KEGAWATDARURATAN MEDIK
Dosen Pengampuh:
Prof. Dr. dr. Starry Rampengan, MARS, Sp.JP (K)
KELOMPOK 10
1. Grace Natalia Ruung 212021110055
2. Anggreani Sintia Dalema 212021110049
Menurut Dinkes Provinsi Sumbar, 2009 kegawatdaruratan adalah suatu
keadaan yang menimpa seseorang yang dapat menimbulkan ancaman
jiwa, dalam arti perlu pertolongan tepat, cermat dan cepat. Bila tidak
segera mendapatkan pertolongan maka seseorang tersebut dapat
meninggal atau menderita kecacatan. Kegawatdaruratan ini sendiri
dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja baik pada
keadaan sehari-hari maupun pada keadaan musibah massal dan bencana
1 Menghormati pasien
2 Kelembutan
3 Komunikatif
4 Hak Pasien
4 Dukungan Keluarga
Prinsip umum penanganan kasus gawat darurat
Stabilisasi pasien
Terapi cairan
Lanjutan
Pre Hospital
Rentang kondisi gawat darurat pada pre hospital dapat dilakukan orang awam
khusus ataupun petugas Kesehatan.
In Hospital
Kondisi gawat darurat in hospital dilakukan tindakan menolong korban
oleh petugas kesehatan
Post Hospital
Kondisi gawat darurat post hospital hampir semua pihak menyatakan sudah
tidak ada lagi kondisi gawat darurat padahal kondisi gawat darurat ada yang
terjadi setelah diberikan pelayanan di rumah sakit
Tujuan penanggulangan gawat darurat
Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup
dan berfungsi kembali dalam masyarakat.
Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
Penanggulangan korban bencana
Jenis-jenis SPGDT
SPGDT-S (Sehari-Hari)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan
Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai
khususnya pada terjadinya korban massal yang memerlukan peningkatan
(eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari dan bertujuan umum untuk
menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.
Pengembangan SPGDT
Koordinasi
Indikasi
Menurut Sartono, dkk (2014) indikasi pemberian BHD, yaitu :
Henti nafas
Henti Jantung
Langka-langka BHD
Ada beberapa langkah dalam pemberian BHD pada korban adalah sebagai
berikut (AHA, 2015):
Circulation
Recovery Breathing
position support Airway control
Recovery
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN MEDIK DI RUMAH SAKIT
Selanjutnya dalam Pasal 29 ayat (1) huruf f UU Rumah Sakit, menyebutkan bahwa,
“setiap rumah sakit mempunyai kewajiban, melaksanakan fungsi sosial antara lain
dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan
gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan”
Berdasarkan ketentuan hukum tersebut di atas, rumah sakit ini juga
merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi penderita gawat
darurat. Oleh karena itu, fasilitas rumah sakit khususnya instalasi gawat
darurat harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga dapat menanggulangi
gawat darurat.
Dalam ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf (f)UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan bahwa terhadap pelayanan gawat darurat tanpa uang muka. Dalam
hal tersebut, dapatlah ditinjau pula padaketentuan Pasal 32 ayat (1) UU No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, menjelaskan bahwa, dalam keadaan darurat
fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta wajib
memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
Selanjutnya dalam Pasal 32 ayat (2) UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan disebutkan bahwa, dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau
meminta uang muka. Berdasarkan ketentuan tersebutlah, sehingga terhadap
penanganan kegawatdaruratan medik yang terdapat di fasilitas kesehatan
adalah wajib untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tidak boleh
menolak memberikan pelayanan kesehatan maupun meminta uang.
Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
Sebagaimana tertuang dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, menjelaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat
Dalam rangka pelaksanaan fungsi dan perannya maka Rumah Sakit
diklasifikasikan dalam berbagai jenis dan klasifikasi, berdasarkan bentuk-
bentuk pelayanan, macam atau jenis pelayanan, kepemilikannya, lamanya watu
pelayanan, tujuan atau misinya, berdasarkan kedudukan hukumnya, dan lain
sebagainya
Berdasarkan jenis penyakit atau masalah kesehatan penderita
Rumah Sakit dapat dikelompokkan berdasarkan pada kepemilikannya
Klasifikasi Rumah Sakit umum berdasarkan fungsi rujukan
PENANGANAN PASIEN DI UGD
Cedera fisik akibat kecelakaan
Kecelakaan yang menyebabkan banyak luka atau cedera fisik juga
merupakan kondisi yang diutamakan oleh UGD
Kesulitan bernapas
Semua kondisi yang menyebabkan kesulitan bernapas, sesak
napas, atau gagal napas sehingga tubuh kekurangan oksigen,
termasuk dalam kategori kondisi yang memerlukan penanganan
Stroke
Salah satu kondisi gawat darurat yang perlu secepatnya ditangani di UGD
adalah stroke
Gejalanya berupa kesulitan berbicara atau berjalan
kelemahan atau lumpuh pada anggota gerak tubuh, gangguan
penglihatan, sakit kepala, dan penurunan kesadaran.
Keracunan
Keracunan merupakan kondisi yang juga memerlukan
penanganan UGD segera.
Triase
Rumah sakit harus dapat melaksanakan pelayanan triase, survei primer, survei
sekunder, tatalaksana definitif dan rujukan. Apabila diperlukan evakuasi, rumah
sakit yang menjadi bagian dari SPGDT dapat melaksanakan evakuasi tersebut.
Setiap rumah sakit harus memiliki standar triase yang ditetapkan oleh
kepala/direktur rumah sakit (Permenkes RI No. 47 tahun 2018)
Namun bila jumlah pasien lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di
luar ruang triase (di depan gedung IGD rumah sakit)