Anda di halaman 1dari 97

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana keperawatan

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR


GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES TIPE II
DI PUSKESMAS KEBONAGUNG DEMAK
TAHUN 2022

Oleh
MUHAMMAD RIFKI
FEBRIYANTO
NIM:2102B028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
Puewodadi, Januari 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan siap dipertahankan


dihadapan tim penguji Proposal Skipsi pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Sain dan Kesehatan Universitas An Nuur,

Purwodadi, 17 Januari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Ns, Anita Lufianti, M.Kes., M.Kep Sutiyono, S,kep Ns., M.Kes


NIDN: 0608077701 NIDN: 0619048502

Mengetahui,
Dekan Fk. Sain dan Kesehatan Ka. Prodi SI Keperawatan

Suryani, S.Kep., Ns., M.kep. SUTRISNO S.Kep.,Ns., M.Kep.


NIDN. 0629107901 NIDM. 0621127501

2
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi oleh Muhammad Rifki Febrianto, NIM 2102B028 dengan judul
“PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR
GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES TIPE II DI PUSKESMAS
KEBONAGUNG DEMAK TAHUN 2022” telah dipertahankan di depan dewan
penguji pada tanggal 20 januari 2023

Penguji I Tanda Tangan

Ns. Purhadi, M,Kep


NIDN:0613047901 ……………………………….
Penguji II Tanda Tangan

Ns, Anita Lufianti, M.Kes., M.Kep


NIDN: 0608077701 ……………………………….
Penguji III Tanda Tangan

Sutiyono, S,kep Ns., M.Kes


NIDN: 0619048502 ……………………………….

Mengetahui,
Dekan Fk. Sain dan Kesehatan Ka. Prodi SI Keperawatan

Suryani, S.Kep., Ns., M.kep. SUTRISNO S.Kep.,Ns., M.Kep.


NIDN. 0629107901 NIDM. 0621127501

KATA PENGANTAR

3
Alhamdulillah puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul “PENGARUH SENAM
DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA
PASIEN DIABETES TIPE II DI PUSKESMAS KEBONAGUNG DEMAK
TAHUN 2022” dengan lancar.
Dalam penyusunan Proposal ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Proposal ini.
Adapun rasa terima kasih penulis ucapkan pada:
1. Ns. Purhadi., M.Kep selaku Plt Rektor Universitas An Nuur
Purwodadi yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan proposal ini.
2. Suryani, S.Kep., Ns., M.kep selaku Dekan Universitas An Nuur
Purwodadi yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan proposal ini.
3. Ns, Anita Lufianti, M.Kes., M.Kep selaku pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyusun
Proposal ini.
4. Sutiyono, S,kep Ns., M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyusun Proposal
ini.
5. Kepada keluarga yang keberadaanya selalu mencurahkan kasih
sayang, dukungan moril maupun spiritual kepada penulis.
6. Segenap dosen dan staf di Universitas An Nuur Purwodadi.

7. Kepala UPT Puskesmas Kebonagung Demak yang telah


memberikan ijin penelitian.
8. Teman-teman seangkatan S1 Keperawatan yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya Proposal.

4
Dalam penyusunan Proposal ini, penulis telah berusaha dengan segala
kemampuan yang penulis miliki, namun penulis menyadari bahwa penyusunan
Proposal ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan Proposal ini.Semoga
Proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan lembaga
kesehatan pada khususnya.

Demak ……………………..2023
Penulis

Muhammad Rifki Febriyanto


(NIM: 2102B028)

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………,, ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................... iii
PERNYATAAN....................................................................... iv
KATA PENGANTAR.............................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................. vii
DAFTAR TABEL..................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR............................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………........ x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................... 4
C. Tujuan Penelitian................................................ 4
D. Manfaat Penelitian……………………………… 5
E. Keaslian Penelitian…………………………….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes melitus.................................................. 9
B. Kadar gula darah................................................. 21
C. Senam Diabetes………………………………... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. variable Penelitian............................................... 59
B. Hipotesis Penelitian............................................. 60
C. Kerangka Konsep Penelitian………………....... 60
D. Rancangan Penelitian.......................................... 61
E. Etika Penelitian…………. ................................. 69
F. Jadwal Penelitian……………............................. 70

DAFTAR PUSTAKA............................................................... 71
LAMPIRAN

6
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Keaslian Penelitian……………………….. 6

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik berdasarkan panduan WHO..13

Tabel 2.2 Kriteria Diagnostik Diabetes……………… 14

Tabel 2.3 Kriteria Diagnostik Diabetes berdasarkan

DEPKES RI………………………………. 15

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel…………… 63

7
DAFTAR GAMBAR

Gambar senam diabetes …………………………………………. 26

8
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Standar Operasional Prosedur………………….. 73

Lampiran 2. Lembar Observasi gula darah…………………… 79

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang cukup serius dimana
insulin tidak dapat diproduksi secara maksimal oleh pancreas (Safitri &
Nurhayati, 2019). Hampir 70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit
Tidak Menular (PTM) (Kemenkes RI, 2019). Prevelensinya DM terus
mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Jumlah penderita DM yang terus
menerus mengalami peningkatan secara konsisten menunjukkan bahwa
penyakit DM merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian
khusus untuk ditangani dan dikendalikan oleh berbagai sektor karena menjadi
salah satu ancaman kesehatan global dan penyebab kematian yang cukup besar
di Indonesia (Gresty N, 2017). International Diabetes Federation (IDF)
(2019), memprediksi penderita DM di dunia akan mengalami kenaikan sebesar
51% dari tahun 2019 yakni 463 juta menjadi 700 juta di tahun 2045, angka
tersebut diprediksi akan terus bertambah disetiap tahunnya. Tahun 2014
terdapat 8,5% usia ≥18 tahun menderita DM dan pada tahun 2019 penyakit
diabetes melitus menyebabkan kematian sebesar 1,5 juta jiwa (WHO, 2020).
WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 150 juta orang di dunia telah menderita
diabetes mellitus (Saputri, Setiani, & Dewanti, 2018).
World Health Organization (WHO) memprediksi penderita DM di
Indonesia akan mengalami peningkatan pada tahun 2000 ke tahun 2030 dari
8,4 juta menjadisekitar 21,3 juta. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pada
tahun 2035 jumlah penderita diabetes akan meningkat 2-3 kali lipat (Soelistijo
et al., 2018). Jumlah Penderita DM di Provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Provinsi Jawa Tengah menyandang kasus DM
mencapai 496,181 kasus tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 652,822
kasus di tahun 2019 (Dinkes Provinsi Jateng, 2019), (Dinkes Provinsi Jateng,
2020). Berdasarkan hasil diagnosis dokter, prevelensi DM pada penduduk
berusia ≥15 di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan sebesar 0,5%
yaitu 1,6% tahun 2013 menjadi 2,1% tahun 2018 (Kemenkes RI, 2019). Jumlah

10
penderita DM (NIDDM) di Kota Demak pada tahun 2020 sebanyak 18529
orang (Profil Kesehatan Kota Demak, 2020). Dan penderita DM di wilayah
Kebonagung kota Demak sebanyak 674 (Profil Kesehatan Kota Demak,
2020). Banyak faktor yang menjadi pemicu kenaikan prevelensi DM
diantaranya hipertensi, obesitas, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik sebagai
faktor risiko yang dapat di modifikasi (Purnama & Sari, 2019).
Kadar gula darah merupakan suatu parameter yang menunjukkan kondisi
hiperglikemia ataupun hipoglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan atau
kondisi kadar gula darah (glukosa) dalam darah tinggi, sedangkan
hipoglikemia menunjukkan keadaan kadar gula darah rendah. Penyebab
terjadinya hiperglikemia adalah adanya defisiensi insulin. Dalam keadaan
hiperglikemia, kapasitas sekresi insulin menjadi lemah sehingga produksi
insulin semakin berkurang. Menurut World Health Organization (WHO) dalam
kondisi hiperglikemia kadar gula darah memiliki rentang nilai antara 100-126
mg/dL dan termasuk kedalam keadaan toleransi abnormal glukosa. Keadaan
hiperglikemia dapat menjadi suatu kondisi diabetes apabila tidak terjadi
penurunan kadar gula darah dalam beberapa kali pengecekan (PERKENI,
2017). Penyakit diabetes melitus apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan komplikasi seperti kerusakan sistem syaraf (Neuropati),
Kerusakan sistem ginjal (nefropati), kerusakan mata (retinopati), jantung,
stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer (Rosyada, 2018). Banyak faktor
yang menjadi pemicu kenaikan prevelensi DM diantaranya hipertensi, obesitas,
kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik sebagai faktor risiko yang dapat di
modifikasi (Purnama & Sari, 2019).
Aktivitas fisik merupakan faktor risiko penyakit tidak menular yang sangat
penting untuk diperhatikan. Aktivitas fisik merupakan hal sepele, namun
sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Aktivitas fisik berperan dalam
pengubahan status gula darah yang berperan penting terhadap kejadian
penyakit Diabetes Melitus. Penyakit tersebut tidak hanya terjadi pada usia
lansia saja, namun juga terjadi pada anak-anak dan remaja.
Berdasarkan hasil Riskesdas, proporsi aktivitas fisik kurang pada
penduduk umur ≥10 tahun di Indonesia mengalami kenaikan yaitu 26,1% di

11
tahun 2013 menjadi 33,5% pada tahun 2018 (Balitbang Kemenkes RI, 2018).
Proporsi Aktifitas Fisik kurang di pada Penduduk Umur >10 Tahun menurut
Provinsi, dimana DKI Jakarta menepati urutan pertama dengan proporsi
sebesar 47,8% proposi terendah di Provinsi NTT, yakni sebesar 25,2%
(Kemenkes RI, 2018). Sedangkan proporsi di Provinsi Jawa Tengah sebesar
29,5 %. Berdasarkan Kabupaten/kota yang terdapat terdapat di Jawa Tengah,
proporsi aktifitas fisik kategori kurang paling tinggi terdapat di Kota Surakarta
yakni sebesar 49,89% (Balitbangkes, 2018).
Gula darah bisa stabil jika ada keseimbangan antara diet, latihan fisik,
obat-obatan dan penyuluhan. Faktor-faktor tersebut merupakan
penatalaksanaan empat pilar diabetes melitus yang harus dilaksanakan secara
bersamaan. Ibarat sebuah pilar dalam sebuahbangunan, satu pilar akan
mempengaruhi pilar yang lainnya. Empat pilar tersebut adalah : pola makan
sehat, aktivitas fisik, obat-obatan dan edukasi. Dimana keempat pilar tersebut
harus dilakukan secara beriringan agar dapat mengendalikan penyakit diabetes
melitus yang diderita (RS St. Elisabeth and Developed, 2018)
Aktivitas fisik merupakan kunci dalam pengelolaan DM terutama sebagai
pengontrol gula darah dan memperbaiki faktor resiko kardiovaskuler seperti
menurunkan hiperinsulinemia, meningkatkan sensitifitas insulin, menurunkan
lemak tubuh, serta menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik sedang yang
teratur berhubungan dengan penurunan angka mortalitas sekitar 45-70% pada
populasi DM tipe 2 serta menurunkan kadar HbA1c ke level yang bisa
mencegah terjadinya komplikasi (Astri Zakiyyah, 2019)
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan
status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus (Persadia,
2017). Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan ritmis dengan
gerakan yang menyenangkan, tidak membosankan dan dapat diikuti semua
kelompok umur sehingga menarik antusiasme kelompok dalam klub-klub
diabetes. Senam diabetes dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan nilai
aerobik yang optimal (Damayanti 2017). Senam diabetes dibuat oleh para
spesialis yang berkaitan dengan diabetes, diantaranya adalah rehabilitasi medis,
penyakit dalam, olahraga kesehatan, serta ahli gizi dan sanggar senam (Sinaga,

12
2018). Senam diabetes merupakan latihan fisik sebagai upaya mencegah dan
mengontrol diabetes mellitus. Pada saat senam sel-sel diotot bekerja lebih
keras sehingga lebih membutuhkan gula untuk di bakar menjadi tenaga.
Senam diabetes mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin dimembran
plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah (Damayanti, 2017).
Angka kejadian diabetes melitus di puskesmas kebonagung cukup tinggi
hal tersebut cukup tinggi di buktikan dari data tiap bulan, penyakit DM di
puskesmas kebonagung selalu masuk kategori 20 besar penyakit di masyarakat.
Aktifitas fisik berhubungan terhadap indeks glukosa di dalam darah, hal
tersebut di karenakan aktifitas fisik membutuhkan kalori atau energi.
Energi atau kalori di dalam tubuh merupakanhasil dari metabolisme
glukosa, sehingga semakin berat aktifitas fisik yang di lakukan oleh penderita
diabetes. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian
Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebonagung
Kota Demak.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “ Pengaruh Senam Diabetes
Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe
II Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebonagung Kota Demak ”

C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam
diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus
tipe II di wilayah kerja Puskesmas Kebonagung Kota Demak.
2) Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kadar gula darah sebelum di lakukan senam diabetes
pada pesien diabetes tipe II di puskesmas Kebonagung Demak.
b. Untuk mengetahui kadar gula darah sesudah di lakukan senam diabetes
pada pesien diabetes tipe II di puskesmas Kebonagung Demak.

13
D. Manfaat Penelitian

1) Bagi Institusi Tempat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Puskesmas khususnya
mengenai penanganan pasien diabetes mellitus dalam hal memberikan
asuhan keperawatan serta penyuluhan kesehatan dalam upaya melakukan
pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah sumber referensi dan daftar
pustaka berkaitan dengan hubungan senam diabetes terhadap penurunan
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II.
3) Bagi peneliti
Dapat digunakan untuk menerapkan teori-teori yang di dapatkan selama
kuliah dan memperluas cara berfikir peneliti dalam menjelaskan hubungan
senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe II.
4) Bagi keluarga penderita diabetes melitus tipe II
Sebagai bahan masukan dalam upaya pengendalian kadar gula selain
mengkonsumsi obat.

14
E. Keaslian penelitian

Tabel 1.1
Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan
Penelitian
Penelitian Penelitian

Sinaga Pengaruh senam Quasi Senam diabetes melitus Desain pre


diabetes eksperimen yang dilakukan peneliti eksperimental
(2018)
terhadap dengan di wilayah kerja dengan teknik
penurunan kadar rancangan puskesmas Darusalam pengamilan
glukosa darah penelitian one Medan tahun 2017, sample
pada penderita group pre test Didapatkan22 purposive
diabetes mellitus post test dan responden(70.%) sampling.
tipe 2 di wilayah menggunakan yang
kerja Puskesmas teknik mengalami
Darusalam pengambilan penurunankadar
Medan sampling total glukosadarah dengan
sampling mean Pre Test dan
Post Test adalah 18.03
mg/dl. Dan ada 9
orang responden yang
mengalami
peningkatan kadar
glukosadarah. Hasil
analisa data dengan uj I

15
t dependent
menunjukkan ada
perbedaan yang
signifikan rata- rata
kadar
gula darah antara
sebelum dan sesudah
penderita DM
melakukan senam
Diabetes Melitus
(p = 0,000).

Nurhiday Pengaruh senam Desain quasi Berdasarkan hasil Desain


ah diabetesterhadap experiment penelitian yang menggunakan
penurunan kadar dengan dilakukanoleh peneliti one group pre-
(2019)
gula darah pada pendekatan menunjukkan bahwa post test dengan
lansia di Perwira desain pretest- dari 10responden pada menggunakan
Sari RW posttest kelompok intervensi
samplepurposive
08Bekasi Utara withcontrol didapatkan p value =
sampling.
group. Tehnik 0,000 lebih kecil dari
pengambilan nilai α = 0,05 yang
sampling dengan berarti ada pengaruh
cara Total terhadap kadar
Sampling
Gula darah, sedangkan
dari 10 responden pada
kelompok kontrol
didapatkan p value =
0,004 lebih kecil dari
nilai α = 0,05 yang

16
berarti ada pengaruh
juga,dimana masuk
dalam kategori tinggi.
Hasil uji statistik
dengan derajat
kemaknaan 95% di
peroleh p value = 0,006
lebih kecil dari
nilai α = 0,05 maka
hasil analisanya
menunjukkan bahwa
ada Pengaruh senam
diabetes terhadap
penurunan kadar gula
darah pada lansia di
perwira sari RW
08

Bekasi Utara.

Sanjaya Pengaruh senam Desain dalam Dari hasil


dan diabetes penelitian pre-
perhitungan
Huda terhadap eksperimenton e-
menggunakan aplikasi
(2017) penurunan kadar grup pra-post test
SPSS didapatkan
gula darah pada
design. Pemilihan Zhitung -3,021 > Ztabel
penderita
sampling dengan -1,96. Dengan demikian
diabetes mellitus
Cluster Random H0ditolakdan H1
di wilayah kerja
Sampling diterima dan nilai
Puskesmas
asymp sig.(2- tailed)
Peteronga n
atau nilai probabilitas

17
Jombang ρ=(0,003) lebih rendah
standart signifikan
α=0,05 atau
(0,003<0,05), artinya
ada pengaruh senam
diabetes terhadap
penurunan kadar
guladarah pada
penderita penderita
diabetes mellitus di
wilayah kerja
Puskesmas Peterongan
Jombang.

18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetus melitus

1. Pengertian

DM adalah kondisi kronis yang terjadi bila ada peningkatan kadar


glukosa dalam darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau
menggunakan insulin secara efektif. Insulin adalah hormon penting yang
diproduksi di pankreas kelenjar tubuh, yang merupakan transports glukosa
dari aliran darah ke dalam sel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi
energi. Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel untuk merespons
insulin menyebabkan kadar glukosa darah tinggi, atau hiperglikemia, yang
merupakan ciri khas DM. Hiperglikemi, jika dibiarkan dalam jangka waktu
yang lama, dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh, yang
menyebabkan perkembangan komplikasi kesehatan yang melumpuhkan
dan mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati
dan penyakit mata, yang menyebabkan retinopati dan kebutaan (IDF,
2017).

2. Etiologi

a.Faktor keturunan atau genetik

Riwayat keluarga dengan DM tipe 2 akan mempunyai peluang


menderita DM sebesar 15% dan resiko mengalami intolerensi glukosa
yaitu ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat secara normal

19
sebesar 30% (Lemone dan Burke dalam Damayanti, 2017). Faktor
genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah
kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan rangsangan sekretoris
insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap
faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel
beta pankreas. Secara genetik resiko DM tipe 2 meningkat pada saudara
kembar monozigotik seorang DM tipe 2, ibu dari neonatus yang beratnya
lebih dari 4 kg, individu dengan gen obesitas, ras atau etnis tertentu yang
mempunyai insiden tinggi terhadap DM (Price dan Wilson dalam
Damayanti, 2017).

b. Obesitas

Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan≥ 20% dari


berat badan ideal atau BMI (Body Mass Index) 27 kg/m2. kegemukan
menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja
di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Kegemukan juga
merusak kemampuan sel beta untuk melepas insulin saat terjadi
peningkatan glukosa drah (Smeltzer dalam Damaynti, 2017). Obesitas
menyebabkan respons sel beta prankeas terhadap peningkatan glukosa
darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh
termasuk di otot berkurang jumlah dan keaktifannya (kurang sensitif)
(Soegondo dalam Damayanti, 2017).

c.Usia

Faktor usia yang berisiko menderita DM tipe 2 adalah usia di atas 30


tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan
biokimia. Setelah seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar
glukosa darah naik 1-2mg% tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13%
pada 2 jam setelah makan. Berdasarkan hal tersebut umur merupakan
faktor utama terjadinya kenaikan relevensi diabetes serta gangguan
tolerensi glukosa (Sudoyo dalam Damayanti, 2017).

d. Tekanan darah

20
Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai
tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Pada
umumnya penderita DM juga menderita hipertensi. Patogenesis
hipertensi pada penderita DM tipe 2 sangat kompleks. Banyak faktor
yang berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Pada DM faktor
tersebut adalah resistensi insulin, kadar gula darah plasma, obesitas selain
faktor lain pada sistem otoregulasi pengaturan tekanan darah (Sudoyo
dalam Damayanti, 2017).

e.Aktifitas fisik

Aktifitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada DM


tipe 2 (Soegondo dalam Damayanti, 2017). Latihan fisik merupakan salah
satu pilar dalam pengelolaan DM. Latihan fisik selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah
(Perkeni, 2019). Semakin kurang aktifitas fisik, maka semakin mudah
seseorang terkena diabetes. Olahraga atau senam diabetes dapat
membantu mengontrol berat badan. Selain itu, aktifitas fisik yang
teraturjuga dapat melancarkan peredaran darah, dan menurunkan faktor
risiko terjadinya diabetes mellitus ( Wasludin,Lindawati 2019 ).

f. Kadar kolesterol

Kadar abnormal lipid darah erat kaitannya dengan obesitas dan DM


tipe 2 salah satu mekanisme yang di duga menjadi predisposisi diabetes
tipe 2 adalah terjadinya pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat
yang berasal dari suatu lemak visceral yang membesar. Proses ini
menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam lemak
bebas di hati, sehingga kemampuan hati untuk mengikat dan
mengekstrak insulin dari darah menjadi berkurang. Hal ini dapat
mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat lainnya dalah peningkatan
glukoneogenesis dimana glukosa darah meningkat. Efek kedua dari
peningkatan asam-asam lemak bebas adalah menghambat pengambilan
glukosa oleh otot (Damayanti, 2017).

21
g. Riwayat diabetes gestasional

DM tipe ini terjadi ketika ibu hamil gagal mempertahankan


euglikemia (kadar glukosa darah normal). Factor resiko DM gestasional
adalah riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria. DM tipe ini di jumpai
pada 2-5% populasi ibu hamil. Biasanya gula darah akan kembali normal
setelah melahirkan, namun resiko ibu untuk mendapatkan DM tipe 2 di
kemudian hari cukup besar (Smeltzer dalam Damayanti, 2017).

h. Virus dan bakteri

Virus penyebab DM adalah rubella, mumps dan human


coxsackievirus B4.Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta,
virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga virus ini
menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya
otoimun dalam sel beta (IDF, 2017).

i. Bahan toksik atau beracun

Bahan beracun yang mampu langsung merusak sel beta adalah


alloxan, pyrinuron (rodentisida) dan streptozoctin (produk dari sejenis
jamur). Bahan yang lain adalah sianida yang berasal dari singkong
(IDF,2017).

3. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis DM tergantung pada tingkat hiperglikemia yang


dialami oleh pasien. Manifestasi klinis khas yang dapat muncul pada
seluruh tipe DM meliputi trias poli yaitu poliuria, polidopsi dan poliphagi.
Poliuri dan poli dipsi terjadi sebagai akibat kehilangan cairan berlebihan
yang dihubungkan dengan diuresis osmotic. Pasien juga mengalami
poliphagi akibat dari kondisi metabolik yang diinduksi oleh adanya
defesiensi insulin serta pemecahan lemak dan protein. Gejala-gejala lain
yaitu kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang mendadak,
perasaan gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki, kulit kering, adanya
lesi luka yang penyembuhannya lambat dan infeksi berulang (Damayanti,

22
2017).

4. Patofisiologi dan klasifikasi diabetes mellitus

Adapun patofisiologi dan klasifikasi dari DM adalah sebagai berikut


a. DM Tipe 1

DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas, terbagi dalam


dua sub tipe yaitu tipe 1A diabetes yang di akibatkan proses immunologi
(immune-metiated diabetes) dan tipe 1B yaitu diabetes idiopatik yang
tidak diketahui penyebabnya. DM tipe 1A ditandai oleh destruksi
autoimun sel beta. Sebelumnya disebut dengan diabetes juvenile, terjadi
lebih sering pada orang muda tetapi dapat teradi pada semua usia. DM
tipe 1 merupakan gangguan katabolisme yang ditandai oleh kekurangan
insulin absolut, peningkatan glukosa darah, dan pemecahan lemak
dan protein tubuh (Damayanti, 2017)
b. DM tipe 2

DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non Insulin Dependent


Diabetes (NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi
oleh pankreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total (Damayanti, 2017).
Mekanisme kompensasi yang terus menerus menyebabkan kelelahan sel
beta pankreas (exhaustion) yang disebut dekompensasi, mengakibatkan
produksi insulin yang secara absolut. Kondisi resistensi insulin
diperberat oleh produksi insulin yang menurun akibatnya kadar glukosa
darah semakin meningkat sehingga memenuhi kriteria diagnosis DM
(IDF, 2017)
c. Diabetes pada kehamilan (Gestational Diabetes)

Diabetes kehamilan terjadi pada intolerensi glukosa yang di ketahui


selama kehamilan pertama. Jumlah sekitar 2-4% kehamilan. Wanita
dengan diabetes kehamilan akan mengalami peningkatan resiko terhadap
diabetes setelah 5-10 tahun melahirkan (Damayanti, 2017). Jenis
diabetes ini terjadi saat kehamilan dan bersifat sementara meskipun

23
kejadiannya sementara, namun diabetes tipe ini bisa merusak kesehatan
janin dan ibu (Maulana, 2018).
d. Diabetes tipe lain

Merupakan gangguan endrokin yang menimbulkan hiperglikemia


akibat peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan penggunaan
glukosa oleh sel (Damayanti, 2017). Sebelumnya dikenal dengan istilah
diabetes sekunder, DM tipe ini menggambatkan DM yang dihubungkan
dengan keadaan dan sindrom tertentu. Misalnya DM yang terjadi dengan
penyakit pankreas atau pengangkatan jaringan prankeas dan penyakit
endrokin seperti akromegali ata syndrom chusing, karena zat kimia atau
obat, infeksi dan endokrinopati (Soegondo dalam Damayanti, 2017).

5. Diagnosis

Dalam menentukan adanya diabetes melitus tes urin tunggal tidak boleh
di lakukan namun perlu di tambah dengan tes gula darah, dapat di katakan
diabetes ketika adanya gejala dan peningkatan kadar gula darah. Kriteria
diagnosis diabetes berdasarkan panduan ( WHO dalam Damayanti 2017 )
dapat di lihat pada tabel berikut ini:

Kriteria Diagnostik Berdasarkan Panduan WHO

Tabel 2.1
Tahap Gula Darah Puasa Gula OGTT
Darah
Acak
Normal < 6.1 mmol/L Gula darah
2
Jam < 7.8
mmol/L

Gangguan tolerensi Gangguan gula Gangguan


glukosa darah puasa– gula tolerensi
darah puasa ≥
6.1 mmol/L dan < 7.0 glukosa –
mmol/L gula darah
2 jam ≥
7.8mmol/L
dan<11.1
mmol/L

24
≥7.0 mmol/L Gula darah
Diabetes > 11.1 ≥ 2
jam>11.1
mmol/L mmol/L
dan gejala

Sumber : Damayanti, 2017

Catatan : Pada tabel ini ditunjukkan glukosa darah vena. Glukosa darah
kapiler 10-15% lebih tinggi daripada darah vena.
Atau jika kita menggunakan satuan mg/dl,maka untuk mendiagnosa
diabetes dapat dilihat pada tabel berikut :
Kriteria Diagnostik Diabetes

Tabel 2.2
Test Tahap diabetes Tahap prediksi
Gula darah puasa ≥126 mg/dl 100-125 mg/dl
OGTT ≥200 mg/dl 140-199 mg/dl
Gula darah acak >200 mg/dl

Sumber : Damayanti, 2017

Keterangan
1. Gula darah puasa diukur sesudah puasa malam selama 8 jam.
2. Oral glucosa tolerance test (OGTT) diukur setelah puasa semalaman, lalu
pasien diberikan cairan 75 gr glukosa untuk diminum . lalu gula darah
diukur 2 jam kemudian.
3. Gula darah acak diukur sewaktu-waktu.
4. Untuk mendiagnosa DM, perlu dilakukan uji ulang ketika mendapatkan
hasil yang abnormal ,sehingga mendapatkan konfirmasi yang akurat.
5. Diabetes dapat di diagnosa dengan adanya gejala khusus (khas).
Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai
penyaring dan diagnosis diabetes mellitus :

25
Kriteria Diagnostik Diabetes berdasarkan Depkes RI 2008

Tabel 2.3
BUKAN Belumpasti DM
DM DM

Kadar glukosa Plasmavena <100 100-199 ≥ 200


kapiler
darah sewaktu
(mg/dl)

Kadar glukosa Plasma vena <90 ≥ 90-199 200


darah kapiler
Darah puasa (mg/dl)

Sumber : Damayanti, 2017

6. Komplikasi

Komplikasi akibat DM dapat bersifat akut atau kronis. Komplikasi akut


terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun tajam
dalam waktu yang relatif singkat. Komplikasi kronis berupa kelainan
pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung,
ginjal, saraf dan penyakit berar lain (Sugondo, 2017).

a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah suatu keadaan seseorang dengan kadar glukosa


darah di bawah nilai normal. Ada 4 macam keadaan hipoglikemia yaitu
a) Hipoglikemia murni jika kadar glukosa darah kurang dari 50
mg/dl.
b) Reaksi hipoglikemia akibat menurunnya kadar glukosa darh yang
secara mendadak.
c) Koma hipoglikemia akibat kadara glukosa darah yang sangat

26
rendah.
Hipoglikemia relatif jika gejala hipoglikemia terjadi 3 – 5 jam
setelah makan.Gejala-gejala hipoglikemia bisa ditandai oleh dua
penyebab utama. Keterlibatan sistem saraf otonomi (bagian dari
sistem saraf yang tidak terkendali dibawah sadar) dan pelepasan
hormon dari kelenjar adrenalin, yang menimbulkan gejala- gejala
rasa takut, terbang, bertarung. Pada dasarnya ini mencakup
kegelisahan, gemetaran, mengeluarkan keringat, menggigil, muka
pucat, jantung berdebar- debar dan detak jantung yang sangat cepat
serta rasa pening, mudah mengantuk dan akhirnya kehilangan
kesadaran atau pingsan. Jika tidak diberi pengobatan bisa
menimbulkan kejang dan akhirnya terjadi kerusakan otak
permanen atau kondisi yang parah bisa menimbulkan kematian.
d) Ketoasidosis diabetik – koma diabetik
Komplikasi ini dapat diartikan sebagai keadaan tubuh yang
sangat kekurangan insulin dan sifatnya mendadak. Glukosa darah
yang tinggi tidak dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh.
Akibatnya metabolisme tubuhpun berubah. Kebutuhan energi
tubuh terpenuhi setelah sel lemak pecah dan membentuk senyawa
keton. Keton akan terbawa dalam urin dan dapat di cium baunya
saat bernapas. Akibat akhir adalah darah menjadi asam, jaringan
tubuh rusak, tidak sadarkan diri dan mengali koma.
e) Koma hiperosmoler non ketotik (KHNK)
Gejala KHNK adalah dehidrasi yang berat, hipotensi dan
menimbulkan shok. Komplikasi ini dapat diartikan sebagai
keadaan tubuh tanpa penimbunan lemak sehingga penderita tidak
menunjukkan pernapasan yang cepat dan dalam (kussmaul).
Pemeriksaan di laboratorium menunjukkan bahwa kadar glukosa
penderita sangat tinggi Ph darah normal, kadar natrium tinggi dan
tidak ada ketonemia.
f) Koma lakto asidosis
komplikasi ini diartikan sebagai suatu keadaan tubuh dengan

27
asam laknat tidak dapat diubah menjadi bikarbonat. Akibatnya
kadar asam laknat didalam darah meningkatkan (hiperlaktatemia)
dan akhirnya menimbulkan koma. Keadaan ini dapat terjadi karena
infeksi, gangguan faal hepar, ginjal, DM yang mendapat
pengobatan dengan phenformin. Gejala yang muncul biasanya
berupa stupor hingga koma. Pemeriksaan gula darah biasanya
hanya menunjukkan hiperglikemia ringan (glukosa darh dapat
normal atau sedikit turun).

b. Komplikasi kronis
Tujuan paling utama dalam pengelolaan DM adalah menghambat
atau mencegah terjadinya komplikasi kronis yang sangat merugikan
penderita (Damyanti 2017).
1) Komplikasi spesifik
komplikasi spesifik adalah komplikasi akibat kelainan pembuluh
darah kecil mikroangipati diabetika (Mi.DM) dan kelainan
metabolisme dalam jaringan. Jenis– jenis komplikasi spesifik sebagai
berikut
a) Retino pati diabetika (RD), gejalanya penglihatan mendadak
buram seperti berkabut. Akibatnya harus sering mengganti
kaca mata
b) Nefropati diabetika (ND), gejalanya ada protein dalam air
kencing, terjadi pembengkakan, hipertensi dan kegagalan
fungsi gijal yang menahun.
c) Neuro pati diabetika (Neu.D), gejala perasaan terhadap getaran
berkurang, rasa panas seperti terbakar dibagian ujung tubuh,
rasa nyeri, rasa kesemutan, serta rasa terhadap dingin dan
panas berkurang. Selain itu otot lengan atas menjadi lemah,
penglihatan kembar, impotensi sementara, mengeluarkan
banyak keringat dan rasa berdebar saat istirahat
d) Diabetik foot (DF) dan kelainan kulit, seperti tidak
berfungsinya kulit (dematopati diabetik), adanya gelembung
berisi cairan dibagian kulit (bulae diabetik), dan kulit mudah

28
terinfeksi.

2) Komplikasi tak spesifik


Kelainan ini sama dengan non diabetes mellitus, tetapi terjadinya
lebih awal atau lebih mudah. Penyakit yang termasuk komplikasi tak
spesifik dalam DM sebagai berikut
a) Kelainan pembuluh darah besar atau makroangipati
diabetika (Ma.DM), kelainan ini berupa timbunan
zat lemak didalam dan dibawah pembuluh darah
(ateroskleroosis).
b) Kekeruhan pada lensa mata (kataraktalentis).
c) Adanya infeksi seperti infeksi saluran kencing dan
tuberkolosis (TBC).

7. Penatalaksanaan diabetes mellitus


Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan

akibat DM. Caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa

terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Ada lima

kompenen dalam penatalaksanaan diabetes tipe 2, yaitu terapi nutrisi (diet).

Latihan fisik, pemantauan, terapi farmakologi dan pendidikan (Smeltzer

dalam Damayanti, 2017).

a. Manajemen diet

Tujuan umum penatalaksanaan diet pasien DM antara lain

mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipit

mendekati normal, mencapai dan mempertahankan berat badan

dalam batas2 normal atau kurang lebih 10% dari berat badan

idaman, mencegah komplikasi akut dan kronik, serta meningkatkan

29
kualitas hidup (Suyono dalam Damyanti, 2017).

Standar komposisi makanan untuk pasien DM yang dianjukan

konsensus Perkeni (2006) adalah karbohidrat 45-65%, protein 10-

20%, lemak 20-25%, kolesterol < 300mg/hr, serat 25g/hr, garam

dan pemanis saat digunakan secukupnya. Waynes dapat

menimbulkan aterosklerosis oleh karena itu konsumsi makanan

yang berkolesterol harus dibatasi (Suyono dalam Damayanti, 2017).

Pemanis buatan dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang

aman dan dapat di terima untuk pasien DM termasuk yang sedang

hamil adalah: sakarin, aspartame, acesulfame, protassium, dan

sukralose. Jumlah kalori di sesuaikan dengan status gizi, umur, ada

tidaknya setres akut, kegiatan jasmani (Damayanti, 2017).

b. Latihan fisik atau olahraga

Olahraga mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di

membran plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Manfaat latihan fisik adalah menurunkan kadar glukosa darah

dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah, dan

tonus otot, mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar

HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta

trigliserida (Sudoyo dalam Damayanti, 2017). Senam atau olahraga

bagi penderita diabetes manfaatnya akan lebih efektif bila jenis

olahraga yang dilakukan mayoritas menggunakan otot-otot besar

tubuh, dengan gerakan-gerakan ritmis (berirama) dan

30
berkesinambungan (kontinyu) dalam waktu yang lama,

( Wasludin,2019).

c. Pemantauan kadar gula darah

Pemanatauan kadar glukosa darah secara mandiri atau self

monitoring blood glucosa (SMBG) memungkinkan untuk deteksi

dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia dan pada akhirnya

akan mengurangi komplikasi DM jangka panjang. Pemeriksaan ini

sangat dianjurkan bagi pasien dengan penyakit Dm yang tidak

stabil, kecenderungan untuk mengalami ketoasidosis berat,

hiperglikemia dan hipoglikemia tanpa gejala ringan. SMBG telah

menjadi dasar dalam memberikan terapi insulin (Damayanti, 2017).

d. Terapi farmakologi

Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah normal

atau mendekati normal. Pada DM tipe 2, insulin terkadang

diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan

kadar glukosa darah jika dengan diet, latihan fisik dan Obat

Hipoglikemia Oral (OHO) tidak dapat menjaga gula darah dalam

rentag normal (Damayanti, 2017).

e. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan pada pasien DM diperlukan karena

penatalaksanaan DM memerlukan perilaku penanganan yang

khusus seumur hidup. Pasien tidak hanya belajar keterampilan

untuk merawat diri sendiri guna menghindari fluktuasi kadar

glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku

31
preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik

jangka panjang. Pasien harus mengerti mengenai nutrisi, manfaat

dan efek samping terapi, latihan, perkembangan penyakit, strategi

pencegaahan, teknik pengontrolan gula darah, dan penyesuaian

terhadap terapi (Smeltzer dalam Damayanti, 2017).

B. Kadar gula darah

1. Pengertian Glukosa Darah


Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk
dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan
oto rangka (Joyce, Leefever. 2017).

2. Faktor yang Mempengaruhi Gula Darah


Ada beberapa hal yang menyebabkan gula darah naik, yaitukurang
berolahraga, bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi,
meningkatnya stres dan faktor emosi, pertambahan berat badan dan usia,
serta dampak perawatan dari obat, misalnya steroid (Fox & Kilvert, 2018).
a. Olahraga yang teratur dapat mengurangi resistensi insulin
sehingga insulin dapat dipergunakan lebih baik oleh sel-sel tubuh.
b. Asupan makanan terutama melalui makanan berenergi tinggi atau
kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat mengganggu
stimulasi sel-sel beta pankreas dalam memproduksi insulin.
c. Interaksi antara pituitary, adrenal gland, pancreas dan liver sering
terganggu akibat stres dan penggunaan obat-obatan. Gangguan
obat-obat tersebut mempengaruhi metabolisme ACTH (hormon
dari pituitary), kortisol, glucocorticoid (hormon adrenal gland),
glucagon merangsang glukoneogenesis di liver yang akhirnya
meningkatkan kadar gula dalam darah (Mahendra, Krisnatuti,
Tobing & Alting, 2018).
d. Semakin bertambah usia perubahan fisik dan penurunan fungsi

32
tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada usia
lanjut sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan
kegemukan/obesitas yang memicu timbulnya penyakit degeneratif
termasuk diabetes mellitus (Maryam, Ekasari, Rosidawati,
Jubaedi & Batubara, 2018).

C. Senam Diabetes

1. Pengertian Senam Diabetes

Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan rithmis dengan
gerakan yang menyenangkan, tidak membosankan dan dapat diikuti semua
kelompok umur sehingga menarik antuasiasme kelompok dalam klub-klub
diabetes (Hans, Tjandra. 2017).

2. Fisiologi
Kegiatan fisik dinamik yang melibatkan kelompok otot-otot utama
akan meningkatkan ambilan oksigen sebesar 15-20 kali lipat karena
peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif. Ventilasi pulmmuner
dapat mencapai 100 L/menit dan curah jantung meningkat hingga 20-30
L/menit untuk memenuhi kebutuhan otot yang aktif. Terjadi dilatasi arteriol
maupun kapiler yang menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka
sehingga reseptor insulin lebih banyak dan lebih aktif atau lebih peka
(Sudoyo dalam Damayanti,2017).
Kepekaan reseptor insulin berlangsung lama bahkan sampai latihan
telah berakhir. Jaringan otot yang aktif atau peka insulin disebut jaringan
non insulin dependent dan jaringan otot pada keadaan istirahat
membutuhkan insulin untuk menyimpan glukosa, sehingga disebut jaringan
insulin dependent. Pada fase pemulihan post-exercise terjadi pengisian
kembali cadangan glikogen otot dan hepar. Aktifitas glikogenik
berlangsung terus sampai 12-24 jam post-exercise, menyebabkan glukosa

33
darah kembali normal (Soegondo dalam Damayanti, 2017)
Glukosa merupakan sumber energi selama latihan fisik berlangsung
yang diperoleh dari proses glikogenolisis (pemecahan glikogen hepar). Bila
latihan terus berlangsung lebih dari 30 mmenit maka sumber energi utama
menjadi asam lemak bebas yang berasal dari lipolisis jaringan adiposa.
Tersedianya glukosa dan asam lemak bebas diatur oleh berbagai macam
hormon terutama insulin, juga katekolamin, kortisol, glukagon, dan growth
hormon (GH).
Selama latihan jasmani sekresi glukagon meningkat, juga katekolamin
untuk meningkatkan glikogenolisis, selain itu juga kortisol yang
meningkatkan katabolisme protein, membebaskan asam amino yang
digunakan pada glukoneogenesis. Semua mekanisme tersebut
menimbulkan meningkatnya kadar glukosa darah (Soegondo dalam
Damayanti, 2017). Peningkatan glukosa darah (hiperglikemia) dan benda
keton (ketosis) dapat terjadi selama latihan jasmani pada pasien DM tipe 2
dengan glukosa darah yang tidak terkontrol.
Pada penelitian didapatkan latihan jasmani berbahaya pada keadaan
glukosa darah sekitar 332 mg/dL, akibat peningkatan glukagon plasma dan
kortisol yang menyebabkan terbentuknya benda keton. Latihan jasmani
sebaiknya dilakukan pada kadar glukosa darah tidak lebih dari
250mg/dL (Sudoyo dalam Damayanti, 2017).
Sebaliknya hipoglikemia selama latihan jasmani dapat terjadi pada
penderita yang mendapatkan terapi insulin, obat oral anti diabetik dan tidak
adanya intake makanan sebelum latihan jasmani berlangsung (Damayanti,
2017).

3. Manfaat Senam Diabetes

a. Gkukosa Darah Terkontrol


Pada DM tipe 2, latihan jasmani berperan utama dalam pengaturan
kadar glukosa darah. Permeabilitas membran meningkat pada otot yang
berkontraksi, sehingga saat latihan jasmani resistensi insulin berkurang
sementara sensitivitas insulin meninngkat. Sehingga latihan jasmani yang
teratur dapat memeperbaiki pengaturan kadar glukosa darah dan sel

34
(Ilyas dalam Soegondo, 2017).
b. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular Terhambat/Diperbaiki
Santoso, 2017 menyatakan latihan jasmani dapat membantu
memperbaiki profil lemak darah, menurunkan kolesterol total, Low
Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan menaikkan High Density
Lipoprotein (HDL) 45- 46% serta memperbaiki sistem hemostatik dan
tekanan darah.
c. Berat Badan Menurun
Latihan jasmani yang teratur dapat menurunkan berat badan dan
memeliharanya dalam jangka waktu yang lama. Dengan menurunkan
berat badan dan meningkatkan massa otot, akan mengurangi jumlah
lemak sehingga membantu tubuh memanfaatkan insulin dengan baik.
d. Keuntungan Psikologis
Latihan jasmani yang teratur dapat memperbaiki tingkat kesegaran
jasmani sehingga penderita merasa fit, rasa cemas berkurang terhadap
penyakit, timbul rasa senang dan rasa percaya diri yang pada akhirnya
kualitas hidupnya meningkat.
e. Pencegah Terjadinya DM Dini
Latihan jasmani sedang yang dilakukan secara teratur dapat
mencegah dan menghambat timbulnya diabetes dini.

4. Tahap – tahap senam diabetes

Senam diabetes dilakukan melalui 4 tahapan (Damayanti, 2017)


a. Pemanasan (warming up)
Kegiatan ini dilakukan sebelum memasuki kegiatan inti yang
bertujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh, seperti menaikan
suhu tubuh, menaikkan denyut nadi hingga mendekati intensitas latihan.
Pemanasan juga bertujuan untuk menghindari cedera akibat latihan.
Pemanasan dilakukan cukup 5-10 menit (Soegondo dalam Damayanti,
2017).
b. Latihan inti (conditioning)
Pada tahap ini dilakukan 30-40 menit di usahakan denyuf nadi
mencapai THR agar latihan bermanfaat. Sebaliknya jika denyut nadi

35
melebihi THR dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan (Santoso
dalam Damayanti, 2017).
c. Pendinginan (colling down)
Pendinginan dilakukan untuk mencegah terjadinya penimbunan
asam laktat yang dapat menimbulkan nyeri otot setelah melakukan
latihan atau pusing akibat masih terkumpulnya darah pada otot yang
aktif. Pendinginan dilakukan 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati
denyut nadi istirahat. Bila latihan dilakukan berupa jogging maka
pendinginan yang dilakukan sebaiknya tetap jalan-jalan untuk beberapa
menit . Bila latihan berupa bersepeda, tetap mengayuh sepeda tanpa
beban (Soegondo dalam Damayanti, 2017).
d. Peregangan (stretching)
Tahap ini bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot -otot
yang masih teregang dan menjadi lebih elastis. Tahap ini lebih
bermanfaat bagi penderita DM usia lanjut (Sudoyo dalam Damayanti,
2017).
e. Durasi
Pemanasan dan pendinginan dilakukan masing-masing 5-10 menit
dan latihan inti 39-40 menit untuk mencapai metabolik yang optimal.
Bila kurang maka efek metabolik sangat rendah dan bila berlebihan akan
menimbulkan efek buruk pada sistem respirasi, kardiovaskuler dan
muskuloskletal (Santoso dalam Damayanti, 2017).
f. Jenis
Latihan jasmani yang dipilih hendaknya yang melibatkan otot besar
dan sebaiknya yang di senangi. Latihan yang dianjurkan untuk penderita
DM adalah aerobic low impact dan ritmis berupa latihan jasmani
endorance (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi
seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda dan senam disko
sedangkan latihan resisten statis tidak di anjurkan seperti angkat besi dan
lain- lain (American Diabetes Asosiation dalam Damayanti, 2017).

5. Gerakan senam diabetes


Gerakan senam diabetes seri 5 sebagai berikut (Novitasari, 2012)

36
a. Latihan Pemanasan
Sebelum masuk dalam gerakan inti, sebaiknya lakukan pemanasan.
Berikut ini tujuan pemanasan :
1) Adaptasi jantung terhadap seluruh kegiatan senam.
2) Memperbaiki jaringan pembuluh darah dan otot yang telah
berubah posisinya.
3) Melancarkan peredaran darah.
4) Memperbaiki system saraf dalam tubuh terutama bagian
tulang punggung yang merupakan kumpulan jutaan saraf.
5) Melemaskan otot-otot tubuh agar bisa relaksasi.
b. Latihan inti (conditioning)
Pada tahap ini dilakukan 30-40 menit di usahakan denyuf nadi
mencapai THR agar latihan bermanfaat. Sebaliknya jika denyut nadi
melebihi THR dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan (Santoso
dalam Damayanti, 2017).
c. Pendinginan (colling down)
Pendinginan dilakukan untuk mencegah terjadinya penimbunan
asam laktat yang dapat menimbulkan nyeri otot setelah melakukan
latihan atau pusing akibat masih terkumpulnya darah pada otot yang
aktif. Pendinginan dilakukan 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati
denyut nadi istirahat. Bila latihan dilakukan berupa jogging maka
pendinginan yang dilakukan sebaiknya tetap jalan-jalan untuk beberapa
menit . Bila latihan berupa bersepeda, tetap mengayuh sepeda tanpa
beban (Soegondo dalam Damayanti, 2015).
d. Peregangan (stretching)
Tahap ini bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot -otot
yang masih teregang dan menjadi lebih elastis. Tahap ini lebih
bermanfaat bagi penderita DM usia lanjut (Sudoyo dalam Damayanti,
2017).

Gambar 1
Gerakan pemanasan 1 dan 2

37
Sumber Novitasari, 2012

Gerakan 1 : Badan tegap dengan sikap sempurna

Gerakan 2 : Kaki berjinjit satu dan kedua tangan disimpan di pingganng

Gambar 2
Gerakan pemanasan 3 dan 4

38
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 3
Bermanfaat menyiapkan kondisi tubuh baik secara fisiologis dan

psikologis sehingga dapat melakukan senam dengan baik dan benar.

Gerakan dimulai dengan kaki kanan dan hitungan jatuh pada kaki kanan.

1) Salah satu kaki Tarik ke belakang.

2) Kepalkan kedua tangan simpan di atas dada dan pinggang.

3) Lakukan gerakan jalan ditempat dengan ayunan tangan.

Gerakan 4

Bermanfaat untuk mengatur nafas secara perlahan dan bertahap agar

paru-paru dan jantung bekerja dengan baik selama berlatih. Gerakan

dilakukan dengan jalan ditempat sementara tangan di rentangkan dari

bagian samping tubuh ke atas lalu berakhir di dada sementara kepala masih

dalam posisi menunduk.

1) Simpan tangan yang terlentang diatas dada.

2) Tundukan kepala.

Gambar 3
Gerakan pemanasan 5 dan 6

39
Sumber : Novitasari, 2012

Gerakan 5

Bermanfaat melenturkan persendian otot bagian kiri dan kanan.

1) Satu tangan direntangkan sementara tangan yang

lain disimpan di dada.

Gerakan 6

Bermanfaat melatih dan melenturkan persendian otot kepala.

1) Kepala di mirning kan ke kanan dan ke kiri.

2) Kedua tangan di simpan di pingggang.

3) Jalan di tempat
Gambar 4
Gerakan pemanasan 7 dan 8

Sumber : Novitasari, 2012


Gerakan 7
Bermanfaat untuk melenturkan persendian otot bahu punggung

bagian atas, dan dada.

1) Langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri 1 langkah.

40
2) Tangan mengepal di sisi badan.

3) Bahu diangkat dan diputar ke belakang.

Gerakan 8

Bermanfaat untuk melenturkan persendian otot bahu.

1) Langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri 2 langkah.

2) Tangan mengpal di sisi badan.

3) Bahu diangkat bergantian ke kanan dan ke kiri.

Sumber : Novitasari, 2012

Gerakan 9
Bermanfaat untuk melenturkan persendian otot bahu dan punggung
bagian atas.

1) Langkahkan kaki ke depan 1 langkah.

2) Kepalkan tangan dan simpan di dada.

3) Tarik ke atas dan ke bawah.

Gerakan 10

Bermanfaat untuk melenturkan persendian otot bahu.

1) Langkahkan kaki ke samping kanan dan ke kiri sebanyak 2 langkah.

41
2) Tangan di rentangkan ke depan dan ke kanan atau ke kiri.

3) Gerakan kepala ke kanan dan ke kirir secara bergantian.

Sumber : Novitasari, 2012

Gerakan 11
Bermanfaat untuk menguatkan otot lengan.

1) Angkat tangan ke depan.

2) Satu kaki melangkah ke depan dan kaki yang lain mundur.

3) Lakukan secara bergantian.

Gerakan 12

Gerakan 12 bermanfaat untuk melatih koordinasi otot-otot lengan,

bahu, dan kaki.

1) Langkahkan kaki ke kanandan ke kiri secara bergantian.

2) Kedua tangan membentuk sudut 90.

42
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 13
Bermanfaat untuk mengurai otot dada dan bahu.

1) Langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri secara bergantian.

2) Kedua tangan simpan di depan.

3) Lakukan gerakan membuka dan menutup bergantian.

Gerakan 14

Bermanfaat untuk melentirkan dan mengkoordinasi persendian otot

lengan dan paha bagian belakang.

1) Posisi awal.

2) Kedua siku di tekuk dan telapak tangan mengepal di sisi pinggang.

3) Dorong kaki kanan dan kedua lengan kebelakang kemudian

dilanjutkan dengan kaki kiri.

43
Sumber : Novitasari, 2012

Gerakan 15
Bermanfaat untuk melenturkan dan mengkoordinasi otot bahu,

tangan, dan tungkai.

1) Kedua tangan di angkat ke atas.

2) Kaki kanan serong ke kanan depan secara bergantian.

Gerakan 16

Bermanfaat untuk melenturkan, mengkoordinasi otot- otot bahu dan

tubuh bagian atas serta lutut.

1) Ayunkan kedua lengan bersamaan.

2) Tangan kanan lurus disis bahu kanan sejajar deangan bahu

dan tangan kiri lurus sejajar dengan bahu.

3) Kaki kanan diangkat kemudian seterusnya.

44
Sumber : Novitasari, 2012

Gerakan 17
Bermanfaat untuk merenggangkan dan mengkoordinasikan lengan sisi

tubuh dan paha bagian dalam.

1) Tubuh kanan condong kearah kanan.

2) Tangan kanan seperti menyentuh tumit kaki kanan.

3) Begitupun sebaliknya.

Gerakan 18

Bermanfaat untuk melenturkan otot kanan.

1) Kaki dibuka.

2) Lutut sedikit di tekuk.

3) Ayunkan tangan kanan serong kearah kiri.

45
Sumber : Novitasari, 2012

Gerakan 19
Bermanfaat untuk melenturkan sisi tubuh.

1) Kedua kaki terbuka.

2) Kedua tangan disamping kepala sejajar dengan bahu.

3) Putar sisi tubuh kearah kanan dan kiri bergantian.

Gerakan 20

Bermanfaat untuk menguatkan otot bahu dan tungkai serta

koordinasi gerakan lengan tungkai.

1) Ayunkan lengan ke samping kiri dan samping kanan bergantian.

2) Kaki kiri dan kana di tekuk ke belakang.

46
Sumber : Novitasari, 2012

Gerakan 21

Bermanfaat melenturkan dan merenggangkan otot-otot dan sendi,

lengan bahu, sisi tubuh, pinggang dan tungkai.

1) Kaki dibuka lebar, satu kaki melangkah ke depan.

2) Tekuk lutut ke arah kanan.

3) Silangkan kedua tangan diatas kanan dan kiri.

Gerakan 22

Bermanfaat untuk merenggangkan otot paha dan tangan.

1) Kaki kanan terbuka.

2) Tangan kanan tertumpu di paha kanan.

3) Tangan kiri lurus ke atas.

47
Sumber : Novitasari, 2012

Gerakan 23

Bermanfaat untuk merenggangkan otot lengan dan lutut.

1) Tubuh menghadap ke kanan dan ke kiri.

2) Tangan lurus ke kanan atau ke kiri sejajar dengan bahu dan ditarik statis.

Gerakan 24

Bermanfaat untuk melenturkan dan merenggangkan otot-otot sendi,

lengan bahu, sisi tubuh, pinggang tungkai.

1) Badan menghadap kanan atau kiri.

2) Tangan direntangkan ke atas.

3) Salah satu kaki ditarik kebelakang.

48
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 25
Bermanfaat merenggangkan otot bahu, sendi punggung atas.

1) Kaki kanan atau kiri menekuk ke depan.

2) Samping kanan atau kiri lurus ke belakang.

3) Kedua tangan bertumpu di paha.

Gerakan 26

Bermanfaat untuk menguatkan sendi, bahu, punggung atas, dan kaki.

1) Kaki kanan diluruskan.

2) Tangan kanan menyentuh ujung kaki kanan.

3) Lakukan bergantian.

49
Sumber : Novitasari, 2012

Gerakan 27 dan 28

Bermanfaat untuk meregangkan otot-otot bahu, kaki, paha,dan


punggung.

1) Kaki kiri melangkah ke depan.

2) Kedua tangan dilurus ke depan.

3) Ditarik kebelakang dan ditahan di depan dada disamping telinga.

4) Lakukan bergantian.

50
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 29

Bermanfaat untuk meregangkan otot dinamis.

1) Kaki kiri melangkah kedepan.

2) Kedua tangan tertumpu di kedua paha.

3) Lutut kanan di tekuk.

Gerakan sikap sempurna

51
1. Latihan inti
Gambar 16
Gerakan 1 dan 2

Sumber :
Novitasari, 2012

Gambar 17
Gerakan 3, 4 dan 5
Sumber : Novitasari, 2012

Gerakan 1, 2, 3, 4, 5 dilakukan untuk mempersiapkan gerakan

52
selanjutnya dan megatur pernapasan.

1) Tangan kanan lurus kedepan.

2) Tangan kiri lurus ke depan.

3) Tangan kanan lipat ke bahu kiri.

4) Tangan kiri lipat ke bahu kanan.

5) Telapak kanan terbuka di samping telinga.

6) Telapak kiri terbuka disamping telinga kiri.

Gambar 18
Gerakan inti 1

Sumber : Novitasari, 2012


Inti 1

Bermanfaat untuk melenturkan tangan sebelum maju

kegerakan selanjutnya.

1) Badan tegak.

2) Langkah kaki kanan ke depan 1 langkah.

3) Kepalkan tangan angkat ke atas.

53
4) Dengan hitungan angkat dan Tarik tangan sejajar dengan bahu.

Gambar 19
Gerakan inti 2 dan 3

Sumber : Novitasari, 2012


Inti 2

Bermanfaat untuk menguatkan otot dada, lengan, dan bahu.

1) Kaki melangkah kedepan.

2) Tangan mengepal dari perut diangkat ke atas kepala.

3) Lakukan seterusnya.

Inti 3

Bermanfaat untuk menguatkan otot kaki dan pinggang.

1) Tangan kanan mengepal.

2) Badan serong ke kanan.

3) Kaki kiri membuka ke samping kiri.

54
Gambar 20
Gerakan inti 4 dan 5

Sumber : Novitasari, 2012


Inti 4 dan 5

Bermanfaat untuk meningkatkan otot lengan, paha dan dada.

1) Melangkah maju 1 lngkah.

2) Tangan mendorong ke depan.

3) Mundur 1 langkah..

4) Tangan didorong ke depan kemudian rentangkan ke atas.

55
Sumber : Novitasari, 2012
Inti 6

Bermanfaat untuk menguatkan otot tang, bahu, dan betis.

1) Kedua tangan mengepal kemudian Tarik ke belakang.

2) Kaki kanan melangkah ke depan.

3) Lakuakn secara bergantian.

Inti 7

Bermanfaat untuk melatih otot betis, paha, persendian lutut dan lengan.

1) Langkahkan kedepan kaki kiri.

2) Tangan kiri direntangkan, tangan kanan simpan di dada.

3) Kedua tangan mengayun ke kanan dan ke kiri.

56
Sumber : Novitasari, 2012

Inti 8

Bermanfaat untuk melatih keseimbangan, menguatkan otot betis,

paha, dan lengan.

1) Angkat kaki kiri ke belakang.

2) Kedua tangan bentangkan ke depan.

3) Lakukan bergantian denagnkaki kanan.

57
Sumber : Novitasari, 2012
Inti 9

1) Buka kaki.

2) Langkahkan ke depan kaki kanan dan kaki kiri mundur ke belakang.

3) Telapak tangan di buka, tangan kiri bentangkan dan kanan simpan di


dada.

4) Ayunkan kekanan ke kiri.

Inti 10 :

1) Buka kaki.

2) Langkahkan ke depan kaki kanandan kaki kiri Mundurkan ke belakang.

3) Angkat kedua tangan ke atas.

Gerakan inti 9 dan 10 bermanfaat untuk melatih otot jari tangan,

lengan, betis dan paha.

Inti 11

Bermanfaat untuk melatih otot jari tangan, paha dan bahu.

58
1) Buka kaki kiri kesamping kiri.

2) Kedua tangan sejajar dengan dada.

3) Rentangkan tangan ke bawah.

4) Lakukan bergantiandengan kaki kanan.

Gambar 25

Gerakan inti 12 dan

Sumber : Novitasari, 2012


1nti 13
Bermanfaat untuk melatih otot jari tangan, bahu serta paha.

1) Kaki kiri melangkah ke samping.

2) Kedua tangan direntangkan sejajar dengan dengan perut.

59
Gambar 26

Sumber : Novitasari, 2012


Inti 14
1) Kedua tangan direntangkan sejajar bahu dengan kedua tangan di kepal di
dada.

2) Kaki langkahkan ke kanan dan kiri.

inti 15

1) Kedua tangan mengayun ke atas.

2) Kaki langkahkan ke kanan dan kiri.

Sikap sempurna

60
Gambar 27
Gerakan pendinginan 1

Sumber : Novitasari, 2012

Pendinginan 1

Bermanfaat untuk relaksasi pernapasan dengan gerakan tangan dan kaki.

1) Langkahkan kaki kiri ke samping.

2) Lutut kiri di tekuk.

3) Kedua lengan direntangkan.

4) Kepala di tundukan.

61
Sumber : Novitasari, 2012

Pendinginan 2

Bermanfaat untuk merelaksasi kembali otot – otot tubuh.

1) Kaki kanan di buka.

2) Lengan di depan dada.

3)Tubuh di tarik ke arah kanan dan beberapa detik.

Sumber : Novitasari, 2012

62
Pendinginan 3

Bermanfaat untuk relaksasi pernapasan.

1) Kaki kanan melangkah ke depan.

2) Tangan di bentangkan.

Sumber : Novitasari, 2012

Pendinginan 4

Bermanfaat untuk merelaksasikan otot-otot bahu, kaki, paha, dan punggung.

1) Kaki kiri maju ke depan.

2) Lutut di tekuk.

3) Kedua lengan direntangkan ke depan.

4) Telapak tangan menghadap ke dalam.

Pendinginan 5

Bermanfaat untuk merelaksasi otot lengan bahu.

1) Kaki kiri di depan.

2) Tangan kiri di bentangkan ke belakang tangan kanan menjadi

63
penyangga.

Sumber : Novitasari, 2012

Pendinginan 6

Bermanfaat untuk merelaksasikan otot bahu, sendi dan punggung.

1) Kaki kiri maju ke depan.

2) Kaki kanan ke belakang.

3) Kedua tangan bertumpu di paha.

Pendinginan 7

Bermanfaat untuk merelaksasikan otot bahu dan tubuh bagian


belakang.

1) Kaki di buka ke samping.

2) Tangan kanan menarik sikut kiri ke arah belakang.

64
Sumber : Novitasari, 2012

Pendinginan 8

Bermanfaat untuk rileksasi kaki dan badan.

1) Menghadap ke kanan.

2) Kaki kanan tekuk dan kaki kiri lurus.

3) Kedua tangan lurus menghadap kanan.

Pendinginan 9

Bermanfaat untuk rileksasi pertegangan kaki dan punggung.

1) Menghadap ke kanan.

2) Kaki kiri jinjit.

3) Kaki kanan lurus dan kedua lengan ke atas.

65
Sumber : Novitasari, 2012

Pendinginan 10

Bermanfaat untuk rileksasi kaki dan tangan.

1) Kaki kiri Tarik ke belakang.

2) Kaki kanan di tekuk.

3) Kedua tangan bertumpuk di kaki kanan.

Pendinginan 11

Bermanfaat untuk menguatkan otot paha dan tumit.

1) Menghadap ke kanan.

2) Rentangkan tangan kanan seperti menyentuh ujung kaki kiri.

3) Kaki kiri di tekuk, kaki kanan lurus sejajar dengan tangan.

66
Sumber : Novitasari, 2012
Pendinginan 12

Bermanfaat untuk rileksasi pergelangan dengan gerakan tangan dan lutut.

1) Kaki kanan melangkah ke samping.

2) Kedua lengan direntangkan ke samping.

3) Kedua lutut di tekuk sedikit.

Senam diabetes vol 5 merupakan senam aerobic low impact dan ritmis

dengan gerakan menyenangkan, tidak membosankan dan dapat diikuti semua

kelompok umur sehingga menarik antusiasme kelompok dalam klub-klub

diabetes.

Menurut penelitian Sari (2020), dengan melakukan senam secara

teratur akan memberikan beberapa manfaat diantaranya, mengontrol gula

darah terutama bagi penderita diabetes tipe 2. untuk menurunkan kadar

glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 adalah latihan aerobik

seperti senam. Senam diabetes merupakan senam fisik yang dirancang

menurut usia dan status fisik yang merupakan bagian dari pengobatan

67
diabetes melitus. Senam diabetes melitus dilakukan secara teratur selama 30-

60 menit sebanyak 3-5 kali dalam seminggu latihan fisik secara teratur dapat

menurunkan kadar HbA1c (25).(Fadhila,Lubis 2021)

68
C. Kerangka teori

Faktor penyebab DM tipe 2


1. Faktor keturunan
atau genetik
2. Obesitas Diabetes mellitus tipe II
3. Usia diatas 30 tahun 1. HbA1c > 6.5 %
4. Tekanan darah tinggi 2. GDP > 126 mg/dl
5. Aktifitas fisik kurang 3. OGTT > 200mgdl
6. Kadar kolesterol 4. Gula darah acak >
tinggi 200 mg/dl
7. Stres
8. Virus dan bakteri
9. Bahan toksik
atau beracun

Lima komponen
Senam
penatalaksanaan DM tipe 2 Diabetes
1. Nutrisi (Diet)
2. Latihan fisik
3. Pemantauan gula darah
4. Terapi farmakologi
5. Pendidikan kesehatan

Penurunan
kadar gula
darah

Keterangan :

: Di teliti : Berpengaruh

: Tidak di teliti

Sumber : Mansjoer ( 2017 ),

69
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu (Sugiyono, 2018)

Variabel penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,


predicator, antecedent.Dalam bahasa Indonesia sering disebut
sebagai variabel bebas.Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2018). Pada
penelitian ini, variabel independennya yaitusenam diabetus pada
penderita diabetes melitus.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen.


Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat.Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karenanya adanya variabel bebas (Sugiyono,
2018).Variabel dependen dalam penelitian yaitu kadar gula darah
pada penderita diabetes melitus.

70
B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang


masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis = pendirian, pendapat
yang ditegakkan, kepastian. Artinya hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah
yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah
berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.Dalam penggunaannya sehari-
hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan
makna di dalamnya. (Siyoto dan Sodik,2015)
Ha : Ada perbedaan rata rata kadar gula darah sebelum dan
sesudah di lakukan senam diabetes di puskesmas
Kebonagung Demak.
H0 : tidak ada perbedaan rata rata kadar gula darah sebelum dan
sesudah di lakukan senam diabetes di puskesmas
Kebonagung Demak.

C. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep disebut sebagai miniature penelitian, berkaitan erat


dengan tahapan formulasi permasalahan dan literature review yang dilakukan
peneliti yang berfungsi sebagai mengarahkan aspek metode yang paling
relevan digunakan membedah permasalahan penelitian. (Dwiastuti,2017)

Variable independen variable dependen

Penurunan
Senam diabetes
Kadar gula darah

71
kerangka konsep (Nursalam,2017)

D. Rancangan Penelitian

1. Jenis atau Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan
pendekatan rancangan eksperimental ulang (pre test-post test group design),
yaitu subjek dibagi 2 kelompok yaitu kelompok dengan senam diabetes dan
kelompok yang bukan senam diabetes. Pada masing-masing kelompok
sebelum mendapatkan intervensi dilakukan pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu kemudian dilakukan intervensi dan sesudah perlakuan dilakukan
pengukuran kadar gula darah kembali. Pada kelompok pertama pasien yang
mendapatkan intervensi senam diabetes (x1) dan pada kelompok kedua
pasien kontrol (x0). Pada setiap kelompok dilakukan intervensi sebanyak 4
kali dan masing-masing intervensi dilakukan selama 30 menit, sehingga
desain penelitian ini dapat digambarkan seperti skema berikut.

Senam Diabetes : o1 ----- x1 ------ o 2

Bukan senam diabetes : o3------ x0 ------ o 4

Keterangan:

x1 : kelompok yang diberikan intervensi senam diabetes

X0 : kelompok kontrol

01: kadargula sebelum di berikan senam diabetes

02: kadar gula setelah diberikan senam diabetes

03: kadar gula sebelum kontrol

04: kadargula setelah kontrol

2. Pendekatan waktu Pengumpulan Data


Metode pendekatan yang di pakai adalah cross sectional, yaitu metode

72
yang mempelajari dinamika faktor- faktor pengaruh dengan faktor
terpengaruh dalam waktu yang sama. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian analitik korelasi, yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk
menggali bagaimana, dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,
kemudian melakukan analisa dinamika korelasi antara faktor resiko dengan
faktor efek ( Noto atmodjo, 2010 ).

Dalam penelitian ini peneliti menelaah hubungan senam diabetes


terhadap penurunan kadar gula darah di puskesmas Kebonagung.

3. Metode Pengumpulan Data


Data-data yang menyebar pada masing-masing sumber data atau
subyek penelitian perlu dikumpulkan untuk selanjutnya ditarik
kesimpulan.Data adalah catatan atas kesimpulan fakta (Yulianto dkk,
2018).

Pengumpulan data dalam penelitian perlu dipantau agar data yang


diperoleh dapat terjaga tingkat validitas dan reliabilitasnya. (Siyoto dan
Sodik ,2015)

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara


interview (wawancara) dan mengisi lembar ceklist.
a. Data primer
Data primer adalah data yang secara khusus dikumpulkan
untuk kebutuhan riset yang sedang berjalan. (Yulianto dkk, 2018).
Data primer pada penelitian ini diperoleh menggunakan alat
glucotest untuk mengecek kadar gula darah.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah merupakan data yang dikumpulkan tidak
hanya untuk keperluan suatu riset tertentu saja.(Yulianto dkk, 2018).
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini di ambil dari
data puskesmas Kebonagung meliputi data tentang gambar umum
lokasi penelitian, catatan medis dan bila memungkinkan wawancara
dengan keluarga penderita.

4. Populasi Penelitian

73
Populasi adalah target dimana peneliti menghasilkan hasil penelitian.
(Swarjana, 2015) Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
populasi target dan populasi terjangkau (accessible population).Populasi
target adalah populasi yang memenuhi sampling kriteria dan menjadi
sasaran akhir penelitian, sedangkan populasi terjangkau adalah populasi
yang memenuhi kriteria dalam penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh
peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2018).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes di


Puskesmas kebonagung Demak sebanyak 200 pasien, berdasarkan
pengambilan data awal pada tanggal 1 Maret 2022.

5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian


a. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel
itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(mewakili).(Sugiyono, 2016).

Menurut Arikunto (2006),jika obyek penelitian kurang dari 100 lebih


baik di ambil semua, sehinnga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar lebih dari 100 dapat di
ambil 10-15% atau dapat di ambil 10-15% atau 20-25%.dengan jumlah
data pasien Diabetes Melitus di puskesmas Kebonagung 200 orang maka
diambil 40 orang, yang akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 20 orang
dengan di berikan senam diabetes, dan 20 pasien kontrol.

b. Definisi operasional variabel


Definisi operasional Hubungan senam diabetes terhadap penurunan
kadar gula darah di Puskesmas Kebonagung kabupaten Demak.

Tabel 3.1

74
variabel Definisi Alat Hasil skala
ukur ukur
operasional
dan cara
ukur
Independen Olahraga ringan ceklist Melakukan
senam berupa senam yang di senam
lakukan dalam waktu
30 menit
Tidak
Melakukan
senam

Dependen Ukuran glukosa yang glucotest Mg/dl Rasi


terdapat dalam darah o
Kadar
yang di ukur sewaktu
gula darah
waktu,dalam
satuan/ukuran

6. Instrumen penelitian dan cara penelitian


Instrumen adalah alat yang digunakan sebagai alat ukur dalam
penelitian dalam bentuk observasi yaitu merupakan panduan berupa
kuesioner yang digunakan oleh peneliti untuk menilai secara langsung
perilaku yang ditunjukkan oleh responden (Siyoto dan Sodik, 2015).Pada
penelitian ini instrument yang di gunakan adalah sebagai berikut:

a. Pengukuran gula darah di gunakan untuk mengetahui kadar gula


darah setiap responden dengan menggunakan glucotest, dilakukan
pada saat mau melakukan senam dan setelah melakukan senam
diabetes.

Pada pasien kelompok intervensi diberikan senam diabetes dilakukan


seminggu satu kali selama satu bulan dengan durasi waktu 30 menit
bertempat dilapangan puskesmas Kebonagung, dan pada pasien kontrol
diberikan gerakan ringan seminggu satu kali selama satu bulan dengan
durasi waktu 10 menit bertempat dilapangan puskesmas Kebonagung.

Uji validitas dan Reabilitas

75
a. Uji validitas

Untuk menguji maka dilakukan uji korelasi antar skor (nilai) tiap
item pertanyaan dengan skor total kuisioner, bila item pertanyaan
mempunyai korelasi yang signifikan dengan skor total instrumen maka
kuisioner tersebut dinyatakan valid (Arikunto,2006). Instrumen akan
dicobakan 40 responden, ternik korelasi yang dipakai adalah teknik
person productmomen dengan rumus:

N(∑xy)-∑x∑y
R₌
√(N∑X²-(∑X)²(N∑Y²-(∑Y)²)

Keterangan

X= pertanyaan nol
Y= skor total
XY= skor pertanyaan nomer 1 dikalikan skor total

Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas karena pengukuran


kadar gula darah menggunakan instrumen yang sudah standar.

Menurut Harsono (2001) teknik korelasi product moment digunakan


untuk menentukan signifikan dari pertanyaan dalam kuisioner. Untuk
memperolehvalidasi pengujian menggunakan 5% dengan nilai tabel
N=20, maka di dapatkan nilai 0,44.perolehan nilai r hitung untuk tingkat
kecemasan terendah 0,5470dan nilai tertinggi 0,7764. Untuk perilaku
rendah 0,5470dan nilai tertinggi 0,6755. Yang berarti r hasil lebih besar
dari r tabel, maka kuisioner tersebut di nyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Pengujian reabilitas dalam penelitian ini dengan internal consistensy


yaitu melakukan uji coba instrumen satu kali saja kemudian hasil yang
diperoleh di analisis dengan teknik tertentu. Untuk menguji reliabilitas

76
kuisioner yang skornya berupa rentangan digunakan rumus koefisien
realibilitas Alpha Cronbach (Arikunto,2006).

Rumus :

Untuk memperoleh jumlah variansbutir di cari dulu varian setiap


butir, kemudian di jumlahkan. Instrumen dinyatakan reliabel yaitu
dengan mambandingkan r tabel dengan nilai r hasil, bila r alpha > dari r
tabel maka kuisioner di nyatakan reliabel. Hasil uji diperoleh alpha untuk
kuesioner kecamasan 0,8009 yang berarti r alpha lebih besar dari r tabel,
maka kuisioner di nyatakan reliabel.

Dalam penelitian ini menggunakan uji validitas dan ujji reliabilitas di


Puskesmas Kebonagung dengan menggunakan 40 responden. Karena
karakteristik hampir sama .

7. Teknik pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan data
Menurut (Notoatmodjo, 2010) ada lima tahapan agar analisis
menghasilkan informasi yang benar yaitu :

1) Editing

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan


yang sudah diisi.Editing meliputi kelengkapan pengisian dan
kesalahan pengisian. Editing dilakukan pada saat pengambilan
data, sehingga bila terjadi kekurangan atau kesalahan, data

77
dengan mudah dapat segera dilakukan perbaikan.

2) Pengkodean (Coding)

Pemberian kode adalah kegiatan untuk memasukkan data


dengan memberikan kode-kode berupa angka kedalam tabel,
untuk setiap kelompok pertanyaan guna mempermudah
pembacaan.

a) Variabel senam diabetes

1) Patuh jika nilai = atau > 50%

2) Tidak patuh jika nilai < 50 %

b) Variabel kadar gula darah

1) Jika kadar gula darah 150-200 gr/dl (sedang)


diberi angka 1

2) Jika kadar gula darah > 200 gr/dl (tinggi) diberi


angka 2.

3) Memasukan Data (Data Entry) atau Processing

Memasukkan data yaitu jawaban-jawaban dari masing-


masing responden yang dalam bentuk “kode” dimasukkan
kedalam program atau “software” computer salah satu paket
program yang sering digunakan untuk entri data penelitian adalah
komputerisasi.

4) Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden


selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.

b. Analisa Data
Analisa data penelitian merupakan media untuk menarik

78
kesimpulan dari seperangkat data hasil pengumpulan
(Saryono dan Setiawan,2010). Hasil penelitian diolah
dengan menggunakan program yang ada di computer yaitu
komputerisasi dan selanjutnya akan dilakukan analisa.
Menurut (Notoatmodjo, 2010) Pengolahan dan analisa data
dilakukan dengan komputer menggunakan soffware SPSS
Versi Windows 22.0. Teknik analisis data suatu penelitian
melalui proses bertahap antara lain:
1. Analisa Univarat
Analisa unvariat yang dilakukan untuk
menggambarkan subyek penelitian dengan tidak tidak
melakukan analisa perbedaan atau hubungan antar
variabel. Setiap variabel dependent dan variabel
independent dianalisis dengan statistic deskriptif yaitu
prosentase untuk mendapatkan gambaran mengenai
hubungan senam diabetes terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus
Rumus yang digunakan adalah:
f

X= n X 100%
Keterangan :

X = Hasil prosentase

f = Frekuensi hasil pencapaian

n= total seluruh observasi


2. analisa bivariat
Merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui
interaksi dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif,
maupun korelatif. (Saryono,2010). Analisa bivariat adalah
analisis yang menghubungkan dua variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat (Arikunto,2006). Analisa
bivarivat dengan menggunakan uji chi square (X²) dengan

79
menggunakan ɑ = 0,05 dan 95% confidence interval (CI)
dengan menggunakan program komputer. Uji chi square
digunakan bila data penelitian berupa frekuensi dalam
bentuk kategori baik normal atau ordinal. Uji ini juga di
gunakan untuk menentukan signifikasi dua variabel atau
lebih dengan rumus:

2
X = ∑ ( fo−fh ) ❑2
0 fh

Keterangan :

2
X Chi Kuadrat
0

Fo= Frekuensi yang diobservasi (dari sample)

Fh= Frekuensi yang diharapkan

Menurut Arikunoto (2006), ada tidaknya korelasi


dinytakan dalam angka dan indeks. Jika ada hasil analisis
uji Chi- square didapatkan hasil uji yang tidak memenuhi
syarat uji maka pembacaan pada tabel uji Chi- Square
adalah Fisher’s Exact Test.Pembacaan Fisher’s Exactnto.

Syarat uji Chi-Square adalah (Arikunto, 2008) :

a. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan


(nilai E) kurang dari 1.
b. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan
(nilai E) kurang dari 5, lebih dari 20% dari
keseluruhan sel.
c. Hitung X 2 sesuai aturan yang berlaku yaitu :
d. Bila tabelnya lebih dari 2x2, gunakan uji kai
kuadrat tanpa koreksi (Uncrected).

80
e. Bila tabelnya 2x2, gunakan Kai Kuadrat Yate’s
Correction.
f. Bila tabelnya 2x2, ada sel yang E-nya > 5, gunakan
fisher Exact.

Menurut Sugiyono ( 2007 ) pedoman untuk memberikan interpretasi


koefisien korelasi dengan table sebagai berikut

Interval Koefisien Tingkat


Hubungan

0,001- 0,199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 -0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat kuat

E. Etika Penelitian

Penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian kesehatan masyarakat


pada khususnya mengunakan manusia sebagai objek yang diteliti disatu sisi,
dan sisi lain manusia sebagai peneliti atau yang melakukan penelitian. Masalah
yang yang terjadi pada satu aspek dapat menyebabkan masalah pada aspek
lainnya.Sehingga penelitian keperawatan perlu dikawal dengan etika penelitian
yang memberikan jaminan bahwa keuntungan yang didapat dari penelitian jauh
melebihi efek samping yang ditimbulkan. Pemahaman etika penelitian
merupakan suatu keharusan bagi peneliti dibidang keperawatan(Dharma,
2011).
1. Informend Consent (Persetujuan Penelitian)

81
Informend Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan
denganmemberikan persetujuan untuk menjadi responden (Saryono dan
Setiawan, 2010).

Dalam penelitian ini responden telah menandatangani informed


consent sebagai persetujuan untuk menjadi responden.
2. Anomity
Pada lembar persetujuan maupun lembar kuesioner tidak akan
menuliskan nama responden tetapi hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disampaikan
(Saryono dan Setiawan, 2010).

Dalam penelitian ini pada pengisian identitas responden hanya


mencantumkan pengisian nama, umur dan jenis kelamin. Pada
pengisian nama hanya menggunakan inisial nama responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti(Saryono dan Setiawan, 2010).

Dalam penelitian ini peneliti telah menjamin kerahasiaan


responden mengenai informasi maupun masalah-masalah lainnya.
4. LAMPIRAN

F. Jadwal Penelitian

Penelitian akan di lakukan mulai bulan Mei 2022 dengan responden


pasien diabetes mellitus di puskesmas Kebonagung Demak.

82
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Santi. 2017. Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan


Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Novitasari, Retno. 2012. Diabetes mellitus dilengkap dengan senam


DM.Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. 2018. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Dinkes Provinsi Jawa Tengah, (2020), Profil Kesehatan Provinsi Jawa


Tengah.

Dinkes Kota Demak, (2020), Profil Kesehatan Kota Demak.

Sugiyono, 2018. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Notoadmojo,S.2018. Metodologi Penelitian Kesehatan : Rineka Cipta.


Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Data Penyakit Tidak Menaluar.


Tersedia Dalam htpp://www.dekpkes.go.id (Diakses 21 januari
2022).

Sanjaya, Fuji., Huda, Miftachul. 2017. Pengaruh Senam Diabetes Terhadap


Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Peterongan Jombang. (Diakses 21
Januari 2022).

Sinaga, J. 2018. Pengaruh Senam Diabetes Mellitus Terhadap Kadar


Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

83
Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan 2018. Testis tidak
diterbitkan. Medan. Mutiara Ners.

Fox, Charles, anne kilvert.2010. bersahabat dengan diabetes tipe 2.


Jakarta:Penebar Plus https://books.google.co.id/books diakses
pada tanggal 21 Januari 2022.

Corwin, Elizabeth J, 2009 .Buku saku Patofisiologi.Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

PERKENI. 2017 .Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 di Indonesia.Jakarta.

WHO. 2020. Countri and Regional Data on Diabetes . tersedia dalam


http://www.who.int/diabetes/facts/world_figures/en/diakses pada
21 Januari 2022.

Yuliyanto, A. 2018. Pengaruh Senam Diabetes Melitus Terhadap Penurunan


Kadar Glukosa Dalam Darah Pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe II di Persadia RSUD Pringsewu Tahun 2018,1,203.

Wasludin, Lindawati. 2019. Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar


Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah
Puskesmas Periuk Jaya Kota Tangerang . Vol 6.

IDF. 2019 . IDF Diabetes Atlas Sixth Editions Update, Internasional


DiabetesFederations2019dalamhttp://www.idf.org/worlddiabete
seday/toolkit/gp/fact-figures, diakses tanggal 21 Januari 2022.

Arikunto,S. 2019 . Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Harsono. 2011. Etnografi Pendidikan Sebagai Desain Penelitian Kualitatif.


Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Notoadmojo,S.2018. Metodologi Penelitian Kesehatan : Rineka Cipta.


Jakarta.

84
85
NO KEGIATAN BULAN
PEBRUARI MARET APRIL MEI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. PENGAJUAN JUDUL
2. ACC JUDUL
3. SURVEY PENDAHULUAN
4. KONSUL BAB I
5. KONSUL BAB II
6. KONSUL BAB III
7. EMBAR OBSERVASI
8. PERSIAPAN UJIAN
PROPOSAL
9. UJIAN PROPOSAL
JADWAL PENELITIAN

72
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)

Senam fisik yang dirancang menurut usia dan status


PENGERTIAN fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes
mellitus (Persadia, 2006).
1.Glukosa darah terkontrol
TUJUAN
2.Pencegahan terjadinya DM dini
3. Kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin
berkurang

TEMPAT Wilayah kerja Puskesmas Kebonagung Demak


PROSEDUR PELAKSANAAN
Semua gerakan dilakukan dalam hitungan 2 x 8
Gerakan pemanasan
Gerakan pemanasan 1 Badan tegap dengan sikap sempurna.
Gerakan pemanasan 2 Kaki berjinjit satu dan kedua tangan disimpan di
pinggang.
Gerakan pemanasan 3 1) Salah satu kaki Tarik ke belakang.
2) Kepalkan kedua tangan simpan di atas dada
dan pinggang.
3) Lakukan gerakan jalan ditempat dengan ayunan
tangan.
Gerakan pemanasan 4 1) Simpan tangan yang terlentang diatas dada.
2) Tundukan kepala.
Gerakan pemanasan 5 Satu tangan direntangkan sementara tangan yang lain
disimpan di dada.
Gerakan pemanasan 6 1) Kepala di mirning kan ke kanan dan ke kiri.
2) Kedua tangan di simpan di pingggang.
3) Jalan di tempat.
Gerakan pemanasan 7 1)Langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri 1 langkah.
2)Tangan mengepal di sisi badan.
3)Bahu diangkat dan diputar ke belakang.
Gerakan pemanasan 8 1) Langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri 2 langkah.
2) Tangan mengpal di sisi badan.
3) Bahu diangkat bergantian ke kanan dan ke kiri.

73
Gerakan pemanasan 9 1) Langkahkan kaki ke depan 1 langkah.
2)Kepalkan tangan dan simpan di dada.
3)Tarik ke atas dan ke bawah.
Gerakan pemanasan 10 1) Langkahkan kaki ke samping kanan dan ke kiri sebanyak 2
langkah.
2) Tangan di rentangkan ke depan dan ke kanan atau ke
kiri.
3) Gerakan kepala ke kanan dan ke kirir secara bergantian.

Gerakan pemanasan 11 1) Angkat tangan ke depan.


2) Satu kaki melangkah ke depan dan kaki yang lain
mundur.
3) Lakukan secara bergantian.
Gerakan pemanasan 12 1) Langkahkan kaki ke kanandan ke kiri secara bergantian.
2) Kedua tangan membentuk sudut 90.

Gerakan pemanasan 13 1) Langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri secara bergantian.


Kedua tangan simpan di depan.
3) Lakukan gerakan membuka dan menutup bergantian.

Gerakan pemanasan 14 1) Posisi awal.


2) Kedua siku di tekuk dan telapak tangan mengepal di sisi
pinggang.
3) Dorong kaki kanan dan kedua lengan kebelakang
kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.
Gerakan pemanasan 15 1) Kedua tangan di angkat ke atas.
2) Kaki kanan serong ke kanan depan secara
bergantian.
Gerakan pemanasan 16 1) Ayunkan kedua lengan bersamaan.
2) Tangan kanan lurus disis bahu kanan sejajar deangan bahu
dan tangan kiri lurus sejajar dengan bahu.
3) Kaki kanan diangkat kemudian seterusnya.

Gerakan pemanasan 17 1) Tubuh kanan condong kearah kanan.


2) Tangan kanan seperti menyentuh tumit kaki kanan.
3) Begitupun sebaliknya.
Gerakan pemanasan 18 1) Kaki dibuka.
2) Lutut sedikit di tekuk.
3) Ayunkan tangan kanan serong kearah kiri.
Gerakan pemanasan 19 1) Kedua kaki terbuka.

74lxxxviii
2) Kedua tangan disamping kepala sejajar dengan
bahu.
3) Putar sisi tubuh kearah kanan dan kiri bergantian.
Gerakan pemanasan 20 1) Ayunkan lengan ke samping kiri dan samping
kanan bergantian.
2) Kaki kiri dan kana di tekuk ke belakang.
Gerakan pemanasan 21 1) Kaki dibuka lebar, satu kaki melangkah ke depan.
2) Tekuk lutut ke arah kanan.
3) Silangkan kedua tangan diatas kanan dan kiri.
Gerakan pemanasan 22 1) Kaki kanan terbuka.
2) Tangan kanan tertumpu di paha kanan.
3) Tangan kiri lurus ke atas.
Gerakan pemanasan 23 1) Tubuh menghadap ke kanan dan ke kiri.
2) Tangan lurus ke kanan atau ke kiri sejajar dengan
bahu dan ditarik statis.
Gerakan pemanasan 24 1) Badan menghadap kanan atau kiri.
2) Tangan direntangkan ke atas.
3) Salah satu kaki ditarik kebelakang.
Gerakan pemanasan 25 1) Kaki kanan atau kiri menekuk ke depan.
2) Samping kanan atau kiri lurus ke belakang.
3) Kedua tangan bertumpu di paha.
Gerakan pemanasan 26 1) Kaki kanan diluruskan.
2) Tangan kanan menyentuh ujung kaki kanan.
3) Lakukan bergantian.
Gerakan pemanasan 27 1) Kaki kiri melangkah ke depan.
2) Kedua tangan dilurus ke depan.
3) Ditarik kebelakang dan ditahan di depan dada
disamping telinga.
4) Lakukan bergantian.
Gerakan pemanasan 28 1) Kaki kiri melangkah ke depan.
2) Kedua tangan dilurus ke depan.
3)Ditarik kebelakang dan ditahan di depan dada
disamping telinga.
4) Lakukan bergantian.
Gerakan pemanasan 29 4) Kaki kiri melangkah kedepan.
5) Kedua tangan tertumpu di kedua paha.
6) Lutut kanan di tekuk.
Gerakan pemanasan 30 Sikap sempurna.
Peregangan
Gerakan 1, 2, 3, 4, 5 1) Tangan kanan lurus kedepan.

lxxxix
75
dilakukan untuk 2) Tangan kiri lurus ke depan.
mempersiapkan gerakan 3) Tangan kanan lipat ke bahu kiri.
selanjutnya dan megatur 4) Tangan kiri lipat ke bahu kanan.
pernapasan. 5) Telapak kanan terbuka di samping telinga.
6) Telapak kiri terbuka disamping telinga kiri.
Gerakan inti
Inti 1 1) Badan tegak.
2) Langkah kaki kanan ke depan 1 langkah.
3) Kepalkan tangan angkat ke atas.
4) Dengan hitungan angkat dan Tarik tangan sejajar
dengan bahu.
Inti 2 1) Kaki melangkah kedepan.
2) Tangan mengepal dari perut diangkat ke atas
kepala.
3) Lakukan seterusnya.
Inti 3 1) Tangan kanan mengepal.
2) Badan serong ke kanan.
3) Kaki kiri membuka ke samping kiri.
Inti 4 dan 5 1) Melangkah maju 1 lngkah.
2) Tangan mendorong ke depan.
3) Mundur 1 langkah..
4) Tangan didorong ke depan kemudian rentangkan ke
atas.
Inti 6 1) Kedua tangan mengepal kemudian Tarik ke
belakang.
2) Kaki kanan melangkah ke
depan. Lakuakn secara bergantian
Inti 7 1) Langkahkan kedepan kaki kiri.
2) Tangan kiri direntangkan, tangan kanan simpan di
dada.
3) Kedua tangan mengayun ke kanan dan ke kiri.
Inti 8 1) Angkat kaki kiri ke belakang.
2) Kedua tangan bentangkan ke depan.
3) Lakukan bergantian denagnkaki kanan.
Inti 9 1) Buka kaki.
2) Langkahkan ke depan kaki kanan dan kaki kiri
mundur ke belakang.
3) Telapak tangan di buka, tangan kiri bentangkan dan
kanan simpan di dada.
4) Ayunkan kekanan ke kiri.
Inti 10 1) Buka kaki.
2) Langkahkan ke depan kaki kanandan kaki kiri
3) Mundurkan ke belakang.
4) Angkat kedua tangan ke atas.
Inti 11 1) Buka kaki kiri kesamping kiri.
2) Kedua tangan sejajar dengan dada.

76xc
3) Rentangkan tangan ke bawah.
4) Lakukan bergantiandengan kaki kanan.
Inti 12 1) Kaki kiri melangkah ke samping.
2) Kedua tangan direntangkan sejajar dengan dengan
perut
Gerakan relaksasi
Gerakan 13 1) Tangan di depan.
2) Rentangkan bersamaan melangkah ke samping
kanan dan kiri.
Gerakan 14 1) Kedua tangan direntangkan sejajar bahu dengan
kedua tangan di kepal di dada.
2) Kaki langkahkan ke kanan dan kiri.
Gerakan 15 1) Kedua tangan mengayun ke atas.
2) Kaki langkahkan ke kanan dan kiri.
Gerakan 16 Sikap sempurna
Pendinginan
Pendinginan 1 1) Langkahkan kaki kiri ke samping.
2) Lutut kiri di tekuk.
3) Kedua lengan direntangkan.
4) Kepala di tundukan.
Pendinginan 2 1) Kaki kanan di buka.
2) Lengan di depan dada.
3) Tubuh di tarik ke arah kanan dan beberapa detik.
Pendinginan 3 1) Kaki kanan melangkah ke depan.
2) Tangan di bentangkan.
Pendinginan 4 1) Kaki kiri maju ke depan.
2) Lutut di tekuk.
3) Kedua lengan direntangkan ke depan.
4) Telapak tangan menghadap ke dalam.
Pendinginan 5 1) Kaki kiri di depan.
2) Tangan kiri di bentangkan ke belakang tangan
kanan menjadi penyangga.
Pendinginan 6 1) Kaki kiri maju ke depan.
2) Kaki kanan ke belakang.
3) Kedua tangan bertumpu di paha.
Pendinginan 7 1) Kaki di buka ke samping.
2) Tangan kanan menarik sikut kiri ke arah belakang
Pendinginan 8 1) Menghadap ke kanan.
2) Kaki kanan tekuk dan kaki kiri lurus.
3) Kedua tangan lurus menghadap kanan.
Pendinginan 9 1) Menghadap ke kanan.
2) Kaki kiri jinjit.
3) Kaki kanan lurus dan kedua lengan ke atas.
Pendinginan 10 1. Kaki kiri Tarik ke belakang.
2. Kaki kanan di tekuk.

77
xci
3. Kedua tangan bertumpuk di kaki kanan.
Pendinginan 11 1) Menghadap ke kanan.
2) Rentangkan tangan kanan seperti menyentuh ujung
kaki kiri.
3) Kaki kiri di tekuk, kaki kanan lurus sejajar dengan
tangan.
Pendinginan 12 1) Kaki kanan melangkah ke samping.
2) Kedua lengan direntangkan ke samping.
3) Kedua lutut di tekuk sedikit.
Pendinginan 13 Sikap sempurna

Sumber : Novitasari, 2012.

xcii
78
LEMBAR OBSERVASI GULA DARAH

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Kelompok :

Lama menderita DM :

Frekuensi melakukan senam diabetes dalam satu minggu

melakukan senam

tidak melakukan senam

Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Sebelum senam Sesudah senam

xciii
79
xciv
xcv
xcvi
xcvii

Anda mungkin juga menyukai