Anda di halaman 1dari 81

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


PASIEN HIPERTENSI DALAM MENDAPATKAN VAKSINASI
COVID – 19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TANJUNG AMPALU KAB SIJUNJUNG
TAHUN 2022

EGA SILVIA

2013142010102

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

STIKes YARSI SUMBAR

BUKITTINGGI

2022
SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN PASIEN


HIPERTENSI DALAM MENDAPATKAN VAKSINASI COVID – 19 DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG AMPALU
KAB SIJUNJUNG TAHUN 2022

Bidang Ilmu Keperawatan Medikal Bedah

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi

EGA SILVIA

NIM 2013142010102

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes YARSI SUMBAR

BUKITTINGGI

2022

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi penelitian ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.

Nama : Ega Silvia

Nim : 2013142010102

Tanda tangan :

Tanggal : Maret 2022

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Proposal ini telah disetujui untuk diseminarkan

Bukittinggi, April 2022

Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Dian Anggraini, S. Kep, M.Kep.sp. (Ns. Aulia Putri, S. Kep, M. Kep)

KMB)

Mengetahui
Ketua Program Studi SI Keperawatan

(Ns. Sri Hayulita, S.Kep, M.Kep)

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Ega Silvia

Nim : 20131410102

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pengetahuan Pasien Hipertensi


Dalam Mendapatkan Vaksinasi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai


persyaratan yang diperlukan untuk memproleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi S1 Keperawatan, STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi
DEWAN PENGUJI

Ns. Dian Anggraini, S. Kep, M.Kep.sp.


Pembimbing I : ( )
KMB

Pembimbing II : Ns. Aulia Putri, S. Kep, M. Kep ( )

Penguji I : Ns. Junaidi S Rustam,S.Kep.MNS ( )

Penguju II : Ns. Marlina Andriani,S. Kep, M. Kep ( )

Ditetapkan di : STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi

Tanggal : April 2022

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat Rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini yang
berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam
Mendapatkan Vaksinasi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Ampalu Kabupaten
Sijunjung Tahun 2022”. Shalawat beriringan salam diberikan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk dunia dan akhirat.

Penulisan skripsi penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Yarsi
Sumbar Bukittinggi. Selama proses penyusunan proposal penelitian ini, penulis mendapat
banyak bimbingan, bantuan, dukungan, arahan dan kerja keras dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ns. Junaidy Suparman Rustam, MNS selaku ketua STIKes YARSI Sumatera
Barat kota Bukittinggi.

2. Ibu Ns. Sri Hayulita, S.Kep, M.Kep selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKes YARSI
Sumatera Barat kota Bukittinggi.

3. Ibu Ns. Dian Anggraini, S.Kep M.Kep.Sp KMB selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi penelitian ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.S selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi
penelitian ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Ns. Junaidi S Rustam,S.Kep.MNS selaku penguji I yang telah meluangkan waktu
dan memberikan arahan serta saran yang membangun guna terselesaikannya skripsi
penelitian ini dengan baik.

6. Ibu Ns. Marlina Andriani,S. Kep, M. Kep selaku penguji II yang telah meluangkan waktu
dan memberikan arahan serta masukan yang membangun guna terselesaikannya skripsi
penelitian ini dengan baik.

v
7. Seluruh Dosen pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Sumatera Barat kota Bukittinggi yang telah memberikan banyak ilmu dan kemudahan
kepada penulis selama masa perkuliahan.

8. Penulis menyadari dalam pembuatan Skripsi penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap
Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga skripsi penelitian ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu, khususnya di
bidang keperawatan.

Bukittinggi, April 2022

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................................ii
PERSETUJUAN BIMBINGAN PROPOSAL..................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iv
KATA PENGANTAR..........................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................9
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Hipertensi...........................................................................................13
B. Vaksinasi Covid 19............................................................................22
C. Pengetahuan.......................................................................................22
D. Pendidikan Kesehatan........................................................................32
E. Pendekatan Keluarga..........................................................................39
F. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuanm...............42
G. Kerangka Teori..................................................................................45

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep...............................................................................46
B. Hipotesa.............................................................................................47

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian...................................................................................48
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................48
C. Populasi dan Sampel..........................................................................49
D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi................................................................50
E. Definisi Operasional..........................................................................51
F. Instrumen Penelitian..........................................................................52
G. Uji Validitas dan Reliabilitas.............................................................52
H. Etika Penelitian..................................................................................53
I. Metode Penelitian..............................................................................54
J. Teknik Pengolahan Data....................................................................55
K. Teknik Analisa Data...........................................................................56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Kerangka Teori ...................................................................................45
3.1 Kerangka Konsep.................................................................................46

viii
DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional............................................................................51

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai

dari gejala ringan sampai berat. Ada dua jenis coronavirus yang diketahui

menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit jenis baru yang

belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia (WHO, 2019).

Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2 (Prompetchara et al,

2020). Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan

oleh coronavirus baru yang disebut severe acute respiratory syndrome coronavirus 2

(SARSCoV- 2, sebelumnya disebut 2019-nCoV), yang pertama kali diidentifikasi di

Kota Wuhan, Provinsi Hubei, RRC.1,2 Penyakit ini pertama kali dilaporkan ke World

Health Organization (WHO) pada 31 Desember 2019. Pada 31 Januari 2020, WHO

menyatakan wabah COVID-19 sebagai darurat kesehatan global. COVID-19 sebagai

pandemi global.

Berdasarkan laporan badan kesehatan dunia Wordl Health Organazation Kasus

Covid – 19 Dunia pada tanggal 31 Desember 2021 tembus 95 juta kasus dengan jumlah

kasus pasien yang meninggal tercatat 2.058.534 kasus. Amerika menduduki posisi

teratas dengan kasus Covid 19 tertinggi dengan jumlah kasus sebanyak 23.928.643

kasus. Kemudian negara India berada di Posisi kedua dengan kasus Covid 19 terbesar

di Dunia dengan jumlah kasus 10.557.985 kasus. Berdasarkan laporan Badan

Kesehatan Dunia World Organazation Health, Indonesia menduduki posisi 20 besar

dengan kasus korona tertinggi di Dunia (WHO, 2021).

1
Berdasarkan laporan kesehatan dunia World Health Organazation kasus yang

paling banyak terkonfirmasi positif Covid-19 adalah kelompok umur 31-45 tahun

sebanyak 31%, namun untuk kelompok umur positif Covid-19 yang meninggal adalah

kelompok umur 60 tahun lebih, dengan persentase kematian 41,6 % (Satuan Tugas

Penanganan Covid-19, 2020). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO dan Center

for Disease Control and Prevention (CDC)/Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit

Amerika Serikat, yang melaporkan bahwa pada usia pralansia (50-59 tahun) angka

kematian hampir 3%, usia (60-69 tahun) terus meningkat menjadi 8-15% pada usia

diatas 70 tahun. Kematian paling banyak terjadi pada penderita Covid-19 pada usia 80

tahun keatas dengan presentase 21,29% (Kemenkes, 2020)

Berdasarkan Laporan Kementerian Kesehatan Indonesia sampai tanggal 31

Desember 2021 jumlah penambahan kasus Covid – 19 sebanyak 12.568 kasus sehingga

total kasus tercatat menjadi 939.948 kasus. Pasien Covid 19 yang dinyatakan sembuh

sampai tanggal 31 Desember 2021 tercatat sebanyak 763.703 orang dan jumlah kasus

yang meninggal tercatat sebanyak 26.857 kasus (Kemenkes RI, 2021).

Salah satu provinsi di Indonesia yang juga mengalami pandemic Covid-19 yaitu

Provinsi Sumatera Barat. Data kasus terkonfirmasi positif di Provinsi Sumatera Barat

sampai tanggal 31 Desember 2021 tercatat sebanyak 25.887 kasus dari 490.262

spesimen yang telah diperiksa. Jumlah pasien yang dirawat berjumlah 266 orang (1%),

isolasi mandiri 1.285 orang (5%) dan isolasi daerah 101 orang (0,4%). Dari data

terkonfirmasi positif tercatat sebanyak 567 orang (2,2%) meninggal dunia. Sedangkan

23.659 orang (91,4%) dari terkonfirmasi positif diyatakan sembuh (Kemenkes RI,

2021).

Salah satu komplikasi yang sering terkonfirmasi virus Covid-19 yaitu penderita

hipertensi. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Satuan Tugas Penanganan Covid 19

2
per tanggal 13 Oktober 2021 dari total kasus yang terkonfirmasi positif covid 19

sebanyak 2.488 pasien tercatat memiliki penyakit penyerta. Dimana presentase

terbanyak diantaranya yaitu penyakit hipertensi sebesar 50,5%, kemudian diikuti

dengan diabetes mellitus 34,5% dan penyakit jantung 19,6%. Sementara kasus tersebut

pasien yang meninggal diketahui 13,2% dengan hipertensi, 11,6% dengan diabetes

mellitus serta 7,7% dengan penyakit jantung (Kemenkes, 2021).

Berdasarkan data diatas menyatakan bahwa salah satu penyakit penyerta yang

paling tinggi pada kasus Covid 19 adalah hipertensi. Hal ini terjadi karena tekanan

darah yang tinggi akan melemahkan sistem imun pada tubuh dan tubuh menjadi tidak

sanggup menghadapi infeksi virus dan akhirnya terkena covid 19. Selanjutnya pada

penderita hipertensi akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah atau penyempitan

pembuluh darah sehingga hal ini akan berdampak pada perkembangan virus yang lebih

cepat didalam tubuh. Organ target corona virus adalah pembuluh darah dan paru – paru,

jika terjadi vasodilatasi pembuluh darah pada penderita hipertensi maka virus covid 19

akan lebih cepat menyerang atau menyebar pada organ tubuh lainnya sehingga pasien

yang terkonfirmasi covid 19 dengan penyakit penyerta hipertensi keadaannya akan

lebih berisiko dibanding dengan pasien yang tidak memiliki penyakit penyerta (Zahe,

2021).

Pada saat ini untuk memutus penyebaran Covid-19 pemerintah sudah

memprogramkan vaksin untuk covid-19. Vaksin Covid-19 merupakan salah satu

terobosan pemerintah untuk melawan dan menangani Covid-19 yang ada didunia

khususnya Negara Indonesia. Tujuan dari vaksinasi Covid-19 adalah untuk mengurangi

penyebaran Covid-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan

oleh Covid-19, mencapai kekebalan dan melindungi masyarakat dari Covid-19,

3
sehingga dapat menjaga masyarakat dan perekonomian (Kemenkes RI Dirjen P2P,

2020).

Pada saat ini dapat dilihat bahwa cakupan vaksin covid 19 masih rendah, dan

belum mencapai target. Hal ini terjadi karena masih banyak kalangan masyarakat yang

tidak mau divaksin. Berdasarkan laporan data cakupan Pemberian Vaksinasi Covid 19

Per 1 November 2021 di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 36,90 %, Untuk Kabupaten

Sijunjung Sebanyak 48.52 %, Untuk Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu

Sebanyak 42.81 %. Sedangkan Target Nasional Adalah 70%. Pencapaian vaksinasi

sangat rendah dari target yang telah ditetapkan untuk mendapatkakan herd imunity di

masyarakat, sehingga diperlukan lagi kerja sama dari berbagai lintas sektor untuk

meningkakatkan capaian Vaksinasi Covid 19 di Kabupaten Sijunjung ( Dinkes

Sijunjung, 2021).

Rendahnya keberhasilan pemberian vaksin dipicu karena informasi mengenai

vaksinasi covid-19 tidak hanya yang pro saja tetapi ada persepsi masyarakat yang justru

menolak karena masih meragukan suatu kefektifan, keamanan serta keampuhan dari

vaksinasi covid-19 tersebut. Sebenarnya hal tersebut adalah suatu kewajaran karena

mengingat covid-19 ini disebabkan oleh virus corona yang terbilang masih baru dan

termasuk vaksin yang akan digunakan juga pastinya masih bersifat baru (Rachman &

Pramana, 2020).

Hal ini membuat banyak kelompok masyarakat yang menolak vaksinasi.

Kelompok yang menolak divaksinasi memiliki banyak alasan, mulai dari masalah

kesehatan hingga alasan agama, serta terdapat beberapa kelompok masyarakat dengan

latar belakang yang berbeda-beda dan kekhawatiran tentang peningkatan kematian atau

korban akibat vaksin. Hal ini disebabkan karena dikhawatirkan tubuh tidak pandai

4
menangani vaksin dan justru akan menyerang orang yang telah divaksinasi yang

berujung pada penyakit dan kematian (Enggar Furi H, 2020)

Rendahnya capaian vaksin karena tidak semua orang mau untuk di vaksin. Salah

satunya pada penderita penyakit Hipertensi yang merupakan kelompok risiko tinggi.

Penderita penyakit Hipertensi yang terinfeksi virus Corona memiliki risiko lebih tinggi

untuk mengalami COVID-19 dengan gejala yang berat. Hal ini karena adanya

gangguan pada sistem persyarafan sehingga tubuh lebih sulit melawan infeksi virus

Corona. Oleh karena itu, vaksin COVID-19 perlu diberikan kepada penderita penyakit

hipertensi. Namun, pemberiannya harus secara hati-hati dan berdasarkan pertimbangan

berbagai faktor, untuk mencegah dan meminimalkan munculnya efek samping.

Penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi boleh mendapatkan vaksin COVID-19

bila tekanan darahnya normal dan terkendali, yaitu kurang dari 140/90 mmHg dengan

atau tanpa pengobatan. Namun, batas maksimal nilai tekanan darah untuk pasien

hipertensi yang hendak mendapatkan vaksinasi COVID-19 adalah 180/110 mmHg

(Kemenkes, 2020).

Situasi saat ini perlu dipahami dengan hati-hati karena masyarakat mungkin

mempunyai tingkat kepercayaan yang berbeda-beda terhadap vaksin COVID-19. Hal

ini dapat disebabkan karena keterbatasan informasi mengenai jenis vaksin, kapan

vaksin akan tersedia dan profil keamanannya. Banyaknya responden yang tidak percaya

bahwa COVID-19 (SARS-CoV-2) nyata ataupun kemungkinannya untuk menular dan

mengancam kesehatan, dan beredarnya hoaks bahwa pandemi adalah produk

propaganda masyarakat, mengakibatkan banyak masyarakat yang memilih menolak

atau menunda untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19. Fenomena ini merupakan

tantangan baru bagi pemerintah yang mengharapkan percepatan terjadinya herd

immunity di Indonesia. Pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan dan pencegahan

5
penyakit merupakan faktor penting. Pengetahuan dan antusias terhadap program

vaksinasi COVID-19 pada kalangan masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung

meningkatnya keberhasilan program vaksinasi di masyarakat (Pramesti, 2021).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang yaitu

dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya

pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya. Perubahan atau tindakan

pemeliharaan dan tingkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidik kesehatan ini di

dasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran. Masyarakat

didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam

alat bantu media pendidikan. Media promosi kesehatan berfungsi untuk membantu

dalam proses pendidikan atau pengajaran sehingga pesan kesehatan dapat disampaikan

lebih jelas (Notoatmodjo 2012).

Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk menyampai suatu informasi

kepada masyarakat yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada

masa pandemi saat ini perlu dilakukan penyuluhan atau diberikan pendidikan kepada

masyarakat terkait bagaimana perkembangan serta proses penularan covid 19

dikalangan masyarakat. Selain itu untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19

pemerintah sudah mengupayakan penyediaan vaksin covid 19 dikalangan masyarakat.

Sehingga untuk menunjang program pemerintah petugas kesehatan dilapangan

memiliki tugas untuk mensosialisasikan terkait vaksin tersebut kepada masyarakat

sehingga masyarakat mau melakukan vaksinasi. Memberikan pendidikan kesehatan

merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan vaksin covid 19 kepada

masyarakat sehingga diharapkan pengetahuan masyarakat tentang vaksin tersebut dapat

meningkat sehingga mereka mau melakukan vaksinasi covid 19 (Albert, 2020).

6
Bentuk pendidikan kesehatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan

pengetahuan seseorang yaitu dengan memberikan edukasi dimana edukasi merupakan

segala sesuatu yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok maupun masyarakat sehingga mereka dapat melakukan apa yang diharapkan

oleh pelaku pendidikan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Ranggaini (2021) tentang pengaruhi edukasi kesehatan terhadap peningkatan

pengetahuan dan minat responden dalam menerima vaksin covid. Hasil penelitian

didapatkan ada pengaruh yang signifikan antara edukasi kesehatan yang diberikan

dengan pengetahuan dan minat responden dalam menerima vaksin covid 19 dengan

nilai p value 0,004.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Farah Faulun (2021)

tentang penyuluhan program vaksinasi covid 19 pada masyarakat didapatkan hasil

penelitian terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang vaksin dengan nilai rata

– rata sebelum yaitu 44,85 sedangkan setelah dilakukan penyuluhan tentang vaksinasi

covid 19 terjadi peningkatan nilai rata - rata pengetahuan menjadi 78,68.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ernawati, dkk (2022) tentang edukasi

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang vaksinasi covid 19 yang menyatakan ada

peningkatan pengetahuan sesudah diberikan edukasi dan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi covid 19 dimana sebelum diberikan edukasi tingkat pengetahuan responden

hanya 60% sedangkan sesudah diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi

90%. Hasil uji statistik ada pengaruh edukasi terhadap pengetahuan masyarakat tentang

vaksinasi covid 19 dengan nilai p value 0,003.

Berdasarkan studi literature dan survey daring yang dilaksanakan oleh WHO dan

Kemenkes pada Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia di akhir tahun

2020, diketahui bahwa sekitar 74% responden mengaku sedikit banyak tahu rencana

7
Pemerintah untuk melaksanakan vaksinas COVID-19 secara nasional, sekitar 65%

responden menyatakan bersedia menerima vaksin COVID-19 jika disediakan

Pemerintah, sedangkan delapan persen di antaranya menolak. 27% sisanya menyatakan

ragu dengan rencana Pemerintah untuk mendistribusikan vaksin COVID-19.

Hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada tangal 1 Desember tahun 2021

berdasarkan wawancara dengan 5 orang penderita Hipertensi didapatkan data bahwa

pendrita Hipertensi tidak ada yang mau diberikan vaksinasi covid-19. Alasan tidak mau

untuk divaksin adalah takut jika divakisn akan membuat tekanan darah nya semakin

tinggi, memberikan komplikasi lain, dan bahkan ada yang mengatakan takut jika

divaksin akan menyebabkan stroke. Saat dilakukan pemgukuran tekanan darah, pasien

memeliki tekana darah dibawah 180/110 mmHg, dan seharusnya pasien dengan tekanan

darah tersebut layak mendapatkan vaksinasi, tetapi pasien tidak mengetahui batas

Tekanan darah untuk menjadi syarat boleh atau tidaknya untuk mendapatkan vaksinasi

covid -19.

Kurangnya pengetahuan tentang vaksinasi Covid-19 dapat menimbulkan berbagai

macam spekulasi tentang vaksinasi covid 19 pada penderita Hipertensi, sehingga

menimbulkan kecemasan yang dapat menurunkan sistem imun tubuh seseorang dan

dapat pula meningkatkan tekanan darah pada penderita hipertensi saat akan

mendapatkan vaksinasi covid 19. Oleh karena itu perlu peningkatan pengetahuan

penderita hipertensi tentang keamanan vaksinasi covid 19 serta manfaat dan efek

samping yang ditimbulkan setelah diberikan vaksinasi covid 19, sehingga tidak ada

lagi kecemasan bagi penderita hipertensi saat menerima vaksinasi covid 19.

Dari uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian tentang Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan pasien hipertensi Dalam Mendapatkan

8
vaksinasi covi-19 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung

Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah dari penilitian ini

adalah ”Apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien

Hipertensi Dalam Mendapatkan vaksinasi covid-19 di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung Tahun 2022?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan pasien

hipertensi Dalam Mendapatkan vaksinasi covid-19 di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung Tahun 2022’’

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik (Umur, Jenis Kelamin,

Pendidikan, Pekerjaan, Tekanan darah) pasien Hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

b. Diketahui Rata-Rata Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan

Kesehatan Tentang vaksinasi Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok

intervensi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten

Sijunjung Tahun 2022

c. Diketahui Rata-Rata Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan

Kesehatan Tentang vaksinasi Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok

kontrol di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung

Tahun 2022

9
d. Diketahui Rata-Rata Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan Tentang vaksinasi Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok

intervensi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten

Sijunjung Tahun 2022

e. Diketahui Rata-Rata Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan Tentang vaksinasi Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok

kontrol di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung

Tahun 2022

f. Diketahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien

Hipertensi Dalam Mendapatkan Vaksinasi Covid 19 di wilayah kerja

Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

g. Diketahui Perbedaan Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam

Mendapatkan Vaksinasi Covid 19 antara kelompok intervensi dan kontrol

di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung Tahun

2022

D. Manfaat Penelitian

1 Bagi tempat penelitian

Sebagai bahan masukan bagi puskesmas Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung

untuk meningkatkan Cakupan Vaksinasi Covid 19

2 Bagi institusi pendidikan(Umiversitas Mohammad Natsir Bukittinggi)

Dapat menjadi sumber masukan dan dapat menambah pengetahuan terhadap

penelitian terkait yang mana akan menambah informasi tentang Vaksinasi Covid

19 pada pasien Hipertensi.

10
3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya, dapat

mengembangkan ilmu keperawatan, serta dapat memunculkan berbagai inovasi

intervensi lainnya sesuai kebutuhan. Melalui penelitian ini akan memberikan

kejelasan mengenai pengetahuan Pasien Hipertensi dalam Mendapatkan

Vaksinasi covid 19.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan

tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri

menyebabkan peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal

jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal. Sedangkan menurut

(Triyanto,2014) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas.

Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut

jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa

oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali ke

jantung (Anies, 2006).

Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Diastolik


Sistolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmH
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmHg
ringan)
Stadium 2 (Hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maligna)
Sumber: (Triyanto,2014)

12
2. Etiologi Hipertensi

Menurut Widjadja, (2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan

menjadi dua yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab dengan

jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi

primer, seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola konsumsi yang

tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi

diperkirakan termasuk dalam kategori ini.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya berupa

penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh,

misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan

terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur

tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,

dan penyakit jantung.

3. Faktor-faktor resiko hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak

dapat dikontrol menurut (Sutanto, 2010) antara lain :

a. Faktor yang dapat dikontrol :

Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan

dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Kegemukan (obesitas)

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan

13
mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30

tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan

dengan wanita langsing pada usia yang sama. Curah jantung dan

sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun

belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas,

namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah

penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita

hipertensi dengan berat badan normal.

2) Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya

cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah.

Dengan olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga

darah bisa dipompadengan baik keseluruh tubuh.

3) Konsumsi garam berlebihan

Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi

garam berlebihan dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam

merupakan hal yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi.

Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan

volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan

diikuti oleh peningkatan ekresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga

kembali pada kondisi keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang

normal. Pada hipertensi primer (esensial) mekanisme tersebut

terganggu, disamping kemungkinan ada faktor lain yang berpengaruh.

Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak

mengonsumsi garam, tetapi masih menderita hipertensi. Ternyata

14
setelah ditelusuri, banyak orang yang mengartikan konsumsi garam

adalah garam meja atau garam yang ditambahkan dalam makanan saja.

Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir disemua makanan

mengandung garam natrium termasuk didalam bahan- bahan pengawet

makanan yang digunakan. Natrium dan klorida adalah ion utama cairan

ekstraseluler. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan

konsetrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya kembali, cairan intreseluler harus ditarik keluar

sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya

volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya

volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi.

4) Merokok dan mengonsumsi alkohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan

selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah,

nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.

Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan kesehatan karena dapat

meningkatkan sistem katekholamin, adanya katekholamin memicu naik

tekanan darah.

5) Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika

ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat

meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka

tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi

respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran atau

pengangkutan natrium. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga

15
melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas)

yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres

berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. Hal

tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada binatang percobaan

yang diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi hipertensi.

4. Patofisiologi Hipertensi

Menurut Triyanto, (2014) Meningkatnya tekanan darah didalam

arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat

sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar

kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang

sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang

terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku

karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga

meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola)

untuk sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau

hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa

menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap

kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam

dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga

meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan

darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut

16
dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom

(bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara

otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah

melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan

mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya

volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan

darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,

sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.

Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim

yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang

selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan

organ peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai

penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan

darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal

(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan

cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya

tekanan darah (Triyanto 2014).

Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan

ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekwensinya , aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

secukupnya), mengakibatkan penurunan curah jantunng dan meningkatkan

17
tahanan perifer (Prima,2015).

5. Manifestasi klinis Hipertensi

Menurut Ahmad, (2011) sebagian besar penderita tekanan darah

tinggi umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita

darah tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan,

bingung, perut mual, masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat

atau merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak

beraturan (palpasi), suara berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit

kepala, pusing. Sedangkan menurut (Pudiastuti,2011) gejala klinis yang

dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa : pengelihatan kabur

karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya

tekanan kranial, edema dependen dan adanya pembengkakan karena

meningkatnya tekanan kapiler.

6.Komplikasi hipertensi

Menurut Triyanto, (2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan

sebagai berikut :

a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan

tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak

mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit

kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku seperti

orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan

18
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara

secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak

b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah

tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan

oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi

iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi

ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,

darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan

terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan

rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga

tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang

sering di jumpai pada hipertensi kronik

d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya

kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu,

kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru

menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki

bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama

pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada

kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong

19
cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

Neuron- neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.

7. Penatalaksanaan

Menurut junaedi,Sufrida,&Gusti, (2013) dalam penatalaksanaan

hipertensi berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai

berikut:

1) Terapi non-farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa

obat- obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini,

perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan

menjalani perilaku hidup sehat seperti :

a. Pembatasan asupan garam dan natrium

b. Menurunkan berat badan sampai batas ideal

c. Olahraga secara teratur

d. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol

e. Mengurangi/ tidak merokok

f. menghindari stres

g. menghindari obesitas

2) Terapi farmakologi (terapi dengan obat)

selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal

yang utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam

pegobatan, antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker,

antagonis kalsium, dan penghambat konfersi enzim angiotensi.

20
a. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran

garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi

pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh darah dan

menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.

b. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa

darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.

c. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh

darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan

menurunkan tekanan darah.

d. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan

pembuluh darah Terapi herbal

B. Vaksinasi Covid -19

1. Pengertian

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa

mikroorganisme atau bagian atau zat yang dihasilkan nya yang telah

diolah sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila diberikan kepada

seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap

penyakit tertentu (Kemenkes 2021).

Vaksinasi adalah pemberian vaksin dalam rangka menimbulkan

atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut

tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak menjadi

sumber penularan (Kemenkes 2021).

21
2. Manfaat vaksinasi covid -19

Sebagaimana manfaat dari vaksin lainnya, vaksin covid -19

bermanfaat untuk memberi perlindungan agar tidak terular atau sakit

berat akibat covid -19 dengan cara menimbulkan atau menstimulasi

kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian vaksin (Kemenkes

2021).

3. Cara kerja vaksin dalam tubuh

Vaksin adalah produk biologi yang diberikan kepada seseorang untuk

melindunginya dari penyakit yang melemahkan, bahkan mengancam jiwa.

Vaksin akan merangsang pembentukan kekebalan terhadap penyakit

tertentu pada tubuh seseorang.Tubuh akan mengikat virus atau bakteri

pembawa penyakit, mengenali dan tau cara melawannya (Kemenkes 2021).

4. Efek samping vaksinasi covid -19

Secara umum, efek samping yang timbul dapat beragam pada

umumnya ringan dan bersifat sementara, dan tidak selalu ada, serta

bergantung pada kondisi tubuh, efek seperti demam dan nyeri otot atau

kemerahan pada bekas suntikan adalah hal yang wajar namaun tetap perlu

dimonitor. Manfaat vaksin jauh lebih lebih besar dibandingkan resiko sakit

karena terinfeksi bila tidak divaksin. Apabila terjadi kejadian ikutan pasca

imunisasi (KIPI), dapat dilaporkan kepada fasyankes tempat pemberian

vaksinasi, kemudian akan ditindak lanjuti oleh focal poiny yang ada di

masing-masing dinas kesehatan dan dikaji oleh komite pengkajian dan

penanggulangan KIPI yang ada disetiap daerah maupun Nasional

(Kemenkes 2021).

22
5. Kekebalan kelompok ( health immunity)

Kekebalan kelompok atau herd immunity merupakan situasi

dimana sebagian besar masyarakat terlindung atau kebal terhadap penyakit

tertentu. Melalui kelompok masyarakat yang rentan dan bukan merupakan

sasaran vaksinasi. Kondisi tersebut hanya dapat tercapai dengan cakupan

vaksinasi yang tinggi dan merata (Kemenkes 2021).

Vaksinasi tidak hanya bertujuan untuk memutus rantai penularan

penyakit dan menghentikan wabah saja, tetapi juga dalam jangka panjang

untuk mengeliminasi bahkan mengeradikasi (memusnahkan atau

menghilangkan) penyakit itu sendiri(Kemenkes 2021).

6. Resiko jika tidak mendapatkan vaksinasi

Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan spesifik

terhadap suatu penyakit tertentu sehingga apabila suatu saat terpajan

dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami

sakit ringan. Tentu apabila seseorang tidak mendapatkan vaksinasi maka

ia tidak akan memiliki kekebalan spesifik terhadap penyakit yang yang

dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi tersebut (Kemenkes 2021).

Dalam hal pelaksanaan vaksinasi covi-19, orang dawasa,

lansia,remaja serta penderita comordid seperti hipertensi yang tidak

mendapatkan vaksinasi covid-19 lengkap sesuai jadwal serta mengabaikan

protocol kesehatan, maka akan menjadi rentan tertular dan jatuh sakit

akibat covid-19 (Kemenkes 2021).

23
7. Sasaran penerima vaksin covid-19

Kelompok prioritas penerima vaksin adalah penduduk yang

berdomisili di indonesia yang berusia > dari 17 tahun, dan bagi penduduk

berusia kurang dari 17 tahun dapat diberikan vaksinasi apabila telah

tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan persetujuan penggunaan

pada masa darurat atau penerbitan nomor izin edar dari badan pengawas

obat dan makanan.

Vaksin Hanya diberikan kepada mreka yang sehat, ada beberapa

kriteria individu atau kelompok yang tidak boleh di vaksinasi covid -19 :

a. Orang yang sedang demam dengan suhu > 37.5 ‘c

b. Orang hipertensi tidak terkontrol, yaitu tekanan darah >

180/110 mmHg ( jika tekanan darah > 180/110 mmHg

pengukuran tekanan darah diulang 5 ( lima ) sampai 10

(sepuluh) menit kemudian. Jika masih tinggi maka vaksinasi

ditunda sampai terkontrol.

c. Orang yang mengalami alergi berat setelah divaksinasi covid -

19 sebelumnya ( vaksinasi dosis ke 1) maka tidak bosa

mendapatkan dosis ke 2

d. Orang yang sedang hamil, ditunda sampai melahirkan

e. Orang yang mengidap penyakit auto imun seperti asma, lupus.

Vaksinasi ditunda jika sedang dalam kondisi akut atau belum

terkendali.

f. Orang yang sedang mendapat pengobatan untuk gangguan

pembekuan darah, kelainan darah, defisiensi imun dan

24
penerima produk darah atau transfusi, vaksinasi ditunda dan di

rujuk.

g. Orang yang sedang pengobatan immunosu pressant seperti

kortikosteroid dan kemotherapy, vaksinasi ditunda dan dirujuk.

h. Orang yang memiliki penyakit jantung berat dalam keadaan

sesak, vaksinasi ditunda dan dirujuk

Penyintas covid -19 dapat divaksinasi 3 bulan setelah sembuh,

apabila setelah dosis pertama sasaran terinfeksi covid -19 maka

dosis pertama vaksinasi tidak perlu diulang lagi dan tetap

diberikan dosis ke 2 dengan interval yang sama yaitu 3 bulan

sejak dinyatakan sembuh

8. Dosis dan interval vaksinasi covid-19

Dosis dan cara pemberian harus sesuai dengan yang

direkomendasikan untuk setiap jenis vaksin covid -19. Tabel dibawah ini

menjelaskan dosis pemberian untuk setiap jenis vaksin covid -19

Tabel 2.1 dosispemberian setiap jenis vaksin covid -19

Jenis Vaksin Jumlah dosis Interval Cara pemberian

Sinovac 2 (0.5 ml/dosis) 28 hari Intramuskular


Sinopharm 2 (0.5 ml/dosis) 21 hari Intramuskular
Astrazeneca 2 (0.5 ml/dosis) 12 Intramuskular
minggu

Novavax 2 (0.5 ml/dosis) 21 hari Intramuskular


Moderna 2 (0.5 ml/dosis) 28 hari Intramuskular
Pfizer 2 (0.3 ml/dosis) 21-28 Intramuskular
hari
Cansino 1 (0.5 ml/dosis) - Intramuskular
Sputnik V 2 (0.5 ml/dosis) 21 hari Intramuskular

25
Sumber : (Kemenkes 2021).

9. Kehalalan Vaksinasi Covid -19

Komisi fatwa MUI pusat sudah menetapkan vaksin coronavac

produksi Lifescience Co yang sertifikasinya diajukan oleh PT Biofarma

sebagai produsen vaksin yang akan memproduksi vaksin covid -19,

konsorsium dengan sinovac, suci dan halal (Kemenkes 2021).

Sedangkan untuk vaksin covid -19 produksi Astrazeneca, komisi

fatwa MUI menetapkan bahwa penggunaannya diperbolehkan ( mubah )

karena kondisi darurat dan pertimbanagn lainnya (Kemenkes 2021).

Untuk vaksin covid -19 lainnya, pemerintah dan produsen farmasi

di indonesia terus melibatkan badan penyelenggara jaminan produk halal (

BPJPH), lembaga pengkajian pangan, obat-obatan dan kosmetika majelis

ulama indonesia (LP-POMUI), dan komisi fatwa majelis ulama indonesia

dalam proses pengujian aspek kehalalan vaksin covid -19 yang akan

dikembangkan dan dihadirkan (Kemenkes 2021).

C. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil yang didapat setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagain besar pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga. pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk

tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dapat diperoleh bahwa prilaku

yang didasari oleh pengetahuan lebih lama dari pada prilaku yang tidak di dasari

pengetahuan (Induniasih dan Wahyu Ratna, 2018).

26
Menurut Notoatmodjo (2012) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

a.Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau ransang yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan

sebagagianya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mejelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyeimpulkan, meramalkan, dan sebagianya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kodisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,prinsip,

dan sebagianya dalam konteks atau kondisi yang lain.

27
d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitanya satu sama lainnya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evalution)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

pernilain terhadap suatu materi atau obejek. Penilain-penilain itu didasarkan pada

suatu kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatnodjo, 2012).

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal:

a. Faktor Internal

1) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang

tinggi terhadap suatu adanya pengetahuan yang tinggi di dukung minat

yang cukup bagi seseorang tersebut akan berprilaku sesuai dengan apa

yang diinginkan.

28
2) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadi dapat dijadikan sebagai salah satu cara memperoleh pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan cara megulang kembali pengalaman yang telah

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.

3) Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia

tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau

mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

(Notoatmodjo, 2012)

b) Faktor eksternal

1) Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang

diberikan pada anak yang tertuju pada kedewasaan. Sedangkan GBHN (Garis

Besar Haluan Negara) mendefenisikan bahwa pendidikan sebagai sesuatu usaha

dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah

dan berlansung seumur hidup.

2) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan

status ekonomi lebih baik mudah tercukupi di banding dengan keluarga

status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan

informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

29
3) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan

seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal baru tersebut,.Meskipun

seseorang memiliki pendidikan rendah tetapi jika ia mendapat informasi yang

cukup baik dari berbagai media maka hal itu dapat menigkatkan pengetahuan

seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh pertama bagi

seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal positif atau negatif

tergantung lingkungannya. Didalam lingkungan inilah seseorang akan

mendapatkan pengalaman yang akan memepngaruhi cara berfikirnya.

(Notoatmodjo, 2012).

3. Kategori Tingkat Pengetahuan

Menurut Liza (2020) dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa

juga dikelompokan menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum

yaitu sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika > 50 %

b. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nailanya ≤ 50 %

Namun, jika yang diteliti respondenya petugas kesehatan maka

presentasenya akan berbeda.

a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 75 %

b. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 75 %.

30
4. Pengukuran Tingkat pengetahuan

Menurut Skinner (2008), bila seseorang mampu menjawab mengenai

materi tertentu baik secara lsan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang

tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan

tersebut dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan seseorang di

tetapkan menurut hal-hal ssebagi berikut :

a) Bobot 1 : Tahap tahu dan pemahamn

b) Bobot II : Tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis.

c) Bobot III : Tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi.

D. Pendidikan kesehatan

1. Pengertian pendidikan kesehatan

Suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditunjukan kepada prilaku, agar

prilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan mengupayakan

agar prilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positif

terhadap pemeliharaan dan Tingkatan kesehatan (Notoatmodjo,2012).

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan prilaku yang dinamis dan

bukan hanya proses pemindahan materi dari individu ke orang lain dan bukan

seperangkat prosedur yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai

(Nyswander dalam Maulana, 2009). Hal ini di karenakan individu dapat

menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru, dan prilaku baru yang

berhubungan dengan tujuan hidup, tentunya, proses perkembangan prilaku juga

akan selalu berubah secara dinamis.

31
2. Tujuan pendidikan kesehatan

WHO pada 1954 menyatakan bahwa tujuan mendidikan kesehatan

adalah untuk mengubah prilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan.

Namun, prilaku mencakup hal yang luas sehingga prilaku perlu dikategorikan

secara mendasar sehingga rumusan tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci

menjadi beberapa hal. Maulana (2009) menyebutkan tiga tujuan pendidikan

kesehatan tersebut, yaitu :

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. Oleh

karena itu, pendidikan kesehatan harus bertanggung jawab mengarahkan

cara-cara hidup sehat sehingga menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-

hari.

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat .

c. Mendorong pengembangan dan penanggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang telah ada. Kadang kala pemamfaatan sarana

pelayanan yang ada dilakukan secara berlebihan dan bahkan justru

sebaliknya, seperti saat kondisi sakit tetapi tidak menggunakan sarana

kesehatan yang ada dengan semestinya.

3. Sasaran dan ruang lingkup pendidikan kesehatan

Maulana (2009) menyebutkan bahwa sasaran pendidikan kesehatan

adalah masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat perdesaan,

kelompok tertentu (seperti: perempuan, pemuda, remaja, dan lembaga

pendidikan ), dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.

32
Ada beberapa ruang lingkup pendidikan kesehatan, antara lain (Fitriani,

2011):

a. Dimensi sasaran

1) Individu

Metode yang akan dilakukan adalah:

a) Bimbingan dan Konseling

Konseling kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang di lakukan

dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat

tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bersedia

melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan.

b) Wawancara

Wawancara adalah bagian dari bimbingan dan penyuluhan, menggali

informasi mengapa individu tidak atau belum mau menerima perubahan,

bagaimanakah dasar pengertian dan mempunyai dasar yang kuat jika

belum, maka diperlukan penyuluhan yang mendalam (Fitriani, 2011)

Bentuk metode yang dipakai untuk masyarakat luas diantaranya:

a) Seminar

Metode seminar ini hany cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menegah keatas. Seminar adalah suatu presentasi dari suatu ahli

atau beberapa ahli tentang suatu topik yamg dianggap penting dan biasanya

sedang ramai dibicarakan masyarakat.

b) Ceramah

Metode ceramah adalah suatu metode pengajaran dengan penyampain

informasi secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti

secara pasif.

33
4. Media Pendidikan Kesehatan

Yang dimaksud dengan alat bantu atau media pendidikan kesehatan

adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan

pendidikan pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga

karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses

pendidikan/pengajaran.

Alat peraga ini di susun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang

ada pada setiap manusia diterima atau di tangkap melalaui panca indra.

Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin

banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan

perkataan lain alat peraga ini dimaksudkan untuk mengarahkan indra sebanyak

mungkin kepada suatu objek, sehingga mempermudah pemahaman

( Notoatmodjo, 2012).

a. Media cetak

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat

bervariasi, antara lain sebagai berikut:

1) Bokoklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

2) Leaflet, ialah bentuk penyampain informasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat

maupun gambar, atau kombinasi.

3) Flayer (selebaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.

4) Flif chart (lembar balik), media penyampain pesan atau informasi –informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku dimana

tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi

34
kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu

masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6) Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan,

yang biasanya ditempel ditembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di

kendaraan umum.

7) Foto yang megungkapkan informasi-informasi kesehatan .

(Notoatmodjo 2012).

b. Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau

informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya. Antara lain:

1) Televisi

Penyampain pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi

dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum, diskusi atau tanya jawab

sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV Spot, kuis atau cerdas

cermat, dan sebagianya .

2) Radio

informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat

bermacam- macam bentuknya, antara lain obrolan (tanya jawab), sandiwara

radio, ceramah, radio spot, video dan sebagainya.

3) Video

Pen yampain informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video.

4) Slide

Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesab atau informasi-

informasi kesehatan.

35
5) Film Strip

Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan –pesan

kesehatan.

c. Media papan (Billboard)

Papan (Billiboard) yang dipasang ditempat –tempat umum dapat diisi dengan

pesan-pesan atau informasi –informasi kesehatan. Media papan disini juga

mencangkup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada

kendaraan-kendaraan umum (bus dak taksi).

(Notoatmodjo, 2012).

5. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kesehatan

Tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk

mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Selain

hal tersebut, tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan ialah:

a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada.

d. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada

kesehatan (dirinya).

e. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya

sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan mencegah penyakit

menular.

36
f. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga dan

masyarakat umum sehingga dapat memberikan dampak yang bermakna

terhadap derajat kesehatan masyarakat.

g. Meningkatkan pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan terhadap

berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan perilaku

sehat sehingga angka kesakitan terhadap pnyakit tersebut berkurang

(Notoatmodjo, 2007, Suliha, 2005)

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan

Keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor

penyuluh, sasaran dan proses pendidikan (Notoatmodjo,2007).

Didalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni persoalan masukan

(input), proses, dan persoalan keluaran (output).

a. Persoalan Masukan (input) menyangkut sasaran belajar (sasaran didik) yaitu

individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan

berbagai latar belakang.

b. Persoalan Proses menyangkut mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan

kemampuan (perilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam proses ini

terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor antara lain: subjek belajar,

pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan teknik belajar, alat bantu belajar,

dan materi atau bahan yang dipelajari.

c. Persoalan keluaran (output) merupakan hasil belajar itu sendiri, yaitu berupa

kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.

E. Pengaruh Pendidikan kesehatan Terhadap Pengetahuan

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk

menyampaikan suatu informasi tentang suatu hal yang terjadi dengan tujuan dapat

37
meningkatkan pengetahuan seseorang terhadap informasi tersebut. Upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang yaitu dengan

memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya

pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-

tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya. Perubahan atau

tindakan pemeliharaan dan tingkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidik

kesehatan ini di dasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses

pembelajaran. Masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh

pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu media pendidikan. Media promosi

kesehatan berfungsi untuk membantu dalam proses pendidikan atau pengajaran

sehingga pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas (Notoatmodjo 2012).

Bentuk pendidikan kesehatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan

pengetahuan seseorang yaitu dengan memberikan edukasi dimana edukasi

merupakan segala sesuatu yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik

individu, kelompok maupun masyarakat sehingga mereka dapat melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Ranggaini (2021) tentang pengaruhi edukasi kesehatan terhadap

peningkatan pengetahuan dan minat responden dalam menerima vaksin covid. Hasil

penelitian didapatkan ada pengaruh yang signifikan antara edukasi kesehatan yang

diberikan dengan pengetahuan dan minat responden dalam menerima vaksin covid

19 dengan nilai p value 0,004.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang

yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan

upaya pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-

tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya. Perubahan atau

38
tindakan pemeliharaan dan tingkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidik

kesehatan ini di dasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses

pembelajaran. Masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh

pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu media pendidikan. Media promosi

kesehatan berfungsi untuk membantu dalam proses pendidikan atau pengajaran

sehingga pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas (Notoatmodjo 2012).

39
F. Kerangka Teori

Covid 19 pandemi yang


sedang berlangsung

Upaya untuk memutus mata


rantai maka pemerintah
memprogramkan vaksin
covid

masyarkat tidak pengetahuan masyarakat


mengetahui manfaat vaksin yang kurang tentang vaksin
Covid 19 19 tersebut

pemberian vaksin tidak


Kurangnya pengetahuan sesuai target
masyarakat dipicu salah
satunya kurang
mendapatkan penyuluhan untuk meningkatkan
dari petugas kesehatan pengetahuan dan merubah
tentang vaksin covid 19 sikap masyarakat perlu
diberikan pendidikan
kesehatan

Penyululuhan yang diberikan berguna


Pengetahuan meningkat untuk menyampaikan informasi
vaksinasi covid 19

Penkes dengan media yang


menarik,menggunakan kartu
sehat vaksin

Gambar 2.1 Kerangka teori


Sumber : Nugroho,2006. Arikunto ,2006. Sutejo, 2018. WHO, 2020

40
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep adalah suatu

abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasi suatu pengertian. Oleh sebab itu,

konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung (Notoadmodjo, 2014).

Kerangka konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah model pendekatan sistem

variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Untuk

itu akan dilihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tersebut

(Notoadmodjo, 2014).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yaitu pendidikan

kesehatan, sedangkan variabel dependen yaitu pengetahuan pasien hipertensi dalam

mendapatkan vaksinasi Covid 19. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependent

Pendidikan Kesehatan Pengetahuan pasien


hipertensi Dalam
mendapatkan vaksinasi
Covid 19

Gambar 3.1 Kerangka konsep

41
B. HIPOTESA PENELITIAN

Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari suatu

penelitian (Suyanto, 2011). Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Ha : Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan pasien

hipertensi Dalam mendapatkan vaksinasi Covid 19 Di puskesmas Tanjung Ampalu

Tahun 2021.

42
BAB IV
METODOLIGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pra eksperimen (pra experimental

design) dengan desain penelitian pretest and posttest with control group design yaitu

dengan kelompok pembanding. Dalam penelitian ini observasi dilakukan sebanyak 2

kali yaitu pretest/sebelum perlakuan dan posttest/sesudah perlakuan.

pretest perlakuan postest

Kelompok intervensi O1 X O2

Kelompok kontrol O3 O4

Gambar 3.1 Skema Penelitian

Keterangan :

O1: Rata – rata pengetahuan sebelum pada kelompok intervensi

X1: Memberikan intervensi pendidikan kesehatan (edukasi)

O2: Rata – rata pengetahuan sesudah pada kelompok intervensi

O3: Rata – rata pengetahuan sebelum pada kelompok kontrol

O4: Rata – rata pengetahuan sesudah pada kelompok kontrol

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Ampalu, Kabupaten Sijunjung pada bulan Februari – Maret tahun 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

43
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmojo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang

belum divaksinasi di wilayah kerja puskesmas Tanjung Ampalu Sebanyak 521

Orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dan keseluruhan objek yang diteliti dan di anggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).

Metode pengambilan sampel yang dipakai adalah Power Analisis yaitu dengan

melihat efek size pada penelitian terdahulu dan merujuk pada tabel nilai power.

Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

SD1 : Standar Deviasi kelompok Intervensi

SD2 : Standar Deviasi kelompok Kontrol

M1 : Rata - rata kelompok Intervensi

M2 : Rata - rata kelompok Kontrol

Pooled SD ¿ √
2 2
(SD 1) +(SD 2)
2

¿ √ 2
(2,53) +(2,69)
2

¿√
6.4 +7.23
2

¿ 2,60

M 1−M 2
n ¿
SD

26,34−23,19
¿
2,60

¿ 1,2
Dari rumus tersebut didapatkan sampel penelitian ini sesuai dengan tabel

power analisa 1,2 dimana sampel 18 orang. Kemudian ditambah sampel droup out

44
10% dari 18 yaitu 2 orang, maka jumlah sampel dalam penelitian ini 20 kelompok

intervensi dan 20 kelompok kontrol..

Teknik pengambilan sampel dengan Purposive sampling yaitu teknik penentuan

sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga peneliti bisa mengambil

sampel pada siapa saja yang ditemui tanpa perencanaan sebelumnya dengan syarat

memenuhi kriteria inkslusi. (Sugiyono,2009). Sampel dalam penelitian ini adalah 40

penderita hipertensi yang belum mendapatkan vaksinasi covid-19 di Puskesmas

Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung.

D. Kriteria Inklusi dan eklusi


Kriteria Inklusi :

a. Bersedia menjadi responden dibuktikan dengan penanda tanganan lembar

informed consent

b. Responden yang sehat jasmani dan rohani sehingga bisa mengikuti pendidikan

kesehatan yang diberikan

c. Mengikuti acara pendidikan kesehatan baik pretest dan posttest

d. Mengikuti penelitian tanpa adanya paksaaan

Kriteria eklusi :

Kriteria eklusi merupakan ketika subjek penelitian tidak dapat mewakili karena

tidak memenuhi syarat penelitian, menolak atau berada dalam keadaan yang tidak

memungkinkan untuk menjadi responden. (Budiarto,E 2006). Kriteria enklusi pada

penelitian ini :

a. Mengundurkan diri pasa saat penelitian berlangsung

b. Tidak bersedia menjadi responden

c. Pasien memiliki surat tidak bisa untuk mendapatkan vaksinasi dari Dokter

Spesialis dengan alasan kesehatan.

45
E. Defenisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi Operasional
Defenisi Cara Alat Skala
No Variabel Hasil ukur
operasional ukur ukur ukur
1. Pengetahu tingkat Kuesione Wawacar Rata – rata Rasio
an pasien pengetahuan r a tingkat
hipertensi pengetahuan
sebelum dan
sesudah
intervensi
(Arikunto
(2006)
2. Pendidikan Suatu bentuk - - Diberikan -
kesehatan intervensi atau dan tidak
dengan upaya yang di diberikan
pendekata tunjukan kepada
n keluarga prilaku, agar
prilaku tersebut
kondusif untuk
kesehatan dengan
memberikan
penyuluhan
menggunakan
media kartu sehat
vaksinasi covid 19

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner yang digunakan

untuk mengetahui pengetahuan responden tentang Covid 19. Kuesioner pada

penelitian ini terdiri dari 15 butir pertanyaan dimana jika jawaban benar maka

diberikan skor 1 dan jika jawaban salah maka diberikan skor 0.

Instrumen untuk pendidikan kesehatan menggunakan kartu sehat vaksinasi

berupa Flash card. Penguykuran Tekanan darah responden digunakan alat pengukur

tekanan darah dan stetoskop.

46
G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Menurut Notoadmodjo (2010) dikatakan bahwa validitas adalah suatu indeks

yang menunjukkan suatu alat itu benar mengukur apa saja yang diukur. Untuk

mengetahui validitas suatu instrumen atau kuisoner dilakukan dengan cara

melakukan kolerasi antar skor masing-masing variable (Pertanyaan). Dikatakan

valid bila skor variabel tersebut berkolerasi secara signifikan dengan skor totalnya.

Teknik kolerasi yang digunakan Kolerasi Pearson Produk Moment dengan

keputusan ujinya adalah sebagai berikut :

a. Jika r Hitung > r Tabel maka pertanyaan dikatakan valid

b. Jika r Hitung < r Tabel maka pertanyaan dikatakan tidak valid

Kuesioner penelitian pada variabel pengetahuan diambil dari penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Zisi Liona (2021). Kemudian keusioner tersebut

telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas didapatkan dari

10 item pertanyaan semua pertanyaan dikatakan valid karena nilai r hitung > r

tabel.

2. Uji Reliabilitas

Reabilitas merupakah sejauh mana hasil pengukuran dari hasil ukur dapat

dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama dan diperoleh hasil

pengukuran yang relatif sama pula. Hasil uji reliabilitas kuesioner pada penelitian

ini semua variabel dinyatakan reliabel atau konsisten karena nilai cronbach’s alpha

> 0,60.

47
Pada hasil uji relialibitas pertanyaan pada variabel pengetahuan dikatakan

reliabel karena didapatkan nilai cronbach’s alpha = 0,949 artinya nilai cronbach’s

alpha > 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan pada variabel

pengetahuan dikatakan reliabel.

H. Etika Penelitian
Dalam proses melakukan penelitian memulai dengan perizinan dari

Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi untuk melakukan penelitian terkait dengan

judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan pasien

hipertensi dalam mendapatkan vaksinasi covid-19 Di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Ampalu Tahun 2021. Rekomendasi penelitian yang diperoleh dari

Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi diteruskan ke puskesmas Tanjung Ampalu

Kabupaten sijunjung tempat penelitian. Adapun etika dalam penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Penjelasan dan persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian dilaksanakan yaitu untuk

mengetahui apa saja yang tingkat pengetahuan pasien hipertensi dalam mendapatkan

vaksinasi covid 19, serta dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data

yaitu responden terganggu selama 10-15 menit. Jika responden bersedia diteliti maka

harus mendatangani lembar persetujuan tersebut. Jika tidak penelitian harus

menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan

nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang di isi oleh subjek.

Lembar tersebut hanya akan diberi inisian dari nama responden dan nomor urut

responden, sehingga identitas responden dapat terjaga.

48
3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek di jamin kerahasiaannya.

Kerahasiaan informasi responden mengenai riwayat vaksinasi covid-19 responden

hanya dapat dipublikasikan atau digunakan oleh peneliti lain setelah mendapatkan izin

oleh peneliti.

4 Menghormati martabat manuasia (Respect human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan

imformasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tesebut. Disamping itu, peneliti

juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak

memberikan informasi (berpatisipasi). Peneliti juga harus mempersiapkan formulir

pesetujuan subjek (inform concent) yang mencakup : penjelasan manfaat penelitian,

penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan, penjelasan

manfaat yang di dapatkan, persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian, jaminan anonimitas dan

kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang diberikan oleh responden.

5 Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil. Hak dan kewajiban

peneliti maupun subyek juga telah diseimbangkan.Prinsip keadilan memiliki konotasi

keterbukaan dan adil.Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip

keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Aplikasi prinsip berkeadilan pada

penelitian ini dilakukan dengan memberikan perlakuan yang sama pada anak yang

mendapatkan pendampingan baik, berlebih maupun sangat berlebih.

Peneliti menjaga keadilan dengan mempertahankan hak dan kewajiban peneliti maupun

responden. Kewajiban peneliti yaitu menjelaskan prosedur penelitian yang akan

dilakukan dengan memberikan perlakuan sama pada seluruh responden. Hak peneliti

49
yaitu mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.Kewajiban responden

adalah mengikuti dari alur penelitian yang sudah ditetapkan. Hak responden adalah

mendapatkan perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan ras, agama,

jenis kelamin, dan sebagainya

I. Metode Pengumpulan data


1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya. Data primer

diambil menggunakan lembar kuisioner tentang pengetahuan pasien hipertensi di

puskesmas Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung Tahun 2021.

b. Data sekunder

Data yang didapat dari pencatatan puskesmas dan dinas kesehatan Kabupaten

Sijunjung.

2. Teknik pengumpulan data dan alur penelitian

Alur proses penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Pengurusan surat izin


penelitian

Pengurusan surat izin


penelitian ke Kesbangpol

Memasukkan surat izin


penelitian ke Puskesmas

Menetapkan sampel

Melakukan
pengumpulan data

50
Pengolahan data

Analisa Data

Penyajian hasil
penelitian

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul pada penelitian ini diolah secara komputerisasi. Menurut

Notoadmojo (2012), dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus

ditempuh, diantaranya:

1. Memeriksa data (Editing)

Setelah kuesioner diisi sesuai dengan variabel penelitian, kemudian peneliti

memeriksa kembali isian kuesioner dan semua data telah lengkap terisi.

2. Mengkode data (Coding)

Setelah semua data di edit atau di sunting selanjutnya dilakukan pengkodean atau

coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau

bilangan. Pada variabel pengetahuan dan kecemasan lansia mengenai covid 19 jika

benar diberi kode 1 dan jika salah diberi kode 0.

3. Memasukan data (Entry)

Setelah semua data diberi kode kemudian dimasukan kedalam master tabel atau data

base komputer berdasarkan variabel penelitian. Langkah selanjutnya peneliti

memasukan data nama responden (inisial),usia, umur pada lembar kerja Ms.Excel.

4. Membersihkan data (Cleaning)

Sebelum data diolah lalu dicek atau diperiksa kembali guna memastikan tidak ada lagi

kesalahan yang terjadi pada data tersebut. Seperti melakukan pengecakan kembali

51
hasil yang sudah dimasukan kedalam master tabel,jika ada angka yang salah, peneliti

dapat menghapus dan memasukan angka yang benar kembali.

5. Mentabulasikan data (Tabulating)

Selanjutnya peneliti membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan

analisis, kemudian dikelompok dengan variabel yang teliti dengan menggunakan tabel

distribusi, serta data ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel univariat dan bivariat.

Pada jumlah masing-masing kategori dimasukan ke dalam SPSS dan diuji statistic

untuk mendapatkan mean pada analisa univariat. Pada analisa bivariat dengan

menggunakan uji t test paired dan independet

J. Teknik analisa data

1) Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendiskripsikan masing-masing variabel yang

diteliti baik variabel independen dan variabel dependen. Melakukan analisa pada tiap

variabel dari hasil penelitian untuk menghasilkan nilai rata-rata dari tiap variabel yang

diteliti yaitu karakteristik respondendan pengetahuan pasien hipertensi Dalam

mendapatkan vaksinasi Covid 19 Di puskesmas Tanjung Ampalu dengan

menggunakan rata-rata (mean).

2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat pengaruh

perbedaan antara dua variabel pemilihan uji statistik yang akan digunakan untuk

melakukan analisa didasarkan pada skala data, jumlah populasi atau sampel dan

jumlah variabel yang diteliti. Analisa bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesa

penelitian yaitu melihat ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan pasien hipertensi.

52
Data diolah secara komputerisasi untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap dependen yang diteliti. Analisa dikumpulkan beruba nilai tes

pertama dan kedua. Tujuanya untuk membandingkan dua nilai tersebut secara

signifikan, sebelum dialakukan uji hipotesis peneliti melakukan uji Normalitas. Jika

data terdistribusi normal maka analisa bivariate dilanjutkan dengan menggunakan uji

T-Test Paired dan T-Test independent dengan SPSS dapat dilakukan, namun jika

data tidak terdistribusi normal maka dapat dilakukan alternatif lain yaitu dengan uji

Wilcoxon dan mann whitney dengan SPSS. Uji statistik untuk seluruh analisis dengan

kemaknaan 95% (α = 0,05), jika p ≤ 0,05, maka hasil hitungan tersebut tidak ada

pengaruh pendidikan kesehatan.

53
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Pekerjaan) pasien Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu
Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

Jarak kehamilan Kelompok


Intervensi Kontrol
n % N %
Umur
< 50 tahun 6 30,0 3 15,0
50 – 55 tahun 12 60,0 15 75,0
>55 tahun 2 10,0 2 10,0
Jenis Kelamin
Laki – laki 8 40,0 9 45,0
Perempuan 12 60,0 11 55,0
Pendidikan
SMP 7 35,0 6 30,0
SMA 11 55,0 11 55,0
PT 20 10,0 55 15,0
Pekerjaaan
IRT 11 55,0 8 40,0
Swasta/dagang 7 35,0 10 50,0
Guru 2 10,0 2 10,0
Total 20 100 20 100

Berdasarkan tabel 5.1 dari 20 orang responden terdapat sebagian besar responden

berumur 50 – 55 tahun yaitu 12 orang (60%) pada kelompok intervensi dan 15 (75%)

pada kelompok kontrol. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 12

orang (60%) pada kelompok intervensi dan 11 (55%) pada kelompok kontrol. Sebagian

besar dengan tingkat pendidikan SMA yaitu 11 orang (55%) pada kedua kelompok dan

sebagian besar responden dengan status pekerjaan IRT yaitu 11 orang (55%) pada

54
kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar bekerja

swasta/dagang sebanyak 10 orang (50%).

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi karakteristik responden Tekanan Darah pasien Hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu
Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

Kelompok N Rata-rata SD
Intervensi 20 148,50/90.50 6,708/2,236
Kontrol 20 151,50/90,50 8,127/3,940

Berdasarkan tabel 5.2 dari 20 orang responden terdapat rata – rata tekanan

darah pada kelompok intervensi yaitu 148,50/90,50 mmHg dan pada kelompok

kontrol 151,50/90,50 mmHg.

B. Analisa Univariat

1. Rata-Rata Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang


vaksinasi Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok intervensi

Tabel 5.3
Rata-Rata Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang vaksinasi
Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok intervensi
di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu
Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

N Rata-rata SD Min-Max 95% CI

20 5,55 0,999 4-8 5,08 – 6,02

Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis didapatkan bahwa dari 20 responden

didapatkan rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi Covid 19 pada pasien hipertensi kelompok intervensi adalah 5,55 dengan

standar deviasi 0,999. Nilai minimum adalah 4 dan nilai maksimum adalah 8. Dari

hasil estimate interval dapat di simpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata pengetahuan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang vaksinasi Covid 19 pada pasien

hipertensi kelompok intervensi yaitu dari 5,08 sampai dengan 6,02.

55
2. Rata-Rata Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang
vaksinasi Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok kontrol

Tabel 5.4
Rata-Rata Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang vaksinasi
Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok kontrol
di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu
Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

N Rata-rata SD Min-Max 95% CI

20 5,0 1,298 3-7 4,39 – 5,61

Berdasarkan tabel 5.4 hasil analisis didapatkan bahwa dari 20 responden

didapatkan rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi Covid 19 pada pasien hipertensi kelompok kontrol adalah 5,0 dengan

standar deviasi 1,298. Nilai minimum adalah 3 dan nilai maksimum adalah 7. Dari

hasil estimate interval dapat di simpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata pengetahuan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang vaksinasi Covid 19 pada pasien

hipertensi kelompok kontrol yaitu dari 4,39 sampai dengan 5,61.

3. Rata-Rata Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang


vaksinasi Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok intervensi
Tabel 5.5
Rata-Rata Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang vaksinasi
Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok intervensi
di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu
Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

N Rata-rata SD Min-Max 95% CI

20 8,25 1,517 5 - 10 7,54 – 8,96

Berdasarkan tabel 5.5 hasil analisis didapatkan bahwa dari 20 responden

didapatkan rata-rata pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi Covid 19 pada pasien hipertensi kelompok intervensi adalah 8,25 dengan

56
standar deviasi 1,517. Nilai minimum adalah 5 dan nilai maksimum adalah 10. Dari

hasil estimate interval dapat di simpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata pengetahuan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang vaksinasi Covid 19 pada pasien

hipertensi kelompok intervensi yaitu dari 7,54 sampai dengan 8,96.

4. Rata-Rata Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang


vaksinasi Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok kontrol

Tabel 5.6
Rata-Rata Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang
vaksinasi Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok kontrol
di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu
Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

N Rata-rata SD Min-Max 95% CI

20 6,05 1,276 4-9 5,45 – 6,65

Berdasarkan tabel 5.6 hasil analisis didapatkan bahwa dari 20 responden

didapatkan rata-rata pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi Covid 19 pada pasien hipertensi kelompok kontrol adalah 6,05dengan

standar deviasi 1,276. Nilai minimum adalah 4 dan nilai maksimum adalah 9. Dari

hasil estimate interval dapat di simpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata pengetahuan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang vaksinasi Covid 19 pada pasien

hipertensi kelompok kontrol yaitu dari 5,45 sampai dengan 6,65. ]

57
C. Analisis Bivariat

1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien Hipertensi


Dalam Mendapatkan Vaksinasi Covid 19

Tabel 5.7
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam
Mendapatkan Vaksinasi Covid 19 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu
Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

Pengetahuan N Mean Selisih Standar P Value


Mean Deviasi
Sebelum 20 5,55 2,70 0,999 0,000
Sesudah 20 8,25 1,517

Berdasarkan tabel 5.7 Hasil analisis tentang pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan pasien hipertensi dalam mendapatkan vaksinasi covid 19 di

wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

didapatkan bahwa nilai p value = 0,000 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan ada

pengaruh yang signifikan antara pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan pasien hipertensi dalam mendapatkan vaksinasi covid 19 di wilayah

kerja Puskesmas Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung Tahun 2022.

2. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam Mendapatkan


Vaksinasi Covid 19 antara kelompok intervensi dan kontrol

Tabel 5.8
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam Mendapatkan Vaksinasi
Covid 19 antara kelompok intervensi dan kontrol
di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu
Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

Kelompok N Mean Selisih Standar P Value


Mean Deviasi
Intervensi 20 8,25 2,2 1,517 0,000
Kontrol 20 6,05 1,276

Berdasarkan tabel 5.8 Hasil analisis tentang perbedaan tingkat pengetahuan

pasien hipertensi dalam mendapatkan vaksinasi covid 19 antara kelompok intervensi

58
dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung

Tahun 2022 didapatkan bahwa nilai p value = 0,000 (p < 0,05) maka dapat

disimpulkan ada perbedaan tingkat pengetahuan pasien hipertensi dalam

mendapatkan vaksinasi covid 19 antara kelompok intervensi dan kontrol di wilayah

kerja Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung Tahun 2022.

59
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Hasil Univariat

1.Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang vaksinasi


Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok intervensi

Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis didapatkan bahwa dari 20 responden

didapatkan rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi Covid 19 pada pasien hipertensi kelompok intervensi adalah 5,55 dengan

standar deviasi 0,999. Nilai minimum adalah 4 dan nilai maksimum adalah 8. Dari

hasil estimate interval dapat di simpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata pengetahuan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang vaksinasi Covid 19 pada pasien

hipertensi kelompok intervensi yaitu dari 5,08 sampai dengan 6,02.

Menurut teori pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012). Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kurangnya

pengetahuan seseorang antara lain terbatasnya informasi, rendahnya kesadaran akan

pentingnya kebersihan gigi dan mulut, rendahnya keinginan untuk mencari tahu.

Salah satu cara untuk mengatasi kurangnya pengetahuan seseorang yaitu dengan

memberikan pendidikan kesehatan, penyuluhan (Maulidia, 2018).

Hal ini sejalan dengan penelitian Senja Agustina (2021) pengaruh Pendidikan

kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan tentang Vaksin Covid 19 di Puskesmas

Sendangmulyo 03 Kedungmundu yang menunjukkan bahwa pada pengukuran pre test

pendidikan ini di dapatkan nilai pengetahuan masyarakat tentang vaksin covid 19

yaitu didapatkan nilai Min 3 dan Max 6 dengan nilai rata – rata 5,21.

60
Peneliti berasumsi bahwa, pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi derajat kesehatan seseorang salah satunya kesehatan pada saat

pandemi. Jika pengetahuan kurang tentang kesehatan vaksin covid 19 maka perilaku

dalam upaya mendapatkan vaksin covid 19 juga masih kurang salah satunya mereka

tidak akan mau divaksin. Sehingga untuk meningkatkan pengetahuan perlu dilakukan

upaya seperti penyuluhan atau memberikan pendidikan kesehatan dengan tujuan

memberikan informasi terkait vaksin covid 19.

2.Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang vaksinasi


Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok kontrol

Berdasarkan tabel 5.4 hasil analisis didapatkan bahwa dari 20 responden

didapatkan rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi Covid 19 pada pasien hipertensi kelompok kontrol adalah 5,0 dengan

standar deviasi 1,298. Nilai minimum adalah 3 dan nilai maksimum adalah 7. Dari

hasil estimate interval dapat di simpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata pengetahuan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang vaksinasi Covid 19 pada pasien

hipertensi kelompok kontrol yaitu dari 4,39 sampai dengan 5,61.

Menurut teori salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam

mendapatkan vaksin yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang

terhadap suatu hal. Semakin banyak yang diketahui seseorang tentang pentingnya

mendapatkan vaksin covid 19, maka mereka akan termotivasi untuk melakukan

vaksin terutama pada pasien hipertensi.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Lidia (2021) yang

menyatakan rata – rata pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan tentang

vaksin pada kelompok kontrol yaitu 4,8 dan hasil penelitian juga menunjukkan lebih

61
separoh 67,3% responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang vaksin covid

19.

Peneliti berasumsi bahwa, dalam penelitian ini sebagian besar pasien

hipertensi pad kelompok kontrol kurang mengetahui apa itu vaksin covid 19. Jika

dikaitkan dengan karakterisitk responden 75% diantara mereka sudah berumur 50 –

55 tahun Tentu ini usia yang tidak cukup mudah lagi sehingga mereka dapat memicu

pengetahuan yang kurng tentang vaksin jika tidak diberikan pendidikan kesehatan.

Memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang vaksin covid 19 dapat dipicu karena

sedikitnya informasi yang mereka dapat tentang bagaimana pentingnya vaksin covid

19 untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19. Selain itu jika dikaitkan juga

dengan karakteristik responden 55% mereka memiliki pendidikan tamatan SMA dan

50% dengan status pekerjaan yaitu swasta atau dagang sehingga mereka tidak ada

waktu untuk memahami apa itu vaksin covid 19..

3 Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang vaksinasi


Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok intervensi

Berdasarkan tabel 5.5 hasil analisis didapatkan bahwa dari 20 responden

didapatkan rata-rata pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi Covid 19 pada pasien hipertensi kelompok intervensi adalah 8,25 dengan

standar deviasi 1,517. Nilai minimum adalah 5 dan nilai maksimum adalah 10. Dari

hasil estimate interval dapat di simpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata pengetahuan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang vaksinasi Covid 19 pada pasien

hipertensi kelompok intervensi yaitu dari 7,54 sampai dengan 8,96.

Menurut teori rendahnya capaian vaksin karena tidak semua orang mau untuk

di vaksin. Salah satunya pada penderita penyakit Hipertensi yang merupakan

kelompok risiko tinggi. Penderita penyakit Hipertensi yang terinfeksi virus Corona

memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami COVID-19 dengan gejala yang berat.

62
Hal ini karena adanya gangguan pada sistem persyarafan sehingga tubuh lebih sulit

melawan infeksi virus Corona. Oleh karena itu, vaksin COVID-19 perlu diberikan

kepada penderita penyakit hipertensi. Namun, pemberiannya harus secara hati-hati

dan berdasarkan pertimbangan berbagai faktor, untuk mencegah dan meminimalkan

munculnya efek samping. Penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi boleh

mendapatkan vaksin COVID-19 bila tekanan darahnya normal dan terkendali, yaitu

kurang dari 140/90 mmHg dengan atau tanpa pengobatan. Namun, batas maksimal

nilai tekanan darah untuk pasien hipertensi yang hendak mendapatkan vaksinasi

COVID-19 adalah 180/110 mmHg (Kemenkes, 2020).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang yaitu

dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya

pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya. Perubahan atau tindakan

pemeliharaan dan tingkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidik kesehatan ini di

dasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran.

Masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengetahuan melalui

berbagai macam alat bantu media pendidikan. Media promosi kesehatan berfungsi

untuk membantu dalam proses pendidikan atau pengajaran sehingga pesan kesehatan

dapat disampaikan lebih jelas (Notoatmodjo 2012).

Hal ini sejalan dengan penelitian Senja Agustina (2021) pengaruh Pendidikan

kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan tentang Vaksin Covid 19 di Puskesmas

Sendangmulyo 03 Kedungmundu yang menunjukkan bahwa pada pengukuran post

test pendidikan ini di dapatkan nilai pengetahuan masyarakat tentang vaksin covid 19

yaitu didapatkan nilai Min 6 dan Max 9 dengan nilai rata – rata 8,21.

63
Peneliti berasumsi bahwa, dalam penelitian ini terjadi peningkatan pengetahuan

responden tentang vaksin covid 19 setelah diberikan pendidikan kesehatan pada

kelompok intervensi. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang vaksin covid didapatkan sebagian

besar responden yaitu 80% responden menjawab benar pada lembar kuesioner. Hal ini

artinya pendidikan kesehatan yang peneliti lakukan dapat membantu meningkatkan

pengetahuan pasien hipertensi sehingga mereka juga termotivasi melakukan vaksinasi

covid 19.

4 Rata-Rata Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang


vaksinasi Covid 19 Pada pasien hipertensi kelompok kontrol

Berdasarkan tabel 5.6 hasil analisis didapatkan bahwa dari 20 responden

didapatkan rata-rata pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi Covid 19 pada pasien hipertensi kelompok kontrol adalah 6,05dengan

standar deviasi 1,276. Nilai minimum adalah 4 dan nilai maksimum adalah 9. Dari

hasil estimate interval dapat di simpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata pengetahuan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang vaksinasi Covid 19 pada pasien

hipertensi kelompok kontrol yaitu dari 5,45 sampai dengan 6,65.

Menurut teori vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa

mikroorganisme atau bagian atau zat yang dihasilkan nya yang telah diolah

sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila diberikan kepada seseorang akan

menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu (Kemenkes

2021). Vaksinasi adalah pemberian vaksin dalam rangka menimbulkan atau

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga

apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya

mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan (Kemenkes 2021).

Sebagaimana manfaat dari vaksin lainnya, vaksin covid -19 bermanfaat untuk

64
memberi perlindungan agar tidak terular atau sakit berat akibat covid -19 dengan cara

menimbulkan atau menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian

vaksin (Kemenkes 2021).

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Lidia (2021) yang

menyatakan rata – rata pengetahuan responden sesudah diberikan penyuluhan tentang

vaksin pada kelompok kontrol yaitu 5,3 dan hasil penelitian juga menunjukkan masih

banyak responden yang tidak mengetahui tentang vaksin covid 19.

Peneliti berasumsi bahwa, dalam penelitian ini pada kelompok kontrol tidak

terjadi peningkatan pengetahuan pasien hipertensi tentang vaksin covid 19. Hal ini

terjadi karena memang pada kelompok kontrol tidak diberikan pendidikan kesehatan

sehingga mereka juga tidak mendapatkan informas tentang vaksin. Hal ini yang

memicu tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang vaksin covid 19 kelompok

kontrol lebih rendah dibandingkan kelompok intervensi.

B. Hasil Bivariat

1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien Hipertensi


Dalam Mendapatkan Vaksinasi Covid 19

Berdasarkan tabel 5.7 Hasil analisis tentang pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan pasien hipertensi dalam mendapatkan vaksinasi covid 19 di

wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung Tahun 2022

didapatkan bahwa nilai p value = 0,000 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan ada

pengaruh yang signifikan antara pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan pasien hipertensi dalam mendapatkan vaksinasi covid 19 di wilayah

kerja Puskesmas Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung Tahun 2022.

Menurut teori pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk menyampai suatu

informasi kepada masyarakat yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan

65
masyarakat. Pada masa pandemi saat ini perlu dilakukan penyuluhan atau diberikan

pendidikan kepada masyarakat terkait bagaimana perkembangan serta proses

penularan covid 19 dikalangan masyarakat. Selain itu untuk memutus mata rantai

penyebaran covid 19 pemerintah sudah mengupayakan penyediaan vaksin covid 19

dikalangan masyarakat. Sehingga untuk menunjang program pemerintah petugas

kesehatan dilapangan memiliki tugas untuk mensosialisasikan terkait vaksin tersebut

kepada masyarakat sehingga masyarakat mau melakukan vaksinasi. Memberikan

pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan vaksin

covid 19 kepada masyarakat sehingga diharapkan pengetahuan masyarakat tentang

vaksin tersebut dapat meningkat sehingga mereka mau melakukan vaksinasi covid 19

(Albert, 2020).

Bentuk pendidikan kesehatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan

pengetahuan seseorang yaitu dengan memberikan edukasi dimana edukasi merupakan

segala sesuatu yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok maupun masyarakat sehingga mereka dapat melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Ranggaini (2021) tentang pengaruhi edukasi kesehatan terhadap peningkatan

pengetahuan dan minat responden dalam menerima vaksin covid. Hasil penelitian

didapatkan ada pengaruh yang signifikan antara edukasi kesehatan yang diberikan

dengan pengetahuan dan minat responden dalam menerima vaksin covid 19 dengan

nilai p value 0,004.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Farah Faulun (2021)

tentang penyuluhan program vaksinasi covid 19 pada masyarakat didapatkan hasil

penelitian terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang vaksin dengan nilai

rata – rata sebelum yaitu 44,85 sedangkan setelah dilakukan penyuluhan tentang

66
vaksinasi covid 19 terjadi peningkatan nilai rata - rata pengetahuan menjadi 78,68.

Hasil uji statistik ada pengaruh penyuluhan program vaksinasi covid 19 pada

masyarakat didapatkan hasil penelitian terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat

tentang vaksin dengan nilai p value 0,003.

Peneliti berasumsi bahwa, dalam penelitian ini ada pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan pasien hipertensi dalam mendapatkan vaksinasi

covid 19 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung Tahun

2022. Hal ini terjadi karena penyuluhan kesehatan memang bertujuan untuk

memberikan informasi kepada seseorang sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

mereka. Hal ini terbukti dari hasil penelitian setelah diberikan pendidikan kesehatan

terjadi peningkatan rata – rata pengetahuan pada pasien hipertensi tentang covid 19.

2. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam Mendapatkan


Vaksinasi Covid 19 antara kelompok intervensi dan kontrol

Berdasarkan tabel 5.8 Hasil analisis tentang perbedaan tingkat pengetahuan

pasien hipertensi dalam mendapatkan vaksinasi covid 19 antara kelompok intervensi

dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung

Tahun 2022 didapatkan bahwa nilai p value = 0,000 (p < 0,05) maka dapat

disimpulkan ada perbedaan tingkat pengetahuan pasien hipertensi dalam mendapatkan

vaksinasi covid 19 antara kelompok intervensi dan kontrol di wilayah kerja

Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung Tahun 2022.

Menurut teori perubahan atau tindakan pemeliharaan dan tingkatan kesehatan

yang dihasilkan oleh pendidik kesehatan ini di dasarkan kepada pengetahuan dan

kesadaran melalui proses pembelajaran. Masyarakat didalam proses pendidikan dapat

memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu media pendidikan.

Media promosi kesehatan berfungsi untuk membantu dalam proses pendidikan atau

67
pengajaran sehingga pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas (Notoatmodjo

2012).

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Lidia (2021) yang

menyatakan hasil uji statistik ada perbedaan tingkat pengetahuan antara kelompok

intervensi dan kontrol dengan nilai p value 0,003.

Peneliti berasumsi bahwa, dalam peneliitan ini terdapat perbedaan tingkat

pengetahuan responden tentang vaksinasi covid antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol dengan selisih 2,2. Pada kelompok intervensi pengetahuan lebih

tinggi karena memang pada kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan

sehingga dapat memberikan informasi tentang vaksin covid kepada merea sehingga

pengetahuan juga dapat meningkat. Beda dengan kelompok kontrol yang tidak

diberikan pendidikan kesehatan sehingga mereka tetap tidak mengetahui tentang

vaaksin covid 19.

68
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam Mendapatkan vaksinasi covid-19 di

wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung Tahun 2022” dengan

jumlah responden sebanyak 40 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 20 orang

kelompok intervensi dan 20 orang kelompok kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat sebagian besar responden berumur 50 – 55 tahun yaitu 12 orang (60%)

pada kelompok intervensi dan 15 (75%) pada kelompok kontrol. Sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan yaitu 12 orang (60%) pada kelompok

intervensi dan 11 (55%) pada kelompok kontrol. Sebagian besar dengan tingkat

pendidikan SMA yaitu 11 orang (55%) pada kedua kelompok dan sebagian besar

responden dengan status pekerjaan IRT yaitu 11 orang (55%) pada kelompok

intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar bekerja swasta/dagang

sebanyak 10 orang (50%). Rata – rata tekanan darah pada kelompok intervensi yaitu

148,50/90,50 mmHg dan pada kelompok kontrol 151,50/90,50 mmHg.

2. Didapatkan rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi covid 19 pada pasien hipertensi kelompok intervensi yaitu 5,55 dengan

standar deviasi 0,999.

3. Didapatkan rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi covid 19 pada pasien hipertensi kelompok kontrol yaitu 5,0 dengan standar

deviasi 1,298.

69
4. Didapatkan rata-rata pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi covid 19 pada pasien hipertensi kelompok intervensi yaitu 8,25 dengan

standar deviasi 1,617.

5. Didapatkan rata-rata pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

vaksinasi covid 19 pada pasien hipertensi kelompok kontrol yaitu 6,05 dengan

standar deviasi 1,276

6. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien hipertensi

dalam mendapatkan vaksinasi covid 19 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung

Ampalu, Kabupaten Sijunjung Tahun 2022 dengan nilai p value=0,000 (p < 0,05).

7. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan pasien hipertensi dalam mendapatkan

vaksinasi covid 19 antara kelompok intervensi dan kontrol di wilayah kerja

Puskesmas Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung Tahun 2022 dengan nilai p

value=0,000 (p < 0,05).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian maka peneliti dapat

merekomendasikan beberapa saran :

1. Bagi tempat penelitian

Disarankan bagi puskesmas Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung untuk

meningkatkan penyuluhan tentang Vaksinasi Covid 19 agar semua masyarakat mau

untuk dilakukan vaksinasi covid 19.

2. Bagi institusi pendidikan (Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi)

Dapat menjadi sumber masukan dan dapat menambah pengetahuan terhadap

penelitian terkait yang mana akan menambah informasi tentang Vaksinasi Covid 19

pada pasien Hipertensi.

70
3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan ilmu

keperawatan, serta dapat memunculkan berbagai inovasi intervensi lainnya sesuai

kebutuhan. Melalui penelitian ini akan memberikan kejelasan mengenai pengetahuan

Pasien Hipertensi dalam Mendapatkan Vaksinasi covid 19.

71

Anda mungkin juga menyukai