Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
dengan Ulkus Diabetikum di Ruangan Penyakit DalamRSUD Dr. Rasidin
Padang Tahun 2018”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka
menyelesaikan pendidikan D-III Keperawatan Program Studi Keperawatan
Padang.
Peneliti
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
A. Kesimpulan ......................................................................................... 74
B. Saran .................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Riwayat Pendidikan
1 TK Matahari 2002-2003
Terdapat dua tipe utama Diabetes Melitus yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Diabetes tipe 1, ditandai dengan kurangnya produksi insulin akibat kerusakan
sel beta pangkreas, sedangkan Diabetes tipe 2 disebabkan terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin atau resistensi insulin. Kurang lebih
90-95% penderita diabetes melitus adalah diabates melitus tipe 2 (Tarwoto,
2012).
Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di dunia pada tahun 2010 sebanyak 285 juta
jiwa dari total populasi dunia sebanyak 7 miliar jiwa dan meningkat sebanyak
439 juta jiwa pada tahun 2030 dari total populasi dunia sebanyak 8,4 miliar
jiwa. Kenaikan insidensi pasien Diabetes Melitus tipe 2 juga terjadi di Asia
Tenggara. Total populasi di Asia Tenggara pada rentang usia 20-79 tahun
sebanyak 838 juta jiwa pada tahun 2010. Dari total populasi tersebut, terdapat
58,7 juta jiwa (7,6%) pasien Diabetes Melitus tipe 2. Jumlah tersebut
meningkat pada tahun 2030, yaitu dari total populasi pada rentang usia 20-79
tahun sebanyak 1,2 miliar, terdapat 101 juta (9,1%) pasien Diabetes Melitus
tipe 2(International Diabetes federation dalam Yuanita, dkk,
2014).Indonesiamenempati urutan ke-4 di duniapada tahun 2010 setelah
India, China, dan USA dengan jumlah pasien Diabetes Melitus tipe 2
sebanyak 8,4 juta jiwa (Wild, et all dalam Yuanita, dkk, 2014). Peningkatan
prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 juga terjadi di Sumatera Barat. Dinas
Kesehatan Kota Padang dalam profil kesehatan tahun 2016 diperoleh kurang
lebih 12.223 ribu jiwa
ke jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi
pada seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus, kondisi ini timbul
sebagai akibat terjadinya peningkatan kadar gula darah yang tinggi (Tarwoto,
2012).
RSUD Dr. Rasidin Padang merupakan salah satu rumah sakit pemerintahan
yang terletak di Kota Padang, provisi Sumatera Barat.RSUD Dr. Rasidin
Padang memiliki layanan unggulan dalam bidang mata, syaraf, bedah
ortopedi.Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Dr.
Rasidin Padang, pada tahun 2016 pasien yang dirawat dengan ulkus
diabetikum sebanyak 22orang. Sedangkan pada bulan Januari sampai dengan
November 2017 pasien yang dirawat dengan ulkus diabetikum sebanyak 25
orang(Rekam Medik RSUD Dr. Rasidin Padang, 2017).Berdasarkan data
yang diperoleh di ruangan Penyakit Dalam RSUD Dr. Rasidin Padang dalam
waktu 3 bulan terakhir didapatkan bahwa pada bulan September 2017, pasien
dengan ulkus diabetikum sebanyak 2 orang, pada bulan Oktober 2017
sebanyak 2 orang dan pada bulan November sebanyak 6 orang. Pasien dengan
ulkus diabetikum dalam waktu 3 bulan terakhir mengalami peningkatan
(Penyakit Dalam RSUD Dr. Rasidin, 2017).
Pada saat dilakukan survey awal pada tanggal 12Desember 2017 di RSUD
Dr. Rasidin Padang ditemukan 2 pasien yang dirawat dengan ulkus
diabetikum pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan jenis kelamin laki-
laki dan perempuan. Laki-laki berumur 48 tahun dengan ulkus di kaki kiri
kususnya pada digiti 1 sampai 3 sinistra, warna kehitaman, ukuran kurang
lebih 6x5 cm, dan berbau. Pasien perempuan berumur 38 tahun dengan ulkus
di kaki kanan kususnya di dorsalis pedis, warna kemerahan dan sedikit
kehitaman, ukuran kurang lebih 17x6 cm kedalaman 2 cm, bernanah dan
berbau.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2
dengan Ulkus Diabetikum di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Dr. Rasidin
Padang tahun 2018”?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan bagaimanaasuhankeperawatanpada pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 dengan Ulkus Diabetikum di Ruangan Penyakit Dalam
RSUD Dr. Rasidin Padang tahun 2018.
2. Tujuan khusus
a. Dideskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatanpada pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Ulkus Diabetikum di Ruangan
Penyakit Dalam RSUD Dr. Rasidin Padang tahun 2018.
b. Dideskripsikan diagnosa asuhan keperawatanpada pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 dengan Ulkus Diabetikum di Ruangan Penyakit Dalam
RSUD Dr. Rasidin Padang tahun 2018.
D. Manfaat
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk :
1. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan ulkus diabetikumserta melatih
kemampuan dalam melakukan penelitian keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep
1. Defenisi
Diabetes Melitus merupakan penyakit menahun degeneratif yang ditandai
dengan adanya kenaikan kadar gula di dalam darah yang disebabkan oleh
kerusakan kelenjar pankreas sebagai penghasil hormon insulin sehingga
terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dapat
menimbulkan berbagai keluhan serta komplikasi (Irwan, 2016).
Terdapat dua tipe utama Diabetes Melitus yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Diabetes tipe 1, ditandai dengan kurangnya produksi insulin akibat
kerusakan sel beta pangkreas, sedangkan Diabetes tipe 2 disebabkan
terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin atau resistensi
insulin. Kurang lebih 90-95% penderita diabetes melitus adalah diabates
melitus tipe 2 (Tarwoto, 2012).
2. Etiologi
Secara pasti penyebab dari Diabetes Melitus tipe 2 ini belum diketahui,
faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan
kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan
sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatnya
transport glukosa menembus membran sel.
3. Klasifikasi
Perawatan ulkus kaki diabetik memerlukan kerja sama dari berbagai
disiplin ilmu. Dengan melibatkan banyak disiplin perlu adanya kesamaan
Tabel 2.1
Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner
Menurut : (Wagner 1983 dalam buku Wijaya & Yessie2013)
Grade Deskripsi
4 gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defiensi insulin tidak
dapat mempertahankan kadar glukosa setelah makan karbohidrat. Jika
hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka
timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus
(polidipsia).Karena glukosa hilang bersama urine, maka pasien mengalami
keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang
semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan
kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.
Menurut (Brunner & Suddarth dalam Wijaya & Yessie, 2013). Gangren
diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Biasanya
terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. Proses makroangiopati
menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli
akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang).
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari fontaine :
5. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan penurunann reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe 2 dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya yang dialami pasien, gejala
tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit
Retinopati Gagal
diabetik ginjal
6. WOC Diabete melitus Miokard infsrk stroke
6. WOC Riwayat keluarga, obesitas,
gaya hidup stress, usia
Jantung serebral retina Gin jal
Defisiensi insulin
makrovaskuler mikrovaskuler
Penonjolan Resiko
tulang yang Infeksi cedera
abnormal dan
penekanan Kerusakan Harga diri
pada suatu titik Ulkus diabetiku m Amputasi
integritas kulit rendah
Gangguan
16
Perlu kaan
citra tubuh
16 Poltekkes Kemenkes Padang
Gambar 2.1Sumber : Padila, 2012, Damayanti, 2015, Tarwoto, 2012
17
Cairan yang terbaik dan teraman untuk mensusi luka adalah yang
non toksik pada proses penyembuhan luka (misalnya NaCl 0,9%).
Pengunanaan hidrogenproxida, hypoclorite solution dan beberapa
6) Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat
berjalan dan jangan bertelanjang kaki bila berjalan.
a) Cucilah kaki setiap hari dan keringkan dengan baik serta
memberikan perhaatian khusus pada daerah sela-sela jari kaki.
b) Janganlah mengobati sensiri apabila terdapat kalus, tonjolan
kaki atau jamur pada kuku kaki.
c) Suhu air yang digunakan untuk mencuci kaki antara 29,5-30
derajat celsius dan diukur dulu dengan thermometer.
d) Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air panas.
e) Langkah-langkaah yang membantu meningkatkan sirkulasi
pada ekstremitas bawah yang harus dilakukan, yaitu : hindari
kebiasaan merokok, hindari bertumpang kaki duduk, lindungi
kaki dari kedinginan, hindari merendam kaki dalam air dingin,
gunakan kaos kaki atau stoking yang tidak menyebabkan
tekanan pada tungkai atau daerah tertentu, periksalah kaki
setiap hari dan laporkan bila terdapat luka, bullae kemerahan
atau tanda-tanda radang, sehingga segera dilakukan tindakan
awal dan jika kulit kaki kering gunakan pelembab atau kream
(Wijaya & Yessie, 2013).
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, Agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada bagian luka, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh-sembuhdan berbau, adanya nyeri
pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Adanya luka pada ekstremitas (Rendy & Margareth, 2012).
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit prankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang bisa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita Diabetes Melitus atau penyakit
keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin
misal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan yang dan emosi
yang dialami penderita sehubung dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda-tanda vital.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : HDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
> 120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glikosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++),
merah (+++), dan merah bata (++++).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
3. Intervensi keperawatan
Tabel 2.2
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
keperawatan
2) Pemeriksaan kulit
dan selaput lender
terhadap kemerahan,
kehangatan atau
drainase
3) Monitor adanya
infeksi, terutama
daerah edema
Sumber : Bulechek, Gloria dkk (2016) dan Morhead, Sue dkk (2016)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan bentuk studi
kasus, yaitu rancangan yang mencangkup pengkajian satu unit penelitian
secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas atau
institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini mendeskripsikan tentang Asuhan
Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 denganUlkus Diabetikum
di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Dr. Rasidin Padang tahun 2018.
F. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari partisipan
dengan metode wawancara, observasi dan pengkajian kepada pasien yang
H. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada peneliti ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan Ulkus
Diabetikum. Data yang didapat dari hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi penelitian asuhan keperawatan mulai dari data pengkajian,
penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
implementasi sampai mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang akan
dinarasikan dan diandingkan dengan teori asuhan keperawatan pada kasus
partisipan I dan partisipan II. Analisa yang dilakukan adalah untuk
menentukan kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi klien.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Dr. Rasidin Padang
tahun 2018. Kapasitas tempat tidur pasien sebanyak 36 tempat tidur yang
dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim A dan tim B. Dipimpin oleh seorang karu, dan
dibantu oleh 2 katim setiap shiftnya. Diruangan tersebut perawat pelaksana
dibagi menjadi 3 shift yaitu pagi, sore dan malam. Selain perawat ruangan
beberapa mahasiswa praktik dari berbagai institusi juga ikut andil dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
Penelitian yang dilakukan pada tanggal 28 Februari 2018 – 4 Maret 2018 pada
dua partisipan, yaitu Ny.J dan Tn.A dengan diagnosa medis DM tipe 2 dengan
Ulkus Diabetikum di Ruang Penyakit Dalam RSUD Dr. Rasidin Padang Tahun
2018. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, penegakan diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi keperawatan
yang dilakukan dengan metode wawancara observasi studi dokumentasi serta
pemeriksaan fisik.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada Ny J dimulai pada tanggal 28 Februari 2018
jam 09.30 WIB dan pengkajian pada Tn A dimulai pada tanggal 28 Februari
jam 11.00 WIB. Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan
peneliti melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi pada kedua
partisipan dituangkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2dengan Ulkus Diabetikum pada Tahun 2018
Leher tidak ada pembesaran getah Tidak ada luka, tidak ada
bening, tidak ada pembesaran pembesaran kelenjar getah
tiroid dan tidak ada distensi bening, tidak ada pembesaran
vena jugularis tiroid, tidak ada pembesaraan
vena jugularis,
darah
(150,000-100,000), Waktu
perdarahan 2 menit (2,0-6,0)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan berupa
data subjektif dan data objektif. Berdasarkan hasil pengkajiaan yang
dilakukan terhadap Ny. J dan Tn.A didapatkan diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2dengan Ulkus
Diabetikum pada Tahun 2018
Diagnosa Keperawatan
masalah yang muncul dari data diatas berhubungan dengan penyakit kronis
adalah resiko infeksi berhubungan (Diabetes Melitus)
dengan penyakit kronis (Diabetes
Melitus)
3. Rencana Keperawatan
Setelah didapatkan beberapa diagnosa keperawatan seperti yang ada pada
tabel diatas, maka peneliti dapat merumuskan rencana keperawatan yang
akan dilakukan terhadap diagnosa dari Ny. J dan Tn.A sebagai berikut :
Tabel 4.3
Rencana Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2dengan Ulkus
Diabetikum pada Tahun 2018
Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Setelah dirumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap Ny.J
dan Tn.A, implementasi keperawatan berdasarkan hasil studi dokumentasi,
wawancara serta observasi yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2dengan
Ulkus Diabetikum pada Tahun 2018
Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan terhadap Ny.J dan Tn.A,
didapatkan perkembangan pasien yaitu :
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2dengan Ulkus
Diabetikum pada Tahun 2018
Evaluasi Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan Nyeri akut Pada diagnosa keperawatan Nyeri akut
berhubungan dengan Agens cedera berhubungan dengan Agens cedera
biologis (iskemik jaringan) didapatkan biologis (iskemik jaringan) didapatkan
evaluasi masalah keperawatan teratasi evaluasi masalah keperawatan teratasi
pada hari ke 3 dengan kriteria hasil pada hari ke 3 dengan kriteria hasil
pasien mengatakan sakit tangannya pasien mengatakan nyeri suah mulai
sudah mulai berkurang. Tekanan darah berkurang. Tekanan darah : 120/70
: 130/60 mmHg, nadi : 88 x/i, suhu : mmHg, nadi : 92 x/i, suhu : 36,8 oC,
36,6 oC, pernafasan : 21 x/i pernafasan : 21 x/i. Pasien sudah bisa
melakukan tekmik nafas dalam yang
baik.
B. PEMBAHASAN KASUS
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada 2 orang pasien melalui pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada BAB ini
peneliti akan membahas kesinambungan antara teori dengan laporan kasus
asuhan keperawatan pada Ny. J dan Tn. A dengan Ulkus Diabetikum pada
pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Dr. Rasidin
Padang yang telah dilakukan sejak tanggal 28 Februari – 4 Maret 2018, yaitu
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam,
2011).
a. Identitas pasien
Partisipan 1 berumur 63 tahun dengan jenis kelamin perempuan, dan
partispan 2 berumur 54 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Menurut
penelitianAdnan,dkk, (2013) bahwapertambahan usia dapat memicu
terjadinya penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus muncul setelah
usia 45 tahun. Hal ini karena orang pada usia ini kurang aktif, berat
badan bertambah, massa otot berkurang dan akibat proses menua yang
mengakibatkan penyusutan sel-sel beta yang progresif.
Hal ini didukung oleh teori yang dikemungkakan oleh Damayanti (2015)
yang mengatakan bahwa Diabetes Melitus tipe 2 ditemukan pada orang
dewasa usia 40 tahun keatas.Analisa peneliti Diabetes Mellitus pada
kedua partisipan dipicu oleh faktor usia, dimana dapat dilihat bahwa
kedua partsipan memiliki usia diatas 40 tahun.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Berdasarkan data dan pengkajian yang didapatkan dari partisipan 1
alasan masuk yaitu ada luka pada tangan 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit tepatnya pada digiti 1 sinistra dengan ukuran 2x1 cm
dengan kedalaman 0,5 cm dan digiti 4 sinistra dengan ukuran 1x1
dengan kedalaman 0,5 cm dan gula darah puasa 385 mg/dl. Sedangkan
pada partisipan 2 yaitu luka pada bahu sebelah kiri yang tidak
sembuh-sembuh sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit dengan
ukuran 4x3 cm dengan kedalaman 1,5 cm. dan gula darah puasa 320
mg/dl.
d. Pemeriksaan fisik
Partisipan 1 letak ulkus di ekstremitas atas, tepatnya digiti satu dengan
ukuran 2x1 cm kedalaman 0,5 cm dan digiti empat sinistra dengan
ukuran 1x1 cm dengan kedalaman 0,5 cm, luka tampak benanah,
memerah, dan mengeluarkan bau yang tidak sedap, dan tangan sebelah
kiri edema. Partisipan 2 letak ulkus di bahu sebelah kiri dengan ukuran
4x3 cm dengan kedalaman 1,5 cm. Ulkus tampak memerah dan
mengeluarkan nanah campur darah. Menurut teori salah satu penyebab
terjadinya ulkus adalah neuropati otonomi. Neuropati otonomik
menyebabkan penyusutan fungsi kelenjer minyak dan kelenjer keringat.
Akibatnya, kulit kehilangan kemampuan alami untuk melembabkan
permukaan kulit dan menjadi kering, sehingga meningkatkan
kemampuan untuk robek/luka dan menjadi penyebab perkembangan
infeksi. Infeksi menjadikan luka bernanah dan berbau(Tarwoto, 2012).
Dari analisa peneliti kedua partisipan yang memiliki luka yang berbau
dan bernanah karena infeksi, infeksi sering merupakan komplikasi yang
menyerti ulkus diabetikum akibat berkurangnya aliran darah. Sehingga
faktor infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan atau pengobatan dari
ulkus diabetik menjadikan luka bertambah luas dan tidak sembuh-
sembuh.
e. Data Psikologis
Berdasarkan hasil pengkajian langsung yang dilakukan peneliti melalui
wawancara kedua partisipan sama-sama cemas, khawatir dan gelisah
akan kesembuhan penyakitnya.Hal ini sejalan dengan penelitian oleh
Baharuddin & Eviyanti (2014) yang menyatakan bahwa dari 15 orang
pasien Diabetes Melitus dengan ulkus yang dijadikan sampel didapatkan
3 orang (20%) mengalami kecemasan tingkat ringan sedangkan 12 orang
lainnya (80%) mengalami kecemasan tingkat sedang.
Hal ini diperkuat oleh teori Brunner & Suddarth, (2016) bahwa saat
seseorang sakit memang akan membuat psikologis terganggu, akan
muncul kecemasan yang berlebihan akan penyakitnya. Kegelisahan dan
kecemasan terjadi akibat gangguan stress akibat kesakitan dan
pengetahuan bahwa tubuh tidak berfungsi dengan baik. Begitu terjadi
kecemasan, yang pada akhirnya memperberat kecemasan, dan akan
mengganggu pola istirahat dan aktivitas sehari-hari.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada partisipan 1 didapatkan Gula darah
puasa 285 Mg/dl, 2 jam PP 314 Mg/dl. Sedangkan Partisipan 2 gula
darah sewaktu 71 mg/dl. Hal ini sejalan dengan penelitian Adnan, dkk
(2013) bahwa dari 37 sampel yang diteliti didapatkan kadar gula darah
ada yang stabil dan ada yg diatas normal yaitu sebanyak 11 orang
memiliki gula darah sewaktu <120 mg/dl sedangkan yang 26 orang
lainnya memiliki kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan NANDA (2015), menjelaskan bahwa berdasarkan
teori masalah keperawatan yang muncul ada 12 diagnosa keperawatan pada
Ulkus Diabetikum, namun yang ditemukan pada partisipan 1 ada 6 diagnosa
dan pada partisipan 2 ada 4 diagnosa. Dari kedua diagnosa yang ditemukan
pada kedua pasien, terdapat perbedaan pada diagnosa ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ansietas yang mana diagnosa ini
tidak terjadi pada partisipan 2 karena pola makan dan kecemasan pasien
tidak terganggu.
Masalah keperawatan yang sama antara Tn.M dan Tn. A adalah :
berbeda, hal ini sesuai dengan teori dimana Ulkus Diabetikum memiliki
gangguan pada epidermis atau dermis. Gangguan pada epidermis atau
dermis terjadi karena adanya trauma tanpa terasa yang mengakibatkan
terjadinya atrofi pada otot sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsestrasi pada tungkai pasien. Apabila sumbatan darah
terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan
merasa sakit pada tungkainya sesudahberjalan pada jarak tertentu.
Adanya anginopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan
asupan nutrisi, oksigen serta antibotik sehingga menyebabkan terjadinya
luka yang sukar sembuh.
Dari analisa peneliti nyeri yang terjadi pada ke dua pastisipan sudah
sesuai dengan teori karena nyeri akut merupakan salah satu diagnosa
yang terjadi pada Ulkus Diabetikum. Nyeri akut pada ulkus Diabetikum
terjadi karena sumbatan darah yang terjadi padapembuluh darah yang
lebih besar.
3. Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Kedua : manajemen nutrisi yaitu bantu pasien dalam nutrisi yang sesuai
yang diperlukan, tetapkan kolaborsi dengan ahli diet yang sesuai, jumlah
kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan dan memenuhi persyaratan gizi.
laruta seline, bersihkan ulkus dari mulai yang terbersih sampai yang
terkotor, berikan antibiotik.
4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan kedua partisipan dilaksanakan dengan
waktu yang sama yaitu dari tanggal 28 Februati 2018 – 4 aret 2018.
Pelaksanaan tindakan keperawatan tidak dikerjakan seluruhnya oleh peneliti
karena peneliti tidak berdinas 24 jam. Strategi yang dilaksanakan pada
pelaksanaan wawancara pada pasien, mengobservasi keadaan pasien,
menanyakan kepada perawat ruangan dan kepada mahasiswa yang dinas
diruangan tersebut. Peneliti melihat semua tindakan yang dilakukan melalui
buku laporan yang berada pada ruangan.
pantau kadar gula darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemi, kolaborasi
dengan ahli gizi nutrisi yang dibutuhkan pasien, kolaborasi pemberian obat
Levermir dan Navorapid.
Implementasi keperawatan pada diagnosa Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan Kerusakan jaringan (nekrosis luka ganggren) pada
kedua partispan dilakukan selama 5 hari yaitu dengan mengukur dan
menggambarkan karakteristik ulkus, menentukan tingkatan pembentukan
ulkus, redresing di pagi hari dengan cairan Nacl 0,9%, kassa secukupnya
dan set redresing, membuang jaringan nekrosis, mengeluarkan push,
memberikan kompres serta penekanan di ulkus, penutupan luka dengan
kassa.
Menurut analisa peneliti dari tiga prinsip perawatan luka moderen diatas
perawat ruangan sudah menerapkan salah satu prinsip yaitu menjaga
kelembaban luka dengan cara memasukan kasa lembab sebagai balutan
primer sehingga kelebaban di area luka tetap terjaga. Namun terkait
penggantian balutan, perawat ruangan masih melakukan penggantian
balutan setiap hari dan cenderung kurang memperhatikan kondisi
5. Evaluasi keperawatan
Tahap evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak (Hidayat, 2009). Evaluasi yang dilakukan selama 5 hari
pada kedua partisipan dengan perbedaan waktu satu hari.
mulai berkurang. Ny.J Tekanan darah : 130/60 mmHg, nadi : 88 x/i, suhu :
36,6 oC, pernafasan : 21 x/i, Tn.A Tekanan darah : 120/70 mmHg, nadi : 92
x/i, suhu : 36,8 oC, pernafasan : 21 x/i.
Evaluasi masalah keperawatan pada Ny. J untuk diagnosa
keperawatanresiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes
melitus) didapatkan evaluasi masalah keperawatan teratasi pada hari ke 5
dengan kriteria hasil klien mengatakan luka tampak mulai tumbuh jarigan
baru, push sudah berkurang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang penelitian Asuhan Keperawatan pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Ulkus Diabetikum di Ruangan Penyakit
Dalam RSUD Dr. Rasidin Padang, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada kedua kasus. Kasus pertamapucat, pasien
mengatakan tangannya nyeri, skala nyeri 4, nyeri muncul tiba-tiba saat
beristirahat, nyeri terasa ditusuk-tusuk, pasien juga mengatakan badan
terasa lemas, sering merasa haus, sering mengantuk dan sedikit pusing.
Dan pasien juga mengatakan berat badannya berkurang dari 65 menjadi
40. Dan pada kasus kedua pasien meringis dan gelisah. Pasien mengatakan
nyeri pada luka, nyeri muncul tiba-tiba saat beristirahat, skala nyeri 5,
nyeri terasa ditusuk-tusuk. Badan terasa lemah dan sering merasa haus,
sering lapar dan mengantuk. Tanda gejala yang dialami kedua kasus
sesuai dengan teori diabetes melitus.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada ke dua kasus yaitu yaitu ketidakstabilan
kadar gula darah kerusakan integritas jaringan, nyeri akut, resiko infeksi,
gangguan citra tubuh. Dan juga ditemukan diagnosa yang berbeda pada
partisipan 1 yaitu ansietas,
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
inteventions Classification (NIC) dan Nirsing Outcomes Classification
(NOC). Penyusunan perencanaan keperawatan peneliti disusun
berdasarkan prioritas kebutuhan yang paling mendasar yang dibutuhkan
oleh pasien dalam upaya pemulihan derajad kesehatan pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada partisian 1 dan 2 dari tanggal 28
Februari – 4 Maret 2018 adalah integrity menbraness, paint managamen,
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan melalui Direktur untuk dapat
diteruskan kepada kepala ruangan danperawat ruangan agar lebih
memperhatikan ketepatan dalam penegakkan diagnosa,intervensi,
implementasi serta evaluasi terhadap asuhan keperawatan pada pasien
dengan Ulkus Diabetiku serta dalam pembuatan intervensi, implementasi
dan evaluasinya perawat ruangan tidak saja terfokus pada masalah
prioritas,namun masalah lain yang muncul berdasarkan keluhan dan tanda
yangdialami pasien juga harus diintervensi dan implementasikan
sehinggahasil evaluasi yang didapatkan sesuai dengan yang diharakan dan
kualitaspemberian asuhan keperawatan kepada pasien dengan Ulkus
Diabetikum jugadapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Miftahul, dkk. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar
Gula Darah Penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan di RS
Tugurejo Semarang. Htps:/scholar.google.co.id diakses pada tanggal 26
Mei 2018 pada pukul 14.00
Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa & Anak-anak
dengan Solusi Herbal. Yogyakarta. NuhaMedika
Indriani Rosi, dkk. 2017. Studi Kejadian Ulkus Diabetikum dan Tingkat Stres
Klien Diabetisi. Htps:/scholar.google.co.id diakses pada tanggal 26 Mei
2018 pada pukul 14.30
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika
Purwanti Lina Ema & Sholihatul Maghfirah, 2016. Factor Risiko Komplikasi
Kronis (Kaki Diabetik) dalam Diabetes Melitus Tipe 2.
81
Rendy & Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.
Yogyakarta. NuhaMedika
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny J
2) Tempat tanggal lahir : 14 Juli 1962
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Status kawin : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
8) Alamat : Sungai Sapih RT 03 RW 04
9) Diagnosa medis :NIDDM + Ulkus
b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama : Sari Wahyuni
2) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
3) Alamat : Sungai Sapih RT 03 RW 04
4) Hubungan : Anak
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan Utama Masuk :
Ny J, masuk ke RSUD Dr Rasidin Padang melalui Poliklinik
pada tanggal 26 Februari 2018 pada pukul 11.00 dengan
keluhan masuk, terdapat luka pada tangan 1 minggu yang lalu
tepatnya pada digiti 1 dan digiti 4 sinistra dan Gula darah
puasa 385 mg/dl.
b) Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian) :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 28 Februari
2018 pada pukul 09.30 WIB, pasien tampak lemas dan pucat,
pasien mengatakan tangannya nyeri, skala nyeri 4, nyeri
terasa ditusuk-tusuk, pasien juga mengatakan badan terasa
lemas, sering mengantuk dan sedikit pusing.
1
6) Mulut
Inspeksi : Mukosa mulut kering dan pucat, tidak ada pembesaran
tonsil, mulut bersih, reflek menelan baik.
7) Leher
Inspeksi : Tidak ada luka, tidak ada pembesaran getah bening,
tidak ada pembesaran tiroid, reflek menelan baik, tidak ada
gangguan pergerakan leher.
8) Toraks
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada
simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama, tidak ada teraba bengkak.
Perkusi : Bunyi perkusi sonor
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler dan terdengar bunyi ronkhi
Jantung
Inspeksi : Dada simetris, iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di RIC 5, teraba kuat
Perkusi : Terdengar bunyi pekak
Auskultasi :tidak ada pembesaran batas-batas jantung, irama
jantung reguler
9) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka/lesi, perut datar, tidak ada distensi
Palpasi : Tidak ada distensi, nyeri tekan (-), tidak ada teraba
massa
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
10) Ekstremitas
a) Atas : Terdapat ulkus di tangan tepatnya digiti satu sinistra
dengan ukuran 2x1 cm kedalaman 0,5 cm dan digiti empat
sinistra dengan ukuran 1x1 cm kedalaman 0,5 cm, luka tampak
benanah, memerah, dan mengeluarkan bau yang tidak sedap,
tangan sebelah kiri edema, CRT <2 detik. Terpasang inj pump
ditangan sebelah kanan
b) Bawah : Kedua tungkai tidak terdapat edema, akral teraba
hangat, CRT <2 detik.
f. Data Psikologis
1) Status Emosional : Pasien mengatakan tidak mudah emosi, pasien
bisa mengendalikan emosionalnya dengan baik, pasien selalu
sabar mengahadapi penyakitnya.
2) Kecemasan : Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya,
pasien cemas dengan bentuk tangannya yang luka.
3) Pola Koping : Pasien sering bertanya kepada petugas kesehatan
4) Gaya Komunikasi : Pasien mengatakan keseharianya
menggunakan bahasa minang, komunikasi yang baik dengan
keluarga, teman dan lingkungan sekitarnya.
g. Data Ekonomi Sosial :
Golongan menengah kebawah, saat ini biaya hidup pasien
ditanggung oleh suami yang bekerja sebagai petani
h. Pemeriksaan Laboratorium / Pemeriksaan Penunjang
Nilai rujukan
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan
Pria Wanita
2. Analisa Data
Nama : Ny. J
MR : 31.03.xx
Masalah
Data Etiologi Keperawatan
Ds : Kerusakan Kerusakan
jaringan integritas jaringan
Pasien mengatakan terdapat luka (nekrosis luka
pada tangan 1 minggu yang lalu ganggren)
tepatnya pada digiti 1 dan digiti 4
sinistra
Do :
1. Ada luka di ekstremitas atas
sebelah kiri tepatnya digiti 1 dan
4
2. Luka ulkus dengan ukuran 2x1
cm kedalaman 0,5 cm dan
ukuran 1x1 cm dengan kedalam
0,5 cm
3. tampak benanah, memerah, dan
mengeluarkan bau yang tidak
sedap
4. pasien sedang melakukan
tindakan redressing
DS : Manajemen Ketidakstabilan
1. Pasien mengatakan badan terasa diabetes tidak kadar glukosa
lemas, sering mengantuk dan tepat, kurang darah
sedikit pusing. patuh pada
2. Pasien mengatakan berat
rencana
badannya menurun dari 65
menjadi 60 manajemen
DO : diabetes
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ditemukan
Dipecahkan
No Diagnosa Keperawatan Masalah
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Kerusakan integritas 28
jaringan berhubungan februari
dengan Kerusakan 2018
jaringan (nekrosis luka
ganggren)
2. Ketidakstabilan kadar 28
glukosa darah februari
berhubungan 2018
denganManajemen
diabetes tidak tepat,
kurang patuh pada
rencana manajemen
diabetes
3. Nyeri akut berhubungan 28
dengan Agens cedera februari
biologis (iskemik 2018
jaringan)
4. Ketidakseimbangan 28
nutrisi kurangdari februari
kebutuhan tubuh 2018
berhubungan dengan
ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien
5. Ansietas berhubungan 28
dengan stresor februari
2018
6 Gangguan citra tubuh 28
berhubungan dengan februari
penurunan fungsi tubuh 2018
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Intervensi
Diagnosa Nursing Outcomes
No Nursing Intervention
Keperawatan Classification
Classification (NIC)
(NOC)
1. Kerusakan e. Integritas d. Perawatan ulkus
integritas jaringan : kulit & tekanan
jaringan membran 7) Mengukur dan
berhubungan mukosa menggambarkan
dengan Indikator : karakteristik ulkus
Kerusakan 7) Sensasi 8) Menentukan
jarinan 8) Tekstur tingkat
(nekrosis luka 9) Perfusi pembentukan
ganggren) jaringan ulkus: tahap 1
10) Integritas sampai 5
kulit 9) Menjaga ulkus agar
11) Lesi kulit dan tetap lembab untuk
selaput lendir membantu
12) Nekrosis penyembuhan
f. Penyembuhan 10) Membersihkan
luka kulit di sekitar
Indikator : ulkus dengan sabun
4) Penyembuha lembut dan air
n bekas luka 11) Memonitor tanda
5) Drainase dan gejala infeksi
purulen pada luka
6) Bau luka 12) Memonitor asupan
busuk kalori untuk
g. Status memastikan asupan
neurologis: yang memadai
perifer e. Perawatan luka
Indikator : 6) Perawatan ulkus
4) Sensasi di kulit yang
ekstremitas diperlukan
bagian atas 7) Aliran didaerah
dan bawah sekitar luka untuk
5) Fungsi merangsang
motorik sirkulasi
6) Warna kulit 8) Mempertahankan
h. Fungsi sensorik: teknik streril ketika
kulit melakukan
Indikator : perawatan luka
Hilangnya 9) Membandingkan
sensasi perubahan luka
secara teratur
10) Mengatur posisi
untuk menghindari
penekanan atau
keteganggan pada
luka
f. Penilaian kulit
4) Mengamati
ekstremitas untuk
warana,
kehangatan,
bengkak, pulsa,
tekstur, edema, dan
ulserasi
5) Pemeriksaan kulit
dan selaput lender
terhadap
kemerahan,
kehangatan atau
drainase
6) Monitor adanya
infeksi, terutama
daerah edema
7)
2. Ketidakstabilan d. Kadar gula c. Manajemen
kadar glukosa darah hiperglikemi
darah indikator : 5) Pantau kadar
berhubungan 5) Gula darah glukosa darah
denganManaje 6) Hemoglobin 6) Monitor tanda dan
men diabetes glikosilasi gejala
tidak tepat, 7) Fruktosamin hiperglikemi :
kurang patuh 8) Glukosa poliuria,
pada rencana urin polidipsia,
manajemen e. Manajemen poliphagia,
diabetes diabetes kelemahan,
Indikator : latergis,malaise
5) Monitor atau sakit kepala
glukosa 7) Identifikasi
darah kemungkinan
6) Mengobati penyebab
gejala hiperglikemi
hiperglikemi 8) Dorong
7) Monitor pemantauan diri
glukosa urin kadar glukosa
dan keton darah
8) Memantau d. Manajemen nutrisi
efek samping
11) Lakukan tindakan-
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
(misalnya konstipasi
dan iritasi lambung)
12) Kolaborasikan dengan
dokter apakah obat,
dosis, rute pemberian,
atau perubahan
interval dibutuhkan,
buat rekomendasi
khusus berdasarkan
prinsip analgesik
13) Ajarkan tentang
penggunaan analgesik,
strategi untuk
menurunkan efek
samping, dan harapan
terkait dengan
keterlibatan dalam
keputusan
pengurangan nyeri.
4. Ketidakseimba d. Nutritional d. Manajemen nutrisi
ngan nutrisi status 4) Anjurkan pasien
kurangdari Indikator : tentang
kebutuhan 4) Masukan / kebutuhan gizi
tubuh intake (membahas
berhubungan nutrisi pedoman diet
dengan 5) Masukan DM )
ketidakmampu makanan, 5) Kolaborasi
an cairan tentang ahli gizi
mengabsorpsi 6) Energi, rasio untuk
nutrien berat badan menentukan diet
e. Nutritional pasien
status : food and 6) Informasikan
fluid intake pada klien
Indikator : keluarga tentang
3) Masukan manfaat diet DM
makanan e. Monitor nutrisi
melalui 6) Monitor adanya
mulut penurunan berat
4) Masukan badan dan gula
cairan darah
melalui 7) Monitor pucat
selang IV pada jaringan
f. Weight : body konjungtiva
frekuensi terhadap
nadi perubahan-
m. Peningkatan perubahan dalam
frekuensi citra tubuh, sesuai
pernafasan dengan indikasi
n. Pusing b. Bantu pasien untuk
o. Penurunan menggunakan
produktivitas teknik relaksasi
p. Gangguan sesuai dengan
tidur kebutuhan
q. Perubahan 3. Terapi relaksasi
pada pola a. Gambarkan
makan rasional dan
2. Tingkat manfaat relaksasi
kecemasan sosial b. Ciptakan
a. Menghindari lingkungan yang
situasi sosial tanang
b. Menghidari c. Dorong pasien
orang yang untuk mengambil
tidak dikenal posisi yang
c. Tidak nyaman dengan
nyaman pakaian yang
selama longgar dan mata
menghadapi tertutup
sosial d. Minta klien untuk
rileks dan
merasakan sensasi
yang terjadi
e. Tunjukan dan
praktikan teknik
relaksasi pada klien
f. Dorong pasien
untuk mengulang
praktik teknik
relakasi jika
memungkinkan
6. Gangguan citra d. Adaptasi cacat d. Pengurangan
tubuh fisik kecemasan
berhubungan Indikator 4) Gunakan
dengan 5) Disesuaikan pendekatanyang
penurunan dengan tenang dan
fungsi tubuh keterbatasan menyakinkan
informasi 5) Dengarkan dengan
6) Sreategi perhatian
untuk 6) Identifikasi
mengurangi perubahan tingkat
stres terkait kecemasan
dengan (adanya luka yang
Dengan perawatan
ulkus dengan
redresing
2 Ketidakstabila 1. Pantau kadar gula S : Pasien
n kadar darah mengatakan badan
glukosa darah 2. Monitor tanda dan terasa lemas, sering
gejala hiperglikemi
berhubungan mengantuk dan
3. Kolaborasi dengan
denganManaj ahli gizi nutrisi sedikit pusing.
emen diabetes yang dibutuhkan
tidak tepat, 1. Pasien mengatakan
pasien
berat badannya
kurang patuh 4. Kolaborasi
menurun dari 65
pada rencana pemberian
menjadi 60
manajemen obatLevermir dan
O :Pasien tampak
Navorapid
diabetes lemah
1. Pasien tampak
sering tidur
2. Gula darah puasa :
285 Mg/dl
A : Masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Pantau kadar gula
darah, monitor tanda
dan gejala
hiperglikemi,
kolaborasi dengan
ahli gizi nutrisi yang
dibutuhkan pasien,
kolaborasi
pemberian obat
Levermir dan
Navorapid
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor TTV,
pemberian obat
analgetik dan
manajemen teknik
relaksasi
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor adanya
penurunan berat
badan dan gula
darah, Monitor diet
pasien
tanang
8. Dorong pasien
untuk mengambil
posisi yang
nyaman dengan
pakaian yang
longgar dan mata
tertutup
9. Minta klien untuk
rileks dan
merasakan sensasi
yang terjadi
10. Tunjukan dan
praktikan teknik
relaksasi pada
klien
11. Dorong pasien
untuk mengulang
praktik teknik
relakasi jika
memungkinkan
6 Gangguan 1. Pengurangan S : Pasien
citra tubuh kecemasan mengatakan tidak
berhubungan 2. Menggunakan suka dengan bentuk
pendekatan yang
dengan tanganya dan
teanang dan
penurunan meyakinkan mengeluarkan bau
fungsi tubuh 3. Berusaha untuk yang membuat
memahami orang sekitar tidak
perspektif pasien nyaman dan pasien
dari situasi stresss mengatakan
4. Mendengarkan terganggu dengan
dengan perhatian
tangan yang terluka
5. Identifikasi
perubahan O : Pasien tampak
kecemasan
cemas dan pasien
6. Peningkatan citra
tubuh sering bertanya
7. Membantu pasien kepada petugas
sejauh mana kesehatan
perubahan aktual
dalam tubuh A : Masalah belum
8. Bantu pasien untuk teratasi
mengatasi stress
karena gangguan P : Intervensi
citra tubuh akibat dilanjutkan
luka yang kunjung
sembuh Mengurangi
A : Masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Pantau kadar gula
darah, monitor
tanda dan gejala
hiperglikemi,
kolaborasi
dengan ahli gizi
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien,
kolaborasi
pemberian obat
Levermir dan
Navorapid
x/i
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor TTV,
pemberian obat
analgetik dan
manajemen
teknik relaksasi
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor adanya
penurunan berat
badan dan gula
darah, Monitor
diet pasien
relakasi jika
memungkinkan
6 Gangguan citra 1. Pengurangan S : Pasien
tubuh berhubungan kecemasan mengatakan tidak
dengan penurunan 2. Menggunakan suka dengan
pendekatan yang
fungsi tubuh bentuk tanganya
teanang dan
meyakinkan dan
3. Berusaha untuk mengeluarkan
memahami bau yang
perspektif pasien membuat orang
dari situasi sekitar tidak
stresss nyaman dan
4. Mendengarkan
pasien
dengan perhatian
5. Identifikasi mengatakan
perubahan terganggu dengan
kecemasan tangan yang
6. Peningkatan citra terluka
tubuh
7. Membantu O : Pasien
pasien sejauh tampak cemas
mana perubahan dan pasien sering
aktual dalam bertanya kepada
tubuh
8. Bantu pasien petugas
untuk mengatasi kesehatan
stress karena
gangguan citra A : Masalah
tubuh akibat luka belum teratasi
yang kunjung
sembuh P : Intervensi
9. Peningkatan dilanjutkan
harga diri
10. Pantau kenyataan Mengurangi
tentang harga diri kecemasan
pasien menggunakan
11. Beri pujian atas pendekatan yang
kemajuan pasien teanang dan
12. Buat pernyataan meyakinkan,
positif tentang
Berusaha untuk
pasien
memahami
perspektif pasien
dari situasi stress,
mendengarkan
dengan perhatian
A : Masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor TTV,
pemberian obat
analgetik
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor adanya
penurunan berat
badan dan gula
darah, Monitor
diet pasien
lingkungan yang
tanang
8. Dorong pasien
untuk
mengambil
posisi yang
nyaman dengan
pakaian yang
longgar dan
mata tertutup
9. Minta klien
untuk rileks dan
merasakan
sensasi yang
terjadi
10. Tunjukan dan
praktikan teknik
relaksasi pada
klien
11. Dorong pasien
untuk
mengulang
praktik teknik
relakasi jika
memungkinkan
6 Gangguan citra 1. Pengurangan S : Pasien
tubuh berhubungan kecemasan mengatakan tidak
dengan penurunan a. Menggunakan suka dan tidak
pendekatan
fungsi tubuh nyaman dengan
yang teanang
dan bentuk tanganya
meyakinkan
O : Pasien
b. Berusaha
untuk tampak sering
memahami bertanya kepada
perspektif petugas
pasien dari kesehatan
situasi stress
c. Mendengarka A : Masalah
n dengan belum teratasi
perhatian
d. Identifikasi P : Intervensi
perubahan dilanjutkan
kecemasan
2. Peningkatan citra Mengurangi
tubuh kecemasan
a. Membantu menggunakan
pasien sejauh
A : Masalah
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Pantau kadar gula
darah, monitor
tanda dan gejala
hiperglikemi,
kolaborasi dengan
ahli gizi nutrisi
yang dibutuhkan
pasien, kolaborasi
pemberian obat
Levermir dan
Navorapid
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor TTV,
pemberian obat
analgetik
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor adanya
penurunan berat
badan dan gula
darah, Monitor
diet pasien
A : Masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Pantau kadar
gula darah,
monitor tanda
dan gejala
hiperglikemi,
kolaborasi
dengan ahli gizi
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien,
kolaborasi
pemberian obat
Levermir dan
Navorapid
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor TTV,
pemberian obat
analgetik
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor adanya
penurunan berat
badan dan gula
darah, Monitor
diet pasien
6. Gambarkan
rasional dan
manfaat relaksasi
7. Ciptakan
lingkungan yang
tanang
8. Dorong pasien
untuk mengambil
posisi yang
nyaman dengan
pakaian yang
longgar dan mata
tertutup
9. Minta klien untuk
rileks dan
merasakan sensasi
yang terjadi
10. Tunjukan dan
praktikan teknik
relaksasi pada
klien
11. Dorong pasien
untuk mengulang
praktik teknik
relakasi jika
memungkinkan
6 Gangguan citra 1. Pengurangan S : Pasien
tubuh kecemasan mengatakan
berhubungan a. Menggunakan tidak suka dan
pendekatan
dengan penurunan tidak nyaman
yang teanang
fungsi tubuh dan dengan bentuk
meyakinkan tanganya
b. Berusaha untuk
memahami O : Pasien
perspektif tampak sering
pasien dari bertanya kepada
situasi stress petugas
c. Mendengarkan kesehatan
dengan
perhatian A : Masalah
d. Identifikasi belum teratasi
perubahan
kecemasan P : Intervensi
2. Peningkatan citra dilanjutkan
tubuh
a. Membantu Mengurangi
pasien sejauh kecemasan
mana menggunakan
perubahan pendekatan yang
aktual dalam teanang dan
tubuh
meyakinkan,
b. Bantu pasien
untuk Berusaha untuk
mengatasi memahami
stress karena perspektif pasien
gangguan citra dari situasi
tubuh akibat stress,
luka yang mendengarkan
kunjung
dengan
sembuh
3. Peningkatan harga perhatian
diri
a. Pantau
kenyataan
tentang harga
diri pasien
b. Beri pujian
atas kemajuan
pasien
c. Buat
pernyataan
positif tentang
pasien
FORMAT PENGKAJIAN
E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
j. Identitas Klien
10) Nama : Tn A
11) Tempat tanggal lahir : Padang, 16 Januari 1964
12) Jenis kelamin : Laki-laki
13) Status kawin : Kawin
14) Agama : Islam
15) Pendidikan :STM
16) Pekerjaan : Buruh harian lepas
17) Alamat : Wisma Bunda no 11
18) Diagnosa medis : NIDDM + Ulkus
k. Identitas Penanggung jawab
5) Nama : Fauzan
6) Pekerjaan : Mahasiswa
7) Alamat : Wisma Bunda no 11
8) Hubungan : Anak
l. Riwayat Kesehatan
4) Riwayat kesehatan sekarang
c) Keluhan Utama Masuk:
Tn. A masuk ke RSUD Dr Rasidin Padang melalui Poliklinik
pada tanggal 27 Februari 2018 pada pukul 15.00 dengan
keluhan masuk, terdapat luka pada bahu sebelah kiri yang
tidak sembuh-sembuh sejak 10 hari sebelum masuk rumah
sakit. Gula darah puasa 320 mg/dl.
d) Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian):
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 28 Februari 2018
pada pukul 10.15 WIB, pasien meringis dan gelisah. Pasien
mengatakan nyeri pada luka, nyeri muncul tiba-tiba saat
d) Sakit
Siang : 1 jam dalam sehari
Malam : 3-4 jam dalam sehari, dan pasien sering terbangun
karena nyeri
9) Eliminasi
BAB
c) Sehat:Pasien biasanya BAB 2 kali sehari
d) Sakit:Pasien biasanya BAB 1 kali sehari
BAK
a) Sehat: Pasien BAK minimal 7 kali sehari
b) Sakit: Pasien BAK minimal 8 kali sehari
10) Aktifitas pasien
c) Sehat: Pasien adalah seorang buruh harian lepas serta kepala
keluarga, dan melakukan aktivitas seperti biasanya
d) Sakit: Paseien mengatakan badan terasa lemas dan nyeri pada
ulkus yang mengakibatkan kaki terasa berat dan nyeri jika
bergerak. Semenjak sakit pasien hanya banyak beraktivitas di
tempat tidur
n. Pemeriksaan fisik
11) Keadaan umum
GCS : 15, Compos Mentis
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Suhu : 37,2 oC
Nadi : 88 x/i
Pernafasan : 22 x/menit
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 165 cm
12) Rambut / Kepala
Inspeksi : Kepala normachepal, tidak ada luka/lesi, rambut pasien
tambak bersih, sedikit beruban, tidak rontok, lebat.
13) Telinga
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, sejajar kantus mata, bersih,
tidak ada luka/bengkak, pendengaran baik.
14) Mata
Inspeksi : Simetri kiri dan kanan, bersih, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil isokor, reflek kedip ada.
15) Hidung
Inspeksi : Simetris, bersih, cuping hidung (-), sianosis (-).
16) Mulut
Inspeksi : Bibir kering, pucat, mulut bersih, tidak ada pembersaran
tonsil, reflek menelan baik
17) Leher
Inspeksi : Tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pembesaraan vena
jugularis, reflek menelan (+), reflek batuk (+).
18) Bahu
Inspeksi : Terdapat luka membengkak di bahu sebelah kiri dengan
ukuran 4x3 cm dengan kedalaman 1,5 cm. Ulkus tampak memerah
dan bernanah
19) Toraks
Paru
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, pergerakaan dinding dada
semetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi: Premitus kiri dan kanan sama, tidak ada teraba bengkak
Perkusi: Bunyi perkusi sonor
Auskultasi : Bunyi napas vasikuler
Jantung
Inspeksi : Dada simetris, iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba teraba
Perkusi :pekak
Auskultasi :tidak ada pembesaran batas-batas jantung, irama
jantung reguler
20) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi/luka, tidak ada distensi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan (-), tidak teraba massa
Perkusi : Bunyi tympani
Auskultasi:Bising usus 12x/menit
21) Ekstremitas
c) Atas : Terpasang infus NaCL 0,9% di tangan sebelah kiri, akral
teraba hangat, CRT <2 detik
d) Bawah : Akral teraba hangat, telapak kaki pasien CRT <2
detik.
o. Data Psikologis
5) Status Emosional : Pasien mengatakan mudah emosi, terkadang
emosinya tidak terkontrol.
6) Kecemasan : Pasien cemas dengan luka yang semakin hari semakin
membesar. Pasien tidak suka dengan bentuk lukanya dan
mengeluarkan bau dan nanah
7) Pola Koping : Pasien sering bertanya ke petugas kesehatan tentang
kondisinya
8) Gaya Komunikasi : Pasien mengatakan kesehariannya
menggunakan bahasa minang. Pasien tampak gugup dan cemas
ketikaberbicara tentang penyakitnya.
p. Data Ekonomi Sosial :
Pasien merupakan golongan menengah ke atas. Biaya hidup pasien
ditanggung sendiri. Pasien bekerja sebagai buruh harian lepas.
Semenjak pasien dirawat dirumah sakit istrinya yang bekerja
berjualan di depaan rumah.
q. Pemeriksaan Laboratorium / Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan kimia klinik
Nilai rujukan
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan
Pria Wanita
Hitungan
jenis leukosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinifil 2 % 1-3
n. batang 0 % 2-6
n. segmen 80 % 50-70
Limfosit 15 % 20-40
Monosit 3 % 2-8
4. ANALISA DATA
Nama : Tn. A
MR : 16.19.xx
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS : Kerusakan Kerusakan
1. Pasien mengatakan ada luka jaringan integritas jaringan
di bahu sebelah kiri sejak 10 (nekrosis luka
hari yang lalu ganggren)
DO :
DS : Manajemen Ketidakstabilan
1. Pasien mengatakan kepalanya diabetes tidak kadar glukosa
pusing dan sering mengantuk tepat, kurang darah
2. Pasien mengatakan badanya patuh pada
terasa lemah
rencana
manajemen
DO : diabetes
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ditemukan
Diagnosa Dipecahkan
No Masalah
Keperawatan
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Kerusakan integritas 28
jaringan berhubungan februari
dengan Kerusakan 2018
jaringan (nekrosis luka
ganggren)
2. Nyeri akut 28
berhubungan dengan februari
Agens cedera biologis 2018
(iskemik jaringan)
3. Ketidakstabilan kadar 28
glukosa darah februari
berhubungan 2018
denganManajemen
diabetes tidak tepat,
kurang patuh pada
rencana manajemen
diabetes
4. Gangguan citra tubuh 28
berhubungan dengan februari
penurunan fungsi 2018
tubuh
G. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Intervensi
N Diagnosa
Nursing Outcomes Nursing Intervention
o Keperawatan
Classification (NOC) Classification (NIC
1. Kerusakan i. Integritas jaringan : g. Perawatan ulkus
integritas kulit & membran tekanan
jaringan mukosa 13) Mengukur dan
berhubungan Indikator : menggambarkan
dengan 13) Sensasi karakteristik
Kerusakan 14) Tekstur ulkus
jaringan 15) Perfusi jaringan 14) Menentukan
(nekrosis luka 16) Integritas kulit tingkat
ganggren) 17) Lesi kulit dan pembentukan
selaput lendir ulkus: tahap 1
18) Nekrosis sampai 5
j. Penyembuhan luka 15) Menjaga ulkus
Indikator : agar tetap lembab
7) Penyembuhan untuk membantu
bekas luka penyembuhan
8) Drainase 16) Membersihkan
purulen kulit di sekitar
9) Bau luka busuk ulkus dengan
k. Status neurologis: sabun lembut dan
perifer air
Indikator : 17) Memonitor tanda
7) Sensasi di dan gejala infeksi
ekstremitas pada luka
bagian atas dan 18) Memonitor
bawah asupan kalori
8) Fungsi motorik untuk
9) Warna kulit memastikan
l. Fungsi sensorik: asupan yang
kulit memadai
Indikator : h. Perawatan luka
1) Hilangnya 11) Perawatan ulkus
sensasi kulit yang
diperlukan
12) Aliran didaerah
sekitar luka untuk
merangsang
sirkulasi
13) Mempertahankan
teknik streril
ketika melakukan
perawatan luka
14) Membandingkan
perubahan luka
secara teratur
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap ketidak
nyamanan
(misalnya suhu
ruangan,
pencahayaan,
suara bising)
23) Kurangi atau
eliminasi faktor-
faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan
nyeri (misalnya
ketakutan,
kelelahan,
keadaan monoton
dan kurang
pengetahuan)
24) Ajarkan prinsip-
prinsip
manajemen nyeri
25) Ajarkan
penggunaan
teknik
nonfarmakologi.
26) Kolaborasi dengan
pasien, orang
terdekat dan tim
kesehatan lainnya
untuk memilih
dan
mengimplementas
ikan tindakan
penurunan nyeri
nonfarmakologi
sesuai kebutuhan
27) Berikan individu
penurun nyeri
yang optimal
dengan peresepan
analgesik
28) Evaluasi
keefektifan dari
tindakan
pengontrolan
H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal : 28 Februari 2018
P : Intervensi
dilanjutkan
Dengan
perawatan ulkus
dengan redresing
1. Pasien tampak
meringis dan
gelisah
2. Ketika nyeri
pasien tampak
fokus dengan
diri sendiri
3. Skala nyeri 5
4. Tekanan
darah:140/70
mmHg
nadi : 92 x/i
suhu : 37oC
pernapasan :
22 x/i
A : Masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Monitor TTV,
pemberian obat
analgetik dan
manajemen teknik
relaksasi
3 Ketidakstabilan 5. Pantau kadar gula S :
kadar glukosa darah
darah 6. Monitor tanda dan 1. Pasien
gejala mengatakan
1. Pasien tampak
sering tidur
2. Pasien tampak
lemah
3. Gula darah
sewaktu 71
Mg/dl
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
5. Identifikasi A : Masalah
perubahan belum teratasi
kecemasan P : Intervensi
6. Peningkatan citra
dilanjutkan
tubuh
7. Membantu pasien Mengurangi
sejauh mana kecemasan
perubahan aktual menggunakan
dalam tubuh pendekatan yang
8. Bantu pasien teanang dan
untuk mengatasi meyakinkan,
stress karena
Berusaha untuk
gangguan citra
tubuh akibat luka memahami
yang kunjung perspektif pasien
sembuh dari situasi stress,
9. Peningkatan harga mendengarkan
diri dengan perhatian
10. Pantau kenyataan
tentang harga diri
pasien
11. Beri pujian atas
kemajuan pasien
12. Buat pernyataan
positif tentang
pasien
ulkus dilanjutkan
6. Penutupan luka
dengan kassa Dengan
perawatan ulkus
dengan redresing
A : Masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Monitor TTV,
pemberian obat
analgetik dan
manajemen
teknik relaksasi
3 Ketidakstabilan 1. Pantau kadar gula S : Pasien
kadar glukosa darah mengatakan
darah 2. Monitor tanda dan badan masih
gejala
berhubungan terasa lemas,
hiperglikemi
denganManajemen 3. Kolaborasi dengan sering mengantuk
diabetes tidak ahli gizi nutrisi dan sedikit pusing
tepat, kurang yang dibutuhkan
O :Pasien masih
A : Masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Pantau kadar gula
darah, monitor
tanda dan gejala
hiperglikemi,
kolaborasi
dengan ahli gizi
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien, kolaborasi
pemberian obat
Levermir dan
Navorapid
P : Intervensi
lanjutkan
Dengan
perawatan ulkus
dengan
redresing,
pantau tanda-
tanda infeksi
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor TTV,
pemberian obat
analgetik
tidur. Gula
darah puasa :
270 Mg/dl
A : Masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Pantau kadar
gula darah,
monitor tanda
dan gejala
hiperglikemi,
kolaborasi
dengan ahli gizi
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien,
kolaborasi
pemberian obat
Levermir dan
Navorapid
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor TTV,
pemberian obat
analgetik
hiperglikemi,
kolaborasi
dengan ahli gizi
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien,
kolaborasi
pemberian obat
Levermir dan
Navorapid
diri perhatian
d. Pantau
kenyataan
tentang harga
diri pasien
e. Beri pujian atas
kemajuan
pasien
f. Buat
pernyataan
positif tentang
pasien
mmHg, nadi :
92 x/i, suhu :
36,6oC,
pernafasan : 22
x/i
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Monitor TTV,
pemberian obat
analgetik
A : Masalah
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Pantau kadar
gula darah,
monitor tanda
dan gejala
hiperglikemi,
kolaborasi
dengan ahli gizi
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien,
kolaborasi
pemberian obat
Levermir dan
Navorapid