Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PELAKSANAAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

ROLEPLAY KEPALA RUANG DI RUANG SRIKANDI


RUMAH SAKIT TK III 04.06.01 WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO

DISUSUN OLEH :

Suadi Yusuf Kurniawan


2211040163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen keperawatan saat ini perlu mendapat perhatian dan
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan ke depan.
Pengembangan keperawatan sangat berkaitan dengan tuntutan profesi
maupun tuntutan global tentang kualitas pelayanan keperawatan, sehingga
diperlukan pengelolaan secara profesional, khususnya kemampuan
profesional manajerial perawat dalam melaksanakan peran perawat
sebagai manajer. Sekarang ini, sebagaimana kita ketahui bahwa sistem
pelayanan kesehatan khususnya sistem pelayanan keperawatan mengalami
perubahan sangat pesat. Perubahan tersebut selain karena semakin
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, juga sebagai
dampak dari situasi politik dan sistem sosial, ekonomi yangs ering
mengalmai perubahan. Aspek perubahan tersebut berimplikasi terhadap
perubahan sistem pelayanan keperawatan sekaligus menjadi tantangan
bagi tenaga perawat profesional (Nursalam, 2002).
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu, pelayanan
keperawatan merupakan faktor penentu baik buruknya mutu dan citra dari
rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan hingga tercapai hasil yang optimal.
Dengan memperhatikan hal tersebut, proses manajemen yang baik perlu
diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga dicapai suatu
asuhan keperawatan yang memenuhi standar profesi yang ditetapkan,
sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara
wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan,
memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasi dalam tatanan
pelayanan nyata, baik di rumah sakit maupun di masyarakat, sehingga
perawat perlu memahami konsep pengelolaan pelayanan keperawatan,
terutama tentang penerapan peran perawat manajer. Konsep yang harus
dikuasai adalah konsep perubahan, konsep manajemen keperawatan,
penyusunan perencanaan (rencana strategi) dan langkah-langkah
penyelesaian masalah.
Manajemen keperawatan adalah proses untuk melaksanakan
pekerjaan melalui upaya orang lain. Menurut P.Siagian manajemen
berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam
rangka pencapian tujuan dalam batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa menejemen adalah
suatu seni dan ilmu perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan
pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya. Mengimplementasikan ketrampilan manajerial
yang harus dimiliki kepala ruangan sebagai manajer antara lain adalah
supervisi pelayanan keperawatan dan melakukan penilaian kinerja tenaga
keperawatan sesuai dengan tanggung jawab dalam mengatur dan
mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap
(Depkes,1999).
Era globalisasi dan kemajuan ilmu serta teknologi mengakibatkan
masyarakat dengan mudah mengakses sumber informasi. Informasi yang
banyak diterima oleh masyarakat membuat mereka semakin kritis dalam
menggunakan jasa pelayanan. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
yang berkualitas merupakan masukan bagi pemberi pelayanan yang harus
direspon bila ingin tetap bertahan. Bersamaan dengan hal tersebut di atas,
kebijakan pasar bebas menciptakan iklim kompetisi terhadap pelayanan
kesehatan yang diadakan Rumah sakit baru dengan berorientasi pada
kepuasan klien yang menjadi tujuan penggunaan jasa pelayanan Rumah
sakit (Depkes, 2000).
Rumah sakit merupakan subsistem pelayanan kesehatan yang
mempunyai fungsi penyediaan pelayanan kesehatan yang paripurna
sekaligus sebagai pusat latihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian.
Rumah sakit sebagai organisasi sistem terbuka pada hakekatnya akan
terkena imbasan dari perubahan supra sistem yang lebih besar. Imbasan
tersebut berdampak pada keinginan Rumah sakit untuk memenangkan
persaingan melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berorientasi
pada kepuasan klien. Pelayanan yang berkualitas merupakan jaminan rasa
aman dan nyaman bagi klien. Kualitas pelayanan kesehatan yang
dihasilkan oleh Rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kinerja pemberi
pelayanan kesehatan. Kinerja pemberi pelayanan kesehatan khususnya
perawat pelaksana dapat dipengaruhi oleh supervisi yang dilakukan oleh
kepala ruangan (Schmele, 1996). Menurut Ilyas (1996), bahwa supervisi
yang baik 2 dan terencana dapat meningkatkan kinerja personel. Dalam
sebuah proses supervisi dari kepala ruangan terhadap perawat pelaksana
akan terjadi bimbingan, pengarahan, perbaikan dan umpan balik, sehingga
melalui supervisi dapat meningkatkan kinerja perawat.
Kepuasan kerja perawat pelaksana terhadap supervisi kepala ruangan
dapat meningkatkan motivasi untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik
sehingga tercapai kualitas pelayanan keperawatan (Hasibuan, 1996). Bitel
(1995), mengemukakan bahwa kualitas supervisi dapat dipengaruhi oleh
kompetensi kepala ruangan dalam melakukan supervisi. Berdasarkan
uraian di atas maka kompetensi supervisi kepala ruangan mempunyai
peran strategis dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan.
B. TUJUAN MENJADI KEPALA RUANG KEPERAWATAN
Mengimplementasikan tugas Kepala Ruang sebagai perencana,
pengorganisasian, penggerakan atau penggarahan, dan pengawasan di
Ruang Srikandi Rumah Sakit TK III 04.06.01 Wijayakusuma Purwokerto
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ASPEK MANAJEMEN KEPALA RUANG


1. Pengertian
Kepala ruangan adalah Seorang perawat profesional yang diberi
wewenang dan tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan
perawatan di satu ruang rawat. Kepala ruang adalah seorang tenaga
keperawatan professional yang diberikan tanggung jawab serta
kewenangan dalam mengelola / mengatur kegiatan pelayanan keperawatan
di ruang rawat (Depkes, 2000).
2. Persyarata Kepala Ruang
Berdasarkan Depkes (2000), syarat menjadi kepala ruang yaitu:
pendidikan minimal Ahli Madya Keperawatan/Kebidanan, pernah
mengikuti kursus/pelatihan manajemen pelayanan keperawatan ruang atau
bangsal, memiliki pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana 3-5 tahun,
serta sehat jasmani dan rohani.Persyaratan sebagai kepala ruang
memberikan gambaran kepada kita bahwa jabatan kepala ruang diberikan
bukan berdasarkan kesenioran tetapi lebih pada kemampuan seseorang
dalam mencapai tujuan melalui orang lain.
3. Tanggung Jawab Kepala Ruang
a. Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan.
b. Kebenaran dan ketepatan progam pengembangan pelayanan
keperawatan.
c. Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga keperawatan.
d. Kelancaran kegiatan  orientasi perawat baru.
e. Kebenaran dan ketepatan protab / SOP pelayanan keperawatan.
f. Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan pelaksaaan
keperawatan.
g. Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat.
h. Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan progam bimbingan
siswa/mahasiswa institusi pendidikan keperawatan.
4. Wewenang Kepala Ruang
Dalam menjalankan tugasnya, kepala ruang mempunyai wewenang
sebagai berikut: meminta informasi dan pengarahan kepada atsan, member
petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas staf keperawatan, mengawasi,
mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan
dan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat, menanda tangani surat dan
dokumen yang ditetapkan menjadi wewenang kepala ruang, menghadiri
rapat berkala dengan kepala instansi/kasi/kepala rumah sakit untuk
kelancaran pelaksanaan pelayanan keperawatan (Depkes, 2000).
5. Uraian Tugas Kepala Ruang
a. Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di
ruang rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
b. Uraian Tugas Umum
1) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a) Menunjuk perawat primer dan perawat asosiet serta tugasnya
masing-masing.
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dibantu perawat
primer.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat
primer.
e) Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap klien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan :
 Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
 Membimbing penerapan proses keperawatan.
 Menilai asuhan keperawatan.
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
 Memberikan informasi kepada pasien/keluarga yang baru
masuk.
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2) Melaksanakan fungsi pengorganisasian, meliputi :
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat asosiet secara
jelas.
d) Membuat rencana kendali, kepala ruangan membawahi 2 perawat
primer dan perawat primer membawahi 2 perawat asosiet.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari.
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.
h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat
kepada perawat primer.
i) Mengembangkan kemampuan anggota.
j) Menyelenggarakan konferensi.
3) Melaksanakan fungsi pengarahan, meliputi :
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer.
b) Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas
dengan baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap.
d) Menginformasikan hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan klien.
e) Membimbing anggota perawat yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
f) Meningkatkan kolaborasi.
4) Melaksanakan fungsi pengawasan, meliputi :
a) Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien.
b) Melalui supervisi :
 Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki /
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini.
 Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilakukan
(didokumentasikan), mendengar laporan dari perwat primer.
5) Melaksanakan fungsi evaluasi, meliputi :
a) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disususn bersama.
b) Audit keperawatan.
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN

A. PERENCANAAN
Tabel Perencanaan kegiatan
No Kegiatan Kepala Ruang
1. Membuka Morning Report
2. Berdoa bersama untuk melaksanakan kegiatan
3. Mengisi informasi tentang kepatuhan hand hygiene
4. Mengikuti Operan Jaga
5. Mengikuti Pre-Confrence (mengecek SDM dan Sarana prasarana)
Melakukan demonstrasi 6 langkah cuci tangan sebelum bertemu pasien
6.
dan memberikan informasi tentang penggunaan masker
Melihat dan memantau kondisi pasien untuk mengetahui perkembangan
7.
pasien
Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
8.
perhatian khusus
9. Melakukan supervisi pada perawat pelaksana
10. Hubungan dengan bagian lain terkait rapat terstruktur/insidentil
11. Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi
12. Mengikuti Post-Confrence
Operan Jaga / timbang terima dengan shif siang bersama Ketua TIM,
13.
Perawat pelaksana

B. STRUKTUR ORGANISASI

Kepala Ruang
Suadi Yusuf Kurniawan

KetuaTim
Anisa Fadilah

Perawat Pelaksana
Shelvia Dwi Chandra
Aziz Rifai
C. PERENCANAAN TENAGA
1. Menurut Douglas (1984)
Douglas (1984) dalam Swansburg (1999) menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar
pershiftnya dan Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi tingkat
ketergantungan untuk setiap shif jaga seperti pada tabel berikut :
Tabel perhitungan jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang
Srikandi

1 April 2023
Klasifikasi Pagi Siang Malam

Minimal 10x 0,17= 1,7 10x0,14= 1,4 10x 0,07 = 0,7


Intermediet 1 x 0,27= 0,27 1 x 0,15= 0,15 1 x 0,10 = 0,10

Minimal 7 x 0,17 = 1,19 8x 0,14 = 1,12 8x 0,07 = 0,56


Intermediet 1 x 0,27 = 0,27 1 x 0,15= 0,15 1x 0,020= 0,02

Minimal 8 x 0,17 = 1,36 8x 0,14 = 1,12 8x 0,07 = 0,56


Intermediet 1 x 0,27 = 0,27 1 x 0,15= 0,15 1x 0,020= 0,02

Jumlah 9 9 6
Berdasarkan hasil perhitungan maka rata-rata perawat untuk
Jumlah perawat jaga pagi :3
Jumlah perawat jaga siang :3
Jumlah perawat jaga malam :2
8
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan dalam sehari sebanyak 8 orang
1
perawat, perawat libur atau cuti adalah x 8 = 2,6 dibulatkan menjadi 3
3
ditambah kepala ruang 1 orang dan 1 wakil kepala ruang sehingga
keseluruhan tenaga perawat dalam satu hari adalah 13 perawat
2. Menurut Gillies (1989)
Gillies mengemukakan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu
unit perawatan adalah sebagai berikut :
AxBx 365
Tenaga Perawat :
( 365−C ) X Jam Kerja / Hari
Keterangan :
A : Jam efektif / 24 jam
B : (BOR x Jumlah TT)
C : Jumlah hari libur
Jumlah BOR rata-rata pada bulan Januari-Maret (di tanggal 21) : 66,33%
Tenaga Perawat =
6 × ( 66,33 % × 28 ) × 365
( 365−81 ) ×7
6 ×18,57 ×365
284 ×7
40673,556
1988
= 20,459 Perawat
= 21 Perawat
Berdasarkan hasil dari perhitungan menurut Gillies didapatkan bahwa
kebutuhan tenaga perawat yaitu 21 orang, dan data di Ruang Srikandi
didapatkan terdapat 14 orang perawat termasuk Karu, hal tersebut
menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga perawat belum terpenuhi /
mencukupi.
3. Menurut DepKes
Model penetapan yang dilakukan dalam perhitungan kebutuhan
tenaga keperawatan menurut DepKes adalah :
Formula perhitungan tenaga keperawatan menurut Depkes adalah :

Kebutuhan tenaga I = jumlah jam perawatan di ruangan/hari


jam efektif perawat

Loss day
Jumlah hari minggu dalam tahun+cuti+ hari besar
x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerjaefektif
= (53+12+16)x14
284
=1.134
284
= 3,9 = 4 perawat
Faktor Koreksi
= kebutuhan tenaga perawat + loss day x 25%
100
= 14 + 4 x 25
100
= 4,5 perawat = 5 perawat
Menurut Depkes
= Jumlah tenaga perawat + faktor koreksi
= 14 + 5
= 19 perawat
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang Srikandi adalah 19 orang
perawat.

D. KONTROLING
1. Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang diberikan klien
2. Melalui manager area : Pengawasan langsung melalui inspeksi,
pengamatan sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki / pengawasi kelemahan – kelemahan yang ada saat ini.
3. Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir, membaca dan
memeriksa rencana keperawatan
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
Hari/ Kegiatan Keterangan
Tanggal/Jam
Kamis, 30 Memimpin jalannya meeting morning yang
Maret 2023 meliputi:
07.30 – 07.45  Salam
WIB  Memimpin doa untuk memulai meeting
morning
 Memberikan motivasi kepada perawat
ruang Srikandi
 Mengisi materi ± 10 menit tentang hasil
apel, mengingatkan untuk selalu
menerapkan visi misi, mencuci tangan dan
menggunakan masker dengan benar
 Memberikan kesempatan kepada perawat
lain untuk menyampaikan pendapatnya.
 Mengevaluasi penyampaian informasi
 Karu menyerahkan waktu untuk operan
jaga kepada dinas malam
07.45 – 08.00 Mengikuti Operan Jaga
WIB
08.00 – 08.10 Keliling ruangan untuk melihat kondisi pasien
WIB
08.10 – 08.25 Mengatur dan mengendalikan kegiatan
WIB keperawatan kepada anggota tim serta
mengikuti pre conference
08.25 – 12.30 Mengawasi pelaksanaan pemberian pelayanan
WIB kesehatan
12.30 – 13.00 Melihat dan memantau kondisi pasien untuk
WIB mengetahui perkembangan pasien
13.00 – 13.15 Mengikuti post conference
WIB
B. EVALUASI
1. Kegiatan meeting morning berjalan dengan lancar, peserta memahami
tentang penyampaian materi yang diberikan.
2. Kegiatan operan jaga atau timbang terima berjalan dengan baik.
3. Kegiatan pre conference yang di pimpin Ka Tim berjalan dengan baik dan
semua perawat pelaksana jelas dan paham tentang rencana yang telah
dibuat oleh Ka Tim.
4. Kegiatan post conference dan operan jaga berjalan lancar, implementasi
yang dilakukan kepada pasien kelolaan oleh perawat pelaksana berjalan
dengan baik dan tidak ada hambatan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat oleh Ka Tim.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Kepala ruang Suadi Yusuf Kurniawan dibawahi Ka Tim Anisa Fadilah
beserta perawat pelaksana Shelvia Dwi Chandra dan Aziz Rifai teman- teman
berperan sebagaimana mestinya, melaporkan hasil asuhan keperawatan
kepada ketua tim, setelah itu ketua tim melaporkan hasil shift pagi ke shift
sore.

B. SARAN
1. Lakukan meeting morning setiap pagi
2. Lakukan pre conference setiap setelah operan jaga/ pergantain sift
3. Lakukan post conference setiap sebelum operan jaga/ pergantain sift
4. Lakukan koordinasi yang optimal Kepala ruang, Ka Tim dan perawat
pelaksana
C.
DAFTAR PUSTAKA

Marquis, B.L & Huston C.J. (2013). Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan. Alih Bahasa Widyawati, dkk. Jakrta: EGC
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Sitorus & Panjaitan. (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen Keperawatan
di Ruang Rawat. Jakarta: EGC.
Sitorus, dkk. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.
Jakarta: EGC.
Sumijatun. (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai