Disusun Oleh:
YOGYAKARTA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
orang lain (Gillies, 1989 dalam Mugianti, 2016). Manajemen berfungsi
untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi (Siagian, 1999 dalam Mugianti, 2016). Manajemen adalah
proses yang dinamis, yang senantiasa berupah sesuai dengan tuntutan
perkembangan (Mugiati, 2016)
Manajemen keperawatan adalah suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan objektivitas asuhan keperawatan
(Hubuer, 2000 dalam Susanti et al, 2020). Manajemen keperawatan adalah
suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan (Kelly dan Heodental, 2004 dalam
Susanti et al, 2020).
Prinsip-prinsip dalan manajemen keperawatan dilaksanakan agar
suatu manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan mencapai
tujuan organisasi. 7 prinsip dalam manajemen keperawatan yang meliputi
perencanaan (planning), penggunaan waktu yang efektif (effective
utilization of time), pengambilan keputusan (decision making), pengelola
atau pemimpin (manager of leader), tujuan sosial (social goal),
pengorganisasian (organizing), perubahan (change) [ CITATION Sus20 \l
1057 ].
Seiring berjalannya waktu, terjadi perkembangan yang pesat
didunia keperawatan. terjadi proses profesionalisme keperawatan yang
terjadi di Indonesia yang memacu berbagai pergeseran dalam aspek
praktik keperawatan. Untuk mecapai asuhan keperawatan yang bermutu
diperlukan perubahan struktur organisasi pelayanan keperawatan,
perubahan proses pemberian asuhan keperawatan. Salah satu perubahan
yang dilakukan adalah penataan manajemen pemberian asuhan
keperawatan melalui penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional
[ CITATION Arn14 \l 1057 ].
Model praktik keperawatan profesional menurut Hoffart dan
Woods (1996) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai
professional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut [ CITATION Sri17 \l 1033 ] . Model
praktik keperawatan profesional adalah strategi intervensi yang
menyediakan suatu kerangka pekerjaan bertujuan untuk mendukung
perawat profesional dalam mengontrol bagaimana semua tindakan
keperawatan berjalan [ CITATION Mug161 \l 1057 ].
Terdapat beberapa model metode pemberian asuhan keperawatan
profesional, salah satunya adalah metode Primary Nurse (perawat primer).
Metode asuhan keperawatan primer adalah metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat primer ditunjuk yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap perawatan pasien (Kelly, Maureen &
Marthaler, 2010 dalam Orienti, Indracahyani, & Rayatin, 2019). Metode
asuhan keperawatan primer merupakan pemberian asuhan langsung
terhadap pasien dimana perawat primer mengelola sekelompok pasien
selama perawatan dengan berfokus pada pasien, bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap keputusan, perencanaan dan pelaksanaan
suatu tindakan (otonomi), dan bertanggung jawab terhadap kualitas asuhan
pasien [ CITATION Ori19 \l 1057 ].
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan primer terdapat kegiatan-
kegiatan yang dilakukan perawat untuk mengoptimalkan asuhan yaitu
timbang terima, pre dan post conference, ronde keperawatan dan upaya
kepuasan pelanggan. Dalam makalah ini kelompok akan memaparkan teori
beserta laporan praktik MPKP primary nurse di Rumah Sakit dan
membahas berdasarkan jurnal penelitian terdahulu. Diharapkan dengan
makalah ini pembaca dapat memahami lebih dalam MPKP dan metode
asuhan keperawatan primary nurse agar kedepannya dapat diaplikasikan
dalam kegiatan keperawatan dan mengoptimalkan kualitas pelayanaan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan
asuhan keperawatan primary nurse
2. Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam melaksanakan timbang
terima, pre-post conference, ronde keperawatan dan pelayanan
keperawatan yang memuaskan
3. Mahasiswa mampu memahami pelaksanaan asuhan keperawatan
primary nurse
4. Mampu menganalisis kesenjangan pelaksanaan MPKP primary nurse
secara teori dan praktik
C. Manfaat
1. Laporan praktik ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
pelaksanaan MPKP primary nurse dan menjadi bahan referensi
pembelajaran manajemen keperawatan
2. Hasil laporan praktik ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
profesi keperawatan untuk mengoptimalkan pelaksanaan MPKP
primary nurse.
D. Sistematika penulisan
Laporan ini memberik pemahaman bagi pembaca tentang pelaksanaan
MPKP primary nurse serta kesenjangan yang terjadi secara teori dan
praktik. Metode yang digunakan pada laporan ini yaitu dengan
mengumpulkan data dari hasil praktik di Rumah Sakit dan membahas hasil
dengan jurnal-jurnal penelitian terdahulu. Laporan ini menggunakan APA
style dengan jurnal dan buku dalam rentang 10 tahun terakhir. Sumber-
sumber didapatkan penulis dari e-book dan database seperti Google
Cendekia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN STRUKTUR ORGANISASI
A. Tinjauan Teori
1. Metode Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
a. Pengertian
Model Praktik Keperawatan Profesional menurut Hoffart dan
Woods (1996) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai
professional) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut [ CITATION Sri17 \l 1033 ] .
Model praktik keperawatan profesional adalah strategi intervensi
yang menyediakan suatu kerangka pekerjaan bertujuan untuk
mendukung perawat profesional dalam mengontrol bagaimana
semua tindakan keperawatan berjalan [ CITATION Mug161 \l 1057 ].
b. Komponen MPKP
1) Nilai-nilai professional
Perawat Primer (PP) dan Perawat Asosiasi (PA) membangun
kontrak dengan klien/keluarga menjadi partner dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan
evaluasi rencana keperawatan, PP mempunyai otonomi dan
akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang
diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. PP
mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar
melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.
2) Hubungan antar professional
Dilakukan oleh PP dan PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga
mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada
profesional lain khusunya dokter. Pemberian informasi yang
akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan
medis.
3) Motode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatanyang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga tentang rencana
keperawatan yang ditetakan PP, PP akan mengevaluasi
perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada
rencana keperawatan sesuai kebutuhan klien.
4) Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen sumber daya manusia,
yaitu ada garis koordinasi yang jelas antara PP dan PA.
performa PA dalam satu tim menjadi tanggungjawab PP.
Sehingga PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan.
Sebagai seorang manajer harus dibekali dengan kemampuan
manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi
manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
5) Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan
untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang
profesional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan
kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
c. Kriteria pasien
Menurut Nursalam (2015) pasien yang dipilih untuk dilakukan
ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai
berikut :
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
d. Manfaat ronde keperawatan
Menurut Clement (2011) manfaat ronde keperawatan antara lain :
1) Membantu mengembangkan keterampilan keperawatan
2) Menguji pengetahuan perawat sehingga pengetahuan
keperawatan meningkat
3) Memberikan kesempatan pada perawat untuk tumbuh dan
berkembang secara profesional
4) Mengevaluasi kegiatan yang telah diberikan pada pasien
berhasil atau tidak
5) Membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien
6) Meningkatan kepuasan pasien
7) Menurunkan angka insiden pada pasien yang dirawat
e. Tipe-tipe ronde keperawatan
Menurut Close dan Castledine (2005) yang disitasi oleh Reni
Nursanti (2015) ada 4 tipe ronde keperawatan modern yaitu
Matrons rounds, nurse management raounds, patient comfort
rounds dan teaching rounds.
1) Matrons rounds adalah proses dimana seorang perawat
berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien
sesuai dengan jam rondenya. Memeriksa standart pelayanan,
kebersihan, dan kerapian, serta menilai penampilan dan
kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pasien.
2) Nurse management rounds adalah ronde managerial yang
melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada
sekelompok pasien. Untuk melihat perioritas tindakan yang
dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses
interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran
antara perawat dan kepala perawat.
3) Patient comfort rounds adalah ronde yang berfokus pada
kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit.
Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi segala
kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan pada
malam hari, perawat menyiapkan tempat tidur yang nyaman
bagi pasien.
4) Teaching rounds adalah dilakukan antara teacher rounds
dengan perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses
pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan untuk perawat
atau siswa perawat dengan pembelajaran langsung, perawat
atau siswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan langsung pada pasien.
f. Langkah-langkah ronde keperawatan
Menurut Nursalam (2015) langkah- langkah ronde keperawatan
dibagi menjadi:
1) Pra ronde
a) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi
dan masalah yang langka)
b) Menentukan tim ronde
c) Mencari sumber dan literature
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
f) Diskusi : apa diagnosis keperawatan? data apa yang
mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
Dan hambatan apa yang sudah ditemukan selama
perawatan?
2) Pelaksanaan ronde
a) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan
3) Pasca ronde
a) Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis,
intervensi keperawatan selanjutnya
g. Peran masing-masing anggota tim
Menurut Nursalam (2015) peran masing-masing tim dalam ronde
keperawatan sebagai berikut:
1) Peran perawat primer dan perawat associate
a) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
b) Menjelaskan diagnosis keperawatan
c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d) Menjelaskan hasil yang didapat
e) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang
diambil
f) Menggali masalah pasien yang belum terkaji
2) Peran perawat konselor dan tenaga kesehatan lainnya
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintergrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
h. Kriteria evaluasi
1) Struktur
a) Persyaratan administratif (inform consent, alat dll)
b) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c) Persiapan dilakukan sebelumnya
2) Proses
a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan
3) Hasil
a) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b) Masalah pasien dapat teratasi
c) Perawat dapat:
(1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis
(2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
(3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
(4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
diagnosis keperawatan
(5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien
(6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan keperawatan
(7) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
i. Mekanisme ronde keperawatan
Menurut Clament (2011) mekanisme ronde keperawatan antara
lain :
1) Perawat membaca laporan mengenai pasien melalui status
pasien sebelum melakukan ronde keperawatan. Perawat
sebaiknya melihat laporan penilaian fisik dan psikososial
pasien 2-3 menit. Selain itu juga perawat menetapkan tujuan
yang ingin dicapai ketika pelaksanaan ronde keperawatan.
sebelum menemui pasien sebaiknya perawat membahas tujuan
yang ingin dicapai.
2) Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde
keperawatan. sebelum dilakukan ronde perawat primer
menentukan 2-3 klien yang akan dironde dan ditentukan pasien
yang akan dironde. Sebaliknya dipilih klien yang
membutuhkan perawatan khusus dengan masalah yang relatif
lebih kompleks.
3) Ronde keperawatan dilakukan pada pasien. Perawat
melaporkan kondisi, tindakan yang sudah dilakukan dan akan
dilakukan, pengobatan serta rencana yang lain. Saat ronde
keperawatan melaporkan tentang kondisi pasien, asuhan
keperawatan, perawat medis dan prognosis. Selain itu juga
ronde keperawatan, perawat mendiskusikan diagnosis
keperawatan yang terkait, intervensi keperawatan, dan hasil.
Mengenai masalah yang sensitif hendaknya tidak boleh
dibicarakan di hadapan pasien.
4) Waktu pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung
kondisi dan situasi ruangan. Waktu yang dilakukan untuk
melakukan keseluruhan ronde adalah setiap hari dengan waktu
kurang lebih 1 jam ketika intensitas kegiatan di ruang rawat
sudah relatif tenang. Sedangkan menurut Atiken et all (2010)
pelaksanaan ronde keperawatan diaadakan 2 hari setiap
minggu dan berlangsung 1 jam.
j. Strategi ronde keperawatan yang efektif
Menurut Ramani (2003) dalam Clament (2009) menyebutkan ada
beberapa strategi agar ronde keperawatan berjalan dengan efektif
yaitu :
1) Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan
pelaksanaan ronde keperawatan baik waktu pelaksanaan,
pasien masalah yang terkait, dsb.
2) Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi:
sistem apa yang akan diajarkan, aspek-aspek apa yang harus
ditekankan (pemeriksaan fisik, melakukan tindakan, dsb).
Rencanakan agar semua aktif terlibat dalam kegiatan, pilih
pasien yang akan dilakukan proses pembelajaran, serta
tentukan berapa banyak waktu yang harus dihabiskan dengan
pasien tertentu.
3) Orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan
berikut ini dapat dilakukan dalam fase orientasi:
a) Orientasikan perawat untuk tujuan latihan dan kegiatan
yang direncanakan
b) Memberikan peran kepada setiap anggota tim
c) Buat aturan mengenai ronde
d) Setiap diskusi sensitif perlu ditunda dan seluruh tim harus
menyadari hal ini.
4) Perkenalkan diri anda dan tim dan pada pasien meliputi :
a) Memperkenalkan diri pada pasien
b) Pasien perlu diberitahu bahwa pertemuan itu terutama
dimaksudkan untuk berdiskusi mengenai pemberian
perawatan pada pasien.
c) Keluarga tidak perlu diminta untuk pergi jika pasien ingin
unutk ditemani
5) Meninggalkan waktu untuk pertanyaan, klarifikasi,
menempatkan pembecaan lebih lanjut. Fase ini terjadi di luar
ruangan, keluar dari pasien jarak pendengaran. Ini adalah
kesempatan untuk mendiskusikan aspek sensitif dari riwayat
pasien.
6) Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan. Mulai persiapan
untuk pertemuan berikutnya dengan merefleksikan pada diri
mengenai hasil ronde yang dilakukan.
4) Kinerja
Wujud dari kinerja ini misalnya kecepatan, kemudahan dan
kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa
pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan
yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan
pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan
memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan
peralatan rumah sakit.
5) Estetika
Merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh
pencaindra.
6) Karakteristik produk
Produk ini merupakan kepemilikan yang bersifat fifik antara
lain gedung dan dekorasi.
7) Pelayanan
Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam
pelayanan. Institusi pelayanan kesehatan dianggap baik apabila
dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan
pasien. Kepuasan muncul dari kesan ertama masuk pasien
terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
8) Lokasi
Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan
dalam memilih institusi pelayanan kesehatan. Umumnya
semakin dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau mudah
dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik
akan semakin menjadi pilihan bagi pasien.
9) Fasilitas
Kelengkapan fasilitas turut menentukan penilaian kepuasan
pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana,
tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar
rawat inap.
10) Komunikasi
Merupakan tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia
jasa dan kelihan-keluhan dari pasien.
11) Suasana
Meliputi keamanan dan keakraban. Suasan yang tenang,
nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepusasan
pasien dalam proses penyembuhannya.
12) Desain visual
Meliputi dekorasi ruangan, bagaimana dan desain jalan yang
tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi ikut menentukan suatu
kenyamanan.
c. Indeks kepuasan
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada kepuasan
konsumen menurut Supriyanto & Ratna (2007) dalam Nursalam
(2014) yaitu:
1) Product quality
Begaimana konsumen akan merasa puas atas produk barang
yang digunakan. Beberapa dimensi yang membentuk kualitas
produk barang adalah performance, reliability, conformance,
durability, feature dan lain-lain.
2) Service aquality
Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah
dikonsumsinya. Dimensi service quality yang lebih dikenal
degan servqual meliputi 5 dimensi yaitu tangible, reliability,
assurance, empathy, responsiveness. Skala ini dinyatakan
dengan skala 1-5.
3) Emotional factor
Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang
digunakan dibandingkan pesaing. Emotional factor diukur dari
preceived best score, artinya persepsi kualitas terbaik
dibandingkan pesaingnya.
4) Price
Harga dari produk, jasa yang diukur dari value manfaat
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan konsumen. Harga
adalah harga pelayanan medis yang harus dibayar konsumen.
5) Cost of aquaring
Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk atau jasa.
1. Struktur Organisasi
Kepala ruang
PP PP PP
2. SDM
Carolus lantai 2 ruang perawatan anak memiliki jumlah perawat 23
orang dengan pendidikan D3 dan 1 orang kepala ruang dengan
pendidikan S1. Carolus 2 ruang perawatan anak memiliki 17
kapasitas tempat tidur dengan pembagian kelas : kelas 3, kelas 3,
kelas 1, dan VIP. Terdapat juga satu ruangan khusus untuk ruang
intensif (PICU) dengan kapasitas 2 tempat tidur.
Terdapat 3 Asisten Perawat yang membantu dalam proses layanan
pasien sehari-hari.
4. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien yang dirawat di Ruang CB 2 RA pada bulan
Desember 2020 menunjukan nilai kepuasan sangat puas, dengan
skor rata-rata 4,67.
5. Metode Sentralisasi Obat
Ruangan telah melakukan sentralisasi obat secara penuh, dimana
alur sentralisasi obat adalah dokter memberikan resep obat
selanjutnya pihak faramasi akan memberikan obat ke perawat
ruangan sesuai resep Setelah obat diterima oleh perawat ruangan,
mereka akan mendokumentasikan obat-obat yang diterima dan
menyimpan sesuai dengan standart penyimpanan obat diruang
sentralisasi obat. Berdasarkan observasi didapatkan bahwa untuk
sentralisasi obat sudah berjalan dengan baik.
6. Metode Supervisi
1. Timbang Terima
Timbang terima dilakukan di Nurse Station Ruang CB 2 RA, pada
pukul 13.30 selama 5 menit.
- HB : 13,8 g%
- Leukosit : 28,8 10^3/ul
- Trombosit : 417 10^3/ul
Hasil pemeriksaan urine :
- Leukosit esterase : 500 /ul
- Leukosit : 2179,4 /ul
- Eritrosit : 14,3 /ul
- Bakteri : 1078,2 /ul
Terapi yang diberikan :
- Cefotaxim 2 x 1 gram (IV)
- Metronidazole 2 x 500 mg (drip)
- Paracetamol 3 x 350 mg (drip)
Pengobatan sudah mulai diberikan, tidak ada
tanda alergi.
Masalah keperawatan :
- Nyeri
- Risiko infeksi
- Risiko jatuh
- Risiko deficit nutrisi
Intervensi yang sudah dilakukan : pemantauan
tanda vital, pemberian terapi antibiotika
2. Pre-post Conference
Pre conference Pre conference di pimpin oleh kepala ruangan
Saya bertanggung jawab terhadap pasien: An
C, 10 tahun dengan Abdominal pain DD :
peritonitis, APP, ISK ,
Rencana tindakan saya hari ini :
Pengorganisasian
1. Kepala Ruang : Sr Nur Asih
2. Perawat Primer : Sr Anastasia Novita
Sr Fransisca Yudita
Rencana Tindakan
a. Jelaskan tentang penyebab infeksi pada pasien
b. Jelaskan tentang proses infeksi pada pasien
c. Jelaskan tentang tanda dan gejala infeksi saluran kencing
d. Jelaskan cara mencegah infeksi berulang dengan tidak menahan
kencing, memperbanyak minum air putih
e. Mengajarkan cara cebok yang benar
f. Menganjurkan orang tua untuk selalu memantau kebersihan
genetalia pasien
g. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga
4. Layanan Prima
Pelayanan yang diberikan asuhan keperawatan dengan menjalin
hubungan yang baik, dengan komunikasi terapeutik, memperkenalkan
diri, melakukan identifikasi, membantu pasien dengan prinsip
memandirikan pasien (membantu pasien untuk tetap bisa mandi
dikamar mandi), memberikan suntikan tanpa rasa sakit. Dengan
layanan tersebut mendapatkan hasil kepuasan pasien dan keluarga,
dibuktikan adanya pengisian kepuasan pasien yang sangat puas pada
angket kepuasan pasien.
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan metode asuhan keperawatan metode primery nurse belum
dapat dilaksanakan dengan optimal dikarenakan ruang CB2RA belum
terdapat SDM yang memadai dan pengetahuan yang belum memadai.
Pelaksanaan dokumentasi sudah menggunakan ERM yang dapat
menunjang kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan.
2. Pelaksanaan timbang terima dan pre-post conference belum dilakukan
dengan baik yang disebabkan karena belum semua perawat memahami
apa yang harus dilakukan saat pre-post conference. Pelaksanaan ronde
keperawatan sudah dilakukan dengan baik, namun pelaksanaan di
ruangan belum optimal. Kegiatan penyelesaian masalah lebih banyak
dilaksanankan oleh kepala ruangan dan dokter penanggung jawab pasien.
3. Upaya pelayanan perawatan prima sudah dilakukan dengan baik dengan
melaksanakan komunikasi terapeutik dan keandalan dalam melakukan
tindakan keperawatan.
4. Pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan ronde keperawatan akan
diikui dengan sikap yang positif dan persepsi atau norma subyektif dari
perawat lain dalam pelaksanaan ronde keperawatan. Kepala ruangan
dapat melakaukan sosialisasi dan melakukan pelatihan tentang ronde
keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang ronde
keprawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
dengan kolaborasi antar tenaga kesehatan.
B. Saran
1. Mahasiswa Keperawatan
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat melakukan praktik asuhan
keperawatan primary nurse dengan lebih baik lagi.
2. Ruang CB2RA
Bagi Ruang CB2RA diharapkan dapat mengoptimalkan kembali kegiatan
pre-post conference dan ronde keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aitken, L., Burmeister E., Clayton S. (2010). The impact of nursing rounds on the
practice environment & nurse satisfaction in intensive care: pre-test post
test comparative study. International Journal of Nursing Studies. Page
918-925.
Amalia, E., Akmal, D., & Sari, Y. P. (2015). Hubungan pre dan post conference
keperawatan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Dr
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015. 1-10.
Arni, A., Hasriyanti, E., & Suarnianti. (2014). Hubungan motivasi perawat dengan
penerapan model praktik keperawatan profesional di ruang rawat inap
Rumah Sakit Grestelina. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis , 748-753.
Dampolii, S. H., Tucuan, A. A., & Maramis, F. R. (2018). HUbungan antara mutu
jasa pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien rawat inap di RS
Bhayangkara TK III Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1-9.
Mbate, C. A., Zacharias, D. A., Lau, H. B., Nderu, N., Laukuang, R. M., Djampi,
C., & Luruk, A. S. (2017). Makalah Pariwisata Manajemen Kepuasan
Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan. Kupang: Universitas Nusa Cendana
Kupang.
Mugianti, S. (2016). Manajemen dan kepemimpinan dalam praktik keperawatan.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Orienti, T. N., Indracahyani, A., & Rayatin, L. (2019). Analisis situasi dan
optimalisasi pelaksanaan metode asuhan keperawatan primer di RS Anak
Dan Bunda di Jakarta. Jurnal LINK, 8-16.
Mbate, C. A., Zacharias, D. A., Lau, H. B., Nderu, N., Laukuang, R. M., Djampi,
C., & Luruk, A. S. (2017). Makalah Pariwisata Manajemen Kepuasan
Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan. Kupang: Universitas Nusa Cendana
Kupang.