Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KASUS PTM STROKE

DI RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL

TAHUN 2015-2016

DI SUSUN OLEH :

Mohammad Arif Rahman 205059027

Siti Itsnatun 185050037

Sri Suhartinah 185050035

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA JAKARTA

2021
,DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

DAFTAR TABEL..........................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR......................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4

2.1 Definisi Surveilans Dengue dan Penyakit Dengue...............4

2.2 Mekanisme Penularan Penyakit...........................................5

2.3 Siklus Hidup Aedes Aegypti..................................................5

2.4 Gejala dan Tanda Utama DBD.............................................7

2.5 Pengendalian Vektor Penular DBD..........................................8

BAB III METODE KEGIATAN SURVEILANS DBD..................................12

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan Surveilans..............................12


3.1.1 Lokasi Kegiatan Surveilans....................................12

3.1.2 Waktu Kegiatan Surveilans....................................12

3.2 Subjek Surveilans...............................................................12

3.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................12

3.3.1 Data Primer.............................................................12

3.3.2 Data Sekunder........................................................12

3.4 Teknik Penyajian Data........................................................13

BAB IV HASIL KEGIATAN SURVEILANS DBD.......................................14

4.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Variabel Orang....14

4.1.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Umur...........14

4.1.2 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Jenis

Kelamin...................................................................15

4.2 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Variabel Waktu....15

4.3 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Variabel Tempat

Kejadian..............................................................................16

4.4 Analisa Kejadian Demam Berdarah di Puskesmas

Cilengkrang Ditinjau dari Aspek Segitiga Epidemiologi

(Host, Agent, Environment)................................................17


4.5 Ukuran Epidemiologi...........................................................18

4.6 Upaya Pengendalian Kejadian Demam Berdarah di

Puskesmas Cilengkrang.....................................................20

4.7 Rencana Tindak Lanjut.......................................................21

BAB V PENUTUP....................................................................................28

5.1 Kesimpulan.........................................................................28

5.2 Saran......................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini di dunia termasuk di Indonesia telah terjadi transisi

epidemiologi, yaitu perubahan pola penyakit yang pada awalnya

didominasi oleh penyakit menular dan yang terjadi sekarang terjadi hal

yang sebaliknya yaitu lebih tingginya dominasi penyakit tidak menular

yang terjadi.

Kematian akibat Penyakit Tidak Menular seperti stroke, kanker,

diabetes miletus,penyakit jantung, pembuluh darah, dan penyakit paru

obstruktif kronis telah melebihi akibat penyakit menular. Penyakit tidak

menular dipengaruhi oleh berbagai macam factor risiko seperti merokok,

diet tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi minuman beralkohol,

kondisi tersebut memerlukan upaya pengendalian yang serius dan

berkelanjutan.

Penyakit tidak menular telah menjadi masalah Kesehatan

masyarakat yang serius di Indonesia. Menurut data WHO, Indonesia

menduduki urutan kedua di ASEAN untuk tingkat kematian akibat penyakit

tidak menular. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(Balitbangkes) Kementrian Kesehatan ada 10 jenis penyakit yang paling

sering menjadi penyebab kematian di Indonesia yaitu penyakit

cerebrovascular atau pembuluh darah otak seperti pada pasien stroke,


penyakit jantung iskemik, diabetes miletus dengan komplikasi,

tuberculosis pernafasan, Hipertensi dengan komplikasi, penyakit paru

obstruksi kronis, penyakit lever, pneumoni, diare atau gastro enteritis yang

berasal dari infeksi.

Dari data Balitbangkes menunjukan ada peningkatan peringkat

penyakit tidak menular atau sering disebut juga penyakit degenerative

sebagai penyebab kematian di Indonesia, dibandingkan dengan tahun

1990-an, stroke hanya menduduki peringkat keempat, penyakit jantung

dan pembuluh darah di tahun 1990-an tidak masuk dalam peringkat 10

besar, lau pada tahun 2000-an menduduki peringkat ke lima, kini

menduduki peringkat ke dua. Demikian juga dengan diabetes miletus di

tahun 1990-an tidak masuk dalam peringkat 10 besar, dan pada tahun

2000-an ada di peringkat ke enam dan mulai 2014 ada di peringkat ke

tiga.

Setiap tahun 795.000 terjadi kasus stroke baru atau stroke

berulang baik itu iskemik ataupun hemoragik, hamper 610.000 adalah

penderita baru dan 185.000 adalah kasus stroke berulang. Berdasarkan

uraian di atas maka penulis melakukan surveilans epidemiologi penyakit

tidak menular khususnya stroke dengan data yang didapat dari Rumah

Sakit Pusat Otak Nasional.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola penyakit ptm stroke menurut orang, tempat dan

waktu di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional?


2. Apakah faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus ptm stroke di

Rumah Sakit Pusat Otak Nasional ditinjau dari aspek segitiga

epidemiologi (host, agent dan environment)?

3. Apa saja upaya pengendalian kasus ptm stroke yang sudah

dilakukan oleh Rumah Sakit Pusat Otak Nasional?

4. Apa saja rencana tindak lanjut untuk menekan laju pertambahan

jumlah kasus ptm stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman nyata dalam

pelaksanaan surveilans epidemiologi di Rumah Sakit Pusat

Nasional

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mendeskripsikan pola penyakit stroke menurut orang, tempat dan

waktu di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

2. Mempelajari pelaksaan surveilans epidemiologi penyakit stroke di

Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

3. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan

pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit stroke di Rumah

Sakit Pusat Otak Nasional


4. Mengetahui alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan

pelaksaan surveilans epidemiologi penyakit stroke di Rumah Sakit

Pusat Otak Nasional


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Surveilans Dengue dan Penyakit Dengue

Surveilans Penyakit Tidak Menular Stroke adalah serangkaian

proses pengamatan, pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi

data, serta penyajian informasi kepada pemegang kebijakan,

penyelenggara program kesehatan dan stakeholders terkait secara

sistematis dan terus menerus tentang situasi penyakit dengue dan kondisi

yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit

tersebut (determinan) agar dapat dilakukan tindakan pengendalian secara

efektif dan efisien. Yang dimaksud Surveilans PTM dan faktor risikonya

merupakan salah satu strategi upaya pencegahan dan pengendalian

penyakit yang dilakukan tepat dan terpadu oleh pemerintah, swasta dan

masyarakat. Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan

hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian

(WHO), 2014). Stroke merupakan gangguan fungsi otak yang timbul

mendadak karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang

menimbulkan kehilangan fungsi neurologis secara cepat. Dampak dari

penyakit stroke diantaranya keterbatasan aktivitas (Pinzon & Asanti,

2010). Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut :


1) Stroke Iskemik. Sekitar 80% - 85% stroke adalah stroke iskemik,

yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri

besar pada sirkulasi serebrum.

2) Stroke Hemoragik. Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15%

- 20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular

intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke

dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.

2.2 Perjalanan Alamiah Penyakit

Stroke adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor

risiko. Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi 3 yakni : faktor risiko yang

dapat dimodifikasi antara lain umur, jenis kelamin, riwayat penyakit

keluarga, dan ras, faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi tekanan

darah, kadar gula darah, kadar kolesterol darah, 3 penyakit jantung,

diabetes melitus, obesitas., dan faktor risiko perilaku. antara lain merokok,

kebiasaan mengonsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan stres. Dalam

perjalanan penyakitnya, stroke memiliki beberapa fase yakni sebagai

berikut (Juniadi,2004 dalam Dian Nastiti, 2012) :

1. Fase akut berlangsung anatara 4-7 hari tujuan fase ini adalah pasien

selamat dari serangan stroke.

2. Fase stabilisasi, berlangsung antara 2-4 minggu. Tujuan pada fase ini

adalah pasien belajar kembali keterampilan motorik yang terganggu


dan belajar penyesuaian baru unruk mengimbangi keterbatasan yang

terjadi..

3. Rehabilitasi, bertujuan untuk melanjutkan proses pemulihan untuk

mencapai perbaikan kemampuan fisik, mental, sosial, kemampuan

bicara dan ekonomi.

4. Fase kehidupan sehari-hari dimana pasien harus menghindari

terlangnya stroke akut biasanya dianjurkan untuk : melakukan kontrol

tensi secara rutin, kendalikan kadar gula, berhenti merokok, diet rendah

lemak, menghindari risiko terjadinya stres, terapi terkait faktor risiko dan

penyempurnaan pemulihan kesehatan serta mencegah terulangnya

serangan stroke.

2.3 Mekanisme Terjadinya Stroke

Adanya gangguan pada peredaran darah otak dapat

mengakibatkan cedera pada otak melalui beberapa mekanisme, yaitu :

1. Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang menimbulkan

penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat yang selanjutnya

akan terjadi iskemik.

2. Pecahnya dinding pembuluh darah yang menyebabkan hemoragik.

3. Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang menekan

jaringan otak.

4. Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang

interstitial jaringan otak (Smeltzer & Bare, 2013).


Penyempitan pembuluh darah otak mula-mula menyebabkan perubahan

pada aliran darah dan setelah terjadi stenosis cukup hebat dan melampaui

batas krisis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Obtruksi

suatu pembuluh darah arteri di otak akan menimbulkan reduksi suatu area

dimana jaringan otak normal sekitarnya masih mempunyai peredaran

darah yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur

anastomosis yang ada. Perubahan yang terjadi pada kortek akibat oklusi

pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna darah vena, penurunan

kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri dan arteriola (AHA, 2015).. Pada

bulan pertama setelah stroke, proses pemulihan berjalan agak cepat,

tetapi setelah 3-6 bulan kemudian proses ini melambat dan setelah lebih

dari 1-2 tahun akan menetap. Meski demikian, ada juga

penderita stroke yang dalam beberapa jam, hari, atau bulan pulih secara

memuaskan.

2.4 Patofisiologis

Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti

yang terjadi pada stroke, di otak akan mengalami perubahan metabolik,

kematian sel dan kerusakan permanen (AHA, 2015). Pembuluh darah

yang paling sering terkena adalah arteri serebral dan arteri karotis interna

yang ada di leher (Guyton & Hall, 2014). Penyempitan atau penyumbatan

pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan

otot dan spastisitas kontralaterla, serta defisit sensorik(hemianestesia)

akibat kerusakan girus lateral presentralis dan 2 postsentralis. Kelemahan


tangan maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi

otot. Berkurangnya kontraksi otot disebabkan karena berkurangnya suplai

darah ke otak belakang dan otak tengah, sehingga dapat menghambat

hantaran jarasjaras utama antara otak dan medula spinalis. Kekuatan otot

adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan tegangan dan

tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis

sedangkan fungsi paling utama lengan dan tangan adalah untuk

berinteraksi dengan lingkungan.

2.5 Gejala dan Tanda Stroke

Gejala atau tanda utama stroke adalah sebagai berikut:

1) Kehilangan motorik a) Adanya defisit neurologis/kelumpuhan fokal

seperti hemiparesis (lumpuh sebelah badan kanan/kiri saja). b)

Baal mati rasa sebelah badan, rasa kesemutan, terasa seperti

terkena cabai (terbakar) c) Mulut mencong, lidah moncong, lidah

mencong bila diluruskan. d) Berjalan menjadi sulit, langkahnya

kecil-kecil. 18

2) Kehilangan komunikasi a) Bicara jadi pelo b) Sulit berbahasa kata

yang diucapkan tidak sesuai dengan keinginan/gangguan berbicara

berupa pelo, cegal dan kata-katanya tidak bisa dipahami (afasia). c)

Bicara tidak lancar hanya sepatah kata yang terucap. d) Bicara

tidak ada artinya. e) Tidak memahami pembicaraan orang lain. f)

Tidak mampu membaca dan penulis.


3) Gangguan persepsi a) Penglihatan terganggu, penglihatan ganda

(diplopia) b) Gerakan tidak terkoordinasi, kehilangan

keseimbangan. 4) Defisit intelektual a) Kehilangan memori/pelupa

b) Rentang perhatian singkat c) Tidak bisa berkonsentrasi d) Tidak

dapat berhitung 5) Disfungsi kandung kemih Tidak bisa menahan

kemih dan sering berkemih (Junaidi, 2011).

2.5 Pencegahan Stroke

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan dimana pasien belum pernah

mengalami stroke yakni dengan melakukan 3M (Junaidi,2004

dalam Dian Nastiti,2012) : 1. Menghindari : rokok, stres mental,

minum kopi dan alkohol, kegemukan, dan golongan obat-obatan

yang dapat mempengaruhi serebrovaskuler(amfetamin, kokain, dan

sejenisnya). 2. Mengurangi : asupan lemak, kalori, garam, dan

kolesterol berlebih. 3. Mengontrol ata mengendalikan : hipertensi,

diabetes melitus, penyakit jantung dan asterosklerosis, kadar lemak

darah, konsumsi makanan seimbang, serta olahraga teratur 3-4 kali

seminggu.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan ketika seprang pasien telah

mengalami serangan stroke sebelumnya yakni dengan cara : 1.


Mengontrol faktor risiko stroke atau aterosklerosis, melalui gaya

hidup, seperti mengobati hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit

jantung dengan obat dan diet, stop merokok dan minum beralkohol,

turunkan berat badan dan rajin berolah raga, serta menghindari

stress. 2. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin, yang

dapat mengatasi krisis sosial dan emosional penderita stroke

dengan cara memahami kondisi baru bagi pasien pasca stroke

yang bergantung pada orang lain. 11 3. Menggunakan obat-obatan

dalam pengelolaan dan pencegahan stroke, seperti anti agregasi

trombosit dan anti koagulan.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilihat dari 4 faktor utama yang mempengaruhi

penyakit yaitu gaya hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan

kesehatan (Bustan, 2007 dalan Dian Nastiti,’;[huyj]\

.;,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 2012). Pencegahan

tersier dilakukan kepada pasien yang telah menderita stroke dan

mengalami kelumpuhan pada tubuhnya agar tidak bertambah

parah dan dapat mengalihkan fungsi anggota badan yang lumpuh

pada anggota badan yang masih normal, yaitu dengan cara : 1.

Gaya hidup : reduksi stres, exercise sedang, dan berhenti merokok.

2. Lingkungan : menjaga keamana dan keselamatan (tinggal di

rumah lantai pertama, menggunakan wheel-chair) dan dukungan

penuh keluarga. 3. Biologi : keptuhan berobat, terapi fisik dan


bicara. 4. Pelayanan kesehatan : emergency medical techmic dan

asuransi.

BAB III

METODE KEGIATAN SURVEILANS PTM STROKE

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan Surveilans

3.1.1 Lokasi Kegiatan Surveilans

Kegiatan surveilans kasus PTM Stroke dilakukan di Rumah Sakit Pusat

Otak Nasional Jakarta Timur

3.1.2 Waktu Kegiatan Surveilans

Kegiatan surveilans Demam Berdarah dilaksanakan secara terus menerus

dan berkesinambungan. Pelaporan surveilans PTM Stroke dilakukan

selama

3.2 Subjek Surveilans

Subjek surveilans PTM stroke adalah pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan

di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional


3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui data pasien rawat inap dan rawat jalan yang

menderita penyakit stroke saat dilakukan Pelacakan Kasus dan

Penyelidikan Epidemiologi.

3.3.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh melalui data berbasis registrasi

PTM merupakan data individual dan memuat seluruh jenis PTM. Data juga

terbuka (umur, jenis kelamin, jenis penyakit, dll) sehingga dapat diolah

dan dianalisis sesuai kepentingan. Data dan informasi digunakan untuk

perencanaan, monitoring, maupun evaluasi program serta sebagai

sumber untuk penelitian terkait PTM.

3.4 Teknik Penyajian Data

Teknik penyajian data yang digunakan pada kegiatan surveilans

PTM Stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional berupa diagram batang.

tujuan dibuatnya diagram batang adalah untuk menyampaikan informasi

kuantitas suatu kategori tertentu agar lebih mudah dipahami trennya


BAB IV

HASIL DATA SURVEILANS KASUS PTM STROKE

4.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Variabel Orang

Analisis pola kasus Demam Berdarah dilaksanakan menurut

variabel orang yaitu umur dan jenis kelamin yang bertujuan untuk

mengetahui populasi mana yang lebih berisiko menderita demam

berdarah.

4.1.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Umur


29.41
30.00

25.00 20.59
20.00 17.65 17.65
Jumlah Kasus

15.00
8.82
10.00
2.94 2.94
5.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00
0-7 8-28 <1 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+
Hr Hr

Gambar 4.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Umur di Puskesmas

Cilengkrang Tahun 2019


Gambar 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas penderita Demam

Berdarah berada pada kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebesar 29,41%

(10 kasus). Kelompok umur 20-44 tahun memiliki jumlah penderita DBD

terbanyak kedua yaitu sebesar 20,59% (7 kasus). Jumlah penderita DBD

pada kelompok umur 1-4 tahun sama dengan kelompok umur 15-19 tahun

yaitu sebesar 17,65% (6 kasus). Ditemukan sebesar 8,82% (3 kasus)

pada kelompok umur < 1 tahun. Sementara, jumlah penderita DBD pada

kelompok umur 5-9 tahun sama dengan kelompok umur 55-59 tahun yaitu

sebesar 2,94% (1 kasus).

4.1.2 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Jenis Kelamin

32.35

Laki-Laki
Perempuan

67.65

Gambar 4.2 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Jenis Kelamin di

Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa dari 34 penderita Demam

Berdarah, mayoritas penderita DBD berjenis kelamin perempuan yaitu


sebesar 67,65% (23 kasus). Sementara, penderita DBD laki-laki sebesar

32,35% (11 kasus).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pemaparan diatas bahwa pencegahan yang paling efektif

dilakukan adalah pencegahan primer yakni pencegahan yang

menekankan pada faktor risiko penyebab terjadinya serangan stroke.

Pencegahan primer efektif dilakukan karena pencegahan primer dilakukan

disaat seseorang belum terserang penyakit stroke. Dengan melakukan

pencegahan primer maka seseorang dapat menekan kejadian stroke di

Indonesia.

5.2 Saran

Berdasarkan laporan surveilans DBD yang telah disusun, maka

saran yang diberikan antara lain:

1. Memperbaiki kualitas pencatatan dan pelaporan kasus DBD yaitu

dengan melakukan Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS)

2. Melakukan monitoring kegiatan inovasi yang sudah terbentuk

3. Melakukan penyuluhan secara berkala yang menekankan bahwa

fogging bukanlah upaya terbaik untuk memberantas DBD dan

menganjurkan pelaksanaan 3M Plus


4. Melakukan pemeriksaan jentik nyamuk pada radius 100 meter dari

rumah penderita
DAFTAR PUSTAKA

Nastiti, Dian, 2012, Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Pasien

Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit Krakatau Medika Tahun 2011. CDC,

2017, STROKE. Kementerian Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar

Dalam Angka Provinsi Bali. Kementerian Kesehatan, 2013, Riset

Kesehatan Dasar Dalam Angka Indonesia. Arifianto, Aji Seto, 2014,

Klasifikasi Stroke Berdasarkan Kelainan Patologis dengan Learning

Vector Quantization.

Anda mungkin juga menyukai