Anda di halaman 1dari 81

PROPOSAL

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN STRES DENGAN


PENINGKATAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG POLIKLINIK
RSUD dr. M. HAULUSSY AMBON

OLEH :

DOLY ROSDIANA MOUW


NMP : 12114201150032

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Kami menyatakan menerima dan menyetujui Proposal ini yang disusun oleh

Nama Doly Rosdiana Mouw, NPM : 12114201150032 untuk diteliti.

Ambon, April 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Mevi. Lilipory. S.Kep., M.Kep Dr. Z. Rehena, M. Kes


NIDN : 1203068702 NIDN : 1229048001

Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan

Ns.S.R.Maelissa, S.Kep., M.Kep


NIDN : 1223038001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus, karena kasih,
kemurahan dan hikmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal dengan judul Hubungan Pola Makan Dan Stres Dengan Peningkatan
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Ruang Rawat
Inap RSUD dr M. Haulussy Ambon. Tujuan dari penulisan proposal ini adalah
untuk memenuhi syarat tugas akhir untuk penyusunan skripsi dan sebagai salah
satu persyaratan untuk mempunyai gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada
Universitas Kristen Indonesia Maluku di Fakultas Kesehatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. J. Damamaian, M. Th selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku


dan Para Pembantu Rektor I-IV
2. B. Talarima, SKM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Kristen Indonesia Maluku serta Para Pembantu Dekan I-III
3. Ns. S. R. Maelissa, S. Kep., M. Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku
4. Ns. M. Lilipory, M. Kep sekaligus sebagai pembimbing I yang telah banyak
mengarahkan dan membimbing penulis sehingga proposal ini dapat
terselesaikan
5. Dr. Z. Rehena, M. Kes selaku pembimbing II yang telah banyak mengarahkan
dan membimbing penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Kristen
Indonesia Maluku.
7. Kepala Direktur RSUD.Dr M. Haulussy Ambon dan seluruh petugas
kesehatan di RSUD Dr.M Haulussy Ambon
8. Kepala Ruangan Interen Wanita dan Kepala Ruangan Interen Laki RSUD.Dr
M. Haulussy Ambon dan seluruh petugas kesehatan ruang interen wanita dan
ruang interen laki RSUD Dr.M Haulussy Ambon.

ii
9. Spesial untuk orang tua tercinta (bapak Leksi, Mama Rika), adik-adik tercinta
(Susan,Lisa,Obe,Samuel) yang telah banyak memberikan doa dan dukungan
kepada penulis secara moril maupun material hingga proposal ini dapat
selesai, Anggota keluarga dan kerabat (Mouw/Ratuanik) dan (Rismando
Ririhena) yang senatiasa memberikan doa dan dukungan semangat kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala saran, masukan,
serta kritikan yang bersifat membangun agar dapat menyempurnakan proposal ini.

Ambon, April 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………..

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………….. i

KATA PENGANTAR …………………………………………….... ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………... iv

DAFTAR TABEL …………………………………………………... vi

DARTAR GAMBAR ……………………………………………….. vii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1


B. Rumusan Masalah …………………………………………... 6
C. Tujuan Penelitian ………………………………………….... 6
D. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tujuan Umum Tentang Diabetes Melitus Tipe II ………….. 9


B. Tujuan Umum Tentang Kadar Gula Darah ………………… 20
C. Tujuan Umum Tentang Pola Makan ……………………….. 23
D. Tujuan Umum Stres ………………………………………… 33
E. Kerangka Konsep …………………………………………… 45
F. Hipotesis Penelitian ………………………………………… 46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian …………………………………………….. 47

iv
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………… 47
C. Populasi dan Sampel ………………………………………. 48
D. Variabel Penelitian ……………………………………….... 49
E. Defenisi Operasional ………………………………………. 50
F. Instrumen Penelitian ……………………………………….. 52
G. Pengumpulan Data …………………………………………. 53
H. Pengolahan Data …………………………………………… 54
I. Analisis Data ………………………………………………. 56
J. Etika Penelitian ……………………………………………. 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Defenisi Operasional …………………………………… 51

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ……………………………………… 45

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Persetujuan Responden

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Kuesioner Pola Makan (FFQ)

Lampiran 4 Kuesioner Stres

Lampiran 5 Lembar Observasi Kadar Gula Darah

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus Tipe II adalah kondisi saat gula darah dalam

tubuh tidak terkontrol akibat gangguan sensivitas sel β pankreas untuk

menghasilkan hormon insulin (Lemone, 2015). Insulin berfungsi untuk

mengatur keseimbangan kadar gula dalam darah, akan tetapi apabila intake

glukosa terlalu banyak maka insulin tidak mampu menyeimbangkan kadar

gula darah dan terjadi hiperglikemi (World Health Organization, 2018).

Peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemi adalah suatu

kondisi di mana jumlah yang berlebihan glukosa beredar dalam plasma

darah. Tingginya kadar gula darah dapat disebabkan oleh berbagai faktor

seperti kerusakan pankreas, penurunan kerja insulin dalam tubuh, faktor

genetik, perubahan hormon umumnya pada wanita hamil, dan adanya

penyakit degeneratif. Selain itu penyebab peningkatan gula darah

disebabkan oleh faktor dari luar tubuh manusia seperti kuranya aktivitas

fisik, pola makan yang salah, dan stres (Fox & Kilvert, 2016).

Laporan International Dibetes Federation (IDF) Diabetes Atlats

edisi ke-8 tahun 2017 bahwa jumlah penderita DM di dunia pada tahun

2017 mencapai 425 juta orang dewasa berusia antara 20-79 tahun. Lebih

dari 79% penderita hidup di wilayah negara berkembang dan diperkirakan

1
tahun 2045 jumlah penderita DM akan meningkat menjadi 629 juta orang.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi Diabetes

Melitus ke-6 terbanyak di dunia dengan angka 10,3 juta penderita setelah

Cina (114,4 juta), India (72,9 juta), Amerika (30,2 juta), Brazil (12,5 juta),

Mexico (12,0 juta), Indonesia (10,3 juta), kemudian diikuti Rusia (8,5

juta), Mesir (8,2 juta), Jerman (7,5 juta) dan Pakistan (7,5 juta)

(International Dibetes Federation, 2017).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018

menunjukan angka prevalensi Diabetes Melitus mengalami peningkatan

cukup signifikan selama lima tahun terakhir. Di tahun 2013, angka

prevelensi diabetes pada orang dewasa mencapai 6,9%, dan di tahun 2018

angka melonjak menjadi 8,5%. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis

dokter pada rentang usia 55-64 tahun menempati posisi tertinggi sebesar

6,3%, disusul usia 65-74 tahun sebesar 6,0%. Prevalensi nasional DM

berdasarkan hasil pengukuran kadar gula darah pada penduduk umur ≥15

tahun yang bertenpat tinggal di perkotaan adalah 10,6% (Kementrian

Kesehatan, 2018). Provinsi Maluku merupakan salah satu wilayah

Indonesia dengan prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis

dokter pada penduduk semua umur sebesar 0,7%, dan prevalensi Diabetes

Melitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun

sebesar 1,1% (RISKESDAS, 2018).

Berdasarkan data yang didapat dari Rekam Medik Rumah Sakit

Umum Daerah dr. M Haulussy Ambon total pasien Diabetes Melitus Tipe

2
II tahun 2017 sebanyak 179 orang, tahun 2018 sebanyak 398 orang, tahun

2019 sebanyak 191 orang dan Januari sampai Februari 2020 sebanyak 59

orang..

Dewasa ini Diabetes Melitus Tipe II memiliki prevalensi paling

banyak yakni melingkupi 90-95% dari kasus diabetes tipe lain (PERKENI,

2017). Tingginya prevalensi Diabetes Melitus Tipe II dapat disebabkan

oleh banyak faktor, diantaranya adalah keturunan/genetik, pengetahuan,

obesitas, perubahan gaya hidup, pola makan yang salah, obat-obatan yang

mempengaruhi kadar gula darah, kurangnya aktivitas fisik, proses menua,

kehamilan, dan stres (Muflihatin, 2015).

Pengobatan diabetes yang paling utama yaitu mengubah gaya

hidup terutama mengatur pola makan yang sehat dan seimbang. Pola

makan adalah cara mengatur jumlah dan jenis asupan makanan untuk

mempertahankan kesehatan, status gizi, serta mencegah dan atau

membantu proses penyembuhan. Namun pola makan yang tidak tepat

dapat mengakibatkan kadar gula darah pasien DM Tipe II tidak terkontrol,

sehingga tujuan Pola makan pada penderita Diabetes Melitus Tipe II

adalah untuk membantu penderita dalam memperbaiki kebiasaan makan

sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal

sebagai akibat dari hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah

(Chatterjee, et al., 2018). Hal ini didukungan dengan hasil penelitian yang

dilakukan Verawati (2014) dengan judul pola makan berhubungan dengan

kadar gula darah pada pasien DM yakni terdapat hubungan antara pola

3
dengan kadar gula darah pada pasien DM di Rumah Sakit PKU

Muhammadyah Semarang dengan p=0,001 hasil yang didapatkan pasien

yang memiliki pola makan yang tidak teratur memiliki kadar gula darah

yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien yang memiliki pola makan

yang teratur.

Stres merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kadar gula

darah pada penderita DM. Stres secara psikologis maupun fisik

memberikan dampak negatif terhadap pengendalian diabetes karena

peningkatan hormon stres akan meningkatkan kadar glukosa darah,

khususnya bila asupan makanan dan pemberian insulin yang tidak

terkontrol. Pada saat terjadinya stres psikologis, penderita diabetes dapat

mengubah pola makan, latihan fisik, dan penggunaan obat yang biasanya

dipatuhi menjadi diabaikan oleh penderita, maka akan berpengaruh

terhadap kadar gula darah. Semakin tinggi tingkat stres yang dialami

penderita DM, maka semakin tinggi kenaikan kadar gula darah. Hal ini

didukungan dengan hasil penelitian yang dilakukan Julia dan Derek (2017)

tentang hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien DM

Tipe II di Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado yang menyatakan bahwa

sebagain besar mengalami stres berat sebanyak 38 responden (50,7%)

yang mengalami kadar gula darah buruk sehingga hasil yang didapatkan

adanya hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien

Diabetes Melitus Tipe II.

4
Hasil wawancara peneliti yang dilakukan pada tanggal 16 Maret

2020 di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr M. Haulussy Ambon

dengan tiga pasien DM Tipe II didapatkan informasi bahwa tiga pasien

mengatakan sebelum mengetahui bahwa pasien menderita DM Tipe II,

pola makan pasien tidak baik dimana pola konsumsi makan pasien 3x

sehari bahkan lebih dari 3x sehari dalam jumlah porsi yang agak banyak,

dimana pasien suka mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis.

Dua dari tiga pasien mengatakan setelah mengetahui menderita penyakit

DM Tipe II pola makan pasien diperbaiki sesuai dengan anjuran dokter,

hal ini dibuktikan dengan kemampuan pasien mnyebutkan beberapa jenis

makanan yang harus dihindari seperti kue-kue manis, gula pasir, ikan asin,

lemak daging, durian, alpukat, santan dan lain sebagainya namum

kadang-kadang pasien tidak mematuhinya dikarenakan pasien merasa

bosan dengan variasi makanan yang sama setiap harinya, sehingga ingin

mencicipi makanan yang dihindari walaupun dalam jumlah sedikit. Satu

pasien mengerti dan menaati pola makan DM karena tidak ingin kadar

gula darahnya meningkat. Pasein mengatakan bahwa terkadang pasien

menggantikan nasi dengan ubi rebus atau pisang rebus dan lebih

perbanyak makan sayur dan buah.

Ke tiga pasien juga mengatakan kadang sering merasakan stres

dikarenakan, kondisi pasien yang selalu membuat pasien merasa cemas

berlebihan, dikarenakan daya ingat pasien menurun, badan terasa lemas,

bahkan penglihatan menjadi kabur, dan pasien seringkali mengalami susah

5
tidur. Adapun hal lain yang membuat ke tiga pasien merasakan stres

seperti pasien selalu memikirkan tentang penyakitnya yang tak pernah

kunjung sembuh, perasaan takut mati dan masalah keluarga seperti

masalah ekonomi keungan, hingga seringkali mengakibatkan emosi

meningkat hingga menyebabkan kadar gula darah menjadi meningkat.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik

untuk meneliti dengan judul “Hubungan Pola Makan Dan Stres Dengan

Peningkatan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah dr. M Haulussy

Ambon”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada

Hubungan pola makan dan stres dengan peningakatan kadar gula darah

pada pasien Diabetes Melitus Tipe II pada Ruang Poliklinik Rumah Sakit

Umum Daerah dr. M Haulussy Ambon?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola makan dan stres dengan

peningkatan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di

Ruang Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah dr. M Haulussy Ambon.

6
2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan

peningkatan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II

di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah dr. M Haulussy

Ambon.

b. Untuk mengetahui hubungan antara stres dengan peningkatan

kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang

Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah dr. M Haulussy Ambon.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan dalam

menambah pengetahuan tentang hubungan antara pola makan dan stres

dengan peningakatan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus

Tipe II.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan untuk penguatan teori dan menambah pengetahuan,

bahwa pola makan dan stres yang tidak tepat pada penderita Diabetes

Melitus Tipe II dapat meningkatkan kadar gulah darah.

3. Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien dalam menjalankan pola makan

dengan benar dan dapat mengontrol stres pasien sehingga dapat

7
membantu keberhasilan pengendalian kadar gula darah dalam keadaan

normal.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang

hubungan pola makan dan stres dengan peningakatan kadar gula darah

pada pasien Diabetes Melitus Tipe II.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus Tipe II

1. Defenisi Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes Melitus Tipe II adalah penyakit gangguan metabolik

yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi

insulin oleh sel β pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi

insulin) (Fatimah, 2015). Insulin berfungsi untuk mengatur

keseimbangan kadar gula dalam darah, akan tetapi apabila intake

glukosa terlalu banyak maka insulin tidak mampu menyeimbangkan

kadar gula darah dan terjadi hiperglikemi (World Health Organization,

2018).

2. Faktor Diabetes Melitus Tipe II

Berikut ini adalah faktor resiko yang dapat terkena Diabetes

Melitus Tipe II, antara lain :

a. Usia

Berdasarkan hasil penelitian umur ≥50 dapat meningkatkan

kejadian DM Tipe II karena penuaan menyebabkan menurunnya

sensitivitas insulin dan menurunnya fungsi tubuh untuk

metabolisme glukosa (Trisnawati, 2015). Pada negara berkembang,

9
sebagian besar orang dengan diabetes berumur antara 45-64 tahun.

Hampir setengah

dari orang dengan diabetes berada direntang umur antara

40-59 tahun. Lebih dari 80% dari 184 juta orang dengan diabetes

berada pada rentang umur ini (Internasional Diabetes Federation,

2016).

b. Genetik

Faktor lain yang memberikan andil sangat besar pada

prevalensi penyakit Diabetes Melitus Tipe II adalah faktor

keturunan atau genetik. Hal ini terbukti pada beberapa penelitian

yang telah membuktikan bahwa orang yang memiliki genetik

menderita DM lebih berisiko dari pada orang yang tidak memiliki

riwayat DM. Diabetes Melitus cenderung diturunkan atau

diwariskan. Anggota keluarga penderita DM memiliki

kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan

dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM (Maulana,

2015).

c. Jenis kelamin

Prevalensi kejadian DM Tipe II pada wanita lebih tinggi

daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena

secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa

tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual

syndrome), paska menopouse yang membuat distribusi lemak

10
tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal

tersebut sehingga wanita berisiko menderita Diabetes Melitus Tipe

II (Irawan, 2017).

d. Riwayat DM gestastional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang hanya terjadi

hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan. Pada

umumnya, mereka akan sembuh dari diabetes jenis ini setelah

melahirkan, namun dalam beberapa kasus diabetes ini dapat

berlanjut. Wanita yang menderita diabetes selama kehamilan,

berisiko mengalami diabetes tipe dua setelah melahirkan

(Hasdianah, 2016).

e. Berat badan lebih

Pada umumnya, Diabetes Melitus Tipe II diderita oleh

orang yang mengalami obesitas (80%). Obesitas menyebabkan

jumlah reseptor dan kepekaan insulin menurun yang

mengakibatkan glukosa darah yang masuk kedalam sel berkurang,

sehingga sel kekurangan bahan metabolisme energi dan kadar

glukosa dalam darah meningkat melebihi angka normal.

f. Pola makan

Pola makan sehat untuk diabetes adalah 25-30% lemak, 45-

65% karbohidrat, dan 10-20% protein. Menurut data dari Riskesdas

(2013), gaya hidup di perkotaan dengan pola makan yang tinggi

lemak, garam, dan gula mengakibatkan masyarakat cenderung

11
mengkonsumsi makanan secara berlebihan, selain itu pola

makanan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh

sebagian masyarakat, tetapi dapat mengakibatkan peningkatan

kadar glukosa darah. Sejalan dengan hasil penelitian yang

menyebutkan bahwa konsumsi lemak tinggi berkontribusi terhadap

kejadian DM Tipe II dengan risiko sebesar 4,64 kali. Sedangkan

konsumsi serat tinggi ditemukan mencegah DM Tipe II sebesar

0,37 kali (Rahejang, 2014).

g. Aktivitas fisik kurang

Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan

diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik

mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula

dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga,

zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi

ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak

mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan

timbul DM (Kemenkes, 2016).

h. Stres

Stres diketahui berhubungan secara signifikan dengan

kejadian DM Tipe II (Trisnawati, 2014). Menurut hasil penelitian

yang didapat terdapat tingkat stres yang tinggi terjadi pada pasien

diabetes dengan durasi pengobatan yang lama, pasien dengan

pengobatan insulin dan pada pasien wanita. Pengobatan, kontrol

12
makanan dan latihan fisik adalah hal yang essensial dalam

perawatan penyakit diabetes, namun hal yang terpenting adalah

adanya dukungan emosi dan mental untuk menjaga aktivitas

pengobatan yang berkelanjutan.

i. Kadar kolestrol

Kadar kolestrol yang tinggi berisiko terhadap penyakit DM

Tipe II. Kadar kolestrol tinggi menyebabkan meningkatnya asam

lemak bebas sehingga terjadi lipotoksisity. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang

akhirnya mengakibatkan DM Tipe II (Kemenkes, 2016).

2. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe II

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit

DM diantaranya : (PERKENI, 2015).

a. Poliuria (Pengeluaran urin)

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24

jam meningkat melebihi batas normal. Polyuria timbul sebagai

gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relative tinggi

sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha

untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini

lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikelurkan

mengandung glukosa

13
b. Polidipsia (Timbul rasa haus)

Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena

kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk

meningkatkan asupan cairan.

c. Polifagia (Timbul rasa lapar)

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut

disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan

kadar glukosa dalam darah cukup tinggi.

d. Penyusutan berat badan

Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena

tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan

energi.

3. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II

Dalam perjalanan penyakit Diabetes Melitus Tipe II bukan

disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel sel

sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara

normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”.

Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya

aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita DM Tipe II dapat juga

terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi

pengrusakan sel-sel β langerhans secara autoimun seperti DM Tipe I.

Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM Tipe II hanya bersifat

relatif dan tidak absolut. Pada awal perkembangan DM Tipe II, sel β

14
menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya

sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Kerusakan

sel-sel β pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan

menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita

memerlukan insulin eksogen. Pada penderita DM Tipe II memang

umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan

defisiensi insulin (Fatimah RN, 2015).

4. Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II

Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II,

antara lain :

a. Komplikasi Akut

1) Hipoglikemi

Kadar gula darah yang terlalu renda sampai di bawah

60 mg/dl di sebut hipoglikemia. Hipoglikemia dapat terjadi

pada penderita DM yang di obati dengan suntikan insulin

ataupun minum obat tablet anti diabetes, tetapi tidak makan dan

olahraganya melebihi biasanya. Pada awalnya ketika glukosa

darah berada pada tingkat 40-50 mg/dl pasien DM mengalami

gemetaran, keringat dingin, mata kabur, lemah, lapar, pusing,

sakit kepala, tegang, mual, jantung berdebar, dan kulit terasa

dingin.

15
2) Ketoasidosis Diabetik

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah gawat darurat

akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam

darah. Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi

membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh

akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat

racun dalam peredaran darah yang disebut keton. Keluhan dan

gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam

darah. Keluhan dan gejala tersebut berupa nafas yang cepat dan

dalam, napas bau keton atau aseton, napsu makan menurun,

mual, muntah, demam, nyeri perut, BB menurun, capek, lemah,

binggung, mengantuk, dan kesadaran menurun hingga koma.

3) Hiperosmolar non-ketotik

Hiperrosmolar non-ketotik adalah suatu keadaan

dimana kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga darah

menjadi sangat kental, kadar glukosa darah DM bisa sampai

diatas 600 mg/dl. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa sangat

haus, banyak kencing, lemah, kaki dan tungkai kram,

binggung, nadi berdenyut cepat, kejang dan koma.

b. Komplikasi Kronik

Komplikasi kronik DM diartikan sebagai kelainan

pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan

jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf. Komplikasi

16
kronik yang sering terjadi pada penderita DM antara lain kerusakan

mata, kerusakan saraf, penyakit jantung, hipertensi, serta gangguan

saluran pencernaan.

5. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe II

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)

2015, ada lima pilar penatalaksanaan pada penderita diabetes yaitu

edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, terapi farmakologis,

monitoring gula darah.

a. Edukasi

DM Tipe II umumnya terjadi pada saat pola hidup dan

perilaku telah terbentuk dengan mapan. Perbedaanya penyangdang

DM memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga, masyarakat, dan

tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan

perilaku. Edukasi yang diberikan meliputi :

1) Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang

ditunjukan untuk kelompok resiko tinggi.

2) Edukasi untuk pencegahan sekunder yaitu edukasi yang

ditunjukan untuk pasien baru. Materi edukasi berupa pengertian

DM, gejala, penatalaksanaan, mengenal dan mencegah

komplikasi akut dan kronik.

3) Edukasi untuk pencegahan tersier yaitu edukasi yang

ditunjukan pada pasien tingkat lanjut, dan materi yang

17
diberikan meliputi cara pencegahan komplikasi dan perawatan,

upaya untuk rehabilitasi, dll.

b. Terapi Gizi Medis atau Perencanaan Makan.

Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari

penatalaksanaan DM secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah

keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi,

petugas kesehatan yang lain, dan pasien itu sendiri).

Menurut Smeltzer et al, (2010) bahwa perencanaan makan

pada pasien diabetes meliputi :

1) Memenuhi kebutuhan energi pada pasien DM

2) Terpenuhi nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan

seperti vitamin dan mineral.

3) Mencapai dan memelihara BB yang stabil

4) Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena

pada pasien DM jika serum lipid menurun maka resiko

komplikasi penyakit makrovaskuler akan menurun.

5) Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi

komplikasi yang dapat ditimbulkan dari DM.

c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes

karena dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengirangi

faktor resiko kardiovaskuler. Latihan menurunkan kadar glukosa

darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian insulin, latihan juga dapat meningkatkan

18
kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta

trigliserida.

Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4

kali seminggu selama kurang dari 30 menit), merupakan salah satu

pilar dalam pengelolaan DM. latihan jasmani yang dianjurkan

berupa latihan jasmani yang bersifat aerobic seperti jalan kaki,

bersepeda santai, jogging, dan berenang.

d. Terapi farmakologis

Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet

yang benar, olahraga yang teratur, dan obat-obatan yang diminum

atau suntikan insulin. Pasien DM Tipe I mutlak diperlukan

suntikan insulin setiap hari. Pasien DM Tipe II, umumnya pasien

perluh minum obat anti diabetes secara oral atau tablet. Pasien

diabetes memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu atau

bahkan kombinasi suntikan insulin dan tablet.

e. Monitoring keton dan gula darah

Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara

mandiri penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk

mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Monitoring

glukosa darah merupakan pilar kelima dianjurkan kepada pasien

DM. Monitor level gula darah sendiri dapat mencegah dan

mendeteksi kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan

19
hiperglikemia dan pasien dapat melakukan keempat pilar diatas

untuk menurunkan resiko komplikasi dari DM.

B. Konsep Kadar Gula Darah

1. Defenisi Kadar Gula Darah

Kadar gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang

berasal dari karbohidrat dalam makanan dan dapat disimpan dalam

bentuk glikogen di dalam hati dan otot rangka (Tandara, 2014).

Menurut Callista Roy, Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang

beredar dalam darah. Kadarnya dipengaruhi oleh berbagai enzim dan

hormon yang paling penting adalah hormon insulin. Faktor yang

mempengaruhi dikeluarkan insulin adalah makanan yang berupa

glukosa (Tandara, 2014).

2. Jenis Pengukuran Kadar Gula Darah

Ada beberapa jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap

glukosa darah antara lain yaitu pemeriksaan kadar glukosa darah puasa

(GDP), glukosa darah sewaktu (GDS), dan glukosa 2 jam setelah

makan (Darwis, et al, 2017)

a. Glukosa Darah Puasa

Tes ini dilakukan dengan mengambil darah. Pasien diminta

untuk melakukan puasa sebelum melakukan tes untuk menghindari

adanya peningkatan gula darah lewat makanan yang

mempengaruhi hasil tes. Puasa dilakukan selama 8-10 jam sebelum

20
melakukan tes. Untuk orang yang berusia tua (65 tahun ke atas),

puasa merupakan hal yang wajib diperhatikan karena kadar

glukosa meningkat lebih tinggi pada usia tersebut (Rudy Bilous &

Richard Donelly, 2015).

Hasil yang bisa dilihat dari tes ini adalah sebagai berikut :

a. Jika kadar gula yang ditunjukan dalam hasil adalah 70 mg/dL,

sampai 99 mg/dL maka orang tersebut memiliki kadar gula

normal dan tidak terserang diabetes

b. Jika kadar gula darah ditunjukan adalah 100 mg/dL sampai 126

mg/dL, maka kemungkinan orang tersebut terkena penyakit

diabetes (pre-Diabetes).

c. Jika kadar gula darah lebih dari 126 mg/dL, maka ia terkena

penyakit diabetes

d. Jika kadar gula kurang dari 70 mg/dL,s maka orang tersebut

menderita hipoglikemia. Hipoglikemia adalah kondisi dimana

kadar glukosa dalam darah sangat rendah dan berbahaya.

b. Glukosa Darah Sewaktu

Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat tanpa

memerhatikan waktu makan terakhir.

a. Jika kadar gula yang ditunjukan dalam hasil adalah <110

mg/dL, orang tersebut memiliki kadar gula normal.

21
b. Jika kadar gula darah ditunjukan adalah 110 mg/dL sampai 199

mg/dL, maka kemungkinan orang tersebut terkena penyakit

diabetes (pre-Diabetes).

c. Jika kadar gula darah lebih dari 200 mg/dL, maka ia terkena

penyakit diabetes

c. Glukosa 2 Jam Setelah Makan

Pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan

yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan

makan.

a. Jika kadar gula yang ditunjukan dalam hasil adalah <140

mg/dL, orang tersebut memiliki kadar gula normal.

b. Jika kadar gula darah ditunjukan adalah 140 mg/dL sampai 199

mg/dL, maka kemungkinan orang tersebut terkena penyakit

diabetes (pre-Diabetes).

c. Jika kadar gula darah lebih dari 200 mg/dL, maka ia terkena

penyakit diabetes

22
C. Konsep Pola Makan Diabetes Melitus Tipe II

1. Defenisi Pola Makan

Pola makan adalah pola makan yang seimbang antara zat gizi

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Makanan yang

seimbang tidak mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan

dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan ( Ramadhan, 2017).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai

suatu sistem, cara kerja, atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan

demikian pola makan dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

melakukan kegiatan makan secara sehat.

Pola Makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan

jumlah, jenis makanan dengan maksud tertentu seperti

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu

kesembuhan penyakit (Nur Syamsiyah 2017).

2. Penatalaksanaan Pola Makan Penderita Diabetes Melitus Tipe II

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-

masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan

mengenai pentingnya keteraturan 3J yaitu Jadwal makan, Jenis

dan Jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang

menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi

insulin itu sendiri (PERKENI, 2015).

23
a. Jadwal Makanan

Menurut Tjokroprawiro (2012) dalam Amtiria (2016)

jadwal makan pasien DM harus sesuai dengan intervalnya yang

dibagi menjadi 6 waktu makan perhari, yang dibagi menjadi 3 kali

makan utama dan 3 kali makan selingan.penderita DM hendaknya

mengonsumsi makanan dengan jadwal waktu yang tepat sehingga

reaksi insulin selalu selaras dengan datangnya makanan dalam

tubuh. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan pada

kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan

dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal makanan yang

tepat kadar glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak

merasa lemas akibat kekurangan zat gizi. Makanan selingan berupa

snack penting untuk mencegah terjadinya hipoglikemia

(menurunnya kadar gula darah).

Jadwal makan yang digunakan oleh pasien Diabetes

Melitus terbagi menjadi 6 bagian makan (3 kali makan utama, dan

3 kali makan selingan) sebagai berikut :

1) Makan pagi pukul 06.00-07.00 total kalori 20%

2) Selingan pagi pukul 09.00-10.00 total kalori 10%

3) Makan siang pukul 12.00-13.00 total kalori 25%

4) Selingan siang pukul 15.00-16.00 total kalori 10%

5) Makan malam pukul 18.00-19.00 total kalori 25%

6) Selingan malam pukul 21.00-22.00 total kalori 10%

24
b. Jumlah Makanan

Menurut Susanto (2013) dalam Amitra (2016), aturan pola

makan untuk DM adalah memperhatikan jumlah makanan yang

dikonsumsi. Jumlah makanan (kalori) yang dianjurkan bagi

penderita DM adalah makan lebih sering dengan porsi kecil,

sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan dalam porsi

banyak/besar sekaligus. Tujuan cara makan seperti ini adalah agar

jumlah kalori terus merata sepanjang hari, sehingga beban kerja

organ-organ tubuh tidak berat, terutama organ pankreas. Cara makan

yang berlebihan (banyak) tidak menguntungkan bagi fungsi pankreas.

Asupan makanan yang berlebihan merangsang pankreas bekerja lebih

keras.

Penderita DM, diusahakan mengonsumsi asupan energi yaitu

kalori basal 25-30 kkal/kgBB normal yang ditambah kebutuhan untuk

aktivitas dan keadaan khusus, protein 10-20% dari kebutuhan energi

total, lemak 20-25% dari kebutuhan energi total dan karbohidrat sisa

dari kebutuhan energi total yaitu 45-65% dan serat 25g/hari

(PERKENI, 2015 dalam Amtiria, 2016).

c. Jenis Makanan

Setiap jenis makanan mempunyai karakteristik kimia yang

beragam, dan sangat menentukan tinggi rendahnya kadar glukosa

dalam darah ketika mengonsumsinya atau mengombinasikannya

dalam pembuatan menu sehari-hari (Susanto, 2013 dalam Amtiria,

2016).

25
1) Konsumsi Karbohidrat

Ada dua jenis, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat

kompleks. Karbohidrat sederhana adalah karbohidrat yang

mempunyai ikatan kimiawi hanya satu dan mudah diserap ke

dalam aliran darah sehingga dapat langsung menaikan kadar

gula darah. Sumber karbohidrat sederhana antara lain es krim,

jeli, selai, sirup, minuman ringan, dan permen.

Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang sulit dicerna

oleh usus. Penyerapan karbohidrat kompleks ini relative pelan,

memberikan rasa kenyang lebih lama dan tidak cepat menaikan

kadar gula darah dalam tubuh. karbohidrat kompleks diubah

menjadi glukosa lebih lama daripada karbohidrat sederhana

sehingga tidak mudah menaika kadar gula darah dan lebih bisa

menyediakan energi yang bisa dipakai secara bertingkat

sepanjang hari.

Karbohidrat yang tidak mudah dipercah menjadi glukosa

banyak terdapat pada kacang-kacangan, serat (sayur dan buah),

pati dan umbi-umbian. Oleh karena itu penyerapannya lebih

lambat sehingga mencegah peningkatan kadar gula darah

secera drastis. Sebaliknya, karbohidrat yang mudah diserap,

seperti gula (baik gula pasir, gula merah, maupun sirup),

26
produk padi-padian (roti, pasta) justru dapat mempercepat

peningkatan gula darah (Susanto, 2013 dalam Amtiria, 2016).

2) Konsumsi Protein Hewani dan Nabati

Makanan sumber protein dibagi menjadi dua, yaitu sumber

protein nabati dan sumber protein hewani. Protein nabati

adalah protein yang didaptkan dari sumber-sumber nabati.

Sumber protein nabati yang baik dianjurkan untuk dikonsumsi

adalah kacang-kacangan, di antaranya adalah kacang kedelai

(termasuk produk olahannya, seperti tempe, tahu, susu kedelai

dll), kacang hijau, kacang tanah, kacang merah dan kacang

polong. Selain berperan membangun dan memperbaiki sel-sel

yang sudah rusak, konsumsi protein juga dapat mengurangi

atau menunda rasa lapar sehingga dapar menghindarkan

perderita DM dari kebiasaan makan yang berlebihan yang

memicu timbulnya kegemukan. Makanan yang berprotein

tinggi dan rendah lemak dapat ditemukan pada ikan, daging

ayam bagian paha dan sayap tanpa kulit, serta putih telur

(Susanto, 2013 dalam Amtiria, 2016).

3) Konsumsi Lemak

Konsumsi lemak dalam makanan berguna untuk memenuhi

kebutuhan energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan

K serta menambah lezatnya makanan. Perbanyak konsumsi

makanan yang mengandung lemak tidak jenuh, baik tunggal

27
maupun rangkap dan hindari konsumsi lemak jenuh. Asupan

lemak berlebih merupakan salah satu penyebab terjadinya

resistensi insulin dan kelebihan berat badan. Oleh karena itu,

hindari pula makana yang digoreng atau banyak menggunakan

minyak. Lemak tidak jenuh tunggal (monounsaturated) yaitu

lemak yang banyak terdapat pada minyak zaitun, buah avokad

karena dapat meningkatkan HDL dan menghalanggi oksidasi

LDL. Lemak tidak jenuh ganda (polyunsaturated) banyak

terdapat pada telur, lemak ikan salem dan tuna (Susanto, 2013

dalam Amtiria, 2016).

4) Konsumsi Serat

Konsumsi serat terutama serat larut air pada sayur-sayuran

dan buah-buahan, dapat menghambat lewatnya glukosa melalui

dinding saluran pencernaan menuju pembuluh darah sehingga

kadarnya dalam darah tidak berlebihan. Selain itu, serat dapat

membantu memperlambat penyerapan glukosa dalam darah dan

memperlambat pelepasan glukosa dalam darah. American

Diabetes Association merekomendasikan kecukupan serat bagi

penderita DM adalah 20-35 gram per hari, sedangkan di

Indonesia asupan serat yang dianjurkan sekitar 25 g/hari. Serat

banyak terdapat dalam sayur dan buah, untuk sayur dibedakan

menjadi dua golongan, yaitu golongan A dan golongan B.

sayur golongan A bebas dikonsumsi yaitu oyong, lobak, selada,

28
jamur segar, mentimun, tomat, sawi, tauge, kangkung, terong,

kembang kol, kol, dan labu air.

Sementara itu yang termasuk sayur golongan B diantaranya

buncis, daun malinjo, dan pakir, daun singkong, daun papaya,

labu siam, katuk, pare, nangka muda, jagung muda, kacang

kapri, jantung pisang, bayam, kacang panjang, dan wortel.

Untuk itu buah-buahan seperti manga, rambutan, duku, durian,

semangka dan nanas termasuk buah-buahan yang kandungan

HA diatas 10gr/100gr bahan mentah (Susanto, 2013 dalam

Amtiria, 2016).

5) Konsumsi Makanan dengan Indeks Glikemik Rendah

Indeks glikemik adalah kecepatan tubuh memecah

karbohidrat menjadi glukosa sebagai sumber energi bagi tubuh.

makanan dengan indeks glikemik tinggi akan dicernah oleh

tubuh dengan cepat dan meningkatkan kadar gulah darah

dengan segera. Sedangkan makanan dengan indeks glikemik

rendah adalah sebaliknya. Jika tubuh mengonsumsi karbohidrat

dengan indeks glikemik tinggi, maka glukosa akah lebih cepat

naik di dalam darah.

Makanan dengan indeks glikemik tinggi akan

meningkatkan kadar gula darah setelah makan. Insulin akan

memerintahkan tubuh untuk menyimpan kelebihan karbohidrat

sebagai lemak dan mencegah agar simpanan lemak yang ada di

29
dalam tubuh tidak terpakai. The European Association for the

Study of Diabetes merekomendasikan asupan karbohidrat

dengan indeks glikemik rendah pada DM. Konsumsi

karbohidrat dengan indek glikemik rendah sebagai pengganti

indeks glikemik tinggi dapat memperbaiki kontrol gula darah

pada diabetes. Selain itu salam American Journal of Clinical

Nutrition mengatakan bahwa penggantian karbohidrat indeks

glikemik tinggi dengan yang rendah menurunkan resiko

terjadinya hiperglikemia (Susanto, 2013 dalam Amtiria, 2016).

Menurut Wapadji (2012), jenis makanan yang dianjurkan

dan tidak dianjurkan dalam penatalaksanaan pola makan DM Tipe

II seperti :

1) Jenis Makanan Yang Dianjurkan

a) Sumber protein hewani : daging ayam tanpa kulit, ikan, dan

putih telur

b) Sumber protein nabati : tempe, tahu, kacang-kacangan

(kacang ijo, kacang merah, kacang tanah, dan kacang

kedelai.

c) Sayuran yang bebas dikonsumsi ( Sayuran A) : ketimun,

labu air, selada, jamur kuping, dan tomat, dll.

d) Buah-buahan : apel, papaya, melon, jambu air, salak,

belimbing.

30
e) Susu rendah lemak.

2) Jenis makanan yang diperbolehkan tetapi dibatasi

a) Sumber karbohidrat kompleks : padi-padian (beras, jagung,

gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan

sagu.

b) Sayuran tinggi karbohidrat : buncis, kacang panjang,

wortel, kacang kapri, daun singkong, bayam, daun tatuk,

daun papaya, melinjo, nagka muda, dan tauge.

c) Buah-buahan tinggi kalori : rambutan, duku, durian,

semangka ,nanas, anggur, manga, sirsak, pisang, dan

alpukat.

3) Jenis makanan yang harus dihindari

a) Sumber karbohidrat sederhana : gula pasir, gula jawa, gula

batu, madu, sirup, cake, permen, minuman ringan, selai.

b) Makanan yang mengandung asam lemak jenuh : mentega,

santan kelapa, keju krim, minyak kelapa, dan minyak

kelapa sawit.

c) Makanan yang mengandung lemak trans : margarin

d) Makanan yang mengandung kolesterol tinggi : kuning telur,

lemak daging, otak, durian, susu full cream.

e) Makanan yang mengandung natrium tinggi : makanan

berpengawet, ikan asin, telur asin, abon, kecap.

31
3. Tujuan Pengaturan Pola Makan Penderita Diabetes Melitus Tipe

II

ADA (2016) menjelaskan tujuan penatalaksanaan pola makan pada

penderita Diabetes Melitus antara lain :

a. Mencapai dan mempertahankan glukosa darah dalam batas normal

atau seaman mungkin.

b. Memperbaiki kesehatan umum dari penderita DM

c. Menjaga tekanan darah agar tetap normal.

d. Mengontrol berta badan untuk menuju normal dan ideal sesuai

perhitungan status gizi penderita.

e. Mencegah atau memperlambat timbulnya penyakit komplikasi

kronik pada DM dengan memodifikasi asupan makanan dan gaya

hidup.

f. Menjadikan kehidupan sosial penderita DM sama dengan

kehidupan sosial orang lain yang hidup tanpa diabetes (Tandra,

2013).

4. Komposisi Makanan Yang Dianjurkan Untuk Pasien Diabetes

Melitus Tipe II

Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi :

a. Sumber Karbohidrat

Anjuran konsumsi karbohidrat untuk diabetisi di Indonesia :

1) 45-65% total asupan energi

2) Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan <130 g/hari

32
3) Mengkonsumsi makanan yang harus mengandung karbohidrat

yang tinggi serat

4) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari (3-4 sdm)

5) Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan kerbohidrat

dalam sel

b. Sumber Protein

1) 10-20% total asupan energi

2) Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun

2006 kebutuhan protein untuk diabetes 10-20% energi. Perluh

penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan perhari

atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati

pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologic.

3) Tinggi sumber protein yang baik meliputi ikan, seafood, daging

tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,

kacang-kacangan, tahu dan tempe.

c. Sumber Lemak

1) Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi

2) Tidak diperkenankan >30% total asupan energi.

3) Lemak jenuh < 7% kebutuhan energi

4) Lemak tidak jenuh ganda < 10%

5) Anjuran konsumsi kolestrol <200 mg/hari

33
6) Bahan makanan yang perluh diabatasi adalah yang banyak

mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain : daging

berlemak dan susu penuh (whole milk).

d. Serat

1) Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari

2) Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama

dengan untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan

mengkonsumsi 20-35 gr sereat makanan dari berbagai sumber

bahan makanan. Di Indonesia dianjurkan 25 gr/1000

kalori/hari dengan mengutamakan serat larut air

34
D. Konsep Stres

1. Defenisi Stres

Stres dapat didefinisikan sebagai situasi yang cenderung

menganggu keseimbangan antara makhluk hidup dan lingkungannya.

Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak situasi stres seperti stres

tekanan kerja, stres psikososial dan stres fisik akibat trauma, operasi

dan berbagai gangguan kesehatan (Sukadiyanto, 2017).

Stres yang ada saat ini adalah sebuah atribut kehidupan

modern. Hal ini dikarenakan stres sudah menjadi bagian hidup yang

tidak bisa terelakkan, baik di lingkungan sekolah, kerja, keluarga, atau

dimanapun stres bisa dialami seseorang. Stres juga bisa menimpa

siapapun termasuk anak-anak, remaja, dewasa, atau yang sudah lanjut

usia, dengan kata lain, stres pasti terjadi pada siapapun dan dimanapun.

Yang mengakibatkan masalah adalah apabila stres itu banyak dialami

seseorang, maka dampaknya adalah membahayakan kondisi fisik dan

mentalnya (Ermawati, 2012).

2. Penyebab Stres

Ada beberapa sumber stres yang berasal dari lingkungan ,di

antaranya adalah lingkungan fisik, seperti : populasi udara, kebisingan

dan lingkungan kontak sosial yang bervariasi serta kompitisi yang

tinggi. Selain itu, sumber stres yang lain meliputi hal-hal berikut (Nasir

dan Muhith, 2011):

35
a. Dalam diri individu seseorang

Tingkat stress yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan

umur individu, selain itu stres juga akan muncul dam diri

seseorang melalui dorongan-dorongan yang saling berlawanan.

Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik yaitu sebagai

berikut :

1) Konflik pendekatan-pendekatan (approach-avoidance). Yaitu

kondisi yang mengharuskan individu mengambil keputusan

antara 2 hal tetapi individu mengalami ketakutan untuk

menentukan keputusannya karena akibat yang ditimbulkan.

2) Konflik pendekatan ganda (approach-approach). Yaitu kondisi

yang mengharuskan individu memilih satu hal walaupun

kedua-duanya sangat disenangi, sikap berlebihan dalam

mencapai cita-cita dan mematuhi norma-norma yang dianut.

Tekanan dari luar berupa tuntutan dari lingkungan.

3) Konflik penolakan ganda (avoidance-avoidance), yaitu kondisi

yang mengharuskan individu memilih salah satu dan kedua hal

tersebut tidak disenangi.

b. Dalam Keluarga

Stres yang muncul dapat bersumber dari interaksi diantara

para anggota keluarga, yaitu hubungan antara anggota keluarga

serta segala permasalahan yang di hadapi, antara orang tua dan

36
anak, adik dan kakak, hal tersebut yang dapat memicu timbulnya

stres (Nasir dan Muhith, 2011):

1) Dalam komunitas dan lingkungan

Interaksi individu di luar lingkungan keluarga dapat menjadi

sumber stres, baik interaksi antara teman sebaya maupun

dengan orang yang lebih tua.

Keadaan stres dapat pula bersumber pada hal berikut :

a) Frustasi

Frustasi timbul bila ada hambatan dalam mencapai tujuan

individu. Frustasi dapat berasal dari luar seperti bencana

alam, kecelakaan dan kegagalan dalam usaha sehingga

penilaian diri menjadi buruk karena kebutuhan rasa harga

diri kurang terpenuhi.

b) Konflik

Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku saling

berbenturan, di mana masing-masing perilaku tersebut

butuh untuk di diekspresikan atau malah saling

memberatkan.

c) Tekanan

Tekanan dapat menimbulkan masalah penyesuaian baik

tekanan kecil yang terjadi sehari-hari. Tekanan dapat

berasal dari dalam berupa sikap berlebihan dalam mencapai

cita-cita dan mematuhi norma-norma yang di anut tekanan

37
dari luar berupa tuntutan dari lingkungan untuk

menentukan keputusan.

2) Dampak stres

Stres dapat berpengaruh pada kesehatan dengan dua cara.

Pertama , perubahan yang diakibatkan oleh stres secara

langsung mempengaruhi fisik sistem tubuh yang dapat

mempengaruhi kesehatan. Kedua, secara tidak langsung stres

mempengaruhi perilaku individu sehingga menyebabkan

timbulnya penyakit atau memperburuk kondisi yang sudah ada

(Nasriati, 2015).

Menurut Nasriati, (2015), kondisi dari stres memiliki dua

aspek: fisik/biologis (melibatkan materi atau tantangan yang

menggunakan fisik) dan psikologis (melibatkan bagaimana

individu memandang situasi dalam hidup mereka) yaitu :

d) Aspek biologis

Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang

sedang mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala

yang berlebihan, tidur menjadi tidak nyenyak, gangguan

pencernaan, hilangnya nafsu makan.

e) Aspek psikologis

Menurut Nasriati, (2015), ada 3 gejala psikologis yang

dirasakan ketika seseorang mengalami stres. Ketika gejala

38
tersebut adalah gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala

tingkah laku.

3. Mekanisme Terjadinya Stres

Stres baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri

terganggu. Artinya kira harus bisa mengalami stres manakala kita

mempersepsi tekanan dari stressor melebihi daya tahan yang kita

punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita

memandang diri kita masih bisa menahan tekanan tersebut maka

kecaman stress belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan tersebut

bertambah besar (baik dari stressor yang sama atau dari stressor yang

lain secara bersamaan) maka cekaman menjadi nyata, kita kewalahan

dan merasa stres (Musradinur, 2016).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres

Menurut Musradinur (2016), ada 3 faktor-faktor yang mempengaruhi

stres yaitu :

a. Faktor-faktor lingkungan

Yang termasuk dalam stresor lingkungan yaitu :

1) Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan

itu memiliki nilai negative dan positif terhadap peliku masing-

masing individu sesuai pemahaman kelompok dalam

masyarakat tersebut. Tuntutan inilah yang dapat membuat

individu harus selalu berlaku positif sesuai dengan pandangan

masyarakat di lingkungan tersebut.

39
2) Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang

sesuai dengan keinginan orang tua untuk anak memilih jurusan

saat akan kuliah, perjodohan, dan lain-lain yang bertolak

belakang dengan keinginannya dan menimbulkan tekanan pada

individu tersebut.

b. Diri sendiri, terdiri dari :

1) Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang

ingin dicapai.

2) Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-

menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan

perkembangan

c. Pikiran

1) Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan

pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.

2) Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian

yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

5. Gejala Klinis Stres

Tanda-tanda stres dapat dilihat terhadap berbagai aspek menurut Mayo

Clinic (2016), antaranya:

a. Terhadap tubuh badan

1) Pusing

2) Otot terasa tegang

3) Nyeri dada

40
4) Kelelahan

5) Gangguan dalam dorongan stress

6) Sakit perut

7) Gangguan tidur

b. Terhadap mood

1) Ansietas

2) Tidak tenang

3) Fokus terganggu

4) Merasa kewalahan

5) Senang marah atau mudah terirritasi

6) Sering merasa sedih atau depresi

c. Terhadap tingkah laku

1) Pola makan terganggu (berlebihan atau kurang)

2) Menjadi seorang yang tempremental

3) Penggunaan zat

4) Sering merokok

5) Suka menyendiri

6) Kurang aktifitas fisik

6. Strategi Mengurangi Stres Pada Pasien

Ada beberapa strategi untuk mengurangi stres yaitu (Putri, Rima, dan

Novia, 2014) :

1) Beri kesempatan pasien untuk mempertahankan identitas.

41
2) Berikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien. Stres yang dialami

oleh pasien sering disebabkan kurangnya informasi yang diterima

oleh pasien.

3) Berikan kesempatan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan

perasaan dan fikirannya.

4) Beri reinforcement tentang aspek positif yang dapat dilakukan oleh

pasien.

5) Rencanakan kunjungan dengan pasien lain yang mempunyai

masalah yang sama. Hal ini dapat dilakukan agar pasien dapat

saling tukat informasi dan berbagai pengalaman dan upaya

menurunkan stres.

7. Alat Ukur Tingkat Stres

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat stres yaitu

dengan menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stres

Scale). Unsur yang dinilai anatara lain skala stres. Pada kuesioner ini

terdiri dari 14 pertanyaan. Penilaian dapat diberikan dengan

menggunakan 0: Tidak pernah, 1: Kadang-kadang, 2: Sering, 3:

Hampir setiap saat. Setelah responden menjawab pertanyaan maka

skor dijumlahkan dan pengkategoriannya untuk penilaian stres dengan

ketentuan sebagai berikut : Lestari, (2015)

Normal : 0-14

Stres Ringan : 15-18

Stres Sedang : 19-25

42
Stres Berat : 26-33

Stres Sangat Berat : > 34

8. Hubungan Stres dengan Kadar Gula Darah Meningkat

Stres itu meningkatkan adrenalin, dan adrenalin akan

meningkatkan gula darah tubuh dengan sangat cepat hanya dalam

hitungan menit. Kondisi stres yang dialami seseorang akan memicu

tubuh memproduksi hormone Epinephrine atau yang dikenal sebagai

adrenalin. Epinephrine ini dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang

terletak di atas ginjal. Hormone epinephrine biasa dihasilkan oleh

tubuh sebagai respon fisiologis ketika seseorang berada dalam kondisi

tertekan, seperti saat akan dalam bahaya, diserang, dan berusaha

bertahan hidup. Kondisi ini disebut fight-or-flight response. Dengan

kehadiran epinephrine ini, tubuh akan mengalami kenaikan aliran

darah ke otot atau jantung sehingga berdetak lebih kencang, serta

pembesaran pupil mata. Selain itu, epinephrine menaikan gula darah

dengan meningkatkan pelepasan glukosa, gugus gula paling sederhana,

dari glikogen yang beredar dalam darah. Setelah itu epinephrine juga

meningkatkan pembentukan glukosa dari asam amino atau lemak yang

ada pada tubuh. begitu gula darah melonjak drastic, pankreas akan

otomatis menghasilkan insulin untuk mengendalikan gula darah. Nah

kalau sering mengalami kondisi seperti ini, insulin pada pankreas akan

habis atau jadi bermasalah (ADA, 2016).

43
Kondisi stres yang terus menerus berlangsung dalam rentang

waktu yang lama, membuat pankreas menjadi tidak dapat

mengendalikan produksi insulin sebagai hormone pengendali gula

darah. Kegagalan pankreas memproduksi insulin tepat pada waktunya

ini yang menyebabkan rangkaian penyakit metabolic seperti Diabetes

Melitus. Bila ditambah dengan gaya hidup tidak sehat seperti kurang

berolahraga, serta memiliki faktor resiko diabetes, maka bukan tidak

mungkin penyakit yang diidentikan dengan penyakit perkotaan

tersebut akan terjadi. Gula memang menjadi penyebab diabetes, tapi

stres bisa jadi pemicu terjadinya diabetes lebih cepat. Jadi sebenarnya

konsumsi gula itu bukan hilangi, tetapi dikurang dan hiharapkan

hindari hal yang dapat membuat stres akut.

44
E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang

dilakukan (Notoatmojo, 2012). Berdasarkan pada landasan teori diatas,

maka pada penelitian ini dirumuskan kerangka konsep penelitian

sebagai berikut :

Pola Makan
Peningkatan Kadar
Gula Darah
Diabetes Melitus
Tipe II
Stres

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Keterangan

: Variabel Independen (Bebas)

: Variabel Dependen (Terikat)

: Hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen

45
F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul. Hipotesis no (H0) menyatakan tidak adanya hubungan dua

variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Hipotesis kerja (Ha) menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan

variabel Y atau adanya perbedaan antara kelompok (Sastroasmoro &

Ismael, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. H0 : Tidak ada hubungan pola makan dengan peningkatan kadar gula

darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Poliklinik RSUD

dr. M. Haulussy Ambon

Ha : Ada hubungan pola makan dengan peningkatan kadar gula darah

pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Poliklinik RSUD dr. M.

Haulussy Ambon

2. H0 : Tidak ada hubungan stres dengan peningkatan kadar gula darah

pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Poliklinik RSUD dr. M.

Haulussy Ambon

Ha : Tidak ada hubungan stres dengan peningkatan kadar gula darah

pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Poliklinik RSUD dr. M.

Haulussy Ambon.

46
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Analitik dengan pendekatan

Cross Sectional (Natoatmodjo, 2012). Pendekatan cross sectional adalah

suatu penelitian yang dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan

efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

menyangkut variabel bebas resiko dan variabel terikat atau variabel akibat

dan akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan sehingga dapat

menganalisa “Hubungan pola makan dan stres dengan peningkatan kadar

gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Poliklinik

Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy Ambon”.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Umum

Daerah dr. M Haulussy Ambon.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini rencakan akan dilakukan pada bulan April sampai

Mei 2020.

47
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari atas objek

atau subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian di tarik

kesimpulannya (Sujarweni, 2014).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes

Melitus Tipe II di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah dr. M

Haulussy Ambon berjumlah 59 orang.

2. Sampel

Sampel adalah nagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik

metode purposive sampling dimana tujuan pengambilan sampel sebanyak

jumlah tertentu yang dianggap dapat memperoleh ciri tertentu, yang

dalam pelaksanaanya tidak dilakukan. Sampel dalam penelitian ini

dihitung dengan menggunakan rumus slovin:

dibulatkan menjadi 37

Keterangan :

48
n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat signifikansi (10%)

Dengan demikian banyaknya sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini

adalah 37 responden yang memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi :

1) Pasien Diabetes Melitus Tipe II yang berkunjung ke RSUD Dr. M.

Haulussy Ambon.

2) Pasien Diabetes Melitus Tipe II yang bersedia menjadi responden.

3) Pasien Diabetes Melitus yang tidak ada komplikasi.

b. Kriteria Eksklusi :

1) Pasien Diabetes Melitus Tipe II yang tidak bersedia menjadi

responden.

2) Pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan komplikasi.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang member nalai

berbeda terhadap suatu benda, manusia. Variabel merupakan sesuatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan

dari suatu penelitian (Nursalam, 2016). Variabel dalam penelitian ini

sebagai berikut :

49
1. Varibel Independen (Bebas)

Variabel Independen adalah variabel yang menyebabkan perubahan

atau mempengaruhi variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah pola makan dan stres pada pasien Diabetes

Melitus Tipe II.

2. Varibel Dependen (Terikat)

Variabel Dependen adalah variabel yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas

(Nursalam, 2016). Varibel terikat dalam penelitian ini adalah

peningkatan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II.

E. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defense berdasarkan karakteristik yang

diamati (diukur) dari sesuatu yang didefenisikan tersebut (Nursalam,

2016). Defenisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1

50
Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Variabel Independen (Variabel Bebas)
1 Pola Makan Bentuk kebiasaan Semi 1. Baik : Jika dikonsumsi 3 Nominal
pasien DM Tipe II Quantitative kali dalam sehari dengan
dalam mengkonsumsi Food komposisi :
makanan yang Frequency Karbohidrat 45%-65%,
protein 10%-20%,
dilakukan sehari-hari Questionaire
lemak 20%-25%,
dalam bentuk jenis (SQ-FFQ) serat 25 gr/hr
makanan mencakup
karbohidrat, protein, 2. Kurang Baik : Jika
lemak dan serat dikonsumsi < 3 kali sehari
dengan frekuensi dan > 3 kali dalam sehari
makan 3 kali makan dengan komposisi :
makanan utama dan 3 Karbohidrat > 45%-65%
kali makan makanan dan < 45%-65%
selingan dalam porsi protein > 10%-20% dan <
yang kecil. 10%-20%
lemak > 20%-25% dan <
20%-25%
serat > 25 gr/hr dan < 25
gr/hr
Stres Respon tubuh yang Kuesioner 1. Normal jika skor 0-14 Ordinal
dialami oleh pasien dengan 2. Stres Ringan jika skor 15-
Diabetes Melitus Tipe mengunakan 18
II akibat penyakit instrument 3. Stres Sedang jika skor 19-
25
yang dideritanya. DASS
4. Stres Berat jika skor 26-33
(Depression 5. Stres Sangat Berat jika
Anxiety Stres skor > 34
Scale) terdiri
14
pertanyaan
Stres

Variabel Dependen
1 Peningkatan Kandungan gula Glukometer Gula darah sewaktu/GDS Ordinal
kadar gula dalam darah melebihi easy touch (mg/dL):
darah dari batas normal GCU dan
catataan Normal : Jika <110 mg/dL
medis
Tinggi : Jika ≥200 mg/dL

51
F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrument penelitian ini berupa

kuesioner dan catatan medis. Kuesioner digunakan untuk mengukur

variabel pola makan dan stres, sedangkan data kadar gula darah penderita

dapat diperoleh melalui catatan medis rumah sakit meliputi :

1. Karakteristik Responden

Data demografi atau identitas responden sebagai instrumen untuk

mengumpulkan biodata dan karakteristik responden seperti: nama,

umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.

2. Kuesioner Pola Makan atau SQ-FFQ

SQ-FFQ atau Semi Quantitative Food Frequency Questionaire

digunakan untuk mengetahui bahan makanan dan juga melihat besar

porsi atau banyaknya bahan makanan yang di konsumsi oleh sampel,

dimana gambaran frekuansi kebiasaan makan dimana sampel mengisi

dengan cara memilih salah satu kolom frekuensi pada setiap jenis

makanan apakah 1 kali perhari, 2-3 kali perhari, 1-2 kali perhari, 4-6

kali perminggu, 1-3 kali perbulan, dan tidak pernah. Bahan makanan

yang ada dalam daftar kuesioner SQ-FFQ adalah jenis makanan yang

dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden dan

jenis makanan tersebut ada di lingkungan masyarakat.

52
3. Kuesioner Stres

Kuesioner Depression Anxiety and Stres Scale (DASS), alat ukur ini

ini terdiri dari 14 pertanyaan. Penilaian dapat diberikan dengan

menggunakan 0: Tidak pernah, 1: Kadang-kadang, 2: Sering, 3:

Hampir setiap saat, dan skor akan dijumlahkan. Jika responden

memiliki skor 0-14 diakatan normal, skor 15-18 dikatakan stres ringan,

skor 19-25 dikatakan stres sedang, skor 26-33 stres berat dan jika skor

>34 maka stres sangat berat.

4. Data kadar gula darah diperoleh melalui catatan medis rumah sakit.

G. Pengumpulan Data

Penelitian yang dilakukan melalui prosedur pengumpulan data yang terdiri

dari atas prosedur administratif dan prosedur teknis. Penjelasan dari

prosedur pengumpulan data penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Ijin permohonan penelitian diajukan kepada Direktur dan bagian

Diklat serta kepala ruangan poliklinik RSUD dr. M. Haulussy Ambon.

2. Peneliti menghubungi kepala ruangan poliklinik RSUD dr. M.

Haulussy Ambon untuk pengambilan data awal.

3. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian dan proses

penelitian.

4. Penelitian menyerahkan kuesioner dan responden dipersilahkan untuk

memahami penelitian yang dilaksanakan dengan membaca petunjuk

penelitian.

53
5. Peneliti mempersilahkan responden untuk menandatanggani lembar

persetujuan atas keikutsertaannya sebagai subjek penelitian.

6. Responden diberikan waktu untuk mengisi kuesioner dan

diperkenankan mengklarifikasi pertanyaan dan pernyataan yang

kurang jelas.

7. Waktu pengisian kuesioner adalah 5-10 menit.

8. Kuesioner yang telah selesai diisi diserahkan kembali kepada peneliti

dan peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan

kejelasan isian kuesioner

9. Peneliti mengumpulkan kuesioner-kuesioner yang telah diisi oleh

responden dalam satu dokumen.

H. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu di proses

dan dianalisa secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut

ditabulasi dan dikelompokan sesuai dengan variabel yang diteliti. Menurut

Nazir (2015) ada 5 langkah langkah pengolahan data :

1. Editing

Pengecekan atau koreksi data yang telah dikumpulkan, karena

kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu

tidak logis dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk

menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di

lapangan dan bersifat koreksi.Apabila nanti terdapat kekurangan data

54
atau kesalahan, data dapat dilengkapi atau diperbaiki baik dengan

pengumpulan data ulang atau pun dengan penyisipan.

2. Coding

Coding adalah pemberisan atau pembuatan kode-kode pada tiap-

tiap data yang masuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat

yang dibuat dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf yang

memberikan petunjuk, atau identitas pada suatu informasi atau data

yang akan dianalisis.

3. Entry

Entry adalah proses memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontigensi.

4. Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah dimasukkan, apa ada

kesalahan atau tidak sehingga data siap dianalisa.

5. Tabulating

Tabulating adalah proses pengumpulan data kedalam bentuk tabel.

Data yang dapat di tabulasi kemudian dialam suatu format yang

telahnalisis kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Pada tahap ini dianggap data telah selesai diproses sehingga harus

disusun kedalam suatu pola formal yang telah dirancang.

55
I. Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu analisis

univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik settiap variebel penelitian. Pada analisis

univariat ini digunakan untuk menganalisis hubungan pola makan dan

stres dengan peningkatan kadar gula darah pada pasien Diabetes

Melitus Tipe II di RSUD dr. M Haulussy Ambon. Pada penelitian ini

meliputi data umum dan khusus, yang termasuk data umum meliputi

(usia responden, jenis kelamin, riwayat pendidikan, pekerjaan, dan

lamanya menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe II) sedangkan data

khusus meliputi pola makan, dan stres dengan peningkatan kadar gula

darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II.

2. Analisis Bivariat

Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan pola makan dan stres dengan peningkatan kadar gula darah

pada pasien Diabetes Melitus Tipe II. Dan dalam data penelitian ini

digunakan uji statistik yang digunakan adalah uji chi square (X²),

dengan derajat kemaknaan (α) dengan tingkat signifikan 95%.

Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Menentukan uji kemaknaan

hubungan dengan cara membandingkan nilai p (p value) dengan

56
tingkat signifikan 95% dan α sama dengan 0,05, yaitu: (Sofyan,

2013)

a. Jika nilai p ≤ 0,05 maka Ha diterima, yang berarti ada hubungan

yang bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat.

b. Jika nilai p > 0,05 maka H0 gagal diterima, yang berarti tidak

ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan variabel

terikat.

J. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan

penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

etika yang meliputi :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent adalah informasi secara lengkap tentang tujuan

riset yang akan dilaksanakan dan mempunyai kebebasan dalam

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Setiap responden yang

menjadi responden diberikan lembar persetujuan beserta penjelasan

tentang maksud dan tujuan penelitian, jika mennandatangani lembar

persetujuan tersebut berarti bersedia, tetapi subjek tidak bersedia

57
menjadi responden maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghargai haknya.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Anonimity adalah kerahasiaan identitas atau biodata responden.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi

nomor kode (nama inisial) pada masing-masing lembar untuk menjaga

privasi.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality adalah kerahasiaan informasi kelompok data

tertentu sebagai hasil riset. Segala informasi yang diperoleh dari

responden, peneliti bersedia menjamin kerahasiaannya, hanya pada

kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan

sebagai riset.

4. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian

memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai kemampuan

dan kebutuhan subjek.

5. Memperhitungkan Manfaat (Beneficience)

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek

penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan.

58
6. Memperhitungkan kerugian yang ditimbulkan (Nonmaleficience)

Peneliti harus mampu meminimalisir dampak yang merugikan bagi

subjek penelitian (nonmaleficience). Prinsip ini yang harus

diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan penelitian untuk

mendapatkan persetujuan etika dari komite etik penelitian.

59
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2016). Standards of Medical Care in Diabetes


(2016). Diabetes Care, 41(Supplement 1), pp. S13-S38.

Amtiria, R. H. 2016. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Propinsi Lampung Tahun 2015. FK. Universitas Lampung.
Skripsi

Chatterjee, S., Davies, M. J., Heller, S., Speight, J., Snoek, F. J., & Khunti, K.
(2018). Diabetes structured self-management education programmes: a
narrative review and current innovations. The Lancet Diabetes &
Endocrinology, 6 (2), 130–142. https://doi. org/10.1016/S2213-
8587(17)30239-5

Darwis Y, ddk. 2017. Pedoman Pemeriksaan laboratorium untuk penyakit


Diabetes Melitus. Jakarta : Departemen Kesehatan Indonesia.

Ernawati. 2013. “Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Mellitus Terpadu:


Dengan Penerapan Teori Keperawatan Self Care Orem”. Mitra
Wacana Media: Jakarta.

Fox C, Kilvert A, 2016 Bersahabat dengan Diabetes Tipe II, Depok: Penebar Plus
ISBN: 978-6028661-29-4

Fatimah, R. N. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majoriti Vol. 4, No. 5


Februari 2015.

Guyton, A. C. and J. E. Hall 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.


Jakarta : EGC

Hasdianah, 2016, Mengenal Diabetes, Yogyakarta: Nuha Medika ISBN: 976-602-


9129-81-6

60
International Diabetes Federation. (2017). IDF diabetes atlas eighth edition 2017.
Brussel: International Diabetes Federation. Retrieved from
https://diabetesatlas.org/.

Irawan D. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di


Daerah Urban Indonesia (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2013).
Univesitas Indonesia. 2017

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional
Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019. Jakarta. Kementrian
Kesehatan RI.

Lemone, Priscilla., Karen M, Burke, Genere Bauldoff. 2015. Buku ajar


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.

Mayo Clinic. (2016). How stress affects your body and behavior. Mayo Clinic.
[online] Accessed 23 April 2018. Available at:
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress
management/indepth/ stress-symptoms/art-20050987

Musradinur. 2016. Stress dan Cara Mengatasinya dalam Perspektif psikologi.


Jurnal Fakultas Kesehatan dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry

Muflihatin, K.S. (2015). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Glukosa


DarahPasien Diabetes Melitus tipe 2 Di RSUD Abdul Wahab Syahranie
Samarinda. Jurnal STIKES Muhammadiyah Samarinda.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:


Rineke Cipta.

61
PERKENI (2015) Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia 2015, Perkeni. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.

Price S.A, LM. Wilson. 2014. Patofisiologi konsep klinis proses – proses
penyakit. Edisi 6. Volume 2. Alih bahasa : Pendit BU, Hartanto H,
Wulansari P, Mahanani DA. Jakarta : EGC, 2005 : 1260

Rustama DS, D. Subardja, MC Oentario, NP. Yati, S.N. Harjantien. 2014.


Diabetes melitus. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung
Seto,124-161.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).2018. pedoman pewawancara petugas

pengumpulan data. Jakarta:Badan litbangkes RI, 2018

Sukadiyanto, S. (2017). Stres dan Cara Menguranginya. 1st ed. Yogyakarta:

Cakrawala Pendidikan.

Trisnawati, 2015, Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di

Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan, Public Health and

Preventive Medicine Archive, Volume 1, Nomor 1, Juli 2015

Tandra, H. (2013) Life Healthy with Diabetes: Diabetes, Mengapa & Bagaimana?

Jakarta: Rapha Publishing.

Tjokroprawiro. A. (2012). Garis Besar Pola Makan dan Pola Hidup Sebagai

Pendukung Terapi Diabetes Melitus. Surabaya: FK Unair.

Waspadji, S. 2012. Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus : Pengenalan dan Penan

ganannya. Dalam: Sudoyo AW dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jilid III, Edisi Kelima. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

FK UI.

62
World Health Organization. (2018). Diabetes. Genewa: World Health

Organization. Retrieved from https://www.who.int/news- room/fact-

sheets/detail/diabetes.

63
L A M P I R A N
Lampiran 1

Formulir Persetujuan Responden Dalam Penelitian


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Menyatakan bersedia untuk membantu dengan menjadi responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh :
Nama : Doly Rosdiana Mouw
NPM : 12114201150032
Judul : Hubungan Pola Makan dan Stres dengan Peningkatan
Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Ruang Poliklinik RSUD dr. M. Haulussy Ambon
Demikian lembaran persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Ambon, April 2020


Responden

(…………………………..)
Lampiran 2
KUESIONER
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN STRES DENGAN PENINGKATAN
KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI
RUANG POLIKLINIK RSUD dr. M HAULUSSY AMBON

Tanggal Penelitian :

Kode Responden :

Identitas Responden

Jawablah beberapa pertanyaan ini sebagai identitas diri anda, dengan tanda (√)
yaitu sebagai berikut :

1) Inisial nama :
2) Umur :
3) Jenis Kelamin :

1. Laki-laki 2. Perempuan

4) Pendidikan :

1. Tidak sekolah 4. SMA


2. SD 5. Diploma/Sarjana
3. SMP

5) Pekerjaan :

1. Tidak bekerja 5. Petani


2. Wiraswasta 6. PNS
3. Pedagang 7. Lain-lain
4. TNI/POLRI

6) Berapa lama sudah menderita Diabetes Melitus Tipe II :

1. < 5 th 2. 5-10 th 3. >10th


7) Berapa kali di rawat dalam 1 tahun :

1. Belum pernah
2. 1-3 kali
3. >3 kali
Lampiran 3

KUESIONER POLA MAKAN

(Semi Quantitative Food Frequency Questionaire)

Petunjuk : Berilah tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan kebiasaan
kamu dalam mengkonsumsi makanan (dalam 1 bulan terakhir).

Jenis Makanan Frekuensi Makanan Standar Porsi Tidak


Hari Minggu Bulan URT Gram Pernah
1x 2-3x 1-2x 4-6x 1-3x
Sumber Karbohidrat
Nasi 1 prg sdg 115
Singkong 1 ptg bsr 100
Kentang 1 bj bsr 100
Roti 4 iris 80
Mie 1 ½ gls 100
Lainnya,
Sebutkan
Sumber Protein Nabati
Tempe 2 ptg sdg 50
Tahu 1 bj bsr 100
Kacang Hijau 2 ½ sdm 25
Kacang Kedelai 2 ½ sdm 25
Kacang tanah 2 ddm 20
Lainnya,
Sebutkan
Sumber Protein Hewani
Telur Ayam 1 btr bsr 60
Telur Puyuh 6 btr 60
Daging Ayam 1 ptg sdg 60
Daging Sapi 1 ptg 60
Ikan Olahan 1 ptg sdg 50
Ikan asin krg 1 ptg sdg 15
Lainnya,
Sebutkan
Sayur-sayuran
Bayam 20 btg 100
Kangkung 20 btg 100
Sawi 7 lbr 100
Daun Singkong 75 lbr 100
Kacang Panjang 20 btg 100
Buncis 20 btg 100
Lainnya,
Sebutkan
Buah-buahan
Pepaya 1 bh sdg 100
Pisang ambon 1 bh sdg 50
Mangga 1 bh bsr 50
Apel 1 bh sdg 100
Nanas 1/6
bh sdg 75
Alpukat ½ bh sdg 50
Belimbing 1 bh sdg 125
Jeruk ½ bh sdg 75
Lainnya,
Sebutkan
Sumber Lemak
Susu Fullcream 1 gls 299 ml
Keju 1 ptg kcl 35
Santan 1/3 gls 40
Minyak klpa 1 sdt 5
Mentega 1 sdt 5
Lainnya,
Sebutkan
Jenis Minuman
Air putih 1 gls 200 ml
Teh 1 gls 200 ml
Kopi 1 gls 240 ml
Makanan Jadi/Jajanan
Coklat 1 ptg kcl 5 gr
Bakso 10 bj sdg 170
KFC 1 ptg sdg 470
Batagor 4 ptg bsr 100
Pudding 1 bh 150
Cake 1 ptg sdg 65
Ice Cream 1 ptg sdg 60 ml
Lainnya,
Sebutkan
Sumber : Wa Ode Mirnawati Dewi (2018)
Lampiran 4
KUESIONER STRES

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah angket dengan jujur sesuai dengan apa yang paling anda rasakan saat
ini. Apapun jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya,
2. Berilah tanda (√) pada salah satu kolom yang menurut anda cocok atau anda
setuju dengan pernyataan tersebut.
3. Untuk kerjasama dan perhatiannya, peneliti mengucapkan terima kasih.
Keterangan :
Tidak pernah : 0
Kadang-kadang : 1
Sering : 2
Hampir setiap saat : 3
(Nursalam, 2016).

No Pernyataan Tidak Kadang Sering Hampir


pernah -kadang setiap saat
1 Saya mudah menjadi marah karena hal-hal
kecil atau sepele
2 Saya mudah cenderung bereaksi berlebihan
pada situasi
3 Saya mengalami kesulitan untuk relaksasi atau
bersantai
4 Saya mudah merasa kesal
5 Saya menjadi merasa banyak mengahbiskan
energi karena cemas
6 Saya mudah menjadi tidak sabaran
7 Saya mudah tersinggung
8 Saya mengalamasi sulit untuk beristirahat
9 Saya mudah menjadi marah
10 Saya mengalami kesulitan untuk tenang
setelah sesuatu yang menganggu
11 Saya mengalami sulit untuk menoleransi
gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang
dilakukan
12 Saya berada pada keadaan tegang
13 Saya tidak dapat memaklumi hal apa pun yang
menghalangi anda untuk menyelesaikan hal
yang sedang anda lakukan
14 Saya mudah gelisah
(Andhika Tri Anita : 2018)
Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI
PENILAIAN KADAR GULA DARAH

Petunjuk penilaian kadar gula darah


Hasil pengukuran dilihat bedasarkan catatan medis

No NAMA USIA JK KADAR GULA DARAH


(thn)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai