Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

PELAKSANAAN MPKP PRIMARY NURSE

DI RUANG CB2RA RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Anastasia Novita Dewi Pujiastuti 201943004

Caecilia Debora 201943012

Fransisca Yudita Widhiastuti 201943018

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN PROGRAM TRANSFER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
orang lain (Gillies, 1989 dalam Mugianti, 2016). Manajemen berfungsi
untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi (Siagian, 1999 dalam Mugianti, 2016). Manajemen adalah
proses yang dinamis, yang senantiasa berupah sesuai dengan tuntutan
perkembangan (Mugiati, 2016)
Manajemen keperawatan adalah suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan objektivitas asuhan keperawatan
(Hubuer, 2000 dalam Susanti et al, 2020). Manajemen keperawatan adalah
suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan (Kelly dan Heodental, 2004 dalam
Susanti et al, 2020).
Prinsip-prinsip dalan manajemen keperawatan dilaksanakan agar
suatu manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan mencapai
tujuan organisasi. 7 prinsip dalam manajemen keperawatan yang meliputi
perencanaan (planning), penggunaan waktu yang efektif (effective
utilization of time), pengambilan keputusan (decision making), pengelola
atau pemimpin (manager of leader), tujuan sosial (social goal),
pengorganisasian (organizing), perubahan (change) [ CITATION Sus20 \l
1057 ].
Seiring berjalannya waktu, terjadi perkembangan yang pesat
didunia keperawatan. terjadi proses profesionalisme keperawatan yang
terjadi di Indonesia yang memacu berbagai pergeseran dalam aspek
praktik keperawatan. Untuk mecapai asuhan keperawatan yang bermutu
diperlukan perubahan struktur organisasi pelayanan keperawatan,
perubahan proses pemberian asuhan keperawatan. Salah satu perubahan
yang dilakukan adalah penataan manajemen pemberian asuhan
keperawatan melalui penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional
[ CITATION Arn14 \l 1057 ].
Model praktik keperawatan profesional menurut Hoffart dan
Woods (1996) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai
professional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut [ CITATION Sri17 \l 1033 ] . Model
praktik keperawatan profesional adalah strategi intervensi yang
menyediakan suatu kerangka pekerjaan bertujuan untuk mendukung
perawat profesional dalam mengontrol bagaimana semua tindakan
keperawatan berjalan [ CITATION Mug161 \l 1057 ].
Terdapat beberapa model metode pemberian asuhan keperawatan
profesional, salah satunya adalah metode Primary Nurse (perawat primer).
Metode asuhan keperawatan primer adalah metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat primer ditunjuk yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap perawatan pasien (Kelly, Maureen &
Marthaler, 2010 dalam Orienti, Indracahyani, & Rayatin, 2019). Metode
asuhan keperawatan primer merupakan pemberian asuhan langsung
terhadap pasien dimana perawat primer mengelola sekelompok pasien
selama perawatan dengan berfokus pada pasien, bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap keputusan, perencanaan dan pelaksanaan
suatu tindakan (otonomi), dan bertanggung jawab terhadap kualitas asuhan
pasien [ CITATION Ori19 \l 1057 ].
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan primer terdapat kegiatan-
kegiatan yang dilakukan perawat untuk mengoptimalkan asuhan yaitu
timbang terima, pre dan post conference, ronde keperawatan dan upaya
kepuasan pelanggan. Dalam makalah ini kelompok akan memaparkan teori
beserta laporan praktik MPKP primary nurse di Rumah Sakit dan
membahas berdasarkan jurnal penelitian terdahulu. Diharapkan dengan
makalah ini pembaca dapat memahami lebih dalam MPKP dan metode
asuhan keperawatan primary nurse agar kedepannya dapat diaplikasikan
dalam kegiatan keperawatan dan mengoptimalkan kualitas pelayanaan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan
asuhan keperawatan primary nurse
2. Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam melaksanakan timbang
terima, pre-post conference, ronde keperawatan dan pelayanan
keperawatan yang memuaskan
3. Mahasiswa mampu memahami pelaksanaan asuhan keperawatan
primary nurse
4. Mampu menganalisis kesenjangan pelaksanaan MPKP primary nurse
secara teori dan praktik

C. Manfaat
1. Laporan praktik ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
pelaksanaan MPKP primary nurse dan menjadi bahan referensi
pembelajaran manajemen keperawatan
2. Hasil laporan praktik ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
profesi keperawatan untuk mengoptimalkan pelaksanaan MPKP
primary nurse.

D. Sistematika penulisan
Laporan ini memberik pemahaman bagi pembaca tentang pelaksanaan
MPKP primary nurse serta kesenjangan yang terjadi secara teori dan
praktik. Metode yang digunakan pada laporan ini yaitu dengan
mengumpulkan data dari hasil praktik di Rumah Sakit dan membahas hasil
dengan jurnal-jurnal penelitian terdahulu. Laporan ini menggunakan APA
style dengan jurnal dan buku dalam rentang 10 tahun terakhir. Sumber-
sumber didapatkan penulis dari e-book dan database seperti Google
Cendekia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN STRUKTUR ORGANISASI

A. Tinjauan Teori
1. Metode Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
a. Pengertian
Model Praktik Keperawatan Profesional menurut Hoffart dan
Woods (1996) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai
professional) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut [ CITATION Sri17 \l 1033 ] .
Model praktik keperawatan profesional adalah strategi intervensi
yang menyediakan suatu kerangka pekerjaan bertujuan untuk
mendukung perawat profesional dalam mengontrol bagaimana
semua tindakan keperawatan berjalan [ CITATION Mug161 \l 1057 ].
b. Komponen MPKP
1) Nilai-nilai professional
Perawat Primer (PP) dan Perawat Asosiasi (PA) membangun
kontrak dengan klien/keluarga menjadi partner dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan
evaluasi rencana keperawatan, PP mempunyai otonomi dan
akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang
diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. PP
mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar
melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.
2) Hubungan antar professional
Dilakukan oleh PP dan PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga
mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada
profesional lain khusunya dokter. Pemberian informasi yang
akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan
medis.
3) Motode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatanyang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga tentang rencana
keperawatan yang ditetakan PP, PP akan mengevaluasi
perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada
rencana keperawatan sesuai kebutuhan klien.
4) Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen sumber daya manusia,
yaitu ada garis koordinasi yang jelas antara PP dan PA.
performa PA dalam satu tim menjadi tanggungjawab PP.
Sehingga PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan.
Sebagai seorang manajer harus dibekali dengan kemampuan
manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi
manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
5) Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan
untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang
profesional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan
kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

2. Konsep timbang terima


a. Pengertian
Timbang terima atau operan merupakan kegiatan yang rutin
sebagai bentuk serah terima pasien kelolaan antara satu shift
lainnya sebelum dan sesudah perawat melaksanakan tugasnya.
Timbang terima dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien
dengan cermat sesuai kondisi pasien terkini. Dalam operan akan
disampaikan beberapa informasi penting tentang tindakan yang
akan dan telah dilakukan, serta dapat memberikan suatu kejelasan
yang lebih luas yang tak dapat diuraikan secara tertulis dalam
kegiatan penulisan laporan (Mugianti, 2016). Timbang terima
pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau
belum dan perkembangan pasien saat itu (Nursalam, 2014).
b. Tujuan timbang terima
Menurut Nursalam (2014) tujuan timbang terima adalah:
1) Tujuan umum
Menjaga kesinambungan informasi keadaan pasien kepada
setiap shift.
2) Tujuan khusus
a) Menyampaikan kondisi dan keadaan penderita (data fokus)
b) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan
dalam askep pada penderita
c) Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
c. Prosedur dalam timbang terima
Menurut Erita (2019) prosedur timbang terima adalah sebagai
berikut:
1) Persiapan:
a) Kedua kelompok dalam keadaan siap
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2) Pelaksanaannya dalam penerapannya, dilakukan timbang
terima kepada masing-masing penanggung jawab:
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau
operan
b) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana
tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal
penting lainnya yang perlu dilimpahkan
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserah terimakan kepada perawat yang
berikutnya.
d) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah:
(1) Identitas klien dan diagnosa medis
(2) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul
(3) Tindakan keperawatan yang sudah ada dan belum
dilaksanakan
(4) Intervensi kolaborasi dan dependen
(5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya
e) Komunikasi efektif metode SBAR
(1) Situation: kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
Situation berisi mengenai data pasien yang meliputi
data pasien yang meliputi nama pasien, tanggal lahir,
tanggal masuk, hari perawatan, dokter yang
bertanggung jawab, perawat yang bertanggung jawab,
nama ruangan, nomor tempat tidur, alasan masuk rumah
sakit, diagnosa medis, masalah keperawatan dan
keluhan utama pasien.
(2) Background: menjelaskan kondisi pasien secara
lengkap. Perawat akan menyebutkan riwayat penyakit
dna pengobatan sebelumnya, riwayat alergi, hasil
laboratorium, hasil rontgen, pengobatann dan intervensi
keperawatan yang telah dilakukan dan respon pasien
terhadap tindakan perawatan dan pengobatan.
(3) Assessment: merupakan pengkajian kondisi pasien
terkini. Informasi tersebut meliputi tanda-tanda vital,
tingkat kesadaran, nyeri, status nutrisi, kemampuan
buang air besar dan kecil, keberadaan luka dan
informasi klinis lain yang mendukung.
(4) Recommendation: menginformasikan tindakan
keperawatan yang seharusnya berdasarkan data
situation, background dan assessment meliputi rencana
tindakan yang akan dilakukan, rencana tindak lanjut,
solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter, apa
yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki
kondisi pasien dan waktu yang diharapkan perawat saat
tindakan itu terjadi.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanta jawab dan melakukan validasi terhadap
hal-hal yang kurang jelas. Penyampaian pada saat timbang
terima secara singkat dan jelas.
g) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5
menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap dan rinci
h) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung
pada buku laporan ruangan oleh perawat.
3. Konsep pre-post conference
a. Pre conference
Pre conference adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mempersiapkan aktifitas pelayanan pada awal shift dinas. Pada
kegiatan ini sangat efektif untuk membahas rencana kegiatan yang
diperlukan umpan balik atau tanggapan yang bersifat khusus. Pada
saat kegiatan ini seluruh peserta dapat secara bebas menyampaikan
pendapatnya. Sebaiknya kegiatan ini dilakukan secara singkat
sehingga tidak mengganggu kelancara pelayanan keperawatan.
Kegiatan ini dibawah tanggung jawab kepala ruang atau ketua tim
yang telah ditentukan (Mugiati, 2016). Kegiatan perawat pada pre
conference antara lain berbagi informasi tentang pengalaman yang
akan dihadapi, saling bertanya, mengungkapkan perhatian dan
melakukan klarifikasi tentang rencana kerja atau rencana intervensi
keperawatan. Kegiatan pre conference meliputi identifikasi
masalah, perencanaan dan evaluasi hasil untuk mencari solusi
[ CITATION Sug14 \l 1057 ]. Kegiatan dalam pre conference ini
adalah:
1) Ketua tim/penanggung jawab tim membuka acara
2) Ketua tim/penanggung jawab tim menanyakan rencana harian
setiap perawat pelaksana
3) Ketua tim/penanggung jawab tim memberikan masukan dan
tindak lanjut terkait asuhan yang akan diberikan saat itu
4) Ketua tim/penanggung jawab tim memberikan reinforcement
5) Ketua tim/penanggung jawab tim menutup acara
b. Post conference
Kegiatan ini berfokus pada pembahasan dari tindakan yang telah
dilaksanakan serta rencana program selanjutnya. Umumnya
kegiatan ini dilakukan sebelum kegiatan timbang terima pada shif
berikutnya. Kegiatan ini diikuti seluruh oerawat dan kepala
ruangan sebagai penanggung jawab (Mugiati, 2016).
Post conference merupakan upaya komunikasi antara ketua tim dan
perawat pelaksana mengenai hasil kegiatan sepanjang shift tersebut
dan sebelum melakukan operan kepada shift berikutnya. Isi post
conference berupa hasil asuhan keperawatan setiap perawat dan
hal-hal penting yang perlu diperhatikan untuk operan (tindak
lanjut) [ CITATION Sug14 \l 1057 ] . Kegiatan dalam post conference
adalah:
1) Ketua tim/penanggung jawab tim membuka acara
2) Ketua tim/penanggung jawab tim menanyakan hasil asuhan
setiap pasien
3) Ketua tim/penanggung jawab tim menanyakan keadaan kendala
dalam asuhan yang telah diberikan
4) Ketua tim/penanggung jawab tim menanyakan tindak lanjut
asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat shift
selanjutnya
5) Ketua tim/penanggung jawab tim memberikan reinforcement
6) Ketua tim/penanggung jawab tim menutup acara

4. Konsep ronde keperawatan


a. Pengertian
Menurut Nursalam (2015) ronde keperawatan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilakukan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruangan, perawat associate yang perlu juga seluruh anggota tim
kesehatan.
b. Tujuan ronde keperawatan
Menurut Nursalam (2015) tujuan ronde keperawatan dibagi
menjadi :
1) Tujuan umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir
kritis
2) Tujuan khusus
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis (Problem Based
Learning)
b) Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan
berasal dari masalah klien
c) Meningkatkan pola pikir sistematis
d) Meningkatkan validitas data klien
e) Menilai kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
f) Meningkatan kemampuan justifikasi, menilai hasil kerja,
dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

c. Kriteria pasien
Menurut Nursalam (2015) pasien yang dipilih untuk dilakukan
ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai
berikut :
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
d. Manfaat ronde keperawatan
Menurut Clement (2011) manfaat ronde keperawatan antara lain :
1) Membantu mengembangkan keterampilan keperawatan
2) Menguji pengetahuan perawat sehingga pengetahuan
keperawatan meningkat
3) Memberikan kesempatan pada perawat untuk tumbuh dan
berkembang secara profesional
4) Mengevaluasi kegiatan yang telah diberikan pada pasien
berhasil atau tidak
5) Membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien
6) Meningkatan kepuasan pasien
7) Menurunkan angka insiden pada pasien yang dirawat
e. Tipe-tipe ronde keperawatan
Menurut Close dan Castledine (2005) yang disitasi oleh Reni
Nursanti (2015) ada 4 tipe ronde keperawatan modern yaitu
Matrons rounds, nurse management raounds, patient comfort
rounds dan teaching rounds.
1) Matrons rounds adalah proses dimana seorang perawat
berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien
sesuai dengan jam rondenya. Memeriksa standart pelayanan,
kebersihan, dan kerapian, serta menilai penampilan dan
kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pasien.
2) Nurse management rounds adalah ronde managerial yang
melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada
sekelompok pasien. Untuk melihat perioritas tindakan yang
dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses
interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran
antara perawat dan kepala perawat.
3) Patient comfort rounds adalah ronde yang berfokus pada
kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit.
Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi segala
kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan pada
malam hari, perawat menyiapkan tempat tidur yang nyaman
bagi pasien.
4) Teaching rounds adalah dilakukan antara teacher rounds
dengan perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses
pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan untuk perawat
atau siswa perawat dengan pembelajaran langsung, perawat
atau siswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan langsung pada pasien.
f. Langkah-langkah ronde keperawatan
Menurut Nursalam (2015) langkah- langkah ronde keperawatan
dibagi menjadi:
1) Pra ronde
a) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi
dan masalah yang langka)
b) Menentukan tim ronde
c) Mencari sumber dan literature
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
f) Diskusi : apa diagnosis keperawatan? data apa yang
mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
Dan hambatan apa yang sudah ditemukan selama
perawatan?

2) Pelaksanaan ronde
a) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan
3) Pasca ronde
a) Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis,
intervensi keperawatan selanjutnya
g. Peran masing-masing anggota tim
Menurut Nursalam (2015) peran masing-masing tim dalam ronde
keperawatan sebagai berikut:
1) Peran perawat primer dan perawat associate
a) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
b) Menjelaskan diagnosis keperawatan
c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d) Menjelaskan hasil yang didapat
e) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang
diambil
f) Menggali masalah pasien yang belum terkaji
2) Peran perawat konselor dan tenaga kesehatan lainnya
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintergrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
h. Kriteria evaluasi
1) Struktur
a) Persyaratan administratif (inform consent, alat dll)
b) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c) Persiapan dilakukan sebelumnya
2) Proses
a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan
3) Hasil
a) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b) Masalah pasien dapat teratasi
c) Perawat dapat:
(1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis
(2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
(3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
(4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
diagnosis keperawatan
(5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien
(6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan keperawatan
(7) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
i. Mekanisme ronde keperawatan
Menurut Clament (2011) mekanisme ronde keperawatan antara
lain :
1) Perawat membaca laporan mengenai pasien melalui status
pasien sebelum melakukan ronde keperawatan. Perawat
sebaiknya melihat laporan penilaian fisik dan psikososial
pasien 2-3 menit. Selain itu juga perawat menetapkan tujuan
yang ingin dicapai ketika pelaksanaan ronde keperawatan.
sebelum menemui pasien sebaiknya perawat membahas tujuan
yang ingin dicapai.
2) Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde
keperawatan. sebelum dilakukan ronde perawat primer
menentukan 2-3 klien yang akan dironde dan ditentukan pasien
yang akan dironde. Sebaliknya dipilih klien yang
membutuhkan perawatan khusus dengan masalah yang relatif
lebih kompleks.
3) Ronde keperawatan dilakukan pada pasien. Perawat
melaporkan kondisi, tindakan yang sudah dilakukan dan akan
dilakukan, pengobatan serta rencana yang lain. Saat ronde
keperawatan melaporkan tentang kondisi pasien, asuhan
keperawatan, perawat medis dan prognosis. Selain itu juga
ronde keperawatan, perawat mendiskusikan diagnosis
keperawatan yang terkait, intervensi keperawatan, dan hasil.
Mengenai masalah yang sensitif hendaknya tidak boleh
dibicarakan di hadapan pasien.
4) Waktu pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung
kondisi dan situasi ruangan. Waktu yang dilakukan untuk
melakukan keseluruhan ronde adalah setiap hari dengan waktu
kurang lebih 1 jam ketika intensitas kegiatan di ruang rawat
sudah relatif tenang. Sedangkan menurut Atiken et all (2010)
pelaksanaan ronde keperawatan diaadakan 2 hari setiap
minggu dan berlangsung 1 jam.
j. Strategi ronde keperawatan yang efektif
Menurut Ramani (2003) dalam Clament (2009) menyebutkan ada
beberapa strategi agar ronde keperawatan berjalan dengan efektif
yaitu :
1) Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan
pelaksanaan ronde keperawatan baik waktu pelaksanaan,
pasien masalah yang terkait, dsb.
2) Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi:
sistem apa yang akan diajarkan, aspek-aspek apa yang harus
ditekankan (pemeriksaan fisik, melakukan tindakan, dsb).
Rencanakan agar semua aktif terlibat dalam kegiatan, pilih
pasien yang akan dilakukan proses pembelajaran, serta
tentukan berapa banyak waktu yang harus dihabiskan dengan
pasien tertentu.
3) Orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan
berikut ini dapat dilakukan dalam fase orientasi:
a) Orientasikan perawat untuk tujuan latihan dan kegiatan
yang direncanakan
b) Memberikan peran kepada setiap anggota tim
c) Buat aturan mengenai ronde
d) Setiap diskusi sensitif perlu ditunda dan seluruh tim harus
menyadari hal ini.
4) Perkenalkan diri anda dan tim dan pada pasien meliputi :
a) Memperkenalkan diri pada pasien
b) Pasien perlu diberitahu bahwa pertemuan itu terutama
dimaksudkan untuk berdiskusi mengenai pemberian
perawatan pada pasien.
c) Keluarga tidak perlu diminta untuk pergi jika pasien ingin
unutk ditemani
5) Meninggalkan waktu untuk pertanyaan, klarifikasi,
menempatkan pembecaan lebih lanjut. Fase ini terjadi di luar
ruangan, keluar dari pasien jarak pendengaran. Ini adalah
kesempatan untuk mendiskusikan aspek sensitif dari riwayat
pasien.
6) Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan. Mulai persiapan
untuk pertemuan berikutnya dengan merefleksikan pada diri
mengenai hasil ronde yang dilakukan.

5. Konsep kepuasan pelanggan


a. Pengertian
Kepuasan adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah
memenuhi harapannya. Kepuasan pelanggan adalah hasil dari
akumulasi konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk
dan jasa (Irawan, 2003 dalam Nursalam, 2014). Kepuasan adalah
model kesenjangan antara harapan (standar kinerja yang
seharusnya) dengan kinerja aktual yang diterima pelanggan
(Supriyanto, 2006 dalam Nursalam, 2014). Kepuasan pelanggan
adalah hasil dari suatu proses. Kepuasan pelanggan adalah
pengukuran sejauh mana pelanggan atau pengguna jasa sangat
senang dengan jasa yang diterima (Mbate, et al, 2017).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
Menurut Nursalam (2014) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien, yaitu:
1) Kualitas produk atau jasa
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan
berkualitas
2) Harga
Harga yang termasuk didalamnya adalah harga produk atau
jasa. Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting
dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien.
Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi
biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga
perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.
3) Emosional
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum
terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih nstitusi
pelayanan kesehatan yang sudah mempunyai pandangan,
cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

4) Kinerja
Wujud dari kinerja ini misalnya kecepatan, kemudahan dan
kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa
pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan
yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan
pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan
memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan
peralatan rumah sakit.
5) Estetika
Merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh
pencaindra.
6) Karakteristik produk
Produk ini merupakan kepemilikan yang bersifat fifik antara
lain gedung dan dekorasi.
7) Pelayanan
Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam
pelayanan. Institusi pelayanan kesehatan dianggap baik apabila
dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan
pasien. Kepuasan muncul dari kesan ertama masuk pasien
terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
8) Lokasi
Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan
dalam memilih institusi pelayanan kesehatan. Umumnya
semakin dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau mudah
dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik
akan semakin menjadi pilihan bagi pasien.
9) Fasilitas
Kelengkapan fasilitas turut menentukan penilaian kepuasan
pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana,
tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar
rawat inap.

10) Komunikasi
Merupakan tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia
jasa dan kelihan-keluhan dari pasien.
11) Suasana
Meliputi keamanan dan keakraban. Suasan yang tenang,
nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepusasan
pasien dalam proses penyembuhannya.
12) Desain visual
Meliputi dekorasi ruangan, bagaimana dan desain jalan yang
tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi ikut menentukan suatu
kenyamanan.
c. Indeks kepuasan
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada kepuasan
konsumen menurut Supriyanto & Ratna (2007) dalam Nursalam
(2014) yaitu:
1) Product quality
Begaimana konsumen akan merasa puas atas produk barang
yang digunakan. Beberapa dimensi yang membentuk kualitas
produk barang adalah performance, reliability, conformance,
durability, feature dan lain-lain.
2) Service aquality
Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah
dikonsumsinya. Dimensi service quality yang lebih dikenal
degan servqual meliputi 5 dimensi yaitu tangible, reliability,
assurance, empathy, responsiveness. Skala ini dinyatakan
dengan skala 1-5.
3) Emotional factor
Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang
digunakan dibandingkan pesaing. Emotional factor diukur dari
preceived best score, artinya persepsi kualitas terbaik
dibandingkan pesaingnya.
4) Price
Harga dari produk, jasa yang diukur dari value manfaat
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan konsumen. Harga
adalah harga pelayanan medis yang harus dibayar konsumen.
5) Cost of aquaring
Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk atau jasa.

B. Gambaran Situasi Manajemen Pelayanan

1. Struktur Organisasi

Kepala ruang

PJ Mutu & SDM PJ Fasilitas

TIM 1 TIM 2 PICU

PPU PPU PPU

PP PP PP

2. SDM
Carolus lantai 2 ruang perawatan anak memiliki jumlah perawat 23
orang dengan pendidikan D3 dan 1 orang kepala ruang dengan
pendidikan S1. Carolus 2 ruang perawatan anak memiliki 17
kapasitas tempat tidur dengan pembagian kelas : kelas 3, kelas 3,
kelas 1, dan VIP. Terdapat juga satu ruangan khusus untuk ruang
intensif (PICU) dengan kapasitas 2 tempat tidur.
Terdapat 3 Asisten Perawat yang membantu dalam proses layanan
pasien sehari-hari.

3. Indikator Mutu Layanan


a.Indikator mutu nasional
1) Kelengkapan SIT tindakan oleh medis selain tindakan bedah
Target pencapaian tiap bulan 100%
2) Pasien asma yang mendapat terapi bronkodilator
target pencapaian 100%
b. Indikator mutu lokal
1) Tidak terjadi kejadian autoektubasi
Tidak terjadi kejadian autoekstubasi pada pasien PICU dengan
target pencapaian 100% tiap bulannya.
2) Keberhasilan pemasangan infus maksimal 2 kali insersi
Pemasangan infus dengan maksimal 2 x insersi kepada setiap
pasien di ruang perawatan anak dengan target pencapaian 80%
tiap bulannya.
3) Tidak terjadi kesalahan dosis obat
Tidak terjadi kejadian salah dosis obat dengan target 100% tiap
bulannya.
4) Kelengkapan asesmen keperawatan
Asesmen keperawatan pasien baru 24 jam pertama target
pencapaian 100% tiap bulan.

4. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien yang dirawat di Ruang CB 2 RA pada bulan
Desember 2020 menunjukan nilai kepuasan sangat puas, dengan
skor rata-rata 4,67.
5. Metode Sentralisasi Obat
Ruangan telah melakukan sentralisasi obat secara penuh, dimana
alur sentralisasi obat adalah dokter memberikan resep obat
selanjutnya pihak faramasi akan memberikan obat ke perawat
ruangan sesuai resep Setelah obat diterima oleh perawat ruangan,
mereka akan mendokumentasikan obat-obat yang diterima dan
menyimpan sesuai dengan standart penyimpanan obat diruang
sentralisasi obat. Berdasarkan observasi didapatkan bahwa untuk
sentralisasi obat sudah berjalan dengan baik.
6. Metode Supervisi

Supervisi diatur dalam kebijakan pelayanan keperawatan.


Supervisi langsung dari Kepala Ruangan CB2 RA kepada perawat
pelaksana dan dilaksanakan sewaktu-waktu mencakup kegiatan
dan tindakan keperawatan.
7. Metode Discharge Planing

Perencanaan pasien pulang sesuai dengan format pasien keluar


rumah sakit dan kebijakan pasien keluar rumah sakit. Perencanaan
pulang yang dilakukan ialah perawat klinik memberikan penjelasan
mengenai obat-obatan yang harus diminum, jadwal kontrol,
nutrisi/diit yang dianjurkan. Pendidikan kesehatan diberikan secara
lisan tetapi tidak didokumentasikan. Media pendidikan berupa
leafleat belum digunakan.
8. Metode Dokumentasi
Sistem pemdokumentasian Asuhan keperawatan menggunakan
ERM.

C. Gambaran Situasi Manajemen Asuhan


1. Metode Asuhan yang diterapkan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan diruang CB2RA, didapatkan
bahwa MPKP yang digunakan adalah MPKP tim kasus. MPKP tim
kasus merupakan modifikasi dari MPKP yang mengabungkan model
kasus dan model tim dalam pelaksanaanya. MPKP tim kasus diberikan
oleh beberapa perawat yang tergabung dalam sebuah tim yang
dipimpin oleh ketua tim atau kordinator sif pada sejumlah pasien yang
ada saat itu. Pasien akan dibagi pada semua anggota tim termasuk
ketua tim, sehinga masing–masing bertangung jawab terhadap asuhan
keperawatan pasiennya mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
Dengan adanya tim kasus ini perawat diharapkan untuk senantiasa
menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai
kasus pasien.
2. Gambaran Situasi Pasien
Pasien atas nama An Cantika usia 10 tahun, tanggal lahir 22 April
2010 No RM 1185270 dengan diagnosa Abdominal Pain DD ISK.
Pasien masuk dengan keluhan nyeri perut, mual, muntah. BAB 1x
cair. Pasien terpasang infus Kaen 3B 25 tpm di tangan kiri. Hasil
pemeriksaan laborat urine lekosit esterase 500 u/L, lekosit urine
2179,4 u/L. Kebiasaan anak di rumah susah makan dan susah minum.
Pasien mendapatkan therapi Metronidazole inj 2 x 500 mg,
Cefotaxime inj 2 x1 gr, Paracetamol inj 3 x 350 mg.
BAB 3
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Yang Dihadapi


Timbang terima diruangan dilaksanakan setiap pergantian shift yang dipimpin
oleh setiap penanggung jawab shift. Semua perawat yang dinas pada shift
pagi dan shift sore harus mengikuti timbang terima begitupun ketika
pergantian shift sore dan shift malam. Timbang terima dilakukan di Nurse
Station ruang CB2 RA. Hal-hal yang disampaikan saat timbang terima adalah
nama pasien, diagnosa pasien, kondisi pasien, intervensi yang sudah
dilakukan, dan intervensi yang sudah dilakukan dan intervensi yang belum
dilakukan. Hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta terapi yang
diberikan. Kemudian timbang terima dilakukan di kamar pasien, adapun
beberapa kegiatan yang dilakukan dihadapan pasien antara lain memeriksa
cairan infus dan tetesannya serta memberitahu kembali hal-hal yang penting
yang perlu dilakukan pasien.

Timbang terima dilakukan diruangan belum maksimal karena hal-hal berikut


ini:
1. Pada saat timbang terima belum disampaikan diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan yang sudah maupun yang belum dilakukan
2. Pada waktu timbang terima cenderung mengungkapkan intervensi
kolaboratif saja
3. Validasi data pada saat timbang terima kurang optimal
Ronde keperawatan diatur dalam kebijakan pelayanan keperawatan. Ronde
keperawatan di Ruang CB 2 RA belum dilaksanakan sepenuhnya. Diskusi
medis yang dilaksanakan adalah oleh tim Dokter bersama dengan perawat
dan kepala ruang.
Analisa SWOT

No Kategori Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman


(Strenght) (Weakness) (Opportunity) (Trecchment)
1. Perencanaa 1. Timbang terima 1. Berdasarkan hasil Adanya hubungan yang Jumlah perawat dan jumlah pasien
n dilakukan setiap observasi di ruang baik dan kerjasama yang sesuai dengan kapasitas tempat
pergantian dinas CB 2, pelaksanaan baik terjalin antara perawat tidur tidak sesuai (kurang)
tepat waktu timbang terima ruangan dan mahasiswa
2. Berdasarkan telah dilakukan
observasi kepala akan tetapi belumm
ruangan optimal sesuai
mengharapkan SBAR
semua perawat
melakukan
timbang terima
saat pergantian
shift
3. Timbang terima
diikuti oleh semua
perawat yang
telah dan akan
dinas selanjutnya.
B. Penerapan (pencapaian) Praktik Manajerial

1. Timbang Terima
Timbang terima dilakukan di Nurse Station Ruang CB 2 RA, pada
pukul 13.30 selama 5 menit.

Situation An.C, umur 10 tahun, tanggal lahir : 22 April


2010, masuk rumah sakit tanggal 26 Januari
2021, pasien masuk dengan Abdominalpain
DD Peritonitis, APP, ISK.
Dirawat oleh dr. Ratnaningsih, SpA
Perawat penanggungjawab : Anastasia Novita
Dirawat di kamar 215C
Alasan masuk Rumah Sakit : nyeri perut tidak
tertahan, mual muntah, BAB cair 5 kali, tidak
ada lenir dan darah, kembung, panas mulai
tanggal 26 Januari 2021 sore .
Pasien dirawat dengan diagnose masuk : pasien
masuk dengan Abdominalpain DD Peritonitis,
APP,ISK
Masalah keperawatan : nyeri , risiko jatuh,
risiko deficit nutrisi, risiko infeksi
Background Pasien rujukan dari RS Bethesda
Lempuyangwangi
Pasien sudah diperiksa darah rutin, hasil:

- HB : 13,8 g%
- Leukosit : 28,8 10^3/ul
- Trombosit : 417 10^3/ul
Hasil pemeriksaan urine :
- Leukosit esterase : 500 /ul
- Leukosit : 2179,4 /ul
- Eritrosit : 14,3 /ul
- Bakteri : 1078,2 /ul
Terapi yang diberikan :
- Cefotaxim 2 x 1 gram (IV)
- Metronidazole 2 x 500 mg (drip)
- Paracetamol 3 x 350 mg (drip)
Pengobatan sudah mulai diberikan, tidak ada
tanda alergi.
Masalah keperawatan :
- Nyeri
- Risiko infeksi
- Risiko jatuh
- Risiko deficit nutrisi
Intervensi yang sudah dilakukan : pemantauan
tanda vital, pemberian terapi antibiotika

Assessment - Kesadaran : Compos menis


- Saat ini keluhan nyeri berkurang , VAS : 2
- Tanda-tanda vital : tensi : 103/60 mmhg,
nadi ; 90 x/mnt , suhu ; 37,4 der C, Spo2 : 98
%, RR : 25 x/mnt
- Makan 5 suap, minum 300 cc
- Belum BAB , BAK 4 kali, tidak nyeri
- Sudah tidak muntah
Recommendation Rencana tindak lanjut :

- Pemantauan tanda-tanda vital


- Pemeriksaan faeces
- Pemantauan pemberian terapi antibiotika
Perawat yang menyerahkan Perawat yang menerima

Yudita Novita Dewi

2. Pre-post Conference
Pre conference Pre conference di pimpin oleh kepala ruangan
Saya bertanggung jawab terhadap pasien: An
C, 10 tahun dengan Abdominal pain DD :
peritonitis, APP, ISK ,
Rencana tindakan saya hari ini :

 Pemantauan tanda vital


 Pemantauan intake output
 Pemeriksaan faeces
 Pemberian terapi antibiotika
Post conference Pasien yang menjadi tanggung jawab :
An. C, 10 tahun , dengan Abdominal pain DD :
peritonitis, APP, ISK ,
Tindakan yang sudah saya lakukan :

- Memantau tanda vital :


 tensi : 104/64 mmhg ,
 suhu ; 37,3 derajat C
 nadi : 89 x/mnt
 SpO2 : 98 %
 RR : 23 x/mnt
 VAS : 1 ( keluhan nyeri berkurang )
- Menyiapkan, membantu pasien untuk
pengambilan sample pemeriksaan faeces
- Hasil pemeriksaan faeces sudah ada, hasil
baik
- Memberikan terapi antibiotika : Cefotaxim
1 gram IV dan Metronidazol 500 mg, per-
drip
Rencana tindakan :
- Ronde keperawatan : penyiapkan proposal,
persetujuan keluarga pasien
3. Ronde Keperawatan
Topik : Menjaga kebersihan genetalia dengan cara cebok yang benar
Sasaran : An C dan orang tua
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : Kamis, 28-01-2021
Tujuan Umum : Mengatasi masalah klien yang belum teratasi
Tujuan khusus :
a. Mengidentifikasi masalah klien
b. Mendiskusikan penyeleseian masalah klien dengan perawat
primer lain
Materi :
a. Masalah keperawatan klien
b. Cara membersihkan genetalia yang benar
Metode : bed side teaching
Media:
a. Status/Dokumen pasien
b. Materi disampaikan secara lisan
Kegiatan Ronde Keperawatan
a. Pra Ronde
Dilakukan sehari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan.
Kegiatan yang dilakukan menentukan kasus dan topik,
menentukan tim yang terlibat dalam ronde keperawatan, membuat
proposal, melakukan inform consent dengan pasien.
b. Ronde
1) Pembukaan
Pembukaan dilakukan di nurse station dengan kepala ruang
dan perawat primer. Mengenalkan masalah pasien dan tim
ronde keperawatan.
2) Penyajian Masalah
Menjelaskan riwayat kesehatan pasien dan masalah
keperawatan pasien, menjelasakan tindakan keperawatan yang
telah dilakukan kepada pasien.
3) Validasi Data
Mencocokkan dan menjelaskan kembali data yang telah
disampaikan dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan
keadaan pasien secara langsung, dan melihat dokumentasi.
Melakukan diskusi antar anggota tim dan pasien tentang
masalah keperawatan tersebut di ruang pasien.
c. Pasca Ronde
Menyimpulkan untuk menentukan tindakan keperawatan pada
masalah prioritas yang telah ditetapkan. Merekomendasikan
intervensi keperawatan
Kriteria Evaluasi
1) Struktur
a) Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang CB2RA
b) Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan
ronde keperawatan.
c) Persiapan dilakukan sebelumnya.
2) Proses:
a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
3) Hasil:
a) Pasien puas dengan hasil kegiatan
b) Masalah pasien dapat teratasi
c) Perawat dapat:
 Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis.
 Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan. Menumbuhkan pemikiran tentang
tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah
pasien.
 Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan keperawatan.
 Meningkatkan kemampuan justifikasi.
 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

Pengorganisasian
1. Kepala Ruang : Sr Nur Asih
2. Perawat Primer : Sr Anastasia Novita
Sr Fransisca Yudita
Rencana Tindakan
a. Jelaskan tentang penyebab infeksi pada pasien
b. Jelaskan tentang proses infeksi pada pasien
c. Jelaskan tentang tanda dan gejala infeksi saluran kencing
d. Jelaskan cara mencegah infeksi berulang dengan tidak menahan
kencing, memperbanyak minum air putih
e. Mengajarkan cara cebok yang benar
f. Menganjurkan orang tua untuk selalu memantau kebersihan
genetalia pasien
g. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga

Hasil Ronde Keperawatan


a. Orang tua pasien memahami tentang penyakit pasien
b. Orang tua pasien memahami tentang tanda-tanda infeksi saluran
kencing
c. Orang tua pasien memahami cara mencegah infeksi berulang
b. Orang tua pasien dan pasien termotivasi untuk selalu menjaga
kebersihan genetalia

4. Layanan Prima
Pelayanan yang diberikan asuhan keperawatan dengan menjalin
hubungan yang baik, dengan komunikasi terapeutik, memperkenalkan
diri, melakukan identifikasi, membantu pasien dengan prinsip
memandirikan pasien (membantu pasien untuk tetap bisa mandi
dikamar mandi), memberikan suntikan tanpa rasa sakit. Dengan
layanan tersebut mendapatkan hasil kepuasan pasien dan keluarga,
dibuktikan adanya pengisian kepuasan pasien yang sangat puas pada
angket kepuasan pasien.

C. Pembahasan yang Dikaitkan Jurnal


Pelaksanaan metode asuhan keperawatan di ruang CB2RA masih
menggunakan metode MPKP tim kasus dimana perawat dibagi dalam
beberapa tim dengan terdapat perawat pelaksana utama (PPU) dan perawat
pelaksanan (PP) pada masing-masing tim yang akan mengelola asuhan
keperawatan kepada pasien yang dirawat. Untuk penanggung jawab
layanan perawatan pada setiap shift adalah ketua tim. Ruang CB2RA
belum menetapkan secara penuh model keperawatan MPKP Primer. Hal
ini dikarenakan belum terdapat SDM yang memadai untuk menjalankan
model keperawatan MPKPP dan pengetahuan perawat tenteng model
keperawatan MPKPP masih sedikit. Hal ini seperti penelitian yang
dilakukan oleh Orienti (2019), pelaksanaan metode asuhan keperawatan
primer di RS Anak dan Bunda di Jakarta belum optimal.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap belum optimalnya
pelaksanaan metode asuhan ini antara lain disebabkan: sumber daya
manusia merupakan faktor yang dominan terkait tingkat pengetahuan,
pemahaman terhadap metode asuhan keperawatan primer. Kualifikasi
perawat yang ada belum melaksanakan peran dan fungsinya sehingga
peran otonomi dari perawat primer belum tampak. Manajer keperawatan
belum optimal dalam melaksanakan fungsi organizing, stafing, directing
dan actuating.
Sistem pendokumentasian yang dilakukan di ruang CB2RA
menggunakan Electronic Rekam Medis. Sistem yang modern tersebut
diharapkan dapat menunjang kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan. Menurut Oyoh, Somantri, & Sekarwana dalam Orienti
(2019), penerapan asuhan keperawatan yang baik tidak terlepas dari fungsi
manajemen terhadap sumber daya, sarana, prasarana dan fasilitas (material
dan mesin) yang ada. Manajer keperawatan membuat perencanaan,
pengorganisasian, pengelolaan ketenagaan, pengarahan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang didukung dengan material,
sarana dan fasilitas yang memadai untuk pelaksanaannya.
Pelaksanaan timbang terima di ruang CB2RA belum dilakukan
secara optimal, sistem pelaporan masih belum menerapkan metode SBAR
dengn baik. Selain itu pelaksanaan pre-post conference belum terlaksana
dengan baik. Menurut Aurora & Johnson dalam Dewi (2012), prosedur
timbang terima efektif dalam meningkatkan kesinambungan, kualitas serta
keselamatan dalam memberikan pelayanan pada pasien. Timbang terima
yang dilakukan di nurse station merupakan tahap awal pelaksanaan
timbang terima yang diintegrasikan dengan penerapan keselamatan pasien.
Semua informasi penting mengenai perkembangan pasien, disampaikan
pada tahap ini. Tahap selanjutnya adalah mengunjungi pasien/kontrol
pasien/walk round. Tahap ini perawat melihat langsung kondisi pasien,
melibatkan pasien untuk bertanya, mengkonfirmasikan atau
mengklarifikasi kondisinya dalam kesinambungan pelayanan. Pada saat
kontrol pasien ini juga dilakukan pemeriksaan keselamatan (safety scan).
Pemeriksaan keselamatan meliputi identifikasi resiko jatuh pada
pasien, memeriksa peralatan oksigen dan cairan yang terpasang,
mendekatkan peralatan mobilisasi kepasien serta menekankan kembali
poin penting keadaan pasien (repeat back). Menurut Dewi (2012), terdapat
peningkatan yang bermakna pelaksanaan timbang terima dan penerapan
keselamatan pasien sebelum dan sesudah perawat pelaksana diberikan
pelatihan timbang terima dengan pendekatan komunikasi efektif yang
diintegrasikan dengan penerapan keselamatan pasien. Umur dan lama
kerja perawat pelaksana tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
pelaksanaan timbang terima dan penerapan keselamatan pasien.
Menurut Amalia (2015), tidak optimalnya pelaksanaan post
conference disebabkan oleh belum semua perawat memahami apa yang
harus dilakukan saat pre dan post conference dan menganggap kegiatan itu
membuang-buang waktu. Sehingga perawat merasa tidak perlu melakukan
kegiatan post conference. Upaya mengatasi hal ini perlu dilaksanakannya
pelatihan kepada tenaga perawat tentang pre post conference. Diruang
CB2RA kegiatan pre-post conference belum dilakukan dengan rutin
kegiatan pre conference lebih sering dilakukan di shift pagi saat ada kepala
ruang. Hal ini disebabkan karena sistem asuhan yang dijalankan dalam
bentuk tim sehingga tanggung jawab layanan dalam satu shift lebih kepada
ketua tim. Layanan keperawatan akan dilakukan bersama oleh kepala tim
dan anggota tim dimana di akhir dinas nanti ketua tim akan mengecek
sendiri kelengkapan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
sehingga kegiatan post conference jarang sekali dilakukan. Asuhan
keperawatan adalah proses atau rangkaian pada praktek keperawatan yang
diberikan secara langsung maupun tidak langsung kepada klien dalam
layanan kesehatan. Perawat pelaksana yang melaksanakan pre conference
dengan baik akan melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik. Perawat
pelaksana yang melaksanakan post conference kurang baik akan
berpeluang melaksanakan asuhan keperawatan kurang baik dibandingkan
dengan perawat pelaksana yang melaksanakan post conference dengan
baik.
Di Ruang CB2RA belum melakukan kegiatan ronde keperawatan.
Belum semua tenaga perawat mengerti bagaimana pelaksanaan dan
manfaat dari kegiatan ronde keperawatan. Penyelesaian masalah
keperawatan pasien yang kompleks lebih banyak dilakukan dengan cara
diskusi antara kepala ruang dengan dokter penanggungjawab pasien.
Peluang potensi yang ada di Ruang CB2RA adalah sudah terdapat form
pedoman pelaksanaan ronde keperawatan, Kepala ruangan sudah
memahami prosedur ronde keperawatan. Dengan dilakukannya kegiatan
ronde keperawatan dapat mempererat hubungan saling percaya antara
perawat dengan klien. Sehingga klien dapat merasa diperhatikan dan
dibantu penyeleseian masalah kesehatannya oleh perawat yang
bertanggungjawab terhadapnya. Pelaksanaan ronde keperawatan
merupakan strategi yang efektif untuk melakukan perubahan dalam
melakukan perawatan kepada pasien. Hal ini merupakan peningkatan yang
baik yang dapat menunjukkan bahwa impelementasi yang dilakukan
dinilai efektif untuk meningkatkan pengetahuan perawat, serta
menunjukan bahwa kepala ruangan, ketua tim dan perawat menyadari
tentang pentingnya pelaksanaan ronde keperawatan bagi perawat dan
pasien di ruangan. Melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,
rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan dalam asuhan
keperawatan dapat dinilai. Ronde keperawatan juga meningkatkan
kepuasan pasien. Optimalisasi pelaksanaan ronde keperawatan dan
pendokumentasian asuhan keperawatan di RS dilaksanakan dengan
menyiapkan berbagai perangkat yang dibutuhkan, seperti panduan dan
SPO. Hal lain yang perlu diupayakan adalah dukungan dan motivasi dari
manajer serta kesiapan perawat untuk berkomitmen melakukan perubahan
menjadi lebih baik. Selain itu sosialisasi dan simulasi juga mampu
meningkatkan pengetahuan perawat tentang ronde keperawatan (Rohita,
2017).
Upaya pelayanan prima yang telah dilakukan adalah dengan
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncakanakan secara sadar, tujuan difokuskan untuk menyembuhkan
klien. Komunikasi terapeutik adalah media untuk saling memberikan dan
menerima antar perawat dengan klien berlangsung secara verbal dan non
verbal (Afnuhazi, 2015 dalam Dora, Ayuni & Asmalinda, 2019).
Komunikasi terapeutik dilakukan dalam kegiatan pelayanan sehari-hari
dengan memperkenalkan diri, melakukan identifikasi pada pasien. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dora, Ayuni & Asmalinda (2019)
komunikasi terapeutik berfungsi untuk mendorong dan menganjurkan
kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan oerawat dan klien.
Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasikan dan
mengkaji masalah serta mengevaluasi komunikasi dengan baik. Menurut
Dora, Ayuni & Asmalinda (2019) semakin baik komunikasi terapeutik
yang dilaksakan maka semakin puas pasien dalam menerima. Kepuasan
pasien akan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit akan
meningkatkan kepercayaan pasien terhadap kinerja dan kualitas ruamh
sakit tersebut.
Selain dari komunikasi terapeutik terdapat faktor lain yang
berhubungan dengan kepuasan pasien di rumah sakit yaitu keandalan yang
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien
rumah sakit. Hal ini diartikan jika kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan apa yang
dijanjikan meningkat maka kepuasan pasien rumah sakit akan meningkat
pula [ CITATION Sup172 \l 1057 ]. Sama seperti yang telah dilakukan dalam
praktik upaya pelayanan kepuasan pasien dengan berupaya memberikan
keandalan dalam melakukan tindakan dengan memberikan suntikan tanpa
rasa sakit. Hal ini ditegaskan oleh Damopolii, Tucunan dan Maramis
(2018) dalam penelitiannya dikatakan bahwa terdapat hubungan antara
kehandalan dengan kepuasan pasien rawat inap. Seseorang yang
memberikan pelayanan dengan kehandalan baik akan memiliki peluang
lebih besar memberikan kepuasan pada pasien.
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan metode asuhan keperawatan metode primery nurse belum
dapat dilaksanakan dengan optimal dikarenakan ruang CB2RA belum
terdapat SDM yang memadai dan pengetahuan yang belum memadai.
Pelaksanaan dokumentasi sudah menggunakan ERM yang dapat
menunjang kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan.
2. Pelaksanaan timbang terima dan pre-post conference belum dilakukan
dengan baik yang disebabkan karena belum semua perawat memahami
apa yang harus dilakukan saat pre-post conference. Pelaksanaan ronde
keperawatan sudah dilakukan dengan baik, namun pelaksanaan di
ruangan belum optimal. Kegiatan penyelesaian masalah lebih banyak
dilaksanankan oleh kepala ruangan dan dokter penanggung jawab pasien.
3. Upaya pelayanan perawatan prima sudah dilakukan dengan baik dengan
melaksanakan komunikasi terapeutik dan keandalan dalam melakukan
tindakan keperawatan.
4. Pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan ronde keperawatan akan
diikui dengan sikap yang positif dan persepsi atau norma subyektif dari
perawat lain dalam pelaksanaan ronde keperawatan. Kepala ruangan
dapat melakaukan sosialisasi dan melakukan pelatihan tentang ronde
keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang ronde
keprawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
dengan kolaborasi antar tenaga kesehatan.

B. Saran
1. Mahasiswa Keperawatan
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat melakukan praktik asuhan
keperawatan primary nurse dengan lebih baik lagi.
2. Ruang CB2RA
Bagi Ruang CB2RA diharapkan dapat mengoptimalkan kembali kegiatan
pre-post conference dan ronde keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aitken, L., Burmeister E., Clayton S. (2010). The impact of nursing rounds on the
practice environment & nurse satisfaction in intensive care: pre-test post
test comparative study. International Journal of Nursing Studies. Page
918-925.

Amalia, E., Akmal, D., & Sari, Y. P. (2015). Hubungan pre dan post conference
keperawatan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Dr
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015. 1-10.

Arni, A., Hasriyanti, E., & Suarnianti. (2014). Hubungan motivasi perawat dengan
penerapan model praktik keperawatan profesional di ruang rawat inap
Rumah Sakit Grestelina. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis , 748-753.

Clament, I. (2011). Management Nursing services and education. Edition 1. India:


Elsevier.

Dampolii, S. H., Tucuan, A. A., & Maramis, F. R. (2018). HUbungan antara mutu
jasa pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien rawat inap di RS
Bhayangkara TK III Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1-9.

Dora, M. S., Ayuni, D. Q., & Asmalinda, Y. (2019). HUbungan komunikasi


terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Jurnal Kesehatan, 101-105.

Erita. (2019). Buku materi pembelajaran manajemen keperawatan. Jakarta:


Universitas Kristen Jakarta.

Indracahyani, A., & Rayatin, L. (2019). Analisis situasi dan optimalisasi


pelaksanaan metode asuhan keperawatan primer di RS anak dan bunda di
Jakarta. Jurnal LINK, 8-16.

Mbate, C. A., Zacharias, D. A., Lau, H. B., Nderu, N., Laukuang, R. M., Djampi,
C., & Luruk, A. S. (2017). Makalah Pariwisata Manajemen Kepuasan
Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan. Kupang: Universitas Nusa Cendana
Kupang.
Mugianti, S. (2016). Manajemen dan kepemimpinan dalam praktik keperawatan.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan.


Salemba Medika: Jakarta.

Nursalam. (2015). Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan.


Salemba Medika: Jakarta.

Orienti, T. N., Indracahyani, A., & Rayatin, L. (2019). Analisis situasi dan
optimalisasi pelaksanaan metode asuhan keperawatan primer di RS Anak
Dan Bunda di Jakarta. Jurnal LINK, 8-16.

Reni Nursanti., (2015). Ronde Keperawatan. Jombang: Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Rohita, T., & Yetti, K. (2017). Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan


melalui ronde dan pendokumentasian. 1-19.

Mbate, C. A., Zacharias, D. A., Lau, H. B., Nderu, N., Laukuang, R. M., Djampi,
C., & Luruk, A. S. (2017). Makalah Pariwisata Manajemen Kepuasan
Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan. Kupang: Universitas Nusa Cendana
Kupang.

Sri Krisnawati, K. M. (2017). Empat Pilar Metode Keperawatan Profesional.


Jurnal Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Sugiharto, A. S., Keliat, B. A., & Sri H, T. (2014). Manajemen Keperawatn:


Aplikasi MPKP di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Supartiningsih, S. (2017). Kualitas pelayanan kepuasan pasien rumah sakit: kasus


pada pasien rawat jalan. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Ruamh
Sakit, 9-15.

Susanti, S. S., Anggraini, D. D., Perangin-angin, M. A., Girsang, B. M., Ritonga,


I. L., & Tahulending, P. S. (2020). Manajemen dan kepemimpinan dalam
keperawatan. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai