Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

TUGAS PROYEK
ANALISIS FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA
DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Vemy Tamaledu 212021110007


Citra Elvira Mokoagow 212021110033
Anggreani Sintia Dalema

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


PASCASARJANA
MANADO
NOVEMBER 2022

1
RINGKASAN

Preeklampsia adalah penyebab utama kesakitan dan kematian ibu serta


perinatal, yang terjadi pada 2-3% dari semua kehamilan. Selain itu juga, dapat
mengakibatkan kecacatan dalam waktu lama serta kematian di antara ibu dan
bayinya. Secara global, preeklampsia menyumbang 76.000 kematian ibu, 500.000
kematian bayi setiap tahun, dan penyebab umum kedua kematian ibu.
Preeklampsia diartikan sebagai suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh
vasospasme, tahanan pembuluh darah perifer yang meningkat, dan menurunnya
vaskularisasi organ yang dibuktikan dengan hipertensi, edema, dan protein dalam
urin yang terjadi pada kehamilan. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-
sectional. Data diambil melalui wawancara langsung kepada pasien. Lokasi
penelitian yaitu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Subyek dalam penelitian
berjumlah 36 orang. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan aplikasi
komputer SPSS (Statistical Program for Social Science) dan disajikan dalam
bentuk tabel.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN …………………………………………….. i
RINGKASAN ………………..………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… v
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………… 4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Preeklampsia …………………………………………………………... 7
1. Definisi ……………………………………………………………. 7
2. Penyebab…………………………………………………………… 8
3. Patogenesis ……………………………………………………….. 9
4. Diagnosis…………………………………………………………… 10
5. Pencegahan ………………..………………………………………. 12
B. Riwayat Preeklampsia Sebelumnya …………………………………… 13
C. Usia Ibu………………………………………………………………… 13
D. Riwayat Penyakit Hipertensi…………………………………………… 14
E. Kegemukan atau Obesitas Sebelum Hamil ……………………………. 15
F. Kerangka Teori………………………………………………………… 17
G. Kerangka Konsep ……………………………………………………… 18
H. Hipotesis Penelitian……………………………………………………. 19
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 5
B. Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 5
BAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITI………………………………………………… 20
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA…………………………. 20

iii
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 33
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Patogenesis preeklampsia dengan efek selanjutnya pada ibu 9


dan janin ...................................................................................
2 Kerangka Teori .................................................................................. 17

3 Kerangka Konsep .............................................................................. 18

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Instrumen / Kuesioner Penelitian ............................................. 37

2 Penjelasan Maksud dan Tujuan Penelitian ............................... 39

3 Informed Consent ...................................................................... 41

4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................. 42

5 Tabel Sampel Krejcie and Morgan ........................................... 43

6 Rencana Penelitian ................................................................... 45

v
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklampsia adalah penyebab utama kesakitan dan kematian ibu serta

perinatal, yang terjadi pada 2-3% dari semua kehamilan (Wright et al., 2015).

Selain itu juga, dapat mengakibatkan kecacatan dalam waktu lama serta kematian

di antara ibu dan bayinya. Secara global, preeklampsia menyumbang 76.000

kematian ibu, 500.000 kematian bayi setiap tahun, dan penyebab umum kedua

kematian ibu (Demissie et al., 2022). Di Asia dan Afrika, data menunjukkan

semua kematian ibu diakibatkan oleh gangguan hipertensi kehamilan yang

mendekati sepersepuluh, sedangkan di Amerika Latin seperempat dari kematian

ibu telah dihubungkan dengan komplikasi preeklampsia/eklampsia (Grum et al.,

2017).

Preeklampsia diartikan sebagai suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh

vasospasme, tahanan pembuluh darah perifer yang meningkat, dan menurunnya

vaskularisasi organ yang dibuktikan dengan hipertensi, edema, dan protein dalam

urin yang terjadi pada kehamilan (Ganot et al., 2017). Preeklampsia merupakan

gangguan peningkatan tekanan darah pada kehamilan yang spesifik biasanya

timbul setelah umur 20 minggu kehamilan, terjadi secara progresif cepat yang

ditandai dengan hipertensi serta protein dalam urin. Jika tidak terdeteksi dini,

dapat menyebabkan eklampsia yang parah dan merupakan salah satu dari lima

penyebab langsung yang merugikan ibu dan bayi (Grum et al., 2017).

Penyebab pasti dari preeklampsia/eklampsia masih belum jelas. Namun,

plasenta yang berimplantasi secara abnormal dianggap sebagai predisposisi utama.

(Grum et al., 2017). Selain predisposisi utama di atas, faktor-faktor resiko

1
terjadinya preeklampsia yaitu diantaranya riwayat preeklampsia sebelumnya, usia

ibu, ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi, dan ibu dengan kegemukan

atau obesitas sebelum hamil (Demissie et al., 2022); (Quan et al., 2018);

(Kurniawati et al., 2020); (Grum et al., 2017).

Penelitian dari Grum et al (2017) menyatakan bahwa riwayat preeklampsia

sebelumnya bisa mengakibatkan preeklampsia kehamilan saat ini. Analisis

multivariabel dari penelitian ini menunjukkan wanita dengan riwayat

preeklampsia sebelumnya berisiko sebanyak 4,2 kali menderita

preeklampsia/eklampsia. Ini berarti wanita dengan riwayat

preeklampsia/eklampsia sebelumnya perlu mendapatkan perhatian dan dapat

menjadi sarana untuk skrining preeklampsia, terutama di lokasi sumber daya yang

terbatas.

Usia ibu hamil kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun merupakan faktor

penyebab preeklampsia. Hasil penelitian dari Muzalfah et al (2018) menunjukkan

bahwa dari 70 responden, 31 diantaranya berusia risiko (<20 dan >35 tahun),

secara statistik (nilai p = 0,016) memiliki hubungan bermakna antara usia dengan

preeklampsia. Hasil penelitian yang serupa dari Imron (2014) menyatakan dari

210 responden, 72 diantaranya memiliki usia berisiko, secara statistik dengan nilai

p = 0,000 menunjukkan hubungan signifikan. Usia diatas 35 tahun mengalami

proses degeneratif pembuluh darah perifer akibat dari perubahan sruktur dan

fungsi yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah, sehingga lebih

berisiko mengalami preeklampsia (Imron, 2014). Sedangkan usia muda (<20

tahun) proses maturasi organ tubuh belum sempurna secara anatomi dan

fisiologis.

2
Penelitian dari Muzalfah et al (2018) menyimpulkan antara riwayat hipertensi

dengan preeklampsia terdapat hubungan signifikan dengan nilai p = 0,026

(Muzalfah et al., 2018). Wanita yang mengalami penyakit mikrovaskuler, seperti

hipertensi, terjadi peningkatan insiden preeklampsia; kemungkinan preeklampsia

ini diawali dengan gangguan aliran darah ke plasenta. Pada preeklampsia, tekanan

darah bersifat labil. Terjadinya hipertensi disebabkan adanya peningkatan

resistensi vaskuler (Myrtha, 2015).

Hasil penelitian dari Quan et al (2018) dengan analisis univariat dan

multivariat menyatakan bahwa kegemukan atau obesitas merupakan faktor risiko

tinggi terjadinya preeklampsia. Obesitas dianggap sebagai faktor risiko

preeklampsia dan ada banyak mekanisme umum yang menghubungkan obesitas

dengan risiko lebih tinggi terkena preeklampsia (Spradley et al., 2015). Bukti

klinis dan eksperimen menunjukkan bahwa obesitas dapat mempengaruhi fungsi

dan vaskularisasi plasenta, akibat dari beberapa perubahan metabolis seperti

hiperlipidemia, hiperinsulinemia, atau hyperleptinemia (Lopez-Jaramillo et al.,

2018).

Preeklampsia dapat mengakibatkan edema paru mendadak serta hipertensi.

Edema paru jenis ini termasuk penyebab utama kesakitan dan kematian pada ibu

hamil dengan manifestasi dispnea akut dan agitasi sebagai tanda gejala klinis

proses penyakit yang berat (Myrtha, 2015). Preeklampsia merupakan penyebab

utama kematian ibu hamil, dan penyebab paling umum pada persalinan prematur,

kematian janin dan tingkat kecacatan meningkat. Sebagian besar komplikasi dan

kematian akibat preeklampsia/eklampsia bisa dicegah lewat pemberian perawatan

yang tepat waktu dan efektif. Langkah penting untuk mengurangi angka kematian

3
dan kesakitan ibu serta bayi yaitu melalui pengoptimalan pelayanan kesehatan

untuk mencegah dan mengobati ibu hamil dengan hipertensi (Grum et al., 2017).

Kerja keras dan kerja tim dari setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan

perannya sesuai kompetensi merupakan kata kunci untuk meraih tujuan, sehingga

mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab preeklampsia dengan cepat serta

tepat dalam penanganan kasus.

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. R. D. Kandou merupakan rumah

sakit rujukan nasional di Indonesia bagian timur, sudah terakreditasi tipe A.

Berkedudukan di ibu kota provinsi Sulawesi Utara yakni kota Manado.

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 jam setiap harinya. Jumlah petugas

kesehatan terutama perawat termasuk bidan yaitu 793 orang (43,05%) dari 1842

total pegawai, dan lebih dari 70 % merupakan wanita, hanya kurang lebih 20 %

perawat pria (RSUP, 2015).

Instalasi rawat inap (IRINA) D merupakan salah satu instalasi yang secara

khusus merawat pasien dengan gangguan obstetrik dan ginekologi, antara lain

penyakit preeklampsia. Hasil studi pendahuluan diperoleh jumlah pasien

preeklampsia yang dirawat dari bulan Mei – Agustus 2022 yaitu 36 orang. Hasil

wawancara singkat pada perawat/bidan dan pasien, serta studi dokumen/rekam

medis pasien didapatkan bahwa beberapa faktor terjadinya preeklampsia di Irina

D antara lain riwayat preeklampsia sebelumnya dan riwayat hipertensi. Beberapa

pertimbangan data dan masalah ini, mendorong peneliti untuk mengetahui secara

pasti faktor-faktor penyebab terjadinya preeklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado.

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Preeklampsia

1. Definisi

Definisi preeklampsia yang dikutip dari beberapa sumber:

a. Secara klasik, American College of Obstetrics and Ginekologi (ACOG)

mengartikan preeklampsia sebagai adanya tekanan darah tinggi dan protein

dalam urin yang timbul pada kehamilan sesudah 20 minggu yang

sebelumnya mengalami tekanan darah normal (normotensif) (Rana et al.,

2019).

b. Preeklampsia adalah serangan baru hipertensi dan proteinuria yang

berkembang pada paruh kedua kehamilan dan sembuh setelah melahirkan.

Onset baru yang lebih umum dan kurang berbahaya yaitu hipertensi tanpa

proteinuria yang disebut gestasional hipertensi (Burton et al., 2019).

c. Preeklampsia diartikan sebagai hipertensi kehamilan diikuti dengan

manifestasi protein dalam urin. Pemeriksaan urin tengah (midstream)

dengan memakai dipstick ditemukan protein urin di atas 300 mg/24 jam

atau ditemukan hasil positif dua (++). World Health Organization (WHO)

mengklasifikasikan preeklampsia/eklampsia dalam empat kategori yaitu

preeklampsia ringan, preeklampsia berat, dan superimposed preeklampsia

pada hipertensi kronik, serta eklampsia (Ganot et al., 2017).

5
d. Preeklampsia dimanifestasikan dengan tekanan darah lebih dari 140/90

mmHg pada paruh kedua kehamilan. Penyakit ini merupakan penyumbang

utama bayi prematur dan berat badan lahir rendah (Amaral et al., 2017).

e. Preeklampsia didefinisikan sebagai suatu keadaan khusus pada kehamilan

dengan tanda berupa gangguan fungsi plasenta dan respon maternal pada

infeksi sistemik dengan pengaktifan endotel dan koagulasi. Preeklampsia

dimaknai sebagai tekanan darah tinggi yang baru terjadi pada kehamilan /

usia kehamilan diatas 20 minggu yang diikuti dengan adanya gangguan

organ. (POGI, 2016).

2. Penyebab

Penyebab pasti dari pre-eklampsia masih belum diketahui. Tetapi, dari

beberapa referensi preeklampsia dapat diakibatkan oleh beberapa faktor di

bawah ini seperti yang dikutip dari beberapa sumber (POGI, 2016); (Burton

et al., 2019); (Kurniawati et al., 2020); (Rana et al., 2019), yaitu:

a. Faktor risiko utama

1) Riwayat preeklampsia

2) Hipertensi kronik

3) Diabetes melitus pregestasional

4) Kehamilan ganda/multipel

5) IMT sebelum hamil >30

6) Sindrom antifosfolipid (APS)

b. Faktor risiko lainnya

1) Lupus eritematosus sistemik

2) Riwayat lahir mati

6
3) IMT sebelum hamil >25

4) Nuliparitas

5) Solusio plasenta sebelumnya

6) Teknologi reproduksi

7) Penyakit ginjal kronis

8) Usia ibu >35 tahun

9) Kerentanan genetik (ibu, ayah)

10) Kehamilan anak pertama

11) Multipara oleh pasangan baru

12) Reaksi imun yang tidak adaptif/ abnormal antara jaringan ibu, plasenta

dan janin

13) Multipara dengan interval kehamilan sebelumnya ≥10 tahun

14) Latar belakang pendidikan rendah

15) Keterbatasan pertumbuhan intrauterin sebelumnya

c. Faktor risiko langka

1) Riwayat keluarga dengan preeklampsia

2) Trisomi janin

3. Patogenesis

Kegagalan interaksi trofoblas uterus pada trimester pertama menyebabkan

respon stres pada plasenta. Ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan pohon vili, mempengaruhi transfer oksigen dan nutrisi ke

janin. Stres pada sinsitiotrofoblas menyebabkan pelepasan berbagai faktor ke

dalam sirkulasi sistemik. Faktor-faktor ini menyebabkan respon inflamasi

sistemik akibat gangguan fungsi homoeostatik dari endotelium ibu, termasuk

7
IBU
Pemicu
disregul
asi
endotel
dari
pengaturan pembekuan,faktor-
transfer cairan, dan tekanan darah (Burton et al.,
faktor
yang
2019). berasal
dari
sinsitiotr
ofoblas JANIN
plasenta
Umur Kehamilan

Implantasi
Maternal KIR Fetal HLA-C2
Invasi trofoblas
Trimester 1 Tahap 1 yang rusak

12 minggu Aliran darah uteroplasenta berkurang

Trimester 2 Tahap 2 Stres plasenta

28 minggu Pemicu disregulasi endotel dari faktor-faktor yang berasal


dari sinsitiotrofoblas plasenta

Trimester 3 Tahap 3
Pre-eklampsia

40 minggu
Hipertensi Pertumbuhan janin terganggu
Proteinuria Kelahiran prematur
Edema Still birth
Kelainan pembekuan
Kejang

KIR: Killer immunoglobulin-like receptors


HLA: Human Leukocyte Antigen

Gambar 1. Patogenesis preeklampsia dengan efek selanjutnya pada ibu dan


janin (Sumber: Burton et al., 2019)
4. Diagnosis

Diagnosis preeklampsia pada penelitian ini menggunakan rujukan yang

dikeluarkan oleh POGI tahun 2016. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi

Indonesia (POGI) merekomendasikan bahwa apabila hanya terdapat

hipertensi, keadaan tersebut tidak bisa disetarakan dengan preeklampsia,

harus terdapat kelainan organ spesifik akibat preeklamsia. Pada umumnya,

penegakkan kasus preeklampsia meliputi adanya protein urin, tapi apabila

protein urin tidak diperoleh, satu dari gejala dan gangguan lainnya bisa

8
dipakai untuk mendiagnosis preeklampsia. Kriteria diagnosis preeklampsia

meliputi:

a. Kriteria minimal preeklampsia

1) Tekanan darah tinggi: tekanan darah sistolik paling sedikit 140

mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg pada 2 x pengukuran

dengan interval waktu 15 menit dengan lengan yang sama

2) Proteinuria: protein urin diatas 300 mg/24 jam atau urinalisis dipstik

> positif satu (+).

Apabila tidak terdapat proteinuria, hipertensi bisa disertai salah satu

berikut ini:

3) Trombositopenia: hasil trombosit kurang dari 100.000/mikroliter

4) Gangguan renal: kreatinin serum >1,1 mg/desiliter atau diperoleh

kadar kreatinin serum meningkat dari sebelumnya pada keadaan

dimana tidak ditemukan kelainan ginjal yang lain

5) Gangguan hati: kadar transaminase meningkat 2 x dari normal dan

atau didapatkan nyeri di area epigastrik/kuadran superior dekstra

abdomen

6) Edema paru

7) Gejala persarafan: stroke, nyeri kepala, gangguan ketajaman

penglihatan

8) Gangguan peredaran darah

9) Uteroplasenta: oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)

atau ditemukan adanya absent or reversed end diastolic velocity

(ARDV)

9
b. Kriteria preeklampsia berat (diagnosis preeklampsia terpenuhi) dan

apabila ditemukan satu dari kondisi klinis berikut:

1) Tekanan darah tinggi: tekanan darah sistolik paling sedikit 160

mmHg atau 110 mmHg diastolik pada 2 x pengukuran, interval

waktu 15 menit dan lengan yang sama

2) Trombositopenia: hasil trombosit kurang dari 100.000/mikroliter

3) Gangguan renal: kreatinin serum >1,1 mg/dL atau ditemukan

konsentrasi kreatinin serum meningkat dari sebelumnya pada

keadaan dimana tidak terdapat kelainan ginjal yang lain

4) Gangguan hati: hasil kadar transaminase meningkat dua kali dari

normal dan atau ditemukan nyeri di area epigastrik/kuadran superior

dekstra abdomen

5) Edema paru

6) Gejala persarafan: stroke, nyeri kepala, gangguan ketajaman

penglihatan

7) Gangguan peredaran darah

8) Uteroplasenta: oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)

atau ditemukan absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)

(POGI, 2016).

5. Pencegahan

Intervensi berupa antioksidan vitamin C dan E tidak efektif mencegah

terjadinya preeklampsia. Pemberian tambahan kalsium mungkin bermanfaat

pada kelompok penduduk yang kurang mengkonsumsi kalsium. Terapi

aspirin dosis rendah (60-80 mg) dapat dimulai pada akhir trimester pertama

10
dan dapat sedikit mengurangi risiko pre-eklampsia. Istirahat tidur dan

pengurangan garam belum terbukti efektif (Ganot et al., 2017).

B. Riwayat Preeklampsia Sebelumnya

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan riwayat sebagai cerita yang turun-

temurun (Hasil Pencarian - KBBI Daring, n.d.). Jadi riwayat preeklampsia dapat

diartikan sebagai suatu keadaan di mana seorang ibu secara turun-temurun

mengalami preeklampsia apakah hanya sekali atau sudah beberapa kali. Hasil

penelitian dari Rana, et al melaporkan bahwa riwayat preeklampsia sebelumnya

berisiko terjadinya peningkatan preeklampsia sebanyak 8.4 kali (RR 8,4 95% CI,

7.1–9.9). Faktor ini menempati urutan pertama dari beberapa faktor risiko yang

ada (Rana et al., 2019). Hal ini merupakan faktor risiko utama. Duckit

menyatakan bahwa risiko terjadinya preeklampsia meningkat sampai 7 x lipat (RR

7,19 95% CI, 5,85–8,83). Faktor ini dihubungkan dengan tingginya insiden

preeklampsia berat, preeklampsia dini, dan pengaruh pada perinatal yang buruk

(POGI, 2016).

C. Usia Ibu

Duckitt menyatakan bahwa wanita hamil dengan usia 40 tahun mengalami

peningkatan risiko preeklampsia mendekati 2 x lipat atau lebih baik pada

primipara (RR 1,68 95%CI 1,23-2,29), maupun multipara (RR 1,96 95%CI 1,34-

2,87). Sedangkan usia muda tidak berisiko mengalami peningkatan preeklampsia

secara signifikan (POGI, 2016).

Hasil dari beberapa penelitian mengklasifikasikan usia yang didasarkan pada

kelompok usia <20 tahun dan >35 tahun (berisiko) dan kelompok usia 20-35

11
tahun (tidak berisiko) (Arwan & Sriyanti, 2020) (Grum et al., 2017) (Setyawati et

al., 2018) (Nursal et al., 2015) & (Imron, 2014).

Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu hamil berusia <20 atau >35 tahun

berisiko sebanyak 3-4 kali lebih besar terjadinya preeklampsia dibandingkan

dengan ibu berusia 20-35 tahun. Usia dapat meningkatkan dan menurunkan fungsi

tubuh manusia serta status kesehatannya termasuk ibu hamil. Usia kurang dari 20

tahun pada organ reproduksi wanita belum siap dan atau belum matur secara

lengkap, sedangkan pada usia >35 tahun atau semakin bertambahnya usia ibu,

bisa mengalami proses denaturasi yang mengakibatkan aterosklerosis yang

kemudian terjadi penyempitan lumen pembuluh darah. Sehingga perfusi

membutuhkan tekanan darah yang lebih dari biasanya supaya bisa melewati

pembuluh darah. Manifestasi yang timbul yaitu hipertensi sebagai satu dari tanda

gejala preeklampsia (Setyawati et al., 2018).

Penelitian lain yang sejalan dari Nursal et al menyatakan hasil analisis

diperoleh nilai OR (Odds Ratio) sebesar 4,886 yang bermakna bahwa usia

dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun memiliki risiko 4-5 kali mengalami

preeklampsia dibandingkan dengan usia antara 20-35 tahun, dan menyimpulkan

bahwa antara usia dengan insiden preeklampsia memiliki hubungan signifikan.

Usia di atas 35 tahun berisiko tinggi mengalami preeklampsia. Usia berkaitan

dengan status reproduksi yang penting. Usia berhubungan dengan kondisi

fisiologi tubuh sehingga bisa mempengaruhi status kesehatan reproduksi. Secara

teori, kejadian preeklampsia relatif muncul pada usia reproduksi awal dan akhir,

yaitu pada masa pubertas atau setelah usia 35 tahun. Kerentanan hipertensi terjadi

seiring bertambahnya usia (Nursal et al., 2015).

12
D. Riwayat Penyakit Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu faktor signifikan terjadinya preeklampsia.

Menurut Bartsch, et all melaporkan bahwa hipertensi kronis meningkatkan risiko

5 kali mengalami preeklampsia pada kehamilan (Bartsch et al., 2016); (Rana et

al., 2019). Ibu hamil yang menderita penyakit hipertensi, terjadi peningkatan

insiden preeklampsia, diduga preeklampsia ini diawali dengan gangguan perfusi

ke plasenta. Pada kondisi preeklampsia, tekanan darah mengalami ketidakstabilan.

Resistensi pada pembuluh darah mengakibatkan terjadinya hipertensi (Myrtha,

2015).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Umar & Wardani, 2017) dan (Saraswati

& Mardiana, 2016) melaporkan bahwa ibu hamil yang memiliki riwayat

hipertensi berisiko 6 kali lebih besar menderita pre-eklampsia dibandingkan

dengan wanita hamil tanpa riwayat hipertensi. Temuan ini sependapat dengan

(Cunningham, F. G., Gants, N. F. et al., 2012) menyatakan pada beberapa wanita

hamil dengan riwayat hipertensi kronis, bisa memperparah kondisi hipertensi pada

kehamilan berikutnya. Tekanan darah tinggi yang diperburuk oleh kehamilan bisa

diikuti dengan protein dalam urin atau edema patologis yang dikenal dengan

superimposed preeclampsia. Preeklampsia superimposed pada kehamilan dengan

hipertensi kronik memiliki 7 faktor risiko yang bisa dievaluasi sedini mungkin

sebagai prediktor yaitu: riwayat preeklampsia sebelumnya, penyakit ginjal kronis,

merokok, kegemukan, tekanan diastolik diatas 80 mmHg, dan tekanan sistolik

diatas130 mmHg. Faktor risiko yang sudah diketahui bisa membantu menilai

risiko kehamilan pada saat kunjungan awal perawatan antenatal (POGI, 2016).

E. Kegemukan atau Obesitas Sebelum Hamil

13
Beberapa faktor risiko, termasuk IMT> 30, juga sangat terkait dengan

tingginya tingkat pre-eklampsia (Bartsch et al., 2016). Kegemukan (obesitas)

termasuk faktor risiko preeklampsia dan risiko semakin bertambah dengan

semakin besarnya Indeks Massa Tubuh. Obesitas sangat berkaitan dengan

resistensi insulin, yang juga termasuk faktor risiko preeklampsia. Kegemukan

berisiko sebanyak 2,47 kali lipat (95% CI, 1,66–3,67) meningkatkan terjadinya

preeklampsia, sedangkan ibu dengan IMT >35 dibandingkan dengan IMT 19-27

pada sebelum hamil berisiko mengalami preeklampsia 4 kali lipat (95% CI, 3,52-

5,49) (POGI, 2016). Penelitian lain menyatakan bahwa risiko preterm-

preeklampsia terjadi peningkatan secara proporsional pada kelas obesitas sebelum

hamil dibandingkan dengan ibu tanpa preeklampsia dengan berat badan normal,

ibu dengan IMT 40 berisiko sangat besar (RR 5,23, 95% CI: 3,86-7,09,P<0,001 )

(Young et al., 2016)

Status nutrisi seseorang bisa dinilai dengan cara menghitung Indeks Massa

Tubuh (IMT). IMT digunakan untuk usia di atas 18 tahun (Thamaria, 2017).

Kegemukan atau obesitas ibu merupakan indikator status nutrisi yang dapat

dihitung melalui IMT dengan formula:

BB (kg)
IMT =
TB (m) x TB (m)
Klasifikasi dan kategori IMT merujuk pada petunjuk teknis yang diterbitkan

oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2003. Tabel 1. di bawah ini

merupakan penjelasannya.

Tabel 1. Klasifikasi dan Kategori Nilai Indeks Massa Tubuh

Klasifikasi Kategori IMT


Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4

14
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
(Sumber: Depkes, 2003)

Obesitas atau kegemukan sebagai faktor risiko preeklampsia dan risiko

meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Obesitas sangat terkait

dengan resistensi insulin, yang juga merupakan faktor risiko preeklampsia.

Obesitas 2-3 kali berisiko menyebabkan preeklampsia (95% CI, 1,66 – 3,67),

sedangkan wanita dengan IMT sebelum hamil diatas 35 berisiko 4 kali lipat (95%

CI, 3,52-5,49) terjadi preeklampsia dibandingkan dengan IMT 19-27 (POGI,

2016).

F. Kerangka Teori

Faktor risiko Faktor risiko lainnya Faktor risiko


utama langka

1. Preeklampsia 1. Lupus eritematosus sistemik 1. Riwayat


sebelumnya 2. Riwayat lahir mati keluarga
2. Hipertensi 3. IMT sebelum hamil >25 dengan
kronis 4. Nuliparitas preeklampsia
3. Diabetes 5. Solusio plasenta sebelumnya 2. Trisomi
mellitus 6. Teknologi reproduksi janin
pregestasional 7. Penyakit ginjal kronis
4. Kehamilan 8. Usia ibu >35 tahun
ganda/multipel 9. Kerentanan genetik (ibu, ayah)
5. IMT sebelum 10. Kehamilan anak pertama
hamil >30 11. Multipara oleh pasangan baru
6. Sindrom 12. Reaksi imun yang tidak adaptif/
antifosfolipid abnormal antara jaringan ibu, plasenta
(APS) dan janin
13. Multipara dengan interval kehamilan
sebelumnya ≥10
14. Latar belakang pendidikan rendah
15. Keterbatasan pertumbuhan intrauterin
sebelumnya

Preeklampsia
1. Preeklampsia/tanpa gejala
berat

15
Diagnosis:
1. Kriteria minimal
preeklampsia

Gambar 2. Kerangka Teori


(Sumber: dimodifikasi dari (Ganot et al., 2017) (POGI, 2016); (Burton et al.,
2019); (Kurniawati et al., 2020); (Rana et al., 2019)

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep diartikan sebagai kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang akan diukur maupun diobservasi dalam sebuah penelitian. Suatu kerangka

konsep haruslah dapat memperlihatkan hubungan antar variabel yang diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Kerangka konsep sebagai acuan peneliti untuk melakukan

penelitian dengan melihat kerangka teori, yang digambarkan berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Riwayat preeklampsia
sebelumnya

Status paritas

Usia ibu

Preeklampsia
Ibu hamil dengan
riwayat penyakit
hipertensi

Ibu dengan kegemukan


atau obesitas sebelum
hamil

Keterangan :

16
: - Variabel independen

- Variabel dependen

Gambar 3. Kerangka Konsep

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis didefinisikan sebagai asumsi tentang sesuatu yang dibuat untuk

menjelaskannya dan sering kali diperlukan untuk mengujinya (Sugiyono, 2019).

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

1. Hipotesis alternatif (Ha)

a. Ha : Terdapat hubungan antara riwayat preeklampsia sebelumnya dengan

kejadian preeklampsia.

b. Ha : Terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian

preeklampsia.

c. Ha : Terdapat hubungan antara ibu hamil yang mempunyai riwayat

penyakit hipertensi dengan kejadian preeklampsia.

d. Ha : Terdapat hubungan antara Ibu hamil yang mengalami kegemukan

atau obesitas sebelum hamil dengan kejadian preeklampsia.

2. Hipotesis nol (H0)

a. H0 : Tidak terdapat hubungan antara riwayat preeklampsia sebelumnya

dengan kejadian preeklampsia.

17
b. H0 : Tidak terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian

preeklampsia.

c. H0 : Tidak terdapat hubungan antara ibu hamil yang mempunyai riwayat

penyakit hipertensi dengan kejadian preeklampsia.

d. H0 : Tidak terdapat hubungan antara Ibu hamil yang mengalami

kegemukan atau obesitas sebelum hamil dengan kejadian preeklampsia.

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis hubungan antara riwayat preeklampsia sebelumnya dengan

kejadian preeklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

2. Menganalisis hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsia

di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

3. Menganalisis hubungan antara ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi

dengan kejadian preeklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

4. Menganalisis hubungan antara ibu dengan kegemukan atau obesitas sebelum

hamil dengan kejadian preeklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado

5. Menganalisis faktor yang paling berhubungan dengan kejadian preeklampsia

di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

B. Manfaat Penelitian

18
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado, bagi bidan/perawat, dan bagi peneliti selanjutnya.

1. Bagi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

a. Memberikan referensi dan rujukan informasi bagi RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado bahwa komplikasi dan kematian akibat preeklampsia

dapat dicegah lewat pemberian perawatan yang tepat waktu dan efektif

pada pasien.

b. Melakukan optimalisasi pelayanan kesehatan untuk menghindari dan

mengobati ibu hamil dengan hipertensi merupakan langkah penting untuk

mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

c. Referensi acuan dalam penyusunan kebijakan pimpinan rumah sakit yang

terfokus pada pengelolaan tenaga perawat/bidan pelaksana dengan

memperhatikan kesejahteraan biopsikososial, sehingga pelayanan

bermutu dapat dirasakan oleh pasien.

2. Bagi Bidan/Perawat

a. Memberikan keuntungan klinis berupa wawasan tentang cara menilai

faktor risiko preeklampsia dan tindakan yang diberikan untuk mengatasi

faktor-faktor tersebut.

b. Memberikan pemahaman yang benar pada pasien tentang pencegahan

dan penanganan preeklampsia untuk mencegah terjadinya peningkatan

kesakitan dan kematian.

c. Bekerjasama dan berkolaborasi dengan sejawat serta tim medis lainnya

dalam penanganan pasien preeklampsia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

19
a. Memberikan masukan untuk peneliti selanjutnya dalam menentukan

faktor penyebab yang akan diteliti.

b. Memberikan panduan atau referensi tentang konsep dan teori

preeklampsia secara komprehensif.

BAB 4. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain

penelitian observasional analitik. Artinya, hubungan antara variabel penelitian dan

hipotesis uji dianalisis melalui pendekatan desain cross-sectional. Cross Sectional

atau potong lintang diartikan sebagai studi yang meneliti faktor dan efek risiko

melalui pendekatan observasional atau pengumpulan data secara bersamaan

(Notoatmodjo, 2018).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

2. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan pada bulan Oktober - Desember 2022.

20
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yakni semua ibu yang mengalami preeklampsia

dan dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dari bulan Mei –

Agustus 2022 yang berjumlah 36 orang.

2. Sampel

Sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang mencakup jumlah dan ciri

yang dimiliki (Sugiyono, 2019). Jumlah sampel yang akan diambil dalam

penelitian ini berjumlah 34 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan

teknik penarikan sampel disesuaikan dengan kebutuhan peneliti (purposive

sampling). Purposive sampling dimaknai sebagai cara mendapatkan sampel

menggunakan beberapa pertimbangan tertentu berdasarkan pada kriteria yang

dikehendaki untuk dapat menentukan besarnya responden yang akan diteliti

(Sugiyono, 2019). Jumlah sampel memakai tabel sampel dari Krejcie and
X
Morgan (lampiran II) atau menghitung dengan formula (Krejcie & Morgan

1970. Determining Sample Size for Research Activities. Educational and -

StuDocu, n.d.):

dimana :

s = jumlah sampel

X2 = chi square/kai kuadrat (1,96 x 1,96 = 3,841)

N = jumlah populasi

P = proporsi populasi (0,5)

21
d = tingkat akurasi (0,05)

Jadi besar sampel pada penelitian ini adalah :

3,841 x 36 x 0,5 ( 1−0,5 )


s= 2
0,05 ( 36−1 )+ 3,841.0,5(1−0,5)

3,841 x 36 x 0,25
s=
0,0025 ( 35 ) +3,841 .0,5(0,5)

34,569
s=
0,0875+ 0,960

34,569
s=
1,0475

s=33,00=34

Sampel dalam penelitian ini menggunakan kriteria:

a. Kriteria inklusi:

1) Riwayat preeklampsia sebelumnya

2) Usia ibu (<20 dan >35 tahun)

3) Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi

4) Ibu dengan kegemukan atau obesitas sebelum hamil

5) Kooperatif

6) Bersedia menjadi responden dan telah menandatangani informed

consent

b. Kriteria eksklusi:

1) Kehamilan multipel

2) Diabetes melitus pregestasional

3) Riwayat lahir mati

22
4) Mengalami penyakit ginjal kronis

D. Variabel Penelitian

1. Variabel dependen dalam peneltian ini yakni preeklampsia.

2. Variabel independen dalam penelitian ini yakni riwayat preeklampsia

sebelumnya, usia ibu, ibu hamil yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi,

dan ibu hamil yang mengalami kegemukan atau obesitas sebelum hamil.

E. Definisi Operasional

1. Preeklampsia

Preeklampsia adalah suatu gangguan kehamilan berdasarkan kriteria

diagnosis yang dilakukan oleh dokter yaitu preeklampsia tanpa gejala berat

dan preeklampsia berat.

a. Instrumen: lembar check list, tensimeter, alat tulis menulis.

b. Cara ukur: mengisi lembar check list, melakukan pemeriksaan tekanan

darah, mengamati hasil laboratorium di rekam medis pasien.

c. Kriteria/Kategori (POGI, 2016) :

1) Preeklampsia tanpa gejala berat

2) Preeklampsia berat

d. Skala ukur: ordinal

2. Riwayat preeklampsia sebelumnya

Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya

a. Instrumen: lembar isian, alat tulis menulis.

b. Cara ukur: wawancara secara langsung kepada pasien.

c. Kriteria (Grum et al., 2017):

1) Ya/pernah mengalami = berisiko

23
2) Tidak pernah mengalami = tidak berisiko

d. Skala ukur = nominal

3. Usia ibu hamil

Rentang kehidupan ibu hamil yang dihitung sejak lahir sampai pada saat

dilakukan penelitian.

a. Instrumen: lembar isian dan alat tulis, KTP/kartu identitas

b. Cara ukur: wawancara dengan menanyakan identitas termasuk usia.

c. Kriteria (Arwan & Sriyanti, 2020) (Grum et al., 2017) (Setyawati et al.,

2018) (Nursal et al., 2015) & (Imron, 2014):

1) <20->35th = berisiko

2) (20 – 35 th) = tidak Berisiko

d. Skala ukur = nominal

4. Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi

Pasien yang didiagnosis pernah menderita penyakit hipertensi sebelumnya.

a. Instrumen: lembar isian

b. Cara ukur: responden menjawab pertanyaan tentang Riwayat hipertensi

selanjutnya peneliti mengisikannya pada lembar isian.

c. Kriteria (Grum et al., 2017):

1) Ya = berisiko

2) Tidak = tidak berisiko

d. Skala ukur = nominal

5. Ibu dengan kegemukan atau obesitas sebelum hamil

Kegemukan adalah keadaan ketidakseimbangan berupa kelebihan berat badan

dibandingkan dengan tinggi badan menggunakan rumus IMT

24
a. Instrumen: timbangan (sahih), pengukur tinggi badan, lembar isian, alat

tulis menulis.

b. Cara ukur: menanyakan BB sebelum hamil, kemudian melakukan

pengukuran tinggi badan. Setelah itu dihitung dengan menggunakan

rumus IMT (BB/TB (meter)2).

c. Kriteria IMT menurut (Depkes, 2003) (Nursal et al., 2015) (Arwan &

Sriyanti, 2020):

1) Gemuk (berisiko) = IMT ≥25.1 kg/m2

2) Kurus/Normal (tidak berisiko = IMT ≤18,4 kg/m2 / IMT 18.5-25

kg/ m2

d. Skala ukur = ordinal

F. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu check list (daftar cek).

Penjelasan tentang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Karakteristik responden
1) No. Responden : ………………
2) Inisial : ……………….
3) Usia : ………………tahun
4) Tekanan darah : ………………mmHg
5) Pendidikan
a) SD :
b) SMP :
c) SMA :
d) Perguruan Tinggi :
6) Status perkawinan :
a) Kawin :

25
b) Belum :
7) Pekerjaan
a) ASN :
b) TNI/Polri :
c) Karyawan swasta :
d) Pengurus rumah tangga :
e) Wiraswasta :
f) Lain-lain, sebutkan :
b. Preeklampsia
Merujuk pada rekam medis hasil diagnosis pasti yang dilakukan oleh
dokter:
1) Preeklampsia tanpa gejala berat :
2) Preeklampsia berat :
c. Riwayat preeklamsia sebelumnya
1) Memiliki riwayat :
2) Tidak memiliki riwayat :
d. Usia ibu
1) Berisiko (< 20 / >35 tahun) :
2) Tidak berisiko (20 – 35 tahun) :
e. Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi
1) Memiliki riwayat :
2) Tidak memiliki riwayat :
f. Ibu dengan kegemukan/obesitas sebelum hamil
1) Tinggi badan : ………cm
2) Berat badan : ………kg
2. Alat tulis menulis, tensimeter, stetoskop, hasil laboratorium, rekam medis,

timbangan (berat badan/BB), centimeter (tinggi badan/TB).

G. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam metode pengumpulan data meliputi:

1. Data Primer

26
Sumber data primer didapat dari kuesioner dalam bentuk check list yang akan

dikumpulkan pada saat pelaksanaan penelitian, materi wawancara yang akan

dikumpulkan meliputi karakteristik responden, preeklampsia, riwayat

preeklampsia sebelumnya, usia ibu hamil, ibu hamil yang mempunyai riwayat

penyakit hipertensi, dan ibu hamil yang mengalami kegemukan atau obesitas

sebelum hamil.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder meliputi laporan hasil penelitian, laporan pemerintah,

profil RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, buku teks, majalah ilmiah,

jurnal ilmiah dalam dan luar negeri serta situs resmi.

H. Tahap Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

Tahap pertama yaitu persiapan dimulai dengan melakukan analisis

situasi, pengumpulan data, pemilihan metode penelitian yang sesuai, serta

persiapan instrument penelitian. Hasil persiapan ini dibuat dalam sebuah

laporan proposal, dikoreksi, dan disampaikan dalam forum seminar proposal

penelitian. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan sesuai masukan dan

saran dari semua komisi pembimbing, penguji, panitia dan koordinator

program studi.

Tahap persiapan kemudian dilanjutkan dengan mengurus surat pengantar

penelitian, surat persetujuan etik dan surat permohonan izin yang diperlukan

27
untuk proses penelitian. Peneliti kemudian menyerahkan surat permohonan

izin untuk melakukan penelitian pada pihak pimpinan RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado dan menunggu hingga izin dikeluarkan. Pimpinan RS

kemudian menentukan kurun waktu yang dapat digunakan peneliti untuk

melakukan penelitian.

2. Tahap Penelitian

Tahap penelitian diawali dengan survey awal ke RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado sesuai kurun waktu yang telah disediakan oleh pimpinan

RS. Survei awal dilakukan untuk menentukan besar populasi berdasarkan

informasi dari RS berkaitan dengan jumlah pasien preeklampsia serta untuk

mendapatkan data gambaran umum RS. Setelah itu dilakukan penentuan

jumlah sampel penelitian.

Penelitian dilakukan untuk mendapat data tentang karakteristik

responden, preeklampsia, riwayat preeklampsia sebelumnya, usia ibu hamil,

ibu hamil yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi, dan ibu hamil yang

mengalami kegemukan atau obesitas sebelum hamil. Untuk mendapatkan data

tentang preeklampsia, peneliti mengamati rekam medis pasien dan

mewawancarai secara langsung responden. Daftar pertanyaan yang digunakan

yaitu lembar pertanyaan tertutup dengan jawaban singkat yang sudah

disediakan. Kategori/kriteria ataupun isi pertanyaan terkait informasi tentang

karakteristik responden, riwayat preeklampsia sebelumnya, usia ibu hamil,

ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi, dan ibu dengan kegemukan

atau obesitas sebelum hamil diperoleh melalui lembar observasi/isian yang

dikutip dari beberapa sumber baik dari artikel jurnal serta buku cetak yang

28
kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Lembar observasi tersebut

dimodifikasi sesuai kebutuhan peneliti tanpa menghilangkan hal-hal yang

prinsip.

Peneliti kembali lagi ke RS sesuai perjanjian waktu dengan pihak

pimpinan RS. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi responden sesuai

kriteria inklusi yang ditentukan, selanjutnya memberi penjelasan kepada

responden mengenai identitas peneliti dan latar belakang penelitian. Peneliti

kembali memberikan informasi singkat mengenai jalannya penelitian dan

menanyakan mengenai kesediaan responden mengikuti penelitian. Bila

bersedia, responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan.

Pengisian lembar observasi/isian dilakukan untuk mendapatkan data tentang

karakteristik responden, riwayat preeklampsia sebelumnya, usia ibu hamil,

ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi, dan ibu dengan kegemukan

atau obesitas sebelum hamil. Data diambil setiap hari, hingga tercapai seluruh

jumlah sampel/responden yang dibutuhkan.

I. Tahap Pengolahan Data

Data yang berasal dari data mentah diorganisasikan dalam proses yang terstruktur.

Pengolahan data bertujuan untuk mengatur, menyajikan dan menganalisis data

mentah yang diperoleh sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Tahapan pengolahan data pada penelitian ini meliputi:

1. Koreksi (Editing)

Melakukan pemeriksaan kuesioner yang sudah diisi, apakah tanggapan survei

lengkap, relevan, jelas, dan konsisten.

2. Pengkodean (Coding)

29
Coding bertujuan untuk memudahkan analisis data dan mempercepat

penginputan data. Pada penelitian ini akan dilakukan pengkodean untuk

mengubah data dalam format karakter dari data yang sudah ada menjadi data

dalam format angka/numerik.

3. Pemrosesan (Processing)

Pemrosesan dilakukan ketika semua data telah dimasukkan dan dikoding

dengan lengkap dan benar. Tahap ini digunakan untuk memungkinkan data

dianalisis, diproses dengan mengisi program komputer.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Pembersihan data bertujuan untuk mengidentifikasi dan mencegah jumlah

data yang tidak perlu (data sampah). Pada tahap ini, data yang dimasukkan

diperiksa lagi untuk menentukan apakah ada kesalahan yang terdeteksi. Saat

memasukkan data ke dalam komputer, kesalahan dapat terjadi jika, misalnya,

ada beberapa variabel dalam nilai total suatu pertanyaan.

5. Penyusunan Data (Tabulating)

Organisasi data dilakukan agar dapat dengan mudah diedit, diatur, diringkas,

disajikan, dan dianalisis. Setelah semua data yang diperlukan dikumpulkan,

selanjutnya dievaluasi, disajikan dan dianalisis.

J. Tahap Analisis Data

Tahapan analisis data meliputi:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan deskripsi karakteristik responden, preeklampsia,

riwayat preeklampsia sebelumnya, usia ibu hamil, ibu hamil yang mempunyai

riwayat penyakit hipertensi, dan ibu hamil yang mengalami kegemukan atau

30
obesitas sebelum hamil, yang dilakukan dengan menyajikan data dan distribusi

frekuensi (jumlah dan persentase) dari setiap variabel yang diteliti disajikan

dalam format tabel, untuk menentukan proporsi setiap variabel tersebut.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk pengujian statistik terhadap semua

variabel penelitian yaitu antara variabel independen dan dependen. Analisis

bivariat dalam penelitian ini yakni antara riwayat preeklampsia sebelumnya

dengan preeklampsia, usia ibu hamil dengan preeklampsia, ibu hamil yang

mempunyai riwayat penyakit hipertensi dengan preeklampsia, dan ibu hamil

yang mengalami kegemukan atau obesitas sebelum hamil dengan

preeklampsia. Analisis yang digunakan untuk menguji antara variabel

independen dengan dependen pada penelitian ini yakni :

a. Hubungan antara riwayat preeklampsia sebelumnya (nominal) dengan

preeklampsia (ordinal) menggunakan uji : chi square (kai kuadrat)

b. Hubungan antara usia ibu (nominal) dengan preeklampsia (ordinal)

menggunakan uji : chi square (kai kuadrat)

c. Hubungan antara riwayat penyakit hipertensi (nominal) dengan

preeklampsia (ordinal) menggunakan uji : chi square (kai kuadrat)

d. Hubungan antara riwayat kegemukan/obesitas sebelum hamil (ordinal)

dengan preeklampsia (ordinal) menggunakan uji : chi square (kai kuadrat)

Penentuan adanya nilai kemaknaan menggunakan nilai alfa 0,05 atau tingkat

kepercayaan (CI) 95 %, artinya dikatakan terdapat hubungan yang bermakna

antara variabel independen dan dependen jika nilai p (p value) kurang dari alfa

31
0,05 pada hasil uji statistik. Pengolahan data menggunakan aplikasi secara

komputerisasi dan data disajikan dalam bentuk tabel.

3. Analisis Multivariat

Kesimpulan akhir suatu penelitian dapat dilakukan perhitungan analisis

multivariat. Pada studi ini akan digunakan analisis regresi logistik, karena

variabel terikat (preeklampsia) berupa variabel kategorik. Syarat uji yaitu

memilih dan memilah variabel yang akan dianalisis multivariat, variabel yang

dimasukan yakni variabel dengan nilai p < 0,25 pada analisis bivariat (Dahlan,

2016). Hastono (2016) menyatakan bahwa variabel independen yang memiliki

nilai p >0,25 pada hasil bivariatnya dan secara substansi penting, maka variabel

tersebut dapat dimasukkan dalam pemodelan multivariat (Hastono, 2016). Pada

analisis terakhir dikatakan signifikan apabila nilai p < 0,05. Pengolahan data

menggunakan aplikasi komputer SPSS (Statistical Program for Social Science)

dan disajikan dalam bentuk tabel.

32
BAB 5. HASIL PRAKTEK LAPANGAN

33
A. Gambaran umum lokasi praktek lapangan

Tabel 1. Hasil Analisis Hubungan Usia Ibu dengan Preeklampsia


di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Preeklampsia
Total Sig.
Ringan Berat
Usia ibu Tidak berisiko n 9 14 23 0,017
% 26.5% 41.2% 67.6%
Berisiko n 0 11 11
% 0.0% 32.4% 32.4%

34
n 9 25 34
Total
% 26.5% 73.5% 100.0%
………………………..

Tabel 2. Hasil Analisis Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Preeklampsia


di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Preeklampsia
Total Sig.
Ringan Berat
Tidak n 8 8 16
Riwayat % 23.5% 0,017 47.1%
Hipertensi Ya n 1 17 18
0,006
% 2.9% 50.0% 52.9%
Total n n 25 34
% % 73.5% 100.0%
…………………

35
DAFTAR PUSTAKA

Aidah, S., Suesti, & Sulistyaningsinh. (2013). Faktor-Faktor Resiko yang


Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2010-2012.
http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprint/1423
Amaral, L. M., Wallace, K., Owens, M., & LaMarca, B. (2017). Pathophysiology
and Current Clinical Management of Preeclampsia. In Current Hypertension
Reports (Vol. 19, Issue 8). https://doi.org/10.1007/s11906-017-0757-7
Arwan, B., & Sriyanti, R. (2020). Relationship between Gravida Status , Age ,
BMI ( Body Mass Index ) and Preeclampsia. In Andalas Obstetric And
Gynecology Journal (Vol. 4, Issue 1, pp. 13–21).
Bartsch, E., Medcalf, K. E., Park, A. L., & Ray, J. G. (2016). Clinical risk factors
for pre-eclampsia determined in early pregnancy: systematic review and
meta-analysis of large cohort studies. BMJ, 2016;353:i1753.
https://doi.org/10.1136/bmj.i1753
Burton, G. J., Redman, C. W., Roberts, J. M., & Moffett, A. (2019). Pre-
eclampsia: pathophysiology and clinical implications. The BMJ, 366, 1–15.
https://doi.org/10.1136/bmj.l2381
Cunningham, F. G., Gants, N. F., L., K. J., Gilstrap, L. C., Hault, J. C., &, &
Wenstrom, K. D. (2012). Williams Obstetrics. McGraw-Hill.
Dahlan, M. S. (2016). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba
Medika.
Demissie, M., Molla, G., Tayachew, A., & Getachew, F. (2022). Risk factors of
preeclampsia among pregnant women admitted at labor ward of public
hospitals, low income country of Ethiopia; case control study. Pregnancy
Hypertension, 27(March), 36–41.
https://doi.org/10.1016/j.preghy.2021.12.002

36
Depkes. (2003). Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan masyarakat. Departemen Kesehatan R. I.
Ganot, S., Iswari, W. A., Pardede, T. U., Darus, F., Puspitasari, B., Santana, S.,
Abidin, F., & Endjun, J. J. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia
Berat Tidak Tergantung Proteinuria. Cdk-255, 44(8), 576–579.
http://www.kalbemed.com/Portals/6/23_255Praktis-Diagnosis dan
Tatalaksana Preeklampsia Berat Tidak Tergantung Proteinuria.pdf
Gravida & Para Overview & Examples | What are Gravida & Parity? - Video &
Lesson Transcript | Study.com. (n.d.). Retrieved September 2, 2022, from
https://study.com/learn/lesson/gravida-para-overview-examples-parity.html

Grum, T., Seifu, A., Abay, M., Angesom, T., & Tsegay, L. (2017). Determinants
of pre-eclampsia/Eclampsia among women attending delivery Services in
Selected Public Hospitals of Addis Ababa, Ethiopia: A case control study. In
BMC Pregnancy and Childbirth (Vol. 17, Issue 1).
https://doi.org/10.1186/s12884-017-1507-1
Hasil Pencarian - KBBI Daring. (n.d.). Retrieved September 2, 2022, from
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Riwayat
Hastono, S. P. (2016). Analisa Data Pada Bidang Kesehatan. PT Raja Grafindo
Perkasa.
Imron, R. (2014). No TitFAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMSIA PADA IBU
BERSALINle. Jurnal Keperawatan, X(1), 154–160.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/332/305
Krejcie & Morgan 1970. Determining sample size for research activities.
Educational and - StuDocu. (n.d.). Retrieved September 7, 2022, from
https://www.studocu.com/id/document/politeknik-balik-pulau/educator/
krejcie-morgan-1970-determining-sample-size-for-research-activities-
educational-and-psychological-measurement-30-607-610/21030831
Kurniawati, D., Septiyono, E. A., & Sari, R. (2020). Preeklampsia dan
Perawatannya.
Lisonkova, S., Bone, J. N., Muraca, G. M., Razaz, N., Wang, L. Q., Sabr, Y.,
Boutin, A., Mayer, C., & Joseph, K. S. (2021). Incidence and risk factors for
severe preeclampsia, hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count syndrome, and eclampsia at preterm and term gestation: a population-
based study. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 225(5),
538.e1-538.e19. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2021.04.261
Lopez-Jaramillo, P., Barajas, J., Rueda-Quijano, S. M., Lopez-Lopez, C., & Felix,
C. (2018). Obesity and Preeclampsia: Common Pathophysiological

37
Mechanisms. Frontiers in Physiology, 9(December), 1–10.
https://doi.org/10.3389/fphys.2018.01838
Malik, A., Jee, B., & Gupta, S. K. (2019). Preeclampsia: Disease biology and
burden, its management strategies with reference to India. Pregnancy
Hypertension, 15(January), 23–31.
https://doi.org/10.1016/j.preghy.2018.10.011
Muzalfah, R., Santik, Y. D. P., & Wahyuningsih, A. S. (2018). Kejadian
Preeklampsia pada Ibu Bersalin. Higeia Journal Of Public Health Research
Development, 2(3), 1–12.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/21390/11738

Myrtha, R. (2015). Penatalaksanaan Tekanan Darah pada Preeklampsia. Cermin


Dunia Kedokteran, 42(4), 262–266.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/1020/741
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Nursal, D. G. A., Tamela, P., & Fitrayeni, F. (2015). Faktor Risiko Kejadian
Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Rsup Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(1), 38.
https://doi.org/10.24893/jkma.10.1.38-44.2015
Phipps, E., Prasanna, D., Brima, W., & Jim, B. (2016). Preeclampsia: Updates in
pathogenesis, definitions, and guidelines. Clinical Journal of the American
Society of Nephrology, 11(6), 1102–1113.
https://doi.org/10.2215/CJN.12081115
POGI. (2016). PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 1–48.
Quan, L. M., Xu, Q. L., Zhang, G. Q., Wu, L. L., & Xu, H. (2018). An analysis of
the risk factors of preeclampsia and prediction based on combined
biochemical indexes. In Kaohsiung Journal of Medical Sciences (Vol. 34,
Issue 2, pp. 109–112). https://doi.org/10.1016/j.kjms.2017.10.001
Rana, S., Lemoine, E., Granger, J., & Karumanchi, S. A. (2019). Preeclampsia:
Pathophysiology, Challenges, and Perspectives. Circulation Research,
124(7), 1094–1112. https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.118.313276
RSUP. (2015). Profil RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
Saraswati, N., & Mardiana, M. (2016). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil (Studi Kasus Di Rsud Kabupaten
Brebes Tahun 2014). Unnes Journal of Public Health, 5(2), 90.
https://doi.org/10.15294/ujph.v5i2.10106
Setyawati, A., Widiasih, R., & Ermiati, E. (2018). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Di Indonesia. Jurnal Perawat
Indonesia, 2(1), 32. https://doi.org/10.32584/jpi.v2i1.38

38
Spradley, F. T., Palei, A. C., & Granger, J. P. (2015). Increased risk for the
development of preeclampsia in obese pregnancies: Weighing in on the
mechanisms. American Journal of Physiology - Regulatory Integrative and
Comparative Physiology, 309(11), R1326–R1343.
https://doi.org/10.1152/ajpregu.00178.2015
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alphabet.
Thamaria, N. (2017). Bahan Ajar Gizi: Penilaian Status Gizi. In Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/
PENILAIAN-STATUS-GIZI-FINAL-SC.pdf

Umar, M. Y., & Wardani, P. K. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Pre-Eklampsia pada Perempuan Bersalin. Jurnal Aisyah : Jurnal
Ilmu Kesehatan, 2(1), 45–50. https://doi.org/10.30604/jika.v2i1.31
Wright, D., Syngelaki, A., Akolekar, R., Poon, L. C., & Nicolaides, K. H. (2015).
Competing risks model in screening for preeclampsia by maternal
characteristics and medical history. American Journal of Obstetrics and
Gynecology, 213(1), 62.e1-62.e10.
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2015.02.018
Young, O. M., Twedt, R., & Catov, J. M. (2016). Pre-Pregnancy Maternal Obesity
and the Risk of Preterm Preeclampsia in the American Primigravida. Obesity,
24, 1226–1229. https://doi.org/10.1002/oby.21412

Lampiran :
Crosstab
Jnspreekl
Ringan Berat Total
Usiaibu Tidak berisiko Count 9 14 23
Expected Count 6.1 16.9 23.0

39
% of Total 26.5% 41.2% 67.6%
Berisiko Count 0 11 11
Expected Count 2.9 8.1 11.0
% of Total 0.0% 32.4% 32.4%
Total Count 9 25 34
Expected Count 9.0 25.0 34.0
% of Total 26.5% 73.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.854a 1 .016
Continuity 4.016 1 .045
Correctionb
Likelihood Ratio 8.510 1 .004
Fisher's Exact Test .017 .016
N of Valid Cases 34
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2.91.
b. Computed only for a 2x2 table

40
Crosstab
Jnspreekl
Ringan Berat Total
Rwthpt Tidak ada Count 8 8 16
Expected 4.2 11.8 16.0
Count
% of Total 23.5% 23.5% 47.1%
Ada Count 1 17 18
Expected 4.8 13.2 18.0
Count
% of Total 2.9% 50.0% 52.9%
Total Count 9 25 34
Expected 9.0 25.0 34.0
Count
% of Total 26.5% 73.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.597a 1 .003
Continuity 6.465 1 .011
Correctionb
Likelihood Ratio 9.394 1 .002
Fisher's Exact Test .006 .005
N of Valid Cases 34
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4.24.
b. Computed only for a 2x2 table

41
42

Anda mungkin juga menyukai