PENDAHULUAN
Berbagai profesi yang bekerja di rumah sakit didasari oleh kode etik profesi
masing-masing, yang dijadikan tatanan perilaku masing-masing profesi tersebut.
Tatanan perilaku ini hanya dapat dipahami oleh nurani masing-masing profesi
sehingga perilaku suatu profesi sering sulit dipahami oleh profesi lain.
Kode Etik Rumah Sakit adalah norma yang diharapkan untuk dijadikan tatanan
perilaku bagi setiap anggota masyarakat rumah sakit yang multi profesi tersebut.
Pengaturan perilaku yang dimaksud disini menekankan pada perilaku masing-masing
profesi dalam pengamalan profesinya agar dapat menghasilkan manfaat yang optimal
bagi semua pihak. Selain itu kode etik rumah sakit diharapkan dapat merupakan
jaminan bagi semua profesi untuk dapat melakukan profesinya dengan tenang dan
aman. Selain itu profesi pelayanan kesehatan kesehatan selalu berhadapan dengan
resiko yang melekat. Walaupun telah bekerja dengan hati-hati, resiko yang melekat
sulit dihilangkan sama sekali.
1
agar kode etik dapat ditegakkan. Usaha-usaha tersebut tentu saja harus dilaksanakan
oleh orang-orang yang mengerti benar tentang kode etik rumah sakit serta kode etik-
kode etik dari berbagai profesi yang ada di rumah sakit.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
Pengelolaan Rumah Sakit yang efisien dan efektif haruslah berdasarkan atas
dengan 3 (tiga) prinsip: Good Corporate Governance (GCG), Good Clinical Standard
(GCS); dan Good Ethical Practice (GEP). Ketiganya disebut sebagai TRILOGI Tata
Kelola Rumah Sakit. Di Indonesia maka istilah yang dipakai adalah Hospital Bylaw,
Medical Staff Bylaw dan Kode Etik Rumah Sakit.
3
Untuk menegakkan Good Ethical Practice (GEP) ini rumah Sakit harus
membentuk komite etik rumah Sakit ( KERS ) yang juga merupakan syarat dari
operasional rumah sakit. Komite Etik Rumah Sakit diharapkan berperan secara aktif
menangani masalah etika institusi Rumah Sakit yang cakupannya lebih luas daripada
etika profesi, hukum, atau disiplin profesi. Selain itu KERS juga diharapkan membina
praktek Good Ethical Practice (GEP) dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.
Kode Etik Kedokteran Indonesia yang telah dirumuskan beberapa tahun yang
lalu dan telah mendapat penyempurnaan pada tahun-tahun berikutnya, diterbitkan
kembali sebagai hasil Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteraan 11 Tahun 1981.
Kode Etik Kedokteran mutlak diperlukan sebagai panduan bagi setiap dokter dalam
melaksanakan tugasnya dapat mengetahui apa yang patut dan tidak patut dia lakukan
dalam melaksanakan tugas.
Rumah sakit di pihak lain yang merupakan tempat bekerja para dokter juga
perlu memiliki rambu-rambu yang serupa guna memberikan pedoman bagi semua
tenaga keja kesehatan yang bekerja di dalamnya. Demikian pula dengan etik Rumah
Sakit Indonesia merupakan landasan/ pedoman bagi penyelenggaraan Rumah Sakit di
seluruh Indonesia termasuk RSIA Puri Betik Hati sehingga pemberian pelayanan
kesehatan bagi masyarakat khususnya bagi pasien dapat tercapai dengan baik, bermutu
dan profesional.
2.2. Falsafah
1. Etika rumah sakit adalah tatanan perilaku masyarakat rumah sakit.
2. Perilaku dalam menjalankan tugas sehari-hari dengan bercermin pada etika rumah
sakit akan menambah keserasian interaksi antar unsur-unsur masyarakat di dalam
maupun di luar rumah sakit.
3. Etika rumah sakit adalah dinamis yang setiap saat akan berkembang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, Ekonomi dan Budaya, oleh
karena itu perlu dibina, dikembangkan oleh satuan tugas tersendiri ialah Komite
Etik Rumah Sakit.
4
2.3. Misi
1. Menjaga keserasian hubungan antar berbagai profesi di lingkungan RSIA Puri
Betik Hati agar dapat dikembangkan suasana yang konduktif bagi pelayan
kesehatan di rumah sakit yang bermutu serta menjaga keserasian hubungan antar
rumah sakit dengan masyarakat/ pasien.
2. Menjaga keserasian hubungan dengan rumah sakit lain/ pelayan kesehatan lain
serta dengan masyarakat/ pasien.
2.4. Peran
1. Menentukan, menjaga serta mengembangkan etika di rumah sakit.
2. Memberikan saran-saran tentang penyelesaian permasalahan etik.
3. Sumber informasi bagi para dokter, perawat dan tenaga kesehatan di rumah sakit
dalam menghadapi masalah-masalah etika rumah sakit.
5
2. Masa Jabatan
Masa jabatan anggota Kemite etik adalah 4 (empat ) tahun bila seseorang anggota
mengundurkan diri maka direktur menunjuk seorang pengganti dari unsur yang
bersangkutan. Masa kerja/jabatan tersebut segera berlaku setelah adanya
pengesahan dari direktur rumah sakit dengan mengeluarkan Surat Keputusan.
Ketua dapat dipilih untuk 2 x masa kepengurusan berturut-turut.
6
sekali dalam 3 (tiga) bulan, rapat dipimpin oleh ketua/wakil ketua, rapat
dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya lebih dari separuh jumlah
anggota Komite Etik, dan setiap Rapat Komite Etik harus dibuat notulennya.
2. Wewenang
a. Memberikan pertimbangan, usulan penyelesaian serta pemberian sangsi kepada
direktur rumah sakit.
b. Dapat melakukan kerjasama dengan persatuan profesi : IDI, PDGI, IAI, PPNI,
IBI, Instansi Kesehatan maupun Instansi di luar Kesehatan dalam usaha
menyelesaikan pelanggaran etik.
c. Memanggil/ meminta keterangan pada tenaga rumah sakit yang berkaitan
dengan pelanggaran etik.
d. Meminjam serta mempelajari rekam medis.
e. Melakukan evaluasi tentang pelaksanaan etik rumah sakit.
7
3) Sri Margiati, S.ST
4) Octaria Ningrum, S.ST.
5) Ratna Mustika, S.Farm.,Apt.
6) Ayu Fatmawati, Amd. AK
8
BAB III
PEDOMAN ETIK
RUMAH SAKIT IBU ANAK PURI BETIK HATI
10
2. Kewajiban RSIA Puri Betik Hati
a. Kewajiban Umum
1) Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
(KODERSI).
2) Rumah Sakit sebagai suatu instansi harus dapat mengawasi serta
bertanggung jawab terhadap semua kejadian di rumah sakit.
3) Rumah Sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu
secara berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya.
4) Rumah Sakit harus memelihara semua catatan/ arsip baik medik maupun
non medik secara baik.
5) Rumah Sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.
6) Rumah Sakit harus memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
7) Rumah Sakit harus merujuk ke Rumah Sakit lain jika tidak tersedianya
peralatan atau tenaga yang dibutuhkan pasien.
8) Rumah Sakit harus selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan.
11
c. Kewajiban Terhadap Terhadap Pasien
1) Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
2) Rumah Sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien, dan
tindakan apa yang hendak dilakukan.
3) Rumah Sakit harus meminta persetujuan pasien (Informed Consent)
sebelum melakukan tindakan medik.
4) Rumah Sakit berkewajiban melindungi pasien dari penyalahgunaan
teknologi kedokteran.
5) Rumah Sakit harus menjaga rahasia pasien.
6) Rumah Sakit harus mengindahan hak pribadi (Privacy) pasien.
12
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan
medis, standar profesi dan standar prosedur operasional.
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi.
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit.
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya (isi rekam medis).
10) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan/tindakan medis.
11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12) Didampingi keluarganya dan dalam keadaan kritis.
13
17) Menggugat dan/ atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana.
18) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
b. Kewajiban Pasien
1) Pasien dan keluarganya berkewajiban mentaati segala peraturan dan tata
tertib di Rumah Sakit.
2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi Dokter dan
Perawat dalam pengobatannya.
3) Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada Dokter yang
merawat.
4) Pasien dan atau penunggunya berkewajiban untuk melunasi semua biaya
pelayanan Rumah Sakit dan/ atau Dokter.
4. Hak dan Kewajiban Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga
Non Medis Lainnya
a. Hak Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya
1) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak mendapatkan perlindungan hokum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesi dan tugas pekerjaannya.
2) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan
hak otonominya. Tenaga medis/dokter, walaupun ia berstatus sebagai
karyawan rumah sakit, namun pemilik atau direksi rumah sakit tidak
dapat memerintahkan untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari
standar profesi atau keyakinannya.
14
3) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak untuk menolak keinginan pasien/klien yang bertentangan
dengan peraturan, perundang-undangan, profesi, etika serta visi dan misi
RS Brayat Minulya Surakarta.
4) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien/klien
apabila misalnya hubungan dengan pasien/klien sudah berkembang
begitu buruk sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan
lagi, kecuali untuk pasien/klien gawat darurat dan wajib menyerahkan
pasien/klien kepada tenaga medis, penunjang medis, non medis lain yang
berkompeten.
5) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak atas privacy dan berhak menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan oleh pasien/klien dengan ucapan maupun tindakan yang
melecehkan atau memalukan.
6) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak mendapat informasi lengkap dari pasien/klien yang
dirawat/dilayani atau dari keluarganya.
7) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak mendapat informasi atau pemberitahuan pertama dalam
menghadapi pasien/klien yang tidak puas terhadap pelayanannya.
8) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak untuk diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit,
pasien/klien, keluarga pasien dan teman sejawat.
9) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya, berhak untuk mendapat imbalan jasa atas jasa profesi atau
pekerjaan yang diberikan berdasarkan perjanjian dan atau
ketentuan/peraturan yang berlaku di rumah sakit.
15
b. Kewajiban Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya
1. Kewajiban Dokter
a) Kewajiban Umum
(1) Dokter wajib menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan
sumpah dokter.
(2) Dokter wajib untuk senantiasa melakukan profesinya menurut
ukuran yang tinggi.
(3) Dokter wajib melakukan pekerjaan kedokterannya dengan tidak
boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
(4) Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
(a) Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
(b) Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan
dan ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa
kebebasan profesi.
(c) Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya
tahan mahluk insani baik jasmani maupun rohani hanya
dilakukan untuk kepentingan penderita.
(d) Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai dengan
jasanya kecuali dengan keiklasan, sepengetahuan dan/atau
kehendak penderita.
(5) Dokter wajib berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya. Seorang dokter hendaknya memberi keterangan
atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
(6) Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan
semua aspek pelayanan kesehatan yang paripurna, serta berusaha
menjadikan pendidikan dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.
16
b) Kewajiban Terhadap Rumah Sakit
(1) Dokter wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata
tertib yang berlaku di rumah sakit.
(2) Dokter wajib untuk selalu menjaga dan mempertahankan nama
baik rumah sakit.
(3) Dokter wajib mendukung dan melibatkan diri dalam usaha rumah
sakit untuk memajukan dan mengembangkan rumah sakit.
(4) Dokter wajib untuk memupuk rasa memiliki, rasa persaudaraan
dan loyalitas dalam satu ikatan keluarga besar rumah sakit.
(5) Dokter wajib memahami dan dengan setia ikut ambil bagian
dalam mewujudkan visi dan misi rumah sakit.
(6) Dokter wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara
tertulis dengan pihak rumah sakit.
17
(6) Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bersedia dan mampu memberikannya.
(7) Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan
pertolongan darurat dengan mendahulukan keselamatan penderita
daripada pertimbangan-pertimbangan lain.
(8) Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang
diketahui tentang seorang penderita, termasuk data hasil
pemeriksaan laboratorium, data dalam rekam medik secara
keseluruhan, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
(9) Dokter wajib memberikan informasi yang memadai tentang
perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta resiko yang
dapat ditimbulkan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh
pasien.
(10) Dokter wajib membuat informed consent atas setiap
tindakan medis yang mengandung resiko tinggi.
(11) Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara
berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
(12) Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau
dalam perjanjian yang telah dibuatnya.
(13) Dokter wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain
yang terkait secara timbal balik dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
18
e) Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
(1) Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat
bekerja dengan baik.
(2) Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.
2. Kewajiban Perawat
a) Perawat wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata
tertib yang berlaku di rumah sakit.
b) Perawat wajib memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan standar asuhan keperawatan. Meliputi pengkajian, diagnosis,
perencanaan, intervensi keperawatan, evaluasi dan catatan
keperawatan.
c) Perawat wajib memberikan informasi yang memadai tentang perlunya
tindakan asuhan keperawatan yang akan dilakukan serta resiko yang
dapat ditimbulkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh
pasien.
d) Perawat wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang
akan dilakukannya.
e) Perawat wajib menginformasikan keadaan pasien kepada tenaga
medis atau tenaga lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan
pasien.
f) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga.
g) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
h) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
i) Setiap perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bersedia dan mampu memberikannya.
19
j) Perawat wajib membuat catatan asuhan keperawatan yang baik dan
lengkap secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
k) Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
diberikan.
l) Setiap perawat wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu keperawatan.
m) Perawat wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis
dengan pihak rumah sakit.
n) Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
o) Perawat wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
3. Kewajiban Bidan
a) Bidan wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib
yang berlaku di rumah sakit.
b) Bidan wajib memberikan asuhan kebidanan kepada pasien sesuai
dengan standar asuhan kebidanan. Meliputi pengkajian, diagnosis,
perencanaan, intervensi kebidanan, evaluasi dan catatan kebidanan.
c) Bidan wajib memberikan informasi yang adekwat tentang perlunya
tindakan asuhan kebidanan yang akan dilakukan serta resiko yang
dapat ditimbulkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh
pasien.
d) Bidan wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang
akan dilakukannya.
e) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada tenaga medis
atau tenaga lain yang berkompeten sesuai dengan indikasi mesdis
pasien.
f) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga.
20
g) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
h) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
i) Setiap Bidan wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bersedia dan mampu memberikannya.
j) Bidan wajib membuat catatan asuhan kebidanan yang baik dan
lengkap secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
k) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah
diberikan.
l) Setiap Bidan wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu kebidanan.
m) Bidan wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis
dengan pihak rumah sakit.
n) Bidan wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
o) Bidan wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
21
e) Tenaga non medis lainnya wajib terus menerus menambah ilmu
pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu yang terkait dengan
tugas pekerjaannya.
f) Tenaga non medis lainnya wajib mengadakan perjanjian hubungan
kerja secara tertulis dengan pihak rumah sakit.
g) Tenaga non medis lainnya wajib memenuhi hal-hal yang telah
disepakati atau dalam perjanjian yang telah dibuatnya.
h) Tenaga non medis lainnya wajib bekerjasama dengan profesi dan
pihak lain yang terkait secara timbal balik dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
22
8. Paramedis RSIA Puri Betik Hati senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran
agar di dalam menjalankan tugasnya tidak terpengaruh oleh pertimbangan-
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, agama, politik kedudukan sosial dari
pasien dan keluarganya.
9. Paramedis RSIA Puri Betik Hati senantiasa berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, kemampuan sesuai dengan perkembangn ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menyebarluaskan pengetahuannya kepada
sesama perawat.
10. Paramedis RSIA Puri Betik Hati senantiasa memelihara hubungan baik antara
perawat dan karyawan lain dalam rangka mencapai tujuan pelayanan kesehatan
seoptimal mungkin.
23
3. RSIA Puri Betik Hati menerima kerjasama dan rujukan dari institusi
kesehatan lainnya yang memerlukan fasilitas RSIA Puri Betik Hati demi
penanganan pasien secara optimal.
3.7. Tata Cara Penanganan Pelanggaran Etik Di RSIA Puri Betik Hati
1. Pengaduan pelanggaran etik di RSIA Puri Betik Hati dapat berasal dari :
a. Intern : Unit Kerja Fungsional, Unit Kerja Struktural.
b. Eksternal : Perorangan/Pasien, ini dapat langsung ke Direktur atau
lewat Polisi, Kejaksaan, LBH ataupun instansi lain.
24
d. Apabila pelenggaran ini merupakan pelanggaran murni etik profesi maka
Komite Etik dan Hukum RSIA Puri Betik Hati dapat mengkonsultasikan
kepada Ikatan Profesi yang bersangkutan.
e. Hasil penyelidikan ini sebagai bahan untuk dibahas dalam sidang Komite
Etik dan Hukum RSIA Puri Betik Hati.
f. Hasil sidang memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam
memecahkan masalah.
25
3. Alur Penyelesaian Pengaduan Pelanggaran etika di RSIA Puri Betik Hati
a. ALUR I
KOMITE MEDIK
KEPUTUSAN PANEL
ADA / TIDAK ADA PELANGGARAN
ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
26
b. ALUR II
KEPUTUSAN PANEL
A.
ADA / TIDAK ADA PELANGGARAN
B.
ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
C.
KEDOKTERAN
MELAKUKAN PEMBINAAN
PROFESIONALISME KEDOKTERAN,
CERAMAH, DISKUSI, SIMPOSIUM,
LOKAKARYA (KOORDINASI DIKLAT,
DIREKTUR MEDIK, KOMITE MEDIK)
27
4. Penyelesaian Masalah Etik Di RSIA Puri Betik Hati
a. Pelanggaran etika meliputi kelalaian yang tidak sesuai dengan etik
profesional, prosedur tetap yang disepakati kebiasaan atau cara-cara yang
telah lazim diberlakukan dengan suatu kesadaran dan kesengajaan.
b. Pengaduan masalah etika dapat berasal dari unsur luar maupun dari dalam
RSIA Puri Betik Hati dan dapat diajukan kepada Direktur maupun Tim
Etika Rumah Sakit.
c. Dalam pelaksanaan tugasnya Tim Etika Rumah Sakit dapat minta bantuan/
pertimbangan dari badan-badan etika di luar RSIA Puri Betik Hati seperti
Ikatan profesi lainnya.
d. Keputusan dan penerapan sanksi dari pelanggaran etika dilakukan oleh
Direktur setelah mempertimbangkan masukan, saran dan pertimbanagan
dari Tim Etika Rumah Sakit.
e. Jika pelanggaran etika dilakukan oleh peserta didik, keputusan diteruskan
ke lembaga pendidikan yang bersangkutan dan selanjutnya sanksi
diberikan.
28
f. Dokter jangan melayani wartawan di tempat umum, sebaiknya di kamar
kerja atau kamar praktek.
g. Dokter sebaiknya merekam seluruh pembicaraan dengan wartawan dengan
tape recorder.
h. Dokter jangan membicarakan kasus tertentu dengan wartawan, kecuali
kalau Suami/istri penderita yang bersangkutan atau Ayah/ibu penderita
yang bersangkutan.
i. Dokter sebaiknya selalu memberi penyuluhan kesehatan kepada wartawan.
j. Dokter sebaiknya selalu melayani wartawan dengan memberikan jawaban
tertulis atau pertanyaan wartawan yang tertulis juga kalau pembicaraan itu
tidak direkam.
k. Dokter jangan terpengaruh oleh gertak/ intimidasi maupun perasaan/
Chantage oleh wartawan.
29
e. Dokter jangan melayani pengacara di tempat umum, sebaiknya di kamar
kerja atau kamar praktek.
f. Dokter sebaiknya merekam seluruh pembicaraan dengan pengacara pada
tape recorder.
g. Dokter jangan memberikan kasus tertentu dengan Pengacara yang tidak
diberi kuasa khusus oleh penderita tertentu tersebut, kecuali kalau
pengacara dapat menunjukkan bahwa ia suami/ istri penderita yang
bersangkutan atau ayah/ ibu penderita anak yang bersangkutan.
h. Dokter sekali-kali jangan memberikan rekam medis asli/fotocopy/salinan
dari penderita manapun kepada pengacara.
i. Dokter sebaiknya selalu memberikan penyuluhan kesehatan kepada
pengacara.
j. Dokter sebaiknya hanya melayani pengacara dengan memberikan
jawaban tertulis atas pernyataan tertulis juga kalau pembicaraan itu tidak
direkam.
k. Dokter jangan terpengaruh oleh gertak/ intimidasi ataupun Pemerasan/
chantage oleh pengacara.
30
31