Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kasus

BAYI BARU LAHIR DENGAN FAKTOR RISIKO SEPSIS


NEONATAL

Oleh:
Muhammad Halil Gibran, S. Ked

1930912310127

Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Ari Yunanto, Sp.A(K), SH

DEPARTEMEN/KSM ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
DESEMBER, 2020
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR........................................................................... iv

DAFTAR TABEL................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 3

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................. 3

BAB II KASUS

2.1 Identitas Orang Tua ............................................................... 5

2.2 Anamnesis ............................................................................. 5

2.3 Data Bayi ............................................................................... 7

2.4 Diagnosis Banding ................................................................. 11

2.5 Usulan Pemeriksaan Penunjang ............................................. 11

2.6 Diagnosis Sementara ............................................................. 11

2.7 Talaksana................................................................................ 11

2.8 Prognosis ............................................................................... 12

BAB III DISKUSI KASUS

ii
BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan ............................................................................... 25

4.2 Saran...................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 26

LAMPIRAN......................................................................................... 28

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Grafik Lubchenco pada By. Ny. NA................................................ 21

3.2 Bagan Alur A Manajemen Bayi Baru Lahir Normal........................ 23

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Tabel Usia Kehamilan Bayi Berdasarkan Masa Gestasi.................... 20

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Dokumentasi..................................................................................... 28

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepsis neonatal atau sering disebut sepsis neonatorum atau septikemia adalah

sindrom klinik pada bulan pertama kehidupan bayi akibat respons sistemik terhadap

infeksi dengan ditemukannya bakteri penyebab pada biakan darah. Sepsis neonatal

masih merupakan penyebab utama kematian neonates khususnya dinegara

berkembang. Angka kematian akibat sepsis diperkirakan sebesar 30-50% dari

seleuruh kematian neonates.1

Prevelensi sepsis di dunia mencapai angka kejadian kisaran 1-8 per 1000

kelahiran hidup. Di Amerika sendiri yang terkenal sebagai negara maju kejadian

sepsis di antara 2-4 per 1000 kelahiran hidup itupun sejak 1980 yang angka

kejadiannya masih bervariasi. Negara berkambang seperti India, angka

kejadiannya 34-37 per 1000 kelahiran hidup. Indonesia yang termasuk Negara

berkembang belum memiliki data yang pasti tentang kejadian sepsis. Akan tetapi

dari data lian menunjukan kasus kematian sepsis neonatorum di Indonesia sebesar

50-60%. Tetapi pada tahun 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo kejadian

sepsis neonatorium tercatat 98 per 1000 kelahiran hidup. Dari data di atas dapat

dilihat bahwa kejadian sepsis di Negara berkembang lebih banyak dari pada

kejadian di negara maju. Terutama di Indonesia terlihat besarnya angka kematian

bayi karena sepsis neonatus mencapai 98 per 1000 lebih besar dibandingkan

dengan India.2

Sepsis neonatal diklasifikasikan menjadi early-onset sepsis (EOS) dan

1
2

late- onset sepsis (LOS). Jika gambaran klinis muncul pada minggu pertama

kelahiran atau terjadi tiga hari pasca lahir dengan klinis yang timbulnya secara

mendadak serta gejala sistemik yang berat, maka dikatakan EOS. Namun, jika

gambaran klinis muncul di atas dari minggu pertama kelahiran dengan

manifestasi klinis sering disertai adanya kelainan sistem susunan saraf pusat,

maka dikatakan LOS.1,3 Dalam penegakkan diagnosis infeksi neonatal ditegakkan

berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang

(laboratorium).4 Pemberian ampisilin atau gentamisin menjadi lini pertama dalam

penatalaksanaan infeksi neonatal yang diiringi dengan adanya terapi suportif.1

Infeksi neonatal dapat terjadi melalui intrauterin melalui transplacental,

didapat intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau

pascapartum akibat infeksi dari luar setelah lahir. Infeksi intrapartum dapat terjadi

pada saat melalui jalan lahir atau infeksi secara asendens bila terjadi partus lama

dan ketuban pecah dini.4 Infeksi dari ibu saat proses kelahiran, merupakan jalur

utama dari transmisi maternal dan berperan penting dalam perkembangan infeksi

pada neonatus.1 Faktor risiko terjadinya sepsis dapat bervariasi tergantung awitan

sepsis yang diderita pasien. Pada bayi baru lahir, risiko terjadinya sepsis neonatal

awitan dini berhubungan erat dengan faktor-faktor atau keadaan pra persalinan

dari ibu pasca persalinan kondisi maupun keadaan bayi.1 Masalah yang sering

timbul sebagai komplikasi infeksi neonatorum adalah meningitis, kejang,

hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.5

Laporan kasus ini sangat penting untuk dilaporkan dikarenakan kasus Bayi

Berat Lahir Cukup dengan Infeksi Neonatus sering terjadi pada bayi baru lahir.
3

Apabila tidak ditangani dengan benar dapat menimbulkan komplikasi dan

kematian, sehingga diharapkan dapat mengenal tanda dan gejala awal dari

penyakit ini. Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus Bayi Berat Lahir Cukup

dengan Infeksi Neonatus pada bayi berusia 2 hari yang dirawat di Ruang Bayi

RSUD Ulin Banjarmasin.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan terjadi jika

bayi terkena sepsis adalah adanya kelainan klinis seperti menurunnya keadaan

umum, gangguan sistem susunan saraf pusat, gangguan sistem pernapasan,

gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan sistem saluran cerna, dan gangguan

sistem hematologi

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan kasus ini yaitu untuk mempelajari, mengkaji dan

memperoleh gambaran dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,

penunjang, penentuan diagnosis serta tatalaksana dalam menangani kasus bayi

baru lahir dengan risiko sepsis neonatal serta mengkaji berbagai langkah untuk

mencegah timbulnya komplikasi pada bayi baru lahir dengan risiko sepsis

neonatal.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari laporan kasus ini, yaitu:

a. Manfaat teoritis, penulis berharap dapat memberikan informasi dan

pengetahuan mengenai bayi baru lahir dengan risiko sepsis neonatal

kepada teman sejawat.


4

b. Manfaat praktis, dapat menambah data yang ada untuk

pengembangan ilmu terutama di bidang kesehatan sehingga dapat

menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir dengan

risiko sepsis neonatal.


BAB II

LAPORAN KASUS

Data kasus didapatkan berdasarkan anamnesis pada saat home visite dan

pemeriksaan fisik pada tanggal 24 November 2020. Dilaporkan, By. Ny, NA lahir

pada tanggal 21 November 2020 pukul 02.00 WITA dibantu oleh dokter spesialis

obstetri dan ginekologi dengan cara lahir vacum ekstrasi. Bayi lahir segera

menangis. Berat bayi saat lahir 3795 gram dengan panjang badan 50 cm, lingkar

kepala 32 cm, lingkar dada 34 cm. Setelah lahir, By. Ny. NA segera dirawat inap

untuk diobservasi karena dicurigai adanya infeksi neonatal.

2.1 Identitas orang tua

Nama ayah : Tn. H Nama ibu :Ny. NA

Usia : 31 Tahun Usia : 31 Tahun

Pekerjaan : Swasta (jualan sendal) Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMK Pendidikan: SMA

Alamat : Jl. Kelayan A Gg Sidodadi, Banjarmasin.

2.2 Anamnesis

Pada hari Jum’at 20 November 2020 Ny.NA datang ke rumah sakit Sultan

Suriansyah Banjarmasin untuk memeriksa kehamilannya. Ny.NA mengatakan

bahwa siang sebelum melahirkan ada merasakan keluar cairan bening, keluar flak

hitam dan mengalami rembes ketuban. kemudian dirujuk ke RSUD Ulin

Banjarmasin pada tanggal 20 November 2020 pukul 20.00 WITA. Namun, hasil

pemeriksaan didapatkan bahwa janin dengan letak kepala telentang dan

5
6

oligohidramnion akibat ketuban pecah dini. Ny.NA disarankan untuk secepatnya

melakukan persalinan dengan teknik vacum ekstrasi. Ny.NA, pada hari Sabtu, 21

November 2020 pukul 02.00 WITA melahirkan seorang bayi di RSUD Ulin

Banjarmasin secara vacum ekstrasi atas indikasi letak telentang dan

oligohidramnion akibat ketuban pecah dini. Ny.NA memilik faktor risiko yaitu

ketuban pecah dini di atas 24 jam.

Bayi perempuan dengan berat badan 3795 gram, Panjang badan 50 cm,

lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 34 cm dengan apgar score 7-8-9 . bayi

menangis kuat pengerakan aktif , dan tidak ada ditemukan kelainan bawaan.

Dari riwayat kehamilan, didapatkan keterangan bahwa Ny.NA sudah

memiliki satu anak dan tidak pernah keguguran (G2P1A0). Pada Riwayat

kehamilan dan persalinan anak pertama pada tahun 2015, lahir spontan, dengan

bayi berat lahir cukup.

Riwayat keputihan saat hamil ada, Riwayat BBLR pada kehamilan

sebelumnya tidak ada. Ny.NA melahirkan anak pertama dengan berat badan

cukup, secara normal. Riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya tidak ada.

Ny. NA mengatakan hanya 2 kali kontrol kehamilan ke bidan atau

puskesmas. Ny. NA tidak memiliki riwayat hipertensi. Ny. NA mengatakan

bahwa suami beliau merupakan perokok aktif. Diagnosis ibu adalah adalah

G2P1A0 39-40 minggu + oligohidramnion + PEB. Cara lahir vacum ekstrasi yang

dibantu oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi pada tanggal 21 Novermber

2020 pukul02.00 WITA. Kondisi bayi saat lahir hidup dengan air ketuban jernih,

segera menangis, warna kulit kemerahan, tidak ada pucat di kedua tangan dan
7

kaki.

2.3 Data Bayi

Identitas Bayi

Nama : By. Ny. NA

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 0 tahun

TL/JL/CL/JK : 21-11-2020 / 02.00 WITA / VE / Perempuan

BBL/PBL : 3795 gram / 50 cm

MRS : 20-11-2020

RPS : Bayi lahir tanggal 21 November 2020 jam 02.00 WITA

dibantu oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi dengan

lahir vacum ekstrasi. Bayi lahir segera menangis. Berat bayi

saat lahir 3795 gram dengan panjang badan 50 cm, lingkar

kepala 32 cm, lingkar dada 34 cm.

2.3.3. Pemeriksaan Fisik Bayi (24 November 2020)

a) Tanggal : 24 November 2020

b) Umur : 0 th

c) Berat badan : 3795 gram

d) Panjang badan: 50 cm

e) Tanda Vital

Kesadaran : tangis kuat (+), gerak aktif

Denyut Jantung : 144 x/menit


8

Frekuensi nafas : 46x/menit

Suhu tubuh : 37,30C

CRT : < 3 detik

SpO2 : 98% tanpa O2

f) Kulit : Kemerahan (+), Ikterik Kramer 3-4 (+)sianosis (-),

anemis (-)

g) Rambut : Rambut berwarna hitam, tebal, distribusi merata,

tidak ada alopesia

h) Kepala : Normocephaly, UUB dan UUK belum menutup,

caput suksadeneum (+), tidak ada sefal hematoma

i) Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,

tidak ada sklera ikterik, sekret mata tidak berlebih

j) Telinga : Simetris, pinna terbentuk sempurna, rekoil cepat

kembali.

k) Hidung : Simetris, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada

pernapasan cuping hidung

l) Mulut : Mukosa bibir basah, tidak ada labiopalatoschizis

m)Lidah : Bentuk simetris, tidak anemis, warna merah muda.

n) Leher :Kaku kuduk tidak ada, tortikolis tidak ada, pembesaran

kelenjar getah bening tidak ada.

o) Toraks : Bentuk simetris, tidak ada retraksi

p) Payudara : Bentuk simetris, tampak areola berbintil tonjolan 3-4 mm.

q) Jantung : Iktus cordis teraba, S1 dan S2 tunggal, tidak ada thrill


9

r) Paru : Suara nafas bronkovesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)


10

s) Abdomen : Lunak, simetris.

t) Genitalia : Perempuan

u) Anus : Ada

v) Ekstremitas : Akral hangat, parese (-/-), edema (-/-), deformitas (-)

w)Tulang belakang: Skoliosis (-), Spina bifida (-), meningokel (-),

x) Tanda fraktur : Tidak ada

y) Tanda kelainan bawaan: Tidak ada

z) Neurologi : Refleks Moro (+), Refleks hisap (+), Refleks Pegang (+),

Refleks rooting (+)

2.3.3. Pemeriksaan Fisik Bayi (03 Desember 2020)

a) Tanggal : 03 Desember 2020

b) Umur : 0 th

c) Berat badan : 4100 gram

d) Panjang badan: 52 cm

e) Tanda Vital

Kesadaran : tangis kuat (+), gerak aktif

Denyut Jantung : 136 x/menit

Frekuensi nafas : 52x/menit

Suhu tubuh : 36,60C

CRT : < 3 detik

SpO2 : 98% tanpa O2

f) Kulit : Kemerahan (+),sianosis (-), anemis (-)

g) Rambut : Rambut berwarna hitam, tebal, distribusi merata,


11

tidak ada alopesia

h) Kepala : Normocephaly, UUB dan UUK belum menutup,

caput suksadeneum (-), tidak ada sefal hematoma

i) Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,

tidak ada sklera ikterik, sekret mata tidak berlebih

j) Telinga : Simetris, pinna terbentuk sempurna, rekoil cepat

kembali.

k) Hidung : Simetris, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada

pernapasan cuping hidung

l) Mulut : Mukosa bibir basah, tidak ada labiopalatoschizis

m) Lidah : Bentuk simetris, tidak anemis, warna merah muda.

n) Leher :Kaku kuduk tidak ada, tortikolis tidak ada,

pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.

o) Toraks : Bentuk simetris, tidak ada retraksi

p) Payudara : Bentuk simetris, tampak areola berbintil tonjolan 3-4 mm.

q) Jantung : Iktus cordis teraba, S1 dan S2 tunggal, tidak ada thrill

r) Paru : Suara nafas bronkovesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

s) Abdomen : Lunak, simetris.

t) Genitalia : Perempuan

u) Anus : Ada

v) Ekstremitas : Akral hangat, parese (-/-), edema (-/-), deformitas (-)

w)Tulang belakang: Skoliosis (-), Spina bifida (-), meningokel (-),

x) Tanda fraktur : Tidak ada


12

y) Tanda kelainan bawaan: Tidak ada

z) Neurologi : Refleks Moro (+), Refleks hisap (+), Refleks Pegang (+),

Refleks rooting (+)

2.4 Diagnosis Banding

I Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC)


II Bayi Cukup Bulan (BCB)
2.5 Usulan Pemeriksaan
III Sesuai laboratorium
Masa Kehamilan (SMK) :
IV Bayi dengan risiko sepsis neonatal
V Ikterik neonatorum

a) Pemeriksaan hematologi (hemoglobin, leukosit, eritrosit, hematokrit,

trombosit, neutrophil absolut, IT ratio)

b) Pemeriksaan hitung jenis leukosit

c) Pemeriksaan kadar C-reactive protein (CRP)

d) Pemeriksaan laju endap eritrosit (LED)

e) Pemeriksaan kadar bilirubin.

2.6 Diagnosis Sementara

1. Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC)

2. Bayi Cukup Bulan (BCB)

3. Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

4. Bayi dengan risiko sepsis neonatal

5. Ikterik neonatorum

2.7 Tatalaksana

a) Termoregulasi

b) Fototerapi
13

c) Pemberian antibiotic lini I :

Injeksi ampisilin 100 mg/kg/dosis/ per 8 jam

Injeksi gentamisin 2,5 mg/kg/dosis per 12 jam

d) Pemberian Asi on demand

2.8 Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam


BAB III

DISKUSI KASUS

Dilaporkan seorang bayi perempuan, BY. Ny.NA. putri kedua Ny. NA

yang dilahirkan pada tanggal 21 November 2020 di salah satu rumah sakit di

Banjarmasin yaitu RSUD Ulin. Bayi lahir dengan berat badan 3795 gram.

By.Ny.NA yang dirawat di ruang 2A Teratai RSUD Ulin Banjarmasin dengan

diagnosis bayi berat lahir cukup, bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, bayi

dengan risiko sepsis neonatal,ikterik neonatorum. Ibu dari bayi tersebut memiliki

faktor risiko mayor yaitu ketuban pecah dini di atas 24 jam.

Dari anamnesis yang didapatkan, By.Ny.Na mengalami hipotermi dengan

suhu 35,8oC pada usia 1 hari. Akibat dari hipotermi tersebut maka By. Ny.NA

dihangatkan didalam incubator dan melalui penyinaran lampu. Selain mengalami

hipotermi ibu pasien juga mengalam ketuban pecah dini >24 jam, maka dari itu

kecurigaan mengarah kepada sepsis neonates.

Sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory

Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. SIRS ditandai oleh beberapa hal antara

lain laju nafas >60x/menit dengan/tanpa retraksi dan desaturasi O2, suhu tubuh

tidak stabil (<36ºC atau >37.5ºC), waktu pengisian kapiler > 3 detik, hitung

leukosit <4000x109/L atau >34000x109/L, CRP >10mg/dl, IL-6 atau IL-8

>70pg/ml, dan 16 S rRNA gene PCR ditemukan positif. 25 Definisi sepsis neonatal

ditegakkan apabila terdapat keadaan SIRS/FIRS yang dipicu infeksi baik

berbentuk tersangka (suspected) infeksi maupun terbukti (proven) infeksi.

Selanjutnya dikemukakan, sepsis neonatus ditegakkan apabila ditemukan satu atau

13
14

lebih kriteria FIRS/SIRS yang disertai dengan gambaran klinis sepsis.6

Sepsis neonatal diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu sepsis awitan

dini dan awitan lambat. Pada sepsis awitan dini, kelainan ditemukan pada hari-

hari pertama kehidupan (di bawah usia 3 hari). Infeksi terjadi secara vertikal

karena penyakit ibu atau infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau

kelahiran. Sedangkan sepsis awitan lambat biasanya disebabkan kuman yang

berasal dari lingkungan sekitar bayi setelah hari ketiga kelahiran, dapat disebut

juga transmisi horizontal dan termasuk di dalamnya infeksi nosokomial. Sehingga

klasifikasi sepsis ini ditentukan berdasarkan waktu paparan kuman dan macam

kuman penyebab infeksi, sedangkan patogenesis dan gambaran klinisnya tidak

berbeda.6

Infeksi neonatus adalah suatu sindrom klinis dari penyakit sistemik

akibat infeksi yang terjadi selama satu bulan kehidupan, yang dapat terjadi

pada masa antenatal, intranatal, dan pascanatal. Infeksi yang terjadi pada

bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection (diperoleh dari ibu saat

masih berada di dalam kandungan) dan late infection (infeksi yg diperoleh

dari lingkungan luar).4

Infeksi neonatal dapat terjadi intrauterin melalui transplasental, didapat

intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau pascapartum

akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir. Infeksi intrapartum dapat terjadi

pada saat melalui jalan lahir atau infeksi asendens bila terjadi partus lama dan

ketuban pecah dini yang paling sering menjadi penyebabnya adalah kelompok

virus yaitu herpes simplex, HIV, cytomegalovirus (CMV), dan hepatitis B.


15

Sedangkan kelompok bakteri termasuk Streptokokus grup B Gram negatif, kuman

enterik Gram negatif (terutama Escheria coli), gonokokus, dan klamidia. Infeksi

pasca persalinan terjadi karena kontak dengan ibu yang terinfeksi secara

langsung misalnya ibu yang menderita tuberkulosis (meskipun dapat ditularkan

intrauterin), melalui ASI (HIV, CMV), kontak dengan petugas kesehatan lain,

atau kuman di lingkungan rumah sakit.7

Manifestasi klinis dari sepsis antara lain takikardi, asfiksia, lemah,

hipotermia/hipertermia, hipoglikemia/terkadang hiperglikemia, hingga mengarah

kepada kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh. Gangguan fungsi organ tubuh

meliputi kelainan susunan saraf pusat yaitu letargis, refleks hisap buruk, menangis

lemah, kadang-kadang high pitch cry, dan rewel, bahkan disertai kejang. Kelainan

kardiovaskular seperti hipotensi, pucat, sianosis, dingin, dan clummy skin. Bayi

dapat pula memperlihatkan kelainan hematologik, gastrointestinal, ataupun

perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi abdomen, intoleransi minum, waktu

pengosongan lambung yang memanjang, takipnea, apnea, merintih, dan retraksi.8,9

Jika dibandingkan dengan kasus By.Ny.NA, terdapat beberapa gambaran

klinis yang mengarah kepada sepsis neonatal. Pada perjalan awal penyakit,

By.Ny.NA mengalam hipotermi pada usia 1 hari, sehingga termasuk dalam

kategori sepsi awitan dini. Instabilitas suhu yang terjadi pada By.Ny.NA dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kehilangan panas yang berlebihan,

luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir relative besar sehingga penguapannya

bertambah, kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas tubuhnya, otot

bayi masih lemah. Berdasarkan pengakuan ibu pemberian ASI cukup, dan tidak
16

ada Riwayat trauma lahir pada otak, malformasi ataupun obat-obatan. Sehingga

dugaan hipotermi mengarah kepada proses infeksi.

Faktor risiko dari neonatal antara lain prematuritas, berat lahir rendah,

asfiksia, resusitasi setelah persalinan, prosedur invasif, anomali kongenital, nutrisi

parenteral, dan rawat inap yang cukup lama di neonatal intensive care unit

(NICU). Sedangkan faktor lainnya meliputi jenis kelamin laki-laki, neonatus

berkulit hitam, dan berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.10

Faktor risiko sepsis neonatal terbagi menjadi dua, yaitu:11

1. Faktor risiko mayor

a. Ketuban pecah dini >24 jam

b. Demam intrapartum >38oC

c. Korioamnionitis

d. Denyut jantung janin yang menetap >160x/menit

e. Ketuban berbau

2. Faktor risiko minor

a. Ketuban pecah >12 jam

b. Demam intrapartum >37,5oC

c. Nilai APGAR rendah

d. Bayi berat lahir sangat rendah

e. Masa gestasi <37 minggu

f. Kehamilan ganda

g. Keputihan pada ibu yang tidak diobati


17

h. Ibu dengan infeksi saluran kemih (ISK)/dicurigai ISK yang tidak diobati.

Ibu dari By. NA memiliki faktor risiko mayor yaitu ketuban pecah dini.

Infeksi dapat terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengidahkan syarat-

syarat asepsis-antisepsis, karena partus lama, ketuban pecah dini, dan sebagainya.

Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi. Pada

Sebagian besar kasus ketuban pecah dini berhubungan dengan infeksi intra

partum.12 Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan

membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan

servik. Penangan ketuban pecah dini meliputi penanganan konservatif serta aktif

dengan pertimbangan usia gestasi adanya tanda-tanda persalinan, adanya infeksi

serta komplikasi pada ibu dan janin. Penyebab ketuban pecah dini belum

diketahui secara pasti, kemungkinan faktor predisposisi adalah infeksi, selaput

ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia wanita

kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun, faktor golongan darah

multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum,

riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya, riwayat ketuban pecah dini

sebelumnya, defisiensi gizi, ketegangan rahim, kesempitan panggul, kelelahan ibu

dalam bekerja, serta trauma yang didapat misal pemeriksaan dalam dan

amniosintesis. Insiden KPD berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. 13 Hal

yang menguntungkan dari angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa pada

kehamilan cukup bulan 95%, dan 34% pada keamilan premature.14

Pada tanggal 24 November 2020, pada pemeriksaan fisik By. Ny. NA


18

didapatkan ikterus Kramer III-IV. Sebanyak 50% bayi baru lahir menderita

ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya.

Sebagian besar tidak memiliki penyebab dasar atau disebut ikterus fisiologis yang

akan menghilang pada akhir minggu pertama kehidupan pada bayi cukup bulan. 15

Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi (indirect) terjadi sebagai hasil dari

pembentukan bilirubin yang berlebihan karena pada sistemnya neonatus belum

dapat membersihkan bilirubin yang cukup cepat di dalam darah.16 Faktor risiko

terjadinya hiperbilirubinemia pada bayi berat lahir cukup yang secara bermakna

adalah keterlambatan pemberian ASI atau pemberian ASI yang tidak adekuat.17

Pemantauan bilirubin adalah langkah awal agar dapat dilakukan intervensi

selanjutnya, apakah ada indikasi bayi dapat dilakukan fototerapi atau tidak.

Fototerapi dapat menjadi tatalaksana dari ikterus pada bayi. Fototerapi merupakan

tindakan yang efektif untuk mencegah kadar total bilirubin serum semakin

meningkat. Bayi yang dilakukan fototerapi diletakkan di bawah lampu terapi sinar

dengan penutup mata dan diusahakan permukaan tubuh seluas-luasnya terpapar

sinar.16,18

Penegakkan diagnosis dini sepsis neonatal berdasarkan gejala dan tanda

klinis sangat sulit dilakukan karena tidak spesifik. Gejala dan tanda sepsis

neonatal tidak berbeda dengan gejala penyakit non infeksi berat lainnya pada

BBL. Sehingga dalam menentukan diagnosis diperlukan berbagai informasi antara

lain faktor risiko, gambaran klinik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan

penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan laboratorium termasuk

pemeriksaan biakan darah. Hasil biakan sampai saat ini masih menjadi baku emas
19

dalam menentukan diagnosis, tetapi hasil pemeriksaan membutuhkan waktu

minimal 2-5 hari.19

Antibiotik pilihan yang diberikan kepada By. Ny. NA yakni antibiotik lini

pertama, yakni ampicilin dan gentamisin. Pada tahun 2013, World Health

Organization (WHO) merekomendasikan bahwa lini pertama yang bisa diberikan

sebagai terapi empiris ialah kombinasi ampisilin atau penisilin dengan gentamisin.

Kombinasi ini direkomendasikan karena mempunyai efektifitas 89-95% pada

neonatus dengan sepsis dan dapat meningkatkan aktivitas antibakteri. 20 Jika ada

kecurigaan klinis meningitis, gentamisin dapat digantikan oleh cephalosporin

generasi ketiga (cefotaxime atau ceftazidime). Saat ini, ampisilin tidak dapat

digunakan secara tunggal lagi karena telah 100% resisten terhadapan semua

patogen penyebab sepsis. Terapi ini dapat dihentikan sedini 24-36 jam jika kultur

darah tetap steril.21

Berdasarkan mekanisme kerja, antibiotik golongan aminoglikosida bekerja

untuk memodifikasi atau menghambat sintesis protein pada mikroorganisme

sedangkan antibiotik seperti golongan betalaktam, penilisin, sefalosporin dan juga

karbapenem mempunyai mekanisme kerja yaitu merusak dinding sel bakteri.

Dengan demikian kombinasi dari dua golongan antibiotik tersebut akan

menghasilkan efek yang sinergis.20

Pada pemeriksaan selanjutnya yaitu tanggal 03 desember 2020 pada By.

Ny. NA tidak didapatkan lagi ikterus kramer 3-4 . karena bayi baru lahir yang

menderita ikterus dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama

kehidupannya. Sebagian besar tidak memiliki penyebab dasar atau disebut ikterus
20

fisiologis yang akan menghilang pada akhir minggu pertama kehidupan pada bayi

cukup bulan

Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC)

Berdasarkan berat badan lahir pasien 3795 gr, By. Ny.NA digolongkan

sebagai berat bayi lahir cukup (BBLC).

Berat bayi lahir dapat dibedakan sebagai berikut6 :

 BBLL (berat bayi lahir lebih) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir

> 4.000 gram.

 BBLC (berat bayi lahir cukup) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat

lahir antara 2500gr dan 4000gr.

 BBLR (berat bayi lahir rendah) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat

lahir < 2.500 gram tanpa memandang masa gestasi.

Bayi Cukup Bulan (BCB)

By.Ny.NA lahir dalam usia kehamilan 39-40 minggu dan termasuk bayi

cukup bulan (BCB) karena masuk dalam usia kehamilan antara 37 minggu sampai

42 minggu (259-293 hari). Usia kehamilan bayi dibagi menjadi bayi kurang bulan

(BKB), bayi cukup bulan (BCB) dan bayi lebih bulan (BLB).6

Tabel 3.1. Tabel Usia Kehamilan Bayi Berdasarkan Masa Gestasi


Bayi berdasarkan masa gestasi
BKB Bayi Kurang Bulan < 37 minggu lengkap (< 259 hari)

BCB Bayi Cukup Bulan mulai 37 minggu - 42 minggu (259-293 hari)

BLB Bayi Lebih Bulan > 42 minggu (294 hari atau lebih).

Sumber: Sepsis pada bayi baru lahir. Dalam: Buku ajar neonatologi. IDAI 2009, 170-187

Hari pertama haid terakhir adalah Ny. NA 17 Februari 2020, sehingga


21

taksiran partus By.Ny.NA untuk BCB pada tanggal 24 November 2020.

Berdasarkan nilai Finnstrom, didapatkan usia kehamilan 38 minggu.

Penghitungan dengan skor new Ballard yang mengakses tingkat maturitas

neuromuskular dan fisik adalah 37, yang mengindikasikan masa umur gestasi ibu

antara 38-40 minggu Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa By.Ny.NA

termasuk bayi cukup bulan (BCB).

Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Perbandingan antara berat badan lahir bayi dan masa gestasi dapat menilai

maturitas dari bayi. Berdasarkan hal tersebut, bayi dapat dibedakan menjadi Kecil

untuk Masa Kehamilan (KMK), Sesuai untuk Masa Kehamilan (SMK) atau Besar

untuk Masa Kehamilan (BMK). Kurva pertumbuhan standar disusun berdasarkan

riwayat berat lahir bayi yang dilahirkan pada minggu kelahiran tertentu. Bayi

dengan berat lahir sama dengan atau di bawah persentil ke-10 digolongkan kecil

masa kehamilan (KMK), sedangkan bayi yang memiliki berat lahir pada atau di

atas persentil ke-90 digolongkan besar masa kehamilan (BMK), Jika berat lahir

bayi berada di antara persentil ke-10 hingga ke-90 digolongkan sesuai masa

kehamilan (SMK).6

Gambar 3.1 Grafik Lubchenco pada By. Ny. NA

Gambar 3.1 Grafik Lubchenco Pada By. Ny. NA


22

Pada kasus, By.Ny.NA dilahirkan dengan berat badan lahir sebesar 3795

gram dengan usia kehamilan 39-40 minggu berdasarkan kurva pertumbuhan

Lubchenco, maka dapat disimpulkan bahwa bayi termasuk bayi SMK (Sesuai

untuk Masa Kehamilan) karena berat badan bayi dan masa gestasinya berada di

antara persentil ke-10 dan 90.7

Tindakan awal yang dilakukan pada By. Ny. NA dalam kasus ini ialah

menilai skor APGAR dan skor Downe. Ditemukan skor APGAR 7-8-9 dan skor

Downe 0. Hal tersebut menandakan bahwa bayi tidak mengalami asfiksia ataupun

gangguan pernapasan. Hal terpenting dalam perawatan dini bayi baru lahir normal

di mana sebelum bayi lahir bayi cukup bulan, air ketuban jernih tidak bercampur

mekonium. Pada saat setelah lahir bayi segera menangis dan bayi bergerak aktif

dirincikan pada bagan “Manajemen Bayi Baru Lahir Normal” sesuai Buku Saku

Pelayanan Kesehatan Neonatus.22


23

Gambar 3.2 Bagan Alur A Manajemen Bayi Baru Lahir Normal

Semua neonatus sehat, cukup bulan, maupun kurang bulan harus

menerima ASI eksklusif selama 6 bulan setelah lahir, sehingga pemberian ASI

eksklusif juga diprogramkan terhadap pasien pada kasus ini. ASI mulai diberikan

dalam waktu satu jam setelah lahir dan jangan diberikan dalam waktu satu jam

setelah lahir dan jangan diberikan cairan atau makan lain selama enam bulan

pertama.7

Pada pemeriksaan selanjutnya yaitu tanggal 03 desember 2020 pada By.

Ny. NA tidak didapatkan lagi ikterus kramer 3-4 . karena bayi baru lahir yang
24

menderita ikterus dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama

kehidupannya. Sebagian besar tidak memiliki penyebab dasar atau disebut ikterus

fisiologis yang akan menghilang pada akhir minggu pertama kehidupan pada bayi

cukup bulan.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan

Dalam laporan ini terdapat kasus seorang bayi perempuan dari Ny.NA

dengan diagnosis sepsis neonatal dengan riwayat hipotermi yang dirawat diruang

bayi 2A teratai di RSUD Ulin Banjarmasin. Bayi diduga infeksi neonatal

berdasarkan hasil anamnesis faktor risiko mayor ketuban pecah dini di atas 24

jam. Berat bayi lahir cukup dapat dilihat berat bayi saat dilahirkan yaitu 3795

gram. Usia kehamilan ibu 39-40 minggu sehingga termasuk bayi cukup bulan.

Sesuai masa kehamilan pada kasus ini diketahui dengan memasukkan data umur

kehamilan ibu dan berat lahir bayi ke dalam grafik Lubchenco. Didapatkan bahwa

berat lahir didalam persentil yang tergolong sesuai masa kehamilan. Bayi dirawat

sejak tanggal 21 November 2020 dan dipulangkan pada tanggal 24 November 2020.

4.2. Saran

1. Meningkatkan penyuluhan terutama kepada ibu yang telah sedang hamil

agar dapat mendeteksi terjadinya risiko sepsis neonatal sehingga mencegah

komplikasi serta meminimalkan angka kesakitan dan kematian.

2. Melakukan pelatihan terutama kepada tenaga medis mengenai

penatalaksanaan yang tepat terhadap bayi baru lahir dengan risiko sepsis

neonatal, agar tingkat morbiditas ataupun mortilitas sepsis neonatal

menurun.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Editor IKA FK ULM. Panduan Praktik Klinik Pediatri. Banjarmasin:


Departemen IKA FK ULM RSUD Ulin; 2017.

2. Wilujeng. Pengalaman Ibu dalam Mendampingi Bayi dengan Sepsis di


Ruang NICU. [tesis]. Malang: FK UMM. 2019

3. Singh M, Alsaleem M, Gray CP. Neonatal Sepsis. StarPearls Publishing


[serial online]. 2020 [cited 2020 Des 03] Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531478/

4. Kosim MS. Infeksi Neonatal Akibat Air Ketuban Keruh. Sari Pediatri.
2009;11:212-213.

5. Rosiswatmo R. Sepsis Neonatal. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012.

6. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, et al. Buku Ajar Neonatologi Edisi 1. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2010.

7. Marni, Raharjo . Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

8. Haque KN. Definitions of bloodstream infection in the newborn. Pediatrics Crit Care
Med. 2005; 6: 45-9.

9. Rodrigo I. Changing patterns of neonatal sepsis. Sri Lanka. J Child Health. 2002;
31: 3-8.

10. Utomo MT. Risk factors of neonatal sepsis: a preliminary study in dr. soetomo
hospital Indonesian. Journal of Tropical and Infectious Disease. 2010;1:23-6.

11. Yunanto A. Panduan Praktik Neonatalogi Edisi 3. Banjarmasin: Sari Mulia


Indah; 2019.

12. Alisjahbana A, Soeroto HE, Peeters R. Perinatal mortality and morbidity in


rural West-Java. Indonesia, part II: the results of a longitudinal survey on
pregnant women. Padiatri Indonesia 1990;30:179–90.

13. Idaman M, The Relationships Between Risk Factors With Premature Rupture
of Membrane RSU Aura Syifa Kediri. Jurnal Kesehatan Medika Saintika.
2019;11:111-124.

14. Durrane T, Anita KMZ. Burden of neonatal infections in developing


countries a review of evidence from community-based studies. Pediatric

26
Infectious. 2009;28:21-26.

15. Triasih R. Kadar Bilirubin 24 Jam Pertama sebagai Faktor Prediksi


Hiperbilirubinemia pada Bayi Cukup Bulan [Tesis]. FK UGM Yogyakarta.
2003.

16. Maisels J, McDonagh A. Phototherapy for neonatal Jaundice. Journal Nursing


England Medical. 2008:920-928.

17. Grohmanna K, Roser M, Rolinski B, et al. Bilirubin measurement for


neonates: Comparison of 9 Frequently Used Methods. Journal of the American
Academy of Pediatrics. 2006;117:1174-1183

18. Bunyaniah D. Pengaruh Fototerapi terhadap Derajat Ikterik pada bayi Baru
Lahir di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2013.

19. Kumar Y, Qunibi M, Neal TJ, Yoxall CW. Time to positivity of neonatal blood
cultures. Arch Dis Child Fetal Neonatal. 2001; 85: 182-6.

20. Kereh T, Wilar R, Tatura SNN. Analisis Penggunaan Antibiotik pada Pasien
Sepsis Neonatorum di Neonatal Intensive Care Unit RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandous Manado. 2020;8:21-26

21. Cantey JB, editor. Neonatal Infections: Pathophysiology, Diagnosis, and


Management. Springer. 2018.

22. Putra PJ. Insiden dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sepsis
Neonatus di RSUP Sanglah Denpasar. Sari Pediatri. 2012;14:205-210.

27
LAMPIRAN

28
1. Dokumentasi

29

Anda mungkin juga menyukai