Anda di halaman 1dari 61

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KESEHATAN MASYARAKAT

(PKM)

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DINAS KESEHATAN

KOTA BOGOR TAHUN 2021

OLEH :

ARIYANI NURINAYAH

NPM. 185050056

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

JAKARTA

2021
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KESEHATAN MASYARAKAT (PKM)

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DINAS KESEHATAN

KOTA BOGOR TAHUN 2021

Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan

di Program Sarjana Kesehatan Masyarakat (S1)

Peminatan Epidemiologi

OLEH :

ARIYANI NURINAYAH

NPM. 185050056

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

JAKARTA

2021

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Praktik Kesehatan Masyarakat (PKM) ini telah disetujui oleh

pembimbing materi dan pembimbing materi Praktik Kesehatan Masyarakat

(PKM)

Bogor , 18 November 2021

Pembimbing Lapangan Pembimbing Materi,

Dwi Sutanto, SKM Nur Apriyan, SKM, M.Kes


NIK : 19770319 199702 1001 NIDN :0323048603

Ketua Program Studi


Kesehatan Masyarakat

Sri Widodo, SE, M.Kes


NIDN :0309107303

ii
IDENTITAS MAHASISWA

Nama Lengkap : Ariyani Nurinayah

Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 04 Agustus 1999

NPM : 185050056

Program Studi / Peminatan : S1 Kesehatan Masyarakat / Epidemiologi

Tahun Akademik : 2021/2022

Nama Institusi PKM : Dinas Kesehatan Kota Bogor

Alamat Institusi PKM : Jl. Kesehatan Nomor 3 Tanah Sareal Kota Bogor

Provinsi Jawa Barat (16161)

Bogor 18 November 2021

Ariyani Nurinayah

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, berkat

rahmat dan karunia-Nya laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini dapat

dimanfaatkan sebagai informasi mengenai Surveilans Epidemiologi Malaria di

Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 2021

Penyusunan proposal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan laporan

ini.

1. Prof. Dr.Drg Tri Budi Wahyuni Raharjo, M.s selaku Rektor

Universitas Respati Indonesia (URINDO).

2. Bapak Zainal Abidin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Respati Indonesia. Pembimbing Praktik Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Indonesia.

3. Bapak Sri Widodo, S.E., M.Kes sebagai Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Indonesia.

4. Bapak Nur Apriyan, SKM, M.Kes sebagai Pembimbing Praktik Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Indonesia.

5. Bapak Bai Kusnadi, SKM, MPH. sebagai Kepala Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bogor.

6. dr. Tengku Yenni Febriana, M.Kes sebagai Kepala Seksi Pengendalian

Pencegahan Penyakit Menular dan Surveilans Dinas Kesehatan Kota

Bogor.

iv
7. Bapak Dwi Sutanto, SKM sebagai Penanggung Jawab Penyakit Tular

Vektor dan Zoonosi Dinas Kesehatan Kota Bogor dan selaku pembibing

lapangan.

8. Keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

9. Teman- teman kelas A2/18 yang berjuang bersama dalam Praktik

Kesehatan Masyarakat ini.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan proposal ini banyak

kekurangannya karena keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan

penulis, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangatlah

penulis harapkan.

Bogor, 18 November 2021

Ariyani Nurinayah

v
DAFTAR ISI

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
DAFTAR SINGKATAN

ix
DATAR GRAFIK

x
DAFTAR LAMPIRAN

xi
xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh plasmodium

dan termasuk dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan melalui gigitan

nyamuk Anopheles betina yang membawa plasmodium hidup dan berkembang

biak dalam tubuh nyamuk. Malaria menyerang semua kelompok umur baik laki-

laki maupun perempuan, dan memberi kontribusi yang tinggi terhadap angka

kematian bayi, balita dan ibu hamil. Malaria memiliki gejala khas yaitu demam,

menggigil dan berkeringat. Upaya memastikan seorang penderita positif malaria

dilakukan dengan konfirmasi hasil tes laboratorium terhadap sampel darah

penderita. Malaria sebagai salah satu penyakit menular, masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat, karena berdampak terhadap kematian dan penurunan

kualitas sumber daya manusia. Kasus malaria di Indonesia pada tahun 2020

sebanyak 226.364 dengan kelengkapan laporan sebesar 86%. Kasus malaria

tertinggi yaitu ditemukan di Provinsi Papua sebanyak 216.380 kasus dengan

Annual Paracite Incidence (API)/angka kesakitan malaria 52,99 per 1.000

penduduk, diikuti Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 12.909 kasus

(API 2,42), dan Provinsi Papua Barat sebanyak 7.079 kasus (API 1,3) (Desita et

al., 2021)

Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium

(Millennium Development Goals/MDGs) di Indonesia pada tahun 2000, yang

ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden

1
malaria hingga tahun 2015. Setelah berakhirnya MDGs pada tahun 2015, WHO

telah mencanangkan program Sustainable Development Goals (SDGs). Program

global ini pada tahun 2030 mentargetkan untuk mengakhiri epidemi AIDS,

tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis yang terabaikan, serta memerangi

hepatitis, penyakit bersumber air dan penyakit menular lainnya (WHO, 2015)

(Astuti et al., 2020)

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi endemis malaria, khususnya untuk

wilayah Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, dan

Kabupaten Sukabumi. Penderita terkonsentrasi di wilayah pantai selatan

(Samudra Indonesia) mulai dari Kabupaten Pangandaran, Tasikmalaya, Garut

sampai dengan pantai Cikakak Kabupaten Sukabumi yang berbatasan dengan

Provinsi Banten, serta daerah pegunungan dan perkebunan(Astuti et al., 2020).

Surveilans epidemiologi malaria adalah kegiatan analisis secara sistematis dan

terus menerus terhadap penyakit malaria dan faktor-faktor yang mempengaruhi,

pola perubahan dan distribusinya, agar dapat melakukan tindakan pengendalian

malaria secara efektif dan efisien melalui proses penemuan kasus, pengumpulan

data, pengolahan dan penyebaran informasi kepada lintas program dan lintas

sektor dalam pengendalian malaria.(Ilmu et al., 2020)

Dinas Kesehatan Kota Bogor sendiri terus melakukan sueveilans malaria.

Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106° 48’ BT dan 6° 26’ LS,

kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor

serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara dan Kota Bogor merupakan

wilayah vulnarabel atau wilayah yang rawan terjadinya penularan malaria karena

2
berdekatan dengan wilayah yang masih terjadi penularan malaria, atau masih

tingginya kasus impor dan/ atau masih tingginya vektor infektif yang masuk ke

wilayah ini. Wilayah rentan kasus Malaria Import karena terdapat pusat

pendidikan, kemiliteran yang memungkinkan orang orang dengan riwayat

perjalanan dari daerah endemis malaria berada di Kota Bogor. Program Malaria

yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bogor adalah penatalaksanaan kasus malaria

dengan pengobatan standar malaria (DHP + Primaquin), penyelidikan

epidemiologi 125 kasus malaria impor, surveilans epidemiologi malaria di

Puskesmas dan RS melalui E-SISMAL, surveilans migrasi malaria pada event

event tertentu (Idul Fitri, Natal, Tahun Baru), skrining kasus malaria di lokasi

khusus ( Kesatuan TNI/POLRI), penyediaan logistik obat anti malaria dan RDT,

Peningkatan kapasitas petugas laboratorium dalam pemeriksaan mikroskopis

malaria, peningkatan kapasitas petugas Puskesmas dan RS dalam tata laksana

malaria, pengendalian vektor terpadu.

Dari paparan di atas penulis memilih tempat PKM di Dinas Kesehatan Kota

Bogor dan mengambil topic mengenai Surveilans Epidemiologi Malaria di Dinas

Kesehatan Kota Bogor karena Surveilans epidemiologi malaria di Dinas

Kesehatan Kota Bogor telah berjalan dengan baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil judul “Surveilans

Epidemiologi Malaria di Dinas Kesehatan Kota Bogor”

Tujuan

1.1.1 Tujuan Umum

3
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman penatalaksanaan program

surveilans epidemiologi malaria di Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2021 dan

pengalaman bagaimana bekerja di lingkungan Dinas Kesehatan

1.1.2 Tujuan Khusus

Adapun Tujuan Khusus kegitan PKM ini Sebagai Berikut :

a. Mengetahui program kerja Bidang Pengendalian Pencegahan Penyakit

Dinas Kesehatan Kota Bogor

b. Mengetahui kegiatan di Bidang Pengendalian Pencegahan Penyakit di

Dinkes Kota Bogor

c. Mengetahui kegiatan Program Surveilans epidemiologi malaria di Dinas

Kesehatan Kota Bogor

d. Mengindentifikasi masalah dalam kegiatan Program Surveilans

epidemiologi malaria di Dinas Kesehatan Kota Bogor

e. Memberikan alternatif pemecahan masalah tentang program surveilans

epidemiologi malaria di Dinas Kesehatan Kota Bogor

1.2 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa

a. Memperoleh gambaran nyata di lapangan atas ilmu yang telah di tempuh,

meningkatkan pengetahuan, wawasan, serta pengalaman serta

keterampilan bagaimana bekerja di lingkungan Dinas Kesehatan

b. Memperoleh gambaran pelaksanaan surveilans epidemiologi malaria di

Dinas Kesehatan Kota Bogor.

4
c. Memperoleh pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di bidang

peminatan epidemiologi terkait pelaksanaan surveilans epidemiologi

malaria di Dinas Kesehatan Kota Bogor

1.3.2 Bagi Program studi

a. Terbinanya jaringan kerjasama dengan instansi tempat praktek kesehatan

masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

mahasiswa

b. Menambahkan bahan referensi pustaka di Fikes Urindo sehingga

bermanfaat bagi pembacanya

1.3.3Bagi Dinas Kesehatan Kota Bogor

a. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat

antara Dinas Kesehatan Kota Bogr dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Respati Indonesia.

b. Laporan PKM dapat menjadi referensi dan masukan terhadap program

surveilans epidemiologi malaria di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

5
BAB II

RENCANA KEGIATAN

2.1 Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Praktik Kesehatan Masyarakat (PKM) dilaksanakan selama 25

hari kerja. Terhitung tanggal 18 Oktober 2021 – 30 November (Jadwal

Terlampir)

2.2 Lokasi Pelaksanaan Praktik Kesehatan Masyarakat

Kegiatan Praktik Kesehatan Masyarakat di lakukan di Dinas Kesehatan

Kota Bogor Jl. Kesehatan Nomor 3 Tanah Sareal Kota Bogor Provinsi Jawa Barat

(16161)

2.3 Metode Pelaksanaan Praktik Kesehatan Masyarakat

Adapaun metode yang digunakan adalah dengan :

a. Wawancara adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan untuk memperoleh

informasi. Dalam wawancara dilakukan proses tanya jawab secara lisan

kepada petugas penanggung jawab pelaksanaan surveilans epidemiologi

malaria di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

b. Studi Dokumentasi merupakan suatu tehnik pengumpulan data dengan

cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumentasi dalam

penelitian ini adalah dilakukan dengan bentuk Mencatat dan mempelajari

6
dokumen tertulis yang ada di bagain P2P Dinkes Kota Bogor dan

memotret semua kejadian yang berlangsung selama mahasiswa melakukan

kegiatan di tempat pelaksanaan PKM.

c. Observasi adalah Suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang berjalan.

Observasi dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai

pelaksanaan program surveilans epidemiologi malaria di Dinas Kesehatan

Kota Bogor.

d. Learning by doing dengan kegiatan belajar dengan mengaplikasikan ilmu

secara bersama sesuai dengan latar belakang dan tujuan praktek Kesehatan

Masyarakat sehingga mahasiswa mendapat pengalaman dan gambaran

antara teori dengan praktek lapangan.

7
2.4 Rencana Kegiatan

Tabel 2.1 Kegiatan PKM

Oktober November
No Uraian Kegiatan 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
5
8 19 1 5 6 27 8 1 2 3 4 8 9 0 1 5 6 7 8 2 3 4 5 9 30
Permohonan izin
kepada bagian
1 PSDMK Dinas  
Kesehatan Kota
Bogor                                                  
Arahan
2 Pembimbing
materi                                                    
Orentasi
lapangan dan
3 pengarahan dari
pembimbing
lapangan                                                    
Mendapatkan
Gambaran
4
Umum tentang
Dinkes Bogor                                                    
Mendapatkan
5 gambaran secara
khusus mengenai
                                                   

8
Program
kegiatan P2P
Dinas Kesehatan
Kota Bogor

Mengikuti
6 Kegiatan Vaksin
Covid                                                    
Observasi
8 Aplikasi E
SISMAL                                                    
Membuat data
9 base E SISMAL
2021                                                    
Melakukan PE
10 pada kasus
Malaria                                                    
Mendapatkan
11 Laporan kasus
baru malaria                                                    
penatalaksanaan
12 pemberian obat
malaria                                                    
menerima slide
13 dari Faskes
Untuk uji silang                                                    
Memasukan
14
kasus baru pada                                                    

9
Aplikasi E
SISMAL
membuat laporan
15 pelaksanaan
antigen                                                    
merekap Kasus
17
DBD                                                    
Membuat
laporan kegiatan
18
penyelidikan
epidemiologi                                                    
Mengikuti
19 Kegiatan Monev
penyakit menular                                                    
Konsultasi
dengan
20
Pembimbing
materi                                                    
Konsultasi
dengan
21
Pembimbing
Lapangan                                                    

10
BAB III

HASIL PRAKTEK KESEHATAN MASYARAKAT

3.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Bogor

3.1.1 Letak Geografis Dinas Kesehatan Kota Bogor

Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106° 48’ BT dan 6°

26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah

Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara,

merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan

ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan,

transportasi, komunikasi, dan pariwisata Kota Bogor mempunyai rata-rata

ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut.

Luas Wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan

68 kelurahan. Luas wilayah masing-masing kecamatan, yaitu: Kecamatan

Bogor Selatan (30,81 km2 ), Kecamatan Bogor Timur (10,15 km2 ),

Kecamatan Bogor Utara (17,72 km2 ), Kecamatan Bogor Tengah (8,13

km2 ), Kecamatan Bogor Barat (32.85 km2 ) dan Kecamatan Tanah Sareal

(18,84 km2 ).

Gambar 3.1 Peta Kota Bogor

11
3.1.2 Data Demografis

Berdasarkan data yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik

Kota Bogor, jumlah Penduduk Kota Bogor pada Tahun 2019 mencapai

jumlah 1.096.828 jiwa terdiri atas 555.995 laki-laki dan 540.833

perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 261.898 rumah tangga.

Berdasarkan struktur usia, terdiri dari 273.071 jiwa berusia di bawah 15

tahun, 739.214 jiwa berusia 15 – 59, dan 4.543 jiwa berusia 60 tahun ke

atas.

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Bogor 2019

3.1.3 Tingkat Pendidikan

Tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu

daerah. Peningkatan SDM sekarang ini lebih difokuskan pada pemberian

kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan.

Oleh sebab itu pemerintah berusaha secara konsisten berupaya

meningkatkan SDM penduduk melalui jalur pendidikan. Pada tahun 2018,

APM dan APK Kota Bogor untuk tingkat SD sebesar 95,60 dan 103,19,

SMP sebesar 75,08 dan 87,32, dan untuk SMA sebesar 61,77 dan 73,49.

Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2018, berdasarkan pendidikan

yang pernah diperoleh sebanyak 909.920 jiwa pernah menjalani

pendidikan dari berbagai jenjang yaitu tidak tamat SD 322 jiwa, tamat SD

74.237 jiwa, tamat SMP 47.210 jiwa, tamat SMA 55.755 jiwa, dan

perguruan tinggi sebanyak 27.934. Berdasarkan data BPS Kota Bogor

12
Angka Melek Huruf pendudukan usia 15 tahun ke atas dari tahun ketahun

menunjukan satu dari 100 penduduk usia 15 tahun keatas di Kota Bogor

masih buta huruf sampai (0,65 %), perempuan yang buta huruf (1,14%) 7

kali lipat lebih tiggi dibandingkan laki – laki buta huruf sampai (0,17%).

Angka partisipasi sekolah anak usia 16 -18 tahun 65,3%.

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Bogor 2019

3.1.4 Kondisi Ekonomi

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Kota Bogor,

pertumbuhan perekonomian Kota Bogor Tahun 2019, menurut kategori

lapangan usaha : pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan

penggalian; industry pengolahan; pengadaan listrik dan gas; pengadaan

air, pengolahan sampah, dan daur ulang; konstruksi; perdagangan besar

dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi dan

pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan

komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan;

administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; jasa

pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya.

3.1.5 Fasilitas Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan pelayanan kesehatan dasar di Kota Bogor

tahun 2019 ini berjumlah 25 Puskesmas Induk, terdiri dari 7 Puskesmas

Rawat Inap dan 18 Puskemas Non-rawat inap. Sedangkan jumlah

Puskesmas Pembantu di Kota Bogor yaitu 31 Puskesmas.

Tabel. 3.1 Fasilitas pelayan kesehatan di Kota Bogor

13
Pemilik KECAMATAN
Jenis

Swasta
Pemerintah
No Fasilitas JML Tanah Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor
Pelayanan Sareal Tengah Utara Selatan Barat Timur
Kesehatan
1 RS Umum 3 13 16 1 5 2 3 3 2
2 RS Khusus
a. RS Jiwa 1 - 1 - - - 1 -
c. RS Ibu & Anak 4 4 2 1 - - - -
3 UPT Puskesmas
a. Non Perawatan 18 - 18 3 4 2 4 4 1
b. Perawatan 7 - 7 2 1 1 1 1 1
c. Pembantu 31 - 31 5 5 8 6 3 4
4 UPT Labkesda 1 1 1
Jumlah 61 17 78 14 16 13 14
1 8
2
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Bogor 2019 (Dinkes Kota

Bogor, 2019)

Untuk membantu pemerintah dalam pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, di Kota Bogor telah tersedia sarana pelayanan swasta yang

cukup banyak mulai dari praktek dokter swasta, klinik/balai pengobatan,

rumah bersalin dan lain-lain

Tabel 3.2 Fasilitas kesehatan swasta di Dina s Kesehatan Kota

Bogor

No Saran Jumla
a h
1 Klinik 148
2 Praktek Dokter Perorangan 168
3 Unit Transfusi Darah 1
4 Industri Farmasi 1
5 Pedagang Besar Farmasi 31

14
6 Apotek 152
7 Toko Obat 54
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Bogor 2019

3.1.6 Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bogor pada

tahun 2019 sebanyak 101 orang terdiri dari tenaga kesehatan dan non

kesehatan yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan.

Tabel 3.3 Daftar tenaga kerja kesehatan dan non kesehatan di

Dinas Kota Bogor tahun 2019

Jumla
No Jenis Tenaga h
L P
1 Dokter Spesialis 0 0
2 Dokter Umum 0 3
3 Dokter Gigi 1 0
4 Sarkesmas 0 4
5 Promkes 0 0
6 Perawat 0 0
7 Perawat Gigi 0 0
8 Bidan 0 0
9 Apoteker/Asisten 0 2
Apoteker
10 Sarjana Farmasi 0 0
12 Nutritionis 0 3
13 Sanitarian 1 3
14 Pranata Labkes 0 0
15 Radiografer 0 0
16 Rekam Medik 0 0
17 Tenaga Kesehatan 16 47
Lainnya
18 Non Tenaga Kesehatan 4 17
JUMLAH 22 79

15
TOTAL 101
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Bogor 2019

3.1.7 Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan memegang peranan yang sangat penting

dalam pencapaian suatu tujuan disetiap kegiatan pembangunan kesehatan

di Kota Bogor. Sumber dana pembangunan kesehatan di Kota Bogor

bersumber dari APBD Kota/APBD II, APBD Provinsi (Bantuan

Gubernur)/ APBD I, DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau)

dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

3.1.8 Stuktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bogor

16
3.1.9 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bogor

Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bogor merupakan wujud

aplikatif dari Visi dan Misi Kota Bogor. Dinas Kesehatan sebagai salah

satu pelaksana teknis Pemerintah Kota Bogor menetapkan Visi yaitu

“Kota Bogor Sehat, Nyaman, Mandiri Dan Berkeadilan”.

Empat Misi pembangunan kesehatan Kota Bogor merupakan wujud dari

Visi Dinas Kesehatan. Berikut adalah 4 (empat) Misi tersebut :

1. Menyediakan sarana dan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata,

bermutu, terjangkau dan nyaman.

2. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan lingkungan

3. Memenuhi ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang

profesional dan amanah.

4. Menyelenggarakan tata kelola sumberdaya kesehatan yang adil,

transparan dan akuntabel.

3.2 Hasil Kegitan PKM

3.2.1 Observasi

Observasi dilakukan di setiap suatu kegiatan yang sedang berjalan

dan tempat berkaitan dengan pelaksanaan Surveilans baik di lakukan di

dalam maupun di luar lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bogor

a. Ruang Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

17
Ruang Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit adalah ruangan

tenaga kesehatan yang memegang program kesehatan sesuai dengan

tupoksinya. Ada tiga seksi di dalam Bidang Pengendalian Pencegahan

Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bogor yaitu Seksi Penyehatan

Lingkungan dan Kesehatan Kerja, Seksi Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Kesehatan Kerja, dan

Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Dan Surveilans yang

mempunyai 1 penanggung jawab penyakit tular vektor dan zoonosis,

penanggung jawab penyakit tular vektor dan zoonosis melakukan

kegiatan seperti, surveilans, penatalaksanaan pemberian obat malaria,

menerima slide malaria untuk di uji silang, menginput dan

merekapitulasi data penyakit,penyusunan laporan dan sebagainya,

bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan surveilans

diantaranya yaitu ATK (Alat Tulis Kantor), pedoman – pedoman

dokumen pelaporan, form PE (Penyelidikan Epidemiologi) dan lain

lain. Sedangkan untuk melakukan pengolahan dan pelaporan unit

surveilans menggunakan perangkat laptop atau komputer.

Gambar 3.2 Ruangan Bidang Pencegahan dan Pengendalian

penyakit

18
b. Uji Silang slide malaria di Dinas Kesehatan Kota Bogor

Uji silang sediaan darah di laboratorium rujukan kota bogor yaitu

Labkesda dan Puskesmas Tanah Sareal, Karna Kota Bogor memiliki 3

orang croosscheker uji silang slide malaria.

Gambar 3.5 Slide dari Fakses yang akan di Uji silang di Labkesda

Kota Bogor

19
Alur pengujian silang slide malaria

1. Fasilitas pelayanan kesehatan mengirimkan slide untuk di uji

silang ke ke Labkesda atau Puskesmas Tanah Sareal

2. ke Labkesda atau Puskesmas Tanah Sareal

3. Slide akan di uji silang oleh petugas Labkesda atau Puskesmas

Tanah Sareal.

3.2.2 Learning by doing

Kegiatan learning by doing terkait surveilans epidemiologi malaria

. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Melakukan pengolahan dan analisis data

Dalam learning by doing penulis Dalam melakukan dan

menerapkan ilmu dalam melakukan pengolahan data dengan

menyajikan data dan membuat analisis dari grafik penyakit malaria di

Kota Bogor berdasarkan orang,tempat dan waktu.

Penulis juga melakukan rekapitulasi data kasus penyakit malaria,

laporan tersebut berisi kasus penyakit Malaria berdasarkan usia, jenis

kelamin, riwayat perjalanan, dan pekerjaan. Laporan tersebut terdiri

dari kasus penyakit malaria tiap bulan berdasarkan puskesmas dan rs,

kemudian menggabungkan semua kasus penyakit malaria tersebut

20
dalam rekapitulasi laporan bulanan kasus malaria di Kota Bogor.

Berikut adalah hasil pengolahan data kasus penyakit malaria Kota

Bogor:

Grafik 3.1 Analisis data penyakit malaria perdasarkan orang di

Dinas Kesehatan Kota Bogor 2021

13
12
8
4 2 1 0
0 20-40 TAHUN
41-50 TAHUN

Dari grafik 3.1 yaitu analisis data penyakit malaria perdasarkan

orang di Dinas Kesehatan Kota Bogor Periode januari s/d november

2021 menunjukan usia 20 – 40 tahun laki- laki ada 13 orang dan usia

41-50 tahun laki-laki ada 2 orang, sedangkan usia 20-40 tahun

perempuan ada 1 orang.

Grafik3.2 Analisis data penyakit malaria berdasarkan waktu di

Dinas Kesehata Kota Bogor Januari s/d November 2021

21
3.5
3 3 3
2.5
2 2 2 2 2
1.5
1 1 1
0.5
0 0 0 0

Dari grafik 3.2 Analisis data penyakit malaria berdasarkan waktu

di Dinas Kesehata Kota Bogor Januari s/d November 2021 , bulan

januari 2 orang, bulan februari 3 orang, bulan maret 3 orang, bulan

april 2 oeang, bulan mei sampai juli tidak ada kasus, bulan agustus 2,

bulan September 1 orang , bulan oktober 2 orang, dan bulan November

1 orang.

Grafik 3.3Analisis data penyakit malaria berdasarkan pekerjan di

Dinas Kesehatan Kota Bogor periode Januari s/d November 2021

10
8
8
6
4 3
2 2
2
0
TNI P PEL PEG

Dari grafik analisis data penyakit malaria berdasarkan pekerjan di

Dinas Kesehatan Kota Bogor 2021. TNI 8 orang, Polri 3 orang,

pelajar 2 orang dan pegawai 2 orang.

22
Grafik 3. 4 Analisis penyakit malaria berdasarkan riwayat perjalanan

di Dinas Kesehatan Kota Bogor periode Januari s/d November 2021

15 14

10

5
1 1
0
PAPUA ACEH KONGO

Dari analisis grafik 3.4 menunjukan bahwa penyakit malaria

berdasarkan riwayat perjalanan di Dinas Kesehatan Kota Bogor

periode Januari s/d November 2021 tertinggi dari papua yaitu

sebanyak 14 orang , aceh 1 orang , konggo 1 orang hl ini menunjukan

bahwa kasus malaria yang aada di Kota Bogor yaitu kasus impor

b. Melakukan pelaporan surveilans yaitu E-SISMAL (Elektronik Sistem

Surveilans Epidemiologi Malaria)

Penulis menginput data penyakit malaria pada aplikasi E-

SISMAL. E-SISMAL merupakan sistem infomasi malaria yang

dibuat oleh Kementrian Kesehatan. E-SISMAL mengalami

perkembangan, dimana Versi 1 belum online, kemudian

berkembang menjadi E-SISMAL versi 2 yang sudah online untuk

melaporkan penderita atau pasien malaria untuk mempermudah

dan meningkatkan validitas pencatatan dan pelaporan program

penanggulangan.

23
Hasil dari metode ini penulis dapat belajar bagaimana cara

menggunakan aplikasi E-SISMAL dan memudahkan untuk melihat

laporan terkait penyakit malaria.

Gambar 3.7 E-SISMAL Di Dinas Kesehatan Kota Bogor

c. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi Malaria

Penyelidikan epidemiologi malaria kegiatan investigasi dan

pengamatan untuk memperoleh informasi yang cepat dan akurat

tentang sumber penularan malaria, klasifikasi kasus, luasnya

24
penularan, kebiasaan (perilaku) masyarakat yang berkaitan dengan

proses penularan malaria dan situasi vektor malaria serta lingkungan

tempat perkembangbiakannya terutama pada tahap eliminasi dan

pemeliharaan yang diperkirakan masih dapat terjadi risiko penularan

malaria untuk dilakukan penanggulangan yang cepat dan akurat guna

mencegah kemungkinan terjadinya penularan malaria.

Wilayah yang telah masuk tahap eliminasi dan pemeliharaan

seluruh kasus positif yang ditemukan harus dilakukan penyelidikan

epidemi- ologi. Rangkaian kegiatan penyelidikan epidemiologi

dilakukan dengan metode 1-2-5 yaitu pada hari pertama dilakukan

notifikasi adanya kasus positif malaria dalam waktu 1 X 24 jam kasus

harus dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan selambat-

lambatnya pada hari ke dua di- lakukan kegiatan penyelidikan

epidemiologi, serta selambar-lambatnya pada hari ke-5 harus

dilakukan penanggulangan (Pencegahan et al., 2017)

Penyelidikan epidemiologi dilakukan dengan datang langsung ke

tempat yang terjadi suatu masalah kesehatan baik penyakit menular

maupun tidak menular untuk melakukan pengumpulan data berupa

menanyakan keluhan, melihat gejala yang ditimbulkan, dan yang

kontak dengan penderita. Kontak dengan penderita juga dilakukan

untuk mengetahui apakah yang kontak dengan penderita mengalami

penularan atau tidak.

25
Gambar.3.8 Penyelidikan Epidemiologi pada pasien malaria di

Kota Bogor

d. Pemberian Obat Malaria

Pemberian obat malaria yaitu obat DHP dan primaquin yang di

berikan sesuai dengan pedoman tatalaksana kasus malaria, untuk obat

malaria sendiri hanya ada di Dinas Kesehatan , Maka dari itu jika ada

kasus positif fasilitas pelayanan kesehatan harus meminta ke Dinas

Kesehatan, jika libur panjang biasanya Dinas Kesehatan memberikan

obat untuk di simpan di fasilitas pelayanan kesehatan yang sering di

temukan kasus positif malaria.

Tabel 3.4 pengobatan malaria falsifarum menurut berat badan

Jumlah tablet per hari menurut berat badan

<4 4-6 6 - 10 11 - 17 18 - 30 31 - 40 41 - 59 > 60


kg kg Kg Kg kg kg Kg kg
Hari Jenis obat
0–1 2-5 6 - 11 1-4 5 - 9 10 - 14 > 15 > 15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun

1
1–3 DHP /3 ½ ½ 1 1½ 2 3 4

1 Primakuin - - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1

26
Sumber : Modul panduan pemeliharaan eliminasi malaria 2017

Tabel 3.5 pengobatan malaria vivaks menurut berat badan

Jumlah tablet perhari menurut


berat badan
<4kg 4-6 6 – 10 11 – 17 18 -30 31 - 40 41 - 59 > 60
Hari Jenis obat kg Kg Kg kg Kg kg kg
0 – 1 2 - 5 6 – 11 1 – 4 5 - 9 10 - 14 > 15 > 15
bulan bulan bulan Tahu tahun tahun tahun tahun
n
1
1 – 3 DHP / ½ ½ 1 1½ 2 3 4
3

1– Primakuin - - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1
14
Sumber : Modul panduan pemeliharaan eliminasi malaria 2017

(Kementerian Kesehatan, Dirjen P2PL, 2017)

Gambar 3.4 Penatalaksanaan pemberian obat malaria oleh Dinas

Kesehatan Kota Bogor

Alur penalaksaanaan pemberian obat Malaria:

1. Fakses melaporkan bahwa ada kasus malaria impor

2. Fakses mengirimkan data pasien dan hasil lab pasien

3. Fakses atau keluarga pasien dating ke Dinas Kesehatan Kota

Bogor

27
4. Penanggung jawab penyakit tular vektor dan zoonosis

meberikan obat malaria sesuai dengan pedoman tatalaksana

kasus malaria.

e. Melakukan perekapan data penyakit DBD

Semua jumlah kasus yang di laporkan oleh Puskesmas dan rs akan

di rekap untuk di hitung angka positif rate nya dan di katagorikan

berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Gambar 3.9 Format Rekapitulasi Kasus DBD

f. Membuat laporan kegiatan penyelidikan epidemiologi

Laporan kegiatan adalah beberapa informasi yang diberikan kepada

atasan dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan

kegiatan. Laporan kegiatan biasanya selesai ketika acara atau kegiatan

selesai.

Laporan kegiatan penyelidikan Epidemiologi ini berisikan tentang

identitas pasien, identitas keluarga, kronologis kejadian, dan tindak

lanjut.

g. Mengikuti alokasi pemberian KIE filariasis dan kecacingan untuk

seluruh puskesmas di Kota Bogor.

28
Pemberian KIE ini di berikan kepada 25 puskesmas yang ada

diKota Bogor yang terdiri dari spanduk, flyer, lembar balik, buku

komik mengenai filariasis dan cacingan, dan buku

Gambar 3.10 alokasi pemberian KIE untuk puskesmas

h. Mengikuti kegitan pertemuan monitoring dan evaluasi program

penyakit menular Puskesmas dan Rs se- Kota Bogor

Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting untuk

menjamin suksesnya pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Monitoring

adalah kegiatan pengamatan/ observasi yang dilaksanakan secara terus

menerus untuk memastikan pelaksanaannya dengan memperhatikan

indikator-indikator yang telah ditetapkan. Evaluasi adalah suatu upaya

penilaian kualitas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara berkala

melalui metode yang tepat. Monitoring dilakukan sejalan dengan

evaluasi, dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

tahap pemeliharaan berjalan sesuai dengan yang direncanakan, baik

waktunya maupun jenis kegiatannya.Kegiatan ini bertujuan untuk

29
melihat bagaimana program surveilans berjalan dengan baik atau ada

kendala.

Apabila dalam pelaksanaannya terjadi ketidaksesuaian antara

kegiatan dengan yang direncanakan, perlu dilakukan koreksi.

Gambar3.11 Kegiatan monitor evaluasi penyakit menular

3.2.2 Wawancara

30
Wawancara adalah kegiatan berupa tanya jawab untuk

mendapatkan informasi dari beberapa informan. Wawancara dilakukan

dengan mendiskusikan tentang program surveilans, pelaksanaan, alur

pemeriksaan, dll. Wawancara dilakukan terhadap penanggung jawab

penyakit tular vektor dan zoonsis.

Kesimpulan dari hasil wawancara :

Program surveilans epidemiologi malaria di kota bogor yaitu

penatalaksanaan kasus malaria dengan pengobatan standar malaria (DHP +

Primaquin), penyelidikan epidemiologi 125 kasus malaria impor,

surveilans epidemiologi malaria di Puskesmas dan Rs melalui E-SISMAL,

surveilans migrasi malaria pada event event tertentu (Idul Fitri, Natal,

Tahun Baru), skrining kasus malaria di lokasi khusus ( Kesatuan

TNI/POLRI), penyediaan logistik obat anti malaria dan RDT, peningkatan

kapasitas petugas laboratorium dalam pemeriksaan mikroskopis malaria,

Peningkatan kapasitas petugas Puskesmas dan RS dalam tata laksana

malaria, pengendalian vektor terpadu.

Untuk petugas surveilans epidemiologi malaria terdapat dengan 1

penanggung jawab, cara pelaporan kasus malaria dari fasilitas pelayanan

kesehatan masih menggunakan via WhatsApp di karenakan banyak

fasilitas pelayanan kesehatan belum terlatih dan belum mempunyai akun

E-SISMAL dengan alur fasilitas pelayanan kesehatan menghubungi

penanggung jawab penyakit tular vector dan zoonosis, lalu memberikan

identitas pasien dan info info terkait pasien,lalu di lakukan penyelidikan

31
epidemiologi dan tatalaksana pengobatan malaria, lalu di lakukan uji

silang pada slide malaria yang di rujuk ke Labkesda Kota Bogor dan

Puskesmas Tanah Sareal, Kota Bogor memiliki 3 petugas crosschecker

yang terus mengikuti pelatihan agar tidak terjadi kesalahan diagnosis karna

kemapuan seorang mikroskopis malaria sangat menentukan temuan

parasite malaria. Logistik Obat malaria

3.2.4 Studi Dokumentasi

a. Form penyelidikan epidemiologi malaria

Data yang di kumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam

menggunakan form penyelidikan epidemiologi kemudian dilakukan

analisis untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhinya

selanjutnya dilakukan tindak lanjut supaya tidak terjadi KLB.

Gambar 3.13 Form Penyelidikan Kasus Malaria

b. Form Regmal 1

32
Formulir ini berbasis aplikasi E-SISMAL di isi jika ada kasus

positif malaria, form berisikan identitas pasien, riwayat perjalanan, jenis

plasmodium, dan pemberian obat .

Gambar 3. 14 Formulil Regmal 1

c. Form Regmal 2

Formulir ini berbasis aplikasi E-SISMAL yaitu laporan perbulan

kasus malaria, berisikan penemuan kasus dan logistic obat malaria.

Gambar 3. 14 Form Regmal 2

3.3 Pengorganisasian Surveilans

a. Sumber daya manusi (Man)

Dalam seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan

Surveilans terdapat 3 orang untuk penyakit tular vektor dan zoonosis

termasuk 1 penanggung jawab

33
b. Sumber dana (Money)

APBN, APBD Kota Bogor dan BOK

c. Metode (Method)

Metode yang di lakukan dalam program malaria di Dinas

Kesehatan Kota Bogor yaitu penatalaksanaan kasus malaria dengan

pengobatan standar malaria (DHP + Primaquin), penyelidikan

epidemiologi 125 kasus malaria impor, surveilans epidemiologi malaria di

Puskesmas dan Rs melalui E-SISMAL, surveilans migrasi malaria pada

event event tertentu (Idul Fitri, Natal, Tahun Baru), skrining kasus malaria

di lokasi khusus ( Kesatuan TNI/POLRI), penyediaan logistik obat anti

malaria dan RDT, peningkatan kapasitas petugas laboratorium dalam

pemeriksaan mikroskopis malaria, Peningkatan kapasitas petugas

Puskesmas dan RS dalam tata laksana malaria, pengendalian vektor

terpadu.

d. Bahan (Material)

Bahan yang digunakan pada surveilans epidemiologi malaria di

Dinas Kesehatan Kota Bogor diantaranya form Penyelidikan Epidemilogi

Malaria, dan E-SISMAL , Buku pedoman malaria.

e. Alat (Mathine)

Alat yang digunakan untuk surveilans epidemiologi malaria, kit

pemeriksaan malaria, RDT, buku atlas malaria alat tulis kantor,dan

komputer.

3.4 Identifikasi Masalah

34
3.4.1 Fasilitas pelayanan kesehatan belum melaporkan melalui E-SISMAL

Pelaporan malaria dari fasilitas pelayanan kesehatan belum melalui

E-SISMAL dikarenakan fasilitas pelayanan kesehatan tidak mempunyai

akun E-SISMAL, tidak adanya kasus, petugas belum di latih dan petuga

yang pernah dilatih sudah tidak ada di fasilitas pelayanan

kesehatan(pensiun atau pindah) hal ini menjadikan pihak Dinas Kesehatan

yang harus melakukan penginputan data dari semua fasilitas pelayanan

kesehatan ke E-SISMAL

3.4.2 Kelengkapan data yang belum lengkap

Karena pelaporan berbasis E-SISMAL masih di input oleh pihak

Dinas Kesehatan maka yang di input saat ada kasus saja, hal ini

menyebabkan zero reporting fasilitas kesehatan tidak berjalan.

3.4.3 Masih ada rekan sejawat dokter memberikan pengobatan malaria

menggunakan obat lama(Kloroquin)

Dari hasil wawancara dengan penanggung jawab penyakit tular

vector dan zoonosis karena banyak sekali rekan sejawat dokter yang masih

menggunakan obat lama untuk tatalaksana pengobatan kasus malaria

karena jarang nya kasus di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan.

3.5 Pembahasan

3.5.1 Fasilitas pelayanan kesehatan belum melaporkan melalui E-SISMAL

Dinas Kesehatan Kota Bogor memiliki 25 Puskesmas dan 21 Rs.

Fasilitas pelayanan kesehatan belum melaporkan melalui E-SISMAL atau

tidak mempunyai akun E-SISMAL bisa mengakibatkan kewaspadaan dini

35
KLB dan, surveilans migrasi terhambat ,karena tujuan adanya E-SISMAL

adalah dapat membantu pengelola program dalam meningkatkan

keterampilan baik dalam hal tatalaksana malaria, surveilans epidemiologi

malaria, ketersedian logistic obat, pengendalian vektor penyelidikan

epidemiologi malaria dalam menjanga status eliminasi malaria di Kota

Bogor.

3.5.2 Kelengkapan Data yang belum Lengkap

Karena Dinas Kesehatan hanya menginput kasus malaria saat ada

kasus positif di E-SISMAL maka kelengkapan data per fasilitas pelayanan

kesehatan tidak ada, mengakibatkan zero reporting tidak berjalan disetiap

fasilitas pelayanan kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 45 Tahun 2014 tentang

penyelenggaraan surveilans kesehatan, dimana penyelenggaraan surveilans

kesehatan harus sesuai dengan indikator kinerja surveilans.Indikator

kinerja surveilans sendiri yaitu kelengkapan laporan, ketepatan laporan,

dan indikator kinerja surveilans lainnya yang ditetapkan pada masing-

masing program. Pengumpulan data di Upaya Kesehatan Masyarakat

sendiri maksimal dilakukan setiap tanggal 30.

3.5.3 Masih ada rekan sejawat dokter memberikan pengobatan malaria

menggunakan obat lama(Kloroquin)

Rekan sejawat dokter yang masih menggunakan obat lama untuk

tatalaksana pengobatan kasus malaria di karenakan jarang nya kasus di

beberapa fasilitas pelayanan kesehatan.

36
3.6 Alternatif Pemecahan Masalah

3.6.1 Fasilitas pelayanan kesehatan belum melaporkan melalui E-SISMAL

Membuat pembuatan akun E-SISMAL, pelatihan E-SISMAL

untuk surveilans di puskesmas dan RS, memberikan pelatihan cara

menggunakan E-SISMAL, agar surveilans malaria dapat berjalan dengan

baik.

3.6.2 Kelengkapan data yang belum lengkap

Memberikan pelatihan dan bimbingan teknis kepada fasilitas

pelayanan kesehatan untuk memaksimalkan penggunakan E-SISMAL agar

laporan surveilans epidemiologi malaria berjalan, baik ada kasus maupun

tidak ada kasus(zero reporting).

3.6.3 Masih ada rekan sejawat dokter memberikan pengobatan malaria

menggunakan obat lama

Melakukan Bimtek atau pertemuan dengan semua fasilitas

pelayanan kesehatan tentang penatalaksanaan pengobatan malaria terbaru

yang sesuai dengan memberikan pedoman dan petunjuk teknis.

37
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari Praktik Kesehatan Masyarakat (PKM) yang dimulai dari

18 Oktober 2021 sampai 30 November 2021 mengenai surveilans epidemiologi

malaria di Dinas Kesehatan Kota Bogor, maka penulis berkesimpulan sebagai

berikut :

a. Program kerja yang di lakukan pada program pencegahan dan pengendalian

penyakit malaria di kota bogor yaitu Penatalaksanaan Kasus Malaria

dengan pengobatan standar malaria (DHP + Primaquin), penyelidikan

epidemiologi 125 kasus malaria impor, surveilans epidemiologi malaria di

Puskesmas dan RS melalui E-SISMAL, surveilans migrasi malaria pada

event event tertentu (Idul Fitri, Natal, Tahun Baru), skrining kasus malaria

di lokasi khusus ( Kesatuan TNI/POLRI), penyediaan logistik obat anti

malaria dan RDT, peningkatan kapasitas petugas laboratorium dalam

pemeriksaan mikroskopis malaria, peningkatan kapasitas petugas

Puskesmas dan RS dalam tata laksana malaria, pengendalian vektor

terpadu.

b. Semua kasus yang di temukan di Kota Bogor adalah kasus malaria import

dan paling banyak dengan riwayat perjalanan ke daerah Papua

c. Masalah dalam surveilans epidemiologi malaria di Dinas Kesehatan Kota

Bogor yaitu fasilatas kesehatan yang belum melaporkan kasus malaria

melalui E-SISMAL, dan kelengkapan data yang belum lengkap, dan masih

38
ada rekan sejawat dokter yang memberikan obat malaria menggunakan

obat lama(kloroquin)

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan

beberapa saran yaitu sebagai berikut

a. Kepada Penanggung Jawab Penyakit Tular Vektor Dan Zoonosis untuk

mengkoordinasi pembuatan akun E-SISMAL, melakukan pelatihan E-

SISMAL bagi surveilans yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan. Dan

bimtek bagi teman sejawat dokter tentang penatalaksanaan pemberian obat

malaria.

b. Kepada seluruh pelaksana surveilans di Puskesmas maupun Rs hendaknya

memberikan pembinaan dan monitoring serta evaluasi yang berkala pada

petugas dalam setiap kegiatan pencatatan dan pelaporan E-SISMAL.

c. Untuk menjaga Jaminan mutu sedian slide malaria makas setiap fasilitas

pelayanan kesehatan yang menemukan kasus malaria wajib harus di uji

silang kepada petugas crosschecker malaria di Labkesda Kota Bogor atau

Puskesms Tanah Sareal.

39
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, E. P., Ipa, M., Ginanjar, A., & Wahono, T. (2020). Upaya Pengendalian

Malaria Dalam Rangka Pre-Eliminasi di Kabupaten Garut: Sebuah studi

kualitatif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 22(4), 255–264.

https://doi.org/10.22435/hsr.v22i4.1761

Desita, M. Y., Riwu, Y. R., & Limbu, R. (2021). Media Kesehatan Masyarakat

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

MALARIA DALAM MENDUKUNG ELIMINASI PENYAKIT MALARIA DI

KABUPATEN KUPANG Media Kesehatan Masyarakat. 3(2), 165–174.

Dinkes Kota Bogor. (2019). Profil Dinkes Kota Bogor. Journal of Chemical

Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Ilmu, J., Masyarakat, K., Health, P., Kabupaten, D. I., & Hulu, R. (2020). Al-

Tamimi Kesmas. 1.

Kementerian Kesehatan, Dirjen P2PL, S. M. (2017). Panduan Pemeliharaan

Eliminasi Malaria. Buku Pedoman, 1–28.

Pencegahan, D., Pengendalian, D. A. N., Vektor, T., Zoonotik, D. A. N., Jenderal,

D., Dan, P., Penyakit, P., & Ri, K. K. (2017). Pelaksanaan Penyelidikan

Epidemiologi Kasus Malaria.

40
Lampiran 1

41
Lampiran 2

42
43
Lampiran 3

44
Lampiran 4

NILAI

45
LAMPIRAN 5

Lembar Pedoman Wawancara Informan

PJ Penyakit Tular Vektor dan Zoonosi Dinas Kesehatan Kota Bogor

Nama : Dwi Sutanto, SKM

Tanggal Wawancara : 4 November 2021

1. Program apa saja untuk Surveilans Epidemiologi Malaria di Dinas

Kesehatan Kota Bogor ?

2. Ada Berapa Petugas surveilans di Dinas Kesehatan Kota Bogor?

3. Bagaimana cara pelaporan Program Surveilans Epidemiologi Malaria di

Dinas Kesehatan kota bogor ?

4. Data Apa saja yang disebarluaskan mengenai Program Surveilans

Epidemiologi Malaria di Dinas Kesehatan kota bogor ?

5. Masalah apa yang sering terjadi dalam Program Surveilans Epidemiologi

Malaria di Dinas Kesehatan kota bogor ?

6. Bagaimana alur pelaporan fasilitas pelayanan kesehatan bila ada kasus

positif malaria?

7. Bagaimana alur pentalaksanaan pemberian obat dasar untuk pasien

malaria?

8. Apakah Aplikasi E Sismal di isi juga oleh pihak Fasilitas pelayanan

kesehatan ?

9. Bagaimana cara pelaposan kasus malaria ke pusat atau kemenkes?

10. Program apa untuk meningkatan kapasitas petugas laboratorium dalam

pemeriksaan mikroskopis malaria?

46
11. Alur logostik untuk penyediaan logistik obat anti malaria dan RDT ?

12. Alur uji silang slide malaria ?

13. Bagaimana pengorganisasian dan pembiayaan untuk program surveilans

epidemiologi malaria ?

47
Lampiran 6

Dokumentasi kegiatan PKM

48

Anda mungkin juga menyukai