Anda di halaman 1dari 5

F.

EVALUASI
Setelah kegiatan Pelatihan dilaksanakan, dilanjutkan dengan evaluasi yang terdiri dari 3 poin
sebagai berikut :
1. Struktur
a. Peserta hadir ditempat kegiatan tepat waktu
b. Penyelenggaraan dilakukan ditempat yang telah direncanakan
c. Perorganisasian peyelenggaraan kegiatan satu hari sebelumnya (SAP)
d. Tidak ada peserta kegiatan yang meninggalkan tempat sebelum pelaksanaan
selesai
2. Proses
Peserta antusias terhadap pelaksanaan kegiatan, serta peserta yang terlibat aktif dalam
pelaksanaan
3. Hasil
Hasil yang diharapkan sebagai berikut :
a. Peserta dapat memahami cara pijat jantung sesuai dengan prosedur
b. Peserta dapat menerapkan apabila terjadi kejadian serangan jantung pada
anggota keluarga
G. MATERI PELATIHAN PIJAT JANTUNG (BANTUAN HIDUP DASAR/ BHD)

HENTI JANTUNG
A. Pengertian
Henti jantung adalah keadaan saat fungsi jantung hilang secara tiba-tiba dan mendadak dengan
ditandai dengan terjadinya henti jantung dan henti napas (PUSBANKES 118,2012)
Henti jantung atau cardiac arrest merupakan hilangnya kemampuan jantung untuk memompa
darah secara mendadak sehingga menyebabkan suplai darah yang membawa oksigen ke otak
dan jantung menjadi terhenti dan menggangu fungsi kedua organ ini.
Perlu di garis bawahi bahwa henti jantung ini bias terjadi kapan saja, dimana saja, dan pada
siapa saja tanpa diduga
Penyebab terbanyak terjadinya henti jantung adalah penyakit jantung coroner (PJK) atau dikenal
dengan istilah infark miokard akut/IMA. Di Indonesia, PJK merupakan penyakit jantung yang
paling sering terjadi dan menjadi penyebab 26,4 % kematian.

B. Factor resiko
Henti jantung sama dengan factor resiko PJK yaitu :
a. Factor resiko yang dikendalikan :
1) Merokok
2) Minuman alcohol
3) Hipertensi
4) Obesitas
5) Kurang olahraga
b. Faktor yang tidak dapat dikendalikan :
1) Usia
Resiko meningkat pada pria diatas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun
( umumnya setelah menopause)
2) Jenis kelamin
Pada usia muda laki-laki lebih beresiko mengalami PJK, namun wanita
menopause memiliki resiko yang sama besar untuk mengalami PJK
3) Menderita DM
C. Tanda dan gejala henti jantung

Henti jantung adalah penghentian tiba-tiba funggsi pompa jantung. Karena tidak memadai
perfusi otak, pasien akan tidak sadar dan akan berhenti bernapas

Tanda-tanda henti jantung :

 Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung)


 Tidak terba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa dan
brakialis pada bayi)
 Nyeri
 Henti napas/mengap-mengap (gasping)
 Terlihat seperti mati (dead like appearance)
 Karna kulit pucat sampai kelabu
 Pupil dilatasi (setelah 45 detik)

Menurut American heart association 2015, diperkirakan korban henti jantung yang
terjadi diluar rumah sakit dapat terselamatkan sebesar 40,1 % setelah dilakukan tindakan
pertolongan RJP (pijat jantung) oleh bystander (masyarakat awam).

Tindakan bantuan hidup dasar ini perlu untuk diketahui oleh masyarakat umum
mengingat kejadian henti jantung bias terjadi kapan saja, dimana saja, dan pada siapa saja.
Masyarakat adalah orang pertama yang akan terpapar jika bertemu orang yang mengalami henti
jantung diluar rumah sakit. Tidak hanya tenaga medis saja, semua orang bias menjadi superhero
untuk menyelamatkan satu nyawa asal disertai bekal yang memadai.

D. Pertolongan pada henti jantung


Keberhasilan dari resusitasi setelah henti jantung akan bergantung pada langkah-langkah yang
harus kita lakukan secara berurutan. hal ini disebut juga Rantai Keselamatan (gambar 1) yang
mencakup :
a. Mengenali tanda-tanda henti jantung dan aktivasi system pelayanan gawat darurat
terpadu (SPGDT)/Memanggil bantuan
b. Melakukan RJP atau pijat jantung secara dini dengan teknik penekanan yang tepat
c. Melakukan kejut jantung secara dini
d. Melakukan bantuan hidup lanjut yang efektif
e. Melakukan resusitasi setelah henti jantung secara teritegrasi

Pasien yang mengalami henti jantung diluar rumah sakit mengendalikan masyarakat
untukmemberikan pertolongan. Semua masyarakat awam dapat berperan dalam pelaksanaan 3
tahap pertama dari rantai keselamatan yaitu harus mengenali serangan (tanda-tanda henti
jantung), meminta bantuan dan memulai RJP/CPR serta memberikan defribilasi (misalnya,
PAD / public access defibrillation) hingga tim penyedia layanan medis darurat (EMS) yang
terlatih secara professional mengambil alih tanggung jawab.

E. Prosedur Melakukan Pertolongan Pada Henti Jantung


1. Amankan diri, korban dan lokasi
Sebelum melakukan tindakan, pertama penolong harus mengamankan lingkungan
sekitar, korban dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang sekitar jika ada.
Pastikan keadaan dengan pertanyaan berikut ini :
a. Apakah keadaan aman ? (lalu lintas, jalur listrik, cuaca ekstrim, emosi berlebih
dari orang awam disekitar)
b. Apakah terdapat ancaman bahaya ?( jangan memindahkan korban bila tidak ada
bahaya misalnya api/gas beracun)
c. Apa penyebab cedera ? ( terjatuh dari tangga, tabrakan )
d. Berapa banyak korban ?
2. Periksa kesadaran korban dengan menepuk bahu atau mengoyangkan bahu korban dan
katakana “apakah bapak/ibu baik saja ?”. pastikan menepuk dan mengoyangkan bahu
korban cukup kuat agar dapat mengetahui kesadaran korban. Bersamaan dengan itu,
penolong juga perlu memeriksa pernapasan korban, jika korban tidak sadarkan diri dan
bernapas secara abnormal (terengah-engah), penolong harus beranggapan korban
mengalami henti jantung

3. Apabila korban tidak berespon setelah bahunya ditepuk maka teriaklah untuk mendapat
pertolongan terdekat, segera aktifkan system tanggap darurat (SPGDT) atau minta
orang lain untuk menelpon petugas kesehatan terdekat. Ketika mengaktifkan SPGDT
penolong harus siap dan dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang
sedang terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan.
Rangkaian tindakan tersebut dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi
kejadian terdapat lebih dari satu penolong, misalnya, penolong pertama memeriksa
respons korban kemudian melanjutkan tindakan BHD sedangkan penolong kedua
mengaktifkan SPGDT dengan menelpon ambulans terdekat.
4. Periksa Nadi
Letakkan jari telunjuk dan jari tengah pada sisi leher tepatnya pada bagian sisi bawah
rahang, turunkan sedikit sampai dnyut nadi teraba oleh jari-jari. Pemeriksaan tidak
boleh lebih dari 10 detik.

5. Resusitasi Jantung Paru (pijat jantung dan pemeberian napas buatan)


Apabila saat pemeriksaan nadi tidak teraba (bila penolong ragu nadi ada atau tidak
maka nadi dianggap tidak ada) mulai lakukan penekanan (kompresi) pada dada
sebanyak 30 kali dan napas 2 kali selama 2 menit atau 5 siklus.
a. Kompresi dengan kecepatan minimal 100 x / menit dan tidak boleh lebih dari
120 x / menit
b. Kedalaman kompresi minimal 5 cm dan tidak boleh lebih dari 6 cm
c. Beri kesempatan dada mengembang penuh dengan sendirinya
d. Kompresi tidak boleh terputus kecuali untuk memberi napas buatan atau
memindahkan pasien (tidak boleh berhenti > 10 detik)

e. Setelah memberikan kompresi dada sebanyak 30 kali berikan 2 kali napas


bantuan
jepit hidung korban lalu berikan napas bantuan 2 kali masing-masing sekitar 1
detik melalui mulut ke mulut atau menggunakan pelindung wajah. Napas
bantuan diberikan dari mulut ke mulut atau menggunakan pelindung wajah
yang diletakkan diwajah korban. Lihat dada korban saat memberikan napas
bantuan, apakah dadanya mengembang, kemudian tunggu hingga kembali
turun untuk memberikan napas bantuan berikutnya.

Untuk masyarakat yang tidak terlatih melakukan RJP/CPR disarankan untuk


melakukan kompresi/penekanan dinding dada saja, tanpa memberikan
bantuan napas.
f. Setelah memberikan kompresi dan napas buatan 5 siklus atau 2 menit. Periksa
kembali napas dan nadi korban, perhatikan apakah nadi sudah teraba dan napas
sudah ada. Pemeriksaan tidak boleh lebih dari 10 detik.
6. Bila setelah diperiksa nadi dan napas ada maka berikan posisi pemulihan.
Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal. Posisi ini dilakukan
untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko tersumbatnya jalan
napas dan tersedak.
Posisi pemulihan adalah meletakkan tangan kanan korban keatas, tekuk kaki kiri korban,
kemudian tarik korban sehingga korban miring kearah kanan dengan lengan dibawah
kepala korban.

Anda mungkin juga menyukai