Anda di halaman 1dari 6

TUGAS DISASTER PLAN

TSUNAMI DI WILAYAH BAKAUHENI,


LAMPUNG SELATAN

DISUSUN OLEH :
Andriany Chairunnisa
030.11.026
PEMBIMBING :
Dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PERIODE 5 SEPTEMBER - 12 NOVEMBER 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 2016

I.

TEMPAT: Bakauheni, Lampung Selatan


Bakauheni adalah Kecamatan dan Kota di Kabupaten Lampung Selatan,
Lampung. Kecamatan ini adalah pemekaran Kecamatan Penengahan. Bakauheni
adalah sebuah kota pelabuhan dan terpenting di provinsi Lampung, tepatnya di
ujung selatan Pulau Sumatera. Bakauheni terkenal dengan pelabuhan
penyebrangan yang terletak di ujung selatan dari Jalan Raya Lintas Sumatera.
Pelabuhan Bakauheni menghubungkan Sumatera dengan Jawa lewat perhubungan
laut.
Ratusan trip feri penyebrangan dari beberapa operator berlayar mengarungi
Selat Sunda yang menghubungkan Bakauheni dengan Merak di Provinsi Banten,
Pulau Jawa. Feri-feri penyebrangan ini terutama melayani jasa penyebrangan
angkutan darat seperti bus-bus penumpang antar kota antar provinsi, truk-truk
barang maupuhn mobil pribadi. Manajemen bencana yang baik, terutama terhadap
bencana tsunami tentu sangat penting dan berharga bagi masyarakat Bakauheni
mengingat Pelabuhan Bakauheni ini merupakan salah satu akses penyebrangan
antar pulau yang sangat besar.
Lampung terletak pada jalur patahan Sumatera (Sesar Semangko) yang
membentang dari wilayah Lampung sampai dengan Provinsi Aceh. Patahan
tersebut terjadi akibat tabrakan dua lempeng benua, yaitu Indo-Australia dengan
Eurasia. Kondisi topografi dan bentang alam membuat Lampung menjadi salah
satu provinsi rawan bencana. Mulai dari gempa bumi, letusan gunung berapi,
tsunami, banjir, kebakaran hutan dan lahan, pergerakan tanah/longsor, abrasi,
kekeringan, dan puting beliung. Melihat riwayat Gunung Krakatau yangyang
meletus dahsyat pada 27 Agustus 1883. Letusannya terdengar 4600 km. Letusan
tersebut juga disusul dengan Tsunami yang menelan korban jiwa mencapai 36.417
orang. Pada tahun 1927 setelah Krakatau meletus, terbentuklah gunung berapi
dengan nama anak Krakatau yang sangat aktif dan terletak di tengah-tengah lautan
sehingga merupakan ancaman terjadinya tsunami

Identifikasi Vulnerability
Vulnerability adalah kerentanan dari manusia itu sendiri. Perilaku manusia yang
menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk menghadapi bahaya atau ancaman.
Kerentanan tersebut adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman.
Kerentanan Fisik : lokasi dari Kecamatan Bakauheni, dekat dengan daerah pesisir pantai
dan dari segi geografis berada disekitar gunung krakatau. Sehingga sangat rentan terhadap
bahaya ancaman tsunami.
Kerentanan Ekonomi : secara ekonomi, masyarakat di Bakauheni atas banyak yang
berprofesi sebagai pedagang dan nelayan yang sebagian besarnya memiliki tingkat
kesejahteraan yang kurang.
Kerentanan Sosial : kerentanan sosial masih cukup tinggi mengingat tingkat pendidikan
yang masih rendah
Kerentanan Teknologi : teknologi sudah cukup baik untuk pemantauan bahaya dini.
A. Pra Gempa: Rencana Siaga
Dalam hal kesiapsiagaan masyarakat dengan gempa harus diawali dengan edukasi
mengenai kondisi alam yang terdapat di wilayah tersebut. Hal ini perlu ditanamkan
semenjak dini, salah satunya dengan mengadakan pelajaran mengenai bencana alam dan
cara menghadapinya dapat dimasukkan ke dalam salah satu pelajaran di sekolah agar
dapat ditanamkan sejak usia dini. Selain itu pentingnya publikasi mengenai manajemen
bencana di lingkungan, misalnya penyebaran media informasi pada tempat-tempat umum,
atau berupa penyampaian langsung pada pertemuan di masyarakat.
Membentuk jalur evakuasi juga penting dalam menghadapi ancaman bencana. Salah
satunya dengan memasang tanda jalur evakuasi ditempat-tempat yang ramai dikunjungai
masyarakat, disekitar pesisir pantai.

Selain ini, pembangunan rumah dan infrastruktur lainnya harus sesuai dengan potensi
ancaman. Bangunan tahan gempa memiliki standar tersendiri untuk menghindari ancaman
sederhana. Pembangunan balai rakyat atau tempat umum tahan gempa penting untuk
perlindungan bila ancaman bencana datang. Selain tempat umum, perlu dilakukan
pembangunan posko-posko di tempat dataran tinggi sebagai suatu persiapan tempat
pengungsian bila terjadi tsunami. Dan hal ketiga atau terakhir, adalah edukasi tentang
potensi ancaman, serta persiapan dan latihan menyelamatkan diri (survival) dalam
keadaan darurat. Edukasi pada tahap ini meliputi hal-hal berikut di bawah.

1. Identifikasi Ancaman dalam Rumah atau Gedung


-

Hindari meletakkan barang-barang di tempat yang terlalu tinggi. Misalnya

menaruh kardus di atas lemari, dan lain-lain.


Benda-benda yang tertempel di tembok seperti lukisan, lampu, rak, harus

dijauhkan dari atas tempat tidur, atau tempat duduk.


Bila memiliki bayi atau orang tua, sebisa mungkin pindahkan barang-barang yang

muduh runtuh atau jatuh dari tempat tidur


Periksa kerusakan alat-alat listrik untuk menghindari kebakaran setelah gempa.
Pada gedung bertingkat, harus selalu disediakan tangga darurat.
Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat
pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban,

makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan


Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting
Mengenali Tanda Bahaya Tsunami
Tsunami. Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu
menjalar dengan kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama

diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar laut. Masyarakat harus


-

mengetahui tanda-tanda terjadinya tsunami, antara lain:


Kondisi air laut yang surut secara tiba-tiba, ikan-ikan terdampar di pantai
Terdengar suara gemuruh yang besar dan keras dari kejauhan, yang menandakan

lempengan patahan di dasar laut yang menabrak lautan


Keberadaan burung-burung yang tiba-tiba berpindah ke tengah lautan
Diawali dengan gempa, gempa bisa berkekuatan tinggi maupun rendah.
Awan yang berbentuk gelap dan mendung, karena gelombang elektromagnetis
dari dasar lapisan atmosfer bumi, sehingga daya listrik di awan tertelan oleh

gelombang lainnya
Lampu tetap menyala, meskipun tidak ada aliran listrik, karena tanda bahwa di
lingkungan ada gelombang elektromagnetis yang bergerak bebas di udara dan
merupakan tanda adanya bencana hebat.

2. Saat terjadinya bencana


- Waktu golden time untuk melakukan evakuasi adalah 10-30 menit. Sekarang
BMKG sudah memperbaiki sistem untuk peringatan bencana sehingga 5 menit
sebelum terjadinya tsunami sudah bisa di prediksi dan dapat digunakan untuk
evakuasi.
1. Mencari Informasi apakah ada potensi tsunami
2. Cepat bergerak ke arah daratan yang lebih tinggi dan tinggal di sana sementara
waktu.
3. Menjauhi pantai, jangan menuju pantai untuk melihat datangnya tsunami. Bila
melihat gelombang, berarti anda terlalu dekat, maka diharapkan segera
menjauh
Terdapat tiga kategori dalam peringatan tsunami.
-

Awas: tinggi tsunami mencapai lebih dari 3 meter, warga diminta segera
melakukan evakuasi menyeluruh ke arah tegak lurus dari pinggir pantai.
Pemerintah daerah harus menyediakan informasi jelas tentang jalur dan tempat

evakuasi
Siaga: Tinggi tsunami berada dikisaran 0,5 meter hingga 3 meter, pemerintah

diharapkan bisa mengerahkan warga untuk melakukan evakuasi


Waspada: Tinggi tsunami kurang dari 0,5 meter. Walau tampak kecil, warga
diminta menjauhi pantai.

DISASTER PLAN

Puskesmas

Kecamatan

Bakauheni

dalam

hal

persiapan

evakuasi

bencana

akan

mempersiapkan hal dibawah ini:


1. Mempersiapkan planning lokasi Posko bencana di dataran tinggi, dan menyiapkan
barang-barang yang dibutuhkan di tempat yang mudah dijangkau.
2. Membentuk tim darurat bencana, melakukan hubungan kerja sama, melibatkan
dengan dokter, perawat, dan bidan di Rumah Sakit ataupun swasta, agar dapat segera
membantu di Posko, pasca terjadinya bencana. Sehingga bila terjadi bencana, sudah
tidak mengalami kesulitan sumber daya manusia
3. Mengingatkan masyarakat agar tidak panik dan selalu berdoa kepada Tuhan.
4. Membuat jalur dan lokasi evakuasi bencana.
5. Melakukan kerjasama dengan apotik-apotik swasta, untuk melakukan persiapan di
bidang pengadaan obat dan alat kesehatan untuk membantu di Posko.
6. Bekerjasama dengan tim keamanan dari kepolisian atau militer untuk membantu
evakuasi mengamankan posko pengungsian.
7. Melakukan kerjasama dengan Rumah sakit untuk pengadaan ambulance ataupun
kendaraan lain untuk evakuasi korban.
8. Membentuk tim pro-aktif dalam pembantuan pencarian korban jiwa dilokasi
bencana.
9. Bekerjasama dengan perusahaan pangan dan sembako agar memudahkan logistik di
pengungsian.
10. Membuat pendataan di papan tulis yang berisi nama-nama orang yang berhasil di
evakuasi untuk memudahkan identifikasi.
11. Bekerjasama dengan seksi rohani pemuka agama agar membantu dibidang spiritual.
12. Selalu melakukan pemantauan dan koordinasi dengan BMKG setempat untuk
mengetahui keadaan terbaru mengenai bencana yang sedang terjadi.
13. Selalu terbuka dan memberitahu informasi ke posko pengungsian mengenai keadaan
yang terakhir.

Anda mungkin juga menyukai