Anda di halaman 1dari 16

Nur Aliyatul Fitriz

1306050
Bidan B
1.

Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan ?


Suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (airway: jalan nafas, breathing: pernapasan,
circulation: sirkulasi), jika tidak ditolong segera dapat
meninggal/ cacat.
Wijaya, S.2010. konsep Dasar Keperawatan Gawat

2.

Darurat. Denpasar: PSIK FK Unud


Apa perbedaan antara gawat dan darurat ?
GAWAT
Dalam dunia medis suatu keadaan disebut gawat apabila
sifatnya mengancam nyawa namun tidak memerlukan
penanganan yang segera. Biasanya keadaan gawat dijumpai
pada penyakit-penyakit yang sifatnya kronis.

DARURAT
Suatu keasaan disebut darurat apabila sifatnya
memerlukan penanganan yang segera. Meskipun keadaan
darurat tidak selalu mengancam nyawa, namn penanganan
yang lambat bisa berdampak pada terancamnya nyawa
seseorang. Biasanya keadaan darurat dapat dijumpai pada
penyakit-penyakit yang bersifat akut
Wijaya, S.2010. konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat .
Denpasar: PSIK FK Unud
3.

Apa tanda tanda kegawatdaruratan ?

Terganggunya jalan nafas, antara lain sumbatan jalan nafas oleh


benda asing, asma berat, spasme laryngeal, trauma muka yang
mengganggu jalan nafas dan lain-lain
Terganggunya fungsi pernafasan, antara lain trauma thorak
(tension pneumotorak, masif hematotorak, emfisema, fraktur
flail chest, fraktur iga), paralisis otot pernafasan karena obat
atau penyakit dan lain-lain
Terganggunya fungsi sirkulasi antara lain syok (hipovolumik,
kardiogenik, anafilaksis, sepsis, neurogenik), tamponade jantung
dan lain-lain
Terganggunya fungsi otak dan kesadaran antara lain stroke
dengan penurunan kesadaran, trauma capitis dengan penurunan
kesadaran, koma diabetika, koma uremikum, koma hepatikum,
infeksi otak, kejang dan lain-lain
Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat :
Jakarta : EGC
4.

Bagaimana penanganan awal kegawatdaruratan ?


Ada lima langkah penting yang perlu diperhatikan dalam
penanganan pertama kondisi gawat darurat ?

1 .Ambil napas panjang


Bernapas ini tujuannya mengambil oksigen untuk otak agar bisa
berpikir dengan baik. Ambillah napas yang panjang dan dalam. Ini
dilakukan beberapa kali sampai dirasa bahwa Anda bisa
menangani hal itu. Jika masih tidak bisa, panggil bantuan.
2 .Melakukan dengan benar dan cepat
Berpikir dan menentukan apa yang bisa dilakukan serta efeknya,
lalu lakukanlah yang dirasa tepat. Time is running, be fast.
Terlalu banyak berpikir bisa mengurangi tingkat kesembuhan

pasien. Namun, jika bertindak terlalu cepat pun (tanpa


memikirkan akibatnya) bisa menambah penderitaan pasien. Jadi,
sebelum melakukan tindakan, pastikan bahwa manfaatnya lebih
besar daripada dampaknya.
3. Telepon ambulans
118, tiga digit angka penyelamat yang bisa dipencet jika bingung
harus melakukan apa. Nomor 118 ini akan tersambung ke bagian
Emergency Service setiap daerah. Nanti dari kantor tersebut
yang menghubungkan ke ambulans/rumah sakit terdekat untuk
menolong dan menjemput pasien.
Jika Anda adalah penolong seorang diri, telepon ambulans
setelah melakukan pertolongan pertama, tetapi jika 2 orang atau
lebih, minta tolong ke orang lain untuk menelepon sembari Anda
memberi pertolongan. Ketika meminta tolong orang lain
memanggilkan ambulans, jangan teriak tanpa arah. Teriaklah pada
satu orang yang spesifik, lebih baik orang yang pertama kali
Anda lihat. Teriakan tanpa arah hanya akan membuat mereka
menganggap bahwa ada orang lain yang akan melakukan panggilan
itu.
4. Recovery position
Saat pasien mengalami penurunan kesadaran, kita harus
memastikan bahwa ia tetap bernapas. Oleh karena itu, hindari
posisi terlentang yang membuat lidah jatuh ke belakang dan
menutup saluran napas. Posisi terlentang juga bisa membuat
cairan mudah masuk ke paru-paru. Kalau Anda menemukan pasien
dengan kondisi gawat darurat, miringkan badannya atau seperti
sedang memeluk guling. Hal ini membantu pernapasan karena
cairan mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga saluran

pernapasan tidak tersumbat. Posisi ini dinamakan recovery


position.
5. Jangan sembarangan memindahkan pasien
Pada pasien karena kecelakaan di jalan, harus dipastikan apakah
ada patah tulang leher. Caranya adalah dengan meraba leher
belakang pasien untuk mencari apakah ada krepitasi, yaitu bunyi
yang khas pada patah tulang seperti krek. Memindahkan pasien
gawat darurat dengan gegabah dapat berakibat fatal, dari
lumpuh sampai meninggal. Jadi, disarankan jika menemukan
pasien kecelakaan di jalan, jangan langsung dipindahkan
badannya, tetapi dicek dulu apakah ada bagian tubuh yang dalam
kondisi rawan atau tidak.
Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat :
`Jakarta : EGC
5.

Mengapa dalam penilaian awal disesuikan dengan aspek


medikolegal ?
Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat
darurat dapat meliputi hubungan hukum dalam pelayanan
gawat darurat dan pembiayaan pelayanan gawat darurat.
Karena secara yuridis keadaan gawat darurat cenderung
menimbulkan privilege tertentu bagi tenaga kesehatan
maka perlu ditegaskan pengertian gawat darurat. Menurut
The American Hospital Association (AHA) pengertian
gawat darurat adalah: Adakalanya pasien untuk
menempatkan dirinya dalam keadaan gawat darurat
walaupun sebenarnya tidak demikian.Sehubungan dengan

hal itu perlu dibedakan antara false emergency dengan


true emergency yang pengertiannya adalah Untuk menilai
dan menentukan tingkat urgensi masalah kesehatan yang
dihadapi pasien diselenggarakanlah triage. Tenaga yang
menangani hal tersebut yang paling ideal adalah dokter,
namun jika tenaga terbatas, di beberapa tempat
dikerjakan oleh perawat melalui standing order yang
disusun rumah sakit. Selain itu perlu pula dibedakan
antara penanganan kasus gawat darurat fase pra-rumah
sakit dengan fase di rumah sakit.4 Pihak yang terkait
pada kedua fase tersebut dapat berbeda, di mana pada
fase pra-rumah sakit selain tenaga kesehatan akan
terlibat pula orang awam, sedangkan pada fase rumah
sakit umumnya yang terlibat adalah tenaga kesehatan,
khususnya tenaga medis dan perawat. Kewenangan dan
tanggungjawab tenaga kesehatan dan orang awam
tersebut telah dibicarakan di atas. Kecepatan dan
ketepatan tindakan pada fase pra-rumah sakit sangat
menentukan survivabilitas pasien.
(Sumber : Kegawat Daruratan Medik Bowsky. 2006)

6.

Apa tujuan penangana kegawatdaruratan ?


Tujuan yang penting dari pertolongan pertama
adalah memberikan perawatan yang akan

menguntungkan pada orang-orang sebagai persiapan


terhadap penanganan lanjut
Mencegah kematian dan cacat (to save life and
climb) pada penderita gawat darurat, hingga dapat
hidup dan berfungsi kembali dalam sebagaimana
mestinya.
Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem
rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih
memadai.
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2007
7.

Apa akibat apabila kondisi gawat darurat tidak segera


ditangani ?

Kecacatan
Kematian dapat terjadi bila seseorang
mengalami kerusakan atau kegagalan dan
salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernapasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pankreas
Kegagalan (kerusakan) sistem/organ
tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma/cedera
2. lnfeksi

3. Keracunan (poisoning)
4. Degenerasi (failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam
jumlah besar (excessive loss of wafer and
electrolit)
7.Dan lain-lain.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat,
kardiovaskuler, pernapasan dan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat (4-6 menit). sedangkan kegagalan
sistem/organ yang lain dapat menyebabkan
kematian dalam waktu yang lebih lama
Sumber : Melamed 2007.
8.

Apa terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami


kegawadaruratan ?
terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami
kegawadaruratan:
a.Mempertahankan jalan napas dan cek tanda-tanda vital.
b.Memberikan rasa nyaman pasien bila mungkin
c.Mempertahankan suhu tubuh
d.Memberikan dukungan mental.
e.Memberikan cairan kecuali kontraindikasi
f.Mengontrol orang yang melihat kejadian
g.Menyimpan rujukan

Sumber : Seri PPGD. Penanggulangan Penderita Gawat


Darurat / General Emergency Life Support (GELS).
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).
Cetakan Ketiga. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan R.I. 2006.
9.

Apa saja penilaian awal dari primery survai ?

Primary

survey

menyediakan

evaluasi

yang

sistematis,

pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat


trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari

Primary

survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera


masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada

primary survey antara lain (Fulde, 2009) :


Airway maintenance dengan cervical spine protection
Breathing dan oxygenation
Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
Disability-pemeriksaan neurologis singkat
Exposure dengan kontrol lingkungan

Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain


(Gilbert., DSouza., & Pletz, 2009) :
a) General Impressions
Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)

b) Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa
responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk
memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang
pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien
terbuka (Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin
memerlukan bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher
harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi
cedera pada kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling
sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak
sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien
antara lain :
Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat
berbicara atau bernafas dengan bebas?
Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien
antara lain:
Adanya snoring atau gurgling
Stridor atau suara napas tidak normal
Agitasi (hipoksia)
Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest

movements
Sianosis

Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian
atas dan potensial penyebab obstruksi :
Muntahan
Perdarahan
Gigi lepas atau hilang
Gigi palsu
Trauma wajah
Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas
pasien terbuka.
Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada
pasien yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas
pasien sesuai indikasi :
Chin lift/jaw thrust
Lakukan suction (jika tersedia)
Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal

Mask Airway
Lakukan intubasi

c) Pengkajian Breathing (Pernafasan)


Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan
jalan nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika
pernafasan pada pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang
harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension

pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan


ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien
antara lain :
Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien.
Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah
ada tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating

injury, flail chest, sucking chest wounds, dan penggunaan


otot bantu pernafasan.
Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling
iga, subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk
diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien
jika perlu.
Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih
lanjut mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
Penilaian kembali status mental pasien.
Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan /
atau oksigenasi:
Pemberian terapi oksigen
Bag-Valve Masker

Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi


penempatan yang benar), jika diindikasikan
Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced

airway procedures
Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya
dan berikan terapi sesuai kebutuhan.

d) Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan. Hipovolemia adalah penyebab syok paling
umum pada trauma. Diagnosis shock didasarkan pada temuan klinis:
hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat, ekstremitas
dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin.
Oleh karena itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan
salah satu alasan yang cukup aman untuk mengasumsikan telah
terjadi

perdarahan

dan

langsung

mengarahkan

tim

untuk

melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab lain yang


mungkin

membutuhkan

perhatian

segera

adalah:

tension

pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac , spinal shock dan


anaphylaxis. Semua perdarahan eksternal yang nyata harus
diidentifikasi melalui paparan pada pasien secara memadai dan
dikelola dengan baik (Wilkinson & Skinner, 2000)..
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi
pasien, antara lain :

Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.


CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk
digunakan.
Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan
pemberian penekanan secara langsung.
Palpasi nadi radial jika diperlukan:
Menentukan ada atau tidaknya
Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)

Regularity
Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau
hipoksia (capillary refill).
Lakukan treatment terhadap hipoperfusi

e) Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities


Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala
AVPU :
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya
mematuhi perintah yang
diberikan
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara
yang tidak bisa
dimengerti
P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai
jika ekstremitas

awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)


U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik
stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.

f) Expose, Examine dan Evaluate


Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada
pasien. Jika pasien diduga memiliki cedera leher atau tulang
belakang, imobilisasi in-line penting untuk dilakukan. Lakukan log

roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang


perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien
adalah

mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal.

Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien


dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika
diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang
mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera
dilakukan:
Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada
pasien
Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam
nyawa pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada
pasien yang berpotensi tidak stabil atau kritis.

Maryuani, Anik & Yulianingsih. (2009). Asuhan kegawatdaruratan.


Jakarta : Trans Info Media Medis.
10.

Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari


penanganan kegawatdaruratan ?
Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.
Kecepatan meminta pertolongan.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
ditempat kejadian, dan pertolongan selanjutnya
secara mantap di puskesmas atau rumah sakit.
(Sumber : Eliastam, Michael. 2004. Penuntun
Kedaruratan Medis. Jakarta: EGC)

11.

Apa yang dimaksud dengan syok ?


Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi
darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme.
Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal ,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

12.

2006.
Apa saja jenis jenis dari syok ?
Jenis-jenis Syok
a. Syok Hemorargik
Syok hemorargik disebabkan perdarahan yang banyak
yang dapat disebabkanoleh perdarahan pada kehamilan
muda, antepartum, atau pasca persalinan.
b. Syok Endotoksik
Suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan
oleh lepasnya toksin.
c. Syok Kardiogenik
Syok yang terjadi karena kontraksi otot jantung yang
tidak efektif, yang disebabkan oleh infark otot jantung
dan kegagalan jantung.

d. Syok Neorogenik
Syok yang terjadi karena rasa sakit yang berat.
e. Syok Anafilaktik
Syok yang terjadi akibat hipersensitif atau alergi obat.
f. Emboli Air Ketuban
Masuknya
cairan
amnion
kedalam
sirkulasi
ibu
menyebabkan kolaps pada ibu saat persalinan.
Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal ,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2006.

Anda mungkin juga menyukai