Oleh
MUHAMMAD RIFKI
FEBRIYANTO
NIM:2102B028
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fk. Sain dan Kesehatan Ka. Prodi SI Keperawatan
2
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal Skripsi oleh Muhammad Rifki Febrianto, NIM 2102B028 dengan judul
“PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR
GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES TIPE II DI PUSKESMAS
KEBONAGUNG DEMAK TAHUN 2022” telah dipertahankan di depan dewan
penguji pada tanggal 20 januari 2023
Mengetahui,
Dekan Fk. Sain dan Kesehatan Ka. Prodi SI Keperawatan
KATA PENGANTAR
3
Alhamdulillah puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul “PENGARUH SENAM
DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA
PASIEN DIABETES TIPE II DI PUSKESMAS KEBONAGUNG DEMAK
TAHUN 2022” dengan lancar.
Dalam penyusunan Proposal ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Proposal ini.
Adapun rasa terima kasih penulis ucapkan pada:
1. Ns. Purhadi., M.Kep selaku Plt Rektor Universitas An Nuur
Purwodadi yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan proposal ini.
2. Suryani, S.Kep., Ns., M.kep selaku Dekan Universitas An Nuur
Purwodadi yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan proposal ini.
3. Ns, Anita Lufianti, M.Kes., M.Kep selaku pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyusun
Proposal ini.
4. Sutiyono, S,kep Ns., M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyusun Proposal
ini.
5. Kepada keluarga yang keberadaanya selalu mencurahkan kasih
sayang, dukungan moril maupun spiritual kepada penulis.
6. Segenap dosen dan staf di Universitas An Nuur Purwodadi.
4
Dalam penyusunan Proposal ini, penulis telah berusaha dengan segala
kemampuan yang penulis miliki, namun penulis menyadari bahwa penyusunan
Proposal ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan Proposal ini.Semoga
Proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan lembaga
kesehatan pada khususnya.
Demak ……………………..2023
Penulis
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………,, ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................... iii
PERNYATAAN....................................................................... iv
KATA PENGANTAR.............................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................. vii
DAFTAR TABEL..................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR............................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………........ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................... 4
C. Tujuan Penelitian................................................ 4
D. Manfaat Penelitian……………………………… 5
E. Keaslian Penelitian…………………………….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes melitus.................................................. 9
B. Kadar gula darah................................................. 21
C. Senam Diabetes………………………………... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. variable Penelitian............................................... 59
B. Hipotesis Penelitian............................................. 60
C. Kerangka Konsep Penelitian………………....... 60
D. Rancangan Penelitian.......................................... 61
E. Etika Penelitian…………. ................................. 69
F. Jadwal Penelitian……………............................. 70
DAFTAR PUSTAKA............................................................... 71
LAMPIRAN
6
DAFTAR TABEL
DEPKES RI………………………………. 15
7
DAFTAR GAMBAR
8
DAFTAR LAMPIRAN
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang cukup serius dimana
insulin tidak dapat diproduksi secara maksimal oleh pancreas (Safitri &
Nurhayati, 2019). Hampir 70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit
Tidak Menular (PTM) (Kemenkes RI, 2019). Prevelensinya DM terus
mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Jumlah penderita DM yang terus
menerus mengalami peningkatan secara konsisten menunjukkan bahwa
penyakit DM merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian
khusus untuk ditangani dan dikendalikan oleh berbagai sektor karena menjadi
salah satu ancaman kesehatan global dan penyebab kematian yang cukup besar
di Indonesia (Gresty N, 2017). International Diabetes Federation (IDF)
(2019), memprediksi penderita DM di dunia akan mengalami kenaikan sebesar
51% dari tahun 2019 yakni 463 juta menjadi 700 juta di tahun 2045, angka
tersebut diprediksi akan terus bertambah disetiap tahunnya. Tahun 2014
terdapat 8,5% usia ≥18 tahun menderita DM dan pada tahun 2019 penyakit
diabetes melitus menyebabkan kematian sebesar 1,5 juta jiwa (WHO, 2020).
WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 150 juta orang di dunia telah menderita
diabetes mellitus (Saputri, Setiani, & Dewanti, 2018).
World Health Organization (WHO) memprediksi penderita DM di
Indonesia akan mengalami peningkatan pada tahun 2000 ke tahun 2030 dari
8,4 juta menjadisekitar 21,3 juta. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pada
tahun 2035 jumlah penderita diabetes akan meningkat 2-3 kali lipat (Soelistijo
et al., 2018). Jumlah Penderita DM di Provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Provinsi Jawa Tengah menyandang kasus DM
mencapai 496,181 kasus tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 652,822
kasus di tahun 2019 (Dinkes Provinsi Jateng, 2019), (Dinkes Provinsi Jateng,
2020). Berdasarkan hasil diagnosis dokter, prevelensi DM pada penduduk
berusia ≥15 di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan sebesar 0,5%
yaitu 1,6% tahun 2013 menjadi 2,1% tahun 2018 (Kemenkes RI, 2019). Jumlah
10
penderita DM (NIDDM) di Kota Demak pada tahun 2020 sebanyak 18529
orang (Profil Kesehatan Kota Demak, 2020). Dan penderita DM di wilayah
Kebonagung kota Demak sebanyak 674 (Profil Kesehatan Kota Demak,
2020). Banyak faktor yang menjadi pemicu kenaikan prevelensi DM
diantaranya hipertensi, obesitas, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik sebagai
faktor risiko yang dapat di modifikasi (Purnama & Sari, 2019).
Kadar gula darah merupakan suatu parameter yang menunjukkan kondisi
hiperglikemia ataupun hipoglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan atau
kondisi kadar gula darah (glukosa) dalam darah tinggi, sedangkan
hipoglikemia menunjukkan keadaan kadar gula darah rendah. Penyebab
terjadinya hiperglikemia adalah adanya defisiensi insulin. Dalam keadaan
hiperglikemia, kapasitas sekresi insulin menjadi lemah sehingga produksi
insulin semakin berkurang. Menurut World Health Organization (WHO) dalam
kondisi hiperglikemia kadar gula darah memiliki rentang nilai antara 100-126
mg/dL dan termasuk kedalam keadaan toleransi abnormal glukosa. Keadaan
hiperglikemia dapat menjadi suatu kondisi diabetes apabila tidak terjadi
penurunan kadar gula darah dalam beberapa kali pengecekan (PERKENI,
2017). Penyakit diabetes melitus apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan komplikasi seperti kerusakan sistem syaraf (Neuropati),
Kerusakan sistem ginjal (nefropati), kerusakan mata (retinopati), jantung,
stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer (Rosyada, 2018). Banyak faktor
yang menjadi pemicu kenaikan prevelensi DM diantaranya hipertensi, obesitas,
kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik sebagai faktor risiko yang dapat di
modifikasi (Purnama & Sari, 2019).
Aktivitas fisik merupakan faktor risiko penyakit tidak menular yang sangat
penting untuk diperhatikan. Aktivitas fisik merupakan hal sepele, namun
sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Aktivitas fisik berperan dalam
pengubahan status gula darah yang berperan penting terhadap kejadian
penyakit Diabetes Melitus. Penyakit tersebut tidak hanya terjadi pada usia
lansia saja, namun juga terjadi pada anak-anak dan remaja.
Berdasarkan hasil Riskesdas, proporsi aktivitas fisik kurang pada
penduduk umur ≥10 tahun di Indonesia mengalami kenaikan yaitu 26,1% di
11
tahun 2013 menjadi 33,5% pada tahun 2018 (Balitbang Kemenkes RI, 2018).
Proporsi Aktifitas Fisik kurang di pada Penduduk Umur >10 Tahun menurut
Provinsi, dimana DKI Jakarta menepati urutan pertama dengan proporsi
sebesar 47,8% proposi terendah di Provinsi NTT, yakni sebesar 25,2%
(Kemenkes RI, 2018). Sedangkan proporsi di Provinsi Jawa Tengah sebesar
29,5 %. Berdasarkan Kabupaten/kota yang terdapat terdapat di Jawa Tengah,
proporsi aktifitas fisik kategori kurang paling tinggi terdapat di Kota Surakarta
yakni sebesar 49,89% (Balitbangkes, 2018).
Gula darah bisa stabil jika ada keseimbangan antara diet, latihan fisik,
obat-obatan dan penyuluhan. Faktor-faktor tersebut merupakan
penatalaksanaan empat pilar diabetes melitus yang harus dilaksanakan secara
bersamaan. Ibarat sebuah pilar dalam sebuahbangunan, satu pilar akan
mempengaruhi pilar yang lainnya. Empat pilar tersebut adalah : pola makan
sehat, aktivitas fisik, obat-obatan dan edukasi. Dimana keempat pilar tersebut
harus dilakukan secara beriringan agar dapat mengendalikan penyakit diabetes
melitus yang diderita (RS St. Elisabeth and Developed, 2018)
Aktivitas fisik merupakan kunci dalam pengelolaan DM terutama sebagai
pengontrol gula darah dan memperbaiki faktor resiko kardiovaskuler seperti
menurunkan hiperinsulinemia, meningkatkan sensitifitas insulin, menurunkan
lemak tubuh, serta menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik sedang yang
teratur berhubungan dengan penurunan angka mortalitas sekitar 45-70% pada
populasi DM tipe 2 serta menurunkan kadar HbA1c ke level yang bisa
mencegah terjadinya komplikasi (Astri Zakiyyah, 2019)
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan
status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus (Persadia,
2017). Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan ritmis dengan
gerakan yang menyenangkan, tidak membosankan dan dapat diikuti semua
kelompok umur sehingga menarik antusiasme kelompok dalam klub-klub
diabetes. Senam diabetes dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan nilai
aerobik yang optimal (Damayanti 2017). Senam diabetes dibuat oleh para
spesialis yang berkaitan dengan diabetes, diantaranya adalah rehabilitasi medis,
penyakit dalam, olahraga kesehatan, serta ahli gizi dan sanggar senam (Sinaga,
12
2018). Senam diabetes merupakan latihan fisik sebagai upaya mencegah dan
mengontrol diabetes mellitus. Pada saat senam sel-sel diotot bekerja lebih
keras sehingga lebih membutuhkan gula untuk di bakar menjadi tenaga.
Senam diabetes mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin dimembran
plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah (Damayanti, 2017).
Angka kejadian diabetes melitus di puskesmas kebonagung cukup tinggi
hal tersebut cukup tinggi di buktikan dari data tiap bulan, penyakit DM di
puskesmas kebonagung selalu masuk kategori 20 besar penyakit di masyarakat.
Aktifitas fisik berhubungan terhadap indeks glukosa di dalam darah, hal
tersebut di karenakan aktifitas fisik membutuhkan kalori atau energi.
Energi atau kalori di dalam tubuh merupakanhasil dari metabolisme
glukosa, sehingga semakin berat aktifitas fisik yang di lakukan oleh penderita
diabetes. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian
Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebonagung
Kota Demak.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “ Pengaruh Senam Diabetes
Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe
II Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebonagung Kota Demak ”
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam
diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus
tipe II di wilayah kerja Puskesmas Kebonagung Kota Demak.
2) Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kadar gula darah sebelum di lakukan senam diabetes
pada pesien diabetes tipe II di puskesmas Kebonagung Demak.
b. Untuk mengetahui kadar gula darah sesudah di lakukan senam diabetes
pada pesien diabetes tipe II di puskesmas Kebonagung Demak.
13
D. Manfaat Penelitian
14
E. Keaslian penelitian
Tabel 1.1
Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan
Penelitian
Penelitian Penelitian
15
t dependent
menunjukkan ada
perbedaan yang
signifikan rata- rata
kadar
gula darah antara
sebelum dan sesudah
penderita DM
melakukan senam
Diabetes Melitus
(p = 0,000).
16
berarti ada pengaruh
juga,dimana masuk
dalam kategori tinggi.
Hasil uji statistik
dengan derajat
kemaknaan 95% di
peroleh p value = 0,006
lebih kecil dari
nilai α = 0,05 maka
hasil analisanya
menunjukkan bahwa
ada Pengaruh senam
diabetes terhadap
penurunan kadar gula
darah pada lansia di
perwira sari RW
08
Bekasi Utara.
17
Jombang ρ=(0,003) lebih rendah
standart signifikan
α=0,05 atau
(0,003<0,05), artinya
ada pengaruh senam
diabetes terhadap
penurunan kadar
guladarah pada
penderita penderita
diabetes mellitus di
wilayah kerja
Puskesmas Peterongan
Jombang.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetus melitus
1. Pengertian
2. Etiologi
19
sebesar 30% (Lemone dan Burke dalam Damayanti, 2017). Faktor
genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah
kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan rangsangan sekretoris
insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap
faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel
beta pankreas. Secara genetik resiko DM tipe 2 meningkat pada saudara
kembar monozigotik seorang DM tipe 2, ibu dari neonatus yang beratnya
lebih dari 4 kg, individu dengan gen obesitas, ras atau etnis tertentu yang
mempunyai insiden tinggi terhadap DM (Price dan Wilson dalam
Damayanti, 2017).
b. Obesitas
c.Usia
d. Tekanan darah
20
Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai
tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Pada
umumnya penderita DM juga menderita hipertensi. Patogenesis
hipertensi pada penderita DM tipe 2 sangat kompleks. Banyak faktor
yang berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Pada DM faktor
tersebut adalah resistensi insulin, kadar gula darah plasma, obesitas selain
faktor lain pada sistem otoregulasi pengaturan tekanan darah (Sudoyo
dalam Damayanti, 2017).
e.Aktifitas fisik
f. Kadar kolesterol
21
g. Riwayat diabetes gestasional
3. Manifestasi klinis
22
2017).
23
kejadiannya sementara, namun diabetes tipe ini bisa merusak kesehatan
janin dan ibu (Maulana, 2018).
d. Diabetes tipe lain
5. Diagnosis
Dalam menentukan adanya diabetes melitus tes urin tunggal tidak boleh
di lakukan namun perlu di tambah dengan tes gula darah, dapat di katakan
diabetes ketika adanya gejala dan peningkatan kadar gula darah. Kriteria
diagnosis diabetes berdasarkan panduan ( WHO dalam Damayanti 2017 )
dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Tahap Gula Darah Puasa Gula OGTT
Darah
Acak
Normal < 6.1 mmol/L Gula darah
2
Jam < 7.8
mmol/L
24
≥7.0 mmol/L Gula darah
Diabetes > 11.1 ≥ 2
jam>11.1
mmol/L mmol/L
dan gejala
Catatan : Pada tabel ini ditunjukkan glukosa darah vena. Glukosa darah
kapiler 10-15% lebih tinggi daripada darah vena.
Atau jika kita menggunakan satuan mg/dl,maka untuk mendiagnosa
diabetes dapat dilihat pada tabel berikut :
Kriteria Diagnostik Diabetes
Tabel 2.2
Test Tahap diabetes Tahap prediksi
Gula darah puasa ≥126 mg/dl 100-125 mg/dl
OGTT ≥200 mg/dl 140-199 mg/dl
Gula darah acak >200 mg/dl
Keterangan
1. Gula darah puasa diukur sesudah puasa malam selama 8 jam.
2. Oral glucosa tolerance test (OGTT) diukur setelah puasa semalaman, lalu
pasien diberikan cairan 75 gr glukosa untuk diminum . lalu gula darah
diukur 2 jam kemudian.
3. Gula darah acak diukur sewaktu-waktu.
4. Untuk mendiagnosa DM, perlu dilakukan uji ulang ketika mendapatkan
hasil yang abnormal ,sehingga mendapatkan konfirmasi yang akurat.
5. Diabetes dapat di diagnosa dengan adanya gejala khusus (khas).
Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai
penyaring dan diagnosis diabetes mellitus :
25
Kriteria Diagnostik Diabetes berdasarkan Depkes RI 2008
Tabel 2.3
BUKAN Belumpasti DM
DM DM
6. Komplikasi
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia
26
rendah.
Hipoglikemia relatif jika gejala hipoglikemia terjadi 3 – 5 jam
setelah makan.Gejala-gejala hipoglikemia bisa ditandai oleh dua
penyebab utama. Keterlibatan sistem saraf otonomi (bagian dari
sistem saraf yang tidak terkendali dibawah sadar) dan pelepasan
hormon dari kelenjar adrenalin, yang menimbulkan gejala- gejala
rasa takut, terbang, bertarung. Pada dasarnya ini mencakup
kegelisahan, gemetaran, mengeluarkan keringat, menggigil, muka
pucat, jantung berdebar- debar dan detak jantung yang sangat cepat
serta rasa pening, mudah mengantuk dan akhirnya kehilangan
kesadaran atau pingsan. Jika tidak diberi pengobatan bisa
menimbulkan kejang dan akhirnya terjadi kerusakan otak
permanen atau kondisi yang parah bisa menimbulkan kematian.
d) Ketoasidosis diabetik – koma diabetik
Komplikasi ini dapat diartikan sebagai keadaan tubuh yang
sangat kekurangan insulin dan sifatnya mendadak. Glukosa darah
yang tinggi tidak dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh.
Akibatnya metabolisme tubuhpun berubah. Kebutuhan energi
tubuh terpenuhi setelah sel lemak pecah dan membentuk senyawa
keton. Keton akan terbawa dalam urin dan dapat di cium baunya
saat bernapas. Akibat akhir adalah darah menjadi asam, jaringan
tubuh rusak, tidak sadarkan diri dan mengali koma.
e) Koma hiperosmoler non ketotik (KHNK)
Gejala KHNK adalah dehidrasi yang berat, hipotensi dan
menimbulkan shok. Komplikasi ini dapat diartikan sebagai
keadaan tubuh tanpa penimbunan lemak sehingga penderita tidak
menunjukkan pernapasan yang cepat dan dalam (kussmaul).
Pemeriksaan di laboratorium menunjukkan bahwa kadar glukosa
penderita sangat tinggi Ph darah normal, kadar natrium tinggi dan
tidak ada ketonemia.
f) Koma lakto asidosis
komplikasi ini diartikan sebagai suatu keadaan tubuh dengan
27
asam laknat tidak dapat diubah menjadi bikarbonat. Akibatnya
kadar asam laknat didalam darah meningkatkan (hiperlaktatemia)
dan akhirnya menimbulkan koma. Keadaan ini dapat terjadi karena
infeksi, gangguan faal hepar, ginjal, DM yang mendapat
pengobatan dengan phenformin. Gejala yang muncul biasanya
berupa stupor hingga koma. Pemeriksaan gula darah biasanya
hanya menunjukkan hiperglikemia ringan (glukosa darh dapat
normal atau sedikit turun).
b. Komplikasi kronis
Tujuan paling utama dalam pengelolaan DM adalah menghambat
atau mencegah terjadinya komplikasi kronis yang sangat merugikan
penderita (Damyanti 2017).
1) Komplikasi spesifik
komplikasi spesifik adalah komplikasi akibat kelainan pembuluh
darah kecil mikroangipati diabetika (Mi.DM) dan kelainan
metabolisme dalam jaringan. Jenis– jenis komplikasi spesifik sebagai
berikut
a) Retino pati diabetika (RD), gejalanya penglihatan mendadak
buram seperti berkabut. Akibatnya harus sering mengganti
kaca mata
b) Nefropati diabetika (ND), gejalanya ada protein dalam air
kencing, terjadi pembengkakan, hipertensi dan kegagalan
fungsi gijal yang menahun.
c) Neuro pati diabetika (Neu.D), gejala perasaan terhadap getaran
berkurang, rasa panas seperti terbakar dibagian ujung tubuh,
rasa nyeri, rasa kesemutan, serta rasa terhadap dingin dan
panas berkurang. Selain itu otot lengan atas menjadi lemah,
penglihatan kembar, impotensi sementara, mengeluarkan
banyak keringat dan rasa berdebar saat istirahat
d) Diabetik foot (DF) dan kelainan kulit, seperti tidak
berfungsinya kulit (dematopati diabetik), adanya gelembung
berisi cairan dibagian kulit (bulae diabetik), dan kulit mudah
28
terinfeksi.
akibat DM. Caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa
terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Ada lima
a. Manajemen diet
dalam batas2 normal atau kurang lebih 10% dari berat badan
29
kualitas hidup (Suyono dalam Damyanti, 2017).
30
berkesinambungan (kontinyu) dalam waktu yang lama,
( Wasludin,2019).
d. Terapi farmakologi
kadar glukosa darah jika dengan diet, latihan fisik dan Obat
e. Pendidikan kesehatan
31
preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik
32
tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada usia
lanjut sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan
kegemukan/obesitas yang memicu timbulnya penyakit degeneratif
termasuk diabetes mellitus (Maryam, Ekasari, Rosidawati,
Jubaedi & Batubara, 2018).
C. Senam Diabetes
Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan rithmis dengan
gerakan yang menyenangkan, tidak membosankan dan dapat diikuti semua
kelompok umur sehingga menarik antuasiasme kelompok dalam klub-klub
diabetes (Hans, Tjandra. 2017).
2. Fisiologi
Kegiatan fisik dinamik yang melibatkan kelompok otot-otot utama
akan meningkatkan ambilan oksigen sebesar 15-20 kali lipat karena
peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif. Ventilasi pulmmuner
dapat mencapai 100 L/menit dan curah jantung meningkat hingga 20-30
L/menit untuk memenuhi kebutuhan otot yang aktif. Terjadi dilatasi arteriol
maupun kapiler yang menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka
sehingga reseptor insulin lebih banyak dan lebih aktif atau lebih peka
(Sudoyo dalam Damayanti,2017).
Kepekaan reseptor insulin berlangsung lama bahkan sampai latihan
telah berakhir. Jaringan otot yang aktif atau peka insulin disebut jaringan
non insulin dependent dan jaringan otot pada keadaan istirahat
membutuhkan insulin untuk menyimpan glukosa, sehingga disebut jaringan
insulin dependent. Pada fase pemulihan post-exercise terjadi pengisian
kembali cadangan glikogen otot dan hepar. Aktifitas glikogenik
berlangsung terus sampai 12-24 jam post-exercise, menyebabkan glukosa
33
darah kembali normal (Soegondo dalam Damayanti, 2017)
Glukosa merupakan sumber energi selama latihan fisik berlangsung
yang diperoleh dari proses glikogenolisis (pemecahan glikogen hepar). Bila
latihan terus berlangsung lebih dari 30 mmenit maka sumber energi utama
menjadi asam lemak bebas yang berasal dari lipolisis jaringan adiposa.
Tersedianya glukosa dan asam lemak bebas diatur oleh berbagai macam
hormon terutama insulin, juga katekolamin, kortisol, glukagon, dan growth
hormon (GH).
Selama latihan jasmani sekresi glukagon meningkat, juga katekolamin
untuk meningkatkan glikogenolisis, selain itu juga kortisol yang
meningkatkan katabolisme protein, membebaskan asam amino yang
digunakan pada glukoneogenesis. Semua mekanisme tersebut
menimbulkan meningkatnya kadar glukosa darah (Soegondo dalam
Damayanti, 2017). Peningkatan glukosa darah (hiperglikemia) dan benda
keton (ketosis) dapat terjadi selama latihan jasmani pada pasien DM tipe 2
dengan glukosa darah yang tidak terkontrol.
Pada penelitian didapatkan latihan jasmani berbahaya pada keadaan
glukosa darah sekitar 332 mg/dL, akibat peningkatan glukagon plasma dan
kortisol yang menyebabkan terbentuknya benda keton. Latihan jasmani
sebaiknya dilakukan pada kadar glukosa darah tidak lebih dari
250mg/dL (Sudoyo dalam Damayanti, 2017).
Sebaliknya hipoglikemia selama latihan jasmani dapat terjadi pada
penderita yang mendapatkan terapi insulin, obat oral anti diabetik dan tidak
adanya intake makanan sebelum latihan jasmani berlangsung (Damayanti,
2017).
34
(Ilyas dalam Soegondo, 2017).
b. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular Terhambat/Diperbaiki
Santoso, 2017 menyatakan latihan jasmani dapat membantu
memperbaiki profil lemak darah, menurunkan kolesterol total, Low
Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan menaikkan High Density
Lipoprotein (HDL) 45- 46% serta memperbaiki sistem hemostatik dan
tekanan darah.
c. Berat Badan Menurun
Latihan jasmani yang teratur dapat menurunkan berat badan dan
memeliharanya dalam jangka waktu yang lama. Dengan menurunkan
berat badan dan meningkatkan massa otot, akan mengurangi jumlah
lemak sehingga membantu tubuh memanfaatkan insulin dengan baik.
d. Keuntungan Psikologis
Latihan jasmani yang teratur dapat memperbaiki tingkat kesegaran
jasmani sehingga penderita merasa fit, rasa cemas berkurang terhadap
penyakit, timbul rasa senang dan rasa percaya diri yang pada akhirnya
kualitas hidupnya meningkat.
e. Pencegah Terjadinya DM Dini
Latihan jasmani sedang yang dilakukan secara teratur dapat
mencegah dan menghambat timbulnya diabetes dini.
35
melebihi THR dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan (Santoso
dalam Damayanti, 2017).
c. Pendinginan (colling down)
Pendinginan dilakukan untuk mencegah terjadinya penimbunan
asam laktat yang dapat menimbulkan nyeri otot setelah melakukan
latihan atau pusing akibat masih terkumpulnya darah pada otot yang
aktif. Pendinginan dilakukan 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati
denyut nadi istirahat. Bila latihan dilakukan berupa jogging maka
pendinginan yang dilakukan sebaiknya tetap jalan-jalan untuk beberapa
menit . Bila latihan berupa bersepeda, tetap mengayuh sepeda tanpa
beban (Soegondo dalam Damayanti, 2017).
d. Peregangan (stretching)
Tahap ini bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot -otot
yang masih teregang dan menjadi lebih elastis. Tahap ini lebih
bermanfaat bagi penderita DM usia lanjut (Sudoyo dalam Damayanti,
2017).
e. Durasi
Pemanasan dan pendinginan dilakukan masing-masing 5-10 menit
dan latihan inti 39-40 menit untuk mencapai metabolik yang optimal.
Bila kurang maka efek metabolik sangat rendah dan bila berlebihan akan
menimbulkan efek buruk pada sistem respirasi, kardiovaskuler dan
muskuloskletal (Santoso dalam Damayanti, 2017).
f. Jenis
Latihan jasmani yang dipilih hendaknya yang melibatkan otot besar
dan sebaiknya yang di senangi. Latihan yang dianjurkan untuk penderita
DM adalah aerobic low impact dan ritmis berupa latihan jasmani
endorance (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi
seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda dan senam disko
sedangkan latihan resisten statis tidak di anjurkan seperti angkat besi dan
lain- lain (American Diabetes Asosiation dalam Damayanti, 2017).
36
a. Latihan Pemanasan
Sebelum masuk dalam gerakan inti, sebaiknya lakukan pemanasan.
Berikut ini tujuan pemanasan :
1) Adaptasi jantung terhadap seluruh kegiatan senam.
2) Memperbaiki jaringan pembuluh darah dan otot yang telah
berubah posisinya.
3) Melancarkan peredaran darah.
4) Memperbaiki system saraf dalam tubuh terutama bagian
tulang punggung yang merupakan kumpulan jutaan saraf.
5) Melemaskan otot-otot tubuh agar bisa relaksasi.
b. Latihan inti (conditioning)
Pada tahap ini dilakukan 30-40 menit di usahakan denyuf nadi
mencapai THR agar latihan bermanfaat. Sebaliknya jika denyut nadi
melebihi THR dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan (Santoso
dalam Damayanti, 2017).
c. Pendinginan (colling down)
Pendinginan dilakukan untuk mencegah terjadinya penimbunan
asam laktat yang dapat menimbulkan nyeri otot setelah melakukan
latihan atau pusing akibat masih terkumpulnya darah pada otot yang
aktif. Pendinginan dilakukan 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati
denyut nadi istirahat. Bila latihan dilakukan berupa jogging maka
pendinginan yang dilakukan sebaiknya tetap jalan-jalan untuk beberapa
menit . Bila latihan berupa bersepeda, tetap mengayuh sepeda tanpa
beban (Soegondo dalam Damayanti, 2015).
d. Peregangan (stretching)
Tahap ini bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot -otot
yang masih teregang dan menjadi lebih elastis. Tahap ini lebih
bermanfaat bagi penderita DM usia lanjut (Sudoyo dalam Damayanti,
2017).
Gambar 1
Gerakan pemanasan 1 dan 2
37
Sumber Novitasari, 2012
Gambar 2
Gerakan pemanasan 3 dan 4
38
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 3
Bermanfaat menyiapkan kondisi tubuh baik secara fisiologis dan
Gerakan dimulai dengan kaki kanan dan hitungan jatuh pada kaki kanan.
Gerakan 4
bagian samping tubuh ke atas lalu berakhir di dada sementara kepala masih
2) Tundukan kepala.
Gambar 3
Gerakan pemanasan 5 dan 6
39
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 5
Gerakan 6
3) Jalan di tempat
Gambar 4
Gerakan pemanasan 7 dan 8
40
2) Tangan mengepal di sisi badan.
Gerakan 8
Gerakan 9
Bermanfaat untuk melenturkan persendian otot bahu dan punggung
bagian atas.
Gerakan 10
41
2) Tangan di rentangkan ke depan dan ke kanan atau ke kiri.
Gerakan 11
Bermanfaat untuk menguatkan otot lengan.
Gerakan 12
42
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 13
Bermanfaat untuk mengurai otot dada dan bahu.
Gerakan 14
1) Posisi awal.
43
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 15
Bermanfaat untuk melenturkan dan mengkoordinasi otot bahu,
Gerakan 16
44
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 17
Bermanfaat untuk merenggangkan dan mengkoordinasikan lengan sisi
3) Begitupun sebaliknya.
Gerakan 18
1) Kaki dibuka.
45
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 19
Bermanfaat untuk melenturkan sisi tubuh.
Gerakan 20
46
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 21
Gerakan 22
47
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 23
2) Tangan lurus ke kanan atau ke kiri sejajar dengan bahu dan ditarik statis.
Gerakan 24
48
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 25
Bermanfaat merenggangkan otot bahu, sendi punggung atas.
Gerakan 26
3) Lakukan bergantian.
49
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 27 dan 28
4) Lakukan bergantian.
50
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 29
51
1. Latihan inti
Gambar 16
Gerakan 1 dan 2
Sumber :
Novitasari, 2012
Gambar 17
Gerakan 3, 4 dan 5
Sumber : Novitasari, 2012
52
selanjutnya dan megatur pernapasan.
Gambar 18
Gerakan inti 1
kegerakan selanjutnya.
1) Badan tegak.
53
4) Dengan hitungan angkat dan Tarik tangan sejajar dengan bahu.
Gambar 19
Gerakan inti 2 dan 3
3) Lakukan seterusnya.
Inti 3
54
Gambar 20
Gerakan inti 4 dan 5
3) Mundur 1 langkah..
55
Sumber : Novitasari, 2012
Inti 6
Inti 7
Bermanfaat untuk melatih otot betis, paha, persendian lutut dan lengan.
56
Sumber : Novitasari, 2012
Inti 8
57
Sumber : Novitasari, 2012
Inti 9
1) Buka kaki.
Inti 10 :
1) Buka kaki.
Inti 11
58
1) Buka kaki kiri kesamping kiri.
Gambar 25
59
Gambar 26
inti 15
Sikap sempurna
60
Gambar 27
Gerakan pendinginan 1
Pendinginan 1
4) Kepala di tundukan.
61
Sumber : Novitasari, 2012
Pendinginan 2
62
Pendinginan 3
2) Tangan di bentangkan.
Pendinginan 4
2) Lutut di tekuk.
Pendinginan 5
63
penyangga.
Pendinginan 6
Pendinginan 7
64
Sumber : Novitasari, 2012
Pendinginan 8
1) Menghadap ke kanan.
Pendinginan 9
1) Menghadap ke kanan.
65
Sumber : Novitasari, 2012
Pendinginan 10
Pendinginan 11
1) Menghadap ke kanan.
66
Sumber : Novitasari, 2012
Pendinginan 12
Senam diabetes vol 5 merupakan senam aerobic low impact dan ritmis
diabetes.
glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 adalah latihan aerobik
menurut usia dan status fisik yang merupakan bagian dari pengobatan
67
diabetes melitus. Senam diabetes melitus dilakukan secara teratur selama 30-
60 menit sebanyak 3-5 kali dalam seminggu latihan fisik secara teratur dapat
68
C. Kerangka teori
Lima komponen
Senam
penatalaksanaan DM tipe 2 Diabetes
1. Nutrisi (Diet)
2. Latihan fisik
3. Pemantauan gula darah
4. Terapi farmakologi
5. Pendidikan kesehatan
Penurunan
kadar gula
darah
Keterangan :
: Di teliti : Berpengaruh
: Tidak di teliti
69
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu (Sugiyono, 2018)
70
B. Hipotesis Penelitian
Penurunan
Senam diabetes
Kadar gula darah
71
kerangka konsep (Nursalam,2017)
D. Rancangan Penelitian
Keterangan:
X0 : kelompok kontrol
72
yang mempelajari dinamika faktor- faktor pengaruh dengan faktor
terpengaruh dalam waktu yang sama. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian analitik korelasi, yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk
menggali bagaimana, dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,
kemudian melakukan analisa dinamika korelasi antara faktor resiko dengan
faktor efek ( Noto atmodjo, 2010 ).
4. Populasi Penelitian
73
Populasi adalah target dimana peneliti menghasilkan hasil penelitian.
(Swarjana, 2015) Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
populasi target dan populasi terjangkau (accessible population).Populasi
target adalah populasi yang memenuhi sampling kriteria dan menjadi
sasaran akhir penelitian, sedangkan populasi terjangkau adalah populasi
yang memenuhi kriteria dalam penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh
peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2018).
Tabel 3.1
74
variabel Definisi Alat Hasil skala
ukur ukur
operasional
dan cara
ukur
Independen Olahraga ringan ceklist Melakukan
senam berupa senam yang di senam
lakukan dalam waktu
30 menit
Tidak
Melakukan
senam
75
a. Uji validitas
Untuk menguji maka dilakukan uji korelasi antar skor (nilai) tiap
item pertanyaan dengan skor total kuisioner, bila item pertanyaan
mempunyai korelasi yang signifikan dengan skor total instrumen maka
kuisioner tersebut dinyatakan valid (Arikunto,2006). Instrumen akan
dicobakan 40 responden, ternik korelasi yang dipakai adalah teknik
person productmomen dengan rumus:
N(∑xy)-∑x∑y
R₌
√(N∑X²-(∑X)²(N∑Y²-(∑Y)²)
Keterangan
X= pertanyaan nol
Y= skor total
XY= skor pertanyaan nomer 1 dikalikan skor total
b. Uji Reliabilitas
76
kuisioner yang skornya berupa rentangan digunakan rumus koefisien
realibilitas Alpha Cronbach (Arikunto,2006).
Rumus :
a. Pengolahan data
Menurut (Notoatmodjo, 2010) ada lima tahapan agar analisis
menghasilkan informasi yang benar yaitu :
1) Editing
77
dengan mudah dapat segera dilakukan perbaikan.
2) Pengkodean (Coding)
b. Analisa Data
Analisa data penelitian merupakan media untuk menarik
78
kesimpulan dari seperangkat data hasil pengumpulan
(Saryono dan Setiawan,2010). Hasil penelitian diolah
dengan menggunakan program yang ada di computer yaitu
komputerisasi dan selanjutnya akan dilakukan analisa.
Menurut (Notoatmodjo, 2010) Pengolahan dan analisa data
dilakukan dengan komputer menggunakan soffware SPSS
Versi Windows 22.0. Teknik analisis data suatu penelitian
melalui proses bertahap antara lain:
1. Analisa Univarat
Analisa unvariat yang dilakukan untuk
menggambarkan subyek penelitian dengan tidak tidak
melakukan analisa perbedaan atau hubungan antar
variabel. Setiap variabel dependent dan variabel
independent dianalisis dengan statistic deskriptif yaitu
prosentase untuk mendapatkan gambaran mengenai
hubungan senam diabetes terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus
Rumus yang digunakan adalah:
f
X= n X 100%
Keterangan :
X = Hasil prosentase
79
menggunakan ɑ = 0,05 dan 95% confidence interval (CI)
dengan menggunakan program komputer. Uji chi square
digunakan bila data penelitian berupa frekuensi dalam
bentuk kategori baik normal atau ordinal. Uji ini juga di
gunakan untuk menentukan signifikasi dua variabel atau
lebih dengan rumus:
2
X = ∑ ( fo−fh ) ❑2
0 fh
Keterangan :
2
X Chi Kuadrat
0
80
e. Bila tabelnya 2x2, gunakan Kai Kuadrat Yate’s
Correction.
f. Bila tabelnya 2x2, ada sel yang E-nya > 5, gunakan
fisher Exact.
E. Etika Penelitian
81
Informend Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan
denganmemberikan persetujuan untuk menjadi responden (Saryono dan
Setiawan, 2010).
F. Jadwal Penelitian
82
DAFTAR PUSTAKA
83
Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan 2018. Testis tidak
diterbitkan. Medan. Mutiara Ners.
84
85
NO KEGIATAN BULAN
PEBRUARI MARET APRIL MEI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. PENGAJUAN JUDUL
2. ACC JUDUL
3. SURVEY PENDAHULUAN
4. KONSUL BAB I
5. KONSUL BAB II
6. KONSUL BAB III
7. EMBAR OBSERVASI
8. PERSIAPAN UJIAN
PROPOSAL
9. UJIAN PROPOSAL
JADWAL PENELITIAN
72
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)
73
Gerakan pemanasan 9 1) Langkahkan kaki ke depan 1 langkah.
2)Kepalkan tangan dan simpan di dada.
3)Tarik ke atas dan ke bawah.
Gerakan pemanasan 10 1) Langkahkan kaki ke samping kanan dan ke kiri sebanyak 2
langkah.
2) Tangan di rentangkan ke depan dan ke kanan atau ke
kiri.
3) Gerakan kepala ke kanan dan ke kirir secara bergantian.
74lxxxviii
2) Kedua tangan disamping kepala sejajar dengan
bahu.
3) Putar sisi tubuh kearah kanan dan kiri bergantian.
Gerakan pemanasan 20 1) Ayunkan lengan ke samping kiri dan samping
kanan bergantian.
2) Kaki kiri dan kana di tekuk ke belakang.
Gerakan pemanasan 21 1) Kaki dibuka lebar, satu kaki melangkah ke depan.
2) Tekuk lutut ke arah kanan.
3) Silangkan kedua tangan diatas kanan dan kiri.
Gerakan pemanasan 22 1) Kaki kanan terbuka.
2) Tangan kanan tertumpu di paha kanan.
3) Tangan kiri lurus ke atas.
Gerakan pemanasan 23 1) Tubuh menghadap ke kanan dan ke kiri.
2) Tangan lurus ke kanan atau ke kiri sejajar dengan
bahu dan ditarik statis.
Gerakan pemanasan 24 1) Badan menghadap kanan atau kiri.
2) Tangan direntangkan ke atas.
3) Salah satu kaki ditarik kebelakang.
Gerakan pemanasan 25 1) Kaki kanan atau kiri menekuk ke depan.
2) Samping kanan atau kiri lurus ke belakang.
3) Kedua tangan bertumpu di paha.
Gerakan pemanasan 26 1) Kaki kanan diluruskan.
2) Tangan kanan menyentuh ujung kaki kanan.
3) Lakukan bergantian.
Gerakan pemanasan 27 1) Kaki kiri melangkah ke depan.
2) Kedua tangan dilurus ke depan.
3) Ditarik kebelakang dan ditahan di depan dada
disamping telinga.
4) Lakukan bergantian.
Gerakan pemanasan 28 1) Kaki kiri melangkah ke depan.
2) Kedua tangan dilurus ke depan.
3)Ditarik kebelakang dan ditahan di depan dada
disamping telinga.
4) Lakukan bergantian.
Gerakan pemanasan 29 4) Kaki kiri melangkah kedepan.
5) Kedua tangan tertumpu di kedua paha.
6) Lutut kanan di tekuk.
Gerakan pemanasan 30 Sikap sempurna.
Peregangan
Gerakan 1, 2, 3, 4, 5 1) Tangan kanan lurus kedepan.
lxxxix
75
dilakukan untuk 2) Tangan kiri lurus ke depan.
mempersiapkan gerakan 3) Tangan kanan lipat ke bahu kiri.
selanjutnya dan megatur 4) Tangan kiri lipat ke bahu kanan.
pernapasan. 5) Telapak kanan terbuka di samping telinga.
6) Telapak kiri terbuka disamping telinga kiri.
Gerakan inti
Inti 1 1) Badan tegak.
2) Langkah kaki kanan ke depan 1 langkah.
3) Kepalkan tangan angkat ke atas.
4) Dengan hitungan angkat dan Tarik tangan sejajar
dengan bahu.
Inti 2 1) Kaki melangkah kedepan.
2) Tangan mengepal dari perut diangkat ke atas
kepala.
3) Lakukan seterusnya.
Inti 3 1) Tangan kanan mengepal.
2) Badan serong ke kanan.
3) Kaki kiri membuka ke samping kiri.
Inti 4 dan 5 1) Melangkah maju 1 lngkah.
2) Tangan mendorong ke depan.
3) Mundur 1 langkah..
4) Tangan didorong ke depan kemudian rentangkan ke
atas.
Inti 6 1) Kedua tangan mengepal kemudian Tarik ke
belakang.
2) Kaki kanan melangkah ke
depan. Lakuakn secara bergantian
Inti 7 1) Langkahkan kedepan kaki kiri.
2) Tangan kiri direntangkan, tangan kanan simpan di
dada.
3) Kedua tangan mengayun ke kanan dan ke kiri.
Inti 8 1) Angkat kaki kiri ke belakang.
2) Kedua tangan bentangkan ke depan.
3) Lakukan bergantian denagnkaki kanan.
Inti 9 1) Buka kaki.
2) Langkahkan ke depan kaki kanan dan kaki kiri
mundur ke belakang.
3) Telapak tangan di buka, tangan kiri bentangkan dan
kanan simpan di dada.
4) Ayunkan kekanan ke kiri.
Inti 10 1) Buka kaki.
2) Langkahkan ke depan kaki kanandan kaki kiri
3) Mundurkan ke belakang.
4) Angkat kedua tangan ke atas.
Inti 11 1) Buka kaki kiri kesamping kiri.
2) Kedua tangan sejajar dengan dada.
76xc
3) Rentangkan tangan ke bawah.
4) Lakukan bergantiandengan kaki kanan.
Inti 12 1) Kaki kiri melangkah ke samping.
2) Kedua tangan direntangkan sejajar dengan dengan
perut
Gerakan relaksasi
Gerakan 13 1) Tangan di depan.
2) Rentangkan bersamaan melangkah ke samping
kanan dan kiri.
Gerakan 14 1) Kedua tangan direntangkan sejajar bahu dengan
kedua tangan di kepal di dada.
2) Kaki langkahkan ke kanan dan kiri.
Gerakan 15 1) Kedua tangan mengayun ke atas.
2) Kaki langkahkan ke kanan dan kiri.
Gerakan 16 Sikap sempurna
Pendinginan
Pendinginan 1 1) Langkahkan kaki kiri ke samping.
2) Lutut kiri di tekuk.
3) Kedua lengan direntangkan.
4) Kepala di tundukan.
Pendinginan 2 1) Kaki kanan di buka.
2) Lengan di depan dada.
3) Tubuh di tarik ke arah kanan dan beberapa detik.
Pendinginan 3 1) Kaki kanan melangkah ke depan.
2) Tangan di bentangkan.
Pendinginan 4 1) Kaki kiri maju ke depan.
2) Lutut di tekuk.
3) Kedua lengan direntangkan ke depan.
4) Telapak tangan menghadap ke dalam.
Pendinginan 5 1) Kaki kiri di depan.
2) Tangan kiri di bentangkan ke belakang tangan
kanan menjadi penyangga.
Pendinginan 6 1) Kaki kiri maju ke depan.
2) Kaki kanan ke belakang.
3) Kedua tangan bertumpu di paha.
Pendinginan 7 1) Kaki di buka ke samping.
2) Tangan kanan menarik sikut kiri ke arah belakang
Pendinginan 8 1) Menghadap ke kanan.
2) Kaki kanan tekuk dan kaki kiri lurus.
3) Kedua tangan lurus menghadap kanan.
Pendinginan 9 1) Menghadap ke kanan.
2) Kaki kiri jinjit.
3) Kaki kanan lurus dan kedua lengan ke atas.
Pendinginan 10 1. Kaki kiri Tarik ke belakang.
2. Kaki kanan di tekuk.
77
xci
3. Kedua tangan bertumpuk di kaki kanan.
Pendinginan 11 1) Menghadap ke kanan.
2) Rentangkan tangan kanan seperti menyentuh ujung
kaki kiri.
3) Kaki kiri di tekuk, kaki kanan lurus sejajar dengan
tangan.
Pendinginan 12 1) Kaki kanan melangkah ke samping.
2) Kedua lengan direntangkan ke samping.
3) Kedua lutut di tekuk sedikit.
Pendinginan 13 Sikap sempurna
xcii
78
LEMBAR OBSERVASI GULA DARAH
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Kelompok :
Lama menderita DM :
melakukan senam
xciii
79
xciv
xcv
xcvi
xcvii