Skripsi
Oleh
ANDRE ERLIS
NPM. 15310021
Skripsi
Oleh
ANDRE ERLIS
NPM. 15310021
ABSTRAK
Kepustakaan : 37 (2002-2017)
FACULTY OF MEDICINE
MALAHAYATI UNIVERSITY
vi
Essay April 18 2019
Andre Erlis
ABSTRACT
Literature: 37 (2002-2017)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya.
untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini banyak sekali rintangan dan hambatan yang
harus dilalui, dengan adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak alhamdulilah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
Universitas Malahayati.
Universitas Malahayati.
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.3.1 TujuanUmum ..................................................................... 4
1.3.2 TujuanKhusus .................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
1.4.1 BagiInstitusi ....................................................................... 5
1.4.2 BagiMasyarakat ................................................................. 5
1.4.3 BagiPenelitiselanjutnya ..................................................... 5
1.4.4 BagiPeneliti …………………………………………. ..... 5
1.5RuangLingkup ............................................................................. 6
1.5.1 JudulPenelitian................................................................... 6
1.5.2 MetodePenelitian ............................................................... 6
1.5.3 SubjekPenelitian ……………………………………. ...... 6
1.5.4 TempatPenelitian ……………………………………. ..... 6
1.5.5 WaktuPenelitian ……………………………………........ 6
x
2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus Tipe 2................................... 14
2.2.2 Faktor Risiko Pada DM Tipe 2 .......................................... 15
2.2.3Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2 .................................. 16
2.2.4Pengaruh Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Darah ........... 18
2.3 Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) ............................................................. 20
2.4 Tinjauan Darah ........................................................................... 22
2.4.1 PengertianUmumdarah ...................................................... 22
2.4.2 Komponen Darah ............................................................... 24
2.5Tinjauan HbA1c .......................................................................... 25
2.5.1 Pengertian HbA1c............................................................. 25
2.5.2 Pembentukan HbA1c ........................................................ 26
2.5.3 Pemeriksaan HbA1c ......................................................... 27
2.6 Kerangka teori ............................................................................ 28
2.7KerangkaKonsep ......................................................................... 29
2.8Hipotesis ...................................................................................... 29
xi
4.1.3 UjiPersyaratanAnalisis ...................................................... 41
4.1.4 AnalisisBivariat ................................................................. 42
4.2 Pembahasan ................................................................................ 44
4.3 KeterbatasanPenelitian ............................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 47
5.2 Saran .......................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2KerangkaTeori ................................................................................. 28
xiv
DAFTAR SINGKATAN
DM :Diabetes Melitus
GDP : GulaDarahPuasa
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 10 Motto
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
absolut, dapat terjadi karena autoimun atau idiopatik, DM tipe 2 disebabkan oleh
resistensi insulin, DM tipe lain disebabkan oleh defek genetic fungsisel beta,
obat dan zatkimia, infeksi, sebabimunologi yang jarang, dansindrom genetik lain
yang berkaitan dengan DM, dan DM gestasional yang terjadi ketika masa
422 juta orang di dunia dan menyebabkan kematian pada tahun 2014 sebanyak
2002 setelah negara India, Korea Selatan, Bhutan, dan Bangladesh. Prevalensi
1
2
Kematian karena DM sendiri di Indonesia yaitu pada laki-laki sebesar 6,6% atau
36.400 ribu jiwa dan pada perempuan sebesar 7,3% atau 63.000 ribujiwa,
dengan umur 30-69 tahun sebanyak 20.100 dan umur>70 tahun sebanyak 16.300
DM telah mencapai angka 8,4 juta jiwa dan di perkirakan bahwa prevalensi
penderita DM pada tahun 2030 di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes
Care, 2004). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) Lampung 2007
Bandar Lampung 0,9% dan terendah berada di Lampung Utara 0,1%, baik
(RIKESDAS,2007danDinkes lampung,2008).
dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam (Depkes RI, 1999).Glukosa
hasil bahwa glukosa tetap berada dalam pembuluh darah (Sherwood, 2011).
A1c (HbA1c) kini direkomendasikan oleh IDF dan ADA sebagai salah satu
konsentrasi glukosa darah 2-3 bulan sebelum pemeriksaan dan tidak dipengaruhi
HbA1c dapat dilakukan kapan saja dan tidak memerlukan persiapan khusus
HbA1c lebih dari 7%.(Perez et al,2014) Dari kedua penelitian tersebut dapat
kadar HbA1c dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes melitustipe 2
Bandar Lampung.
TINJAUAN PUSTAKA
kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (American Diabetes Association, 2017).
Diabetes mellitus (DM) yang dikenal dengan kencing manis atau kencing
biasanya berfluktuasi, artinya naik turun sepanjang hari dan setiap saat, tergantung
pada makan yang masuk dan aktivitas fisik seseorang (Mistra, 2005).
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa dibentuk di
hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi
jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah.Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan
oleh kelompok sel beta di pankreas.Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar
7
8
menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut
menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin
makanan yang rendah kadar gulanya, obat yang di minum, atau suntikan insulin
yaitu :
a. Pola makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal ini disebabkan jumlah atau kadar
b. Obesitas
lebih besar untuk terserang DM dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk.
c. Faktor genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua. Biasanya, seseorang
menimbulkan radang pankreas.Hal ini menyebabkan sel pada pankreas tidak bekerja
Gejala klinis Diabetes Melitus dapat di golongkan menjadi gejala akut dan
Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala banyak
minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang/berat badan turun dengan
cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 3-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak
segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderiata diabetes melitus adalah
kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di
kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering ganti kaca mata,
10
gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi dan para ibu hamil sering
mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau bayi lahir
selektif sel beta pankreas yang memproduksi insulin.Kondisi ini ditandai dengan
ditemukannya anti insulin atau antibodi sel antiislet dalam darah.Pada diabetes
melitus tipe ini biasanya terjadi sebelum umur 30 tahun dan harus mendapatkan
Tipe ini akan normal kembali setelah melahirkan. Faktor resiko pada DMG
adalah wanita yang hamil dengan umur lebih dari 25 tahun disertai dengan
Disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik fungsi
insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia,
infeksi dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan diabetes melitus.
menyebabkan kerusakan primer sel beta sehingga membutuhkan insulin dari luar
untuk bertahan hidup. Kelaianan didalam darah karena adanya penyakit autoimun
pada DM tipe 1 erat kaitanya dengan sel darah putih yang menunjukkan adanya
infiltrasi leukosit dan destruksi sel Langerhans.Sel langerhans sendiri adalah sel-
sel imunitas yang ada diseluruh bagian epidermis kulit (Husain, 2010).
genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang menyerupai protein
virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin pada DM tipe 1.
Faktor-faktor yang diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara
lain virus (mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi
Diabetes tipe 2 tidak mempunyai hubungan dengan HLA, virus atau auto
imunitas.DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin pada jaringan perifer yang
diikuti produksi insulin sel beta pankreas yang cukup.DM tipe 2 sering
(Husain, 2010).
DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glukosa tidak ada atau kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap
sekresi insulin didalam darah.Walaupun diabetes tipe ini hanya terjadi pada
14
waktu kehamilan, tetapi bila tidak ditangan dapat menyebabkan kelainan serta
merujuk pada DM tipe 1.Wanita dengan GDM yang memiliki bukti autoimun sel
islet. Prevalensi dilaporkan antibodi sel islet pada wanita dengan GDM berkisar
Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan salah satu tipe DM akibat dari insensitivitas
sel terhadap insulin (resistensi insulin) serta defisiensi insulin relatif yang
tipe-tipe lainnya yakni melingkupi 90-95% dari kasus diabetes (American Diabetes
Association, 2014).
dapat menghasilkan cukup dari hormon insulin atau tidak dapat menggunakan insulin
dengan suatu periode homeostasis glukosa yang abnormal yaitu impaired fasting
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2016). Seringkali diabetes
tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul
sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di seluruh dunia dan
sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan
a. Kelainan genetik
karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan
baik.
b. Usia
drastis, DM tipe 2 sering muncul setelah usia 30 tahun ke atas dan pada mereka
yang berat badannya berlebihan sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
manis untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai
makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi
yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh
sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien DM tipe II adalah mereka yang tergolong
gemuk.
Insulin di produksi oleh sel pankreas, yang dalam keadaan normal pankreas secara
spontan akan memproduksi insulin saat kadar gula darah tinggi. Proses awalnya
adalah jika kadar gula darah rendah, maka glukagon akan dibebaskan oleh sel alfa
pankreas, kemudian hati akan melepaskan gula ke darah yang mengakibatkan kadar
gula dalam darah menjadi normal. Sebaliknya jika kadar gula darah tinggi, maka
insulin akan di bebaskan oleh sel beta pankreas, kemudia sel lemak akan mengikat
gula yang mengakibatkan gula darah kembali normal. Resistensi insulin merupakan
ketidaksanggupan insulin member efek biologik yang normal pada kadar gula darah
tertentu. Dikatakan resistensi insulin bila dibutuhkan kadar insulin yang lebih
banyak untuk mencapai kadar gula darah yang normal. Adapun kriteria obyektik
kadar gula darah yaitu rendah <150 mg/dl, sedang 150-200 mg/dl, dan tinggi >200
bagi penderita DM tipe 2, hal ini terjadi sebagai upaya kompensasi oleh sel beta
17
insulin, yaitu suatu kondisi yang dikenal sebagai resistensi insulin (Guyton, 2012).
akan meningkatkan kadar gula darah dan merangsang peningkatan sekresi insulin
peningkatan berat badan dan obesitas.Akan tetapi, mekanisme antara obesitas dan
resistensi insulin belum pasti. Kemungkinan lain terjadinya Diabetes Melitus tipe 2
adalah sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau sudah resisten terhadap
insulin, sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun
dalam peredaran darah. Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau
menjadi lambat dan mudah terjadi perlekatan trombosit pada dinding arteria yang
sudah kaku, ini akan menyebabkan gangguan sirkulasi atau angiopati. Manifestasi
angiopati ini dapat berupa penyempitan dan pemyumbatan pembuluh darah perifer
rekomendasi terapi menyatakan bahwa penurunan kadar gula darah secara baik dan
darah. Trombosit yang berperan dalam pembekuan darah ini bisa turun
dua hal yaitu kerusakan trombosit di peredaran darah, atau kurangnya produksi
melitus terjadi disfungsi dari trombosit, dimana terjadi peningkatan adhesi dan
19
Perubahan daya beku darah menjadi salah satu faktor utama yang berperan dalam
(Carr, 2001).
(platelet turnover) dan aktivasi karena kerusakan pembuluh darah maupun terjadi
trombosit yang lebih besar dan reaktif pada proses hemostasis yang memproduksi
banyak tromboksan A2 dan trombosit yang lebih besar bersifat lebih trombogenik
(Zuberi, 2008).
Peningkatan dua kali lipat pergantian trombosit terjadi karena waktu kelangsungan
ukuran trombosit yang lebih besar dan reaktif yang dilepaskan dari megakariosit
Trombosit pada pasien diabetes melitus telah terbukti menjadi hiperreaktif dengan
sebagai kadar glukosa darah yang lebih tinggi dari 110 mg/dl sedangkan hipoglikemia
bila kadarnya lebih rendah dari 70 mg/dl. Glukosa di filtrasi oleh glomerulus ginjal
dan hampir semuanya di reabsorbsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam
plasma tidak melebihi 160 sampai 180 mg/dl. Jika konsentrasi serum naik melebihi
kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai
glikosuria. Kemampuan seseorang untuk mengatur kadar glukosa plasma agar tetap
dalam batas-batas normal dapat di tentukan melalui tes (1) kadar glukosa darah puasa,
dan (2) respons glukosa serum terhadap pemberian glukosa (Schteingart, 2005).
ambilan glukosa jaringan perifer, dan hormon yang mengatur metabolisme glukosa.
Kegagalan fungsi ini menyebabkan peningkatan atau penurunan kadar glukosa puasa.
Pada pasien dengan DM (suatu keadaan defisiensi insulin yang absolut atau relatif),
kadar GDP menjadi abnormal setelah diagnosis diterapkan. Metode yang lebih
spesifik untuk dapat mengetahui adanya kelainan dalam metabolisme glukosa adalah
21
pengukuran kadar glukosa plasma setelah suatu pemberian beban glukosa. Individu
sementara yang memicu sekresi insulin, dan mengolah glukosa menjadi sumber energi
yang di perantarai oleh insulin sehingga kadar glukosa dalam darah akan kembali ke
kadar normal. Tes yang digunakan untuk mengolah glukosa adalah tes toleransi
glukosa oral (TTGO). Tes ini telah di gunakan untuk mendiagnosis diabetes awal
secara pasti, namun tes ini tidak di butuhkan untuk penapisan dan sebaiknya tidak
dilakukan pada pasien dengan manifestasi klinis diabetes dan hiperglikemia. Pada
glukosa. Kadar glukosa diukur setiap ½ jam selama 2 jam setelah pemberian glukosa.
Pada keadaan sehat, kadar glukosa puasa individu yang dirawat jalan dengan toleransi
glukosa normal adalah 70 hingga 110 mg/dl. Setelah pemberian glukosa, kadar
glukosa akan meningkat pada awalnya namun akan kembali ke keadaan semula dalam
waktu 2 jam. Kadar glukosa serum yang kurang dari 200 mg/dl setelah ½, 1, dan 1½
jam pemberian glukosa dan kurang dari 140 mg/dl setelah 2 jam di tetapkan sebagai
darah untuk penderita DM dapat dilihat dari kadar glukosa darah, status gizi, tekanan
darah, kadar lipid dan HbA1c seperti tercantum pada tabel 2.1 berikut :
Untuk pasien berumur >60 tahun dengan komplikasi sasaran pengendalian kadar
glukosa darah lebih tinggi dari biasanya yaitu puasa (100-125 mg/dl dan sesudah
makan 145-180 mg/dl). Demikian pula kadar lipid, tekanan darah dan lain-lain
mengacu pada batasan pengendalian sedang karena sifat-sifat khusus pasien usia
lanjut dan untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek samping hipoglikemia dan
interaksi obat. Hal ini terjadi akibat umur yang mempengaruhi kemampuan fungsi sel
beta pankreas dalam mengekresi insulin mulai berkurang sehingga akan berdampak
pada kadar glukosa dalam darah orang berusia >60 tahun akan mendekati kadar
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi transportasi
O2, karbohidrat, metabolit, mengatur keseimbangan asam basa, dan mengatur suhu
tubuh dengan cara konduksi (hantaran) yaitu membawa panas tubuh dari pusat
produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, serta
Jumlah darah dalam tubuh bervariasi tergantung dari berat badan seseorang. Pada
orang dewasa yaitu 1/13 BB atau kira-kira 4,5-5 liter. Faktor lain yang menentukan
banyak darah adalah umur, pekerjaan, keadaan jantung, dan pembuluh darah .
Jumlah total darah pada manusia seberat 70 kg adalah 5 liter (Syaifuddin, 2009).
23
Darah bersifat alkaline dengan pH yang mencapai 7,35-7,45, serta darah mempunyai
viskositas atau kekentalan 3/4 lebih tinggi dari viskositas air yaitu 1.048-1.066. Pada
orang dewasa dan anak-anak, sel darah merah, sel darah putih dan sel pembeku
sumsum merah dan sumsum yang tidak aktif dinamakan sumsum kuning. Sumsum
tulang merupakan salah satu organ yang terbesar dalam tubuh karena ukuran dan
beratnya hamper sama dengan hati. Pada aliran darah juga terdapat jenis karbohidrat
yang dikonsumsi oleh manusia yang akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati.
Glukosan akan berperan sebagai salah satu molekul utama untuk pembentukan
energy di dalam tubuh. Kadar glukosa yang berlebihan di dalam tubuh akan
Darah terdiri dari dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian
cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah dan butir-
butir darah (blood corpuscles), yang terdiri dari komponen-komponen sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit (Bakta, 2006).
a. Plasma Darah
Plasma merupakan cairan darah (55 %) sebagian besar terdiri dari air (95%), 7%
protein, 1% nutrien, di dalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan darah,
seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap
b. Sel-sel darah
Sel-sel darah kurang lebih 45 % terdiri dari eritrosit atau sel darah merah (44%),
sedang sisanya 1% terdiri dari leukosit atau sel darah putih dan trombosit atau
keping darah. Sel Leukosit terdiri dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5
mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau
kurang. Eritrosit tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat
mempunyai inti sel dan memiliki umur 120 hari dalam sirkulasi darah (Evelyn,
2009).
bagian dari sel darah putih yang mempunyai 1 sel lobus dan sitoplasmanya
3) Trombosit/Keping Darah/Platelet
(Evelyn, 2009).
atas dua rantai α dan dua rantai β. Sekitar 6% dari total HbA disebut HbA1.HbA1
terdiri atas tiga fraksi yaitu HbA1A, HbA1B, dan HbA1c.Sebanyak 70% HbA1c
Pembentukan HbA1c melibatkan proses glikasi non enzimatik atau disebut juga
Maillard reaction yang terjadi terus menerus secara in vivo. Proses glikasi non-
enzimatik diawali ketika Glukosa, dalam format rantai terbuka, berikatan dengan N-
base) yang tidak stabil. Schiff base melakukan penyusunan membentuk ketoamine
yang lebih stabil yang kemudian menghasilkan produk Amadori (HbA1c). Proses
26
glikasi non enzimatik akan meningkat saat kadar gula darah tinggi pada pasien DM.
Pada tahap akhir glikasi, AGE dapat terbentuk secara ireversibel melalui reaksi
Hemoglobin glikosilat dibentuk saat eritrosit matur dan berlangsung sepanjang waktu
hidup eritrosit. Hemoglobin glikosilat memiliki umur yang cukup panjang yaitu 120 hari
sesuai dengan usia eritrosit dan tidak dipengaruhi oleh fluktuasi gula darah harian.
Eritrosit yang tua memiliki kadar HbA1C lebih tinggi daripada eritrosit muda. Hal ini
disebabkan karena eritrosit yang tua berada dalam sirkulasi pembuluh darah lebih lama
Kadar HbA1C dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan penyakit hematologi.
Penurunan jumlah eritrosit dapat menyebabkan penurunan palsu kadar HbA 1C. Pasien
dengan hemolisis episodik atau kronis, gagal ginjal kronis, anemia menyebabkan darah
mengandung lebih banyak eritrosit muda sehingga kadar HbA1c dapat dijumpai dalam
dan indikator pengendalian gula darah pasien DM. Menurut Perkeni (2006), Kontrol
kadar gula darah pasien DM baik apabila kurang <6,5 %, sedang 6,5-8 % dan buruk
bulan sekali. Kadar HbA1c dapat mencerminkan rata-rata kadar gula darah harian
27
selama 8-12 minggu dan menjadi penanda spesifik untuk komplikasi diabetes seperti
memasukan sampel darah vena kedalam tabung untuk menghemolisis darah dan
Pemeriksaan HbA1c lebih stabil dalam pemeriksaan kadar gula darah dibandingkan
glikemik jangka panjang memberikan penanda yang lebih baik untuk keberadaan dan
sehari-hari (WHO, 2011). Mahajan dan Mishra (2011) menyebutkan variabilitas harian
HbA1c<2% lebih rendah dibandingkan kadar gula darah puasa yaitu 12-15%.Penelitian
secara konsisten menunjukkan korelasi yang kuat antara retinopati dan HbA 1c tapi
hubungan kurang konsisten dengan kadar glukosa puasa (Mahajan & Mishra, 2011).
Penelitian Cho (2013) menegaskan bahwa nilai ambang HbA1c 48 mmol/ mol (6,5%)
Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang di gunakan untuk
mengidentifikasi variable-variabel yang akan di teliti (di amati) yang berkaitan dengan
penelitian.
28
Kadar HbA1c
Keterangan :
: Yang di teliti
2.7Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah merupakan abstaksi yang terbentuk oleh generalisasi dari
adalah :
29
2.8 Hipotesis
a.H0 : Tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan rerata kadar glukosa darah
puasa pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS Bintang Amin Husada tahun 2019
b. Ha : Ada hubungan antara Kadar HbA1c dengan rerata kadar glukosa darah puasa
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS Bintang Amin Husada tahun 2019
BAB III
METODE PENELITIAN
hasil penghitungan yang dikelompokkan lagi menjadi data deskrityaitu data dari
Bandar Lampung.
selesai.
korelasi dengan cara observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(Notoatmodjo, 2012).
30
31
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
3.4.2 SampelPenelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah jumlah
anggota populasi itu sendiri. Untuk jumlah populasi yang terlalu banyak akan kita
ambil untuk dijadikan sampel dengan harapan jumlah sampel yang kita ambil
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan:
n = Sampel
N = Populasi
120
𝑛=
1 + (120𝑥0,12 )
𝑛 =55
3.4.3 PengambilanSampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2007). sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Pada penelitian ini penentuan besar sampel yang digunakan adalah
teknikpurposive sampling.
3.4.4 KriteriaInklusidanEkslusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
dan GDP
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
KonsumsiObat-obatan.
33
independen dalam penelitian ini adalah Kadar Glukosa Darah Puasa pada pasien
Diabetes Melitustipe 2.
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2010).
1. Peneliti meminta surat izin penelitian dari perguruan tinggi, selanjutnya peneliti
tipe 2.
3. Setelah lembar ceklist terisi, peneliti memeriksa kembali apakah ada kesalahan
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh.
2. Processing
datanya.Untuk data numeric digunakan nilai mean atau rata-rata, median, dan
standard deviasi pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
dependen dan independen. Penelitian Ini menggunakan uji statistis yaitu uji korelasi
dengan bantuan program SPSS. Ujikorelasi merupakan suatu metode untuk mencari
Korelasi mutlak akan memberikan nilai r=1, yang hamper tidak pernah ada
untuknilaiɑ= 0,05 dan 99% (IK 99%) untuknilai ɑ= 0,01. Padapenelitianini interval
3.10 AlurPenelitian
Penyusunan proposal
Melakuikanpenelitian
Kriteriainklusi
Populasi
Kriteriaekslusi
.
Sampel
Melakukanpencatatan data
darirekammedik
Pengolahan data
Analisis data
Februari tahun 2019. Data diambil dari rekam medis pasien DM Tipe 2 periode tahun
sampel sebanyak 35 orang. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
1. Usia
berikut:
Dari hasil analisis tabel 4.1 didapatkan bahwa rata-rata usia pasien
nilai standar deviasi adalah 8.87, dimana usia termuda adalah 45 tahun dan
39
40
2. Jenis Kelamin
sebagai berikut:
Laki-laki 21 60.0
Perempuan 14 40.0
Jumlah 35 100
orang (40.0%).
1. Kadar HbA1c
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rerata kadar HbA1c pasien DM Tipe 2 periode tahun 2017-2018
adalah 7.70 dengan nilai standar deviasi adalah 1.59, dimana kadar HbA1c
Tabel 4.4 Rerata kadar Glukosa Darah Puasa pasien DM Tipe 2 periode tahun
2017-2018
Dari hasil analisis tabel 4.4 didapatkan bahwa rata-rata kadar glukosa
adalah 133.46 dengan nilai standar deviasi adalah 35.24, dimana kadar
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan uji korelasi pearson untuk
korelasi pearson product moment harus berdasarkan asumsi bahwa data setiap
variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal, oleh karena itu sebelum
melakukan uji korelasi pearson product moment harus terlebih dahulu dilakukan uji
42
persyaratan analisis salah satunya adalah uji normalitas data. Apabila hasil pengujian
berdistribusi normal maka analisis statistik bisa dilanjutkan sedangkan apabila hasil
pengujian data tersebut berdistribusi tidak normal maka digunakan uji non
berdistribusi normal maka dilakukan uji normalitas pada tiap variabel dengan
Tabel 4.5 Uji Normalitas Hubungan Kadar HbA1c Dengan Kadar Gula Darah
Puasa Pada Pasien DM Tipe 2
HbA1c Sampel
35 0.375 Normal
Dari hasil uji normalitas di atas terlihat bahwa kadar HbA1c dan kadar
glukosa darah puasa pada pasien DM Tipe 2 yang menjadi responden memiliki p-
value > 0.05 . Hal ini menunjukkan bahwa kadar HbA1c dan kadar glukosa darah
dengan variabel dependen yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
glukosa darah puasa. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi pearson
dengan nilai alpha 0,05 yang berarti apabila nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan
43
yang bermakna antar kedua variabel (H0 ditolak) dan apabila nilai p > 0,05 maka
tidak terdapat hubungan yang bermakna (H0 diterima). Dalam penelitian ini dicari
pula nilai keeratan korelasi untuk melihat kekuatan hubungan antar variabel.
1. Hubungan Kadar HbA1c Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien
DM Tipe 2
Tabel 4.6 Hubungan Kadar HbA1c Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada
Glukosa_Darah_
HbA1c Puasa
HbA1c Pearson
1 .706**
Correlation (r)
P .000
N 35 35
Glukosa_Darah_Puasa Pearson
.706** 1
Correlation (r)
P .000
N 35 35
Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil analisis antara Kadar HbA1c Dengan
Kadar gula darah puasa pada pasien DM Tipe 2 dengan nilai p-value = 0.000.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kadar HbA1c
44
dengan kadar gula darah puasa dan juga menampilkan nilai korelasi data (r)
yaitu 0.706 yang berarti ada hubungan (korelasi) positif yang sedang antara
Kadar HbA1c dengan kadar gula darah puasa pada pasien DM Tipe 2.
4.2. Pembahasan
1. Hubungan Kadar HbA1c Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien DM
Tipe 2 di RS Pertamina Bintang Amin Husada periode tahun 2017-2018
menjadi penelitian adalah 58.77 dengan nilai standar deviasi adalah 8.87,
dimana usia termuda adalah 45 tahun dan tertua adalah 79 tahun.Dan didapatkan
pada penelitian sebelumnya Acivrida (2017) Pada kelompok usia berikut yaitu
41-50 tahun dari total 12 orang terdapat 3 (25,0%) orang memiliki kadar rata-
rata glukosa darah puasa normal dan 9 (75,0%) orang memiliki kadar rata-rata
glukosa darah puasa tidak normal. Pada kelompok usia yang terakhir yaitu 30-40
tahun dari total 3 orang semuanya mmiliki kadar rata-rata glukosa darah puasa
sebagian besar responden berusia di atas 60 tahun (50%) dan berjenis kelamin
laki-laki (53%). Dari analisa hubungan antara Kadar HbA1c Dengan Kadar Gula
Pearson didapatkan hasil p-value = 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara Kadar HbA1c Dengan kadar gula darah puasa
dan juga menampilkan nilai korelasi data yaitu 0.706 yang berarti ada
hubungan (korelasi) positif yang sedang antara Kadar HbA1c dengan kadar
45
gula darah puasa pada pasien DM Tipe 2. Hasil penelitian ini sejalan dengan
bermakna antara kadar glukosa darah puasa dengan nilai HbA1c (p-value
=0.005). Besar korelasi adalah 0.615 dan berpola positif. Hasil penelitian di atas
sejalan juga dengan penelitian Elisabeth (2006) pada penderita Diabetes Melitus.
Dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh nilai P-value = 0.05 yang
menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara kadar HbA1c dengan Kadar
disebabkan oleh karena terjadinya gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin
diabetes mellitus dapat ditegakkan dengan atau berdasarkan kriteria nilai HbA1c
> 6.5%, kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dL, kadar glukosa darah 2 jam Post
Nilai kadar glukosa darah dapat fluktuatif selama 24 jam dari hari ke hari
pada pasien diabetes mellitus sehingga kadar glukosa darah tersebut tidak bisa
menggambarkan keadan glukosa darah sesungguhnya pada saat itu dan terlalu
Pengontrolan kadah glukosa darah secara ketat sangat penting untuk mencegah
kadar glukosa darah secara objektif adalah pemeriksaan kadar HbA1c. HbA1c
adalah protein yang terbentuk dari perpaduan antara glukosa dan hemoglobin
merupakan indikator yang sangat berguna untuk memonitor sejauh mana kadar
glukosa darah terkontrol, efek diet, olah raga dan terapi obat pada pasien
medis rumah sakit. Didalam melakukan pencatatan data peneliti diberikan batasan
dalam melihat data sehingga data yang diperlukan dalam penelitian ini tidak bisa
didapatkan secara maksimal. Selain itu juga banyaknya informasi data yang
5.1 Kesimpulan
yang menjadi penelitianadalah 7.70 dengan nilai standar deviasi adalah 1.59,
3. Ada hubungan yang signifikan antara kadar HbA1c Dengan kadar guladarah
47
48
5.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat untuk lebih mengetahui gejala serta dampak dari
Diperlukan penelitian lebih lanju tbagi institusi dan tenaga kesehatan tentang
pengukuran HbA1c ini sebagai salah satu cara untuk mendeteksi kadar glukosa
3. BagiPeneliti
puasapadapasien DM tipe 2
berbeda yang berkaitan dengan hubungan kadar HbA1c dengan kadarglukosa darah
Journal Of Clinical and Applied Research and Education. 40, (Suppl. 1):8.
Cho NH, Kim T, Woo S, Park KH, Lim S, Cho Y., et al. 2013. Optimal HbA1c cutoff for
Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2012.Metabolisme Karbohidra tdan Pembentukan Adenosin
Books.
Darah Melalui Terapi Gizi Medis Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2
International Diabetes Federation. 2013. IDF Diabetes Atlas, New Estimates for 2013 of
Mahajan RD, Mishra B. 2011. Original article using glycated hemoglobin hbA1C for
diagnosis of Diabetes Mellitus : An Indian perspective. Int J Biol Med Res. 2(2):
508-512.
138-147.
PERKENI.2011. KonsensusPengelolaan dan Pencegahan Diabetes MeliitusTipe 2 di
Powers, A.C., 2005. Diabetes Melitus.In : Gibson, R.J., ed. The 16th Edition Of Harrison’s
Putri, R. 2012. Hubungan Obesitas dengan Citra Tubuh pada Mahasiswa Ilmu
Indonesia.
Sagung Seto.
1259-1267.
Setiabudi.2008. Referensi Kesehatan- Diabetes Melitus. Available from:
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetes-melitus/ (diakses 10
Desember 2017). .
58(10):1052-1057.
Singh VP, Bali A, Singh N, Jaggi AS. 2014. Advanced glycation end products and diabetic
:Linppincott
PuspaSwara.
Data Sekunder
Glukosa Darah
No JK USIA HbA1C Puasa
1 Perempuan 0 49 5,8 91
2 Laki-laki 1 54 8,2 168
3 Laki-laki 1 66 9,2 164
4 Laki-laki 1 58 7,8 99
5 Laki-laki 1 56 6,2 98
6 Perempuan 0 54 6,2 101
7 Perempuan 0 57 7,3 139
8 Laki-laki 1 46 6,9 116
9 Perempuan 0 62 9,2 169
10 Perempuan 0 45 8,3 130
11 Perempuan 0 48 8,3 111
12 Perempuan 0 67 7,6 128
13 Laki-laki 1 46 8 128
14 Perempuan 0 79 7,4 151
15 Laki-laki 1 63 8,1 186
16 Laki-laki 1 60 12,6 142
17 Laki-laki 1 60 7,2 133
18 Laki-laki 1 64 8,7 167
19 Perempuan 0 59 6,8 98
20 Laki-laki 1 76 7,5 109
21 Laki-laki 1 58 11,3 231
22 Laki-laki 1 57 7 118
23 Perempuan 0 69 6,2 126
24 Laki-laki 1 51 7,6 75
25 Perempuan 0 63 10,8 204
26 Laki-laki 1 66 7 135
27 Laki-laki 1 66 6,8 115
28 Laki-laki 1 65 6 113
29 Perempuan 0 57 7,6 156
30 Laki-laki 1 66 7,1 124
31 Perempuan 0 45 5,8 89
32 Laki-laki 1 58 10,1 186
33 Laki-laki 1 72 6 90
34 Perempuan 0 49 7,1 151
35 Laki-laki 1 46 5,9 130
Lampiran 6
HasilPerhitungan SPSS
Statistics
N Valid 35 35 35
Missing 0 0 0
Mean 58,77 7,703 133,46
Median 58,00 7,400 128,00
Std. Deviation 8,875 1,5959 35,243
Minimum 45 5,8 75
Maximum 79 12,6 231
Statistics
JK
N Valid 35
Missing 0
JK
Valid P
14 40,0 40,0 40,0
Glukosa_Darah_P
HbA1C uasa
N 35 35
Normal Parametersa Mean 7,703 133,46
Std. Deviation 1,5959 35,243
Most Extreme Differences Absolute ,154 ,111
Positive ,154 ,111
Negative -,117 -,075
Kolmogorov-Smirnov Z ,913 ,657
Asymp. Sig. (2-tailed) ,375 ,781
Correlations
Glukosa_Darah_Pu
HbA1C asa
N 35 35
Glukosa_Darah_Puasa Pearson Correlation ,706** 1
N 35 35
BIODATA PENELITI
A. Identitas
Nama : ANDRE ERLIS
Agama : Islam
B. Riwayat Pendidikan
1. SDN 08 Manna (2003-2009)
2. SMPN 1 Manna (2009-2012)
3. SMAN 1 Manna (2012-2015)
4. Fakultas Kedokteran Malahayati (2015-sekarang)
Lampiran 10
MOTTO
“ HidupItuKadangHarusMelihatKebawahKarna Dari
BawahlahSemuaDimulai”
-Andre Erlis-
Lampiran 11
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT kupersembahkan
skripsi ini sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih yang tak terhingga
kepada :
Ayahanda tercinta ErlisHarjoni dan ibundaku Sukmawati, lewat doa restu dari
beliau berdua anakmu ini dapat berjuang diberi kesehatan, dimudahkan rejeki
dan segala urusan selama menempuh pendidikan dokter. Terimakasih.
Dosen pembimbingku dr. Zulhafis Mandala, M.M dan dr. Aswan Jhonet, selaku
pembimbing satu dan dua serta dr. M.NurM.Sc, Sp.PK selaku dosen
PengujiSkripsi. Terimakasih atas kesabaran, dukungan dalam membimbing
dan memberikan saran sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
ANDRE ERLIS
HUBUNGAN KADAR HbA1c DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PASIEN
DM TIPE 2 DI RS PERTAMINA BINTANG AMIN HUSADA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
Abstrak
ABSTRACT
Background: Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with characteristics of
hyperglycemia that occur due to abnormal insulin secretion, insulin action, or both. In 2000, DM
patients had reached 8.4 million. Meanwhile at the Lampung Provincial Health Office it was noted
that in 2005-2006 the number of DM patients had a 12% increase from the previous period of
6,256 people. Objective: To determine the relationship between HbA1c levels and fasting blood
sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus at PertaminaBintang Amin Husada Bandar
Lampung Hospital in 2018. Methods: This type of research is Analytical Observational withmethod
Cross Sectional, samples taken by taking observations secondary data of HbA1c value and Sugar
value of Fasting at PertaminaBintang Amin HusadaHospital.Data were tested by correlation test.
Results: Obtained a sample of 35 secondary data, included in thecorrelationPearsontest with a p-
value = 0.000 which means that there is a significant relationship between HbA1c levels and
Fasting Blood Sugar Conclusion: There is a significant relationship between HbA1c levels and sugar
levels fasting blood in type 2 dm patients at PertaminaBintang Amin Husada Hospital in 2018.
Laki-laki 21 60.0
Perempuan 14 40.0
Jumlah 35 100
HbA1C Glukosa_Darah_Puasa
HbA1C Pearson
1 .706**
Correlation
N 35 35
Glukosa_Darah_Puasa Pearson
.706** 1
Correlation
N 35 35
Berdasarkan tabel 5, diperoleh darah puasa dan juga
hasil analisis antara Kadar HbA1C menampilkan nilai korelasi data
Dengan Kadar gula darah puasa yaitu 0.706 yang berarti ada
pada pasien DM Tipe 2 dengan hubungan (korelasi) positif yang
nilai p-value = 0.000. Hal ini sedang antara Kadar HbA1C
menunjukkan bahwa ada dengan kadar gula darah puasa
hubungan yang signifikan antara pada pasien DM Tipe 2.
Kadar HbA1C dengan kadar gula
DAFTAR PUSTAKA