Menyetujui
Pembimbing
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Tahun 2022
Penguji I Penguji II
Ketua Penguji
i
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN
KTI, 20 Juni 2022
ABSTRAK
Keputihan atau Flour albus adalah cairan yang keluar dari vagina yang
berwarna putih encer atau kental tidak berupa darah. Salah satu penyebab
keputihan adalah pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche, dan
adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut rahim saat ovulasi.
Tujuan peneltian ini adalah mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja
Putri Tentang Keputihan di SMAN 13 Medan Tahun 2022. Jenis penelitian yang di
lakukan adalah penelitian deskrptif. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah
seluruh siswi kelas XI Mia di SMAN 13 Medan sebanyak 188 orang dan yang
menjadi sampel yaitu sebanyak 37 orang. Teknik pengambilan sampel dengan
menggunaan sampel teknik simple random sampling. Pengumpulan data di
lakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data di lakukan dengan mencari
pengetahuan tentang keputihan pada remaja putri.
Hasil penelitian yang di lakukan pada 37 responden di peroleh mayoritas
responden yang mengetahui pengetahuan tentang keputihan pada remaja putri
ialah kategori kurang berjumlah orang 20 orang (51.4%)
Dari hasil penelitian tersebut maka di harapkan pihak sekolah, orang tua,
dan petugas kesehatan sekitar dapat berperan aktif dalam memberikan informasi
mengenai keputihan pada siswi tersebut.
Kata kunci : Pengetahuan, Remaja putri, Keputihan
Daftar Pustaka : 18 Bacaan ( 2017 – 2022 ) MEDAN HEALTH
ii
POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH DEPARTMENT OF
NURSING
SCIENTIFIC WRITING, 2022
ABSTRACT
Whitish or Flour albus is a watery or thick white fluid, not blood, that
comes out of the vagina. One of the causes of vaginal discharge is increased
estrogen levels at menarche and increased production of glands in the cervix
during ovulation.
The purpose of this research is to get a description of the knowledge of
female adolescents about vaginal discharge at State Senior High School No. 13
Medan in 2022. This study is a descriptive study that examined 37 people as a
sample obtained through simple random sampling technique, taken from a
population consisting of all (188) student grade XI at State Senior High School
No. 13 Medan. Research data was collected through a questionnaire. Data
analysis is to measure the knowledge of female adolescents about how to
prevent flour albus.
Through research on 37 respondents, it was found that 20 respondents
knew how to prevent flour albus in female adolescents in the poor category.
Through the results of the study, it is hoped that schools, parents, and
health workers play an active role in providing information about flour albus to
female students.
Keywords : Knowledge, Female Adolescents, flour albus
References : 18 Readings ( 2017 – 2022 )
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan proposal KTI ini dengan judul “GAMBARAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 13
MEDAN TAHUN 2022.” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi D-III Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Medan.
Penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, arahan dan dukungan dalam
penyusunan proposal KTI ini, dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Penulis mengucap terima kasih terutama kepada ibu Nurlama
Siregar, S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan, dan masukkan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan
proposal ini.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan.
2. Ibu Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jurusan Keperawatan RI Medan.
3. Ibu Afniwati, S.Kep NS. M.Kes selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan Politekni
Kesehatan Kemenkes RI Medan.
4. Ibu Yufdel, S.Kep, Ns, M.Kes sebagai Dosen Penguji I dan Dina Indarsita,
SST, M.Kes selaku Dosen Penguji II.
5. Dosen dan seluruh Staf Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan.
6. Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua, ayah saya Sugeng
Widodo dan ibu saya Sulistiani dan teristimewa buat kedua adik saya
Muhammad Dafa Widodo dan Muhammad Dirga Widodo yang telah
memberikan limpahan kasih sayang, motivasi hidup, perhatian, nasehat-
nasehat, dan doa restu yang tiada henti kepada penulis dalam menyelesaikan
pendidikan ini.
7. Terimakasih untuk Sahabat saya Cahya Purwati Sinulingga , Indah Kurnia ,
Bayu Atmaja , Fikri Sulaiman , dan Rahmad Hidayah serta kekasih hati saya
iv
Muhammad Nur Huda. Kalian sudah sangat banyak membantu penulis dalam
bentuk dukungan dan doa. Kalian sudah seperti keluarga kedua untuk penulis.
8. Terimakasih juga untuk teman-teman terdekat Devi Susanti , Romaito Siregar
, dan Muthia Nabila Anshari yang selalu menemani penulis, membantu dan
memberi dukungan serta mencari solusi dalam menyelesaikan proposal ini.
9. Terima kasih kepada teman bimbingan saya yaitu Lidya, Melva Silaban, Dika
Aulia Arifin, dan Sylvia Sandika Putri Br. Meliala yang selalu mendukung
dan mau berduskusi bersama – sama dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
10. Buat teman-teman mahasiswa/i Politeknik Kesehatan Jurusan Keperawatan
Politehnik Kesehatan Kemenkes RI Medan angkatan XXXIII terkhusus kelas lll-
A atas persahabatan dan dukungan yang telah banyak membantu penulis
dalam diskusi maupun sharing pengalamanya selama penulisan, bersama
kalian masa perkuliahan ini menjadi hal yang sangat berarti.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan KTI ini masih banyak kekurangan
dan bahkan jauh dari kata sempurna maka dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak. Harapan penulis
semoga proposal KTI ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan proposal ini.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................................ i
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
ABSTRACT.............................................................................................................iii
1. Pengertian .................................................................................................... 6
1. Pengertian .................................................................................. 9
vi
2. Penyebab Keputihan ................................................................................ 14
3. Gejala Keputihan..................................................................................... 19
E. Definisi Operasional....................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................26
C. Pembahasan ...................................................................................... 36
A. Kesimpulan ........................................................................................ 41
B. Saran .................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keputihan merupakan salah satu beban utama penyakit di negara
berkembang, termasuk infeksi yang disebabkan oleh kombinasi faktor fisiologis
dan patologis. Keputihan atau Flour albus adalah cairan yang keluar dari vagina
yang berwarna putih encer atau kental tidak berupa darah. Salah satu
penyebab keputihan adalah pengaruh estrogen yang meningkat pada saat
menarche, dan adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut
rahim saat ovulasi (Menurut Sibagariang, 2010 dalam nana dan erry, 2018).
Keputihan adalah permasalahan klasik pada kebanyakan kaum wanita.
Ironisnya kebanyakan wanita tidak mengetahui tentang keputihan dan
penyebab keputihan. Banyak wanita di Indonesia yang tidak tahu tentang
keputihan sehingga mereka menggangap keputihan sebagai hal yang umum
dan sepele, di samping itu rasa malu ketika mengalami keputihan kerap
membuat wanita enggan berkonsultasi ke dokter. Jika tidak ditangani dengan
baik, keputihan bisa berakibat fatal, kemandulan dan kehamilan ektopik (hamil
diluar kandungan) bisa menjadi salah satu akibat keputihan. Gejala awal kanker
rahim biasanya dimulai dengan keputihan (Oriza, 2018).
Menurut WHO pada tahun (2018) bahwa sekitar 75% perempuan di dunia
pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidupnya, dan
sebanyak 45% akan mengalami dua kali atau lebih, sedangkan wanita di Eropa
yang mengalami keputihan sebesar 25% (Anggraini, 2018). Penelitian di India
menunjukkan prevalensi tinggi keputihan 95% diantara siswa remaja
perempuan (Prabawati, 2019).
Pada tahun 2013 jumlah wanita di dunia sebanyak 6,7 milyar jiwa dan
yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%, sedangkan Wanita Eropa pada
tahun 2013 sebanyak 739.004.470 jiwa dan yang mengalami keputihan sebesar
25%, dan untuk wanita Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 237.641.326 jiwa
dan yang mengalami keputihan berjumlah 75% . Penelitian di Jawa Timur
jumlah wanita pada tahun 2013 sebanyak 37, 4 juta jiwa menunjukkan 75%
remaja yang mengalami keputihan, di ponorogo jumlah wanita pada 2013
1
sebanyak 855.281 jiwa dan sebanyak 45% biasa mengalami keputihan
(Menurut Novia, 2013 dalam nana dan erry, 2018).
Remaja putri Indonesia dari 23 juta jiwa berusia 15-24 tahun 83% pernah
berhubungan seksual yang artinya remaja berpaluang mengalami PMS yang
merupakan salah satu penyebab keputihan. Penelitian tentang kesehatan
reproduksi menunjukan keputihan adalah gangguan kedua setelah gangguan
haid yang sering terjadi pada remaja. Dari 85% wanita di dunia menderita paling
tidak sekali seumur hidup dari 45% diantaranya bisa mengalami sebanyak 2
kali atau lebih (Maysaroh, 2021).
Kurangnya pengetahuan remaja putri dan informasi yang tepat tentang
kesehatan organ reproduksi dapat menimbulkan kurangnya perhatian terhadap
kesehatan organ reproduksi dalam hal ini mengenai keputihan (Anindya, 2013).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan
seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku dengan tidak
didasari oleh pengetahuan (Menurut Notoatmodjo, 2010 dalam novi, 2017 ).
Menurut survey kesehatan reproduksi remaja (SKRRI) memperlihatkan di
Indonesia bahwa pengetahuan tentang kebersihan alat genetalia penduduk
usia 15-23 sangat rendah yaitu 34%, sedangkan di Sumatera Barat hanya 30%
yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan itu sangatlah
rendah khususnya dalam kesehatan reproduksi (BKKBN, 2016). Data yang di
dapat dari Dinkes provinsi DIY didapatkan angka kejadian kanker serviks
tertinggi di daerah Kabupaten Sleman sebanyak 259 perempuan mengalami
kanker servik, Kota Yogyakarta sebanyak 21 perempuan, dan Bantul sebanyak
7 perempuan (Dinkes DIY, 2014). Keputihan akibat infeksi berulang atau
menahun merupakan gejala awal dari kanker servik (Shadine, 2012). Penyebab
rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi disebabkan oleh
banyak faktor diantaranya kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi
dan menganggap masalah reproduksi hanyalah masalah biasa saja sehingga
kurang di perhatikan salah satu contohnya masalah keputihan (Yovita, 2013
dalam Ezi, 2018).
Sebanyak 90% wanita di Indonesia mengalami keputihan dan sebanyak
60% dialami oleh remaja putri (Prabawati, 2019). Sekitar 90% wanita di
Indonesia berpotensi mengalami keputihan karena Negara Indonesia adalah
2
daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembang yang
mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Gejala keputihan juga dialami oleh
wanita yang belum kawin atau remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu
sekitar 31,8%. Hal ini, menunjukkan remaja lebih berisiko terjadi keputihan
(Azizah dalam Mularsih, 2019).
Dampak dari keputihan yang terlambat atau tidak diobati dapat berakibat
buruk bagi kehidupan seorang wanita, seperti terjadinya infertil, endometritis,
radang panggul, dan salpingitis. Kasus PMS khususnya klamidia terjadi sekitar
6,2% pada remaja usia 15-24 tahun. Selain itu dampak yang ditimbulkan oleh
keputihan patologis bila tidak diobati dengan tuntas akan berakibat buruk pada
kesehatan. Perempuan yang mengalami keputihan akibat infeksi berulang atau
menahun dapat mengalami infertil akibat gangguan pada organ reproduksi dan
juga dapat merupakan tanda dari adanya penyakit lain yang lebih parah seperti
tumor pada organ reproduksi serta merupakan gejala dari kanker leher rahim
yang bisa berujung pada kematian (menurut Shadine, 2012 dalam novi, 2017).
Salah satu cara mengatasi keputihan adalah memakai celana dalam yang
berbahan lembut atau dapat menyerap keringat, karena organ intim wanita
sangat peka terhadap lingkungan, sehingga organ intim wanita membutuhkan
suasana kering. Kondisi lembab dapat mengundang jamur dan bakteri (Iswati,
2010). Wanita yang mengalami keputihan harus menjaga kebersihan organ
genetalia, membasuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang atau
vagina ke anus (Menurut Wati, 2010 dalam nana dan erry, 2018).
Berdasarkan penelitian Novia (2013) Tentang Gambaran Pengetahuaan
Remaja tentang Keputihan di SMP Negeri 1 Jambon Ponorogo terhadap 78
responden, 24 responden (30,7%) memiliki pengetahuan baik, 45 responden
(57,8%) memiliki pengetahuan cukup, dan 9 respondan (11,5%) memiliki
pengetahuan kurang (Novia, 2013).
Dari studi pendahuluan yang di lakukan di SMA N 13 Medan pada hari
jumat, 11 februari 2022 di peroleh jumlah siswa kelas XI Mia ialah 323 yang
terdiri dari laki laki sebanyak 135 orang dan perempuan sebanyak 188 orang.
Hasil wawancara kepada 10 siswi kelas XI mia ialah di dapat kan hasil 2 siswi
mengatakan belum mengetahui pengetauan tentang keputihan, sebanyak 9
siswi mengatakan belum tahu cara penanganan dan pencegahan keputihan,
sebanyak 9 siswi mengatakan belum tahu dampak keputihan dan sebanyak 8
3
belum tahu penyebab keputihan. Dari uraian di atas penulis ingin mengetahui
sejauh mana pengetahuan pada remaja putri mengenai keputihan di SMA N 13
Medan dan setelah penulis meneliti di ketahui bahwa ada beberapa siswi yang
tidak mengetahui tentang keputihan, penanganan dan pencegahan keputhan
serta dampak keputihan.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang gambaran pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMA N 13
Medan Tahun 2022.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah
gambaran pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMA N 13 Medan
Tahun 2022“
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri
tentang keputihan di SMA N 13 Medan Tahun 2022.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang
keputihan berdasarkan sumber informasi.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang
keputihan berdasarkan faktor lingkungan.
c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang
keputihan berdasarkan pekerjaan.
d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang
keputihan berdasarkan suku.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman dalam
menerapkan ilmu keperawatan khususnya dalam menangani keputihan.
4
2. Bagi Institusi
a. Bagi Sma N 13 Medan
Di harapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan pada siswa
Sma N 13 Medan tentang keputihan dengan cara mencegah dan
mengatasi keputihan serta bahaya dari keputihan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih
lanjut mengenai keputihan.
c. Peneliti Selanjutnya
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan serta
pertimbangan untuk melakukan penelitian penelitian selanjutnya khususnya
tentang pengetahuan pada remaja putri mengenai keputihan.
d. Bagi Responden
Menambah pengetahuan tentang pentingnya menjaga kesehatan
reproduksi untuk menurunkan resiko keputihan bagi responden.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
A. Tinjauan Tentang Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba (Notoatmodjo, 2008 dalam ni made 2016). Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Makin tinggi pendidikan dan
pengetahuan kesehatan seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan
serta. Menurut Rogers dalam (Notoatmodjo, 2008 dalam ni made 2016),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru (berprilaku
baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang–nimbang) individu akan mempertimbangkan
baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini
berarti sikap responden sudah baik lagi.
d. Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
6
(Menurut Notoatmodjo, 2010 dalam Ezi 2018) membagi 6 tingkat
pengetahuan. Ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain
kognitif yaitu:
1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi yang
benar.
4. Analisis (analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen, tetapi masih
ada kaitannya satu sama yang lain. Kemampuan analisa dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan bagan,
mengelompokkan, memisahkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang benar. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
7
cara memperoleh kebenaran pengetahuan, (menurut Notoatmodjo 2007
dalam ni made 2016) mengelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Cara Tradisional atau Non ilmiah
1. Cara Coba Salah (Trial and Error)
Apabila seseorang mengalami persoalan, upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba saja. Apabila ada kemungkinan tersebut tidak
berhasil dicoba kemungkinan yang lain.
2. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun
ahlipengetahua.
3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
4. Melalui Jalur Pikir
Dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
b. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Dimana cara ini dikembangkan
oleh Notoatmodjo (2008) dengan pengamatan logis terhadap gejala-gejala
alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatan tersebut
dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum.
8
b. Status sosial
Status sosial juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Dengan status yang berbeda-beda, maka pengetahuan yang diperoleh pun
berbeda-beda. Status seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor penentu derajat pengetahuan, maka kita
akan semakin merasa tertarik untuk memperoleh pengetahuan yang sama
dengan cara bertukar pikiran.
d. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate Impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi
akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
e. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuaanya walaupun tidak melakukan.
4. Penilaian Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang didalam menilai suatu objek yang didasarkan kepada penalaran
secara ilmiah, logis sesuai kaidah-kaidah ilmu pengetahuan. Seseorang dapat
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu : kategori baik bila nilai skor lebih atau
sama dengan 76-100% dari total skor jawaban, kategori cukup bila nilai 56-
75% dan kategori kurang bila nilai skor kurang < 56 (Arikunto,2010 dalam ni
made 2016).
9
ada yang berada di dalam kelompok masyarakat (berbasis masyarakat).
Masalah dan tantangan kesehatan remaja banyak hal yang menarik bila
kita membahas tentang kelompok ini antara lain jumlah populasi yang
cukup besar yaitu 18,3 juta dari total penduduk (> 43 juta), keunikan dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis
maupun sosial dimana mereka memasuki masa yang penuh dengan storm
dan stress yaitu masa pubertas (Kemenkes RI, 2011 dalam Luthfi, 2020).
2. Klasifikasi Remaja
10
Dikatakan remaja madya adalah 16-18 tahun. Pada masa ini mulai tumbuh
dalam arti remaja dorongan untuk hidup kebutuhan akan adanya teman yang
dapat memahami, dan menolongnya, teman yang turut merasakan suka
dukanya. Pada masa ini, sebagai masa ini, sebagai masa mencari sesuatu
yang dipandang dapat bernilai, pantas dijunjung dan dipujapuja sehingga
masa ini masa merindu dan ini merupakan gejala remaja.
11
atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir
menyerupai nanah.
Keputihan (leukorea atau flour albus) adalah cairan yang keluar dari
vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum
tentu bersifaat patologis. Pengertian lain dari leukorea atau flour albus, yaitu:
a. Setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah. Dapat berupa
sekret, transudasi, atau eksudat dari organ atau lesi di saluran
genital.
b. Cairan normal vagina yang berlebih, jadi hanya meliputi sekreasi
dan transudasi yang berlebih, tidak termasuk eksudat.
Sumber cairan ini dapat berasal dari sekreasi vulva, cairan vagina,
sekresi serviks, sekresi uterus, atau sekresi tuba falopii, yang dipengaruhi
fungsi ovarium. Keputihan didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari
vagina. Cairan tersebut bervariasi dalam konsistensi (padat, cair, kental),
dalam warna (jernih, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, berbau).
Keputihan tidak selamanya merupakan penyakit karena ada juga keputihan
yang normal. Oleh sebabitu, keputihan dibagi menjadi dua, yaitu keputihan
normal dan abnormal.
a. Keputihan Normal (Fisiologis)
Keputihan normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah
menstruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stres berat
sedang hamil, atau mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar
berwarna jernih atau kekuningan dan tidak berbau. Selain itu, keputihan
jenis ini juga tidak disertai rasa gatal dan perubahan warna. Keputihat.
semacam ini merupakan sesuatu yang wajar , sehingga tidak diperlukan
tindakan medis tertentu.
b. Keputihan Abnormal (Patologis)
Berbeda dengan keputihan normal, keputihan abnormal bisa
dikategorikan sebagai penyakit. Keputihan jenis ini ditandai dengan
keluarnya lendir dalam jumlah banyak. Selain itu, lendir tersebut ber-
warna putih atau kekuningan dan memiliki bau yang menyengat. Wanita
yang mengalami keputihan abnormal juga terkadan terasa nyeri. Bahkan
rasa nyeri tersebut sering kali dirasakan ketika berhubungan seksual,
daerah vagina mengalami bengkak. Akibatnya, hubungan seksual
12
menjadi terganggu. Jika berkelanjutan, keputihan abnormal bisa saja
menjadi penyebab retaknya rumah tangga. Oleh karena itu, ada baiknya
Anda mengetahui ciri-ciri keputihan abnormal. Berikut adalah ciri-ciri
keputihan abnormal ditinjau dari warna cairannya:
a) Keputihan dengan Cairan Berwarna Kuning atau Keruh
Keputihan yang memiliki warna seperti ini bisa jadi merupakan
tanda adanya infeksi pada gonorhea. Akan tetapi, hal tersebut
harus didukung oleh tanda-tanda lainnya, seperti pendarahan di
luar masa menstruasi dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
b) Keputihan dengan Cairan Berwarna Putih Kekuningan dan Sedikit
Kental Menyerupai Susu
Jika disertai dengan bengkak dan nyeri pada "bibir" vagina, rasa
gatal, serta nyeri ketika berhubungan seksual, keputihan dengan
cairan seperti susu tersebut bisa jadi disebabkan oleh adanya
infeksi jamur pada organ kewanitaan.
c) Keputihan dengan Cairan Berwarna Cokelat atau Disertai Sedikit
Darah
Keputihan semacam ini layak diwaspadai. Sebab, keputihan itu
sering kali terjadi karena masa menstruasi yang tidak teratur.
Apalagi, keputihan tersebut disertai darah serta rasa nyeri pada
panggul.
13
Keputihan semacam ini layak diwaspadai. Sebab, keputihan itu
sering kali terjadi karena masa menstruasi yang tidak teratur.
Apalagi, keputihan tersebut disertai darah serta rasa nyeri pada
panggul.
g) Keputihan dengan Cairan Berwarna Kuning atau Hijau, Berbusa,
dan Berbau Sangat Menyengat
Biasanya, keputihan semacam ini disertai rasa nyeri dan gatal
ketika buang air kecil. Jika seperti itu, sebaiknya Anda segera
memeriksakan diri ke dokter karena ada kemungkinan Anda
terkena infeksi trikomoniasis.
h) Keputihan dengan Cairan Berwarna Pink
Keputihan semacam ini biasanya terjadi pasca melahirkan. Bila
Anda mengalaminya, segen konsultasikan dengan bidan atau
dokter.
2. Penyebab Keputihan
Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Di sini
cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-
kuningan sampai hijau, sering kali lebih kental dan berbau. Radang
vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea
patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Penyebab
utama dari keputihan adalah suatu jenis binatang satu sel yang disebut
Trichomonas vaginalis. Keputihan karena kuman ini akan menimbulkan
cairan putih, sebagian merasa gatal dan panas. Datangnya infeksi
kuman ini bisa datang sendiri, misalnya dari tangan atau celana tanpa
sengaja, atau saling menukar pakaian. Namun menurut penelitian,
sebagian besar Trichomonas menular melalui hubungan seks.
Untungnya, keputihan jenis ini tidak terlalu berbahaya dan mudah
disembuhkan. Penyebab lain yang sering timbul adalah sebangsa
jamur. Beda keputihan jenis ini adalah gatalnya yang luar biasa dan bisa
timbul setiap saat. Penyebab lain dari keputihan adalah bakteri-bakteri
yang banyak sekali jenisnya. Tetapi yang terpenting adalah menular
melalui hubungan seks.
14
(Menurut Hamid Bahari, 2019), keputihan bisa disebabkan oleh
beberapa faktor berikut:
a. Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk kewanitaan
membersihkan organ Biasanya, hal ini dilakukan setelah buang air
kecil ataupun buang air besar.
b. Mengenakan pakaian berbahan sintetis yang ketat, sehingga ruang
yang ada tidak memadai. Akibat nya, timbullah iritasi pada organ
kewanitaan.
c. Sering kali menggunakan WC yang kotor, sehingga memungkinkan
adanya bakteri yang kewanitaan.
d. Jarang mengganti panty liner.
e. Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain,
sehingga kebersihannya tidak terjaga.
f. Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan.
g. Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu arah
basuhan dilakukan dari belakang ke depan.
h. Aktivitas fisik yang sangat melelahkan, sehingga daya than tubuh
melemah.
i. Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi.
j. Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan
yang tidak teratur, atau kurang tidur.
k. Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stres berat.
l. Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ
kewanitaan secara berlebihan, sehingga flora doderleins yang
berguna menjaga tingkat keasaman di dalam terganggu. organ
kewanitaan
m. Kondisi cuaca, khususnya cuaca lembap di daerah tro
n. Sering kali mandi dan berendam di air panas atau hangat. Kondisi
yang hangat justru memberikan peluang yang lebih besar bagi
jamur penyebab keputihan untuk tumbuh dengan subur.
o. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang kotor.
p. Kadar gula darah yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan jamur
penyebab keputihan tumbuh dengan subur.
15
q. Sering kali berganti-ganti pasangan ketika melakukan hubungan
seksual.
r. Kondisi hormon yang tidak seimbang. Misalnya, terjadinya
peningkatan hormon estrogen pada masa pertengahan siklus
menstruasi, saat hamil, atau mendapatkan rangsangan seksual.
s. Sering kali menggaruk organ kewanitaan.
t. Infeksi akibat kondom yang tertinggal di dalam organ kewanitaan
secara tidak sengaja.
u. Infeksi yang disebabkan oleh benang AKDR (alat kontrasepsi
dalam rahim).
Keputihan lain karena bakteri mungkin saja terjadi walaupun
tidak melalui hubungan seks. Karena berbagai perubahan dalam
vagina serta masuknya kuman-kuman baru, maka timbul infeksi
bakteri-bakteri tertentu. Ada wanita yang cebok di WC umum jadi
keputihan. Bisanya bakteri ini juga menimbulkan gejala yang hampir
sama dengan penyakit 35 kelamin, yaitu keputihan berupa
keluarnya nanah dan berbau sangat menyengat. Wanita sebaiknya
tidak terlalu sering dan terlalu lama memakai celana jins ketat dan
tebal. Ditambah dengan udara yang semakin panas, maka udara di
daerah vagina pun menjadi tambah panas. Dari situlah penyakit
keputihan bisa menyerang wanita. Leukorea fisiologik ditemukan
pada:
1. Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; penyebabnya
ialah pengaruh estrogen dari placenta terhadap uterus dan vagina
janin;
2. Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh
estrogen; leukorea di sini hilang sendiri, akan tetapi dapat
menimbulkan keresahan pada orang tuanya;
3. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu
koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding
vagina;
4. Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjaar
serviks uteris menjadi lebih encer;
16
5. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga
bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan
neurosis dan pada wanita dengan ektropion porsionis uter.
(Menurut Ababa 2013 dalam Marwati 2017), penyebab paling sering
dari keputihan tidak normal adalah infeksi. Organ genitalia pada
perempuan yang dapat terkena infeksi adalah vulva, vagina, leher
rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat disebabkan oleh:
a. Bakteri (kuman)
1). Gonococcus
9 Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual, yang
paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki- laki penyakit ini
menyebabkan kencing nanah, sedangkan pada perempuan
menyebabkan keputihan.
2). Chlamydia trachomatis
Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan
lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit gonore.
3). Gardnerella vaginalis
Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih keruh keabu-
abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan
panas pada vagina.
b. Jamur Candida
Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan
vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Gejala
yang timbul sangat bervariasi, tergantung dari berat ringannya infeksi.
Cairan yang keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal
seperti kepala susu atau susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak
berbau dan berbau asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina
meradang disertai maserasi, fisura dan kadang-kadang disertai
papulopustular.
c. Parasit
Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis.
Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh
banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih
17
menyerupai air sabun, dan baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan
air, cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal,
namun vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing.
d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes
Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV
telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan
vulva. Sedangkan virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor
pendamping Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa
terbakar, nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus
tersebut. Pencetus berulangnya penyakit ini adalah stres, aktivitas seks,
sengatan matahari, beberapa jenis makanan, dan kelelahan. Penyebab
lain keputihan selain infeksi (Dalimartha, 2014) antara lain:
1. Benda asing dalam vagina
Benda asing di vagina akan merangsang produksi cairan yang
berlebihan. Pada anak–anak, benda asing dalam vagina berupa biji–
bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa
benda asing dapat berupa tampon, kondom yang tertinggal
didalam akibat lepas saat melakukan senggama, cincin pesarium
yang dipasang pada penderita hernia organ kandungan (prolaps
uteri), atau adanya IUD pada perempuan yang ber-KB spiral.
2. Penyakit organ kandungan
Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan,
misalnya peradangan, tumor ataupun kanker. Tumor, misalnya
papiloma, sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan
tidak berbau.
3. Penyakit menahun atau kelelahan kronis
Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung
lama, perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut,terlalu lama berdiri di
lingkungan yang panas, peranakan turun (prolaps uteri), dan
dorongan seks tidak terpuaskan dapat juga menimbulkan
keputihan.
4. Gangguan keseimbangan hormon
18
Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina,
kehidupan Lactobacilli doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel
epitel skuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina
membentuk barier terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak
mudah terkena infeksi. Hal–hal diatas dapat terjadi karena dalam sel
epitel vagina yang menebal banyak mengandung glikogen.
5. Fistel di vagina
Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan
vagina dengan kandung kemih atau usus, bisa terjadi akibat cacat
bawaan, cedera persalinan, kanker, atau akibat penyinaran pada
pengobatan kanker serviks. Kelainan ini akan menyebabkan
timbulnya cairan di vagina yang bercampur feses atau air kemih.
Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya.
3. Gejala Keputihan
Sesuai dengan faktor penyebabnya, gejala yang timbul akibat keputihan
beraneka ragam. Cairan yang keluar bisa saja sangat banyak, sehingga
harus berkali-kali mengganti celana dalam, bahkan menggunakan pembalut,
namun dapat pula sangat sedikit. Warna cairan yang keluar jugabisa
berbeda-beda, seperti berwarna keputih-putihan (tetapi jernih), keabu-
abuan, kehijauan, atau kekuningan. Tingkatkekentalan cairn tersebut juga
berbeda-beda, mulai dari encer, berbuih, kental, hingga menggumpal seperti
"kepala" susu. Cairan itu dapat pula berbau busuk, meskipun ada juga cairan
keputihan yang tidak berbau. Sebagian penderita keputihan mengeluhkan
rasa gatal pada kemaluan dan lipatan di sekitar paha, rasa panas di "bibir"
vagina, serta rasa nyeri ketika buangair kecil dan berhubungan seksual.
Rasa gatal tersebut bisa jadi terus-menerus atau hanya sesekali, misalnya
pada malam hari. Hal ini diperparah oleh kondisi lembap, karena banyaknya
cairan yang keluar di sekitar paha, sehingga kulit di bagian itu mudah
mengalami lecet. Lecet-lecet tersebut semakin banyak karena garukan yang
dilakukan ketika merasakan gatal. Keputihan juga berpengaruh besar
terhadap kondisi psikologis Anda sebagai penderitanya. Jika keputihan
tersebut berlangsung lama(tidak kunjung sembuh), Anda bisa merasa malu,
sedih, atau rendah diri. Bahkan, kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan
19
yang berlebihan karena takut terkena penyakit kanker. Akibatnya, anda yang
kehilangan rasa percaya diri mulai menarik diri dari pergaulan, sehingga
Anda tidak bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan tenang. Sementara
itu. bagi orang-orang yang sudah berumah tanga, kondisi tersebut sangat
mempengaruhi kehidupan seksual mereka. Boleh jadi, suami tidak lagi
bergairah untuk menggauli istrinya karena adanya bau tidak sedap dari
cairan keputihan atau sakityang seksual dirasakan istrinya ketika
berhubungan (Menurut Hamid Bahari, 2019).
4. Pencegahan keputihan
(Menurut Hamid Bahari, 2019) beberapa tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan agar terhindar dari keputihan:
a. Hindari berganti – ganti pasangan. Kebiasaan hubungan seksual
semacam ini meningkatkan risiko tertular penyakit menular seksual.
b. Jagalah kebersihan alat kelamin. Bersihkan alat kelamin setiap kali mandi
dan sebelum melakukan hubungan seksual. Akan tetapi, perlu diingat
bahwa terlalu sering membilas vagina justru bisa merangsang keluarnya
lebih banyak lendir serviks.
c. Gunakan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan ph di sekitar
vagina. Usahakan memilih produk pembersih yang berbahan dasar susu.
Produk semacam ini sangat baik dalam menjaga keseimbangan pH
vagina. Selain itu, pertumbuhan bakteri "baik" dalam vagina juga semakin
baik. Sedangkan, sebagian besar sabun antiseptik yang banyak beredar
di pasaran justru memiliki sifat yang sangat keras. Bilaslah vagina ke arah
yang benar. Cara membilas vagina yang benar adalah dari depan ke
belakang, khususnya setelah buang air besar. Jika dilakukan sebaliknya,
kemungkinan bear bakteri dan jamur yang ada di sekitar anus akan
masuk kedalam vagina. Akibatnya, vagina mengalami infeksi.
d. Hindari pemakaian bedak pada vagina. Meskipun tujuannya adalah
membuat vagina tetap harum dan kering, cara ini sangat berbahaya.
Sebab, bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip di
sana-sini. Selain itu, bedak juga mudah menggumpal. Akibatnya,
gumpalan - gumpalan tersebut menjadi tempat yang tumbuhnya nyaman
bagi jamur dan bakteri.
20
e. Hindari membilas vagina di toilet umum. Sebagaimana yang sudah
diketahui, sebagian besar toilet umum tidak terlalu terjaga
kebersihannya. Boleh jadi, air yang tersedia telah terkontaminasi oleh
jamur dan bakteri. Kondisi ini tentu saja meningkatkan risiko terkena
infeksi dari jamur dan bakteri tersebut.
f. Keringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam. Hal ini perlu
dilakukan untuk menjaga vagina agar tetap kering. Sebab, kondisi vagina
yang lembap dan basah bisa menjadi tempat bersarang bagi kuman dan
bakteri.
g. Kurangi konsumsi makanan manis. Kebiasaan mengonsumsi makanan
yang manis bisa meningkatkan kadar gula dalam air kencing, khususnya
bagi penderita diabetes mellitus. Akibatnya, bakteri tumbuh subur dan
meningkatkan risiko terinfeksi bakteri itu.
h. Pililah celana dalam yang tidak terlalu ketat dan mudah menyerap
keringat. Celana dalam yang terlalu ketat dapat membuat vagina dan
area di sekitarnya menjadi mudah lembap Condisi ini tentu saja
memudahkan tumbuhnya jamur dan bakteri yang bisa menyebabkan
keputihan.
i. Hindari berganti-ganti celana dalam dengan orang lain. Kebiasaan ini
akan membuat anda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk tertular infeksi
jamur Candida, Trichomonas, ataupun bakteri lain yang bisa
menyebabkan keputihan.
j. Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut cara ini akan membuat
vagina selalu dalam keadaan bersih dan kering. Dengan demikian,
kemungkinan mengalami infeksi semakin kecil.
k. Jika sudah terkena keputihan, gunakan kondom ketika hendak
berhubungan seksual. Hal ini perlu dilakukan agar si penderita, baik laki-
laki ataupun wanita, tidak menularkan penyakit tersebut kepada
pasangannya.
l. Bagi wanita yang sudah memasuki masa menopause, gunakan obat yang
mengandung estrogen.Dengan cara ini, kadar hormon estrogen tetap
seimbang, sehingga. dapat menangkal serangan bakteri "jahat",
m. Bagi orang yang sudah menikah, lakukan pemeriksaan pap smear secara
rutin, seharusnya pemeriksaan semacam ini dilakukan setahunsekali oleh
21
wanita yang sudah menikah. Dengan cara tersebut, keberadaan kanker
serviks segera terdeteksi.
Menurut Dalimartha dan Soedibyo (2014) beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mencegah keputihan antara lain :
a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan mengganti
pakaian dalam dua kali sehari.
b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan
celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari
belakang ke depan.
c. Cara cebok/membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika
terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari dubur
ke alat genitalia dan saluran kencing.
d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang
tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang
berlapis – lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan
kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan
menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam dari
bahan katun atau kaos.
e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena
hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur Candida,
Trichomonas, atau virus yang cukup besar.
22
memang semestinya selalu kering, baik dari keringat maupun air. Jadi,
disarankan apabila selesai buang air kecil kita mengeringkannya dengan tisu
atau handuk bersih dan kering. Hal-hal yang perlu diketahui/diperhatikan :
a. Jagalah kebersihan daerah organ reproduksi untuk mencegah
beberapa penyakit / penyebab keputihan
b. Jangan menggunakan obat-obatan untuk pembilasan vagina
secara rutin dan berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya
flora normal yang ada di vagina yang bertugas melindungi terhadap
kuman dari luar
c. Hindari stress yang berlebihan
d. Pada penderita diabetes usahakan kadar gula yang stabil
e. Segera ke dokter bila keputihan
Untuk mengantisipasi munculnya keputihan, seorang wanita
harus rajin membersihkan daerah vaginanya, dan rajin mengganti
celana dalam minimal tiga kali sehari. Kalau ada tanda-tanda
keputihan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk menghindari
akibat yang lebih parah.
D. Kerangka Konsep
3. Pekerjaan
4. Suku
5.
Variabel Independen
Variabel Independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel dependen, yaitu sumber informasi, faktor lingkungan,
pekerjaan, dan suku.
23
Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas, yaitu pengetahuan remaja putri tentang
keputihan.
E. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Independent
Sumber Segala sesuatu Kuesioner a. Media Nominal
informasi yang diketahui elektronik (tv,
seseorang dalam radio, hp)
bentuk melalui sosial b. Media cetak
media. (najala, tabloid.
Koran)
c. Orang/person
(orang tua dan
guru)
Faktor Faktor sesuatu yang Kuesioner a. Internal Nominal
Lingkungan mempengarhi b. Eksternal
seseorang untuk
memperoleh
pengetahuan
Pekerjaan Suatu kegiatan yang Kuesioner a. Petani Ordinall
memperoleh b. PNS (Pegawai
pemenuhan negri sipil)
kehidupan sehari c. wiraswasta
hari. d. buruh
24
Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Dependen
Pengetahuan Segala sesuatu yang Koesioner a. baik Ordinal
remaja putri diketahui remaja putri responden
tentang tentang keputihan meliputi mampu
keputihan : menjawab
• Definisi (75-100%)
• Gejala b. cukup bila
• Penyebab responden
• Pencegahan mampu
• Perawatan menjawab
(56-75%)
c. kurang bila
responden
mampu
menjawab
(<55%)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
26
teliti . Populasi pada penelitian ini adalah remaja putri kelas XI mia
di SMA N 13 Medan yang berjumlah 188 orang (9 kelas) tahun 2022
2. Sampel
Sampel adalah objek yang di teliti dan di anggap mewakili
seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri
kelas XI mia SMA N 13 Medan. Sampel harus memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
1. Hadir pada saat penlitian
2. Remaja yang sudah mengalami haid
3. Siswi kelas XI Mia SMA N 13 Medan.
4. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1. Tidak hadir pada waktu penelitian
2. Tidak bersedia menjadi responden
Menurut Arikunto, apabila jumlah populasi diketahui maka untuk
pengambilan sampel dapat menggunakan rumus sebagai berikut : (Ari
Kunto)
XI MIA 2 = 24 orang 24
Rumus = 188 x 38 = 4,85
XI MIA 3 = 15 orang 15
Rumus = 188 x 38 = 3,03
XI MIA 4 = 17 orang 17
Rumus = 188 x 38 = 3,43
XI MIA 5 = 23 orang 23
Rumus = 188 x 38 = 4,64
27
XI MIA 6 = 22 orang 22
Rumus = 188 x 38 = 4,44
XI MIA 7 = 21 orang 21
Rumus = 188 x 38 = 4,24
XI MIA 8 = 20 orang 20
Rumus = 188 x 38 = 4,04
XI MIA 9 = 20 orang 20
Rumus = 188 x 38 = 4,04
Adapun teknik pengambilan sampel yang diambil oleh peneliti pada setiap
kelas iala dengan menggunakan teknik simpel random sampling. Cara
pengambilan secara simpel random sampling dengan menggunakan undian
yang di ambil dari nomor absen siswa remja putri kelas XI mia di SMA N 13
Medan.
28
2. Aspek Pengukuran
Menurut arikunto (2016) :
29
kuisioner.
f. Sebelum mengisi kuisioner responden diberi penjelasan mengenai
cara pengisian kuisioner.
g. Respon dan disuruh mengisi kuisioner sampai selesai dan kuisioner
di kumpulkan saatitu juga kepada peneliti. Setelah kuisioner
dikumpulkan data diolah dan dianalisa.
F. Pengolahan Data
1. Koding yaitu memberikan kode pada setiap kuisioner yang telah diisi.
2. Editing adalah mengoreksi kembali data sehingga tidak terjadi
kesalahan baik dalam penempatan dan penjumlahan.
G. Analisa Data
Data yang terkumpul melalui kuisioner, kemudian diolah dengan
menggunakan formula statistik deskriptif untuk mendapat hasil dari
observasi yang diteliti maka digunakan rumus :
𝑓
P= x 100%
𝑛
Keterangan :
P = Presentasi
F = Frekuensi yang di amati
N = Jumlah responden yang menjadi sample
30
1. Pengetahuan “Baik” jika responden dapat menjawab petanyaan dengan
benar 76% - 100% dari benar 16 – 20 soal.
BAB IV
B. Hasil Penelitian
Tabel 4.1
31
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan
di SMAN 13 Medan Tahun 2022
No Pengetahuan F %
1 Baik 3 8.1
2 Cukup 14 37.8
3 Kurang 20 54.1
Total 37 100
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Remaja Putri Tentang Keputihan
Di SMAN 13 Medan Tahun 2022
No Sumber Informasi F %
1 Media elektronik 18 48.7
2 Media Cetak 8 21.6
3 Media Person 11 29.7
Total 37 100
Tabel 4.3
32
Distribusi Frekuensi Faktor Lingkungan Remaja Putri Tentang Keputihan
Di SMAN 13 Medan Tahun 2022
No Faktor Lingkungan F %
1 Internal 15 40.5
2 Eksternal 22 59.5
Total 37 100
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Status Sosial Remaja Putri Tentang Keputihan
Di SMAN 13 Medan Tahun 2022
No Pekerjaan F %
1 Petani 1 2.7
2 PNS 12 32.4
3 Wiraswasta 23 62.2
4 Buruh 1 2.7
Total 37 100
Tabel 4.5
33
Distribusi Frekuensi Suku Remaja Putri Tentang Keputihan
Di SMAN 13 Medan Tahun 2022
No Suku F %
1 Suku Jawa 17 46.0
2 Suku Batak 14 37.8
3 Suku Aceh 5 13.5
4 Suku Minang 1 2.7
Total 37 100
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Pengtahuan Remaja Putri Tentang Keputihan
Berdasarkan Sumber Informasi di SMAN 13 Medan Tahun 2022
34
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan
Berdasarkan Faktor Lingkungan di SMAN 13 Medan Tahun 2022
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Remaja Putri Tentang Keputihan
Berdasarkan Status Sosial di SMAN 13 Medan Tahun 2022
Pekerjaan Pengetahuan
No Baik Cukup Kurang Total
F % F % F % F %
1 Petani 0.0 0.0 1 2.7 0.0 0.0 1 2.7
2 PNS 3 8.1 3 8.1 6 16.2 12 32.4
3 Wiraswasta 0.0 0.0 10 27.0 13 35.1 23 62.1
4 Buruh 0.0 0.0 0.0 0.0 1 2.7 1 2.7
Total 3 8.1 14 37.8 20 54.1 37 100
Tabel 4.9
35
Distribusi Frekuensi Suku Remaja Putri Tentang Keputihan Berdasarkan
Sosial Budaya di SMAN 13 Medan Tahun 2022
Suku Pengetahuan
No Baik Cukup Kurang Total
F % F % F % F %
1 Suku Jawa 0 0.0 8 21.6 9 24.3 17
45.9
2 Suku Batak 3 8.1 2 5.4 9 24.3 14 37.8
3 Suku Aceh 0.0 0.0 3 8.1 2 5.4 5 13.5
4 Suku Minang 0.0 0.0 1 2.7 0.0 0.0 1 2.7
Total 3 8.1 14 37.8 20 54.1 37 100
C. Pembahasan
36
pengetahuan yang cukup dan baik. Keadaan ini menjelaskan bahwa
masih ada remaja putri yang tidak mengetahui tentang keputihan.
37
2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Keputihan Berdasarkan Faktor Lingkungan di SMAN 13 Medan
Faktor pendukung lain pada penelitian ini adalah faktor lingkungan
dimana hasilnya dapat di lihat di tabel 3, di ketahui bahwa mayoritas
responden yang faktor lingkungan nya di pengaruhi faktor eksternal
sebanyak 22 orang (59,5%) dan minoritas faktor lingkungan yang di
pengaruhi faktor internal sebanyak 15 orang (40,5).
Dari hasil penelitian pada tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa
responden yang pengetahuannya baik mayoritas memiliki faktor
lingkungan yang di pengaruhi faktor eksternal sebanyak 3 orang (8,1%).
sehingga dapat diketahui ternyata faktor lingkungan yang
pengetahuannya di pengaruhi faktor eksternal lebih kaya pengetahuan
dan lebih baik dalam mendapatkan informasi tentang keputihan. Menurut
asumsi faktor lingkungan yang di pengaruhi oleh faktor eksternal lebih
banyak mendapatkan informasi di karenakan banyaknya pergaulan dan
lokasi tempat tinggal yang memungkinkan banyaknya pengetahuan
tentang keputihan yang di terima oleh siswi sehingga pengetahuan yang
di pengaruhi oleh faktor eksternal memiliki peran penting untuk
memperoleh pengetahuan tentang keputihan sedangkan faktor
lingkungan yang di pengaruhi oleh faktor internal merupakan faktor yang
terdapat di dalam diri seseorang seperti pengalaman hal ini
memungkinkan pengetahuan berdasarkan faktor internal kurang memacu
dalam meningkatkan pengetahuan remaja putri.
Hal ini sejalan dengan sudigdo 2008, lingkungan merupakan faktor
penentu derajat pengetahuan, maka kita akan semakin merasa tertarik
untuk memperoleh pengetahuan yang sama dengan cara bertukar
pikiran. Sejalan dengan jurnal ke lima Komariyah, dkk (2015). Hasil
penelitian menunjukkan menunjukkan Tingkat pengetahuan responden
tentang keputihan sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang yaitu
sebanyak 30 responden (41,1%), sedangkan responden yang
berpengetahuan cukup sebanyak 28 responden (38,4%) dan responden
mempunyai pengetahuan baik sebanyak 15 responden (20,5%). Hal ini di
sebabkan bahwa status ekonomi mempengaruhi tingkat pengetahuan.
(Siti Komariyah, dkk 2015; Notoadmojo, 2010)
38
3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Keputihan Berdasarkan Pekerjaan di SMAN 13 Medan
Faktor pendukung yang ketiga pada penelitian ini adalah status
sosial dimana hasilnya dapat dilihat di tabel 4, di ketahui bahwa
mayoritas responden yang orang tuanya yang memiliki pekerjaan
sebagai wiraswasta sebanyak 23 orang (62,2%) dan minoritas
responden yang orang tuanya yang memiliki pekerjaan sebagai petani
sebanyak 1 (2,7%) dan buruh sebanyak 1 orang (2,7%).
Dan hasil penelitian pada tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa
mayoritas anak yang orang tua nya memiliki pekerjana sebagai PNS
berpengetahuan baik sebanyak 3 orang (8,1%). Menurut asumsi orang
tuanya yang memiliki pekerja sebagai PNS akan mempunyai
pengetahuan yang lebih baik dari pada yang orang tuanya memiliki
pekerjaan sebagai wiraswasta di karenakan pendidikan yang lebih tinggi
sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang sehingga dapat
memberikan pengetahuan kepada sang anak.
Hal ini sejalan dengan tingkat ekonomi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan. Seseorang dengan tingkat
status rendah akan mengalami kendala untuk mendapatkan informasi,
terutama sumber informasi yang berbayar (Fahmi, 2012). Sejalan
dengan jurnal ke lima Komariyah, dkk (2015). Hasil penelitian
menunjukkan menunjukkan Tingkat pengetahuan responden tentang
keputihan sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup yaitu
sebanyak 30 responden (41,1%), sedangkan responden yang
berpengetahuan kurang sebanyak 28 responden (38,4%) dan
responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 15 responden
(20,5%). Hal ini di sebabkan bahwa status ekonomi mempengaruhi
tingkat pengetahuan.
39
Dan faktor pendukung terakhir yang mendukung penelitian ini
adalah faktor suku di mana hasil nya dapat dilihat di tabel 5 di ketahui
bahwa mayoritas responden yang bersuku jawa sebanyak 17 orang
(46,0%) dan minoritas responden yang bersuku minang sebanyak 1
orang (2,7%).
Dan terakhir hasil penelitian pada tabel 5, di atas dapat dilihat
bahwa mayoritas anak yang bersuku batak pengetahuannya baik
sebanyak 3 orang (8.1%). Menurut asumsi anak yang orang tuanya
bersuku batak sangat tegas dalam mendidik anaknya dalam
pengetahuan sedangkan orang tuanya yang bersuku jawa mayoritasnya
orang tuanya sangat memanjakan anaknya sehingga sang anak lalai
serta kurang peduli tentang bahaya keputihan sehingga kurang
mengetahui tentang keputihan. Adat istiadat atau suku yang dilakukan
orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau
buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuaanya
walaupun tidak melakukan.
Berdasarkan penelitian Gyta Hardianti (2020) Tentang Gambaran
Tingkat Pengetahuaan Remaja tentang Keputihan . Hasil penelitian dari
gambaran pengetahuan bahwa tingkat pengetahuan bahwa tingkat
pengetahuan siswi tentang keputihan paling banyak berpengetahuan
kurang 48 responden (74,9%), berpengetahuan cukup 11 responden
(17,2%), dan hanya sedikit yang berpengetahuan baik sebanyak 5
responden (7,9%).
Dari penelitian yang dilakukan di SMAN 13 Medan pada hari jumat,
3 juni 2022 – 4 juni 2022 di peroleh jumlah siswi kelas XI Mia ialah 37
orang siswi . Hasil penelitian kepada 37 siswi di kelas XI Mia SMAN 13
Medan ialah di dapatkan mayoritas pengetahuan kurang sebanyak 20
orang (54.1%), dan minoritas pengetahuan baik sebanyak 3 orang
(8.1%). Dari uraian di atas di peroleh pengetahuan remaja putri tentang
keputihan di SMAN 13 Medan tergolong kategori kurang berjumlah 20
orang (54.1%) tetapi masih di temukan adanya pengetahuan yang
cukup sebanyak 14 (37.8%) dan baik sebanyak 3 orang (8.1%).
Keadaan ini menjelaskan bahwa masih ada remaja putri yang tidak
mengetahui tentang keputihan di SMAN 13 Medan di karenakan
40
kurangnya pengetahuan berdasarkan sumber informasi , hal ini sejalan
dengan jurnal keenam Zuriati muhammad, dkk (2019). Hasil penelitian
menunjukan dari 34 responden menunjukkan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan cukup 14 responden kurang sebanyak 7 dan
kategori baik sebanyak 7, yang artinya sumber informsi sangat
mepengaruhi pengetahuan seseorang karena ada berbagai macam
sumber pengetahuan diantaranya media massa mudahnya informasi
yang baik dari media cetak maupun elektronik saat ini sangat
mendukung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini yang dilakukan tentang keputihan remaja putri
tentang keputihan di SMAN 13 Medan Tahun 2022 di tarik kesimpulan sebagai
berikut:
41
orang (48.7%) dan minoritas responden yang mengetahui pengetahuan
keputihan berdasarkan media cetak sebanyak 8 orang (21.6%).
3. Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden, diketahui bahwa
mayoritas responden yang mengetahui pengetahuan melalui faktor
lingkungan yang eksternal sebanyak 22 orang (59.5%) dan minoritas
responden yang mengetahui pengetahuan melalui faktor lingkuran yang
internal 15 orang (40.5%).
4. Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden, diketahui bahwa
mayoritas responden yang mengetahui pengetahuan tentang keputihan
melalui status sosial yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta
sebanyak 23 orang (62.2%) dan minoritas responden yang mengetahui
pengetahuan tentang keputihan melalui status sosial yang orang tuanya
bekerja sebagai buruh sebanyak 1 orang (2.7%) dan petani sebanyak 1
orang (2.7%)
B. Saran
1. Bagi SMAN 13 Medan
Berdasarkan pihak sekolah SMAN13 Medan hendaknya meningkatkan
pengetahuan siswi dengan memberikan informasi tentang keputihan
bagi remaja putri misalnya melalui majalah dinding (mading) ,buku-
bukuan , atau majalah kesehatan , dll. Dan diharapkan bagi UKS/PMI
SMAN 13 Medan agar mengaktifkan program KKR agar menambah
pengetahuan remaja putri tentang keputihan.
2. Bagi siswi SMAN 13 Medan yang kurang paham tentang
keputihan
42
Diharapkan agar siswi dapat menambah wawasan mereka melalui
media elektronik, cetak, ataupun orang di sekitar mereka khususnya
mengenal tentang bahaya keputihan.
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai sebagai bahan referensi
untuk melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan
43
DAFTAR PUSTAKA
Bahari, Hamid. 2019. Cara Mudah Atasi Keputihan, Yogyakarta: Buku Biru
Banaa, Ni Made Seken Jati. 2016. Studi Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Keputihan (Leukorea) Di SMPN 10 Kendari
Barokah, Novi Nur Anggarini dan Liberty. 2017. Gambaran Tingkat Pengetahuan
Tentang Keputihan Pada Remaja Putri Kelas X SMA Negeri Godean
Kabupaten Sleman Yogyakarta Tahun 2017
Darmala, Ezi. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dengan
Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 4 Kuranji
Kecamatan Guguak, Kabupaten 50 Kota Tahun 2018
Inayah Sari, Jelita. 2017. Gambaran pengetahuan remaja putri tentang keputihan
program study pendidikan dokter fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan uin
alauddin makassar
Komariyah, Siti dkk. 2018 Gambaran pengetahuan remaja putri tentang keputihan
di kelas XI smk negeri 1 kota tegal
Maria, Fitria Melina dan Nensi. 2021. Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja
Putri Tentang Keputihan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta
( )
Lampiran 6
KUESIONER
Petunjuk Responden
1. Bacalah pertanyaan berikut dengan baik kemudian pilihlah salah satu jawaban
yang tersedia dengan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang anda
pilih.
2. Jika anda ingin memperbaiki jawaban, coretlah yang salah (=) dan ganti dengan
jawaban yang anda anggap benar.
3. Beri tanda check list pada kolom yang di sediakan sesuai dengan pendapat
anda.
4. Untuk mendapat data yang akurat, kami mohon saudara untuk mengisi
kuisioner ini dengan jawaban yang paling cocok, dalam hal ini tidak ada
jawaban yang salah serta mempengaruhi apapum. Oleh karena itu jangan ragu
– ragu dalam menjawab dengan jujur, karna saudara sangan membantu dalam
penelitian ini.
5. Istilah pertanyaan pada lembar jawaban dengan jujur seperti yang anda alami.
Data Umum
Nama :
Nomor Responden:
Usia:
Kelas:
Pendidikan:
1. Jika anda pernah mendengar informasi mengenai keputihan , dari manakah
anda mendapatkan informasi tersebut
Media Elektronik
( ) TV
( ) Radio
( ) Internet
( ) Hp
Media Cetak
( ) Majalah
( ) Tabloid
( ) Koran
Orang / Person
( ) Orang Tua
Internal
Eksternal
Petani
PNS
Wiraswasta
Buruh
Adat Istiadat
( ) Suku batak
( ) Suku aceh
PENGETAHUAN
b. Cairan atau lendir yang keluar dari vagina yang berwarna putih sampe
kehijauan
d. Cairan yang keluar dari vagina berupa darah yang terjadi setelah haid
b. Ketidakseimbangan hormon
c. Ketidakseimbangan Gizi
d. Ketidakseimbangan imun
a. Keputihan Fisiologis
b. Keputihan Patologis
c. Keputihan Anatomi
d. Keputihan etiologi
a. Menggunakan NaCl
b. Menggunakan alcohol
c. Berbahan ketat
d. Berbahan sintetis
10. Berikut ini bahan yang bisa digunakan untuk mengobati keputihan adalah…
a. Daun mangga
b. Daun sirih
c. Daun ubi
d. Daun pisang
4. Rasa Gatal
5. Rasa Panas
13. Dibawah ini yang termasuk kegiatan yang dapat mencegah keputihan adalah?
a. Menggunakan WC yang bersih
a. Infeksi vagina
b. Keganasan reproduksi
d. Menjelang haid
a. Gonokokus
b. Tigomonas vaginalis
c. Candida albicans
d. Virus HPV
d. Mengonsumsi calsim
19. Berikut ini merupakan obat – obatan yang biasa digunakan untuk mengatasi
keputihan, kecuali ?
Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid baik 76%-100% 3 8.1 8.1 8.1
cukup 56%-75% 14 37.8 37.8 45.9
>55% 20 54.1 54.1 100.0
Total 37 100.0 100.0
Sumber informasi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid media 18 48.6 48.6 48.6
elektronik
media cetak 8 21.6 21.6 70.3
media person 11 29.7 29.7 100.0
Total 37 100.0 100.0
Faktor lingkungan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Internal 15 40.5 40.5 40.5
Eksternal 22 59.5 59.5 100.0
Total 37 100.0 100.0
Status social
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Petani 1 2.7 2.7 2.7
Pns 12 32.4 32.4 35.1
Wiraswasta 23 62.2 62.2 97.3
Buruh 1 2.7 2.7 100.0
Total 37 100.0 100.0
Social budaya
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid suku jawa 17 45.9 45.9 45.9
suku batak 14 37.8 37.8 83.8
suku aceh 5 13.5 13.5 97.3
suku minang 1 2.7 2.7 100.0
Total 37 100.0 100.0
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
DATA PRIBADI
Nama : Dhea Anggraini Widodo
Tempat/Tanggal Lahir : Persatuan, 12 November 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Persatuan, Kec. Pulau Rakyat, Kab.
Asahan
Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2005 - 2007 : TK Tunas Buana Afd IV
Tahun 2007 - 2013 : SDN 013827 Persatuan
Tahun 2013 - 2016 : SMPN 1 Pulau Rakyat
Tahun 2016 - 2019 : SMAN 1 Pulau Rakyat
Tahun 2019 - 2022 : Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan
Keperawatan