Anda di halaman 1dari 107

LAPORAN AKHIR MANAJEMEN KEPERAWATAN

DIRUANG ICU RSUD KOTA BANDUNG

SEMINAR AKHIR

Diajukan Untuk Menyelesaikan Tugas Manajemen Keperawatan

Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Kelompok 4

A. Dikdik Ridwanuloh Imas Yani Rahman

Anggarini Laksmi Nurul Suci

Beta Budiawan Mirna Asran

Eka Indah Ramadhani Novia Dina Luis

Fina Fauziyah Yesi Fitriani

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, Shalawat beserta Salam semoga tetap
tercurah kepada Rasulullah SAW, Nabi akhir zaman, beserta keluarga, para
sahabat dan juga para pengikutnya hingga akhir zaman.Dengan izin dan Ridho
dari Allah SWT, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“LAPORAN PROFESI NERS STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI
RUANG ICU RSUD KOTA BANDUNG” sebagai tugas Keperawatan
Manajemen pada Program Profesi Ners”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Laporan Akhir Manajemen
Keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna. Segala saran dan kritik yang
bersifat membangun diharapkan dengan senang hati dapat disampaikan kepada
penulis, sehingga dapat bermanfaat dan berguna untuk perbaikan dan
perkembangan dimasa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan Laporan Akhir Manajemen Keperawatan ini, kami
menyadari bahwa tanpa bantuan, pengertian, bimbingan, dan arahan dari berbagai
pihak yang terkait. Oleh sebab itu, saya mengucapkan penghargaan dan terima
kasih kepada :

1. Dr. Exsenveny Lalopua, M.Kes selaku Direktur RSUD Kota Bandung.


2. Dr. Hj. Suryani Soepardan.,MM., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Dharma Husada Bandung.
3. Asep Hendriana, S.Kep., Ners selaku Ketua seksi Keperawatan RSUD Kota
Bandung
4. Dr. Yudhi Prabati, selaku Kepala Instalasi ICU RSUD Kota Bandung.
5. Dewi Nurhayati, S.Kep., Ners sebagai kepala ruangan ICU RSUD Kota
Bandung.

i
6. Rochmah, S.Kep., Ners sebagai Clinical Instructor (CI)Ruang ICU RSUD
Kota Bandung.
7. Irma Nur Amaliah, S.Kep., Ners, M.Kep selaku ketua program studi Ilmu
Keperawatan
8. Annisa Nur Eriawan, S. Kep., Ners. MSN sebagai koordinator beserta tim
mata ajaran manajemen keperawatan
9. Dra. Hj. Laelasari, MARS sebagai pembimbing institusi
10. Teman-teman seangkatan profesi keperawatan angkatan 2019/2020
khususnya kelompok 4 atas kekompakan dan kekeluargaannya
Akhir kata semoga segala bantuan yang tulus ikhlas dari semua pihak yang
telah diberikan kepada kami dalam penyusunan Laporan Akhir Manajemen
Keperawatan ini mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.

Bandung, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 3

BAB II KAJIAN SITUASIONAL


A. Kajian Situasi di RSUD Kota Bandung............................................. 5
B. Jenis – Jenis Pelayanan Kesehatan....................................................6
C. Kajian Situasi di Ruang ICU ..............................................................8
D. Manajemen Unit................................................................................ 9
E. POA (Plant Of Action)......................................................................77

BAB III IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


A. Implementasi dan Evaluasi ............................................................ 79

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 94
B. Saran................................................................................................ 95

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 97

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan dituntut untuk
mampu dalam manajerial yang tangguh, semata demi kepuasan klien dalam
menerima pelayanan asuhan keperawatan. Kemampuan manajerial dapat
diperdalam dengan berbagai cara tentunya, salah satunya yaitu dengan
melewati pembelajaran melalui bangku kuliah tidak hanya dengan
pendalaman teori tetapi juga ditingkatkan ketermapilan manejerial melalui
pembelajaran di lahan praktek.
Penyelenggaraan asuhan keperawatan membutuhkan komponen
manajemen dalam mengatur suatu tim keperawatan agar terciptanya suatu
asuhan yang berkesinambungan dan profesional. Manajemen adalah proses
untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain, sedangkan
manajemen keperawatan adalah proses pengelolaan pelayanan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Manajemen keperawatan menurut Marquis dan Huston (2010) didefinisikan
sebagai suatu proses keperawatan yang menggunakan fungsi-fungsi
keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, dan pengendalian.
Peran perawat profesional dalam sistem kesehatan nasional adalah
berupaya mewujudkan sistem kesehatan yang baik, sehingga
penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health service) sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demands) masyarakat
(Nursalam, 2014). Perawat adalah ujung tombak dalam pelayanan
kesehatandi Rumah Sakit, karena pelayanan yang diberikan berlangsung
secara terus - menerus dan berkesinambungan selama 24 jam. Oleh karena
itu, baik atau buruknya citra sebuah institusi pelayanan kesehatan dalam hal
ini ditentukan oleh kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, untuk itu perlunya pemahaman atas konsep

1
dan aplikasi di dalam organisasi keperawatan oleh tenaga perawat itu sendiri.
ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi standar
profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan
dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek
sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan
dan dihormati dan kesemuanya itu akan dapat dicapaidengan manajemen
yang baik.
RSUD Kota Bandung adalah rumah sakit tipe B yang merupakan rumah
sakit milik Pemerintah yang terletak di kota Bandung dengan lokasi di Jl.
Rumah Sakit No.22 Ujungberung Bandung. Sejak berdiri tahun 1996 RSUD
Kota Bandung telah berkembang pesat dan konsisten mengabdi untuk
kesehatan masyarakat. Dengan semboyan “Sehat Bersama Kami” yang
menjadi motto RSUD Kota Bandung.
Ruang ICU adalah ruang perawatan intensif yang berkapasitas 6 tempat
tidur, dengan rincian 5 bed untuk kasus umum, 1 bed untuk pasien isolasi.
Bangunan ruang ICU terletak di lantai 2 Rumah Sakit, berdekatan dengan
ruang NICU, OKA,dan Aster. Fasilitas ruang perawatan setahap demi setahap
ditingkatkan sejalan dengan Rencana Strategis Rumah Sakit yang mengacu
pada Visi dan Misi RSUD Kota Bandung.
Berdasarkan fenomena diatas, maka kami akan mencoba mengkaji
manajemen unit dan manajemen asuhan keperawatan secara khusus di ruang
ICU RSUD Kota Bandung.

B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional, secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap

2
kepemimpinan yang profesional serta langkah-langkah manajemen
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu :
a. Melaksanakan pengkajian unsur manajemen 5 M dan Mutu
pelayanan
b. Menganalisis dari hasil kajian situasi untuk 5 M dan Mutu Pelayanan
c. Mengidentifikasi mutu pelayanan
d. Merencanakan kegiatan yang sesuai dengan temuan dari 5 M dan
mutu pelayanan
e. Mengimplementasikan kegiatan sesuai dengan rencana
f. Melaksanakan evaluasi

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
intensiv sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan
b. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi
c. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di ruang ICU RSUD Kota Bandung.
2. Bagi perawat Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yang ada di ruang ICU
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
3. Bagi institusi dan pendidikan

3
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan
ruangan perawatan intensif dengan 6 M (Man, Material, Market,
Methode, Money, Mutu).

4
BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG ICU

A. Kajian Situasi RSUD Kota Bandung


1. Sejarah singkat
RSUD Kota Bandung didirikan dan diresmikan pada tahun 1996
oleh Pemerintah Kota Bandung sesuai dengan Perda Kota Bandung No.
12 Tahun 1996 Tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUD Ujungberung
tanggal 15 Jui 1996 sebagai Puseksmas DTP yang kemudian mengalami
peningkatan status menjadi RS kelas D berdasarkan Perda Kota Bandung
No. 11 Tahun 1996 tanggal 13 Juli 1997.
Pada tahun 1998 status RSUD Kota Bandung ditingkatkan ladi
menjadi RS Kelas C berdasarkan SK Menkes No. 1373/Menkes/SK
/XII/98 pada tanggal 8 Desember 1998. Rumah Sakit ini terus
berkembang dan meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadi salah
satu faskes rujukan di daerah Bandung Timur.
Pada tahun 2010 berdasarkan SK Wali Kota Bandung No.
445/Kep-868-RSUD/2010 tanggal 9 Desember 2010 RSUD Kota
Bandung ditetapkan sebagai PPK-BLUD RSUD Kota Bandung,
tujuannya agar tercapainya upaya peningkatan profesionalisme dan daya
saing serta kemandirian dalam pengelolaan Rumah Sakit.
Perkembangan kualitas layanan RSUD Kota Bandung terus
meningkat dari tahun 2007 mendapatkan akreditasi rumah sakit tingkat
dasar, tahun 2008 mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008 untuk area poli
THT, poli Mata, poli Gigi dan mulut (dan pelayanan penunjang). Tahun
2012 mendapatkan akreditasi rumah sakit penuh 12 pelayanan dan tahun
2016 terakreditasi rumah sakit tingkat paripurna berdasarkan KARS-
Sert/328/VI/2016. Dan sekarang RSUD Kota Bandung menjadi RS tipe
B.

5
2. Motto
“Sehat Bersama Kami”
3. Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit Yang Berkualitas”
4. Misi
“Melakukan upaya pelayanan kesehatanlanjutan yang berkualitas kepada
masyarakat”.
5. Tujuan
“Terwujudnya pelayanan kesehatan lanjutan yang berkualitas kepada
masyarakat”
6. Fungsi
a. Penyelenggaraan pelayanan umum
b. Pelaksanaan tugas teknis operasional bidang pelayanan umum yang
meliputi keuangan, pelayanan medis dan keperawatan, penunjang
medis serta program dan pemasaran.
c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan
tugas dn fungsinya

B. Jenis – jenis pelayanan kesehatan


1. Instalasi gawat darurat 24 jam
2. Rawat jalan yang terdiri dari:

a. Spesialis Penyakit Dalam

b. Spesialis Penyakit Anak

c. Spesialis Bedah Anak

6
d. Spesialis Kandungan Dan Kebidanan

e. Spesialis Bedah Umum

f. Spesialis Bedah Mulut

g. Spesialis Orthopedi/Bedah Tulang

h. Spesialis Syaraf

i. Spesialis Bedah Syaraf

j. Spesialis THT

k. Spesialis Mata

l. Spesialis Kulit dan Kelamin

m. Spesialis Orthodonti

n. Spesialis Jantung

o. Spesialis Urologi/perkemihan

p. Spesialis Kesehatan Jiwa

q. Poliklinik EEG

r. Poli Akupuntur

7
s. Klinik Umum

t. Klinik Gigi dan Mulut

u. Klinik VCT dan CST (HIV/AIDS)

v. Pelayanan Konsultasi Gizi

w. Pelayanan DOTS

x. Pelayanan Konseling/Informasi Obat (PIO)

3. Rawat Inap yang terdiri dari :

a. Ruang perawatan VVIP, VIP, Kelas 1 (Anggrek A)

b. Ruang Perawatan Kelas 1 dan Kelas 2 (Anggrek B)

c. Ruang Perawatan Mawar

d. Ruang Perawatan Sakura

e. Ruang Perawatan Aster

f. Ruang Perawatan Flamboyan

g. Ruang Perawatan Melati

8
h. Ruang Perawatan Tulip

4. Pelayanan Penunjang Diagnostik yang terdiri dari :

a. Instalasi Radiologi

b. Instalasi Pathologi Klinik

c. Instalasi Pathologi Anatomi

5. Pelayanan lainnya yang terdiri dari :

a. Instalasi Gawat Darurat

b. Instalasi Farmasi

c. Instalasi Care Unit (ICU)

d. Instalasi Kamar Bedah Sentral

e. Instalasi Rehabilitasi Medik

f. Instalasi Gizi

9
g. Instalasi Laundry

h. Instalasi MCU (Medical Check Up)

i. Unit Hemodialisa (Cuci darah)

j. Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

k. Perinatal Intensive Care Unit (PICU)

l. Kesling

m. IPRS

n. Diklat

o. Bank Darah

p. CSSD

q. Instalasi Kamar Jenazah dan Kerohanian

r. Ambulance /Kereta Jenazah

C. Kajian Situasi di Ruang ICU


Ruang ICU adalah ruang rawat intensive yang berkapasitas 6 tempat
tidur, dengan rincian 5 bed untuk pasien umum, 1 bed untuk isolasi.
Bangunan ruang ICU terletak di lantai 2 sebelah kiri Rumah Sakit, berdekatan

10
dengan ruang NICU, OKA dan Aster. Fasilitas ruang perawatan secara
bertahap ditingkatkan sejalan dengan Rencana Strategis Rumah Sakit yang
mengacu pada Visi dan Misi RSUD Kota Bandung.

D. Manajemen Unit
1. Man
a. Tenaga dan Pasien M1-Man (Ketenagaan)
1) Jumlah Dan Kualifikasi Ketenagaan
Jumlah tenaga di Ruang ICU RSUD Kota Bandung
keperawatan dan non keperawatan :

Tenaga Keperawatan

Tabel 2.1 Kualifikasi Pendidikan Tenaga Keperawatan Ruang ICU

RSUD Kota Bandung

No Kualifikasi Jumlah Presentase

1. S1 Keperawatan + Profesi Ners 5 29 %

2. DIII Keperawatan 12 71 %

Total 17 100 %

Berdasarkan tabel diatas, dapat diinterpretasikan bahwa

11
sebagian besar (71%) perawat diruang ICU berpendidikan DIII
keperawatan dan 29% berpendidikan S1 Keperawatan Ners.

Tenaga Non Keperawatan

Tabel 2.1 Kualifikasi Pendidikan Tenaga Non Keperawatan Ruang

ICU RSUD Kota Bandung

No Kualifikasi Jumlah Presentase

1. Dokter Spesialis Intensive Care 1 33,3 %

2. S1 Administrasi 1 33,3 %

3. Pekarya 1 33,3%

Total 3 100 %

Berdasarkan tabel 2.2. di interpretasikan bahwa tenaga non


keperawatan diruang Mawar adalah tenaga dokter spesialis intensive
care 33,3 % , administrasi 33,3 %, dan pekarya 33,3 %.

12
2) Kualifikasi Tenaga
Menurut Kepmenkes 2010, tenaga yang terlibat dalam pelayanan ICU
terdiri dari tenaga dokter spesialis dan dokter yang telah mengikuti
pelatihan ICU dan perawat terlatih ICU. Tenaga tersebut
menyelenggarakan pelayanan ICU sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan yang diatur oleh masing-masing RS sesuai dengan jenis
dan klasifikasi RS seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel Ketenagaan

No Jenis KLASIFIKASI PELAYANAN


Tenaga ICU PRIMER ICU SEKUNDER ICU TERSIER
1 Kepala ICU 1. Dokter spesialis 1. Dokter intensivis Dokter intensivis
anestesiologi 2. Dokter spesialis anestesiologis
2. Dokter spesialis lain
yang telah mengikuti
pelatihan ICU
2 Tim Medis 1. Dokter spesialis sebagai 1. Dokter spesialis yang dapat 1. Dokter spesialis yang dapat
konsultan yang dapat memberikan pelayanan setiap memberikan pelayanan bila
dihubungi setiap diperlukan diperlukan
diperlukan 2. Dokter jaga 24 jam dengan 2. Dokter jaga 24 jam dengan
2. Dokter jaga 24 jam kemampuan ALS/ ACLS dan kemampuan ALS/ ACLS dan
dengan kemampuan FCCS FCCS
BHD dan BHL yang
bersertifikat
4 Perawat Perawat terlatih yangMinimal 50% dari jumlah seluruh Minimal 75% dari jumlah seluruh
bersertifikat BHD dan BHL perawat di ICU merupakan perawat di ICU merupakan perawat
perawat terlatih dan bersertifikat terlatih dan bersertifikat ICU
ICU
5 Tenaga 1. Tenaga administrasi di 1. Tenaga administrasi di ICU 1. Tenaga administrasi di ICU
Non Medis ICU harus mempunyai harus mempunyai kemampuan harus mempunyai kemampuan
kemampuan mengoperasikan komputer mengoperasikan komputer yang
mengoperasikan yang berhubungan dengan berhubungan dengan masalah
komputer yang masalah administrasi administrasi
berhubungan dengan 2. Tenaga pekarya 2. Tenaga laboratorium
masalah administrasi 3. Tenaga kebersihan 3. Tenaga kefarmasian
2. Tenaga pekarya 4. Tenaga pekarya
3. Tenaga kebersihan 5. Tenaga kebersihan
6. Tenaga rekam medik
7. Tenaga untuk kepentingan
ilmiah dan penelitian

13
Tabel 2.3 Kualifikasi Tenaga Keperawatan Ruang ICU RSUD Kota Bandung

N Nama Pendidika Status Jabatan MK(Th) Pelatihan


o n
1 Dewi S1 Ners PNS Kepala 10  Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Nurhayati Ruangan  PDKIB
 PMKI
 PDKI
 Basic Trauma Cardiac Life Suppor
+ Managemen Haji
 Manajemen Nyeri
 Hand Hygine and Effective
Communication
 Assesor Kompetensi Klinis
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
2 Rita DIII BLU Wakil 14  Pelatihan Dasar Intensive Care Uni
Komala D Kepala  PMKP
Ruangan/  PDKI
Ketua  Basic Trauma Cardiac Life Suppor
Tim  Adevanced Cardiac Life Support
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
3 Tomo DIII PNS Perawat 7  Pelatihan Dasar Intensive Care Uni
Pelaksan  Pertolongan Pertama Gawat Darurat
a  PDKI
 PMKI
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
4 Fahmi DIII BLU Perawat 6  Pelatihan Dasar Intensive Care Uni
Rahman D Pelaksan  PMKP
a  PMU
 Hand Hygine
 Pertolongan Pertama Gawat Darurat
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
5 Desi S1 Ners BLU Perawat 3  Pelatihan Dasar Intensive Care Uni
Berliantini D Pelaksan  Basic Trauma Cardiac Life Support
a  Pemasangan Infus Baik dan Benar
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
6 Rochmah S1 Ners PNS Perawat 13  Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Pelaksan  Pertolongan Pertama Gawat Darurat
a  Membangun Etos Kerja
 PDKI
 PMKI

Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria

14
perawat terlatih dan bersertifikat
7 Windi DIII PNS PP 3  Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Nuraeni  PDKI
 PMKI
 Basic Cardiac Life Support
 Hand Hygiene
 Basic Trauma Cardiac Life Support
 PMKI
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
8 Asep S1 Ners PNS PP 10  PPI
Kartiwa  Bantuan Hidup Dasar
 CS
 Quality Assurance

Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
9 Nia DIII PNS PP 8  Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Kurniasih  Hand Hygiene
 PPGD Basic II
 PMDKI
 PDKI
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
10 Dewi DIII PNS PP  Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Septiani  PDKI
 Adevenced Cardiac Life Support
 Pertolongan Pertama Gawat Darurat
 Manajemen Nyeri
 PMKI
 Hand Hygiene
 PMKP
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
11 Dede DIII BLU PP 6  Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Dkril D  PMKP
Khofiyi  Pertolongan Pertama Gawat Darurat
 PDKI
 ICU KOMPREHENSIF
 Bantuan Hidup Dasar
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
12 Suherni S1 Ners PNS PP 14  Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
 Hand Hygiene
 Adevenced Cardiac Life Support
 Pertolongan Pertama Gawat Darurat
 IV CATETER
 Bantuan Hidup Dasar
 Pelatihan Magang ICU

15
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
13 Tri Lestari DIII BLU PP 6  Adevenced Cardiac Life Support
D  IV CATETER
 Pelatihan prawat intensive care unit
dan magang pelatihan ICU
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
14 Susanti DIII PNS PP 12  Basic Trauma Cardiac Life Support
Yulianti  Adevenced Cardiac Life Support
 APAR
 PPI
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
15 Imas Yani DIII PNS PP 12  Basic Trauma Cardiac Life Support
Rahmat  Adevenced Cardiac Life Support
 APAR
 PPI
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
16 Syamsul DIII BLU PP 13  Adevenced Cardiac Life Support
Arif D  Basic Trauma Cardiac Life Support
 MANAJEMENT CODE SPOR
 MEDICINE
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
17 Vedi Aldri DIII BLU PP 5  Pertolongan Pertama Gawat Darurat
A D  IV CATETER
 HAND HYGINE
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat

16
17
3) Tenaga Mahasiswa Praktik
Tabel 2.4. Jumlah Tenaga Mahasiswa Praktek
No Kualifikasi Jumlah

1 Profesi Ners STIKes Dharma Husada


10 Mahasiswa
Bandung

2 Poltekes TNI AU 11 Mahasiswa

3 Orientasi CPNS 3 orang

Dari tanggal 16- 19Desember 2019 terdapat mahasiswa


yang sedang praktik di ruang ICU dari mahasiswa program
Profesi Ners STIKes Dharma Husada Bandung sebanyak 11
mahasiswa, Poltekes TNI AU sebanyak dan terdapat yang
sedang orientasi CPNS sebanyak 3 orang.

d) Perhitungan Tenaga Perawat dengan Metode Kepmenkes


Tahun 2010
Perhitungan tenaga perawat menurut Kepmenkes RI No.
1778/Menkes/SK/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit bahwa
jumlah perawat pada ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat
tidur dengan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan
perawat ; pasien dengan ventialsi mekanik adalah 1:1 sedangkan
perbandingan perawat ; pasien tanpa ventialsi mekanik adalah
1:2.
Di ICU RSUD Kota Bandung tersedia 6 tempat tidur
dengan 5 ventilasi mekanik maka perbandingan perawat : pasien
adalah 1:1 jadi kebutuhan tenaga perawat ICU RSUD Kota
Bandung adalah :
Di ICU RSUD Kota Bandung tersedia 6 tempat tidur
dengan 5 ventilasi mekanik maka perbandingan perawat : pasien

18
adalah 1:1 jadi kebutuhan tenaga perawat ICU RSUD Kota
Bandung adalah :
No Uraian Jumlah Kebutuhan
1. Shif Pagi 6 orang
2 Shif Sore 6 orang
3. Shift Malam 6 orang
4. Tenaga lepas 6 orang
Total 24 orang

Hasil Kajian :
Berdasarkan perhitungan tenaga menurut kepmenkes diatas
maka kebutuhan tenaga perawat di ruang ICU RSUD Kota
Bandung masih kurang mencukupi. Dengan kapasitas tempat tidur
6 dibutuhkan perawat 24 orang dengan pertimbangan setiap shift 6
orang, tenaga yg ada saat ini adalah 17 orang dengan pertimbangan
4 orang/ pershift masih dibutuhkan perawat sebanyak 7 orang.

e) Jumlah Pasien
Berikut adalah Jumlah pasien pada bulan September –
November 2019
Tabel 2.5 Jumlah pasien dalam bulan September – November 2019 di

Ruang ICU RSUD Kota Bandung

Bulan September

Usi Tingkat
No Nama JK Diagnosa medis
a Ketergantungan
1 Santi Soraya P 35 RF + ASMA BRONHIAL Total care
Dewi
2 Iyustina P 38 PENURUNAN KESADARAN Total care
Sassen + STROKE KARDIOEMBOLI
3 Juliana L 20 SYOK HIPOPOLEMIK + Total care
Prasetya HEMATEMESIS MELENA
4 Kankan L 37 MENINGITIS TB + B20 Total care
Kurwa
5 Undi L 81 STROKE PIS + HIPERTENSI total care

19
EMERGENCE
6 Yani Mulyani P 28 P2A0 PARTUS NATURUS Total care
DENGAN SC ETRIGIO
BISHOP SCOKE < 6 PADA
EKSLAMSIA
7 Iceu P 30 POST KURETASE A/ I SISA Total care
Rusnawati PLASENTA PADA
PENDARAHAN POST P2A1
8 Noviana P 38 POST + LE A/I PERITONITIS Total care
DIFUSE A.C ABSES INTRA
ABDOMEN +TUBA
OVARIAL ABSES
PERPORASI +
APENDIKSITIS +
SEPSISSYOK + DEMAM
TYPOID + DM TYPE 2 +
ANEMIA
9 Agung L 17 POST KRANIECTOMY Total care
TUMOR REMOVAL A/I SOL
(POD 1)
10 Tina Karlina P 25 POST SC A/I EKSLAMSIA Total care
11 Uhon L 76 RF + POST OF LE A/I ILEUS Total
Setiawan OBSTRUKTIF
12 Cucu P 23 SYOK HEMORAGIC GRED 3 Total care
Cahyana DAN 4 E.C PENDARAHAN
INTRA ABDOMEN +
PERPORASI INSERSIAL E.C
TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN
13 Ani P 27 POST SC A/I PRE EKLAMSI Total care
BERAT + CHF
14 Tjitjih P 70 SYOK HIPOPOLEMIK + Total care
Ratnasih HIPOGLIKEMIA + SYOK
KARDIOGENIK + OBS
PENURUNAN KESADARAN
+ METABOLIK
ENCEPHAHALOPATI +
STROKE INFRAK LAKUNER
15 Ruhiat L 64 SYOK KARDIGENIK + Total care
PENIRINAN KESADARAN
16 Yuhani P 53 PENURUNAN KESADARAN Total care
DD STROKE INFRAK LUAS
17 Asep L 20 MHI E.C EDH ICH SPONTAN Total care
Aproana
18 Dede L 28 POST LE + SEVEREGASTER Total care
Supandi

20
19 Jonihara L 60 OBS. PENURUNAN Total care
KESADARAN + SUS. STRKE
ULANG SAMA SISI, SUSP.
STROKE INFRAK DD PIS
20 Yanah Siti P 52 SYOK SEPSIS AKUT Total care
Mulyanah ABDOMEN E/C
PERITONITIS
21 Tarwiah P 59 SYOK SEPSIS A/C PLEBITIS Total care
DEUROKTICUM ANTE
DEKSTRA
22 Mamat L 52 POST KRANIOTOMI Total care
DEKOMPRESI E/C ICH
SPONTAN A/I GANGLIA
BASALO HIPERTENSI (POD
0)
23 Maesaroh P 51 RF + POST AMPUTASI Total care
ANTEBRAHIALIS DEXTRA
24 Ratna P 29 POST SC P2A0 A/I
DEKOMKORDIS GRED IV
25 Anisah L 22 SUSP. MENINGITIS TB + Total care
HIDROCEPALUS
26 Chandra L 58 STROKE INFRAK + Total care
Budhy KARDIOMEEMBOLI
27 Desri P 21 POST SC A/I DCFC GRED Total care
Winingsih LLL

Bulan Oktober

Tingkat
No Nama JK Usia Diagnosa Medis
Ketergantungan
1 Endang L 52 STROK PIS R/ VPSHUNT Total care
Kusnadi
2 Heni P 38 HEMATOM VULVA P6A0 Total care
Rohaeni PARTUS SPONTAN + PEB
3 Rika P 16 CEPERE HI Total care
Nurhayati
4 Taupik L 31 ALO Total care
Rahmat
5 Sobandi L 66 TOCSIX METABOLIC + Total care
STROKE INFARK
6 Ade L RF + POST OF CTR Total care
Suryawan
7 Tuti Sri P 43 RF + SDH AT REGIO Total care
Rahmawati FRONTOTEMPORAL

21
DEXTRA
8 Nurelawati P 38 CKD Total care
9 Hayati P 65 POST OF OPEN Total care
COLESTISTEKTOMI E/C
COLELITIASIS
SYMTOMATIC POD 1
10 Siti Nasifah P 67 POST OF OPEN Total care
COLESTISTEKTOMI E/C
COLELITIASIS
SYMTOMATIC
11 Suyanto L 48 ANSTEMI Total care
12 Mimin P 32 POST SC HISTOTOMI A.I Total care
INPENDING EKSLAMSI +
INSERSI IUD
13 Heni P 37 G3P2A0 GRAVIDA ATERM + Total care
PEB SUSP. DECOMKOTDIS
14 Endang L 69 POST LE Total care
Sutisna
15 Deti P 32 POST SCTP SUSP. AUD A/I Total care
Darmayanti GAGAL DRIP INDUKSI +
PEB
16 Obos L 57 SEPSIS + STROKE Total care
Lukman
17 Sobandi L 66 RF + STROKE ULANG KE – Total care
9 POST HAP
18 Saripudin L 62 POST TRUP CYTOSTOMI Total care
19 Yadi L 23 POST WSD A/I Total care
PNEMOTORAX KANAN +
PENDARAHAN INTRA
ABDOMEN A/C TROMA
TUMPUL ABDOMEN +
CLOSE FRAKTUR
KLAVIKULA KANAN
20 Fatimah P 41 G3P2A0 PART 36 – 37 Total care
MINGGU KL I FASE LATEN
HT 6 + EMBOLI PARU
21 Ana Mariana P 26 POST DEBRIDEMEN + CHF Total care
22 Undang L 67 SDH Total care
Ropandi
23 Siti Aisah P 41 POST INSISI DRAINASE + Parsial Care
DEBRIDEMEN A.I ABSES
RPQ ABDOMEN
24 Rochman L 68 RF + ALO Total care
25 Ondi L 66 RF +ICH SPONTAN Total care
26 Amih Yanih P 39 POST SC + DM + PEB Total care

22
27 Haris L 52 SYOK SEPSIS A.C Total care
PERITONITIS DIPPUS
28 I Made P 62 POST OF CLOSE FRAKTUR Total care
Sutika FEMUR
29 Iin Inawati P 47 SOL AR TEMPORAL Total care
30 Taupik L 31 RF + CKD ON HD+ ALO + Total care
Rahmat BP
31 Tarsih P 53 SYOK SEPTIK Total care
Turmiati
32 Dedeh P 49 POST EVIDE A.I ICH + IVH + Total care
SA8
33 Meisani P 29 POST SC Parsial Care
34 Iros P 37 POST SC Parsial Care
Mayasari
35 Tutun Sugara L 41 RF A.C HAP DD/PERIODIC Total care
APNEU STROKE INFARK
BERULANG
36 Endang L 69 SYOK HIPOPOLEMIK + SOL Total care
Sutisna + POST LE
37 Kurniati P 41 POST SC A/I PEB + MOW Total care
38 Tati Mulyati P 73 RF + TOKSIC MET ENCEPH Total care
A.C SEPSIS
39 Cacah P 69 RF + ALO + CKD ON HD + Total care
RETENSIO URIN
40 Nonoh P 79 POST ORIF A.I CLOSE Total care
FRAKTUR OF
41 Asep L 59 RF +BP + TB PARU + Total care
ANEMIA + ELEKTROLIN IN
BLANANCE
42 Edi L STEMI Parsial care

Bulan November
Tingkat
No Nama JK Usia Diagnosa Medis
Ketergantungan
1 Asep Subarja L 63 OBS. JOUNDCE A.C Total care
SUSP.COLELITIASIS
2 Ai Siti P 24 G2P1A0 GRAVIDA 24 – 25 + Total care
EKLAMSI
3 Iin P 74 RF+ POST PERITONITIS + POST Total care
LE
4 Endang L 61 POST OF LE Total care
5 Friska Haloho P 20 RF + POST PARTUM Total care
6 Ade Supriadi L 55 SYOK HIPOPOLEMIK + Total care
HEMATEMESIS MELENA
7 Debi Azizah P 20 POST SC Total care

23
8 Nur P 25 POST RE- LAPARATOMI + Total care
Wulandari TUBECTOMI SINISTRA +
B.LYNCEH SINISTRA + MOW
A/I SYOK HEMORAGIC POST
SC
9 LIA Waroka P 31 SEPERECOLELITIASIS A.C Total care
SUSP. BATU CNC PNMER DD
CNC INJURI, POST OF
COLESISTECTOMI POD 6
10 Sarah Imulda P 16 POST OF SC A/I EKSLAMSI Total care
11 Elis Mariam P 30 POST SC AT REGIO FEB Total care
12 Ahmad L 45 POST OF LE + PERITONIAL + Total care
Sobandi APENDIKTOMI + PECIKA
LITHOTOMI
13 Indri Kristianti P 29 POST SCTP + B- Total care
LYNCHSUTURE + STERILISASI
14 Maria Suryani P 55 RESPIRATORI DISTRESS + Total care
PENURUNAN KESADARAN A.C
SEPSIS + CHF + CKD
15 Kartini P 37 RF + PENURUNAN Total care
KESADARAN, SUSP.
MENINGITIS SYNDROM
16 Eti Rohaeti P 49 RF + S.O.M DEXTRA + CTR Total care
17 Anggi L 16 EPIDURAL HEMATOMA Total care
Pratama
18 Ngatio L 51 POST DEBRIDEMEN + ULKUS Total care
DM + ABEER MAKUS
19 Evi P 48 D- POST SC A.I INPENDING Total care
EKLAMSI + MOW
20 Yanto L 54 CA. NASOFARING Total care
21 Ukup L 63 POST LE ALI HERNIA Total care
INGUNALIS LATERALIS (D)
STRANGULATA (WITS’GENG
RENALIS)
22 Ade Samhuri L 57 RF + EDEMA PARU + HT + Total care
ENCEPALOPATI +DM +HHD+
STROKE INFARK
23 R. Ayub L 67 CHF Total care
Hermansyah
24 Lita P 28 P4A0 POST SC A.I GAWAT Total care
JANIN + +KPD +INPENDING
EKSLAMSI + INSERSI AUD
25 Jaka L 74 POST HERNIARAPHY Total care
26 Manah P 63 ALO + TB PARU Total care
27 Rosa Kartika P 23 ROSC P1A0 POST SC + B. Total care
LYNCH A.I GAWAT JANIN.
POST EKSLAMSIA
28 D. Rukmana L 67 POST LE A.C PERPUSI DIFUSS Total care
A.C APP

24
29 Woni Yanto L 61 STROKE + EFILEPSI Total care

2. Material
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan adalah semua bentuk alat kesehatan yang
dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh tujuan keperawatan
yang efektif dan efisien.

1) Denah Ruangan ICU RSUD Kota Bandung

1 WC WC
2 3 4 5 Ruang Ruang
Perawat Dokter

Ruang Aster Gudang


A
d
m
i
n
i
7 6 s
t
r
a

Ruang Transit Nurse station

R.ganti
ICU

WC
Pasien
Spoel hock
ICU/NICU/PICU
Ruang bersama staf OK
Ruang PICU/NICU
Gudang Selasar ICU/NICU/PICU

Ruang Ganti
PICU/NICU

Ruang ICU adalah ruangan Intensif Care Unit yang


berkapasitas 6 tempat tidur tapi yang di gunakan berjumlah 5 tempat
tidur. Bangunan ruang ICU terletak di bagian dalam Rumah Sakit,

25
berdekatan dengan ruang nifas. Ruang ICU terdiri satu lantai, letak
nurse station berada didalam ruangan.

2) Sarana dan Prasarana Penunjang Ruang ICU


Berdasarkan hasil studi dokumentasi dari prakarya, kepala
ruangan dan observasi, sarana dan prasarana dan peralatan di Ruangan
intensif care unit (ICU) sebagai berikut :

Tabel 2.7 Sarana dan Prasarana Penunjang Petugas Kesehatan


di Ruang ICU RSUD Kota Bandung
Sarana Di Ruangan Tidak
No Jumlah Layak Keterangan
Prasarana Ada Tidak layak
Ruang Nurse Terdapat didalam
1
1 Station ruangan ICU

Ruang -
2 -
Konsultasi

Sarana Di Ruangan Tidak


No Jumlah Layak Keterangan
Prasarana Ada Tidak layak

Ruang - -
3
bimbingan
Terdapat didalam
Ruang -
4 ruangan
tindakan
Ruang kepala
5 - -
ruangan
6 Dapur - -

Ruang Terdapat dibagian


7 spoelek hook 1 depan sebelum
(bilas) pintu masuk
Kamar
8 pasien + - -
kamar mandi
Terdapat di
Ruang
9 1 bagian depan
tunggu
pintu masuk
Terdapat
10 Ruang isolasi 1 didalam
ruangan
11 Ruang 5 Terdapat di
penyimpanan masing-masing

26
obat lemari pasien
Ruang Terdapat dibagian
12 penyimpanan 1 belakang
linen
Terdapat di
Ruang
15 1 samping nurse
administrasi
station
Ruang Terdapat didepan
16 1
istirahat di nurse station
Ruang Terdapat dibagian
17 1
gudang belakang
Terdapat
Lemari
18 2 disamping nurse
berkas
station
Lemari Terdapat
19 dokumen 5 dimasing-masing
pasien meja pasien
1 tempat sampah
medis terdapat
didekat pintu
Tempat
masuk. 1 tempat
20 sampah 2
sampah medis
medis
terdapat didekat
tempat cuci
tangan
Sarana Di Ruangan Tidak
No Jumlah Layak Keterangan
Prasarana Ada Tidak layak
1 tempat sampah
non medis
terdapat didekat
Tempat 2 pintu masuk. 1
21 sampah non tempat sampah
medis non medis
terdapat didekat
tempat cuci
tangan
Kulkas Terdapat diruang
22 penyimpanan 1 perawat
obat
Emergency Terdapat
21 trolly 1 disamping meja
oplos obat
Media
22 Penkes -
(leaflet)
23 Blankar Baik dan layak
pakai
24 Kursi roda 1 Baik dan layak
pakai

27
Hasil Analisa :

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Ruangan ICU RSUD Kota


Bandung

1. Tidak terdapat ruangan untuk kepala ruangan yang ada hanya ruangan
istirahat satu untuk semua perawat
2. Tidak terdapat ruangan konsultasi dan bimbingan
3. Tidak adanya sarana untuk media penkes (leaflet) tidak sejalan dengan
Undang Undang Rumah Sakit no 44 tahun 2009 tentang sarana dan
prasarana harus dalam keadaan terpeliharan dan berfungsi dengan baik

3) Sarana dan prasarana penunjang pasien di ruang ICU


Tabel 2.8 Sarana dan Prasarana Penunjang Pasien di Ruang ICU
RSUD Kota Bandung

Di Ruangan Tidak
No Nama Alat Jumlah Layak Keterangan
Ada Tidak layak
Terdapat
1 Tempat Tidur 6 didalam ruangan
ICU
Baik dan layak
2 Standar Infus 12 pakai

Baik dan layak


3 Buli-buli panas 4
pakai
Kasur Baik dan layak
4 1
dekubitus pakai
Baik dan layak
5 Meja Makan 3
pakai
Terdapat
disetiap tempat
6 Lemari Pasien 6 tidur pasien dan
1 lemari
cadangan
Penomoran -
7 tempat tidur

28
4) Sarana dan prasarana alat kesehatan ruang ICU
Tabel 2.9 Sarana dan prasarana alat kesehatan di Ruang
ICU RSUD Kota Bandung
Berdasarkan klasifikasi sekunder yang ada di RSUD Kota Bandung

Standar Jumlah Jumlah yang ada


Nama Alat yang Tidak
ICU Sekunder RS Sesuai
tersedia Sesuai
Monitor EKG 6 (sesuai jumlah
- 8 -
(Bedside monitor) tempat tidur)
Infused pump 12 (3 x tempat
- 27 -
tidur)
Ventilator
4 (sesuai tempat
- 8
tidur)

Standar Jumlah Jumlah yang ada


Nama Alat yang Tidak
ICU Sekunder RS Sesuai
tersedia Sesuai
Ventilator portabel 2 unit - 1
Defibilator 1 unit - 1
USG 2
EKG 3
Blanket warmer 1
Oksimetri 4 - 6
Suction 4 (sesuai tempat
- 5
tidur)
Bak instrumen
1:1 - 2 -
kecil/sedang
Bak instrumen 1
2 - -
besar
EKG 4 (sesuai jumlah
- 3 -
tempat tidur)
Bengkok 2 - 5 -
Lampu sorot (pen
1 - 3 -
light)
Nebulizer 1 - 2 -
Pinset anatomis 2 - 3 -
Pinset cirugis 2 - 1 -
Arteri klem lurus 4
Arteri klem
2
bengkok
Nail toder - 1
Gliserin spuit - 1
Gerusan obat 1 - 3 -
Gunting biasa - 2 -

29
Gunting verban 2 - 4 -
Gunting otot - 3
Gunting Jaringan 4
Tongue Spatel
1
metal
Kom kecil 7
Kom sedang 3
Kom besar tanpa
6
tutup
Kom besar debgan
3
tutup
Kom gelas dengan
3
tutup
Tabung oksigen
- 1 -
kecil
Troli tindakan 2 - 2 -
Syring Pump 12 (3 x tempat
- 27 -
tidur)
Tromol kasa - 2
Bak spuit 19
Termometer 6 (sesuai jumlah
-
tempat tidur)

5) Sarana dan prasarana Habis Pakai Ruang ICU


6) Tabel 2.10 Sarana dan prasarana habis pakai Ruang ICU RSUD Kota
Bandung
No Nama Barang Ada Tidak ada Kondisi
1 Plester Coklat - Baik
2 Plester Putih - Baik
3 Plester - Baik
4 Hipafix - Baik
5 Kassa - Siap Pakai
6 Kapas - Siap Pakai
7 Alkohol 70% - Layak pakai
8 Betadine - Layak Pakai
9 Saflon - Layak Pakai
10 Obat-obatan emergency - Layak Pakai
11 Nacl 0,9 % - Layak Pakai
12 Aquabidest - Layak Pakai
13 Handwash - Layak Pakai
14 Handscrub Gel - Layak Pakai
15 Handscrub Cair - Layak Pakai
16 Swab Alkohol - Layak Pakai
17 Masker - Layak Pakai

30
18 Jelly - Layak Pakai
19 Leucomed - Layak Pakai
21 Under pad - Layak Pakai
22 Needle - Layak Pakai

7) Alat Tenun Ruang ICU


8) Tabel 2.11 Alat tenun Ruang ICU RSUD Kota Bandung

No Nama Barang Ada Tidak ada Kondisi


1 Gorden - Layak Pakai
17 buah
2 Sprei Besar - Layak Pakai
15 buah
3 Selimut - Layak Pakai
14 buah
4 Sarung Bantal 36 Layak Pakai
-
buah
5 Bantal 12 Layak Pakai
-
buah
6 Stik Laken 10 Layak Pakai
buah -

7 Perlak 30 Layak Pakai


buah -

8 Perlak Besar 4 buah Layak Pakai


-
9 Perlak Bantal 30 Layak Pakai
buah -

10 Baju Pasien 61 Layak Pakai


buah -

11 Restrain Tangan 16 Layak Pakai


buah -

12 Restrain Kaki 9 buah Layak Pakai


-
13 Handuk 3 buah Layak Pakai
-
14 Duk Bolong 7 buah Layak Pakai
-
15 Sarung Oksigen 16 Layak Pakai
buah -

31
16 Jas Perawat 8 buah Layak Pakai
-
17 Barakshot Plastik 8 buah Layak Pakai
-
18 Barak Kain 5 buah Layak Pakai
-
19 Perlak Alas Tindakan 3 buah Layak Pakai
-
20 Baju Perawat 14 Layak Pakai
buah -

9) Sarana ATK

Tabel 2.12 Daftar sarana ATK di Ruang ICU RSUD Kota Bandung

No Nama Format Jumlah Keterangan

1 Format Pengkajian Tersedia Baik

2 Format Proses Asuhan Tersedia Baik


Keperawatan

3 Catatan Perkembangan Pasien Tersedia Baik

4 Format SBAR Tersedia Baik

5 Format Discharge Planning Tersedia Baik

6 Format Konsultasi Tersedia Baik

7 Format Kepuasan Pasien Tersedia Baik

8 Format Kepuuasan Perawat Tersedia Baik

Hasil Kajian:
Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara di Ruang ICU RSUD
Kota Bandung:
1. Kurangnya jumalah linen yang ada, perbandingan linen dengan bad
berjumlah 1:6

3. Money

32
Berdasar hasil wawancara dengan Kepala Sub bagian (Kasubag)
Keuangan RSUD Kota Bandung dan Bagian Program serta Pemasaran
pada tanggal 21 Desember 2019 diperoleh data terkait keuangan/
pendanaan sebagai berikut :

a) Sumber Pendanaan Rumah Sakit


Ada tiga sumber dana bagi pembiayaan RSUD Kota Bandung,
pertama berasal dari APBN yaitu DAK (Dana Alokasi Khusus) yang
disalurkan melalui Kemenkeu/Kemenkes, namun dana ini bersifat
tidak rutin. Sumber dana kedua berasal dari APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah) dan yang ketiga berasal dari BLUD
melalui sistem pengajuan RBA (Rencana Bisnis Anggaran). Secara
garis besar rancangan anggaran belanja rumah sakit meliputi :
1) Operasional (kegiatan pelayanan)
2) Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon dll)
3) Pengembangan (sarana prasarana dan sumber daya manusia)
Pendanaan bahan habis (bahan untuk kebutuhan sehari-hari
memakai dana yang dialokasikan dari pemasukan rumah sakit, melalui
bagian pengadaan barang rumah sakit). Kepala ruangan terlibat dalam
penyusunan anggaran untuk pengajuan kebutuhan ruangan.

b) Sumber gaji pegawai


Pegawai RSUD Kota Bandung terdiri dari pegawai BLUD dan
Non BLUD (PNS/Aparatur Sipil Negara (ASN)). Sumber dana gaji
ASN di RSUD Kota Bandung berasal dari pemerintah (APBN),
sedangkan sumber dana gaji pegawai Non-ASN berasal dari rumah
sakit itu sendiri yang bersumber dari anggaran BLUD (Badan
Layanan Umum Daerah) dengan nominal disesuaikan dengan
kemampuan membayar Rumah Sakit.
Pegawai ASN mendapatkan TKD (Tunjangan Kinerja Daerah)
dengan perhitungan insentifnya diatur oleh SK Walikota yang

33
perhitungannya berdasarkan latar belakang pendidikan, pangkat dan
jabatan. Pegawai ASN dan Non-ASN mendapatkan jasa
pelayanan/remunerasi yang bersumber dari anggaran BLUD Rumah
Sakit dengan perhitungan berdasarkan latar belakang Pendidikan, PK,
masa kerja dan beban kerja, namun jasa pelayanan tersebut waktu
penerimaannya tidak rutin pada tiap bulannya.
c) Kas lain
Kas lain yang dimaksud adalah dana yang dikumpulkan internal
karyawan ICU dalam tiap bulannya dan digunakan dalam hal diluar
operasional pelayanan rumah sakit misal : kado penikahan karyawan,
insentif saat menjenguk karyawan sakit ataupun dana lahiran
karyawan. Besarnya telah ditentukan dan dikumpulkan pada tiap awal
bulan.
Pegawai ASN mendapatkan jaminan kesehatan dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan)
dan Tabungan dan Asuransi Pensiun (TASPEN) yang berasal dari
potongan gaji masing – masing pegawai ASN, sedangkan untuk non-
ASN jaminan kesehatan BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan berasal
dari rumah sakit.
d) Sumber Pembiayaan Pasien
Sumber pendapatan Rumah sakit terdiri dari 4 jenis yaitu :
1) Pasien Umum
Pembayaran dilakukan sepenuhnya oleh pasien
2) Pasien Peserta JKN
Pembayaran dilakukan sepenuhnya oleh BPJS, kecuali pada
kondisi tertentu. misalkan pasien BPJS yang naik kelas harus
membayar cosering.
3) Pasien SKTM
Pembayaran dilalukan oleh pemerintah kabupaen dengan biaya
tanggungan sebesar lima juta rupiah (Rp. 5 juta) per pasien
selama menjalani perawatan. Jika pasien dengan biaya perawatan

34
lebih dari Rp. 5 juta, maka sisa pembayaran dibebankan kepada
pasien.
4) Pasien Dinas Sosial
Pembayaran dilalukan oleh Dinas Sosial dengan biaya
tanggungan sebesar lima juta rupiah (Rp. 5 juta) per pasien
selama menjalani perawatan. Jika pasien dengan biaya perawatan
lebih dari Rp. 5 juta, maka sisa pembayaran dibebankan kepada
pasien.
5) Pasien asuransi jasa raharja
Pembayaran dilakukan oleh jasa raharja dengan sebelumnya telah
menerima laporan kronologis kecelakaan yang selanjutnya
diverifikasi bila telah memenihi persyaratan maka pihak jasa
raharja memberikan acc (surat jaminan pelayanan) dengan
estimasi tanggungan 20 juta.
Berdasarkan pengkajian di Ruang ICU RSUD Kota Bandung
data jumlah pasien pada bulan September sampai dengan Nopember
2019 yaitu pasien BPJS sebanyak 88 %, pasien Non-BPJS sebanyak
7%, asuransi jasa raharja 3%.
e) Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
Pembayaran biaya pelayanan untuk pasien umum diselesaikan
pada saat pasien pulang di loket pembayaran rumah sakit. Sedangkan
untuk pasien BPJS pasien datang kemudian dilakukan pemeriksaan
setelah itu muncul diagnosa dan dilakukan coding setelah itu direkap
Formulir Pengajuan Klaim (FPK) pembayaran dilakukan dengan
melengkapi persyaratan BPJS seperti SEP dan SJP, resume medis,
melampirkan hasil lab dan rontgen jika ada beserta bon, rincian obat
dan BHP, dan pengantar perawatan.
Keterlambatan klaim BPJS akan berpengaruh terhadap
operasional Rumah Sakit, karena rumah sakit harus mencari sumber
dana dari yang lain.
f) Keuangan Ruangan

35
Ruang ICU tidak ikut mengatur langsung dalam hal keuangan
rumah sakit, melainkan untuk kebutuhan ruangan kepala ruangan
mengajukan RKBU pertahun yang ditetapkan pada bulan Desember
pada tiap tahunnya.

4. Market
a) Promosi
Promosi kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting
dalam penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam
SKN, baik yang disusun tahun 2009 maupun yang disusun tahun 2010,
disebutkan bahwa salah satu subsistemnya adalah Subsistem
pemberdayaan Masyarakat. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan,
kelompok, dan masyarakat umum dibidang kesehatan secara terpadu
dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setingi- tingginya (Departemen kesehatan, 2010).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 / Menkes / SK / VII /
2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah,
promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan (Departemen kesehatan, 2012).
Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat
melalui pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan
rumah sakit, dan masyarakat, telah menghasilkan reorientasi rumah
sakit menjadi rumah sakit promotor kesehatan (health promoting
hospital). Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha
mengembangkan pengertian pasien dan keluarganya tentang penyakit
yang diderita pasien, mencakup hal-hal yang perlu diketahui dan

36
dikerjakan oleh pasien dan keluarganya untuk membantu
penyembuhan dan mencegah terserang kembali oleh penyakit yang
sama. Jadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha
menggugah kesadaran dan minat pasien dan keluarganya untuk
berperan serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan
pencegahan penyakit.Karena itu penyuluhan kesehatan haruslah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan bukan merupakan bagian tambahan yang
terlepas (fizran, 2013).
Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar
pasien dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah
masalah-masalah kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung
kebijakan public.
Hasil analisa :

Rumah sakit RSUD Kota Bandung memiliki program internal


dilakukan di RS dalam bentuk penyuluhan kesehatan dan promosi RS.
Media yang digunakan berupa leaflet, poster maupun banner, serta
diluar rumah sakit (Eksternal) menggunakan media sosial, radio dan
TV. Selain itu, di beberapa sudut ruangan dan dinding juga terdapat
poster maupun banner. Di ruangan ICU sendiri setiap pasien baru akan
diberikan penkes secara lisan oleh perawat yang menerima pasien dari
ruangan lain, penkes di ruangan ICU ini lengkap : berupa pengenalan /
orientasi ruangan, Jadwal besuk, hand hygiene sebelum dan sesudah ke
pasien terutama pasien isolasi dan pada keadaan tertentu dilakukan
informconsent baik kepada pasien atau diwakilkan oleh keluarga atas
tindakan yang dilakukan ke pasien (pada saat itu dijelaskan tentang
keadaan umum pasien dan tindakan yang dilakukan/diberikan).

37
Kemudian di bagian pintu masuk ruangan ICU terdapat Banner Tata
tertib saat berada di ruang ICU (tata cara batuk, pemisahan jenis
sampah maupun cara mencuci tangan yang baik dan benar tetapi belum
ada pengadaan leaflet yang tersedia dan tidak ada tempat penyimpanan
leaflet.

5. Metode
1. Penentuan Metoda Keperawatan Sesuai Kebutuhan
Ada beberapa pendekatan tentang metode pembagian dinas menurut
Nursalam (2015) diantaranya sebagai berikut :
a. Metode Kasus
Metode di ruang ICU menggunakan metode kasus yang
dimana Berdasarkan pendekatan holistis dari filosofi
keperawatan.Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pasien tertentu dengan rasio pasien : perawat = 1 : 1.
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani
kebutuhannya pada saat dia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap sif dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode ini mumumnya dilakukan untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti isolasi atau perawatan intensif.
b. Keuntungan
1) Sederhana dan langsung
2) Garis pertanggung jawaban jelas
3) Kebutuhan pasien cepat terpenuhi
4) Memudahkan perencanaan
5) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
c. Kelemahan
1) Belum dapat didefinisikan perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama

38
d. Konsep Dasar Metode Kasus
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
e. Tugas Perawat Dalam Metode Kasus
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat
4) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
5) Menerima dan menyesuaikan rencana
6) Menyiapkan penkes pulang
f. Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus
1) Kepala Perawat
a) Memimpin rapat
b) Evaluasi kinerja perawat
c) Membuat daftar dinas
d) Menyediakan material
e) Perencanaan, pengawasan pengarahan
2) Perawat Primer
a) Membuat perencanaan asuhan keperawatan
b) Mengadakan tindakan kolaborasi
c) Memimpin timbang terima
d) Mendelegasikan tugas
e) Memimpin ronde keperawatan
f) Evaluasi pemberian asuhan keperawatan
g) Bertanggung jawab terhadap klien
h) Memberi petunjuk jika klien akan pulang
i) Mengisi resume keperawatan
3) Perawat Associate
a) Memberikan asuhan keperawatan

39
b) Mengikuti timbang terima
c) Melaksanakan tugas yang didelegasikan
d) Melaporkan asuhan keperawatan yang dilaksanakan

Hasil Kajian

Dari hasil wawancara dengan perawat pelaksana di ruang


ICU RSUD Kota Bandung pada tanggal 16-19 Desember 2019,
mengatakan bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan
saat ini di ruangan ICU adalah metode kasus, dimana dalam
pelaksanaannya perawat mengelola pasien 1:1 Setiap pasien
ditugaskan kepada semua perawat yang melayani kebutuhan pasien
pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shif dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya.

2. Efektifitas Dokumentasi Keperawatan Yang Digunakan


Dokumentasi merupakan komunikasi secara tertulis sehingga
perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar
(Handayaningsih, 2007). Perawat memerlukan standar dokumentasi
sebagai petunjuk dan arah dalam pemeliharaan pencatatan atau
dokumentasi kegiatan serta petunjuk dalam membuat pola/format
pencatatan yang tepat. Dokumentasi yang baik harus mengikuti
karakteristik standar keperawatan (Ali, 2009).
Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas
dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat
dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar bahwa adanya
suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan (Martini,
2007).
Dokumentasi asuhan keperawatan
a) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian yang akurat,
lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat
penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon
individu sebagaimana yang telah ditentukan dalam standa

40
praktik keperawatan dari ANA (American Nurses Association)
(Handayaningsih, 2007).

b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan yang aktual atau potensial. Diagnosis
keperawatan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil akhir sehingga perawat menjadi akuntabel
(NANDA (North American Nursing Dianosis Association,
2012).

c) Rencana keperawatan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat,
klien, keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan
rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang
dialami klien. Perencanaan merupakan suatu petunjuk atau bukti
tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi,
2008).

d) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan
guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan
saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,
kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan
kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).

e) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

41
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke
dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang
(reassessment) (Asmadi, 2008).

Hasil Kajian :
Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada tanggal 16-19
Desember 2019 pendokumentasian status pasien didokumentasikan
oleh perawat penanggung jawab pasien dari tiap shift. Berdasarkan
hasil Kajian data format Standar Asuhan Keperawatan (Dokumentasi
Keperawatan) dari buku status pasien setiap lembar dokumentasi terisi
lengkap. Kelengkapan format dokumentasi asuhan keperawatan
ruangan disesuaikan dengan standar Instrumen A DepKes (1995)
dengan hasil :
Dokumentasi asuhan keperawatan
1) Pengkajian Keperawatan
Format pengkajian sudah tersedia dari pihak rumah sakit
sehingga mempermudah perawat dalam melakukan pengkajian
pada pasien. Pengkajian format dokumentasi dilakukan secara
observasi, studi dokumentasi dan wawancara kepada perawat.
Pengkajian pasien dilakukan sesuai format yang telah disediakan
rumah sakit dan pengkajian fisik dilakukan oleh perawat,
pengkajian awal dilakukan di ruangan pertama pasien masuk baik
itu UGD/ Ruang perawatan, untuk pengkajian ICU dilakukan di
format Integrasi dengan metode SOAP. Komponen pengkajian
keperawatan meliputi :
a) Kumpulan Data
Kriteria :
- Belum ada format khusus ICU
- Pengisian belum sistematis
- Actual (baru)
b) Pengelompokan Data
Kriteria :
- Sebagian besar hanya dicatat data Biologis, belum ada
catatan data yang lain
c) Perumusan Masalah

42
Kriteria :
- Belum menggambarkan masalah baru yang muncul di ICU,
masih melanjutkan rencana awal d ruangan sebelumnya,
- Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan belum tergambar
- Perumusan masalah belum ditunjang oleh data yang telah
dikumpulkan.
2) Diagnosa Keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi di ruangan ICU dalam
status pasien belum terdapat diagnosa dan rencana asuhan
keperawatan yang ditentukan langsung setelah dilakukan
pengkajian pasien. Komponennya terdiri dari masalah, penyebab
atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), berdasarkan hasil
kajian Rumusan Diagnosa masih melanjutkan diagnosa
keperawatan awal sebelum pasien dipindah ICU.
3) Rencana Keperawatan
Hasil dari observasi dan studi dokumentasi dalam status
pasien rencana asuhan keperawatan dari salah satu status pasien
antara diagnosa dan intervensi tidak sesuai ( karena diagnosa
keperawatan dibuat di ruangan yang berbeda ) sehingga tidak ada
kesesuaian antara diagnosa keperawatan dengan rencana
keperawatan
4) Implementasi
Hasil observasi dan studi dokumentasi implementasi sudah
tersedia di format ruangan dengan format lembaran :
tanggal/waktu, pengkajian (assessment), instruksi dan pelaksanaan
(order and implementation) dan nama jelas dan tanda tangan
petugas.
5) Evaluasi
Hasil observasi dan studi dokumentasi dalam status pasien
implementasi yang dilakukan di Ruang ICU menggunakan format

43
SOAP dan dituliskan dalam status pasien setelah rencana
keperawatan di implementasikan kepada pasien tetapi hasil
evaluasi yang dicatat tidak sesuai dan tidak mengacu pada tujuan .
Format catatan perkembangan berisi : tanggal, jam, perkembangan
pasien, nama jelas dan tanda tangan perawat.

Presentase kelengkapan format dokumentasi asuhan keperawatan di


Ruang ICU RSUD Kota Bandung

Kajian Jumlah asuhan Presentase


keperawatan
Pengkajian 9 100%
Diagnosa 9 100%
keperawatan
Intervensi 9 100%
Implementasi 9 100%
Evaluasi 9 100%

3. Efektifitas Komunikasi Terapeutik


a. Timbang Terima (Operan/Handover)
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu
acara dalam menyampaikan suatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien. Handover adalah waktu di mana terjadi
perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang pasien dari
perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover
adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang
rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan
yang akan terjadi dan antisipasinya. Tujuan timbang terima:
Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
1) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan
dalam asuhan keperawatan kepada klien.
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
3) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk
mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang perpindahan
informasi yang relefan yang digunakan untuk kesinambungan

44
dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang
terima (handover) memiliki 2 fungsi utama, yaitu :

1) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan


menginspirasikan perasaan perawat.
2) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam
penetapan keputusan dan tindakan keperawatan.
Langkah-Langkah dalam timbang terima :

1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.


2) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang
akan disampaikan
3) Perawat primer atau kepala tim menyampaikan kepada
perawat penanggung jawab shift selanjutnya meliputi :
 Kondisi atau keadaan pasien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4) Penyampaian timbang terima di atas harus dilakukan secara
jelas dan tidak terburu-buru
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien (Nursalam, 2002).
Pada saat operan antara perawat, diperlukan suatu
komunikasi yang jelas tentang kebutuhan pasien, intervensi yang
sudah dan yang belum dilaksanakan, serta respon yang terjadi
pada pasien (Nursalam, 2011).
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan
kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati.
Untuk itu diperlukan pendekatan sistematik untuk memperbaiki
komunikasi tersebut salah satunya dengan cara komunikasi teknik
SBAR. Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan
menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga
dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien
(Nursalam, 2008).
Menurut Nursalam (2008), konsep SBAR yaitu :
1) S (Situation). Merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi
pada pasien.

45
a) Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.
b) Nyatakan masalah secara singkat : apa, kapan dimulai, dan
tingkat keparahan.
2) B (Background).
Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi,
meliputi:

a) Daftar pasien
b) Nomor medical record
c) Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
d) Daftar obat terkini, alergi, dan hasil laboratorium
e) Hasil terbaru TTV pasien
f) Hasil laboratorium dengan tanggal dan waktu
pengambilan serta hasil dari tes laboratorium sebagai
pembanding
g) Informasi klinik lainnya. Background merupakan
informasi penting tentang apa yang berhubungan dengan
kondisi pasien terkini.
3) A (Assessment/pengkajian)
Assesment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien
yang terkini.

4) R (Recommendation)
Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah pasien pada saat ini.

Hasil Kajian

Berdasarkan observasi tanggal 16-19 Desember 2019


terdapat 3 shift yaitu shift pagi, siang dan malam timbang terima
dilaksanakan pada pergantian shift , SOP timbang terima di Ruang
ICU ada, Isi timbang terima meliputi nama, diagnosa medis,
kondisi pasien, terapi yang diberikan, dan semua catatan dalam
lembar observasi, masalah dan diagnosa keperawatan dan

46
intervensi keperawatan. Teknik SBAR sudah dilakukan sesuai
langkah, hanya dalam teknik penulisan di tulis dalam bentuk cap.

4. Pre conference dan Post Conference


a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab
tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim.

Tujuan :

1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,


merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan
pasien
Kegiatan :
a) Ketua tim atau PJ tim membuka acara
b) Ketua tim atau PJ tim menanyakan rencana harian masing-
masing perawat pelaksana
c) Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan
lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
d) Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement
e) Ketua tim atau PJ tim menutup acara (Modul MPKP,
2006).
b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikutnya. Isi post conference adalah hasil
asuhan keperawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
Tujuan:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian
masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

47
Kegiatan :
a) Ketua tim atau PJ tim membuka acara
b) Ketua tim atau PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang
telah diberikan
c) Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindak lanjut asuhan
keperawatan keperawatan yang harus dioperkan kepada
perawat shift berikutnya.
d) Ketua tim atau PJ tim menutup acara (Modul MPKP, 2006).

Hasil Kajian :
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 dan 19
Desember 2019 pre conference dan post conference dilakukan
pada setiap pergantian shift.

c. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan,
perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota TIM
(Nursalam, 2012). Dalam ronde keperawatan metode yang
digunakan adalah dengan cara diskusi, adapun alat bantu yang
digunakan yaitu sarana diskusi : buku, pulpen, status/dokumentasi
keperawatan pasien, materi yang disampaikan secara lisan.
1) Karakteristik pasien yang dapat dilakukan ronde keperawatan :
a) Pasien dilibatkan secara langsung
b) Pasien merupakan focus kegiatan
c) PA, PP, dan konselor melakukan diskusi pertama
d) Konselor memfasilitasi kreatifitas
e) Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan
PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2) Tujuan Ronde Keperawatan

48
a) Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir
kritis
b) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
c) Menignkatkan kemampuan validasi data pasien
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose
keperawatan
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berorinetasi pada masalah pasien
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
3) Manfaat Ronde Keperawatan
a) Masalah pasien dapat teratasi
b) Kebutuhan pasien dapat teratasi
c) Terciptanya komunikasi keprawatan yang professional
d) Terjalinnya kerjasam antar tim kesehatan
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
denagan tepat dan benar.
d. Pasien yang dipilih untuk melakukan ronde keperawatan
adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :
- Mempunyai masalah keperawatn yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
- Pasien dengan kasus baru atau langka.
4) Kegiatan Ronde
a) Pra Ronde
- Menentukan kasus dan topic (masalah yang tiak teratasi
dan masalah yang langka)
- Menentukan tim ronde
- Mencari sumber atau literature
- Membuat proposal

49
- Mempersiapkan pasien : informed concent dan
pengkajian
- Diskusi : apa diagnosis keperawatan, apa data yang
mendukung, bagaimana intervensi yang sudah dilakukan,
dan apa hambatan yang ditemukan selama perawatan
b) Pelaksanaan Ronde
- Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan kepada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
- Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut
- Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana
- tindakan yang akan dilakukan.
c) Pasca Ronde
- Evaluasi, revisi, dan perbaikan
- Kesimpulan dan rekomendasi penengakan diagnosis,
itervensi keperawatan selanjutnya.
Hasil Kajian
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 16 dan 19
Desember 2019 dengan perawat di ICU ronde keperawatan belum
dilakukan, meskipun SOP nya sudah ada.

5. Efektifitas Universal Precaution


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya
yang ditujukan untuk mencegah transmisi penyakit menular di
semua tempat pelayanan kesehatan (Minnesota Department of
Health, 2014).
Kemenkes RI (2011), menuliskan bahwa ada sepuluh hal yang
perlu dilakukan dalam pelaksanaan PPI, yaitu :
1) Kebersihan tangan

50
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah
infeksi yang disebarkan melalui tangan dengan menghilangkan
semua kotoran dan debris serta menghambat dan membunuh
mikroorganisme pada kulit. Menjaga kebersihan tangan ini
dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja, sebelum kontak
dengan pasien atau melakukan tindakan untuk pasien, selama
melakukan tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi)
dan setelah kontak atau melakukan tindakan untuk pasien
(Kemenkes RI, 2011).
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) telah lama digunakan untuk
melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas
kesehatan. Namun, dengan munculnya Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan Hepatitis C, serta
meningkatnya kembali kasus Tuberculosis (TBC), pemakaian
APD juga menjadi sangat penting dalam melindungi petugas.
Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat
pelindung mata, topi, gaun, apron, pelindung kaki, dan alat
pelindung lainnya (Kemenkes RI, 2011).

Hasil Kajian :
a. Kebersihan tangan menurut 6 langkah dari WHO
Berdasarkan hasil observasi tanggal 16-19 Desember 2019
setiap petugas sudah melakukan kebersihan tangan menurut 6
langkah dari WHO menggunakan sabun. Namun perawat tidak
menggunakan 5 moment yang sesuai, dimana perawat ada yang
tidak mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Berdasarkan observasi pada tanggal 17 Desember 2019 pada
saat timbang terima pasien baru dari IGD ada perawat yang
menggunakan APD lengkap ada yang tidak menggunakan APD.

51
6. Efektifitas Patient Dan Staff Safety
a. Sentralisasi obat
Kontroling terhadap penggunanan dan konsumsi obat
sebagai salah satu peran perawat perlu dilakukan dalam asuhan
pola dan alur yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-
benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian baik
secara material maupun secara non material dapat diminimalisir.
Format sentralisasi obat berisi nama, nomor register, umur,
ruangan (Nursalam, 2014).
b. Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu
sistem di mana Rumah Sakit membuat asuhan lebih aman. Sistem
tersebut meliputi 6 standar yaitu:
1) Ketepatan identifikasi pasien
Ketepatan identifikasi meliputi nama, tanggal lahir, dan
nomor rekam medik pasien. Petugas harus melakukan
identifikasi pasien saat :
a) Pemberian obat
b) Pemberian darah/produk darah
c) Pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan
klinis
d) Sebelum memberikan pengobatan
e) Sebelum memberikan tindakan
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
a) Memakai teknik SBAR
b) Memakai teknik TBAK
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)
Kewaspadaan terhadap obat dengan NORUM/LASA (Nama
Obat Rupa Ucapan Mirip/Look alike sound alike).
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
a) Penggunaan APD

52
b) Membersihkan tangan 6 langkah
c) Pengelolaan limbah sampah
6) Pengurangan resiko jatuh
Dengan penggunaan gelang khusus atau papan resiko jatuh
berwarna kuning (Menteri Kesehatan RI Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011).

Hasil Kajian :
a) Hasil Kajian :
Berdasarkan hasil observasi didapatkan di loker obat
tidak diberi nama, nomor register ataupun tanggal lahir
pasien, karena loker pasien ada disebelah bed pasien, resiko
tertukar sangat kecil, Dalam pelaksanaan pemberian obat
perawat melakukan identifikasi pasien sebelum memberikan
obat ke pasien. dalam mengidentifikasi tidak diberi label
berupa nama dan identitas pasien seperti no register. saat
pemberian injeksi, spuit yang dipakai diberi identitas pasien
di bagian bungkus penyimpanan spuit seperti nama pasien,
nomor bed, dan jenis obat yang akan diberikan. Tetapi tidak
mencantumkan tanggal lahir pasien. Cairan infus diletakkan
di masing-masing meja pasien dan di lemari penyimpanan
obat. Saat pemberian obat injeksi ataupun oral diberikan
sesuai jadwal dan obat disimpan di.
Hasil observasi yang dilakukan pada setiap tindakan
pemberian obat dan keperawatan yang dilakukan ditemukan
bahwa prinsip 6 benar sudah dilakukan oleh masing-masing
perawat yang melakukan tindakan, namun kendala yang ada
adalah perawat hanya melakukan identifikasi pasien meliputi
nama, dan terkadang belum disertai tanggal lahir pasien atau
nomor rekam medik dalam setiap pemberian obat. Sehingga
prinsip 6 benar yang diterapkan belum sempurna.

53
b) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit. Keselamatan pasien merupakan suatu
variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas
pelayanan. Lembar Observasi yang digunakan meliputi
penilaian mengenai; identifikasi pasien, penggunaan
komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat,
kewaspadaan prosedur operasi, risiko infeksi, dan pasien
jatuh.
Belum optimalnya indikator keselamatan pasien yang
dilakukan di Ruang ICU, terkait dengan belum terlaksana
sepenuhnya tentang Sasaran I Ketepatan Identifikasi yaitu
pasien diindentifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
Jika perawat tidak melakukan ketepatan identifikasi maka
akan terjadi kesalahan karena keliru dalam mengidentifkasi
pasien dapat terjadi di hampir semua aspek atau tahapan
diagnosis dan pengobatan. Maksud sasaran ini untuk
melakukan 2 pengecekan seperti proses untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau
produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, atau pemberian pengobatan atau tindakan
lain. Hasil observasi pada tanggal 16 September sampai
dengan 17 Desember 2019 ketika perawat memberikan obat
hanya menempelkan nama obat /merk obat di spuit. Cara
mengidentifikasi pasien yaitu sebutkan nama pasien, nomor
rekam medis, tanggal lahir gelang identitas pasien serta
nomor kamar atau lokasi pasien. Proses tersebut agar dapat
memastikan kemungkinan situasi untuk dapat di identifikasi.

54
7. Struktur Organisasi
Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan
secara sadar, terdiri atas dua orang atau lebih dan yang relatif terus -
menerusdan sistem perserikatan formal, berstuktur, terkoordinasi
guna mencapai satu serangkaian tujuan bersama, (Robbins, 2008;
Hasibuan, 2011)
Menurut (Hasibuan, 2011) Struktur organisasi adalah suatu
gambar yang menggambarkan tipe organisasi, perdepartemenan
organisasi kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang
danhubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang
kendali dan system pimpinan organisasi.
Menurut Robbins dan Coulter (2007) mengatakan bahwa
struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal
organisasi yang dengan kerangka itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-
bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Struktur organisasi
menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi, dikelompokkan dan
dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi menunjukkan
kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara
fungsi, bagian atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan
tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam
suatu organisasi.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa struktur organisasi adalah penggambaran bagian-bagian,
posisi-posisi, tugas serta tanggung jawab dalam suatu organisasi
yang dibentuk sehingga akan mendapatkan bagan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 16 – 19
Desember 2019 di dapatkan hasil bahwa di ruang ICU sudah ada
struktur organisasi dan sudah sesuai dengan ketentuan. Tetapi belum
ada perbaikan, mengenai ada beberapa perawat pelaksana yang
sudah mengundurkan diri dan struktur organisasinya belum di revisi
kembali.

55
Adapun struktur organisasi tenaga perawat di Ruang ICU RSUD
Kota Bandung sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI ICU

RSUD KOTA BANDUNG

KEPALA SIE
KEPALA INSTALASI ICU KEPERAWATAN
Dr. Yudhi Prabakti, SPAN. KIC Asep Hendriana, S.Kep., Ners

KEPALA RUANGAN ICU


Dewi Nurhayati, S.Kep.,Ners

ADMINISTRASI POS
Dewi Santi Derry Nugraha

TIM I TIM II

Rita Komala, S.Kep.,Ners Rochmah, S.Kep.,Ners


Suherni, S.Kep.,Ners Dewi Septianingsih, Amd.Kep
Nia Kurniasih, S.Kep.,Ners Asep Kartiwa, S.Kep.,Ners
Imas Yani, S.Kep.,Ners Susanti, Amd.Kep
Desi Berliantini, S.Kep.,Ners Windi Nuraeni, S.Kep.,Ners
Dede Dikril Khofiyi, Amd.Kep Tri Lestari Cahaya Hadi, S.Kep.,Ners
Fahmi Rahman, Amd.Kep Tomo, Amd.Kep
Syamsul Arif, Amd.Kep Vedi Aldiansyah, Amd.Kep

56
Keterangan :

1. TIM I bertanggung jawab mengelola pasien bed 1, 2, dan 3


2. TIM II bertanggung jawab mengelola pasien bed 4, 5 (isolasi), dan 6

Kepala Ruangan IC

Dewi Nurhayati, S.Kep.,Ners

8. (SOP)
Suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai
tujuan organisasi. Standar operasional prosedur merupakan tatacara
atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry dan Potter, 2005).
Tujuan SOP
a. Petugas atau pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas atau pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
b. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas atau pegawai terkait.
d. Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas/pegawai dari
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
e. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi

Hasil Analisis:
Berdasarakan observasi dari tanggal 16-19 Desember 2019, ruangan
ICU memiliki SOP sebanyak 42 indikator. Rekomendasi SOP pada
ruang ICU yaitu SOP pre dan post conference dan SOP kolaborasi.

9. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)


Menurut Ali (2009) mengatakan bahwa standar asuhan
keperawatan adalah pedoman terperinci yang menunjukan perawatan

57
yang diprediksi dan diidentifikasi dalam situasi yang spesifik.
Standar asuhan keperawatan harus menunjukan asuhan yang menjadi
tanggung jawab perawat dalam pemberiannya, dan bukan tingkat
ideal asuhan. Standar asuhan keperawatan mengacu kepada tahapan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Hasil Analisis:
Hasil observasi pada tanggal 16-19 Desember 2019 SAK
yang ada di ruangan ICU yaitu manajemen nyeri, manajemen resiko,
klien masuk ICU, K3, Hight Aler, kebakaran, assesment,
identifikasi, resiko jatuh, obat emergency, emergency.

1) Visi dan Misi


Menurut Indrajit (2000) visi merupakan sesuatu yang
dicanangkan oleh pendiri perusahaan. Namun yang harus
diperhatikan, visi bukanlah mimpi, namun sesuatu yang
mungkin terwujud. Sedangkan misi ditetapkan sebagai jawaban
terhadap visi yang telah ditetapkan sebelumnya. Misi
merupakan sesuatu yang memiliki arti global dan cenderung
generik. Oleh karena itu, ditentukan beberapa objektif yang
ingin dicapai dalam berbagai hal sehubungan dengan misi yang
dicanangkan tersebut.
Ruangan ICU memiliki visi dan misi ruangan tetapi
menggunakan visi dan misi rumah sakit yaitu:
Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit Yang Berkualitas”
Misi
“Melakukan Upaya Pelayanan Kesehatan Lanjutan Yang
Berkualitas Kepada Masyarakat”

2) Instruksi Kerja Alat


Tidak semua alat memakai instruksi kerja alat dimana seluruh
alat bed side monitor tidak memakai instruksi kerja alat.

58
6. Mutu
a) Angka BOR, LOS, TOI, BTO, GDR, NDR
1) BOR (Bed Occupation Ratio)
Menurut Depkes RI (2005) Bed occupation Ratio adalah presentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah
Sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85 % sedangkan dalam
Nursalam (2012) standar nasional BOR adalah antara 75-80%.
Rumus :

Jumlah hari perawatan RS x 100%

Jumlah TT x jumlah hari dalam periode

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan September 2019


– November 2019 di Ruang ICU RSUD Kota Bandung didapatkan hasil BOR
pasien sebesar 63.74%.

2) LOS(Length of Stay)
AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus:
Jumlahlama dirawat
AVLOS=
Jumlah pasien keluar (hidup+ mati)
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan September
2019 – November 2019 di Ruang ICU RSUD Kota Bandung didapatkan hasil
AvLOS 4 hari.

3) TOI (Turn Over Interval)

59
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus:
( Jumlah tempat tidur x periode )−Hari Perawatan
TOI=
jumlah pasien keluar (hidup+ mati)

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan September 2019


– November 2019 di Ruang ICU RSUD Kota Bandung didapatkan hasil TOI 2
hari.
4) BTO
BTO ( Bed Turn Over ) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode ,berapa kali tempat tidur di pakai dalam satu satuan waktu ,
dengan standar pencapaian 40-50 kali.
Rumus : ∑𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 / ∑𝑇𝑇
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan September 2019
– November 2019 di Ruang ICU RSUD Kota Bandung didapatkan hasil BTO
16 kali.
5) NDR
NDR (Net Death Rate) Menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48
jam setelah dirawat untuk tiap – tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini
memberikan gambaran mutu pelayan rumah sakit.
NDR ruang ICU dari bulan September 2019 – November 2019
6) GDR
GDR (Gross Death Rate) GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka
kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Bulan September 2019 –
November 2019

b) Kepuasan Pasien

60
Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan
harapannya (Nursalam, 2014).
Pengertian kepuasan pasien menurut Kotler adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau
kesannya terhadap kinerja atau hasil sebuah produk dan harapan-harapannya
(Nursalam, 2014). Kepuasan pasien adalah tanggapan pasien terhadap
kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan pasien sebelum menerima jasa
pelayanan dengan sesudah menerima jasa layanan.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan diruang ICU RSUD Kota
Bandung di dapatkan bahwa nilai kepuasan pasien sebesar 81%.

c) Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Dokumentasi merupakan komunikasi secara tertulis sehingga perawat
dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar (Handayaningsih, 2007).
Perawat memerlukan standar dokumentasi sebagai petunjuk dan arah dalam
pemeliharaan pencatatan atau dokumentasi kegiatan serta petunjuk dalam
membuat pola/format pencatatan yang tepat. Dokumentasi yang baik harus
mengikuti karakteristik standar keperawatan (Ali, 2009).
Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas
dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu.
Dengan adanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas
dokumentasi keperawatan (Martini, 2007).
Dokumentasi asuhan keperawatan meliputi :
a) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan,
kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
respon individu sebagaimana yang telah ditentukan dalam standa praktik

61
keperawatan dari ANA (American Nurses Association) (Handayaningsih,
2007).
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan memberi
dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil akhir
sehingga perawat menjadi akuntabel (NANDA (North American Nursing
Dianosis Association), 2012).
c) Rencana keperawatan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien,
keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan
merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang menggambarkan secara
tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai
dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi, 2008).
d) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
e) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika

62
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment) (Asmadi, 2008).

Hasil kajian :

Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada tanggal 16-19 Desember 2019


pendokumentasian status pasien didokumentasikan oleh perawat penanggung
jawab pasien dari tiap shift. Berdasarkan hasil Kajian data format Standar Asuhan
Keperawatan (Dokumentasi Keperawatan) dari 1 buku status pasien setiap lembar
dokumentasi terisi lengkap. Kelengkapan format dokumentasi asuhan
keperawatan ruangan disesuaikan dengan standar Instrumen A DepKes (1995)
dengan hasil :

1) Pengkajian keperawatan
Format pengkajian sudah tersedia dari pihak rumah sakit sehingga
mempermudah perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien.
Pengkajian format dokumentasi dilakukan secara observasi, studi
dokumentasi dan wawancara kepada perawat. Pengkajian pasien dilakukan
sesuai format yang telah disediakan rumah sakit dan pengkajian fisik
dilakukan oleh perawat, pengkajian awal dilakukan di ruangan pertama
pasien masuk baik itu UGD/ Ruang perawatan, untuk pengkajian ICU
dilakukan di format Integrasi dengan metode SOAP
Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a) Kumpulan Data
Kriteria :
- Belum ada format khusus ICU
- Pengisian belum sistematis
- Actual (baru)
- Absah (valid)
b) Pengelompokan Data
Kriteria :
- Sebagian besar hanya dicatat data Biologis, belum ada catatan data
yang lain
c) Perumusan Masalah
Kriteria :
63
- Belum menggambarkan masalah baru yang muncul di ICU, masih
melanjutkan rencana awal d ruangan sebelumnya,
- Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan belum tergambar
- Perumusan masalah belum ditunjang oleh data yang telah
dikumpulkan.
2) Diagnosa keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi di ruangan ICU dalam status
pasien belum terdapat diagnosa dan rencana asuhan keperawatan yang
ditentukan langsung setelah dilakukan pengkajian pasien. Komponennya
terdiri dari masalah, penyebab atau terdiri dari masalah dan penyebab
(PE), berdasarkan hasil kajian Rumusan Diagnosa masih melanjutkan
diagnosa keperawatan awal sebelum pasien dipindah ICU.
3) Rencana keperawatan
Hasil dari observasi dan studi dokumentasi dalam status pasien rencana
asuhan keperawatan dari salah satu status pasien antara diagnosa dan
intervensi tidak sesuai (karena diagnosa keperawatan dibuat di ruangan
yang berbeda) sehingga tidak ada kesesuaian antara diagnosa keperawatan
dengan rencana keperawatan.
4) Implementasi keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi implementasi sudah tersedia di
format ruangan dengan format lembaran : tanggal/waktu, pengkajian
(assessment), instruksi dan pelaksanaan (order and implementation) dan
nama jelas dan tanda tangan petugas.
5) Evaluasi keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi dalam status pasien implementasi
yang dilakukan di Ruang ICU menggunakan format SOAP dan dituliskan
dalam status pasien setelah rencana keperawatan di implementasikan
kepada pasien tetapi hasil evaluasi yang dicatat tidak sesuai dan tidak
mengacu pada tujuan . Format catatan perkembangan berisi : tanggal, jam,
perkembangan pasien, nama jelas dan tanda tangan perawat.

e) Hand Hygiene

64
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (Depkes
RI, 2009). Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk
mengangkat mikroorganisasi yang ada ditangan, membuat kondisi tangan steril
sehingga infeksi silang bisa dicegah.
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang
disebarkan melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris
serta menghambat dan membunuh mikroorganisme pada kulit. Menjaga
kebersihan tangan ini dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja, sebelum
kontak dengan pasien atau melakukan tindakan untuk pasien, selama melakukan
tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi) dan setelah kontak atau
melakukan tindakan untuk pasien (Kemenkes RI, 2011).

Tabel Laporan Audit Kepatuhan Cuci Tangan Berdasarkan 5 Momen


Di Ruang ICU RSUD Kota Bandung Pada Tanggal 16-18 Desember 2019

No Momen Hasil Observasi


1. Sebelum kontak pasien 75 %
2. Sebelum tindakan aseptic 95 %
3. Setelah kontak pasien 95 %
4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien 100 %
5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien 80 %

2) Kesalahan Obat

No Bulan Tanggal Kejadian


.
1. September 1-7 Tidak ada kejadian
8-14 Tidak ada kejadian
15-22 Tidak ada kejadian

65
23-28 Tidak ada kejadian
29-30 Tidak ada kejadian
2. Oktober 1-7 Tidak ada kejadian
8-14 Tidak ada kejadian
15-22 Tidak ada kejadian
23-28 Tidak ada kejadian
29-31 Tidak ada kejadian
3. November 1-7 Tidak ada kejadian
8-14 Tidak ada kejadian
15-22 Tidak ada kejadian
23-28 Tidak ada kejadian
29-30 Tidak ada kejadian

3) Troli Emergency
Troli emergency adalah troli yang berisi peralatan dan perlengkapan untuk
melakukan resusitasi kardiopulmoner dan untuk menangani kegawatdaruratan
lainnya. Troli emergency hanya digunakan bila code blue diaktifkan, dengan alur
sebagai berikut :

Code-blue diaktifkan

Perawat dan troly emergency menuju ke


tempat code blue

Peralatan di troli emergency dipakai


untuk resusitasi

Permohonan kepada farmasi untuk


mengisi barang yang terpakai

Troli emergency sudah terisi lengkap


dalam 2 jam66
setelah pakai.
Penjelasan :
1. Code blue diaktifkan dibangsal tertentu sesuai dengan kriteria yang
ditentukan dalam panduan code blue
2. Karena code bluediaktifkan, perawat instalasi tersebut datang ke tempat
terjadi code bluebersama dengan troli emergency.
3. Selama proses resusitasi, semua peralatan dan obat-obatan terpakai dicatat.
4. Setelah resusitasi selesai peralatan re-use dibersihkan. Selain itu, perawat
membuat permintaan kepada farmasi untuk mengisi kembali barang habis
pakai yang digunakan saat resusitasi, dengan cara mengisi formulir
permintaan obat.
5. Bagian farmasi mengisi kembali barang yang diminta selambat-lambatnya 2
jam setelah permintaan diberikan.
6. Dilakukan ceklis ulang isi troli emergency oleh perawat.

Pemeliharaan troli emergency :

Troli emergency diperiksa fungsi dan kelengkapannya secara berkala.


Yang bertanggungjawab terhadap fungsi dan kelengkapan troli emergency ini
adalah kepala perawat di ruangan masing-masing.

Peralatan dalam troli emergency yang harus diperiksa fungsinya adalah


sebagai berikut :

1. Monitor EKG
2. Defibrilator
3. Bag-valve Mask
4. Laringoskop
5. Stetoskop
6. Pen light

67
Alat-alat tersebut harus diperiksa fungsinya setiap minggu sekali. Alat-
alat lain dan obat-obatan yang ada di dalam troli emergency harus diperiksa
kelengkapan dan tanggal kadaluarsanya setiap bulan sekali.

Hasil kajian :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang ICU RSUD Kota
Bandung didapatkan hasil : trolley emrgency terdiri dari 4 bagian, yaitu :
1. Defibrilator
2. Laci 1, berisi :
a) Manual book trolley emergency
b) Lembar berita acara
3. Obat, yang berisi :

Nama Obat Jumlah


Alkohol swab 5
Amiodaron inj 2
Aquabidest 50 ml ika 1
Atropin sulfat inj 10
Dexametason inj 2
Diphenhidramin inj 2
Ephedrin inj 1
Ephineprine inj 30
Lidokain 2% inj 3
Spuit 10 cc 1
Spuit 3 cc 1
Valisanbe inj 2

4. Managemen jalan napas dan pernapasa, yang berisi :

Nama Alat Jumlah


Ambu bag (big vale mask) 1
Baterai laringoskop 1
ETT 6 1
ETT 6,5 1
ETT 7,5 1
IV cath/surflo 18/insyte 18 1
Laringoskp set 1
Masker nonrebriting dewasa 1
Mayo no. 4 rus 1
Micropore 1
Nasal canula O2 dewasa (L) 1
Sarung tangan free powder no. 7,5 1
Simple mask dewasa 1
68
Spuit 3 cc 1
Stylet dewasa (mandrain) 2
Suction cat 10 1
Suction cat 12 1
Suction cat 14 1

5. Managemen sirkulasi, yang berisi :

Nama Jumlah
Alkohol swab 5
Bloodset terumo 1
Elektrode red dot 6
Intrafix air primaline 1
IV cath/surflo 18/insyte 18 1
IV cath/surflo 20/insyte 20 1
IV cath/surflo 22/insyte 22 1
NaCL 0.9% 500 ml inf 1
Ringer laktat 500 ml inf 2

f) Patient Safety
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Nursalam (2015), keselamatan pasien merupakan suatu variable
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang
berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah
suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat
merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa
disebabkan oleh berbagai factor antara lain beban kerja perawat yang tinggi,
alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan
sebagainya (Nursalam, 2015).

69
Jenis-jenis insiden keselamatan pasien (Depkes, 2008) :
 Kejadian Yang Tidak Diharapkan (KTD)
Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien.
 Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Kejadian nyaris cedera adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
Berdasarkan hasil (Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit) untuk data
KTD, KTC, KNC dan Kejadian sentinel di Ruang ICU pada bulan
September-November 2019dapat dilihat dari data sebagai berikut :

Tabel 0.0 Angka Kejadian KTD, KPC, KNC dan sentinel di Ruang
ICU RSUD Kota Bandung
No Bulan Tanggal Kejadian
.
1. September 1-7 Oksigen central
Alarm kosong
8-14 Mata petugas terkena cipratan dahak pasien
15-22 Klien meludahi mata perawat (klien bertato)
23-28 Tidak ada kejadian
29-30 Tidak ada kejadian
2. Oktober 1-7 Tidak ada kejadian
8-14 Tidak ada kejadian
15-22 Tidak ada kejadian
23-28 Dokter jatuh saat sedang sosialisasi di ruang
ICU (kursi patah)
29-31 Atap bocor karena hujan besar
3. November 1-7 Atap bocor karena hujan besar
8-14 Tidak ada kejadian
15-22 Tidak ada kejadian
23-28 Tidak ada kejadian
29-30 Tidak ada kejadian

70
ALUR PASIEN MASUK RUANG ICU

IGD Ruangan OK
D. Analisa Masalah (SWOT)

E.

KONSUL TERTULIS

PENUH ADA

ICU
Tabel 2.28 Analisa masalah di Ruang ICU RSUD Kota Bandung

No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot


x
rating
1. Man (M1 Ketenagaan)
Kekuatan (S)
1. Jenis ketenagaan di ruangan : 0,5 4 2,0
S1 Ners = 5 orang
S1 Keperawatan : 1 orang
D3 Keperawatan =12 orang.
2. 3 orang perawat yang sedang 0,3 4 1,2
melanjutkan pendidikan Sarjana
S-W
Keperawatan dan Profesi Ners
(4,0 –
3. Terdapat uraian tugas peran dan 0,2 4 0,8
2,0) =
wewenang pada masing-masing tenaga
2,0
keperawatan (karu, katim, ketua shift,
PP).
Total 1 4,0
Kelemahan (W)
1. Jumlah perawat ners masih kurang 0.4 2 0,8
2. Struktur organisasi belum di perbahrui 0.4 2 0,8
3. Tidak ada dokter stand by di ICU 0,2 2 0,4
Total 1 2,0
Peluang (O)
1. RS memberikan kebijakan untuk 0,3 3 0.9
71
memberikan kesempatan izin belajar dan
pelatihan bagi perawat ruangan.
2. Kolaborasi yang baik antara perawat 0,2 3 0,6
dengan mahasiswa praktikum
keperawatan
3. Adanya petugas kesehatan lain yang 0,3 3 0.9
membantu pekerjaan perawat ruangan.
4. Adanya kebijakan pemerintah tentang 0,2 3 0,6
jenjang profesionalisme perawat
O–T
Total 1 3,0
3,0 –
Ancaman (T)
2,0=
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat 0,6 2 1,2
1,0
untuk pelayanan profesional.
2. Kebijakan pemerintah tentang BPJS non 0,4 2 0,8
PBI
Total 1 2,0
2. Material
Kekuatan (S)
1. Tersedianya nurse station 0,2 3 0,6

2. Adanya administrasi di ruangan 0,1 3 0,3

3. Tersedianya APD di ruangan (handscoon, 0,2 3 0,6


masker, dan barack shoot)

4. Tersedianya handrub didepan pintu 0,3 4 1,2


sebelum masuk ICU, didalam dan disetiap
bed pasien
5. Tersedianya laci obat untuk masing- 0,1 4 0,4 S–W
masing pasien 3,5 –
6. Adanya tempat sampah medis, non medis 0,1 4 0,4 2,4=
diruangan 1,1
Total 1 3.5
Kelemahan (W)
1. Tidak terdapat ruang kepala ruangan 0,4 2 0,8
2. Tidak ada ruang kerja kepala ruangan 0,2 2 0,4
3. Ruang ganti perawat tidak rapih 0,4 3 1,2

Total 0,6 2,4


Peluang (O)
1. Adanya kesempatan untuk penggantian 0,8 3 2,4 O-T
alat-alat kesehatan yang tidak layak pakai 3,0 -2,0
dari rumah sakit = 1,0
2. Adanya pemeliharaan/ pemeliharaan fisik 0,2 3 0,6
bangunan
Total 1 3
Ancaman (T)
1. Adanya tuntutan yang tinggi dari 0,5 2 1,0
masyarakat untuk melengkapi sarana dan

72
prasarana
2. Atap bocor 0,5 2 1,0
Total 1 2,0
3 Money
Kekuatan (S)
1. Selain gaji pokok, pegawai RSUD Kota
Bandung juga mendapatkan insentif dan 0,6 4 2,4
untuk PNS mendapatkan tunjangan
tambahan 0.4 4 1.6
2. Sumber anggaran berasal dari APBD dan S–W
BLUD (4,0 –
Total 1 4,0 2,0)
Kelemahan (W) = 2,0
1. Gaji pegawai non PNS/BLUD masih 0,7 2 1,4
dibawah UMR
2. Jasa pelayanan tidak diterima secara rutin 0.3 2 0.6
setiap bulan
Total 1 2,0
Peluang (O)
1. Adanya program BPJS yang dapat diikuti 1 3 3
oleh semua warga indonesia O-T
Total 1 3,0 3 – 1,8
Ancaman (T) = 1,2
1. Potensial resaign perawat terkait salary 0,8 2 1,8
Total 0,7 1,8
4 Market
Kekuatan (S)
1. RSUD Kota Bandung memiliki 2 0.3 3 0.9
program promosi kesehatan (internal dan
eksternal)
2. RSUD Kota Bandung sudah terakreditasi 0.3 4 1,2
dari komite akreditasi rumah sakit
KARS dan SNARS paripurna.
3. Sudah optimal penerapan 5 moment 0,2 2 0,4
4. sudah pemberian informasi kepada 0,2 2 0,6
pengunjung keluarga pasien tentang S–W
hand hygiene (3,1 –
Total 1 3,1 2,1)
= 1.0
Kelemahan (W)
1. Terbatasnya kesediaan media (leaflet) 0,7 3 2,1
diruangan ICU
Total 0,7 2,1
Peluang (O)
1. Adanya kerjasama RSUD Kota Bandung 0.5 3 1,5
dengan Institusi Pendidikan berbasis
kesehatan baik dari dalam maupun luar

73
Kota Bandung
2. RSUD Kota Bandung merupakan Rumah 0.5 3 1,5
sakit Rujukan PPK 3 O–T
Total 1 3,0 (3.0 –
2,0)
Ancaman (T) = 1.0
1. Meningkatnya rujukan pasien dengan 1 2 2
indikasi perawatan ICU tetapi jumlah
kapasitas yang kurang
Total 1 2
5 Metode
Kekuatan (S)
1. Sudah ada model asuhan keperawatan, 0,2 3 0,6
yaitu berbasis metode kasus
2. Sudah ada format untuk 0,2 2 0,4
pendokumentasian asuhan keperawatan
dan ditulis secara lengkap
3. Timbang terima sudah dilakukan setiap 0,1 3 0,3
shift
4. Diruangan sudah terdapat SOP dan SAK 0,2 3 0,6
5. Dokumentasi discharge planning terisi 0,1 2 0,2
lengkap S – T
6. Format askep sudah menggambarkan 0,1 2 0,2 (2,6
masalah keperawatan ICU secara -2,3)
lengkap =0,3
7. Identifikasi pasien sudah dilakukan oleh 0,1 3 0,3
perawat dengan benar pada saat tindakan
pemberian obat
Total 1 2,6
Kelemahan (W)
1. Metode yang dipakai mempunyai peran 0,2 1 0,2
ganda (Metode tim namun
pelaksanaannya menggunakan metode
fungsional)
2. Pre dan post confrence belum dilakukan 0,1 2 0,2
3. Belum ada Ronde keperawatan 0,2 2 0,4
4. Struktur organisasi belum di revisi (tahun 0,5 3 1,5
2018) dan sebagian karyawan sudah
keluar
Total 1 2,3
Peluang (O)
1. Kepercayaan dari pasien dan masyarakat 0,2 3 0,6
cukup baik
2. Ada kebijakan pemerintah tentang 0,2 4 0,8
profesionalisme
3. Adanya mahasiswa Ners praktek 0,3 3 0,9
manajemen keperawatan dan DIII
keperawatan di ruang ICU
74
4. Sosialisasi proses belajar antara 0,3 3 0,6
mahasiswa dengan perawat ruangan
Total 1 2,9
Ancaman (T)
Tintutan dan tanggungjawab untuk 0,5 2 1,0
O-T
peningkatan profesionalisme keperawatan
2,9-1,0
Total 1 1
=1,9
6 Mutu
Kekuatan (s)
1. TOI di Ruang ICU selama 3 bulan 0,2 3 0,6
terakhir lebih dari 2 hari.
2. Angka KTD, KPC, KNC dan kejadian
sentinel di Ruang ICU bulan September 0,3 4 1,2
– November 2019 adalah 0
3. Pendokumentasian asuhan keperawatan 0,1 4 0,4
sudah seseuai
4. Tidak ditemukan pasien jatuh selama S – ,T
kurun waktu September – November 0,2 3 0,6 3,4 –
2019 1,8)
5. Tidak ditemukan pasien kembali ke 0,2 2 0,4 =1,6
perawatan ICU dengan kasus yang sama
< 72 jam
Total 1 3,4
Kelemahan (W)
1. Nilai AvLOS di ruang ICU pada bulan 0,7 2 1,4
September – November 2019. Hasil
AvLOS selama 3 - 4 hari
Total 1 1,4
Peluang (O)
1. Sebagian besar perawat ICU sudah 0,6 3 1,8
mengikuti pelatihan dasar ICU
2. RSUD Kota Bandung sudah 0,4 3 1,2
terakreditasi KARS dan SNARS dengan O–T
paripurna (3,0 -
Total 1,4 3,0 1,8) =
1,2
Ancaman (T)
1. Perawat di ICU masih ada yang PK I 0,3 2 0,6
dan II
2. Terdapat kasus VAP 0,4 3 1,2
Total 0,7 1,2

75
F. Identifikasi Masalah

Matriks Space Perumusan Masalah dan Strategis Pelaksanaan Berikut ini adalah matriks
space dari hasil analisa SWOT dalam manajemen keperawatan (meliputi Man, Material,
Money, Methode, Marketing dan Mutu) di Ruang ICU RSUD Kota Bandung

Methode Kuadran I
Kuadran IV
1,9 2,3

1,2 Money 2,8 Man


Market

Mutu

Material

1,0 2,0 3,0

0,3 1,0 1,1 1,6 2,0

Kuadran III
Kuadran II

76
G. Prioritas Masalah
Berikut ini adalah prioritas masalah manajemen unit dan asuhan secara umum dari
Ruang ICU RSUD Kota Bandung.
Tabel 2.29 Prioritas masalah ruang Ruang ICU RSUD Kota
Bandung.
Skoring Analisa SWOT
NO MASALAH JUMLAH
IFAS EFAS
1 M1 : Man 2,0 1,0 3,0
2 M2 : Material 1,1 1,0 2,1
3 M3 : Money 2,0 1,2 3,2
4 M4 : Market 1,0 1,0 2,0
5 M5 : Methode 0,3 1,9 2,2
6 M6 : Mutu 1,6 1,2 2,8

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa masalah paling menonjol dari
Ruang ICU RSUD Kota Bandung adalah pada M5 (Methode), sedangkan menurut
perioritasnya, masalah manajemen dalam Keperawatan di Ruangan ICU RSUD Kota
Bandung adalah sebagai berikut:
1. M4 : Market 2,0
2. M2 : Material 2,1
3. M5 : Methode 2,2
4. M6 : Mutu 2.8
5. M1 : Man 3,0
6. M3 : Money 3,2

Berikut ini adalah prioritas masalah hasil analisa SWOT dalam manajemen
keperawatan (meliputi Man, Material, Money, Methode, Marketing dan Mutu) di
Ruang ICU RSUD Kota Bandung.

1. Market (M5)
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M5 (Market)
berada pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya
77
manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan
strategiSO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan
internal untuk menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal. Berikut
ini adalah beberapa langkah intervensi yang dapat dilakukan untuk
mengefektifkan unsur MARKETING dalam manajemen keperawatan di ruang
ICU RSUD Kota Bandung.
a. Pengadaan tempat leafleat
b. Pengadaan leaflet

2. Material (M2)
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M2 (Material)
berada pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya
manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan
strategi SO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan
internal untuk menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal. Berikut
ini adalah beberapa langkah intervensi yang dapat dilakukan untuk
mengefektifkan unsur MATERIAL dalam manajemen keperawatan di ruang ICU
RSUD Kota Bandung :
a. Pengadaan tempat leafleat
b. Pengadaan leaflet
3. Methode (M5)
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M3 (Methode)
berada pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya
manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan
strategi SO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan
internal untuk menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal. Berikut
ini adalah beberapa langkah intervensi yang dapat dilakukan untuk
mengefektifkan unsure METHODE dalam manajemen keperawatan di ruang ICU
RSUD Kota Bandung :
a. Mengonsultasikan untuk melakukan ronde keperawatan
b. Mengonsultasikan untuk melakukan pre dan post confernce
4. Mutu (M6)

78
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M6 (Mutu) berada
pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen
strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO
(kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal.
5. Man (M1)
Dari hasil analisa Swot, di temukan bahwa metricxs space M1 (Man) berada
pada kuadran I (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen
strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO
(kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal, terdapat langkah
intervensi yang dapat dilakukan untuk mengefektifkan unsur Man diantaranya :
a. Mengusulkan penambahan tenaga perawat diruang ICU RSUD Kota Bandung
Methode (M5)
6. Money (M3)
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M4 (Money) berada
pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen
strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO
(kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal. Efektifitas
menggunakan anggaran dana yang baik akan dapat semakin meningkatkan kualitas
pelayanan dengan cara mengalokasikan dana yang ada sesuai dengan kebutuhan
ruangan maupun rumah sakit. Kekuatan utama yang dimiliki RSUD Kota Bandung

79
POA (Plan Of Action)

No Masalah Teori Kegiatan Sasaran Target Waktu Biaya PJ


1. a. Tenaga Mengacu kepada Mengusulkan Kepala Penambahan 3 hari - Yesi Fitriani
perawat jika peraturan kebutuhan Ruangan tenaga Fina Fauziah
dilihat dari KEPMENKES no. tenaga perawat Bidang pegawai
kualitas dan 1778/MENKES/S sesuai dengan Keperawatan tercapai
kuantitas K/2010 mengenai peraturan dari
belum sesuai perhitungan tenaga KEPMENKES
dengan perawat
kebutuhan,
S1 + Ners : 5
orang
S1
Keperawatan :
1 orang
D3 Kep : 11
orang.
Diruang ICU
berjumlah 17
orang dengan 6
tempat tidur

b. Tenaga perawat Menurut Adel Mengusulkan Kepala Peningkatan 3 hari - Yesi Fitriani
di ruang ICU bahwa proporsi jenjang Ruangan jenjang Fina Fauziah
dengan tenaga perawat : pendidikan Bidang pendidikan
pendidikan S1 53% : S1 + Ners perawat Keperawatan perawat
+Ners berjumlah 47% : D3
5 orang dan D3 Keperawatan
Keperawatan

80
berjumlah 11
orang sehingga
dibutuhkan
peningkatan
jenjang
pendidikan
untuk D3 Kep ke
S1+Ners,
S1+Ners 35 %,
D3 Kep 65%
2 Sarana untuk kantor Kepmenkes No. Mengusulkan 1. Ka Ru Terdapat 1 minggu Rp. A.Dikdik R
kepala ruangan dan 1778/MENKES/S untuk kantir 2. Ka Tim kantor kepala 400.000 Novia Dina
ruang kerja perawat K/XII/2010 kepala ruangan ruangan dan L
belum ada dan dan ruang kerja ruang kerja
belum tertata rapih serta menata perawat serta
ruang ganti ruang ganti tertata ruang
perawat ganti perawat
3 Ronde keperawatan Nursalam (2014) 1. Sosialisasi 1. KaRu Pelaksanaan 1 minggu - Mirna
belum dilakukan ronde 2. Katim ronde Asran
keperawata 3. Perawat keperawatan Imas Yani
n Associate terlaksana R
2. Lakukan
pendamping
an
pelaksanaan
ronde
keperawata
n
3. Laksanakan
role model
ronde
keperawata
n

81
4. Observasi
pelaksanaan
ronde
keperawata
n
5. Evaluasi
pelaksanaan
ronde
keperawata
n
4 Struktur organisasi Undang-Undang Membuat 1. Ka Ru Terdapat 1 minggu Rp. Anggarini
belum direvisi Rumah Sakit No struktur 2. Ka Tim struktur 250.000 Eka Indah R
masih ada nama 44 tahun 2009 organisasi dan organisasi
staf yang sudah tentang sarana dan informasi jaga dan informasi
keluar prasarana RS perawat di ruang jaga perawat
ICU di ruang ICU
5 Belum adanya Permenkes No 3 Pengadaan 1. Ka Ru Terdapat 1 minggu Rp Laksmi
video tentang cara Tahun 2014 tempat 2. Ka Tim leaflet dan 265.000 Nurul
batuk efektif yang Tentang Sanitasi penyimpanan tempat leaflet Beta
benar,cuci tangan 6 Total Berbasis leaflet dan Budiawan
langkah dan 5 Masyarakat
moment cuci
tangan.

82
BAB III
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Masalah Kegiatan Waktu Evaluasi Biaya Rencana Tindak


Lanjut
Hasil Hambatan
1 Belum adanya video Membuat video 3 Januari Terlaksanany - Persiapan Rp. 500.000 Mahasiswa
tentang cara batuk tentang cara batuk 2020 a pembuatan yang belum memberikan hasil
efektif yang benar,cuci efektif yang video tentang maksimal video kebagian KPPI
tangan 6 langkah dan 5 benar,cuci tangan cara batuk - Tidak dan Promkes untuk
moment cuci tangan. 6 langkah dan 5 efektif yang semua ditayangkan di
moment cuci benar,cuci mahasiswa RSUD Kota
tangan. tangan 6 Bandung.
ikut dalam
langkah dan 5
moment cuci pembuatan
tangan oleh video
mahasiswa
Ners DHB
2 belum tertata rapih ruang Melakukan 1 januari 2020 Sudah tertata Kurangnya Rp.350.000 Pemeliharaan ruang
ganti perawat penataan dan rapih ruang kesadaran ganti perawat
pengadaan sarana ganti perawat pengguna ruang
diruang ganti ganti yang lain
terhadap
kerapihan
3 Sarana untuk kantor Mengusulkan 7 Januari Usulan sudah Terbatasnya - Mahasiswa mampu
kepala ruangan untuk kantor 2020 disampaikan ketersediaan mengusulkan desain
kepala ruangan ke kepala tempat dalam kantor kepala
dan ruang kerja ruangan dan ruangan ruangan dan ruang
serta menata akan kerja perawat.
ruang ganti ditindaklanjut Mahasiswa mampu

83
perawat i menata dan
merapihkan ruang
ganti

4 Ronde keperawatan Mensosialisasika 4 januari 2020 Melaksanakan - - Kepala ruanga dan


belum dilaksanakan n langkah – sosialisasi perawat pelaksana
langkah ronde ronde mampu
keperawatan keperawatan melaksanakan ronde
keperawatan

5 Struktur organisasi Membuat struktur 7 Januari Terdapat - Rp. 420.000 Stuktur organisasi
belum direvisi masih ada organisasi di 2020 stuktur diperbaharui jika ada
nama staf yang sudah ruang ICU organisasi perubahan sesuai
keluar diruang ICU akreditasi RS

6 Tenaga perawat jika Mengusulkan 6 januari 2020 Usulan sudah Tidak ada - Diserahkan kepada
dilihat dari kualitas dan penambahan disampaikan kepala ruangan untuk
kuantitas belum sesuai jumlah tenaga ke kepala menindaklanjuti
dengan kebutuhan, perawat ruangan dan usulan
S1 + Ners : 5 orang akan
S1 Keperawatan : 1 ditindaklanjut
orang i
D3 Kep : 11 orang.
Diruang ICU berjumlah
17 orang dengan 6
tempat tidur

7 Tenaga perawat di ruang Mengusulkan 6 januari 2020 Usulan sudah Tidak ada - Diserahkan kepada
ICU dengan pendidikan jenjang disampaikan kepalar uangan untuk
S1 +Ners berjumlah 5 pendidikan / ke kepala menindaklanjuti
orang dan D3 pelatihan ruangan dan usulan
Keperawatan berjumlah akan
84
12 orang sehingga ditindaklanjut
dibutuhkan peningkatan i
jenjang pendidikan
untuk D3 Kep ke
S1+Ners, S1+Ners 35 %,
D3 Kep 65%

85
ANALISA SWOT MARKET

No Analisa Swot Bobot Rating Bobot X


Rating
Market
Kekuatan (S) S- W
1. Adanya tim Promkes dan 0,4 3 1,2 3,2-2,1 = 1,1
media yang digunakan untuk
penyuluhan di RS
2. Tersedianya leafleat di ruang 0,5 4 2,0
ICU sebagai media edukasi
pasien
Total 3,2
Kelemahan (W)
1. Tidak ada jadwal promkes 0,3 4 1,2
internal di Ruang ICU
2. Tidak ada tim khusus 0,3 3 0,9
promkes di Ruang ICU
Total 2,1
Peluang (O) O-T
1. Melalui PKMRS dapat 0,6 4 2,4 5,3 - 3 = 2,3
meningkatkan kunjungan
pasien dan income RS
2. Tingginya kunjungan pasien 0,3 3 0,9
yang menggunakan layanan
BPJS di RSUD Kota
Bandung
3. Pasien dan keluarga 0,5 4 2
memberikan rekomendasi
RSUD Kota Bandung
Total 5,3
Ancaman (T)
1. Tingkat pendidikan, sosial 0,4 3 1,2
ekonomi dan budaya yang
beragam 0,6 3 1,8
2. Meningkatnya sikap kritis
masyarakat terkait pelayanan
keperawatan
Total 1 3

Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
1 Market 1,1 2,3 3,4

Matriks Space

86
Opportunity

Y (+)
Kuadran II Kuadran I

3
2,5
2
1,5
X (-) 1
Strength
0,5
-4 -3,5 -3 -2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 1,5 2,5 3
-0,5 2 3,5 4 X (+)
Weakness -1 Y (+)
-1,5
-2
-2,5 Market (1,1), (2,3)
-3
-3,5
Kuadran III Kuadran IV
Y (-)
Y (+)
Threat

Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space material pada kuadran I (Turn
Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota
Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu dengan cara
memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang dilingkungan
eksternal.

87
1. Material
Kekuatan (S)
1. Tersedianya nurse station 0,2 3 0,6

2. Adanya administrasi di ruangan 0,1 3 0,3

3. Tersedianya APD di ruangan (handscoon, 0,2 3 0,6


masker, dan barack shoot)

4. Tersedianya handrub didepan pintu 0,3 4 1,2


sebelum masuk ICU, didalam dan disetiap
bed pasien S–W
5. Tersedianya laci obat untuk masing- 0,1 4 0,4 3,5 –
masing pasien 2,6=
6. Adanya tempat sampah medis, non medis 0,1 4 0,4 0,9
diruangan
Total 1 3.5
Kelemahan (W)
4. Tidak terdapat ruang kepala ruangan 0,4 2 0,8
5. Tidak ada ruang kerja kepala ruangan 0,2 3 0,6
6. Ruang ganti perawat tidak rapih 0,4 3 1,2

Total 1 2,6
Peluang (O)
3. Adanya kesempatan untuk penggantian 0,8 3 2,4 O-T
alat-alat kesehatan yang tidak layak pakai 3,0 -1,0
dari rumah sakit = 2,0
4. Adanya pemeliharaan/ pemeliharaan fisik 0,2 3 0,6
bangunan
Total 1 3
Ancaman (T)
3. Adanya tuntutan yang tinggi dari 0,5 2 1,0
masyarakat untuk melengkapi sarana dan
prasarana
Total 1,0
ANALISA SWOT MARKET

Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
1 Material 0,9 2,0 2,9

Matriks Space

88
y
Opportunity
Strength
3,0

2,5 Material

2,0 2,9

1,5

1,0

0,5

0,1 0,3 0,5 0,7 0,9 1,0

Weakness Threat

Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space material pada kuadran I
(Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang ICU
RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu
dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang
dilingkungan eksternal.

89
ANALISA SWOT METHODE

1 Metode
Kekuatan (S)
1. Sudah ada model asuhan keperawatan, 0,2 3 0,6
yaitu berbasis metode kasus
2. Sudah ada format untuk 0,2 4 0,8
pendokumentasian asuhan keperawatan
dan ditulis secara lengkap
3. Timbang terima sudah dilakukan setiap 0,1 4 0,4
shift
4. Diruangan sudah terdapat SOP dan SAK 0,2 3 0,6
5. Dokumentasi discharge planning terisi 0,1 4 0,4
lengkap S – T
6. Format askep sudah menggambarkan 0,1 4 0,4 (3,6
masalah keperawatan ICU secara -2,5)
lengkap =1,1
7. Identifikasi pasien sudah dilakukan oleh 0,1 4 0,4
perawat dengan benar pada saat tindakan
pemberian obat
Total 1 3,6
Kelemahan (W)
1. Belum ada Ronde keperawatan 0,5 2 1,0
2. Struktur organisasi belum di revisi (tahun 0,5 3 1,5
2018) dan sebagian karyawan sudah
keluar
Total 1 2,5
Peluang (O)
1. Kepercayaan dari pasien dan masyarakat 0,2 3 0,6
cukup baik
2. Ada kebijakan pemerintah tentang 0,2 4 0,8
profesionalisme
3. Adanya mahasiswa Ners praktek 0,3 3 0,9
manajemen keperawatan dan DIII
keperawatan di ruang ICU
4. Sosialisasi proses belajar antara 0,3 3 0,9 O-T
mahasiswa dengan perawat ruangan 3,2 -1,0
Total 1 3,2 =2,2
Ancaman (T)
Tuntutan dan tanggungjawab untuk 0,5 2 1,0
peningkatan profesionalisme keperawatan
Total 1 1

90
Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
1 Methode 1,1 2,2 3,3

Matriks Space

y
Opportunity
Strength

4 Methode

3 3,3

0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

Weakness Threat

Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space material pada kuadran I (Turn
Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota
Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu dengan cara
memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang dilingkungan
eksternal.

91
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot
x
rating
1. Man (M1 Ketenagaan)
Kekuatan (S)
1. Jenis ketenagaan di ruangan : 0,5 4 2,0
S1 Ners = 5 orang
S1 Keperawatan : 1 orang
D3 Keperawatan =12 orang.
2. 3 orang perawat yang sedang 0,3 4 1,2
melanjutkan pendidikan Sarjana
S-W
Keperawatan dan Profesi Ners
(4,0 –
3. Terdapat uraian tugas peran dan 0,2 4 0,8
2,0) =
wewenang pada masing-masing tenaga
2,0
keperawatan (karu, katim, ketua shift,
PP).
Total 1 4,0
Kelemahan (W)
1. Jumlah perawat ners masih kurang 0.6 2 1,2
2. Sebanyak 65% perawat D3 0.4 2 0,8

Total 1 2,0
Peluang (O)
1. RS memberikan kebijakan untuk 0,3 3 0.9
memberikan kesempatan izin belajar dan
pelatihan bagi perawat ruangan.
2. Kolaborasi yang baik antara perawat 0,2 3 0,6
dengan mahasiswa praktikum
keperawatan
3. Adanya petugas kesehatan lain yang 0,3 3 0.9
membantu pekerjaan perawat ruangan.
4. Adanya kebijakan pemerintah tentang 0,2 4 0,8
O–T
jenjang profesionalisme perawat
3,2 –
Total 1 3,2
2,4=
Ancaman (T)
0,8
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat 0,6 2 1,2
untuk pelayanan profesional.
2. Kebijakan pemerintah tentang BPJS non 0,4 3 1,2
PBI
Total 1 2,4
ANALISA SWOT MAN

Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
1 Man 2,0 0,8 2,8

Matriks Space

92
y
Opportunity
Strength

1,0 Man
0,8 2,8

0,6

0,4

0,2

0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

Weakness Threat

Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space man pada kuadran I (Turn
Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang ICU RSUD
Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu dengan cara
memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang dilingkungan
eksternal.

ANALISA SWOT MONEY


1 Money
Kekuatan (S)
1. Selain gaji pokok, pegawai RSUD Kota
Bandung juga mendapatkan insentif dan 0,6 4 2,4
untuk PNS mendapatkan tunjangan
tambahan 0.4 4 1.6
2. Sumber anggaran berasal dari APBD dan S–W
BLUD (4,0 –

93
Total 1 4,0 2,0)
Kelemahan (W) = 2,0
1. Gaji pegawai non PNS/BLUD masih 0,7 2 1,4
dibawah UMR
2. Jasa pelayanan tidak diterima secara rutin 0.3 2 0.6
setiap bulan
Total 1 2,0
Peluang (O)
Adanya program BPJS yang dapat diikuti 1 3 3
oleh semua warga indonesia O-T
Total 1 3,0 3 – 1,8
Ancaman (T) = 1,2
Potensial resaign perawat terkait salary 0,8 2 1,8

Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
1 Money 2,0 1,2 3,2

Matriks Space

y
Opportunity
Strength

2,5

2,0
Money
1,5 3,2

1,0

0,5

0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

Weakness Threat

94
Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space material pada kuadran I
(Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang Anggrek
B RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu
dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang
dilingkungan eksternal

ANALISA SWOT MUTU


1 Mutu
Kekuatan (s)
1. TOI di Ruang ICU selama 3 bulan 0,2 3 0,6
terakhir lebih dari 2 hari.
2. Angka KTD, KPC, KNC dan kejadian
sentinel di Ruang ICU bulan September 0,3 4 1,2
– November 2019 adalah 0
3. Pendokumentasian asuhan keperawatan 0,1 4 0,4
sudah seseuai
4. Tidak ditemukan pasien jatuh selama S – ,T
kurun waktu September – November 0,2 4 0,8 3,6 –
2019 1,8)
5. Tidak ditemukan pasien kembali ke 0,2 2 0,4 =1,8
perawatan ICU dengan kasus yang sama
< 72 jam
Total 1 3,6
Kelemahan (W)
1. Nilai AvLOS di ruang ICU pada bulan 0,7 2 1,4
September – November 2019. Hasil
AvLOS selama 3 - 4 hari
Total 1 1,4
Peluang (O)
2. Sebagian besar perawat ICU sudah 0,6 3 1,8
mengikuti pelatihan dasar ICU
3. RSUD Kota Bandung sudah 0,4 3 1,2
terakreditasi KARS dan SNARS dengan O–T
paripurna (3,0 -
Total 1,4 3,0 1,8) =
1,2
Ancaman (T)
1. Perawat di ICU masih ada yang PK I 0,3 2 0,6
dan II
2. Terdapat kasus VAP 0,4 3 1,2
Total 0,7 1,2

Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
95
1 Mutu 1,8 1,2 3,0

Matriks Space

y
Opportunity
Strength

2,5

2,0
Mutu
1,5 3,0

1,0

0,5

0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

Weakness Threat

Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space mutu pada kuadran I (Turn
Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang ICU RSUD
Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu dengan cara
memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang dilingkungan
eksternal.

Identifikasi Masalah
Matriks space perumusan masalah dan strategis pelaksanaan berikut ini adalah matriks
space dari hasil analisa SWOT dalam manajemen keperawatan (meliputi Man,
Material, Money, Methode, Market dan Mutu) di ruang ICU RSUD Kota Bandung.
96
Matriks Space

y
Opportunity
Strength

2,5 Marke 3,4

2,0 2,9 3,3


Materia Method
1,5 Money 3,2

1,0 Man 2,8

X 0,5 Mutu 3,0

0,5 1,0 1,5 2,0 2,5

Weakness Threat

Prioritas Masalah
Berikut ini adalah prioritas masalah manajemen unit dan asuhan secara umum dari
Ruang ICU RSUD Kota Bandung.
Tabel 4.1 Prioritas masalah ruang Ruang ICU RSUD Kota

97
Bandung.
Skoring Analisa SWOT
NO MASALAH JUMLAH
IFAS EFAS
1 M1 : Man 2,0 0.8 2,8
2 M2 : Material 0,9 2,0 2,9
3 M3 : Money 2,0 1,2 3,2
4 M4 : Market 1,1 2,3 3,4
5 M5 : Methode 1,1 2,2 3,3
6 M6 : Mutu 1,8 1,2 3,0

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa masalah paling menonjol dari
Ruang ICU RSUD Kota Bandung adalah pada M5 (Methode), sedangkan menurut
perioritasnya, masalah manajemen dalam Keperawatan di Ruangan ICU RSUD Kota
Bandung adalah sebagai berikut:
1. M1 : Man 2,8
2. M2 : Material 2,9
3. M6 : Mutu 3,0
4. M3 : Money 3,2
5. M5 : Methode 3,3
6. M4 : Market 3,4

98
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hasil yang dapat dismpulkan untuk ruang ICU terkait 5 M yakni sebagai berikut :
1. Man : kebutuhan tenaga perawat secara perhitungan menggunakan rumus gillies
masih kurang jika kapasitas ICU adalah 7 tempat tidur
2. Material, : sarana dan prasarana ruang ICU ada beberapa yang harus di adakan, demi
terpenuhinya kenyamanan pasien dan petugas kesehatan di ruangan
3. Method : untuk metode pemberian asuhan keperawatan di Ruang ICU yakni
menggunakan metode kasus. Pelaksanaan timbang terima (hand over), pre dan post
conference di ruangan oleh perawat telah dilakukan secara optimal.
4. Money, : Sumber dana gaji pegawai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di RS RSUD Kota
Bandung adalah dari APBD
5. Market : dilakukan pembuatan media promkes (pembuatan video)
6. Mutu : dari angket yang diberikan sebesar (81.94%) pasien merasa puas atas
pelayanan yang diberikan dengan nilai kinerja pelayanan yakni baik.
7. Dari hasil SWOT bisa dilihat bahwa terdapat pergeseran dari hasil SWOT awal
dengan hasil SWOT akhir, terkecuali di Man tidak terdapat perubahan setelah
dilakukannya implementasi di ruang ICU. Dari hasil analisa SWOT, ditemukan
bahwa metriks space M1 (Man), M2 (Material), M3 (Methode), M4 (Money), M5
(Marketing) berada pada kuadran I (strategi agresif) yang artinya dalam pelaksanaan
manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi S-
O (kekuatan dan peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal.
Setelah dilakukan implementasi didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Melakukan usulan penambahan tenaga dan peningkatan pendidikan perawat
secara berkala
b. Ada media promosi kesehatan dengan menggunakan video cuci tangan dan batuk
efektif
c. Melakukan usulan sarana prasarana yang kurang yaitu: kantor kepala ruangan
d. Ada struktur organisasi yang sudah di revisi
e. Melakukan penataan dan pengadaan barang di ruang ganti perawat

99
B. Saran
1. Bagi Tim Manajemen Rumah Sakit
Pihak manajemen rumah sakit dapat memberikan perhatian khusus kepada ruangan,
terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia keperawatan yang
sesuai dengan beban kerja masing-masing ruangan dan perlu adanya peningkatan
pemenuhan sarana prasarana sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara professional oleh pihak manajemen sehingga
pelayanan rumah sakit menjadi lebih maksimal dan sesuai dengan harapan masyarakat
luas.
2. Kepala Ruangan ICU
Agar terus mempertahankan pemberian dukungan dan bimbingan dalam pemberian
asuhan keperawatan yang professional.
3. Perawat Pelaksana ICU
a. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang profesionalisme
perawat
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan demi keselamatan pasien
dan petugas
c. Menerapkan ronde keperawatan dalam asuhan keperawatan di ICU
4. Mahasiswa praktek
Yang akan datang diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan seputar
kemampuan manajerial yang baik dan juga menguasai bentuk pelayanan professional
yang diberlakukan.

100
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta
Hartono, Jogiyanto. 2010, Teori Porto folio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : BPFE
UGM.
Hasibuan, Malayu S.P. 2011. MANAJEMEN: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:
PT Aksara.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
PERMENKES No, 44 tahun 2018 tentang penyelenggaraan promosi kesehatan .
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.
Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Robbins SP, dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta : Salemba Medika
Permenkes No. 1778/MENKES/SK/2010

101
Lampiran

102
Dokumentasi Implementasi pada Struktur Organisasi Ruang ICU

Before after

Dokumentasi Implementasi penataan ruang ganti

Before after

103

Anda mungkin juga menyukai