Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit

adalah

institusi

pelayanan

kesehatan

yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang


menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Permenkes No. 147 tahun 2010). Rumah sakit umum mempunyai misi
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sedangkan tugas rumah sakit umum yaitu melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan, serta melaksanakan upaya
rujukan. Salah satu kegiatan untuk menyelenggarakan tugas tersebut rumah
sakit umum menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan (Kep
menkes RI no. 983,th 1992).
Keperawatan merupakan pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan,

berbentuk

pelayanan

bio-psiko-sosio-spiritual

yang

komprehensif dan ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik


sakit maupun sehat (Ali, 2001). Sebagai profesi yang merupakan bagian dari
masyarakat, keperawatan mengalami perkembangan dan perubahan seiring
dengan perubahan masyarakat itu sendiri.
Pada zaman yang sudah modern ini dan globalisasi rumah sakit juga
dituntut untuk mengikuti perkembangan yang telah ada dalam hal ini adanya
kompetisi yang sangat ketat antar rumah sakit. Hal ini berdampak pada
manajerial rumah sakit yang mengembangkan strategis salah satunya
adalah peranan system informasi manajemen di rumah sakit. Dalam hal ini
teknologi saat ini berkembang sangat cepat dan berpengaruh pada system
informasi manajemen. Salah satunya manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan
profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan 4 fungsi
manajemen

yaitu

perencanaan,

pengorganisasian,

pelaksanaan

dan

pengendalian. keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan


1

keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antara manusia dan konseptual


yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya
guna dan berhasil guna kepada klien. Karena didalam manajemen
keperawatan terdapat manajemen asuhan keperawatan yang merupakan
suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep konsep manajemen
didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi (mamad, http://www.scribd.com, diakses pada
tanggal 12 Februari 2012).
Maka manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan dimasa depan. Hal tersebut berkaitan
dengan tuntunan profesi dan tuntunan global bahwa setiap perkembangan
dan perubahan memerlukan secara profesional dengan memperhatikan
setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2002).
Peningkatan mutu pelayanan merupakan suatu indikator untuk
keberhasilan rumah sakit, untuk itu perawat dituntut dapat melakukan
asuhan keperawatan yang profesional sesuai dengan standar keperawatan
yang berlaku. Pemerintah sudah menetapkan kebijakan melalui Surat
Keputusan

Direktorat

jenderal

Pelayanan

Medik

DEPKES

RI

No:

YM.00.03.26.7637/1992 yang berisi tentang standar asuhan keperawatan


yang resmi diberlakukan untuk diterapkan dirumah sakit, dalam SK tersebut
dijelaskan bahwa seluruh tenaga keperawatan harus berorientasi pada
kebutuhan klien dengan menggunakan pendekatan secara sistematis, yaitu
proses keperawatan berdasarkan standar praktek keperawatan yang
mengacu pada lima tahapan, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Menurut Ali (2001) apabila proses
keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik maka akan diperoleh hasil
asuhan keperawatan yang bermutu, efektif dan efisien sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh klien.
Asuhan keperawatan

bermutu

dapat

dilaksanakan

melalui

pendekatan metodologis keperawatan. Pendekatan ini dapat berupa


pendekatan keperawatan tim, fungsional, kasus, atau keperawatan primer
(Grohar-Murray & DiCroce, 1997). Penetapan pendekatan ini sangat
dipengaruhi oleh visi, misi, dan tujuan rumah sakit dan ruang rawat,
ketersediaan tenaga keperawatan baik jumlah mapun kualifikasi, fasilitas
fisik ruangan, tingkat ketergantungan dan mobilitas klien, tersedianya

prosedur dan standar keperawatan, sifat ruangan dan jenis pelayanan


keperawatan yang diberikan.
Asuhan keperawatan yang baik, seorang perawat hendaknya memiliki
kemampuan untuk: (1) bina trust dengan pasien dan keluarga, serta
berkomunikasi baik dengan anggota tim kesehatan lain; (2) mengkaji kondisi
kesehatan pasien baik melalui wawancara, pemeriksaan fisik maupun
menginterprentasikan

hasil

pemeriksaan

penunjang;

(3)

menetapkan

diagnosis keperawatan dan memberikan tindakan yang dibutuhkan pasien;


(4) mengevaluasi tindakan keperawatan yang

telah diberikan serta

menyesuaikan kembali perencanaan yang telah dibuat. Selanjutnya hal ini


diterjemahkan dalam: (1) menunjukkan sikap caring ketika harus memberikan
asuhan keperawatan kepada klien, (2) adanya hubungan perawat-pasien
yang terapeutik, (3) kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, (4)
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pasien, serta (5) kegiatan jaminan
mutu (quality assurance).
Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh semua tim kesehatan
dimana semua tenaga termasuk perawat bertanggung jawab dalam
penyelesaian masalah kesehatan klien. penggorganisasian pelayanan
keperawatan secara optimal akan menentukan pelayanan keperawatan yang
diberikan. Bahasa dalam keperawatan dalam pelayanan keperawatan di
ruang rawat meliputi : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatn
dan sistem MPKP.
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang
dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati
pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai
intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya
sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap
pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena
memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta
dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat
dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab,2007).

Rumah sakit DUSTIRA adalah Rumah Sakit Tingkat II milik


Pemerintah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat yang berada di Jl. ,,,,,,,,,,,,,,Kota
Cimahi. Ruang ICU adalah ruang Ruang Intensive yang berkapasitas 13 TT
Unit perawatan kritis atau unit perawatan intensif (ICU) merupakan
unit rumah sakit di mana klien menerima perawatan medis intensif dan
mendapat monitoring yang ketat. ICU memilki teknologi yang canggih seperti
monitor jantung terkomputerisasi dan ventilator mekanis. Walaupun peralatan
tersebut juga tersedia pada unit perawatan biasa, klien pada ICU dimonitor
dan dipertahankan dengan menggunakan peralatan lebih dari satu. Staf
keperawatan dan medis pada ICU memiliki pengetahuan khusus tentang
prinsip dan teknik perawatan kritis. ICU merupakan tempat pelayanan medis
yang paling mahal karena setiap perawat hanya melayani satu atau dua
orang klien dalam satu waktu dan dikarenakan banyaknya terapi dan
prosedur yang dibutuhkan seorang klien dalam ICU ( Potter & Perry, 2009)..
Maka perlu adanya penerapan manajemen keperawatan yang tepat. Hasil
observasi kami selama melaksanakan praktik klinik komperhensif di ruang
ICU RS Dustira ditemukan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien sudah cukup baik, namun belum komperhensif mencakup
biopsikososiospiritual dan belum berfokus pada respon klien dan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia secara holistik. Asuhan keperawatan yang
diberikan diruang ICU RS Dustira tersebut tidak lepas dari bagaimana
penerapan manajemen asuhan keperawatan diruangan tersebut.
Maka berdasarkan uraian tersebut perlu adanya pengkajian lebih
lanjut tentang penerapan manajemen asuhan keperawatan di Ruang ICU RS
Dustira Kota Cimahi
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana penerapan manajemen keperawatan di ruang
2.

ICU RS Tingkat II Dustira Kota Cimahi


Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan praktik ini diharapkan mahasiswa
dapat :
a. Melakukan kajian unit pelayanan keperawatan di ruang ICU RS
Tingkat II Dustira Kota Cimahi

b. Mendiagnosa

masalah-masalah

terkait

dalam

proses

pemberian pelayanan keperawatan diruangan


c. Membuat plan of action untuk menjawab masalah-masalah yang
ditemukan
d. Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah
yang ditemukan
e. Memberikan pengarahan organisasional pada kelompok kerja,
melakukan fungsi kontrol dan evaluasi program.
C. Metode Penulisan
1. BAB I (Pendahuluan)
a. Latar Belakang
b. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
c. Metode Penulisan
d. Manfaat penelitian
2.

BAB II (Tinjauan Pustaka)


a. Manajemen
b. Manajemen Keperawatan
c. Konsep Manajemen Unit
d. Metode Kasus
e. Konsep Ruangan Manajemen Askep
f. Konsep ICU (intensive Care Unit)

3. BAB III (Kajian Situasi Manajemen Asuhan Keperawatan)


a. Profil Rumah Sakit
b. Profil Ruangan
c. Analisa SWOT
1) Man
2) Money Methode
3) Material
4) Money
5) Marketing
4. BAB IV (Penutup)
D. Manfaat Penulisan
1.

Bagi Rumah Sakit


Membantu meningkatkan kualitas manajemen Rumah Sakit
Tingkat II Dustira Ruang ICU untuk dapat mencapai tujuan organisasi
dibidang peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang paripurna

dan sebagai lahan pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan, penelitian


dan pengembangan ilmu kesehatan klinis dan perawatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Bagi Ruangan
Membantu perawat ruangan mencapai standar pelayanan yang
paripurna,

termotivasi

untuk

meningkatkan

kualitas

pelayanan

keperawatan yang bersifat mendasar terhadap peningkatan kualitas


hidup pasien.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip
Model Praktik dalam kepemimpinan dan pengelolaan keperawatan
profesional. Keperawatan Profesional dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan pada tingkat instalasi rawat inap disuatu tatanan
pelayanan kesehatan dan dapat berperan sebagai pembaharuan dan
model peran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap
staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant &
Massey, 1999 dalam Nursalam 2007). Manajemen juga diartikan sebagai
suatu organisasi bisnis yang memfokuskan pada produksi dan dalam banyak
hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan.

Manajemen adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks namun


teratur, sehingga bila manajemen dilaksanakan dengan baik akan mencapai
hasil kegiatan yang maksimal. (Suyanto, 2008: 2)
Manajemen ( Hersey dan Blanchard, 2002 ) adalah suatu proses
melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
kerja sama dengan orang lain dan merupakan suatu serangkaian kegiatan
(termasuk perencanaan dan pembuatan keputusan, pengorganisasian,
pimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya organisasi
(tenaga kerja, keuangan, fisik, dan informasi) yang bertujuan untuk
mencapai sasaran organisasi dengan cara yang efisien dan efektif.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan
dan

mencapai

perencanaan,

tujuan

organisasi

pengorganisasian,

dengan

pelaksanaan

penyusunan

fungsi-fungsi

personalia/kepegawaian,

pengarahan dan kepemimpinan serta pengawasan.


Prinsip Manajemen ada 14 yaitu :
1.

Pembagian kerja

2.

Keseimbangan wewenang dan tanggung jawab

3.

Disiplin

4.

Kesatuan komando

5.

Kesatuan arah

6.

Meletakkan kepentingan individu di bawah kepentingan bersama

7.

Kompensasi yang adil

8.

Sentralisasi

9.

Rantai skala

10. Tertib
11. Adil
12. Kestabilan personalia
13. Inisiatif
14. Esprit de corps
Dalam perusahaan, sumber daya dapat dibagi menjadi lima (5M) :
1. Menurut George R. Terry (1998) : Man, Materials, Machines, Methods,
Money.

2. Menurut Sunyoto (2012) : Manajemen pada dasarnya memiliki 6


unsur yaitu sering disingkat dengan (6M) yaitu : men, money,
methode, materials, machines, dan market. Unsur men (manusia)
B. Manajemen Keperawatan
1.

Definisi
Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada
pasien / keluarga / masyarakat. (Suyanto, 2008: 5)
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional (Nursalam, 2007).
Manajemen

keperawatan

adalah

perencanaan.

Perencanaan

adalah yang utama untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi-fungsi
dari manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran atau konsep nyata
yang sering dilaksanakan dalam penulisan, meskipun banyak orang
dalam perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung
jawab dari perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan tidak dilaksanakan
(Swansburg, 2000).
Pada hakikatnya proses manajemen keperawatan sejalan dengan
proses

keperawatan

sebagai

satu

metode

pelaksanaan

asuhan

keperawatan secara professional yang akhirnya keduanya saling


menopang. Sebagaimana dalam proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari: pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.
2.

Filosofi dan Misi


Filosofi

keperawatan

adalah

pernyataan

keyakinan

tentang

keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang


digunakan untuk berfikir dan bertindak (Chitty, 1997 dalam Nursalam,
2002).
Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/ rumah sakit
ditekankan pada :

a.

Hak

pasien

untuk

mendapatkan

pelayanan

dan

menentukan kehidupannya
b.

Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membedabedakan agama, suku, warna kulit, status dan jenis kelamin.

c.

Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan


pada pemenuhan kebutuhan indvidu

d.

Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian


integral dari pelayanan kesehatan lain

e.

Perlunya

koordinasi

dan

kerjasama

dalam

memanfaatkan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan


organisasi
f.

Perlunya evaluasi secara terus-menerus terhadap semua


pelayanan keperawatan yang diberikan.
Visi adalah perawat/manajer keperawatan harus mempunyai suatu

pandangan dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses


perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang
penduduk, sosial, ekonomi, politik yang akan berdampak pada pelayanan
kesehatan.
Misi adalah sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu
menjaga dan mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan
indonesia agar terus berjalan dan berkesinambungan.
Rumus sukses untuk mencapai visi dan misi :

S = V + M1 + M2
SV + M1 = Serba Tanggung
V + M2 = Melamun
M1 + M2 = Sampat ditempat yang salah
Keterangan :
S

: Sukses

: Visi

10

M1

: Misi

M2

: Motivasi

3.

Proses Manajemen Keperawatan


a.

Pengkajian-Pengumpulan Data
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada
suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin
berupa

sebuah

pembebasan

dari

gejala,

eliminasi

resiko,

pencegahan komplikasi, agumentasi pengetahuan atau keterampilan


kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam
proses manajemen keperawatan, bagian akhir adalah perawatan
yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.
Pengkajian

Diagnosis

Perencanaa
n

Pelaksanaa
n

Evaluasi

PROSES KEPERAWATAN
Pengumpulan
data

Perencanaan

Pengelolaa
n

Kepegawaian

Kepemimpinan

Pengawasan

Gambar 2.1 proses manajemen yang mendukung proses keperawatan


(Gillies,1996:2)
Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat
pelayanan

diruangan

atau

sebagian

pendekatan

system

disampaikan oleh Gillies (1989).


MASUKAN

PROSES

HASIL

yang

11

Gambar 2.2 Sistem manajamen Keperawatan (modifikasi gillies, 1996


b.

Perencanaan
1) Definisi
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
(Siagian, 2001).
a)

Menentukan

kebutuhan

dalam

asuhan keperawatan
b)

Menegakan tujuan

c)

Mengalokasikan anggaran belanja

d)

Memutuskan

ukuran

dan

tipe

tenaga keperawatan yang dibutuhkan


e)

Membuat pola struktur organisasi

f)

Menegakan kebijaksanaan
Prosedur Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi yang telah ditetapkan yaitu :

g)

operasional untuk mencapai visi


misi yang ditetapkan

2) Tujuan perencanaan menurut Douglas

12

a)

Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai


sasaran dan tujuan

b)

Hal tersebut bermakna pada pekerjaan

c)

Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel


dan fasilitas yang tersedia

d)

Hal tersebut efektif dalam hal biaya

e)

Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang,


sehingga membantu elemen perubahan

f)

Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebbutuhan


untuk berubah

g)

Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif

3) Langkah langkah perencanaan


a)

Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan

b)

Kumpulkan data

c)

Analisa

d)

Buat alternatif

e)

Pilih dan usulkan alternatif

f)

Pimpinan menetapkan alternatif

g)

Susun rencana

h)

Kaji ulang

4) Tahapan dalam perencanaan


a)

Pengumpulan data

b)

c)

Sensus pasien harian


Kapasitas tempat tidur
BOR
Rata- rata lama dirawat
Kecenderungan populasi pasien
Perkembangan teknologi
ketenagaan
Analisa lingkungan

Internal : strength, weakness

Eksternal : opportunity, threats


Pengorganisasian data

Pilih data penunjang dan penghambat


d)

Pembuatan rencana

13

c.

Pengorganisasian
1)

Definisi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,
alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan. (Siagian,1983 dalam Juniati)
Sedangkan

Szilagji

(dalam

Juniati)

mengemukakan

bahwa

fungsi

pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi


kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga
kerja dan komunikasi.
Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi :
a)

Pola

struktur

yang

berarti

proses

hubungan

interaksi yang dikembangkan secara efektif


b)

Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka


kerja dalam organisasi

c)

Struktur

kerja

organisasi

termasuk

kelompok

kegiatan yang sama, pola hubungan antar kegiatan yang berbeda,


penempatan tenaga yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang
efektif antar perawat.

2)

3)

Prinsip-prinsip pengorganisasian
a)

Pembagian kerja

b)

Pendelegasian tugas

c)

Koordinasi

d)

Manajemen waktu

Pengorganisasian di ruang rawat


a) Struktur organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan.
Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan tergantung pada
besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang rawat sebagi

14

wadah dan pusat kegiatan pelayanan keperawatan perlu memiliki


struktur organisasi tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur
organisasi raumah sakit bila dilihat dari surat keputusan menteri
Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. oleh karena itu direktur rumah
sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang ngatur struktur organisasi
b)

ruang rawat.
Pengelompokan kegiatan
Manager keperawatan dalam hal ini kepala ruangan bertanggung jawab
mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan
keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien,
sehingga kepala ruangan perlu mengkatagorikan klien yang ada
diunitkerjanya. Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan atas:
Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya
keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia
misalnya anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang
dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit.Terapi yang
dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa rumah sakit ini
pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas.

4)

Pelaksanaan
1)

Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu hubungan secara sosial dimana
satu kelompok memiliki suatu kemampuan yang lebih besar untuk
mempengaruhi perilaku orang yang lain daripada untuk dipengaruhi oleh
orang lain (Gillies).
Beberapa

faktor

yang

dapat

mempengaruhi

perilaku

kepemimpinan antara lain :


a)

Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan menentukan pola pikir dan wawasan
seseorang. Hal tersebut tidak kita pungkiri, termasuk dalam hal ini
pola pikir dan wawasannya tentang kepemimpinan. Selain itu
tingkat pendidikan juga merupakan bagian dari pengalaman kerja
(Rakhmat, 1999 dalam Rohayani, 2007).

b)

Lama bekerja di organisasi

15

Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan


menentukan

pertumbuhan

dalam

pekerjaan

dan

jabatan.

Pertumbuhan jabatan dalam pekerjaan dapat dialami oleh


seseorang

hanya

berpengalaman,

apabila

dijalani

dan diharapkan

proses

orang

belajar

yang

dan

bersangkutan

memiliki sikap kerja yang positif ke arah positif (Rakhmat, 1999


dalam Rohayani, 2007).
c)

Lama menjabat pada jabatan sekarang


Seperti halnya dengan lama bekerja di organisasi, lama menjabat
pada jabatan sekarang juga berkaitan dengan penyesuaian
jabatan, penyesuaian diri sendiri terhadap pekerjaan atau jabatan
itu sendiri, terhadap jam kerja, terhadap personal lain terutama
terhadap bawahannya (Rakhmat, 1999 dalam Rohayani, 2007).
Merton mengungkapkan kepemimpinan yang efektif dapat
memenuhi empat keadaan yaitu :
a)

Seseorang

akan

mengerti

apabila menerima suatu komunikasi


b)

Orang

ini

mempunyai

pedoman apa yang harus dilakukan yang diminta oleh


komunikasi tadi
c)

Orang ini percaya bahwa


perilaku yang diminta adalah sesuai dengan kehendak
perorangan dengan nilai yang baik

d)

Orang ini percaya bahwa hal


itu sesuai dengan tujuan dan nilai organisasi.
Menurut

Mcgregor,

variabel

untuk

memahami

kepemimpinan :
a) Karakteristik pimpinan
b) Sikap, kebutuhan dan karakteristik bawahan
c) Orang ini percaya bahwa perilaku yang diminta adalah
sesuai dengan kehendak perorangan dengan nilai yang
baik
d) Keadaan ekonomi, ekonomi, dan politik lingkungan

16

Pengembangan teori kepemimpinan


a.

Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai suatu cara penampilan
karakteristik atau tersendiri. Menurut Follet (1940 dalam Nursalam,
2003), gaya didefinisikan sebagai hak istimewa yang tersendiri dari si
ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan.
Gillies (1970 dalam Nursalam, 2002). menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan perilaku pemimpin itu
sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman
bertahun-tahun dalam kehidupannya, oleh karena itu kepribadian
seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
a)

Menurut Tannenbau & Warrant H Schmitdt

Terdapat 2 titik ekstrim : atasan dan bawahan

Dipengaruhi faktor manajer, bawahan dan situasi

b) Menurut likert
Otoriter eksploratif
Authoritative

Konsultatif

Partisipatif

c) Teori X dan Y ( douglas dan mcgregor)


Teori X
Teori X mengasumsikan bahwa itu tidak menyukai pekaryaan,
kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung
menolak

perubahan

dan

lebih

suka

dipimpin

daripada

memimpin.
Teori Y
Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu senang bekerja,
bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu
mengawasi diri, mampu berimajinasi dan kreatif.
Dari teori ini gaya kepemimpinan dibedakan menjadi 4
macam yaitu :
1) Gaya kepemimpinan Diktator

17

Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan


ketakutan

serta

menggunakan

ancaman

dan

hukuman

merupakan bentuk dari pelaksanaan teori X.


2) Gaya kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan
gaya kepemimpinan dikatator namun bobotnya agak kurang.
Segala keputusan berada ditangan pemimpina, pendapat dari
bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan
pelakasanaan dari teori X.
3) Gaya kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam
pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara
musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai
dengan teori Y.
4) Gaya kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala
keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini
sesuai dengan teori Y (Azwar, 1996).
d)

Menurut Robert house


Directive
Supportive
Partisipative
Achievement oriented

e)

f)

Hersey & Blnchard

Intruksi

Konsultatif

Partisipasi

Delegasi

Menurut Ronal Lippit & Rapiph K white


1.

Otoriter
Gaya kepemimpinan ini pimpinan akan bertindak sendiri dan
memberitahukan kepada para bawahannya bahwa ia telah
mengambil keputusan tertentu dan para bawahannya itu hanya

18

berperan sebagai pelaksana karena mereka tidak dilibatkan


sama sekali dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
Gaya kepemimpinan ini mempunyai ciri sebagai berikut :
(1) Wewenang mutlak pada pimpinan
(2) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
(3) Kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan
(4) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada
bawahan
(5) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat
(6) Prakarsa harus selalu dari pimpinan
(7) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan
saran, pertimbangan atau pendapat
(8) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
(9) Lebih banyak kritik daripada pujian
(10) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa
syarat
(11) Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman
(12) Kasar dalam bersikap
(13) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan
2. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Berbagai kegiatan yang
akan dilakukan bersama-sama antara lain pemimpin dan
bawahan. Gaya kepemimpiinan ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
(1)

Wewenang pimpinan tidak mutlak

(2)

Pimpinan

bersedia

melimpahkan

sebagai

wewenang

kepada bawahan
(3)

Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

(4)

Komunikasi berlangsung timbal-balik

19

(5)

Pengawasan dilakukan secara wajar

(6)

Prakarsa dapat datang dari bawahan

(7)

Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan


saran dan pertimbangan

(8)

Tugas-tugas kepada bwahan diberikan dengan lebih


bersifat permintaan dari pada instruktif

(9)

Pujian dan kritik seimbang

(10) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan


dalam batas masing-masing
(11) Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
(12) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan
bertindak
(13) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati dan
menghargai
(14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi di tanggung
secara bersama-sama
Pada gaya kepemimpinan ini bawahan dilibatkan dalam
setiap kebijakan yang diambil, sehingga timbul suatu
kepuasan berorganisasi. Perawat pelaksana dalam hal ini
sebagai bawahan dari kepala ruangan akan merasakan
bahwa

kehadirannya

kerjanya

sehingga

dibutuhkan
akan

dalam

lingkungan

memungkinkan

akan

meningkatnya tingkat produktivitasnya.

3.

Liberal
Kepemimpinan
kemampuan

gaya

Liberal

mempengaruhi

atau

Laissez

orang

lain

Faire
agar

adalah
bersedia

bekerjasama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai


kegiatan dan pelaksanaannya dilakukan lebih banyak diserahkan
kepada bawahannya. Gaya kepemimpinannya ini bercirikan
sebagai berikut :

20

(1) Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada


bawahan
(2) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
(3) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
(4) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan bawahan
(5) Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
(6) Prakarsa selalu berasal dari bawahan
(7) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
(8) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
(9) Kepentingan pribadi lebih penting daripada kepentingan
kelompok
(10) Tanggung

jawab

keberhasilan

organisasi

dipikul

oleh

perorangan
Pada gaya kepemimpinan ini terlihat bahwa keterlibatan
bawahan sangat tinggi untuk menentukan alur kerja
organisasi

sehingga

pada

satu kondisi

akan

sangat

menguntungkan bagi para bawahan (perawat pelaksana)


dimana mereka dapat mengeksplorasikan dirinya untuk
aktualisasi dirinya, tetapi dilain pihak untuk para perawat
yang kurang mempunyai kemampuan memadai akan sedikit
mendapatkan kebingungan akibat tidak adanya/kurangnya
supervisi dan pengarahan dari atasan.
g)

Berdasarkan kekuasaan dan wewenang


Otoriter
Demokratis
Partisipatif
Bebas tindak

2)

Komunikasi
Adalah alat atau cara seseorang mengirim pesan ke orang lain
dan mengharapkan respon dari orang tersebut (Johnson, 1981). Dalam
kontek manajemen manajer mengirimkan berita kepada bawahannya
baru dapat dikatakan berkomunikasi bila bawahannya menerima dan
mengerti pesan yang disampaikan dan memiliki persepsi yang sama
diantara keduanya.

21

1.

Tujuan Komunikasi menurut Effendy (2000) tujuan komunikasi ada


4, yaitu :
a.

Mengubah sifat orang

b.

Mengubah opini atau pendapat/pandangan

c.

Mengubah perilaku

d.

M
empengaruhi
Dalam konteks manajemen dan kepemimpinan komunikasi
digunakan

oleh

manajer

untuk

mempengaruhi

pikiran,

pengertahuan dan perilaku bawahan dalam upaya untuk


mencapai tujuan organsasi secara efektif dan efisien.
2.

Hambatan Komunikasi
Secara objektif hambatan yang secara tidak disengaja
keberadaannya (faktor lingkungan, kurang kemapuan, waktu yang
tidak tepat, media tidak cocok). Secara subjektif hambatan yang
secara

sengaja

dibuat

sehingga

menimbulkan

gangguan

(pertentangan kepentingan, prejudis, iri hati).


a.

F
aktor komunikator
1)

Keterampilan yang kurang dalam penyampaian isi pesan

2)

Penggunaan media tidak tepat

3)

Tidak bisa memanipulasi kondisi lingkungan yang tidak


kondusif

4)

Kurang kemampuan dalam merumuskan tujuan komunikasi


ke dalam pesan yang disampaikan

b. Faktor komunikan
1) Selektifitas
2) Antisipasi terhadap isi pesan
3) Komunikan
mempunyai
anggapan-anggapan
terhadap komunikator
3.

Faktor Pendukung
a.

Komunikator

tertentu

22

1)

Kepercayaan terhadap komunikator, faktor ahli dalam


bidangnya, faktor apakah komunikator adalah orang yang

2)
b.

dipercaya atau tidak


Daya tarik komunikator

Komunikan
1)

Komunikan benar-benar mengerti isi pesan

2)

Pada saat iya mengambil keputusan, ia sadar bahwa


keputusan itu sesuai dengan tujuannya

3)

Pada saat iya mengambil keputusan, ia sadar bahwa


keputusan itu bersangkutan dengan kepentingan dirinya

4)

Komunikan mampu menepati baik secara mental maupun


secara fisik.

Teknik komunikasi efektif manajer dengan bawahan model ohio


state:
Pertimbangan tinggi
PT SR

PT ST

Partisipasi
PR SR

Selling
PR ST

Delegasi

Telling

Struktur tugas tinggi


Hersey dan Blanchard (1977) menggunakan teori kepemimpinan
situasional untuk menggolongkan dan menjelaskan kata kerja aktif dari
tiap perilaku pemimpin :
Telling :
Digunakan

untuk

kondisi

struktur

tugas

tinggi

dan

pertimbangan rendah

Komunikasi satu arah

Manajer

memerintahkan

bawahan

tentang

apa,

bagaimana, dimana, bawahan harus melakukan tugasnya.


Selling :

Digunakan pada struktur tugas tinggi dan pertimbangan/


hubungan rendah

Sebagian besar arahan masih dibuat oleh manajer

23

Komunikasi dilakukan dengan dua arah

Partisipasi :

Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/

hubungan tinggi
Pimpinan

dan

bawahan

bersama-sama

membuat

keputusan melalui komunikasi dua arah


Manajer hanya memfaasilitasi karena bawahan memiliki

kemampuan dan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah yang


ada
Delegasi :

Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/


hubungan rendah

Bawahan

diberi

kesempatan

untuk

memainkan

kemampuan yang dimilikinya

Dituntut bawahan memiliki kemampuan tinggi dalam


menyelesaikan masalah.

4. Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi
pesan.Pesan dapat berupa pesan verbal, tertulis, ataupun nonverbal.
Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal,
dimana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilainilai, kepercayaan, temperamen, dan tingkat stress pengirim pesan dan
penerima pesan, sedangkan factor eksternal meliputi: keadaan cuaca,
suhu, factor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah harus peka terhadap
factor internal dan eksternal, seperti persepsi dari komunikasi yang
ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.
Factor internal

Komunikator

Factor
eksternal
Tertulis
Verbal

Pesan

Non-verbal
Factor internal
Faktor
eksternal

Komunikan

24

Gambar 2.4 Diagram proses komunikasi (Marquis & Huston, 1998: 290)
5. Prinsip komunikasi manajer keperawatan
Walaupun komunikasi dalam satu organisasi adalah sangat kompleks,
manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap
di bawah ini (Nursalam, 2007):
(1) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk pemahaman
tentang siapa yamg akan terkena dampek dari pengambilan
keputusan yang telah dibuat. Jaringan komunikasi formal dan
(2)

informal perlu dibangun antara manajer dan staf.


Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai
bagian proses yang tak terpisahkan dalamkebijakan organisasi.
Jika bagian lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi,
manajer harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta
umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu

(3)
(4)

perubahan atau tindakan.


Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat
Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat. Salah satu cara untuk melakukannya pada
proses ini adalah meminta penerima oesan untuk mengulangi

(5)

pesan atau instruksi yang disampaikan


Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi
manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua
informasi yang disampaikan orang lain, dan menunjukan rasa

menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.


6. Model komunikasi menurut Nursalam tahun 2007:
(1) Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi.
Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah
mengembangkan

metode

penulisan

dalam

mengkomunikasikan

pelaksanaaan pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat

25

menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam


komunikasi

tertulis,

khususnya

pada

stafnya.

Menurut

Asosiasi

pendidikan kesehatan di Amerika (1988) komunikasi tertulis dan memo


dalam suatu organisasi meliputi:
(a) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis
(b) Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu dipertimbangkan
dampaknya
(c) Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata. Tulisan
yang sederhana akan lebih mudah dipahami dan memungkinkan
untuk dibaca orang lain
(d) Gunakan seminimal mungkin

kata-kata yang

tidak penting.

Temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan,


sehingga orang lain mudah mengerti.
(2) Komunikasi secara langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan
bawahan baik secara formal maupun informal.Mereka juga melakukan
komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu
dalam kelompok dan presentasi secara formal (Nursalam, 2007).
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Pelaku asertif adalah
suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu untuk
mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur dan dengan cara
yang sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak
berkomunikasi. Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif
adalah

pasif

dan

agresif,

khususnya

agresif

yang

tidak

langsung.Komunikasi pasif terjadi jika individu tidak tertarik terhadap


topik atau karena enggan berkomunikasi, sedangkan komunikasi agresif
terjadi jika individu merasa superior terhadap topik yang dibicarakan
(Nursalam 2007).
(3) Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
ekspresi

wajah,

gerakan

tubuh

dan

sikap

tubuh

atau

body

language.Komunikasi non verbal meliputi komponen emosi terhadap


pesan yang diterima atau disampaikan, maka komunikasi non verbal
lebih mengandung arti yang signifikan dibandingkan komunikasi verbal.
Tetapi akan menjadi sesuatu yang membahayakan jika komunikasi
nonverbal disalah artikan tanpa adanya penjelasan secara verbal
(Nursalam 2007). Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi

26

verbal dan non verbal, agar individu (atasan atau bawahan) dapat
menerima pesan secara jelas (Nursalam 2007).

27

MISI ORGANISASI
(terbaik dalam pelayanan
dan penilaian)

Penampilan praktik yang


terbaik

pendidikan

penghargaan

komunikasi

struktur

budaya

TUJUAN :

Peningkatan struktur
kesehatan pasien
dan organisasi dalam
meningkatkan
kepuasan pasien dan
perawat
PENCAPAIAN :
Struktur
implementasi
fokus kepada
klien
Struktur strategi
manajemenstrate
gis dalam
implementasi
Struktur/bagian

teknologi

TUJUAN :

TUJUAN :

Fokus pada pasien


dan orang, dan
nilai-nilai budaya

Untuk mendukung
komunikasi dalam
pengambilan
keputusan dan
benchmarking
meningkatkan
kepuasn pasien
dan staf

PENCAPAIAN :

PENCAPAIAN :

Sistem kepuasan
staf
Strategi manajemen
tentang nilai-nilai
Perkembangan
filosofi RS

System
pembayaran
Jaringan dengan
mobile phone
jurnal

Gambar 2.5. Diagram strategi komunikasi yang terbaik dalam praktik


keperawatan

28

3. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang
memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini
termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu
(Stoner & freeman, 1995)
a.

Berdasarkan isinya
1)

2)

3)
4)

Need hierarchy (maslow)

Fisiologi

= Gaji pokok

Aman

= Perencanaan reguler (gaji)

Kasih sayang

= Kerjasama secara tim

Harga diri

= Pencapaian posisi

ERG theory (clayton alderfer)


E : Existence (fisiologi dan aman)
R : Relatedness (kasih sayang)
G : Growth (harga diri dan aktualisasi)
Two factor (frederick herzberg)
Motivators : kepuasan kerja
Hygiene
: lingkungan yang kondusif
Learned theory (Mc clelland)
Affilition
:Bersahabat
Power
:Memerintah orang lain
Achievement
:Suka tantangan, kompetisi

dan

menyelesaikan masalah secara efektif.


b. Berdasarkan prosesnya
1)

Equity theory (adams) =

Berdasarkan nilai-nilai dan

keadilan terhadap karyawan


2) Expectancy theory
e. Evaluasi
Tujuan evaluasi yaitu untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung dalam pelaksanaan.
Stratregi dalam mencapai kualitas pelayanan:
1) TQM

Menseleksi kesempatan

Mendefinisikan masalah khusus

Mengidentifikasi sebab dari akr masalah

29

Memilih, menguji dan mengimplementasikan

dalam upaya perbaikan


2) Benchmarking
Benchmarking terjadi ketika sebuah organisasi mengidentifikasi
kelemahan dan membandingkan dengan organisasi yang lain
yang telah mencapai tingkat ideal (Dale, 1994 dalam Nasution,
2001)

C.

Internal benchmarking

Competitive benchmarking

Functional benchmarking

Generic benchmarking

KONSEP MANAJEMEN UNIT


1.

Manajemen Unit (Nursalam, 2007)


a) Ruangan
(1) Sarana Ruangan : Lingkungan kerja untuk pencapaian proses
manajerial keperawatan di ruang rawat inap bedah umum
secara keseluruhan mempunyai: ruang perawatan lengkap
dengan tempat tidur dan kamar mandi klien, ruang peralatan,
ruang perawat/nurse station berada ditengah ruang perawatan,
ruang kepala ruangan + ruang tamu + kamar mandi + ruang
peralatan, ruang ganti perawat + kamar mandi perawat ruang
konferensi, mushola, ruang administrasi, ruang spoolhoek, dapur
dan gudang serta depo farmasi.
(2) Letak: jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan
ruang operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.
(3) Posisi: dekat dengan nurse station dan depo farmasi.
(4) Kondisi: pencahayaan cukup dan sesuai luas ruangan, besar
ruangan sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran
jendela sesuai dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak
berjamur, bersih, pintu fleksibel dapat dilalui brankard, bersih,
tidak licin. Perbandingan kamar mandi dengan klien sesuai,
lantai tidak licin, bersih, letak terjangkau oleh klien. Kasur bersih,
dapat dirubah posisinya, terdapat side rails, fasilitas ruangan tidak

30

mengganggu delivery klien, sampiran ada pada setiap tempat tidur


klien. Terdapat papan penunjuk arah.
b)

Alat dan bahan


(1) Alat tenun (jumlah dan kondisinya): laken, boven laken, sarung
bantal, sarung guling, perlak, stik laken, selimut, baju klien,
waslap, taplak meja, alas baki, handuk, sarung buli-buli, sarung
O2, gorden, dan vitrage.
(2) Alat kesehatan (jumlah dan kondisinya): bak instrumen (besar,
sedang, kecil), bak steril, kom, pinset anatomis dan chirurgis,
gunting (jaringan, hecting, perban), bengkok, korentang dan
tempatnya.
(3) Alat-alat tanda vital: tensimeter, stetoscope, termometer,
(4) Alat-alat pemeriksaan fisik: refleks hammer, tongue spatel,
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

timbangan BB, pengukur TB, midline.


Irigator, WWZ panas/dingin, waskom mandi.
Alat transportasi: brankard, kursi roda
Emergency trolley
O2 dan manometer
Bahan habis pakai: alkohol, betadine, aquadest, savlon, H 2O2,
NaCI, cairan infus, lysol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas,
kassa plester, set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag,

dan obat-obatan.
(10) Alat-alat rumah tangga: kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,
kursi, lemari (besar dan kecil), lampu, alat makan (piring,
sendok, gelas), kompor, gayung, tempat sampah (medis, ATK,
umum), kapstok pakaian, rak handuk, keset, telepon dan white
board.
(11) ATK, amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku, lem,
perforator,

spidol,

formulir

(perencanaan,

pengkajian

dan

implementasi) resume klien pulang/meninggal/dirujuk, grafik suhu


nadi, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi).
c)

Hubungan perawat-klien
(1) Hubungan perawat-klien dimulai sejak klien masuk, selama
perawatan (pelaksanaan proses keperawatan) sampai klien pulang.
(2) Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan
proses keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan yang

31

diberikan pada klien sangat lergantung pada hubungan perawatklien.


d) Hubungan perawat-perawat
(1) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
(2) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan

dengan

kondisi.
(3) Kegiatan serah terima klien dilakukan setiap pergantian dinas
dan

berorientasi

pada

asuhan

keperawatan

yang

telah

direncanakan.
Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
Media komunikasi antar perawat menggunakan buku
laporan, bukuronde dan whiteboard.
e) Hubungan perawat-profesi lain
(1) Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk mengangani
(2)
(3)
(4)
(5)
f)

masalah tim.
Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik
Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis.
Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas
Saling menghargai antar profesi.

Kepuasan kerja (Nursalam, 2007)


(1) Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebihsering mangkir
danlebih besar kemungkinan mengundurkan diri .
(2) Karyawan dengan
kepuasan
kerja
yang

tinggi

akan

mempunyaikesehatan yang lebih baik dalam usia yang lebih


panjang.
(3) Kepuasan terhadap pekerjaan dibawah dalam kehidupan
karyawan diluar pekerjaan.
(4) Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktivitas yang
tinggi.
Beberapa Dimensi Kepuasan Kerja Perawat :
(a) Dimensi upah yaitu jaminan kesehatan yang diterima oleh
perawat.
(b) Dimensi tuntutan tugas yaitu unsur kesesuaian antar beban
kerja diberi kepada perawat dengan waktu yang diperlukan
oleh perawat itusendiri.

32

(c) Dimensi

kebijakan

organisasi

yaitu

mengenai

unsur

kebijakan rumahsakit terhadap penyediaan lingkungan dan


prasarana guna menunjang kelancaran dan kemudahan
perawat dalam bekerja.
(d) Dimensi interaksi yaitu unsur hubungan dan kerja sama antar
tenaga perawat dengan tenaga medis dan non medis.
(e) Dimensi wewenang yaitu
jawab

kesesuaian

antar tanggung

yang diberikan kepeda perawat dalam wewenang

sebagai seorang perawat.


(f)

Dimensi

profesional

yaitu

perasaan

perawat

terhadap

keberartian danpentingnya pekerjaan yang mereka lakukan.


2.

Kekuatan Kerja
a. Manusia/Man
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (profesional lanjut, profesional
pemula,

vokasional,

dan

lain-lain).

Jenis

ketenagaan

atau

pendidikan.keterampilan khusus yang dimiliki perawat yang didapat melalui


kursus atau pendidikan dan pelatihan. Jumlah tenaga profesional lainnya
yang terkait meliputi: dokter, ahli gizi, petugas lab, tenaga administrasi, dan
cleaning service (Nursalam, 2007).
(1) Untuk alat ukur dibuat berdasarkan rata-rata klien membutuhkan
perawatan:
1. Minimal Care
2. Intermidiate Care

: 1 jam/hari
: 2 jam/hari

3. Maksimal Care

: 2,5 jam/hari

(2) Formula pembagian shift :


1. Pagi : 47 %
2. Sore : 36 %
3. Malam : 17 %
(3) Pembagian proporsi tenaga untuk asuhan langsung profesional:55% :
45%
(4) Jumlah hari libur dalam setahun:
1. Rata-rata hari minggu pertahun

: 52 Hari

2. Libur Nasional
3. Cuti Sakit
4. Jumlah Hari Pertahun
5. Jam Kerja Produktif

: 15 Hari
: 7 Hari
: 365 Hari
: 7 Jam

33

(5) Jumlah Perawat (tenaga asuhan langsung)


Total kebutuhan jam perawatan/hari x Jumlah hari dalam setahun
(Jumlah hari dalam setahun hari libur dalam setahun) x 7
(6) Jumlah Tenaga Pendukung Asuhan
(Kapasitas unit/30 x jml shift x 20 jam) x jml hari /thn
(Jml hari dlm Setahun hari libur dlm setahun) x 7
(7) Tanggung jawab dan peran perawat
(a) Uraian tugas kepala ruangan
1. Membaca laporan kejadian diruangan yang dibuat oleh
2.

pelaksana pelaksana
Melaksanakan pengkajian

3.

status biopsikososial spiritual pasien


Memberikan bimbingan dan pengarahan

keperawatan

terhadap
kepada

pelaksana perawatan dalam memecahkan masalah4.

masalah keperawatan
Membantu pelaksana perawat dalam memberikan
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

5.

sesuai dengan kebutuhan atau masalah yang dihadapi


Mengendalikan, mengatur, dan memelihara peralatan
agar dalam keadaan siap pakai serta menyusun
permintaan kebutuhan alat-alat,

obat-obatan dan

6.

bahan habis pakai


Mempartanggung

7.

kegiatan di ruangan
Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan perawatan

8.

yang dilakukan
Mengklasifikasikan/mengelompokan pasien diruangan

jawabkan

pelaksanaan

hasil

rawat inap menurut tingkat kegawatan, infeksi dan non


9.

infeksi
Memberikan

penilaiaan

pelaksanaan

pekerjaan

pegawai bagi tenaga pelaksana perawatan


10. Memberikan program orientasi bagi tenaga perawat
baru atau tenaga lainnya yang akan bekerja diruang
rawat
11. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana
perawatan

34

12. Memelihara hubungan baik dengan unit lain dan tim


kesehatan lainnya
13. Mengawasi pelaksanaan system

pencatatan dan

pelaporan
14. Menghadiri pertemuan berkala yang di adakan oleh ka.
Sie keperawatan dan staf, ka. Instalasi rawat inap
15. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh ka. Sie
keperawatan dan ka. Instalasi rawat inap
(b) Uraian tugas clinical Instruktur
1. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan
2.

tenaga perawatan yang bekerja di ruangan


Merencanakan jenis kegiatan yang akan dilakukan

3.

sesuai dengan kebutuhan pasien


Menyusun dan mengatur jadwal dinas perawat dan

4.

tenaga lainnya
Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan
cara bekerjasama dengan pihak lain yang terkait

5.

dalam pelayanan diruangan


Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga

6.

perawat untuk melaksanakan pelayanan keperawatan


Menyususn permintaan kebutuhan rutin, alat, obat, dan

7.

bahan yang diperlukan diruangan


Mengatur dan menkoordinasikan peralatan agar selalu

8.

dalam keadaan siap pakai


Mempertanggung jawabkan

9.

ruangan
Mengklarifikasi atau mengelompokkan pasien diruang

pelaksanaan/infentaris

rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi dan non


infeksi
10. Memberi asuhan keperawatan
11. Mengadakan kerjasama dan memelihara hubungan
baik dengan unit lain dan Ka. Instalasi
12. Memberikan program orientasi bagi tenaga perawat
baru atau tenaga lainnya yang akan bekerja diruang
rawat
13. Mengawasi dan membimbing siswa dan mahasiswa
praktek
14. Mengawasi pelaksanaan pencatatan dan pelaporan

35

15. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan


tenaga perawat
(c) Penanggung jawab shift
1. Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas
pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat
2.
3.

penggantian dinas
Memebrikan asuhan keperawatan
Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga

4.

pasien untuk melaksanakan program kesehatan


Menerima pasien sesuai dengan prosedur

5.

ketentuan yang berlaku


Melaksanakan program

orientasi

kepada

dan

pasien

tentang ruang rawat, lingkungan, peraturan dan tata


6.

tertib
Menciptakan hubungan baik dengan tim kesehatan lain

7.

diunit kerja
Menyiapkan dan memelihara alat keperawatan dan

8.

alat lainnya diruang rawat inap agar selalu siap pake


Melaksanakan tugas jaga pagi, sore, malem secara

9.

bergilir sesuai dengan jadwal dinas


Melaksanakan dan memelihara system perawat dan
pelaporan pelayan keperawatan yang tepat dan benar

sesuai prosedur
10. Mengikuti pertemuan berkal yang diadakan oleh
kepala instalansi atau ruangan atau seksi keperawatan
11. Meningkatakan pengetahuan dan keterampilan
dibidang keperawatan
12. Memelihara kebersihan ruanagan dan lingkungan
13. Melaksanakan gugus kendali mutu
14. Memegang rahasia jabatan
(d) Ketua tim
1. Memimpin serah terima tugas anatar pelaksana
2. Melakukan pengkajian keperawatan terhadap ststus
3.

biopsikososisal dan spiritual


Mengkoordinasikan tindakan tindakan keperawatan
yang akan dilaksankan dalam mengatasi masalah
yang dihadapi pasien

36

4.

Bersama-sama dengan pelaksana memepersiapkan

5.

alat-lat keperawatan atau medis


Membimbing anggota tim untuk melaksankan tindakan

6.

dan mencatat tindakan yang telah dilakukan


Mengkoreksi hasil pengkajian, proses keperawatan

7.

dan kelengkapan pendokumentasian


Mengevaluasi
hasil
kegiatan
atau

8.

keperawatan yang telah dilakasanakan


Menilai kemajuan semua psien dari hasil pengamatan

9.

langsung atau laporan dari anggota


Melaksankan tugas jaga pagi, sore dan malam secara

tindakan

bergilir sesuai dengan jadwal dinas


(e) Pelaksana perawat ruang rawat inap
1. Melaksankan serah terima tugas kepala petugas
pengganti secara lisan maupun tulisan pada sat
2.

penggantian dinas
Memberikanasuhan keperawatan pada pasien
a. Melakukan
pengkajian
dalam
b.
c.
d.
e.

upaya

menguampulkan data dan informasi


Menegakkan diagnosa keperawatan
Merencanakan tindakan
Melaksanakan tindakan keperawatan
Melaksankan evaluasi terhadapo tindakan yang

3.

dilakukan
f. Mendokumentasikan hasil tindakan
Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga

4.

pasien untuk melaksanakan program kesehtan


Menerima pasien sesuai dengan prosedur

5.

ketentuan yang berlaku


Melaksasnkan program

orientasi

kepada

dan

pasien

tentang ruang rawat dan lingkungan, peraturan dan


6.

tata tertib
Menyiapkan dan memelihra alat keperawatan dan alat

7.

lainnya diruang rawat inap agar sellau siap pakai


Melaksankan tugas jaga pagi, sore, malam dan hari

8.

libur secara beregilir sesuai dengan jadawal dinas


Melaksnakan dan memelihara system keperawatan
dan pelaporan pelayan keperawatan yang tepat dan
benar sesuai dengan prosedur

37

9.

Memebina hunbungan baik dengan unit lain dan tim

kesehtan lainnya
10. Memelihara kebersihan ruangan dan lingkun gan
11. Menin gkatkan penegetahuan dan keterampilan
dibidang keperawatan
12. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Ka.
Instalasi atau Ka. Ruangan atau CI keperawatan
13. Melaksanakan gugus kendali mutu
14. Memegang rahasia jabatan
b.

Uang/Money
Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus
jelas,

dalam

arti

harus

transparan.Untuk

pengeluaran

ada

perencanaan pengeluaran seperti untuk pengembangan program,


insentif perawat dan untuk lain-lain (Supriyatno, 2005).
c.

Metode
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / grup
yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu.
1) Konsep dasar SOP dan SAK
a) Pengertian SOP
(1) Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan
untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi.
(2) SOP

merupakan

tatacara

atau

tahapan

yang

dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan


suatu proses kerja tertentu.
b)

Tujuan SOP
(1) Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat
kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi
atau unit kerja.
(2) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiaptiap posisi dalam organisasi
(3) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung
jawab dari petugas/pegawai terkait.

38

(4) Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai


dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
(5) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan,
duplikasi dan inefisiensi
c)

Fungsi SOP :
(1) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit
kerja.
(2) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
(3) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan
mudah dilacak.
(4) Mengarahkan

petugas/pegawai

untuk

sama-sama

disiplin dalam bekerja.


(5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan
rutin.

d)

Penerapan SOP
(1) SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan
dilakukan
(2) SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan
tersebut sudah dilakukan dengan baik atau tidak
(3) Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada
perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi
lingkungan kerja.

e)

Keuntungan adanya SOP


(1) SOP yang baik akan

menjadi

pedoman

bagi

pelaksana, menjadi alat komunikasi dan pengawasan


dan

menjadikan

konsisten

pekerjaan

diselesaikan

secara

39

(2) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam


bekerja dan tahu apa yang harus dicapai dalam setiap
pekerjaan
(3) SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat
trainning dan bisa digunakan untuk mengukur kinerja
pegawai.
Dalam menjalankan operasional perusahaan , peran
pegawai memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat
signifikan. Oleh karena itu diperlukan standar-standar
operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguhsungguh untuk menjadi sumber daya manusia yang
profesional, handal sehingga dapat mewujudkan visi dan
misi perusahaan.
f)

Pengertian SAK
Standar praktek
pernyataan

yang

keperawatan

menguraikan

suatu

adalah

suatu

kualitas

yang

diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan


untuk klien ( Gillies, 1989h. 121). Fokus utama standar
praktek keperawatan adalah klien. Digunakan untuk
mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang
diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan.
Melalui standar praktek dapat diketahui apakah intervensi
atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai
dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Tipe standar praktek keperawatan :Beberapa tipe
standar

telah

digunakan

untuk

mengarahakan

dan

mengontrol praktek keperawatan. Standar dapat berbentuk


normatif yaitu menguraikan praktek keperawatan yang
ideal yang menggambarkan penampilan perawat yang
bermutu tinggi, standar juga berbentuk empiris yaitu
menggambarkan praktek keperawatan berdasarkan hasil

40

observasi

pada

sebagaian

besar

keperawatan (Gillies 1989,h.125).


Secara umum standar

sarana

praktek

pelayanan

keperawatan

ditetapkan untuk meningkatkan asuhan atau pelayanan


keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau
proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria
pelayanan yang diharapkan. Penyusunan standar praktek
keperawatan berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi,
klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
d.

Material
Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis:
1. Alat tenun
a) Alas baki
b)

Alas brankard

c)

Bantal

d)

Barak scot

e)

Duk bolong

f)

Duk balutan

g)

Duk alas

h)

Gorden tebal

i)

Gorden vitrase

j)

Handuk

k)

Kelambu

l)

Laken dewasa

m) Selimut wol

2.

n)

Stik laken

o)

Sarung bantal

p)

Sarung penderita sampiran

q)

Tutup mayat

r)

Taplak meja klien

s)

Waslap

t)

Kasur busa dewasa

Alat kedokteran dan kesehatan


a) Alat mandi: waskom mandi, standar waskom

41

b)

Alat eliminasi: pispot, urinal, irigator, gelas ukur

c)

Alat oksigenasi: manometer oksigen, roda oksigen besar,


kunci inggris, ambu bag

d)

Pengukuran

tanda-tanda

vital:

tensimeter,

stetoskop,

termometer, timbangan berdiri, timbangan biasa, tongue


spatel
e)

Alat transportasi: brankard, kursi roda, roda cucian

f)

Machine: suction portabel, EKG, nebulizer

g)

Lain-lain: vena seksi set, dressing cart, perlak, buli-buli


panas, standar infus, standar BSE, windring, stabilisator
listrik

h)

Dressing set: pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting


benang, gunting jaringan, kom besar tertutup, kom sedang,
kom kecil, korentang, gunting perban, bak instrumen besar,
bak instrumen sedang, bak instrumen kecil, baki besar,
bengkok besar, bengkok sedang, gunting besar, benang,
gunting jahitan

e.

Marketing
Dilakukan dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan
tentang perawatan mandiri di rumah, penyediaan sarana pendidikan dan
pelayanan.Sasaran market adalah masyarakat umum (menerima klien
dengan KS, Askes, umum dan kontraktor).Sedangkan market dalam
bidang pendidikan dan pelayanan adalah peserta didik/calon praktisi
kesehatan.

D.

METODE KASUS
1. Konsep Metode Kasus
a. Definisi Metode Kasus
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat
pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai
klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian

42

tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan


klien.
Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan
untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan
contohnya di ruang isolasi dan ICU.

KELEBIHAN METODE KASUS


a)

Bersifat kontinue dan konfrehensif

b)

Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi


terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit ( Gillies,1998).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan
diberiakan bermutut tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi
sehingga pasien merasa puas.

c)

Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena


senantiasa

mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang

selalu diperbaharui dan komprehensif.


d) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
e) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
A. KEKURANGAN METODE KASUS
a) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
b) Membutuhkan banyak tenaga.
c) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas
rutin yang sederhana terlewatkan.
d) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penaggung jawab klien bertugas.
B. KONSEP DASAR METODE KASUS
1)

Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

2)

Ada otonomi

43

3)

Ketertiban pasien dan keluarga

C. TUGAS PERAWAT DALAM METODE KASUS


1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3

Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini

4) Mengkomunikasikan

dan

mengkoordinasikan

pelayanan

yang

diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.


5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
6)

Menerima dan menyesuaikan rencana.

7)

Menyiapkan penyuluhan pulang.

8)

Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga

sosial masyarakat.
9)

Membuat jadwal perjanjian klinik.

10) Mengadakan kunjungan rumah.


D. KETENAGAAN METODE KASUS
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side
2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
3) Penugasan ditentukan oleh kepala jaga.

E. PERAN DARI PEMBAGIAN TUGAS MODIFIKASI TIM METODE


KASUS
Kepala Perawat
1. Memimpin rapat

44

2. Evaluasi kinerja perawat


3. Membuat daftar dinas
4. Menyediakan material
5. Perencanaan, pengawasan, pengarahan
Perawat primer
1. Membuat perencanaan asuhan keperawatan
2. Mengadakan tindakan kolaborasi
3. Memimpin timbang terima
4. Mendelegasikan tugas
5. Memimpin ronde keperawatan
6. Evaluasi pemberian asuhan keperawatan
7. Bertanggung jawab terhadap klien
8. Memberi petunjuk jika klien akan pulang
9. Mengisi resume keperawatan
Perawat Associate
1. Memberikan asuhan keperawatan
2. Mengikuti timbang terima
3. Melaksanakan tugas yang didelegasikan

Mendokumentasikan tindakan

Melaporkan asuhan keperawatan yang dilaksanakan

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Metode Tim

45

2. Konsep Timbang Terima


a. Definisi Timbang Terima
Nursalam (2008) menyatakan timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien.
b. Tujuan Timbang Terima
Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.
Menyampaikan hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
c. Langkah langkah
Kedua shif dalam keadaan siap.
Shif yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal apa yang
akan disampaikan.
Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shif
yang selanjutnya meliputi ; kondisi, tindak lanjut, rencana kerja.
Dilakukan dengan jelas dan tidak terburu buru.
Secara langsung melihat keadaan klien.
d. Prosedur Timbang Terima
1. Persiapan
Kedua kelompok sudah siap.
Kelompok yang bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shif.
Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang

46

berkaitan tentang masalah keperawatan, rencana tindakan


yang sudah dan belum dilakukan serta hal penting lannya.
Hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap dicatat secara khusus untuk kemudian diserahkan
kepada perawat jaga berikutnya.
Hal yang perlu diberitahukan dalam timbang terima: identitas
dan diagnosa medis, masalah keperawatan, tindakan yang
sudah dan belum dilakukan, intervensi
3. Konsep Ronde Keperawatan
a. Definisi Ronde
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan
akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer
atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim.
b. Tujuan Ronde
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
3.
4.
5.
6.

berasal dari masalah klien.


Meningkatkan validitas data klien.
Menilai kemampuan justifikasi.
Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi

rencana

perawatan.
c. Peran-Peran Dalam Metode Ronde
1. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
Menjelaskan masalah keperawata utama.
Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
Menjelaskan tindakan selanjutnya.
Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
2. Peran Ketua Tim Lain dan atau Konselor
Memberikan justifikasi
Memberikan reinforcement.
Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional.
Mengarahkan dan koreksi.
Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari.
d. Persiapan

47

Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan

ronde.
Pemberian inform consent kepada klien / keluarga.
e. Pelaksanaan
Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas

yang perlu didiskusikan.


Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor/
kepala ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan

dilakukan.
Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan
yang akan ditetapkan.

f.

Langkah langkah Ronde Keperawatan

g. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
4. Discharge Planning
Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada

48

unit yang lain didalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan
umum.
Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana
perawatan professional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk
memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh
pasien dimana perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu
pencegahan, teurapeutik, rehabilitative, serta perawatan rutin yang
sebenarnya (swanberg, 2000).
Rindhianto (2008) mendefinisikn discharge planning sebagai
perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.
Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan
membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik,
pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau
(Doenges & Moorhouse, 2000).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah komponen
sistem perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan kepulangan pasien
dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya yang
dituliskan untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain
didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum, sehingga
pasien dan keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang perlu dihindari
dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.
a. Tujuan Discharge Planning
Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk
kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit.
Menurut Nursalam (2011) tujuan discharge planning/perencanaan
pulang antara lain sebagai berikut:
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan
sosial.
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.

49

4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain


5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan

serta

sikap

dalam

memperbaiki

serta

mempertahankan status kesehatan pasien


6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan
masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi
atau discharge teaching dari tim kesehatan. Menurut William &
Wilkins (2009) discharge teaching harus melibatkan keluarga pasien
atau perawat lainnya untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan
home care yang tepat. Discharge teaching bertujuan agar pasien :
1. Memahami mengenai penyakitnya
2. Melakukan terapi obat secara efektif
3. Mengikuti aturan diet secara hati-hati
4. Mengatur level aktivitasnya
5. Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
6. Mengenali kebutuhan istirahatnya
7. Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
8. Mengetahui kapan mencari follow up care
- Manfaat Discharge Planning
Bagi Pasien:

Dapat memenuhi kebutuhan pasien

Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan


sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.

Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya

Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh


support sebelum timbulnya masalah.

Dapat memilih prosedur perawatannya

50

Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa

yang dapat dihubunginya.


Bagi Perawat:

Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan

Menerima informasi kunci setiap waktu

Memahami perannya dalam system

Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru

Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda


dan cara yang berbeda.
Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

c.

Prinsip
-Prinsip Disharge Planning
1)
Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang, nilai
2)

keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.


Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan
dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang,
nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah

3)

dapat segera antisipasi.


perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan
pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus

4)

saling bekerja sama.


perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan
fasilitas yang ada, tindakan atau rencana yang akan dilakukan
setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga

5)

yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.


Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan
kesehatan,

setiap

klien

masuk

tatanan

pelayanan

maka

perencanaan pulang harus dilakukan.


d.

Jenisjenis Discharge Planning


1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan
pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak
terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat dirumah

51

sakit namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit


atau puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulangmutlak atau selamanya) cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit,
namun apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur
perawatan dapat dilakuakan kembali.
3) Judicial discharge (pulang paksa),
diperbolehkan pulang walaupun

kondisi

ini

pasien

kondisi kesehatan tidak

memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien hrus dipantau


dengan melakukan kerja sama dengan perawatan puskesmas
terdekat.
e) Alur Discharge Planning
Dokter dan Tim
Kesehatan

PP dibantu PA
Keadaan Pasien:
1. Klinis dan
pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkatketergantung
an Pasien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian
administrasi

PROGRAM Kontol dan


obat/perawatan
Gizi
Aktivitas dan istirahat
Perawatan diri
Monitor (sebagai
program service safety)
oleh: keluarga dan

Gambar
2.9. Alur Discharge Planning
petugas

Lain - lain

52

Keterangan:
Tugas Perawat Primer

Tugas Perawat Associate

- Membuat rencana discharge planning


- Membuat leaflet
- Memberikan konseling
- Memberikan pendidikan kesehatan
- Menyediakan format discharge planning
- Mendokumentasikan
discharge

Melaksanakan

agenda

Discharge Planning (pada


saat perawatan dan saat
perawatan diakhiri)

planning
Tabel 2.4. Tugas PP dan PA

E.
1.

KONSEP RUANGAN MANAJEMEN ASKEP


Perencanaan
a.
Definisi
Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
(Siagian, 2001). Perencanaan merupakan proses pemilihan dan
pengembangan tindakan yang paling baik dan menguntungkan, serta
merupakan fungsi dasar dalam management untuk mengarahkan pada
keberhasilan

pencapaian

tujuan,

memberi

arti

pada

pekerjaan,

penggunaan sumber efektif dan efisien, menguasai situasi kritikal,


b.

mengetahui kebutuhan akan perubahan (Elly dan Nurachmah, 2000).


Tujuan
1)
Menimbulkan keberhasilan dalam mencapai tujuan
2)
Bermakna pada pekerjaan
3)
Penggunaan efektif personel dan fasilitas
4)
Membantu koping
5)
Efektif dalam biaya
6)
Berdasarkan masa lalu dan akan datang sehingga
7)

membantu menurunkan elemen perubahan


Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah

53

8)

Diperlukan untuk kontrol efektif


c.
Jenis perencanaan
1) Perencanaan strategis
Dibuat oleh top Manager (Ka. Bidang Keperawatan), bersifat
strategis, berjangka panjang, mengatur kinerja bidang, terdapat
komitmen antara atasan dan bawahan
2)
Perencanaan operasional
Dilakukan oleh top manager; merupakan kegiatan harian, mingguan,
dan bulanan; berjangka pendek; berasal dari tujuan jangka panjang
3) Perencanaan bagian
Dibuat oleh beberapa kepala ruangan dan pengawas dalam satu
bagian; berjangka 5-10 tahun; tujuan untuk pemantauan dan
4)

penilaian; pelaksanaannya semua ruangan yang terlibat


Perencanaan unit
Dibuat oleh kepala ruangan; tujuan untuk bidang keperawatan;
dilaksanakan harian yaitu kegiatan askep, mingguan yaitu program
penyuluhan, dan jangka panjang

d.

Kegunaan
1) Mengatasi masalah yang dihadapi
2) Mempermudah pencapaian tujuan
3) Mempermudah pembuatan kembali rencana baru

e.

Keuntungan
1)
2)
3)
4)
5)

f.
1)
2)
3)
4)
2.
a.

Kegiatan terarah
Pengguanaan sumber daya lebih efisien dan efektif
Menurunkan resiko
Landasan kuat untuk pengendalian
Permudah evaluasi dan perbaikan kekurangan
Kendala
Kurang terampil pada perencana
Kesulitan memahami tujuan
Keraguan karena keterbatasan wewenang
Kurang dukungan
Pengorganisasian
Definisi
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokkan orang-

orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab


sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 1983 dalam Juniati 1995). Sedangkan menurut Szilagji (1983,
dalam Juniati 1995) mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian
merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan

54

usaha melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan
komunikasi.
Pengorganisasian merupakan pengelompokkan yang terdiri dari
beberapa aktifitas dengan sasaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan masing-masing kelompoknya untuk melakukan koordinasi
yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan vertikal untuk
mencapai tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka
pelayanan keperawatan harus mengorganisasikan aktivitasnya melalui
kelompok-kelompok sehingga tujuan pelayanan keperawatan akan
tercapai (Juniati, 1995).
Dari berbagai pengertian di atas maka penulis mengambil
kesimpulan

bahwa

pengorganisasian

merupakan

langkah

untuk

menetapkan, menggolongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan,


penetapan tugas-tugas dan wewenang sehingga tujuan pelayanan
keperawatan akan tercapai.
b.

Fungsi pengorganisasian
Alat untuk memadukan (sinkronisasi) antara personil, finansial,
material dan tata cara.

c.
1)
2)
3)
4)

Manfaat pengorganisasian
Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
Hubungan organisatoris antar orang-orang di dalam
organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
Pendelegasian wewenang
Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik

d. Prinsip-prinsip pengorganisasian
1).
Pembagian kerja
2).
Pendelegasian tugas
3).
Koordinasi
4).
Manajemen waktu
3.

Pelaksanaan
a.

Definisi
Menurut Nurdin Usman (2002) Pelaksanaan adalah suatu tindakan

atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang
dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan
penerapan.

55

Nurdin Usman. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.


Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, hal.70
b.

Tujuan
Tujuan dari tindakan pelaksanaan adalah untuk membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,
dan memfasilitasi koping sehingga diperlukan partisipasi dari pasien /
klien.

c.
1)

Tahap-tahap tindakan perawatan


Persiapan, terdiri dari :
a)
Review antisipasi tindakan keperawatan, yaitu konsisten
dengan rencana, prinsip ilmiah, sesuai kondisi klien, menciptakan
lingkungan terapeutik dan aman, pendidikan kesehatan, sarana
b)

dan prasarana memadai


Menganalisa pengetahuan

dan

keterampilan

yang

diperlukan, yaitu dengan mengidentifikasi orang yang tepat


c)

melakukan tindakan
Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul, yaitu resiko

d)

komplikasi sehingga dilakukan pencegahan


Mempersiapkan peralatan yang diperlukan, yaitu waktu,

tenaga, alat
e)
Mempersiapkan

lingkungan

yang

kondusif,

yaitu

lingkungan fisik dan psikologis


f)
Mengidentifikasi aspek hukum dan etik, yaitu hak dan
kewajiban klien; hak dan kewajiban perawat/dokter; kode etik
keperawatan yaitu pertanggung jawaban moral perawat dalam
mengambil keputusan berdasarkan client's welfare, persetujuan,
penolakan, privacy dan perawat sebagai advocat terhadap klien;
hukum keperawata yaitu memberikan tindakan keperawatan
sesuai dengan standar keperawatan
2)

Intervensi
a) Independen
Independen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perawat
tanpa petunjuk / perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Tipe tindakan independen, yaitu :

56

Tindakan diagnostik: pengkajian dalam merumuskan diagnosa


keperawatan.
Tindakan terapeutik: mencegah, mengurangi, mengatasi
masalah klien seperti mobilisasi.
Tindakan edukatif : merubah

prilaku

melalui

promosi

kesehatan dan pendidikan ke pada klien


Tindakan merujuk : kemampuan mengambil keputusan untuk
melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain misal
adanya TTIK rujuk ke ahli saraf
b)

Dependen
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis
misalnya perawatan colostomy, memberikan obat.

c)

Interdependen
Interdependen merupakan kegiatan yang memerlukan kerjasama
dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga sosial, ahli gizi,
fisioterapi dan dokter

3)

4)

Dokumentasi
a) Sources oriented record
b) Problem oriented record
c) Computer assisted record
Evaluasi
a) Definisi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan

yang

menandakan

seberapa

jauh

diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah


berhasil dicapai. Evaluasi juga merupakan bagian integral dari
setiap tahap proses keperawatan.
b) Tujuan evaluasi
1) Mengakhiri rencana tindakan

keperawatan

(klien

telah

mencapai tujuan yang ditetapkan)


2) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan dalam mencapai tujuan)
3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)
c) Proses evaluasi
1) Mengukur pencapaian tujuan klien

57

a) Kognitif

(pengetahuan)

interview

(recall

knowledge,

komprehensif, aplikasi fakta), tulisan


b) Afektif (status emosional) : observasi langsung, feedback
dari rekan
c) Psikomotor : melihat kemampuan klien dalam melakukan
sesuatu
d) Perubahan fungsi tubuh dan gejala
2)

Penentuan keputusan pada tahap evaluasi


a) Formatif : dilakukan secara langsung setelah tindakan

dilakukan
b) Sumatif : setelah akhir tindakan keperawatan klien
3)
Komponen evaluasi
a) Menentukan kriteria standar dan pertanyaan evaluasi :
Kriteria : outcomes/kriteria hasil
Standar praktek
b) Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru :
perawat yang mengkaji dan merencanakan bertanggung
jawab dalam evaluasi
c) Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan
standar : kritikal thinking dalam menganalisa data
d) Merangkum dan membuat kesimpulan : menyimpulkan
efektifitas semua tindakan yang telah dilaksanakan

F.

KONSEP RAWAT INAP PELAYANAN PENYAKIT DALAM


1. Rawat inap
Rawat inap merupakan salah satu jenis

pelayanan

kesehatan bagi pasien yang memerlukan tindakan medis, keperawatan


dan non medis lebih lanjut (dalam kurun waktu tertentu) yang
membutuhkan perawatan rawat inap dirumah sakit (hospitalization),
hal ini dikarenakan penyakit yang diderita oleh pasien dianggap
memerlukan perawatan yang intensif oleh tenaga medis, keperawatan
dan non medis untuk mencapai kesehatan yang optimal (Sabarguna.
2004)
2. Pelayanan penyakit dalam
Pelayanan penyakit dalam merupakan pelayanan kesehatan
terhadap pasien dewasa dengan indikasi penyakit yang diderita
mengarah kepada pelayanan rawat inap penyakit dalam. Pelayanan
penyakit dalam sangat kompleks dengan melibatkan beberapa sub unit

58

rumah rakit antara lain; pemeriksaan penunjang (laboratorium, ronsen,


EKG, USG), apotik, gizi dan administrasi. Pada ruang perawatan
penyakit dalam pasien akan memperoleh pelayanan ruang perawatan,
kunjungan

dokter

untuk

pemeriksaaan

intensif,

pelayanan

keperawatan, semua pembiayaan akan dibebankan kepada pasien


maupun asuransi kesehatan. Pembiayaan yang diperoleh dari pasien
maupun asuransi merupakan sebagai pendapatan operasional rumah
sakit, dalam meningkatkan kinerja pelayanan rawat inap penyakit
dalam14 yang tentunya kegiatan tersebut didukung dengan penerapan
sistem manajemen pelayanan (Widajat. 2009)
Pada saat pasien didaftar diunit pelayanan penyakit dalam
pasien berhak untuk mendapatkan pelayanan ruangan sesuai dengan
kebutuhan, keinginan pasien yaitu pelayanan ruangan perawatan kelas
I, Pelayanan ruangan perawatan kelas II dan pelayanan ruangan
perawatan kelas III.
Pelayanan medis, pasien berhak memperoleh pelayanan
dari

tenaga

dokter

umum,

maupun

tenaga

dokter

spesialis

untukmerencanakan pengobatan melalui anamnese, pemeriksaan


fisik,

pemeriksaan

merencanakan

penunjang,

pemberian

penegakkan

tindakan

berupa

diagnosis

medis,

obat-obatan

(cure),

rehabilitasi medik, pendidikan kesehatan kepada pasien dankeluarga,


pemulangan pasien setelah dinyatakan sembuh atau perawatan rawat
jalan serta merujuk pasien ke fasilitas kesehatanyang lebih memadai
sesuai dengan prinsip rujukan jika diperlukan (Bennet. 1989 dan
Darmanto. 1997)
Pelayanan Medik adalah pelayanan yang diberikan berupa
upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan
secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan
(preventif) yang dilaksanakan oleh Staf Medis Fungsional.Pelayanan
Medik ini bermutu bila dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
medik yang telah ditetapkan.
Pelayanan keperawatan,

pasien

pelayanan

pemeriksaan

keperawatan

berupa

berhak

memperoleh
/

anamnesis

keperawatan: biologi, psikologis dan sosial (BIOPSIKOSOSIAL),


merencanakan diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan mandiri

59

maupun tindakan delegasi dari medis, mengevaluasi

tindakan

keperawatan maupun tindakan pendelegasian dari medis, (Depkes RI.


1999)

melakukan

rehabilitasi,

mencegah

infeksi

nasokomial,

mencegah dekubitus, mencegah pneumonia akibat bedrest yang lama,


mencegah jatuh dari tempat tidur (memberikan rasa aman dan
nyaman), pendidikan kesehatan serta perawatan rumah (homecare)
jika diperlukan follow up pelayanan keperawatan diorganisasikan dan
dikelolah agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal
(Ali. 2002). Pasien berhak atas pelayanan pemeriksaan penunjang
seperti laboratorium, ronsen, USG, EKG dan pemeriksaan lainya untuk
membantu menegakkan diagnosa medis dan keperawatan, pasien
berhak untuk mendapatkan pelayanan pemberian obatobatansesuai
dengan prinsip teraupetik, aman, tepat sasaran, efektif dan mudah
untuk mendapatkan (ketersediaan obat) (Depkes. RI. 1999)

Anda mungkin juga menyukai