Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang :

Hanti jantung adalah kondisi ketika kontraksi jantung tiba-tiba berhenti

mendadak. Salah satu penyebabnya adalah serangan jantung yang dapat

menggangu system elektrik sehingga kontraksi jantung dapat tiba-tiba

berhenti. Henti jantung (cardiac arrest) merupakan kondisi kegawatdaruratan

medic yang harus segera mendapatkan penanganan baik dari petugas medis

maupun masyarakat sekitar kejadian. Henti jantung sering terjadi saat pasien

berada jantung sering terjadi saat pasien berada di luar lingkungan rumah sakit

atau juga out of hospital cardiac arrest (OHCA). Menurut layanan gawat

darurat medis, sekitar 420.000 orang.

Di Indonesia hingga saat ini belum ada data statistic mengenai OHCA,

akan tetapi prevelensi penyakit jantung di Indonesia mencapai 1,5 persen dari

total penduduk senaliknya pasien OCHA yang segera dilakukan resusitasi

jantung, memiliki kesempatan bertahan hidup lebih besar. Kembalinya

sirkulasi spontan dalam jangka waktu kurang dari 20 menit setelah henti

jantung memiliki asosiasi positif terhadap angka survival pasien OHCA

(berdowsiki, berg, tijssen, dan koster, 2010; wibrandt, Norsted, Schmidt, dan

schierbeck,2015).

Amerika mengalami serangan jantung saat mereka berada di rumah atau

tempat umum lainya. Penelitian sebelumnya juga menemukan hal yang sama
yaitu sekitar 360.000 orang mengalami serangan jantung saat mereka berada

di rumah atau di tempat ummum lainya. Dari jumlah tersebut, hanya 33% saja

yang mendapatkan pertolongan pertama oleh masyarakat awam terlatih (Go,

et,2014 : sasson et al,2013).

H. Samsu Risal dalam laporan awalnya menyampaikan bahwa saat ini

relawan pmi kota Makassar jumlahnya sebanyak 38 ribu relawan. Relawan

PMI kota Makassar tersebut, terdiri dari 32 ribuan donor darah, dan sebanyak

6 ribuan relawan tenaga sukarela lainya yang menjadi tanggung jawab

mobilitas pengurus PMI di kota Makassar dalam melaksanakan kegiatan

kemanusian.

Rantai keselamatan dan langkah-langkah dalam bantuan hidup dasar pada

korban dewasa untuk pertolongan tidak terlatih menurut AHA (2015) antara

lain :

Sebelum melakukan pertolongan pada korban harus diingat bahwa tidak

jarang ada yang akan menolong memasuki keadaan yang berbahaya. Selain

resiko infeksi anda dapat saja menjadi korban jika tidak dengan teliti

memperhatikan kondisi sekitar pada saat melakukan pertolongan. Maka ada

beberapa hal yang harus dilakukan penolong pada korban yaitu :

1. Memastikan keamanan

Keamanan diri sendiri merupakan proritas utama, karena bagaimana kita

akan melakukan pertolongan jika kondisi kita sendiri belum aman atau

berada dalam kondisi bahaya. Maka harus memperhatikan keamanan diri

sendiri dahulu selanjutnya kita menolong korban.


2. Memastikan keamanan lingkungan

Harus dipastikan lingkungan aman untuk penolong dan korban. Jika korban

berada di dalam lingkungan yang berbahaya contohnya di tengah jalan dan

dikerumuni banyak orang, maka matilah orang-orang yang mengerumuni

untuk segera menjahui korban dan pindahkan ke tempat aman.

3. Memastikan keamanan korban

Selain keamanan penolong, keamanan pada korban juga sangat penting.

Pastikan korban dalam keadaan aman dari bahaya lingkungan ataupun

benda-benda tajam.

4. Memastikan kesadaran korban

Penolong perlu memastikan pernafasan korban, jika korban tidak sadarkan

diri dan bernafas secara abnormal, penolong harus mengamsumsikan bahwa

korban mengalami henti jantung. Penolong harus memastikan korban tidak

merespon dengan cara memanggil korban dengan jelas dank eras, serta

memberikan rangsangan nyeri.

5. Meminta pertolongan

Jika korban tidak merespon maka penolong harus segera mengaktifkan

panggilan gawat darurat dengan menlefon ambulans gawat darurat rumah

sakit terdekat. Saat mengaktifkan panggilan, penolong harus siap

denganjawaban mengenai lokasi kejadian, apa yang terjadi, jumlah korban

dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan tersebut dapat dilakukan

secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari satu

penolong, misalnya penolong pertama memeriksa respon korban kemudian


melanjutkan tindakan bantuan hidup dasar sedangkan penolong kedua

mengaktifkan panggilan gawat darurat dengan menelfon ambulans terdekat

dan meminta bantuan untuk membawa automatic external defribilition

(AED) atau alat kejut jantung otomatis.

Saat henti jantung terjadi, jantung berhenti berdenyut dengan sirkulasi

darah berhenti. Jika sirkulasi tifak segera berfungsi kembali, kematian

organ-organ tubuh akan mulai terjadi. Organ tubuh yang paling sensitive

adalah otak, yang akan mengalami kerusakan secara pernamenen dan

ireversibel jika tidak ada sirkulasi kembali dalam 4-6 menit. RJP yang

dilakukan secara dini dan efektif dapat membantu untuk mempertahankan

dan mengambil alih fungsi sirkulasi ke organ-organn yang penting seperti

otak dan jantung (Ningsih dan suharsono,2012).

Pemberian CPR dapat dilakukan melalaui fase (C-A-B), yaitu (kleinman

et al,2019) :

a. Danger (keamanan)

Memastikan keamanan penolong, keamanan lingkungan dan keamanan

pasien.

b. Respons (kesadaran korban)

Kesadaran korban dapat diperiksa dengan memberikan rangsangan verbal

dan nyeri. Pemerikasan ini dilakukan setelah lingkungan dianggap aman

untuk korban maupun penolong. Rangsangan verbal dilakukan untuk

memanggil korban disertai dengan menepuk bahunya atau memberikan

rangsangan nyeri.
c. Shourt for help (meminta pertolongan)

Jika sudah dipastikan korban tidak berespon maka panggil orang terdekat

yang dapat membantu pada saat menemui korban yang tidak sadarkan diri

dan meminta orang tersebut untuk memanggil ambulans dan meminta untuk

mengambilkan AED.

d. Circulation (kompresi)

Periksa terkait reaksi pada korban nafas terhenti serta nadi, pemeriksaan

denyut dan nafas bias dilakukan secara bersamaan penilaiaan dalam 10

detik. Lakukan CPR secepat mungkin setelah mengenali henti jantung. AHA

(2015) merekomendasikan CPR dilakukan dengan cepat dan dalam dengan

kecepatan berkisar 100 hingga 120 kali/menit dengan kedalaman 5 cm – 6

cm dan membolehkan recoil penuh setelah setiap kali pemberian CPR

dengan rasio 30:2 (1 atau 2 penolong) untuk dewasa dan remaja, 30:2 untuk

anak-anak dan bayi dengan (1 penolong) sedangkan 15:2 untuk anak-anak

dan bayi dengan penolong atau lebih.

e. Airway (jalan nafas)

Pastikan jalan nafas terbuka dan bersih yang memungkinkan pasien dapt

bernafas. Cek rongga mulut korban, apabila terdapat cairan atau sesuatu

yang menghalangi jalan nafas jorban maka bersihkan rongga mulut dengan

jari dan bias juga menggunakan kasa untuk menyerap cairan yang ada pada

rongga mulut. Kemudian buka jalan nafas dengan teknik head tilt (tindakan

menekan kepala) dan chin lift ( tindakan menekan dahi), (pada korban yang

tidak mengalami trauma kepala ataupun leher) atau jaw thrust (jika korban
mengalami trauma). Cara melakukan teknik chinlift-headtilit dan teknik jaw

thrust :

- Teknik headtilt-chinlift

Posisikan pasien dalam keadaan terlentang, letakkan satu tangan di dahi

dan letakkan ujung jari tangan yang lain di bawah daerah tulang pada

bagian tengah rahang bawah pasien (dagu). Tengakkan kepala dengan

menekan perlahan dahi pasien.

Gunakan ujung jari anda untuk mengangkat dagu dan menyokong

rahang bagian bawah. Jangan menekan jarungan lunak dibawah rahang

karena dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas.

Usahakan mulut untuk tidak menutup untuk mendapatkan pembukaan

mulut yang adekuat, anda dapat menggunakan ibu jari untuk menahan

dagu supaya bibir pasien tertarik kebelakang.

- Teknik jaw thrust

 Pertahankan posisi kepala, leher dan spinal dengan hati-hati pada

suatu garis lurus.

 Posisikan penolong berada diatas kepala pasien, letakkan tangan

sejajar dengan posisi pasien berbaring.

 Letakkan tangan pada masing-masing rahang bawah pasien, tepat

pada sudut rahang bawah telinga.

 Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang bawah

pasien dan ibu jari untuk mempertahankan mulut agar tetap terbuka.

f. Breating (pernafasan)
Pemeriksaan nafas bertujuan untuk memeriksa ada tidak nafas, dengan cara

teknik look, listen, feel

Look : melihat bagaimana pergerakan dada

Listen : dengarkan apakah ada suara nafas

Feel : rasakan apakah ada hembusan nafas

Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan

diagfragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat selama 5

detik, dan paling lama 10 detik. Bantuan nafas dilakukan dengan cara

a. Mulut ke mulut (mouth to mouth)

Penolong memberikan bantuan nafas langsung ke mulut korban dengan

menutup hidung dan meniupkan udara langsung ke mulut, namun hal ini

sangat beresiko untuk dilakukan apalagi pasien yang tidak dikenal

menginta bahaya panyakit menular.

b. Ventilasi menggunakan bag velve mask (ambu bag)

Ambu bag merupakan pompa udara yang dioperasikan dengan cara

menekan kantong berisi udara. Alat ini memungkinkan pasien mendapat

pasokan oksigen ketika mengalami henti nafas. Penggunaan ambu bag

dilakukan oleh petugas medis.

c. Intubasi

Intubasi merupakan teknik pemberian nafas bantuan yang dilakukan oleh

dokter untuk membuka jalan nafas dengan memberikan oksigen.


Langkag ini dilakukan dengan cara memasukan tabung khusus yang

disebut endotracheal tube (ETT) pada batang tenggorokan pasien

melalui mulutnya.

Hubungannya relawan dengan PMI itu semua orang PMI harus tau cara

pertolongan tentang henti jantung dan harus sigap ketika ada orang henti jantung

di lapang.

B. Rumusan Masalah

bagaimana pengetahuan relawan pmi tentang bantuan hidup dasar ?

masalnya tidak semua orang PMI mahir dalam melakukan bantuan hidup

dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum

- Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap para relawan pmi

kota makassar tentang bantuan hidup dasar (BHD).

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Terhadap institusi

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada orang pmi

bagaiman cara bantuan hidup dasar saat terjadi gawat darurat

b. Terhadap peneliti

Untuk mengembangkan suatu kempuan penelitian terhadap bantuan

hidup dasar
2. Manfaat praktis

a. Terhadap responden

Menambah wawasan dan pengetahuan tenang bantuan hidup dasar,

sehingga dapat mempunyai bekal dalam melakukan bantuan hidup

dasar pada korban henti nafas dan henti jantung.

Anda mungkin juga menyukai