Anda di halaman 1dari 96

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG DEMAM

BERDARAH DENGUE DENGAN PERILAKU 4M PLUS DAN


BERJALANNYA JUMANTIK DI DESA CIINJUK
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CADASARI
KABUPATEN PANDEGLANG
TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh:

LIA AGUSTINA LUMBAN BATU


NIM. 21292014025

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FAATHIR HUSADA
TANGGERANG
TAHUN 2022
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG DEMAM
BERDARAH DENGUE DENGAN PERILAKU 4M PLUS DAN
BERJALANNYA JUMANTIK DI DESA CIINJUK
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CADASARI
KABUPATEN PANDEGLANG
TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana keperawatan

Oleh:

LIA AGUSTINA LUMBAN BATU


NIM. 21292014025

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FAATHIR HUSADA
TANGGERANG
TAHUN 2022

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Lia Agustina Lumban Batu

NIM : 21292014025

Tanda Tangan :

Tanggal :

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Lia Agustina Lumban Batu
NIM : 21292014025
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Demam
Berdarah Dengue dengan Perilaku 4M Plus dan
Berjalannya Jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja
Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang Tahun 2022

Telah disetujui oleh pembimbing dan diterima sebagai bagian persyaratan


yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faathir
Husada pada tanggal ……….. 2022

Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Abdul Karim, M.Kep Ns. Widy Darmayanti, S.Kep


NIDN. 0306047602 NIDN. 04329203

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Lia Agustina Lumban Batu
NIM : 21292014025
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Demam
Berdarah Dengue dengan Perilaku 4M Plus dan
Berjalannya Jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja
Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang Tahun 2022

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Faathir Husada pada tanggal ….. ….. 2022

DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji : Antonius Rino Vanchapo, S.Kep. M.Kes …………………


NIDN. 0825118801

Penguji I : Ns. Abdul Karim, M.Kep …………………


NIDN. 0306047602

Penguji II : Ns. Widy Darmayanti, S.Kep …………………


NIDN. 04329203

Mengetahui,

Ketua STIKes Faathir Husada Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Antonius Rino Vanchapo, S.Kep. M.Kes Ns. Mizwar Taufiq, M.Kep


NIDN. 0825118801 NIDN. 0404019103

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan
antara pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan perilaku 4M
Plus dan berjalannya jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas
Cadasari Kabupaten Pandeglang tahun 2022”. Penulisan Skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana keperawatan.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat
sulit bagi saya menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada:

1. AB. Ruayanto, S.E, selaku Ketua Yayasan Faathir Husada, atas dukungannya.
2. Antonius Rino Vanchapo, S.Kep. M.Kes., selaku ketua STIKes Faathir Husada
yang telah memfasilitasi, sekaligus sebagai penguji pada sidang skripsi ini yang
telah memberikan masukan yang kritis.
3. Ns. Abdul Karim, M.Kep., selaku selaku Pembimbing I skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya selama
penyusunan skripsi.
4. Ns. Widy Darmayanti, S.Kep., selaku selaku Pembimbing II skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya selama
penyusunan skripsi.
5. Ns. Mizwar Taufiq, M.Kep., selaku Ketua Program Studi yang telah
memfasilitasi keberlangsungan skripsi ini.
6. Dr. H. R. Daeng Suganjar, selaku kepala Puskesmas Cadasari, Pandeglang
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan pengambilan data
di wilayah tersebut.
7. Seluruh pengajar dan staff di STIKes Faathir Husada
8. Kedua orang tua saya, saudara-saudara dan keluarga besar yang senantiasa
memberikan dukungannya baik moril maupun materil
9. Teman-teman seangkatan di STIKes Faathir Husada
10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Tanggerang, Juni 2022


Penulis

Lia Agustina Lumban Batu

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik STIKes Faathir Husada, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Lia Agustina Lumban Batu
NIM : 21292014025
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKes Faathir Husada Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-Exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmah saya yang berjudul :
“HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG DEMAM
BERDARAH DENGUE DENGAN PERILAKU 4M PLUS DAN
BERJALANNYA JUMANTIK DI DESA CIINJUK WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CADASARI KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2022”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini STIKes Faathir Husada berhak untuk menyimpan, mengalih
media/mengformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetapmencantumkan nama
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tanggerang
Pada Tanggal : ...........................
Yang Menyatakan

(Lia Agustina Lumban Batu)

vii
ABSTRAK

Nama : Lia Agustina Lumban Batu


Program studi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Demam Berdarah
Dengue dengan Perilaku 4M Plus dan Berjalannya Jumantik di
Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten
Pandeglang Tahun 2022

Latar Belakang: Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan morbiditas dan kematian.
Data laporan tahunan Puskesmas Cadasari menunjukkan bahwa dalam tiga tahun
terakhir kasus DBD mengalami peningkatan, tahun 2019 (27 kasus), tahun 2020
(32 kasus) dan tahun 2021 (38 kasus). Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari
yang dilaporkan paling tinggi kasus DBD setiap tahunnya adalah Desa Ciinjuk.
Dari desa tersebut tercatat sebanyak 11 kasus DBD sepanjang tahun 2021. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang demam
berdarah dengue dengan perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik di Desa
Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang tahun 2022.
Metode penelitian: Desain penelitian menggunakan cross sectional. Sampel
sebanyak 93 responden menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan univariat dan
bivariat. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan 61,3% responden
memiliki perilaku kurang terhadap pelaksanaan 4M Plus dan berjalannya jumantik
dan 57% responden memiliki pengetahuan kurang tentang penyakit DBD. Ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang demam berdarah dengue
(p=0,031) dengan perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik di Desa Ciinjuk
Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang tahun 2022.
Kesimpulan: Perilaku pelaksanaan 4M Plus dapat dipengaruhi oleh pengetahuan
masyarakat tentang DBD. Diharapkan kepada masyarakat Desa Ciijuk agar dapat
mengakses informasi yang tepat tentang penyakit DBD baik dari ragam media,
keluarga, teman dan petugas kesehatan serta mau mengikuti kegiatan penyuluhan
atau edukasi yang diadakan petugas kesehatan terkait dengan penyakit DBD.

Kata Kunci: demam berdarah dengue, pengetahuan, perilaku 4M Plus dan


berjalannya jumantik

viii
ABSTRACT

Name : Lia Agustina Lumban Batu


Study Program : Nursing Science
Title : The Relationship Between Knowledge about Dengue
Hemorrhagic Fever and 4M Plus Behavior and Jumantik
Walking in Ciinjuk Village, Cadasari Health Center Working
Area, Pandeglang Regency in 2022

Background: Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the public health


problems that can lead to morbidity and death. Data from the annual report of the
Cadasari Health Center shows that in the last three years dengue cases have
increased, in 2019 (27 cases), in 2020 (32 cases) and in 2021 (38 cases). The village
in the Cadasari Puskesmas Working Area where the highest reported dengue cases
every year is Ciinjuk Village. From these villages, there were 11 dengue cases
recorded throughout 2021. Purpose: This study aims to determine the relationship
between knowledge about dengue hemorrhagic fever and 4M Plus behavior and
jumantic running in Ciinjuk Village, Cadasari Health Center Working Area,
Pandeglang Regency in 2022. Methods: Design used was cross sectional. Sample
was 93 respondents with purposive sampling technique. Instrument used a
questionnaire. Data analysis using univariate and bivariate. Results: The results
showed that 61.3% of respondents had less behavior towards the implementation of
4M Plus and jumantik progress and 57% of respondents had less knowledge about
DHF disease. The results of the statistical test showed that there was a significant
relationship between knowledge about dengue hemorrhagic fever (p= 0.031) with
4M Plus behavior and jumantik running in Ciinjuk Village, Cadasari Health Center
Working Area, Pandeglang Regency in 2022. Conclusion: The behavior of
implementing 4M Plus can be influenced by public knowledge about DHF. It is hoped
that the people of Ciijuk Village will be able to access the right information about
dengue disease both from various media, family, friends and health workers and want
to participate in counseling or education activities held by health workers related to
dengue disease.

Keywords: dengue hemorrhagic fever, knowledge, behavior of 4M Plus and


jumantik running

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
1.5. Keaslian Penelitian ..................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 10
2.1. Demam Berdarah Dengue (DBD) ............................................. 10
2.2. Vektor Nyamuk Aaedes Aegypti................................................ 22
2.3. Perilaku Penerapan 4M Plus ..................................................... 28
2.4. Jumantik ................................................................................... 30
2.5. Pengetahuan.............................................................................. 32
2.6. Hubungan Pengetahuan Tentang DBD dengan Perilaku 4M Plus
dan Berjalannya Jumantik ......................................................... 35
2.7. Kerangka Teori ......................................................................... 37

x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 38
3.1. Kerangka Konsep...................................................................... 38
3.2. Hipotesis Penelitian .................................................................. 38
3.3. Desain Penelitian ...................................................................... 39
3.4. Definisi Operasional ................................................................. 40
3.5. Populasi dan Sampel ................................................................. 40
3.6. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 42
3.7. Instrumen Penelitian ................................................................. 43
3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... 43
3.9. Prosedur Penelitian ................................................................... 46
3.10. Analisis Data ............................................................................ 49
3.11. Etika Penelitian ......................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 53
4.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 53
4.2. Pembahasan .............................................................................. 56
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 62
5.1. Kesimpulan............................................................................... 62
5.2. Saran ........................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Literature Review Penelitian Terdahulu ........................................... 8


Tabel 3.1. Definisi Operasional ...................................................................... 40
Tabel 3.2. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan tentang DBD .....................
Tabel 3.3. Hasil uji validitas kuesioner perilaku 4M Plus dan berjalannya
jumantik ........................................................................................ 44
Tabel 4.1. Gambaran Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa
Ciijuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang
Tahun 2022 ................................................................................... 45
Tabel 4.2. Gambaran Distribusi Frekuensi Perilaku 4M Plus dan Berjalannya
Jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari
Kabupaten Pandeglang Tahun 2022............................................... 53
Tabel 4.3. Gambaran Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Demam
Berdarah Dengue di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari
Kabupaten Pandeglang Tahun 2022............................................... 54
Tabel 4.4. Hubungan Pengetahuan Tentang Demam Berdarah Dengue dengan
Perilaku 4M Plus dan Berjalannya Jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah
Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang Tahun 2022 ..... 55

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pathway DBD ...................................................................... 13


Gambar 2.2. Paradigma Host, Agent, Environment .................................. 14
Gambar 2.3. Kerangka Teori .................................................................... 37
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ................................................................. 38

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat izin penelitian dari STIKES Faathir Husada

Lampiran 2 : Surat izin penelitian / pengambilan data dari Puskesmas Cadasari

Lampiran 3 : Informed consent

Lampiran 4 : Kuesioner penelitian

Lampiran 5 : Output hasil uji validitas & reliabilitas instrumen

Lampiran 6 : Master data penelitian

Lampiran 7 : Output hasil analisis univariat & bivariat

Lampiran 8 : Foto dokumentasi penelitian

Lampiran 9 : Riwayat hidup penulis

Lampiran 10 : Lembar konsultasi skripsi

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat utama di seluruh daerah tropis dan sub-tropis di dunia. Penyakit DBD

merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan

oleh nyamuk Aedes aegypti, dengan peningkatan 30 kali lipat dalam insiden global

selama 50 tahun terakhir (Oriwarda et al., 2021).

World Health Organization (WHO) tahun 2020 memperkirakan bahwa 2,5

miliar atau 40% populasi di dunia berisiko terhadap penyakit DBD terutama yang

tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Diperkirakan ada 390

juta infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Hal ini dapat dilihat

dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2019 mencapai 2.204.516 kasus dan

jumlah ini meningkat mendekati dua kali lipat dari tahun 2018 sebesar 1.451.083

kasus. Negara Brazil merupakan negara dengan jumlah kasus DBD terbesar yaitu

447.446 kasus selanjutnya disusul oleh Vietnam sebesar 129.435 kasus (WHO,

2020).

Berdasarkan data laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun

2021, bahwa kasus BDB tahun 2021 menunjukkan menurun jika dibandingkan pada

tahun 2020. Pada 2020, total kasus mencapai 108.303, sementara tahun 2021

tercatat 37.646 kasus. Angka kematian akibat DBD pada 2021 juga turun

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 361 kematian hingga tahun 2021, sedangkan

tahun 2020 mencapai 747 kasus kematian. Rata-rata usia yang paling banyak

1
2

terinfeksi pada rentang usia 5-14 tahun 30,4%, 15-44 tahun 31,5%, di atas 44 tahun

24,7%, 1-4 tahun 10,6%, dan bayi di bawah satu tahun 2,6%. Berdasarkan

wilayah, Bali menjadi provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi di Indonesia

sebesar 273,1 per 100.000 penduduk diikuti oleh NTT sebesar 107,7 per 100.000

penduduk (Kemenkes RI, 2021).

Data laporan Dinas Kesehatan Provinsi Banten menunjukkan dalam tiga

tahun terakhir kasus DBD mengalami fluktuatif, tahun 2019 terdapat 1.598 kasus

DBD (IR 34,94 dan CFR 2,34%), tahun 2020 terdapat 1.629 kasus (IR 42,33 dan

CFR 1,64%) dan tahun 2021 terdapat 1.602 kasus (IR 39,62 dan CFR 1,89%)

(Dinkes Banten, 2021). Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu daerah di

Banten dengan angka yang cukup tinggi, pada tahun 2021 dilaporkan jumlah kasus

DBD sebesar 315 kasus, dengan jumlah kematian 8 orang (IR 91,9 % dan CFR

43,2%) (Dinkes Kabupaten Pandeglang, 2021).

Upaya Pemerintah Indonesia dalam pengendalian DBD saat ini yaitu

melaksanakan program gerakan 1 rumah 1 jumantik di 154 kabupaten/kota dan

telah menyediakan sebanyak 6.122 koordinator jumantik, 4.498 supervisor

jumantik dan 1.047 kader jumantik pelabuhan (KJP), namun upaya tersebut masih

belum maksimal mengingat angka kejadian DBD di seluruh Indonesia sampai saat

ini masih sangat tinggi (Sinaga, 2019).

Upaya pencegahan penyakit DBD salah satunya adalah pengendalian vektor

nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian vektor DBD dapat dilakukan dengan berbagai

cara salah satunya adalah fogging. Fogging untuk membunuh nyamuk umumnya

menggunakan racun insektisida jenis piretrin dan permetrin sintetis. Kabut fogging
3

dibentuk dengan mengubah campuran insektisida dan air menjadi asap melalui

mesin. Takaran insektisida yang terdapat dalam asap fogging sangat kecil, tetapi

cukup untuk membunuh nyamuk. Dalam jumlah kecil, asap yang terhirup tidak

menimbulkan efek samping pada manusia. Akan tetapi, jika terhirup dalam jumlah

besar, asap fogging bisa mengganggu kesehatan manusia seperti mata perih dan

berair, batuk-batuk, sulit bernapas, sakit kepala, iritasi kulit dan lemas (Wahyuddin

et al., 2021).

Mengingat fogging memiliki banyak efek samping terhadap manusia, cara

lain memberantas sarang nyamuk penyebab DBD adalah dengan kegiatan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang meliputi 4M plus yaitu menguras,

mengubur atau mendaur ulang, menutup dan memantau jentik secara berkala. Plus

yang dimaksud adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti memelihara ikan

pemakan jentik, menggunakan kelambu ketika tidur, menabur larvasida,

menggunakan repellent dan menggunakan obat nyamuk (Suwandi et al., 2019).

Kegiatan PSN melibatkan seluruh elemen masyarakat yang berkaitan erat

dengan pengetahuan dan perilaku. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu

hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami, secara sengaja

maupun tidak disengaja. Salah satu tujuan dari pengetahuan, yaitu mengubah

persepsi seseorang dari yang tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari yang tidak

bisa menjadi bisa, jadi pengetahuan dapat merubah perilaku seseorang. Perilaku

adalah prediposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan tertentu,

sehingga perilaku individu mempunyai pengaruh pada lingkungan sekitar baik atau

buruknya perilaku individu tentang PSN melalui 4M plus dapat menentukan


4

perkembangan nyamuk Aedes aegypti, sehingga kejadian DBD dapat dicegah

(Mubarak et al., 2020).

Penelitian sebelumnya oleh Ririh et al. (2021) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan tentang DBD dengan perilaku masyarakat dalam

pengendalian vektor Aedes aegypti dengan 4 M plus. Penelitian ini menunjukkan

bahwa rendahnya tingkat pengetahuan tentang DBD menyebabkan tingginya angka

jentik Aedes aegypti. Hal ini diperkuat oleh penelitian Fitriyah et al. (2021) di Kota

Manado yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang

DBD dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan keberadaan jentik Aedes

aegypti dengan 4M Plus. Disebutkan bahwa masyarakat yang memiliki

pengetahuan rendah tentang DBD beresiko 6,3 kali untuk memiliki perilaku buruk

terhadap pencegahan dan pengendalian jentik dengan 4M plus dibandingkan

dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan baik tentang DBD.

Puskesmas Cadasari merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten

Pandeglang dengan laporan angka kejadian DBD yang cukup tinggi. Wilayah

Puskesmas Cadasari terdiri dari 11 Desa binaan. Berdasarkan data laporan tahunan

bahwa dalam tiga tahun terakhir kasus DBD di Wilayah Puskesmas Cadasari

mengalami peningkatan, tahun 2019 dilaporkan sebanyak 27 kasus, tahun 2020

sebanyak 32 kasus dan tahun 2021 sebanyak 38 kasus. Desa yang di laporkan paling

banyak kasus DBD setiap tahunnya adalah Desa Ciinjuk. Dari desa tersebut tercatat

sebanyak 11 kasus DBD sepanjang tahun 2021 (Puskesmas Cadasari, 2021).

Survey pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Desa Ciinjuk Wilayah

Puskesmas Cadasari, dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap 10


5

orang kepala keluarga (KK) diperoleh bahwa ada 3 KK melaksanakan 4M Plus,

sementara 6 KK lainnya sama sekali tidak pernah melakukan kegiatan 4M plus

sebagai upaya pencegahan dan pengendalian vektor nyamuk penyebab DBD. Saat

diwawancarai, 4 orang KK mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang nyamuk

penyebab DBD, 2 orang KK lainnya mengatakan tidak tahu maksud dari 4M plus

dan cara melakukan kegiatan pencegahan DBD.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti merasa penting untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan antara pengetahuan tentang demam

berdarah dengue dengan perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik di Desa

Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang tahun 2022”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah ada hubungan antara pengetahuan

tentang demam berdarah dengue dengan perilaku 4M Plus dan berjalannya

jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten

Pandeglang tahun 2022?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang demam berdarah dengue

dengan perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja

Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang tahun 2022.


6

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi gambaran distribusi frekuensi perilaku 4M plus dan

berjalannya jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari

Kabupaten Pandeglang tahun 2022.

2. Untuk mengidentifikasi gambaran distribusi frekuensi pengetahuan tentang

DBD di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten

Pandeglang tahun 2022.

3. Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang demam berdarah

dengue dengan perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik di Desa Ciinjuk

Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang tahun 2022.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara teoritis

yang dapat bermanfaat dalam perkembangan kurikulum keperawatan dan sebagai

sumber referensi yang berhubungan dengan DBD.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Puskesmas Cadasari

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam

rangka peningkatan program pelayanan kesehatan dan sekaligus memberikan

informasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan 4M Plus.


7

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang penyakit DBD serta pentingnya melakukan kegiatan 4M

Plus di rumah sebagai upaya pencegahan dan pengendalian jentik nyamuk

penyebab DBD.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan memberikan

informasi kepada pihak akademik khususnya mahasiswa keperawatan tentang

pentingnya penanganan penyakit DBD dengan 4M plus.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh peneliti

selanjutnya baik secara teoritis maupun secara metodologis, salah satunya yaitu

menambahkan beberapa variabel independen lainnya yang dianggap

berhubungan dengan perilaku masyarakat terkait dengan 4M Plus.

1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan penyakit DBD telah banyak dilakukan

sebelumnya, tetapi sejauh penelusuran yang telah dilakukan peneliti belum ada

penelitian yang sama persis dengan penelitian yang peneliti lakukan. Keaslian

penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai

karekteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian, meskipun berbeda dalam hal

kriteria subjek, jumlah dan posisi variabel penelitian atau metode analisis yang

digunakan. Peneliti telah melakukan review beberapa jurnal penelitian terdahulu


8

yang relevan terkait dengan tema penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu

sebagai berikut:

Tabel 1.1. Literature Review Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Metodologi


Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
/ Tahun Penelitian Penelitian
Santia Ririh, Hubungan Metode kuantitatif Ada hubungan Perbedaan penelitian
Nania pengetahuan dan dengan desain antara terlihat dari narasi judul
Kumala, Reni sikap dengan cross sectional. pengetahuan dan variabel yang
Septarini perilaku Sampel penelitian (p=0,000) dan diteliti, dimana
(2021) masyarakat 94 responden. sikap (p=0,007) penelitian sebelumnya
dalam Alat ukur dengan perilaku meneliti 2 variabel
pengendalian menggunakan masyarakat dalam independen yaitu sikap
vektor Aedes kuesioner. Uji pengendalian dan pengetahuan
aegypti dengan 4 statistik vektor Aedes sementara penelitian
M plus di Desa menggunakan uji aegypti dengan 4 saat ini hanya meneliti
Kema II chi square. M plus 1 variabel yaitu
Kecamatan pengetahuan.
Kema Perbedaan lain terlihat
Kabupaten dari wilayah dan
Minahasa Uatara sampel penelitian.
Anna Fitriyah, Hubungan Metode kuantitatif Ada hubungan Perbedaan penelitian
Dinni pengetahuan dengan desain antara terlihat dari konsep
Adhayani, tentang DBD cross sectional. pengetahuan narasi judul dan
Shinta Prisilia dengan perilaku Sampel penelitian tentang DBD perbedaan lainnya
(2021) masyarakat 76 responden. (p=0,002) dengan terlihat dari wilayah
dalam Alat ukur perilaku dan sampel penelitian.
pencegahan menggunakan masyarakat dalam
keberadaan kuesioner. Uji pencegahan
jentik Aedes statistik keberadaan jentik
aegypti dengan menggunakan uji Aedes aegypti
4M Plus di Kota chi square. dengan 4M Plus
Manado
Mely Andani Hubungan Metode kuantitatif Ada hubungan Perbedaan penelitian
(2019) pengetahuan dan deskriptif dengan antara terlihat dari narasi judul
sikap kepala desain cross pengetahuan dan variabel yang
keluarga dengan sectional. Sampel (p=0,001) dan diteliti, dimana
pelaksanaan 4M penelitian 87 sikap (p=0,014) penelitian sebelumnya
Plus dalam responden. Alat kepala keluarga meneliti 2 variabel
mengatasi DBD ukur dengan independen yaitu sikap
di Wilayah Kerja menggunakan pelaksanaan 4M dan pengetahuan
Puskesmas kuesioner. Uji plus dalam sementara penelitian
Basuki Rahmad statistik mengatasi DBD. saat ini hanya meneliti
menggunakan uji 1 variabel yaitu
chi square. pengetahuan.
Perbedaan lain terlihat
dari wilayah dan
sampel penelitian.
9

Nama Peneliti Judul Metodologi


Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
/ Tahun Penelitian Penelitian
Elisabet Lisa Faktor-faktor Metode penelitian Ada hubungan Perbedaan penelitian
(2019) yang kuantitatif antara terlihat dari narasi judul
berhubungan menggunakan pengetahuan dan variabel yang
dengan perilaku desain penelitian (p=0,000), diteliti, dimana
3M plus di Cross Sectional, pendidikan penelitian sebelumnya
masyarakat pengumpulan data (p=0,011) sikap meneliti 4 variabel
RW.01 RT.04 dengan observasi, (p=0,006), dan independen yaitu
Wilayah Kerja wawancara dan dukungan pengetahuan,
Puskesmas kuesioner. Uji jumantik pendidikan, sikap dan
Kelurahan statistik (p=0,000) dengan dukungan jumantik,
Kebon Jeruk menggunakan uji perilaku 3M plus. sementara penelitian
Jakarta Barat Chi Square saat ini hanya meneliti
1 variabel yaitu
pengetahuan. Selain itu
pada variabel dependen
juga berbeda dimana
penelitian sebelumnya
meneliti perilaku 3M
Plus sedangkan
penelitian saat ini
meneliti perilaku 4M
plus. Perbedaan lain
terlihat dari wilayah
dan sampel penelitian.
Evorius Literature Penulisan Hasil penelusuran Perbedaan penelitian
Oriwarda, review: dilakukan dengan 18 artikel terlihat dari narasi
Lisda Hayatie, Hubungan menelusuri artikel didapatkan 55,5% judul, wilayah
Djalalluddin pengetahuan dan berbahasa artikel yang penelitian dan metode
(2021) perilaku Indonesia yang menyatakan penelitian yang
masyarakat diterbitkan tahun terdapat hubungan digunakan. Penelitian
tentang PSN 2010-2020 pengetahuan sebelumnya
dengan menggunakan tentang PSN menggunakan metode
keberadaan database jurnal dengan literature review
jentik Aedes kedokteran, keberadaan jentik (narative review)
aegypti dengan pencarian Aedes aegypti dan dengan menelusuri
menggunakan 82,3% artikel beberapa artikel terkait
Google Scholar menyatakan menggunakan google
dan Garuda. terdapat hubungan scholar, sementara
Metode yang perilaku PSN penelitian saat ini
digunakan adalah dengan menggunakan metode
narrative review. keberadaan jentik kuantitatif deskriptif
Aedes aegypti dengan desain cross
sectional. Perbedaan
lainnya jelas terlihat
dari wilayah, prosedur
pengumpulan data dan
sampel penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1. Pengertian

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu

hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam

(echymosis) atau ruam (purpura) (Siswanto & Usnawati, 2019).

DBD adalah suatu penyakit dengan ditandai demam yang akut dan serangan

yang mendadak, demam biasanya antara 3-5 hari disertai sakit kepala yang berat,

myalgia, arthralgia, retro-orbital pain, anorexia. Bintik/ruam maculopapular

biasanya timbul, dan perdarahan kecil seperti mimisan, perdarahan pada gusi terjadi

pada masa demam (Oka, 2016).

2.1.2. Etiologi

Penyebab DBD adalah Arbovirus (Artropodborn Virus) melalui gigitan

nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti). Virus dengue dibawa oleh

nyamuk Aedes Aegypti masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.

Pada saat nyamuk Aedes Aegypti menggigit kulit manusia maka virus dengue akan

masuk ke dalam tubuh, setelah masa inkubasi sekitar 3-15 hari penderita bisa

mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita mengalami

kondisi fatal karena menganggap ringan gejala tersebut (Hidayani, 2020).

10
11

2.1.3. Patogenesis dan Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes

aegypti atau Aedes albopictus. Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat

hidup didalam sel hidup. Virus dengue masuk kedalam tubuh kemudian mencapai

sel target yaitu makrofag. Sebelum mencapai sel target maka respon immune non-

spesifik dan spesifik tubuh akan berusaha menghalanginya. Aktivitas komplemen

pada infeksi virus dengue diketahui meningkat menyebabkan terjadinya kenaikan

permeabilitas kapiler celah endotel melebar lagi. Akibat kejadian ini maka terjadi

ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke extravaskuler dan menyebabkan terjadinya

tanda kebocoran plasma seperti hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura,

asites, penebalan dinding vesica fellea dan syok hipovolemik. Kenaikan

permeabilitas kapiler ini berimbas pada terjadinya hemokonsentrasi, tekanan nadi

menurun dan tanda syok lainnya (Hidayani, 2020).

Demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia

sebagai penjamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein.

Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan penjamu, bila daya tahan

rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat

menimbulkan kematian. Organ sasaran dari virus adalah organ hepar, nodus

limfaticus, sumsum tulang, serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian

menunjukkan bahwa sel-sel monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada

infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit

perifer (Siswanto & Usnawati, 2019).


12

Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel

tersebut. Infeksi virus dengue dimulai dengan menempelnya virus genomnya

masuk ke dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk

komponen-komponennya, baik komponen antara maupun komponen struktural

virus. Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses

perkembangan virus DEN terjadi di sitoplasma sel (Soegijanto, 2018). Infeksi oleh

salah satu serotipe ini tidak menimbulkan imunitas dengan protektif silang (cross

protective) sehingga seseorang yang tinggal didaerah endemik dapat terinfeksi oleh

demam dengue selama hidupnya (Suwandono, 2019).

Patogenesis DBD terdapat dua perubahan patofisiologi yang menyolok yaitu

meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma ke

dalam rongga pleura dan rongga peritoneal yang terjadi singkat (24-48 jam),

hipovolemia dan terjadi syok. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh

vaskulopati, trombositopenia dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi

perdarahan (Oka, 2016).


13

Pathways
Infeksi Virus Dengue

Virtemia

Depresi sumsum Terbentuk komplek antigen-antibodi Hepatomegali

Tulang Mengaktivasi sistem komplemen

Mual-muntah

PGE2 Hipotalamus Dilepaskan C3a dan C5a (peptida)


Perubahan nutrisi
Melepaskan histamin kurang dari
kebutuhan tubuh
Hipertermi
Permeabilitas membran meningkat Kekurangan
Volume cairan
Kebocoran plasma

Hipovolemia

Kerusakan endotel
Resiko syok
Efusi Pleura dan ascites Pembulu darah
hipovolemia

Resiko terjadi
Trombosit menurun
perdarahan
Trombositopenia

Perdarahan

Perubahan perfusi
jaringan

Syok hipovolemik

Kematian

Gambar 2.1. Pathway DBD


Sumber: Hidayani (2020)
14

2.1.4. Epidemiologi

Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit

disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan

lingkungan (environment) yang digambarkan sebagai segitiga. Perubahan dari

sektor lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit secara

individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut.

Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan

lingkungan (Hidayani, 2020).

Pada prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga

epidemiologi menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu

penjamu, agent, dan lingkungan.

Host

Vektor

Agent Environment

Gambar 2.2. Paradigma Host, Agent, Environment

Sumber: Siswanto & Usnawati (2019)

Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis

dan pemahaman masing-masing komponen. Perubahan pada satu komponen akan


15

mengubah ketiga komponen lainnya, dengan akibat menaikkan atau menurunkan

kejadian penyakit. Komponen untuk terjadinya penyakit DBD yaitu:

1. Agent

Agent penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang

termasuk kelompok B arthropoda born virus (arvoviroses). Anggota dari

genus Flavivirus, famili Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegypti dan juga nyamuk Aedes albopictus yang merupakan vektor infeksi

DBD.

2. Host (Penjamu)

Penjamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent.

Dalam penelitian ini yang diteliti dari faktor penjamu adalah karakteristik

penderita (pendidikan, pekerjaan, dan perilaku).

3. Environment (Lingkungan)

Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari

agent maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent penjamu.

Dalam penelitian ini yang berperan sebagai faktor ligkungan meliputi

lingkungan fisik rumah (kawat kasa pada ventilasi, pencahayaan, kelembaban,

langit-langit/plafon, kerapatan dinding, dan tempat penampungan air).

2.1.5. Manifestasi Klinis

Menurut Oka (2016), masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8

hari dengan gejala klinis:

1. Demam akut yang tetap tinggi (2-7 hari) disertai gejala tidak spesifik seperti

anoreksia, amlaise.
16

2. Manifestasi perdarahan: Uji turniquet positif atau ruple leed positif, perdarahan

gusi, ptechiase, epitaksis, hematemesis atau melena.

3. Pembesaran hati, nyeri tekan tanpa ikterus.

4. Terjadi renjatan atau baik.

5. Kenaikan nilai hematokonsentrasi yaitu sedikitnya 205 dan penurunan nilai

trombosit (trombitopenia 100.000/mm atau kurang).

6. Pada foto rontgen : pulmonary vaskuler cengestion dan plural effusion pada

paru kanan.

2.1.6. Klasifikasi

WHO membagi derajat DBD menjadi empat tingkat diantaranya yaitu

sebagai berikut:

1. Derajat I: Demam yang disertai gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala

perdarahan adalah hasil uji tourniquet yang positif.

2. Derajat II: Gejala yang timbul pada DBD derajat I ditambah perdarahan

spontan biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau bentuk perdarahan

lainnya.

3. Derajat III: kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat

dan lemah. Menyempitnya tekanan nadi 20mmHg atau kurang atau hipotensi,

ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah.

4. Derajat IV: Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan

darah (Siswanto & Usnawati, 2019).


17

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Siswanto & Usnawati (2019), pemeriksaan penunjang DBD adalah

sebagai berikut:

1. Darah

a. Pada DBD terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga.

b. Pada DBD terdapat Trombositpenia dan Hemokonsentrasi.

c. Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,

SGOT, ureum dan pH darah mungkin meningkat.

2. Urine

Mungkin ditemukan albuminuria ringan

2.1.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penyakit DBD dapat dilakukan secara medik dan

keperawatan, yaitu sebagai berikut:

1. Medik

a. DBD tanpa renjatan

1) Beri minum banyak (1 ½ - 2 liter/hari).

2) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan

kompres.

3) Jika kejang maka dapat diberi luminal (antionvulsan) untuk anak < 1

tahun dosis 50 mg lm dan untuk anak > 1 tahun 75 mm lm. Jika 15 menit

kejang belum teratasi, beri lagi luminal dengan dosis 3 mg/kb BB (anak

< 1 tahun dan pada anak > 1 tahun diberikan 5 mg/kgBB.

4) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat.


18

b. DBD dengan renjatan

1) Pasang infus RL.

2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20-

30 ml/kg BB).

3) Tranfusi jika Hb dan Ht turun.

2. Keperawatan

a. Pengawasan tanda-tanda Vital secara continue tiap jam

1) Pemeriksaaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 jam.

2) Observasi intik output.

3) Pada pasien DBD derajat I : pasien diistirahatkan, observasi tanda vital

tiap 3 jam, periksa Hb, Ht, Trombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter –

2 liter per hari, beri kompres.

4) Pada pasien DBD derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,

Ht, trombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,

tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

5) Pada pasien DBD derajat III: infus guyur, posisi semi fowler, beri O2

pengawasan tanda-tanda vital tiap 15 menit, pasang kateter, observasi

produksi urin tiap jam, periksa Hb, Ht, dan trombosit.

b. Risiko perdarahan

1) Observasi perdarahan: Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan Melena.

2) Catat banyak, warna, dari perdarahan.

3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal.

c. Peningkatan suhu tubuh


19

1) Observasi atau ukur suhu tubuh secara periodik.

2) Beri minum banyak dan berikan kompres hangat.

2.1.9. Mekanisme Penularan DBD

Penularan virus dengue dapat terjadi apabila ada sumber penular (orang

sakit), ada vektor dan ada orang sehat. Seseorang yang terinfeksi virus dengue di

dalam darahnya mengandung virus. Bila digigit nyamuk vektor DBD, virus terhisap

masuk ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus memperbanyak diri dan

tersebar keseluruh jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya (8-

12 hari) (Hidayani, 2020).

Penderita DBD bila digigit nyamuk Aedes aegypti, maka virus yang ada di

dalam darahnya akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk, kemudian virus

akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk

pada kelenjar liurnya. Kira-kira satu minggu setelah mengisap darah penderita,

nyamuk tersebut siap untuk menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue

tetap berada pada tubuh nyamuk dan merupakan penular (infektif) sepanjang

hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit dan belum

mengisap darah nyamuk mengeluarkan kelenjar liur melalui probosis, agar darah

yang diisap tidak membeku. Kemudian bersama air liur ini virus dengue

dipindahkan dari nyamuk keorang lain (Podung et al., 2021).

2.1.10. Komplikasi

Pada umumnya infeksi primer dapat sembuh sendiri dan tidak berbahaya.

Komplikasi pada bayi dan anak usia muda biasanya berupa kehilangan cairan dan
20

elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam. Pada usia 1 – 4 tahun wajib diwaspadai

ensefalopati dengue karena merupakan golongan Ausia tersering terjadinya kejang

demam. Kegagalan dalam melakukan tatalaksana komplikasi ini, dapat

memberikan jalan menuju DSS (Dengue Shock Syndome) dengan tanda kegagalan

sirkulasi, hipotensi dan syok (Podung et al., 2021).

2.1.11. Pengendalian dan Pencegahan DBD

1. Pengendalian DBD

Pengendalian vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes

No. 581 tahun 1992, bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW

dalam bentuk PSN dengan pesan inti 4M plus. Keberhasilan kegiatan PSN

antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih

atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau

dikurangi (Kemenkes RI, 2019).

Penegendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor resiko penularan

oleh vektor dengan meminimalkan habitat potensial perkembangbiakan vektor,

menurunkan kepadatan dan umur vektor serta mengurangi kontak vektor

dengan manusia. Ada beberapa cara pengendalian vektor DBD yaitu:

a. Secara Kimiawi

Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida.

Sasaran insektisida berupa stadium dewasa maupun stadium pradewasa.

Insektisida merupakan racun bersifat toksik, maka penggunaannya harus

memepertimbangkan dampak lingkungan dan organisme yang bukan


21

sasaran. Didalam pelaksanaannya penentuan jenis insektisida, dosis dan

metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam

kebijakan pengendalian vektor.

b. Secara biologi

Penggunaan vektoer secara biologi dilakukan dengan menggunakan agent

biologi seperti predator,/pemangsa, parasit, dan bakteri. Jenis predator

yang digunakan yaitu ikan pemakan larva seperti ikan guppy, cupang,

tampalo, dan ikan gabus.

c. Secara manajemen lingkungan

Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan, sehingga

tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan nyamuk seperti 4M plus

yaitu menguras, menutup, mengubur dan memantau jentik serta diikuti

(plus) dengan memelihara ikan predator dan menabur larvasida, disamping

melakukan penghambatan dalam pertumbuhan vektor seperti menjaga

kebersihan lingkungan rumah serta mengurangi tempat yang gelap dan

lembab di lingkungan tempat tinggal (Kemenkes RI, 2019).

2. Pencegahan DBD

Pencegahan terutama diarahkan pada pemberantasan nyamuk yang

menjadi vektor penular dengue, dan membersihkan sarang-sarangnya

(breeding places). Tindakan pencegahan harus dilakukan sebelum terjadinya

masa penularan (yaitu selama dan sesudah musim hujan) dan pada saat terjadi

epidemi. Untuk menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan

mengenakan pakaian yang menutupi seluruh bagian dan anggota badan,


22

mengoleskan pengusir nyamuk (repellent), menggunakan kelambu pada saat

tidur, menggunakan kain yang dipasang di jendela (Cakranegara, 2021).

2.2. Vektor Nyamuk Aaedes Aegypti

2.2.1. Ekologi Vektor Nyamuk Aedes aegypti

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara vektor

dengan lingkungan. Eksistensi nyamuk Aedes aegypti dipengaruhi oleh lingkungan

fisik maupun lingkungan biologik. Lingkungan fisik mempengaruhi eksistensi

nyamuk antara lain ketinggian tempat, curah hujan, temperatur, dan lingkungan

biologik (Suwandono, 2019).

1. Lingkungan fisik

a. Ketinggian tempat

Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk. Wilayah

dengan ketinggian diatas 1000 meter dari permukaan laut tidak ditemukan

nyamuk Aedes aegypti karena ketinggian tersebut suhu terlalu rendah

sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk. Kemampuan

terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter.

b. Curah hujan

Hujan akan menambah genangan air yang dipakai sebagai tempat

perindukan dan menambah kelembaban udara. Udara yang lembab

merupakan tempat yang baik sebagai tempat siklus hidup nyamuk.

c. Temperatur

Virus dengue hanya endemik di daerah tropis dimana suhu memungkinkan

untuk perkembangbiakan nyamuk. Suhu optimum pertumbuhan nyamuk


23

adalah 250C - 270C. Pertumbuhan akan terhenti sama sekali bila suhu

kering dari 100C atau lebih dari 400C.

2. Lingkungan bilogi

Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah

banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi

pencahayaan dan kelembaban di dalam rumah. Kelembaban yang tinggi dan

kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan tempat yang disenangi oleh

nyamuk untuk istirahat (Suwandono, 2019).

2.2.2. Bionomik Vektor

Bionomik vektor adalah tempat perindukan (breeding place), kebiasaan

menggigit (feeding habit), kebiasaan istirahat (resting habit), dan jarak terbang

(flight range). Aedes aegypti sering bertelur pada wadah buatan yang terdapat di

dalam atau di dekat rumah, misalnya wadah penyimpan air, bak mandi, vas bunga,

tong air, ban bekas, botol bekas, pipa air atau tang air. Meskipun lebih jarang

dijumpai, habitat alami larva nyamuk dapat ditemukan di daerah urban, misalnya

lubang pohon, pelepah daun pisang, atau tanaman lainnya dan tempurung kelapa.

Kebiasaan makan nyamuk termasuk sangat antropofilik (menyukai darah manusia)

meskipun nyamuk ini juga menghisap darah hewan mamalia berdarah panas

lainnya. Nyamuk ini aktif mencari makan pagi hari beberapa jam sesudah matahari

terbit, dan sore hari beberapa jam sebelum matari terbenam (Siswanto & Usnawati,

2019).

Lebih dari 90% nyamuk Aedes aegypti beristirahat di tempat-tempat yang tidak

terkena sinar, yaitu tempat-tempat di dalam rumah yang gelap dan tersembunyi,
24

ruang yang lembab, kamar tidur, kloset, kamar mandi, dan dapur. Jarak terbang

nyamuk dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemampuan mengisap darah

tempat berteluar nyamuk. Pada umumnya jarak terbang adalah 30-50 meter dari

tempat berkembang biaknya, namun bisa mencapai 400 meter, terutama pada waktu

nyamuk betina mencari tempat untuk bertelur (Irmaini, 2015).

2.2.3. Kepadatan Vektor

Untuk mengetahui kepadatan vektor disuatu lokasi dapat dilakukan beberapa

survei yang dipilih secara acak yang meliputi : Survei nyamuk, survei jentik dan

survei perangkap telur. Dalam pelaksanaan survei ada 2 metode meliputi :

1. Metode singgle larva

Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik disetiap tempat genangan

air yang ditemukan ada jentiknya untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut jenis

jentiknya.

2. Metode visual

Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat

genangan air tanpa mengambil jentiknya. Dalam program pemberantasan

penyakit demam berdarah dengue, survei jentik yang biasa digunakan adalah

cara visual. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik yaitu :

a. Angka bebas jentik (ABJ)

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik


𝑥 100%
Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

b. House index (H.I)

Jumlah rumah/bangunan yang diketemukan jentik


𝑥 100%
Jumlah rumah yang diperiksa
25

c. Container index (C.I)

Jumlah container dengan jentik


𝑥 100%
Jumlah container yang diperiksa

d. Breteau index (B.I)

Jumlah container dengan jentik dalam 100 rumah. Angka bebas jentik dan

house index lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu

wilayah. Tidak ada teori yang pasti berapa angka bebas jentik dan house

index yang dipakai standart, hanya berdasarkan kesepakatan, disepakati

House index minimal 5% yang berarti persentase rumah yang diperiksa

jentiknya positip tidak boleh melebihi 5 % atau 95 % rumah yang diperiksa

jentiknya harus negatip.

3. Survei perangkap telur (Ovitrap)

Tujuan dari survei perangkap telur adalah untuk mengetahui ada/tidaknya

nyamuk Aedes aegypti dalam situasi densitas sangat rendah, yang mana dengan

metode single larva tidak dapat menemukan adanya container positif. Ovitrap

berupa bejana (kaleng, palstik atau potongan bambu) yang dinding bagian

dalamnya dicat hitam dan diberi air secukupnya. Kedalam bejana tersebut

dimasukan padel yaitu berupa potongan bambu atau kain yang tenunannya

kasar dan berwarna gelap sebagai tempat menyimpan telur. Ovitrap

ditempatkan di dalam dan diluar rumah, ditempat yang gelap dan lembab.

Setelah satu minggu dilakukan pemeriksaan ada/tidaknya telur di padel. Cara

menghitung Ovitrap index adalah :

Jumlah padel dengan telur


𝑥100%
Jumlah padel diperiksa
26

Untuk mengtahui lebih tepat gambaran kepadatan populasi nyamuk dengan

cara :

Jumlah telur dari seluruh ovitrap


𝑥100%
Jumlah 𝑜𝑣𝑖𝑡𝑟𝑎𝑝 yang digunakan

2.2.4. Klasifikasi dan Morfologi Nyamuk Aedes sp.

Klasifikasi nyamuk penyebab DBD Aedes aegypti dan Aedes albopictus adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Diptera

Famili : Culicidae

Subfamili : Culicinae

Genus : Aedes

Species : Aedes aegypti, Aedes albopictus

Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa memiliki tubuh berwarna hitam

kecoklatan. Ukuran tubuh nyamuk Aedes aegypti betina antara 3-4 cm. Tubuh dan

tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian punggung

(dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan

yang menjadi ciri dari nyamuk spesies ini (Oka, 2016).

Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas

sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna


27

nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, bergantung pada kondisi lingkungan

dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan (Cakranegara, 2021).

Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan nyata dalam hal ukuran.

Biasanya, nyamuk jantan memiliki tubuh lebih kecil daripada betina, dan terdapat

rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan (Hidayani, 2020).

2.2.5. Siklus Hidup Nyamuk

Pada dasarnya, siklus hidup nyamuk berawal dengan peletakan telur oleh

nyamuk betina. Nyamuk Aedes sp. meletakkan telur-telur mereka satu persatu.

Mereka meletakkannya pada permukaan yang lembap seperti batu, tanah, tumbuhan

atau hanya di atas permukaan air pada lubang-lubang dinding pohon atau wadah.

Telur-telur ini membutuhkan pengeringan untuk mengondisikan telur sebelum

menetas dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering selama jangka waktu yang

lama sampai hujan, banjir atau air pasang menutupi mereka. Biasanaya ditemukan

pada genangan air sementara atau pada habitat-habitat dimana tingkat genangan air

berfluktuasi dan menghasilkan kondisi yang cocok untuk peletakan telur. Dari telur

muncul fase kehidupan air yang masih belum matang disebut larva (Sinaga, 2019).

Larva tumbuh melalui empat tahapan, yang diantara tahapan tersebut mereka

mengganti kulit kuku bagian luar agar dapat bertambah ukuran. Mereka makan dari

bahan-bahan mikroskopik di dalam atau di atas air. Larva perlu menghirup udara

untuk bertahan hidup dan mereka melakukannya melalui celah pada ujung belakang

badannya, umumnya melalui sebuah tabung (siphon) yang dapat masuk ke

permukaan air. Larva Aedes sp. mempunyai ciri khas siphon yang pendek dan

gendut. Selama kondisi musim panas larva Aedes sp. dapat berkembang hanya
28

memakan waktu 4-5 hari. Kemudian bertambah ukuran hingga mencapai tahap

akhir yang tidak membutuhkan asupan makanan yaitu pupa (Achmadi, 2017).

Pupa nyamuk bergerak sangat aktif, dapat berenang dengan mudah saat

terganggu. Dalam cangkang pupa terdapat jaringan-jaringan larva yang belum

matang yang akan berubah menjadi nyamuk dewasa. Pupa juga bernapas melalui

tabung-tabung pada ujung kepala. Tahap pupa umumnya berlangsung hanya 2-3

hari tergantung pada suhu. Didalam kulit pupa nyamuk dewasa membentuk diri

sebagai betina atau jantan, dan tahap nyamuk dewasa muncul dari pecahan di

bagian belakang kulit pupa (Achmadi, 2017).

Lama hidup nyamuk dewasa Aedes aegypti berkisar antara 3-4 minggu. Di

musim penghujan dimana umur nyamuk lebih tinggi. Kondisi lingkungan

berpengaruh terhadap panjangnya umur nyamuk Aedes aegypti (Soedarto, 2018).

2.3. Perilaku Penerapan 4M Plus

Dalam penanganan kasus DBD, peran serta masyarakat untuk menekan kasus

ini sangat menentukan. Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) dengan cara 4M Plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang

tahun khususnya pada musim penghujan (Mubarak et al., 2020). Program PSN 4M

Plus, yaitu sebagai berikut:

2.3.1. Menguras Tempat Penampungan Air

Menguras adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat

penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum,

penampung air lemari es dan lain-lain. Hal ini karena dengan pertimbangan nyamuk

harus dibunuh sebelum menjadi nyamuk dewasa, karena periode pertumbuhan


29

telur, jentik, dan kepompong selama 8-12 hari, sehingga sebelum 8 hari harus sudah

dikuras supaya mati sebelum menjadi nyamuk dewasa.

2.3.2. Menutup Tempat Penampungan Air

Menutup tempat penampungan air yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat

penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya. Namun apabila

tetap ditemukan jentik, maka air harus dikuras dan dapat diisi kembali ditutup rapat.

Tempat penampungan air yang tertutup dapat mencegah nyamuk untuk bersarang

dan bertelur dibandingkan dengan tempat penampungan air yang kondisinya

terbuka. Sistem penyediaan air dimasyarakat baik yang melalui perpipaan maupun

sumber lain seperti sungai, sumur gali, sumur pompa, masih memerlukan tempat

penampungan air baik besar maupun kecil berupa ember, drum, maupun bak

permanen. Tempat penampungan air ini juga merupakan media yang cukup di sukai

oleh nyamuk Aaedes Aegypti untuk berkembang biak. Dengan cara menutup berarti

kita tidak menyediakan tempat hidup bagi perkembangan nyamuk aedes aegypti.

2.3.3. Mengubur Barang Bekas

Mengubur barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi dan memanfaatkan

kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat

perkembangbiakan nyamuk penular demam berdarah. Tempat perkembangbiakan

nyamuk selain di tempat penampungan air juga pada kontainer (barang bekas) yang

memungkinkan air hujan tergenang yang tidak beralaskan tanah, seperti kaleng

bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain yang dibuang di

sembarang tempat.
30

2.3.4. Memantau Jentik Nyamuk

Memantau wadah penampungan air dan bak sampah. Memantau jentik

nyamuk di tempat penampungan air dapat dilakukan secara mandiri di rumah

masing-masing.

Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan

pencegahan seperti:

1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit

dibersihkan

2. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk

3. Menggunakan kelambu saat tidur

4. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk

5. Menanam tanaman pengusir nyamuk

6. Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah

7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa

menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. Setiap rumah juga dihimbau

untuk punya satu orang pemantau jentik (jumantik).

2.4. Jumantik

2.4.1. Pengertian

Juru pemantau jentik atau jumantik adalah orang yang melakukan

pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk khususnya Aedes

aegypti dan Aedes albopictus. Kader jumantik adalah kelompok kerja yang direkrut

dari masyarakat setempat atas persetujuan Ketua RT untuk melakukan pemantauan

dan pembinaan pelaksanaan jumantik rumah dan jumantik lingkungan. Jumantik


31

ini merupakan pemberdayaan masyarakat berbasis keluarga khususnya dalam

bidang kesehatan untuk melakukan perlindungan, pencegahan dari penyebaran

DBD (Pratamawati, 2016).

2.4.2. Kriteria Kader Jumantik

Jumantik direkrut dari masyarakat berdasarkan usulan atau musyawarah RT

setempat, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Berasal dari warga RT setempat

2. Mampu dan mau melaksanakan tugas dan bertanggung jawab

3. Mampu dan mau menjadi motivator bagi masyarakat di lingkungan tempat

tinggalnya.

4. Mampu dan mau bekerjasama dengan petugas puskesmas dan tokoh

masyarakat di lingkungannya (Mardhatillah et al., 2020).

2.4.3. Tugas dan Tanggung Jawab Kader Jumantik

Kader jumantik mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap lingkungan

sekitarnya, yaitu sebagai berikut:

1. Membuat rencana atau jadwal kunjungan seluruh rumah yang ada di wilayah

kerjanya.

2. Memberikan penyuluhan (perorangan atau kelompok) dan melaksanakan

pemberantasan jentik di rumah-rumah atau bengunan.

3. Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat dalam PSN DBD.

4. Membuat catatan atau rekapitulasi hasil pemantauan jentik.

5. Melaporkan hasil pemantauan jentik ke puskesmas sebulan sekali.


32

6. Bersama supervisor, melakukan pemantauan wilayah setempat (PWS) dan

pemetaan per RW hasil pemantauan jentik sebulan sekali (Suwandono, 2019).

2.4.4. Peran Kader Jumantik

Peran Jumantik sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini mewabahnya

DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan dan menghambat

perkembangan awal vektor penular DBD. Keaktifan kader jumantik dalam

memantau lingkungannya diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD. Oleh

karena itu, diperlukan upaya peningkatan keaktifan jumantik melalui motivasi yang

dilakukan oleh dinas kesehatan (Suwandono, 2019).

2.5. Pengetahuan

2.5.1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan masyarakat. Perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).

2.5.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah

sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya halhal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.


33

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3. Umur

Bertambahnya umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

4. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

5. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap

dalam menerima informasi (Notoatmodjo, 2014).

2.5.3. Tingkat Pengetahuan

Secara garis besarnya tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 6 tingkatan,

yaitu sebagai berikut:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehensif)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintreprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.


34

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku

dimasyarakat (Notoatmodjo, 2014).

2.5.4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2014). Cara mengukur pengetahuan dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian 1 untuk jawaban benar dan


35

nilai 0 untuk jawaban salah. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan

jumlah skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya

prosentase kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik (76-

100%), cukup (56-75%) dan kurang (≤ 60%) (Arikunto, 2014).

2.6. Hubungan Pengetahuan Tentang DBD dengan Perilaku 4M Plus dan


Berjalannya Jumantik

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, maka ia harus

tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau

keluarganya (Notoatmodjo, 2014).

Orang akan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengang 4M

plus untuk mencegah DBD apabila orang tersebut memiliki pengetahuan yang baik

tentang DBD serta tujuan dan manfaat 4M plus itu sendiri, sebaliknya jika orang

tersebut tidak memiliki pengetahuan baik tentang DBD dan 4M plus makan orang

tersebut tidak akan melakukan kegiatan apapun untuk mencegah, mengendalikan

serta memberantas jentik nyamuk penyebab DBD (Suwandi et al., 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Andanii (2019) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD

(p=0,032). Jika kepala keluarga mempunyai pengetahuan baik mengenai


36

pelaksanaan 4M Plus dalam mengatasi DBD maka akan lebih cendrung mempunyai

perilaku yang baim juga dalam mengatasi DBD begitu juga sebaliknya. Hal ini

dapat terjadi karena tindakan dari seseorang apabila mempunyai dasar dan disertai

dengan tindakan, dengan adanya pengetahuan yang baik mengenai pelaksanaan 4M

Plus akan lebih baik mengetahui tindakan yang tepat yang dapat dilakukan dalam

mengatasi DBD.

Penelitian sebelumnya oleh Ririh et al. (2021) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan tentang DBD dengan perilaku masyarakat dalam

pengendalian vektor Aedes aegypti dengan 4 M plus. Penelitian ini menunjukkan

bahwa rendahnya tingkat pengetahuan tentang DBD menyebabkan tingginya angka

jentik Aedes aegypti.

Penelitian Fitriyah et al. (2021) di Kota Manado yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara pengetahuan tentang DBD dengan perilaku masyarakat

dalam pencegahan keberadaan jentik Aedes aegypti dengan 4M Plus. Disebutkan

bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan rendah tentang DBD beresiko 6,3

kali untuk memiliki perilaku buruk terhadap pencegahan dan pengendalian jentik

dengan 4M plus dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan baik

tentang DBD.
37

2.7. Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor‐faktor penting yang telah diketahui dalam suatu

masalah tertentu.(Sugiyono, 2018) Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di

atas, maka kerangka teori dalam penelitian ini dapat divisualisasikan sebagaimana

yang terlihat pada Gambar 2.3 berikut:

Masyarakat Perilaku

Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan


pengetahuan: Tentang DBD
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pengalaman Pelaksanaan Jumantik
4. Pekerjaan Kegiatan 4M Plus Berjalan
5. Lingkungan

Faktor Perancu: Jentik nyamuk


1. Sikap dapat diberantas
2. Sosial ekonomi
3. Sosial budaya
4. Abate DBD dapat
5. Fogging Dicegah

Gambar 2.3. Kerangka Teori

Sumber: Notoatmodjo (2014), Suwandi et al. (2019), Siswanto & Usnawati (2019)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

dilakukan (Sugiyono, 2018). Penelitian ini memiliki 2 variabel yang saling

berkaitan yaitu antara variabel dependen (terikat) dengan variabel independen

(bebas). Kerangka konsep pada penelitian ini dapat divisualisasikan dalam Gambar

3.1 sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Tentang DBD Perilaku 4M Plus dan


Berjalannya Jumantik

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dalam

perumusan hipotesis secara statistik dinyatakan melalui simbol-simbol. Terdapat

dua macam hipotesis yakni hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha), yang

ditulis selalu berpasangan. Jika salah satu ditolak, maka yang lain diterima sehingga

dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu jika H0 ditolak maka Ha diterima dan jika

38
39

Ha ditolak maka H0 diterima (Notoatmodjo, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini

yaitu:

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan

perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja

Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang tahun 2022.

H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang demam berdarah dengue

dengan perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah

Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang tahun 2022.

3.3. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

deskriptif. Kuantitatif deskriptif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya. Penelitian kuantitatif deskriptif dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional. Penelitian korelasi adalah

penelitian yang dilakukan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar dua

variabel atau lebih yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan

dengan variasi dalam variabel lain. Desain yang digunakan adalah cross sectional

yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika hubungan antara faktor-faktor

resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data yang

dilakukan dalam satu kali pada waktu yang bersamaan dan tidak ada periode follow-

up (Sugiyono, 2018).
40

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap

dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata

dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti (Sugiyono, 2018).

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Alat Ukur/ Cara


No Definisi Operasional Hasil Ukur Skala Ukur
Penelitian Ukur
Dependen
1. Perilaku 4M Kebiasaan masyarakat Lembar kuesioner/ 1. Kurang baik, Ordinal
Plus dan dalam memberantas Responden diberikan jika skor < mean
Berjalannya sarang nyamuk dengan kuesioner 2. Baik,
Jumantik kegiatan 4M Plus seperti jika skor ≥ mean
menguras, menutup,
mengubur dan memantau
jentik nyamuk plus
menggunakan bubuk
abate, memelihara ikan
pemakan jentik,
menggunakan kelambu,
tidak menggantungkan
pakaian, dll.

Independen
2. Pengetahuan Segala sesuatu yang Lembar kuesioner/ 1. Kurang, Ordinal
tentang DBD diketahui responden Responden diberikan jika skor < mean
tentang penyakit demam kuesioner 2. Baik,
berdarah dengue (DBD) jika skor ≥ mean

3.5. Populasi dan Sampel

3.5.1. Populasi

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) yang ada di desa Ciinjuk Wilayah Kerja

Puskesmas Cadasari sebanyak 1.347 KK.


41

3.5.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2018). Metode

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

yaitu suatu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus Slovin yang

dikutip dari artikel Setiawan (2017) adalah sebagai berikut:

N
n
1  N (d 2 )
Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketetapan yang

diinginkan sebesar 0,1

Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini dapat

dihitung sebagai berikut:

1347
n
1  1347 ( 0 ,1 2 )
1347
n
1  (1347 x 0,01)
1347
n
1  13 , 47
1347
n 
14 , 47
n  93 ,09

n  93 (dibulatkan)
42

Berdasarkan perhitungan di atas, maka besar sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah 90 responden. Kriteria yang diperlukan dalam pengambilan

sampel pada penelitian ini dibagi dua yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.

Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil penelitian yang

bias. Kriteria-kriteria tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

a. KK yang tercatat pada data kependudukan desa Ciinjuk Wilayah Kerja

Puskesmas Cadasari

b. Bisa membaca dan menulis

c. Bersedia menjadi responden (mengisi dan menandatangani informed

consent)

2. Kriteria eksklusi

a. KK yang memiliki penyakit penyerta seperti gangguan kejiwaan, asma,

ginjal dan kardiovaskular.

3.6. Tempat dan Waktu Penelitian

3.6.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas

Cadasari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

3.6.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dimulai pada bulan Mei - Juli tahun 2022. Rencana

pengambilan data akan dilakukan pada bulan Juni minggu ke-3 sampai dengan Juli

minggu ke-2 tahun 2022.


43

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Sugiyono,

2018). Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data menggunakan data

primer. Untuk mengukur perilaku pelaksanaan 4M Plus dan pengetahuan responden

tentang DBD, peneliti menggunakan alat ukur kuesioner.

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian harus valid dan reliabel

untuk itu maka kuesioner tersebut harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas

(Notoatmodjo, 2018).

Pada penelitian ini kuesioner yang di uji validitas dan reliabilitas yaitu

kuesioner data variabel pengetahuan tentang DBD dan variabel data perilaku 4M

Plus dan berjalannya jumantik. Uji validitas dan reliabilitas instrumen telah

dilakukan di luar wilayah penelitian yaitu di Desa Cadasari, Kecamatan Cadasari

Pandeglang terhadap 30 orang sampel uji. Alasan peneliti mengambil wilayah

tersebut sebagai uji coba instrumen karena kriteria sampel uji coba hampir sama

dengan sampel penelitiian.

3.8.1. Uji Validitas

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur

apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antar skor (nilai)

tiap-tiap pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut, teknik yang dipakai

peneliti adalah teknik korelasi “product moment” antara belahan item genap dengan
44

ganjil. Statistik yang digunakan untuk memperoleh hasil uji validitas instrumen

adalah korelasi Pearson dengan rumus:

n (  xy )  (  x )  y 
rxy 
( n (  x 2 )  ( x ) 2 ( n ( y 2 )  (  y ) 2 )

Keterangan:

N = Jumlah sampel

X = Skor pertanyaan atau pernyataan yang di uji

Y = Skor total

XY = Skor pertanyaan/pernyataan yang di uji di kali dengan skor total

Kriteria pengujian:

Jika r hitung ≥ r tabel, maka item pertanyaan atau pernyataan valid.

Jika r hitung < r tabel, maka item pertanyaan atau pernyataan tidak valid.

Nilai r tabel ditentukan berdasarkan nilai-nilai pada tabel r product moment

dengan taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%. Rumus untuk membaca dan

menentukan nilai r pada suatu tabel yaitu df = N-2, maka df = 30-2 = 28. Nilai 28

pada tabel r product moment dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0,374.

Artinya bahwa nilai r tabel pada uji validitas ini adalah 0,374.

Hasil perhitungan uji validitas pada kuesioner variabel pengetahuan tentang

DBD dengan total soal 10 butir soal, dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan tentang DBD


Question r hitung r tabel Hasil Question r hitung r tabel Hasil
Q1 0,921 0,374 Valid Q6 0,444 0,374 Valid
Q2 0,575 0,374 Valid Q7 0,518 0,374 Valid
Q3 0,782 0,374 Valid Q8 0,652 0,374 valid
Q4 0,614 0,374 Valid Q9 0,590 0,374 valid
Q5 0,469 0,374 Valid Q10 0,621 0,374 valid
45

Berdasarkan data pada Tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa semua item soal

atau 10 soal pada kuesioner pengetahuan tentang DBD dinyatakan valid karena nilai

r hitung > r tabel.

Hasil perhitungan uji validitas pada kuesioner variabel perilaku 4M Plus dan

berjalannya jumantik dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3. Hasil uji validitas kuesioner perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik
Question r hitung r tabel Hasil Question r hitung r tabel Hasil
Q1 0,849 0,374 valid Q6 0,704 0,374 valid
Q2 0,636 0,374 valid Q7 0,681 0,374 valid
Q3 0,651 0,374 valid Q8 0,495 0,374 valid
Q4 0,768 0,374 valid Q9 0,465 0,374 valid
Q5 0,566 0,374 valid Q10 0,374 valid

Berdasarkan data pada Tabel 3.3 di atas menunjukkan bahwa semua item soal

atau 10 soal pada kuesioner perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik dinyatakan

valid karena nilai r hitung > r tabel.

3.8.2. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Teknik penghitungan dengan menggunakan

rumus Cronbach alpha (Notoatmodjo, 2018).

 k     
2

r11    1
b 
 k  1    
2
t 
Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal


2
b = Jumlah varians butir

t 2 = Varians total
46

Kriteria pengujian:

Item pertanyaan/pernyataan reliabel, jika nilai cronbach alpha ≥ 0,60.

Item pertanyaan/pernyataan tidak reliabel, jika cronbach alpha < 0,60.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada kuesioner pengetahuan tentang DBD

didapatkan nilai α = 0,753 dan pada kuesioner perilaku 4M Plus dan berjalannya

jumantik juga didapatkan nilai yang sama yaitu α = 0,753. Artinya bahwa semua

komponen (item) butir soal pada kuesioner pengetahuan dan perilaku pelaksanaan

4M Plus dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach alpha (α) > 0,60.

3.9. Prosedur Penelitian

3.9.1. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Notoatmodjo, 2018). Tahapan

prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mempersiapkan materi dan konsep teori yang mendukung terhadap

penelitian ini.

2. Peneliti mengurus perijinan untuk pengambilan data dengan meminta surat

pengantar dari Departemen Keperawatan STIKES Faathir Husada untuk

instansi yang dituju dalam hal ini adalah Desa Ciinjuk Wilayah Kerja

Puskesmas Cadasari yang dijadikan sebagai tempat penelitian sampai

mendapat persetujuan dari pihak terkait.


47

3. Setelah mendapatkan izin dari pihak terkait, peneliti melakukan cek data

dengan didampingi oleh pemegang program P2M.

4. Selanjutnya peneliti melakukan survey pendahuluan terlebih dahulu di Desa

Ciinjuk wilayah kerja Puskesmas Cadasari dengan melakukan wawancara

terhadap 10 orang KK.

5. Setelah data terkumpul, peneliti menentukan subjek untuk dijadikan sebagai

responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.

6. Selanjutnya peneliti membuat proposal penelitian.

7. Setelah sidang proposal dilakukan dan proposal telah di Acc oleh penguji

sidang, peneliti mempersiapkan uji instrumen penelitian yaitu uji validitas dan

reliabilitas pada kuesioner penelitian.

8. Setelah selesai melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen, peneliti

mulai melakukan pengambilan data.

9. Sebelum memulai pengambilan data, peneliti memberikan form informed

consent pada calon responden sebagai informasi etika penelitian sebelum suatu

penelitian dilakukan.

10. Peneliti meminta kesedian calon responden untuk menandatangani surat ijin

persetujuan menjadi responden setelah membaca informed consent tanpa

adanya paksaan dari pihak manapun.

11. Setelah responden setuju dan mau menandatangani informed consent, peneliti

mulai melakukan pengambilan data dengan memberikan kuesioner.

12. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden untuk diisi dengan sungguh-

sungguh sesuai keadaan yang sebenar-benarnya.


48

13. Peneliti menjelaskan mengenai tata cara pengisian kuesioner.

14. Setelah data kuesioner selesesai dikerjakan oleh responden, selanjutnya

peneliti melakukan pengolahan data dan analisis data.

3.9.2. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau

angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu.

Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi

data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut

(Sugiyono, 2018). Tahapan dalam pengolahan data meliputi kegiatan:

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksakan ketepatan dan kelengkapan data yang

dikumpulkan seperti kelengkapan pengisian kuesioner, keterbacaan tulisan,

kesesuaian jawaban, dan relevansi jawaban dari responden. Jika data belum

lengkap ataupun ada kesalahan, peneliti melengkapi data kembali dengan

melakukan pengisian kuesioner ulang oleh responden.

2. Coding

Pemberian kode dilakukan untuk pengklasifikasian jawaban kuesioner yang

diberikan oleh responden yang dilakukan peneliti secara manual sebelum

diolah dengan komputer. Peneliti memberikan kode pada setiap hasil ukur tiap

variabel. Pada hasil ukur variabel perilaku 4M Plus diberikan kode angka 1

(kurang); dang angka 2 (baik). Pada hasil ukur variabel pengetahuan juga sama

diberikan kode angka 1 (kurang); dang angka 2 (baik).


49

3. Entre

Data yang telah diberikan kode kemudian dimasukan kedalam program

komputer dengan menggunakan software komputerisasi untuk mempermudah

peneliti dalam pengolahan data.

4. Tabulating

Tabulasi merupakan langkah lanjut setelah pemeriksaan dan pemberian kode.

Dalam tahap ini peneliti menyusun data dalam bentuk tabel agar lebih

mempermudah dalam menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel frekuensi yang dinyatakan

dalam persen.

5. Cleaning

Proses cleaning digunakan untuk menghilangkan data-data yang tidak perlu.

3.10. Analisis Data

3.10.1. Analisis Univariat

Analisis data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase

tiap variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan

proporsinya. Analisis univariat ditujukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018).

Rumus yang digunakan untuk analisis univariat adalah sebagai berikut:


f
p  100 %
N
Keterangan:

p = Jumlah persentase yang dicari


50

F = Frekuensi alternatif

N = Jumlah responden

Menurut Arikunto (2014), setelah dihitung nilai setiap item pada tabel

frekuensi dan persentase jawaban responden, kemudian menentukan kategori

menurut pedoman interpretasi sebagai berikut:

0% = Tidak seorangpun dari responden

1% - 25% = Sebagian kecil dari responden

26% - 49% = Hampir setengah dari responden

50% = Setengah dari responden

51% - 75% = Sebagian besar dari responden

76% - 99% = Hampir seluruh dari responden

100% = Seluruh responden

3.10.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan chi square (X2). Syarat uji

chi square dapat digunakan yaitu:

1. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual

Count (F0) sebesar 0 (Nol).

2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 x 2, maka tidak boleh ada 1 cell yang

memiliki frekuensi harapan dan disebut juga expected count (Fh) kurang dari

5, maka rumus harus diganti dengan rumus “Fisher Exact Test”.


51

3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka jumlah cell

dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%, maka

rumus yang digunakan adalah “Chi-Square”

Kriteria pengujian uji chi-square yaitu apabila didapatkan nilai p value ≤ α (p ≤

0,05) artinya, ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, apabila nilai p

value > α ( p > 0,05) berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat. Rumus chi square (X2) yang digunakan adalah:

(O  E ) 2
x 
2

Keterangan:

X2 = Nilai chi square

0 = Frekuensi observasi

E = Frekuensi harapan

3.11. Etika Penelitian

Etika penelitian mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap

subjek serta sesuatu yang dihasilkan peneliti bagi masyarakat. Prinsip etika

penelitian menurut Notoatmodjo (2018) adalah sebagai berikut:

1. Beneficence, peneliti meyakinkan responden bahwa penelitian ini bebas dari

bahaya, tidak bersifat bahaya, tidak bersifat memaksa melainkan sukarela,

manfaat yang dirasakan dan tidak menimbulkan resiko.

2. Mall-efficience, peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak menimbulkan

bahaya pada responden dan responden terlindung dari setiap resiko.


52

3. Respect For Human Dignity, responden berhak untuk menentukan dirinya

sendiri, dan mendapatkan informasi lengkap. Diantaranya mengenai tujuan,

cara penelitian, cara pelaksanaan, manfaat penelitian, dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan penelitian.

4. Justice, setiap responden berhak mendapatkan perlakuan adil dan juga

privasinya.

5. Informed Consent, lembar persetujuan yang diberikan kepada responden.

Responden harus memenuhi kriteria yang ditentukan. Lembar informed

concent harus dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian, bila

responden menolak maka peneliti tidak boleh memaksa dan menghormati hak-

haknya.

6. Anonymity, peneliti tidak mencantumkan nama responden untuk menjaga

kerahasiaan responden.

7. Confidentiality, kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dari subyek dijamin

oleh peneliti, seluruh informasi akan digunakan untuk kepentingan penelitian

dan hanya kelompok tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Analisis Univariat

Analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi atau jumlah

proporsi dan presentase dari masing-masing kategori setiap variabel. Hasil

penelitian pada analisis univariat disajikan pada Tabel sebagai berikut:

1. Gambaran Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Gambaran Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa Ciijuk


Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang Tahun 2022
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur
25 – 45 tahun 42 45,2
> 45 tahun 51 54,8
Total 93 100
Pendidikan
SD 10 10,8
SMP 38 40,9
SMA 37 39,8
Perguruan Tinggi (PT) 8 8,6
Total 93 100
Pekerjaan
Tani 33 35,5
Dagang 27 29,0
Buruh Pabrik 9 9,7
Wiraswasta 10 10,8
Honorer 9 9,7
PNS 5 5,4
Total 93 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa, karakteristik responden

dilihat dari variabel umur menunjukkan sebagian besar berusia > 45 tahun yaitu

53
54

sebesar 54,8%, sebagian besar responden memiliki jenjang pendidikan formal

sampai tingkat SMP yaitu sebesar 40,9%, sementara dari pekerjaan sebagain besar

responden bekerja sebagai tani sebesar 35,5%.

2. Gambaran Distribusi Frekuensi Perilaku 4M Plus dan Berjalannya


Jumantik

Tabel 4.2. Gambaran Distribusi Frekuensi Perilaku 4M Plus dan Berjalannya


Jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari
Kabupaten Pandeglang Tahun 2022
Perilaku 4M Plus dan Berjalannya
Frekuensi (f) Persentase (%)
Jumantik
Kurang 57 61,3
Baik 36 38,7
Total 93 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa, dari hasil pengisian

kuesioner pada variabel perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik menunjukkan

sebagian besar responden (61,3%) memiliki perilaku kurang terhadap pelaksanaan

4M Plus dan berjalannya jumantik dan hampir setengah dari responden (38,7%)

memiliki perilaku baik terhadap pelaksanaan 4M Plus dan berjalannya jumantik.

3. Gambaran Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Demam Berdarah


Dengue

Tabel 4.3. Gambaran Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Demam


Berdarah Dengue di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari
Kabupaten Pandeglang Tahun 2022
Pengetahuan Tentang DBD Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang 53 57
Baik 40 43
Total 93 100

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa, dari hasil pengisian

kuesioner pengetahuan tentang DBD menunjukkan data sebagian besar responden


55

(57%) memiliki pengetahuan kurang tentang DBD dan hampir setengah dari

responden (43%) memiliki pengetahuan baik tentang DBD.

4.1.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel, dengan

menggunakan hitungan statistik, dimana nilai derajat kemaknaan α = 0,05. Hasil

penelitian pada analisis bivariat disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

1. Hubungan Pengetahuan Tentang Demam Berdarah Dengue dengan


Perilaku 4M Plus dan Berjalannya Jumantik

Tabel 4.4. Hubungan Pengetahuan Tentang Demam Berdarah Dengue dengan


Perilaku 4M Plus dan Berjalannya Jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja
Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang Tahun 2022
Perilaku 4M Plus dan
Pengetahuan Berjalannya Jumantik Total
P value OR
Tentang DBD Kurang Baik
f % f % n %
Kurang 38 71,7 15 28,3 53 100
Baik 19 47,5 21 52,5 40 100 0,031 2,800
Jumlah 57 61,3 36 38,7 93 100

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 diketahui bahwa, masyarakat Desa Ciinjuk

Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Pandeglang yang memiliki perilaku kurang

terhadap pelaksanaan 4M Plus dan berjalannya jumantik sebagian besar memiliki

pengetahuan kurang tentang DBD (71,7%) dibandingkan dengan yang memiliki

pengetahuan baik tentang DBD (47,5%). Sedangkan masyarakat yang memiliki

perilaku baik terhadap pelaksanaan 4M Plus dan berjalannya jumantik sebagian

besar memiliki pengetahuan baik tentang DBD (52,5%) dibandingkan dengan yang

memiliki pengetahuan kurang tentang DBD (28,3%).

Dari hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p value = 0,031. Dimana nilai

p value lebih kecil dari pada nilai α (0,031 < 0,05), yang berarti bahwa ada
56

hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang demam berdarah dengue

dengan perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja

Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang tahun 2022.

Hasil analisis data diperoleh nilai OR (odds ratio) sebesar 2,800 yang berarti

bahwa, masyarakat Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari yang

memiliki pengetahuan kurang tentang DBD berpeluang 2,8 kali lebih besar

memiliki perilaku kurang baik terhadap pelaksanaan 4M Plus dan berjalannya

jumantik dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan baik

tentang DBD.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis Univariat

Pembahasan analisis univariat disajikan dengan memaparkan hasil penelitian

dari gambaran distribusi frekuensi dan persentase responden pada setiap variabel

yang diteliti.

1. Gambaran Perilaku 4M Plus dan Berjalannya Jumantik di Desa Ciinjuk


Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang Tahun 2022

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

(61,3%) memiliki perilaku kurang terhadap pelaksanaan 4M Plus dan berjalannya

jumantik dan hampir setengah dari responden (38,7%) memiliki perilaku baik

terhadap pelaksanaan 4M Plus dan berjalannya jumantik. Hal ini dilihat

berdasarkan pada hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden sebagai

subjek pada penelitian ini.

Kuesioner tentang perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik yang diberikan

pada responden memiliki 10 item pertanyaan bentuk skala guttman dengan pilihan
57

jawaban “Ya” dan “Tidak” yang harus diisi oleh responden. Dari hasil pengisian

kuesioner oleh responden menunjukkan sebagian besar responden dalam penelitian

ini memiliki perilaku yang kurang baik terhadap pelaksanaan 4M Plus sehingga

jumantik juga kurang berjalan dengan baik.

Dalam penanganan kasus DBD, peran serta masyarakat untuk menekan kasus

ini sangat menentukan. Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) dengan cara 4M Plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang

tahun khususnya pada musim penghujan. Metode 4M plus merupakan upaya

efektif dari perilaku hidup sehat masyarakat untuk mencegah DBD. Program 4M

Plus, yaitu menguras tempat penampungan air minimal satu minggu sekali,

mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk,

menutup tempat penampungan air supaya tidak dijadikan tempat perindukan

nyamuk, serta memantau jentik secara rutin. Plus yang dimaksudkan adalah cara

tambahan seperti menghindari gigitan nyamuk dengan mengunakan pembasmi

nyamuk dan menggunakan kelambu saat tidur (Mubarak et al., 2020).

Peneliti berasumsi bahwa responden yang memiliki perilaku kurang terhadap

pelaksanaan 4M Plus dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik faktor

dari karakteristik responden maupun faktor di luar karakteristik responden. Salah

satu penyebabnya lainnya adalah kurangnya dukungan dari sektor terkait, maka

sangat diperlukan kerjasama lintas sektoral dalam pemberantasan DBD. Edukasi

lebih lanjut dinilai dapat membantu membentuk kerangka fikir masyarakat agar

mengubah perilaku untuk lebih disipilin mematuhi 4M Plus dalam pemberantasan

sarang nyamuk guna mencegah terjadinya DBD.


58

2. Gambaran Pengetahuan Tentang DBD di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja


Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang Tahun 2022

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

(57%) memiliki pengetahuan kurang tentang DBD dan hampir setengah dari

responden (43%) memiliki pengetahuan baik tentang DBD. Hal ini dilihat

berdasarkan pada hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden sebagai

subjek pada penelitian ini.

Kuesioner pengetahuan tentang DBD yang diberikan pada responden

memiliki 10 item pernyataan bentuk skala guttman dengan pilihan jawaban “benar”

dan “salah” yang harus diisi oleh responden. Dari hasil pengisian kuesioner oleh

responden menunjukkan sebagian besar responden memberikan jawaban yang

kurang tepat, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam

penelitian ini memiliki pengetahuan yang kurang tentang DBD.

Hal ini sejalan dengan penelitian Kartika et al (2021), yang menemukan

bahwa masyarakat di Wilayah Puskesmas Padang Laweh Kabupaten Sijunjung

memiliki pengetahuan kurang tentang DBD. Hal ini disebabkan karena kurangnya

informasi yang didapatkan oleh masyarakat tentang DBD. Pengetahuan masyarakat

tentang DBD dapat diartikan sebagai hasil tahu dari masyarakat itu sendiri

mengenai penyakit DBD dan cara penanggulangan dan pencegahannya.

Pengetahuan masyarakat tentang DBD sangat penting dalam mensukseskan

program pemerintah dalam penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD salah

satunya adalah program 4M Plus (Nirwana & Rafika, 2021).

Peneliti berasumsi bahwa banyaknya responden yang memiliki pengetahuan

kurang tentang DBD disebakan oleh kurangnya literasi dan informasi yang diterima
59

oleh responden terkait penyakit DBD. Kurangnya informasi tentang DBD pada

sebagian besar responden bukan disebabkan karena mereka tidak dapat mengakses

informasi tentang penyakit dari beragam media atau poster-poster terkait DBD yang

disebarkan oleh petugas kesehatan, tapi minimnya informasi responden tentang

penyakit DBD disebabkan oleh rasa malas responden mengakses informasi itu

sendiri atau abai tentang semua yang berkaitan dengan informasi penyakit, sehingga

pengetahuan mereka tentang DBD sangat kurang. Padahal informasi tentang DBD

sangat mudah didapatkan baik dari keluarga, teman, ragam media atau petugas

kesehatan.

4.2.2. Analisis Bivariat

Pembahasan analisis bivariat disajikan dengan memaparkan hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen yang dikaitkan dengan teori, jurnal

relevan dan asumsi dari peneliti.

1. Hubungan Pengetahuan Tentang Demam Berdarah Dengue dengan


Perilaku 4M Plus dan Berjalannya Jumantik

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square pada α = 0,05,

diperoleh nilai p value = 0,031. Dimana nilai p value lebih kecil dari pada nilai α

(0,031 < 0,05), yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan perilaku 4M Plus dan

berjalannya jumantik di Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari

Kabupaten Pandeglang tahun 2022. Hasil uji OR (odds ratio) didapatkan nilai

2,800, artinya bahwa, masyarakat Desa Ciinjuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari

yang memiliki pengetahuan kurang tentang DBD berpeluang 2,8 kali lebih besar
60

memiliki perilaku kurang baik terhadap pelaksanaan 4M Plus dan berjalannya

jumantik dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan baik

tentang DBD.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andanii

(2019) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan praktik

pemberantasan sarang nyamuk DBD (p=0,032). Jika kepala keluarga mempunyai

pengetahuan baik mengenai pelaksanaan 4M Plus dalam mengatasi DBD maka

akan lebih cendrung mempunyai perilaku yang baim juga dalam mengatasi DBD

begitu juga sebaliknya. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Fitriyah et al.

(2021) di Kota Manado yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

pengetahuan tentang DBD dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan

keberadaan jentik Aedes aegypti dengan 4M Plus. Disebutkan bahwa masyarakat

yang memiliki pengetahuan rendah tentang DBD beresiko 6,3 kali untuk memiliki

perilaku buruk terhadap pencegahan dan pengendalian jentik dengan 4M plus

dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan baik tentang DBD.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2014). Orang akan melakukan pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) dengang 4M plus untuk mencegah DBD apabila orang tersebut

memiliki pengetahuan yang baik tentang DBD serta tujuan dan manfaat 4M plus

itu sendiri, sebaliknya jika orang tersebut tidak memiliki pengetahuan baik tentang

DBD dan 4M plus makan orang tersebut tidak akan melakukan kegiatan apapun
61

untuk mencegah, mengendalikan serta memberantas jentik nyamuk penyebab DBD

(Suwandi et al., 2019).

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan yang baik tentang DBD yang dimiliki

masyarakat Desa Ciijuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari dapat memberikan

efek positif dalam berupaya mengaplikasikan pengetahuannya dalam bentuk

tindakan nyata seperti kesiapan dalam melakukan dan melaksanakan kegiatan 4M

Plus. Sebaliknya, pada masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang tentang

DBD cenderung akan mengabaikan dampak dari penyakit DBD tersebut, karena

tidak sedikit dari masyarakat yang sering menganggap bahwa melakukan kegiatan

gotong royong yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat seperti

kegiatan 4M Plus hanya buang-buang waktu saja dan mengganggu pada pekerjaan

rutin mereka, sehingga sangat diperlukan edukasi lebih lanjut pada masyarakat

terkait dengan pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD agar dapat

membantu membentuk kerangka fikir masyarakat untuk mengubah perilaku untuk

lebih disipilin mematuhi 4M Plus.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Sebagian besar (61,3%) responden memiliki perilaku kurang terhadap

pelaksanaan 4M Plus dan berjalannya jumantik.

2. Sebagian besar (57%) responden memiliki pengetahuan kurang tentang

penyakit DBD.

3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang demam berdarah

dengue dengan perilaku 4M Plus dan berjalannya jumantik di Desa Ciinjuk

Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Kabupaten Pandeglang tahun 2022 (p

value = 0,031).

5.2. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, peneliti memberikan saran bagi semua

pihak terkait, diantaranya adalah:

1. Bagi Masyarakat Desa Ciijuk Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari

Diharapkan kepada masyarakat Desa Ciijuk agar dapat mengakses informasi

yang tepat tentang penyakit DBD baik dari ragam media, keluarga, teman dan

petugas kesehatan serta mau mengikuti kegiatan penyuluhan atau edukasi yang

diadakan petugas kesehatan di wilayahnya terkait dengan penyakit DBD. Hal ini

dilakukan agar masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit

DBD, sehingga masyarakat mau melakukan dan melaksanakan kegiatan

62
63

program 4M Plus sebagai penanggulangan vektor nyamuk penyebab DBD dan

sebagai upaya pencegahan penyakit DBB khususnya di lingkungan Desa Ciijuk

Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

pengembangan kebijakan khususnya pada Dinas Kesehatan Kota Pandeglang

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD dengan

menyajikan informasi mengenai penyakit DBD yang akurat dan mudah diakses

oleh seluruh kalangan masyarakat, serta meningkatkan promosi kesehatan dalam

bentuk advertorial dan testimonial sehingga lebih menarik dan mudah diterima

oleh masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya dengan metode atau desain penelitian yang berbeda dan dengan

menambah variabel-variabel independen lainnya yang dianggap berhubungan

dengan perilaku 4M plus dan berjalannya jumantik.


DAFTAR PUSTAKA

Andanii, M. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kepala Keluarga dengan


Pelaksanaan 4M Plus dalam Mengatasi DBD di Wilayah Kerja Puskesmas
Basuki Rahmad Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2), 130.
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. In Rineka Cipta
(4th ed., Vol. 53, Issue 9, pp. 47–83). Jakarta, Rineka Cipta.
http://repository.upi.edu/35065/4/S_PEM-1500930_Chapter3.pdf
Cakranegara, J. J. S. (2021). Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah Dengue di Indonesia (2004-2019). Jurnal Penelitian Sejarah Dan
Budaya, 7(2), 281–311. https://doi.org/10.36424/jpsb.v7i2.274
Dinkes Banten. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2021. 1–68.
Dinkes Kabupaten Pandeglang. (2021). Profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang
Tahun 2021. Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.
Fitriyah, A., Adhayani, D., & Prisilia, S. (2021). Hubungan pengetahuan tentang
DBD dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan keberadaan jentik Aedes
aegypti dengan 4M Plus di Kota Manado. Jurnal Kesehatan Global, 2(1), 59–
72.
Hidayani, W. R. (2020). Demam Berdarah Dengue : Perilaku Rumah Tangga
dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Program Penanggulangan
Demam Berdarah Dengue (W. Kurniawan (ed.); 1st ed.). CV. Pena Persada.
Irmaini. (2015). Upaya Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di
Indonesia: Keunggulan dan Kendala. Proceding : Konsep Mutakhir
Tatalaksana Berbagai Persoalan Medis, 356–367.
http://conference.unsyiah.ac.id/TIFK/1/paper/view/794/89
Kemenkes RI. (2019). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue Di Indonesia. Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian
Penyakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 5, 1–128.
https://drive.google.com/file/d/1IATZEcgGX3x3BcVUcO_l8Yu9B5REKOK
E/view
Kemenkes RI. (2021). Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia. In Journal
of Vector Ecology (Vol. 31, Issue 1, pp. 71–78). InfoDatin Kemenkes RI.
Mardhatillah, S., Ambiar, R. I., & Erlyn, P. (2020). Gambaran Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Dempo Kota
Palembang. Mesina, 1(2), 23–32.
Mubarak, M., Abdullah, W. G., & ... (2020). Pendampingan Gerakan 4M Plus
Untuk Mewujudkan Daerah Anti Nyamuk Di Kelurahan Rahandouna
Kecamatan Poasia Kota Kendari. Jurnal ABDI: Media …, 6(1), 1–5.
Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (2nd ed.).
Jakarta, Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Oka, D. N. (2016). Demam Berdarah Dengue. Modul, July, 1–51.
Oriwarda, E., Hayatie, L., & Djalalluddin. (2021). Literature Review : Hubungan
Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat tentang PSN dengan Keberadaan Jentik
Aedes aegypti. Hemoestasis, 4(1), 189–202.
Podung, G. C. D., Tatura, S. N. N., & Mantik, M. F. J. (2021). Faktor Risiko

64
65

Terjadinya Sindroma Syok Dengue pada Demam Berdarah Dengue. Jurnal


Biomedik (Jbm), 13(2), 161. https://doi.org/10.35790/jbm.13.2.2021.31816
Puskesmas Cadasari. (2021). Profil Kesehatan Puskesmas Cadasari Tahun 2021.
Ririh, S., Kumala, N., & Septarini, R. (2021). Hubungan pengetahuan dan sikap
dengan perilaku masyarakat dalam pengendalian vektor Aedes aegypti dengan
4 M plus di Desa Kema II Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Uatara.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health), 2(7), 89–93.
Setiawan, N. (2017). Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel
Krejcie - Morgan : Telaah Konsep dan Aplikasinya. Diskusi Ilmiah Jurusan
Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan UNPAD, 1–16.
Sinaga, S. N. (2019). Kebijakan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah di
Indonesia. Jurnal Research Sains, 1(1), 1–7.
Siswanto, & Usnawati. (2019). Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. In
Mulawarman University Press (1st ed.). Mulawarman University Press.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuatintatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta.
Suwandi, Agustiningtias, F., Ria, K., Haerunnisa, Lukia, Ilmi, N., Evasari, &
Faizzani, A. (2019). Implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan 4M Plus
di Kelurahan Luminda. Prosiding Seminar Nasional Poltekkes Karya Husada
Yogyakarta Tahun 2019, 1(1), 119–123.
Suwandono, A. (2019). Dengue Update: Menilik Perjalanan Dengue di Jawa Barat
(1st ed.). LIPI Press.
Wahyuddin, Darmawan, A., & Kustian, I. (2021). Description Of The
Implementation Of The Fogging Program In The Control Of Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) In The Work Area Of The Baubau City Health
Office. Kybernan: Jurnal Studi Kepemerintahan, 4(1), 1–15.
https://doi.org/10.35326/kybernan.v4i1.1160
WHO. (2020). Dengue Clinical Management. In World Health Organization (Vol.
59).
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini:


No. kode responden : …………………………………..
Nama / inisial responden : …………………………………..
Usia : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
Pekerjaan : …………………………………..

Menyatakan bahwa :
1. Saya telah mendapat informasi dan mendengarkan persiapan penelitian dari
peneliti tentang tujuan, manfaat serta prosedur penelitian dan saya
memahami penjelasan tersebut.
2. Saya mengerti bahwa penelitian ini menjungjung tinggi hak-hak saya
sebagai informan.
3. Saya mempunyai hak untuk berhenti berpartisipasi jika suatu saat saya
merasa keberatan atau ada hal yang membuat saya merasa tidak nyaman
dan tidak dapat melakukannya.
4. Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan saya menjadi informan sangat
besar manfaatnya bagi peningkatan ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu
kesehatan.

Dengan pertimbangan tersebut, Saya memutuskan secara sukarela tanpa adanya


paksaan Bersedia / Tidak Bersedia* berpartisipasi dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan ini Saya buat untuk dapat digunakan dengan semestinya.

Pandeglang, Juni 2022

Peneliti Yang membuat pernyataan/responden

(……………………………) (……………………………)

*coret yang tidak perlu


KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG DEMAM


BERDARAH DENGUE DENGAN PERILAKU 4M PLUS DAN
BERJALANNYA JUMANTIK DI DESA CIINJUK
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CADASARI
KABUPATEN PANDEGLANG
TAHUN 2022

A. Data Demografi

Petunjuk:
Isilah titik-titik dan berilah tanda checklist ( ) pada kolom jawaban sesuai
dengan keadaan Anda yang sebenarnya !

Kode responden : ................................

Umur : ........................tahun

Pendidikan : Tidak sekolah / tidak tamat SD SMA /sederajat


SD / sederajat PT (Perguruan Tinggi)
SMP / sederajat

Pekerjaan : Bekerja, sebutkan …………… Tidak bekerja

B. Pengetahuan

Petunjuk:
Berilah tanda checklist ( ) pada kolom jawaban sesuai dengan jawaban
pernyataan yang Anda anggap benar atau salah !
Jawaban
No Pernyataan
Benar Salah
1 Penyakit demam berdarah (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus
Jawaban
No Pernyataan
Benar Salah
2 Penyakit demam berdarah (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh gigitan serangga
3 Gejala demam berdarah yaitu demam 2-7 hari disertai
dengan manifestasi perdarahan dan jumlah trombosit
menurun (kurang dari 100.000 mm3)
4 Gejala demam berdarah yaitu demam dan mimisan
5 Demam berdarah dapat dicegah dengan cara
pemberantasan sarang nyamuk dan jentik nyamuk
6 Demam berdarah dapat dicegah dengan rajin
menggunakan obat nyamuk saat tidur
7 Pemberantasan sarang nyamuk dan jentik nyamuk
dapat dilakukan dengan penerapan 4M Plus
8 4M Plus kepanjangan dari menguras, menutup,
mengubur dan memantau jentik nyamuk (Plus) dengan
kegiatan atau tindakan memelihara ikan pemakan
jentik nyamuk, menggunakan kelambu, menggunakan
bubuk abate, dll.
9 Tempat berkembangbiaknya nyamuk penyebab
demam berdarah adalah di tempat penampungan air,
vas bunga, barang bekas, pelepah daun
10 Cara menghambat berkembangbiaknya nyamuk adalah
dengan membuat kolam ikan di depan rumah

C. Perilaku Pelaksanaan 4M Plus

Petunjuk:

Berilah tanda checklist ( ) pada kolom jawaban sesuai dengan jawaban yang
sesuai dengan keaadan Anda yang sebenarnya !
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Anda menguras bak mandi atau tempat
penampungan air setiap 1 minggu sekali ?
2 Apakah Anda menutup rapat-rapat tempat
penampungan air seperti, gentong air/tempayan, dan
lain-lain ?
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
3 Apakah Anda mengubur atau menyingkirkan barang-
barang bekas yang dapat menampung air hujan ?
4 Apakah Anda memantau wabah tempat-tempat
berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypti ?
5 Apakah Anda mengganti air vas bunga, tempat minum
burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali, dan menempatkan tanaman hidup
(bunga hidup) di atas wadah yang berisi pasir dan air?
6 Apakah Anda memakai obat yang dapat mencegah
gigitan nyamuk saat tidur ?
7 Apakah Anda memelihara ikan pemakan jentik di
kolam / bak penampungan air ?
8 Apakah Anda memasang kawat kasa pada ventilasi
rumah Anda ?
9 Apakah Anda menghindari kebiasaan
menggantungkan pakaian dalam kamar ?
10 Apakah Anda menggunakan kelambu saat tidur ?
OUTPUT HASIL UJI VALIDITAS & RELIABILITAS INSTRUMEN

Validity Instrument Pengetahuan (Sampel uji 30 orang)


Correlations
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 TOT
Q1 Pearson Correlation 1 .480** .636** .636** .408* .489** .426* .536** .489** .591** .921**
Sig. (2-tailed) .007 .000 .000 .025 .006 .019 .002 .006 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q2 Pearson Correlation .480** 1 .489** .373* .263 .053 .167 .342 .373* .081 .575**
Sig. (2-tailed) .007 .006 .042 .160 .780 .378 .064 .042 .670 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q3 Pearson Correlation .636** .489** 1 .373* .428* .213 .480** .494** .373* .385* .782**
Sig. (2-tailed) .000 .006 .042 .018 .258 .007 .006 .042 .035 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q4 Pearson Correlation .636** .373* .373* 1 .154 .100 .196 .189 .400* .381* .614**
Sig. (2-tailed) .000 .042 .042 .416 .599 .300 .317 .029 .038 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q5 Pearson Correlation .408* .263 .428* .154 1 .154 -.045 .262 .154 .161 .469**
Sig. (2-tailed) .025 .160 .018 .416 .416 .812 .161 .416 .394 .009
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q6 Pearson Correlation .489** .053 .213 .100 .154 1 .049 .331 .100 .238 .444*
Sig. (2-tailed) .006 .780 .258 .599 .416 .797 .074 .599 .206 .014
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q7 Pearson Correlation .426* .167 .480** .196 -.045 .049 1 .259 .196 .451* .518**
Sig. (2-tailed) .019 .378 .007 .300 .812 .797 .167 .300 .012 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q8 Pearson Correlation .536** .342 .494** .189 .262 .331 .259 1 .331 .261 .652**
Sig. (2-tailed) .002 .064 .006 .317 .161 .074 .167 .074 .164 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q9 Pearson Correlation .489** .373* .373* .400* .154 .100 .196 .331 1 .238 .590**
Sig. (2-tailed) .006 .042 .042 .029 .416 .599 .300 .074 .206 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q10 Pearson Correlation .591** .081 .385* .381* .161 .238 .451* .261 .238 1 .621**
Sig. (2-tailed) .001 .670 .035 .038 .394 .206 .012 .164 .206 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOT Pearson Correlation .921** .575** .782** .614** .469** .444* .518** .652** .590** .621** 1
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .009 .014 .003 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability
Reliability Instrument Pengetahuan (sampel uji 30 orang)

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N % Item-Total Statistics

Cases Valid Cronbach's


30 100.0
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Excludeda 0 .0 Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Total 30 100.0 Q1 12.43 30.116 .907 .710
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Q2 12.33 32.368 .521 .737
Q3 12.33 31.264 .750 .723
Q4 12.40 31.972 .560 .733
Q5 12.37 32.861 .404 .743
Q6 12.40 32.938 .376 .744
Reliability Statistics
Q7 12.43 32.461 .454 .739
Q8 12.53 31.568 .598 .729
Q9 12.40 32.110 .533 .735
Cronbach's Alpha N of Items
Q10 12.50 31.776 .564 .731
.753 11 TOT 6.53 8.809 1.000 .821
Validity Instrument Perilaku Pelaksanaan 4M Plus (Sampel uji 30 orang)
Correlations
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 TOT
Q1 Pearson Correlation 1 .408* .524** .921** .408* .602** .505** .257 .218 .463** .849**
Sig. (2-tailed) .025 .003 .000 .025 .000 .004 .171 .247 .010 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q2 Pearson Correlation .408* 1 .408* .323 .139 .312 .508** .426* .346 .049 .636**
Sig. (2-tailed) .025 .025 .081 .465 .094 .004 .019 .061 .797 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q3 Pearson Correlation .524** .408* 1 .428* .257 .308 .356 .106 .509** .154 .651**
Sig. (2-tailed) .003 .025 .018 .171 .097 .053 .578 .004 .416 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q4 Pearson Correlation .921** .323 .428* 1 .480** .537** .431* .167 .151 .373* .768**
Sig. (2-tailed) .000 .081 .018 .007 .002 .017 .378 .426 .042 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q5 Pearson Correlation .408* .139 .257 .480** 1 .312 .367* .282 .208 .049 .566**
Sig. (2-tailed) .025 .465 .171 .007 .094 .046 .131 .271 .797 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q6 Pearson Correlation .602** .312 .308 .537** .312 1 .522** .172 .336 .238 .704**
Sig. (2-tailed) .000 .094 .097 .002 .094 .003 .363 .069 .206 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q7 Pearson Correlation .505** .508** .356 .431* .367* .522** 1 .367* .136 .000 .681**
Sig. (2-tailed) .004 .004 .053 .017 .046 .003 .046 .473 1.000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q8 Pearson Correlation .257 .426* .106 .167 .282 .172 .367* 1 .069 .196 .495**
Sig. (2-tailed) .171 .019 .578 .378 .131 .363 .046 .716 .300 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q9 Pearson Correlation .218 .346 .509** .151 .208 .336 .136 .069 1 -.141 .465**
Sig. (2-tailed) .247 .061 .004 .426 .271 .069 .473 .716 .456 .010
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q10 Pearson Correlation .463** .049 .154 .373* .049 .238 .000 .196 -.141 1 .377*
Sig. (2-tailed) .010 .797 .416 .042 .797 .206 1.000 .300 .456 .040
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOT Pearson Correlation .849** .636** .651** .768** .566** .704** .681** .495** .465** .377* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .005 .010 .040
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability
Reliability Instrument Perilaku Pelaksanaan 4M Plus (sampel uji 30 orang)

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0 Item-Total Statistics
Excluded a
0 .0 Cronbach's
Total 30 100.0 Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Q1 12.03 31.206 .825 .717
Q2 12.10 32.231 .584 .731
Q3 12.03 32.309 .603 .731
Reliability Statistics Q4 12.00 31.793 .734 .724
Q5 12.10 32.645 .506 .735
Q6 12.17 31.730 .658 .725
Cronbach's Alpha N of Items
Q7 12.13 31.913 .632 .727
.753 11
Q8 12.10 33.059 .429 .740
Q9 12.23 33.151 .395 .742
Q10 12.07 33.789 .305 .748
TOT 6.37 8.930 1.000 .819
MASTAR DATA PENELITIAN
VARIABEL PERILAKU 4M PLUS DAN BERJALANNYA JUMANTIK
Item Soal Total Score
Subject % Mean Kategori Coding
Score Ideal
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10
1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 5 10 50 6.02 Kurang 1
2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 10 80 6.02 Baik 2
3 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 3 10 30 6.02 Kurang 1
4 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 5 10 50 6.02 Kurang 1
5 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 4 10 40 6.02 Kurang 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 6.02 Baik 2
7 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7 10 70 6.02 Baik 2
8 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 6 10 60 6.02 Kurang 1
9 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 10 80 6.02 Baik 2
10 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 3 10 30 6.02 Kurang 1
11 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 10 80 6.02 Baik 2
12 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 3 10 30 6.02 Kurang 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 6.02 Baik 2
14 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 4 10 40 6.02 Kurang 1
15 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 10 80 6.02 Baik 2
16 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 10 40 6.02 Kurang 1
17 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 3 10 30 6.02 Kurang 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 6.02 Baik 2
19 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 5 10 50 6.02 Kurang 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 10 90 6.02 Baik 2
21 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3 10 30 6.02 Kurang 1
22 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 10 90 6.02 Baik 2
23 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 10 20 6.02 Kurang 1
24 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 10 80 6.02 Baik 2
25 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 3 10 30 6.02 Kurang 1
26 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 6 10 60 6.02 Kurang 1
27 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 10 80 6.02 Baik 2
28 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 10 30 6.02 Kurang 1
29 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 7 10 70 6.02 Baik 2
30 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 10 20 6.02 Kurang 1
31 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 4 10 40 6.02 Kurang 1
32 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 5 10 50 6.02 Kurang 1
33 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 10 80 6.02 Baik 2
34 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 6 10 60 6.02 Kurang 1
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 6.02 Baik 2
36 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 10 90 6.02 Baik 2
37 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 5 10 50 6.02 Kurang 1
38 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 6 10 60 6.02 Kurang 1
39 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 10 90 6.02 Baik 2
40 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 4 10 40 6.02 Kurang 1
41 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 10 30 6.02 Kurang 1
42 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 6 10 60 6.02 Kurang 1
43 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 10 90 6.02 Baik 2
44 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 5 10 50 6.02 Kurang 1
45 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 10 80 6.02 Baik 2
46 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 4 10 40 6.02 Kurang 1
47 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 6 10 60 6.02 Kurang 1
48 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 5 10 50 6.02 Kurang 1
49 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 10 80 6.02 Baik 2
50 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 3 10 30 6.02 Kurang 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 6.02 Baik 2
52 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 5 10 50 6.02 Kurang 1
53 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 10 20 6.02 Kurang 1
54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 6.02 Baik 2
55 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6 10 60 6.02 Kurang 1
56 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 10 20 6.02 Kurang 1
57 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 10 80 6.02 Baik 2
58 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8 10 80 6.02 Baik 2
59 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 4 10 40 6.02 Kurang 1
60 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 10 90 6.02 Baik 2
61 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 5 10 50 6.02 Kurang 1
62 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 10 70 6.02 Baik 2
63 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 10 90 6.02 Baik 2
64 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 10 90 6.02 Baik 2
65 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 6 10 60 6.02 Kurang 1
66 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 10 80 6.02 Baik 2
67 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 4 10 40 6.02 Kurang 1
68 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 10 20 6.02 Kurang 1
69 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3 10 30 6.02 Kurang 1
70 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 4 10 40 6.02 Kurang 1
71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 6.02 Baik 2
72 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 3 10 30 6.02 Kurang 1
73 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 10 20 6.02 Kurang 1
74 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 10 80 6.02 Baik 2
75 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 10 50 6.02 Kurang 1
76 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 10 90 6.02 Baik 2
77 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 3 10 30 6.02 Kurang 1
78 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 10 90 6.02 Baik 2
79 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 6 10 60 6.02 Kurang 1
80 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 10 20 6.02 Kurang 1
81 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4 10 40 6.02 Kurang 1
82 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 6 10 60 6.02 Kurang 1
83 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 3 10 30 6.02 Kurang 1
84 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 10 90 6.02 Baik 2
85 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 5 10 50 6.02 Kurang 1
86 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 6 10 60 6.02 Kurang 1
87 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 6 10 60 6.02 Kurang 1
88 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 10 70 6.02 Baik 2
89 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 4 10 40 6.02 Kurang 1
90 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 5 10 50 6.02 Kurang 1
91 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 10 80 6.02 Baik 2
92 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 4 10 40 6.02 Kurang 1
93 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 10 40 6.02 Kurang 1
Mean 5.87
Median 6
Score Minimal 0
Score Maximal 10
Score Max - Score Min 10
Interval = 10 : 2 (kategori) 5
Coding Kategori Interval % interval Frequency
1 Kurang 0 - 5 50 0 - 50 % 57
2 Baik 6 - 10 60 60 - 100 % 36
VARIABEL PENGETAHUAN DBD
Item Soal Total Score
Subject % Mean Kategori Coding
Score Ideal
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10
1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 4 10 40 5.33 Kurang 1
2 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 10 80 5.33 Baik 2
3 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 10 60 5.33 Baik 2
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
5 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
6 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 10 80 5.33 Baik 2
7 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 5 10 50 5.33 Kurang 1
8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 10 20 5.33 Kurang 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
10 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
12 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
13 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7 10 70 5.33 Baik 2
14 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 10 10 5.33 Kurang 1
15 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 4 10 40 5.33 Kurang 1
16 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3 10 30 5.33 Kurang 1
17 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 6 10 60 5.33 Baik 2
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
19 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 3 10 30 5.33 Kurang 1
20 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
21 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
22 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 10 90 5.33 Baik 2
23 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 10 10 5.33 Kurang 1
24 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 10 10 5.33 Kurang 1
25 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 10 90 5.33 Baik 2
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
27 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 6 10 60 5.33 Baik 2
28 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 10 10 5.33 Kurang 1
29 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 4 10 40 5.33 Kurang 1
30 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
31 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 10 10 5.33 Kurang 1
32 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
33 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 10 90 5.33 Baik 2
34 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
36 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 10 80 5.33 Baik 2
37 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
38 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7 10 70 5.33 Baik 2
39 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
40 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
41 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 4 10 40 5.33 Kurang 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
43 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4 10 40 5.33 Kurang 1
44 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
46 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 6 10 60 5.33 Baik 2
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
48 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
49 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 10 90 5.33 Baik 2
50 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 10 10 5.33 Kurang 1
51 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
52 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 5 10 50 5.33 Kurang 1
53 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
54 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
55 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
56 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 10 10 5.33 Kurang 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 10 90 5.33 Baik 2
58 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 10 90 5.33 Baik 2
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
60 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 4 10 40 5.33 Kurang 1
61 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 5 10 50 5.33 Kurang 1
62 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
63 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
64 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 5 10 50 5.33 Kurang 1
65 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 6 10 60 5.33 Baik 2
66 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 5 10 50 5.33 Kurang 1
67 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 10 90 5.33 Baik 2
68 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 10 10 5.33 Kurang 1
69 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 10 90 5.33 Baik 2
70 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
72 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 10 80 5.33 Baik 2
73 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
74 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 10 90 5.33 Baik 2
75 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
76 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
77 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
78 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 10 40 5.33 Kurang 1
79 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
80 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 6 10 60 5.33 Baik 2
81 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 10 20 5.33 Kurang 1
82 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
83 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 4 10 40 5.33 Kurang 1
84 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 10 90 5.33 Baik 2
85 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 4 10 40 5.33 Kurang 1
86 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 4 10 40 5.33 Kurang 1
87 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 6 10 60 5.33 Baik 2
88 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 5.33 Baik 2
89 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 10 20 5.33 Kurang 1
90 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 10 90 5.33 Baik 2
91 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 10 10 5.33 Kurang 1
92 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 10 30 5.33 Kurang 1
93 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 5 10 50 5.33 Kurang 1
Mean 5.33
Median 4
Score Minimal 0
Score Maximal 10
Score Max - Score Min 10
Interval = 10 : 2 (kategori) 5
Coding Kategori Interval % interval Frequency
1 Kurang 0-5 50 0 - 50 % 53
2 Baik 6 - 10 60 60 - 100 % 40
OUTPUT STATISTICS DATA UNIVARIAT & BIVARIAT ANALYSIS

Frequency Table
Perilaku 4M Plus dan Berjalannya Jumantik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang 57 61.3 61.3 61.3
Baik 36 38.7 38.7 100.0
Total 93 100.0 100.0

Pengetahuan Tentang DBD

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang 53 57.0 57.0 57.0
Baik 40 43.0 43.0 100.0
Total 93 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 25-45 tahun 42 45.2 45.2 45.2
> 45 tahun 51 54.8 54.8 100.0
Total 93 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 10 10.8 10.8 10.8
SMP 38 40.9 40.9 51.6
SMA 37 39.8 39.8 91.4
Perguruan Tinggi (PT) 8 8.6 8.6 100.0
Total 93 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Tani 33 35.5 35.5 35.5
Dagang 27 29.0 29.0 64.5
Buruh Pabrik 9 9.7 9.7 74.2
Wiraswasta 10 10.8 10.8 84.9
Honorer 9 9.7 9.7 94.6
PNS 5 5.4 5.4 100.0
Total 93 100.0 100.0
Pengetahuan Tentang DBD * Perilaku 4M Plus dan Berjalannya Jumantik

Crosstab
Perilaku 4M Plus dan
Berjalannya Jumantik

Kurang Baik Total


Pengetahuan Kurang Count 38 15 53
Tentang DBD
% within Pengetahuan
71.7% 28.3% 100.0%
Tentang DBD
Baik Count 19 21 40
% within Pengetahuan
47.5% 52.5% 100.0%
Tentang DBD
Total Count 57 36 93
% within Pengetahuan
61.3% 38.7% 100.0%
Tentang DBD

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.626a 1 .018
Continuity Correctionb 4.652 1 .031
Likelihood Ratio 5.638 1 .018
Fisher's Exact Test .020 .015
Linear-by-Linear
5.566 1 .018
Association
N of Valid Casesb 93
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.48.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Pengetahuan Tentang
2.800 1.183 6.627
DBD (Kurang / Baik)
For cohort Perilaku 4M Plus dan
1.509 1.046 2.179
Berjalannya Jumantik = Kurang
For cohort Perilaku 4M Plus dan
.539 .320 .907
Berjalannya Jumantik = Baik
N of Valid Cases 93
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
LEMBAR KONSULTASI

Konslutasi Tanggal Bab TTD


Saran Pembimbing
ke- Konsultasi Konsultasi Pembimbing

10

11

12

Anda mungkin juga menyukai