Anda di halaman 1dari 87

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN

KADAR ASAM URAT PADA PASIEN DI POLI RAWAT


JALAN RSUD ALIMUDIN UMAR LAMPUNG BARAT
TAHUN 2022

Oleh :

ITA PURNAMASARI
NPM : 2020206203370P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN
KADAR ASAM URAT PADA PASIEN DI POLI RAWAT
JALAN RSUD ALIMUDIN UMAR LAMPUNG BARAT
TAHUN 2022

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


sarjana keperawatan

Oleh :

ITA PURNAMASARI
NPM : 2020206203370P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022

ii
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM URAT PADA PASIEN
DI POLI RAWAT JALAN RSUD ALIMUDIN UMAR LAMPUNG BARAT
TAHUN 2022

Ita Purnamasari, Elmi Nuryati, Desi Kurniawati, Yusnita


Prodi Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Email : itapurnamasati@gmail.com

60 halaman + 4 tabel + 2 gambar + 7 lampiran

ABSTRAK

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan suatu pengukuran untuk menilai status gizi pada orang
dewasa dengan menggunakan indicator berat badan dan tinggi badan.. Beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi IMT, yaitu usia, jenis kelamin, genetik, pola makan, aktivitas fisik. Akibat adanya
perubahan IMT dapat terjadi berbagai jenis penyakit contohnya peningkatan kadar asam urat yang
dapat disebabkan karena genetik, asupan makanan tinggi purin, konsumsi alkohol, hipertensi,
obat-obatan tertentu, usia, jenis kelamin terutama laki-laki, aktifitas fisik dan kegemukan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar
asam urat. Subjek dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang di diagnosis asam urat di Poli
Rawat Jalan dengan kriteria kadar asam urat > 6 mg/dL dan beusia >18 tahun. Besarnya sampel
pada penelitian ini adalah 53 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental
sampling.

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan teknik survey dan analisis uji chi
square. Instrument yang digunakan adalah lembar catatan, mikrotois dan timbangan badan. Hasil
dari penelitian terdapat hubungan yang siginifikan antara indeks massa tubuh dengan kadar asam
urat (p value 0,008). Saran dari penelitian ini kepada masayarakat untuk menjaga pola makan,
meningkatkan aktifitas fisik agar peredarah darah menjadi lancar serta mencegah terjadinya
peningkatan berat badan dan kadar asam urat dalam darah.

Kata kunci : IMT, Asam urat


Referensi : 41 (2011-2020)

iii
CORELATION BETWEEN BODY MASS INDEX WITH URIC ACID LEVEL
AT RSUD ALIMUDIN UMAR LAMPUNG BARAT 20222

Ita Purnamasari, Elmi Nuryati, Desi Kurniawati, Yusnita


Prodi Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Email : itapurnamasati@gmail.com

60 page + 4 table + 2 picture + 7 attachment

ABSTRACT

Body mass index (BMI) is a measurement to assess nutritional status in adults using indicators of
weight and height. Several factors can affect BMI, namely age, gender, genetics, diet, physical
activity. Due to changes in BMI, various types of diseases can occur, for example, increased uric
acid levels which can be caused by genetics, high purine food intake, alcohol consumption,
hypertension, certain drugs, age, gender, especially men, physical activity and obesity.

The subjective of this study was to determine the correlation between body mass index (BMI) and
uric acid levels. The subjects of this study were all patients diagnosed with gout in the Outpatient
Polyclinic with criteria for uric acid levels > 6 mg/dL and > 18 years of age. The sample size in
this study was 53 respondents. Accidental sampling technique is used.

This study uses a cross sectional method with survey techniques and chi square test analysis. The
instruments used are note sheets, microtoise and body scales. The results of the study showed a
significant relationship between body mass index and uric acid levels (p value 0.008). Suggestions
from this study to the community to maintain a diet, increase physical activity so that blood
circulation becomes smooth and prevent an increase in body weight and uric acid levels in the
blood.

Keyword : BMI, uric acid


Reference : 41 (2011-2020)

iv
HALAMAN PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM URAT


PADA PASIEN DI POLI RAWAT JALAN RSUD ALIMUDIN UMAR
LAMPUNG BARAT TAHUN 2022

Oleh :
Mahasiswa

ITA PURNAMASARI
NPM : 2020206203370P

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing III

Elmi Nuryati, SKM.,M.Epid Ns. Desi Kurniawati, Sp.Kep.Mat Ns. Yusnita, M.Kes
NIDN. 0215117601 NIDN.0211128503 NIDN. 0225087801

Ketua Program Studi

Ns. Rita Sari, M.Kep.


NIDN.0222087403

v
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM PADA


PASIEN URAT DI POLI RAWAT JALAN RSUD ALIMUDIN UMAR
LAMPUNG BARAT
TAHUN 2022

1. Tim Penguji

Ketua : Elmi Nuryati, SKM.,M.Epid

Sekretaris : Ns. Desi Kurniawati, Sp.Kep.Mat

Anggota : Ns. Yusnita, M.Kes

2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UMPRI

Elmi Nuryati, SKM.,M.Epid


NIDN.0215117601

Tanggal Lulus Ujian : 09 Agustus 2022

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah


Pringsewu Lampung, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Ita Purnamasari
NPM : 2020206203370P
Fakultas : Fakultas Ilmu Kesehatan
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan
kepada Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti
rugi berupa materi atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat Pada pasien di Poli Rawat
Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat Tahun 2022

Dengan pernyataan ini Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung berhak


menyimpan, mengalihmediakan dalam bentuk format yang lain, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik hak atas karya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Liwa
Pada tanggal : 09 Agustus 2022
Yang menyatakan

Ita Purnamasari

vii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:


1. Ibunda dan Ayahanda yang selalu menyayangi, membimbing, dan
mendoakan untuk keberhasilan dalam studi anaknya.
2. Kakakku, Suami, Anak dan saudara-saudaraku yang selalu menanti dan siap
menerima keberhasilan studiku
3. Rekan-rekan mahasiswi seperjuangan yang selalu membantu dan memberikan
motivasi kepada penulis
4. Almamater Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang
sangat penulis cintai

viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Ita Purnamasari lahir di desa Muara Jaya ll pada tanggal 10 September 1991 anak
Keempat dari pasangan Bapak Nurdin dan Ibu Jujuh wati.
Pendidikan yang pernah ditempuh:

1. SD Negeri 1 Muara Jaya ll lulus pada tahun 2004


2. Madrasah Tsanawiyah Nuruk Ulum lulus pada tahun 2008
3. SMA PGRI I lulus pada tahun 2011
4. D III Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro Lulus pada tahun 2014
5. Pada tahun 2020 hingga tahun 2022 tercatat sebagai Mahasiswi Program
Studi S l Keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Semasa menjalani pendidikan dibangku Madrasah Tsanawiyah penulis aktif


diberbagai kegiatan, antara lain, Seketaris OSIS dari tahun 2006 sampai dengan
2007 serta sebagai Pradana (PRAMUKA) dari tahun 2006 sampai dengan 2007
Semasa menjalani pendidikan dibangku Sekolah Menengah Atas penulis aktif
diberbagai kegiatan PASKIBRA dari tahun 2009 sampai dengan 2011

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan indeks
massa tubuh dengan kadar asam urat pada Pasien di Poli Rawat Jalan RSUD
Alimudin Umar Lampung Barat Tahun 2022”. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. H. Wanawir AM., MM., M.Pd., selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
2. Elmi Nuryati, SKM., M.Epid. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung dan pembimbing I dalam
penyusunan skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan serta
dukungan agar tugas ini dapat terselesaikan dengan baik .
3. Ns. Rita Sari, M.Kep, selaku ketua prodi S1 Keperawatan.
4. Ns. Desi Kurniawati, Sp.Kep.Mat., selaku pembimbing II dalam penulisan
skripsi ini
5. Ns. Yusnita, M.Kes Selaku Pembimbing III dalam penulisan skripsi ini
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Peneliti berharap skripsi ini bermanfaat di kemudian hari dan semoga Allah SWT
senantiasa melindungi kita semua.

Pringsewu, Agustus 2022


Penulis

Ita Purnamasari

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN …………………………………….. i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ……………………. ii
ABSTRAK …………………………………………………………... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN ………………………. v
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN ……………………….. vi
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ………………………… vii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………….. viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ……………………………………… ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………. x
DAFTAR ISI ………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………….…………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………. 3
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….. 4
D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Indeks Massa Tubuh …….. ……………….………………… 6
B. Asam Urat …….…… ………………………………....……... 9
C. Kerangka Teori …….………………………………………… 27
D. Kerangka Konsep……………………..……………………… 28
E. Hipotesis Penelitian ……………………………………….…. 28

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian …………………………………………….. 29
B. Variabel Penelitian …………………………………………... 29
C. Definisi Operasional …………………………………………. 31
D. Populasi dan Sampel ………………………………………… 31
E. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………….. 32
F. Etika Penelitian ………………………………………………. 32
G. Instrumen dan Pengumpulan Data …………………………… 34
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ……………………….. 34
I. Jalannya Penelitian ………………………………………..…. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………….…. 42
B. Pembahasan …..…………………………………………….. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

xi
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 51
B. Saran …………………………………………………..……. 52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ………………………………………… 31

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden menurut usia dan jenis kelamin 42
di RSUD Alimudin Umar Tahun 2022 …………………………………

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi indeks massa tubuh dan kadar asam urat 42
responden di RSUD Alimudin Umar Tahun 2022 …………………….

Tabel 4.3 Hasil uji korelasi hubungan indeks massa tubuh dengan kadar 43
asam urat di RSUD Alimudin Umar Tahun 2022 ……………………..

xiii
DAFTAR GAMBAR

Kerangka Teori …………………………………………………………… 27


Kerangka Konsep ………………………………………………………….28

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Consent


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Lolos Kaji Etik
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 : Lembar Konsul
Lampiran 7 : Hasil Pengolahan Data

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan suatu pengukuran untuk menilai status

gizi pada orang dewasa dengan menggunakan indicator berat badan dan

tinggi badan. Menurut data WHO pada tahun 2014, sebanyak 39% orang

dewasa, termasuk yang berusia 18 tahun ke atas mengalami overweight. Dari

jumlah tersebut sekitar 13% mengalami obesitas. Nilai IMT yang tidak

normal menunjukkan adanya masalah pada tubuh orang tersebut dan apabila

tidak diperhatikan maka dapat memperparah kondisi kesehatan dan

berkembang menjadi penyebab kematian. Perkembangan penyakit

penyebab kematian utama di negara berkembang telah bergeser dari penyakit

menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini dipengaruhi

oleh adanya perubahan gaya hidup, urbanisasi dan globalisasi. Salah satu

jenis penyakit tidak menular tersebut adalah penyakit bawaan atau penyakit

degeneratif. Penyakit asam urat adalah salah satu contoh dari penyakit tidak

menular yang perlu mendapatkan pengawasan khusus, karena mempengaruhi

kualitas hidup seseorang akibat dari berbagai gejala nyeri yang ditimbulkan.

Tingginya asam urat dalam tubuh bisa menimbulkan komplikasi berbagai

penyakit berbahaya seperti gangguan ginjal, jantung koroner, diabetes

mellitus (Suriana, 2014).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017) prevalensi asam

urat di dunia sebanyak 34,2%. Asam urat sering terjadi di negara maju seperti
2

Amerika. Prevalensi asam urat di Negara Amerika sebesar 26,3% dari total

penduduk. Peningkatan kejadian asam urat tidak hanya terjadi di negara maju

saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang, salah satunya di

Negara Indonesia (Kumar & Lenert, 2016). Prevalensi asam urat di Indonesia

masih belum diketahui dengan pasti karena terbatasnya data yang tersedia.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi untuk penyakit sendi di

Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan usia lanjut 55-64 tahun

(15,5%), usia 67-74 tahun (18,6%), dan usia 75 keatas (18,9%). Prevalensi di

Provinsi Lampung sebesar 7,61% dan untuk Lampung Barat sebesar 12,24%.

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi IMT, yaitu : Usia, prevalensi

obesitas meningkat secara terus menerus dari usia 20-60 tahun. Setelah usia

60 tahun, angka obesitas mulai menurun ; Jenis Kelamin, Pria lebih banyak

mengalami overweight dibandingkan wanita. Distribusi lemak tubuh juga

berbeda pada pria dan wanita, pria cenderung mengalami obesitas visceral

dibandingkan wanita; Genetik, beberapa studi membuktikan bahwa faktor

genetik dapat memengaruhi berat badan seseorang. Pola Makan, makanan

siap saji juga berkontribusi terhadap epidemi obesitas. Banyak keluarga yang

mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung tinggi lemak dan tinggi

gula. Alasan lain yang meningkatkan kejadian obesitas yaitu peningkatan

porsi makan ; Aktivitas Fisik, saat ini level aktifitas fisik telah menurun

secara dramatis dalam 50 terakhir, seiring dengan pengalihan buruh manual

dengan mesin dan peningkatan penggunaan alat bantu rumah tangga,

transportasi dan rekreasi. (Asil, ,2014).


3

Selain itu perubahan IMT juga disebabkan oleh berat badan kurang atau

underweight seperti halnya undereating dan obesitas, dapat disebabkan oleh

faktor psikologis dan fisiologis seseorang. Faktor psikologis yang dapat

memicu terjadinya underweight adalah keinginan untuk memiliki tubuh ideal

sehingga mempengaruhi pola hidup dan kebiasaan makan seseorang.

Sedangkan berdasarkan faktor fisiologis, underweight paling utama

disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, selain itu dapat pula disebabkan

oleh masalah endokrin di dalam tubuh. Underweight terjadi akibat tubuh

mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial seperti karbohidrat,

protein dan lemak. Kekurangan protein menyebabkan massa otot yang

terbentuk sedikit dan penurunan sistem imunitas sehingga rentan terkena

penyakit. Selain dua faktor tersebut, faktor lain seperti genetik, usia, serta

faktor penyakit diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya kasus

underweight (Ranasinghe ,2013).

Sehubungan dengan adanya perubahan indeks massa tubuh maka dapat terjadi

berbagai jenis penyakit salah satunya peningkatan kadar asam urat. Faktor

penyebab terjadinya peningkatan kadar asam urat adalah, genetik, asupan

makanan tinggi purin, konsumsi alkohol, hipertensi, obat-obatan tertentu,

usia, jenis kelamin terutama laki-laki, aktifitas fisik dan kegemukan. Masalah

kegemukan menandakan ketidakseimbangan status gizi. Untuk dapat menilai

status gizi tersebut digunakan pengukuran indeks massa tubuh (IMT).


4

Pengukuran ini dilakukan dengan cara menghitung hubungan antara berat

badan dan tinggi seseorang (Noviyanti, 2015).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Leokuna (2020) didapatkan hasil

terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kadar

asam urat pada orang dewasa di Oesapa Timur dengan nilai p = 0,001.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Wulandari (2015) mendapatkan hasil

yang menunjukkan adanya hubungan antara lingkar pinggang, IMT, dan

asupan purin terhadap kadar asam urat (p = 0,000). Namun, faktor yang

berpengaruh kuat terhadap peningkatan asam urat yaitu asupan purin dan

IMT. Wanita usia di atas 50 tahun dengan asupan purin tinggi dan IMT tinggi

memiliki risiko 3,602 dan 3,157 kali lebih besar untuk mengalami

peningkatan asam urat.

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di poli rawat jalan RSUD Alimudin

Umar Lampung Barat didapatkan data pasien asam urat sebesar 32 orang

pada tahun 2018, pada tahun 2019 jumlah pasien asam urat meningkat

menjadi 148, dan pada tahun 2020 terdapat 74 orang pasien sedangkan untuk

tahun 2021 sebanyak 82 orang pasien yang mengalami asam urat dan berobat

di Poli Rawat Jalan. Dari hasil wawancara kepada pada perawat Poli Rawat

Jalan pada 18 Maret 2022 terdapat tujuh pasien yang datang dengan keluhan

nyeri sendi dan terdiagnosa mengalami peningkatan kadar asam urat. Untuk

indeks massa tubuh pasien tersebut dinilai dari hasil inspeksi saja, empat

orang (57,1%) tampak mengalami kelebihan berat badan petugas juga


5

menanyakan kepada pasien jenis makanan yang biasa dimakan oleh sehingga

akhirnya timbul keluhan nyeri sendi.

Banyaknya kejadian asam urat pada tiga tahun terakhir, berdasarkan keluhan

nyeri yang menggangu, bervariasinya status gizi dan berat badan serta belum

dapat disimpulkan secara mayoritas hal apa yang dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan kadar asam urat pada seseorang terutama pada pasien

yang berobat di poli rawat jalan RSUD Alimudin Umar maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang hubungan indeks massa tubuh dengan

kadar asam urat di Poli Rawat Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat

tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui apakah ada “hubungan antara indeks massa tubuh dengan

kadar asam urat di Poli Rawat Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat

Tahun 2022”.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Diketahui hubungan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat Pada

pasien di Poli Rawat Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat tahun

2022.

2. Tujuan khusus
6

a. Diketahui karakteristik responden berdasarkan usia rata-rata dan jenis

kelamin di Poli Rawat Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat.

b. Diketahui distribusi frekuensi indeks massa tubuh responden di Poli

Rawat Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat.

c. Diketahui distribusi frekuensi kadar asam urat Pada pasien di Poli

Rawat Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat.

d. Diketahui hubungan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat Pada

pasien Poli Rawat Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Institusi pendidikan

Peneltian ini dapat menjadi sumber informasi maupun bahan materi

pembelajaran khususnya pada pemberian asuhan keperawatan pasien

asam urat dengan harapan menjadikan hasil penelitian sebagai bukti untuk

memberikan intervensi keperawatan.

2. Rumah sakit

Penelitian ini dapat membatu memberikan suatu tambahan pengetahuan,

bahan pemberian edukasi maupun intervensi asuhan keperawatan bagi

tenaga kesehatan kepada pasien yang dirawat dengan asam urat, agar

selalu menjaga kesehatan tubuh dengan menjaga pola makan seimbang

agar tidak terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah

3. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi mengubah pola kebiasaan

masyarakat terkait dengan asupan makanan yang dapat miningkatkan


7

resiko kenaikan berat badan dan peningkatan kadar asam urat yang

dikonsumsi sehari-hari agar memenuhi standar dan bermanfaat bagi

tubuh.

4. Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber rujukan ilmiah serta dapat

dikembangkan oleh peneliti selanjutnya terkait masalah indeks massa

tubuh dan asam urat.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asam Urat

1. Definisi

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau

penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh

tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam

darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di

dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah

yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang (Haryani and Misniarti

2020).

Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan

protein (terutama dari daging, hati,ginjal, dan beberapa jenis sayuran

seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang

seharusnya akan dibuang melalui ginjal,feses, atau keringat. Asam urat

merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang sangat membahayakan,

karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi juga dapat

mengakibatkan cacat pada fisik. (Haryani dan Misniarti 2020). Kadar

asam urat normal pada wanita: 2,6 – 6 mg/dl, dan pada pria : 3 – 7 mg/dl

(Marlinda and Putri Dafriani 2019).

Purin adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal

dari tubuh makhluk hidup. Gout artritis ditandai dengan peningkatan


9

kadar asam urat, serangan berulang-ulang dari artritis yang akut, kadang-

kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang ditemukan

topus, deformitas, sendi dan cedera pada ginjal .(Şenocak 2019) Kelainan

ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan

pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.

Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40

tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini

menyerang sendi tangan dan bagian pergelangan kaki. (Şenocak 2019)

2. Penyebab

Penyebab dari asam urat meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi,

obesitas, konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat serum asam

urat lebih tinggi daripada wanita, yang meningkatkan resiko mereka

terserang asam urat. Perkembangan asam urat sebelum usia 30 tahun lebih

banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun angka kejadian

asam urat menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun.

Prevalensi asam urat pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan

mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun (Wahyu Widyanto 2017).

Wanita mengalami peningkatan resiko asam urat setelah menopause,

kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun dengan penurunan

level estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik, hal ini

menyebabkan artritis gout jarang pada wanita muda. Pertambahan usia

merupakan faktor resiko penting pada pria dan wanita. Hal ini

kemungkinan disebabkan banyak faktor, seperti peningkatan kadar asam


10

urat serum (penyebab yang paling sering adalah karena adanya penurunan

fungsi ginjal), peningkatan pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang

dapat meningkatkan kadar asam urat serum (Wahyu Widyanto 2017).

3. Peran asam urat dalam tubuh

Dalam kadar yang normal asam urat berperan sebagai antioksidan penting

dalam plasma. Sekitar 60% radikal bebas yang ada dalam serum manusia

dibersihkan oleh asam urat. Asam urat bersifat larut dalam darah sehingga

mudah menangkap radikal bebas superoksida, gugus hidroksil, oksigen

tunggal dan melakukan chelasi terhadap logam yang transisi yang bersifat

merusak keutuhan sel. Peran asam urat lenyap saat kadar asam urat berada

diatas ambang batas normal. Jika kadarnya tinggi asam urat berubah

menjadi radikal bebas yang akan merusak keutuhan sel. Kerusakan sel

dapat terjadi akibat tingginya kadar asam urat dalam darah atau disebut

dengan hiperurisemia (Nida’an, 2017).

4. Proses terjadinya asam urat

Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium

urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari

purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel

tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada

tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering

disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya.

Penyebab penumpukan kristal di daerah tersebut diakibatkan tingginya

kadar asam urat dalam darah. Bahan pangan yang tinggi kandungan
11

purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 – 0,75

g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti

makanan yang digoreng, santan, margarin atau mentega dan buah-buahan

yang mengandung lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga

berpengaruh terhadap pengeluaran asam urat (Yenrina dkk , 2014).

Asam urat merupakan produk akhir utama metabolisme purin yang

merupakan bentuk turunan nukleoprotein baik berasal dari bahan

makanan (eksogen) maupun dari hasil pemecahan purin asam nukleat

dalam tubuh (endogen). Penguraian nukleotida purin berupa adenosine

dan guanosin akan membentuk asam urat. Adenosine mula-mula

mengalami deaminasimenjadi inosin yang kemudian akan mengalami

degradasi menjadi hipoxantin, sedangkan guanosin berdegradasi

membentuk guanine. Selanjutnya guanine dan hipoxantin akan

membentuk xantin yang kemudian akan dikatalisasi oleh enzim xantin

oksidase yang bekerja aktif didalam hati, usus halus dan ginjal

membentuk asam urat (Yenrina dkk, 2014)

Pada tubuh seseorang sebenarnya sudah mempunyai asam urat dalam

kadar normal, apabila produksi asam urat di dalam tubuh seseorang itu

meningkat dan ekskresi asam urat melalui ginjal dalam bentuk urin

menurun dapat berakibat terjadinya hiperurisemia. Asam urat yang

terakumulasi dalam jumlah besar di dalam darah akan memicu

pembentukan kristal berbentuk jarum. Kristal-kristal biasanya


12

terkonsentrasi pada sendi, terutama sendi perifer (jempol kaki atau

tangan). Sendi-sendi tersebut akan menjadi bengkak, kaku, kemerahan,

terasa panas, dan nyeri sekali (Nida’an, 2017).

5. Faktor yang mempengaruhi asam urat

Peningkatan kadar asam urat hingga menimbulkan hiperurisemia, terjadi

karena 3 hal yaitu peningkatan kadar asam urat sehingga produksinya

meningkat, penurunan ekskresi asam urat, dan gabungan dari keduanya,

sebagainya gout terjadi karena terhambatnya ekskresi asam urat. Sekitar

80-90% gout terjadi karena rendahnya jumlah asam urat yang sanggup

diekskresi oleh tubuh. Sedangkan 10-20% lainnya karena produksi asam

urat yang berlebih. Asam urat diekskresikan melalui ginjal yang terlarut

dalam urin dan usus yang terbawa oleh feses (Nida’an, 2017).

Dibawah ini, beberapa faktor yang turut mempengaruhi kadar asam urat

darah :

a. Umur

Seiring bertambahnya usia seseorang maka terjadi kecenderungan

menurunnya berbagai kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler

maupun pada tingkat organ yang dapat mengakibatkan terjadinya

degenerasi sejalan dengan proses menua. Proses menua ini dapat

berpengaruh pada perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh

terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan

tanggapannya pada kehidupan sehari-hari. Setiap individu mengalami

perubahan-perubahan tersebut secara berbeda, ada yang laju

penurunannya cepat dan dramatis, serta ada juga yang perubahannya


13

lebih tidak bermakna. Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel

karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ,

kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit seperti

peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia). Sebelum terjadi fase

menopause biasanya didahului dengan fase pre menopause dimana

pada fase pre menopause ini terjadi peralihan dari masa subur menuju

masa tidak adanya pembuahan (anovulatoir). Sebagian besar wanita

mulai mengalami gejala pre-menopause pada usia 40-an dan mencapai

puncak pada usia 50 tahun yaitu memasuki masa menopause dimana

wanita sudah tidak mengalami haid lagi. Rentang usia menopause

adalah 45 – 65 tahun (Vivilia, 2017).

b. Riwayat keturunan

Salah satu faktor risiko asam urat adalah faktor genetik atau

keturunan. Gen adalah faktor yang menentukan pewarisan sifat –sifat

tertentu dari seseorang kepada keturunannya. Penyakit asam urat

dikategorikan sebagai penyakit multifaktorial, sebagaimana juga

penyakit diabetes mellitus atau jantung karena penyakit ini melibatkan

faktor keturunan (gen) dan faktor lingkungan. Sekitar 18% penderita

asam urat memiliki riwayat penyakit yang sama pada salah satu

anggota keluarganya. Faktor keturunan merupakan faktor risiko yang

dapat memperbesar jika dipicu oleh lingkungan (Noviyanti, 2015).

c. Asupan makanan

Makanan jelas memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap

timbulnya suatu penyakit. Asupan makanan dan asam urat


14

berhubungan dengan kandungan purin yang ada dalam makanan yang

kita konsumsi. Asam urat sebagai penyebab utama penyakit asam urat

(gout) adalah hasil akhir dari metabolisme zat purin. Zat purin itu

sendiri dibutuhkan oleh tubuh dan hampir semua jenis makanan

mengandung zat purin. Beberapa makanan mengandung zat purin

yang rendah dan beberapa jenis yang lain memiliki zat purin tinggi.

Pola makan yang tidak sehat secara signifikan dapat mempengaruhi

risiko terserang asam urat. Makanan yang mengandung purin tinggi

menyebabkan penyakit asam urat karena akan terjadi over produksi

asam urat yang dipecah dari purin (Noviyanti, 2015).

Risiko terjadinya asam urat akan bertambah bila disertai dengan pola

konsumsi makanan yang tidak seimbang. Banyaknya makanan tinggi

purin yang dikonsumsi akan memperbesar risiko terkena asam urat

pada kaum wanita lanjut usia yang umumnya daya imunitasnya sudah

menurun akibat hormon estrogen yang tidak diproduksi lagi serta

menurunnya daya metabolisme tubuh yang akan semakin

memperbesar risiko terjadinya penyakit asam urat (Fajarina, 2011).

d. Alkohol

Di kalangan masyarakat, mengkonsumsi alkohol sudah menjadi hal

yang biasa. Beberapa orang beranggapan bahwa dengan konsumsi

alkohol adalah gaya hidup yang wajib dilakukan agar menaikkan

pamor, lebih keren, dan sebagainya. Padahal alkohol menyimpan

berbagai dampak berbahaya bagi tubuh karena mengandung banyak


15

zat-zat kimiawi yang memiliki kemampuan destruktif karena dapat

mematikan organ-organ tubuh manusia dan bahkan mematikan fungsi

sosial moral etika manusia. Kaitannya dengan penyakit asam urat,

alkohol megandung purin yang tentunya akan meningkatkan produksi

asam urat dalam darah. Alkohol akan memicu enzim tertentu dalam

liver yang memecah protein dan menghasilkan lebih banyak asam

urat. Alkohol juga dapat meningkatkan asam laktat plasma. Dimana

asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.

Gangguan pengeluaran asam urat dari tubuh membuat zat tersebut

akan menumpuk (Noviyanti, 2015).

Hal ini juga dapat dihubungkan dengan konsumsi makanan purin

tinggi dan purin sedang yang sering digunakan sebagai pelengkap oleh

responden pada saat mengkonsumsi minuman beralkohol. Semakin

banyak jumlah/volume minuman beralkohol yang dikonsumsi maka

akan semakin banyak makanan purin tinggi atau purin sedang yang

dikonsumsi oleh reponden. Sehingga jika dilihat dari konsumsi

minuman beralkohol ditambah dengan makanan sumber purin maka

kadar asam urat dalam darah akan semikin tinggi. Konsumsi minuman

beralkohol dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif lama

dapat menyebabkan penurunan bahkan perusakan terhadap fungsi

ginjal. Gangguan fungsi ginjal akan menyebabkan ginjal tidak mampu

mengekskresi asam urat sehingga kadar asam urat dalam darah

meningkat dan akan menimbulkan hiperurisemia (Noviyanti,2015).


16

e. Kegemukan

Obesitas menjadi salah satu faktor risiko penyakit asam urat. Sebagian

dari penderita asam urat adalah orang yang kegemukan. Obesitas

memicu peningkatan asam urat lewat pola makan yang tidak

seimbang. Asupan protein, lemak, dan karbohidrat yang tidak

seimbang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat atau

protein purin yang lebih banyak dari kadar normal (Noviyanti, 2015).

Obesitas juga berbahaya bagi kesehatan seseorang karena obesitas

meningkatkan resiko terjadinya penyakit gout. Menentukan derajat

obesitas yang paling sering digunakan adalah ukuran Body Mass

Index (BMI) atau juga biasa disebut dengan Indeks Massa Tubuh

(IMT) dasar penentuan IMT adalah hasil pengukuran berat badan (kg)

dan tinggi badan (meter). Sejumlah study menyimpulkan bahwa

merebaknya kasus obesitas turut mendongkrak prevalensi penderita

hiperurisemia. Banyak peneltian yang menyatakan bahwa obesitas

merupakan faktor resiko yang berpengaruh kuat terhadap kejadian

asam urat dimana dalam penelitian-penelitian tersebut menyatakan

bahwa semakin besar volume lemak seseorang, maka kadar asam urat

maupun hipeurisemianya akan semakin tinggi (Fitriyah, 2015).

f. Minuman ringan

Sebuah penelitian baru menyebutkan, mengkonsumsi minuman

ringan, khususnya yang manis dapat memperburuk keadaan asam urat

dalam darah. Orang yang mengonsumsi segelas softdrink setiap hari

akan berisiko 45%. Minuman ringan yang manis biasanya tinggi


17

fruktosa dan tidak mempunyai kandungan nutrisi penting. Kandungan

fruktosa inilah yang berhubungan dengan risiko penyakit asam urat.

Fruktosa dapat mengahambat pembuangan asam urat sehingga asam

urat akan menumpuk di dalam darah (Noviyanti, 2015).

g. Obat-obatan tertentu

Pengendalian kadar asam urat ada dua yaitu penurunan kadar asam

urat dengan mempercepat atau meningkatkan pengeluaran asam urat

lewat kemih dan penurunan kadar asam urat dengan menekan

produksinya. Ada tiga jenis obat yang digunakan untuk pengendalian

kadar asam urat. Pertama, kelompok obat anti-inflamasi nonsteroid

(OAINS). Obat ini berfungsi sebagai antinyeri (meredakan atau

menghilangkan rasa nyeri), mengurangi demam, dan mengurangi

peradangan (inflamasi). Misalnya aspirin, ibuprofein, dan naproxen.

Kedua, untuk menghambat produksi asam urat digunakan kelompok

obat inhibitor xanthine oxidiase (IXO). Obat ini berfungsi sebagai

penghambat terjadinya metabolisme purin menjadi asam urat sehingga

obat ini akan mengurangi pembentukan asam urat. Misalnya

allopurinol. Ketiga, untuk meningkatkan pengeluaran asam urat

melalui urine digunakan kelompok obat urikosurik. Obat ini akan

membuat urine yang dibuang akan memiliki kandungan asam urat

tinggi sehingga semakin banyak urine yang dikeluarkan tubuh maka

semakin banyak asam urat yang keluar (Noviyanti, 2015).


18

h. Jenis kelamin

Umumnya yang sering terserang asam urat adalah laki-laki, karena

secara alami laki-laki memiliki kadar asam urat di dalam darah yang

lebih tinggi daripada perempuan. Selain karena perbedaan kadar asam

urat, alasan kenapa serangan penyakit asam urat lebih jarang pada

wanita adalah adanya hormone esterogen yang ikut membantu

pembuangan asam urat lewat urine (Noviyanti, 2015).

Pria tidak memiliki hormon estrogen yang tinggi, sehingga asam urat

sulit dieksresikan melalui urin dan dapat menyebabkan resiko

peningkatan kadar asam urat pada pria lebih tinggi. Presentase

kejadian gout pada wanita lebih rendah daripada pria. Walaupun

demikian kadar asam urat pada wanita meningkat pada saat

menopause (Abiyoga, 2017).

i. Tekanan darah

Hiperurisemia sering didapatkan pada pasien hipertensi. Di mana

hipertensi akan berakhir dalam penyakit mikrovaskuler dengan hasil

akhirnya berupa iskemi jaringan yang akan meningkatkan sintesis

asam urat melalui degradasi ATP menjadi adenin dan xantin. Peneliti

lain menyimpulkan bahwa peningkatan tekanan darah akan

menyebabkan iskemi. Hiperurisemia yang berlangsung lama dapat

menyebabkan penyakit ginjal kronis dengan perubahan tubuler.

Beberapa studi juga menunjukan hubungan antara asam urat dengan

hipertensi, obesitas, penyakit ginjal dan penyakit kardiovaskuler.


19

Lebih dari 70% penderita dengan hiperurisemia mengalami obesitas,

lebih dari 50% dengan hipertensi, 10-25% meninggal akibat penyakit

ginjal (Mansur, 2015).

j. Aktivitas fisik

Tuntutan pekerjaan menyebabkan berbagai aspek fisik dan psikososial

seperti berkurangnya aktivitas fisik karena jam kerja yang panjang.

Hal ini membuat sulit untuk mendapat untuk melakukan aktivitas fisik

seperti berolahraga dan menyebabkan rendahnya persepsi akan

manfaat baik berolahraga. Aktivitas fisik yang kurang terkait dengan

lamanya waktu duduk saat bekerja sehingga dapat menimbulkan

risiko bagi kesehatan. Duduk yang lama saat bekerja tergolong

melakukan aktivitas fisik yang cenderung statis karena harus duduk

dalam waktu lama sehingga akan jarang melakukan aktivitas fisik. Hal

ini menyebabkan timbulnya suatu keadaan sindrom metabolik dan

berujung pada resistensi insulin yang dapat menyebabkan gangguan

pada proses ekskresi asam urat. Akibatnnya kadar asam urat

meningkat karena ginjal tidak dapat mengeluarkan asam urat melalui

urine (Darmawan, 2016).

6. Tanda dan gejala asam urat

Beberapa sendi yang lain dapat terkena yaitu pergelangan kaki, lutut,

pergelangan tangan dan siku. Gejala lain yang mungkin terjadi adalah :

demam dengan suhu 38,30C atau lebih, tidak menurun selama tiga hari

walaupun telah dilakukan perawatan, ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah

berwarna merah atau gusi berdarah. Komplikasi berbahaya dari asam urat
20

ialah persendian menjadi rusak sehingga bisa menyebabkan pincang,

peradangan pada tulang, kerusakan ligamen dan tendon (otot), batu ginjal,

gagal ginjal, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, kolesterol dan

diabetes melitus (Thoma, 2012).

7. Kadar asam urat

Kadar asam urat darah dibedakan menurut usia dan jenis kelamin.

Sebelum pubertas kadar asam urat pada laki-laki dan perempuan rata-rata

3,5 mg/dL. Setelah pubertas kadar asam urat pada laki-laki meningkat

secara bertahap dan dapat mencapai 5,2 mg/dL, sedangkan pada

perempuan biasanya tetap rendah karena memiliki hormone esterogen

yang dapat mengeluarkan asam urat dari dalam tubuh. Kadar asam urat

pada perempuan mulai menunjukkan peningkatan pada masa post

menopause dan dapat mencapai 4,7 mg/dL. Kadar asam urat normal pada

laki-laki dewasa 3,4-7,0 mg/dL dan pada perempuan 2,4-5,7 mg/dL.

Asam urat yang beredar dalam darah tidak akan menimbulkan penyakit

jika kadarnya berada dalam batas normal (Herliana, 2013).

8. Penegakan diagnosis dan pemeriksaan penunjang

Penegakan diagnosis didasarkan atas kriteria American College of

Reumatology :

a. Ditemukan kristal monosodium urat pada cairan sendi

b. Terdapat tofus berisi kristal monosodium urat yang dibuktikan melalui

pemeriksaan kimiawi atau mikroskop cahaya terpolarisasi, atau

c. Ditemukan 6 dari 12 fenomena klinis, laboratorium, maupun radiologi

seperti di bawah ini:


21

1) Ditemukan lebih dari satu serangan artritis akut

2) Inflamasi maksimal yang timbul dalam waktu satu hari

3) Serangan artritis monoartikular

4) Kemerahan pada sendi

5) Pembengkakan atau nyeri yang timbul pada sendi

metatarsophalangeal pertama

6) Serangan unilateral yang melibatkan sendi metatarsophalangeal

pertama

7) Serangan unilateral yang melibatkan sendi tarsal

8) Massa yang dicurigai tofus

9) Hiperurisemia

10) Pembengkakan asimetris pada sendi yang dibuktikan melalui

pemeriksaan X-ray

11) Kista subkortikal tanpa erosi yang terlihat melalui pemeriksaan X-

ray

12) Kultur negative mikroorganisme dari cairan sendi saat terjadi

inflamasi sendi

Peningkatan kadar asam urat tanpa adanya manifestasi klinis yang khas,

bukan kriteria diagnosis artritis gout (Tanto, 2014). Untuk pemeriksan

penunjang pada pasien asam urat dilakukan dengan pemeriksaan :

a. Serum asam urat

Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini

mengindikasikan hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam

urat atau gangguan ekskresi.


22

b. Leukosit

Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3

selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit

masih dalam batas normal yaitu 5000-10000/mm3

c. Eusinofil Sedimen Rate (ESR)

Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen

rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit

asam urat di persendian.

d. Urin specimen 24 jam

Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan prosuksi dan

ekskresi. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250-750

mg/24/jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat

meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari

800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien

dengan peningkatan serum asam urat. Intruksikan pasien untuk

menampung semua urin dengan feses atau tisu toilet selama waktu

pengumpulan. Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama

pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu

diindikasikan.

e. Analisis cairan aspirasi sendi

Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut

atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat

yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.


23

f. Pemeriksaan radiografi

Pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak

terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit

berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada

tulang yang berada di bawah sinavial sendi (Aspiani, 2014).

B. Indeks Massa Tubuh

1. Definisi

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat

atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan

(Supariasa, 2013). Indeks Massa Tubuh didefinisikan sebagai berat badan

seseorang dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter

(kg/m2) (Irianto, 2017). Penggunaan rumus ini hanya dapat diterapkan

pada seorang dengan usia 18 hingga 70 tahun, dengan struktur tulang

belakang normal, bukan atlet atau binaragawan, dan bukan ibu hamil atau

menyusui. Pengukuran IMT dapat digunakan terutama jika pengukuran

tebal lipatan kulit tidak dapat dilakukan atau nilai bakunya tidak tersedia

(Arisman, 2012).

2. Komponen Indeks Massa Tubuh

Komponen dari Indeks Massa Tubuh terdiri dari tinggi badan menururt

umur dan berat badan menurut umur. Penggunaan indeks akan

memberikan gambaran prevalensi status gizi (Supariasa, 2016). Berat

badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa


24

tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahab-perubahan yang

mendadak, misalnya karena terserang penyakit, penurunan nafsu makan

atau jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter

antropometri yang stabil. Dalam keadaan normal, yaitu ketika keadaan

kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi

terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

Sebaliknya, dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan

perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih

lambat dalam keadaan normal. Berdasarkan karekteristik berat badan ini,

indeks berat badan me ururt umur digunakan sebagai salah satu

pengukuran status gizi, mengingat karakteristik berat badan yang labil,

maka inkeds BB?U lebih menggambarkan status gizi saat ini (current

nutritional status) (Fajar, 2016).

Tinggi badan merupakan parameter antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tubuh

seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak

seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah

kekurangan gizi dalam waktu yang singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi

terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama (Fajar,

2016).

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh

a. Usia
25

Usia mempengaruhi Indeks Massa Tubuh (IMT) karena semakin

bertambahnya usia manusia cenderung jarang melakukan olahraga.

Ketika seseorang jarang melakukan olahraga, maka berat badannya

cenderung meningkat sehingga mempengaruhi Indeks Massa Tubuh

(IMT) (Ramadhani, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh

Kantachuvessiri dkk (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara usia yang lebih tua dengan IMT kategori

obesitas. Subjek penelitian pada kelompok usia 40-49 dan 50-59 tahun

memiliki resiko lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan

kelompok usia kurang dari 40 tahun. Keadaan ini dicurigai oleh

karena lambatnya proses metabolisme, berkurangnya aktivitas fisik,

dan frekuensi konsumsi pangan yang lebih sering.

b. Pola makan

Pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang terjadi saat

makan. Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi

makanan yang dimakan oleh seorang individu, masyarakat atau

sekelompok populasi. Makanan cepat saji berkontribusi terhadap

peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang, ini terjadi karena

kandungan lemak dan gula yang tinggi pada makanan cepat saji.

Selain makanan cepat saji, peningkatan porsi dan frekuensi makan

berpengaruh terhadap peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT). Orang

yang mengonsumsi makanan tinggi lemak lebih cepat mengalami

peningkatan berat badan dibandingkan orang yang mengonsumsi


26

makanan tinggi karbohidrat dengan jnumlah kalori yang sama

(Abramowitz dalam Prada, 2014).

c. Aktifitas fisik

Aktifitas fisik menggambarkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh

kontraksi otot yang menghasilkan energy ekspenditur. Menjaga

kesehatan tubuh membutuhkan aktifitas fisik sedang atau bertenaga

serta dilakukan hingga kurang lebih 30 menit setiap harinya dalam

seminggu. Penurunan berat badan atau pencegahan peningkatan berat

badan dapat dilakukan dengan beraktifitas fisik sekitar 60 menit dalam

sehari. Indeks Massa Tubuh (IMT) berbanding terbalik dengan

aktifitas fisik, apabila aktifitas fisiknya meningkat maka hasil Indeks

Massa Tubuh (IMT) akan semakin normal, dan apabila aktifitas

fisiknya menurun akan meningkatkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

(Ramadhani, 2013).

d. Jenis kelamin

IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih banyak ditemukan

pada laki-laki. Namun angka obesitas lebih tinggi ditemukan pada

perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Distribusi lemak tubuh

juga berbeda antara lemak wanita dan pria, pria lebih sering menderita

obesitas viscelar dibanding wanita (Asil, E dkk., 2014). Data dari

National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)

periode 2019 menunjukkan tingkat obesitas pada laki-laki sebesar

27,3% dan pada perempuan sebesar 30,1% di Amerika.


27

4. Cara menghitung indeks massa tubuh (IMT)

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut

IMT = Berat Badan (kg)


Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan WHO, yang

membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang

normal laki-laki adalah 20,1 – 25,0 dan untuk perempuan 18,7 – 23,8.

Untuk Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman

klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Kategori yang

digunakan sebagai berikut :

Tabel 2.3
Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,1 - 18,5
Normal 18,6 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber :PGN, 2014
28

C. Kerangka Teori

Usia Tekanan darah


Genetik Aktifitas fisik
Jenis kelamin Obat-obatan

Asam urat

Kegemukan Konsumsi minuman ringan


Asupan makanan
Konsumsi alkohol

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Sumber : Iritanto (2017), Noviyanti (2015)

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian

dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang diteliti

(Swarjana, 2015). Kerangka konsep dalam proposal penelitian ini adalah :

Variabel independen Variabel dependen

Indeks Massa Tubuh Kadar Asam Urat


29

E. Hipotesis

Dugaan yang muncul sebagai kemungkinan akan jawaban penelitain disebut

hipotesis. Hipotesis merupakan pendapat/dugaan yang masih lemah dan harus

diputuskan menerima atau menolak hipotesa tersebut dengan uji hipotesis

(Heryana, 2019).

Ha :

Ada hubungan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat di Poli Rawat

Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan

prosedur penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

desain korelasi. Melalui metode ini, peneliti ingin mengetahui hubungan

indeks massa tubuh dengan kejadian asam urat Pada pasien di Poli Rawat

Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat. Pendekatan waktu penelitian

yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antar faktor resiko dengan faktor efek dengan

cara pengupulan data sekaligus dilakukan pada waktu bersamaan. Artinya

tiap subjek hanya diteliti sekali saja dan pengukurannya hanya dilakukan

sekali saja saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep-konsep yang dapat diukur dalam sebuah studi

yang berhubungan dengan sebuah fenomena (Heryana, 2019). Variabel

independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan

terjadinya perubahan pada variabel dependen (terikat). Variabel dependen

(terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya

variabel bebas (Tarjo, 2019). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :
31

1. Variabel bebas (Independen), dalam penelitian ini adalah indeks massa

tubuh.

2. Variabel terikat (Dependen), dalam penelitian ini adalah kadar asam urat.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional menjelaskan arti variabel dan aktifitas yang harus

dijalankan untuk mengukur variabel atau menjelaskan bagaimana variabel

tersebut diamati dan diukur (Heryana, 2019). Definisi operasional

menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan

mengoperasikan kontrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yan lain

untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

mengembangkan cara pengukuran kontrak yang lebih baik.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
1. Independen
Indeks massa Cara sederhana Lembar Mengukur 0 = kurus (< Ordinal
tubuh untuk mengukur observasi tinggi badan 17,0 dan 17,1 -
status gizi orang dan berat 18,5)
dewasa microtois badan 1 = normal
menggunakan (18,6 – 25,0)
indikator antara timba- 2 = gemuk (25,1
berat badan dan ngan – 27,0 dan
tinggi badan berat >27,0)
badan

2 Dependen
Kadar asam Nilai asam urat Uric acid Pengukuran 0 = normal Ordinal
urat yang didaptkan test asam urat 1 = meningkat
dari hasil instan secara
pemeriksaan langsung pada
responden
32

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek karakteristik tertentu yang

akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut

(Hidayat, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang

di diagnosis asam urat.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian. bila populasi besar, peneliti

tidak mungkin mengambil semua untuk penelitian misal karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul mewakili dan harus valid, yaitu sesuatu yang

seharusnya dapat diukur (Wiratna, 2014).

a. Besar sampel

Penentuan besar sampel pada penelitian cross sectional ini digunakan

rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n = Besar sampel minimum

Z1- α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

P = harga proporsi di populasi


33

N = Besar populasi yang diketahui

d = Nilai kepercayaan

Hasil penelitian Leokuna dan Malinti (2020) mayoritas responden

memiliki hubungan antara IMT dan asam urat sesesar 0,398. Dari data

pre survey yang diambil diperoleh data pasien asam urat pada tahun

2020 sebanyak 74 orang. Dengan derajat kesalahan yang masih dapat

diterima (d) yang digunakan adalah 0,05, sehingga didapatkan hasil

perhitungan sebagi berikut :

n= 1,96 . 0,398 (1-0,398) . 74


________________________________
(0,05)2 (74-1) + 1,96 . 0,398 (1-0,398)

n = 53,29

Dengan menggunakan perhitungan rumus diatas didapatkan jumlah n

sebesar 53,29 dan dibulatkan menjadi 53 responden.

b. Teknik sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini accidental

sampling. yaitu dilakukan dengan mengambil kasus atau responden

yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan

konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012).

c. Kriteria sampel

1) Kriteria inklusi

a) Pasien yang berkunjung ke poli rawat jalan

b) Kadar asam urat > 6.0 mg/dL.

c) Usia > 18 tahun

2) Kriteria eksklusi : Tidak bersedia menjadi responden


34

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi tertentu yang digunakan untuk objek dan

subjek yang akan diteliti dalam penelitian. Penelitian akan dilakukan di Poli

Rawat Jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat pada bulan Mei-Juni

sampai 2022.

F. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga peneltian

yang akan dilaksanakan benar-benar menjungjung tinggi kebebasan manusia

(Hidayat, 2012). Beberapa prinsip etika penelitian antara lain :

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus. Dalam

pelaksanaannya responden tidak dilakukan tindakan khusus yang

menimbulkan penderitaan oleh peneliti. Proses pengambilan data

tinggi badan dan berat badan sudah merupakan standar pemeriksaan

awal untuk pasien yang berobat ke poli rawat jalan dan untuk

pemeriksaan kadar asam urat dilakukan jika ada instruksi dari dokter

dan dilakukan oleh petugas laboratorium tempat penelitian.


35

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa

partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,

tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek

dalam bentuk apapun. Peneliti memastikan kepada responden bahwa

penelitian yang dilakukan bukan untuk mengambil keuntungan

pribadi peneliti.

c. Resiko (benefit ratio)

Peneliti sangat berhati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Calon responden diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian serta mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi responden ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau

suatu hal yang membahayakan.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure)

Peneliti memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab

bila responden mengalami kejadian saat dilakukan proses

pengambilan data.
36

c. Informed consent

Setelah mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, calon responden mempunyai hak

untuk ikut berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada

informed consent juga dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya

akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Prinsip keadilan

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Responden diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya deskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari

penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Data yang diambil dijaga dan dirahasiakan, dengan menggunakan

prinsip anonymity dan rahasia (confidentiality).

Penelitian ini telah lolos kaji etik dari Komite Etik Penelitian Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu dibuktikan dengan

Persetujuan Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan Nomor :

0074/KEPK/FKes/2022 tertanggal 13 Mei 2022.

G. Instrumen dan Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017) yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosisal yang

diamati. Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk


37

mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat

alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. alat ukur

pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa kuesioner, lembar

observasi, wawancara atau gabungan dari ketiganya (Hidayat, 2012).

Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi, berisi tentang

data responden dan data yang diperlukan untuk penelitian yaitu tinggi badan

dan berat badan responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

melakukan pemeriksaan langsung kepada responden Indeks Massa Tubuh

dengan cara mengukur tinggi badan dengan menggunakan mikrotois dan

menimbang berat badan dengan timbangan di Poli Rawat Jalan RSUD

Alimudin Umar Lampung Barat.

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Metode pengolahan data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting hal ini

disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih

merupakan data mentah belum memberikan informasi apapun dan belum

siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil

yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data

(Notoatmodjo, 2012), teknik pengolahan data yang akan dilakukan yaitu :

a. Editing

Melakukan penyuntingan (editing) dari lembar catatan pengukuran

tinggi badan, berat badan dan kadar asam urat secara teliti satu persatu

hingga semua data telah terinput semua.


38

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Untuk variabel independen diberikan kode sebagai berikut :

Indeks massa tubuh

0 = kurus (< 17,0 dan 17,1 - 18,5)

1 = normal (18,6 – 25,0)

2 = gemuk (25,1 – 27,0 dan >27,0)

Untuk variabel dependen diberikan kode

0 = normal

1 = meningkat

c. Memasukkan data (data entry) atau processing

Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program computer dengan

menggunakan kode yang telah ditetapkan sebelumnya satu persatu

secara teliti agar susuai dengan data yang diperoleh pada proses

pengumpulan.

d. Pembersihan data (cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2012).


39

2. Analisa data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari

seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiono, 2012).

Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam

kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan

hipotesis.

a. Analisa univariat

Analisa ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karekteristik setiap variabel penelitian. Peneliti melakukan analisis

deskriptif pada variabel penelitian untuk menggambarkan setiap

variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat table

frekuensi dari masing-masing variabel. Variabel yang di analisis

adalah variabel yang di analisis adalah usia, jenis kelamin, BB, TB,

kadar asam urat. Pada analisis univariat ini jenis data numeric (usia)

disajikan dalam bentuk mean, median dan standar deviasi sedangkan

untuk data kategorik (jenis kelamin, IMT, kadar asam urat) disajikan

dalam bentuk distribusi frekuensi dengan presentase dan proporsi.

b. Analisa bivariat

Analisis penelitian ini menggunakan uji statistik Chi Square.

Dikarenakan menggunakan skala ukur kategorik-kategorik, dengan

interpretasi :

1) Bila P value ≤ α (0.05), berarti ada hubungan yang bermakna

antara variabel independen dengan variable dependen.


40

2) Bila P value > α (0.05), berarti tidak ada hubungan yang

bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.

I. Jalannya Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

a. Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan survey

pendahuluan di RSUD Alimudin Umar dilanjutkan dengan pembuatan

proposal penelitian.

b. Setelah proses ujian proposal dilaksanakan, dilanjutan dengan kaji

etik dan pembuatan surat izin penelitian yang ditujukan ke tempat

penelitian.

Meliputi pengurusan ijin untuk pengambilan data pre survey dan

penelitian, pembuatan proposal serta persiapan intrumen penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam bentuk kegiatan :

a. Prosedur pengumpulan data diawali dengan melakukan koordinasi ke

kepala ruang rawat jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat.

b. Memberikan penjelasan kepada kepala ruangan tentang maksud dan

tujuan penelitian.

c. Pengumpulan data responden dilakukan di ruang Poli Rawat Jalan

RSUD Alimudin Umar Lampung Barat (menggunakan data primer).


41

d. Proses pengumpulan data diawali dengan mengidentifikasi calon

responden berdasarkan data rekam medik dan riwayat masuk rumah

sakit.

e. Peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan

dilakukan serta manfaatnya kepada calon responden.

f. Selanjutnya meminta kesediaan calon responden untuk menjadi

responden penelitian dengan mengisi dan menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden.

g. Melakukan pengukuran TB menggunakan microtoise atau biasa

disebut staturemeter dan mengukur berat badan menggunakan

timbangan berat badan digital.

h. Memasukkan data responden satu per satu pada intrumen yang sudah

disiapkan.

3. Tahap pengolahan dan analisis data

Data dari lembar ceklis setelah terkumpul maka dilakukan pengolahan

dan analisis data sesuai metode analisis yang ditentukan. Kemudian

menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin


di RSUD Alimudin Umar Tahun 2022
Variabel Frekuensi (n) Presentase(%)
Usia
35-44 tahun 3 5,7
45-54 tahun 32 60,4
55-64 tahun 18 34
Jumlah 53 100
Jenis Kelamin
Perempuan 30 56,6
Laki-Laki 23 43,4
Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan usia responden terbanyak 45-54

tahun yaitu 32 orang (60,4%) jenis kelamin responden terbanyak

adalah perempuan yaitu 30 orang (56,6%).

b. Indeks massa tubuh dan kadar asam urat

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi indeks massa tubuh dan kadar


asam urat responden di RSUD Alimudin Umar Tahun 2022
Variabel Frekuensi (n) Presentase(%)
Indeks massa tubuh
Kurus 17 32,2
Normal 19 35,8
Gemuk 17 32,1
Jumlah 53 100
Kadar asam urat
Normal 30 56,6
Meningkat 23 43,3
Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden memiliki 19 orang

responden (35,8%) memiliki indeks massa tubuh yang normal, dan


43

sebanyak 30 responden (56,6%) memiliki kadar asam urat yang

normal.

2. Analisa Bivariat

Untuk mengetahui apakah kadar asam urat dipengaruhi oleh indeks massa

tubuh maka dilakukan hipotesis dengan uji statistic Chi Square.

Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hubungan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat
di RSUD Alimudin Umar Tahun 2022
Kadar asam urat
Variabel Total
Normal Meningkat P Value
N % N % N %
Indeks massa tubuh
Kurus 14 82,4 3 17,6 17 100
Normal 11 57,9 8 42,1 19 100 0,008
Gemuk 5 29,4 12 70,6 17 100
Jumlah 30 56,6 23 43,4 53 100

Hasil analisis hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar

asam urat didapatkan hasil, untuk IMT kurus 17,6% memiliki kadar asam

urat meningkat. Responden dengan IMT normal yang mengalami

peningkatan kadar asam urat sebanyak 42,1% dan responden dengan IMT

gemuk yang mengalami peningkatan kadar asam urat sebanyak 70,6%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,008 maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang siginifikan antara indeks massa tubuh dengan

kadar asam urat

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Responden pada penelitian ini adalah pasien yang datang di poli rawat

jalan dengan peningkatan kadar asam urat di RSUD Alimudin Umar.


44

Karakteristik responden yang digunakan adalah usia, jenis kelamin.

Berdasarkan karakteristik usia dalam penelitian penelitian ini terbanyak

berada pada rentang usia45-54 tahun, hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hidayah (2017) tentang hubungan indeks massa

tubuh dnegan kadar asam urat pda usia 35 tahun keatas di Desa Klagen

Serut Madiun menunjukkan bahwa rata-rata usia responden 53,23 tahun.

Data tersebut menunjukkan rata-rata responden sudah memasuki fase

masa lansia awal. Hiperuresemia sering dijumpai pada orang dengan usia

lanjut. Akan tetapi tidak semua lansia dapat mengalami hiperurisemia.

Hal ini disebabkan karena pada sebagian lansia masih diproduksi steroid

seks dalam jumlah yang cukup. Steroid seks ini akan memproduksi

androgen, estrogen dan progesteron. Adanya hormon estrogen ini yang

akan membantu pengeluaran asam urat melalui urin. Lansia yang

mengalami hiperurisemia disebabkan karena terjadi penurunan produksi

beberapa enzim dan hormon di dalam tubuh yang berperan dalam proses

ekskresi asam urat. Enzim urikinase merupakan enzim yang berfungsi

untuk merubah asam urat menjadi bentuk alatonin yang akan

diekskresikan melalui urin. Terganggunya produksi enzim urikinase

mempengaruhi proses pengeluaran asam urat yang menimbulkan

hiperurisemia (Cremonini, 2013).

Berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak berjenis kelamin

perempuan 56,6%. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh
45

Febriyanti (2020) tentang kemampuan pengaturan diet rendah purin

dengan kadar asam urat, dimana responden terbanyak adalah perempuan

(58,3%). Teori mengatakan bahwa angka kejadian hiperurisemia lebih

tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan disebabkan oleh

adanya perbedaaan status hormonal yaitu hormon estrogen. Hormon

estrogen pada perempuan berperan dalam meningkatkan ekskresi asam

urat melalui ginjal. Hal ini menjelaskan mengapa hiperurisemia pada

perempuan umumnya terjadi pada usia menopause dimana pada usia ini

terjadi penurunan hormon estrogen.

Hasil ini tidak berjalan sesuai dengan teori yang ada kemungkinan karena

jumlah responden yang tidak proporsional dimana jumlah responden

laki-laki jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah responden

perempuan. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa pada saat uji statistik

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan

indeks massa tubuh. Selain itu, beberapa hal yang dapat turut

mempengaruhi hasil ini adalah makanan yang sering dikonsumsi

responden adalah makanan yang mengandung zat purin tinggi serta

beberapa faktor lain seperti genetik. Peneliti mengambil kesimpulan

seperti diatas karena pada saat melakukan pemeriksaan sekaligus

wawancara dengan responden, beberapa dari mereka mengakui bahwa

mempunyai riwayat keturunan yang menderita hiperurisemia dan

beberapa lainnya suka mengkonsumsi makanan-makanan yang tinggi

akan kadar purin seperti jeroan, tempe, tahu serta kacang-kacangan. Hal
46

inilah yang dapat menjadi cikal bakal tingginya kadar asam urat pada

responden wanita.

Perempuan yang memasuki usia lanjut, dan yang telah mengalami

menopause mempunyai kemungkinan besar mengalami hiperurisemia hal

ini karena berkurangnya hormon estrogen. Dan hal inipun dapat diakui

peneliti, dimana pada hasil penelitian tersebut hampir semua wanita yang

telah mengalami menopause mempunyai kadar asam urat yang tinggi atau

hiperurisemia.

2. Hubungan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat

Berdasarkan hasil analisa menunjukkan bahwa ada hubungan antara

indeks massa tubuh dengan kadar asam urat Pafa pasien di poli rawat

jalan RSUD Alimudin Umar (P value = 0,008). Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Lioso (2013) tentang hubungan

antara umur, jenis kelamin dan IMT dengan kadar asam urat di

Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado dengan hasil uji statistik

menunjukkan nilai p = 0,000 (p≤0,05), dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara indeks

massa tubuh dengan kadar asam urat darah pada masyarakat yang datang

berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah.

Hiperurisemia pada obesitasakan terjadi pembuangan asam urat melalui

urine akan terhambat.Simpanan lemak dalam tubuh akhirnya meningkat.

Pembuangan asam urat melalui urine akan terhambat karena lemak akan
47

dibakar menjadi kalori dan akan meningkatkan keton darah (ketosis).

Pada tubuh seseorang sebenarnya sudah memiliki asam urat dalam

bentuk normal. Terjadinya hiperurisemia apabila jumlah produksi asam

urat didalam tubuh seseorang itu meningkat dan ekskresi asam urat

melalui ginjal dalam bentuk urine menurun.

Dari berbagai banyak studi mengelompokkan bahwa hiperurisemia dan

obesitas mempunyai hubungan yang positif. Sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Purwaningsih, dkk pada tahun 2010 yang

menyatakan bahwa risiko hiperurisemia lebih tinggi pada kelompok

obesitas daripada kelompok non obesitas. Artinya bahwa obesitas

mempunyai risiko lebih besar mengalami hiperurisemia. Selain itu

adanya hubungan antara hiperurisemia dengan obesitas, dimana

terganggunya proses reabsorbsi asam urat pada ginjalpada individu

obesitas yaitu terjadi peningkatan kadar leptin dalam tubuh, hal tersebut

seiring terjadi dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Oleh sebab

itulah pada orang dengan obesitas terjadi resistensi terhadap leptin yang

mengakibatkan tingginya nafsu makan serta seringnya merasa lapar

(Priandari, 2018).

Hiperurisemia dapat terjadi apabila jumlah produksi asam urat didalam

tubuh seseorang itu bertambahserta ekskresi asam urat lewat ginjal dalam
48

wujud urine menurun.Hiperurisemia yang berkepanjangan dapat

menyebabkan gout atau pirai yang diakibatkan oleh undersekresi Kristal

Monosodium Urat (MSU) didalam darah dan akan terakumulasi sehingga

akan muncul pembentukan kristal berbentuk jarum biasanya pada bagian

sendi (jari kaki dan tangan). Pada sendi-sendi akan terasa panas dan nyeri,

bengkak, kaku serta kemerahan sehingga penderita tidak dapat

beraktivitas seperti biasanya (Yekti, 2016).

Penulis berpendapat bahwa terdapat hubungan antara asam urat dengan

Kegemukan atau obesitas. Oleh sebab itu, obesitas mempunyai pengaruh

yang besar kepada kandungan asam urat. Adanya keterkaitan antara

obesitas dan asam urat maka perlu untuk selalu menjaga berat badan dan

menghindari terjadinya peningkatan berat badan yang berlebihan.

Menjaga pola makan utamakan makanan yang bergizi, serta aktif

bergerak dan rutin berolahraga sehingga energi yang masuk seimbang

dengan energi yang dikeluarkan. Faktor lain yang bisa mempengaruhi

tingginya kadar asam urat seperti faktor genetik, asupan makanan, usia

dan jenis kelamin. Tingkat asupan purin menjadi faktor utama dalam

tingginya kadar asam urat dimana invidu tidak membatasai dalam pola

konsumsi makanan yang tinggi purin seperti makanan yang digoreng dan

makanan yang terbuat dari usus sapi dan jeroan, sehingga semakin

banyaknya zat purin yang dikonsumsi dalam sehari-hari maka asam urat

menjadi meningkat atau terjadi hiperurisemia.


49

Penelitian lain yang dilakukan oleh Leokuna (2020) tentang indeks massa

tubuh dengan kadar asam urat pada orang dewasa di Oesapa Timur

didapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara rata-

rata IMT dengan kadar asam urat pada orang dewasa di Oesapa Timur.

Obesitas berkaitan dengan peningkatan resiko osteoarthritis dan gout. Hal

ini diduga karena terjadinya peningkatan kadar leptin pada penderita

obesitas. Leptin merupakan zat yang berfungsi meregulasi konsentrasi

asam urat dalam darah sehingga peningkatan kadar leptin akan memicu

hiperurisemia (Sari, 2019).

Obesitas atau kelebihan berat badan merupakan salah satu bentuk

malnutrisi dan kelainan metabolisme. Obesitas merupakan ciri dari

populasi penderita asam urat tetapi tidak semua penderita asam urat

berbadan gemuk, memang kurus pun tidak tertutup oleh kemungkinan

terserang asam urat. Obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih

banyak yang dibutuhkan oleh tubuh dan obesitas berperan dalam

terjadinya penyakit asam urat. Karena pada orang yang obesitas kadar

asam urat di dalam darahnya meningkat. Disebabkan karena orang yang

obesitas cenderung mengkonsumsi makanan yang kaya akan lemak dan

makan makanan yang mengandung banyak purin. Obesitas juga

berbahaya bagi kesehatan seseorang karena obesitas meningkatkan resiko

terjadinya penyakit gout (Fitriyah, 2012).


50

Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Gilbert (2017) tentang

perbandingan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat di Puskesmas

Kota Binjai. Dari penelitian ini, didapati bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kadar asam urat, hal ini

Ini dapat terjadi karena kadar asam urat juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor lain selain indeks massa tubuh yaitu kelebihan produksi asam urat

dalam tubuh atau terhambatnya pembuangan asam urat oleh tubuh. Gen

PPAR-gamma berperan dalam meningkatkan kadar asam urat karena

berhubungan dengan aktivitas xantin oksidase maupun xantin reduktase,

sehingga tubuh akan memproduksi purin yang berlebihan (Lee et al.,

2013). Pola makan yang tidak teratur terutama yang tinggi purin atau

karena konsumsi obat-obatan seperti hidroklorotiazid yang bekerja

dengan cara mengurangi kemampuan ginjal untuk menyerap terlalu

banyak natrium dapat menyebabkan retensi cairan sehingga laju

pembuangan asam urat berlebih menjadi berkurang, sehingga kadar asam

urat menjadi tinggi (Rothenbacher et al., 2011). Faktor hormonal juga

turut berperan pada kadar asam urat pada wanita. Pada wanita usia

menopause cenderung memiliki kadar asam urat yang meningkat,

disebabkan karena hormon estrogen yang dapat membantu pengeluaran

asam urat berlebih menurun kadarnya.

.
51
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan indeks massa tubuh dengan

kadar asam urat Pada pasien di poli rawat jalan RSUD Alimudin Umar, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa responden terbanyak berada

dalam rentang usia 45-54 tahun (60,4%), untuk jenis kelamin responden

terbanyak adalah perempuan yaitu 30 (56,6%).

2. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa responden memiliki 19 orang

responden (35,8%) memiliki indeks massa tubuh yang normal

3. Hasil analisa univariat menunjukkan sebanyak 30 responden (56,6%)

memiliki kadar asam urat yang normal.

4. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara indeks

massa tubuh dengan kadar asam urat di poli rawat jalan RSUD Alimudin

Umar (P value = 0,008).

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan materi

pembelajaran pada asuhan keperawatan pasien asam urat dengan harapan

menjadikan hasil penelitian sebagai bukti untuk memberikan intervensi

keperawatan kepada klien yang menderita asam urat.


53

2. Bagi rumah sakit

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pemberian

edukasi maupun intervensi asuhan keperawatan bagi tenaga kesehatan

kepada pasien yang dirawat dengan asam urat, agar selalu menjaga

kesehatan tubuh dengan menjaga pola makan seimbang agar tidak terjadi

peningkatan kadar asam urat dalam darah serta selalu mengingatkan

bahwa berperilaku hidup sehat membawa manfaat yang baik untuk

meningkatkan derajat kesehatan bagi semua orang.

3. Bagi masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, disarankan kepada masayarakat untuk tetep

menjaga pola makan dengan menghindari makanan yang berlemak dan

memiliki kadar purin tinggi serta meningkatkan aktifitas fisik dengan

berolahraga secara teratur agar peredarah darah menjadi lancar sehingga

mencegah terjadinya peningkatan berat badan dan kadar asam urat dalam

darah. Juga disarankan untuk meningkatkan konsumsi air putih (10-12

gelas per hari).

4. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan pembuatan penelitan

berikutnya terkait masalah-masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan

karena ketidakseimbangan indeks massa tubuh seseorang.


DAFTAR PUSTAKA

Abiyoga, A. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gout pada


lansia di wilayah kerja puskesmas situarja. Jurnal darul azhar.

Arisman, M. B. (2011). Buku ajar ilmu gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC.

Cremonini, E., Gloria, B., Carlo, M. B., Christina, C., Stefania, F., & Alessandra,
C. (2013). Metabolic transitions at menopause : in post menopausal
women the increase in serum uric acid correlates with abdominal
adiposity as asscessed by DXA. Elsevier.

Darmawan, J., Valkenburg, H. A., Muirden, K. D., & Wigley, R. D. (2016). The
epidelomiogy og gout and hyperuricemia in a rural population of java.
Europe PMC, 1595-1599.

Fajarina, E. (2011). Analisis pola konsumsi dan pola aktivitas dengan kadar asam
urat pada lansia wanita peserta pemberdayaan lansia di bogor. Skripsi.

Febriyanti, T., Nubadriyah, W. D., & Dewi, N. D. (2020). Hubungan kemampuan


pengaturan diet rendah purin dengan kadar asam urat. Jurnal ners Lentera,
72-79.

Fitriyah, Pipit, Juanita, F., & Mudayana, A. (2012). Hubungan pbesitas dengan
kadar asam urat darah di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung
Kabupaten Lamongan. Jurnal surya.

Gilbert. (2018). Perbandingan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat di
Puskesmas Kota Binjai. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Herliana, E. (2013). Penyakit asam urat kandas berkat herbal. Jakarta: Fmedia.

Heryana, A. (2019). Metodologi penelitian pada kesehatan masyarakat.


Tangerang: Universitas Esa Unggul.

Hidayat, A. A. (2012). Riset keperawatan dan teknik penilisan ilmiah. Jakarta:


Salemba Medika.

Irianto, K. (2017). Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung: Alfabeta.

Kemenkes RI. (2018). Riset kesehatan dasar (RISKESDAS). Jakarta: Kemenkes


RI.

Kumar, B., & Linert, P. (2016). Gout and african american reducing dispaties .
Journal of medicine.
Lioso, J. P., Sondakh, R. C., & Ratag, B. T. (2013). Hubungan antara umur, jenis
kelamin dan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat darah pada
masyarakat yang datang di puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. Jurnal
unsrat.

Leokuna, W. I., & Malinti, E. (2020). Hubungan indeks massa tubuh dengan
kadar asam urat pada orang dewasa di oesapa timur. Nursing inside
community, 94-99.

Maboach, S. J., Sugiarto, & Fenny. (2014). Perbandingan kadar asam urat darah
dengan metode spektrofotometri dan metode electrode-based-biosensor.
Jurnal kesehatan.

Mansur, A. B., Wantania, F. E., & Surachmanto, E. (2015). Hubungan antara


kadar asam urat dengan tekanan darah pada mahasiswa pria obesitas
sentral fakultas kedokteran unversitas sam ratulangi manado. Skripsi
universitas sam ratulangi.

Nida'an. (2017). Pengukuran kadar asam urat pada perempuan >40. Jombang:
Intan cendikia medika.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta:


Rineka cipta.

Noviyanti. (2015). Hidup sehat tanpa asam urat. Jakarta: Notebook.

Pertiwi, N. I. (2016). Perbedaan kadar asam urat menggunakan alat


spektofotometer dengan alat point of care testing. Skripsi unila.

Prada, A. (2014). Hubungan antara indeks massa tubuh dengan nilai lemak
viseral. Jurnal media medika muda.

Priandari. (2018). Hubungan obesitas dengan kejadian depresi dan kecemasan


pada remaja di kota Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Ramadhani, A. D. (2013). Hubungan kontrol tekanan darah dengan indeks massa


tubuh pada pasien hipertensi. Jurnal UIN.

Ramayulis, Rita, & Astuti, T. (2013). Menu resep untuk penderita asam urat.
Jakarta: Penebar plus.

Rothenbacher. (2011). Prevalence of chronic kidney disease in populasion based


studies : Systematic review. BMC Public health, 1-13.
Sari, C. M., Rismayanti, I. D., Putu, D., Erawan, A., & Supartini , K. (2019).
Correlation of body mass index and uric acid in post menopause women in
Public Heath Centre Buleleng III. Jurnal ilmu kesehatan, 40-48.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,


kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suparta, P. G., & Astika, I. N. (2010). Gout artritis pada lansia. Skripsi unud.

Supriasa, N. (2013). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.

Suriana, N. (2014). Herbal sakti atasi asam urat. Depok: Mutiara allamah utama.

Swarjana, I. K. (2015). Metode penelitian kesehatan (edisi revisi). Yogyakarta:


IKAPI.

Tarjo. (2019). Metode penelitian sistem 3x baca. Yogyakarta: Deepublish.

Thoma, L. (2012). Gambaran kadar asam urat pada lanjut usia di panti jompo
kementrian sosial provinsi nusa tenggara timur. Analis kesehatan.

Vivilia. (2017). Hubungan asupan protein total dan protein kedelai terhadap
kadar asam urat dalam darah wanita menopause. Disertasi Universitas
Diponegoro.

WHO. (2017). Europe : Body mass index. Retrieved December 2021, from
http://www.euro.who.int/en/health-tropics/disease-prevention/nutrition/a-
healthy-lfestyle/body-mass-index-bmi

Wiratna, S. (2014). Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Grava


Media.

Wulandari, D., & Rahayuningsih, H. M. (2015). Hubungan lingkar pinggang dan


indeks massa tubuh dengan kadar asam urat wanita usia diatas 50 tahun.
Journal of nutrition college, 508-513.

Yenrina. (2014). Diet sehat untuk penderita asam urat. Jakarta: Penebar swadaya.

Yekti. (2016). Cara jitu mengatasi asam urat. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Lampung Barat, April 2022


Kepada Yth,
Calon Responden
Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ita Purnamasari
NPM : 2020206203370p

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan indeks massa tubuh


dengan kadar asam urat Pada pasien di poli rawat jalan RSUD Alimudin Umar
Lampung Barat tahun 2022”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ada
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi saudara. Kerahasiaan
informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Jika saudara tidak bersedia menjadi responden, maka tidak menjadi
ancaman bagi saudara.Apabila saudara menyetujui, maka kami mohon kesediaan
saudara untuk menandatangani lembar persetujuan yang kami sertakan ini.
Atas perhatian dan kesediaan saudara, kami ucapkan terima kasih.

(Ita Purnamasari)
Lampiran 1
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul : Hubungan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat di poli rawat
jalan RSUD Alimudin Umar Lampung Barat tahun 2022

Nama : Ita Purnamasari

NPM : 2020206203370p
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi


saya dan tidak ada paksaan dari pihak manapun dan penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan. Jawaban yang saya
berikan juga akan dijaga kerahasiannya, serta saya diberi kesempatan untuk
bertanya yang belum saya mengerti.
Apabila dalam pertanyaan menimbulkan respon emosional yang tidak
nyaman, maka penelitian akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti
memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa
resiko apapun.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan,
semua berkas yang tercantum identitas subjek penelitian hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian dan jika telah selesai digunakan akan dimusnahkan
dan hanya peneliti yang tahu kerahasiaan data. Jika saya tidak mau meneruskan
penelitian ini saya dapat menghentikan.Dengan demikian saya menyatakan
bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
Lampung Barat,………..….. 2022
Responden,
Lampiran 2

( ___________)
Lampiran 3

LEMBAR CATATAN KADAR ASAM URAT DAN IMT RESPONDEN

No Inisial Usia JK BB (kg) TB (cm) Kadar Asam Urat Kesimpulan


Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

LEMBAR KONSUL

Nama Mahasiswa : Ita Purnamasari


NIM/NPM : 2020206203370P
Prodi : S1 Keperawatan
Nama Pembimbing : 1. Elmi Nuryati, M.Epid
2. Ns. Desi Kurniawati, Sp. Kep. Mat
3. Ns. Yusnita, M.kes
Judul : Hubungan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat
Pada pasien di poli rawat jalan RSUD Alimudin Umar
Lampung Barat

No. Tanggal Perihal Perbaikan Paraf

31 Maret (Saran dari Ibu Elmi Nurhayati)


1
2022 - ACC Judul
31 Maret (Saran dari Ibu Desi Kurniawati)
2
2022 - ACC Judul
(Saran dari Ibu Desi Kurniawati)
- Tambahkan referensi
- Tambahkan data presurvey berapa
3 6 April 2022 BAB I
penderita asam urat di poli rawat
jalan tahun 2021
- Perbaiki tujuan khusus
(Saran dari Ibu Elmi Nuryati)
- Perbaiki typo
- Tambahkan persentase IMT yang
mempengaruhi kesehatan
4. 6 April 2022 Bab I
- Tambahkan faktor yang
menyebabkan IMT tidak normal
- Perbaiki penulisan pada data
presurvey
(Saran dari ibu desi kurniawati)
5. 7 April 2022
- Perbaikan tujuan khusus
Lampiran 6

(Saran dari Ibu Elmi Nurhayati)


12 April - Institusi pendidikan RS
6. BAB I
2022 - Pasien / masyarakat
- Peneliti selanjutnya
12 April (saran dari Ibu Desi Kurniawati)
7. BAB I
2022 Menjadikan 1 paragraf
14 April (Saran dari ibu Elmi Nurhayati)
8. BAB 2
2022 Perbaiki data sesuai tahun
(Saran dari ibu Elmi Nurhayati)
- Definisi pilih terbaru, bila sama
14 April dikombinasikan
9. BAB 3
2022 - Elaborasi masih kurang
- Apabila tidak ada kaitan dengan
penelitian tidak perlu ditulis ya
(Saran dari ibu Elmi Nurhayati)
Analisis univariat ditulis apa saja
yang
17 April
10 akan dianalisis, contoh usia,
2022
pekerjaan
dst Siapkan kuesionel dan lengkapi
proposal
18 April (saran dari Ibu Desi Kurniawati)
11
2022 - ACC Sidang

19 April (Saran dari ibu Elmi Nurhayati)


12
2022 - ACC Sidang

27 April
13 ACC Sidang proposal
2022
14 (saran dari Ibu Desi Kurniawati)
Menghilangkan tabel analisa
univariat
(Saran dari ibu Elmi Nurhayati)
15
Intrumen dan pengumpulan data

-menyebutkan nama alat yang akan


di gunakan
16 24 juli 2022 Kata (saran dari ibu Elmi Nurhayati)
pengantar - Dianjurkan melihatpanduan
Fkes menulis abstrak
24 juli 2022 - Mengubah kata dari proposal
menjadi skeripsi

Tujuan - Mengubah kata dari


mengetahui menjadi diketahui
Lampiran 6

- Hepotesis Ha dan Ho yang


harus ditulis hasilnya

- Definisi operasional di
dependen
- Etika penelitian masih Bahasa
BAB II proposal
- Metode pengolahan data
BAB III masih Bahasa proposal
- Editing
- Memasukkan data

- Nilai maen median usia


respenden (sesuaai dengan
tujuan khusus penelitian)
- Nilai maen median, berat
badan dan tinggi badan
BAB IV - Hasil uji korelasi

(saran dari ibu Elmi Nurhayati)

- Menambahkan pembimbing
1,2 dan prodi di fakultas
kesehatan universitas
17 30 juli 2022
muhamadiah perengsewu
- Tahun hipotesis tahun
- Populasi dan sempel
menggunakan data yang ada

(saran dari ibu Elmi Nurhayati)

- Karateristik responden
BAB IV
berdasarkan usia tidak sesuai
dengan tujuan khusus

4 Agustus ( Saran dari ibu Desi Kurniawati )


18
2022 - ACC Sidang Skripsi
4 Agustus ( Saran dari ibu Elmi Nuryati)
19 ACC Sidang Skripsi
2022
( Saran dari ibu Yusnita)
4 Agustus
20 ACC Sidang Skripsi
2022
21 09 Agustus ACC Sidang Skripsi
2022 Ibu Elmi Nuryati,
Lampiran 6

ibu Desi Kurniawati,


ibu Yusnita

(saran dari ibu Yusnita)


1. Hubungan indeks massa tubuh
dengan kadar asam urat pada pasien
di poli rawat jalan RSUD ALIMUDDIM
UMAR Lampung Barat

2. Latar belakang
Alasan mengapa mengambil judul
ini

3. Bab lV
11 Agustus Analisa univariat
22 BAB IV
2022 Usia dikasih rentang umur

4. Kesimpulan
Menjawab tujuan

5. Koding ke lampiran

(saran dari Ibu Desi Kurniawati)

- Abstrak hasil dari daftar pustaka


Lampiran 7

Frequencies

Statistics
jenis kelamin
N Valid 53
Missing 0

jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 23 43.4 43.4 43.4
perempuan 30 56.6 56.6 100.0
Total 53 100.0 100.0

Statistics
kategori usia
N Valid 53
Missing 0

kategori usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 35-44 3 5.7 5.7 5.7
45-54 32 60.4 60.4 66.0
55-64 18 34.0 34.0 100.0
Total 53 100.0 100.0

Frequencies

berat badan tinggi badan


N Valid 53 53
Missing 0 0
Mean 60.681 162.32
Median 56.800 160.00
Mode 55.7a 159
Std. Deviation 12.7566 6.725
Variance 162.732 45.222
Range 44.3 28
Minimum 45.7 152
Maximum 90.0 180

Frequency Table

berat badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 45.7 1 1.9 1.9 1.9
45.9 1 1.9 1.9 3.8
46 1 1.9 1.9 5.7
Lampiran 7

46.3 1 1.9 1.9 7.5


46.5 1 1.9 1.9 9.4
46.9 1 1.9 1.9 11.3
47.1 1 1.9 1.9 13.2
47.3 1 1.9 1.9 15.1
48.1 1 1.9 1.9 17.0
49 1 1.9 1.9 18.9
49.5 1 1.9 1.9 20.8
49.9 1 1.9 1.9 22.6
50.1 1 1.9 1.9 24.5
50.4 1 1.9 1.9 26.4
50.8 1 1.9 1.9 28.3
51.3 1 1.9 1.9 30.2
51.7 1 1.9 1.9 32.1
51.8 1 1.9 1.9 34.0
52 1 1.9 1.9 35.8
52.3 1 1.9 1.9 37.7
53.2 1 1.9 1.9 39.6
53.7 1 1.9 1.9 41.5
53.8 1 1.9 1.9 43.4
55.7 2 3.8 3.8 47.2
56.6 1 1.9 1.9 49.1
56.8 1 1.9 1.9 50.9
56.9 1 1.9 1.9 52.8
58.3 1 1.9 1.9 54.7
58.4 1 1.9 1.9 56.6
59 1 1.9 1.9 58.5
61.9 1 1.9 1.9 60.4
62.7 1 1.9 1.9 62.3
63 1 1.9 1.9 64.2
63.2 1 1.9 1.9 66.0
63.6 1 1.9 1.9 67.9
64.6 1 1.9 1.9 69.8
69 2 3.8 3.8 73.6
69.3 1 1.9 1.9 75.5
69.6 1 1.9 1.9 77.4
72.3 2 3.8 3.8 81.1
72.7 1 1.9 1.9 83.0
79 1 1.9 1.9 84.9
80 2 3.8 3.8 88.7
80.7 2 3.8 3.8 92.5
81.4 1 1.9 1.9 94.3
85 1 1.9 1.9 96.2
89.4 1 1.9 1.9 98.1
90 1 1.9 1.9 100.0
Total 53 100.0 100.0
Lampiran 7

tinggi badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 152 1 1.9 1.9 1.9
153 1 1.9 1.9 3.8
154 2 3.8 3.8 7.5
155 1 1.9 1.9 9.4
156 1 1.9 1.9 11.3
157 3 5.7 5.7 17.0
158 7 13.2 13.2 30.2
159 8 15.1 15.1 45.3
160 6 11.3 11.3 56.6
161 2 3.8 3.8 60.4
162 4 7.5 7.5 67.9
163 1 1.9 1.9 69.8
165 3 5.7 5.7 75.5
168 2 3.8 3.8 79.2
169 3 5.7 5.7 84.9
170 1 1.9 1.9 86.8
171 1 1.9 1.9 88.7
172 1 1.9 1.9 90.6
173 1 1.9 1.9 92.5
176 1 1.9 1.9 94.3
178 1 1.9 1.9 96.2
179 1 1.9 1.9 98.1
180 1 1.9 1.9 100.0
Total 53 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
IMT kadar asam urat
N Valid 53 53
Missing 0 0

Frequency Table

IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurus 17 32.1 32.1 32.1
normal 19 35.8 35.8 67.9
gemuk 17 32.1 32.1 100.0
Total 53 100.0 100.0
Lampiran 7

kadar asam urat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid normal 30 56.6 56.6 56.6
meningkat 23 43.4 43.4 100.0
Total 53 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
IMT * kadar asam urat 53 100.0% 0 .0% 53 100.0%

IMT * kadar asam urat Crosstabulation


kadar asam urat
normal meningkat Total
IMT kurus Count 14 3 17
% within IMT 82.4% 17.6% 100.0%
normal Count 11 8 19
% within IMT 57.9% 42.1% 100.0%
gemuk Count 5 12 17
% within IMT 29.4% 70.6% 100.0%
Total Count 30 23 53
% within IMT 56.6% 43.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 9.719a 2 .008
Likelihood Ratio 10.241 2 .006
Linear-by-Linear Association 9.516 1 .002
N of Valid Cases 53
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
7.38.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for IMT (kurus / a
normal)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a 2*2
table without empty cells.
Lampiran 7

Anda mungkin juga menyukai