Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KARAKTERISTIK


PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM MENCEGAH ULKUS KAKI
DIABETIK DI PUSKESMAS TIGALINGGA

OLEH :

SINUR LAMPITA HASIBUAN

NIM.P07520119146

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2022
PROPOSAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KARAKTERISTIK


PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM MENCEGAH ULKUS KAKI
DIABETIK DI PUSKESMAS TIGALINGGA

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III


Keperawatan

OLEH :

SINUR LAMPITA HASIBUAN

NIM.P07520119146

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN


KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM
MENCEGAH ULKUS KAKI DIABETIK DI PUSKESMAS
TIGALINGGA
NAMA : SINUR LAMPITA HASIBUAN
NIM : P07520119146

Telah diterima dan disetujui untuk di uji dihadapan Penguji

Medan, 2022

Menyetujui

Pembimbing

(Risma D. Manurung, S.Kep., Ns., M.Biomed)


NIP.196908111993032001

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Hj. Johani Dewita Nasution, SKM., M,Kes)


Nip.196505121999032001

i
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL :GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN
KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS
DALAM MENCEGAH ULKUS KAKI DIABETIK DI
PUSKESMAS TIGALINGGA
NAMA : SINUR LAMPITA HASIBUAN
NIM : P07520119146

Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan 2022.

Menyetujui

Penguji I Penguji II

(Solihuddin Harahap, S. Kep, Ns, M.Kep (Suryani Ginting, S.Kep, Ns


M.Kep)
NIP.197407151998032002 NIP. 196810211984032005

Ketua Penguji

(Risma D. Manurung, S.Kep,Ns,M.Biomed)


NIP. 196908111993032001

Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes)


NIP.196505121999032001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan kesehatan kepada penulis untuk menyelesaikan
Proposal ini yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan
Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Dalam Mencegah Ulkus Kaki
Diabetik di Puskesmas Tigalingga Tahun 2022’’.

Selama proses pembuatan Proposal ini penulis banyak mendapat


dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin berterimakasih terutama kepada Ibu Risma D. Manurung,
S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen Pembimbing utama saya yang telah
banyak meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing
penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai.

Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan


memberi dorongan kepada penulis didalam penyusunan Proposal,
Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Medan.

2. Ibu Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan


Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.

3. Bapak Solihudin Harahap, S.kep, Ns, M.kes, selaku Sekretaris Jurusan


Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.

4. Ibu Afni Wati, S.Kep, M.Kes, selaku kepala program studi D-III Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.

5. Ibu Lestari S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing Akademik yang
telah memberikan motivasi dan semangat penulis dalam penulisan
Proposal.

6. Bapak Solihudin Harahap, S.Kep, Ns, M.kes, selaku dosen penguji 1


dan Ibu Suryani Ginting S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji 2.

i
7. Para dosen atau seluruh staf Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan.

8. Kedua Orang Tua A. Hasibuan dan L. Br. Pardede, yang telah


memberikan kasih sayang, semangat, masukan, motivasi untuk
meyelesaikan Proposal ini.

Medan 23 Februari 2022

Penulis

(SINUR LAMPITA HASIBUAN)

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................... 7
BAB I PENDAHULUAN...............................................Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang...................................................................................................7
B. Perumusan Masalah..........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................9
1. Tujuan Umum................................................................................................9
2. Tujuan Khusus..............................................................................................9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pengetahuan....................................................................................11
2.1.1 Pengertian Pengetahuan..........................................................................11
2.1.2 Tingkat Pengetahuan...............................................................................11
2.1.3 Kriteria Tingkat Pengetahuan...................................................................12
2.1.4 Faktor - faktor Mempengaruhi..................................................................13
2.2 Konsep Diabetes Melitus...............................................................................13
2.2.1 Defenisi....................................................................................................13
2.2.2 Gejala dan Tanda Awal............................................................................14
2.2.3 Etiologi.....................................................................................................15
2.2.4 Komplikasi................................................................................................16
2.2.5 Komplikasi DM Berdasarkan Tipe............................................................17
2.3. Ulkus Kaki Diabetikum....................................................................................19
2.3.1 Defenisi Ulkus Kaki Diabetikum.................................................................19
2.3.2 Etiologi Ulkus Diabetikum pada DM..........................................................19

2.3.3 Dampak Ulkus Kaki Diabetikum pada DM.................................................20

2.3.4 Tanda dan Gejala......................................................................................23

2.3.5 Faktor Resiko............................................................................................23

iv
2.3.6 Pencegahan..............................................................................................25

2.4 Kerangka Konsep............................................................................................27

2.5 Defenisi Operasional.......................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Desain Penelitian............................................................................29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................29
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.....................................................................29
3.4.Jenis dan Cara Pengumpulan Data................................................................29
3.5 Pengelolaan Data dan Analisa Data..............................................................30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang


ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
kekurangan hormon insulin secara relative maupun obsulate dan bila
dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun
komplikasi vaskuler jangka panjang, baik makroanglopati (Karota and
Sitepu, 2020).

Penyakit diabetes melitus menjadi salah satu ancaman kesehatan


global dengan jumlah penderita yang bertambah setiap tahunnya.
Peningkatan jumlah DM di dunnia semakin tinggi dikarenakan faktor gaya
hidup dan diet yang tidak baik. Angka kematian akibat Diabetes Melitus
yang tinggi menjadikannya peringkat ke 8 penyakit mematikan di negara
maju (WHO, 2016). Menurut data WHO memprediksi kenaikan jumlah
Diabetes Melitus di Indonesia dari 8,4 juta di tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030.

Pencapaian keberhasilan dalam penatalaksanaan diabetes melitus ,


diperlukan kepatuhan yang cukup baik dari penderita diabetes melitus itu
sendiri. Kepatuhan perawatan kaki pasien diabetes melitus merupakan
perilaku meyakini dan menjalankan rekomendasi perawatan kaki diabetes
melitus yang diberikan oleh petugas Kesehatan (Hernandez-Tejada et
al.,2012). Hasil penelitian menyatakan bahwa pasien yang patuh
melakukan perawatan kaki, beresiko mengalami ulkus kaki diabetik sangat
kecil. Tingkat pengetahuan pesien diabetes melitus dalam terapi
pengobatan dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh pasien
(Puspitasari et al.,2021). Salah satu hambatan bagi pasien dalam
melaksanakan perawatan kaki adalah karena kurangnya pengetahuan

1
tentang perawatan kaki. Pengetahuan yang dimiliki oleh penderita
diabetes melitus khususnya tentang penanganan komplikasi penyakit
diabetes melitus sangatlah dibutuhkan, dengan pengetahuan yang baik
dan cukup maka penderita dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi.
Tingginya kadar gula darah dan ketidakpatuhan responden dalam
merawat kaki menjadi salah satu faktor terjadinya ulkus kaki diabetik

Ulkus diabetikum atau luka diabetes menjadi masalah serius bagi


penderita Diabetes Melitus dengan resiko merupakan poin penting untuk
mencegah ulkus diabetikum (Rohmah, 2019). Pengetahuan tersebut
sangat berperan dalam menentukan perilaku penderita dalam mencegah
ulkus diabetikum (Permadani, 2017). Salah satu hal yang perlu ditekankan
pada penderita Diabetes Melitus dalam mencegah ulkus diabetikum
adalah perawatan kaki yang tepat (Srimiyati, 2018). Dengan dibekali
pengetahuan yang memadai, seharusnya mereka dapat mencegah ulkus
diabetikum dengan baik (Rohmah, 2019).

Deteksi dini merupakan tahap awal dalam mencegah komplikasi


diabetes mellitus (Khairani, 2017). Diabetes mellitus membutuhkan
perawatan rutin serta pengawasan yang ketat untuk mencegah munculnya
komplikasi seperti ulkus diabetikum (Masniari, 2018). Perawatan kaki
merupakan salah satu bentuk preventif terjadinya ulkus diabetikum
(Hudiyawati & Rizki, 2018). Perawat dapat memberi edukasi tentang
pemeriksaan kaki setiap hari, membersihkan dan memotong area kuku
kaki, menggunakan lotion atau pelembab pada kulit kering, serta memilih
sepatu atau sandal dengan ukuran yang sesuai (Ngadiluwih, 2018).
Tingkat keberhasilan perawatan kaki juga ditunjang oleh beberapa hal,
diantaranya yaitu pengobatan, kepatuhan diet, aktivitas fisik, dan
memantau kadar gula darah secara rutin (Hidayat & Nurhayati, 2014). Dari
uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul gambaran
tingkat pengetahan tentang pencegahan luka pada penderita DM di desa
Tegalharjo tahun 2020.

2
Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi dengan
prevalensi penderita diabetes melitus tertinggi di Indonesia dengan yaitu
sebesar sebesar 2,0 yang diagnosa berdasarkan gejala (Riskedas, 2018).
Kabupaten dairi merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera
Utara yang terdiri dari 15 kabupaten dimana pada tahun 2017 ada
sebanyak 63 kasus penderita diabetes melitus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah maka


rumusan masalah penelitian ini adalah ‘’Untuk mengetahui gambaran
tingkat pengetahuan dan karakteristik penderita DM dalam mencegahan
ulkus kaki diabetik di Puskesmas Tigalingga.

C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran


tingkat pengetahuan dan karakteristik penderita DM dalam
mencegahan ulkus kaki diabetik di Puskesmas Tigalingga .

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan karakteristik


penderita Diabetes Melitus dalam mencegahan ulkus kaki diabetik
di Puskesmas Tigalingga.

b. Untuk mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan


kategori umur.

c. Untuk mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan


kategori pendidikan.

d. Untuk mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan


kategori pekerjaan.

3
e. Untuk mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin.

f. Untuk mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan


lamanya menderita DM.

D. Manfaat Penelitian

1 .Bagi Peneliti

Mendapatkan informasi dan menambah wawasan serta pengetahuan


bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

2.Bagi Pasien Diabetes Melitus

Pasien dapat mengetahui cara mencegah ulkus kaki diabetik pada


penderita diabetes melitus.

3.Bagi Puskesmas

Memberikan informasi dan masukan bagi Puskesmas untuk mengetahui


cara mencegah ulkus kaki diabetik pada penderita diabetes melitus.

4 .Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan memberi masukan dan tambahan yang


bermanfaat bagi ekademik dan sebagagai bahan referensi di institusi
kesehatan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari ‘’tahu’’ dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, penginderaan,
penciuman, dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai
mengahsilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi persepsi
terhadap obyek sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh terhadap
obyek. Pengetahuan seseorang sebagian besar di peroleh melalui mata,
dan telinga (Wawan and Dewi 2016).

2.1.2.Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang atau kognitif merupakan dominan yang


sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman.
Pengatahuan yang cukub didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
yaitu:

a .Tahu (know)

Tahu (know) adalah proses pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnnya.

b . Memahami (comprebe nsiaon)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan benar tentang


obyek yang diketahui dan bisa meninterprestasikan secara benar.

c . Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk mengundang materi yang sudah


dipelajari pada kondisi yang sebenarnya.

5
d . Analisis (anlysis)

Analisis adalah kemampuan sesorang untuk menjabarkan dan


memisahkan, kemudian mecari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu objek.

e . Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari


formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukkan suatu
kemampuan seseorang untuk merngkum atau meletakkan dalam suatu
hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang
dimiliki.

f . Evaluasi (evaluation)

Yaitu suatu kemampuan seseorang yang melakukan penilaian terhadap


suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma
yang berlaku di masyarakat.

2.1.3.Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Skinner dalam Budiman dan Riyanto (2014),jika


seseorangmampu menjawab materi secara lisan ataupun tulisan, maka
sesorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban
yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan. Pengukuran dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi
yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Menurut Arikunto
dalam Budiman dan Riyanto (2014), kategori tingkat pengetahuan
seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai presentase
sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya >75%

b. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilaiya 56-75%

c. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 56%

6
2.1.4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a.Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian


dan kemampuan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan pendidikan seseorang, makin mudah orang untuk menerima
informasi. Semakin banyak Informasi semakin banyak semakin banyak
juga penggetahuan yang didapat tentang kesehatan.

b.Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang


semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.

c.Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk


memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari. Pekerja atau karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain
atau institusi, kantor, perusahaan dengan menerima upah atau gaji baik
berupa uang maupun barang.

2.2. Konsep Diabetes Melitus

2.2.1 Defenisi

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik


dengan karakteristik gula darah melebihi nilai normal. Diabetes adalah
penyakit dimana tubuh penderita tidak bisa secara otomatis
mengendalikan tingkat gula dalam darah. Pada tubuh yang sehat
pancreas melepas hormone insulin yang bertugas mengangkut gula
melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untukmemasok energi.
Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang
cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif,

7
sehingga terjadilah kelebihan gula didalam darah. Kelebihan gula yang
kronis didalam darah ini menjadi racun didalam tubuh (Wimasari, 2019).

2.2.2 Gejala Dan Tanda-Tanda Awal

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya sering kali tidak


dirasakan oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu
mendapatkan perhatian (Wirnasari, 2019).

1. Keluhan Fisik

a . Penurunan berat badan dan rasa lemah ; Penurunan berat badan


yang berlangsung dalam waktu yang relative singkat harus menimbulkan
kecurigaan. Rasa lemah yang menyebabkan penurunan prestasi di
sekolah dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan
glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga
kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Sumber tenaga
terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu lemak dan otot. Dampaknya
penderita kehilngan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

b . Banyak Kencing ; Karena sifatnya kadar glukosa darah yang tinggi


akan mengakibatkan banyak kencing. Kencing yang sering dan banyak
akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

c . Banyak Minum ; Rasa haus amat sering dialami penderita karena


banyak cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering
disalah artikan, dikiranya sebab rasa haus yaitu udara panas atau beban
kerja berat. Jadi untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum
banyak.

d .Banyak Makan ; Kalori dari makanan yang dimakan, setelah


dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat
dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

8
2. Keluhan Lain

a . Gangguan saraf tepi atau kesemutan ; Penderita mengeluh rasa


sakit atau kesemutan terutama terutama pada kaki di waktu malam,
sehingga mengganggu tidur.

b . Gangguan penglihatan ; Pada fase awal penyakit diabetes


Diabetes Melitus sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong
penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap melihat
dengan baik.

c . Gatal atau bisul ; Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di


daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan bawah
payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul atau luka lecet karena
sepatu atau tertusuk benda tajam.

D . Gangguan ereksi ; Gangguan ereksi ini menjadi maslah


tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan
penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih
merasa tabu mmembicarakan masalah seks, apalagi menyangkut
kemampuan atau kejantanan seseorang.

e . Keputihan ; Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan


yanng sering ditemukan dan kadanga - kadang merupakan satu - satunya
gejala yang dirasakan.

2.2.3 Etiologi

Wirnasari (2019), terdapat etiologi proses terjadinya diabetes melitus


menurut tipenya diantaranya :

a . Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel - sel beta


pancreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pola
lingkungan (misalnya, infeksi virus) diperkirakan terus menimbulkan

9
destruksi sel beta. Faktor - faktor genetik penderita diabetes tidak
mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri : tetapi mewarisi suatu predisposisi
atau kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu yang mamiliki tipe
antigen HLA (human leucocyle) tertentu. HILA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab antigen trasplantasi dan proses imun lainnya.
95% pasien berkulit putih dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA
ini.

b . Diabetes Melitus tipe II

Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan


gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor - faktor resiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II, faktor tersebut
sebagai berikut :

1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65


tahun)

2. Obesitas

3. Riwayat keluarga

4. Kelompok etnik

2.2.4 Komplikasi

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan


kompliksi akut dan kronis, Perkeni membagi komplikasi pada DM menjadi
dua kategori, yaitu.

a . Kompliksi Akut

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah


seseorang dibawah nilai (<50 mg/dl). Hipoglikemia biasa terjadi pada
panderita DM tipe 1. Hal ini menyebabkan sel sel otak tidak mendapatkan
pasokan energi hingga tidak berfungsi bahkan mengalami kerusakan

10
(Smwltzer et al., 2010). Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHONK)
merupakan sindrom dengan gejala hiperglikemia berat, hyperosmolar,
dehidrasi berat tanpa ketoasidosis dan disertai menurunnya kesadaran ,
kejang, parastesia, koma, polyuria, polydipsia, polifagia, nafas tidak
berbau aseton dan kadar glukosa darah meningkat hingga >600 mg/dL
(Smeltzer, 2010).

b . Komplikasi Kronis

Komplikasi kronis pada DM dibagi mejadi dua yaitu:

1. Komplikasi Makrovakuler

Makrovaskuler merupakan penyakit yang mengenai pembuluh


darah besar. Pada komplikasi khususnya penyakit pembuluh darah
coroner paling umum menyebabkan kematian. Adapun komplikasi
penyakit makrovaskuler adalah : Penyakit arteri karona, penyakit
sebrovaskuler, penyakit pembuluh darah perifer, infeksi dan penyakit
hipertensi (Tjokroprawiro 2014).

2 . Komplikasi Mikrovaskuler

Mikrovaskuler merupakan penyakit yang terjadi pada pembuluh


darah kecil ditandai oleh penebalan membran basalis pembuluh darah
kapiler. Mikroangiopati merupakan perubahan yang terjadi pada retina,
ginjal dan kapiler perifer DM.

2.2.5 Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan tipe

Terdapat klasifikasi diabetes menurut American Diabetes


Association (ADA) tahun 2010, meliputi diabetes melitus tipe 1, diabetes
melitus II, diabetes melitus tipe lain dan Diabetes Meltus gestasional.

1. Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 yang disebut diabetes tergantung insulin


IDDM merupakan gangguan katabolic dimana tidak terdapat insulin dalam
sirkulasi, glucogan plasma meningkat dan sel - sel beta pankreas gagal

11
berespon terhadap semua rangsangan insulinogenetik. Hal ini disebabkan
oleh penyakit tertentu (antara lain inveksi virus dan autoimun) yang
membuat produksi insulin terganggu. Diabetes melitus ini erat kaitannya
dengan tingginya frekuensi dari antigen HLA tertentu. Gen - gen yang
menjadikan antigen ini terletak pada lengan pendek kromosom. Onset
terjdainya diabetes melitus tipe 1 dimulai pada anak - anak umur atau
umur 14 tahun (Wirnasari, 2019).

2. Diabetes Melitus tipe II

Diabetes melitus tipe II merupakan bentuk diabetes nonketoic


yang tidak terkait dengan marker HLA kromosom ke 6 dan tidak berkaitan
dengan autoantibody sel. Dimulai dengan adanya resistensi secara klinis.
Menurut perkeni (2011) untuk kadar gula darah puasa normal ≤126 mg/dl,
sedangkan untuk kadar gula darah 2 jam setelah makan yang normal
≤200 mg/dl.

3. Diabetas Melitus tipe lain

Biasanya disebabkan karena adanya malnutrisi disertai


kekurangan protein, gabgguan genetic pada fungsi sel β dan kerja insulin,
namun dapat pula te rjadi karena penyakit eksorin pancreas (seperti cystic
fibosis), endokrinopati, akiabat obat - obatan tertentu atau induksi kimia
(Wirnasari, 2019).

4. Diabetes Melitus getasional

Diabetes melitus getasional yaitu diabetes melitus yang timbul


selama kehamilan. Pada masa kehamilan terjadi perubahan yang
mengakibatkan melambatnya reabsorpsi makanan, sehingga
menimbulkan keadaan hiperglikemia yang cukup lama. Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat hinga tiga kali lipat dibandingkan keadaan
normal, yang disebut sebagai tekanan diabetonik dalam kehamilan.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya resistensi insulin secara fisiologis.
Diabetes melitus gestasional terjadi ketika tubuh kita tidak dapat membuat
dan menggunakan seluruh insulin saat selama kehamilan. Tanpa insulin,
glukosa tidak dihantarkan kejaringan untuk dirubah menjadi energi,
12
sehingga glukosa meningkat dalam darah yang disebut dengan
hiperglikemik (Wirnasari, 2019).

2.3. Ulkus Kaki Diabetik

2.3.1 Defenisi Ulkus Kaki Diabetik

Ulkus kaki diabetik biasanya disebabkan oleh tekanan berulang pada


kaki dengan adanya komplikasi terkait diabetes dari neuropate perifer
atau penyakit arteri perifer, dan penyembuhan sering dipersulit oleh
perkembangan infeksi (Jia et al.,2017. Ulkus diabetikum didefinisikan
sebagai ulkus dibawah pergelangan kaki karena berkurangnya sirkulasi
kaapailer dan / atau arteri, neuropati, dan kelainan bentuk (Robberstad
al., 2017).

Ulkus kaki diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan


kulit yang disebabkan adanya makroangiopati sehingga terjadi vaskuler
insufisiensi dan neuropat. Berdasarkan WHO dan International Working
Group on the Diabetic Foot, ulkus diabetikum adalah keadaan adanya
ulkus, infeksi, dan atau kerusakan dari jaringan, yang berhubungan
dengan kelainan neurologi dan penyakit pembuluh darah perifer pada
ekstremitas bawah (Hendra et al., 2019).

Jadi dapat disimpulakan ulkus diabetikum adalah luka terbuka yang


terjadi pada kaki penderita DM yang disebabkan oleh tekanan berulang
pada kaki dan disertaai dengan adanya neuropati perifer, kelainan
bentuk kaki serta perkembangan infeksi yang sering mempersulit
penyembuhan akibat berkurangnya serkulasi arteri.

2.3.2 Etiologi Ulkus Diabetikum pada Diabetes Melitus

Kejadian ulkus diabetikum pada pasien diabetes dapat


disebabkan oleh neuropati perifer, penyakit arteri perifer, kelainan bentuk
kaki, trauma kaki dan gangguan resistensi terhadap infeksi (Noor, 2015).

13
a . Neuropati Perifer

Neuropati merupakan sebuah penyakit yang mempengaaruhi saraf


serta menyebabkaan gangguan sensasi, gerakan, dan aspek kesehatan
lainnya tergantung pada saraf yang terkena. Neuropati disebabkan oleh
kelainan metabolik karena hiperglikemia. Gangguan sisitem saraf motorik,
sensorik dan otonom merupakan akibat neuropati. Neuropati motorik
menyebabkan perubahan kemampuan tubuh untuk mengkoordinasikan
gerakan hingga terjadi deformitas kaki, kaki charcot, jarak kaki martil,
cakar, dan memicu atrofi otot kaki yang mengakibatkan osteomilitis.

Neuropati sensorik menyebabkan saraf sensorik pada ekstremitas


mengalami kerusakan dan cedera berulang yang mengakibatkan
gangguan integritas kulit sehingga menjadi pintu masuk invasi mikroba.
Hal ini dapat menjadi pemicu luka yang tidak sembuh dan membentuk
ulkus kronis. Kehilangan sensasi atau rasa kebas sering kali
menyebabkan trauma atau lesi yang terjadi tidak diketahui. Neuropati
otonom menyebabkan penurunan fungsi kelenjar keringat dan sebaceous
di kaki sehingga kulit kaki menjadi kering serta mudah terbentuk fisura.
Kaki kehilangan kemampuan pelembab alami dan kulit menjadi lebih
rentan rusak dan berkembangnya infeksi (Noor et al., 2015).

b . Peripheral Artery Disease (PAD)

Penyakit arteri perifer atau peripheral artery disease (PAD) adalah


penyakit pada ekstremitas bahwa karena terjadinya penyumbatan arteri
yang disebabkan oleh atherosklerosis. Perkembangannya mengalami
proses yang bertahap di mana arteri menjadi tersumbat, menyempit, atau
melemah, peradangan yang berkepanjangan dan mikrosirkulas dan
menyebabkan penebalan kapiler sehingga membatasi elastisitas kapiler
yang menyebabkan iskemia.

Penyembuhan pada arteri besar dan menengah, seperti pembuluh


femoropoplitel dan aortoiliaka menyebabkan iskemia akut atau kronis
pada otot. Perfusi arteri menurun mengakibatkan aliran darah yang tidak
14
lancar sehingga dapat menyebabkan pasien beresiko mengalami ulkus,
penyembuhan luka yang buruk dan ulkus berkembang menjadi gengren
(Noor et al., 2015).

c . Kelainan Bentuk Kaki

Kelainan bentuk kaki disebabkan oleh neuropati diabetes sehingga


mengakibatkan peningkatan tekanan kulit saat berjalan (Bandyk, 2018).
Kelainan bentuk kaki seperti hallux valgus, jari kaki palu atau jari kaki
cakar, jari kaki martil dan kaki charcot. Kaki charcot sering muncul tanpa
gejala dan sering berkembang menjadi kelainan bentuk kaki yang serius
dan tidak dapat disembuhkan yang dapat menyebabkan kejadian ulserasi.
Pasien dengan kelainan bentuk kaki juga harus memperhatikan alas kaki
yang digunakan dan disesuaikan dengan bentuk kaki juga harus
memperhatikan alas kaki yang digunakan dan disesaikan dengan bentuk
kaki untuk mencegah terjadinya ulserasi (Cuestavargas, 2019).

d . Imunopati

Imunopati terlibat dalam kerentanan yang ada pada pasien diabetes


terhadap infeksi serta potensi untuk meningkatkan respons normal
inflamasi. Infeksi pada luka dapat mudah terjadi karena sistem kekebalan
atau imutasi pada pasien DM mengalami gangguan (compromise).
Gangguan pertahanan tubuh yang terjadi akibat dari hiperglikemia yaitu
kerusakan fungsi leukosit dan perubahan morfologi makrofag. Selain
menurunkan fungsi dari sel - sel polimorfonukler, gula darah yang tinggi
merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Penurunan
kemotaksis faktor pertumbuhan dan sitokin, ditambah dengan kelebihan
metaloproteinase, menghambat penyembuhan luka normal dengan
menciptakan keadaan inflamasi yang berkepanjangan (Pitocco et al.,
2019).

e . Trauma

Tidak disadarinya trauma yang terjadi dapat disebabkan oleh


penurunan sensasi nyeri pada kaki. Trauma yang kecil atau trauma yang
berulang, seperti pemakaian alas kaki yang sempit, terbentur benda keras,
15
atau pecah - pecah pada daerah tumit disertai tekanan yang yang
berkepanjangan dapat menyebabkan ulserasi pada kaki (Perezfavila et al.,
2019).

f . Infeksi

Bakteri yang dominan pada infeksi kaki adalah aerobik gram positif
kokus seperti Stophycocus aureus dan β-hemolytic. Banyak terdapat
jaringan lunak pada telapak kaki yang rentan terhadap infeksi serta
penyebaran yang mudah dan cepat kedalam tulang sehingga dapat
mengakibatkan osteitis. Ulkus ringan pada kaki apabila tidak ditangani
dengan benar dapat dengan mudah berubah menjadi osteitis/osteomyelitis
dan gangrene. Kadar gula darah yang buruk, difungsi imunologi dengan
ganguan aktifitas leukosit dan fungsi komplemen mengakibatkan
perkembangan infeksi jaringan yang invasif.

2.3.3 Dampak Ulkus Diabetikum pada Diabetes Melitus

Ulkus diabetik memberikan dampak negatif terhadap Health-


Related Quality of Life (HRQoL) yang dirasakan pasien karena penurunan
mobilitas serta mengakibatkan penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari - hari. Hal ini dapat meningkatkan ketergantungan pada
orang lain dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari - hari.
Komorbiditas psikologi yang dapat terjadi pada pasien dengan ulkus
diabetikum seperti kecemasan, perasaan takut, harga diri rendah, malu,
putus asa, tidak berdaya dan depresi.

Selain itu kormobiditas tersebut dapat memberikan resiko


tambahan pada pasien diabetes yang mengakibatkan hasil dan perawatan
diri yang lebih buruk, kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan
yang lebih rendah, penyesuaian psikososial yang lebih buruk dan memiliki
beban interaksi perawatan kesehatan yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan biaya perawatan.

Stres yang dirasakan terkait dengan penyembuhan luka atau


reulserasi dan ketakutan amputasi kaki meningkatkan mood negatif
diabetikum. Ulkus diabetikum dapat menyebabkan terjadinya amputasi
16
pada pasien dengan ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum dapat
menyebabkan terjadinya amputasi pada ekstremitas bawah dan tidak
jarang berakhir dengan kecacatan dan kematian (Albrub et al., 2019).

2.3.4 Tanda dan Gejala Ulkus Diabetikum pada Diabetes Melitus

Menurut (Roza et al., 2015), tanda dan gejala ulkus diabetikum


dapat dilihat dari :

a . Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, poplitea, kaki


menjadi atrofi, kuku, sering kesemutan, dingin, kuku menjadi tebal dan
kulit kering.

b .Eksudat, yaitu adanya eksudat dan cairan pada luka seabagai tempat
berkembangnya bakteri.

c . Edema, disekitar kulit yang mengalami ulkus diabetikum seabgian


besar akan terjadi edema kurag dari 2 cm, berwarna merah muda, dan
inflamasi minimal. Edema pada ulkus diabetikum edema minimal sekitar 2
cm, sedang (sesama kaki), berat (kaki dan tungkai).

d . Inflamasi. Inflamasi yang terjadi dapat berupa inflamasi ringan, sedang,


berat atau tanpa inflamasi. Warna : merah muda, eritema, pucat, gelap.

e . Nyeri, Nyeri kaki saat istirahat, kepekaan atau nyeri sebagian besar
tidak tidak lagi terasa atau kadang - kadang dan tanpa meresari atau
kurang dari 25% dan maserasi : tanpa maserasi atau 25%,26 - 50%,>
50%.(Roza et al., 2015).

2.3.5 Faktor Resiko Ulkus Diabetikum pada Diabetes Melitus

a . Lama menderita penyakit diabetes melitus (≥ 10 tahun).

Semakin lama seseorang menderita diabetes melitus menyebabkan


pasien mengalami keadaan hiperglikemia yang lama dan semakin besar
peluang untuk menderita hiperglikemia kronik. Keadaan hiperglikemia
yang terus - menerus menyebabkan terjadinya hiperglisolia yaitu keadaan
sel yang kebanjiran glukosa. Hiperglikemia kronik akan mengubah

17
homeostasis biokimiawi sel tersebut yang kemudian berpotensi untuk
terjadinya perubahan dasar terbentuknya komplikasi kronik diabetes
melitus (Rozaa., 2015).

b . Kontrol gula darah yang buruk

Kadar gula darah yang terkontrol dengan baik dapat mempercepat


perkembangan retinopati diabetik, nefropati dan neuropati pada pasien
diabetes melitus dengan ketergantungan insulin (Lim et al., 2017). Pasien
diabetes dengan hiperglikemia yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
neuropati dan dapat terkena komplikasi mikrovaskuler dan neuropati.
Terjadinya neuropati dapat meningkatkan resiko ulserasi kaki karena
peningkatan beban tekanan dan gaya geser (Mariam et al ., 2017).

c . Usia (≥60 tahun)

Kejadian ulkus diabetikum juga berkaitan dengan umur ≥ 60 tahun


karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis mengalami penurunan
karena proses angin seperti sekresi atau resistensi insulin yang menurun
sehingga kemampuan fungsi tubuh dalam mengendalikan glukosa darah
yang tinggi tidak optimal.

d . Obesitas

Pada pasien obesitas dengan indeks masa tubuh atau IMT ≥ 23 kg/m2
(wanita) dan IMT ≥ 25 kg/m2 (pria) atau berat badan relatif (BBR) lebih
dari 120% akan lebih sering resistensi insulin.

e . Perawatan kaki yang tidak teratur

Timbulnya luka infeksi yang berkembang menjadi ulkus diabetikum


dapat disebabkan karena perawatan luka kaki yang tidak teratur.
Perawatan kaki seperti memeriksa kondisi kaki, menjaga kebersihan dan
kelembapan kaki, perawatan kuku dapat mengurangi resiko terjadinya
ulkus diabetikum.

18
f . Kurangnya aktifitas fisik

Berolahraga adalah suatu aktivitas yang sangat bermanfaat untuk


meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa
darah. Kadar glukosa darah yang terkendali dapat mencegah resiko
terjadinya komplikasi DM seperti ulkus kaki diabetikum.

g . Penggunaan alas kaki yang tidak tepat

Kejadian ulkus kaki diabetikum dapat diturunkan dengan penggunaan


alas kaki yang benar, karena dengan menggunakan alas kaki yang tepat,
tekanan pada plantar kaki dapat dikurangi dan mencegah serta melindungi
kaki agar tidak tertusuk benda tajam.

h . Pengetahuan yang kurang

Pengetahuan yang kurang bisa menyebabkan penderita tidak


berusaha untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum, sehingga jarang
mengontrol kadar gula darah dan tidak mematuhi diet DM. Selain itu
pasien tidak melakukan penanganan segera apabila mengalami luka yang
pada akhirnya berdampak terjadinya ulkus diabetikum. Pengetahuan yang
tinggi tentang perawatan pasien dengan ulkus diabetikum, memiliki
kemungkinan besar untuk melakukan pencegahan sehingga mengurangi
resiko ulkus diabetikum (Suryati et al., 2019).

2.3.6 Pencegahan Ulkus Diabetikum

Untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum, beberapa hal yang dapat


dilakukan keluarga pada pasien secara mandiri yaitu :

a . Pemeriksaan kondisi kaki setiap hari

Pemeriksaan kondisi kaki penderita Diabetes Melitus perlu dilakuka


sehari sekali untuk melihat adanya kelainan seperti kemerahan, lecet, kulit
pecah pecah, bengkak, dan nyeri. Gangguan sensitivitas pada penderita

19
Diabetes Melitus dapat mengakibatkan pasien tidak sensitive merasakan
luka kecil di kaki.

b . Mencuci kaki

Mencuci kaki bertujuan untuk mencegah infeksi pada kaki, yang


dilakukan dengan menggunakan sabun dan washlap. Jangan
menggunakan air terlalu panas dan merendam kaki lebih dari 3 menit
karena akan menimbulkan maserasi. Menggosok kaki harus dilakukan
dengan berhari hari dan menggunakan sikat yang lembut kerena luka
gores dapat memicu terjadinya ulkus. Setelah mencuci kaki, segera
keringkan kaki dengan menepuk nepuk secara perlahan dengan handuk
yang lembut. Keringkan sela sela jari kaki untuk mencegeh pertumbuhan
jamur.

c .Perawatan kuku

Kuku yang panjang dan kurang terawat dapat menjadi sarang kuman
dan hal ini sangat berbahaya karena penderita DM memiliki kekebalan
tubuh yang rendah dibandingkan dengan orang yang sehat. Memotong
kuku tidak boleh melebihi panjang jari serta jangan terlalu pendek dan
dalam.

d . Perawatan kulit

Perawatan kulit dilakukan dengan memberikan pemlembab 2 kali


sehari pada bagian kaki yang kering agar kulit tidak menjadi retak,
sehingga dapat mencegah terjadinya ulkus diabetikum.

e . Pemilihan alas kaki

Alas kaki yang digunakan harus sesuai dengan ukuran kaki jangan
terlalu sempit dan terlalu longgar. Sebelum menggunakan alas kaki cek
terlebih dahulu apakah ada benda asing agar tidak menimbulkan lecet
saat memakainya

20
f . Senam kaki DM

Senam kaki DM adalah latihan yang dapat dilakukan oleh penderita


DM dengan cara melakukan gerakan pada kaki dan mencegah terrjadinya
kelainan bentuk pada kaki. Fungsi senam pada kaki DM adalah
memperkuat otot otot kaki seperti otot betis dan otot paha serta dapat
mengatasi keterbatasan gerak sendi. Melakukan senam kaki harus sesuai
dengan indikasi serta perhatikan kondisi dan kemampuan pasien DM
(Notes et al., 2020).

21
2.4.Kerangka Konsep

j Pengetahuan

Karakteristik

- Umur
Untuk mencegah ulkus kaki
-Pendidikan diabetik pada penderita
Diabetes Melitus
- Pekerjaan

-Jenis Kelamin

- Lamanya menderita Diabetes


Melitus

2.5.Defenisi Operasional

NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR HASIL UKUR SKALA

1. Pengetahuan Pemahaman Kuesioner Baik (>76-100%) Ordinal


responden
Cukup (56-75%)
mencegah ulkus
kaki diabetik pada Kurang (<56%)
Diabetes Melitus

2. Umur Umur responden Kuesioner 20-30 Tahun Internal


terhitung sejak lahir
31-40 Tahun

41-50 Tahun

51-60 Tahun

3. Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner Tinggi : S1 - S3 Nominal


terakhir
Menengah :
SMA - D3
Rendah : SD -
SMP

4. Pekerjaan Kegiatan yang di Kuesioner a . PNS / ASN Nominal


lakukan setiap hari
b . TNI/POLRI
untuk menghasilkan
uang setiap c.WIRASUASTA
bulannya
d . IRT

e . PETANI

5. Jenis Kelamin Untuk mengetahui Kuesioner Laki - laki Nominal


perbedaan
Perempuan
responden
mengidentifikasi
perbedaan jenis
kelamin responden
laki - laki atau
perempuan

6. Lamanya Mengidentifikasi Kuesiner 1 - 3 bulan Ordinal


menderita berapa lama sudah
1 - 6 bulan
Diabetes Melitus responden
menderita Diabetes 3 - 6 bulan
Melitus
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan metode deskriptif dan desain Cross


sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach). Metode ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan
karakteristik pasien tentang pencegahan ulkus kaki diabetik pada penderita
diabetes melitus.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Puskesmas Tigalingga. Penelitian ini di lakukan


mulai pada bulan Januari 2022 dan diharapkan selesai pada bulan April 2022.

3.3 Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah menjelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan


yang menjadi sasaran penelitian tersebut. Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah 30 orang yang berobat jalan di Puskesmas Tigalingga.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
karakterstik yang dimiliki oleh populasi. Jumlah sampel yang akan diteliti dalam
penelitian ini sebanyak 30 orang. Cara pengambilan sampel ini adalah dengan
menggunakan jenis teknik Accidental Sampling, dilakukan dengan mengambil
kasus atau responden yang kebetulan ada tersedia di suatu tempat sesuai
dengan konteks penelitian.
3.4 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
kuesioner yang berisikan pertanyaan sesuai variabel yang diteliti.
Sedangkan data lain (Data sekunder) diperoleh dari rekan medik di
puskesmas Tigalingga. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner responden diminta kesedianya untuk menanyakan persetujuan
menjadi responden dalam penelitian ini, yang dilampirkan bersama dengan
kuesioner oleh keluarga maupun peneliti dan peneliti menanyakan hal-hal
yang kurang dimengerti responden. Setelah itu semua dijawab, peneliti
mengumpulkan kembali lembar jawaban responden, dan mengucapkan
terimakasih atas kesediaannya menjadi responden.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dengan menggunakan quesioner yaitu


beberapa kuesioner dengan terlebih daluhu memberikan penjelasan singkat
tentang cara pengisian kuesioner pada responden dan tanyakan bila ada
hal-hal yang tidak dimengerti oleh responden. Jumlah pertanyaan yang
diajukan pada responden sebanyak 20 pertanyaan tentang pengetahuan.

3.5 Pengelolaan Data dan Analisis Data

1. Pengolaan Data

Data yang telah dikumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-
langkah sebagai berikut :

a. Editing, yaitu dilakukan pengecekan pada suatu data yang terkumpul,


bila terdapat kesalahan dalam pengumpulan data maka akan diperbaiki.

b. Coding, yaitu setelah dilakukan editing, dilanjut dengan pemberian kode


atau tanda pada data untuk memudahkan data dimasukkan kedalam
tabel.
c. Tabulating, yaitu mengolah data kedalam bentuk tabel distribusi
frekuensi untuk mempermudah analisa data, pengolah data, serta
pengembilan keputusan.

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan deskriptif dengan melihat persentase data


yang telah terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
Kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan
menggunakan teori dan keputusan yang ada.

Dengan rumus :

f
P= x 100%
n

Keterangan :

P = Presentasi yang dicari

f = Frekuensi variabel yang diteliti

n = Jumlah sampel
DAFTAR PUSTAKA
Karota, E. and Sitepu, N. F. (2020) Panduan Konseling Kesehatan Dalam Upaya
Pencegahan Diabetes Melitus. Deepublish.

Kemenkes RI (2018) Hasil utama RISKESDAS 2018, Kementerian Kesehatan


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Available at:
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/
Hasilriskesdas-2018_1274.pdf.

Notoadmojo. 2010. Promosi Kesehatan Dan perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Permadani, A. D. and Maliya, A. (2017) “Hubungan tingkat pengetahuan tentang


ulkus Kaki diabetik dengan pencegahan terjadinya Ulkus kaki diabetik
pada pasien diabetes Melitus di persadia Rumah sakit dokter Soeradji
Tirtonegoro Klaten.” Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gandini, A. L. A. (2017) “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap


Pengetahuan, Perilaku, Dan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus
Type 2,” Husada Mahakam: Jurnal Kesehatan, 3(9), pp. 474–482.

Budiman dan Riyanto, (2014), Teori dan Pengukuran Tingkat


Pengetahuan.Wirnasari, (2019). Awalnya Keluham dan Gejala yang di
rasakan Penderita Diabetes Melitus.

Indonesia, P. E. (2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di


Indonesia. Pb. Perkeni.

Rohemah, L. (2020). Identifikasi Self Care Management Behavior Pada Pasien


Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Dusun Tonggal Barat Desa Meddelan
Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Sucitawati, I. (2021). GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG
ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI DESA
ADAT PADANGAJI TAHUN 2021 (Doctoral dissertation, Jurusan
Keperawatan 2021).

Riko Edita Anugrah, R. (2019). GAMBARAN BAKTERI DI ULKUS DIABETIKUM


PADA PENDERITA DIABETES MELITUS (Doctoral dissertation, Stikes
Perintis Padang).

SUNDARI, P. M. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Self Management


Diabetes dengan Tingkat Stres Menjalani Diet Penderita Diabetes
Mellitus (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Wahyuni, A. (2016). Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle Brachial


Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ipteks Terapan, 9(2), 19-27.

INTAN WIDYA PRATIWI, Y. U. N. D. A. (2020). STUDI LITERATUR: ASUHAN


KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKPATUHAN TENTANG
DIET (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Damayanti, S., 2015, Buku Ajar Ilmu Endokrin, Diabetes Mellitus, dan
Penatalaksanaan Keperawatan, Nuha Medika, Jogjakarta.

Khairani, K. (2017). Pengetahuan diabetes mellitus dan upaya pencegahan pada


lansia di Lam Bheu Aceh Besar. Idea Nursing Journal, 5(3), 58–66.

Hudiyawati, D., & Rizki, S. (2018). Pengetahuan berpengaruh terhadap


kepatuhan dalam perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe II. (Jkg)
Jurnal Keperawatan Global, 3(2), 66–74.

Ngadiluwih, M. S. (2018). Pengaruh perawatan kaki terhadap sensitivitas kaki


pada penderita diabetes mellitus tipe II. Skripsi, 1.
https://doi.org/.1037//0033- 2909.I26.1.78
LEMBAR KUESIONER

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM MENCEGAH
ULKUS KAKI DIABETIK DI PUSKESMAS TIGALINGGA

A. IDENTITAS RESPONDEN

No. Responden :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Lamanya menderita Diabetes Melitus :

B. PETUNJUK KUESIONER PENGISIAN

1. Pilih salah satu jawaban yang benar dengan memberikan tanda cross (x)
silang.

2. Jika anda ingin memperbaiki jawaban, coretlah jawaban yang salah dengan
memberi tanda (=) dan ganti dengan jawaban yang benar.
PENGETAHUAN

Jumlah pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi tanda cross (x) silang
bagian yang menurut anda benar !

1. Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit yang bersifat ?

a . Menular dan sangat berbahaya

b . Tidak menular dan bisa disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat

c . Penyakit keturunan saja

2. Apa nama lain dari diabetes melitus ?

a . Kencing manis

b . Darah manis

c . Darah tinggi

3. Apa nama lain dari kencing manis ?

a . Hipertensi

b . Asam urat

c . Diabetes melitus

4. Apa gejala - gejala umum yang terjadi akibat diabetes melitus?

a . Banyak makan, banyak minum, banyak kencing

b . Sering buang air kecil, sering tidur

c . Sering kerja

5. Apakah yang dapat menyebabkan diabetes melitus?

a . Umur, jenis kelamin dan jamur

b . Konsumsi lemak berlebihan, keturunan, umur, dan infeksi

c . Kegemukan, pola makan yang salah, keturunan dan kurang olahraga


6. Menurut anda apa saja komplikasi dari diabetes melitus?

a . Kaki diabetik dan katarak

b . Osteoporisis dan hipertensi

c . Kanker mulut

7. Berikut ini yang merupakan komplikasi kronis akibat diabetes kecuali ?

a. Impoten

b. Kerusakan ginjal

c. Penyakit jantung

8. Apa yang anda lakukan untuk mengatasi Diabetes Melitus?

a . Olahraga teratur, mengatur pola makan

b . Minum obat herbal, kurangi asupan garam

c . Istirahat yang cukup, tidak ada pikiran

9. Siapa saja yang yang beresiko terkena diabetes melitus?

a. Usia tua

b. Laki-laki

c. Semua orang

10. Berapa macam Diabetes Melitus yang anda ketahui ?

a. 4 macam

b. 3 macam

c . 2 macam

11. Berikut ini faktor pemicu Diabetes Melitus kecuali ?

a. Obesitas
b. Buah - buahan

c. Faktor genstis

12. Jumlah kalori yang dianjurkan untuk penderita Diabetes Melitus adalah ?

a. 25 - 30 kalori

b. 40 - 50 kalori

c. 60 - 70 kalori

13. Apa yang menyebabkan ulkus kaki diabetik ?

a. Jarang cuci kaki

b. Rajin berolahraga

c. Makan makanan yang sehat

14. Yang bukan merupakan perawatan kaki yang bisa dilakukan secara mandiri
bagi penderita Diabetes Melitus adalah…

a. Memotong kuku kaki secara rutin

b. Mencuci kaki dengan sabun yang lembut

c. Memakan buah dan sayur

15. Ulkus kaki diabetik dapat dicegah dengan menjaga kebersihan kaki setiap
hari, salah satunya dengan…

a. Mencuci telapak dan sela-sela kaki dengan sikat yang lembut dan air
yang bersih

b. Mencuci kaki dengan sikat yang kasar

c. Mencuci kaki dengan air kotor


16. Ulkus kaki diabetik merupakan luka yang terdapat di bagian ?

a . Perut

b . Mata kaki

c . Tangan

17. Berkurangnya perasaan pada kedua kaki (gangguan saraf) dan


berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi merupakan resiko dari ?

a . Ulkus kaki

b . Hipertensi

c . Asam urat

18. Faktor resiko terjadinya ulkus kaki diabetik adalah ?

a . Pola makan yang tidak teratur

b . Rajin berolahraga

c . Mencuci kaki

19. Kejadian ulkus kaki diabetik pada diabetes dapat disebabkan oleh ?

a . Kelainan bentuk kaki

b . Kerusakan ginjal

c . Penyakit jantung

20. Minuman apa sajah yang cocok untuk mencegah ulkus kaki diabetik pada
diabetes melitus ?

a . Air putih

b . Alkohol

c . Minuman yang manis - manis

Anda mungkin juga menyukai