Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN STASE KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI

RUANG NYERUPA RUMAH SAKIT


DEMANG SEPULAU RAYA LAMPUNG TENGAH

Oleh :
Kelompok 17 B

ALFIYAN PRIMA G ( 2019 2027 213 )


ANDINI DEVITA SARI ( 2019 2027 214 )
IMAM BAGUS G ( 2019 2027 217 )
JOKO NAYOGYO ( 2019 2027 218 )
KINAH RETNO ( 2019 2027 220 )
RITA SALEH ( 2019 2027 222 )
WIWIK HIDAYATI ( 2019 2027 225 )

UNIVERSITAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI NERS

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tema “Laporan Stase Kepemimpinan
Dan Manajemen Keperawatan Di Ruang Nyerupa RSUD Demang Sepulau Raya Lampung
Tengah Tahun 2019” Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah stase
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Profesi Ners di Universitas Muhammadiyah
Pringsewu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu
disempurnakan.Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami dan para pembacauntuk memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya
mengenai Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan .

Gunung Sugih, 27 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................3
C. Manfaat........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Keperawatan.............................................................................5
B. Fungsi Manajemen Keperawatan :...............................................................6
C. Proses Manajemen Keperawatan ................................................................7
D. Konsep Metode Tim ....................................................................................8

BAB III ANALISA DATA

A. Analisa Situasi Ruangan.............................................................................16


B. Analisis SWOT...........................................................................................20

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembahasan Dan Hasil ..............................................................................38

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulaisejak diterima dan
diakuinya keperawatan sebagai profesi pada lokakaryanasional keperawatan (Sitorus,
2006).Sesuai dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiapperkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secaraprofessional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi.
Dalampengembangan keperawatan dimasa depan yang menjadi prioritas utamaadalah
manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapatdiaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dankomunitas sehingga perawat perlu memahami
konsep dan aplikasinya. Menajemen keperawatan adalah pengorganisasian seluruhsumber
daya melalui perencanaan, pengorganisasian, pemberian bimbingandan pengendalian agar
tercapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yangtelah ditetapkan sebelumnya. (Henry
L.Silk)
Berdasarkan ilmu keperawatan,layanankeperawatan atau kesehatan diberikan
berdasarkan landasan ilmu dan bukan layanan yang menekankan pada prosedur
tindakan.Tenaga kesehatan harus bertanggung jawab untuk terus belajar
danmengembangkan ilmu keperawatan melalui kegiatan penelitian.Keperawatan dan
kepemimpinan menjadi sumber penting dalam membuat keputusan klinik dan merupakan
strategi dalam meningkatkan mutupelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang
bermutu, (Kozier etal,l997).
Sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia di antaranyaadalah terselenggarannya
Pelayanan Kesehatan yang semakin bermutu dan merata. Untuk mencapai sasaran ini,
maka ditetapkan peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit sebagai bagian dari tujuan
program pembangunankesehatan. Mutu pelayanan menunjukkan pada tingkat
kesempatanpelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiappasien
(Serbaguna. 2000).
Tuntunan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatandirasakan sebagai suatu
fenomena yang harus direspon oleh perawat.Respon yang ada harus bersifat kondusif
dengan belajar banyak tentangkonsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah

2
konkrit dalampelaksanaannya. Langkah langkah tersebut dapat berupa penataan
systemModel Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) mulai dariketenagaan,pasien,
penetapan sistem MPKP, dan perbaikan dokumentasikeperawatan dengan menerapkan
prinsip yang sesuai standar, mudahdilaksanakan, efektif dan efisien.
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkanprioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan. Hal iniberkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiapperkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan
secaraprofesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi
diIndonesia.Pelayanan keperawatan yang disebut profesional bukan sekedarterampil dalam
melakukan prosedur keperawatan tetapi mencakupketerampilan interpersonal,
keterampilan intelektual dan keterampilanteknikal.
Dalam keterampilan intelektual dan interpersonal komunikasiantara dua orang atau
kelompok yang dianggap ada dalam lingkungankeperawatan profesional misalnya antara
perawat dengan sesameperawat, perawat dengan pasien, perawat dengan dokter, dan
perawatdengan manajer (Roger, 2000 ).Rumah Sakit sebagai suatu tempat pelayanan
kesehatanmemiliki suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan kesehatan sepertidokter,
perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya, yang mempunyaisatu tujuan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan.Salah satu upaya meningkatkan manajerial yang
berkompetenselain didapatkan dibangku kuliah juga harus melalui pembelajaran
praktikdilahan praktik.
Praktik profesi Ners Universitas Muhammadiyah PringsewuLampung diharapkan
untuk mengaplikasikan langsung pengetahuanmanajerial diruang Nyerupa Rumah Sakit
Umum Daerah Demang Sepulau RayaKabupaten Lampung Tengah dengan arahandari
pembimbing lahan dan akademik secara intensif. Diharapkan padaproses praktik ini
mampu memberikan dan mengelola suatu ruanganperawatan dengan pendekatan proses
menajemen keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan denganmenggunakan keterampilan
manajemen dan kepemimpinan untukmenghasilkan kualitas pelayanan profesional
yang berkualitas tinggidan memberikan pembaharuan sesuai teori - teori
manajemenkeperawatan di ruang Nyerupa Rumah Sakit Umum Daerah Demang
Sepulau Raya Kabupaten Lampung Tengah

3
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dan menetapkan masalah tentang manajemenkeperawatan sesuai
dengan prioritas masalah
b. Mengorganisasikan setiap pelaksanaan kegiatan keperawatan
c. Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan
d. Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan yangtelah ditetapkan
e. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai diruangan
f. Memberikan usulan dan saran kepada ruangan nyerupa khususnya
g. Untuk tindak lanjut perbaikan sistem manajemen di ruangan

C. Manfaat
1. Ruang Nyerupa
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai standar
profesional melalui pengelolaanmanajemen keperawatan sesuai peran dan fungsi
manajemen diruang Nyerupa
a. Perawat
Meningkatkan mutu pengetahuan dan kemampuan perawat dalammemberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan. Dapatmengaplikasikan konsep-konsep manajemen
keperawatan terutama di ruang Nyerupa Rumah Sakit Umum Daerah Demang Sepulau
RayaKabupaten Lampung Tengah.
b. Kepala Ruangan
Memberikan pengetahuan bagi seorang kepala ruangan sehinggadapat
meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhankeperawatan.
c. Kepala Tim
Memberikan pengetahuan khususnya kepala tim dalammelaksanakan asuhan
keperawatan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Keperawatan

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara
singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen
mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies,
2002).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang


merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan
Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya,
maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan
sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok


yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya,
efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional
dalam pengambilan keputusan manajerial.

Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu
atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga
selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang
efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

B. Fungsi Manajemen
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu
Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian),
Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

5
1. Planning (Perencanaan)

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh


karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut
Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling
pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
- Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
- Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
- Membantu dalam koping dengan situasi kritis
- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa
lalu dan akan datang.
- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap dalam perencanaan :
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program.
- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

6
c. Jenis Perencanaan
- Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses
yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan
kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan
keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik
yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan
untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
- Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan
digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard
untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap
dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan
menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan,
standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai
terdiri dari program dan proyek.
d. Manfaat Perencanaan
- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan.
- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
- Memudahkan kordinasi
- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara
jelas
- Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
- Menghemat waktu dan dana
e. Keuntungan Perencanaan
- Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.

7
- Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
- Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi
keperawatan
- Memodifikasi gaya manajemen
- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Kelemahan Perencanaan
- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-
fakta tentang masa yang akan datang
- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
- Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,
pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial,
material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya,
2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha
kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
- Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui
kegiatan yang dilakukannya.
- Pendelegasian wewenang.
- Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi
perencanaan.
- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

8
- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
- Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
- Mendelegasikan wewenang.
3. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis
berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu
organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan
staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk
studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan
Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu
kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan
suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup
personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan
adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan
tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan
dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung,
juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang
diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test,
obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan
mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.
Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi
secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis,
struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis,
pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi,
orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan

9
merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan
di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah
untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas
meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada
situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk
memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini
dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus
berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan
metode lain yang biasa.
4. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan
oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan
pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen.
Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang
mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai
tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai
suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok)
membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan
pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk
memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang
tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar
mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan yaitu :
- Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
- Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara

10
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
- Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan
kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat
mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan
professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi,
membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
5. Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang
lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan,
serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan
fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
- Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur,
misalnya menepati jam kerja.
- Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.

11
- Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga
staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan
program.
- Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran
dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk
memperbaiki kinerja.
- Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
- Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
- Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
- Harus memandang ke depan
- Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
- Harus objektif
- Harus fleksibel
- Harus menunjukkan pola organisasi
- Harus ekonomis
- Harus mudah dimengerti
- Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai
contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan
operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta
pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk
perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-
tujuan keperawatan adalah:
- Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur
dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas
dalam keperawatan.
- Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-
akibat dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat,
maka akan diperoleh manfaat :
- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan
standard atau rencana kerja.

12
- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya
- Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan
dan telah digunakan secara benar.
- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan
latihan lanjutan.

C. Standard Asuhan Keperawatan

Standard merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan sebelumnya yang


bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard memiliki karakteristik pembeda,
ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-
orang yang terpengaruh olehnya.

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui


kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan berupa standar yang dibuat oleh
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit,
Undang-undang , Keppres, Peraturan Pemerintah.

Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan,


mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam
melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-
jenis standar profesi keperawatan meliputi: standard pelayanan keperawatan, standard
praktik keperawatan, standard pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan
keperawatan berkelanjutan.

Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus melaksanakan


standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan keperawatan di rumah
sakit, yang meliputi:

Standard 1: Falsafah keperawatan

Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan

Standard 3: Pengkajian Keperawatan

13
Standard 4 : Diagnosa Keperawatan

Standard 5 : Perencanaan Keperawatan

Standard 6: Intervensi Keperawatan

Standard 7 :Evaluasi Keperawatan

Standard 8: Catatan Asuhan Keperawatan

Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan kriteria dapat
dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien. Standard membentuk
kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis, pengukuran hasil secara fisik dan
kuantitatif, unit pelayanan, jam personel, kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan
standard-standard yang tidak jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran
yang tidak diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif,
kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu
pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat mengembangkan
kerja sama dengan perawat-perawat klinik, kriteria keperawatan klinik dihadapkan pada
pengukuran hasil pasien dan proses keperawatan. Standar-standard ini digambarkan
sebagai hasil pasien dan sebagai proses asuhan keperawatan.

Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar


praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2010) yang
mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2)
Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.

1. Standard I : Pengkajian keperawatan

Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,


menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh,
dikomunikasikan, dan dicatat.

Kriteria Pengkajian meliputi :

- Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik,


serta dari pemeriksaan penunjang

14
- Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam
medis dan catatan lain.
- Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi :
- Status kesehatan pasien masa lalu
- Status kesehatan pasien saat ini
- Status biologis-psikologis-sosial-spritual
- Respon terhadap terapi
- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
2. Standard II : Diagnosa keperawatan

Adapun kriteria proses :

- Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah,


perumusan diagnosa keperawatan.
- Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala
(S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
- Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi
diagnosa keperawatan.
- Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

3. Standard III : Perencanaan keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan


meningkatkan kesehatan pasien.

Kriteria proses, meliputi :

- Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan
- Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan
- Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien
- Mendokumentasikan rencana keperawatan

4. Standard IV : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses


Asuhan Keperawatan.

15
Kriteria proses, meliputi :

- Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan


- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep,
keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang
digunakan
- Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon
pasien.

5. Standard V : Evaluasi keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam


pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

Adapun kriteria prosesnya adalah:

- Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat


waktu dan terus-menerus
- Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah pencapaian
tujuan
- Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat
- Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan
keperawatan
- Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan
Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan
keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.

D. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu kejadian/aktivitas


tertentu secara sah/legal (Carpenito, 1998). Dokumentasi keperawatan adalah suatu
catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang
berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien,
tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. (Fisbach, 1991 dalam Tyo, 2009).

16
1. Tujuan Dokumentesi Keperawatan

Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut (Potter, 1989 dalam Tyo,


2009):

- Alat komunikasi anggota tim


- Biling keuangan
- Bahan pendidikan
- Sumber data dalam menyusun NCP
- Audit keperawatan
- Dokumen yang legal
- Informasi statistik
- Bahan penelitian

2. Makna Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari


berbagai aspek yaitu :

- Hukum :
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan
bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi
keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna
jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat
digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus
diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga
kesehatan (perawat), tanggal dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah
(Nursalam, 2001).

- Jaminan mutu (Kualitas pelayanan) :


Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan
bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Dan untuk
mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah
baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini
membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2001).

17
- Komunikasi :
Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah yang
berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan dapat melihat
catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam
memberikan Asuhan Keperawatan (Nursalam, 2001).
- Keuangan :
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang
belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat
dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi
pasien (Nursalam,2001).
- Pendidikan :
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut
kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai
bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan
(Nursalam,2001).
- Penelitian :
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat
didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek
riset dan pengembangan profesi keperawatan. (Nursalam, 2001).
- Akreditasi :
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan
fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada Pasien. Dengan
demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian Asuhan
Keperawatan yang diberikan, pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini
selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam
mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001).
Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah (Tyo, 2009):
a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan,
demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan
b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang
informasi/data yang penting tentang keadaannya
c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat

18
d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini
perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien
mulai dari pengkajian sampai evaluasi
e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : adanya
perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap
bimbingan perawat
f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik
dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.
g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang
dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat
h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan
pinsil agar tidak mudah dihapus.
i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan
diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani.
j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas
penulis
k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum
menulis data terakhir.
l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.

3. Proses dokumentasi keperawatan

Proses dokumentasi keperawatan mencakup:

a. Pengkajian

- Mengumpulkan Data

- Validasi data

- Organisasi data

- Mencatat data

b. Diagnosa Keperawatan

19
- Analisa data

- Identifikasdi masdalah

- Formulasi diagnosa

c. Perencanaan / Intervensi

- Prioritas Masalah

- Menentukan tujuan

- Memilih strategi keperawatan

- Mengembangkan rencana keperawatan

d. Pelaksanaan/implementasi

- Melaksanakan intervensi keperawatan

- Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan tanggal


pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan
intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk
hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan
yang telah melakukan intervensi.

- Memberikan laporan secara verbal

- Mempertahankan rencana asuhan

e. Evaluasi

- Mengidentifikasikan kriteria hasil

- Mengevaluasi pencapaian tujuan

- Memodifikasi rencana keperawatan

20
4. Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi

Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain:

a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk


klien. Hal ini penting untuk :

- Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang seharusnya


tidak perlu terjadi
Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga diberikan
obat kembali

- Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa yang secara
nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana hubungannya dengan
standar yang telah dibuat
- Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan yang sudah
diberikan (evaluasi klinis)
b. Menjadi dasar penentuan tugas

Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan keperawatan


yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam menentukan jurnal perawat
yang harus bartugas dalam setiap shift jaga

c. Memperkuat pelayanan keperawatan

Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-dokumen yang


ada.

- Dokumen tentang kondisi klien


- Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien
- Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan
d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan

Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu


perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.

21
E. Model Asuhan Keperawatan
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa
depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan
keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus,
modifikasi metode tim-primer.
1. Metode fungsional
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk
rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-
pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-
2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan
kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.

Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :

Pengobatan Merawat luka Pengobatan Merawat luka

Pasien/klien
Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

2. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi

22
menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam
satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan pemberian
pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan,
dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama
dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim
sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin,
anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang
berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif
antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat
mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk
membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien
masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat
menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian
dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing

23
3. Metode primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar
metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan
ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan
manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri
sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan
klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,
dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana pelaksana jika diperlukan days

evening night

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing

24
4. Metode kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolaso,
intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem
evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum dapat
diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyai kemampuan dasar yang sama.

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing

5. Modifikasi : MAKP Tim-Primer


Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan :

a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah
lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim
tentang asuhan keperawatan.

25
F. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Ruang Rawat

1. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan bimbingan yang


diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.
2. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
4. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan penelitian.
6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan .
7. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi tentang mutu
asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP
8. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberikan masukan
untuk perbaikan.
9. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian tentang
asuhan keperawatan.

G. Tugas Dan Tanggung Jawab Ketua Tim/Perawat Penanggungb Jawab


1. Kedudukan
Ketua Tim/Perawat penanggung Jawab adalah seorang perawat professional
dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.
2. Tugas Pokok :
Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar profesi
serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan secara efisien dan efektif.
Uraian Tugas :
a. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar
b. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim (group
petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan,
administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program
pengobatan.
c. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnnya.
d. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
e. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

26
f. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan
dokter.
g. Membantu pelaksanaan rujukan
h. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru mengenai : tata tertib
ruangan RS, perawat yang bertugas.
i. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
j. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service,
mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang ditunjukkan
kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.
k. Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
l. Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga keperawatan
m. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungan.

H. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana


Uraian tugas :
1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti) mengenai
kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic,
pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter
7. Membantu pelaksanaaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru mengenai : tata
tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service dan
peserta didik
11. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan
pengunjung ruangan
12. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan
13. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta
tenaga keperawatan

27
14. Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga dan
lingkungannya.
15. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota keluarga/keluarga.

28
BAB III

ANALISA DATA

A. Analisa Situasi Ruangan


1. Gambaran Ruangan Nyerupa
Gambaran situasi ruangan Nyerupa Rumah Sakit Demang Sepulau Raya Kabupaten
Lampung Tengah merupakan ruang instalasi rawat inap atau ruang perawatan yang
menangani pasien-pasien dengan kasus penyakit dalam seperti Hipertensi, DHF,
Jantung, Thypoid Abdominalis, dan lain-lain.
Ruangan nyerupo terdiri dari :
a. Ruang Nurse Station
b. Riang ganti perawat
c. Ruang adminnistrasi
d. Ruang gudang bersih
e. Ruang gudang kotor
f. 7 Ruang perawatan pasien yang terdiri dari kelas 1 dan kelas 2
Ruang Nyerupa memiliki Visi, Misi dan Motto sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi ruangan VIP yang mampu dan handal dalam pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit.
b. Misi
1) Kami dapat melayani pasien dengan layanan sepenuh hati, kami akan selalu
berkomunikasi dengan pasien secara terapeutik.
2) Kami akan optimalisasi sarana pelayanan sehingga bisa efektif dan efisien,
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, berfokus pada kesehatan
dan kepuasan pasien dengan tetap memperhatikan aspek sosial.
c. Motto
“ kami berkerja untuk melayani kesehatan anda “.

2. Pengkajian Masalah
a. Observasi
1) Pendokumentasian asuhan keperawatan pada catatan perkembangan belum
dilakukan sesuai dengan SOP seperti :

29
 tidak adanya acuan referensi untuk menegakkan diagnose keperawatan dan
intervensi keperawatan.
 Pada grafik TTV hanya di dokumentasikan pada saat pagi hari di pukul
06.00 WIB.
 Penulisan diagnose keperawatan tidak sesuai dengan standar referensi.
 Belum adanya penandaan atau pemberian stiker untuk pasien beresiko
seperti stiker merah (pasien dengan resiko alergik), stiker kuning ( resiko
pasien jatuh), stiker ungu ( DNR atau don’t resusitasi).
 Belum adanya pendokumentasian kejadian pasien resiko jatuh, medication
error di ruangan.

b. Ketersediaan alat kesehatan untuk stok cadangan diruangan tidak ada seperti
infuse set dan dower kateter.
c. Jika seluruh tempat tidur pasien terisi maka jumlah perawat masih kurang.
d. Beberapa pasien tidak mengenal perawat yang bertugas merawat pasien tersebut
pada saat dinas.
e. Penerapan komunikasi terapeutik yang masih kurang dilakukan oleh perawat.
f. Belum adanya bagan susunan struktur pegawai diruangan nyerupa.
g. Perawat melakukan dokumentasi setelah melakukan tindakan.
h. Tampak seorang pasien yang berteriak memanggil perawat dari kamar pasien
karena tidak ada keluarga yang menunggu.
i. Tampak kran air di kamar mandi pasien yang rusak (bocor).
j. Belum tersedianya ruangan kepala ruangan.

3. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala ruangan dan perawat di ruang Nyerupa
didapatkan data :

a. Kepala ruangan
 Mengatakan bahwa kendala saat ini adalah respon perawat terhadap pasien
yang masih kurang maksimal.
 Mengatakan sarana dan prasarana di ruangan sudah hampir memenuhi standar
akreditasi.

30
 Metode yang digunakan di ruangan nyerupa adalah metode tim.
 Diruangan nyerupa menggunakan metode tim karena lebih efektif
dibandingkan dengan menggunakan metode fungsonal, metode kasus, dan
metode primer. Karena dengan menggunakan metode tim, perawat diruangan
nyerupa dapat bekerja sama dalam melakukan asuhan keperawatan seperti
pembagian peran kerja sebagai kepala ruangan, ketua tim dan perawat
pelaksana.
 Belum maksimalnya penerapan tentang metode tim, ronde, predan post
conference.
 Pertukaran shift pagi dan malam dilakukan pada jam 08.00 WIB, pertukaran
shift pagi dan siang dilakukan pada jam 14.00 WIB, dan pertukan shift siang
dan malam dilakukan pada jam 20.00 WIB.
 Seluru perawat diruangan sudah melakukan pelatihan BTCLS.
 Kepala ruangan melakukan supervise terhadap anggotanya tiap 3 bulan sekali.
 Kepala ruangan mengatakan dengan jumlah perawat yang tersedia saat ini
sementara masih bisa melaksanakan asuhan keperawatan secara efektif.
 Jumlah tenaga saat ini tersedia 15 orang dengan jenjang pendidikan S1 yaitu 1
orang dan diploma sebanyak 14 orang.

b. Perawat
 Mengatakan apabila kamar pasien terisi penuh maka jumlah perawat masih
kurang dan tidak efektif dalam pemberian asuhan keperawatan.
 Perawat mengatakan tidak ada stok alkes seperti infuse set dan dower cateter
diruangan, jadi apa bila ada pasien yang akan dilakukan tindakan diruangan
tersebut maka perawat menunggu keluarga pasien terlebih dahulu untuk
mengambil alkes di apotik.
 Perawat mengatakan jumlah petugas saat dinas pagi yaitu 7 orang, dinas siang
2 orang dan dinas malam 2 orang.
 Tidak tersedianya bel di ruangan pasien yang digunakan pasien untuk
memanggil perawat.

c. Pasien
 Mengatakan respon perawat kurang.

31
 Salah satu pasien mengatakan kran dikamar mandi pasien rusak, sudah melapor
pada perawat tapi tak kunjung diperbaiki.

Hasil KuesionerTerlampir

A. ANALISIS SWOT
1. Strength (kekuatan)

No STRENGTH ( KEKUATAN ) WEAKNES ( KELEMAHAN )


Perawat Ruang Bedah berjumlah Metode tim diruangan sudah
15 orang dengan dengan 1 kepala berjalan tetapi belum maksimal.
ruangan 1 wakil kepala ruangan Dalam pendokumentasian asuhan
dengan tingkat pendidikan keperawatan hanya bersifat
Diploma, Sarjana, dan Profesi rutinitas.
Ners : Ruangan Ners Station belum
S1 Keperawatan 1 orang tersusun rapi karena ruangan yang
Dipoma 3 Keperawatan 14 orang tersedia tidak terlalu luas.
Kepala ruangan sudah mengikuti Pada saat operan dinas tidak semua
peatihan BTCLS dan manajemen perawat ada.
diklat. Operan dilakukan didepan pasien
Perawat yang mengikuti pelatihan tetapi terkadang dilakukan hanya
BTCLS sebanyak 15 orang. dilakukan di ruang Ners Station.
Belum ada denah lokasi.
Perawat 1 orang sebagai kepala Fasilitas kesehatan diruangan
ruangan dan 1 orang sebagai wakil belum memiliki kelengkapan untuk
kepala ruangan, shift pagi : 7 perawatan pasien sesuai dengan
orang standar
Shift sore : 2 orang dan shift
malam : 2 orang

Metode yang gunakan model


MPKP/MAKP dengan metode
tim.

32
Pencatatan jumlah dan jenis obat
setelah diberikan perawat
menceklis didalam buku laporan.

Perawat melakukan operan setiap


pergantian jaga shift.

Supervisi dilakukan setiap bulan.

Terdapat tempat untuk meletakan


blanko pasien.

Menurut perawat ruangan jumlah


perawat yang tersedia sudah sesuai
dilihat dari jumlah pasien yang
selalu kurang dari 20 pasien.
O OPPORTUNITY (Peluang) THEREAT (ANCAMAN)
- Rumah sakit member kesempatan Ada tuntutan tinggi dari masyarakat
untuk pelatihan bagi perawat untuk pelayanan yang lebih
ruangan professional
- Perawat mempuntyai kemauan Mskin tingginya kesadaran
untuk melanjutkan pendidikan masyarakat akan pentingnya
yang lebih tinggi kesehatan
- Adanya kesempatan menambah kebijakan pemerintah tentang BPJS
anggaran untuk pembelian set
peralatan
- Adanya kesempatan untuk
mengganti alat-alat yang tidak
layak pakai
- Kepercayaan dari pasien dan
masyarakat cukup baik
- Ada kebijakan pemerintah tentang
profesionalisme
Adanya mahasiswa praktik

33
manajemen keperawatan

2. Perumusan masalah

No IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB


MASALAH
1. A. Pendokumentasian askep belum optimal Pendokumentasian
B. - penulisan diagnose keperawatan tidak asuhan keperawatan di
sesuai standar. Ruang Nyerupa belum
C. – penulisan intervensi askep tidak sesuai optimal
standar
D. – penulisan implementasi askep tidak sesuai
standar
E. – pendokumentasian grafik TTV pasien
hanya dilakukan sekali selama 24 jam yaitu
pada pukul 06.00 WIB

2 Sarana dan Prasarana Kurang optimalnya


 Belum ada denah lokasi sarana dan prasarana
 Fasilitas ruangan belum lengkap
(tidak tersedianya bell di ruangan
pasien untuk memanggil perawat
dari ruangan pasien).
 Peralatan kesehatan belum lengkap
(tidak ada stok alkes seperti infuse
set dan dower cateter diruangan
3 keselamatan pasien Kurang optimalnya
 belum adanya penandaan atau pencatatan kejadian
pemberian stiker untuk pasien keselamatan pasien
beresiko seperti stiker merah (pasien ( patient safety)
dengan resiko alergik), stiker kuning
( resiko pasien jatuh), stiker ungu
( DNR atau don’t resusitasi).
 Belum adanya pendokumentasian

34
kejadian pasien resiko jatuh,
medication error di ruangan.

B. Prioritas masalah

No Masalah Manajemen A B C D E F G H I J Jumlah


1 Pendokumentasian 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 47
asuhan keperawatan di
Ruang Nyerupa belum
optimal
2 Kurang optimalnya 5 5 5 5 3 4 5 4 4 5 45
sarana dan prasarana
3 Kurang optimalnya 4 4 2 2 4 3 4 3 3 2 31
pencatatan kejadian
keselamatan pasien
(patient safety)

Keterangan:
A : Resiko Tenjadi G : Tempat
B : Resiko Parah H : Fasilitas Kesehatan
C : Potensial Untuk Pelatihan I : Sumber Daya
D: Minat Perawat J : Sesuai Peran Perawat
E : Mungkin Diatasi
F : Sesuai Program

Keterangan Bobot :
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3: Cukup
4: Tinggi
5: Sangat tinggi

Dari data diatas maka dapat dibuat prioritas masalah sebagai berikut :
1. Pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Nyerupa belum optimal
35
2. Kurang optimalnya prasarana ruangan.
3. Kurang optimalnya pencatatan kejadian keselamatan pasien ( patient safety).

C. Prioritas Masalah

No Masalah Manajemen A B C D E F G H I J Jumlah


1 Pendokumentasian
asuhan keperawatan di
Ruang Nyerupa belum
optimal
2 Kurang optimalnya
sarana dan prasarana
3 Kurang optimalnya
pencatatan kejadian
keselamatan pasien
(patient safety)

Keterangan:
A : Resiko tenjadi G : Tempat
B : Resiko parah H : fasilitas kesehatan
C : Potensial untuk pelatihan I : sumber daya
D: Minat perawat J : sesuai peran perawat
E : Mungkin diatasi
F : Sesuai Program

Keterangan Bobot :
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3: Cukup
4: Tinggi
5: Sangat tinggi

Dari data diatas maka dapat dibuat prioritas masalah sebagai berikut :
1. Pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Nyerupa belum optimal
2. Kurang optimalnya sarana dan prasarana ruangan.
36
3. Kurang optimalnya pencatatan kejadian keselamatan pasien (patient safety).

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL

37
A. Pembahasan

1. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Nyerupa Belum Optimal


a. Rumusan masalah
 Penulisan intervensi askep tidak sesuai standar
 Penulisan implementasi askep tidak sesuai standar
 Pendokumentasian grafik TTV pasien hanya dilakukan sekali selama
24 jam yaitu pada pukul 06.00 WIB
2. Kurang Optimalnya Sarana Prasarana Ruang Nyerupa
a. Rumusan masalah
 Belum ada denah lokasi
 Fasilitas ruangan belum lengkap (tidak tersedianya bell di ruangan
pasien untuk memanggil perawat dari ruangan pasien).
 Peralatan kesehatan belum lengkap (tidak ada stok alkes seperti infuse
set dan dower cateter diruangan
3. Kurang Optimalnya Pencatatan Kejadian Keselamatan Pasien (Patient
Safety) Diruang Nyerupa.
a. Rumusan masalah
 Belum adanya penandaan atau pemberian stiker untuk pasien beresiko
seperti stiker merah (pasien dengan resiko alergik), stiker kuning
( resiko pasien jatuh), stiker ungu ( DNR atau don’t resusitasi).
 Belum adanya pendokumentasian kejadian pasien resiko jatuh,
medication error di ruangan.
B. Hasil
1. Penyelesaian masalah
 Perlu adanya supervisi yang mengacu pada pendokumentasian asuhan
keperawatan sesuai standar, dengan menerapkan asuhan keperawatan
SIKI atau NANDA.
 Pendokumentasian grafik TTV pasien minimal 3x dalam 24 jam atau
sesuaikan dengan kondisi pasien.

2. Penyelesaian masalah

38
 Perlu adanya denah lokasi ruangan untuk mempermudah keluarga/
pengunjung mencari lokasi pasien dirawat.
 Perlu adanya fasilitas bell pada masing masing kamar pasien agar
mempermudah pasien saat membutuhkan bantuan perawat.
 Peralatan kesehatan atau stok alkes memang sudah peraturan dari
rumah sakit untuk tidak stok di ruangan (hanya stok untuk ke adaan
emergency), jadi keluarga pasien bisa mengambil alkes di depo apotek
sesuai dengan advis yang diberikan.
3. Penyelesaian masalah
 Perlu adanya penandaan atau pemberian stiker untuk pasien beresiko
seperti stiker merah (pasien dengan resiko alergik), stiker kuning
( resiko pasien jatuh), stiker ungu ( DNR atau don’t resusitasi).
 Perlu adanya pendokumentasian kejadian pasien resiko jatuh,
medication error di ruangan jika terdapat pasien dengan resiko jatuh

BAB V

39
PENUTUP

1. Kesimpulan
Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara
singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen
mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies,
2002).
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sangat lah penting maka sebisa mungkin
harus di lengkapi karena itu aspek legalitan sebagai seorang perawat, dokumentasi
asuhan keperawatan yang ter standar dengan menerapkan SDKI,SIKI, dan NANDA.
Sarana dan prasarana di ruangan juga sangat penting untuk mempermudah dan member
kenyamanan pasien, adanya denah lokasi ruangan untuk mempermudah keluarga/
pengunjung mencari lokasi pasien dirawat, adanya fasilitas bell pada masing masing
kamar pasien agar mempermudah pasien saat membutuhkan bantuan perawat. Peralatan
kesehatan atau stok alkes memang sudah peraturan dari rumah sakit untuk tidak stok di
ruangan (hanya stok untuk ke adaan emergency), jadi keluarga pasien bisa mengambil
alkes di depo apotek sesuai dengan advis yang diberikan.
Penandaan atau pemberian stiker untuk pasien beresiko sangat penting agar perawat
dapat mengetahui kondisi pasien agar tidak terjadi medication error.

DAFTAR PUSTAKA

40
Griffin. 2003. Pengantar Manajemen. Penerbit Erlangga – Jakarta

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta.

Hani Handoko. 2009. Manajemen . Yogyakarta: BPFE.

Husaini Usman. 2008. Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Edisi 5. Salemba Medika. Jakarta.

Stoner, James A.F. 1996. Manajemen Terjemahan. Penerbit Erlangga – Jakarta

Sri Wiludjeng. 2007. Pengantar Manajemen Yogyakarta: Garaha Ilmu.

41

Anda mungkin juga menyukai