Anda di halaman 1dari 28

ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

KEGAWATDARURATAN MEDIK
Dosen Pengampuh:
Prof. Dr. dr. Starry Rampengan, MARS, Sp.JP (K)

KELOMPOK 10
1. Grace Natalia Ruung 212021110055
2. Anggreani Sintia Dalema 212021110049
 Menurut Dinkes Provinsi Sumbar, 2009 kegawatdaruratan adalah suatu
keadaan yang menimpa seseorang yang dapat menimbulkan ancaman
jiwa, dalam arti perlu pertolongan tepat, cermat dan cepat. Bila tidak
segera mendapatkan pertolongan maka seseorang tersebut dapat
meninggal atau menderita kecacatan. Kegawatdaruratan ini sendiri
dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja baik pada
keadaan sehari-hari maupun pada keadaan musibah massal dan bencana

 Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan


(Permenkes) Nomor 19 tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang bertujuan meningkatkan akses
dan mutu pelayanan kegawatdaruratan dan mempercepat waktu
penanganan (respon time) korban/ pasien gawat darurat serta
menurunkan angka kematian dan kecacatan.
Di Indonesia SPGDT atau yang di negara lain disebut EMS (Emergency Medical
Services) belum menunjukkan hasil maksimal, sehingga banyak dikeluhkan oleh
masyarakat ketika mereka membutuhkan pelayanan kesehatan Meskipun di
negara kita hampir di setiap kota terdapat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dari
semua tipe rumah sakit baik pemerintah maupun swasta, pelayanan ambulans
berbagai jenis dan berbagai fasilitas kesehatan lainnya, namun keterpaduan
dalam melayani penderita gawat darurat belum sistematis, kurangnya komunikasi
baik antar fasilitas kesehatan dan antar tenaga kesehatan sendiri apalagi dengan
masyarakat pengguna, sehingga terkesan berjalan sendiri-sendiri.
KEGAWATDARURATAN MEDIK
Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu
mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan
ancaman nyawa korban. Jadi, gawat darurat adalah keadaan yang
mengancam nyawa yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari
kecacatan bahkan kematian korban

Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan


tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut (Pasal 1 ayat (2) UU No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah sakit).

Gawat Darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan


medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
(Permenkes RI No. 47 tahun 2018
American Hospital Association (AHA) membagi kondisi kegawatdaruratan
medik:

1 Kondisi dianggap Emergensi

Setiap kondisi yang menurut pendapat pasien, keluarganya atau


orang-orang yang membawa pasien ke rumah sakit memerlukan
perhatian medik segera. kondisi ini berlangsung sampai dokter
memeriksanya dan menemukan keadaan yang sebaliknya,
pasien tidak dalam keadaan terancam jiwanya
2 Kondisi Emergensi Sebenarnya
Setiap kondisi yang secara klinik memerlukan penanganan
medik segera kondisi ini baru dapat ditentukan setelah pasien
diperiksa oleh dokter
Rumusan ini dibuat oleh American Hospital Association (AHA) karena
memperimbangkan penilaian yang dibuat oleh masyarakat. Meskipun penilaian
tersebut memiliki angka kesalahan yang tinggi namun terkadang penilaian
tersebut benar

Dari ketidakjelasan makna kegawatdaruratan medik tersebut permasalahan


pertama yang perlu dikemukakan adalah yang menyangkut batasan atau
definisi dari kegawatdaruratan medik tu sendiri

permasalahan kedua yakni tentang kewajiban dokter dalam menghadapi


kasus dengan kegawatdaruratan medik, baik di tempat kejadian, tempat
praktek dokter atau di emergency room maka seorang dokter haruslah dapat
melakukan kewajibannya dalam melakukan pertolongan yang sekiranya
mendesak dimanapun ia berada.
Gawat darurat medis adalah suatu kondisi yang dalam pandangan penderita,
keluarga atau siapa pun yang bertanggung jawab dalam membawa penderita ke
rumah sakit, memerlukan pelayanan medis segera. Adapun penderita gawat
darurat memerlukan pelayanan yang diantaranya

Cepat Tepat Bermutu Terjangkau

Sebagaimana pada tingkat pasien gawat darurat tersebut dapat dikelompokkan


menjadi beberapa tingkat gawat darurat, yaitu:
Kelompok dengan
Kelompok Kelompok cedera sangat berat
dengan dengan cedera atau parah
cedera ringan sedang atau berat
Prinsip dasar penanganan gawat darurat.

Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama (diagnosis)


dan tindakan pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang
(tidak panik), walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarannya
mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, tepat dan
terarah

1 Menghormati pasien

2 Kelembutan

3 Komunikatif

4 Hak Pasien

4 Dukungan Keluarga
Prinsip umum penanganan kasus gawat darurat

Stabilisasi pasien

Terapi cairan

Resusitasi jantung paru (RJP)

Tujuan pelayanan gawat darurat


Kondisi gawat darurat dapat terjadi dimana saja, baik pre hospital maupun in
hospital ataupun post hospital, oleh karena itu tujuan dari pertolongan gawat
darurat ada tiga yaitu

Lanjutan
Pre Hospital
Rentang kondisi gawat darurat pada pre hospital dapat dilakukan orang awam
khusus ataupun petugas Kesehatan.

In Hospital
Kondisi gawat darurat in hospital dilakukan tindakan menolong korban
oleh petugas kesehatan

Post Hospital
Kondisi gawat darurat post hospital hampir semua pihak menyatakan sudah
tidak ada lagi kondisi gawat darurat padahal kondisi gawat darurat ada yang
terjadi setelah diberikan pelayanan di rumah sakit
Tujuan penanggulangan gawat darurat

 Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup
dan berfungsi kembali dalam masyarakat.
 Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
 Penanggulangan korban bencana

Penolong harus mengetahui penyebab kematian agar dapat mencegah kematian.


Berikut ini penyebab kematian:

a. Mati dalam waktu singkat (4-6 menit)


- Kegagalan sistem otak
- Kegagalan sistem pernapasan
- Kegagalan sistem kardiovaskuler
b. Mati dalam waktu lebih lama (perlahan-perlahan)
- Kegagalan sistem hati
- Kegagalan sistem ginjal (perkemihan)
- Kegagalan sistem pancreas
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU

SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) merupakan


sistem yang didesign berdasar sistem kesehatan nasional untuk memberi
pertolongan yang cepat, tepat, cermat pada penderita gawat darurat untuk
mencegah kematian dan kecacatan

Jenis-jenis SPGDT

SPGDT-S (Sehari-Hari)

SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang


saling terkait yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit, di Rumah
Sakit, antar Rumah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem yang
bertujuan agar korban/pasien tetap hidup
SPGDT-B (Bencana)

SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan
Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai
khususnya pada terjadinya korban massal yang memerlukan peningkatan
(eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari dan bertujuan umum untuk
menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.
Pengembangan SPGDT

Semua jajaran Kesehatan

Jajaran non Kesehatan

Koordinasi

Organisasi Penanggulangan Bencana


Tingkat Nasional Satgas Kesehatan

Tingkat Propinsi Satgas Pekerjaan Umum


Tingkat Kabupaten Satgas Keamanan dan ketertiban Masyarakat
Satgas Sosial
Alur Penanggulangan Bencana
Dalam hal ini rumah sakit harus sanggup memberi pelayanan secara cepat,
tepat, cermat, nyaman, dan terjangkau untuk mencegah kematian dan
kecacatan
Berikut ini label triage dan keterangan tindakan yang harus dilakukan:

Segera Ditanggulangi terlebih dahulu


Boleh Ditangguhkan
Boleh ditunda & Rawat Jalan
Boleh Diabaikan & Ditinggalkan
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

 BHD adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan nafas, membantu


pernafasan, dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat
bantu (Jurisa, 2014)

 BHD merupakan usaha sederhana untuk mengatasi keadaan yang mengancam


nyawa seseorang sehingga dapat mempertahankan hidupnya untuk sementara
(Lumangkun, dkk (2014)
Tujuan BHD
Menurut Sartono, dkk (2014) tujuan dilakukan BHD, yaitu:

 Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinaya pernafasan


 Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari
pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi
jantung paru

Indikasi
Menurut Sartono, dkk (2014) indikasi pemberian BHD, yaitu :
 Henti nafas

 Henti Jantung
Langka-langka BHD
Ada beberapa langkah dalam pemberian BHD pada korban adalah sebagai
berikut (AHA, 2015):

Analisa situasi Pastikan Cek respon Kesadaran korban dapat


keamanan penolong, diperiksa dengan memberikan
lingkungan, dan korban rangsangan verbal dan nyeri

Meminta Bantuan (Shout for help)

Circulation

Recovery Breathing
position support Airway control
Recovery
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN MEDIK DI RUMAH SAKIT

Penanganan kegawatdaruratan medik di rumah sakit merupakan suatu ruang


lingkup kewajiban dalam keprofesiannya. Sebagaimana kewajiban ini telah termuat
dalam ketentuan UU Rumah Sakit dalam Pasal 29 ayat (1) huruf c, menjelaskan
bahwa, “ setiap rumah sakit mempunyai kewajiban, memberikan pelayanan gawat
darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya”

Selanjutnya dalam Pasal 29 ayat (1) huruf f UU Rumah Sakit, menyebutkan bahwa,
“setiap rumah sakit mempunyai kewajiban, melaksanakan fungsi sosial antara lain
dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan
gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan”
Berdasarkan ketentuan hukum tersebut di atas, rumah sakit ini juga
merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi penderita gawat
darurat. Oleh karena itu, fasilitas rumah sakit khususnya instalasi gawat
darurat harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga dapat menanggulangi
gawat darurat.

Dalam ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf (f)UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan bahwa terhadap pelayanan gawat darurat tanpa uang muka. Dalam
hal tersebut, dapatlah ditinjau pula padaketentuan Pasal 32 ayat (1) UU No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, menjelaskan bahwa, dalam keadaan darurat
fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta wajib
memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
Selanjutnya dalam Pasal 32 ayat (2) UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan disebutkan bahwa, dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau
meminta uang muka. Berdasarkan ketentuan tersebutlah, sehingga terhadap
penanganan kegawatdaruratan medik yang terdapat di fasilitas kesehatan
adalah wajib untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tidak boleh
menolak memberikan pelayanan kesehatan maupun meminta uang.
Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

 Sebagaimana tertuang dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, menjelaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat
 Dalam rangka pelaksanaan fungsi dan perannya maka Rumah Sakit
diklasifikasikan dalam berbagai jenis dan klasifikasi, berdasarkan bentuk-
bentuk pelayanan, macam atau jenis pelayanan, kepemilikannya, lamanya watu
pelayanan, tujuan atau misinya, berdasarkan kedudukan hukumnya, dan lain
sebagainya
 Berdasarkan jenis penyakit atau masalah kesehatan penderita
 Rumah Sakit dapat dikelompokkan berdasarkan pada kepemilikannya
 Klasifikasi Rumah Sakit umum berdasarkan fungsi rujukan
PENANGANAN PASIEN DI UGD

Kondisi yang Harus Segera Ditangani di UGD


 Serangan jantung dan henti jantung
Serangan jantung merupakan kondisi di mana salah satu pembuluh darah
jantung mengalami penyumbatan. Serangan jantung terkadang
menunjukkan gejala seperti sesak napas tiba-tiba, nyeri dada, dada terasa
seperti ditekan, dan terasa penuh

 Cedera fisik akibat kecelakaan
Kecelakaan yang menyebabkan banyak luka atau cedera fisik juga
merupakan kondisi yang diutamakan oleh UGD

 Kesulitan bernapas
Semua kondisi yang menyebabkan kesulitan bernapas, sesak
napas, atau gagal napas sehingga tubuh kekurangan oksigen,
termasuk dalam kategori kondisi yang memerlukan penanganan
 Stroke
Salah satu kondisi gawat darurat yang perlu secepatnya ditangani di UGD
adalah stroke
Gejalanya berupa kesulitan berbicara atau berjalan
kelemahan atau lumpuh pada anggota gerak tubuh, gangguan
penglihatan, sakit kepala, dan penurunan kesadaran.

 Keracunan
Keracunan merupakan kondisi yang juga memerlukan
penanganan UGD segera.
Triase
Rumah sakit harus dapat melaksanakan pelayanan triase, survei primer, survei
sekunder, tatalaksana definitif dan rujukan. Apabila diperlukan evakuasi, rumah
sakit yang menjadi bagian dari SPGDT dapat melaksanakan evakuasi tersebut.
Setiap rumah sakit harus memiliki standar triase yang ditetapkan oleh
kepala/direktur rumah sakit (Permenkes RI No. 47 tahun 2018)

 Triase merupakan proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya


cedera atau penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi
kegawatdaruratan.
 Triase tidak disertai tindakan/intervensi medis

 Prinsip triase diberlakukan sistem prioritas yaitu penentuan/penyeleksian


mana yang harus di dahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada
tingkat ancaman jiwa yang timbul (Permenkes RI No. 47 tahun 2018)
Prosedur Triase (Permenkes RI No. 47 tahun 2018)

 Pasien datang diterima tenaga kesehatan di IGD rumah sakit

 Di ruang triase dilakukan pemeriksaan singkat dan cepat untuk menentukan


derajat kegawatdaruratannya oleh tenaga kesehatan

 Namun bila jumlah pasien lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di
luar ruang triase (di depan gedung IGD rumah sakit)

 Pasien dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan memberi kode warna


KESIMPULAN

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu


mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan
ancaman nyawa korban. Jadi, gawat darurat adalah keadaan yang mengancam
nyawa yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan
bahkan kematian korban (Hutabarat & Putra, 2016).
Gawat darurat medis adalah suatu kondisi yang dalam pandangan
penderita, keluarga atau siapa pun yang bertanggung jawab dalam membawa
penderita ke rumah sakit, memerlukan pelayanan medis segera. Adapun
penderita gawat darurat memerlukan pelayanan yang diantaranya Cepat,
Tepat, Bermutu dan Terjangkau.

Anda mungkin juga menyukai