Skripsi
Oleh:
Skripsi
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
NPM : 16310259
Judul Skripsi : “Profil Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2019”
Sebagai civitas akademika Universitas Malahayati, saya yang bertanda Tangan dibawah
ini :
Nama : Ririn Dwi Saputri
NPM : 16310259
Jurusan : Kedokteran Umum
Jenis Karya Ilmiah : Skripsi
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Malahayati Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non- exclusive Rolayty Free
Hight) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak bebas royalty/non eksklusif
ini Universitas Malahayati berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelolah
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya ilmiah
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yang menyatakan
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan utama
pada masyarakat yang mempunyai komplikasi jangka panjang dan pendek. Prevalensi
Diabetes Melitus di Indonesia tahun 2018 sebesar 8,5%, di Lampung 1,4%. Pasien yang
menderita diabetes mellitus baru menyadari bahaya penyakit ini setelah timbul berbagai
komplikasi yang bersifat akut maupun kronik.
Tujuan Penelitian :Penelitian ini untuk mengetahui profil komplikasi sistemik pada
pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung.
ABSTRACT
Background : Diabetes mellitus is one of the main health problems in people who have
long and short term complications. The prevalence of Diabetes Mellitus in Indonesia in
2018 is 8.5%, in Lampung 1.4%. Patients suffering from diabetes mellitus only realize
the danger of this disease after various complications that arise both acute and chronic.
Method of the Research : This research uses descriptive survey method with cross
sectional approach. This research was conducted in February 2020 by taking medical
record data on type 2 diabetes mellitus patients at Pertamina Bintang Amin Hospital in
Bandar Lampung in 2019. Subjects in the study were 72 patients. Analysis of the data
used in this study is univariate analysis.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PROFIL KOMPLIKASI
SISTEMIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019”..
Dalam proses penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak.
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terimakasih kepada :
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Bandar Lampung, Maret 2020
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL LUAR......................................................................................
HALAMAN JUDUL DALAM...................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI.................................................................iv
ABSTRAK...................................................................................................................v
ABSTRACT................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR................................................................................................vii
DAFTAR ISI...............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................xii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
BIODATA
DAFTAR TABEL
DM Diabetes Melitus
PJK PenyakitJantungKoroner
Lampiran 11 Biodata
Lampiran 12 Motto/Persembahan
Tidak adanya hasil hiperglikemik yang tegas, hasil harus dikonfirmasi ulang
dengan tes ulang.
2.1.8 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2
Tingginya kadar glukosa darah secara terus menerus atau
berkepanjangan akan menyebabkan berbagai komplikasi yang serius, terlebih
jika tidak di tangani dengan baik. Kerusakan yang ditimbulkan akibat
komplikasi ini akan berdampak pada berbagai organ tubuh dan kerusakan
tersebut bersifat sistemik. Di Indonesia angka kejadian DM tipe 2 lebih sering
dan kejadiannya lebih tinggi dibandingkan dengan DM tipe 1 (David, 2010).
Berdasarkan waktu, komplikasi sistemik dapat di kelompokkan menjadi
komplikasi akut (relatif cepat) dan komplikasi kronik (jangka panjang).
1. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut dan utama
yang mengancam nyawa. KAD didefinisikan sebagai suatu keadaan akut
dari diabetes berat yang tidak terkontrol dan membutuhkan penanganan
darurat dengan insulin atau cairan intravena (Raghavan 2015).
KAD menyumbang 50% terkait diabetes pada usia muda dan 1-
2% pada diabetes primer. Sementara insiden yang pasti belum diketahui,
diperkirakan 1 dari 2000. KAD terutama terjadi pada pasien dengan DM
tipe 1, insiden KAD juga lebih tinggi pada ras kulit putih terkait dengan
tingginya penderita DM tipe 1. Tak hanya di DM tipe 1 saja, KAD juga
dapat terjadi pada pasien dengan DM tipe 2 (Raghavan 2015).
KAD terjadi sebagai akibat dari defisiensi isulin absolut atau
relatif, biasanya disertai dengan peningkatan hormon kontra regulator
(katekolamin, kortisol, glukagon, dan hormon pertumbuhan)
menyebabkan glukoneogenesis dan glikogenolisis, dan akan
menyebabkan hiperglikemia berat. Peningkatan lipolisis menyebabkan
serum asam lemak bebas meningkat dengan produksi dalam jumlah besar
badan keton (aseton, asetoasetat, dan 3-beta-hidroksibutirat) dan
menyebabkan asidosis metabolik (Raghavan 2015).
Secara klinis, gejala KAD dapat berupa; mual/muntah,
haus/poliyria, nyeri perut, dan sesak nafas. Dan dari temuan pemeriksaan
fisik dapat ditemukan seperti; takikardi, dehidrasi, hipotensi,
takipnea/kussmaul (pernafasan cepat dan dalam)/respiratori distres,
letargi, koma.
b. Hyperosmolar Hyperglicemic State (HHS)
Hyperosmolar Hyperglicemic State (HHS) merupakan 1 dari 2
kekacauan metabolik yang serius dan mengancam jiwa, sering terjadi
pada pasien DM terutama pada pasien dengan DM tipe 2 yang
mempunyai beberapa penyakit penyerta yang menyebabkan
berkurangnya asupan cairan (Hemphill 2014).
Menurut US National Hospital Discharge Survey didanai oleh
National Center for Health Statistic, ada sekitar 10,800 di US
pertahunnya dari tahun 1989-1991. Meningkatnya insidensi DM tipe 2,
akan meningkatkan insiden dari HHS pula. HHS sering terjadi pada awal
dekade ke tujuh, rata-rata pasien DM tipe 2 yang menderita HHS adalah
60 tahun. Laporan paling sering dipublikasikan rata-rata di diagnosis
pada umur 57-69 tahun. Dari seri HHS yang paling sering dipublikasikan
tidak ada predileksi jenis kelamin yang tercatat. Namun prevalensi sedikit
lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria (Hemphill 2014).
Defisiensi insulin relatif dan asupan cairan yang tidak adekuat
adalah penyebab HHS. Defisiensi insulin meningkatkan produksi glukosa
hepatik (melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis) dan terganggunya
pemanfaatan glukosa pada otot rangka. Hiperglikemia menginduksi
diuresis osmotik yang akan menyebabkan deplesi volume intravaskuler,
yang diperburuk oleh pengantian cairan yang tidak adekuat. Tidak adanya
ketosis pada HHS tidak dimengerti sepenuhnya. Kemungkinan defisinesi
insulin relatif lebih ringan dibandingkan dengan KAD. Rendahnya
hormon kontraregulator dan asam lemak bebas ditemukan pada HHS
dibandingkan dengan KAD (Longo et all, 2012).
Pada pasien HHS biasanya mengeluh; rasa lemah, gangguan
penglihatan, atau kaki kejang. Mual muntah dapat juga ditemukan tapi
lebih jarang, terkadang disertai juga dengan keluhan saraf seperti letargi,
disorientasi, hemiparesis, kejang atau koma. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan tanda-tanda dehidrasi berat seperti turgor yang buruk, mukosa
pipi yang kering, mata cekung, akral dingin dan denyut nadi yang cepat
dan lemah. Dapat pula ditemukan peningkatan suhu tubuh yang tidak
terlalu tinggi. Perubahan status mental dapat berkisar dari disorientasi
sampai koma. Pasien juga sering sekali datang dengan riwayat penyakit
dasar, hampir 85% pasien mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskuler
(Hemphill 2014).
c. Hipoglikemi
Definisi modern dari hipoglikemi adalah glukosa plasma <70
mg/dl (ADA 2010). Saat glukosa plasma dibawah batas ini (60-65 mg/dl),
otak menjadi neuroglikopeni dan akan memicu pengeluaran hormon
kontraregulator. Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang
diseksresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja di
hati. Glukagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian
glukoneogenesis. Epinefrin selain meingkatkan slikogenolisis dan
glukoneogenesis di hati juga menyebabkan lipolisis di jaringan lemak
serta glikogenolisis dan proteolisis di otot. Kortisol dan growth hormon
berperan pada keadaan hipoglikemi yang berlangsung lama, dengan cara
melawan kerja insulin di jaringan perifer (lemak dan otot) serta
meingkatkan glukoneogenesis (Soemadji D.W 2009).
Pada pasien diabetes dependen insulin mungkin suatu saat
menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak dari pada yang
dibutuhkannya untuk mepertahankan kadar glukosa normal yang
mengakibatkan terjadi hipoglikemia. Gejala-gejala hipoglikemia
disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala,
dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak (tingkah laku
yang aneh, sensorium yang tumpul,koma). Harus ditekankan bahwa
serangan hipoglikemia adalah berbahaya, bila sering terjadi atau terjadi
dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan otak yang
permanen atau bahkan kematian (Prince, 2014).
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price &
Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar (makrovaskuler)
diantaranya:
a. Komplikasi Mikrovaskular
1) Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan yang paling
sering ditemukan pada usia dewasa antara 20-74 tahun. Pasien
diabetes melitus memiliki risiko 25 kali lebih mudah untuk
mengalami retinopati dibanding nondiabetes. Risiko mengalami
retinopati pada pasien diabetes meningkat sejalan dengan lamanya
menderita diabtes. Penyebab retinopati diabetik belum diketahui pasti,
namun hiperglikemia yang berlangsung lama diduga merupakan
faktor risiko utama. Oleh sebab itu kontrol glukosa darah sejak dini
penting dalam mencegah timbulnya retinopati diabetik (pandelaki
2014). Kebutaan adalah hasil primer dari retinopati diabetik yang
progresif dan edema makula yang bermakna secara klinis. Retinopati
diabetik dibagi menjadi 2; nonproliferatif dan proliferatif.
Retinopati diabetik nonproliferatif biasanya muncul di akhir
dekade pertama atau awal pada dekade kedua, dan merupakan bentuk
yang paling ringan dan sering tidak memperlihatkan gejala. Stadium
ini sulit dideteksi hanya dengan pemeriksaaan oftalmoskopi langsung
maupun tidak langsung.
Cara yang paling baik adalah menggunakan foto fundus dan FFA.
Mikroaneurisma yang terjadi pada kapiler retina merupakan tanda
paling awal, denga oftalmoskopi atau foto warna fundus,
mikroaneurisma tampak berupa bintik merah dengan diameter antara
15-60 ὶm dan sering kelihatan di bagian posterior. Meskipun belum
jelas penyebabnya, namun terjadinya mikroaneurisma diduga
berhubungan dengan faktor vasoproliferatif yang dihasilkan oleh
endotel, kelemahan dinding kapiler akibat berkurangnya sel perisit,
serta meningkatnya tekanan intraluminal kapiler (Pandelaki 2014).
Retinopati diabetik proliferatif ditandai dengan pembentukan
pembuluh darah baru. Pembuluh darah baru tersebut hanya terdiri dari
satu lapisan sel endotel tanpa sel perisit dan membrana basalis
sehingga bersifat sanggat rapuh dan mudah mengalami perdarahan.
Pembuluh darah baru tersebut sangat berbahaya karena bertumbuh
secara abnormal keluar dari retina dan meluas sampai ke vitreus,
menyebabkan perdarahan dan dapat menimbulkan kebutaan.
Perdarahan pada vitreus akan menghalangi transmisi cahaya ke dalam
mata dan memberikan penampakan berupa bercak warna merah, abu-
abu, atau hitam pada lapangan penglihatan. Apabila perdarahan terus
berulang, dapat terjadi jaringan fibrosis atau sikatriks pada retina.
Oleh karena retina hanya berupa lapisan tipis yang terdiri dari
beberapa lapis sel saja, maka sikatriks dan jaringan fibrosis yang
terjadi dapat menarik retina sampai terlepas sehingga terjadi ablasio
retina. Pembuluh darah baru juga terbentuk didalam stroma dari iris
dan bersama jaringan fibrosis yang terjadi dapat meluas sampai ke
sudut dari chamber anterior.
Keadaan tersebut dapat menghambat aliran keluar dari aqueous
humor dan menimbulkan glaukoma neovaskular yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokular (Pandelaki, 2014). Penelitian Prasetia
(2016) menunjukkan komplikasi mikrovaskuler retinopati yaitu
sebanyak 32 pasien (19,63%).
2) Nefropati Diabetik
Nefropati DM ditandai adanya mikroalbuminuria (30mg/hari,
atau 20ug/menit) tanpa adanya gangguan ginjal, disertai dengan
peningkatan tekanan darah sehingga mengakibatkan menurunya
filtrasi glomerulus dan akhirnya menyebabakan gagal ginjal tahap
akhir. Akhir-akhir inikaitan erat antara nefropati dan penyakit
kardiovaskular telah mengarah kepada inklusi penyakit kardiovaskular
dini, risiko kardiovaskular meningkat seiring dengan albuminuria.
Saat ini nefropati DM merupakan satu-satunya penyebab paling sering
terjadinya gagal ginjal tahap akhir di seluruh dunia dan diketahui
sebagai factor risiko independen untuk penyakit kardiovaskula
(Hendromartono 2014).
Manisfestasi patologis nefropati diabetic adalah
glomerulosklerosis dengan penebalan membaran basalis di glomerulus
dan ekspansi mesangial serta peningkatan penimbunan MES.
Perubahan dini yang terjadi pada ginjal diabetic adalah hiperfiltrasi di
glomerulus, hipertrofi glomerulus, peningkatan ekskresi albumin urin,
peningkatan penebalan membrane basal, ekspansi mesangial dengan
penimbunan protein-protein MES seperti kolagen, fibronektin, dan
laminin. Nefropati diabetik lanjut ditandai dengan proteinuria,
penurunan fungsi ginjal, penurunan bersihan kreatinin,
glomerulosklerosis, dan fibrosis interstisial.
Nefropati diabetik dikategorikan menjadi mikroalbuminuria dan
makroalbuminuria berdasarkan jumlah eksresi albumin urin. Nilai
normal yang digunakan berdasarkan American diabetes association
(waktu tertentu, 24 jam, dan urin sewaktu) untuk diagnosis mikro dan
makro-albiminuria serta gejala klinis utama untuk tiap-tiap tahap,
dijelaskan pada tabel.
Tabel 2. : Kriteria Klinis Mikro Makroalbuminuria
b. Komplikasi Makrovaskular
1) Serebrovaskular (Stroke)
Sekitar 20,8 juta orang Amerika menderita diabetes. Orang
yang menderita diabetes 4 kali lebih beresiko untuk menderita stroke
dibandingkan dengan orang yang nonDM. Tidak terkontrolnya
tekanan darah atau hipertensi yang sering terjadi pada penderita DM
adalah faktor risiko utama terjadinya stroke (National Stroke
Association, 2013).
Mekanisme terjadinya stroke pada penderita DM sama halnya
dengan PJK, namun mengenai pembuluh darah di otak. Berdasarkan
etiolonginya stroke secara garis besar dibagi menjadi 2; stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Sebanyak 80-85% stroke adalah stroke
iskemik, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih
arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh
bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau
pembuluh darah organ distal. Penyebab stroke trombolitik dan
embolik primer termasuk atrerosklerosis, artreitis, keadaan
hiperkoagulasi, dan penyakit jantung struktural. Stroke hemoragik,
yang merupakan sekitar 15-20% dari semua stroke, dapat terjadi
apabila lesi vaskuler intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan kedalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam
jaringan otak (Hartwig 2010).
Tanda utama stroke atau cerebrovascular accident (CVA)
adalah munculnya secara mendadak satu atau lebih defisit neurogenik
fokal. Gejala umum dapat berupa baal atau lemas mendadak di wajah,
lengan, atau tungkai, terutama di salah satu sisi tubuh; gangguan
penglihatan seperti penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu
atau kedua mata; bingung mendadak; hilangnya keseimbangan atau
koordinasi; dan nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas. Untuk
mendiagnosis pasti stroke dapat ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan CT-Scan, MRI, USG karotis atau angigrafi serebrum
(Hartwig 2010). Penelitian Prasetia (2016) menunjukkan komplikasi
makrovaskuler stroke yaitu sebanyak 11 pasien (6,74%).
Faktor Risiko
HIPERGLIKEMIA
Komplikasi DM Tipe 2
Akut Kronik
Keterangan :
:Variabel Independen
: Variabel Dependen
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah metode survei
deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional melalui data sekunder yang
Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari 2020 sampai dengan selesai.
Lampung.
.1.
.2.
.2.1.
.2.2.
.2.3.
3.3.1 Populasi
Instalasi Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
N
n= 2
1+ Ne
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
265
n=
1+(265 x 0,1¿¿ 2)¿
n=¿72
1. Pasien DM tipe 1
2. Usia
3. Komplikasi Akut
4. Komplikasi Kronik
1 Jenis Kelamin Identitas pasien yang dibedakan Data rekam 0 Laki-laki Nominal
secara biologis atau secara fisik medik 1 Perempuan
sejak lahir.
2 Usia Waktu sejak pasien di lahirkan Data rekam 0 <40 tahun Ordinal
hingga saat pemeriksaan di medik
lakukakn 1 40-49 tahun
2 50-59 tahun
3 60-69 tahun
4 >70 tahun
3 Kompilkasi Komplikasi yang memiliki onset Data rekam 0 Ketoasidosis diabetic Nominal
Akut cepat dan memerlukan medic 1 Hyperosmolar
penanganan segera. Hyperglicemic States
2 Hipoglikemia
4 Komplikasi Kelainan angiopati yang terjadi Data rekam 0 Retinopati diabetik Nominal
mikrovaskular pada kapiler-kapiler dan arteriol medic 1 Nefropati diabetik
pembuluh darah. 2 Neuropati diabetik
kaki)
Alat ukur pada penelitian ini adalah rekam medis pasien diabetes melitus
Bandar Lampung.
diambil dari data rekam medis di poli Penyakit Dalam RSPBA Bandar
Lampung.
peneliti meminta data rekam medik pasien yang diagnose DM tipe 2 dengan
Komplikasi Sistemik
2. Setelah didapatkan nomor rekam medik pasien DM tipe 2 dengan
medik pasien yang kemudian semua data yang diperlukan untuk penelitian di
Data yang diperoleh dari rekam medis pasien kemudian diolah menggunakan
Microsoft excel 2010. Serta menggunakan program Stastical Package for the
Social Science (SPSS). Pengolahan data dilakukan ketika semua data sekunder
1. Editting (penyuntingan)
kedua yaitu
2. Coding (mengkode)
variabel (terikat atau bebas) yang akan diteliti secara deskriptif untuk memperoleh
Populasi
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Sampel
Karakteristik Pasien
DM Tipe 2
Karakteristik Karakteristik
Klinis Dasar
Komplikasi Komplikasi
Kronik Akut
Komplikasi Komplikasi
Mikrovaskuler Makrovaskuler
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.1.2 Usia
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Usia di Rumah
Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
Usia Frekuensi Persentase (%)
< 40 Tahun 2 2.8
40-49 Tahun 16 22.2
50-59 Tahun 22 30.6
60-69 Tahun 27 37.5
≥ 70 Tahun 5 6.9
Total 72 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan distribusi frekuensi
berdasarkan umur, dari 72 orang yang diteliti sebagian besar pasien berusia
antara 60-69 Tahun yaitu sebanyak 27 Orang (37.5%).
4.1.1.3 Komplikasi
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
Komplikasi Frekuensi Persentase (%)
Komplikasi 43 59,7
Tidak Komplikasi 29 40,3
Total 72 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan distribusi frekuensi
berdasarkan komplikasi, dari 72 orang yang diteliti sebagian besar pasien
mengalami komplikasi yaitu sebanyak 43 Orang (59,7%).
Komplikasi Ya
Usia Total
Makrovaskular n %
- Serebrovaskul - < 40 Tahun 0 0.0 2
ar - 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 1 4.5 22
- 60-69 Tahun 2 7.4 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5
- Penyakit - < 40 Tahun 0 0.0 2
jantung - 40-49 Tahun 0 0.0 16
koroner - 50-59 Tahun 0 0.0 22
- 60-69 Tahun 3 11.1 27
- ≥ 70 Tahun 5 100.0 5
- Ulkus Kaki - < 40 Tahun 0 0.0 2
- 40-49 Tahun 0 0.0 16
- 50-59 Tahun 5 22.7 22
- 60-69 Tahun 15 55.6 27
- ≥ 70 Tahun 0 0.0 5
Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan distribusi frekuensi
berdasarkan usia, dari 2 pasien berusia < 40 tahun tidak ada yang mengalami
komplikasi makrovaskuler, dari 16 pasien berusia 40-49 tahun, tidak ada yang
mengalami komplikasi makrovaskuler, dari 22 pasien berusia 50-59 tahun,
sebanyak 1 orang (4.5%) mengalami retinopati, 5 pasien (22.7%) mengalami
ulkus kaki, dari 27 pasien berusia 60-69 tahun sebanyak 2 pasien (7.4%)
mengalami gangguan serevbrovakuler, 3 pasien (11,1%) mengalami penyakit
jantung koroner dan 15 pasien (55.6%) mengalami ulkus kaki, sedangkan dari 5
pasien berusia ≥ 70 tahun sebanyak 5 orang (100%) mengalami penyakit jantung
koroner.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Komplikasi Akut
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi
berdasarkan komplikasi akut berdasarkan jenis kelamin, dari 31 orang berjenis
kelamin laki-laki, sebanyak 2 orang (6,5%) mengalami KAD, 5 orang (16,1%)
mengalami Hipoglikemia dan tidak ada yang mengalami Hyperosmolar.
Sedangkan dari 41 orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 4 orang (9,8%)
mengalami KAD, 3 orang (7,3%) mengalami Hipoglikemia dan tidak ada yang
mengalami Hyperosmolar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Himawan (2009) yang
menunjukkan Kejadian KAD ini lebih banyak pada perempuan 17 (43,6%)
dibandingkan dengan laki-laki 13 (33,3%).
Sedangkan distribusi frekuensi berdasarkan usia, dari 2 pasien berusia <
40 tahun tidak ada yang mengalami komplikasi akut, dari 16 pasien berusia 40-
49 tahun, sebanyak 1 orang (6,3%) mengalami hipoglikemia, dari 22 pasien
berusia 50-59 tahun, sebabyak 2 orang (9.2%) mengalami hipoglikemia, dari 27
pasien berusia 60-69 tahun sebanyak 4 pasien (14.8%) mengalami KAD, 5
pasien (18,5%) mengalai hipoglikemia, sedangkan dari 5 pasien berusia ≥ 70
tahun sebanyak 2 orang (40%) mengalami KAD.
Penelitian Satriawibawa (2012) yang dilakukan di bagian Endokrinologi
Penyakit Dalam RSUP Sanglah yang hasilnya dapat dijadikan gambaran
prevalensi komplikasi penderita DM Tipe 2. Penelitian ini mendapatkan
prevalensi KAD sebanyak 7 orang (6,6%), tidak pernah mengalami KAD
sebanyak 70 orang (66,0%) tergantung proses abnormalitas metabolik dan
hormonal yang terganggu. Pengetahuan dan pemahaman tentang morbiditas DM
tipe 2 termasuk komplikasi menjadi hal sangat penting, mengingat pengaruhnya
pada pada morbiditas dan mortalitas pasien DM tipe 2 dan tidak tahu
sebanyak 27 orang (25,5%).
5.1 Kesimpulan
1. Distribusifrekuensiberdasarkanjenis kelamin sebagian besar orang berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 41 orang (56,9%), sebagian besar pasien
berusia antara 60-69 Tahun yaitu sebanyak 27 Orang (37.5%).
2. Distribusifrekuensikomplikasi akut berdasarkan jenis kelamin, dari 31 orang
berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 2 orang (6,5%) mengalami KAD, 5 orang
(16,1%) mengalami Hipoglikemia dan tidak ada yang mengalami Hyperosmolar.
Sedangkan dari41 orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 4 orang (9,8%)
mengalami KAD, 3 orang (7,3%) mengalami Hipoglikemia dan tidak ada yang
mengalami Hyperosmolar.
Distribusifrekuensikomplikasi akut berdasarkan usia, dari 2 pasien berusia < 40
tahun tidak ada yang mengalami komplikasi akut, dari 16 pasien berusia 40-49
tahun, sebanyak 1 orang (6,3%) mengalami hipogliemia, dari 22 pasien berusia
50-59 tahun, sebabyak 2 orang (9.2%) mengalami hipoglikemia, dari 27 pasien
berusia 60-69 tahun sebanyak 4 pasien (14.8%) mengalami KAD, 5 pasien
(18,5%) mengalami hipoglikemia, sedangkan dari 5 pasien berusia ≥ 70 tahun
sebanyak 2 orang (40%) mengalami KAD.
3. Distribusifrekuensikomplikasi Mikrovaskular berdasarkan Jenis Kelamin, dari31
orang berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 3 orang (9,7%) mengalami retinopati,
3 orang (9,7%) mengalami nefropati dan 3 orang (9.7%) mengalami neuropati.
Sedangkan dari41 orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 5 orang (12.2%)
mengalami retinopati, 8 orang (19,5%) mengalami nefropati dan 2 orang (4.9%)
mengalami neuropati.
Distribusifrekuensikomplikasi Mikrovaskular berdasarkan Usia, dari 2 pasien
berusia < 40 tahun tidak ada yang mengalami komplikasi mikrovaskuler, dari 16
pasien berusia 40-49 tahun, sebanyak 3 orang (18,8%) mengalami retinopati,
dari 22 pasien berusia 50-59 tahun, sebanyak 4 orang (18.2%) mengalami
retinopati, 4 pasien (18.2%) mengalami nefropati dan 1 pasien (4.5%)
mengalami neuropati, dari 27 pasien berusia 60-69 tahun sebanyak 5 pasien
(18.5%) mengalami nefropati, 4 pasien (14,8%) mengalai neuropati, sedangkan
dari 5 pasien berusia ≥ 70 tahun sebanyak 1 orang (20%) mengalami retinopati,
2 orang (40%) mengalami nefropati.
4. Distribusifrekuensikomplikasi Makrovaskular berdasarkan jenis kelamin, dari31
orang berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 2 orang (6,5%) mengalami gangguan
Serebrovaskular, 4 orang (12,9%) mengalami penyakit jantung koroner dan 7 orang
(22.6%) mengalami ulkus kaki. Sedangkan dari41 orang berjenis kelamin
perempuan, sebanyak 1 orang (2.4%) mengalami gangguan Serebrovaskular, 4
orang (9,8%) mengalami penyakit jantung koroner dan 13 orang (31.7%) mengalami
ulkus kaki.
Distribusifrekuensikomplikasi Makrovaskular berdasarkan usia, dari 2 pasien
berusia < 40 tahun tidak ada yang mengalami komplikasi makrovaskuler, dari 16
pasien berusia 40-49 tahun, tidak ada yang mengalami komplikasi
makrovaskuler, dari 22 pasien berusia 50-59 tahun, sebanyak 1 orang (4.5%)
mengalami retinopati, 5 pasien (22.7%) mengalami ulkus kaki, dari 27 pasien
berusia 60-69 tahun sebanyak 2 pasien (7.4%) mengalami gangguan
serevbrovakuler, 3 pasien (11,1%) mengalami penyakit jantung koroner dan 15
pasien (55.6%) mengalami ulkus kaki, sedangkan dari 5 pasien berusia ≥ 70
tahun sebanyak 5 orang (100%) mengalami penyakit jantung koroner.
5.2 Saran
1. Masih di perlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan
di pilih secara random sehingga lebih mempresentasikan komplikasi pasien
DM Tipe 2
2. Di perlukannya penelitian analitik untuk melihat hubungan berbagai faktor
risiko dengan prevalensi komplikasi pada pasien DM Tipe 2
3. Di perlukannya penelitian mengenai komplikasi akut lain seperti HHS dan
koma diabetik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Sarraf AA, Al-Bannai SK, Al-Furaih AM, ElShazly MK. Prevalence and factors
associated with diabetic retinopathy, a multi-centric study in Kuwait. Bull Alex
Fac Med. 2010; 46(2)):99–108.
Chalid. 2018. Komplikasi Pada Mata Karena Diabetes Edisi I. Jakarta: 2019.
Edwina, D. A., & Manaf, A. (2015). Efrida.(2015). Pola Komplikasi Kronis Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M.
Djamil Padang Januari 2011-Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1),
102-106.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2016. Buku Ajar FisiologiKedokteran. Edisi Revisi
Berwarna 12.Jakarta.
Hendromartono. 2014. Nefropati Diabetik. In Setiati dkk (ed). Buku Ajaran Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: FK UI, hal: 2388-2390.
Himawan, I. W., Pulungan, A. B., Tridjaja, B., & Batubara, J. R. (2016). Komplikasi
Jangka pendek dan jangka panjang diabetes mellitus tipe 1. Sari Pediatri, 10(6),
367-72.
Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan factor resiko kejadian Diabelis mellitus tipe 2
didaerah Urban Indonesia (Analisa data sekunder Riskesdas 2007).
Thesispenyakit dalam universitas Indonesia (tidak ditcrbitkan).
Oktaliani, R., & Zamri, A. (2019). Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS). Jambi
Medical Journal" Jurnal Kedokteran dan Kesehatan", 7(1), 50-55.
Pandelaki. 2009. Retinopati Diabetik. In: Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK,
Siti S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta; Balai Penerbit
FK UI; hal 1930-36.
Pandelaki. 2014. Retinopati Diabetik. In Setiati dkk (ed). Buku Ajaran Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: FK UI, hal: 2402.
Purnamasari. 2014. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In Setiati dkk (ed).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: FK UI, hal:2328.
Raghavan. 2015. Diabetic Ketoacidosis. Griffing G.T, editor. (online) available from
http://emedicine.medscape.com/article/118361-overview#aw2aab6b2b2. Last
update Apr13, 2015.
Shahi, S. K., Kumar, A., Kumar, S., Singh, S. K., Gupta, S. K., & Singh, T. B. (2012).
Prevalence of diabetic foot ulcer and associated risk factors in diabetic patients
from North India. The journal of diabetic foot complications, 4(3), 83-91.
Shahab. 2014. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner. In Setiati dkk (ed).
Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta FK UI, hal:2416.
Soemadji. 2009. Hipoglikemia Iatrogenik. In: Aru WS, Bambang S, Idrus A, Mercellus
SK, Siti S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jilid 3. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI; hal 1900-05.
Subekti. 2014. Neuropati Diabetik. In Setiati dkk (ed). Buku Ajaran Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: FKUI, hal: 2397-98.
Syahdrajat T, Dr. 2019. Buku Panduan Penelitian Untuk Skripsi Kedokteran &
kesehatan. Rizky Offset. Hal: 95
Wendry, W., Hidayah, T., & Rahayu, S. (2012). Sumbangan Kekuatan Otot Jari, Otot
Perut Dan Daya Ledak Otot Tungkai Dalam Reverse Lay Up. Journal of Sport
Sciences and Fitness, 1(2).
Wulandari, M. Y., & Isfandiari, M. A. (2013). Kaitan sindroma metabolik dan gaya
hidup dengan gejala komplikasi mikrovaskuler. Jurnal Berkala Epidemiologi,
1(2), 224-233.
Zahra A.A., 2016. Pola Komplikasi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 diInstalasi Rawat
Inap Penyakit Dalam RSUD Dr. soetomo Surabaya Periode 1 Januari-31
Desember 2014 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA)
Zahtamal, C. F., Suyanto, R. T., & Restuastuti, T. (2007). Faktor-faktor risiko pasien
diabetes melitus. Berita kedokteran masyarakat, 23(3), 142-147.
Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 31 43,1 43,1 43,1
Perempuan 41 56,9 56,9 100,0
Total 72 100,0 100,0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 40 Tahun 2 2,8 2,8 2,8
40-49 Tahun 16 22,2 22,2 25,0
50-59 Tahun 22 30,6 30,6 55,6
60-69 Tahun 27 37,5 37,5 93,1
> 70 Tahun 5 6,9 6,9 100,0
Total 72 100,0 100,0
KAD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 66 91,7 91,7 91,7
Ya 6 8,3 8,3 100,0
Total 72 100,0 100,0
Hyperosmolar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 72 100,0 100,0 100,0
Hipoglikemia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 64 88,9 88,9 88,9
Ya 8 11,1 11,1 100,0
Total 72 100,0 100,0
Retinopati
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 64 88,9 88,9 88,9
Ya 8 11,1 11,1 100,0
Total 72 100,0 100,0
Nefropati
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 61 84,7 84,7 84,7
Ya 11 15,3 15,3 100,0
Total 72 100,0 100,0
Neuropati
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 67 93,1 93,1 93,1
Ya 5 6,9 6,9 100,0
Total 72 100,0 100,0
Serebrovaskuler
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 69 95,8 95,8 95,8
Ya 3 4,2 4,2 100,0
Total 72 100,0 100,0
PJK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 64 88,9 88,9 88,9
Ya 8 11,1 11,1 100,0
Total 72 100,0 100,0
Ulkus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 52 72,2 72,2 72,2
Ya 20 27,8 27,8 100,0
Total 72 100,0 100,0
MOTTO
“Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang baik”
PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan doa
orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya ucapkan terimakasih
saya kepada:
Allah SWT, karena atas izin dan karunia Nyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan
selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Allah SWT penguasa alam
yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.
Kedua orang tua, Ayahku Syamsul Bahri dan Ibu Friwari Sukma Wani yang telah
memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk
kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling
khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah
cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan
cintaku untuk kalian ayah ibuku....
Kakak dan Adik-Adik Saya yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum
dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat
yang menggebu, terimakasih dan sayangku untuk abangku...
Dan sahabat serta teman-teman tersayang, tanpa kalian semua tak kan mungkin aku
sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati
bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah terukir selama ini. Dengan
perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa.
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan
skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini
bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.
BIODATA
A. Identitas
1. Nama : Ririn Dwi Saputri
2. NPM : 16310259
3. AGAMA : Islam
4. Tempat Tanggal Lahir : Pulau Geronggang, 25 November 1998
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat : Palembang
B. Riwayat Pendidikan
1. SD :SDN 1 Pulau Geronggang Tahun 2004-2010
C. RiwayatKeluarga
1. Ayah : Syamsul Bahri
2. Ibu : Friwari Sukma Wani
3. Kakak : Doni Alpindo
4. Adik : Angger Triago Saputra
5. Adik : Prabu Harom Toriq Syambari