PENDAHULUAN
1.3 Sistematika
Sebagai sistimatika pedoman disaster plan ini adalah sebagai berikut :
1. Metodelogi
2. Organisasi
3. Perencanaan SDM, Logistik, dan Transportasi
4. Perencanaan Komunikasi
5. Pencatatan dan Pelaporan
1
BAB II
BATASAN DISASTER/BENCANA
2.1 Pengertian
Bencana adalah rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan tata kehidupan dan penghidupan, yang memerlukan
pertolongan dan bantuan secara khusus. Korban massal adalah banyaknya korban
dengan penyebab kejadian yang sama, sehingga membutuhkan pertolongan medik
yang lebih memadai dalam hal, fasilitas maupun tenaga sehingga dapat
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.
2
BAB III
ORGANISASI DAN TATA KERJA
Direktur
3
Rumah Sakit memberikan pelayanan bilamana korban telah tiba di rumah
sakit, yaitu :
a. Triase
melakukan seleksi pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan untuk
memberikan prioritas penanganan. Penderita dikelompokkan dalam 5
golongan, dibedakan dengan menggunakan label pita berwarna merah,
biru, kuning, hijau atau hitam. Pada label ditulis ; nama pasien, umur, jenis
kelamin, alamat pasien. Bila pasien tidak dikenal maka ditulis “tidak
dikenal”.
b. Tindakan Pendahuluan
Dilakukan tindakan analisa situasi, yaitu :
1) Mengumpulkan informasi tentang bencana dari berbagai sumber
(media eletronik seperti Radio, TV, dll).
2) Penyebaran analisa kepada unit-unit terkait, tentang terjadinya becana
serta kondisi siaga (Siaga I, Siaga II, dst) melalui pagging.
3) Pengaktifan koordinasi / pengendalian operasi pertolongan.
4
Direktur
Pimpinan
Disaster
Tim Pendukung
b. Tim Evakuasi
Terdiri dari perawat, petugas kebersihan, petugas administrasi dan keuangan,
Bertugas :
1) Membantu pasien dan keluarganya untuk keluar dari gedung rumah sakit
menyelamatkan diri.
2) Menyelamatkan harta benda milik rumah sakit dan pasien.
5
c. Tim Keamanan
Tim keamanan adalah Satuan Pengamanan dari rumah sakit. Bertugas :
1) Mengamankan lokasi bencana dari orang-orang yang tidak bertanggung
jawab
2) Mengamankan jalur lalulintas ambulan, tenaga medis, dokumen-dokumen,
dan harta benda.
3) Mengamankan jalur transportasi intern rumah sakit.
d. Tim Medis
Dipimpin oleh dokter IGD yang bertugas saat itu dan dibantu oleh perawat
IGD. Berwenang :
1) Menentukan kondisi kegawatdarurat korban
2) Menentukan penanganan lanjut untuk para korban, misalnya dirujuk atau
tidak
3) Menentukan tempat rujukan yang tepat buat korban
Tim medis bertugas memberikan pertolongan medis pertama kepada korban
bencana.
f. Tim Penunjang
Tim Penunjang ini terdiri dari :
1) Penunjang medik yaitu, farmasi, laboratorium, ambulan, rekam medis
yang bertugas memberikan bantuan penunjang medis sesuai bidangnya.
2) Penunjang Umum yaitu petugas tekhnik akan memberikan bantuan
penunjang yang sifatnya umum seperti mengamanan kelistrikan agar tetap
berfungsi dan
6
3) dapat memberikan tenaga listrik sesuai kebutuhan dan bantuan
komunikasi, serta bantuan umum yang lain yang dibutuhkan saat bencana.
g. Tim Khusus
Adalah petugas/perawat di Kamar Operasi
1) Bila ada operasi yang sedang berlangsung dan operasi harus diselasaikan
maka operasi diselesaikan dan ditutup sementara, maka petugas kamar
operasi bertugas :
a. Mengupayakan tenaga listrik tetap terjamin dengan berkoordinasi
petugas tekhnik.
b. Berkoordinasi dengan pimpinan disaster untuk kondisi dan situasi
bencana
c. Petugas Kamar Operasi berwenang menghentikan kegiatan operasi dan
mengevakuasi pasien bilamana situasi bencana tidak memungkinkan
lagi.
2) Bila tidak ada operasi/operasi baru dimulai maka operasi dihentikan dan
dilakukan evakuasi pasien oleh petugas kamar operasi sesuai ketentuan.
3) Bila Korban bencana dari luar Rumah Sakit, maka perawat Kamar Operasi
berperan menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan operasi, baik kamar
operasi yang akan digunakan, tim oparasi yaitu dokter anastesi dan dokter
operator, dll, bagi korban yang memerlukan tindakan operasi segera.
4) Perawat OK dapat dalam keadaan stand by di tempat atau bila diperlukan
perawat OK dapat menjemput korban yang telah tiba di IGD rumah sakit.
7
BAB IV
PENANGGULANGAN BENCANA DARI LUAR RUMAH SAKIT
4.1 Metodelogi
Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban yang bersifat
massal, karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang bencana dengan
korban massal dibagi menjadi 3 tingkat yaitu
Siaga 1 : jumlah korban yang datang 10 - 15 orang
Siaga 2 : jumlah korban yang datang 15 - 20 orang
Siaga 3 : jumlah korban yang datang >20 orang
Keadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IGD yang berdinas pada saat
itu, yang selanjutnya dilaporkan kepada Pimpinan Disaster. Triage dipimpin oleh
dokter IGD bersama perawat IGD. Penanggulangan awal penderita dilakukan oleh
dokter IGD, perawat IGD, tenaga perawat dari ruangan lain yang dimobilisasikan.
Korban dikelompokkan dalam 5 kelompok korban dan diberi label
sebagai berikut :
Label Merah : Penderita yang memerlukan tindakan cepat, live
saving sehingga terhindar dari kecacatan atau
kematian .
Label Biru : Penderita yang trauma kepala berat dan pendarahan
dalam rongga perut.
Label Kuning : Penderita dengan trauma ringan atau hanya
memerlukan tindakan
bedah minor, yang selanjutnya korban
diperbolehkan pulang.
Label Hijau : Penderita yang tidak mengalami luka dan bila
dibiarkan tidak berbahaya.
Label Hitam : Penderita yang sudah meninggal dunia.
Pada label dituliskan nama korban, umur, jenis kelamin, alamat pasien
bila korban tidak dikenal ditulis “tidak dikenal”. Dalam keadaan bencana/disaster
8
plan seperti ini maka secara otomatis pengorganisasian penanggulangan bencana
yang telah ditetapkan menjadi aktif.
9
Alat-alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :
1. Pagging
2. Airphone/intercom
3. Telepon
4. Faximile
5. Pesawat HT
6. Handphone
4.6 Pelaporan
Informasi cepat tentang jumlah/beratnya korban- korban harus segera di
dapat dalam 2 s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan
Disaster dan Tim Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan
kepada direktur rumah sakit.
10
BAB V
PENANGANAN BENCANA DARI DALAM RUMAH SAKIT
5.1 Metodelogi
Sebagai contoh bencana dari dalam rumah sakit yang banyak
menyebabkan kerugian dan korban adalah kebakaran. Oleh karenanya metodelogi
ini dititik beratkan pada penganggulangan kebakaran, selanjutnya bencana lain
tinggal mengikutinya. Kebakaran di Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi :
1. Kebakaran Ringan : kebakaran yang melibatkan area yang sempit, dengan api
yang kecil.
2. Kebakaran Sedang : kebakaran yang melibatkan area lebih luas bersifat lokal
dengan besarnya api sedang.
3. Kebakaran Berat: kebakaran yang melibatkan area yang luas dengan api yang
besar.
5.2 Organisasi
Secara otomatis organisasi penaggulangan bencana menjadi aktif sesuai
ketentuan yang berlaku.
11
lebih banyak, 2-3 orang untuk evakuasi pasien,
dokumen, ataupun barang berharga lainnya yang ada
di ruangan/ lokasi kejadian.
Kebakaran Berat : untuk memadamkan api diperlukan bantuan dari
dinas kebakaran, dengan mengerahkan seluruh
pegawai yang berdinas saat itu untuk melakukan
evakuasi.
12
Alat-alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :
1. Pagging
2. Airphone/intercom
3. Telepon
4. Faximile
5. Pesawat HT
6. Handphone
5.7 Pelaporan
Informasi tentang jumlah/beratnya korban dan kerusakan harus segera
didapat dalam 2 s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh
Pimpinan Disaster dan Tim Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk
disampaikan kepada direktur rumah sakit.
13
BAB VI
PENUTUP
14