantungan
1. (Tidak Nyeri): 0 Berat: Skor 5-8
3. Perhatian
4. Anxietas 2. (Nyeri Ringan): Skor 1-3 3. Ketergantungan
(Kecemasan) 3. (Nyeri Sedang): Skor 4-6 Sedang: Skor 9-11
5. Pengalaman 4. (Nyeri Berat): Skor 7-10 4. Ketergantungan
masa lalu Ringan: Skor 12-19
6. Pengetahuan 5. Mandiri: Skor 20 Faktor Eksternal:
Nyeri 1. Gaya Hidup
7. Kelelahan
2. Suku dan Budaya

Faktor Eksternal: 3. Tingkat Energi


1. Pola koping
2. Support keluarga
dan sosial
3. Kultur
4. Lingkungan
5. Pengobatan

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti
: Hubungan
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber: Smelter & Bare (2010); Darmawan (2011); Anne (2012)
36

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI
OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu pengertian dasar dari sesuatu yang akan

diteliti. Konsep adalah kaidah umum (Abstraksi) mengenai himpunan benda-

benda atau hal-hal yang biasanya dibedakan dari penglihatan atau perasaan

(Supardi S. & Rustika, 2013).

Menurut Sugiyono, (2012) teori konsep adalah proposisi yang

berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis melalui spesifikasi

hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan

meramalkan fenomena.

Kerangka konsep merupakan uraian tentang hubungan antar variabel–

variabel yang terkait dengan masalah penelitian dan di bangun berdasarkan

kerangka teori/kerangka pikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman

penelitian.

Menurut Susilo (2013), Variabel Independent (bebas) merupakan

variabel yang menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang

dimanipulasikan oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel

dependen. Variabel Dependent (terikat/tergantung) adalah variabel yang

ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon atau ouput akan muncul

sebagai akibat dari manipulasi variabel independent. Variabel yang di ukur

pada penelitian ini adalah:

36
37

1. Variabel Bebas (Variabel Dependen)

Variabel Bebas pada penelitian ini adalah Skala Nyeri Pasien Ca

Mammae

2. Variabel Terikat (Variabel Independen)

Variabel Terikat pada penelitian ini adalah Kemampuan Aktivitas

Pasien Ca Mammae di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

tahun 2019.

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Variabel Independen Variabel Dependen

SKALA NYERI Kemampuan Aktivitas


1) Tidak Nyeri: Skor 0 1) Ketergantungan Total : 0-4
2) Nyeri Ringan: Skor 1-3 2) Ketergantungan Berat : 5-8
3) Nyeri Sedang: Skor 4-6 3) Ketergantungan Sedang: 9-11
4) Nyeri Berat: Skor 7-10 4) Ketergantungan Ringan: 12-19
5) Mandiri: 20

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis Penelitian.

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pernyataan.Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data . Jadi hipotesis juga dapat

dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian(


38

Sugiono,2016 ). Berdasarkan permasalahan yang disampaikan pada latar

belakang dengan didukung oleh tinjauan teori dan batasan kerangka

konseptual, maka tergambarkan pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dirumuskan dalam hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha : Ada hubungan antara tingkat nyeri dengan kemampuan aktivitas

pada pasien ca mammae di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Jakarta tahun 2018.


39

3.3 Definisi Operasional

N Varia Definisi Konseptual Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala


o bel Operasional Ukur Ukur ukur
1 Nyeri Nyeri adalah suatu sensasi yang Skala Nyeri Kuesi Skala 1. Tidak Nyeri : 0 Ordinal
bersifat subjektif akibat adanya pada pasien Ca oner VAS 2. Nyeri Ringan :
kondisi yang tidak nyaman yang Mammae yang Skor 1-3
di sebabkan oleh kerusakan diukur 3. Nyeri Sedang:
jaringan pada pembedahan. bedasarkan Skor 4-6
Nyeri yang paling sering perawat Skor Visual 4. Nyeri Berat:
di observasi oleh perawat terdiri Analogue Skor 7-10
dari tiga tipe yaitu nyeri akut, Scale (VAS)
nyeri kronik maligna, dan nyeri dalam bentuk
non-maligna kronik kuesioner

2 Kema Kemamuan Aktifitas merupakan Kemampuan Kuesi Skala 1. Ketergantungan Ordinal


mpua kemampuan individu untuk pasien Ca oner Indek Total : 0-4
n bergerak secara bebas, mudah, Mammae s 2. Ketergantungan
Aktiv dan teratur dengan tujuan untuk dalam Barth Berat: 5-8
itas memenuhi kebutuhan aktivitas melakukan el 3. Ketergantungan
guna mempertahankan aktivitas dasar Sedang: 9-11
kesehatannya. selama 4. :Ketergantungan
perawatan Ringan: 12-19
5. Mandiri: 20
40

BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya. Pemilihan metode ditentukan oleh beberapa hal, yaitu objek

penelitian, sumber data, waktu, dana yang tersedia dan tehnik yang akan digunakan

oleh peneliti adalah metode penelitian kuantitatif. Pada bab ini peneliti akan

menjelaskan desain penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian, waktu

penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data dan tehnik analisis data.

4.1 Desain Penelitian

Desain dari penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif analitik

korelasional dengan rancangan cross sectional. Keseluruhan dari perencanaan

yang menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi kesulitan yang dapat

terjadi dalam penelitian yang akan dilakukan dalan suatu kurun waktu tertentu

(Sugiyono, 2017). Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan

metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif frekuensi. Metode

pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian yang

bertujuan untuk mempelajari suatu dinamika korelasi antara faktor–faktor

resiko dengan efek, dengan cara pendekatan yang telah tentukan, observasi

atau pengumpulan data sekaligus pada saat yang bersamaan (Sugiyono, 2017).
41

4.2 Populasi dan Sampel


Dalam bagian ini akan diuraikan populasi penelitian dan sampel. Populasi akan

dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana yang akan diteliti

yang menjadi sasaran ini, sedangkan sampel, harus menyebutkan teknis

pengambilan sampel serta besarnya sample (Sugiono, 2017).

4.2.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang

telah ditetapkan (Nazir, 2017) Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien

di Ca Mammae Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo

Jakarta yang diambil sejak Januari- Juli 2018 sebanyak 134 responden.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel penelitian yang digunakan

dengan teknik Purposive Sampling yaitu teknik menentukan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Misal akan melakukan tentang suatu

kualitas maka sumber datanya adalah sesuatu yang dibutuhkan (Sugiyono,

2017). Untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan

bagi ketepatan (accurancy) penelitian ini menggunakan rumus untuk

populasi kecil ata lebih kecil dari 100 (Sugiyono, 2017)

n= N.Zα2 P.Q

d2 (N-1) + Zα2. p.q

Keterangan:

n : perkiraan jumlah sampel

N : perkiraan besar populasi (jumlah Pasien Ca Mammae: 134 pasien)


42

Zα : nilai standar normal untuk α=0,05 (1,96)

P : proporsi (pasien kemoterapi) sebesar 60% (Rinelly, 2017).

Q : 1-P

d : tingkat kesalahan yang dipilih (0,1)

n= 134 . (1,96)2 . 0,6 . 0,4 = 39.328=39

(0,1) 2 (134-1) + (1,96)2 . 0,6 . 0,4

Salah satu upaya dalam mengantisipasi kemungkinan adanya responden


yang drop out maka dilakukan perhitungan koreksi besar sampel dengan
rumus sebagai berikut (Sastroasmoro & Ismail, 2011):

n’ = n

1-f

Keterangan:

n’ : besar sampel yang dihitung

f : perkiraan proporsi drop out (10%)

Setelah dihitung sesuai dengan rumus koreksi tersebut, maka pada


penelitian ini diperlukan sebanyak 39+3,9=42,2. Angka tersebut kemudian
dibulatkan menjadi 46, sehingga jumlah sampel menjadi 42 responden.

4.2.3 Korelasi product moment

Tehnik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan

hipotesis hubungan dua variable bila kedua data variable berbentuk

interval dan ratio, dan sumber data dari dua variable atau lebih tersebut

adalah:
43

𝚺 𝒙𝒚
𝒓𝒙𝒚 =
√𝚺𝒙𝟐 𝒚𝟐

Dimana:

rxy = Korelasi antara variabel x dengan y

x = ( 𝑥𝑖 – x )

y = ( 𝑦𝑖 – y )

Kriteria inklusi:

Populasi yang dapat diambil sebagai sampel Sugiyono, (2017).

1) Pasien Ca Mammae dengan Stadiun II

2) Responden yang mau bekerja sama, bersedia mengisi kuisioner dan

menjadi responden

3) Pasien dalam keadaaan sadar penuh

4) Pasien yang ada di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo

Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri–ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sebagai sampel (Sugiyono, 2017).

1) Pasien yang tidak mau bekerja sama, tidak bersedia mengisi kuisioner

dan menjadi responden

2) Pasien dengan tidak sadar penuh

4.3 Tempat Penelitian


Tempat penelitian ini dipilih dengan ditemukan banyaknya fenomena.

Selain itu belum ada penelitian yang dilakukan di RS Pusat Nasional Cipto

Mangunkusumo mengenai Hubungan Tingkat Nyeri Dan Kemampuan


44

Aktifitas pasien Ca Mammae. Maka peneliti akan melakukan penelitian ini

dilakukan Di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta

Tahun 2018.

4.4 Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember

2018. Adapun waktu penelitian akan dijabarkan ke dalam tabel dibawah ini

mulai dari persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan dimulai dari bulan

Oktober 2018 sampai dengan Februari 2019.


Tabel 4.1
Jadwal Penelitian Tahun 2018- 2019

No. Kegiatan Bulan


Agustus September Oktober November Desember Januari’19 Februari’19 Mar’19
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Memilih Judul

2. Studi Pendahuluan

3. Menyusun proposal

4. Revisi Proposal

5. Persiapan lapangan

6. Uji Coba Instrumen

7. Pengumpulan Data

8. Pengolahan Data

9. Analisis Data

10. Penyusunan Laporan

11. Seminar Hasil Penelitian

12. Revisi Hasil Penelitian

13. Penyerahan Hasil Penelitian

Sumber: Olahan Peneliti


46

4.5 Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak

hasil penelitian tersebut (Sugiyono, 2017).

Etika penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas

responden, melindungi, dan menghormati hak responden dengan

digunakannya pernyataan persetujuan responden dalam mengikuti penelitian.

Penelitian dilaksanakan dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan izin

kepada institusi Program Studi Keperawatan Universitas Binawan untuk

mendapatkan surat perizinan penelitian. Kemudian peneliti menyerahkan

surat izin tersebut kepada Direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Jakara untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian ditempat

tersebut. Etika penelitian menurut Sugiyono, (2017):

1. Beneficience

Peneliti meyakinkan responden bahwa peneliti ini bebas dari bahaya,

tidak bersifat memaksa melainkan bersifat sukarela, manfaan yang

dirasakan dan tidak menimbulkan resiko

2. Mal-efficence

Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak menimbulkan bahaya

pada responden dan responden terlindungi dari setiap resiko


47

3. Respect for human dignity

Responden berhak untuk menentukan dirinya sendiri, dan mendapatkan

informasi lengkap diantaranya mengenai tujuan, cara pelaksanaan,

manfaat penelitian dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian

4. Autonomy

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Tindakan yang

terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia

adalah peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed

consent).

5. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan. Peneliti tidak akan menuliskan

nama lengkap dari setiap sampel. peneliti hanya akan menuliskan inisial

huruf depan dari nama sampel, untuk menjaga kerahasiaan nama

sampel.

6. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah


48

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset. Peneliti tidak akan memberikan infromasi

tentang hasil penelitian tanpa persetujuan dari pihak terkait atau dalam

hal ini sampel yang dijadikan objek penelitian. Data akan dimusnahkan

dalam waktu 3 tahun kemudian.

7. Justice (Keadilan)

Penelitian ini menggunakan Subjek harus diperlakukan secara adil baik

sebelum, selama dan sesudah keikutsertaan dalam penelitian tanpa

adanya diskriminasi dan semua subyek diperlakukan dengan baik.

4.6 Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer

untuk keperluan penelitian (Sugiyono, 2017). Instrumen penelitian yang

digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan kuisioner yang

dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada konsep dan teori yang diuraikan

dalam studi pustaka dan hasil penelitian sebelumnya.

Instrumen kuisioner pada penelitian ini terbagi dalam berbagai bagian

pertanyaan.

Kuisioner data karakteristik terdiri dari:

1) Kuisioner demografi (Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Ras, dan

Status Pernikahan).

2) Lembar Observasi Skala Nyeri Berdasarkan Skala Visual Analogue

Scale (V.A.S) yang sudah disesuaikan dengan Format Instrumen yang


49

disediakan dan akan dilakukan pengujian dan observasi kepada pasien

sesuai dengan kriteria inklusi pada penelitian ini. Kriteria nyeri dapat

diklasifikasikan sebagai berikut: Pada skala nyeri 1-3 dikategorikan

sebagai Nyeri Ringan (masih bisa ditahan, aktifitas terganggu); Pada

skala nyeri 4-6 dikategorikan sebagai Nyeri Sedang (menganggu

aktivitas fisik); Pada skala nyeri 7-10 dikategorikan sebagai Nyeri Berat

(tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri).

3) Lembar Observasi Kemampuan Aktifitas Indeks Barthel yang sudah

disesuaikan dengan Format Instrumen yang disediakan dan akan

dilakukan pengujian dan observasi kepada pasien sesuai dengan kriteria

inklusi pada penelitian ini. Dengan interpretasi Interpretasi Hasil jika

skor; 20: Mandiri; 12-19: Ketergantungan Ringan; 9-11:

Ketergantungan Sedang; 5-8: Ketergantungan Berat; 0-4:

Ketergantungan total.

Uji coba kuesioner akan dilakukan lagi pada saat penelitian

berlangsung. Uji coba kuesioner dilakukan pada bulan Oktober 2018,

dengan respondennya yaitu pasien di ruang perawatan lantai 4 di RS

Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Kuesioner akan

dimasukkan dalam lampiran.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan secara langsung dengan pertanyaan

dalam bentuk kuisioner yang akan diisi oleh responden yang bersedia menjadi

responden. Tahapan yang dilalui sebagai berikut:


50

4.7.1 Prosedure Administratif

a) Peneliti mengajukan surat permintaan izin penelitian dari Ketua

Studi S1 Keperawatan Universitas Binawan Jakarta.

b) Surat ijin yang telah dikeluarkan oleh Ketua Program Studi S1

Keperawatan Universitas Binawan Jakarta digunakan peneliti untuk

melakukan penelitian.

4.7.2 Prosedure Teknis

a) Peneliti akan meminta persetujuan dari Direktur RS Cipto

Mangunkusumo Jakarta untuk mengadakan penelitian dengan

membawa surat permintaan izin penelitain dari Ketua Studi S1

Keperawatan Universitas Binawan Jakarta.

b) Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti akan

mengajukan surat permohonan izin penelitian dari institusi peneliti

(Universitas Binawan, Jakarta) untuk diajukan kepada pihak

manajemen RSPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan

menyampaikan maksud dan tujuan penelitian.

c) Melakukan pendekatan kepada calon responden dan memberikan

penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian dan jika

responden setuju maka kuesioner diberikan kepada responden

dengan menantangani persetujuan penelitian.

d) Memberikan angket/kuesioner kepada calon responden dan

menjelaskan maksud dari setiap pernyataan

e) Mempersilahkan responden mengisi kuisioner, sementara peneliti

tidak meninggalkan tempat agar responden dapat bertanya tentang


51

pernyataan yang kurang dimengerti.

f) Mengumpulkan kuesioner dan terlebih dahulu akan memeriksa

kelengkapan jawaban yang diberikan responden. Jika terdapat

jawaban yang tidak lengkap maka peneliti meminta kepada

responden untuk mengisi semua jawaban. Setelah semua pertanyaan

kuesioner diisi, diambil dan dikumpulkan oleh peneliti dilakukan

analisa.

g) Selain itu Peneliti akan mengambil data skunder yakni data Skala

Nyeri yang diambil melalui Rekan Medis (RM) pasien serta melihat

dan mencatat secara langsung catatan perkembangan pasien untuk

melihat hasil skala nyeri dan kemampuan aktifitas pasien dari hari

ke hari. Data skala nyeri diambil berdasarkan pencatatan yang

dilakukan oleh perawat ataupun dokter. Pengukuran nyeri

mengunakan skala penilaian Nyeri Visual Comparative Pain Scale

dengan kategori tidak nyeri jika skor 0, nyeri ringan : skor 1-3, nyeri

sedang: skor 4-6, nyeri berat: skor 7-10, ketergantungan total : 0-4.

Untuk pengukuran serta skala kemampuan aktivitas menggunakan

Skala Indeks Barthel dengan klasifikasi ketergantungan berat: 5-8,

ketergantungan sedang: 9-11, ketergantungan ringan: 12-19 dan

mandiri: 20.

h) Pengukuran kemampuan aktifitas dinilai berdasarkan kuesioner

yang diberikan kepada responden.

i) Setelah semua kuesioner telah diisi dan lengkap, kesioner

dikumpulkan utuk dilakukan pengecekan dan pengelolaan data pada


52

tahap selanjutnya.

4.8 Teknik Analisis Data

Setelah pengumpulan data, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah

pengolahan data yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas sifat-sifat yang

dimiliki oleh data yang tealah dikumpulkan. Langkah-langkah yang ditempuh

dalam pengolahan data (Sugiyono, 2017):

4.8.1 Editing

Kuisioner yang telah diisi oleh responden akan dilakukan pemeriksaan

isi kuisioner tentang kelengkapan isian, kejelasan, relevansi, dan

konsistensi jawaban yang diberikan responden. Data yang tidak

lengkap akan dikembalikan kepada responden untuk diisi kembali dan

dikembalikan pada saat itu juga.

4.8.2 Coding

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah mengubah data

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka sehingga mempermudah

pada saat analisa data dan mempercepat pada saat pemasukan data. Data

kuesioner yang sudah diisi oleh responden akan dilakukan coding

berdasarkan nilai yang sudah ditetapkan. Pengkodingan data skala nyeri

diberikan berdasarkan skor yakni Skala 0 (No Pain), Skala 1 (Sangat

Ringan / Very Mild), Skala 2 (Tidak Nyaman / Discomforting), Skala 3

(Bisa Ditoleransi / Tolerable), Skala 4 (Menyedihkan / Distressing,

Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing, Skala 6 (Intens),

Skala 7 (Sangat Intens), Skala 8 (Sungguh Mengerikan / Excruciating,


53

Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable) dan Skala 10 (Sakit

tak terbayangkan tak dapat diungkapkan).

Kemudian untuk kemampuan aktifitas yakni dikategorikan sebagai

berikut jika skor 20: Mandiri, jika 12-19: Ketergantungan Ringan, 9-

11: Ketergantungan Sedang, 5-8: Ketergantungan Berat, dan 0-4:

Ketergantungan Total.

4.8.3 Processing

Pada tahap ini data yang terisi secara lengkap dan telah melewati proses

pengkodean akan dilakukan pemrosesan data dengan memasukkan data

(entry data) dari seluruh kuisioner yang terkumpul ke dalam paket

program komputer.

4.8.4 Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk

melihat ada tidaknya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang

telah ditetapkan. Saat ditemukan kesalahan ketika entry data segera

diperbaiki sesuai hasil pengumpulan data.

4.8.5 Tabulasi Data

Tabulasi langsung adalah sistem pengolahan data langsung yang

ditabulasi oleh kuisioner. Ini juga metode yang paling sederhana bila

dibandingkan dengan metode yang lain. Tabulasi ini dilakukan dengan

memasukkan data dari kuisioner kedalam kerangka tabel yang telah

disiapkan, tanpa proses perantara yang lainnya. Tabulasi langsung

biasanya dikerjakan dengan cara mengelompokkan kuisioner menurut

jawaban yang diberikan, kemudian dihitung jumlahnya, lalu


54

dimasukkan kedalam tabel yang telah disiapkan kemudian di olah

menggunakan software komputer.

4.9 Pengolahan dan Analisa Data

Strategi analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini terbagi dalam

beberapa tahap, yaitu preanalysis phase, preliminary assessment, preliminary

action, principal analysis, interpretive phase (Sugiyono, 2017).

4.9.1 Preanalyses Phase

4.9.1.1 Log in, pengecekan data, dan edit data mentah

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengecekan data yang sudah

terkumpul. Pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapannya,

kemudahannya untuk dimengerti, kesalahan pengisian dan

memberikan nomer identifikasi pada setiap kelompok data dari

responden sehingga jumlah data benar sesuai dengan sampel yang

seharusnya.

4.9.1.2 Kode data

Pada tahap ini peneliti memberikan kode terhadap data yang tidak bisa

masuk langsung dalam program komputer. Kode yang diberikan

sesuai kode yang sudah ditetapkan pada definisi operasional.

4.9.1.3 Memasukkan data pada program file di computer dan verifikasi data

Peneliti memasukkan data pada program computer berdasarkan hasil

ukur dan koding data yang telah dilakukan. Verifikasi data dilakukan

pada setiap jawaban responden sehingga dipastikan tidak ada

kesalahan entry.
55

4.9.1.4 Periksa data dari outlier atau kode yang tidak jelas atau ireguler

Setalah semua data masuk, maka dilakukan pemeriksaan terhadap

seluruh item data yang tidak jelas atau ada perbedaan penulisan dan

inkonsistensi data, hal ini penting untuk menghindari terjadinya error

dalam analisis data.

4.9.1.5 Periksa data dari outlier atau kode yang tidak jelas atau ireguler

Setelah semua data masuk, maka dilakukan pemeriksaan terhadap

seluruh item data yang tidak jelas atau ada perbedaan penulisan dan

inkonsistensi data, hal ini penting untuk menghindari terjadinya error

dalam analisis data.

4.9.1.6 Bersihan data

Peneliti membersihkan data perancu atau data yang tidak sesuai

dengan cara kembali mengecek pada lembar pengumpulan data.

Pembersihan data dilakukan berulang-ulang sampai data dinyatakan

bersih.

4.9.1.7 Menyusun dan mendokumentasikan data yang akan dianalisis

Peneliti memasukkan data yang sudah dinyatakan baik dan bersih

kedalam format yang sesuai dengan teknik analisis statistic seuai

denga tujuan penelitian.

4.9.2 Preliminary Assesments

a. Mengkaji masalah missing value

b. Menilai kualitas data


56

c. Menilai tingkat bias data. Jika ditemukan data bias yang

ditunjukkan dengan adanya kesalahan atau ketidakkonsistenan

data, maka data akan dibersihkan kembali.

4.9.3 Preliminary Action

a. Melakukan transformasi data yang diperlukan dan dilakukan re-

code

b. Mengisi missing value

c. Membentuk skala variabel dan komposit indeks

d. Membentuk langkah analisis data yang tepat

4.9.4 Principal Analisys

Penelitian ini mempunyai tingkat kepercayaan 95% dengan α < 0,05.

Tahap principal analysis meliputi:

2.9.4.1 Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menganalisa variabel karakteristik

responden seperti usia, pendidikan, pendapatan, efek samping obat dan

pelayanan tenaga kesehatan. Tujuan analisis ini adalah untuk

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.

Bentuknya tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik

digunakan nilai median dan frekuensi. Sedangkan untuk data katagorik

tentunya hanya dapat menjelaskan angka/nilai jumlah presentasi

masing-masing kelompok. Pada penelitian ini hasil yang

dikelompokkan bersadarkan kategorik dari skala nyeri dan kemampuan

aktfitas.
57

Rumus Frekuensi

∑ f = N………………...…..............…..(1)
Keterangan:

f = frekuensi

N = jumlah total

Rumus Presentase

p(100) = f/ N x 100 ……….............….(2)

Keterangan :

p = nilai presentase

f = frekuensi jawaban yang benar

N = total nomor

2.9.4.2 Uji Bivariat

Dalam memudahkan dan mempercepat proses pengolahan data, penulis

mengunakan komputerisasi dengan menggunakan program software

Statistikal Product & Service Solutions (SPSS) 21.

Tabel 4.2
Uji Statistik Analisis Bivariat
Variabel Independen Variabel Dependen Uji Corelation
Skala Nyeri Kemampuan Aktivitas
1. Ketergantungan Total : 0-4
1. Tidak Nyeri: 0 2. Ketergantungan Berat : 5-8
2. Nyeri Ringan: Skor 1-3 3. Ketergantungan Kendall tau
3. Nyeri Sedang: Skor 4-6 Sedang : 9-11
4. Nyeri Berat: Skor 7-10 4. Ketergantungan Ringan: 12-19
5. Mandiri: 20
58

Rumus: Kendall tau

Uji Hubungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kendall tau.
Langkah-langkah melakukan uji Hubungan Kendall tau sebagai
berikut:

Open Analyze Insert


Cross Tabs
File Variabel

OK Statistic (Row, Kendall tau


Coloum, Total)

Bagan 4.1
Uji Bivariat Kendall tau

Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik

digunakan kemaknaan α=0,05 hasil uji statistik dikatakan bermakna

yang mempunyai nilai p-value <0,05 dan tidak bermakna apabila

mempunyai nilai p–value >0,05. Hasil dari uji Kendall tauhanya dapat

menyimpulkan ada atau tidaknya berbedaan proporsi antar kelompok.

Dengan demikian uji Kendall tau tidak dapat mengetahui kelompok

mana yang memiliki resiko lebih besar dibandingkan dengan


59

kelompok yang lain (Hartono, 2011). Analisa bivariat dalam

penelitian ini meliputi variabel: Ada Hubungan antara Tingkat Nyeri

Terhadap Kemampuan Aktivitas pada pasien Ca Mammae di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2018.


60

BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada BAB ini ditampilkan analisis data dari penelitian yang telah diolah dan

diambil kesimpulanya. Data tersebut ditampilkan mulai dari karakteristik

demografi responden, skala nyeri dan kemampuan aktifitas serta melihat hubungan

skala nyeri dengan kemampuan aktifitas pada pasien Ca Mammae di Rumah Sakit

Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2018.

5.1 Analisa Univariat

Analisa Univariat ditampilkan data distribusi frekuensi berupa frekuensi (n)

dan Presentase (%) pada setiap tabel.

5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik pada pasien Ca Mammae di
Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun
2019
No Variabel Deskripsi Frekuensi Persentase
1 Usia  < 20 tahun 8 20,0
 20 - 30 tahun 12 25,0
 > 30 tahun 22 55,0
2 Tingkat  SD 14 32,5
pendidikan  SMP-SMA 20 50,0
 PT 8 17,5
3 Pekerjaan  Bekerja 12 25,0
 Tidak bekerja 30 75,0
4 Agama  Islam 27 67,5
 Hindu 2 5,0
 Buddha 0 0,0
 Kristen 11 22,5
 Khatolik 2 5,0
5 Status Pernikahan  Menikah 32 80,0
 Tidak Menikah 2 5,0
 Janda 7 15,0
Total 42 100,0
(Sumber: Data Primer, 2019)
61

Tabel 5.1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak

pada responden yaitu >30 tahun sebanyak 55,0%, pendidikan SMP-SMA

sebanyak 50,0%, rata-rata responden tidak bekerja sebanyak 75,0%, status

menikah sebanyak 80,0%, rata-rata beragama islam sebanyak 67,5%.

5.1.2 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri


Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Skala Nyeri pada pasien Ca Mammae di
Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun
2019

Variabel Deskripsi Frekuensi Persentase


Nyeri 1. Tidak Nyeri 3 7,1
2. Nyeri Ringan 23 54,8
3. Nyeri Sedang 16 38,1
4. Nyeri Berat 0 0,0
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2019)

Tabel 5.2 menunjukan distribusi frekuensi skala nyeri pada pasien ca

mammae di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta

tahun 2019 yakni nyeri ringan sebanyak 23 responden (54,8%), nyeri

sedang sebanyak 38,1% dan tidak nyeri sebanyak 7,1%.

5.1.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Aktivitas


Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kemampuan Aktivitas pada pasien Ca
Mammae di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
Jakarta Tahun 2019
Variabel Deskripsi Frekuensi Persentase
Kemampuan 1. Ketergantungan Total 0 0,0
Aktivitas 2. Ketergantungan Berat 0 0,0
3. Ketergantungan Sedang 16 39,2
4. Ketergantungan Ringan 22 51,4
5. Mandiri 4 9,4
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2019)
62

Tabel 5.3 menunjukan frekuensi kemampuan aktivitas pada pasien Ca

Mammae di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta

Tahun 2019 yaki responden dengan ketergantungan ringan sebanyak

22 responden (51,4%), ketergantungan sedang 39,2%, serta mandiri

sebanyak 9,4%.

5.2 Anlisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan tingkat nyeri terhadap

kemampuan aktifitas pada pasien Ca Mammae Di Rumah Sakit Pusat Nasional

Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019. Uji hubungan penelitian ini

menggunakan uji Kendall tau dengan derajad kemaknaan 5% (0,05).

Hubungan antara variabel independen dan dependen dikatakan bermakna bila

p value <0,05 dan hubungan dikatakan tidak bermakna bila p value > 0.05.

Tabel 5.4
Hubungan Tingkat Nyeri Terhadap Kemampuan Aktifitas Pada
Pasien Ca Mammae Di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto
Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019
Variabel Kemampuan Aktivitas P- OR
Independen Val CI
Ketergant Ketergant Keterga Ketergant Mandiri ue 95%
ungan ungan ntungan ungan
Total Berat Sedang Ringan
Skala Nyeri n % n % n % n % n % 0,01 6,488
(18,3
 Tidak Nyeri 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 2,4 03-
9,057
 Nyeri Ringan 0 0,0 0 0,0 0 0,0 12 32,4 8 16,4 )

 Nyeri Sedang 0 0,0 0 0,0 9 18,2 10 25,8 2 4,8


 Nyeri Berat 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total 0 0,0 0 0,0 9 18,2 22 58,7 11 23,6
Sumber: Data Primer, 2019)

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 42 responden dengan

skala nyeri ringan dengan tingkat ketergantungan ringan yakni 32,4%, serta
63

nyeri sedang dengan kemampuan ringan sebesar 25,8%. Hasil uji statistik

dengan menggunakan uji Kendall tau didapatkan nilai pvalue: 0,01 berarti

p<α dimana nilai α: 0,05 yang berarti hipotesis diterima. Hal ini

membuktikan bahwa ada hubungan antara tingkat nyeri terhadap

kemampuan aktivitas pada pasien ca mammae di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo Jakarta tahun 2019.


64

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka pada bagian ini akan

dibahas lebih lanjut hasil penelitian yang diperoleh bedasarkan Analisa univariat

statistik deskriptif, analisa uji korelasi Kendall tau

6.1 Analisa Univariat

6.1.1 Distribusi Usia

Mayoritas responden adalah berumur antara >30 tahun yaitu

sebanyak 50,0%, Secara fisiologis pertumbuhan dan perkembangan

seseorang dapat digambarkan dengan pertambahan umur. Dengan

peningkatan umur diharapkan terjadi pertumbuhan kemampuan motorik

sesuai dengan tumbuh kembangnya, yang identik dengan idealisme tinggi,

semangat tinggi dan tenaga yang prima (Sastrohadiwiryo, 2012).

Kemampuan berpikir kritis pun meningkat secara teratur selama usia

dewasa (Perry & Potter, 2009).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anisa (2016)

yang berjudul “Hubungan karakteristik dengan kemampuan aktifitas

pada pasien post operasi di RSUD X tahun 2016” yang menyebutkan

bahwa ada hubungan usia dengan kemampuan aktifias pada pasien. Pada

penelitian tersebut kisarsan usia terbanyak yakni > 35 tahun sebanyak

54,6%.
65

Usia >30 tahun usia secara fisik otot masih sangat kuat karena masuk

dalam dewasa penuh, secara fisik dapat melakukan aktifitas sebagaimana

mestinya (Anisa, 2016). Pada usia >35 tahun Komponen-komponen

kebugaran fisik/aktivitas fisik yang dapat membantu mengurangi

kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit degeneratif, penyakit jantung

coroner, obesitas, dan kelemahan dari sendi dan otot memerlukan suatu

tingkat yang cukup dari kebugaran kesehatan maupun performance.

Kebugaran kesehatan terdiri dari kebugaran jantung-paru-peredaran darah,

lemak tubuh, kekuatan otot, dan kelenturan sendi, sedangkan kebugaran

performance terdiri dari ketahanan otot, tenaga otot, ketangkasan,

kelincahan, dan kecepatan (Giam, 2014).

Sedangkan secara sosial menurut Aritonang (2012), umur > 35 tahun

masuk dalam dewasa menengah, dimana pada masa ini orang sudah

mendapatkan karier dan pekerjaan serta penghasilan mandiri. Pada fase ini

orang akan berpacu dan bersaing dengan orang lain atau rekan kerjanya agar

lebih produktif dalam bekerja.

Dan secara psikologi usia >35 tahun Orang akan menggunakan

kemampuan dan kekuatan dalam mengelolah kegiatan yang dibutuhkannya,

berfikir lebih realistis, lebih memandang hidup sebagai rencana dan tujuan

yang akan digapai. Sesuai dengan yang ungkapkan oleh Notoadmojo (2015)

menyebutkan bahwa pada usia dewasa orang akan lebih sabar, berfikir logis,

merencanakan masa depan, karir lebih didepankan dan spiritual lebih

didalami.

65
66

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti berasumsi bahwa usia

responden yang diperoleh peneliti di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta

tahun 2019 banyak berkisar di masa dewasa menengah, sehingga banyak

responden yang sudah matang baik dari segi motorik, social, ekonomi

sampai pada spiritual. Secara fisik usia dewasa menengah kekuatan otot

masih maksimal dan kuat sehingga mampu untuk melakukan atifitias yang

baik.

6.1.2 Tingkat Pendidikan

Mayoritas responden dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah

lulusan SMP-SMA yaitu sebanyak 50,0%. Penelitian ini sebagian besar

responden berpendidikan SMP-SMA.

Penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Oleh Anisa

(2016) dengan judul “Hubungan karakteristik dengan kemampuan

aktifitas pada pasien post operasi di RSUD X tahun 2016” yang

menyebutkan bahwa pendidikan SMA sebanyak 57,6%. Didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Muaba (2015) dengan distribusi pendidikan

SMA sebanyak 55,1%.

Menurut DIKTI (2013) menyebutkan bahwa Sekolah Menengah

Pertama (SMP) termasuk pendidikan rendah sedangkan pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) merupakan pendidikan menengah atau pendidikan

sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh

Notoatmodjo (2010) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses

pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan


67

tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pengetahuan

di pengaruhi oleh tradisi, sikap, kepercayaan, perubahan perilaku menjadi

lebih baik, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, usia, tingkat social

ekonomi dan informasi yang didapat.

Pendidikan yang seharusnya merupakan kewajiban setiap

warganegera, akan tepai keadaan ekonomi seseorang yang membuat mereka

tidak mampu dalam melanjutkan pendidikan mereka kearah yang lebih

tinggi (Suryati, 2011). Pendidikan menengah secara sosial sudah pada

pendidikan sedang-tinggi, masih diperlukan peningkatan dan pembelajaran

yang dalam sosial dan perkembangan karier dan pekerjaan, agar pendapatan

yang diperoleh dapat memberikan kontribusi kepada status kesehatannya

(Anisa, 2016). Secara sosial pendidikan menengah sudah dapat

dipertimbangkan dalam bersosialisasi, lebih mudah menerima informasi

yang didapat, dan berkontribusi didalam kehidupan bermasyarakat

(Notoadmojo, 2011)

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti berasumsi bahwa sebagian

besar responden memiliki pendidikan rendah-sedang yang berpengaruh

pada perilaku, sikap dan pengetahuan responden sehingga lebih mudah

menerima informasi yang disampaikan. Secara sosial pendidikan SMA

merupakan pendidikan tinggi yang mampu menerima setiap informasi yang

diberikan sehingga setiap pelaksanaan layanan keperawatan dapat dengan

mudah dilakukan.
68

6.1.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan

Mayoritas responden tidak bekerja sebanyak 75,0%. Data tersebut

menujukan bahwa sebagian besar tidak bekerja.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rahmandar (2013)

dengan judul “Gambaran karateristik pasien dengan perilaku di RS

Jawa Barat tahun 2013” dengan hasil Ada hubungan pekerjaan responden

dengan perilaku (p= 0.035). Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan

perilaku kesehatan (p=0,562). Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian

yang dilakukan Widaryanti (2010) menelitian dengan judul “Hubungan

Antara Pekerjaan Ibu dengan Perilaku Kesehatan Paliyan Gunung

kidul Yogyakarta Tahun 2010” menyatakan bahwa ada hubungan antara

pekerjaan dengan Perilaku kesehatan.

Pekerjaan selalu dikaitkan dengan finansial yang diperoleh untuk

kesehatan seseorang, (Anisa, 2016). Orang yang bekerja akan memberikan

kontribusi dalam memfasiltasi kesehatan secara indiviual dan keluarga, hal

tersebut didukung oleh Azwar (2011) yang menyebutkan bahwa salah satu

kecukupan kesehatan seseorang adalah terdukungnya finansial. Semakin

baik finansial seseorang, maka semakin baik status kesehatan yang

diharapkan pada individu tersebut.

Secara sosial orang yang bekerja atau memiliki finansial yang cukup

akan dapat dengan mudah mengakses kesehatan yang baik untuk jenjang

kehidupannya, sesuai dengan Notoadmojo (2011) menyebutkan bahwa

status ekonomi memberikan pengaruh dan dampak terhadap kesehatan

dimasyarakat.
69

Pekerjaan merupakan sesuatu aktivitas utama yang dilakukkan oleh

seseorang yang menghasilkan untuk memenuhi kebutuhannya termasuk

status kesehatannya (Azwar, 2011). Menurut Notoadmojo (2012) bahwa

pekerjaan seseorang mempengaruhi status kesehatan karena berhubungan

dengan finansial dalam memandang hidup dan kesehatan pribadi dan

keluarganya.

Pada penelitian ini sebagian besar responden tidak bekerja, sehingga

asumsi peneliti bahwa responden sebagian besar tidak memiliki asuransi

kesehatannya sehingga harus membutuhkan dana secara pribadi atau

bantuan keluarga dalam pengobatannnya.

6.1.4 Distribusi Agama dan Suku Respondent

Mayoritas responden menujukan bahwa terdapat 67,5% responden

beragama Islam dan terdapat 52,5% bersuku Jawa. Data tesebut menujukan

bahwa sebagian besar responden beragama Islam. Penelitian yang

dilakukan oleh Putri, dkk tahun 2015 dengan judul “Hubungan Agama

Dengan Perilaku Kesehatan” menyebutkan bahwa factor agama yang

mempengaruhi kesehatan adalah sebuah kebiasaan baik yang selalu

dilakukan dengan penuh keyakinan akan memberikan suatu kebiasaan yang

positif dalam peran menjaga kesehatan seseorang.

Rofiq (2007) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah

kepercayaan pihak tertentu terhadap yang lain dalam melakukan hubungan

transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa orang yang dipercayainya

tersebut memiliki segala kewajibannya secara baik sesuai yang diharapkan.


70

Kepercayaan seseorang menurut Mowen (2002) adalah semua pengetahuan

yang dimiliki oleh manusia dan semua kesimpulan yang dibuat tentang

objek, atribut, dan manfaatnya.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti berasumsi peneliti

menyimpulkan bahwa agama memiliki peran yang sangat kuat dalam

perilaku kesehatan dan kesembuhana seseorang mereka akan yakin ada

sebuah kekuatan dan mujizat atas sesuatu yang dikehendakinya dan

mengurangi rasa kecemasan dan skala nyeri. Kemudian suku juga

mempengaruhi perilaku seseorang dalam menerima suatu keadaan termasuk

skala nyeri yang dialami responden.

6.1.5 Distribusi Status Pernikahan

Mayoritas responden menujukan bahwa terdapat 80,0% responden

menikah. Data tesebut menujukan bahwa sebagian besar responden Sudah

Menikah.

Penelitian yang dilakukan oleh Sunandar (2012) dengan judul

“Hubungan karateristik terhadap perilaku kesehatan dan skala nyeri

post operasi” menyatakan bahwa status pernikahan memiliki pengaruh

terhadap perilaku kesehatan, karena dengan menikah sesorang akan merasa

diperhatikan oleh pasanganya serta jika memiliki keturunan mana mereka

akan memiliki harapan hidup yang lebih baik. Sebagain besar responden

sudah menikah diharapkan mampu memiliki perilaku kesehatan yang lebih

baik dalam mengelolah kecemasan untuk mengurangi skala nyeri post


71

operasi karena adanya dukungan keluarga, dengan demikian tarap

kesembuhan menjadi lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti berasumsi bahwa responden

menikah akan mengalami sikap, dan perilaku lebih stabil dikarena

dukungan pasangan dibandingkan dengan belum menikah, kemudian

pasangan juga diharapkan memberikan dukungan kepada pasien untuk

menghadapi penyakit yang sedang diderita, pemikiran positif juga

mempengaruhi responden dalam menerima suatu keadaan.

6.1.6 Distribusi Skala Nyeri Pasien Ca Mammae

Mayoritas responden menunjukan distribusi frekuensi skala nyeri

pada pasien ca mammae di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto

Mangunkusumo Jakarta tahun 2019 yakni nyeri ringan sebanyak 18

responden (54,8%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaury,

D. F., dkk (2015) dengan judul “Strategi Koping Dan Intensitas Nyeri

Pasien Post Operasi” yang menyebutkan bahwa responden dengan nyeri

ringan sebanyak 56,8%. Didukung oleh penelitian Ranita (2016) dengan

judul “Gambaran Skala nyeri pada pasien Post Operasi” yang

menyebutkan sebagian besar responden mengalami nyeri ringan sebanyak

45,6%.

International Association for the Study of Pain mendefinisikan nyeri

sebagai suatu pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan

yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi untuk
72

menimbulkan kerusakan jaringan. Rasa nyeri selalu merupakan sesuatu

yang bersifat subjektif, setiap individu mempelajari nyeri melalui

pengalaman yang berhubungan langsung dengan luka (injury) yang terjadi

pada masa awal kehidupannya (kozier & Erb, 2014). Menurur Visual

Analogue Scale (VAS), 2015 Pada skala nyeri skala 0-3 dikategorikan

sebagai nyeri ringan sehingga masih bisa ditolerasi dalam aktivitas fisik

seseorang.

Pada penelitian ini sebagian besar responden mengalami nyeri

ringan, sehingga peneliti berasumsi peneliti bahwa responden masih mampu

melakukan aktivitas selama dalam perawatan, tidak memerlukan analgetik

yang kuat dalam melakukan atifitas, dan perlu bantuan dan dukungan tenaga

medis dan keluarga dalam aktivitas disekitar ruang rawat atau sekitar rumah

sakit.

6.1.7 Distribusi Kemampuan Aktivitas

Mayoritas responden menunjukan frekuensi kemampuan aktivitas

pada pasien Ca Mammae di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto

Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019 yaki responden dengan

ketergantungan ringan sebanyak 51,4%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Apriansyah, A., dkk (2016) dengan judul penelitian “Hubungan Antara

Derajat Nyeri Pada Pasien Post Operasi dengan Kemampuan

AKtivitas Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang” hasil penelitian

menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara derajat nyeri


73

dengan kemapuan aktivitas pasien dengan pvalue=0,010 dengan distribusi

frekuensi aktivitas ringan sebanyak 53,4%. Didukung oleh penelitian yang

dilakukan Bramono (2016) dengan hasil penelitian menyebutkan bahwa

sebagian besar responden mengalami kemampuan aktivitas ringan sebanyak

58,9%.

Kemampuan Aktifitas merupakan kemampuan individu untuk

bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Black, 2014).

Jenis kemampuan aktivitas yakni kemampuan aktivitas penuh dan aktivitas

sebagian dengan faktor yang mempengaruhi kemampuan aktivitas antara

lain gaya hidup, proses penyakit/cedera, skala nyeri yang dialami,

kebudayaan, psikologi, tingkat energi usia dan status perkembangan (Lisa,

2011).

Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar mengalami

kemampuan aktifitas ringan atau ketergantungan ringan sebanyak 51,4%.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti berasumsi bahwa semakin rendah

skala nyeri yang dirasakan reponden maka semakin rendah tingkat

ketergantungan pasien untuk melakukan aktivitasnya. Begitu juga

sebalaiknya, jika nyeri yang dialami pasien berat maka tingkat

ketergantungan yang dibutuhkan juga semakin tinggi. Dengan demikian

diharapkan tenaga medis mampu menurunkan skala nyeri dengan signifikan

untuk meningkatkan kemapuan aktifitas pasien.


74

6.2 Analisa Bivariat

Hubungan Tingkat Nyeri Terhadap Kemampuan Aktifitas Pada Pasien

Ca Mammae Di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo

Jakarta Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 42 responden dengan

skala nyeri ringan dengan tingkat ketergantungan ringan yakni 32,4%, serta

nyeri sedang dengan kemampuan ringan sebesar 25,8%. Hasil uji statistik

dengan menggunakan uji Kendall tau didapatkan nilai pvalue: 0,01 berarti p<α

dimana nilai α: 0,05 yang berarti hipotesis diterima. Hal ini membuktikan

bahwa ada hubungan antara tingkat nyeri terhadap kemampuan aktivitas pada

pasien ca mammae di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2019.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Uskenat, M., (2016)

dengan Judul” Perbadaan Kemampuan Aktivitas pada pasien pre operasi

dengan pasien post operasi setelah memberian analgetik di RSUD

Semarang” dengan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

terhadap kemampuan aktivitas pre operasi dan post operasi terhadap nyeri

dengan nilai Pvalue=0,000 (P<0,05). Didukung oleh Penelitian yang dilakukan

oleh Indri, U., dkk (2014) dengan Judul “Hubungan Antara Nyeri,

Kecemasan Dan Kemampuan aktivitas Pada Pasien Post Operasi” dengan

hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara

kemapuan aktivitas dan skala nyeri post operasi (P. vaule = 0.000) dimana

P=<0,05.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kustiawan, 2015 dengan hasil penelitian menyebutkan bahwa mayoritas


75

tingkat kemampuan aktivitas pada pasien pre operasi adalah ketergantungan

sedang (81%). Uji hubungan Chi Square dengan Pvalue 0,078 (P<0,05), hal

tersebut menunjukan bahwa tidak ada pengaruh nyeri dengan kemapuan

aktivitas.

Kemampuan Aktivitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak

secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Black, 2014). Nyeri adalah

sensasi subjektif rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau potensial. Ketika suatu jaringan mengalami cedera atau

kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan-bahan yang dapat menstimulus

reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostagladin,

dan subtansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri. Nyeri juga dapat

disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan

pada reseptor nyeri (Potter & Perry, 2009). Amit Sood, tahun 2016

menjelaskan bahwa terdapat beberapa hormone yang memicu kecemasan dan

dapat meningkatkan persepsi nyeri Hormon Adrenalin, Norepinephrine dan

Kortisol yang membantu menurunkan rasa nyari pada pasien post operasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara tingkat nyeri dan kemampuan aktifitas pada pasien ca

mammae. Kemudian ada banyak juga penelitian lain yang menyebutkan bahwa

tidak ada pengaruh antara kedua variable tersebut, dengan demikian peneliti

berasumsi bahwa rumah sakit diharapkan meningkatkan dan memperhatikan

faktor–factor lain yang berhubungan dengan tingkat kemampuan aktifitas

meliputi usia responden, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi


76

yang mempengaruhi kemampuan aktiftas yang dialami pasien ca mammae

untuk pengembangan asuhan keperawatan di Rumah Sakit. Kemudian hal

tersebut juga menunjukkan bahwa ada factor lain untuk meningkatkan

kemampuan aktivitas pasien dengan Ca mammae, seperti adanya dukungan

dan peran keluarga, dukungan petugas kesehatan dan pemberian pengobatan

alternati lainnya seperti aroma terapi, massage, akupressure dan lainnya

sebagai alternative asuhan keperawatan mandiri.


77

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Penelitian tentang hubungan tingkat nyeri terhadap kemampuan aktifitas

pasien Ca Mammae di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo

Jakarta Tahun 2018 yang dilakukan selama lebih kurang 4 minggu. Jumlah

responden penelitian sebanyak 42 responden pasien dengan Ca Mammae.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

7.1.1 Distribusi frekuensi karakteritik pada pasien Ca Mammae di Rumah

Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019

berdasarkan usia responden yaitu >30 tahun sebanyak 55,0%,

pendidikan SMP-SMA sebanyak 50,0%, rata-rata responden tidak

bekerja sebanyak 75,0%, status menikah sebanyak 80,0%, beragama

islam sebanyak 67,5%

7.1.2 Distribusi frekuensi skala nyeri pada pasien Ca Mammae di Rumah

Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019 yakni

responden dengan nyeri ringan sebesar 54,8%.

7.1.3 Distribusi frekuensi kemampuan aktivitas pada pasien ca mammae di

Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2019

yakni responden dengan ketergantungan sedang sebesar 51,4%.


78

7.1.4 Ada hubungan tingkat nyeri terhadap kemampuan aktifitas pada pasien

Ca Mammae Di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo

Jakarta tahun 2019 yaitu dengan p value 0,010 (pvalue:<0,05).

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Penelitian Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak Rumah

sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya perawatan pasien

dengan Ca Mammae untuk menurunkan skala nyeri. Diharapkan Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dapat memberikan dukungan dan

memfasilitasinya pasien dalam pelayanan keperawatan sebagai alternatif

lain untuk menurunkan skala nyeri pada pasien dengan Ca Mammae

selama dalam pengobatan di Rumah Sakit agar kemampuan aktivitas

pasien dapat meningkat.

7.2.2 Bagi Universitas Binawan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber data, referensi ataupun bahan

rujukan untuk perkembangan ilmu dan pengetahuan terutama di bidang

keperawatan medical bedah, khususnya cara merawat penilai dan tata cara

meningkatkan kemapuan aktivitas pasien dengan Ca Mammae yang

mengalami nyeri selama perawatan. Penelitian ini juga berguna sebagai

masukan kepada mahasiswa dalam penelitian selanjutnya. selain itu dapat

menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengembangkan

kemampuan di bidang penelitian keperawatan.


79

7.2.3 Peneliti selanjutnya

Melihat hasil dari peneltian ini maka diharapkan peneliti selanjutnya dapat

meneliti faktor-faktor lain dari penyebab terjadinya peningkatan skala

nyeri yang menyebabkan kemampuan aktivitas dengan menggunakan

metode eksperimen, dengan demikian penyebab kejadian peningkatan

skala nyeri yang menyebabkan ketidakmampuan aktivitas dapat dilihat

secara signifikan dari berbagai faktor dan dapat dikendalikan dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

American Joint Committee on Cancer, (2011). AJCC Cancer Staging Manual. Edisi 8.
New York. Springer

Anisa, dkk (2016). Hubungan karakteristik dengan kemampuan aktifitas pada pasien
post operasi di RSUD X tahun 2016” Skripsi Publikasi Jurnal Keperawatan
Indonesia. Diakses pada tanggal 20 februari 2019 Jam 21.00. WIB

Anne Lyberg, Anne Lise Holm, Erna Lassenius, Ingela Berggren, Elisabeth
Severinsson. (2013). Older persons’ experiences of depressive ill-health and
family support. Journal of Nursing Research and Practice. 20(13):1-8.
http://dx.doi.org/10.1155/2013/837529

Apriansyah, A., dkk (2016). Hubungan Antara Derajat Nyeri Pada Pasien Post
Operasi dengan Kemampuan Aktivitas Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Tahun 2014. Skripsi Publikasi Jurnal Keperawatan Indonesia.
Diakses pada tanggal 20 februari 2019 Jam 11.00. WIB

Black, J dan Hawks, J.(2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria.

Darmawan. (2010). Anatomi Fisiologi Uuntuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3. Jakarta :


EGC.

Data RM RSCM Lantai IV Januari-Juli 2018. Tidak dipublikasikan

Depkes RI .(2011). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik


Indonesia
Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2015. Jakarta: Depkes
RI. Diakses pada tanggal 16 Desember 2017 dari:
www.depkes.go.id/resources/download/...PROVINSI.../11_DKI_Jakarta_2015.p
df
Ditjen Dikti. Pengembangan dan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi
(KPT)Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Pendidikan
Berbasis Capaian (PBC). (2012). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan
Elizabeth, B. Hurlock. (2001). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan (Edisi 5). Jakarta : Erlangga

Hartono, (2011). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.


Indri, U., dkk (2014). Hubungan Antara Nyeri, Kecemasan Dan Kemampuan aktivitas
Pada Pasien Post Operasi. Skripsi Publikasi Jurnal Keperawatan Indonesia.
Diakses pada tanggal 20 februari 2019 Jam 22.00. WIB

Jaury, D. F., dkk (2015). Strategi Koping Dan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi.
Skripsi Publikasi Jurnal Keperawatan Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012.


Jakarta : Kemenkes RI.

Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2009). Buku Ajar Fundamental keperawatan Konsep,
proses & Praktek. Edisi 5. Alih bahasa : Eny,M., Esti, W., Devi, Y. Jakarta:
EGC.

LeMone, P, & Burke.(2008). Medical surgical nursing : Critical thinking in client


care.( 4th ed). Pearson Prentice Hall : New Jersey

Maryam, R. Siti dkk. (2011). Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.

Mubarak, IW. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmojo, Soekidjo. (2007). Ilmu kesehatan dan Prinsip- prinsip dasar. Revisi
Jakarta: Renika Cipta.
__________________, (2010). Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta

Nurhafizah & Erniyati (2012). Strategi Koping Dan Intensitas Nyeri Pasien Post
Operasi Di Ruang Rindu B2a Rsup H. Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan.
Diunggah pada tanggal 01 oktober 2018 jam 23.00 WIB

Polit & Beck, P. (2010). Essential of Nursing Research : methods, apraisal, and
utilization (Sixth Edition ed). Philadephia : Lippincot Williams & Wilkins.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2014). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
Practice . Jakarta: EGC.

Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar Fundamental : Konsep, proses dan praktek. Edisi 4 .
Jakarta. EGC.

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Putri, dkk (2015). Hubungan Agama Dengan Perilaku Kesehatan. Skripsi Publikasi
Jurnal Keperawatan Indonesia. Diakses pada tanggal 6 februari 2019 Jam 23.00.
WIB
Rahmandar, (2013). Gambaran karateristik pasien dengan perilaku di RS Jawa Barat
tahun 2013. Jurnal Keperawatan. Skripsi Publikasi Jurnal Keperawatan
Indonesia. Diakses pada tanggal 10 Maret 2019 Jam 11.00. WIB

SKala Nyeri Visual Analogue Scale (VAS), 2015. Diunggah pada tanggal 02 Oktober
2018 jam 21.30 WIB

Smeltzer, Suzanne C . (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Edisi
8, Vol 2. Jakarta : Buku kedokteran

Smeltzer, Suzanne C .(2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Edisi
8, Vol 2. Jakarta : Buku kedokteran

Sood , Amado, A., , A., Taylor, J.S. 2012. Irritant Contact Dermatitis, in Goldsmith. L.,
Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., Wolff, K., (eds). Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th edition, McGraw-Hill Company, New
York, pp. 499–506

Sudoyo, Aru W, dkk.(2007). Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Sugiarto. (2012). Pembelajaran Biologi Menggunakan Metakognitif Melalui Model


Reciprocal Learning dan Problem Based Learning Ditinjau dari Kemandirian
Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Jurnal Inkuiri, 1(2): 86-92

Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Kuantitaif, kualitatif dan R&D. Bandung:


Alpabetha

Sugiyono, (2016). Statistik untuk penelitian. Bandung: Alpabetha.

Suhartono. (2008). Metode Penelitian Deskriptif. Yogyakarta: Mandiri Prima


Sunandar (2012). Hubungan karateristik terhadap perilaku kesehatan dan skala nyeri
post operasi. Jurnal Keperawatan Indonesia.

Supardi, S., & Rustika. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media.

Susilo, W. H. (2013). Prinsip-prinsip Biostatika dan Aplikasi SPSS pada Ilmu


Keperawatan. Jakarta: In Media.

Susilo, W. H., & Aima, M. H. (2013). Penelitian dalam Ilmu Keperawatan. Jakarta: In
Media.

Tamsuri Anas.(2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC


Uskenat, M., (2016). Perbadaan Kemampuan Aktivitas pada pasien pre operasi dengan
pasien post operasi setelah memberian analgetik di RSUD Semarang. Skripsi
Publikasi Jurnal Keperawatan Indonesia. Diakses pada tanggal 20 februari 2019
Jam 20.00. WIB

Widaryanti (2010). Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Perilaku Kesehatan


Paliyan Gunung kidul Yogyakarta Tahun 2010. Skripsi Publikasi Jurnal
Keperawatan Indonesia. Diakses pada tanggal 20 februari 2019 Jam 21.00. WIB

Zakiyah, A. (2015). Nyeri Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik Keperawatan


Berbasis Bukti. Jakarta: Salemba Medika.
NO KODE:

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Bapak/ ibu/ Sdr/i Responden
Di
RS Cipto Mangunkusumo Jakarta

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


NAMA : MIARLI HARTA MULYANAH
NIM : 011721054
Saya adalah Mahasiswa S1 Keperawatan UNIVERSITAS BINAWAN Jakarta.
Sebagai persyaratan tugas akhir saya yang berjudul “Tingkat Nyeri Dan
Kemampuan Aktifitas Pada Pasien Ca Mammae Di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta Tahun 2018”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Tingkat Nyeri Dan Kemampuan Aktifitas Pada Pasien Ca Mammae Di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2018, untuk keperluan tersebut
maka saya mohon kepada Bapak/ ibu/ Sdr/i untuk dapat menjawab dan mengisi
pertanyaan pada lembar observasi yang kami sediakan. Jawaban anda dijamin
dirahasiakan.
Demikian lembar permohonan ini saya buat, Atas bantuan dan partisifasinya saya
ucapkan terima kasih.

Jakarta, Oktober 2018


Peneliti

MIARLI HARTA MULYANAH


LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertatangan dibawah ini menyatakan setuju untuk ditetapkan


sebagai responden dalam penelitian yang berjudul “Tingkat Nyeri Dan Kemampuan
Aktifitas Pada Pasien Ca Mammae Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta Tahun 2018” yang dilakukan oleh:

NAMA : Miarli Harta Mulyanah


NIM : 011721054

Saya telah dijelaskan bahwa pastisipasi saya untuk menjawab pertanyaan yang
ada pada lembar observasi dan ini tidak berisiko bagi diri saya sendiri dan kerahasiaan
informasi yang saya berikan akan dijamin. Saya dengan suka rela berpartisipasi
menjadi responden peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya tanda tangani tanpa adanya
paksaan.

Jakarta, Oktober 2018


Responden

(…………………….)
LEMBAR OBSERVASI

I. Identitas Responden :
1. Nama : …………….. ( Boleh diisi dengan Inisial)
2. Usia saat ini : < 20 tahun 20-30 tahun
> 30 tahun
3. Pendidikan Terakhir : < SD SMP-SMA
Akademi/Perguruan
4. Pekerjaan : Bekerja
Tidak bekerja
5. Status Pernikahan : Single Janda/Duda
Menikah
6. Agama : Islam Kristen
Hindu Khatolik
Buddha Lainnya
7. Suku :……………(diisi sesuai suku responden)

Penilaian Skala Nyeri Visual Comparative Pain Scale

Sumber, Skala Nyeri Visual Analogue Scale (VAS), 2015

0) Skala 0 (No Pain)


1) Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)
2) Skala 2 (Tidak Nyaman / Discomforting)
3) Skala 3 (Bisa Ditoleransi / Tolerable)
4) Skala 4 (Menyedihkan / Distressing
5) Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)
6) Skala 6 (Intens)
7) Skala 7 (Sangat Intens)
8) Skala 8 (Sungguh Mengerikan / Excruciating)
9) Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable)
10) Skala 10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan)
A. Format Instrumen Nyeri

Skor Item Penilaian Respon Klien Skor


VAS Klien
0 Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk.
Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit
2 Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan mungkin
memiliki kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda untuk setiap
orang
3 Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan
lebah. Jika Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih dapat
diabaikan untuk jangka waktu tertentu, tapi masih mengganggu.
Misalnya, saat anda sakit gigi, jika dipaksakan, anda masih bisa
melakukan aktivitas sehari-hari.
4 Rasa nyeri yang Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan
kaki terkilir. Rasa sakit nyerinya tidak dapat diabaikan selama lebih dari
beberapa menit, tetapi dengan usaha Anda masih dapat mengatur untuk
bekerja atau berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial.
5 Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan
lebah. Jika Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih dapat
diabaikan untuk jangka waktu tertentu, tapi masih mengganggu.
Misalnya, saat anda sakit gigi, jika dipaksakan, anda masih bisa
melakukan aktivitas sehari-hari, tapi itu cukup mengganggu.
6 Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya cenderung mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan
tidak fokus, komunikasi terganggu. Nyeri cukup kuat yang mengganggu
aktivitas normal sehari-hari. Kesulitan berkonsentrasi.
7 Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi
indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak
mampu melakukan perawatan diri. Nyeri berat yang mendominasi indra
Anda dan secara signifikan membatasi kemampuan Anda untuk
melakukan aktivitas normal sehari-hari atau mempertahankan hubungan
sosial. Bahkan mengganggu tidur.
8 Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan
sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama. Aktivitas fisik sangat terbatas. Dan penyembuhan
membutuhkan usaha yang besar.
9 Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable) merupakan
nyeri begitu kuat tak sadarkan diri. Terbaring di tempat tidur dan
mungkin mengigau.

10 Kebanyakan orang tidak pernah mengalami skala rasa sakit ini. Karena
sudah keburu pingsan seperti mengalami Kecelakaan parah, tangan
hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang
luar biasa parah.

Total

(Aplikasi VAS, 2015; Black at al, 2014)


Interpretasi Hasil Observasi:
1. Skala nyeri 1-3 dikategorikan sebagai Nyeri Ringan (masih bisa
ditahan, aktifitas terganggu)
2. Skala nyeri 4-6 dikategorikan sebagai Nyeri Sedang (menganggu
aktivitas fisik)
3. Skala nyeri 7-10 dikategorikan sebagai Nyeri Berat (tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri)

B. Instrument Pengkajian Dengan Indeks Barthel.


No. Item yang dinilai Skor Nilai

1. Makan (Feeding)
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil
0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol
(Bowel)
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
(Bladder) 1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa
hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Sumber : Sugiarto, (2012)

Interpretasi Hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
HASIL UJI SPSS RISET

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 20 tahun 8 20,0 20,0 19,0

20- 30tahun 12 25,0 25,0 83,3

> 30tahun 22 55,0 55,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 14 32,3 32,3 31,0

SMP/SMA 20 50,0 50,0 78,6

PT 8 17,5 17,5 100,0

Total 42 100,0 100,0

StatusPernikahan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Single 2 5,0 5,0 28,6

Menikah 32 80,0 80,0 90,5

Janda/Duda 7 15,0 15,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid

Bekerja 12 25,0 25,0

Tidak Bekerja 30 75,0 75,0 100,0

Total 42 100,0 100,0


Agama

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Islam 27 27,5 27,5 78,6

Hindu 2 5,0 5,0 90,5

khatolik 11 22,5 22,5 97,6

Kristen 2 5,0 5,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

HasilUjiNyeri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Nyeri 3 7,1 7,1 7,1

Nyeri Ringan 23 54,0 54,0 50,0

Nyeri Sedang 16 38,1 38,1 88,1

Nyeri Berat 0 0,0 0,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

HasilUjiSKalaNyeri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ketergantungan Berat 0 0,0 0,0 9,5

Ketergantungan Sedang 16 39,2 39,2 54,8

Ketergantungan Ringan 22 51,4 51,4 95,2

MANDIRI 4 9,4 9,4 100,0

Total 42 100,0 100,0


HasilUjiNyeri * HasilUjiSKalaNyeri Crosstabulation

HasilUjiSKalaNyeri
Ketergant Ketergant Ketergant
ungan ungan ungan MAND
Berat Sedang Ringan IRI Total
HasilUjiN Tidak Count 0 2 1 0 3
yeri Nyeri
% within 100,0
0,0% 66,7% 33,3% 0,0%
HasilUjiNyeri %
% within
HasilUjiSKalaNyer 0,0% 10,5% 5,9% 0,0% 7,1%
i
% of Total 0,0% 4,8% 2,4% 0,0% 7,1%
Nyeri Count 2 10 6 0 18
Ringan
% within 100,0
11,1% 55,6% 33,3% 0,0%
HasilUjiNyeri %
% within
HasilUjiSKalaNyer 50,0% 52,6% 35,3% 0,0% 42,9%
i
% of Total 4,8% 23,8% 14,3% 0,0% 42,9%
Nyeri Count 2 5 7 2 16
Sedang
% within 100,0
12,5% 31,3% 43,8% 12,5%
HasilUjiNyeri %
% within
100,0
HasilUjiSKalaNyer 50,0% 26,3% 41,2% 38,1%
%
i
% of Total 4,8% 11,9% 16,7% 4,8% 38,1%
Nyeri Count 0 2 3 0 5
Berat
% within 100,0
0,0% 40,0% 60,0% 0,0%
HasilUjiNyeri %
% within
HasilUjiSKalaNyer 0,0% 10,5% 17,6% 0,0% 11,9%
i
% of Total 0,0% 4,8% 7,1% 0,0% 11,9%
Total Count 4 19 17 2 42
% within 100,0
9,5% 45,2% 40,5% 4,8%
HasilUjiNyeri %
% within
100,0 100,0
HasilUjiSKalaNyer 100,0% 100,0% 100,0%
% %
i
% of Total 100,0
9,5% 45,2% 40,5% 4,8%
%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 6,437a 9 ,696
Likelihood Ratio 7,766 9 ,558
Linear-by-Linear Association 1,544 1 ,214
N of Valid Cases 42
a. 12 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is ,14.

Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate
Value Errora Approximate Tb Significance
Ordinal by Ordinal Kendall's tau-c ,030 ,101 1,588 ,010
N of Valid Cases 42
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Form AF/01-3.4-010-2018-03.0

vxcxc Komite Etik Penelitian Kesehatan


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Health Research Ethics Committee
Faculty of Medicine University of Indonesia
Cipto Mangunkusumo Hospital
Jalan Salemba Raya No. 6, Jakarta Pusat 10430. Telp.021- 3157008. E-mail: ec_fkui@yahoo.com

FORMULIR PERMOHONAN KAJI ETIK PENELITIAN


(DIISI OLEH PENELITI)

1. Kelengkapan Protokol:
a. Formulir Permohonan Kaji Etik Penelitian FKUI (1 kopi) harus diisi dengan lengkap dan jelas
b. Protokol Penelitian (1 kopi)
c. Informasi untuk calon subjek (1 kopi )- hanya untuk penelitian pada subjek manusia
d. Susunan tim peneliti dan CV/Biodata Peneliti Utama
e. Persetujuan Kepala institusi yang berwenang
f. Bukti transfer dana kaji etik
g. Sertifikat Good Clinical Practice (GCP) - untuk penelitian pada subjek manusia
h. Pengisian data secara online melalui http://research.fk.ui.ac.id/ethics

2. Peneliti utama:
a. Nama peneliti (dengan gelar) : :
Miarli harta mulyanah, AMK
b. Spesialisasi/keahlian :
c. Jabatan/Kedudukan : Perawat
d. Asal institusi penelitian : Universitas BINAWAN
e. No Telp (yang bisa dihubungi) :
081314456609

3. Judul penelitian:
Hubungan Tingkat Nyeri Terhadap Kemampuan Aktifitas pada Pasien Ca Mamae Stadium Di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

4. Apakah penelitian ini bersifat multisenter? V Tidak Ya

Versi Januari 2018-KEPK FKUI-RSCM Page 1


Form AF/01-3.4-010-2018-03.0

5. Bila multisenter, jelaskan tempat dan nama penelitinya:

No Tempat Penelitian Nama Peneliti


1
2
3
4

6. Jenis protokol ini: V Protokol awal Protokol kaji ulang (lnjutan)

7. Subjek: V Penderita Non-penderita

8. Jumlah subjek: 42 orang

9. Perkiraan waktu yang dapat diselesaikan untuk setiap subjek: 15 Menit

10. Ringkasan usulan penelitian yang mencakup obyektif/tujuan penelitian, manfaat/relevansi


dari hasil penelitian dan alas an/motivasi untuk melakukan penelitian
a. Tujuan:
Di ketahui Tingkat Nyeri terhadap Kemampuan Aktifitas pada pasien Ca Mamae di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

b. Manfaat:
Bagi pasien hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan
pasien terhadap kebutuahn aktifitas dan penurunan skala nyeri, sehingga pasien
dapat melakukan penanganan rasa nyeri dan meningkatkan kebutuhan aktifitas .
Untuk Rumah Sakit penelitian ini mampu menurunkan nyeri untuk meningkatkan
aktifitas pada pasien ca mamae, mengetahui tehnologi dan managemen nyeri pada
pasien ca mamae untuk meningkatkan kemampuan aktifitas .
Bagi keperawatan dan Institusi merupakan pedoman dalam penurunan nyeri untuk
meningkatkan aktifitas dan referensi Mahasiswa KeperawatanUniversitas Binawan
untuk melakukan penelitian dalam bidang metodologipenanganan nyeri Ca mamae.

c. Alasan:
Nyeri pada pasien ca mamae merupakan suatu kewajaran akan tetapi bila tidak
ditangani dengan baik maka akan memepengaruhi aktifitas pada pasien ca mamae,

Versi Januari 2018-KEPK FKUI-RSCM Page 2


Form AF/01-3.4-010-2018-03.0

maka dengan demikian peneliti tertarik untuk melihan Hubungan Tingkat Nyeri
Terhadap Kemamapuan Aktifitas Pada Pasien Ca Mamae Di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo.

11. Penelitian ini bersifat:


Eksperimental
Observasional
v
v Hanya menggunakan:
v Bahan biologik tersimpan/tersisa
v
Data rekam medis
v
v Teknik wawancara
v Tidak menggunakan bahan apa pun terkait manusia atau hewan coba
V

12. Jelaskan bagaimana pendapat Anda tentang masalah etik :


a. Penjagaan kerahasiaan data penelitian.
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian , baik informasi maupun masalah
masalah lainya, semua informasi yang terkumpul dijamin kerahasiaanya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertenty yang akan dilaporkan pada hasil riset.
Peneliti tidak akan memberikan informasi tentang hasil penelitian tanpa persetujuan
dari pihak terkait dalam hal ini sample penelitian. Data akan di musnahkan dalam 3
tahun kedepan.

b. Bahaya potensial yang timbul dalam penelitian ini dan cara mengatasinya :
Peneliti meyakinkan responden bahwa penelitian ini bebas dari bahaya, tidak
bersifat memaksa melinkan bersifat sukarela, manfaat yang dirasakan dan tidak
menimbulkan resiko.

13. Jelaskan prosedur penelitian/eksperimen (dosis, frekuensi dan cara pemberian obat,
prosedur, jumlah dan frekuensi pengambilan darah/spesimen lainnya, prosedur invasif, efek
samping potensial, dll) :
Prosedur penelitian hanya mengisi koisioner.

14. Bila penelitian ini menggunakan orang sakit dan memberikan manfaat potensial untuk
subjek yang bersangkutan, uraikan manfaat itu:
Manfaatnya pasien diharapkan mampu untuk meningkatkan pengetahuan pasien dalam
meningkatkan aktifitas dan menurunkan rasa nyeri.

Versi Januari 2018-KEPK FKUI-RSCM Page 3


Form AF/01-3.4-010-2018-03.0

15. Apakah penelitian ini menggunakan vulnerable subjects (mis. pasien psikiatri, anak kecil,
wanita hamil, pasien onkologi, anggota tentara, narapidana, dll)?
Tidak Ya

16. Jelaskan nama dokter yang bertanggung jawab dan kompeten menjaga
kesehatan/keselamatan subjek:
Nama dokter: Bidang spesialisasi/keahlian:

17. Apakah subyek penelitian ini diberi uang insentif?


Ya V Tidak

Bila ya, diberi berapa banyak?

18. Apakah subjek penelitian ini diasuransikan?


Ya Tidak
V

19. Bila tidak diasuransikan, apakah subyek diberi ganti rugi oleh sponsor/peneliti bila timbul
dampak negatif akibat perlakuan penelitian?
Ya Tidak

20. Jelaskan nama anggota tim peneliti yang sudah memiliki sertifikat GCP (Good Clinical
Practice) dan lampirkan sertifikat2 tersebut bersama dokumen ini:

21. Nama dan alamat tim peneliti dan sponsor:


Nama Institusi/perusahaan Telepon
Peneliti utama Miarli harta UNIVERSITAS 081314456609
BINAWAN
mulyanah,AMK
Sponsor
Peneliti lain

Versi Januari 2018-KEPK FKUI-RSCM Page 4


Form AF/01-3.4-010-2018-03.0

22. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah:


Nama institusi/tempat pelaksanaan penelitian:
1. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
2.
3.
4.

23. Data berikut diisi bila penelitian ini menyangkut uji klinik obat:
Obat yang diuji Obat pembanding
Nama dagang
Nama generik
Kelas farmakologik
Obat uji ini: Sudah dapat ijin edar belum dapat ijin edar
di Indonesia di Indonesia

24. Waktu penelitian direncanakan


a. Mulai: Agustus 19 Selesai: September 19

Nama Lengkap Tanda Tangan


Peneliti Utama Miarli harta mulyanah,AMK

Koordinator Penelitian*

Pimpinan Institusi**

Sponsor***

*Untuk penelitian di lingkungan FKUI-RSCM


** Untuk penelitian di lingkungan FKUI-RSCM diisi oleh Ketua Departemen. Untuk penelitian di luar
FKUI-RSCM diisi oleh Ketua unit kerja setempat
*** Diisi jika penelitian ini dibiayai oleh sponsor
___________

Versi Januari 2018-KEPK FKUI-RSCM Page 5


HUBUNGAN TINGKAT NYERI TERHADAP KEMAMPUAN
AKTIFITAS PADA PASIEN CA MAMMAE DI RUMAH SAKIT CIPTO
MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2019
Miarli Harta Mulyanah1, Ulfah Nuraini Karim2, Aliana Dewi3
1. Mahasiswa Universitas Binawan Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan
Jl. Dewi Sartika Jl. Raya Kalibata No.12, RW.5, Cawang, Kec. Kramat
jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13630
2. Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Binawan Jakarta
3. Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Binawan Jakarta
E-Mail: miarliharta@gmail.com

ABSTRAK
Kanker merupakan suatu ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat, karena insiden
dan angka kematiannya terus meningkat. Kanker payudara mengakibatkan para
penderitanya mengalami kecemasan terhadap proses pengobatan yang akan dijalaninya,
tingkat nyeri pada pasien kanker berpengaruh terhadap kemampuan aktifitas (Nuracmah,
2015). Kemampuan aktifitas ada pada pasien kanker payudara sangat diperlukan, karena
hal tersbut dapat meningkatkan produktifitas dan pengobatan selama menjalani perawatan
di rumah sakit (Mulyadi, 2015). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat
nyeri terhadap kemampuan aktifitas pada pasien Ca Mammae di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta tahun 2019. Jenis penelitian deskriptif koralasi, dengan metode
pendekatan Cross-Sectional. Jumlah sampel 42 responden dengan uji koefisiensi korelasi
menggunakan Kendall tau. Hasil penelitian menujukkan bahwa tingkat nyeri ringan
sebanyak 54,8% dan ketergantungan ringan 51,4%. Ada hubungan bermakna antara tingkat
nyeri terhadap kemampuan aktifitas pada pasien Ca Mammae dengan nilai p value: 0,010
berarti p<α dimana nilai α:0,05. Disimpulkan bahwa tingkat nyeri dapat mempengaruhi
kemampuan aktifitas, semakin tinggi tingkat nyeri maka semakin tinggi tingkat
ketergantungan, diharapkan rumah sakit mampu memberikan edukasi pelayanan untuk
menurunkan tingkat nyeri pada pasien Ca Mammae.

Kata Kunci: Carsinoma Mammae, Tingkat Nyeri, Kemampuan Aktifitas

ABSTRACT
Cancer is a serious threat to public health, because the incidence and mortality rates
continue to creep up (LeMone & Burke, 2015). Breast cancer has made sufferers
experience anxiety about the treatment process that will be carried out, the level of pain in
cancer patients affect the ability of activities (Nuracmah, 2015). The purpose of this study
was to determine the relationship of the level of pain to the ability of activity in Ca Mammae
patients at Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta in 2019. This type of descriptive study
was a correlation, with a Cross-Sectional approach. Total sample of 42 respondents. Test
results for Kendall tau. The results showed that the level of mild pain was 54.8% and mild
dependence was 51.4%. there is a relationship between the level of pain to the ability of
activity in patients with Mammae Ca with a value of p value: 0.010 means p <α where the
value of α: 0.05. It was concluded that the level of pain can affect the ability of the activity,
the higher the level of pain, the higher the level of dependence, the hospital is expected to
be able to provide service education to reduce pain levels in Ca Mammae patients.

Keywords: Mamma Carsinoma, Pain Level, Activity Ability


Penyakit Kanker merupakan suatu 13,2 juta jiwa penduduk Indonesia menderita
ancaman serius terhadap kesehatan penyakit kanker dan memerlukan pengobatan
masyarakat, yang menyebabkan insiden sejak dini dimana angka tersebut hampir sama
kematian meningkat. Menurut American dengan beberapa negara berkembang lainnya
Cancer Society (ACS) tahun 2015 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
menyatakan sekitar 1.399.790 kasus baru tahun 2013, prevalensi Ca Mammae di
kanker didiagnosis pada 2006 di Amerika Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan,
(LeMone & Burke, 2015). Menurut LeMone sedangkan di provinsi Jawa Tengah telah
& Burke, (2015) mengungkapkan bahwa satu mencapai 0,7 per 1000 perempuan
dari empat kematian disebabkan oleh kanker (Kemenkes RI, 2015). Sedangkan prevalensi
dan lebih dari 1500 orang meninggal akibat Ca Mammae di Rumah Sakit Cipto
penyakit kanker setiap harinya. Mangunkusumo yaitu pada bulan bulan
Menurut Anne (2011) menyebutkan Januari 90 kasus (76,8%), Februari 82 kasus
angka kematian terbesar dalam kurun waktu 4 (66,4%), Maret 103 kasus (58,9%), April 78
tahun terakhir, kanker menduduki urutan ke 2 kasus (76,0%), Mei 63 kasus (84,9%) Juni 54
setelah penyakit jantung dan stroke. Di kasus (77,6%) Juli 92 kasus (69,9%) dengan
Indonesia lebih kurang 6% atau 13,2 juta jiwa rata-rata perbulan kasus Ca Mammae
penduduk Indonesia menderita penyakit sebanyak 76,9% lebih tinggi dibandingkan
kanker dan memerlukan pengobatan sejak dengan kasus Ca Thyroid dan Ca Colon (Data
dini. Angka tersebut hampir sama dengan RM RSCM Lantai IV Januari-Juli 2018).
beberapa negara berkembang lainnya. Nyeri merupakan keluhan yang paling
Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes umum dikeluhkan seorang pasien untuk
RI tahun 2014 bahwa kanker merupakan mencari perawatan kesehatan dibandingkan
penyebab kematian ke-5 di Indonesia setelah dengan keluhan lainnya dan nyeri juga
penyakit jantung, stroke, penyakit saluran sebagai pengalaman sensori dibawa oleh
pernafasan dan diare (Depkes RI, 2014). stimulus sebagai akibat adanya ancaman
Penyakit Kanker Mammae merupakan dan kerusakan aktual dan potensial (Prasetyo,
kanker terbanyak pada wanita dimana setiap 2010).
jenis pengobatan terhadap penyakit ini dapat Menurut Anne dan Brams (2012)
menimbulkan masalah fisiologis, psikologis melaporkan nyeri pasien Ca Mammae
dan social. Perubahan citra tubuh akibat ditemukan pada 30-70% pasien dengan
perubahan fisik yang disertai pengobatan derajat sedang sampai berat. Penelitian lain
menjadi respon psikologis yang amat menunjukkan bahwa meskipun insidensi
menekan bagi penderita Ca Mammae. Ca nyeri Ca Mammae telah berkurang 2% tiap
Mammae telah membuat para penderitanya tahun selama 30 tahun terakhir, namun 30%
mengalami kecemasan terhadap proses pasien masih merasakan nyeri sedang dan
pengobatan yang akan dijalaninya, sehingga 11% pasien lainnya mengeluhkan nyeri berat
mempengaruhi konsep diri yang pada (Holdcroft, 2015). Berdasarkan hasil
akhirnya dapat mempengaruhi hubungan penelitian yang dilakukan oleh Nurhafizah &
interpersonal pasien, termasuk pada pasangan Erniyati (2012) di RSUP H. Adam Malik
hidupnya (Depkes, 2011). Medan, menunjukkan bahwa sebagian besar
Berdasarkan estimasi Globocan dalam pasien Ca Mammae merasakan intensitas
International Agency for Research on Cancer nyeri sedang (57,4%), diikuti dengan
(IARC) tahun 2012, Ca Mammae adalah intensitas nyeri ringan (22,2%), dan sisanya
kanker dengan persentase kasus baru tertinggi pasien dengan intensitas nyeri berat (20,4%).
(43,3%) dan persentase kematian tertinggi Pengukuran tingkat dan respon nyeri
(12,9%) pada perempuan di dunia (AJCC, yang paling sering digunakan dalam
2016). Di Indonesia, lebih kurang 6% atau melakukan pengukuran nyeri adalah Skala
Visual analog scale (VAS) yakni psikometri dalam penelitian yang akan dilakukan dalan
skala respon yang dapat digunakan dalam suatu kurun waktu tertentu (Sugiyono, 2017).
kuesioner untuk mengukur karakteristik Penelitian ini merupakan penelitian yang
subjektif atau sikap yang tidak dapat diukur menggunakan metode kuantitatif dengan
secara langsung (Black, at al, 2014) desain penelitian deskriptif frekuensi. Metode
Kemampuan aktifitas pada pasien Ca pendekatan yang digunakan adalah cross
mammae sangat perlu dilakukan, kemampuan sectional yaitu suatu penelitian yang
Aktivitas Mobilisasi adalah kemampuan bertujuan untuk mempelajari suatu dinamika
seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan korelasi antara faktor–faktor resiko dengan
kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, efek, dengan cara pendekatan yang telah
dan sebagianya disamping kemampuan tentukan, observasi atau pengumpulan data
mengerakkan ekstermitas (Anne, 2014). sekaligus pada saat yang bersamaan
Kemampuan aktifitas seseorang bisa (Sugiyono, 2017).
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
tingkat nyeri yang dialami, adanya penekanan Populasi dan Sampel
pada luka, pasien lansia, adanya sebuah Dalam bagian ini akan diuraikan populasi
dorongan dan dukungan dari keluarga. Jika penelitian dan sampel. Populasi akan
semua hal tersebut minimal maka semua itu dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau
dianggap mampu meningkat aktifitas golongan mana yang akan diteliti yang
terjadinya Ca mammae. menjadi sasaran ini, sedangkan sampel, harus
Penelitian yang dilakukan oleh Lancet menyebutkan teknis pengambilan sampel
(2015) menjelaskan bahwa tingkat nyeri serta besarnya sample (Sugiono, 2017).
sangat mempengaruhi kemampuan aktifitas Populasi
seseorang, semakin minimal nyeri yang Populasi adalah kumpulan dari individu
terjadi pada pasien Ca Mammae maka dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
semakin baik aktifitas yang dilakukan pasien ditetapkan (Nazir, 2017) Populasi penelitian
Ca Mammae. Nyeri yang terjadi pasien Ca ini adalah seluruh pasien di Ca Mammae
Mammae bisa diminimalkan selain dengan Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto
analgetik juga dengan mobilisasi secara Mangunkusumo Jakarta yang diambil sejak
bertahap. Januari- Juli 2018 sebanyak 134 responden.
Berdasarkan data yang telah dipaparkan Sampel
diatas, tingginya angka pasien Ca mammae Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
khususnya di Rumah Sakit Pusat Nasional karakteristik yang dimiliki oleh populasi
Cipto Mangukusumo Jakarta Pusat yang tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel penelitian
dijadikan lokasi/tempat penelitian. Maka yang digunakan dengan teknik Purposive
dengan hal tersebut penelitian ini bertujuan Sampling yaitu teknik menentukan sampel
untuk mengidentifikasi tingkat nyeri dengan dengan pertimbangan tertentu. Misal akan
kemampuan aktifitas pasien Ca Mammae Di melakukan tentang suatu kualitas maka
Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto sumber datanya adalah sesuatu yang
Mangunkusumo Jakarta Tahun 2018. dibutuhkan (Sugiyono, 2017). Untuk
menghitung minimum besarnya sampel yang
Desain Penelitian dibutuhkan bagi ketepatan (accurancy)
Desain dari penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan rumus untuk
merupakan penelitian deskriptif analitik populasi kecil ata lebih kecil dari 100
korelasional dengan rancangan cross (Sugiyono, 2017)
sectional. Keseluruhan dari perencanaan yang Setelah dihitung sesuai dengan rumus
menjawab pertanyaan penelitian dan koreksi tersebut, maka pada penelitian ini
mengantisipasi kesulitan yang dapat terjadi diperlukan sebanyak 39+3,9=42,2. Angka
tersebut kemudian dibulatkan menjadi 46, memperoleh dampak hasil penelitian tersebut
sehingga jumlah sampel menjadi 42 (Sugiyono, 2017).
responden. Etika penelitian ini bertujuan untuk
Kriteria inklusi: menjamin kerahasiaan identitas responden,
Populasi yang dapat diambil sebagai melindungi, dan menghormati hak responden
sampel Sugiyono, (2017). dengan digunakannya pernyataan persetujuan
1) Pasien Ca Mammae dengan Stadiun II responden dalam mengikuti penelitian.
2) Responden yang mau bekerja sama, Penelitian dilaksanakan dengan terlebih
bersedia mengisi kuisioner dan menjadi dahulu mengajukan permohonan izin kepada
responden institusi Program Studi Keperawatan
3) Pasien dalam keadaaan sadar penuh Universitas Binawan untuk mendapatkan
4) Pasien yang ada di Rumah Sakit Pusat surat perizinan penelitian. Kemudian peneliti
Nasional Cipto Mangunkusumo menyerahkan surat izin tersebut kepada
Kriteria eksklusi Direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Kriteria eksklusi adalah ciri–ciri anggota Jakara untuk mendapatkan persetujuan
populasi yang tidak dapat diambil sebagai melakukan penelitian ditempat tersebut. Etika
sampel (Sugiyono, 2017). penelitian menurut Sugiyono, (2017):
1) Pasien yang tidak mau bekerja sama, 1. Beneficience
tidak bersedia mengisi kuisioner dan Peneliti meyakinkan responden bahwa
menjadi responden peneliti ini bebas dari bahaya, tidak bersifat
2) Pasien dengan tidak sadar penuh memaksa melainkan bersifat sukarela,
manfaan yang dirasakan dan tidak
Tempat Penelitian menimbulkan resiko
Tempat penelitian ini dipilih dengan 2. Mal-efficence
ditemukan banyaknya fenomena. Selain itu Peneliti menjamin bahwa penelitian ini
belum ada penelitian yang dilakukan di RS tidak menimbulkan bahaya pada responden
Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dan responden terlindungi dari setiap resiko
mengenai Hubungan Tingkat Nyeri Dan 3. Respect for human dignity
Kemampuan Aktifitas pasien Ca Mammae. Responden berhak untuk menentukan
Maka peneliti akan melakukan penelitian ini dirinya sendiri, dan mendapatkan informasi
dilakukan Di Rumah Sakit Pusat Nasional lengkap diantaranya mengenai tujuan, cara
Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2018. pelaksanaan, manfaat penelitian dan hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian
Waktu penelitian 4. Autonomy
Waktu penelitian dilaksanakan pada Peneliti perlu mempertimbangkan hak-
bulan Oktober sampai Desember 2018. hak subyek untuk mendapatkan informasi
Adapun waktu penelitian akan dijabarkan ke yang terbuka berkaitan dengan jalannya
dalam tabel dibawah ini mulai dari persiapan, penelitian serta memiliki kebebasan
pelaksanaan dan penyusunan laporan dimulai menentukan pilihan dan bebas dari paksaan
dari bulan Oktober 2018 sampai dengan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
Februari 2019 (autonomy). Tindakan yang terkait dengan
prinsip menghormati harkat dan martabat
Etika Penelitian manusia adalah peneliti mempersiapkan
Kode etik penelitian adalah suatu formulir persetujuan subyek (informed
pedoman etika yang berlaku untuk setiap consent).
kegiatan penelitian yang melibatkan antara 5. Anonymity (Tanpa Nama)
pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek Masalah etika keperawatan merupakan
penelitian) dan masyarakat yang akan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara yang telah dikumpulkan dijamin
tidak memberikan atau mencantumkan nama kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
responden pada lembar alat ukur dan hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
menuliskan kode pada lembar pengumpulan riset. Peneliti tidak akan memberikan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan. infromasi tentang hasil penelitian tanpa
Peneliti tidak akan menuliskan nama lengkap persetujuan dari pihak terkait atau dalam hal
dari setiap sampel. peneliti hanya akan ini sampel yang dijadikan objek penelitian.
menuliskan inisial huruf depan dari nama Data akan dimusnahkan dalam waktu 3 tahun
sampel, untuk menjaga kerahasiaan nama kemudian.
sampel. 7. Justice (Keadilan)
6. Confidentiality (Kerahasiaan) Penelitian ini menggunakan Subjek harus
Masalah ini merupakan masalah etika diperlakukan secara adil baik sebelum, selama
dengan memberikan jaminan kerahasiaan dan sesudah keikutsertaan dalam penelitian
hasil penelitian, baik informasi maupun tanpa adanya diskriminasi dan semua subyek
masalah-masalah lainnya. Semua informasi diperlakukan dengan baik.

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN


Analisa Univariat

1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Distribusi Frekuensi Karakteristik pada pasien Ca Mammae di Rumah Sakit Pusat
Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019
No Variabel Deskripsi Frekuensi Persentase
1 Usia  < 20 tahun 8 20,0
 20 - 30 tahun 12 25,0
 > 30 tahun 22 55,0
2 Tingkat pendidikan  SD 14 32,5
 SMP-SMA 20 50,0
 PT 8 17,5
3 Pekerjaan  Bekerja 12 25,0
 Tidak bekerja 30 75,0
4 Agama  Islam 27 67,5
 Hindu 2 5,0
 Buddha 0 0,0
 Kristen 11 22,5
 Khatolik 2 5,0
5 Status Pernikahan  Menikah 32 80,0
 Tidak Menikah 2 5,0
 Janda 7 15,0
Total 42 100,0

Tabel 5.1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak pada


responden yaitu >30 tahun sebanyak 55,0%, pendidikan SMP-SMA sebanyak
50,0%, rata-rata responden tidak bekerja sebanyak 75,0%, status menikah sebanyak
80,0%, rata-rata beragama islam sebanyak 67,5%.
1. Distribusi Usia dengan orang lain atau rekan kerjanya agar
Mayoritas responden adalah berumur lebih produktif dalam bekerja.
antara >30 tahun yaitu sebanyak 50,0%, Dan secara psikologi usia >35 tahun
Secara fisiologis pertumbuhan dan Orang akan menggunakan kemampuan dan
perkembangan seseorang dapat digambarkan kekuatan dalam mengelolah kegiatan yang
dengan pertambahan umur. Dengan dibutuhkannya, berfikir lebih realistis, lebih
peningkatan umur diharapkan terjadi memandang hidup sebagai rencana dan tujuan
pertumbuhan kemampuan motorik sesuai yang akan digapai. Sesuai dengan yang
dengan tumbuh kembangnya, yang identik ungkapkan oleh Notoadmojo (2015)
dengan idealisme tinggi, semangat tinggi dan menyebutkan bahwa pada usia dewasa orang
tenaga yang prima (Sastrohadiwiryo, 2012). akan lebih sabar, berfikir logis, merencanakan
Kemampuan berpikir kritis pun meningkat masa depan, karir lebih didepankan dan
secara teratur selama usia dewasa (Perry & spiritual lebih didalami.
Potter, 2009). Berdasarkan hasil penelitian maka
Penelitian ini sejalan dengan peneliti berasumsi bahwa usia responden yang
penelitian yang dilakukan Anisa (2016) yang diperoleh peneliti di RS Cipto
berjudul “Hubungan karakteristik dengan Mangunkusumo Jakarta tahun 2019 banyak
kemampuan aktifitas pada pasien post berkisar di masa dewasa menengah, sehingga
operasi di RSUD X tahun 2016” yang banyak responden yang sudah matang baik
menyebutkan bahwa ada hubungan usia dari segi motorik, social, ekonomi sampai
dengan kemampuan aktifias pada pasien. pada spiritual. Secara fisik usia dewasa
Pada penelitian tersebut kisarsan usia menengah kekuatan otot masih maksimal dan
terbanyak yakni > 35 tahun sebanyak 54,6%. kuat sehingga mampu untuk melakukan
Usia >30 tahun usia secara fisik otot atifitias yang baik.
masih sangat kuat karena masuk dalam
dewasa penuh, secara fisik dapat melakukan 2. Tingkat Pendidikan
aktifitas sebagaimana mestinya (Anisa, 2016). Mayoritas responden dengan tingkat
Pada usia >35 tahun Komponen-komponen pendidikan terbanyak adalah lulusan SMP-
kebugaran fisik/aktivitas fisik yang dapat SMA yaitu sebanyak 50,0%. Penelitian ini
membantu mengurangi kemungkinan sebagian besar responden berpendidikan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif, SMP-SMA.
penyakit jantung coroner, obesitas, dan Penelitian sejalan dengan penelitian
kelemahan dari sendi dan otot memerlukan yang dilakukan Oleh Anisa (2016) dengan
suatu tingkat yang cukup dari kebugaran judul “Hubungan karakteristik dengan
kesehatan maupun performance. Kebugaran kemampuan aktifitas pada pasien post
kesehatan terdiri dari kebugaran jantung- operasi di RSUD X tahun 2016” yang
paru-peredaran darah, lemak tubuh, kekuatan menyebutkan bahwa pendidikan SMA
otot, dan kelenturan sendi, sedangkan sebanyak 57,6%. Didukung oleh penelitian
kebugaran performance terdiri dari ketahanan yang dilakukan oleh Muaba (2015) dengan
otot, tenaga otot, ketangkasan, kelincahan, distribusi pendidikan SMA sebanyak 55,1%.
dan kecepatan (Giam, 2014). Menurut DIKTI (2013) menyebutkan
Sedangkan secara sosial menurut bahwa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Aritonang (2012), umur > 35 tahun masuk termasuk pendidikan rendah sedangkan
dalam dewasa menengah, dimana pada masa pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
ini orang sudah mendapatkan karier dan merupakan pendidikan menengah atau
pekerjaan serta penghasilan mandiri. Pada pendidikan sedang. Hal ini sesuai dengan
fase ini orang akan berpacu dan bersaing pendapat yang di kemukakan oleh
Notoatmodjo (2010) pendidikan adalah suatu
kegiatan atau proses pembelajaran untuk responden dengan perilaku (p= 0.035). Tidak
mengembangkan atau meningkatkan ada hubungan tingkat pendidikan dengan
pengetahuan tertentu sehingga sasaran perilaku kesehatan (p=0,562). Hasil penelitian
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. ini relevan dengan penelitian yang dilakukan
Pengetahuan di pengaruhi oleh tradisi, sikap, Widaryanti (2010) menelitian dengan judul
kepercayaan, perubahan perilaku menjadi “Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan
lebih baik, tingkat pendidikan, pekerjaan, Perilaku Kesehatan Paliyan Gunung kidul
paritas, usia, tingkat social ekonomi dan Yogyakarta Tahun 2010” menyatakan
informasi yang didapat. bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan
Pendidikan yang seharusnya Perilaku kesehatan.
merupakan kewajiban setiap warganegera, Pekerjaan selalu dikaitkan dengan
akan tepai keadaan ekonomi seseorang yang finansial yang diperoleh untuk kesehatan
membuat mereka tidak mampu dalam seseorang, (Anisa, 2016). Orang yang bekerja
melanjutkan pendidikan mereka kearah yang akan memberikan kontribusi dalam
lebih tinggi (Suryati, 2011). Pendidikan memfasiltasi kesehatan secara indiviual dan
menengah secara sosial sudah pada keluarga, hal tersebut didukung oleh Azwar
pendidikan sedang-tinggi, masih diperlukan (2011) yang menyebutkan bahwa salah satu
peningkatan dan pembelajaran yang dalam kecukupan kesehatan seseorang adalah
sosial dan perkembangan karier dan terdukungnya finansial. Semakin baik
pekerjaan, agar pendapatan yang diperoleh finansial seseorang, maka semakin baik status
dapat memberikan kontribusi kepada status kesehatan yang diharapkan pada individu
kesehatannya (Anisa, 2016). Secara sosial tersebut.
pendidikan menengah sudah dapat Secara sosial orang yang bekerja atau
dipertimbangkan dalam bersosialisasi, lebih memiliki finansial yang cukup akan dapat
mudah menerima informasi yang didapat, dan dengan mudah mengakses kesehatan yang
berkontribusi didalam kehidupan baik untuk jenjang kehidupannya, sesuai
bermasyarakat (Notoadmojo, 2011) dengan Notoadmojo (2011) menyebutkan
Berdasarkan hal tersebut maka bahwa status ekonomi memberikan pengaruh
peneliti berasumsi bahwa sebagian besar dan dampak terhadap kesehatan
responden memiliki pendidikan rendah- dimasyarakat.
sedang yang berpengaruh pada perilaku, sikap Pekerjaan merupakan sesuatu aktivitas
dan pengetahuan responden sehingga lebih utama yang dilakukkan oleh seseorang yang
mudah menerima informasi yang menghasilkan untuk memenuhi kebutuhannya
disampaikan. Secara sosial pendidikan SMA termasuk status kesehatannya (Azwar, 2011).
merupakan pendidikan tinggi yang mampu Menurut Notoadmojo (2012) bahwa
menerima setiap informasi yang diberikan pekerjaan seseorang mempengaruhi status
sehingga setiap pelaksanaan layanan kesehatan karena berhubungan dengan
keperawatan dapat dengan mudah dilakukan. finansial dalam memandang hidup dan
kesehatan pribadi dan keluarganya.
3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada penelitian ini sebagian besar
Mayoritas responden tidak bekerja responden tidak bekerja, sehingga asumsi
sebanyak 75,0%. Data tersebut menujukan peneliti bahwa responden sebagian besar tidak
bahwa sebagian besar tidak bekerja. memiliki asuransi kesehatannya sehingga
Penelitian ini juga sejalan dengan harus membutuhkan dana secara pribadi atau
penelitian Rahmandar (2013) dengan judul bantuan keluarga dalam pengobatannnya.
“Gambaran karateristik pasien dengan
perilaku di RS Jawa Barat tahun 2013”
dengan hasil Ada hubungan pekerjaan
4. Distribusi Agama dan Suku Respondent menerima suatu keadaan termasuk skala nyeri
Mayoritas responden menujukan yang dialami responden.
bahwa terdapat 67,5% responden beragama
Islam dan terdapat 52,5% bersuku Jawa. Data 5. Distribusi Status Pernikahan
tesebut menujukan bahwa sebagian besar Mayoritas responden menujukan
responden beragama Islam. Penelitian yang bahwa terdapat 80,0% responden menikah.
dilakukan oleh Putri, dkk tahun 2015 dengan Data tesebut menujukan bahwa sebagian
judul “Hubungan Agama Dengan Perilaku besar responden Sudah Menikah.
Kesehatan” menyebutkan bahwa factor Penelitian yang dilakukan oleh
agama yang mempengaruhi kesehatan adalah Sunandar (2012) dengan judul “Hubungan
sebuah kebiasaan baik yang selalu dilakukan karateristik terhadap perilaku kesehatan
dengan penuh keyakinan akan memberikan dan skala nyeri post operasi” menyatakan
suatu kebiasaan yang positif dalam peran bahwa status pernikahan memiliki pengaruh
menjaga kesehatan seseorang. terhadap perilaku kesehatan, karena dengan
Rofiq (2007) mendefinisikan menikah sesorang akan merasa diperhatikan
kepercayaan (trust) adalah kepercayaan pihak oleh pasanganya serta jika memiliki
tertentu terhadap yang lain dalam melakukan keturunan mana mereka akan memiliki
hubungan transaksi berdasarkan suatu harapan hidup yang lebih baik. Sebagain besar
keyakinan bahwa orang yang dipercayainya responden sudah menikah diharapkan mampu
tersebut memiliki segala kewajibannya secara memiliki perilaku kesehatan yang lebih baik
baik sesuai yang diharapkan. Kepercayaan dalam mengelolah kecemasan untuk
seseorang menurut Mowen (2002) adalah mengurangi skala nyeri post operasi karena
semua pengetahuan yang dimiliki oleh adanya dukungan keluarga, dengan demikian
manusia dan semua kesimpulan yang dibuat tarap kesembuhan menjadi lebih baik.
tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Berdasarkan hal tersebut maka
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti berasumsi bahwa responden menikah
peneliti berasumsi peneliti menyimpulkan akan mengalami sikap, dan perilaku lebih
bahwa agama memiliki peran yang sangat stabil dikarena dukungan pasangan
kuat dalam perilaku kesehatan dan dibandingkan dengan belum menikah,
kesembuhana seseorang mereka akan yakin kemudian pasangan juga diharapkan
ada sebuah kekuatan dan mujizat atas sesuatu memberikan dukungan kepada pasien untuk
yang dikehendakinya dan mengurangi rasa menghadapi penyakit yang sedang diderita,
kecemasan dan skala nyeri. Kemudian suku pemikiran positif juga mempengaruhi
juga mempengaruhi perilaku seseorang dalam responden dalam menerima suatu keadaan.

2. Distribusi Frekuensi Skala Nyeri


Distribusi Frekuensi Skala Nyeri pada pasien Ca Mammae di Rumah Sakit Pusat
Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019
Variabel Deskripsi Frekuensi Persentase
Nyeri 1. Tidak Nyeri 3 7,1
2. Nyeri Ringan 23 54,8
3. Nyeri Sedang 16 38,1
4. Nyeri Berat 0 0,0
Total 42 100,0
Tabel menunjukan distribusi frekuensi pengalaman sensori dan emosi yang tidak
skala nyeri pada pasien ca mammae di Rumah menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan
Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo jaringan yang nyata atau berpotensi untuk
Jakarta tahun 2019 yakni nyeri ringan sebanyak menimbulkan kerusakan jaringan. Rasa nyeri
23 responden (54,8%), nyeri sedang sebanyak selalu merupakan sesuatu yang bersifat subjektif,
38,1% dan tidak nyeri sebanyak 7,1%. setiap individu mempelajari nyeri melalui
Mayoritas responden menunjukan pengalaman yang berhubungan langsung dengan
distribusi frekuensi skala nyeri pada pasien ca luka (injury) yang terjadi pada masa awal
mammae di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto kehidupannya (kozier & Erb, 2014). Menurur
Mangunkusumo Jakarta tahun 2019 yakni nyeri Visual Analogue Scale (VAS), 2015 Pada skala
ringan sebanyak 18 responden (54,8%). nyeri skala 0-3 dikategorikan sebagai nyeri
Penelitian ini sejalan dengan penelitian ringan sehingga masih bisa ditolerasi dalam
yang dilakukan oleh Jaury, D. F., dkk (2015) aktivitas fisik seseorang.
dengan judul “Strategi Koping Dan Intensitas Pada penelitian ini sebagian besar
Nyeri Pasien Post Operasi” yang menyebutkan responden mengalami nyeri ringan, sehingga
bahwa responden dengan nyeri ringan sebanyak peneliti berasumsi peneliti bahwa responden
56,8%. Didukung oleh penelitian Ranita (2016) masih mampu melakukan aktivitas selama dalam
dengan judul “Gambaran Skala nyeri pada perawatan, tidak memerlukan analgetik yang
pasien Post Operasi” yang menyebutkan kuat dalam melakukan atifitas, dan perlu bantuan
sebagian besar responden mengalami nyeri dan dukungan tenaga medis dan keluarga dalam
ringan sebanyak 45,6%. aktivitas disekitar ruang rawat atau sekitar rumah
International Association for the Study of sakit.
Pain mendefinisikan nyeri sebagai suatu

3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Aktivitas


Distribusi Frekuensi Kemampuan Aktivitas pada pasien Ca Mammae di Rumah
Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019
Variabel Deskripsi Frekuensi Persentase
Kemampuan 1. Ketergantungan Total 0 0,0
Aktivitas 2. Ketergantungan Berat 0 0,0
3. Ketergantungan Sedang 16 39,2
4. Ketergantungan Ringan 22 51,4
5. Mandiri 4 9,4
Total 42 100,0

Tabel menunjukan frekuensi kemampuan Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019 yaki


aktivitas pada pasien Ca Mammae di Rumah responden dengan ketergantungan ringan
Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo sebanyak 51,4%.
Jakarta Tahun 2019 yaki responden dengan Penelitian ini sejalan dengan penelitian
ketergantungan ringan sebanyak 22 responden yang dilakukan oleh Apriansyah, A., dkk (2016)
(51,4%), ketergantungan sedang 39,2%, serta dengan judul penelitian “Hubungan Antara
mandiri sebanyak 9,4%. Derajat Nyeri Pada Pasien Post Operasi dengan
Mayoritas responden menunjukan frekuensi Kemampuan AKtivitas Di Rumah Sakit
kemampuan aktivitas pada pasien Ca Mammae Muhammadiyah Palembang” hasil penelitian
di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto menyebutkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara derajat nyeri dengan kemapuan penyakit/cedera, skala nyeri yang dialami,
aktivitas pasien dengan pvalue=0,010 dengan kebudayaan, psikologi, tingkat energi usia dan
distribusi frekuensi aktivitas ringan sebanyak status perkembangan (Lisa, 2011).
53,4%. Didukung oleh penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian
dilakukan Bramono (2016) dengan hasil besar mengalami kemampuan aktifitas ringan
penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar atau ketergantungan ringan sebanyak 51,4%.
responden mengalami kemampuan aktivitas Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
ringan sebanyak 58,9%. berasumsi bahwa semakin rendah skala nyeri
yang dirasakan reponden maka semakin rendah
tingkat ketergantungan pasien untuk melakukan
aktivitasnya. Begitu juga sebalaiknya, jika nyeri
Kemampuan Aktifitas merupakan yang dialami pasien berat maka tingkat
kemampuan individu untuk bergerak secara ketergantungan yang dibutuhkan juga semakin
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk tinggi. Dengan demikian diharapkan tenaga
memenuhi kebutuhan aktivitas guna medis mampu menurunkan skala nyeri dengan
mempertahankan kesehatannya (Black, 2014). signifikan untuk meningkatkan kemapuan
Jenis kemampuan aktivitas yakni kemampuan aktifitas pasien.
aktivitas penuh dan aktivitas sebagian dengan
faktor yang mempengaruhi kemampuan
aktivitas antara lain gaya hidup, proses
Anlisa Bivariat
Hubungan Tingkat Nyeri Terhadap Kemampuan Aktifitas Pada Pasien Ca Mammae Di
Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019
Variabel Kemampuan Aktivitas P- OR
Independen Ketergan Keterga Keterg Ketergan Mandir Val CI
tungan ntungan antung tungan i ue 95
Total Berat an Ringan %
Sedang
Skala Nyeri n % n % n % n % n % 0,0 6,48
 Tidak Nyeri 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 2,4 1 8
 Nyeri 0 0,0 0 0,0 0 0,0 12 32,4 8 16, (18,3
Ringan 4 03-
 Nyeri 0 0,0 0 0,0 9 18,2 10 25,8 2 4,8 9,05
Sedang 7)
 Nyeri Berat 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total 0 0,0 0 0,0 9 18,2 22 58,7 11 23,6

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari pada pasien ca mammae di Rumah Sakit Cipto
42 responden dengan skala nyeri ringan dengan Mangunkusumo Jakarta tahun 2019.
tingkat ketergantungan ringan yakni 32,4%, Penelitian ini sejalan dengan penelitian
serta nyeri sedang dengan kemampuan ringan yang dilakukan Uskenat, M., (2016) dengan
sebesar 25,8%. Hasil uji statistik dengan Judul” Perbadaan Kemampuan Aktivitas pada
menggunakan uji Kendall tau didapatkan nilai pasien pre operasi dengan pasien post operasi
pvalue: 0,01 berarti p<α dimana nilai α: 0,05 setelah memberian analgetik di RSUD
yang berarti hipotesis diterima. Hal ini Semarang” dengan hasil penelitian bahwa
membuktikan bahwa ada hubungan antara terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
tingkat nyeri terhadap kemampuan aktivitas kemampuan aktivitas pre operasi dan post
operasi terhadap nyeri dengan nilai
Pvalue=0,000 (P<0,05). Didukung oleh pembengkakan jaringan yang menekan pada
Penelitian yang dilakukan oleh Indri, U., dkk reseptor nyeri (Potter & Perry, 2009). Amit
(2014) dengan Judul “Hubungan Antara Nyeri, Sood, tahun 2016 menjelaskan bahwa terdapat
Kecemasan Dan Kemampuan aktivitas Pada beberapa hormone yang memicu kecemasan dan
Pasien Post Operasi” dengan hasil penelitian dapat meningkatkan persepsi nyeri Hormon
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada Adrenalin, Norepinephrine dan Kortisol yang
hubungan antara kemapuan aktivitas dan skala membantu menurunkan rasa nyari pada pasien
nyeri post operasi (P. vaule = 0.000) dimana post operasi.
P=<0,05. Berdasarkan hasil penelitian
Penelitian ini tidak sejalan dengan menunjukkan bahwa ada hubungan yang
penelitian yang dilakukan oleh Kustiawan, 2015 signifikan antara tingkat nyeri dan kemampuan
dengan hasil penelitian menyebutkan bahwa aktifitas pada pasien ca mammae. Kemudian ada
mayoritas tingkat kemampuan aktivitas pada banyak juga penelitian lain yang menyebutkan
pasien pre operasi adalah ketergantungan bahwa tidak ada pengaruh antara kedua variable
sedang (81%). Uji hubungan Chi Square dengan tersebut, dengan demikian peneliti berasumsi
Pvalue 0,078 (P<0,05), hal tersebut menunjukan bahwa rumah sakit diharapkan meningkatkan
bahwa tidak ada pengaruh nyeri dengan dan memperhatikan faktor–factor lain yang
kemapuan aktivitas. berhubungan dengan tingkat kemampuan
Kemampuan Aktivitas aktifitas meliputi usia responden, jenis
merupakan kemampuan individu untuk kelamin, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang mempengaruhi kemampuan aktiftas yang
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dialami pasien ca mammae untuk
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya pengembangan asuhan keperawatan di Rumah
(Black, 2014). Nyeri adalah sensasi subjektif Sakit. Kemudian hal tersebut juga menunjukkan
rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan bahwa ada factor lain untuk meningkatkan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. kemampuan aktivitas pasien dengan Ca
Ketika suatu jaringan mengalami cedera atau mammae, seperti adanya dukungan dan peran
kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan- keluarga, dukungan petugas kesehatan dan
bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri pemberian pengobatan alternati lainnya seperti
seperti serotonin, histamin, ion kalium, aroma terapi, massage, akupressure dan lainnya
bradikinin, prostagladin, dan subtansi P yang sebagai alternative asuhan keperawatan mandiri.
akan mengakibatkan respon nyeri. Nyeri juga
dapat disebabkan stimulus mekanik seperti

KESIMPULAN DAN SARAN Tahun 2019 berdasarkan usia responden


Kesimpulan yaitu >30 tahun sebanyak 55,0%,
Penelitian tentang hubungan tingkat nyeri pendidikan SMP-SMA sebanyak 50,0%,
terhadap kemampuan aktifitas pasien Ca rata-rata responden tidak bekerja sebanyak
Mammae di Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto 75,0%, status menikah sebanyak 80,0%,
Mangunkusumo Jakarta Tahun 2018 yang beragama islam sebanyak 67,5%
dilakukan selama lebih kurang 4 minggu. 2. Distribusi frekuensi skala nyeri pada
Jumlah responden penelitian sebanyak 42 pasien Ca Mammae di Rumah Sakit Pusat
responden pasien dengan Ca Mammae. Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Tahun 2019 yakni responden dengan nyeri
bahwa: ringan sebesar 54,8%.
1. Distribusi frekuensi karakteritik pada 3. Distribusi frekuensi kemampuan aktivitas
pasien Ca Mammae di Rumah Sakit Pusat pada pasien ca mammae di Rumah Sakit
Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
Jakarta tahun 2019 yakni responden dengan demikian penyebab kejadian
dengan ketergantungan sedang sebesar peningkatan skala nyeri yang
51,4%. menyebabkan ketidakmampuan aktivitas
4. Ada hubungan tingkat nyeri terhadap dapat dilihat secara signifikan dari
kemampuan aktifitas pada pasien Ca berbagai faktor dan dapat dikendalikan
Mammae Di Rumah Sakit Pusat Nasional dengan tepat.
Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2019
yaitu dengan p value 0,010 (pvalue:<0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Saran American Joint Committee on Cancer, (2011).
1) Bagi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo AJCC Cancer Staging Manual. Edisi 8.
Penelitian Sebagai bahan masukan dan New York. Springer
pertimbangan bagi pihak Rumah sakit Anisa, dkk (2016). Hubungan karakteristik dengan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kemampuan aktifitas pada pasien post
khususnya perawatan pasien dengan Ca operasi di RSUD X tahun 2016” Skripsi
Mammae untuk menurunkan skala nyeri. Publikasi Jurnal Keperawatan Indonesia.
Diharapkan Rumah Sakit Cipto Diakses pada tanggal 20 februari 2019 Jam
Mangunkusumo Jakarta dapat memberikan 21.00. WIB
dukungan dan memfasilitasinya pasien Anne Lyberg, Anne Lise Holm, Erna Lassenius,
dalam pelayanan keperawatan sebagai Ingela Berggren, Elisabeth Severinsson.
alternatif lain untuk menurunkan skala 2013. Older persons’ experiences of
nyeri pada pasien dengan Ca Mammae depressive ill-health and family support.
selama dalam pengobatan di Rumah Sakit Journal of Nursing Research and Practice.
agar kemampuan aktivitas pasien dapat 20(13):1-8.
meningkat. http://dx.doi.org/10.1155/2013/837529
2) Bagi Universitas Binawan Apriansyah, A., dkk (2016). Hubungan Antara
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber Derajat Nyeri Pada Pasien Post Operasi
data, referensi ataupun bahan rujukan dengan Kemampuan Aktivitas Di Rumah
untuk perkembangan ilmu dan Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
pengetahuan terutama di bidang 2014. Skripsi Publikasi Jurnal Keperawatan
keperawatan medical bedah, khususnya Indonesia. Diakses pada tanggal 20 februari
cara merawat penilai dan tata cara 2019 Jam 11.00. WIB
meningkatkan kemapuan aktivitas pasien Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan
dengan Ca Mammae yang mengalami Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
nyeri selama perawatan. Penelitian ini juga Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan
berguna sebagai masukan kepada oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban
mahasiswa dalam penelitian selanjutnya. Patria.
selain itu dapat menjadi sarana Darmawan. 2010. Anatomi Fisiologi Uuntuk
pembelajaran bagi mahasiswa untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3. Jakarta :
mengembangkan kemampuan di bidang EGC.
penelitian keperawatan. Data RM RSCM Lantai IV Januari-Juli 2018.
3) Peneliti selanjutnya Tidak dipublikasikan
Melihat hasil dari peneltian ini maka Depkes RI . 2011. Profil Kesehatan Indonesia.
diharapkan peneliti selanjutnya dapat Jakarta: Depertemen Republik Indonesia
meneliti faktor-faktor lain dari penyebab Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Provinsi DKI
terjadinya peningkatan skala nyeri yang Jakarta tahun 2015. Jakarta: Depkes RI.
menyebabkan kemampuan aktivitas Diakses pada tanggal 16 Desember 2017
dengan menggunakan metode eksperimen, dari:
www.depkes.go.id/resources/download/...P Nurhafizah & Erniyati (2012). Strategi Koping
ROVINSI.../11_DKI_Jakarta_2015.pdf Dan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Di
Ditjen Dikti. Pengembangan dan Penyusunan Ruang Rindu B2a Rsup H. Adam Malik
Kurikulum Pendidikan Tinggi Medan. Jurnal Keperawatan. Diunggah
(KPT)Pendekatan Kurikulum Berbasis pada tanggal 01 oktober 2018 jam 23.00
Kompetensi (KBK) dan Pendidikan WIB
Berbasis Capaian (PBC). (2012). Polit & Beck, P. (2010). Essential of Nursing
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Research : methods, apraisal, and utilization
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Sixth Edition ed). Philadephia : Lippincot
Direktorat Pembelajaran dan Williams & Wilkins.
Kemahasiswaan Potter, P. A., & Perry, A. G. (2014). Fundamentals
Elizabeth, B. Hurlock. 2001. Psikologi of Nursing: Concepts, Process, and
Perkembangan: Suatu pendekatan Practice . Jakarta: EGC.
sepanjang rentang kehidupan (Edisi 5). Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar Fundamental :
Jakarta : Erlangga Konsep, proses dan praktek. Edisi 4 .
Hartono, (2011). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. EGC.
Jakarta: Trans Info Media. Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses
Indri, U., dkk (2014). Hubungan Antara Nyeri, Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha
Kecemasan Dan Kemampuan aktivitas Ilmu
Pada Pasien Post Operasi. Skripsi Publikasi Putri, dkk (2015). Hubungan Agama Dengan
Jurnal Keperawatan Indonesia. Diakses Perilaku Kesehatan. Skripsi Publikasi
pada tanggal 20 februari 2019 Jam 22.00. Jurnal Keperawatan Indonesia. Diakses
WIB pada tanggal 6 februari 2019 Jam 23.00.
Jaury, D. F., dkk (2015). Strategi Koping Dan WIB
Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi. Rahmandar, (2013). Gambaran karateristik pasien
Skripsi Publikasi Jurnal Keperawatan dengan perilaku di RS Jawa Barat tahun
Indonesia. 2013. Jurnal Keperawatan. Skripsi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Publikasi Jurnal Keperawatan Indonesia.
Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Diakses pada tanggal 10 Maret 2019 Jam
Kemenkes RI. 11.00. WIB
Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2009). Buku Ajar SKala Nyeri Visual Analogue Scale (VAS), 2015.
Fundamental keperawatan Konsep, proses Diunggah pada tanggal 02 Oktober 2018
& Praktek. Edisi 5. Alih bahasa : Eny,M., jam 21.30 WIB
Esti, W., Devi, Y. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanne C . 2001. Keperawatan
LeMone, P, & Burke.(2008). Medical surgical Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Edisi
nursing : Critical thinking in client care.( 8, Vol 2. Jakarta : Buku kedokteran
4th ed). Pearson Prentice Hall : New Jersey Smeltzer, Suzanne C . 2002. Keperawatan
Maryam, R. Siti dkk. (2011). Mengenal Usia Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Edisi
Lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba 8, Vol 2. Jakarta : Buku kedokteran
Medika. Sood , Amado, A., , A., Taylor, J.S. 2012. Irritant
Mubarak, IW. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Contact Dermatitis, in Goldsmith. L., Katz,
Jakarta: Salemba Medika. S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell,
Notoadmojo, Soekidjo. (2007). Ilmu kesehatan D.J., Wolff, K., (eds). Fitzpatrick’s
dan Prinsip- prinsip dasar. Revisi Jakarta: Dermatology in General Medicine. 8th
Renika Cipta. edition, McGraw-Hill Company, New York,
__________________, (2010). Penelitian pp. 499–506
Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu
penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sugiarto. 2012. Pembelajaran Biologi
Menggunakan Metakognitif Melalui Model
Reciprocal Learning dan Problem Based
Learning Ditinjau dari Kemandirian Belajar
dan Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa. Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Jurnal Inkuiri, 1(2): 86-92
Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Kuantitaif,
kualitatif dan R&D. Bandung: Alpabetha
Sugiyono, (2016). Statistik untuk penelitian.
Bandung: Alpabetha.
Suhartono. 2008. Metode Penelitian Deskriptif.
Yogyakarta: Mandiri Prima
Sunandar (2012). Hubungan karateristik terhadap
perilaku kesehatan dan skala nyeri post
operasi. Jurnal Keperawatan Indonesia.
Supardi, S., & Rustika. (2013). Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Susilo, W. H. (2013). Prinsip-prinsip Biostatika
dan Aplikasi SPSS pada Ilmu Keperawatan.
Jakarta: In Media.
Susilo, W. H., & Aima, M. H. (2013). Penelitian
dalam Ilmu Keperawatan. Jakarta: In
Media.
Tamsuri Anas. 2007. Konsep dan
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Uskenat, M., (2016). Perbadaan Kemampuan
Aktivitas pada pasien pre operasi dengan
pasien post operasi setelah memberian
analgetik di RSUD Semarang. Skripsi
Publikasi Jurnal Keperawatan Indonesia.
Diakses pada tanggal 20 februari 2019 Jam
20.00. WIB
Widaryanti (2010). Hubungan Antara Pekerjaan
Ibu dengan Perilaku Kesehatan Paliyan
Gunung kidul Yogyakarta Tahun 2010.
Skripsi Publikasi Jurnal Keperawatan
Indonesia. Diakses pada tanggal 20 februari
2019 Jam 21.00. WIB
Zakiyah, A. (2015). Nyeri Konsep dan
Penatalaksanaan dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai