Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN STASE KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN

KEPERAWATAN DI RUANG NYERUPO RUMAH SAKIT


DEMANG SEPULAU RAYA LAMPUNG TENGAH

Oleh :
Kelompok 17 B

ALFIYAN PRIMA G ( 2019 2027 213 )


ANDINI DEVITA SARI ( 2019 2027 214 )
IMAM BAGUS G ( 2019 2027 217 )
JOKO NAYOGYO ( 2019 2027 218 )
KINAH RETNO ( 2019 2027 220 )
RITA SALEH ( 2019 2027 222 )
WIWIK HIDAYATI ( 2019 2027 225 )

UNIVERSITAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


FAKULTAS KESEHATAN
PRODI NERS
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tema “Laporan Stase Kepemimpinan
Dan Manajemen Keperawatan Di Ruang Nyerupa RSUD Demang Sepulau Raya Lampung
Tengah Tahun 2019” Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah stase
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Profesi Ners di Universitas Muhammadiyah
Pringsewu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu
disempurnakan.Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami dan para pembaca untuk memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya
mengenai Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan .

Gunung Sugih, 27 desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................3
C. Manfaat........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Keperawatan.............................................................................5
B. Fungsi Manajemen Keperawatan :...............................................................6
C. Proses Manajemen Keperawatan ................................................................7
D. Konsep Metode Tim ....................................................................................8

BAB III ANALISA DATA

A. Analisa Situasi Ruangan.............................................................................16


B. Analisis SWOT...........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan
diakuinya keperawatan sebagai profesi pada lokakarya nasional keperawatan (Sitorus,
2006).Sesuai dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi.
Dalam pengembangan keperawatan dimasa depan yang menjadi prioritas utama adalah
manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam
tatanan pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu
memahami konsep dan aplikasinya. Menajemen keperawatan adalah pengorganisasian
seluruh sumber daya melalui perencanaan, pengorganisasian, pemberian bimbingan dan
pengendalian agar tercapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. (Henry L.Silk)
Berdasarkan ilmu keperawatan, layanan keperawatan atau kesehatan diberikan
berdasarkan landasan ilmu dan bukan layanan yang menekankan pada prosedur
tindakan.Tenaga kesehatan harus bertanggung jawab untuk terus belajar dan
mengembangkan ilmu keperawatan melalui kegiatan penelitian.Keperawatan dan
kepemimpinan menjadi sumber penting dalam membuat keputusan klinik dan merupakan
strategi dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang
bermutu, (Kozier etal,l997).
Sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia di antaranya adalah terselenggarannya
Pelayanan Kesehatan yang semakin bermutu dan merata. Untuk mencapai sasaran ini,
maka ditetapkan peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit sebagai bagian dari tujuan
program pembangunan kesehatan. Mutu pelayanan menunjukkan pada tingkat kesempatan
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap pasien (Serbaguna.
2000).
Tuntunan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.Respon yang ada harus bersifat kondusif
dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah langkah tersebut dapat berupa penataan system
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) mulai dari ketenagaan,pasien, penetapan

3
sistem MPKP, dan perbaikan dokumentasi keperawatan dengan menerapkan prinsip yang
sesuai standar, mudah dilaksanakan, efektif dan efisien.
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi
diIndonesia.Pelayanan keperawatan yang disebut profesional bukan sekedar terampil
dalam melakukan prosedur keperawatan tetapi mencakup keterampilan interpersonal,
keterampilan intelektual dan keterampilan teknikal.
Dalam keterampilan intelektual dan interpersonal komunikasi antara dua orang atau
kelompok yang dianggap ada dalam lingkungan keperawatan profesional misalnya antara
perawat dengan sesame perawat, perawat dengan pasien, perawat dengan dokter, dan
perawat dengan manajer (Roger, 2000 ).Rumah Sakit sebagai suatu tempat pelayanan
kesehatan memiliki suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan kesehatan seperti dokter,
perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya, yang mempunyai satu tujuan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan.Salah satu upaya meningkatkan manajerial yang
berkompeten selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran praktik
di lahan praktik.
Praktik profesi Ners Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung diharapkan
untuk mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerial diruang Nyerupa Rumah Sakit
Umum Daerah Demang Sepulau Raya Kabupaten Lampung Tengah dengan arahan dari
pembimbing lahan dan akademik secara intensif. Diharapkan pada proses praktik ini
mampu memberikan dan mengelola suatu ruangan perawatan dengan pendekatan proses
menajemen keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan
keterampilan manajemen dan kepemimpinan untuk menghasilkan kualitas pelayanan
profesional yang berkualitas tinggi dan memberikan pembaharuan sesuai teori - teori
manajemen keperawatan di ruang Nyerupa Rumah Sakit Umum Daerah Demang
Sepulau Raya Kabupaten Lampung Tengah
2. Tujuan Khusus

4
a. Mengidentifikasi dan menetapkan masalah tentang manajemen keperawatan sesuai
dengan prioritas masalah
b. Mengorganisasikan setiap pelaksanaan kegiatan keperawatan
c. Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan
d. Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
e. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruangan
f. Memberikan usulan dan saran kepada ruangan Paru khususnya
g. Untuk tindak lanjut perbaikan sistem manajemen di ruangan

C. Manfaat
1. Ruang Paru
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai standar
profesional melalui pengelolaan manajemen keperawatan sesuai peran dan fungsi
manajemen di ruang Paru
a. Perawat
Meningkatkan mutu pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan. Dapat mengaplikasikan konsep-konsep manajemen
keperawatan terutama di ruang Nyerupa Rumah Sakit Umum Daerah Demang Sepulau
Raya Kabupaten Lampung Tengah.
b. Kepala Ruangan
Memberikan pengetahuan bagi seorang kepala ruangan sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan.
c. Kepala Tim
Memberikan pengetahuan khususnya kepala tim dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Keperawatan
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana, dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen juga
merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai
tujuan (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi.Tujuan
ditetapkan berdasarkan misi, filosofi dan tujuan organisasi. proses manajemen meliputi
kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui perencanaan organisasi, pengarahan dan
pengendalian sumber daya manusia, fisik, dan teknologi. Semua perawat yang terlibat
dalam manajemen keperawatan dianggap perlu memahami misi, Filosofi dan tujuan
pelayanan keperawatan serta kerangka konsep kerjanya.
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk
merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar
dapat memberikan pelayanan keperwatan sebaik-baiknya kepada pasien, diperlukan suatu
standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan
tersebut.
Tuntutan Masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu Pelayanan keperawatan
ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus
mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan
menjadi tenaga perawat yang professional. Pengembangan dalam berbagai aspek
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan
saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek
keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas.

6
Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan,
dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan
dirinya dalam sistem pelayanan kesehataan. Perubahan-perubahan ini akan membawa
dampak yang positif seperti makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan
yang diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan
yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga
kesehatan.
Dari alasan-alasan di atas maka Pelayanan keperawatan harus dikelola secara
profesional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan. Manajemen Keperawatan
harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga
perawat perlu memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi
keperawatan itu sendiri.

B. Fungsi Manajemen Keperawatan :


a. Perencanaan
Adalah suatu proses menetapkan sasaran dan memilih cara untuk sasaran tersebut
b. Pengorganisasian
Adalah seluruh proses pengelompokan tugas-tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawab, penetapan orang dan alat-alat.
c. Pengarahan
Adalah pengeluaran, penugasan, pesanan dan instruksi.
d. Pengawasan dan Pengendalian
Suatu proses kegiatan seorang pemimpin untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan
organisasi sesuai dengan rencana, kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
1. Peran Manajer
Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi
faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantung tugasnya, khususnya bagaimana
manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer dapat dinilai dari
kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan kerja
staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis
tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini
dapat ditanamkan kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan
memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik -

7
baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tugas
professional sebagaimana dibahas sebelumnya (Nursalam, 2002).

Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas kunci utama dalam kepuasan
kerja yaitu: input, hubungan manajer dengan staf,disiplin kerja, lingkungan tempat
kerja, istirahat dan makanan yang cukup,diskriminasi, kepuasan kerja, penghargaan
penampilan, klarifikasi kebijaksanaan, prosedur, dan keuntungan, mendapatkan
kesempatan,pengambilan keputusan, dan gaya manajer.

2. Kepala Ruangan
a. Peran Kepala Ruangan
Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994)adalah peran
kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas
pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan
keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat
serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.
Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan
koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan
kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan
kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode pemberian
asuhan keperawatan dapat dipilih sesuai dengan kondisi dan jumlah pasien, dan
kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan
(Arwani,2005).
b. Fungsi Kepala Ruangan
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston(2000) sebagai
berikut:
1. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan-peraturan : membuat perencanaan jangka pendek
dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi,
menetapkan biaya - biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan
pengelola rencana perubahan.
2. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit

8
serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power
serta wewengan dengan tepat.
3. Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekrutmen,interview, mencari,
dan orientasi dari staf baru, penjadwalan,pengembangan staf, dan sosialisasi
staf.
4. Pengarahan : meneangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya
manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian,
komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5. Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum,pengawasan etika
aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan
kelima fungsinya tersebut sehari - sehariakan bergerak dalam berbagai bidang
penjualan, pembelian, produksi,keuangan, personalia dan lain - lain.yang umum
dengan penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan
kesehatan klien atau menetang hak - hak klien.

3. Perawat Pelaksana
Dalam asuhan keperawatan sebagai pcrawat yang professional salah satu peran
sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak
langsung memberikan asuhan kepemwatan kepada pasien individu, keluarga, dan
Peran perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana disebut
Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu
pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara langsung atau tidak langsung (Praptianingsi,2006). Dalam
melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai:
a. Conferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien(Praptianingsi,
2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu
memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka
memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan
kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan
kepada klien,perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien.
b. Protector dan Advocat
Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan
kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan.(Praptianingsi, 2006).Menurut Potter

9
& Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan
lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan.Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Untuk menjalankan
tugas sebagai advokat,perawat melindungi hak dan kewajiban klien sebagai
manusia secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila
dibutuhkan. Perawat juga melindungi hak - hak klien melalui cara-cara yang umum
dengan penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan
klien atau menentang hak-hak klien.
c. Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini
terkait dengan keberadaan perawat yang mendampingi pasien selama 24 jam untuk
memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di
rumah sakit (Praptianingsi, 2006).
Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari
seluruh peran perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi
dengan klien, keluarga, antara sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya,
sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan
keputusan dengan klien dan keluarga,memberikan perlindungan pada klien dari
ancaman terhadap kesehatannya,mengokoordinasi dan mengatur asuhan
keperawatan dan lain-lain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
d. Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi organ
atau bagian tubuh agar sembuh dan berungsi normal.Rehabilitasi merupakan proses
dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau
kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas
rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan
alat pembantu berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup
yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005).

C. Proses Manajemen Keperawatan


Proses manajemen pada model praktik keperawatan professional terdiri dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),pengarahan (directing), dan
pengendalian (controlling).

10
1. Planning (Perencanaan)
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan
menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui
perencanaan dapat ditetapkan tugas-tugas staf. Dengan tugas-tugas ini seorang
pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta
menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas-
tugasnya.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk mcnghimpun semua sumber daya
atau potensi yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkarmya secara efisien
untuk mcncapai tujuan organisasi.Actuating (directing, commanding,
coordinating)Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan
adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja
secara optimal dan melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang
mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
3. Controling ( pengawasan, monitoring)
Adalah proses unmk mengamati secara terns-menerus pelaksanaan rencana kerja
yang sudah disusun dan megadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
Manajemen keperawatn terdiri atas beberapa komponen yang tiap - tiap komponen
saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu:
a. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personil, peralatan, dan fasilitas.
b. Proses
Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengamanan
dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan
kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil
yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
c. Output
Output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian
asuhan keperawatan dan pengembangan staf serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil/keluaran.

11
d. Kontrol
Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proposional,evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.

D. Konsep Metode Tim


Merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
sehingga diharapkan asuhan keperawatan meningkat.
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yeng terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan di bidangnya (registered nurse).Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok atau ketua grup dan ketua group bertanggung
jawab dalam mengarahkan aggota grup atau tim. Selain itu ketua grup bertugas
member sehingga mempengaruhi hasil yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
Pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien
serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan
dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan
atau asuhan keperawatan terhadap klien Keperawatan Tim berkembang pada awal
tahun 1950-an,saat berbagi pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan
tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk
menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. pada model
tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan profesional(Marquis&
Hutson,2000). di bawah pimpinan perawat profesional,kelompok perawat akan dapat
bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. penugasan terhadap
pasien disebut untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim

12
didasarkan padaa keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi
dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi
dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi.setiap anggota tim akan merasakan
kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu
mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. potensi setiap anggota tim
saling melengkapi menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam
pemberian asuhan keperawatan.Pelaksanan konsep tim sangat tergantung pada filisofi
ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. perawat yang
berperansebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan
kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan
klien. tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan
untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan mengkoordinasikan aktivitas klien.

Tujuan Metode Tim

Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah :

A. Kelebihan
1. Dapat mernfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif
2. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan
3. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
4. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal
5. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara afektif.
6. Peningkatan kerja sama dan komunikasi diantara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yanvg diberikan.
7. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
8. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas

B. Kelemahan

13
1. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota
tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat
pemimpin maupun perawat klinik
2. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
3. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar anggota tim terganggu. Perawat yang
belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf, berlindung
kepada anggota tim yang mampu
4. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur
5. Tidak efisien bila dibandingkan dengn model fungsional karena membutuhkan
tenaga yang mempunyai keterampilan

14
BAB III

ANALISA DATA

A. Analisa Situasi Ruangan


1. Gambaran Ruangan Nyerupa
Gambaran situasi ruangan Nyerupa Rumah Sakit Demang Sepulau Raya Kabupaten Lampung
Tengah merupakan ruang instalasi rawat inap atau ruang perawatan yang menangani pasien-
pasien dengan kasus penyakit dalam seperti Hipertensi, DHF, Jantung, Thypoid Abdominalis,
dan lain-lain.
Ruangan nyerupo terdiri dari :
a. ruang Nurse Station
b. Ruang spool hook
c. Ruang perawatan yang terdiri dari kelas 1 dan kelas 2
Ruang Nyerupa memiliki Visi, Misi dan Motto sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi ruangan VIB yang mampu dan handal dalam pelayanan keperawatan di Rumah
Sakit.
b. Misi
1) Kami dapat melayani pasien dengan layanan sepenuh hati, kami akan selalu
berkomunikasi dengan pasien secara terapeutik.
2) Kami akan optimalisasi sarana pelayanan sehingga bisa efektif dan efisien,
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, berfokus pada kesehatan dan
kepuasan pasien dengan tetap memperhatikan aspek sosial.
c. Motto
“ kami berkerja untuk melayani kesehatan anda “.

2. Pengkajian Masalah
a. Observasi
1) Pendokumentasian asuhan keperawatan pada catatan perkembangan belum dilakukan
sesuai dengan SOP seperti :
 tidak adanya acuan referensi untuk menegakkan diagnose keperawatan dan
intervensi keperawatan.
 Pada grafik TTV hanya di dokumentasikan pada saat pagi hari di pukul 06.00
WIB.
 Penulisan diagnose keperawatan tidak sesuai dengan standar referensi.

15
b. Ketersediaan alat kesehatan untuk stok cadangan diruangan tidak ada seperti infuse set
dan dower kateter.
c. Jika seluruh tempat tidur pasien terisi maka jumlah perawat masih kurang.
d. Beberapa pasien tidak mengenal perawat yang bertugas merawat pasien tersebut pada saat
dinas.
e. Penerapan komunikasi terapeutik yang masih kurang dilakukan oleh perawat.
f. Belum adanya bagan susunan struktur pegawai diruangan nyerupa.
g. Perawat melakukan dokumentasi setelah melakukan tindakan.

3. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala ruangan dan perawat di ruang Nyerupa
didapatkan data :

a. Kepala ruangan
 Mengatakan bahwa kendala saat ini adalah respon perawat terhadap pasien yang
masih kurang maksimal.
 Mengatakan sarana dan prasarana di ruangan sudah hampir memenuhi standar
akreditasi.
 Metode yang digunakan di ruangan nyerupa adalah metode tim.
 Diruangan nyerupa menggunakan metode tim karena lebih efektif dibandingkan
dengan menggunakan metode fungsonal, metode kasus, dan metode primer. Karena
dengan menggunakan metode tim, perawat diruangan nyerupa dapat bekerja sama
dalam melakukan asuhan keperawatan seperti pembagian peran kerja sebagai kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
 Belum maksimalnya penerapan tentang metode tim, ronde, pre dan post
conference.
 Pertukaran shift pagi dan malam dilakukan pada jam 08.00 WIB, pertukaran shift pagi
dan siang dilakukan pada jam 14.00 WIB, dan pertukan shift siang dan malam
dilakukan pada jam 20.00 WIB.
 Seluru perawat diruangan sudah melakukan pelatihan BTCLS.
 Kepala ruangan melakukan supervise terhadap anggotanya tiap 3 bulan sekali.
 Kepala ruangan mengatakan dengan jumlah perawat yang tersedia saat ini sementara
masih bisa melaksanakan asuhan keperawatan secara efektif.
 Jumlah tenaga saat ini tersedia 15 orang dengan jenjang pendidikan S1 yaitu 1 orang
dan diploma sebanyak 14 orang.

16
b. Perawat
 Mengatakan apabila kamar pasien terisi penuh maka jumlah perawat masih kurang
dan tidak efektif dalam pemberian asuhan keperawatan.
 Perawat mengatakan tidak ada stok alkes seperti infuse set dan dower cateter
diruangan, jadi apa bila ada pasien yang akan dilakukan tindakan diruangan tersebut
maka perawat menunggu keluarga pasien terlebih dahulu untuk mengambil alkes di
apotik.
 Perawat mengatakan jumlah petugas saat dinas pagi yaitu 7 orang, dinas siang 2 orang
dan dinas malam 2 orang.

c. Pasien
 Mengatakan respon perawat kurang.

Hasil KuesionerTerlampir

A. ANALISIS SWOT
1. Strength (kekuatan)

No STRENGTH ( KEKUATAN ) WEAKNES ( KELEMAHAN )


Perawat Ruang Bedah berjumlah Metode tim diruangan sudah
15 orang dengan dengan 1 kepala berjalan tetapi belum maksimal.
ruangan 1 wakil kepala ruangan Dalam pendokumentasian asuhan
dengan tingkat pendidikan keperawatan hanya bersifat
Diploma, Sarjana, dan Profesi rutinitas.
Ners : Ruangan Ners Station belum
S1 Keperawatan 1 orang tersusun rapi karena baru pindah
Dipoma 3 Keperawatan 14 orang ruangan.
Kepala ruangan sudah mengikuti Pada saat operan dinas tidak semua
peatihan BTCLS dan manajemen perawat ada.
diklat. Operan dilakukan didepan pasien
Perawat yang mengikuti pelatihan tetapi terkadang dilakukan hanya
BTCLS sebanyak 15 orang. dilakukan di ruang Ners Station.
Pasien tidak memiliki gelang
Perawat 1 orang sebagai kepala
identitas
ruangan dan 1 orang sebagai wakil
Belum ada denah lokasi

17
kepala ruangan, shift pagi : 7 Fasilitas kesehatan diruangan
orang belum memiliki kelengkapan untuk
Shift sore : 2 orang dan shift perawatan pasien sesuai dengan
malam : 2 orang standar

Metode yang gunakan metode tim.

Pencatatan jumlah dan jenis obat


setelah diberikan perawat
menceklis didalam buku laporan.

Perawat melakukan operan setiap


pergantian jaga shift.

Supervisi dilakukan setiap bulan.

Terdapat tempat untuk meletakan


blanko pasien.

Menurut perawat ruangan jumlah


perawat yang tersedia sudah sesuai
dilihat dari jumlah pasien yang
selalu kurang dari 20 pasien.
O OPPORTUNITY (Peluang) THEREAT (ANCAMAN)
- Rumah sakit member kesempatan Ada tuntutan tinggi dari masyarakat
untuk pelatihan bagi perawat untuk pelayanan yang lebih
ruangan professional
- Perawat mempuntyai kemauan Mskin tingginya kesadaran
untuk melanjutkan pendidikan masyarakat akan pentingnya
yang lebih tinggi kesehatan
- Adanya kesempatan menambah kebijakan pemerintah tentang BPJS
anggaran untuk pembelian set
peralatan
- Adanya kesempatan untuk
mengganti alat-alat yang tidak

18
layak pakai
- Kepercayaan dari pasien dan
masyarakat cukup baik
- Ada kebijakan pemerintah tentang
profesionalisme
Adanya mahasiswa praktik
manajemen keperawatan

2. Perumusan masalah

No IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB


MASALAH
1. Pola kerja Ketidakmampuan
Belum maksimal penerapan tentang metode melakukan metode tim,
tim ronde keperawatan.
Perawat tidak terbiasa menggunakan
metode tim dan ronde keperawatan
Tidak semua perawat mengikuti operan
shift

2 Prasarana Kurang optimalnya


Belum ada denah lokasi sarana dn prasarana
Fasilitas ruangan belum lengkap
Peralatan kesehatan belum lengkap

3 keselamatan pasien Kurang optimalnya


Belum adanya pendokumentasian flebitis, pencatatan kejadian
kejadian pasien jatuh, medication error di keselamatan pasien
ruangan. ( patient safety)

19
B. Prioritas masalah

No Masalah Manajemen A B C D E F G H I J Jumlah


1 ketidakmampuan 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 47
melakukan metode tim,
ronde keperawatan
2 Kurang optimalnya 5 5 5 5 3 4 5 4 4 5 45
sarana dan prasarana
3 Kurang optimalnya 4 4 2 2 4 3 4 3 3 2 31
pencatatan kejadian
keselamatan pasien
(patient safety)

Keterangan:
A : Resiko Tenjadi G : Tempat
B : Resiko Parah H : Fasilitas Kesehatan
C : Potensial Untuk Pelatihan I : Sumber Daya
D: Minat Perawat J : Sesuai Peran Perawat
E : Mungkin Diatasi
F : Sesuai Program

Keterangan Bobot :
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3: Cukup
4: Tinggi
5: Sangat tinggi

Dari data diatas maka dapat dibuat prioritas masalah sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan melakukan metode tim, ronde keperawatan
2. Kurang optimalnya prasarana ruangan.
3. Kurang optimalnya pencatatan kejadian keselamatan pasien ( patient safety).

C. Prioritas Masalah

No Masalah Manajemen A B C D E F G H I J Jumlah


1 ketidakmampuan
melakukan metode tim,
ronde keperawatan dan
supervisi
2 Kurang optimalnya
sarana dan prasarana
3 Kurang optimalnya

20
pencatatan kejadian
keselamatan pasien
(patient safety)

Keterangan:
A : Resiko tenjadi G : Tempat
B : Resiko parah H : fasilitas kesehatan
C : Potensial untuk pelatihan I : sumber daya
D: Minat perawat J : sesuai peran perawat
E : Mungkin diatasi
F : Sesuai Program

Keterangan Bobot :
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3: Cukup
4: Tinggi
5: Sangat tinggi

Dari data diatas maka dapat dibuat prioritas masalah sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan melakukan metode tim, ronde keperawatan
2. Kurang optimalnya prasarana ruangan.
3. Kurang optimalnya pencatatan kejadian keselamatan pasien (patient safety).

21
DAFTAR PUSTAKA

Griffin. 2003. Pengantar Manajemen. Penerbit Erlangga – Jakarta

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta.

Hani Handoko. 2009. Manajemen . Yogyakarta: BPFE.

Husaini Usman. 2008. Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Edisi 5. Salemba Medika. Jakarta.

Stoner, James A.F. 1996. Manajemen Terjemahan. Penerbit Erlangga – Jakarta

Sri Wiludjeng. 2007. Pengantar Manajemen Yogyakarta: Garaha Ilmu.

22

Anda mungkin juga menyukai