Anda di halaman 1dari 10

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA

PUSKESMAS CIPEUCANG KABUPATEN PANDEGLANG

TAHUN 2021
PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA
PUSKESMAS CIPEUCANG KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bencana bisa terjadi dimana saja, baik di dalam Puskesmas maupun di luar puskesmas,
merupakan suatu potensi ataupun suatu resiko yang harus kita terima. Hal ini bisa terjadi karena
faktor alam, yang disebut bencana alam, serta bencana industri, yang disebabkan karena human
error, atau kecelakaan karena sifat bahan / material yang diolah dan sifat pekerjaan yang
mengandung sumber bahaya.
Bencana terjadi setiap saat, dengan rangkaian mata rantai terakhir berupa kerugian moril, materiil,
begitu juga banyaknya korban akibat bencana tersebut. Kehilangan anggota keluarga, kehilangan
sumber pencaharian, kehilangan rumah, mobil, bahkan kehilangan nyawa, belum lagi gangguan
psikologis akibat trauma yang ditimbulkan bencana tersebut. Untuk dapat mengurangi jumlah
korban jiwa manusia akibat bencana ini perlu adanya usaha pertolongan medik darurat (pra-
puskesmas dan atau di puskesmas) yang melibatkan berbagai unsur kesehatan dari berbagai
instansi pemerintah maupun swasta secara terpadu dan terintegrasi. Sehingga diperlukan adanya
suatu upaya kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam memberikan pertolongan medik darurat
terutama di puskesmas (Hospital disaster Planning).
Berdasarkan perhitungan HVA (Hazard and Vulnerability Analysis) yang telah dilakukan tim
penanggulangan bencana, resiko-resiko yang teridentifikasi dapat terjadi terdiri atas bencana yang
berasal dari luar puskesmas dan bencana yang berasal dari dalam Puskesmas Ngadirojo adalah
banjir, tanah longsor, keracunan dan kecelakaan lalu lintas. Hal ini dapat kita maklumi karena
Kecamatan Ngadirojo memiliki wilayah geografis yang berada tepat di tepi Sungai Keduang yang
memiliki potensi bencana banjir dan tanah longsor. Kultur masyarakat Kecamatan Ngadirojo masih
mengedepankan gotong royong dalam hubungan sosial kemasyarakatan yang kental dalam
berbagai acara kemasyarakatan melibatkan banyak warga sekaligus berpotensi menimbulkan
kejadian keracunan. Kecamatan Ngadirojo juga merupakan wilayah yang dilewati jalan provinsi
yang padat yang menghubungkan kabupaten Wonogiri menuju Kabupaten Pacitan Jawa Timur
sehingga memiliki jalur lalu lintas yang sangat padat dan berpotensi terja di kecelakaan lalu lintas.
Hal ini membuat Puskesmas Ngadirojo harus bersiap diri menghadapi kemungkinan-kemungkinan
terjadinya bencana tersebut.
Dalam usaha efektivitas pelaksanaan penanggulangan bencana tersebut maka dengan ini di
susun buku Pedoman Penanggulangan Bencana yang diberlakukan di Puskesmas Cipeucang
Kabupaten Pandeglang
B. TUJUAN
1. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi,baik dari dalam
maupun dari luar Puskesmas Cipeucang yang mengenai pegawai, pasien,
pengunjung dan masyarakat sekitar.
2. Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personel dan unit kerja pada saat terjadinya
bencana
3. Sebagai acuan dalam penyusunan standar prosedur operasional dalam penanggulangan
kegawat daruratan dan bencana.

BAB II
BATASAN BENCANA

A. DEFINISI BENCANA
Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau secara berlanjut yang
menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan yang normal atau kerusakan ekosistem sehingga
diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan manusia beserta
lingkungannya.
Bencana (disaster) pada dasarnya merupakan suatu kejadian dimana terdapat korban manusia,
kerusakan materi, kebutuhan yang melebihi sumber daya lokal, dan terganggunya mekanisme
kehidupan sehari-hari. Korban massal adalah banyaknya korban dengan penyebab kejadian yang
sama, sehingga membutuhkan pertolongan medik yang lebih memadai dalam hal fasilitas maupun
tenaga sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.

B. KATEGORI BENCANA
Yang termasuk dalam kategori bencana/disaster di Puskesmas :
1. Intern
Bencana yang berasal dari intern puskesmas dan menimpa puskesmas dengan segala obyek
vitalnya yaitu pasien, pegawai, material dan dokumen.
Contoh: Kebakaran di Puskesmas
2. Ekstern
Bencana bersumber berasal dari luar puskesmas yang dalam waktu singkat mendatangkan
korban bencana dalam jumlah melebihi rata-rata keadaan biasa sehingga memerlukan
penanganan khusus dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya.
Contoh: Korban keracunan massal, korban kecelakaan misal, bencana alam,dll.

BAB III
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pedoman penanggulangan bencana Puskesmas Cipeucang adalah sistem penatalaksanaan
korban bencana yang terdiri dari unit-unit kerja di Puskesmas Cipeucang yang bekerjasama dengan
menggunakan prosedur tetap untuk meminimalkan tingkat kematian dan kecacatan korban bencana yang
terjadi di wilayah Kecamatan Ngadirojo dengan menggunakan segala sumber daya yang ada secara
efisien. Program tersebut antara lain mengintregasikan upaya penilaian kebutuhan kesehatan akibat
bencana; pelayanan kesehatan dasar dan spesialistik; perbaikan gizi darurat; imunisasi, pengendalian
vektor, sanitasi dan dampak lingkungan; penyuluhan kesehatan; bantuan logistik kesehatan dan lain-lain.
.

BAB IV
TATA LAKSANA

A. METODOLOGI
Bencana dari luar maupun dari dalam puskesmas akan mendatangkan korban yang bersifat massal,
karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang bencana dengan korban massal dibagi menjadi 3
tingkat, yaitu :
a. Siaga 3 : jumlah korban yang datang 3-4 orang saja.
b. Siaga 2 : jumlah korban yang datang 5 – 10 orang
c. Siaga 1 : korban yang datang lebih dari 10 orang
Keadaan siaga ini ditentukan oleh dokter yang bertugas pada saat itu, yang selanjutnya dilaporkan
kepada ketua tim penanggulangan bencana Puskesmas Cipeucang.
Tatacara penilaian awal, dipergunakan dalam prosedur kegawatdaruratan rutin yang dapat diadaptasi
untuk kecelakaan-kecelakaan besar. Triase adalah tindakan pemilihan korban sesuai kondisi
kesehatannya untuk mendapat label tertentu dan kemudian dikelompokkan serta mendapatkan
pertolongan / penanganan sesuai dengan kebutuhan
Triase dipimpin oleh dokter bersama perawat. Penanggulangan awal penderita dilakukan oleh dokter,
perawat dan tenaga kesehatan dari ruangan lain yang dimobilisasikan.
Korban dikelompokkan dalam 5 kondisi kesehatan dan diberi label sebagai berikut :
a. Label Hijau
Penderita yang tidak mengalami luka dan bila dibiarkan tidak berbahaya. Korban yang tak
memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban dengan :
- Fraktur minor Luka minor,
- luka bakar minor
b. Label Kuning
Korban dengan cidera berat yang perlu mendapatkan perawatan khusus dan kemudian dapat
dipulangkan atau dirawat di puskesmas atau dirujuk ke rumah sakit, termasuk dalam kategori ini :
- Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen berat)
- Fraktur disable
- Luka bakar luas
- Gangguan kesadaran / trauma kepala
c. Label Biru
Penderita yang trauma kepala berat dan pendarahan dalam rongga perut.
d. Label Merah
Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat, kalau perlu tindakan operasi.
Penderita yang memerlukan tindakan cepat, live saving sehingga terhindar dari kecacatan atau
kematian Dengan kemungkinan harapan hidup yang masih besar dan memerlukan perawatan
puskesmas atau rujuk ke puskesmas lain, termasuk dalam kategori ini :
- Syok oleh berbagai kausa
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Perdarahan eksternal missal
e. Label Hitam
Korban yang sudah meninggal dunia. Pada label dituliskan : nama korban, umur, jenis kelamin,
alamat pasien. Bila korban tidak dikenal ditulis “tidak dikenal”.
B. ORGANISASI
Dalam keadaan bencana seperti ini maka secara otomatis pengorganisasian penanggulangan
bencana yang telah ditetapkan menjadi aktif.
Tim penanggulangan bencana Puskesmas Ngadirojo
1. Tim Penanggulangan Bencana
Tim Penanggulangan Bencana di Puskesmas Cipeucang adalah wadah non struktural di
bawah Kepala Puskesmas. Tim Penanggulangan Bencana dipimpin oleh Ketua Tim
sebagai pemegang komando, meliputi :
a. Kepala Puskesmas Cipeucang
b. Kasub bag TU Puskesmas Cipeucang
c. Tim dari Pelayanan Klinis Puskemas Cipeucang
d. Tim dari Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas Cipeucang
2. Koordinasi Lintas Sektor
Sesuai dengan rencana penatalaksanaan korban bencana massal nasional, Puskesmas
Cipeucang akan berkoordinasi dengan sektor-sektor berikut :
a. Polsek Kecamatan Cipeucang
b. Pemerintah Kecamatan Cipeucang
c. Pemerintah Desa/Kelurahan se-Kecamatan Cipeucang
d. Palang Merah
e. Rumah sakit rujukan (RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang)
f. Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang
C. PERENCANAAN SDM
Perencanaan sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi penanggulangan bencana
ditentukan berdasarkan :
- Jumlah korban yang ada pada saat itu
- Jumlah tenaga yang ada pada saat itu
Ketentuan perencanaan SDM adalah sebagai berikut :
1. Siaga 3
Jumlah korban yang datang 3-4 orang. Dokter dan Perawat yang berdinas dibantu oleh
perawat lain agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga.

2. Siaga 2
Jumlah korban yang datang 5-10 orang. Diperlukan tambahan tenaga perawat sesuai
kebutuhan
3. Siaga 1
Jumlah korban yang datang lebih dari 10 orang. Diperlukan tambahan tenaga kesehatan
dari unit kerja lain.
Perencanaan SDM untuk kebakaran
1. Kebakaran Ringan
Untuk memadamkan api diperlukan 1-2 orang dari pegawai yang sedang bertugas atau
yang berada di sekitar kejadian saja dengan menggunakan 1-2 Alat Pemadam Api
Ringan (APAR)
2. Kebakaran Sedang
Untuk memadamkan api diperlukan 3-5 orang dari pegawai yang bertugas dengan APAR
yang jumlahnya lebih banyak, 2-3 orang untuk evakuasi pasien, dokumen ataupn barang
berharga lainnya yang ada di ruangan atau lokasi kejadian.
3. Kebakaran Besar
Untuk memadamkan api diperlukan bantuan dari dinas kebakaran, dengan mengerahkan
seluruh pegawai yang bertugas saat itu untuk melakukan evakuasi.
D. PERENCANAAN KOMUNIKASI
Komunikasi dalam penanggulangan bencana di puskesmas merupakan hal yang sangat penting.
Untuk itu ada hal-hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar
2. Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instransi dan alamat) dan isi berita yang
menyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah korban tindakan yang telah
dilakukan.
3. Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam penerima berita, isi berita dan mencari
kebenaran berita tersebut kemudian melaporkan ke atasan.
Alat-alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :
1. Telepon
2. Handphone

E. PERENCANAAN LOGISTIK
Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis sangat diperlukan
saat penanggulangan bencana, hal menjadi peranan penting bagi tim pendukung logistik untuk
merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi pada saat itu
F. PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peranan Transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk pengangkutan korban, oleh karena itu
ketua tim penanggulangan bencana dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk
korban ke rumah sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan ambulan rumah
sakit.
Jika bencana terjadi dalam radius 20 menit dari Puskesmas, Tim Siaga Penanggulangan Bencana
di puskesmas akan segera di berangkatkan ke lokasi kejadian. Jika lokasi kejadian tersebut terjadi
dalam jarak lebih dari 20 menit dari puskesmas, tim tersebut hanya akan diberangkatkan
berdasarkan permintaan Tim Penanggulangan Bencana Desa/Kelurahan.
Mobilisasi Internal Petugas Puskesmas Petugas Unit Gawat Darurat yang diberangkatkan ke
lokasi kecelakaan harus segera digantikan dengan petugas dari keperawatan lain. Petugas dari
bagian lain juga harus membantu mempersiapkan ruangan yang akan dipergunakan untuk
menampung korban massal tersebut. Bantuan harus diberikan kepada unit-unit utama dalam
penanggulangan bencana di puskesmas, yaitu unit gawat darurat, laboratorium, dan petugas-
petugas lain seperti petugas kebersihan, petugas keamanan harus pula dimobilisasi
G. PELAPORAN
Informasi cepat tentang jumlah/beratnya korban harus segera di dapat dalam 2 s/d 4 jama.
Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh ketua tim penanggulangan bencana dan
selanjutnya dibuat laporan untuk disampaikan kepada kepala puskesmas.
BAB V
DOKUMENTASI

Dalam melaksanakan kegiatan dilakukan pendokumentasian sebagai berikut :


1. Menyiapkan konsep perencanaan, evaluasi dan pelaporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan penilaian hasil kerja Tim secara berkala.
3. Bersama tim lain berkoordinasi guna mengiventarisasi permasalahan yang ada yang berhubungan
dengan kebencanaan dan potensi musibah sekaligus rencana kegiatan kepada sub bagian
Perencanaan, Evaluasi dan  Pelaporan (PE) serta menyusun laporan tindak lanjut untuk
penyelesaian masalah.
4. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik lisan maupun tertulis sebagai bahan
masukan untuk peningkatan kualitas Tim.

Anda mungkin juga menyukai