Anda di halaman 1dari 55

SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI BAYI DENGAN PENINGKATAN


BERAT BADAN BAYI USIA 12 BULAN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI
TAHUN 2020

MUTMAINNA
NIM: BK1909419

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GRAHA EDUKASI MAKASSAR
TAHUN 2020
SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI BAYI DENGAN PENINGKATAN


BERAT BADAN BAYI USIA 12 BULAN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI
TAHUN 2020

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Sains Terapan (S.Tr.Keb)

OLEH:

MUTMAINNA

NIM: BK1909419

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GRAHA EDUKASI MAKASSAR
TAHUN 2020HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI BAYI DENGAN PENINGKATAN BERAT


BADAN BAYI USIA 12 BULAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SINJAI TAHUN 2020

Telah Berhasil Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji

Pada : Hari Sabtu

Tanggal : 7 November 2020

Dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk


memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Diploma IV Kebidanan

Dewan Penguji:

1. Hj. Ratnawati Muin, S.ST.,M.Kes ( )


(Pembimbing)

2. Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes ( )


(Penguji 1)

3. Dr. Nurhikmah, SKM, S.ST, M.Kes ( )


(Penguji 2)

Wakil Ketua Bidang Akademik STIKES Ketua Program Studi


GRAHA EDUKASI Diploma IV Keidanan

Sukmawati, S.ST.,M.Keb
NIDN: 0923119101

HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN


SKRIPSI
HUBUNGAN STATUS GIZI BAYI DENGAN PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI USIA 12 BULAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SINJAI TAHUN 2020

Telah Berhasil Dipertahankan Pada Seminar Skripsi

Pada : Hari Sabtu

Tanggal : 07 November 2020

Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Dilakukan Penelitian

Dewan Penguji:

1. Dr. Nurhikmah SKM., S.ST.,M.Keb ( )


(Pembimbing)

2. Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.Kes ( )


(Penguji 1)

3. Hj. Nursaidah, S.ST, M.Kes ( )


(Penguji 2)

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Diploma IV Kebidanan

Sukmawati, S.ST.,M.Keb
NIDN: 0923119101
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh

Nama : Mutmainna

NIM : BK1909419

Program Studi : Diploma IV Kebidanan

Judul : Hubungan Status Gizi Bayi Dengan Peningkatan

Berat Badan Bayi Usia 12 Bulan Di Rumah Sakit

Umum daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2020

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Dipertahankan Pada

Sidang Proposal Di Hadapan Dewan Penguji.

Ditetapkan di : Sinjai

Tanggal : November 2020

Pembimbing :

Hj. Ratnawati Muin, S.ST.,M.Kes


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mutmainna
NIM : BK1909419
Program Studi : Diploma IV Kebidanan

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa


skripsi dengan judul “Hubungan Status Gizi Bayi Dengan Peningkatan
Berat Badan Bayi Usia 12 Bulan Di Rumah Sakit Umum daerah
Kabupaten Sinjai Tahun 2020”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di STIKES GRAHA EDUKASI.

Sinjai, November 2020

Mutmainna
DATA PENULIS

I. Identitas

Nama : Mutmainna

NIM : BK. 1909419

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tgl. Lahir : Babana/ 13 Januari 1992

Suku / Bangsa : Bugis/ Indonesia

Agama : Islam

Alamat Dusun Babana, Desa Tongke-Tongke Kec. Sinjai


:
Timur Kab. Sinjai

II. Riwayat Pendidikan


a. Tahun 1995 - 1998 : TK R.A. Perwanida IV
b. Tahun 1998 – 2004 : SDN 30 Tongke-Tongke
c. Tahun 2004-2007 : SMPN 1 Sinjai Timur
d. Tahun 2007-2010 : SMKN 1 Sinjai Utara
e. Tahun 2011-2014 : D III kebidanan Akademi Kebidanan
Madani
f. Tahun 2019 - 2020 : DIV Kebidanan STIKES Graha Edukasi
Makassar
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat


rahmat dan bimbinganNya saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul “Hubungan Status Gizi Bayi Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi
Usia 12 Bulan Di Rumah Sakit Umum daerah Kabupaten Sinjai Tahun
2020”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Terapan (S.Tr. Keb) pada Program Studi Diploma IV ilmu
Kebidanan Stikes Graha Edukasi Makassar.
Penyusunan skripsi ini terselesaikan atas bantuan banyak pihak.
Penyusun sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu proses pengerjaan skripsi ini dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan skripsi ini, adapun pihak-pihak tersebut antara lain :

Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapakan terima kasih


yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Ibu Juliani Sirajuddin, SKM.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Stikes
Graha Edukasi Makassar, yang telah menyediakan sarana dan
prasasaran pendukung aktivitas perkuliahan.
2. Dr. Nurhikmah, SKM.,S.ST.,M.Kes selaku Ketua Stikes Graha Edukasi
Makassar sekaligus sebagai Penguji II yang telah memberikan
masukan dan arahan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Hj. Ratnawati Muin, S.ST.,M.Kes selaku Ketua IBI Kabupaten
Sinjai sekaligus sebagai pembimbing utama.
4. Ibu Sukmawati, S.ST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi DIV Bidan
Klinik Stikes Graha Edukasi Makassar yang telah banyak membantu
penulis selama proses perkuliahan.
5. Bapak Rusli Taher, S.Kep.,Ns.,M.kes selaku Penguji I yang telah
menyempatkan waktu untuk membimbing penulis dalam
menyelsaikan Skripsi ini.
6. Kedua orang tua dan suami yang selalu mendukung baik moril
maupun materil.
7. Teman-teman seangkatan yang telah banyak memberikan suport
kepada penulis.
Akhir kata, penyusun berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penyusun
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran
yang konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan
skripsi selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak, terutama profesi keperawatan.

Sinjai, November 2020


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN.......................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................ v
DATA PENULIS................................................................................... vi
KATA PENGANTAR............................................................................ vii
DAFTAR ISI......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................. xi
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Tumbuh Kembang Bayi dan Balita. . 8
B. Tinjauan Umum Tentang Gizi Anak.......................................... 13
C. Kerangka Teori.........................................................................
25
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep..................................................................... 26
B. Definisi Oprasional.................................................................... 26
C. Hipotesisi.................................................................................. 27
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian...................................................................... 28
B. Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................... 28
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 28
D. Variabel Penelitian.................................................................... 29
E. Instrumen Penelitian................................................................. 29
F. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 30
G. Alur Penelitian........................................................................... 31
H. Pengolahan dan Analisa Data.................................................. 31
I. Etika Penelitian......................................................................... 33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian......................................................................... 35
B. Pembahasan............................................................................. 37
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 39
B. Saran........................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................


......................................................................................27
Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai
Tahun 2020......................................................................
......................................................................................35
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi Bayi
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai Tahun
2020..................................................................................
......................................................................................35
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Peningkatan
Berat Badan Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai Tahun 2020..........................................
......................................................................................36
Tabel 5.4 Hubungan Status Gizi dengan Peningkatan Berat
Badan Pada Bayi Usia 12 Bulandi Rumah Sakit Umum
Daerah Sinjai Tahun 2020...............................................
......................................................................................36
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan manusia Indonesia saat ini masih terkendala

oleh permasalahan gizi terutama gizi anak (Saputra & Nurrizka, 2012)

dalam (Septikasari, 2018).Proses tumbuh kembang anak merupakan

proses yang berkesinambungan mulai dari lahir sampai dewasa (Anik,

2010). Keberhasilan pembangunan suatu negara dilihat dari angka

kematian ibu dan bayi.

Salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs)

adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) sekurang-kurangnya

12 per 1.000 kelahiran hidup pada 2030(Nakita, 2017). Tahun 2018

menurut data WHO, Setiap tahunnya, 2,6 juta bayi di seluruh dunia,

tak mampu bertahan hidup selama lebih dari satu bulan. Satu juta di

antaranya meninggal saat lahir(Hospita, 2020)

Data World Health Organization (WHO, 2018) dalam laman

resmi UNICEF, memperkirakan setiap tahunnya, 2,6 juta bayi di

seluruh dunia, tak mampu bertahan hidup selama lebih dari satu

bulan. Satu juta di antaranya meninggal saat lahir (Hospita, 2020).

Laporan Unicef (2019), menyatakan bahwa sepertiga anak

balita masih mengalami malnutrisi, stunting, wasting, ataupun berat

badan berlebih, sementara dua pertiganya berisiko menderita

malnutrisi dan kelaparan terselubung akibat asupan makan yang tidak

berkualitas. Pola ini mencerminkan tiga beban malnutrisi–gizi kurang,


2

kelaparan terselubung, dan berat badan berlebih–yang mengancam

kelangsungan hidup, tumbuh kembang anak, dan perkembangan

suatu bangsa. Permasalahan terletak pada sistem pangan yang tidak

bekerja dan gagal memberikan asupan makanan yang dibutuhkan

anak untuk tumbuh dengan sehat (UNICEF, 2019).

Sementara itu di Indonesia, dalam beberapa puluh tahun

terakhir, Indonesia telah mencapai kemajuan luar biasa dan

bertransisi menjadi negara berpendapatan menengah. Namun,

pencapaian di bidang gizi masih tertinggal dari aspek kesehatan lain

yang terkait dengan tumbuh kembang anak. Jutaan anak dan remaja

Indonesia masih menderita angka stunting dan wasting yang tinggi,

serta mengalami ‘beban ganda’ akibat malnutrisi, baik dalam bentuk

kurang gizi maupun lebih gizi (UNICEF, 2019).

Di Indonesia salah satu penyebab kematian bayi adalah

masalah status gizi. Berat badan merupakan salah satu parameter

pertumbuhan seorang anak, disamping faktor tinggi badan

(Hendarto, 2007) dalam (Sudiana et al., 2017). Penggunaan berat

badan sebagai indikator pertumbuhan karena perubahannya mudah

terlihat dalam waktu singkat (Setiaputri, 2020).

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI,

2017) tren kematian bayi di Indonesia mengalami penurunan dimana

jumlah AKN tahun 2017 sebanyak 19/1.000 KH menjadi 12/1.000 KH

pada tahun 2017 (Kementerian Kesehatan RI, 2018).


3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Kementerian Kesehatan 2018 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah

5 tahun (balita) masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri

atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan yang

menderita gizi kurang sebesar 13,8% (Databoks, 2020).

Sementara itu berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan tercatat tahun 2016 jumlah kematian bayi menjadi

1.179 bayi atau 7.94 per 1000 kelahiran(Dinkes Prov Sul-Sel, 2016).

Prevalensi Balita Gizi Buruk di Provinsi Sulawesi Selatan

pada tahun 2016, berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG)

yang dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan sebesar

5,0% dan telah mencapai angka yang ditargetkan (5,2%). Angka ini

mengalami Penurunan bila dibandingkan dengan hasil PSG tahun

2015 yaitu sebesar 5,1% dan tahun 2014 sebesar 5,6%. Sedangkan

penyebaran kasus gizi buruk di 24 Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi

Selatan dari bulan januari sampai desember tahun 2016 dengan

jumlah kumulatif 156 Kasus, dimana 5 Kabupaten dengan Kasus Gizi

Buruk tertinggi adalah Wajo (34 Kasus), Toraja Utara (15 Kasus),

Bone (14 Kasus), Luwu (13 Kasus),Makassar (10 Kasus). Sedangkan

Kabupaten/Kota yang tidak menemukan kasus gizi buruk diwilayahnya

adalah Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Luwu Utara (Dinas

Kesehatan Prof Sul-Sel, 2018).


4

Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sinjai tahun 2018 angka

kematian Neonatus tercatat 12 kasus, dan tahun 2019 lalu turun

sebanyak 5 kasus atau hanya terdapat 7 kasus(Portal Sinjai, 2020).

Berat bayi lahir menentukan kemampuan untuk tumbuh

normal dan menyesuaikan dengan diri dan lingkungannya. Bayi yang

cukup mendapatkan makanan dan bebas infeksi akan memcapai

pertumbuhan yang normal pada beberapa bulan pertama. Pada bulan

ke 5 badan bayi akan mencapai sekitar 2 kali dari berat badan waktu

lahir, dan mencapai 3 kali lipat setelah berusia 1 tahun. Selama tahun

pertama bayi mengalami pertambahan baerat badan sekitar 7 kg,

sedangkan pada tahun ke dua akan mengalami pertambahan sekitar

2,5 – 3 kg. Pemantauan berat badan bayi dapat dipantau dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Pane et al., 2020).

Berat badan yang tidak sesuai dengan umur, tidak ada

kenaikan berat badan dalam jangka waktu tertentu (1-3) bulan atau

berat badan berlebih, bisa menjadi petunjuk adanya gangguan

kesehatan (Handajani, 2006) dalam (Sudiana et al., 2017). Pada

kondisi tertentu seperti terserang infeksi misalnya diare, konsumsi

makan yang menurun sangat mudah mempengaruhi berat badan

yang pada akhirnya dapat menurunkan keadaan gizi (Retnowati,

2002) dalam (Sudiana et al., 2017).

Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian anak akibat gizi

buruk berkaitan dengan penyakit infeksi yang sering menyertai gizi

buruk seperti infeksi pernapasan akut, diare, campak dan beberapa


5

penyakit infeksi lainnya (Rabbi & Karmaker, 2014) dalam (Septikasari,

2018).

Sementara itu data yang diperoleh dari penginputan

antopometri balita di aplikasi pencatatan dan pelaporan Gizi berbasis

masyarakat pertanggal 1 Februari hingga 29 Februari 2020 sebanyak

1.965 balita di Kabupaten Sinjai yang mengalami status gizi stunting

(Irawan, 2020a).

Di Kabupaten Sinjai persoalan status gizi pada balita

merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada

kualitas sumber daya manusia. Sekaitan dengan hal itu, Puskesmas

Mannanti, Kecamatan Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai melakukan

surveilans gizi melalui kegiatan konfirmasi status gizi balita (Irawan,

2020b).

Data awal yang diperoleh dari rekam medis RSUD Sinjai,

tercatat terjadi penurunan angka kematian bayi dan neonatus pada

tahun 2018 sebanyak 10 kasus, 2019 sebanyak 6 kasus sepanjang

tahun 2020 sebanyak 3 kasus (Data Rekam Medik RSUD Sinjai,

2020).

Data awal yang diperoleh dari rekam medis RSUD Sinjia,

ditemukan bahwa kasus kematian bayi (0-12 bulan) mengalami

penurunan yang cukup signifikan dimana pada tahun 2018 tercatat 78

kasus (13,19%) kematian bayi dari 596 bayi, 2019 sebanyak 77 kasus

(12,77%) dari 603 bayi, dan hingga bulan oktober 2020 sebanyak 41

kasus (9,53%) dari 430 bayi, dimana penyebab kematian terbanyak


6

adalah sepsis, RDN (Respiratori Distres Newborn), BBLR dan gizi

buruk (Data Rekam Medis RSUD Sinjai Tahun 2020).

Gizi buruk pada anak secara langsung dipengaruhi oleh

asupan nutrisi sedangkan secara tidak langsung disebakan oleh

penyakit infeksius dimana kedua hal tersebut berhubungan dengan

faktor maternal, sosial ekonomi, demografi dan perilaku (Setiaputri,

2020).

Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Status Gizi

dengan Peningkatan berat Badan Bayi Usia 12 bulan di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara status gizi bayi

dengan peningkatan berat badan bayi usia 12 bulan di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2020?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara status gizi bayi dengan

peningkatan berat badan bayi usia 12 bulan di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran status gizi bayi usia 12 bulan di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2020.


7

b. Untuk mengetahui gambaran peningkatan berat badan bayi

usia 12 bulan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai

Tahun 2020.

c. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi bayi dengan

peningkatan berat badan bayi usia 12 bulan di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

Menjadi salah satu masukan dalam penyelenggaraan pelayanan

pada anak dan balita, guna meningkatkan deteksi dini faktor risiko

yang dapat menmbahayakan anak dan balita juga sebagai langkah

awal pencegahan masalah yang berkaitan dengan gizi.

2. Manfaat Pengembangan Ilmu Pengetahuan

a. Sebagai referensi tambahan yang memperkaya khazananh

pengetahuan pengajar dan mahasiswa khususnya dalam

pelayanan kesehatan anak.

b. Menjadi salah satu sumber rujukan dalam pengembangan

penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tumbuh Kembang Bayi dan Balita

1. Pengertian

a. Menurut (Anik, 2010), tumbuh kembang dalam garis besarnya

adalah kata tumbuh yang dihubungkan dengan pertumbuhan

dalam jumlah dan besarnya sel, sedangkan kata kembang

adalah dihubungkan dengan meningkatnya fungsi sel tubuh

b. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan

dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensitingkat sel, organ

maupun individu yang bisa diukur dalam ukukan berat (poun,

gram, kg), ukuran panjang (cm), umur tulang dan

keseimbangan metalik. Sedangkan perkembangan

(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur fungsi tubuh yang kompleks dalam pola yang teratur

dan dapat diramalkan (Anik, 2010).

2. Penilaian Pertumbuhan anak

Menurut (Anik, 2010) untuk menilai pertumbuhan anak,

baik bayi maupun balita dapat diambil ukuran antropometrik:

a. Berat badan

b. Tinggi badan (panjang badan)

c. Lingkar kepala

d. Gigi

e. Organ-organ tubuh
9

Penilaian pertumbuhan anak menurut (Permenkes RI, 2020)

adalah:

a. Membandingkan Pertambahan Berat Badan dengan Standar

Kenaikan Berat Badan

Penilaian tren pertumbuhan anak dengan membandingkan

pertambahan berat badan dengan standar kenaikan berat

badan dilakukan dengan menggunakan grafik Berat Badan

menurut Umur (BB/U) dan tabel kenaikan berat badan (weight

increment), sebagai berikut:

1) Penilaian Pertambahan Berat Badan Menggunakan Grafik

BB/U

Tren pertumbuhan anak mengindikasikan apakah seorang

anak tumbuh normal atau mempunyai masalah, mempunyai

risiko pertumbuhan yang harus dinilai ulang. Anak yang

tumbuh normal, mengikuti kecenderungan yang umumnya

sejajar dengan garis median dan garis-garis Z-score.

Sebagian besar anak akan tumbuh mengikuti salah satu

“jalur” pertumbuhan, pada atau diantara garis Z score dan

sejajar terhadap median, jalur pertumbuhan mungkin saja

dibawah atau diatas angka median. Pada waktu

mengintepretasikan grafik pertumbuhan perlu diperhatikan

situasi yang mungkin menunjukan ada masalah atau risiko,

yaitu:
10

a) Garis pertumbuhan anak memotong salah satu garis Z-

score

b) Garis pertumbuhan anak meningkat atau menurun

secara tajam

c) Garis pertumbuhan terus mendatar, misalnya: tidak ada

kenaikan berat badan

2) Penilaian Kenaikan Berat Badan Menggunakan Tabel

Kenaikan Berat Badan (Weight Increment).

Penilaian pertumbuhan merupakan suatu proses

berkelanjutan yang dinamis dan bukan hanya potret satu

titik. Artinya pertambahan berat badan harus selalu dinilai

dari waktu ke waktu. Gagal tumbuh atau Failure To Thrive

(FTT) atau weight faltering adalah suatu istilah yang

digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan yang tidak

adekuat atau ketidakmampuan untuk mempertahankan

pertumbuhan, biasanya pada masa kanak-kanak awal gagal

tumbuh merupakan tanda awal kekurangan gizi, harus dicari

penyebabnya dan ditatalaksana segera dan bukan suatu

diagnosis. Risiko gagal tumbuh dapat dideteksi melalui

penilaian tren pertumbuhan menggunakan garis

pertumbuhan serta pertambahan berat badan dari waktu ke

waktu (weight velocity) dan tabel kenaikan berat badan

(weight increment). Berikut tabel kenaikan berat badan yang

terdiri dari perubahan berat badan dalam interval tiga,


11

interval empat atau interval enam bulan dibandingkan data

populasi dengan usia yang sama.

b. Membandingkan Pertambahan Panjang Badan atau Tinggi

Badan dengan Standar Pertambahan Panjang Badan atau

Tinggi Badan.

Penilaian tren pertumbuhan anak dengan membandingkan

pertambahan panjang badan atau tinggi badan dengan standar

pertambahan panjang badan atau tinggi badan dilakukan

dengan menggunakan grafik Panjang/Tinggi Badan menurut

Umur (PB/U atau TB/U) dan tabel pertambahan panjang badan

atau tinggi badan (length/height increment), sebagai berikut:

1) Penilaian Pertambahan Panjang/Tinggi Badan

Menggunakan Grafik PB/U atau TB/U.

Tren pertumbuhan anak mengindikasikan apakah seorang

anak tumbuh normal atau mempunyai risiko pertumbuhan

yang harus dinilai ulang. Anak dikatakan tumbuh normal bila

grafik panjang/tinggi badan sejajar dengan garis median

2) Penilaian Pertambahan Panjang Badan atau Tinggi Badan

Menggunakan Tabel Pertambahan panjang Badan atau

Tinggi Badan (length/height increment).

Penilaian pertumbuhan merupakan suatu proses

berkelanjutan yang dinamis dan bukan hanya potret satu

titik. Artinya pertambahan panjang badan atau tinggi badan

harus selalu dinilai dari waktu ke waktu sehingga dapat


12

diidentifikasi segera adanya perlambatan pertumbuhan

sebelum terjadi stunting. Perlambatan pertumbuhan, yang

merupakan risiko terjadinya perawakan pendek dapat

dideteksi melalui penilaian tren pertumbuhan menggunakan

garis pertumbuhan dan tabel pertambahan panjang badan

atau tinggi badan (length/height increment).

c. Menilai Kenaikan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

IMT tidak selalu meningkat dengan bertambahnya umur seperti

yang terjadi pada berat badan dan tinggi badan. Pada grafik

IMT/U terlihat bahwa IMT bayi naik secara tajam, karena terjadi

peningkatan berat badan secara cepat relatif terhadap panjang

badan pada 6 bulan pertama kehidupan. Kemudian IMT

menurun setelah bayi berumur 6 bulan dan tetap stabil pada

umur 2 sampai 5 tahun. Penilaian kenaikan indeks massa

tubuh dini yang terjadi di antara periode puncak adipositas

(peak adiposity) dan kenaikan massa lemak tubuh (adiposity

rebound) menggunakan grafik Indeks Massa Tubuh menurut

Umur (IMT/U) berdasarkan hasil skrining yang menggunakan

grafik Berat Badan menurut Umur (BB/U). Penentuan risiko gizi

lebih merupakan upaya deteksi dini yang dilakukan untuk

mengidentifikasi kelompok sasaran dalam rangka pencegahan

kejadian gizi lebih dan obesitas pada anak serta untuk

menghindari atau mengurangi dampak Penyakit Tidak Menular

(Non Communicable Diseases) lebih lanjut yang timbul di


13

kemudian hari. Sulitnya tatalaksana obesitas menyebabkan

pencegahan menjadi prioritas utama.

B. Tinjauan Umum Tentang Gizi Anak

1. Status dan Indikator Gizi Anak

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi

sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi,

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur

proses tubuh (Auliya et al., 2015) dalam (Septikasari, 2018).

Penilaian status gizi balita dapat diukur berdasarkan

pengukuran antropometri yang terdiri dari variabel umur, berat

badan (BB) dan tinggi badan (TB). Umur sangat memegang

peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan

menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil

penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,

menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur

yang tepat. Ketentuan yang digunakan dalam perhitungan umur

adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari sehingga

perhitungan umur adalah dalam bulan penuh yang artinya sisa

umur dalam hari tidak diperhitungkan.

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang

memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh.

Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak


14

baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang

menurun.

2. Indikator dan Klasifikasi Gizi Anak

Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan

(BB) dan tinggi badan (TB). Untuk memperoleh data berat badan

dapat digunakan timbangan dacin ataupun timbangan injak yang

memiliki presisi 0,1 kg. Timbangan dacin atau timbangan anak

digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau

selama anak masih bisa dibaringkan/duduk tenang. Panjang

badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm dan

tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan

presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB anak ini dapat disajikan dalam

bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut

umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB) (Septikasari, 2018).

Dalam menilai status gizi anak, angka berat badan dan

tinggi badan setiap anak dikonversikan ke dalam bentuk nilai

terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri

WHO 2005. Menurut (Permenkes RI, 2020), Standar Antropometri

Anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi

badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:

a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif

dibandingkan dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk


15

menilai anak dengan berat badan kurang (underweight) atau

sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak dapat

digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat

gemuk. Penting diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U

rendah, kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan,

sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB

atau IMT/U sebelum diintervensi.

Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan

indikator BB/U (Septikasari, 2018):

1) Gizi buruk : Z-score< -3,0

2) Gizi kurang : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score< -2,0

3) Gizi baik : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0

4) Gizi lebih : Z-score> 2,0

b. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan

menurut Umur (PB/U atau TB/U)

Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang

atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat

mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau sangat

pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang

dalam waktu lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong

tinggi menurut umurnya juga dapat diidentifikasi. Anak-anak

dengan tinggi badan di atas normal (tinggi sekali) biasanya

disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini jarang

terjadi di Indonesia.
16

c. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan

(BB/PB atau BB/TB)

Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat

badan anak sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi

badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi

anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted) serta

anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight).

Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan

kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut) maupun

yang telah lama terjadi (kronis).

d. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk,

gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas.

Grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung

menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih

sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak

dengan ambang batas IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih

sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya

gizi lebih dan obesitas.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Anak

Menurut UNICEF ada tiga penyebab gizi buruk pada anak

yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab

mendasar. Terdapat dua penyebab langsunggizi buruk, yaitu

asupan gizi yang kurang dan penyakit infeksi. Kurangnya asupan


17

gizi dapat disebabkan karena terbatasnya jumlah asupan makanan

yang dikonsumsi atau makanan yang tidak memenuhi unsur gizi

yang dibutuhkan. Sedangkan infeksi menyebabkan rusaknya

beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat

makanan secara baik (Septikasari, 2018).

Penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu tidak cukup

pangan, pola asuh yang tidak memadai, dan sanitasi, air bersih/

pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai. Penyebab

mendasar atau akar masalah gizi buruk adalah terjadinya krisis

ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang

mempengaruhi ketersediaan pangan, pola asuh dalam keluarga

dan pelayanan kesehatan serta sanitasi yang memadai, yang pada

akhirnya mempengaruhi status gizi balita.

4. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Indeks Kategori Z Score


Berat Badan menurut Berat badan sangat <-3 SD
Umur (BB/U) anak usia 0 kurang (severely
- 60 bulan underweight)
Berat badan kurang - 3 SD sd <- 2 SD
(underweight
Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Risiko Berat badan lebih > +1 SD
Panjang Badan atau Sangat pendek (severely <-3 SD
Tinggi Badan menurut stunted
Umur (PB/U atau TB/U) Pendek (stunted - 3 SD sd <- 2 SD
anak usia 0 - 60 bulan Normal -2 SD sd +3 SD
Tinggi > +3 SD
Berat Badan menurut Gizi buruk (severely <-3 SD
Panjang Badan atau wasted)
Tinggi Badan (BB/PB Gizi kurang (wasted) 3 SD sd <- 2 SD
atau BB/TB) anak usia 0 Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
- 60 bulan Berisiko gizi lebih > + 1 SD sd + 2 SD
(possible risk of
overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Massa Tubuh Gizi buruk (severely <-3 SD
menurut Umur (IMT/U) wasted)
18

anak usia 0 - 60 bulan Gizi kurang (wasted) 3 SD sd <- 2 SD


Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Berisiko gizi lebih > + 1 SD sd + 2 SD
(possible risk of
overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Massa Tubuh Gizi buruk (severely <-3 SD
menurut Umur (IMT/U) wasted)
anak usia 5 - 18 tahun Gizi kurang (wasted) 3 SD sd <- 2 SD
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Gizi lebih (overweight) > + 1 SD sd + 2 SD
Obesitas (obese) >+2 SD
Keterangan:

a. Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki

masalah pertumbuhan, perlu dikonfirmasi dengan BB/TB atau

IMT/U

b. Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya

tidak menjadi masalah kecuali kemungkinan adanya gangguan

endokrin seperti tumor yang memproduksi hormon

pertumbuhan. Rujuk ke dokter spesialis anak jika diduga

mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang sangat

tinggi menurut umurnya sedangkan tinggi orang tua normal).

c. Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi

kurang, kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut

pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk menggunakan Indeks

Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan

(BB/PB atau BB/TB).

5. Tujuan Penilaian Status Gizi Berdasarkan Antropometrik

Penilaian status gizi perlu melihat seluruh indeks

antropometri agar dapat diketahui masalah yang sesungguhnya

untuk tata laksana segera(Permenkes RI, 2020).


19

a. Anak 0-24 bulan dengan kenaikan berat badan kurang dari

standar weight increment berisiko mengalami gagal tumbuh.

Anak ini wajib ditindaklanjuti dengan evaluasi lengkap melalui

Proses Asuhan Gizi dan dilakukan pemeriksaan untuk

kemungkinan adanya penyakit penyerta atau dirujuk.

b. Anak dengan BB/PB atau BB/TB di bawah minus dua atau di

bawah minus tiga standar deviasi termasuk gizi kurang atau

gizi buruk sehingga wajib mendapatkan intervensi berupa

pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita atau

dirujuk.

c. Anak dengan IMT/U lebih dari satu standar deviasi (>+1 SD)

atau anak usia lebih dari 7-8 bulan dengan tren IMT meningkat

berisiko mengalami kenaikan lemak tubuh dini (early adiposity

rebound). Anak ini wajibditindaklanjuti dengan intervensi

pencegahan dan tatalaksana gizi lebih pada balita atau dirujuk.

d. Anak 0-24 bulan dengan kenaikan panjang badan kurang dari

standar length increment berisiko mengalami perlambatan

pertumbuhan linear. Anak ini wajib ditindaklanjuti dengan

evaluasi lengkap melalui Proses Asuhan Gizi dan dilakukan

pemeriksaan untuk kemungkinan adanya penyakit penyerta

atau dirujuk.

e. Anak dengan PB/U atau TB/U dibawah minus dua standar

deviasi (<- 2SD) adalah anak dengan perawakan pendek (short

stature). Anak ini wajib ditindaklanjuti dengan tatalaksana


20

stunting dan dirujuk. Pada anak dengan PB/U atau TB/U

terletak di atas tiga standar deviasi (> +3 SD), artinya anak

berperawakan tinggi dan perlu dirujuk ke fasyankes yang lebih

tinggi untuk deteksi dini penyebabnya sehingga dapat

ditatalaksana segera (misalnya anak yang sangat tinggi

menurut umurnya sedangkan tinggi orang tua normal).

3. Faktor-fator yag Mempengaruhi Status Gizi

Faktor langsung dipengaruhi oleh infeksi dan asupan

makanan(Anik, 2010; Setiaputri, 2020).

a. Faktor Langsung

1) Faktor Infeksi

Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi. Infeksi

bisa dihubungkan dengan gangguan gizi melalui beberapa

cara yaitu mempengaruhi nafsu makan, dapat juga

menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare

atau muntah mempengaruhi metabolisme makanan dan

banyak cara lain lagi. Secara umum, defisiensi gizi

merupakan awal dari gangguan sistem kekebalan. Gizi

kurang dan infeksi, kedua-duanya dapat bermula dari

kemiskinan dan lingkungan tidak sehat dengan sanitasi

yang buruk.Selain itu juga diketahui bahwa infeksi

menghambat reaksi immunologis yang normal dengan

menghasilkan sumber-sumber energi tubuh. Gangguan gizi

dan infeksi sering bekerja sama dan jika bekerja sama akan
21

memberikan prognosis yang lebih buruk jika dibandingkan

dengan jika kedua faktor tadi bekerja sendiri-sendiri. Infeksi

memperburuk taraf gizi dan sebaliknya, gangguan gizi

memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit

infeksi. Kuman-kuman yang kurang berbahaya bagi anak-

anak dengan status gizi naik, bisa menyebabkan kematian

pada anak-anak dengan status gizi yang buruk

2) Asupan Makanan

Tujuan memberi makan pada anak adalah untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi yang cukup dalam kelangsungan

hidupnya, pemulihan kesehatan sesudah sakit, untuk

aktivitas pertumbuhan dan perkembangan. Dengan

memberikan makan anak juga didik agar dapat menerima,

menyukai makanan yang baik serta menentukan jumlah

makanan yang cukup dan bermutu.

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan

memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi

normal tubuh. Sebaliknya, jika makanan tidak dipilih dengan

baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi

esensial tertentu. Konsumsi aneka ragam makanan

merupakan salah satu cara untuk mencukupi zat-zat gizi

yang kurang di dalam tubuh.


22

b. Faktor Tidak Langsung

1) Pola Asuh

Pola asuh adalah praktek di rumah tangga yang diwujudkan

dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta

sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan

dan perkembangan anak (LIPI, 2000 ). Pola pengasuhan

anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain

dalam hal hakekatnya dengan anak, memberikan makan,

merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan

sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan

ibu dalam hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi,

pendidikan umum, pengetahuan dan keterampilan, tentang

pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau di

masyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan

keluarga dan masyarakat, dan sebagainya dar si ibu atau

pengasuh anak.

2) Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan

untuk menetapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari

merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi. Ibu yang

mempunyai pengetahuan gizi dan kesadaran gizi yang

tinggi akan melatih kebiasaan makan yang sehat sedini

mungkin kepada semua putra-putrinya. Selain itu tingkat

pengetahuan ibu sebagai pengelola rumah tangga akan


23

berpengaruh juga pada macam bahan makanan dalam

konsumsi keluarga sehari-hari. Ibu yang cukup

pengetahuan gizinya akan memperhatikan kebutuhan gizi

anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal. Pengetahuan ibu memberi makan anak sering

menghadapi kesulitan dan juga pengetahuan ibu tentang

cara memperlakukan bahan pangan dalam pengelolaan

sehingga zat gizi yang terkandung di dalamnya tidak rusak

atau salah masih perlu dikaji di pedesaan.

3) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Suatu

sikap belum dapat otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(over behaviour). Banyak factor yang dapat mempengaruhi

penentuan sikap secara utuh seperti pengetahuan, berfikir,

berkeyakinan, dan emosi itu semua memegang peranan

sangat penting. Sedangkan untuk mewujudkan sikap

menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau kondisi yang memungkinkan antara lain adalah

fasilitas.
24

4) Perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur

sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini

didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan

banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana

orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap

stimulus tertentu. Kecenderungan berperilaku secara

konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini

membentuk sikap individual. Karena itu, adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang akan

dicerminkannya dalam bentuk tendensi perilaku terhadap

objek.
25

C. Kerangka Teori

Faktor Langsung Faktor Tidak


1. Infeksi Langsung
2. Asupan Makanan 1. Pola Asuh
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Perilaku

Status Gizi Anak, Bayi dan


Balita

Pertumbuhan Perkembangan

Penliaian melalui Penliaian melalui Antropometrik


Antropometrik 1. Gizi buruk : Z-score< -3,0
1. Berat Badan 2. Gizi kurang : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-
2. Tinggi Badan score< -2,0
3. IMT 3. Gizi baik : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-
4. Lingkar Kepala score ≤ 2,0
4. Gizi lebih : Z-score> 2,0

Bagan 2.1
Kerangka Teori
BAB III

KERANGKAN KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Peningkatan Berat Badan Bayi


Status Gizi 12 Bulan

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan antara Variabel

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi variabel-variabel yang

akan diteliti secara operasional di lapangan. Definisi operasional

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau

pengamatan terhadap variabel-variabel yang akan diteliti serta untuk

pengembangan instrumen.

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Kriteria Alat Ukur Skala


1. Status Gizi Status gizi adalah kondisi 1. Gizi buruk : Z- Pengukuran Interval
gizi bayi yang diukur score< -3,0 Lembar
melalui pengukuran 2. Gizi kurang : Ceklis
antropometrik Z-score ≥ -3,0 Lembar KMS
s/d Z-score<
-2,0
27

3. Gizi baik : Z-
score ≥ -2,0
s/d Z-score ≤
2,0
4. Gizi lebih : Z-
score> 2,0
2. Peningkatan Peningkatan berat badan 1. Meningkat: Pengukuran Nominal
Berat Badan adalah pertambahan berat Jika berat Lembar
badan yang diperoleh dari badan bayi Cheklist
hasil pengukuran berat mengalami Lembar KMS
badan dibandingkan peningkatan
dengan berat badan bulan 2. Tidak
sebelumnya meningkat:
jika berat
badan bayi
tidak
mengalami
peningkatan
atau bahkan
mengalami
penurunan

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan yang dibangun dari teori

untuk memprediksi hubungan antara konsep dalam suatu sistem

(Hasmi, 2014).

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis

merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: ada hubungan

antara status gizi dengan peningkatan berat badan bayi usia 12 bulan

di RSUD Sinjai.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Desain penelitian atau disebut juga rancangan penelitian

adalah rangkaian kegiatan yang mencakup identifikasi masalah

hingga teknik analisa data yang dilakukan (Saryono & Anggraeni,

2013).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan

pendekatan cross sectional yaitu dimana data yang menyangkut

variabel independen dan dependen dikumpulkan dalam waktu yang

bersamaan (Saryono & Anggraeni, 2013).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Sinjai Kabupaten Sinjai.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah himpunan semua objek atau individu

yang akan dipelajari atau kelompok yang akan menjadi asal dari

mana sebuah sampel di pilih (Hasmi, 2014). Populasi penelitian

semua bayi usia 12 bulan yang ada di Perawatan Anak RSUD

Sinjai bulan Agustus-Oktober 2020 sebanyak 36 orang.


29

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik total sampling, dimana semua populasi menjadi sampel

dalam penelitian ini.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel bebas adalah suatu variabel yang dapat

mempengaruhi variabel lainnya atau menjadi sebab atau

berubahnya suatu variabel yang lain (Suryabrata, 2015). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah status gizi

2. Variabel Dependen

Variabel terikat adalah variabel penelitian yang di ukur

untuk mengetahui besarnya efek atau variabel yang di pengaruhi

oleh variabel yang lain (Suryabrata, 2015). Variabel dependen

yang ada dalam penelitian ini adalah peningkatan berat badan bayi

usia 12 bulan.

E. Instrumen Penelitian

Instumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam

proses pemberian batas kuantitatif dan kualitatif pada variabel

sehingga dapat diamati, dinilai atau dihitung besaran, atau nilai

nominalnya serta variasi pada subjek tertentu (Hasmi, 2014).


30

Instrumen penelitian yang digunakan pada variabel status gizi

dan peningkatan berat bada menggunakan pengukuran dan

menggunakan lembar observasi atau lembar checklist serta

penggunaan buku KMS.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Biasa

juga disebut data asli atau data yang baru.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di Poli

Anak dan di ruang perawatan anak yang dikumpulkan langsung

dari responden dengan melakukan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh seseorang yang melakukan penelitian dari

sumber-sumber yang sudah ada. Data ini biasanya diperoleh dari

perpustakaan, laporan-laporan dan disebut juga data yang tersedia

(Suryabrata, 2015). Data sekunder adalah data yang mendukung

data primer yang dihimpun melalui pencatatan dokumen yang ada

dilokasi penelitian
31

G. Alur Penelitian
Surat Izi penelitian
Kampus

Rekomenndasi Izin penelitian


Kesbangpol

Izin penelitian Dinas Kesehatan


Kab. Sinjai

RSUD Sinjai

Pengumpulan data
Menggunakan penguruan
langsung

Variabel Independen: Variabel Dependen:


Status Gizi Peningkatan Berat
Badan Bayi 12 bulan

Analisa data:
Univariat & bivariat

Kesimpulan

Hasil

Gambar 4.1 Alur penelitian

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus

diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam

statistik, informasi diperoleh dipergunakan untuk proses


32

pengambilan keputusan, terutama dalam penguji hipotetsis. Dalam

proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus

ditempuh, di antaranya : (Suryabrata, 2015)

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Entri data

Data entri adalah kegiatan memasukan data yang telah di

kumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa

juga dengan membuat tabel kontingensi.

d. Menggunakan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan

dengan tujuan yang hendak dianalisi.

2. Analisa Data

Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual

maupun menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada

maknanya tanpa di analisis. Analisis data suatu penelitian,

biasanya melalui prosedur bertahap antara lain : (Saryono &

Anggraeni, 2013)
33

a. Analisa Univariat

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

dari analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk

data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan

standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap

variabel.

b. Analisa Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariate tersebut di atas,

hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap

variabel, dan dapat dilanjutkan analisis bivariate. Analisis

bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi. Dalam analisis bivariate ini

dilakukan beberapa tahap, antara lain : (Suryabrata, 2015)

1) Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan

distribusi silang antara dua variabel yang bersangkutan.

2) Analisis dari hasil uji statistik (chi square test). Melihat dari

hasil uji statistik ini akan dapat disimpulkan adanya

hubungan dua variabel tersebut bermakna atau tidak

bermakna.

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan


34

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian

harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain

adalah sebagai berikut : (Saryono & Anggraeni, 2013)

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responde peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.

2. Anonimity (tampa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Sinjai Tahun 2020, dimana data yang telah diperoleh diolah dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Tabel 5.1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2020

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)


Laki-Laki 15 41,7
Perempuan 21 58,3
Total 36 100
Sumber: Data Primer 2020

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 36 responden yang terlibat

dalam penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak

21 responden (58,3%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15

responden (41,7%).

1. Analisa Univariat

Tabel 5.2.
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi Bayi
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2020

Status Gizi Frekuensi (f) Presentase (%)


Status Gizi Kurang 3 8,3
Status Gizi Baik 32 88,9
Status Gizi Lebih 1 2,8
Total 36 100
Sumber: Data Primer 2020

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasrkan status gizi bayi

mayoritas bayi berada pada kelompok status gizi baik sebanyak 32


36

responden (88,9%), status gizi kurang sebanyak 3 responden

(8,3%) dan status gizi lebih sebanyak 1 responden (2,8%).

Tabel 5.3.
Karakteristik Responden Berdasarkan Peningkatan BB
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2020

Peningkatan BB Frekuensi (f) Presentase (%)


Meningkat 30 83,3
Tidak Meningkat 6 16,7
Total 36 100
Sumber: Data Primer 2020

Tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan peningkatan berat

badan mayoritas responden berada pada kategori bayi yang

mengalami peningkatan berat badan sebanyak 30 responden

(83,3%) dan tidak meningkat sebanyak 6 responden (16,7%).

2. Analisa Bivariat

Tabel 5.4
Hubungan Status Gizi dengan Peningkatan Berat Badan Pada Bayi
Usia 12 Bulandi Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai
Tahun 2020

Peningkatan Berat Badan Bayi 12 Bulan p-


Tidak Total value
Status Gizi Meningkat
meningkat
n % n % n %
Status Gizi Kurang 0 0 3 100 3 100
Status Gizi Baik 29 90,6 3 9,4 32 100 0,000
Status Gizi Lebih 1 100 0 0 1
Total 30 83,3 6 16,7 36 100
Sumber: Data Primer

Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status

gizi bayi dengan peningkatan berat badan dimana sebaran data

pada kelompok bayi dengan status gizi kurang (100%) tidak

mengalami peningkatan berat badan, pada kelompok dengan

status gizi baik 29 responden (90,6%) mengalami peningkatan

berat badan sedangkan pada status gizi lebih (100%) mengalami


37

peningkatan berat badan. Pada uji statistik menggunakan Chi-

Square ditemukan nilai p-value = 0,000 (< α = 0,05).

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara status gizi bayi dengan peningkatan berat badan dimana

sebaran data pada kelompok bayi dengan status gizi kurang (100%)

tidak mengalami peningkatan berat badan, pada kelompok dengan

status gizi baik 29 responden (90,6%) mengalami peningkatan berat

badan sedangkan pada status gizi lebih (100%) mengalami

peningkatan berat badan. Pada uji statistik menggunakan Chi-Square

ditemukan nilai p-value = 0,000 (< α = 0,05).

Berat bayi lahir menentukan kemampuan untuk tumbuh

normal dan menyesuaikan dengan diri dan lingkungannya. Bayi yang

cukup mendapatkan makanan dan bebas infeksi akan memcapai

pertumbuhan yang normal pada beberapa bulan pertama. Pada bulan

ke 5 badan bayi akan mencapai sekitar 2 kali dari berat badan waktu

lahir, dan mencapai 3 kali lipat setelah berusia 1 tahun. Selama tahun

pertama bayi mengalami pertambahan baerat badan sekitar 7 kg,

sedangkan pada tahun ke dua akan mengalami pertambahan sekitar

2,5 – 3 kg. Pemantauan berat badan bayi dapat dipantau dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Pane et al., 2020).

Berat badan yang tidak sesuai dengan umur, tidak ada

kenaikan berat badan dalam jangka waktu tertentu (1-3) bulan atau

berat badan berlebih, bisa menjadi petunjuk adanya gangguan


38

kesehatan (Handajani, 2006) dalam (Sudiana et al., 2017). Pada

kondisi tertentu seperti terserang infeksi misalnya diare, konsumsi

makan yang menurun sangat mudah mempengaruhi berat badan

yang pada akhirnya dapat menurunkan keadaan gizi (Retnowati,

2002) dalam (Sudiana et al., 2017).

Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian anak akibat gizi

buruk berkaitan dengan penyakit infeksi yang sering menyertai gizi

buruk seperti infeksi pernapasan akut, diare, campak dan beberapa

penyakit infeksi lainnya (Rabbi & Karmaker, 2014) dalam (Septikasari,

2018).

Gizi buruk pada anak secara langsung dipengaruhi oleh

asupan nutrisi sedangkan secara tidak langsung disebakan oleh

penyakit infeksius dimana kedua hal tersebut berhubungan dengan

faktor maternal, sosial ekonomi, demografi dan perilaku (Setiaputri,

2020).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Datesfordate et al., 2017) menyatakan bahwa status gizi ditandai

dengan terjadinya peningkatan berat badan.

Dari penelitian diatas dapat diasumsikan bahwa status gizi

menjadi salah satu pendukung peningkatan berat badan pada bayi

usia 12 bulan.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada hubungan antara status gizi bayi dengan peningkatan berat

badan bayi usia 12 bulan dengan p-value = 0,000 (< α = 0,05).

B. Saran

1. Peningkatan kemampuan petugas dalam melakukan pemantauan

tumbuh kembang bayi dan balita guna mencegah dan mendeteksi

kemungkinan terjadinya masalah gizi pada bayi.

2. Perlunya penelitian ini dikembangkan untuk menggali lebih dalam

lagi variabel lain yang dapat memicu pertambahan berat badan

pada bayi
DAFTAR PUSTAKA

Anik, M. (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. TIM.

Databoks. (2020). 17,7% Balita Indonesia Masih Mengalami Masalah Gizi.


Katadata.Co.Id.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/25/177-balita-
indonesia-masih-mengalami-masalah-gizi

Datesfordate, A. H., Kundre, R., & Rottie, J. V. (2017). Hubungan


Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi) Dengan
Status Gizi Bayi Pada Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bahu Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(2), 137391.

Dinas Kesehatan Prof Sul-Sel. (2018). Rencana Kerja Tahun 2018 Dinas
Kesehatan. Rencana Kerja Tahun 2018 Dinas Kesehatan Provensi
Sulawesi Selatan.

Dinkes Prov Sul-Sel. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.


file:///C:/Users/Master com/Downloads/27_Sulsel_2016 (1).pdf

Hasmi. (2014). Metode Penelitian Kesehatan. In Media.

Hospita, M. E. (2020). UNICEF: Angka kematian bayi masih tinggi


Laporan UNICEF menyebutkan, kawasan Afrika Sub-Sahara adalah
tempat berbahaya bagi bayi yang baru lahir. Lagos.
https://www.aa.com.tr/id/dunia/unicef-angka-kematian-bayi-masih-
tinggi-/1068502

Irawan. (2020a). Maju Selangkah, Bappenas Apresiasi Kesigapan


Pemkab Sinjai Terhadap Stunting. Portal Sinjai.
https://www.sinjaikab.go.id/v4/2020/03/08/maju-selangkah-bappenas-
apresiasi-kesigapan-pemkab-sinjai-terhadap-stunting/

Irawan. (2020b). Pemenuhan Gizi Anak Jadi Perhatian Puskesmas


Mannanti. Portal Sinjai.
https://www.sinjaikab.go.id/v4/2020/03/11/pemenuhan-gizi-anak-jadi-
28

perhatian-puskesmas-mannanti/

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Republik Indonesia


Tahun 2017. Kementerian Keshatan RI.

Nakita. (2017). Pijat Bayi Bisa Menurunkan Angka Kematian Bayi.


Nakita.Id. https://nakita.grid.id/read/0212807/pijat-bayi-bisa-
menurunkan-angka-kematian-bayi

Pane, H. W., Tasnim, Sulfianti, Puspita, H. R., Hastuti, P., Apriza, Sianturi,
P. E., Rifai, A., & Hulu, V. T. (2020). Gizi dan Kesehatan. Yayasan
Kita Menulis. https://books.google.co.id/books?
id=HXz7DwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=fals
e

Permenkes RI. (2020). Permenkes No 2 Tahun 2020 Tentang Standar


Antropometrik Anak. Osteoarthritis and Cartilage, 28(2), 1–43.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttp
s://doi.org/10.1016/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.
arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S10634
58420300078?
token=C039B8B13922A2079230DC9AF11A333E295FCD8

Portal Sinjai. (2020). Tekan Angka Kematian Neonatus, Dinkes Sinjai


Audit Maternal dan Perinatal Bersama Dokter Puskesmas.
https://www.sinjaikab.go.id/v4/2020/01/30/tekan-angka-kematian-
neonatus-dinkes-sinjai-audit-maternal-dan-perinatal-bersama-dokter-
puskesmas/

Saryono, & Anggraeni, M. D. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika.

Septikasari, M. (2018). Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi


(U. Press (ed.)). https://books.google.co.id/books?
id=gjxsDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false
29

Setiaputri, K. A. (2020). Penilaian Status Gizi Bayi: Indikator, Cara


Mengukur, dan Rentang Normalnya. Hallo Sehat.
https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/status-gizi-bayi/#gref

Sudiana, I. K., A, Y. S., & D, P. I. (2017). Peningkatan Berat Badan Pada


Batu (3-6 Bulan. Jurnal Ners.

Suryabrata, S. (2015). Metodologi Penelitian (Edisi ke 2). Fajar


Interpratama Mandiri.

UNICEF. (2019). Status Anak Dunia 2019 Anak, Pangan, dan Gizi.
https://www.unicef.org/indonesia/id/status-anak-dunia-2019
LEMBAR OBSERVASI
STATUS GIZI DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN
Status Gizi
BB Berdasakan BB
No Nama Bayi Umur JK
dan Umur
Sebelum Sekarang Perubahan BB

Anda mungkin juga menyukai