Anda di halaman 1dari 145

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS


HIDUP PASIEN KANKER KOLOREKTAL DI RSUD DR.
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2021

MERI ARDIANTI

1710142010016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes YARSI SUMBAR

BUKITTINGGI

2021
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS


HIDUP PASIEN KANKER KOLOREKTAL DI RSUD DR.
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2021

Bidang Ilmu Keperawatan Medikal Bedah

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatn (S.Kep)


Pada Program Studi S1 Keperawatan

STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi

MERI ARDIANTI

1710142010016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes YARSI SUMBAR

BUKITTINGGI

2021

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.

Nama : Meri Ardianti

Nim : 1710142010016

Tanda tangan :

Tanggal :

ii
PERSETUJUAN PEBIMBING SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui

09 agustus 2021

Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.Kep) (Ns. Dian Angraini, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB)

Mengetahui

Ka.Prodi S1 Keperawatan

(Ns. Sri Hayulita, S.Kep, M.Kep)

NIDN 1017077202

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Meri Ardianti

Nim : 1710142010016

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : “Hubungan Dukngan Keluarga Dengan Kualitas Hidup

Paisen Kanker Kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukitnggi Tahun2021”

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes
Yarsi Sumbar Bukittnggi

DEWAN PENGUJI

Pembimbng I : Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.Kep ( )

Pembimbing II: Ns. Dian Angraini, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB ( )

Penguji I : Debby Yolanda, S.Sit, M.Keb ( )

Penguji II : Ns. Dona Amelia, S.Kep, M.Kep ( )

Ditetapkan di : Bukittnggi

Tangga l : Agustus 2021

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Hubugan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Kolorektak

di RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021”. Penulisan skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Keperawatan.

Program Studi Ilmu keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi. Saya

menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa

perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ns. Junaidi S. Rustam, S.Kep, MNS selaku Ketua STIKes Yarsi

Sumbar Bukittinggi.

2. Ibu Ns. Sri Hayulita, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program studi S1

Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Sumbar bukittinggi.

3. Ibu Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan serta kritik

dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Ns. Dian Anggraini, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB selaku pembimbing II

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan

serta kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

v
5. Ibu Dosen beserta staf pengajar di Program Studi lmu Kesehatan Yarsi

Sumbar Bukittnggi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

bimbingan serta nasehat selama menjalani pendidkan.

6. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua Orang Tua tercinta bapak

Maradi dan Ibu Mardiana sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terimakasih

yang tiada terhingga serta Keluarga saya yang telah memeberikan kasih

sayang, selalu memberikan dukungan material dan moral serta do’a dan

penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Terimakasih kepada orang yang istimewa Fahmi Irawan, motivator pribadi

yang tanpa henti selalu memberikan dukungan dan semangat. Nasihat dan

saran yang diberikan adalah yang menolong dan membuat saya tersadar

untuk berusaha lebih baik dan bekerja lebih keras.

8. Kepada sahabatku, Feby Septi Muswari dan Rika Okta Wisma yang selalu

memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan Prodi S1 Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar

Bukittinggi yang sama-sma berjuang dan selalu memberikan semangat dan

dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Bukittinggi, Agustus 2021

Hormat saya

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivits akademik Stikes Yarsi Sumbar bukittinggi, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Meri Ardianti

NIM : 1710142020016

Program Studi : S1 Keperawatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi Hak Bebas Royality Noneksklusif
(Non-exclusive Royality Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Kolorektal


di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021.

Dengan hak bebas Royaliti Non-ekklusif ini Stikes Yarsi Sumbar


Bukittinggi berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skirpsi saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulias/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bukittinggi

Pada Tanggal : Agustus 2021

Yang menyatakan

(Meri Ardianti)

vii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR YARSI BUKITTINGGI

SKRIPSI, 23 Juli 2021

Nama : Meri Ardianti

Judul Skripsi :Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas


Hidup Pasien Kanker Kolorektal di RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2021.

Jumlah Halaman : xv + 88 Halaman + 10 Tabel +14 Lampiran

ABSTRAK

Penderita kanker kolorektal yang menjalani kemoterapi tidak lepas dari


pengalaman penurunan kualitas hidup yaitu kesejahteraan fisik, psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan. Keempat domain tersebut menjadi perhatian
penting untuk mendapatkan hidup yang sehat bagi penderita kanker kolorektal
yang menjalani pengobatan lewat dukungan keluarga sehingga penderita memiliki
harapan dan tujuan hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker kolorektal di Rumah
Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah
pasien kanker kolorektal dengan jumlah sampel 80 orang menggunakan teknik
accidental sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dukungan
keluarga dan kualitas hidup. Uji yang digunakan yaitu Spearman rank. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh pasien kanker kolorektal dengan
dukungan keluarga kategori sedang (42,5%), sebagian pasien kanker kolorektal
dengan kualitas hidup dalam kategori sedang (38,8%). Ada hubungan antara
dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien dengan kanker kolorektal di Rumah
Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, hasilnya diperoleh nilai p 0,001 < α
(0.05) dan nilai r 0.805. Saran kepada perawat atau tenaga kesehatan agar lebih
aktif dalam memberikan penyuluhan akan pentingnya dukungan keluarga dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien kanker kolorektal.

Kata kunci : Kanker Kolorektal, Dukungan Keluarga, Kualitas Hidup

Daftar Bacaan : 68 (1997-2021)

viii
NURSING HEALTH SCIENCE PROGRAM

MOHAMMAD NATSIR YARSI UNIVERSITY BUKITTINGGI

Thesis, July 23 2021

Name : Meri Ardianti

Thesis Title : Relationship between Family Support and Quality of Life of


Colorectal Cancer Patients at Dr. Hospital. Achmad Mochtar
Bukittinggi Year 2021.

Number of Pages: xv + 88 Pages + 10 Tables +14 Appendix

ABSTRACT
Colorectal cancer sufferers who undergo chemotherapy cannot be separated from
the experience of decreasing quality of life, namely physical, psychological, social
and environmental well-being. The four domains are an important concern to get a
healthy life for colorectal cancer sufferers who undergo treatment through family
support so that sufferers have hope and life goals. The purpose of this study was
to determine the relationship between family support and quality of life of
colorectal cancer patients at Dr. Hospital. Achmad Mochtar Bukittinggi. This type
of research is descriptive correlation with cross sectional approach. The
population in this study were colorectal cancer patients with a total sample of 80
people using accidental sampling technique. The instrument of this research used
a questionnaire on family support and quality of life. The test used is Spearman
rank. The results showed that almost half of colorectal cancer patients with family
support were in the moderate category (42.5%), some colorectal cancer patients
with quality of life were in the moderate category (38.8%). There is a relationship
between family support and quality of life of patients with colorectal cancer at Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi, the results obtained p value 0.001 < < (0.05) and r
value 0.805. Suggestions for nurses or health workers to be more active in
providing counseling on the importance of family support in improving the quality
of life of colorectal cancer patients.

Keywords : Colorectal Cancer, Family Support, Quality of Life

Reading List : 68 (1997-2021)

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAN ORSINALITAS ………………………………….ii

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI……………………...iii

LEMBAR PENGESAHAN ……….................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... vii

ABSTRAK.............................................................................................................viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x


DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xiii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................8
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kanker Kolorektal .......................................................................................11
1. Definisi ....................................................................................................11
2. Etiologi ....................................................................................................12
3. Manifestasi klinis.....................................................................................17
4. Klasifikasi ................................................................................................18
5. Pengobatan ..............................................................................................19
B. Kualitas Hidup.............................................................................................22
1. Definisi ....................................................................................................22
2. Penilaian kualitas hidup (Quality Of Life) ...............................................23

x
3. Aspek-aspek kualitas hidup .....................................................................24
4. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup .............................................25
5. Kualitas hidup pasien kanker kolorektal .................................................27
C. Dukungan Keluarga.....................................................................................28
1. Definisi ....................................................................................................28
2. Fungsi Dukungan Keluarga .....................................................................29
3. Sumber Dukungan Keluarga ...................................................................31
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga ..........................31
D. Hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup ..............................33
E. Kerangka teori .............................................................................................35

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka konsep .........................................................................................36
B. Hipotesis ......................................................................................................37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...........................................................38


A. Jenis Penelitian ............................................................................................38
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................38
C. Populasi dan Sampel ...................................................................................38
D. Definisi operasional.....................................................................................41
E. Instumen Penelitian .....................................................................................42
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................................46
G. Etika Penelitian ...........................................................................................47
H. Metode pengumpulan data ..........................................................................48
I. Pengolahan Data dan Analisa Data .............................................................51
1. Pengolahan Data..........................................................................................51

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Penelitian .......................................................................56
B. Analisa Univariat.........................................................................................56
1. Karakteristik Responden .........................................................................57
2. Dukungan Keluarga .................................................................................58
3. Kualitas Hidup .........................................................................................58
C. Analisa Bivariat ...........................................................................................59

xi
BAB VI PEMBAHASAN
A. Ananlisa Univariat.......................................................................................60
1. Karakteristik Responden .........................................................................60
2. Dukungan keluarga pasien kanker kolorektal Rumah Sakit Dr. Achmad
Mochtar Bukittiinggi .........................................................................................68
3. Kualitas hidup di Rumah sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi ..........72
B. Analisa Bivariat ...........................................................................................75
Hubungan antara dukungan keluarga dengan Kualitas hidup penderita kanker
kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021 ..............75

BAB VII PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................84
B. Saran ............................................................................................................85
1. Bagi Rumah Sakit ....................................................................................85
2. Bagi Intitusi Pendidikan ..........................................................................85
3. Bagi Profesi Keperawatan .......................................................................86
4. Bagi Peneliti lain .....................................................................................86
5. Keterbatasan penelitian ...........................................................................86
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional…………………………………………………. 41

Tabel 4.2 Skor jawaban dukungan keluarga……………………………………. 43

Tabel 4.3 karakteristik Item Kuiesioner EORTC QLQ-30……………………... 44

Tabel 4.4 transformasi Linear untuk memperoleh EORTQ QOL C-30………... 45

Tabel 4. 5 Pedoman interpretasi Uji Korelasi Spearman Rank………………… 54

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Kanker Kolorektal di


Rumah sakit Dr. Achmad Mochtar bukittinggi tahun
2021…………………………………………………………………...57

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Dukungan Keluarga Pada Penderita


Kanker Kolorektal di Rumah sakit Dr. Achmad Mochtar bukittinggi
tahun 2021…………………………………………………………….58

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kualitas Hidup Pada Penderita


Kanker Kolorektal di Rumah sakit Dr. Achmad Mochtar bukittinggi
tahun 2021……………………………………………….....................58

Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Dukungan Kualitas Hidup


Penderita Kanker Kolorektal di Rumah sakit Dr. Achmad Mochtar
bukittinggi tahun 2021………………………………………………...59

xiii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori…………………………………………………….. 35

Gambar 3.2 Kerangka konsep………………………………………………....... 37

Gambar 4. 1 bagian Prosedur penelitian………………………………………... 51

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Jadwal kegiatan penelitian

Lampiran 2: Curiculum Vitae

Lampiran 3: Lembar Konsul Skripsi

Lampiran 4: Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 5: Surat Izin Penelitian

Lampiran 6: Surat Persetujuan Etical Approval / Uji Etik penelitian

Lampiran 7: Surat Sah Terima Pengambilan data & Izin Penelitian

Lampiran 8: Surat Pengembalian Mahasiswa

Lampiran 9: Surat Permohonan Menjadi Reponden

Lampiran 10: Informed Consent

Lampiran 11: Kisi-kisi kuisioner

Lampiran 12: kuisioner Penelitian

Lampiran 13: Frequensi Tab

Lampiran 14: Master Tabel

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit keganasan yang menjadi masalah kesehatan dunia salah

satunya adalah kanker. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak normal. Kanker adalah penyebab

kematian kedua didunia dan telah menyebabkan 9,6 juta kematian pada tahun

2018 (World Health Organization, 2018). Globocan (2018) memprediksikan

pada tahun 2025, akan terjadi peningkatan 19,3 juta kasus kanker baru seiring

dengan perubahan pola hidup dan pertumbuhan penduduk.

Kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker penyebab

kematian terbanyak di dunia. Kanker kolorektal adalah kanker yang berada

pada usus besar atau rektum. Kanker usus besar dan rektum sering

dikelompokkan bersama karena keduanya memiliki banyak ciri yang sama.

Kasus kejadian kanker kolorektal pada tahun 2021 diprediksikan berjumlah

104.270 kasus baru kanker usus besar dan 45.230 kasus baru kanker rektal

(American Cancer Society, 2021). Berdasarkan laporan Globocan (2018) di

wilayah Asia Tenggara kanker kolorektal menduduki posisi kelima terbanyak

kejadian kanker pada laki-laki dan perempuan. Di Indonesia kanker kolorektal

menempati posisi keempat dengan tingkat kejadian 12,1 per 100.000

penduduk dan kematian 6,9 per 100.000 penduduk.

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi merupakan rumah sakit

rujukan yang ditunjang oleh sumber daya, sarana dan prasarana yang memadai

dan terus menerus dikembang sebagai rumah sakit pendidikan seiring dengan

1
2

berkembangnya profesi kesehatan. Pada tahun 2017 prevelansi yang diperoleh

dari Rekam Medik RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi angka kejadian

kanker kolorektal sebanyak 187 kasus sebagian besar berjenis kelamin laki-

laki dengan usia sekitar 45-64 tahun. Peningkatan terjadi pada tahun 2018

dengan angka kejadian kanker kolorektal sebanyak 192 kasus sebagian besar

berjenis kelamin laki-laki dengan usia sekitar 45-64 tahun (Rekam Medik

RSAM Bukittinggi, 2019).

Kanker termasuk penyakit kronis yang mempengaruhi status

emosional dan perubahan aktifitas sehari-hari sehingga menimbulkan masalah

fisiologis dan psikologis. Penderita kanker kolorektal dilakukan pengobatan

seperti pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi. Pengobatan ini

memberikan dampak fisik dan psikologis secara langsung pada penderitanya

seperti nyeri, kelelahan, kurang nafsu makan, mulut kering, peradangan pada

mulut, sesak napas, sembelit, diare, anoreksia, insomnia, mual, muntah,

kesulitan kognitif, depresi dan kecemasan (Syvak et al, 2012 dalam Zhang et

al, 2015). Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan

kanker kolorektal (Setiawan dkk, 2021).

Kualitas hidup atau biasa disebut Quality Of Life (QOL) adalah

kesejahteraan total yang mencakup kesejahteraan psikologis, fisik dan sosial

(Jones et al, 2020). Kualitas hidup berdampak pada kompleks yang ditentukan

oleh individu itu sendiri, sangat spesifik, bersifat abstrak dan sulit diukur

(Yabro et al, 2011 dalam Zega et al, 2020). Aspek-aspek yang berdampak

pada kualitas hidup pasien kanker dapat berupa aspek psikologis dan sosial

seperti harga diri, kebahagiaan, hubungan interpersonal, spiritualitas, masalah


3

keuangan, persepsi diri terhadap kualitas hidup, perasaan positif dan

kesejahteraan sosial (Mascaro et al, 2019 dalam Setiawan dkk, 2021). Aspek

fisik seperti citra tubuh, respon terhadap pengobatan dan perawatan, serta

morbiditas (Evans et al, 2014).

Kualitas hidup penting dalam pengobatan kanker, dan kekhawatiran

akan kondisi fisik, psikologis, gangguan citra tubuh serta gejala-gejala yang

bisa menyebabkan distress perlu segera diantisipasi untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien kanker. Kualitas hidup akan membaik saat penderita

mulai menerima tentang penyakit yang dideritanya serta patuh terhadap proses

pengobatan yang akan dijalaninya (Sulistyaningsih, 2016). Penelitian yang

dilakukan oleh Puteh et al (2013), mengenai kualitas hidup pasien kanker

kolorektal di Malaysia menunjukkan bahwa penderita kanker mengalami

penurunan kualitas hidup baik pada aspek kesehatan secara umum, aspek

fungsional maupun aspek gejala.

Yang et al (2014), telah membuktikan bahwa penderita kanker

kolorektal dengan kolostomi yang mengalami pengobatan pembedahan

mengalami penurunan kualitas hidup pada periode bulan pertama pasca

operasi. Adapun penelitian oleh Perwitasari, (2009 dalam Rinanda 2019) yang

menilai kualitas hidup pasien yang menjalani kemoterapi di RSUP Sardjito

Yogyakarta menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien kanker mengalami

penurunan setelah melakukan terapi kemoterapi. Menurut penelitian yang

telah dilakukan oleh Rinanda (2019), kualitas hidup pasien kanker kolorektal

memiliki kualitas hidup yang buruk dan hampir separuh reponden memiliki

kualitas hidup yang sedang. Kualitas hidup yang buruk dan sedang pada
4

penelitian ini ditunjukkan dengan rendahnya kesehatan fisik dan kesejahteraan

psikologis. Penderita kanker kolorektal mengapresiasikan ketidakberdayaan,

merasa tidak sempurna lagi, malu dengan bentuk tubuh karena terpasang

kantong stoma, kurang tidur, sulit berkonsentrasi dan kecemasan memicu

terjadinya penurunan kualitas hidup.

Peningkatan kualitas hidup pasien dipengaruhi oleh keberhasilan

pengobatan. Keberhasilan pengobatan memungkinkan untuk sembuh sangat

besar sehingga pemenuhan kebutuhan tanpa ketergantungan dari orang lain,

sehingga dapat mandiri secara emosional, sosial dan kesejahteraan fisik hal ini

dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang (Yanti dkk, 2019). Menurut

penelitian yang dilakukan Koffman et al (2012), proses terapi yang

berlangsung lama dan sangat berat pada pasien kanker membutuhkan sarana

pendukung sosial untuk mendukung kepatuhan terapi. Sumber dukungan

sosial yang utama adalah dukungan keluarga, yaitu dari pasangan, saudara dan

orang tua (Plant et al, 2011).

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, dukungan yang diberikan pada setiap siklus perkembangan

kehidupan juga berbeda. Dengan adanya dukungan yang diberikan oleh

keluarga membuat anggota keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan adaptasi

keluarga (Friedman, 2010 dalam Rachmah dkk, 2021). Peran keluarga sangat

penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari

strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Dengan demikian pasien memiliki

harapan apabila mendapatkan dukungan keluarga akan terjadi peningkatan


5

kepatuhan kemoterapi, kualitas hidup dan psikis serta terapi yang dilakukan

akan terus berlanjut (Husni M, 2015 dalam Lianawati, 2018). Dukungan

keluarga memiliki peranan penting bagi penderita kanker kolorektal terutama

yang menjalani kemoterapi karena banyaknya tindakan pengobatan yang dapat

menimbulkan stres terus-menerus sehingga dapat memperburuk kondisi

psikologis penderita (Kirana, 2016).

Dukungan keluarga merupakan sumber daya yang memberikan

kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa

penderita kanker tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia

juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang didasarkan kepentingan

bersama. Dukungan keluarga yang diperoleh memiliki manfaat bagi individu

tersebut. Hal ini dikarenakan dengan adanya dukungan keluarga dapat

membuat individu menyadari bahwa ada orang yang sangat memperdulikan,

menghargai dan mencintainya (Yuniawati, 2015). Kebutuhan akan rasa aman

dan perlindungan serta rasa cinta didalam keluaraga dalam memberikan kasih

sayang, kepedulian, dan dukungan adalah hal yang paling utama dalam

mencapai kualitas hidup yang lebih baik dan memperpanjang masa hidupnya

(Widari & Serlinda, 2018). Bentuk dukungan keluarga yang dapat diberikan

kepada pasien meliputi dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan

informasi (Usta, 2012 dalam sari, 2018).

Dukungan keluarga adalah salah satu faktor yang bisa diubah dari

kehidupan manusia, karena dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota

keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Orang


6

yang berada dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki

kondisi yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini,

karena dukungan keluarga dianggap dapat mengurangi atau menyangga efek

kesehatan mental individu, sehingga orang dengan dukungan keluarga yang

baik bisa meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan kanker kolorektal

(Sari, 2018)

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Yanti dkk (2019),

mengenai pentingnya dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien pada

orang yang menderita penyakit kanker serviks, mengungkapkan bahwa tinggi

rendahnya dukungan keluarga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien

kanker serviks. Semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin baik

kualitas hidupnya, sebaliknya semakin rendah dukungan keluarga maka

kualitas hidupnya juga akan menurun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Utama (2019), mengenai hubungan dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pasien penyakit kronis, terdapat beberapa respoden

dengan dukungan keluarga dan kualitas hidup yang kurang baik. Dukungan

keluarga sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien

dengan penyakit kronis, karena dukungan keluarga sangat dibutuhkan pasien.

Keluarga dapat memberikan motivasi, perhatian serta kepedulian terhadap

kebutuhan keluarga yang sakit serta sedang menjalani pengobatan.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Istriyani dkk (2020),

mengenai adaptasi pasien kanker kolorektal tahun pertama paska pembuatan

kolostomi (pembuatan lobang dibagian perut sebagai saluran pembuang

kotoran atau feses) permanen. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa


7

dukungan keluarga memiliki fungsi peran yang sangat penting berupa

perubahan peran di dalam keluarga dan masyarakat, adanya perubahan

hubungan, termasuk support keluarga dan masyarakat. Individu yang hidup

dengan kolostomi memiliki adaptasi dan respon yang berbeda, tergantung

karakteristik dari dukungan keluarga.

Berdasarkan studi awal penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 6 april 2021 dengan

mewawancarai 3 pasien kanker kolorektal, didapatkan data bahwa 1 orang

mengatakan hanya bisa berbaring ditempat tidur atau duduk dikursi setiap

hari, 2 orang mengatakan mengalami keterbatasan saat bekerja atau

melakukan kegiatan sehari-hari. 2 orang pasien mengatakan mendapatkan

dukungan keluarga karena keluarga sering mendampingi dan memperhatikan

keadaan pasien selama sakit, dan 1 orang mengatakan merasa kurang puas atas

dukungan keluarga yang diberikan keluarga untuknya seperti dukungan

penghargaan sehingga menunjukkan keputusasaan dalam menjalani kehidupan

sehari-hari.

Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk

mengambil judul penelitian tentang hubungan dukungan kelurga dengan

kualitas hidup pasien kanker kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2021.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Apakah terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien kanker

kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pada pasien kanker kolorektal di RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik responden dukungan

keluarga pada pasien kanker kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2021.

b. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pada pasien kanker

kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021.

c. Diketahui distribusi frekuensi kualitas hidup pada pasien kanker

kanker kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun

2021.

d. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup

pada pasien kanker kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2021.


9

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan responden tentang

hubungan keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker kolorektal.

Penelitian juga bertujuan agar masyarakat dapat memahami dukungan

keluarga dengan kualitas hidup kanker kolorektal sehingga bisa

meningkatkan dukungan kelurga dengan kualitas hidup kanker kolorektal.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti saat melakukan penelitian khususnya penelitian

bidang keperawatan medikal bedah yaitu tentang hubungan antara

dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien kanker kolorektal di

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

3. Manfaat bagi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan

masukan bagi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dalam

mengaplikasikan asuhan keperawatan secara holistic untuk aspek

psikologis penderita yang berhubungan dengan dukungan keluarga

sebagai hal yang berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan dan

peningkatan kualitas hidup penderita kanker kolorektal sehingga dapat

menyusun rencana strategis yang tepat dalam peningkatan kesehatan

penderita kanker kolorektal.


10

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai literatur bagi Institusi dan menjadi referensi bagi

mahasiswa STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi dalam proses pembelajaran

mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada

penderita kanker kolorektal. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah

informasi dan dapat dimanfaatkan ilmuan lain untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan akhirnya untuk

kesejahteraan umat manusia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Kolorektal

1. Definisi

Menurut Kementrian kesehatan RI, kanker kolorektal atau kanker

usus besar merupakan keganasan yang menyerang jaringan usus besar

(kolon) dan rektum (bagian usus paling bawah sampai anus). Kanker

kolorektal dimulai di usus besar atau rektum. Kanker ini juga bisa diberi

nama kanker usus besar atau kanker rektal, tergantung di mana mulainya.

Kanker usus besar dan rektal sering dikelompokkan bersama karena

keduanya memiliki banyak ciri yang sama (American Cancer Society,

2021).

Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari

jaringan epitel dari kolon atau rektum. Kanker kolorektal ditujukan pada

tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan rektum

adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut juga

traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada dibagian proksimal

usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7 cm di atas anus. Kolon

dan rektum berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan

membuang zat-zat yang tidak berguna (Sayuti & Nouva, 2019).

Sebagian besar kanker bermula sebagai polip usus. Polip edema ini

kemudian dapat berkembang menjadi kanker. Lebih dari 95% kasus

kanker usus besar dan rektum adalah adenokarsunoma. Kanker ini dimulai

11
12

pada sel-sel yang melapisi bagian dalam usus besar dan rektum (Tim

Cancer Helps, 2010).

2. Etiologi

Kanker kolorektal disebabkan oleh beberapa faktor resiko yang

bisa diubah dan tidak bisa diubah. Faktor resiko adalah segala sesuatu

yang mempengaruhi peluang terkena penyakit. Kanker yang berbeda juga

memiliki faktor resiko yang berbeda. Beberapa faktor resiko seperti

merokok, dapat di kendalikan. Faktor resiko lainnya, seperti usia atau

riwayat penyakit kanker pada keluarga yang tidak dapat diubah. Dengan

memiliki satu atau bahkan banyak faktor resiko tidak berarti bahwa

seseorang terkena kanker (Prabowo, 2019).

Faktor resiko yang bisa diubah adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan berat badan (Obesitats)

Kelebihan berat badan atau obesitas (sangat gemuk) adalah

resiko yang akan meningkat dan kemungkinan kematian akibat kanker

kolorektal lebih tinggi. Kelebihan berat badan (terutama memiliki

lingkar pinggang yang besar) akan meningkatkan resiko kanker usus

besar pada pria dan wanita, namun hubungannya lebih kuat pada pria

(Prabowo, 2019). Penelitian yang dilakukan Trisuladara dkk (2019),

Didapatkan obesitas berjumlah 85 (62%) kasus kanker kolorektal, hal

ini menunjukkan bahwa terdapat hubunganyang signifikan antara

obesitas dan insiden kanker kolorektal.


13

b. Kurang aktivitas fisik

Menurut Setiati (2014) dewasa ini diketahui bahwa diet rendah

kalsium ternyata meningkatkan resiko terbentuknya kanker kolon

meski tidak berperan dalam pembentukan adenoma. Penelitian yang

telah dilakukan oleh Majid dkk (2020), didapatkan aktivitas fisik

berjumlah 82, 1% kasus, sehingga pasien kanker kolorektal yang tidak

aktif dalam melakukan aktivitas fisik lebih rentan untuk terkena kanker

kolorektal.

c. Pola makan (diet)

Diet yang tinggi daging merah (seperti daging sapi, domba,

atau hati, dan daging olahan seperti hot dog dll) dapat meningkatkan

resiko terkena kanker kolorektal. Memasak daging pada suhu yang

sangat tinggi (menggoreng, memanggang) akan menghasilkan zat

kimia yang dapat meningkatkan resiko kanker. Diet tinggi sayuran dan

buah-buahan, juga serat gandum utuh, dikaitkan dengan menurunnya

resiko kanker kolorektal. Meski begitu suplemen serat tidak terbukti

bermanfaat untuk mencegah terjadinya kanker kolorektal (Prabowo,

2019).

Menurut penelitian Rahmadania dkk (2016), distribusi diet

lemak protein dan serat pasien KKR paling banyak dikategorikan

jarang. dari beberapa responden terdapat 96,7% pasien KKR yang

jarang mengkonsumsi lemak, 83,4% jarang mengkonsumsi protein,

88,7% yang jarang mengkonsumsi serat. Sehingga dapat diartikan

pasien mempunyai asupan makanan yang tinggi.


14

d. Merokok

Merokok, terutama ketika mulai di usia muda, meningkatkan

resiko kanker kolorektal. Kemungkinan mekanisme untuk

perkembangan tumor termasuk produksi amina aromatic polycyclic

beracun dan mekanisme angiogenik induksi akibat asap tembakau

(Muttaqin dan Kumala, 2013). Menurut penelitian Padang dan Luciana

(2020), merokok memiliki resiko kasus 18% lebih tinggi pada KKR

daripada yang tidak pernah merokok.

e. Konsumsi alkohol

Kanker kolorektal dikaitkan dengan konsumsi alkohol dalam

jumlah banyak. Mengurangi dan membatasi konsumsi alkohol

memiliki banyak manfaat untuk kesehatam. Termasuk menurunkan

resiko kanker kolorektal. Penelitian yang dilakukan Padang dan

Luciana (2020), konsumsi alkohol yang berlebihan meningkatkan

kasus sekitar 11% pada pasien kanker kolorektal.

Faktor resiko yang tidak bisa diubah adalah sebagai berikut:

a. Usia (Penuaan)

Menurut Prabowo (2019) risiko kanker kolorektal meningkat

seiring bertambahnya usia. Orang muda dapat menderita kanker ini,

tetapi lebih sering terjadi pada orang yang berusia 50 tahun ke atas.

Penelitian yang telah dilakukan Khosama (2015), diagnosis Kanker

Kolorektal (KKR) meningkat progresif sejak usia 40 tahun, meningkat

tajam setelah usia 50 tahun. Lebih dari 90% kasus KKR terjadi diusia
15

50 tahun. Angka kejadian pada usia 60-79 tahun 50 kali lebih tinggi

dibandingkan pada usia kurag dari 40 tahun.

b. Riwayat kanker keturunan (Riwayat keluarga)

Resiko relatif kanker rektal berkembang meningkat pada

tingkat pertama keluarga pada pasien yang terkena. Jika tingkat

pertama anggota keluarga yang lebih muda dari 45 tahun pada saat

diagnosis, peningkatan resiko bahkan lebih tinggi (Muttaqin dan

Kumala, 2013). Menurut penelitian Rahdi dkk (2015), didapatkan hasil

bahwa sebanyak 9 pasien (23,08%) memiliki keluarga yang pernah

menderita kanker kolorektal.

c. Riwayat pribadi menderita kanker kolorektal

Jika sebelumnya pernah menderita polip adenomatosa

(adenoma), maka akan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena

kanker kolorektal. Hal ini terutama jika ukuran polipnya berukuran

besar, polipnya ada banyak, atau jika ada yang menunjukkan displasia

(Prabowo, 2019). Penelitian yang telah dilakukan Rahdi dkk (2015),

distribusi dari riwayat polip adenomatosa yang pernah diderita pasien

sebelum terdiagnosis kanker kolorektal, dan data yang didapatkan

sebanyak 27 (69,27%) pernah terdiagnosis menderita polip

adenomatosa sebelum berkembang menjadi kanker kolorektal,

sedangkan 12 pasien lainnya (30,77%) tidak pernah terdiagnosis tumor

atau polip adenomatosa.


16

d. Riwayat pribadi penyakit radang usus (Inflammatory Bowel

Disease/IBD)

Jika pernah menderita radang usus (IBD), baik kolitis

ulserativa atau penyakit crohn, risiko terkena kanker kolorektal akan

semakin meningkat. IBD adalah kondisi di mana usus besar meradang

dalam jangka waktu lama. Orang yang menderita IBD selama

bertahum-tahun, terutama jika tidak dirawat, akan sering mengalami

displasisia (Prabowo, 2019).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Majid dkk (2020),

didapatkan kasus IBD berjumlah 17,9%, seseorang dengan riwayat

IBD yang mempunyai kanker kolorektal kemungkinan untuk menerita

kanker kolorektal dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan sesorang

yang tidak memiliki riwayat kanker kolorektal pada IBD.

e. Penyakit genetik

Familial Adenomatous Polyposis (FAP) adalah warisan

dominan sindrom autosomal yang menyebabkan perkembangan lebih

dari 100 polip adenomotosa dan berbagai manifestasi ekstra-kolon.

Cacat dalam gen APC (Adenomatous polyposis Coli), yang terletak

pada kromosom 5 pada lokus Q21. Proses penyakit ini menyebabkan

pemvbentukan ratusan polip usus, osteomalisa, tumor desmoid, dan

terkadang tumor otak. Peningkatan jumlah polip memebrikan

predisposisi resiko yang lebih besar untuk menjadi kanker. Jika tidak

diobati, kanker kolorektal akan berkembang hampir 100% dari pasien

tersebut pada usia 40 tahun. Pada jalur Herediter, sekitar dari 20% dari
17

kasus yang ditemukan FAP disebabkan oleh mutasi spontan (Muttaqin

dan Kumala, 2013)

f. Penderita Diabetes mellitus (DM) tipe 2

Orang dengan diabetes tipe 2 (yang tidak tergantung insulin)

memiliki risiko kanker kolorektal yang tinggi. Diabetes tipe 2 dan

kanker kolorektal memiliki beberapa faktor risiko yang sama (seperti

kelebihan berat badan dan aktivitas fisik). Mereka juga cenderung

memiliki prognosis/harapan hidup yang kurang baik sejak saat

didiagnosis (Prabowo, 2019). Penelitian Padang dan Luciana (2020),

bahwa pasien dengan Diabetes Melitus dikaitkan dengan risiko kasus

30% lebih tinggi pada kanker kolorektal.

3. Manifestasi klinis
Menurut Yayasan Kanker Indonesia (2018), Kanker kolorektal

mungkin tidak gejala penyakit diawal. Gejala kanker kolorektal antara

lain:

a. Perubahan pada buang air besar termasuk diare, atau konstipasi atau

perubahan pada lamanya saat buang air besar, dimana pola ini

berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Kadang-kadang

perubahan pola itu terjadi sebagai perubahan bentuk dari feses atau

kotoran dari hari ke hari (kadangkadang keras, lalu lunak, dan

seterusnya)

b. Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses,

seringkali hanya dapat dideteksi di laboratorium


18

c. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram, gas

atau rasa sakit yang berulang

d. Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah buang

air besar

e. Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih

f. Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat dijelaskan

sebabnya

4. Klasifikasi

Menurut National Cancer Institute (2015), klasifikasi stadium

kanker kolorektal dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Stadium 0: Ada sel abnormal tetapi belum menyebar ke jaringan

terdekat. Juga disebut karsinoma in situ, atau CIS. CIS bukanlah

kanker, tetapi bisa menjadi kanker

b. Stadium I: tumor telah tumbuh kedinding dalam kolon atau rektum.

Tumor belum tumbuh menembus dinding

c. Stadium II: tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus

dinding kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang

jaringan disekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar ke kelenjar

getah bening.

d. Stadium III: Kanker hadir semakin tinggi angkanya, semakin besar

tumor kanker dan semakin menyebar ke jaringan terdekat

e. Stadium IV: kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang jauh.

Sistem stadium lain yang digunakan untuk semua jenis kanker

mengelompokkan kanker ke dalam salah satu dari lima kategori utama.


19

Sistem stadium ini lebih sering digunakan oleh pendaftar kanker oleh

dokter. Tetapi, mungkin masih mendengar dokter atau perawat

menggambarkan kanker dengan salah satu cara berikut:

a. In situ: Terdapat sel abnormal tetapi belum menyebar ke jaringan di

sekitarnya.

b. Dilokalkan: Kanker terbatas pada tempat dimulainya, tanpa tanda-

tanda telah menyebar.

c. Regional: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, jaringan,

atau organ terdekat.

d. Jauh: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang jauh.

e. Tidak diketahui: Tidak cukup informasi untuk mengetahui panggung.

5. Pengobatan

Ada tiga jenis utama pengobatan untuk kanker kolorektal adalah

pembedahan, radioterapi dan terapi bertarget. Peneliti selalu mencari cara

yang lebih baik untuk mengobati kanker kolorektal (American Society,

2020).

a. Pembedahan

Pembedahan dilakukan untuk membuang sebanyak-banyaknya

kanker di perut mungkin. Kemudian, saat masih di ruang operasi,

rongga perut dimandikan dengan obat kemoterapi yang dipanaskan.

Hal ini menempatkan kemo tepat dalam kontak dengan sel kanker, dan

panas dianggap membantu obat bekerja lebih baik. Beberapa pasien

hidup lebih lama dengan jenis perawatan ini, tetapi penelitian lebih
20

lanjut diperlukan untuk mengetahui pasien mana yang dapat

membantu.

Untuk kanker kolorektal yang telah menyebar ke hati dan tidak

dapat diangkat dengan operasi. Prosedur lain yang sedang dipelajari

adalah kemoterapi infus arteri hepatik (HAIC) yang seringkali

membutuhkan pembedahan. Dalam prosedur ini, pompa atau port

(mirip dengan port untuk kemoterapi IV tetapi lebih besar) ditanamkan

di dekat arteri hepatik, yang merupakan pembuluh darah yang

memberi makan sebagian besar kanker di hati.

Dokter dapat memasukkan kemo ke dalam pompa yang

kemudian dilepaskan langsung ke hati dan membantu membunuh sel

kanker sambil membiarkan sel hati yang sehat tidak terluka.

Seringkali, prosedur ini diberikan bersamaan dengan kemoterapi

sistemik (kemoterapi yang diberikan melalui vena atau CVC) untuk

membantu tumor di hati menyusut lebih banyak daripada jika mereka

hanya menjalani kemoterapi IV, dan diharapkan dapat mengangkatnya

dengan pembedahan. .

b. Kemoterapi

Kemoterapi adalah bagian penting dari pengobatan bagi banyak

orang dengan kanker kolorektal, dan dokter terus-menerus berusaha

membuatnya lebih efektif dan aman. Berbagai pendekatan sedang diuji

dalam uji klinis, termasuk:


21

1) Menguji obat kemo baru atau obat yang sudah digunakan untuk

melawan kanker lain.

2) Mencari cara baru untuk menggabungkan obat yang sudah

diketahui bekerja melawan kanker kolorektal untuk melihat apakah

keduanya bekerja lebih baik bersama-sama.

3) Mempelajari cara terbaik untuk menggabungkan kemoterapi

dengan terapi radiasi, terapi bertarget, dan /atau imunoterapi.

c. Terapi bertarget

Obat terapi yang ditargetkan bekerja secara berbeda dari obat

kemoterapi standar. Mereka mempengaruhi bagian tertentudari sel

kanker yang membuatnya berbeda dari sel normal. Beberapa obat

terapi yang ditargetkan sudah digunakan untuk mengobati kanker

kolorektal lanjut. Peneliti sedang mempelajari cara terbaik untuk

memberikan obat ini dan mencari target baru obat terapi.

Beberapa obat target baru yang sedang dipelajari dijelaskan di

bawah ini:

1) Sebagian besar kanker kolorektal yang telah menyebar diuji untuk

mengetahui mutasi gen umum di KRAS, NRAS, dan BRAF gen.

2) Pengobatan dengan target obat trastuzumab dan lapatinib atau

trastuzumab atau pertuzumab mungkin bisa menjadi pilihan.

3) Jika kanker kolorektal tidak mengalami mutasi pada KRAS, NRAS

atau BRAF gen, mungkin diuji untuk perubahan di salah satu

NTRK gen. Perubahan gen ini dapat menyebabkan pertumbuhan

sel yang tidak normal dan kanker.


22

B. Kualitas Hidup

1. Definisi

Kualitas hidup (Quality of Life) merupakan konsep analisa

kemampuan individu untuk mendapatkan hidup yang normal terkait

dengan persepsi secara individu mengenai tujuan, harapan, standar dan

perhatian secara spesifik terhadap kehidupan yang dialami dengan

dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut

berada. Kualitas hidup digunakan dalam bidang pelayanan kesehatan

untuk menganalisis emosional seseorang, faktor sosial, dan kemampuan

untuk memenuhi tuntungan kegiatan dalam kehidupan secara normal dan

dampak sakit dapat berpotensi untuk menurunkan kualitas hidup terkait

kesehatan (Nursalam, 2014 dalam Hafera, 2019).

Menurut World Health Organization (dalam Jacob D.E & sandjaya,

2018) Kualitas hidup adalah persepsi individual terhadap posisinya dalam

kehidupan, dalam konteks budaya, sistem nilai dimana mereka berada dan

hubungannya terhadap tujuan hidup, harapan, standar, dan lainnya yang

terkait. Masalah yang mencakup kualitas hidup sangat luas dan kompleks

termasuk masalah kesehatan fisik, status psikologik, tingkat kebebasan,

hubungan sosial dan lingkungan dimana mereka berada.

Definisi kualitas hidup terkait kesehatan adalah konsep

multidimensi yang mengacu pada persepsi subjektif pasien tentang efek

penyakit dan pengobatannya terhadap aspek fisik, psikologis, sosial,

kognitif, hubungan dengan peran atau pekerjaan yang dijalani, dan aspek

spiritual yang dikaitkan dengan variasi gejala penyakit, terapi yang


23

didapatkan beserta dengan dampak kondisi medis, dan dampak secara

financial kehidupan sehari-hari (Bottomley, et al 2019).

2. Penilaian kualitas hidup (Quality Of Life)

Menurut EORTC QLQ C-30 (Europe Organization for Research

and Treatment of Cancer Quality of Life Questinnaire- C-30) penilaian

kualitas hidup meliputi:

a. Fungsi Fisik, mencakup kegiatan berat, berjalan kaki dalam jarak jauh,

berjalan kaki dalam jarak dekat, berbaring ditempat tidur/duduk di

kursi, memerlukan bantuan orang lain saat makan, berpakaian dan

buang air.

b. Fungsi peran, mencakup keterbatasan saat bekerja dan keterbatasan

saat melakukan kegiatan santai atau hobi.

c. Fungsi emosi, mencakup perasan tegang, perasaan khawatir,

tersinggung dan depresi.

d. Fungsi kognitif, mencakup konsentrasi dan memori

e. Fungsi sosial, mencakup kehidupan keluarga dan kehidupan sosial.

f. Kondisi kesehatan secara keseluruhan

g. Domain gejala, mencakup kelelahan, kurangnya istirahat, badan lemah,

lelah, mual, muntah, nyeri, sesak nafas, sulit tidur, kehilangan nafsu

makan, konstipasi, diare, dan kesulitan keuangan.


24

3. Aspek-aspek kualitas hidup

Menurut Farrel dan Dow (1997), kualitas hidup pada penderita

kanker dapat dilihat dari 4 aspek yaitu:

a. Kesejateraan Fisik

Kesejahteraan fisik adalah kontrol atau kesembuhan gejala dan

kemampuan untuk memiliki kemandirian fisik dan mampu melakukan

semua fungsi dasar

b. Kesejahteraan psikologis

Kesejahteraan psikologis adalah untuk mempertahankan rasa

kontrol dalam menghadapi hidup melawan penyakit yang ditandai oleh

prioritas hidup yang berubah, tekanan emosional, dan tekanan akan

hal-hal yang tidak diketahui serta perubahan yang paling bermasalah

yang mempengaruhi kualitas hidup dalam domain psikologis meliputi:

kecemasan, takut kambuh, keganasan kedua, atau penyakit metastasis,

keprihatinan atas tes di masa depan, dan kesusahan karena mengingat

kembali pengobatan kanker awal. Perubahan-perubahan dalam

kesejahteraan psikologis ini dimanifestasikan oleh kecemasan,

perubahan suasana hati, dan depresi.

c. Kesejahteraan sosial

Kesejahteraan sosial disesuaikan dengan dampak kanker pada

individu, peran dan hubungan mereka dan seberapa baik mereka dapat

menanangani faktor-faktor tersebut. Masalah kualitas hidup yang

mempengaruhi kesejahteraan sosial termasuk masalah keluarga, seperti

masalah seksual dan perkawinan dan penyesuaian anak, dan masalah


25

terkait pekerjaaan, seperti kekhawatiran akan mengungkapkan kanker,

stigma, masuk kembali ke tempat kerja, perubahan prioritas kerja,

diksriminasi, dan asuransi kesehatan.

d. Kesejahteraaan spiritual

Kesejahteraan spiritual tergantung pada seberapa baik seseorang

dapat mengendalikan ketidakpastian yang diciptakan oleh harapan

yang berasal dari pengalaman kanker.

4. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Menurut Priliana (dalam Harefa, 2019) dan Yanti (2019) faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah:

a. Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin meningkatnya

kualitas hidupnya. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya usia,

seseorang akan lebih matang terutama dari segi psikologi, termasuk

kesiapan ketika menghadapi sakit

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin laki-laki lebih besar untuk memiliki kualitas

hidup yang rendah jika dibandingkan dengan perempuan. Karena

perempuan lebih matang secara emosi dan lebih tahan ketika

menghadapi tekanan/permasalahan.

c. Pendidikan

Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi memiliki pola

pikir yang berani dalam mengambil sikap untuk mengatasi masalah.

Akan membentuk cara berpikr seseorang termasuk kemampuan untuk


26

memahami faktor yang berhubungan dengan penyakit dan

menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga

kesehatan dirinya (Indotang, 2015 dalam Harefa, 2019)

d. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja akan memiliki kualitas hidup yang lebih

baik dari pada orang yang tidak bekerja.

e. Perilaku berisiko

Perilaku yang berisiko seperti merokok, minum alkohol,

kurang melakukan aktivitas dapat menurunkan kuakitas hidup

seseorang.

f. Penyakit kronis

Tingkat kronis pada pasien kanker mempengaruhi kualitas hidup

penderitanya, semakin tinggi stadium yang diderita maka meningkat

kecemasan penderitanya sehingga berdampak pula pada semakin

rendahnya kualitas hidup.

g. Gangguan mental

Seseorang yang gangguan kecemasan, depresi dapat

menurunkan kualitas hidup.

h. Status ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya akan lebih

cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia

akan segera mencari pertolongan pertama ketika ada gangguan pada

kesehatannya (Indotang, 2015 dalam Harefa, 2019).


27

i. Status dukungan keluarga

Menurut Yanti dkk (2019), Tinggi rendahnya dukungan keluarga

akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Semakin tinggi dukungan

keluarga maka semakin baik kualitas hidupnya, sebaliknya semakin rendah

dukungan keluarga maka kualitas hidupnya juga akan menurun. Keluarga

dapat memeberikan motivasi, perhatian serta kepedulian terhadap

kebutuhan keluarga yang sakit serta sedang menjalani pengobatan (Utama,

2019)

5. Kualitas hidup pasien kanker kolorektal

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Rinanda (2019),

kualitas hidup pasien kanker kolorektal memiliki kualitas hidup yang

buruk dan hampir separuh reponden memiliki kualitas hidup yang sedang.

Kualitas hidup yang buruk dan sedang pada penelitian ini ditunjukkan

dengan rendahnya kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis. Penderita

kanker kolorektal mengapresiasikan ketidakberdayaan, merasa tidak

sempurna lagi, malu dengan bentuk tubuh karena terpasang kantong

stoma, kurang tidur, sulit berkonsentrasi dan kecemasan memicu

terjadinya penurunan kualitas hidup.

Konseling merupakan proses penyampaian informasi mengenai

stoma untuk menimalisir kecemasan pasien dan mengalihkan informasi

yang tidak benar tentang stoma. Informasi tersebut memberikan perubahan

gaya hidup dengan stoma, peralatan yang dibutuhkan untuk stoma,

penampilan stoma dan pentingnya dukungan keluarga (Putri et al, 2018).


28

C. Dukungan Keluarga

1. Definisi

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu

tempat dibawah suatu atap dalam keadaaan saling ketergantungan (Depks

RI dalam Djeta, 2020). Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO

dalam Djeta, 2020). Menurut Andarmoyo (2012) keluarga adalah suatu

system sosial yang terdiri dari individu-individu yang bergabung dan

berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain yang diwujudkan

dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai

tujuan bersama.

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, dukungan yang diberikan pada setiap siklus

perkembangan kehidupan juga berbeda. Dengan adanya dukungan yang

diberikan oleh keluarga membuat anggota keluarga mampu berfungsi

dengan berbagai kepandaian dan akal. Sehingga dapat meningkatkan

kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010 dalam Rachmah, et al

2021). Ayuningtyas (2014), mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah

segala bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota

keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di

dalam sebuah keluarga, yaitu dukungan emosional, instrumental,

informatif, maupun penilaian.


29

Sementara itu Maksud (2015), mengatakan Dukungan keluarga

merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga, melalui keluarga berbagi

masalah kesehatan bisa muncul sekaligus bisa diatasi. Dukungan keluarga

adalah suatu persepsi mengenai bantuan yang berupa perhatian,

penghargaan, informasi, nasehat maupun materi (Ambari, 2010)

2. Fungsi Dukungan Keluarga

Friedman (dalam komariyah, 2014) menjelaskan bahwa keluarga

memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu:

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator

(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian

saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya

suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan

aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan

ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian

barang, makanan serta pelayanan. Bentuk ini dapat mengurangi stres

karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang

behubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan

terutama dalam mengatasi masalah yang dianggap dapat dikontrol.


30

b. Dukungan penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,

penghargaan, perhatian. Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan

informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu.

Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali

dan mengatasi masalah dengan mudah.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan

dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-

aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan

dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan

dan didengarkan. Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki

perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga

sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan

ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak

dapat dikontrol.
31

3. Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (dalam Komariyah, 2014), dukungan sosial

keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga

sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan

sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat

berupa dukungan sosial keluraga internal, seperti dukungan dari

suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial

keluarga eksternal.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

a. Faktor internal

Menurut Fadilah (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah sebagai berikut:

1) Tahap perkembangan

Dukungan keluarga yang diberikan ditentukan oleh usia sesuai

dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan individu. Setiap

rentang usia akan memiliki respon yang berbeda pula terhadap

kesehatan.

2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi persepsi individu

terhadap dukungan. Kemampuan berpikir individu akan

mempengaruhi dalam memahami faktor-faktor yang berhubungan

dengan penyakit dan kesehatan.


32

3) Faktor emosi

Faktor emosional sangat berpengaruh terhadap keyakinannya

terhadap dukungan. Individu yang tidak mampu melakukan koping

adaptif terhadap adanya ancaman penyakit akan menyangkal

adanya gejala penyakit dan tidak mau menjalani pengobatan.

4) Spiritual

Aspek spiritual tampak pada individu saat menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan

dan bagaimana hubungannya dengan keluarga atau teman.

b. Faktor eksternal

1) Dukungan keluarga

Cara dan bentuk dukungan yang diberikan keluarga akan

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

2) Faktor sosioekonomi

Faktor sosioekonomi dapat memungkinkan risiko terjadinya

penyakit dan sangat berpengaruh terhadap individu dalam

melaksanakan kesehatannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi

biasanya akan lebih tanggap terhadap tanda dan gejala penyakit.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan

kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk dalam

melaksanakan kesehatan.
33

D. Hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup

Menurut penelitian yang dilakukan Koffman et al (2012), proses

terapi yang berlangsung lama dan sangat berat pada pasien kanker

membutuhkan sarana pendukung sosial untuk mendukung kepatuhan terapi.

Sumber dukungan sosial yang utama berupa keluarga, yaitu dari pasangan,

saudara dan orang tua (Plant et al, 2011).

Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Yanti dkk (2019),

mengenai pentingnya dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien pada

orang yang menderita penyakit kanker serviks, mengungkapkan bahwa tinggi

rendahnya dukungan keluarga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien

kanker serviks. Semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin baik

kualitas hidupnya, sebaliknya semakin rendah dukungan keluarga maka

kualitas hidupnya juga akan menurun.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Utama

(2019), mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

penyakit kronis, dukungan keluarga sangat berperan penting dalam

meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis, karena dukungan

keluarga sangat dibutuhkan pasien. Keluarga dapat memberikan motivasi,

perhatian serta kepedulian terhadap kebutuhan keluarga yang sakit serta

sedang menjalani pengobatan.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Istriyani dkk (2020), mengenai

adaptasi pasien kanker kolorektal tahun pertama paska pembuatan kolostomi

(pembuatan lobang dibagian perut sebagai saluran pembuang kotoran atau

feses) permanen. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa dukungan keluarga


34

memiliki fungsi peran yang sangat penting berupa perubahan peran di dalam

keluarga dan masyarakat, adanya perubahan hubungan, termasuk support

keluarga dan masyarakat. Individu yang hidup dengan kolostomi memiliki

adaptasi dan respon yang berbeda, tergantung karakteristik dari dukungan

keluarga.
35

E. Kerangka teori

Kanker kolorektal

 Pembedahan
 Kemoterapi
 Radioterapi

Efek pengobatan

4 aspek kualitas hidup

1. kesejahteraan fisik
2. kesejahteraan
Status dukungan keluarga psikologis
3. kesejahteraan sosial
4. kesejahteraan
spritual

Dukungan keluarga

 Informasional
 Penghargaan
 Instrumental
 Emosional

Skema: 2.1 kerangka teori

Sumber: American society (2020), Farrel & Dow (1997); Friedman dalam
komariyah (2014)
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian tentang hubungan atau variabel

yang terkait dengan masalah penelitian dan hubungan berdasarkan kerangka

teori atau kerangka fikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman

penelitian. Kerangka konsep penelitian merupakan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti. Kerangka konsep

juga merupakan bagian dari kerangka teori yang akan diteliti, untuk

mendeksripsikan secara jelas variabel yang dipengaruhi (dependent variables)

dan variabel pengaruh (independent variables) (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, variabel yang diukur dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas atau independent variable adalah variabel yang

variasi nilainya dapat mempengaruhi atau menjadi sebab terjadinya

perubahan/timbulnya variabel dependen (terikat), baik pengaruhnya positif

namun yang pengaruhnya negatif (Notoatmodjo, 2012). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga

36
37

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang variasi

nilainya dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas, diakibatkan oleh satu atau lebih variabel bebas (Notoatmodjo,

2012). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas hidup.

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan keluarga Kualitas hidup

Skema 3. 1 Kerangka konsep

B. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaaan penelitian.

Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua

variabel, variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk

menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pertanyaan

yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

Hipotesis alternative/Ha:

Ada hubungan yang sangat kuat antara dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pasien kanker kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian

adalah metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang

memberikan arah terhadap jalannya penelitian. Desain penelitian berdasarkan

tujuan dan hipotesis penelitian. Penelitian ini mengganakan desain penelitian

korelasi dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah suatu

penelitian dimana variabel risiko, atau variabel independen dan variabel

dependen yang diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang sama

(Notoatmodjo, 2013).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di ruangan poli bedah RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 10 juni sampai 1 Juli

tahun 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan

yang ingin diketahui faktanya berdasarkan inferensi atau generalisasi

(Sudibyo dan Rustika, 2013), Pada penelitian ini yang menjadi populasi

38
39

Penelitian adalah seluruh pasien kanker kolorektal yang berobat ke Rumah

Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Data populasi pasien kanker

kolorektal tahun 2018 yang berobat ke Rumah sakit Dr. Achmad Mochtar

bukittinggi adalah 192 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental

sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan ada atau tersedia di

lokasi penelitian pada saat peneliti melakukan pengumpulan data.

Responden yang kebetulan ada di lokasi penelitian itulah yang diambil

sebagai sampel penelitian (Sinaga, 2018)

Besaran sampel pada penelitian analitis korelatif adalah sebagai

berikut:

= 79,52 (dibulatkan menjadi 80)

(Dahlan, 2010)

n = Besar Sampel

= Deviat baku alfa yaitu 1,64

Alfa ( )= kesalahan tipe I yang ditetapkan sebesar 5%=0,05

= Deviat baku beta yaitu 1,28

Beta ( = kesalahan tipe II yang ditetapkan sebesar 10%=0,1

r =Koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan


40

sebesar 0,4

Jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini tanpa ada drop out.

Perhitungan yang dilakukan mendapatkan besar sampel sejumlah 80

responden yaitu pasien kanker kolorektal yang berobat ke rumah sakit Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi pada tahun 2021 yang memenuhi sarat inklusi.

A. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Sudibyo

dan Rustika, 2013).

Kriteria tersebut adalah:

a. Pasien yang didiagnosa kanker kolorektal

b. Pasien kanker kolorektal baik dengan stoma maupun non stoma

c. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan kooperatif

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Sudibyo dan rustika, 2013).

Kriteria tersebut adalah:

a. Pasien kanker kolorektal dengan penurunan kesadaran

b. Pasien yang tidak bisa baca tulis

c. Pasien dengan gangguan kognitif


41

D. Definisi operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel

diamati atau diteliti, perlu sekali variabee-variabel tersebut diberi batasan atau

“definisi operasional”. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel

yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo,

2012). Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1: Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operational Ukur
Independ Dukungan yang Mengisi Kuesioner Ordinal 1. Skor
en: diberikan kuesioner teori House kurang dari
Dukungan keluarga – Family 20: rendah
Keluarga dalam bentuk Support 2. Skor 21-39:
dukungan Scale sedang
penilaian, (FSS) 3. Skor lebih
dukungan dari 40:
instrumental tinggi
dukungan
informasional, (Nurwulan,
dan 2017)
dukungan
emosional,
kepada
pasien kanker
kolorektal
Dependen Harapan pasien Mengisi Kuesioner Ordinal Rentang skor
: kanker kolorektal kuesioner EORTC antara 0-100.
Kualitas terhadap QLQ-30 Hasil
Hidup kehidupan pengukuran
dibandingkan dikategorikan:
dengan kenyataan 1. Buruk: ≤33,
yang dihadapinya 3
yang dilihat dari 2. Sedang:
aspek kesehatan 33,4-66,5
secara 3. Baik: ≥
umum,aspek fisik 66,6
dan aspek gejala
(Juwita et al,
2018)
42

E. Instumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penelitian terutama sebagai pengukruan dan pengumpulan

data berupa seperangkat soal tes, lembar observasi dan kuesioner. Kuesioner

adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono, 2018).

1. Kuesioner karakteristik responden

Karakteristik responden yang telah diukur adalah usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menderita kanker, stoma/tidak ada

stoma

2. Kuesioner Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga telah diukur dengan menggunakan kuesioner

yang dikembangkan oleh teori House-family Support Scale (FSS) yang

dibuat oleh penelitian Nurwlan (2017). Pertanyaan dalam kuesioner

bersifat tertutup dengan jawabannya sudah ditentukan, dengan begitu

responden tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan jawaban lain.

Kuesioner telah diberikan pada responden yang akan melakukan berobat

ke poli bedah. Kuesioner ini telah diberikan pada saat bersama dengan

kuesioner kualitas hidup. Pertanyaan dalam kuesioner ini terdiri dari 15

item dengan kategori:

a. Skor < 20 = rendah

b. Skor 21-39 = sedang

c. Skor > 40 = tinggi


43

Skor jawaban skala yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Skor jawaban skala kuesioner duk ungan keluarga

Skor
No Pilihan jawaban Pernyataan Pernyataan
Favourable Unfavourable
1. Selalu 4 1
2. Sering 3 2
3 Kadang-kadang 2 3
4 Tidak pernah 1 4

3. Kuesioner Kualitas Hidup

Kuesioner kualitas hidup yang digunakan adalah EORTC QLQ C-

30 (Europa Organization forResearch and Treatment of Cancer Quality of

Life Questionnaire-C-30). Kuisioner ini terdiri dari 30 pertanyaan yang

terbagi dalam 3 aspek yaitu: aspek fungsional (Functional scale), aspek

gejala (symptom scale) dan status kesehatan global (Global health status).

Setiap item pertanyaan dapat dijawab dengan memilih poin 1 = tidak; 2 =

sedikit; 3 = sering; 4 = sangat sering.


44

Tabel: 4.3 Karakteristik Item Kuesioner EORTC QLQC-30

Nomor Indikator Jumlah Rentang


pertanyaan pertanyaan item
29,30 Global Health Status (QL) / 2 6
(Status Global)
Functional Scales
1-5 Phyisical Functioning (PF) / 5 3
(Fungsi Fisik)
6-7 Role Fuctioning (RF) / 2 3
(Keterbatasan Kondisi)
21-24 Emotional Functioning (EF) / 4 3
(Fungsi Emosional)
20,25 Cognitive Functioning (CF) / 2 3
(Fungsi Kognitif)
26,27 Social Functioning (SF) / 2 3
(Fungsi Sosial)
Symptom Scale (Gejala)
10,12,18 Fatigue (FA) / (kelelahan) 3 3
14,15 Nause and Vomoting (NV) / 2 3
9,19 (Mual dan Muntah)
8 Pain (PA) / Nyeri 2 3
11 Dyspnea (DY) / (Sesak Nafas) 1 3
13 Insomnia (SL) / (Sulit tidur) 1 3
Appetie Loss (AP) / Nafsu 1 3
Makan Menurun)
16 Constipation (CO) / (Sulit BAB) 1 3
Diarrhoea (DI) / (Diare)
17 Financial Difficulties (FI) / 1 3
28 (Kesulitan Keuangan) 1 3

Teknik untuk menentukan scoring dari tiap pertanyaan didalam

kuesioner berdasarkan tabel yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah

berikut:

a. Menghitung Raw Score (Nilai Mentah)

Raw Score+ RS= (I1 +I2 +I3 …+In ) /n

Keterangan:

I = Nilai setiap item pertanyaan

n= Jumlah item pertanyaan


45

b. Transformasi Linear

Tahap transformasi linear dilakukan untuk menetapkan standar

sehingga rentang skor menjadi antara 0-100. Ada tiga Score persamaan

yang digunakan, masing-masing untuk skala fungsional, skala dan status

kesehatan global.

Tabel 4.4 Transformasi Linear untuk memperoleh skor EORTC QOL C-30

Skala Transformasi Linear


Fungsional S= [1-(RS_1)/ rentang)] x 100
Gejala S= [RS-1)/ rentang) ] x 100
Status Kesehatan Global S=[ RS-1)/ rentang) ] x 100

Keterangan:

S = Skor; RS = Raw Score

Range: perbedaan antara nilai mungkin maksimum dari raw score dan nilai

mungkin minimum, karena skor untuk tiap item antara 1-4, maka range 3,

kecuali pada item yang berkonstribusi pada status kesehatan global / QoL

yang terdiri atas 7 pertanyaan, maka rentang = 6. Skor yang lebih tinggi

menunjukkan tingkatan respon yang lebih baik pada skala fungsional dan

status kesehatan umum (QoL), namun lebih buruk untuk gejala (EORTC

Data Centre, 2001).

Interprestasi skor kualitas hidup yaitu:

1) Buruk: ≤ 33,3

2) Sedang: 33,4-66,5

3) Baik: ≥ 66,6

(Juwita dkk, 2018 dalam Rinanda, 2019).


46

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan, dapat mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menimpang dari

gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untuk menguji tingkat validitas

instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut padasasaran dalam

penelitian. Langkah ini disebut uji coba (try out) instrument (Arikunto, 2013).

Realiabilitas adalah gambaran seberapa jauh pengukuran yang diperoleh

dengan menggunakan instrumen yang sama jika diulangi akan menghasilkan

nilai yang sama (Sudibyo dan Rustika, 2013)

Pengukuran variabel penelitian menggunakan instrumen penelitian

baku yang sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh Nurwulan (2017).

Kuesioner yang digunakan untuk variabel dukungan keluarga yaitu kuisioner

teori House-family Support Scale (FSS). Didapatkan hasil Realiabilitas

Crombach Alpha 0,757 sehingga uji reabilitas kuesioner dukungan keluarga

termasuk interpretasi kedalam realiabilitas tinggi.

Kuesioner untuk mengukur kualitas hidup pada pasien kanker

kolorektal pada penelitian ini dengan kuesioner EORTC QLQ C-30.

Kuesioner ini telah digunakan secara luas pada penelitian ginekologi di dunia

dan telah diberikan dan divalidasi ke dalam kurang lebih 81 bahasa untuk

menilai kualitas hidup pasien kanker. Kuesioner EORTC QLQ C-30 telah

dikirim ke bahasa Indonesia dan dilakukan uji reliabilitas dan validitas oleh
47

Perwitasari et al (2011), dengan nilai Cronbach’s 𝔞 masing-masing variabel

lebih dari 0,70 sehingga pada penelitian ini peneliti tidak melakukan uji

validitas dan reliabilitas

G. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut Hidayat (2011) dalam Rinanda (2019):

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus memiliki lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus

ada dalam informed consent anatara lain: Partisipasi, hasil, tindakan, jenis

data yang dibutuhkan, komitmen, pelaksanaan, potensi masalah yang akan

terjadi, manfaat kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-

lain.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau permintaan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya mengisi kode pada lembar data atau hasil penelitian yang akan

disajikan.
48

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

H. Metode pengumpulan data

Peneliti memulai proses belajar data dengan meminta surat pengantar

dari STIKES Yarsi Sumbar Bukittinggi kepada Rumah Sakit Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi untuk melakukan penelitian. Peneliti melakukan uji

kalaiakan etik penelitian (Approval Ethical) ke STIKES Fort De Kock

Bukittinggi, peneliti menyerahkan surat kelaiakan etik yang sudah di uji ke

Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Setelah mendapatkan izin

penelitian dari bagian diklat dan bagian keperawatan, peneliti mengumpulkan

data sampel dari rekam medis Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

Peneliti meminta izin kepada kepala ruangan (KaRu) di ruangan poli bedah

Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Setelah mendapatkan

persetujuan, peneliti mengobservasi untuk menentukan atau memilih sampel

yang berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Setelah responden menyetujui dan menandatangani informed concent

barulah peneliti mulai melakukan penelitian dengan cara memberikan

kuesioner tertutup kepada responden dengan memilih jawaban alternatif yang

disediakan, selanjutnya meminta keterangan dari kuesioner dengan

didampingi oleh peneliti. Data yang sudah lengkap kemudian diolah dengan
49

menggunakan komputer dan menganalisis data yang telah diolah. Selanjutnya

tahap penyusunan laporan dan penyajian hasil penelitian. Setelah penelitian

selesai dilaksanakan, kemudian disusun dalam sebuah laporan penelitian yang

akan dipertanggung jawabkan kepada peneliti.


50

Meminta surat pengantar dari STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi kepada

Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi untuk melakukan

Penelitian.

Melakukan pengajuan Uji kelaiakan Etik (Ethical Approval) di STIKes Fort De


Kock Bukitinggi)

Mendapatkan izin penelitian dari bagian diklat dan bagian keperawatan

Rumah sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

Mengumpulkan data sampel dari Rekam Medis Rumah sakit Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi.

Mengobservasi keruangan untuk menentukan atau memilah sampel yang


berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi.

Memberikan informed concent pada responden sebelum penelitian.

Melakukan penelitian dengan cara memberikan kuesioner tertutup kepada


responden dengan memilih alternative jawaban yang disediakan.

Meminta responden mengisi kuesioner dengan didampingi oleh peneliti.

Data yang sudah lengkap kemudian diolah dengan menggunakan

komputer dan menganalisis data yang diolah.

Gambar 4.1 bagian prosedur pengambilan data penelitian


51

I. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah semua data skor diperoleh maka dilakukan pengujian untuk

mengetahui sejauh mana terdapat pengaruh antara variabel yang diteliti,

seluruh data yang diperoleh dilakukan:

a. Editing

Editing adalah memeriksa kelengkapan data yang telah terkumpul:

karakteristik responden kualitas hidup pasien kanker kolorektal dan

dukungan keluarga.

b. Coding

Coding adalah memberi tanda kode, untuk memudahkan

klasifikasi, klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-

masing jawaban dengan kode berupa angka kemudian dimasukkan ke

dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah membacanya.

1) Dukungan Keluarga:

a) 1= < 20 (Rendah)

b) 2 = 21-39 (Sedang)

c) 3 = > 40 (Tinggi)

2) Kualitas Hidup:

a) 1= ≤ 33,3 (Buruk)

b) 2= 33,4- 66,5 (Sedang)

c) 3= ≥ 66,6 (Baik)
52

3) Usia:

a) 1=18-25 tahun

b) 2= 26-44 tahun

c) 3= 45-59 tahun

d) 4= 60-74 tahun

e) 5= ≥ 75 tahun

4) Jenis kelamin:

a) 1= Perempuann

b) 2= Laki-laki

5) Pekerjaan:

a) 1= PNS

b) 2= Wirawasta

c) 3= Petani

d) 4= Buruh

e) 5= IRT

f) 6= Tidak Bekerja

g) 7= Lainnya

6) Pendidikan:

a) 1= Tidak Sekolah

b) 2= SD

c) 3= SMP

d) 4= SMA

e) 5= Perguruan Tinggi
53

7) Lama Menderita kanker kolorektal:

a) 1= ≤ 1 tahun

b) 2= 1-3 tahun

c) 3= 4-5 tahun

d) 6= ≥ 5 tahun

8) Tindakan Pemasangan:

a) 1= Stoma

b) 2= Non Stoma

c. Entry Data

Entry data adalah memasukkan data sesuai dengan kodenya dan

melanjutkan dengan memproses data agar dapat dianalisis. Proses data

dikerjakan dengan bantuan komputer.

d. Cleaning Data

Cleaning data merupakan kegiatan mengecek kembali data yang

sudah dientri, dimana data diperiksa kembali kebenarannya dengan

melihat missing, variasi dan konsistensi data agar seluruh data yang

dientri bebas dari kesalahan.

1. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat atau analisis deskripstif adalah analisis yang

menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun

kelompok dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya

untuk mengetahui karakteristik responden (Notoatmodjo, 2012).

Analisa univariat dilakukan terhadap variabel penelitian yaitu


54

karakteristik responden, dukungan keluarga dan kualitas hidup

responden.

b. Analisa Bivariat

Tujuan analisa bivariat adalah untuk melihat ada tidaknya

hubungan antara dua variabel, yaitu variabel terikat dengan variabel

bebas. Variebal yang digunakan analisis pada penelitian ini

menggunakan skala ordinal sehingga uji yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Spearman Rank.

Pengujian menggunakan tingkat signifikan 0,05. Untuk

mengidentifikasi tinggi rendahnya koefisien korelasi atau memberikan

interpretasi koefisien korelasi digunakan tabel kriteria pedoman untuk

koefisien korelasi. Apabila dari perhitungan nilai signifikan p > 0,05

atau nilai p > 𝔞, maka Ha ditolak dan Ho diterima. Malah jika p ≤ 0,05

atau p ≤ 𝔞, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Penafsiran terhadap

kekuatan hubungan dari nilai yang didapat dari Spearman Rank dapat

dilihat pada tabel 4.6:

Tabel 4.5 Pedoman interpretasi Uji Korelasi Spearman Rank

Interval Korelasi Hubungan Variabel


< 0,20 Sangat rendah (tidak korelasi)
≥0,20 – <0,39 Rendah
≥0,40 – <0,59 Sedang
≥0,60 – <0,79 Kuat
≥0,80 – 1,00 Sangat kuat

Angka yang dihasilkan dari nilai yang menunjukkan hubungan

antara dua variabel yang diuji, tambahlah angka 1 maka hubungan

semakin kuat dan semakin menuju angka 0 maka hubungan hubungan

semakin rendah. Tanda positif dan negatif menunjukkan sifat korelasi.


55

Jika negatif maka hubungan antara variabel bersifat berlawanan arah,

sedangkan analisis positif maka menunjukkan hubungan bersifat

searah (Sugiyono, 2013).


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian tentang “Hubungan antara dukungan keluarga dengan

kualitas hidup penderita kanker kolorektal” dilakukan di Rumah Sakit Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi (RSAM). RSAM adalah rumah sakit tipe B

yang mampu memberikan pelayanan kedokteran, spesialis, dan keperawatan.

Rumah sakit yang terletak di pusat Kota Bukittinggi tepatnya di jalan Dr.

Arivai merupakan rumah sakit rujukan dari berbagai rumah sakit yang ada di

Kabupaten. Penelitian ini dilakukan mulai pada tanggal 10 Juni 2021 sampai

pada tanggal 1 Juli 2021 di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa kanker

kolorektal. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 80 orang yang telah

memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu

hasil univariat dan bivariat.

B. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah distribusi frekuensi untuk mendapatkan

gambaran dari variabel inependen dan variabel dependen.

56
57

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi karakteristik Responden Kanker Kolorektal Di
Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021
Karakteristik Responden Jumlah (n) Presentase (%)

Usia
18-25 tahun (Dewasa Muda) 1 1,3
26-44 tahun (Dewasa) 18 22,5
45-59 tahun (Usia Pertengahan) 24 30,0
60-74 tahun (Lansia) 36 45,0
≥ 75 tahun (Lansia Tua) 1 1,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 44 55,0
Perempuan 36 45,0
Pendidikan
Tidak Sekolah 1 1,3
SD 16 20,0
SMP 19 23,8
SMA 34 42,5
PT 10 12,5
Pekerjaan
PNS 11 13,8
Wiraswasta 14 17,5
Petani 15 18,8
Buruh 2 2,5
IRT 24 30,0
Tidak bekerja 6 7,5
Lain-lain 8 10,0
Lama Menderita
≤ 1 tahun 59 73,8
1-3 tahun 18 22,5
4-5 tahun 0 0
≥ 5 tahun 3 3,8
Tindakan Pemasangan
Stoma 12 15,0
Non Stoma 68 85,0

Bedasarkan tabel 5.1 diketahui gambaran distribusi karakteristik pada

pasien kanker kolorektal yaitu hampir separuh responden berusia 60-74 tahun

(45%), mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (55%) dengan tingkat

pendidikan terbanyak adalah SMA (42,5%), hampir separuh memiliki

pekerjaan IRT (30%) dengan lama menderita kanker kolorektal ≤ 1 tahun


58

bulan sebanyak (73,8%), dan dengan tindakan pemasangan Non Stoma

sebanyak (85%).

2. Dukungan Keluarga

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada Penderita Kanker Kolorektal
Di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021
Dukungan Keluarga N %
Rendah 17 21,3
Sedang 34 42,5
Tinggi 29 36,3
Total 80 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa hampir separuh dari

pasien kanker kolorektal memiliki tingkat dukungan keluarga yang sedang

yaitu sebanyak 34 orang (42,5%)

3. Kualitas Hidup

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup pada penderita kanker kolorektal Di
Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021
Kualitas Hidup N %
Buruk 22 27,5
Sedang 31 38,8
Baik 27 33,8
Total 80 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa hampir separuh dari

pasien kanker kolorektal memiliki kualitas hidup yang sedang Yaitu sebanyak

31 orang (38,8%)
59

C. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada

penelitian ini menggunakan uji korelasi Sperman Rank dengan tingkat

kemaknaan p < 0,05. Jika nilai p < 0,05 maka ada hubungan yang bermakna

antara variabel independen dengan variabel dependen.

Tabel 5.4
Hubungan antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Penderita
Kanker Kolorektal Di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2021
Dukungan Kualitas Hidup
P. Value R
keluarga Buruk Sedang Baik

Rendah 15 2 0

Sedang 6 25 3 0.001 0.805

Tinggi 1 4 24

Berdasarkan tabel 5.4 diatas didapatkan hasil uji statistik Spearman

Rank diperoleh hasil p value = 0.001 sehingga p ≤ 0.05 artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup

penderita kanker kolorektal di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

dengan nilai R (Korelasi) = 0.805 yang artinya hubungan yang sangat kuat

antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Ananlisa Univariat

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden berdasarkan usia di RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa lebih

dari separuh responden berusia 60-74 tahun pada lansia berjumlah 36

(45%). Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nasution (2017), yang meneliti tentang karakteristik

pasien kanker kolorektal di RSUP.H. Adam Malik medan tahun 2015-

2017, hasil penelitiannya menyatakan bahwa dari 81 pasien kanker

kolorektal yang diteliti sebanyak 52 orang (64,2%) berusia ≥ 50 tahun,

penelitian yang sama di lakukan oleh Nelvi (2014), yang mendapatkan

hasil penelitian kelompok umur terbanyak penderita kanker kolorektal

adalah rentang 50-70 tahun (65,7%). Pada penelitian yang dilakukan

oleh Fifi (2015) mendapatkan hasil penelitian berupa kelompok umur

terbanyak Pasien kanker kolorektal yaitu pada kelompok umur lansia

akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak 26,4%. Data tersebut sesuai dengan

penelitian El-Shami et al. (2015) yang menyatakan bahwa angka

insidensi kanker kolorektal lebih tinggi pada usia 50 tahun ke atas

dibandingkan dengan usia 20-49 tahun. Sehingga diperlukannya

screening untuk orang-orang dengan umur ≥ 50 tahun karena

mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya kanker kolorektal.

60
61

Usia merupakan faktor yang penting dalam perkembangan kanker

kolorektal kolorektal muncul sebagai salah satu akibat dari akumulasi

beberapa perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan

transformasi dari epitel normal menjadi abnormal. Beberapa

penyebabnya adalah mutasi pada tumor suppressor genc seperti APC,

kerusakan DNA, serta pengaktifan mutasi pada onkogen sehingga

muncul penyakit degeneratif dan age-related disease seperti kanker

kolorektal (Sakai et al, 2014).

Salah satu mekanisme dimana suatu sel dapat menginaktivasi gen

adalah dengan memodifikasi daerah peomotor dan mencegah factor

transkrips untuk berinteraksi dengan DNA. Proses tersebut diperentarai

oleh DNA methyltransferase atau disebut dengan DNA (Goel & Boland,

2012). Menurut penelitian sakai et al (2014), selain terjadi mutasi pada

tumor suppressor gen terdapat juga mutilasi DNA yang menyimpang

yang dapat menginaktivasi sinyal-sinyal dari tumor.

Penyimpangan metilasi dari DNA dan mutasi gen-gen ini meningkat

seiring terjadinya penuaan. Hal ini disebabkan karena pada penuaan

terjadi penurunan fungsi sel dan jaringan dalam mempertahankan

struktur dan memperbaiki diri sehingga terjadi penumpukan kerusakan

sel. Maka dari itu secara bertahap daya tubuh manusia akan menurun,

menyebabkan banyaknya terjadi distorsi metabolik sehingga muncul

penyakit degeneratif dan age-related disease seperti kanker kolorektal

(Darmojo, 2011).
62

Menurut asumsi peneliti usia menjadi salah satu pendukung

terjadinya kanker kolorektal karena semakin bertambahnya usia semakin

besar resiko terkena kanker kolorektal seperti yang telah peneliti lakukan

bahwa didapatkan lebih banyak penderita kanker kolorektal yang berusia

60-74 tahun dalam kategori lanjut usia.

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 80

responden yang berobat ke poli bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi menunjukkan bahwa mayoritas responden yang menderita

kanker kolorektal yaitu berjenis kelamin laki-laki berjumlah 44 orang

(55%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sari (2018), yang meneliti tentang hubungan dukungan sosial terhadap

kualitas hidup pasien kanker kolorektal yang menjalani kemoterapi oral

di poli onkologi RSUD Arifin Achmad provinsi Riau, hasil penelitian

menyebutkan bahwa dari 43 responden yang berobat ke poli onkologi

RSUD Arifin Achmad provinsi Riau menunjukkan bahwa jenis kelamin

penderita kanker kolorektal di dominasi oleh laki-laki berjumlah 23

orang (53,5%). Penelitian yang sama dilakukan oleh Rahdi, dkk (2014)

di RSUD Ulin Banjarmasin yang menunjukkan bahwa penderita kanker

kolorektal di dominasi okleh laki-laki yaitu berjumlah 22 orang

(56,41%) lebih tinggi dibandingkan wanita.


63

Demikian juga dengan penelitian Wahidin et al. (2012) yang

menyatakan bahwa laki-laki lebih sering terserang kanker kolorektal

(4.13 per 100.000) dibandingkan dengan perempuan (3.15 per 100.000).

Menurut penelitian Lin et al. (2013), banyaknya kejadian kanker

kolorektal pada laki-laki berhubungan dengan tingkat estradiol. Estradiol

dalam jumlah normal berfungsi dalam spermatogenesis dan fertilitas.

Namun, jumlah estradiol yang berlebihan menghambat sekresi protein

gonadotropin seperti LH yang selanjutnya akan mengurangi sekresi

testosterone. Jumlah testosterone yang tinggi terbukti memiliki

hubungan dengan berkurangnya risiko kanker kolorektal. Selain itu hal

ini dapat pula disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi alkohol, serta

merokok yang lebih banyak pada laki laki sehingga mampu memicu

terjadinya keganasan pada usus besar (Kwon et al., 2013). Sekitar 20%

kanker kolorektal terjadi pada laki-laki karena merokok dan konsumsi

alkohol (Oddone et al., 2014).

Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak

menderita kanker kolorektal daripada perempuan yaitu karna kadar

hormon dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol serta merokok yang lebih

banyak pada laki-laki.

c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi tahun 2021

Dari hasil penelitian yang dilakukan di peroleh bahwa tingkat

pendidikan terbanyak adalah SMA 34 (42.5%). Penelitian ini sejalan


64

dengan penelitian Suwistianisa (2015), menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan pada pasien kanker kolorektal mayoritas SMA sebanyak 23

orang (38.3%). Berdasarkan wawancara dengan responden didapatkan

data yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai

penyakit kanker kolorektal cenderung kurang.

Pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola pikir kognitif, hal ini

dikarenakan dipengaruhi oleh faktor informasi yang didapatkan selama

masa pendidikan dan pengalaman yang dialami seseorang (Mubarak,

dkk, 2003). Hasil penelitian sesuai dengan teori bahwa pengetahuan

sangat berpengaruh dalam pencegahan suatu penyakit seperti kanker

kolorektal, semakin baik pengetahuan maka masyarakat akan

mempunyai sikap positif dari sikap positif itulah akan menimbulkan

pencegahan kanker kolorektal yang lebih parah (Miftahudin, 2008).

Menurut asumsi peneliti bahwa yang bependidikan tinggi lebih

berisiko menderita kanker kolorektal seperti yang telah peneliti lakukan

pada penderita kanker kolorektal yang berobat ke poli bedah RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi paling banyak lulusan SMA.

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian diketahui gambaran karakteristik

respoden pada pasien kanker kolorektal yaitu lebih hampir separuh

responden memiliki pekerjaan IRT 24 orang (30%), hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinanda (2019),


65

menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan pasien kanker kolorektal

adalah IRT 23 orang (28,8%). Pada penelitian yang dilakukan oleh

Kurniawan (2019), menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaaan pasien

kanker kolorektal adalah IRT (57,2 %).

Suegondo (2009), menjelaskan bahwa pekerjaan merupakan suatu

aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan dapat

menggambarkan tingkat kehidupan seseorang termasuk pemeliharaan

kesehatan. Menurut Suhadjo (2011), kemampuan individu menyediakan

makanan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas dipengaruhi oleh

pendapatan dan daya beli sehingga bagi kelompok yang memiliki

ekonomi menengah keatas cenderung mengalami perubahan pola

konsumsi dan apabila hal ini tidak terkontrol akan menyebabkan

terjadinya kanker kolorektal.

Menurut asumsi peneliti pekerjaan merupakan faktor penting dalam

melakukan aktivitas fisik sehari-hari, sehingga pasien yang tidak aktif

dalam melakukan aktivitas fisik lebih rentan untuk terkena kanker

kolorektal. Pendapatan juga menjadi faktor penting dalam menentukan

pengeluaran termasuk pola konsumsi pangan apabila pendapatan

meningkat. Karena makanan bergizi mempengaruhi kesehatan usus,

selalu terapkan pola makan seimbang dengan memasukkan buah-

buahan, sayuran dan serat seperti roti, dan biji-bijian. Makanan juga

harus terdiri daging, ayam, ikan dan telur untuk kebutuhan protein.
66

e. Karakteristik responden berdasarkan lama menderita di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021

Dari hasil penelitian yang dilakukan di peroleh bahwa lama

menderita terbanyak adalah ≤ 1 tahun 59 responden (73,8%). Hal ini

tidak jauh berbeda dengan penelitian (Rahdi, 2014), menunjukkan bahwa

pasien kanker yang terdiagnosa kanker selama ≥ 1 tahun yaitu 22 orang

(64%) dibandingkan pasien yang terdiagnosa selama ≤ 1 tahun yaitu 12

orang (35,3%). Dari nilai rata-rata nilai kualitas hidup menunjukkan

bahwa pasien yang terdiagnosa kanker payudara selama > 1 tahun

memiliki nilai kualitas hidup lebih baik pada status kesehatan umum dan

skala fungsi dibanding pasien yang terdiagnosa selama ≤ 1 tahun.

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya. Hal ini karena pada

awal didiagnosis kanker, pasien sering merasakan kecemasan yang

disebabkan adanya kekhawatiran sel kanker akan menyebar ke organ

lain, adanya persepsi masyarakat bahwa kanker merupakan penyakit

ganas yang dapat menimbulkan kematian, sehingga mempengaruhi

kualitas hidup. Namun secara statstik tidak terdapat pengaruh lama

terdiagnosa terhadap kualitas hidup pada keseluruhan skala.

Jadi dapat disimpulkan pasien dengan lama menderita ≤ 1 tahun

pasien sering merasakan kecemasan yang disebabkan adanya

kekhawatiran sel kanker akan menyebar ke organ lain, adanya persepsi

masyarakat bahwa kanker merupakan penyakit ganas yang dapat

menimbulkan kematian, sehingga mempengaruhi kualitas hidup.


67

f. Karakteristik responden berdasarkan tindakan pemasangan di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021

Dari hasil penelitian yang dilakukan di peroleh bahwa tindakan

pemasangan terbanyak adalah Non Stoma sebanyak 68 orang (85%).

hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nuridah, dkk (2019),

menunjukkan bahwa tindakan pemasangan pasien kanker kolorektal

mayoritas dengan non stoma (40%). Hal ini berbeda jauh dengan

penelitian Rangki (2018), yang menunjukkan sekitar (25%) pasien stoma

mengalami ansietas, depresi, dan emosi negatif setelah pembedahan

stoma. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa (50%) pasien

merasa tubuhnya menjadi aneh dan tidak seperti biasanya, (45%)

merasakan bahwa stoma membatasi aktivitas hidup mereka, (47%)

merasa hilang rasa percaya diri, dan (55%) merasa bahwa tidak ada

seorang pun yang dapat merasakan bagaimana memiliki stoma, (23%)

merasa dirinya kurang sempurna sebagai pria ataupun wanita, dan (37%)

khawatir terhadap penggantian kantong stoma.

Pasien dengan menggunakan stoma memiliki gangguan percaya diri,

pasien dengan stoma juga mengalami perubahan psikologis dan

psikososial yang berkaitan dengan kolostomi. Pasien juga merasakan

perubahan pada kedekatan hubungan pada pasangan dan mengalami

gangguan untuk melakukan aktivitas seksual.

Asumsi peneliti berdasarkan penelitian Rangki (2018), yang

menyatakan Pasien dengan menggunakan stoma memiliki gangguan

percaya diri, pasien dengan stoma juga mengalami perubahan psikologis


68

dan psikososial yang berkaitan dengan kolostomi. Bebeda dngan

penelitian ini yang menjelaskan bahwa tindakan pemasangan terbanyak

adalah non Stoma artinya yaitu penelitian dapat disimpulkan

bahwasanya pasien dengan menggunakan stoma lebih banyak

dibandingkan non stoma.

2. Dukungan keluarga pasien kanker kolorektal Rumah Sakit Dr.

Achmad Mochtar Bukittiinggi

Berdasarkan tabel 5.2 tentang dukungan keluarga pasien kanker

kolorektal di Rumah sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi diperoleh

hasil yaitu dari 80 responden dalam kategori dukungan keluarga sedang

yaitu sebanyak 34 orang (42,5%), kategori tinggi sebanyak 29 orang

(36,3%), dan kategori rendah sebanyak 17 orang (21,3%)

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Cahyadi (2016), dimana diperoleh dari 25 responden, sebanyak 16

responden (64%) memiliki dukungan keluarga yang sedang. hasil

penelitian ini adalah dalam tingkatan sedang (81,7%). Berdasarkan

pengamatan peneliti, rata-rata keluarga mendampingi pasien dalam

menjalani pengobatan rutin dan memberikan dukungan seperti perhatian

dan semangat kepada pasien. Tetapi ada juga beberapa keluarga pasien

yang kurang memberikan dukungan kepada pasien, seperti keluarga hanya

mengantarkan dan tidak menemani pasien selama pengobatan. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan keluarga memiliki rasa empati yang

sebagai anggota keluarga menderita kanker kolorektal untuk meningkatkan


69

rasa percaya diri terhadap kelanjutan masa hidupnya dan menjalani dengan

kondisi yang mungkin bebeda dengan orang lain. Keluarga juga sebagai

caregiver dalam kelanjutan perawatan saat dirumah.

Hal ini Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Utami (2013),

menunjukkan bahwa dari 95 responden dengan kanker serviks mempunyai

dukungan keluarga yang tinggi terhadap pasien yaitu sebanyak 76

responden 9 (80%). Dukungan keluarga yang tinggi pada penelitian ini

adalah dukungan emosional. Adanya dukungan keluarga yang sedang atau

bahkan tinggi, maka pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman dalam

menjalani proses pengobatan. Responden mengatakan dukungan keluarga

merupakan salah satu elemen penting dalam menunjang proses

perawatannya dan mengurangi penurunan kualitas hidup selama proses

pengobatan.

Berbeda dengan penelitian Sari (2019), yang menyatakan

dukungan keluarga pada pasien kanker di RSUP H. Adam Malik kategori

kurang yaitu sebagian besar 32 responden (75%) yang disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya adalah usia. Berdasarkan dsitribusi frekuensi

yang telah peneliti lakukan faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

adalah faktor usia yaitu usia 60-74 tahun kategori lansia, Hubungan antara

usia dan kanker telah diteliti oleh Anisimov, et al (2009) salah satunya

menyatakan bahwa prevelansi kanker yang tinggi pada usia tua merupakan

akibat dari lamanya terpajan karsinogen.


70

Beberapa penelitian menyampaikan bahwa ada hubungan antara

jenis kelamin dengan dukungan keluarga (Fadilah dan Aryanto (2019). Hal

ini menunjukkan perempuan mempunyai dukungan keluarga lebih baik

dibandingkan laki-laki. Jumlah keluarga yang memberikan dukungan

sosial kurang lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Pada

penelitian ini laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Menurut

Johnson, dalam Bastable (2002), perempuan cenderung menjadi pendengar

yang baik yang langsung menangkap fokus diskusi permasalahan dan

tidak berfokus pada diri sendiri (Bastable, 2002).

Menurut Muniarsih (2007), menyatakan dukungan keluarga adalah

sikap, tindakan dan penerimaan keluarga tehadap anggotanya. Anggota

keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam

lingkugan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan. Dukungan keluarga Terbagi menjadi 4 dukungan yaitu

dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan

damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu pengurangan

terhadap emosi. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan informasi, yaitu keluarga

berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminor (penyebar informasi) dan

dukungan penghargaan, yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan

balik, membimbing dan mencegahi pemecahan masalah, dan sebagai

sumber validator identitas keluarga.


71

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang peneliti lakukan

terhadap dukungan keluarga setiap komponen pernyataan dukungan

keluarga didapatkan hasil dari empat komponen dukungan keluarga

memiliki jawaban terbanyak adalah sering dan kadang-kadang. Dari hasil

kuisioner yang telah diberikan kepada pasien, sebagian besar pasien

mengatakan mendapatkan dukungan keluarga kategori sedang (42,5%) dan

tinggi (36,3%) mendapatkan dukungan emosional yang tinggi pula dari

keluarga, ditandai dengan keluarga yang selalu menunggu pasien ketika

dirumah sakit, keluarga yang selalu memperhatikan keadaan pasien selama

sakit, keluarga yang selalu berusaha mendengarkan setiap kali pasien

mengeluh mengenai penyakitnya atau keadaannya dan keluarga selalu

ramah dalam membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien.

Berdasarkan wawancara responden dengan dukungan keluarga

kategori rendah (21,3%) adalah dukungan informasi seperti keluarga tidak

memberikan informasi kepada pasien tentang hal-hal yang bisa

memperburuk penyakit. Keluarga tidak menjelaskan kepada pasien setiap

pasien bertanya tentang hal-hal yang tidak jelas tentang penyakitnya

sehingga menimbulkan stress terhadap individu yang menderita sakit.

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,

informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat

dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena

informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus

pada individu (Friedman, 2014).


72

Berdasarkan hasil tersebut peneliti berasumsi bahwa responden

memiliki dukungan keluarga sedang karena sebagian besar responden

yang berobat di poli bedah mendapatkan dukungan yang cukup dari

keluarga, baik dari orang tua, istri atau suami, anak, dan kerabat yang

menunggu. Responden dengan dukungan keluarga rendah dipengaruhi

oleh oleh beberapa faktor diantaranya faktor usia yang tua dan jenis

kelamin akan mempengaruhi dukungan keluarga pasien kanker kolorektal.

3. Kualitas hidup pasien kanker kolorektal di Rumah sakit Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi

Berdasarkan tabel 5.3 tentang kualitas hidup pasien kanker

kolorektal di Rumah sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi diperoleh

hasil yaitu dari 80 responden yang berobat ke poli bedah RSUD

Dr.Achmad mochtar bukittinggi didapatkan responden terbanyak adalah

dalam kategori sedang berjumlah 31 orang (38,8%), responden yang

memiliki kualitas hidup baik berjumlah 27 (33,8%) dan responden yang

memiliki kualitas hidup buruk berjumlah 22 (27,5%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nisfulaili (2017), tentang gambaran kualitas hidup pasien kanker

kolorektal di RSUP H. Adam Malik dengan hasil sebagian besar

responden memiliki kualitas hidup sedang dengan jumlah 54 orang

(94,7%). Diikuti kualitas hidup buruk dengan jumlah 3 orang (5,3%).

Dalam penelitian ini, nyeri, kelelahan, dan kesulitan keuangan merupakan

gejala yang sering terjadi pada pasien kanker. Hal ini tidak jauh beda
73

dengan penelitian Evry (2014), didapatkan hasil sebagian besar responden

memiliki kualitas hidup yang buruk (51%) dan hampir separuh responden

memiliki kualitas hidup yang sedang (49%). Kualitas hidup yang sedang

dan buruk pada penelitian ini ditunjukkan dengan rendahnya kesehatan

fisik, kesejahteraan psikologis, dan faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup seperti usia, jenis kelamin dan keterbatsan finansial.

Secara teori, kualitas hidup pasien kanker kolorektal merupakan

salah satu hal penting untuk menilai efek samping dari sebuah terapi

pengobatan. Kualitas hidup dapat menggambarkan suatu beban seseorang

penderita akibat penyakit yang dideritanya dan terapi yang diperolehnya.

Ketepatan dalam melakukan pengukuran kualitas hidup bermanfaat untuk

proses penyakit dan efek terapi yang diberikan kepada pasien (Rinanda,

2019).

Hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap kualitas hidup

pasien kanker kolorektal di Rumah sakit Dr. Achmad Mochtar bukittinggi

menggunakan kuisioner EORTCQLQ C-30 (Eurupe Organiztion For

Research and Treatmen of cancer Quality of Life Questionnaire C-30).

Kuisioner ini terdiiri dari berbagai dalm 3 aspek yaitu: aspek fungsional

(functional scale), aspek gejala (symptom scale) dan status kesehatan

global (global health status). Hasil analisi deksrkriptif kuisioner Pada

kelompok skala gejala, gejala kelelahan merupakan yang tertinggi yang

berarti hampir separuh responden memiliki gejala tersebut dan memiliki


74

kualitas hidup baik. Sedangkan kesulitan keuangan menempati rata-rata

terendah yang berarti kualitas hidup responden buruk.

Menurut Butler (2002), menyatakan bahwa keterbatasan finansial

akan membatasi reponden untuk mencari informasi, perawatan, dan

pengobatan untuk dirinya sehingga akan berdampak pada kualitas hidup.

Status sosial ekonomi yang rendah, seperti penderita kanker memiliki

kemungkinan dua kali lebih banyak mengalami gangguan emosional

dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menderita kanker kolorektal.

Hal ini berkaitan dengan beban yang harus ditanggung penderita penyakit

kronis, seperti mahalnya biaya pengobatan, tidak adanya jaminan

kesehatan yang memadai, dan sedikitnya pengetahuan tentang penyakit

yang diderita (Bustaman dalam Hadi, 2004).

Pada kuisioner pertanyaan terkait fungsi sosial atas pertanyaan

dukungan keluarga dan aktivitas sosial merupakan fungsi yang terkena

dampak hampir banyak, dalam penelitian ini sedikit banyaknya

dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Hal tersebut menjadi motivasi pasien

dalam menjalani pengobatan. Menurut Priliana (2019), semakin

bertambahnya usia maka semakin meningkatnya kualitas hidupnya. Hal ini

dikarenakan semakin bertambahnya usia seseorang akan lebih matang

terutama dari segi psikologi, termasuk kesiapan ketika menghadapi sakit.

Faktor selanjutnya adalah jenis kelamin, jenis kelamin laki-laki lebih besar

untuk memiliki kualitas hidup yang rendah jika dibandingkan dengan

perempuan. karena perempuan lebih matang secaraa emosi dan lebih tahan

ketika menghadapi tekanan/permasalahan.


75

Hal ini sejalan dengan penelitian Nisfulaili (2017), yang

menyatakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah dukungan

keluarga. Tinggi rendahnya dukungan keluarga akan mempengaruhi

kualitas hidup pasien kanker kolorektal. Semakin tinggi dukungan

keluarga maka semakin baik kualitas hidupnya, sebaliknya semakin rendah

dukungan keluarga maka kualitas hidupnya juga menurun. Keluarga dapat

memberi motivasi, perhatian serta kepedulian terhadap kebutuhan keluarga

yang sakit serta menjalani pengobatan (Utama, 2019).

Berdasarkan hasil tersebut peneliti berasumsi bahwa responden

memiliki kualitas hidup yang sedang dimana responden menilai kualitas

hidupnya cukup. Tinggi rendahnya dukungan keluarga akan

mempengaruhi kualitas hidup pasien kanker kolorektal. Responden

memiliki kualitas hidup yang buruk adalah keterbatasan finansial akan

membatasi reponden untuk mencari informasi, perawatan, dan pengobatan

untuk dirinya sehingga akan berdampak pada kualitas hidup.

B. Analisa Bivariat

Hubungan antara dukungan keluarga dengan Kualitas hidup penderita kanker

kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021

Berdasarkan hasil uji statistik Spearmen Rank diperoleh hasil p value

0.001 sehingga p ≤ 0.05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker kolorektal di Rumah

Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dengan nilai R (Korelasi)= 0.805

yang artinya hubungan antara dukugan keluarga dengan kualitas hidup pada

penderita kanker kolorektal memiliki hubungan yang sangat kuat.


76

Penelitian ini sejalan dengan Sari (2018), mengenai hubungan dukungan

sosial keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker kolorektal yang menjalani

kemoterapi oral di poli onkologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, dimana

didapatkan hasil dengan menggunakan uji Chi-square didapatkan nilai p =

0.002 yang artinya terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan

kualitas hidup pasien kanker kolorektal. Selain itu penelitian Penelitian ini

sejalan dengan Susanti (2017), mengenai hubungan dukungan keluarga dalam

meningkatkan kualitas hidup pasien kanker serviks, dimana didapatkan hasil

dengan menggunakan uji Spearman Rank didapatkan hasil nilai p 0,001 ≤ 0,05

dan nilai korelasi (r) = 0,620 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker serviks. Nilai r

(korelasi) = 0,620 berarti hubungan korelasional yang kuat dan positif atau

dapat disimpulkan semakin tinggi dukungan keluarga semakin baik kualitas

hidup pasien kanker serviks.

Hasil penelitian diatas juga sejalan Yanti (2019), mengenai hubungan

dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker serviks, dimana

didapatkan hasil dengan menggunakan uji Ch-squre didapatkan nilai p = 0.001

yang artinya terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas

hidup pasien kanker serviks. Artinya, semakin baik dukungan yang diberikan

keluarga terhadap pasien kanker kolorektal semakin baik kualitas hidup begitu

juga sebaliknya jika tidak ada dukungan keluarga yang diberikan keluarga

terhadap pasien kanker kolorektal maka semakin buruk kualitas hidupnya.

Semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin baik kualitas hidupnya,


77

sebaliknya semakin rendah dukungan keluarga maka kualitas hidupnya juga

akan menurun (Friedman, 2010).

Hasil ini sesuai dengan teori Avis (dalam Husni, 2018) mengatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dibagi menjadi dua

bagian yaitu sosio demografi dan medis. Medis yaitu lamanya menjalani

terapi, stadium penyakit dan penatalaksanaan medis yang menjalani. Untuk itu

dukungan keluarga sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien, dukungan

keluarga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.

Peningkatan kualitas hidup pasien dipengaruhi oleh keberhasilan pengobatan.

Keberhasilan pengobatan memungkinkan untuk sembuh sangat besar sehingga

pemenuhan kebutuhan tanpa ketergantungan dari orang lain sehingga dapat

mandiri secara emosional, sosial dan kesejahteraan fisik hal ini dapat

meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat hubungan yang

signifikan, kuat dan searah, bahwa 24 responden yang memiliki dukungan

keluarga tinggi mayoritas (30,0%) memiliki kualitas hidup yang baik, begitu

juga dengan 15 responden yang memiliki dukungan keluarga yang rendah

(18,8%) cenderung memiliki kualitas hidup yang buruk, sedangkan 3

responden yang memiliki dukungan keluarga yang sedang (3,8%) cenderung

memiliki kualitas hidup yang baik dan (31,3%) memiliki kualitas hidup

sedang. Dukungan keluarga yang tinggi berupa dukungan emosional, yang

diberikan keluarga kepada pasien kanker kolorektal menimbulkan perasaan

dicintai seperti keluarga yang selalu menunggu pasien ketika dirumah sakit,

keluarga yang selalu memperhatikan keadaan pasien selama sakit, keluarga


78

yang selalu berusaha mendengarkan setiap kali pasien mengeluh mengenai

penyakitnya atau keadaannya dan keluarga selalu membantu pasien dalam

memenuhi kebutuhan pasien, memberikan rasa nyaman dan meningkatkan

rasa percaya diri pasien kanker kolorektal sehingga pasien termotivasi untuk

sembuh. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi fisiologi tubuh baik fisik

maupun mental sehingga kualitas hidup pasien akan meningkat.

Berdasarkan tabel 5.4 hubungan antara dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pasien menunjukkan bahwa mereka yang memiliki dukungan

keluarga tinggi masih ada 1 responden dengan kualitas hidupnya buruk. Selain

itu mereka yang memiliki dukungan keluarga sedang, masih ada 6 responden

dengan kualitas hidupnya buruk. Berdasarkan hasil wawancara dimana

disebutkan oleh responden faktor lain yang bisa mempengaruhi kualitas hidup

seseorang meskipun dukungan keluarga tinggi tetapi kualitas hidupnya buruk

seperti usia dimana usia responden adalah 26-44 tahun kategori dewasa muda,

jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, pendidikan

lebih banyak SD dan lama menderita kanker kolorektal sekitar ≤ 1 tahun.

Begitupun juga dengan seseorang yang memiliki dukungan keluarga sedang

tetapi kualitas hidup buruk, dimana ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu

faktor usia yang berusia 26-44 tahun, dan lama menderita kanker kolorektal

sekitar ≤ 1 tahun.

Menurut Priliana (2019), semakin bertambahnya usia maka semakin

meningkatnya kualitas hidupnya. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya

usia seseorang akan lebih matang terutama dari segi psikologi, termasuk
79

kesiapan ketika menghadapi sakit. Faktor selanjutnya pada penelitian ini

adalah jenis kelamin. Responden pada penelitian ini adalah lebih banyak

berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Jenis kelamin laki-laki

lebih besar untuk memiliki kualitas hidup yang rendah jika dibandingkan

dengan perempuan. karena perempuan lebih matang secaraa emosi dan lebih

tahan ketika menghadapi tekanan/permasalahan. Selanjutnya adalah

pendidikan, dimana pendidikannya adalah SD. Responden mengatakan tidak

mengetahui bagaaimana mengatasi masalahnya hingga stress memikirkan

penyakitnya. Seseorang yang memiliki pendidkan tinggi memiliki pola pikir

yang berani dalam mengambil sikap untuk mengatasi masalah. Akan

membentuk pola pikir seseorang termasuk kemampuan memahami faktor

yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang

kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya (Indotang, 2015).

Berdasarkan karakteristik responden lama menderita sakit yaitu selama ≤ 1

tahun. Menurut teori Green (2005), menyatakan bahwa pasien dengan lama

menderita ≤ 1 tahun pasien sering merasakan kecemasan dan depresi yang

disebabkan adanya kekhawatiran sel kanker akan menyebar ke organ lain,

adanya persepsi masyarakat bahwa kanker merupakan penyakit ganas yang

dapat menimbulkan kematian, sehingga mempengaruhi kualitas hidup.

Kecemasan dapat meningkat ketika penderita kanker membayangkan

terjadinya perubahan dalam hidupnya di masa depan akibat penyakit yang

diderita ataupun akibat dari proses penanganan suatu penyakit. Kadangkala

proses penanganan suatu penyakit lebih membebani penderita dibandingkan


80

dengan penyakit yang dideritanya, seperti proses radiasi, kemoterapi, serta

konsumsi obat-obatan yang digunakan untuk membunuh sel-sel kanker yang

mengakibatkan kerusakan tubuh. Adanya perasaan negatif yang berlarut-larut

dan tidak ditangani dapat menimbulkan munculnya stress, stress yang

berkepanjangan juga dapat mengakibatkan munculnya perasaan kehilangan

kontrol, penolakan terhadap kenyataan, serta depresi.

Depresi yang dialami akan membuat penderita tidak bisa menerima

keadaan dirinya sebagai orang yang sakit sehingga akan terus merasa bahwa

dirinya adalah orang yang paling tidak beruntung sehingga berpengaruh pada

kualitas hidupnya yang semakin menurun. Pada kondisi seperti ini, biasanya

dukungan dari keluarga sudah tidak memberikan dampak yang berarti bagi

penderita kanker karena dari dalam diri penderita sudah tidak memiliki

motivasi untuk dapat sembuh dari penyakitnya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Lubis & Hasnida (2009), salah satu

penyebab menurunnya kekebalan tubuh adalah adanya stress dan kondisi

stress ini akan melemahkan respon imunitas yang berdampak buruk pada

fungsi fisiologis dan menyebabkan kualitas hidup pasien rendah walaupun

dukungan keluarga yang diberikan sudah optimal.

Seseorang menderita penyakit lama, maka individu tersebut akan

mempunyai pengalaman yang lama tentang penyakitnya. Seiring dengan

berjalannya waktu dan penyakit yang relatif lama akan membuat penderita

kanker mampu untuk beradaptasi dengan penyakitnya. Diketahui bahwa

adaptasi yang baik dapat membantu penderita untuk lebih menerima kondisi
81

maupun penyakit yang sedang dihadapi, hal ini akan berpengaruh pada

psikologis penderita yang cederung memiliki pandangan positif. Pada kondisi

seperti ini, penderita kanker cenderung lebih mandiri dibandingkan dengan

saat awal menderita kanker sehingga tidak hanya dukungan keluarga yang

dapat menjadi faktor untuk mempengaruhi kualitas hidupnya.

Kualitas hidup berarti hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti

hidup dengan kehidupan berkualitas tinggi. Hal ini digambarkan pada

kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, fungsi, dalam kontek sosial dan lain-lain.

Kualitas hidup merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi

kondisi kesehatan individu. Kualitas hidup yang buruk akan semakin

memperburuk kondisi suatu penyakit, begitu pula sebaliknya, suatu penyakit

dapat menyebabkan terjadi penurunan kualitas hidup individu, terutama

penyakit-penyakit kronis yang sangat sulit disembahkan salah satunya seperti

kanker kolorektal. Kualitas hidup sangat dibutuhkan untuk individu yang

menderita kanker kolorektal dalam proses pengobatan, agar individu tersebut

lebih memperhatikan bagaimana meningkatkan kualitas hidupnya untuk dapat

mencapai kondisi fisik yang lebih baik lagi dan menurunkan tingkat keparahan

dari penyakit yang dideritanya (Yanti, dkk 2019)

Pendapat peneliti ini sesuai dengan teori Marilyn (dalam Silalahi, 2019),

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dengan

status kesehatan anggotanya dimana peran dan dukungan keluarga sangat

penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari

strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Keluarga menjadi unsur penting

dalam kehidupan seseorang karena keluarga merupakan sistem yang di


82

dalamnya terdapat anggota-anggota keluarga yang saling berhubungan dan

saling ketergantungan dalam memberikan dukungan, rasa aman dan kasih

sayang dan perhatian harmonis menjalankan perannya masing-masing untuk

mencapai tujuan bersama (Friedman, 2010). Sehingga keluarga sangat

berperan penting dalam meningkatkan kesehatan anggota keluarganya.

Keluarga juga berperansebagai care giver terhadap pasien dengan penyakit

kronik, yang harus memahami kondisi baik fisik, psikologis, sosial, dan

spiritualnya sebelum memberikan bantuan pada pasien tersebut.

Berdasarkan hasil kuisioner yang didapatkan bahwa kualitas hidup

pasien kanker kolorektal berada pada kategori sedang. Kemungkinan Kualitas

hidup berarti hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti hidup dengan

kehidupan yang berkualitas tinggi. Hal ini digambarkan dengan keluarga yang

selalu menunggu pasien ketika dirumah sakit, keluarga yang selalu

memperhatikan keadaan pasien selama sakit, keluarga yang selalu berusaha

mendengarkan setiap kali pasien mengeluh mengenai penyakitnya atau

keadaannya dan keluarga selalu ramah dalam membantu pasien dalam

memenuhi kebutuhan pasien.

Kualitas hidup rendah dapat dikaitkan dengan kurang optimal promosi

kesehatan kepada keluarga dan pasien kanker kolorektal, hal ini

mempengaruhi perilaku kesehatan keluarga. Keluarga tidak mampu

memberikan dukungan yang optimal karena tidak mengetahui pentingnya

dukungan untuk pasien kanker kolorektal, masalah-masalah yang

berhubungan dengan kanker kolorektal serta solusi kesehatan untuk pasien


83

kanker kolorektal. Tinggi rendahnya dukungan keluarga akan mempengaruhi

kualitas hidup penderita kanker kolorektal. Semakin tinggi dukungan keluarga

maka semakin baik kualitas hidupnya, sebaliknya semakin rendah dukungan

keluarga maka kualitas hidupnya juga akan menurun.

Menurut asumsi peneliti, terhadap penelitian bahwa dukungan

keluarga dan kualitas hidup pasien kanker kolorektal berada pada kategori

sedang. Memiliki Kualitas hidup sedang berarti hidup yang baik, Dukungan

keluarga yang tinggi berupa dukungan emosional, yang diberikan keluarga

kepada pasien kanker kolorektal menimbulkan perasaan dicintai memberikan

rasa nyaman dan meningkatkan rasa percaya diri pasien kanker kolorektal

sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Hal ini sangat berpengaruh

terhadap kondisi fisiologi tubuh baik fisik maupun mental sehingga kualitas

hidup pasien akan meningkat. Kualitas hidup yang buruk dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin, pendidkan dan lama menderita

kanker kolorektal ≤ 1 tahun sehingga mengakibatkan stres pada penderita

dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien mengakibatkan penurunan

kekebalan tubuh yang berfikir keluarga tidak peduli lagi dengan keadaanya.

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat antara dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pasien kanker kolorektal yang menjalani pengobatan di

Ruangan Poli Bedah Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara

dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien kanker kolorektal di

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021 dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Karakteristik demografi Responden di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2021 adalah sebagian berjenis kelamin laki-laki (55%)

hampir separuh responden berusia 60-74 tahun (45%), mayoritas tingkat

pendidikan adalah SMA (42,5%), hampir separuh memiliki pekerjaan IRT

(30%) dengan lama menderita kanker kolorektal ≤ 1 tahun sebanyak

(73,8%), dan dengan tindakan pemasangan Non Stoma sebanyak (85%).

2. Hasil penelitian dari 80 orang responden yang diteliti, separuh dari pasien

kanker kolorektal memiliki tingkat dukungan keluarga yang sedang

sebanyak 34 responden (42,5%)

3. Hasil penelitian dari 80 orang responden yang diteliti, separuh dari pasien

kanker kolorektal memiliki tingkat kualitas hidup yang sedang sebanyak

31 responden (38,8%),

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pada pasien kanker kolorektal di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021, diperoleh hasil p value sebesar

84
85

0.001 (≤ 0.05) dengan nilai korelasi 0.805 yang artinya hubungan antara

dukungan keluarga dengan kualitas hidup memiliki hubungan yang sangat

kuat.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan informasi dan

masukan bagi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dalam

mengaplikasikan asupan keperawatn secara holistik untuk aspek

psikologis penderita yang berhubungan dengan dukungan keluarga sebagai

hal yang berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan dan

meningkatkan kualitas hidup penderita kanker sehingga dapat menyusun

rencana strategis yang tepat dalam peningkatan kesehatan penderita kanker

kolorektal.

2. Bagi Intitusi Pendidikan

Sebagai literatur bagi Institusi dan menjadi referensi bagi

mahasiswa STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi dalam proses pembelajaran

mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada

penderita kanker kolorektal. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah

informasi dan dapat dimanfaatkan ilmuan lain untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan akhirnya untuk

kesejahteraan umat manusia.


86

3. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

mengembangkan ilmu keperawatan, sehingga perawat dapat

meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya pada pasien kanker kolorektal dan dapat diaplikasikan pada

tatanan pelayanan keperawatan baik di rumah sakit maupun komunitas

dengan menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan terkait dukungan

keluarga dan kualitas hidup pasien.

4. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya dengan berbagai masalah baru

yang dapat diteliti, seperti mengetahui hubungan antara karakteristik

demografi responden terhadap dukungan keluarga dan kualitas hidup, dan

faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi kualitas hidup pada pasien

kanker kolorektal.

5. Keterbatasan penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan didaptkan beberapa

keterbatasan dalam penelitian ini. Kelemahan dalam penelitian ini yaitu

keakuratan yang tergantung pada kemampuan kognitif responden dan

kejujurannya, serta ketepatan metode ini sangat bergantung pada daya

ingat responden, mengingat reponden dalam penelitian ini adalah usia 60-

74 tahun
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2020). Colorectal Cancer. Diakses pada tanggal 12

maret 2021 melalui https://www.cancer.org/cancer/colon -rectal-

cancer.html

Andarmoyo, S. (2012). Pengantar keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto. S. (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rinema Cipta.

Bottomley, A., et al. (2019). Current state of quality of life andpatient-reported

outcomes research. European Journal of Cancer. (121); 55-63

Dahlan, S. (2012). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Darmojo, R. B. (2011). Buku Ajar Boedhi-Darmojo: Geriatri (Ilmu Kesehatan

Usia Lanjut), Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

Djeta, A. R. (2020). Hubungan Dukungan keluarga dengan kemandirian pasien

stroke di poli Saraf RSUD Prof. Dr. W. Z, Johanes Kupang. Skripsi.

Universitas Citra Bangsa

El-Shami, K., Oeffinger, K. C., Erb, N. L., Willis, A., Bretsch, J., Pratt-Chapman,

M. L., Cannady, R., Wong, S. L., Rose, J., Barbour, A., Stein, K., Sharpe,

K., Brooks, D. D. & Cowens-Alvarado, R. L. (2015). American Cancer


Society Colorectal Cancer Survivorship Care Guidelines, CA Cancer J

Clin, Atlanta.

Evans, S. Ph, D., et al. (2014). Impact of Iyengar yoga on quality of life in young

women with rheumatoid arthritis. Clin J Pain. 29 (11); 988–997.

https://doi.org/10.1097/AJP.0b013e31827da381.Impact

Fadilah, S dan Edy, A. (2019). Faktor yang berhubungan dengan pengetahuan TB

paru dan dukungan sosial pasien RS khusus paru respira. Jurnal Ilmu

Keperawatan Sai Betik. 15 (2); 168-173

Fadilah, S. Z. (2013). Hubungan dukungan keluarga dengan depresi penderita

kusta di wilayah tertinggi kusta dikabupaten Jember. Skirpsi. Universitas

Jember

Ferrell, B. R., & Dow, K. H. (1997). Quality of life among long-term cancer

survivors. J Nurs Scholarsh. 37 (4); 336-42

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2014). Buku Ajar Keperawatan

Keluarga.

Globocan. (2018). Cancer diakses pada tanggal 12 maret 2021 melalui

http://gco.iarc.fr/today/fact-sheets- populationsdanhttp://gco.iarc.fr/toda

y/fact sheetscancers

Harefa, S. D. (2019). Gambaran kualitas hidup pasien kemoterapi dirumah sakit

santa Elisabeth medan. Skripsi. sekolah tinggi ilmu kesehatan santa

Elisabeth Medan

Husni, M, et al. (2018). Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup

pasien kanker payudara di instalasi rawat inap bedah RSUP Dr.


Mohammad Hoesin Palembang tahun 2018. Jurnal Keperawatan sriwijaya

. 2 (2); 77-83

Istriyani, et al. (2020). Adaptasi pasien kanker kolorektal tahun pertama paska

pembuatan kolostomi permanen. Jurnal kesehatan STIKES Teloorejo. 1-

53

Jacob, D. E & sandjaya. (2018). Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

masyarakat karubaga district sub districtolikara propinsi papua. Jurnal

Nasional Ilmu kesehatan (JNIK) LP2M Unhas. 1; 1-15

Jones, T. L., Sandler, X. C., Spence, R., R., & Sandra C. Hayes a, D. (2020).

Gynecologic Oncology Physical activity and exercise in women with

ovarian cancer: A systematic review. Journal Gynecologic Oncology.

https://doi.org/10.1016/j.ygyno.2020.06.485

Kementrian Kesehatan RI. (2019). Mengenal kanker kolorektal atau usus besar.

Diakses pada tanggal 21 maret 2021 melalui

http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-

darah/yuk-mengenal-kanker-kolorektal-atau-kanker-usus-besar

Khosama, Y. (2015). Faktor risiko kanker kolorektal. CDK. 42 (11); 829-832

Kirana, L. A. (2016). Dukungan sosial dan resiliensi pada pasien kanker payudara

(studi kasus pada pasien kanker payudara yang sedang menjalani

kemoterapi). Jurnal Psikoborneo. 4 (4); 829-837.

Koffman, J. Morgan, M. Edmonds, P. & Higginson, I. J. (2012). The greatest

thing in the world is the family: the meaning of social support among
Black Carribean and White British patients living with advanced cancer.

Psyco-Oncology 21; 400-408.

Komariyah, O. (2014). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

Ibu Hamil Dalam Pemeriksaaan Ante Natal Care di Puskesmas Banyu

Biru Kabupaten Semarang. Jurnal Kebidanan.

Kwon, H. J., Kim, H. J., Park, Y. S., Lim, J. H., Park, K. J., Shin, C. M., Hwang,

J. H., Kim, J. W., Jeong, S. H., Kim, N. & Lee, D. H. (2013. Body Mass

Index as a Predictor of Advanced Colorectal Neoplasia, Journal of Cancer

Prevention, Korea.

Lianawati, D. M. (2018). Gambaran dukungan keluarga pada pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lin, J.H., Zhang, S.M., Rexrode, K.M., Manson, J.E., Chan, A.T., Wu, K., Tworoger,

S.S., Hankinson, S.E., Fuchs, C., Gaziano, J.M., Buring, J.E. & Giovannucci,

E., (2013). Association between Sex Hormones and Colorectal Cancer Risk in

Men and Women, Clin Gastroenterol Hepatol, Boston.

Lusiatun, dkk. (2016). Pengaruh efikasi diri, dukungan keluarga dan sosial

ekonomi terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara di RSUD Dr.

Moewarrdi. Perpustakaan.uns.ac.id

Majid, S. R & Fajar, A. (2020). Determinan kejadian kanker kolorektal. Jurnal

Ilmu Kesehatan Masyarakat. 9 (4); 208-215

Muttaqin, A & Kumala, S. (2013). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan

keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika


Mulia, D. S., Mulyani, E., Pratomo, G. S., & Chusna, N. (2018). Kualitas Hidup

Pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani Hemodialisis di RSUD Dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya. Borneo Journal of Pharmacy. 1 (1); 19-

21.

Nababan, F. S. (2018). Dukungan keluarga pada wanita penderita kanker

payudara yang menjalani kemoterapi dan factor-faktor yang

mempengaruhinya di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi. Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Nasution, N. (2018). karakteristik pasien kanker kolorektal di RSUP.H. Adam

Malik medan tahun 2015-2017. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatra Utara.

National Cancer Institute. (2015). Cancer of the Colon and Rectum. Diakses dari

pada tanggal 21 Maret 2021 melalui

http://www.cancer.gov/cancertopics/types/colon-and-rectal

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta;

arineka Cipta

Nurwulan, D. (2017). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

pasien pre anastesi dengan tindakan spinal anastesi di RSUD Sleman.

Skripsi. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan.

Oddone, E., Modonesi, C. & Gatta, G. (2014). Occupational exposures and

colorectal cancers: A quantitative overview of epidemiological evidence,

Balshideng Group Inc.


Padang, M. S & Luciana, R. (2020). Adenokarsinoma kolon: laporan kasus. e-

CliniC. 8 (2); 229-236.

Perwitasari, D. A., Atthobari, J., Dwiprahasto, I., Hakimi, M., Gelderblom, H.,

Putter, H., & Kaptein, A. A. (2011). Translation and validation of EORTC

QLQ-C30 into Indonesian version for cancer patients in Indonesia.

Japanese journal of clinical oncology. 41 (4); 519-529.

Prabowo, Sony. (2019). Kenali kanker usus besar (kolorektal) sejak dini. Edisi I.

Yogyakarta: Rapaha Publishing

Putri, A., Debie, D., Riri, M., & Ratna, S. (2018). Relationship Between the

Knowledge on Sel-efficacy about Counseling and Stoma Site Marketing

for patients undergoing stoma surgery in ETNs. The Malaysian Journal Of

Nursing (MJN). 9 (3); 54-60.

Rachmah, S., et al. (2021). Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan

control pasien kanker payudara di Gresik. Hospital Majapahit. 13 (1); 95-

103

Rahdi, D. R., dkk. (2014). Gambaran faktor risiko pasien kanker kolorektal di

RSUD Ulin Banjarmasin Periode April-September 2014. Berkala

kedokteran. 11 (2); 221-232

Rahmadania, E., dkk. (2016). Distribusi pola diet pasien kanker kolorektal di

RSUD Ulin Banjarmasin periode agustus-oktober 2015. Berkala

kedokteran. 12 (2); 215-227

Rangki, L. (2018). Aspek psikososial paien pasca kolostomiu. Jurnal Kedokteran

Syiah Kual. 18 (3); 158-163


Rinanda, V. (2019). Hubungn Self-Efficacy dengan kualitas hidup pasien kanker

kolorektal di RSUD Dr. Achmad Mochtar bukittinggi. Skripsi. Program

Studi Keperawatan Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi

Sari, D. M., Nurul, H., & Wasinto, U. (2018). Hubungan Dukungan Sosial

Terhadap Kualitas Hidup Pasien Kanker Kolorektal Yang Menjalani

Kemoterapi Oral di Poli Onkologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

Jurnal Keperawatan Universitas Riau. 342-351

Sastroasmoro, Sudigdo. (2014). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitia Klinis. Jakarta

Sagung Seto.

Sayuti, M., & Nouva. (2019). Kanker kolorektal. Jurnal averous. 5 (2); 76-88

Setiati, S. (2015). Buku ajar Ilmu penyakit dalam. Edisi:VI. Jakarta: Interna

Publishing

Setiawan, H., et al. (2021). Meningkatkan kualitas hidup pada pasien kanker:

literature review. Journal of Holistic Nursing Science. 8 (1); 75-88

Silalahi, A. R. (2019).hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Maliik

Medan tahun 2019. Skripsi. STIKes Santa Elisabeth Medan

Sinaga, M. (2018). Riset Kesehatan: Panduan Praktis Menyusun Tugas Akhir

Bagi Mahasiswa Kesehatan. Edisi: 1. Yogyakarta: deepublish

Sudibyo, S., & Rustika. (2013). Buku Ajar: Metodologi Riset Keperawatan.

Jakarta: Trans Info Media

Sudiharto. (2017). Asuhan keperawatan keluarga dengan pendidikan

keperawatan transcultural. Jakarta: Buku Kedokteran EGC


Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung;

Alfabeta

Sulistyaningsih, D. R. (2019). Efektivitas training efikasi diri pada pasien

penyakit ginjal kronik dalam meningkatkan kepatuhan terhadap intake

cairan. Majalah Ilmiah Sultan Agung. 50 (128); 11-25.

Susilawati, D. (2012). Hubungan antara dukungankeluarga dengan tingkat

kecemasan penderita kanker serviks paliatif di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta. Jurnal Keperawatan. 4 (2);87-99

Tim Cancerhelps. (2010). Stop kanker. Jakarta: Agramedia pustaka

Trisuladara, A. A. S. M., dkk. (2019). Hubungahn antara obesitas dan insiden

kanker kolorektal di rsup sanglah tahun 2016-2017. Directory of Open

Acces Jounal (DOAJ) Intisari Sains Medis. 10 (2); 297-300

Utama, Y. A. (2019). Hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup

pasien kanker payudara di Rumah Sakit Islam Siti Khodijah Palembang.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 19 (3); 529-531.

Wahidin, M., Noviani, R., Hermawan, S., Andriani, V., Ardian, A., & Djarir, H.

(2012). Population-based cancer registration in Indonesia. Asian Pac J

Cancer, Jakarta.

Widari, N., W., & Serlinda, P. (2018). Support system keluarga dengan kualitas

hidup pasien kanker di yayasan kanker Indonesia Surabaya. Jurnal

Keperawatan. 7 (2)

Yanti, N., Afrida, S. H., & Christina, S. (2019). Dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pasien Ca serviks. Jurnal kesehatan-special Issue Hari

Kesehatan Nasional ke-55 kota Bukittinggi Tahun 2019. 164-168


Yayasan Kanker Indonesia. (2018). Harapan Terpadu World Cancer Day 2018.

Buletin YKI. 2 (4). 1–54.

Zega, W. S. H., & Alice, P. (2020). Description of holistic quality of life of breast

cancer patients through chemotherapy in a private hospital in Indonesia .

Nursing Current. 8 (2); 194-204

Zhang, M. F., Zheng, M. C., Liu, W. Y., Wen, Y. S., Wu, X. D., & Liu, Q. W.

(2015). The influence of demographics, psychological factors and self-

efficacy on symptom distress in colorectal cancer patients undergoing post-

surgical adjuvant chemotherapy. European Journal of Oncology Nursing.

19 (1); 89-96.
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN Lampiran 1
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER KOLOREKTAL
DI RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2021

No Bulan
Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 Pengajuan judul penelitan

2 Penyusnan proposal BAB I-IV

3 Ujian seminar proposal

4 Perbaikan dan penyerahan proposal

5 Uji etik penelitian

6 Pelaksanaan penelitian

7 Konsultasi hasil

8 Ujian sidang skripsi

9 Perbaikan skripsi

10 Pengumpulan skripsi

Pembimbing I Pembimbing II Peneliti

Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.Kep Ns. Ns. Dian Anggraini, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB Meri Ardianti
Lampiran 2

CURICULUM VITAE

Nama Mahasiswa : Meri Ardianti

Tempat / Tanggal Lahir : Pintas Tuo / 22 Maret 1998

Alamat : Belakang Balok, bukittinggi

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Maradi

Ibu : Mardiana

Anak Ke : 1 (satu)

Jumlah Saudara : 2 (dua)

Riwayat Pendidikan

SD : SDN 17 Pintas Tuo

SMP : SMPN 33 Kab. Tebo

SMA : SMK Kesehatan Fania Salsabila Kota Jambi

Perguruan Tinggi : STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi

Jurusan Ilmu Keperawatan (2017- sekarang)

Bukittinggi, Juni 2021

Peneliti

Meri Ardianti
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Calon Responden

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Meri Ardianti

Nim : 1710142010016

Judul : “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien


Kanker Kolorektal di RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2021”

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program studi ilmu


keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi yang melakukan penelitian
tentang “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker
Kolorektal di RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021”. Oleh karena
itu saya meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalampenelitian
ini. Selanjutnya atas kesediaaannya, Bapak/Ibu menandatangani lembar
persetujuan.

Demikian permohonan, atas bantuan dan partisipasinya, saya ucapkan


terimakasih.

Bukittinggi, Juni 2021

Peneliti

(Meri Ardianti)
Lampiran 10

INFORMED CONSENT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATN (STIKes) YARSI

SUMBAR BUKITTINGGI

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup

Pasien Kanker Kolorektal di RSUD Dr.Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2021”

Pembiayaan : Individu

Penanggung jawab : - Nama Mahasiswa : Meri Ardianti

- Nomor Hp : 082282004887

- Alamat : Belakang Balok, Bukittinggi

Data Demografi

Nama Responden :

Tempat tanggal lahir :

Jenis kelamin :

Nomor Hp :

Alamat :

1. Tujuan Penelitian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ”Hubungan


Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Kolorektal di
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021”
2. Pengambilan data dimulai bulan Maret 2021
3. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien kanker kolorektal yang berobat
di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dengan kriteria inklusi :
a. Pasien kanker kolorektal stadium 1- 4
b. Pasien yang mampu berkomunikasi dengan baik dan koperatif
4. Dalam penelitian ini, prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
a. Peneliti meminta surat izin pengambilan data di dan di STIKes Yarsi
Sumbar Bukittinggi
b. Peneliti melakukan uji kelaiakan etik pnelitian (Approval Etichcal) di
STIKes Fort De Kock Bukittinggi
c. Peneliti menyerahkan surat izin penelitian dan surat kelaikan etik ke
rumah sakit umum daerah Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi untuk izin
pengambilan data dan penelitian
5. Dalam penelitian ini resiko yang ditimbulkan sangat minimal karena
peneliti hanya melakukan penyebaran kuesioner dan wawancara. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan
antara dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien kanker kolorektal.
6. Data Preserving (pengumpulan data) berisi:
a. Saya (responden) bersedia memberikan informasi yang berkaitan
dengan penelitian ini, dan memberikan izin untuk menggunakan
informasi tersebut untuk penelitian yang akan datang.
b. Jika informasi yang saya (responden) berikan hari ini akan digunakan
untuk penelitian selanjutnya, maka peneliti harus meminta izin terlebih
dahulu kecuali jika data yang digunakan tidak berhubungan dengan
informasi pribadi saya (responden).
c. Saya (responden) bersedia memberikan informasi hanya dalam
penelitian saja. Jika setelah penelitian maka semua informasi yang
diberikan dihilangkan (baik dalam bentuk kertas maupun dalam bentuk
elektronik).
7. Confidentaly (kerahasiaan)
a. Data dari responden akan dijamin kerahasiaan dari pihak luar.
b. Data dari responden akan disimpan dalam bentuk: berkas dan soft
copy.
c. Data dari responden akan disimpan dalam 5 tahun kedepan. Setelah 5
tahun maka akan dimusnahkan untuk menjaga kerahasiannya.
d. Data dari responden tidak akan menyebutkan nama responden tapi
hanya akan ditulis dalam bentuk kode/inisial
8. Selama penelitian berlangsung maka responden berhak mengundurkan
diri jika responden merasa tidak nyaman.
9. Jika dalam penelitian ini ada kerusakan atau kesalahan serta kerugian
responden, maka STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi dan peneliti akan
bertanggung jawab secara penuh.
10. Tidak ada konflik kepentingan Selama penelitian dilakukan.
11. Penelitian ini akan dilakukan dibawah bimbingan ibu Ns. Aulia Putri, S.
kep, M.Kep selaku pembimbing I dan ibu Ns. Dian Anggraini, S.Kep,
M.Kep, Sp.KMB selaku pembimbing II
12. Dengan ini saya (responden) menyatakan bahwa saya sudah mengerti
dengan informed concent ini dan bersedia dimasukkan sebagai
penelitian ini
Nama :
Tempat / Tanggal lahir :
Hubungan dengan responden :

Bukittinggi, Juni 2021

TTD Saksi TTD Responden

( ) ( )
Lampiran 11

KISI-KISI KUISIONER

PENELITIAN

A. Kisi-kisi dukungan keluarga

No Pertanyaan Nomor pertanyaan


1 Dukungan Emosional 1-4
2 Dukungan Instrumental 5-8
3 Dukungan Informasi 9-13
4 Dukungan Penghargaan 14-16

B. Kisi-kisi kuesioner kualitas hidup

No Pertanyaan Halaman
1 Status kesehatan umum 29-30
2 Aspek Fungsional 1,2,3,4,5.6,7,20,21,22,23,24,25,26,27
3 Aspek Gejala 8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,28
Lampiran 12

KUISIONER PENELITIAN

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker


Kolorektal di RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021

Identitas Responden

Tanggal Pengisian :

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

 18-25 tahun (Dewasa Muda)

 26-44 tahun (Dewasa)

 45-59 tahun (Usia

Pertengahan)

 60-74 tahun (Lansia)

 ≥ 75 tahun (Lansia Tua)

Pekerjaan :

 PNS
 Wiraswasta
 Petani
 Buruh
 IRT
 Tidak bekerja
 Lainnya
Pendidikan terakhir :
 Tidak sekolah
 SD
 SMP
 SMA
 Perguruan Tinggi
Lama menderita kanker kolorektal :

 ≤ 1 tahun

 1-3 tahun

 4-5 tahun

 ≥ 5 tahun

Tindakan Pemasangan :

 Stoma

 Non Stoma
A. Kuesioner dukungan keluarga

1. Tujuan

Untuk mengetahui dukungan keluarga pada pasien kanker


kolorektal

2. Petunjuk pengisian

Berikut ini beberapa pertanyaan yang menggambarkan keadaan

anda, bacalah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan baik, dan jawablah

dengan memberikan tanda checklist ( ) pada kolom jawaban yang sesuai

dengan kondisi anda. Pilihlah jawaban sebagai berikut: Selalu, Sering,

Kadang-kadang, Tidak pernah.

No Dukungan Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang pernah

Dukungan emosional

1 Keluarga mendampingi pasien


dalam perawatan
2 Keluarga tetap memperhatikan
keadaan pasien selama pasien
Sakit
3 Keluarga berusaha mendengarkan
setiap kali pasien mengeluh
4 Keluarga dengan ramah
membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhan pasien
Dukungan Intrumental

5 Keluarga menyediakan waktu dan


fasilitas jika pasien memerlukan
untuk keperluan pengobatan
6 Keluarga berperan aktif dalam
setiap pengobatan dan perawatan
7 Keluarga bersedia membiayai
perawatan dan pengobatan pasien
8 Keluarga mencarikan kebutuhan
sarana dan peralatan yang pasien
Perlukan
Dukungan Informasi

9 Keluarga tidak memberitau


mengenai hasil pemeriksaan
Dokter
10 Keluarga mengingatkan pasien
untuk minum obat, latihan dan
Makan
11 Keluarga memberikan informasi
pada pasien tentang hal-hal yang
bisa memperburuk penyakit
pasien.
12 Keluarga menjelaskan kepada
pasien setiap pasien bertanya hal-
hal yang tidak jelas tentang
penyakitnya.
Dukungan penghargaan

13 Keluarga memberi pujian ketika


pasien melakukan sesuai yang
dikatakan dokter
14 Keluarga berusaha mensupport
pasien dalam pengobatan
15 Keluarga berusaha menghibur pasien
setiap kali pasien sedih
B. Kuesioner Kualitas Hidup

Dalam angket ini tidak ada jawaban benar atau salah, sehingga Anda
bebas memberikan jawaban sesuai dengan kondisi anda

Petunjuk Pengisian

Berikut ini beberapa pertanyaan yang menggambarkan keadaan anda,

bacalah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan baik, dan jawablah dengan

memberikan tanda checklist ( ) pada salah satu pilihan yang dianggap sesuai

dengan keadaan diri anda. Pilihlah jawaban sebagai berikut: Tidak, Sedikit,

Sering, Sangat.

No Pertanyaan Tidak Sedikit Sering Sangat


sering
1 Apakah anda mengalami kesulitan saat
melakukan kegiatan yang berat, seperti
membawa barang belanjaan atau koper yang
berat?
2 Apakah anda mengalami kesulitan jika
berjalan kaki dalam jarak yang jauh?
3 Apakah andamengalami kesulitan saat
berjalan kaki meskipun dalam jarak yang
dekat, misalnya disekitar rumah anda?
4 Apakah setiap hari Anda harus berbaring di
tempat tidur atau duduk dikursi?
5 Apakah Anda memerlukan bantaun orang
lain saat makan, berpakaian, mandi atau
buang air?
Dalam seminggu terakhir

6. Apakah anda mengalami keterbatasan saat


bekerja atau melakukan kegiatan sehari-hari
lainnya?
Apakah anda mengalami keterbatasan saat
7 melakukan kegiatan santai atau kegiatan
yang merupakan hobi anda?
8 Apakah Anda merasa sesak nafas?

9 Apakah Anda merasa nyeri?

10 Apakah Anda perlu beristirahat?

11 Apakah Anda sulit tidur?

12 Apakah Anda merasakan badan Anda


lemah?
13 Apakah Anda kehilangan nafsu makan?

14 Apakah Anda merasa mual?

15 Apakah Anda muntah?

16 Apakah anda sulit buang air besar?

Dalam seminggu terakhir

17 Apakah Anda diare?

18 Apakah anda kelelahan?

19 Apakah nyeri yang dirasakan mengganggu


aktivitas Anda sehari-hari?
20 Apakah Anda sulit berkonsentrasi pada
sesuatu hal, seperti membaca koran atau
menonton televisi?
21 Apakah Anda merasa tegang?

22 Apakah Anda merasa khawatir?

23 Apakah Anda merasa mudah tersinggung?

24 Apakah Anda merasa depresi?

25 Apakah Anda mengalami kesulitan untuk


mengingat sesuatu?

26 Apakah kehidupan keluarga Anda terganggu


oleh kondisi fisik atau terapi medis yang
anda jalani?
27 Apakah aktivitas sosial Anda terganggu
oleh kondisi fisik atau terapi medis yang
anda jalani?
28 Apakah Anda mengalami kesulitan
keuangan akibat kondisi fisik atau terapi
medis yang dialami?
Untuk pertanyaan dibawah ini, lingkari angka yang paling sesuai

29 Bagaimana Anda menilai kondisi kesehatan anda secara keseluruhan selama

seminggu yang lalu?

1 2 3 4 5 6 7

Sangat buruk Sangat baik

30 Bagaimana Anda menilai kualitas hidup Anda selama seminggu yang lalu?

1 2 3 4 5 6 7

Sangat buruk Sangat baik


Lampiran 13

FREQUENCY TABS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 80 24 77 55,14 12,650


Dukunga_Keluarga1 80 17 50 34,99 10,361
Kualitas_Hidup1 80 31 89 61,34 20,479
Valid N (listwise) 80

Frequency Table
Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

PR 36 45,0 45,0 45,0

Valid LK 44 55,0 55,0 100,0

Total 80 100,0 100,0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

18-25 Tahun 1 1,3 1,3 1,3

26-44 Tahun 18 22,5 22,5 23,8

45-59 Tahun 24 30,0 30,0 53,8


Valid
60-74 Tahun 36 45,0 45,0 98,8

>75 Tahun 1 1,3 1,3 100,0

Total 80 100,0 100,0


Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

PNS 11 13,8 13,8 13,8

Wiraswasta 14 17,5 17,5 31,3

Petani 15 18,8 18,8 50,0

Buruh 2 2,5 2,5 52,5


Valid
IRT 24 30,0 30,0 82,5

Tidak Bekerja 6 7,5 7,5 90,0

Lain-lain 8 10,0 10,0 100,0

Total 80 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak Sekolah 1 1,3 1,3 1,3

SD 16 20,0 20,0 21,3

SMP 19 23,8 23,8 45,0


Valid
SMA 34 42,5 42,5 87,5

PT 10 12,5 12,5 100,0

Total 80 100,0 100,0

Lama_Menderita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

<1 Tahun 59 73,8 73,8 73,8

1-3 Tahun 18 22,5 22,5 96,3


Valid
>5 Tahun 3 3,8 3,8 100,0

Total 80 100,0 100,0

Tindakan_Pemasangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Stoma 12 15,0 15,0 15,0

Valid Non Stoma 68 85,0 85,0 100,0

Total 80 100,0 100,0


Dukungan_Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Rendah 17 21,3 21,3 21,3

Sedang 34 42,5 42,5 63,8


Valid
Tinggi 29 36,3 36,3 100,0

Total 80 100,0 100,0

Kualitas_Hidup

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Buruk 22 27,5 27,5 27,5

Sedang 31 38,8 38,8 66,3


Valid
Baik 27 33,8 33,8 100,0

Total 80 100,0 100,0

Bar Chart
Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Dukungan_Keluarga * 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%


Kualitas_Hidup

Dukungan_Keluarga * Kualitas_Hidup Crosstabulation

Kualitas_Hidup Total

Buruk Sedang Baik

Count 15 2 0 17

Rendah % within Kualitas_Hidup 68,2% 6,5% 0,0% 21,3%

% of Total 18,8% 2,5% 0,0% 21,3%

Count 6 25 3 34

Dukungan_Keluarga Sedang % within Kualitas_Hidup 27,3% 80,6% 11,1% 42,5%

% of Total 7,5% 31,3% 3,8% 42,5%

Count 1 4 24 29

Tinggi % within Kualitas_Hidup 4,5% 12,9% 88,9% 36,3%

% of Total 1,3% 5,0% 30,0% 36,3%


Count 22 31 27 80

Total % within Kualitas_Hidup 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 27,5% 38,8% 33,8% 100,0%


Nonparametric Correlations

Correlations

Dukungan_Kelu Kualitas_Hidup
arga

Correlation Coefficient 1,000 ,805**

Dukungan_Keluarga Sig. (2-tailed) . ,000

N 80 80
Spearman's rho
Correlation Coefficient ,805 ** 1,000

Kualitas_Hidup Sig. (2-tailed) ,001 .

N 80 80

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


FREQUENCY TABS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 80 24 77 55,14 12,650


Dukunga_Keluarga1 80 17 50 34,99 10,361
Kualitas_Hidup1 80 31 89 61,34 20,479
Valid N (listwise) 80

Dukungan Keluarga_Emosional

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

P1 80 1 4 2,36 ,931
P2 80 1 4 2,55 ,992
P3 80 1 4 2,46 1,006
P4 80 1 4 2,34 ,993
Valid N (listwise) 80

Dukungan keluarga_Instrumental

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

P5 80 1 4 2,40 1,038
P6 80 1 4 2,33 1,016
P7 80 1 4 2,04 1,247
P8 80 1 4 2,23 ,941
Valid N (listwise) 80

Dukungan keluarga_Informasional

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

P9 80 1 4 2,28 ,941
P10 80 1 4 2,34 1,055
P11 80 1 4 2,48 1,031
P12 80 1 4 2,26 ,964
Valid N (listwise) 80

Dukungan keluarga_Penghargaan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

P13 80 1 4 2,35 ,982


P14 80 1 4 2,33 1,077
P15 80 1 4 2,26 ,990
Valid N (listwise) 80
QOL_Aspek Fungsional

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Q1 80 1 4 1,88 ,817
Q2 80 1 4 2,08 ,978
Q3 80 1 4 1,96 ,892
Q4 80 1 4 2,00 1,019
Q5 80 1 4 2,00 ,968
Q6 80 1 4 2,06 1,023
Q7 80 1 4 2,16 ,999
Q20 80 1 4 2,14 1,052
Q21 80 1 4 1,94 ,905
Q22 80 1 4 2,01 ,948
Q23 80 1 4 2,00 ,914
Q24 80 1 4 1,95 ,884
Q25 80 1 4 2,11 1,006
Q26 80 1 4 1,85 ,943
Q27 80 1 4 1,99 ,934
Valid N (listwise) 80

QOL_Aspek Gejala

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Q9 80 1 4 2,06 1,023
Q10 80 1 4 2,16 ,999
Q11 80 1 4 2,20 1,095
Q12 80 1 4 2,04 ,920
Q13 80 1 4 2,14 1,052
Q14 80 1 4 1,94 ,905
Q15 80 1 4 2,01 ,948
Q16 80 1 4 2,00 ,914
Q17 80 1 4 1,95 ,884
Q18 80 1 4 2,11 1,006
Q19 80 1 4 1,85 ,943
Q28 80 1 4 1,86 ,882
Valid N (listwise) 80

QOL_Status kesehatan umum

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Q29 80 1 4 2,09 1,046


Q30 80 1 4 1,99 ,934
Valid N (listwise) 80
Lampiran 14

Anda mungkin juga menyukai