i
PROPOSAL SKRIPSI
ii
PROPOSAL SKRIPSI
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa proposal skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan
belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai
jenjang Pendidikan di Perguruan Tinggi manapun
Tutik Yuniwati
NIM: 132111123003
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non_Ekslusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alih media/format,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis (pencipta) dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Tutik Yuniwati
NIM: 132111123003
v
PROPOSAL
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN VAKSIN
COVID-19 PADA MASYARAKAT MADURA
Oleh :
Oleh :
Pembimbing Ketua
Pembimbing
Mengetahui
a.n Dekan
Wakil Dekan I
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
Proposal skripsi ini merupakan satu syarat untuk melakukan penelitian skripsi
M.Has., S.Kep., Ns., M.Kep dan Lailatun Ni’mah, S.Kep., M.Kep., sebagai
pembimbing I dan II yang telah memberikan motivasi dan arahan, sehingga dapat
Dalam menyelesaikan proposal skripsi ini juga tidak lepas dari kesulitan
dan hambatan, namun berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak proposal ini
dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
vii
3. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar Program Studi Pendidikan
proses perkuliahan.
data.
6. Suami (Doni Saputro) dan anak-anakku ( Aurania dan Aluna), yang selalu
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut andil
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan semua pihak yang telah
membantu penulis. Penulis menyadari bahwa roposal skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan, demi perbaikan ke depan. Semoga penelitian ini
Tutik Yuniwati
NIM: 132111123003
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.4 Manfaat........................................................................................ 5
ix
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7
4.2.1 Populasi........................................................................... 42
4.2.2 Sampel............................................................................. 42
x
4.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional............................. 44
4.10.2 Beneficence...................................................................... 55
4.10.3 Justice.............................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 56
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Leininger’s Sunrise Enabler: Culture Care Theory ......... 21
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
semakin tinggi di beberapa wilayah yang belum tercover oleh vaksinasi COVID-
fasilitas layanan kesehatan seperti rumah sakit, meningkatnya angka kesakitan dan
kematian seperti yang terjadi di beberapa negara besar yang belum menjalankan
kesehatan termasuk vaksinasi (Sun, Chen and Viboud, 2020). Akan tetapi faktor
pasti.
vaksinasi COVID-19 telah mencapai 63% per tanggal 20 Juni 2021 berdasarkan
survei secara daring. Berdasarkan laporan Our World in Data, baru 8,69%
1
penduduk Indonesia yang telah mendapatkan vaksinasi virus corona COVID-19
sebesar 9,77% dan 9,28%. Sementara, Timor Leste berada di bawah Indonesia
ada Thailand yang baru menyuntikkan dua dosis vaksin corona kepada 6,13%
Akan tetapi di pulau Madura penerimaan vaksin COVID-19 kurang dari 50%.
samping seperti demam dan nyeri (12%); dan alasan keagamaan (8%)
2
Sikap dan pengambilan keputusan seseorang untuk berpartisipasi pada
terhadap vaksin tidak sesederhana mengkutub secara jelas antara pro-vaksin dan
yang memiliki gradasi. Ada sebagian masyarakat yang menerima semua program
vaksinasi dan idealnya meyakini kemanjurannya, sampai ada yang menolak total
sama sekali meski vaksinnya tersedia (Rizqy Amelia Zein, 2021). Keraguan
muncul dari responden yang takut jarum suntik dan yang pernah mengalami efek
klinis vaksin dan keamanannya. Keandalan penyedia vaksin dinilai penting dan
(3M) sudah cukup. Responden yang giat mengikuti anjuran 3M tersebut merasa
3
Diperlukan upaya yang dapat mendukung pemerataan vaksinasi COVID-
19. Langkah awal adalah melakukan pengkajian dan mengidentifikasi faktor yang
nursing adalah gambaran dari Leininger tentang sebuah teori model yang dapat
mempengaruhi budaya terkait perilaku kesehatan yang terdiri atas faktor sosial
religiusitas dan filosofis, nilai budaya dan gaya hidup masyarakat (Alligood,
2015).
1.3 Tujuan
4
1.3.2 Tujuan Khusus
4. Menjelaskan hubungan antara faktor nilai budaya dan gaya hidup dengan
1.4 Manfaat
dalam pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah dan komunitas dalam hal
vaksinasi COVID-19.
5
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penyuluhan
2. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berkaitan dengan
vaksinasi COVID-19
19.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Nomor 42 Tahun 2013, vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah,
tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Kekebalan kelompok hanya dapat
terbentuk apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata di seluruh wilayah. Upaya
pencegahan melalui pemberian program vaksinasi jika dinilai dari sisi ekonomi,
akan jauh lebih hemat biaya, apabila dibandingkan dengan upaya pengobatan.
Pengendalian Infeksi (PPI) dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter, sesuai dengan
7
melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan setempat, serta berkoordinasi
dengan lintas program, dan lintas sektor terkait, termasuk organisasi profesi,
dan edukasi (KIE) kepada masyarakat serta memantau status vaksinasi setiap
Akan tetapi vaksin akan menimbulkan KIPI atau kejadian ikutan pasca
imunisasi. KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan yang terjadi
setelah pemberian imunisasi, dan belum tentu memiliki hubungan sebab akibat
penyebabnya:
KIPI yang terjadi dalam kategori ini disebabkan oleh satu atau beberapa
(stabilizer dan preservatives).
KIPI dengan kategori ini disebabkan adanya cacat mutu dalam produk vaksin,
8
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
Cara pelarutan vaksin dan pemberian vaksin yang salah menjadi penyebab
KIPI ini terjadi karena kecemasan yang dirasakan penerima vaksin saat atau
5. Kejadian Koinsiden
Semua reaksi KIPI yang terjadi di luar hal-hal yang sudah dijelaskan
terjadi sebelum atau pada saat pemberian imunisasi. Situasi ini disebut sebagai
asosiasi temporal, yaitu dua atau lebih kejadian yang terjadi bersamaan.
kejadian berikutnya.
1. Reaksi Ringan
Reaksi ini bisa sembuh sendiri dan hampir tidak memerlukan perawatan
1) Reaksi lokal adalah reaksi yang terjadi pada area tubuh tertentu seperti
nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan. Reaksi lokal lain yang
9
2) Reaksi sistemik yang berhubungan dengan sistem atau keseluruhan tubuh.
Reaksi sistemik berupa demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia), nyeri
sendi (atralgia), badan lemah, atau sakit kepala. Antisipasi: minum yang
2. Reaksi Berat
KIPI jenis ini memang jarang terjadi, namun perlu dipantau apabila penerima
atau penurunan kesadaran disertai dengan pucat dan kelemahan otot), serta
bekerja, hubungan seks, dan sebagainya (Pieter and Lubis, 2010). Perilaku sebagai
pengamatan, pikiran, daya ingat, dan fantasi seseorang. Perilaku adalah totalitas
10
Skinner (1938) mendefinisikan perilaku sebagi hasil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons. Perilaku kesehatan adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
2012).
1. Emosi
2. Persepsi
3. Motivasi
dan sosial.
11
4. Belajar
Belajar adalah salah satu dasar memahami perilaku manusia, karena belajar
kebutuhannya.
5. Inteligensi
efektif.
dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku
(non behavior causes). Perilaku kesehatan ditentukan atau terbentuk dari tiga
faktor, yaitu:
dan nilai-nilai.
jamban.
12
3. Faktor Pendorong (reinforcing faktor)
Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
B = f (PF,EF,FR)
Keterangan:
B : Behavior
PF : Predisposing factor
EF : Enabling factor
RF : Reinforcing factor
f : Fungsi
Perilaku tidak berdiri sendiri dan selalu berkaitan dengan faktor-faktor lain.
1. Pengetahuan
13
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, misalnya: pengetahuan tentang
1) Tahu (know)
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
2) Memahami (comprehension)
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
3) Aplikasi (application)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini
4) Analisis (analysis)
14
5) Sintesis (shynthesis)
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
1) Awareness (kesadaran)
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
1. Sikap
15
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: 1)
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Suatu usaha untuk
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
segala risiko adalah sikap yang paling tinggi. Sarwono (2012) menjelaskan
bahwa sikap dapat dibentuk atau berubah melalui lima cara, yaitu:
16
(1) Adopsi
(2) Referensiasi
(3) Integrasi
(4) Trauma
kejadian sejenis.
(5) Generalisasi
dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau
sebaliknya.
17
Faktor yang memengaruhi terbentuknya sikap menurut Sarwono (2012):
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang
rangsangan dari luar melalui persepsi, oleh karena kita harus memilih
rangsangan mana yang akan kita dekati, dan mana yang harus dijauhi.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar manusia, yaitu: sifat
Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan.
Agar sikap terwujud dalam perilaku nyata diperlukan faktor pendukung (support)
praktik/tindakan meliputi:
1. Persepsi (perception)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
18
3. Mekanisme (mechanism)
Individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah
4. Adopsi (adoption)
pada domain kognitif yang berarti bahwa subjek tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Hal ini akan menimbulkan
respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui. Rangsang
yang telah diketahui dan disadari tersebut akan menimbulkan respon yang lebih
jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap atau sehubungan dengan stimulus.
keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analis tentang budaya dan
knowledge yang ilmiah dan humanistik, untuk memberi tempat pada praktik
2017). Pemahaman yang benar dalam diri perawat mengenai budaya klien, baik
19
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya
culture shock maupun culture imposition. Culture shock dapat terjadi saat pihak
luar klien (Perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara aktif dengan
kelompok budaya tertentu (klien). Klien akan merasakan perasan tidak nyaman,
gelisah dan disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan.
keluarga atau kelompok budaya lain karena meyakini bahwa budayanya lebih
matahari terbit atau sunrise model. Model matahari terbit ini melembagakan
mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta
20
Gambar 2.1 Model Leininger’s Sunrise Enabler: Culture Care Theory
(Andrews et al, 2010)
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor
utama yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan,
nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum serta pendidikan. Faktor-faktor
tersebut merupakan totalitas dari suatu keadaan dan situasi serta pengalaman yang
memberi arti bagi perilaku manusia interpretasi dan interaksi sosial dalam tatanan
21
Semua faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan
kondisi masing-masing daerah, dan akan mempengaruhi pola atau cara dan
menghadapi kematian. Oleh karena itu ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh
masing faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola dan praktik keperawatan
panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayaan dan
22
peminat masyarakat. Ketersediaan sarana prasarana meliputi: fasilitas informasi,
fasilitas kesehatan, alat, uang, waktu dan tenaga. Faktor teknologi dalam
media dan pers, akses pada alat elektronik di lingkungan, dan akses pada
kemampuan. Perkembangan media elektronik dan cetak pada saat ini telah
berkembang sangat pesat. Informasi tentang pola pemberian makanan pada anak
beberapa peran dalam keluarga antara lain motivator, edukator, dan fasilitator.
Kepala keluarga atau suami berperan penting didalam suatu keluarga termasuk
23
dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial. Faktor sosial dan keluarga
Isnantri 2016):
dan saran
realistis bagi pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
Agama menyebabkan seseorang memiliki sifat rendah hati dan membuka diri.
24
segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri dan menyebabkan seseorang
memiliki sifat rendah hati dan membuka diri. Religiusitas dan filosofi meliputi
adanya agama yang dianut, cara pandang terhadap penyakit dan cara
Selain itu faktor religiusitas dan filosofi yang dapat dikaji antara lain praktek
kebebasan berpikir dan berekspresi, nilai institusional, hasil dan prioritas, peran
2013).
4. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural values and life ways)
atau tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta
apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai-nilai budaya adalah suatu yang
dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang baik dan buruk. Norma
adalah aturan sosial atau patokan perilaku yang dianggap pantas. Budaya
mempengaruhi pola pemberian makan pada anak dalam hal keyakinan, nilai dan
perilaku yang berkaitan dengan makanan yang berbeda (Brus,et al dalam Erika,
2014).
Hal yang perlu dikaji antara lain kepercayaan tertentu, tanggung jawab
25
tenaga kesehatan, referensi budaya, ras dan etnik tertentu. Akses ke informasi dan
kepercayaan, nilai-nilai, dan adat istiadat dari kelompok ras, etnik, agama atau
Peraturan dan kebijakan rumah sakit atau instansi kesehatan yang berlaku
kesehatan (Andrews & Boyle, 2012). Pendapatan dan harga produk makanan juga
26
daya beli yang baik. Sebaliknya, pendapatan rendah akan menurunkan daya beli
sebagian besar penghasilannya untuk hasil olahan susu dan daging (Kumala,
2013).
menempuh jalur pengalaman formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan
klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
(dokter,perawat dan bidan) maupun dari media cetak elektronik (Kumala, 2013).
Intervention adalah:
27
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
28
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang dan saling
lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki perawat lebih tinggi dari pada
kelompok lain.
29
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
1. Manusia
(Giger, 2013)
2. Sehat
keadaan sehat dalam rentang sehat sakit yang adaptif (Andrews and Boyle,
2002).
3. Lingkungan
30
lingkungan alam seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman
4. Keperawatan
(Leininger, 1997).
sebagai berikut:
31
Hasil yang diperoleh dari pendekatan Transcultural Nursing dalam asuhan
keperawatan adalah tercapainya Culture congruent nursing care health and well
jurnal yang berbahasa Inggris, yang bereputasi internasional, yang relevan dengan
topik, dilakukan dengan menggunakan lima database dengan kriteria tinggi dan
sedang yaitu yang berasal dari Scopus, Science Direct, google scholar dan
tahun terakhir yaitu 2020 – 2022. Pencarian literature menggunakan keyword dan
penentuan artikel yang akan digunakan. Kata kunci dalam “literature review” ini
32
1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis
yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.
review.
4. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperoleh dari studi terdahulu yang
5. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang
akan di review
33
Tipe Studi
Jenis artikel yang diambil dalam penulusuran ilmiah ini adalah fulltext,
Mix methods study, survey study, cross sectional study, analisis korelasi,analisis
34
No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil
among oral dalam keandalan
health care analisis (alfa
professionals in India Cronbach 0,84 dan
and the United 0,82, masing-
States: a retrospective masing). Solusi dua
pretest-posttest design faktor yang
diperoleh dalam
(Chandu et al., 2021) EFA menunjukkan
kecocokan model
yang baik dalam
CFA [RMSEA
(90%CI) – 0,077
(0,063-0,092); TLI
– 0,872; CFI –
0,897; SRMR –
0,056].
Hasil ini menyoroti
kepuasan yang
disebabkan oleh
vaksinasi dalam
mengamati
perilaku yang
sesuai COVID-19
di antara para
profesional
kesehatan mulut di
India dan Amerika
Serikat.
5 The role of the nsp2 D : eksperimen - Vaksin dapat
and nsp3 in its S : 34 tikus meningkatkan
pathogenesis’, Journal V : vaksin COVID-19 kekebalan tubuh
of Medical Virology I :- terhadap virus
A : multivariate logistic COVID-19
(Angeletti et al., 2020) regression analysis
6 COVID-19 Vaccine D : cross sectional - Skor kepatuhan
Acceptability and S : 4543 responden rata-rata selama
Adherence to V : vaksin COVID-19 survei ini lebih
Preventive I :- rendah daripada
Measures in Somalia: A : multivariate logistic skor selama survei
Results of an Online regression serupa
Survey survei pada April
2020. Sebanyak
(Ahmed et al., 2021) 76,8% responden
bersedia menerima
vaksin COVID-19.
35
No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil
Gejala seperti flu
lebih sering
dilaporkan dalam
survei saat ini
dibandingkan
dengan sebelumnya
survei. Regresi
logistik ganda
menunjukkan
bahwa peserta yang
mengalami gejala
seperti flu,
mereka yang
berada di sektor
kesehatan, dan
mereka yang
memiliki skor
kepatuhan yang
lebih tinggi
memiliki peluang
yang lebih tinggi
untuk mendapatkan
vaksin
akseptabilitas saat
menjadi perempuan
mengurangi
keinginan untuk
divaksinasi.
7 Prevalence of Allergic D : prospective cohort Dari 429 orang
Reactions After Pfizer- study yang mendaftar ke
BioNTech COVID-19 S : 429 responden pusat rujukan
Vaccination V : vaksin COVID-19 COVID-19 dan
Among Adults With I : kuesioner dan ditetapkan sebagai
High Allergy Risk lembar observasi sangat alergi, 304
A : regresi logistik (70,9%) adalah
(Shavit et al., 2021) wanita dan usia
rata-rata (SD)
adalah 52 (16)
tahun. ini sangat
kelompok alergi
dirujuk untuk
menerima
imunisasi di bawah
pengawasan medis.
Setelah dosis
36
No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil
pertama
dari vaksin
BNT162b2, 420
pasien (97,9%)
tidak memiliki
kejadian alergi
langsung, 6 (1,4%)
mengembangkan
reaksi alergi
ringan, dan 3
(0,7%) memiliki
reaksi anafilaksis.
Selama masa studi,
218
pasien yang sangat
alergi (50,8%)
menerima dosis
vaksin BNT162b2
kedua, dimana 214
(98,2%)
tidak memiliki
reaksi alergi dan 4
pasien (1,8%)
memiliki reaksi
alergi ringan.
Lainnya segera dan
terlambat
reaksi sebanding
dengan yang
terlihat pada
populasi umum,
kecuali gatal
tertunda dan
erupsi kulit, yang
lebih umum di
antara pasien
alergi.
8 Protective Behaviors D : cross sectional Berdasarkan
Against COVID-19 by S : 12 negara sampel perwakilan
Individual Vaccination V : vaksin COVID-19 dari 12 negara di
Status I : kuesioner dan berbagai
in 12 Countries During lembar observasi tahapan program
the Pandemic A : multivariat regresi imunisasi,
(Goldszmidt et al., penelitian ini
2021) membandingkan
37
No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil
perilaku protektif
yang dilaporkan
sendiri
individu yang telah
menerima 0, 1, atau
2 dosis vaksin
COVID-19. Kami
menilai periode 23
Februari
hingga 1 Juni 2021,
ketika, kecuali
pengecualian
anekdot,
9 Do people reduce D : cross sectional - Kepatuhan
compliance with S : 70.000 responden meningkat antara
COVID- 19 V : vaksin COVID-19 Oktober 2020
guidelines following I : survey online dan Maret 2021,
vaccination? A A : multivariat regresi terlepas dari status
longitudinal vaksinasi atau
analysis of matched bulan vaksinasi.
UK adults Tidak ada bukti
yang jelas bahwa
(Wright et al., 2022) individu yang
divaksinasi
menurunkan
kepatuhan relatif
terhadap
mereka yang belum
divaksinasi
10 Adherence to D : cross sectional 96,3% anak
Compulsory S : 451 responden menerima vaksin
Vaccination during V : vaksin COVID-19 Bacillus Calmette-
Coronavirus I : electronic Guérin tepat waktu.
Disease-19 Pandemic questionnaire Sekitar 32,8%
in Egypt (Google form) melakukannya
A : multivariat regresi tidak menerima
(Mahfouz et al., 2021) vaksin dosis
booster wajib pada
usia 18 bulan. Di
antara bayi >1
tahun, 95,3%
menerima
vaksinasi wajib
tepat waktu pada
usia 2, 4, dan 6
38
No Judul/author Metode Penelitian Kelompok Hasil
bulan dibandingkan
dengan hanya
73,3% dari mereka
yang 1 tahun (P =
0,001).
Sekitar 23% dari
mereka yang
melewatkan vaksin
lebih suka
menunda sampai
wabah berakhir,
sementara 27,2%
tidak terjawab
vaksinasi karena
takut tertular
COVID-19
39
BAB 3
Tradisi Masyarakat
setempat
Asuhan Peran tenaga
kesehatan
Keperawatan
40
Hipotesis
2. Ada hubungan antara faktor falsafah hidup dengan penolakan vaksin COVID-
3. Ada hubungan antara faktor dukungan keluarga dan sosial dengan penolakan
4. Ada hubungan antara faktor nilai budaya dan gaya hidup dengan penolakan
5. Ada hubungan antara faktor politik dengan penolakan vaksin COVID-19 pada
masyarakat Madura
41
BAB 4
METODE PENELITIAN
Pendekatan cross sectional dilakukan dengan cara mengukur hanya satu kali
pada satu saat tanpa adanya tindak lanjut, tetapi tentunya tidak semua
subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau waktu yang sama, akan tetapi
baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja.
4.2.1 Populasi
tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah
4.2.2 Sampel
42
1. Kriteria Inklusi
2) Belum di vaksin
2. Kriteria Eksklusi
1) Sedang sakit
n =
n =
n =
= 233 Responden
Keterangan:
43
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)
random sampling.
ekonomi, peraturan dan kebijakan, nilai budaya dan gaya hidup, dukungan sosial
44
Variabel Definisi Operasional Alat Skala Skor
Parameter Ukur
menengah
(tamat SMA
sederajat) = 3
Pendidikan
tinggi (tamat
akademi/perg
uruan tinggi) =
4
Ekonomi Kondisi keuangan keluarga berdasarkan Kuesioner Ordinal Kriteria: Ya = 1
pengahasilan keluarga Tidak = 0
1) dampak penghasilan terhadap kesehatan Kategori:
2) penggunaan penghasilan untuk Kurang = 75%
memenuhi kebutuhan (Arikunto 2014)
Peraturan dan Peraturan dan kebijakan yang mempengaruhi Kuesioner Ordinal Ya= 1 Tidak= 0
Kebijakan masyarakat untuk vaksin Kategori:
Sikap responden terhadap kebijakan Kurang = 75%
dan peraturan terkait kesedian vaksin (Arikunto 2014)
Nilai budaya Suatu keyakinan, adat istiadat, dan Kuesioner Ordinal Kriteria:
dan gaya hidup kebiasaan yang ditetapkan oleh penganut Pertanyaan
budaya yang baik dan buruk favorable
1) Kemampuan menganalisis masalah (1,2,3,8,10,1 1)
kesehatan (1,2,3) Sangat setuju =
2) Pantangan terhadap hal hal tertentu 4 Setuju = 3
(4,5,6) Tidak setuju = 2
3) Keyakinan terhadap pengobatan Sangat tidak
(8,7,9,10,11) setuju = 1
4) Dampak fisik (12) Pertanyaan
unfavorable
(4,5,6,7,9,12)
Sangat setuju =
1 Setuju = 2
Tidak setuju = 3
Sangat tidak
setuju = 4
Kategori: Nilai
budaya dan
gaya hidup (+):
T≥ T mean Nilai
budaya dan
gaya hidup (-):
T<T mean
Dukungan Segala sikap dan tindakan yang melibatkan Kuesioner Ordinal Kriteria: Tidak
sosial dan keluarga pernah=1
keluarga 1) Dukungan emosional (1,2,3,4,5) Jarang=2
2) Dukungan penghargaan (6,7) Sering=3 Sangat
3) Dukungan kognitifinformatif (8,9,10,11) sering=4
4) Dukungan material/instr umental Kategori
(12,13,14) Kurang=75%
Cukup=55- 75%
Baik = >75%
(Arikunto 2014)
Religiusitas dan Suatu simbol yang menjadi landasan Kuesioner Ordinal Jawaban
Filosofi pandangan dan motivasi yang realistis Pertanyaan
45
Variabel Definisi Operasional Alat Skala Skor
Parameter Ukur
terhadap suatu pengobatan favorable
1) Adanya agama yang dianut (1,2,3,4,5)
2) Cara pandang terhadap penyakit 3) Cara Sangat setuju =
pengobatan/ kebiasaan agama yang 4 Setuju = 3
mempunyai efek positif terhadap Tidak setuju = 2
kesehatan Sangat tidak
setuju = 1 Skor:
Religiusitas &
filosofi (+) : T
≥T mean
Religiusitas &
filosofi (-) : T<T
Mean
Teknologi Sarana dan prasarana untuk menyelesai kan Kuesioner Ordinal Kriteria: Ya = 1
masalah klien dalam pelayanan kesehatan Tidak = 0
1) Akses terhadap teknologi media cetak Kategori:
elektronik (1a) Kurang = 75%
2) Akses terhadap teknologime dia cetak Cukup = 55-
(1b) 75%
3) Akses ke pelayanan kesehatan (1c,2) Baik = >75%
Dependen Ciri khas yang melekat pada diri individu
yang dipersepsikan oleh perawat
Penolakan Seseorang yang dengan sadar tidak bersedia Kuesioner Ordinal 1. Menolak
vaksin menerima vaksin covid-19 tanpa alasan
Dengan parameter kesehatan
1. Menolak tanpa alasan kesehatan 2. Menolak
2. Menolak dengan alasan kesehatan dengan
alasan
kesehatan
1) Kuesioner Demografi
secara umum pada responden. Ada 11 pertanyaan yang terdiri dari usia jenis
kelamin anak, pekerjaan, penghasilan keluarga per bulan dan pendidikan terakhir
2) Kuesioner ekonomi
dengan skala ordinal. Kuesioner ekonomi terdiri dari 4 pertanyaan closed ended
dengan tipe dichotomy questions yaitu jawaban terbatas ya dan tidak. Setiap
46
pertanyaan jika jawaban “ya” diberi nilai 1 (satu) dan “tidak” diberi nilai 0 (nol).
Skor jawaban responden akan dijumlahkan dengan hasil akhir nilai minimal 0 dan
nilai maksimal 4.
pertanyaan closed ended dengan tipe dichotomy questions yaitu jawaban terbatas
ya dan tidak. Setiap pertanyaan jika jawaban “ya” diberi nilai 1 (satu) dan “tidak”
diberi nilai 0 (nol). Skor jawaban responden akan dijumlahkan dengan hasil akhir
(4,5,6), keyakinan terhadap makanan tertentu (8,7,9,10,11) dan dampak fisik (12).
Kuesioner nilai budaya dan gaya hidup diukur dengan skala likert, dengan pilihan
jawaban terdiri dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Pemberian skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 2 untuk jawaban tidak
setuju, skor 3 untuk jawaban setuju, skor 4 untuk jawaban sangat setuju pada
47
unfavorable (negatif) (nomor 8,9,10,11). Skor jawaban responden akan
dijumlahkan dengan hasil akhir nilai minimal 12 dan nilai maksimal 48.
sosial keluarga oleh Isnantri (2016). Pengukuran faktor dukungan sosial keluarga
diukur dengan skala likert, dengan pilihan jawaban yaitu dari tidak pernah, jarang,
sering, sangat sering. Setiap pertanyaan dengan jawaban tidak pernah diberi nilai
1 (satu), jarang diberi nilai 2 (dua), sering diberi nilai 3 (tiga), dan sangat sering
diberi nilai 4 (empat). Skor jawaban responden akan dijumlahkan dengan hasil
skala likert, dengan pilihan jawaban dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan
favorable (positif). Skor jawaban responden akan dijumlahkan dengan hasil akhir
7) Kuesioner teknologi
48
meliputi pertanyaan tentang sumber daya yang terdiri dari 4 pertanyaan closed
ended dengan tipe dichotomy questions yaitu jawaban terbatas ya dan tidak.
Setiap pertanyaan jika jawaban “ya” diberi nilai 1 (satu) dan “tidak” diberi nilai 0
(nol). Skor jawaban responden akan dijumlahkan dengan hasil akhir nilai minimal
Uji validitas akan dilakukan dengan nilai valid dan reliabilitas untuk setiap
budaya. Hasil pengukuran uji validitas dan terhadap instrumen yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah valid,sedangkan hasil uji reliabilitas untuk kuesioner
dukungan keluarga reliable dimana nilai R = 0,402. Sementara itu untuk kuesioner
nilai budaya dan gaya hidup hasilnya reliable dimana nilai R = 0.590.
November 2022.
1. Tahap persiapan
akademik FKp.
49
3) Dalam penelitian ini, setelah peneliti mendapat surat ijin dari kampus,
Madura.
Madura.
2. Tahap pelaksanaan
Kuesioner diisi sesuai kondisi yang dialami responden saat ini dengan
50
4.8 Analisa Data
1. Editing
2. Coding
3. Entry Data
komputer.
4. Cleaning
51
5. Uji Statistika/Analisa Data
dan meringkas data ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Nursalam,
maka digunakan uji spearman rho pada aplikasi Software SPSS dengan
apabila p-value > α = 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna
52
4.9 Kerangka Operasional
Populasi
Warga yang belum vaksin sebanyak 560 0rang
Sampel
Menggunakan uji statistik spearman rho (x²) dengan derajat kemaknaan α ≤ 0,05
53
4.10 Etika Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan uji etik penelitian yang di Fkp UNAIR.
1. Rahasia (Privacy)
Responden memiliki hak untuk meminta bahwa data yang diberikan akan
ditentukan oleh peneliti, data akan disimpan oleh peneliti selama 5 tahun
3. Bujukan (Indocement)
pengumpulan data.
54
4.10.2 Beneficence
1. Nilai Sosial
Puskesmas.
2. Nilai Ilmiah
Pada penelitian ini tidak ada perlakuan apapun untuk subyek. Tidak ada
penelitian ini, karena data yang didapat hanya melalui pengisian kuesioner.
3. Manfaat
Subyek atau responden yang terlibat dalam penelitian ini tidak akan
kualitas hidup selain itu dapat menjadi acuan bagi petugas kesehatan
4.10.3 Justice
55
DAFTAR PUSTAKA
Alligood (2015) Nursing theory & their work (8 th ed). The CV Mosby Company
St. Louis. Toronto. Missouri: Mosby Elsevier Inc.
Angeletti, S. et al. (2020) ‘COVID-2019: The role of the nsp2 and nsp3 in its
pathogenesis’, Journal of Medical Virology. doi: 10.1002/jmv.25719.
56
Green LW, Marshall W, K. (1991) ‘Health Promotion Planning An Educational
and Environtmental Approach’. Mayfield Pub. Co, p. 506. doi:
10.1016/j.dsr.2004.07.013.
Lauring, A. S. et al. (no date) ‘Clinical severity of, and effectiveness of mRNA
vaccines against, covid-19 from omicron, delta, and alpha SARS-CoV-2
variants in the United States: prospective observational study on behalf of
the Influenza and Other Viruses in the Acutely Ill (IVY) Network’. doi:
10.1136/bmj-2021-069761.
57
Our World In Data (2021) Cakupan Vaksinasi Covid-19 Indonesia Peringkat
Tujuh di Asia Tenggara | Databoks. Available at:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/10/cakupan-vaksinasi-
covid-19-indonesia-peringkat-tujuh-di-asia-tenggara (Accessed: 17 April
2022).
Rizqy Amelia Zein (2021) 27% penduduk Indonesia masih ragu terhadap vaksin
COVID-19, mengapa penting meyakinkan mereka. Available at:
https://theconversation.com/27-penduduk-indonesia-masih-ragu-terhadap-
vaksin-covid-19-mengapa-penting-meyakinkan-mereka-150172
(Accessed: 17 April 2022).
Sun, K., Chen, J. and Viboud, C. (2020) ‘Early epidemiological analysis of the
coronavirus disease 2019 outbreak based on crowdsourced data: a
population-level observational study’, The Lancet Digital Health. doi:
10.1016/S2589-7500(20)30026-1.
Wright, L. et al. (2022) ‘Do people reduce compliance with COVID-19 guidelines
following vaccination? A longitudinal analysis of matched UK adults’,
Journal of Epidemiology and Community Health, 76(2), pp. 109–115. doi:
10.1136/jech-2021-217179.
58