Anda di halaman 1dari 77

ANALISIS MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG RAWAT INAP


RSUD ROKAN HULU

Oleh ;

NAMA : ISMAIL MARZUKI HASIBUAN


NIM : 1805090

PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN
MASYARAKATSEKOLAH TINGGI KESEHATAN HANG
TUAHPEKANBARU
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Saat ini rumah sakit merupakan suatu organisasi sosial yang menyediakan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat berupa penyembuhan penyakit berserta
pencegahannya dan merupakan pusat rujukan, sehingga dengan perannya yang
sangat penting bagi masyarakat, rumah sakit diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang optimal dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk dapat
memenuhi harapan-harapan dari masyarakat.
RSUD Rokan Hulu merupakan salah satu Institusi milik Pemerintah
Kabupaten Rokan Hulu yang merupakan Rumah Sakit Tipe C berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1349/Menkes/SK/IX/2005, dengan jenis
pelayanan Poliklinik, Rawat Inap , Perawatan Intensif yaitu ; UGD 24 Jam, ICU,
NICU, Perinatologi, dengan jumlah tempat tidur 130 dengan jumlah tenaga
keperawatan sebanyak 142 orang, 45 PNS , 97 pegawai kontrak.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dalam system pelayanan
kesehatan dirumah sakit yang sudah pasti memegang peranan penting untuk
menjaga mutu pelayanan, terlebih lagi pelayanan keperawatan sering dijadikan
tolak ukur citra sebuah rumah sakit dimata masyarakat, sehingga menuntut adanya
profesionalisme perawat pelaksana maupun pengambil kebijakan dibidang to
manajemen.
Tenaga keperawatan merupakan orang yang paling dekat dan selalu
bersama pasien selama 24 jam sehingga kualitas pelayanan yang diberikan oleh
tenaga perawat kepada pasien sangat mempengaruhi persepsi pasien tentang
pelayanan yang diberikan. Perawat yang bekerja Shift memilki beban kerja yang
lebih besar dari pekerja standar, Pekerja shift bekerja diluar kondisi alamiah
manusia yang dijadwalkan diluar jam standar pekerja.
Kegiatan Residensi dianggap penting dalam memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk belajar dan menambah pengetahuan, mengaplikasikan
keterampilan yang telah dipelajari melalui pengalaman langsung dan juga

1
mengintegrasikan pengetahuan dan pendekatan masalah yang tepat bagi
pemecahan masalah yanag ada di lingkungan tempat residensi

I.2. Tujuan Umum


Setelah menyelesaikan kegiatan residensi, mahasiswa mampu
menerapkan konsep dan prinsip kebijakan kesehatan yang berkaitan
dengan kinerja dalam meningkatkan mutu pelayananan kesehatan rumah
sakit khususnya pelayanan keperawatan di RSUD Rokan Hulu.

I.3. Tujuan Khusus


a. Mahasiswa mampu merumuskan analisis situasi meliputi fungsi
perencanaan , fungsi pengorganisasian, fungsi pengarahan dan fungsi
pengendalian.
b. Mahasiswa mampu merumuskan identifikasi masalah pelayanan kesehatan
yang terkait dengan Pelayanan Keperawatan di RSUD Rokan Hulu.
c. Mampu menentukan prioritas masalah Pelayanan Keperawatan di RSUD
Rokan Hulu.
d. Mampu menyusun alternative pemecahan masalah dan membuat rencana
intervensi.

I.4. Manfaat Residensi

a. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengalaman dan memperluas wawasan dalam
mengaplikasikan kebijakan dalam manajemen khususnya keperawatan
secara nyata di rumah sakit.

b. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan dapat membantu Rumah Sakit untuk mengidentikasi,
menganalisa dan membantu menyelesaikan masalah yang bersifat
teknis operasional, sehingga diharapkan bisa meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.

c. Bagi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hangtuah


Dapat menjadi sebuah acuan peningkatan proses kualitas belajar
mengajar yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan

2
administrasi dan manajemen yang secara nyata dilapangan ( Rumah
Sakit )

3
4
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II.1. Managemen Keperawatan

Menurut Gillies ( 1996 ) manajemen adalah proses dalam menyelesaikan


pekerjaan melalui orang lain dan menurut Swanburg ( 2000 ) mendefinisikan
manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya
secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi sumber-
sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. ( Tri
Haryanto, 2000 )

II.2 Keperawatan
Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit di mana mutu pelayanan keperawatan harus dikelola dengan sebaik-
baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap dapat
menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sitorus (2000) menunjukkan bahwa gambaran mutu pelayanan
keperawatan di berbagai Rumah Sakit Pemerintah di Indonesia belum
memuaskan, dan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya mutu
asuhan keperawatan, jika ditinjau dari aspek struktur dan proses (sistem)
pemberian asuhan keperawatan.
Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan
sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen, motivasi dan faktor
eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi,
sistem penugasan dan pembinaan (Depkes RI. 2004)

II.3. Model Praktek Keperawatan Profesional


Menurut Nursalam (2014), dalam setiap perawat memiliki peran masing-
masing diantaranya :

5
II.3.1. Metode Fungsional
Metode Fungsional yaitu pengorganisasian tugas pelayanan
keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis
pekerjaan yang dilakukan.
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan.Perawat ditugaskan untuk
melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang
dirawat di suatu ruangan.Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang
berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada
setiap anggota staff.Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal.Seorang perawat
bertanggung jawab kepada manajer perawat.Perawat senior menyibukan diri
dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan
keperawatan.
II.3.2. Metode Keperawatan Total
Metode keperawatan asuhan pasien total adalah model pegelolaan
asuhan pasien yang paling tua. Pada metode ini, perawat mengemban
tanggung jawab total untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang
dikelola selama waktu kerja mereka.
Metode keperawatan Total yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan
keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada
saat bertugas/jaga selama periode waktu tertentu atau sampai klien pulang.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima
semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Secara teori, Perlu
tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
pasien mendapatkan asuhan yang holistic dan tidak terpisah-pisah selama
waktu kerja perawat.
II.3.3. Metode TiM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok
ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta
memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas

6
dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok / ketua group dan
ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim.
Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim
melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan
keperawatan terhadap klien.

II.4. Fungsi Managemen Keperawatan .

a) Perencanaan kegiatan keperawatan


Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap
yang dilaksanakan oleh kepala ruang sebagai pemikiran atau konsep-konsep
tindakan tertulis seorang manajer.Adapun langkah-langkah perencanaan
kebutuhan tenaga keperawatan menurut Gillies (1996) meliputi :

a) Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan dan asuhan

keperawatan yang akan diberikan.

b) Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk

melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan

c) Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang

dibutuhkan.

d) Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.

e) Melakukan seleksi calon-calon yang ada.

f) Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiff.

g) Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan

dan asuhan keperawatan.

7
b) Pengorganisasian kegiatan keperawatan
Yaitu pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan
dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan
sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Struktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur, bentuk dan
bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur
organisasi ruang rawat inap untuk menggambarkan pola hubungan antar
bagian atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal. Juga dapat dilihat
posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat.
Bentuk organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem
penugasan.

c) Pengarahan kegiatan keperawatan


Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Fungsi pengarahan adalah agar membuat perawat atau staf melakukan


apa yang diinginkan dan yang harus mereka lakukan. Kepala ruang dalam
melakukan kegiatan pengarahan melalui : saling memberi motivasi,
membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan
komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi.

d) Pengawasan kegiatan keperawatan


Pelayanan yang berkualitas perlu didukung oleh sumber-sumber yang
memadai yaitu sumber daya manusia, standar pelayanan (Standar Asuhan
Keperawatan), dan fasilitas. Sumber-sumber tersebut dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya agar berdaya guna, sehingga tercapai kualitas yang tinggi
dengan biaya yang seminimal mungkin. Untuk mencapai tujuan pelayanan
rumah sakit tersebut, khususnya pelayanan keperawatan diperlukan supervisi
keperawatan.

8
Kegiatan supervisi merupakan salah satu fungsi pokok yang harus
dilaksanakan oleh pengelola (manajer) dari yang terendah, menengah dan
atas. Manajer yang melakukan fungsi supervisi disebut supervisor. Di rumah
sakit manajer keperawatan yang melakukan fungsi supervisi adalah kepala
ruang, pengawas keperawatan, kepala seksi, kepala bidang dan wakil direktur
keperawatan. Maka semua manajer keperawatan perlu mengetahui,
memahami dan melaksanakan peran dan fungsinya sebagai supervisor.

e) Pengendalian kegiatan keperawatan


Pengendalian manajemen keperawatn adalah proses untuk memastikan
bahwa aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan
berfungsi untuk menjamin kualitas

9
BAB III
METODE KEGIATAN

III.1. Metode Kegiatan


Proses residensi ini menggunakan metode observasi dibagian aktifitas
pelayanan keperawatan di RSUD Rokan Hulu, wawancara langsung dan
penelusuran dokumen SOP Pelayanan Keperawatan di seksi pelayanan
Keperawatan. Observasi terkait pengamatan terhadap seluruh kegiatan yang ada
di manajemen pelayanan mulai dari proses perencanaan, pelayanan pasien rawat
inap ,penghitungan staf hingga pelaporan dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan secara langsung kepada kepala bidang pelayanan,
komite keperawatan dan empat orang kepala ruang rawat inap dan perawat
pelaksana yang ada di ruang rawat inap RSUD Rokan Hulu . Wawancara terkait
tugas pokok dan fungsi serta aktifitas pelayanan keperawatan

III.2. Rencana Kegiatan

Tabel 3.1.
Tahap Pelaksanaan Residensi

Jadwal Kegiatan Uraian Keterangan


MINGGU I Pengarahan dan 1. Perkenalan diri dengan Pelaksanaan
perkenalan pimpinan instansi beserta disesuaikan dengan
staf situasi dan kondisi
2. Pemberian pengarahan oleh tempat residensi
pimpinan instansi
pembimbing lapangan

Orientasi dan observasi 1. Observasi dan wawancara Kegiatan ini


ke semua unit atau tentang pengelolaan unit memberikan
bagian kerja kerja gambaran singkat
2. Mempelajari program kerja, tentang instansi
pembagian tugas, job tempat residensi
description, prosedur kerja,
pencatatan dan pelaporan
serta pengawasan/alternatif
oleh atasan

Memetakan alur proses Melakukan pemilihan unit yang Mahasiswa memilih


dan mendalami proses ada di tempat residensi untuk salah satu unit atau
kegiatan di unit atau masing-masing mahasiswa bagian untuk
bagian yang dipilih berdasarkan hasil pemetaan dipetakan dan
yang telah dilakukan dibuat alur
prosesnya

10
MINGGU 1. Identifikasi dan Mengidentifikasi masalah yang Penetapan dan
II-IV penentuan prioritas ada pada salah satu proses penentuan prioritas
masalah diatas, merumuskan tujuan, masalah dilakukan
2. Mencari alternative kemudian menentukan prioritas, setelah konsultasi
pemecahan masalahan dan mencari alternative dengan pembimbing
3. Membuat Plan of pemecahan masalah termasuk lapangan dan
Action membuat POA berkaitan pembimbing
4. Penyelesaian laporan dengan pemecahan masalah akademik
residensi dan artikel tersebut serta penilaian dan
untuk prosiding evaluasi
residensi
Seminar Laporan Seminar residensi dilaksanakan Format laporan
Minggu
Residensi pada tanggal 13-15 februari sesuai dengan buku
V-VI
2020 residensi

Tabel 3.2
Jadwal Kegiatan Residensi

NO HARI/TANGGAL JAM KEGIATAN


KETERANGAN
1 Jumat / 08.00 – 12.00 Pembekalan ke I
22 November 2019 membahas tentang
proposal Residensi dan
system pelaksanaan
Residensi

2 Jumat – sabtu / 08.30 –selesai Pembekalan ke II tentang


3-4 Januari sistematika penulisan
2020 laporan dan publikasi,
pemecahan masalah dan
plan of action
3 Senin – Kamis / 08.00 – 16.00 Pelaksanaan Residensi di Jadwal pengantaran
6 Januari – 6 (min 8 jam) masing – masing tempat mahasiswa residensi di
Februari 2020 tentukan oleh Prodi
4 Jumat / 08.30 – 11.30 Jadwal konsultasi dengan Mahasiswa sebelum
6 Januari – 6 dosen Pembimbing konsultasi
Februari 2020 Akademik menghubungi
pembimbing akademik
masing – masing
5 Jumat – Sabtu / 08.00 –selesai Seminar Hasil Jadwal di sesuaikan
13 – 15 Februari (laporan dan
2020 mansuskrip residensi
paling lambat 3 hari
sebelum jadwal
seminar hasil)

6 16 – 28 Revisi Laporan Residensi


Februari 2020
7 1 – 3 Maret 2020 Revisi Manuskrip Artikel

11
BAB IV
GAMBARAN UMUM TEMPAT RESIDENSI

4.1 Gambaran Umum

Rumah Sakit adalah Institusi Pelayanan Kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan pelayanan gawat darurat.
RSUD Rokan Hulu merupakan Rumah Sakit Rujukan Milik Pemerintah
Daerah Kabupaten Rokan Hulu yang berdiri sejak Tahun 2004 mengacu
kepada Permenkes no 56 tahun 2016 tentang klasifikasi dan perizinan Rumah
Sakit.
RSUD Kabupaten Rokan Hulu sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan perorangan, merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang
sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga
kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama
lain.
Ilmu pengetahuan dan kedokteran yang berkembang sangat pesat
perlu diimbangi oleh tenaga kesehatan yang memadai dalam rangka
pemberian pelayanan yang bermutu sesuai standar membuat semakin
kompleksnya permasalahan di rumah sakit. Pada hakekatnya rumah sakit
berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya
merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf
kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 28 ayat (1)
Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung

12
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak.
Perubahan kondisi sosio-ekonomi, peningkatan taraf pendidikan,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, belakangan ini ikut
memberikan dampak terhadap meningkatnya harapan masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan bermutu.
Guna memenuhi harapan masyarakat yang makin meningkat dalam
pelayanan kesehatan dibutuhkan biaya yang cukup besar terutama dibidang
infrastruktur dan sumber daya manusia. Kondisi tersebut tentu mendesak
terjadinya perubahan bagi rumah sakit pemerintah agar dapat tetap bertahan
dan berkembang. Dengan perubahan rumah sakit pemerintah dari unit sosial
semata menjadi unit sosio ekonomi, yaitu unit sosial yang dikelola dengan
prinsip-prinsip ekonomi dengan tidak mengesampingkan fungsi sosialnya.

Perkembangan RSUD Rokan Hulu

RSUD Rokan Hulu terletak di pusat Kota Pasir Pengaraian yang


melayani rujukan dari semua kecamatan yang ada dan institusi kesehatan
lainnya di Kabupaten Rokan Hulu maupun dari kabupaten lainnya yang
wilayahnya berdekatan. RSUD Rokan Hulu didirikan pada tahun 2004 yang
ditetapkan melalui Keputusan Bupati Rokan Hulu No. 061 tahun 2004
sebagai Rumah Sakit tipe C dan mulai diresmikan fungsinya oleh Bupati
Rokan Hulu pertama H. RAMLAN ZAS, SH, MH pada tanggal 14
September 2004. Luas areal rumah sakit adalah ± 5,8 hektar, terletak di Jl.
Syekh Ismail Pasir Pengaraian.
Status RSUD Rokan Hulu dikukuhkan menjadi Kelas C melalui Surat
Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor:
1349/Menkes/SK/IX/2005, tanggal 14September 2005. Sejak saat itu RSUD
Rokan Hulu telah beroperasi dengan 125 tempat tidur dan 530 pegawai yang
terdiri dari 24 orang Dokter Spesialis, 14 orang Dokter Umum, 3 orang
Dokter Gigi, 1 orang Dokter Radiologi,89 orang tenaga Penunjang Medis,
233 Tenaga Para medis, 26 orang tenaga kesehatan masyarakat serta 134
orang Tenaga Umum.

13
RSUD Rokan Hulu telah selesai menyusun Asuhan Keperawatan,
Standar Operasional Prosedur, Standar Pelayanan Medik, Standar Pelayanan
Minimal, Neraca, Rencana Strategis 2011-2016, Sistem Informasi
Managemen Rumah Sakit dan Program Manajemen Mutu melalui ISO 9001 –
2008 untuk 9 bagian (Manajemen, Farmasi, Laboratorium, Radiologi, Rekam
Medik, Perinatologi, IGD, Kamar Operasi, ICU) serta pada awal tahun 2009
telah diterapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK – BLUD) melalui SK Bupati Rokan Hulu Nomor 470 Tahun 2008 dan
status penuh Badan Layanan Umum Daerah melalui SK Bupati No 547
Tahun 2010.
Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan dengan
menyediakan tenaga ahli dibidang kesehatan sesuai profesi juga tenaga
perawat yang profesional dalam pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.Saat ini dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
kesehatan dan didukung oleh program pemerintah terhadap Jaminan
Kesehatan Nasional (BPJS KES), telah dibuktikan dengan bertambahnya
jumlah kunjungan pasien yang datang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan di rumah sakit, hal ini mendorong rumah sakit untuk meningkatkan
kualitas mutu pelayanan yang diberikan agar terwujud pelayanan kesehatan
yang berkualiatas yang memenuhi harapan-harapan masyarakat dan
memuaskan.
4.2. Visi, Misi dan Tujuan

Visi RSUD Rokan Hulu adalah:

”Menjadikan RSUD Rokan Hulu yang Memberikan Pelayanan secara


Paripurna berstandar Nasional dan Menjadi Kebanggaan Masyarakat
Rokan Hulu”

Misi RSUD Rokan Hulu adalah sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan Pelayanan Prima Sesuai Dengan Standar Pelayanan


Rumah Sakit Kelas B.

14
2. Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Menyeluruh dan Terpadu.
3. Menciptakan Suasana Kerja yang Mendukung Kebersamaan, Rasa
Memiliki dan Peningkatan Disiplin Aparatur.
Nilai Dasar Pelayanan yang dipegang teguh oleh RSUD Rokan Hulu
adalah :

1. Pelayanan Sepenuh Hati


2. Bertindak Cepat dan Tepat
3. Kerjasama Tim
4. Integritas Tinggi
5. Transparansi dan Akuntabel
Tujuan RSUD Rokan Hulu sebagai berikut:
1. Memaksimalkan kinerja pelayanan dengan cara meningkatkan prinsip
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian dan
kewajaran agar Rumah sakit memiliki daya saing yang kuat, baik
secara lokal maupun nasional.
2. Mendorong pengelolaan Rumah sakit secara propesional, transparan
dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan kemandirian.
3. Terwujudnya kebijakan dan manajemen pelayanan kesehatan yang
terpadu, efisen, rasional dan akuntabel.
4. Tersedianya sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang bermutu,
terjangkau dan dimanfaatkan secara rasional.
5. Tersedianya sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas, merata
dan dapat didayagunakan secara optimal.
4.3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Menurut peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 04


Tahun 2011 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, pasal 85 bahwa RSUD
Rokan Hulu mempunyai kedudukan dan tugas pokok sebagai berikut:

(1).RSUD merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah;


(2).RSUD dipimpin oleh seorang Direktur;
(3).Direktur berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah.

15
(4).RSUDmempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
yang dikategorikan ke dalam RSUD.
Tugas RSUDRokan Hulu adalah membantu kepala daerah daalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan
fungsi sebagai berikut :
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan penunjang medis dan non-medis
3. Pelayanan asuhan keperawatan
4. Pelayanan rujukan
5. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
6. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan
7. Pengelolaan administrasi dan keuangan
4.4. Jenis / Program pelayanan Kesehatan
Sesuai dengan fungsi dan peranannya sebagai rumah sakit umum, maka
ruang lingkup layanan yang telah berlangsung saat ini meliputi :
A. Bidang Pelayanan
a.1. Pelayanan Rawat Jalan / Poliklinik
a.1.1.PelayananSpesialis
1. Pelayanan Bedah
2. Pelayanan Paru
3. Pelayanan Penyakit Dalam
4. Pelayanan Mata, Pelayanan Mata Pediatrik, Mata Glukoma,
Bedah Katarak
5. Pelayanan Ginekologi dan Obstetri, Pelayanan KIA/KB
6. Pelayanan Kulit Dan Kelamin
7. Pelayanan THT
8. Pelayanan Anak, Pelayanan Perinatologi
a.2. Pelayanan gigi dan mulut, Pelayanan Prosthodonti
a.3. Pelayanan konsultasi gizi
a.4. Pelayanan TB DOTS ( Infeksi Paru )

16
a.5. PelayananRehabilitasi Medik
a.6. Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam yang ditangani oleh tenaga medis
yg telah mendapat Sertifikasi PPGD, ATLS, ACLS, dan perawat yg
telah mendapat Sertifikasi PPGD dan BTCLS
a.7. Pelayanan Rawat Inap mulai dari Kelas III sampai Rawat Inap VIP
(Kapasitas 138 TT)
a.8. Pelayanan Bedah Sentral / Kamar Operasi, melayani:
1. Operasi Bedah Umum
2. Operasi Mata
3. Operasi Kebidanan / Kandungan
4. Operasi dan Tindakan Kecil lain.
B. Bidang Penunjang Pelayanan
b.1. Pelayanan Radiologi
b.2. Pelayanan Laboratorium Klinik , Pelayanan Patologi klinik
1. Pemeriksaan Hematologi Analyser
2. Pemeriksaan Urine Analyser
3. Pemeriksaan Feses
4. Pemeriksaan Kimia Klinik
5. Pemeriksaan Serologi
6. Pemeriksaan Elisa
7. Pemeriksaan Mikrobiologi
b.3. Pelayanan Farmasi
b.4. Pelayanan Sterilisasi /CSSD
b.5. Pelayanan Saraf
b.6. Pelayanan Rekam Medik dengan SIM RS, SIRS, IT
b.7. Pelayanan Anastesi
b.8. Pelayanan Medik dasar/Umum
b.9. Pelayanan Transfusi Darah / Unit Transfusi Darah
b.10. Penyuluhan Kesehatan langsung terhadap Masyarakat
b.11. Pelayanan Administrasi dan Keuangan
b.12. Pelayanan Ambulance, Pemulasaran Jenazah
b.13. Pelayanan Incenerator, Pengelolaan Limbah/ Kesling

17
b.14. Pemeliharaan Sarana, Prasarana dan Fasilitas

4.5 Struktur Organisasi dan Ketenagaan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 41


Tahun 2007, kelembagaan RSUD Rokan Hulu dikukuhkan sebagai salah
satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sedangkan melalui
Peraturan Daerah Nomor: 04 tahun 2011, Struktur Organisasi RSUD
adalah Pejabat Eselon III/a (Direktur) dan Eselon III/b (empat orang
Kepala Bagian/ Bidang), 9 (Sembilan) orang Pejabat Eselon IV serta
didukung oleh staf dan tenaga fungsional medis (Komite Medik dan Staf
Medik Fungsional). Saat ini struktur organisasi tersebut telah diisi oleh
pejabat-pejabat structural 1 orang Direktur, 4 (empat) orang Kepala
Bagian/Bidang, 9 (sembilan) orang pejabat Eselon IV.

GAMBAR 4. 1.

STRUKTUR ORGANISASI
RSUD ROKAN HULU

DIREKTUR

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

BIDANG HUMAS DAN BIDANG BIDANG


BIDANG TATA
PENGEMBANGAN SDM PELAYANAN PENUNJANG
USAHA

Subbag Administrasi Seksi Humas Dan Seksi Seksi


Dan Kepegawaian Pemasaran Pelayanan Penunjang
Medik Non Medik
Subbag Keuangan Dan
Seksi
Perlengkapan Seksi
Pengembangan Seksi
Sdm Keperawatan Pemeliharaan
Subbag Perencanaan Rs
Evaluasi Dan
Pelaporan

18
4.6 Sarana dan Prasarana

a. Peralatan Untuk Tindakan Medik / Operasi


1) Peralatan Bedah : mulai dari minor surgerysampai operasi besar
(laparatomi) dan juga tersedia peralatan bedah Mata dan THT.
2) Peralatan Kebidanan
2.1. Alat Kuretasi
2.2. Alat Vakum
2.3. Alat Operasi Sectio Caesaria
2.4. CTG dan USG Khusus Kandungan
3) Peralatan medik di IGD
3.1. DC Shock
3.2.Bedside Monitor
3.3.USG Mobile
3.4.Ventilator transport
3.5.Resusitasi Set
3.6.Nebulizer
3.7.Peralatan Penunjang Ambulance Transportasi
4) Peralatan ICU / CVCU
4.1.Bedside monitor dengan DC Shock
4.2.Ventilator
4.3.BGA
4.4.Infus dan Syringe Pump
4.5. Alat Resusitasi
b. Peralatan Penunjang
1) Rontgen 2 unit
2) USG Black & White 2 unit
3) Alat Laboratorium Rutin, Analyzer, Serologik dan Kimia Klinik
4) Elektrokardiografi (EKG) Dewasa dan Bayi
5) Plasma Ekstraktor dan Refrigerator Untuk Bank Darah
6) Peralatan Fisioterapi

19
7) Mesin Pendingin Jenazah
8) Alat Penunjang Medik dan Non Medik lain.
4.7 Pembiayaan
RSUD Rokan Hulu termasuk salah satu Organisasi Sosial yang
memiliki tanggung jawab moral atau akuntabilitas kepada rakyat banyak,
dengan demikian RSUD berkewajiban melayani semua golongan
masyarakat, baik masyarakat kelas bawah (miskin), kelas menengah
maupun masyarakat kelas atas.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
RSUD Rokan Hulu mengikuti regulasi dan kebijakan dari Pemerintah
tentang program JKN, Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu yang juga telah
menerapkan program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Daerah
(JAMKESDA), Jampersal dan program KK/KTP bagi masyarakat Rokan
Hulu yang bersumber dana APBD untuk menanggulangi pembiayaan
kesehatan masyarakat miskin yang tidak tercakup dalam Program JKN.
RSUD Rokan Hulu merupakan RSUD yang telah mendapatkan
persetujuan untuk mengelola keuangannya dengan metode pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum Daerah dan juga tetap di support dengan
dana APBD dan APBN.

20
BAB V

ANALISIS SITUASI UNIT KERJA

5.1. Fungsi Manajemen

5.1.1. Fungsi perencanaan


Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dibagian Bidang
Pelayanan dan Seksi Keperawatan dalam penyusunan perencanaan
pelayanan keperawatan dilakukan melalui rapat kerja dengan semua
manajemen rumah sakit dan melibatkan seluruh kepala ruangan dan
kepala Instalasi yang berhubungan derngan pelayanan keperawatan
dan disosialisasikan kepada seluruh perawat melalui rapat
keperawatan. Dari analisa perencanaan ini ditemukan beberapa hal
yang akan berpengaruh dalam proses pelayanan keperawatan antara
lain :
1. Belum adanya visi, misi dari bagian pelayanan keperawatan karena
menurut Jati Nurcahyo ( 2015 ) , mengemukakan dalam mengelola
sebuah usaha organisasi harus berpedoman pada visi, misi yang harus
dipahami dan dimengerti oleh setiap orang yang terlibat di dalam
organisasi tersebut.
2. Perencanaan tenaga pelaksana pelayanan keperawatan belum
menggunakan tingkat ketergantungan pasien , menurut Kuntoro (
2010 ), kualitas pelayanan keperawatan diruang rawat inap
dipengaruhi oleh Model Asuhan Keperawatan Profesional yang
diberlakukan yang memiliki empat komponen utama yang perlu
diperhatikan antara lain :kebutuhan pasien, demografi populasi pasien,
jumlah perawat, rasio perawat dengan berbagai perawat dan tanggung
jawab.
Dalam hal penyusunan visi, misi, falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan serta pembuatan standar operasional procedural
ditetapkan oleh Tim penyusun yang dibentuk berdasarkan surat
keputusan direktur RS dan ditindaklanjuti dengan SK
pemberlakuannya dan selanjutnya disosialisasikan kepada seluruh

21
perawat. Visi misi rumah sakit sejalan dengan misi pelayanan
keperawatan, akan tetapi belum ditetapkan visi, misi bidang
keperawatan. Begitu juga tentang penghitungan tenaga bekerjasama
dengan komite keperawatan dalam menganalisa tingkat
ketergantungan pasien yang nantinya dapat diketahui berapa
kebutuhan tenaga pelaksana keperawatan di ruang rawat inap.
Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa saat ini belum
ditetapkan visi misi ruangan karena sudah ada misi Rumah Sakit yang
sejalan bidang keperawatan sebagai pedoman dalam melakukan tugas
dan fungsinya.
5.1.2. Fungsi Pengorganisasian
1) Struktur organisasi

Gambar5.1
Struktur Organisasi
Instalasi Rawat Inap RSUD Rokan Hulu

DIREKTUR

Kepala Bidang Pelayanan

Seksi Pelayanan Medis Seksi Pelayanan


Keperawatan

Koor. Rawat Jalan UGD VIP

OK Kelas I

ICU Rawatan Bedah


II,III
Rawatan Penyakit
PERINATOLOGI Dalam

Rawatan Paru

Rawatan
Kebidanan

22
Rawatan Anak
Struktur organisasi RSUD Rokan Hulumenunjukkan bahwa
struktur organisasi pelayanan keperawatan berada di bawah Bidang
Pelayanan.Dalam menjalankan tugasnya Seksi Keperawatan berdiri sendiri
dan langsung berkoordinasi dengan kepala ruangan rawatan. Secara
organisasi struktur ini dirasakan kurang menunjang outonomi pelayanan
keperawatan. Demi untuk menunjang outonomi pelayanan keperawatan
maka dibentuk komite keperawatan RSUD Rokan Hulu
Struktur organisasi Ruang Rawat Inap menggunakan sistem
penugasan tim-modifikasi keperawatan yang dipimpin oleh kepala ruangan
yang membawahi ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat
penanggung jawab membawahi beberapa perawat pelaksana yang
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok
pasien.
Menurut Informasi dari kepala ruangan menyatakan struktur
organisasi ruangan modifikasi tim efektif dalam memberikan pelayanan
keperawatan, walaupun menurut kepala ruangan menyatakan uraian tugas
Katim dan perawat pelaksana belum jelas dan sering timpang tindih. Hal
ini disebabkan oleh katim maupun pelaksana belum memahami bentuk
uraian tugasnya masing-masing.
Mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan
keperawatan juga belum optimal dimana ketua timbelum memahami
sesuai dengan metode penugasan yang ditetapkan.

2) Penyusunan Jadual Dinas/Shif


Dari hasil wawancara dan observasi diperoleh informasi bahwa
semua kepala ruangan telah menyusun daftar dinas/shif setiap bulanakan
tetapi penetapan jadwal shif belum mempertimbangkan tingkat
ketergantungan pasien dan tingkat perawat. Hasil observasi jadual dinas
belum ada pembagian alokasi pasien ke perawat pelaksana dan tetapi
jadual shif pagi, sore/malam sudah mencamtumkan penanggungjawab shif.
Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa hambatan dalam
penyusunan jadual dinas adalah keterbatasan tenaga.

23
3) Metode Penugasan Perawatan Pasien
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala bidang pelayanan dan
seksi keperawatan dan kepala ruangan bahwa metode penugasan diruang
rawat inap adalah metode kombinasi tim-modifikasi penugasan namun
belum berjalan optimal hal ini disebabkan salah satunya adalah belum
pernah dilakukan pelatihan penerapan MPKP( Model Praktek
Keperawatan Profesional ) . Informasi dari kepala ruangan sebagian besar
belum pernah mendapat pelatihan manajemen bangsal dan sebagian lagi
sudah pernah tetapi perlu di update kembali karena telah lama ditambah
lagi dengan keterbatasan tenaga.
Hal ini didukung informasi yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan kepala ruangan rawatan dan ketua tim bahwa penerapan metode
penugasan asuhan keperawatan belum berjalan efektif. Hasil observasi
saat melakukan residensi penerapan prinsip-prinsip dasar dalam MPKP
juga belum berjalan sebagai mana mestinya, seperti ada beberapa ruangan
rawatan belum dilakukan pre dan postconference, belum ada alokasi
pasien yang menjadi tanggungjawab tim, kegiatan operan belum
terstruktur dan belum nampak adanya perbedaan aktifitas pelayanan antara
ketua tim dengan anggota tim.
5.1.3. Fungsi pengarahan
1) Supervisi
Kegiatan Supervisi Keperawatan dilakukan untuk memastikan
kegiatan pelayanan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Fungsi supervisi kepala ruangan belum
berjalan dengan baik hal ini didukung oleh kegiatan supervisinya
belum terjadual dan tidak ter dokumentasikan. Hal yang sama pada
fungsi supervisi Katim ke perawat pelaksana juga belum dilakukan
supervisi ke perawat yang menjadi tanggungjawabnya dan tidak
terstruktur
Hasil wawancara sebagian besar kepala ruangan belum
melakukan supervisi karena belum memahami materi dan mekanisme

24
supervisi dan Selama ini kegiatan supervisi hanya dilakukan pada
pendokumentasian askep dan kedisiplinan staf perawatan dan dibantu
dengan supervise oleh komite keperawatan.
2) Pendelegasian
Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas
organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan dan seksi
keperawatan bahwa prinsip pendelegasian yang diterapkan mengacu
pada hirarki struktur organisasi, sehingga jika seksi keperawatan
sedang melakukan tugas luar maka seksi pelayanan yang ada di bidang
yang sama menjadi pelimpahan tugas dari seksi keperawatan yang
ditunjuk sebagai pengganti yang ditetapkan dengan Keputusan
Direktur tetap berkoordinasi dengan kepala bidang pelayanan, jika
diliuar jam kerja maka ditunjuk Manager On Duty ( M.O.D ) setiap
shift nya yang ditetapkan dengan keputusan Direktur. Untuk tingkat
manjemen dibawahnya secara otomatis pendelegasian tugas kepala
ruangan kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana yang
berkompeten.
Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan telah melakukan
pendelegasian,, hal ini berbeda dengan hasil observasi Katim dimana
sebagian besar menyatakan belum melaukan pendelegasian ke perawat
pelaksana.Prinsip-prinsip pendelegasian kepala ruangan berjalan
dengan baik dimana kepala ruangan mempertimbangkan kompetensi
perawat dalam pemberian tugas perawat pelaksana mengatakan
pendelegasian yang dilakukan kepala ruangan dilakukan secara lisan
dan tulisan yang dilihat pada catatan perawat diruangan.
3). Manajemen konflik
Manajemen konflik merupakan langkah yang diambil oelh
pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga dalam upaya
mengarahkan perselisihan menuju perdamaian dengan cara menyusun
strategi konflik dan menerapkannya agar menghasilkan resolusi yang
diharpakan. Pada tatanan asuhan keperawatan konflik sering terjadi

25
karena merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam suatu
organisasi .
Dari hasil wawancara dengan bidang pelayanan dan seksi
pelayanan keperawatan, konflik yang terjadi di RSUD Rokan Hulu
dapat terkelola dengan baik karena ada peran dari case manajer yang
bertindak sebagai mediator antara pihak ketiga dan pemberi asuhan
pelayanan.

5.1.4.Fungsi Pengendalian.
Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan
bahwa aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan
dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian
penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian / pengontrolan meliputi :menetapkan standar dan
menetapkan metode mengukur prestasi kerja, melakukan pengukuran
prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan
standar, mengambil tindakan korektif.
1) Mutu Pelayanan
Hasil wawancara dengan Kepala bidang pelayanan dan
seksi pelayanan keperawatan diperoleh informasi bahwa
pengendalian mutu keperawatan dibawah koordinasi Komite
Keperawatan dalam hal ini adalah Sub Komite Mutu Pelayanan
Keperawatan dan Tim PMKP RSUD Rokan Hulu sebagai mitra
kerjasama dengan bidang pelayanan dan seksi keperawatan. Hasil
wawancara dengan Ketua Komite Keperawatan bahwa dalam
upaya peningkatan mutu ditetapkan Indikator Mutu Klinik yang
meliputi data infeksi karena jarum infus (Flebitis) , data kejadian
infeksi luka operasi (ILO) dan data dekubitus (Decubitus Ulcer
Rate). Data yang dilaporkan masing-masing kepala ruangan yang
kemudian diolah dan dianalisis sebagai acuan dalam mengukur
kualitas pelayanan keperawatan secara nyata di RSUD Rokan
Hulu. Akan tetapi penerapan program ini belum berjalan dengan

26
baik yang salah satu penyebabnya adalah terlambatnya data yang
dilaporkan kebagian Tim PMKP, dari hasil wawancara dengan PIC
ruangan dikarenakan banyak beban kerja diruangan rawatan
sehingga terhambatnya laporan yang diperlukan dikarenakan
ketenagaan. Hambatan dalam peningkatan mutu pelayanan adalah
belum diadakannya kegiatan pelatihan peningkatan mutu bagi PIC
ruangan dan perawat. Hal ini didukung oleh wawancara dengan
Tim PMKP bahwa Kepala Ruangan dalam menyiapkan data juga
membantu perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan
keperawatan.. Kinerja kepala ruangandan komite keperawatan
dalam fungsi pengendalian mutu pelayanan keperawatan cukup
optimal dimana telah melakukan observasi pelaksanaan asuhan
keperawatan, akan tetapi capaian masih rendah pada fungsi
melalakukan pengawasan SOP dan belum ada yang melakukan
evaluasi secara berkala terhadap SAK dan SOP berkala.
Untuk menilai mutu pelayanan keperawatan dapat
dilakukan melalui survey kepuasan pasien/keluarga, perawat dan
dokter. Akan tetapi survey kepuasan pasien/keluarga belum
dilakukan secara berkala dan di evaluasi, dan belum pernah
dilakukan survey kepuasan perawat dan dokter terhadap hasil
pelayanan keperawatan. Hasil wawancara dengan bagian humas
RSUD Rokan Hulu diperoleh informasi bahwa sudah pernah dibuat
instrument pengukuran kepuasan pasien akan tetapi belum berjalan
dengan baik dan belum pernah di evaluasi dan tindak lanjutnya.
Survei masalah keperawatan sangat penting sebagai bahan
informasi dalam perencanaan fasilitas layanan keperawatan dan
pengembangan SDM perawat khususnya melalui pelatihan, akan
tetapi dari hasil observasi belum dilakukan survey masalah
keperawatan.
2) Audit Standar Keperawatan
Hasil wawancara dengan bidang pelayanan dan seksi
pelayanan keperawatan diperoleh informasi bahwa setiap ruangan

27
telah dilengkapi pedoman SAK dan SOP, namun hasil observasi
perawat masih kurang memanfaatkan SAK dan SOP dalam
memberikan asuhan keperawatan. Hal ini didukung oleh
wawancara dan observasi dengan perawat pelaksana yang
menyatakan sebagian besar belum menggunakan SAK dan SOP
saat melakukan asuhan keperawatan. Hasil wawancara kepala
ruangan sebanyak 50 % belum melakukan audit SAK dan SOP,
dengan alasan belum sempat karena masih ikut aktif dalam
pemberian pelayanan keperawatan.
Kemampuan perawat pelaksana untuk menerapkan standar
proses keperawatan memerlukan bantuan dan bimbingan dari
kepala ruangan dan komite keperawatan. Sebagian besar kepala
ruangan belum melakukan bimbingan perawat pelaksanan dalam
pelaksanan asuhan keperawatan.
Dokumentasi asuhan keperawatan memiliki nilai legalitas
dan hukum juga sebagai alat komunikasi antar perawat dan tim
kesehatan. Hasil observasi dokumentasi proses keperawatan sudah
menggunakan format baku akan tetapi pendokumentasiannya
belum dilakukan dengan baik. Pada saat pemeriksaan dokumentasi
asuhan keperawatan masih ditemukan belum dilakukan pencatatan
dengan lengkap.Kepala ruangan menyatakan belum melakukan
audit dokumentasi keperawatan,meskipun proses audit hanya
dengan memeriksa kelengkapan pencatatan karena belum ada
panduan audit dokumentasi keperawatan.
3) Compensatory rewad
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala pelayanan
dan seksi keperawatan diperoleh informasi bahwa sudah ada
instrument penilaian kinerja perawat dan penilaian dilakukan
secara periodik yang diakomodir bidang pengembangan SDM yang
tetap berkoordinasi dengan seksi keperawatan sebagai laporan dari
kepala ruangan. Bentuk penilaian kinerja mempunyai 2 katogori
yaitu penilaian beban kerja dan attitude. Disamping penilaian

28
dengan menggunakan format DP3 yang dilakukan setiap satu tahun
bagi staf perawat berstatus PNS.
Hasil wawancara kepala ruangan diperoleh informasi
bahwa penilaian kinerja sudah berjalan dengan baik hal ini berbeda
dengan sebaliknya ketua tim belum melakukan penilaian kinerja
kepada anggota timnya dikarenakan anggota tim masing-masing
ruangan berbeda-berbeda dalam setiap shift.
Informasi yang diperoleh dari seksi Pengembangan SDM
dan Seksi keperawatan bahwa untuk memotivasi staf perawat
melakukan tugasnya dengan baik dilakukan pengembangan jenjang
karir tertuang dalam program mutasi dan rotasi. Salah satu cara
meningkatkan motivasi adalah meralui reward dan punishment,
pola yang dikembagkan adalah bagi perawat dengan prestasi kerja
baik saat ini masih dalam tahapan pemberian sertifikat
penghargaan dan dalam perencanaan diprioritaskan untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan sedangkan punishment
ditetapkan sesuai dengan peraturan kepegawaian.
Fungsi motivasi kepala ruangan berpengaruh besar dalam
memberikan motivasi Katim dalam meningkatan mutu pelayanan
keperawatan, demikian halnya dengan Katim juga memberikan
motivasi ke perawat pelaksana.
Salah satu sumber motivasi kinerja staf adalah adanya
kejelasan pengembangan karir, perimbangan beban kerja dengan
kondisi kerja akan tetapi dari hasil wawancara kepala ruangan dan
perawat pelaksana didapatkan informasi yang menyatakan belum
ada melakukan pengembangan karir perawat dan perimbangan
beban dan kondisi kerja. Hal ini didukung sebagian besar perawat
pelaksana belum mengetahui pengembangan karirnya.
Pengembangan karir perawat dan kondisi kerja merupakan
tanggungjawab pihak manajemen melalui bidang pelayanan dan
seksi keperawatan.
4. Profesional relationshif

29
Dari hasil wawancara dengan Kepala bidang pelayanan dan
seksi keperawatan diperoleh informasi bahwa komunikasi antar
keperawatan dan bidang lain yang terintegrasi dilakukan dalam
bentuk pertemuan rutin setiap bulan dengan seluruh kepala ruangan
dan instalasi untuk membahas berbagai hambatan sekaligus
membahas kebutuhan setiap ruangan dan pertemuan berkala
dengan manajemen rumah sakit diluar jadwal yang diperlukan
segera dilakukan pertemuan sehingga setiap saat dapat menjalin
komunikasi dan memberikan informasi kepada staf perawatan.
Informasi diatas sesuai hasil wawancara kepala ruangan
yang menyatakan setiap bulan dilakukan pertemuan kepala ruangan
dan komunikasi kepala ruangan dengan Katim dan perawat
pelaksana sudah berjalan dengan baik, sudah dilakukan pertemuan
rapat setiap bulan untuk membahas permasalahan yang ada.
Komunikasi dengan tim kesehatan lain juga sudah berjalan
dengan baik dimana 100 % kepala ruangan dan ketua tim
menyatakan mengikuti visite dokter dan melakukan kolaborasi. Hal
yang sama dengan kegiatan serah terima antar shif/operan sudah
dilakukan akan tetapi belum optimal karena operan hanya
dilakukan di ruang perawat dan hasil obsevasi saat operan
komunikasi yang disampaikan masih terfokus pada tindakan medis
saja untuk tindakan keperawatan masih sangat kurang dilakukan
dan pelaksanaannya belum teroganisir dengan baik. Sedangkan
kegiatan conference kasus sebagian besar kepala ruangan
menyatakan sudah melakukan akan tetapi hasil wawancara belum
dilakukan secara terjadual dan belum ada prosedur conference
kasus.
5. Patient Care Devilery
Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah
pelayanan keperawatan dengan menggunakan patient care delivery
system tertentu. Patient care delivery system yang diterapkan di

30
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan.
Hasil wawancara perawat pelaksana menunjukkan belum
maksimalnya pemanfaatan proses keperawatan dimana perawat
menyatakan melakukan layanan berdasarkan rutinitas kegiatan
sehari-haridan sebagian lagi menyatakan atas instruksi dokter. Hal
ini disebabkan karena sebagian besar masih mengalami hambatan
dalam penerapan asuhan keperawatan dimana mengalami kendala
dalam pengkajian, hambatan merumuskan diganosa keperawatan
hambatan menyusun rencana dan hambatan imlementasi. Untuk
melaksanan tindakan dengan baik dan benar perawat pelaksana
memerlukan bimbingan dari kepala ruangan dan ketua tim dan
komite keperawatan.

5.2. Alur Proses Kegiatan


Gambar 5.2
Alur Proses Kegiatan Residensi Manajemen Keperawatan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu
Tahun 2020

Input: Proses: Output:


Kinerja bagian - Pengumpulan data : Peningkatan kinerja
pelayanan kuesioner, wawancara, FGD perawat
keperawatan dalam - Identifikasi masalah
pilar nilai profesional - Prioritas masalah
keperawatan: - Alternatif pemecahan
1. Managementappro masalah
ach: - Seleksi alternatif pemecahan
a) Perencanaan masalah
b) Pengorganisasi - Presentasi hasil pengkajian Outcome:
an - Diskusi/ kesepakatan masalah - Kualitas askep
c) Pengarahan yang akan dipecahkan meningkat
d) Pengendalian - Plan of action - Kepuasan : perawat,
e) Compensatory - Implementasi pasien/keluarga dan
Reward nakes lain
f) Professional
Relationship
g) Patient Care
Delivery
System

31
Secara rinci kegiatan tahapan residensi sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Penelusuran literatur yang terkait untuk mendukung pelaksanaan
residensi
b. Survey awal lokasi residensi
c. Penyusunan proposal residensi
d. Penyusunan instrument
2. Tahap orientasi umum di rumah sakit
a. Mahasiswa mengajukan permohonan residensi, surat pengantar ke
direktur rumah sakit atas kesediaan rumah sakit untuk tempat
residensi.
b. Melakukan pertemuan dengan pihak rumah sakit, direktur , kepala
bidang pelayanan dalam rangka orientasi, penjelasan tujuan residensi
dan bentuk-bentuk kegiatan serta partsipasi yang diharapkan;
c. Penyerahan mahasiswa dan orientasi ruangan bersama dengan
pembimbing dan bidang pelayanan.
d. Mempelajari data input, proses dan output dari aspek manajemen yang
akan dikaji.
3. Tahap identifikasi masalah
Dengan menggunakan data input-proses dan output dari aspek-
aspek manajemen pelayanan keperawatan yang akan dikaji pada tahap
orientasi umum, bersama pembimbing residensi dan pembimbing
lapangan selanjutnya mengidentifikasi masalah dengan pendekatan
problem solving cycle.
Dari permasalahan yang ditemukan, dengan mempertimbangkan
waktu, sumber daya dan kewenangan dilakukan prioritas masalah yang
akan diatasi. Selanjutnya diidentifikasi masalah utama yang
memungkinkan dapat dipecahkan yang memiliki daya ungkit yang kuat
dengan mempertimbangkan: Magnitude(M) kecenderungan dan seringnya
kejadian masalahSeverity (S); besarnya kerugian yang ditimbulkan,
Manageable (Mn); bisa di pecahkan, Nursing consern (Nc);melibatkan

32
perhatian dan pertimbangan perawat dan Affordability (Af) ; ketersediaan
sumber daya.
4. Tahap penyelesaian masalah
a. Penetapan prioritas masalah dari data input-proses-output yang telah
disepakati pihak rumah sakit dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan
seleksi alternatif pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan apa, siapa, bagaimana, dimana dan berapa lama tujuan
dapat tercapai.
b. Penyusunan Plan of Action (POA) dengan mempertimbangan aspek
biaya, waktu, sarana, teknologi dan kebijakan rumah sakit.
c. Presentasi dan sosialisasi rencana kegiatan
d. Implementasi rencana kegiatan
e. Tahap evaluasi dan rencana tindak lanjut.
5. Tahap pembuatan laporan
a. Konsultasi pembimbing akademik dan pembimbing lapangan
b. Presentasi hasil akhir laporan residensi di tempat residensi dan
kampus.
c. Penyerahan laporan ke rumah sakit tempat residensi.

33
BAB VI

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

Dalam penentuan masalah supaya lebih mudah dalam penentuan urutan

masalah yang akanmenjadi prioritas masalah, maka dilakukan penghitungan

dengan tekhnik skoring pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan. Dalam

proses memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan pembobotan yang

memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :

1) Magnitude(M) : kecenderungan dan seringnya kejadian

masalah

2) Severity (S) : besarnya kerugian yang ditimbulkan

3) Manageable (Mn) : bisa di pecahkan

4) Nursing consern (Nc) : melibatkan perhatian dan pertimbangan

perawat

5) Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya

Dengan rentang nilai 1 – 5 yaitu 5= sangat penting, 4 = penting, 3 = cukup

penting, 2 = kurang penting, 1 = sangat kurang penting. Dimana yang menjadi

prioritas adalah masalah dengan jumlah nilai/skor paling besar. Skor akhir

dirumuskan dengan cara : M x S x Mn xNc x Af.

Berikut daftar masalah manajemenkeperawatan di RSUD Rokan Hulu dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

34
Tabel 6.1

Daftar Masalah Manajemen Keperawatan di RSUD Rokan Hulu


Tahun 2020

No Fungsi Masalah
Manajemen
1 2 3
1. Perencanaan a) Belum adanya visi dan misiseksi keperawatan
dan visi dan misi ruangan rawat inap
2. Pengorganisasian a) Pelayanan keperawatan belum mempunyai
bidang sendiri.
b) Belum optimalnya pelaksanaan metode
penugasan asuhan keperawatan di ruangan
3. Pengarahan a) Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik
4. Pengendalian a) Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian
dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan
b) Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kerja.

Setelah diidentifikasi6 masalah diatas selanjutnya akan dilakukan

pembobotan untuk menentukan prioritas masalah, yang dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 6.2

Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan RSUD Rokan Hulu


Tahun 2020

No Masalah Pembobotan
Prioritas
A. Fungsi Perencanaan M S Mn Nc Af Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Belum adanya visi dan misi seksi 3 2 5 3 5 450 3
keperawatan dan visi dan misi ruangan
rawat inap
B. Fungsi Pengorganisasian
2. Bagian pelayanan keperawatan belum 4 3 3 3 3 324 4
berbentuk bidang keperawatan

35
3. Belum optimalnya pelaksanaan 5 4 4 4 3 960 1
metode penugasan asuhan
keperawatan
C. Fungsi Pengarahan
4. Kegiatan supervisi belum berjalan 4 3 4 4 4 768 2
dengan baik.
D. Fungsi pengendalian
5. Belum efektifnya kinerja sistem 3 3 3 4 2 216 5
pengendalian dan pengukuran mutu
pelayanan keperawatan
6. Belum optimalnya fungsi sistem 3 2 3 2 2 72 6
penilaian kinerja

Berdasarkan dari hasilpembobotan diatas didapatkan prioritas

masalah berdasarkan skor yang paling besar, maka masalah yang akan diatasi

terlebih dahulu adalah:

1) Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan

keperawatanMPKP ( 960 )

2) Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik (768)

3) Belum adanya visi dan misi seksi keperawatan dan visi dan misi ruangan
rawat inap ( 450 )

4) Bagian pelayanan keperawatan belum berbentuk suatu bidang

keperawatan. ( 324 )

5) Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu

pelayanan keperawatan( 216 )

6) Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja ( 72 )

36
BAB VII

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Pada bab ini diuraikan tujuan dan alternatif pemecahan masalah


dirumuskan dalam bentuk berdasarkan prioritas masalah hasil dari pembobotan
dengan Diagram Tulang Ikan ( Fish Bone ).

Fishbone diagram (diagram tulang ikan, karena bentuknya seperti tulang


ikan) sering juga disebut Cause and Effect Diagram atau Ishikawa
Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian
kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar ( 7 basic quality
tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi
kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung
jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005).

Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan


jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone
diagram ini dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah
secara user friendly, tools yang user friendly disukai orang-orang di industri
manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel
yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan (Purba, 2008).

Rumusan tujuan dan alternatif pemecahan masalah sesuai masing-masing


permasalahan sebagaimana diagram Fish Bone dibawah ini :

37
Gbr. 7.1
Diagram Fish Bone

Money Method Man


Pemahaman tentang
Anggaran MPKP masih kurang
pelatihan belum keterbatasan tenaga
untuk MPKP

Belum optimalnya
pelaksanaan metode
penugasan asuhan
Visi, misi keperawatan keperawatan
Belum optimalnya Belum ada
supervisi
belum ada pelatihan
MPKP
belum optimalmya reward
dan punishment
Method Material

Berdasarkan diagram permasalah diatas dapat disesuaikan alternative pemecahan


masalah sesuai masing-masing permasalahan sebagai berikut :

Tabel 7.1
Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan


Masalah
a. Money Penyusunan Anggaran belum Mengusulkan pelatihan ini
ada untuk pelatihan MPKP lebih prioritas dari pelatihan
keperawatan lainnya.

b. Man Kurangnya pemahaman Mengusulkan untuk


Model Praktek Keperawatan melaksanakan Pelatihan
Profesional Praktek Keperawatan
Profesional
c. Methode Belum adanya Pelatihan Membuat rencana
MPKP pelatihan/diskusi/simulasi
tentang model Asuhan melalui
untuk ketua tim dan perawat
pelaksana dengan tujuan
pemahaman perawat tentang
metode timbersama bagian
diklat dan SDM RSUD Rokan
Hulu
Belum optimalnya supervisi Menghitung kebutuhan tenaga
dengan memperhatikan tingkat

38
ketergantungan pasien.
d. Material Visi, Misi keperawatan Mengusulkan untuk menyusun
belum ada visi, misi pelayanan
keperawatan

Belum optimalnya reward Menyusun sistem penilaian


kerja dan pengembangan karir.

1. Money ( Uang )
Dari wawancara dibagian diklat mengatakan untuk pelatihan perawat
dimasukkan dalam rencana anggaran, tetapi untuk jenis pelatihan nya
menunggu masukan dari bidang pelayanan melalui seksi keperawatan dan
komite keperawatan, dari diskusi dengan bagian pelayanan seksi keperawatan
dan komite keperawatan mengusulkan untuk pelatihan MPKP menjadi prioritas
pertama tanpa mengesampingkan pelatihan perawat lainnya. Money/uang
merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
jumlah yang harus disediakan untuk kebutuhan diklat maupun lainnya.( Alwi
Arifin, 2011 ).

2. Man ( Manusia )
Dari wawancara dengan bagian pelayanan keperawatan saat ini
pemahaman tentang MPKP belum dimengertisehingga dalam melaksanakan
kegiatan keperawatan masih belum ada pembagian yang jelas tentang tanggung
jawab masing-masing belum lagi ditambah dengan melaksanakan tugas-tugas
administrasi lainnya.
Dari hasil diskusi dengan bagian pelayanan keperawatan dan komite
keperawatan diusulkan untuk melakukan pelatihan MPKP karena pelatihan
merupakan kegiatan yang digunakan oleh seseorang untuk berlatih sesuatu.
Dengan berlatih atau latihan menurut Notoatmojo ( 2007 ) sesorang akan
mengalami penyempurnaan potensi-potensi tenaga yang ada dengan
mengulang-mengulang kegiatan atau aktivitas tertentu. Dengan mengikuti
pelatihan diharapkan dapat digunakan untuk refresh pengetahuan yang pernah

39
diikuti atau juga memperoleh sesuatu yang baru yang sebelumnya belum
pernah diikutinya.

3. Methode

Dari hasil wawancara dengan bidang pelayanan keperawatan dan kepala


ruangan, komite keperawatan methode kerja yang dilaksanakan sekarang
belum sesuai pedoman praktek keperawatan profesional masih berdasarkan
pekerjaan rutinitas keperawatan sehari-hari tanpa ada pembagian yang secara
jelas, dari hasil diskusi bersama diusulkan untuk melaksanakan Model Praktek
Keperaewatan Profesional, menurut Muhammad Afandi ( 2017 ), Model
Praktek Keperawatan adalah suatu sistem ( struktur, proses, dan nilai-nilai
profesional ) yang memfasilitasi perawat dalam memberikan asuhan yang
profesional. Didalam aspek struktur MPKP ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien, selain jumlah didalam MPKP juga dipelajari penetapan tenaga yaitu
Perawat yang menjadi penanggung jawab dan perawat pelaksana , sehingga
peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan
terdapat tanggung jawab yang jela, serta juga ditetapkan standar rencana
keperawatan artinya pada setiap ruangan sudah tersedia standar rencana
keperawatan berdasarkan diagnose medic atau berdasarkan sistem tubuh.
Sedangkan di aspek proses dari MPKP ditetapkan penggunaan kombinasi
metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan,
Dengan adanya rencana penyusunan tentang pelatihan Model Prkatek
Keperawatan Profesional ( MPKP ) yang diusulkan kebagian diklat
diharapakan terjadi peningkatan kompetensi perawat, Hal ini sesuai dengan
penelitian yang menunjukkan skill mix, ketrampilan, mempengaruhi model
perawatan yang digunakan (Duffeild, 2010)

4. Material
Dari hasil wawancara dengan pelayanan keperawatan, komite
keperawatan, dan kepala ruangan rawat inap diperoleh informasi bahwa
pelayanan keperawatan belum mempunyai visi, misi tersendiri tetapi dalam

40
melaksanakan tindakan keperawatan telah mempunyai SOP dan Pedoman
Pelayanan Keperawatan .Dari hasil wawancara tersebut diusulkan untuk
pembuatan TIM yang melibatkan Komite Keperawatan dan Kepala Ruangan
Rawat Inap dan beberapa perawat pelaksana yang ditunjuk untuk bersama-
sama merumuskan visi, misi keperawatan, karena menurut Jati Nurcahyo( 2005
), menyatakan bahwa strategi mengelola suatu bentuk organisasi harus
berpedoman pada visi, misi, yang harus dipahami dan dimengerti oleh setiap
orang yang terlibat dalam organisasi tersebut demi kemajuan dari organisasi
tersebut.

41
BAB VIII
RENCANA INTERVENSI
( Plan of Action )

Adapun dari hasil identifikasi masalah dan penentuan prioritas masalah


dari dari hasil identifikasi masalah dan penentuan prioritas masalah dari
beberapa masalah yang ditemukan selanjutnya dilakukan perencanaan
intervensi dalam bentuk ntervensi dalam bentuk matrik rencana intervensi
seperti dibawah ini :

42
43
Pelaksana/penanggung Tolak Ukur
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Dana Lokasi jawab Metode Keberhasilan
1. Merencanakan Untuk menjaga konsistensi 1. Kepala seksi Disesuaikan RSUD RSUD Kepala Seksi SDM diklat 1. Ceramah - Adanya
Pelatihan Model asuhan keperawatan. dengan Rokan dan Mahasiswa Tanya peningkatan dan
Praktek keperawatan,memberikan 2. Komite bagian diklat Hulu Jawab pemahaman yg
Keperawatan pedoman dalam keperawatan 2. Role Play sama di pelayanan
Profesional menentukan kebijakan, 3. Kepala 3. Studi keperawatan
sehingga pelayanan ruangan Kasus tentang uraian
keperawatan berjalan secara 4. Ketua Tim 4. Peninjauan tugas masing-
optimal. 5. Perawat Lapangan masing.
Pelaksana - Adanya sertifikat
RSUD Rokan pelatihan
Hulu
2. Merencanakan Agar dapat memperlihatkan 1. Ketua Tim Disesuaikan - RSUD Kepala Subbag 1. Analisa Jumlah tenaga
jabatan
penghitungan dengan jelas suatu 2. Perawat Rokan Kepegawaian. Kepala perawat sesuai
2. Metode
kebutuhan tenaga Organisasi pelayanan pelaksana Hulu Seksi keperwatan tingkat dengan tingkat
ketergantu
perawat di RSUD kesehatan RSUD ketergantungan
ngan
Rokan Hulu mengalami kelebihan atau pasien ( pasien.
Douglas,
kekurangan tenaga perawat
1984 )
dalam memberikan

39
pelayanan keperawatan.
3. Merencanakan Pelayanan keperawatan 1. Kepala seksi Disesuaikan RSUD RSUD Kepala bidang pelayanan, Diskusi Adanya visi, misi
pembuatan visi, mempunyai visi, misi keperawatan Rokan kepala seksi keperawatan, pelayanan
misi pelayanan tersendiri yang menjadi 2. Tim yang Hulu komite keperawatan. keperawatan dan
keperawatan dan penunjang dalam visi, misi dibentuk rawat inap RSUD
rawatan inap RSUD Rokan Hulu untuk Rokan Hulu
merumuskan
visi, misi
pelayanan
keperawatan
4. Membuat sistem Agar dapat panduan 1. Kepala seksi

penilaian kinerja mengembangkan diri dan bidang SDM Disesuaikan RSUD RSUD Kepala Bidang SDM dan Lembar Tersedianya lembar
dan pengembangan meningkatkan prestasi kerja 2. Kepala seksi Rokan Humas, Kepala seksi ceklist penilaian kinerja dan
keperawatan Hulu
karir perawat. perawat dan memberikan SDM reward.
3. Komite
dasar bagi penilaian
Keperawatan
mutu pelayanan
4. Kepala Rungan
keperawatan
5. Perawat
pelaksana.

40
Pelaksana/penanggung Tolak Ukur
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Dana Lokasi jawab Metode Keberhasilan
5. Mengusulkan Untuk menjaga kualitas 1. Direktur Disesuaikan RSUD RSUD Kepal Bidang Tata Usaha - Diskusi - Adanya bidang
pelayanan asuhan pelayanan 2. Kepala Rokan pelayanan dalam
keperawatan keperawatan, dan dapat bidang Hulu usulan struktur
menjadi sebuah menentukan kebijakan, pelayanan organisasi RSUD
bidang tersendiri. sehingga pelayanan 3. Kepala Rokan Hulu
keperawatan berjalan secara bagian tata
optimal. Usaha

41
BAB IX

PENUTUP

Dari hasil pengkajian Residensi dapat di identifikasi 6 masalah pokok yang


saling berkaitan dalam pelayanan keperawatan sehingga memungkinkan untuk
mendapatkan hasil pelayanan yang optimal, sebagai berikut:
1) Belum adanya visi dan misi seksi keperawatan dan visi dan misi ruangan

rawat inap.

2) Bagian pelayanan keperawatan belum mempunyai bidang sendiri.

3) Pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan belum optimal

4) Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik

5) Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu

pelayanan keperawatan

6) Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja

Dari 6 masalah pokok yang di identifikasi tersebut, dilakukan prioritas

masalah dengan memperhatikan aspek-aspek M(x)S(x)Mn(x)Nc(x)Af maka yang

menjadi prioritas utama dari masalah tersebut adalah :Pelaksanaan metode

penugasan asuhan keperawatan belum optimal

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka beberapa alternative dan

saran untuk perbaikan pelayanan keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Rokan

Hulu untuk dapat dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran pelatihan bagi

keperawatan untuk lebih mengutamakan pelatihan MPKP tanpa mengabaikan

pelatihan keperawatan lainnya, dandalam melaksanakan pelayanan keperawatan

para tenaga keperawatan mengerti dan memahami uraian tugas tanggung

jawabnya masing-masing sesuai dengan standar, sehingga penerapan penugasan

42
pelayanan keperawatan dapat berjalan dengan baik dan diketahui segala

hambatan-hamabatannya.

43
Daftar Pustaka

Arifin Alwi,( 2011 ). Jurnal Kesehatan Masyarakat, Analisis Mutu Pelayanan


Kesehatan Ditinjau dari Aspek Input Rumah Sakit di Instalasi Rawat Inap
RSU Haji Makasar Volume7 No 1April 2011.

Buku Ajar Managemen Keperawatan


Surabaya :Zifatama Publisher 2015

Buku Evaluasi Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai


Yogyakarta : Elmatera 2017

Gillies, Dee Ann. (1996). Manajemen Keperawatan, Sebagai Suatu Pendekatan


Sistem, penerjemah Dika Sukmana,Rika Widya Sukmana, Yayasan
IAPKP., Bandung

Afandi Muhammad ( 2007 ), Jurnal Manajemen , Evaluasi pengembangan Model


Praktek keperawatan profesional di RSUD Djojonegoro, temaggung
Volume 7 No 2 Juli 2007.

Notoatmodjo, S ( 2007 ), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I


Jakarta : PT.Rineka Cipta

Nurani Tri( 2019 ), Jurnal Magister Ilmu Keperawatan , Analisis situasi dan
optimalisasi pelaksanaan Metode Asuhan Keperawatan Primer Di RS
Anak dan Bunda Jakarta Volume 15 No 2 2019.
Nurcahyo Jati( 2015 ), Jurnal Khasanah Ilmu , keterkaitan Visi, Misi, dan Values
Terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Volume 6 No 2 September 2015.

Nursalam, (2014 ), Manajemen Keperawatan Profesional.


Jakarta : Salemba Medika

Profil RSUD Rokan Hulu 2016


Purba, H. H, (2008). Diagram fishbone dari Ishikawa.
Tri haryanto.(2013). Jurnal Manajemen Keperawatan. Analisis Fungsi Manajerial
Kepala Ruang di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Swasta di Semarang.
Symond Denas,(2013)Jurnal Kesehatan MasyarakatPenentuan Prioritas Masalah
Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di suatu wilayah Volume 7 No 2
September 2013.

Sitorus ratna, Yulia, (2006), Model Praktek keperawatan Profesional di rumah


sakit. Jakarta : EGC

44
STIKes Hang Tuah Pekanbaru,(2019 ). Panduan Residensi Kesehatan Masyarakat

Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba. Suharyati. (2000). Pengantar


Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis.
EGC. Jakarta

Tague, N. R,(2005 ). The quality toolbox.

45
Matrik Wawancara dengan Bidang Pelayanan, Kepala Ruangan RSUD
Rokan Hulu

No Pertanyaan
Siapa yang bertanggung jawab penyusunan visi, misi, falsafah dan tujuan
1
pelayanan keperawatan ?
Bagaimana menurut saudara/i tentang struktur organisasi yang ada di RS
2
saat ini ?
3 Apakah ada kendala pada saat dilakukan supervisi dan pendelegasian ?
Bagaimana dalam mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien dalam
4
pembuatan jadwal dinas ?
Apakah ada hambatan atau kendala yang di temui menyelesaikan indicator
5
mutu ?
Apakah dalam melaksanakan pelayanan keperawatan sudah ada pembagian
6
yang jelas tentang rentang tugas masing-masing ?
Bagaiamana tentang reward dan reinforcement perawat di RSUD Rokan
7
Hulu?
Bagaimana tentang pelatihan yang didapatkan mengenai pelayanan
8
keperawatan ?
Matrik Hasil Wawancara dengan Bidang pelayanan, Seksi keperawatan,
kepala ruangan di RSUD Rokan Hulu

No Pertanyaan Jawaban
1 Siapa yang bertanggung jawab Informent 1
penyusunan visi, misi, falsafah “ yang bertanggung jawab seksi pelayanan
dan tujuan pelayanan keperawatan, disarankan membentuk tim
keperawatan ? untuk penyusunan seperti tim yang
dibentuk untuk pembuatan SOP dan SAK
keperawatan.”
2 Bagaimana menurut saudara/i Informant 1
tentang struktur organisasi yang “ Sebaiknya membentuk bidang sendiri
ada di RS saat ini ? jadi bidang pelayanan bisa focus untuk
bidang pelayanan selain bidang
keperawatan “
Informant 2
“ Kalo seksi pelayanan keperawatan
baiknya mempunyai bidang sendiri seperti
beberapa rumah sakit kabupaten di Riau ni,
sehingga bisa dibagi menjadi dua seksi
nantinya biar lebih terfocus dalam
memberikan pelayanan keperawatan “
3 Apakah ada kendala pada saat Informant 1
dilakukan supervisi dan “ kalo untuk supervisi yang menjadi
pendelegasian ? kendala bagi kami saat ini , sudah
dijalankan dibantu komite keperawatan
tapi masih terbatasnya tenaga yang akan
melakukan supervise “

4 Bagaimana dalam Informant 1 dan 2


mengidentifikasi tingkat “ Sudah coba dilakukan penghitungan
ketergantungan pasien dalam dengan tingkat ketergantungan pasien,
pembuatan jadwal dinas ? disaat mau membuat jadwal pembagian
dinas tenaga tidak mencukupi “

5 Apakah ada hambatan atau Informent 1. Ada


kendala yang di temui “ kurangnya tenaga untuk menyusun
menyelesaikan indicator mutu ? indicator mutu yang di inginkan karena
yang bertanggung jawab dalam hal ini
adalah kepala ruangan sedangkan kepala
ruangan masih ada tugas-tugas lain yang
dilaksakanan pada jam dinas “

6 Apakah dalam melaksanakan Informent


pelayanan keperawatan sudah “ pembagian tugas hanya dibagi pada saat
ada pembagian yang jelas akan memulai jam dinas , akan tetapi
tentang rentang tugas masing- dalam pelaksanaan nya sering terjadi
masing ? tumpang tindih “
7 Bagaiamana tentang reward dan Informent 1
reinforcement perawat di RSUD “ dalam memberikan penghargaan belum
Rokan Hulu? terjadwal secara rutin, bagusnya
pengahrgaan yang diberikan ada perlakuan
lebih dari yang lain seperti pengembangan
karir sehingga bisa menjadi motivasi untuk
pegawai yang lainnya “
8 Bagaimana tentang pelatihan Informent
yang didapatkan mengenai “ Kalo pelatihan bagian diklat sudah ada
pelayanan keperawatan ? menyiapkan annggaran tapi pelatihan yang
langsung menyentuh lingkup pelayanan
keperawatan secara menyeluruh belum
pernah kami dapatkan “

Anda mungkin juga menyukai