Anda di halaman 1dari 11

TUGAS DISASTER PLAN

BANJIR DI KEMBANGAN, JAKARTA BARAT

DKI JAKARTA

Disusun Oleh :

Gazade Garcia Mulyadi

030.11.112

Pembimbing:

Dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 3 APRIL 10 JUNI 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA, 2017
Jakarta Barat, DKI Jakarta

1. Letak Geografis

Secara geografis Jakarta Barat terletak diantara 106 2242 106 5818 Bujur
Timur dan 5 1912 6 2354 Lintang selatan. Luas wilayah Jakarta Barat
mencapai 129.54 km2. Disebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Larangan dan
Kecamatan Pesanggrahan, barat berbatasan dengan Kecamatan Karang Tengah, timur
berbatasan dengan Kecamatan Kebon Jeruk dan di sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Cengkareng.

Kecamatan Kembangan terletak di Jakarta Barat dan merupakan Pusat


Pemerintahan dari Kota Administrasi Jakarta Barat. Termasuk wilayah Kotamadya
Jakarta Barat yang memiliki luas wilayah 2,419 ha dimana 8.73 ha digunakan untuk
industry, 1,290.91 ha untuk perumahan, 116,08 ha untuk perkantoran, 36.75 ha untuk
taman, 114.39 ha untuk pertanian. Secara administratif terbagi 6 kelurahan dengan
luas area dengan kepadatan penduduk sebesar 5,796 jiwa/Km 2. Jakarta Barat berdiri 7
M diatas permukaan laut.

Gambar 1. Peta Jakarta Barat

1
2. Iklim

Keadaan iklim Jakarta Barat termasuk iklim tropis, terdapat curah hujan yang
signifikan di sebagian besar bulan dalam setahun. Musim kemarau singkat sedikit
pengaruh pada iklim secara menyeluruh. Temperatur udara rata-rata 27C dengan
rata-rata curah hujan 350 mm. curah hujan di wilayah Jakarta pada umumnya bertipe
nonsunal dengan satu puncak pada bulan November hingga Maret yang dipengaruhi
oleh monsoon barat laut yang basah dan satu palung pada bulan Mei hingga
September yang dipengaruhi oleh monsoon tenggara yang kering.

3 . Pembagian Wilayah

Wilayah Jakarta Barat terbagi atas 8 kecamatan:

a) Kecamatan Kebon Jeruk dengan luas 17,51 Km2


b) Kecamatan Kembangan dengan luas 24,64 Km2
c) Kecamatan Cengkareng dengan luas 27,93 Km2
d) Kecamatan Kalideres dengan luas 27,93 Km2
e) Kecamatan Grogol Petamburan dengan luas 11,29 Km2
f) Kecamatan Pal Merah dengan luas 7,54 Km2
g) Kecamatan Tambora dengan luas 5,49 Km2
h) Kecamatan Taman Sari dengan luas 4,37 Km2

Ketinggian daerah

Jakarta terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian rat-rata 7 meter diatas
permukaan laut.

ANALISIS KOMPONEN BANJIR DI KECAMATAN KEMBANGAN JAKARTA


BARAT

1. Hazard
Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata dibawah
permukaan airlaut. DKI Jakarta merupakan pertemuan sungai dari bagian Selatan dengan
kemiringan dan curah hujan yang tinggi. Terdepat 13 sungai yang melewati dan bermuara ke
Teluk Jakarta. Secara alamiah, kondisi ini memposisikan wilayah DKI Jakarta memiliki
kerawanan yang tinggi terhadap banjir.
2. Vulnerability

2
Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman. Kerentanan di Kecamatan
Kembangan, Jakarta Barat diantaranya adalah :
a. Kerentanan Fisik :
Pertumbuhan permukiman dan perkotaan yang tak terkendali disepanjang dan
disekitar daerah aliran sungai, tidak berfungsinya kanal-kanal dan tiadanya sistem
drainase yang memadai mengakibatkan semakin terhambatnya aliran air ke laut yang
mengakibatkan Jakarta dan kawasan di sepanjang daerah aliran sungai menjadi sangat
rentan terhadap banjir. Terjadinya banjir di Jakarta pada dasarnya disebabkan oleh
sulitnya pemeliharan sungai karena sebagian bantaran sungai telah digunakan sebagai
pemukiman, pola pengelolaan sampah yang buruk dan kurangnya kesadaran
masyarakat dalam kebersihan lingkungan.
b. Kerentanan Sosial :
Jumlah penduduk Kecamatan Kembangan mencapai 300,000 jiwa, dan merupakan
wilayah terpadat di Provinsi DKI Jakarta dengan kepadatan penduduknya 19.020
jiwa/km2. Tingkat pendidikan penduduk penduduk DKI Jakarta umumnya SLTA
sebanyak 26.4 % dan hanya 13,55 % yang merupakan lulusan Perguruan Tinggi. Hal
tersebut tentunya mempengaruhi kualitas tenaga kerja dan ekonomi di Jakarta.
c. Kerentanan Ekonomi :
Secara ekonomi, masyarakat di DKI Jakarta memiliki ekonomi menengah ke atas
dengan tingkat kesejahteraan yang baik. Hal tersebut meningkatkan kerentanan,
karena penduduk dengan ekonomi menengah ke bawah memiliki kemungkinan untuk
membuat pemukiman di daerah bantaran sungai. Pada tahun 2014, terjadi
pengingkatan angka kemiskinan sebesar 0,17 poin dari tahun lalu menjadi 3.92%.
d. Kerentanan Lingkungan :
Kota Jakarta berada dalam daerah kota delta sehingga pengaruh utama tantangan dan
kendala daerah delta melalui pengelolaan tata air, analisa resiko bencana dan
perbaikan ekosistem menjadi perhatian utama dalam penataan ruang. Curah hujan
yang tinggi serta naiknya permukaan air laut dan sungai yang dipengaruhi oleh
pemanasan global dan kondisi geografis 40% wilayah DKI Jakarta lebih rendah dari
permukaan laut.

3
3. Capacity
Kapasitas yang dimiliki Jakarta Barat adalah tingkat gotongroyong masyarakat
tinggi dalam menghadapi bencana serta pemahaman masyarakat tentang bagaimana
mengatasi suatu bencana yang umum terjadi di daerahnya seperti banjir. Berikut merupakan
daftar rumah sakit dan puskesmas yang terdapat di Jakarta Barat:

Tabel 1. Rekapitulasi Rumah Sakit Jakarta Barat


No Rumah Sakit Alamat
Jl. Cendrawasih No. 1 Komp
1 RS Patria IKKT
KemHan
2 RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Jl. Kamal Raya
3 RS Hermina Daan Mogot Jl. Kintamani Raya No. 2
4 RS Puri Indah Jl. Puri Indah Raya No. Blok S2
5 RS Siloam Kebon Jeruk Jl. Raya Perjuangan
6 RS Royal Taruma Jl. Daan Mogot No. 34
7 RS Jiwa Jakarta Jl. Prof. Latumeten No.1
8 RS Jantung Harapan Kita Jl. Letjen S. Parman Kav.87
9 RSIA Ibnu Sina Jl. Dr. Nurdin I/III
10 RS Medika Permata Hijau Jl. Kebayoran Lama No.64
11 RS Sumber Waras Jl. Kyai Tapa Grogol
12 RSAB Harapan Kita Jl. Letjen S. Parman Kav.87
13 RS Pelni Petamburan Jl. Aipda K.S Tubun No. 92-94
14 RSUD Cengkareng Jl. Kamal Raya Cengkareng
15 RS Kanker Dharmais Jl. Letjen S. Parman Kav. 84-86
16 RS Bhakti Mulia Jl. Aipda Ks. Tubun No.79

Tabel 2. Rekapitulasi Puskesmas Jakarta Barat


No. Puskesmas Alamat
1 Kec. Kalideres Jl. Kumbang
2 Kec. Grogol Petamburan Komp. Duta Mas Tubagus Angke
3 Kel. Kamal II Kp Belakang
4 Kel. Kalideres Jl. Kalideres
5 Kel. Semanan I Jl. Raya Semanan I
6 Kel. Semanan II Jl. Semanan II
7 Kel. Kamal I Jl. Kebon 200
8 Kel. Tegal Alur I Jl. Sukatani
9 Kel. Pegadungan Jl. Peta Utara
10 Kel. Jelambar Jl. Satria II
11 Kec. Cengkareng Jl. Raya Kamal
12 Kel. Cengkareng Jl. Plamboyan

4
13 Kel. Kapuk Jl. Kapuk Raya
Kel. Kedaung Kali
14 Komp. Departemen Agama
Angke
15 Kec. Pal Merah Jl. Pal Merah barat 120
16 Kel. Jati Pulo Jl. Semangka II 006/007
17 Kel. Kota Bambu Selatan Jl. K.S. Tubun I / 27
18 Kel. Kota Bambu Utara Jl. Pondok Bandung 005/005
19 Kel. Slipi Jl. Petamburan III 013/001
20 Kel. Kemanggisan Jl. Anggrek Garuda Blok D IV
21 Kec. Taman Sari Jl. Madu No.10
22 Kel. Mangga Besar Jl. Blustru No.116
23 Kel. Keagungan Jl. Ketentraman No.1
24 Kel. Krukut Jl. Ketapanga Utara VII RT 13/04
25 Kel. Maphar Jl. Kebon Jeruk I 007/005
26 Kel. Taman Sari Jl. Mangga Besar IV 011/005
27 Kec. Tambora Jl. Kali Cibubur No.4
28 Kel. Roa Malaka Jl. Tiang Bendera Selatan 07/03
29 Kel. Tambora Jl. Tambora Dalam Mesjid
30 Kel. Angke Jl. H. Zamhar I No.10
31 Kec. Kebon Jeruk Jl. Raya Kebon Jeruk No.2
32 Kel. Kedoya Selatan Jl. Raya Kedoya No.47
33 Kel. Kebon Jeruk Jl. Karael Raya 002/004
34 Kec. Kembangan Jl. Raya Meruya Utara 004/004
35 Kel. Kembangan Utara Jl. Raya Kembangan 008/002
36 Kel. Meruya Selatan II Jl. Raya Meruya Selatan 007/004
37 Kel. Joglo Jl. Komp. Perusahaan DKI
38 Kel. Srengseng Jl. Raya Srengseng 001/002

RISK MANAGEMENT CYCLE

5
Gambar 3. Siklus Bencana

1. Tahap Pra Bencana


Pencegahan dan Mitigasi
Pencegahan dan mitigasi bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya
dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu mitigasi pasif dan aktif. Tindakan pencegahan
yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain adalah:
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana banjir dan tanah longsor serta melakukan pemetaan
masalah
3. Pembuatan pedoman bencana banjir dan tanah longsor
4. Penelitian karakteristik dan analisis risiko bencana banjir dan tanah longsor
5. Membuat perencanaan penanganan bencana
6. Membuat sistem peringatan dini, brosur, leaflet, poster, radio broadcast, on the air
broadcast, alarm pada perairan jika terjadi ketinggian air hampir melebihi batas
7. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana yang terdiri atas beberapa
instansi, IDI, BNPB, PMI, PTBMMKI, Fakultas Kedokteran, SAR, Islamic Red
Crescent dan masyarakat.

Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:
1. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi dari pemerintah yang
berkaitan dengan pencegahan banjir

6
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pencegahan banjir
3. Mengembangkan radio komunitas untuk penyebarluasan informasi
4. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
5. Pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana ke daerah yang lebih aman.
6. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
7. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi
bencana.
8. Membangun sarana pengelolaan sampah dan upaya pencegahan pembuangan sampah
pada badan perairan dengan cara memfasilitasi tempat sampah yang memadai
disekitar area perairan.
9. Membangun sistem pengelolaan sampah pada selokan dan got seperti incinerator
untuk mencegah terjadinya hambatan pada saluran air.
10. Perencanaan supply logistik bagi korban bencana seperti air minum, roti, baju, selimut
dan obat obatan.
11. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, dam, sumur
resapan, reboisasi.

Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi,
tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
2. Pelatihan teknis bagi setiap sektor penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan,
prasarana dan pekerjaan umum).
3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung
tugas kebencanaan.
6. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini
7. Puskesmas melakukan fase kesiapsiagaan seperti :
a. Revitalisasi sarana dan pra sarana PPPK
b. Menyiagakan Brigada Siaga Bencana (BSB)

7
c. Melaksanakan pendelegasian tugas dengan membentuk Gugus Tugas untuk
menempati pos tertentu yang sudah ditentukan melalui kesepakatan rapat evaluasi
bencana.

2. Tahap Tanggap Darurat


Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan pertolongan
untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari bertambahnya korban
jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1. Pengkajian secara cepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
2. Penentuan status keadaan darurat bencana
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
4. Pemenuhan kebutuhan dasar dan sanitasi air bersih
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan
6. Pelayanan kesehatan darurat kepada korban bencana

3. Tahap Pasca Bencana


Fase rehabilitasi umumnya berlangsung selama 1 bulan dan diikuti fase rekontruksi
selama 6 bulan.
Fase Rehabilitasi :
a. Menghindari daerah banjir atau longsor, karena tidak menutup kemungkinan bencana
susulan akan terjadi.
b. Mengarahkan tim SAR untuk melakukan pencarian dan evakuasi korban yang masih
terjebak di area bencana
c. Mendatangkan tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan pada
korban bencana
d. Membuat tempat penampungan sementara selama rumah penduduk belum aman dari
bencana. Persyaratan tempat penampungan , meliputi:
a. Lokasi penampungan harus berada didaerah bebas dari ancaman yang berpotensi
gangguan keamanan baik internal maupun external;
b. Jauh dari daerah rawan bencana;
c. Hak penggunaan lahan seharusnya memiliki keabsahan yang jelas; diutamakan
hasil dari koordinasi dengan pemerintah setempat;
d. Memiliki akses jalan yang mudah;
e. Dekat dengan sumber mata air
f. Dekat dengan sarana-sarana pelayanan sosial termasuk pelayanan kesehatan,
olahraga, sekolah dan tempat beribadah atau dapat disediakan secara memadai.

Fase Rekonstruksi :

8
1. Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana serta perkiraan
kerugian yang ditimbulkan
2. Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa pembangunan baru
atau memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak

HEALTHCARE DISASTER PLAN


1. Pelayanan Kesehatan Puskesmas Saat Bencana
Penanggulangan kesehatan bencana di Puskesmas bila terjadi bencana maka akan
dilakukan suatu respon yang meliputi :
1. Memastikan puskesmas aman sebagai sentra pelayanan kesehatan pasca bencana
2. Menentukan tempat yang aman untuk pengungsian, misalnya balai desa, sekolah,
tempat ibadah.
3. Menunjuk command leader di puskesmas yaitu salah satu dokter puskesmas.
4. Membuat jalur dan lokasi evakuasi bencana.
5. Mengumpulkan obat - obatan dan alat-alat medis penunjang.
6. Membuat daftar RS yang dekat dengan lokasi bencana untuk merujuk pasien yang
tidak dapat ditangani di puskesmas.
7. Melakukan kerjasama dengan organisasi pemerintah, tim medis, mahasiswa
kedokteran, contohnya:
a. Pengiriman Tim Medis Gerak Cepat
Tim yang bertugas melakukan penyelamatan jiwa dan menurunkan kesakitan.
Tim ini bergerak dalam 24 jam pertama yang terdiri dari seorang Dokter, seorang
DVI, dua Perawat, Apotheker/asisten, Sanitarian, Sopir dengan ambulance dan
perlengkapannya.
Tim ini diikuti oleh:
b. Team Rapid Health Assesment (RHA),
Tim yang bertugas melakukan pendataan untuk melaporkan kebutuhan-kebutuhan
dibidang kesehatan. Tim ini terdiri dari seorang Dokter, seorang
Sanitarian/SKM/Epidemiolog
c. Tim Bantuan Medis
Tim ini diberangkatkan sesuai keutuhan yang diperlukan atau dilaporkan oleh tim
1 dan 2 yang akan berfungsi untuk membuka Pos-Pos Kesehatan di daerah
bencana. Pelayanan yang diberikan di Pos Kesehatan berupa tindakan pengobatan
dan pemulihan Kesehatan serta rujukan ke Puskesmas maupun Rumah Sakit,
yaitu meliputi:
Pelayanan pengobatan darurat
Penyediaan Penjernih Air Cepat dan Aquatab
Penyediaan makanan pendamping ASI (MP-ASI) bagi bayi dan anak usia di
bawah dua tahun

9
Penyediaan tablet penambah darah dan vitamin A bagi ibu hamil dan ibu
menyusui
Penyediaan alat kontrasepsi dan pembalut wanita,
Penyediaan plastik tempat sampah,
Penyuluhan kesehatan, dan lain-lain.
8. Puskesmas menentukan triase untuk perawatan korban bencana: Digunakan kartu
merah, kuning, hijau, dan hitam untuk mengklasifikasikan korban.
a. Kartu merah
Korban yang mengalami syok oleh berbagai kausa, gangguan pernapasan, trauma
kepala dengan pupil anisokor, dan perdarahan eksternal yang masif. Perawatan
lapangan intensif ditujukan pada korban yang mempunyai kemungkinan hidup
lebih besar, sehingga setelah perawatan di lapangan penderita lebih dapat
mentoleransi transfer ke rumah sakit.
b. Kartu kuning
Penanda korban yang memerlukan pengawasan, sebagai tanda bagi korban yang
membutuhkan stabilisasi segera dan korban dengan status yang tidak jelas.
Korban dengan kartu kuning harus diberikan infus, pengawasan ketat, terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.
c. Kartu hijau
Merupakan penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat ditunda.
d. Kartu hitam
Penanda korban yang telah meninggal dunia.

2. Pelayanan Kesehatan Puskesmas Pasca Bencana


Pasca bencana banjir biasanya didapati korban yang mengalami trauma mulai dari
luka robek, patah tulang, hingga trauma kepala. Selain itu penyakit infeksi juga sering terjadi,
terutama pada saluran pencernaan, pernapasan dan penyakit kulit. Pada beberapa korban
bahkan dapat memiliki masalah psikologis. Maka dari itu, walaupun tahap tanggap darurat
telah selesai masih dibutuhkan peran dari tenaga medis untuk merehabilitasi korban bencana
dari segi fisik dengan melakukan pengobatan, maupun psikologis dengan berkerjasama
dengan melakukan konseling bersama dengan psikolog atau psikiater.

10

Anda mungkin juga menyukai