Anda di halaman 1dari 65

HUBUNGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN ASAM

URAT DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH


PESISIR KABUPATEN KONAWE UTARA

Proposal Penelitian

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Strata Sarjana (S-1)


Pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo

Oleh:

YUYUN USRATIN
K1A1 11 071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

i
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Kepustakaan .......................................................... 7

B. Kerangka Teori ............................................................................. 38

C. Kerangka Konsep .......................................................................... 39

D. Hipotesi …………………………………………………………. 40

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian .................................................................... 41

B. Lokasi dan Waktu penelitian ........................................................ 41

C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 42

D. Variabel Penelitian ........................................................................ 43

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .................................. 44

ii
F. Alur Penelitian .............................................................................. 46

G. Pengumpulan Dan Pengolahan Data ............................................ 47

H. Teknik Analisis Data .................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi........................13

Tabel 2. Klasifikasi Kolesterol Total Menurut NCEP ATP III 2001................22

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Pembentukan Aterosklerosis.............................................26

Gambar 2. Kerangka Teori.............................................................................38

Gambar 3. Kerangka Konsep..........................................................................39

Gambar 4. Alur Penelitian..............................................................................46

v
DAFTAR SINGKATAN

ACE = Angiotensin Converting Enzyme

AU = Asam Urat

ATP = Adenine Monophosphate

CJ = Curah Jantung

CO = Karbon Monoksida

FFA = Free Fatty Acid

GTP = Guanosin Trifosfat

GMP = Guanine Monophosphate

H2 O = Satu Molekul Air

HDL = High Density Lipoprotein

HMG-KoA = 3-hirdroksi-3-metilglutaril-KoA

HPRT = Hyroxanthine phosphoribosyltranferase

ICAM-1 = Intercellular Adhesion Molekul-I

IDH = Isolated Diastolic Hypertension

IDL = Intermadiate Density Lipoprotein

IL-1 = Interleukin-1

IMP = Inosine Monophosphate

ISH = Isolated Systolic Hypertension

JNC = Join National Committee

LDL = Low Density Lipoprotein

MCP-1 = Monocyte Chemotactic Protein-1

Mg/dl = Miligram per desiliter

MmHg = Milimeter Merkuri

vi
MPAK = Mitogen Actived Protein Kinase

NADPH = Nicotinamide Adenin Dinucleotide Phosphate

NCEP ATP = National Cholesterol Education Program Adult


Treatment Pane

NHANES = National Health And Nutrition Examination Survey

NE = Norepinefrin

NO = Nitrik Oksida

PRPP-A = Phoribosyl pyrophosphatase

PDGF = Platelet Derived Growth Factor-A

RISKESDAS = Riset Kesehatan Dasar

TIA = Trasient Ischemic Attack

TPR = Total Peripheral Pesistance

TNF = Tumor Necrosis Factor

VCAM-1 = Vascular Cell Adhesion Molecule-1

VLDL = Very Low Density Lipoprotein

WHO = World Health Organization

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang berasosiasi dengan

penyakit tidak menular lainnya seperti penyakit jantung koroner, stroke dan

penyakit ginjal yang disebabkan oleh hipertensi yang tidak dikendalikan secara

baik. Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2015) lebih dari 1

pada 5 orang dewasa di seluruh dunia mengalami peningkatan tekanan darah,

sebuah kondisi yang menyebabkan sekitar setengah dari semua kematian akibat

strok dan penyakit jantung. Komplikasi dari hipertensi menyebabkan 9,4 juta

kematian di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah Asia

Tenggara.

Menurut data (WHO), di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%

penghuni dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat

menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta

berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang,

termasuk indonesia. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dua golongan

yaitu hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi

sekunder yang diketahui penyebabnya seperti gangguan ginjal, gangguan

hormon, dan sebagainya. Jumlah penderita hipertensi esensial sebesar 90-95%,

sedangkan jumlah penderita hipertensi sekunder sebesar 5-10% (Anggara,

2013).

2
Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian di dunia

disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut

terjadi sebelum usia 60 tahun. Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun

2007 menyebutkan prevalensi hipertensi di indonesia berkisar 30% dengan insiden

komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih banyak pada perempuan (52%)

dibandingkan laki-laki (48%) (Naue dkk, 2016).

Jumlah kasus hipertensi di sulawesi tenggara masih tergolong sangat tinggi

yaitu sebanyak 18.054 kasus menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak

(Profil Kesehatan Sultra 2016). Kasus hipertensi di wilayah Kabupaten Konawe

Utara terus mengalami peningkatan, pada tanuh 2016 tercatat 1.240 dan pada

tahun 2017 tercatat 2.362 kasus (Dinkes Kabupaten Konawe Utara, 2017).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

lebih dari atau sama dengan 90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang

waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Peningkatan

tekanan darah yang berlangsung dalam jangkau waktu lama (persisten) dapat

menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung

koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan

mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan

tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu,

partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi,

pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat

dikendalikan (Destiani dkk, 2016).

3
Secara umum penyebab kejadian hipertensi adalah umur, jenis kelamin,

konsumsi garam berlebih, aktivitas fisik, tingginya kadar kolesterol darah dan

diabetes melitus. Selain itu faktor risiko hipertensi yang lain adalah ras, riwayat

hipertensi dalam keluarga, konsumsi alkohol, riwayat merokok, dan obesitas.

Pada peningkatan kadar profil lipid darah sangat erat hubungannya dengan

aterosklerosis, terutama pada usia 30-40 tahun, kadar kolestrol total dalam

darah mencapai 260 mg/dl maka angka kejadian aterosklerosis akan meningkat

3-5 kali lipat (Feryadi, 2014).

Dalam penelitian feryadi (2014) ditemukan melalui analisis independent

sampel t-test kadar kolesterol responden hipertensi lebih tinggi dari pada kadar

kolesterol total responden normotensi dan nilai uji statistik chi square

menjukan terdapat hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol total

dengan kejadian hipertensi. Dan berdasarkan nilai OR, ditemukan kadar

kolesterol total tidak normal merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi

sebesar 2,09 kali dari kolesterol normal.

Dalam tubuh manusia, kolesterol dapat berasal dari makanan sehari-hari

yang digolongkan sebagai kolesterol eksogenik dan yang disintesis di dalam

tubuh sebagai kolesterol endogenik (Naue dkk, 2016).

Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan risiko hipertensi

karena akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol tersebut

akan melekat pada dinding pembuluh darah yang lama-kelamaan pembuluh

darah akan tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam darah yang disebut

dengan aterosklerosis.

4
Plaque yang terbentuk akan mengakibatkan aliran darah menyempit sehingga

volume darah dan tekanan darah akan meningkat (Ismuningsih, 2013).

Hiperurisemia juga memiliki prevalensi yang cukup besar di indonesia.

Survei epidemiologi tentang hiperurisemia telah dilakukan oleh Dermawan

dkk. (2009) di Bandung, Jawa Tengah atas kerjasama WHO-COPCORD. Hasil

survei terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun menunjukkan bahwa

prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada

perempuan. Secara keseluruhan prevalensi kedua jenis kelamin adalah 17,6%

(Ahmadi, A.P., 2014).

Hiperurisemia adalah gangguan metabolisme yang ditandai oleh

kelebihan asam urat dalam darah. Asam urat adalah produk akhir dari

metabolisme purin dan pada manusia, konsentrasi serum asam urat yang tidak

lebih dari 7mg/dl, pada laki-laki dan 6mg/dl, pada perempuan (Ahmadi, A. P.,

2014).

Pengetahuan tentang asam urat pada kejadian hipertensi dapat menjadi

sebuah indikator dalam penanganan pasien dan tentunya akan meningkatkan

pencapaian tekanan darah yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh

Mustazifa (2010) pada 60 pria berusia 30-55 tahun menyimpulkan bahwa

pasien dengan hiperurisemia memiliki risiko 16 kali lebih besar untuk

menderita hipertensi dibandingkan dengan individu yang memiliki kadar asam

urat normal.(Ahmadi, A.P., 2014)

5
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan kadar kolesterol total dan asam urat dengan

kejadian hipertensi di wilayah pesisir di Desa Muara Tinobu, Desa Basule dan

Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Setelah melakukan

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

tentang hubungan kadar kolesterol total dengan kejadian hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diambil suatu perumusan

masalah yaitu:

Apakah ada hubungan kadar kolesterol total dan asam urat dengan

kejadian hipertensi di Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa Basule dan

Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol total dan asam urat

dengan kejadian hipertensi di Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa

Basule dan Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui jumlah kadar kolesterol total dan asam urat pada

penderita hipertensi di Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa

Basule dan Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

6
b. Mengetahui hubungan kadar kolesterol total dan asam urat dengan

kejadian hipertensi di Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa

Basule dan Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dalam ilmu dan

informasi mengenai hubungan kadar kolesterol total dan asam urat

dengan kejadian hipertensi di Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa

Basule dan Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara, serta

dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang aplikasi pengukuran kadar kolesterol total, asam urat

dan tekanan darah sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk

melakukan program dalam mencegah dan menanggulangi berlebih dan

hipertensi.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Kepustakaan

1. Kajian Umum Hipertensi

a. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi ketika

pembuluh darah terus-menerus mengalami peningkatan tekanan (WHO,

2015). Tekanan darah adalah kekuatan yang dibutuhkan untuk mendorong

atau memompa darah agar dapat mengalir di dalam pembuluh darah

(Gunawan, 2011). Semakin tinggi tekanan, semakin kuat jantung memompa

darah (WHO, 2015).

World Health Organization(WHO) menyatakan bahwa hipertensi

merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Data Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on

HighBlood Pressure VII mengatakan hampir 1 milyar penduduk dunia

mengidap hipertensi. Jumlah ini akan terus meningkat apabila tidak

dilakukan upaya penanganan yang tepat. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk

berusia 18 tahun ke atas di Indonesia sebesar 25,8% (Prasetyaningrum,

2014).

8
Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter merkuri (mmHg) dan

dinyatakan dalam dua angka, yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik adalah

tekanan tertinggi pada pembuluh darah dan terjadi ketika jantung

berkontraksi atau berdetak. Sedangkan, diastolik adalah tekanan terendah

ketika jantung mengalami relaksasi (WHO, 2013).

Selain itu menurut The Sevent Report of The Joint National Committe

in Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

(JNC VII) hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan

darah 120-139/80-89 mmHg dikategorikan sebagai prehipertensi.

Seseorang yang memiliki tekanan darah pada batas tersebut memiliki risiko

dua kali lipat untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan mereka yang

tekanan darahnya normal (Wahyudi, 2013).

b. Epidemiologi Hipertensi

Hipertensi ditemukan pada semua populasi dengan angka kejadian yang

berbeda-beda, sebab ada faktor-faktor genetik, etnik, regional, sosiobudaya

yang menyangkut gaya hidup yang juga berbeda. Hipertensi akan makin

meningkat bersama dengan bertambahnya usia. Pada 26% populasi muda

(umur ≤ 50 tahun), terutama pada laki-laki (63%) yang biasanya didapatkan

lebih banyak IDH (Isolated Diastolic Hypertension). Dibandingkan ISH

(Isolated Systolic Hypertension). 74% pada populasi tua (usia > 50 tahun),

utamanya pada wanita (58%) yang biasanya didapatkan lebih banyak ISH

dibandingkan IDH (Setiati dkk,, 2014).

9
Hipertensi mengambil porsi sekitar 60% dari seluruh kematian dunia.

Dengan bertambahnya umur, angka kejadian hipertensi juga makin

meningkat, sehingga umur 60 tahun ke atas prevalensinya mencapai 65,4%

(Setiati dkk., 2014).

c. Etiologi Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan

pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus.

Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi

sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti

kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler

dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi

maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi

tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat

dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.

Sedangkan faktor yang dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi

(Sudoyo, 2009).

d. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung tahanan perifer, karena

tekanan darah membutuhkan aliran darah melalui pembuluh darah yang

ditentukan oleh kekuatan pompa jantung dan tahanan perifer Hipertensi

dipengaruhi beberapa faktor yang saling berinteraksi yaitu natrium,

obesitas, stres, genetik, dan faktor risiko hipertensi lainnya. Ada lima faktor

yang mendominasi terjadinya hipertensi menurut (Yogiantoro, 2014).

10
1. Peran Volume Intravaskuler

Tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara cardiac output atau

curah jantung (CJ) dan TPR (total peripheal pesistance/tahanan total

perifer) yang masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Volume intravaskular merupakan determinan utama untuk kestabilan

darah dari waktu ke waktu. Tergantung dalam keadaan TPR apakah

dalam posisi vasodilatasi atau vasokontriksi. Bila asupan natrium

meningkat, maka ginjal akan merespon agar ekskresi garam keluar

bersama urin juga akan meningkat. Tetapi bila upaya mengeksresi

natrium ini melebihi ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan

meretensi H2O sehingga volume intravaskular meningkat. Pada

gilirannya CO dan CJ juga akan meningkat. Akibatnya terjadi ekspansi

volume intravaskular, sehingga tekanan darah meningkat. Seiring

dengan perjalanan waktu TPR juga akan meningkat, lalu secara

berangsur CO dan CJ akan turun menjadi normal lagi akibat autoregulasi.

Bila TPR vasodilatasi tekanan darah akan menurun, sebaliknya bila TPR

vasokontriksi tekanan darah akan meningkat.

2. Peran Kendali Saraf Autonom

Persarapan autonom ada dua macam yakni, yang pertama ialah sistem

saraf simpatis, yang mana saraf akan menstimulasi saraf viseral

(termasuk ginjal) melalui neurotransmitter : ketokolamin, epinefrin,

maupun dopamin. Kedua adalah saraf parasimpatis yang menghambat

stimulasi saraf simpatis.

11
Karena pengaruh lingkungan misalnya genetik, stres, kejiwaan, rokok,

dan sebagainya, akan terjadi aktivitas sistemik saraf simpatis berupa

kenaikan ketokolamin, norepinefrin (NE) dan sebagainya. Selanjutnya

neurotransmiter ini akan meningkat denyut jantung (heart rate) lalu

diikuti kenaikan CO atau CJ, sehingga tekanan darah akan meningkat

dan akhirnya akan mengalami agregasi platelet.

3. Peran Sistem Renin Angiotensin Aldosteron

Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu refleks

baroreseptor, renin akan dieksresi, lalu angiotensin I (A I), angiotensin II

(A II) yang akan meningkatkan tekanan darah. Adapun proses

pembentukan renin dimulai dari pembentukan angiotensin di hati.

Selanjutnya angiotensinogen akan dirubah menjadi angiotensin I oleh

renin yang dihasilkan oleh makula densa apprat juxta glomerulus ginjal.

Lalu angiotensin I dirubah menjadi angiotensin II oleh enzim angiotensin

converting enzyme (ACE).

4. Peran Dinding Vaskular Pembuluh Darah

Hipertensi adalah the disease cardiovascular contimun, penyakit yang

berlanjut terus menerus sepanjang usia. Paradigma baru tentang

hipertensi dimulai dengan disfungsi endotel. Disfungsi endotel

merupakan dasar pertama dari hipotesis respons terhadap cedera.

Penyebab dari cedera atau disfungsi endotel adalah peningkatan kadar

kolesterol dan radikal bebas yang disebabkan oleh merokok, diabetes

melitus, faktor genetik, peningkatan konsentrasi plasma homosisten,

12
infeksi mikroorganisme seperti virus herpes atau chlamydia pneumoniae,

dan kombinasi dari faktor-faktor ini. Hal-hal yang penting terutama

menyebabkan cedera endotel adalah gangguan hemodinamik dan

hiperkolestrolemia, lalu berlanjut menjadi disfungsi vaskular.

5. Faktor Lingkungan

Faktor lain yang berperan adalah faktor lingkungan, faktor lingkungan

mungkin memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres,

kegemukan, merokok, aktivitas fisik kurang, dan konsumsi garam harian

dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.

e. Gejala Klinik Hipertensi

Pemeriksaan fisik mungkin tidak ditemukan kelainan selain tekanan

darah yang tinggi, akan tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina

seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah dan pada kasus

berat terdapat edema pupil. Gejala lain yang meskipun secara tidak sengaja

terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi

yaitu sakit kepala, perdarahan di hidung, pusing yang terkadang juga terjadi

pada seseorang dengan tekanan darah normal. Jika hipertensi berat atau

menahun dan tidak terobati, dapat timbul gejala-gajala seperti sakit kepala,

kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur (karena

adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal) (Mahatidanar, 2016).

13
f. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat di klasifikasikan berdasarkan tingginya tekanan

darah dan berdasarkan etiologinya. Berdasarkan tingginya tekanan darah

seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg

(Gunawan, 2007).

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi

Klasifikasi TDS TDD


Tekanan Darah (mmHg) (mmHg)

Normal < 120 dan < 80


Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi
140-159 atau 90-99
Stage 1
Hipertensi
≥160 atau ≥100
Stage 2
Sumber:Joint National Committee 7, 2003

g. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :

1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi

(diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/80 mmHg

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular

3. Menghambat laju penyakit ginjal

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor risiko atau

kondisi penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau dislipidemia juga

harus dilaksankan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi

(Yogiantoro, 2009).

14
1. Terapi non Farmakologis

Penatalaksanaan nonfarmakologis harus dilaksanakan dengan tujuan

menurunkan tekanan dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta

penyakit penyerta lainnya (Sudoyo, 2009).

Contoh penatalaksanaan nonfarmakologis antara lain:

a. Menghentikan merokok

b. Menurunkan berat badan

c. Menurunkan konsumsi alkohol berlebih

d. Latihan fisik

e. Menurunkan asupan garam

f. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan

lemak (Sudoyo, 2009).

2. Terapi Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan

menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat antihipertensi. Ada

berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan

farmakologis, yaitu:

a. Diuretik

Diuretik bekerja meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida

sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler.

Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain

mekanisme tersebut, beberapa diuretik juga menurunkan resistensi

perifer sehingga menambah efek hipotesisnya.

15
Efek ini diduga akibat penurunan natrium di ruang intertisial dan di

dalam sel otot polos pembuluh darah yang selanjutnya menghambat

influksi kalsium. Hal ini terlihat jelas pada diuretik tertentu seperti

golongan tiazid yang mulai menunjukan efek hipotensif pada dosis

kecil sebelum timbulnya diuresis yang nyata. Pada pemberian kronik

curah jantung akan kembali normal, namun efek hipotensif masih

tetap ada. Efek ini diduga akibat penurunan resistensi perifer.

Penelitian-penelitian besar membuktikan bahwa efek proteksi

kardiovaskular diuretik belum terkalahkan oleh obat lain sehingga

diuretik dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan

sedang. Bahkan bila menggunakan kombinasi dua atau lebih anti

hipertensi, maka salah satunya dianjurkan diuretik (Gunawan, 2007).

b. Penghambat adrenergik (β-bloker)

Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian

β-Bloker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain:

(1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard

sehingga menurunkan curah jantung ; (2) hambatan sekresi renin di

sel-sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan produksi

angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf

simpatis, perubahan pada sensitivitas baroreseptor, perubahan

aktivitas neuron adrenergik perifer dan peningkatan bio-sintesis

prostaskilin.

16
Penurunan tekanan darah oleh β-Bloker yang diberikan per oral

berlangsung lambat, efek ini mulai terlihat 24 jam sampai 1 minggu

setelah terapi dimulai, dan tidak diperoleh penurunan tekanan darah

lebih lanjut stelah 2 minggu bila dosisnya tetap. Obat ini tidak

menimbulkan hipotensi ortostatik dan tidak menimbulkan retendi air

dan garam (Gunawan, 2007).

c. Vasodilator

Obat jenis vasodilator adalah minoksidil dan hidrasilin.

Hidrasilin bekerja langsung merelaksasi otot polos arteriol dengan

mekanisme yang belum dapat dipastikan. Sedangkan otot polos vena

hamper tidak dipengaruhi. Vasodilatasi yang terjadi menimbulkan

reflek komplikasi yang kuat berupa peningkatan kekuatan dan

frekuensi denyut jantung (Gunawan, 2007).

d. Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE) Obat ini

bekerja melalui penghambatan aksi dari sistemrenin-angiotensin.

ACE-inhibitor terpilih untuk hipertensi dengan gagal jantung

kongestif. Obat ini juga menunjukan efek positif terhadap lipid darah

dan mengurangi resistensi insulin sehingga sangat baik untuk

hipertensi pada diabetes, dislipidemia dan obesitas. Obat ini juga

sering digunakan untuk mengurangi proteinuria pada sindrom nefrotik

dan nefropati DM. Selain itu ACE-inhibitor juga sangat baik untuk

hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner

dan lain-lain (Gunawan, 2007).

17
e. Antagonis kalsium

Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot

polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, anatagonis

kalsium terutama menimbulkan relaksasi anterior, sedangkan vena

kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti

oleh refleks takikardi dan vasokontriksi, terutama bila menggunakan

golongan dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Sedangkan

diltiazem dan verapamil tidak menimbulkan takikardia karena efek

kronotropik negatif langsung pada jantung. Bila refleks takikardi

kurang baik, seperti pada orang tua, maka pemberian antagonis

kalsium dapat menimbulkan hipotensi yang berlebihan (Gunawan,

2007).

h. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit

jantung, gagal jantung kongestif, stroke, ganggunan penglihatan dan

penyakit ginjal. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang

yaitu pada mata, ginjal, jantung dan otak. Komplikasi pada mata berupa

perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal

jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat

selain kelainan koroner dan miokard. Komplikasi pada otak sering terjadi

perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat

mengakibatkan kematian.

18
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan

iskemik otak sementara (Transient Ischemic Attack / TIA ). Gagal ginjal

sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses

akut seperti pada hipertensi maligna (Mahatidanar, A., 2016).

2. Kajian Umum Kolesterol

a. Definisi Kolesterol

Kolesterol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk

membran sel dan lapisan eksterna lipoprotein plasma. Kolesterol dapat

berbentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang

sebagai kolesterol ester. Kolesterol ester merupakan bentuk penyimpanan

kolesterol yang ditemukan pada sebagian besar jaringan tubuh. Kolesterol juga

mempunyai makna penting karena menjadi prekusor sejumlah besar senyawa

steroid, seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D

(Murray dkk, 2009).

Terdapat dua jenis kolesterol. Kolesterol eksogen adalah kolesterol

yang terdapat dalam diet dan diabsorbsi secara lambat dari saluran pencernaan

ke dalam saluran limfe usus. Selain itu, terdapat juga kolesterol yang disintesis

di dalam sel tubuh dan disebut dengan kolesterol endogen (Adam, 2009).

b. Pembentukan kolesterol

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap menurut

(Murray dkk, 2009) :

19
1. Biosintesis Mevalonat

HMG-KoA (3-hidroksis-3-metilglutarit-KoA) dibentuk melalui reaksi-

reaksi yang di gunakan dimitokondria untuk membentuk badan keton.

Namun, karena sintesis kolesterol berlangsung diluar mitokondria, kedua

jalur ini berbeda. Pada awalnya, dua molekul asetil Ko-A bersatu

membentuk asetoasetil-KoA yang dikatalisis oleh tiolase sitosol.

Asetoasetil-KoA yang lain dikatalisis oleh HMG-KoA sintase untuk

membentuk HMG-KoA yang direduksi menjadi mevanolat oleh NADPH

dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase. Ini adalah tahap regulatorik

dijalur sintesis kolesterol dan merupakan tempat kerja golongan obat

penurun kadar kolesterol paling efektif, yaitu inhibitor HMG-KoA

reduktase (golongan statin).

2. Pembentukan Unit Isoprenoid

Mevalonate mengalami fosfolirasi secara sekuensal oleh ATP dengan

tiga kinase setelah dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif, yaitu

isopentenyl difosfat.

3. Enam Unit Isoprenoit Membentuk Skualen

Isopentenil difosfat mengalami isomerisasi melalui pergeseran ikatan

rangkap untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian

bergabung dengan molekuk lain isopentenil difosfat untuk membentuk

zat antara 10 karbon geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan

isopentil difosfat membentuk farnesil difosfat. Dua molekul farnesil

difosfat bergabung di ujung difosfat untuk membentuk skualen.

20
Pada awalnya, pirofosfat anorganik dieliminasi, yang membentuk

praskualen difosfat, yang kemudian mengalami redukasi oleh NADPH

disertai eliminasi satu molekul pirofosfat anorganik lainnya.

4. Pembentukan Lanosterol

Skualen dapat meliputi membentuk suatu struktur yang sangat mirip

dengan inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin, skualen diubah

menjadi skualen 2,3-epoksida oleh oksidase berfungsi campuran, yaitu

skualen epoksidase di endoplasma. Gugus metal di C14 dipindakan ke

C13 dan yang ada di C8 ke C14 sewaktu terjadi siklisasi, dikatalisis oleh

oksidoskualen: lanosterol siklase.

5. Pembentukan Kolesterol

Pembentukan kolesterol dari lanosterol berlangsung di membran

retikulum endoplasma dan melibatkan pertukaran-pertukaran di inti

steroid dan rantai samping. Gugus metal di C14 dan C4 dikeluarkan

untuk membentuk 14-desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol.

Ikatan rangkap di C8-C9, kemudian dipindahkan ke C5-C6 dalam dua

langkah, yang membentuk desmosterol. Akhirnya ikatan rangkap rantai

samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol. Poli-isoprenoid dolikol

dan ubikuinon dibentuk dari farnesil difosfat melalui penambahan residu

isopentenil difosfat hingga 16 (dolikol) atau 3-7 (ubikuinon) buah.

Sebagian protein pengikat GTP di membran sel mengalami prenilai oleh

residu farnesil atau geranilgeranil (20 karbon).

21
Prenilasi protein diperkirakan mempermudah melekatnya protein pada

membran lipoid dan mungkin juga berperan dalam interaksi antarprotein

dan pemindahan protein di membran.

c. Faktor yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol

Faktor herediter memiliki peranan paling besar dalam menentukan

kadar kolesterol serum seseorang; namun, faktor makanan dan lingkungan

juga berperan, dan yang paling bermanfaat adalah menggunakan asam

lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal sebagai pengganti asam lemak

jenuh dalam makanan. Minyak nabati, seperti minyak jagung dan minyak

biji bunga matahari mengandung banyak asam lemak tak jenuh ganda,

sedangkan minyak zaitun mengandung banyak asam lemak tak jenuh

tunggal. Dipihak lain, lemak mentega, lemak sapi, dan minyak palem

mengandung banyak asam lemak jenuh. Dibandingkan dengan karbohidrat

lain, sukrosa dan fruktosa menimbulkan efek yang lebih besar dalam

meningkatkan kadar lipid darah, terutama triasilgliserol(Murray dkk, 2009).

Penyebab asam lemak tak jenuh ganda dapat menurunkan kolesterol

masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, sudah jelas bahwa salah satu

mekanisme yang terlibat adalah penambahan jumlah (up regulation)

reseptor LDL oleh asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal

dibandingkan dengan asam lemak jenuh sehingga terjadi peningkatan laju

katabolik LDL, yaitu lipoporotein aterogenik utama. Selain itu, asam lemak

jenuh menyebabkan terbentuknya partikel VLDL berukuran lebih kecil

yang mengandung kolesterol relatif lebih banyak serta digunakan oleh

22
jaringan ekstraheptik secara lebih lambat ketimbang partikel yang lebih

besar, kecenderungan yang dapat dianggap bersifat aterogenik (murray dkk,

2009).

Faktor yang menyebabkan peningkatan FFA plasma diikuti oleh

meningkatnya pembebasan triasilgliseron dan kolesterol ke dalam sirkulasi

VLDL adalah stres emosional dan minum kopi. Wanita premonopause

tampaknya terlindung dari efek-efek merugikan ini, dan hal ini diperkirakan

dengan efek positif esterogen. Terhadap keterkaitan antara konsumsi

alkohol dalam jumlah sedang dan penurunan insidens penyakit jantung

koroner. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kadar HDL akibat

meningkatnya sintesis apo A-I dan perubahan aktivitas protein transfer ester

kolesterol. Olahraga teratur menurunkan LDL plasma, namun

meningkatkan HDL. Kadar triasilgliserol juga berkurang, kemungkinan

besar karena meningkatnya sensitivitas insulin yang meningkatkan ekskresi

lipoprotein lipase (Murray dkk, 2009).

d. Klasifikasi NCEP (National Cholesterol Education Program)

NCEP ATP III (National Cholesterol Education Program Adult

Treatment Pane III) tahun 2001 telah membuat satu batasan yang dapat

dipakai secara umum tanpa melihat faktor risiko koroner seseorang :

Tabel 2. Klasifikasi Kolesterol Total Menurut NCEP ATP III 2001

Interpretasi Kolesterol Total


Ideal < 200 mg/dl
Batas Tinggi 200 – 239 mg/dl
Tinggi ≥ 240 mg/dl
(Sumber : NCEP ATP, 2001 dalam Rimba, 2011)

23
e. Manfaat Khusus Kolesterol Dalam Tubuh

Manfaat kolesterol yang terbanyak dalam tubuh selain membentuk

membran adalah membentuk asam kolat dihati. Sebanyak 80% kolesterol

dikonversi menjadi asam kolat. Sejumlah kecil kolesterol dipakai oleh : (1)

kelenjar adrenal untuk membentuk hormon adrenokortikal, (2) ovarium untuk

membentuk progesteron dan esterogen, (3) testis untuk membentuk testoteron.

Kelenjar-kelenjar ini juga dapat membentuk sterol sendiri dan kemudian

membentuk hormon dari sterol tersebut (Guyton & Hall, 2007).

Sejumlah kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum kulit.

Kolesterol ini, bersama dengan lipid lainnya, membuat kulit lebih resisten

terhadap absorbsi zat yang larut air dan juga kerja dari berbagai zat kimia,

karena kolesterol dan lipid kulit lainnya sangat inert terhadap zat-zat seperti

asam dan berbagai pelarut yang dapat lebih mudah menembus tubuh. Zat lipid

ini juga membantu mencegah evaporasi air dari kulit tanpa proteksi ini jumlah

evaporasi dapat mencapai 5 sampai 10 liter tiap hari (seperti yang terjadi pada

pasien yang kehilangan kulitnya karena luka bakar) sedangkan kehilangan

yang biasa mencapai 300 sampai 400 mililiter (Guyton& Hall, 2007).

3. Hubungan Kadar Kolesterol dengan Hipertensi

Seseorang yang memiliki kadar kolesterol darah yang tinggi akan

meningkatkan risiko hipertensi. Penyebab kadar kolesterol tinggi biasanya 34

berasal dari makanan yang tinggi lemak. Tingginya konsumsi makanan yang

mengandung lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah

atau hiperkolesterolemia.

24
Risiko terjadinya hipertensi pada pasien hiperkolesterolemia akibat

terbentuknya akumulasi plak aterosklerosis pada pembuluh darah (Budiarti,

2015).

Perubahan paling awal yang mendahului lesi aterosklerosis berada pada

sel endotel. Umumnya cedera endotel kronik mengakibatkan disfungsi endotel

yang tidak memberikan gejala. Cedera endotel akan menurunkan produksi

nitrik oksida (NO), meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan adhesi

lekosit, serta berpotensi trombotik. Cedera endotel mengakibatkan terjadinya

disfungsi sel endotel dan menjurus pada respons kompensatorik yang

mengubah homeostasis normal sel endotel dan meningkatkan adhesi leukosit

atau trombosit terhadap endotel (Lintong, 2009).

Akumulasi lipoprotein pada dinding pembuluh darah terutama LDL

dengan kandungan kolesterol tinggi, diikuti oleh modifikasi lipoprotein pada

lesi melalui proses oksidasi. Pada awal proses aterogenesis ekspresi sel endotel

melalui ICAM-I (Intercellular Adhesion Molekul-I) berikatan dengan macam-

macam leukosit. Vascular Cell Adhesion Molecule-1(VCAM-I) mengikat

monosit dan limfosit T. Setelah monosit melekat pada sel endotel, monosit

akan beremigrasi melewati taut antar sel endotel masuk ke dalam tunika

intima dan mengalami transformasi menjadi makrofag setelah dirangsang

oleh kemokin. Makrofag mencerna lipoprotein LDL yang teroksidasi

membentuk sel-sel busa. Makrofag memproduksi interleukin-1 (IL-1) dan

Tumor Necrosis Factor (TNF) yang meningkatkan adhesi lekosit.

25
Makrofag juga menggerakkan beberapa kemokin termasuk Monocyte

Chemotactic Protein-1 (MCP-I) yang merekrut lebih banyak lekosit ke dalam

bercak atheroma. Oksigen toksik yang dihasilkan oleh makrofag menyebabkan

oksidasi LDL. Partikel LDL yang tertangkap pada dinding pembuluh darah

akan mengalami oksidasi progresif dan masuk ke dalam makrofag melalui

reseptor scavenger pada permukaan sel membentuk peroksidase

lemak dan memudahkan penimbunan ester kolesterol kemudian membentuk

sel busa. Selanjutnya terjadi pembentukan fatty streak yang terdiri dari

monosit lipid laden dan makrofag yang mencerna LDL yang teroksidasi

bersama-sama dengan limfosit T (Lintong, 2009).

Cedera endotel juga menginduksi sel endotel yang bersifat

prokoagulan dan membentuk substansi vasoaktif seperti sitokin dan faktor-

faktor pertumbuhan. Proses radang merangsang migrasi dan proliferasi sel otot

polos pembuluh darah membentuk bercak ateroma. Bilamana proses radang

tidak efektif untuk melawan agen penyerang maka respon radang akan

berlangsung terus sehingga akan direkrut lebih banyak sel-sel makrofag,

limfosit, dan trombosit, yang berimigrasi dari pembuluh darah masuk kedalam

lesi aterosklerosis. Adhesi trombosit dan pelepasan faktor-faktor activated

platelets , makrofag, atau sel-sel pembuluh darah, menyebabkan migrasi

sel-sel otot polos dari tunika media masuk ke dalam tunika intima.

26
Proliferasi sel-sel otot pada tunika intima dan matriks ekstrasel

mengakibatkan akumulasi kolagen dan proteoglikan, mengubah fatty

streakmenjadi suatu ateroma fibrofatty yang matang dan menyokong

pertumbuhan lesi aterosklerotik yang progresif (Lintong, 2009).

Fatty streaks yang progresif berkembang menjadi lesi sedang dan lanjut,

kemudian akan membentuk fibrous cap yang berbatasan dengan lumen

pembuluh darah. Fibrous cap menutupi campuran dari lekosit, lemak dan

debris seluler yang membentuk suatu pusat nekrotik (Lintong, 2009).

Gambar 1. Proses Pembentukan Aterosklerosis (Lintong, 2009)

Umumnya bercak ateroma secara progresif terus menerus berubah,

menjadi lebih besar, terdapat kematian sel dan degenerasi, sintesis dan

degradasi matriks ekstrasel (remodeling) dan organisasi trombus.

Manifestasi klinik akibat aterosklerosis terutama disebabkan oleh karena

penyempitan arteri, akibatnya terjadi peningktan tekanan darah karena

jantung bekerja lebih kuat agar suplai darah ke organ-organ tetap terpenuhi,

dan bila penyempitan >70% maka dapat terjadi iskemik pada organ yang

dipasoknya (Lintong, 2009).

27
4. Kajian Umum Asam Urat

a. Definisi Asam Urat

Asam urat (AU) terakumulasi dari metabolisme asam nukleat purin yang

diturunkan dari penguraian seluler ataupun langsung dari makanan tinggi

purin misalnya daging merah, kerang-kerangan, dan ekstrak ragi. Asam urat

merupakan produk akhir dalam katabolisme purin oleh manusia dan terutama

dieksresikan melalui urin dan juga, dalam proporsi yang lebih kecil, melalui

feses (Ahmadi, A.P., 2014).

Manusia mengubah adenosin dan guanosin menjadi AU. Adenosin

awalnya dikonversi menjadi inosin oleh adenosine deaminase. Pada hewan

mamalia selain primata yang lebih tinggi, urikase mengubah AU menjadi

produk larut air yaitu alantoin. Namun, karena manusia kekurangan enzim

urikase, produk akhir katabolisme purin ialah asam urat (Ahmadi, A.P., 2014).

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam

urat darah di atas normal. Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan

metabolisme AU, penurunan pengeluaran AU urin, atau gabungan keduanya

(Ahmadi, A.P., 2014).

b. Epidemiologi Asam Urat

Prevalensi hiperurisemia pada masyarakat di dunia barat diperkirakan

antara 2,3%-175,6%. Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi penyakit ini

meningkat hampir 2 kali lipat di Amerika. Data National health and Nutrition

Examination Survey (NHANES III), menyebutkan prevalensi hiperurisemia

pada orang dewasa di Amerika Serikat mengalami peningkatan selama lebih

28
10 tahun terakhir yaitu 2,7% pada tahun 1994 dan menjadi 3,9% pada tahun

2008 (Hermawati dan Enny, 2015).

Prevalensi asam urat di Indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun

sebesar 32% dan kejadian tertinggi pada penduduk Minahasa sebesar 29.2%.

Insiden yang dialami sebesar 1-2% terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan

20 kali lebih sering pada pria dari pada wanita (Ariasti & Wiji, 2015).

c. Etiologi Asam Urat

Meningkatnya kadar asam urat dalam darah dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti genetik, usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, asupan makanan,

alkohol, asupan cairan, dan obesitas. Namun pada umunya, kelebihan kadar

asam urat dipengaruhi oleh metabolisme asam urat yang terjadi diluar tubuh

melalui asupan makanan yang berlebih dari makanan yang bersumber protein

khususnya purin antara lain jeroan, daging baik daging sapi, babi, kambing

atau makanan hasil laut (sea food), kacang-kacangan, bayam, jamur, kembang

kol, sarden, kerang, minuman beralkohol (Hermawati dan Enny, 2015).

d. Patofisiologi Asam Urat

Penyebab hiperurisemia dapat dibedakan dengan hiperurisemia primer,

sekunder, dan idiopatik. Hiperurisemia primer adalah hiperurisemia tanpa

disebabkan penyakit atau penyebab lain. Hiperurisemia sekunder adalah

hiperurisemia yang disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain.

Hiperurisemia idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab

primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan genetik, tidak ada kelainan

fisiologis atau anatomi yang jelas (Putra, 2009).

29
1. Hiperurisemia primer

Kelainan molekuler yang belum jelas terbanyak didapatkan yaitu

mencapai 99%, terdiri dari hiperurisemia karena underexcretion (80-90%)

dan karena overproduction (10-20%). Hiperurisemia primer karena

kelainan ensim spesifik diperkirakan hanya 1%, yaitu karena peningkatan

aktivitas varian dari ensim phoribosylpyrophosphatase (PRPP)

synthetase, dan kekurangan “sebagian” dari ensim hypoxanthine

phosphoribosyltranferase (HPRT). (Putra, 2009).

2. Hiperurisemia sekunder

Hiperurisemia dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelainan

yang menyebabkan peningkatan biosentesis de novo, kelainan yang

menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat

dan kelainan yang menyebabkan underexcretion.

Hiperurisemia sekunder karena peningkatan biosintesis de novo

terdiri kelinan karena kekurangan menyeluruh ensim HPRT pada sindrom

Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glucosa 6-phosphatase pada glycogen

storage disease (Van Gierkee), dan kelainan karena kekurangan enzim

fructose-1-phosphate aldolase.

Sindrom Lesh-Nyhan disebabkan karena kekurangan menyeluruh

enzim HPRT yang diturunkan secara X-linked dan bersifat resesif. Telah

diketahui terdapat berbagai jenis mutasi dari kelainan gen penyandi enzim

ini. Kekurangan enzim HPRT akan menyebabkan peningkatan biosintesis

de novo sehingga terjadi hiperurisemia tipe over-production.

30
Sindrom ini terjadi usia anak-anak dengan gejala hiperurisemia tipe

overproduction, dan gout premature bersama gejala neurologis berupa

tetardasi mental berat, self mutilation, choreoathetosis, dan spastisitas.

Kelainan neurologis ini kemungkinan karena aktivitas enzim HPRT

berkurang sehingga menyebabkan disfungsi neurokemikal otak.

Diagnosis sindrom ini dibuat berdasarkan klinis dengan pemeriksaan

aktivitas enzim ini dapat mencapai 1-70% (Putra, 2009).

e. Metabolisme Asam Urat

Dua pertiga total urat tubuh berasal dari pemecahan purin endogen,

hanya sepertiga yang berasal dari diet yang mengandung purin. Pada pH

netral asam urat dalam bentuk ion asam urat (kebanyakan dalam bentuk

monosodium urat), banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi normal

kurang dari 420 μmol/L (7,0 mg/dl). Kadar urat tergantung jenis kelamin,

umur, berat badan, tekanan darah, fungsi ginjal, status peminum alkohol dan

kebiasaan memakan makanan yangmengandung diet purin yang tinggi.

Kadar Asam Uratm mulai meninggi selama pubertas pada laki-laki tetapi

wanita tetap rendah sampai menopause akibat efek urikosurik estrogen.

Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang

akan mengoksidasi asam urat menjadi alantoin. Defisiensi urikase pada

manusia akan mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam serum. Urat

dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%). Kadar asam

urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya.

31
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus

ribosa, yaitu 5-phosphoribosyl-1-pirophosphat (PRPP) yang didapat dari

ribose 5 fosfat yang disintesis dengan ATP (Adenosine triphosphate) dan

merupakan sumber gugusribosa. Reaksi pertama, PRPP bereaksi dengan

glutamin membentuk fosforibosilamin yang mempunyai sembilan cincin

purin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotranferase, suatu

enzim yang dihambat oleh produk nukleotida

Inosine monophosphate (IMP), adenine monophosphaet (AMP) dan

guanine monophosphaet (GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat

sintesis PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin dengan

menurunkan kadar substrat PRPP.

Inosine monophosphate (IMP) merupakan nukleotida purin pertama

yang dibentuk dari gugus glisin dan mengandung basa hipoxanthine.

Inosine monophosphat berfungsi sebagai titik cabang dari nukleotida

adenin dan guanin. Adenosine monophospate (AMP) berasal dari IMP

melalui penambahan sebuah gugus amino aspartat ke karbon enam cincin

purin dalam reaksi yang memerlukan GTP (Guanosine triphosphate).

Guanosine monophosphate (GMP) berasal dari IMP melalui pemindahan

satu gugus amino dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini

membutuhkan ATP.

32
Adenosine monophosphate mengalami deaminasi menjadi inosin,

kemudian IMP dan GMP mengalami defosforilasi menjadi inosin dan

guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP yang mengalami

defosforilasi dan diubah oleh xhantine oxsidasemenjadi xhantine serta

guanin akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan xhantine juga.

Xhantine akan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam urat. (Dianati,

N.A., 2015)

f. Faktor Risiko Asam Urat

1. Usia dan Jenis Kelamin

Usia dan jenis kelamin merupakan faktor risiko terjadinya peningkatan

kadar asam urat. Kadar asam urat semakin meningkat dimulai dari usia ≥

30 tahun. Meningkat pada laki-laki dewasa berusia ≥ 30 tahun dan wanita

setelah menopause atau berusia ≥ 50 tahun (Angelina, 2014).

2. Riwayat keluarga

Menurut seneca, orang-orang dengan riwayat genetik/keturunan yang

mempunyai hiperurisemia mempunyai risiko 1-2 kali lipat dibanding pada

penderita yang tidak memiliki riwayat genetik/keturunan (Purwaningsih,

T., 2010).

3. Letak geografis dan Budaya

Menurut penelitian terdahulu insiden hiperurisemia sering berkaitan

dengan letak geografis, pola budaya masyarakat setempat, dimana yang

bermukin di daerah pesisir pantai maupun di daerah daratan tinggi

mempunyai kebiasaan pola makan protein maupun lemak cukup tinggi,

33
serta kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol (Mulalinda dkk,

2014)

4. Faktor lain yang menyertai

a. Obesitas

b. Konsumsi makanan tinggi purin

c. Konsumsi tinggi fruktosa

d. Konsumsi alkohol

g. Penatalaksanaan

Pada kasus hiperurisemia tanpa gejala tidak memerlukan penggobatan,

tetapi dapat dicegah dengan terapi diet saja. Yang menjadi masalah adalah

jjika sendi yang rusak mengandung krital-kristal urat, sehingga sistem

imunitas tubuh akan meyerang benda asing tersebut. Sel darah putih ikut

menginfiltrasi sendi dengan mengeradikasi kristal tersebut. Namun keadaan

ini justru akan meyebabkan terjadinya inflamasi pembengkakan (radang)

sendi yang akut. (Tinah Purwaningsih, 2009).

Sendi membengkak sehingga muncul rasa sakit yang hebat, akibat

tekanan pada kapsula sendi pengobatan digunakan untuk menurunkan kadar

asam urat di dalam darah, misalnya alopurinol yang bekerja sebagai inhibitor

menekan produksi asam urat. Atau obat urikosurik, misalnya probenesid untuk

membantu mempercepat pe,mbuangan asam urat lewat ginjal. Obat penurun

asam urat juga diperlukan, obat untuk mengatasi radang dan rasa sakit yaitu

golongan OAINS (obat anti inflamasi non steroid) seperti indometasin,

ibuprofen, ketoprofen, atau deklofenak.

34
Sedangkan untuk pencegahan serangan berulang, biasanya dibiasakn

diberikan kolkisin. (Tinah Purwaningsi, 2009).

h. Pencegahan Asam Urat

Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari atau mengkonsumsi

makanan berkadar purin tinggi secara berlebihan, tidak meminum alkohol, dan

mengurangi kegemukan (Misnadiarly, 2008).

5. Hubungan Asam Urat dengan Hipertensi

Studi laboratorium oleh Heining dan Johnson (2006) merupakan bahwa

tekanan darah pada tikus percobaan meningkat 3 hingga 5 minggu setelah

pemberian inhibitor urikase, yaitu asam oxonat. Hiperurisemia memiliki

hubungan kuat dengan disfungsi endotel, dan penurunan kadar asam urat

memperbaiki disfungsi endotel secara nyata dalam kondisi yang bervariasi.

(Ahmadi, A.P., 2014).

Asam urat mempengaruhi pembuluh darah dalam dua fase. Fase

pertama merupakan fase langsung (direct). Aktivasi sistem renin angiotensin

yang bergantung pada asam urat dan penurunan produksi asam urat

mengakibatkan vasokontriksi. Pada fase ini, reduksi kadar asam urat

mengakibatkan relaksasi vaskuler dan memperbaiki tekanan darah. Fase kedua,

yang berkembang seiring berjalannya waktu, merupakan proses

arteriolosklerosis. Ambilan asam urat ke dalam otot polos pembuluh darah

menyebabkan aktivasi dan perluasan produksi faktor pertumbuhan/growth

factors dan monocyte chemoattractant protein-I (MCP-I).

35
Proses ini merangsang stimulasi autokrin terhadap profilerasi otot polos

pembuluh darah, penebalan dinding vaskuler, hilangnya komplians, dan

perubahan natriuresis. Proses ini tidak dapat dikembalikan dengan

terlambatnya reduksi asam urat dan resisten natrium, sedangkan fase kedua

terkait dengan terjadinya hipertensi yang independen terhadap asam urat dan

sensitif terhadap natrium (Ahmadi, A.P., 2014).

Studi yang dilakukan oleh Kannelis dan Kang (2009) menyatakan

bahwa asam urat yang terlarut menginduksi proliferasi otot polos vaskuler

secara in vitro melalui jalur yang melibatkan peningkatan ekspresi PDGF-

A (Platelet-derived growth factor-A). Hal ini juga dimediasi oleh aktivasi

atau induksi MPAK (Mitogen activated protein kinases) dan

cyclooxygenase-2.

Peningkatan asam urat serum dihubungkan dengan sindrom

resistensi insulin, obesitas, displidemia, dan hipertensi. Data yang

menunjukkan peningkatan mortalitas penyakit kardiovaskuler yang

signifikan diantara kuartil asam urat yang paling tinggi (>6,99 mg/dl untuk

laki-laki dan >5,6 mg/dl untuk perempuan), memberikan kesan bahwa asam

urat dapat menjadi faktor risiko independen (Ahmadi, A.P., 2014). Studi

kohort terhadap subyek sehat yang diamati selama 10 tahun menyimpulkan

bahwa kadar asam urat serum yang rendah memiliki efek protektif terhadap

perkembangan hipertensi (Ahmadi, A.P., 2014).

36
(Ahmadi, A.P., 2014) menyimpulkan bahwa terdapat risiko hipertensi

terkait hiperurisemia diantara pria usia pertengahan yang normotensif dan

tidak menderita diabetes/intolerensi glukosa ataupun sindrom metabolik.

6. Kajian Umum Wilayah Pesisir

a. Definisi Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan

laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut (Undang-undang RI

Nomor 1 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 2).

Menurut Poernomosidhi (2007) memberikan pengertian mengenai

wilayah pesisir sebagai berikut :Wilayah pesisir merupakan interface antara

kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu

sama lainnya, baik secara biogeofisik maupun sosial ekonomi. Wilayah

pesisir mempunyai karakteristik yang khusus sebagai akibat interaksi antara

proses-proses yang terjadi di daratan dan di lautan. Ke arah darat, wilayah

pesisir meliputi bagian daratan,16 baik kering maupun terendam air, yang

masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan

perembesan air asin; sedangkan ke arah laut, wilayah pesisir mencakup

bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di

darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh

kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran

(Poernomosidhi, dalam Supriharyono, 2009 tentang “Konservasi Ekosistem

Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis”).

37
b. Ciri Khas Wilayah Pesisir

Ciri Khas Wilayah Pesisir Ditinjau dari aspek biofisik wilayah,

ruang pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya

bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia pada wilayah tersebut

dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang alam yang

sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan

beberapa ekosistem khas dan lain-lain. Ditinjau dari aspek kepemilikan,

wilayah pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya

sering memiliki sifat terbuka (open access). Kondisi tersebut berbeda

dengan sifat kepemilikan bersama (common property) seperti yang terdapat

di beberapa wilayah di Indonesia seperti Ambon dengan kelembagaan Sasi,

NTB dengan kelembagaan tradisional Awig-Awigdan Sangihe, Talaud

dengan kelembagaan Maneeh yang pengelolaan sumberdayanya diatur

secara komunal. Dengan karakteristik open access tersebut, kepemilikan

tidak diatur, setiap orang bebas memanfaatkan sehingga dalam

pembangunan wilayah dan pemanfaatan sumberdaya sering menimbulkan

konflik kepentingan pemanfaatan ruang dan 15 sumberdaya serta peluang

terjadinya degradasi lingkungan dan problem eksternalitas lebih besar

karena terbatasnya pengaturan pengelolaan sumberdaya.

38
B. Kerangka Teori

Terbentuk plaque Perubahan natriuresis


dalam pembulu darah Tekanan darah

Kolestrol Total
Hilangnya komplians

Konsumsi
lemak ↑ Penebalan dinding
vaskuler

Aktivasi dan perluasan Merangsang stimulasi


produksi faktor autokrin terhadap otot
pertumbuhan polos pembuluh darah

Asam urat dalam otot


polos pembuluh darah

Asam Urat

Gambar 2 : Kerangka Teori

39
C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini dibuat berdasarkan hubungan antara variabel

bebas (kadar kolesterol total dan asam urat)dan variabel terikat (hipertensi).

KOLESTEROL
TOTAL
HIPERTENSI

ASAM URAT

KONSUMSI LEMAK

KONSUMSI ALKOHOL

MEROKOK

OBESITAS

RIWAYAT PENYAKIT
KRONIS

Keterangan :

: Variabel Dependen

: Variabel Independen yang diteliti

: Variabel Independen yang tidak diteliti

Gambar 3. Kerangka Konsep

40
D. Hipotesis Penelitian

1. HO: Tidak Ada Hubungan Antara Kadar Kolesterol Dengan Hipertensi Pada

Masyarakat di Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa Basule dan

Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

Hα: Ada Hubungan Kadar Kolesterol Total Dengan Hipertensi Pada

Masyarakat di Wilayah Pesisir Desa Desa Muara Tinobu Desa Basule

Dan Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

2. HO: Tidak Ada Hubungan Antara Asam Urat Dengan Hipertensi Pada

Masyarakat di Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa Basule dan

Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

Hα: Ada Hubungan Asam Urat Dengan Hipertensi Pada Masyarakat di

Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa Basule dan Desa Otole

Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

41
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan

Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara

factor resiko (variabel bebas) dengan faktor efek (variabel terikat), dimana

melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu

sama (Riyanto, 2011).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Desa Muara Tinobu, Desa Basule dan Desa

Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Pemilihan lokasi dalam

penelitian ini didasari oleh beberapa alasan yaitu ; Desa Muara Tinobu, Desa

Basule dan Desa Otole merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah

pesisir yang memiliki angka Kolesterol, Asam Urat dan Hipertensi yang

cukup tinggi dan merupakan salah satu daerah tingkat kepadatan

penduduk cukup tinggi. Serta belum pernah diadakan penelitian

sebelumnya yang mengkaji tentang hubungan Kadar Kolesterol Total,

Asam Urat Dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Wilayah

Pesisir di Desa Muara Tinobu, Desa Basule dan Desa Otole Kecamatan

Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

42
2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Wilayah

Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa Basule dan Desa Otole Kecamatan

Lasolo Kabupaten Konawe Uatara. Dengan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan sebanyak 938 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian merupakan bagian atau wakil yang diambil dari


keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi. Penentuan
besarnya sampel untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 dapat
ditentukan dengan menggunakan formula sederhana (Notoadmojo, 2012)
yaitu:
𝑵
𝒏=
𝟏 + 𝑵 (𝒅𝟐 )
Ket :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)
Berdasarkan rumus diatas dapat diketahui besar sampel adalah :
𝟗𝟑𝟖
𝒏=
𝟏 + 𝟗𝟑𝟖 (𝟎, 𝟏𝟐 )
𝟗𝟑𝟖
𝒏 = 𝟏𝟎.𝟑𝟖

𝒏 = 𝟗𝟎. 𝟑𝟔 = 𝟗𝟎 𝑹𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Sampel

43
Jumlah sampel penelitian yang telah ditentukan dalam populasi akan

dimasukkan dalam kriteria inklusi dan eksklusi :

1. Kriteria inklusi

a. Berusia ≥ 18 tahun

b. Bertempat tinggal di Wilayah Pesisir Kabupaten Konawe Utara

c. Bersedia jadi respondent

2. Kriteria eksklusi

a. Memiliki riwayat penyakit jantung coroner.

b. Memiliki riwayat penyakit diabetes melitus

c. Memiliki riwayat penyakit gagal ginjal

d. Mengkonsumsi alkohol

e. Merokok

D. Variabel penelitian

1. Variabel Bebas (Independen)

Kadar kolesterol total dan Asam urat

2. Variabel terikat (dependen)

Kejadian hipertensi

44
E. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, definisi operasional dan kriteria objektif yang diteliti

sebagai berikut:

1. Hipertensi

Hasil pengukuran respondent dengan menggunakan alat ukur tekanan

darah yaitu sphygmomanometer air raksa dan stetoscope untuk

menentukan dan mendapatkan hasil yang di teliti.

Kriteria objektif :

a. Normal : bila tekanan sistolik < 120 mmHg, dan tekanan diastolik <

80 mmHg.

b. Tidak normal : bila tekanan sistolik ≥ 120 mmHg, dan tekanan

diastolik ≥ 80 mmHg.

2. Kadar Kolesterol Total

Hasil pengukuran respondent dengan menggunakan alat ukur kadar

kolesterol total yaitu alat cek kolesterol merk nesco untuk menentukan dan

mendapatkan hasil yang di teliti.

Kriteria objektif :

a. Normal : kurang dari 200 mg/dl.

b. Tidak normal : lebih dari 200 mg/dl

3. Kadar Asam Urat

Hasil pengukuran respondent dengan menggunakan alat ukur kadar asam

urat yaitu alat cek kadar asam urat merk nesco untuk menentukan dan

mendapatkan hasil yang di teliti.

45
Kriteia objektif :

a. Normal: Laki-laki: < 7 mg/dl

Perempuan < 6 mg/dl

b. Tidak normal: Laki-laki > 7 mg/dl

Perempuan > 6 mg/dl

46
F. Alur Penelitian

Populasi Penelitian

Kriteria Inklusi Dan Ekslusi

Sampel

Informed consent

Kadar Kolestrol Asam Urat Hipertensi

Analisis Data

Hasil

Kesimpulan

Gambar 4. Alur Penelitian

47
G. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumupalan Data

a. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder, yaitu :

1) Data Primer

Data primer didapatkan dengan melakukan pengukuran secara

langsung terhadap masyarakat yang memenuhi kriteria untuk

dijadikan sampel yaitu dengan instrument penelitian berupa

sfigmomanometer aneroid, stetoskop, alat pengukur kadar kolesterol

total dan asam urat.

2) Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari laporan dan

catatan studi pendahuluan yang dilakukan di desa tersebut.

b. Alat Pengumpulan Data

1) Alat tulis

2) Surat pernyataan persetujuan responden (informed consent)

3) Sfigmomanometer aneroid

4) Stetoskop

5) Alat pengukur kadar kolesterol total

6) Alat pengukur asam urat

7) Handscoon

8) Lancet blood

48
9) Pen lancet

10) Kapas alkohol

11) Strip tes kolesterol

c. Teknik Pengumpulan Data

1) Pengumpulan data mengenai status penderita diperoleh dari

pengukuran langsung yang dilakukan oleh peneliti di Desa Muara

Tinobu, Desa Basule dan Desa Otole Kecamatan Lasolo

Kabupaten Konawe Utara.

2) Mengunjungi responden dan memberikan penjelasan tentang

penelitian yang akan dilakukan, kemudian membagikan informed

consent.

3) Melakukan pengukuran kemudian menetukan status tekanan

darah responden hipertensi atau tidak hipertensi berdasarkan JNC

VII.

4) Melakukan pengukuran kadar kolesterol total pada responden

yang dipuasakan minimal 8 jam kemudian diukur tekanan

darahnya dan ditetapkan menderita hipertensi atau tidak

hipertensi menurut JNC VII.

5) Melakukan pengukuran asam urat pada responden kemudian

diukur tekanan darahnya dan ditetapkan menderita hipertensi atau

tidak hipertensi.

49
d. Etika Penelitian

1) Membuat surat keterangan penelitian dari Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo Kendari.

2) Melakukan informed consent kepada responden, agar tidak

melanggar hak-hak dan privasi responden

3) Menjaga kerahasian responden.

2. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi program

komputer dengan tahap sebagai berikut :

a. Editing adalah Data yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya

terlebih dahulu.

b. Coding adalah sebelum dimasukan ke komputer, setiap variabel yang

diteliti diberi kode untuk memudahkan dalam pengelolahan

selanjutnya.

c. Entry adalah setelah dilakukan penyuntingan data, kemudian

memasukkan daftar pertanyaan yang telah diberi kode dengan

menggunakan software komputer.

d. Cleaning tahap terakhir yaitu pengecekan kembali data yang telah

dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah,

sehingga dengan demikian data tersebut telah siap untuk dianalisa.

50
H. Teknik Analisis Data

1. Tekhnik Analisi Data

Data yang telah terkumpul kemudian diedit, dikelompokkan diberi tanda

dan dientri kedalam komputer untuk diolah dengan program statistik.

Analisi data dalam penelitian ini adalah :

a. Univariat

Merupakan penyajian data secara deskriptif dengan menghitung

distribusi frekuensi. Variabel independent adalah kadar kolesterol total

dan asam urat yaitu data ordinal dan dependent adalah hipertensi

dengan skala data kategorik yaitu data ordinal.

b. Bivariat

Tujutan analisi ini untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu

antara variabel independent yang diduga mempunyai hubungan

bermakna dengan variabel dependent. Uji statistik yang digunakan

adalah metode Chi Square dan jika tidak memenuhi syarat

menggunakan uji Fisher.

Interpretasi hasil :

1. Ho ditolak jika p value < α, berarti terdapat hubungan antara kadar

kolesterol total dengan hipertensi di Wilayah Pesisir Desa Muara

Tinobu, Desa Basule dan Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten

Konawe Utara.

51
2. Ho diterima jika p value ≥ α, berarti tidak terdapat hubungan antara

kadar kolesterol total dengan hipertensi di Wilayah Pesisir Desa

Muara Tinobu, Desa Basule dan Desa Otole Kecamatan Lasolo

Kabupaten Konawe Utara.

3. Ho ditolak jika p value < α, berarti terdapat hubungan antara asam

urat dengan hipertensi di Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa

Basule dan Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe

Utara.

4. Ho diterima jika p value ≥ α, berarti tidak terdapat hubungan antara

asam urat dengan hipertensi di Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu,

Desa Basule dan Desa Otole Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe

Utara.

52
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A.P., 2014. Hubungan Hiperurisemia, Obesitas Dan Riwayat


Merokok Dengan Kejadian Hipertensi. Skripsi Sarjana. Kendari:
Fakultas Kedokteran. Universitas Halu Oleo.

Adam J.M.F. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed V . Interna


Publishing. Jakarta.

Anggara, F.H.D., Prayitno, N. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat
Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan 5(1) : 1

Ariasti, D. Dan Wiji, L., 2015. Hubungan Antara Konsumsi Emping


Melinjo Dengan Kejadian Asam Urat Pada Warga Di Desa
Wadunggetas Wonosari Klaten. Kosula JIK, Vol.3 .

Budiarti, Y . 2015. Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol


Total Dengan Tekanan Darah. Program Studi Gizi STIKes Ngudi
Waluyo 3-4

Data Dinas Kesehatan Daerah. 2016 . 2017. Hipertensi . Kabupaten


Konawe Utara.

Destiani, D.P., Rina, S., Ellin. F., Syahrul, N. 2016. Evaluasi Penggunaan
Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Fasilitas Kesehatan
Rawat Jalan Pada Tahun 2015 Dengan Metode ATC/DDD. Farmako
14 (2) : 2

Dianati, N.A., 2015. Jurnal Gout And Hyperurisemia . Faculty of


Medicine. University of Lampung. Vol.4 No.3

Feryadi, R., Sulastri, D., Kardi, H. 2014. Hubungan Kadra Profil Lipid
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Etnik Minangkabau
Di Kota Padang Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Andalas 3 (2) : 1-2.

Gunawan, 5.6. 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Fakultas


Kedokteran. Universitas Indonesia.

Guyton, A.C., Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta .

53
Hermawati, E. Dan Enny, P., 2015. Hubungan Asupan Kafein Dengan
Kadar Asam Urat di Puskesmas Banjarnegara. Jurnal of Nutrition
Collage, Vol.4.

Ismuningsih, R. 2003 . Pengaruh Konsumsi Lemak Terhadap Tekanan


Darah Penderita Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Program Studi D3 Gizi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Lintong, P.M. 2009. Perkembangan Konsep Patogenesis Aterosklerosis.


Jurnal biomedik 1(1).

Mahatidanar, A. 2016. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Murray R. K, Granner D. K, Rodwell VW. 2009. Biokimia Klinik Edisi 27.


EGC. Jakarta.

Mulalinda, O.C., dkk., 2014. Prevalensi Hiperurisemia pada Remaja Obes


di SMK Negeri 1 Bitung. Jurnal e-Biomedik, Vol.2.

Misnadiarly, 2008. Mengenal Penyakit Atritis. Tersedia di: http:


jurnal.unej.ac.id.index/ph.

Naue, S. H., Doda, V., Wungouw, H. 2016. Hubungan Kadar Kolesterol


Total Dengan Tekanan Darah Pada Guru di SMP 1 & 2 Eben Haezar
dan SMA Eben Haezar Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm) 4(2) : 2

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta:


PT Asdi Mahasatya
Presetyaningrum, I., 2014. Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta: Agro
Media Pustaka.

Putra, T.R., 2009. Hiperurisemia. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 3 Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.

Purwaningsih, T., 2010. Faktor-Faktor Risiko Hiperurisemia, Studi kasus


di Rumah Sakit Kardinah Kota Tegal.

Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta:


Nuha Medika.

Setiati, S., dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Jakarta.
Interna Publishing.

54
Sudoyo, A.W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Jakarta.
Interna Publishing.

Yogiantoro, Muhammad. 2014. Pendekatan Klinis Hipertensi. Dalam


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed VI. Interna Publishing. Jakarta.

Yogiantoro, Muhammad. 2009. Hipertensi Esensial. Dalam Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam Ed V. Interna Publishing. Jakarta.

Wahyudi, A.I., 2013. “Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor


Pemberat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Perokok di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tenggerang Selatan” . Jakarta :
Fakultas Kedokteran. UIN Syarif Hidayatullah.

World Health Organization (WHO)., 2015. World Health Statistics of


Hypertension.

World Health Organization (WHO)., 2013. World health day 2013: high
blood preasure global and regional overview. WHO Regional Office
of South-Eeast Asia.

55
LEMBAR PENJELASAN

Dengan Hormat,

Saya, Yuyun Usratin, adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas


Halu Oleo (UHO) angkatan 2011. Saat ini, saya sedang menjalankan penelitian
dengan judul “Hubungan Kadar Kolesterol Total dan Asam Urat dengan Kejadian
Hipertensi di Wilayah Pesisir Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara”.
Penelitian ini dilakukan sebagai syarat pendidikan di Fakultas kedokteran UHO.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
Kadar Kolesterol Total dan Asam Urat dengan Kejadian Hipertensi Pada
Masyarakat di Wilayah Pesisir Desa Muara Tinobu, Desa Basule, Dan Desa Otole
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Untuk keperluan tersebut, saya
memohon kesediaan Anda untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya
memohon kesediaan Anda untuk mengikuti beberapa pengukuran meliputi
pengukuran kadar kolesterol total, kadar asam urat, dan tekanan darah. Pengukuran
akan dilakukan sebanyak 2 kali. Jangka waktu pengukuran awal dengan
pengukuran akhir adalah 2 bulan. Jika Anda bersedia, silahkan menandatangani
persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawanan Anda.
Identitas pribadi Anda sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua
informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat
hal yang kurang dimengerti, Anda dapat bertanya langsung pada saya. Atas
perhatian dan kesediaan Anda menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya
ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,

Yuyun Usratin

56
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Tempat/tanggal lahir :

Alamat :

No. telp / HP :

Telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti

mengenai penelitian ini yang berjudul “Hubungan Kadar Kolesterol Total dan

Asam Urat dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat di Wilayah Pesisir

Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara”. Oleh karena itu, saya menyatakan

BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Demikian persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada

paksaan dari pihak manapun.

Kendari, 2018

Tanda Tangan Pasien/Responden Tangan Peneliti

( ) ( YUYUN USRATIN )

57
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN ASAM URAT
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT PESISIR
KECAMATAN LASOLO KEBUPATEN KONAWE UTARA

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Status pernikahan : ( ) Belum Menikah ( ) Sudah Menikah

I. Data Responden

Hasil pengukuran Keterangan

Kadar kolesterol
total
Kadar asam urat

Tekanan darah

1. Apakah anda merokok?

( ) Ya

( ) Tidak

2. Berapa jumlah batang rokok perhari yang anda konsumsi?

a. < 10 batang/hari b. ≥ 11 batang/hari

3. Apakah anda mengkonsumsi alkohol?

( ) Ya

( ) Tidak

58
4. Apakah dalam keluarga anda ada yang memiliki riwayat tekanan darah

tinggi?

( ) Ya

( ) Tidak

5. Apakah anda memiliki riwayat penyakit jantung koroner?

(..) Ya

(..) Tidak

6. Apakah anda memiliki riwayat penyakit diabetes melitus?

(..) Ya

(..) Tidak

7. Apakah anda memiliki riwayat penyakit gagal ginjal?

(..) Ya

(..) Tidak

59

Anda mungkin juga menyukai