Anda di halaman 1dari 105

ASUHAN KEPERAWATAN POST SECTIO CAESARE PADA Ny.

A
dan Ny. P DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI AKUT DI RUANG TERATAI DI RSUD
Dr. HARYOTO LUMAJANG
TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :
Fauzah Istiqomalia
NIM 162303101045

PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN POST SECTIO CAESARE PADA Ny. A
dan Ny. P DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI AKUT DI RUANG TERATAI DI RSUD
Dr. HARYOTO LUMAJANG
TAHUN 2019

Laporan Tugas Akhir: Laporan kasus Disusun Sebagai Syarat Untuk


Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madta Keperawatan

Oleh :
Fauzah Istiqomalia
NIM 162303101045

PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2019

ii
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Tugas Akhir
ini dipersembahkan untuk:
1. Kedua orang tua yang telah membesarkan dan memberikan pendidikan pra
sekolah juga atas segala kerja keras, kasih saying, dukungan lahir maupun
batin serta do’a yang tiada henti di setiap sujudnya.
2. Seluruh staff, dosen, dan civitas akadmika yang telah membimbing,
mendidik, serta memberikan motivasi selama menjalani proses pendidikan
di perguruan tinggi.
3. Almamater Fakultas Keperawatan program studi D3 Keperawatan
Universitas Jember Kmapus Lumajang.

MOTTO

iii
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya”.
(QS. At-talaq: 4)

“Pikiran ibarat parasut. Tak akan berjalan bila tak terbuka”


Anonim, dalam Tualaka (2010)

*) Departemen Agama Republik Indonesia. 2002. Al Qur’an dan


Terjemahannya.Surabaya: Mekar Surabaya
*) JF Tualaka.2010.Sepiring Motivasi untuk Sarapan Pagi. Yogyakarta: Penerbit
Jogja Bangkit Publissher.

iv
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Fauzah Istiqomalia
NIM : 162303101045
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Post Sectio Caesarea pada Ny. A dan Ny.P dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Teratai di RSUD dr. Haryoto Lumajang
Tahun 2019” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah
saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan
bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran
isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Lumajang, Juli 2019


Yang menyatakan

Fauzah Istiqomalia
NIM 162303101045

PERSETUJUAN PEMBIMBING

v
Karya Tulis Ilmiah Oleh : FAUZAH ISTIQOMALIA
Judul : Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea pada
Ny.A dan Ny.P dengan Masalah Keperawatan
Nyeri Akut di Ruang Teratai di RSUD dr. Haryoto
Lumajang Tahun 2019
Telah disetujui pada tanggal : Juli 1019

Oleh
Pembimbing

Nurul Hayati, S.Kep., Ners., MM


NIP. 19650629 198703 2 008

PENGESAHAN

vi
Laporan tugas akhir yang berjudul “Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea
pada Ny. A dan Ny.P dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Teratai
di RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2019” karya Fauzah Istiqomalia telah
diuji dan disahkan oleh Prodi D3 keperawatan Universitas Jember Kampus
Lumajang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 17 Juli 2019
Tempat : Program Studi D3 Keperawatan Universitas Jember Kampus
Lumajang
Tim Penguji:

Ketua,

Mengesahkan,
Koordinator Program Studi
D3 Keperawatan Universitas Jember
Kampus Lumajang

Nurul Hayati, S. Kep. Ners., MM.


NIP. 19650629 198703 2 008

RINKASAN

vii
Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea pada Ny.A Dan Ny.P dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Teratai RSUD Dr. Haryoto
Lumajang Tahun 2019; Fauzah Istiqomalia. 162303101045; halaman: Program
Studi D3 Keperawatan Universitas Jember.
Seorang ibu hamil harus selalu sehat rohani, jasmani, dan secara sosial
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai penanganan saat kehamilan dan
setelah melahirkan. Berbagai komplikasi pada kehamilan mengharuskan ibu tidak
melakukan persalinan secara normal sehingga diperlakukan tindakan medis
tambahan untuk meyelamatkan ibu ataupun janin dan apabila hal ini tidak
dilakukan akan menimbulkan resiko besar pada nyawa ibu dan janin itu sendiri.
Tindakan itu adalah tindakan operasi yang bertujuan untuk meyelamatkan ibu dan
bayi atau dikenal dengan Sectio Caesaria (SC) (Dorr, 2015).
Persalinan Sectio Caesarea memiliki risiko kematian 25 kali lebih besar
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Meskipun demikian, seksio sesarea
merupakan alternative terbaik bagi ibu hamil yang mengalami risiko tinggi dalam
proses persalinan untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun nyawa janinnya.
Selain itu, persalinan pervaginam tidak mungkin dilakukan dengan alasan untuk
menjaga keselamatan ibu dan janinnya. (Solehati, 2015) menemukan bahwa 93%
pasien sectio caesarea mengalami nyeri sedang sampai dengan berat.
Desain penulisan yang dipakai pada karya tulis ini menggunakan desain
laporan kasus. Tujuan penelitian yang dipakai pada karya tulis ini untuk
mengeksplorasi pelaksanaan Asuhan Keperawatan Maternitas Post Sectio
Caesarea pada Ny.A Dan Ny.P dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di
Ruang Teratai RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2019. Partisipan dalam
penyusunan laporan kasus ini adalah 2 klien ibu post sectio caesarea dengan
masalah keperawatan nyeri yang menjalani rawat inap di Ruang Teratai RSUD
dr.Haryoto Lumajang. Pada penulisan laporan kasus ini, metode pengumpulan
data dengan cara pemeriksaan fisik, dan juga dokumentasi yang didapat dari buku
rekam medik klien.
Intervensi yang direncanakan pada laporan kasu ini adalah manajemen nyeri.
Intervensi keperawatan dilakukan dengan pengkajian nyeri yang komprehensif
meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya, minta klien untuk menilai nyeri atau
ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0 = tidak ada nyeri atau
ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat), dan teknik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam. Intervensi keperawatan
dilakukan selama 3 hari pada masing-masing klien. Batasan karakteristik yang
muncul pada kedua klien yaitu melaporkan nyeri dengan isyarat (mis.,
menggunakan skala nyeri), menyeringai, merintih, sikap melindungi, dan
gangguan tidur. Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk membantu
mengatasi masalah keperawatan nyeri akut adalah mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam. Dari 9 kriteria hasil, pada evaluasi keperawatan hari ke 3 didapatkan
hasil pada klien I dan klienII yaitu tujuan tercapai yang dibuktikan dengan
tercapainya 9 kriteria hasil dari 9 kriteria hasil.

viii
Implementasi yang dilakukan yaitu pengkajian nyeri, evaluasi tanda-tanda
vital, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri,
memberikan terapi kolaborasi dengan pemberian analgesic.
Dari laporan kasus ini, dari 9 kriteria hasil dapat tercapai keseluruhan, tetapi
pada implementasi terdapat perbedaan di hari peratama dan kedua, pada klien I
lebih lambat mencapai kriteria hasil dikarenakan klien kurang kooperatif saat
melakukan teknik relaksasi nafas dalam berbeda dengan klien II yang kooperatif
sehingga lebih cepat untuk mencapai kriteria hasil. Oleh sebab itu diharapkan bagi
peneliti selanjutnya lebih menekankan pada tahap pendekatan atau BHSP kepada
klien. Bagi perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan pada post
sectio caesare dengan masalah keperawatan nyeri akut.

Kata Kunci: Post Sectio Caesarea, Asuhan Keperawatan, Nyeri Akut

ix
SUMMARY

Nursing Care Post Sectio Caesarea at Mrs.A and Mrs.P with Nursing Problems Acute Pain in
Lotus Room Dr. Haryoto Lumajang in 2019; Fauzah Istiqomalia. 162303101045; page: Nursing
D3 Study Program at Jember University.
A pregnant woman must always be spiritually healthy, physically, and socially have
sufficient knowledge about handling during pregnancy and after childbirth. Various complications
in pregnancy require the mother not to have a normal delivery so that additional medical treatment
is taken to save the mother or fetus and if this is not done it will pose a great risk to the life of the
mother and the fetus itself. The action is an operation that aims to save the mother and baby or
known as Sectio Caesaria (SC) (Dorr, 2015).
Caesarean section has a 25 times greater risk of death compared to vaginal delivery.
However, cesarean section is the best alternative for pregnant women who are at high risk in labor
to save the lives of both the mother and the life of the fetus. In addition, vaginal delivery is not
possible with reasons to maintain the safety of the mother and fetus. (Solehati, 2015) found that
93% of sectio caesarean patients experience moderate to severe pain.
The writing design used in this paper uses a case report design. The research objectives
used in this paper are to explore the implementation of Nursing Care Maternity Post Sectio
Caesarea in Ny.A and Ny.P with Nursing Problems Acute Pain in the Lotus Room Dr. Haryoto
Lumajang in 2019. Participants in the preparation of this case report were 2 post sectio caesarea
mothers clients with pain nursing problems who were hospitalized in the Lotus Room of Dr.
Haryoto Lumajang Hospital. In writing this case report, the method of collecting data is by
physical examination, as well as documentation obtained from the client's medical record book.
The intervention planned for this report is pain management. Nursing interventions are
carried out with comprehensive pain assessment which includes location, characteristics, onset and
duration, frequency, quality, intensity or severity of pain, and precipitating factors, asking the
client to assess pain or discomfort on a scale of 0 to 10 (0 = no pain or discomfort , 10 = great
pain), and non-pharmacological techniques to reduce pain with deep breathing relaxation
techniques. Nursing interventions are carried out for 3 days on each client. The characteristic
limitations that arise in both clients are reporting pain with cues (eg, using a pain scale), grinning,
moaning, protective attitudes, and sleep disorders. Nursing interventions carried out to help deal
with acute pain nursing problems are to teach deep breathing relaxation techniques. From the 9
results criteria, on the 3rd day nursing evaluation the results were obtained on client I and clientII,
namely the goal achieved as evidenced by the achievement of 9 criteria results from 9 criteria of
results.
The implementation carried out is the assessment of pain, evaluation of vital signs,
teaching deep breathing relaxation techniques to reduce pain, providing collaborative therapy with
analgesics.
From this case report, out of 9 results criteria can be achieved overall, but in implementation there
are differences on first day and second, on client I slower to achieve the results criteria because
clients are less cooperative when doing deep breathing relaxation techniques in contrast to
cooperative II clients so that more fast to reach the results criteria. Therefore, it is expected that the
researchers further emphasize the approach stage or BHSP to the client. For nurses, they are
expected to be able to carry out nursing care at the sectio caesare post with acute pain nursing
problems.

Keywords: Post Sectio Caesarea, Nursing Care, Acute Pain

PRAKATA

x
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan
laporan tugas akhir yang berjudul “Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea
pada Ny.A dan Ny.P dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Teratai di
RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2019” dapat terselesaikan dengan tepat
waktu. Laporan tugas akhir ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah sebagai syarat tugas akhir Ahli Madya Keperawatan. Laporan kasus
dalam karya tulis ini adalah laporan untuk mengeksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada ibu post Sectio Caesarea dengan masalah keperawatan nyeri
akut di ruang teratai RSUD Dr. Haryoto Lumajang tahun 2019.
Dalam pembuatan laporan tugas akhir ini penulis sampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung:
1. Bapak Drs. Moh. Hasan, M.Sc, Ph.D, selaku Rektor Universitas Jember.
2. Ibu Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep., M.Kes selaku Dekan Program Studi
Keperawatan Universitas Jember.
3. Ibu Nurul Hayati, S.Kep., Ns, MM selaku Koordinator Prodi D3
Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang dan sekaligus sebagai
pembimbing laporan tugas akhir yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis.
4. Semua pihak yang secara tidak berlangsung setelah membantu sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Lumajang, Juli 2019

Penulis

DAFTAR ISI

xi
Contents
Laporan Tugas Akhir: Laporan kasus Disusun Sebagai Syarat Untuk
Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madta Keperawatan.............................................ii
PERSEMBAHAN...................................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
PERNYATAAN........................................................................................................v
PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................................vi
PENGESAHAN.....................................................................................................vii
RINKASAN..........................................................................................................viii
PRAKATA..............................................................................................................xi
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................4
1.4.1 Bagi Klien..........................................................................................4
1.4.2 Bagi Peneliti.......................................................................................4
1.4.3 Bagi Ruang Teratai.............................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Konsep Sectio Caesarea.................................................................................5
2.1.1 Definisi...............................................................................................5
2.1.2 Indikasi Sectio Caesarea....................................................................5
2.1.3 Istilah Sectio Caesarea.......................................................................6
2.1.4 Macam Sectio Caesarea.....................................................................7
2.1.5 Jenis Sectio Caesarea.........................................................................9
2.1.6 Patofisiologi.......................................................................................9
2.1.7 Tanda gejala atau keluhan pada pasien dengan post SC..................10
2.1.8 Penatalaksanaan Sectio Caesarea.....................................................10
2.1.9 Komplikasi.......................................................................................11
2.1.10 Perawatan Pasca Operasi..................................................................11

xii
2.2 Konsep Nyeri...............................................................................................12
2.2.1 Definisi.............................................................................................12
2.2.2 Fisiologi nyeri..................................................................................13
2.2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri.......................................14
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Sectio Caesarea............................................16
2.3.1 Pengkajian........................................................................................16
2.3.2 Masalah Keperawatan......................................................................18
2.3.3 Faktor Yang Berhubungan................................................................18
2.3.4 Batasan Karakteristik.......................................................................19
2.3.5 Intervensi Keperawatan....................................................................19
2.3.6 Implementasi....................................................................................20
2.3.7 Evaluasi............................................................................................21
BAB 3. METODE PENELITIAN.........................................................................22
3.1 Desain Penelitian..........................................................................................22
3.2 Batasan Istilah..............................................................................................22
3.2.1 Asuhan Keperawatan.......................................................................22
3.2.2 Definisi Sectio Caesarea..................................................................23
3.2.3 Nyeri Akut........................................................................................23
3.3 Partisipan......................................................................................................23
3.4 Lokasi dan Waktu.........................................................................................24
3.4.1 Lokasi...............................................................................................24
3.4.2 Waktu...............................................................................................24
3.5 Pengumpulan Data.......................................................................................24
3.5.1 Wawancara.......................................................................................24
3.5.2 Observasi..........................................................................................24
3.5.3 Studi dokumentasi............................................................................25
3.6 Uji Keabsahan Data.....................................................................................25
3.7 Analisis Data................................................................................................25
3.8 Etika penulisan.............................................................................................26
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................28
4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data...........................................................28

xiii
4.1.1 Pengkajian........................................................................................29
4.1.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................55
4.1.3 Intervensi Nyei Akut Berhubungan Dengan Post Operasi Sectio
Caesarea.........................................................................................................55
4.1.4 Implementasi keperawatan nyeri akut..............................................59
BAB 5. PENUTUP................................................................................................70
5.1 Kesimpulan..................................................................................................70
5.1.1 Pengkajian........................................................................................70
5.1.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................70
5.1.3 Intervensi Keperawatan....................................................................71
5.1.4 Implementasi Keperawatan..............................................................71
5.1.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................71
5.2 Saran.............................................................................................................71
5.2.1 Untuk Klien dan Keluarga...............................................................71
5.2.2 Untuk Peneliti Selanjutnya...............................................................72
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................73

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan..........................................................................19


Tabel 4.1 Identitas Pasien.......................................................................................29
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit...................................................................................30
Tabel 4.3 Riwayat Perawatan.................................................................................31
Tabel 4.4 Riwayat Keluarga Berencana.................................................................33
Tabel 4.5 Riwayat Kesehatan.................................................................................34
Tabel 4.6 Riwayat Lingkungan..............................................................................35
Tabel 4.7 Psikososial..............................................................................................36
Tabel 4.8 Pola Nutrisi............................................................................................37
Tabel 4.9 Pola Eliminasi........................................................................................39
Tabel 4.10 Pola Personal Hygiene.........................................................................41
Tabel 4.11 Pola tidur dan Aktifitas / Istirahat.........................................................42
Tabel 4.12 Keadaan bayi........................................................................................45
Tabel 4.11 Pemeriksaan Fisik.................................................................................46
Tabel 4.14 Pemeriksaan fisik kepala sampai vesika urinary..................................47
Tabel 4.15 Pemeriksaaan Fisik Sistem Integumen................................................49
Tabel 4.16 Tabel pemeriksaan fisik system pernafasan.........................................50
Tabel 4.17 Tabel pemeriksaan fisik system cardiovaskuler...................................50
Tabel 4.18 Terapi....................................................................................................51
Tabel 4.19 Analisa Data.........................................................................................52
Tabel 4.20 Batasan Karakteristik...........................................................................53
Tabel 4.21 Diagnosa Keperawatan.........................................................................55
Tabel 4.22 Intervensi Nyei Akut Berhubungan Dengan Post Operasi Sectio
Caesarea.................................................................................................55
Tabel 4.11 implementasi keperawatan nyeri akut..................................................59
Tabel 4.24 Evaluasi Keperawatan..........................................................................65

xv
BAB 1. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
manfaat penulisan.
1.1 Latar belakang
Kehamilan merupakan proses perubahan fisiologis pada daur
kehidupan wanita yang lazim terjadi pada setiap wanita. Sebagian wanita,
terutama yang memiliki kondisi kesehatan yang kronik atau komplikasi
lainnya, kehamilan menjadi sesuatu yang berisiko tinggi atau berbahaya
(Suririnah, 2008).
Seorang ibu hamil harus selalu sehat rohani, jasmani, dan secara sosial
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai penanganan saat kehamilan dan
setelah melahirkan. Berbagai komplikasi pada kehamilan mengharuskan ibu tidak
melakukan persalinan secara normal sehingga diperlakukan tindakan medis
tambahan untuk meyelamatkan ibu ataupun janin dan apabila hal ini tidak
dilakukan akan menimbulkan resiko besar pada nyawa ibu dan janin itu sendiri.
Tindakan itu adalah tindakan operasi yang bertujuan untuk meyelamatkan ibu dan
bayi atau dikenal dengan Sectio Caesaria (SC) (Dorr, 2015).
Persalinan Sectio Caesarea memiliki risiko kematian 25 kali lebih besar
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Meskipun demikian, seksio sesarea
merupakan alternative terbaik bagi ibu hamil yang mengalami risiko tinggi dalam
proses persalinan untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun nyawa janinnya.
Selain itu, persalinan pervaginam tidak mungkin dilakukan dengan alasan untuk
menjaga keselamatan ibu dan janinnya. (Solehati, 2015) menemukan bahwa 93%
pasien sectio caesarea mengalami nyeri sedang sampai dengan berat.
Angka kejadian Sectio Caesarea di Indonesia pada tahun 2012 adalah 606.797
dari 4.902.585 jumlah seluruh persalinan atau sekitar 12,4% (Depkes RI, 2012).
Menurut Bensons & Permolls, angka kematian Ibu yang menjalani persalian
sectio caesarea adalah 40-80 per 100.000 kelahiran hidup (Solehati, 2015).
Sedangkan angka kejadian section caesarea di provinsi Jawa Timur pada tahun
2009 berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan atau sekitar 20% dari

1
2

seluruh persalinan. (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2009 dalam Nindy, 2016).
Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada bulan Januari tahun 2015 sampai bulan
Juli tahun 2016 tercatat kurang lebih 200 pasien di Ruang Teratai RSUD
dr.Haryoto Lumajang (Nindy, 2016).
Dampak fisik atau dampak fisiologis yang sering muncul pada pasien paska
sectio caesarea ini terutama rasa nyeri akibat dari efek pembedahan. Nyeri yang
dirasakan dapat mengganggu istirahat tidur klien juga mengganggu aktivitas
sehari-hari sehingga pasien membutuhkan bantuan, kesulitan memberikan ASI
kepada bayinya secara mandiri dengan segera. Dampak nyeri terhadap bayi yaitu
dalam pemberian ASI, dan kurangnya perawatan bayi yang dilakukan oleh ibunya
sehingga ASI sebagai makanan terbaik dan mempunyai banyak manfaat bagi bayi
tidak dapat diberikan secara optimal (Indiarti, 2009) Selain dampak fisik, tindakan
section caesarea juga menimbulkan dampak psikologis. Pada psikologis, akan
berkaitan dengan pemahaman nyeri selama hamil dan melahirkan. Stress pada
situasi ini menstimulasi system saraf simpatis untuk melepaskan neurotransmitter
hormonal noradrenalin dan adrenalin (Juliana, 2012). Nyeri akut dapat
mengakibatkan ketakutan, mengganggu proses pengenalan ibu dan bayinya, dan
menyebabkan ibu merasa tertekan (Solehati, 2015).
Pada tindakan Sectio Caesarea sering timbul masalah Nyeri setelah dilakukan
tindakan sectio caesarea terjadi sebagai akibat adanya torehan jaringan yang
mengakibatkan kontinuitas jaringan yang terputus. Munculnya nyeri sangat
berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. reseptor nyeri yang di
maksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa (Musrifatul Hidayat,
2009). Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Nyeri juga terjadi akibat adanya stimulasi ujung saraf oleh bahan
kimia yang dilepas pada saat operasi atau karena iskemi jaringan akibat gangguan
aliran darah kesalah satu bagian jaringan. Klien yang menunjukkan tanda nyeri
akut seperti perspirasi berkeringat, ketegangan otot, atau merintih. Mengacu pada
tingkat keparahan sensasi nyeri itu sendiri (Hidayat, 2014)
3

Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologis dan


nonfarmakologis ( Brunner& Suddart, 2002). Teknik farmakologi adalah cara
yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri yang sangat
hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari (Smeltzer
and Bare, 2002). Metode pereda nyeri nonfarmakologis biasanya mempunyai
resiko yang sangat rendah. Teknik relaksasi merupakan salah satu terapi non
farmakologis untuk membantu menurunkan intensitas nyeri (Smeltzer, 2002).
Teknik relaksasi merupakan latihan pernafasan yang menurunkan konsumsi
oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot. Teknik
relaksasi perlu di ajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang optimal dan
perlunya instruksi mengunakan teknik relaksasi untuk menurunkan atau
mencegah meningkatnya nyeri. Umumnya perawat tidak melakukan teknik
relaksasi pada pasien yang mengalami nyeri khususnya pasien post operasi sectio
caesarea karena perawat hanya melaksanakan instruksi dokter berupa pemberian
analgetik. Menurut Mulyono (2008) pemulihan pasien post operasi membutuhkan
waktu rata-rata 72,45 menit, sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat
rata-rata pada dua jam pertama sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi
sudah hilang, dan pasien sudah keluar dari kamar operasi. Pada pasien post
operasi seringkali mengalami nyeri hebat meskipun tersedia obat-obat analgesik
yang efektif, namun nyeri pasca bedah tidak dapat diatasi dengan baik, sekitar
50% pasien tetap mengalami nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan
pasien (Nurdin, 2013). Ibu yang mengalami nyeri memerlukan observasi setelah
sectio caesarea. Untuk mengatasi kecemasan pada pasien, perawat sebagai
pendidik berperan dalam meningkatkan pemahaman pasien agar mampu
menggunakan berbagai teknik pengurangan nyeri sehingga ibu mampu
mengontrol nyeri dan kecemasan secara mandiri (Solehati, 2015). Bangsal
persalinan adalah tempat untuk pemulihan dan perawatan. Fasilitas perawatan
intensif atau ketergantungan tinggi harus siap tersedia di rumah sakit (Liu, 2008).
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti sangat tertarik melakukan studi
kasus tentang “Asuhan Keperawatan Post Operasi Sectio Caesarea dengan
4

Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang
Tahun 2019”
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah eksplorasi pelaksanaan asuhan keperawatan post sectio
caesarea pada Ny.A dan Ny.P dengan masalah keperawatan nyeri akut di ruang
Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang tahun 2019?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan post sectio
caesarea pada Ny.A dan Ny.P dengan masalah keperawatan nyeri akut di ruang
Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang tahun 2019
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat digunakan untuk klien, peneliti, institusi
tempat penelitian, serta pengembangan ilmu keperawatan.
1.4.1 Bagi Klien
Klien kooperatif ketika di lakukan tindakan asuhan keperawatan
khususnya dalam manajemen nyeri sehingga klien dapat mengontrol nyeri dan
diharapkan masalah segera teratasi.
1.4.2 Bagi Peneliti
Dapat memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman dalam
melakukan riset studi kasus tentang asuhan keperawatan pada ibu post operasi
Sectio Caesarea dengan masalah keperawatan nyeri akut di Ruang Teratai RSUD
dr.Haryoto Lumajang Tahun 2019.
1.4.3 Bagi Ruang Teratai
Diharapkan perawat dapat memberikan masukan dalam hal asuhan
keperawatan pada pasien dengan post operasi Sectio Caesarea sehingga dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang dilakukan. Manajemen nyeri
merupakan salah satu terapi non farmakologis untuk membantu menurunkan
intensitas nyeri pada Ibu post Sectio Caesarea dengan masalah keperawatan nyeri
akut di Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang 2019.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab Tinjauan Pustaka ini menguraikan tentang landasan teori yang meliputi
konsep dasar Sectio Caesarea, konsep dasar nyeri akut dan Konsep Asuhan
Keperawatan Post Sectio Caesarea dengan masalah keperawatan Nyeri akut,
literatur yang digunakan dalam bab ini antara lain, textbook dan artikel jurnal.
2.1 Konsep Sectio Caesarea
2.1.1 Definisi
Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen
dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1.000 gr atau umur kehamilan >
28 minggu (Manuaba, 2012). Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus dengan melalui dinding depan
perut. Sectio caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2013). Persalinan sectio caesarea
merupakan persalinan buatan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin melalui
insisi pada dinding perut dan dinding Rahim (Solehati, 2015). Sectio casarea
merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi melalaui abdomen
dan uterus (Liu, 2008). Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan rahim dengan saraf
rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Mitayani, 2009).
2.1.2 Indikasi Sectio Caesarea
Seorang ibu yang akan melahirkan perlu dilakukan tindakan persalinan
sectio caesarea tentu berdasarkan indikasi terlebih dahulu. Indikasi tersebut dapat
dilakukan dengan alasan medis antara lain : karena ibu ataupun bayinya beresiko
tinggi, bukan karena alasan pribadi dari ibu sendiri/elektif (Solehati, 2015).
Adapun indikasi dilakukannya sectio caesarea, menurut teori (Sofian, 2012)
pada klien karena adanya keadaan sebagai berikut :
a. Panggul sempit
b. Kelahiran jalan lahir lunak
c. Adanya komplikasi-komplikasi pre-eklamsi, hipertensi dan herpes aktif
d. Kehamilan lewat waktu/ serotinus
e. Partus lama
f. Plasenta previa sentralis dan lateralis
g. Karena kelainan janin:
1) Kelainan pada letak kepala

5
6

2) Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB
yang paling rendah, dan UUB sudah berputar ke depan.

3) Letak sungsang

4) Janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di


fundus dan bokong dibawah.
5) Letak lintang
6) Bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak
lurus atau mendekati 90 derajat. Jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini
tajam disebut oblique lie, yang terdiri dari deviated head presentation (letak
kepala mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolok).
7) Presentasi Rangkap / Ganda
8) Keadaan dimana bagian kecil janin meumbung disamping bagian janin dan
bersama-sama memasuki panggul.
9) Distosia karena kelinan bentuk dan besar janin
10) Distosia tumor dan kelainan lain jalan lahir (Mochtar, 2013)
2.1.3 Istilah Sectio Caesarea
a. Sectio Caesarea Primer (Efektif)
Sejak semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara sectio
caesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit
(CV kurang dari 8 cm)
b. Sectio Caesarea Sekunder
Kita mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan). Jika tidak ada
kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal , baru dilakukan sectio caesarea.
c. Sectio Caesarea Ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani sectio caesarea dan pada kehamilan
selanjutnya juga dilakukan sectio caesarea ulang.
d. Sectio Caesarea Histerektomi
Suatu operasi yang meliputi pelahiran janin dengan sectio caesarea secara
langsung diikuti histerektomi karena suatu indikasi.
e. Operasi Porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin
sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya, pada keadaan
infeksi rahim yang berat. Sectio caesarea oleh ahli kebidanan disebut obstetric
panacea yaitu obat atau terapi ampuh bagi semua masalah obstetri (Mochtar,
2013)
7

2.1.4 Macam Sectio Caesarea


Beberapa macam sectio caesarea menurut (Manuaba, 2012)
a. Sectio Caesarea Klasik menurut Sanger
Seksio sesarea klasik menurut Sanger lebih mudah dimulai dari insisi segmen
bawah Rahim, dengan indikasi:
)1 Seksio sesarea yang diikuti dengan sterilisasi.
)2 Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan
segmen bawah Rahim dan pendarahan
)3 Pada letak lintang
)4 Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul
)5 Grande multipara yang diikuti dengan histeroktomi.
)6 Teknik seksio sesarea klasik menurut Sanger:
a) Setelah Rahim tampak, batas dengan dinding abdomen ditutup dengan kain
suci-hama, sehingga perdarahan dan air ketuban tidak masuk ke dalam
kavum abdominalis
b) Insisi membujur pada dinding uterus dengan pisau dan di perlebar dengan
gunting, sehingga luka insisi teratur.
c) Selaput ketuban dipecahkan, air ketuban diisap perlahan lahan, sehingga
pengeluarannya terkendali
d) Robekan selaput ketuban diperlebar sehingga tangan dapat dimasukkan.
e) Setelah bayi lahir, tali pusat diklem lalu dipotong, dan bayi diserahkan
kepada perawat agar perawat merawat tali pusat, membersihkan lender pada
mulut, hidung dan saluran napas bayi; kemudian bayi dirawat sebgaimana
mestinya.
f) Plasenta dilahirkan secara manual
g) Kavum uteri dieksplorasi untuk mencari sisa plasenta atau selaput ketuban
yang ada.
h) Untuk menghindari perdarahan, otot Rahim disuntik dengan sintosinon,
pitom atau oksitosin.
i) Dapat diikuti dengan pemberian oksitosin, sintosinon atau piton secara
intravena.
8

j) Kavum abdominalais dievalusi untuk melihat keadaan tuba fallopi dan


ovariumserta sumber sumber perdarahan yang mungkin masih ada.
k) Sisa darah dapat dibersihkan dengan kain kasa steril (suci hama) atau dicuci
dengan cairan NaCl (0,9%) fisiologis.
l) Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, kemudian luka pada kulit ditutup
kasa suci-hama.
b. Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda menurut Kehrer.
Seksio Sesarea, yang merupakan persalinan dengan morhibiditas dan
mortalitas rendah, adalah persalinan yang paling konservatif.
c. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal.
Operasi tipe ini tidak banyak dikerjakan lagi karena perkembangan
antibiotika, dan untuk menghindari kemungkinan infeksi yang dapat
ditimbulkannya. Tujuan dari seksio sesarea ekstraperitoneal adalah menghindari
kontaminasi kavum uteri oleh infeksi yang terdapat di luar uterus.
Teknik operasi seksio sesarea ekstraperitoneal :
1) Vesika urinaria diisi cairan secukupnya
2) Dilakukan insisi membujur pada dinding abdomen, sampai peritoneum
tampak
3) Vesika urinaria yang telah diisi penuh (secukupnya) akan mendorong
peritoneum ke atas.
4) Untuk mencapai dinding Rahim, vesika urinaria disisihkan
2.1.5 Jenis Sectio Caesarea
.a Abdomen (Sectio Caesarea Abdominalis)
1) Sectio Caesarea transperitonealis
2) Sectio caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada korpus
uteri.
3) Sectio Caesarea iskimia atau profunda dengan insisi pada segmen bawah
rahim.
4) Sectio caesarea ekstraperitonialis, yaitu section caesarea tanpa membuka
peritoneum parietale, dengan demikian, tidak membukakavum abdominalis
.b Vagina (Sectio Caesarea Vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) Sayatan memanjang (longitudional) menurut kroning.
2) Sayatan melintang (tranversal) menurut Kerr,
3) Sayatan huruf T(T-incision)
9

2.1.6 Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/ hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/ spontan, misalnya plasenta
previa sentralis danlateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partuslama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Proses operasi pertama dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain
itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah
resiko infeksi.
2.1.7 Tanda gejala atau keluhan pada pasien dengan post SC
Proses pembedahan section caesarea akan menimbulkan bekas luka yang
tentunya menyebabkan pasien mengalami nyeri. Nyeri tersebut karena insisi
bedah yang dilakukan untuk mengeluarkan bayi, selain itu kebanyakan pasien
dengan post sectio caesarea akan mengalami hambatan dalam bergerak. Gangguan
fungsi pernapasan juga dapat terjadi akibat dari efek anestesi atau saat pasien
merasa nyeri yang sangat hebat. Pasien juga akan mengalami suhu tubuh yang
tinggi jika terjadi infeksi pada luka post sectio caesarea. Untuk menghindari
terjadinya hal tersebut dibutuhkan perawatan dan observasi pada pasien dengan
sectio caesarea (Liu, 2008)
10

2.1.8 Penatalaksanaan Sectio Caesarea


Penatalaksanaan pada ibu dengan post sectio caesarea menurut (Liu, 2008)
adalah;
a. Kaji tanda-tanda vital dengan durasi interval teratur (15 menit) pastikan
kondisinya stabil.
b. Lihat tinggi fundus adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia.
c. Pastikan analgesic yang adekuat , penggunaan analgesic epidural secara
kontinyu sangat berguna.
d. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung.
e. Anjurkan fisioterapi dan ambulasi dini untuk pemulihan dan melatih gerak
ibu
f. Ingat trombo-profilaksis. Ambulasi dini dan perhatian terhadap hidrasi yang
mencukupi untuk dengan resiko rendah dengan kehamilan tanpa komplikasi
Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24
jam pertama setelah pembedahan.
g. Perawatan luka : insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat
pada hari ke empat setelah pembedahan
h. Pemeriksaan laboratorium : hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan
untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan
hipovolemia.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi pada ibu post section caesarea menurut (Mochtar, 2013) adalah:
a. Infeksi puerperal (Nifas)
1) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
3) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Infeksi berat sering kita
jumpai partus terlantar sebelum timbul infeksi nifas, telah terjadi infeksi
intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
4) Penanganannya adalah dengan pemberian cairan elektrolit dan antibiotic
yang adekuat dan tepat.
b. Perdarahan :
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri
3) Perdarahan pada placental bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonitasalisasi terlalu tinggi.
11

d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.

2.1.10 Perawatan Pasca Operasi


Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan
observasi ketat setelah sectio caesarea. Bangsal persalinan merupakan tempat
untuk pemulihan dan perawatan. Fasilitas perawatan intensif atau ketergantungan
tinggi harus siap berada di Rumah Sakit yang sama. Perawatan tersebut meliputi ;
a. Kaji tanda-tanda vital dengan interval teratur (15 menit). Pastikan kondisinya
stabil.
b. Lihat tinggi fundus, adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia. Hal ini
khususnya penting jika persalinan berlangsung lama, jika uterus telah
mengembang oleh polihidramnion atau kehamilan multiple dan jika terdapat
ancaman defek koagulasi. Contohnya setelah perdarahan antepartum dan
toksemi pre-eklamsi.
c. Pertahankan keseimbangan cairan
d. Pastikan analgesik yang adekuat.
e. Anjurkan fisioterapi dan ambulasi dini jika ada kontraindikasi.
f. Ingat trombo-profilaksi dini dan perhatian terhadap hidrasi yang mencukupi
untuk ibu dan resiko rendah dengan kehamilan tanpa komplikasi dan tidak
ada factor resiko. Hindari Dextran 70, Heprin subkutan atau metode mekanik
diperlukan jika resiko di yakini sedang. Jika resiko trombo-embolisme tinggi,
heparin dan stoking kaki harus selama 5 hari setelah pembedahan. Untuk
riwayat trombo-embolisme yang lalu pada kehamilan atau masa nifas,
trombo-profilaksi harus di lanjutkan untuk 6 minggu pasca melahirkan.
g. Sebelum pemulangan harus di berikan kesempatan yang sesuai dengan
keadaan dan jawab pertanyaan-pertanyaan klien.
h. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan
guna memastikan penyembuhan total, mendiskusikan kehamilan berikutnya
dan memastikan tindak lanjut keperawatan untuk tindak medisnya (Sofian,
2012)

2.2 Konsep Nyeri


2.2.1 Definisi
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
invidual. Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap sensasi
12

nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Hal tersebut
menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien. Nyeri diartikan
berbeda-beda antar individu bergantung pada persepsinya Walaupun demikian,
ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat
diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori
maupun emosional yang berhuhungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan
atau faktor lain, sehingga individual merasa tersiksa, menderita yang akhirnya
akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain (Asmadi, 2008).
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau
digambarkan dengan istilah seperti kerusakan (International Association for
theStudy of Pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari enam bulan (Wilkinson, 2016).
2.2.2 Fisiologi nyeri
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,
hati, dan kandung empedu. Resptor nyeri dapat memberikan respons akibat
adanya stimulasi. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin,
bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat
berupa termal, listrik, atau mekanis. Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh
reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang
belakang oleh dua jenis serabut yang bermiyelin rapat atau serabut A (delta) dan
serabut C (lamban). Implus-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A
bersifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk
ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal
horn terdiri atas beberapa lapisan atau lamina yang saling bertautan. Diantara
lapisan dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran
13

utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang


pada interneouron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang palin utama,
yaitu jalur spinotohalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan spnureticular
tract (SRT) yang membawa informasi tentang dan lokasi nyeri. Dari proses
transmisi terdapat dua jalur mekasnime terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan
jalur non opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang
terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan
medulla (Hidayat, 2014)
Perbedaan nyeri yang dirasakan responden didukung oleh Telfer dalam
Fraser dan Cooper (2009) yang menyatakan nyeri merupakan fenomena
multifaktor yang subjektif, personal dan kompleks yang dipengaruhi oleh 85ontro-
faktor psikologis, biologis, faktor budaya dan ekonomi.
2.2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri
a. Arti nyeri
Memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti
yang negative, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang, social
budaya, lingkungan, dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri
Merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada korteks (fungsi
evaluative kognitif). Proses ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu
stimulasi nociceptor.
c. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, gesekan, hiptonis,
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sementara itu
faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, nyeri
yang tidak kunjung hilang, cemas, dan lain-lain.
d. Reaksi dan toleransi terhadap nyeri
Merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan,
gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Beberapa faktor yang mempengaruhi
seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, cemas, usia, rasa takut, pengalaman masa
lalu, nilai budaya, harapan sosial.
14

e. Skala nyeri
Penilaian skala nyeri adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesakitan/ nyeri yang sedang diserita oleh seseorang yang mana hasilnya
dapat membantu kita dalam membedakan tingkat beratnya suatu penyakit
sehingga dapat membantu menegakkan diagnosis yang akurat, mengintervensikan
pengobatan yang tepat dan menilai efektivitas therapy yang telah diberikan
(Hidayat, 2014).
Nyeri tidak dapat diukur dengan pasti dan kadang tidak dapat didefinisikan
dengan baik, sehingga penting untuk membuat adanya keseragaman dalam setiap
spesialisasi kedokteran untuk dapat mengidentifikasi nyeri secara sistematis. Saat
ini ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur intensitas nyeri,
yaitu Verbal Analogue Scale, Visual Analogue Scale, dan Pain Relief Scale
(Ferdinand, 2014).
1) Verbal Rating Scale (VRS)
Pada skala ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena secara alami
verbal/ kata – kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik.
Skala verbal menggunakan kata – kata dan bukan garis atau angka untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada
nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali
tidak hilang, sediit berkurang, cukup berkurang, baik/nyeri hilang sama sekali
(Yudiyanta, 2015).
2) Numberic Rating Scale (NRS)
Skala numeric merupakan alat bantu pengukur intensitas nyeri pada pasien
yang terdiri dari horizontal yang dibagi secara rata menjadi 10 segmen dengan
nomor 0 sampai 10. Pasien diberi pengertian yang menyatakan bahwa angka 0
bermakna intensitas nyeri yang minimal (tidak ada nyeri sama sekali) dan angka
10 bermakna nyeri yang sangat (nyeri paling parah yang dapat mereka
bayangkan). Pasien kemudian dimintai untuk menandai angka yang menurut
mereka paling tepat dalam mendeskripsikan tingkat nyeri yang dapat mereka
rasakan pada suatu waktu (Yudiyanta, 2015).
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1 – 3 : Nyeri ringan : Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
15

4 – 6 : Nyeri Sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat


menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.
7 – 9 : Nyeri berat terkontrol : Secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul
3) Visual analog Scale
Merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Rentang
nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, tanda pada kedua ujung garis ini
dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak
ada nyeri, sedangkan ujung lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin
terjadi (Yudiyanta, 2015).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Sectio Caesarea


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses
kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya,. Pengkajian
dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian adalah tindakan
meninjau kembali situasi manusia berdasarkan informasi dari klien dalam
berbagai sumber lain. Informasi yang membentuk pangkalan data yang penting.
(Sharon dkk, 2011 dalam Nindy, 2016). Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan
dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat,, sehingga dapat
dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu
terhadap keperawatan. Menurut Doenges (2000) hasil pengkajian pada klien Post.
Berkaitan dengan post section caesarea, maka pengkajian difokuskan pada :
a. Data subyektif
1) Nama pasien dan suami
Ditanyakan nama dengan tujuan agar dapat mengenal atau
memanggilpenderita dan menjaga kemungkinan bila ada klien yang namanya
sama serta mempererat hubungan tenaga medis dan pasien.
2) Usia pasien
16

Untuk mengetahui keadaan ibu, apakah termasuk resiko tinggi atau


tidak, sehingga jika pasien beresiko dapat diantisipasi sedini mungkin dan
untuk menggolongkan klien.termasuk golongan reproduksi sehat atau tidak.
3) Agama
Berhubungan dengan perawatan penderita, misalnya ada beberapa
agama yang melarng untuk makan daging sapi. Dalam keadaan yang gawat
ketika memberikan pertolongan dan memberikan perawatan dapat diketahui
kepada siapa harus berhubungan
4) Suku dan kebangsaan
Ditanyakan untuk mengadakan statistic kelahiran mungkin juga untuk
prognosa persalinan dengan melihat keadaan panggul.
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien dan penangkapan
terhadap informasi yang diberikan misalnya: tenaga kesehatan memberikan
konseling terhadap penderita dengan pendidikan rendah berarti tenaga
kesehatan harus menggunakan bahasa yang sederhana sehingga pasien
tersebut dapat mengerti apa yang dijelaskan oleh tenaga kesehatan tersebut.
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui apakah kiranya pekerjaan klien dan untuk
mengetahui tingkat social ekonomi agar nasehat kita sesuai. Kecuali itu,
untuk mengetahui apakah pekerjaan itu akan mengganggu kelahiran atau
tidak.
7) Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana serta mempermudah tenaga
kesehatan untuk kunjungan rumah.
8) Status perkawinan
Untuk mengetahui kapan klien menikah dan berapa kali klien menikah.
9) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan sumber data subjektif tentang suatu
status klien yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan aktual
maupun potensial dan penentun pengkajian fisik yang berkaitan dengan
informasi tentangkeadaan fisiologi, psikologi,, budaya, dan psikososial.
(Wulandari, 2014) dalam (Nindy, 2016).
10) Keluhan utama
Untuk memudahkan bidan ataupun perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dan menegakkan diagnose pada tahap selanjutnya. Untuk
17

mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan. Keluhan klien pada post operasi


SC adalah Nyeri akut pada daerah Post Op.
11) Riwayat persalinan sekarang
Riwayat persalinan sekarang merupakan sumber data yang didapat
mulai pasien merasakan tanda gejala akan kelahiran bayinya sampai pasien
masuk ke ruang inap.

2.3.2 Masalah Keperawatan


Masalah Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien post SC adalah :
a. Nyeri Akut
b. Resiko tinggi infeksi
c. Bersihan jalan napas tidak efektif
d. Gangguan mobilitas fisik
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai prosedur pembedahan
2.3.3 Faktor Yang Berhubungan
Menurut teori (Wilkinson, 2016) faktor yang berhubungan meliputi:
a. Agens cedera biologi (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)
b. Agens cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan)
c. Agens cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metelin, klorida, agens
mustard)

2.3.4 Batasan Karakteristik


a. Subjektif :
1) Melaporkan [nyeri] dengan isyarat (mis., menggunakan skala nyeri)
2) Melaporkan nyeri
b. Objektif :
1) Respons otonom (mis., diaphoresis, perubahan tekanan darah, pernapasan,
atau denyut jantung; dilatasi pupil)
2) Perilaku ekspresif (mis., gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang)
3) Wajah topeng
4) Sikap melindungi
5) Fokus menyempit (mis., gangguan persepsi waktu, gangguan proses pikir,
interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun)
6) Bukti nyeri yang dapat diamati
7) Posisi untuk menghindari nyeri
18

8) Perilaku menjaga atau sikap melindungi


9) Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak
menentu, dan menyeringai)
c. Batasan Karakteristik Lain (non-NANDA INTERNATIONAL)
1) Mengomunikasikan descriptor nyeri (mis., rasa tidak nyaman, mual,
berkeringat malam hari, kram otot, gatal kulit, mati rasa, dan kesemutan
pada ekstremitas)
2) Menyeringai
3) Rentang perhatian terbatas
4) Pucat
5) Menarik diri

2.3.5 Intervensi Keperawatan


Tabel TINJAUAN PUSTAKA.1 Intervensi Keperawatan
Tujuan/NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Pain management
asuhan keperawatan pasien a. Lakukan pengkajian nyeri secara
dapat mengontrol nyeri. komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
c. Mampu mengontrol dan faktor presipitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri(tahu penyebab
ketidaknyaman
nyeri, mampu
c. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
menngunakan tekhnik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mengurangi nyeri, nyeri
e. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
mencari bantuan)
d. Melaporkan bahwa nyeri dan menemukan dukungan
f. Control lingkungan yang dapat
berkurang dengan
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
menggunakan manajemen
pencahayaan dan kebisingan
nyeri
g. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
e. Mampu mengenali nyeri
(farmakologi dan nonfarmakologi dan
(skala, intensitas,
interpersonal)
frekuensi dan tanda nyeri)
h. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
f. Menyatakan rasa nyaman
menentukan intervensi
setelah nyeri berkurang
i. Evaluasi keefektifan control nyeri
19

j. Kolaborasikan dengan tim dokter jika ada


keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
k. Evaluasi bersama pasien dan tim medis lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau

2.3.6 Implementasi
Merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas
petunjuk petugas lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan
lain (Mitayani, 2012). Tahap tindakan dalam proses keperawatan membantu
penerapan keterampilan intelektual, interpersonal, dan teknis (Sharon dkk, 2011).
a. Melakukan pengkajian pada karakterisitk untuk mengatasi diagnosa nyeri
akut
b. Karakteristik skala nyeri, mengevaluasi tanda-tanda vital
c. Kolaborasi pemberian analgetik
d. Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi napas dalam
Kekuatan dari tindakan ini adalah bekerja sama dalam mengurangi rasa nyeri
Kelemahannya adalah terkadang klien tidak bisa di ajak buat kerjasama dan
melakukan ajaran yang diberikan
e. Mengkomunikasikan terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
2.3.7 Evaluasi
Komponen akhir dalam proses keperawatan, atau kegiatan dalam menilai
tindakan yang telah ditentukan untuk mengetahui kebutuhan klien secara optimal
dan mengukur dari proses keperawatan (Sharon J, 2011) Evaluasi yang
diharapkan adalah klien dapat menyatakan tindakan kenyamanan yang dirasakan
dan mengungkapkan cara verbal tingkat nyeri, dan klien juga dapat
mengidentifikasi dan mengungkapkan cara pengendalian nyeri dengan tepat
(Wilkinson, 2016) Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya perasaan
20

nyeri, menurunnya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yang baik, dan pasien
mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri (Hidayat, 2014).
BAB 3. METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini penulis akan membahas tentang pendekatan yang akan digunakan
dalam penulisan ini
3.1 Desain Penelitian
Desain penulisan ini menggunakan desain laporan kasus. Laporan kasus
dalam karya tulis ini yaitu laporan yang ditulis secara naratif untuk
mendeskripsikan pengalaman medis dan keperawatan seseorang atau beberapa
orang pasien secara rinci untuk tujuan peningkatan capaian pengobatan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan pendidikan dalam bidang
keperawatan.
Laporan kasus dalam karya tulis ini adalah laporan untuk mengeksplorasi
masalah asuhan keperawatan post Sectio Caesarea pada Ny.A dan Ny.P dengan
masalah keperawatan nyeri akut di ruang teratai RSUD Dr. Haryoto Lumajang
tahun 2019.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah adalah pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci
yang menjadi fokus laporan kasus.
Batasan istilah dalam laporan kasus ini adalah Asuhan Keperawatan pada
pasien Post Operasi Sectio Caesarea dengan masalah keperawatan Nyeri Akut.
Adapun istilah – istilah yang digunakan dalam laporan kasus ini meliputi Asuhan
Keperawatan pada pasien Post Operasi Sectio Caesarea dengan masalah
keperawatan Nyeri Akut.

3.2.1 Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktik
keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang
pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti
praktik keperawatan.

21
22

3.2.2 Definisi Sectio Caesarea


Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan
melalui suatu insisi ada dinding perut dan dinding rahim dengan persyaratan,
bahwa rahim dalam keadaan utuh serta bobot janin diatas 500 gram.
Post Sectio Caesarea adalah sesudah Sectio Caesarea, suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan uterus,
seksio caeserea juga dapat didefinisikan sebagai suatu historotomia untuk
melahirkan janin dari dalam lahir.
3.2.3 Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau potensial, atau
digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the Study of the
Study Of Pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam
bulan.
3.3 Partisipan
Partisipan dalam penyusunan laporan kasus ini adalah 2 pasien/ klien post
Sectio Caesarea dengan indikasi medis dengan masalah keperawatan nyeri akut
yang memenuhi kriteria:
3.3.1 Dua pasien ibu Post Sectio Caesarea hari pertama di ruang Teratai RSUD dr.
Haryoto Lumajang
3.3.2 Mengalami masalah keperawatan Nyeri Akut dengan minimal 2 batasan
karakteristik, misalnya yaitu ekspresi wajah menyeringai, fokus menyempit, fokus
pada diri sendiri, keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap melindungi area nyeri.
3.3.3 Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed concent.
3.3.4 Menjalani rawat inap di ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang dengan
minimal 3 hari perawatan.
23

3.4 Lokasi dan Waktu


3.4.1 Lokasi
Pada laporan kasus ini dilakukan asuhan keperawatan post Sectio Caesarea
pada Ny.A dan Ny.P dengan masalah keperawatan nyeri akut di ruang teratai
RSUD Dr. Haryoto Lumajang tahun 2019. Adapun lokasi penelitian dilaksanakan
di ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang.
3.4.2 Waktu
Waktu yang digunakan pengambilan data yaitu tanggal 21 Maret-23 Maret
2019 pada klien I dan tanggal 19 April-21 April 2019 pada klien II.
3.5 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data ini terdiri dari macam – macam data, sumber
data, serta beberapa metode pengumpulan data penelitian kualitatif dalam
keperawatan. Metode pengumpulan data penelitian kualitatif dalam keperawatan
yaitu wawancara observasi, dan studi dokumentasi (Afiyanti, 2014). Selama
proses pengumpulan data, penelitian memfokuskan prinsip – prinsip validitas dan
reliabilitas, serta menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi agar tidak
terkumpul sesuai dengan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Metode
pengumpulan data:
3.5.1 Wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung kepada pasien dan
keluarga terkait dengan masalah yang dihadapi pasien, biasanya juga disebut
anamnesa. Metode ini dapat dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal
dari responden secara mendalam serta jumlah responden. Data yang diperoleh dari
wawancara adalah hasil anamnesa berisi tentang identitas klien, keluhan utama
tentang nyeri (PQRST), riwayat penyakit sekarang (berhubungan dengan riwayat
persalinan klien), riwayat penyakit dahulu (riwayat nyeri berhubungan dengan
persalinan atau luka lain).
3.5.2 Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati pasien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan keperawatan pasien. Observasi
dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indera lainnya, melalui
24

rabaan, sentuhan dan pendengaran. Data yang diobservasi pada laporan kasus ini
adalah keadaan skala nyeri (kondisi luka post Sectio Caesarea, TFU, lokea dan
perdarahan) dan TTV.
3.5.3 Studi dokumentasi
Pengambilan data dimulai dari pasien masuk ruangan rawat inap sampai
pasien pulang, berasal dari dokumen perkembangan pasien atau data yang berasal
langsung dari pasien.
3.5.4 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara langsung dan menyeluruh mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dari Sectio Caesarea dimaksudkan untuk menguji
kualitas data atau informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan
validitas tinggi. Disamping integritas penulis (karena penulis menjadi instrument
utama), uji keabsahan data dilakukan yaitu dengan: 1) memperpanjang waktu
pengamatan/ tindakan, dan 2) sumber informasi tambahan menggunakan
triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
3.7 Analisis Data
Analisa data pada pendekatan kualitatif merupakan analisa yang bersifat
subjektif karena peneliti adalah instrument utama untuk pengambilan data dan
analisis data penelitiannya (Afiyanti, 2014). Analisa data dilakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
dituangkan dalam opini pembahasan. Teknis analisis yang digunakan dengan cara
menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil intepretasi wawancara
mendalam yang dilakukan dengan cara observasi oleh penulis dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data, selanjutnya diintrepretasikan dan
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi teori
dalam intervensi tersebut. Secara umum kegiatan analisis data pada pendekatan
kualitatif memiliki empat tahapan, yaitu:
3.7.1 Pengumpulan data
25

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dan dokumen).


Hasil ditulis dalam bentuk cairan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk
transkrip (catatan terstruktur)
3.7.2 Mereduksi data
Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subjektif
dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian
dibandingkan dengan nilai normal.
3.7.3 Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table, gambar, bagan, dan
teks naratif. Kerahasiaan klien dijaga dengan cara mengaburkan identitas dari
klien.
3.7.4 Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penulisan terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.
Penarikan kesimpulan terkait dengan data pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan dan evaluasi.
3.8 Etika penulisan
Masalah etika dalam keperawatan meliputi informed consent (persetujuan menjadi
klien), anonymity (tanpa nama), dan confidentiality (kerahasiaan) kemudian
peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pada etika penelitian (Hidayat,
2009) yaitu:
3.8.1 Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar
subjek mengrti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika
responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat,
2009)
26

3.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)


Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur. Nama responden diganti dengan inisial, nomor atau kode
pada lembar pengumpulan data (Hidayat, 2009)
3.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi maupun masalah-masalah responden akan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya pengelompokan data tertentu yang akan
disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian (Hidayat, 2009).
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab hasil dan pembahasan ini menguraikan tentang gambaran lokasi


pengambilan data, serta pembahasan asuhan keperawatan pada klien post sectio
caesarea yang dilakukan di ruang teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang.
4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan di ruang teratai RSUD dr.Haryoto Lumajang.
RSUD dr.Haryoto Lumajang merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah
Kabupaten Lumajang yang bermodel Rumah Sakit Umum, dikelolah oleh
pemerintah Kabupaten dan tercatat ke dalam rumah sakit kelas B. Rumah sakit ini
telah teregristrasi semenjak 28 Januari 2016 dengan nomor surat ijin
P2T/2/03.23/01/01/1/2014 dan tanggal surat ijin 30 januari 2019. Setelah
melakukan metode Akreditasi rumah sakit seluruh Indonesia dengan proses
pentahanan II (12 pelayanan) akhirnya diberikan status lulus akreditasi rumah
sakit. RSUD dr.Haryoto Lumajang berlokasi di Jalan Basuki Rahmat No.5
Lumajang-Jawa Timur-Indonesia.
Fasilitas pelayanan RSUD dr.Haryoto Lumajang diantaranya terdapat ruang
teratai yang berlokasi di sebelah barat lantai 3 sebelah utara lantai 2 adalah ruang
Melati, batas sebelah selatan yaitu instalasi gizi, sebelah timur adalah ruang
Radiologi, ruang Asoka dan ruang perinatologi, sebelah barat yaitu Kampus D3
Universitas Jember Kampus Lumajang Keperawatan. Jumlah tenaga kesehatan di
ruang tertai adalah Dokter spesialis 4 orang, Dokter umum (intensif) 1 orang
(dalam setiap 3 bulan ganti). Bidan 12 orang termasuk kepala ruangan, juru rawat
1 orang, cleaning servis 3 orang, jumlah kapasitas ruangan yang ada yaitu 11
ruangan, ruang post operasi 2, ruang kelas satu yaitu 2 ruangan, ruang kelas dua 2
ruangan, ruang kelas tiga 5 ruangan. Jumlah tempat tidur 28 tempat tidur.

4.1.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.2 Identitas Pasien

27
28

Identitas Klien Klien 1 Klien 2


Inisial Pasien Ny. A Ny. P
Umur 21 Tahun 42 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu rumah Tangga Pedagang
Satatus Menikah Menikah
Inisial suami Tn. M Tn. S
Usia 26 tahun 42 tahun
Alamat Selokgondang Dawuhan Lor
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan Wiraswasta Pedagang
Tanggal MRS 22 Maret 2019 18 April 2019
Tanggal Pengkajian 23 Maret 2019 19 April 2019

Dari table 4.1 didapatkan klien I usia 21 tahun dan klien II usia 42 tahun.
Wanita hamil dengan usia yang lebih tua juga akan lebih sering mengalami
masalah pada kandung kemih dibandingkan wanita hamil dengan usia yang lebih
muda. Resiko – resiko lainnya adalah resiko keguguran lebih besar, lebih banyak
yang melahirkan melalui operasi Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan
untuk melahirkan secara normal, dan juga memiliki resiko lebih tinggi melahirkan
bayi cacat (Prawirohardjo, 2012). Pada klien ke II (Ny.P) dengan usia 42 tahun
penulis berpendapat bahwa usia ibu lebih dari 40 tahun adalah usia resiko tinggi
melahirkan sehingga perlu dilakukannya opearsi sectio caesarea.

b. Riwayat Penyakit
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.3 Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2
Keluhan utama Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan nyeri
post operasi sectio post operasi section
caesarea seperti tersayat- caesarea seperti
sayat, di bagian luka post tersayat-sayat di bagian
operasi section caesarea luka post operasi
dengan skala 6 setiap saat, section caesarea dengan
29

nyeri semakin bertambah skala 7 setiap saat,


saat dibuat gerak. nyeri semakin
Riwayat penyakit bertambah saat dibuat
sekarang gerak.
Klien mengatakan pada
tanggal 20 Maret 2019 Klien mengatakan
pukul 01.00 WIB kehamilan melewati
mengeluh keluar cairan HPL, HPL ditetapkan
bening dari vagina. Jam tanggal 9 April 2019
01.30 WIB klien dibawah tetapi sampai tanggal
ke Puskesmas Sukodono 18 April 2019 belum
dan dilakukan terdapat tanda – tanda
pemeriksaan dengan hasil persalinan. Tanggal 18
klien sudah pembukaan 4. April 2019 jam 10.00
Jam 13.15 WIB klien WIB klien
dirujuk ke RSUD Dr. memeriksakan
Haryoto karena kehamilannya ke RSUD
pembukaan tidak Dr.Haryoto dan Dokter
bertambah. Jam 14.00 meminta bahwa klien
klien masuk ke ruang VK harus dilakukan operasi
dan dilakukan sectio caesarea. Operasi
pemeriksaan lagi, karna section caesarea pada
tidak ada perubahan klien dilakukan pada
pembukaan klien tanggal 19 April 2019
diharuskan untuk jam 08.00 WIB. Klien
Riwayat penyakit dahulu melakukan operasi sectio dipindahkan ke ruang
caesarea. Jam 20.30 WIB Teratai ruang Post Op 1
klien operasi section jam 10.30.
caesarea. Pada tanggal 21
Riwayat penyakit maret 2019 jam 05.00
keluarga WIB klien dipindahkan ke
30

ruang Teratai ruang Post Klien mengatakan


Op 1. sebelumnya tidak
memiliki riwayat
Klien mengatakan pasien penyakit kronis
tidak memiliki riwayat
penyakit kronis. Klien mengatakan
keluarga klien tidak
memiliki riwayat
Klien mengatakan penyakit kronis.
keluarga klien tidak
memiliki riwayat penyakit
kronis.

Dari table 4.2, kedua klien melakukan persalinan dengan operasi sectio
caesarea dengan indikasi yang berbeda yaitu klien I dengan partus lama, klien II
memiliki resiko tinggi melahirkan karna usia lebih dari 40tahun selain itu juga
terindikasi serotinus karna kehamilan melebihi HPL.
Seorang ibu yang akan melahirkan perlu dilakukan tindakan persalinan
sectio caesarea tentu berdasarkan indikasi terlebih dahulu. Indikasi tersebut dapat
dilakukan dengan alasan medis antara lain : karena ibu ataupun bayinya beresiko
tinggi, bukan karena alasan pribadi dari ibu sendiri/elektif (Solehati, 2015).
Menurut (Sofian, 2012) indikasi dilakukannya sectio caesarea yaitu panggul
sempit, kelahiran jalan lahir lunak, hipertensi dalam kehamilan, herpes aktif,
kehamilan lewat waktu/ serotinus, partus lama/macet, plasenta previa sentralis
dan lateralis, kelainan janin.

Sehingga dari teori yang ada telah membuktikan bahwa pada klien I
persalinan dilakukan dengan operasi sectio caesarea dikarenakan indikasi Partus
Lama dan klien II dengan indikasi Serotinus

c. Riwayat Perawatan
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.4 Riwayat Perawatan
31

Riwayat Perawatan Klien I Klien II


1. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche umur
13 Tahun 14 Tahun
Siklus
Lamanya Teratur Teratur
Banyaknya
7 hari 5 hari
HPHT
HPL 3-4x pembalut/ hari 2-3x pembalut/ hari
Keluhan
17 Juni 2018 2 Juli 2018
b. Riwayat kehamilan, 24 Maret 2019 9 April 2019
persalinan, nifas yang Nyeri haid hari pertama Tidak ada keluhan
lalu: G__P____
G1P10001 G2P12001
c. Rencana perawatan bayi
kesanggupan dan
pengetahuan dalam
merawat bayi:

Breast Care

Klien mengatakan sudah Klien mengatakan


Perineal Care mengetahui cara merawat belum memahami
payudara dan tentang cara merawat
membersihkan payudara payudara dan
setelah melahirkan. membersihkan
payudara.
Nutrisi Klien mengatakan
mengetahui tentang cara Klien mengatakan
vulva hygiene dengan belum tahu cara vulva
benar. hygiene yang benar.
32

Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak


membatasi makanan yang mau makan telur karna
Senam Nifas dimakan selama itu bukan klien percaya bahwa
makanan yang seseorang yang sudah
mengandung bahan menjalankan operasi
pengawet seperti mie tidak boleh makan telur
KB instan atau makan cepat agar tidak menimbulkan
saji lainnya. gatal di bagian luka
operasi
Klien mengatakan tahu
tentang senam nifas tapi Klien mengatakan tidak
tidak pernah mengetahui tentang
melaksanakan senam senam nifas sama
nifas. sekali.

Klien mengatakan Klien megatakan setelah


sebelumnya tidak melahirkan ini
menggunakan KB dan merencanakan
setelah melahirkan klien menggunakan KB steril.
merencanakan KB tetapi
masih belum mengetahui
akan menggunakan KB
apa.

Dari table 4.3 pada data di atas di dapatkan klien I lebih banyak mengerti
tentang cara merawat diri dan bayinya sedangkan pada klien II di dapatkan klien
masih sedikit kurang mengerti cara merawat diri dan bayinya. Klien I lebih
mengerti karena klien aktif mengikuti posyandu ibu hamil sedangkan klien II
masih kurang mengetahui cara merawat diri dan bayinya. Pada klien I merupakan
kehamilan pertama anak pertama, sedangkan pada klien II merupakan kehamilan
33

ke dua anak pertama, pada kehamilan pertama klien mengalami keguguran


dikarenakan klien kondisi kandungan lemah.
Menurut (Eni, 2010) Bagi seorang ibu yang baru melahirkan anak pertama
akan mengalami gejala-gejala psikiatrik setelah melahirkan. Ibu perlu mengetahui
tentang perubahan psikologis yang umum terjadi setelah melahirkan, agar
perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan. Masa pasca persalinan
merupakan “awal keluarga baru” bagi keluarga muda sehingga mereka perlu
beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan positif bagi ibu.
Penulis berpendapat bahwa pengalaman melahirkan mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang perawatan diri dan bayi, selain itu usia ibu dan gaya
hidup juga mempengaruhi pengetahuan merawat diri dan bayi.

d. Riwayat Keluarga Bencana


Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.5 Riwayat Keluarga Berencana
Riwayat Keluarga Klien 1 Klien 2
Berencana
Melaksanakan KB klien mengatakan sebelum Klien mengatakan
hamil tidak menggunakan sebelum hamil tidak
KB jenis apapun. menggunakan KB jenis
apapun karena klien
belum memiliki anak.

Bila ya, jenis kontrasepsi -


apa yang digunakan -

Sejak kapan -
menggunakan kontrasepsi -
-
Masalah yang terjadi
34

Dari table 4.4 klien I dan klien II sebelum hamil tidak menggunakan KB
karena sama-sama belum mempunyai anak. Keluarga berencana merupakan usaha
untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka
dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan
menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013). Penulis berpendapat bahwa program
KB sangat efisien untuk mengukur jarak kelahiran sesuai dengan yang diinginkan
oleh pasangan suami istri.

e. Riwayat Kesehatan
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.6 Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Klien 1 Klien 2
Penyakit yang pernah Klien mengatakan tidak Klien mengatakan
dialami ibu pernah mempunyai klien tidak mempunyai
riwayat penyakit kronis riwayat penyakit
kronis
-
Pengobatan yang didapat
-
Klien mengatakan
Riwayat penyakit keluarga
keluarga tidak pernah Klien mengatakan
mempunyai riwayat keluarga tidak
penyakit kronis memiliki riwayat
penyakit kronis

Dari table 4.5 klien I dan klien II memiliki riwayat kesehatan yang baik tidak
adanya riwayat penyakit yang menular atau penyakit kronis. Sehat
merupakan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial
sehingga tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan WHO (1947).
Riwayat kesehatan merupakan sumber data subjektif tentang suatu status
klien yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan aktual maupun
potensial dan penentun pengkajian fisik yang berkaitan dengan informasi
tentangkeadaan fisiologi, psikologi,, budaya, dan psikososial. (Wulandari,
35

2014) dalam (Nindy, 2016). Penulis berpendapat bahwa riwayat kesehatan


perlu dipertanyakan karena mempengaruhi penatalaksanaan pada klien.

f. Riwayat Lingkungan
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.7 Riwayat Lingkungan
Riwayat Lingkungan Klien 1 Klien 2
Kebersihan Lantai bersih, ventilasi Lantai bersih,
cukup ventilasi cukup
Bahaya
-
Lainnya, sebutkan
-

Dari tabel 4.6 kedua klien berada pada ruangan yang sama setelah
melahirkan. Dari data diatas didapatkan ruangan bersih dan berventilasi cukup.
Kebersihan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan bebas dari
kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Manusia perlu menjaga
kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat supaya tidak menyebarkan
kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kebersihan lingkungan dimulai dari lingkungan yaang paling dekat dengan kita
dan setiap saat kita temui yaitu lingkungan ruangan yang selalu kita gunakan
untuk melakukan aktivitas. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa
kebersihan mempengaruhi proses kesembuhan penyakit.

g. Aspek Psikososial
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.8 Psikososial
Aspek Psikososial Klien 1 Klien 2
Persepsi ibu setelah Klien mengatakan Klien mengatakan
melahirkan terdapat luka jahit pada terdapat luka jahit di
perutnya. perutnya.

Apakah terdapat Klien mengatakan Klien mengatakan


perubahan terhadap khawatir ketika khawatir ketika
kehidupan sehari-hari? beraktivitas. beraktivitas.
36

Bila ya, bagaimana?


Ya, klien mengatakan Ya, klien mengatakan
khawatir jika beraktivitas khawatir untuk
seperti hari-hari beraktivitas karena takut
sebelumnya karena takut luka jahit pada perutnya
luka jahit di perutnya tidak kunjung sembuh
tidak kunjung sembuh apabila sering dibuat
bergerak.
Harapan yang ibu
inginkan setelah bersalin Klien mengatakan ingin Klien mengatakan ingin
segera pulang bersama segera pindah
anaknya dan berkumpul keruangan rawat biasa
dengan keluarganya. agar segera bertemu
dengan anak dan
Ibu tinggal dengan siapa? keluarganya

Klien mengatakan klien Klien mengatakan


Siapa orang terpenting tinggal dengan suami dan tinggal dengan
bagi ibu? kedua mertuanya. suaminya.
Klien mengatakan
orangtua dan suaminya. Klien mengatakan orang
Sikap anggota keluarga terpenting baginya
terhadap keadaan saat ini adalah keluarga.
Ibu klien mengatakan
senang dan ingin klien Suami klien
dan anak klien segera mengatakan keluarga
Keadaan mental untuk dibawa pulang sangat senang karena ini
menjadi ibu anak pertamnya dari
sekian lama yang
Klien mengatakan siap ditunggu-tunggu
37

menjadi seorang ibu tetapi


harus belajar lagi karena Klien mengatakan siap
ini pengalaman pertama menjadi seorang ibu.
menjadi seorang ibu.

Dari tabel 4.7 kedua klien sangat bahagia atas kelahiran anaknya. Klien I
dengan anak laki-laki pertamanya dan klien II dengan anak perempuan
pertamanya. Keluarga juga sangat antusias kepada klien dengan hadirnya buah
hati yang telah di tunggu. Kedua klien juga mengatakan sudah siap mengasuh dan
merawat bayinya. Kesiapan perempuan untuk menghadapi perannya yang baru
sebagai istri dan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan perkembangan
anak diusia balita. Ibu yang mempersiapkan diri untuk bisa membesarkan anak
akan meningkatkan kemampuannya dalam mengasuh anak (Tsania, 2015). Penulis
berpendapat bahwa kesiapan ibu setelah persalinan juga harus didampingi serta
didukung oleh suami dan keluarga terutama ibu dengan anak pertama yang masih
belum berpengalaman merawat dan mengasuh bayi.

h. Pola Nutrisi
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.9 Pola Nutrisi
Pola Nutrisi Klien 1 Klien 2
Frekuensi makan Sebelum MRS: Sebelum MRS:
Klien mengatakan makan Klien mengatakan
3x/ hari dengan menu nasi, makan hanya 3x/ hari
lauk dan sayur beragam. dengan menu nasi, lauk
Minum kurang lebih 4-6 dan sayur beragam.
gelas/ hari gelas (250 cc) Minum kurang lebih 7-8
air putih, teh dan susu. gelas/ hari gelas (250 cc)
air putih, teh dan es
Saat MRS:
Saat MRS:
Klien mengatakan makan
Klien masih puasa
3x/ hari dengan menu dari
karena dalam kondisi
RS habis. Klien juga tidak
Nafsu makan pemulihan post operasi
38

membatasi makanan yang section caesarea.


dimakan klien. Minum
kurang lebih 5-7 gelas/
hari gelas (250 cc) air
Sebelum MRS:
putih. Klien mengatakan nafsu
makan baik tidak mual
Sebelum MRS:
Klien mengatakan nafsu muntah selama
Jenis makanan rumah
makannya baik, mual kehamilan.
muntah ketika kehamilan
berusia 1-2 bulan. Saaat MRS:
Klien masih
puasa
Saat MRS:
karena dalam kondisi
Klien mengatakan tidak
Makanan yang tidak
pemulihan post operasi
ada gangguan nafsu
disukai/ alergi/ makanan
section caesarea.
makan .
Klien mengatakan
Klien mengatakan makan nasi, sayur, lauk
biasanya dirumah, klien seadanya. Klien juga
makan nasi putih atau nasi mengkonsumsi buah
jagung, sayur dan lauk disetiap harinya.
seadanya serta beragam.
Klien juga mengkonsumsi
Klien mengatakan tidak
susu dan buah.
memiliki alergi
Klien mengatakan tidak
makanan, klien juga
mempunyai alergi
tidak mau makan telur
makanan, klien juga
setelah operasi Caesar.
menyukai semua
makanan.

Pada tabel 4.8 terdapat perbedaan antara klien I dan klien II. Klien I tidak
mengalami gangguan dalam nafsu makan, alergi makanan dan klien I juga tidak
membatasi dalam mengkonsumsi jenis makanan,karena klien I mengetahui bahwa
39

kesembuhan luka jahit pada perutnya cepat sembuh jika tidak memilih-milih
makanan. Sedangkan klien II berpendapat jika makan telur akan membuat lukanya
gatal dan tidak kunjung sembuh. Tingkat konsumsi gizi yang baik dan benar
diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Pada akhirnya, dengan pola
konsumsi serta tingkat konsumsi gizi yang baik, diharapkan proses penyembuhan
luka dapat berjalan dengan sempurna, serta terhindar dari masalah infeksi post
natal karena luka pasca bedah sesar (Purwaningsih, 2010). Sistem imunitas tubuh
yang kurang baik dapat menyebabkan gangguan dalam proses penyembuhan luka.
Sistem imunitas tubuh dipengaruhi oleh nutrisi yang masuk ke tubuh kurang,
maka akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh sehingga penyembuhan
lukapun terhambat (Sri, 2012; h.11-12). Penulis berpendapat bahwa dalam proses
penyembuhan luka post sectio caesarea salah satunya yaitu nutrisi, jika nutrisi
tidak terpenuhi maka luka dapat sembuh dalam waktu yang lama, jadi peran
keluarga disini sangatlah penting untuk mendukung pemberian nutrisi terhadap
klien.

i. Pola Eliminasi
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.10 Pola Eliminasi
Pola Eliminasi Klien 1 Klien 2
BAK: Sebelum MRS: Sebelum MRS:
Frekuensi Klien mengatakan Klien mengatakan
biasanya klien BAK biasanya BAK kurang
kurang lebih 4-6 x/hari lebih 6 x/hari

Saat MRS: Saat MRS:


Saat pengkajian urine BAK klien dari setelah
klien sejumlah 200cc melahirkan sampai saat
(05.00 - 09.15) pengkajian sebanyak
Warna 500cc.

Sebelum MRS: Sebelum MRS:


Klien mengatakan urine Klien mengatakan urine
40

klien berwarna kuning klien berwarna kuning


jernih. jernih.

Saat MRS: Saat MRS:


Keluhan saat BAK Urine Klien berwarna Urine klien berwarna
kuning bercampur sedikit kuning pekat.
darah.
Sebelum MRS:
Sebelum MRS: Klien mengatakan tidak
Klien mengatakan tidak ada keluhan saat BAK.
ada keluhan saat BAK.
BAB: Saat MRS:
Frekuensi Saat MRS: Klien menggunakan
Klien menggunakan kateter.
kateter.
Sebelum MRS:
Sebelum MRS: Klien mengatakan
Klien mengatakan biasanya BAB 1-2
biasanya BAB 1x/ hari x/hari

Warna Saat MRS: Saat MRS:


Klien mengatakan klien Klien mengatakan klien
belum BAB sejak setelah belum BAB sejak
melahirkan. setelah melahirkan.

Sebelum MRS:
Sebelum MRS: Klien mengatakan
Klien mengatakan BABnya berwarna
Bau BABnya berwarna kuning kuning kecoklatan.
kecoklatan.
Saat MRS:
41

Saat MRS: Klien mengatakan klien


Klien mengatakan klien belum BAB.
belum BAB.
Sebelum MRS:
Sebelum MRS: Klien mengatakan BAB
Konsistensi Klien mengatakan BAB klien bau khas feses.
klien bau khas feses.
Saat MRS:
Saat MRS: Klien mengatakan klien
Klien mengatakan klien belum BAB.
belum BAB.
Sebelum MRS:
Sebelum MRS: Klien mengatakan
Keluhan saat BAB Klien mengatakan konsistensi BABnya
konsistensi BABnya lunak.
lunak.
Saat MRS:
Saat MRS: Klien mengatakan klien
Klien mengatakan klien belum BAB.
belum BAB.
Sebelum MRS:
Sebelum MRS: Klien mengatakan tidak
Klien mengatakan tidak ada keluhan saat BAB.
ada keluhan saat BAB.
Saat MRS:
Saat MRS: Klien mengatakan
Klien mengatakan belum belum ada keinginan
ingin untuk BAB. untuk BAB.
42

Dari tabel 4.9 pada kedua klien sama terpasang kateter. Klien BAK tidak
terasa dan tetap berbaring di tempat tidur setelah persalinan dengan operasi sectio
caesarea. Pemasangan kateter urin adalah tindakan keperawatan dengan cara
memasukkan selang ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan
membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan
pemeriksaan (Hidayat, 2006). Kemampuan pasien untuk mengosongkan kandung
kemih sebelum terjadi distensi berlebihan harus dipantau. Lama kateter menetap
dipertahankan pasca seksio sesarea masih bervariasi. Kateter menetap dianjurkan
dilepas 12 jam atau 24 jam pasca seksio sesarea (Max Rarung, 2008). Penulis
berpendapat bahwa pemasangan kateter urin dapat membantu klien berkemih
untuk menghindari distensi vesika urinaria serta mengetahui pasien mengalami
dehidrasi atau tidak.
j. Pola Personal Hyigiene
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.11 Pola Personal Hygiene
Pola Personal Hygiene Klien 1 Klien 2
Mandi Sebelum MRS: Sebelum MRS:
Klien mengatakan klien Klien mengatakan klien
biasanya mandi 2x/ hari biasanya mandi 2x/ hari
pagi dan sore secara pagi dan sore secara
mandiri. Oral hygiene mandiri. Oral hygiene
2x/hari saat mandi dan 3x/ hari saat mandi, saat
cuci rambut 2 hari sekali. mau tidur dan cuci
rambut 2x/ minggu.

Saat MRS: Saat MRS:


Klien hanya diseka serta Klien hanya diseka 1x
vulva hygiene 2x/ hari saat baru pindah ke
dan mengganti underpad ruang post op dan
2x/ hari mengganti underpad.

Dari tabel 4.10 kedua klien belum mampu untuk membersihkan tubuhnya
secara mandiri. Peran perawat dan keluarga sangat membantu klien dalam
43

pemenuhan kebutuhan klien. Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya
seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh
kesejahteraan fisik dan psikologis (Wartonah, 2010). Personal hygiene juga
mempengaruhi proses penyembuhan luka karena kuman setiap saat dapat masuk
melalui luka bila kebersihan diri kurang (Gitarja, 2008 dalamSumarsih, 2011).
Penulis berpendapat personal hygiene sangat penting bagi klien selain agar klien
terhindar dari infeksi dan juga agar klien tampak lebih segar dan ceria setelah
persalinan.
k. Pola Tidur dan Aktivitas/ Istirahat
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.12 Pola tidur dan Aktifitas / Istirahat
Pola tidur dan aktivitas / Klien 1 Klien 2
istirahat
a. Pola istirahat tidur Sebelum MRS: Sebelum MRS:
Klien mengatakan Klien mengatakan
biasanya tidur siang jarang tidur siang,
mulai jam 13.00 – 15.00 biasanya tidur siang
WIB, dan tidur malam apabila terlalu capek
mulai jam 21.00 – 04.00 setelah bekerja dan
WIB tidur malam mulai
Saat MRS: pukul 21.00 – 04.00
Klien mengatakan klien WIB
hanya tidur kurang lebih Saat MRS:
5 jam / hari tetapi sering Klien mengatakan klien
terbangun karna tidur kurang lebih 3
Kebiasaan sebelum
gangguan rasa nyaman jam / hari tetapi sering
tidur
yaitu nyeri pada luka. terbangun ketika luka
bekas operasinya nyeri.
Sebelum MRS:
Klien mengatakan Sebelum MRS:
kebiasaan sebelum Klien mengatakan
tidurnya adalah kebiasaan sebelum
Keluhan
menonton tv. tidur adalah menonton
44

Saat MRS: tv.


Klien mengatakan Saat MRS:
biasanya sebelum tidur Klien mengatakan
klien berdoa dan biasanya sebelum tidur
langsung tidur. makan cemilan yang di
bawakan keluarganya.

b. Pola aktifitas dan Sebelum MRS: Sebelum MRS:


latihan Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
kegiatan dalam
ada keluhan. ada keluhan.
pekerjaan

Saat MRS:
Saat MRS: Klien mengatakan
Klien mengatakan sering sering bangun karena
terbangun karena luka rasa nyeri yang
jahit bekas operasi yang dirasakan pada luka
Waktu bekerja
ada di perutnya. post operasinya.
olahraga

Sebelum MRS: Sebelum MRS:


Klien mengatakan Klien mengatakan
dirumah mengerjakan dirumah mengerjakan
tugas sebagai ibu rumah tugas ibu setelah itu
tangga. klien juga bekerja
sebagai pedagang buah.
Saat MRS:
Klien hanya berbaring Saat MRS:
dan belajar untuk miring Klien hanya berbaring..
kanan dan kiri.

Sebelum MRS: Sebelum MRS:


Kegiatan waktu
Klien mengatakan klien Klien mengatakan klien
45

luang berolah raga dirumah setiap pagi jalan-jalan


yaitu mencuci baju di gang rumahnya.
dengan tangan dan jalan-
jalan setiap pagi di Saat MRS:
daerah rumah. Klien tidak berolahraga
saat di rumah sakit
Saat MRS:

Klien tidak berolahraga


saat di rumah sakit
c. Pola kebiasaan
Sebelum MRS:
yang
Sebelum MRS: Klien mengatakan
mempengaruhi
Klien mengatakan jika waktu luangnya untuk
kesehatan:
tidak ada kegiatan hanya istirahat.
Merokok
menonton tv sambil
tiduran.
Minuman keras
Saat MRS:
Saat MRS: Klien mengatakan
Klien mengatakan hanya biasanya hanya
Ketergantungan terbaring sambil belajar berbaring di trmpat
obat miring kanan kiri. tidur.

Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak


pernah merokok permah merokok

Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak


46

pernah mengonsumsi pernah mengonsumsi


minuman keras. minuman keras.

Klien mengatakan tidak


Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat
mempunyai riwayat ketergantungan obat
ketergantungan obat sebelumnya.
sebelumnya.

Dari tabel 4.11 dari data diatas didapatkan bahwa kedua klien dapat
beristirahat dan tertidur tetapi sering terbangun karena nyeri yang ada pada luka
jahit di perutnya. Karena rasa nyeri pada luka diperutnya mengakibatkan klien
kesulitan untuk beraktivitas seperti miring kanan miring kiri, duduk dan berdiri.
Dampak nyeri yang perlu di tanyakan adalah hal-hal yang spesifik seperti
pengaruhnya terhadap pola tidur, pola makan, energi, aktifitas keseharian. Penulis
berpendapat bahwa nyeri mempengaruhi pola tidur klien.
Pada pola aktivitas, kedua klien didapatkan data bahwa sebelum melahirkan
melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti biasa dan tidak mengalami gangguan
selama kehamilan. Sedangkan saat setelah melahirkan klien hanya berbaring
ditempat tidur dan belajar bergerak miring kanan dan kiri. Penulis berpendapat
bahwa keadaan kedua klien sesuai dengan teori dimana aktivitas klien terganggu
setelah melahirkan.
l. Keadaan Bayi
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.13 Keadaan bayi
Keadaan Bayi Klien 1 Klien 2
Keadaan Bayi 1. Bayi berjenis 1. Bayi berjenis
kelamin laki-laki kelamin perempuan
dalam keadaan sehat dalam keadaan
tanpa cacat fisik sehat tanpa cacat
apapun dan tidak fisik apapun.
2. Bayi belum dapat
rewel ketika di
menyusu dengan
baringkan di tempat
47

tidur. baik dan benar.


2. Bayi dapat menyusu 3. Ketidak mampuan
dengan baik dan bayi untuk
benar. menempel dan
3. Bayi tidak rewel
menghisap pada
hanya saja bayi
payudara ibu
menangis dan ingin
dengan benar.
di gendong.. 4. Menangis karena
4. Bayi menangis
air susu ibu yang
ketika bayi ingin
belum keluar.
menyusu.

Pada tabel 4.12, dari data diatas didapatkan bayi klien I dapat menyusu
dengan benar. Sedangkan bayi klien II belum menyusu dengan benar karena
ketidakmampuan bayi menempel dan menghisap pada payudara ibu dengan benar
serta papilla mammae ibu yang tidak menonjol dan juga kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang benar. Faktor yang mempengaruhi cara menyusui
yang benar antara lain rendahnya pengetahuan dan informasi tentang
menyusui yang benar (Riksani, 2012). Penulis berpendapat bahwa pengetahuan
klien tentang teknik menyusui dengan benar mempengaruhi saat proses menyusui
itu berlangsung.

m. Pemeriksaan Fisik
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.14 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2
Keadaan umum Kesadaran composmentis, Kesadaran
klien terlihat kurang rapi composmentis, klien
sedikit bau, dan lemas, sedikit bau, klien
klien tampak sedikit terlihat lemas dan
menyeringai ketika kurang rapi, klien
bergerak, klien sangat tampak sedikit
kooperatif ketika ada menyeringai ketika
Kesadaran perawat. bergerak.
48

Tekanan darah
Nadi GCS: E:4 V:5 M:6
Respiration Rate 110/80 mmHg GCS: E:4 V:5 M:6
Suhu 84 x/menit 110/ 70 mmHg
Berat badan 21 x/ menit 92 x/ menit
Tinggi badan 36,2C suhu axila 22 x/menit
54kg 36,7C suhu axila
158 cm 57 kg
155 cm

Dari tabel 4.13 pada klien I dan II didapatkan tanda-tanda vital normal
sesuai teori (Reeder, 2011) yang menyebutkan bahwa suhu tubuh diantara 36-38oC
adalah perubahan fisiologis yang normal untuk ibu post partum pada hari ketiga.
Pada frekuensi nadi, keadaan brakikardi merupakan perubahan fisiologis normal
selama 6-10 hari pasca partum dengan nadi 40-70 x/menit. Tekanan darah pada
ibu post partum dapat juga mengalami peningkatan atau menunjukkan hipertensi,
hal ini diakibatkan oleh proses kehamilan. Penulis berpendapat bahwa tanda-tanda
vital klien yang normal menandakan klien dalam keadaan baik.
n. Pemeriksaan Fisik Kepala sampai Leher
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.15 Pemeriksaan fisik kepala sampai
vesika urinary
Pemeriksaan kepala leher Klien 1 Klien 2
sampai leher
Kepala Bentuk kepala simetris, Bentuk kepala simetris,
besar kepala proporsional besar kepala
dengan tubuh, tidak ada proporsional dengan
lesi, kulit kepala bersih, tubuh,tidak ada lesi,
tidak bengkak, tidak ada kulit kepala bersih,
nyeri tekan. tidak bengkak, tidak ada
Rambut nyeri tekan.
Warna rambut hitam,
rambut panjang Warna rambut hitam
49

bergelombang, rambut terdapat sedikit uban,


Wajah rontok rambut panjang lurus,
rambut tidak rontok
Tidak ada lesi, tidak
bengkak, wajah berbentuk Tidak ada lesi, tidak
simetris, rahang menutup bengkak, wajah
dengan baik, kontak mata berbentuk simetris,
baik, gerakan wajah rahang menutup dengan
Mata simetris saat klien baik, kontak mata baik,
berbicara. gerakan wajah simetris
saat klien berbicara.

Konjungtiva tidak anemis, Konjungtiva tidak


bentuk simetris, tidak ada anemis bentuk simetris,
Hidung edema, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak
pupil isokor, reflek cahaya ada lesi, pupil isokor,
(+), tidak ada nyeri tekan. reflek cahaya (+), tidak
ada nyeri tekan.

Telinga Kedua lubang hidung Kedua lubang hidung


simetris, tidak terdapat simetris, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung, pernafasan cuping
tidak ada lesi, hidung hidung, tidak ada lesi,
tidak tersumbat hidung tidak tersumbat.
Mulut dan tenggorokan
Telinga tampak bersih, Telinga tampak bersih,
tidak ada lesi, tidak ada lesi,
pendengaran baik, tidak pendengaran baik, tidak
Gigi ada peradangan, tidak ada ada peradangan, ada
secret. secret.
50

Dada dan aksila: Mukosa bibir kering.


Mammae Mukosa bibir lembab, Klien mengatakan
klien mengatakan tidak tenggorokan terasa
kesulitan menelan. kering.
Aerola mamae
Gigi klien tidak berlubang, Gigi klien berlubang
Papilla mamae bersih. dibagian geraham
kanan, bersih.
Simetris kanan kiri , tidak
Colostrums ada benjolan, tidak ada Simetris kanan kiri,
nyeri tekan. tidak ada benjolan,
Abdomen: tidak ada nyeri tekan.
Abdomen
Berwarna hitam Berwarna hitam

Linea & sitrea Putting menonjol kanan Putting tidak menonjol


dan kiri, sedikit kotor. dan sedikit kotor.

Luka bekas operasi Kolostrum keluar. Kolostrum belum


keluar.

Abdomen mengecil, tidak


terdapat lesi. Abdomen mengecil,
TFU tidak terdapat lesi.
Terdapat linea dan steria
Kontraksi di abdomen Terdapat linea dan steria
di abdomen
Genitorium: Terdapat luka bekas
Perineum operasi seksio caesarea Terdapat luka bekas
berbentuk horizontal operasi seksio caesarea
Lochea dengan panjang 16cm. berbentuk horizontal
51

Vesika urinaria dengan panjang 14cm.

2 jari dibawah pusar 1 jari dibawah pusar

Baik Baik

Terdapat darah nifas Terdapat darah nifas

Lochea : rubra Lochea : rubra


Tidak distensi Tidak distensi

Dari tabel 4.14 data diatas didapatkan klien I memiliki papilla mammae yang
menonjol sedangkan pada klien II papilla mammae tidak menonjol. Menurut
(Prawiroharjdo, 2008) berbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak dilakukan
perawatan payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi : puting susu
terpendam, anak susah menyusu, ASI lama keluar, produksi ASI terbatas,
pembengkakan payudara, payudara meradang, payudara kotor, ibu belum siap
menyusui, kulit payudara terutama puting akan mudah lecet. Dari masalah yang
muncul dapat dilakukan perawatan payudara. Perawatan payudara sering disebut
Breast Care bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara, memperbanyak
atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga terjadi kesukaran dalam
menyusukan bayinya. Perawatan payudara dilakukan dengan cara pengurutan
karena ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap
untuk bayi (Anggraini Y., 2010). Penulis berpendapat bahwa dari data tersebut
klien II perlu perawatan payudara sesegera mungkin agar papilla dapat timbul dan
ASI lancar sehingga bayi dapat menyusu dengan baik.
o. Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.16 Pemeriksaaan Fisik Sistem Integumen
Pemeriksan fisik system Klien 1 Klien 2
52

integument
System integument dan Turgor kulit baik, kuku Turgor kulit baik, kuku
kuku pendek dan bersih, panjang dan bersih,
Capilari Refile Time Capilari Refile Time
(CRT) < 2 detik, akral (CRT) < 2 detik, akral
hangat, warna kulit hangat, warna kulit
kuning langsat, tidak ada coklat sawo matang,
edema pada ekstremitas tidak ada edema pada
ekstermitas.

Dari tabel 4.15pada klien didapatkan turgor kulit baik, tidak adanya perubahan
warna kulit, CRT < 2 detik, akral hangat serta tidak adanya edema pada
ekstermitas. Hal ini menunjukkan tidak adanya kelainan pada kedua klien setelah
melahirkan.

p. Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan


Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.17 Tabel pemeriksaan fisik system
pernafasan
Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2
system pernapasan
Inspeksi Bentuk dada normochest, Bentuk dada
pola nafas ritmis, gerakan normochest, pola nafas
dada simetris, tidak ada ritmis, gerakan dada
lesi simetris, tidak ada lesi
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Sonor pada paru kanan Sonor pada paru kanan
dan kiri dan kiri
Auskultasi
Tidak terdapat suara
Tidak terdapat suara tambahan ronchi (-)
53

tambahan ronchi (-) wheezing (-)


wheezing (-)

Dari tabel 4.16 pada kedua klien tidak terjadi dispnea saat beraktivitas, tidak
batuk dengan atau tanpa sputum tidak ada distress respirasi / penggunaan otot
bantu pernafasan, tidak terdapat bunyi tambahan (krakles / mengi), tidak sianosis
dan pada klien.

q. Pemeriksaan Fisik Sistem Cardiovaskuler


Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.18 Tabel pemeriksaan fisik system
cardiovaskuler
Pemeriksan fisiksistem Klien 1 Klien 2
cardiovaskuler
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak Ictus cordis tidak
Nampak
Palpasi Ictus cordis terabadi ICS
V MCL sinistra Ictus cordis terabadi
ICS V MCL sinistra
Perkusi Batas atas di ICS 2
sinistra, Batas atas di ICS 2
Batas bawah ICS 5 sinistra,
sinistra, batas kanan ICS Batas bawah ICS 5
2 dextra 2 cm dari sinistra, batas kanan
sternum, terdengar pekak ICS 2 dextra 2 cm dari
Auskultasi sternum, terdengar
pekak
SI dan S2 tunggal
SI dan S2 tunggal

Dari tabel 4.17 pada kedua klien didapatkan bunyi jantung normal. Tidak
ada kelainan bunyi jantung seperti bunyi jantung S3 dan bunyi jantung S4.

r. Terapi
54

Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.19 Terapi


Terapi Klien 1 Klien 2
Infuse RL 1500 cc/24 jam = 20 tpm RL RL 1500 cc/24 jam =
30 tpm
Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gr
Ketorolac 3 x 30 mg Cefotaxime 3 x 1 gr
Ketorolac 3 x 30 mg
Furamin 2 x 25 mg
Asam tranex 3 x 500mg

Dari Tabel 4.18 Menunjukkan bahwa terapi pada klien I dan klien II berbeda
dikarenakan klien I sudah 9 jam post operasi sedangkan klien II baru 3 jam post
operasi, dimana setiap terapi yang diberikan sesuai dengan tujuan dan indikasi
yang akan diberikan pada klien saat itu sesuai dengan kondisi klien seperti Asam
tranex 500mg digunakan kepada klien post partum sebelum 3 jam setelah
perdarahan terapi ini bertujuan untung mengurangi tingkat risiko kematian pada
ibu akibat perdarahan, Furamin 25mg Cefotaxime 1 gr yaitu obat antibiotik
sefalosporin yang berfungsi untuk membunuh bakteri yang memicu infeksi.
Ketorolac 30 mg yang berfungsi untuk meredakan peradangan dan rasa nyeri.

s. Analisa Data
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.20 Analisa Data
Analisa Data Klien 1 Klien 2
Data Data subjektif: Data subjektif:
Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan nyeri
post operasi sectio post operasi section
caesarea seperti tersayat- caesarea seperti
sayat, di bagian luka post tersayat-sayat di bagian
operasi section caesarea luka post operasi section
dengan skala 6 setiap saat, caesarea dengan skala 7
nyeri semakin bertambah setiap saat, nyeri
saat dibuat gerak. semakin bertambah saat
dibuat gerak.
55

Data objektif: Data objektif:


1. Tanda-tanda vital: 1. Tanda- tanda vital:
TD: 110/80 mmHg TD: 110/ 70 mmHg
Nadi: 84 x/menit Nadi: 92 x/ menit
RR: 21 x/ menit RR: 22 x/menit
Suhu: 36,2C suhu axila Suhu: 36,7C suhu axila
- Pasien mengatakan - Pasien tidak berani
nyeri saat miring kanan miring kanan miring
kiri/ dibuat gerak kiri
- Pasien tampak sesak - Pasien mengatakan
ketika belajar miring nyeri dan bertambah
kanan kiri nyeri saat dibuat
- Pasien tampak meringis
gerak
saat gerak - Pasien tampak sering
- Pasien tampak
mengatur nafas untuk
mengelus-elus bagian
menahan nyeri
luka post section - Pasien tampak
Etiologi caesarea meringis saat bergerak

Terputusnya kontinuitas Terputusnya kontinuitas


jaringan akibat tindakan jaringan akibat tindakan
Problem operasi operasi

Nyeri akut
Nyeri akut

Berdasarkan Tabel 4.19 diatas, pada kedua klien telah ditemukan diagnose
keperawatan Nyeri akut. Menurut (Judith M. Wilkinson, 2016) Nyeri akut
merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan
istilah seperti kerusakan (International Association for theStudy of Pain), awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir
56

yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam
bulan. Pada klien I telah ditemukan diagnosa keperawatan nyeri akut dibuktikan
dengan data subjektif klien I yaitu Klien mengatakan nyeri post operasi sectio
caesarea seperti tersayat-sayat, di bagian luka post operasi section caesarea
dengan skala 6 setiap saat, nyeri semakin bertambah saat dibuat gerak. Pada klien
II juga telah ditemukan diagnosa keperawatan nyeri akut dibuktikan dengan data
subjektif klien II yaitu Klien mengatakan nyeri post operasi sectio caesarea seperti
tersayat-sayat di bagian luka post operasi section caesarea dengan skala 7 setiap
saat, nyeri semakin bertambah saat dibuat gerak.

t. Batasan Karakteristik
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.21 Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik nyeri akut
Subjektif :
a) Melaporkan [nyeri] dengan isyarat (mis., menggunakan √ √
skala nyeri) √ √
b) Melaporkan nyeri
Objektif : - √
a) Respons otonom (mis., diaphoresis, perubahan tekanan
darah, pernapasan, atau denyut jantung; dilatasi pupil)
b) Perilaku ekspresif (mis., gelisah, merintih, menangis,
√ √
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan
- -
menghela napas panjang)
√ √
c) Wajah topeng
d) Sikap melindungi - -
e) Fokus menyempit (mis., gangguan persepsi waktu,
gangguan proses pikir, interaksi dengan orang lain atau
√ √
lingkungan menurun)
√ √
f) Bukti nyeri yang dapat diamati
g) Posisi untuk menghindari nyeri √ √
h) Perilaku menjaga atau sikap melindungi
√ √
i) Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur
atau tidak menentu, dan menyeringai)
Batasan Karakteristik Lain (non-NANDA
INTERNATIONAL)
57

a) Mengomunikasikan descriptor nyeri (mis., rasa tidak √ √


nyaman, mual, berkeringat malam hari, kram otot, gatal
kulit, mati rasa, dan kesemutan pada ekstremitas)
b) Menyeringai
√ √
c) Rentang perhatian terbatas
d) Pucat
e) Menarik diri

- -
- -
- √
- -

Berdasarkan Tabel 4.20 diatas, terdapat 2 (dua) batasan karakteristik


subjektif, 9 (Sembilan) batasan karakteristik objektif, 5 (lima) batasan
karakteristik lain (non-NANDA International). pada tabel diatas tidak semua
batasan karakteristik tersebut muncul, 9 (sembilan) batasan karakteristik yang
muncul pada klien I. pada klien II juga muncul 11 (sebelas) batasan karakteristik.
Namun pada klien I dan II batasan karakteristik yang tidak muncul meliputi wajah
topeng, fokus menyempit (mis., gangguan persepsi waktu, gangguan proses piker,
interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun), rentang perhatian terbatas,
menarik diri. Menurut (Judith M. Wilkinson, 2016). Nyeri akut dapat didiagnosis
berdasarkan laporan pasien saja karena kadang-kadang hanya hal tersebut satu-
satunya tanda Nyeri akut. Tidak ada satupun batasan karakteristik lain yang
berdiri sendiri dan dapat mencukupi untuk mendiagnosis Nyeri akut. Faktor yang
berhubungan mengindikasikan bahwa seorang pasien dapat menderita Nyeri akut
fisik dan psikologis (Judith M. Wilkinson, 2016). Penulis berpendapat bahwa
tidak semua batasan karakteristik ada pada klien dikarenakan hal ini
menyesuaikan pada kondisi psikologis klien.
4.1.2 Diagnosa Keperawatan
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.22 Diagnosa Keperawatan
Klien Diagnosa Keperawatan
Klien 1 1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
58

akibat tindakan operasi ditandai dengan klien mengatakan nyeri


post sectio caesarea seperti tersayat-sayat dibagian luka post
operasi sectio caesarea dengan skala 6 setiap saat, nyeri semakin
bertambah saat dibuat gerak, TD: 110/80 mmHg, Nadi; 84x/
menit, RR: 21x/menit, Suhu: 36,2o c
Klien 2 1. Nyeri akut berhubugan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
akibat tindakan operasi ditandai dengan klien mengatakan nyeri
post sectio caesarea seperti tersayat-sayat dibagian luka post
operasi sectio caesarea dengan skala 7 setiap saat, nyeri semakin
bertambah saat dibuat gerak, TD: 110/70 mmHg, Nadi; 92x/
menit, RR: 22x/menit, Suhu: 36,7o c

Berdasarkan Tabel 4.22 diatas, klien I muncul masalah keperawatan Nyeri


akut berhubungan dengan post operasi sectio caesarea ditandai dengan klien
mengatakan nyeri post operasi sectio caesarea seperti tersayat-sayat dibagian luka
post operasi sectio caesarea dengan skala 6 setiap saat, nyeri semakin bertambah
saat dibuat gerak, TD: 110/ 80 mmHg, nadi 84x/ menit, RR 21x/ menit, suhu
36,2o C sedangkan pada klien II muncul masalah keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan post operasi sectio caesarea ditandai dengan klien
mengatakan nyeri post operasi sectio caesarea seperti tersayat-sayat dibagian luka
post operasi sectio caesarea dengan skala 6 setiap saat, nyeri semakin bertambah
saat dibuat gerak, TD: 110/ 70 mmHg, nadi 92x/ menit, RR 22x/ menit, suhu
36,7o C

4.1.3 Intervensi Nyei Akut Berhubungan Dengan Post Operasi Sectio Caesarea
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.23 Intervensi Nyei Akut Berhubungan
Dengan Post Operasi Sectio Caesarea
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan
keperawatan
Nyei akut Setelah 1. Memperlihatkan a. Pengkajian:
1. Minta klien untuk
berhubungan dilakukan teknik relaksasi
menilai nyeri atau
dengan tindakan secara
ketidaknyamanan
59

terputusnya keperawatan individual yang pada skala 0


kontinuitas diharapkan efektif untuk sampai 10 (0 =
jaringan klien mencapai tidak ada nyeri atau
akibat memperlihatkan kenyamanan ketidaknyamanan,
tindakan pengendalian 2. Mempertahanka 10 = nyeri hebat)
2. Kaji dampak
operasi nyeri, n tingkat nyeri
agama, budaya,
menunjukkan pada luka post
kepercayaan, dan
tingkat nyeri operasi sectio
lingkungan
caesarea atau
terhadap nyeri dan
kurang
respons klien.
3. Melaporkan
3. Manajemen nyeri
kesejahteraan
(NIC)
fisik dan a) Lakukan
psikologis pengkajian
4. Mengenali nyeri yang
faktor penyebab komprehensif
nyeri meliputi lokasi,
5. Melaporkan karakteristik,
nyeri kepada awitan dan
penyedia durasi,
layanan frekuensi,
kesehatan kualitas,
6. Menggunakan intensitas atau
tindakan keparahan
analgesik dan nyeri, dan
non-analgesik faktor
secara tepat presipitasinya
b) Observasi
7. Melaporkan
isyarat
pola tidur yang
nonverbal
baik
ketidaknyaman
8. Tidak
60

mengalami an, khususnya


gangguan dalam pada mereka
frekuensi yang tidak
pernafasan, mampu
denyut jantung, berkomunikasi
atau tekanan efektif
b. Penyuluhan Untuk
darah.
Klien/ Keluarga:
9. Melaporkan
1. Sertakan dalam
rasa nyaman
instruksi
setelah
pemulangan klien
dilakukan
obat khusus yang
teknik relaksasi
harus diminum,
frekuensi
pemberian,
kemungkinan efek
samping,
kemungkinan
interaksi obat.
2. Instruksikan pasien
untuk
menginformasikan
kepada perawat
jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai
3. Manajemen nyeri
(NIC) : berikan
informasi tentang
nyeri, seperti
penyebab nyeri,
berapa lama akan
berlangsung, dan
61

antisipasi
ketidaknyamanan
akibat prosedur
4. Menejemen nyeri
(NIC) :
Ajarkan
penggunaan teknik
non-farmakologia
(mis., umpan-balik
biologis, hipnotis,
Transcutaneous
Electrical Nerve
Stimulation
[TENS], relaksasi,
imajinasi
terbimbing, terapi
akupresur, kompres
hangat atau dingin,
dan masase)
sebelum, setelah
dan jika
memungkinkan,
selama
aktivitasyang
menyebabkan
nyeri.

Berdasarkan Tabel 4.23 Berdasarkan intervensi tersebut pada klien dilakukan


pengkajian nyeri meliputi: Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya, minta klien untuk menilai nyeri atau
62

ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0 = tidak ada nyeri atau


ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat), ajarkan teknik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam.
Intervensi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal yang mencakup aspek
peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
klien dan keluarga (Nursalam, 2008). Teknik relaksasi merupakan salah satu terapi
non farmakologis untuk membantu menurunkan intensitas nyeri (Smeltzer, 2002).
Ibu yang mengalami nyeri memerlukan observasi setelah sectio caesarea. Untuk
mengatasi kecemasan pada pasien, perawat sebagai pendidik berperan dalam
meningkatkan pemahaman pasien agar mampu menggunakan berbagai teknik
pengurangan nyeri sehingga ibu mampu mengontrol nyeri dan kecemasan secara
mandiri (Solehati, 2015).
Penulis berpendapat dari intervensi diatas yang diambil dari buku Judith M.
Wilkinson, 2016. Dapat diimplementasikan kepada klien sesuai dengan kondisi
klien.
4.1.4 Implementasi keperawatan nyeri akut
Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.24 implementasi keperawatan nyeri akut
Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3
Keperawatan
Klien 1
Nyeri Akut 08.50 1. Pengkajian: nyeri 08.00 1. Kolaborasi: Pemberian 14.00 Kunjungan Rumah
Melakukan pengkajian
Berhubungan obat analgesik
nyeri yang komprehensif Memberikan obat
Dengan 1. Melakukan pemeriksaan
meliputi lokasi, melalui intra vena
Terputusnya TTV:
-Cefotaxim 1gram
karakteristik, awitan dan
Kontinuitas -Ketorolac 30mg TD: 120/ 80 mmHg
durasi, frekuensi, kualitas,
Jaringan Akibat 09.00 Nadi: 78x/ menit
intensitas atau keparahan
Tindakan Operasi 2. Pengkajian: nyeri RR: 20x/ menit
nyeri, dan faktor Melakukan pengkajian nyeri
Suhu: 36,4o C
presipitasinya yang komprehensif meliputi
14.15
lokasi, karakteristik, awitan
2. Pengkajian: nyeri
Hasil: Klien mengatakan
dan durasi, frekuensi, Melakukan pengkajian nyeri
nyeri post operasi sectio
kualitas, intensitas atau yang komprehensif meliputi
caesarea seperti tersayat-
keparahan nyeri, dan faktor lokasi, karakteristik, awitan
sayat, di bagian luka post
presipitasinya dan durasi, frekuensi,
operasi section caesarea
kualitas, intensitas atau

76
dengan skala 6 setiap saat, Hasil: Klien mengatakan keparahan nyeri, dan faktor
10.00 nyeri semakin bertambah nyeri post operasi sectio presipitasinya
saat dibuat gerak. caesarea seperti tersayat-
sayat, di bagian luka post Hasil: Klien mengatakan
2. Penyuluhan kepada operasi section caesarea nyeri post operasi sectio
klien: Relaksasi dengan skala 5 setiap saat, caesarea seperti tersayat-
Menjelaskan kepada
nyeri semakin bertambah sayat, di bagian luka post
klien mengenai terapi
saat dibuat gerak. operasi section caesarea
non farmakologis
09.30 15.00 dengan skala 1 saat dibuat
pengendalian nyeri
3. Melakukan teknik naik turun dari tempat tidur..
yaitu dengan teknik
12.00 relaksasi nafas dalam
nafas dalam Hasil: Klien dapat
3. Melakukan penyuluhan
Hasil; Klien mengerti
mengikuti, klien
tentang teknik relaksasi
3. Observasi TTV mempraktikkan sedara Hasil: Klien dapat
12.10 17.00
TD: 110/80 mmHg individu dank lien Nampak mengikuti penyuluhan
N: 84x/ menit tenang. dan mengerti
RR: 22x/ menit
15.00 4.Observasi TTV 4. Observasi Nyeri
Suhu: 36,2oC Hasil: Klien mengatakan
TD: 110/80 mmHg
sudah tidak nyeri atau nyeri
Mengajarkan teknik N: 88x/ menit

76
relaksasi nafas dalam RR: 22x/ menit dalam skala 0
Hasil: Klien dapat
Suhu: 36,4oC
mengikuti dan
13.35
5. Observasi Nyeri
mempraktikkan sedara
Hasil: Klien mengatakan
individu
15.30 nyeri sudah mulai berkurang
4. Observasi Nyeri yaitu di skala 3
Hasil: Klien
mengatakan nyeri
sudah mulai
berkurang yaitu di
15.30
skala 5

5. Kolaborasi:
Pemberian obat
analgesik
Memberikan obat
melalui intra vena
-Cefotaxim 1gram
-Ketorolac 30mg

Klien 2

76
Nyeri Akut 13.30 1. Pengkajian 08.00 1. Kolaborasi: Pemberian 09.00 1. Pengkajian
Melakukan pengkajian Melakukan pengkajian nyeri
Berhubungan obat analgesik
nyeri yang komprehensif Memberikan obat melalui yang komprehensif meliputi
Dengan
meliputi lokasi, intra vena lokasi, karakteristik, awitan
Terputusnya
-Cefotaxime 1gram
karakteristik, awitan dan dan durasi, frekuensi,
Kontinuitas -Ketorolac 30mg
durasi, frekuensi, kualitas, -Furamin 25mg kualitas, intensitas atau
Jaringan Akibat
-Asam tranex 500mg
intensitas atau keparahan keparahan nyeri, dan faktor
Tindakan Operasi
nyeri, dan faktor 2. Melakukan pengkajian presipitasinya
presipitasinya nyeri yang komprehensif
Hasil: Klien mengatakan
meliputi lokasi,
09.00
Hasil: Klien mengatakan nyeri post operasi sectio
karakteristik, awitan dan
nyeri post operasi sectio caesarea seperti tersayat-
durasi, frekuensi, kualitas,
caesarea seperti tersayat- sayat, di bagian luka post
intensitas atau keparahan
sayat, di bagian luka post operasi section caesarea
nyeri, dan faktor
operasi section caesarea dengan skala 1 saat dibuat
presipitasinya
dengan skala 7 setiap saat, gerak, rasa nyeri bertambah
09.15
nyeri semakin bertambah Hasil: Klien mengatakan saat klien berjalan
16.00
saat dibuat gerak. nyeri post operasi sectio
caesarea seperti tersayat- 2. Melakukan penyuluhan
2. Observasi TTV sayat, di bagian luka post tentang teknik relaksasi

76
TD: 110/70 mmHg operasi section caesarea Hasil: Klien dapat mengikuti
N: 92x/ menit dengan skala 5 setiap saat, 12.00 penyuluhan dan mengerti
RR: 21x/ menit nyeri semakin bertambah
3. Observasi nyeri
16.40 Suhu: 36,7oC saat dibuat gerak. Hasil: Klien mengatakan
nyeri sudah berkurang
3. olaborasi: Pemberian
09.30 3. Melakukan tindakan daripada hari kemarin yaitu
obat analgesik
Memberikan obat melalui teknik nafas dalam 12.10 di skala 1
intra vena Hasil: Klien lebih tenang,
4. Observasi TTV
-Cefotaxime 1gram
dan dapat mengontrol nyeri
-Ketorolac 30mg TD: 110/80 mmHg
-Furamin 25mg
N: 78x/ menit
-Asam tranex 500mg 4. Observasi TTV
11.50
RR: 21x/ menit
TD: 110/70 mmHg
Suhu: 36,2oC
4. Penyuluhan kepada N: 84x/ menit
19.00
klien: Relaksasi RR: 20x/ menit
Menjelaskan kepada klien
Suhu: 36,7oC
mengenai terapi non
5. Observasi Nyeri
farmakologis pengendalian
Hasil: Klien mengatakan
13.10
nyeri yaitu dengan teknik
nyeri sudah mulai
nafas dalam
berkurang yaitu di skala 3
Hasil; Klien mengerti

76
5. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
19.15
Hasil: Klien dapat
mengikuti dan
mempraktikkan sedara
individu

6. Observasi Nyeri
19.20
Hasil: Klien mengatakan
nyeri sudah mulai
berkurang yaitu di skala 6

Berdasarkan tabel 4.24 implementasi yang dilakukan pada klien I dank lien II merupan sebagian dari intervensi meliputi
pengkajian nyeri, pemberian analgesic, teknik relaksasi nafas dalam. Selain itu juga mengimplementasikan evaluasi tanda-tanda vital
pada ke dua klien di luar rencana keperawatan yang sudah ditulis. Implementasi dilakukan sesuai pada (Sharon dkk, 2011) yaitu
melakukan pengkajian pada karakterisitk untuk mengatasi diagnosa nyeri akut, karakteristik skala nyeri, mengevaluasi tanda-tanda
vital, kolaborasi pemberian analgetik, mengajarkan penggunaan teknik relaksasi napas dalam, kekuatan dari tindakan ini adalah
bekerja sama dalam mengurangi rasa nyeri, kelemahannya adalah terkadang klien tidak bisa di ajak buat kerjasama dan melakukan
ajaran yang diberikan, mengkomunikasikan terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.

76
Implementasi itu sendiri merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk
petugas lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain (Mitayani, 2012).
Penulis berpendapat semua intervensi dapat diimplementasikan dikarenakan kedua klien mengerti akan tindakan yang diberikan
terutama teknik relaksasi nafas dalam. Tetapi pada kedua klien terdapat perbedaan saat dilakukannya intervensi. Pada klien I lebih
lambat untuk mencapai kriteria hasil daripada klien II dikarenakan klien I kurang kooperatif daripada klien II.

ii. Evaluasi Keperawatan


Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN.25 Evaluasi Keperawatan
Hari 1
NO Kriteria Hasil Klien 1 Klien 2
1. Memperlihatkan teknik relaksassi secara Klien dapat melakukan teknik relaksasi Klien dapat melakukan teknik relaksasi
individual yang efektif untuk mencapai secara individual secara individual
2. kenyamanan Klien tidak mengalami gangguan dalam Klien dapat mengontrol tingkat nyeri
Mempertahankan tingkat nyeri pada luka post frekuensi pernafasan, jantung, atau Klien tidak mengalami gangguan dalam
3. sectio caesarea atau berkurang tekanan darah frekuensi pernafasan, jantung, atau tekanan
4. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikososial Klien melaporkan rasa nyaman setelah darah
5. Mengenali faktor penyebab nyeri dilakukan teknik relaksasi Klien melaporkan rasa nyaman setelah
6. Melaporkan nyeri kepada penyedia pelayanan Klien melaporkan nyeri skala 5 dilakukan teknik relaksasi

76
kesehatan Hasil TTV Klien melaporkan nyeri skala 6
7. Menggunakan tindakan analgesic dan non- TD: 110/80 mmHg Hasil TTV
8. analgesik secara tepat N: 84x/ menit TD: 110/70 mmHg
Pola tidur yang baik RR: 22x/ menit N: 92x/ menit
9. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi Suhu: 36,2oC RR: 21x/ menit
pernafasan, jantung, atau tekanan darah. Suhu: 36,7oC
Melaporkan rasa nyaman setelah dilakukan teknik
relaksasi
Hari 2
NO Kriteria Hasil Klien 1 Klien 2
1. Memperlihatkan teknik relaksassi secara Klien dapat melakukan teknik relaksasi Klien dapat melakukan teknik relaksasi
individual yang efektif untuk mencapai secara individual secara individual
2. kenyamanan Klien dapat mengontrol tingkat nyeri Klien dapat mengontrol tingkat nyeri
Mempertahankan tingkat nyeri pada luka post Klien tidak mengalami gangguan dalam Klien dapat melaporkan kesejahteraan fisik
3. sectio caesarea atau berkurang frekuensi pernafasan, jantung, atau dan psikososial
4. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikososial tekanan darah Klien melaporkan pola tidur yang baik
5. Mengenali faktor penyebab nyeri Klien melaporkan rasa nyaman setelah Klien tidak mengalami gangguan dalam
6. Melaporkan nyeri kepada penyedia pelayanan dilakukan teknik relaksasi frekuensi pernafasan, jantung, atau tekanan
kesehatan Klien melaporkan nyeri skala 3 darah
7. Menggunakan tindakan analgesic dan non- Hasil TTV Klien melaporkan rasa nyaman setelah
8. analgesik secara tepat TD: 110/80 mmHg dilakukan teknik relaksasi

76
Pola tidur yang baik N: 88x/ menit Klien melaporkan nyeri skala 3
9. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi RR: 22x/ menit Hasil TTV
pernafasan, jantung, atau tekanan darah. Suhu: 36,4oC TD: 110/70 mmHg
Melaporkan rasa nyaman setelah dilakukan teknik N: 84x/ menit
relaksasi RR: 20x/ menit
Suhu: 36,7oC
Hari 3
NO Kriteria Hasil Klien 1 Klien 2
1. Memperlihatkan teknik relaksassi secara Klien dapat melakukan teknik relaksasi Klien dapat melakukan teknik relaksasi
individual yang efektif untuk mencapai secara individual secara individual
2. kenyamanan Klien dapat mengontrol tingkat nyeri Klien dapat mengontrol tingkat nyeri
Mempertahankan tingkat nyeri pada luka post Klien dapat melaporkan kesejahteraan Klien dapat melaporkan kesejahteraan fisik
3. sectio caesarea atau berkurang fisik dan psikososial dan psikososial
4. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikososial Klien melaporkan pola tidur yang baik Klien melaporkan pola tidur yang baik
5. Mengenali faktor penyebab nyeri Klien tidak mengalami gangguan dalam Klien tidak mengalami gangguan dalam
6. Melaporkan nyeri kepada penyedia pelayanan frekuensi pernafasan, jantung, atau frekuensi pernafasan, jantung, atau tekanan
kesehatan tekanan darah darah
7. Menggunakan tindakan analgesic dan non- Hasil TTV Hasil TTV
8. analgesik secara tepat TD: 120/80 mmHg TD: 110/80 mmHg
Pola tidur yang baik N: 78x/ menit N: 78x/ menit

76
9. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi RR: 20x/ menit RR: 21x/ menit
pernafasan, jantung, atau tekanan darah. Suhu: 36,4oC Suhu: 36,2oC
Melaporkan rasa nyaman setelah dilakukan teknik Klien melaporkan rasa nyaman setelah Klien melaporkan rasa nyaman setelah
relaksasi dilakukan teknik relaksasi dilakukan teknik relaksasi
Klien melaporkan nyeri skala 0 Klien melaporkan nyeri skala 1

76
73

Berdasarkan data diatas didapatkan pada Tabel 4.25 bahwa pada hari pertama
klien I klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara individual, dan
dapat melaporkan rasa nyaman setelah dilakukan teknik relaksasi, nyeri dalam
skala 5, sedangkan pada klien II klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas
dapam secara individual, dapat melaporkan rasa nyaman setelah dilakukan teknik
relaksasi, dan dapat mengontrol tingkat nyeri, nyeri dalam skala 6.
Pada hari kedua klien I dan klien II sama-sama mengeluh nyeri dalam
skala 3, kedua klien dapat mengontrol tingkat nyeri secara mandiri. Pada hari ke 3
kedua klien dapat beraktifitas sederhana seperti jalan-jalan keduanya menyeluh
nyeri skala 1 saat berjalan dan saat istirahat nyeri tidak ada.
Menurut Mulyono (2008) pemulihan pasien post operasi membutuhkan
waktu rata-rata 72,45 menit, sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat
rata-rata pada dua jam pertama sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi
sudah hilang, dan pasien sudah keluar dari kamar operasi. Pada pasien post
operasi seringkali mengalami nyeri hebat meskipun tersedia obat-obat analgesik
yang efektif, namun nyeri pasca bedah tidak dapat diatasi dengan baik, sekitar
50% pasien tetap mengalami nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan
pasien (Nurdin, 2013).
Metode pereda nyeri nonfarmakologis biasanya mempunyai resiko yang
sangat rendah. Teknik relaksasi merupakan salah satu terapi non farmakologis
untuk membantu menurunkan intensitas nyeri (Smeltzer, 2002). Teknik relaksasi
merupakan latihan pernafasan yang menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi
pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot. Teknik relaksasi perlu di
ajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang optimal dan perlunya instruksi
mengunakan teknik relaksasi untuk menurunkan atau mencegah meningkatnya
nyeri.
Penulis berpendapat bahwa relaksasi nafas dalam sangat penting untuk
membantu klien mengurangi nyeri pada luka post operasi sectio caesarea karena
nafas dalam ini menimbulkan efek relaksasi sehingga klien dapat mengontrol
nyerinya secara mandiri. Selain itu dukungan keluarga juga mempengaruhi
74

semangat klien agar dapat melakukan intervensi secara maksimal dan mencapai
kriteria hasil.
BAB 5. PENUTUP

Setelah menguraikan dan membahas asuhan keperawatan pada Ny. A dan


Ny. P dengan post sectio caesarea dengan masalah keperawatan nyeri akut di
Ruang Teratai RSUD dr.Haryoto Lumajang tahun 2019, maka pada bab ini penulis
akan menyimpulkan dan menyampaikan saran, untuk perbaikan asuhan
keperawatan di masa yang akan datang.

5.1 Kesimpulan
Hasil eksplorasi pada kedua klien dengan post sectio caesarea dengan
masalah keperawatan nyeri akut ada lima hal yaitu :
5.1.1 Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada kedua klien didapatkan klien merupakan ibu post
sectio caesarea dengan indikasi partus lama pada klien I dan indikasi seoritus pada
klien II. Pada klien I (Ny.A) dengan usia 21 tahun dan klien II (Ny.P) usia 42
tahun. Kedua klien ini merupakan persalinan pertamnya.
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada kedua klien didapatkan
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan akibat tindakan operasi sectio caesarea seperti tersayat-sayat dibagian
luka post operasi sectio caesarea dengan skala 6 setiap saat, nyeri semakin
bertambah saat dibuat gerak, TD: 110/ 80 mmHg, nadi 84x/ menit, RR 21x/ menit,
suhu 36,2o C sedangkan pada klien II muncul masalah keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan post operasi sectio caesarea ditandai dengan klien
mengatakan nyeri post operasi sectio caesarea seperti tersayat-sayat dibagian luka
post operasi sectio caesarea dengan skala 6 setiap saat, nyeri semakin bertambah
saat dibuat gerak, TD: 110/ 70 mmHg, nadi 92x/ menit, RR 22x/ menit, suhu 36,7 o
C
5.1.3 Intervensi Keperawatan
Hasil intervensi yang dibuat untuk melakukan asuhan keperawatan pada
klien sesuai dengan teori pengendalian nyeri nonfarmakologi. Dengan pengenalan

75
76

yang baik mengenai diagnosa keperawatan yang tepat dapat direncanakan


intervensi yang sesuai sehingga dapat diimplementasikan dalam memberikan
asuhan keperawatan dan sesuai dengan sarana dan prasarana yang berada pada
RSUD dr.Haryoto Lumajang
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan kepada kedua klien sama,
yaitu selama tiga hari. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul dan sesuai intervensi yang telah disusun oleh peneliti
sebelumnya, Serta ada tambahan implementasi yang dilakukan diluar intervensi
yang sudah ditulis yaitu evaluasi tanda-tanda vital. Penulis menambahkan
implementasi tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Sharon dkk,
2011) yaitu melakukan pengkajian pada karakterisitk untuk mengatasi diagnosa
nyeri akut, karakteristik skala nyeri, mengevaluasi tanda-tanda vital, kolaborasi
pemberian analgetik, mengajarkan penggunaan teknik relaksasi napas dalam,
kekuatan dari tindakan ini adalah bekerja sama dalam mengurangi rasa nyeri,
kelemahannya adalah terkadang klien tidak bisa di ajak buat kerjasama dan
melakukan ajaran yang diberikan, mengkomunikasikan terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien.
5.1.5 Evaluasi Keperawatan
Pada tahapan ini merupakan suatu tahapan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan tindakan yang telah dilakukan. Dalam melakukan evaluasi pada
kedua klien ditetapkan berdasarkan kriteria hasil yang telah disusun pada
intervensi sebelumnya. Setelah tiga hari dirawat dan dilakukan tindakan
keperawatan pada kedua klien, pada diagnosa keperawatan nyeri akut dapat
teratasi sebagian karena masih ada rasa nyeri saat beraktivitas seperti naik turun
tempat tidur.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Klien dan Keluarga
Post sectio caesarea merupakan proses setelahnya persalinan buatan yang
dilakukan untuk mengeluarkan janin memalui insisi pada dinding perut dan
dinding rahim. Post section caesarea ini menimbulkan efek nyeri pada luka
77

abdomen sehingga klien harus mampu mengontrol tingkat nyeri secara mandiri.
Jadi klien dan keluarga perlu mengerti faktor pencetus timbulnya nyeri dan cara
mengontrol nyeri.
5.2.2 Untuk Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengkajian secara
optimal dalam melakukan asuhan keperawatan, terutama pada asuhan
keperawatan klien post sectio caesarea dengan masalah keperawatan nyeri agar
pemberian asuhan keperawatan dapat diberikan secara maksimal.
78

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y. &. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Riset Keperawatan.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Alimul Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dorr, P. K. (2015). Obstetri Intervensi. Jakarta: KDT.
Ferdinand, T. d. (2014). Perbandingan Intensitas Nyeri Akut Setelah Pembedahan
Pada Pasien dengan Regional Analgesia Epidural Teknik Kontinyu
dibandingkan dengan Teknik Intermitten. Jurnal Anestesiologi Indonesia
volume VI, Nomor 2 , 114-124.
Hidayat, A. A. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.
Indiarti, M. (2009). Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan
bayi. Yogyakarta: Doglossia Media.
Juliana, R. (2012). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny. Y dengan Post SC
Indikasi KPD di Ruang Bougenvile RSUD Sukoharjo. Studi kasus , 2.
Liu, D. T. (2008). Manual Persalinan. Jakarta: EGC.
Manuaba. (2012). Teknik Operasi Obstetri dan Keluarga Berencana. Jakarta:
Trans Info Media.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Mochtar, R. (2013). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Musrifatul Hidayat, A. A. (2009). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Nindy. (2016). Asuhan Keperawatan pada Ibu Post SC dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto. Lumajang:
Perpustakaan D3 Keperawatan Universitas Jember kampus Lumajang.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.
Sharon J, R. L. (2011). Keperawatan Maternitas Ed. 18. Jakarta: EGC.
79

Sofian, A. (2012). Sinpsis Obstetri Edisi 3. Jakarta: EGC.


Solehati, T. d. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan
Maternitas. Bandung: PT. Refika Aditama.
Suririnah. (2008). Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Wilkinson, J. (2016). Diagnosis NANDA-1, Intervensi NIC, hasil Noc Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Yudiyanta, d. (2015). Assesmen Nyeri. CKD-226/ vol. 42 no. 3 , 214-234.
Lampiran 1

JADWAL PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


MARET- JULI- MARET-
KETERANGAN FEBRUARI MEI-JUNI JULI
JUNI JANUARI APRIL
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konfirmasi Judul
Penyusunan
Proposal
Persiapan
Seminar Proposal
Seminar Proposal
Revisi Proposal
Pengumpulan
data
Analisa data
Konsul
penyusunan data
Ujian sidang
Revisi
Pengumpulan
laporan kasus

84
81

Lampiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)
Surat Persetujuan Responden Penelitian :
Nama Institusi : Prodi D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Jember

Surat Persetujuan Peserta Penelitian


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ...................................................................................................
Umur : ...................................................................................................
Jenis Kelamin : ...................................................................................................
Alamat : ...................................................................................................
Pekerjaan : ....................................................................................................
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko
penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Sectio Caesarea Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang
Tahun 2019”
Dengan sukarela menyetujui keikutsertaan dalam penelitian di atas dengan catatan
bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan
persetujuan ini.
Menegetahui Lumajang, ..................................
Penanggung Jawab Peneliti Yang menyetujui,
Peserta Penelitian

Fauzah Istiqomalia (____________________)


NIM 162303101045
82

Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN


“TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM PADA IBU POST OPERASI
SECTIO CAESAREA”
UNTUK MEMENUHI TUGAS PROPOSAL
Yang dibina oleh Ibu Nurul Hayati, S.Kep., Ners., M.M.

Oleh :

FAUZAH ISTIQOMALIA
162303101045

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM PADA IBU POST OPERASI
SECTIO CAESAREA
83

1. Analisa Situasi
1.1 Peserta
a. Ibu Post Operasi Sectio Caesarea
b. Kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik.
1.2 Penyuluh
a. Mampu menyampaikan materi tentang teknik relaksasi nafas dalam pada
Ibu Post Operasi Sectio Caesarea
b. Mampu menjadi vocal point bagi pasien, saat menyampaikan materi
sehingga pasien tidak bosan.
1.3 Ruangan
a. Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang
b. Situasi, kondisi dan sarana prasarana mendukung untuk dilakukan
penyuluhan.

2. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, ibu yang melahirkan secara sectio
caesarea dapat mengetahui, mengerti, memahami, dan menerapkan bagaimana
teknik relaksasi nafas untuk mengurangi nyeri pada pasien post operasi sectio
caesarea.

3. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang teknik relaksasi nafas untuk
mengurangi nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea diharapkan pasien
dapat :
3.1 Mengerti dan memahami pengertian teknik relaksasi nafas dalam
3.2 Mengerti dan memahami tujuan teknik relaksasi nafas dalam
3.3 Mengerti dan memahami indikasi teknik relaksasi nafas dalam
3.4 Menyebutkan prosedur dan mempraktikkan teknik relaksasi nafas dalam
4. Materi
Terlampir

5. Metode
Metode promosi kesehatan yang digunakan adalah :
5.1 Ceramah
5.2 Tanya jawab
6. Media dan Alat Penyuluhan
6.1 Leaflet.
7. Evaluasi
7.1 Apa pengertian teknik nafas dalam?
7.2 Apa tujuan teknik nafas dalam?
7.3 Apa indikasi dari teknik nafas dalam?
7.4 Bagaimana prosedur tindakan teknik nafas dalam?
8. Kegiatan Penyuluhan
84

Tahap
Kegiatan Penyuluh Respon Peserta Metode Waktu
Kegiatan

Pembukaan 1. Memberikan salam 1. Menjawab Ceramah 2 Menit


2. Memperkenalkan
salam
diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan
dan
maksud dan tujuan
memperhatikan
penyuluhan 3. Menjawab
4. Relevansi
pertanyaan
5. Apresepsi
4. Mendengarkan
6. Kontrak waktu
dan
memperhatikan
5. Menyetujui
kontrak waktu
Penyajian Penyampaian materi: 1. Mendengarkan Ceramah 15 menit
1. Menjelaskan
materi dan dan
pengertian teknik
memperhatikan Tanya
nafas dalam
penjelasan Jawab
2. Menjelaskan
Penyuluh
tujuan teknik
nafas dalam 2. Bertanya dan
3. Menjelaskan
menjawab
indikasi teknik
pertanyaan yang
nafas dalam
4. Menjelaskan diajukan

prosedur
tindakan teknik
nafas dalam
Penutup 1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan Tanya 3 menit
materi yang dan Jawab
disampaikan oleh Memperhatikan
2. Menjawab
penyuluh
2. Mengevaluasi pertanyaan yang
peserta atas diberikan
3. Menjawab
penjelasan yang
85

disampaikan dan salam


penyuluh
menanyakan
kembali mengenai
materi penyuluhan
3. Salam Penutup

MATERI
TEKNIK NAFAS DALAM

1. Pengertian Teknik Nafas Dalam


Menurut Smeltzer (2013), latihan nafas dalam adalah bernafas dengan
perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen
terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Latihan nafas dalam bukanlah
bentuk dari latihan fisik, ini merupakan teknik jiwa dan tubuh yang bisa
ditambahkan dalam berbagai rutinitas guna mendapatkan efek relaks. Praktik
jangka panjang dari latihan pernafasan dalam akan memperbaiki kesehata.
Bernafas pelan adalah bentuk paling sehat dari pernafasan dalam.
2. Tujuan Teknik Nafas Dalam
Menurut Smeltzer (2013), tujuan nafas dalam adalah untuk mencapai
ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja
bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot,
menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas, otot – otot pernafasan
yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan,
mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi nyeri yang di akibatkan
oleh post operasi Sectio Caesarea (Indriana, 2015)
3. Indikasi Teknik Nafas Dalam
Tindakan latihan nafas dalam sangat dianjurkan untuk klien post operasi
Sectio Caesarea (Indriana, 2015).
86

4. Prosedur Teknik Nafas Dalam


Teknik nafas dalam yang dilakukan diantaranya:
4.1 Mengatur posisi klien sesuai dengan kebutuhan (semi fowler/high fowler)
4.2 Meletakkan salah satu telapak tangan pada kurva iga anterior dan salah
satunya pada abdomen
4.3 Memberikan intruksi pada klien bila perlu dengan contoh
4.4 Menganjurkan klien untuk menghirup nafas secara maksimal melalui
hidung ±4 detik sampai dada dan abdomen terasa terangkat maksimal.
Anjurkan klien tetap menutup mulut selama inspirasi
4.5 Menganjurkan klien untuk menahan nafas selama ±2 detik
4.6 Menganjurkan klien untuk menghembuskan nafas melalui bibir yang
dirapatkan dan sedikit terbuka (seperti bersiul) sambil mengencangkan
(mengontraksi) otot – otot abdomen dalam waktu ±4 detik
4.7 Menganjurkan klien untuk melakukan pengulangan selama ±1 menit dengan
jeda ±2 detik. Setiap pengulangan diikuti periode istirahat ±2 menit. Setiap
latihan nafas dalam dilakukan dalam lima siklus selama ±15 menit.

DAFTAR PUSTAKA
87

Indriana, N. I. (2015). Modul Praktikum Keperawatan Dasar. Lumajang: Akper


Lumajang.
Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC

Standart Operasional Prosedur (SOP)


“Teknik Nafas Dalam”

1. Definisi
Teknik nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh.
2. Tujuan
Pemberian teknik nafas dalam ini bertujuan untuk mencapai ventilasi yang
lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi nyeri yang di akibatkan
oleh post operasi Sectio Caesarea
3. Indikasi Teknik Nafas Dalam
88

Tindakan latihan nafas dalam sangat dianjurkan untuk klien post operasi
Sectio Caesarea

Prosedur tindakan Dilakukan Tidak dilakukan


Pengkajian keperawatan
1. Kaji program atau instruksi medis
2. Kaji status pernafasan
3. Kaji riwayat kesehatan yang dapat
menjadikan indikasi maupun
kontraindikasi dari latihan nafas
dalam
4. Kumpulkan data pemeriksaan
penunjang yang dapat
mendukung perlunya dilakukan
latihan nafas dalam, misalnya
foto polos dada yang
menggambarkan keadaan paru
5. Kaji tingkat pengetahuan klien
tentang latihan nafas dalam
6. Kaji kemampuan klien dalam
melakukan prosedur latihan
nafas dalam
Perencanaan keperawatan
1. Hasil yang diharapkan selama
prosedur:
a) Klien dan keluarga kooperatif
dalam tindakan
b) Klien memahami tujuan dari
tindakan yang diberikan
c) Klien mengikuti arahan yang
diajarkan oleh perawat
d) Klien dapat melakukan
tindakan secara mandiri pada
sesi latihan berikutnya
.2 Persiapan alat:
a) Bed multi fungsi
89

b) Handscoen dan masker wajah


untuk proteksi
Implementasi Keperawatan
1. Mengucapkan salam terapeutik
dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur kepada
klien dan meminta klien
berpartisipasi
3. Tetap memperhatikan komunikasi
terapeutik dengan klien selama
menyiapkan prosedur
4. Mencuci tangan dengan 6 langkah
5. Menjaga privasi klien
6. Menggunakan handscoen dan
masker wajah (bila perlu) untuk
proteksi
7. Mengatur posisi klien sesuai
dengan kebutuhan
8. Memberikan intruksi kepada klien
bila perlu dengan contoh
9. Menganjurkan klien untuk
menghirup nafas secara maksimal
melalui hidung ±4 detik sampai
dada dan abdomen terasa
terangkat maksimal. Anjurkan
klien tetap menutup mulut selama
inspirasi
10. Menganjurkan klien untuk
menahan nafas selama ±2 detik
11. Menganjurkan klien untuk
menghembuskan nafas melalui
bibir yang dirapatkan dan sedikit
terbuka (seperti bersiul) sambil
mengencangkan (mengontraksi)
otot – otot abdomen dalam waktu
90

±4 detik
12. Menganjurkan klien untuk
melakukan pengulangan selama
±1 menit dengan jeda ±2 detik.
Setiap pengulangan diikuti
periode istirahat ±2 menit. Setiap
latihan nafas dalam dilakukan
dalam lima siklus selama ±15
menit.
13. Merapikan klien, membuka
sketsel, pintu, jendela serta
membereskan alat
14. Melepas handscoen dan masker
lalu mencuci tangan 6 langkah
15. Melakukan dokumentasi tindakan
yang dilakukan dan hasil serta
respon klien pada lembar catatac
klien, mencatat tanggal dan jam
melakukan tindakan dan nama
perawat yang melakukan dan
tanda tangan/ paraf pada lembar
catatan klien
16. Melakukan terminasi kepada klien
Evaluasi Keperawatan
1. Mengkaji apakah klien merasakan
nyaman dan nyeri mulai
berkurang.

Sumber: (Indriana, 2015)

Anda mungkin juga menyukai