Anda di halaman 1dari 164

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGEN PADA PASIEN DENGAN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IRNA
PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

EKI
143110164

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III


KEPERAWATAN PADANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGEN PADA PASIEN DENGAN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IRNA
PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

EKI
143110164

Poltekkes Kemenkes Padang


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III
KEPERAWATAN PADANG

Poltekkes Kemenkes Padang


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigen pada Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di
IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi peneliti untuk bisa menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Hj. Efitra, S.Kp, M. Kes, selaku pembimbing 1 dan Bapak Drs. Maswardi,
M.Kes, selaku pembimbing 2 yang telah mengarahkan, membimbing dan
memberikan masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud.
2. Ibu Hj. Herwati, SKM, M. Biomed selaku penguji 1 dan Ibu Ns. Zolla Amely Ilda,
S.Kep, M.Kep, selaku penguji 2 yang telah memberikan kritikan dan saran
sehingga peneliti dapat memperbaiki karya tulis ilmiah
ini.
3. Bapak H. Sunardi, SKM. M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
4. Bapak DR. dr. Yusirwan Yusuf, Sp.B, Sp.BA (K) MARS, selaku direktur
RSUP. Dr. M. Djamil Padang
5. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
6. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Padang sekaligus pembimbing akademik di Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Padang.

7. Bapak/ Ibu Staf dan Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan
bekal ilmu untuk bekal peneliti.
8. Bapak/ Ibu Staf Rumah Sakit RSUP Dr. Djamil padang yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.
Poltekkes Kemenkes Padang
9. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan dorongan,
semangat, doa restu dan kasih sayang yang tiada terhingga. Tiada kata yang dapat
Ananda utarakan selain terima kasih dan doa semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua.
10. Teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang Tahun 2014.
Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya
bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan dan masukan yang telah diberikan mendapatkan balasan
kebaikan dari Allah SWT. Amin.

Padang, 13 Juni 2017

Peneliti

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG PROGRAM STUDI D III
KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, 13 Juni 2017 Eki


Poltekkes Kemenkes Padang
Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen pada Pasien
dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2017
Isi : xi + 77 halaman, 2 tabel, 10 lampiran

ABSTRAK

Oksigen sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia berperan penting dalam
kelangsungan hidup sel dan jaringan didalam tubuh. Terganggunya kebutuhan
oksigen akan menyebabkan kemunduran secara fungsional pada tubuh serta
menimbulkan kematian. CHF sebagai salah satu penyakit dengan masalah
oksigenasi memiliki prevalensi yang tinggi. Tujuan penelitian untuk mengetahui
gambaran asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada
pasien dengan kasus CHF. Jenis penelitian deskriftif dengan desain penelitian
studi kasus, dilakukan di IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Studi kasus dilakukan dari tanggal 18 Mei sampai dengan 29 Mei 2017. Sampel
adalah dua partisipan dengan diagnosa CHF. Hasil pengkajian didapatkan keluhan
kedua partisipan sama yaitu, sesak napas, batuk, serta sesak napas bertambah saat
beraktivitas. Diagnosa yang diangkat pada kedua partisipan yaitu gangguan
pertukaran gas, ketidakefektifan bersihan jalan napas dan intoleransi aktivitas.
Implementasi keperawatan yaitu memberikan oksigen sessuai terapi, memonitor
pemberian oksigen, memonitor perubahan pernapasan, memonitor perubahan
AGD, memberikan bronkodilator dengan menggunakan nebulizer,
mendemonstrasikan cara batuk efektif, membantu pasien mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan, dan membantu aktivitas sehari-hari pasien.
Evaluasi keperawatan didapatkan semua diagnosa keperawatan pasien sudah tidak
ditemukan, pasien boleh pulang. Melalui direktur RS diharapkan perawat ruangan
di IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang dapat memantau hasil
dokumentasi keperawatan secara kontinyu dengan memerhatikan dan membuat
rentang waktu dalam intervensi serta implementasi keperawatan.

Kata Kunci (Key Word) : Asuhan Keperawatan, Oksigenasi, CHF

Daftar Pustaka : 29 (2008 - 2016)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
LEMBAR ORISINALITAS ......................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8


A. Konsep Dasar Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen ................ 8
1. Pengertian .................................................................................... 8
2. Sistem Tubuh yang berperan dalam Oksigenasi ............................ 9
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen ................. 11
4. Proses Oksigenasi ........................................................................ 12
5. Masalah Terkait Pemenuhan Kebutuhan Oksigen .......................... 16
6. Penatalaksanaan pemenuhan Oksigenasi ....................................... 20
7. Gangguan Oksigenasi pada Pasien CHF ........................................ 23
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen pada
Pasien CHF ...................................................................................... 28 1.
Pengkajian Keperawatan .............................................................. 28 2.
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan .......................................... 36
3. Intervensi Keperawatan ................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 45


A. Desain Penelitian .............................................................................. 45
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 45
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 45
D. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 46
E. Pengumpulan Data ............................................................................ 47
F. Rencana Analisis .............................................................................. 49

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................... 50


A. Deskripsi Kasus ................................................................................. 50 B.
Pembahasan ...................................................................................... 61
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................... 61
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 65
3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 67
4. Implementasi Keperawatan ........................................................... 68
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 71

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 75


A. Kesimpulan ...................................................................................... 75
B. Saran ................................................................................................. 76

DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN-LAMPIRAN

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC ..............37


Tabel 4.1 Deskripsi Asuhan Keperawatan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 .....51
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 5 Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 6 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 8 Absensi Penelitian


Lampiran 9 Surat Pernyataan Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 10 Asuhan Keperawatan Responden

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Poltekkes Kemenkes Padang


Nama : Eki
NIM : 143110164
Tempat / Tanggal Lahir : Simp. Kalam/ 06 Oktober 1995
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Aprijal
Ibu : Dernayulis
Alamat : Sp. Kalam, Nagari Cubadak, Kecamatan Dua
Koto, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera
Barat.

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Ajaran


1 SDN 08 Sentosa 2002-2008
2 SMPN 1 Lubuk Sikaping 2008-2011
3 SMAN 1 Lubuk Sikaping 2011-2014
Prodi Keperawatan Padang, Jurusan
4 Keperawatan, Poltekkes Kemenkes 2014-2017
Padang

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis atau
psikologis yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan (Ernawati, 2012). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas yang
tertinggi diantara semua kebutuhan dasar yang lain.Umumnya, seseorang
yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu
memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan dengan kebutuhan yang lain
(Ambarwati, 2014).

Menurut Henderson teori keperawatan mencakup seluruh kebutuhan dasar


seorang manusia. Henderson mendefenisikan keperawatan bertugas untuk
membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas
yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya,
kemampuan individu untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan bila
Poltekkes Kemenkes Padang
seseorang memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan.
Kebutuhan dasar manusia menurut Henderson sering disebut dengan 14
kebutuhan dasar Henderson, yang memberikan kerangka kerja dalam
melakukan asuhan keperawatan. Salah satu kebutuhan dasar dan kebutuhan
pertama yang diungkapkan oleh Henderson adalah kebutuhan oksigenasi
yaitu tentang bernapas yang normal. Dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
ini diperlukan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
ini ( Potter & Perry, 2012).

Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oksigen merupakan


gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan
air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh
akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Hal
ini menunjukkan bahwa oksigen merupakan hal yang sangat penting bagi
manusia (Ambarwati, 2014).

Oksigenasi sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia diperoleh karena


adanya sistem pernapasan yang membantu dalam proses bernapas. Sistem
pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dan pertukaran gas. Proses
oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di udara, kemudian oksigen
masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung, mulut, faring,
laring, dan kemudian akan masuk ke dalam organ pernapasan bagian dalam
yang terdiri dari trakea, bronkus, dan juga alveoli. Hal ini menunjukkan
bahwa oksigen merupakan gas yang sangat penting dalam proses pernapasan
(Tarwoto & Wartonah, 2011).

Oksigen (O2) berperan penting demi kelangsungan hidup sel dan jaringan
didalam tubuh, karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh
yang dilakukan secara terus menerus. Oksigen memegang peranan yang
sangat penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, karena itu
diperlukan berbagai upaya agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan gangguan pada proses oksigenasi
serta dapat menyebabkan terjadinya kemunduran secara fungsional pada
tubuh atau bahkan dapat menimbulkan kematian. (Asmadi, 2008).

Poltekkes Kemenkes Padang


Penyebab terjadinya gangguan oksigenasi disebabkan oleh beberapa hal yang
mempengaruhi fungsi pernapasan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
penting, diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku dan lingkungan. Pernapasan dapat berubah
karena kondisi dan penyakit yang dapat mengubah kondisi dan struktur paru.
Otot-otot pernapasan, ruang pleura, dan juga alveoli sangat penting untuk
ventilasi, perfusi, dan juga pertukaran gas dalam pernapasan (Ambarwati,
2014).

Maulidta (2015), dalam penelitiannya mengatakan gangguan oksigenasi juga


dapat terjadi pada penyakit kardiovaskuler yaitu CHF. Hasil penelitian yang
didapatkan menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden gagal jantung
yang disebabkan oleh iskemia kardiomiopati dan hipertensi menyebabkan
penurunan suplai darah ke arteri koroner dan menurunkan atau menghentikan
suplai oksigen ke seluruh tubuh. Selain itu usia juga mempengaruhi terjadinya
gagal jantung. Responden yang paling banyak adalah kategori lansia awal
yang mengalami gangguan pembuluh darah sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dengan suplai
oksigen.

Terjadinya gangguan oksigenasi pada pada CHF disebabkan oleh terjadinya


edema perifer atau hepatomegali yaitu kongesti sirkulasi pulmonal, suatu
emergensi yang mengancam jiwa. Kegagalan pompa biasanya terjadi pada
ventrikel kiri yang rusak namun juga dapat terjadi pada ventrikel kanan
sebagai kelainan primer atau sekunder dari gagal jantung sisi kiri. Kadang
gagal jantung kiri dan kanan terjadi secara bersamaan. Penatalaksanaan faktor
penyebab dapat memperbaiki gagal jantung. Perubahan gaya hidup, seperti
berhenti merokok dan pengaturan diet merupakan hal yang sangat penting.
Selain itu peran perawat juga diperlukan dalam penanganan pasien CHF
dengan masalah oksigenasi, diantaranya pengaturan posisi semi fowler dan
pemberian oksigen tambahan serta pengaturan aktivitas pasien (Robinson &
Saputra, 2014).

Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien CHF dapat
dilakukan dengan cara memberikan asuhan keperawatan melalui proses
keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa
Poltekkes Kemenkes Padang
keperawatan, menyusun perencanaan, melakukan implementasi, dan
melakukan evaluasi keperawatan. Pengkajian meliputi pengumpulan data
yang terdiri dari riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik maupun diagnostic
yang relevan yang dapat dilakukan melalui observasi atau wawancara serta
pemeriksaan langsung kepada pasien (Atoilah & Engkus, 2013).

Masalah keperawatan yang mungkin muncul diantaranya gangguan pola


napas, gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan bersihan jalan napas,
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
intoleransi aktivitas dan diagnosa lain terkait dengan masalah oksigenasi yang
nantinya akan disusun rencana keperawatan sesuai dengan kebutuhan
masingmasing pasien (NANDA International, 2015). Penyusunan intervensi
keperawatan memerlukan keterampilan berpikir kritis untuk menghasilkan
rencana keperawatan yang sesuai dengan standard professional. Standar ini
akan menjadi pedoman untuk menyeleksi intervensi keperawatan yang efektif
yang sesuai dengan kebutuhan pasien terhadap oksigen yang dapat
diwujudkan dengan adanya implementasi keperawatan. Implementasi
keperawatan yang dapat dilakukan terkait pemenuhan kebutuhan oksigen
meliputi promosi kesehatan, perilaku gaya hidup yang sehat, nebulisasi,
fisioterapi dada, suction, serta terapi oksigen ( Perry dan Potter, 2009).
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam mempertahankan jalan napas, pola napas dan
pertukaran gas secara efektifmemperbaiki perfusi jaringan otak, serta
meningkatnya pengetahuan (NANDA International, 2015).

Data dari WHO menyebutkan bahwa ada sekitar 3000 warga Amerika yang
menderita penyakit CHF, ditemukan 55,3% pasien yang meninggal dunia
akibat CHF. Menurut American Heart Association (AHA) 5,3 juta warga
Amerika mengalami CHF dan terdiri dari 660.000 kasus baru didiagnosis
setiap tahun, dengan kejadian mendekati 10 per 1000 penduduk dengan usia
lebih dari 65 tahun (Padila, 2012). Pada penelitian di Amerika, risiko
berkembangnya CHF adalah 20% untuk usia ≥ 40 tahun, dengan kejadian >
650.000 kasus baru yang didiagnosis CHF selama beberapa dekade terakhir.
Kejadian CHF meningkat dengan bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk
CHF sekitar 50% dalam waktu 5 tahun (Yancy, 2013). Hampir 6 juta orang
warga Amerika hidup dengan CHF dan jumlah ini diperkirakan naik 38%

Poltekkes Kemenkes Padang


persen selama lima belas tahun kedepan untuk diperkirakan hampir 8 juta
orang warga Amerika pada tahun 2030 (AHA, 2016).

Prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13%


atau diperkirakan sekitar 229.696 orang, sementara berdasarkan gejala
sebesar 0,3 % atau sekitar 530.068 orang. Angka kejadian gagal jantung ini
juga bisa dilihat dari berbagai Rumah Sakit besar di Indonesia. Sebagai
gambaran, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2006 di
ruang rawat jalan dan inap didapatkan 3,23 % kasus gagal jantung dari total
11.711 pasien. Provinsi Sumatera Barat menempati posisi ketiga berdasarkan
prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia dengan persentase 0,13% atau
diperkirakan sekitar 10.283 orang ( Riskesdas, 2013).

Penyakit CHF di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang menduduki urutan


ketiga setelah cidera kepala dan demam berdarah pada tahun 2013 dengan
jumlah kasus sebanyak 482 kasus. Pada tahun 2014 CHF menduduki posisi
kedua setelah Bronchopneuminia dari 10 penyakit terbanyak rawat inap yaitu
sekitar 590 kasus(Profil RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2014).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada tanggal 09 Maret 2017 di


IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan pasien yang
menderita penyakit CHF sebanyak 5 orang yang mengalami gangguan
oksigenasi. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap 4 orang
perawat ruangan dan dokumentasi keperawatan yang dibuat, perawat sudah
melakukan pengkajian terhadap identitas klien, keluhan, riwayat kesehatan
pasien, pemeriksaan fisik serta sudah menegakkan diagnosa keperawatan
utama yaitu gangguan pertukaran gas untuk 3 orang pasien diikuti dengan
diagnosa gangguan pola napas dan sudah sesuai dengan dokumentasi yang
dibuat oleh perawat.

Tindakan yang sudah diberikan perawat ruangan dalam pemenuhan


kebutuhan oksigen pasien sesuai dengan dokumentasi perawat diantaranya
adalah pemberian oksigen 3-5 liter/menit, pengaturan posisi pasien,
memberikan inhalasi oksigen. Hasil wawancara yang dilakukan kepada
responden dalam pemberian oksigen perawat tidak memerhatikan posisi
pasien, posisi selang oksigen yang lepas, keefektifan pemberian oksigen
secara kontinyu, dan berdasarkan pengamatan yang dilakukanada isi

Poltekkes Kemenkes Padang


humidifier yang sudah kosong dan uap oksigen tidak mengalir dengan baik,
selain itu dalam evaluasi keperawatan, perawat tidak langsung melihat
kondisi pasien setelah pemberian tindakan,dan dalam pendokumentasian
evaluasi keperawatan perawat masih berpatokan terhadap evaluasi
keperawatan yang dibuat sebelumnya.

Berdasarkan data dan fenomena diatas maka peneliti telah melakukan “


Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen pada Pasien
dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr.
M. Djamil Padang Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimana asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA penyakit
dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017 ?

C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum


Tujuan umum penelitian adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA penyakit dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian tentang gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA penyakit
dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan tentang gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA penyakit
dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan tentang gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA
penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan tentang gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA
penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
Poltekkes Kemenkes Padang
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan tentang gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA penyakit
dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.

D. Manfaat Penulisan
1. Hasil penelitian untuk menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan peneliti
dalam penerapan asuhan keperawatan tentang gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) dengan menggunakan
metode ilmiah proses keperawatan.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi perawat
dalam meningkatkan “Asuhan Keperawatan tentang gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen pada pasien Congestive Heart Failure (CHF).
3. Hasil penelitian dapat digunakan bagi mahasiswa keperawatan, dosen, serta
peneliti selanjutnya sebagai sumber informasi dan bahan perbandingan untuk
penulisan asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
pada pasien dengan Congestive Heart Failure.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen


1. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen.
Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit
ke semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi
otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel
dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak
oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem


tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam
tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi
merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan lingkungan
yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan
Poltekkes Kemenkes Padang
oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).

Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia


yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh
dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan
lingkungan (Ernawati, 2012).

2. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Oksigenasi


Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat ditentukan oleh
adekuatnya berbagai sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, sitem
kardiovaskuler, dan juga sistem hematologi (Tarwoto & Wartonah,
2011).
a. Sistem Pernapasan
Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah
sistem pernapasan atau sistem respirasi. Sistem respirasi dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu sistem pernapasan atas yang terdiri dari
hidung, faring, serta laring dan sistem pernapasan bawah yang terdiri
dari trakea dan paru-paru (Saputra, 2013).

Sistem pernapasan atau respirasi memiliki peran sebagai penjamin


ketersediaan oksigen untuk proses metabolisme sel-sel dalam tubuh
dan pertukaran gas. Dalam sistem respirasi oksigen diambil dari
atmosfir, dan kemudian dibawa ke paru-paru sehingga terjadi
pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida di dalam alveoli,
selanjutnya oksigen akan di difusi masuk ke kapiler darah untuk
digunakan oleh sel dalam proses metabolisme. Proses pertukaran gas
di dalam tubuh disebut dengan proses oksigenasi (Tarwoto &
Wartonah, 2011).

Proses oksigenasi merupakan proses yang dimulai dari pengambilan


oksigen di atmosfir, kemudian oksigen yang diambil akan masuk
melalui organ pernapasan bagian atas yang terdiri dari hidung atau

Poltekkes Kemenkes Padang


mulut, faring, laring, dan kemudian masuk ke organ pernapasan
bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder,
bronkus tersier, terminal bronkiolus, dan kemudian masuk ke alveoli.
Selain itu organ pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk
pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke
organ pernapasan bagian bawah, menghangatkan filtrasi, dan
melembabkan gas. Sedangkan organ pernapasan bagian bawah,
selain tempat masuknya oksigen juga berfungsi dalam proses difusi
gas (Tarwoto & Wartonah, 2011).

b. Sistem Kardiovaskuler
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem kardiovaskuler ikut
berperan dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh yang berperan
dalam proses transfortasi oksigen. Oksigen ditransfortasikan ke
seluruh tubuh melalui aliran darah. Adekuat atau tidaknya aliran
darah ditentukan oleh normal atau tidaknya fungsi jantung.
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh
adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung yang baik dapat dilihat
dari kemampuan jantung memompa darah dan terjadinya perubahan
tekanan darah. Sistem kardiovaskuler ini akan saling terkait dengan
sistem pernapasan dalam proses oksigenasi.

Menurut McCance dan Huether (2005) dalam Perry dan Potter


(2009), fisiologi kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang
teroksigenasi (darah dengan kadar karbon dioksida yang tinggi dari
oksigen yang rendah) kebagian kanan jantung dan masuk ke sirkulasi
pulmonal, serta darah yang sudah teroksigenasi (darah dengan kadar
O2 yang tinggi dan CO2 yang rendah) dari paru ke bagian kiri
jantung dan jaringan. Sistem kardiovaskuler menghantarkan oksigen,
nutrisi, dan substansi lain ke jaringan dan memindahkan produk sisa
dari metabolisme seluler melalui vaskuler dan sistem tubuh lain
(misalnya respirasi, pencernaan, dan ginjal).

c. Sistem Hematologi
Sistem hematologi terdiri dari beberapa sel darah, salah satu sel
darah yang sangat berperan dalam proses oksigenasi adalah sel

Poltekkes Kemenkes Padang


darah merah, karena di dalam sel darah merah terdapat hemoglobin
yang mampu mengikat oksigen. Hemoglobin adalah molekul yang
mengandung empat subunit protein globular dan unit heme. Setiap
molekul Hb dapat mengikat empat molekul oksigen dan akan
membentuk ikatan oxy-hemoglobin (HbO2) ( Tarwoto & Wartonah,
2011).

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen


Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen diantaranya adalah faktor fisiologis,
status kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi
pernapasannya diantaranya adalah :
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia
atau pada saat terpapar zat beracun
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Hipovolemia
4) Peningkatan laju metabolik
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti kehamilan, obesitas dan penyakit kronis.

a. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi,
pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat
sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti
gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit
kronis.

b. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapasan individu.
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan

Poltekkes Kemenkes Padang


surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok.
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.

c. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi
pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung
akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

d. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah :
1) Suhu lingkungan
2) Ketinggian
3) Tempat kerja (polusi)

4. Proses Oksigenasi
Proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pernapasan
eksternal dan pernapasan internal. Pernapasan eksternal adalah proses
pertukaran gas secara keseluruhan antara lingkungan eksternal dan
pembuluh kapiler paru (kapiler pulmonalis), sedangkan pernapasan
internal merupakan proses pertukaran gas antara pembuluh darah kapiler
dan jaringan tubuh (Saputra, 2013).

Tercapainya fungsi utama dari sistem pernapasan sangat tergantung dari


proses fisiologi sistem pernapasan itu sendiri yaitu ventilasi pulmonal,
difusi gas, transfortasi gas serta perfusi jaringan. Keempat proses
Poltekkes Kemenkes Padang
oksigenasi ini didukung oleh baik atau tidaknya kondisi jalan napas,
keadaan udara di atmosfir, otot-otot pernapasan, fungsi sistem
kardiovaskuler serta kondisi dari pusat pernapasan (Atoilah & Kusnadi,
2013). Sel di dalam tubuh sebagian besarnya memperoleh energi melalui
reaksi kimia yang melibatkan oksigenasi dan pembuangan
karbondioksida. Proses Pertukaran gas dari pernapasan terjadi di
lingkungan dan darah (Ernawati, 2012).
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu
ventilasi pulmoner, difusi gas, dan transfor oksigen serta karbon
dioksida ( Saputra, 2013).
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan pergerakan udara masuk dan kemudian
keluar dari paru-paru (Tarwoto & Wartonah, 2011). Keluar
masuknya udara dari atmosfer kedalam paru-paru terjadi karena
adanya perbedaan tekanan udara yang menyebabkan udara
bergerak dari tekanan yang tinggi ke daerah yang bertekanan
lebih rendah. Satu kali pernapasan adalah satu kali inspirasi dan
satu kali ekspirasi. Inspirasi merupakan proses aktif dalam
menghirup udara dan membutuhkan energi yang lebih banyak
dibanding dengan ekspirasi. Waktu yang dibutuhkan untuk satu
kali inspirasi ± 1 – 1,5 detik, sedangkan ekspirasi lebih lama
yaitu ± 2 – 3 detik dalam usaha mengeluarkan udara (Atoilah,
2013).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), ada tiga kekuatan yang


berperan dalam ventilasi, yaitu ; compliance ventilasi dan
dinding dada, tegangan permukaan yang disebabkan oleh cairan
alveolus, dan dapat diturunkan oleh adanya surfaktan serta

pengaruh otot-otot inspirasi.


a) Compliance atau kemampuan untuk meregang merupakan
sifat yang dapat diregangkannya paru-paru dan dinding
dada, hal ini terkait dengan volume serta tekanan paru-paru.
Struktur paru-paru yang elastic akan memungkinkan
paruparu untuk meregang dan mengempis yang
Poltekkes Kemenkes Padang
menimbulkan perbedaan tekanan dan volume, sehingga
udara dapat keluar masuk paru-paru.
b) Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus
mempengaruhi kemampuan compliance paru. Tekanan
surfaktan disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan
alveolus yang dihasilkan oleh sel tipe II.
c) Otot-otot pernapasan. Ventilasi sangat membutuhkan
otototot pernapasan untuk megembangkan rongga toraks.

2) Difusi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), difusi adalah proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari alveolus ke kapiler
pulmonal melalui membrane, dari area dengan konsentrasi
tinggi ke area dengan konsentrasi yang rendah. Proses difusi
dari alveolus ke kapiler paru-paru antara oksigen dan karbon
dioksida melewati enam rintangan atau barier, yaitu ; melewati
surfaktan, membran alveolus, cairan intraintestinal, membran
kapiler, plasma, dan membran sel darah merah. Oksigen
berdifusi masuk dari alveolus ke darah dan karbon dioksida
berdifusi keluar dari darah ke alveolus. Karbon dioksida di
difusi 20 kali lipat lebih cepat dari difusi oksigen, karena CO2
daya larutnya lebih tinggi. Beberapa faktor yang memengaruhi
kecepatan difusi adalah sebagai berikut ;
a) Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar
perbedaan tekanan maka semakin cepat pula proses difusi.
b) Besarnya area membrane. Semakin luas area membrane
difusi maka akan semakin cepat difusi melewati membran.
c) Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka akan semakin cepat proses
difusi.
d) Koefisien difusi, yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan membran paru.
Semakin tinggi koefisien maka
semakin cepat difusi terjadi.

3) Transfor oksigen

Poltekkes Kemenkes Padang


Sistem transfor oksigen terdiri atas paru-paru dan sistem
kardiovaskuler. Penyampaian tergantung pada jumlah oksigen
yang masuk ke dalm paru-paru (ventilasi), darah mengalir ke
paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, serta
kapasitas kandungan paru ( Perry & Potter, 2009).

Menurut Atoilah (2013), untuk mencapai jaringan sebagian


besar (± 97 %) oksigen berikatan dengan haemoglobin, sebagian
kecil akan berikatan dengan plasma (± 3 %). Setiap satu gram
Hb dapat berikatan dengan 1,34 ml oksigen bila dalam keadaan
konsentrasi drah jenuh (100 %). Ada beberapa faktor-faktor
yang memengaruhi transportasi oksigen, yaitu ;
a) Cardiac Output
Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang
maka jumlah oksigen yang ditransport juga akan berkurang.
b) Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb
akan berkurang juga sehingga jaringan akan kekurangan
oksigen.
c) Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan
membaiknya pembuluh darah sebagai sarana transfortasi,
sehingga darah akan lancar menuju daerah tujuan.

d) Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat
pelarut atau plasma darah akan memengaruhi kekentalan
darah, semakin kental keadaan darah maka akan semakin
sulit untuk ditransportasi.
e) Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar
peredaran darah.

b. Pernapasan internal
Pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara
pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh. Setelah oksigen
Poltekkes Kemenkes Padang
berdifusi ke dalam pembuluh darah, darah yang banyak mengandung
oksigen akan diangkut ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler
sistemik. Di bagian ini terjadi pertukaran oksigen dan karbon
dioksida antara kapiler sistemik ke sel jaringan, sedangkan karbon
dioksida berdifusi dari sel jaringan ke kapiler sistemik
(Saputra,2013). Pertukaran gas dan penggunaannya di jaringan
merupakan proses perfusi. Proses ini erat kaitannya dengan
metabolisme atau proses penggunaan oksigen di dalam paru (Atoilah
& Kusnadi, 2013).

5. Masalah Terkait Pemenuhan Kebutuhan Oksigen


Permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
tidak terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistim respirasi,
baik pada anatomi maupun fisiologis dari orga-organ respirasi.
Permasalahan dalam pemenuhan masalah tersebut juga dapat disebabkan
oleh adanya gangguan pada sistem tubuh lain, seperti sistem
kardiovaskuler (Abdullah, 2014).

Gangguan respirasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya


peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degenerative, dan lain-lain.
Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap oksigen
tidak terpenuhi secara adekuat. Menurut Abdullah (2014) secara garis
besar, gangguan pada respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu
gangguan irama atau frekuensi, insufisiensi pernapasan dan hipoksia,
yaitu ;
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1) Gangguan irama pernapasan
a) Pernapasan Cheyne stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan
yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik,
kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai
lagi dengan siklus yang baru. Jenis pernapasan Ini biasanya
terjadi pada klien gagal jantung kongestif, peningkatan
tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara

Poltekkes Kemenkes Padang


fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang
di ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan air
laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan
pernapasan cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan
disertai apnea. Keadaan ini kadang ditemukan pada
penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit.
Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan
asidosis metabolic dan gagal ginjal.

2) Gangguan frekuensi pernapasan


a) Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya
meningkat dan melebihi jumlah frekuensi pernapasan
normal.

b) Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya
menurun dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah
frekuensi pernapasan normal.

a. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok utama yaitu ;
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis,
transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,
emfisema, TBC, dan lain-lain.
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi
berkurang misalnya kerusakanjaringan paru, TBC, kanker
Poltekkes Kemenkes Padang
dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan
membrane
pernapasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan
lainnya.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang
tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada
thrombosis paru.
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan
oksigen dari paru-paru ke jaringan
a) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total
hemoglobin yang tersedia untuk transfor oksigen.
b) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian
besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh
curah jantung yang rendah.

a. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu
hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan
hipoksia histotoksik.
1) Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam
darah arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu
hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia
isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika
tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida
dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik
terjadi jika oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat
diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi
anemia dan keracunan karbondioksida.
a) Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat
adanya bendungan atau sumbatan.
Poltekkes Kemenkes Padang
Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis yaitu
hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.

b) Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena
aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan
oksigen lebih rendah dari penggunaannya.

c) Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler
jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt
menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal
tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena
dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen
darah vena meningkat).

6. Penatalaksanaan Pemenuhan Oksigenasi


Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau
FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi
jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringa,
menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan
PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa


metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen),
fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender
atau subtioning (Abdullah ,2014).

Poltekkes Kemenkes Padang


a. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan
dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada
pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal,
dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencega terjadinya hipoksia (Hidayat, 2009).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi


oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan
oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya
dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana,
sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka
dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula.
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling
atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 40 - 60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka
dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus
mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada
saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir,
ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam
lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10
liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.

Poltekkes Kemenkes Padang


d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sungkup
muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi
dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada
saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.
Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 80 – 100%.

2) Sistem aliran tinggi


Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO 2 lebih
stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga
dapat menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan
teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury
mask atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2
– 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan ventury
adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna
alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning
35%, merah 40%, dan hijau 60%.

b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan
tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan
jalan napas (Hidayat, 2009).
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan
penuh yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan
melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan
menjadi lancar.
2) Vibrasi

Poltekkes Kemenkes Padang


Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara
memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua
tangan yang diletakkan pada dada pasien secara mendatar,
tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara
yang dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus
terlepas.

3) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran
sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut
dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk
memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan
mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang
dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki kemampuan
batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring,
trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan
napas (Hidayat, 2009).
5) Penghisapan lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Hidayat, 2009).

7. Gangguan Oksigenasi Pada Pasien CHF


Congestif Heart Failure (CHF) merupakan kondisi dimana fungsi
jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke
tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan tubuh (Charles Reeves dkk
dalam Wijaya Dan Putri, 2013). Bagian jantung yang berperan dalam
memompakan darah adalah otot jantung yang memiliki serabut otot
jantung (miokard). Serabut otot jantung memiliki kontraktil yang
Poltekkes Kemenkes Padang
memungkinkan akan meregang selama pengisisan darah (Somantri,
2009).

Mekanisme yang mendasari Heart Failure (HF) meliputi gangguan


kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung
lebih dari curah jantung normal. Konsep curah jantung yang baik
dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung
(CO : Cardiac Output) dalah fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate)
X volume sekuncup (SV : Stroke Volume). Frekuensi jantung adalah
fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf
simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan
curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung (Brunner & Suddarth, 2016).

Tetapi pada HF dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut


otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal
masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup merupakan jumlah darah
yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor; preload;
kontraktilitas dan afterload. Preload, adalah sinonim dengan hukum
Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh panjangnya regangan serabut jantung. Kontraktilitas mengacu pada
perubahan kekuatan kontraktilitas yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole (Brunner & Suddarth, 2016).

Kelainan pada kontraktilitas miokardium yang khas pada CHF akibat


penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan
ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi volume sekuncup, dan meningkatkan volume residu
ventrikel, dengan meningkatnya volume EDV (volume akhir diastolik)
ventrikel, terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
(LVEDP). Derajat peningkatan tergantung pada kelenturan ventrikel.
Poltekkes Kemenkes Padang
Dengan meningkatnya LVEDP, terjadi pula peningkatan tekanan atrium
kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama
diastol. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh
darah paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru.
Apabila tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan
onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan ke dalam
intertitisial. Jika kecepatan trandusi melebihi kecepatan darinase limfatik,
akan terjadi edema interstisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut akan
menyebabkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema
paru yang ditandai dengan batuk dan napas pendek. Meningkatnya
tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan edema perifer umum dan
penambahan berat badan (Price and Wilson, 2012).

Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis


tekanan vena paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tekanan
terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serangkaian kejadian seperti yang terjadi
pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan yang akhirnya
akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik (Price and Wilson,
2012).

Menurut Brunner & Suddarth (2016), respon tubuh terhadap perubahan


fisiologi pasien CHF akibat adanya gangguan pada ventrikel yang akan
memberikan respon tubuh yang berbeda antara CHF kiri dengan CHF
kanan
a. CHF kiri
Kongesti paru menonjol pada ventrikel kiri, kerena ventrikel kiri
tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan
tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke
jaringan paru. Respon tubuh yang terjadi meliputi dispnea, batuk,
mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardia) dengan bunyi jantung
S3, kecemasan dan kegelisahan.

1) Dispnea
Dispnea terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat
istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.

Poltekkes Kemenkes Padang


Dapat terjadi Ortopnea, kesulitan bernapas saat berbaring. Pasien
yang mengalami ortopnea tidak akan mau berbaring, tetapi akan
menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di
kursi, bahkan saat tidur. Beberapa pasien hanya yang mengalami
ortopnea pada malam hari, suatu kondisi yang dinamakan
paroximal nokturnal dispnea (PND). hal ini terjadi bila pasien,
yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di
bawah, pergi berbaring ketempat tidur. Setelah beberapa jam
cairan yang tertimbun di ekstremitas yang sebelumnya berada di
bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah mulai
terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume
dengan adekuat. Akibatnya, tekanan dalam sirkulasi paru
meningkat dan lebih lanjut, cairan akan berpindah ke alveoli.
2) Batuk
Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering
dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah,
yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah
banyak, yang kadang disertai bercak darah.
3) Mudah lelah
Mudah lelah terjadi kaibat curah jantung yang kurang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa katabolisme. Juga terjadi akibat
meningkatya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia
yang terjadi akibat distres pernapasan dan batuk.
4) Kegelisahan dan kecemasan
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa
jantung tidak berfungsi dengan baik. Begitu terjadi kecemasan,
terjadi juga dispnea, yang pada akhirnya
memperberat

kecemasan, dan akan mengganggu pola istirahat dan aktivitas


sehari-hari.
b. CHF kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak
Poltekkes Kemenkes Padang
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak
dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari
sirkulasi vena. Respon tubuh yang tampak meliputi edema
ekstremitas bawah (edema dependen), yang biasanya merupakan
pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran
hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan di dalam
rongga peritoneum), anoreksi dan mual, nokturia dan lemah.
1) Edema
Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara
bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha pada akhirnya ke
genetalia eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema sakral sering
jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena daerah
sakral menjadi daerah yang dependen. Pitting edema, adalah
edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan
dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan
paling tidak sebanyak 4,5 kg (10 lb).
2) Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini
berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal menigkat
sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi
yang disebut dengan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga
abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distres pernapasan.

3) Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen.
4) Nokturia
Nokturia atau rasa ingin BAK pada malam hari, terjadi karena
perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karen acurah
jantung akan membaik dengan istirahat.
5) Lemah

Poltekkes Kemenkes Padang


Lemah yang menyertai HF sisi kanan disebabkan kerena
menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan
produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jantung.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien


CHF.
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth (2016), pengkajian keperawatan untuk
pasien gagal jantung berfokus pada pemantauan keefektifan terapi dan
kemampuan pasien untuk memahami dan menjelaskan strategi
manajemen diri. Tanda dan gejala kongesti paru dan kelebihan beban
cairan harus segera dilaporkan yang akan mengganggu pemenuhan
kebutuhan oksigen atau timbulnya masalah oksigenasi. Pengkajian
keperawatan pada pasien gagal jantung dengan masalah oksigenasi
meliputi :
a. Identitas Klien
Identitas klien yang perlu dikaji meliputi nama, jenis kelamin,
tanggal lahir, nomor register, usia, agama, alamat, status perkawinan,
pekerjaan, dan tanggal masuk rumah sakit.
Berdasarkan risiko CHF, kejadian penyakit ini akan meningkat pada
orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat
penuaan. Kondisi ini akan menyebabkan jantung tidak mampu
memompakan darah secara adekuat yang akan mempengaruhi
kebutuhan akan oksigen (Kasron, 2012).

b. Identitas Penanggungjawab
Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji meliputi nama, umur,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.

c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Gejala yang menjadi keluhan utama pada pasien CHF adalah
sesak napas saat pasien beristirahat atau berbaring diatas tempat
tidur (Sibuea dkk, 2009). Keluhan utama lain yang biasa muncul
pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigen dan

Poltekkes Kemenkes Padang


karbondioksida antara lain batuk, peningkatan produksi sputum,
dispnea, hemoptisis, wheezing, stridor, dan chest pain
(Somantri, 2009).

2) Riwayat Kesehatan sekarang


Keluhan yang muncul pada pasien CHF dengan masalah
gangguan kebutuhan oksigen pada saat dikaji adalah adanya
sesak napas yang akan menggangu proses tidur, kesulitan makan
karena sesak napas, sesak napas saat beraktivitas serta
munculnya rasa cemas karena sesak napas .

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Biasanya klien dengan penyakit gagal jantung (CHF) memiliki
kebiasan atau pola hidup yang kurang sehat seperti gaya hidup
merokok atau terpapar polusi udara, adanya riwayat penyakit
jantung yang akan dapat mengindikasikan adanya gangguan
pada fungsi pernapasan (Somantri, 2009).

Tingkat kesehatan klien dimasa lalu juga menentukan ada atau


tidaknya masalah oksigenasi. Pada seseorang yang sehat, sistem
kardiovaskuler dan pernapasan secara normal menyediakan
oksigen bagi kebutuhan tubuh. Pada penyakit kardiovaskuler,
hal ini sering kali berdampak terhadap pengangkutan oksigen ke
sel tubuh, sedangkan penyakit sistem pernapasan dapat
mempengaruhi oksigenasi dalam darah (Somantri, 2009).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


Perlu dikaji adanya riwayat keluarga yang memiliki penyakit
keturunan seperti adanya riwayat jantung, hipertensi, DM, dan
gagal ginjal, karena penyakit CHF ini merupakan salah satu
penyakit keturunan.

5) Pola Aktivitas Sehari-hari


Menurut Wijaya dan Putri (2013), pola aktivitas yang perlu dikaji
pada pasien CHF dengan masalah gangguan oksigenasi meliputi :
1) Pola nutrisi dan metabolisme

Poltekkes Kemenkes Padang


Biasanya pada pasien CHF mengalami kesulitan dan masalah
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi karena adanya sesak napas
saat makan.
2) Pola eliminasi
Biasanya pada pasien CHF didapatkan pola berkemih yang
menurun, urine yang berwara gelap, berkemih malam hari
(nokturia), dan bisa terjadi diare ataupun konstipasi.
3) Pola istirahat dan tidur
Biasanya klien mengalami sulit tidur dan juga istirahat karena
adanya sesak napas yang ditandai dengan kondisi pasien yang
gelisah dan sering terbangun.
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya klien mengalami keletihan atau kelelahan terus
menerus sepanjang hari, serta sesak napas saat melakukan
aktivitas.

6) Pemeriksaan Fisik
Menurut Saputra (2013), pemeriksaan fisik pada masalah kebutuhan
oksigenasi meliputi empat teknik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui antara lain adanya
pembengkakan, pola napas yang tidak normal, atau suara napas yang
tidak normal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memeriksa
seluruh anggota tubuh (head to toe).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), hasil pemeriksaan fisik
yang biasa ditemukan terkait pasien dengan gangguan oksigenasi
adalah :
1) Keadaan umum : Biasanya pasien gelisah karena sesak
napas
2) Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis sampai terjadi
penurunan kesadaran
3) TTV
a) BP : Biasanya terjadi hipotensi atau hipertensi
b) RR : Takipnea

Poltekkes Kemenkes Padang


c) P : Takikardia
d) T : Bisa terjadi hipotermia atau hipertermia
4) Kepala : Normachepal
5) Mata : Biasanya konjungtiva anemis (karena
anemia), konjungtiva sianosis (karena hipoksemia), konjungtiva
terdapat pethecial (karena emboli lemak atau endokarditis),
kondisi sklera tergantung dengan kondisi hati yang baik atau
tidak.
6) Mulut dan bibir : Biasanya membran mukosa sianosis, bibir
kering, bernapas dengan mengerutkan mulut.
7) Hidung : Biasanya hidung sianosis, bernapas dengan
menggunakan cuping hidung.
8) Telinga : telinga sianosis, sejajar dengan kantus
mata.
9) Leher : ada distensi atau bendungan pada vena
jugularis, bisa terjadi pembesaran kelenjar getah bening.
10) Kulit : Sianosis perifer (vasokontriksi dan
menurunnya aliran darah perifer), sianosis secara umum
(hipoksemia), penurunan turgor (dehidrasi), edema, edema
periorbital.
11) Thoraks
a) Paru-paru
(1) Inspeksi : Retraksi dinding dada (karena peningkatan
aktivitas pernapasan, dispnes, atau obstruksi jalan
napas), pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan
dada kanan.
(2) Palpasi : Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada
karena udara/suara melewati saluran/rongga
pernapasan).
(3) Perkusi : Bunyi perkusi bisa resona,
hiperresonan,
dullness .

Poltekkes Kemenkes Padang


(4) Auskultasi : Suara napas bisa normal (vesikuler,
bronkovesikuler, bronchial) atau tidak normal (crackles,
ronkhi, wheezing, friction rub).
b) Jantung
(1) Inspeksi : Adanya ketidaksimetrisan pada dada,
adanya jaringan parut pada dada, iktus kordis terlihat.
(2) Palpasi : Takikardia, iktus kordis teraba kuat dan
tidak teratur serta cepat.
(3) Perkusi : Bunyi jantung pekak, batas jantung
mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya
hipertrofi jantung.
(4) Auskultasi : Bunyi jantung irregular dan cepat, adanya
bunyi jantung S3 atau S4.
12) Abdomen
a) Inspeksi : Perut klien tampak edema, ada perubahan
warna kulit, kulit tampak kering.
b) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal.
c) Palpasi : Adanya distensi
abdomen, terdapat
hepatomegali dan splenomegali.
d) Perkusi : Bunyi pekak karena adanya asites
13) Genitalia dan anus : Klien dengan CHF biasanya
akan mengalami masalah dalam proses eliminasi (BAB
dan BAK)
sehingga pasien harus dipasang kateter.
14) Ekstremitas : Jari dan kuku sianosis, CRT > 2 detik,
akral teraba dingin, edema pada tungkai, ada clubbing finger.

7) Pengkajian Psikososial
Menurut Somantri (2009), pengkajian psikososial yang perlu
dilakukan meliputi :
1) Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan
berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa penyakit
respiratori timbul akibat adanya stress.

Poltekkes Kemenkes Padang


2) Penyakit pernapasan kronik dapat menyebabkan perubahan
dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi
sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan.
3) Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat
mengkaji reaksi klien terhadap masalah stress psikososial dan
mencari jalan keluarnya.

8) Pemeriksaan Diagnostik
a) Elektrokardiografi (EKG)
Kelainan EKG yang ditemukan pada pasien CHF adalah:
(1) Sinus takikardia
(2) Sinus bradikardia
(3) Atrial takikardia / futer / fibrilasi
(4) Aritmia ventrikel
(5) Iskemia / infark
(6) Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST
menunjukkan penyakit jantung iskemik

(7) Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik


menunjukkan stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi
(8) Blok atrioventikular
(9) Mikrovoltase
(10) Left bunddle branch block (LBBB) kelainan segmen ST/T
menunjukkan disfungsi ventrikel kiri kronis
(11) Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi kanan
menunjukkan disfungsi ventrikel kanan

b) Ekokardiografi
Gambaran yang aling sering ditemukan pada CHF akibat
penyakit jantung iskemik, kardiomiopati dilatasi, dan beberapa
kelainan katup jantung adalah dilatasi ventrikel kiri yang disertai
hipokinesis seluruh dinding ventrikel.

c) Rontgen Toraks
Foto rontgen toraks posterior-anterior dapat menunjukkan
adanya hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti
Poltekkes Kemenkes Padang
yang menunjukkan adanya peningkatan tekanan vena paru
adalah adanya diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya
peningkatan ukuran pembuluh darah.

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler


Indonesia, (2015) abnormalitas foto toraks yang ditemukan pada
pasien CHF:
(1) Kardiomegali
(2) Hipertrofi ventrikel
(3) Kongesti vena paru
(4) Edema intertisial
(5) Efusi pleura
(6) Infiltrat paru

d) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi
pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, dan pemeriksaan darah
lengkap (Saputra, 2013).
Abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang ditemukan pada
pasien CHF:
(1) Abnormalitas analisa gas darah
(a) PH (7,35-7,45)
(b) PO2 (80-100 mmHg)
(c) PCO2 (35-45 mmHg)
(d) HCO3 (22-26 mEq/L)
(2) Peningkatan kreatinin serum ( > 150 μ mol/L)
(3) Anemia ( Hb < 13 gr/dl pada laki-laki, < 12 gr/dl pada perempuan)
(4) Hiponatremia ( < 135 mmol/L)
(5) Hipernatremia ( > 150 mmol/L)
(6) Hipokalemia ( < 3,5 mmol/L)
(7) Hiperkalemia ( > 5,5 mmol/L)
(8) Hiperglikemia( >200 mg/dl)
(9) Hiperurisemia ( > 500 μ mmol/L)
(10) BNP ( < 100 pg/ml, NT proBNP < 400 pg/ml)
Poltekkes Kemenkes Padang
(11) Kadar albumin tinggi ( > 45 g/L)
(12) Kadar albumin rendah ( <30 g/L)
(13) Peningkatan transaminase
(14) Peningkatan troponin
(15) Tes tiroid abnormal
(16) Urinalisis
(17) INR > 2,5
(18) CRP > 10 mg/L
(19) Leukositosis nuetrofilik
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia,
2015).

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang Muncul


Menurut NANDA (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
dengan masalah oksigenasi pada pasien CHF adalah sebagai berikut :
a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan O2 yang tidak adekuat.
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:
1) Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
2) Perubahan membran alveolar dan kapiler
c) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi
yang tertahan.
d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas.
e) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
f) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Ketidakefektifan pola napas a) Respiratory status: Ventilation Oxygen Therapy
1) Mendemonstrasikan batuk a) Periksa mulut, hidung, dan sekret
Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang efektif dan suara napas trakea
tidak memberi ventilasi adekuat. yang bersih, tidak ada b) Pertahankan jalan napas yang paten
sianosis dan dyspneu
c) Mengajarkan batuk efektif
Batasan Karakteristik : (mampu mengeluarkan
a) Penurunan tekanan ekspirasi sputum, mampu bernapas d) Atur peralatan oksigenasi
dengan mudah, tidak ada e) Monitor aliran oksigen
b) Penurunan tekanan inspirasi sesuai indikasi dan
pursed lips)
c) Pernapasan cuping hidung konsentrasi yang
d) Pola napas abnormal b) Respiratory status: Airway diberikan
e) Takipnea patency f) Pertahankan posisi pasien
1) Menunjukkan jalan napas g) Observasi tanda-tanda
Faktor yang Berhubungan : yang paten (klien tidak hipoventilasi
a) Ansietas merasa tercekik, irama h) Monitor adanya kecemasan pasien
b) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi napas, frekuensi pernapasan terhadap oksigenasi
paru dalam rentang normal, tidak
ada suara napas abnormal)
c) Hiperventilasi Vital Sign Monitoring
a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
d) Vital Sign Status
b) Monitor vital sign saat pasien
1) Tanda-tanda vital dalam berbaring, duduk, dan berdiri
rentang normal
c) Auskultasi TD pada kedua lengan
(tekanan
dan bandingkan
d) Monitor TD, nadi, RR, sebelum,

Poltekkes Kemenkes Padang


darah, nadi, pernapasan) selama, dan setelah aktivitas
e) Monitor kualitas dari nadi
f) Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
g) Monitor pola pernapasan abnormal
h) Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
i) Monitor sianosis perifer
j) Monitor adanya cushling triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
k) Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Gangguan pertukaran gas a) Respiratory status: ventilation Respiratory Monitoring


1) Mendemonstrasikan batuk a) Monitor pola napas, irama,
Definisi: kelebihan atau defisit efektif dan suara napas yang kedalaman dan usaha napas
oksigenasi dan/atau eliminasi bersih, tidak ada sianosis b) Perhatikan gerakan dan kesimetrisan,
karbondioksida pada membran alveolar- dan dypsneu (mampu menggunakan otot bantu, dan adanya
kapiler. mengeluarkan sputum, retraksi otot intercostals dan
mampu bernapas dengan supraclavicular
Batasan Karakteristik: mudah, tidak ada
c) Monitor bunyi napas, misalnya
a) Pola pernapasan abnormal (mis; kecepatan, pursed lips)
mendengkur
irama, kedalaman) d) Monitor pola napas
b) Tekanan parsial oksigen dalam darah arterib) Vital sign status e) Catat lokasi trakea
(PaO2) abnormal 1) Tanda-tanda vital dalam
rentang normal f) Auskultasi bunyi napas, catat
c) Tekanan parsial karbon dioksida dalam peningkatan ventilasi
darah arteri (PaCO2) abnormal

Poltekkes Kemenkes Padang


d) pH arteri abnormal g) Monitor saturasi oksigen
e) Saturasi oksigen abnormal h) Monitor kemampuan pasien
f) Dispnea pada saat istirahat dalam batuk efektif Oxygen Therapy
g) Sianosis a) Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea
b) Pertahankan jalan napas yang paten
Faktor yang Berhubungan: c) Atur peralatan oksigenasi
a) Perubahan membran alveolar-kapiler d) Monitor aliran oksigen
e) Pertahankan posisi pasien
f) Observasi tanda-tanda hipoventilasi
g) Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

Vital Sign Monitoring


a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b) Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk, dan berdiri
c) Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
d) Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
e) Monitor kualitas dari nadi
f) Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
g) Monitor pola pernapasan abnormal

Poltekkes Kemenkes Padang


h) Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
i) Monitor sianosis perifer
j) Monitor adanya cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
k) Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

3 Ketidakefektifan bersihan jalan napas a) Respiratory status: ventilation Respiratory Monitoring


1) Mendemonstrasikan batuka) Monitor pola napas, irama,
Definisi: ketidakmampuan membersihkan efektif dan suara napas kedalaman dan usaha napas
sekresi atau obstruksi dan saluran napas yang bersih, tidak adab) Perhatikan gerakan dan kesimetrisan,
untuk mempertahankan bersihan jalan sianosis dan dyspneu menggunakan otot bantu, dan adanya
napas. (mampu mengeluarkan retraksi otot intercostals dan
sputum, mampu bernapas supraclavicular
Batasan Karakteristik: dengan mudah, tidak ada
c) Monitor bunyi napas, misalnya
a) Batuk yang tidak efektif pursed lips)
mendengkur
b) Dispnea d) Monitor pola napas
c) Gelisah b) Respiratory status: airway
patency e) Catat lokasi trakea
d) Perubahan frekuensi napas
e) Perubahan pola napas 1) Menunjukkan jalan napasf) Auskultasi bunyi napas, catat
yang paten (klien tidak peningkatan ventilasi
f) Sianosis
g) Sputum dalam jumlah yang berlebihan merasa tercekik, iramag) Monitor saturasi oksigen
h) Suara napas tambahan napas, frekuensi pernapasanh) Monitor kemampuan pasien dalam
dalam rentang normal, tidak batuk efektif
ada suara napas abnormal) i) Memberikan bronkodilator bila perlu

Poltekkes Kemenkes Padang


Faktor yang Berhubungan: a) 2) Mampu mengidentifikasi dan j) Keluarkan sekret dengan batuk atau
Obstruksi jalan napas mencegah faktor yang suction.
b) Eksudat dalam alveoli menghambat jalan napas)
c) Sekresi yang tertahan.

4 Gangguan pola tidur a) Sleep Enviromental Management :


1) Waktu tidur tidak terganggu Comfort
Definisi: 2) Pola tidur tidak terganggu a) Aktivitas :
Interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur 3) Kualitas tidur tidak 1) Tentukan tujuan pasien dan
akibat faktoreksternal. terganggu keluarga untuk pengelolaan
4) Kesulitan untuk tidur tidak lingkungan dan kenyamanan
Batasan karakteristik : terjadi yang optimum
a) Ketidakpuasan tidur 2) Ciptakan lingkungan yang
b) Penurunan kemampuan berfungsi b) Fatigue : Disruptive Effects tenang dan mendukung
c) Perubahan pola tidur normal 1) Tidak terjadi malaise, letargi 3) Berikan lingkungan yang aman
d) Sering terjaga dan bersih
2) Penurunan energi tidak
terjadi 4) Menyesuaikan suhu ruangan
untuk yang paling nyaman bagi
pasien
c) Comfort Status : Environment
5) Fasilitasi kenyamanan pasien
1) Suhu ruangan tidak
bermasalah
Sleep Enchancement
2) Lingkungan kondusif untuk
tidur a) Aktivitas :
3) Lingkungan bersih, tertib 1) Tentukan pola aktifitas/ tidur
pasien
2) Tentukan efek pengobatan
pasien terhadap pola tidur

Poltekkes Kemenkes Padang


pasien
3) Monitor/catat pola tidur, jumlah
waktu tidur pasien
4) Monitoring pola tidur, dan catat
tanda fisik yang dapat
mengganggu tidur
5) Bantu untuk mengurangi situasi
yang bisa membuat pasien stress
sebelum tidur
6) Diskusikan dengan pasien dan
keluarga terkait teknik
meningkatkan kualitas tidur
7) Sediakan pamflet dengan
informasi tentang teknik
peningkatan tidur.

5 Intoleransi aktivitas berhubungana) Energy Conservation Peningkatan Latihan


dengan ketidakseimbangan antarab) Activity Tolerance a) Gali hambatan individu terkait latihan
suplai dan kebutuhan oksigen c) Self Care : ADLs fisik (seperti, sesak napas, dll)
Kriteria Hasil : b) Dukung ungkapan perasaan mengenai
Defenisi : 1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik latihan atau kebutuhan untuk
Ketidakcakupan energi psikologis atau tanpa disertai peningkatan TTV. melakukan latihan
fisiologis untuk mempertahankan atau 2) Mampu melakukan c) Dukung individu untuk memulai atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan aktivitas melanjutkan latihan
seharihari yang harus atau yang ingin sehari-hari secara mandiri
dilakukan d) Lakukan latihan bersama individu, jika
3) Tanda-tanda vital diperlukan
4) Energy psikomotor
5) Level kelemahan
6) Mampu berpindah

Poltekkes Kemenkes Padang


7) Status sirkulasi baik e) Libatkan keluarga/orang yang
Batasan Karakteristik 8) Status respirasi : pertukaran gas dan memberikan perawatan dalam
a) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas ventilasi adekuat. merencanakan dan meningkatkan
b) Keletihan program latihan
c) Respon tanda-tanda vital f) Instruksikan individu terkait frekuensi,
durasi, dan intensitas program latihan
abnormal terhadap aktivitas
yang diinginkan
g) Monitor respon individu terhadap
program latihan
h) Sediakan umpan balik positif atau
usaha yang dilakukan individu

6 Ansietas berhubungan dengan a) Tingkat Kecemasan : Terapi Relaksasi :


perubahan status kesehatan 1) Klien dapat beristirahat a) Tentukan apakah ada intervensi
2) Perasaan gelisah berkurang relaksasi dimasa lalu yang sudah
Definisi :Perasaan tidak nyaman atau3) Klien mengatakan cemasnya memberikan manfaat
kekhawatiran yang samar disertai respon berkurang b) Berikan deskripsi detail terkait
autonom (sumber sering kai tidak spesifik) intervensi relaksasi yang dipilih
4) Tanda-tanda vital dalam rentang
perasaan takut yang disebabkan oleh c) Ciptakan lingkungan yang tenang
normal
antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini dan tanpa distraksi dengan lampu
merupakan isyarat kewaspadaan yang yang redup dan suhu lingkungan
memperingatkan bahaya yang akan terjadi yang nyaman, jika memungkinkan
dan memampukan individu melakukan
d) Dapatkan perilaku yang
tindakan untuk menghadapi ancaman
menungjukan terjadinya relaksasi,
misalnya bernapas dalam,
Batasan Karakteristik
menguap, pernapasan perut, atau
a) Perilaku
banyangan yang menyenangkan
1) Penurunan produktivitas e) Minta klien untuk rileks dan
2) Mengekspresikan kekhawatiran akibat merasakan sensasi yang terjadi
perubahan dalam peristiwa hidup f) Tunjukan dan praktekan teknik
Poltekkes Kemenkes Padang
3) Gelisah relaksasi pada pasien
4) Insomnia g) Evaluasi dan dokumentasikan
5) Kontak mata buruk respon terhadap terapi relaksasi
6) Resah

b) Afektif
1) Gelisah
2) Distress
3) Ketakutan
4) Perasaan tidak adekuat
5) Marah
6) Menyesal 7) Perasaan takut
8) Ketidakpastian’
9) Khawatir

c) Fisiologis
1) Wajah tegang
2) Peningkatan keringat
3) Gemetar/tremor
4) Suara bergetar

Sumber: NANDA International, 2015, Moorhead, Sue, dkk, 2013, Bulechek, Gloria M, 2013 (Telah diolah kembali

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Desain penelitian adalah deskriftif dengan pendekatan studi kasus. Menurut
Nursalam (2011), studi kasus merupakan jenis rancangan penelitian dari
metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam
masyarakat. Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan tentang
asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada
pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Ruangan IRNA penyakit dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian telah dilakukan di IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Waktu Penelitian dimulai dari bulan Januari sampai dengan Juni
2017, survey awal dilakukan pada tanggal 9 Maret 2017, sedangkan waktu
untuk menerapkan asuhan keperawatan dimulai dari tanggal 18 Mei 2017
sampai tanggal 29 Mei 2017. Pada partisipan 1 dilakukan selama 5 hari dan
partisipan 2 dilakukan selama 9 hari.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang
diteliti (Sugiyono, 2016). Populasi penelitian adalah semua pasien CHF
yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen di Ruangan
IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jumlah populasi
pasien CHF di IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang dalam
3 bulan terakhir sebanyak 179 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang
diambil adalah dua orang pasien CHF yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen dengan teknik pengambilan sampel yang
dilakukan dengan memilih dua orang pasien (partisipan) dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi atas indikasi CHF secara
purpose sampling. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Pasien dengan diagnosa medis CHF yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.
2) Pasien bersedia dirawat atau diberikan asuhan keperawatan oleh
peneliti.

b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien dalam hari rawatan kurang dari 5 hari oleh peneliti atau masalah oksigenasi
teratasi sebelum 5 hari dirawat oleh peneliti.

Jumlah populasi saat dilakukan penelitian ada sebanyak 7 orang dengan


diagnosa medis CHF, dari 7 pasien yang ditemukan hanya 3 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi, 4 diantaranya masuk kedalam kriteria
eksklusi ,karena hari rawatan kurang dari 5 hari atau masalah oksigenasi
yang sudah teratasi sebelum 5 hari rawatan oleh peneliti. Pasien yang
termasuk kedalam kriteria inklusi dipilih secara acak dengan
memprioritaskan hari rawatan pertama atau dengan melihat tingkat
keseriusan masalah gangguan oksigenasi pasien.

D. Alat / Instrumen Pengumpulan Data


Alat pemeriksaan fisik yaitu terdiri dari tensimeter, stetoskop, termometer,
timbangan, penlight. Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan
proses keperawatan gawat darurat mulai dari pengkajian sampai evaluasi
keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi dokumentasi.

1. Format pengkajian keperawatan


Terdiri dari identitas pasien, identifikasi penanggung jawab, riwayat
kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, data psikologis, data
ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan
laboratorium, dan program pengobatan.
2. Format analisa data
Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, data, masalah, dan
etiologi.
3. Format diagnosa keperawatan
Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa keperawatan,
tanggal dan paraf ditemukannya masalah, serta tanggal dan paraf
dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperwatan
Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa keperawatan,
intervensi NIC dan NOC.
5. Format implementasi keperawatan
Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa
keperawatan, implementasi keperawatan, dan paraf yang melakukan
implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan
Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa
keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf yang mengevaluasi
tindakan keperawatan.

E. Pengumpulan Data 1. Jenis Data


a. Data Primer
Data primer yang peneliti temukan dari pasien terkait pengkajian
kepada pasien meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien,
pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.

b. Data Sekunder
Data sekunder yang peneliti temukan selama penelitian meliputi data
dari keluarga pasien tentang kebiasaan dan kronologis pasien saat
dibawa ke Rumah Sakit, No. Rekam Medis, hasil labor, serta
program pengobatan yang didapatkan dari status pasien di IRNA
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.

2. Cara Pengumpulan Data


a. Wawancara
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada pasien
dan keluarga terkait kronologis penyakit dan alasan pasien dibawa ke
Rumah Sakit, riwayat kesehatan sekarang dan keluhan yang
dirasakan pasien, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan
keluarga pasien.

b. Pengukuran langsung
Pengukuran yang dilakukan peneliti yaitu melakukan pemantauan
kondisi pasien dengan metoda mengukur menggunakan alat ukur
pemeriksaan, seperti pengukuran suhu, menghitung frekuensi nafas,
dan menghitung frekuensi nadi.

c. Pemeriksaan fisik
Dalam metode pemeriksaan fisik ini, peneliti melakukan
pemeriksaan terkait keadaan umum partisipan dan pemeriksaan fisik
secara head to toe dan pemeriksaan dilakukan dengan teknik IPPA
(Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi).

d. Studi dokumentasi
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan dokumen dari RS
untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil
dokumentasi, peneliti menemukan adanya riwayat kesehatan pasien,
program pengobatan, hasil laboratorium, pemeriksaan EKG, serta
tindakan yang akan dilakukan terkait penanganan kondisi pasien.

3. Langkah-langkah Pengumpulan Data


Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a) Peneliti meminta izin penelitian dari institusi asal peneliti yaitu Poltekkes
Kemenkes Padang untuk melakukan penelitian.
b) Peneliti meminta izin ke pihak Rumah Sakit untuk bersedia dijadikan sebagai
tempat penelitian.
c) Peneliti mendatangi responden dan menjelaskan tujuan penelitian tentang asuhan
keperawatan yang akan diberikan kepada responden.
d) Peneliti memberikan Informed Consent kepada responden dan meminta responden
untuk menandatangani Informed Consent
tersebut untuk bersedia diberikan asuhan keperawatan oleh peneliti.
e) Peneliti memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
F. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan yang telah ditemukan
dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada kedua pasien CHF
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Data yang telah didapat
dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi
hasil tindakan dinarasikan dan melihat perbedaan antara partisipan 1 dan
partisipan 2, kemudian dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan CHF.
Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan kesesuaian antara teori
yang ada dengan kondisi pasien.

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus
Pada bab ini peneliti membahas tentang proses asuhan keperawatan yang
dilakukan pada dua orang partisipan yang dirawat di IRNA Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pembahasan proses keperawatan pada kedua
partisipan akan dilakukan dengan membandingkan hasil asuhan keperawatan
yang dilakukan pada kedua partisipan. Prinsip dari pembahasan ini dibuat
dengan memperhatikan teori proses keperawatan yang terdiri dari tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
implementasi keperawatan serta evaluasi keperawatan terhadap masalah yang
muncul.

Asuhan Keperawatan pada kedua partisipan dilakukan pada waktu yang


berbeda. Asuhan Keperawatan pada partisipan 1 dilakukan pada tanggal 18
Mei sampai 22 Mei 2017 dengan identitas pasien yaitu Ny. S dengan usia 30
tahun bekerja sebagai IRT, sudah menikah, beragama Islam, pendidikan
terakhir SMA, masuk ke RSUP Dr. M. Djamil pada tanggal 17 Mei 2017
pukul 17. 30 WIB atas rujukan dari RS Ibnu Sina Pasaman Barat dengan
diagnosa medis CHF. Asuhan Keperawatan pada partisipan 2 dilakukan pada
tanggal 21 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 dengan identitas pasien yaitu Tn. D
dengan usia 53 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, dan bekerja
sebagai Wiraswasta, masuk ke RSUP Dr. M. Djamil pada tanggal 20 Mei
2017 Pukul 17.45 WIB atas rujukan dari RSUD Sijunjung dengan diagnosa
medis CHF. Hasil dari tahapan proses keperawatan yang dilakukan pada
kedua partisipan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. 1 Deskripsi Asuhan Keperawatan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2

Asuhan Keperawatan Partisipan 1 Partisipan 2


Pengkajian Hasil pengkajian pada pasien yang berhubungan Hasil pengkajian pada pasien yang berhubungan
dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen, didapatkan data sebagai berikut. Ny. S oksigen, didapatkan data sebagai berikut. Tn. D
datang dengan keluhan sesak napas semenjak 1 hari datang dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari
sebelum masuk Rumah Sakit, sesak dipengaruhi sebelum masuk Rumah Sakit, sesak dipengaruhi
oleh aktivitas serta adanya edema pada kedua oleh aktivitas, batuk sejak 1 minggu sebelum masuk
tungkai. Pada saat dilakukan pengkajian pada rumah sakit dengan dahak berwarna putih kental,
tanggal 18 Mei 2017, Ny. S mengatakan napas perut dan kaki yang semakin membuncit sejak 2
terasa sesak, sesak bertambah jika beraktivitas, minggu sebelum masuk rumah sakit yang
pasien mengatakan batuk, sekret berwarna putih menyebabkan sesak. Pada saat dilakukan
kental, sekret sulit keluar, sulit tidur akibat sesak, pengkajian pada tanggal 21 Mei 2017, Tn. D
pada malam hari sering terbangun karena batuk, mengatakan sesak napas, napas semakin terasa
serta bengkak pada kedua kaki pasien. Ny. S sesak saat beraktivitas, bernapas lebih nyaman jika
mengatakan baru pertama kali dirawat di Rumah posisi miring/semi fowler, pasien mengatakan
sakit. Ny. S mengatakan sakit pada dada dan rasa batuk, batuk dengan sekret yang sulit keluar, sulit
sesak sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Ny. tidur karena sesak, dan sering terbangun karena
S mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami batuk, edema pada kedua kaki dan tangan, klien
penyakit yang sama atau yang berhubungan dengan mengatakan perut tambah mengembung dan
masalah pernapasan. Hasil Pengkajian yang mengeras. Tn. D mengatakan sebelumnya sudah
didapatkan pada pola aktivitas sehari hari pasien pernah dirawat di Rumah Sakit karena penyakit
yang berhubungan dengan masalah oksigenasi stroke dan juga diberikan oksigen selama
didapatkan data bahwa pada saat sakit pasien makan perawatan. Tn. D mengatakan bahwa ayahnya
3 kali sehari dan hanya menghabiskan seperempat pernah menderita penyakit jantung dan sempat
porsi makan yang diberikan karena dirawat akibat penyakit jantung tersebut. Hasil
napas terasa sesak jika dibawa makan, dan minum ± Pengkajian yang didapatkan pada pola aktivitas
1500 cc dalam sehari. Pengkajian pada pola sehari hari pasien yang berhubungan dengan
istirahat/tidur pasien, selama di rumah sakit, pasien masalah oksigenasi didapatkan data bahwa saat
tidur siang hanya 2-3 jam dalam sehari dan tidur sakit pasien makan 3 kali sehari dan hanya
malam hanya 4-5 jam dalam sehari, pasien menghabiskan seperempat porsi makan yang
mengatakan sering terbangun karena batuk dan diberikan. Napas terasa sesak jika dibawa makan
terkadang malam tidak bisa tidur karena sesak dan minum pasien saat sakit ± 200 cc dalam sehari
napas. Pada pola aktivitas dan latihan pasien karena adanya pembatasan untuk cairan. Pengkajian
didapatkan bahwa saat sakit pasien mengatakan pada pola istirahat/tidur pasien sewaktu sakit,
lebih banyak diatas tempat tidur dan dibantu oleh pasien tidur siang hanya ± 1 jam dalam sehari
keluarga dan perawat karena napas pasien karena tidak bisa tidur akibat sesak napas, saat
bertambah sesak jika beraktivitas. malam pasien hanya tidur ± 2-3 jam dalam sehari
karena pasien tidak bisa tidur akibat sesak napas
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dan sering terbangun karena batuk.Pada pola
didapatkan data yang berhubungan dengan masalah aktivitas dan latihan pasien didapatkan bahwa saat
oksigenasi adalah pasien tampak lemah, gelisah, sakit pasien mengatakan tidak bisa banyak
batuk (+), dan sesak napas. Pengukuran terhadap beraktivitas dan bekerja, karena sesak napas
nadi dan pernapasan pasien didapatkan HR : 66 x/i, bertambah jika dibawa beraktivitas, sehingga
RR : 32 x/i. Pada pemeriksaan paru didapatkan aktivitas pasien dibantu oleh keluarga.
bahwa irama napas cepat dan bunyi napas terdengar
ronkhi. Pemeriksaan pada jantung didapatkan Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien
bahwa irama jantung teraba irregular dan lambat didapatkan data yang berhubungan dengan masalah
saat dilakukan asukultasi irama jantung terdengar oksigenasi adalah pasien tampak lemah, pasien
irregular. Berdasarkan hasil pemeriksaan AGD tampak gelisah dan sesak napas. Hasil pengukuran
pasien tanggal 17 Mei 2017 didapatkan nilai: PH : napas dan nadi pasien yaitu HR : 97 x/i, RR : 34 x/i.
7,11, PCO2 : 37 mmHg, PO2 : 167 mmHg, dan Tampak pernapasan lewat mulut, batuk (+). Pada
HCO3- : 11,8 mmol/L.
inspeksi paru didapatkan irama napas cepat dan
bunyi napas terdengar ronkhi. Pada pemeriksaan
jantung teraba irregular dan cepat dan irama jantung
Program pengobatan yang didapatkan oleh pasien terdengar irregular. Abdomen tampak buncit,
terkait penanganan masalah oksigenasi yaitu, tampak ada distensi, nyeri tekan (+). Berdasarkan
memberikan oksigen binasal 3-5 liter/i, Meylon 150 hasil pemeriksaan AGD Pasien pada tanggal 20 Mei
meq dalam 150 cc NaCl 0,9 %., Nebu Combivent 2017 didapatkan nilai AGD yaitu, PH : 7,30,
2x1, IVFD lasix 1x1 dalam 50 cc NaCl 0,9 %. PCO2 : 31 mmHg, PO2 : 53 mmHg, dan HCO3- :
15,3 mmol/L.

Program pengobatan yang didapatkan oleh pasien


terkait penanganan masalah oksigenasi yaitu,
memberikan oksigen lewat NRM 10 liter/i, Drip
furosemida 15 mg/jam , Nebu flumucyl /8 jam,
Balance cairan (pasang kateter).

Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan selama pasien dirawat oleh Diagnosa keperawatan selama pasien dirawat oleh
peneliti mulai tanggal 18 Mei-22 Mei 2017 adalah peneliti mulai tanggal 18 Mei-22 Mei 2017 adalah
sebagai berikut. sebagai berikut.
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler alveolar yang perubahan membran kapiler alveolar yang
ditandai oleh : ditandai dengan :
Data subjektif: Pasien mengatakan napas terasa Data Subjektif : Pasien mengatakan napas yang
sesak, pasien mengatakan sesak bertambah jika terasa sesak, pasien mengatakan sesak
sedang beraktivitas. bertambah jika sedang beraktivitas, pasien
Data objektif : Pasien tampak sesak napas, mengatakan bernapas lebih nyaman jika dibawa
frekuensi napas yaitu 32 x/i dengan irama napas posisi miring/semifowler.
cepat, pasien terpasang oksigen dengan binasal 5 Data Objektif : Napas pasien tampak sesak
l/i. Hasil AGD yaitu, PH : 7,11, PCO2 : 37 dengan frekuensi napas yaitu 34 x/i, irama
mmHg, PO2 : 167 mmHg, HCO3- : 11,8 napas cepat. Nilai hasil AGD yaitu, PH : 7,30,
mmol/L. PCO2 : 31 mmHg, PO2 : 53 mmHg, HCO3- :
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 15,3 mmol/L.
berhubungan dengan sekresi yang tertahan yang 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
ditandai dengan : berhubungan dengan sekresi yang tertahan yang
Data Subjektif : Pasien mengatakan batuk, ditandai dengan :
pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit Data Subjektif : Pasien mengatakan batuk,
keluar. pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit
Data Objektif : Pasien tampak batuk-batuk, keluar.
sekret sulit keluar, sekret berwarna putih kental. Data Objektif : Pasien tampak batuk, sekret sulit
dikeluarkan, warna sekret putih kental.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
oksigen yang ditandai dengan : ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
Data Subjektif : Pasien mengatakan napas terasa oksigen yang ditandai dengan :
sesak dan sesak bertambah jika beraktivitas. Data subjektif : Pasien mengatakan badan terasa
Data Objektif : Pasien tampak lemah, gelisah, lemah, napas terasa sesak, dan sesak dipengaruhi
Pasien tampak sesak, frekuensi napas 32 x/i. oleh aktivitas.
Data Objektif : Pasien tampak lemah dan
gelisah, pasien tampak sesak napas dengan
frekuensi napas 34 x/i.

Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan yang berkaitan dengan Rencana keperawatan yang berkaitan dengan
diagnosa pasien adalah sebagai berikut. diagnosa pasien adalah sebagai berikut.
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler alveolar. a. NOC perubahan membran kapiler alveolar. a. NOC
1) Tidak ada sianosis dan dipsnea 2) 1) Tidak ada sianosis dan dipsnea 2)
TTV dalam batas normal. TTV dalam batas normal.
b. NIC b. NIC
1) Monitor pola napas, irama, kedalaman dan usaha 1) Monitor pola napas, irama, kedalaman dan usaha
napas napas
2) Perhatikan gerakan dan kesimetrisan, menggunakan 2) Perhatikan gerakan dan kesimetrisan, menggunakan
otot bantu, dan adanya retraksi otot intercostals dan otot bantu, dan adanya retraksi otot intercostals dan
supraclavicular supraclavicular
3) Monitor saturasi oksigen 3) Monitor saturasi oksigen
4) Atur peralatan oksigenasi 4) Atur peralatan oksigenasi
5) Monitor aliran oksigen 5) Monitor aliran oksigen
6) Observasi tanda-tanda hipoventilasi 6) Observasi tanda-tanda hipoventilasi
7) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap 7) Monitor adanya kecemasan pasien
oksigenasi terhadap oksigenasi
8) Monitor pola pernapasan abnormal 9) Monitor 8) Monitor pola pernapasan abnormal 9) Monitor
frekuensi dan irama pernapasan 10) Monitor frekuensi dan irama pernapasan 10) Monitor
sianosis perifer. sianosis perifer.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 2. Ketidakefektifan bersihan jalan


berhubungan dengan sekresi yang tertahan. a. nafas berhubungan dengan sekresi yang
NOC tertahan. a. NOC
1) Mendemonstrasikan batuk efektif 1) Mendemonstrasikan batuk efektif
2) Suara napas yang bersih dan menunjukkan jalan 2) Suara napas yang bersih dan menunjukkan jalan
napas yang paten. napas yang paten.
b. NIC b. NIC
1) Monitor pola napas, irama, kedalaman dan usaha 1) Monitor pola napas, irama, kedalaman dan usaha
napas napas
2) Monitor bunyi napas, misalnya mendengkur2) Monitor bunyi napas, misalnya mendengkur
3) Auskultasi bunyi napas 3) Auskultasi bunyi napas
4) Catat peningkatan ventilasi 4) Catat peningkatan ventilasi
5) Monitor kemampuan pasien dalam batuk 5) Monitor kemampuan pasien dalam batuk
efektif efektif
6) Memberikan bronkodilator bila perlu 6) Memberikan bronkodilator bila perlu
7) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction. 7) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. oksigen. a. NOC
a. NOC 1) Pasien berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
1) Pasien berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TTV
disertai peningkatan TTV 2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
mandiri 3) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi
3) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat.
adekuat. b. NIC
b. NIC 1) Gali hambatan individu terkait latihan
1) Gali hambatan individu terkait latihan fisik (seperti, fisik (seperti, sesak napas, dll)
sesak napas, dll) 2) Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan atau
2) Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan atau kebutuhan untuk melakukan latihan
kebutuhan untuk melakukan latihan 3) Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan
3) Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan
latihan 4) Lakukan latihan bersama individu, jika diperlukan
4) Lakukan latihan bersama individu, jika diperlukan
5) Libatkan keluarga/orang yang memberikan 5) Libatkan keluarga/orang yang memberikan
perawatan dalam merencanakan dan meningkatkan perawatan dalam merencanakan dan meningkatkan
program latihan program latihan
6) Instruksikan individu terkait frekuensi, durasi, dan
6) Instruksikan individu terkait frekuensi, durasi, dan
intensitas program latihan yang diinginkan intensitas program latihan yang diinginkan
7) Monitor respon individu terhadaap program latihan7) Monitor respon individu terhadaap program latihan
8) Sediakan umpan balik positif atau usaha yang 8) Sediakan umpan balik positif atau usaha yang
dilakukan individu dilakukan individu.

Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan yang sudah dilakukan Implementasi keperawatan yang sudah dilakukan
yang terkait diagnosa pasien adalah sebagai berikut. yang terkait diagnosa pasien adalah sebagai berikut.
1. Diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
dengan perubahan membran kapiler alveolar . perubahan membran kapiler alveolar. Tindakan
Tindakan yang telah dilakukan yaitu : yang telah dilakukan adalah :
a. Memberikan oksigen melalui binasal 5 liter/i a. Memberikan oksigen melalui masker non
b. Mengatur posisi semifowler rebreathing 10 liter/i
c. Monitor tekanan darah sebelum pemberian b. Mengatur posisi semifowler
lasix c. Monitor tekanan darah sebelum pemberian
d. Memberikan lasix 1 amp dalam 50 cc NaCl lasix
0,9 % d. Memberikan drip furosemida 15 mg/jam dalam 50
e. Menilai dan memantau hasil labor cc NaCl 0,9 %
f. Memonitor pernapasan pasien e. Menilai dan memantau hasil labor
g. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah f. Memonitor pernapasan pasien.
aktivitas g. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah
h. Mengajarkan teknik relaksasi. aktivitas
i. Mengukur frekuensi nadi dan pernapasan h. Mengajarkan teknik relaksasi.
pasien. i. Mengukur frekuensi nadi dan pernapasan.
Tindakan yang dilakukan untuk diagnosa gangguan j. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress.
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan Tindakan yang dilakukan hamper sama setiap
membran kapiler alveolar hampir sama setiap harinya, namun pemberian oksigen mulai
harinya, hal yang membedakannya adalah dalam diturunkan menjadi 8 liter/i pada hari rawatan kedua
pemberian lasix hanya dilakukan sampai hari tanggal 22 Mei 2017, dan pada hari rawatan ke-3
rawatan yang ke-2 dan pemberian oksigen juga dan ke-4, pemberian oksigen sudah diberikan
mengalami perubahan pada hari ke-3 menjadi 3 melalui binasal sebanyak 5 liter/i, dan hari rawatan
liter/i, dan sampai hari rawatan ke-5 oksigen pasien ke-5, oksigen diberikan secara binasal 3 liter/i. Pada
sudah bisa dilepas dan hanya diberikan ketika pemberian drip furosemida 15 mg/jam dalam 50 cc
pasien mengalami sesak napas. NaCl 0,9 % hanya diberikan sampai hari rawatan
ke-3 yaitu sampai tanggal 23 Mei 2017.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan sekresi yang tertahan. 2. Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tindakan yang telah dilakukan yaitu : berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
a. Memberikan ventolin 2 x 1 amp dengan Tindakan yang sudah dilakukan adalah :
menggunakan nebulizer. a. Memberikan flumucil 2 x 1 amp dengan
b. Mengajarkan batuk efektif menggunakan nebulizer.
c. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigenb. Mengajarkan batuk efektif
d. Mendengarkan suara napas pasien c. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen
e. Mengukur tanda-tanda vital pasien. d. Mendengarkan suara napas pasien
Tindakan yang dilakukan untuk diagnosa ketiga e. Mengukur tanda-tanda vital pasien.
sama setiap harinya karena masih adanya batuk Tindakan keperawatan yang dilakukan sama setiap
yang dirasakan oleh pasien, namun pada hari ke-6
harinya sampai masalah bersihan jalan napas pasien
masalah teratasi dan tindakan dihentikan.
teratasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Tindakan yang dilakukan yaitu : oksigen. Tindakan yang dilakukan :
a. Memberikan oksigen melalui binasal 3-5 l/i a. Memberikan oksigen melaui Non
b. Membantu memenuhi kebutuhan pasien seperti Rebreathing Masker 10 l/i.
mandi, mengantarkan pasien ke kamar mandi b. Membantu memenuhi kebutuhan pasien seperti
c. Mengajak keluarga untuk ikut membantu dalam mandi, mengantarkan pasien ke kamar mandi
tindakan perawatan pasien. c. Mengajarkan tarik napas dalam setelah
d. Mengajarkan tarik napas dalam setelah aktivitas
aktivitas d. Mengajarkan keluarga bahwa pasien memerlukan
e. Mengajarkan keluarga bahwa pasien memerlukan bantuan dalam aktivitas
bantuan dalam aktivitas e. Menganjurkan kepada pasien untuk melakukan
f. Menganjurkan kepada pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang bisa dilakukan sendiri
aktivitas fisik yang bisa dilakukan sendiri f. Menanyakan respon pasien setelah
g. Menanyakan respon pasien setelah beraktivitas
beraktivitas g. Mengukur tanda-vital pasien setelah
h. Mengukur tanda-vital pasien setelah beraktivitas.
beraktivitas. Tindakan keperawatan yang diberikan sama setiap
Tindakan keperawatan yang diberikan sama setiap harinya.
harinya.

Evaluasi Keperawatan Hasil tindakan keperawatan setelah pasien dirawat Hasil tindakan keperawatan setelah pasien dirawat
selama selama 5 hari adalah sebagai berikut : selama selama 9 hari adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan 1. Diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membran kapiler alveolar dengan perubahan membran kapiler alveolar
diadapatkan hasil bahwa kebutuhan oksigen didapatkan hasil bahwa kebutuhan oksigen
pasien terpenuhi yang ditandai dengan partisipan pasien terpenuhi yang ditandai dengan partisipan
sudah mampu mengeluarkan batuk, suara napas sudah mampu mengeluarkan batuk, suara napas
bersih, tidak ada sianosis dan dispnea dan bersih, tidak ada sianosis dan dispnea dan
tandatanda vital dalam rentang normal dan tandatanda vital dalam rentang normal dan
intervensi dihentikan. intervensi dihentikan.

2. Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas2. Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan sekresi yang tertahan berhubungan dengan sekresi yang tertahan
didapatkan, jalan napas pasien kembali paten didapatkan, jalan napas pasien kembali paten yang
dengan yang ditandai suara napas yang bersih, tidak ditandai suara napas yang bersih, tidak ada sianosis
ada sianosis dan dipsnea, mampu mengeluarkan dan dipsnea, mampu mengeluarkan sputum, mampu
sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips dan
pursed lips dan intervensi dihentikan. intervensi dihentikan.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan3. sIntoleransi aktivitas berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen didapatkan, pasien sudah mampu kembali oksigen didapatkan, pasien sudah mampu kembali
beraktivitas yang ditandai dengan partisipan yang beraktivitas yang ditandai dengan partisipan yang
mampu berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa mampu berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan TTV, mampu melakukan disertai peningkatan TTV, mampu melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri, tanda-tanda
aktivitas sehari-hari secara mandiri, tanda-tanda
vital dalam rentang normal, kelemahan tidak ada,
vital dalam rentang normal, kelemahan tidak ada,
mampu berpindah, status sirkulasi baik serta status
mampu berpindah, status sirkulasi baik serta status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat.
respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat. Intervensi dihentikan dan pasien diperbolehkan
Intervensi dihentikan. pulang.
B. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian terkait masalah gangguan kebutuhan oksigenasi pada
pasien, ditemukan bahwa keluhan utama yang dirasakan oleh kedua
partisipan sama yaitu sesak napas, sesak napas yang dipengaruhi oleh
aktivitas dan adanya edema pada kedua kaki. Gejala yang timbul pada
pasien dengan gagal jantung dimulai karena ketidakmampuan jantung
untuk memompakan darah yang kaya oksigen dan nutrisi keseluruh
tubuh, sehingga akan mempengaruhi organ lain seperti paru-paru, ginjal
dan lainnya. Jika terjadi gangguan pada organ seperti ginjal maka akan
terjadi masalah metabolisme cairan didalam tubuh yang bisa
menimbulkan edema pada bagian tubuh dan paru-paru. Kondisi ini akan
menyebabkan terjadinya masalah oksigenasi pada pasien yang ditandai
dengan adanya sesak napas, sesak saat beraktivitas, dan kesulitan tidur
akibat sesak napas .

Manifestasi klinis berupa sesak napas dan sesak bertambah ketika


beraktivitas terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat
atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang. Mudah lelah dan
juga sesak napas saat beraktivitas terjadi akibat curah jantung yang
kurang dan menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa katabolisme. Juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas (Brunner &
Suddarth, 2016).

Menurut Suwartika & Cahyati (2015), dalam penelitiannya menyebutkan


bahwa hasil penelitian yang ditemukan, menunjukkan hampir setengah
dari responden yang menderita gagal jantung memiliki gejala sesak napas
dan pembatasan ringan saat beraktivitas. Peneliti juga mengungkapkan
bahwa pasien dengan gagal jantung yang sudah merasakan adanya
perubahan pada pola hidupnya dikarenakan kondisi sakitnya dapat
menimbulkan kecemasan yang dapat mempengaruhi kualitas tidurnya.
Fungsi jantung yang melemah akibat gagal jantung selain menimbulkan
gejala sesak napas, sesak saat beraktivitas, kualitas tidur yang buruk juga
dapat menimbulkan adanya rasa lelah dan retensi cairan di kaki
(pembengkakkan).

Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara
bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha pada akhirnya ke genetalia
eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema yang akan tetap cekung bahkan
setelah penekanan ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah
terjadi retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg (10 lb). Edema ini akan
menyebabkan terjadinya masalah oksigenasi jika edema terjadi pada
alveoli (Brunner & Suddarth , 2016).

Keluhan berupa sesak napas yang dirasakan oleh kedua partisipan juga
mempengaruhi pola aktivitas sehari-hari pasien, diantaranya adalah
masalah pada pola nutrisi, pola istirahat/tidur, dan pola aktivitas/bekerja.
Masalah nutrisi yang ditemukan pada kedua partisipan yaitu adanya
ketidakmampuan makan dan penurunan nafsu makan, hal ini disebabkan
oleh adanya rasa sesak napas yang dirasakan oleh pasien, sehingga pasien
tidak mampu menghabiskan porsi makan yang diberikan. Menurut
Brunner & Suddarth (2016), anoreksia (hilangnya selera makan) dan
mual terjadi akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga
abdomen dan juga dapat terjadi sesak napas sehingga akan menghambat
kemampuan untuk makan.

Masalah istirahat dan tidur serta kemampuan aktivitas pasien juga


terganggu, hal ini disebabkan pasien sering terbangun dan terkadang
malam tidak bisa tidur akibat sesak napas. Kemampuan aktivitas
pasienpun juga terbatas, bahkan tidak bisa beraktivitas sama sekali akibat
sesak napas yang terjadi jika pasien mulai beraktivitas.

Menurut Brunner & Suddarth (2016), penimbunan cairan yang terjadi


didalam alveoli dapat menyebabkan terganggunya pertukaran gas, hal ini
dapat menyebabkan terjadinya sesak napas saat istirahat atau dicetuskan
oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi Ortopnea,

kesulitan bernapas saat berbaring. Pasien yang mengalami ortopnea tidak


akan mau berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di
tempat tidur atau duduk di kursi, bahkan saat tidur. Beberapa pasien
hanya yang mengalami ortopnea pada malam hari, suatu kondisi yang
dinamakan paroximal nokturnal dispnea (PND). hal ini terjadi bila
pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di
bawah, pergi berbaring ketempat tidur. Kondisi inilah yang menyebabkan
terjadinya masalah gangguan istirahat dan tidur yang dialami oleh
penderita gagal jantung.

Aktivitas dan latihan yang ditemukan pada kedua partisipan juga


mengalami gangguan akibat sesak napas. Menurut Wijaya (2013),
penyakit CHF dapat mempengaruhi pola aktivitas dan latihan, biasanya
gejala yang ditimbulkan adalah keletihan, lelah, insomnia, dan dispnea
yang ditandai dengan adanya perasaan gelisah dan perubahan status
mental.

Manifestasi klinis yang juga dikeluhkan oleh partisipan 1 dan partisipan2


yaitu batuk yang disertai sekret yang sulit dikeluarkan. Menurut Brunner
& Suddarth (2016), respon tubuh terhadap perubahan fisiologi pasien
CHF akibat adanya gangguan pada ventrikel akan memberikan respon
tubuh yang berbeda antara CHF kiri dengan CHF kanan. Salah satu
gejala yang ditimbulkan adalah batuk yang berhubungan dengan gagal
ventrikel kiri, bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering
adalah batuk basah, yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa
dalam jumlah banyak, yang kadang disertai bercak darah.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada partisipan 1 didapatkan berbagai


kesenjangan yang berhubungan masalah oksigenasi pasien, kesenjangan
yang ditemukan yaitu keadaan umum pasien dalam kondisi lemah, dan
pucat, gelisah. Hasil TTV didapatkan, TD : 110/70 mmHg, HR : 66 x/i,
RR : 32 x/i, Suhu :36,3 0C. Kesenjangan lain yang didapatkan pada
pemeriksaan fisik pasien yaitu, batuk (+), pada pemeriksaan paru
didapatkan bahwa irama napas yang cepat dan terdengar bunyi ronkhi.
Pemeriksaan pada jantung didapatkan bahwa irama jantung teraba
irregular dan lambat saat dilakukan asukultasi irama jantung terdengar
irregular.

Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada partisipan 2 yaitu pasien


tampak gelisah, pucat, lemah. Tanda-tanda vital pasien yaitu, TD :
170/93 mmHg, HR : 97 x/i, RR : 34 x/i. Suhu : 36,2 0C. Tampak
pernapasan lewat mulut, batuk (+). Pada pemeriksaan paru didapatkan
irama napas yang cepat dan bunyi auskultasi terdengar bunyi ronkhi.
Pada pemeriksaan jantung teraba kuat, irregular dan cepat. Bunyi
auskultasi jantung irregular. Perut tampak membuncit, tampak ada
distensi.

Kondisi yang berhubungan dengan kondisi psikologis pasien juga


mengalami permasalahan. Pada partisipan 1 ditemukan bahwa pasien
tampak gelisah dan cemas, sedangkan pada partisipan 2 juga tampak
cemas dan gelisah karena sesak napas yang dialami, klien sering merubah
posisi tubuhnya diatas tempat tidur dan pasien sering mengeluh bahwa
napasnya terasa sesak.

Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,


stress akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik. Begitu terjadi kecemasan, terjadi juga dispnea,
yang pada akhirnya memperberat kecemasan, dan akan mengganggu pola
istirahat dan aktivitas sehari-hari (Brunner & Suddarth, 2016).

Menurut Ihdaniyati & Arifah (2009), dalam penelitiannya menyebutkan


bahwa semua pasien yang dijadikan sampel penelitian yang dirawat
dirumah sakit mengalami kecemasan. Kecemasan yang terjadi terdiri dari
tingkatan kecemasan yaitu ringan, sedang, dan berat. Tingkat kecemasan
yang dialami pasien, dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit dan
riwayat pernah atau tidak dirawat dirumah sakit sebelumnya. Hasil
penelitian yang ditemukan menunjukkan bahwa pasien yang mengalami
kecemasan, mereka mengalami sesak napas, tekanan darah yang naik dan
nadi yang cepat.

Hasil Laboratorium yang terkait dengan masalah oksigenasi yang


didapatkan pada partisipan 1 berdasarkan hasil AGD tanggal 17 Mei
2017 yaitu, PH 7,11, PCO2 37 mmHg, PO2 167 mmHg, dan HCO3-
11,8 mmol/L, sedangkan pada partisipan 2 didapatkan hasil AGD pada
tanggal 20 Mei 2017 yaitu, PH 7,30, PCO2 31 mmHg, PO2 53 mmHg,
HCO3- 15,3 mmol/L.
Pasien yang terdiagnosa CHF mempunyai kemungkinan yang besar
untuk mengalami terjadinya perubahan pada hasil AGD maupun kimia
klinik dari nilai normal yang ada, hal ini ditunjukkan oleh adanya
perubahan nilai AGD yang berada diluar batas normal pada kedua
partisipan yang ada.

Program pengobatan terkait dengan pemecahan masalah oksigenasi yang


didapatkan oleh pasien yaitu, pada partisipan 1program pengobatan
yang dilakukan adalah memberikan oksigen binasal 3-5 liter/i, nebu
Combivent 2x1, dan IVFD lasix 1x1 dalam 50 cc NaCl 0,9 %. Sedangkan
Tn. D mendapatkan terapi NRM 10 liter/i, drip furosemida 15 mg/jam,
dan Nebu flumucyl /8 jam, Ceftriaxone 1x2 g.

2. Diagnosa Keperawatan
Congestif Heart Failure (CHF) merupakan kondisi dimana fungsi
jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke
tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan tubuh (Charles Reeves dkk
dalam Wijaya Dan Putri, 2013). Kondisi ini disebabkan oleh adanya
kegagalan otot jantung untuk menjalankan fungsi tersebut. Kelainan pada
kontraktilitas miokardium yang khas pada CHF akibat penyakit jantung
iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif,
sehingga akan menimbulkan berbagai macam gejala.

Menurut Brunner & Suddarth (2016), respon tubuh terhadap perubahan


fisiologi pasien CHF akibat adanya gangguan pada ventrikel yang akan
memberikan respon tubuh yang berbeda antara CHF kiri dengan CHF
kanan. Gejala yang timbul pada CHF kiri diantaranya Respon tubuh yang
terjadi meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat,
kecemasan dan kegelisahan, sedangkan respon tubuh yang tampak pada
CHF kanan meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen), yang
biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites
(penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum), anoreksi dan mual,
nokturia dan lemah. Berdasarkan tanda dan gejala yang muncul tersebut
akan memunculkan berbagai macam diagnosa keperawatan.

Menurut teori yang peneliti temukan dalam berbagai sumber buku,


terdapat 6 diagnosa keperawatan (NANDA, 2015-2017) yang ditemukan
pada pasien gangguan oksigenasi dengan CHF yaitu, 1) Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan O2 yang tidak adekuat, 2) Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan
perfusi, 3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, 4) Gangguan pola tidur
berhubungan dengan sesak napas, 5) Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, 6)
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan peneliti terhadap partisipan 1


dan partisipan 2 ditemukan beberapa masalah keperawatan yang muncul,
permasalahan atau diagnosa keperawatan yang muncul pada partisipan 1
dan partisipan 2 ditemukan masalah yang sama, dan diangkat 3 diagnosa
yang sama yaitu : 1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler alveolar, 2) Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan, 3) Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.

Peneliti menegakkan diagnosa keperawatan yang sama antara kedua


partisipan. Dalam penegakan diagnosa keperawatan, peneliti melihat
kepada keluhan yang ditemukan pada kedua partisipan, dan keluhan yang
muncul pada kedua partisipan menunjukkan gejala yang sama. Gejala
yang muncul pada kedua partisipan menunjukkan adanya permasalahan
pada kebutuhan oksigenasi.

Menurut Henderson kebutuhan akan oksigenasi merupakan kebutuhan


yang terpenting dan yang pertama dalam kebutuhan dasar manusia.
Manusia memerlukan adanya proses pernapasan yang normal untuk
memenuhi kebutuhan terhadap oksigen. Dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen ini diperlukan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia ini. Jika masalah pemenuhan oksigen ini teratasi maka
masalah lain juga akan ikut teratasi ( Potter & Perry, 2012).

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari
Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classification (NOC). Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus
pasien didasarkan pada tujuan intervensi masalah keperawatan yaitu,
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler alveolar, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan sekresi yang tertahan, intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Hasil penyusunan rencana yang akan dilakukan pada kedua partisipan,


tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan dalam
penetapan intervensi yang akan dilakukan. Penyusunan perencanaan
keperawatan peneliti susun berdasarkan prioritas kebutuhan yang paling
mendasar yang dibutuhkan oleh pasien dalam upaya pemulihan derajat
kesehatan pasien, namun berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti
lakukaan terhadap perawat ruangan, tidak ditemukan adanya penyusunan
rencana keperawatan yang dilakukan secara kontinyu berdasarkan
rentang waktu dan perkembangan pasien, hal ini juga bisa dilihat dari
hasil dokumentasi keperawatan yang menunjukkan bahwa intervensi
keperawatan yang dibuat tidak sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan kesehatan pasien pada saat itu, seperti adanya perubahan
dalam cara pemberian oksigen dan konsentrasi oksigen yang diberikan.

4. Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan implementasi keperawatan berdasarkan tindakan
yang telah direncanakan. Peneliti melakukan penelitian pada shift pagi
atau shift sore. Adanya keterbatasan peneliti dalam melakukan
implementasi sehingga peneliti melakukan implementasi dengan waktu
1x24 jam selama 5x pertemuan. Implementasi yang dilakukan pada
pasien memiliki hubungan dengan pemecahan masalah gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pasien.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan diagnosa


keperawatan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler alveolar diantaranya adalah ; memberikan oksigen
binasal 5 liter/i sampai hari rawatan ke-3 dan diturunkan menjadi 3 liter/i
pada rawatan selanjutnya, mengatur posisi semifowler, menilai dan
memantau hasil labor yang dilakukan sampai hari ke-3, mengukur TTV
pasien khususnya nadi dan pernapasan, menilai kondisi pernapasan
pasien setelah aktivitas, mengajarkan teknik napas dalam, memberikan
lasix 1 ampul dalam 50 cc NaCl 0,9 % sampai hari rawatan ke-2 dan
tindakan ini juga dilakukan kepada partisipan 2, yang membedakannya
hanyalah jenis pemberian oksigennya yaitu masker non rebreathing 10
liter/i sampai hari rawatan ke-2 dan diganti dengan binasal pada rawatan
berikutnya, memberikan drip furosemida 15 mg/jam dalam 50 cc NaCl
0,9 % sampai hari rawatan yang ke-3.

Perbedaan dalam cara pemberian oksigen disebabkan karena adanya


perbedaan kebutuhan oksigen antara partisipan 1 dan partisipan 2, hal ini
bisa dilihat dari hasil AGD dari kedua partisipan yang ada. Hasil AGD
masing-masing partisipan yaitu, pada partisipan 1 hasil AGD untuk PO2
dan PCO2 adalah PCO2 : 37 mmHg, PO2 : 167 mmHg, sedangkan pada
partisipan 2 PCO2 : 31 mmHg, PO2 : 53 mmHg. Hasil AGD
menunjukkan bahwa pemberian oksigen pada partisipan 2 harus diberikan
melalui masker Non Rebreathing karena nilai PO2 dan PCO2 yang
rendah.

Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu
melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan
oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia. Nasal kanula merupakan alat
yang sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 -6
liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%, sedangkan
sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang
fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit
dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%. Hal ini menunjukkan bahwa cara
pemberian harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada (Hidayat,
2009).

Tindakan dalam penilaian hasil labor tentang analisa gas darah sangat
penting dilakukan, karena dengan melihat hasil analisa gas darah dapat
kita tentukan bagaimana kondisi oksigenasi ditubuh pasien seperti PO2
dan PCO2, sehingga dapat menentukan cara pemberian oksigen yang
mana yang dibutuhkan oleh pasien. Namun dalam penilaian hasil AGD
tidak dapat dilakukan setiap hari karena tidak adanya permintaan labor
untuk pasien setiap harinya.
Pemberian lasix dan furosemida pada pasien bertujuan untuk membantu
dalam mengeluarkan cairan yang ada didalam tubuh pasien. Menurut
asumsi peneliti rasa sesak yang dirasakan oleh pasien disebabkan karena
adanya penunpukan cairan di dalam tubuh pasien seperti di paru dan juga
abdomen, hal ini bisa menyebabkan terjadinya gangguan pada proses
difusi yang akan menyebabkan sesak napas. Dengan pemberian cairan
lasix maka akan membantu menurunkan edema/penumpukan cairan di
tubuh pasien.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan diagnosa


ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan adalah memberikan nebu combivent, mengajarkan batuk efektif,
memberikan oksigen binasal 5 liter/i, memberikan dan memantau kondisi
cairan oksigen, mendengarkan bunyi napas pasien, mengukur tanda-tanda
vital pasien. Pada partisipan 2 juga dilakukan hal yang sama, hal yang
membedakannya adalah pada partisipan 2 diberikan masker NRM 10
liter/i dan nebu yang diberikan adalah nebu flumucil.

Tindakan pemberian bronkodilator melalui nebulizer pada pasien akan


membantu dalam melapangkan jalan napas serta mengencerkan sekret
yang sulit pasien yang sulit keluar. Fungsi dari flumucil dan combivent
adalah mengencerkan dahak serta melapangkan jalan napas, maka jika
pasien diberikan bronkodilator ini akan membantu mengencerkan dahak
dan mempermudah pasien mengeluarkan sekret yang sulit keluar saat
batuk dan akan membantu melapangkan jalan napas pasien.

Implementasi keperawatan telah dilakukan pada diagnosa intoleransi


aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen sama antara kedua partisipan, tindakan yang
dilakukan yaitu memberikan oksigen binasal 3-5 l/i, membantu
memenuhi kebutuhan pasien seperti mandi, mengantarkan pasien ke
kamar mandi, mengajarkan tarik napas dalam setelah aktivitas,
mengajarkan keluarga bahwa pasien memerlukan bantuan dalam
aktivitas, menganjurkan kepada pasien untuk melakukan aktivitas fisik
yang bisa dilakukan sendiri, menanyakan respon pasien setelah
beraktivitas, mengukur tanda-vital pasien setelah beraktivitas. Tindakan
keperawatan yang diberikan sama setiap harinya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terhadap tindakan
keperawatan yang perawat ruangan berikan kepada pasien, belum terlihat
adanya rentang waktu pemberian tindakan keperawatan, hal ini juga bisa
dilihat dari adanya beberapa tindakan keperawatan yang tidak dibuat
kedalam dokumentasi keperawatan seperti waktu pemberian oksigen,
waktu penambahan cairan oksigen, pemberian bronkodilator,
mengajarkan batuk efektif dan lainnya, sehingga intervensi keperawatan
yang dibuat tidak jelas dan tidak sesuai antara waktu dan
penatalaksanaan yang diberikan saat pemberian tindakan kepada pasien.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapatkan pada diagnosa tentang gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar
menunjukkan bahwa, pada partisipan 1 gangguan pertukaran gas yang
dialami sudah mulai teratasi dari waktu ke waktu walaupun masih belum
teratasi secara total, hal ini bisa dilihat dari pola napas pasien yang sudah
mulai mendekati nilai normal dan pasien juga sudah tidak mengeluhkan
napas yang sesak, hasilnya ditemukan bahwa pada partisipan 1 dalam
hari rawatan ke-1 sampai ke-3, masih ditemukan keluhan pasien yang
masih sesak. Keluhan tersebut bisa dilihat dari adanya pernapasan pasien
yang masih sesak dan terpasangnya oksigen binasal sebanyak 5 liter/i,
namun dalam hari rawatan ke-1 sampai ke-3 juga menunjukkan adanya
perubahan pola napas pasien, yang bisa dilihat dari semakin
berkurangnya frekuensi sesak napas pasien. Pada hari rawatan ke-5
masalah oksigenasi pasien sudah teratasi yang ditandai dengan partisipan
sudah mampu mengeluarkan batuk, suara napas bersih, tidak ada sianosis
dan dispnea dan tanda-tanda vital dalam rentang normal dan intervensi
dihentikan.

Hasil evaluasi pada partisipan 2 dengan diagnosa gangguan pertukaran


gas, bisa dilihat dari hasil AGD yang semakin membaik dari hari ke hari
dan sudah berkurangnya rasa sesak napas yang dirasakan oleh pasien,
adanya perubahan pada frekuensi napas pasien pada hari rawatan ke-2,
pasien yang sebelumnya terpasang masker non rebreathing 10 liter/i,
terus mengalami perbaikan pola napas dan pada hari rawatan ke-2
pemberian oksigen pasien sudah diganti dengan binasal 5 liter/i. Pada
hari rawatan ke-3 sampai hari rawatan ke-5 juga menunjukan adanya
perbaikan pola napas pasien, hal ini bisa dilihat dari frekuensi napas
pasien yang mulai membaik dan kebutuhan akan dipasang oksigen juga
sudah dikurangi menjadi binasal 3 liter/i, namun dalam hal ini masih
perlu dilakukan implementasi sampai pasien menunjukkan tidak adanya
gangguan pola napas dan pada hari ke-9 masalah gangguan pertukaran
gas pasien teratasi yang ditandai dengan partisipan sudah mampu
mengeluarkan batuk, suara napas bersih, tidak ada sianosis dan dispnea
dan tanda-tanda vital dalam rentang normal dan intervensi dihentikan.

Menurut NANDA (2015), kriteria hasil yang diharapkan setelah


melakukan tindakan keperawatan untuk diagnosa gangguan pertukaran
gas adalah tidak adanya dispnea, mampu bernapas dengan mudah dan
tanda vital dalam rentang normal. Hal ini memunjukkan bahwa pada
partisipan 1 dan partisipan 2 menunjukkan evaluasi yang sesuai dengan
kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi keperawatan yang didapatkan pada diagnosa keperawatan


ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan sekresi yang tertahan
menunjukkan bahwa, pada partisipan 1 setelah dilakukan tindakan untuk
membersihkan jalan napas pasien, evaluasi yang didapatkan
menunjukkan bahwa bersihan jalan napas pasien yang mulai membaik
dari hari ke hari, pada hari rawatan ke-4 pasien mengatakan bahwa batuk
sudah berkurang dan dahak yang ada juga sudah mulai keluar dan
berkurang dan pada hari ke-5 diagnosa ini teratasi, sedangkan partisipan
2, setelah dilakukannnya tindakan keperawatan, batuk yang dirasakan
juga sudah mulai berkurang dan sudah mampu mengeluarkan sekret saat
batuk, pada hari rawatan ke-9 diagnosa bersihan jalan napas teratasi yang
ditandai suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dipsnea, mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed
lips dan intervensi dihentikan.

Menurut NANDA (2015), kriteria hasil yang diharapkan setelah


melakukan tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yaitu, adanya jalan napas yang paten serta mampu
melakukan batuk efektif dan mudah dalam mengeluarkan sekret. Hal ini
menunjukkan bahwa pada partisipan 1 dan partisipan 2 mengalami
perkembangan dalam pemecahan masalah bersihan jalan napas yang
tidak efektif akibat adanya batuk.

Evaluasi keperawatan pada diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan


dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, pada
partisipan 1 didapatkan bahwa dari hari ke-1 sampai ke-3 masih
didapatkan adanya intoleransi aktivitas pada pasien, hal ini ditandai
dengan pasien mengatakan badan masih terasa lemah, sesak napas dan
bertambah jika beraktivitas. Data objektif juga menunjukkan bahwa
pasien masih tampak lemah, sesak napas dan terjadinya perubahan nadi
dan pernapasan dari batas normal setelah melakukan aktivitas. Pada hari
rawatan ke-5 masalah intoleransi aktivitas sudah teratasi yang ditandai
dengan partisipan yang mampu berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan TTV, mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri, tanda-tanda vital dalam rentang normal, kelemahan tidak ada,
mampu berpindah, status sirkulasi baik serta status respirasi : pertukaran
gas dan ventilasi adekuat. Pada diagnosa ini masalah intoleransi aktivitas
pasien sudah teratasi dan intervensi dihentikan.

Hasil evaluasi keperawatan padapartisipan 2 didapatkan dari hari ke-1


sampai ke-5 pasien masih menunjukkan adanya intoleransi terhadap
aktivitas, hal ini ditandai dengan pasien yang masih mengatakan badan
terasa lemah, napas masih sesak jika dibawa berjalan, dan data objektif
menunjukkan bahwa pasien masih tampak lemah, napas masih sesak jika
beraktivitas dan terjadinya perubahan nadi dan pernapasan diluar batas
normal jika telah beraktivitas. Masalah intoleransi aktivitas pasien masih
belum teratasi, dan intervensi dilanjutkan. Diagnosa ini teratasi pada hari
ke-9, yang ditandai dengan partisipan yang mampu berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TTV, mampu melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri, tanda-tanda vital dalam rentang
normal, kelemahan tidak ada, mampu berpindah, status sirkulasi baik
serta status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat. Pada
diagnosa ini masalah intoleransi aktivitas pasien sudah teratasi dan
intervensi dihentikan.

Menurut NANDA (2015), kriteria hasil yang diharapkan setelah


melakukan tindakan keperawatan untuk diagnosa intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen adalah berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan TTV, mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri, tanda-tanda vital dalam batas normal, energi psikomotor, level
kelemahan, mampu berpindah, status sirkulasi baik, tatus respirasi :
pertukaran gas dan ventilasi adekuat.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada Ny.S dan Tn. D dengan kasus CHF di
IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang, peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan adanya
tanda gejala yang sama yang dirasakan oleh kedua partisipan. Keluhan yang
dirasakan oleh partisipan 1 juga dirasakan oleh
partisipan 2. Tanda dan gejala yang muncul yang dirasakan oleh kedua
partisipan yaitu adanya dispnue, batuk berdahak, batuk dengan dahak
yang sulit dikeluarkan, sesak napas saat aktivitas, mudah lelah,
kecemasan serta adanya edema pada tubuh kedua partisipan. Hal ini
menjukkan bahwa, jika seseorang terdiagnosa CHF memiliki
kemungkinan akan muncul masalah dan keluhan yang sama yang
dirasakan oleh penderita.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan umumnya sama yaitu,
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
alveolar, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Diagnosa ini muncul pada kedua partisipan
disebabkan karena adanya tanda dan gejala serta keluhan yang sama yang
dirasakan oleh kedua partisipan.
3. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh peneliti, baik intervensi
yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi seperti pengaturan posisi
pasien semifowler, mengajarkan teknik napas dalam, pemberian oksigen dan
terapi obat-obatan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sel akan oksigen,
sehingga sel tubuh bisa bermetabolisme dengan baik. Hal ini bertujuan untuk
mengatasi terjadinya masalah oksigenasi dengan cara mengurangi beban kerja
jantung dengan cara

pemberian terapi dan obat-obatan tersebut.


4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
peneliti susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus seperti
terapi oksigen diantaranya mengatur posisi pasien semi fowler, memperbaiki
posisi nasal kanul pasien, dan memeriksa kecepatan aliran oksigen. Monitoring
respirasi dengan aktivitas seperti menghitung frekuensi pernapasan,
mengauskultasi bunyi napas, dan mencatat adanya perubahan AGD pada hasil
laboratorium. Dalam proses implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang dibuat, dan peneliti tidak menemukan adanya perbedaan antara intervensi
yang dibuat dengan implementasi yang dilakukan diruangan.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada kedua partisipan dilakukan
selama 5 hari rawatan oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP. Hasil evaluasi
yang dilakukan oleh peneliti pada partisipan 1 menunjukkan bahwa masalah
keperawatan yang dialami partisipan 1 sudah mulai teratasi walaupun belum
sembuh total, namun dikarenakan partisipan 1 harus pulang maka asuhan
keperawatan hanya dilakukan selama 5 hari rawatan. Hasil evaluasi keperawatan
pada hari ke-5 pada partisipan 2 juga menunjukkan perkembangan kesehatan dan
masalah keperawatan yang mulai teratasi sebagian. Dalam pendokumentasian
hanya dibuat selama 5 hari rawatan, namun peneliti tetap melakukan asuhan
keperawatan pada partisipan 2 sampai masalah oksigenasi pasien teratasi.
B.
Saran
1. Bagi Perawat Ruangan
Melalui direktur RS diharapkan perawat ruangan di IRNA Penyakit
Dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang dapat memantau dokumentasi
keperawatan secara kontinyu dengan memerhatikan dan membuat
rentang waktu dalam intervensi serta implementasi keperawatan.

2. Bagi Mahasiswa dan Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian yang peneliti dapatkan diharapkan dapat menjadi
bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan
penelitian pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen pada pasien dengan CHF.
DAFTAR REFERENSI

Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta : Trans Info Media

Asmadi. Editor Eka Anisa Mardella. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan :


Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : salemba Medika.

American Heart Association (AHA). 2016 Heart Failure (Understand Your Risk
for Heart Failure). . Diambil dari :
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/heartFailure/CusesAndRiskF
orheartFailure/Understand-Your-Risk-for-Heart-Failure . (21 Januari 2017).

Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta :


Dua Satria Offset.Ernawati. 2012. Konsep dan Aplikasi Keperawatan
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.

Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi. 2013. Askep pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI


Tahun 2013. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. Diambil dari :
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Rikesdas
2013.PDF. (21 Januari 2017).

Brunner and Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah ed. 12. Jakarta : EGC.

Bulecheck, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).


Singapore : Elsevier.

Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.

Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ihdaniyati, Inayah A & Arifah, Siti. 2009. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSU Pandan
Arang Boyolali. Diambil dari :
http://fmipa.umri.ac.id/wpcontent/uploads/2016/06/geni-lismawati-T-
Kecemasan-dan-Mekanismekoping-pada-gagal-jantung.pdf. (7 Juni 2017).

Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung : Pencegahan Serta


Pengobatannya. Yogyakarta : Nuha Medika.

Maulidta. 2015. Gambaran Karakteristik Pasien CHF di Instalasi Rawat Jalan


RSUD Tugurejo Semarang. Diambil dari :
http://www.journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/download/2494/2558 . (6
April 2017).
Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore :
Elsevier.

NANDA International. 2015. NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan:


Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah).
Jakarta: EGC.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Perry, Potter. 2012. Fundamentals of Nursing : Fundamental Keperawatan, Buku
3 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi Pertama. Jakarta. Diakses tanggal 4
April 2017.

Price, Slvia A, and Lorraine M.Wilson. 2012. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Profil RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2014. 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap
Tahun 2014. Diambil dari : http://www.rsdjamil.co.id/pages/10-
penyakitterbanyak-rawat-inap-tahun-2014. (16 Maret 2017).

Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas : Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang


Selatan : Binarupa aksara publisher.

Sibuea, W. Herdin, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Suwartika, Ira & Cahyati, Peni. 2015. Analisis Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUD Kota
Tasikmalaya. Diambil dari :
http://jurnal.unai.edu/index.php/jsk/oai?metadataPrefix=oai_dc&verb=ListR
ecords. (7 Juni 2017).

Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Wijaya, Andra Saferi dan Putri, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah : Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
Medika.

World Health Organization. 2015. Diambil dari :


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/. (21 Januari 2017).

Yancy, C, W et al. 2013. Guidline for the Managementof Heart Failure.


ACCF/AHA.p.e241-e327. Diambil dari :
http://circ.ahajournals.org/content/128/16/e240. (21 januari 2017).
Lampiran 10
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF) DI IRNA PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

A. PENGUMPULAN DATA 1. Identitas Pasien


a. Nama : Ny. S
b. Umur : 30 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Kawin : Kawin
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : IRT
h. Tanggal Masuk : 17 Mei 2017
i. Alamat : Pasaman Barat
j. Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2017
k. Diagnosa Medis : CHF
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. W
b. Pekerjaan : Petani
c. Alamat : Pasaman Barat
d. Hubungan : Suami
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Ny. S masuk ke RSUP Dr. M. Djamil pada tanggal 17 Mei
2017 pukul 17. 30 WIB, rujukan dari RS Ibnu Sina Pasaman
Barat. Pasien datang dengan keluhan sesak napas semenjak 1
hari sebelum masuk Rumah Sakit, sesak dipengaruhi oleh
aktivitas serta adanya edema pada kedua tungkai.

2) Keluhan saat dikaji :


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Mei 2017,
pasien tampak lemah dan gelisah, Ny. S mengatakan napas
terasa sesak, sesak bertambah jika beraktivitas, pasien
mengatakan batuk, sekret berwarna putih kental, sekret sulit
keluar, kaku pada leher, pusing, sulit tidur akibat sesak, pada
malam hari sering terbangun karena batuk, serta bengkak pada
kedua kaki pasien.
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Ny. S mengatakan baru pertama kali dirawat di Rumah sakit, tetapi
sebelumnya pasien sudah mengalami penyakit hipertensi sejak 1
tahun terakhir. Pasien mengatakan sakit pada dada dan rasa sesak
sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, dan pasien hanya
membawanya berobat ke Bidan desa.
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Ny. S mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
yang sama, namun ayah dan kakak klien mengalami penyakit gula.

4. Kebutuhan Dasar
1. Makan/minum
a. Makan
1) Sehat
Makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk.
2) Sakit
Makan 3 kali sehari dan hanya menghabiskan seperempat
porsi makan yang diberikan. Napas terasa sesak jika dibawa
makan.
b. Minum
1) Sehat
Minum ± 1500 cc dalam sehari
2) Sakit
Minum ± 1500 c dalam sehari

2. Istirahat/tidur
a. Sehat
Siang : 1-2 jam dalam sehari
Malam : 7-8 jam dalam sehari
b. Sakit
Siang : 2-3 jam dalam sehari
Malam : 4-5 jam dalam sehari, pasien sering terbangun karena
sesak dan terkadang malam tidak bisa tidur.
3. Eliminasi
a. BAB
1) Sehat
Pasien biasanya BAB minimal 1 kali sehari
2) Sakit
Pasien belum ada BAB sejak masuk rumah sakit
b. BAK
1) Sehat
Pasien BAK minimal 5 kali sehari
2) Sakit
Pasien BAK ± 2500 cc/hari dengan warna kuning pucat dan
konsentrasi lebih bening.
4. Aktivitas dan Latihan
a. Sehat
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan bisa melakukan
aktivitas seperti biasanya.
b. Sakit
Pasien lebih banyak diatas tempat tidur dan aktivitas dibantu
oleh keluarga. Napas klien bertambah sesak jika beraktivitas.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Pasien dalam kondisi lemah dan pucat, gelisah,
kesadaran pasien Compos Mentis, GCS : 15.
b. TTV
1) TD : 110/70 mmHg
2) HR : 66 x/i
3) RR : 32 x/i
4) Suhu :36,3 0C

c. Kepala/Rambut
Kepala normachepal, tidak ada luka/lesi, bersih, rambut lebat,
tidak rontok.
d. Telinga
Simetris kiri dan kanan, sejajar kantus mata, bersih, tidak ada
luka/bengkak, pendengaran baik.
e. Mata
Simetris kiri dan kanan, bersih, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, reflek pupil isokor, reflek kedip ada.
f. Hidung
Simetris, bersih, cuping hidung (-), sianosis (-), terpasang binasal 5
l/i.
g. Mulut
Mukosa mulut lembab, sianosis (-), tidak ada pembesaran tonsil,
mulut bersih, reflek mengunyah (+).
h. Leher
Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-), reflek menelan (+),
reflek batuk (+).
i. Thoraks
1) Paru
a) Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, irama napas cepat, tidak ada retraksi dinding
dada.
b) Palpasi
Premitus kiri dan kanan sama, tidak ada teraba bengkak.
c) Perkusi
Bunyi perkusi sonor.
d) Auskultasi
Bunyi napas vesikuler dan terdengar bunyi ronkhi.
2) Jantung
a) Inspeksi
Dada simetris, iktus kordis tidak terlihat
b) Palpasi
Iktus kordis teraba di RIC 5, teraba kuat, regular dan lambat.
c) Perkusi
Terdengar bunyi pekak di batas-batas jantung kiri atas SIC
II Line Para Sternalis Sinstra (LPSS), kiri bawah SIC IV
Linea Medio Clavicularis Sinistra (LMCS), kanan atas SIC
II Line Para Sternalis Dextra (LPSD), kanan bawah SIC IV
Linea Para Sternalis Dextra (LPSD)
d) Auskultasi
Irama jantung irreguler
j. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak luka/lesi, perut datar, tidak ada distensi.
2) Auskultasi
Bising usus positif yaitu 7 x/i
3) Palpasi
Tidak ada distensi, nyeri tekan (-), tidak teraba massa.
4) Perkusi
Bunyi timpani
k. Genitalia : Terpasang kateter, bersih.
l. Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas : Terpasang infuse NaCl 0,9 % drip KCl 45 gr dan lasix,
kulit kering, tidak ada edema, akral teraba dingin, CRT > 2 detik.
2) Ekstremitas Bawah : Terdapat edema pada kedua tungkai, akral teraba dingin,
CRT > 2 detik.

6. Data Psikologis
Pasien tampak gelisah dan cemas, selain itu pasien selalu mengatakan
ingin cepat pulang karena ia memiliki anak yang masih kecil yang
harus dirawat dirumah. Hubungan pasien dengan keluarga baik.
7. Data Penunjang
Berdasarkan hasil laboratorium kimia darah pasien didapatkan :
a. 17 Mei 2017
Kadar Hb 15,5 g/dl, leukosit 38.000 /mm 3, trombosit 410.000
/mm3, hematokrit 41 %, glukosa sewaktu 186 mg/dl, ureum darah
55 mg/dl, kreatinin darah 1,7 mg/dl, kalsium 10 mg/dl, dan hasil
AGD yaitu, PH 7,11, PCO2 37 mmHg, PO2 167 mmHg, natrium
144 mmol/L, kalium 1 mmol/L, kalsium 0,56 mmol/L dan HCO3-
11,8 mmol/L.
b. 18 Mei 2017
Hasil AGD yaitu, PH 7,31, PCO2 15 mmHg, PO2 192 mmHg,
natrium 146 mmol/L, kalium 1,6 mmol/L, glukosa 56 mg/dL, dan
HCO3- 7,6 mmol/L.
c. 20 Mei 2017
Nilai kalsium 8,2 mg/dl
8. Program Pengobatan
a. 1 st diet jantung II
b. Oksigen binasal 3-5 liter/i
c. CPG 1x75 g
d. Aspilet 1x80 mg
e. Meylon 150 meq dalam 150 cc NaCl 0,9 %.
f. Inj. Ceftriaxone 1x2 g
g. Drip KCl 50 meq dalam 200 cc NaCl 0,9 %
h. Nebu Combivent 2x1
i. IVFD WIDA 2 KN 12 jam/kolf
j. IVFD lasix 1x1 dalam 50 cc NaCl 0,9 %

ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. S

No. Mr : 97. 89. 39


No Data Dasar Etiologi Masalah
1 DS : Perubahan Gangguan
1. Pasien mengatakan napas membran kapiler pertukaran gas
terasa sesak. .
2. Pasien mengatakan napas alveolar
sesak bertambah jika
beraktivitas.

DO :
1. Klien tampak sesak napas.
2. Frekuensi napas 32 x/i.
3. Hasil AGD yaitu, PH 7,11,
PCO2 37 mmHg, PO2 167
mmHg, HCO3- 11,8 mmol/L.

2 DS : Sekresi yang Ketidakefektifan


1. Pasien mengatakan batuk tertahan bersihan jalan
2. Pasien mengatakan batuk nafas
berdahak dan sulit keluar.
3. Pasien mengatakan batuk bisa
keluar jika diberi obat.

DO :
1. Pasien tampak
batukbatuk.
2. Sekret sulit keluar
3. Sekret tampak berwarna putih
kental

3 DS : Ketidakseimbangan Intoleransi
1. Pasien mengatakan napas antara suplai dan aktivitas
terasa sesak napas kebutuhan oksigen
2. Pasien mengatakan sesak
bertambah jika setelah
beraktivitas.

DO :
1. Pasien tampak lemah dan
gelisah
2. Pasien tampak sesak dengan
frekuensi napas 32 x/i.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

No. Mr : 97. 89. 39


NO Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah
Keperawatan
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1 Gangguan 18 Mei 2017 22 Mei 2017
pertukaran gas
berhubungan
dengan perubahan
membran kapiler
alveolar

2 Ketidakefektifan 18 Mei 2017 22 Mei 2017


bersihan jalan nafas
berhubungan
dengan
sekresi
yang tertahan.
3 Intoleransi aktivitas 18 Mei 2017 22 Mei 2017
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

No. Mr : 97. 89. 39


Intervensi
NO Diagnosa keperawatan
NOC NIC
1 Gangguan pertukaran gas a) Respiratory status: ventilation Respiratory Monitoring
berhubungan dengan 1) Mendemonstrasikan batuk efektif a) Monitor pola napas, irama, kedalaman dan
perubahan membran kapiler dan suara napas yang bersih, tidak usaha napas
alveolar. a) Batasan karakteristik ada sianosis dan dypsneu (mampu b) Perhatikan gerakan dan
1) Pola pernapasan abnormal mengeluarkan sputum, mampu kesimetrisan, menggunakan otot bantu,
(mis; kecepatan, irama, bernapas dengan mudah, tidak dan adanya retraksi otot intercostals
kedalaman) ada pursed lips) dan supraclavicular
2) PH, PaO2, PaCO2, dalam darah c) Monitor bunyi napas, misalnya
b) Vital sign status
arteri abnormal mendengkur
1) Tanda-tanda vital dalam rentang
3) saturasi oksigen abnormal d) Monitor pola napas
normal
4) Dispnea pada saat istirahat e) Catat lokasi trakea
5) Sianosis f) Auskultasi bunyi napas, catat peningkatan
ventilasi
g) Monitor saturasi oksigen
h) Monitor kemampuan pasien dalam batuk
efektif
Oxygen Therapy
a) Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea
b) Pertahankan jalan napas yang paten
c) Atur peralatan oksigenasi
d) Monitor aliran oksigen
e) Pertahankan posisi pasien
f) Observasi tanda-tanda hipoventilasi
g) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

Vital Sign Monitoring


a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b) Monitor vital sign saat pasien berbaring,
duduk, dan berdiri
c) Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
d) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
e) Monitor kualitas dari nadi
f) Monitor frekuensi dan irama pernapasan
g) Monitor pola pernapasan abnormal
h) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
i) Monitor sianosis perifer
j) Monitor adanya cushling triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
k) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas a) Respiratory status: ventilation Respiratory Monitoring
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dana) Monitor pola napas, irama, kedalaman dan
berhubungan dengan produksi
suara napas yang bersih, tidak ada usaha napas
mukus/sekret. sianosis dan dyspneu (mampub) Perhatikan gerakan dan
mengeluarkan sputum, mampu bernapas kesimetrisan, menggunakan otot bantu,
a) Batasan karakteristiknya dengan mudah, tidak dan adanya retraksi otot intercostals
1) Batuk yang tidak efektif ada pursed lips) dan supraclavicular
2) Dispnea
c) Monitor bunyi napas, misalnya
3) Gelisah b) Respiratory status: airway patency
mendengkur
4) Perubahan frekuensi napas 1) Menunjukkan jalan napas yang patend) Monitor pola napas
5) Perubahan pola napas (klien tidak merasa tercekik, irama napas,
frekuensi pernapasan dalam rentange) Catat lokasi trakea
6) Sianosis
normal, tidak ada suara napas abnormal) f) Auskultasi bunyi napas, catat peningkatan
7) Sputum dalam jumlah yang 2) Mampu mengidentifikasi dan mencegah ventilasi
berlebihan faktor yang g) Monitor saturasi oksigen
8) Suara napas tambahan. menghambat jalan napas) h) Monitor kemampuan pasien dalam batuk
efektif

3 Intoleransi aktivitas berhubungan


a) Energy Conservation Peningkatan Latihan
dengan ketidakseimbangan antara b) Activity Tolerance a) Gali hambatan individu terkait latihan fisik
c) Self Care : ADLs (seperti, sesak napas, dll)
suplai dan kebutuhan oksigen Kriteria Hasil : b) Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan
a) Batasan karakteristiknya a)Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa atau kebutuhan untuk melakukan latihan
disertai peningkatan TTV. c) Dukung individu untuk memulai atau
1) Ketidaknyamanan setelah
b)Mampu melakukan aktivitas sehari-hari melanjutkan latihan
beraktivitas secara mandiri
2) Keletihan d) Lakukan latihan bersama individu, jika
c)Tanda-tanda vital
3) Respon tanda-tanda d) Energy psikomotor
vital
abnormal terhadap aktivitas. e) Level kelemahan diperlukan
f) Mampu berpindah e) Libatkan keluarga/orang yang memberikan
g) Status sirkulasi baik perawatan dalam merencanakan dan
h) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi meningkatkan program latihan
adekuat. f) Instruksikan individu terkait frekuensi, durasi,
dan intensitas program latihan yang
diinginkan
g) Monitor respon individu terhadap program
latihan
h) Sediakan umpan balik positif atau usaha yang
dilakukan individu

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S


No. Mr : 97. 89. 39

Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Jam Tindakan Keperawatan Paraf

Kamis, 18 Mei Gangguan pertukaran gas 07.30 1. Memberikan oksigen melalui binasal 5 liter/i
berhubungan dengan Respon : Pasien mengatakan merasa nyaman terpasang oksigen
2017
perubahan membran dan sesak berkurang jika dipasang oksigen.
kapiler alveolar. 07.30 2. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas
Respon : Pasien tampak sesak jika setelah banyak bergerak.
07.32 3. Mengatur posisi semifowler
Respon : Pasien mengatakan nnyaman dengan posisi yang
diberikan untuk bernapas.
07.32 4. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress
Respon : Pasien menarik napas panjang untuk tidak cemas.
07.45 5. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi Respon : pasien
tampak menarik napas panjang.
08.00 6. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon : Frekuensi napas 32
x/i.
09.00 7. Menilai dan memantau hasil labor
Respon : PH 7,11, PCO2 37 mmHg, PO2 167 mmHg, HCO3- 11,8
mmol/L.
09.30 8. Kolaborasi dalam memberikan drip lasix 1x1 dalam 50 cc NaCl
0,9 %
Respon : Pasien terpasang lasix 1x1 dalam 50 cc NaCl 0,9 %.

11.00 9. Mengukur frekuensi pernapasan pasien


Respon : Frekuensi napas 27 x/i.
13.00 10. Mengukur frekuensi pernapasan pasien
Respon : Frekuensi napas 26 x/i.
Kamis, 18 Mei Ketidakefektifan produksi
bersihan 08.001. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas 32
jalan nafas berhubungan x/i.
2017
dengan mukus/sekret 08.052. Mendengarkan bunyi napas pasien
Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
10.003. Memberikan nebu combivent
Respon : Pasien mengatakan jalan napas terasa lapang setelah nebu.
4. Mengajarkan batuk efektif
10.15 Respon : Pasien tampak mengerti cara batuk efektif.
5. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen Respon :
10.35 Pasien mengatakan aliran oksigen terasa.
6. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas 27
11.00 x/i.
7. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas 26
13.00 x/i.

Kamis, 18 Mei Intoleransi aktivitas 08.10 1 Memandikan pasien, mengganti pakaian dan memberikan makan
berhubungan dengan pasien.
2017
ketidakseimbangan antara Respon : Pasien tampak sesak setelah beraktivitas
suplai dan kebutuhan 08.10 2 Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat pasien. Respon :
oksigen. Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi pasien lebih baik saat
diberikan bantuan.
08.15 3 Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien melakukan
aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas yang bisa
dilakukan sendiri
08.30 4 Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan pasien.
Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas dan sesak
berkurang
08.35 5 Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah
beraktivitas.
08.36 6 Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
beraktivitas.
Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
11.00 7 Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas Respon : Frekuensi
napas 26 x/i.
12.00 8 Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan yang
dilakukan pasien.
Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam beraktivitas

Jum’at, 19 Mei Gangguan pertukaran gas 07.30 1. Memberikan oksigen melalui binasal 5 liter/i
berhubungan dengan Respon : Pasien mengatakan merasa nyaman terpasang oksigen
2017
Hiperventilasi. dan sesak berkurang jika dipasang oksigen.
07.30 2. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas
Respon : Pasien tampak sesak jika setelah banyak bergerak.
07.32 3. Mengatur posisi semifowler
Respon : Pasien mengatakan nnyaman dengan posisi yang
diberikan untuk bernapas.
07.32 4. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress
Respon : Pasien menarik napas panjang untuk tidak cemas.
07.45 5. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi
Respon : pasien tampak menarik napas panjang.
08.00 6. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
Frekuensi napas 26 x/i.
09.00 7. Menilai dan memantau hasil labor
Respon : PH 7,31, PCO2 15 mmHg, PO2 192 mmHg, HCO3- 7,6
mmol/L.
09.30 8. Kolaborasi dalam memberikan drip lasix 1x1
dalam 50 cc NaCl
0,9 %
11.00 Respon : Pasien terpasang lasix 1x1 dalam 50 cc NaCl 0,9 %
9. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
13.00 Frekuensi napas 26 x/i.
10. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
Frekuensi napas 26 x/i.

Jum’at, 19 Mei Ketidakefektifan bersihan 08.001. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas 26 x/i.
jalan nafas berhubungan 2. Mendengarkan bunyi napas pasien
2017
dengan produksi 08.05 Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
mukus/sekret
3. Memberikan nebu combivent
10.00 Respon : Pasien mengatakan jalan napas terasa lapang setelah
nebu.
4. Mengajarkan batuk efektif
10.05 Respon : Pasien tampak mengerti cara batuk efektif.
5. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen Respon : Pasien
10.35 mengatakan aliran oksigen terasa.
6. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas 26 x/i.
11.00
13.00 7. Mengukur frekuensi napas pasien Respon
: Frekuensi napas 26 x/i.

Jum’at, 19 Mei Intoleransi aktivitas 08.10 1 Memandikan pasien, mengganti pakaian dan memberikan makan
berhubungan dengan pasien.
2017
ketidakseimbangan antara Respon : Pasien tampak sesak setelah beraktivitas
suplai dan kebutuhan 08.10 2 Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat pasien.
oksigen. Respon : Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi pasien
lebih baik saat diberikan bantuan.
08.15 3 Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien melakukan
aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas yang bisa
dilakukan sendiri
08.30 4 Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan pasien.
Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas dan sesak
berkurang
08.35 5 Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah
beraktivitas.
08.36 6 Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
beraktivitas.
Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
11.00 7 Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas Respon : Frekuensi
napas 26 x/i.
12.00 8 Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan yang
dilakukan pasien.
Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam beraktivitas
Sabtu, 20 Mei Gangguan pertukaran gas 07.30 1. Memberikan oksigen melalui binasal 3 liter/i
berhubungan dengan Respon : Pasien mengatakan merasa nyaman terpasang oksigen
2017
Hiperventilasi. dan sesak berkurang jika dipasang oksigen.
07.32 2. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas
Respon : Pasien tampak sesak jika setelah banyak bergerak namun
sudah berkurang.
07.35 3. Mengatur posisi semifowler
Respon : Pasien mengatakan nnyaman dengan posisi yang
diberikan untuk bernapas.
07.40 4. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress
Respon : Pasien menarik napas panjang untuk tidak cemas.
07.45 5. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi Respon :
pasien tampak menarik napas panjang.
08.00 6. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon : Frekuensi
napas 24 x/i.
11.00 7. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon : Frekuensi
napas 24 x/i.
13.00 8. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon : Frekuensi
napas 25 x/i.

Sabtu, 20 Mei Ketidakefektifan bersihan 08.00 1. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas 24 x/i.
jalan nafas berhubungan 2. Mendengarkan bunyi napas pasien
2017
dengan produksi 08.05 Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
mukus/sekret
3. Memberikan nebu combivent
10.00 Respon : Pasien mengatakan jalan napas terasa lapang setelah
nebu.
4. Mengajarkan batuk efektif
10.05
Respon : Pasien tampak mengerti cara batuk efektif.
10.35 5. Memberikan dan memantau kondisi cairan
oksigen Respon : Pasien mengatakan aliran
11.00 oksigen terasa.
6. Mengukur frekuensi napas pasien Respon :
13.00 Frekuensi napas 24 x/i.
7. Mengukur frekuensi napas pasien Respon :
Frekuensi napas 25 x/i.

Sabtu, 20 Mei Intoleransi aktivitas 08.10 1 Memandikan pasien, mengganti pakaian dan memberikan makan
berhubungan dengan pasien.
2017
ketidakseimbangan antara Respon : Pasien tampak sesak setelah beraktivitas
suplai dan kebutuhan 08.10 2 Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat pasien.
oksigen. Respon : Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi pasien
lebih baik saat diberikan bantuan.
08.15 3 Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien melakukan
aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas yang bisa
dilakukan sendiri
08.30 4 Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan pasien.
Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas dan sesak
berkurang
08.35 5 Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah
beraktivitas.
08.36 6 Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
beraktivitas.
Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
11.00 7 Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas
Respon : Frekuensi napas 26 x/i.
12.00 8 Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan yang
dilakukan pasien.
Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam beraktivitas

Minggu, 21 Gangguan pertukaran gas 07.28 1. Memberikan oksigen melalui binasal 3 liter/i
berhubungan dengan Respon : Pasien mengatakan merasa nyaman terpasang oksigen
Mei 2017
Hiperventilasi. dan sesak berkurang jika dipasang oksigen namun sesak sudah
berkurang.
07.28 2. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas
Respon : Pasien tampak sesak jika setelah banyak bergerak namun
sudah berkurang.
07.33 3. Mengatur posisi semifowler
Respon : Pasien mengatakan nnyaman dengan posisi yang
diberikan untuk bernapas.
07.38 4. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress
Respon : Pasien menarik napas panjang untuk tidak cemas.
07.45 5. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi Respon : pasien
tampak menarik napas panjang.
08.18 6. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon : Frekuensi napas 22
x/i.

Minggu, 21 Ketidakefektifan bersihan 08.18 1. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas 22 x/i.
jalan nafas berhubungan 2. Mendengarkan bunyi napas pasien
Mei 2017
dengan produksi 08.20 Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
mukus/sekret
3. Memberikan nebu combivent
10.20 Respon : Pasien mengatakan jalan napas terasa lapang setelah
nebu.
10.25 4. Mengajarkan batuk efektif
Respon : Pasien tampak mengerti cara batuk efektif.
13.00 5. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen Respon :
Pasien mengatakan aliran oksigen terasa.
Minggu, 21 Intoleransi aktivitas 08.10 1 Memandikan pasien, mengganti pakaian dan memberikan makan
berhubungan dengan pasien.
Mei 2017
ketidakseimbangan antara Respon : Pasien tampak sesak setelah beraktivitas
suplai dan kebutuhan 08.10 2 Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat pasien.
oksigen. Respon : Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi pasien
lebih baik saat diberikan bantuan.
08.15 3 Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien melakukan
aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas yang bisa
dilakukan sendiri
08.30 4 Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan pasien.
Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas dan sesak
berkurang
08.35 5 Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah
beraktivitas.
08.36 6 Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
beraktivitas.
Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
11.00 7 Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas Respon : Frekuensi
napas 26 x/i.
12.00 8 Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan yang
dilakukan pasien.

Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam beraktivitas


Senin, 22 Mei Gangguan pertukaran gas 07.27 1. Memberikan oksigen melalui binasal 3 liter/i
berhubungan dengan Respon : Pasien mengatakan merasa nyaman terpasang oksigen
2017
Hiperventilasi. dan sesak berkurang, klien bisa bernapas dengan baik tanpa
oksigen.
07.27 2. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas
Respon : Pasien tampak sesak jika setelah banyak bergerak namun
sudah berkurang.
07.28 3. Mengatur posisi semifowler
Respon : Pasien mengatakan nnyaman dengan posisi yang
diberikan untuk bernapas.
07.28 4. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress
Respon : Pasien menarik napas panjang untuk tidak cemas.
07.30 5. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi Respon : pasien
tampak menarik napas panjang.
08.17 6. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon : Frekuensi napas 22
x/i.
Senin, 22 Mei Ketidakefektifan bersihan 08.17 1. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas 22 x/i.
jalan nafas berhubungan 2. Mendengarkan bunyi napas pasien
2017
dengan produksi 08.20 Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
mukus/sekret
3. Memberikan nebu combivent
10.15 Respon : Pasien mengatakan jalan napas terasa lapang setelah
nebu.
4. Mengajarkan batuk efektif
10.20 Respon : Pasien tampak mengerti cara batuk efektif.
5. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen
13.14
Respon : Pasien mengatakan aliran oksigen terasa.
Senin, 22 Mei Intoleransi aktivitas 08.10 1 Memandikan pasien, mengganti pakaian dan memberikan makan
berhubungan dengan pasien.
2017
ketidakseimbangan antara Respon : Pasien tampak sesak setelah beraktivitas
suplai dan kebutuhan 08.10 2 Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat pasien.
oksigen. Respon : Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi pasien
lebih baik saat diberikan bantuan.
08.15 3 Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien melakukan
aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas yang bisa
dilakukan sendiri
08.30 4 Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan pasien.
Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas dan sesak
berkurang
08.35 5 Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah
beraktivitas.
08.36 6 Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
beraktivitas.
Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
11.00 7 Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas Respon : Frekuensi
napas 26 x/i.
12.00 8 Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan yang
dilakukan pasien.
Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam beraktivitas

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S


No. Mr : 97. 89. 39
Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Jam Evaluasi keperawatan Paraf
Kamis, 18 Mei Gangguan pertukaran
dengan
gas 13.30 S : Pasien mengatakan napas masih terasa sesak dan sesak
berhubungan akan bertambah jika dibawa beraktivitas
2017
Hiperventilasi.
O : Pasien masih tampak sesak dan terpasang oksigen
binasal 5 liter/i, hasil AGD yaitu, PH 7,31, PCO2 15
mmHg, PO2 192 mmHg, HCO3- 7,6 mmol/L.

A : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas


berhubungan dengan hiperventilasi belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitor aktivitas dan


tanda-tanda vital pasien

Kamis, 18 Mei Ketidakefektifan 13.35 S : pasien mengatakan bahwa masih sering batuk dengan
bersihan jalan nafas sekret yang sulit keluar
2017
berhubungan dengan
produksi mukus/sekret O : Pasien masih tampak batuk, dan sesak bertambah jika
batuk.

A : Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan

nafas berhubungan dengan produksi mukus/sekret


belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status


pernapasan dan jalan napas.
Kamis, 18 Mei Intoleransi aktivitas 13.40 S : Pasien mengatakan bahwa badannya terasa lemah dan
berhubungan dengan sesak napas setelah beraktivitas
2017
ketidakseimbangan
antara suplai dan O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien tampak
kebutuhan oksigen. sesak napas, tanda-tanda vital pasien yaitu : TD :
110/70 mmHg, HR : 66 x/i, RR : 32 x/i, Suhu :36,3 0C

A : Intoleransi aktivitas pasien belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring kerja jantung


dan monitor tanda-tanda vital.

Jum’at, 19 Mei Gangguan pertukaran gas 13.30 S : Pasien mengatakan napas masih terasa sesak dan sesak
berhubungan dengan akan bertambah jika dibawa beraktivitas
2017
Hiperventilasi.
O : Pasien masih tampak sesak dan terpasang oksigen
binasal 5 liter/i.

A : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas


berhubungan dengan hiperventilasi belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan

monitor tanda-tanda vital dan status pernapasan.


Jum’at, 19 Mei Ketidakefektifan 13.35 S : Pasien mengatakan bahwa masih sering batuk dengan
bersihan jalan nafas sekret yang sulit keluar
2017
berhubungan dengan
produksi mukus/sekret O : Pasien masih tampak batuk, dan sesak bertambah jika
batuk.

A : Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan


nafas berhubungan dengan produksi mukus/sekret
belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status


pernapasan dan jalan napas.

Jum’at, 19 Mei Intoleransi aktivitas 13.40 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah Jum’at, 19
berhubungan dengan dan masih sulit beraktivitas akibat sesak napas.
2017 Mei 2017
ketidakseimbangan
antara suplai dan O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien masih
kebutuhan oksigen. tampak sesak setelah beraktivitas, tanda-tanda vital
pasien yaitu : TD : 107/66 mmHg, HR : 70 x/i, RR : 26
x/i, S : 36,3 0C.

A : intoleransi aktivitas pasien belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitor aktivitas dan


tanda-tanda vital pasien
Sabtu, 20 Mei 2017 Gangguan pertukaran gas 13.30 S : Pasien mengatakan napas masih terasa sesak dan sesak
berhubungan dengan akan bertambah jika dibawa beraktivitas
Hiperventilasi.
O : Pasien masih tampak sesak dan terpasang oksigen
binasal 3 liter/i.

A : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas


berhubungan dengan hiperventilasi belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan


monitor tanda-tanda vital dan status pernapasan.

Sabtu, 20 Mei 2017 Ketidakefektifan 13.35 S : Pasien mengatakan bahwa masih sering batuk dengan
bersihan jalan nafas sekret yang sulit keluar
berhubungan dengan
produksi mukus/sekret O : Pasien masih tampak batuk, dan sesak bertambah jika
batuk.

A : Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan


nafas berhubungan dengan produksi mukus/sekret
belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status


pernapasan dan jalan napas
Sabtu, 20 Mei 2017 Intoleransi aktivitas 13.40 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah
berhubungan dengan dan masih sulit beraktivitas akibat sesak napas.
ketidakseimbangan
antara suplai dan O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien masih
kebutuhan oksigen. tampak sesak napas setelah beraktivitas, tanda-tanda
vital pasien yaitu : TD : 110/60 mmHg, HR : 70 x/i,
RR : 25 x/i, S : 37 0C.

A : Intoleransi aktivitas pasien belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitor aktivitas dan


tanda-tanda vital pasien.

Minggu, 21 Mei Gangguan pertukaran


dengan
gas 13.20 S : Pasien mengatakan napas masih terasa sesak namun
berhubungan sudah berkurang dan sesak akan bertambah jika
2017
Hiperventilasi. beraktivitas

O : Pasien masih tampak sesak dan terpasang oksigen


binasal 3 liter/i.

A : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas


berhubungan dengan hiperventilasi teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan monitor


tanda-tanda vital dan status pernapasan.

Minggu, 21 Mei Ketidakefektifan 13.25 S : Pasien mengatakan bahwa kadang-kadang masih batuk
bersihan jalan
nafas dengan sekret yang sulit keluar namun sudah berkurang
2017
berhubungan produksi
dengan
mukus/sekret O : Pasien masih tampak batuk sesekali dan sekret sulit

keluar
A : Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan produksi mukus/sekret
teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status
pernapasan dan jalan napas
Minggu, 21 Mei Intoleransi aktivitas 13.30 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah Minggu,
berhubungan dengan dan masih sulit beraktivitas akibat sesak napas namun
2017 21 Mei
ketidakseimbangan sudah berkurang.
antara suplai dan 2017
kebutuhan oksigen. O : Pasien masih tampah lemah, sesak pasien setelah
aktivitas sudah berkurang, tanda-tanda vital pasien
yaitu : TD : 110/67 mmHg, HR : 86 x/i, RR : 23 x/i,
S : 36,5 0C.

A : Intoleransi aktivitas pasien belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitor aktivitas dan


tanda-tanda vital pasien

Senin, 22 Mei 2017 Gangguan pertukaran gas 13.10 S : Pasien mengatakan terasa sesak sudah tidak ada dan
berhubungan dengan sesak saat beraktivitas sudah berkurang.
Hiperventilasi.
O : Pasien sudah tidak memakai oksigen dan pasien
tampak tidak sesak.

A : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas


berhubungan dengan hiperventilasi teratasi sebagian,

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan


monitor tanda-tanda vital dan status pernapasan.
Senin, 22 Mei 2017 Ketidakefektifan 13.15 S : Pasien mengatakan bahwa batuk sudah tidak ada.
bersihan jalan nafas
berhubungan dengan O : Pasien tampak sudah tidak batuk.
produksi mukus/sekret
A : Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan produksi mukus/sekret
teratasi sebagian.

P :Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status


pernapasan dan jalan napas.
Senin, 22 Mei 2017 Intoleransi aktivitas 13.20 S : Pasien mengatakan bahwa badannya sudah tidak terasa
berhubungan dengan lemah dan sudah bisa sedikit beraktivitas
ketidakseimbangan
antara suplai dan O : Pasien tampak sudah tidak ssak napas, pasien tampak
kebutuhan oksigen. bisa melakukan aktivitas tanpa disertai sesak,
tandatanda vital pasien yaitu : TD : 100/70 mmHg, HR
: 85 x/i, RR : 22 x/i, S : 37,5 0C.

A : Intoleransi aktivitas pasien teratasi.

P : Intervensi dihentikan.
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA TN. D DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF) DI IRNA PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

A. PENGUMPULAN DATA 1. Identitas Pasien


a. Nama : Tn. D
b. Umur : 53 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status Kawin : Duda
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Wiraswasta
h. Tanggal Masuk : 20 Mei 2017
i. Alamat : Sijunjung
j. Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2017
k. Diagnosa Medis : CHF

2. Identitas Penanggung Jawab


a. Nama : Ny. R
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : Sijunjung
d. Hubungan : Adik
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Tn. D masuk ke RSUP Dr. M. Djamil pada tanggal 20 Mei 2017
Pukul 17.45 WIB, rujukan dari RSUD Sijunjung. Pasien datang
dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk Rumah
Sakit, sesak dipengaruhi oleh aktivitas, batuk sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit dengan dahak berwarna putih
kental, perut dan kaki yang semakin membuncit sejak 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit yang menyebabkan sesak.

2) Keluhan saat dikaji :


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 Mei 2017, Tn.
D mengatakan sesak napas, napas semakin terasa sesak saat
beraktivitas, napas terasa sesak jika tidak dipasang oksigen,
pasien mengatakan batuk, batuk dengan sekret yang sulit keluar,
sulit tidur karena sesak, dan sering terbangun karena batuk,
edema pada kedua kaki dan tangan, klien mengatakan perut
tambah mengembung dan mengeras.
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Tn. D mengatakan sebelumnya sudah pernah dirawat di Rumah Sakit
dengan penyakit Stroke, klien juga mengatakan menderita hipertensi
dan penyakit gula darah yang tinggi dan sudah mendapatkan suntik
insulin.
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Tn. D mengatakan bahwa ayahnya pernah menderita penyakit
jantung dan sempat dirawat akibat penyakit jantung tersebut.

4. Kebutuhan Dasar
1. Makan/minum
a. Makan
1) Sehat
Makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk dan
menghabiskan 1 porsi makan serta suka mengonsumsi jeroan
dan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi.
2) Sakit
Makan 3 kali sehari dan hanya menghabiskan seperempat
porsi makan yang diberikan. Napas terasa sesak jika dibawa
makan.
b. Minum
1) Sehat
Minum ± 1500 cc dalam sehari

2) Sakit
Minum ± 200 cc dalam sehari karena pasien disuruh
membatasi minum.
1. Istirahat/tidur
a. Sehat
Siang : 1-2 jam dalam sehari dan malam : 5-6 jam dalam sehari
b. Sakit
Siang : ± 1 jam dalam sehari karena tidak bisa tidur akibat sesak
napas dan malam : ± 2-3 jam dalam sehari karena pasien tidak
bisa tidur akibat sesak napas.
2. Eliminasi
a. BAB
1) Sehat
Pasien biasanya BAB minimal 1 kali sehari
2) Sakit
Pasien belum ada BAB sejak masuk rumah sakit
b. BAK
1) Sehat
Pasien BAK minimal 4-5 kali sehari
2) Sakit
Pasien kesulitan dalam BAK, klien BAK ± 800 cc/hari dengan
warna kehijauan, kosentrasi pekat.
1. Aktivitas dan Latihan
a. Sehat
Pasien bekerja sebagai wiraswasta dan bekerja setiap harinya.
b. Sakit
Pasien tidak bisa banyak beraktivitas dan bekerja, karena sesak
napas bertambah jika dibawa beraktivitas. Aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Pasien tampak gelisah, lemah, kesadaran
Compos Mentis, dan GCS : 15

b. TTV
1) TD : 170/93 mmHg
2) HR : 97 x/i
3) RR : 34 x/i
4) Suhu : 36,2 0C
c. Kepala/Rambut
Kepala normachepal, tidak ada luka/lesi , rambut pasien tampak
kotor, beruban, tidak rontok, lebat.
d. Telinga
Simetris kiri dan kanan, sejajar kantus mata, bersih, tidak ada
luka/bengkak, pendengaran baik.
e. Mata
Simetris kiri dan kanan, bersih, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, reflek pupil isokor, reflek kedip ada.
f. Hidung
Simetris, bersih, cuping hidung (-), sianosis (-), terpasang masker
non rebrheating 10 l/i.
g. Mulut
Bibir kering, pucat, mulut bersih, tidak ada pembesaran tonsil,
tampak pernapasan lewat mulut.
h. Leher
Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra ± 3 cm, reflek menelan
(+), reflek batuk (+).
i. Thoraks
1) Paru
a) Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, irama napas cepat, tidak ada retraksi dinding
dada.
b) Palpasi
Premitus kiri dan kanan sama, tidak ada teraba bengkak.
c) Perkusi
Bunyi perkusi sonor.
d) Auskultasi
Bunyi napas vesikuler dan terdengar bunyi ronkhi.
2) Jantung
a) Inspeksi
Dada simetris, iktus kordis tidak terlihat.
b) Palpasi
Iktus kordis teraba di RIC 5, teraba kuat, regular dan cepat.
c) Perkusi
Terdengar bunyi pekak di batas-batas jantung kiri atas SIC II
Line Para Sternalis Sinstra (LPSS), kiri bawah SIC IV Linea
Medio Clavicularis Sinistra (LMCS), kanan atas SIC II Line
Para Sternalis Dextra (LPSD), kanan bawah SIC IV Linea
Para Sternalis Dextra (LPSD)
d) Auskultasi :Irama jantung irreguler
j. Abdomen
1. Inspeksi : Tidak ada lesi/luka, perut tampak buncit, tampak ada distensi.
2. Auskultasi : Bising usus positif yaitu 9 x/i
3. Palpasi : Terdapat distensi, nyeri tekan (+), tidak teraba massa.
4. Perkusi : Bunyi pekak
c. Genitalia : Terpasang kateter, bersih.
d. Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas : Terpasang infuse EAS primer 24 jam/kolf dan lasix, akral
teraba dingin, CRT > 2 detik, edema pada
kedua tangan.
2) Ekstremitas Bawah : Akral teraba dingin, CRT > 2 detik, edema pada kedua
tungkai kaki.
6. Data Psikologis
Pasien tampak gelisah karena sesak napas yang dialami, klien sering
merubah posisi tubuhnya diatas tempat tidur dan pasien sering mengeluh
bahwa napasnya terasa sesak. Hubungan pasien dengan

keluarga baik.

7. Data Penunjang
Berdasarkan hasil laboratorium kimia darah pasien didapatkan :
a. 20 Mei 2017
Nilai hasil AGD yaitu, PH 7,30, PCO2 31 mmHg, PO2 53 mmHg,
natrium 137 mmol/L, kalium 3,2 mmol/L, kalsium 0,43 mmol/L,
glukosa 133 mg/dl, HCO3- 15,3 mmol/L dan hasil pemeriksaan
laboratorium kimia darah yaitu, glukosa sewaktu 155 mg/dl, Hb 8,6
g/dl, leukosit 14.300 /mm3, trombosit 274.000 /mm3, hematokrit 25
%
b. 21 Mei 2017
Hasil AGD yaitu, PH 7,29, PCO2 34 mmHg, PO2 186 mmHg,
natrium 140 mmol/L, kalium 3,5 mmol/L, glukosa 79 mg/dL, dan
HCO3- 16,3 mmol/L.
c. 22 Mei 2017
Hasil AGD yaitu, PH 7,36, PCO2 36 mmHg, PO2 66 mmHg,
natrium 135 mmol/L, kalium 3,3 mmol/L, glukosa 125 mg/dL, dan
HCO3- 20,3 mmol/L.

8. Program Pengobatan Program


pengobatan :
a. 1st diet RG II RP 48 gr DD 1500 Kkal
b. NRM 10 liter/i
c. As.folat 1x5 mg
d. Bicnat 3x500 mg
e. Drip furosemida 15 mg/jam
f. Amlodipin 1x10 mg
g. PCT 3x500 mg
h. Nebu flumucyl /8 jam
i. Ceftriaxone 1x2 g
j. Balance cairan (pasang kateter)
k. Koreksi meylon 100 meq dalam 100 cc NaCl 0,9 % dalam 4 jam.

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. D

No. Mr : 97. 91. 82


No Data Dasar Etiologi Masalah
1 DS : Perubahan Gangguan
1. Pasien mengatakan napas terasa membran pertukaran gas
sesak. kapiler
2. Pasien mengatakan napas sesak alveolar
bertambah jika beraktivitas.

DO :
1. Klien terpasang oksigen dengan
masker non rebreathing 10 l/i.
2. Klien tampak sesak napas.
3. Nilai hasil AGD yaitu, PH :
7,30, PCO2 : 31 mmHg, PO2 :
53 mmHg, HCO3- : 15,3
mmol/L
2 DS : Sekresi yang Ketidakefektifan
1. Pasien mengatakan batuk tertahan bersihan jalan
2. Pasien mengatakan batuk nafas
berdahak dan sulit keluar.

DO :
1. Pasien tampak batuk-batuk.
2. Sekret tampak sulit keluar
3. Sekret tampak berwarna putih
kental
3. DS : Ketidakseimbangan Intoleransi
1. Pasien mengatakan badan terasa antara suplai dan aktivitas
lemah kebutuhan oksigen
2. Pasien mengatakan napas terasa
sesak, dan sesak dipengaruhi
oleh aktivitas.

DO :
1. Pasien tampak lemah dan
gelisah
2. Pasien tampak sesak napas
dengan frekuensi napas 34 x/i.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. D

No. Mr : 97. 91. 82


N Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah
O Keperawatan
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1 Gangguan 21 Mei 2017 29 Mei 2017
pertukaran gas
berhubungan
dengan perubahan
membran kapiler
alveolar.

2 Ketidakefektifan 21 Mei 2017 29 Mei 2017


bersihan jalan nafas
berhubungan
dengan
sekresi
yang tertahan.
3 Intoleransi aktivitas 21 Mei 2017 29 Mei 2017
Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. D

No. Mr : 97. 91. 82


Intervensi
NO Diagnosa keperawatan
NOC NIC
1 Gangguan pertukaran gas a) Respiratory status: ventilation Respiratory Monitoring
berhubungan dengan 1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan a) Monitor pola napas, irama, kedalaman dan
perubahan membran kapiler suara napas yang bersih, tidak ada usaha napas
alveolar. a. Batasan karakteristik sianosis dan dypsneu (mampu b) Perhatikan gerakan dan
1) Pola pernapasan abnormal mengeluarkan sputum, mampu bernapas kesimetrisan, menggunakan otot bantu,
(mis; kecepatan, irama, dengan mudah, tidak dan adanya retraksi otot intercostals
kedalaman) ada pursed lips) dan supraclavicular
2) PH, PaO2, PaCO2, dalam darah c) Monitor bunyi napas, misalnya
b) Vital sign status
arteri abnormal mendengkur
1) Tanda-tanda vital dalam rentang normal
3) saturasi oksigen abnormal d) Monitor pola napas
4) Dispnea pada saat istirahat e) Catat lokasi trakea
5) Sianosis f) Auskultasi bunyi napas, catat peningkatan
ventilasi
g) Monitor saturasi oksigen
h) Monitor kemampuan pasien dalam batuk
efektif
Oxygen Therapy
a) Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea
b) Pertahankan jalan napas yang paten
c) Atur peralatan oksigenasi
d) Monitor aliran oksigen
e) Pertahankan posisi pasien
f) Observasi tanda-tanda hipoventilasi
g) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

Vital Sign Monitoring


a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b) Monitor vital sign saat pasien berbaring,
duduk, dan berdiri
c) Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
d) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
e) Monitor kualitas dari nadi
f) Monitor frekuensi dan irama pernapasan
g) Monitor pola pernapasan abnormal
h) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
i) Monitor sianosis perifer
j) Monitor adanya cushling triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
k) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas a) Respiratory status: ventilation Respiratory Monitoring
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dana) Monitor pola napas, irama, kedalaman dan
berhubungan dengan produksi
suara napas yang bersih, tidak ada usaha napas
mukus/sekret. sianosis dan dyspneu (mampub) Perhatikan gerakan dan
mengeluarkan sputum, mampu bernapas kesimetrisan, menggunakan otot bantu,
a. Batasan karakteristiknya dengan mudah, tidak dan adanya retraksi otot intercostals
1) Batuk yang tidak efektif ada pursed lips) dan supraclavicular
2) Dispnea
c) Monitor bunyi napas, misalnya
3) Gelisah b) Respiratory status: airway patency
mendengkur
4) Perubahan frekuensi napas 1) Menunjukkan jalan napas yang patend) Monitor pola napas
5) Perubahan pola napas (klien tidak merasa tercekik, irama napas,
frekuensi pernapasan dalam rentange) Catat lokasi trakea
6) Sianosis
normal, tidak ada suara napas abnormal) f) Auskultasi bunyi napas, catat peningkatan
7) Sputum dalam jumlah yang 2) Mampu mengidentifikasi dan mencegah ventilasi
berlebihan. faktor yang g) Monitor saturasi oksigen
8) Suara napas tambahan. menghambat jalan napas) h) Monitor kemampuan pasien dalam batuk
efektif

3 Intoleransi aktivitas a) Energy Conservation Peningkatan Latihan


berhubungan dengan b) Activity Tolerance a) Gali hambatan individu terkait latihan fisik
c) Self Care : ADLs (seperti, sesak napas, dll)
ketidakseimbangan antara suplai dan Kriteria Hasil : b) Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan
kebutuhan oksigen a) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa atau kebutuhan untuk melakukan latihan
disertai peningkatan TTV. c) Dukung individu untuk memulai atau
a. Batasan karakteristiknya b) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari melanjutkan latihan
1) Ketidaknyamanan setelah secara mandiri
d) Lakukan latihan bersama individu, jika
beraktivitas c) Tanda-tanda vital
diperlukan
2) Keletihan d) Energy psikomotor
3) Respon tanda-tanda vital e) Level kelemahan
abnormal terhadap aktivitas.
f) Mampu berpindah e) Libatkan keluarga/orang yang memberikan
g) Status sirkulasi baik perawatan dalam merencanakan dan
h) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi meningkatkan program latihan
adekuat. f) Instruksikan individu terkait frekuensi, durasi,
dan intensitas program latihan yang
diinginkan
g) Monitor respon individu terhadap program
latihan
h) Sediakan umpan balik positif atau usaha yang
dilakukan individu

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. D

No. Mr : 97. 91. 82

Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Jam Tindakan Keperawatan Paraf

Minggu, 21 Gangguan pertukaran gas 07.30 1. Memberikan oksigen melalui masker non rebreathing
Mei 2017 berhubungan dengan perubahan 10 liter/i
membran kapiler alveolar. Respon : Pasien mengatakan merasa nyaman terpasang
oksigen dan sesak berkurang jika dipasang oksigen.
07.30 2. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas Respon
: pasien tampak sesak jika setelah banyak bergerak.
3. Mengatur posisi semifowler
07.32 Respon : pasien mengatakan nnyaman dengan posisi
yang diberikan untuk bernapas.
4. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress
07.32 Respon : Pasien menarik napas panjang untuk tidak cemas.
5. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi Respon :
pasien tampak menarik napas panjang.
07.45 6. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon : Frekuensi
napas 34 x/i.
08.05 7. Menilai dan memantau hasil labor
Respon : PH 7,30, PCO2 31 mmHg, PO2 53 mmHg,
09.00 HCO3- 15,3 mmol/L

09.30 8. Kolaborasi dalam memberikan drip furosemida 15


mg/jam dalam 50 cc NaCl 0,9 %.
Respon : Pasien terpasang firosemida 15 mg/jam
11.05 9. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
Frekuensi napas 30x/i.
13.05 10. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
Frekuensi napas 32 x/i.
Minggu, 21 Ketidakefektifan bersihan jalan 08.05 1. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas
Mei 2017 nafas berhubungan dengan 34 x/i.
produksi mukus/sekret 08.10 2. Mendengarkan bunyi napas pasien
Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
10.10 3. Memberikan nebu flumucyl
Respon : Pasien mengatakan jalan napas terasa lapang
setelah nebu.
10.15 4. Mengajarkan batuk efektif
Respon : Pasien tampak mengerti cara batuk efektif.
10.35 5. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen Respon :
Pasien mengatakan aliran oksigen terasa.
11.05 6. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas
30 x/i.
13.05 7. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas
32 x/i.

Minggu, 21 Intoleransi aktivitas 08.15 1. Memandikan pasien, mengganti pakaian dan memberikan
Mei 2017 berhubungan dengan makan pasien.
ketidakseimbangan antara suplai Respon : Pasien tampak sesak setelah beraktivitas
dan kebutuhan oksigen. 08.15 2. Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat
pasien.
Respon : Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi
pasien lebih baik saat diberikan bantuan.
08.17 3. Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien
melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas
yang bisa dilakukan sendiri
08.32 4. Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan
pasien.
Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas
dan sesak berkurang
08.37 5. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah
beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah
beraktivitas.
08.40 6. Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
beraktivitas.
Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
11.00 7. Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas Respon :
Frekuensi napas 26 x/i.
12.00 8. Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan yang
dilakukan pasien.
Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam
beraktivitas

Senin, 22 Mei Gangguan pertukaran gas 07.25 1. Memberikan oksigen melalui masker non rebreathing 8
2017 berhubungan dengan perubahan liter/i
membran kapiler alveolar. Respon : Pasien mengatakan sesak berkurang jika
terpasang oksigen
07.25 2. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas
Respon : Pasien tampak sesak napas jika sedang
beraktivitas
07.27 3. Mengatur posisi semifowler
Respon : Pasien mengatakan nyaman dengan posisi yang
diberikan
07.32 4. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress
Respon : Pasien tampak menarik napas panjang
07.45 5. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi
Respon : Pasien tampak menarik napas panjang dan
lebih tenang
08.00 6. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
Frekuensi napas yaitu 30 x/i.
09.00 7. Menilai dan memantau hasil labor
Respon : PH 7,29, PCO2 34 mmHg, PO2 186 mmHg,
HCO3- 16,3 mmol/L.
09.30 8. Kolaborasi dalam memberikan drip furosemida 15
mg/jam dalam 50 cc NaCl 0,9 %.
Respon : Pasien mengatakan sudah mulai bisa BAK dan
BAK sudah lebih banyak.
11.00 9. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
Frekuensi napas yaitu 28 x/i.
13.00 10. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
Frekuensi napas yaitu 28 x/i.

Senin, 22 Mei Ketidakefektifan bersihan jalan 08.00 1. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas
2017 nafas berhubungan dengan yaitu 30 x/i.
produksi mukus/sekret 08.05 2. Mendengarkan bunyi napas pasien
Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
10.00 3. Memberikan nebu flumucyl
Respon : Pasien mengatakan jalan napas terasa lapang
10.05 4. Mengajarkan batuk efektif
Respon : Pasien tampak melakukan batuk efektif dan
pasien tampak batuk
10.35 5. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen
Respon : Pasien mengatakan oksigen yang diberikan
mengurangi sesak dan lebih mudah bernapas.
11.00 6. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas
yaitu 28 x/i.
13.00 7. Mengukur frekuensi napas pasien
Respon : Frekuensi napas yaitu 28 x/i.

Senin, 22 Mei Intoleransi aktivitas 08.15 1. Memandikan pasien, mengganti pakaian dan memberikan
2017 berhubungan dengan makan pasien.
ketidakseimbangan antara suplai Respon : Pasien tampak sesak setelah beraktivitas
dan kebutuhan oksigen. 08.15 2. Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat
pasien.
Respon : Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi
pasien lebih baik saat diberikan bantuan.
08.17 3. Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien
melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas
yang bisa dilakukan sendiri
08.32 4. Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan
pasien.
Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas
dan sesak berkurang
08.37 5. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah
beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah
beraktivitas.
08.40 6. Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
beraktivitas.
Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
11.00 7. Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas Respon :
Frekuensi napas 26 x/i.
12.00 8. Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan yang
dilakukan pasien.
Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam
beraktivitas

Selasa, 23 Mei Gangguan pertukaran gas 07.25 1. Memberikan oksigen melalui binasal 5 liter/i
2017 berhubungan dengan perubahan Respon : Pasien mengatakan sesak berkurang setelah
membran kapiler alveolar diberi oksigen
07.26 2. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas
Respon : Pasien tampak bertambah sesak setelah aktivitas
3. Mengatur posisi semifowler
07.27 Respon : Pasien mengatakan nyaman dengan posisi yang
diberikan untuk bernapas
4. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress
07.32
Respon : Pasien tampak menarik napas panjang dan
mengatakan untuk berusaha untuk tidak stress.
07.45 5. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi
Respon : Pasien menarik napas panjang
08.00 6. Mengukur frekuensi pernapasan pasien
Respon : Frekuensi napapas yaitu 26 x/i.
09.30 7. Kolaborasi dalam memberikan drip
furosemida 15 mg/jam dalam 50 cc NaCl 0,9
%.
11.00 Respon : Pasien mengatakan sudah bisa BAK.
8. Mengukur frekuensi pernapasan pasien
13.00 Respon : Frekuensi napapas yaitu 28 x/i.
9. Mengukur frekuensi pernapasan pasien
Respon : Frekuensi napas yaitu 26 x/i.

Selasa, 23 Mei Ketidakefektifan bersihan jalan 08.00 1. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi
2017 nafas berhubungan dengan napapas yaitu 26 x/i.
produksi mukus/sekret 08.05 2. Mendengarkan bunyi napas pasien
Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
10.00 3. Memberikan nebu flumucyl
Respon : pasien mengatakan jalan napas lebih terasa
lapang dan batuk bisa keluar.
10.05 4. Mengajarkan batuk efektif
Respon : Pasien melakukan batuk efektif
10.35 5. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen
Respon : Cairan untuk uap oksigen tampak dirasakn oleh
pasien.
11.00 6. Mengukur frekuensi napas pasien
Respon : Frekuensi napapas yaitu 28 x/i.

13.00 7. Mengukur frekuensi napas pasien


Respon : Frekuensi napapas yaitu 26 x/i.
Selasa, 23 Mei Intoleransi aktivitas 08.10 1. Memandikan pasien, mengganti pakaian dan memberikan
2017 berhubungan dengan makan pasien.
ketidakseimbangan antara suplai Respon : Pasien tampak sesak setelah beraktivitas
dan kebutuhan oksigen. 08.10 2. Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat
pasien.
Respon : Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi
pasien lebih baik saat diberikan bantuan.
08.15 3. Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien
melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas
yang bisa dilakukan sendiri
08.30 4. Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan
pasien.
Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas
dan sesak berkurang
08.35 5. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah
beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah
beraktivitas.
6. Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
08.36 beraktivitas.
Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
7. Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas Respon :
11.00 Frekuensi napas 26 x/i.
8. Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan
12.00

yang dilakukan pasien.


Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam
beraktivitas
Rabu, 24 Mei Gangguan pertukaran gas 07.25 1. Memberikan oksigen melalui binasal 5 liter/i
2017 berhubungan dengan perubahan Respon : Pasien mengatakan sesak naps berkurang
membran kapiler alveolar. 07.25 2. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas
Respon : pasien tampak sesak setelah aktivitas
07.27 3. Mengatur posisi semifowler
Respon : pasien tampak nyaman dengan posisi yang
diberikan
07.32 4. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress Respon :
Pasien tampak beristirahat.
07.45 5. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi
Respon : Pasien tampak menarik napas panjang dan
mengerti cara relaksasi
08.00 6. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon : Frekuensi
napas yaitu 25 x/i.
11.00 7. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon : Frekuensi
napas yaitu 27 x/i.
13.00 8. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon : Frekuensi
napas yaitu 26 x/i.

Rabu, 24 Mei Ketidakefektifan bersihan jalan 08.00 1. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas
2017 nafas berhubungan dengan yaitu 25 x/i.
produksi mukus/sekret 08.05 2. Mendengarkan bunyi napas pasien
Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
10.00 3. Memberikan nebu flumucyl

Respon : Pasien tampak batuk dan dahak keluar


10.05 4. Mengajarkan batuk efektif
Respon : Pasien tampak melakukan batuk efektif dan
mengerti apa yang diajarkan
10.35 5. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen
Respon : Aliran oksigen dirasakan oleh pasien
11.00 6. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas
yaitu 27 x/i.
13.00 7. Mengukur frekuensi napas pasien
Respon : Frekuensi napas yaitu 26 x/i.
Rabu, 24 Mei Intoleransi aktivitas 08.10 1. Memandikan pasien, mengganti pakaian dan memberikan
2017 berhubungan dengan makan pasien.
ketidakseimbangan antara suplai Respon : Pasien tampak sesak setelah beraktivitas
dan kebutuhan oksigen. 08.10 2. Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat
pasien.
Respon : Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi
pasien lebih baik saat diberikan bantuan.
08.15 3. Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien
melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas
yang bisa dilakukan sendiri
08.30 4. Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan
pasien.
Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas
dan sesak berkurang
08.35 5. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah
beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah

beraktivitas.
08.36 6. Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
beraktivitas.
Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
11.00 7. Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas Respon :
Frekuensi napas 26 x/i.
12.00 8. Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan yang
dilakukan pasien.
Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam
beraktivitas
Kamis, 25 Mei Gangguan pertukaran gas 07.40 1. Memberikan oksigen melalui binasal 3 liter/i
2017 berhubungan dengan perubahan Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
membran kapiler alveolar. 07.42 2. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas
Respon : Pasien mengatakan napas terasa sesak
07.45 3. Mengatur posisi semifowler
Respon : Pasien tampak nyaman dengan posisi yang
diberikan
07.45 4. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress
Respon : Pasien tampak tidak cemas lagi
07.50 5. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi
Respon : Pasien tampak menarik napas dalam
08.00 6. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
Frekuensi napas yaitu 24 x/i.
11.15 7. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
Frekuensi napas yaitu 24 x/i.
13.10 8. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
Frekuensi napas yaitu 25 x/i.
Kamis, 25 Mei Ketidakefektifan bersihandengan
jalan 08.00 1. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas
2017 nafas berhubungan yaitu 24 x/i.
sekresi yang tertahan. 08.05 2. Mendengarkan bunyi napas pasien
Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
10.00 3. Memberikan nebu flumucyl
Respon : Pasien mengatakan jalan napas lapang dan
batuk berkurang
10.05 4. Mengajarkan batuk efektif
Respon : Pasien melakukan batuk
efektif dan mengatakan batuk berkurang
10.35 5. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen
Respon : Aliran oksigen tampak baik dan lancar
11.15 6. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas
yaitu 24 x/i.
13.10 7. Mengukur frekuensi napas pasien
Respon : Frekuensi napas yaitu 25 x/i.
Kamis, 25 Intoleransi aktivitas 08.10 1. Memandikan pasien, mengganti pakaian dan memberikan
Mei 2017 berhubungan dengan makan pasien.
ketidakseimbangan antara suplai Respon : Pasien tampak sesak setelah beraktivitas
dan kebutuhan oksigen. 08.10 2. Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat
pasien.
Respon : Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi
08.15 pasien lebih baik saat diberikan bantuan.
3. Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien
melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas
08.30 yang bisa dilakukan sendiri
4. Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan
pasien.
08.35 Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas
dan sesak berkurang
5. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah
08.36 beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah
beraktivitas.
11.00 6. Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
beraktivitas.
12.00 Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
7. Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas Respon :
Frekuensi napas 26 x/i.
8. Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan yang
dilakukan pasien.
Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam
beraktivitas

26 Mei-29 mei Gangguan pertukaran gas 09.00 1. Mengukur frekuensi pernapasan pasien Respon :
2017 berhubungan dengan perubahan Frekuensi napas yaitu 20 x/i.
membran kapiler alveolar. 09.10 2. Memberikan oksigen melalui binasal 3 liter/i
Respon : Pernapasan pasien sudah ridak sesak
09.15 3. Menilai kondisi pernapasan pasien setelah aktivitas
Respon : Pasien tampak tidak sesak setelah aktivitas
09.20 4. Mengatur posisi semifowler

Respon : Pasien tampak nyaman dengan posisi yang


diberikan
09.25 5. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas dan stress Respon :
Pasien tampak tidak cemas lagi
10.10 6. Mengajarkan teknik napas dalam dan relaksasi
Respon : Pasien tampak menarik napas dalam

26 Mei-29 mei Ketidakefektifan bersihan jalan 09.00 1. Mengukur frekuensi napas pasien Respon : Frekuensi napas
2017 nafas berhubungan dengan yaitu 24 x/i.
sekresi yang tertahan. 09.05 2. Mendengarkan bunyi napas pasien
Respon : Bunyi napas terdengar ronkhi
10.00 3. Memberikan nebu flumucyl
Respon : Pasien mengatakan jalan napas lapang dan
batuk berkurang
10.15 4. Mengajarkan batuk efektif
Respon : Pasien melakukan batuk
efektif dan mengatakan batuk berkurang
10.35 5. Memberikan dan memantau kondisi cairan oksigen
Respon : Aliran oksigen tampak baik dan lancar

26 Mei-29 mei Intoleransi aktivitas 09.10 1. Meminta bantuan keluarga untuk membantu merawat
2017 berhubungan dengan pasien.
ketidakseimbangan antara suplai Respon : Keluarga mau membantu tindakan dan kondisi
dan kebutuhan oksigen. pasien lebih baik saat diberikan bantuan.
09.15 2. Memberikan semangat dan motivasi untuk pasien
melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas
yang bisa dilakukan sendiri
11.00 3. Membantu pasien dalam aktivitas yang ingin dilakukan
pasien.
Respon: Pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas
dan sesak berkurang
11.10 4. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien setelah
beraktivitas
Respon : Pasien mengatakan masih sesak napas setelah
beraktivitas.
11.15 5. Mengajarkan pasien untuk latihan napas dalam setelah
beraktivitas.
Respon : Sesak napas pasien tampak berkurang
11.20 6. Menilai pernapasan pasien setelah beraktivitas Respon :
Frekuensi napas 26 x/i.
12.00 7. Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan yang
dilakukan pasien.
Respon : Pasien tampak lebih bersemangat dalam
beraktivitas

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. D


No. Mr : 97. 91. 82
Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi keperawatan Paraf
Keperawatan Jam

Minggu, 21 Mei Gangguan pertukaran 13.35 S : Pasien mengatakan napas sangat sesak, pasien mengatakan
2017 gas berhubungan lebih suka duduk untuk kenyamanan bernapas
dengan perubahan
membran kapiler O : Pasien tampak sesak napas dengan RR : 32 x/i dan
alveolar. menggunakan NRM 10 liter/i. Hasil AGD yaitu : PH 7,30,
PCO2 31 mmHg, PO2 53 mmHg, HCO3- 15,3 mmol/L.

A : Masalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


perubahan membran kapiler alveolar belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan monitor


tanda-tanda vital dan status pernapasan.

Minggu, 21 Mei Ketidakefektifan 13.40 S : Pasien mengatakan bahwa sering batuk, sekret sulit keluar
2017 bersihan jalan nafas ketika batuk, sesak napas bertambah ketika batuk.
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan. O : Pasien tampak sering batuk dan sesak napas.

A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan sekresi yang tertahan belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status pernapasan


dan jalan napas.
Minggu, 21 Mei Intoleransi aktivitas 13.30 S : Pasien mengatakan bahwa badannya terasa lemah dan masih
2017 berhubungan dengan sulit beraktivitas akibat sesak napas dan sesak bertambah
ketidakseimbangan jika beraktivitas
antara suplai dan
kebutuhan oksigen. O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien tampak sesak
napas, tanda-tanda vital pasien yaitu : TD : 160/90 mmHg,
HR : 90 x/i, RR : 32 x/i, suhu : 36,6 C.

A : Intoleransi pasien terhadap aktivitas belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitor aktivitas dan


tandatanda vital pasien.

Senin, 22 Mei 2017 Gangguan pertukaran 13.35 S : Pasien mengatakan napas sangat sesak, pasien mengatakan
gas berhubungan lebih suka duduk untuk kenyamanan bernapas
dengan perubahan
membran kapiler O : Pasien tampak sesak napas dengan RR : 28 x/i dan
alveolar. menggunakan NRM 8 liter/i. Hasil AGD yaitu : PH 7,29,
PCO2 34 mmHg, PO2 186 mmHg, HCO3- 16,3 mmol/L.

A : Masalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


perubahan membran kapiler alveolar belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan monitor


tanda-tanda vital dan status pernapasan.

Senin, 22 Mei 2017 Ketidakefektifan 13.40 S : Pasien mengatakan bahwa masih sering batuk, sekret sulit
bersihan jalan nafas keluar ketika batuk, sesak napas bertambah ketika batuk.
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan. O : Pasien tampak sering batuk dan sesak napas.

A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan


dengan sekresi yang tertahan belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status pernapasan
dan jalan napas.

Senin, 22 Mei 2017 Intoleransi aktivitas 13.30 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah dan
berhubungan dengan masih sulit beraktivitas akibat sesak napas.
ketidakseimbangan
antara suplai dan O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien tampak
kebutuhan oksigen. masih sesak napas, tanda-tanda vital pasien yaitu : TD :
151/90 mmHg, HR : 101 x/i,RR : 28 x/i, 36,5 C

A : Intoleransi pasien terhadap aktivitas belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitor aktivitas dan


tandatanda vital pasien.

Selasa, 23 Mei Gangguan pertukaran 13.35 S : Pasien mengatakan napas masih terasa sesak, pasien
2017 gas berhubungan mengatakan lebih suka duduk untuk kenyamanan bernapas

dengan perubahan O : Pasien tampak sesak napas dengan RR : 26 x/i dan


membran kapiler menggunakan binasal 5 liter/i. Hasil AGD yaitu : PH 7,36,
alveolar. PCO2 36 mmHg, PO2 66 mmHg, HCO3- 20,3 mmol/L.

A : Masalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


perubahan membran kapiler alveolar belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan monitor


tanda-tanda vital dan status pernapasan.

Selasa, 23 Mei Ketidakefektifan 13.40 S : Pasien mengatakan bahwa masih sering batuk, sekret sulit
2017 bersihan jalan nafas keluar ketika batuk, sesak napas bertambah ketika batuk.
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan. O : Pasien tampak sering batuk dan sesak napas.

A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan


dengan sekresi yang tertahan belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status pernapasan


dan jalan napas.
Selasa, 23 Mei Intoleransi aktivitas 13.30 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah dan
2017 berhubungan dengan masih sulit beraktivitas akibat sesak napas
ketidakseimbangan
antara suplai dan O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien tampak masih
kebutuhan oksigen. sesak napas, tanda-tanda vital pasien yaitu : TTV pasien
yaitu , TD : 154/81 mmHg, HR : 100 x/i, RR : 26 x/i, suhu :
36,3 C

A : Intoleransi pasien terhadap aktivitas belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan dengan monitor aktivitas dan


tanda-tanda vital pasien.

Rabu, 24 Mei 2017 Gangguan pertukaran 13.35 S : Pasien mengatakan napas masih terasa sesak, pasien
gas berhubungan mengatakan lebih suka duduk untuk kenyamanan bernapas
dengan perubahan
membran kapiler O : Pasien tampak sesak napas dan menggunakan binasal 5
alveolar. liter/I, frekuensi napas 26x/i.

A : Pasien masih mengalami gangguan pertukaran gas.

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan monitor


tanda-tanda vital dan status pernapasan.
Rabu, 24 Mei 2017 Ketidakefektifan 13.40 S : Pasien mengatakan bahwa masih sering batuk, sekret sulit
bersihan jalan nafas keluar ketika batuk, sesak napas bertambah ketika batuk.
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan. O : Pasien tampak sering batuk dan sesak napas.

A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan


dengan sekresi yang tertahan belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status pernapasan


dan jalan napas.

Rabu, 24 Mei 2017 Intoleransi aktivitas 13.30 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah dan
berhubungan dengan masih sulit beraktivitas akibat sesak napas
ketidakseimbangan
antara suplai dan O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien masih tampak
kebutuhan oksigen. sesak napas, tanda-tanda vital pasien yaitu : TD : 178/80
mmHg, HR : 100 x/i, RR : 26 x/i, suhu : 36,6 C

A : Intoleransi pasien terhadap aktivitas belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan dengan monitor aktivitas dan


tanda-tanda vital pasien.

Kamis, 25 Mei Gangguan pertukaran 13.25 S : Pasien mengatakan masih sesak napas, sesak sudah
2017 gas berhubungan berkurang
dengan perubahan
membran kapiler O : Sesak napas pasien tampak berkurang dan menggunakan
alveolar. binasal 3 liter/I, frekuensi napas 25 x/i.

A : Pasien masih mengalami gangguan pertukaran gas.

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan monitor


tanda-tanda vital dan status pernapasan.
Kamis, 25 Mei Ketidakefektifan 13.30 S : Pasien mengatakan bahwa masih batuk tetapi sudah
2017 bersihan jalan nafas berkurang, sesak napas sudah berkurang.
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan. O : Pasien tampak batuk dan pernapasan tampak sesak.

A :Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan


dengan sekresi yang tertahan belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status pernapasan


dan jalan napas.

Kamis, 25 Mei Intoleransi aktivitas 13.20 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah
2017 berhubungan dengan dan napas masih terasa sesak tetapi sudah bisa sedikit
ketidakseimbangan beraktivitas
antara suplai dan
kebutuhan oksigen. O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien masih
tampak sesak napas, tanda-tanda vital pasien yaitu : TD :
155/90 mmHg, HR : 97 x/i, RR : 25 x/i, suhu : 36,8 C

A : Intoleransi pasien terhadap aktivitas belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitor aktivitas dan


tandatanda vital pasien.

Jum’at, 26 Mei Gangguan pertukaran 12.00 S : Pasien mengatakan napas sesak namun sudah berkurang
2017 gas berhubungan
dengan perubahan O : Sesak napas pasien tampak berkurang dan menggunakan
membran kapiler binasal 3 liter/I, frekuensi napas 26 x/i.
alveolar.
A : Pasien masih mengalami gangguan pertukaran gas.

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan monitor


tanda-tanda vital dan status pernapasan.
Jum’at, 26 Mei Ketidakefektifan 12.05 S : Pasien mengatakan bahwa masih batuk tetapi sudah
2017 bersihan jalan nafas berkurang, sesak napas sudah berkurang.
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan. O : Pasien tampak batuk dan pernapasan tampak sesak.

A :Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan


dengan sekresi yang tertahan belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status pernapasan


dan jalan napas.

Jum’at, 26 Mei Intoleransi aktivitas 12.10 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah
2017 berhubungan dengan dan napas masih terasa sesak tetapi sudah bisa sedikit
ketidakseimbangan beraktivitas.
antara suplai dan
kebutuhan oksigen. O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien masih
tampak sesak napas, tanda-tanda vital pasien yaitu : TD :
150/90 mmHg, HR : 90 x/i, RR : 26 x/i, suhu : 36,9 C

A : Intoleransi pasien terhadap aktivitas belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitor aktivitas dan


tandatanda vital pasien.

Sabtu, 27 Mei Gangguan pertukaran 12.10 S : Pasien mengatakan napas sesak sudah berkurang
2017 gas berhubungan
dengan perubahan O : Sesak napas pasien tampak berkurang dengan RR : 24 x/i
membran kapiler dan menggunakan binasal 3 liter/i.

alveolar.
A : Pasien masih mengalami gangguan pertukaran gas.

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan monitor


tanda-tanda vital dan status pernapasan.
Sabtu, 27 Ketidakefektifan 12.15 S : Pasien mengatakan bahwa masih batuk tetapi sudah
Mei 2017 bersihan jalan nafas berkurang, sesak napas sudah berkurang.
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan. O : Pasien tampak sudah tidak batuk dan pernapasan tampak
sesak.

A :Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan


dengan sekresi yang tertahan belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status pernapasan


dan jalan napas.

Sabtu, 27 Intoleransi aktivitas 12.20 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah
Mei 2017 berhubungan dengan dan napas masih terasa sesak tetapi sudah bisa sedikit
ketidakseimbangan beraktivitas
antara suplai dan
kebutuhan oksigen. O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien masih
tampak sesak napas, tanda-tanda vital pasien yaitu : TD :
140/90 mmHg, HR : 87 x/i, RR : 24 x/i, suhu : 36,6 C

A : Intoleransi pasien terhadap aktivitas belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitor aktivitas dan


tandatanda vital pasien.

Minggu, 28 Mei Gangguan pertukaran 12.15 S : Pasien mengatakan napas sesak sudah berkurang
2017 gas berhubungan
dengan perubahan O : Sesak napas pasien tampak berkurang dan menggunakan
membran kapiler binasal 3 liter/i.
alveolar.
A : Pasien masih mengalami gangguan pertukaran gas.

P : Intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen dan monitor


tanda-tanda vital dan status pernapasan.

Minggu, 28 Mei Ketidakefektifan 12.20 S : Pasien mengatakan bahwa masih batuk tetapi sudah
2017 bersihan jalan nafas berkurang, sesak napas sudah berkurang.
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan. O : Pasien tampak sudah tidak batuk dan pernapasan tampak
normal.

A :Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan


dengan sekresi yang tertahan belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitoring status pernapasan


dan jalan napas.

Minggu, 28 Mei Intoleransi aktivitas 12.20 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah
2017 berhubungan dengan dan napas masih terasa sesak tetapi sudah bisa sedikit
ketidakseimbangan beraktivitas

antara suplai dan


kebutuhan oksigen. O : Pasien masih tampah lemah dan pucat, pasien masih
tampak sesak napas, tanda-tanda vital pasien yaitu : TD :
155/90 mmHg, HR : 92 x/i, RR : 22 x/i, suhu : 36,8 C

A : Intoleransi pasien terhadap aktivitas belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan dengan monitor aktivitas dan


tandatanda vital pasien.
Senin, 29 Gangguan pertukaran 12.00 S : Pasien mengatakan napas sesak sudah tidak ada.
Mei 2017 gas berhubungan
dengan perubahan O : Pasien tampak sudah tidak sesak napas dan tidak dipasang
membran kapiler oksigen, frekuensi napas 20x/i.
alveolar.
A : Pasien sudah tidak mengalami masalah gangguan oksigenasi.

P : Intervensi dihentikan dan pasien diperbolehkan pulang.

Senin, 29 Ketidakefektifan 12.05 S : Pasien mengatakan bahwa batuk tetapi sudah berkurang,
Mei 2017 bersihan jalan nafas sesak napas sudah tidak ada.
berhubungan dengan
sekresi yang tertahan. O : Pasien tampak sudah tidak batuk dan pernapasan tampak
normal.

A :Pasien sudah tidak mengalami masalah bersihan jalan napas.

P : Intervensi dihentikan dan pasien boleh pulang

Senin, 29 Intoleransi aktivitas 12.10 S : Pasien mengatakan bahwa badannya masih terasa lemah dan
Mei 2017 berhubungan dengan napas masih terasa sesak tetapi sudah bisa sedikit
ketidakseimbangan beraktivitas
antara suplai dan
kebutuhan oksigen. O : Pasien tampak sudah bisa melakukan aktivitas sendiri tanpa
disertai sesak napas.

A : Intoleransi pasien terhadap aktivitas teratasi.

P : Intervensi dihentikan dan pasien boleh pulang.

Anda mungkin juga menyukai