Anda di halaman 1dari 73

PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN VAKSIN


COVID-19 PADA MASYARAKAT MADURA

NAMA : TUTIK YUNIWATI


NIM : 132111123003

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2022

i
PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN VAKSIN


COVID-19 PADA MASYARAKAT MADURA

NAMA : TUTIK YUNIWATI


NIM : 132111123003

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2022

ii
PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN VAKSIN


COVID-19 PADA MASYARAKAT MADURA

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan UNAIR

NAMA : TUTIK YUNIWATI


NIM : 132111123003

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2022

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa proposal skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan
belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai
jenjang Pendidikan di Perguruan Tinggi manapun

Surabaya, 15 Juni 2022


Yang Menyatakan

Tutik Yuniwati
NIM: 132111123003

iv
HALAMAN PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN


AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertandatangan


dibawah ini:

Nama : Tutik Yuniwati


NIM : 132111123003
Program Studi : Keperawatan
Fakultas : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive
Royalty Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Faktor yang Berhubungan dengan Penolakan Vaksin Covid-19 Pada


Masyarakat Madura”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non_Ekslusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alih media/format,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis (pencipta) dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 15 Juni 2022


Yang Menyatakan

Tutik Yuniwati
NIM: 132111123003

v
PROPOSAL
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN VAKSIN
COVID-19 PADA MASYARAKAT MADURA

Oleh :

NAMA : TUTIK YUNIWATI


NIM : 132111123003

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI


TANGGGAL 15 JUNI 2022

Oleh :

Pembimbing Ketua

Dr Eka Misbahatul M.Has.,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP: 198509112012122001

Pembimbing

Lailatun Ni’mah, S.Kep., M.Kep


NIP: 198606022015042001

Mengetahui
a.n Dekan
Wakil Dekan I

Dr. Ika Yuni Widyawati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep., MB.


NIP: 197806052008122001

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas

berkat rahmat, hidayah dan limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi dengan judul “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PENOLAKAN VAKSIN COVID-19 PADA MASYARAKAT MADURA”.

Proposal skripsi ini merupakan satu syarat untuk melakukan penelitian skripsi

guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga . Ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya penulis ucapkan atas bimbingan Dr. Eka Misbahatul

M.Has., S.Kep., Ns., M.Kep dan Lailatun Ni’mah, S.Kep., M.Kep., sebagai

pembimbing I dan II yang telah memberikan motivasi dan arahan, sehingga dapat

menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik.

Dalam menyelesaikan proposal skripsi ini juga tidak lepas dari kesulitan

dan hambatan, namun berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak proposal ini

dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Prof. Dr. Ah Yusuf, S.Kp., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas pembelajaran kepada penulis sehingga dapat mengikuti studi di

Fakultas Keperawatan Airlangga.

2. Dr. Ika Yuni Widyawati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.,MB , selaku

Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya,

yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan

proposal skripsi ini.

vii
3. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar Program Studi Pendidikan

Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah

mendidik dan membimbing serta memberikan ilmu kepada penulis selama

proses perkuliahan.

4. Dinas Kesehatan Surabaya dan Puskesmas Kenjeran yang memberikan

data dan ijin penelitian kepada penulis.

5. Seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam proses pengambilan

data.

6. Suami (Doni Saputro) dan anak-anakku ( Aurania dan Aluna), yang selalu

mensupport dan mendoakan penulis.

7. Teman-teman seperjuangan Angkatan B24, khususnya rekan Soetomo

(Singgih, Titin, Vina, Agus,Chimi, Ifa, Bambang, Guguk,), yang

menemani dalam suka dan duka selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut andil

dalam penyusunan proposal skripsi hingga dapat terselesaikan tepat waktu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan semua pihak yang telah

membantu penulis. Penulis menyadari bahwa roposal skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak sangat penulis harapkan, demi perbaikan ke depan. Semoga penelitian ini

bermanfaat bagi profesi keperawatan.

Surabaya, 15 Juni 2022

Tutik Yuniwati
NIM: 132111123003

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN...................................................................... i

HALAMAN SAMPUL DALAM..................................................................... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR............................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... vi

KATA PENGANTAR...................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH....................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 4

1.3 Tujuan ......................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum.................................................................. 4

1.3.2 Tujuan Khusus................................................................. 5

1.4 Manfaat........................................................................................ 5

1.4.1 Manfaat Teoritis.............................................................. 5

1.4.2 Manfaat Praktis................................................................ 6

ix
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7

2.1 Konsep Vaksinasi COVID-19..................................................... 7

2.1.1 Pengertian ....................................................................... 7

2.1.2 Efek Samping Akibat Vaksin COVID-19....................... 8

2.2 Konsep Dasar Perilaku................................................................ 10

2.2.1 Pengertian Perilaku.......................................................... 10

2.2.2 Faktor Yang Memengaruhi Terbentuknya Perilaku........ 11

2.2.3 Domain Perilaku Kesehatan............................................ 13

2.3 Konsep Teori Transcultural Nursing.......................................... 19

2.3.1 Definisi Transcultural Nursing....................................... 19

2.3.2 Konsep Dalam Transcultural Nursing............................ 27

2.3.3 Paradigma Transcultural Nursing................................... 29

2.3.4 Prinsip Asuhan Keperawatan........................................... 31

2.4 Keaslian Penelitian...................................................................... 34

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS............................. 40

BAB 4 METODE PENELITIAN..................................................................... 42

4.1 Desain Penelitian......................................................................... 42

4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 42

4.2.1 Populasi........................................................................... 42

4.2.2 Sampel............................................................................. 42

4.2.3 Besar Sampel................................................................... 43

4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)........................ 44

x
4.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional............................. 44

4.3.1 Variabel Independen........................................................ 44

4.3.2 Variabel Dependen.......................................................... 44

4.4 Definisi Operasional.................................................................... 44

4.5 Instrumen Penelitian.................................................................... 46

4.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas........................................... 49

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 49

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data........................... 49

4.8 Analisa Data................................................................................ 51

4.9 Kerangka Operasional................................................................. 53

4.10 Etika Penelitian............................................................................ 54

4.10.1 Respect for Person........................................................... 54

4.10.2 Beneficence...................................................................... 55

4.10.3 Justice.............................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 56

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kata kunci literature review............................................................ 32

Tabel 2.2 Kriteria inklusi dan eksklusi dengan format PICOS....................... 33

Tabel 4.1 Definisi operasional analisis faktor yang berhubungan dengan

penolakan vaksin COVID-19 pada masyarakat Madura................. 44

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Leininger’s Sunrise Enabler: Culture Care Theory ......... 21

Gambar 3.1 Kerangka konseptual analisis faktor yang berhubungan dengan

penolakan vaksin COVID-19 pada masyarakat Madura berbasis

Teori Transcultural Nursing ........................................................ 40

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 xxxx ..............................................................................................

xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vaksinasi COVID-19 merupakan langkah pencegahan keparahan

kesakitan akibat COVID-19. Akan tetapi vaksinasi COVID-19 belum dapat

dimaksimalkan akibat banyaknya masyarakat yang melakukan penolakan terhadap

vaksin tersebut. Akibatnya penularan COVID-19 menjadi tidak terkendali dan

semakin tinggi di beberapa wilayah yang belum tercover oleh vaksinasi COVID-

19 (Feikin et al., 2022). Peningkatan kejadian COVID-19 akan berdampak pada

fasilitas layanan kesehatan seperti rumah sakit, meningkatnya angka kesakitan dan

kematian seperti yang terjadi di beberapa negara besar yang belum menjalankan

vaksinasi COVID-19 dan diprediksi akan terus mengalami peningkatan selama

masyarakat belum patuh menjalankan protokol kesehatan termasuk di dalamnya

melakukan vaksinasi (Thompson et al., 2022). Sehingga dalam menekan kasus

dan kematian akibat COVID-19 diperlukan strategi dalam memutuskan mata

rantai penyebaran virus melalui peningkatan kepatuhan penerapan protokol

kesehatan termasuk vaksinasi (Sun, Chen and Viboud, 2020). Akan tetapi faktor

yang berhubungan dengan penolakan vaksinasi masih belum diketahui secara

pasti.

World Health Organization (WHO), (2021) menyebutkan bahwa cakupan

vaksinasi COVID-19 telah mencapai 63% per tanggal 20 Juni 2021 berdasarkan

survei secara daring. Berdasarkan laporan Our World in Data, baru 8,69%

1
penduduk Indonesia yang telah mendapatkan vaksinasi virus corona COVID-19

secara penuh hingga 8 Agustus 2021. Jumlah itu menempatkan Indonesia di

peringkat ketujuh Asia Tenggara. Singapura 65,08% penduduknya. Kamboja dan

Malaysia masing-masing sebanyak 36% dan 27,10%. Laos telah memvaksinasi

corona secara penuh 16,67% penduduknya. Proporsi penduduk yang telah

divaksin corona secara penuh di Filipina dan Brunei Darussalam masing-masing

sebesar 9,77% dan 9,28%. Sementara, Timor Leste berada di bawah Indonesia

karena baru memvaksinasi corona secara penuh 7,83% penduduknya. Setelahnya

ada Thailand yang baru menyuntikkan dua dosis vaksin corona kepada 6,13%

penduduknya (Our World In Data, 2021). Sedangkan survei penerimaan vaksin

COVID-19 di Indonesia ditemukan bahwa tingkat penerimaan vaksin paling

tinggi tampak di provinsi-provinsi di Pulau Papua, Jawa, dan Kalimantan. Tingkat

penerimaan di beberapa provinsi di Sumatera, Sulawesi, dan Maluku lebih rendah.

Provinsi Papua Barat paling tinggi tingkat penerimaannya (74%) dibandingkan

dengan seluruh provinsi lainnya,sedangkan Provinsi Aceh paling rendah (46%).

Akan tetapi di pulau Madura penerimaan vaksin COVID-19 kurang dari 50%.

Responden mengungkapkan kekhawatiran terhadap keamanan dan keefektifan

vaksin, menyatakan ketidakpercayaan terhadap vaksin, dan mempersoalkan

kehalalan vaksin. Alasan penolakan vaksin COVID-19 paling umum adalah

terkait dengan keamanan vaksin (30%); keraguan terhadap efektifitas vaksin

(22%); ketidakpercayaan terhadap vaksin (13%); kekhawatiran adanya efek

samping seperti demam dan nyeri (12%); dan alasan keagamaan (8%)

(Kementerian Kesehatan, ITAGI & UNICEF, 2021)

2
Sikap dan pengambilan keputusan seseorang untuk berpartisipasi pada

program vaksinasi merupakan masalah yang kompleks karena berkelindan dengan

permintaan dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Sikap masyarakat awam

terhadap vaksin tidak sesederhana mengkutub secara jelas antara pro-vaksin dan

anti-vaksin. Kepercayaan mereka terhadap manfaat vaksin merupakan rangkaian

yang memiliki gradasi. Ada sebagian masyarakat yang menerima semua program

vaksinasi dan idealnya meyakini kemanjurannya, sampai ada yang menolak total

sama sekali meski vaksinnya tersedia (Rizqy Amelia Zein, 2021). Keraguan

muncul dari responden yang takut jarum suntik dan yang pernah mengalami efek

samping setelah diimunisasi. Beberapa responden mempertanyakan proses uji

klinis vaksin dan keamanannya. Keandalan penyedia vaksin dinilai penting dan

banyak yang menyatakan bersedia menerima vaksin jika Indonesia yang

memproduksinya. Responden juga berharap pemimpin politik menjadi teladan,

misalnya, dengan menjadi yang pertama di vaksin sebelum vaksinasi massal

dilakukan. Banyak responden yang tidak percaya bahwa COVID-19 (SARS-CoV-

2) nyata ataupun kemungkinannya untuk menular dan mengancam kesehatan

masyarakat. Beberapa responden menyatakan bahwa pandemi adalah produk

propaganda, konspirasi, hoaks, dan/atau upaya sengaja untuk menebar ketakutan

melalui media untuk dapat keuntungan. Beberapa responden berpendapat bahwa

anjuran memakai masker, mencuci tangan, dan menerapkan pembatasan sosial

(3M) sudah cukup. Responden yang giat mengikuti anjuran 3M tersebut merasa

sudah merasakan manfaatnya dan mempertanyakan rasio risiko terhadap manfaat

penggunaan vaksin (Kementerian Kesehatan, ITAGI & UNICEF, 2021).

3
Diperlukan upaya yang dapat mendukung pemerataan vaksinasi COVID-

19. Langkah awal adalah melakukan pengkajian dan mengidentifikasi faktor yang

berhubungan dengan penolakan vaksin COVID-19. Pendekatan transcultural

nursing sangat diperlukan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Transcultural

nursing adalah gambaran dari Leininger tentang sebuah teori model yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi determinan kejadian penolakan terhadap vaksin

COVID-19. Teori transcultural nursing mempunyai beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi budaya terkait perilaku kesehatan yang terdiri atas faktor sosial

dan dukungan keluarga, ekonomi, pendidikan, teknologi, peraturan dan kebijakan,

religiusitas dan filosofis, nilai budaya dan gaya hidup masyarakat (Alligood,

2015).

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti bermaksud melakukan

penelitian terkait faktor yang berhubungan dengan penolakan vaksin COVID-19

pada masyarakat Madura.

1.2 Rumusan Masalah

Apa saja faktor yang berhubungan dengan penolakan vaksin COVID-19

pada masyarakat Madura?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor yang berhubungan dengan penolakan vaksin COVID-

19 pada masyarakat Madura.

4
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan hubungan antara faktor teknologi dengan penolakan vaksin

COVID-19 pada masyarakat Madura

2. Menjelaskan hubungan antara faktor falsafah hidup dengan penolakan

vaksin COVID-19 pada masyarakat Madura

3. Menjelaskan hubungan antara faktor dukungan keluarga dan sosial dengan

penolakan vaksin COVID-19 pada masyarakat Madura

4. Menjelaskan hubungan antara faktor nilai budaya dan gaya hidup dengan

penolakan vaksin COVID-19 pada masyarakat Madura

5. Menjelaskan hubungan antara faktor politik dengan penolakan vaksin

COVID-19 pada masyarakat Madura

6. Menjelaskan hubungan antara faktor ekonomi dengan penolakan vaksin

COVID-19 pada masyarakat Madura

7. Menjelaskan hubungan antara faktor pendidikan dengan penolakan vaksin

COVID-19 pada masyarakat Madura

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah

dalam pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah dan komunitas dalam hal

vaksinasi COVID-19.

5
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi perawat puskesmas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penyuluhan

vaksinasi COVID-19 agar dapat diterima oleh masyarakat di Madura

2. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berkaitan dengan

vaksinasi COVID-19

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam

melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan vaksinasi COVID-

19.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Vaksinasi COVID-19

2.1.1 Pengertian

Pengertian vaksin yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 42 Tahun 2013, vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah

mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah,

berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein

rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan

spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu. Vaksinasi COVID-19

bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan COVID-19, menurunkan angka

kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di

masyarakat (herd immunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-19 agar

tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Kekebalan kelompok hanya dapat

terbentuk apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata di seluruh wilayah. Upaya

pencegahan melalui pemberian program vaksinasi jika dinilai dari sisi ekonomi,

akan jauh lebih hemat biaya, apabila dibandingkan dengan upaya pengobatan.

Pelayanan vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dengan tetap menerapkan

protokol kesehatan yaitu dengan menerapkan upaya Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi (PPI) dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter, sesuai dengan

Petunjuk Teknis Pelayanan Vaksinasi Pada Masa Pandemi COVID-19. Dinas

Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan puskesmas harus

7
melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan setempat, serta berkoordinasi

dengan lintas program, dan lintas sektor terkait, termasuk organisasi profesi,

organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, tokoh masyarakat dan seluruh

komponen masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan vaksinasi COVID-

19. Petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan upaya komunikasi, informasi

dan edukasi (KIE) kepada masyarakat serta memantau status vaksinasi setiap

sasaran yang ada di wilayah kerjanya untuk memastikan setiap sasaran

mendapatkan vaksinasi COVID-19 lengkap sesuai dengan yang dianjurkan.

2.1.2 Efek Samping Akibat Vaksin COVID-19

Akan tetapi vaksin akan menimbulkan KIPI atau kejadian ikutan pasca

imunisasi. KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan yang terjadi

setelah pemberian imunisasi, dan belum tentu memiliki hubungan sebab akibat

dengan vaksin. KIPI diklasifikasikan dalam lima kategori berdasarkan

penyebabnya:

1. Reaksi KIPI terkait komponen vaksin

KIPI yang terjadi dalam kategori ini disebabkan oleh satu atau beberapa

komponen yang terkandung di dalam vaksin. Komponen-komponen vaksin

antara lain antigen, adjuvan, antibiotik, dan bahan pengawet

(stabilizer dan preservatives).

2. Reaksi KIPI terkait dengan cacat mutu vaksin

KIPI dengan kategori ini disebabkan adanya cacat mutu dalam produk vaksin,

termasuk penggunaan alat untuk pemberian vaksin yang disediakan produsen.

8
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur

Cara pelarutan vaksin dan pemberian vaksin yang salah menjadi penyebab

KIPI kategori ini. Contohnya jarum yang masuk ke dalam vial untuk

mengambil vaksin tidak steril.

4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik

KIPI ini terjadi karena kecemasan yang dirasakan penerima vaksin saat atau

sesudah pemberian vaksin.

5. Kejadian Koinsiden

Semua reaksi KIPI yang terjadi di luar hal-hal yang sudah dijelaskan

sebelumnya masuk ke dalam kategori ini. Contohnya, demam yang sudah

terjadi sebelum atau pada saat pemberian imunisasi. Situasi ini disebut sebagai

asosiasi temporal, yaitu dua atau lebih kejadian yang terjadi bersamaan.

Kejadian pertama bisa jadi berhubungan atau tidak berhubungan dengan

kejadian berikutnya.

KIPI Vaksin COVID-19 mungkin terjadi dibagi menjadi dua, yakni

1. Reaksi Ringan

Reaksi ini bisa sembuh sendiri dan hampir tidak memerlukan perawatan

khusus. Reaksi ringan terbagi menjadi dua:

1) Reaksi lokal adalah reaksi yang terjadi pada area tubuh tertentu seperti

nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan. Reaksi lokal lain yang

berat, misalnya selulitis. Antisipasi: kompres dingin pada titik yang

bermasalah dan konsumsi paracetamol

9
2) Reaksi sistemik yang berhubungan dengan sistem atau keseluruhan tubuh.

Reaksi sistemik berupa demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia), nyeri

sendi (atralgia), badan lemah, atau sakit kepala. Antisipasi: minum yang

banyak, gunakan pakaian yang nyaman, kompres dingin di bagian yang

terasa nyeri, dan konsumsi paracetamol.

2. Reaksi Berat

KIPI jenis ini memang jarang terjadi, namun perlu dipantau apabila penerima

vaksin mengalami gejala-gejala tertentu setelah divaksin. Yang termasuk

reaksi berat adalah kejang, trombositopenia (penurunan hebat jumlah

trombosit), Hypotonic Hyporesponsive Episode (kehilangan rasa sensorik akut

atau penurunan kesadaran disertai dengan pucat dan kelemahan otot), serta

menangis terus-menerus. Bila mengalami KIPI ini, hubungi kontak fasilitas

kesehatan tempat mendapatkan vaksin COVID-19. Nomor kontak biasanya

tertulis di kartu vaksinasi yang diberikan setelah vaksinasi.

2.2 Konsep Dasar Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah kumpulan reaksi, perbuatan, aktifitas, gabungan gerakan,

tanggapan, atau jawaban yang dilakukan seseorang seperti proses berpikir,

bekerja, hubungan seks, dan sebagainya (Pieter and Lubis, 2010). Perilaku sebagai

totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang memengaruhi perhatian,

pengamatan, pikiran, daya ingat, dan fantasi seseorang. Perilaku adalah totalitas

respon, semua respon juga sangat tergantung pada karakteristik seseorang.

10
Skinner (1938) mendefinisikan perilaku sebagi hasil hubungan antara perangsang

(stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons. Perilaku kesehatan adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo,

2012).

2.2.2 Faktor Yang Memengaruhi Terbentuknya Perilaku

Menurut (Pieter and Lubis, 2010) menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi

oleh lima faktor yaitu:

1. Emosi

Emosi adalah reaksi kompleks yang berhubungan dengan kegiatan atau

perubahan-perubahan secara mendalam dan hasil pengalaman dari rangsangan

eksternal dan keadaan fisiologis. Emosi menyebabkan seseorang terangsang

untuk memahami objek atau perubahan yang disadari sehingga

memungkinkan untuk mengubah sikap atau perilakunya. Bentuk-bentuk emosi

yang berhubungan dengan perubahan perilaku yaitu rasa marah, gembira,

bahagia, sedih, cemas, takut, benci, dan sebagainya.

2. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman-pengalaman yang dihasilkan melalui indra

penglihatan, pendengaran, penciuman. Persepsi seseorang mampu mengetahui

atau mengenal objek melalui alat penginderaan.

3. Motivasi

Hasil motivasi akan diwujudkan dalam bentuk perilaku, karena dengan

motivasi individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis

dan sosial.

11
4. Belajar

Belajar adalah salah satu dasar memahami perilaku manusia, karena belajar

berkaitan dengan kematangan dan perkembangan fisik, emosi, motivasi,

perilaku sosial dan kepribadian. Melalui belajar orang mampu mengubah

perilaku dari perilaku sebelumnya dan menampilkan kemampuannya sesuai

kebutuhannya.

5. Inteligensi

Inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap

situasi-situasi baru secara cepat dan efektif serta memahami berbagai

interkonektif dan belajar dengan menggunakan konsep-konsep abstrak secara

efektif.

(Green LW, Marshall W, 1991) menjelaskan bahwa kesehatan seseorang

dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku

(non behavior causes). Perilaku kesehatan ditentukan atau terbentuk dari tiga

faktor, yaitu:

1. Faktor Predisposisi (Predisposing faktor)

Terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, status sosial

dan nilai-nilai.

2. Faktor pendukung (enabling faktor)

Faktor pendukung meliputi tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas

kesehatan/sarana-sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan, dan

jamban.

12
3. Faktor Pendorong (reinforcing faktor)

Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Rumusan teori digambarkan sebagai berikut :

B = f (PF,EF,FR)

Keterangan:

B : Behavior

PF : Predisposing factor

EF : Enabling factor

RF : Reinforcing factor

f : Fungsi

Perilaku adalah sesuatu yang kompleks yang merupakan resultan dari

berbagai macam aspek internal maupun eksternal, psikologis maupun fisik.

Perilaku tidak berdiri sendiri dan selalu berkaitan dengan faktor-faktor lain.

Pengaruhnya terhadap status kesehatan dapat langsung maupun tidak langsung.

2.2.3 Domain Perilaku Kesehatan

Bloom (1908) dikutip dari (Notoatmodjo, 2012) membagi perilaku dalam

tiga domain/ranah yaitu: pengetahuan, sikap, dan tindakan/praktik. Dalam

perkembangan selanjutnya para ahli pendidikan dan untuk kepentingan hasil

pendidikan, ketiga domain ini dapat diukur dari :

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang merupakan domain yang sangat penting untuk terjadinya

tindakan merupakan hasil dari “tahu” dimana terjadinya setelah melakukan

13
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, misalnya: pengetahuan tentang

materi pembelajaran yang diberikan oleh narasumber. Pengetahuan yang

dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikan penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

14
5) Sintesis (shynthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.

Rogers (1974) dalam (Notoatmodjo, 2012), perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Proses pembentukan perilaku adalah sebagai berikut:

1) Awareness (kesadaran)

Orang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu. Di sinilah

sikap objek mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

Rogers pada penelitian selanjutnya menyimpulkan bahwa perubahan

perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas.

1. Sikap

Sikap adalah reaksi/respon/tanggapan seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Allport (1954) dalam (Notoatmodjo, 2012)

15
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: 1)

Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, 2) Kehidupan

emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, 3) Kecenderungan

untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas

pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko adalah sikap yang paling tinggi. Sarwono (2012) menjelaskan

bahwa sikap dapat dibentuk atau berubah melalui lima cara, yaitu:

16
(1) Adopsi

Adopsi merupakan kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi

berulang dan terus-menerus dimana semakin lama akan diserap ke

dalam diri individu dan memengaruhi terbentuknya sikap.

(2) Referensiasi

Berkembangnya inteligensi, bertambahnya pengalaman sejalan dengan

bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang terjadi dianggap sejenis,

sekarang dianggap lepas dari jenisnya. Objek tersebut dapat terbentuk

pula secara tersendiri.

(3) Integrasi

Pembentukan sikap dapat terjadi secara bertahap, dimulai dengan

berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan hal tertentu.

(4) Trauma

Trauma adalah suatu cara pembentukan atau perubahan sikap melalui

suatu kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga

meninggalkan kesan mendalam dalam diri individu tersebut. Kejadian

tersebut akan membentuk atau mengubah sikap individu terhadap

kejadian sejenis.

(5) Generalisasi

Generalisasi adalah suatu cara pembentukan atau perubahan sikap

karena pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu,

dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau

sebaliknya.

17
Faktor yang memengaruhi terbentuknya sikap menurut Sarwono (2012):

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang

bersangkutan seperti selektifitas. Kita tidak dapat menangkap seluruh

rangsangan dari luar melalui persepsi, oleh karena kita harus memilih

rangsangan mana yang akan kita dekati, dan mana yang harus dijauhi.

Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan dalam diri.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar manusia, yaitu: sifat

objek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang menggunakan

suatu sikap, media komunikasi yang digunakan dalam penyampaian sikap,

dan situasi pada saat sikap terbentuk.

Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan.

Agar sikap terwujud dalam perilaku nyata diperlukan faktor pendukung (support)

atau suatu kondisi yang memungkinkan (Sunaryo, 2004). Tingkatan

praktik/tindakan meliputi:

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

18
3. Mekanisme (mechanism)

Individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah

menjadi kebiasaan adalah indikator praktik tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi

dengan baik tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut.

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai

pada domain kognitif yang berarti bahwa subjek tahu terlebih dahulu terhadap

stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Hal ini akan menimbulkan

respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui. Rangsang

yang telah diketahui dan disadari tersebut akan menimbulkan respon yang lebih

jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap atau sehubungan dengan stimulus.

2.3 Konsep Teori Transcultural Nursing

2.3.1 Definisi Transcultural Nursing

Keperawatan transkultural merupakan suatu area utama dalam

keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analis tentang budaya dan

sub budaya yang berbeda di dunia. Keperawatan transkultural menghargai

perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai keyakinan tentang sehat sakit,

serta pola-pola tingkah laku, yang bertujuan untuk mengembangkan body of

knowledge yang ilmiah dan humanistik, untuk memberi tempat pada praktik

keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Garcimartin et al.,

2017). Pemahaman yang benar dalam diri perawat mengenai budaya klien, baik

19
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya

culture shock maupun culture imposition. Culture shock dapat terjadi saat pihak

luar klien (Perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara aktif dengan

kelompok budaya tertentu (klien). Klien akan merasakan perasan tidak nyaman,

gelisah dan disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan.

Sedangkan Culture Imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat)

baik secara diam-diam maupun secara terang-terangan, memaksakan nilai-nilai

budaya, keyakinan, kebiasaan atau perilaku yang dimilikinya kepada individu,

keluarga atau kelompok budaya lain karena meyakini bahwa budayanya lebih

tinggi dari budaya kelompok lain (Giger, 2013).

Leininger seperti dikutip (Giger, 2013) dalam Transcultural Nursing:

Assesment and Intervention menggambarkan teori keperawatan transkultural

matahari terbit atau sunrise model. Model matahari terbit ini melembagakan

esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum

memberikan asuhan keperawatan kepada klien (Individu, keluarga, kelompok,

komunitas, lembaga. perawat harus mempunyai pengetahuan terlebih dahulu

mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta

struktur sosial yang berkembang secara global maupun masyarakat dalam

lingkungan yang sempit.

20
Gambar 2.1 Model Leininger’s Sunrise Enabler: Culture Care Theory
(Andrews et al, 2010)

Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor

utama yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan,

nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum serta pendidikan. Faktor-faktor

tersebut merupakan totalitas dari suatu keadaan dan situasi serta pengalaman yang

memberi arti bagi perilaku manusia interpretasi dan interaksi sosial dalam tatanan

fisik, ekologi, sosial-politik dan struktur kebudayaan termasuk di dalamnya adalah

etnohistory atau riwayat kebudayaan yang mengacu pada keseluruhan fakta di

masa lampau, kejadian, pengalaman, kelompok, kebudayaan, serta suatu institusi

yang terfokus pada manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan, dan

menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu

dalam jangka waktu panjang maupun pendek (Leininger, 1997).

21
Semua faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan

kondisi masing-masing daerah, dan akan mempengaruhi pola atau cara dan

praktik keperawatan. Semua langkah-langkah keperawatan tersebut ditunjukkan

untuk pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan penyakit dan persiapan

menghadapi kematian. Oleh karena itu ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh

perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab masing-

masing faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola dan praktik keperawatan

(care expression, patterns and practice). Ketujuh faktor tersebut besar

kontribusinya terhadap pencapaian kesehatan baik pada level individu, keluarga,

kelompok, komunitas maupun institusi di berbagai sistem kesehatan.

Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan

panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayaan dan

penelitian ilmiah. Pengkajian adalah prooses pengumpulan data untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya

klien (Giger and Davidhizar, 2013).

Pengkajian yang dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada

Sunrise Model, yaitu:

1. Faktor Teknologi (technology factors)

Teknologi kesehatan adalah saran prasarana yang memungkinkan individu

untuk memilih atau mendapatkan penawaran yang meneyelesaikan masalah dalam

pelayanan kesehatan. Masalah kesehatan adalah masalah manusia dalam mencapai

berbagai aspek kehidupan manusia, lingkungan hidup dan budaya. Pemanfaatan

teknologi kesehatan dipengaruhi oleh sikap tenaga kesehatan, kebutuhan serta

22
peminat masyarakat. Ketersediaan sarana prasarana meliputi: fasilitas informasi,

fasilitas kesehatan, alat, uang, waktu dan tenaga. Faktor teknologi dalam

kepercayaan transcultural meliputi akses terhadap teknologi informasi, akses pada

media dan pers, akses pada alat elektronik di lingkungan, dan akses pada

pelayanan kesehatan dan lain-lain (Melo, 2013).

Faktor teknologi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku individu berdasarkan budaya. Faktor teknologi sebagai sumber informasi

yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, mempengaruhi

kemampuan. Perkembangan media elektronik dan cetak pada saat ini telah

berkembang sangat pesat. Informasi tentang pola pemberian makanan pada anak

yang tepat ditemukan di media elektronik atau cetak (Leininger, 2002).

2. Faktor Dukungan Keluarga dan Sosial (Kinship and social factors)

Dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial yang

berfungsi sebagai sistem pendukung anggota-anggotanya dan ditunjukkan untuk

meningkatkan kesehatan dan proses adaptasi. Setiap anggota keluarga memiliki

beberapa peran dalam keluarga antara lain motivator, edukator, dan fasilitator.

Kepala keluarga atau suami berperan penting didalam suatu keluarga termasuk

memberikan motivasi, edukasi, dan memfasilitasi istri ketika memberikan

makanan kepada anak (Efendi and Makhfudli, 2010).

Menurut teori transcultural nursing oleh Leininger (2002) sosial dan

keluarga berfungsi sebagai sistem anggota-anggotanya dan ditujukan untuk

meningkatkan kesehatan dan proses adaptasi. Dukungan sosial dan keluarga

adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan

23
dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial. Faktor sosial dan keluarga

meliputi perhatian/dukungan keluarga terhadap ibu dalam pemberian makanan

rangsangan psikososial dan praktek kesehatan anak.

Terdapat beberapa dimensi dukungan keluarga, yaitu (Arika, 2013 dalam

Isnantri 2016):

a. Dukungan emosional yang mencakup ungkapan emapti, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan

b. Dukungan peghargaan yang mencakup ungkapan hormat/penghargaan

positif untuk orang lain, dorongan maju/persetujuan dengan gagasan atau

perasaan individu dan perbandingan positif orang tersebut dengan orang

lainnya misalnya orang tersebut kurang mampu atau lebih buruk

keadaannya (menambah harga diri)

c. Dukungan material/instrumental yang mencakup bantuan langsung seperti

dana atau barang

d. Dukungan kognitif/informative yang mencakup memberi nasihat, petunjuk

dan saran

3. Faktor Religiusitas dan Filosofi (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang sangat

realistis bagi pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk

menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.

Agama menyebabkan seseorang memiliki sifat rendah hati dan membuka diri.

Menurut teori transcultural nursing Leininger (2002) religiusitas

memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran diatas

24
segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri dan menyebabkan seseorang

memiliki sifat rendah hati dan membuka diri. Religiusitas dan filosofi meliputi

adanya agama yang dianut, cara pandang terhadap penyakit dan cara

pengobatan/kebiasaan agama yang mempunyai efek positif terhadap kesehatan.

Selain itu faktor religiusitas dan filosofi yang dapat dikaji antara lain praktek

keagamaan, konsultasi ke dukun, arti hidup, kekuatan individu, kepercayaan,

spiritualitas dan kesehatan, nilai personal, norma dan kepercayaan agama,

kebebasan berpikir dan berekspresi, nilai institusional, hasil dan prioritas, peran

sosial, komunikasi antar institusi, komunikasi untrasektor dan lain-lain (Melo,

2013).

4. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural values and life ways)

Teori transcultural nursing menjelaskan bahwa budaya merupakan norma

atau tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta

memberikan petunjuk berpikir, bertindak dan mengambil keputusan (Leininger,

2002). Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai

apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai-nilai budaya adalah suatu yang

dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang baik dan buruk. Norma

adalah aturan sosial atau patokan perilaku yang dianggap pantas. Budaya

mempengaruhi pola pemberian makan pada anak dalam hal keyakinan, nilai dan

perilaku yang berkaitan dengan makanan yang berbeda (Brus,et al dalam Erika,

2014).

Hal yang perlu dikaji antara lain kepercayaan tertentu, tanggung jawab

terhadap kesehatan, mitos tentang pengobatan dan perawatan, persepsi tentang

25
tenaga kesehatan, referensi budaya, ras dan etnik tertentu. Akses ke informasi dan

budaya, pengetahuan, sikap, kebiasaan tertentu, aktifitas fisik, kebiasaan

makanan, kebersihan, pandangan budaya, hiburan dan rekreasi, alternatif gaya

hidup dan lain-lain (Melo, 2013).

Budaya merupakan norma atau tindakan dari anggota kelompok yang

dipelajari dan dibagi serta memberikan petunjuk berfikir, bertindak dan

mengambil keputusan (Leininger, 2002). Office of Minority Helath (OMH)

menggambarkan budaya sebagai ide-ide, komunikasi, tindakan kebiasaan,

kepercayaan, nilai-nilai, dan adat istiadat dari kelompok ras, etnik, agama atau

sosial (Perry & Potter, 2009).

5. Faktor Peraturan dan Kebijakan (Political and legal Factors)

Peraturan dan kebijakan rumah sakit atau instansi kesehatan yang berlaku

dan segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan

keperawatan lintas budaya.

6. Faktor Ekonomi (Economic Factors)

Ekonomi adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan material dari

sumber yang terbatas. Pendapatan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi

kejadian TB Paru. Teori transcultural nursing menjelaskan bahwa faktor yang

mempengaruhi nilai ekonomi seseorang adalah pemasukan dalam keluarga,

sumber penghasilan lain, asuransi kesehatan, dampak penghasilan terhadap

kesehatan (Andrews & Boyle, 2012). Pendapatan dan harga produk makanan juga

mempengaruhi tingkat konsumsi makanan. Pendapatan tinggi akan menentukan

26
daya beli yang baik. Sebaliknya, pendapatan rendah akan menurunkan daya beli

(Subarkah, Nursalam and Rachmawati, 2016).

Penghasilan merupakan faktor penting dalam pemberian makanan yang

berkualitas dan berkuantitas. Seseorang yang berpenghasilan kurang akan

membelanjakan sebagian besar penghasilannya untuk membeli padi, jagung dan

ubi-ubian, sedangkan seseorang yang berpenghasilan tinggi membelanjakan

sebagian besar penghasilannya untuk hasil olahan susu dan daging (Kumala,

2013).

7. Faktor Pendidikan (Educational Faktors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam

menempuh jalur pengalaman formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan

klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang

rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang

sesuai dengan kondisi kesehatannya (Leininger, 2002).

Latar belakang yang cukup tentunya akan berpengaruh pada kemampuan

seseorang untuk mengadopsi informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan

(dokter,perawat dan bidan) maupun dari media cetak elektronik (Kumala, 2013).

2.3.2 Konsep Dalam Transcultural Nursing

Konsep dalam Transcultural Nursingmenurut (Leininger, 1997) seperti

dikutip oleh (Giger, 2013a) dalam Transcultural Nursing Assessment &

Intervention adalah:

27
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang

dipelajari dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak dan

mengambil keputusan.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih

diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu

tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang

optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan

variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan

asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan

tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang

datang dan individu yang mungkin kembali.

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap

budayanya adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki oleh

orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya

yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada

mendiskreditkan asal muasal manusia.

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi

pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan

kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan

28
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang dan saling

memberikan timbal balik di antara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,

dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya

kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk

meningkatkan kondisi dan kualitas hidup manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,

mendukung dan mengarahkan individu, keluarga dan kelompok pada

keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan

kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui

nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing,

mendukung atau memberikan kesempatan individu, keluarga atau

kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan

bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan

untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai di atas budaya orang

lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki perawat lebih tinggi dari pada

kelompok lain.

2.3.3 Paradigma Transcultural Nursing

Leininger (1997) mengartikan paradigma keperawatan transcultural

sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep dan terlaksananya asuhan

29
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep

sentral keperawatan yaitu:

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-

nilai dan norma-norma yang deiyakini dan berguna untuk menetapkan

pilihan. Menurut (Leininger, 1997) manusia memiliki kecenderungan

untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun berada

(Giger, 2013)

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi

kehidupannya dan terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan

suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang

digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang atau

kesehatan yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan

perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan

keadaan sehat dalam rentang sehat sakit yang adaptif (Andrews and Boyle,

2002).

3. Lingkungan

Keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan

dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas

kehidupan dimana klien dan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga

bentuk lingkungan yaitu fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik

30
lingkungan alam seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman

padat dan iklim.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar

belakang budayanya. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan

adalah perlindungan atau mempertahankan budaya, mengakomodasi atau

menegosiasikan budaya serta mengubah atau mengganti budaya klien

(Leininger, 1997).

2.3.4 Prinsip Asuhan Keperawatan

Prinsip Keperawataan Transcultural Nursing memperhatikan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Culture care preservation/maintenance yaitu prinsip membantu,

memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya untuk membantu

individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.

2. Culture care accomodation yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau

memperhatikan fenomena budaya yang merefleksikan cara-cara untuk

beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan

gaya hidup individu atau klien.

3. Culture care repatterning, yaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah

desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup

klien ke arah yang lebih baik.

31
Hasil yang diperoleh dari pendekatan Transcultural Nursing dalam asuhan

keperawatan adalah tercapainya Culture congruent nursing care health and well

being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan

pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara-cara bermakna guna

mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Pencarian jurnal atau artikel untuk keaslian penelitian ini menggunakan

jurnal yang berbahasa Inggris, yang bereputasi internasional, yang relevan dengan

topik, dilakukan dengan menggunakan lima database dengan kriteria tinggi dan

sedang yaitu yang berasal dari Scopus, Science Direct, google scholar dan

PUBMED. Pencarian literatur dibatasi pada artikel yang dipublikasi rentang 3

tahun terakhir yaitu 2020 – 2022. Pencarian literature menggunakan keyword dan

booleanoperator (AND, OR NOR or AND NOT) yang digunakan untuk

memperluas atau menspesifikan pencarian, sehingga mempermudah dalam

penentuan artikel yang akan digunakan. Kata kunci dalam “literature review” ini

disesuaikan dengan “Medical Subject”.

Tabel 2.1 Kata kunci literature review

Effect Vaccination Covid-19


effect Vaccination Covid-19
OR OR
effectiveness Moderna OR
OR
Pfizer SARS-COV-2
OR
AZ

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Startegi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS

framework yang terdiri dari:

32
1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis

yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

2. Interventioan yaitu tindakan atau intervensi yang diterapkan pada subjek

penelitian sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature

review.

3. Comparation yaitu pembanding dari intervensi yang telah diterapkan.

4. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperoleh dari studi terdahulu yang

sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

Outcome yang di ukur dalam penelusuran ilmiah ini adalah berkaitan

dengan efek vaksin covid-19.

5. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang

akan di review

Tabel 2.2 Kriteria inklusi dan eksklusi dengan format PICOS

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Studi yang membahas tentang Bukan terhadap efek
efek vaksin covid-19 pada vaksin covid-19 pada
orang dewasa orang dewasa
Intervention Pemberian vaksin covid-19 Bukan vaksin covid-19
Comparation Tanpa intervensi -
Outcome Efek yang ditimbulkan oleh Tidak menjelaskan Efek
vaksin yang ditimbulkan oleh
vaksin
Study Design Mix methods studi, Tidak ada eksklusi
eksperimen, survey studi,
cross sectional studi,
kualitatif studi.
Publication Year 2020-2022 Sebelum tahun 2020
Language Bahasa Inggris Selain bahasa inggris

33
Tipe Studi

Jenis artikel yang diambil dalam penulusuran ilmiah ini adalah fulltext,

Mix methods study, survey study, cross sectional study, analisis korelasi,analisis

komparasi, kualitatif studi, pilot study.

2.4 Keaslian Penelitian

No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil


1 Clinical severity of, D : sosiodemografi - Durasi vaksin
and effectiveness of survey mempengaruhi
mRNA vaccines S : 1000 participants efektivitas
against, COVID-19 V : vaksin covid pertahanan tubuh
from omicron, delta, I : survey terhadap COVID-
and alpha SARS-CoV- A : regresi 19
2 variants in the United
States: prospective
observational study on
behalf of the Influenza
and Other Viruses in
the Acutely Ill (IVY)
(Lauring et al., 2021)
2 Duration of D : sistematik review Dari 16 artikel
effectiveness of S : 253 artikel yang dilakukan
vaccines against V : vaksin COVID-19 review ditemukan
SARS-CoV-2 infection I : prisma bahwa vaksin
and COVID-19 A : prisma covid berfungsi
disease: results of a memberikan
systematic review and pertahanan
meta-regression terhadap COVID-
(Feikin et al., 2022) 19

3 Effectiveness of D : cross sectional - Vaksin COVID-19


COVID-19 Vaccines S : 32 respondents memberikan
over a 9-Month Period V : vaksin COVID-19 pertahanan tubuh
in North Carolina’ I : survey yang baik terhadap
(Lin et al., 2022) A : wilcoxon penerimanya
4 Vaccination induced D : cross sectional - Item di kedua
complacency in S : 540 respondents faktor
adherence V : vaksin COVID-19 menunjukkan
to COVID-19 I : survey konsistensi internal
precautionary measures A : Regresi yang memadai

34
No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil
among oral dalam keandalan
health care analisis (alfa
professionals in India Cronbach 0,84 dan
and the United 0,82, masing-
States: a retrospective masing). Solusi dua
pretest-posttest design faktor yang
diperoleh dalam
(Chandu et al., 2021) EFA menunjukkan
kecocokan model
yang baik dalam
CFA [RMSEA
(90%CI) – 0,077
(0,063-0,092); TLI
– 0,872; CFI –
0,897; SRMR –
0,056].
Hasil ini menyoroti
kepuasan yang
disebabkan oleh
vaksinasi dalam
mengamati
perilaku yang
sesuai COVID-19
di antara para
profesional
kesehatan mulut di
India dan Amerika
Serikat.
5 The role of the nsp2 D : eksperimen - Vaksin dapat
and nsp3 in its S : 34 tikus meningkatkan
pathogenesis’, Journal V : vaksin COVID-19 kekebalan tubuh
of Medical Virology I :- terhadap virus
A : multivariate logistic COVID-19
(Angeletti et al., 2020) regression analysis
6 COVID-19 Vaccine D : cross sectional - Skor kepatuhan
Acceptability and S : 4543 responden rata-rata selama
Adherence to V : vaksin COVID-19 survei ini lebih
Preventive I :- rendah daripada
Measures in Somalia: A : multivariate logistic skor selama survei
Results of an Online regression serupa
Survey survei pada April
2020. Sebanyak
(Ahmed et al., 2021) 76,8% responden
bersedia menerima
vaksin COVID-19.

35
No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil
Gejala seperti flu
lebih sering
dilaporkan dalam
survei saat ini
dibandingkan
dengan sebelumnya
survei. Regresi
logistik ganda
menunjukkan
bahwa peserta yang
mengalami gejala
seperti flu,
mereka yang
berada di sektor
kesehatan, dan
mereka yang
memiliki skor
kepatuhan yang
lebih tinggi
memiliki peluang
yang lebih tinggi
untuk mendapatkan
vaksin
akseptabilitas saat
menjadi perempuan
mengurangi
keinginan untuk
divaksinasi.
7 Prevalence of Allergic D : prospective cohort Dari 429 orang
Reactions After Pfizer- study yang mendaftar ke
BioNTech COVID-19 S : 429 responden pusat rujukan
Vaccination V : vaksin COVID-19 COVID-19 dan
Among Adults With I : kuesioner dan ditetapkan sebagai
High Allergy Risk lembar observasi sangat alergi, 304
A : regresi logistik (70,9%) adalah
(Shavit et al., 2021) wanita dan usia
rata-rata (SD)
adalah 52 (16)
tahun. ini sangat
kelompok alergi
dirujuk untuk
menerima
imunisasi di bawah
pengawasan medis.
Setelah dosis

36
No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil
pertama
dari vaksin
BNT162b2, 420
pasien (97,9%)
tidak memiliki
kejadian alergi
langsung, 6 (1,4%)
mengembangkan
reaksi alergi
ringan, dan 3
(0,7%) memiliki
reaksi anafilaksis.
Selama masa studi,
218
pasien yang sangat
alergi (50,8%)
menerima dosis
vaksin BNT162b2
kedua, dimana 214
(98,2%)
tidak memiliki
reaksi alergi dan 4
pasien (1,8%)
memiliki reaksi
alergi ringan.
Lainnya segera dan
terlambat
reaksi sebanding
dengan yang
terlihat pada
populasi umum,
kecuali gatal
tertunda dan
erupsi kulit, yang
lebih umum di
antara pasien
alergi.
8 Protective Behaviors D : cross sectional Berdasarkan
Against COVID-19 by S : 12 negara sampel perwakilan
Individual Vaccination V : vaksin COVID-19 dari 12 negara di
Status I : kuesioner dan berbagai
in 12 Countries During lembar observasi tahapan program
the Pandemic A : multivariat regresi imunisasi,
(Goldszmidt et al., penelitian ini
2021) membandingkan

37
No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil
perilaku protektif
yang dilaporkan
sendiri
individu yang telah
menerima 0, 1, atau
2 dosis vaksin
COVID-19. Kami
menilai periode 23
Februari
hingga 1 Juni 2021,
ketika, kecuali
pengecualian
anekdot,
9 Do people reduce D : cross sectional - Kepatuhan
compliance with S : 70.000 responden meningkat antara
COVID- 19 V : vaksin COVID-19 Oktober 2020
guidelines following I : survey online dan Maret 2021,
vaccination? A A : multivariat regresi terlepas dari status
longitudinal vaksinasi atau
analysis of matched bulan vaksinasi.
UK adults Tidak ada bukti
yang jelas bahwa
(Wright et al., 2022) individu yang
divaksinasi
menurunkan
kepatuhan relatif
terhadap
mereka yang belum
divaksinasi
10 Adherence to D : cross sectional 96,3% anak
Compulsory S : 451 responden menerima vaksin
Vaccination during V : vaksin COVID-19 Bacillus Calmette-
Coronavirus I : electronic Guérin tepat waktu.
Disease-19 Pandemic questionnaire Sekitar 32,8%
in Egypt (Google form) melakukannya
A : multivariat regresi tidak menerima
(Mahfouz et al., 2021) vaksin dosis
booster wajib pada
usia 18 bulan. Di
antara bayi >1
tahun, 95,3%
menerima
vaksinasi wajib
tepat waktu pada
usia 2, 4, dan 6

38
No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil
bulan dibandingkan
dengan hanya
73,3% dari mereka
yang 1 tahun (P =
0,001).
Sekitar 23% dari
mereka yang
melewatkan vaksin
lebih suka
menunda sampai
wabah berakhir,
sementara 27,2%
tidak terjawab
vaksinasi karena
takut tertular
COVID-19

39
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

Cara pandang masyarakat vaksin


COVID-19

Dimensi Transcultural Care

Faktor Nilai Faktor


Faktor Agama dan Faktor
Dukungan budaya Politik & Faktor
Teknologi falsafah hidup Ekonomi
Keluarga & dan Legal Pendidikan
Sosial Gaya
Hidup

Penolakan vaksin COVID-19

Fokus pada kesehatan Individu, kelompok dan Masyarakat

Tradisi Masyarakat
setempat
Asuhan Peran tenaga
kesehatan
Keperawatan

Perawatan Pelestarian Budaya


Akomodasi Perawatan Budaya
Keterangan Restrukturisasi Perawatan Budaya

: Diteliti : Saling Mempengaruhi


: tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konseptual analisis faktor yang berhubungan dengan


penolakan vaksin COVID-19 pada masyarakat Madura berbasis
Teori Transcultural Nursing

40
Hipotesis

1. Ada hubungan antara faktor teknologi dengan penolakan vaksin COVID-19

pada masyarakat Madura

2. Ada hubungan antara faktor falsafah hidup dengan penolakan vaksin COVID-

19 pada masyarakat Madura

3. Ada hubungan antara faktor dukungan keluarga dan sosial dengan penolakan

vaksin COVID-19 pada masyarakat Madura

4. Ada hubungan antara faktor nilai budaya dan gaya hidup dengan penolakan

vaksin COVID-19 pada masyarakat Madura

5. Ada hubungan antara faktor politik dengan penolakan vaksin COVID-19 pada

masyarakat Madura

6. Ada hubungan antara faktor ekonomi dengan penolakan vaksin COVID-19

pada masyarakat Madura

7. Ada hubungan antara faktor pendidikan dengan penolakan vaksin COVID-19

pada masyarakat Madura

41
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analisis

deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran

tentang realitas pada obyek yang diteliti secara obyektif (Notoadmojo,

2005). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah cross-sectional.

Pendekatan cross sectional dilakukan dengan cara mengukur hanya satu kali

pada satu saat tanpa adanya tindak lanjut, tetapi tentunya tidak semua

subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau waktu yang sama, akan tetapi

baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik

tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah

warga yang belum tervaksin di Bangkalan sebanyak 560 0rang

4.2.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017). Sampel adalah

sebagian populasi yang akan diteliti (Arikunto,2006).sampel dalam penelitian ini

didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi yaitu:

42
1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016).

Kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu:

1) Warga yang berusia tahun > 20 tahun

2) Belum di vaksin

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu:

1) Sedang sakit

2) Sedang tidak di tempat

4.2.3 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin,

Dahlan (2010) berikut ini, yaitu:

n =

n =

n =

= 233 Responden

Keterangan:

n = perkiraan besar sampel

N = perkiraan besar populasi

e = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05).

Risiko dropout = 233+23.3= 256.3 =256 responden

43
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel,agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan

subjek penelitian (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini menggunakan simpel

random sampling.

4.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

4.3.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain

(Nursalam 2017). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan,

ekonomi, peraturan dan kebijakan, nilai budaya dan gaya hidup, dukungan sosial

dan keluarga, religiusitas dan filosofi, dan teknologi.

4.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penolakan vaksin.

4.4 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi operasional analisis faktor yang berhubungan dengan


penolakan vaksin COVID-19 pada masyarakat Madura

Variabel Definisi Operasional Alat Skala Skor


Parameter Ukur
Independen
Pendidikan Pengalaman responden dalam menempuh Kuesioner ordinal Kriteria: Tidak
studi sampai saat dilakukan penelitian sekolah/tidak
Jenjang pendidikan terakhir: tamat Sekolah
1) Tidak sekolah/tidak tamat Sekolah Dasar Dasar = 1
2) Tamat Sekolah Dasar sederajat/tamat Pendidika n
SMP dasar (tamat
3) Tamat SMA sederajat Sekolah Dasar
4) Tamat akademi/perg uruan tinggi sederajat/t amat
SMP sederajat)
= 2 Pendidikan

44
Variabel Definisi Operasional Alat Skala Skor
Parameter Ukur
menengah
(tamat SMA
sederajat) = 3
Pendidikan
tinggi (tamat
akademi/perg
uruan tinggi) =
4
Ekonomi Kondisi keuangan keluarga berdasarkan Kuesioner Ordinal Kriteria: Ya = 1
pengahasilan keluarga Tidak = 0
1) dampak penghasilan terhadap kesehatan Kategori:
2) penggunaan penghasilan untuk Kurang = 75%
memenuhi kebutuhan (Arikunto 2014)
Peraturan dan Peraturan dan kebijakan yang mempengaruhi Kuesioner Ordinal Ya= 1 Tidak= 0
Kebijakan masyarakat untuk vaksin Kategori:
Sikap responden terhadap kebijakan Kurang = 75%
dan peraturan terkait kesedian vaksin (Arikunto 2014)
Nilai budaya Suatu keyakinan, adat istiadat, dan Kuesioner Ordinal Kriteria:
dan gaya hidup kebiasaan yang ditetapkan oleh penganut Pertanyaan
budaya yang baik dan buruk favorable
1) Kemampuan menganalisis masalah (1,2,3,8,10,1 1)
kesehatan (1,2,3) Sangat setuju =
2) Pantangan terhadap hal hal tertentu 4 Setuju = 3
(4,5,6) Tidak setuju = 2
3) Keyakinan terhadap pengobatan Sangat tidak
(8,7,9,10,11) setuju = 1
4) Dampak fisik (12) Pertanyaan
unfavorable
(4,5,6,7,9,12)
Sangat setuju =
1 Setuju = 2
Tidak setuju = 3
Sangat tidak
setuju = 4
Kategori: Nilai
budaya dan
gaya hidup (+):
T≥ T mean Nilai
budaya dan
gaya hidup (-):
T<T mean
Dukungan Segala sikap dan tindakan yang melibatkan Kuesioner Ordinal Kriteria: Tidak
sosial dan keluarga pernah=1
keluarga 1) Dukungan emosional (1,2,3,4,5) Jarang=2
2) Dukungan penghargaan (6,7) Sering=3 Sangat
3) Dukungan kognitifinformatif (8,9,10,11) sering=4
4) Dukungan material/instr umental Kategori
(12,13,14) Kurang=75%
Cukup=55- 75%
Baik = >75%
(Arikunto 2014)
Religiusitas dan Suatu simbol yang menjadi landasan Kuesioner Ordinal Jawaban
Filosofi pandangan dan motivasi yang realistis Pertanyaan

45
Variabel Definisi Operasional Alat Skala Skor
Parameter Ukur
terhadap suatu pengobatan favorable
1) Adanya agama yang dianut (1,2,3,4,5)
2) Cara pandang terhadap penyakit 3) Cara Sangat setuju =
pengobatan/ kebiasaan agama yang 4 Setuju = 3
mempunyai efek positif terhadap Tidak setuju = 2
kesehatan Sangat tidak
setuju = 1 Skor:
Religiusitas &
filosofi (+) : T
≥T mean
Religiusitas &
filosofi (-) : T<T
Mean
Teknologi Sarana dan prasarana untuk menyelesai kan Kuesioner Ordinal Kriteria: Ya = 1
masalah klien dalam pelayanan kesehatan Tidak = 0
1) Akses terhadap teknologi media cetak Kategori:
elektronik (1a) Kurang = 75%
2) Akses terhadap teknologime dia cetak Cukup = 55-
(1b) 75%
3) Akses ke pelayanan kesehatan (1c,2) Baik = >75%
Dependen Ciri khas yang melekat pada diri individu
yang dipersepsikan oleh perawat
Penolakan Seseorang yang dengan sadar tidak bersedia Kuesioner Ordinal 1. Menolak
vaksin menerima vaksin covid-19 tanpa alasan
Dengan parameter kesehatan
1. Menolak tanpa alasan kesehatan 2. Menolak
2. Menolak dengan alasan kesehatan dengan
alasan
kesehatan

4.5 Instrumen Penelitian

1) Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi merupakan pertanyaan untuk mengetahui informasi

secara umum pada responden. Ada 11 pertanyaan yang terdiri dari usia jenis

kelamin anak, pekerjaan, penghasilan keluarga per bulan dan pendidikan terakhir

2) Kuesioner ekonomi

Pengukuran faktor ekonomi diberikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner

dengan skala ordinal. Kuesioner ekonomi terdiri dari 4 pertanyaan closed ended

dengan tipe dichotomy questions yaitu jawaban terbatas ya dan tidak. Setiap

46
pertanyaan jika jawaban “ya” diberi nilai 1 (satu) dan “tidak” diberi nilai 0 (nol).

Skor jawaban responden akan dijumlahkan dengan hasil akhir nilai minimal 0 dan

nilai maksimal 4.

3) Kuesioner peraturan dan kebijakan

Kuesioner peraturan dan kebijakan merupakan kuesioner dari Destiadi

(2015). Pengukuran faktor peraturan dan kebijan diberikan pertanyaan dalam

bentuk kuesioner dengan skala ordinal. Kuesioner ekonomi terdiri dari 3

pertanyaan closed ended dengan tipe dichotomy questions yaitu jawaban terbatas

ya dan tidak. Setiap pertanyaan jika jawaban “ya” diberi nilai 1 (satu) dan “tidak”

diberi nilai 0 (nol). Skor jawaban responden akan dijumlahkan dengan hasil akhir

nilai minimal 0 dan nilai maksimal 3.

4) Kuisioner gaya hidup

Kuesioner nilai budaya dan gaya hidup memodifikasi dari kuesioner

Yuanistira (2014) dengan 12 pertanyaan. Ada 12 pertanyaan, nomor 1,2,3,8,10,11

merupakan pertanyaan favorable (positif) dan nomor 4,5,6,7,9,12 merupakan

pertanyaan unfavorable (negatif). Pertanyaan terdiri dari pertanyaan tentang

kemampuan menyiapkan makanan bergizi (1,2,3), pantangan makanan tertentu

(4,5,6), keyakinan terhadap makanan tertentu (8,7,9,10,11) dan dampak fisik (12).

Kuesioner nilai budaya dan gaya hidup diukur dengan skala likert, dengan pilihan

jawaban terdiri dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Pemberian skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 2 untuk jawaban tidak

setuju, skor 3 untuk jawaban setuju, skor 4 untuk jawaban sangat setuju pada

semua pernyataan favorable (positif) dan skor berkebalikan untuk pernyataan

47
unfavorable (negatif) (nomor 8,9,10,11). Skor jawaban responden akan

dijumlahkan dengan hasil akhir nilai minimal 12 dan nilai maksimal 48.

5) Kuesioner dukungan keluarga dan sosial

Kuesioner dukungan sosial dan keluarga merupakan kuesioner dukungan

sosial keluarga oleh Isnantri (2016). Pengukuran faktor dukungan sosial keluarga

diberikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner dengan skala ordinal. Kuesioner

diukur dengan skala likert, dengan pilihan jawaban yaitu dari tidak pernah, jarang,

sering, sangat sering. Setiap pertanyaan dengan jawaban tidak pernah diberi nilai

1 (satu), jarang diberi nilai 2 (dua), sering diberi nilai 3 (tiga), dan sangat sering

diberi nilai 4 (empat). Skor jawaban responden akan dijumlahkan dengan hasil

akhir nilai minimal 14 dan nilai maksimal 56.

6) Kuesioner religiusitas dan filosofi

Panduan wawancara merupakan modifikasi kuesioner dari Syaltut (2016).

Kuesioner religiusitas dan filosofi meliputi pertanyaan tentang adanya agama

yang dianut, cara pandang terhadap penyakit, dan cara pengobatan/kebiasaan

agama yang mempunyai efek positif terhadap kesehatan. Kuesioner menggunakan

skala likert, dengan pilihan jawaban dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan

sangat tidak setuju. Ada 6 pertanyaan, nomor 1,2,3,4,5,6 merupakan pertanyaan

favorable (positif). Skor jawaban responden akan dijumlahkan dengan hasil akhir

nilai minimal 6 dan nilai maksimal 24.

7) Kuesioner teknologi

Merupakan modifikasi kuesioner Isnantri (2016). Kuesioner faktor

teknologi diberikan pertanyaan dengan skala ordinal. Kuesioner teknologi

48
meliputi pertanyaan tentang sumber daya yang terdiri dari 4 pertanyaan closed

ended dengan tipe dichotomy questions yaitu jawaban terbatas ya dan tidak.

Setiap pertanyaan jika jawaban “ya” diberi nilai 1 (satu) dan “tidak” diberi nilai 0

(nol). Skor jawaban responden akan dijumlahkan dengan hasil akhir nilai minimal

0 dan nilai maksimal 4.

4.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas akan dilakukan dengan nilai valid dan reliabilitas untuk setiap

kuesioner yang digunakan,yang meliputi kuesioner dukungan keluarga dan nilai

budaya. Hasil pengukuran uji validitas dan terhadap instrumen yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah valid,sedangkan hasil uji reliabilitas untuk kuesioner

dukungan keluarga reliable dimana nilai R = 0,402. Sementara itu untuk kuesioner

nilai budaya dan gaya hidup hasilnya reliable dimana nilai R = 0.590.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi untuk penelitian ini adalah di kabupaten Madura pada bulan

November 2022.

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

1) Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Dekan

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

2) Peneliti mengajukan permohonan pengambilan data awal ke bagian

akademik FKp.

49
3) Dalam penelitian ini, setelah peneliti mendapat surat ijin dari kampus,

peneliti menyerahkan surat tembusan izin penelitian kepada dinkes

Madura.

4) Selanjutnya peneliti melakukan uji etik penelitian di FKp UNAIR.

5) Peneliti kemudian mengajukan surat ijin penelitian ke bagian

Akademik FKp UNAIR. Surat ijin pengambilan data penelitian dari

bagian Akademik FKp UNAIR, diajukan kepada dinkes Madura.

6) Surat ijin pengambilan data penelitian dari dinkes Madura.

7) Proses pengambilan data dimulai setelah mendapatkan izin dari dinkes

Madura.

2. Tahap pelaksanaan

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti memilih perawat yang

dijadikan responden penelitian menggunakan simpel random sampling

yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

1) Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian, waktu

penelitian, hak responden dan kontrak waktu proses penelitian serta

meminta persetujuan responden (informed consent).

2) Langkah selanjutnya adalah responden mengisi kuesioner yang telah

diberikan secara bersamaan dimulai dari kuesioner karakteristik

responden (usia, pendidikan, jenis kelamin, sosial ekonomi ). Kuesioner

diisi sendiri oleh responden dengan bantuan peneliti jika responden

tidak mengerti dengan pertanyaan dan pernyataan yang diberikan.

Kuesioner diisi sesuai kondisi yang dialami responden saat ini dengan

bantuan peneliti apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti.

50
4.8 Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data dengan bantuan

komputer, untuk menghindari kesalahan dilakukan proses pengolahan dengan

berbagai tahapan (Notoatmojo, 2010). Langkah-langkah pengolahan data:

1. Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Coding mengklasifikasikan jawaban-

jawaban dari responden dalam kategori, dengan cara memberi tanda/kode

berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

3. Entry Data

Peneliti memasukkan data dari lembar pertanyaan dan observasi ke dalam

program komputer, selanjutnya data tersebut diproses oleh program

komputer.

4. Cleaning

Peneliti melakukan pemeriksaan seluruh data untuk menghindari

terjadinya kesalahan dalam pengkodean atau membaca kode. Data yang

salah dikoreksi dan selanjutnya siap untuk dianalisis.

51
5. Uji Statistika/Analisa Data

Analisis statistik, yaitu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan

dan meringkas data ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Nursalam,

2014). Analisis univariat hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel yaitu independent dengan dependent,

maka digunakan uji spearman rho pada aplikasi Software SPSS dengan

tingkat kemaknaan α = 5% dengan tingkat kepercayaan 95%.

Ketentuannya apabila p-value ≤ 0.05 maka dikatakan ada hubungan

yang bermakna antara dua variabel, sehingga Ho ditolak, sedangkan

apabila p-value > α = 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna

antara variabel independent dengan variabel dependen

52
4.9 Kerangka Operasional

Populasi
Warga yang belum vaksin sebanyak 560 0rang

Simpel random sampling

Sampel

Warga yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 256 orang

Variabel independen Variabel dependen


pendidikan, ekonomi, peraturan dan
Penolakan vaksin
kebijakan, nilai budaya dan gaya hidup,
dukungan sosial dan keluarga, religiusitas
dan filosofi, dan teknologi.

Menggunakan uji statistik spearman rho (x²) dengan derajat kemaknaan α ≤ 0,05

Menyusun hasil penelitian

53
4.10 Etika Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan uji etik penelitian yang di Fkp UNAIR.

4.10.1 Respect for Person

1. Rahasia (Privacy)

Responden memiliki hak untuk meminta bahwa data yang diberikan akan

dijaga kerahasiaannya. Nama responden tidak dicantumkan pada lembar

pengumpulan data, hal ini bertujuan untuk menjaga kerahasiaan respnden.

Hanya data tertentu saja yang dicantumkan sebagai hasil penelitian.

Identitas responden pada kuesioner menggunakan kode angka yang sudah

ditentukan oleh peneliti, data akan disimpan oleh peneliti selama 5 tahun

dan hanya boleh diterbitkan.

2. Informed Assent/Penjelasan Sebelum Penelitian

Responden diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan sebelum

dilaksanakan penelitian. Responden memiliki hak penuh untuk

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada inform assent

dicantumkan bahwa pada data yang diperoleh hanya untuk

mengembngkan ilmu pengetahuan. Inform Assent diberikan sebelum

peneliti atau asisten peneliti memberikan kuesioner.

3. Bujukan (Indocement)

Peneliti memberikan intensif berupa souvenir yang diberikan diakhir

pengumpulan data.

54
4.10.2 Beneficence

1. Nilai Sosial

Peneliti melibatkan Bakesbangpol, Kepala Dinas kesehatan Kepala

Puskesmas.

2. Nilai Ilmiah

Pada penelitian ini tidak ada perlakuan apapun untuk subyek. Tidak ada

bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan subjek dalam

penelitian ini, karena data yang didapat hanya melalui pengisian kuesioner.

3. Manfaat

Subyek atau responden yang terlibat dalam penelitian ini tidak akan

memperoleh manfaat secara langsung.akan tetapi, dalam jangka panjang

responden akan mengetahui faktor resiko perilaku yang menyebabkan

kualitas hidup selain itu dapat menjadi acuan bagi petugas kesehatan

khususnya petugas kesehatan yang menangani masalah.

4.10.3 Justice

Responden diperlakukan secara adil tanpa adanya diskriminasi.

55
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, M. A. M. et al. (2021) ‘Covid-19 vaccine acceptability and adherence to


preventive measures in Somalia: Results of an online survey’, Vaccines,
9(6), pp. 1–11. doi: 10.3390/vaccines9060543.

Alligood (2015) Nursing theory & their work (8 th ed). The CV Mosby Company
St. Louis. Toronto. Missouri: Mosby Elsevier Inc.

Andrews, M. M. and Boyle, J. S. (2002) ‘Transcultural Concepts in Nursing


Care’, Journal of Transcultural Nursing. Sage PublicationsSage CA:
Thousand Oaks, CA, 13(3), pp. 178–180. doi:
10.1177/10459602013003002.

Angeletti, S. et al. (2020) ‘COVID-2019: The role of the nsp2 and nsp3 in its
pathogenesis’, Journal of Medical Virology. doi: 10.1002/jmv.25719.

Chandu, V. C. et al. (2021) ‘Vaccination induced complacency in adherence to


COVID-19 precautionary measures among oral health care professionals
in India and the United States: a retrospective pretest-posttest design’,
Human Vaccines and Immunotherapeutics. Taylor & Francis, 17(12), pp.
5105–5113. doi: 10.1080/21645515.2021.1978794.

Efendi, F. and Makhfudli (2010) ‘Keperawatan Kesehatan Komunitas’, Salemba


Medika, (September 2015). doi: 10.13140/RG.2.1.1178.5366.

Feikin, D. R. et al. (2022) ‘Duration of effectiveness of vaccines against SARS-


CoV-2 infection and COVID-19 disease: results of a systematic review
and meta-regression’, www.thelancet.com, 399. doi: 10.1016/S0140-
6736(22)00152-0.

Garcimartin, P. et al. (2017) ‘Transcultural adaptation and validation of the


patient empowerment in long-term conditions questionnaire’, BMC Health
Services Research. BioMed Central, 17(1), p. 324. doi: 10.1186/s12913-
017-2271-7.

Giger, J. N. (2013a) No Title. 6th edn. Edited by M. Rawe. Los angeles


California: Jeffrey Patterson.

Giger, J. N. (2013b) Transcultural nursing : assessment &amp; intervention.


Seventh. Edited by M. Rawe. United States of America: Jeffrey Patterson.

Goldszmidt, R. et al. (2021) ‘Protective Behaviors against COVID-19 by


Individual Vaccination Status in 12 Countries during the Pandemic’,
JAMA Network Open, 4(10), pp. 4–8. doi:
10.1001/jamanetworkopen.2021.31137.

56
Green LW, Marshall W, K. (1991) ‘Health Promotion Planning An Educational
and Environtmental Approach’. Mayfield Pub. Co, p. 506. doi:
10.1016/j.dsr.2004.07.013.

Kementerian Kesehatan, ITAGI, UNICEF, & W. (2021) Survei Penerimaan


Vaksin COVID-19 di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Available at: https://covid19.go.id/storage/app/media/Hasil
Kajian/2020/November/vaccine-acceptance-survey-id-12-11-
2020final.pdf.

Lauring, A. S. et al. (no date) ‘Clinical severity of, and effectiveness of mRNA
vaccines against, covid-19 from omicron, delta, and alpha SARS-CoV-2
variants in the United States: prospective observational study on behalf of
the Influenza and Other Viruses in the Acutely Ill (IVY) Network’. doi:
10.1136/bmj-2021-069761.

Leininger, M. (1997) ‘Transcultural Nursing Research to Transform Nursing


Education and practice: 40 Years’, Image: the Journal of Nursing
Scholarship. Wiley/Blackwell (10.1111), 29(4), pp. 341–348. doi:
10.1111/j.1547-5069.1997.tb01053.x.

Lin, D.-Y. et al. (2022) ‘Effectiveness of Covid-19 Vaccines over a 9-Month


Period in North Carolina’, New England Journal of Medicine.
Massachusetts Medical Society, 386(10), pp. 933–941. doi:
10.1056/NEJMOA2117128.

Mahfouz, N. N. et al. (2021) ‘Adherence to compulsory vaccination during


coronavirus disease-19 pandemic in egypt’, Open Access Macedonian
Journal of Medical Sciences, 9(A), pp. 217–221. doi:
10.3889/oamjms.2021.6046.

Melo, L. P. de (2013) ‘The Sunrise Model: a Contribution to the Teaching of


Nursing Consultation in Collective Health’, American Journal of Nursing
Research, 1(1), pp. 20–23. doi: 10.12691/ajnr-1-1-3.

Notoatmodjo, S. (2012) Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam (2017) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 4th edn. Jakarta:


Salemba Medika.

57
Our World In Data (2021) Cakupan Vaksinasi Covid-19 Indonesia Peringkat
Tujuh di Asia Tenggara | Databoks. Available at:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/10/cakupan-vaksinasi-
covid-19-indonesia-peringkat-tujuh-di-asia-tenggara (Accessed: 17 April
2022).

Pieter, H. Z. and Lubis, L. N. (2010) Pengatar Psikologi dalam Keperawatan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rizqy Amelia Zein (2021) 27% penduduk Indonesia masih ragu terhadap vaksin
COVID-19, mengapa penting meyakinkan mereka. Available at:
https://theconversation.com/27-penduduk-indonesia-masih-ragu-terhadap-
vaksin-covid-19-mengapa-penting-meyakinkan-mereka-150172
(Accessed: 17 April 2022).

Sarwono, S. W. (2012) Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Garlindo Persada.

Shavit, R. et al. (2021) ‘Prevalence of Allergic Reactions after Pfizer-BioNTech


COVID-19 Vaccination among Adults with High Allergy Risk’, JAMA
Network Open, 4(8), pp. 1–9. doi: 10.1001/jamanetworkopen.2021.22255.

Subarkah, T., Nursalam and Rachmawati, P. D. (2016) ‘Pola pemberian makan


terhadap peningkatan status gizi pada anak usia 1 – 3 tahun’, Jurnal
INJEC, 1(2), pp. 146–154. doi: 10.24990/injec.v1i2.120.

Sun, K., Chen, J. and Viboud, C. (2020) ‘Early epidemiological analysis of the
coronavirus disease 2019 outbreak based on crowdsourced data: a
population-level observational study’, The Lancet Digital Health. doi:
10.1016/S2589-7500(20)30026-1.

Sunaryo (2004) Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Thompson, M. G. et al. (2022) ‘Effectiveness of a Third Dose of mRNA Vaccines


Against COVID-19 – Associated Emergency Department and Urgent Care
Encounters and Hospitalizations Among Adults During Periods of Delta
and Omicron Variant Predominance —’, MMWR. Morbidity and Mortality
Weekly Report, 71(January 21, 2022), pp. 1–8.

World Health Organization (WHO) (2020) Report of the WHO-China Joint.


Geneva: World Health Organization.

Wright, L. et al. (2022) ‘Do people reduce compliance with COVID-19 guidelines
following vaccination? A longitudinal analysis of matched UK adults’,
Journal of Epidemiology and Community Health, 76(2), pp. 109–115. doi:
10.1136/jech-2021-217179.

58

Anda mungkin juga menyukai