Anda di halaman 1dari 101

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG COVID-19 DENGAN

KEPATUHAN UPAYA PENCEGAHAN (MENCUCI TANGAN


DAN PHYSICAL DISTANCING) PADA MASYARAKAT
PANARAGAN JAYA TULANG BAWANG BARAT
TAHUN 2022

Skripsi

Oleh :

Neti Astari
NIM. 2020206203107P

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021/2022
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG COVID-19 DENGAN
KEPATUHAN UPAYA PENCEGAHAN (MENCUCI TANGAN
DAN PHYSICAL DISTANCING) PADA MASYARAKAT
PANARAGAN JAYA TULANG BAWANG BARAT
TAHUN 2022

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan


Pendidikan pada Program Studi Strata Satu Keperawatan

Oleh :

Neti Astari
NIM. 2020206203107P

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021/2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dihadapan TIM Penguji Skripsi

Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan Tentang Covid 19 dengan


Kepatuhan Upaya Pencegahan (Mencuci Tangan
dan Physical Distancing) di Pada Masyarakat
Panaragan Jaya Tulang Bawang Barat Tahun
2022
Nama Mahasiswa : Neti Astari
NIM : 202006203107p

Telah disetujui Tanggal, Juli 2022

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.Gunawan Irianto, M.Kep,Sp.Kep.Kom Ns. Pira Rahmati, S.Kep.,M.Kes


NBM : 1194199 NBM : 1194172

Kaprodi SI Ilmu Keperawatan

Ns. Rita Sari, M.kep


NBM : 927 021

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung, saya


yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Neti Astari
NIM : 2020206203107p
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Guna mengembangkan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan


kepada Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti
rugi berupa materi atas proposal skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Pengetahuan Tentang Covid 19 dengan Kepatuhan Upaya Pencegahan


(Mencuci Tangan dan Physical Distancing) di Pada Masyarakat Panaragan Jaya
Tulang Bawang Barat Tahun 2022

Dengan pernyataan ini Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung berhak


menyimpan, mengalih mediakan dalam bentuk format lain, mengelola dalam
bentuk pangkalan data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik hak atas
karya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Pringsewu
Pada Tanggal : Juli 2022

Yang Menyatakan

Neti Astari

iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Neti Astari


NIM : 2020206203107p
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul : Hubungan Pengetahuan Tentang Covid 19 dengan
Kepatuhan Upaya Pencegahan (Mencuci Tangan dan
Physical Distancing) di Pada Masyarakat Panaragan Jaya
Tulang Bawang Barat Tahun 2022

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Sskripsi yang saya buat tidak pernah atau belum pernah dibuat oleh orang lain

dan saya menjamin orisinaloitas skripsi yang saya buat

2. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi tersebut, kami

bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan dapat

dipertanggungjawabkan

Pringsewu, Juni 2022


Penulis

Neti Astari

v
BIODATA PENULIS

Nama : Neti Astari

NIM : 2020206203107P

Tempat/Tanggal Lahir: Panaragan Jaya, 17 Februari 1999

Anak dari : Anak ke empat dari Bapak Asnawi Hi. Umar dan

Ibu Maryati Iskandar

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Panaragan Jaya, Kec. Tulang Bawang Tengah.

Kab. Tulang Bawang Barat

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK (2005) : TK Melati Tulang Bawang Tengah


SD (2011) : SD Negeri 02 Tulang Bawang Tengah
SMP (2014) : SMP Negeri 02 Tulang Bawang Tengah
SMA (2017) : SMA Negeri 01 Tulang Bawang Tengah
DIII (2020) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Program Studi Keperawatan Kotabumi
S1 (2022) : Saat ini masih tercatat sebagai mahasiswi
Universitas Muhammadiyah Pringsewu

vi
MOTTO

“Jadilah Alasan Agar Seseorang Masih Percaya Bahwa Masih Ada Kebaikan

Di Dunia Ini”

Dan

“Kadang Kita Sendiri Yang Perlu Tepuk Tangan Atas Perjuangan Yang Tidak
Disaksikan Siapapun”

vii
PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-
Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya Skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta
salam selalu terlimpahkan kehariban Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan Skripsi ini sebagai hadiah sederhana untuk kedua orang tuaku
serta orang-orang yang aku sayangi:
1. Dengan ini ku persembahkan karya ini sebagai wujud rasa terima kasih atas
pengorbanan dan jerih payah kalian sehingga aku sampai di titik ini. Skripsi
ini ku persembahkan sepenuhnya kepada dua orang hebat dalam hidupku ,
Untuk, Papi (Asnawi Hi. Umar) Terima kasih atas kasih sayang yang
berlimpah dari mulai aku lahir, hingga aku sudah sebesar ini. Lalu teruntuk
Mami (Maryati Iskandar), terima kasih juga atas limpahan doa yang tak
berkesudahan, serta segala hal yang telah Mami lakukan, semua yang terbaik.
Apa yang aku dapatkan hari ini, belum mampu membayar semua kebaikan,
keringat, dan juga air mata papi dan mami.
2. Untuk kakak-kakak ku, Meri Astuti, S.Pd., M.Pd, Aprilata Sanjaya, S.T. M.M,
Dedi Syarif, Eni Melia Sari, A.Md.Keb, Deni Syarif, tiada waktu yang paling
berharga dalam hidup selain menghabiskan waktu dengan kalian. Walaupun
saat dekat kita sering bertengkar, tapi saat jauh kita saling merindukan. Terima
kasih untuk bantuan dan semangat dari kalian, semoga langkah kecil ini awal
dari kesuksesanku yang dapat membanggakan kalian.
3. Dan teruntuk, Mahendra Jaya Pratama, Khoirul Muhammad Dendi Mahesa,
Muhammad Husaini, Muhammad Faisal Khusaini, dan Fikri Ardiansyah,
Terima kasih dan maaf jika banyak salah dengan maaf yang tak terucap.
Terima kasih sudah memberi macam warna dalam perjalanan proses
pendewasaan ini, dan kembali ku ucapkan lagi Terima kasih sudah saling
membentuk.
4. Kepada Bapak Ns. Gunawan Irianto, M.Kep, Sp.Kep., Kom dan Ns. Pira
Rahmati, S.Kep.M.Kes selaku dosen pembimbingku yang paling baik dan
bijaksana, Terima kasih atas bantuannya, nasehatnya, dan ilmunya yang
selama ini dilimpahkan padaku dengan rasa tulus dan ikhlas.
5. Terima kasih almamater biru tercinta Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Fakultas Kesehatan Program Studi Konversi S1 Ilmu Keperawatan.

viii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, karunia,
dan ridhoNya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul "
Hubungan Pengetahuan Tentang Covid 19 dengan Kepatuhan Upaya
Pencegahan (Mencuci Tangan dan Physical Distancing) di Pada Masyarakat
Panaragan Jaya Tulang Bawang Barat Tahun 2022". Penelitian ini
dilaksanakan sebagai salah satu syarat peneliti untuk memperoieh gelar sarjana
Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Peneliti menyadari ketidaksempumaan dan keterbatasan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
oleh peneliti. Dalam hal penyelesaian penelitian ini, peneliti banyak mendapat
bantuan, bimbingan, dan saran.
Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi kehidupan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan materil maupun
spiritual.
3. Dekan dan staff Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung
4. Ns. Rita Sari, M.Kep selaku Kaprodi S1 Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu
5. Ns. Gunawan Irianto, M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku Pembimbing I
6. Ns. Pira Rahmati, S.Kep.,M.Kes selaku Pembimbing II
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung peneliti dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan
keperawatan.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin

Lampung Utara, Juli 2022

Neti Astari

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN......................................................................... i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... v
BIODATA PENULIS......................................................................................... vi
MOTTO............................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR........................................................................................ ix
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 8
D. Hipotesis............................................................................................ 9
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian............................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Kepatuhan............................................................................ 11
B. Konsep Pengetahuan......................................................................... 18
C. Coronavirus....................................................................................... 22
D. Kerangka Teori.................................................................................. 44
E. Kerangka Konsep.............................................................................. 45

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.................................................................................. 46
B. Populasi dan Sampel......................................................................... 46
C. Definisi Operasional.......................................................................... 49
D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data............................................ 50
E. Cara Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Hal
3.1 Definisi Operasional Masing-masing Variabel............................................. 49

xi
DAFTAR GAMBAR

Hal
2.1 Struktur Coronavirus..................................................................................... 24
2.2 Transmisi Coronavirus.................................................................................. 28
2.3 Siklus Hidup Coronavirus (SARS)............................................................... 29
2.4 Gambaran CT Scan pada COVID-19............................................................ 36

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan Hal
3.1 Kerangka Operasional................................................................................... 44
3.2 Kerangka Konsep Penelitian......................................................................... 45

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian


Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Lembar Kuesioner
Lampiran 4. Lembar Konsul

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia saat ini Covid-19 adalah kasus pandemik sejak tanggal 11 Maret

2020. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Coronavirus.

Coronaviruses (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang

menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat

seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Penyakit yang disebabkan virus corona,

atau dikenal dengan COVID-19 (Widiyani, 2020).

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) saat ini menjadi permasalahan

dunia yang serius dengan jumlah kasus yang terus meningkat setiap harinya.

Bermula di Kota Wuhan, Cina saat ditemukannya wabah pneumonia yang

tidak diketahui penyebabnya (Lu, Stratton and Tang, 2020). WHO

menetapkan wabah ini sebagai kegawatdaruratan kesehatan masyarakat pada

tanggal 30 Januari 2020 setelah mendapat laporan kematian dan temuan kasus

baru di luar Cina. Wabah penyakit ini kemudian dinamakan Coronavirus

Disease 2019 atau COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 atau

(Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2) (World Health

Organization, 2020). Seperti dua jenis Coronavirus yang sudah diidentifikasi

sebelumnya, yaitu Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS), SARS-CoV-2 dapat menyebabkan

penyakit pernapasan menular yang berat (Mei, et al., 2020).

1
2

Kasus virus corona awal kemunculannya diduga merupakan penyakit

pneumonia, dengan gejala serupa sakit flu pada umumnya. Gejala tersebut

diantaranya batuk, demam, letih, sesak napas, dan tidak nafsu makan.

Namun berbeda dengan influenza, virus corona dapat berkembang dengan

cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ serta

kematian. Kondisi darurat ini terutama terjadi pada pasien dengan masalah

kesehatan sebelumnya (Mona, 2020).

Sekitar 80% pasien COVID-19 sembuh dari penyakit tanpa memerlukan

perawatan khusus di rumah sakit. Tingkat keparahan penyakit meningkat pada

lansia dan yang mempunyai penyakit penyerta seperti hipertensi, penyakit

jantung, diabetes, kanker, dan penyakit paru kronis. Namun, siapapun dapat

terinfeksi COVID-19 dan berkembang menjadi penyakit yang berat (World

Health Organization, 2020).

Seseorang dapat terinfeksi COVID-19 melalui kontak langsung atau

tidak langsung melalui droplet/percikan saluran napas orang yang terinfeksi

(Lotfi, Hamblin and Rezaei, 2020). Droplet yang keluar saat batuk, bersin,

atau berbicara dari orang yang terinfeksi dapat menyebabkan penularan secara

langsung. Virus dapat masuk melalui mulut, hidung, dan mata seseorang yang

berada dalam jarak yang dekat dan melakukan kontak erat dengan orang yang

terinfeksi. Selain itu, penularan melalui kontak tidak langsung juga dapat

terjadi, yaitu saat menyentuh benda atau permukaan yang sudah

terkontaminasi oleh virus kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut

tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Pedoman terbaru WHO mengatakan


3

bahwa transmisi virus SARS-COV-2 dapat menular melalui udara (airborne)

saat berada di tempat yang ramai dengan sirkulasi udara yang buruk. Hal ini

berdasarkan kejadian luar biasa COVID-19 di tempat ramai seperti restoran

dan kelab malam (Van Doremalen, et al., 2020; Siegel et al., 2007; World

Health Organization, 2020)

Hingga saat ini masih belum ada pengobatan khusus untuk pasien

COVID19. Selain itu, seseorang yang terinfeksi COVID-19 tetapi tidak

menunjukkan gejala masih bisa menularkan virus. Oleh karena itu, tindakan

pencegahan COVID19 perlu dilakukan terutama di lingkungan masyarakat

dimana telah terjadi penularan dalam komunitas. Upaya pencegahan yang

dapat dilakukan yaitu, mencuci tangan secara teratur, memakai masker saat

keluar rumah, menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain, menerapkan

etika batuk dan bersin, membatasi interaksi/kontak dengan orang lain, serta

menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku-perilaku seperti

mencuci tangan secara teratur, memakai masker, menjaga jarak aman antar

individu sangat penting untuk diterapkan selama pandemi COVID-19 guna

mengurangi risiko infeksi. Pengetahuan seperti penyebab, gejala, transmisi,

dan fakor komorbid COVID-19 juga perlu diketahui masyarakat (Wu, et al.,

2020; Kemenkes RI, 2020).

Pandemi Coronavirus Disease-19 merupakan krisis kesehatan yang

terjadi pertama kali di dunia. Berdasarkan data kasus dari Worldometers

tanggal 15 Oktober 2021 pukul 15.16 WIB didapatkan data bahwa kasus

konfirmasi COVID-19 di seluruh dunia sudah mencapai 240.419.429 jiwa


4

dengan kasus meninggal sebesar 4.897.773 jiwa. Angka kesembuhan global

saat ini tercatat sebanyak 217.716.854 jiwa, Adapun jumlah kasus aktif di

seluruh dunia dilaporkan ada 17.804.802 jiwa, yang mana 99,5% dalam

keadaan bergejala ringan dan 0,5% lainnya dalam kondisi bergejala berat.

Data yang diperoleh dari SATGAS Covid-19 (Satuan Tugas Penanganan

Covid-19) di Indonesia pada Kamis 14 Oktober 2021 angka kasus harian baru

bertambah sebanyak 1053 jiwa, sebanyak 19.852 jiwa orang kini sedang

dirawat di rumah sakit atau isolasi mandiri di rumah karena terkonfirmasi

Covid-19. Jumlah kasus sembuh harian bertambah 1715 jiwa sehingga total

secara keseluruhan sebanyak 4.069.399 jiwa, sementara angka kematian

harian bertambah 37 kasus dan total keseluruhan sebanyak 142.848 jiwa.

Indonesia menurut Worldometers, kini berada diurutan ke-14 dunia dengan

total kasus terkonfirmasi sebanyak 4.232.099 jiwa,

Indonesia ikut menjadi salah satu negara yang terdampak dari ganasnya

penyebaran COVID-19. Berdasarkan data dari Kemenkes RI didapatkan data

bahwa kasus COVID-19 di Indonesia per tanggal 14 Oktober 2021 mencapai

344.749 jiwa untuk kasus konfirmasi dan sebanyak 12.156 jiwa untuk kasus

meninggal.

Penyebaran kasus COVID-19 di Indonesia terjadi di seluruh daerah.

Penyebaran terbesar terjadi diwilayah seperti DKI Jakarta, Sumatera, Nusa

Tenggara, Jawa Timur dan berbagai provinsi di Indonesia. Kasus Covid-19 di

Sumatera (Lampung) per tanggal 14 Oktober 2021 mencapai 49.404 jiwa


5

untuk kasus konfirmasi dan kasus meninggal sebanyak 3798 jiwa (Pemprov

Lampung, 2020)

Data dari Gugus Tugas Percepatan Penanggan Coronavirus Disease 19

Kabupaten Tulang Bawang Barat hingga tanggal 14 Oktober 2021 kasus

konfirmasi berjumlah 1362 kasus. Dari jumlah tersebut terdapat 1183 jiwa

yang dinyatakan positif Covid-19, terdapat 1038 jiwa pasien yang dinyatakan

sembuh, dan pasien yang meninggal dunia 141 jiwa.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan memengaruhi bagaimana ia

bertindak. Perilaku yang diperoleh dari pengetahuan akan lebih baik daripada

perilaku yang tidak berasal dari pengetahuan. Kepatuhan masyarakat terhadap

imbauan pemerintah sangat penting untuk mengurangi peningkatan jumlah

kasus. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kepatuhan (Sari and ‘Atiqoh, 2020; Notoatmodjo, 2014).

Upaya dalam pencegahan Coronavirus Disease 19 diantaranya ialah

dengan cara memutus akses mata rantai penyebaran virus ini melalui isolasi,

pendeteksian dini serta melakukan perlindungan dasar dengan cara mencuci

tangan dengan air mengalir dan sabun sesering mungkin atau menggunakan

hand sanitizer, mengenakan masker sesuai himbauan pemerintah dan berusaha

tidak menyentuh bagian wajah sebelum mencuci tangan, serta menerapkan

etika pada saat sedang batuk dan bersin secara baik (Dirjen P2P Kemkes RI,

2020). Sampai sekarang belum ada vaksin yang spesifik untuk menangani

Coronavirus Disease 19 dan masih dalam tahap pengembangan penelitian

(WHO, 2020).
6

Usaha untuk memutus mata rantai penyebaran Coronavirus Disease 19

membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang baik termasuk seluruh

elemen masyarakat. Pengetahuan disini diartikan sebagai kemampuan untuk

menerima informasi dan mengolahnya. Dalam sebuah pengetahuan yang

dimiliki seseorang, umumnya berasal dari sebuah pendidikan baik yang

bersifat formal maupun yang bersifat informal, juga berasal dari pengalaman

pribadi ataupun orang lain, lingkungan setempat, dan dari media massa

(Siltrakool, 2012 dalam Moudy & Syakurah, 2020).

Terdapat dua faktor utama yang memengaruhi manusia dalam menjaga

kesehatan, yaitu faktor perilaku dan faktor nonperilaku. Terdapat terdapat tiga

domain/ranah dari perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan (HL.

Bloom). Sedangkan dalam perilaku kesehatan tersebut menurut L. Green,

telah dipengaruhi oleh tiga faktor yakni faktor predisposisi, faktor pemungkin,

dan faktor pendorong/penguat (Noadmodjo, 2014 dalam Moudy & Syakurah,

2020). Dalam pandangan faktor predisposisi, masyarakat mempunyai faktor

sosiodemografi yaitu perbedaan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,

latar belakang serta tempat kelahiran. Karakteristik tersebut dipercaya mampu

mempengaruhi perilaku masyarakat serta outcome dari kesehatan masyarakat

(Widayati, 2012 dalam Moudy & Syakurah, 2020).

Pemahaman seseorang diperoleh melalui pengetahuan yang merupakan

hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar


7

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan tangan (Siswanto Y&

Lestari IP, 2020).

Berita mengenai jumlah korban Covid-19 dan sifat virus yang mudah

sekali menular ke manusia selalu diberitakan pada stasiun televisi. Hal ini

menambah ketakutan bagi, bahkan virus ini dipercaya mampu bertahan hidup

beberapa saat pada benda-benda selain manusia. Yahya (2020) seorang

wartawan surat kabar online telah menulis hasil survei Radio Republik

Indonesia (RRI) beserta lembaga survei Indo Barometer, hasilnya telah

menunjukkan tingkat kekhawatiran masyarakat yang sangat tinggi terhadap

virus corona yakni mencapai 68 persen. Asep Saepudin yang merupakan

peneliti Indo Barometer mempunyai alasan bahwa kecemasan masyarakat

tersebut disebabkan karena pengetahuan masyarakat yang tentang penularan

virus ini sangat mudah.

Dengan penambahan kasus COVID-19 setiap harinya serta kurangnya

pengetahuan dan penelitian tentang hubungan pengetahuan COVID-19 dengan

kepatuhan upaya pencegahan (pemakaian masker, cuci tangan, dan physical

distancing) pada masyarakat Desa Panaragan Jaya Kecamatan Tulang Bawang

Tengah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah hubungan yang signifikan

antara pengetahuan tentang COVID-19 dengan kepatuhan upaya pencegahan


8

(mencuci tangan, dan physical distancing) pada masyarakat Desa Panaragan

Jaya Kecamatan Tulang Bawang Tengah

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

pengetahuan tentang COVID-19 dengan kepatuhan upaya pencegahan

(mencuci tangan, dan physical distancing) pada masyarakat Desa

Panaragan Jaya Kecamatan Tulang Bawang Tengah.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk:

a. Mengetahui kepatuhan masyarakat Desa Panaragan Jaya Kecamatan

Tulang Bawang Tengah dalam menjaga kebersihan tangan dengan

rutin mencuci tangan.

b. Mengetahui kepatuhan masyarakat Desa Panaragan Jaya Kecamatan

Tulang Bawang Tengah terhadap physical distancing.

D. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang COVID-19 dengan

kepatuhan mencuci tangan pada masyarakat Desa Panaragan Jaya

Kecamatan Tulang Bawang Tengah.


9

2. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang COVID-19 dengan

kepatuhan physical distancing pada masyarakat Desa Panaragan Jaya

Kecamatan Tulang Bawang Tengah.

E. Ruang Lingkup

Materi pada penelitian ini adalah Hubungan pengetahuan tentang Covid-19

dengan kepatuhan upaya pencegahan (mencuci tangan dan physical

distancing) pada masyarakat Desa Panaragan Jaya Kecamatan Tulang Bawang

Tengah. Subjek penelitian ini adalah masyarakat. Lokasi penelitian ini

dilakukan di Desa Panaragan Jaya RT/RW 007/007 Kec. Tulang Bawang

Tengah. Kab. Tulang Bawang Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Maret 2022. Jenis penelitian ini adalah adalah penelitian deskriptif korelatif

dengan desain crosssectional. Deskriptif korelatif merupakan sebuah

penelitian yang ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan

variabel-variabel lain. Sedangkan crosssectional merupakan desain penelitian

yang pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik waktu atau at one point

in time (Dahlan, 2014).

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pengetahuan tambahan mengenai hubungan pengetahuan tentang


10

COVID-19 dengan kepatuhan upaya pencegahan pada masyarakat

Desa Panaragan Jaya Kecamatan Tulang Bawang Tengah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi data dan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan bahan

pertimbangan kepada pemerintah, pemangku kepentingan, dan petugas

kesehatan dalam melakukan edukasi, penyuluhan, dan promosi kesehatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata “obedience” dalam bahasa Inggris.

Obedience berasal dari bahasa Latin yaitu “obedire” yang berarti untuk

mendengar terhadap. Makna dari obedience adalah mematuhi. Dengan

demikian, kepatuhan dapat diartikan patuh dengan perintah atau aturan

(Sarbaini, 2012).

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut Hartono, kepatuhan adalah

perubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk mengikuti permintaan

atau perintah orang lain. Seseorang dikatakan patuh terhadap orang lain

apabila orang tersebut dapat mempercayai, menerima, dan melakukan

sesuatu permintaan atau perintah orang lain (Rifa Juniartika, Rina Mariana,

2012).

Sarbaini mendefinisikan bahwa: “Kepatuhan adalah berupa perilaku,

tindakan, kebiasaan dan kerelaan untuk mematuhi kebijakan, hukum,

regulasi, ketentuan, peraturan, perintah, dan larangan yang ditentukan”.

Berdasarkan pendapat Sarbaini bahwa kepatuhan dilihat dari segi orang

yang mematuhi artinya adanya kesediaan individu untuk mematuhi hukum.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Watson (Sarbaini, 2012) mengatakan

bahwa: “Kepatuhan memang secara otomatis bermakna mematuhi

11
12

peraturan- peraturan, hukum-hukum, regulasi-regulasi dan kebijakan”

(Zulkarnain, Hasyim, & Nurmalisa, 2014).

Neufelt (2004) menjelaskan arti kepatuhan sebagai kemauan mematuhi

sesuatu dengan takluk tunduk. Pelanggaran terhadap peraturan kerap terjadi

di masyarakat akibat dari kurang puasnya salah satu pihak dengan peraturan

tersebut (Kusumadewi, S., Hardjajani, T., & Priyatama, 2012)

Herbert Kelman (dalam Tondok, 2012) mendefinisikan kepatuhan

sebagai perilaku mengikuti permintaan otoritas meskipun individu secara

personal individu tidak setuju dengan permintaan tersebut. Ketidakhadiran

figur otoritas akan menyebabkan individu cenderung untuk melanggar

permintaan tersebut. Individu berperilaku patuh guna mendapatkan reaksi

yang menyenangkan atau pun menghindari hukuman sebagai konsekuensi

perilaku yang dilakukannya.

Yunita dan Erna (dalam (Febrina Sanderi, Marjohan, 2013)

menjelaskan bahwa kepatuhan merupakan serangkaian perilaku seseorang

dalam melaksanakan atau mentaati tata tertib yang berlaku atas dasar rasa

hormat dan kesadaran diri sendiri. Melihat pengertian kepatuhan tersebut,

maka di dalam kepatuhan terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Menerima norma/nilai-nilai. Seseorang dikatakan patuh apabila yang

bersangkutan menerima baik kehadiran norma-norma/nilai-nilai dari

suatu peraturan meskipun peraturan tertulis.

b. Penerapan norma-norma/nilai-nilai itu dalam kehidupan. Seseorang

dikatakan patuh jika norma-norma/nilai-nilai dari suatu peraturan


13

diwujudkan dalam perbuatan, bila norma atau nilai itu dilaksanakannya

maka dapat dikatakan bahwa ia patuh.

Kepatuhan dibagi dalam tiga bentuk perilaku yaitu (Sarwono, Sarlito,

2011):

a. Konformitas (conformity) yaitu masyarakat mengubah sikap dan

tingkahlakunya agar sesuai dengan cara melakukan tindakan yang

sesuai dan diterima dengan tuntutan sosial.

b. Penerimaan (compliance) yaitu masyarakat melakukan sesuatu atas

permintaan orang lain yang diakui otoritasnya.

c. Ketaatan (obedience) yaitu masyarakat melakukan tingkah laku atas

perintah orang lain. Seseorang mentaati dan mematuhi permintaan

orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena ada unsur

power.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya (Kamidah,

2015):

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan,

pendengar, pencium, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.


14

b. Motivasi

Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk berperilaku. Semakin baik motivasi maka

semakin baik pula kondisi internal manusia seperti keinginan dan

harapan yang mendorong individu untuk berperilaku agar mencapai

tujuan yang dikehendakinya (Widya, Budiarni, 2012).

c. Dukungan keluarga

Upaya yang dilakukan dengan mengikutkan peran serta keluarga

adalah sebagai faktor dasar penting yang ada dalam membantu

mewujudkan dan menaati peraturan yang ada.

Thomas Blass (dalam Wilujeng, 2012) dalam wacana pada

eksperimen yang dilakukan oleh Milgram menguraikan bahwa ada tiga hal

yang nantinya bisa mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang. Faktor-

faktor ini ada yang bisa berpengaruh pada setiap keadaan namun ada juga

berpengaruh pada situasi yang bersifat kuat dan ambigu saja.

a. Kepribadian

Kepribadian adalah faktor internal yang dimiliki masing-masing

individu dalam masyarakat. Faktor ini akan berperan kuat

mempengaruhi intensitas kepatuhan ketika berada pada situasi yang

lemah dan pilihan-pilihan yang ambigu dan mengandung banyak hal.

Faktor tergantung pada dimanakah individu tumbuh dan peranan

pendidikan yang diterima.

b. Kepercayaan
15

Kepercayaan adalah suatu perilaku yang ditampilkan masyarakat

kebanyakan berdasarkan keyakinan yang dianut. Sikap loyalitas pada

keyakinannya akan mempengaruhi pengambilan keputusannya.

Masyarakat akan lebih mudah mematuhi norma sosial yang

didoktrinkan oleh kepercayaan yang dianut. Perilaku patuh

berdasarkan kepercayaan juga disebabkan adanya penghargaan dan

hukuman yang berat pada kehidupan setelah mati.

c. Lingkungan

Nilai-nilai yang tumbuh dalam suatu lingkungan nantinya juga akan

mempengaruhi proses internalisasi yang dilakukan masyarakat.

Lingkungan yang kondusif dan komunikatif akan mampu membuat

masyarakat belajar tentang arti suatu norma sosial dan kemudian

menginternalisasikan dalam dirinya dan ditampilkan lewat perilaku.

Lingkungan yang cenderung otoriter akan membuat masyarakat

mengalami proses internalisasi dengan keterpaksaan.

Ada empat faktor yang merupakan dasar kepatuhan seseorang terhadap

nilai tertentu, yaitu (Graham dalam Normasari, Sarbaini, 2013):

a. Normativist, biasanya kepatuhan pada norma-norma hukum.

Selanjutnya dikatakan bahwa kepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk,

yaitu:

1) Kepatuhan terhadap nilai atau norma itu sendiri;

2) Kepatuhan pada proses tanpa memperdulikan normanya sendiri;


16

3) Kepatuhan pada hasilnya atau tujuan yang diharapkannya dari

peraturan itu.

b. Integralist, yaitu kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran dan

pertimbangan-pertimbangan yang rasional.

c. Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekedar

basa-basi.

d. Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan kepentingan diri sendiri.

3. Aspek-Aspek Kepatuhan

Persoalan kepatuhan dalam realitasnya ditentukan oleh tiga aspek, yaitu

(Sarbaini, 2012):

a. Pemegang Otoritas. Status yang tinggi dari figur yang memiliki

otoritas memberikan pengaruh penting terhadap perilaku kepatuhan

pada masyarakat.

b. Kondisi yang terjadi. Terbatasnya peluang untuk tidak patuh dan

meningkatnya situasi yang menuntut kepatuhan.

c. Orang yang mematuhi. Kesadaran masyarakat untuk mematuhi

peraturan karena ia mengetahui bahwa hal itu benar dan penting untuk

dilakukan.

4. Sikap Kepatuhan Terhadap Pencegahan COVID-19

Sikap Kepatuhan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perilaku masyarakat dalam mematuhi protokol pencegahan COVID-19

seperti penggunaan masker. Kepatuhan adalah perilaku positif yang

diperlihatkan masyarakat saat masyarakat menggunakan masker, mencuci


17

tangan dan lain lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

tergantung pada banyak faktor, termasuk pengetahuan, motivasi, persepsi,

dan keyakinan terhadap upaya pengontrolan dan pencegahan penyakit,

variabel lingkungan, kualitas intruksi kesehatan, dan kemampuan

mengakses sumber yang ada (Sinuraya, dkk, 2018). Sedangkan,

ketidakpatuhan adalah kondisi ketika individu atau kelompok berkeinginan

untuk patuh, tetapi ada sejumlah faktor yang menghambat kepatuhan

terhadap saran tentang kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

(Prihantana, dkk, 2016). Ketidakpatuhan adalah sejauh mana perilaku

seseorang dan atau pemberi asuhan sejalan atau tidak sejalan dengan

rencana promosi kesehatan atau rencana terapeutik yang disetujui antara

orang tersebut (atau pemberi asuhan) dan professional layanan kesehatan

(Wulandari, 2015).

B. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Yanti & Handayani,

2014).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari


18

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: (1) kesadaran

(awareness); (2) ketertarikan (interest); (3) pertimbangan (evaluation); (4)

percobaan (trial), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus; dan (5) adopsi (adoption)

dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus (Ali, 2013).

Menurut Notoatmodjo (2010), terdapat beberapa sumber pengetahuan,

yaitu:

a. Pengetahuan wahyu (revealed knowledge). Manusia memperoleh

pengetahuan dan kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan tuhan

kepada manusia. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, yang artinya

berasal dari luar manusia.

b. Pengetahuan intuitif (intuitive knowledge). Pengetahuan intuitif

diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada saat ia menghayati

sesuatu. Intuisi merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan

tidak berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indra.

c. Pengetahuan rasional (rasional knowledge). Pengetahuan rasional

merupakan pengetahuan yang diperoleh dari latihan rasio atau akal

semata tanpa observasi terhadap peristiwa-peristiwa aktual.


19

d. Pengetahuan empiris (empirical knowledge). Pengetahuan empiris

diperoleh atas bukti pengindraan dengan penglihatan, pendengaran,

dan sentuhan-sentuhan indera lainnya, sehingga memiliki konsep dunia

di sekitar kita.

e. Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge). Pengetahuan otoritas

merupakan pengetahuan yang diperoleh dari sumber yang berwibawa,

berwenang dan memiliki hak di lapangan (Velia, 2015).

2. Tingkatan Pengetahuan

Secara garis besar pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif

dibagi atas 6 tingkatan, yaitu:

a. Pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan diartikan sebagai mengingat

suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk

pengetahuan ini adalah bahan yang dipelajari/rangsang yang diterima.

b. Memahami (Comprehention). Memahami diartikan sebagai

kemampuan untuk menjelaskan suatu materi yang diketahui secara

benar serta dapat meng-interpretasikannya. Orang yang telah paham

terhadap suatu objek atau materi harus dapat menyebutkan dan

menjelaskan.

c. Aplikasi (Aplication). Aplikasi dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi sebenarnya (riil). Aplikasi disini dapat diartikan

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks lain.


20

d. Analisis (Analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih dalam kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.

e. Sintesis (Synthesis). Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk

menjelaskan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Bisa diartikan juga sebagai kemampuan

untuk menyusun formasi baru dari formasi-formasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melaksanakan penelitian terhadap suatu obyek. Penelitian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada (Retnaningsih, 2016).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Sukanto (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan, antara lain:

a. Tingkat pendidikan. Pendidikan adalah upaya untuk memberikan

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang

meningkat.

b. Informasi. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih

banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

c. Budaya. Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam

memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.


21

d. Pengalaman. Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal (Aminudin, 2016).

Pengukuran tingkat pengetahuan baik dan buruk. Pengukuran pengetahuan

dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi

materi yang akan diukur dari subjek penelitian. Menurut Budiman dan

Riyanto (2013) pengetahuan seseorang ditetapkan menurut hal-hal berikut:

a. Bobot I: tahap tahu dan pemahaman.

b. Bobot II: tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis

c. Bobot III: tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan

evaluasi.

Terdapat 3 kategori tingkat pengetahuan yang didasarkan pada nilai

presentase sebagai berikut:

a. Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.

b. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74%

c. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan

dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah

masyarakat umum, yaitu:

a. Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%

b. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50%


22

C. Coronavirus

1. Definisi Coronavirus

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul

dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga

Coronavidae. Struktur Coronavirus membentuk struktur seperti kubus

dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike

protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan

struktur utama untuk penelitian dalam gen. protein S ini berperan dalam

penempelan dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S

dengan reseptornya di sel inang) (Yuliana, 2020).

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm.

Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk diantaranya adalah

kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis

coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus

229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus

HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan

Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (Susilo, et

al., 2020).

2. Epidemiologi Coronavirus

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2)

yang dikenal dengan COVID-19 adalah penyakit yang baru dan telah

menyebar dengan cepat dari Wuhan (Provinsi Hubei) ke provinsi lain di

Cina dan seluruh dunia termasuk Indonesia. Hingga 30 Maret 2020,


23

jumlah pasien terkonfirmasi positif di Indonesia mencapai 1,414 kasus

dengan 122 (8.6%) pasien meninggal. Sementara di seluruh dunia

mencapai 786,925 kasus dengan angka kematian sebesar 37,840 (4.5%).

Secara umum, COVID-19 adalah penyakit akut yang bisa sembuh tetapi

juga mematikan, dengan case fatality rate (CFR) sebesar 4%. Spektrum

klinis pneumonia COVID-19 berkisar dari kondisi ringan sampai dengan

berat. Onset penyakit yang berat dapat menyebabkan kematian karena

kerusakan alveolar yang masif dan kegagalan pernapasan progresif

(Hasanah, et al, 2020)

Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, dan

pleimorfik. Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak

bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat

panjang. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan

protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein

merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur

utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan

masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya

di sel inang) (PDPI, 2020).


24

Gambar 2.1 Struktur Coronavirus

Kasus pertama COVID-19 dimulai pada Desember 2019, sejak 18

Desember 2019 hingga 29 Desember 2019, lima pasien diverifikasi di

rumah sakit dengan gejala klinis gangguan saluran napas akut dan salah

satu dari pasien ini meninggal. Pada 2 Januari 2020, sebanyak 41 pasien di

rumah sakit telah diverifikasi memiliki infeksi COVID-19 berdasarkan

hasil laboratorium, tingkat kerentanan terinfeksi virus ini juga bergantung

apakah pasien memiliki penyakit yang mendasarinya, termasuk diabetes,

hipertensi, dan penyakit kardiovaskular (Rothan & Byrareddy, 2020).

3. Etiologi Coronavirus

Dalam laporan awal, analisis genom virus lengkap mengungkapkan bahwa

virus tersebut berbagi identitas urutan 88% dengan dua Coronavirus akut

yang mirip kelelawar (SARS) yang diturunkan kelelawar. Ada empat

protein struktural utama yang dikodekan oleh genom koronaviral pada

amplop, salah satunya adalah spike protein (S) yang berikatan dengan
25

reseptor enzim pengonversi angiotensin 2 (ACE2) dan memediasi fusi

selanjutnya antara pembungkus sel dan sel inang untuk membantu entri

virus ke dalam sel inang. Pada 11 Februari 2020, Kelompok Studi

Coronavirus (CSG) dari Komite Internasional tentang Taksonomi Virus

akhirnya menetapkannya sebagai sindrom pernapasan akut berat

Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) berdasarkan filogeni, taksonomi, dan

praktik yang sudah mapan. Segera kemudian, WHO menyebut penyakit

yang disebabkan oleh Coronavirus ini sebagai Penyakit Coronavirus 2019

(COVID-19). Berdasarkan data saat ini, tampaknya COVID-19 mungkin

awalnya dihosting oleh kelelawar, dan mungkin telah ditransmisikan ke

manusia melalui trenggiling atau hewan liar lainnya yang dijual di pasar

makanan laut Huanan tetapi penyebaran selanjutnya melalui transmisi

manusia ke manusia (Chen, et al, 2020).

SARS-CoV-2 adalah virus RNA untai positif dengan penampilan seperti

mahkota di bawah mikroskop elektron (corona adalah istilah Latin untuk

mahkota) karena adanya tonjolan glikoprotein pada pembungkus sel.

Subfamili Orthocoronavirinae dari keluarga Coronaviridae (orde

Nidovirales) digolongkan ke dalam empat gen CoV: Alphacoronavirus

(alphaCoV), Betacoronavirus (betaCoV), Deltacoronavirus (deltaCoV),

dan Gammacoronavirus (deltaCoV). Selanjutnya, genus betaCoV

membelah menjadi lima sub-genera atau garis keturunan. Karakterisasi

genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar dan tikus adalah

sumber gen alphaCoVs dan betaCoVs. Sebaliknya, spesies burung


26

tampaknya mewakili sumber gen deltaCoVs dan gammaCoVs. Anggota

keluarga besar virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan, enterik,

hati, dan neurologis pada berbagai spesies hewan, termasuk unta, sapi,

kucing, dan kelelawar. Sampai saat ini, tujuh CoV manusia (HCV) yang

mampu menginfeksi manusia telah diidentifikasi. Beberapa HCoV

diidentifikasi pada pertengahan 1960-an, sementara yang lain hanya

terdeteksi pada milenium baru.

Secara umum, perkiraan menunjukkan bahwa 2% dari populasi adalah

pembawa CoV yang sehat dan bahwa virus ini bertanggung jawab atas

sekitar 5% hingga 10% dari infeksi pernapasan akut. CoV manusia pada

umumnya: HCoV-OC43, dan HCoV-HKU1 (betaCoVs dari garis

keturunan HCoV-229E, dan HCoV-NL63 (alphaCoVs). Mereka dapat

menyebabkan pilek dan infeksi pernapasan atas yang sembuh sendiri pada

individu yang imunokompeten. Pada subjek yang mengalami gangguan

kekebalan dan orang tua, infeksi saluran pernapasan bagian bawah dapat

terjadi.CoV manusia lainnya: SARS-CoV, SARS-CoV-2, dan MERS-CoV

(betaCoVs dari garis keturunan B dan C, masing-masing). Ini

menyebabkan epidemi dengan tingkat keparahan klinis bervariasi dengan

manifestasi pernapasan dan ekstra-pernapasan. Mengenai SARS-CoV,

MERS-CoV, angka kematian masing-masing hingga 10% dan 35%.

(Cascella, et al, 2020).


27

4. Patogenesis dan Patofisiologi Coronavirus

Virus corona menginfeksi berbagai spesies inang. Sebagian besar dibagi

menjadi empat yaitu α, β, γ, dan δ berdasarkan pada struktur genomik

mereka. α dan β Coronavirus hanya menginfeksi mamalia. Virus Korona

pada manusia seperti 229E dan NL63 bertanggung jawab untuk flu biasa

dan termasuk dalam α Coronavirus. Sebaliknya, SARS-CoV, Middle East

Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) dan SARS-CoV-2

diklasifikasikan menjadi β coronavirus (Yuki, et al., 2020).

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.

Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan

kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi,

sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotic

yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan

yang liar dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk

penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang

merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus

pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome

(MERS) Namun pada kasus SARS, saat itu host intermediet (masked palm

civet atau luwak) justru ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka

sebagai host alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan

bahwa luwak hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda

(horseshoe bars) sebagai host alamiahnya. Secara umum, alur Coronavirus


28

dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi

kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral. (PDPI, 2020).

Gambar 2.2 Transmisi Coronavirus

Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian

bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya).

Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi

peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh

beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa

inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).
29

Gambar 2.3 Siklus Hidup Coronavirus (SARS)

Infeksi oleh SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui partikel yang dihirup

sekecil aerosol (berukuran kurang dari 5 μm; mampu bertahan di udara

untuk waktu yang lama dan mudah dihirup ke paru-paru dan alveolus

distal) hingga ke droplets ( berukuran lebih dari 20 μm dalam ukuran;

dengan cepat ditarik ke tanah oleh gravitasi atau, ketika dihirup, sebagian

besar disimpan di rongga hidung), atau dengan inokulasi langsung epitel

pernapasan (yaitu, menyentuh permukaan dengan virus hidup dan

kemudian menyentuh wajah seseorang) ). Karena 90% (atau lebih) dari

inspirasi melalui hidung, masuk akal bahwa rongga sinonasal mungkin


30

merupakan situs penting untuk infeksi awal oleh SARS-CoV-2. Faktanya,

infeksi SARS-CoV-2 melalui rute okular diduga terjadi melalui drainase

air mata yang sarat virus ke dalam rongga hidung melalui saluran

nasolakrimal (Gengler, et al., 2020).

5. Faktor Risiko Coronavirus

Faktor risiko keparahan penyakit menular ditentukan oleh patogen, inang

dan lingkungan. Penyakit COVID-19, yang disebabkan oleh infeksi

SARS-CoV-2 mencakup spektrum penyakit mulai dari infeksi tanpa gejala

hingga pneumonia berat yang ditandai dengan cedera pernapasan akut

pada sekitar 20% pasien yang datang ke perawatan medis. Faktor risiko

yang terkait dengan keparahan penyakit, termasuk peningkatan usia,

diabetes, penekanan kekebalan tubuh dan kegagalan organ (Simonsick, et

al., 2018).

Penyakif komorbid hipertensi dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki,

dan perokok aktif merupakan faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2.

Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait

dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada perokok,

hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan ekspresi reseptor

ACE2. (Widayat, 2020). Pengguna ACE Inhibitor (ACE-I) atau

angiotensin receptor blocker (ARB) berisiko mengalami COVID-19 yang

lebih berat. Terkait dugaan ini, European Society of Cardiology (ESC)

menegaskan bahwa belum ada bukti meyakinkan untuk menyimpulkan

manfaat positif atau negatif obat golongan ACE-i atau ARB, sehingga
31

pengguna kedua jenis obat ini sebaiknya tetap melanjutkan

pengobatannya. (Erni, 2020). Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan

oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah kontak

erat, termasuk tinggal satu rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat

perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu lingkungan namun tidak

kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko rendah.

Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular.

Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. Di China,

lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar

0,6% (Susilo, et al, 2020)

Pasien yang dirawat di ICU cenderung lebih tua, laki-laki, dengan suhu

lebih dari 38.5 derajat celcius, gejala sulit bernapas, penyakit

kardiovaskular yang mendasarinya, dan membutuhkan waktu yang lebih

lama dari awal gejala sampai masuk rumah sakit, dibandingkan dengan

mereka yang tidak dirawat di ICU. Ini menunjukkan bahwa usia, jenis

kelamin, demam tinggi, waktu masuk rumah sakit dan komorbiditas

merupakan faktor risiko keparahan penyakit. Dibandingkan dengan pasien

non-ICU, pasien yang menerima perawatan ICU memiliki banyak kelainan

laboratorium. Kelainan ini menunjukkan bahwa infeksi SARS-CoV-2

dapat dikaitkan dengan defisiensi imun seluler, aktivasi koagulasi,

myocardial injury, kerusakan hati, dan ginjal. Abnormalitas laboratorium

ini mirip dengan yang sebelumnya diamati pada pasien dengan infeksi

MERS-Cov dan SARS-CoV (Cao, et al., 2020).


32

6. Manifestasi Klinis Coronavirus

Penyakit COVID-19 dapat bermanifestasi sebagai infeksi tanpa gejala atau

pneumonia ringan hingga berat. Wabah penyakit COVID-19 menyebabkan

kematian dan morbiditas yang signifikan di Tiongkok dibandingkan

dengan negara-negara lain. Strain COVID-19 secara genetik terkait dengan

(Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus) SARS-CoV dan

(Middle East Respiratory Syndrome coronavirus) MERS-CoV.

Epidemiologi COVID-19 ini mirip dengan SARS-CoV. Tingginya insiden

dari COVID-19 di Cina dan penyebarannya ke bagian lain di dunia,

meskipun telah melakukan tindakan karantina yang ketat, kemungkinan

WHO menyatakan pandemi COVID-19 ini tidak dapat dikesampingkan

(Kannan, et al., 2020).

Sebagian besar pasien dengan COVID-19 memiliki kasus yang relatif

ringan. Menurut penelitian terbaru dan data dari Komisi Kesehatan

Nasional Cina, proporsi kasus parah di antara semuanya pasien dengan

COVID-19 di Cina sekitar 15% hingga 25%. Mayoritas pasien mengalami

demam dan batuk kering, sementara beberapa diantaranya juga mengalami

sesak napas, kelelahan, dan gejala atipikal lainnya, seperti nyeri otot,

kebingungan, sakit kepala, sakit tenggorokan, diare, dan muntah. Di antara

pasien yang menjalani computed tomography (CT) dada, sebagian besar

menunjukkan pneumonia bilateral, dengan ground-glass opacity dan

bilateral patchy shadows menjadi pola paling umum (Meng, et al., 2020).
33

Pada anak-anak, tampak bahwa anak-anak memiliki gejala klinis yang

lebih ringan daripada orang dewasa (seperti yang telah dilaporkan untuk

infeksi SARS-CoV dan MERS-CoV), yang dapat berarti anak-anak yang

dites untuk SARS-CoV-2 tidak sebanyak pada orang dewasa. Oleh karena

itu anak-anak tanpa gejala atau sedikit gejala mungkin menularkan

penyakit ini. Namun, sebagian besar anak yang terinfeksi SARS-CoV-2

sejauh ini telah menjadi bagian dari KLB dalam keluarga. Ini mirip dengan

SARS-CoV, di mana 50%-80% anak-anak dilaporkan memiliki keluarga

yang terkontak (Zimmermann & Curtis, 2020)

COVID-19 memiliki masa inkubasi rata-rata 5,2 hari. Infeksinya akut

tanpa status karier apapun. Gejala biasanya dimulai dengan sindrom

nonspesifik, termasuk demam, batuk kering, dan kelelahan. Beberapa

sistem mungkin terlibat, termasuk pernapasan (batuk, napas pendek, sakit

tenggorokan, rinore, hemoptisis, dan nyeri dada), gastrointestinal (diare,

mual, dan muntah), muskuloskeletal (nyeri otot), dan neurologis (sakit

kepala atau kebingungan). Tanda dan gejala yang lebih umum adalah

demam (83%-98%), batuk (76%-82%), dan sesak napas (31%-55%). Ada

sekitar 15% dengan demam, batuk, dan napas pendek. Setelah timbulnya

penyakit, terjadi gejala ringan dan waktu rata-rata untuk masuk rumah

sakit pertama kali adalah 7 hari. Tetapi penyakit ini berkembang menjadi

sesak napas (8 hari), sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) (9 hari),

dan menjadi ventilasi mekanis (10,5 hari) pada sekitar 39% pasien. Pasien

dengan penyakit fatal mengembangkan ARDS dan memburuk dalam


34

waktu singkat dan meninggal karena kegagalan beberapa organ. Tingkat

kematian pada seri awal pasien rawat inap adalah 11%-15%, tetapi

menurun menjadi 2%-3% (Wu, et al., 2020).

7. Diagnosis Coronavirus

Diagnosis COVID-19 biasanya didasarkan pada deteksi SARS-CoV-2

dengan menggunakan uji polymerasechain-reaction (PCR). Setelah

timbulnya gejala, sensitivitas tes PCR dari swab nasofaring menjadi lebih

tinggi, tetapi negatif palsu masih dapat terjadi, dengan frekuensi yang

tidak pasti. Jika seseorang diduga memiliki COVID-19 tetapi memiliki tes

negatif swab nasofaring, pengulangan tes sangatlah dianjurkan, terutama

jika orang itu tinggal di daerah dengan komunitas penyebaran wabah

COVID-19 yang aktif (Gandhi, et al., 2020).

Pengumpulan spesimen saluran pernapasan untuk diagnosis dan skrining

awal pasien dengan pneumonia COVID-19. Dalam waktu 5 hingga 6 hari

setelah timbulnya gejala, pasien dengan COVID-19 telah menunjukkan

viral load yang tinggi di saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Usap

nasofaring (NP) dan / atau usap orofaring (OP) sering direkomendasikan

untuk skrining atau diagnosis infeksi dini. Usap NP telah menjadi swab

pilihan karena dapat ditoleransi dengan lebih baik oleh pasien dan lebih

aman bagi tenaga medis. Usap NP memiliki kontrol kualitas yang biasanya

mencapai daerah yang benar untuk diuji pada rongga hidung. Swab OP

lebih sering digunakan daripada nasal swabs di Cina selama wabah

COVID-19. Namun, RNA SARS-CoV-2 terdeteksi hanya pada 32% dari


35

swab OP, yang secara signifikan lebih rendah dari level pada nasal swabs

(63%) (Tang, et al., 2020).

Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung jenis,

fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan

prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi. Trombositopenia

juga kadang dijumpai, sehingga kadang diduga sebagai pasien dengue.

Singapura melaporkan adanya pasien positif palsu serologi dengue, yang

kemudian diketahui positif COVID-19. Karena gejala awal COVID-19

tidak khas, maka hal ini harus diwaspadai (Susilo et al., 2020).

Gambar 2.4 Gambaran CT Scan pada COVID-19. Tampak gambaran


ground-glass bilateral
Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada

pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi

subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan ground-glass.


36

Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan

intertisial yang jelas terlihat di perifer paru dan kemudian berkembang

menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di kedua paru. Pada

kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung” dan

efusi pleura (jarang) (PDPI, 2020).

8. Manajemen Klinis

Lakukan triase pada pasien dengan gejala ringan, tidak memerlukan rawat

inap kecuali ada kekhawatiran untuk perburukan yang cepat. Deteksi

COVID-19 sesuai dengan kriteria diagnostik kasus COVID-19.

Pertimbangkan COVID-19 sebagai penyebab ISPA berat. Semua pasien

yang pulang ke rumah harus memeriksakan diri ke rumah sakit jika

mengalami perburukan (Chicy Widya Morfi1, 2020).

Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada COVID-

19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang

terbukti efektif. Pada studi terhadap SARS-CoV, kombinasi lopinavir dan

ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan

lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada

infeksi COVID-19. Tatalaksana yang belum teruji / terlisensi hanya boleh

diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau

melalui Monitored Emergency Use of Unregistered Intervention

Framework (MEURI), dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum

ada vaksin untuk mencegah pneumonia COVID-19 ini (PDPI, 2020).


37

Sekitar 20% pasien mengalami gejala yang parah, dan sekitar 5%

memerlukan perawatan di unit perawatan intensif. Paru-paru bereaksi

terhadap agen penyebab penyakit SARS-CoV‐2 dengan cara yang sama

mereka bereaksi terhadap virus lain yang menyerang sistem pernapasan.

Pasien datang dengan perubahan patofisiologis yang diketahui juga terjadi

pada pasien dengan influenza atau pneumonia virus SARS. Ini berarti,

secara khusus, bahwa pengobatan pasien dengan COVID-19 harus

didasarkan, pada perawatan standar terbaik, yaitu, pada kepatuhan optimal

dengan rekomendasi pengobatan berbasis bukti yang dikembangkan untuk

mengobati gagal paru-paru akut (acute respiratory distress syndrome,

ARDS). Parasetamol atau metamizole dapat digunakan untuk mengurangi

demam. Meskipun WHO telah menarik peringatannya, data tentang

ibuprofen masih belum jelas, dengan penggunaan NSAID terkait dengan

peningkatan risiko perdarahan (Klinik & Georg, 2020).

9. Protokol Operasional

Beberapa istilah operasional dalam protokol COVID-19 (Kantor Staff

Presiden, 2020).

a. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

1) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu

demam (≥38℃) atau riwayat demam; disertai salah satu

gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak napas/sakit

tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat dan tidak ada

penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan


38

pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat

perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan

transmisi lokal.

2) Orang dengan demam (≥38℃) atau riwayat demam atau ISPA dan

pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat

kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.

3) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan

perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan

gambaran klinis yang meyakinkan.

b. Orang Dalam Pemantauan (ODP)

1) Orang yang mengalami demam (≥38℃) atau riwayat demam; atau

gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit

tenggorokan/batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan

gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir

sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di

negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.

2) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti

pilek/sakit tenggorokan/batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum

timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi

COVID-19.

c. Orang Tanpa Gejala (OTG) Seseorang yang tidak bergejala dan

memiliki risiko tertular dari orang konfirmasi COVID-19. Orang tanpa

gejala (OTG) merupakan kontak erat dengan kasus konfirmasi


39

COVID-19. Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak

fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter

dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari

sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul

gejala. Kelompok yang termasuk kontak erat adalah:

1) Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan

membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa

menggunakan APD sesuai standar.

2) Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus

(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari

sebelum timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul

gejala.

3) Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala

jenis alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul

gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.

10. Pencegahan Coronavirus

Tidak seperti anggota lain dari virus SARS, SARS-CoV-2 sangat menular

dan karenanya menyebar dengan cepat ke setiap benua dalam beberapa

minggu setelah pertama kali diidentifikasi di Provinsi Hubei, Cina.

Pemeliharaan dan kebersihan lingkungan adalah langkah utama untuk

pencegahan penyakit virus baru ini. Masyarakat dianjurkan untuk tetap

berhati-hati baik di rumah atau di tempat kerja dan menghindari orang-

orang dengan gejala seperti flu yaitu demam, batuk, pilek, sakit
40

tenggorokan dan kesulitan bernapas di rumah atau tempat kerja Anda.

Orang dengan gejala disarankan untuk melakukan etika bersin dan batuk

yang tepat, misalnya menutup hidung dan mulut dengan masker wajah,

kertas tisu atau lengan atas (Sajed & Amgain, 2020).

Berdasarkan bukti yang ada, virus COVID-19 ditularkan antara orang

melalui kontak dekat dan droplets, bukan melalui transmisi udara. Orang

yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat

dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19.

Tindakan pencegahan dan mitigasi adalah kunci dalam pengaturan

kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang paling

efektif di masyarakat termasuk:

a. Menjaga kebersihan tangan secara teratur dengan mencuci tangan

menggunakan alkohol jika tangan Anda tidak terlihat kotor atau

dengan sabun dan air jika tangan kotor.

b. Tidak menyentuh daerah mata, hidung, dan mulut.

c. Ketika batuk ataupun bersin gunakan daerah lipatan di siku untuk

menutup hidung dan mulut, kemudian segera bersihkan daerah tersebut

hingga bersih.

d. Menggunakan masker medis jika anda memiliki gejala pernapasan dan

mencuci tangan setelah membuang masker.

e. Menjaga jarak minimal 1 m dari individu dengan gejala pernapasan

(WHO, 2020).
41

Seperti yang direkomendasikan WHO, tangan harus dicuci secara

menyeluruh (termasuk kuku dan pergelangan tangan) setidaknya selama

20 detik, menggunakan air hangat dan sabun, terutama setelah berada di

tempat umum, sebelum makan, setelah batuk atau bersin, setelah

menggunakan toilet, dan setiap kali tangan kotor. Ketika sabun dan air

tidak tersedia, penggunaan hand sanitizer berbasis alkohol (yang

mengandung setidaknya 60% alkohol), merupakan alternatif yang efektif

dalam menghancurkan virus. Karena ini dapat menyebabkan iritasi,

penting untuk melembapkan kulit segera setelahnya. Menerapkan krim

pelembab sesudahnya tidak mengganggu sifat dan efisiensi pembersih

jenis ini (Beiu, et al., 2020).

Masker adalah salah satu gagasan pencegahan penularan infeksi virus ini.

Masker medis dapat membantu dalam pencegahan paparan droplet

langsung dari pasien yang terinfeksi (pasien bergejala). Sementara dalam

kasus lain dengan penggunaan masker yang tidak tepat dapat

meningkatkan kemungkinan penularan infeksi. Khususnya, infeksi dari

orang tanpa gejala dan melalui permukaan yang terinfeksi memiliki risiko

penularan yang lebih tinggi dengan penggunaan masker yang tidak tepat.

Ini terjadi karena orang yang memakai masker menyentuh maskernya

sendiri (untuk menyesuaikan strip atau masker pada wajah) sehingga

bagian mulut / wajah lebih sering tersentuh daripada orang yang tidak

memakai masker. Bagian mulut dan wajah yang sering tersentuh ini

memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk virus masuk ke dalam sistem


42

pernapasan seseorang ketika terpapar tangan dengan permukaan yang

terkontaminasi (di toko, mal, bus, dan tempat umum lainnya) atau berjabat

tangan dengan orang yang tidak menunjukkan gejala (Chhikara, et al.,

2020).

Menjaga jarak satu sama lain minimal 1 meter dan menghindari keramaian

sangat berperan penting dalam upaya mencegah penyebaran virus corona

(COVID-19) hal ini dikarenakan virus ini merupakan partikel mengandung

air dengan diameter lebih dari 5 µm yang dapat memasuki permukaan

mukosa dalam jarak tertentu (biasanya 1 m). Karena ukuran dan berat

partikel yang relatif besar, partikel tidak dapat tergantung di udara terlalu

lama (Zhou, 2020).

Untuk pencegahan yang lebih baik sebaiknya terapkan gaya hidup sehat

untuk memperkuat sistem imun tubuh agar tidak mudah terserang

penyakit. Hal-hal yang dapat dilakukan yaitu:

a. Konsumsi makanan protein tinggi setiap hari, termasuk ikan, daging,

telur, susu, kacang polong, dan kacang-kacangan, pastikan asupan gizi

cukup sesuai menu makanan sehari-hari. Konsumsi buah-buahan dan

sayuran segar setiap hari, dan tingkatkan asupan sesuai menu makanan

sehari-hari

b. Minum air tidak kurang dari 1500 ml air setiap hari.

c. Malnutrisi, lanjut usia dan pasien dengan penyakit saluran

pembuangan yang kronik disarankan untuk mengonsumsi suplemen


43

solusi nutrisi komersial (makanan untuk keperluan medis khusus), dan

suplemen tidak kurang dari 500 kcal per hari.

d. Pastikan istirahat teratur dan minimal 7 jam tidur setiap hari.

e. Mulai olahraga secara pribadi sedikitnya 1 jam setiap hari. Jangan

bergabung dalam latihan olahraga kelompok.

f. Selama epidemi COVID-19, disarankan untuk mengonsumsi suplemen

multi vitamin, mineral, dan minyak ikan laut (Zhou, 2020).

D. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam

suatu masalah tertentu. Kerangka teori disusun berdasarkan tinjauan pustaka

(Aprina, 2015). Kerangka teori disusun berdasarkan tinjauan pustaka,

kerangka teori dalam penelitian ini adalah:

Pengetahuan Faktor yang


tentang Covid-19 Kepatuhan mempengaruhi:
1. Pengetahuan
2. Motivasi
3. Dukungan keluarga
44

Upaya
pencegahan
infeksi Covid-19
Faktor yang
mempengaruhi:
1. Tingkat pendidikan
2. Informasi seseorang Faktor yang mempengaruhi:
3. Budaya tingkah laku 1. Predisposisi
4. Pengalaman - Tingkat pendidikan
- Sosial ekonomi
2. Pendukung
- Ketersediaan data
- Sarana dan prasarana
3. Penguat
- Dukungan keluarga

Bagan 2.1 Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Nursalam,

2015). Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil

penemuan dengan teori. Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat

pada gambar berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Tentang Kepatuhan upaya


COVID-19 pencegahan infeksi COVID-
19
45

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah

penelitian observasional analitik dengan desain

penelitian potong lintang (cross sectional). Cross-

sectional didefinisikan sebagai jenis penelitian

observasional yang menganalisis variabel data yang

dikumpulkan pada satu titik waktu tertentu di

seluruh populasi sampel atau subset yang telah

ditentukan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi mewakili keseluruhan orang, unit,

benda, dan segala sesuatu yang dapat dikandung,

yang memiliki sifat-sifat tertentu. Populasi dalam

penelitian ini adalah masyarakat Desa Panaragan

Jaya Kecamatan Tulang Bawang Tengah yang

berusia minimal 17 tahun.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah beberapa

46
47

masyarakat Desa Panaragan Jaya Kecamatan

Tulang Bawang Tengah yang memenuhi kriteria

inklusi.

a. Besar Sampel

Perhitungan sampel untuk penelitian ini

menggunakan besar sampel minimal

dihitung dengan rumus Slovin.

( Zα + Zβ )2 π
n= 2
( P 1−P2 )

( 1,96+ 0,84 )2 0,3


n= 2
( 0,54 )

( 2,84 )2 0,3
n=
0,30

7,84 x 0,3
n=
0,30

2,352
n=
0,30

n=78,4 (dibulatkan menjadi 79)

Keterangan:

Zα = Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar

5%, hipotesis dua arah sehingga Zα = 1,96

Zβ = Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar

20%, maka Zβ = 0,84

P1-P2 = 0,54 (selisih proporsi yang dianggap


48

bermakna)

Π = 0,3

Berdasarkan hasil perhitungan rumus di atas

diperoleh jumlah unit sampel minimal

sebanyak 79 orang

b. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah dengan teknik Random

sampling, teknik pengambilan sampel dimana

semua individu dalam populasi baik secara

sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

anggota sampel. Teknik Random sampling

yang saya gunakan di penelitian ini adalah

Simple random sampling atau sampel acak

sederhana Simple random sampling atau

sampel acak sederhana merupakan teknik

pengambilan sampel yang memberikan

kesempatan yang sama kepada populasi

untuk dijadikan sampel. Syarat untuk dapat

melakukan teknik random sampling adalah:

1) Anggota populasi tidak memiliki strata

sehingga relatif homogen.


49

2) Adanya kerangka sampel, yaitu

merupakan daftar elemenelemen populasi

yang dijadikan dasar untuk pengambilan

sampel. Pengambilan sampel akan

dilakukan di luar waktu perkuliahan dan

akan dilaksanakan di Desa Panaragan Jaya

Kecamatan Tulang Bawang Tengah

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kepatuhan terhadap upaya

pencegahan (mencuci tangan, dan physical

distancing).

b. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel independent dalam penelitian ini

adalah pengetahuan tentang COVID-19.


50

C. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Masing-masing Variabel

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Pengetahuan Informasi yang dinyatakan Kuesioner Wawancara 1. Nominal
tentang COVID- responden mengenai hal-hal P
19 yang diketahui tentang COVID-
19 2.
P

Kepatuhan dalam Informasi yang dinyatakan Kuesioner Mengisi jawaban kuesioner 1. Ordinal
menjaga responden tentang perilaku dengan skala Likert dengan K
keberersihan mencuci tangan yang dilakukan pilihan jawaban tidak pernah
tangan selama pandemi COVID-19 bernilai 1 jawaban pernah 2.
dengan rutin bernilai 2, jawaban kadang- K
mencuci tangan kadang bernilai 3, jawaban
sering bernilai 4, dan jawaban
selalu bernilai 5
Kepatuhan dalam Informasi yang dinyatakan Kuesioner Mengisi jawaban kuesioner 1. Ordinal
menjalankan responden tentang perilaku dengan skala Likert dengan K
physical physical distancing selama pilihan jawaban tidak pernah
distancing pandemi COVID-19 bernilai 1 jawaban pernah 2.
bernilai 2, jawaban kadang- K
kadang bernilai 3, jawaban
sering bernilai 4, dan jawaban
selalu bernilai 5
51

D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui

kuesioner. Pengisian kuesioner melalui pembagian kuesioner dari rumah ke

rumah. Data dikumpulkan oleh peneliti dari setiap responden yang mengisi

kuesioner yang disebar secara offline. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai

data sosiodemografis responden, pernyataan informed consent untuk

mengikuti penelitian, pertanyaan tentang COVID-19, dan kepatuhan terhadap

upaya pencegahan (memakai masker, mencuci tangan, dan physical

distancing).

Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari guideline WHO dan telah

dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji coba kuesioner dilakukan terhadap

12 responden. Uji validitas merupakan uji tentang kemampuan suatu alat ukur

sehingga dapat mengukur apa yang ingin diukur, sedangkan uji reliabilitas

merupakan uji yang dilakukan untuk melihat kekonsistenan jawaban terhadap

pertanyaan. Hasil uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner untuk penelitian

ini didapatkan hasil r hitung > r tabel yang berarti item pertanyaan valid dan

nilai Cronbach Alpha > 0,6 yang artinya semua item pertanyaan dinyatakan

reliabel.

E. Cara Pengolahan dan Analisis Data

1. Cara Pengolahan

Seluruh data yang diperoleh akan diolah menggunakan aplikasi Statistical

Package for the Social Sciences (SPSS) untuk dilakukan analisis. Analisis
yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.

2. Instrumen

a. Kuesioner Pengetahuan tentang COVID-19

Terdapat 10 pertanyaan dengan jawaban pilihan ganda, dimana

masing- masing pertanyaan bernilai 1 poin untuk jawaban benar dan 0

poin untuk jawaban yang salah. Sehingga jumlah skor minimal adalah

0 dan nilai maksimal adalah 13. Pada perhitungan skor, individu

dinyatakan memiliki pengetahuan baik apabila skor lebih dari sama

dengan median dan dinyatakan memiliki pengetahuan kurang apabila

skor kurang dari median.

b. Kuesioner Kepatuhan Mencuci Tangan

Terdapat 3 pertanyaan dengan penilaian skor menggunakan skala

Likert dimana jawaban tidak pernah bernilai 1, pernah bernilai 2,

kadang-kadang bernilai 3, sering bernilai 4, dan selalu bernilai 5

sehingga jumlah skor minimal adalah 3 poin dan nilai maksimal

adalah 15 poin. Pada perhitungan skor, individu dinyatakan memiliki

kepatuhan baik dalam mencuci tangan apabila skor lebih dari sama

dengan median dan dinyatakan kurang patuh apabila skor kurang dari

median.

c. Kuesioner Kepatuhan Physical Distancing

Terdapat 6 pertanyaan dengan penilaian skor menggunakan skala

Likert dimana jawaban tidak pernah bernilai 1, pernah bernilai 2,

kadang-kadang bernilai 3, sering bernilai 4, dan selalu bernilai 5.


Untuk pertanyaan nomor 1 dan nomor 5 jawaban tidak pernah bernilai

5, pernah bernilai 4, kadang-kadang bernilai 3, sering bernilai 2, dan

selalu bernilai 1 sehingga jumlah skor minimal adalah 6 poin dan nilai

maksimal adalah 30 poin. Individu dinyatakan memiliki kepatuhan

baik dalam menerapkan physical distancing apabila skor lebih dari

sama dengan median dan dinyatakan kurang patuh apabila skor

kurang dari median.

3. Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisis univariat yaitu secara deskriptif untuk melihat distribusi dari

variabel bebas dan variabel terikat.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara variabel terikat dan variabel bebas. Analisis dilakukan dengan

uji statistic Chi-Square derajat kepercayaan 95% dan nilai α = 0,05. Uji

Chi-Square adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji

hipotesis bila dalam populasi atau sampel terdiri atas dua atau lebih

kelas, data berbentuk nominal dan sampelnya besar. Variabel terikat

dan variabel bebas dikatakan menunjukkan hubungan yang bermakna

apabila nilai p < 0,05. Nilai p inilah yang akan menentukan apakah H0

penelitian ditolak atau diterima. Jika nilai p < 0,05 maka H0 ditolak dan

jika nilai p > 0,05 maka H0 diterima / gagal ditolak.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Desa Panaragan Jaya

Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan jumlah responden sebesar 79 orang.

Hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian yakni data umum dan data khusus.

Dalam data umum memuat karakteristik responden berdasarkan umur, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Sedangkan data khusus adalah

pengetahuan tentang covid dan kepatuhan mencuci tangan dan kepatuhan

phisycal distancing. Data-data tersebut nantinya akan disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi yang mewakili karakteristik responden.

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Panaragan Jaya adalah salah satu kelurahan yang terletak di

Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat,

Provinsi Lampung, Indonesia.terbentuk pada tahun 1977 berawal dari

transmigrasi yang bernama desa Panaragan Jaya dengan luas wilayah

878Ha dan Kelurahan Panaragan Jaya memiliki batas wilayah di sebelah

Utara berbatasan dengan Tiyuh Panaragan, sebelah selatan Berbatasan

dengan Tiyuh Kagungan Ratu dan Tiyuh Tirta Kencana, di sebelah Timur

Berbatasan dengan Tiyuh Panaragan Jaya Indah dan di sebelah barat

berbatasan dengan Tiyuh Panaragan Jaya Utama.


2. Gambaran Responden Penelitian

a. Data umum

Data umum penelitian akan menampilkan karakteristik berdasarkan

umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

1) Karateristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Desa


Panaragan Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun
2022

Umur Frekuensi Presentase (%)


< 20 tahun 8 10,2
20 – 29 tahun 40 50,6
30 – 39 tahun 14 17,7
40 – 49 tahun 7 8,9
≥ 50 tahun 10 12,6
Total 79 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur

20 - 29 tahun sejumlah 40 orang (50,6%).

2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


di Desa Panaragan Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat
Tahun 2022

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


Laki-laki 28 35,4
Perempuan 51 64,6
Total 79 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan sejumlah 51 orang (64,6%).


3) Karakteristik responen berdasarkan pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di


Desa Panaragan Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat
tahun 2022

Pendidikan Frekuensi Presentase (%)


Tidak Sekolah 12 15,1
SD 9 11,4
SMP 3 3,7
SMA 35 44,2
PT 10 12,6
Total 79 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan

tingkat SMA sejumlah 35 orang (44,2%)

4) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di


Desa Panaragan Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat
Tahun 2022

Pendidikan Frekuensi Presentase (%)


Tidak Bekerja 15 18,9
Wiraswasta 32 40,5
PNS 19 24,1
Petani 13 16,5
Total 79 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

wiraswasta sejumlah 32 orang (40,5%).

b. Data Khusus

Data khusus merupakan karakteristik responden yang diamati dalam

tabel berikut :

1) Pengetahuan masyarakat tentang covid 19 di Desa Panaragan Jaya

Kabupaten Lampung Utara tahun 2022


Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Masyarakat Tentang Covid 19 di Desa Panaragan Jaya
tahun 2022

Pengetahuan Covid 19 Frekuensi Presentase (%)


Baik 57 72,1
Kurang 22 27,9
Total 79 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar dengan

pengetahuan baik sejumlah 57 orang (72,1%)

2) Kepatuhan mencuci tangan

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan


Mencuci Tangan di Desa Panaragan Jaya Kabupaten
Tulang Bawang Barat Tahun 2022

Kepatuhan Mencuci Tangan Frekuensi Presentase (%)


Baik 47 59,4
Kurang 32 40,6
Total 79 100

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

kepatuhan mencuci tangan baik yaitu sejumlah 47 orang (59,4%).

3) Kepatuhan Physical Distancing

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan


Physical Distancing di Desa Panaragan Jaya Kabupaten
Tulang Bawang Barat Tahun 2022

Kepatuhan Physical Distancing Frekuensi Presentase (%)


Baik 49 62,1
Kurang 30 37,9
Total 79 100

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan

kepatuhan Physical Distancing baik yaitu sejumlah 49 orang (62,1%).


4) Hubungan pengetahuan tentang covid 19 dengan upaya pencegahan

kepatuhan masyarakat mencuci tangan di desa Panaragan Jaya

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Hubungan pengetahuan tentang covid 19


dengan upaya pencegahan kepatuhan masyarakat mencuci
tangan di desa Panaragan Jaya

Upaya Pencegahan Kepatuhan


Pengetahuan Mencuci Tangan p value
Tentang Covid 19
Kurang Baik Total
n % n % N %
Kurang 16 72,7 6 27,3 22 100 0,000
Baik 16 28,1 41 71,9 57 100
Jumlah 32 40,5 47 59,5 79 100

Berdasarkan tabel 4.8 Hasil uji statistic (Chi-Square Test)

Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Covid-19 dengan Upaya

Pencegahan Mencuci Tangan di Desa Panaragan Jaya Tulang bawang

Barat pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 79 responden

dengan pengetahuan yang baik dan upaya pencegahan dengan

mencuci tangan baik sebanyak 41 (71,9%), pengetahuan yang baik

dan upaya pencegahan dengan mencuci tangan kurang sebanyak 16

(28,1%), pengetahuan yang kurang dan upaya pencegahan mencuci

tangan baik sebanyak 6 (27,3%), pengetahuan yang kurang dan upaya

pencegahan mencuci tangan kurang sebanyak 16 (72,7%), Nilai p :

0.000 (p-Value ≥0.05) menunjukkan terdapat hubungan yang

bermakna.
5) Hubungan pengetahuan tentang covid 19 dengan upaya pencegahan

kepatuhan masyarakat physical distancing di desa Panaragan Jaya

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Hubungan pengetahuan tentang covid 19


dengan upaya pencegahan kepatuhan masyarakat physical
distancing di desa Panaragan Jaya

Upaya Pencegahan Kepatuhan


Pengetahuan Phisical Distancing p value
Tentang Covid 19
Kurang Baik Total
n % n % n %
Kurang 17 77,3 5 22,7 22 100 0,000
Baik 13 22,8 44 77,2 57 100
Jumlah 30 38,0 49 62,0 79 100

Berdasarkan tabel 4.8 Hasil uji statistic (Chi-Square Test)

Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Covid-19 dengan Upaya

Pencegahan Mencuci Tangan di Desa Panaragan Jaya Tulang bawang

Barat pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 79 responden

dengan pengetahuan yang baik dan upaya pencegahan dengan

mencuci tangan baik sebanyak 44 (77,2%), pengetahuan yang baik

dan upaya pencegahan dengan mencuci tangan kurang sebanyak 13

(22,8%), pengetahuan yang kurang dan upaya pencegahan mencuci

tangan baik sebanyak 5 (22,7%), pengetahuan yang kurang dan upaya

pencegahan mencuci tangan kurang sebanyak 17 (77,3%), Nilai p :

0.000 (p-Value ≥0.05) menunjukkan terdapat hubungan yang

bermakna.
B. Pembahasan

1. Pengetahuan Masyarakat tentang Covid 19

Berdasarkan penelitian 79 responden yang dilakukan pada Masyarakat

Desa Panaragan Jaya didapatkan hasil penelitian pengetahuan responden

tentang Covid-19 adalah kategori baik sebanyak 57 orang (72,1%) dan

kategori kurang baik dan 22 orang (27,9%). Artinya sebagian besar

Respoden memiliki Pengetahuan yang Baik Tentang Covid-19.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

responden tentang pencegahan Covid-19. Menurut Notoatmodjo (2012),

faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu Umur, pendidikan,

pekerjaan dan faktor eksternal lainnya. Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah usia. Semakin dewasa mereka maka

akan mempengaruhi pengetahuan yang mereka miliki dan bagaimana

memperoleh informasi tersebut. Usia (dewasa) lebih mudah menerima ilmu

dibandingkan usia dewasa (tidak produktif), karena orang dewasa sudah

mempunyai cara berpikir sendiri yang sulit untuk dimodifikasi

(Notoatmodjo, 2012).

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam penelitian

ini adalah pendidikan, terutama SMA 35 (44,2%). Pendidikan

mempengaruhi proses pembelajaran, semakin tinggi jenjang pendidikan

maka semakin mudah masyarakat memperoleh informasi. Pendidikan yang

diterima seseorang mempengaruhi peningkatan kemampuan

berpikirnya.Dengan kata lain, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi


akan mampu mengambil keputusan yang lebih rasional dan umumnya lebih

mau menerima perubahan atau kebaruan dibandingkan orang yang

berpendidikan rendah.

Selanjutnya untuk pekerjaan sebagian besar wiraswasta 32 (40,5%).

Pengetahuan dan pengalaman seseorang akan dipengaruhi oleh pekerjaan,

karena ketika bekerja lebih sering menggunakan otak maka kapasitas otak

terutama dalam penyimpanan (memori) akan meningkat sehingga membuat

pengetahuan menjadi lebih baik. Sumartini (2020) menunjukkan bahwa

responden yang tidak bekerja memiliki banyak waktu luang untuk

memperoleh informasi dari berbagai sumber (seperti majalah, koran,

televisi, radio, dan internet). Selain itu, penganggur juga sering

berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi dengan pelajar atau petugas

kesehatan.

Penelitian ini sejalan dengan Anisa (2020) yang menyebutkan bahwa

pengetahuan masyarakat Kabupaten Wonosobo tentang Covid 19 berada

pada kategori Baik (90%) dan hanya 10% berada pada kategori cukup.

2. Kepatuhan Upaya Pencegahan Covid 19 (Mencuci Tangan dan Physical

Distancing)

Berdasarkan penelitian 79 responden yang dilakukan pada Masyarakat

Desa Panaragan Jaya didapatkan hasil penelitian Kepatuhan Upaya

Pencegahan responden tentang Coronavirus disease dengan mencuci tangan

adalah kategori baik sebanyak 47 orang (59,4%) dan kategori kurang


sebanyak 32 orang (40,6%). Artinya sebagaian besar Masyarakat Desa

Panaragan Jaya Melakukan pencegahan Penyebaran yang baik.

Menurut Leavel dan Clark yang disebut pencegahan mengacu pada

semua kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung dilakukan

untuk mencegah masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan melibatkan

masalah kesenatan atau penyakit tertentu, termasuk perilaku menghindar. 24

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ika P, Anisa (2020)

menunjukkan bahwa sebanyak 95,8% masyarakat Wonosobo berperilaku

yang baik, dan aktivitasnya antara lain menggunakan masker ketika berada

diluar rumah, melakukan mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau

hand sanitizer, menghindari keramaian dan menjaga jarak.

Cuci tangan merupakan cara yang efektif untuk membunuh dan

menghilangkan kuman/bakter. Seperti yang diketahui bahwa virus COVID-

19 menempel pada bagian tubuh tertentu, terutama saat tangan yang

menyentuh benda-benda yang sudah terkena oleh droplet atau aerosol.

Kementerian Kesehatan juga menyatakan bahwa 75% penyebaran

Coronavirus adalah melalui droplet ke pada benda. 8,28

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Kepatuhan Upaya

Pencegahan Covid-19 di Desa Panaragan Jaya

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi-Square

didapatkan sebesar dengan nilai p sebesar 0,000 (≤0,05) artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan

upaya pencegahan Covid-19 di Desa Panaragan Jaya menunjukkan bahwa


dari 79 responden yang memiliki dengan pengetahuan yang baik dan upaya

pencegahan dengan mencuci tangan baik sebanyak 41 (71,9%), pengetahuan

yang baik dan upaya pencegahan dengan mencuci tangan kurang sebanyak

16 (28,1%), pengetahuan yang kurang dan upaya pencegahan mencuci

tangan baik sebanyak 6 (27,3%), pengetahuan yang kurang dan upaya

pencegahan mencuci tangan kurang sebanyak 16 (72,7%), Nilai p : 0.000

(p-Value ≥0.05) menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna.

Pengetahuan masyarakat khususnya dalam mencegah transmisi

penyebaran virus SARS-CoV-2 sangat berguna dalam menekan penularan

virus tersebut. Hasil penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Yanti B, dkk (2020) yang menunjukkan bahwa 99%

masyarakat di indonesia mempunyai pengetahuan yang baik, 59%

mempunyai sikap yang baik dan 93% mempunyai perilaku yang baik

terhadap upaya pencegahan Covid-19 di Indonesia.

Hasil Penelitian ini juga sejalan dengan Mujiburrahman dkk (2020)

yang menyebutkan bahwa Pengetahuan masyarakat di Dusun Potorono

Banguntapan Bantul D.I. Yogyakarta tentang covid-19 tingkat pengetahuan

sebagian besar responden berada dalam kategori Baik yaitu sebanyak 86

orang (82,7%). Perilaku pencegahan sebagaian besar dalam kategori cukup

yaitu 53 responden (51.0%) dan sebagian kecil dalam kategori kurang yaitu

6 responden (5.8%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan program yang dilakukan oleh

pemerintah di Desa Panaragan Jaya dimana pemerintah setempat melalui


Puskesmas telah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat

tentang coronavirus disease di Desa Panaragan Jaya dan menghimbau

kepada masyarakat untuk lebih mencari informasi tentang coronavirus

disease melalui situs web kesehatan dunia dan situs resmi pemerintah untuk

mendapat informasi yang lebih akurat.

4. Tinjauan Islam

Dalam agama Islam, salah satu ciri yang membedakan Islam dengan

yang lainnya adalah penekanannya terhadap ilmu (sains dan teknologi).

AlQur’an dan Al-Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan

mendapatkan ilmu serta kearifan, serta menempatkan orang-orang yang

berpengatahuan pada derajat yang tinggi. Di dalam Al-Qur’an kata ilmu dan

kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat Al-Qur’an

yang diwahyukan pertama kepada Nabi Muhammad SAW, menyebutkan

pentingnya membaca bagi manusia sebagai tambahan dalam berilmu.

Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Alaq ayat 1-5

Artinya:

“1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan


perantaraan kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya”.

Surat Al-Alaq ayat 1-5 mengandung pengertian bahwa untuk

memahami segala macam ilmu pengetahuan, seseorang harus pandai dalam

membaca. Dalam membaca itu harus didahului dengan menyebut nama

Tuhan; yakni dengan membaca “BasmAllah” terlebih dulu dan ingat akan

kekuasaan yang dimiliki-Nya, sehingga ilmu yang diperoleh dari membaca

itu, akan menambah dekatnya hubungan manusia dengan khaliq-nya.

Eksistensi manusia baik posisinya sebagai makhluk sosial maupun

individual tidak akan terlepas dari kebutuhannya akan ilmu pengetahuan.

Bahkan tinggi rendahnya kedudukan manusia di muka bumi ini, salah

satunya ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya, disamping faktor lainya

seperti nilai ketakwaan. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surah

Al-Mujadalah: 11

artinya:

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah

kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang


yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Disamping itu juga, ilmu pengetahuan dapat menentukan kualitas

keimanan seseorang, sekalipun manusia itu dilahirkan tidak mengetahui

apa-apa (la ta’lamuna syaia). Namun demikian, dalam perkembangan

berikutnya, manusia sebagai anak cucu Adam, mengetahui pengetahuan

dengan berbagai cara dan pendekatan dengan mendayagunakan berbagai

potensi yang dimilikinya baik fisik maupun fsikis.

Hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan,

bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaimana

Sabda Rasulullah SAW:

“Bersumber dari Anas bin Malik ra. Ia berkata, Rasulullah SAW.,

bersabda: Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim. (HR. Abu Dawud)”

Bahkan Rasulullah SAW, mengkategorikan orang yang meninggalkan

rumah untuk menuntut ilmu mempunyai kedudukan yang sangat terhormat,

sebagai pejuang di jalan Allah.

“Bersumber dari Anas bin Malik ra. berkata: Rasulullah saw.

bersabda: “Barangsiapa keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di

jalan Allah sampai ia kembali.” (HR. al-Tirmidzi).”

Saat kita berbicara tentang suatu wabah atau penyakit yang menular,

pada hakikatnya tidak hanya dikenal saat ini saja, namun juga sudah dikenal

sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Pada waktu itu, wabah yang cukup

dikenal adalah Pes dan Lepra. Nabi pun tidak membeiarkan umatnya untuk
masuki ke daerah yang terkena wabah, baik itu pes, lepra, ataupun penyakit

menular lain. Saat itu ada beberapa sahabat Nabi Muhammad Saw yang

meninggal karena wabah penyakit menular yaitu Mu'adz ibn Jabbal, Abu

Ubaidah, Syarhbil ibn Hasanah, Al-Fadl ibn Al-Abbas ibn Abdul Muthallib.

Karena hal tersebut Rasul pun keluar dengan bersabda: "Jika kalian

mendengar tentang wabahwabah di suatu negeri, maka janganlah kalian

memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka

janganlah kalian meninggalkan tempat itu." (Hadits Riwayat Bukhari dan

Muslim).

Doa berlindung dari wabah penyakit diajarkan Rasulullah kepada para

sahabat. Doa ini bersumber dari hadis sahih riwayat Abu Daud yang

didapatkan dari Anas Radhiyallahu'anhu yang menyatakan bahwa Nabi

Muhammad pernah mengucapkan doa tersebut.

Artinya:

"Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila,

lepra dan keburukan segala macam penyakit."


68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimplan

Berdasarkan Hasil Penelitian yang dilakukan tentang Hubungan

Pengetahuan Masyarakat tentang Covid 19 dengan Kepatuhan Upaya

Pencegahan Covid-19 di Desa Panaragan Jaya Kabupaten Lampung Utara,

Maka dapat diambil ksimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan bermakna antara Pengetahuan masyarakat tentang covid 19

dengan kepatuhan upaya pencegahan Covid-19 dengan nilai p sebesar 0,000

2. Setiap umat manusia diwajibkan oleh Allah SWT untuk menuntut ilmu atau

menambah pengetahuan sesuai dengan ajaran Al-qur’an dan hadist yang

telah ada

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memiliki beberapa saran

untuk penelitian selanjutnya atau pun bagi pembaca:

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan tingkat pengetahuan sebaiknya masyarakat meningkatkan

pengetahuannya mengenai Covid-19, dengan cara mencari informasi yang

sebanyak-banyaknya baik dari petugas kesehatan, kader maupun dari

media komunikasi
2. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi agar tenaga

kesehatan lebih meningkatkan sosialisasi tentang Covid-19

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti lebih jauh tentang

kejadian keputihan dengan variabel yang belum terungkap dalam

penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Mona, Nailul. 2020. Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk


Meminimalisasi Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona
Di Indonesia). Jurnal Sosial Humaniora Terapan. Vol. 2 No.2.
Universitas Indonesia : Program Studi Periklanan Kreatif Program
Pendidikan Vokasi

Widiyani, R. (2020). Latar Belakang Virus Corona, Perkembangan hingga Isu


Terkini. Retrieved from detik News: https://news.detik.Com/
berita/d4943950/latar-belakang-viruscoronaperkembangan-hingga-isu-
terkini Nuha Medika

World Health Organization. (2020). Transmisi SARS-CoV-2: Implikasi Terhadap


Kewaspadaan Pencegahan Infeksi. World Health Organization.

Moudy, J., & Syakurah, R. A. (2020). Pengetahuan Terkait Usaha Pencegahan


Coronavirus Disease (COVID-19) di Indonesia. Semarang: Higeia.

Sari, D., Atiqoh, N. 2020. Hubungan Antara Pengetahuan Masyarakat Dengan


Kepatuhan Penggunaan Masker Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit
Covid19 Di Ngrongga. Fakultas Kesehatan, Universitas Duta Bangsa.
INFOKES, VOL 10 NO 1, FEBRUARI 2020 ISSN : 2086 – 2628

Lu, Hongzhou., Stratton, Charles W., Tang, Yi Wei. 2020. Outbreak of


Pneumonia of Unknown Etiology in Wuhan, China The Mystery and The
Miracle. Journal of Medical Virology. 92(4). pp. 401-
402.https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/jmv.25678 Diakses 2
Juli 2020.

Lotfi, M., Hamblin, M. R. and Rezaei, N. 2020. COVID-19: Transmission,


prevention, andpotential therapeutic opportunities. Clinica Chimica Acta.
doi: 10.1016/j.cca.2020.05.044 Diakses 18 Juli 2020.

Mei, Y., Luo, D., Wei, S., Liao, X., Pan, Y., Yang, X., Lin, Y. 2020. Obstetric
Management of COVID-19 in Pregnant Women. https://doi.Org/10.
3389/fmicb.2020.01186, Diakses 17 Juli 2020.

Van Doremalen, N., Bushmaker, T., Morris, D., Holbrook, M., Gamble, A.,
Williamson, B., Tamin, A., Harcourt, J., Thornburg, N., Gerber, S., Lloyd-
Smith, J., De Wit, E., Munster, V. 2020. Aerosol and surface stability of
SARSCoV-2 as compared with SARS-CoV-1, New England Journal of
Medicine. http://doi.org/10.1056/NEJMc2004973. Diakses 17 Juli 2020.
Wu, J., Liu, J., Zhao, X., Liu, C., Wang, W., Wang, D., Xu, W., Zhang, C., Yu, J.,
Jiang, B., Cao, H. 2020. Clinical Characteristics of Imported Cases of
COVID19 in Jiangsu Province: A Multicenter Descriptive Study.
https://doi.org/10.1093/cid/ciaa199. Diakses 2 Juli 2020.

https://covid19.lampungprov.go.id/

https://amp.tirto.id/update-corona-dunia-15-oktober-angka-kematian-di-rusia-
melonjak-gkrw

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/situasi-terkini-
perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-15-oktober-2020

Zulkarnain, Hasyim, A., & Nurmalisa, Y. (2014). The Influence Of Understanding


And The Attitude Of Child Under Age Through The Obedient Of Traffic
Rule (Zulkarnain, Adelina Hasyim, Yunisca Nurmalisa), 1–13.

Widya Budiarni, H. W. S. (2012). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi


Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat Pada Ibu Hamil. Journal
of Nutrition College, 1(1), 99–106.

Wilujeng, A. P. (2010). Efektivitas Pelatihan Berfikir Positif Terhadap Kepatuhan


Pada Aturan Santri Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Retrieved
from Malang:

Sarwono, Sarlito, E. A. M. (2011). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Rifa Juniartika, Rina Mariana, K. N. (2012). Kepatuhan Terhadap Peraturan


Sekolah Pada Siswa Di SMK XX Padang, (973), 78–101.

Sarbaini. (2012). Pengembangan Model Pembinaan Kepatuhan Peserta Didik


Terhadap Norma ketertiban Sebagai Upaya Menyiapkan Warga Negara
Demokratis di Sekolah. Surabaya: Universitas Pendidikan Indonesia,
(Disertasi tidak diterbitkan).

Normasari, Sarbaini, dan R. A. (2013). Kepatuhan Siswa Kelas X dalam


Melaksanakan Peraturan Sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin
- ULM Repository. Retrieved 4 July 2020, from http://eprints.ulm.ac.id/94/

Kusumadewi, S., Hardjajani, T., & Priyatama, A. (2012). Hubungan antara


Dukungan Sosial Peer Group dan Kontrol Diri dengan Kepatuhan
terhadap Peraturan pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Modern
Islam Assalam Sukoharjo. Https://Candrajiwa.Psikologi.Fk.Uns.Ac.Id/.
Cascella, M., Rajnik, M., Cuomo, A., Dulebohn, S.C. and Di Napoli, R., 2020.
Features, evaluation and treatment coronavirus (COVID-19). In Statpearls
[internet]. StatPearls Publishing.

Hasanah, D.Y., Nauli, S.E., Putri, V.K.P., Arifianto, H., Suryana, N.M., Suryani,
L.D., Aditya, W. and Probodewi, P., Gangguan Kardiovaskular pada
infeksi COVID-19. Indonesian Journal of Cardiology.

Prihantana, dkk. 2016. Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kepatuhan


Pengobatan Pada Pasien Tuberkolosis Di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen. Jurnal Farmasi Sains Dan Praktis. Vo. 2. No. 1. Poltekkes Bhakti
Mulia

Rothan, H.A. and Byrareddy, S.N., 2020. The epidemiology and pathogenesis of
coronavirus disease (COVID-19) outbreak. Journal of autoimmunity,
p.102433.

Susilo, A., Rumende, C.M., Pitoyo, C.W., Santoso, W.D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E.J. and
Chen, L.K., 2020. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), pp.45-67.

Sinuraya, dkk. 2018. Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pasien Hipertensi di


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kota Bandung. Jurnal Farmasi
Klinik Indonesia. Vol. 7. No. 2. Sumedang: Universitas Padjajaran

Wulandari, A. et al. (2020) ‘Hubungan Karakteristik Individu dengan


Pengetahuan tentang Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada
Masyarakat di Kalimantan Selatan’, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia. doi: 10.26714/jkmi.15.1.2020.42-46.

Ali, M. (2013). Ibu balita Ibu bekerja Ibu tidak bekerja - Pengetahuan - Sikap -
Perilaku Imunisasi. Program, 1–16.

Aminudin, M. (2016). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku


Konsumsi Jajanan Sehat di MI Sulaimaniyah Mojoagung Jombang.
Revista Brasileira de Ergonomia, 9(2), 10.
https://doi.org/10.5151/cidi2017-060.

Beiu, C., Mihai, M., Popa, L., Cima, L., & Popescu, M. N. (2020). Frequent Hand
Washing for COVID-19 Prevention Can Cause Hand Dermatitis:
Management Tips. Cureus, 12(4). https://doi.org/10.7759/cureus.7506

Cao, M., Zhang, D., Wang, Y., Lu, Y., Zhu, X., Li, Y., Xue, H., Lin, Y., Zhang,
M., Sun, Y., Yang, Z., Shi, J., Wang, Y., Zhou, C., Dong, Y., Liu, P.,
Dudek, S. M., Xiao, Z., Lu, H., & Peng, L. (2020). Clinical Features of
Patients Infected with the 2019 Novel Coronavirus (COVID-19) in
Shanghai, China.

MedRxiv,2020.03.04.20030395.https://doi.org/10.1101/2020.03.04.20030
395

Chhikara, B. S., Rathi, B., Singh, J., & FNU, P. (2020). Corona virus SARS-CoV2
disease COVID-19: Infection, prevention and clinical advances of the
prospective chemical drug therapeutics: A review on Corona Virus
Disease COVID-19, epidemiology, prevention, and anticipated therapeutic
advances. Chemical Biology Letters, 7(1), 63–72.

Chicy Widya Morfi1, A. J. E. D. N. A. F. D. M. L. I. M. R. F. R. K. F. Y. (2020).


Kajian Terkini Corona Virus Disease 2019 (Cocid-19). JIKESI (Jurnal
Ilmu Kesehatan Indonesia), 1(1), 1–8.

Gandhi, R. T., Lynch, J. B., & del Rio, C. (2020). Mild or Moderate Covid-19.
New England Journal of Medicine, 1–9.
https://doi.org/10.1056/nejmcp2009249

Gengler, I., Wang, J. C., Speth, M. M., & Sedaghat, A. R. (2020). Sinonasal
pathophysiology of SARS‐ CoV ‐ 2 and COVID ‐ 19: A systematic review
of the current evidence . Laryngoscope Investigative Otolaryngology,
April, 1–6. https://doi.org/10.1002/lio2.384

Kannan, S., Shaik Syed Ali, P., Sheeza, A., & Hemalatha, K. (2020). COVID-19
(Novel Coronavirus 2019) - recent trends. European Review for Medical
and Pharmacological Sciences, 24(4), 2006–2011.
https://doi.org/10.26355/eurrev_202002_20378

Klinik, D. A., & Georg, S. (2020). SARS - CoV - 2 / COVID - 19 :


EvidenceBased Recommendations on Diagnosis and Therapy SARS - CoV
- 2 / COVID - 19 : Empfehlungen zu Diagnostik und Therapie Authors.
491–498.

Meng, L., Hua, F., & Bian, Z. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19):
Emerging and Future Challenges for Dental and Oral Medicine. Journal
of Dental Research, 99(5), 481–487.
https://doi.org/10.1177/0022034520914246

PDPI, P. D. P. I. (2020). Pnemonia Covid-19. Diagnosis & Penatalaksanaan di


Indonesia. In Journal of the American Pharmacists Association (Vol. 55,
Issue 5). https://doi.org/10.1331/JAPhA.2015.14093
Retnaningsih, R. (2016). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Alat
Pelindung Telinga Dengan Penggunaannya Pada Pekerja Di PT. X.
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health, 1(1), 67.
https://doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607

Simonsick, M., Ph, D., Ferrucci, L., Ph, D., Resnick, S. M., & Ph, D. (2018).
Obesity in patients younger than 60 years is a risk factor for COVID-19
hospital admission. 1–29. https://doi.org/10.1093/ntr/nty008/4823697

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto,
R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Khie, L., Widhani, A.,
Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, O. M.,
Yunihastuti, E., Penanganan, T., New, I., … Cipto, R. (2020). Coronavirus
Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019 :
Review of Current Literatures. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45–
67.

Sajed, A. N., & Amgain, K. (2020). Corona Virus Disease (COVID-19) Outbreak
and the Strategy for Prevention. Europasian Journal of Medical Sciences,
2(1), 1–4. https://doi.org/10.46405/ejms.v2i1.38

Tang, Y., Schmitz, J. E., Persing, D. H., & Stratton, C. W. (2020). Laboratory
Diagnosis of COVID-19: Current Issues and Challenges. May, 1–9.

Velia, R. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan


Tindakan terhadap Bahan Tambahan Makanan ( BTM ) pada Jajanan
Anak di SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

WHO. (2020a). Rational use of personal protective equipment for coronavirus


disease 2019 ( COVID-19 ). WHO, 2019 (February), 1–7.

Wu, Y. C., Chen, C. S., & Chan, Y. J. (2020). Reply of “The outbreak of
COVID19 -An overview.” Journal of the Chinese Medical Association :
JCMA, 217–220. https://doi.org/10.1097/JCMA.0000000000000331

Yanti, G., & Handayani. (2014). Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) Pada Ibu
Nifas Di Wilayah. 05, 181–192.

Yuki, K., Fujiogi, M., & Koutsogiannaki, S. (2020). COVID-19 pathophysiology:


A review. Clinical Immunology, 215 (April).
https://doi.org/10.1016/j.clim.2020.108427

Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid-19); Sebuah tinjauan literatur |


Yuliana | Wellness And Healthy Magazine (pp. 187–192).
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026
Zhou, W. (2020). The Coronavirus Prevention Handbook 101 Based Tips That
Cloud Save Your Life. Wuhan Center for Disease CoMD, W. Z. (2020).
The Coronavirus Prevention Handbook 101 Based Tips That Cloud Save
Your Life. Wuhan Center for Disease Control & Prevention, 1–120.Ntrol
& Prevention, 1–120.

Zimmermann, P., & Curtis, N. (2020). Coronavirus infections in children


including COVID-19: An overview of the epidemiology, clinical features,
diagnosis, treatment and prevention options in children. Pediatric
Infectious Disease Journal, 39(5), 355–368.
https://doi.org/10.1097/INF.0000000000002660
Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saudara/i yang terhormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswi semester IX Fakultas
Kesehatan Konversi S1 Keperawatan Muhammadiyah Pringsewu,

Nama : Neti Astari

NIM : 2020206203107P

Saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan


tentang COVID-19 dengan Kepatuhan Upaya Pencegahan (Mencuci Tangan dan
Physical Distancing) Pada Masyarakat Panaragan Jaya Kecamatan Tulang Bawang
Tengah Tahun 2022”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi
di Fakultas Kesahatan Konversi S1 Keperawatan Muhammadiyah Peringsewu dan syarat
mendapatkan gelar sarjana keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan masyarakat Desa Panaragan Jaya tentang COVID-19 dengan kepatuhan
upaya pencegahan (memakai masker, mencuci tangan, dan physical distancing).

Sehubungan dengan itu, saya memohon kesediaan Saudara/i untuk ikut berpartisipasi
dalam penelitian ini sebagai responden penelitian dengan mengisi kuesioner yang diberikan
dengan jujur dan sesuai dengan pengalaman Anda. Semua informasi yang tertera akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya diketahui oleh Anda dan saya sebagai peneliti. Penelitian ini tidak
bersifat memaksa dan Bapak/Ibu sekalian berhak untuk mengundurkan diri jika tidak
bersedia sebagai subjek penelitian.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i
sekalian saya ucapkan terima kasih.

Tulang Bawang Tengah, 2022

Peneliti,

Neti Astari
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

FORMULIR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Dengan ini menyatakan bahwa saya:

SETUJU/MENOLAK*

Untuk berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian yang berjudul “Hubungan


Pengetahuan tentang COVID-19 dengan Kepatuhan Upaya Pencegahan (Mencuci
Tangan dan Physical Distancing) Pada Masyarakat Panaragan Jaya Kecamatan Tulang
Bawang Tengah Tahun 2022” yang dilaksanakan guna melengkapi syarat memperoleh
gelar sarjana Keperawatan di Fakultas Kesehatan Konversi S1 Keperawatan Muhammadiyah
Pringsewu. Tujuan dan perlunya pengisian daftar tanya jawab telah dijelaskan oleh peneliti
dan saya mengerti sepenuhnya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran penuh
dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Tulang Bawang Tengah, 2022

Yang memberi persetujuan,

(....................................................)

*Coret yang tidak perlu


Lampiran 3. Lembar Kuesioner

LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG COVID-19 DENGAN KEPATUHAN
TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN (MENCUCI TANGAN, DAN PHYSICAL
DISTANCING) PADA MASYARAKAT PANARAGAN JAYA KECAMATAN
TULANG BAWANG TENGAH TAHUN 2022

A. Data Demografi Responden

Petunjuk Pengisian

1. Jawablah pertanyaan yang tersedia pada kuisioner dengan jawaban yang jujur.
2. Isilah jawaban pada kolom yang tersedia dengan cara memilih pilihan jawaban yang telah
disediakan.
1. Nama/Inisial :

2. Jenis Kelamin :
o Laki-laki
o Perempuan

2. Usia :

3. Riwayat pendidikan terakhir :


o Tidak/belum tamat SD
o SD/sederajat
o SMP/sederajat
o SMA/sederajat
o Perguruan tinggi/sederajat

4. Status Pernikahan:
o Belum menikah
o Sudah menikah
5. Domisili saat ini:
o Palembang
o Luar Palembang

B. Kuesioner Pengetahuan tentang COVID-19


Petunjuk pengisian:
Pilihlah jawaban yang paling benar.

1. Virus penyebab COVID-19 adalah?


a. Severe Acute Respiraory Syndrome Coronavirus (SARS)
b. Severe Acute Respiraory Syndrome Coronavirus – 2 (SARS-CoV-2)
c. 2019-nCoV
d. MERS-CoV
e. A dan B benar
2. Gejala klinis utama COVID-19 adalah?
a. Demam, kelelahan, batuk kering, dan nyeri otot
b. Demam, batuk berdahak, bersin-bersin, dan pilek
c. Demam, batuk kering, hidung tersumbat, dan diare
d. Demam, batuk berdahak, nyeri otot, dan muntah
e. Demam, batuk kering, hidung tersumbat, dan. Muntah
3. Gejala yang jarang terjadi pada pasien COVID-19 adalah?
a. Demam
b. Hidung tersumbat
c. Batuk kering
d. Nyeri otot
e. Kelelahan
4. Berikut yang bukan termasuk kelompok yang rentan terinfeksi COVID-19
adalah:
a. Lanjut usia
b. Memiliki penyakit autoimun
c. Penderita diabetes dan hipertensi
d. Obesitas
e. Penderita alergi

5. Target infeksi COVID-19 di tubuh manusia adalah?


a. Sistem imunitas tubuh
b. Sel darah merah
c. Otot dan sendi
d. Sistem pernapasan
e. Sistem saraf
6. Berikut yang bukan merupakan cara penularan COVID-19 adalah
a. Dari droplet pernapasan yang keluar saat batuk
b. Melakukan kontak fisik dengan seseorang yang terinfeksi
c. Melalui udara saat melakukan tindakan pemasangan alat bantu napas
d. Menyentuh hewan peliharaan
e. Memegang benda yang telah disentuh orang terinfeksi
7. Pernyataan yang benar mengenai terapi COVID-19 dalam menyembuhkan pasien
adalah?
a. Pemberian antibiotik efektif dalam mengobati COVID-19
b. Seluruh kasus COVID-19 memerlukan terapi oksigen dengan ventilator
c. Terapi COVID-19 saat ini berupa pengobatan sesuai gejala dan terapi
pendukung
d. Semua pasien COVID-19 harus melakukan isolasi di rumah sakit
e. Mengonsumsi vitamin melebihi dosis maksimal mampu meningkatkan daya
tahan tubuh
8. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mecegah penularan COVID-19
adalah:
a. Berjemur berjam-jam di bawah matahari
b. Mencuci tangan dengan air
c. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
d. Menyemprotkan disinfektan pada tubuh
e. Menjaga jarak kurang dari 1 meter antar sesama
9. Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan imunitas diri adalah?
a. Konsumsi tambahan vitamin
b. Minum air hangat
c. Makan makanan tinggi karbohidrat
d. Merokok
e. Mengonsumsi makanan cepat saji

10. Urutkan berdasarkan tata cara mencuci tangan yang benar!

a. 4-7-8-6-3-2-5-1
b. 4-3-5-7-2-8-6-1
c. 4-2-7-5-8-6-3-1
d. 4-6-5-8-3-2-7-1
e. 4-8-6-3-7-5-2-1

C. Kuesioner Kepatuhan Memakai Masker


Petunjuk pengisian:
Isilah jawaban dengan jujur.
1. Dalam seminggu terakhir, apakah Anda memakai masker saat keluar rumah
selama pandemi?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( > 7 kali)
2. Dalam seminggu terakhir, apakah Anda memakai masker saat bertemu orang lain
selain yang tinggal serumah?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( > 7 kali)

3. Dalam seminggu, seberapa sering Anda mengganti / mencuci masker?


o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( > 7 kali)

D. Kuesioner Kepatuhan Mencuci Tangan


1. Dalam sehari, berapa kali anda mencuci tangan?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( > 7 kali)

2. Dalam sehari, seberapa sering anda mencuci tangan dengan air mengalir dan
sabun?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( > 7 kali)
3. Apabila mencuci tangan dengan air dan sabun tidak memungkinkan, seberapa
sering Anda menggunakan hand sanitizer?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( > 7 kali)

E. Kuesioner Kepatuhan Physcial Distancing


1. Dalam seminggu, seberapa sering Anda pergi keluar rumah selama pandemi?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu (7 kali)

2. Dalam seminggu terakhir, apakah Anda menjaga jarak lebih dari 1 meter dengan
sesama?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( > 7 kali)

3. Dalam seminggu terakhir, apakah Anda menghindari tempat ramai selama


pandemi?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( > 7 kali)

4. Dalam seminggu terakhir, apakah Anda menghindari bertemu dengan orang lain
selain yang tinggal serumah dengan Anda selama pandemi?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( > 7 kali)

5. Dalam seminggu terakhir, seberapa sering Anda melakukan kontak fisik dengan
orang lain selain yang tinggal serumah dengan Anda selama pandemi?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( > 7 kali)

6. Dalam seminggu terakhir, apakah Anda tidak meninggalkan rumah kecuali dalam
keadaan mendesak?
o Tidak pernah
o Pernah (1 – 2 kali)
o Kadang-kadang (3 – 4 kali)
o Sering (5 – 6 kali)
o Selalu ( >7 kali)
Lampiran

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * CuciTangan 79 100,0% 0 0,0% 79 100,0%

Pengetahuan * CuciTangan Crosstabulation


CuciTangan
Kurang Baik Total
Pengetahuan Kurang Count 16 6 22
Expected Count 8,9 13,1 22,0
% within Pengetahuan 72,7% 27,3% 100,0%
Baik Count 16 41 57
Expected Count 23,1 33,9 57,0
% within Pengetahuan 28,1% 71,9% 100,0%
Total Count 32 47 79
Expected Count 32,0 47,0 79,0
% within Pengetahuan 40,5% 59,5% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13,136 a
1 ,000
Continuity Correction b
11,348 1 ,001
Likelihood Ratio 13,198 1 ,000
Fisher's Exact Test ,001 ,000
Linear-by-Linear Association 12,970 1 ,000
N of Valid Cases 79
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,91.
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * 79 100,0% 0 0,0% 79 100,0%
PhisicalDistance

Pengetahuan * PhisicalDistance Crosstabulation


PhisicalDistance
Kurang Baik Total
Pengetahuan Kurang Count 17 5 22
Expected Count 8,4 13,6 22,0
% within Pengetahuan 77,3% 22,7% 100,0%
Baik Count 13 44 57
Expected Count 21,6 35,4 57,0
% within Pengetahuan 22,8% 77,2% 100,0%
Total Count 30 49 79
Expected Count 30,0 49,0 79,0
% within Pengetahuan 38,0% 62,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 19,992 a
1 ,000
Continuity Correction b
17,746 1 ,000
Likelihood Ratio 20,110 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 19,739 1 ,000
N of Valid Cases 79
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,35.
b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai