Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN MANAJEMEN

DI RUANG RUANGAN X RSUD PELITA HARAPAN KABUPATEN


KUNINGAN

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners


Stase Manajemen

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Dudi (JNR0190021)
2. Luthfi Allatif (JNR0190031)
3. Nina Riskiyani (JNR0190035)
4. Nurul Cotimah (JNR0190037)
5. Pipik Taufik (JNR0190040)
6. Rida Lestari (JNR0190042)
7. Riza Nur Alfiah (JNR0190044)
8. Rizkar Purna D. (JNR0190045)
9. Yogi Triyoga (JNR0190061)
10.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Menurut Nursalam (2009), manajemen keperawatan adalah suatu
proses bekerja melalui staf keperawatan untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Manajemen keperawatan berhubungan
dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan
staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling)
aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan
dari sub unit departemen (Swanburg, 2000).
Konsep yang harus dikuasi adalah konsep tentang pengelolaan
perubahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa
rencana strategi melalui pendekatan, pengumpulan data, analisa SWOT, dan
menyusun langkah-langkah perencanaan, melakukan pengawasan dan
pengendalian (Nursalam, 2007).
Komponen utama dalam manajemen keperawatan adalah fokus pada
sumber daya manusia dan materi secara efektif. Tujuan dari manajemen
keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan
keperawatan, untuk kepuasan pasien melalui peningkatan produktifitas dan
kualitas kerja perawat (Nursalam, 2007).
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain (Harsey dan
Blanchard, 2010). Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning,
organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2011). Dari beberapa metode
yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian metode
tersebut untuk diterapkan. Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya
untuk menyeleksi model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan
kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah
sakit (Nursalam, 2014)
Demi meningkatkan kualitas mutu pelayanan kesehatan, manajemen
rumah sakit seharusnya lebih memperhatikan sumber daya perawat di rumah
sakit baik itu kualitas maupun kuantitasnya. Mengingat perawat memberikan
asuhan keperawatan secara holistik (menyeluruh) sehingga perawat memiliki
tanggung jawab lebih dalam merawat pasien terutama di instalasi rawat inap
dimana perawatlah yang merawat pasien selama 24 jam. Oleh karena itu,
peran perawat inilah yang secara langsung dirasakan oleh pasien.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang berkualitas,
manajerial keperawatanpun harus ditingkatkan. Dimana salah satu upaya
manajerial keperawatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
yaitu dengan peningkatan jumlah (kuantitas) sumber daya perawat (Nursalam,
2003). Kuantitas atau jumlah sumber daya perawat merupakan aspek yang
dapat mempengaruhi beberapa hal di dalam pelayanan keperawatan
diantaranya kepuasan pasien, kepuasan kerja perawat, beban kerja perawat,
dan sebagainya.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik stase manajemen keperawatan
mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan model praktik keperawatan profesional (MPKP),
secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang
professional serta langkah-langkah manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima
dimensi manajemen yaitu man, metode, material, money, marketing
di Ruangan X RSUD Pelita Harapan Kabupaten Kuningan.
b. Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5M dalam proses pemberian
pelayanan keperawatan di Ruangan X RSUD Pelita Harapan
Kabupaten Kuningan..
c. Membuat plan of action untuk menjawab masalah-masalah yang
ditemukan menggunakan CARL.

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
Dengan adanya program MAKP di Rumah Sakit diharapkan pasien
merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam
pemberian asuhan keperawatansehingga tercapai kepuasan klien yang
optimal.

2. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d. Meningkatkan profesionalisme keperaawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi.
c. Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) secara optimal.
3. Bagi Mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi MAKP di dalam
Rumah Sakit.

D. Waktu

E. Cara Pengumpulan Data


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian
Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional (Nursalam, 2011). Muninjaya dalam Nursalam (2011)
menjelaskan bahwa manajemen keperawatan merupakan gabungan antara
ilmu dan seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efektif, efisien dan rasional untuk mencapai tujuan tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Manajemen keperawatan dalam rumah sakit adalah tindakan
perawat yang meliputi penanganan administratif pasien seperti pengurusan
pasien saat masuk ke rumah sakit, pengisian dokumen catatan medik dan
membuat penjadwalan proses pemeriksaan dan pengobatan pasien. Selain
itu dalam manajemen keperawatan, seorang perawat membuat
penggolongan pasien sesuai dengan berat atau ringannya penyakit dan
kemudian mengatur pekerjaan perawat secara optimal sekaligus
memonitor mutu pelayanan kepada pasien serta melakukan manajemen
ketenagaan dan logistik keperawatan yang meliputi staffing, schedulling,
assigment dan budgeting (Adhitama, 2009).
Menurut Gillies dalam Adhitama (2009) Manajemen Keperawatan
dijelaskan sebagai tugas khusus yang harus dilaksanakan pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengerakkan serta
mengawasi sumber daya yang ada. Sumber daya tersebut mencakup
sumber daya manusia dan dana sehinggga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik pada pasien, keluarga dan masyarakat.
2. Prinsip Manajemen
Menurut Nursalam (2014) prinsip manajemen adalah sebagai berikut:
a. Manajemen adalah kegiatan pengelolaan dan pengambilan keputusan.
b. Pengelolaan dan pengambilan keputusan selalu dihadapkan pada
ketidakpastian (uncertainty).
c. Untuk memperoleh tujuan pengambilan keputusan dan mengurangi
ketidakpastian diperlukan data, informasi, dan proses pengendalian.

3. Fungsi-Fungsi Managemen
Menurut George R. Terry (Hasibuan, 2009 : 38) fungsi-fungsi
manajemen meliputi Perencanaan (planning), Pengorganisasian
(organizing), Pengarahan (actuating) dan Pengendalian (controlling).
Sedangkan menurut Henry Fayol (Safroni, 2012 : 47), fungsi-
fungsi manajemen meliputi:
a. Fungsi Perencanaan (planning)
Perencanaan berupa penentuan langkah awal yang
memungkinkan organisasi mampu mencapai suatu tujuan dan juga
menyangkut tentang upaya yang dilakukan untuk mengantisispasi
kecenderungan di masa-masa yang akan datang dan penentuan
sebuah strategi atau taktik yang tepat untuk mewujudkan target tujuan
suatu organisasi.
b. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian yaitu terdapat pemusatan wewenang pada
tingkat pimpinan organisasi sehingga berbagai fungsi berpusat dalam
tangan pimpinan tertentu karena dengan tegas memisahkan bidang
kegiatan pimpinan (manajerial sebagai pusat wewenang) dan bidang
kegiatan teknis (nonmanajerial).
c. Fungsi Pengarahan (commanding)
Pengarahan dilakukan untuk memberikan arahan kepada
Sumber Daya Manusia sebagai pegawai di dalam suatu organisasi
atau perusahaan agar pegawai tersebut mampu menyelesaikan
tugasnya dengan baik.
d. Fungsi Pengkoordinasian (coordinating)
Pengkoordinasian adalah usaha untuk mengatur para karyawan
agar bekerja secara teratur, sinkron dan selaras agar pekerjaan
tersebut dapat dilakukan secara efektif dan tujuan dari organisasi
tersebut dapat tercapai.
e. Fungsi Pengendalian (controlling)
Strong (Hasibuan, 2009 : 241) mengatakan bahwa
pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dan
rencana

4. Komponen Sistem
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap-
tiap komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan
oleh 5 elemen, yaitu :
a. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personil, peralatan dan fasilitas.
b. Proses
Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan.
c. Output
Output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau
kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf serta
kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil/keluaran.
d. Kontrol
Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui penyusunan anggaran yang proposional, evaluasi penampilan
kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan
keuangan, audit keperawatan, dan survei kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat (Agus Kuntoro, 2010).

5. Proses Managemen Keperawatan


Manajemen pada proses keperawatan mencakup menejemen pada
berbagai tahap dalam keperawatan, yaitu :
a. Pengkajian
Yaitu langkah awal dalam proses keperawatan yang
mengharuskan perawat setepat mungkin mendata pengalaman masa
lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan, dan harapan
kesehatan dimasa datang.
b. Diagnosis
Merupakan tahap pengambilan keputusan professional dengan
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil
dapat berupa rumusan diagnosis keperawatan, yaitu respon
biopsikososio spiritual terhadap masalah kesehatan actual maupun
potensial.
c. Perencanaan
Perencanaan keperawatan merupakan dibuat setelah perawat
mampu memformulasikan diagnosis keperawatan. Perawat memilih
metode khusus dan memilih sekumpulan tindakan alternatif untuk
menolong pasien mempertahankan kesejahteraan yang optimal.
d. Implementasi
Merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan
semua kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien harus direncanakan untuk menunjang
tujuan pengobatan medis, dan memenuhi Tujuan rencana
keperawatan.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah pertimbangan sistematis dan standar dari
Tujuan yang dipilih sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan
praktik yang actual dan tingkat asuhan yang diberikan.

B. Konsep Manajemen Unit


1. Managemen Unit
Menurut Nursalam (2009), manajemen unit terdiri dari:
a. Ruangan
1) Sarana Ruangan : Lingkungan kerja untuk pencapaian proses
manajerial keperawatan di ruang rawat inap anak secara keseluruhan
mempunyai: ruang perawatan lengkap dengan tempat tidur dan
kamar mandi klien, ruang peralatan, ruang perawat/nurse station
berada di depan ruang perawatan, ruang kepala ruangan + ruang
tamu + kamar mandi + ruang peralatan, ruang ganti perawat + kamar
mandi perawat ruang konferensi, mushola, ruang administrasi, ruang
spoolhoek, dapur dan gudang serta depo farmasi.
2) Letak : jauh dari tempat keramaian seperti kantin.
3) Posisi : dekat dengan nurse station dan depo farmasi.
4) Kondisi : pencahayaan cukup dan sesuai luas ruangan, besar ruangan
sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai
dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak berjamur, bersih, dan di
sertai wallpaper yang di sukai anak-anak. pintu fleksibel dapat dilalui
brankard, bersih, tidak licin. Perbandingan kamar mandi dengan
klien sesuai, lantai tidak licin, bersih, letak terjangkau oleh klien.
Kasur bersih, dapat dirubah posisinya, terdapat side rails, fasilitas
ruangan tidak mengganggu delivery klien, sampiran ada pada setiap
tempat tidur klien. Terdapat papan penunjuk arah.

b. Alat dan bahan


1) Alat tenun (jumlah dan kondisinya): laken, boven laken, sarung
bantal, sarung guling, perlak, stik laken, selimut, baju klien, waslap,
taplak meja, alas baki, handuk, sarung buli-buli, sarung O2, gorden,
dan vitrage.
2) Alat kesehatan (jumlah dan kondisinya): bak instrumen (besar,
sedang, kecil), bak steril, kom, pinset anatomis dan chirurgis, gunting
(jaringan, hecting, perban), bengkok, korentang dan tempatnya.
3) Alat-alat tanda vital: tensimeter, stetoscope, termometer,
4) Alat-alat pemeriksaan fisik: refleks hammer, tongue spatel, timbangan
BB, pengukur TB, midline.
5) Irigator, WWZ panas/dingin, waskom mandi.
6) Alat transportasi: brankard, kursi roda
7) Emergency trolley
8) O2 dan manometer
9) Bahan habis pakai: alkohol, betadine, aquadest, savlon, H 2O2, NaCI,
cairan infus, lysol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kassa plester,
set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag, dan obat-obatan.
10) Alat-alat rumah tangga: kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,
kursi, lemari (besar dan kecil), lampu, alat makan (piring, sendok,
gelas), kompor, gayung, tempat sampah (medis, ATK, umum), kapstok
pakaian, rak handuk, keset, telepon dan white board.
11) ATK, amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku, lem, perforator,
spidol, formulir (perencanaan, pengkajian dan implementasi) resume
klien pulang/meninggal/dirujuk, grafik suhu nadi, pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium dan radiologi).
c. Hubungan perawat-klien
1) Hubungan perawat-klien dimulai sejak klien masuk, selama perawatan
(pelaksanaan proses keperawatan) sampai klien pulang.
2) Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan yang diberikan pada
klien sangat lergantung pada hubungan perawat-klien.
d. Hubungan perawat-perawat
1) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
2) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.
3) Kegiatan serah terima klien dilakukan setiap pergantian dinas dan
berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
a) Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
b) Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
c) Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan,
bukuronde dan whiteboard.
e. Hubungan perawat-profesi lain
1) Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani
masalah tim
2) Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik
3) Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis
4) Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas
5) Saling menghargai antar profesi
2. Managemen Unit
a. Manusia/Man
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (professional lanut,
professional pemula, vokasional, dan lain-lain). Jenis ketenagaan atau
pendidikan keterampilan khusus yang dimiliki perawat yang didapat
melalui kursus atau pendidikan dan pelatihan. Jumlah tenaga professional
lainnya yang terkait meliputi: dokter, ahli gizi, petugas lab, tenaga
administrasi, dan cleaning service (Nursalam, 2007).
Kebutuhan tenaga perawat menurut gillies (2000) dengan
menggunakan rumus :
1) Untuk alat ukur dibuat berdasarkan rata-rata klien membutuhkan perawatan.
a) Minimal Care : 2 jam/hari
b) Partial Care : 3 jam/hari
c) Total Care : 6 jam/hari
2) Formula pembagian shif:
a) Pagi : 47%
b) Sore : 36%
c) Malam : 17%
3) Pembagian proporsi tenaga untuk asuhan langsung profesionall 55% : 45%
4) Jumlah hari libur dalam setahun:
a) Rata-rata hari minggu pertahun : 52 Hari
b) Libur Nasional : 16 Hari
c) Cuti Bersama : 4 hari
d) Cuti : 12 Hari
e) Jumlah Hari Pertahun : 365 Hari
f) Jam Kerja Produktif : 7 Jam
5) Jumlah perawat (tenaga asuhan langsung)
jumlah jam keperawatan rata−rata
yang dibutuhkan klien perhari x klien perhari x 365
(365−hari libur) jumlah jam kerja
masing−masing perawat
=
jumlah jam perawatan
yang dibutuhkan pertahun
= Jumlah perawat yang dibutuhkan
jumlah jam perawatan
yang diberikan pertahun
6) Jumlah Tenaga Pendukung Asuhan
(Kapasitas unit/30 x jml shift x 20 jam)x jml hari /thn
(Jml hari dlm Setahun – hari libur dlm setahun) x 7
7) Jumlah cadangan kebutuhan tenaga perawat
20% dari jumlah perawat yang butuhkan
b. Uang/Money
Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus jelas,
dalam arti harus transparan.Untuk pengeluaran ada perencanaan
pengeluaran seperti untuk pengembangan program, insentif perawat dan
untuk lain-lain (Supriyatno, 2005).
c. Metode
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / grup
yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu
grup kecil yang saling membantu.
d. Material
Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis:
1) Alat tenun
a) Alas kaki j)
Selimut wol
b) Alas blankar
k) Stik laken
c) Bantal l)
Sarung bantal
d) Duk bolong
m) Waslap
e) Duk balutan
n) Kasur busa dewasa
f) Gorden tebal
o) dll
g) Gorden vitrase
h) Handuk
i) Laken dewasa
2) Alat kedokteran dan kesehatan
a) Alat mandi: waskom mandi, standar waskom
b) Alat eliminasi: pispot, urinal, irigator, gelas ukur
c) Alat oksigenasi: manometer oksigen, roda oksigen besar, kunci
inggris, ambu bag
d) Pengukuran tanda-tanda vital: tensimeter, stetoskop, termometer,
timbangan berdiri, timbangan biasa, tongue spatel
e) Alat transportasi: brankard, kursi roda, roda cucian
f) Machine: suction portabel, EKG, nebulizer
g) Lain-lain: vena seksi set, dressing cart, perlak, buli-buli panas,
standar infus, standar BSE, windring, stabilisator listrik
h) Dressing set: pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting benang,
gunting jaringan, kom besar tertutup, kom sedang, kom kecil,
korentang, gunting perban, bak instrumen besar, bak instrumen
sedang, bak instrumen kecil, baki besar, bengkok besar, bengkok
sedang, gunting besar, benang, gunting jahitan

e. Marketing
Dilakukan dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan tentang
perawatan mandiri di rumah, penyediaan sarana pendidikan dan pelayanan.
Sasaran market adalah masyarakat umum (menerima klien dengan KS, Askes,
umum dan kontraktor).

C. Konsep Metode TIM


1. Pengertian Metode TIM
Menurut Nursalam (2014), metode ini menggunakan tim yang
terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Konsep metode Tim:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan;
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin;
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim; d. peran
kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.

2. Kelebihan dan kelemahan Metode Tim


Menurut Nursalam (2014) berikut adalah kelebihan dan
kelemahan Metode Tim
Kelebihannya:
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
c. Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di
atasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan: komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

3. Tanggung Jawab
a. Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya;
2) Kerja sama dengan anggota tim dan antartim;
3) Memberikan laporan.

b. Tanggung jawab ketua tim:


1) Membuat perencanaan;
2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien;
4) Mengembangkan kemampuan anggota;
5) Menyelenggarakan konferensi.

c. Tanggung jawab kepala ruang:


1) Perencanaan
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,
transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua
tim, mengatur penugasan / penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
(1) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
(2) Membimbing penerapan proses keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan.
(3) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
(4) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk RS.
(5) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan
diri.
(6) Membantu membimbing terhadap peserta didik
keperawatan.
(7) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di
rumah sakit.
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
g) Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat,
kepada ketua tim.
h) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
i) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3) Pengarahan
a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim.
b) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
c) Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi:
(1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki / mengawasi kelemahannya yang ada saat
itu juga.
(2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
(3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim.
(4) Audit keperawatan.

Gambar 2.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan


Metode Tim
4. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi ruang rawat merupakan salah satu aspek dalam mutu
pelayanan kesehatan, menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di
rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna dapat dilihat dari segi
ekonomi dan medis, dimana pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit
untuk jangka waktu tertentu, untuk pasien yang memerlukan asuhan dan
pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih
dari 24 jam (Posma, 2009) di kutip dari Anggraini 2010.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah
sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap:
a. BOR (Bed Ocupancy Ratio = (Angka pengguanaa tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient
service days to inpatient bed count days in a periode under
consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah
presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

Rumus:
jumlahhariperawatandirumahsakit
¿¿

b. ALOS (Average Lenght of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat


ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average
hospitalization stay of inpatient discharge during the periode under
consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang
ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Rumus:
jumlahlamadirawat
jumlahpasienkeluar (hidup+ mati)

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pengguna an
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3
hari.

Rumus:
¿¿
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tepat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “... the net effect of
changed in occupancy ratye and lenght of stay”. BTO menurut Depkes
RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempattidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipaka dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50
kali.

Rumus:
jumlah pasien dirawat ( hidup+mati )
jumlah tempat tidur

e. NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48
jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini
memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus:
jumlahpasienmati >48 jam
x 100 %
jumlahpasienkeluar (hidup+ mati)

f. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum
untuk setiap 1000 penderita keluar.

Rumus:
jumlahpasienmatiseluruhnya
x 100 %
jumlahpasienkeluar ( hidup +mati )

5. Discharge Planning
a. Pengertian
Menurut Nursalam (2014) Perencanaan pulang (discharge
planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu
antara keperawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan
keperawatan yang diberikan setelah pasien pulang. Keperawatan di
rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan ners di rumah.
Namun sampai dengan saat ini, perencanaan pulang bagi pasien yang
dirawat di rumah sakit belum optimal dilaksanakan, di mana peran
keperawatan terbatas pada kegiatan rutinitas saja yaitu hanya berupa
informasi kontrol ulang. Pasien yang memerlukan keperawatan
kesehatan di rumah, konseling kesehatan atau penyuluhan, dan
pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu dalam upaya memperoleh
pelayanan sebelum pemulangan sering kembali ke ruang kedaruratan
dengan masalah minor, sering kali diterima kembali dalam waktu 24
jam sampai 48 jam, dan kemudian pulang kembali.
Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang
terkait dengan rentang keners. Rentang keperawatan sering pula
disebut dengan keperawatan berkelanjutan yang artinya keperawatan
yang dibutuhkan oleh pasien di mana pun pasien berada. Kegagalan
untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanan pulang akan
berisiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi
fisik. Dalam perencanan pulang diperlukan komunikasi yang baik
terarah, sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna
untuk keperawatan di rumah (Nursalam 2014).

b. Tujuan Discharge planning


Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk
kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit.
Menurut Nursalam (2014) tujuan discharge planning/perencanaan
pulang antara lain sebagai berikut:
1) Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
2) Mengidentifikasi masalah pasien.
3) Memprioritaskan masalah pasien yang utama.
4) Membuat perencanaan pasien pulang, yaitu mengajarkan pada
pasien yang harus dilakukan dan dihindari selama di rumah.
5) Melakukan evaluasi pada pasien selama diberikan penyuluhan.
6) Mendokumentasikan.

c. Manfaat Discharge planning


1) Bagi pasien
a) Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan
keperawatan di rumah.
b) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
c) Membantu pasien memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam memperbaiki, serta mempertahankan status
kesehatan pasien.
2) Bagi mahasiswa
a) Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien
sebagai penerimaan pelayanan.
b) Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien.
c) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
keperawatan di rumah.

d. Jenis-jenis Discharge Planning


1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan
pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat dirumah sakit namun
harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
2) Absolute discharge (pulangmutlak atau selamanya) cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit,
namun apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur
perawatan dapat dilakuakan kembali.
3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien
diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak
memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien hrus dipantau dengan
melakukan kerja sama dengan perawatan puskesmas terdekat.
e. Alur Discharge Planning
Gambar 2.2 Alur Discharge Planning

Dokter dan Tim Kesehatan PP dibantu PA

Keadaan Pasien:
1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
Pasien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian administrasi Program kontol, obat, dan Lain - lain


perawatan
Gizi
Aktivitas dan istirahat
Perawatan diri

Monitor (sebagai program


service safety) oleh:
keluarga dan petugas
BAB III
MANAJEMEN RUANGAN X
RSD PELITA HARAPAN KABUPATEN KUNINGAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit


1. Sejarah Rumah Sakit Daerah Pelita Harapan Kabupaten Kuningan
Rumah Sakit Umum Daerah ‘Pelita Harapan ’ Kabupaten
Kuningan didirikan pada tahun 2010 dengan memiliki visi sebagai Rumah
Sakit Rujukan terbaik di wilayah III Jawa Barat Tahun 2021. Rumah sakit
Pelita Harapan ini merupakan rumah sakit pemerintah dimana rumah sakit
ini sebagai satuan kerja perangkat daerah yang menetapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD)
secara penuh.
Adapun misinya yaitu memberikan dan mengutamakan kepuasan
kepada pelanggan, mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas, menyediakan Prasarana dan Sarana sesuai dengan standarisasi
Rumah Sakit, mengembangkan Rumah Sakit sebagai tempat Diklat dan
Penelitian, meningkatkan kesejahteraan yang memadai bagi pegawai,
meningkatkan hubungan kemitraan dengan skateholder.
Di rumah sakit pelita harapan ini terdapat ruangan baru yaitu ruang x
dimana Ruang X ini merupakan ruangan baru yang rencananya akan
dijdikan percontohan model bagi ruangan lainnya. Ruangan X ini karena
baru masih mencari pola atau metode penugasan yang pas dengan kehasan
ruang rawat penyakit dalam kelas III.

B. Kajian / Analisis Situasi


1. Kajian Situasi Rumah Sakit
a. Visi Rumah Sakit
Rumah sakit ini memiliki visi yaitu sebagai Rumah Sakit Rujukan
terbaik di
wilayah III Jawa Barat Tahun 2021.
b. Misi Rumah Sakit
1) Memberikan dan mengutakan kepuasan kepada pelanggan.
2) Mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas.
3) Menyediakan prasarana dan sarana sesuai standarisasi rumah
sakit.
4) Mengembangkan rumah sakit sebagai tempat diklat dan
penelitian.
5) Meningkatkan kesejahteraan yang memadai bagi pegawai.
6) Meningkatkan hubungan kemitraan dengan skateholder.
c. Sifat, Maksud dan Tujuan Rumah Sakit
1) Sifat dan maksud Rumah
Rumah sakit Pelita Harapan merupakan rumah sakit
pemerintah sebagai satuan kerja perangkat daerah yang
menetapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum
daerah (PPK-BLUD) secara penuh.
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit prlita harapan
mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam
penyelenggaraan pemerintah kota di bidang teknis kesehatan
dengan metode atau cara penyembuhan maupun pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu melalui kegiatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta melaksanakan upaya
rujukan dan menyelenggarakan kegiatan pendidikan sesuai denga
fungsi sebagai Rumah Sakit tempat diklat dan penelitian.
2) Tujuan Rumah Sakit Pelita Harapan diantaranya adalah :
a) Meningkatkan pelayanan kesehatan lanjutan.
b) Meningkatkan pelayanan administrasi dan menajemen.
c) Meningkatkan kualitas pendidikan sebagai rumah sakit
pendidikan utama.
2. Kajian / Analisis Situasi Ruang Rawat X
a. Karakteristik Unit
1) Visi ruangan
Terwujudnya Rumah Sakit Daerah Pelita Harapan Kabupaten
Kuningan sebagai Rumah Sakit Rujukan terbaik di wilayah III
Jawa Barat Tahun 2021
2) Misi ruangan
a) Memberikan dan mengutakan kepuasan kepada pelanggan.
b) Mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas.
c) Menyediakan prasarana dan sarana sesuai standarisasi rumah
sakit.
d) Mengembangkan rumah sakit sebagai tempat diklat dan
penelitian.
e) Meningkatkan kesejahteraan yang memadai bagi pegawai.
f) Meningkatkan hubungan kemitraan dengan skateholder.
3) Sifat kekayaan ruangan
a) Fokus Telaah
Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang rawat inap
penyakit anak di Ruang Kemuning RSD Gunung Jati dalam
bidang pelayanan yaitu ruang penyakit anak laki-laki dan
perempuan dengan usia ≥ 1 bulan sampai dengan 14 tahun.
Dalam bidang pendidikan fokus telaah di ruang
kemuning RSD Gunung Jati Kota Cirebon adalah individu
atau kelompok yang membutuhkan pengetahuan dalam
memenuhi kebutuhan pasien terkait dengan masalah kesehatan
yang dialami dan dampak yang ditimbulkan.
b) Lingkup Garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan Ruang
Kemuning adalah penyimpangan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia berdasarkan fokus telaah, maka lingkup garap
Ruang Kemuning adalah memberi pelayanan secara aman,
berkualitas dan berkesinambungan dengan segala aktivitas
untuk mengatasi gangguan hambatan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis pada
satu atau berbagai sistem yang dialami individu.
Secara umum lingkup garapan ruang kemuning adalah:
(1) Memberikan pelayanan dalam kenyamanan pada klien
selama dirawat
(2) Memberikan bantuan kepada individu dalam
meningkatkan dan memelihara status kesehatan, deteksi
dan pencegahan penyakit
(3) Memeberikan bantuan kepada klien dalam mencapai
kemandirian sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
(4) Pemberian bantuan kepada klien meninggal dengan damai
c) Basis Intervensi

4) Model Layanan
Di ruang x kelas III adalah ruangan baru yang akan
direncanakan sebagai contoh model bagi pelayanan ruangan
lainnya sehingga masih mencari pola atau metode penugasan
yang pas dengan kehasan ruangan rawat penyakit dalam kelas III.
5) Letak Ruangan
Letak ruangan x terdapat 2 lantai yaitu ruang x atas dan
bawah yang memiliki koridor ruangan masing-masing yang
memisahkan ruangan perawat dan ruang kamar perawatan.
6) Kapasitas Unit Ruangan
Kapasitas di ruang x ini terdapat 2 lantai ruangan atas dan
bawah yang memiliki koridor ruangan masing masing antara
pemisah ruang perawat dan ruang perawatan di ruang lantai atas
terdapat ruang kamar inap 1 dan 2, terdapat pula ruang ADM, dan
kamar ISO dengan kamar 5,6,7 Serta terdapat ruang cuci alat,
ruang neuro, musola beserta gudang. Sedangkan ruangan x
dilantai bawah terdapat koridor juga yang berada di tengah yang
memisahkan antara ruang perawat dan ruang perawatan kamar
inap. Ruang kamar inap 3 dan gudang, WC petugas, ruang cuci
alat dan ruang kamar 1 yaitu isolasi B20. Adapun fasilitas di
ruangan adalah 7 tempat sampah yang masih belum ada jenis
pemilahan jenis sampahnya, Adapun pintu ruangan x lantai atas
terdapat pintu di Ujung utara koridor pintu ini sering digunakan
untuk pintu keluar masuknya pasien dan keluarga yang
menjenguk. Dan dilantai ruang x bawah terdapat pintu di Ujung
selatan koridor pintu ini sering digunakan untuk pintu keluar
masuknya pasien dan keluarga yang menjenguk juga.
Tabel 3.1 Kapasitas Unit Ruangan

NO FASILITAS RUANGAN JUMLAH


1 Jumlah Kamar inap 7
Lantai Atas
Ruang Inap 2
Lantah Bawah
Ruang Inap 1
2 Jumlah Ruang Isolasi 4
3 Jumlah Ruang Isolasi B20 1
4 Jumlah Ruang Isolasi TBC 3
5 Ruang Lain :
Ruang Perawat Lantai Atas 1
Ruang Perawat Lantai Bawah 1
Ruang administrasi 1
Ruang Cuci Alat Lantai atas 1
Ruang Cuci Alat Lantai bawah 1
Ruang Neuro 1
Musola 1
Ruang Gudang Lantai atas 1
Ruang Gudang Lantai bawah 1
WC Petugas 1
b. Analisis Pasien
1) Karakteristik
Ruangan X RSUD Pelita Harapan Kabupaten kuningan
adalah ruang rawat inap penyakit dalam kelas lll. Ruangan X ini
merupakan ruangan baru yang rencananya akan dijdikan
percontohan model bagi ruangan lainnya dan memiliki kapasitas
tempat tidur 40 dengan rata-rata BOR per bulan 95 %.Pada saat
operan seluruh perawat mendatangi tiap bed pasien, akan tetapi
kegiatan pre dan post conference belum maksimal dilakukan.
Begitupula terlihat penulisan diagnosa keperawatan antara satu
perawat degan perawat yg lain berbeda-beda.
2) Tingkat Ketergantungan
Pada saat penerimaan pasien baru biasanya dari IGD
menghubungi ruangan X dan pasien tersebut dibawa ke ruangan
X, setelah sampai di Ruangan X, perawat yang menerima hanya
meminta untuk segera dipindahkan ke tempat tidur pasien tersebut
dan hanya mengambil rekam medis pasien saja. Pada saat operan
seluruh perawat mendatangi tiap bed pasien, akan tetapi kegiatan
pre dan post conference belum maksimal dilakukan. Begitupula
terlihat penulisan diagnosa keperawatan antara satu perawat degan
perawat yg lain berbeda-beda. Ruangan X ini memiliki kapasitas
tempat tidur 40 dengan rata-rata BOR per bulan 95 %.
a) Jumlah tingkat ketergantungan pasien ruang X RSUD Pelita
Harapan tanggal 16-11 April 2020 menggunakan Rumus
Gillies
(1) Perawatan langsung pasien selama 4 jam/hari
(2) Perawatan Mandiri ½ x 4 jam = 2 jam
(3) Perawatan Parsial ¾ x 4 jam = 3 jam
(4) Perawatan Total 1-1,5 x 4 jam = 4-6 jam
(5) Intensive Care 2x4 jam = 8 jam
(6) Jumlah hari dalam satu tahun = 365 hari/tahun
(7) Jumlah libur dalam satu tahun = 84 hari
(8) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan dalam 1 unit
harus ditambahkan 20% sebagai cadangan

Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan

Klasifikasi Tingkat ketergantungan Jumlah


BULAN
Total Care Partial Minimal Klien
Maret 15 27 0 40
April 14 22 0 36
Total 29 49 0 76
Rata-
15.5 27.8 0 76/30 = 41.2
rata

Sumber: Praktik Manajemen Keperawatan Profesi


Ners 2020

2.7
BOR dalam 1 bulan ¿ x 100 %=6.75%
40

(9) Jumlah jam keperawatan langsung


Total Care = 15.5 x 6 jam = 93 jam
Partial Care = 27.8 x 3 jam = 83.4 jam
Minimal Care =0x2 = 0 jam +
Total = 155.7 jam

(10) Perawatan tidak langsung = 41.2 x 1 = 41.2 jam


¿ Pendidikan Kesehatan=41.2 x 0,25=10.3 jam
(11)
Total Jam Keseluruhan=51.5 jam

(12) Total jam yang dibutuhkan Pasien


Total jam keseluruhan : total pasien
51.5 jam : 41.2 pasien = 1.25 jam (2 jam)
(13) Jumlah Perawat yang dibutuhkan
jumlah jam keperawatan rata−rata
yang dibutuhkan klien perhari x klien perhari x 365
=¿
(365−hari libur) jumlah jam kerja
masing−masing perawat
jumlah jam perawatan
yang dibutuhkan pertahun
= Jumlah perawat yang dibutuhkan
jumlah jam perawatan
yang diberikan pertahun

2 x 41.2 x 365 30076


= =16 orang
( 365−84 ) 7 1961

(14) Cadangan Tenaga Keperawatan 20%


16 x 20% = 3 orang
(15) Total yang dibutuhkan 16 + 3 = 19 orang
(16) Penentuan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan perhari
rata2 klien perhari x rata2 jam perawatan perhari
jumlah jam per hari
41.2 x 3
=17 orang
7 jam

(17) Pembagian Shif perhari


Shift pagi 47% = 17 x 47% = 8 orang
Shift Sore 36% = 17 x 36% = 7 orang
Shift Malam 17% = 17 x 17% = 3 orang

Jadi jumlah secara keseluruhan tenaga keperawatan adalah


17 orang perhari realisasi SDM keperawatan terbagi menjadi
Ketua TIM 2 orang, perawat pelaksana 12 orang dengan jumlah
14 orang, untuk melakukan asuhan keperawatan prima
dibutuhkan tenaga 17 orang perhari dengan kekurangan tenaga 5
orang.

c. Analisis Unit Layanan Keperawatan


1. Manajemen Asuhan Keperawatan
No Aspek Hasil observasi
1. Pelayanan Alur Pasien Masuk
Penerimaan Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
Pasien ruangan dan observasi selama pengkajian
bahwa pasien baru biasanya dari IGD
menghubungi ruangan X dan pasien tersebut
dibawa ke ruangan X, setelah sampai di
Ruangan X, perawat yang menerima hanya
meminta untuk segera dipindahkan ke tempat
tidur pasien tersebut dan hanya mengambil
rekam medis pasien
2. Operan Berdasarkan hasil observasi selama
Dinas pengkajian bahwa saat operan seluruh
perawat mendatangi tiap bed pasien, akan
tetapi kegiatan pre dan post conference belum
maksimal dilakukan
3. Aplikasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Proses Penulisan diagnosa keperawatan antara satu
Keperawatan perawat degan perawat yg lain berbeda-beda.

2. Manajemen Unit
Data Inventaris Ruang Perawatan/Sarana Dan Prasarana
Penunjang RSUD Pelita Harapan Kabupaten Kuningan.
Ruang :X
Jumlah Tempat Tidur : 40

a. Lingkungan Kerja
1) Lingkungan Fisik
a) Kapasitas Ruangaan X
No Ruangan Jumlah
.
1. Ruang Kepala Ruangan 1
2. Nurse Station 1
3. Ruang Perawatan pasiem 7
4. Kamar Mandi perawat 1
5. Dapur 1
6. Kamar Ganti Perawat 1
7. Ruang Administrasi 1
8. Gudang 1
9. Ruang Cuci alat 1

b) Kapasitas Unit Ruang


Ruang X memiliki ruang perawatan yang terdiri dari:
7 kamar yang masing masing terdapat 5 atau 6 bed pada
setiap ruangan, kapasitas tempat tidur 40 bed.

c) Deskripsi Keadaan masing-masing ruangan


(1) Koridor ruang X atas terletak di tengah, memisahkan
antara ruang perawat, kamar 1 dan 2, ADM, dan
kamar ISO dengan kamar 5,6,7, ruang cuci alat,
ruang neuro, musola, dan gudang.
(2) Koridor ruang X bawah terletak di tengah,
memisahkan antara ruang ISO TBC, ruang perawat,
kamar 3, gudang dengan WC petugas, ruang cuci
alat, kamar 1, ruang ISO B20.
(3) Lantai terlihat bersih, bewarna putih dan tidak licin.
Lantai dibersihkan setiap hari oleh Cleaning Service.
(4) Terdapat 7 tempat sampah di ruanagn belum ada
pemilahan jenis sampah.
(5) Di ruang X atas terdapat pintu diujung utara koridor.
Pintu sering di pakai untuk keluar masuk pasien dan
keluar yang menjenguk.
(6) Di ruang X bawah terdapat pintu diujung selatan
koridor. Pintu sering di pakai untuk keluar masuk
pasien dan keluar yang menjenguk.
(7) Terdapat 2 pot tanaman besar plastik untuk
memperindah koridor.
(8) Tidak terdapat brankar.

2) Lingkungan non Fisik


a) Hubungan Perawat dengan Pasien
Interaksi perawat pasien terjadi ketika melakukan
tindakan keperawatan langsung. Hubungan juga terjadi
ketika melakukan asuhan keperawatan tidak langsung
seperti ketika melakukan operan seluruh perawat
mendatangi tiap bed pasien.
b) Hubungan Perawat dengan Perawat
Serah terima tugas atau timbang terima (operan)
dilakukan oleh perawat sift sebelumnya dengan sift
berikutnya dengan mendatangi tiap bed pasien. Akan tetapi
kegiatan pre dan post conference belum maksimal
dilakukan
c) Hubungan Perawat dengan Profesi lain
d) Hubungan Perawat dengan Mahasiswa
e) Hubungan Perawat dengan Cleaning Service POS dan
satpam

d. Sumber Daya / Kekuatan Kerja


1) Manusia (Kualifikasi, Kuantitas, dll)
a) Struktur Ruangan X RSUD Pelita Harapan
Secara struktural Ruang X RSUD Pelita Harapan
adalah ruangan baru yang akan dijadikan percontohan model
bagi ruangan lainnya. Ruangan X ini karena baru masih
mencari pola atau metode penugasan yang pas dengan ke
hasan ruang rawat penyakit dalam kelas III.
b) Ketenagakerjaan / Sumber Daya Manusia

Status Kepegawaian
No Jabatan Jumlah Pendidikan
PNS THL
1. Kepala 1 S.Kep Ners √
Ruangan
2. Perawat 6 S.Kep Ners √
3. Perawat 6 A.Md.Kep √
4. Tenaga ADM 1 √

Berdasarkan data kepegawaian jumlah perawat yang


pernah mengikuti pelatihan

No Pelatihan Jumlah
1 PPI 6 orang
2 Manajemen Bangsal 1 orang
3 Metode Penugasan 3 orang
4 BTCLS (Basic Training Cardiac Live Support) 9 orang

2) Non manusia

Money Sumber keuangan untuk mendukung pelayanan dan


pengelolaan rumah sakit dengan mendapat pemasukan
dari BPJS, jamkesmas, dan umum. Pengelolaan terpusat
oleh manajemen rumah sakit, dan dampak pengelolaan
keuangan terhadap pelaksanaan program kegiatan
pelayanan ruangan, adalah setiap program kegiatan yang
akan dilakukan harus terlebih dahulu mengajukan
proposal program kegiatan. Ruangan tidak pernah
mengajukan proposal ke direktur dalam hal keuangan

Pada saat penerimaan pasien baru biasanya dari IGD


Methode menghubungi ruangan X, setelah diruangan X, perawat
yang menerima hanya meminta untuk segera dipindahkan
ketempat tidur pasien tersebut dan hanya mengambil
rekam medis pasien saja. Pada saat operan seluruh
perawat mendatangi tiap bed pasien, akan tetapi kegiatan
pre dan post conference belum maksimal dilakukan
begitupula terlihat penulisan diagnosa keperawatan
antara satu perawat dengan perawat yang lain berbeda-
beda.
Material yang dikaji adalah Sarana dan prasarana yang
Material ada di Ruang X. Fasilitas Ruangan X yaitu :
1. Koridor ruangan cempaka atas
2. Koridor ruangan cempaka bawah
3. Ruang Perawat Atas dan bawah
4. Kamar mandi perawat
5. Ruang Administrasi
6. Gudang atas dan bawah
7. Ruang cuci alat lantai atas dan bawah
8. Ruang Neuro
9. Ruang ISOLASI
10. Musola
11. Kamar pasien
12. Brankar
13. POT Bunga

e. Lingkungan Kerja
1) Lingkungan Fisik

No Ruangan Jumlah
1. Ruang kepala ruangan -
2. Ruang dokter -
3. Nurse station 2
4. Ruang tindakan pasien -
5. Kamar mandi perawat 1
6. Dapur -
7. Kamar ganti perawat -
8. Ruang administrasi 1
9. Gudang 2
10. Ruang Oksigen -
11. Ruang Depo Obat -
12. Ruang Diskusi -
13. Ruang cuci alat 2
14. Ruang neuro 1
15. Ruang ISO 3
16. Musola 1
17. Tempat sampah 7
18. Kamar pasien 7
19 Brankar -
20. Pot bunga 2

2) Lingkungan Non Fisik


Hubungan Dari hasil observasi didapat bahwa pada saat
Perawat dengan penerimaan pasien baru dari IGD ke ruangan,
Perawat perawat ruangan yang menerima hanya meminta
untuk segera dipindahkan ke tempat tidur pasien
tersebut dan hanya meminta rekam medis pasien
saja dan tidak melakukan serah terima tugas
(operan) dengan petugas IGD yg mengantarkan
pasien.
Pada saat serah terima tugas atau timbang terima
(operan) dari perawat ke perawat ruangan lainnya
seluruh perawat mendatangi tiap bed pasien, akan
tetapi kegiatan pre dan post conference belum
maksimal dilakukan. Begitupula terlihat penulisan
diagnosa keperawatan antara satu perawat dengan
perawat yang lain berbeda-beda.
Hubungan Dari hasil observasi pada saat pasien baru datang
Perawat dengan dari IGD ke ruangan, interaksi perawat dengan
Pasien pasien hanya melihat dari rekam medis (RM)
pasien saja tanpa melakukan observasi ke pasiennya
langsung.
Hubungan  Hubungan perawat dengan dokter
Perawat dengan -
Profesi Lain  Hubungan perawat dengan ahli gizi
-
 Hubungan perawat dengan apoteker
-
 Hubungan perawat dengan petugas
laboratorium dan radiologi
-
Hubungan -
Perawat dengan
Mahasiswa
Hubungan -
Perawat dengan
Cleaning Service,
POS dan Satpam

f. Kajian Indikator Mutu Ruangan (BOR, LOS, TOI, BTO, dll)


g. Pendidikan dan Pelatihan
1) Jabatan dan Pendidikan Terakhir

Pendidikan
No Formasi/ Jabatan Jumlah
Terakhir
1. Kepala Ruangan 1 Orang S.Kep., Ners

2. Perawat Pelaksana 6 Orang S.Kep., Ners

3. Perawat Pelaksana 6 Orang D3. Kep

4. ADM 1 Orang S1

5. Cleaning Service 1 Orang -

2) Pelatihan

No Pelatihan Jumlah

1. PPI 6 Orang

2. Manajemen Bangsal 1 Orang

3. Metode Penugasan 3 Orang

4. BTCLS 9 Orang
BAB IV

PERENCANAAN DAN PENYELESAIAN MASALAH

A. Masalah Manajemen Keperawatan


Berdasarkan hasil pengkajian manajemen keperawatan yang dilakukan
di Rumah Sakit Umum Daerah ‘Pelita Harapan ’ Kabupaten Kuningan
kemudian dilakukan analisis dan ditemukan beberapa masalah yang terkait
dengan manajemen keperawatan masala tersebut yaitu :
1. Belum optimalnya perhitungan beban kerja
2. Belum optimalnya menerapan metode TIM dan MPKP
3. Belum optimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan
4. Manajemen pengolahan ruangan belum dilaksanakan secara optimal
terutama tentang pembagian tugas

B. Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan


Dengan mempertimbangkan masalah waktu sumber daya dan
kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada maka dalam penyelesanian
identifikasi masalah tersebut akan diselesaikan berdasarkan prioritas masalah.
Teknik yang digunakan untuk memprioritaskan masalah adalah dengan
menggunakan pembobotan dan memperhatikan beberapa aspek yaitu:
Magnitude (Mg) : Kecenderungan besar dan sering terjadi masalah
Saverity (Sv) : Besarnya kerugian yang akan ditimbulkan
Manageability (Mn) : dapat diselsaikan/dikella
Nursing Concern (Nc) : Berfkus pada keperawatan
Affordability(Af0 : ketersediaan sumber daya
Kriteria Nilai:
Sangat kurang penting : Bernilai 1
Kurang penting : Bernilai 2
Cukup penting : Bernilai 3
Penting : Bernilai 4
Sangat penting : Bernilai 5
Table 4.1 Prioritas Masalah Managemen Keperawatan

No Masalah Mg Sv Mn Ne Af Nilai Ranking


.
1. Belum optimalnya 5 5 5 5 5 3.125 1st
perhitungan beban kerja
2. Belum optimalnya 5 5 4 3 4 1.200 3st
menerapan metode TIM
dan MPKP
3. Belum optimalnya 4 4 4 4 4 1.024 4st
pendokumentasian
asuhan keperawatan
4. Manajemen pengolahan 4 5 4 4 4 1.280 2st
ruangan belum
dilaksanakan secara
optimal terutama
tentang pembagian tugas

Berdasarkan hasil pembobotan masalah diatas, dapat disimpulkan


bahwa prioritas masalah dari manajemen keperawatan yang ditemukan di
Ruang X RSUD Pelita Harapan Kabupaten KuninganTahun 2020:
1. Belum optimalnya perhitungan beban kerja
2. Manajemen pengolahan ruangan belum dilaksanakan secara optimal
terutama tentang pembagian tugas
3. Belum optimalnya menerapan metode TIM dan MPKP
4. Belum optimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan

C. Analisa SWOT
Strengths (S) Weaknesses (W) Oppurtunities (O) Threats (T)
SDM perawat Pola atau metode Ruangan X akan Tuntuan  pasien
yang dimilki penugasan yang dijadikan sebagai konsumen
Ruangan baik belum ditetapkan percontohan bagi untuk
ruangan lain mendapatkan
pelayanan yang
professional dan
bermutu.
Gedung 2 lantai Belum adanya Adanya peluang Adanya
terdapat 40 penetapan untuk pertanggungjawa
tempat tidur referensi untuk pengembangan dan ban legalitas bagi
kelas III, lantai standart diagnosa peninkatan SKILL pasien
ruangan yang Keperawatan perawat untuk
bersih, ruangan mengikuti
isolasi, ruangan pelatihan.
cuci alat,
gudang, ruang
perawat.
Letak ruangan Jumlah perawat Adanya peluang Penangan
yang cukup yang belum untuk mengajukan pelayanan
strategis dengan sepadan dengan pengadaan barang terhambat
ruangan beban kerja di dan alat yang dikarnakan
penunjang Ruangan BOR digunakan di kurangnya
lainnya per bulan 95% ruangan fasilitas di
ruangan
Tersedia akses Belum Sosialisi tentang Kepatuhan
untuk keluar optimalnya penggunan SOP di pelaksanaan SOP
masuk menuju pelaksanaan ruangan dapat di ruangan yang
ruangan dan penerimaan meningatkan tidak dilakukan
menuju ke pasien baru yang kualitas pelayanan mengakibatkan
ruangan lain sesuai dengan tindakan
SOP keperawatan yang
merugikan dan
keselamatan
pasien rendah
Operan seluruh Belum Mempunyai Proses dan hasil
perawat maksimalnya peluang untuk pelayan
mendatangi tiap kegiatan pre dan melakukan keperawatan tidak
bed pasien post conference komunikasi yang sesuai dengan
baik dengan tujuan yg di
sesama tenaga harapakan
medis antar
ruangan untuk
mencegah terjadi
nya mis
komunikasi
Rumah sakit Belum Belum terjalinnya Resiko tinggi
pemerintah yang optimalnya kerja sama antar terjadi nya infeksi
menetapkan pengadaan barang instansi untuk nosokomial
Pola dan alat peningkatan Mutu karana
Pengelolaan penunjang seperti di ruangan dan mempunyai akses
Keuangan belangkar, Rumah sakit jalan ke beberapa
Badan Layanan pemilahan tempat ruangan lain,
Umum Daerah sampah (medis kuman akan
(PPK-BLUD) dan non medis) mudah masuk ke
secara penuh. ruangan yg di
bawa oleh orang
lain dari ruangan
lain

1) SO (Strengths – Oppurtunities)
a) Menjalin kerjasama dengan lembaga lain.
b) Meningkatkan kualitas pelayanan yang prima.
c) Meningkatan pengembangan skill dan peningkatan SDM perawat.
d) Meningkatkan daya jual RS.
2) WO (Weaknesses – Oppurtunities)
a) Pengadaan barang dan alat yang dibutuhkan di ruangan yang tercukupi.
b) Peningkatan budaya keselamatan pasien dengan SOP.
c) Metode penugasan yang tepat untuk peningkatan pelayanan.
d) Peningkatan jumlah perawat diruangan yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
3) ST (Strengths – Threats)
a) Memanfaatkan fasilitas ruang rawat inap yang banyak untuk menjadi daya
tarik pasien.
b) Menjalin hubungan kepercayaan antara perawat dengan pasien.
c) Tujuan tindakan keperawatan tercapai dengan maksimal.
4) WT (Weaknesses – Threats)
a) Meningkatkan pelayanan dan lebih mengedepankan kepentingan pasien.
b) Adanya standar kelengkapan untuk memenuhi syarat akreditasi rumah
sakit.
c) Mendapatkan bantuan danaatau pun sarana dan prasarana dari luar rumah
sakit dan pemerintah.
D. Fishbond

Anda mungkin juga menyukai