Anda di halaman 1dari 57

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELURAHAN KLENDER I
KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2021

SKRIPSI

WIDIA ADE PUTRI


20180301145

FAKULTAS ILMU-ILMUKESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2021
ii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta senantiasa memberikan kesehatan jasmani dan
rohani. Sehingga sampai saat ini penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan
lancar dan tentunya tepat waktu dengan judul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Kelurahan Klender I Kecamatan Duren Sawit Tahun
2021”. Dalam penulisan dan penyusunan Proposal Penelitian ini penulis tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, MBA. Selaku Rektor Universitas Esa
Unggul Jakarta
2. Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu – ilmu
Kesehatan Universitas Esa Unggul
3. Ibu Putri Handayani, S.KM, M.KKK selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat
4. Ibu Mayumi Nitami, AM. KL, S.K.M, M.K.M selaku Dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Proposal Penelitian ini Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
Proposal Penelitian ini terdapat kekurangan, mengingat penulis dalam taraf
belajar sehingga masih terdapat keterbatasan ilmu dan pengalaman.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Proposal Penelitian ini, Demikian Proposal Penelitian ini penulis buat,
semoga bermanfaat bagi penulis khusunya bagi para pembaca umumnya.

Jakarta, September 2021

Widia Ade Putri

DAFTAR ISI

LEMBAR
iii

ORISINALITAS…………………………………………………………….
LEMBAR
PERSETUJUAN…………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
DAFTAR ISI………………………………………………………………..
DAFTAR
TABEL………………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..
DAFTAR
LAMPIRAN………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………… 1
1.3. Pertanyaan 5
Penelitian………………………………………………………………. 6
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. TujuanUmum ………….………………………………………… 6
1.4.2. Tujuan Khusus…………………………………………………… 6
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis…………………………………………………. 7
1.5.2. Manfaat Praktis………………………………………………….. 7
1.6. Ruang 8
Lingkup………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Hipertensi ………………………………………………………..
9
2.1.2. Faktor – Faktor Penyebab Hipertensi…………………………….
20
2.2. Kerangka Pikir………………………………………………………….
27
2.3. Penelitian Terkait/Kebaruan
28
Penelitian…………………………………

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………………………………………….. 33
3.2. Defenisi Operasional…………………………………………………... 33
3.3. Hipotesis Penelitian……………………………………………………. 35
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………. 35
iv

3.5. Jenis Penelitian………………………………………………………… 36


3.6. Populasi dan Sampel…………………………………………………… 36
3.7. Isntrumen Penelitian…………………………………………………… 38
3.8. Metode Pengolahan dan Analisa Data………………………………… 38
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi didefiniskan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistol diatas 140 mmHg dan tekanan diastol diatas 90 mmHg.
Hipertensi dikatakan ringan jika tekanan diastol antara 95- 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastol antara 105 dan 114 mmHg dan
hipertensi berat jika tekanan diastol 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Padila, 2013 dalam Noerinta, 2018)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan
dimana peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi
di dalam arteri menyebabkan peningkatan risiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Hipertensi adalah
keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan angka
kematian. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam
setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang
sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah
yang kembali ke jantung (Sumiati, 2018)
World Health Organization (WHO) menyampaikan penderita
hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
bertambah. Pada tahun 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% masyarakat
dunia terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara dengan ekonomi sedang
berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara
maju hanya 35%, kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita
hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia
Tenggara 36%. Di kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang
setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga satu dari tiga orang
menderita hipertensi. Sedangkan di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai
32% dari total jumlah penduduk (Tarigan dkk, 2018)

1
Penyakit dari data WHO dapat dilihat bahwa dari 57 juta kematian
yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua
pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Peningkatan kejadian
PTM berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya
hidup seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan
populasi dan peningkatan usia harapan hidup (Buletin Penyakit Tidak
Menular, Kemenkes, 2012 dalam Hazellarissa, 2017)
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi masalah
serius saat ini. Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease atau the
silent killer karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
atau tidak mengetahui sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Insiden
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Bahaya hipertensi yang tidak
dapat dikendalikan dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya, seperti
penyakit jantung koroner, stroke, ginjal dan gangguan penglihatan. Kematian
akibat hipertensi menduduki peringkat atas daripada penyebab-penyebab
lainnya. (Hazellarissa, 2017)
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang
terus meningkat dan kian hari semakin mengkawatirkan. Hipertensi telah
mengakibatkan kematian sekitar 8 juta jiwa orang setiap tahunnya, 1.5 juta
kematian terjadi di Asia Tenggara, yang sepertiga populasinya menderita
hipertensi. (Kemenkes RI, 2013).
Indonesia saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit, dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular (PTM) salah satunya penyakit
hipertensi. Peningkatan Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia.
Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan primer kesehatan (Info datin Hipertensi, 2014).
Riskesdas pada tahun 2013 mencatat prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 25,8 %, dengan prevalensi tertinggi terdapat di Bangka Belitung
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan
Jawa Barat (29,4%) dan yang terendah di Papua (16,8%). (Hazellarissa,
2017)

2
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas)
tahun 2016 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk
usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4%. (Sundari, 2019)
Sembilan puluh lima persen penderita hipertensi tidak diketahui
penyebabnya dan dikenal sebagai hipertensi primer atau esensial. Beberapa
mekanisme yang mungkin berkontribusi dalam terjadinya hipertensi ini telah
diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis
hipertensi tersebut. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang erat
kaitannya dengan penyakit ini (Delmi dkk, 2012)
Kejadian hipertensi yang disertai dengan obesitas ini dipengaruhi oleh
usia, jenis kelamin, dan etnis. Usia 35 – 65 tahun merupakan usia yang
dianggap paling banyak menderita hipertensi dengan obesitas ini. Hal ini
terlihat dari survei yang dilakukan oleh Framingham Heart Study dimana dari
5209 partisipan, dua pertiganya berusia 35-65 tahun. (Wilson dalam Delmi
dkk, 2012)
Obesitas merupakan faktor resiko hipertensi yang dapat di modifikasi,
menyatakan bahwa dari 60% penderita hipertensi, 20% di antaranya
mempunyai berat badan berlebih. Penurunan berat badan sebesar 5% dapat
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan sebesar 9,2 kg dapat
menurunkan tekanan darah baik sistolik dan diastolik sebesar 6,3 dan 3,1
mmHg. (Izzo and Black dalam Yudi, 2019)
Obesitas Merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Walaupun
dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal. (Rudianto, 2013)
WHO tahun 2016 yang menyebutkan bahwa 56 juta kematian
diseluruh dunia, 38 juta diantaranya disebabkan oleh PTM dan proporsi.
Selanjutnya, WHO juga melaporkan bahwa kematian karena penyakit
kardiovaskular tersebut 7,4 juta disebabkan oleh PJK (PJK) dan sebesar 6,7
juta orang disebabkan oleh stroke (WHO, 2016 dalam Windy dkk, 2017).

3
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Penelitian yang meneliti tentang hubungan umur, obesitas dengan
kejadian hipertensi sudah banyak dilakukan. Penelitian dari Delmi Sulastri
dkk tahun 2012 dengan judul hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi
pada masyarakat etnik Minang Kabau di kota Padang diperoleh hasil lebih
dari separuh (56,6%) penderita hipertensi mengalami obesitas.dan terdapat
hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi.
Penelitian Yudi Budianto tahun 2019 tentang Hubungan Obesitas dan
Umur Pasien terhadap kejadian hipertensi diperoleh hasil 71.4 % presponden
dengan obesitas menderita hipertensi dan 82,1 % responden dengan usia tua
menderita hipertensi.
Berdasarakan hasil penelitian Surnisyyah tahun 2019 tentang faktor –
faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Wajo Kota Baubau diperoleh hasil ada hubungan obesitas dengan
kejadian hipertensi.
Dari laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Klender I pada tahun
2018 hipertensi merupakan urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak yang
terdapat di Puskesmas Kelurahan Klender I dengan angka kejadian 1589. Dan
pada tahun 2019 hipertensi masih menempati urutan kedua dari 10 jenis
penyakit terbanyak di Puskemas Kelurahan Klender I yaitu 2556 pasien yang
terdiagnosa hipertesi. Serta ada 31,7% warga terdiagnosis hipertensi di Tahun
2020. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi merupakan salah satu penyakit
terbanyak yang diderita penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Klender I menderita hipertensi.
Pada tahun 2018 prevalensi Hipertensi yaitu 3,8%, prevalensi
hipertensi meningkat di tahun 2019 yaitu 12,4% dan pada tahun 2020
prevalensi hipertensi 10,3%. Pada tahun 2018 prevalensi umur yang beresiko
hipertensi yaitu 21%, tahun 2019 prevalensinya 30% dan pada tahun 2020
prevalensi umur beresiko hipertensi yaitu 23%. Pada Tahun 2018 prevalensi
obesitas yaitu 37,3%, tahun 2019 prevalensi obesitas 31,3% dan pada tahun
2020 prevalensi obesitas yaitu 34,4%
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di
Puskesmas Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit. Prevalensi kematian

4
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
yang disebabkan oleh hipertensi di Puskesmas Kelurahan Klender
Kecamatan Duren Sawit pada tahun 2019 yaitu 29,4%, tahun 2020 yaitu
28,12% dan tahun 2021 data bulan Januari- Mei adalah 28%.
Dari hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan, diperoleh
data dari 30 pasien terdapat 18 pasien berumur ≥ 45 tahun, 9 pasien obesitas,
11 pasien memiliki riwayat keluarga hipertensi, dan 13 pasien menderita
hipertensi. Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Pasien umur ≥ 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Klender
Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021”.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Kelurahan Klender I menderita
penyakit hipertensi yaitu 31,7% pada tahun 2020 dan sebagian besar pasien
yang menderita hipertensi berumur ≥ 45 tahun.
Dari hasil survey data awal yang peneliti lakukan di Puskesmas
Kelurahan Klender I pada bulan Januari – Maret 2021 diperoleh hasil: pada
bulan Januari-Maret hipertensi menduduki peringkat pertama dari 10
penyakit. Bulan Januari jumlah pasien 101 dari 346 kunjungan, bulan
Februari 77 dari 317 kunjungan dan bulan Maret 127 dari 519 kunjungan.
Dari hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan, diperoleh
data dari 30 pasien terdapat 18 pasien berumur ≥ 45 tahun, 9 pasien obesitas,
11 pasien memiliki riwayat keluarga hipertensi, dan 13 pasien menderita
hipertensi.
Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian yang berjudul “faktor –
faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien umur ≥ 45
tahun di Puskesmas Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Tahun
2021”

5
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.3.1. Bagaimana gambaran umur pasien di Puskesmas Kelurahan Klender I
Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021?
1.3.2. Bagaimana gambaran pasien obesitas di Puskesmas Kelurahan
Klender I Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021?
1.3.3. Bagaimana gambaran riwayat keturunan dari keluarga pasien di
Puskesmas Kelurahan Klender I Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021
1.3.4. Bagaimana gambaran jenis kelamin pasien di Puskesmas Kelurahan
Klender I Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021
1.3.5. Bagaimana gambaran pasien hipertensi di Puskesmas Kelurahan
Klender I Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021?
1.3.6. Apakah ada hubungan umur dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien
Usia ≥ 45 tahun di Puskesmas Klender I Tahun 2021?
1.3.7. Apakah ada hubungan obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada
Pasien Usia ≥ 45 tahun di Puskesmas Klender I Tahun 2021?
1.3.8. Apakah ada hubungan riwayat keturunan dari keluarga dengan
Kejadian Hipertensi pada Pasien Usia ≥ 45 tahun di Puskesmas
Klender I Tahun 2021?
1.3.9. Apakah ada hubungan jenis kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada
Pasien Usia ≥ 45 tahun di Puskesmas Klender I Tahun 2021?

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada pasien umur ≥ 45 tahun di Puskesmas
Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021
1.4.2. Tujuan Khusus
1.4.2.1. Mengetahui gambaran umur pasien di Puskesmas Kelurahan
Klender I Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021
1.4.2.2. Mengetahui gambaran pasien obesitas di Puskesmas
Kelurahan Klender I Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021

6
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1.4.2.3. Mengetahui gambaran riwayat keturunan dari keluarga pasien
di Puskesmas Kelurahan Klender I Kecamatan Duren Sawit
Tahun 2021
1.4.2.4. Mengetahui gambaran jenis kelamin pasien di Puskesmas
Kelurahan Klender I Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021
1.4.2.5. Mengetahui gambaran pasien hipertensi di Puskesmas
Kelurahan Klender I Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021
1.4.2.6. Mengetahui hubungan umur dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien Usia ≥ 45 tahun di Puskesmas Klender I Tahun
2021
1.4.2.7. Mengetahui hubungan obesitas dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien Usia ≥ 45 tahun di Puskesmas Klender I Tahun
2021
1.4.2.8. Mengetahui hubungan riwayat keturunan keluarga dengan
Kejadian Hipertensi pada Pasien Usia ≥ 45 tahun di
Puskesmas Klender I Tahun 2021
1.4.2.9. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan Kejadian
Hipertensi pada Pasien Usia ≥ 45 tahun di Puskesmas
Klender I Tahun 2021

1
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan
referensi dan masukan bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penulis juga mengharapkan dari penelitian
ini, masih dapat dikembangkan atau membuat penelitian baru tentang
faktor – faktor lainnya yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1 Bagi Puskesmas Kelurahan Klender I
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi
Puskesmas tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

7
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
terjadinya hipertensi pada pasien di puskesmas dan agar dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik, khususnya dalam
edukasi pengobatan hipertensi kepada pasien sehingga pasien
tau bahaya hipertensi jika tidak ditangani dengan benar.
1.5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dan
pengalaman sebagai bahan referensi untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya Prodi Kesehatan Masyarakat, serta
mengukur kemampuan mahasiswa dan daya tangkap mahasiswa
dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat.
1.5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang faktor
– faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
pasien umur ≥ 45 tahun.

1.6 Ruang Lingkup


Penelitian ini meneliti tentang faktor – faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada pasien umur ≥ 45 tahun di Puskesmas
Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021
Penelitian ini dilakukan karena sebagian besar masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Klender I menderita penyakit hipertensi. Populasi
dalam penelitian ini semua pasien umur ≥ 45 tahun yang berkunjung dibulan
Juli-Agustus di Puskesmas Kelurahan Klender I Kecamatan Duren Sawit
tahun 2021.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan
pendekatan Kuantitatif, desain yang digunakan yaitu cross sectional.
Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling, Pengambilan
data menggunakan data primer berupa survey langsung dengan menggunakan
checklis. Untuk mengetahui hasil, peneliti menggunakan Uji chi-square untuk
melihat adanya hubungan antar variabel serta menggunakan analisa univariat
dan analisa bivariat.

8
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1

9
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Hipertensi
a. Pengetian Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah tinggi apabila dalam
keadaan istirahat tekanan darah sistolik berada pada posisi 140 mmHg
keatas atau tekanan darah diastolic pada posisi 90 mmHG keatas
setelah pengukuran berulang. (Woro Riyadina, 2019)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan
dimana tekanan darah sitolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg. (Joint National Committe on Prevention
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
VII/JNC, 2003 dalam Kemenkes RI 2013)
Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala lanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk
otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan
hipertropi ventrikel kiri / left ventricle hypertrophy (untuk otot
jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi
merupakan salah satu penyebab utama stroke yang membawa
kematian yang tinggi (Bustan, M.N, 2015).
Menurut Masriadi (2016) yang mengutip pendapat Sheps, S.G
(2005) menyatakan bahwa hipertensi adalah penyakit dengan tanda
adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik di
atas tekanan darah normal. Tekanan darah sistolik (angka atas) adalah
tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah sistolik
dicatat apabila terdengar bunyi pertama pada alat pengukur tekanan
darah. Tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika tekanan
jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Tekanan darah diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar.
(Masriadi, 2016)
11

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) merupakan suatu keadaan


dimana terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri yang menyebabkan
meningkatknya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. (Wahyu Rahayu, 2015)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka.
Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi
(sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik
garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg. (Wahyu
Rahayu, 2015)
Pada kasus hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari
90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering terjadi pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
(Wahyu Rahayu, 2015)
b. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. Bayi dan anak – anak secara normal memiliki tekanan darah
yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dapat
dipengaruhi oleh aktivitas fisik dimana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan
darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari
dan paling rendah pada saat tidur dimalam hari. (Wahyu Rahayu,
2015)
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu:

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


12

1) Hipertensi essensial atau primer yang tidak diketahui


penyebabnya (90%)
2) Hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat ditentukan (10%)
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme) dan lain-lain. (Kemenkes RI, 2013)
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2003

Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)


(J oi
Normal < 120 dan < 80
nt Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 atau ≥ 100
Hipertensi Sistolik Terisolasi ≥ 140 dan < 90
National Committe on Prevention Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure VII/JNC, 2003 dalam Kemenkes RI 2013)
c. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, Kelelahan
3) Gelisah
4) Mual
5) Muntah
6) Epistakis
7) Kesadaran Menurun (Rokhaeni (2001) dalam Saiful 2015)
d. Patofisiologi Hipertensi
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi konstruksi dan
relaksasi pembuluh darah yang berhubungan dengan tekanan darah.
Bila seseorang mengalami emosi tinggi, maka sebagian respon
konteks adrenal mengekresi epinefrin dan menyebabkan
vasokontriksi. (Lina 2016)
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


13

vasomotor bermula saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda


spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. (Menurut Brunner & Suddarth (2002), dalam
Padila, 2013)
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan
kontriksi pada pembuluh darah. (Menurut Brunner & Suddarth (2002),
dalam Padila, 2013)
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. (Menurut Brunner & Suddarth (2002), dalam
Padila, 2013)
Pada saat bersamaan sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang sehingga mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi epineprin yang menyebabkan
vasokontriksi. Konteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vaskontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensi II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini meyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi. (Menurut Brunner & Suddarth (2002), dalam Padila, 2013)

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


14

Untuk pertimbangan gerontology, Perubahan struktural dan


fungsional pada sistem pembuluh perifer akan bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada 19 usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer. (Menurut Brunner &
Suddarth (2002), dalam Padila, 2013)
e. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi:
1) Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa, yang berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya, hal ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.(Edward J
Chung dalam Saiful, 2015)
f. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Penatalaksanaan medis, secara garis besar penatalaksanaan hipertensi
dibagi menjadi 2 jenis penatalaksanaan yaitu:
1) Penatalaksanaan Farmakologis
Tujuan pengobatan penyakit hipertensi tidak hanya
menurunkan tekanan darah saja, namun juga untuk mengurangi

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


15

dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat


bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Commite on
Detection, Evaluation and Treatment pf High Blood Pressure,
USA, 1988 menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan
sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi:
a) Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta bloker, Ca
antagonis, ACE inhibitor
b) Step 2 : alternatif yang bisa diberikan
1. Dosis obat pertama dinaikkan
2. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3. Ditambah obat kedua jenis lain, dapat berupa diuretika,
beta bloker, Ca antagonis, Alpa bloker, Clonidin,
Reserphin, Vasodilator.
c) Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh a. Obat kedua diganti
b. Ditambah obat ketiga jenis lain
d) Step 4 : alternatif pemberian obatnya a. Ditambah obat ketiga
dan keempat b. Re-evaluasi dan konsultasi (Noerinta, 2018)
2) Penatalaksanaan Non Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
1) Retriksi garam secara moderat dari 20 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


16

6) Diet tinggi kalium


b) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah latihan fisik yang teratur dan terarah.
c) Edukasi Psikologis.
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi:
1) Teknik Biofeedback merupakan teknik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan
2) Teknik relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d) Pendidikan kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan dari pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi
dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. (Noerinta,
2018)
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2) Pemeriksaan retina
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung
4) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


17

6) Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal,


pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7) Foto dada dan CT scan.
h. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada
organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. Gejala -
gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan
sebagai gejala klinis hipertensi essensial. (Saiful, 2015)
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama untuk
terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan
penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang
tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10 - 20 tahun. Mortalitas pada
pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan
telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau
tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. (Bianti Nuraini, 2015)
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala - gejala
sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan
(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, dan mata berkunang-kunang. (Saiful, 2015)
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai
meliputi: gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,
gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang
mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma,
sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal
ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan
pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


18

Beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak


sehat seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman beralkohol,
merokok, dan kurang istirahat. Kebiasaan makan juga perlu
diwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam),
sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita
hipertensi. (Saiful, 2015)
Dalam perjalannya penyakit hipertensi termasuk penyakit
kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara
lain: stroke, gagal jantung, gagal ginjal, mata. Hubungan stroke
dengan hipertensi dapat dijelaskan secara singkat, dimana tahanan dari
pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang
datang. Dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh
darah kecil yang otomatis memiliki tahanan yang juga kecil.
Kemudian jika tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah,
maka pembuluh darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi
stroke hemoragik yang memiliki prognosis yang tidak baik. (Saiful,
2015)
Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat
dikatakan sebagai pengobatan seumur hidup bila ingin dihindari
terjadinya komplikasi yang tidak baik. (Saiful, 2015)
Dengan adanya faktor-faktor yang dapat dihindarkan tersebut,
maka hipertensi dapat dicegah dan bagi penderita hipertensi agar
terhindar dari komplikasi yang fatal. Usaha - usaha pencegahan dan
pengobatan yang dapat dilakukan yaitu sbb:
1) Mengurangi konsumsi garam dalam diet sehari-hari, maksimal 2
gram garam dapur. Batasi jugs makanan yang mengandung garam
natrium seperti corned beef, ikan kalengan, lauk atau sayuran
instan, saus botolan, mi instan, dan kue kering. Pembatasan
konsumsi garam akan mengakibatkan pengurangan natrium yang
menyebabkan peningkatan asupan kalium. Hal Ini akan
menurunkan natrium intrasel yang akan mengurangi efek
hipertensi.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


19

2) Menghindari kegemukan (obesitas). Batasan kegemukan yaitu


jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal. Pada
penderita muda dengan hipertensi terdapat kecenderungan
menjadi gemuk dan sebaliknya pada penderita muda dengan
obesitas akan cenderung hipertensi. Pada orang gemuk akan
terjadi peningkatan tonus simpatis yang diduga dapat
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3) Membatasi konsumsi lemak. Hal ini dilakukan agar kadar
kolesterol darah tidak terlalu tinggi, karena kolesterol darah yang
tinggi dapat menyebabkan endapan kolesterol. Hal ini akan
menyumbat pembuluh darah dan mengganggu peredaran darah
sehingga memperberat kerja jantung dan memperparah hipertensi.
Kadar kolesterol normal dalam darah yaitu 200-250 mg per 100cc
serum darah.
4) Berolahraga teratur dapat menyerap dan menghilangkan endapan
kolesterol pada pembuluh nadi. Olah raga yang dimaksud adalah
gerak jalan, berenang, naik sepeda dan tidak dianjurkan
melakukan olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau
angkat besi karena latihan yang berat dapat menimbulkan
hipertensi.
5) Makan buah-buahan dan sayuran segar sangat bermanfaat karena
banyak mengandung vitamin dan mineral kalium yang dapat
membantu menurunkan tekanan darah.
6) Tidak merokok dan tidak minum alkohol karena diketahui rokok
dan alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Menghindari
rokok dan alkohol berarti menghindari kemungkinan hipertensi.
7) Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres
atau ketegangan jiwa. Kendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai dan menyenangkan,
mendengarkan musik dan bernyanyi sehingga mengurangi
respons susunan saraf pusat melalui penurunan aktivitas
simpatetik sehingga tekanan darah dapat diturunkan.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


20

8) Merangkai hidup yang positif. Hal ini dimaksudkan agar


seseorang mengurangi tekanan atau beban stres dengan cara
mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah yang mengganjal
dalam hati. Komunikasi dengan orang dapat membuat hati
menjadi lega dan dari sini dapat timbul ide untuk menyelesaikan
masalah.
9) Memberi kesempatan tubuh untuk istirahat dan bersantai dari
pekerjaan sehari-hari yang menjadi beban jika tidak terselesaikan.
Jika hal ini terjadi, lebih baik melakukan kegiatan santai dan
setelah pikiran segar kembali akan ditemukan cara untuk
mengatasi kesulitan itu.
10) Membagi tugas yang tidak bisa selesaikan dengan sendiri dapat
mengurangi beban yang ditanggung. Orang yang berpendapat
dirinya mampu melakukan segala hal dengan sempurna biasa
disebut perfeksionis, orang ini akan selalu stres dan menanggung
beban kerja dan pikiran berlebihan. Kita harus sadar bahwa
kemampuan setiap orang terbatas untuk mampu mengerjakan
segala-galanya. Dengan memberi kesempatan pada orang lain
untuk membantu menyelesaikan tugas kita, beban kita dapat
berkurang dan kita juga banyak teman, yang tentunya akan
menimbulkan rasa bahagia.
11) Menghilangkan perasaan iri atau dengki juga mengurangi
ketegangan jiwa sehingga hati kita menjadi tentram. Menolong
orang lain dengan tulus dan memupuk sikap perdamaian juga
akan memberikan kepuasan yang tersendiri pada kita. Dengan
memupuk sikap-sikap seperti itu, tentu kita akan mengurangi
ketegangan, beban, stres yang timbul sehingga hipertensi dapat
dihindari. (Saiful, 2015)
Orang yang sudah pernah memeriksakan dirinya dan
diketahui menderita hipertensi, dapat diberikan obat-obat
golongan diuretika, alfa bloker, beta bloker, vasodilator,

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


21

antagonis kalsium dan penghambat ACE. Tentu saja, penggunaan


obat-obat ini atas petunjuk dokter. (Saiful, 2015)

2.1.2. Faktor Resiko Penyebab Hipertensi


Faktor resiko hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Diubah
Faktor resiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak
dapat diubah, antara lain: umur, jenis kelamin dan genetik:
1) Umur
Umur dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi.
Dengan bertambahnya umur, resiko menderita hipertensi
menjadi lebih besar. (Kemenkes RI,2013).
Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang
disebabkan oleh interaksi berbagai faktor risiko yang dialami
seseorang. Pertambahan usia menyebabkan adanya
perubahan fisiologis dalam tubuh seperti penebalan dinding
arteri akibat adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
otot, sehingga pembuluh darah akan mengalami penyempitan
dan menjadi kaku dimulai saat usia 45 tahun. (Rohendi dalam
Lina 2016)
Selain itu juga terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik serta kekurangan sensitivitas baroreseptor
(pengatur tekanan darah) dan peran ginjal aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus menurun. (Rohendi dalam Lina
2016)
Dari hasil penelitian berdasarkan usia terbanyak untuk
kelompok hipertensi adalah usia ≥ 55 tahun (53,3%). Usia
terbanyak untuk kelompok non hipertensi adalah < 55 tahun
(83,3%). Selanjutnya dianalis dengan uji multivariat dan
didapatkan nilai signifikansi (p=0,010), yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dengan
kejadian hipertensi. (Idha Kurniasih, dkk, 2011)

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


22

2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit
hipertensi. Pria mempunyai resiko sekitar 2.3 kali lebih
banyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga
memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan
darah. (Kemenkes RI, 2013)
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk
hormon estrogen yang melindungi wanita dari hipertensi dan
komplikasinya termasuk penebalan dinding pembuluh darah
atau aterosklerosis. Wanita usia produktif sekitar 30-40
tahun, kasus serangan jantung jarang terjadi, tetapi meningkat
pada pria. Arif Mansjoer mengemukakan bahwa pria dan
wanita menopause memiliki pengaruh sama pada terjadinya
hipertens. Ahli lain berpendapat wanita menopause
mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan
kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif
terhadap konsumsi garam, sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan darah. Terapi hormon yang digunakan
oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan peningkatan
tekanan darah. (Sukmawati 2016)
Dari hasil penelitian Penelitian yang dilakukan di
Kelurahan Sawangan Baru Depok menunjukkan bahwa,
untuk distribusi jenis kelamin lebih banyak berjenis kelamin
perempuan sebanyak 80 responden (92,0%), sedangkan
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7
responden (8,0%). (Solehatul Mahmudah, dkk, 2015)

3) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi
(faktor keturunan juga meningkatkan resiko hipertensi.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


23

Terutama hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor


lingkungan lain ikut berperan. Faktor genetic berkaitan
dengan metabolism pengaturan garam dan renin membrane
sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita
hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak – anaknya,
dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi
maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.(Kemenkes
RI, 2013)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Airmadidi menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji chi
square menghasilkan nilai probabilitas 0,000 dengan tingkat
kesalahan 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara riwayat keluarga dengan hipertensi. Orang
yang mempunyai anggota keluarga hipertensi berisiko 17,71
kali lebih besar dibandingkan dengan orang 33 yang tidak
mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi.
(Merlisa C Talumewo, 2014)
b. Faktor Resiko Yang Dapat di Ubah
Faktor resiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari
penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat,
konsumsi garam berlebihan, kurang aktifitas fisik, berat badan
berlebihan/kegemukan (obesitas), konsumsi alkohol, disiplidemia
dan stress
1) Kegemukan (Obesitas)
Di antara semua faktor risiko yang dapat
dikendalikan, berat badan adalah salah satu yang paling erat
kaitannya dengan hipertensi. Dibanding dengan orang kurus,
orang yang gemuk lebih besar peluangnya terkena hipertensi.
Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi.
Diperkirakan sebanyak 70% kasus baru penyakit hipertensi
adalah orang dewasa yang berat badannya sedang bertambah.
Dugaannya adalah jika berat badan seseorang bertambah,

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


24

volume darah akan bertambah pula, sehingga beban jantung


untuk memompah darah juga bertambah. (Paskah Rina
Situmorang, 2015)
Sering kali kenaikan volume darah 43 dan beban
pada tubuh yang bertambah berhubungan dengan hipertensi,
karena semakin besar bebannya, semakin berat juga kerja
jantung dalam memompah darah keseluruh tubuh.
Kemungkinan lain adalah dari faktor produksi insulin, yakni
suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas untuk mengatur
kadar gula darah. Jika berat badan bertambah, terdapat
kecenderungan pengeluaran insulin yang bertambah. Dengan
bertambahnya insulin, penyerapan natrium dalam ginjal akan
berkurang. Dengan bertambahnya natrium dalam tubuh,
volume cairan dalam tubuh juga akán bertambah. Semakin
banyak cairan termasuk darah yang ditahan, tekanan darah
akan semakin tinggi. (Paskah Rina Situmorang, 2015)
Kegemukan (obesitas) adalah persentase
abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa
Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat
badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. (Kaplan dan
Stamler). Berat bdan dan indeks masa tubuh (IMT)
berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan
darah sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi, akan
tetapi prevalensi hipertensi pada orang – orang obesitas jauh
lebih besar. Resiko relatif untuk menderita hipertensi pada
orang – orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Sedangkan, pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki
berat badan lebih (overweight). (Kemenkes RI 2013)
Nilai IMT dihitung menurut rumus:

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


25

Tabel 2.2
Kalifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT) Populasi Asia Menurut WHO
Indeks Masat Tubuh (Kg/cm2) Kategori
< 18,5 Berat badan kurang
18,50-22,9 Normal
≥23 Berat badan lebih
23-24,9 Beresiko
25-29,9 Obesitas derajat 1
≥ 30 Obesitas derajat 2

Sumber: The Asia Pasific Perspektif, 2000 dalam Kemenkes RI 2013


2) Merokok
Zat – zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok akan memasuki
sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri, zat tersebut mengakibatkan proses artereosklerosis dan
tekanan darah tinggi. Pada studi autopsy, dibuktikan adanya
kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan proses
artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
menyebabkan denyut jantung, sehingga kebutuhan oksigen
otot-otot jantung bertambah. Merokok pada penderita
tekanan darah tinggi akan semakin meningkatkan resiko
kerusakan pembuluh darah arteri. (Kemenkes RI, 2013)
Seseorang disebut memiliki kebaisaan merokok jika
dia melakukan aktivitas merokok setiap hari dengan jumlah
satu batang atau lebih sekurang-kurangnya selama satu tahun.
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi
salah satu faktor resiko hipertensi yang dapat dicegah.
Merokok merupakan faktor resiko yang potensial untuk
ditiadakan di Indonesia, khususnya dalam upaya melawan
arus peningkatan hipertensi dan penyakit kardiovaskuler pada
umumnya. (Ulfah Nurrahmani dan Helmanu Kurniadi, 2015)
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Merlisa
menghasilkan perhitungan dengan menggunakan uji chi

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


26

square 40 dihasilkan nilai probabilitas sebesar 0,001 dengan


tingkat kesalahan 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan
hipertensi di Puskesmas Airmadidi Kecamatan Airmadidi
Kabupaten Minahasa Utara. Orang yang mempunyai
kebiasaan merokok berisiko 4,362 kali lebih besar menderita
hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai
kebiasaan merokok. (Merlisa C Talumewo, dkk, 2014)
3) Kurang Aktivitas Fisik
Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan
tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi
ringan. Dengan melakukan olah raga aerobic yang teratur
tekanan darah dapat turun, meskipun berat badan belum
turun. (Kemenkes RI, 2013)
4) Konsumsi Garam Berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam
tubuh karena menarik cairan diluar sel agar tidak
dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume tekanan
darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial)
terjadi respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi
asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam
3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rerata yang
rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8
gram tekanan darah rendah rerata lebih tinggi.(Kemenkes RI,
2013)

5) Dislipidemia
Kelainan metabolism lipid (lemak) ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, koleterol LDL dan/atau
penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol
merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis,
yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan perifer

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


27

pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.


(Kemenkes RI, 2013)
6) Komsumsi Alkohol Berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah
telah dibuktikan, namun mekanisme masih belum jelas.
Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel
darah merah dan peningkatan kekentalan darah berperan
dalam menaikkan tekanan darah. Bebrapa studi menunjukkan
hubungan langsung antara tekana darah dan asupan alkohol.
Dikatakan bahwa, efek terhadap darah baru Nampak apabila
mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar
setiap harinya. (Kemenkes RI, 2013)
7) Psikososial dan Stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa kertekan, murung,
marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah meningkat. Jika stress berlangsung
lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.
Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit
maag. (Kemenkes RI, 2013)
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya yang
mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya
perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis,
psikologis dan social). (Kemenkes RI, 2013)
Hasil penelitian lain juga menyimpulkan bahwa stres
dan tekanan psikologis tidak berhubungan dengan hipertensi.
Hubungan antara peristiwa-peristiwa stres dengan hipertensi
dilaporkan bukan karena efek stres pada tekanan darah dan
mungkin dianggap berasal dari perasaan negatif tentang

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


28

penyakit dan bukan karena penyakit itu sendiri. (Nancy


Swanida, dkk, 2011)

2.2. Kerangka Pikir


Berdasarkan latar belakang dan konsep teori diatas, maka desain
kerangka teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor Resiko yang tidak dapat


dibubah: Faktor Resiko yang dapat
Umur dibubah:
Jenis Kelamin Obesitas
Genetik Merokok
Kurang aktivitas fisik
Konsumsi Garam berlebihan
Dislipidemia
Konsumsi Alkohol Berlenihan
Psikososial dan Stres

Hipertensi

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber: Kemenkes RI 2013, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Hipertensi

2.3. Penelitian Terkait/Kebaruan Penelitian


Tabel 2.3
Penelitian Terkait/Kebaruan Penelitian
Judul Penulis Variabel Hasil
Faktor – Faktor Yang Febby Haendra Jenis Kelamin, Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Variabel
Berhubungan Dengan Dwi Anggra, Umur, umur, pendidikan, pekerjaan, obesitas,
Tekanan Darah Di Nanang Pendidikan, merokok, konsumsi alkohol, olahraga, asupan
Puskesmas Telaga Prayitno Pekerjaan, natrium, dan asupan kalium memiliki hubungan

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


29

Murni, Cikarang Barat IMT, dengan tekanan darah. Sedangkan penelitian


Tahun 2012 Kebiasaan pada jenis kelamin terdapat tidak ada
Merokok, hubungannya dengan tekanan darah.
Konsumsi
Alkohol,
Kebiasaan
Olahraga,
Asupan
Natrium dan
Asupan
Kalium
Faktor – Faktor Yang Lina Dwi Umur, Hasil uji Chi-square penelitian ini, variable
Berhubungan Dengan Yoga Pramana Riwayat yang berhubungan dengan tingkat hipertensi
Tingkat Hipertensi Di Keluarga, adalah umur(p=0,026), riwayat keluarga
Wilayah Kerja Aktivitas (p=0,003) dan aktivitas fisik (p=0,013).
Puskesmas Demak II Fisik, Asupan Sedangkan variable yang tidak berhubungan
Tahun 2016 Garam, dengan tingkat adalah asupan garam (p=0,678)
Obesitas dan dan obesitas (p=0,272)
Tingkat
Hipertensi
Faktor-Faktor yang Noerinta Usia, Jenis Berdasarkan analisis multivariat menggunakan
mempengaruhi Ridhasta Dewi Kelamin, uji regresi logistik, variabel yang berpengaruh
Kejadian Hipertensi riwayat dengan kejadian hipertensi pada lansia di
Pada Lansia Di Keluarga, Kelurahan Manisrejo Kota Madiun adalah
Kelurahana Manisrejo Status Status Perkawinan dengan nilai p value 0,032
Kota Madiun Tahun Perkawinan, (OR = 3,564; 95%, CI= 1,118-11,363),
2018 Obesitas, Obesitas dengan p value 0,037 (OR= 3,379;
Konsumsi 95%, CI= 1,079-10,583), Konsumsi Kopi
Junk Food, dengan nilai p value 0,000 (OR= 8,533; 95%,
Konsumsi Soft CI= 2,572-28,304).
Drink,
Merokok,
Konsumsi

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


30

Kopi,
Aktivitas Fisik
dan Hipertensi
Faktor – Faktor Yang Sukmawati Asupan Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat
Berhubungan Dengan Garam, hubungan yang signifikan antara kebiasaan
Kejadian Hipertensi Konsumsi asupan garam (p= 0,323 ), kebiasaan komsumsi
Stadium I dan Stadium Makanan makanan berlemak (p=0,515 ), umur
2 Pada Lansia Desa Berlemak, (p= 0,101), aktifitas fisik (p=0,567 ), dengan
Borimatangkasa Dusun Umur, kejadian hipertensi stadium 1 dan stadium 2
Bontosunggu Aktivitas fisik pada lansia.
Kec.Bajeng Barat dan Hipertensi
Hubungan Obesitas Rahwah Obesitas dan Hasil penelitian ini diperoleh bahwa tidak ada
Dengan Kejadian Hipertensi hubungan yang bermakna antara status gizi
Hipertensi di Wilayah obesitas tehadap kejadian hipertensi dengan
Kerja Puskesmas Moti nilai P (0,820) > 0,05.
Desa Baji’Minasa
Kecamatan
Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng
Tahun 2010
Faktor – Faktor yang Surnisyyah Obesitas, Ada hubungan antara obesitas (p value=0,003)
Berhubungan Dengan Riwayat dengan kejadian hipertensi. Tidak ada
Kejadian Hipertensi Di Keluarga, hubungan antara riwayat keluarga
Wilayah Kerja Aktivitas fisik, (pvalue=0.780), aktivitas fisik (рvalue=0,357),
Puskesmas Wajo Kota Pola makan, pola makan (pvalue=0,746) dan kebiasaan
Baubau Kebiasaan merokok (pvalue=0,654) dengan kejadian
merokok dan hipertensi
Hipertensi
Hubungan Obesitas Delmi Sulastri, Obesitas dan Terdapat hubungan bermakna antara obesitas
Dengan Kejadian Elmatris dan Hipertensi dengan kejadian hipertensi (p<0,05; OR=1.82
Hipertensi Pada Rahma dan obesitas sentral dengan kejadian hipertensi
Masyarakat Etnik ramadhani (p<0,05; OR=2.72). Uji Independent sample T-
Minang Kabau Di Kota test menunjukkan hasil yang signifikan (p<

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


31

Padang 0,05) dimana ada perbedaan rata-rata IMT (p=


0,025) antara responden hipertensi dan tidak
hipertensi ada perbedaan rata-rata LP (p=
0,002) antara responden hipertensi dan tidak
hipertensi.
Hubungan Obesitas Yudi Budianto Obesitas, Ada hubungan bermakna antara obesitas
Dan Umur Pasien Umur dan terhadap kejadian hipertensi. Dengan hasil
Terhadap Kejadian Hipertensi analisa Bivariat hasil uji statistik Chi-Square di
Hipertensi Tahun 2019 peroleh p value 0,028 (< 0,05 ). Ada hubungan
yang bermakna antara umur pasien terhadap
kejadian hipertensi. Dengan hasi analisa
Bivariat hasil uji statistik Chi-Square diperoleh
p value 0,000 (< 0,05 ).
Hubungan Obesitas Teguh Dhika Obesitas dan Proporsi hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM
Dengan Kejadidan Rohkuswara hipertensi KKP Bandung tahun 2016 yaitu sebesar 41,7%
Hipertensi Derajat 1 Di dan Syahrizal derajat 1 dan obesitas sebesar 54,9%. Berdasarkan
Pos Pembinaan Syarif analisis cox regresi, responden yang obesitas
Terpadu Penyakit (IMT e”25) memiliki risiko sebesar 1,681 kali
Menular (Posbindu untuk menderita hipertensi derajat 1
PTM) Kantor dibandingkan yang tidak obesitas setelah
Kesehatan Pelabuhan dikontrol variabel umur, riwayat hipertensi
Bandung Tahun 2016 keluarga dan aktivitas fisik.
Hubungan Usia dan Eni Nuraeni Usia, Jenis Hasil analisis multivariat, didapatkan faktor
Jenis Kelamin Beresiko Kelamin dan yang berhubungan dengan hipertensi adalah
Dengan Kejadian Hipertensi umur (p=0,000; OR=8.431), pendapatan
Hipertensi Di Klinik X (p=0.001; OR=4.471) dan riwayat keturunan
Kota Tangerang Tahun (0,031; OR=3.744) sedangkan variabel
2016 olahraga, pekerjaan dan pendidikan merupakan
variabel confounding. Umur merupakan faktor
dominan yang berhubungan dengan hipertensi.
Analisis Faktor Resiko Nelli Sapitri, Aktifitas Fisik, Terdapat hubungan antara aktivitas fisik
Kejadian Hipertensi Suyanto dan Obesitas, (p=0,000), obesitas (p=0,001) dengan
Pada Masyarakat di Wasinton Stres, hipertensi. tidak ada hubungan stress (p=0.159),

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


32

Pesisir Suangai Siak Ristua Butar - Kebiasaan Kebiasaan merokok (p=0.230) dan pola asupan
Kecamamatan Rumabi Butar Merokok, Pola garam (p=0.821) dengan hipertensi
Kota Pekanbaru Asupan Garam
dan Hipertensi
Faktor - Faktor Yang Hazellarissa Umur, Jenis Ada hubungan antara riwayat keluarga
Berhubungan Dengan Valda Asari Kelamin, (p=0,007), status gizi (p=0,000) dan aktifitas
Hipertensi Pada Lansia Riwayat fisik (p=0,028) dengan hipertensi.
Di Posyandu Lansia Di keluarga,
Wilayah Kerja Status gizi,
Puskesmas PB Aktivitas fisik,
Selayang II Kecamatan Status
Medan Selayang perokok,
Kebiasaan
merokok laki-
laki,
Kebiasaan
merokok
perempuan dan
Hipertensi
Hubungan Antara Rilie Fardya Keturunan, Ada hubungan antara keturunan dengan
Faktor Risiko Dedullah, Umur, obesitas kejadian hipertensi diperoleh nilai probabilitas
Hipertensi Dengan Nancy S.H dan hipertensi sebesar 0,000 (p-value <0,05), hubungan antara
Kejadian Hipertensi Malonda, umur dengan kejadian hipertensi diperoleh nilai
Pada Masyarakat Di Woodford probabilitas sebesar 0,000 (p-value<0,05) dan
Kelurahan Motoboi Baren S. hubungan antara obesitas dengan kejadian
Kecil Kecamatan Joseph hipertensi diperoleh nilai probabilitas sebesar
Kotamobagu Selatan 0,015 (p-value<0,05).
Kota Kotamobagu
Hubungan Usia, Jenis Milad Usia, Jenis Ada hubungan usia terhadap kejadian hipertensi
Kelamin Dan Pekerjaan Amarrizka, Kelamin, (p=0,035), tidak ada hubungan jenis kelamin
Terhadap Kejadian Dika Rizki Pekerjaan dan terhadap kejadian hipertensi (p=0,565), dan
Hipertensi Di RSUD Imania dan hipertensi tidak ada hubungan pekerjaan terhadap kejadian
Panembahan Senopati Lailatuz hipertensi (p=0,466)

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


33

Bantul Zaidah

Hubungan Jenis Yeni Kartika Jenis Kelamin Tidak ada hubungan antara jenis kelamin
Kelamin Dengan Sari dan Evi dan Hipertensi dengan hipertensi pada orang tua di Nglegok
Kejadian Hipertensi Tri Susanti Public Health Center Kabupaten Blitar dengan
Pada Lansia Di Sig. 0.130
Puskesmas Nglegok
Kabupaten Blitar

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien umur ≥ 45 tahun di
Puskesmas Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021. Maka
dapat dirumuskan kerangka konsep penilitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Umur
2. Obesitas
Hipertensi
3. Keturunan
4. Jenis Kelamin

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional
35

Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Hipertensi Hipertensi Dilakukan Tensi Meter 1. Hipertensi Jika Nominal
adalah keadaan Pengukuran tekanan diastolik
tekanan darah Tekanan darah ≥ 90 mmHg dan
tinggi apabila diastolik dan tekanan sistolik
dalam keadaan sistolik ≥ 140
istirahat tekanan menggunakan 2. Tidak Hipertensi
darah sistolik tensi meter oleh tekanan diastolik
berada pada tenaga kesehatan < 90 mmHg dan
posisi 140 tekanan sistolik
mmHg keatas < 140
atau tekanan
darah diastolic
pada posisi 90
mmHG keatas
setelah
pengukuran
berulan
Umur Usia adalah Usia dalam tahun Kartu 1. Tua jika Usia ≥ Nominal
perhitungan usia berdasar tanggal Identitas 45 tahun
yang dimulai lahir 2. Muda jika usia
dari saat < 45 tahun
kelahiran
seseorang
sampai dengan
waktu
perhitungan
usia.
Obesitas Kegemukan Dilakukan Meteran dan 1. Obesitas jika Nominal
(obesitas) adalah pengukuran berat Timbangan IMT ≥ 25
persentase badan dan Tinggi kg/m2
abnormalitas Badan 2. Normal Jika

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


36

lemak yang menggunakan IMT < 25


dinyatakan Timbangan dan kg/m2
dalam Indeks Meteran TB oleh
Masa Tubuh petugas kesehatan.
(Body Mass (sumber: The Asia
Index) yaitu Pasific Perspektif,
perbandingan 2000 dalam
antara berat Kemenkes RI
badan dengan 2013)
tinggi badan
kuadrat dalam
meter
Keturunan Keturunan Ada atau tidaknya Lembar 1. Ada riwayat Nominal
adalah penilaian anggota keluarga ceklis keturunan
adanya riwayat yang mempunyai hipertensi dari
keluarga (ayah, riwayat penyakit keluarga
ibu, kakek, hipertensi 2. Tidak ada
nenek, saudara, riwayat
dll) yang keturunan
menderita hipertensi dari
penyakit keluarga
hipertensi dan
memiliki
hubungan garis
keturunan
langsung.
Jenis Ciri fisik dan 1. Laki-laki Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin biologis 2. Perempuan dan Kartu 2. Perempuan
responden untuk Identitas
membedakan
gender pada
penderita
jantung koroner

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


37

3.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir dan kerangka konsep penelitian, maka


selanjutnya dapat disusun hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian adalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
(Sugiyono, 2016)

Adapun hipotesis penelitian ini berupa:

H1: Ada hubungan umur dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Usia ≥ 45
tahun di Puskesmas Klender I Tahun 2021.

H2: Ada hubungan obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Usia ≥
45 tahun di Puskesmas Klender I Tahun 2021.

H3: Ada hubungan riwayat keturunan keluarga dengan Kejadian Hipertensi


pada Pasien Usia ≥ 45 tahun di Puskesmas Klender I Tahun 2021.

H4: Ada hubungan jenis kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien
Usia ≥ 45 tahun di Puskesmas Klender I Tahun 2021.

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kelurahan Klender I
Kecamatan Duren Sawit tahun 2021. Selanjutnya estimasi waktu penlitian
akan dilakukan dibulan Agustus tahun 2021.

3.5. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif
dan desain cross sectional (potong lintang) yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran dan korelasi secara bersamaan antara variabel
independen dan variabel dependen. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif
adalah penelitian dimana data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif atau

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


38

jenis data lain yang dapat dikuatitatifkan dan dapat diolah dengan
menggunakan tekhnik statistik. (Muri, 2014)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Umur, Obesitas,
riwayat keturunan keluarga dan jenis kelamin variabel dependen adalah
Hipertensi.

3.6. Populasi dan Sampel


3.6.1. Populasi
Populasi adalah seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya obyek atau subyek yang
dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki
subyek atau obyek tersebut (Hidayat, 2012). Populasi pada penelitian
ini adalah semua pasien yang berkunjung ke poliklinik umum
Puskesmas Klender I bulan Agustus Tahun 2021. Jumlah populasi pada
penelitian ini adalah 350 orang.
3.6.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil atau
ditentukan mewakili populasi untuk diamati dan dikaji. Sugiyono
menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Sugiyono, 2016)
Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah
dengan menggunakan accidental sampling yang merupakan teknik
penentuan sample berdasarkan kebetulan atau mudahnya siapa saja
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sample dengan catatan orang tersebut sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan peneliti.
Kriteria Inklusi (Penerima) dalam penelitian ini terdiri dari
pasien yang berkunjung ke poliklinik umum pada bulan Agustus dan
berumur lebih atau 45 tahun, Dalam keadan sadar,bisa membaca dan
menulis, bersedia memberikan data yang nyata dan kooperatif kepada
peneliti.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


39

Kriteria Ekslusi (Penolak) dalam penelitian ini terdiri dari


pasien yang tidak bersedia memberikan data dan tidak kooperatif,
kesadaran terganggu dan pasien yang sedang dalam kesakitan dan
berumur dibawah 45 tahun
Rumus besar sampel yang digunakan untuk besar sampel uji
hipotesis beda proporsi adalah sebagai berikut:

{ Z1−α /2 √ ( 2P ( 1− P ) )+Z 1 −β √ ( P 1 ( 1−P 1) )+ P2 ( 1− P 2) }2


n=
( P 1−P 2 )2
Dimana:
𝑃1 = Proporsi subyek hipertensi yang terpengaruh pada faktor
penelitian sebelumnya,
𝑃2 = Proporsi subyek hipertensi yang tidak terpengaruh faktor pada
penelitian sebelumnya,
𝑃 = 𝑃1+𝑃2
2
𝑧1−𝛼/2 = Nilai z pada interval kepercayaan 1 − 𝛼 2 uji hipotesis
dilakukan dua arah (two tailed),
𝑧1−𝛽 = Nilai z pada kekuatan uji (power) 1 – 𝛽

Tabel 3.2 Proporsi Tiap Variabel Berdasarkan Penelitian Terdahulu

No Variabel P1 P2 n Sumber
2 Umur 82,1 % 22,7 % 28 P1 : Yudi , 2019
P2 : Yudi , 2019
3 Obesitas 71,4% 36,4% 28 P1 : Yudi , 2019
P2 : Yudi , 2019
4 Riwayat 43,7% 37% 32 P1 : Surnisyyah , 2019
Keturunan P2 : Surnisyyah , 2019
5 Jenis Kelamin 24,3% 75,7% 37 P1 : Febby, 2012
P2 : Febby , 2012

{1, 96 √ ( 2. 0, 524 ( 1−0 ,524 ) )+0, 84 √ (0 , 821 ( 1−0, 821 ) )+0, 227 ( 1−0 ,227 ) }2
n=
( 0 , 821−0 ,227 )2

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


40

2
(1,96 √1,048 (0,476)+0,84 √ 0,32243)
n=
0,352836
5,8285948594
n=
0,352836
n=16,5

Berdasarkan perhitungan sampel diatas diperoleh sampel minimal untuk


penelitian ini adalah 16,5. Kemudian jumlah sampel dikalikan dua sehingga
menjadi 33. Untuk menghindari dropout atau missing jawaban dari responden
maka perlu ditambahkan 10% dari jumlah sampel sehingga didapatkan jumlah
sampel keseluruhan sebanyak 36,3. Dibulatkan menjadi 36 sampel orang

3.7. Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian
ini adalah kuesioner yang disertai lembar peresetujuan (informeds Consent).
Pada kueisoner yang akan di isi sesuai dengan variabel independent yaitu
umur, jenis kelamin, riwayat keturunan keluarga dan obesitas, sedangkan
variabel dependentnya yaitu hipertensi. Pada penelitian ini data yang diambil
adalah data primer dimana data tersebut diperoleh secara langsung dari
responden dari hasil pengisian kuesioner oleh responden. Data yang diambil
adalah:
a) Umur Pasien
Umur pasien diukur dengan cara teknik wawancara kepada pasien
dengan menggunakan kuesioner dan melihat KTP, cara pengukuran
dibagi menjadi:
1. Tua jika umur responden ≥ 45 tahun
2. Muda jika umur pasien < 45 tahun.
b) Obesitas
Obesitas pada pasien diukur dengan menghitung Indek Masa Tubuh
pasien. Nilai Indeks Masa Tubuh diperoleh dengan rumus berat badan
(dalam Kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam satuan meter).

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


41

Cara pengukuran dibagi menjadi:


1. Obesitas jika IMT ≥ 25 kg/m2 2.
2. Normal Jika IMT < 25 kg/m2
c) Riwayat keturunan hipertensi
Riwayat keturunan hipertensi diukur dengan cara teknik wawancara
kepada pasien dengan menggunakan kuesioner, cara pengukuran dibagi
menjadi:
1. Ada riwayat hipertensi dari keluarga jika ada anggota keluarga (ibu
kandung, ayah kandung, nenek dan kakek dari ayah atau ibu
kandung) yang menderita hipertensi
2. Tidak ada riwayat keturunan keluarga jika tidak ada anggota keluarga
(ibu kandung, ayah kandung, nenek dan kakek dari ayah atau ibu
kandung) yang menderita hipertensi

d) Jenis kelamin
Jenis kelamin diukur dengan cara melihat kartu identitas responden. Cara
pengukuran dibagi menjadi 1. laki – laki dan 2. perempuan
e) Hipertensi
Hipertensi diukur dengan cara mengukur tekanan darah pasien dengan
menggunakan tensi meter. Cara pengukuran dibagi menjadi
1. Hipertensi jika tekanan diastolik ≥ 90 mmHg dan tekanan sistolik ≥
140
2. Tidak hipertensi tekanan diastolik < 90 mmHg dan tekanan sistolik <
140
3.8. Metode Pengolahan data dan Analisa Data
3.8.1. Metode Pengolahan Data

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


42

Pengolahan data dilakukan secara manual yaitu dengan memindahkan


data dari kuesioner yang telah direvisi ke Microsoft exel untuk
membantu penelitia dalam mengaktegorikan data. Selanjutnya data
dimasukkan kedalam SPSS dengan langkah – langkah sebagai berikut
a. Editing
Pengecekan jumlah kuesiomer, kelengkapan identitas, lembar
kuesioner dan pengisian kuesioner, sehingga jika ada
ketidaklengkapan dapat dilengkapi oleh peneliti
b. Coding
Pemberian code berupa angka untuk memudahkan pengolahan data
Untuk variable dependen:
1) Hipertensi
1. Hipertensi jika tekanan diastolik ≥ 90 mmHg dan tekanan
sistolik ≥ 140
2. Tidak hipertensi tekanan diastolik < 90 mmHg dan tekanan
sistolik < 140

Untuk Variabel Independent

1) Umur
1. Tua jika umur responden ≥ 45 tahun
2. Muda jika umur pasien < 45 tahun.
2) Obesitas
1. Obesitas jika IMT ≥ 25 kg/m2 2.
2. Normal Jika IMT < 25 kg/m2
3. Keturunan
1. Ada riwayat keturunan hipertensi dari keluarga
2. Tidak ada riwayat keturunan hipertensi dari keluarga
4. Jenis Kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
c. Entry

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


43

Memasukkan data yang diperoleh dari hasil penelitian


kedalam tabel-tabel didalan program SPSS sesuai kriteria.
d. Tabulasi
Mengelompokkan data sesuai tujuan penelitian kemudian
dimasukkan dalam table yang sudah disiapkan. Data yang akan
diolah dimasukkan ke data view dan untuk deskripsinya ada pada
variable view.

Gambar diatas adalah bagian variable view di dalam SPSS.


Pada variebel view terdapat beberapa colom. Pada colom name di isi
dengan nama variable, type di isi dengan tipe dari variable, Label di
isi dengan nama variable, untuk value di isi dengan kategori dari
masing – masing variable. Contoh hipertensi (1. Hipertensi dan 2.
Tidak hipertensi).

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


44

Gambar diatas adalah bagian data view di dalam SPSS. Data


yang sudah kita coding sebelumnya kita masukkan ke data view
sesuai dengan variable nya. Setelah itu baru dilakukan pengolahan
data.

Untuk mencari analisa univariat klik analiyze, kemudian pilih


descriptive Statistik, lalu pilih frequencies. Sehingga akan keluar
tampilan

Pindahkan semua variable pada colom frekunsi ke kolom variable.

Setelah dipindahkan klik OK, sehingga akan muncul hasil


pengolahan data univariat masing – masing variable.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


45

Untuk mencari analisa bivariat klik analiyze, kemudian pilih


descriptive Statistik, lalu pilih Crostab. Sehingga akan keluar
tampilan:

Setelah itu pindah kan variable independen ke box Rows dan


variable. Lalu klik statistic, pilih chisquare dan risk lalu klik
continue.

Setelah itu klik option cell, pada box count klik expected dan
pada box percentages klik Row. Lalu klik continue, setelah itu klik
OK. Maka akan keluar tampilan untun hasil analisa bivariate.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


46

3.8.2. Analisa data


a. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat tampilan
statistik deskriptif yang akan menghasilkan distribusi frekuensi
dan presentasi setiap variabel penelitian. Pada analisis univariat,
data yang diperoleh dari hasil pengumpulan akan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. (Saryono, 2013)
Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi
frekuensi variabel bebas dan terikat yang bertujuan untuk melihat
variasi masing-masing variabel tersebut. (Dahlan, 2014). Dalam
Penelitian ini variabel independen nya adalah Umur, Obesitas,
Jenis Kelamin dan Keturunan. Dan Variabel Dependen nya adalah
hipertensi.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua
variabel atau variabel dependen dan independen yang di duga
berhubungan atau berkolerasi. (Notoadmodjo, 2012)
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan
antara variabel independen yaitu umur dan obesitas dan variabel
dependen yaitu Hipertensi, dengan melakukan uji hipotesis yang
digunakan untuk mengetahui hubungan dua variabel. Analisis
statistik yang akan dilakukan yaitu menggunakan uji Chi Square
dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Dengan interprestasi
bila nilai P-value ≤ α (P-value ≤ 0, 05) maka Ho ditolak dan Ha
diterima berarti ada hubungan yang bermakna. Bila nilai P- value
> α (P-value > 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti
tidak ada hubungan yang bermakna. (Sugiyono, 2016)
Untuk membaca hasil analisa bivariate adalah sebagai
berikut:

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


47

1) Biila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai Expected (harapan)


kurang dari 5, maka yang digunakan adalah "Fisher's Exact
Test"
2) Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang
dipakai sebaiknya "Continuity Correction
3) Nilai OR digunakan untuk jenis penelitian Cross Sectional dan
Case Control. Pada perintah Crosstab nilai OR akan keluar bila
tabel silang 2 x 2.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


DAFTAR PUSTAKA

Amisi. Windy G. dkk. 2017. Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian


Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Yang Berobat di Rumah Sakit
Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat UNiversitas Sam Ratulangi. Manado. 2017
Budianto, Yudi. 2019. Hubungan Obesitas Dan UMur Pasien Terhadap Kejadian
Hipertensi. Jurnal ‘Aisyiyah Medika Volume3, Nomor 2, Februari 2019
Bustan, M. N. 2015. Manajemen Pengendalian Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta
C. Talumewo, Merlisa,dkk. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di Wilayah Kerja Puskesmas Airmadidi
Kabupaten Minahasa Utara. Manado: Jurnal Kesehatan
Dahlan, Sopiyudin. 2014. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia
Dwi Yoga Pramana, Lina. 2016. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tingkat Hipertensi di Wilayah Kerja Pauskesmas Demak II. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNiversitas Muhammadiyah Semarang
2016
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.
Jakarta. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Subdit
Pengendalian Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah Edisi Revisi 2013
Kurniasih, Idha dan Riza Setiawan, Muhammad. 2011. Analissi Faktor Resiko
Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Srondol Semarang Bulan September-
Oktober 2011. Semarang: Jurnal Kedokteran Vol 1 No 2
Mahmudah, Solehatul,dkk. 2015. Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Sawangan Baru.
Depok : Biomedika Vol 7, No 2
Masriadi., 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: TIM
Nadir, Surnisyyah. 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kota Baubau. Jurnal
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dayanu Ikhsanuddin
Baubau.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nuraini, Bianti. 2015. Risk Factors Of Hypertension. Lampung. Volume 4 Nomor
5 Halaman 12-17
Nurhidayat, Saiful. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi.
Ponorogo. UNMUH Ponorogo Press
Nurrahmani, Ulfah & Kurniadi, Helmanu. 2015. Gejala Penyakit Jantung
Koroner, Kolesterol Tinggi, Diabetes Militus, Hipertensi. Yogyakarta:
Istana Media
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Ridhasta Dewi, Noerinta. 2018. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Hipertensi Pada Lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun. Skripsi
Peminatan Epidemiologi Prodi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Bhakti
Husada Mulia. Madiun 2018
Rina Situmorang, Paskah. 2015. Faktor-faktor Ynang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Penderita Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Sari Mutiara Medan Tahun 2014. Medan: Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol
1, No 1
Riyadina, Woro. 2019. Hipertensi Pada Wanita Menopause. Jakarta. LIPI Press
Rudianto, Budi F. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta:
Sakkhasukma
Saryono dan Dwi Anggraeni, Mekar. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Situmorang, Paskah Rina. 2015. Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi pada Penderita Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Sari Mutiara Medan Tahun 2014. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 1 (1) : 67-
72
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet
Sukmawati. 2016. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Stadium 1 Dan Stadium 2 Pada Lansia Desa Borimatangkasa
Dusun Bontosunggu Kec. Bajeng Barat. Skripsi Program Studi
Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Alauddin.
Makassar 2016
Sulasti, Delmi. dkk. 2012. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Masyarakat Etnik Minang Kabau di Kota Padang. Majalah Kedokteran
Andalas No.2 Vol. 36. Juli-Desember 2012
Sumiati, Nita. 2018. Ketidakpatuhan Pola Makan pada Pasien Hipertensi di Kota
Malang. Karya Tulis Ilmiah. Malang : Universitas Muhammadiyah
Malang.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


Sundari.2019. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada
Kelompok Usia Lanjut di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Tahun 2019. Skripsi. Kendari : Universitas Halu Oleo
Swanida, Nancy, dkk. 2012.Pola Makan Dan Konsumsi Alkohol Sebagai Faktor
Resiko Hipertensi Pada Lansia. Tomohon: Jurnal Gizi Klinik Indonesia
Vol 8, No 4
Tarigan, A.R., Zulhaida Lubis dan Syarifah. 2018. Pengaruh Pengetahuan, Sikap
dan Dukungan Keluarga terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu
Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal kesehatan
Utaminingsih, Wahyu Rahayu. 2015. Mengenal & Mencegah Penyakit Diabetes,
Hipertensi, Jantung dan Stroke Untuk Hidup Lebih Berkualitas.
Yogyakarta: Media Ilmu
Valda Asari, Hazellarissa. 2017. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan
Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan 2017
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, KUalitatif dan Penelitian
Gabungan. Edisi Pertama. Rawamangun Jakarta. Kencana

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


Lampiran 1
INFORM CONSENT
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELURAHAN
KLENDER I KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2021

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Responden :
Umur :
Alamat :
Saya telah memahami tujuan pengisian kuesioner ini yang telah dijelaskan oleh
peneliti, sehingga saya bersedia untuk menjadi responden pada penelitian tentang
“Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas
Kelurahan Klender I Kecamatan Duren Sawit Tahun 2021”

Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya buat dengan sadar dan
tanpa paksaan siapapun, sehingga dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

…………….., ……Agustus
2021
Responden

(……………………………………)

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


Lampiran 2
KUESIONER
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELURAHAN
KLENDER I KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2021

Tanggal :
No Responden :
I. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :L/P
4. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit
Hipertensi
a. Ya b. Tidak
5. Bila ada, apa hubungan anda dengan penderita:
a. Ayah kandung
b. Ibu Kandung
c. Saudara kandung
d. Orang tua dari ayah kandung
e. Orang tua dari ibu kandung
II. Faktor Resiko Hipertensi
A. Hipertensi  di isi oleh peneliti
Pengukuran Sistol Diastol Hipertensi
Y/T
Tekanan Darah

B. Obesitas  di isi oleh peneliti


Pengukuran Berat Tinggi IMT Obesitas
berat badan badan Badan
dan Tinggi

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


Badan

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Anda mungkin juga menyukai