Anda di halaman 1dari 86

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TB PARU TENTANG

PENTINGNYA PENGOBATAN TUNTAS DIWILAYAH KERJA


PUSKESMAS CIBIRU TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Ahli Madya Keperawatan

YOSSY YOSINTA
191FK01141

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITASBHAKTI KENCANA BANDUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL :GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TB PARU

TERHADAP PENTINGNYA PENGOBATAN TUNTAS DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBIRU TAHUN 2022

NAMA : YOSSY YOSINTA

NIM : 191FK01141

Untuk Diajukan Pada Seminar Proposal

Pada Program Studi Diploma III Keperawatan

Falkultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana

Menyetujui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Agus Mi'raj D, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Kes) (Anri, S.Kep.,Ners.,M.Kep)

i
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini Telah Dipertahankan dan telah Diperbaiki Sesuai

dengan Masukan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi

Diploma III Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung Pada 20 Juni 2022

Mengesahksn

Program Studi Diploma III Keperawatan Fakuktas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung

Menyetujui

Penguji I Penguji II

(Asep Aep Indarna, S.Kep.,Ners.,S.Pd.,M.Pd) (Eki Pratidina,S.Kp.,MM)

Dekan Fakultas Keperawatan

(Rd. Siti Jundiah, S.Kp.,M.Kep)

ii
PERNYATAAN

Dengan Ini saya menyatakan bahwa :

a. Penelitian saya, dalam Karya Tulis Ilmiah ini, adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Amd), baik dari Fakultas
Keperawatan Universitas Bhakti Kencana maupun di perguruan tinggi lain.
b. Penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan dan
penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan tim
pembimbing.
c. Dalam penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah pengarang dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
d. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbeneran dalam penyataan ini, maka saya
bersedian menerima sanksi akademik, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di Universitas Bhakti Kencana.

Bandung, Juli 2022

Yang Membuat Pernyataan

Yossy Yosinta 191FK01141

iii
Program Studi Diploma III Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung Tahun 2022

ABSTRAK

iv
Diploma III Nursing Study Program

Faculty of Nursing Universitas Bhakti Kencana Bandung in 2022

ABSTRACT

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkar rahmat dan

hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, dengan judul

“Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru Terhadap Pentingnya Pengobatan Tuntas Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cibiru Tahun 2022” sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar Diploma Tiga Keperawatan pada Program Studi Diploma III

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari bahwa proposal penelitian

ini jauh dari kata sempurna. Namun, penulis berusaha memberikan persembahan

proposal penelitian ini dengan sebaik-baiknya agar memiliki banyak manfaat bagi

semua pihak. Dalam menyelesaikan proposal penelitian ini tidak lepas atas bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada yang terhormat:

1) H.Mulyana,SH.,M.Pd.,MH.Kes sebagai ketuaYayasan Adhi Guna Kencana

2) Dr. Entri Sutrisno, MH.Kes.,Apt selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana

3) R. Siti Jundiah, S.Kp.M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan

4) Dede Nur Aziz Muslim, S.Kep,. Ners., M.Kep. sebagai Ketua program Studi

Diploma III Keperawatan Bhakti Kencana.

5) Agus Mi'raj Darajat, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Kep sebagai pembimbing I yang telah

memberikan waktu, tenaga dan penuh kesabaran serta keikhlasan saat

vi
membimbing, memberi nasehat dan selalu memotivasi selama penyusun

Proposal.

6) Anri, S.Kep.,Ners.,M.Kep sebagai pembimbing II yang telah memberikan waktu,

tenaga dan penuh kesabaran serta keikhlasan saat membimbing, memberi

nasehat dan selalu memotivasi selama penyusunan proposal.

7) Seluruh Staff Universitas Bhakti Kencana Bandung yang telah membantu

kelancaran proses penyusunan proposal.

8) Kedua Orang Tua tercinta, Ibu Rosita Resnasari dan Ayah Yayat yang selalu

mencurahkan segenap cinta, kasih sayang yang selalu mendo’akan dan tidak ada

hentinya dalam memberikan dukungan sehingga dapat menyelesaikan proposal

9) Nenek ku tersayang serta saudara -saudara yang turut selalu mendo’akan dan

dukungannya kepada penulis.

10) Sahabat-sahabat seperjuangan Fathia Khoerunnisa, Tanti Triyani Febriani, Siti

Hafshoh, Ratu Rin Rin Aulia, Putri Intan Pandini, Efi Nur Septiani yang selalu

memberikan semangat dan bantuan maupun motivasinya dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

11) Teman-teman seperjuangan angkatan 2019 saya yang telah memberikan

dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan proposal ini.

12) Serta semua pihak yang telah membantu memotivasi yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu atas segala dukungannya penulis ucapkan terimakasih

vii
Semoga dengan keterbatasan yang ada, karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk

semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga Allah SWT

membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Bandung,Juni 2022

Yossy Yosinta
NIM.191FK01141

viii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN....................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan penelitian ...........................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................5
1.4 Mamfaat Penelitian .......................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................6
1.5 Ruang Lingkup ..............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................8
2.1 Konsep Pengetahuan......................................................................................8
2.2.1 Definisi Pengetahuan ...........................................................................8
2.2.2 Tingkat Pengetahuan.............................................................................8
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan............................................10
2.2.4 Pengukuran Pengetahuan......................................................................12
2.2 Konsep Tuberculosis......................................................................................13
2.2.1 Pengertian TB.......................................................................................14
2.2.2 Klasifikasi Penyakit TB........................................................................14
2.2.3 Faktor yang Menyebabkan TB..............................................................16
2.2.4 Penularan Penyakit TB.........................................................................17
2.2.5 Manifestasi Klinis TB...........................................................................17
2.2.6 Penanggulangan Penyakit TB...............................................................18
2.2.7 Tipe TB.................................................................................................19
2.3 Konsep Pengobatan........................................................................................19
2.3.1 Tujuan Pengobatan TB.........................................................................19

ix
2.3.2 Prinsip Pengobatan TB.........................................................................21
2.3.3 Hasil Pengobatan dan Tindak lanjut TB...............................................22
2.3.4 Jenis Obat Anti Tuberculosis................................................................23
2.3.5 Obat Anti Tuberculosis.........................................................................25
2.3.6 Panduan OAT.......................................................................................26
2.3.7 Keuntungan Pengobatan TB.................................................................27
2.3.8 Faktor yang menyebabkan kegagalan pengobatan TB.........................28
2.3.9 Peran Pusat Kesehatab Masyarakat Untuk Pasien TB..........................30
2.4 Kerangka Konseptual.....................................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian.....................................................................................31
3.2 Paradigma Penelitian......................................................................................31
3.3 Variabel Penelitian.........................................................................................32
3.4 Definisi Konseptual dan Operasional.............................................................32
3.4.1 Definisi Konseptual..............................................................................32
3.4.2 Definisi Operasional.............................................................................33
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian.....................................................................34
3.5.1 Populasi ................................................................................................36
3.5.2 Sampel ..................................................................................................36
3.6 Etika Penelitian..............................................................................................36
BAB IV DESAIN PENELITIAN
4.1 Pengumpulan Data.........................................................................................39
4.1.1 Instrumen Penelitian.............................................................................39
4.1.2 Teknik Pengumpulan Data....................................................................42
4.2 Langkah Penelitian.........................................................................................42
4.2.1 Tahap Persiapan....................................................................................42
4.2.2 Tahap Pelaksanaan................................................................................43
4.2.3 Tahap Akhir..........................................................................................43
4.3 Pengelolaan dan Analisis Data.......................................................................43
4.3.1 Pengelolaan Data..................................................................................43
4.3.2 Analisis Data ........................................................................................44
4.4 Alokasi dan Waktu Penlitian..........................................................................46
4.4.1 Lokasi Penelitian...................................................................................46
4.4.2 Waktu Penelitian...................................................................................46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................47

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jenis Obat Anti Tuberculosis ................................................................22

Tabel 2.2 keuntungan Pengobatan Tuberculosis...................................................27

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................34

xi
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual ...........................................................................30

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Catatan Bimbingan................................................................................

Lampiran 2 Surat Perizinan Penelitian Dinas Kesehatan Kota Bandung..............53

Lampiran 3 Surat Perizinan Penelitian KESBANGPOL Kota Bandung...............54

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan Puskesmas Cibiru Kota


Bandung..........................................................................................57

Lampiran 5 Surat Izin dan Pengambilan Data Puskesmas Cibiru Kota Bandung.....

Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen dan Instrumen Penelitian.......................................

Lampiran 7 Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis Paru (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu

dari 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia. Indonesia berada pada

peringkat ke-2 dengan penderita TB tertinggi di Dunia setelah India. Secara

global, diperkirakan 10 juta orang menderita TB pada tahun 2019. Meskipun

terjadi penurunan kasus baru TB, tetapi tidak cukup cepat untuk mencapai

target Strategi END TB tahun 2020, yaitu pengurangan kasus TB sebesar 20%

antara tahun 2015 – 2020. Pada tahun 2015 – 2019 penurunan kumulatif kasus

TB hanya sebesar 9% (WHO Global Tuberculosis Report, 2020).

Begitu juga dengan kematian akibat TB, jumlah kematian pada tahun

2019 sebesar 1,4 juta. Secara global kematian akibat TB per tahun menurun

secara global, tetapi tidak mencapai target Strategi END TB tahun 2020 sebesar

35% antara tahun 2015 – 2020. Jumlah kematian kumulatif antara tahun 2015 –

2019 sebesar 14%, yaitu kurang dari setengah dari target yang ditentukan

(WHO Global Report Tuberculosis, 2020).

Menurut Profil Kesehatan Pada tahun 2020 jumlah kasus tuberkulosis

yang ditemukan sebanyak 351.936 kasus, menurun bila dibandingkan semua

kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2019 yaitu sebesar 568.987

1
kasus. Jumlah kasus tertinggi dilaporkan dari provinsi dengan jumlah penduduk

yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis

di ketiga provinsi tersebut hampir mencapai setengah dari jumlah seluruh kasus

tuberkulosis di Indonesia (46%) (Profil Kesehatan 2020).

Pengobatan TB memerlukan waktu yang lama dan keteraturan dalam

minum obat untuk sembuh. Pengawas minum obat (PMO) yang mempunyai

hubungan kekeluargaan dan yang serumah lebih berpeluang sembuh dari pada

bila PMO nya tidak mempunyai hubungan kekeluargaan. Orang yang tinggal

serumah dengan seorang penderita TB akan beresiko untuk terkena TB. Orang

yang tinggal di lingkungan yang banyak terjadi kasus TB juga memiliki resiko

lebih tinggi untuk terkena TB. Selain itu tingkat pendidikan dan pengetahuan

juga berpengaruh terhadap resiko untuk terkena TB dimana bila tingkat

pendidikan dan pengetahuan rendah memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena

TB (Hosburgh, 2019).

Salah satu penyebab jumlah kasus TB di Indonesia masih tinggi adalah

banyak penderita yang tidak melanjutkan pengobatan sampai dinyatakan

sembuh oleh dokter. Setelah dua bulan menjalani pengobatan, kondisi pasien

biasanya sudah membaik seperti semula, tidak lagi merasakan gejala TB,

sehingga merasa percaya diri untuk meninggalkan pengobatan. Padahal, dengan

meninggalkan pengobatan, TB akan kambuh, bahkan bakteri Mycobacterium

tuberculosis dapat kebal pada pengobatan biasa atau sangat berpotensi menjadi

pasien Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB). Selain itu, kuman bisa

2
menyebar ke orang-orang di sekitar sehingga berpotensi menambah jumlah

penderita. MDR TB didefinisikan sebagai resistensi terhadap minimal dua Obat

Anti TB (OAT) yaitu isoniazide (INH) dan rifampisin Khalilullah, Kedokteran,

Syiah, &Pendahuluan, n.d.). Penularan TB melalui udara yang mengandung

kuman TB dan penanganannya terbagi menjadi tiga tahap, Tahap I, TB regular

yang penangannya dengan minum Obat Anti TB (OAT) selama 6 – 9 bulan

tanpa putus, Tahap II, TB MDR yang penangannya dengan minum OAT selama

18 – 24 bulan dan kuman resistant terhadap obat tahap I, dan Tahap III,

Extremely Drug Resistant Tuberculosis (TB XDR) yang penangannya minum

OAT sesuai kondisi kuman resistant terhadap obat tahap I dan II.

Puskesmas Cibiru merupakan Puskesmas yang berada di Kota Bandung

yang memiliki beberapa wilayah kerja, berdasarkan informasi yang didapatkan

dari Petugas Program TB dimana masyarakat telah menerima konseling tentang

pentingnya pengobatan TB untuk membantu pengobatan dengan tuntas, serta

setiap RW telah dibentuk kader untuk membantu memberikan informasi

tentang Pengobatan Tb Paru dengan tuntas, mencangkup publikasi 2 arah antara

penderita dengan konseler yang mengandung muatan informasi objektif.

Menurut laporan tahunan Puskesmas Cibiru pada tahun 2020 terdapat 28 orang,

tahun 2021 terdapat 35 orang dilihat dari data tersebut adanya peningkatan

yang mengalami TB paru 3 bulan terkahir tahun 2022 sebanyak 32 orang

penderita TB Paru. Berdasarkan data tersebut bahwa penyakit TB paru

merupakan penyakit terbesar yang ditangani di Wilayah Kerja Puskesmas

3
Cibiru. Hal ini menunjukan bahwa diperlukan penanganan yang serius

terhadap penyakit TB Paru diwilayah kerja puskesmas salah satu nya,

diantaranya adalah dengan pengobatan tuntas.

Dari hasil studi pendahulan yang dilakukan secara observasi dan

wawancara pada hari Kamis tanggal 24 Maret 2022 yang didapat mengenai

pengetahuan yang dilakukan terdapat 10 pasien yang datang berobat, 80 % dia

tidak mengetahui pentingnya pengobatan dengan tuntas dan 20 % dari 10

pasien TB Paru yang datang berobat mengetahui pentingnya pengobatan dan

belum paham jika terjadi putus obat akan berdampak seperti apa. Dapat dilihat

masih terdapat masalah kesehatan yang harus diperhatikan karena tinggi nya

penyakit TB paru di wilayah kerja puskesmas cibiru maka penting sekali

upaya-upaya selanjutnya untuk diperkuat untuk bisa menanggulangi penyakit

ini dengan cara melibatkan secara langsung pada pasien tersebut. (Profil

Kesehatan, Puskemas Cibiru Kota Bandung).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengumpulkan

data untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan Gambaran

Pengetahuan pasien TB Paru terhadap pentingnya pengobatan tuntas di wilayah

kerja puskesmas Cibiru Tahun 2022.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru

Terhadap Pentingnya Pengobatan Tuntas Di Wilayah Kerja Puskesmas

Cibiru?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Bagaimana Gambaran

Pengetahuan Pasien TB Paru Terhadap Pentingnya Pengobatan Tuntas

Di Wilayah Kerja Puskesmas Cibiru.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang pentingnya

pengobatan tuntas berdasarkan pengertian

2) Mengindentifikasi gambaran pengetahuan tentang pentingnya

pengobatan tuntas berdasarkan tujuan pengobatan

3) Mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang pentingnya

pengobatan tuntas berdasarkan prinsip pengobatan

4) Mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang pentingnya

pengobatan tuntas berdasarkan hasil pengobatan dan tindak lanjut

5) Mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang pentingnya

pengobatan tuntas berdasarkan faktor putus obat

5
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini dari :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan ilmu dan teori

tentang kesehatan khususnya dalam rangka mengetahui pentingnya

Pengetahuan Pasien TB Paru Terhadap Pentingnya Pengobatan Tuntas.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Institusi

Hasil penilitian ini dapat diajukan sebagai bahan referensi dan studi

pendahuluan dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan

mahasiswa untuk penulisan karya tulis ilmiah.

2) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian yang diberikan dapat menjadi informasi yang

bermanfaat bagi masyarakat tentang pentingnya Pengetahuan

Pasien TB Paru Terhadap Pentingnya Pengobatan Tuntas Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cibiru .

3) Bagi Pelayanan Kesehatan/Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sehingga

memberikan informasi dan bahan evaluasi bagi pelayanan

kesehatan/puskesmas

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

6
Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi D III

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien TB Paru tentang

pentingnya pengobatan tuntas di wilayah kerja puskesmas cibiru tahun 2022

Kota Bandung pada bulan Mei-Juni 2022.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan

atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang

diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang suatu objek tertentu

(Nurroh, 2017)

(yuliana, 2017) pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,

atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah

berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui panca

indera.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Dalam buku Notoatmodjo (2014) pengetahuan merupakan domain

penting ketika terbentuknya prilaku individu. Pengetahuan yang

memadai pada ranah kognitif memiliki 6 tingkatan antara lain :

1. Tahu (Knowledge)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang dituntut

untuk mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.

8
2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat

menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar

tentang objek yang diketahui.

3. Penerapan (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

tersebut dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang

diketahui pada situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu objek.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukkan

suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan

dalam suat hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.

6. Penilaian (Evaluation)

Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau

norma-norma yang berlaku di masyarakat.

9
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Fitriani dalam (yuliana, 2017), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan

Pendidikan mempenagruhi proses dalam belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut

untuk menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh

juga pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap

suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek

negatif. Kedua aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap

objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang

diketahui akan menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut.

pendidikan tinggi seseorang didapatkan informasi baik dari orang

lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk,

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

2. Media massa/ sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediatee

impact), sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan

pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan bermacam-macam

10
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang informasi baru. Sarana komunikasi seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan

orang.

3. Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang

berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya

interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.

5. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun

pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

11
6. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya

tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan

semakin banyak.

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran Pengetahuan Pengukuranl pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden

(Notoatmodjo.S, 2014). Menurut (nurhasim, 2013) Pengukuran

pengetahuan dilakukan dengan angket atau wawancara yang ingin di

ketahui atau dil ukur dapat disesuaikan melalui tingkat pengetahuan

Responden yang meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis,

Dan evaluasi. Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk

Mengukur pengetahuan secara umum dikelompokkan menjadi 2 jenis

yaitu subjektif (essay) dan pertanyaan objektif (Pilihan ganda), multiple

choice (betul-salah dan pertanyaan menjodohkan). Cara mengukurnya

dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan, kemudian, melakukan

penilaian 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.

Penilaian di lakukan dengan cara membandingkan jumlah skor yang

12
diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya.

Persentase kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu kategori :

a. Baik (76 -100%)

b. Cukup (56–75%)

c. Kurang (<55%). (arikunto, 2013)

2.2 Konsep Dasar Tuberculosis

2.2.1 Pengertian TB

Tuberkulosis disingkat TB, ialah suatu penyakit menular yang

paling sering (+80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu

basil gram posistif tahan asam dengan pertumbuhan sangat lamban,

yaitu Mycobacterium Tuberculosis (Tjay dan Rahardja, 2015).

Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang dapat

menyerang paru dan organ lainya (kemenkes RI, 2016)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.67 tahun 2016,

tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkanoleh kuman

Mycobacterium Tuberculosis. Terdapat beberapa spesies

Mycobacterium, antara lain M.Leprae dan sebagainya. Bakteri ini juga

dikenal dengan Bakteri Tahan Asam (BTA).

Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Yang dapat menyerang

berbagai organ terutama paru-paru. Penyakit ini apabila tidak diobati

13
atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi yang

membahayakan bahkan kematian (kementrian kesehatan RI, 2015)

2.2.2 Klasifikasi Penyakit TB

1) TB paru adalah TB yang berlokasi pada jaringan paru. Dianggap

sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru.

2) TB ekstraparu adalah TB yang terjadi pada organ selain paru,

musalnya pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit,

sendi, selaput otak dan tulang.

2.2.3 Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya TB

1) Pasien TB dengan Bakteri Tahan Asam (BTA) positif lebih besar

risiko menimbulkan penularan dibandingkan dengan Bakteri Tahan

Asam (BTA) negatif.

2) Semaakin tinggi jumlah kuman dalam percikan dahak, maka

semakin besar risiko terjadi penularan.

3) Sakin lama dan semakin sering terpapar dengan kuman, maka

semakin besar risiko terjadi penularan.

4) Faktor usia dan jenis kelamin yaitu kelompok usia produktif dan

laki- laki lebih banyak terkena TB dari pada wanita.

5) Apabila daya tahan tubuh seseorang menurun oleh karena sebab

apapun, misalnya usia lanjut, ibu hamil, penyandang Diabetes

Mellitus, 7 gizi buruk, bilamana terinfeksi dengan Mycobacterium

Tuberculosis, lebih mudah jatuh sakit.

14
6) Batuk dan cara membuang dahak pasien TB yang tidak sesuai etika

akan meningkatkan paparan kuman dan resiko penularan.

7) Merokok meningkatkan resiko terkena TB.

8) Sikap dan perilaku pasien TB tentang penularan, bahaya dan cara

pengobatan.

9) TB banyak menyerang kelompok sosial ekonomi lemah.

10) Lingkungan perumahan padat dan kumuh akan memudahkan

penularan TB.

11) Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang baik dan tanpa cahaya

matahari akan meningkatkan risiko penularan (kemenkes RI, 2016)

2.2.4 Penularan Penyakit TB

1) Ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran nafas

dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak yang

mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita TB terbuka atau

bisa karena adanya kontak antara tetes ludah / dahak tersebut dan

luka dikulit. Dalam tetes-tetes ini kuman dapat hidup beberapa jam

dalam udara panas lembab (tjay T.H and Rahardja K, 2015)

2) Sumber penularan adalah pasien TB dengan Bakteri Tahan Asam

(BTA) positif.

15
3) Pada waktu batuk atau bersin, psien menyebarkan kuman ke udara

dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan

sekitar 3000 percikan dahak.

4) Penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak barada

dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah

percikan sementara sinar matahari langsung dapat membunuh

kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam

keadaan yang gelap dan lembab.

5) Penularan ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari

parunya.

6) Faktor yang memungkinkan seseorang terkena kuman TB

ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut

2.2.5 Manifestasi Klinis

1) Penderita mengalami batukdan berdahak terus-menerus selama 3

minggu atau lebih

2) Batuk darah atau pernah batuk darah

3) Sesak nafas nyeri dada

4) Badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun

5) Rasa kurang enak badan

6) Berkeringat malam walau tanpa kegiatan

16
7) Demam meriang lebih dari satu bulan (tjay T.H and Rahardja K,

2015)

2.2.6 Penanggulangan Penyakit dapat dilakukan dengan cara

1) Mempertahankan cakupan pengobatan dan keberhasilan pengobatan

tetap tinggi.

2) Melakuakan penatalaksanaan penyerta yang mempermudah

terjangkitnya TB.

3) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, makan-makanan

yang bergizi dan tidak merokok.

4) Membudayakan perilaku etika berbatuk dan membuang dahak bagi

pasien TB.

5) Meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kualitas nutrisi

bagi populasi terdampak TB.

6) Mengupayakan lingkungan sehat.

7) Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan

lingk unganya sesuai persyaratan baku rumah sehat.

8) Mengupayakan lingkungan sehat.

9) Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan

lingkungan sesuai persyaratan baku rumah sehat (kemenkes RI,

2016)

17
2.2.7 Berdasarkan Riwayat Penderita, dapat digolongkan menjadi

beberapa Tipe sebagai berikut :

1) Kasus baru

Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT

kurang dari satu bulan.

2) Kambuh

Kambuh adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh kemudian kembali

lagi berobat dengan hasil pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA)

positif.

3) Pindahan

Pindahan ialah penderita TB yang sedang mendapat pengobatan di

suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten

lainya. Pindaha tersebut harus membawa surat rujukan / pindahan.

4) Lalai

Lalai ialah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan dan

berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat.

Umumya penderita tersebut kembali dengan pemeriksaan dahak

Bakteri Tahan Asam (BTA) positif.

18
5) Gagal

Gagal ialah penderita dengan Bakteri Tahan Asam (BTA) positif

yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir

bulan ke 5 atau lebih.

6) Kronis

Kronis ialah penderita dengan hasil pemeriksaan masih Bakteri

Tahan Asam (BTA) positif setelah selesai pengobatan ulang

kategori 2.

2.3 Konsep Dasar Pengobatan

2.3.1 Tujuan Pengobatan TB

Pengobatan Tuberculosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai

penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap obat anti

tuberculosis (OAT) (kemenkes RI, 2012)

2.3.2 Prinsip Pengobatan TB

Prinsip pengobatan TB dengan memberikan OAT (Obat Anti

Tuberculosis) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.

Pengobatan merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah

penyebaran lebih lanjut kuman TB.

19
a. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip pengobatan :

1) Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat

mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah

terjadinya resitensi

2) Diberikan dalam dosis yang tepat

3) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi

dalam 2 tahap yaitu:

a. Tahap Awal (Intensif) :

a) Pada tahap awal (Intensif) pasien mendapatkan obat

setiap hari dan perlu Pengawas Minum Obat (PMO)

secara langsung untuk mencegah terjadinya resitensi

obat

b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan

secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular

dalam kurun waktu 2 minggu

c) Sebagian besar pasien TB merupakan BTA Positif

menjadi BTA negative (konversi) dalam 2 bulan

b. Tahap Lanjutan :

a) Pada tahapan lanjutan ini pasien mendapatkan jenis

obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang

lebih lama

20
b) Tahap Lanjutan ini penting untuk membunuh kuman

persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

pada pasien.

2.3.3 Hasil Pengobatan dan Tindak Lanjut

Hasil pengobatan seorang penderita dapat dikategorikan sebagai

sembuh, pengobatan lengkap, meninggal, pindah, putus berobat, dan

gagal (kemenkes RI, 2012)

1) Sembuh

Penderita dinyatakan sembuh bila telah menyelesaikan pengobatan

secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow up) hasilnya

negatif pada Akhir Pengobatan (AP) dan minimal satu pemeriksaan

follow up sebelumnya negatif.

2) Pengobatan lengkap

Penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap

tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.

3) Meninggal

Penderita yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab

apapun

4) Pindah

Penderita yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang

lain dan hasil pengobatannya yang tidak diketahui.

5) Putus berobat

21
Penderita yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih

sebelum masa pengobatannya selesai.

6) Gagal

Penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama

pengobatan.

2.3.4 Jenis Obat Anti Tuberculosis


Tabel 2.1 Jenis OAT

Jenis Obat Sifat Efek samping Obat


Isoniazid (H) Bakteris idal Neoropati perifer (gangguan saraf tepi),
psikosis toksis, gangguan fungsi hati,
kejang.
Rifampisin (R) Bakteris idal Flu syndrome (gejala influenza berat),
gangguan gastrointestinal, urine
berwarna merah, gangguan fungsi hati,
demam, sesak nafas, anemia hemilitik.
Pirazinamid (Z) Bakteris idal Gangguan gastrointestinal, gangguan
fungsi hati, grout arthritis.
Streptomisin (S) Bakteris idal Nyeri ditempat suntika, gangguan
kesimbangan dan pendengaran, anemia.
Etambutol (E) Bakterostatik Gangguan penglihatan, buta warna,
neuritis perifer (gangguan saraf tepi)
(kemenkes RI, 2016)

2.3.5 Obat Anti Tuberculosis (OAT)

1) Isoniazid (H)

Isoniazid dikenal dengan INH bersifat tuberkulostatik dan

tuberkulosid. Efek bakterisidanya hanya terlihat pada kuman yang

22
sedang tumbuh aktif. Mekanisme kerja isoniazid belum diketahui,

namun ada pendapat bahwa efek utamanya adalah mengahambat

biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur penting penyusun

dinding sel mikrobakterium. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg

BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu

diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB. Efek samping INH yang

ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada saraf tepi,

kesemutan dan nyeri otot atau gangguan kesadaran dan kelainan

kulit yang bervariasi, antara lain gatal-gatal. Efek samping berat

dari INH berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang lebih

0,5% penderita. Bila terjadi ikterus, hentikan pengobatan sampai

ikterus membaik. Bila tanda-tanda hepatitisnya berat maka

penderita harus dirujuk ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan)

(Hayati, 2011)

2) Rifampisin

Rifampisin bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman

semidormant (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.

Rifampisin terutama aktif terhadap sel yang sedang. Efek samping

rifampisin yang ringan dapat berupa sindrom kulit (gatal-gatal

kemerahan), sindrom flu (demam, menggigil, nyeri tulang), sindrom

perut (nyeri perut, mual, muntah, kadang-kadang diare). Efek

samping ringan sering terjadi pada saat pemberian berkala dan

23
dapat sembuh sendiri atau hanya memerlukan pengobatan

simtomatik. Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air

seni, keringat, air mata dan air liur. Hasil ini harus disampaikan

kepada penderita agar penderita tidak khawatir. Efek samping

rifampisin yang berat berupa sindrom respirasi yang ditandai

dengan sesak nafas, kadang-kadang disertai dengan kolaps, anemia

haemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal (Hayati, 2011)

3) Pirazinamid (Z)

Pirazinamid bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang

berada dalam sel dengan suasana asam. Mekanisme kerja obat ini

belum diketahui secara pasti. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/

kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu

diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB. Efek samping dari

penggunaan pirazinamid adalah utama hepatitis, terjadi nyeri sendi

dan kadang-kadang menyebabkan serangan arthritis gout yang

kemungkinan disebabkan berkurangnya eksresi dan penimbunan

asam urat (Hayati, 2011).

4) Etambutol

Etambutol bersifat sebagai bakteriostatik. Obat ini bekerja

dengan cara menghambat pemasukan asam mikolat kedalam

dinding sel bakteri. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB

sedangkan untuk pengobatan intermiten kali seminggu digunakan

24
dosis 30 mg/kg BB. Etambutol dapat menyebabkan gangguan

penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta

warna untuk warna merah dan hijau. Setiap penderita yang

menerima etambutol harus diingatkan bahwa bila terjadi gejala-

gejala gangguan penglihatan supaya segera dilakukan pemeriksaan

mata. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa

minggu setelah obat dihentikan (Hayati, 2011)

2.3.6 Panduan OAT yang digunakan di Indonesia

1) Kategori 1

2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)4-10HR yaitu pada tahap awal

2(HRZE) lama pengobatan 2 bulan, diberikan setiap hari yaitu

Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamid, Etambutol. 4(HR)3 adalah 13

tahap lanjutan lama pengobatan 4 bulan, diberikan 3 kali seminggu

Isoniazid dan Rifampicin dalam bentuk KDT (kemenkes RI, 2017)

2) Kategori 2

3 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau 2(HRZE)/(HRZE)/5(HR)E

yaitu lama pengobatan 3 bulan diberikan setiap hari Isoniazid,

Rifampicin, Pirazinamid, Etambutol kemudian tahap lanjutan

adalah lama pengobatan 5 bulan, pengobatan diberikan 3 kali

seminggu yaitu Isoniazid dan Rifampicin, diberikan dalam bentuk

KDT dan etambutol diberikan secara lepas (kemenkes RI, 2017).

2.3.7 Keuntungan Pengobatan TB

25
Panduan pengobatan kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri

dari Isiniazid, Rifampicin, Pirazinamid, dan Etambutol yang dikemas

dalam bentuk blister. Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket,

dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin

kelangsungsungan pengobatan sampai selesai. Obat Anti Tubekulosis

dalam bentuk KDTFDC (Fixed Dose Combination) mempunyai

beberapa keuntungan dalam pengobatan TB, yaitu :

1) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko

terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan

penulisan resep.

2) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga

menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.

3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian

obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

(MenKes RI, 2011). Penggunaan obat OAT KDT/FDC dapat dilihat

pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Pengobatan Metode KDT/FDC

Berat badan Tahan intensif (Tiap hari Tahap lanjutan (3


selama 2 bulan) kali seminggu
selama 4 bulan
30-37 2 tablet FDC 2 tablet FDC
38-54 3 tablet FDC 3 tablet FDC
55-70 4 tablet FDC 4 tablet FDC
>70 5 tablet FDC 5 tablet FDC
(kemenkes RI, 2014)

26
2.3.8 Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Pengobatan TB

Menurut (Bagiada & Primasari, 2012). Faktor yang menyebabkan

kegagalan pengobatan TB adalah kurangnya pengetahuan mengenai TB

meliputi:

a. Efek samping obat biasanya membuat penderita tidak nyaman

setelah minum obat sehingga menghentikan pengobatan.

b. Faktor pelayanan kefarmasian di Puskesmas:

1) Pelayanan Informasi Obat (PIO) Merupakan kegiatan

pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan

informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,

apoteker, perawat, profesi kesehatan lainya dan pasien

(kemenkes RI, 2016).

2) Konseling Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan

penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan

penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta

keluarga pasien. Tujuan dilakukanya konseling adalah

memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada

pasien / keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal

pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping,

tanda-tanda toksisitas, penyimpanan dan cara penggunaan obat

(kemenkes RI, 2016).

27
3) Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Merupakan kegiatan

pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau

tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang

digunakan pada manusia (kemenkes RI, 2016).

4) Pemantauan Terapi Obat (PTO) Merupakan proses yang

memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat

yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

meminimalkan efek samping (kemenkes RI, 2016)

5) Evaluasi Penggunaan Obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat

terstruktur dan berkesinambungan untuk mmjamin obat yang

digunak an sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau

(kemenkes RI, 2016).

2.3.9 Peran Pusat Kesehatan Masyarakat Untuk Pasien TB

TB adalah merupakan penyakit menular yang wajib dilaporkan.

Setiap fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan TB wajib

mencatat melaporkan kasus TB yang ditemukan dan atau diobati sesuai

dengan format pencatatan dan pelaporan yang ditentukan. Fasilitas

kesehatan juga bertanggung jawab dalam pelaksanaan monitoring dan

evaluasi program TB, monitoring dan evaluasi program TB merupakan

salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan

program TB.

28
Monitoring dilakukan secara rutin dan berkala sebagai deteksi awal

masal ah dalam pelaksanaan kegiatan program sehingga dapat segera

dilakukan tindakan perbaikan (Menkes RI, 2016b). Fsilitas Kesehatan

yang dimaksud adakh Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya

disebut Puskesmas yaitu fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama, dengan kbih mengutamakan upaya promotif dan preventif

untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya

di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan

sehat (Menkes RI, 2014).

Analisis Jurnal

29
2.4 Kerangka Konseptual

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif menjelaskan untuk melihat gambaran fenomena yang

terjadi di suatu populasi tertentu. Tujuan dari penelitian deskriptif ini yaitu

untuk menggambarkan atau mendeskripsikan tentang masalah-masalah

kesehatan yang terjadi pada masyarakat (Marsitoh dan Anggita, 2018).

Rancangan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah

gambaran pengetahuan pasien TB Paru tentang pengobatan tuntas diwilayah

kerja puskemas cibiru tahun 2022.

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan pola fikir yang menunjukan hubungan

penelitian dengan variabel yang diteliti atau bisa juga mencerminkan jumlah

dan jenis rumusan masalah yang perlu menjadi jawaban untuk penelitian

(sugiyono, 2015)

Kerangka konsep penelitian adalah suatu visualisasi dan uraian yang

berhubungan antara konsep satu dengan yang lainnya, atau antara variabel satu

dengan yang lainnya diambil dari masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo.S,

2012)

Berdasarkan Lawrence Green tahun 1980 (Notoatmodjo.S, 2014) ada 3

faktor yang mempengerahui perilaku kesehatan yang penulis modifikasi

31
terhadap perilaku seseorang tentang pengobatan Tb paru dengan tuntas tersebut

yaitu, predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Faktor presdisposisi

merupakan faktor anteseden terhadap prilaku yang menjadi dasar atau motivasi

bagi perilaku yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, nilai

dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok yang

bertindak.

Berdasarkan pertimbangan hasil studi kepustakaan yang termasuk dalam

konsep teori-teori pada pembahasan sebelumnya, maka disusun kerangka

konseptual yang menjadi dasar pengukuran variabel, adapun kerangka konsep

penelitian ini dapat digambarkan seperti dibawah ini :

32
Gambar 3.4
Kerangka Penelitian
Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang Pentingnya
Pengobatan Tuntas Diwilayah Kerja Puskesmas Cibiru Tahun 2022
2.1 Kerangka Konseptual

Faktor Predisposisi :
Pentingnya Pengobatan
Pengetahuan Tuntas
Sikap

Nilai

Persepsi

Faktor Pemungkin
(Prilaku) :

- Adanya puskesmas atau


sarana kesehatan
- Adanya prasarana yang
mendukung

Faktor Penguat
(pendorong) :

- Keluarga
- Petugas kesehatan
- Masyarakat

Sumber :Lawrence green dan nursalam 2014 Notoatmodjo 2014, Kementrian Ri

2017,Astutidkk(2012),Arikunto2013

= Yang Diteliti

=Yang Tidak Diteliti

33
3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi mengenai hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2019).

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen atau variabel

bebas yaitu variabel ini akan mempengaruhi variabel lainnya atau yang menjadi

sebab factor perubahannya atau timbulnya variabel terikat (variabel dependen)

(Sugiyono, 2015). Adapun dalam penelitian ini menggunakan satu variabel

yaitu Pengetahuan.

3.4 Definisi Konseptual Dan Operasional

3.4.1 Definisi Konseptual

Definisi Konseptual adalah suatu visualisasi dan uraian hubungan

atau berkaitan amtara konsep satu dengan konsep lainnya, atau antara

variabel yang satu dengan yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo.S, 2012)

Berdasarkan Lawrence Green tahun 1980 (Notoatmodjo.S, 2014)

ada 3 faktor yang mempengerahui perilaku kesehatan yang penulis

modifikasi terhadap perilaku seseorang tentang pengobatan Tb paru

dengan tuntas tersebut yaitu, predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor

penguat. Faktor presdisposisi merupakan faktor anteseden terhadap

prilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku yang termasuk

34
dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, nilai dan persepsi yang

berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok yang bertindak.

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. Tuberculosis bisa menyerang bagian paru - paru dan dapat

menyerang semua bagian tubuh (puspitasari r,saraswati L, 2015)

Pengobatan Tuberculosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai

penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap obat anti

tuberculosis (OAT) (kementrian kesehatan RI, 2012)

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan batasan variabel yang

dibahas, atau tentang sesuatu yang dapat diukur oleh variabel tersebut

(Notoatmodjo, 2018). Definisi operasional digunakan untuk pengingat

ruang lingkup pembahasan dan sebagai acuan alat ukur tiap variabel

yang diamati.

35
Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Sub Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur
Variabel Operasional Ukur
1. Pengetahuan Segala Kuesioner Memberikan Ordinal Baik(76-
sesuatu kuesioner 100%)
mengenai Cukup(56-
pengetahuan 75%)
pasien TB Kurang(<56
Paru terhadap %)
pentingnya
pengobatan
tuntas
diwilayah
kerja
puskemas
cibiru
Pengertian penyakit Kuesioner Memberikan Ordinal Baik(76-
menular yang kuesioner 100%)
disebabkan Cukup(56-
oleh 75%)
Mycobacteriu Kurang(<56
m %)
Tuberculosis
Tujuan Untuk Kuesioner Memberikan Ordinal Baik(76-
pengobatan menyembuhk kuesioner 100%)
an, Cukup(56-
mencegah, 75%)
memutuskan Kurang(<56
rantai %)
penularan
Prinsip Untuk Kuesioner Memberikan Ordinal Baik(76-
pengobatan memberikan kuesioner 100%)
OAT dan Cukup(56-
mencegah 75%)
peneyebaran Kurang(<56
lebih lanjut %)
kuman TB
Hasil Untuk Kuesioner Memberikan Ordinal Baik(76-
pengobatan mengetahui kuesioner 100%)
tindak lanjut Cukup(56-

36
pengobatan 75%)
Kurang(<56
%)
Faktor Putus obat Kuesioner Memberikan Ordinal Baik(76-
kegegalan pada pasien kuesioner 100%)
pengobatan TB Cukup(56-
merupakan 75%)
salah satu Kurang(<56
masalah %)
dalam
program
penganggula
ngan TB.

37
3.5 Populasi Dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi adalah generalisasi wilayah yang terdiri dari : Subjek atau

Objek yang merupakan kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan untuk di pelajari lagi lalu kemudian ditarik dan simpulkan

(sugiyono, 2015). Populasi di dalam penelitian ini yaitu seluruh Pasien

Tb di Wilayah Kerja Puskesmas Cibiru Kota Bandung Tahun 2022

Jumlah 32 orang

3.5.2 Sampel

Sampel adalah suatu sebagian yang diambil. Dari keseluruhan objek

yang diteliti dan diangkat mewakili. Seluruh populasi (Notoatmodjo.S,

2014). Penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh populasi

menjadi sampel dengan jumlah 32 responden. Teknik sampling

merupakan suatu teknik pengambilan sampel seluruh populasi

(sugiyono, 2015).

3.6 Etika Penelitian

Etika penelitian berasal dari bahasa Yunani “ethos”, yang artinya

kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Etika

membantu peneliti untuk melihat secara kritis moralitas dari sisi subjek

penelitian. Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus

menerapkan sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip

yang terkandung dalam etika penelitian (Marsitoh dan Anggita, 2018).

38
Dalam melakukan penelitian harus dicantumkan etika yang mendasari

penyusunan studi kasus, diantaranya :

1. Persetujuan menjadi klien (Informed consent)

Informed consent merupakan proes dimana seseorang subjek penelitian

secara sukarela memberikan atau menyatakan keinginannya untuk

berpartisipasi dalam penelitian, setelah diinformasikan keseluruhan ruang

lingkup, manfaat, serta resiko dari penelitian tersebut. Setelah diberikan

penjelasan dan subjek penelitian memahami penjelasan tersebut, kemudian

dilakukan persetujuan dengan mendokumentasikan tanda tangan atau cap

jempol dari subjek sebagai bukti persetujuan.

2. Tanpa nama (Anonymity)

Anonymity adalah kesalahan yang memberikan jaminan dalam subjek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentially)

Confidentially adalah kerahasiaan penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan pada hasil penelitian.

39
BAB 1V

DESAIN PENELITIAN

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang dialami. Secara spesifik

semua fenomena ini disebut variable penelitian (Sugiono,2019)

Instrument dalam penelitian ini berupa kuesioner pertanyaan

mengenai pemahaman pasien TB Paru Tentang Pentingnya Pengobatan

Tuntas yang digunakan untuk mengukur variable Pengetahuan Pasien

TB Paru. Skor yang digunakan adalah skala dikotomi dengan rinci

sebagai berikut : 0 = Jawaban Salah, 1 = Jawaban Betul dengan

diberikan jawaban terbuka seperti Pilihan Ganda (a,b,c dan d) .

Pada penelitian ini kuesioner akan dijawab oleh sampel responden

yaitu pasien yang sedang menjalani pengobatan yang berada di

puskesmas cibiru yang telah ditentukan sebelumnya, kuesioner disusun

oleh peneliti dengan mengacu pada pasien TB Paru sebanyak 32 orang.

1) Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu proses menunjukan derajat ketepatan

antara objek yang dikumpulkan oleh peneliti dengan data yang

sesungguhnya terjadi (sugiyono, 2017). Uji validitas digunakan

40
untuk mengetahui kevalidan item pertanyaan yang digunakan dalam

penelitian. Untuk mengetahui apakah nilai korelasi setiap

pertanyaan itu signifikan dengan cara jadi perlu dibuat tabel nilai

product moment dengan taraf signifikansi dengan cara

membandingkan nilai hitung rhitung dengan rtabel. Dapat

dikatakan valid, jika nilai rhitung > rtabel, dikatakan tidak valid,

jika nilai rhitung < rtabel. Cara kedua yang dapat digunakan

adalah melihat taraf signifikasi 5%, apabila nilai signifikasi < 0,05

= valid, dan apabila nilai signifikanasi > 0,05 = tidak valid

(sujarwerni, w.,& utami,2019)

Rumus Pearson Product Moment :

n ( ∑ XY ) −( ∑ X ) ∙ ( ∑ Y )
¿
√¿ ¿¿

Keterangan :

n : Jumlah Responden

r : Koefisien korelari

X : Skor pada item pertanyaan nomor ganjil

Y : Skor pada item pertanyaan nomor genap

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur

ketetapan variabel Pengetahuan. Berdasarkan hasil uji validitas ini

dilakukan di Puskemas Cipadung yaitu dilihat dari latar belakang

letak geografis dimana wilayah tersebut terdapat pasien TB Paru.

41
Jumlah responden untuk uji validitas ini adalah 20 orang yang

berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang peneliti

tentukan. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan uji

Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 24.

SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) merupakan

software khusus untuk pengolahan data dan data kuantitatif dalam

ruang lingkup statistik (SPSS, 2017).

Keputusan uji :

a. Bila nilai r hitung ≥ r table 0,444, maka pertanyaan valid

b. Bila nilai r hitung ≤ r table 0,444, maka pertanyaan tidak valid.

Hasil uji validitas kuesioner dinyatakan valid yaitu 18 soal

pertanyaan dari 25 soal pertanyaan.

Berdasarkan uji validitas dinyatakan, sebagai berikut :

Tabel 4.4
Tabel Uji Validitas

No Soal r tabel r hitung Keterangan


1 Pertanyaan 1 0,444 ,557 Valid
2 Pertanyaan 2 0,444 ,795 Valid
3 Pertanyaan 3 0,444 ,042 Tidak Valid
4 Pertanyaan 4 0,444 ,459 Valid
5 Pertanyaan 5 0,444 ,240 Tidak Valid
6 Pertanyaan 6 0,444 ,459 Valid
7 Pertanyaan 7 0,444 ,495 Valid
8 Pertanyaan 8 0,444 ,079 Tidak Valid
9 Pertanyaan 9 0,444 ,490 Valid
10 Pertanyaan 10 0,444 ,521 Valid
11 Pertanyaan 11 0,444 ,658 Valid

42
12 Pertanyaan 12 0,444 ,521 Valid
13 Pertanyaan 13 0,444 ,598 Valid
14 Pertanyaan 14 0,444 ,523 Valid
15 Pertanyaan 15 0,444 ,495 Valid
16 Pertanyaan 16 0,444 ,601 Valid
17 Pertanyaan 17 0,444 ,247 Tidak Valid
18 Pertanyaan 18 0,444 ,222 Tidak Valid
19 Pertanyaan 19 0,444 ,477 Valid
20 Pertanyaan 20 0,444 ,321 Tidak Valid
21 Pertanyaan 21 0,444 ,120 Tidak Valid
22 Pertanyaan 22 0,444 ,508 Valid
23 Pertanyaan 23 0,444 ,454 Valid
24 Pertanyaan 24 0,444 ,482 Valid
25 Pertanyaan 25 0,444 ,454 Valid

2) Uji Reabilitas

Uji reliabilitas adalah penilaian pada hasil pengukuran terhadap

objek dan data yang sama. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama

untuk seluruh pernyataan (Sugiyono, 2017).

Setelah uji validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah

alat ukur dapat digunakan atau tidak. Dalam mengukur reliabilitas

dapat digunakan yaitu Cronbach’s Alpha atau belah dua :

r
[ ∑ ab ¿
]
2
k
u= =¿ 1−
k−1 ∑ at 2

Keterangan:

ru : koefisien reabilitas alpha cronbach

k : banyak butir/item pertanyaan

∑ ab2 : jumlah/total varians per-butir/item pertanyaan

43
at 2 : jumlah/total varians

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji apakah terdapat kesan data

pada waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dengan koefisien

alpha cronbach’s. Apabila alpha Cronbach > 0,60 dikatakan

reliabel (Sujarweni dan Utami, 2019).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas yaitu, 0,855 maka telah melebihi

nilai konstanta (0,60) maka dinyatakan reliabel.

Instrument valid, jika indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

a. 0,800 – 1,000 = sangat tinggi

b. 0,600 – 0,799 = tinggi

c. 0,400 – 0,599 = cukup tinggi

d. 0,200 – 0,399 = rendah

e. 0,000 – 0,199 = sangat rendah (tidak valid).

4.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data diartikan sebagai teknik untuk

mendapatkan data yang di kemudian dianalisis dalam suatu penelitian.

Tujuan dari pengumpulan data ialah untuk menentukan data yang

dibutuhkan dalam tahapan penelitian (Marsitoh dan Anggita, 2018)

Pada penelitian ini berdasarkan data yang dikumpulkan yaitu Data

Primer didapatkan dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun

44
sebelumnya, yaitu kuesioner berisi Gambaran Pengetahuan Pasien TB

Paru Terhadap Pentingnya Pengobatan Tuntas.

4.2 Langkah Penelitian

4.2.1 Tahap Persiapan SUP

1) Mencari sebuah fenomena

2) Menentukan topik dan tema untuk penelitian

3) Menjabarkan fenomena yang terjadi terkait topik yang diangkat

4) Menentukan sampel penelitian yang tepat

5) Menentukan lokasi penelitian

6) Melakukan studi pendahuluan untuk memastikan adakah fenomena

di lingkungan tersebut

7) Mengajukan judul pada pembimbing

8) Melakukan bimbingan BAB I, BAB II, BAB III, dan BAB IV

9) Melakukan sidang SUP

10) Revisi setelah sidang SUP.

4.2.2 Tahap Pelaksanaan

1) Meminta surat pemohonan izin studi pendahuluan dan penelitian

dari Program studi Diploma III Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung.

2) Mengajukan surat izin ke Kesbangpol (Kepala Kantor Kesatuan

Bangsa dan Politik) Kota Bandung.

45
3) Setelah mendapatkan surat pengantar dari Kesbangpol Kota

Bandung peneliti mengajukan surat pada Dinas Kesehatan Kota

Bandung.

4) Mendapatkan surat perizinan dari Dinas Kesehatan Kota Bandung,

mengajukan surat perizinan pada Puskemas Cibiru Kota Bandung.

5) Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pengajuan perijinan

pada Kepala Program TB Paru di Puskemas Cibiru Kota Bandung.

6) Setelah mendapatkan perizinan dari berbagai pihak, peneliti

melakukan studi pendahuluan dengan wawancara kepada pasien TB

Paru di wilayah kerja Puskemas Cibiru.

7) Peneliti memulai penelitian dengan memperkenalkan diri,

menjelaskan tujuan penelitian, dan memohon partisipasi untuk

penelitian pada Pasien TB Paru Diwilayah Kerja Puskemas Cibiru.

Masyarakat Penderita TB Paru yang bersedia berpastisipasi diminta

untuk mengisi kuesioner tanpa adanya paksaan.

8) Kuesioner dibagikan melalui Kertas Lembaran untuk diisi oleh

responden.

9) Setelah responden mengisi, peneliti memeriksa kelengkapan

kusioner. Peneliti menjaga kerahasiaan atas jawaban dari kusioner.

4.2.3 TahapAkhir

1) Menyusun laporan hasil penelitian

2) Menyampaikan hasil penelitian

46
3) Revisi akhir setelah sidang

4) Sidang Akhir

5) Revisi setelah sidang akhir

6) Pengumpulan Karya Tulis Ilmiah

4.3 Pengolahan Data dan Analisis Data

4.3.1 Pengolahan Data

(Notoatmodjo.S, 2018), Proses pengolahan data dengan computer

melalui Tahap-tahap sebagai berikut:

1) Editing

Editing merupakan kegiatan untuk perbaikan dan pengecekan

isi formulir. Peneliti melakukana pengecekan kembali dalam isian

kueisoner apakah lengkap, jawaban cukup jelas, relevan dan

konsisten atau tidaknya.

2) Coding

Coding bermaksud untuk mengubah dan berbentuk kalimat

atau huruf menjadi sebuah bilangan atau angka. Peneliti melakukan

“pengkodean” atau “coding” misalnya data yang di coding adalah

Pengetahuan pasien TB Paru.

3) Processing/ Memasukan data

Dari sebuah data responden masing masing dimasukan melalui

program atau software komputer. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan program excel 2010.

47
4) Cleaning

Cleaning merupakan suatu pengecekan ulang untuk melihat

suatu kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak

lengkapan dan lainnya. Kemudian melakukan pengkoreksian dan

pembetulan.

5) Tabulating

Merupakan proses memasukan data kedalam tabel distribusi

frekuensi yang disajikan dalam presentase, sehingga diperoleh data

yang jelas dari variable.

4.3.2 Analisis Data

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan suatu karakter sifat

penelitian setiap variabel. Bentuk analisa univariat tergantung jenis

datanya. Untuk data numerik digunakan mean (Rata rata), Median dan

standar deviasi (Notoatmodjo.S, 2018)

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan pasien TB Paru

terhadap Pengobatan Tuntas di Wilayah Kerja Puskesmas Cibiru Kota

Bandung Tahun 2022.

Rumus Distribusi Frekuensi :

x
P= ×100
n

Keterangan :

P : Persentase

48
X : Jawaban benar responden

n : Skor minimal

Selanjutnya hasil perhitungan prosentase dikatagorikan menjadi :

76-100% = Baik

56-75% = Cukup

<56% = Kurang

Hasil presentase. Kemudian diinterprestsikan kedalam kata- kata atau

kalimat dengan menggunakan kategori:

0% = Tak seorangpun dari responden

1%-26% = Sebagian. Kecil dari responden

27%-49% = Hampir setengah dari responden

50% = Setengahnya dari responden

51%-75% = Sebagian besar dari responden

76%-99% = Hampir seluruh dari responden

100% = Seluruh responden (arikunto, 2013).

4.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat dilaksanakannya proses penelitian

yang dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar

pembahasan tetap berada dalam satu jalur (Notoatmodjo, 2018).

Penelitian ini dilakukan Wilayah Kerja Puskemas Cibiru Kota

Bandung.

49
4.4.2 Waktu

Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari hingga bulan Juni

2022, yaitu dimulai dari pengumpulan data sampai pengumpulan data

penelitian

Waktu penelitian merupakan suatu proses penelitian dilakukan.

Penelitian ini dilakukan pada bulan

Febuari - Juni 2022 .

50
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini didapatkan dari hasil pembagian kuesioner pada

tanggal 30 – 7 Juni hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan

pasien TB Paru tentang pentingnya pengobatan tuntas di wilayah kerja

puskesmas cibiru tahun 2022. Dengan mengambil sampel penelitian 32 orang

responden. Dibawah ini uraian hasil penelitiannya :

5.1.1 Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang Pentingnya

Pengobatan Tuntas Diwilayah Kerja Puskemas Cibiru Tahun 2022

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan pasien TB Paru tentang
pengobatan tuntas diwilayah kerja puskesmas cibiru tahun 2022

No Kategori Jumlah Persentase %


responden
1. Baik 7 21,8 %
2. Cukup 14 43,7 %
3. Kurang 11 34,4 %
Total 32 100%
Sumber : Hasil data Primer

Berdasarkan pada tabel 5.1 diatas dapat diketahui dari kategori

pengetahuan pasien TB Paru hampir setengahnya dari 32 responden

sebanyak 14 responden (43,7%) memiliki pengetahuan yang cukup,

hampir setengahnya dari 32 responden sebanyak 7 responden (21,8%)

51
memiliki pengetahuan yang baik, sebagian kecil dari 32 reaponden

sebanyak 11 responden (34,4%) memiliki pengetahuan kurang

5.1.2 Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang Pentingnya

Pengobatan Tuntas Diwilayah Kerja Puskemas Cibiru Tahun 2022

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan pasien TB Paru tentang
pengobatan tuntas diwilayah kerja puskesmas cibiru tahun 2022

No Kategori Jumlah Persentase %


responden
1. Baik 7 21,8 %
2. Cukup 14 43,7 %
3. Kurang 11 34,4 %
Total 32 100%
Sumber : Hasil data Primer

Berdasarkan pada tabel 5.2 diatas dapat diketahui dari kategori Tujuan

pengobatan tuntas pasien TB Paru Hampir setengahnya dari 32 responden

sebanyak 14 responden (43,7 %) memiliki pengetahuan yang cukup,

hampir setengahnya dari 32 responden sebanyak 7 responden (21,8%)

memiliki pengetahuan yang baik, sebagian kecil dari 32 reaponden

sebanyak 11 responden (34,4%) memiliki pengetahuan kurang.

52
5.1.3 Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang Pentingnya

Pengobatan Tuntas Diwilayah Kerja Puskemas Cibiru Tahun 2022

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan pasien TB Paru tentang
pengobatan tuntas diwilayah kerja puskesmas cibiru tahun 2022

No Kategori Jumlah Persentase %


responden
1. Baik 7 21,8 %
2. Cukup 14 43,7 %
3. Kurang 11 34,4 %
Total 32 100%
Sumber : Hasil data Primer

Berdasarkan pada tabel 5.3 diatas dapat diketahui dari kategori Prinsip

Pengobatan TB Paru hampir setengahnya dari 32 responden sebanyak 14

responden (43,7%) memiliki pengetahuan yang cukup, hampir

setengahnya dari 32 responden sebanyak 7 responden (21,8%) memiliki

pengetahuan yang baik, sebagian kecil dari 32 reaponden sebanyak 11

responden (34,4%) memiliki pengetahuan kurang.

5.1.4 Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang Pentingnya

Pengobatan Tuntas Diwilayah Kerja Puskemas Cibiru Tahun 2022

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan pasien TB Paru tentang
pengobatan tuntas diwilayah kerja puskesmas cibiru tahun 2022

No Kategori Jumlah Persentase %


responden
1. Baik 7 21,8 %
2. Cukup 14 43,7 %
3. Kurang 11 34,4 %

53
Total 32 100%
Sumber : Hasil data Primer

Berdasarkan pada tabel 5.3 diatas dapat diketahui dari kategori Hasil

Pengobatan TB Paru hampir setengahnya dari 32 responden sebanyak 14

responden (43,7%) memiliki pengetahuan yang cukup, hampir

setengahnya dari 32 responden sebanyak 7 responden (21,8%) memiliki

pengetahuan yang baik, sebagian kecil dari 32 reaponden sebanyak 11

responden (34,4%) memiliki pengetahuan kurang.

5.1.5 Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang Pentingnya

Pengobatan Tuntas Diwilayah Kerja Puskemas Cibiru Tahun 2022

Tabel 5.5
Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan pasien TB Paru tentang
pengobatan tuntas diwilayah kerja puskesmas cibiru tahun 2022

No Kategori Jumlah Persentase %


responden
1. Baik 7 21,8 %
2. Cukup 14 43,7 %
3. Kurang 11 34,4 %
Total 32 100%
Sumber : Hasil data Primer

Berdasarkan pada tabel 5.3 diatas dapat diketahui dari kategori Faktor

kegagalan Pengobatan TB Paru hampir setengahnya dari 32 responden

sebanyak 14 responden (43,7%) memiliki pengetahuan yang cukup,

hampir setengahnya dari 32 responden sebanyak 7 responden (21,8%)

memiliki pengetahuan yang baik, sebagian kecil dari 32 reaponden

sebanyak 11 responden (34,4%) memiliki pengetahuan kurang.

54
5.2 Pembahasan

5.2.1 Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang Pentingnya

Pengobatan Tuntas Diwilayah Kerja Puskemas Cibiru Tahun 2022

Hasil penelitian yang didapatkan berdasarkan tabel 5.1 diatas dari

kategori pengetahuan pasien TB Paru tentang pentinganya pengobatan

tuntas hampir setengahnya dari responden sebanyak 14 responden

(43,7%) memiliki pengetahuan cukup dalam pengobatan TB Paru.

Asumsi….

55
DAFTAR PUSTAKA

arikunto. (2013). prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. PT. Rineka Cipta.

Hayati. (2011). evaluasi kepatuhan berobat penderita tuberculosis paru. Jki.Ui.

kemenkes RI. (2012). profil datakesehatan indonesia. kemenkes RI.

kemenkes RI. (2014). pedoman nasional pengendalian tuberculosis, direktorat

jendral pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.

kemenkes RI. (2016). tuberculosis : temukan, obati sampai sembuh. Pusat Data Dan

Informasi Kementrian Kesehatan RI.

kemenkes RI. (2017). profil kesehatan indonesia. Depkes.

kementrian kesehatan RI. (2012). pemeriksaan mikrospis tuberculosis.

kementrian kesehatan RI. (2015). Pusat data informasi. Depkes.

Notoatmodjo.S. (2012). Metodelogi penelitian kesehatan. PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo.S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo.S. (2018). metodelogi penelitian kesehatan. PT Rineka Cipta.

nurhasim. (2013). tingkat pengetahuan. Sains Komunikasi Dan Pengembangan

Masyarakat (JSKPM),3 (2).

Nurroh, S. dan S. (2017). Filasafat ilmu (studi kasus: Telaah Buku Filsafat Ilmu

56
“sebuah pengantar Populer” oleh jujun S Suriasumantri). Assigment Paper of

Filosopy of Geography Science Doctoral Program, Graduate School of

Environment Science.

puspitasari r,saraswati L, H. R. (2015). faktor yang berhubungan dengan kejadian

tuberculosis pada anak. J Kesehatan Masyarakat, 3(1), 191–197.

sugiyono. (2015). metode penelitian kombinasi. alfabeta.

sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta CV.

sujarwerni, w.,& utami,L, R. (2019). The master book of SPSS : Pintar mengelolah

data statistik untuk segala keperluan secara otodidak. Anak Hebat Indonesia.

tjay T.H and Rahardja K. (2015). obat-obat penting penting khasiat, penggunaan dan

efek-efek sampingnya.

WHO. (2020). Global Tuberculosis Report. Who.Int.

https://www.who.int/publications-deetail-redirect/9789240013131

yuliana. (2017). konsep dasar pengetahuan. In cipta graha. cipta graha.

57
58
59
60
61
LAMPIRAN SURAT PERIZINA

62
63
N

64
65
66
Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

1. Kisi-Kisi Instrumen

Variabel Indicator Jumlah No Soal


Soal
Pengetahuan Pengertian 3 soal 1,2,3
TB Paru
Tujuan 2 soal 4,5
pengobatan
Prinsip 3 soal 6,7,8,9
pengobatan
Hasil 5 soal 10,11,12,13,14
pengobatan
Kegagalan 4 soal 15,16,17,18
pengobatan

2. Instrumen Penelitian
A. Data Demografi Partisipan
Nama Inisial :
Jenis Kelamin : ( ) Perempuan
( ) Laki-Laki
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Jumlah Anggota Keluarga :
Alamat :

B. Lembar Kuesioner Pengetahuan Pasien TB Paru Terhadap


Pentingnya Pengobatan Tuntas
1. Apa yang anda ketahui tentang Pengobatan penyakit TB Paru ?
b. Penyakit dengan gejala batuk
c. Penyakit yang ditularkan darah
d. Penyakit pernafasan yang menular melalui makanan
e. Radang paru-paru yang menular melalui udara dan dahak
penderita yang mengandung kuman penyebab
2. Dalam pengobatan TB Paru apa yang menjadi penyebab penyakit TB
Paru ?
a. Bakteri sakazali
b. Virus influenza
c. Virus mycobacterium tuberculosis

67
d. Bakteri mycobacterium tuberculosis

3. Menurut anda penyakit TB Paru dapat menular kepada anggota


keluarga lain karena :
a. Memakai pakaian keluarga anda yang terkena TB Paru
b. Terhirup percikan ludah atau dahak penderita TB Paru
c. Berbicara dengan menggunakan masker pada penderita TB Paru
d. Berdekatan dan kontak kulit dengan keluarga anda yang terkena
TB Paru
4. Menurut saudara apakah tujuan dari pengobatan TB Paru ?
a. Dapat dihentikan
b. Menyembuhkan pasien TB Paru
c. Mencegah kematian akibat TB Paru
d. Dapat menularkan kepada orang lain
5. Bagaimana cara pencegahan penyakit TB Paru ?
a. Di air
b. Di tempat terbuka
c. Di timbun ditanah
d. Tidak meludah sembarang tempat
6. Bagaimana Pemeriksaan diagnosis pasien yang masih terduga
mengidap penyakit TB Paru maka dilakukan dengan cara ?
a. Test Antigen
b. Pemeriksaaan rontgen saja
c. Langsung diberikan obat TB tanpa melakukan pemeriksaan dahak
d. Pemeriksaan dahak pasien dengan 3 kali (Sewaktu-Pagi-
Sewaktu) dan didukung dengan hasil rontgen
7. Apakah yang anda ketahui, pengobatan untuk TB Paru sebaiknya ?
a. Berobat hanya ketika kambuh saja
b. Boleh berhenti apabila obat tidak tersedia
c. Tidak boleh berhenti sebelum pengobatan selesai
d. Minum obat secara teratur selama 6 bulan untuk pasien baru,
dan pengobatan 8 bulan untuk pasien kambuh, gagal, putus
herobat Sampai dinyatakan sembuh
8. Sebelumnya pada masa anda menjalani pengobatan, menurut anda
Pemeriksaan ulang dahak selama menjalani pengobatan dilakukan
berapa kali ?
a. Tidak dilakukan pemeriksaan dahak lagi
b. Sebanyak 2 kali (pertama kali datang dan akhir pengobatan)
c. Sebanyak 3 kali (pertama kali datang, akhir minggu kelima, akhir
pengobatan)
d. Sebanyak 5 kali (pertama kali datang, akhir minggu ke 5,
pada akhir pemberian obat sisipan bagi pasien yg mengalami
konversi, akhir bulan kelima, dan akhir pengobatan)

68
9. Berapa lama pengobatan TB Paru harus anda jalani agar bisa sembuh
dari penyakit ?
a. 6 bulan
b. 24 bulan
c. 6-12 bulan
d. Lebih dari 12 bulan
10. Pasien dengan menjalani pengobatan TB Paru minimal selama 6 bulan
dikategorikan sebagai ?
a. Pasien gagal
b. Pasien sembuh
c. Pasien kambuh
d. Pasien putus berobat
11. Menurut anda, apa yang anda lakukan jika anda sudah berhasil
pengobatan dari penyakit TB Paru agar tidak tertular kembali ?
a. Menjalani pengobatan rutin
b. Tidak memakai masker saat berkomunikasi dengan pasien TB
Paru
c. Menjaga kondisi fisik tubuh agar tetap sehat dengan
mengkonsumsi makanan yang sehat
d. Menjaga kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitarnya tetap
bersih dan terkena cahaya sinar matahari
12. Sebelumnya pada masa anda menjalani pengobatan, menurut anda
selain minum obat secara teratur dan lengkap agar cepat sembuh,
sebaiknya apa yang anda lakukan ?
a. Makan makanan yang bergizi
b. Tetap merokok, bila anda perokok
c. Banyak istirhat terutama ditempat yang sejuk tidak terkena sinar
cahaya matahari
d. Banyak istirahat terutama ditempat dengan ventilasi baik
terkana cahaya sinar matahari, makan teratur dengan
makanan yang sehat dan bergizi.
13. Sebelumnya pada masa anda menjalani pengobatan, menurut anda
pasien TB Paru dengan pengobatan yang berhasil adalah ?
a. Pasien yang sudah sembuh
b. Pasien dengan pengobatan lengkap
c. Pasien yang sudah sembuh dan pengobatan tidak sampai habis
d. Pasien yang sembuh dan pengobatan lengkap sesuai anjuran
petugas kesehatan
14. Apa jenis obat yang anda ketahui untuk pengobatan TB Paru ?
a. Mixagrip
b. Paracetamol
c. Isoniazid dan rimfapicin

69
d. Dextrometropan dan mexadin
15. Bagaimana saudara menanggulangi anggota keluarga yang sakit
dengan batuk-batuk yang tidak kunjung sembuh ?
a. Ke dukun
b. Obat warung
c. Ke Puskesmas
d. Obat sesuai iklan TV
16. Bila pengobatan TB Paru tidak dilakukan secara teratur dan tidak
disiplin maka akan mengakibatkan…. (jawaban dapat lebih dari satu)
a. Batuk berdarah
b. Demam berkepanjangan dan Dahak bercampur
c. Menambah dan memperparah sesak nafas dan nyeri dada
d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun
17. Apa resiko bahaya jika terjadi Putus obat ?
a. Penyakit tambah parah
b. Penyakit dapat menular
c. Sembuh tapi kambuh lagi
d. Sembuh bila gejala hilang
18. Apa yang menyebabkan anda terjadi putus obat, karena efek samping
obat?
a. Alergi obat
b. Sesak nafas
c. Demam tinggi
d. Merasa pusing, gatal, mual

70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yossy Yosinta


NIM : 191FK01141
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 30 November 2000
Alamat : Jl. Desa Cipadung RT. 05 RW. 13 Kel. Cipadung Kec.
Cibiru Kota Bandung.

Pendidikan

1. TK BINA PERSADA NUSANTARA : Tahun 2006-2007


2. SDN 169 PELITA : Tahun 2007-2013
3. MTS KIFAYATUL ACHYAR : Tahun 2013-2016
4. SMK BHAKTI KENCANA BANDUNG : Tahun 2016-2019
5. UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG : Tahun 2019-2022

71

Anda mungkin juga menyukai