Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) TAHUN 2019

PUSKESMAS CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

DAFTAR TABEL..........................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR......................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4

2.1 Definisi Surveilans Dengue dan Penyakit Dengue...............4

2.2 Mekanisme Penularan Penyakit...........................................5

2.3 Siklus Hidup Aedes Aegypti..................................................5

2.4 Gejala dan Tanda Utama DBD.............................................7

2.5 Pengendalian Vektor Penular DBD..........................................8

BAB III METODE KEGIATAN SURVEILANS DBD..................................12

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan Surveilans..............................12

3.1.1 Lokasi Kegiatan Surveilans....................................12

3.1.2 Waktu Kegiatan Surveilans....................................12

3.2 Subjek Surveilans...............................................................12

3.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................12

3.3.1 Data Primer.............................................................12

3.3.2 Data Sekunder........................................................12

3.4 Teknik Penyajian Data........................................................13

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Triwulan II 2019 ii


BAB IV HASIL KEGIATAN SURVEILANS DBD.......................................14

4.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Variabel Orang....14

4.1.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Umur...........14

4.1.2 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Jenis


Kelamin...................................................................15

4.2 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Variabel Waktu....15

4.3 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Variabel Tempat


Kejadian..............................................................................16

4.4 Analisa Kejadian Demam Berdarah di Puskesmas


Cilengkrang Ditinjau dari Aspek Segitiga Epidemiologi
(Host, Agent, Environment)................................................17

4.5 Ukuran Epidemiologi...........................................................18

4.6 Upaya Pengendalian Kejadian Demam Berdarah di


Puskesmas Cilengkrang.....................................................20

4.7 Rencana Tindak Lanjut.......................................................21

BAB V PENUTUP....................................................................................28

5.1 Kesimpulan.........................................................................28

5.2 Saran......................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................30

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 iii


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tindak Lanjut Monitoring Kegiatan Gemilang, G1S1J dan


Duta EWARS.............................................................................24

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti...................................... 6

Gambar 4.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Umur di Puskesmas


Cilengkrang Tahun 2019.........................................................14

Gambar 4.2 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Jenis Kelamin di


Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019.....................................15

Gambar 4.3 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Waktu di Puskesmas


Cilengkrang Tahun 2019.........................................................15

Gambar 4.4 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Tempat Kejadian di


Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019.....................................16

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 v


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini dapat
ditemukan di daerah tropis maupun sub tropis. Kondisi terkini
menunjukkan sekitar 2,5 miliar atau 40% populasi dunia bertempat tinggal
di daerah yang berisiko menularkan demam berdarah. Terdapat sekitar
100 negara di Asia Pasifik, Amerika, Afrika dan Karibia menjadi daerah
endemis DBD. WHO (2019) memperkirakan setiap tahun terdapat 50
hingga 100 juta orang menderita demam berdarah, dimana 500.000 kasus
demam berdarah dan 22.000 kematian akibat DBD sebagian besar terjadi
pada kelompok usia anak.
Di Indonesia, DBD masih menjadi salah satu permasalahan
kesehatan masyarakat utama dan perlu mendapat perhatian yang cukup
serius. Hal ini dikarenakan penyakit ini dapat menyebabkan kematian
dengan angka CFR yang cukup tinggi terutama saat KLB. Hingga kini,
belum terdapat obat DBD beserta vaksin pencegahannya. Penyakit ini
dapat dicegah melalui upaya pengendalian vector baik secara fisik, kimia
dan biologi.
Pada tahun 2016, angka kesakitan DBD di Provinsi Jawa Barat
mencapai 37.418 kasus. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan
dengan tahun 2015 yaitu sebanyak 22.111 kasus. Selain itu, risiko
kejadian DBD di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan yang
signifikan yaitu dari 47.34 per 100.000 penduduk menjadi 78.98 per
100.000 penduduk. Pada tahun 2017, angka kesakitan DBD mencapai
68.407 kasus. Provinsi dengan jumlah kasus DBD tertinggi adalah provinsi

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Triwulan II 2019 1


Jawa, dimana provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama dengan
jumlah kasus DBD sebanyak 10.016 kasus.
Kabupaten Bandung menjadi salah satu daerah yang memiliki
incidence rate DBD di atas toleransi ambang batas Angka Kesakitan DBD
(50 per 100.000 penduduk). Salah satu Puskesmas di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung yang mengalami peningkatan jumlah
penderita DBD pada tahun 2019 adalah Puskesmas Cilengkrang.
Beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas Cilengkrang merupakan
daerah endemis DBD. Pada tahun 2019, terdapat 34 penderita DBD.
Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu dan kemungkinan masih terdapat kasus DBD di masyarakat
yang tidak terlaporkan ke Puskesmas. Salah satu penyebab utamanya
adalah kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
terutama dalam hal Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3 M Plus.
Mengingat keparahan yang ditimbulkan dari DBD, maka diperlukan
upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. Oleh karena itu, disusun
laporan surveilans Demam Berdarah Dengue untuk memantau
kecenderungan/tren penyakit dengue dan sebagai kewaspadaan dini KLB
dengue serta penanggulangannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pola penyakit DBD menurut orang, tempat dan waktu di
Puskesmas Cilengkrang?
2. Apakah faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus DBD di
Puskesmas Cilengkrang ditinjau dari aspek segitiga epidemiologi
(host, agent dan environment)?
3. Apa saja upaya pengendalian DBD yang sudah dilakukan oleh
Puskesmas Cilengkrang?
4. Apa saja rencana tindak lanjut untuk menekan laju pertambahan
jumlah kasus DBD di Puskesmas Cilengkrang?

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 2


1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pola penyakit DBD menurut orang, tempat dan
waktu di Puskesmas Cilengkrang

2. Menganalisis faktor penyebab kasus DBD di Puskesmas


Cilengkrang berdasarkan aspek host, agent dan environment

3. Menjelaskan upaya pengendalian DBD yang sudah dilakukan oleh


Puskesmas Cilengkrang

4. Menyusun rencana tindak lanjut untuk menekan laju pertambahan


jumlah kasus DBD di Puskesmas Cilengkrang

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Surveilans Dengue dan Penyakit Dengue


Surveilans Dengue adalah serangkaian proses pengamatan,
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data, serta penyajian
informasi kepada pemegang kebijakan, penyelenggara program
kesehatan dan stakeholders terkait secara sistematis dan terus menerus
tentang situasi penyakit dengue dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit tersebut (determinan) agar
dapat dilakukan tindakan pengendalian secara efektif dan efisien. Yang
dimaksud dengan penyakit/kasus infeksi dengue meliputi penderita
Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Expanded
Dengue Syndrome (EDS). Berikut penjelasannya.

a. Demam Dengue (DD) adalah demam disertai 2 atau lebih gejala


penyerta seperti sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, pegal, nyeri
sendi (arthralgia), ruam (rash). Terdapat manifestasi perdarahan,
leukopenia (leukosit ≤ 5.000/mm3), jumlah trombosit ≤ 150.000/mm 3 dan
peningkatan hematocrit 5-10%.

b. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam 2-7 hari disertai


manifestasi perdarahan, jumlah trombosit ≤ 100.000//mm 3, adanya
tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai
baseline, dan atau efusi pleura, dan atau
hypoproteinemia/albuminemia).

c. Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah kasus DBD yang masuk dalam
derajat III dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai
dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan
nadi (≤ 20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 4


lembab serta pasien menjadi gelisah sampai terjadi syok/renjatan berat
(tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah).

d. Expanded Dengue Syndrome (EDS) adalah infeksi dengue yang


disertai manifestasi klinis yang tidak biasa (unusual manifestation) yang
ditandai dengan kegagalan organ berat seperti hati, ginjal, otak dan
jantung.

2.2 Mekanisme Penularan Penyakit


Penyakit dengue disebabkan oleh virus dengue. Terdapat empat
serotype virus yang dikenal yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
DEN-3 sangat berkaitan erat dengan kasus DBD berat dan merupakan
serotype yang paling luas distribusinya yang disusul oleh DEN-2, DEN-1
dan DEN-4. Apabila seseorang terinfeksi dengan salah satu serotype virus
tersebut, maka akan terbentuk kekebalan seumur hidup terhadap serotype
virus yang bersangkutan. Walaupun keempat serotype virus tersebut
memiliki daya antigenisitas yang sama, namun mereka berbeda dalam
menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa bulan terjadi infeksi
dengan salah satu dari mereka.
Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti, Aedes Albopictus dan Aedes Scutellaris. Seseorang yang
di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular
Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus dengue berada dalam darah
selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam.

2.3 Siklus Hidup Aedes Aegypti


Nyamuk aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu
telur-jentik (larva)-pupa-nyamuk. Stadium telur-jentik-pupa hidup di dalam
air bersih. Pada umumnya, telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam
waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik/larva biasanya

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 5


berlangsung 6-8 hari dan stadium pupa berlangsung antara 2-4 hari.
Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur
nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan.

Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Aktivitas menggigit nyamuk Aedes Aegypti biasanya mulai pagi dan


petang hari dengan puncak aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-
17.00. Habitat perkembangbiakan Aedes Aegypti adalah tempat-tempat
yang dapat menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta
tempat-tempat umum. Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti
dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari seperti:


drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/WC dan ember

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 6


b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:
tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrol
pembuangan air, tempat pembuangan air kulkas/dispenser, talang air
yang tersumbat, barang-barang bekas (misalnya: ban, kaleng, botol,
plastik dan lainnya)

c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu,


pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu,
tempurung coklat/karet dan lainnya

2.4 Gejala dan Tanda Utama DBD


Gejala atau tanda utama DBD adalah sebagai berikut:
1) Demam
a. Demam tinggi mendadak, sepanjang hari yang berlangsung selama
2-7 hari
b. Fase kritis ditandai saat demam mulai turun dan biasanya terjadi
setelah hari ke-6.
Catatan: Hati-hati karena pada fase tersebut dapat terjadi syok
2) Tanda-tanda perdarahan
a. Penyebab perdarahan pada penderita DBD adalah gangguan pada
pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan. Jenis
perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji
tourniquet positif, petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan
konjungtiva
b. Perdarahan lainnya yaitu epitaksis, perdarahan gusi, melena dan
hematemesis. Pada anak yang belum pernah mengalami mimisan,
maka mimisan merupakan tanda penting. Kadang dijumpai pula
perdarahan konjungtiva atau hematuria.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 7


3) Hepatomegali (Pembesaran Hati)
a. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit, bervariasi dan hanya teraba (just palpable) sampai 2-4
cm di bawah lengkungan iga kanan dan di bawah procesus
xifoideus
b. Proses pembesaran hati dari tidak teraba menjadi teraba dapat
meramalkan perjalanan penyakit DBD. Derajat pembesaran hati
tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan di
hipokondrium kanan disebabkan oleh karena peregangan kapsul
hati. Nyeri perut lebih tampak jelas pada anak besar daripada anak
kecil.
4) Syok
Tanda-tanda syok (renjatan) antara lain:
a. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
tangan dan kaki
b. Capillary refill time memanjang > 2 detik
c. Penderita menjadi gelisah
d. Sianosis di sekitar mulut
e. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
f. Perbedaan tekanan nadi sistolik dan diastolic menurun ≤ 20 mmHg

2.5 Pengendalian Vektor Penular DBD


Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko
penularan oleh vektor dengan cara meminimalkan habitat
perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur vektor,
mengurangi kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai
penularan penyakit. Pengendalian vektor dapat dilakukan secara fisik,
biologi, kimia dan terpadu dari metode fisik, biologi dan kimia.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 8


a. Pengendalian Secara Fisik/Mekanik

Pengendalian fisik merupakan pengendalian vektor DBD melalui


kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus. Sasaran
kegiatan PSN 3M Plus adalah semua tempat potensial perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegypti yaitu tempat penampungan air untuk keperluan
sehari-hari, tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari
dan tempat penampungan air alamiah. Berikut adalah kegiatan PSN 3M
Plus:
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak
mandi/WC, drum dan lainnya minimal seminggu sekali
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti gentong
air/tempayan dan lainnya
3. Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang dapat
menampung air hujan
PSN 3M diiringi dengan kegiatan Plus lainnya antara lain:
1. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali
2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
3. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon dan lainnya
dengan tanah dan lainnya
4. Menaburkan bubuk larvasida misalnya di tempat yang sulit dikuras
atau di daerah yang sulit air
5. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air
6. Memasang kawat kasa
7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
8. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
9. Menggunakan kelambu
10. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk dan sebagainya

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 9


Keberhasilan kegiatan PSN 3M Plus dapat diukur dengan Angka Bebas
Jentik (ABJ). Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan penularan DBD dapat
dicegah atau dikurangi.

b. Pengendalian Secara Biologi


Pengendalian vektor biologi menggunakan agen biologi antara lain:
1. Predator atau pemangsa jentik (hewan, serangga dan parasite)
sebagai musuh alami stadium pra dewasa nyamuk. Jenis predator
yang digunakan adalah ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus,
guppy, dan lainnya), sedangkan larva capung (nympha),
toxorrhyncites, mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator
walau bukan sebagai metode yang lazim untuk pengendalian vektor
DBD
2. Insektisida biologi untuk pengendalian DBD yaitu Insect Growth
Regulator (IGR) dan Bacillus Thuringiensis Israelensis (BTI) ditujukan
untuk pengendalian stadium pra dewasa yang diaplikasikan ke dalam
habitat perkembangbiakan vektor

c. Pengendalian Secara Kimiawi

Pengendalian vektor secara kimiawi dilakukan dengan


menggunakan insektisida misalnya fogging dan abatesasi. Upaya
pengendalian ini lebih popular di masyarakat dibandingkan dengan cara
pengendalian lainnya. Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan
pra dewasa. Dikarenakan insektisida adalah racun, maka penggunaannya
harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme.
Selain itu, penentuan jenis insektisida, dosis dan metode aplikasi
merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan
pengendalian vektor. Aplikasi insektisida yang berulang dalam jangka
waktu lama di satuan ekosistem akan menimbulkan terjadinya resistensi.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 10


Insektisida tidak dapat digunakan apabila nyamuk resisten/kebal terhadap
insektisida.

d. Pengendalian Vektor Secara Terpadu


Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) adalah kegiatan pengendalian
vektor dengan memadukan berbagai metode baik fisik, biologi dan kimia
yang dilakukan secara bersama dengan melibatkan berbagai sumber
daya lintas program dan lintas sektor. Komponen lintas sektor yang
menjadi mitra bidang kesehatan dalam pengendalian vektor antara lain
bidang pendidikan dan kebudayaan, bidang agama, bidang pertanian,
bidang kebersihan dan tata ruang, bidang perumahan dan permukiman
dan bidang lain terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 11


BAB III
METODE KEGIATAN SURVEILANS DEMAM BERDARAH

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan Surveilans


3.1.1 Lokasi Kegiatan Surveilans
Kegiatan surveilans kasus Demam Berdarah dilaksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Cilengkrang yaitu di Desa Jatiendah, Desa
Girimekar, Desa Melatiwangi, Desa Cilengkrang, Desa Ciporeat, dan
Desa Cipanjalu.

3.1.2 Waktu Kegiatan Surveilans


Kegiatan surveilans Demam Berdarah dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan. Pelaporan kasus Demam Berdarah
dilakukan setiap minggu di hari Selasa mulai Bulan Januari sampai
dengan Desember 2019.

3.2 Subjek Surveilans


Subjek surveilans Demam Berdarah adalah semua warga yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cilengkrang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Data Primer


Data primer diperoleh melalui wawancara dengan penderita
Demam Berdarah dan observasi tempat tinggal dan lingkungan sekitar
penderita Demam Berdarah saat dilakukan Pelacakan Kasus dan
Penyelidikan Epidemiologi.
3.3.2 Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh melalui studi literatur,
dokumen W2 Puskesmas Online mengenai rekapitulasi tersangka DBD,
dan laporan kasus DBD dari warga setempat.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 12


3.4 Teknik Penyajian Data
Teknik penyajian data yang digunakan pada kegiatan surveilans
Demam Berdarah di Puskesmas Cilengkrang berupa tabel, diagram
batang, dan diagram garis.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 13


BAB IV
HASIL KEGIATAN SURVEILANS DEMAM BERDARAH

4.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Variabel Orang

Analisis pola kasus Demam Berdarah dilaksanakan menurut


variabel orang yaitu umur dan jenis kelamin yang bertujuan untuk
mengetahui populasi mana yang lebih berisiko menderita demam
berdarah.

4.1.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Umur

Gambar 4.1 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Umur di Puskesmas


Cilengkrang Tahun 2019

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas penderita Demam


Berdarah berada pada kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebesar 29,41%
(10 kasus). Kelompok umur 20-44 tahun memiliki jumlah penderita DBD
terbanyak kedua yaitu sebesar 20,59% (7 kasus). Jumlah penderita DBD
pada kelompok umur 1-4 tahun sama dengan kelompok umur 15-19 tahun
yaitu sebesar 17,65% (6 kasus). Ditemukan sebesar 8,82% (3 kasus)
pada kelompok umur < 1 tahun. Sementara, jumlah penderita DBD pada
kelompok umur 5-9 tahun sama dengan kelompok umur 55-59 tahun yaitu
sebesar 2,94% (1 kasus).

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 14


4.1.2 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Jenis Kelamin

Gambar 4.2 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Jenis Kelamin di


Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa dari 34 penderita Demam


Berdarah, mayoritas penderita DBD berjenis kelamin perempuan yaitu
sebesar 67,65% (23 kasus). Sementara, penderita DBD laki-laki sebesar
32,35% (11 kasus).

4.2 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Variabel Waktu

Gambar 4.3 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Waktu di Puskesmas


Cilengkrang Tahun 2019

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 15


Gambar 4.3 menunjukkan bahwa jumlah kasus DBD di Puskesmas
Cilengkrang pada tahun 2019 cenderung fluktuatif. Pada kurun waktu
triwulan I (Januari-Maret 2019) terdapat 50% (17 kasus) DBD. Jumlah
kasus DBD mengalami penurunan selama triwulan II (April-Juni 2019)
menjadi 41,18% (14 kasus). Pada triwulan III (Juli-September 2019),
jumlah kasus DBD kembali mengalami penurunan menjadi 8,82% (3
kasus). Sementara, pada triwulan IV (Oktober-Desember) tidak ada kasus
DBD. Pencatatan dan pelaporan kasus DBD ini berdasarkan kunjungan
pasien berobat dan laporan warga. Kemungkinan masih terdapat kasus
DBD di masyarakat yang tidak terlaporkan ke Puskesmas.

4.3 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Variabel Tempat Kejadian

Gambar 4.4 Pola Kasus Demam Berdarah Menurut Tempat Kejadian di


Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas Kasus Demam


Berdarah terjadi di Desa Jatiendah yaitu sebesar 38,24% (13 kasus).
Desa Girimekar menjadi Desa dengan jumlah penderita Demam Berdarah
terbanyak kedua yaitu sebesar 29,41% (10 kasus). Desa Cipanjalu
menjadi Desa dengan jumlah penderita Demam Berdarah terbanyak
ketiga yaitu sebesar 14,71% (5 kasus). Desa Melatiwangi dan Desa

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 16


Ciporeat menjadi penyumbang kasus DBD terbanyak keempat yaitu
sebesar 8,82% (3 kasus). Sementara di Desa Cilengkrang tidak terdapat
kasus DBD.

4.4 Analisa Kejadian Demam Berdarah di Puskesmas Cilengkrang


Ditinjau dari Aspek Segitiga Epidemiologi (Host, Agent,
Environment)

Tingginya kasus Demam Berdarah di wilayah kerja Puskesmas


Cilengkrang dapat disebabkan oleh interaksi antara host, agent dan
environment. Faktor host dapat dilihat dari segi perilaku, virus dengue
sebagai agent dan environment berasal dari kondisi lingkungan sekitar
yang dapat memudahkan transmisi penularan Demam Berdarah.
Ketidakseimbangan interaksi antara host, agent dan environment dapat
meningkatkan insiden Demam Berdarah di wilayah kerja Puskesmas
Cilengkrang.
Apabila ditinjau dari segi waktu, kasus Demam Berdarah banyak
terjadi di awal musim penghujan. Kondisi curah hujan yang tinggi dapat
memicu vector nyamuk Demam Berdarah mengalami peningkatan jumlah
populasi. Di samping itu, kondisi lingkungan yang tidak saniter juga
berpotensi menjadi sarang nyamuk sehingga turut berkontribusi dalam
meningkatkan insiden Demam Berdarah.
Ditinjau dari segi geografis, wilayah kerja Puskesmas Cilengkrang
memiliki kawasan pemukiman padat penduduk. Jarak antar rumah yang
sangat berdekatan memudahkan dan mempercepat penularan Demam
Berdarah. Hal ini dikarenakan jarak terbang nyamuk Aedes Aegypti
adalah 100 m. Karakteristik masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas
tinggi didukung dengan kemudahan sarana transportasi juga berperan
dalam penyebaran Demam Berdarah semakin mudah dan meluas.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 17


Faktor perilaku dan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) juga berkaitan erat
dengan kejadian Demam Berdarah. Sebagian besar masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Cilengkrang masih enggan untuk melaksanakan
PSN. Hal ini dibuktikan dengan hasil penyelidikan epidemiologi yang
menunjukkan bahwa dari 92 rumah yang diperiksa jentik nyamuk, terdapat
13 rumah yang positif jentik nyamuk. Lokasi penemuan jentik nyamuk di
dispenser, aquarium bekas yang masih terdapat air, wadah bekas yang
menampung air hujan dan bak mandi. Selain itu, masyarakat juga memiliki
kebiasaan menggantung pakaian yang berpotensi menjadi sarang
nyamuk. Beberapa warga juga tidak menutup tempat penampungan air
sehingga rawan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Kondisi ini
menggambarkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan PSN masih rendah.
Rendahnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan kegiatan
PSN dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang masih rendah. Sebagian
besar masyarakat memiliki pengetahuan yang rendah tentang Demam
Berdarah terutama dalam hal pencegahan. Rendahnya pengetahuan
tentang tujuan dan manfaat PSN bagi kesehatan serta dampak jika tidak
melakukan PSN mengakibatkan keengganan untuk berpartisipasi dalam
PSN. Hal ini dibuktikan dengan tingginya permintaan fogging ketika
terdapat warga yang sakit Demam Berdarah. Mayoritas masyarakat masih
memiliki anggapan bahwa satu-satunya upaya pengendalian Demam
Berdarah bukanlah PSN melainkan fogging.

4.5 Ukuran Epidemiologi


a. Angka Kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 18


Artinya terdapat 0 sampai dengan 1 kasus baru DBD diantara 1000
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cilengkrang selama bulan
Januari sampai dengan Desember 2019.

b. Angka Kematian/Case Fatality Rate (CFR) DBD

Artinya tidak ada kematian yang disebabkan oleh DBD di wilayah


kerja Puskesmas Cilengkrang selama bulan Januari sampai
dengan Desember 2019.

c. Angka Bebas Jentik

Artinya persentase jumlah rumah atau bangunan yang tidak


terdapat jentik di wilayah kerja Puskesmas Cilengkrang selama
bulan Januari sampai dengan Desember 2019 adalah 91,46%. Hal
ini menunjukkan bahwa ABJ di wilayah kerja Puskesmas
Cilengkrang pada tahun 2019 belum mencapai target yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan dimana target ABJ ≥ 95%.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 19


4.6 Upaya Pengendalian Kejadian Demam Berdarah di Puskesmas
Cilengkrang
Upaya pengendalian kejadian Demam Berdarah yang telah
dilakukan di Puskesmas Cilengkrang, antara lain:

1. Penyelidikan Epidemiogi

Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan dalam kurun waktu 1 x 24 jam


setelah kejadian dan paling lambat 2 minggu setelah kejadian.
Penyelidikan epidemiologi bertujuan untuk mengetahui kronologis
penyakit Demam Berdarah, mengidentifikasi faktor penyebab dan
menentukan upaya penanggulangannya.

2. KIE mengenai PSN (Komunikasi, Informasi dan Edukasi mengenai


Pemberantasan Sarang Nyamuk)

KIE PSN sebagai Upaya Pencegahan Demam Berdarah yang


bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
PSN. Kegiatan PSN atau yang dikenal dengan 3 M Plus meliputi
menguras bak mandi minimal 3 hari sekali, menutup tempat
penampungan air, mengubur botol/wadah bekas yang berpotensi
menampung air, tidak menggantung pakaian, menggunakan lotion anti
nyamuk/pembasmi nyamuk dan sebagainya.

3. Penyuluhan

Penyuluhan mengenai Demam Berdarah mencakup pengertian,


penyebab, gejala, upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan
jika terkena Demam Berdarah. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan
secara berkala di dalam maupun di luar gedung.

4. Abatesasi

Kegiatan abatesasi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan


pemantau jentik berkala. Bagi rumah yang ditemukan jentik nyamuk

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 20


diberi abate untuk menekan laju perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegypti.

5. Pemantauan Jentik Berkala

Kegiatan pemantauan jentik berkala dilakukan di 6 Desa wilayah kerja


Puskesmas Cilengkrang setiap tahun. Kegiatan ini bertujuan untuk
menekan laju pertumbuhan populasi vector nyamuk penular Demam
Berdarah.

4.7 Rencana Tindak Lanjut

Wilayah kerja Puskesmas Cilengkrang merupakan daerah endemis


Demam Berdarah dan mengingat keparahan yang ditimbulkan Demam
Berdarah serta potensi menjadi KLB/Wabah, maka perlu disusun rencana
tindak lanjut sebagai upaya penurunan jumlah kasus Demam Berdarah.
Rencana tindak lanjut tersebut antara lain:

1. Gerakan Mencintai Lingkungan (GEMILANG)

Konsep kegiatan pemberdayaan masyarakat GEMILANG menyerupai


Gerakan 1 rumah 1 jentik yang bertujuan untuk memantau jentik
secara berkala di setiap rumah. Kegiatan ini melibatkan lintas program
dan lintas sektor seperti Camat, Ketua RW dan RT, Kader dan warga
di lokasi terpilih. Ada 4 lokasi yang dipilih sebagai pilot project yaitu
RW 03 dan RW 19 Desa Jatiendah dan RW 04 dan RW 06 Desa
Melatiwangi. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan tingginya
jumlah kasus DBD dan banyaknya permintaan fogging di ke dua Desa
tersebut.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 21


2. Gerakan 1 Kelas 1 Jumantik

Gerakan 1 kelas 1 jumantik dilaksanakan di SD, SMP dan SMA di


wilayah kerja Puskesmas Cilengkrang. Konsep gerakan ini sama
dengan kegiatan GEMILANG, namun lokasi pelaksanaannya di
sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa
sekolah ikut berperan dalam penularan DBD dimana peningkatan
aktivitas menggigit nyamuk penular DBD bersamaan dengan jam
sekolah.

3. Membentuk Duta EWARS

Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan Kader. Kader bertugas


untuk mengawasi 6-8 rumah dan melaporkan setiap kasus penyakit
berpotensi KLB termasuk DBD sesuai dengan format Early Warning
Alert Respon System (EWARS). Pelaporan dapat dilakukan melalui
grup WA yang dibentuk setiap hari Sabtu.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 22


Tabel 4.1Tindak Lanjut Monitoring Kegiatan Gemilang, G1S1J dan Duta EWARS
No. Kegiatan Jenis Kegiatan RTL Tindak Lanjut Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5) (5)
1. Kegiatan Advokasi kegiatan Advokasi kegiatan Telah dilakukan -
Pemberdayaan GEMILANG ke stakeholder GEMILANG ke advokasi kegiatan
Masyarakat yaitu Camat, Kepala Desa, stakeholder GEMILANG ke
Gerakan Mencintai Ketua RW, Ketua RT dan dilaksanakan pada stakeholder pada
Lingkungan pihak terkait lainnya bulan Juli 2019 awal bulan Juli 2019
(GEMILANG) Pemilihan lokasi sasaran Menentukan 4 lokasi di Telah disepakati -
kegiatan (RW) sebagai wilayah Puskesmas empat lokasi di
pilot project Cilengkrang sebagai wilayah kerja
pilot project Puskesmas
Cilengkrang yang
terpilih sebagai pilot
project kegiatan
GEMILANG yaitu:
1) RW 003 Desa
Jatiendah
2) RW 019 Desa
Jatiendah
3) RW 004 Desa
Melatiwangi
4) RW 006 Desa
Melatiwangi
Sosialisasi dan pelatihan Sosialisasi dan Telah dilaksanakan -
kegiatan GEMILANG pelatihan kegiatan sosialisasi dan

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Triwulan II 2019 24


No. Kegiatan Jenis Kegiatan RTL Tindak Lanjut Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5) (5)
kepada sasaran terpilih gemilang kepada pelatihan kegiatan
yang bertugas sebagai juru sasaran terpilih gemilang kepada
pemantau jentik di rumah dilaksanakan pada sasaran terpilih pada
masing-masing
bulan Juli 2019 tanggal 3-6 Juli 2019
Pelaporan hasil Hasil pemantauan jentik Telah dilakukan -
pemantauan jentik nyamuk nyamuk di masing- pelaporan hasil
masing rumah pemantauan jentik
dilaporkan setiap hari nyamuk mulai minggu
Sabtu ke-1 bulan Juli 2019
Monitoring kegiatan Monitoring kegiatan Monitoring kegiatan -
GEMILANG setiap bulan GEMILANG dilakukan GEMILANG dilakukan
setiap bulan setiap bulan dimulai
bulan Juli 2019
Evaluasi kegiatan Evaluasi kegiatan Evaluasi kegiatan -
GEMILANG setiap 3 bulan GEMILANG dilakukan GEMILANG dilakukan
setiap 3 bulan setiap 3 bulan dimulai
bulan September
2019
2. Kegiatan Gerakan Advokasi kegiatan G1S1J Advokasi kegiatan Telah dilakukan -
1 Kelas 1 ke stakeholder yaitu G1S1J dilaksanakan advokasi kegiatan
Jumantik (G1S1J) Kepala Sekolah SD, SMP pada bulan Mei 2019 G1S1J dilaksanakan
dan SMA di wilayah kerja pada tanggal 16 Mei
Puskesmas Cilengkrang 2019
Sosialisasi dan pembinaan Sosialisasi dan Telah dilakukan -

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 25


No. Kegiatan Jenis Kegiatan RTL Tindak Lanjut Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5) (5)
kegiatan G1S1J ke guru pembinaan kegiatan sosialisasi dan
UKS G1S1J ke guru UKS pembinaan kegiatan
dilaksanakan pada G1S1J ke guru UKS
bulan Mei 2019 dilaksanakan pada
tanggal 16 Mei 2019
Pelaporan hasil Hasil pemantauan jentik Pelaporan hasil jentik -
pemantauan jentik nyamuk nyamuk di masing- nyamuk di masing-
masing sekolah masing sekolah
dilaporkan setiap hari dilakukan mulai
Jumat minggu ke-3 bulan
Juli 2019
Monitoring kegiatan G1S1J Monitoring kegiatan Monitoring kegiatan -
setiap bulan G1S1J dilakukan setiap G1S1J dilakukan
bulan setiap bulan dimulai
bulan Juli 2019
Evaluasi kegiatan G1S1J Evaluasi kegiatan Evaluasi kegiatan -
setiap 3 bulan G1S1J dilakukan setiap G1S1J dilakukan
3 bulan setiap 3 bulan dimulai
bulan September
2019
3. Membentuk Duta Advokasi pembentukkan Advokasi Advokasi -
EWARS Duta EWARS ke pembentukkan Duta pembentukkan Duta
stakeholder yaitu Camat, EWARS dilaksanakan EWARS dilaksanakan
Ketua RW/RT dan pihak pada awal tahun 2020 pada awal tahun 2020
lain yang terkait

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 26


No. Kegiatan Jenis Kegiatan RTL Tindak Lanjut Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5) (5)
Sosialisasi dan pembinaan Sosialisasi dan Sosialisasi dan -
kegiatan Duta EWARS ke pembinaan kegiatan pembinaan kegiatan
kader Duta EWARS Duta EWARS
dilaksanakan pada awal dilaksanakan pada
tahun 2020 awal tahun 2020
Pelaporan hasil Pelaporan hasil Pelaporan hasil -
pemantauan kasus pemantauan kasus pemantauan kasus
penyakit penyakit dilaporkan penyakit dilaporkan
setiap hari Sabtu setiap hari Sabtu
mulai awal tahun
2020
Monitoring Duta EWARS Monitoring Duta Monitoring Duta -
EWARS dilaksanakan EWARS dilaksanakan
setiap bulan setiap bulan mulai
awal tahun 2020
Evaluasi Duta EWARS Evaluasi Duta EWARS Evaluasi Duta -
dilaksanakan setiap 3 EWARS dilaksanakan
bulan setiap 3 bulan mulai
awal tahun 2020

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 27


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sebagian besar penderita DBD ditemukan pada kelompok umur
10-14 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Ditinjau dari segi waktu,
mayoritas kasus DBD terjadi pada triwulan I (Januari sampai dengan
Maret). Berdasarkan tempat kejadian, sebagian besar kasus DBD terjadi
di Desa Jatiendah.
Peningkatan insiden DBD di Puskesmas Cilengkrang disebabkan
oleh ketidakseimbangan interaksi antara host, agent dan environment.
Virus dengue sebagai agent. Faktor host dapat dilihat dari perilaku
masyarakat seperti kurangnya kepedulian masyarakat terhadap
kebersihan lingkungan terutama dalam hal Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Faktor environment berasal dari kondisi lingkungan
sekitar yang dapat memudahkan penyebaran DBD, misalnya lingkungan
yang tidak saniter dan kawasan pemukiman padat penduduk.
Upaya pengendalian DBD yang telah dilakukan di Puskesmas
Cilengkrang antara lain penyelidikan epidemiologi, KIE tentang PSN
kepada penderita dan keluarga, penyuluhan kelompok, abatesasi dan
pemantauan jentik berkala. Rencana tindak lanjut sebagai upaya
penurunan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Cilengkrang
antara lain Gerakan Mencintai Lingkungan (GEMILANG), Gerakan 1
Sekolah 1 Jumantik dan membentuk Duta EWARS untuk memperbaiki
kualitas pencatatan dan pelaporan kasus DBD.

5.2 Saran
Berdasarkan laporan surveilans DBD yang telah disusun, maka
saran yang diberikan antara lain:

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Triwulan II 2019 28


1. Memperbaiki kualitas pencatatan dan pelaporan kasus DBD yaitu
dengan melakukan Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS)
2. Melakukan monitoring kegiatan inovasi yang sudah terbentuk
3. Melakukan penyuluhan secara berkala yang menekankan bahwa
fogging bukanlah upaya terbaik untuk memberantas DBD dan
menganjurkan pelaksanaan 3M Plus
4. Melakukan pemeriksaan jentik nyamuk pada radius 100 meter dari
rumah penderita

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 29


DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. (2019). Why Is Dengue A


Global Issue?.
https://www.cdc.gov/dengue/training/cme/ccm/page51440.html
(sitasi 30 Maret 2019)

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2016). Profil Kesehatan.


http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_P
ROVINSI_2016/12_Jabar_2016.pdf (sitasi 30 Maret 2019)

Kementerian Kesehatan. (2016). Situasi DBD di Indonesia.


http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin%20dbd%202016.pdf
(sitasi 30 Maret 2019).

Kementerian Kesehatan. (2017). Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun
2017.

Laporan Surveilans DBD di Puskesmas Cilengkrang Tahun 2019 30

Anda mungkin juga menyukai