Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MANAJEMEN KEJADIAN LUAR BIASA DAN BENCANA


“ANALISA FORMAT PELAPORAN KLB”
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE) KLB CAMPAK
DI WILAYAH PUSKESMAS MOLIBAGU KECAMATAN BOLANG UKI
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN (BOLMONG SELATAN)
TAHUN 2016

KELOMPOK ALIH JENIS 2017

1. NURUL LAYLY FIRDAUSI (101711123009)


2. RETNO TRIHASTUTI (101711123029)
3. MANINGGAR K. (101711123038)

PRODI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga makalah Manajemen Bencana dan Kejadian Luar Biasa dengan
judul Analisa Format Pelaporan KLB ini selesai tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bencana dan Kejadian Luar Biasa

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan,
oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Atas perhatian pembaca, kami mengucapakan terimakasih.

Surabaya, Mei 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................................iii
Daftar Grafik ......................................................................................................................iv
Daftar Gambar ....................................................................................................................v
Daftar Tabel ...................................................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Campak ............................................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi Campak ........................................................................................ 5
2.3 Kejadian Luar Biasa Campak ............................................................................. 5
2.4 Sistem kewaspadaan Dini pada Campak ............................................................ 7
BAB 3 PEMBAHASAN.................................................................................................... 8
3.1 Studi Kasus ......................................................................................................... 8
3.2 Penulisan Format Penyelidikan Epidemiologi (PE) KLB Campak .................. 11
BAB 4 PENUTUP ........................................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 14
4.2 Saran ............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15
Lampiran.......................................................................................................................... 16

iii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Distribusi kasus campak menurut minggu di Puskesmas Molibagu Kecamatan


Bolang Uki, Kabupaten Bolmong Selatan, Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016 .... 8
Grafik 2. Distribusi kasus campak berdasarkan kelompok umur dan status imunisasi di Puskesmas
Molibagu Kecamatan Bolang Uki, Kabupaten Bolmong Selatan, Provinsi Sulawesi Utara
tahun 2016 ........................................................................................................................... 9
Grafik 3. Distribusi kasus campak berdasarkan kelompok umur dan Jenis kelamin di Puskesmas
Molibagu Kecamatan Bolang Uki, Kabupaten Bolmong Selatan, Provinsi Sulawesi Utara
tahun 2016.............................................................................................................................9
Grafik 4. Distribusi kasus campak berdasarkan kelompok umur dan Desa di Puskesmas Molibagu
Kecamatan Bolang Uki, Kabupaten Bolmong Selatan. Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016
............................................................................................................................................10

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Distribusi Kasus Campak pada KLB Campak Kecamatan Balong Uki Kabupaten
Bolmong Selatan tahun 2016 ........................................................................................... 10

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Attack Rate KLB Campak di PKM Molibagu Kabupaten Bolsel Provinsi Sulawesi Utara
tahun 2016............................................................................................................................. 11

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejadian Luar Biasa (KLB) menurut PMK RI No 1501/MENKES/PER/X/2010
adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Untuk menentukan
status KLB suatu penyakit menular diperlukan adanya penyelidikan epidemiologi, yakni
suatu penyelidikan yang dilakukan guna mengenal sifat-sifat penyebab, sumber dan cara
penularan serta factor yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu wabah tersebut. Salah
satu penyakit yang dapat menimbulkan adanya KLB atau wabah adalah campak.
Campak merupakan penyakit infeksi yang masuk dalam prioritas masalah
kesehatan,karena penyakit ini mudah menular sehingga besar kemungkinan dapat
menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa (Wilopo, 2008). Gejala awal berupa demam,
konjungtivitis, pilek, batuk dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih
atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahandi daerah mukosa pipi dan gejala khas
bercak kemerahan di kulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah
muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4–7 hari, kadang-kadang berakhir
dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Campak menduduki peringkat ke empat
penyebab KLB di Indonesia setelah DBD, Diare dan Chikungnya.
Angka Incidence rate (IR) campak di Indonesia pada tahun 2014 adalah 5,13 per
100.000 penduduk, lebih besar dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 4,64 per 100.000
penduduk. Tahun 2010 telah terjadi 188 Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak, dengan
3.044 kasus. Sementara dari laporan rutin campak jumlah kasus pada tahun 2010 adalah
19.111 kasus. Berdasarkan kelompok umurnya, campak terbesar menyerang pada
kelompok umur 5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun, dengan proporsi masing-
masing-masing sebesar 30% dan 27,6% (Kemenkes RI. 2015).
Penentuan suspek KLB Campak adalah dengan adanya 5 (lima) atau lebih kasus
klinis campak dalam kurun waktu 4 (empat) minggu berturut-turut yang terjadi
mengelompok dan mempunyai hubungan epidemiologis, sementara KLB Campak pasti
adalah apabila minimum 2 (dua) spesimen positif IgM Campak dari hasil pemeriksaan
kasus pada tersangka KLB campak (Dinkes Prov Sulawesi Utara, 2018).

1
Oleh karena itu Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB perlu dibuat untuk
mengetahui gambaran hasil Penyelidikan Epidemiologi dan rekomendasi pencegahan
serta penanggulangan KLB. Selain itu, laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB juga
sangat berperan dalam mempermudah penanggulangan KLB bila terjadi lagi kasus serupa
pada saat yang akan datang. Sehingga diperlukanlah format laporan hasil penyelidikan
KLB yang mampu memuat informasi secara terinci dan mudah dipahami oleh
pembacanya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik rumusan masalahnya bagaimana
kesesuaian format pelaporan penyelidikan epidemiologi KLB campak dengan teori yang
ada?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui format penulisan laporan hasil penyelidikan KLB yang benar.
2. Mengetahui kesesuaian laporan hasil penyelidikan KLB yang sudah ada dengan teori
penulisan laporan KLB.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Dapat dijadikan sebagai rujukan atau kajian mengenai format penulisan laporan haasil
penyelidikan KLB yang sesuai.
2. Menambah wawasan pembaca bahwa format penulisan laporan hasil penyelidikan
KLB bisa dijadikan sebagai acuan untuk kejadian yanga akan datang.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Campak
2.1.1 Definisi Campak
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala bercak kemerahan
berbentuk makulo popular selama 3 hari atau lebih yang sebelumnya didahului
panas badan 38 ˚ C atau lebih juga disertai dengan salah satu gejala batuk pilek atau
mata merah ( WHO ).
Definisi Operasional untuk surveilans penyakit campak di Indonesia adalah
adanya demam (panas), bercak kemerahan (rash), dan ditambah satu atau lebih
gejala: batuk pilek dan mata merah ( conjungtivitis ).
2.1.2 Gambaran Klinis Campak
Campak mempunyai gejala klinis demam > 38 ˚ C selama tiga hari atau lebih
disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah (conjungtivitis) atau
mata berarir. Gejala khas atau phatogenik pada penyakit ini adalah Koplik’s spot
atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa
buccal). Bercak kemerahan / rash dimulai dari belakang telinga menyebar ke
seluruh tubuh. Setelah 1 minggu atau 1 bulan bercak kemerahan akan berubah
menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik.
Sebagian besar penderita akan sembuh, kompliksi akan sering terjadi pada
anak < 5 tahun dan penderita dewasa > 20 tahun. Komplikasi yang sering terjadi
adalah diare dan bronchopneumonia. Penyakit campak akan lebih berat pada
penderita malnutrisi, devisiensi vitamin A dan Imun Defisiensi ( HIV ) serta
penanganan yang terlambat.
2.1.3 Klasifikasi kasus Campak
1. Pasti secara Laboratorium
Kasus campak klinis yang telah dilakukan konfirmasi laboratorium dengan
hasil positif terinveksi virus campak (igM positif).
2. Pasti Secara Epidemiologi

3
Semua kasus klinis yang mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus
yang pasti secara laboratorium atau dengan kasus pasti secara epidemiologi
yang lain (biasanya dalam kasus KLB )
3. Bukan Kasus Campak ( Discarded)
Kasus tersangka campak tetapi setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium
hasilnya negative atau kasus tersangka campak yang mempunyai hubungan
epidemiologis dengan rubella.
4. Kematian Campak
Kematian dari seorang penderita campak pasti (klinis, laboratorium maupun
epidemiologi) yang terjadi dalam 30 hari setelah timbul rash, bukan disebabkan
oleh hal-hal lain seperti : trauma / penyakit kronik yang tidak berhubungan
dengan komplikasi campak.
2.1.4 Etiologi
Penyakit ini disebabkan virus golongan Paramyxoviridae ( RNA ) jenis
Morbilivirus yang mudah mati karena panas dan cahaya.
2.1.5 Masa Inkubasi
Masa inkubasi antara 7 18 hari. Rata – rata 10 hari
2.1.6 Sumber dan cara penularan
Sumber penularan adalah manusia sebagai penderita. Penularan dari orang ke
orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk,
bersin atau sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum timbul rash. Puncak
penularan pada saat gejala awal (fase prodromal) yaitu pada 1 – 3 hari pertama
sakit.
2.1.7 Pengobatan
Pengobatan terhadap campak sesuai dengan gejala yang muncul. Penderita
tanpa komplikasi cukup diberikan antipireptik dan pemberian vitamin A dosis
tinggi sesuai usia. Jika ada komplikasi anjurkan penderita dirawat di puskesmas
atau rumah sakit, pengobatan komplikasi di sarana kesehatan dengan pemberian
antibiotic tergantung berat ringannya komplikasi. Bila keadaan penderita cukup
berat maka rujuk ke Rumah Sakit Kasus yang terkena campak diisolasi untuk
memutuskan rantai penularan terhadap orang lain.
Pemberian kapsul vitamin A diberikan sebanyak 2 kapsul (kapsul pertama
diberikan pada saat penderita ditemukan kapsul kedua diberikan keesokan harinya

4
dosis sesuai umur penderita). Pemberian vitamin A diberikan diutamakan untuk
penderita campak, jika persediaan vitamin A mencukupi, sebaiknya juga diberikan
pada yang tidak terkena kasus campak.
1. Umur 0 – 6 bulan , bagi bayi yang tidak mendapatkan ASI, diberika vitamin A
1 Kapsul 50.000 IU pada saat penderita ditemukan , dan kapsul kedua diberikan
keesokan harinya.
2. Umur 6 – 11 bulan, pada saat penderita ditemukan, diberikan vitamin A
sebanyak 100.000 IU, dan kapsul kedua diberikan pada hari kedua.
3. Umur 12 – 59 bulan, saat penderita ditemukan, diberikan vitamin A sebanyak 1
kapsul 200.000 IU, dan kapsul kedua diberikan pada hari ke dua.

2.2 Epidemiologi Campak


Diseluruh dunia diperkirakan terjadi penurunan 56 /% kasus campak yang dilaporkan
yaitu 852.937 kasus pada tahun 2000 menjadi 373.421 kasus pada tahun 2006. Jumlah
kasus campak di regional SEARO meningkat dari 78.574 kasus pada tahun 2000 menjadi
94.562 kasus pada tahun 2006. Di Indonesia dilaporkan pada tahun 2010 telah teradi 188
kejadian Luar Biasa Campak dengan 3.044 kasus. SEmentara dari laporan rutin campak
jumlah kasus pada tahun 2010 adalah 19.111 kasus.

2.3 Kejadian Luar Biasa Campak


Bagi Negara yang telah menyelesaikan kampanye campak, maka surveillance campak
harus dilaksanakan lebih sensitive. Oleh sebab itu WHO merekomendasikan kriteria KLB
Campak yaitu Lima kasus campak tiap 100.000 populasi.
Di Indonesia walaupun kampanye campak sudah dilaksanakan namun kriteria seperti
yang ditetapkan WHO masih sulit diterapkan. Hal ini disebabkan populasi 100.000
kemungkinan terdistribusi di tiga puskesmas, dan kasus campak masih cukup tinggi maka
secara operasional akan sulit. Untuk memudahkan operasional dilapangan maka di definisi
KLB Tersangka Campak di tetapkan sebagai berikut
Adanya lima atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut – turut yang
terjadi mengelompok dan dibuktikan dengan adanya hubungan epidemiologi.
1. KLB Campak Pasti : apabila minimum 2 spesimen positif ( igM campak dari hasil
pemeriksaan kasus pada tersangka KLB Campak.
2. KLB Rubella : minimum 2 spesimen positif igM Rubella

5
3. KLB MIXED (Campuran) : ditemukan adanya igM rubella positive dan igM Campak
positive dalam 1 KLB

Langkah yang diambil apabila terjadi KLB campak adalah :


1. Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan KLB Campak bertujuan untuk mengetahui gambaran
epidemiologi KLB berdasarkan waktu kejadian, umur dan status imunisasi penderita,
sehingga dapat diketahui luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang berisiko.
Disamping itu, juga untuk mendapatkan factor risiko terjadinya KLB sehingga dapat
dilakukan tindak lanjut.
Jika ada kasus suspek campak, yang dilaporkan dari rumah sakit, puskesmas
maupun laaporan masyarakat, harus dilakukam pelacakan untuk memastikan apakah
di tempat tinggal kasus, disekolah, dan apabila ada kasus serupa.
Jika dilaporan KLB Tersangka campak maka dilakukan kunjungan dari rumah
ke rumah (rumah yang ada kasus campak dan rumah yang tidak ada kasus campak) di
wilayah tersebut dengan mengisis format C1. Ini dilakukan untuk mencari kasus
tambahan, populasi beresiko dan untuk melihat status imunisasi campak pada populasi
di daerah KLB. Mencari faktor risiko KLB campak dengan Form C2, dan berikan
rekomendasi
2. Penanggulangan
Penanggulangan KLB Campak di dasarkan pada analisis dan rekomendasi dari
hasil penyelidikan KLB Campak, dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus
dapat dihentikan KLB tidak meluas serta dibatasi jumlah kasus dan kematian.
Langkah penanggulangan meliputi :
a. Tata laksana kasus
b. Imunisasi
c. Penyuluhan

Imunisasi dilakukan pada saat KLB , yaitu


1. Imunisasi selectif, bila cakupan tinggi maka, meningkatkan cakupan imunisasi
rutin (upayakan 100 % ) setiap balita ( usia 6 bl – 5 yang dapat diberikan di
puskesmas ataupun posyandu hingga 1 bulan dari kasus terakhir.

6
2. Imunisasi campak masal yaitu memberikan imunisasi campak secara maasal
kepada anak pada golongan umur tertentu tanpa melihat status imunisasi anak
tersebut. Hal yang terjadi dipertimbangkan adalah cakupan imunisasinya rendah
mobilitas tinggi, rawan gizi dan pengungsi daerah padat dan kumuh. Pelaksanaan
imunisasi masal ini harus dilaksanakan sesegera mungkin sebaiknya pada saat
daerah tersebut diperkirakan belum terjadi penularan secara luas. Selanjutnya
cakupan imunisasi rutin tetap dipertahankan tinggi dan merata.
Pengelolaan dan analisa data rutin kasus dan faktor risiko. Analisa kasus KLB
Campak :
1) Distribusi kasus menurut waktu (time), tempat (place), dan orang (person)
2) Kurva epidemik kasus, mapping kasus, grafik kasus menurut kelompok umur
dan status imunisasi
3) Attack Rate menurut kelompok umur, Case Fatality rate
4) Menghitung vaksin efikasi dan populasi rentan
5) Analisa pelaksanaan program imunisasi ( manajemen, logistic, cakupan)

3. Surveilans ketat pada KLB


Perkembangan kasus baru dan kematian KLB Campak direkam dalam form C1
dan dilaporkan setiap hari ke dinas kesehatan atau kota. KLB dinyatakan berakhir jika
tidak ada kasus, dalam kurun waktu 2 x masa inkubasi dari kasus terakhir

2.4 Sistem Kewaspadaan Dini pada KLB Campak


Kegiatan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) Campak meliputi kegiatan :
1. Pemantauan populasi rentan
2. Pemantauan wilayah setempat ( PWS) kasus campak mingguan
3. Tindakan terhadap ancaman KLB campak

7
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus


Berdasarkan studi kasus tentang “ Laporan Penyelidikan Epidemiologi (PE) KLB
Campak Di Wilayah Puskesmas Molibagu Kecamatan Bolang Uki Kabupaten Bolang
Mongondow Selatan (Bolmong Selatan) 2016” mengambil beberapa spesimen di 5 desa
yaitu desa Tolondadu I, Desa Tolondadu II, Desa Salongo, Desa Popodu dan Desa
Toluaya. Spesimen tersebut dikirim ke BBLK Surabaya dan hasilnya semua positif
campak. Tim Surveilans Provinsi segera berkoordinasi dengan Tim Penanggulangan
Penyakit Dinkes Provinsi Sulawesi Utara (program Imunisasi) serta memberi informasi
kepada Tim Surveilans Kabupaten Bolmong Selatan selanjutnya dilaksanakan
Penyelidikan Epidemiologi KLB campak. Hasil penyelidikan epidemiologi (PE) KLB
Campak 2016:
1. PE dilakukan Tim Surveilans Provinsi bersama TGC Dinkes Kabupaten Bolmong
Selatan pada tanggal 24 – 26 Agustus 2016.
2. Tanggal 28 -30 Agustus 2016 PE dilanjutkan lagi oleh Tim Surveilans Provinsi, TGC
Pusat (Direktorat SKK) dan TGC Dinkes Kabupaten Bolmong Selatan dan Puskesmas
Molibagu.
3. Jumlah kasus campak sampai dengan tanggal 31 Agustus 2016 = 201 orang.
4. Distribusi kasus campak berdasarkan Time:
a. Distribusi kasus campak di Kecamatan Bolang Uki Kabupaten Bolmong Selatan
dapat dilihat pada time lines berikut:
Grafik 1. Distribusi kasus campak menurut minggu di Puskesmas Molibagu
Kecamatan Bolang Uki, Kabupaten Bolmong Selatan, Provinsi
Sulawesi Utara tahun 2016
80 7
70 8
60
50

3 8
9 3
1 1
1
7 5 8
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Mingg
u

40
30
20
10
0

b. Distribusi kasus campak berdasarkan Person:


Grafik 2. Distribusi kasus campak berdasarkan kelompok umur dan status
imunisasi di Puskesmas Molibagu Kecamatan Bolang Uki, Kabupaten
Bolmong Selatan, Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016

45 42
40
35 30
30 27
24
25
20 18
15
15 13
10
10 7
5 5
3 22 2
1
0

0 - 5 Tahun 6 - 12 Tahun 13 - 15 Tahun 16 - 18 Tahun ≥ 19 Tahun

Imunisasi Tdk Imunisasi Tdk Tahu

Grafik 3. Distribusi kasus campak berdasarkan kelompok umur dan Jenis kelamin
di Puskesmas Molibagu Kecamatan Bolang Uki, Kabupaten Bolmong
Selatan, Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016

4
45 4
40 3
35 3 5 3
30 1 0
25 2
1 3
20 9
15
10 6 6
5 3 4

0
L P L P L P L P L P
0-5 6 - 12 Tahun13 - 15 Tahun 16 - 18 Tahun≥ 19 Tahun 9
tahun
Grafik 4. Distribusi kasus campak berdasarkan kelompok umur dan Desa di
Puskesmas Molibagu Kecamatan Bolang Uki, Kabupaten Bolmong
Selatan. Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016

0-5 th 6-12 th 13-15 th 16-18 >19 th


30

25

20

15

10

c. Distribusi kasus campak berdasarkan Place


Gambar 1. Distribusi Kasus Campak pada KLB Campak Kecamatan Balong Uki

10
Kabupaten Bolmong Selatan tahun 2016

d. Attack Rate KLB Campak menurut kelompok Umur


Tabel 1. Attack Rate KLB Campak di PKM Molibagu Kabupaten Bolsel Provinsi
Sulawesi Utara tahun 2016
Jlh AR Jlh Jlh AR
DESA 0-5 th 6-12 th AR (%) 13-15 th
Pddk (%) Pddk Pddk (%)
Tolondadu 3 34 8.8 4 89 4.5 6 118 5.1
Tolondadu I 26 47 55.3 25 138 18.1 18 174 10.3
Tolondadu II 10 39 25.6 9 77 11.7 3 92 3.3
Tabilaa 0 38 0.0 0 108 0.0 4 165 2.4
Sondana 2 55 3.6 0 143 0.0 7 170 4.1
Salongo 14 77 18.2 16 185 8.6 3 265 1.1
Salongo Barat 5 19 26.3 3 16 18.8 0 24 0.0
Salongo
1 13 7.7 5 33 15.2 1 41 2.4
Timur
Molibagu 4 102 3.9 1 187 0.5 0 243 0.0
Popodu 10 91 11.0 2 178 1.1 0 215 0.0
JUMLAH 75 515 14.56 65 1154 5.63 42 1507 2.79

Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa AR (%) tertinggi pada


kelompok umur 0-5 tahun yaitu AR=14.56% dan terdistribusi di Desa Tolondadu I
AR = 55.3%, Salongo Barat AR = 26.3% dan Tolondadu II AR=25,6%. Keadaan
tersebut memberi gambaran bahwa bahwa KLB campak di Puskesmas Molibagu
terjadi pada populasi yang sangat rentan yaitu usia balita, dimana kelompok umur
tersebut banyak yang tidak imunisasi (lihat Grafik 2).

3.2 Penulisan Format Penyelidikan Epidemiologi (PE) KLB Campak


Berdasarkan format yang ada di dalam laporan PE KLB Campak (lampiran 1)
diantaranya adalah Pendahuluan, Tujuan, Definisi Operasional, Hasil Penyelidikan
Epidemiologi (PE) KLB Campak, Identifikasi Faktor Resiko, Perumusan Masalah, Upaya
Pencegahan Dan Penanggulangan Yang Telah Dilakukan, Rekomendasi, dan Tim yang
melakukan PE.

11
Dalam pendahuluan sudah menjelaskan tentang tanggal pemeriksaan specimen dan
desa yang diambil spesimennya dan ternyata hasilnya semua positif dari 5 desa tersebut.
Selanjutnya tim yang bersangkutan melakukan koordinasi untuk melakukan penyelidikan
epidemiologi diantara timnya adalah Tim Surveilans Provinsi, Tim Penanggulangan
Penyakit Dinkes Provinsi Sulawesi Utara (program Imunisasi) dan Tim Surveilans
Kabupaten Bolmong Selatan. Dalam pendahuluan bisa ditambahin latar belakang dan peta
kabupaten Bolmang Selatan.
Tujuan dari PE sendiri adalah untuk mengetahui besaran masalah yang
sesungguhnya, mendapatkan gambaran klinis dari suatu penyakit, mendapatkan gambaran
kasus menurut variabel Epidemiologi, Mendapatkan informasi tentang faktor risiko
(lingkungan, vektor, perilaku, dan lain-lain) dan etiologi. Dari ke empat tujuan di tersebut
dapat dianalisis sehingga dapat memberikan suatu penanggulangan atau pencegahan dari
penyakit itu termasuk rekomendasi penanggulangan juga. Dan lebih baik lagi apabila
diberikan tujuan umum dan khusus dalam laporan tersebut.
Definisi operasional dalam laporan PE KLB campak di Kabupaten Bolmong
Selatan menjelaskan tentang definisi dari gejala klinis campak dan batasan kasus KLB
campak. Bisa ditambahkan lagi tentang klasifikasi kasus campak, masa inkubasi, cara
penularan dan etiologi tentang campak.
Hasil PE KLB Campak di Kabupaten Bolmong Selatan menjelaskan tentang tim
yang melakukan PE KLB campak, tanggal dilakukannya PE KLB campak, jumlah kasus
yang terjadi, distribusi dari orang tempat waktu dan attack rate campak. Dari AR KLB
campak angka tertinggi berada pada anak usia 0-5 tahun di 4 desa yaitu desa Tolondadu I,
Tolondadu II, Salongo, Salongo Barat jumlah total 14,56%. Populasi rentan di Puskesmas
Molibagu Kabupaten Bolmong Selatan adalah usia balita yang tidak melakukan imunisasi.
Identifikasi faktor resiko PE KLB campak di Puskesmas Molibagu Kabupaten
Bolmong Selatan, penyebabnya dari sarana dan prasarana kesehatan yang tidak memadai
diantaranya listrik yang sering padam, cold chain yang tidak memiliki thermometer, peran
serta dari masyarakat yang masih rendah, cakupan imunisasi yang tidak merata. Perlu
ditambahi tentang bagaimana transportasi di desa tersebut.
Dari identifikasi faktor resiko maka dapat diambil perumusan masalah PE KLB
campak di Puskesmas Molibagu Kabupaten Bolmong Selatan. Setelah mengetahui
perumusan masalah juga sangat perlu dilakukan identifikasi sumber dan cara penularan
dari KLB campak di daerah tersebut. Selanjutnya tindakan yang pernah dilakukan di

12
Puskesmas Molibagu Kabupaten Bolmong Selatan diantaranya adalah Pemberian Vitamin
A dosis tinggi kepada penderita sesuai dosis umur, surveilans ketat, Advokasi kepada
pemerintah (Kepala Desa) setempat terkait rekomendasi ORI (Outbreak Response
Imunitation) yang akan dilakukan diwilayah yang tinggi kasus pada KLB Campak
terssbut dan lain-lain.
Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk permasalah yang telah ditemukan
dilapangan dan bekerjasama dengan sektor lain untuk mendapatkan hasil yang optimal
dan mencegah terjadinya kasus KLB campak lagi.

13
BAB 4

4.1 Kesimpulan
Format penulisan hasil penyelidikan epidemiologi yang disusun oleh puskesmas
Molibagu kecamatan Bolang Uki Kabupaten Bolang Mongondow Selatan (Bolmong
Selatan), telah sesuai dengan format penulisan yang benar dengan adanya Pendahuluan,
Tujuan, Definisi Operasional, Hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE) KLB Campak,
Identifikasi Faktor Resiko, Perumusan Masalah, Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan
Yang Telah Dilakukan, Rekomendasi, dan Tim yang melakukan PE.
Selain itu, dalam laporan tersebut juga telah dijelaskan siapa saja yang menjadi
korbannya secara terperinci dengan menggunakan grafik dan tabel, sehingga lebih
memudahkan dalam menganalisan kasus dan kejadian. Penggambaran wilayah yang
mengalami KLB juga sudah digambarkan, sehingga mempermudah dalam penanganan
selanjutnya.

4.2 Saran
Format penulisan yang ada, sudah baik sehingga bisa dipertahankan dan bisa dijadikan
acuan olah PKM lain dalam penyusunan pelaporan hasil KLB. Pemberian usulan
rekomendasi juga sudah jelas, bagi tenaga penyelidik epidemiologi selanjutnya laporan ini
bisa dimanfaatkan dengan mudah apabila terjadi kasus serupa lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. 2018. Kumpulan Laporan Penyelidikan


Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB). Diakses melalui dinkes.sulutprov.go.id.
tanggal 4 Maret 2018.

Direktorat Jendral PP dan PL. 2012. Petunjuk Teknis Surveilans Campak. Jakarta

Kemenkes RI. 2013. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan kejadian Luar Biasa
Penyakit Menular dan Keracunan Makanan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

PMK RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang


dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

Wilopo, S.A. 2008. Estimasi Pengaruh Vaksin DPT pada Kematian Anak Analisi Deskriptif
Data Srvailance Demografi dan Kematian di Kabupaten Purworejo. Berita
Kedokteran Masyarakat. Vol 24 (3) : 129 – 150.

15
LAMPIRAN 1
LAPORAN
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE) KLB CAMPAK
DI WILAYAH PUSKESMAS MOLIBAGU KECAMATAN BOLANG UKI KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW SELATAN (BOLMONG SELATAN)
(UPDATE TANGGAL 31 AGUSTUS 2016)

16
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA
TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN
Sehubungan dengan spesimen suspek Campak yang dikirim ke BBLK Surabaya
tanggal 15 Agustus 2016, dimana specimen suspek campak ini berasal dari 5 (lima) desa
di wilayah Puskesmas Molibagu Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolmong
Selatan) yaitu:
a. Desa Tolondadu I
b. Desa Tolondadu II
c. Desa Salongo
d. Desa Popodu
e. Desa Toluaya
Kondisi diatas menunjukkan terjadi KLB Suspek Campak di Wilayah Puskesmas
Molibagu Kabupaten Bolmong Selatan. Pada kondisi tersebut monitoring terus dilakukan
oleh Tim Surveilans Provinsi ke wilayah kasus melalui komunikasi telepon dengan Tim
Surveilans Kabupaten Bolmong Selatan untuk mengetahui perkembangan tambahan
suspek campak.
Tanggal 22 Agustus 2016, PKP PD3I Dinkes Provinsi Sulawesi Utara menerima
laporan dari BBLK Surabaya melalui WA bahwa hasil laboratorium terhadap 8 (delapan)
specimen suspek KLB Campak dari Kabupaten Bolmong Selatan adalah semua POSITIF
Campak.
Berdasarkan informasi dari BBLK Surabaya tersebut Tim Surveilans Provinsi
segera berkoordinasi dengan Tim Penanggulangan Penyakit Dinkes Provinsi Sulawesi
Utara (program Imunisasi) serta memberi informasi kepada Tim Surveilans Kabupaten
Bolmong Selatan.
 Setelah melakukan koordinasi, Kepala Seksi Surveilans dan Litbangkes Dinkes

17
Provinsi Sulawesi Utara memutuskan bahwa Tim Surveilans Dinkes Provinsi
Sulawesi Utara harus segera melakukan PE ke lokasi KLB Campak di Kabupaten
Bolmong Selatan.
 Anggota TGC dari program lain seperti Program Imunisasi, Program Promkes dan
program Gizi belum bergabung untuk turun PE karena banyaknya kegiatan.
 Persiapan logistik seperti Vitamin A, masker, disposable dan lain-lain dipersiapkan
melalui permintaan ke bagian Farmasi Dinkes Provinsi Sulawesi Utara.

II. TUJUAN
• Mengetahui gambaran epidemiologi KLB Campak
• Mengetahui sumber dan cara penularan
• Mengidentifikasi faktor risiko penyebab KLB Campak
• Melakukan respon cepat terhadap KLB Campak dan populasi yang berisiko
• Merumuskan rekomendasi penanggulangan

III. DEFINISI OPERASIONAL:


a. Kasus klinis Campak yaitu demam, bercak merah (rash) berbentuk mokulopapular,
batuk/pilek atau mata merah (conjunctivitis) atau Dokter mendiagnosa sebagai kasus
campak
b. Suspek KLB Campak adalah adanya 5 (lima) atau lebih kasus klinis campak dalam
kurun waktu 4 (empat) minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan
mempunyai hubungan epidemiologis.
c. KLB Campak pasti adalah apabila minimum 2 (dua) spesimen positif IgM
campak/rubella dari hasil pemeriksaan kasus pada tersangka KLB campak.

IV. HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE) KLB CAMPAK :


a. PE dilakukan Tim Surveilans Provinsi bersama TGC Dinkes Kabupaten Bolmong
Selatan pada tanggal 24 – 26 Agustus 2016.
b. Tanggal 28 -30 Agustus 2016 PE dilanjutkan lagi oleh Tim Surveilans Provinsi, TGC
Pusat (Direktorat SKK) dan TGC Dinkes Ka. Bolmong Selatan dan Puskesmas
Molibagu.
c. Jumlah kasus campak sampai dengan tanggal 31 Agustus 2016 = 201 orang.

18
Distribusi kasus campak berdasarkan Time:
Distribusi kasus campak di KecamatanBolang Uki Kabupaten Bolmon Selatan dapat
dilihat pada time lines berikut:

Grafik 1. Distribusi kasus campak menurut minggu di Puskesmas Molibagu


KecamatanBolang Uki Kabupaten Bolmong Selatan Provinsi
Sulawesi Utara tahun 2016
90 7
80 8
70
60
50
40
3
30 9 3
20 1
1 1
10 7 5 8 2
0 2 2 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6
Mingg
u

Distribusi kasus campak berdasarkan Person:


Grafik 2. Distribusi kasus campak berdasarkan kelompok umur dan status
imunisasi di Puskesmas Molibagu KecamatanBolang Uki Kabupaten
Bolmong Selatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016

45 4
2
40
35
3
30 0 2
25 7 2
4
20 1
15 8 1
1 5
10 1 3
0 7
5 5
3 22 1 2
19
0

0 - 5 Tahun 6 - 12 Tahun 13 - 15 Tahun 16 - 18 Tahun ≥ 19 Tahun

Imunisasi Tdk Imunisasi Tdk Tahu

Grafik 3. Distribusi kasus campak berdasarkan kelompok umur dan Jenis


kelamin di Puskesmas Molibagu Kecamatan Bolang Uki Kabupaten
Bolmong Selatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016

Grafik 4. Distribusi kasus campak berdasarkan kelompok umur dan Desa di


Puskesmas Molibagu KecamatanBolang Uki Kabupaten Bolmong
Selatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016

0-5 th 6-12 th 13-15 th 16-18 >19 th


30

25

20

15

10

20
5

Distribusi kasus campak berdasarkan Place

d. Attack Rate KLB Campak menurut kelompok Umur


Tabel 1. Attack Rate KLB Campak di Pkm Molibagu Kabupaten Bolsel
Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016
DESA 0-5 Jlh AR 6-12 Jlh AR 13- Jlh AR
th Pddk (%) th Pddk (%) 15 th Pddk (%)
Tolondadu 3 34 8.8 4 89 4.5 6 118 5.1
Tolondadu I 26 47 55.3 25 138 18.1 18 174 10.3
Tolondadu II 10 39 25.6 9 77 11.7 3 92 3.3
Tabilaa 0 38 0.0 0 108 0.0 4 165 2.4
Sondana 2 55 3.6 0 143 0.0 7 170 4.1
Salongo 14 77 18.2 16 185 8.6 3 265 1.1
Salongo 5 19 26.3 3 16 18.8 0 24 0.0
Barat
Salongo 1 13 7.7 5 33 15.2 1 41 2.4
Timur

21
Molibagu 4 102 3.9 1 187 0.5 0 243 0.0
Popodu 10 91 11.0 2 178 1.1 0 215 0.0
JUMLAH 75 515 14.56 65 1154 5.63 42 1507 2.79

Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa AR (%) tertinggi pada


kelompok umur 0-5 tahun yaitu AR=14.56% dan terdistribusi di Desa Tolondadu
I AR = 55.3%, Salongo Barat AR = 26.3% dan Tolondadu II AR =25,6%.
Keadaan tersebut memberi gambaran bahwa bahwa KLB campak di Puskesmas
Molibagu terjadi pada populasi yang sangat rentan yaitu usia balita, dimana
kelompok umur tersebut banyak yang tidak imunisasi (lihat Grafik 2).

V. IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO ;


Berdasarkan penyelidikan epidemiologi KLB Campak di wilayah Puskesmas Molibagu
Kabupaten Bolmong Selatan dapat diperoleh data tentang faktor risiko penyebab KLB Campak
antara lain:
a. Listrik sering padam
b. Cakupan imunisasi di wilayah KLB Campak pada 3 (tiga) tahun terakhir yaitu
tahun 2013 - 2015 yaitu (data dari program imunisasi).
c. Kondisi cold chain tidak memiliki thermometer dan tidak ada matriks untuk
pencatatan suhu setiap hari.
d. Peran serta masyarakat terhadap pentingnya membawa bayi/balita ke posyandu
masih rendah.
e. Cakupan imunisasi tidak merata disetiap desa di wilayah Puskesmas Molibagu.

VI. PERUMUSAN MASALAH


a. Listrik sering padam sehingga dapat mengganggu kondisi efikasi vaksin
b. Cakupan imunisasi untuk 3 tahun terakhir adalah rendah dan tidak merata
c. Cold chain tidak memiliki alat pengukur suhu dan tidak ada matriks untuk mencatat
suhu setiap hari
d. Jumlah dan kualitas SDM di tingkat Puskesmas Molibagu dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bolmong Selatan masih rendah untuk melakukan PE KLB Campak.
e. Data cakupan imunisasi belum akurat
f. Jadwal posyandu sering tidak diketahui masyarakat
g. Orang tua (ibu) enggan untuk membawa anak ke Posyandu

22
h. Adanya budaya setempat yaitu anak yang belum dibuatkan acara turun rumah tidak
boleh disuntik.

VII. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN YANG TELAH


DILAKUKAN.
Adapun upaya Pencegahan dan Penanggulangan yang telah dilakukan oleh TGC baik
Pusat, Provinsi dan Kabupaten Bolmong Selatan serta Puskesmas Molobagu secara
terintegrasi antara lain:
a. Investigasi dilakukan house to house dan di sekolah.
b. Pemberian Vitamin A dosis tinggi kepada penderita sesuai dosis umur.
c. Pengobatan symtomatis,
d. Surveilans ketat selama KLB Campak berlangsung.
e. Pengawasan dan pemantauan terhadap manajemen vaksin di setiap tingkatan.
f. Penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu tentang manfaat dan pentingnya
imunisasi serta menghimbau kepada masyarakat jika ada yang mengalami gejala
penyakit campak agar segera berobat ke puskesmas.
g. Advokasi kepada pemerintah (Kepala Desa) setempat terkait rekomendasi ORI
(Outbreak Response Imunitation) yang akan dilakukan diwilayah yang tinggi kasus
pada KLB Campak tersebut.

VIII. REKOMENDASI
Beberapa usulan rekomendasi yang dapat dilakukan untuk permasalah yang ditemukan
dilapangan diatas antara lain:
a. Pengadaan Gen Set oleh Puskesmas
b. Pemeriksaan efikasi vaksin oleh BPOM.
c. Meningkatkan cakupan imunisasi rutin anak usia 9 – 11 bulan dan imunisasi usia 24
– 36 bulan > 90% secara merata di setiap desa di wilayah kerja Puskesmas
Molibagu KecamatanBolang Uki Kabupaten Bolmong Selatan.
d. Melakukan ORI (Outbreak Response Imunitation) di wilayah Tolondadu I karena
AR tinggi pada setiap golongan umur dan cakupan imunisasi campak rendah;
e. Melakukan imunisasi selektif di Desa Tolondadu II pada kelompok umur 0-5 tahun
dan Desa Salongo Barat serta kelompok umur 6 -14 tahun di Desa Solongo Barat.
f. Pengadaan thermometer untuk Cold chain di Puskesmas Molibagu dan mencatat
suhu cold chain per hari pada matriks suhu di atas cold chain.
g. Peningkatan kapasitas semua SDM di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten
23
(bukan hanya pengelola surveilans) untuk melakukan PE KLB Campak melalui
Pelatihan PE Penyakit Menular Potensial KLB.
h. Meningkatkan akurasi data cakupan imunisasi secara kumulatif maupun per desa di
Puskesmas Molibagu dengan melakukan validasi data secara bulanan dan triwulan.
i. Peningkatan peran kader dan masyarakat melalui KIE tentang Imunisasi dan
koordinasi dengan lintas sektor yaitu Kepala Desa dan Camat.
j. Meningkatkan koordinasi dengan Toga dan Toma terkait pentingnya imunisasi bagi
bayi / balita.
Tim yang Melakukan PE:
1. Tim Surveilans Direktorat SKK Ditjen P2P Kemenkes RI
2. Tim Surveilans Dinkes Provinsi Sulawesi Utara :
a. Mery B. Pasorong, SKM,M.Kes
b. Nova E. Ratu, SKM,MSc
c. Fitria C, Sukari, SKM
d. Luky Pantow
e. Pratama
f. Steve K
3. TGC Dinkes Kabupaten Bolmong Selatan (Integrasi program) dibawa pimpinan
Kepala Bidang P2 PL Dinkes Kabupaten Bolmong Selatan
4. TGC Puskesmas Molibagu (Integrasi program) dibawa pimpinan Ka.PKM
Molibagu

Manado, 31 Agustus

24
25
Lampiran 2
Contoh Format C1
LAPORAN KASUS CAMPAK
Bulan: Tahun :
Puskesmas : Kabupaten :
Kecamatan : Provinsi :
Vaksinasi
Umur/ Tanggal Ambil
Alamat Lengkap Campak Tanggal Timbul Diberi Keadaan Klassifikasi Final
No. Epid Nama Nama Seks Spesimen
Sebelum Sakit Vit A Akhir
Kasus/KLB Anak Ortu
Dusun, RW/ Brp Tdk/Tdk Y/T (H/M) Campak
L P Demam Rash Darah Urine Rubella
Desa/Kel RT Kali Tahu Lab Epid Klinis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Periode KLB : tgl ………… s/d tgl


Penjelasan : Kolom 14 : Ya/Tidak
Kolom 15 : Hidup/Mati ………………………………………….

25
Lampiran 3
Format C2
Standar Informasi Minimal Faktor Resiko
Pada Penyelidikan KLB Campak
Populasi Teresiko di daerah KLB dan sekitarnya
Umur Desa………. Desa………. Desa………. Desa……….
< 1 th        
1-4 th        
4 - 9th        
10 - 14 th        
> 15 th        
Cakupan Imunisasi Campak di Desa KLB dan sekitarnya 3 - 5 th terakhir ( % )
Tahun Desa………. Desa………. Desa………. Desa……….
         
         
         
Cakupan Imunisasi di Puskesmas KLB 3 - 5 Tahun terakhir (%)
Tahun………….. Tahun………….. Tahun………….. Tahun………….. Tahun…………..
         
         
Apakah ada WM ( vaksin vial monitor ) vaksin campak pada Ya, Berapa vial ?  
kondisi C atau D? Lakukan observasi dan lihat buku catatan stok Tidak
dan kondisi vaksin ?

Bagaimana kondisi Chold chain ? ( lihat kondisi chold chain  


bersama petugas imunisasi puskesmas )    
   
   
Apaka desa terjangkit mudah dijangkau dari fasilitas pelayanan    
kesehatan ? Jelaskan    
   
   
Apaka penduduk
padat     Ya / Tidak  
Apakah vaksin dan logistik lainnya tersedia ? Sebutkan logistik    
yang tidak tersedia dan sebutkan sejak kapan    
   
   
Apaka ada tenaga imunisasi, jelaskan    
Identifikasi faktor sosial lainnya yang berpengaruh terhadap    
pelaksanaan imunisasi    
   
Bagimana kodisi gizi masyarakat secara umum    
   

26

Anda mungkin juga menyukai