SEMINAR AKHIR
Disusun Oleh:
Kelompok 4
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, Shalawat beserta Salam semoga tetap
tercurah kepada Rasulullah SAW, Nabi akhir zaman, beserta keluarga, para
sahabat dan juga para pengikutnya hingga akhir zaman.Dengan izin dan Ridho
dari Allah SWT, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“LAPORAN PROFESI NERS STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI
RUANG ICU RSUD KOTA BANDUNG” sebagai tugas Keperawatan
Manajemen pada Program Profesi Ners”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Laporan Akhir Manajemen
Keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna. Segala saran dan kritik yang
bersifat membangun diharapkan dengan senang hati dapat disampaikan kepada
penulis, sehingga dapat bermanfaat dan berguna untuk perbaikan dan
perkembangan dimasa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan Laporan Akhir Manajemen Keperawatan ini, kami
menyadari bahwa tanpa bantuan, pengertian, bimbingan, dan arahan dari berbagai
pihak yang terkait. Oleh sebab itu, saya mengucapkan penghargaan dan terima
kasih kepada :
i
6. Rochmah, S.Kep., Ners sebagai Clinical Instructor (CI)Ruang ICU RSUD
Kota Bandung.
7. Irma Nur Amaliah, S.Kep., Ners, M.Kep selaku ketua program studi Ilmu
Keperawatan
8. Annisa Nur Eriawan, S. Kep., Ners. MSN sebagai koordinator beserta tim
mata ajaran manajemen keperawatan
9. Dra. Hj. Laelasari, MARS sebagai pembimbing institusi
10. Teman-teman seangkatan profesi keperawatan angkatan 2019/2020
khususnya kelompok 4 atas kekompakan dan kekeluargaannya
Akhir kata semoga segala bantuan yang tulus ikhlas dari semua pihak yang
telah diberikan kepada kami dalam penyusunan Laporan Akhir Manajemen
Keperawatan ini mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 94
B. Saran................................................................................................ 95
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 97
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan dituntut untuk
mampu dalam manajerial yang tangguh, semata demi kepuasan klien dalam
menerima pelayanan asuhan keperawatan. Kemampuan manajerial dapat
diperdalam dengan berbagai cara tentunya, salah satunya yaitu dengan
melewati pembelajaran melalui bangku kuliah tidak hanya dengan
pendalaman teori tetapi juga ditingkatkan ketermapilan manejerial melalui
pembelajaran di lahan praktek.
Penyelenggaraan asuhan keperawatan membutuhkan komponen
manajemen dalam mengatur suatu tim keperawatan agar terciptanya suatu
asuhan yang berkesinambungan dan profesional. Manajemen adalah proses
untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain, sedangkan
manajemen keperawatan adalah proses pengelolaan pelayanan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Manajemen keperawatan menurut Marquis dan Huston (2010) didefinisikan
sebagai suatu proses keperawatan yang menggunakan fungsi-fungsi
keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, dan pengendalian.
Peran perawat profesional dalam sistem kesehatan nasional adalah
berupaya mewujudkan sistem kesehatan yang baik, sehingga
penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health service) sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demands) masyarakat
(Nursalam, 2014). Perawat adalah ujung tombak dalam pelayanan
kesehatandi Rumah Sakit, karena pelayanan yang diberikan berlangsung
secara terus - menerus dan berkesinambungan selama 24 jam. Oleh karena
itu, baik atau buruknya citra sebuah institusi pelayanan kesehatan dalam hal
ini ditentukan oleh kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, untuk itu perlunya pemahaman atas konsep
1
dan aplikasi di dalam organisasi keperawatan oleh tenaga perawat itu sendiri.
ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi standar
profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan
dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek
sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan
dan dihormati dan kesemuanya itu akan dapat dicapaidengan manajemen
yang baik.
RSUD Kota Bandung adalah rumah sakit tipe B yang merupakan rumah
sakit milik Pemerintah yang terletak di kota Bandung dengan lokasi di Jl.
Rumah Sakit No.22 Ujungberung Bandung. Sejak berdiri tahun 1996 RSUD
Kota Bandung telah berkembang pesat dan konsisten mengabdi untuk
kesehatan masyarakat. Dengan semboyan “Sehat Bersama Kami” yang
menjadi motto RSUD Kota Bandung.
Ruang ICU adalah ruang perawatan intensif yang berkapasitas 6 tempat
tidur, dengan rincian 5 bed untuk kasus umum, 1 bed untuk pasien isolasi.
Bangunan ruang ICU terletak di lantai 2 Rumah Sakit, berdekatan dengan
ruang NICU, OKA,dan Aster. Fasilitas ruang perawatan setahap demi setahap
ditingkatkan sejalan dengan Rencana Strategis Rumah Sakit yang mengacu
pada Visi dan Misi RSUD Kota Bandung.
Berdasarkan fenomena diatas, maka kami akan mencoba mengkaji
manajemen unit dan manajemen asuhan keperawatan secara khusus di ruang
ICU RSUD Kota Bandung.
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional, secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap
2
kepemimpinan yang profesional serta langkah-langkah manajemen
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu :
a. Melaksanakan pengkajian unsur manajemen 5 M dan Mutu
pelayanan
b. Menganalisis dari hasil kajian situasi untuk 5 M dan Mutu Pelayanan
c. Mengidentifikasi mutu pelayanan
d. Merencanakan kegiatan yang sesuai dengan temuan dari 5 M dan
mutu pelayanan
e. Mengimplementasikan kegiatan sesuai dengan rencana
f. Melaksanakan evaluasi
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
intensiv sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan
b. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi
c. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di ruang ICU RSUD Kota Bandung.
2. Bagi perawat Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yang ada di ruang ICU
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
3. Bagi institusi dan pendidikan
3
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan
ruangan perawatan intensif dengan 6 M (Man, Material, Market,
Methode, Money, Mutu).
4
BAB II
5
2. Motto
“Sehat Bersama Kami”
3. Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit Yang Berkualitas”
4. Misi
“Melakukan upaya pelayanan kesehatanlanjutan yang berkualitas kepada
masyarakat”.
5. Tujuan
“Terwujudnya pelayanan kesehatan lanjutan yang berkualitas kepada
masyarakat”
6. Fungsi
a. Penyelenggaraan pelayanan umum
b. Pelaksanaan tugas teknis operasional bidang pelayanan umum yang
meliputi keuangan, pelayanan medis dan keperawatan, penunjang
medis serta program dan pemasaran.
c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan
tugas dn fungsinya
6
d. Spesialis Kandungan Dan Kebidanan
h. Spesialis Syaraf
j. Spesialis THT
k. Spesialis Mata
m. Spesialis Orthodonti
n. Spesialis Jantung
o. Spesialis Urologi/perkemihan
q. Poliklinik EEG
r. Poli Akupuntur
7
s. Klinik Umum
w. Pelayanan DOTS
8
h. Ruang Perawatan Tulip
a. Instalasi Radiologi
b. Instalasi Farmasi
f. Instalasi Gizi
9
g. Instalasi Laundry
l. Kesling
m. IPRS
n. Diklat
o. Bank Darah
p. CSSD
10
dengan ruang NICU, OKA dan Aster. Fasilitas ruang perawatan secara
bertahap ditingkatkan sejalan dengan Rencana Strategis Rumah Sakit yang
mengacu pada Visi dan Misi RSUD Kota Bandung.
D. Manajemen Unit
1. Man
a. Tenaga dan Pasien M1-Man (Ketenagaan)
1) Jumlah Dan Kualifikasi Ketenagaan
Jumlah tenaga di Ruang ICU RSUD Kota Bandung
keperawatan dan non keperawatan :
Tenaga Keperawatan
2. DIII Keperawatan 12 71 %
Total 17 100 %
11
sebagian besar (71%) perawat diruang ICU berpendidikan DIII
keperawatan dan 29% berpendidikan S1 Keperawatan Ners.
2. S1 Administrasi 1 33,3 %
3. Pekarya 1 33,3%
Total 3 100 %
12
2) Kualifikasi Tenaga
Menurut Kepmenkes 2010, tenaga yang terlibat dalam pelayanan ICU
terdiri dari tenaga dokter spesialis dan dokter yang telah mengikuti
pelatihan ICU dan perawat terlatih ICU. Tenaga tersebut
menyelenggarakan pelayanan ICU sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan yang diatur oleh masing-masing RS sesuai dengan jenis
dan klasifikasi RS seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel Ketenagaan
13
Tabel 2.3 Kualifikasi Tenaga Keperawatan Ruang ICU RSUD Kota Bandung
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
14
perawat terlatih dan bersertifikat
7 Windi DIII PNS PP 3 Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Nuraeni PDKI
PMKI
Basic Cardiac Life Support
Hand Hygiene
Basic Trauma Cardiac Life Support
PMKI
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
8 Asep S1 Ners PNS PP 10 PPI
Kartiwa Bantuan Hidup Dasar
CS
Quality Assurance
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
9 Nia DIII PNS PP 8 Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Kurniasih Hand Hygiene
PPGD Basic II
PMDKI
PDKI
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
10 Dewi DIII PNS PP Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Septiani PDKI
Adevenced Cardiac Life Support
Pertolongan Pertama Gawat Darurat
Manajemen Nyeri
PMKI
Hand Hygiene
PMKP
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
11 Dede DIII BLU PP 6 Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Dkril D PMKP
Khofiyi Pertolongan Pertama Gawat Darurat
PDKI
ICU KOMPREHENSIF
Bantuan Hidup Dasar
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
12 Suherni S1 Ners PNS PP 14 Pelatihan Dasar Intensive Care Unit
Hand Hygiene
Adevenced Cardiac Life Support
Pertolongan Pertama Gawat Darurat
IV CATETER
Bantuan Hidup Dasar
Pelatihan Magang ICU
15
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
13 Tri Lestari DIII BLU PP 6 Adevenced Cardiac Life Support
D IV CATETER
Pelatihan prawat intensive care unit
dan magang pelatihan ICU
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
14 Susanti DIII PNS PP 12 Basic Trauma Cardiac Life Support
Yulianti Adevenced Cardiac Life Support
APAR
PPI
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
15 Imas Yani DIII PNS PP 12 Basic Trauma Cardiac Life Support
Rahmat Adevenced Cardiac Life Support
APAR
PPI
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
16 Syamsul DIII BLU PP 13 Adevenced Cardiac Life Support
Arif D Basic Trauma Cardiac Life Support
MANAJEMENT CODE SPOR
MEDICINE
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
17 Vedi Aldri DIII BLU PP 5 Pertolongan Pertama Gawat Darurat
A D IV CATETER
HAND HYGINE
Analisis : sesuai dengan ketentuan klasifikasi ketenagaan ICU Kepmenkes 2010 dengan kriteria
perawat terlatih dan bersertifikat
16
17
3) Tenaga Mahasiswa Praktik
Tabel 2.4. Jumlah Tenaga Mahasiswa Praktek
No Kualifikasi Jumlah
18
adalah 1:1 jadi kebutuhan tenaga perawat ICU RSUD Kota
Bandung adalah :
No Uraian Jumlah Kebutuhan
1. Shif Pagi 6 orang
2 Shif Sore 6 orang
3. Shift Malam 6 orang
4. Tenaga lepas 6 orang
Total 24 orang
Hasil Kajian :
Berdasarkan perhitungan tenaga menurut kepmenkes diatas
maka kebutuhan tenaga perawat di ruang ICU RSUD Kota
Bandung masih kurang mencukupi. Dengan kapasitas tempat tidur
6 dibutuhkan perawat 24 orang dengan pertimbangan setiap shift 6
orang, tenaga yg ada saat ini adalah 17 orang dengan pertimbangan
4 orang/ pershift masih dibutuhkan perawat sebanyak 7 orang.
e) Jumlah Pasien
Berikut adalah Jumlah pasien pada bulan September –
November 2019
Tabel 2.5 Jumlah pasien dalam bulan September – November 2019 di
Bulan September
Usi Tingkat
No Nama JK Diagnosa medis
a Ketergantungan
1 Santi Soraya P 35 RF + ASMA BRONHIAL Total care
Dewi
2 Iyustina P 38 PENURUNAN KESADARAN Total care
Sassen + STROKE KARDIOEMBOLI
3 Juliana L 20 SYOK HIPOPOLEMIK + Total care
Prasetya HEMATEMESIS MELENA
4 Kankan L 37 MENINGITIS TB + B20 Total care
Kurwa
5 Undi L 81 STROKE PIS + HIPERTENSI total care
19
EMERGENCE
6 Yani Mulyani P 28 P2A0 PARTUS NATURUS Total care
DENGAN SC ETRIGIO
BISHOP SCOKE < 6 PADA
EKSLAMSIA
7 Iceu P 30 POST KURETASE A/ I SISA Total care
Rusnawati PLASENTA PADA
PENDARAHAN POST P2A1
8 Noviana P 38 POST + LE A/I PERITONITIS Total care
DIFUSE A.C ABSES INTRA
ABDOMEN +TUBA
OVARIAL ABSES
PERPORASI +
APENDIKSITIS +
SEPSISSYOK + DEMAM
TYPOID + DM TYPE 2 +
ANEMIA
9 Agung L 17 POST KRANIECTOMY Total care
TUMOR REMOVAL A/I SOL
(POD 1)
10 Tina Karlina P 25 POST SC A/I EKSLAMSIA Total care
11 Uhon L 76 RF + POST OF LE A/I ILEUS Total
Setiawan OBSTRUKTIF
12 Cucu P 23 SYOK HEMORAGIC GRED 3 Total care
Cahyana DAN 4 E.C PENDARAHAN
INTRA ABDOMEN +
PERPORASI INSERSIAL E.C
TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN
13 Ani P 27 POST SC A/I PRE EKLAMSI Total care
BERAT + CHF
14 Tjitjih P 70 SYOK HIPOPOLEMIK + Total care
Ratnasih HIPOGLIKEMIA + SYOK
KARDIOGENIK + OBS
PENURUNAN KESADARAN
+ METABOLIK
ENCEPHAHALOPATI +
STROKE INFRAK LAKUNER
15 Ruhiat L 64 SYOK KARDIGENIK + Total care
PENIRINAN KESADARAN
16 Yuhani P 53 PENURUNAN KESADARAN Total care
DD STROKE INFRAK LUAS
17 Asep L 20 MHI E.C EDH ICH SPONTAN Total care
Aproana
18 Dede L 28 POST LE + SEVEREGASTER Total care
Supandi
20
19 Jonihara L 60 OBS. PENURUNAN Total care
KESADARAN + SUS. STRKE
ULANG SAMA SISI, SUSP.
STROKE INFRAK DD PIS
20 Yanah Siti P 52 SYOK SEPSIS AKUT Total care
Mulyanah ABDOMEN E/C
PERITONITIS
21 Tarwiah P 59 SYOK SEPSIS A/C PLEBITIS Total care
DEUROKTICUM ANTE
DEKSTRA
22 Mamat L 52 POST KRANIOTOMI Total care
DEKOMPRESI E/C ICH
SPONTAN A/I GANGLIA
BASALO HIPERTENSI (POD
0)
23 Maesaroh P 51 RF + POST AMPUTASI Total care
ANTEBRAHIALIS DEXTRA
24 Ratna P 29 POST SC P2A0 A/I
DEKOMKORDIS GRED IV
25 Anisah L 22 SUSP. MENINGITIS TB + Total care
HIDROCEPALUS
26 Chandra L 58 STROKE INFRAK + Total care
Budhy KARDIOMEEMBOLI
27 Desri P 21 POST SC A/I DCFC GRED Total care
Winingsih LLL
Bulan Oktober
Tingkat
No Nama JK Usia Diagnosa Medis
Ketergantungan
1 Endang L 52 STROK PIS R/ VPSHUNT Total care
Kusnadi
2 Heni P 38 HEMATOM VULVA P6A0 Total care
Rohaeni PARTUS SPONTAN + PEB
3 Rika P 16 CEPERE HI Total care
Nurhayati
4 Taupik L 31 ALO Total care
Rahmat
5 Sobandi L 66 TOCSIX METABOLIC + Total care
STROKE INFARK
6 Ade L RF + POST OF CTR Total care
Suryawan
7 Tuti Sri P 43 RF + SDH AT REGIO Total care
Rahmawati FRONTOTEMPORAL
21
DEXTRA
8 Nurelawati P 38 CKD Total care
9 Hayati P 65 POST OF OPEN Total care
COLESTISTEKTOMI E/C
COLELITIASIS
SYMTOMATIC POD 1
10 Siti Nasifah P 67 POST OF OPEN Total care
COLESTISTEKTOMI E/C
COLELITIASIS
SYMTOMATIC
11 Suyanto L 48 ANSTEMI Total care
12 Mimin P 32 POST SC HISTOTOMI A.I Total care
INPENDING EKSLAMSI +
INSERSI IUD
13 Heni P 37 G3P2A0 GRAVIDA ATERM + Total care
PEB SUSP. DECOMKOTDIS
14 Endang L 69 POST LE Total care
Sutisna
15 Deti P 32 POST SCTP SUSP. AUD A/I Total care
Darmayanti GAGAL DRIP INDUKSI +
PEB
16 Obos L 57 SEPSIS + STROKE Total care
Lukman
17 Sobandi L 66 RF + STROKE ULANG KE – Total care
9 POST HAP
18 Saripudin L 62 POST TRUP CYTOSTOMI Total care
19 Yadi L 23 POST WSD A/I Total care
PNEMOTORAX KANAN +
PENDARAHAN INTRA
ABDOMEN A/C TROMA
TUMPUL ABDOMEN +
CLOSE FRAKTUR
KLAVIKULA KANAN
20 Fatimah P 41 G3P2A0 PART 36 – 37 Total care
MINGGU KL I FASE LATEN
HT 6 + EMBOLI PARU
21 Ana Mariana P 26 POST DEBRIDEMEN + CHF Total care
22 Undang L 67 SDH Total care
Ropandi
23 Siti Aisah P 41 POST INSISI DRAINASE + Parsial Care
DEBRIDEMEN A.I ABSES
RPQ ABDOMEN
24 Rochman L 68 RF + ALO Total care
25 Ondi L 66 RF +ICH SPONTAN Total care
26 Amih Yanih P 39 POST SC + DM + PEB Total care
22
27 Haris L 52 SYOK SEPSIS A.C Total care
PERITONITIS DIPPUS
28 I Made P 62 POST OF CLOSE FRAKTUR Total care
Sutika FEMUR
29 Iin Inawati P 47 SOL AR TEMPORAL Total care
30 Taupik L 31 RF + CKD ON HD+ ALO + Total care
Rahmat BP
31 Tarsih P 53 SYOK SEPTIK Total care
Turmiati
32 Dedeh P 49 POST EVIDE A.I ICH + IVH + Total care
SA8
33 Meisani P 29 POST SC Parsial Care
34 Iros P 37 POST SC Parsial Care
Mayasari
35 Tutun Sugara L 41 RF A.C HAP DD/PERIODIC Total care
APNEU STROKE INFARK
BERULANG
36 Endang L 69 SYOK HIPOPOLEMIK + SOL Total care
Sutisna + POST LE
37 Kurniati P 41 POST SC A/I PEB + MOW Total care
38 Tati Mulyati P 73 RF + TOKSIC MET ENCEPH Total care
A.C SEPSIS
39 Cacah P 69 RF + ALO + CKD ON HD + Total care
RETENSIO URIN
40 Nonoh P 79 POST ORIF A.I CLOSE Total care
FRAKTUR OF
41 Asep L 59 RF +BP + TB PARU + Total care
ANEMIA + ELEKTROLIN IN
BLANANCE
42 Edi L STEMI Parsial care
Bulan November
Tingkat
No Nama JK Usia Diagnosa Medis
Ketergantungan
1 Asep Subarja L 63 OBS. JOUNDCE A.C Total care
SUSP.COLELITIASIS
2 Ai Siti P 24 G2P1A0 GRAVIDA 24 – 25 + Total care
EKLAMSI
3 Iin P 74 RF+ POST PERITONITIS + POST Total care
LE
4 Endang L 61 POST OF LE Total care
5 Friska Haloho P 20 RF + POST PARTUM Total care
6 Ade Supriadi L 55 SYOK HIPOPOLEMIK + Total care
HEMATEMESIS MELENA
7 Debi Azizah P 20 POST SC Total care
23
8 Nur P 25 POST RE- LAPARATOMI + Total care
Wulandari TUBECTOMI SINISTRA +
B.LYNCEH SINISTRA + MOW
A/I SYOK HEMORAGIC POST
SC
9 LIA Waroka P 31 SEPERECOLELITIASIS A.C Total care
SUSP. BATU CNC PNMER DD
CNC INJURI, POST OF
COLESISTECTOMI POD 6
10 Sarah Imulda P 16 POST OF SC A/I EKSLAMSI Total care
11 Elis Mariam P 30 POST SC AT REGIO FEB Total care
12 Ahmad L 45 POST OF LE + PERITONIAL + Total care
Sobandi APENDIKTOMI + PECIKA
LITHOTOMI
13 Indri Kristianti P 29 POST SCTP + B- Total care
LYNCHSUTURE + STERILISASI
14 Maria Suryani P 55 RESPIRATORI DISTRESS + Total care
PENURUNAN KESADARAN A.C
SEPSIS + CHF + CKD
15 Kartini P 37 RF + PENURUNAN Total care
KESADARAN, SUSP.
MENINGITIS SYNDROM
16 Eti Rohaeti P 49 RF + S.O.M DEXTRA + CTR Total care
17 Anggi L 16 EPIDURAL HEMATOMA Total care
Pratama
18 Ngatio L 51 POST DEBRIDEMEN + ULKUS Total care
DM + ABEER MAKUS
19 Evi P 48 D- POST SC A.I INPENDING Total care
EKLAMSI + MOW
20 Yanto L 54 CA. NASOFARING Total care
21 Ukup L 63 POST LE ALI HERNIA Total care
INGUNALIS LATERALIS (D)
STRANGULATA (WITS’GENG
RENALIS)
22 Ade Samhuri L 57 RF + EDEMA PARU + HT + Total care
ENCEPALOPATI +DM +HHD+
STROKE INFARK
23 R. Ayub L 67 CHF Total care
Hermansyah
24 Lita P 28 P4A0 POST SC A.I GAWAT Total care
JANIN + +KPD +INPENDING
EKSLAMSI + INSERSI AUD
25 Jaka L 74 POST HERNIARAPHY Total care
26 Manah P 63 ALO + TB PARU Total care
27 Rosa Kartika P 23 ROSC P1A0 POST SC + B. Total care
LYNCH A.I GAWAT JANIN.
POST EKSLAMSIA
28 D. Rukmana L 67 POST LE A.C PERPUSI DIFUSS Total care
A.C APP
24
29 Woni Yanto L 61 STROKE + EFILEPSI Total care
2. Material
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan adalah semua bentuk alat kesehatan yang
dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh tujuan keperawatan
yang efektif dan efisien.
1 WC WC
2 3 4 5 Ruang Ruang
Perawat Dokter
R.ganti
ICU
WC
Pasien
Spoel hock
ICU/NICU/PICU
Ruang bersama staf OK
Ruang PICU/NICU
Gudang Selasar ICU/NICU/PICU
Ruang Ganti
PICU/NICU
25
berdekatan dengan ruang nifas. Ruang ICU terdiri satu lantai, letak
nurse station berada didalam ruangan.
Ruang -
2 -
Konsultasi
Ruang - -
3
bimbingan
Terdapat didalam
Ruang -
4 ruangan
tindakan
Ruang kepala
5 - -
ruangan
6 Dapur - -
26
obat lemari pasien
Ruang Terdapat dibagian
12 penyimpanan 1 belakang
linen
Terdapat di
Ruang
15 1 samping nurse
administrasi
station
Ruang Terdapat didepan
16 1
istirahat di nurse station
Ruang Terdapat dibagian
17 1
gudang belakang
Terdapat
Lemari
18 2 disamping nurse
berkas
station
Lemari Terdapat
19 dokumen 5 dimasing-masing
pasien meja pasien
1 tempat sampah
medis terdapat
didekat pintu
Tempat
masuk. 1 tempat
20 sampah 2
sampah medis
medis
terdapat didekat
tempat cuci
tangan
Sarana Di Ruangan Tidak
No Jumlah Layak Keterangan
Prasarana Ada Tidak layak
1 tempat sampah
non medis
terdapat didekat
Tempat 2 pintu masuk. 1
21 sampah non tempat sampah
medis non medis
terdapat didekat
tempat cuci
tangan
Kulkas Terdapat diruang
22 penyimpanan 1 perawat
obat
Emergency Terdapat
21 trolly 1 disamping meja
oplos obat
Media
22 Penkes -
(leaflet)
23 Blankar Baik dan layak
pakai
24 Kursi roda 1 Baik dan layak
pakai
27
Hasil Analisa :
1. Tidak terdapat ruangan untuk kepala ruangan yang ada hanya ruangan
istirahat satu untuk semua perawat
2. Tidak terdapat ruangan konsultasi dan bimbingan
3. Tidak adanya sarana untuk media penkes (leaflet) tidak sejalan dengan
Undang Undang Rumah Sakit no 44 tahun 2009 tentang sarana dan
prasarana harus dalam keadaan terpeliharan dan berfungsi dengan baik
Di Ruangan Tidak
No Nama Alat Jumlah Layak Keterangan
Ada Tidak layak
Terdapat
1 Tempat Tidur 6 didalam ruangan
ICU
Baik dan layak
2 Standar Infus 12 pakai
28
4) Sarana dan prasarana alat kesehatan ruang ICU
Tabel 2.9 Sarana dan prasarana alat kesehatan di Ruang
ICU RSUD Kota Bandung
Berdasarkan klasifikasi sekunder yang ada di RSUD Kota Bandung
29
Gunting verban 2 - 4 -
Gunting otot - 3
Gunting Jaringan 4
Tongue Spatel
1
metal
Kom kecil 7
Kom sedang 3
Kom besar tanpa
6
tutup
Kom besar debgan
3
tutup
Kom gelas dengan
3
tutup
Tabung oksigen
- 1 -
kecil
Troli tindakan 2 - 2 -
Syring Pump 12 (3 x tempat
- 27 -
tidur)
Tromol kasa - 2
Bak spuit 19
Termometer 6 (sesuai jumlah
-
tempat tidur)
30
18 Jelly - Layak Pakai
19 Leucomed - Layak Pakai
21 Under pad - Layak Pakai
22 Needle - Layak Pakai
31
16 Jas Perawat 8 buah Layak Pakai
-
17 Barakshot Plastik 8 buah Layak Pakai
-
18 Barak Kain 5 buah Layak Pakai
-
19 Perlak Alas Tindakan 3 buah Layak Pakai
-
20 Baju Perawat 14 Layak Pakai
buah -
9) Sarana ATK
Tabel 2.12 Daftar sarana ATK di Ruang ICU RSUD Kota Bandung
Hasil Kajian:
Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara di Ruang ICU RSUD
Kota Bandung:
1. Kurangnya jumalah linen yang ada, perbandingan linen dengan bad
berjumlah 1:6
3. Money
32
Berdasar hasil wawancara dengan Kepala Sub bagian (Kasubag)
Keuangan RSUD Kota Bandung dan Bagian Program serta Pemasaran
pada tanggal 21 Desember 2019 diperoleh data terkait keuangan/
pendanaan sebagai berikut :
33
perhitungannya berdasarkan latar belakang pendidikan, pangkat dan
jabatan. Pegawai ASN dan Non-ASN mendapatkan jasa
pelayanan/remunerasi yang bersumber dari anggaran BLUD Rumah
Sakit dengan perhitungan berdasarkan latar belakang Pendidikan, PK,
masa kerja dan beban kerja, namun jasa pelayanan tersebut waktu
penerimaannya tidak rutin pada tiap bulannya.
c) Kas lain
Kas lain yang dimaksud adalah dana yang dikumpulkan internal
karyawan ICU dalam tiap bulannya dan digunakan dalam hal diluar
operasional pelayanan rumah sakit misal : kado penikahan karyawan,
insentif saat menjenguk karyawan sakit ataupun dana lahiran
karyawan. Besarnya telah ditentukan dan dikumpulkan pada tiap awal
bulan.
Pegawai ASN mendapatkan jaminan kesehatan dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan)
dan Tabungan dan Asuransi Pensiun (TASPEN) yang berasal dari
potongan gaji masing – masing pegawai ASN, sedangkan untuk non-
ASN jaminan kesehatan BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan berasal
dari rumah sakit.
d) Sumber Pembiayaan Pasien
Sumber pendapatan Rumah sakit terdiri dari 4 jenis yaitu :
1) Pasien Umum
Pembayaran dilakukan sepenuhnya oleh pasien
2) Pasien Peserta JKN
Pembayaran dilakukan sepenuhnya oleh BPJS, kecuali pada
kondisi tertentu. misalkan pasien BPJS yang naik kelas harus
membayar cosering.
3) Pasien SKTM
Pembayaran dilalukan oleh pemerintah kabupaen dengan biaya
tanggungan sebesar lima juta rupiah (Rp. 5 juta) per pasien
selama menjalani perawatan. Jika pasien dengan biaya perawatan
34
lebih dari Rp. 5 juta, maka sisa pembayaran dibebankan kepada
pasien.
4) Pasien Dinas Sosial
Pembayaran dilalukan oleh Dinas Sosial dengan biaya
tanggungan sebesar lima juta rupiah (Rp. 5 juta) per pasien
selama menjalani perawatan. Jika pasien dengan biaya perawatan
lebih dari Rp. 5 juta, maka sisa pembayaran dibebankan kepada
pasien.
5) Pasien asuransi jasa raharja
Pembayaran dilakukan oleh jasa raharja dengan sebelumnya telah
menerima laporan kronologis kecelakaan yang selanjutnya
diverifikasi bila telah memenihi persyaratan maka pihak jasa
raharja memberikan acc (surat jaminan pelayanan) dengan
estimasi tanggungan 20 juta.
Berdasarkan pengkajian di Ruang ICU RSUD Kota Bandung
data jumlah pasien pada bulan September sampai dengan Nopember
2019 yaitu pasien BPJS sebanyak 88 %, pasien Non-BPJS sebanyak
7%, asuransi jasa raharja 3%.
e) Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
Pembayaran biaya pelayanan untuk pasien umum diselesaikan
pada saat pasien pulang di loket pembayaran rumah sakit. Sedangkan
untuk pasien BPJS pasien datang kemudian dilakukan pemeriksaan
setelah itu muncul diagnosa dan dilakukan coding setelah itu direkap
Formulir Pengajuan Klaim (FPK) pembayaran dilakukan dengan
melengkapi persyaratan BPJS seperti SEP dan SJP, resume medis,
melampirkan hasil lab dan rontgen jika ada beserta bon, rincian obat
dan BHP, dan pengantar perawatan.
Keterlambatan klaim BPJS akan berpengaruh terhadap
operasional Rumah Sakit, karena rumah sakit harus mencari sumber
dana dari yang lain.
f) Keuangan Ruangan
35
Ruang ICU tidak ikut mengatur langsung dalam hal keuangan
rumah sakit, melainkan untuk kebutuhan ruangan kepala ruangan
mengajukan RKBU pertahun yang ditetapkan pada bulan Desember
pada tiap tahunnya.
4. Market
a) Promosi
Promosi kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting
dalam penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam
SKN, baik yang disusun tahun 2009 maupun yang disusun tahun 2010,
disebutkan bahwa salah satu subsistemnya adalah Subsistem
pemberdayaan Masyarakat. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan,
kelompok, dan masyarakat umum dibidang kesehatan secara terpadu
dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setingi- tingginya (Departemen kesehatan, 2010).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 / Menkes / SK / VII /
2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah,
promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan (Departemen kesehatan, 2012).
Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat
melalui pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan
rumah sakit, dan masyarakat, telah menghasilkan reorientasi rumah
sakit menjadi rumah sakit promotor kesehatan (health promoting
hospital). Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha
mengembangkan pengertian pasien dan keluarganya tentang penyakit
yang diderita pasien, mencakup hal-hal yang perlu diketahui dan
36
dikerjakan oleh pasien dan keluarganya untuk membantu
penyembuhan dan mencegah terserang kembali oleh penyakit yang
sama. Jadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha
menggugah kesadaran dan minat pasien dan keluarganya untuk
berperan serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan
pencegahan penyakit.Karena itu penyuluhan kesehatan haruslah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan bukan merupakan bagian tambahan yang
terlepas (fizran, 2013).
Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar
pasien dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah
masalah-masalah kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung
kebijakan public.
Hasil analisa :
37
Kemudian di bagian pintu masuk ruangan ICU terdapat Banner Tata
tertib saat berada di ruang ICU (tata cara batuk, pemisahan jenis
sampah maupun cara mencuci tangan yang baik dan benar tetapi belum
ada pengadaan leaflet yang tersedia dan tidak ada tempat penyimpanan
leaflet.
5. Metode
1. Penentuan Metoda Keperawatan Sesuai Kebutuhan
Ada beberapa pendekatan tentang metode pembagian dinas menurut
Nursalam (2015) diantaranya sebagai berikut :
a. Metode Kasus
Metode di ruang ICU menggunakan metode kasus yang
dimana Berdasarkan pendekatan holistis dari filosofi
keperawatan.Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pasien tertentu dengan rasio pasien : perawat = 1 : 1.
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani
kebutuhannya pada saat dia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap sif dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode ini mumumnya dilakukan untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti isolasi atau perawatan intensif.
b. Keuntungan
1) Sederhana dan langsung
2) Garis pertanggung jawaban jelas
3) Kebutuhan pasien cepat terpenuhi
4) Memudahkan perencanaan
5) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
c. Kelemahan
1) Belum dapat didefinisikan perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama
38
d. Konsep Dasar Metode Kasus
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
e. Tugas Perawat Dalam Metode Kasus
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat
4) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
5) Menerima dan menyesuaikan rencana
6) Menyiapkan penkes pulang
f. Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus
1) Kepala Perawat
a) Memimpin rapat
b) Evaluasi kinerja perawat
c) Membuat daftar dinas
d) Menyediakan material
e) Perencanaan, pengawasan pengarahan
2) Perawat Primer
a) Membuat perencanaan asuhan keperawatan
b) Mengadakan tindakan kolaborasi
c) Memimpin timbang terima
d) Mendelegasikan tugas
e) Memimpin ronde keperawatan
f) Evaluasi pemberian asuhan keperawatan
g) Bertanggung jawab terhadap klien
h) Memberi petunjuk jika klien akan pulang
i) Mengisi resume keperawatan
3) Perawat Associate
a) Memberikan asuhan keperawatan
39
b) Mengikuti timbang terima
c) Melaksanakan tugas yang didelegasikan
d) Melaporkan asuhan keperawatan yang dilaksanakan
Hasil Kajian
40
praktik keperawatan dari ANA (American Nurses Association)
(Handayaningsih, 2007).
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan yang aktual atau potensial. Diagnosis
keperawatan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil akhir sehingga perawat menjadi akuntabel
(NANDA (North American Nursing Dianosis Association,
2012).
c) Rencana keperawatan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat,
klien, keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan
rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang
dialami klien. Perencanaan merupakan suatu petunjuk atau bukti
tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi,
2008).
d) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan
guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan
saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,
kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan
kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
e) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
41
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke
dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang
(reassessment) (Asmadi, 2008).
Hasil Kajian :
Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada tanggal 16-19
Desember 2019 pendokumentasian status pasien didokumentasikan
oleh perawat penanggung jawab pasien dari tiap shift. Berdasarkan
hasil Kajian data format Standar Asuhan Keperawatan (Dokumentasi
Keperawatan) dari buku status pasien setiap lembar dokumentasi terisi
lengkap. Kelengkapan format dokumentasi asuhan keperawatan
ruangan disesuaikan dengan standar Instrumen A DepKes (1995)
dengan hasil :
Dokumentasi asuhan keperawatan
1) Pengkajian Keperawatan
Format pengkajian sudah tersedia dari pihak rumah sakit
sehingga mempermudah perawat dalam melakukan pengkajian
pada pasien. Pengkajian format dokumentasi dilakukan secara
observasi, studi dokumentasi dan wawancara kepada perawat.
Pengkajian pasien dilakukan sesuai format yang telah disediakan
rumah sakit dan pengkajian fisik dilakukan oleh perawat,
pengkajian awal dilakukan di ruangan pertama pasien masuk baik
itu UGD/ Ruang perawatan, untuk pengkajian ICU dilakukan di
format Integrasi dengan metode SOAP. Komponen pengkajian
keperawatan meliputi :
a) Kumpulan Data
Kriteria :
- Belum ada format khusus ICU
- Pengisian belum sistematis
- Actual (baru)
b) Pengelompokan Data
Kriteria :
- Sebagian besar hanya dicatat data Biologis, belum ada
catatan data yang lain
c) Perumusan Masalah
42
Kriteria :
- Belum menggambarkan masalah baru yang muncul di ICU,
masih melanjutkan rencana awal d ruangan sebelumnya,
- Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan belum tergambar
- Perumusan masalah belum ditunjang oleh data yang telah
dikumpulkan.
2) Diagnosa Keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi di ruangan ICU dalam
status pasien belum terdapat diagnosa dan rencana asuhan
keperawatan yang ditentukan langsung setelah dilakukan
pengkajian pasien. Komponennya terdiri dari masalah, penyebab
atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), berdasarkan hasil
kajian Rumusan Diagnosa masih melanjutkan diagnosa
keperawatan awal sebelum pasien dipindah ICU.
3) Rencana Keperawatan
Hasil dari observasi dan studi dokumentasi dalam status
pasien rencana asuhan keperawatan dari salah satu status pasien
antara diagnosa dan intervensi tidak sesuai ( karena diagnosa
keperawatan dibuat di ruangan yang berbeda ) sehingga tidak ada
kesesuaian antara diagnosa keperawatan dengan rencana
keperawatan
4) Implementasi
Hasil observasi dan studi dokumentasi implementasi sudah
tersedia di format ruangan dengan format lembaran :
tanggal/waktu, pengkajian (assessment), instruksi dan pelaksanaan
(order and implementation) dan nama jelas dan tanda tangan
petugas.
5) Evaluasi
Hasil observasi dan studi dokumentasi dalam status pasien
implementasi yang dilakukan di Ruang ICU menggunakan format
43
SOAP dan dituliskan dalam status pasien setelah rencana
keperawatan di implementasikan kepada pasien tetapi hasil
evaluasi yang dicatat tidak sesuai dan tidak mengacu pada tujuan .
Format catatan perkembangan berisi : tanggal, jam, perkembangan
pasien, nama jelas dan tanda tangan perawat.
44
dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang
terima (handover) memiliki 2 fungsi utama, yaitu :
45
a) Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.
b) Nyatakan masalah secara singkat : apa, kapan dimulai, dan
tingkat keparahan.
2) B (Background).
Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi,
meliputi:
a) Daftar pasien
b) Nomor medical record
c) Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
d) Daftar obat terkini, alergi, dan hasil laboratorium
e) Hasil terbaru TTV pasien
f) Hasil laboratorium dengan tanggal dan waktu
pengambilan serta hasil dari tes laboratorium sebagai
pembanding
g) Informasi klinik lainnya. Background merupakan
informasi penting tentang apa yang berhubungan dengan
kondisi pasien terkini.
3) A (Assessment/pengkajian)
Assesment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien
yang terkini.
4) R (Recommendation)
Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah pasien pada saat ini.
Hasil Kajian
46
intervensi keperawatan. Teknik SBAR sudah dilakukan sesuai
langkah, hanya dalam teknik penulisan di tulis dalam bentuk cap.
Tujuan :
47
Kegiatan :
a) Ketua tim atau PJ tim membuka acara
b) Ketua tim atau PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang
telah diberikan
c) Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindak lanjut asuhan
keperawatan keperawatan yang harus dioperkan kepada
perawat shift berikutnya.
d) Ketua tim atau PJ tim menutup acara (Modul MPKP, 2006).
Hasil Kajian :
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 dan 19
Desember 2019 pre conference dan post conference dilakukan
pada setiap pergantian shift.
c. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan,
perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota TIM
(Nursalam, 2012). Dalam ronde keperawatan metode yang
digunakan adalah dengan cara diskusi, adapun alat bantu yang
digunakan yaitu sarana diskusi : buku, pulpen, status/dokumentasi
keperawatan pasien, materi yang disampaikan secara lisan.
1) Karakteristik pasien yang dapat dilakukan ronde keperawatan :
a) Pasien dilibatkan secara langsung
b) Pasien merupakan focus kegiatan
c) PA, PP, dan konselor melakukan diskusi pertama
d) Konselor memfasilitasi kreatifitas
e) Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan
PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2) Tujuan Ronde Keperawatan
48
a) Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir
kritis
b) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
c) Menignkatkan kemampuan validasi data pasien
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose
keperawatan
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berorinetasi pada masalah pasien
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
3) Manfaat Ronde Keperawatan
a) Masalah pasien dapat teratasi
b) Kebutuhan pasien dapat teratasi
c) Terciptanya komunikasi keprawatan yang professional
d) Terjalinnya kerjasam antar tim kesehatan
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
denagan tepat dan benar.
d. Pasien yang dipilih untuk melakukan ronde keperawatan
adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :
- Mempunyai masalah keperawatn yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
- Pasien dengan kasus baru atau langka.
4) Kegiatan Ronde
a) Pra Ronde
- Menentukan kasus dan topic (masalah yang tiak teratasi
dan masalah yang langka)
- Menentukan tim ronde
- Mencari sumber atau literature
- Membuat proposal
49
- Mempersiapkan pasien : informed concent dan
pengkajian
- Diskusi : apa diagnosis keperawatan, apa data yang
mendukung, bagaimana intervensi yang sudah dilakukan,
dan apa hambatan yang ditemukan selama perawatan
b) Pelaksanaan Ronde
- Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan kepada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
- Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut
- Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana
- tindakan yang akan dilakukan.
c) Pasca Ronde
- Evaluasi, revisi, dan perbaikan
- Kesimpulan dan rekomendasi penengakan diagnosis,
itervensi keperawatan selanjutnya.
Hasil Kajian
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 16 dan 19
Desember 2019 dengan perawat di ICU ronde keperawatan belum
dilakukan, meskipun SOP nya sudah ada.
50
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah
infeksi yang disebarkan melalui tangan dengan menghilangkan
semua kotoran dan debris serta menghambat dan membunuh
mikroorganisme pada kulit. Menjaga kebersihan tangan ini
dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja, sebelum kontak
dengan pasien atau melakukan tindakan untuk pasien, selama
melakukan tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi)
dan setelah kontak atau melakukan tindakan untuk pasien
(Kemenkes RI, 2011).
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) telah lama digunakan untuk
melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas
kesehatan. Namun, dengan munculnya Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan Hepatitis C, serta
meningkatnya kembali kasus Tuberculosis (TBC), pemakaian
APD juga menjadi sangat penting dalam melindungi petugas.
Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat
pelindung mata, topi, gaun, apron, pelindung kaki, dan alat
pelindung lainnya (Kemenkes RI, 2011).
Hasil Kajian :
a. Kebersihan tangan menurut 6 langkah dari WHO
Berdasarkan hasil observasi tanggal 16-19 Desember 2019
setiap petugas sudah melakukan kebersihan tangan menurut 6
langkah dari WHO menggunakan sabun. Namun perawat tidak
menggunakan 5 moment yang sesuai, dimana perawat ada yang
tidak mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Berdasarkan observasi pada tanggal 17 Desember 2019 pada
saat timbang terima pasien baru dari IGD ada perawat yang
menggunakan APD lengkap ada yang tidak menggunakan APD.
51
6. Efektifitas Patient Dan Staff Safety
a. Sentralisasi obat
Kontroling terhadap penggunanan dan konsumsi obat
sebagai salah satu peran perawat perlu dilakukan dalam asuhan
pola dan alur yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-
benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian baik
secara material maupun secara non material dapat diminimalisir.
Format sentralisasi obat berisi nama, nomor register, umur,
ruangan (Nursalam, 2014).
b. Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu
sistem di mana Rumah Sakit membuat asuhan lebih aman. Sistem
tersebut meliputi 6 standar yaitu:
1) Ketepatan identifikasi pasien
Ketepatan identifikasi meliputi nama, tanggal lahir, dan
nomor rekam medik pasien. Petugas harus melakukan
identifikasi pasien saat :
a) Pemberian obat
b) Pemberian darah/produk darah
c) Pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan
klinis
d) Sebelum memberikan pengobatan
e) Sebelum memberikan tindakan
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
a) Memakai teknik SBAR
b) Memakai teknik TBAK
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)
Kewaspadaan terhadap obat dengan NORUM/LASA (Nama
Obat Rupa Ucapan Mirip/Look alike sound alike).
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
a) Penggunaan APD
52
b) Membersihkan tangan 6 langkah
c) Pengelolaan limbah sampah
6) Pengurangan resiko jatuh
Dengan penggunaan gelang khusus atau papan resiko jatuh
berwarna kuning (Menteri Kesehatan RI Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011).
Hasil Kajian :
a) Hasil Kajian :
Berdasarkan hasil observasi didapatkan di loker obat
tidak diberi nama, nomor register ataupun tanggal lahir
pasien, karena loker pasien ada disebelah bed pasien, resiko
tertukar sangat kecil, Dalam pelaksanaan pemberian obat
perawat melakukan identifikasi pasien sebelum memberikan
obat ke pasien. dalam mengidentifikasi tidak diberi label
berupa nama dan identitas pasien seperti no register. saat
pemberian injeksi, spuit yang dipakai diberi identitas pasien
di bagian bungkus penyimpanan spuit seperti nama pasien,
nomor bed, dan jenis obat yang akan diberikan. Tetapi tidak
mencantumkan tanggal lahir pasien. Cairan infus diletakkan
di masing-masing meja pasien dan di lemari penyimpanan
obat. Saat pemberian obat injeksi ataupun oral diberikan
sesuai jadwal dan obat disimpan di.
Hasil observasi yang dilakukan pada setiap tindakan
pemberian obat dan keperawatan yang dilakukan ditemukan
bahwa prinsip 6 benar sudah dilakukan oleh masing-masing
perawat yang melakukan tindakan, namun kendala yang ada
adalah perawat hanya melakukan identifikasi pasien meliputi
nama, dan terkadang belum disertai tanggal lahir pasien atau
nomor rekam medik dalam setiap pemberian obat. Sehingga
prinsip 6 benar yang diterapkan belum sempurna.
53
b) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit. Keselamatan pasien merupakan suatu
variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas
pelayanan. Lembar Observasi yang digunakan meliputi
penilaian mengenai; identifikasi pasien, penggunaan
komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat,
kewaspadaan prosedur operasi, risiko infeksi, dan pasien
jatuh.
Belum optimalnya indikator keselamatan pasien yang
dilakukan di Ruang ICU, terkait dengan belum terlaksana
sepenuhnya tentang Sasaran I Ketepatan Identifikasi yaitu
pasien diindentifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
Jika perawat tidak melakukan ketepatan identifikasi maka
akan terjadi kesalahan karena keliru dalam mengidentifkasi
pasien dapat terjadi di hampir semua aspek atau tahapan
diagnosis dan pengobatan. Maksud sasaran ini untuk
melakukan 2 pengecekan seperti proses untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau
produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, atau pemberian pengobatan atau tindakan
lain. Hasil observasi pada tanggal 16 September sampai
dengan 17 Desember 2019 ketika perawat memberikan obat
hanya menempelkan nama obat /merk obat di spuit. Cara
mengidentifikasi pasien yaitu sebutkan nama pasien, nomor
rekam medis, tanggal lahir gelang identitas pasien serta
nomor kamar atau lokasi pasien. Proses tersebut agar dapat
memastikan kemungkinan situasi untuk dapat di identifikasi.
54
7. Struktur Organisasi
Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan
secara sadar, terdiri atas dua orang atau lebih dan yang relatif terus -
menerusdan sistem perserikatan formal, berstuktur, terkoordinasi
guna mencapai satu serangkaian tujuan bersama, (Robbins, 2008;
Hasibuan, 2011)
Menurut (Hasibuan, 2011) Struktur organisasi adalah suatu
gambar yang menggambarkan tipe organisasi, perdepartemenan
organisasi kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang
danhubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang
kendali dan system pimpinan organisasi.
Menurut Robbins dan Coulter (2007) mengatakan bahwa
struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal
organisasi yang dengan kerangka itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-
bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Struktur organisasi
menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi, dikelompokkan dan
dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi menunjukkan
kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara
fungsi, bagian atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan
tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam
suatu organisasi.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa struktur organisasi adalah penggambaran bagian-bagian,
posisi-posisi, tugas serta tanggung jawab dalam suatu organisasi
yang dibentuk sehingga akan mendapatkan bagan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 16 – 19
Desember 2019 di dapatkan hasil bahwa di ruang ICU sudah ada
struktur organisasi dan sudah sesuai dengan ketentuan. Tetapi belum
ada perbaikan, mengenai ada beberapa perawat pelaksana yang
sudah mengundurkan diri dan struktur organisasinya belum di revisi
kembali.
55
Adapun struktur organisasi tenaga perawat di Ruang ICU RSUD
Kota Bandung sebagai berikut :
KEPALA SIE
KEPALA INSTALASI ICU KEPERAWATAN
Dr. Yudhi Prabakti, SPAN. KIC Asep Hendriana, S.Kep., Ners
ADMINISTRASI POS
Dewi Santi Derry Nugraha
TIM I TIM II
56
Keterangan :
Kepala Ruangan IC
8. (SOP)
Suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai
tujuan organisasi. Standar operasional prosedur merupakan tatacara
atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry dan Potter, 2005).
Tujuan SOP
a. Petugas atau pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas atau pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
b. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas atau pegawai terkait.
d. Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas/pegawai dari
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
e. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi
Hasil Analisis:
Berdasarakan observasi dari tanggal 16-19 Desember 2019, ruangan
ICU memiliki SOP sebanyak 42 indikator. Rekomendasi SOP pada
ruang ICU yaitu SOP pre dan post conference dan SOP kolaborasi.
57
yang diprediksi dan diidentifikasi dalam situasi yang spesifik.
Standar asuhan keperawatan harus menunjukan asuhan yang menjadi
tanggung jawab perawat dalam pemberiannya, dan bukan tingkat
ideal asuhan. Standar asuhan keperawatan mengacu kepada tahapan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Hasil Analisis:
Hasil observasi pada tanggal 16-19 Desember 2019 SAK
yang ada di ruangan ICU yaitu manajemen nyeri, manajemen resiko,
klien masuk ICU, K3, Hight Aler, kebakaran, assesment,
identifikasi, resiko jatuh, obat emergency, emergency.
58
6. Mutu
a) Angka BOR, LOS, TOI, BTO, GDR, NDR
1) BOR (Bed Occupation Ratio)
Menurut Depkes RI (2005) Bed occupation Ratio adalah presentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah
Sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85 % sedangkan dalam
Nursalam (2012) standar nasional BOR adalah antara 75-80%.
Rumus :
2) LOS(Length of Stay)
AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus:
Jumlahlama dirawat
AVLOS=
Jumlah pasien keluar (hidup+ mati)
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan September
2019 – November 2019 di Ruang ICU RSUD Kota Bandung didapatkan hasil
AvLOS 4 hari.
59
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus:
( Jumlah tempat tidur x periode )−Hari Perawatan
TOI=
jumlah pasien keluar (hidup+ mati)
b) Kepuasan Pasien
60
Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan
harapannya (Nursalam, 2014).
Pengertian kepuasan pasien menurut Kotler adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau
kesannya terhadap kinerja atau hasil sebuah produk dan harapan-harapannya
(Nursalam, 2014). Kepuasan pasien adalah tanggapan pasien terhadap
kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan pasien sebelum menerima jasa
pelayanan dengan sesudah menerima jasa layanan.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan diruang ICU RSUD Kota
Bandung di dapatkan bahwa nilai kepuasan pasien sebesar 81%.
61
keperawatan dari ANA (American Nurses Association) (Handayaningsih,
2007).
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan memberi
dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil akhir
sehingga perawat menjadi akuntabel (NANDA (North American Nursing
Dianosis Association), 2012).
c) Rencana keperawatan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien,
keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan
merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang menggambarkan secara
tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai
dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi, 2008).
d) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
e) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
62
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment) (Asmadi, 2008).
Hasil kajian :
1) Pengkajian keperawatan
Format pengkajian sudah tersedia dari pihak rumah sakit sehingga
mempermudah perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien.
Pengkajian format dokumentasi dilakukan secara observasi, studi
dokumentasi dan wawancara kepada perawat. Pengkajian pasien dilakukan
sesuai format yang telah disediakan rumah sakit dan pengkajian fisik
dilakukan oleh perawat, pengkajian awal dilakukan di ruangan pertama
pasien masuk baik itu UGD/ Ruang perawatan, untuk pengkajian ICU
dilakukan di format Integrasi dengan metode SOAP
Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a) Kumpulan Data
Kriteria :
- Belum ada format khusus ICU
- Pengisian belum sistematis
- Actual (baru)
- Absah (valid)
b) Pengelompokan Data
Kriteria :
- Sebagian besar hanya dicatat data Biologis, belum ada catatan data
yang lain
c) Perumusan Masalah
Kriteria :
63
- Belum menggambarkan masalah baru yang muncul di ICU, masih
melanjutkan rencana awal d ruangan sebelumnya,
- Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan belum tergambar
- Perumusan masalah belum ditunjang oleh data yang telah
dikumpulkan.
2) Diagnosa keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi di ruangan ICU dalam status
pasien belum terdapat diagnosa dan rencana asuhan keperawatan yang
ditentukan langsung setelah dilakukan pengkajian pasien. Komponennya
terdiri dari masalah, penyebab atau terdiri dari masalah dan penyebab
(PE), berdasarkan hasil kajian Rumusan Diagnosa masih melanjutkan
diagnosa keperawatan awal sebelum pasien dipindah ICU.
3) Rencana keperawatan
Hasil dari observasi dan studi dokumentasi dalam status pasien rencana
asuhan keperawatan dari salah satu status pasien antara diagnosa dan
intervensi tidak sesuai (karena diagnosa keperawatan dibuat di ruangan
yang berbeda) sehingga tidak ada kesesuaian antara diagnosa keperawatan
dengan rencana keperawatan.
4) Implementasi keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi implementasi sudah tersedia di
format ruangan dengan format lembaran : tanggal/waktu, pengkajian
(assessment), instruksi dan pelaksanaan (order and implementation) dan
nama jelas dan tanda tangan petugas.
5) Evaluasi keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi dalam status pasien implementasi
yang dilakukan di Ruang ICU menggunakan format SOAP dan dituliskan
dalam status pasien setelah rencana keperawatan di implementasikan
kepada pasien tetapi hasil evaluasi yang dicatat tidak sesuai dan tidak
mengacu pada tujuan . Format catatan perkembangan berisi : tanggal, jam,
perkembangan pasien, nama jelas dan tanda tangan perawat.
e) Hand Hygiene
64
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (Depkes
RI, 2009). Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk
mengangkat mikroorganisasi yang ada ditangan, membuat kondisi tangan steril
sehingga infeksi silang bisa dicegah.
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang
disebarkan melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris
serta menghambat dan membunuh mikroorganisme pada kulit. Menjaga
kebersihan tangan ini dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja, sebelum
kontak dengan pasien atau melakukan tindakan untuk pasien, selama melakukan
tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi) dan setelah kontak atau
melakukan tindakan untuk pasien (Kemenkes RI, 2011).
2) Kesalahan Obat
65
23-28 Tidak ada kejadian
29-30 Tidak ada kejadian
2. Oktober 1-7 Tidak ada kejadian
8-14 Tidak ada kejadian
15-22 Tidak ada kejadian
23-28 Tidak ada kejadian
29-31 Tidak ada kejadian
3. November 1-7 Tidak ada kejadian
8-14 Tidak ada kejadian
15-22 Tidak ada kejadian
23-28 Tidak ada kejadian
29-30 Tidak ada kejadian
3) Troli Emergency
Troli emergency adalah troli yang berisi peralatan dan perlengkapan untuk
melakukan resusitasi kardiopulmoner dan untuk menangani kegawatdaruratan
lainnya. Troli emergency hanya digunakan bila code blue diaktifkan, dengan alur
sebagai berikut :
Code-blue diaktifkan
1. Monitor EKG
2. Defibrilator
3. Bag-valve Mask
4. Laringoskop
5. Stetoskop
6. Pen light
67
Alat-alat tersebut harus diperiksa fungsinya setiap minggu sekali. Alat-
alat lain dan obat-obatan yang ada di dalam troli emergency harus diperiksa
kelengkapan dan tanggal kadaluarsanya setiap bulan sekali.
Hasil kajian :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang ICU RSUD Kota
Bandung didapatkan hasil : trolley emrgency terdiri dari 4 bagian, yaitu :
1. Defibrilator
2. Laci 1, berisi :
a) Manual book trolley emergency
b) Lembar berita acara
3. Obat, yang berisi :
Nama Jumlah
Alkohol swab 5
Bloodset terumo 1
Elektrode red dot 6
Intrafix air primaline 1
IV cath/surflo 18/insyte 18 1
IV cath/surflo 20/insyte 20 1
IV cath/surflo 22/insyte 22 1
NaCL 0.9% 500 ml inf 1
Ringer laktat 500 ml inf 2
f) Patient Safety
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Nursalam (2015), keselamatan pasien merupakan suatu variable
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang
berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah
suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat
merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa
disebabkan oleh berbagai factor antara lain beban kerja perawat yang tinggi,
alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan
sebagainya (Nursalam, 2015).
69
Jenis-jenis insiden keselamatan pasien (Depkes, 2008) :
Kejadian Yang Tidak Diharapkan (KTD)
Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Kejadian nyaris cedera adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
Berdasarkan hasil (Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit) untuk data
KTD, KTC, KNC dan Kejadian sentinel di Ruang ICU pada bulan
September-November 2019dapat dilihat dari data sebagai berikut :
Tabel 0.0 Angka Kejadian KTD, KPC, KNC dan sentinel di Ruang
ICU RSUD Kota Bandung
No Bulan Tanggal Kejadian
.
1. September 1-7 Oksigen central
Alarm kosong
8-14 Mata petugas terkena cipratan dahak pasien
15-22 Klien meludahi mata perawat (klien bertato)
23-28 Tidak ada kejadian
29-30 Tidak ada kejadian
2. Oktober 1-7 Tidak ada kejadian
8-14 Tidak ada kejadian
15-22 Tidak ada kejadian
23-28 Dokter jatuh saat sedang sosialisasi di ruang
ICU (kursi patah)
29-31 Atap bocor karena hujan besar
3. November 1-7 Atap bocor karena hujan besar
8-14 Tidak ada kejadian
15-22 Tidak ada kejadian
23-28 Tidak ada kejadian
29-30 Tidak ada kejadian
70
ALUR PASIEN MASUK RUANG ICU
IGD Ruangan OK
D. Analisa Masalah (SWOT)
E.
KONSUL TERTULIS
PENUH ADA
ICU
Tabel 2.28 Analisa masalah di Ruang ICU RSUD Kota Bandung
72
prasarana
2. Atap bocor 0,5 2 1,0
Total 1 2,0
3 Money
Kekuatan (S)
1. Selain gaji pokok, pegawai RSUD Kota
Bandung juga mendapatkan insentif dan 0,6 4 2,4
untuk PNS mendapatkan tunjangan
tambahan 0.4 4 1.6
2. Sumber anggaran berasal dari APBD dan S–W
BLUD (4,0 –
Total 1 4,0 2,0)
Kelemahan (W) = 2,0
1. Gaji pegawai non PNS/BLUD masih 0,7 2 1,4
dibawah UMR
2. Jasa pelayanan tidak diterima secara rutin 0.3 2 0.6
setiap bulan
Total 1 2,0
Peluang (O)
1. Adanya program BPJS yang dapat diikuti 1 3 3
oleh semua warga indonesia O-T
Total 1 3,0 3 – 1,8
Ancaman (T) = 1,2
1. Potensial resaign perawat terkait salary 0,8 2 1,8
Total 0,7 1,8
4 Market
Kekuatan (S)
1. RSUD Kota Bandung memiliki 2 0.3 3 0.9
program promosi kesehatan (internal dan
eksternal)
2. RSUD Kota Bandung sudah terakreditasi 0.3 4 1,2
dari komite akreditasi rumah sakit
KARS dan SNARS paripurna.
3. Sudah optimal penerapan 5 moment 0,2 2 0,4
4. sudah pemberian informasi kepada 0,2 2 0,6
pengunjung keluarga pasien tentang S–W
hand hygiene (3,1 –
Total 1 3,1 2,1)
= 1.0
Kelemahan (W)
1. Terbatasnya kesediaan media (leaflet) 0,7 3 2,1
diruangan ICU
Total 0,7 2,1
Peluang (O)
1. Adanya kerjasama RSUD Kota Bandung 0.5 3 1,5
dengan Institusi Pendidikan berbasis
kesehatan baik dari dalam maupun luar
73
Kota Bandung
2. RSUD Kota Bandung merupakan Rumah 0.5 3 1,5
sakit Rujukan PPK 3 O–T
Total 1 3,0 (3.0 –
2,0)
Ancaman (T) = 1.0
1. Meningkatnya rujukan pasien dengan 1 2 2
indikasi perawatan ICU tetapi jumlah
kapasitas yang kurang
Total 1 2
5 Metode
Kekuatan (S)
1. Sudah ada model asuhan keperawatan, 0,2 3 0,6
yaitu berbasis metode kasus
2. Sudah ada format untuk 0,2 2 0,4
pendokumentasian asuhan keperawatan
dan ditulis secara lengkap
3. Timbang terima sudah dilakukan setiap 0,1 3 0,3
shift
4. Diruangan sudah terdapat SOP dan SAK 0,2 3 0,6
5. Dokumentasi discharge planning terisi 0,1 2 0,2
lengkap S – T
6. Format askep sudah menggambarkan 0,1 2 0,2 (2,6
masalah keperawatan ICU secara -2,3)
lengkap =0,3
7. Identifikasi pasien sudah dilakukan oleh 0,1 3 0,3
perawat dengan benar pada saat tindakan
pemberian obat
Total 1 2,6
Kelemahan (W)
1. Metode yang dipakai mempunyai peran 0,2 1 0,2
ganda (Metode tim namun
pelaksanaannya menggunakan metode
fungsional)
2. Pre dan post confrence belum dilakukan 0,1 2 0,2
3. Belum ada Ronde keperawatan 0,2 2 0,4
4. Struktur organisasi belum di revisi (tahun 0,5 3 1,5
2018) dan sebagian karyawan sudah
keluar
Total 1 2,3
Peluang (O)
1. Kepercayaan dari pasien dan masyarakat 0,2 3 0,6
cukup baik
2. Ada kebijakan pemerintah tentang 0,2 4 0,8
profesionalisme
3. Adanya mahasiswa Ners praktek 0,3 3 0,9
manajemen keperawatan dan DIII
keperawatan di ruang ICU
74
4. Sosialisasi proses belajar antara 0,3 3 0,6
mahasiswa dengan perawat ruangan
Total 1 2,9
Ancaman (T)
Tintutan dan tanggungjawab untuk 0,5 2 1,0
O-T
peningkatan profesionalisme keperawatan
2,9-1,0
Total 1 1
=1,9
6 Mutu
Kekuatan (s)
1. TOI di Ruang ICU selama 3 bulan 0,2 3 0,6
terakhir lebih dari 2 hari.
2. Angka KTD, KPC, KNC dan kejadian
sentinel di Ruang ICU bulan September 0,3 4 1,2
– November 2019 adalah 0
3. Pendokumentasian asuhan keperawatan 0,1 4 0,4
sudah seseuai
4. Tidak ditemukan pasien jatuh selama S – ,T
kurun waktu September – November 0,2 3 0,6 3,4 –
2019 1,8)
5. Tidak ditemukan pasien kembali ke 0,2 2 0,4 =1,6
perawatan ICU dengan kasus yang sama
< 72 jam
Total 1 3,4
Kelemahan (W)
1. Nilai AvLOS di ruang ICU pada bulan 0,7 2 1,4
September – November 2019. Hasil
AvLOS selama 3 - 4 hari
Total 1 1,4
Peluang (O)
1. Sebagian besar perawat ICU sudah 0,6 3 1,8
mengikuti pelatihan dasar ICU
2. RSUD Kota Bandung sudah 0,4 3 1,2
terakreditasi KARS dan SNARS dengan O–T
paripurna (3,0 -
Total 1,4 3,0 1,8) =
1,2
Ancaman (T)
1. Perawat di ICU masih ada yang PK I 0,3 2 0,6
dan II
2. Terdapat kasus VAP 0,4 3 1,2
Total 0,7 1,2
75
F. Identifikasi Masalah
Matriks Space Perumusan Masalah dan Strategis Pelaksanaan Berikut ini adalah matriks
space dari hasil analisa SWOT dalam manajemen keperawatan (meliputi Man, Material,
Money, Methode, Marketing dan Mutu) di Ruang ICU RSUD Kota Bandung
Methode Kuadran I
Kuadran IV
1,9 2,3
Mutu
Material
Kuadran III
Kuadran II
76
G. Prioritas Masalah
Berikut ini adalah prioritas masalah manajemen unit dan asuhan secara umum dari
Ruang ICU RSUD Kota Bandung.
Tabel 2.29 Prioritas masalah ruang Ruang ICU RSUD Kota
Bandung.
Skoring Analisa SWOT
NO MASALAH JUMLAH
IFAS EFAS
1 M1 : Man 2,0 1,0 3,0
2 M2 : Material 1,1 1,0 2,1
3 M3 : Money 2,0 1,2 3,2
4 M4 : Market 1,0 1,0 2,0
5 M5 : Methode 0,3 1,9 2,2
6 M6 : Mutu 1,6 1,2 2,8
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa masalah paling menonjol dari
Ruang ICU RSUD Kota Bandung adalah pada M5 (Methode), sedangkan menurut
perioritasnya, masalah manajemen dalam Keperawatan di Ruangan ICU RSUD Kota
Bandung adalah sebagai berikut:
1. M4 : Market 2,0
2. M2 : Material 2,1
3. M5 : Methode 2,2
4. M6 : Mutu 2.8
5. M1 : Man 3,0
6. M3 : Money 3,2
Berikut ini adalah prioritas masalah hasil analisa SWOT dalam manajemen
keperawatan (meliputi Man, Material, Money, Methode, Marketing dan Mutu) di
Ruang ICU RSUD Kota Bandung.
1. Market (M5)
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M5 (Market)
berada pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya
77
manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan
strategiSO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan
internal untuk menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal. Berikut
ini adalah beberapa langkah intervensi yang dapat dilakukan untuk
mengefektifkan unsur MARKETING dalam manajemen keperawatan di ruang
ICU RSUD Kota Bandung.
a. Pengadaan tempat leafleat
b. Pengadaan leaflet
2. Material (M2)
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M2 (Material)
berada pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya
manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan
strategi SO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan
internal untuk menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal. Berikut
ini adalah beberapa langkah intervensi yang dapat dilakukan untuk
mengefektifkan unsur MATERIAL dalam manajemen keperawatan di ruang ICU
RSUD Kota Bandung :
a. Pengadaan tempat leafleat
b. Pengadaan leaflet
3. Methode (M5)
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M3 (Methode)
berada pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya
manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan
strategi SO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan
internal untuk menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal. Berikut
ini adalah beberapa langkah intervensi yang dapat dilakukan untuk
mengefektifkan unsure METHODE dalam manajemen keperawatan di ruang ICU
RSUD Kota Bandung :
a. Mengonsultasikan untuk melakukan ronde keperawatan
b. Mengonsultasikan untuk melakukan pre dan post confernce
4. Mutu (M6)
78
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M6 (Mutu) berada
pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen
strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO
(kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal.
5. Man (M1)
Dari hasil analisa Swot, di temukan bahwa metricxs space M1 (Man) berada
pada kuadran I (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen
strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO
(kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal, terdapat langkah
intervensi yang dapat dilakukan untuk mengefektifkan unsur Man diantaranya :
a. Mengusulkan penambahan tenaga perawat diruang ICU RSUD Kota Bandung
Methode (M5)
6. Money (M3)
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M4 (Money) berada
pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen
strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO
(kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal. Efektifitas
menggunakan anggaran dana yang baik akan dapat semakin meningkatkan kualitas
pelayanan dengan cara mengalokasikan dana yang ada sesuai dengan kebutuhan
ruangan maupun rumah sakit. Kekuatan utama yang dimiliki RSUD Kota Bandung
79
POA (Plan Of Action)
b. Tenaga perawat Menurut Adel Mengusulkan Kepala Peningkatan 3 hari - Yesi Fitriani
di ruang ICU bahwa proporsi jenjang Ruangan jenjang Fina Fauziah
dengan tenaga perawat : pendidikan Bidang pendidikan
pendidikan S1 53% : S1 + Ners perawat Keperawatan perawat
+Ners berjumlah 47% : D3
5 orang dan D3 Keperawatan
Keperawatan
80
berjumlah 11
orang sehingga
dibutuhkan
peningkatan
jenjang
pendidikan
untuk D3 Kep ke
S1+Ners,
S1+Ners 35 %,
D3 Kep 65%
2 Sarana untuk kantor Kepmenkes No. Mengusulkan 1. Ka Ru Terdapat 1 minggu Rp. A.Dikdik R
kepala ruangan dan 1778/MENKES/S untuk kantir 2. Ka Tim kantor kepala 400.000 Novia Dina
ruang kerja perawat K/XII/2010 kepala ruangan ruangan dan L
belum ada dan dan ruang kerja ruang kerja
belum tertata rapih serta menata perawat serta
ruang ganti ruang ganti tertata ruang
perawat ganti perawat
3 Ronde keperawatan Nursalam (2014) 1. Sosialisasi 1. KaRu Pelaksanaan 1 minggu - Mirna
belum dilakukan ronde 2. Katim ronde Asran
keperawata 3. Perawat keperawatan Imas Yani
n Associate terlaksana R
2. Lakukan
pendamping
an
pelaksanaan
ronde
keperawata
n
3. Laksanakan
role model
ronde
keperawata
n
81
4. Observasi
pelaksanaan
ronde
keperawata
n
5. Evaluasi
pelaksanaan
ronde
keperawata
n
4 Struktur organisasi Undang-Undang Membuat 1. Ka Ru Terdapat 1 minggu Rp. Anggarini
belum direvisi Rumah Sakit No struktur 2. Ka Tim struktur 250.000 Eka Indah R
masih ada nama 44 tahun 2009 organisasi dan organisasi
staf yang sudah tentang sarana dan informasi jaga dan informasi
keluar prasarana RS perawat di ruang jaga perawat
ICU di ruang ICU
5 Belum adanya Permenkes No 3 Pengadaan 1. Ka Ru Terdapat 1 minggu Rp Laksmi
video tentang cara Tahun 2014 tempat 2. Ka Tim leaflet dan 265.000 Nurul
batuk efektif yang Tentang Sanitasi penyimpanan tempat leaflet Beta
benar,cuci tangan 6 Total Berbasis leaflet dan Budiawan
langkah dan 5 Masyarakat
moment cuci
tangan.
82
BAB III
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
83
perawat i menata dan
merapihkan ruang
ganti
5 Struktur organisasi Membuat struktur 7 Januari Terdapat - Rp. 420.000 Stuktur organisasi
belum direvisi masih ada organisasi di 2020 stuktur diperbaharui jika ada
nama staf yang sudah ruang ICU organisasi perubahan sesuai
keluar diruang ICU akreditasi RS
6 Tenaga perawat jika Mengusulkan 6 januari 2020 Usulan sudah Tidak ada - Diserahkan kepada
dilihat dari kualitas dan penambahan disampaikan kepala ruangan untuk
kuantitas belum sesuai jumlah tenaga ke kepala menindaklanjuti
dengan kebutuhan, perawat ruangan dan usulan
S1 + Ners : 5 orang akan
S1 Keperawatan : 1 ditindaklanjut
orang i
D3 Kep : 11 orang.
Diruang ICU berjumlah
17 orang dengan 6
tempat tidur
7 Tenaga perawat di ruang Mengusulkan 6 januari 2020 Usulan sudah Tidak ada - Diserahkan kepada
ICU dengan pendidikan jenjang disampaikan kepalar uangan untuk
S1 +Ners berjumlah 5 pendidikan / ke kepala menindaklanjuti
orang dan D3 pelatihan ruangan dan usulan
Keperawatan berjumlah akan
84
12 orang sehingga ditindaklanjut
dibutuhkan peningkatan i
jenjang pendidikan
untuk D3 Kep ke
S1+Ners, S1+Ners 35 %,
D3 Kep 65%
85
ANALISA SWOT MARKET
Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
1 Market 1,1 2,3 3,4
Matriks Space
86
Opportunity
Y (+)
Kuadran II Kuadran I
3
2,5
2
1,5
X (-) 1
Strength
0,5
-4 -3,5 -3 -2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 1,5 2,5 3
-0,5 2 3,5 4 X (+)
Weakness -1 Y (+)
-1,5
-2
-2,5 Market (1,1), (2,3)
-3
-3,5
Kuadran III Kuadran IV
Y (-)
Y (+)
Threat
Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space material pada kuadran I (Turn
Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota
Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu dengan cara
memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang dilingkungan
eksternal.
87
1. Material
Kekuatan (S)
1. Tersedianya nurse station 0,2 3 0,6
Total 1 2,6
Peluang (O)
3. Adanya kesempatan untuk penggantian 0,8 3 2,4 O-T
alat-alat kesehatan yang tidak layak pakai 3,0 -1,0
dari rumah sakit = 2,0
4. Adanya pemeliharaan/ pemeliharaan fisik 0,2 3 0,6
bangunan
Total 1 3
Ancaman (T)
3. Adanya tuntutan yang tinggi dari 0,5 2 1,0
masyarakat untuk melengkapi sarana dan
prasarana
Total 1,0
ANALISA SWOT MARKET
Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
1 Material 0,9 2,0 2,9
Matriks Space
88
y
Opportunity
Strength
3,0
2,5 Material
2,0 2,9
1,5
1,0
0,5
Weakness Threat
Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space material pada kuadran I
(Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang ICU
RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu
dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang
dilingkungan eksternal.
89
ANALISA SWOT METHODE
1 Metode
Kekuatan (S)
1. Sudah ada model asuhan keperawatan, 0,2 3 0,6
yaitu berbasis metode kasus
2. Sudah ada format untuk 0,2 4 0,8
pendokumentasian asuhan keperawatan
dan ditulis secara lengkap
3. Timbang terima sudah dilakukan setiap 0,1 4 0,4
shift
4. Diruangan sudah terdapat SOP dan SAK 0,2 3 0,6
5. Dokumentasi discharge planning terisi 0,1 4 0,4
lengkap S – T
6. Format askep sudah menggambarkan 0,1 4 0,4 (3,6
masalah keperawatan ICU secara -2,5)
lengkap =1,1
7. Identifikasi pasien sudah dilakukan oleh 0,1 4 0,4
perawat dengan benar pada saat tindakan
pemberian obat
Total 1 3,6
Kelemahan (W)
1. Belum ada Ronde keperawatan 0,5 2 1,0
2. Struktur organisasi belum di revisi (tahun 0,5 3 1,5
2018) dan sebagian karyawan sudah
keluar
Total 1 2,5
Peluang (O)
1. Kepercayaan dari pasien dan masyarakat 0,2 3 0,6
cukup baik
2. Ada kebijakan pemerintah tentang 0,2 4 0,8
profesionalisme
3. Adanya mahasiswa Ners praktek 0,3 3 0,9
manajemen keperawatan dan DIII
keperawatan di ruang ICU
4. Sosialisasi proses belajar antara 0,3 3 0,9 O-T
mahasiswa dengan perawat ruangan 3,2 -1,0
Total 1 3,2 =2,2
Ancaman (T)
Tuntutan dan tanggungjawab untuk 0,5 2 1,0
peningkatan profesionalisme keperawatan
Total 1 1
90
Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
1 Methode 1,1 2,2 3,3
Matriks Space
y
Opportunity
Strength
4 Methode
3 3,3
Weakness Threat
Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space material pada kuadran I (Turn
Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota
Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu dengan cara
memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang dilingkungan
eksternal.
91
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot
x
rating
1. Man (M1 Ketenagaan)
Kekuatan (S)
1. Jenis ketenagaan di ruangan : 0,5 4 2,0
S1 Ners = 5 orang
S1 Keperawatan : 1 orang
D3 Keperawatan =12 orang.
2. 3 orang perawat yang sedang 0,3 4 1,2
melanjutkan pendidikan Sarjana
S-W
Keperawatan dan Profesi Ners
(4,0 –
3. Terdapat uraian tugas peran dan 0,2 4 0,8
2,0) =
wewenang pada masing-masing tenaga
2,0
keperawatan (karu, katim, ketua shift,
PP).
Total 1 4,0
Kelemahan (W)
1. Jumlah perawat ners masih kurang 0.6 2 1,2
2. Sebanyak 65% perawat D3 0.4 2 0,8
Total 1 2,0
Peluang (O)
1. RS memberikan kebijakan untuk 0,3 3 0.9
memberikan kesempatan izin belajar dan
pelatihan bagi perawat ruangan.
2. Kolaborasi yang baik antara perawat 0,2 3 0,6
dengan mahasiswa praktikum
keperawatan
3. Adanya petugas kesehatan lain yang 0,3 3 0.9
membantu pekerjaan perawat ruangan.
4. Adanya kebijakan pemerintah tentang 0,2 4 0,8
O–T
jenjang profesionalisme perawat
3,2 –
Total 1 3,2
2,4=
Ancaman (T)
0,8
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat 0,6 2 1,2
untuk pelayanan profesional.
2. Kebijakan pemerintah tentang BPJS non 0,4 3 1,2
PBI
Total 1 2,4
ANALISA SWOT MAN
Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
1 Man 2,0 0,8 2,8
Matriks Space
92
y
Opportunity
Strength
1,0 Man
0,8 2,8
0,6
0,4
0,2
Weakness Threat
Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space man pada kuadran I (Turn
Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang ICU RSUD
Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu dengan cara
memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang dilingkungan
eksternal.
93
Total 1 4,0 2,0)
Kelemahan (W) = 2,0
1. Gaji pegawai non PNS/BLUD masih 0,7 2 1,4
dibawah UMR
2. Jasa pelayanan tidak diterima secara rutin 0.3 2 0.6
setiap bulan
Total 1 2,0
Peluang (O)
Adanya program BPJS yang dapat diikuti 1 3 3
oleh semua warga indonesia O-T
Total 1 3,0 3 – 1,8
Ancaman (T) = 1,2
Potensial resaign perawat terkait salary 0,8 2 1,8
Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
1 Money 2,0 1,2 3,2
Matriks Space
y
Opportunity
Strength
2,5
2,0
Money
1,5 3,2
1,0
0,5
Weakness Threat
94
Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space material pada kuadran I
(Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang Anggrek
B RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu
dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang
dilingkungan eksternal
Analisa Masalah
No Masalah Jumlah
IFAS (S-W) EFAS (O-T)
95
1 Mutu 1,8 1,2 3,0
Matriks Space
y
Opportunity
Strength
2,5
2,0
Mutu
1,5 3,0
1,0
0,5
Weakness Threat
Dari hasil analisa SWOT , ditemukan bahwa matriks space mutu pada kuadran I (Turn
Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen strategi, ruang ICU RSUD
Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu dengan cara
memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang dilingkungan
eksternal.
Identifikasi Masalah
Matriks space perumusan masalah dan strategis pelaksanaan berikut ini adalah matriks
space dari hasil analisa SWOT dalam manajemen keperawatan (meliputi Man,
Material, Money, Methode, Market dan Mutu) di ruang ICU RSUD Kota Bandung.
96
Matriks Space
y
Opportunity
Strength
Weakness Threat
Prioritas Masalah
Berikut ini adalah prioritas masalah manajemen unit dan asuhan secara umum dari
Ruang ICU RSUD Kota Bandung.
Tabel 4.1 Prioritas masalah ruang Ruang ICU RSUD Kota
97
Bandung.
Skoring Analisa SWOT
NO MASALAH JUMLAH
IFAS EFAS
1 M1 : Man 2,0 0.8 2,8
2 M2 : Material 0,9 2,0 2,9
3 M3 : Money 2,0 1,2 3,2
4 M4 : Market 1,1 2,3 3,4
5 M5 : Methode 1,1 2,2 3,3
6 M6 : Mutu 1,8 1,2 3,0
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa masalah paling menonjol dari
Ruang ICU RSUD Kota Bandung adalah pada M5 (Methode), sedangkan menurut
perioritasnya, masalah manajemen dalam Keperawatan di Ruangan ICU RSUD Kota
Bandung adalah sebagai berikut:
1. M1 : Man 2,8
2. M2 : Material 2,9
3. M6 : Mutu 3,0
4. M3 : Money 3,2
5. M5 : Methode 3,3
6. M4 : Market 3,4
98
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil yang dapat dismpulkan untuk ruang ICU terkait 5 M yakni sebagai berikut :
1. Man : kebutuhan tenaga perawat secara perhitungan menggunakan rumus gillies
masih kurang jika kapasitas ICU adalah 7 tempat tidur
2. Material, : sarana dan prasarana ruang ICU ada beberapa yang harus di adakan, demi
terpenuhinya kenyamanan pasien dan petugas kesehatan di ruangan
3. Method : untuk metode pemberian asuhan keperawatan di Ruang ICU yakni
menggunakan metode kasus. Pelaksanaan timbang terima (hand over), pre dan post
conference di ruangan oleh perawat telah dilakukan secara optimal.
4. Money, : Sumber dana gaji pegawai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di RS RSUD Kota
Bandung adalah dari APBD
5. Market : dilakukan pembuatan media promkes (pembuatan video)
6. Mutu : dari angket yang diberikan sebesar (81.94%) pasien merasa puas atas
pelayanan yang diberikan dengan nilai kinerja pelayanan yakni baik.
7. Dari hasil SWOT bisa dilihat bahwa terdapat pergeseran dari hasil SWOT awal
dengan hasil SWOT akhir, terkecuali di Man tidak terdapat perubahan setelah
dilakukannya implementasi di ruang ICU. Dari hasil analisa SWOT, ditemukan
bahwa metriks space M1 (Man), M2 (Material), M3 (Methode), M4 (Money), M5
(Marketing) berada pada kuadran I (strategi agresif) yang artinya dalam pelaksanaan
manajemen strategi, ruang ICU RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi S-
O (kekuatan dan peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal.
Setelah dilakukan implementasi didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Melakukan usulan penambahan tenaga dan peningkatan pendidikan perawat
secara berkala
b. Ada media promosi kesehatan dengan menggunakan video cuci tangan dan batuk
efektif
c. Melakukan usulan sarana prasarana yang kurang yaitu: kantor kepala ruangan
d. Ada struktur organisasi yang sudah di revisi
e. Melakukan penataan dan pengadaan barang di ruang ganti perawat
99
B. Saran
1. Bagi Tim Manajemen Rumah Sakit
Pihak manajemen rumah sakit dapat memberikan perhatian khusus kepada ruangan,
terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia keperawatan yang
sesuai dengan beban kerja masing-masing ruangan dan perlu adanya peningkatan
pemenuhan sarana prasarana sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara professional oleh pihak manajemen sehingga
pelayanan rumah sakit menjadi lebih maksimal dan sesuai dengan harapan masyarakat
luas.
2. Kepala Ruangan ICU
Agar terus mempertahankan pemberian dukungan dan bimbingan dalam pemberian
asuhan keperawatan yang professional.
3. Perawat Pelaksana ICU
a. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang profesionalisme
perawat
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan demi keselamatan pasien
dan petugas
c. Menerapkan ronde keperawatan dalam asuhan keperawatan di ICU
4. Mahasiswa praktek
Yang akan datang diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan seputar
kemampuan manajerial yang baik dan juga menguasai bentuk pelayanan professional
yang diberlakukan.
100
DAFTAR PUSTAKA
101
Lampiran
102
Dokumentasi Implementasi pada Struktur Organisasi Ruang ICU
Before after
Before after
103