Anda di halaman 1dari 64

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA

DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI


PUSKESMAS SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG
TENGAH TAHUN 2022

PROPOSAL

Oleh

Rusman Efendi
NIM. 2020206203493P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA
DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
PUSKESMAS SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG
TENGAH TAHUN 2022

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Pada Program Studi S1 Keperawatan

Oleh

Rusman Efendi
NIM. 2020206203493P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022
PERSETUJUAN UJIAN HASIL PENELITIAN

Proposal
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji untuk sidang proposal
Judul skripsi Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah
: Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas
Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah Tahun
2022.
Nama mahasiswa Rusman Efendi
:
Nim 2020206203493P
:
Program studi S1 Keperawatan Konversi
:

MENYETUJUI

PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2

Ns. Andri Yulianto, S.Kep, M.Kes Ns. Nuria Muliani, M.Kep, Sp.Kep.J

NBM : 1152 416 NBM : 1152 420

Ka. Prodi S1 Ilmu Keperawatan

iii Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Ns. Rita Sari. M.Kep

NBM : 927021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

Hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2022.

Proposal penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan

berbagai pihak, pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa

terima kasih kepada yang terhormat :

1. Drs. Wanawir, MM, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Pringsewu

2. Elmi Nuryati, M.Epid selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu

3. Ns. Rita Sari, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu

4. Ns. Andri Yulianto, S.Kep., M.Kes selaku pembimbing I

5. Ns. Nuria Muliani, M.Kep, Sp.Kep.J selaku Pembimbing II

Semoga kebaikan serta bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan

yang lebih baik dan semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat.

Penulis, 26 April 2022

iv Universitas Muhammadiyah Pringsewu


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN.................................................................. i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI......................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN........................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus........................................ 8
2.2 Faktor Resiko Penyakit Diabetes Melitus........................................ 14
2.3 Penelitian Terkait............................................................................. 23
2.4 Kerangka Teori................................................................................ 25
2.5 Kerangka Konsep............................................................................. 26
2.6 Hipotesis........................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 27
3.2 Variabel Penelitian........................................................................... 28
3.3 Definisi Operasional........................................................................ 28
3.4 Subjek Penelitian.............................................................................. 30
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 31
3.6 Etika Penelitian................................................................................ 31
3.7 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data...................................... 33
3.8 Validitas dan Reliabilitas Instrumen................................................ 35
3.9 Metode Pengolahan Data dan Analisa Data..................................... 36
3.10 Jalannya Penelitian………………………………………………..39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v Universitas Muhammadiyah Pringsewu


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas Fisik ....................................................................... 20

vi Universitas Muhammadiyah Pringsewu


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................................ 26


Gambar 2.2 Kerangka Konsep............................................................................ 26

vii Universitas Muhammadiyah Pringsewu


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan (Informed Consent)


Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek
Lampiran 3 Lembat Kuesioner

viii Universitas Muhammadiyah Pringsewu


ix Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus salah satu the silent killer dan merupakan penyakit yang

akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abat ke-21. Indonesia merupakan

negara dengan jumlah penderita diabetes melitus ke-4 terbanyak setelah Cina,

India, dan Amerika Serikat.Perkiraan untuk Indonesia berdasarkan prediksi WHO

dikatakan bahwa penyandang diabetes melitus mengalami kenaikan dari 8,4 juta

pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 Sedangkan International

Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM

di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035

(Kemenkes RI, 2019).

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021 mencatat 537 juta

orang dewasa (umur 20 - 79 tahun) atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di

seluruh dunia. Diabetes juga menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 tiap 5 detik.

Tiongkok menjadi negara dengan jumlah orang dewsa pengidap diabetes terbesar

di dunia. 140,87 juta penduduk Tiongkok hidup dengan diabetes pada 2021.

Selanjutnya, India tercatat memiliki 74,19 juta pengidap diabetes, Pakistan 32,96

juta, dan Amerika Serikat 32,22 juta. Indonesia berada di posisi kelima dengan

jumlah pengidap diabetes sebanyak 19,47 juta. Dengan jumlah penduduk sebesar

179,72 juta, ini berarti prevalensi diabetes di Indonesia sebesar 10,6%. IDF

mencatatat 4 dari 5 orang pengidap diabetes (81%) tinggal di negara

1
2

berpendapatan rendah dan menengah. Ini juga yang membuat IDF

memperkirakan masih ada 44% orang dewasa pengidap diabetes yang belum

didiagnosis.

Berdasarkan data epidemiologi di provinsi lampung penyakit diabetes

melitus didapatkan hasil bahwa kasusnya banyak terjadi di wilayah perkotaan

dibandingkan pedesaan. Hasil Riskesdas (2018), didapatkan prevalensi diabetes

melitus di perkotaan sebanyak 2,6% dibandingkan pedesaan sebanyak 1,4%.

Namun hal yang cukup menarik, proporsi Glukosa Darah Puasa Terganggu

(GDPT) dan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) pada penduduk di pedesaan

lebih tinggi dibandingkan perkotaan yaitu 3,7% dan 5,4%. Hal ini menunjukkan

bahwa penduduk di pedesaan lebih berisiko terkena DM tipe 2 jika tidak

dilakukan intervensi (Riskesdas, 2018).

Sedangkan di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2018 kasus diabetes

melitus menempati urutan pertama di Provinsi Lampung, Kasus diabetes melitus

padatahun 2017 sebanyak 29,9%, tahun 2018 sebanyak 32,6% dan meningkat

pada tahun 2019 menjadi 34,9%. (Dinkes Lampung Tengah, 2018)

Prevalansi diabetes melitus diPuskesmas Seputih Banyak Kabupaten

Lampung Tengah dari laporanterakhir prevalensi jumlah kunjungan rawatjalan

penderita DM pada tahun2021jumlah kunjungan rawat jalan pasiendiabetes

mellitus kasus baru sebanyak 40 sedangkan sampai Desember 2021 kunjungan

pasien diabetes melitus tipe 2 sebanyak 26 pasien. Dimana kunjungan pasien

diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak dari pasien diabetes mellitus tipe 1 dan

diabetes gestasional (Data Puskesmas Seputih Banyak 2021).


3

Faktor risiko diabtes melitus tipe 2 dibedakan menjadi faktor yang dapat

dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.Usaha pencegahan

dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi. Pencegahan

diabetes tipe 2 pada orang-orang berisiko prinsipnya adalah dengan mengubah

pola makan, gaya hidup dan menjalankan latihan fisik yang rutin seperti olah raga

dan penurunan berat badan (Soedarsono, 2019).

Aktivitas fisik secara langsung berhubungan dengan kecepatan pemulihan

gula darah otot. Saat aktivitas fisik, otot menggunakan glukosa yang disimpannya

sehingga glukosa yang tersimpan akan berkurang. Pada saat itu untuk mengisi

kekurangan tersebut otot mengambil glukosa di dalam darah sehingga glukosa di

dalam darah menurun yang mana hal tersebut dapat meningkatkan kontrol gula

darah (Nurayati&Adriani, 2017)Pengaruh aktivitas fisik secara langsung

berhubungan dengan peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa

banyak otot mengambil glukosa dari aliran darah). Saat beraktivitas, otot

menggunakan glukosa yang tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot

mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari darah. Ini akan

mengakibatkan menurunnya glukosa darah sehingga memperbesar pengendalian

glukosa darah. Peran aktivitas fisik dalam diabetes melitus tipe 2 adalah untuk

pengaturan kadar glukosa darah. Masalah utama pada diabetes melitus tipe 2

adalah kurangnya respon terhadap insulin (resistensi insulin) sehingga glukosa

tidak dapat masuk ke dalam sel. Permeabilitas membran terhadap glukosa

meningkat saat otot berkontraksi karena kontraksi otot memiliki sifat seperti

insulin (Sumah&Huwae, 2019)


4

Penelitian yang dilakukanNurayati danAdriani. (2017)tentang hubungan

aktifitas fisik dengan kadar gula darah puasa penderita diabetes melitus tipe 2 di

Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 62,9 %

responden memiliki aktivitas fisik rendah dan sebanyak 58,0 % responden

memiliki kadar gula darah puasa dalam kategori tinggi. Hasil penelitian

menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa

penderita diabetes melitus tipe 2 (p=0,000). Sedangkan penelitian yang dilakukan

Jahidul Fikri Amrullah (2020) terkait hubungan aktifitas fisik dengan kadar gula

darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Babakan Sari Kota

Bandung. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 53,1% memiliki aktifitas

sedang, dan sebagian besar atau 54.7% memiliki kadar gula baik, terdapat

hubungan aktifitas fisik dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di

UPT Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung dengan nilai ( p = 0,008).

Penelitian yang dilakukan Fitriana dkk (2019)tentang hubungan aktivitas

fisik dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II

di instalasi rawat inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Analisa data

menggunakan Mannwhitney. Hasil penelitian aktivitas fisik dengan terkendalinya

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di instalasi rawat inap

didapatkan hasil ρ -Value =0,000 <α 0,05. Maka Ho ditolak sehingga terdapat

hubungan antara aktivitas fisik dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien

diabetes mellitus Tipe II di instalasi rawat inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.
5

Hasil survei pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Seputih

Banyak Kabupaten Lampung Tengah dengan melakukan observasi terhadap 10

orang pasien diabetes melitus mengalami kenaikan kadar gula darah pada saat

pemeriksaan GDS rata-rata ≥ 200 mg / dL. Pada saat dilakukan pemeriksaan

diketahi bahwa 70% diantaranya mengatakan tidak pernah beraktivitas fisik

seperti berolahraga serta pasien tidak melakukan anjuran dari petugas kesehatan

dalam diet diabetes melitus. Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan aktivitas fisik

dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Seputih

Banyak Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2022.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut “Apakah ada hubungan aktivitas fisik

dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Seputih

Banyak Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2022?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada

pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2022.


6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik usia dan jenis

kelamin pada penderita diabetes melitus tipe 2 di di Puskesmas

Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2022.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensiaktivitas fisik pada pasien

diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2022.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kadar gula darah pada

pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Seputih Banyak

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2022.

d. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula

darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Seputih

Banyak Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penetitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan

pengembangan ilmu asuhan keperawatan medikal bedah tentang penanganan

hubungan aktifitas fisik dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus

1.4.2 Manfaat aplikatif

a. Bagi pasien diabetes melitus

Penelitian ini dilakukan sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan

pengetahuan dan informasi bagi masyarakat khususnya penderita diabetes melitus


7

tipe 2 dalam upaya pengendalian gula darah sehingga komplikasi akibat diabetes

dapat dicegah.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dalam

pengembangan penelitian berikutnya khususnya perawat untuk melanjutkan

penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan peningkatan kadar gula

darah pada penderita diabetes melitus tipe 2,dan juga dapat lebih mengetahu

ifaktor pemantauan kadar gula darah, diet diabetes dan aktivitas fisik pada

penderita diabetes melitus dalam menentukan kebijakan-kebijakan dan sebagai

penggerak pembangunan berwawasan kesehatan agar dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien, memberikan informasi yang akurat

pada masyarakat.

c. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi UPTD puskesmas

seputih banyak dalam pengetahuan terkait hubungan aktifitas fisik terhadap kadar

gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2

1.5 Ruang Lingkup

Variabel dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik dengan kadar gula

darah. Sedangkan objek penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2.

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten

Lampung Tengah.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Militus

2.1.1 Pengertian Diabetes millitus

Diabetes millitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan

dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ

tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. WHO

sebelumnya telah merumuskan bahwa diabetes millitus merupakan sesuatu yang

tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara

umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problemaanatomik dan kimiawi

akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif

dan gangguan fungsi insulin (Sudoyo. dkk, 2015).

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi

kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada pembuluh

basalis dalam pemeriksaan dengan mikrospkop elektron (Nurarif & Kusuma,

2015).

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan

komplikasikronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada

8
9

pembuluh basalis dalam pemeriksaan dengan mikrospkop elektron

(Wijayaningsih, 2013).

2.1.2 Etiologi

Diabetes mellitus mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai

lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya

memegang peranan penting pada mayoritas DM (Aspiani, 2014).

Menurut Soedarsono (2019) penyebab DM tipe 2 karena kombinasi

faktor genetik dan faktor lingkungan.

a. Faktor genetik

Banyak penderita DM tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga

mengidap diabetes melitus tipe 2atau masalah kesehatan lain yang

berhubungan dengan diabetes. Misalnya kolesterol darah yang tinggi,

hipertensi atau obesitas.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi seseorang terserang

penyakit diabetes adalah pola makan dan pola hidup yang buruk. Pola makan

yang buruk diantaranya makan makanan yang banyak mengandung lemak

dan kalori tingi. Adapun pola hidup jelek adalah pola hidup yang tidak teratur

dan penuh tekanan kejiwaan sepertis stres yang berkepanjangan (Soedarsono,

2019).
10

2.1.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Karena proses penuaan, gaya hidup, infeksi, keturunan dan obesitas akan

menyebabkan kekurangan insulin atau tidak efektifnya insulin sehingga terjadi

gangguan permeabilitas glukosa didalam sel.

Disamping itu juga dapat disebabkan oleh karena keadaan akut kelebihan

hormoon tiroid, prolaktin dan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan

peningkatan glukosa darah. Peningkatan kadar hormon-hormon tersebut dalam

jangka panjang terutama hormon pertumbuhan dianggap diabetogenik

(menimbulkan diabet). Hormon-hormon tersebut merangsang pengeluaran

insulin secara berlebihan oleh sel-sel beta pulau langerhans pankreas, sehingga

akhirnya menjadi penurunan respon sel terhadap insulin dan apabila hati

mengalami gangguan dalam mengolah glukosa menjadi glikogen atau proses

glikogenesis maka kadar gula dalam darah akan meningkat. Dan apabila ambang

ginjal dilalui timbullah glukosuria yang menyebabkan volume urine, rasa haus

tersimulasi dan pasien akan minum air dalam jumlah yang banyak (polidipsi)

karena glukosa hilang bersama urine, maka terjadi kehilangan kalori dan stervasi

seluler (Wijayaningsih, 2013).

2.1.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus

Menurut Sudoyo. dkk (2015). Beberapa faktor risiko untuk diabetes

melitus adalah sebagai berikut :

a. Individu dewasa dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2.

b. Aktivitas fisik kurang.


11

c. Riwayat keluarga mengidap DM pada turunan pertama

(firstdegreerelative)

d. Masuk kelompok etnik resiko tinggi (African American, Latino, Native

American, Asian American, Pacific Islander).

e. Wanita dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥ 4000 gram atau

riwayat diabetes melitus gestasional.

f. Hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi obat

anti hipertensi).

g. Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl.

h. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.

i. Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa

terganggu (GDPT).

j. Keadaan lain yang berhubungan dengan resistensi insulin (obesitas,

akantosisnigrikans).

k. Riwayat penyakit kardiovaskular

2.1.5 Klasifikasi diabetes melitus

a. Diabetes Melitus Tipe I (yaitu diabetes yang tergantung pada insulin)

b. Diabetes Melitus Tipe II(yaitu diabetes yang tidak tergantung pada insulin)

c. Diabetes Melitus (yaitu diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau

syndrome lainnya)

d. Gastasional Diabetes Melitus (GDM) (Aspiani, 2014).

2.1.6 Gejala Diabetes Mellitus


12

Gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia sedangkan

gejala tidak khas DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh,

gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita). Diabetes

dapat dideteksi dari timbulnya beberapa gejala, misalnya rasa haus yang

berlebih, turunnya berat badan secara drastis, dan rasa gatal di area kemaluan.

Gejala penyakit DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik

(Sudoyo. dkk, 2015).

a. Gejala Akut

Gejala penyakit Diabetes Mellitus dari satu penderita ke penderita

lainnya tidak selalu sama. Berikut merupakan gejala yang umum timbul

dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain, bahkan ada

penderita diabetes yang tidak menunjukkan gejala apapun sampai pada saat

tertentu.

1. Pada permulaan gejala ditunjukkan meliputi 3 serba banyak yaitu banyak

makan (polifagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak kencing

(poliuria). Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan

yang terus naik-bertambah gemuk, karena pada saat ini jumlah insulin

masih mencukupi.

2. Apabila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai

timbul gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Nafsu makan

mulai berkurang, bahkan kadang-kadang timbul rasa mual jika kadar

glukosa darah melebihi 500 mg/dL disertai banyak minum, banyak

kencing, berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4
13

minggu), mudah lelah, dan apabila tidak lekas diobati akan timbul rasa

mual, bahkan penderita akan jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut

koma diabetik. Koma diabetik adalah koma penderita Diabetes Millitus

akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi (melebihi 600 mg/dL) (Sudoyo.

dkk, 2015).

b. Gejala Kronis

Kadang-kadang penderita Diabetes Millitus tidak menunjukkan gejala

akut (mendadak) tetapi baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau

beberapa tahun mengidap Diabetes Millitus. Gejala ini disebut gejala kronik

atau menahun. Gejala kronik yang sering timbul adalah sebagai berikut.

1. Kesemutan

2. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum

3. Rasa tebal di kulit sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur

4. Kram

5. Mudah mengantuk

6. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata

7. Gatal di sekitar kemaluan, terutama perempuan

8. Gigi mudah goyah dan mudah lepas

9. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten (Nurarif&Kusuma, 2015).

Alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar berdasarkan ada

tidaknya gejala khas DM. Apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan

glukosa darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan

diagnosis namun apabila tidak ditemukan gejala khas DM maka diperlukan


14

dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal. Diagnosis DM juga dapat

ditegakkan melalui cara TTGO (tes toleransi glukosa oral) (Sudoyo. dkk,

2015).

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu

hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L)

Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.

Glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral ≥ 200 mg/dl (11,1

mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar WHO menggunakan beban

glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke

dalam air.

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DM dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan DM

terdiri atas edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, serta intervensi

farmakologis. Latihan fisik atau olahraga merupakan bagian dari empat pilar

penatalaksanaan DM dan strategi nonfarmakologis yang fundamental untuk tata

laksana dan kontrol DM-2 terhadap risiko penyakit kardiovaskular (PERKENI,

2019).

2.2 Faktor Risiko Diabtes Melitus Tipe 2

Risiko diabetes tipe 2 tergantung pada faktor genetik dan faktor lain yang

diduga memicu adalah infeksi, meskipun tidak terbukti dalam semua kasus.

Dalam banyak kasus, risiko diabetes tipe 2 dapat dikurangi dengan melakukan
15

perubahan pola diet dan meningkatkan aktivitas fisik. Selain itu juga

direkomendasikan untuk menjaga berat badan proporsional, melakukan olahraga

sekurang-kurangnya 3 jam perminggu, mengkonsumsi cukup makanan kaya serat

dengan asupanlemaksederhana (Sutanto, 2014).

Faktor risiko diabtes melitus tipe 2 dibedakan menjadi faktor yang dapat

dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Usaha pencegahan

dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi. Pencegahan

diabetes tipe 2 pada orang-orang berisiko prinsipnya adalah dengan mengubah

pola makan, gaya hidup dan menjalankan latihan fisik yang rutin seperti olah raga

dan penurunan berat badan (Soedarsono, 2019).

2.2.1 Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus

Menurut PERKENI (2019) Perilaku hidup sehat bagi penyandang

Diabetes Melitus adalah memenuhi anjuran:

a. Mengikuti pola makan sehat.

b. Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur

c. Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman

dan teratur.

d. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan

memanfaatkan hasil pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan.

e. Melakukan perawatan kaki secara berkala.

f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut

dengan tepat.
16

g. Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau

bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak

keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang DM.

h. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

2.2.2 Pemeriksaan Kadar Gula Darah

a. Pengertian

Intoleransi glukosa merupakan salah satu manifestasi sindrom

metabolik yang dapat menjadi awal suatu diabetes melitus. Glukosa darah

puasa merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi diabetes melitus

pada seseorang. Pada penyakit ini, gula tidak siapun untuk ditransfer kedalam

sel, sehingga terjadi hiperglikemi sebagai hasil bahwa glukosa tetap berada di

dalam pembuluh darah (Sudoyo. dkk, 2014).

Pemeriksaan gula darah mengidentifikasi diabetes melitus pada

seseorang adalah dengan pemeriksaan kadar glukosa darahdan tidak dapat

ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Pemeriksaan glukosa

dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena, seyogyanya

dilakukan di laboratorium klinik terpercaya, tetapi sesuai dengan kondisi

setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh, vena, ataupun kapiler dengan

memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai

pembakuan oleh WHO. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui

pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan

testoleransi glukosa oral (TTGO) standar (Sudoyo. dkk, 2014)


17

2.2.3 Aktivitas Fisik

a. Pengertian

Aktivitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang membakar kalori,

misalnya menyapu, naik turun tangga, menyetrika, berkebun, dan berolah

raga. Olahraga aerobik yang mengikuti serangkaian gerak berurutan akan

menguatkan dan mengembangkan otot dan semua bagian tubuh, termasuk

didalamnya adalah berjalan, berenang, joging, atau senam. Bagi penderita

diabetes olahraga teratur akan lebih banyak memberi keuntungan. Gula dan

lemak darah turun, peredaran darah lebih baik, tekanan darah lebih stabil, dan

berat badan turun (Tandra, 2017).

b. Manfaat aktivitas fisik pada penderita DM

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2

apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan

latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu

selama sekitar 30-45 menit. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-

turut (PERKENI, 2019).

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh dengan tujuan

meningkatkan dan mengeluarkan tenaga dan energy. Aktivitas fisik sangat

berperan dalam mengontrol gula darah. Saat tubuh melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan

mengeluarkan tenaga dan energy. Aktivitas fisik sangat berperan dalam

mengontrol gula darah. Saat tubuh melakukan aktivitas fisik

(Sumah&Huwae, 2019).
18

Kegiatan fisik dan olah raga bermanfaat bagi setiap orang karena

dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan,

meningkatkan fungsi jantung, paru, otot-otot serta memperlambat proses

penuaan. Dengan demikian olahraga juga akan bermanfaat untuk mencegah

terjadinya serangan penyakit diabetes. Olahraga yang disarankan adalah yang

bersifat aerobik. Jenis olahraga aerobik diantaranya adalah jalan cepat,

bersepeda, joging dan renang dianjurkan olahraga 30-45 menit sehari dengan

frekuensi 4-5 kali per minggu (Soedarsono, 2019).

Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum

latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL dianjurkan untuk

menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari

bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif

setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa

latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50- 70%

denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan

berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka

220 dengan usia pasien. Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh:

osteoartritis, hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan

juga melakukan resistancetraining (latihan beban) 2-3 kali/perminggu sesuai

dengan petunjuk dokter. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur

dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan jasmani pada penyandang


19

DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada penyandang DM

yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan

dengan masing-masing individu (PERKENI, 2019).

c. Alat Ukur Aktivitas Fisik

GPAQ(Global Physical Activity Questionnaire). Alat ukur ini

dikembangkan oleh WHO(World Health Organization) untuk pengawasan

Aktivitas Fisik di Negara-negara yang sedang berkembang. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa GPAQ (Global Physical activity

Questionnaire) adalah kuesioner valid dan realiabel, serta mudah beradaptasi

dengan perbedaan budaya di Negara berkembang (Larasati, 2013).

GPAQ meliputi 4 area aktivitas fisik yaitu aktivitas fisik pada hari-

hari kerja, aktivitas fisik diluar pekerjaan dan olahraga, transpostasi, serta

pekerjaan rumah tangga. Berikut penjabaran 4 area aktivitas fisik (WHO,

2010) :

1) Aktivitas fisik pada hari- hari kerja membutuhkan energy lebih banyak

daripada energy yang dikeluarkan dalam kehidupan sehari- hari.

2) Aktivitas fisik diluar pekerjaan dan olahraga. Waktu senggang dapat

dikatakan sebagai kegiatan diluar pekerjaan.

3) Transportasi, sebagai tambahan dari pekerjaan. Kegiatan seperti

bersepedah/ berjalan kaki.

4) Pekerjaan rumah tangga. Ini juga termasuk pekerjaan yang

mengeluarkan energy. Terutama pada ibu rumah tangga.


20

Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas Fisik Menurut WHO, 2016

Jenis Aktivitas Jenis Kegiatan Contoh Aktivitas

Aktivitas rendah  75% dari waktu yang Duduk, berdiri, mencuci


digunakan adalah untuk piring, memasak,
duduk atau berdiri dan menyetrika, bermain
25% untuk kegiatan music, menonton tv,
berdiri dan berpindah. mengemudikan
kendaraan, berjalan
perlahan.

Aktivitas sedang 40% dari waktu yang Menggosok lantai,


digunakan adalah untuk mencuci mobil,
duduk atau berdiri dan menanam tanaman,
60% adalah untuk bersepedah pergi pulang
kegiatan kerja khusus beraktivitas, berjalan
dalam bidang sedang dan cepat,
pekerjaannya. bowling, golf, berkuda,
bermain tenis meja,
berenang, voli.

Aktivitas tinggi  25% dari waktu yang Membawa barang berat,


digunakan adalah untuk berkebun, bersepedah
duduk atau berdiri dan (16-22 km/jam), bermain
75% adalah untuk sepak bola, bermain
kegiatan kerja khusus basket, gym angkat
dalam bidang berat, berlari. 
pekerjaannya.
21

Untuk menganalisis data-data kuesioner GPAQ yang akan diberikan

kepada responden, digunakan indikator kategori berdasarkan perhitungan

total terhadap volume aktivitas fisik yang disajikan dalam MET (Metabolic

Equivalentof Task)menit/minggu. Data durasi aktivitas dalam kategori berat

dikalikan dengan koefisien MET=8, untuk data durasi aktivitas sedang

dikalikan dengan koefisien MET=4. Berdasarkan data yang telah

dikonversikan dan dikelompokkan berdasarkan kriteria tinggi, sedang, dan

rendah.

a) Aktivitas Fisik Tinggi, Aktivitas Fisik yang dilakukan dalam 7 hari atau

lebih dari aktivitas berjalan kaki, aktivitas dengan intensitas sedang

maupun berat minimal hingga 3000 MET(Metabolic Equivalent of Task)

menit per minggu.

b) Aktivitas Fisik Sedang, Aktivitas Fisik yang dilakukan dalam 5 hari atau

lebih dengan aktivitas berjalan kaki, aktivitas dengan intensitas sedang

maupun tinggi hingga 600 MET (Metabolic Equivalent of Task)menit per

minggu.

c) Aktivitas Fisik Rendah, aktivitas Fisik yang tidak memenuhi dalam

aktivitas fisik dengan kriteria tinggi maupun sedang.

Untuk mengetahui total aktivitas fisik digunakan rumus :

Total Aktivitas Fisik MET(Metabolic Equivalent of Task) menit/minggu =

[(P2XP3X8) + (P5xP6x4) + (P8xP9x4) + (P11xP12x8) + (P14xP15x4)]

MET Kategori
22

MET > 3000 Tinggi

3000 > MET > 600 Sedang

600 < MET Rendah

d. Hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah

Komplikasi diabetes melitusdapat terjadi karena kadar guladarah yang

buruk. Agar kadar gula darah tetap terkendali maka perlu dilakukan

perawatan dan pengelolaan diabetes. Strategi dalam melakukan perawatan

dan pengelolaan diabetes untuk mencapai kadar gula darah yang memuaskan

diantaranya yaitu melakukan edukasi pengobatan,terapi nutrisi medis dan

aktivitas yang rutin. Hal yang tidak kalah penting dalam pengendalian

terhadap diabetes melitus yakni memeriksa kadar gula darah secara berkala

(Rahayu dkk, 2018).

Pada saat berolah raga, otot berkontraksi dan kemudian mengalami

relaksasi. Gula akan dipakai dan dibakar untuk energi, untuk kebutuhan

energi, gula darah akan dipindahkan dari darah ke otot selama dan setelah

berolahraga. Dengan demikian, gula darah akan turun. Disamping itu,

olahraga membuat insulin menjadi lebih sensitif . insulin akan bekerja dengan

lebih baik untuk membuka pintu masuk bagi gula kedalam sel. Alhasil

kebutuhan insulin akan berkurang. Selama melakukan olahraga secara teratur,

akan mengurangi pemakaian obat oral anti diabetes atau suntikan insulin,

bahkan dapat mengontrol diabetesnya hanya dengan diet dan berolahraga

(Tandra, 2017).
23

Barnes (2012) dalam Nurayati dan Adriani (2017). Menyebutkan

bahwa aktivitas fisik yang dilakukakan oleh seseorang akan mempengaruhi

kadar gula darahnya. Peningkatan penggunaan glukosa oleh otot akan

meningkat saat seseorang melakukan aktivitas fisik yang tinggi. Hal tersebut

disebabkan glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar

gula didalam darah tetap seimbang. Pada keadaan normal, keseimbangan

kadar gula darah tersebut dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem

saraf, regulasi glukosa dan keadaan hormonal. Teori lain menyebutkan bahwa

aktivitas fisik secara langsung berhubungan dengan kecepatan pemulihan

gula darah otot. Saat aktivitas fisik dilakukan, otot-otot di dalam tubuh akan

bereaksi dengan menggunakan glukosa yang disimpannya sehingga glukosa

yang tersimpan akan berkurang. Dalam keadaan tersebut akan terdapat reaksi

otot yang mana otot akan mengambil glukosa didalam darah sehingga

glukosa didalam darah menurun dan hal tersebut dapat meningkatkan kontrol

gula darah.

Pengaruh aktivitas fisik secara langsung berhubungan dengan

peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot

mengambil glukosa dari aliran darah). Saat beraktivitas, otot menggunakan

glukosa yang tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot mengisi

kekosongan dengan mengambil glukosa dari darah. Ini akan mengakibatkan

menurunnya glukosa darah sehingga memperbesar pengendalian glukosa

darah. Peran aktivitas fisik dalam diabetes melitus tipe 2 adalah untuk

pengaturan kadar glukosa darah. Masalah utama pada diabetes melitus tipe 2
24

adalah kurangnya respon terhadap insulin (resistensi insulin) sehingga

glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Permeabilitas membran terhadap

glukosa meningkat saat otot berkontraksi karena kontraksi otot memiliki sifat

seperti insulin. Maka dari itu, pada saat beraktivitas fisik, resistensi insulin

berkurang. Aktivitas fisik sebagai kendali gula darah dan penurunan berat

badan pada diabetes melitus. Aktivitas fisik sangat penting dalam pengelolaan

diabetes melitus terutama sebagai pengontrol gula darah dan memperbaiki

faktor resiko kardiovaskuler seperti menurunkan hiperinsulinemia,

meningkatkan sensitifitas insulin, menurunkan lemak tubuh, serta

menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik sedang yang teratur berhubungan

dengan penurunan angka mortalitas sekitar 45-70% pada populasi diabetes

melitus tipe 2, serta menurunkan kadar gula darah yang dapat mencegah

terjadinya komplikasi (Sumah & Huwae, 2019).

2.3 Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan Rahayu dkk (2018) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2

(Studi diWilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Diketahui

bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat aktivitas fisikyang sedang

(71,4%). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat

aktivitas fisik dengan kadar gula darah diperoleh nilai (p=0,041).

Penelitian yang dilakukan Nurayati dan Adriani. (2017) terkait hubungan

aktifitas fisik dengan kadar gula darah puasa penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di

Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 62,9 %


25

responden memiliki aktivitas fisik rendah dan sebanyak 58,0 % responden

memiliki kadar gula darah puasa dalam kategori tinggi. Hasil penelitian

menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa

penderita Diabetes Melitus tipe 2 (p=0,000).

Penelitian yang dilakukan Sumah dan Huwae (2019). Tentang hubungan

aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan kadar gula darah pada pasien diabetes

melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Haulussy Ambon.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas

fisik dengan kadar gula darah sewaktu yakni p=0,002

Penelitian yang dilakukan Fitriana dkk (2019) tentang hubungan aktivitas

fisik dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II

di instalasi rawat inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Analisa data

menggunakan Mannwhitney. Hasil penelitian aktivitas fisik dengan terkendalinya

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di instalasi rawat inap

didapatkan hasil ρ -Value =0,000 <α 0,05. Maka Ho ditolak sehingga terdapat

hubungan antara aktivitas fisik dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien

diabetes mellitus Tipe II di instalasi rawat inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori pada dasarnya adalah hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoadmodjo, 2012). Berdasarkan landasan teori yang telah

dikemukakan maka kerangka teori dapat digambarkan sebagai berikut :


26

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Faktor resiko diabetes mellitus


yang dapat diubah:

- Obesitas
- Gula darah tinggi
- Hipertensi
- Kadar kolesterol tinggi
- Aktivitas fisik
- Diet yang buruk
- Perilaku merokok Kadar Gula Darah
- Stres (Diabetes Mellitus )
- Kualitas tidur
Faktor resiko diabetes mellitus
tidak dapat diubah:

- Usia
- Ras dan suku bangsa
- Jenis kelamin
- Riwayat gestasional
- Sindrom metabolik
- Riwayat keluarga
Sumber: modifikasi Soedarsono (2019). Sumah dan Huwae (2019).

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang dilakukan (Notoatmodjo, 2018).

Variabel independent Variabel dependent

Aktivitas Fisik Kadar Gula Darah Pada


Pasien Diabetes Melitus

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


27

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dari sebuah masalah

penelitian, pernyataan tersebut harus diuji apakah benar atau salah (Suyanto,

2011). Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Ada hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada pasien

diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2022.

H0: Tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada

pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Seputih Banyak

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2022.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan riset

pemasaran (Maholtra, 2017). Desain penelitian memberikan prosedur untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan

masalah dalam penelitian. Desain penelitian merupakan dasar dalam

melakukan penelitian. Oleh sebab itu, desain penelitian yang baik akan

menghasilkan penelitian yang efektif dan efisien.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

yaitu penelitian yang datanya berupa angka- angka (skor,nilai ) atau

pernyataan yang diangkakan dan di analisis dengan analisis statistik. Studi

yang digunakan analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana

dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis

dinamika korelasi antara fenomena atau anatara faktor resiko dengan faktor

efek (Notoatmodjo, 2018). Rancangan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah cross sectional. Pendekatan cros sectional adalah suatu

penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko

dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahuihubungan (variabel independen) aktivitas fisik dengan (variabel

dependen) kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2.

28
29

3.2 Variabel Penelitian

Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, organisasi, atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016)

Dalam penelitian ini penulis membedakan antara dua variabel yaitu

variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent)

1. Variabel bebas(independent)

Variabel yang dapat mempengaruhi dalam penelitian ini adalah

aktivitas fisik

2. Variabel terikat (dependent)

Variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah kadar gula

darah pada pasien diabetes melitustipe 2.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi variabel-variabel yang akan

diteliti secara operasional dilapangan. Definisi operasional bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang

akan diteliti serta untuk pengembangan instrumen (Riyanto, 2015).

Tabel 3.1
Definisi Operasional variabel
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala
Operasio
Variabel Dependent Ukur
Kad Jumlah Fingerprick Menguku 0. Tidak normal O
ar kandungan blood/ r kadar jika kadar gula
gul glukosa dalam glucometer gula darah ≥ 200 rd
ada plasma darah darah mg/dl
rah pada in
pasi pemeriksaan gula 1. Normal jika
30

en darah sewaktu kadar gula darah al


DM < 200 mg/dl
tipe (Sudoyo, 2014)
2

Variabel Independent
Frekuensi latihan Global Mengisi 0. Aktivitas fisik O
Aktivitas jasmani yang
fisik dilakukan sehari- PhysicalActi Kuesione rendah (Jika nilai rd
hari seperti
berjalan, vityQuestion r MET – menit/ in
bersepeda,
senam dan naire minggu < 600) al
membersihkan
rumah dll. (GPAQ)
dianjurkan
olahraga 30-45 1. Aktiviats fisik
menit sehari
dengan frekuensi sedang (Jika nilai
4-5 kali per
minggu MET –

(Soedarsono, menit/minggu
2019).
3000> MET ≥

600)

2. Aktiviats fisik

tinggi (Jika nilai

MET –

menit/minggu >

3000)

(Kemenkes RI, 2013)


31

3.4 Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes

melitus tipe 2 di Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah

periode Januari-Februari Tahun 2022 sebanyak 26 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh penderita

diabetes melitus tipe 2 yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Seputih

Banyak Kabupaten Lampung Tengah periode Januari-Februari Tahun 2022

sebanyak 26 orang.

3.4.3 Teknik sampling

Dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

total sampling, yaitu sampel yang diambil dari keseluruhan total populasi.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi

yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang rutin melakukan pemeriksaan di

Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten Lampung.

2. Dapat membaca dan menulis.

3. Bersedia menjadi responden dan kooperatif.


32

b. Kriteria Eksklusi

Karakteristik atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah:

1. Pasien DM yang memiliki komplikasi penyakit seperti stroke

2. Pasien DM yang memiliki keterbatasan komunikasi dan tidak

memungkinkan untuk penelitian.

3. Memiliki komplikasi berat dari diabetes mellitus seperti ketoasidosis

diabetik, gagal ginjal kronis, hipoglikemi, ulkus pada kaki atau

mengalami disabilitas fisik.

3.5 Tempat danWaktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal ini disetujui dan

tempat penelitian ini yaitu di Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten

Lampung Tengah.

3.6 Etik Penelitian

Merupakan pertimbangan rasional mengenai kewajiban-kewajiban moral

seorang peneliti atas apa yang dikerjakannya dalam penelitian, publikasi, dan

pengabdiannya kepada masyarakat.

Peneliti dalam melakukan penelitian ini hendaknya memegang

teguh sikap ilmiah (scientikattitude) serta berpegang teguh pada etika


33

penelitian, meskipun mungkin peneltiian yang dilakukan tidak akan

merugikan atau membahayakan bagi subjek peneltiian. (Milton, 1999

dalam Notoatmodjo (2018), mengatakan ada empat prinsip yang harus

dipegang teguh yakni:

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect For Human Dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut.

Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk

memberikan informasi atau tidak memberikan informasi. peneliti harus

mempersiapkan formulir persetujuan subjek (informconsent). Sebagai

ungkapan peneliti menghormati harkat dan martabat penelitian.

b. Menghormati Privasi Dan Kerahasiaan Subjek Penelitian (Respect For

PrivacyAndConfidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. setiap orang berhak untuk

tidak memberikan apa yang diketahui kepada orang lain. Oleh sebab itu,

peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai

pengganti identitas responden.

c. Keadilan Dan Inklusivitas/Keterbukaan (Respect For Justice An

Inclusivenes)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu lingkungan penelitian


34

perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancingharmandbenefit)

Sebuah penelitian harus memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subjek (Notoatmodjo, 2018).

3.7 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Merupakan alat ukur atau pedoman yang digunakan untuk mengumpulan

data penelitian

A. Instrumen penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian dapat berupa kuesioner (daftar

pernyataan), formulir observasi yang berkaitan dengan pencatatan data dan

sebagainya. Apabila data yang akan dikumpulkan adalah data yang

menyangkut pemeriksaan fisik maka instrument penelitian dapat berupa

stetoskop, tensimeter, timbangan, meteran atau alat lainnya ( Notoatmodjo,

2012).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data

berupa kuesioner dan lembar observasi, dimana daftar pertanyaan di isi secara

langsung oleh responden (Riyanto, 2015). Lembar kuesioner untuk mengukur

variabel aktivitas fisik menggunakan Global PhysicalActivityQuestionnaire


35

(GPAQ) terdiri dari 16 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Dengan

rentang skor nilai aktivitas fisik rendah MET <600 menit/minggu dan aktivitas

fisik sedang dan berat ≥600-3000 menit/minggu. Sedangkan untuk mengukur

variabel kadar gula darah dengan memberikan alat ukur Finger Prick

Blood/Glucometer.

B. Metode Pengumpulan data

Merupakan cara yang digunakan untuk menghimpun berbagai data,

informasi, maupun fakta pendukung lainnya sebagai keperluan saat akan

melakukan penelitian. Metode pengumpulan data pada penelitian ini

meliputi :

a.Data Primer

Data diperoleh langsung dari responden melalui:

1. Karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan pendidikan) diperoleh

dengan melakukan wawancara langsung.

2. Data aktivitas fisik menggunakan lembar kuesioner dan lembar

observasi yang telah ditentukan. Sedangkan kadar gula darah diperoleh

dari pemeriksaan glukosa darah dan observasi.

b.Data Sekunder

Merupakan data yang berbentuk dokumentasi, meliputi data rekam

medik kunjungan pengobatan diabetes melitus, dan gambaran umum

Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah. Prosedur


36

pengumpulan data penulis menempuh langkah-langkah :

a. Langkah persiapan

Persiapan sebelum melakukan penelitian ini meliputi :

1. Mengurus izin kepada pemimpin tempat penelitian.

2. Melakukan uji laik etik (ethicalclearence) pada komisi etik penelitian

kesehatan, setelah memperoleh surat keterangan laik etik kemudian

peneliti melakukan,

3. Melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui

jumlahrespondenyang ada diPuskesmas Seputih Banyak Kabupaten

Lampung Tengah.

4. Menyusun lembar kuesioner dan lembar observasi.

5. Memperbanyak lembar kuesioner dan lembar observasi.

b. Langkah-langkah pelaksanaan

1) Menyerahkan surat izin penelitian kepada kepala Puskesmas Seputih

Banyak Kabupaten Lampung Tengah.

2) Setelah mendapat izin kemudian penulis melakukan penelitian dengan

membagikan kuesioner kepada responden yang telah ditetapkan.

3) Peneliti mengumpulkan data dengan cara responden yang bersedia

menjadi responden mengisi lembar persetujuan (informedconsent).

4) Setelah responden setuju responden mengisi lembar kuesioner.

c. Langkah akhir

Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dan di analisis

data dirumuskankesimpulanpenelitian.
37

3.8 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.8.1 Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam

pengukuran (Dewi,2018).

3.8.2 Reliabilitas Instrumen

uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran

tersebut di ulang (Dewi, 2018).

Dalam Penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas dan uji

reliabilitas karena menggunakan kuesioner Global Physical Questionnaire

(GPAQ) yang dibuat oleh WHO. Global Physical Questionnaire (GPAQ)

merupakan kuesioner Valid dan Reliabel, yang mudah beradaptasi dan telah

dikembangkan untuk digunakan di Negara- Negara berkembang, sehingga

instrumen ini cocok dan dapat diterima untuk memonitor aktivitas fisik pada

sistem penelitian kesehatan dalam masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian

Bulletal (2019) dalam Landani (2018), instrument GPAQ memiliki nilai

realibilitas kuat (Kappa 0,67 sampai 0,73) dan memiliki tingkat validitas sedang

yang dikorelasikan dengan data accelerometerI(r=0,48).

3.9 Pengolahan Dan Analisa Data

Merupakan prosedur untuk menganalisis data. Prosedur ini mencakup

teknik menafsirkan data yang sudah di analisa dan cara merencanakan teknik

pengumpulan data penelitian sehingga analisis menjadi lebih cepat.

3.9.1 Pengolahan Data


38

Menurut (Hastono, 2017). Pengolahan data dilakukan dengan langkah

langkah sebagai berikut :

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau

instrumen penelitian apakah jawaban dalam instrumen sudah lengkap, jelas,

relevan dan konsisten. Pada tahap ini, penulis melakukan penelitian terhadap

data yang diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan atau

tidak.

b. Coding

Memberi kode identitas responden untuk menjaga kerahasiaan

identitas responden. Menetapkan kode skoring untuk jawaban responden atau

hasil observasi yang telah dilakukan. Penulis memberikan kode tertentu pada

tiap data sehingga memudahkan penulis dalam melakukan analisa data. untuk

variabel kadar gula darah yang normal diberi kode (1) dan tidak normal diberi

kode (0) aktivitas fisik rendah diberi kode (0), sedang diberi kode (1), dan

yang tinggi diberi kode (2).

c. Procesing

Prosesing Proses pengetikan data dari koesioner ke program komputer

agar dapat dianalisis. Tahapan prosesing pada penelitian ini menggunakan

bantuan computer dengan program analisis data.

d. Cleaning

Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang di entri

kedalam Program komputer agar tidak terdapat kesalahan.


39

3.9.2 Analisis Data

Sebuah proses untuk memeriksa, membersihkan, mengubah, dan

membuat pemodelan data dengan maksud untuk menemukan informasi

yang bermanfaat sehingga dapat memberikan petunjuk bagi peneliti untuk

mengambil keputusan terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai

berikut :

A. Analisa Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk memperolah

gambaran dari variabel yang diteliti. Analisis univariat dalam penelitian ini

menyajikan persentase aktivitas fisik dan kadar gula darah penderita DM tipe 2.

B. Analisa Bivariat

Analisis hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah

penderita DM tipe 2, dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square (X2)

dengan derajat kepercayaan 95% dan alpha (α) 5%. Jika p value ≤ 0,05, artinya

ada hubungan bermakna secara statistik atau Ha diterima dan jika p value > 0,05

tidak ada hubungan secara statistik atau Ha di tolak. Selain itu ditampilkan juga

nilai OddsRatio (OR) dari masing-masing variabel untuk melihat faktor resiko

atau derajat hubungan (Dahlan, 2015)

3.10 Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahap,

yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Awal
40

Tahap awal dalam proses penelitian ini yaitu mengamati fenomena

ataupun masalah-masalah kesehatan yang banyak ditemukan di

masyarakat, serta mengamati penyebab maupun upaya mengatasinya

sebagai data awal untuk merumuskan judul penelitian. Setelah rumusan

judul disetujui, selanjutnya peneliti melakukan tahap penyusunan proposal

yang diawali dengan mengajukan permohonan izin pra survey kepada

institusi terkait yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian,

mengumpulkan konsep teori yang menunjang sesuai dengan masalah yang

ditemukan, menyusun latar belakang masalah, merumuskan masalah

penelitian, tujuan, manfaat, dan ruang lingkup serta desain penelitian yang

akan digunakan. Setelah proposal disetujui dan telah diseminarkan serta

telah mendapatkan surat izin penelitian dari Universitas Muhammadiyah

Pringsewu Lampung dan izin dari Puskesmas Seputih Banyakpeneliti

melaksanakan pengumpulan data penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Adapun pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan melalui tahapan

sebagai berikut:

1. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang cara, tujuan,

manfaat, prosedur pengumpulan data serta menanyakan kesediaan

calon responden. Bagi calon yang bersedia menjadi responden, peneliti

memberikan informedconsentdan responden diminta untuk

menandatanganinya. Selain itu, responden juga diminta untuk mengisi

data diri sebagai gambaran karakteristik responden.


41

2. Selanjutnya penelitian melakukan pengukuran kadar gula darah kepada

masing-masing responden dan memberikan kuesioner untuk

mengetahui aktivitas fisik responden.

3. Setelah data terkumpul sesuai dengan jumlah responden maka

selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa data.

3. Tahap Akhir

a. Melakukan pengolahan dan analisa data hasil penelitian,

menginterprestasikan serta melakukan pembahasan sesuai temuan hasil

penelitian yang dikolaborasikan dengan teori maupun penelitian

terkait.

b. Penyajian hasil penelitian dalam bentuk tertulis yang dilanjutkan

dengan ujian pendadaran dan melakukan revisi sesuai saran penguji.

c. Menyerahkan laporan hasil penelitian kepada Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.


42

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.


Aplikasi Nanda NIC Dan NOC. Jakarta: Trans Info Media.

Budiman, Agus Riyanto. (2013). Kapita Selekta Kuesioner. Jakarta:


Salemba Medika.

Dahlan, MS. (2015). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan.


Salemba medika: Jakarta.

Fitriana., Muflihatin., Wibowo. (2019). Hubungan aktivitas fisik dengan


terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di instalasi
rawat inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Program Studi Ilmu
43

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Farmasi Universitas


Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan


Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Hastono, Sutanto Priyo. (2017). Analisis Data Pada Bidang Kesehatan.


Depok: Raja Grafindo Persada.

Sumah., Huwae (2019). Hubungan aktivitas fisik dan kualitas tidur


dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Molucca Medica Volume 12,
Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 1979-6358 (print) ISSN 25970246X (online).

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (Cetakan VI).


Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2018). Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT.


Rineka Cipta.

Nurarif, Amin. Huda., Kusuma. Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medis Dan Nanda. (Nort American Nursing Diagnosis
Association). NIC-NOC. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Edisi Revisi. Jilid 2.Yogyakarta: Medi Action.

Nurayati., Adriani. (2017). Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula


Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Amerta Nutrition. 80-87
80 DOI : 10.2473/amnt.v1i2.2017.80-87
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2019). Pedoman
pemantauan glukosa gula darah mandiri. Jakarta: Pengurus Besar Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI).

Rahayu., Saraswati., Setyawan. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan


dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 (Studi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (E-Journal). Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346).
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm.

Riyanto. A. (2015). Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Soedarsono. (2019). Bebas Diabetes Cara Alami & Natural. Surabaya:


Ecosystem Publishing.

Sudoyo dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing.
44

Sustrani, dkk. (2014). Diabetes. Jakarta: PT: Gramedia Pustaka Utama.

Sutanto. (2014). Cekal penyakit modern hipertensi, stroke, jantung,


kolesterol dan diabetes. Gejala-gejala pencegahan dan pengendalian. Jogjakarta:
Andi.
Suyanto. (2011). Metodelogi dan aplikasi penelitian keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Tandra. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang


Diabetes. Panduan Lengkap Mengenal Dan Mengatasi Diabetes Dengan Cepat
Dan Mudah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lampiran

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ……………………………………………………………
Umur : ……………………………………………………………
Alamat : ……………………………………………………………
45

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. Semua penjelasan mengenai keikutsertaan dalam penelitian ini telah
disampaikan kepada saya dan telah saya pahami dengan sejelas-jelasnya.
Bila memerlukan penjelasan lebih lanjut, saya dapat menanyakan kepada
mahasiswa bersangkutan di nomor telepon yang tertera
2. Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam
peneltian ini
3. Apabila pernyataan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman atau
berakibat negatif bagi diri saya, maka saya berhak untuk menghentikan
atau mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi
4. Saya mengerti bahwa catatan atau data mengenai penelitian ini akan
dirahasiakan. Kerahasiaan ini dijamin secara legal
5. Semua berkas yang yang mencantumkan identitas subjek penelitian hanya
dipergunakan untuk pengolahan data bila penelitian sudah selesai akan
dimusnahkan
6. Dengan secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia berperan dalam penelitian ini.
Seputih Banyak,……………….

Reponden

(………………..)

Nama terang
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
(UNTUK MENJADI RESPONDEN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rusman Efendi

Institusi : Puskesmas Seputih Banyak Lampung Tengah

Alamat : Kampung Siswo Bangun, Kec. Seputih Banyak Kab. Lampung Tengah
46

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan

Universitas Muhammadiyah pringsewu lampung, pada kesempatan ini, saya akan

melakukan penelitian tentang” Hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah

pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Seputih Banyak Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2021”. Penelitian ini membutuhkan sebanyak 31 subjek

penelitian.

A. Kesukarelaan mengikuti penelitian

Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila

anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri

setiap saat tanpa mengganggu proses hubungan dengan peneliti.

B. Prosedur penelitian

Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta

menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk anda simpan

dan satu untuk peneliti. Prosedur penelitian ini adalah : Anda diminta untuk

mengisi kuesioner dengan lengkap selama kurang lebih 10-15 menit, adapun

kuesionernya sebagai berikut.

1. Data demografi (usia, jenis kelamin dan pendidikan)

2. Kuesioner pemantauan kadar gula darah dan aktivitas fisik.

C. Kewajiban subjek penelitian

Sebagai subjek penelitian anda berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk

penelitian seperti yang tertulis diatas bila ada yang belum jelas anda

dipersilakan bertanya kepada peneliti.


47

D. Resiko penelitian

Tidak ada efek samping dan risiko dalam penelitian ini

E. Manfaat

Anda akan mendapatkan informasi tentang pengetahuan mengenai perawatan

pasien diabetes.

F. Kerahasiaan

Tidak ada informasi pribadi akan disertakan pada kuesioner. Data kuesioner

dikembalikan secara anonim dan tanggapan elektronik tidak dapat dilacak

kepengirim.

G. Kompensasi

Penelitian ini tidak menyediakan dana. Sehingga responden dalam penelitian

ini tidak mendapatkan kompensasi berupa materi (uang/barang).

H. Informasi tambahan

Jika ada hal-hal yang belum jelas berkenaan dengan penelitian ini maka

responden diperbolehkan bertanya kepada peneliti secara langsung atau dapat

menghubungi petugas Puskesmas Seputih Banyak Lampung Tengah

Seputih Banyak, ……………..

Peneliti

Rusman Efendi

KUESIONER
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
48

DI PUSKESMAS SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNGTENGAH


TAHUN 2021

Tanggal penelitian..............2021
A. Identitas Responden :
1. Inisial : ...................................
2. Usia : ...................................
3. Jenis kelamin Laki-laki..................
Perempuan...............
4. Pendidikan
a. Lulus SD ( )
b. Lulus SLTP ( )
c. Lulus SLTA ( )
d. Lulus PT ( )

5. Pekerjaan
a. PNS ( )
b. Swasta ( )
c. Tidak Bekerja ( )

B. Variabel Aktivitas Fisik


KUESIONER
49

GLOBAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNAIRE (GPAQ)

Jenis Aktivitas Jenis Kegiatan Contoh Aktivitas


Aktivitas Ringan 75% dari waktu yang digunakan Duduk, berdiri, mencuci
adalah untuk duduk atau berdiri piring, memasak,
dan 25 % untuk kegiatan berdiri menyetrika, bermain music,
dan berpindah menonton Tv,
mengemudikan kendaraan,
berjalan perlahan.
Aktivitas Sedang 40% dari waktu yang digunakan Menggosok lantai, mencuci
adalah untuk duduk atau berdiri mobil, menanam tanaman,
dan 60% adalah untuk kegiatan bersepedah pergi pulang
kerja khusus dalam bidang beraktivitas, berjalan
pekerjaannya. sedang dan cepat, bowling,
golf, berkuda, bermain tenis
meja, berenang, voli.
Aktivitas Berat 25% dari waktu yang digunakan Membawa barang berat,
adalah untuk duduk atau berdiri berkebun, bersepedah (16-
dan 75% adalah untuk kegiatan 22 km/jam), bermain sepak
kerja khusus dalam bidang bola, bermain basket, gym
pekerjaannya. angkat berat, berlari.

Total Aktivitas Fisik MET menit/minggu = [(P2XP3X8) + (P5xP6x4) + (P8xP9x4) +

(P11xP12x8) + (P14xP15x4)]

MET Kategori

MET > 3000 Tinggi

3000 > MET > 600 Sedang

600 < MET Rendah

No Pertanyaan Jawaban
50

Aktivitas saat belajar / bekerja


(Aktivitas termasuk kegiatan belajar, latihan, aktivitas
rumah tangga, dll
P1 Apakah Aktivitas sehari- hari Anda, termasuk 1. Ya
aktivitas berat (seperti membawa beban berat,
menggali atau pekerjaan konstruksi lain)? 2. Tidak (langsung
ke p4)
P2 Berapa hari dalam seminggu anda melakukan
Aktivitas Berat? ………… Hari
P3 Berapa lama dalam sehari biasanya anda melakukan
Aktivitas Berat ? …… Jam …Menit

P4 Apakah aktivitas sehari- hari anda termasuk 1. Ya


Aktivitas Sedang yang menyebabkan peningkatan
nafas dan denyut nadi, seperti mengangkat beban 2. Tidak ( Langsung
ringan dan jalan sedang (minimal 10 menit secara ke P7)
kontinyu) ?
P5 Berapa hari dalam seminggu anda melakukan
Aktivitas sedang ? ………… Hari
P6 Berapa lama dalam sehari biasanya anda melakukan
Aktivitas Sedang? …… Jam …....Menit
Perjalanan ke dan dari tempat aktivititas 
Perjalanan ke tempat aktivitas, berbelanja, beribadah diluar,
dll
P7 Apakah Anda Berjalan kaki atau bersepedah 1. Ya
untuk pergi ke suatu tempat minimal 10 menit
kontinyu ?  2. Tidak (langsung
ke P10)
P8 Berapa hari dalam seminggu anda berjalan kaki
atau bersepedah untuk pergi ke suatu tempat ? ………… Hari
P9 Berapa lama dalam sehari biasanya anda berjalan
kaki atau bersepedah untuk pergi ke suatu tempat ?
…… Jam …...Menit
Aktivitas rekreasi (olahraga, fitness, dan rekreasi lainnya) 
P10 Apakah anda melakukan olahraga, fitness, atau 1. Ya
rekreasi yang berat seperti lari, sepak bola atau
rekreasi lainnya, yang mengakibatkan peningkatan 2. Tidak (Langsung
nafas dan denyut nadi secara besar (minimal dalam ke P13)
10 menit secara kontinyu) ?
P11 Berapa hari dalam seminggu biasanya anda
melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi yang
tergolong berat ? ………… Hari

P12 Berapa lama anda melakukan olahraga, fitness, atau


rekreasi yang merupakan aktivitas berat dalam 1
hari ? …… Jam …Menit
P13 Apakah anda melakukan olahraga, fitness, atau 1. Ya
rekreasi yang merupakan aktivitas sedang (seperti
jalan cepat, bersepedah, berenang, bola voli) 2. Tidak (Langsung ke
51

minimal 10 menit per hari? No 16)


P14 Berapa hari dalam seminggu biasanya anda
melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi yang
merupakan aktivitas sedang?  ………… Hari
P15 Berapa lama anda melakukan olahraga, fitness, atau
rekreasi yang merupakan aktivitas sedang dalam 1
hari ? …… Jam …Menit

Aktivitas Menetap (sedentary Behavior)


Aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti
duduk saat bekerja, duduk saat di kendaraan, menonton
televise, atau berbaring KECUALI tidur 
P16 Berapa lama anda duduk atau berbaring dalam sehari …… Jam …Menit
?

Sumber: Fitriana., Muflihatin.,Wibowo (2019).

C. Kadar gula darah


Tanggal penelitian..............2022

No Nama Pemeriksaan Gula Darah Normal Tidak


sewaktu normal
< 200 mg/dl ≥ 200 mg/dl
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
52

MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI
Jalan Makam KH. Gholib No.112 Telp/Fax/ (0729)22537 Pringsewu Lampung 35373

LEMBAR KONSUL

Nama Mahasiswa : Rusman Efendi


NIM : 2020206203493P
Prodi : S1 Keperawatan Konversi
Pembimbing 1 : Ns. Andri Yulianto,S.Kep., M.Kes.
Judul Penelitian : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas
Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah Tahun
2022

No. Tanggal BAB Perbaikan Paraf


1. 25 maret Judul - Kembangkan referensi dan
2022 jurnal terkait

2. 25 maret Judul - Acc Judul


2022

3. 28 maret 1 Pembimbing 1
2022 - Secara keseluruhan font
time new roman
- Cari data terbaru
- REF belum masuk
- Ditambahkan lagi
tentang hasil penelitian
terkait judul
- Kata sambung tidak di
awal kalimat

4. 6 april 1 - Ref/ Kutipan


2022 - Elaborasi tambahkan 1
lagi
- Lanjut bab 2

5. 11 april 1 - Tujuan
2022 khusus(sistematika
penulisan)
2 - Kerangka teori(jelaskan
53

definisi)
- Lanjut bab 3

6. 13 april 3 - Definisi desain


2022 penelitian
- Tabel 1 spasi

7. 13 april 3
2022 - Dijelaskan dulu secara
konsep dan baru
menjelaskan
dibawahnya bagaimana

8. 16 april 3
2022 - Acc sidang proposal
lengkapi cover dll
lengkapi daftar pustaka
dan lampiran

9. 20 april -
2022 - Langsung daftar sidang
ujian proposal
54

MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI
Jalan Makam KH. Gholib No.112 Telp/Fax/ (0729)22537 Pringsewu Lampung 35373

LEMBAR KONSUL

Nama Mahasiswa : Rusman Efendi


NIM : 2020206203493P
Prodi : S1 Keperawatan Konversi
Pembimbing 2 : Ns. NuriaMuliani,M.Kep.,Sp.Kep.J
Judul Penelitian : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas
Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah Tahun
2022

No. Tanggal BAB Perbaikan Paraf


1. 25 maret judul - Kembangkan refrensi
2022 dan jurnal terkait
- Acc judul

2. 28 maret 1 Pembimbing 2
2022 - Penulisan asing
dimiringkan
- Penelitian terkait
minimal 2 setelah tahun
titiknya dihilangkan di
tambahkan tentang
- Jika tenaga kesehatan
itu perawat maka masuk
kedalam manfaat
aplikatif

3. 6 april 1 - Dan diluar kurung


2022 ditulis lengkap jangan
pakai symbol (&)
- Perbaiki manfaat teoritis
- Ruang lingkup sesuai
pedoman
- Lembar konsul
dibedakan antara p1 dan
p2
55

4. 9 april 1 - Isi ruang lingkup sesuai


2022 pedoman
- Konsul kembali
disertakan bab 2

5. 11 april 2 - Penulisan halaman


2022 disesuaikan
- Kembangkan kerangka
teori
- Konsul kembali sertakan
bab 3

6. 15 April 3 - Belum ada uji valliditas


2022 dan Reliabilitasnya
- Cover judul belum
sesuai pedoman
- Lengkapi lembar
persetujuan, daftar isi
dan yang lainnya

7. 20 April 3 - Cover judul masih


2022 belum sesuai pedoman
- Untuk validitas dan
reliabilitas di kasih point
sendiri”
- Refrensi minimal th 2012

8. 21 April 3 - Perbaiki cover Acc


2022 Sidang Proposal

Anda mungkin juga menyukai