Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulisan karya
tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan
dari berbagai pihak, sangat sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
Peneliti
PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NIM :153110200
Tanda Tangan :
ABSTRAK
Stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah arteri dan pembuluh darah
kapiler menyebabkan suplai oksigen tidak adekuat kejaringan otak berakibat
terjadinya hipoksia hingga menyebabkan kematian dini. Stroke hemoragik merupakan
penyakit dengan prevelensi angka kematian tinggi sebesar 11,3 % di dunia.
Berdasarkan survei awal bulan November 2017 terdapat 5 orang pasien yang
mengalami gangguan oksigenasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan gangguan oksigenasi pada pasien stroke hemoragik.
Melalui kepala ruangan rawat inap syaraf RSUP Dr. M.Djamil Padang agar perawat
untuk dapat memaksimalkan tindakan memposisikan 15-300 dan terapi oksigen pada
pasien serta rencana tindak lanjut kepada keluarga pasien untuk perawatan pasien
dirumah.
A. Hasil Penelitian................................................................................... 56
1. Hasil Pengkajian............................................................................... 56
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 62
3. Intervensi Keperawatan.................................................................... 65
4. Implementasi Keperawatan.............................................................. 75
5. Evaluasi Keperawatan...................................................................... 77
B. Pembahasan............................................................................................. 81
1. Pengkajian........................................................................................ 81
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 86
3. Intervensi Keperawatan.................................................................... 89
4. Implementasi Keperawatan.............................................................. 90
5. Evaluasi Keperawatan..................................................................... 92
A. Kesimpulan........................................................................................... 95
B. Saran ................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Masalah yang terjadi apabila otak kekurangan oksigen untuk waktu lama
akan terjadi kematian (Vaughans, 2011). Apabila kebutuhan oksigen
dalam tubuh berkurang, maka ada beberapa istilah yang dipakai sebagai
manifestasi kekurangan oksigen tubuh, yaitu hipoksemia, hipoksia, dan
gagal napas. Kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat
terjadi kerusakan sel otak secara permanen. Oksigen dalam tubuh harus
terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka
akan terjadi kerusakan pada jaringan otak, kerusakannya dapat semakin
parah dan dapat menimulkan terjadinya berbagai penyakit, salah satunya
stroke (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah rumah sakit tipe A yang terdapat di
Sumatera Barat tepatnya di kota Padang. Berdasarkan data rekam medis di
RSUP Dr. M.Djamil Padang pada pasien stroke hemoragik dari tahun
2015 sebanyak 30 orang, tahun 2016 sebanyak 203 orang dan pada tahun
2017 dari bulan Januari sampai bulan September sebanyak 274 orang data
ini tercatat mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan gangguan oksigenasi
pada pasien stroke hemoragik di ruang rawat inap syaraf
RSUP.Dr.M.Djamil Padang tahun 2018.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan proses asuhan keperawatan oksigenasi pada
pasien dengan stroke hemoragik di ruang rawat inap syaraf
RSUP.Dr.M.Djamil Padang tahun 2018.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada
pasien dengan gangguan oksigenasi pada pasien dengan stroke
hemoragik di ruang rawat inap syaraf RSUP.Dr.M.Djamil Padang
tahun 2018.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan gangguan oksigenasi pada pasien dengan stroke
hemoragik di ruang rawat inap syaraf RSUP.Dr.M.Djamil Padang
tahun 2018.
c. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan oksigenasi pada pasien dengan stroke hemoragik
di ruang rawat inap syaraf RSUP.Dr.M.Djamil Padang tahun 2018.
d. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan oksigenasi pada pasien dengan stroke hemoragik di
ruang rawat inap syaraf RSUP.Dr.M.Djamil Padang tahun 2018.
e. Mampu mendeskripsikan pendokumentasikan asuahan
keperawatan pada pasien dengan gangguan oksigenasi pada pasien
dengan stroke hemoragik di ruang rawat inap syaraf
RSUP.Dr.M.Djamil Padang tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk
menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuahan
keperawatan yang berkaitan dengan penanganan oksigenasi pada
penderita penyakit stroke hemoragik.
2. Bagi Lahan Penelitian/ Rumah Sakit
Laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pikiran bagi perawat dalam meningkatkan pelayanan
terhadap “Asuahan Keperawatan Gangguan Oksigenasi pada Pasien
Stroke Hemoragik di Ruang Rawat Inap Syaraf RSUP.Dr.M. Djamil
Padang tahun 2018” melalui pengembangan bentuk intervensi yang
sesuai dengan kebutuhan.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangatt vital dalam kelangsungan hidup
sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme
tubuh secara terus – menerus, oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses
bernapas, di atmosfer gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida
(CO2), nitrogen ( N2), dan unsur –unsur lain seperti argon dan heluim (
Tarwoto dan Wartonah, 2011).
Sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah sistem pernapasan atau
sistem respirasi. Sistem pernapasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
sistem pernapasan atas dan sistem pernapasan bawah. Sistem pernapasan
atas terdiri atas hidung, faring dan laring. Sistem pernapasan bawah terdiri
atas trakea dan paru-paru (Saputra,2013).
1. Volume tidal. Volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa (+/- 500 mL)
2. Volume cadangan isap (inspiratory reserve volume atau IRV)
merupakan volume udara yang masih dapat dihirup ke dalam paru –
paru setelah inspirasi biasa (+/- 3.000 mL)
3. Volume cadangan embus (expiratory reserve volume atau ERV)
merupakan volume udara yang masih dapat diembuskan keluar paru –
paru setelah ekspirasi biasa ( +/- 1.100 mL)
4. Volume residu atau sisa (residu volume atau RV) merupakan volume
udara yang tersisa di dalam paru – paru dan tidak dapat diekspirasikan
( +/- 1.200 mL)
5. Ruang rugi (dead space ) merupakan volume udara yang mengisi
saluran pernapasan ( +/- 150 mL )
6. Kapasitas isap ( inspirasi) merupakan penjumlahan dari volume tidal
dan volume cadangan isap ( +/- 3.600 mL)
7. Kapasitas cadangan ( residu ) fungsional merupakan penjumlahan dari
volume cadangan isap, dan volume cadangan embus (+/- 4.800 mL)
8. Kapasitas vital paru – paru merupakan penjumlahan dari volume tidal,
volume cadangan isap, volume cadangan embus, dan volume sisa ( +/-
5.800 – 6.000 mL).
3. Proses Pernapasan
Menurut (Saputra, 2013) proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu :
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal adalah keseluruhan proses pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan pembuluh kapiler paru (kapiler pulmonalis).
Pernapasan eksternal dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
a. Faktor Fisiologi
1).Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
2).Menurunya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas
3).Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
traspor O2 terganggu
4).Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,ibu
hamil, luka dan lain – lain
5). Kondisi yang mempengaruhi dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulusketal yang abnormal, serta penyakit kronis
lainnya.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
3) Anak usia sekolah dan remaja yang disebabkan oleh risiko infeksi
saluran pernapasan dan merokok
4) Dewasa muda dan pertengahan yang disebabkan oleh diet yang tidak
sehat, kurang aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru – paru
5) Dewasa tua yang disebabkan oleh adanya proses penuaan yang
mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis elastisitas menurun, dan
ekspansi paru menurun.
c. Faktor Perilaku
1. Nutrisi
Pada pasien obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang
buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigenasi berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
2. Latihan
Latihan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen .
3. Merokok
Nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner
4. Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat - oabatan)
Menyebabkan intake nutrisi- Fe menurun mengakibatkan penurunan
hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernapasan
5. Kecemasan, Menyebabkan metabolisme meningkat
d. Faktor lingkungan
1. Tempar kerja ( populasi )
2. Temperatur lingkungan
3. Ketinggian tempat dari permukaaan laut.
Obstruksi pada saluran napas atas ( hidung, faring, dan laring ) dapat
disebabkan oleh makanan atau akumulasi sekret. Obstruksi saluran napas
bawah meliputi obstruksi total atau sebagian pada saluran napas bronkus
dan paru.
Tanda-tanda obstruksi jalan napas antara lain batuk tidak efektif, tidak
dapat mengeluarkan sekret dijalan napas, jumlah, irama dan kedalaman
pernapasan tidak normal serta suara napas menunjukkan adanya
sumbatan.
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen lebih dari udara atmosfer atau FiO2
> 21%. Terapi oksigen adalah tindakan yang digunakan untuk mengatasi
hipoksia jaringan. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan pasokan
oksigen dan mengurangi kerja napas (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
Jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada beberapa istilah yang dipakai
sebagai manifestasi kekurangan oksigen tubuh, yaitu hipoksemia, hipoksia,
dan gagal napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) dan oksimetri.
1. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri (Pa O2) atau saturasi O2arteri (Sa O2) di bawah
normal (normal Pa O2 85-100 mmHg, Sa O2 95%). Pada dewasa, anak,
dan bayi, Pa O2 <60 mmHg atau Sa O2 <90%. Keadaan ini disebabkan
oleh gangguan ventilas, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada
tempat yang kurang oksigen. Pada keadaa hipoksemia, tubuh akan
melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan,
meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan
peningkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di antaranya sesak napas,
frekuensi napas 35 x/menit, nadi cepat dan dangkal, serta sianosis.
2. Hipoksia
Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada
tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti
spontan. Penyebab lainnya adalah menurunnya hemoglobin,
berkurangnya konsentrasi oksigen, menurunnya difusi oksigen dari
alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, dan kerusakan atau
gangguan ventilasi.Tanda -tanda hipoksia di antaranya kelelahan,
kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta clubbing
3. Gagal Napas
Gagal nafas merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh
memenuhi kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan pertukaran gas
karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya
peningkatan C O2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal
napas dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang
mengontrol sisterm pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan
obat, gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi
jalan napas.
Pada pasien dengan gagal napas dengan anemia harus diperbaiki dengan
memperbaiki kadar hemoglobin agar transportasi oksigen kejaringan cukup.
Peningkatan kecil tekanan oksigen arteri menyebabkan kenaikan bermakna
saturasi hemoglobin. Dalam keadaan normal, tidak ada manfaat
meningkatkan PaO2 lebih besar dari 60-80mmHg (Hidayat,2014).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran
darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya
pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen
dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak
akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini
akan memunculkan gejala stroke (Junaidi , 2011).
2. Etiologi
Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum (Potter dan Perry, 2012):
a. Stroke iskemik
a) Transient Ischemic Attack (TIA)
b) Trombosis serebri
c) Emboli serebri
b. Stroke hemoragik
a) Perdarahan intraserebral
b) Perdarahan subaraknoid
2. Berdasarkan stadium :
a) TIA
b) Stroke in evolution
c) Completed stroke
3. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah) :
a) Tipe karotis
b) Tipe ver tebrobasile
4. Faktor risiko
Faktor risiko dapat terjadinya stroke hemoragik menurut ( Black dan Hawks,
2014) adalah sebagai berikut :
1. Hipertensi adalah faktor risiko yang bisa dimodifikasi terpenting baik stroke
iskemi maupun stroke hemoragik.
2. Penyakit kardiovaskulardan atrial fibrilasi juga bisa dihubungkan dengan
peningkatan terjadinya kejadian stroke.
3. Diabetes melitus disebabkan oleh perubahan makrovaskular pada penderita
diabetes.
4. Hiperlipidemia merupakan suatu kondisi kadar lipid darah yang melebihi
kadar normalnya
5. Merokok
6. Konsumsi alkohol berlebihan
7. Penggunaan kokain
8. Obesitas
9. Penuaan merupakan salah satu faktor risiko yang signifikan dari stroke
10. Jenis kelamin, laki – laki lebih dominan mendapatkan stroke dari pada
wanita
6. Patofisiologi
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke,
Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid
(PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV). Pecahnya
pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk
ke dalam jaringan otak membentuk massa atau hematoma yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan edema disekita otak. Peningkatan tekanan intra
kranial (TIK) yang terjadi dengan cepat dapat mengakibtakna kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan inta serebral sering dijumpai
didaerah putamen, thalamus, sub kortikal, nukleus, kaudatus, pon, dan
cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding
pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid, (Corwin, 2009).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen jadi kerusakan, kekurangan aliran
darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fugsi otak. Demikian
pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak
boleh kekurangan dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila
kadar glukosa plasma turun sampai 70 % maka akan terjadi gejala disfungsi
serebral (Price, 2012).
Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui proses
metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
Hipoksia dapat menyebabkan iskemia serebral karena tidak seperti jaringan
pada bagian tubuh lain. Otak tidak bisa menggunakan metabolisme anaerobik
jika terjadi kekurangan oksigen atau glukosa , infrak pada batang otak
menyebabkan penekanan pada saluran pernapasan dimana oblongata tertekan
mengakibatkan pola napas pasien tidak efektif. Pada pasien stroke hemoragik
reflek menelan dan mengunya pasien menurun serta reflek batuk pasien juga
menurun menyebabkan sekret menumpuk yang mengakibatkan bersihan jalan
napas pasien tidak efektif. Pada pasien stoke hemoragik juga akan terjadi
Atelektasis paru yang menyebabkan Pertukaran O2 dan CO2 dan hasil analisa
gas darah abnormal serta kondisi dimana kadar karbon dioksida dalam tubuh
meningkat (hiperkapnia) yang mengakibatkan gangguan pertukaran gas pada
pasien stroke hemoragik (Price, 2012).
Kematian sel dan perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3- 10
menit. Gangguan pada fungsi motorik menyebabkan kelemahan pada anggota
gerak yang mengakibatkan tangan atau kaki serta wajah mengalami
kelumpuhan (hemiplegia) yang akan terjadi gangguan mobilitas fisik. Ganguan
pada pusat bicara menyebabkan pasien stroke mengalami gangguan bicara yang
mana gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan otak (disfasia) dan
kondisi di mana penderitanya mengalami kesulitan mengendalikan atau
mengkoordinasi otot yang digunakan ketika berbicara, atau kelemahan otot
sering ditandai dengan bicara cadel atau lambat dan sulit dimengerti (disatria)
mengakibatkan gangguan komunikasi verbal. Gangguan persepsi sensori
dimana penderita menalami penurunan pada penglihatan, perabaan,
pendengaran dan pengevapan yang menyebabkan kebutuhan nutrisi berkurang
(Price, 2012).
7. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Price (2012) adalah sebagai berikut :
1. komplikasi dini ( 0- 48 jam pertama)
a. Edema serebri yaitu defisit neurologi cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi dan
akhirnya menimbulkan kematian,
Iinfrak miokard taitu penyebab kematian mendadak pada stroke
stadium awal.
2. Komplikais jangka pendek (1- 14 hari pertama )
a. Pneumonia akibat immobilisasi lama
b. Infark miokard
c. Emboli paru yaitu cenderung terjadi 7 – 14 hari pasca stroke, sering
kali pada saat penderita mulai mobilisasi
d. Stroke rekuren yaitu dapat terjadi pada setiap saat
3. Komplikasi jangka panjang
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain seperti penyakit
vaskuler perifer
C. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identifikasi klien
Meliputi nama, jenis kelamin, golongan darah, nomor rekam medik,
tanggal masuk rumah sakit, diagnosa, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan,pekerjaan
b. Identifikasi Penanggung Jawab
Nama, umur, alamat, agama, pendidikan,pekerjaan, hubungan dengan
klien, no telpon, pekerjaan, pendidikan.
c. Riwayat Kesehatan, pengkajian riwayat penyakit stroke menurut Black
dan Hawks (2014)meliputi:
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tingkat kesadaran menurun karena terjadinya perdarahan yang
menyebabkan kerusakan otak kemudian menekan batang otak.
Evaluasi tingkat kesadaran secara sederhana dapat dibagi atas :
a). Kompos mentis : kesadaran baik
b). Apatis : perhatian kurang
c). Samnolen : kesadaran mengantuk
d).Stupor : kantuk yang dalam pasien dibangunkan dengan
rangsangan nyeri yang kuat
e). Soparokomatus : keadaan tidak ada respon verbal
f). Tidak ada respon sama sekali
3. Mata
: Kunjung tiva tidak anemis, sklera tidak
iterik,pupilisokor, kelopak mata tidak udem . pada
pemeriksaan Nervus II (Optikus) : biasnya luas
pandangan baik 90 derejat, visus 6/6. Pada Nervus III
(Okulomotoris) : biasnya diameter pupil 2 mm/2mm,
pupil kadang isokor dan aniisokor, palpebra dan reflek
kedip dapat dinilai jika pasien dapat membuka mata.
Nervus IV (Trokealis) : biasnya pasien dapat mengikuti
arah tangaan perawat keatas dan kebawah. Nervus VI
(abdusen):biasnya hasilnya pasien dapat mengikuti
arah tangan perawat ke kiri dan kanan.
4. Hidung
: Simetris kiri dan kanan terpasang oksigen, tidak ada
pernapasan cuping hidung. Pada pemeriksaan Nervus I
(Olfaktorius) : kadang ada yang bisa
menyebutkan bau yang diberikan perawatnamun ada
juga yang tidak, dan biasnya ketajaman penciuman kiri
dan kanan berbeda dan pada Nervus VIII (Akustikus):
biasnya pada pasien yang tidak lemah anggota gerak
atas, dapat melakukan keseimbangan gerak tangan dan
hidung
5. Mulut
: Pasien tampak apatis, stupor, koma,hingga koma akan
mengalami masalah baun mulut, gigi kotor, mukosa
bibir kering. Pada pemeriksaan Nervus VII (facialis) :
biasnya lidah dapat mendorong pipi kiri dan kanan ,
bibir simetris dan dapat menyebutkan rasa manis dan
asin. Pada Nervus IX (glosofaringeal):biasnya ovule
yang tidak terangkat tidak simetris, mencong kearah
tubuh yang lemah dan pasien dapat merasakan rasa
asam dan pahit . pada Nervus XII (Hipoglasus) :
biasnya pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat
dipencongkan ke kiri dan kanan serta bicara kurang
jelas.
7. Leher
: Lihat adanya pembesaran vena jugularis. Pada
pemeriksaan Nervus X (Vagus):biasnya pasien stroke
hemoragik mengalami gangguan menelan. Pada
pemeriksaan kaku kuduk biasnya positif dan
blyudzensky positif.
8. Thoraks
a). Paru - paru
Inspeksi :biasanya simetris kiri daan kanan
Palpasi :biasanya fremitus sama antara kiri dan
kanan
Perkusi :biasanya bunyi normal (sonor)
Auskultasi : biasanya suara norma (vesikuler)
b). Jantung
Inspeksi : biasanya iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya iktus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi : biasnya suara vesikuler
9. Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Palpasi : biasnya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya biasnya terdapat suara timpati
Auskultasi : biasnya bising usus pasien tidak terdengar
10. Ekstremitas
a). Atas
Biasanya terpasng infus. CRT biasnya normal yaitu <2 detik, tidak
ada udema. Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : biasanya
pasien stroke hemoragik tidak dapat melawan tahanan pada bahu
yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan reflek biasanya saat
siku diketuk tidak ada respon dari siku, tidak fleksi maupun
ekstensi (reflek bicep negatif) dan pada pemeriksaan tricep respon
tidak ada fleksi dan supinasi (refleks bicep negatif) sedangkan
pada pemeriksaan hoffman tromer biasanya jaroi tidak
mengembang ketika diberi reflek (reflek hoffman tromer positif).
b). Bawah
Biasanya tidak ada udem. Pada pemeriksaan reflek biasanya saat
pemeriksaan bluedzensky I kaki kiri pada pasien fleksi
(bluedzensky positif). Pada saat telapak kaki digores biasanya jari
tidak mengembang (reflek babinsky positif). Pada saat dorsum
pedis digores biasanya jari kaki juga tidak berespon (reflek caddok
positif). Pada saat tulang kering digurut dari atas kebawah tidak
ada respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim positif) dan pada
saat betis diremas dengan kuat pasien tidak merasakan apa-apa
(refleks gordon positif). Pada saat dilakukan reflek patella
biasanya femur tidak bereaksi sat diketukkan (reflek patella
positif).
f. Pemeriksaan penunjang
2. Cerebral Angiografi
Mampu mendeteksi kelainan pembuluh darah intrakranial, misalnya:
aneurisma, angioma. Pada PSA dapat mengetahui sumber
perdarahan, hubungan dengan pembuluh darah sekitarnya, dan dapat
mengetahui ada tidak nya penyempitan saluran arteri (fasospasme).
3. Doppler Sonokgrafi
Dapat memberi informasi mengenai kondisi aliran didalam pembuluh
darah otak. Dapat mendiagnosa stenosis, fasos pasme, kelainan
pembuluh darah, pembuluh darah ekstrakranial (arteri karotis).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Status pernafasan : Manajemen jalan nafas
bersihan jalan kepetenan jalan nafas
napas
Indikator :
Batasan a. Frekuensi pernafasan a. Posisikan pasien untuk
karakteristik : b. Irama pernafasan memaksimalkan
c. Kedalaman inspirasi ventilasi
d. Kemampuaan untuk b. Lakukan fisioterapi
- Batuk yang mengeluarkan sekret dada, sebagaimana
tidak e. Suara nafas mestinya
efektif tambahan c. Buang sekret dan
- Dispnea f. Dispnea saat istirahat motivasi klien untuk
- Gelisah g. Dispnea saat melakukan batuk atau
aktivitas ringan menyedot lendir
- Kesulitan
penggunaan otot d. Motivasi klien untuk
verbalisasi bantu pernafasan melakukan nafas pelan,
- Mata terbuka h. Batuk dalam dan batuk
lebar i. Akumulasi sputum e. Instruksikan bagimana
- Ortopnea agar melakukan batuk
- Penurunan Status pernafasan efektif
f. Auskultasi suara nafas,
bunyi
Indikator : catat area yang
napas a. Frekuensi pernafasan ventilasinya menurun
- Perubahan b. Irama pernafasan atau tidak ada dan
frekuensi napas c. Kedalaman inspirasi adanya suara tambahan
- Perubahan pola d. Suara auskultasi g. Kelola nebulizer
napas nafas ultrasonik,
- Sianosis e. Kepatenan jalan sebagaimana mestinya
nafas h. Posisikan untuk
- Sputum dalam
f. Penggunaan ootot meringankan sesak
jumlah yang bantu pernafasan nafas
berlebihan g. Retraksi dinding i. Monitor status
- Suara napas dada pernafasn dan
h. Sianosis oksigenasi,
tambahan i. Dispnea saat istirahat sebagaimana mestinya
- Tidak ada batuk j. Dispnea saat
aktivitas ringan
k. Suara nafas
tambahan
l. Akumulasi sputum Peningkatan
m. Demam (Manajemen) Batuk
n. Batuk
Terapi Oksigen
a. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
b. Siapkan peralatan O2
c. Berikan tambahan O2
seperti yang
diperintahkan
d. Monitor aliran O2
e. Monitor posisi alat
pemberian O2
f. Monitor kecemasan
pasien yang berkaitan
dengan kebutuhan
mendapatkan terapi O2
g. Monitor kerusakan
kulit terhadap adanya
gesekan perangkat O2
h. SediakanO2 ketika
pasien dibawa atau
dipindahkan
Monitor Pernafasan
a. Monitor kecepatan,
irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
b. Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu pernafasan dan
retraksi dada
c. Monitor suara nafas
tambahan seperti mengi
atau ngorok
d. Monitor pola nafas
e. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
f. Perkusi thoraks anterior
dan posterior, dari
apeks ke basis paru,
kanan dan kiri
g. Monitor kemampuan
batuk pasien
h. Monitor keluhan sesak
nafas pasien, termasuk
kegitan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak
nafas tersebut
i. Monitor hasil foto
thoraks
Monitor Tanda-Tanda
Vital
a. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan ststus
pernafasan
b. Catat gaya dan fluktasi
yang luas pada tekanan
darah
c. Monitor keberadaan
dankualitas dari nadi
d. Monitor irama dan
tekanan janutung
e. Monitor irama dan laju
pernafasan (misalnya
kedalaman dan
kesimetrisan)
f. Monitor suara paru-
paru
g. Monitor warna kulit,
suhu dan kelembapan
h. Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan untuk
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008)
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen :
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan penelitian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan
suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada individu (Nursalam,
2008). Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.
Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen yaitu :
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan studi
kasus. Studi kasus merupakan jenis rancangan penelitian dari metode
deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan tentang asuhan keperawatan pada pasien melalui pengkajian,
merumuskan diagnosa keperawatan, merumuskan intervensi keperawatan,
penatalaksanaan intervensi dengan implementasi keperawatan yang diberikan
pada pasien dengan gangguan oksigenasi pada pasien dengan stroke
hemoragik di ruang rawat inap syaraf RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari
sumber data atau reponden. Data tersebut diantaranya adalah identitas
pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari - hari di rumah, dan
pemeriksaan fisik terhadap partisipan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah tersedia hasil pengumpulan data
untuk keperluan tertentu yang dapat digunakan sebagian atau seluruhnya
sebagai sumber data penelitian. Data sekuder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh langsung dari keluarga, rekam medis dan ruang
rawat inap syaraf RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2) Pemeriksaan Fisik
Dalam obeservasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu
juga mengobservasi tindakan apa saja yang telah dilakukan pada
pasien. Observasi pemeriksaan fisik seperti pemantauan tanda-tanda
vital, pemantauan laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, dan
trombosit, dan pemeriksaan Analisa Gula Darah.
3) Studi Dokumentasi
Dalam hal ini adalah dokumetasi dari rumah sakit untuk menunjang
penelitian yang akan dilakukan. Data pemeriksaan laboratorium
(hemoglobin, hematokrit, trombosit), pemeriksaan diagnostik, dan data
pengobatan pasien.
4. Langkah Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan data diawali dengan peneliti
a) Peneliti meminta izin surat penelitian dari institusi asal peneliti yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang
b) Peneliti memberikan surat izin kepihak RSUP Dr. M. Djamil Padang
untuk berdesedia dijadikan tempat penelitian
c) Mengikuti persyaratan penelitian dengan melakukan kajian uji etik
d) Peneliti mendatangi partisipan dan menjelaskan tujuan penelitian tentang
asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada partisipan.
e) Peneliti memberikan Informed Consent kepada responden dan
menandatangani Informed Consent tersebut untuk bersedia memberikan
asuhan keperawatan oleh peneliti
f) Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan
kemudian peneliti pamit dan meninggalkan ruang rawat inap syaraf
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
F. Analisa Penelitian
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tekstual. Analisa
data dilakukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh kemudian
dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif. Hasil analisa data tersebut
kemudian dirumuskan menjadi diagnosis keperawatan sesuai dengan panduan
Nursing American Diagnosis (NANDA), dilanjutkan dengan menyusun
intervensi keperawatan, melaksanakan implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan. Setelah didapatkan hasil pengkajian, perumusan
diagnosis dan intervensi, serta pelaksanaan implementasi dan evaluasi,
peneliti kemudian membandingkan hasil tersebut dengan konsep asuhan
keperawatan teoritis ( Nursalam, 2011).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada dua orang partisipan yang dirawat di
Ruang Rawat Inap Syaraf RSUP.Dr.M. Djamil Padang. Pembahasan proses
keperawatan pada kedua partisipan dilakukan dengan membandingkan hasil dari
asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan. Prinsip dari
pembahasan ini dibuat dengan memperhatikan teori proses keperawatan yang
terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, implementasi keperawatan, serta evaluasi keperawatan terhadap
masalah yang muncul.
Asuhan keperawatan pada kedua partisipan dilakukan pada waktu yang berbeda
dengan tanggal yang sama. Asuhan keperawatan pada partisipan 1 dilakukan
pada tanggal 13 Maret 2018 dengan identitas pasien yaitu Tn.S seorang laki- laki
berumur 44 tahun, nomor Rekam Medik 009649, bekerja sebagai pegawai
koperasi ,telah menikah,beragama islam, pendidikan SMA, masuk ke Ruang
rawat Inap Syaraf melalui IGD RSUP. Dr. M Djamil Padang pada tanggal 12
Maret 2018 pukul 11.16 WIB rujukan dari rumah sakit Siti Rahmah Padang
dengan diagnosa Stroke Hemoragik. Asuhan keperawatan pada partisipan 2
dilakukan pada tanggal 13 Maret 2018 dengan identitas Ny.N seorang perempuan
berumur 62 tahun , nomor Rekam Medik 009424, bekerja sebagai petani, telah
menikah tetapi janda, beragama islam,pendidikan SD, masuk ke Ruang rawat
Inap Syaraf melalui IGD RSUP. Dr. M Djamil Padang pada tanggal 08 Maret
2018 pukul 17.49 WIB rujukan dari rumah sakit Semen Padang Hospital dengan
diagnosa Stroke Hemoragik. Hasil dari tahapan keperawatan pada kedua
partisipan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
1. Pengkajian keperawatan
Hasil dari pengkajian keperawatan pada kedua partisipan dapat dilihat pada
tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi Pada Pasien Dengan
Stroke Hemoragik di Ruang Rawat Inap Syaraf
RSUP Dr. M. Djamil Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
Identitas Pasien Identitas Pasien
Seorang laki- laki bernama Tn.S berusia Seorang perempuan bernama Ny.N
44 tahun, nomor Rekam Medik berusia 62 tahun , nomor Rekam
009649,telah menikah , bekerja sebagai Medik 009424, status janda, bekerja
pegawai koperasi ,beragama islam, sebagai petani, beragama
pendidikan SMA, alamat sungai buluh islam,pendidikan SD, alamat simpang
Batang Anai, Diagnosa medik stroke 3 rambutan, Kuranji,Padang, Diagnosa
hemoragik. medik stroke hemoragik.
Partisipan 1 Partisipan 2
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien tampak lemah Keadaan umum klien tampak lemah dan
dan kesadaran apatis GCS 13 kesadaran samnolen GCS 9 (E3M3V3) ,
(E5M5V3), hasil pengukuran TD hasil pengukuran TD 180/120 mmHg,
150/100, suhu 36,5 0C, nadi 100 x/ suhu 37,5 0C nadi 110 x/menit.
menit , pernafasan 26 x / menit. pernafasan 28 x/menit. Kepala normal,
Kepala normal, rambut bersih bewarna rambut bersih bewarna hitam keputihan,
hitam. Konjungtifa anemis, sklera konjungtifa anmeis, sklera tidak ikterik.
tidak ikterik, reflek pupil positif Pernapasan cupping hidung, terpasang
isokor. Pernapasan cupping hidung, RM dan NGT. Mukosa bibir tampak
terpasang nasal kanul dan NGT. kering, ada pembesaran vena jugularis.
Mukosa bibir kering, ada pembesaran Pada dada tampak adanya otot bantu
vena jugularis. Pada dada tampak pernapasan, pemeriksaan jantung
adanya otot bantu pernapasan, ditemukan iktus cordis tidak terlihat,
pemeriksaan jantung ditemukan iktus iktus cordis teraba (1 jari di RIC V)
kordis tidak terlihat, iktus kordis sinistra. Ekstremitas atas terpasang infuse
teraba (1 jari di RIC V) sinistra, RL 12 tetes kali permenit, manitol 20 %
Ekstremitas atas terpasang infuse 10 tetes/menit. tidak ada edema,akral
assering 10 tetes kali permenit, tidak dingin,CRT >2 detik.
ada edema,akral hangat ,CRT <2
detik. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada
Data Penunjang tanggal 14 maret 2018 didapatkan hasil
Hasil pemeriksaan laboratorium pada leukosit 16.870 /mm3, hemaktrokit 36 % ,
tanggal 13 maret 2018 didapatkan asam urat 8,5 mg/dl, Gula Darah puasa
hasil kolesterol 230 mg/dl, Asam Urat 110 mg/dl, Trombosit 184.000 /mm3,
8,0 mg/dl, Gula Darah puasa 101 Natrium 140 Mmol/L.Hasil pemeriksaan
Partisipan 1 Partisipan 2
mg/dl, Leukosit 17.000/mm3, laboratorium pada tanggal 15 maret 2018
Trombosit 297.000 /mm3, Hemaktokrit didapatkan hasil leukosit 15.330 /mm3,
46 %, Natrium 135 Mmol/L hemaktrokit 34 % , asam urat 7,4 mg/dl,
Hasil pemeriksaan labor pada tanggal Gula Darah puasa 100 mg/dl,
15 Maret 2018 kolesterol 210 mg/dl,
asam urat 8,1 Mg/dl, gula darah puasa
133 mg/dl, leukosit 8.000/mm3,
2. Diagnosis keperawatan
Hasil pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan pada kedua partisipan dapat
dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2
Diagnosis Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi Pada Pasien Dengan
Stroke Hemoragik di Ruang Rawat Inap Syaraf
RSUP Dr. M. Djamil Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
Diagnosa keperawatan selama pasien Diagnosa keperawatan selama pasien
dirawat oleh penulis mulai tanggal 13 dirawat oleh penulis mulai tanggal 13
Maret 2018 ditemukan sebagai Maret 2018 ditemukan sebagai berikut
berikut: :
1. Ketidakefektifan bersih jalan 1. Ketidakefektifan bersih jalan
nafas berhubungan dengan nafas berhubungan dengan
reflek batuk yang tidak reflek batuk yang tidak
adekuat.Ditandai dengan : adekuat.Ditandai dengan :
Data subjektif : Data subjektif :
- Pasien mengatakan batuk –batuk, - keluarga mengatakan
- Pasien mengatakan susah mendengarkan suara nafas
mengeluarkan sekret saat batuk. tambahan (whezing)
- Keluarga mengatakan sekret klien - keluarga mengatakan mendengar
bewarna kuning atau hanya seperti suara gurgling
air liur. - keluarga mengatakan saat disuction
terdapat sekret bewarna kuning
kental
Data objektif : Data objektif :
- Pasien tampak batu – batuk - Pasien tampak susah untuk
- Terdengar suara nafas tambahan bernafas
- Terdengar suara gurgling Terdengar suara nafas tambahan d
Partisipan 1 Partisipan 2
- Pasien mendapatkan terapi nebulizer - Pasien tampak mengorok, pasien
2 kali sehari dan mendapatkan terapi nebulizer 2 kali
- terpasang O2 nasal kanul 3 sehari dan terpasang O2 RM
liter/menit. (Rebriting Mask) 10 liter/menit.
Data objektif :
Data objektif : - Pasien tampak sesak nafas,
- Pasien tampak sesak nafas, tampak tarikan dinding dada, otot
- Terihat adanya retraksi dinding bantu pernapasan positif
dada dan otot bantu nafas - Frekuensi pernapasan 28 x/ menit
- klien bernafas, terdengar suara - Pembesaran vena jugularis positif
nafas tambahan whezing, - pernapasan cuping hidung positif,
- frekuensi pernapasan klien 26 x/ frekuensi pernapasan 28x/ menit,
menit terpasang O2 RM (Rebriting
- terdapat nafas cuping hidung Mask) 10 liter/menit.
- pembesaran vena jugularis
positif 3. Ketidakefektifan perfusi jaringan
- Pasien terpasang O2 binasal serebral berhubungan dengan
dengan tekanan 3 liter permenit kurangnya suplai
Partisipan 1 Partisipan 2
3.Ketidakefektifan perfusi jaringan oksigen dan darah ke otak
serebral berhubungan dengan ditandai dengan :
kurangnya suplai oksigen dan darah
ke otak ditandai dengan : Data subjektif :
- Keluarga mengatakan klien
mengalami penurunan
Data subjektif : kesadaran sejak 4 hari sebelum
- Pasien mengeluh nyeri kepala, masuk rumah sakit terjadi pada saat
- Pasien mengatakan klien sedang istirahat. Data objektif
anggota gerak sebelah kiri :
terasa berat dan lemah - Pasien tampak lemah dan
Data objektif : gelisah, kesadaran samnolen
- Pasien tampak lemah GCS 9
- kesadaran apatis GCS 13 - Pemeriksaan Tanda tanda vital
- pasien mengalami penurunan TD 180/120 mmHg, suhu
kesadaran tekanan darah 37,80C, nadi 110 x / menit,
150/100 mmHg, suhu 36,5 0C, pernapasan 30 x/menit.
nadi 100 x/menit, pernapasan - CRT >2 detik
26 x/menit.
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada kedua partisipan dapat dilihat
pada tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi Pada Pasien Dengan
Stroke Hemoragik di Ruang Rawat Inap Syaraf
RSUP Dr. M. Djamil Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
Rencana keperawatan yang berkaitan Rencana keperawatan yang berkaitan
dengan diagnosa pasien adalah sebagai dengan diagnosa pasien adalah sebagai
berikut : berikut :
1. Ketidakefektifan bersih jalan nafas 1. Ketidakefektifan bersih jalan
berhubungan dengan reflek batuk nafas berhubungan dengan
yang tidak adekuat reflek batuk yang tidak
adekuat
NOC NOC
Status pernafasan : kepetenan jalan Status pernafasan : kepetenan jalan
nafas nafas
Kriteri Hasil : Kriteri Hasil :
a. Frekuensi pernafasan 1. Frekuensi pernafasa
b. Irama pernafasan 2. Irama pernafasan
c. Kedalaman inspirasi 3. Kedalaman inspirasi
d. Kemampuaan untuk 4. Kemampuaan untuk
e. mengeluarkan sekret 5. mengeluarkan sekret
f. Suara nafas tambahan 6. Suara nafas tambahan
g. Dispnea saat istirahat 7. Dispnea saat istirahat
NIC NIC
1. Manajemen jalan nafas 1. Manajemen jalan nafas
Partisipan 1 Partisipan 2
j. Posisikan pasien untuk a. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi memaksimalkan ventilasi
k. Lakukan fisioterapi dada, b. Lakukan fisioterapi dada,
sebagaimana mestinya sebagaimana mestinya
l. Buang sekret dan motivasi klien c. Buang sekret dan motivasi
untuk melakukan batuk atau klien untuk melakukan batuk
menyedot lendir atau menyedot lendir
m. Motivasi klien untuk melakukan d. Motivasi klien untuk
nafas pelan, dalam dan batuk melakukan nafas pelan, dalam
n. Instruksikan bagimana agar dan batuk
melakukan batuk efektif e. Instruksikan bagimana agar
o. Auskultasi suara nafas, catat area melakukan batuk efektif
yang ventilasinya menurun atau f. Auskultasi suara nafas, catat
tidak ada dan adanya suara area yang ventilasinya
tambahan menurun atau tidak ada dan
p. Kelola nebulizer ultrasonik, adanya suara tambahan
sebagaimana mestinya g. Kelola nebulizer ultrasonik,
q. Posisikan untuk meringankan sesak sebagaimana mestinya
nafas Posisikan untuk
r. Monitor status pernafasn dan meringankaMonitor status
oksigenasi, sebagaimana mestinya pernafasn dan oksigenasi,
sebagaimana mestinya
2. Peningkatan (Manajemen) Batuk
a) Dampingi pasien untuk bisa duduk 2. Peningkatan (Manajemen)
pada posisi dengan kepala sedikit Batuk
lurus, bahu rileks dan lutut ditekuk a. Dampingi pasien untuk bisa
atau posisi fleksi duduk pada posisi dengan kepala
b) Dukung pasien menarik nafas dalam sedikit lurus, bahu rileks dan lutut
Partisipan 1 Partisipan 2
beberapa kali b. ditekuk atau posisi fleksi
c) Dukung pasien untuk melakukaan c. Dukung pasien menarik nafas
nafas dalam, tahan selama 2 detik, dalam beberapa kali
bungkukkan kedepan, tahan 2 detik, Dukung pasien untuk melakukaan
dan batukkan 2-3 kali nafas dalam, tahan selama detik,
d) Minta pasien untuk menarik nafas bungkukkan kedepan, tahan 2
dalam beberapa kali, keluarkan detik, dan batukkan 2-3 kali
perlahan dan batukkan di akhir d. Minta pasien untuk menarik nafas
ekshalasi (penghembusan) dalam beberapa kali, keluarkan
e) Minta pasien untuk batuk dilanjutkan perlahan dan batukkan di akhir
dengan beberapa periode nafas dalam ekshalasi (penghembusan)
f) Dukung hidrasi cairan yang sistemik, e. Minta pasien untuk batuk
sesuai dengan kebutuhan dilanjutkan dengan beberapa
periode nafas dalam
f. Dukung hidrasi cairan yang
3. Terapi Oksigen sistemik, sesuai dengan
i. Pertahankan kepatenan jalan nafas kebutuhan.
j. Siapkan peralatan O2
Berikan tambahan O2 seperti yang 3.Terapi Oksigen
diperintahkan a. Pertahankan kepatenan jalan
k. Monitor aliran O2 nafas
l. Monitor posisi alat pemberian O2 Siapkan peralatan O2
m. Monitor kecemasan pasien yang Berikan tambahan O2 seperti
berkaitan dengan kebutuhan yang diperintahkan
mendapatkan terapi O2 b. Monitor aliran O2
c. Monitor posisi alat pemberian
O2
Partisipan 1 Partisipan 2
n. Monitor kerusakan kulit terhadap d. Monitor kecemasan pasien
adanya gesekan perangkat O2 yang berkaitan dengan
o. SediakanO2 ketika pasien dibawa atau kebutuhan mendapatkan
dipindahkan terapi O2Monitor kerusakan
kulit terhadap adanya
4. Monitor Pernafasan gesekan perangkat O2
j. Monitor kecepatan, irama, SediakanO2 ketika pasien dibawa atau
kedalaman dan kesulitan bernafas dipindahkan
k. Catat pergerakan dada, catat 4. Monitor Pernafasan
ketidaksimetrisan, penggunaan otot- a. Monitor kecepatan, irama,
otot bantu pernafasan dan retraksi kedalaman dan kesulitan bernafas
dada b. Catat pergerakan dada, catat
l. Monitor suara nafas tambahan ketidaksimetrisan, penggunaan
seperti mengi atau ngorok otot-otot bantu pernafasan dan
m. Monitor pola nafas retraksi dada
n. Palpasi kesimetrisan ekspansi Paru c. Monitor suara nafas tambahan
o. Perkusi thoraks anterior dan seperti mengi atau ngorok
posterior, dari apeks ke basis paru, d. Monitor pola nafas
kanan dan kiri e. Palpasi kesimetrisan ekspaparu
p. Monitor kemampuan batuk f. Perkusi thoraks anterior dan
q. Monitor keluhan sesak nafas pasien, posterior, dari apeks ke basis
termasuk kegitan yang paru, kanan dan
meningkatkan atau memperburuk g. Monitor kemampuan batuk pasien
sesak nafas tersebut h. Monitor keluhan sesak nafas
r. Monitor hasil foto thoraks pasien, termasuk kegitan yang
meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut
Partisipan 1 Partisipan 2
2. Ketidakefektifan pola nafas 2.Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan gangguan berhubungan dengan gangguan
neurologis neurologis
NOC NOC
Status pernafasan Status pernafasan
Kriteria Hasil : Kriteria Hasil :
1. Frekuensi pernafasan 1. Frekuensi pernafasan
2. Irama pernafasan 2. Irama pernafasan
3. Kedalaman inspirasi 3. Kedalaman inspirasi
4. Suara auskultasi nafas 4. Suara auskultasi nafas
5. Kepatenan jalan nafas 5. Kepatenan jalan nafas
6. Penggunaan otot bantu pernafasan 6. Penggunaan otot bantu
7. Retraksi dinding dada pernafasan
8. Sianosis 7. Retraksi dinding dada
9. Dispnea saat istirahat 8. Sianosis
10. Dispnea saat aktivitas ringan 9. Dispnea saat istirahat
11. Suara nafas tambahan 10. Dispnea saat aktivitas ringan
12. Akumulasi sputum 11. Suara nafas tambahan
13. Demam 12. Akumulasi sputum
14. Batuk 13. Demam
14. Batuk
NIC
1. Manajemen jalan nafas NIC
Posisikan pasien untuk memaksimalkan 1. Manajemen jalan nafas
ventilasi Lakukan fisioterapi dada, Posisikan pasien untuk
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Lakukan
Partisipan 1 Partisipan 2
memaksimalkan ventilasi fisioterapi dada,
b. Lakukan fisioterapi dada, a) Lakukan fisioterapi dada,
sebagaimana mestinya sebagaimana mestinya
c. Buang sekret dan motivasi klien b) Buang sekret dan motivasi
untuk melakukan batuk atau c) klien untuk melakukan batuk
menyedot lendir atau menyedot lendir
d. Motivasi klien untuk melakukan d) Motivasi klien untuk
nafas pelan, dalam dan batuk melakukan nafas pelan, dalam
e. Instruksikan bagimana agar dan batuk
melakukan batuk efektif e) Instruksikan bagimana agar
f. Auskultasi suara nafas, catat melakukan batuk efektif
area yang ventilasinya menurun f) Auskultasi suara nafas, catat
atau tidak ada dan adanya suara area yang ventilasinya
tambahan menurun atau tidak ada dan
g. Kelola nebulizer ultrasonik, adanya suara tambahan
sebagaimana mestinya g) Kelola nebulizer ultrasonik,
h. Posisikan untuk meringankan sebagaimana mestinya
sesak nafas a) Posisikan untuk meringankan
i. Monitor status pernafasn dan sesak nafas
oksigenasi, sebagaimana b) Monitor status pernafasn dan
mestinya oksigenasi, sebagaimana
mestinya
2. Terapi Oksigen
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas 2. Terapi Oksigen
b. Siapkan peralatan O2 a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Berikan tambahan O2 seperti yang b. Siapkan peralatan O2
diperintahkan c. Berikan tambahan O2 seperti yang
d. Monitor aliran O2 diperintahkan
Partisipan 1 Partisipan 2
e. Monitor posisi alat pemberian O2 a. Monitor aliran O2
f. Monitor kecemasan pasien yang b. Monitor posisi alat pemberian O2
berkaitan dengan kebutuhan c. Monitor kecemasan pasien yang
mendapatkan terapi O2 berkaitan dengan kebutuhan
Monitor kerusakan kulit terhadap mendapatkan terapi O2
adanya gesekan perangkat O2 d. Monitor kerusakan kulit terhadap
d. SediakanO2 ketika pasien dibawa atau adanya gesekan perangkat O
dipindahkan e. SediakanO2 ketika pasien dibawa
atau dipindahkan
3. Monitor Pernafasan 3. Monitor Pernafasan
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman a. Monitor kecepatan, irama,
dan kesulitan bernafas kedalaman dan kesulitan bernafas
b. Catat pergerakan dada, catat b. Catat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan, penggunaan otot- ketidaksimetrisan, penggunaan
otot bantu pernafasan dan retraksi otot-otot bantu pernafasan dan
dada retraksi dada
c. Monitor suara nafas tambahan seperti c. Monitor suara nafas tambahan
mengi atau ngorok seperti mengi atau ngorok
d. Monitor pola nafas d. Monitor pola nafas
e. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru e. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
f. Perkusi thoraks anterior dan f. Perkusi thoraks anterior dan
posterior, dari apeks ke basis paru, posterior, dari apeks ke basis paru,
kanan dan kiri kanan dan kiri
g. Monitor kemampuan batuk pasien g. Monitor kemampuan batuk pasien
Monitor keluhan sesak nafas Monitor keluhan sesak nafas
Partisipan 1 Partisipan 2
e. pasien, termasuk kegitan yang pasien, termasuk kegitan yang
meningkatkan atau memperburuk meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut sesak nafas tersebut
f. Monitor hasil foto thoraks n. Monitor hasil foto thoraks
Partisipan 1 Partisipan 2
g) hipoventilasi Observasi tanda-tanda hipoventilasi
h) Monitor adanya kecemasan pasien i) Monitor adanya kecemasan
terhadap oksigenasi pasien terhadap oksigenasi
Partisipan 1 Partisipan 2
e. Monitor kualitas dari nadi c. Auskultasi TD pada kedua
f. Monitor frekuensi dan irama lengan dan bandingkan
pernapasan d. Monitor TD, nadi, RR,
g. Monitor pola pernapasan abnormal sebelum, selama, dan setelah
h. Monitor suhu, warna, dan aktivitas
kelembaban kulit e. Monitor kualitas dari nadi
i. Monitor sianosis perifer Monitor f. Monitor frekuensi dan irama
adanya cushling triad (tekanan nadi pernapasan
yang melebar, bradikardi, g. Monitor pola pernapasan
peningkatan sistolik abnormal
j. Identifikasi penyebab dari h. Monitor suhu, warna, dan
perubahan vital sign kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushling
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik
l. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan terkait dengan diagnosa pada
kedua partisipan dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi Pada Pasien Dengan
Stroke Hemoragik di Ruang Rawat Inap Syaraf
RSUP Dr. M. Djamil Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
Implementasi keperawatan yang dilakukan Implementasi keperawatan yang
kepada pasien dimulai dari tanggal 13- 18 dilakukan kepada pasien dimulai dari
Maret 2018 sebagai berikut : tanggal 13- 19 Maret 2018 sebagai
1. Ketidakefektifan bersih jalan nafas berikut :
berhubungan dengan reflek batuk 2. Ketidakefektifan bersih jalan
yang tidak adekuat nafas berhubungan dengan
Tindakan yang dilakukan yaitu : reflek batuk yang tidak
a. Meninggikan bagian kepala lebih adekuat
tinggi 15-300 Tindakan yang dilakukan yaitu :
b. Mengatur posisi semi fowler a. Meninggikan bagian kepala
c. Memberikan oksigen melalui lebih tinggi 15-300
binasal 5 liter/ menit b. Memberikan oksigen melalui
d. Memberikan dan memantau kondisi c. RM 10 liter/menit
cairan oksigen d. Memberikan dan memantau
e. Mengaskultasi bunyi nafas pasien kondisi cairan oksigen
f. Mengukur tanda-tanda vital e. mengukur tanda-tanda vital
g. f. Mengaskultasi bunyi nafas
pasien
g. Mengatur posisi semi fowler
h. Memberikan terapi nebulizer
Partisipan 1 Partisipan 2
2. Ketidakefektifan pola nafas 2.Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan gangguan berhubungan dengan gangguan
neurologis neurologis
Tindakan yang dilakukan : Tindakan yang dilakukan :
a. mengatur posisi pasien 15- 300sesuai a. mengatur posisi pasien 15-300C
kebutuhan derajat sesuai kebutuhan
membuka jalan nafas pasien b. membuka jalan nafas pasien
membuka jalan nafas pasien dengan dengan mengekstensikan kepala
mengekstensikan kepala c. mengatur posisi pasien 15-300C
b. memasang oksigen binasal 5 liter/ derajat sesuai kebutuhan
menit d. membuka jalan nafas pasien
c. memonitor aliran oksigen dengan mengekstensikan kepala
d. mengajarkan teknik relaksasi, e. memasang oksigen RM 5 liter
e. menganjurkan pasien untuk tidak permenit
cemas dan stress. f. Mengukur tanda – tanda vital
f. Mengukur tanda – tanda vital g. memonitor aliran oksigen
3.Ketidakefektifan perfusi jaringan 3.Ketidakefektifan perfusi
serebral berhubungan dengan jaringan serebral berhubungan
kurangnya suplai oksigen dan darah ke dengan kurangnya suplai oksigen
otak dan darah ke otak
Tindakan yang dilakukan : Tindakan yang dilakukan :
a. menilai kesadaran dan GCS a. menilai kesadaran dan GCS
b. memeriksa pupil. b. memeriksa pupil
c. mengukur tanda – tanda vital, c. mengatur posisi klien dengan
d. mengatur posisi klien dengan meninggikan bagian kepala
meninggikan bagian kepala lebih lebih tinggi 15-300
tinggi 15-300 mengukur tanda – tanda vital
4. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi Pada Pasien Dengan
Stroke Hemoragik di Ruang Rawat Inap Syaraf
RSUP Dr. M. Djamil Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
Evaluasi keperawatan yang dillakukan Evaluasi keperawatan yang dillakukan
selama 6 hari (13- 18 Maret 2018) dengan selama 7 hari (13- 19 Maret 2018)
menggunakan metode SOAP (subyektif, dengan menggunakan metode SOAP
obyektif, analyze dan planning). Hasil (subyektif, obyektif, analyze dan
evaluasi yang didapatkan pada diagnosa planning). Hasil evaluasi yang
keperawatan yang pertama adalah didapatkan pada diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan Bersih Jalan Nafas yang pertama adalah
berhubungan dengan reflek batuk yang Ketidakefektifan Bersih Jalan Nafas
tidak adekuat yaitu evaluasi subyektif berhubungan dengan reflek batuk
Tn.S mengatakan masih batuk –batuk, yang tidak adekuat yaitu evaluasi
sputum sudah bisa dikeluarkan sedikit, subyektif keluaraga Ny.N mengatakan
evaluasi obyektif Tn.S masih tampak mendengar suara nafas tambahan,
sering batuk dan sudah bisa mengeluarkan evaluasi obyektif terdapat mendengar
sputum sedikit. Tanggal 16 Maret 2018 suara nafas tambahan dan gurgling.
terjadi peningkatan pengeluaran sputum Tanggal 15 maret 2018 suara nafas
pada Tn.S dan pasien sudah mengerti cara tambahan sudah berkurang. Pada
melakukan teknik batuk efektif masalah tanggal 18 maret 2018 pasien sudah
teratasi sebagian, rencana tindak lanjut sadar dan sekret sudah berkurang dan
dihentikan karena pasien pulang dan batuk sudah tidak ada. Masalah
Partisipan 1 Partisipan 2
diberikan dischart planning kepada teratasi sebagian, rencana tindak lanjut
keluarga pasien yaitu memberitahu serta dihentikan karena pasien pulang dan
megajarkan kepada keluarga dalam diberikan dischart planning kepada
melakukan teknik nafas dalam dan batuk keluarga pasien yaitu memberitahu
efektif serta megajarkan kepada keluarga
dalam melakukan teknik nafas dalam
Hasil evaluasi yang didapatkan pada dan batuk efektif .
diagnosa keperawatan yang kedua adalah
Ketidakefektifan pola nafas Hasil evaluasi yang didapatkan pada
berhubungan dengan gangguan diagnosa keperawatan yang kedua
neurologis evaluasi subyektif Tn.S adalah Ketidakefektifan pola nafas
mengatakan masih merasakan sedikit sesak berhubungan dengan gangguan
nafas evaluasi Obyektif sesak nafas Tn.S neurologis evaluasi subyektif
sudah berkurang,pasien masih tampak keluaraga Ny.N mengatakan pasien
gelisah dan mengatakan cemas dengan sesak nafas, evaluasi Obyektif pasien
kondisinya, frekuensi pernapasan 26 kali masih tampak sesak nafas dengan
permenit, saat pasien bernafas kadang frekuensi pernapasan 28 x/ menit, otot
masih terdengar bunyi nafas tambahan bantu pernapasan positif, pernapasan
(whezing), tampak masih menggunakan cuping hidung positif. Pada tanggal 16
otot bantu pernapasan, pasien terpsang O2 maret terjadi peningkatan pada Tn.S
3 liter permenit. Pada tanggal 17 Maret dengan frekuensi pernapasan 24
2018 Tn.S sudah tidak sesak nafas, x/menit terapi oksigen binasal 3
frekuensi pernapasan 20 x/menit. masalah liter/menit. Pada tanggal 18 Maret
teratasi sebagian, rencana tindak lanjut 2018 pasien sudah sadar dan
dihentikan karena pasien pulang dan mengatakan sudah tidak sesak,
diberikan dischart planning kepada frekuensi pernapasan 20 x/ menit.
keluarga pasien yaitu memberitahu serta Masalah teratasi sebagian, rencana
Partisipan 1 Partisipan 2
megajarkan kepada keluarga dalam tindak lanjut dihentikan karena pasien
melakukan teknik nafas dalam dan teknik pulang dan diberikan dischart planning
relaksasi. kepada keluarga pasien yaitu
memberitahu serta megajarkan
Hasil evaluasi yang didapatkan pada kepada keluarga dalam melakukan
diagnosa keperawatan yang ketiga adalah teknik nafas dalam dan teknik
Ketidakefektifan perfusi jaringan relaksasi.
serebral berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen dan darah ke Hasil evaluasi yang didapatkan pada
otak evaluasi subyektif Tn.S mengatakan diagnosa keperawatan yang ketiga
kepala masih nyeri, anggota gerak sebelah adalah Ketidakefektifan perfusi
kiri masih terasa lemah, evaluasi obyektif jaringan serebral berhubungan
pasien tampak gelisah, kesadaran apatis dengan kurangnya suplai oksigen
GCS 13, anggota gerak sebelah kiri masih dan darah ke otak evalusi subyektif
lemah dan susah digerakkan hasil keluarga mengatakan Ny.N
pemeriksaan fisik yang didapatkan TD: mengalami penurunan kesadaran,
130/100 mmHg, Nadi: 100 x/menit, evaluasi obyektif pasien mengalami
Pernapasan: 20 x/ menit, suhu 36,50C . penurunan kesadaran samnolen GCS
Pada tanggal 17 maret 2018 evaluasi 9. Pada tanggal 19 maret 2018 terjadi
subyektif pasien mengatakan kepala sudah peningkatan kesadaran apatis dengan
tidak nyeri lagi, evaluasi obyektif pasien GCS 13, pasien mengatakan kepala
sudah baik untuk berkomunikasi, masih sedikit sakit dan lemah anggota
kesadaran compos mentis, GCS 14 gerak sebelah kanan, hasil
(E5M5V4), rencana tindak lanjut dihentikan pemeriksaan fisik yang didapatkan Td
karena pasien pulang dan diberikan 130/ 100 mmHg, nadi : 92 x/menit,
dischart planning kepada keluarga pasien pernapasan: 22 x/menit masih
yaitu memberitahu tentang diit rendah terpasang O2 binasal 3 liter/menit.
Partisipan 1 Partisipan 2
garam dan selalu melakukan pemeriksaan rencana tindak lanjut dihentikan
ke pelayanan kesehatan. karena pasien pulang dan diberikan
dischart planning kepada keluarga
pasien yaitu memberitahu tentang diit
rendah garam dan selalu melakukan
pemeriksaan ke pelayanan kesehatan,
serta teratur minum obat.
B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas antara teori dengan
laporan kasus asuhan keperawatan gangguan pemenuhan oksigenasi pada dua
kasus yaitu pada kasus satu yaitu Tn. S dan kasus dua yaitu Ny. N dengan
diagnosa Stroke Hemoragik yang telah dilakukan sejak tanggal 13 Maret 2018
sampai 19 Maret 2018 di Ruang Rawat Inap Syaraf RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan, membuat rencana intervensi keperawatan, melakukan
implementasi, dan melakukan evaluasi keperawatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Burhanuddin, dkk, 2012
bahwa Laki – laki memiliki kecendrungan lebih besar untuk terkena stroke
pada usia dewasa dibandingkan dengan wanita dengan perbandiangan 2:1.
Insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki- laki dari pada perempuan dengan
rata – rata 25 % - 30 % .
Menurut teori sylvia Saraswati, (2009) laki – laki memiliki resiko lebih besar
untuk terkena stroke dibandingkan perempuan, hal ini terkait bahwa laki –
laki cenderung merokok. Rokok dapat merusak lapisan dari pembuluh darah
tubuh.
Hasil pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada kasus satu Tn. S (44tahun)
didapatkan, keluarga Tn.S mengatakan adanya sesak nafas dan suara nafas
tambahan dikarenakan sekret yang tidak bisa dikeluarkan,. Sedangkan pada
kasus dua Ny. N (62 tahun) keluarga Ny.N mengeluh terjadinya sesak nafas
dan ada suara nafas tambahan dikarenakan sekret yang tidak bisa keluar. Pada
kedua kasus ini sama-sama memiliki keluhan sesak nafas dan suara nafas
tambahan dikarenakan sekret yang tidak bisa dikeluarkan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasisi (2010) stroke
hemoragik sekitar 10 - 15% mengakibatkan perdarahan intra serebral
terhitung dari seluruh stroke dan memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dari
infark serebral mengakibatkan gangguan pusat pengaturan organ vital,
gangguan pernafasan, hemodinamik, kardiovaskuler dan kesadaran
Keluhan yang dirasakan oleh kedua kasus juga sama dengan teori bahwa
stroke terjadi karena gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak
mengalami gangguan (berkurang) sehingga mengakibatkan oksigen yang
dibutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Hal ini terjadi karena
penyumbatan arteri oleh gumpalan darah karena adanya gumpalan kolesterol
dan hemoragi, pendarahan di dalam otak serta permukaan otak, adanya
penyumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah menuju otak
sehingga pasokan darah dan oksigen ke otak menjadi berkurang dan
menimbulkan serangkaian reaksi biokimia yang akan merusakkan atau
mematikan sel – sel saraf otak Salah satu reaksi biokimia yang terjadi yaitu
menurunya reflek menelan dan mengunyah pada pasien mengakibatkan sekret
menumpuk (Price,2012).
Menurut peneliti, gejala-gejala penurunan kesadaran yang dirasakan oleh
kedua pasien Tn.S dan Ny. N terjadi karena perubahan perfusi pada otak yang
dapat menimbulkan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat
menyebabkan iskemik otak. Otak yang mengalami kekurangan oksigen dapat
mengganggu fungsi dari otak tersebut dan juga fungsi organ lainnya. Selain
itu, suara gargling pada Ny.N menurut peneliti terjadi karena penumpukan
sekret di jalan napas. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
memposisikan pasien 15-300 dan memberikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan.
Pada riwayat kesehatan dahulu pada kasus satu yaitu Tn. S mempunyai
riwayat hipertensi dengan tekanan darah tertinggi 160/100 sejak 4 tahun yang
lalu. Pada kasus dua yaitu Ny. N memiliki riwayat hipertensi sejak 7 tahun
yang lalu dengan tekanan darah tertinggi 180/100, pernah dirawat dengan
penyakit stroke sejak tahun 2011. Pada kedua kasus ini sama-sama memiliki
riwayat hipertensi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sarini 2008 banyaknya
faktor yang memengaruhi kejadian stroke hanya hipertensi yang secara
signifikan memengaruhi kejadian stroke sedangkan kadar lipid dan kebiasaan
merokok tidak secara signifikan berhubungan dengan kejadian stroke
Menurut teori Arum, 2015 adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi
merupakan peluang terbesar terjadinya stroke. Hipertensi atau tekanan darah
tinggi mengakibatkan adanya ganggguan aliran darah yang mana diameter
pembuluh darah akan mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun
akan berkurang. Dengan pengurangan aliran darah ke otak, maka otak akan
kekurangan suplai oksigen dan glukosa, lama-kelamaan jaringan otak akan
mati.
Menurut analisa peneliti, hipertensi merupakan faktor penyebab utama
terjadinya stroke hemoragik pada kasus satu dan kasus dua. Sejalan dengan
kasus dilapang sama dengan teori. Upaya yang harus dilakukan memberikan
pendidikan kesehatan tentang diit rendah garam pada kasus satu dan kasus
dua.
Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga, pada kasus satu ada anggota
keluarga yang mengalami hipertensi yaitu Ibu dari Tn.S sedangkan pada kasus
dua tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit stroke. Pada kedua
kasus ini memiliki perbedaan genetik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aguslina (2002) yang
menunjukkan bahwa umur, faktor genetik, kebiasaan merokok, obesitas dan
hipertensi secara signifikan berhubungan dengan kejadian stroke hemoragik.
Teori Junaidi, 2011 menuliskan bahwa Faktor risiko terjadinya stroke terbagi
menjadi faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat
diubah. Dimana faktor risiko yang tidak dapat diubah tidak dapat dikontrol
pengaruhnya terhadap kejadian stroke hemoragik, diantaranya yaitu faktor
keturunan (genetik), ras, umur dan jenis kelamin.
Hasil analisa peneliti, faktor risiko yang tidak dapat diubah salah satunya
yaitu faktor keturunan, pada kasus satu Tn.S terjadi persamaan dengan teori,
sedangkan pada kasus dua Ny.N tidak terjadi persamaan pada teori. Upaya
yang harus dilakukan tidak ada, karena menurut teori faktor keturunan
merupakan faktor yang tidak dapat diubah.
Pada pengkajian aktivitas sehari- hari dua kasus yaitu kasus satu dan kasus
dua meliputi makan dan minum, aktvitas tidur dan eliminasi. Peneliti akan
membahas kebiasan makan dan aktivitas sehari-hari yang dapat menimbulnya
stroke.
Pada kasus satu, Tn.S sering memakan makan yang bersantan dan berminyak.
Pada kasus dua, Ny.N suka memakan makanan yang bergaram seperti ikan
asin, dan makan makanan yang bantan serta suka memakan makanan seperti
jeroan. Pada kedua kasus inisama- sama memiliki pola makan yang tidak
baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widagdo, dkk (2008)
bahwa penyakit stroke juga dapat disebabkan karena kebiasaan atau pola
hidup yang kurang sehat seperti kebiasaan memakan makanan yang bersantan
dan berminyak.
Hasil analisa peneliti bahwa kedua kasus memiliki riwayat pola makan yang
tidak baik sehingga akan menyebabkan arteroklorosis didalam darah dan
aliran darah tidak lancar sehingga oksigen ke otak berkurang. Upaya yang
dilakukan memberikan pendidikan kesehatan kepada kedua kasus dan
keluarga pengaturan pola makan setelah pasca stroke.
Pada pemeriksaan fisik dari kasus satu didapatkan keadaan umum pasien
tampak lemah dan kesadaran apatis GCS 13 (E5M5V3), hasil pengukuran TD
150/100, suhu 36,5 0C, nadi 100 x/ menit, pernafasan 26 x / menit,. Sedangkan
pada kasus dua didapatkan keadaan umum klien tampak lemah dan kesadaran
samnolen GCS 9 (E3M3V3), hasil pengukuran TD 180/120 mmHg, suhu 37,5
0
C nadi 110 x/menit, pernapasan 28 x/menit. Dari data kedua kasus tersebut
sama- sama memiliki pernapasan yang abnormal.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Michael Setiawan, 2013
Pernapasan Cheyne-Stokes adalah suatu pola pernapasan yang amplitudonya
mula-mula naik kemudian turun bergantian dengan periode apnea. Pola
pernapasan ini sering dijumpai pada pasien stroke hemoragik, akan tetapi
tidak memiliki korelasi anatomis yang spesifik. Pernapasan Cheyne-Stokes
terjadi pada kurang lebih 53% pasien penderita strok hemoragik dan Emboli
paru juga pernah terjadi pada 9% kasus stroke hemoragik.
Diagnosa pertama pada pada kedua kasus yaitu Ketidakefektifan bersih jalan
nafas berhubungan dengan reflek batuk yang tidak adekuat adalah dimana
terjadinya sesak nafas diakibatkan oleh sputum yang menghambat proses
pernapasan. berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yaitu pasien penurunan
kesadaran, tampak batuk, mengeluarkan saliva yang banyak, terdengar bunyi
gargling pada saat auskultasi, serta pada terapi pengobatan dilakukan suction
pada Ny.N. Hal ini sesuai dengan NANDA 2015 yang menjelaskan bahwa
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas batasan karakteristiknya adalah
ada batuk, ada suara napas tambahan, sputum dalam jumlah banyak.
Analisa peneliti, pada kedua kasus ditemukan pasien mengalami batuk dan
peningkatan produksi sputum yang menyebabkan obstruksi jalan napas. Oleh
karena itu, peneliti mengangkat diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersih
jalan napas.
Diagnosa kedua pada kedua kasus yaitu Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan gangguan neurologis adalah dimana penurunan
kesadaran pada pasien karena pecahnya pembuluh darah otak yang
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak. Hipoksia dapat menyebabkan
iskemia serebral. Otak tidak bisa menggunakan metabolisme anaerobik jika
terjadi kekurangan oksigen atau glukosa, infrak pada batang otak
menyebabkan penekanan pada saluran pernapasan dimana oblongata tertekan
mengakibatkan pola napas pasien tidak efektif. Hal ini sesuai dengan batasan
karakteristik dari NANDA 2015 yaitu dispnea/gangguan pada pernapasan,
irama napas abnormal serta frekuensi napas abnormal (normal 16-25x/menit).
Hasil analisa peneliti, pada kedua kasus ditemukan pasien mengalami sesak
nafas dengan frekuensi pernapasan abnormal. Oleh karena itu, peneliti
mengangkat diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersih jalan napas.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Intervesions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification
(NOC). Perencanaan tindakan didasarkan pada tujuan intervensi masalah
keperawatan yaitu Ketidakefektifan bersih jalan nafas berhubungan dengan
reflek batuk yang tidak adekuat, Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan gangguan neurologis, Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen dan darah ke otak.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua kasus dengan diagnosa
yang sama dimulai pada tanggal 13 Maret 2018 sampai 19 Maret 2018, pada
kasus satu dengan diagnosa ketidakefektifan bersih jalan nafas tindakan yang
dilakukan adalah memposisikan pasien 15-30 derjat dan memberikan terapi
oksigen sesuai kebutuhan sedangkan pada kasus dua dengan diagnosa sama
juga dilakukan tindakan yang sama yang membedakannya pada hari rawat ke-
1 sampai hari rawat ke- 4 melakukan tindakan suction dan memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga karena pasien mengalami penurunan
kesadaran pada hari rawat ke-5 sampai hari rawat ke – 6.
Hipertensi merupakan penyebab utama dari stroke, hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Rita Dwi Hartanti bahwa tekanan darah responden
dengan hipertensi mengalami penurunan baik tekanan sistolik maupun
diastolik. Rata – rata tekanan darah sistolik setelah diberikan terapi nafas
dalam yaitu 138 mmHg, mengalami penurunan sebanyak 18,46 mmHg. Rata
– rata tekanan darah diastolik setelah diberikan terapi nafas dalam yaitu 86,46
mmHg, terjadi penurunan tekanan darah diastolik sebesar 6,54 mmHg.
Teknik relaksasi nafas dalam relaksasi nafas dalam dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah (Suwardianto,2011). Menurut
observasi, implementasi yang di dilakukan oleh perawat di ruangan telah
sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
Menurut observasi yang dilihat peneliti di ruangan, tindakan yang tidak sesuai
dengan intervensi adalah mengukur tanda-tanda vital tidak dilakukan setiap 1
jam hanya setiap shift dinas (per 7 jam), selain itu tindakan lainnya telah
sesuai dengan rencana.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada partisipan I dilakukan pada tanggal 13 – 18 maret 2018 dengan
metode subjektif, Objektif, Assasment, planning (SOAP) untuk mengetahui
ketidakefektifan bersih jalan nafas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 6 kali selama 30 menit pada masalah keperawatan ketidakefektifan
bersih jalan nafas berhubungan dengan reflek batuk yang tidak adekuat , hasil
evaluasi pasien mengatakan sekret sudah bisa dikeluarkan, irama nafas sudah
normal (vesikuler). Pada kedua kasus didapatkan pasien tidak terdengar suara
nafas tambahan, tidak ada suara gurgling, frekuensi pernapasan dalam batas
normal 20 x/menit. Masalah ketidakefektifan bersih jalan nafas sudah teratasi.
Intervensi dihentikan (pasien pulang).
Menurut NANDA (2015) kriteria hasil yang diharapkan setelah melakukan
tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidakefektidan bersih jalan nafas
berhubungan dengan reflek batuk tidak adekuat: frekuensi pernafasan dalam
batas normal, irama pernapasan normal, kemampuan untuk mengeluarkan
sekret, tidak ada suara nafas tambahan.
Hasil analisa peneliti, pemberian terapi oksigen pada pasien yang mengalami
ketidakefektifan pola nafas pada pasien stroke hemoragik sangat berpengaruh
untuk meningkatkan frekuensi pernapasan normal.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan gangguan oksigenasi pada
pasien stroke hemoragik di Ruang Rawat Inap Syaraf RSUP Dr. M. Djamil
Padang.Berdasarkan tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pemabahasan dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian didapatkan dari pasien, keluarga, catatan medik, dan
perawat ruangan. Data yang didapatkan pada kedua kasus berkesinambungan
dengan teori dan jurnal yang didapatkan yaitu pada kedua kasus yang sama –
sama mengalami ganguan oksigenasi, mempunyai riwayat hipertensi,
memiliki pola makan yang tidak sehat dan dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan kedua kasus memiliki pernapasan abnormal yaitu Tn.S 26x/menit
dan Ny.N 28 x/ menit. Pada hasil CT scan adanya terjadi pecah pembuluh
darah pada otak. Hal ini menunjukkan bahwa, jika seseorang terdiagnosis
Stroke Hemoragik akan muncul masalah dan keluhan yang sama yang
dirasakan oleh pasien.
2. Diagnosa yang muncul pada kedua kasus yaitu ketidakeftifan bersih jalan
nafas berhubungan dengan reflek batuk yang adekuat , ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan gangguan neurologis, ketidakefektifan perfusi
jarngan otak berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen dan darah ke
otak. Diagnosa ini muncul pada kedua kasus disebabkan karena adanya
tanda dan gejala serta keluhan yang sama yang dirasakan oleh kedua klien.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan teori NOC dan
NIC yaitu manajemen jalan nafas, terapi oksigen,monitor pernapasan,
monitor tanda- tanda vital, monitor peningkatan intrakranial.
4. Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai rencana tindakan yang telah
peneliti susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus
pengaturan posisi semi fowler,pengekstensian kepala 15-300, mengajarkan
teknik relaksasi. Dalam proses imlpementasi yang digunakan sesuai dengan
rencana yang dibuat, dan peneliti tidak menemukan adanya perbedaan antara
intervensi yang dibuat dengan implementasi yang dilakukan diruangan.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa keperawatan kasus satu menunjukan
bahwa masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan bersih jalan
nafas,ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral yang dialami kasus satu sudah teratasi, namun dikarenakan kasus
satu harus pulang maka maka asuhan keperawatan hanya dilakukan selama 6
hari rawatan dan tindakan meninggikan bagian kepala lebih tinggi 15-300,
Memberikan oksigen melalui binasal 5 liter/ menit, memonitor tanda- tanda
vital.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa keperawatan kasus satu menunjukan
bahwa masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan bersih jalan
nafas,ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral yang dialami kasus satu sudah teratasi, namun dikarenakan kasus
satu harus pulang maka maka asuhan keperawatan hanya dilakukan selama 7
hari rawatan dan tindakan meninggikan bagian kepala lebih tinggi 15-300,
Memberikan oksigen melalui binasal 5 liter/ menit, memonitor tanda- tanda
vital.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui Direktur rumah sakit diharapkan perawat ruangan dapat memberikan
asuhan keperawatan secara optimal kepada pasien mulai dari melakukan
pengkajian sampai implementasi pada pasien stroke hemoragik yang
mengalami oksigenasi dengan melakukan memposisikan pasien 15-30 derjat
dan memberikan terapi oksigen agar terjadi frekuensi pernapasan pasien
kembali normal.
2. Bagi Institusi pendidikan
Berdasarkan proses yang dijalani dalam pembuatan hasil Karya Tulis Ilmiah
ini, diharapkan institusi dapat menambah koleksi buku yang berhubungan
dengan kebutuhan dasar manusia dalam edisi yang terbaru dan lengkap.
Sehingga dapat menambah literatur bagi pembaca untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai kebutuhan dasar manusia, khususnya mengenai
gangguan oksigenasi.
Ambarwati, Fitri Resati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Dua
Satria Offset.
Arum, Sheria Puspita.2015. Stroke kenali cegah & obati, Yogyakarta: Notebook.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kejadian Stroke Hemoragik Di Sumatra Barat Tahun
2011. Diaskes pada tanggal 6 Januari 2018 dari https://sumbar.bps.go.id
Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Ed 8
Buku 2. Singapura : Elsevier.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.
Ghani, L, Mihardja, L.K & Delima.2015. Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke di
Indonesia.Publitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan.
http://ejournal.litbang .depkes.go.id. Diaskes pada tanggal 1 Desember 2017
Hidayat, Aziz Alimul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.
Kozier & Erb Berman Snyder (2010). Buku Ajar Fondamental Keperawatan :
Konsep,
Proses & Praktik .Volume : 1. Edisi : 7. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika..
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat .
Yogyakarta : Nuha Medika.
Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : konsep, proses dan praktik Ed. 4 Vol. 1. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : konsep, proses dan praktik Ed. 4 Vol. 1. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine Mecarty. 2012. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Ed 6. Jakarta : EGC.
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 19 November 2017, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil Riskesdas
2013.pdf
Riset Kesehatan Dasar Sumatra Barat (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 19
November 2017, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil Riskesdas
2013.pdf
Smeltzer Suzanne.C & Bare Breda. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 12 ). Jakarta : EGC.
Saryono & Anggreni, MD. 2013. Metedologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: Nuha medika.
Supadi . 2015. Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Pasien Stroke Hemoragik
terhadap Tekanan Rata- Rata Arterial, Tekanan Darah dan Tekanan
Intrakranial Dirumah Sakit Margono Soekarjo. Diaskes 8 Januari 2018 dari
http:// jos.unsoed.ac.id/index.php/kesmasindo/article/download/42/40/
Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan:
Jakarta. Salemba Medika.
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 44 tahun
c. Jenis Kelamin : laki - laki
d. Status Kawin : kawin
e. Agama : islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Swasta
h. Tanggal Masuk :12 Maret 2018
i. Alamat :Jalan Palapa Saiyo Blok.A no.11 Sungai
Buluh Batang Anai
j. Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2018
k. Diagnosa Medis : Stroke hemoragik
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Pada tanggal 12 Maret 2018 jam 11.16 WIB pasien masuk IGD
RSUP Dr. M. Djamil Padang dirujuk dari Rumah Sakit Siti
Rahmah pasien dengan keluhan utama penurunan kesadaran apatis
GCS 13 (E5M5V3) dan sesak nafas yang dirasakan sejak 3 jam
sebelum pasien masuk rumah sakit serta berat dibagian kepala
sampai pundak,lemah anggota gerak sebelah kanan yang dirasakan
secara tiba – tiba saat pasien sedang beraktifitas bersama keluarga.
Hasil pemeriksaan fisik di IGD didapatkan TD : 150/100 mmHg N
:99 x/menit, P : 28 x/menit S:36,90C.
2) Keluhan saat ini ( Waktu Pengkajian) :
Saat dilakukan Pengkajian pada tanggal 13 Maret 2018 jam 11.30
di ruang rawat inap syaraf mengalami penurunan kesadaran
dengan kesadaran apatis GCS 13 (E5M5V3), keadaan umum lemah,
pasien mengeluh nyeri pada kepala, sesak nafas dan batuk yang
dirasakan dan susah mengeluarkan sekret,pasien mengatakan dada
tersa sesak saat bergerak. Pasien juga mengatakan anggota gerak
kiri terasa berat dan lemah.
6. Data Psikologis
a. Status emosional : Stabil
b. Kecemasan :Pasien mengatakan cemas terhadap
penyakitnya.
c. Pola koping : Pasien sudah dapat menerima penyakit
yang dideritanya.
d. Gaya komunikasi : Pasien berkomunikasi dengan baik.
e. Konsep diri diurai komponen gambaran diri, harga diri, peran
identitas dan ideal diri : Pasien merasa tidak mampu kembali untuk
melakukan aktivitas secara optimal seperti biasa.
Pria Wanita
2. Hemaktrokit 46 % 40-48
Pria Wanita
2. Hemaktrokit 45 % 40-48
a. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil CT Scan menunjukkan terjadinya pendarahan di lobus temporalis
kiri
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
TerapiOksigen
p. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
q. Siapkan peralatan O2
r. Berikan tambahan O2
seperti yang
diperintahkan
s. Monitor aliran O2
t. Monitor posisi alat
pemberian O2
u. Monitor kecemasan
pasien yang berkaitan
dengan kebutuhan
mendapatkan terapi O2
v. Monitor kerusakan kulit
terhadap adanya gesekan
perangkat O2
w. SediakanO2 ketika
pasien dibawa atau
dipindahkan
Monitor Pernafasan
s. Monitor kecepatan,
irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
t. Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu pernafasan dan
retraksi dada
u. Monitor suara nafas
tambahan seperti mengi
atau ngorok
v. Monitor pola nafas
w. Palpasi kesimetrisan
ekspansi Paru
x. Perkusi thoraks anterior
dan posterior, dari apeks
ke basis paru, kanan dan
kiri
y. Monitor kemampuan
batuk
z. Monitor keluhan sesak
nafas pasien, termasuk
kegitan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak
nafas tersebut
aa. Monitor hasil foto
thoraks
Terapi Oksigen
Kontro lnyeri g. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
Indikator : h. Siapkan peralatan O2
g. Mengenalikan nyeri
i. Berikan tambahan O2
terjadi
seperti yang
h. Menggabarkan factor
diperintahkan
penyebab
i. Menggunakan tindakan j. Monitor aliran O2
pencegahan k. Monitor posisi alat
j. Menggunakanan algesik pemberian O2
yang direkomendasikan l. Monitor kecemasan
k. Melaporkan perubahan pasien yang berkaitan
terhadap gejala nyeri dengan kebutuhan
pada professional mendapatkan terapi O2
kesehatan m. Monitor kerusakan kulit
l. Melaporkan nyeri yang terhadap adanya
terkontrol gesekan perangkat O2
n. SediakanO2 ketika
pasien dibawa atau
dipindahkan
Monitor Pernafasan
h. Monitor kecepatan,
irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
i. Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu pernafasan dan
retraksi dada
j. Monitor suara nafas
tambahan seperti mengi
atau ngorok
k. Monitor pola nafas
l. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
m. Perkusi thoraks anterior
dan posterior, dari
apeks ke basis paru,
kanan dan kiri
n. Monitor kemampuan
batuk pasien
o. Monitor keluhan sesak
nafas pasien, termasuk
kegitan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak
nafas tersebut
p. Monitor hasil foto
thoraks
Monitor Tanda-Tanda
Vital
o. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan ststus
pernafasaN
Catat gaya dan fluktasi
yang l pada tekanan
darah
p. Monitor keberadaan
dankualitas dari nadi
q. Monitor irama dan
tekanan janutung
r. Monitor irama dan
lajupernafasan (misalnya
kedalaman dan
kesimetrisan)
s. Monitor suara paru-paru
t. Monitor warna kulit,
suhu dan kelembapan
u. Identifikasi
kemungkinan
v. penyebab perubahan
tanda-tanda vital
1.Ketidakefektifan c. Circulation status NIC:
perfusi jaringan Kriteria hasil:
serebral 3) Tekanan systole Terapi Oksigen
berhubungan dan diastole dalam
j) Periksa mulut, hidung,
dengan rentang yang dan sekret trakea
hipertensi diharapkan k) Pertahankan jalan
4) Tidak ada ortostatik napas yang paten
hipertensi l) Atur peralatan
5) Tidak ada tanda- oksigenasi
tanda peningkatan m) Monitor aliran oksigen
tekanan intrakranial n) Pertahankan posisi
pasien
o) Observasi tanda-tanda
d. Perfusi jaringan: hipoventilasi
serebral p) Monitor adanya
Kriteria hasil: kecemasan pasien
6) Mempertahankan terhadap oksigenasi
tekanan intrakranial
7) Tekanan darah
dalam rentang Monitoring Peningkatan
normal Intrakranial
8) Tidak ada nyeri
kepala g) Monitor tekanan perfusi
9) Tidak ada muntah serebral
10) Memonitor tingkat h) Catat respon pasien
kesadaran terhadap stimulasi
i) Monitor tekanan
intrakranial pasien dan
respon neurologi
terhadap aktifitas
j) Monitor intake dan
output cairan
k) Kolaborasi dalam
pemberian antibiotic
l) Posisikan pasien pada
posisi semi fowler
m) Minimalkan stimulasi
dari lingkungan
Monitoring Peningkatan
Intrakranial
a. Monitor tekanan
perfusi serebral
b. Catat respon pasien
terhadap stimulasi
c. Monitor tekanan
intrakranial pasien dan
respon neurologi
terhadap aktifitas
d. Monitor intake dan
output cairan
e. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotic
f. Posisikan pasien pada
posisi semi fowler
g. Minimalkan stimulasi
dari lingkungan
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
- Mengauskul
tasi suara
nafas
A: masalah belum
teratasi
P intervensi
dilanjutkan
- Menilai
kesadaran
pasien
- Mengukur
tanda-tanda
vital
- Memonitor
posisi
pasien
- Memonitor
tanda- tanda
vital
- Memonitor
peningkatan
intrakanial
Rabu Ketidakefe a. Memposisik 08. S: keluarga pasien 12.
14 ktifan an pasien 00 mengatakan sekret 00
Maret bersih 300 masih susah
2018 jalan nafas b. Mengauskul dikeluarkan
berhubung tasi suara
an dengan nafas O:
Reflek c. Melakukan - terdengar
batuk yang penghisapan suara
tidak lendir gurgling
adekuat d. Memonitor - Terdengar
dan catat suara nafas
warna, tambahan
jumlah dan - Tampak
konsistensi sekret
secret bewarna
e. Ketidaksime kuning
trisan kental
penggunaan
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
- Mengauskul
tasi suara
nafas
- Memberika
n terapi
oksigen
nasal kanul
3 liter/menit
- Mengatur
posisi semi
fowler
dengan
ekstensi
kepala
- Mengajarka
n teknik
nafas dalam
A: masalah belum
teratasi
P intervensi
dilanjutkan
- Menilai
kesadaran
pasien
- Mengukur
tanda-tanda
vital
- Memonitor
posisi
pasien
- Memonitor
tanda- tanda
vital
- Memonitor
peningkatan
intrakanial